24
METABOLISME AIR I. Pendahuluan Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi. II. Air dan Elektrolit II.1. Air Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan. 2 Hal ini terlihat pada tabel berikut : 1 Metabolisme Air

Metabolisme Air

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Metabolisme Air

METABOLISME AIR

I. Pendahuluan

Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan

suspensi sel di dalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang

memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi

fluida ekstraselular, termasuk plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat

ditemukan pada spasi jaringan (bahasa Inggris: tissue space, interstitial space).

Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter cairan tubuh untuk nutrisi sel dan

pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh dikeluarkan melalui air seni.

Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan akhirnya dehidrasi.

II. Air dan Elektrolit

II.1. Air

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat berubah

tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada bayi usia < 1 tahun

cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1 tahun mengandung air

sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan seseorang persentase jumlah cairan terhadap

berat badan berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan,

sedangkan pada wanita dewasa 50 % berat badan.2 Hal ini terlihat pada tabel berikut :

Tabel.1 Perubahan cairan tubuh total sesuai usia

Usiailog Be rat (%)

1 Metabolisme Air

Page 2: Metabolisme Air

II.2. Elektrolit

Elektrolit adalah molekul anorganik terlarut yang berperan sebagai ion dalam konduksi

aliran listrik.1 Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.

Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah kation dan

anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).3

Kation

Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama

dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa terdapat di dinding sel

tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.

Anion

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-),

sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO43-).

Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama

maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler tetapi tidak

mencerminkan komposisi cairan intraseluler.3

a. Natrium

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan di

dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter.4 Kadar

natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:

- Left atrial stretch reseptor

- Central baroreseptor

- Renal afferent baroreseptor

- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)

- Atrial natriuretic factor

- Sistem renin angiotensin

- Sekresi ADH

- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat

berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat

58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).5 Natrium dapat bergerak

cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila

tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan terbatas maka

akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium

2 Metabolisme Air

Page 3: Metabolisme Air

dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan

cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume plasma tetap

tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi. 5

b. Kalium

Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting

di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh sekitar

53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat berpindah

adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel.5

Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.

Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi

kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter. 6

c. Kalsium

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan

lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake,

besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-

kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, da hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan

didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.5

d. Magnesium

Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk pertumbuhan +10

mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces. 5

e. Karbonat

Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil akhir

daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali

bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan

sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa.5

Non elektrolit

Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat

lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.3

3 Metabolisme Air

Page 4: Metabolisme Air

Gambar 1. Susunan Kimia Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler5

Diambil dari Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2:56

III. Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit

III.1. Karakteristik air dalam fisiologi

Air adalah senyawa esensial untuk semua makhluk hidup dan mempunyai beberapa

karakteristik fisiologik:

- Media utama pada reaksi intrasel

- Diperlukan oleh sel untuk mempertahankan kehidupan. Hampir semua reaksi

biokimia tubuh terjadi dalam media air, sehingga dapat dikatakan bahwa air

merupakan pelarut untuk kehidupan.

- Pelarut terbaik untuk solut polar dan ionik.

- Media transpor pada sistem sirkulasi, ruang di sekitar sel (ruang intravaskuler,

interstisium), dan intra sel

- Mempunyai panas jenis, panas penguapan, dan daya hantar panas yang tinggi

sehingga berperan penting dalam pengaturan suhu tubuh.1

4 Metabolisme Air

Page 5: Metabolisme Air

III.2. Jumlah Cairan Tubuh

Total body water (air tubuh total) dapat ditentukan melalui beberapa perhitungan yang

menerapkan teknik dilusi dengan menggunakan berbagai zat seperti duterium, tritium, dan

antipirin. Penentuan jumlah cairan ekstrasel biasanya diukur secara langsung akan tetapi

lebih sulit dibandingkan pengukuran air tubuh total. Hal ini disebabkan bahan yang

digunakan dalam proses dilusi harus hanya terdapat pada cairan ekstrasel dan tersebar pada

seluruh kompartemen ekstrasel.1

Beberapa cara mengukur kompatemen cairan tubuh, yaitu:1

a. Pengukuran cairan kompartemen tubuh berdasarkan konsentrasi suatu zat di dalam

kompartemen:

Konsentrasi zat = jumlah zat disuntikan

volume distribusi

b. Dalam melakukan pengukuran jumlah air di kompartemen, perlu dilakukan perhitungan

(koreksi) zat zat yang dieskresikan dalam kurun waktu yang dibutuhkan oleh zat tersebut

sejak disuntikkan dan terdistribusi ke dalam kompatemen.

Vd : Jumlah zat disuntikan−Jumlah diekskresikan

Konsentrasi setelah ekuilibrium

c. Untuk mengukur volume cairan kompartemen, diperhitungkan zat tertentu yang

terdistribusi dengan sendirinya di dalam kompartemen. Sementara pengukuran volume

kompartemen yang tidak mengandung zat tertentu, dilakukan dengan melakukan

pengurangan.1

5 Metabolisme Air

Page 6: Metabolisme Air

- Untuk mengukur jumlah total air tubuh (total body water, TBW) dibubuhkan zat

deuterium atau disebut deuterated water (D2O), tritium atau disebut tritiated water

(THO), dan antipirin.

- Volume ekstraseluler (extracellular fluid volume, ECFV) diukur dengan melakukan

pemberian label dengan inulin, sukrosa, mannitol dan sulfat.

- Volume plasma (plasma volume, PV) diukur dengan melakukan pemberian label

radioaktif, yaitu radiolabeled albumin atau zat warna biru Evans (Evans blue dye yang

berikatan dengan albumin).

- Volume intraselular (intracellular fluid volume, ICFV) diukur dengan melakukan

substraksi :

ICF = TBW – ECFV

- Volume cairan interstisium (interstitial fluid volume, ISFV) diukur dengan melakukan

substraksi :

ISFV = ECFV - PV

Jumlah cairan tubuh total kurang lebih 55-60% dari berat badan dan persentase ini

berhubungan dengan jumlah lemak dalam tubuh, jenis kelamin dan umur. Pengaruh terbesar

berhubungan dengan jumlah lemak tubuh. Kandiungna air di dalam sel lemak lebih rendah

dibandingkan kandungan air dalam sel otot, sehingga cairan tubuh total pada orang yang

gemuk lebih rendah dari mereka yang tidak gemuk. Pada bayi dan anak, persentase cairan

tubuh total lbih besar dibanding dengan orang dewasa dan akan menurun sesuai dengan

pertambahan usia. Pada bayi prematur jumlah cairan tubuh total sebesar 70-75% dari berat

badan, sedangkan pada bayi normal dan pada orang dewasa sebesar 55-60% dari berat badan.

Kadar lemak pada wanita umumnyalebih bayak dibadning dengan pria, sedangkan kadar air

pada pria lebih besar dari pada wanita. Makin tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya

meningkat sedngkan jumlah airnya makin berkurang. 1

6 Metabolisme Air

Page 7: Metabolisme Air

Bila diperkirakan sekitar 55% berat tubuh merupakan air, maka perhitungan cairan

tubuh total menggunakan rumus :

Jumlah total air tubuh (L) = Berat badan (Kg) x 55%

Perhitungan ini hanya berlaku untuk individu dalam keadaan keseimbagnan air tubuh

normal. Untuk orang dewasa obesitas hasil penghitungan rumus ini dikurangi 10%,

sedangkan untuk orang kurus ditambahkan 10%.

Pada keadan dehidrasi berat, air tubuh total berkurang sekitar 10% maka pada

keadaan dehidrasi berat air tubuh total dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah air total tubuh (L) = 0,9 x Berat badan (Kg) x 55%

Perhitungan di atas tidak dapat digunakan pada keadaan edema karena kemungkinan

kesalahan sangat besar.

3,3. Distribusi Cairan Tubuh

Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan

kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi

cairanintravaskular dan intersisial.6

Cairan intraselular

Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang dewasa,

sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular (sekitar 27 liter rata-rata

untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya

setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.6

Cairan ekstraselular

7 Metabolisme Air

Page 8: Metabolisme Air

Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif cairan

ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar setengah dari cairan

tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular

menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter

pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg.6

Cairan ekstraselular dibagi menjadi6 :

Cairan Interstitial

Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12 liter pada

orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial. Relatif terhadap ukuran

tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang

dewasa.6

Cairan Intravaskular

Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya volume plasma).

Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6L dimana 3 liternya merupakan plasma,

sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan platelet.6

Cairan transeluler

Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti serebrospinal,

perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Pada keadaan

sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak

dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.6

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan,

luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun perioperatif, dapat

menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan tersebut tidak dikoreksi secara

adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka resiko penderita menjadi lebih besar.2

Cairan ekstrasel berperan sebagai :

8 Metabolisme Air

Page 9: Metabolisme Air

- Pengantar semua keperluan sel (nutrien, oksigen, berbagai ion, trace mierals, dan

regulator hormon/molekul).

- Pengangkut CO2 sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah mengalami

detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.1

Diagram 1. Distribusi cairan tubuh

3.4 Pergerakan Cairan Tubuh

Pergerakan cairan tubuh (hidrodinamik) mencakup penyerapan air di usus, masuk ke

pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Pada pembuluh kapiler, air mengalami filtrasi

ke ruang interstisium dan selanjutnya masuk ke dalam sel melalui proses difusi, sebaliknya

air dari dalam sel keluar kembali ke ruang interstisium dan masuk ke pembuluh darah.1

Pergerakan air juga meliputi filtrasi air di ginjal (sebagian kecil dibuang sebagai urin),

ekskresi air ke saluran cerna sebagai liur pencernaan (umumnya diserap kembali) serta

pergerakan air ke kulit dan saluran nafas yang keluar sebagai kerinat dan uap air. Pergerakan

cairan tersebut bergantung kepada tekanan hidorostatik dan osmotik.1

3.5 Perubahan cairan tubuh

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1. Perubahan volume

9 Metabolisme Air

Page 10: Metabolisme Air

a. Defisit volume

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang paling

umum terjadi pada pasien bedah. Penyebab paling umum adalah kehilangan cairan di

gastrointestinal akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula. Penyebab

lainnya dapat berupa kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi

jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar. Keadaan akut, kehilangan cairan yang

cepat akan menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada

kehilangan cairan yang lambat lebih dapat ditoleransi sampai defisi volume cairan

ekstraselular yang berat terjadi.10

Dehidrasi

Dehidrasi sering dikategorikan sesuai dengan kadar konsentrasi serum dari natrium

menjadi isonatremik (130-150 mEq/L), hiponatremik (<139 mEq/L) atau hipernatremik

(>150 mEq/L). Dehidrasi isonatremik merupakan yang paling siring terjadi (80%), sedangkan

dehidrasi hipernatremik atau hiponatremik sekitar 5-10% dari kasus.16

Dehidrasi Isotonis (isonatremik) terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama dengan

konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium besarnya relatif sama

dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen ekstravaskular.16

Dehidrasi hipotonis (hiponatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan

kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis). Secara garis besar

terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang hilang. Karena kadar

natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah ke kompartemen

ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular.16

Dehidrasi hipertonis (hipernatremik) terjadi ketika kehilangan cairan dengan

10 Metabolisme Air

Page 11: Metabolisme Air

kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis). Secara garis besar

terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar

natrium tinggi, air di kompartemen ekstraskular berpindah ke kompartemen intravaskular,

sehingga meminimalkan penurunan volume intravaskular.16

Tabel.2 Tanda-tanda klinis dehidrasi16

Tabel. 3 Derajat dehidrasi16

Terapi untuk dehidrasi (rehidrasi) dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan

cairan untuk rumatan, defisit cairan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung.

Beberapa pendekatan terangkum dalam tabel 5.18

11 Metabolisme Air

Page 12: Metabolisme Air

Tabel.4 Pendekatan pada masalah cairan dan elektrolit18

Tabel.5 Rumatan cairan menurut rumus Holliday-Segar16

Strategi untuk rehidrasi adalah dengan memperhitungkan defisit cairan, cairan rumatan

yang diperlukan dan kehilangan cairan yang sedang berlangsung disesuaikan . Cara

rehidrasi17 :

1. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel 4 di atas), banyak cairan yang diberikan (D) =

derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc

2. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan (untuk dewasa 40 cc/kgBB/24 jam atau

rumus holliday-segar seperti untuk anak-anak)

3. Pemberian cairan :

a. 6 jam I = ½ D + ¼ M atau 8 jam I = ½ D + ½ M (menurut Guillot18)

b. 18 jam II = ½ D + ¾ M atau 16 jam II = ½ D + ½ M (menurut Guillot 18)

b. Kelebihan volume

Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat iatrogenik

(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan NaCl ataupun

pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan kelebihan air) ataupun dapat sekunder

akibat insufisiensi renal (gangguan pada GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif.9,10

12 Metabolisme Air

Page 13: Metabolisme Air

Kelebihan cairan intaseluler dapat terjadi jika terjadi kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl

tetap atau berkurang.11

2. Perubahan konsentrasi

Hiponatremia

Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi,

iritabilitas, lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul

gejala kejang, koma. Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi

psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space losses,

diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat diterapi dengan restriksi cairan

(Na+ ≥ 125 mg/L) atau NaCl 3% sebanyak (140-X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5

mg/kg.12 Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara perlahanlahan,

sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk menghitung Na serum yang

dibutuhkan dapat menggunakan rumus19 :

Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)

Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan

Na0 = Na serum yang aktual

TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)

Hipernatremia

Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental,

letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh kehilangan cairan (diare,

muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium

berlebihan. Terapi keadaan ini adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air

sebanyak

{(X-140) x BB x 0,6}: 140.12

Hipokalemia

Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi akut kalium dari

cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan kronis kadar total kalium tubuh.

Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen

melebar, ST segmen depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi

glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis,

13 Metabolisme Air

Na= Na1 – Na0 x TBW

Page 14: Metabolisme Air

hipomagnesemia, obat-obatan), infus potasium klorida sampai 10 mEq/jam (untuk mild

hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40 mEq/jam dengan monitoring

oleh EKG (untuk hipokalemia berat;<2mEq/L disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang

hebat).14

Rumus untuk menghitung defisit kalium18 :

K = kalium yang dibutuhkan

K1 = serum kalium yang diinginkan

K0 = serum kalium yang terukur

BB = berat badan (kg)

Hiperkalemia

Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi renal atau obat

yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan

gejalanya terutama melibatkan susunan saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem

kardiovaskular (disritmik, perubahan EKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa

intravena kalsium klorida 10% dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10

menit, atau diuretik, hemodialisis.14

3. Perubahan komposisi

Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)

Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk menurunkan

ventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut merupakan akibat dari ventilasi yang

tidak adekuat termasuk obstruksi jalan nafas, atelektasis, pneumonia, efusi pleura, nyeri dari

insisi abdomen atas, distensi abdomen dan penggunaan narkose yang berlebihan.

Manajemennya melibatkan koreksi yang adekuat dari defek pulmonal, intubasi endotrakeal,

dan ventilasi mekanis bila perlu. Perhatian yang ketat terhadap higiene trakeobronkial saat

post operatif adalah sangat penting. 10,14

Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)

Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan ventilasi yang

dibantu. Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum normal, dan alkalosis terjadi sebagai

hasil dari penurunan PaCO2 yang cepat. Terapi ditujukan untuk mengkoreksi masalah yang

14 Metabolisme Air

K = K1 – K0 x 0,25 x BB

Page 15: Metabolisme Air

mendasari termasuk sedasi yang sesuai, analgesia, penggunaan yang tepat dari ventilator

mekanik, dan koreksi defisit potasium yang terjadi.10,14

Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)

Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau kehilangan

bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal, diare, fistula usus kecil,

diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat. Kompensasi awal yang terjadi adalah peningkatan

ventilasi dan depresi PaCO2. Penyebab paling umum adalah syok, diabetik ketoasidosis,

kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunan metanol. Terapi sebaiknya ditujukan

terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi bikarbonat hanya diperuntukkan bagi

penanganan asidosis berat dan hanya setelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.10,14

Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)

Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan bikarbonat dan

diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi pada pasien bedah adalah

hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume ekstraselular. Terapi yang digunakan adalah

sodium klorida isotonik dan penggantian kekurangan potasium. Koreksi alkalosis harus

gradual selama perode 24 jam dengan pengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang

sering.10,14

DAFTAR PUSTAKA

15 Metabolisme Air

Page 16: Metabolisme Air

1. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa, Fisiologi, Patofisiologi,

Diagnosis, dan Tatalaksana. Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan

Keprofesioan Berkelanjutan. FKUI. 2007

3. Heitz U, Horne MM. Fluid, electrolyte and acid base balance. 5th ed. Missouri:

Elsevier-mosby; 2005.p3-227

4. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi intensif FK

Undip: Semarang; 2004: 1-60.

5. Holte K, Kehlet H. Compensatory fluid administration for preoperative

dehydrationdoes it improve outcome? Acta Anaesthesiol Scand. 2002; 46: 1089-93

6. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J.Anaesh.

2003;47(5):380-387.

10. Mayer H, Follin SA. Fluid and electrolyte made incredibly easy. 2nd ed.

Pennsylvania: Springhouse; 2002:3-189.

11. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK. Handbook of clinical anesthesia. 5th

ed.Philadelphia: Lippincot williams and wilkins; 2006: 74-97.

14. Graber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Ed.2. Farmedia; 2003: 17-40.

16. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york:

McGraw-Hill; 1999:53-70.

17. Fakultas Kedokteran Unpad. Protokol Tindakan Bedah. Bandung. 2003

18. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [serial online] 2006 Mar (Diakses

tanggal 21 Januari 2009).

Tersedia dari: URL: http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.

16 Metabolisme Air