Upload
wulan-islamintari
View
59
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
lipid
METABOLISME LIPID
PAPER
Disusun untuk memenuhi tugas Kimia Pangan
Oleh
Ardine Kumalasari 121810301017
Shella Ariska S. 121810301018
Nora Dwi Saputri 121810301021
Linda Faiqotul Himmah 121810301024
Yulia Agustin 1218103010
Wulan Islamintari 121810301075
Novin Mirotin 121810301079
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lipid ialah senyawa organik yang memiliki sifat tidak larut dalam air, dan dapat
diekstraksi oleh larutan organik nonpolar. Lipid merupakan salah satu zat makromolekul
yang digunakan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Lipid mempunyai fungsi melindungi
organ tubuh, membentuk sel, penghasil panas dalam tubuh, sebagai sumber asam lemak
esensial, pelarut vitamin yang larut dalam lemak, pemberi rasa kenyang dan kelezatan. Lipid
juga merupakan struktur penting dari membran sel, saraf dan merupakan komponen getah
empedu.
Hubungan antara proses biologi dan kimia pada makhluk hidup saling berkaitan erat.
Hal tersebut dapat dilihat, misalnya dari proses pencernaan makanan dalam tubuh yang tidak
lepas dari kedua proses tersebut. Metabolisme kimiawi dalam sistem pencernaan makanan
memiliki peranan penting dalam tiap prosesnya. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam
sistem pencernaan dapat membantu pemecahan molekul-molekul makanan menjadi molekul
yang lebih sederhana, sehingga dapat diserap oleh tubuh. Seperti halnya karbohidrat dan
protein, lipida atau yang lebih sering disebut lemak juga merupakan sumber energi dalam
proses metabolime yang terjadi di dalam tubuh. Besarnya energi yang dihasilkan setiap gram
lemak adalah lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat atau 1 gram
protein. 1gram lemak menghasilkan 9 kal, sedangkan karbohidrat atau protein hanya
menghasilkan 4 kal/gram.
Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh dari dua sumber yaitu dari makanan dan
hasil produksi organ hati, yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi
(Guyton, 2007). Lemak yang terdapat dalam makanan akan diuraikan menjadi kolesterol,
trigliserida, fosfolipid dan asam lemak bebas pada saat dicerna dalam usus. Keempat unsur
lemak ini akan diserap dari usus dan masuk kedalam darah. Lemak tidak larut dalam air,
berarti lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam
peredaran darah, maka di dalam plasma darah, lemak akan berikatan dengan protein spesifik
membentuk suatu kompleks makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak
(kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut lipoprotein. Berdasarkan
komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi kilomikron, very low
density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein
(HDL). Setiap jenis lipoprotein memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang
dengan 15 cara yang sedikit berbeda. Lemak dalam darah diangkut dengan dua cara, yaitu
melalui jalur eksogen dan jalur endogen (Adam, 2009).
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
a. Bagaimana proses metabolisme lipid dalam tubuh?
b. Apa saja jalur metabolisme lipid dalam tubuh?
1.3. Manfaat
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu
a. Mengetahui proses metabolisme lipid dalam tubuh
b. Mengetahui jalur metabolisme lipid dalam tubuh
BAB 2. PEMBAHASAN
Lipid adalah molekul-molekul biologis yang tidak larut di dalam air tetapi larut di
dalam pelarut-pelarut organik. Lipid juga dikenal oleh masyarakat awam sebagai minyak
(organik, bukan minyak mineral atau minyak bumi), lemak, dan lilin. Istilah “lipid” mengacu
pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofob yang esensial dalam
menyusun struktur dan menjalankan fungsi sel hidup. Karena nonpolar, lipida tidak larut
dalam pelarut polar, seperti air atau alkohol, tetapi larut dalam pelarut nonpolar, seperti eter
atau kloroform.
Metabolisme merupakan proses-proses kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup atau sel, metabolisme disebut juga reaksi enzimatis karena metabolisme terjadi selalu
menggunakan katalisator enzim. Oleh karena itu, metabolisme lipida berarti proses
pembakaran lipid atau lemak, ataupun proses penguraian atau perombakan lemak di dalam
tubuh. Metabolisme lipid atau lemak dalam tubuh terjadi dalam hati / hepar. Metabolisme
lipid dibagi menjadi dua yaitu anabolisme dan katabolisme.
Sebelum itu kita akan mengenal dahulu mengenai proses dan transport lipid dimulai
dari pencernaan makanan. Proses distribusi lipid dijelaskan dalam 8 tahap yaitu:
a. Triasilgliserol yang berasal dari diet makanan tidak larut dalam air. Untuk
mengangkutnya menuju usus halus dan agar dapat diakses oleh enzim yang dapat larut di
air seperti lipase, triasilgliserol tersebut disolvasi oleh garam empedu seperti kolat dan
glikolat membentuk misel.
b. Di usus halus enzim pankreas lipase mendegradasi triasilgliserol menjadi asam lemak
dan gliserol. Asam lemak dan gliserol diabsorbsi ke dalam mukosa usus.
c. Di dalam mukosa usus asam lemak dan gliserol disintesis kembali menjadi triasilgliserol
d. Triasilgliserol tersebut kemudian digabungkan dengan kolesterol dari diet makanan dan
protein khusus membentuk agregat yang disebut kilomikron.
e. Kilomikron bergerak melalui sistem limfa dan aliran darah ke jaringan-jaringan.
f. Triasilgliserol diputus pada dinding pembuluh darah oleh lipoprotein lipase menjadi
asam lemak dan gliserol.
g. Komponen ini kemudian diangkut menuju sel-sel target.
a. Di dalam sel otot (myocyte) asam lemak dioksidasi untuk energi dan di dalam sel adipose
(adipocyte) asam lemak diesterifikasi untuk disimpan sebagai triasilgliserol.
Gambar 1. Pemrosesan dan distribusi lipid pada vertebrata. Pencernaan dan absorpsi lipid
dari diet terjadi di usus halus. Asam-asam lemak hasil pengurain trigliserida di pak dan
ditransport ke otot dan jaringan adiposa.
Jaringan menangkap asam lemak dari aliran darah untuk dibangun kembali menjadi
lipid atau untuk memperoleh energi dari oksidasinya. Metabolisme asam lemak intensif
khususnya di dalam sel hati (hepatocytes) Proses terpenting dari degradasi asam lemak adalah
ß-oksidasi yang terjadi di dalam mitokondria. Asam lemak dalam sitoplasma diaktifkan
dengan mengikatkannya pada coenzyme A, kemudian dengan sistem transport karnitin masuk
ke mitokondria untuk didegradasi menjadi acetyl-CoA melalui proses ß-oksidasi. Residu
acetyl hasil dapat dioksidasi lanjut menjadi CO2 melalui TCA dan rantai respirasi dengan
menghasilkan ATP. Jika produksi acetyl-CoA melebihi kebutuhan energi sel hepatocyte akan
diubah menjadi keton bodi untuk mensuplai energi pada jaringan lain. Hal ini terjadi jika
suplai asam lemak dalam plasma darah tinggi, misal dalam kondisi kelaparan atau diabetes
mellitus.
A. Katabolisme Lipid
1. DEGRADASI ASAM LEMAK: ß-OKSIDASI
Degradasi asam lemak terjadi di mitokondria dalam beberapa tahap:
Tahap 1: aktivasi asam lemak di sitoplasma. Asam lemak difosforilasi dengan menggunakan
satu molekul ATP dan diaktifkan dengan asetil Co-A menghasilkan asam lemak-CoA, AMP,
dan pirofosfat inorganik (gambar a.1.1) .
Gambar a.1.1 Pengaktifan asam lemak dengan acetyl-CoA menjadi asam lemak-CoA
Tahap 2: Pengangkutan asam lemak-CoA dari sitoplasma ke mitokondria dengan bantuan
molekul pembawa carnitine, yang terdapat dalam membran mitokondria (Gambar a.1.2).
Gambar a.1.2 Masuknya asam lemak ke mitokondria melalui transport
acyl-carnitine/carnitine.
Tahap 3: Reaksi ß-oksidasi, berlangsung dalam 4 tahap, yaitu (1) dehidrogenasi I, (2)
hidratasi, (3) dehidrogenasi II, dan (4) tiolasi (tahap pemotongan) (gambar a.1.3).
Gambar a.1.3 Urutan tahapan reaksi dalam ß-oksidasi asam lemak.
Tahap dari reaksi ß-oksidasi yaitu:
a. Dehidrogenasi I, yaitu dehidrogenasi Asam lemak-CoA yang sudah berada di dalam
mitokondrion oleh enzim acyl-CoAdehidrogenase, mengha-silkan senyawa enoyl-
CoA. Pada reaksi ini, FAD (flavin adenin dinukleotida) yang bertindak sebagai
koenzim direduksi menjadi FADH2. Dengan mekanisme fosforilasi bersifat oksidasi
melalui rantai pemafasan, suatu molekul FADH2 dapat menghasilkan dua molekul
ATP.
b. Hidratasi, yaitu ikatan rangkap pada enoylCoA dihidratasi menjadi 3-hidroxyacylCoA
oleh enzimenoyl-CoA hidratase.
c. Dehidrogenase II, yaitu dehidrogenasi 3-hidroxyacyl-CoAoleh enzim ß-hidroxyacyl-
CoA dehidrogenase dengan NAD+ sebagai koenzimnya menjadi ß-ketoacylCoA.
NADH yang terbentuk dari NAD+ dapat dioksidasi kembali melalui mekanisme
fosforilasi oksidatif yang dirangkaikan dengan rantai pernafasan menghasilkan tiga
molekul ATP.
d. Pemecahan molekul dengan enzim ß-ketoacyl-CoA thiolase. Pada reaksi ini satu
molekul ketoacyl-CoA menghasilkan satu molekul asetyl-CoA dan sisa rantai asam
lemak dalam bentuk CoA-nya, yang mempunyai rantai dua atom karbon lebih pendek
dari semula.
Proses degradasi asam lemak selanjutnya adalah pengulangan mekanisme ß-oksidasi
secara berurutan sampai panjang rantai asam lemak tersebut habis dipecah menjadi molekul
acetylCoA. Dengan demikian satu molekul asam miristat (C14) menghasilkan 7 molekul
acetylCoA (C2) dengan melalui 6 kali ß-oksidasi.
Tiap satu sklus ß-oksidasi dihasilkan energi sebesar:
a. 1 FADH2 = 2 ATP (pada dehidrogenasi 1)
b. 1 NADH = 3 ATP (pada dehidrogenasi 2)
c. 1 Acetyl-CoA.
Satu Acetyl-CoA dioksidasi melalui siklus TCA menghasilkan energi = 12 ATP.
Jadi jumlah ATP yang dihasilkan dalam satu siklus ß oksidasi = (3 + 3 + 12) ATP = 17 ATP
Gambar a.1.4. contoh pengulangan reaksi β oksidasi
Berikut merupakan contoh tahap oksidasi asam palmitat (C15H33COOH) dan energi yang
dihasilkan:
Gambar a.1.5. contoh pengulangan reaksi β oksidasi
Sehingga,
Tahap 1: Asam palmitat (mengandung 16 atom C) dioksidasi ß dalam 7 siklus menjadi 8
residu acetyl dalam bentuk acetyl-CoA.
Tahap 2: Tiap acetyl-CoA dioksidasi menghasilkan 2 CO2 dan 8 elektron dalam siklus TCA.
Tahap 3: Elektron yang dihasilkan dari tahap 1 dan 2 masuk ke rantai respirasi mitokondria
dengan menghasilkan energi untuk sintesisATP dengan forforilasi oksidatif.
Jadi dengan 7 siklus ß-oksidasi dihasilkan energi sebesar:
a. 7 FADH2 = 7 x 2 ATP = 14 ATP
b. 7 NADH = 7 x 3 ATP = 21 ATP
c. 8 Acetyl-CoA = 8 x 12 ATP = 96 ATP +
Jumlah ATP = 131 ATP
Reaksi katabolismenya:
Karena pada proses aktivasi dibutuhkan 1 ATP dengan reaksi:
2. JALUR MINOR DEGRADASI ASAM LEMAK
Jalur utama degradasi asam lemak adalah ß-oksidasi, yaitu untuk asam lemak jenuh beratom
C genap. Akan tetapi ada juga jalur-jalur khusus yang lain yaitu untuk degradasi asam lemak
tak jenuh, degradasi asam lemak dengan atom C ganjil, serta α- dan w-oksidasi.
2.1. ß-Oksidasi asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh di alam
(misal asam oleat) mempunyai ikatan
rangkap pada konfigurasi cis. Karena
pada ß-oksidasi enzimnya spesifik untuk
enoyl-CoA dengan konfigurasi trans,
maka diperlukan enzim enoyl-CoA
isomerase untuk mengubah konfigurasi
cis menjadi trans. Adapun mekanisme
oksidasi asam lemak tak jenuh
berlangsung sama seperti ß-oksidasi
untuk asam lemak jenuh. Karena terdapat
satu ikatan tak jenuh, maka dalam proses
degradasinya, asam lemak tak jenuh
mengalami satu mekanisme reaksi
tambahan yaitu reaksi isomerisasi bentuk
cis ke trans yang dikatalisis oleh enzim
enoyl-CoA isomerase sebagaimana
ditunjukkan pada gambar disamping.
2.2. ß Oksidasi Asam Lemak dengan
atom C ganjil
Pada asam lemak dengan jumlah atom C ganjil, setelah pengambilan acetyl-CoA (2C)
sisanya adalah residu propionyl-CoA (3C). Propionyl-CoA ini masuk ke siklus Krebs lewat
Succinyl-CoA (gambar 3.8). Dalam hal ini propionyl-CoA dikarboksilasi menjadi D-
Gambar a.2.1Oksidasi asam lemak tak jenuh
(asam oleat). Oksidasi ini membutuhkan tambahan
enzim enoyl-CoA isomerase untuk mereposisi
ikatan rangkap dari cis ke isomer trans sebagai
intermediet normal pada ß-oksidasi.
metylmalonyl-CoA, kemudian diubah menjadi Succinyl-CoA melalui intermediet L-
metylmalonyl-CoA. Jumlah energi yang dihasilkan dalam 1 siklus krebs jika masuk lewat
Succinyl-CoA hanya sebesar 6 ATP Karena masuk siklus krebs lewat Succinyl-CoA maka
degradasi asam lemak dengan atom C ganjil lebih cepat dibandingkan dengan degradasi asam
lemak dengan atom C genap. Hal ini penting untuk memberikan konsumsi pada orang atau
makhluk hidup yang membutuhkan energi dengan cepat, missal orang Eskimo.
B. Anabolisme Lipid
Hati adalah tempat penting untuk pembentukan asam lemak, lemak, keton bodi, dan
kolesterol. Meskipun jaringan adiposa juga mensintesis lemak, tetapi fungsi utamanya adalah
menyimpan lipid. Metabolisme lipid di dalam hati berkaitan erat dengan karbohidrat dan
asam amino. Dalam keadaan absorpsi, hati mengubah glukosa menjadi asam lemak melalui
Gambar a.2.2. Oksidasi asam
lemak dengan atom
C ganjil (contoh: asam
propionat dalam bentuk
Propionyl-CoA)
asetyl-CoA. Hati dapat juga mendapatkan kembali asam lemak dari suplai lipid dengan
kilomikron dari usus. Asam lemak dari kedua sumber tersebut kemudian dikonversi menjadi
lemak netral dan fosfolipid.
1. BIOSINTESIS KETON BODIES
Tujuan pembentukan keton bodies adalah: (1) untuk mengalihkan sebagian acetylCoA
yang terbentuk dari asam lemak di dalam hati dari oksidasi selanjutnya, dan (2) untuk
mengangkut acetyl-CoA menuju jaringan lain untuk dioksidasi menjadi CO2 dan H2O (salah
satu cara distribusi bahan bakar ke bagian lain dalam tubuh). Asetyl-CoA hasil degradasi
asam lemak jika konsentrasinya dalam mitokondria hati tinggi, maka dua molekul asetyl-CoA
akan berkondensasi membentuk acetoacetyl-CoA (Gambar b.1.1 reaksi 1), penambahan satu
gugus acetyl selanjutnya menghasilkan 3-hydroxy-ß-methylglutyryl-CoA(HMG-CoA)
(Gambar b.1.1 reaksi 2), dan pelepasan satu acetyl-CoA dari senyawa tersebut dihasilkan
acetoacetate (Gambar b.1.1 reaksi 3). Ketiga senyawa hasil dari reaksi 1, 2, dan 3, yaitu
acetoacetyl-CoA, 3-hydroxy-ß-methylglutyrylCoA, dan acetoacetate disebut sebagai keton
bodies. Senyawa acetoacetate dapat direduksi menjadi 3-hydroxybutirate atau diurai menjadi
acetone (Gambar b.1.1 reaksi 4).
Keton bodies selanjutnya dilepaskan hati ke darah. Dalam kondisi lapar, keton bidies
dalam darah naik. Acetoacetate dan 3-hydroxybutirate bersama asam lemak digunakan
sebagai sumber energi untuk hati, otot skeletal, ginjal dan otak. Sedangkan aceton yang tidak
diperlukan dikeluarkan melalui paru-paru. Jika produksi keton bodies melebihi
penggunaannya di luar sel hati, maka keton bodies ini akan terakumulasi dalam plasma darah
(ketonemia), dan diekskresikan bersama urin (ketonuria). Karena keton bodies adalah asam
kuat moderat dengan pKa sekitar 4, maka dapat menurunkan nilai pH plasma darah
(ketoacidosis).
Gambar b.1.1 Reaksi-reaksi pembentukan keton bodies. Reaksi 1: pembentukan acetoacetyl-
CoA. Reaksi 2: pembentukan HMG-CoA. Reaksi 3: pembentukan acetoacetate. Reaksi 4.
Pengubahan acetoacetate menjadi acetone dan d-ß-hydroxybutirate.
2. BIOSINTESIS ASAM LEMAK
Biosintesis asam lemak sangat penting, khususunya dalam jaringan hewan, karena
mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat. Proses
ini dikatalisis oleh asam lemak synthase, suatu multienzim yang berlokasi di sitoplasma.
2.1. Biosintesis Asam Lemak Jenuh
Biosintesis asam lemak jenuh dimulai dari acetyl-CoA sebagai starter. Acetyl-CoA ini
dapat berasal dari ß-oksidasi asam lemak maupun dari piruvate hasil glikolisis atau degradasi
asam amino melalui reaksi pyruvate dehydrogenase. Acetyl-CoA tersebut kemudian
ditransport dari mitokondria ke sitoplasma melalui sistem citrate shuttle untuk disintesis
menjadi asam lemak. Reduktan NADPH + H+ disuplai dari jalur hexose monophosphate
(fosfoglukonat). Gambar b.2.1 adalah bagan pengangkutan acetyl-CoA dari mitokondria ke
sitoplasma.
Gambar b.2.1 Bagan pengangkutan acetyl-CoA dari mitokondria ke sitoplasma. Pyruvate
hasil katabolisme asam amino atau dari glikolisis glukosa diubah menjadi aecetyl-CoA oleh
sistem pyruvate dehydogenase. Gugus acetyl tersebut keluar matriks mitokondria sebagai
citrate, masuk ke sitosol untuk sintesis asam lemak. Oxaloacetate direduksi menjadi malate
kembali ke matriks mitokondrion dan diubah kembali menjadi malate. Malat di sitosol
dioksidasi oleh enzim malat menghasilkan NADPH dan pyruvate. NADPH digunakan untuk
reaksi reduksi dalam biosintesis asam lemak sedangkan pyrivate kembali ke matriks
mitokondrion.
Asam lemak synthase disusun oleh dua rantai peptida yang identik yang disebut
homodimer yang dapat dilihat pada gambar b.2.1 Masing-masing dari 2 rantai peptida yang
digambarkan sebagai suatu hemispheres tersebut, mengkatalisis 7 bagian reaksi yang berbeda
yang dibutuhkan dalam sintesis asam palmitat. Katalisis reaksi multi urutan dengan satu
protein mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan beberapa enzim yang
terpisah. Keuntungan tersebut antara lain: (1) reaksi-reaksi kompetitif dapat dicegah, (2)
reaksi terjadi dalam satu garis koordinasi, dan (3) lebih efisien karena konsentrasi substrat
lokal yang tinggi, kehilangan karena difusi rendah. Enzim kompleks asam lemak synthase
bekerja dalam bentuk dimer. Tiap monomernya secara kovalen dapat mengikat substrat
sebagai tioester pada bagian gugus –SH. Ada dua gugus –SH yang masing-masing terikat
pada residu Cysteine (Cys-SH) pada ß-ketoacyl-ACPSynthase dan 4´-phosphopantetheine
(Pan-SH) (Gambar b.2.2 (B)). Pan-SH, yang mirip dengan Koenzim A (CoA-SH) (Gambar
b.2.2 (A)), diikat dalam suatu domain enzim yang disebut acyl-carrier protein (ACP). ACP
bekerja seperti tangan yang panjang yang melewatkan substrat dari satu pusat reaksi ke reaksi
berikutnya.
Gambar b.2.2 Sistem enzim kompleks asam lemak synthase yang bekerja dalam bentuk
dimer.
Aktivitas yang terlibat dalam sistem enzim kompleks asam lemak synthase
dilokasikan dalam 3 domain protein yang berbeda. Domain 1 bertanggung jawab pada
katalisis reaksi 2a, 2b, dan 3, yaitu masuknya substrat asetyl-CoA atau acyl-CoA dan
malonyl-CoA yang diikuti dengan kondensasi kedua substrat tersebut. Domain 2
mengkatalisis reaksi 4, 5, dan 6, yaitu reaksi reduksi pertama rantai perpanjangan asam
lemak, dehidratase, dan reduksi kedua. Sedangkan domain 3 atau domain tiolase
mengkatalisis pelepasan produk akhir asam lemak
setelah 7 tahap perpanjangan (reaksi 7).
Gambar b.2.3 Gugus phosphopantetheine pada ACP dan Coenzyme A
2.2. Reaksi Biosintesis asam lemak Jenuh (Asam Palmitat)
Biosintesis asam lemak jenuh, dalam hal ini sebagai pokok bahasan adalah biosintesis
asam palmitat, karena proses metabolisme sudah banyak diketahui. Reaksi ini dibagi dalam
tiga tahap, yaitu tahap aktivasi, tahap elongasi, dan tahap tiolasi atau pelepasan produk akhir.
a. Tahap aktivasi :
Acetyl-CoA dibawa masuk dari mitokondria ke sitoplasma dengan mengubahnya menjadi
sitrat oleh aktivitas enzim Sitrat sintetase (Gambar b.2.1).
Acetyl-CoA dibentuk kembali dari sitrat dalam sitoplasma dengan enzim ATPsitrat liase
(Gambar b.2.1)
karboksilasi acetyl-CoA menjadi malonylCoA sebagai molekul yang menambahkan 2 atom C
pada pemanjangan asam lemak dengan melepaskan CO2. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim
acetyl-CoA karboksilase dengan bantuan Biotin (Gambar b.2.4). CO2 yang digabungkan
dengan acetyl-CoA berasal dari HCO3- dari buffer darah.
Gambar b.2.4. Reaksi pembentukan malonyl-CoA dari acetyl-CoA yang dikatalisis oleh
enzim acetylCoA karboksilase dengan bantuan Biotin. Enzim acetyl-CoA karboksilase
mempunyai 3 daerah fungsional, yaitu: (1) biotin carrier protein, (2) biotin carboxylase, dan
(3) transcarboxylase
b. Tahap elongasi:
Reaksi pemanjangan rantai secara kontinyu dapat dilihat pada gambar b.2.3 dan b.2.4
Reaksi 1: Pembentukan acetyl-ACP sebagai starter atau molekul pemula
Transfer residu acetyl dari Acetyl-CoA ke gugus SH dari molekul ACP pada
sistem enzim kompleks asam lemak synthase merupakan reaksi pemula dalam
mekanisme biosintesis asam lemak. Kedua atom karbon ini akan menjadi atom
karbon ujung (atom karbon nomor 15 dan 16) dari asam palmitat yang terbentuk.
Reaksi ini dikatalisis oleh salah satu dari enam enzim kompleks asam lemak
synthase, Acetyl-CoA-ACP transacylase.
Reaksi 2: transfer residu acetyl ke Cys-SH dari enzim & residu malonyl ke Pan-SH dari ACP
Residu acetyl dari molekul ACP kemudian ditransfer (translokasi) ke gugus –SH
dari residu cystein pada ß-ketoacyl-ACP-Synthase (Gambar, reaksi 2a). Secara
bersamaan gugus malonyl dari malonyl-CoA dipindah ke Pan-SH dari ACP
membentuk malonyl-ACP oleh enzim malonyl-CoA- ACP-transferase (Gambar
b.2.5, reaksi 2b).
Reaksi 3: Reaksi kondensasi pembentukan acetoacetyl-S-ACP
Gugus acetyl yang diesterkan pada enzim ß-ketoacyl-ACP-Synthase ditransfer ke
atom C nomer 2 pada malonyl-ACP dengan pelepasan CO2 yang berasal dari
HCO3- (lihat Gambar b.2.5, reaksi 3 pada tahap aktivasi) oleh enzim ß-ketoacyl-
ACP-Synthase membentuk acetoacetyl-S-ACP. Dengan demikian dalam reaksi
karboksilasi acetyl-CoA, CO2 dari HCO3-tersebut memegang peran katalitik karena
dilepaskan kembali sebagai CO2.
Reaksi 4: Reaksi reduksi pertama
Acetoacetyl-S-ACP direduksi oleh NADPH membentuk D-b-
b.2.5hydroxybutyryl-ACP, yang dikatalis oleh b-ketoacyl-ACP reductase. Struktur
intermediet yang dihasilkan adalah D, bukan L. Berbeda dengan struktur isomer
selama oksidasi asam lemak, yaitu memiliki konfigurasi L (Gambar a.1.3).
Reaksi 5: Reaksi dehidratasi
D-b-hydroxybutyryl-ACP selanjutnya didehidratasi oleh enoyl-ACP hidratase
menjadi α,-trans-butenoyl-ACP atau trans- - butenoyl-ACP atau disebut
crotonyl-S-ACP
Reaksi 6 : Reaksi reduksi kedua
Trans- -2- butenoyl-ACP direduksi oleh enoyl ACP reductase menghasilkan
butyryl-ACP. NADPH digunakan sebagai reduktor pada E colidan jaringan hewan.
Pembentukan butyryl-ACP berarti menyempurnakan satu siklus dari 7 siklus dalam
pembentukan palmitoyl-ACP. Untuk memulai siklus berikutnya, dilakukan proses
translokasi, yaitu gugus butyryl dari butyryl-ACP ditransfer ke gugus–SH dari enzim b-
ketoacyl-ACP synthase. ACP kemudian diesterkan dengan gugus malonyl dari molekul-
molekul malonylCoA lain oleh malonyl-CoA-ACP transferase. Kemudian siklus diulang,
yang mana pada tahap berikutnya kondensasi malonyl-ACP dengan butyryl-b-ketoasyl-ACP
synthase menghasilkan b-ketohexanoyl-ACP dan CO2. Setelah 7 siklus dihasilkan palmitoyl-
ACP sebagai produk akhir dari sistem enzim kompleks asam lemak synthase .
c. Tahap tiolasi:
Reaksi 7 : Pelepasan asam palmitat
Palmitoyl-ACP dapat dilepaskan menjadi asam palmitat bebas oleh kerja enzim
palmitoyl thioesterase (Domain 3) (Gambar 3.16.B), atau ditransfer dari ACP ke
CoA atau digabungkan secara langsung ke asam fosfatidat dalam jalur yang
menuju fosfolipid dan triasilgliserol.
Gambar b.2.5 Urutan tahap-tahap reaksi dalam biositesis asam lemak (asam palmitat)
Pada kebanyakan organisme, sistem enzim kompleks asam lemak synthase berhenti
pada produk asam palmitat dan tidak menghasilkan asam stearat. Hal ini karena: (1) spesifitas
panjang rantai maksimum yang dapat diakomodasi oleh sistem enzim kompleks asam lemak
synthase adalah gugus tetradecanoyl (C14), gugus hexadecanoyl (C16) tidak diterima oleh
sistem ini; (2) palmitoyl-CoA merupakan penghambat feedback sistem enzim kompleks asam
lemak synthase.
Reaksi keseluruhan dari reaksi biosintesa asam palmitat yang dimulai dari asetil-CoA adalah:
Jika dibandingkan dengan reaksi ß-oksidasi asam palmitat adalah:
14 olekul NADPH + 14H+ diperlukan pada biosintesis asam palmitat bersumber dari:
2.3. Biosintesis Asam Lemak Jenuh dengan jumlah atom C ganjil
Asam lemak dengan jumlah atom C ganjil banyak terdapat pada organisme laut. Asam
lemak ini juga disintesis oleh sistem enzim kompleks asam lemak synthase. Sintesisnya
dimulai dari molekul propionyl-ACP bukan acetyl-ACP. Penambhahan 2 atom C dilakukan
melalui kondensasi dengan malonyl-ACP, sama pada biosintesis asam lemak jenuh beratom
C genap.
Dari uraian tentang jalur ß-oksidasi asam lemak (katabolisme) dan biosintesis asam
lemak (anabolisme) terdapat lima perbedaan yang dapat diamati (gambar b.2.6), yaitu:
a. Lokasi intraseluler: ß-oksidasi terjadi di mitokondrion, biosintesis di sitoplasma
b. Tipe pembawa gugus acyl: dalam ß-oksidasi adalah CoA, dalam biosintesis adalah ACP
c. Dalam ß-oksidasi asam lemak sebagai akseptor elektron (oksidator) adalah FAD,
sedangkan dalam biosintesis asam lemak NADPH sebagai donor elektron (reduktor)Se
d. nyawa intermediet yang terbentuk pada reaksi hidratasi mempunyai konfigurasi L, pada
reaksi dehidrasi dalam biosintesis asam lemak senyawa intermedietnya mempunyai
konfigurasi D
e. Malonyl-CoA berperan sebagai prekursor penambahan unit C2 dalam biosintesis asam
lemak, sedangkan dalam ß oksodasi pengurangan unit C2 dalam bentuk acetyl-CoA.
Selain kelima perbedaan di atas, pada ß-oksidasi dihasilkan energi sedangkan pada
biosintesis asam lemak diperlukan energi.
Gambar b.2.6. Perbedaan antara jalur ß-oksidasi asam lemak dan biosintesis asam lemak. Ada
lima pokok perbedaannya, yaitu: (1) lokasinya, (2) pembawa gugus acyl, (3) akseptor/donor
elektron, (4) stereokimia reaksi hidrasi/dehidrasi, dan (5) Bentuk unit C2 yang
dihasilkan/didonorkan.
2.4. Biosintesis Asam Lemak setelah Asam Palmitat
Sistem enzim kompleks asam lemak synthase hanya mampu mensintesis asam lemak
dengan jumlah atom C maksimum 16. Untuk sintesis asam lemak yang beratom C lebih dari
16 digunakan asam palmitat sebgai precursor. Proses ini disebut elongasi asam lemak jenuh,
yang dapat terjadi di mitokodria dan mikrosom (retikulum endoplasma).
a. Elongasi asam lemak jenuh di mitokondria
Di dalam mitokondrion penambahan 2 atom C dengan acetyl-CoA pada ujung
karboksilat (dan bukan dengan malonyl-ACP seperti yang digunakan dalam proses de
novo biosintesis palmitat). Proses elongasi palmitat menjadi stearat (C18:0) mengikuti
reaksi seperti pada ß-oksidasi, dengan urutan reaksi seperti pada gambar 3.19. Untuk
reaksi reduksi pertama dan kedua digunakan NADPH bukan NADH.
Gambar b.2.7. Reaksi elongasi palmitoyl-CoA dengan satu molekul acetyl menghasilkan
steroyl-CoA Enoyl-CoA
b. Elongasi asam lemak jenuh di mikrosom
Di dalam mikrosom mekanisme elongasi asam lemak jenuh identik dengan yang terjadi
pada biosintesis asam palmitat, yaitu penambahan 2 atom C dengan malonyl-CoA,
kemudian diikuti dengan reduksi 1, dehidratasi, dan reduksi 2 untuk menghasilkan
stearoyl-CoA.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dari asam palmitan merupakan asam lemak
yang diproduksi oleh tubuh dan selanjutnya mengalami proses elongasi untuk membentuk
asam lemak yang lain. Berikut bagannya
Gambar b.2.8. Rute sintesis asam-asam lemak lainnya. Asam palmitat diguanakan sebagai
procursor sistesis asam-asam lemak berantai panjang jenuh melalui proses elongasi atau
sintesis monoenoat palmitoleate dan oleat melalui proses desaturasi. Mamalia tidak dapat
mengubah oleate menjadi linoleate atau linolenate. Oleh karena itu dalam dietnya disebut
sebagai asam lemak esensial. Linoleate selanjutnya dapat diubah menjadi asam lemak
polienoat. Makna angka 18:1, yaitu : angka didepan (18) menunjukkan jumlah atom C asam
lemak, sedangkan angka dibelakangnya (1) menunjukkan jumlah ikatan rangkap
Jika dalam proses pembuatan asam lemak terdapat perubahan dari asam lemak jenuh
menjadi tak jenuh maka akan melalui reaksi desaturasi yang dikatalisis oleh asam lemak-CoA
desaturase. Pada vertebrata atau organisme aerobik, 1 molekul O2 digunakan sebagai akseptor
2 pasang elektron, yaitu 1 pasang berasal dari substrat asam-lemak-CoA dan 1 pasang berasal
dari NADPH. Transfer elektron dalam reaksi kompleks ini merangkai reaksi transport
elektron dalam mikrosom yang membawa elektron dari NADPH ke Cyt b5 melalui Cyt b5
reductase (Gambar b.2.9).
Gambar b.2.9 Transfer elektron dalam reaksi denaturasi asam lemak yang terjadi pada reticulum
endoplasma vertebrata.
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu
3.2. Saran
Adapun kesimpulan dari saran ini yaitu