4
MENJAGA LEUSER ALA MR. JALI USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN Oleh: Rezki Mulyadi Hutan hakekatnya bukan semata kumpulan pohon, namun juga ada manusia yang berperan penting atas kelangsungan pohon. Karena itu, keduanya mutlak di- jaga keberadaannya. Rajali Jamali adalah orang yang tiada lelah menjaga hutan (pohon) di Kawasan Le- user agar bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak merusak hutan (pohon) karena dianggap kurang bermanfaat. Gunung Leuser mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Apalagi dikunjungi. Namun sebaliknya, justru orang luar yang banyak mengenal Leuser sebagai kawasan hutan konservasi yang menarik dan sangat penting dalam menjaga ke- langsungan kehidupan manusia. Salah satunya ada- lah Leonardo Di Caprio, aktor dunia yang terkenal sebagai tokoh Jack Dawson pada Film Titanic (1997) yang mengunjungi Taman Nasional Gunung Leus- er pada 27 Maret 2016. Peraih Piala Oscar pada Academy Awards ke-88 bahkan bertemu dengan tiga orang utan Sumatera (Pongo abelii) dewasa. Leo (nama panggilannya) sangat terpukau melihat keindahan hutan Taman Nasional Gunung Leuser di SP Ketambe dan mendengar suara rangkong serta spesies burung lainnya. Gunung Leuser lebih dikenal dengan nama Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL ada- lah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indone- sia seluas 1.094.692 hektar yang terletak di Propinsi Aceh dan Sumatera Utara. Ketinggiannya sekitar 3.404 meter di atas permukaan laut dan mencakup “Jika hutan rusak maka semua akan mati” (Mr. Jali, pemandu Leuser) USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

MENJAGA LEUSER ALA MR. JALI - lestari-indonesia.org · lah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indone- ... sekaligus menjadi guru bagi banyak mahasiswa dan pembimbing bagi peneliti

Embed Size (px)

Citation preview

MENJAGA LEUSER ALA MR. JALI

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN

Oleh: Rezki Mulyadi

Hutan hakekatnya bukan semata kumpulan pohon, namun juga ada manusia yang berperan penting atas kelangsungan pohon. Karena itu, keduanya mutlak di-jaga keberadaannya. Rajali Jamali adalah orang yang tiada lelah menjaga hutan (pohon) di Kawasan Le-user agar bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Sehingga masyarakat tidak merusak hutan (pohon) karena dianggap kurang bermanfaat.

Gunung Leuser mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat Indonesia. Apalagi dikunjungi. Namun sebaliknya, justru orang luar yang banyak mengenal Leuser sebagai kawasan hutan konservasi yang menarik dan sangat penting dalam menjaga ke-langsungan kehidupan manusia. Salah satunya ada-lah Leonardo Di Caprio, aktor dunia yang terkenal sebagai tokoh Jack Dawson pada Film Titanic (1997) yang mengunjungi Taman Nasional Gunung Leus-er pada 27 Maret 2016. Peraih Piala Oscar pada Academy Awards ke-88 bahkan bertemu dengan tiga orang utan Sumatera (Pongo abelii) dewasa. Leo (nama panggilannya) sangat terpukau melihat keindahan hutan Taman Nasional Gunung Leuser di SP Ketambe dan mendengar suara rangkong serta spesies burung lainnya.

Gunung Leuser lebih dikenal dengan nama Taman Nasional Gunung Leuser biasa disingkat TNGL ada-lah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indone-sia seluas 1.094.692 hektar yang terletak di Propinsi Aceh dan Sumatera Utara. Ketinggiannya sekitar 3.404 meter di atas permukaan laut dan mencakup

“Jika hutan rusak maka semua akan mati” (Mr. Jali, pemandu Leuser)

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 1

ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan ting-gi dan diselimuti oleh hutan lebat khas hutan hujan tropis. Karakteristik Leuser memang berbeda dengan gunung yang lain. Bagi pendaki, sedikitnya dibutuh-kan waktu hingga 15 hari perjalanan untuk menyu-suri hutan hingga mencapai puncak tertinggi Leuser. Jalur pendakian Gunung Leuser tercatat sebagai jalur terpanjang di Asia Tenggara dan telah masuk dalam daftar situs warisan dunia oleh UNESCO. Karena itu, banyak memikat para wisatawan asing terutama para pendaki untuk mengunjunginya.

Potensi inilah yang dilihat dan dimanfaatkan oleh Rajali Jamali atau akrab disapa Mr Jali. Lelaki berusia sekitar 50 tahun yang sangat dikenal sebagai penunjuk jalan (guide) senior para pendaki yang ingin menyam-bangi puncak Leuser. Masyarakat di wilayah Ketambe nyaris tidak ada yang tidak mengenalnya. Termasuk di kalangan para pendaki Indonesia maupun manca negara. “Saya sudah lama merintis profesi sebagai guide ini,” kata Mr Jali mengawali perbincangan. Sejak tahun 80-an Mr Jali mulai merintis pendakian hingga puncak tertinggi di Leuser. Dari interaksinya dengan pendaki asing yang didampingi, Mr Jali mampu me- nguasai berbagai bahasa asing.

Berbekal pengalaman ratusan kali menjejakkan kaki- nya di puncak Leuser, Mr Jali akhirnya mendapat ba- nyak kepercayaan untuk mendampingi sejumlah ke-giatan ekspedisi penting di Leuser. Khususnya untuk ekspedisi bidang penelitian keanekaragaman hayati. Di rumahnya di Kedah - terpampang foto ekspedi-si yang telah dilaluinya dan kesan-kesan pengunjung yang dicatat rapi dalam buku tamu.

Nampaknya Leuser dan Mr Jali adalah dua sisi yang tak terpisahkan. Kawasan Leuser seakan menyatu dalam kehidupan Mr Jali. Kepeduliannya tak perlu diragukan lagi. Selain mengantar para pendaki dan

wisatawan, beliau juga menjaga kawasan dari tinda-kan penebangan liar, mengajak masyarakat menanam pohon hingga melakukan patroli mencegah perbu-ruan satwa. Tak terhitung berapa banyak tenaga dan pikiran yang dikeluarkannya untuk menjaga agar Ka-wasan Leuser tetap lestari. Termasuk menghibahkan tanahnya untuk dijadikan kantor resort Taman Na- sional di Kedah. “Saya tak bisa menjaga Leuser sendi-ri. Kalau ada petugas dari resort pasti lebih bagus. Makanya saya rela tanah saya ditempati sebagai kan-tor” katanya sembari tertawa.

Dia tidak hanya menjadi pemandu (guide) tapi juga sekaligus menjadi guru bagi banyak mahasiswa dan pembimbing bagi peneliti flora dan fauna dalam dan luar negeri yang tertarik akan Leuser. Lama malang-melintang di Leuser hingga dapat menghapal dan mengetahui seluk beluk Leuser dan menjadi gu-dang informasi tentang jutaan kekayaan hutan yang dikandung Leuser. Mr Jali tak ubahnya seperti per-pustakaan Leuser yang hidup.

Jatuh bangun

Jatuh bangun merintis karir sebagai guide Leuser su-dah dirasakannya. Mulai dari hanya berbekal tenda plastik hitam ketika mendampingi tamu pertamanya hingga mendirikan 25 pondok di kaki Gunung Leuser yang terletak di kampung halamannya Kedah, Kabu-paten Gayo Lues. Sejak 1995, Rainforest Lodge nama pondoknya lambat laun mulai ramai dikunjungi para pendaki dan peneliti.

Pada awalnya, promosi yang dilakukan masih sangat sederhana. Menggunakan brosur yang ditulis tangan dan ditandatanganinya serta disebarkan melalui tamu manca negara yang menginap di pondoknya. Belum ada media sosial. Brosur tulisan tangannya diper-

Foto: Mr. Jali, pemandu Leuser

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 2

banyak dan diberikan ke para tamunya yang berasal berbagai negara Asia, Eropa, Australia, dan Amerika.

Dari tahun ke tahun tamu mulai semakin banyak menyambangi pondokannya. Seiring dengan itu, pendapatannya dari jasa guide terus bertambah. Meski tidak bisa baca tulis, Mr Jali menyewa kotak pos yang dikunjunginya seminggu sekali. Untuk se- tiap surat yang masuk, Mr Jali meminta petugas pos untuk membacakan suratnya guna mengetahui jad-wal tamu yang berkunjung. Sehingga beliau dapat mengatur waktu dan mempersiapkan logistik yang dibutuhkan.

Perjalanan manusia senantiasa naik turun begitu- pun jasa guide yang dirintisnya. Saat konflik terjadi di Aceh, pondoknya dibakar oleh orang tak dikenal. Kejadian itu membuatnya frustasi dan hampir putus asa karena tidak punya tabungan untuk memperbaiki. Namun Tuhan berkata lain dan tanpa diduga datang bantuan dari temannya, pendaki asal Jerman yang memberikan uang sebesar Rp 80 juta. Sehingga pada tahun 2007, Rainforest Lodge – nama pondokan- nya yang terletak di ketinggian 1300 m dpl - kembali berdiri. Pondok ini menjadi tempat favorit bagi para pendaki karena menjadi titik keberangkatan awal menuju puncak Leuser.

Melihat banyaknya pengunjung yang tertarik mengun-jungi Leuser, dirinya kembali yakin. Dibenaknya hutan dan Kawasan Leuser harus terus dijaga karena adan-ya peluang ekonomi yang besar dibalik nilai peles- tarian hutan. Jasa guide adalah satu satu bidang usa-ha ekonomi yang bisa melibatkan banyak masyarakat. “Dari awal saya yakin usaha guide dan pemondokan akan berkembang. Dan saya sedang memikirkan bagaimana mengelola usaha pendakian Leuser se-cara lebih luas dan berkualitas,” katanya yakin.

Profesi pemandu nampaknya cukup menjanjikan bagi mata pencaharian masyarakat yang ada di seki- tar Kawasan Leuser. Dimana warga yang menja-di pemandu tidak hanya berada di Kedah tapi juga di Ketambe. Banyaknya turis lokal dan manca negara telah mendorong sebagian orang menjadi pemandu. Mr Jali melihat hal ini sangat positif dan tidak merasa tersaingi. Bahkan beliau merasa per-lu melatih mereka agar benar-benar memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan sebagai pemandu, sehingga tidak membuat kecewa para pendaki dan wisatawan. Setidaknya ada 25 orang pemandu baru yang dilatih. Rata-rata anak muda yang sebelum- nya berlatar belakang sebagai pemburu dan peram-bah hutan. Mr Jali menanamkan kesadaran tentang lingkungan dan peluang ekonomi menjadi pemandu.

“Inilah cara saya menjaga hutan yang saya cintai. Saya menyadarkan mereka, lebih banyak uang yang dihasilkan dari menjaga orangutan daripada mem- burunya. Lebih banyak hasil yang didapatkan dari pohon daripada menebangnya. Kita bisa mendapat hasil dari tamu yang mendaki, meneliti maupun seke-dar mengunjungi,” kata Mr Jali.

Usahanya mengembangkan profesi sebagai peman-du telah membuahkan hasil. Anak-anak muda yang dididiknya telah mampu menemani para pendaki secara memuaskan. Bahkan dua orang anaknya kini mulai mengikuti jejaknya sebagai pemandu. Peng-hasilannya tidaklah kecil untuk ukuran ekonomi di Gayo Lues. Untuk sekali pendakian, setiap pemandu dibayar Rp 150.000, dan porter Rp 100.000 per hari. Rata-rata perjalanan menuju puncak membutuhkan waktu 15 belas hari. Jadi minimal sebulan seorang pe-mandu mendapatkan Rp.1,5 – 2 juta. Belum lagi jika tamu memberikan tips.

Butuh Pendampingan

Meski telah menciptakan kader, namun rasa risau masih memenuhi benaknya. Perhatian pemerintah masih sangat minim. Tidak seperti dirinya, 25 kader binaannya belum memiliki lisensi sebagai pemandu. “Meskipun masyarakat sudah mengerti perannya sebagai pemandu, namun tetap saja membutuhkan pelatihan dasar yang formal sebagai pemandu ter-utama kemampuan berbahasa. Sehingga ada lisensi dan dipercaya oleh pendaki. Namun entah kenapa

Foto: Tulisan kesan di buku tamu dari salah satu pengunjung yang pernah singgah di Rainforest Lodge

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 3

sulit sekali mendapatkannya,” kata Mr Jali. Menurut-nya seharusnya para pemandu dibina dan difasilitasi sehingga dapat membuat kemasan wisata yang jauh lebih menarik lagi untuk kedepan.

Idealnya para pemandu harus memiliki kemampuan dasar tentang SAR (Search and Rescue), pengeta-huan dasar tentang lingkungan, dan manajemen pen-gelolaan kawasan ekowisata. Pandangan dan suara Mr. Jali menyiratkan harapan besar.

Sambil menyeruput kopi di pondoknya di kaki Leu- ser, Mr Jali telah menyadari akan pentingnya kemasan ekowisata untuk menjamin keberlanjutan ekowisata berbasis masyarakat.

“Kalau fasilitas bagus, ada sungai untuk arung je- ram, jalan tersedia, arena camping ground buat anak juga tersedia, guide berpengalaman disiapkan, pemerintah dapat PAD, ekonomi masyarakat me- ningkat, hutan ikut terjaga” ujarnya. Harapan yang diutarakan sangat sederhana namun menjadi angan-angan karena minimnya perhatian pemerin- tah. Tak henti-hentinya harapan itu disampaikan hingga suaranya serak. Baginya sikap pemerintah ini sulit dimengerti padahal Kawasan Gunung Leuser adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat hanya membantu menjaganya.

Nama Mr. Jali tercatat di media internasional seper- ti lonely planet sebagai pemandu Leuser. Dunia sudah mengenalnya namun dukungan dari pemerin-tah sendiri masih sangat minim. Mr. Jali tidak pedu-li dengan soal ini dan akan terus berjuang. Baginya pengabdian menjaga Leuser bukan pada pemerintah melainkan hanya kepada Tuhan dan masyarakat di wilayahnya

“Jika hutan rusak maka semua akan mati,” pungkas Mr. Jali.

USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN 4

Foto: Mr. Jali di Rainforest Lodge Kedah