14
1 PROSEDUR PENJAHITAN LUKA I. LATAR BELAKANG Penjahitan luka merupakan salah satu keterampilan terapetik dengan level kompetensi 3, yaitu pernah melakukan atau menerapkan di bawah supervisi. Artinya seorang lulusan dokter harus memiliki pengetahuan teoretis mengenai keterampilan (baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya) dan pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi. Namun, pada situasi dan kondisi tertentu, keterampilan ini diharapkan dapat dilakukan secara mandiri, terutama di daerah kepulauan yang sulit dijangkau. Oleh sebab itu, pada blok keterampilan medik 4 ini disertakan prosedur penjahitan luka agar mahasiswa dapat mempelajari dan melatih teknik tersebut agar dapat diterapkan. Teknik menjahit yang didemonstrasikan pada latihan ini adalah jahit luka sederhana yaitu simple interrupted pada luka sederhana. Namun, diharapkan mahasiswa dapat melatih teknik lainnya dengan prinsip dasar yang telah diketahui. II. TUJUAN Tujuan Umum Setelah mengikuti latihan skill lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan prosedur menjahit luka. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa dapat melakukan persiapan alat dan bahan untuk menjahit luka. 2. Mahasiwa dapat mengenal nama dan fungsi serta cara memegang alat menjahit luka. 3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip menjahit luka. 4. Mahasiswa dapat menjahit luka sederhana dengan benar. III. TEORI Prinsip menutup luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit adalah sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan sebagai barier terhadap invasi bakteri patogen. Pada luka, fungsi ini menurun karena proses inflamasi atau bahkan hilang sama sekali sehingga perlu dilakukan penutupan luka untuk membantu mengembalikan fungsi ini, misalnya dengan menjahit luka. Sebelum mengetahui cara menjahit luka, perlu diketahui anatomi kulit dan area di bawah kulit yang terdiri dari: 1. Epidermis 2. Dermis (Jaringan ikat fibrosa dan pembuluh darah) 3. Jaringan Subkutaneus (Lemak dan jaringat pengikat) 4. Fasia (Jaringan pembungkus otot) 5. Otot 6. Periosteum 7. Tulang Luka adalah keadaan hilangnya/ terputusnya kontinuitas jaringan. Luka dapat terjadi karena berbagai sebab. Oleh sebab itu, terdapat berbagai jenis luka seperti: Ekskoriasi atau luka lecet atau gores; o cedera pada permukaan epidermis. Vulnus Scissum; Luka sayat atau luka iris; o Tepi luka lurus dan beraturan akibat benda tajam. Panjang luka lebih besar dibanding kedalaman luka).

Menjahit Luka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik Menjahit luka dengan berbagai teknik menjahit, mulai dari simple interuptus, matras vertikal, matras horisontal, jelujur dan jelujur interlocking.

Citation preview

1  

 

PROSEDUR PENJAHITAN LUKA

I. LATAR BELAKANG Penjahitan luka merupakan salah satu keterampilan terapetik dengan level kompetensi 3, yaitu pernah

melakukan atau menerapkan di bawah supervisi. Artinya seorang lulusan dokter harus memiliki pengetahuan teoretis mengenai keterampilan (baik konsep, teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi dan sebagainya) dan pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi. Namun, pada situasi dan kondisi tertentu, keterampilan ini diharapkan dapat dilakukan secara mandiri, terutama di daerah kepulauan yang sulit dijangkau. Oleh sebab itu, pada blok keterampilan medik 4 ini disertakan prosedur penjahitan luka agar mahasiswa dapat mempelajari dan melatih teknik tersebut agar dapat diterapkan. Teknik menjahit yang didemonstrasikan pada latihan ini adalah jahit luka sederhana yaitu simple interrupted pada luka sederhana. Namun, diharapkan mahasiswa dapat melatih teknik lainnya dengan prinsip dasar yang telah diketahui. II. TUJUAN Tujuan Umum

Setelah mengikuti latihan skill lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan prosedur menjahit luka. Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan persiapan alat dan bahan untuk menjahit luka. 2. Mahasiwa dapat mengenal nama dan fungsi serta cara memegang alat menjahit luka. 3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip menjahit luka. 4. Mahasiswa dapat menjahit luka sederhana dengan benar.

III. TEORI Prinsip menutup luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga penyembuhan berlangsung optimal. Fungsi kulit adalah sebagai sarana pengatur penguapan cairan tubuh dan sebagai barier terhadap invasi bakteri patogen. Pada luka, fungsi ini menurun karena proses inflamasi atau bahkan hilang sama sekali sehingga perlu dilakukan penutupan luka untuk membantu mengembalikan fungsi ini, misalnya dengan menjahit luka. Sebelum mengetahui cara menjahit luka, perlu diketahui anatomi kulit dan area di bawah kulit yang terdiri dari:

1. Epidermis 2. Dermis (Jaringan ikat fibrosa dan pembuluh darah) 3. Jaringan Subkutaneus (Lemak dan jaringat pengikat) 4. Fasia (Jaringan pembungkus otot) 5. Otot 6. Periosteum 7. Tulang

Luka adalah keadaan hilangnya/ terputusnya kontinuitas jaringan. Luka dapat terjadi karena berbagai sebab. Oleh sebab itu, terdapat berbagai jenis luka seperti:

• Ekskoriasi atau luka lecet atau gores; o cedera pada permukaan epidermis.

• Vulnus Scissum; Luka sayat atau luka iris; o Tepi luka lurus dan beraturan akibat benda tajam. Panjang luka lebih besar dibanding

kedalaman luka).

2  

 

• Vulnus Laceratum atau luka robek; o Tepi luka tidak beraturan dan compang-camping

• Vulnus punctum atau luka tusuk o kedalaman luka lebih besar dibanding panjang luka, akibat benda runcing

• Vulnus morsum, luka akibat gigitan hewan. • Vulnus combutio, luka bakar.

Luka secara fisiologis akan mengalami penyembuhan dengan melewati beberapa fase yaitu:

• Fase Hemostasis dan Inflamasi (lag phase) berlangsung sampai hari ke-5 setelah luka. • Fase Proliferasi/Fibroplasia berlangsung hari ke-6 hingga 3 minggu. • Fase Pematangan dapat berlangsung berbulan-bulan dan berakhir bila tanda radang sudah hilang.

Penyembuhan luka dapat terjadi secara:

• Per primam. Penyembuhan terjadi segera setelah luka ditautkan misalnya dengan jahitan. Didapatkan bila luka bersih, tidak terinfeksi dan dijahit dengan baik

• Per sekundam. Luka dibiarkan terbuka dan terjadi penutupan dengan jaringan granulasi. Penyembuhan lebih kompleks dan lama.

• Per tertiam. Cara ini dipilih bila luka terkontaminasi, kotor atau terinfeksi. Dilakukan debridement luka lalu dibiarkan terbuka sebelum dijahit. Penjahitan biasanya ditunda 4 – 6 hari setelah diyakini bersih. Penanganan luka sebaiknya diawali dengan anamnesis mengenai kapan terjadinya luka, di mana dan

bagaimana luka itu bisa terjadi, terkena benda apa, untuk memperkirakan kemungkinan kontaminasi dan menentukan apakah luka akan ditutup secara primer atau dibiarkan terbuka. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan luka yaitu lokasinya, perlu diperiksa kemungkinan adanya cedera struktur yang lebih dalam. Untuk menyingkirkan kemungkinan tersebut, dilakukan eksplorasi luka termasuk menemukan benda asing dan jaringan mati.

Setelah eksplorasi, dilanjutkan dengan tindakan asepsis, mensucihamakan luka dan daerah sekitar luka dengan larutan antiseptik (misalnya povidon yodium). Luka kemudian diirigasi untuk menyingkirkan benda asing dan jaringan mati, dapat dilakukan dengan larutan garam fisiologis. Perlu diperhatikan jaringan mati atau tepi luka yang compang-camping, dipotong hingga berdarah untuk mempercepat penyembuhan dan bila perlu dijahit. Setelah dibersihkan, luka diberi antiseptik. Pembalutan luka berguna sebagai:

• Pelindung terhadap penguapan dan infeksi • Mengupayakan lingkungan yang bsik bagi luka dalam proses penyembuhan. Menciptakan

kelembaban, kompres dan menyerap eksudat dan produk lisis jaringan (adsorben). • Sebagai fikassi, mengurangi pergerakan tepi luka sampai pertautan terjadi. • Efek penekanan, mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.

Pertimbangan dalam menutup membalut luka sangat bergantung pada penilaian kondisi luka. Luka

sayat yang bersih berukuran kecil yang dapat melewati proses penyembuhan per primam tidak memerlukan pembalut. Luka luas dengan kehilangan kulit atau disertai eksudat dan produk lisis jaringan memerlukan penggantian balutan sampai 5-6 kali sehari. Berikut ini, prinsip dasar menjahit luka:

• Meminimalkan kontaminasi bakteri • Membersihkan benda asing dan jaringan nekrotik • Menghentikan perdarahan

3  

 

• Perlakuan terhadap jaringan • Menjahit luka dengan tegangan yang sesuai • Menghilangkan ruang mati

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer. Sedangkan luka terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persecundam atau per tertiam. Alat yang digunakan untuk menjahit yaitu:

• Instrumen pemotong, yaitu pisau bedah/skalpel dan gunting. Skalpel digunakan untuk menyayat atau insisi permukaan kulit. Cara memegangnya ada dua yaitu eksternal dan internal seperti memgang pensil. Gunting memiliki empat jenis berbeda tergantung fungsinya. Gunting Mayo untuk memotong struktur yang liat seperti fasia dan tendon. Gunting Metzenbaum untuk memotong jaringan. Gunting runcing untuk mendiseksi lebih cermat dan rapi. Gunting balutan untuk memotong benang atau kain pembalut. Cara memgangnya yaitu, ibu jari dimasukkan pada satu cincin. Jari manis pada cincin lainnya. Jari telunjuk pada persilangan kedua belah pisau gunting. Posisi tangan supinasi. Gunting dapat diletakkan di telapak tangan.

• Instrumen pemegang, yaitu pinset, klem dan pemegang jarum (needle holder) Pinset sirurgis (bergerigi) untuk memgang jaringan subkutis, otot dan fasia saat mendiseksi

atau menjahit. Pinset anatomis (tidak bergerigi) untuk memegang jaringan yang mudah robek seperti mukosa.

Klem penggenggam (Kocher) untuk memegang kulit juga pembuluh darah sehingga dapat ditarik dan tidak mudah robek. Klem hemostat (Pean) dengan gigi lebih halus untuk menghentikan perdarahan. Terdapat pula klem arteri berujung melengkung untuk menjepit pembuluh darah dan membuat simpul yang jauh di dalam luka. Klem Mosquito untuk kecermatan tinggi, lebih kecil dan melengkung.

Needle holder untuk memegang jarum. Mirip klem, namun ujung bilah lebih pendek, lebar dan kokoh.

• Instrumen penarik Retraktor banyak dipakai untuk menyisihkan jaringan yang menghalangi gerakan dan

memberikan pemaparan yang lebih baik. Biasanya digunakan pada operasi dengan area operasi yang dalam dan sulit dicapai.

• Instrumen penghisap Untuk perdarahan yang banyak untuk bedah minor, biasanya berujung Frazier dengan

diameter yang lebih kecil. Terdapat beberapa jenis jahitan yaitu:

1. JAHITAN KULIT a. Jahitan interrupted terbagi 2 yaitu:

i. Jahitan simpel interrupted (jahitan satu demi satu/simpul tunggal). Teknik yang paling sering digunakan. Keuntungannya, bila benang putus hanya satu tempat yang terputus.

Kerugiannya, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakannya. Semakin dekat jarak jahitan, semakin baik bekas luka setelah penyembuhan.

4  

 

1. Jahitan matras, terbagi 2, yaitu: o Matras vertikal Keuntungannya luka tertutup rapat sampai ke dasar luka sehingga dapat dihindari terjadinya rongga dalam luka. Jahitan ini memberikan eversi tepi luka yang baik.

5  

 

o Matras horizontal Memberikan eversi tepi luka yang baik, tetapi kadang tidak memberikan pertautan tepi luka yang baik. Sangat baik dalam mencegah perdarahan pada luka, tetapi dapat menyebabkan strangulasi jika tegangannya terlalu kuat. Biasanya untuk fasia dan aponeurosis. Tidak boleh digunakan untuk lemak subkutis karena membuat kulit di atasnya terlihat bergelombang

6  

 

a. Jahitan continue terbagi 2 yaitu: 1. Jahitan running suture, simple continues, continues over and over atau jelujur. Biasanya digunakan jika tepi luka cenderung mengalami eversi Digunakan satu benang untuk seluruh panjang luka agar pengerjaannya cepat Kerugiannya, bila ada benang yang putus, seluruh panjang luka dapat terbuka Tidak untuk luka terinfeksi kerena menghambat pengeluaran pus atau darah

7  

 

2. Jahitan interlocking Memberikan eversi luka yang baik Tegangan pada kulit lebih kurang dibanding pada jahitan jelujur biasa

8  

 

b. Jahitan dengan stepler (skin steples) 1. JAHITAN SUBKUTIS Meminimalkan penetrasi jarum pada kulit Memberikan hasil dengan kosmetik yang baik Biasa digunakan pada pasien yang cenderung terbentuk keloid a. Jahitan continues Jahitan terusan subkutikuler atau intradermal. Untuk kosmetika yang baik setelah luka sembuh. Juga untuk mengurangi tegangan pada luka yang lebar sebelum penjahitan satu demi satu. b. Jahitan interrupted dermal stitch

9  

 

Antibiotik dan serum anti tetanus juga perlu diperhatikan. Pada luka yang bersih, tidak diperlukan antibiotik. Luka-luka yang berpotensi menjadi media berkembangnya bakteri anaerob seperti luka tusuk, luka menggaung, terkontaminasi bahan yang baik dalam berkembangnya kuman anaerob seperti karat dan kotoran kuda memerlukan pemberian aerum anti tetanus atau toksoid. IV. PROSEDUR LATIHAN Alat dan bahan yang digunakan: -­‐ Sarung tangan steril steril -­‐ Kain doek steril -­‐ Larutan antiseptik -­‐ Kain kassa steril -­‐ Spoit 3 cc dan obat anestesi lokal -­‐ Plester -­‐ Peralatan menjahit steril: gunting, pinset, needle holder, jarum, benang

10  

 

Prosedur Menjahit Luka No. Prosedur

1. Perkenalkan diri dan jelaskan tentang apa yang akan dilakukan, alasan, prosedur tindakan secara singkat

2. Melakukan anamnesis singkat mengenai kapan terjadinya luka, di mana dan bagaimana luka itu bisa terjadi, terkena benda apa.

3. Minta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan. Beri kesempatan bertanya.

4. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

5. Eksplorasi Luka: • Cuci tangan dan gunakan sarung tangan nonsteril. • Eksplorasi luka termasuk menemukan benda asing dan jaringan mati.

6. Melakukan anestesi lokal: • Beritahukan pasien bahwa suntikan akan terasa menyengat. • Suntikkan di bawah tepi kulit dari ujung luka di kedua sisi. Bila lukanya besar (>7 cm), sebaiknya lakukan infiltrasi di sepanjang tepi luka. • Tunggu obat anestesi bekerja. Pastikan efek anestesi sudah bekerja. Prosedur menjahit (simple interrupted): • Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril. • Lakukan tindakan asepsis, mensucihamakan luka dan daerah sekitar luka dengan kain kassa yang dibasahi larutan antiseptik (misalnya povidon iodine) mulai dari arah dalam luka ke luar secara memutar. Dapat diulangi namun harus menggunakan kain kassa baru yang telah dibasahi larutan antiseptik. • Irigasi luka dengan larutan garam fisiologis. • Meletakkan kain doek pada daerah yang akan dijahit. • Buka benang dan jepit jarum dengan pemegang jarum. Pegang jepitan jarum dengan tangan dominan. • Angkat tepi luka di pertengahan luka dengan pinset yang dipegang tangan nondominan. • Tembus kulit yang diangkat dengan jarum pada sudut 90⁰. Lewatkan di bawah luka secara melengkung dan dorong jarum ke sisi luka yang lain. Bila mungkin, lakukan dengan satu gerakan. Bila tidak, keluarkan jarum di tengah luka dan buat lengkungan lagi untuk menembus ke sisi lain. • Membuat simpul: o Tarik benang sampai tersisa kurang lebih 1.5-2 cm. Lepaskan jarum dari pemegang jarum. o Benang yang telah ditarik tadi dilingkarkan pada pemegang jarum dua kali searah jarum jam. o Melalui lingkaran benang, tarik ujung benang yang tersisa 1.5-2 cm tadi dengan pemegang jarum berlawanan dengan arah jarum jam untuk membuat simpul o Ulangi membuat simpul dengan arah yang berlawanan dengan simpul pertama. o Gunting benang sekitar 0.5 cm dari simpul. • Teruskan menjahit hingga luka tertutup rapi namun jahitan tidak boleh terlalu kencang. Jarak jahitan kedua adalah antara jahitan pertama (di tengah) dengan ujung luka. Jarak jahitan ketiga adalah antara jahitan kedua dengan ujung luka. • Tutup luka dengan kassa kering steril. • Angkat kain doek.

7. Buang benda-benda yang tidak dipakai lagi. Jarum dan benda tajam lainnya dibuang di

11  

 

tempat sampah khusus benda tajam. Sampah lain dibuang di tempat sampah medis.

8. Buka sarung tangan dan buang ke tempat sampah medis.

9. Beritahukan kepada pasien, jahit luka telah selesai. Beri arahan dan nasehat pada pasien terutama untuk merawat luka.

10. Berlatihlah dengan teknik menjahit lainnya.

12  

 

V. EVALUASI PENILAIAN KETERAMPILAN MENJAHIT LUKA

Nama : ………………………………………… NIM : …………………………………………

No Prosedur Skor

0 1 2

1. Perkenalkan diri dan jelaskan tentang apa yang akan dilakukan, alasan, prosedur tindakan secara singkat

2. Melakukan anamnesis singkat mengenai kapan terjadinya luka, di mana dan bagaimana luka itu bisa terjadi, terkena benda apa.

3. Minta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan. Beri kesempatan bertanya.

4. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

5. Eksplorasi Luka: • Cuci tangan dan gunakan sarung tangan nonsteril. • Eksplorasi luka termasuk menemukan benda asing dan jaringan mati.

=== === ===

6. Melakukan anestesi lokal: • Beritahukan pasien bahwa suntikan akan terasa menyengat. • Suntikkan di bawah tepi kulit dari ujung luka di kedua sisi. Bila lukanya besar (>7 cm), sebaiknya lakukan infiltrasi di sepanjang tepi luka. • Tunggu obat anestesi bekerja. Pastikan efek anestesi sudah bekerja. Prosedur menjahit (simple interrupted): • Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril. • Lakukan tindakan asepsis, mensucihamakan luka dan daerah sekitar luka dengan kain kassa yang dibasahi larutan antiseptik (misalnya povidon iodine) mulai dari arah dalam luka ke luar secara memutar. Dapat diulangi namun harus menggunakan kain kassa baru yang telah dibasahi larutan antiseptik. • Irigasi luka dengan larutan garam fisiologis. • Meletakkan kain doek pada daerah yang akan dijahit. • Buka benang dan jepit jarum dengan pemegang jarum. Pegang jepitan jarum dengan tangan dominan. • Angkat tepi luka di pertengahan luka dengan pinset yang dipegang tangan nondominan. • Tembus kulit yang diangkat dengan jarum pada sudut 90⁰. Lewatkan di bawah luka secara melengkung dan dorong jarum ke sisi luka yang lain. Bila mungkin, lakukan dengan satu gerakan. Bila tidak, keluarkan jarum di tengah luka dan buat lengkungan lagi untuk menembus ke sisi lain. • Membuat simpul: o Tarik benang sampai tersisa kurang lebih 1.5-2 cm. Lepaskan jarum dari pemegang jarum.

=== ===

=== ===

=== ===

13  

 

o Benang yang telah ditarik tadi dilingkarkan pada pemegang jarum dua kali searah jarum jam. o Melalui lingkaran benang, tarik ujung benang yang tersisa 1.5-2 cm tadi dengan pemegang jarum berlawanan dengan arah jarum jam untuk membuat simpul o Ulangi membuat simpul dengan arah yang berlawanan dengan simpul pertama. o Gunting benang sekitar 0.5 cm dari simpul. • Teruskan menjahit hingga luka tertutup rapi namun jahitan tidak boleh terlalu kencang. Jarak jahitan kedua adalah antara jahitan pertama (di tengah) dengan ujung luka. Jarak jahitan ketiga adalah antara jahitan kedua dengan ujung luka. • Tutup luka dengan kassa kering steril. • Angkat kain doek.

===

===

===

7. Buang benda-benda yang tidak dipakai lagi. Jarum dan benda tajam lainnya dibuang di tempat sampah khusus benda tajam. Sampah lain dibuang di tempat sampah medis.

8. Buka sarung tangan dan buang ke tempat sampah medis.

9. Beritahukan kepada pasien, jahit luka telah selesai. Beri arahan dan nasehat pada pasien terutama untuk merawat luka.

JUMLAH

JUMLAH

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : dilakukan tidak sempurna 2 : dilakukan sempurna Nilai maksimal: 54 Perolehan Nilai: jumlah total X 100 54

14  

 

VI. REFERENSI 1. Dacre J, Kopelman P. 2005. Buku Saku Keterampilan Klinis (Handbook of Clinical Skills). Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2. Dudley HAF, Eckersley JRT, Paterson-Brown S. 2000. Pedoman Tindakan Praktis Medik dan Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 3. Mansjoer A, dkk (ed). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga. 2000. Media Aesculapius: Jakarta.