Click here to load reader
Upload
hoanghanh
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya skripsi dengan judul “Temuan Post Mortem akibat Keracunan
Metanol” dapat selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan pendidikan S1
Program Studi Pendidikan Dokter FK UNUD. Dalam kesempatan ini, Penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran penulisan usulan penelitian ini, antara lain kepada :
1. Kedua orang tua saya, Drs. Sukoriono dan Siti Rochmah yang
memberikan dukungan dan doa
2. Paman H.Nur Sodiq,S.H yang selalu memberikan semangat
3. dr. Kunthi Yulianti, Sp.KF selaku pembimbing yang dengan sabar
memberi pengarahan
4. dr. Ida Bagus Putu Alit, Sp.F, DFM selaku penguji skripsi
5. Staf dan Pegawai Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah
6. dr. A.A Sagung Sawitri, MPH selaku dosen pembimbing metodologi
penelitian dan statistik dari bagian IKK/IKP FK Unud
7. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2011 Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis ucapkan terimakasih atas kritik dan saran yang membangun sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat luas.
Denpasar, November 2014
Penulis
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya tulis
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau
meniru tulisan orang lain sebagai hasil pemikiran saya sendiri, maka gelar dan
ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Denpasar, 26 November 2014
Yang menyatakan
Masnu’atul Hamidah
iii
ABSTRAK
TEMUAN POST MORTEM AKIBAT KERACUNAN METANOL
Kejadian keracunan metanol semakin meningkat seiring dengan
peningkatan pola konsumsi minuman beralkohol di masyarakat. Mahalnya miras
berkadar tinggi menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat
mendapatkan kadar alkohol tinggi dengan harga serendah mungkin. Hal itu
dilakukan dengan menambahkan zat-zat aditif yang berbahaya bagi tubuh , salah
satunya adalah metanol. Dengan fenomena tersebut, penelitian dilakukan untuk
mengetahui bagaimana metanol dapat menyebabkan kematian dan untuk
mengetahui kerusakan organ yang didapat pada korban meninggal akibat
keracunan metanol.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui gambaran
karakteristik dari temuan post mortem akibat keracunan metanol. Penelitian ini
mengambil data sekunder dari Laporan Pemeriksaan Jenazah dari tahun 2008-
2013 di RSUP Sanglah Denpasar .
Sampel penelitian berjumlah 10 orang. Ditemukan tanda-tanda asfiksia
berupa bintik perdarahan dan dilatasi pembuluh darah pada berbagai organ.
Pemeriksaan toksikologi pada sampel menunjukkan kadar metanol kurang dari
100 ppm terdapat pada 10% sampel, 20% sampel termasuk dosis toksik yaitu 100-
300 ppm, 40% sampel mempunyai kadar metanol 300-1500 ppm, dan 30%
sampel mempunyai kadar metanol yang sangat ekstrim lebih dari 1500 ppm.
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan dilatasi pembuluh darah pada hepar,
ginjal, paru-paru, dan otak.
Kerusakan organ pada keracunan metanol bersifat sistemik. Kematian
akibat keracunan metanol tidak hanya dipengaruhi dosis metanol yang masuk ke
dalam tubuh namun juga adanya faktor yang memperberat seperti penyakit. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kerusakan organ yang khas
pada keracunan metanol.
Kata kunci : Metanol, keracunan, asfiksia
iv
ABSTRACT
POST MORTEM FINDING IN METHANOL TOXICITY
Incident of methanol toxicity increases as high as alcohol consumption
pattern in community. The high price of alcohol become one of factors that
encourage people to get the high level alcohol with the lowest price. It was done
by giving addictive substances, like methanol. With the phenomenon, this
research is done to know how can methanol has death effect and what
abnormalities can be found in the victims.
It is a descriptive research to get an explanation about post mortem
characteristics in methanol toxicity victims. This research takes secondary data of
Victim Examination Report from 2008 until 2013 at RSUP Sanglah Denpasar.
Amount of the samples are 10. It is found asphyxia sign that is ptechie dan
vascular dilatation in many organs. Toxicology examination shows methanol level
below 100 ppm in 10% samples, 20% samples has toxic dose 100-300 ppm, 40%
samples has methanol level 300-1500 ppm, and 30% samples has extremely level
of methanol above 1500 ppm. Histopathologic examination shows vascular
dilatation at liver, kidney, lung, and brain.
Damaged organ in methanol toxicity is systemic. Death of methanol
toxicity not only influenced by the dose of methanol, but also the existence of
predisposition factor such as disease. It needs more research to know the specific
abnormalities of methanol toxicity.
Key word : Methanol, toxicity, asphyxia
v
RINGKASAN
Semakin banyak orang menjadi korban akibat minuman keras oplosan. Hal
ini disebabkan karena semakin mudahnya masyarakat mendapatkan minuman
keras, baik yang legal ataupun ilegal. Pembuatan alkohol tradisional yang tidak
memiliki standarisasi dan pencampuran alkohol dengan zat-zat yang tidak layak
masuk tubuh seperti metanol dapat menimbulkan keracunan pada konsumennya
dan dapat mengakibatkan kematian. Penelitan ini menggunakan metode deskriptif
yang dilaksanakan di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah dengan
mengambil data sekunder dari Laporan Pemeriksaan Jenazah dari tahun 2008-
2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek metanol yang masuk dalam
tubuh serta dampaknya pada organ. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran tentang bahaya metanol dan bisa mencegah timbulnya
korban yang jatuh akibat mengonsumsi miras oplosan.
Metanol adalah cairan tidak berwarna dan sedikit berbau dengan rumus
kimia CH3OH. Penggunaan metanol untuk konsumsi tidaklah dibenarkan karena
metanol adalah zat tidak layak konsumsi dan beracun bagi tubuh. metanol
mempunyai dosis toksik yang lebih tinggi dari alkohol. Methanol mempunyai
dosis toksik 10 mg/dL dan dosis letal minimal 30-100 mg/dL. Efek utama metanol
dapat memabukkan dan produk metabolitnya dapat menyebabkan asidosis
metabolik, kebutaan, dan kematian.
Sampel yang didapat pada penelitian ini adalah 33 dan yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi menjadi 10. Dari variabel jenis kelamin didapatkan
50% laki-laki dan 50% perempuan. Puncak konsumsi alkohol pada penelitian ini
terjadi pada kelompok dewasa berumur 21-60 tahun sebanyak 90% dan terjadi
penurunan yang signifikan hanya sebesar 10% sampel berumur lebih dari 60
tahun. Keseluruhan sampel pada penelitian merupakan WNA. Jenazah WNA yang
meninggal di Bali tidak tidak bisa dipulangkan ke negara asalnya apabila sebab
kematiannya tidak jelas, sehingga jenazah WNA harus dilakukan pemeriksaan
lengkap. Hanya 30% sampel terdapat data pekerjaannya. Masing-masing
mempunyai pekerjaan sebagai engineer, guru, dan mahasiswa sedangkan 70%
sampel tidak terdapat data mengenai pekerjaannya.
Dari penelitian didapat 70% sampel meninggal dengan kadar metanol
darah termasuk dosis letal. 10% sampel dengan kadar metanol yang belum
dikategorikan dalam dosis toksik minimum karena kurang dari 100 ppm dan 20%
sampel termasuk dalam dosis toksik. Hubungan antara dosis dengan efek zat pada
tubuh dapat berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti waktu
pengambilan sampel, variasi individu, konsentrasi metabolit, serta masuknya
etanol yang bisa menurunkan toksisitas methanol. Metanol urin positif pada 60%
sampel dan 40% sampel tidak dilaporkan kadar metanol dalam urin. Adanya hasil
penilaian etanol dalam darah pada 80% sampel dan penilaian etanol dalam urin
pada 60% sampel menunjukkan bahwa masuknya metanol dikonsumsi bersama
dengan alkohol. 60% sampel dinyatakan positif etanol pada urin, sedangkan 40%
sampel tidak dilaporkan kadar etanol urin. Adanya etanol pada tubuh dapat
memanjangkan waktu paruh eliminasi metanol yang semula 8-28 jam menjadi 50
jam.
Pada otopsi, 90% sampel mengalami edema paru yang ditandai dengan
berat paru lebih dari 500 gram dan 90% sampel terdapat tanda kongesti berupa
vi
keluarnya buih dan darah encer pada saat penekanan paru. Bintik perdarahan dan
dilatasi pembuluh darah merupakan tanda asfiksia. Bintik perdarahan ditemukan
di organ paru-paru pada 80% sampel, di jantung pada 40% sampel, di ginjal pada
30% sampel, di otak pada 20% sampel, di batang tenggorokan pada 30% sampel
dan di kerongkongan pada 10% sampel. Dilatasi pembuluh darah ginjal terjadi
pada 100% sampel dan dilatasi pada otak besar terjadi pada 90% sampel. 80%
sampel terjadi dilatasi pada otak kecil dan vena leher atau vena jugularis. Pada
60% sampel ditemukan dilatasi pada batang tenggorok atau bronkus, dan dilatasi
pada kerongkongan oleh 50% sampel dan 40% sampel mengalami dilatasi pada
pembuluh darah usus. ditemukan bercak perdarahan di jantung pada 80% sampel,
di ginjal pada 20% sampel, dan di lambung pada 40% sampel. 20% sampel
mengalami penyempitan arteri koroner akibat plak ateroklerosis dan 30% sampel
mempunyai fatty streak. Adanya plak aterosklerosis merupakan tanda kronis
terdapatnya gangguan pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor yang
memperberat kondisi sampel keracunan methanol.
Pada pemeriksaan histopatologi, 60% sampel mengalami dilatasi
pembuluh darah pada hepar, 90% sampel dilatasi pembuluh darah paru-paru dan
otak, serta dilatasi pembuluh darah ginjal pada 80% sampel. Dilatasi pembuluh
darah merupakan respon tubuh terhadap kondisi asfiksia. Ditemukan pelebaran
sinusoid hepar terjadi pada 70% sampel, karena hati merupakan tempat
metabolisme methanol. 30% sampel ditemukan mengalami fatty liver. Fatty liver
menjadi kecurigaan bahwa sampel adalah peminum alkohol kronis. Ditemukan
makrofag atau sel gagal jantung pada paru-paru 100% sampel, 30% sampel
mengalami nekrosis ginjal dan 50% sampel mengalami perdarahan pada otak.
Kerusakan organ yang terjadi pada sampel bersifat sistemik. Temuan post
mortem berupa tanda-tanda asfiksia, dan ditemukannya faktor predisposisi seperti
aterosklerosis yang memperberat kondisi sampel. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk mengetahui kerusakan organ yang khas akibat keracunan metanol.
vii
SUMMARY
Victims fall caused by mixed alcohol is increasing. It is caused by easier
ways to get alcohol, legally or illegally. Not standardized traditional production of
alcohol and mixing alcohol with harmful substances to body can makes toxicity
and ends with death. The research use descriptive method at Instalasi Kedokteran
Forensik RSUP Sanglah. Data is taken from Victim Examination Report from
2008-2013. The research is to know methanol effect that entering body and the
organ. The research’s result might give description about methanol and prevent
methanol toxicity victim.
Methanol is uncoloured liquid and has a little odor. The chemical pattern
is CH3OH. Consuming methanol absolutely forbidden because methanol is
harmful substance and toxic to human body. Methanol has toxic dose higher than
alcohol. Toxic dose of methanol is 10 mg/dL and minimum lethal dose is 30-100
mg/dL. The main effect of methanol is drunk, and metabolite product of
methanol causing metabolic acidosis, sightless, and death.
Sample of the research is 33 but only 10 that proper to inclusion and
exclusion criteria. On sex variable, 50% samples are men and 50% are women.
The peak of alcohol consumption in the research is adult 21-60 years old with
90% and decrease significantly only 10% adult more than 60 years old. All
samples are foreign victim. Foreign victim who dead in Bali cannot back to the
country with unclear death, so foreign victim always do complete examination.
Only 30% sample with occupation data. There are engineer, teacher, and students
whereas 70% no data about victim’s occupation.
From the research found 70% samples dead with lethal dose of blood
methanol. 10% samples not categorized inminimal toxic dose because blood
methanol is lower than 100 ppm and 20% samples has toxic dose. Relationship of
dose and effect of substance can be different beacuse it depends on factors as
timing , individual variation, metabolite concentration, and entering of ethanol
that can decrease methanol toxicity. Urine methanol positive in 60% samples, and
40% samples has no report of urine methanol. Blood ethanol found in 80%
samples and urine ethanol in 60% samples shows methanol consumed with
ethanol. 60% samples are positive in urine ethanol, and 40% samples has no
report of urin ethanol. Ethanol in body can increase half time elimination from 8-
28 hours become 50 hours.
On autopsy finding, 90% samples has lung edema marked by lung weight
more than 500 gram and 90% samples has lung congestion by foam and watery
blood on lung pushing . spot hemorrhage and vascular dilatation are sign of
asphyxia. Spot hemorrhage found at lung in 80% samples, at heart in 40%
samples, at kidney in 30% samples, at brain in 20% samples, at bronchus in 30%
samples, and at esophagus in 10% samples.Vascular dilatation at kidney found in
100% samples, at brain in 90% samples, 80% samples has vascular dilatation at
small brain and jugularic vein. 60% samples has vascular dilatation at bronchus, at
esophagus in 50% samples, and at small intestine in 40% samples. Large spot
hemorrhage at heart found in 80% samples, at kidney in 20% samples, and at
stomach in 40% samples. 20% samples has narrowing coronary artery due to
atherosclerotic plaque and 30% samples has fatty streak. Atherosclerotic plaque is
viii
chronic sign of vascular abnormality that can be predisposition factor of sample’s
condition.
On histopathologic examination, 60% samples has vascular dilatation at
liver, 90% samples has vascular dilatation at lung and brain, and 80% at kidney.
Vascular dilatation is body’s response to asphyxia. There is widening sinusoidal
liver in 70% samples because liver is location of methanol metabolism. 30%
samples found has fattu liver. Fatty liver is sign samples are chronic alcoholism.
Macrophages or heart failure cell found in 100% samples. 30% samples has
kidney necrosis and 50% samples has brain hemorrhage.
Organ failure in sample is systemic. Post mortem finding is asphyxia sign
and predisposition factor such as atherosclerosis that worsening sample
conditions. It needs more research to know the specific abnormalities of methanol
toxicity.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM...............……………………………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................……………………………........ ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ….............................................................. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI................................... v
ABSTRAK.......................................................................................................... . vi
ABSTRACT.......................................................................................................... vii
RINGKASAN......................................................................................................viii
SUMMARY...........................................................................................................x
DAFTAR ISI…………………......……………………………………………...xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….. . 1
1.1 Latar Belakang Penelitian …………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah atau Identifikasi Masalah………………….......... 3
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………..... 3
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………….. 3
1.3.2 Tujuan Khusus…………………………………………….... 3
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………………. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………….... 4
2.1 Gambaran Umum Metanol ……......................................………….... 4
2.2 Toxokinetic Metanol.............................……………………………..... 5
2.3 Mekanisme Toksisitas Metanol ........................................................... 8
2.4 Gejala Klinis ........................................................................................ 9
2.5 Pemeriksaan Laboratorium .................................................................. 11
2.6 Kriteria Diagnosis ................................................................................ 12
2.7 Metanol pada Hewan ........................................................................... 12
2.8 Temuan Post Mortem ........................................................................... 13
BAB III KERANGKA BERPIKIR…………………………………………... 16
BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………………..... 17
4.1 Rancangan Penelitian………………………………………..…....... 17
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 17
4.3 Subjek dan Sampel…………………………………………….....…. 18
4.3.1 Variabilitas Populasi………………………..…....………......... 18
4.3.2 Kriteria Subjek ………………………..…………………..........18
4.3.3 Besaran Sampel ………….………....…………………........... 19
4.3.4 Teknik Penentuan Sampel…………………..........…………… 19
4.4 Variabel ............................................................................................... 19
4.4.1 Identifikasi Variabel ............................................................... 19
4.4.2 Klasifikasi Variabel ................................................................. 19
4.4.3 Definisi Operasional Variabel ................................................. 19
4.5 Bahan dan instrumen Penelitian…………………………………...... 21
4.6 Protokol Penelitian ………………………………………….……..... 21
x
4.7 Analisis Data …………………..………………………………........ 22
4.8 Kelemahan Penelitian………………...........………………............... 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 23
5.1 Karakteristik Umum............................................................................. 23
5.2 Pemeriksaan Toksikologi...................................................................... 26
5.3 Temuan Otopsi..................................................................................... 29
5.4 Pemeriksaan Histopatologi.................................................................. 33
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan............................................................................................... 36
6.2 Saran.................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………..... 37
LAMPIRAN......................................................................................................... 41
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 Karakteristik Umum...............................................................................23
Tabel 5.2 Hasil Pemeriksaan Toksikologi............................................... ............. 26
Tabel 5.3 Hasil Pemeriksaan Otopsi ................................................................... 29
Tabel 5.4 Hasil Pemeriksaan Histopatologi ..............................................................33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup........................................................................ 41
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Minuman beralkohol atau dalam masyarakat biasa disebut miras, akhir-
akhir ini menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Perbincangan ini seputar
miras yang dioplos sedemikian rupa sehingga harganya menjadi sangat murah,
namun dari sisi keamanannya tidak bisa dijamin. Terbukti dengan adanya kasus di
Bangli, Mojokerto, Banjarmasin dan Bekasi yang menimbulkan korban bahkan
sampai meninggal dunia. Di Bangli, karena mengonsumsi arak yang diduga
dioplos dengan metanol, korban mencapai 27 orang dan tiga diantaranya
meninggal dunia( Sindo, 2014). Tidak hanya warga lokal yang menjadi korban, di
Palembang, dua WNA berasal dari Malaysia dan Myanmar yang menjadi ABK
kapal pengangkut batu bara juga meninggal dunia setelah mengadakan pesta miras
( Merdeka, 2014).
Dari wawancara informal penulis dengan beberapa orang yang gemar
mengkonsumsi miras, diketahui bahwa berbagai jenis miras bisa didapat dengan
mudah di masyarakat. Mulai dari arak tradisional yang harganya berkisar dari Rp
15.000,00 sampai miras berlabel mencapai harga jutaan rupiah. Untuk
mendapatkan arak tradisional dapat di beli di warung-warung dan kios-kios jamu,
sedangkan miras berlabel bisa didapat di pusat-pusat perbelanjaan, supermarket,
kafe, maupun tempat hiburan malam. Menurut responden, walaupun harga arak
tradisional murah, namun efek mabuk dan rasanya kurang maksimal sehingga
perlu dicampur dengan beberapa zat agar hasilnya seperti yang diharapkan.
1
xiv
Sedangkan untuk mendapat minuman bermerek yang mengandung alkohol tinggi,
mempunyai harga yang tidak terjangkau . Selain itu, kecurangan dari pembuat
oplosan mengharapkan untung yang banyak dengan cara mencampur alkohol
konsumsi dengan bahan lain seperti methanol. Fenomena ini menjadi dasar dari
maraknya miras yang disebut miras oplosan.
Minuman beralkohol adalah jenis minuman yang mengandung ethanol
(C2H5OH, ethyl alcohol) (Krutz,2008). Harga minuman beralkohol yang
mempunyai izin sah sangat mahal karena adanya pajak yang cukup tinggi. Adanya
pajak ini sebenarnya untuk membatasi peredaran dari minuman beralkohol.
Namun masyarakat telah mengenal minuman ini dari zaman dahulu. Dari yang
pembuatannya tradisional hingga pabrikan. Menurut WHO pada periode 2003-
2005 minuman beralkohol dikonsumsi 42% penduduk dunia dimana 16.47%
adalah penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun. Dari 42% tersebut
7.3% digolongkan peminum berat.
Data WHO menyebutkan 2.5 juta penduduk dunia meninggal akibat
alkohol yang dicampur (oplosan) setiap tahunnya (WHO, 2005). Zat-zat yang
sering digunakan untuk mencampur atau mengoplos miras adalah methanol, obat
lotion untuk pencegah serangga, minuman berenergi, minuman bersoda,
kopi,bahan pewarna, dan bahan perasa (Kompas, 2014)
Pada penelitan ini diteliti efek miras oplosan terutama dampaknya pada
organ dari jenazah yang terpapar dengan miras oplosan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bahaya miras oplosan dan bisa
mencegah timbulnya korban yang jatuh akibat mengonsumsi miras oplosan
xv
sehingga Pemerintah juga bisa turut andil dalam memberantas minuman
beralkohol yang ilegal dan penjual-penjual miras yang tidak bertanggung jawab.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana metanol bisa membuat konsumennya meninggal dunia ?
1.2.2 Apa temuan post mortem yang didapatkan dari korban meninggal
akibat keracunan metanol ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk mengetahui mekanisme toksisitas metanol.
1.3.1.2 Untuk mengetahui temuan post mortem yang didapatkan dari
korban meninggal akibat keracunan metanol.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui kerusakan organ tubuh akibat keracunan
metanol.
1.3.2.2 Untuk mengetahui respon tubuh terhadap keracunan metanol.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Meningkatkan wawasan kedokteran khususnya kedokteran untuk
bersiap menghadapi praktik klinis.
1.4.2 Memberikan gambaran di masyarakat mengenai miras oplosan.
1.4.3 Mengembangkan program pencegahan konsumsi miras oplosan