290
Hilmy Bakar Almascaty Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal Pasca Islam Liberal & Radikal (Bagian Pertama) Percikan Pemikiran Hilmy Bakar Almascaty Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal 1

Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Hilmy Bakar Almascaty

Menggagas Renaisan Menggapai

Islam UniversalPasca Islam Liberal & Radikal

(Bagian Pertama)

Percikan Pemikiran Hilmy Bakar AlmascatySelama Menjalankan Tugas Sebagai Relawan

Kemanusiaan Di Nanggroe Aceh Darussalam

2004 - 2008

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

1

Page 2: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Daftar Isi

Kata Pengantar PenulisPertama: Kondisi Yang Mencemaskan

Kedua: Meluruskan Salam Faham Terhadap IslamKetiga: Masa Depan Islam

Keempat: Pembaruan Pemikiran Islam: Studi Indonesia

Kelima: Renaisan IslamKeenam: Manhaj Renaisan Islam

Ketujuh: Qur’an Tanzili Dan Hermeneutika Kontemporer

Kedelapan: Islamisasi PengetahuanKesembilan: Pemerintahan Islam

Kesepuluh: Jihad Fie SabilillahKesebelas: Kecerdasan Spiritual Qur’ani

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

2

Page 3: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kata Pengantar PenulisAlhamdulillah, segala puja dan puji hanyalah milik Allah, Rabb seru

sekalian alam yang telah memberikan taufik dan hidayah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan istiqomah di jalan-Nya. Salawan dan salam kehadirat junjungan kaum muslimin, Nabi besar Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya. Semoga pertolongan dan bantuan selalu menyertai para penegak kebenaran, amma ba’du.

Umat manusia dewasa ini tengah mengalami apa yang dikenal sebagai global Crisis, krisis di segala lini kehidupan yang berskala mendunia, menimpa negara terbelakang, berkembang bahkan negara maju sepeti Eropa dan Amerika. Krisis yang berawal dari kerusakan lingkungan telah merambah kepada pertentangan ekonomi-politik serta idiologi dan dominasi sumber daya, yang ujungnya melahirkan kerusakan mental-spiritual yang menimbulkan kehilangan makna dalam kehidupan, sebagaimana dinyatakan Profesor Harvard University, Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Intellegence.

Kepentingan dominasi ekonomi-politik telah mendorong Amerika dengan legitimasi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk menyerang negara Muslim Afghanistan yang dikatakan sebagai sarang teroris karena tidak berhasil menangkap Osama bin Ladin yang dikatakan bertanggung jawab atas penyerangan WTC pada 11 September 2001. Selanjutnya dengan alasan keamanan dan demokrasi serta HAM, negara-negara maju Barat di bawah komando Amerika dan atas legitimasi PBB juga mengadakan invansi militer ke Iraq yang telah menghancurkan peradaban bangsa Iraq, menimbulkan bencana kemanusiaan dan mengantarkan bangsanya kepada perang saudara tanpa akhir. Dan sekali lagi, Amerika berkeinginan untuk menyerang negara Muslim Iran dengan alasan persenjataan nuklir yang dikembangkan dapat menimbulkan ketidakseimbangan kekuatan dunia.

Namun anehnya, negara-negara Barat tidak pernah memberikan hukuman setimpal kepada negara Zionis Israel atas kejahatan mereka memerangi dan menjajah negara Palestina, walaupun telah melanggar resolusi PBB sekalipun. Amerika terkesan selalu memberikan perlindungan istimewa kepada Israel dengan segala kebijakannya yang telah melanggar demokrasi dan HAM yang selalu didengungkan Amerika dan sekutunya. Bahkan ketika para aktivis pro Islam HAMAS memenangi pemilihan umum demokratis yang digelar rakyat Palestina, namun Israel dan negara-negara Barat tidak mengakuinya dengan alasan yang dicari-cari akibat kuatnya organisasi ini memperjuangkan Islam. Bantuan dana yang selama ini diberikan, diberhentikan dengan zalim karena pemerintahan dikuasai HAMAS, yang mengakibatkan penderitaan rakyat Palestina semakin parah.

Dengan realitas ini, adalah sangat sulit untuk menolak kesimpulan sebagian peneliti yang menyatakan bahwa bangsa-bangsa Barat dibawah

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

3

Page 4: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

komando Amerika sedang melakukan perang terbuka terhadap dunia Islam. Apalagi dalam beberapa seri pidatonya, Presiden Amerika, GW. Bush, selalu menghubungkan perang terhadap terorisme dengan perang Salib modern, yang diartikannya sebagai perang terhadap Islam. Persis seperti apa yang diramalkan Penasihat Presiden Amerika, Prof. Samuel P. Huntington, sebagai the clash of civilizations, benturan peradaban antara Timur Islam dengan Barat Sekuler.

Pada saat yang sama, solidaritas dunia Islam sangat lemah. Walaupun mereka memiliki berbagai lembaga persatuan, seperti Organisasi Konfrensi Islam (OIC) misalnya, namun masing-masing bangsa dan negara sibuk dengan agenda dan tantangan mereka. Bahkan kerjasama yang sudah digalangpun seakan tidak dapat dilakukan, sebagiannya adalah akibat tekanan negara-negara donor yang selalu mengintervensi kebijakan negara yang dibantunya. Negara mayoritas Muslim Indoensia adalah contoh terdekat. Pemerintah Indonesia seakan tidak berdaya menghadapi tekanan negara donor dan kebijakannya.

Keadaan yang memprihatinkan ini telah mendorong sebagian kecil pemuda-pemuda Muslim militan untuk menyerang kepentingan negara-negara Barat dengan alasan melakukan pembalasan atau perlawanan terhadap kebijakan zalim. Maka terjadilah serangan demi serangan di penjuru dunia terhadap kepentingan Barat, seperti penyerangan WTC di Amerika, rangkaian serangan bom di negara-negara Eropa, Arab sampai ke Bali dan Jakarta di Indonesia yang menelan banyak korban jiwa orang-orang yang tidak bersalah. Bahkan sebagian diantara mereka ada yang Muslim. Di antaranya ada pula yang melakukan perlawan dengan menggelar demonstrai anti Barat dan anti Amerika yang mendapat sambutan luas di negara-negara Muslim. Di Indonesia kelompok ini dimotori oleh Hizbut Tahrir dan terkadang diikuti oleh lainnya seperti MUI, KISDI, Dewan Dakwah, PII, HMI, FPI dan lainnya. Di lain fihak ada yang berjuang melalui jalur pendidikan dan peningkatan mutu SDM ataupun melalui gerakan dakwah yang menjauhi politik seperti yang dilakukan Jama’ah Tabligh.

Terlepas dari perdebatan mengenai tujuan dan metodologi perjuangan yang diterapkan kaum Muslim kontemporer, pertanyaan mendasar apakah cara-cara yang diterapkan selama ini akan membawa Islam dan Muslim kepada tujuan diturunkannya, sebagai agama dan umat terbaik? Lebih jauh, apakah program perjuangan yang disusun dan dijalankan para aktivis Muslim akan mengantarkan kedamaian dan keadilan kepada seluruh umat manusia, sebagai cita-cita Islam sebagai agama rahmat bagi sekalian alam? Bukankah Islam diturunkan untuk menciptakan keadilan, kedamaian dan kemakmuran kepada seluruh umat manusia? Namun paradok yang kita saksikan justru mereka yang menganut Islam adalah bangsa yang terbelakang, tertinggal, bodoh dan ganas, jauh dari cita al-Qur’an tentang sebuah masyarakat madani yang kosmopolit, berperadaban, berpengetahuan dan menjadi mercusuar umat manusia dalam segala bidang.

Keadaan Indonesia sebagai bangsa Muslim terbesar di duniapun lebih memprihatinkan. Setelah memperingati 64 tahun kemerdekaannya, kini bangsa Indonesia benar-benar berada di persimpangan jalan yang sangat kritis, bahkan kalau tidak berlebihan dapat dikatakan sedang melaju kencang menuju jurang kehancuran. Bangsa besar yang dibangun dengan tetesan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

4

Page 5: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

darah dan pengorbanan tiada taranya oleh para pahlawan agung sejak berabad silam sedang digrogoti dan dicabik-cabik oleh anak bangsa sendiri dengan berbagai penyakit sosial yang amat kronis, terutama korupsi yang sudah merajalela ke semua tingkatan. Bangsa yang terkenal keramah tamahannya sejak dahulu kala kini telah berubah bagai bangsa bar-bar yang saling membunuh sesamanya akibat perkara sepele. Pembunuhan demi pembunuhan dan pembantaian terjadi bukan hanya disebabkan oleh masalah SARA (suku, agama dan ras) saja, namun kini sesama satu agama dan satu sukupun saling membunuh akibat fanatik kepada pemimpin dan golongan politiknya. Beberapa provinsi dan daerah menginginkan kemerdekaan dan lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia akibat keserakahan para opurtunis dan hipokrit yang mementingkan diri dan golongannya. Egoisme dan arogansi para elit politik telah menambah permasalahan bangsa ini yang pada ujungnya telah menimbulkan konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat. Hadirnya provokator dari kaum tersingkir dan terpinggirkan, terutama golongan anarkhis yang menghalalkan segala cara telah mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Demikian pula kehadiran agen-agen kekuatan asing yang mencampuri urusan dalam negeri serta tekanan-tekanan negara maju, baik dalam bidang ekonomi, politik, keamanan dan budaya menambah permasalahan bangsa yang kian hari kian ringkih dan terpuruk. Kini bangsa Indonesia benar-benar berada di persimpangan jalan yang dapat menghapuskan eksistensinya dari muka bumi.

Gerakan reformasi yang dimotori para mahasiswa dengan tujuan mulia serta telah berhasil menumbangkan rezim korup Soeharto, kini telah menimbulkan dilema baru bagi bangsa Indonesia. Gerakan yang bercita-cita mewujudkan sebuah tatanan Indonesia baru yang lebih adil dan makmur serta demokratis, pada akhirnya menimbulkan keadaan sebaliknya dengan berkembangnya sebuah tatanan masyarakat yang kelewat bebas, tidak mengindahkan hukum, bahkan lebih jauh telah mengakibatkan munculnya gerakan-gerakan sparatis yang ingin memisahkan diri dari negara Indonesia dengan alasan kebebasan dan demokrasi. Demikian pula gerakan reformasi telah melahirkan pemerintahan yang dianggap sah atas nama rakyat, namun penuh dengan kotraversi, kekaburan, kegamangan, rivalitas serta diwarnai konflik demi konflik antar elit penguasa yang menambah keruh keadaan bangsa ini. Keadaan ini telah menimbulkan kekecewaan para penggerak reformasi, terutama para mahasiswa yang kembali turun ke jalan untuk meluruskan keadaan dan kembali memperjuangkan tuntutan reformasi. Mereka menganggap gerakan reformasi telah menyimpang dari jalurnya dan perlu diluruskan kembali. Gerakan reformasi kembali menggulung rezim kontraversial Abdurrahman Wahid yang telah terkena sindrom diktator dan mengantarkan Megawati yang ternayata tidak mampu memberikan solusi kepada bangsa Indonesia, bahkan terkesan melanjutkan kebijakan korup para aparat sebelumnya. Keadaan ini telah mengalahkan dirinya dan mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono menjadi presiden.

Walaupun pada awalnya mendapat penolakan yang kuat dari kelompok nasionalis reformis, Islam moderat dan fundamentalis, serta beberapa Ulama dan Habaib, tapi akhirnya SBY memenangkan pemilihan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

5

Page 6: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

umum karena tidak ada pilihan lain, sistem demokrasi yang diterapkan mengharuskan adanya pemenang. Namun kenyataannya, pemerintahan SBY yang didampingi konglomerat kondang Jusuf Kalla, tidak mampu memberikan sebuah kebijakan dasar yang strategis kepada bangsa Indonesia untuk keluar dari krisis multi dimensi yang sedang melandanya. Bahkan kebijakan SBY untuk menaikkan harga BBM telah menjatuhkan citranya, dianggap telah menghianati janji-janjinya ketika berkampanye dahulu. Kenaikan Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum Golkar, partai pemenang pemilu jelas menambah sulitnya kedudukan SBY, karena di DPR dia hanya didukung oleh kelompok minoritas. Akhirnya bencana demi bencana dahsyat yang menimpa Indonesia dan tidak tertangani baik , dari Nabire Papua, Alor NTT, bencana dahsyat tsunami Aceh, gempa Jogya, tsunami Pangandaran, semburan lumpur Sidoarjo, banjir bandang Aceh Tamiang sampai banjir besar Jakarta telah mempertanyakan kredibilitas kepemimpinan SBY yang ternyata tidak dapat memberikan perubahan mendasar kepada bangsa Idonesia, sekaligus mengantarkannya menuju sebuah bangsa maju, berharkat dan berdaulat sebagaimana dicita-citakan.

Setelah berahirnya era Habibie, tepatnya sejak awal tahun 2000an penulis menjauhkan diri (uzlah) dari segala hiruk pikuknya dunia politik, setelah terahir menjadi Bendahara Umum Partai Daulat Rakyat (PDR) dan ikut dicalonkan sebagai anggota DPR/MPR mewakili NTB. Dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada, disertai dengan upaya penjernihan hati, perasaan dan fikiran, penulis berupaya melihat dan mengganalisis apa sebenarnya yang sedang terjadi pada dunia, umat Islam dan bangsa tercinta ini. Mencoba memahami keadaan dan realitas yang tengah berlangsung dengan penuh perasaan takut dan ketidakberdayaan.

Keadaan yang terjadi menambah kepedihan dan kegelisahan batin penulis, yang menurut para psikolog sedang mengalami krisis separoh baya menjelang usia 40 tahun. Bagaimana tidak, keadaan yang gonjang ganjing ini pasti berakibat buruk pada rakyat jelata yang sudah penuh dengan beban penderitaan. Mereka berharap para pemimpin yang didukunngnya mati-matian dapat menyelesaikan permasalahan mereka sekaligus mengeluarkan mereka dari kemiskinan, keterbelakangan dan ketertindasan yang telah mereka alami dari masa ke masa. Namun kenyataannya, para pemimpin dengan segelintir pengikutnya yang fanatik justru mengobarkan kebencian dan menyulut peperangan di antara mereka, yang sama-sama satu agama, sama-sama berjuang mengatasnamakan agama, sebagaimana yang dilakukan pengikut fanatik Gus Dur di Jawa Timur yang menyerang sarana sosial dan pendidikan yang di kelola warga Muhammadiyah disebabkan karena Amien Rais dianggap sebagai dalang pelengseran Gus Dur. Pada saat yang sama pembantaian demi pembantaian terhadap kaum muslimin terjadi di Ambon dan Maluku yang digerakkan oleh kelompok separatis RMS yang berlindung dibalik fanatisme agama tertentu. Pembunuhan terencana dan terstruktur ini rupanya sudah dipersiapkan lama dengan pengorganisasian matang serta memanfaatkan kondisi politik yang sedang gonjang ganjing. Itulah sebabnya tidak mengherankan pemuda Muslim gagah berani seperti Jaafar Umar Thalib dan lainnya tampil kehadapan membela saudaranya yang dibantai, sementara pemerintah hanya sibuk dengan permasalahan intrik politik yang mereka hadapi.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

6

Page 7: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kegelisahan dan kepedihan batin ini telah mendorong penulis untuk menyendiri, menyibukkan diri dengan kebiasan lama yang lebih 5 tahun terahir terbengkalai, membaca dan menulis. Pada saat-saat kegelisahan ini, penulis berhasil merampungkan beberapa buah buku, lebih kurang 12 buku yang membahas berbagai permasalahan, terutama dalam bidang pemikiran dan gerakan Islam. Diantaranya adalah buku yang cukup laris dan kontraversial Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam, diterbitkan oleh Gema Insani Pres (2001) dan Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin oleh Azzahra Univ. Pres (2002). Namun kegelisahan penulis terus berlanjut di tengah-tengah drama tragis yang dibintangi kaum opurtunis yang mempertaruhkan masa depan bangsa Indonesia, bangsa muslim terbesar di dunia yang diharapkan oleh Malek ben Nabi sebagai pemimpin dan penggerak kebangkitan Islam.

Bisa saja penulis lari dari kenyataan ini, hidup menyendiri, tidak perduli dengan nasib kaum Muslim khsusnya bangsa Indonesia, ataupun pergi merantau kembali ke luar negeri sebagaimana yang dilakukan sebagian teman-teman yang idialis. Namun hati kecil penulis tidak dapat menerima 'pelarian tanggung jawab ini", jangan sampai penulis seperti Nabi Ayub yang mesti ditelan ikan paus untuk kembali kepada kaumnya. Toh pelarian tidak akan membebaskan penulis dari tanggungjawab kepada umat, dan apa jawaban penulis jika kelak Allah SWT mempertanyakan tanggungjawab sosial penulis terhadap masa depan bangsa Indonesia? Sementara Rasulullah telah memperingatkan dengan keras, "barangsiapa yang tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin, maka dia bukanlah tergolong dari umat Muhammad saw". Penulis berkesimpulan tidak mungkin lari dari tanggungjawab ini, masalah Indonesia adalah masalah kaum Muslimin, karena mereka kelompok mayoritas.

Kegelisahan dan rasa tanggung jawab menjadi dorongan utama penulis untuk mencari jawaban pasti terhadap permasalahan utama yang dihadapi kaum Muslim di Indonesia. Hampir semua waktu, tenaga dan kemampuan penulis curahkan untuk mendapatkan jawaban masalah ini, sampai banyak masalah pribadi dan keluarga yang terbengkalai. Penulis berharap dengan pencarian ini adalah sekaligus menjadi semacam sarana pencerahan spiritual yang seharusnya dilakukan oleh mereka yang akan menginjak usia 40 tahun, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ibrahim as, Yusuf as, Musa as sampai kepada Muhammad saw yang menjadi model dalam menggerakkan perubahan sosial dalam membangun masyarakatnya sebagaimana dicontohkan al-Qur'an.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis telah mengaduk-aduk perpustakaan pribadi, mencari referensi serta membaca literatur-literatur klasik dan modern, baik tentang Islam, filsafat, pemikiran kontemporer politik, ekonomi, gerakan sosial sampai manajemen dan psikologi. Penulis sibuk mengunjungi toko buku ternama sampai pasar loak buku dibilangan Pasar Senen, untuk mendapatkan buku-buku yang dapat dijadikan referensi, dan di pojokan TIM penulis mendapatkan buku-buku lama karangan Soekarno dan beberapa buku-buku referensi wajib kaum sosialis. Di samping itu penulis bersama beberapa rekan yang sepandangan berkelana dari satu ulama ke ulama lain, habib satu ke habib lain, cendekiawan satu ke yang lain, sampai menemui para pejuang, aktivis dan mujahid yang tidak terhitung banyaknya

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

7

Page 8: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dari Aceh, Medan, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB sampai Malaysia, Thailand, Singapura dan sekitarnya. Bersamaan itu, penulis juga aktiv berdialog dengan beberapa ulama-ulama Timur Tengah dan cendekiawan non muslim dari Australia, Canada, Amerika dan negara-negara Eropa.

Yang paling menggembirakan dan mengobati hati, penulis dapat kembali bersama-sama dengan ustadz yang telah membimbing penulis sejak usia belasan tahun lalu dan sedang menghadapi cobaan, ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang penulis kenal sejak tahun 80an. Sejak penangkapan beliau ahir 2002 di Solo dengan tuduhan mendalangi bom Bali, yang kemudian ditahan Jakarta, dari di Rumah Sakit Polisi Kramat Jati, dipindahkan ke Rumah Tahanan Salemba dan terahir di Cipinang, penulis selalu berkunjung dan mendiskusikan beberapa permasalahan kepada beliau. Di tengah-tengah masa luang, kami selalu mendikusikan permasalahan umat dan perjuangan Islam. Fikiran-fikiran jernih beliau, keistiqomahan serta keberanian menentang kezaliman, telah memberikan inspirasi kepada penulis. Bahkan kami memiliki pandangan yang sama terhadap permasalahan utama yang dihadapi kaum Muslim, khususnya bangsa Indonesia yang hanya dapat diselesaikan dengan solusi dari Allah dan Rasul-Nya.

Pada awal 2003an, bersama dengan beberapa aktivis Islam, penulis mencoba untuk mempertemukan berbagai aliran pemikiran para ulama, habaib dan aktivis gerakan Islam dalam sebuah forum yang dinamakan Mudzakarah Ulama dan Habaib Nasional yang berlangsung sebulan sekali yang diselenggarakan di Jakarta, Medan, Solo, Yogya, Bandung, Kebumen, Surabaya, Bogor dan lainnya. Musyawarah rutin yang sudah berjalan lebih 20 kali ini telah banyak memberikan inspirasi kepada penulis, terutama dalam memahami permasalahan yang dihadapi umat Islam dari sudut pandang para aktivis Islam sendiri. Tema-tema yang didiskusikanpun banyak yang menyoroti permasalahan kontemporer kaum Muslim, termasuk bangsa Indonesia dan merekomendasikan beberapa solusi kepada pemerintah.

Di tengah kesibukan itu, penulis menjadi konsultan pengembangan pendidikan di LP3I Group yang dikelola pemuda-pemuda Islam yang visioner. Untuk tetap menjaga interaksi sosial, penulis juga aktiv pada beberapa kegiatan, seperti menjadi tenaga Litbang Universitas Azzahra, Wakil Ketua Pimpinan Pusat Al-Irsyad dan Ketua DPP. Front Pembela Islam (FPI). Untuk lebih berkonsentrasi dan fokus pada kegiatan yang dilakukan, sejak awal 2004 penulis memilih tinggal jauh dari keramaian di sebuah vila di pinggiran Bogor, memboyong semua buku dan literatur yang diperlukan sambil mulai menulis hasil pengamatan dan perenungan selama ini dan diniatkan sebagai hadiah kepada kaum Muslim, khususnya bangsa dan negara Republik Indonesia yang penulis selalu rindukan akan menjadi bangsa dan negara besar yang maju, berharkat dan berdaulat sehingga menjadi pemimpin Dunia Islam dalam membangun dan mengembangkan Peradaban Islam, sebagaimana dicita-citakan Malik ben Nabi, Sayyid Quthb, Fazlurrahman, Ismail Faruqi, SMN Al-Attas dan lainnya.

Puncak pencarian mulai penulis dapatkan ketika memimpin lebih dari 1000 relawan kemanusian pasca bencana tsunami di Banda Aceh dan sekitarnya dibawah bendera FPI dan Hilal Merah (Red Crescent). Sebagaimana terbelalaknya dunia pada bencana dahsyat yang melanda Aceh

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

8

Page 9: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dan sekitarnya pada 26 Desember 2004 lalu, penulispun merasakan hal yang sama, bahkan mungkin lebih dari yang dirasakan orang lain, karena penulis melihatnya lebih dalam melalui pendekatan spiritual. Penulis merasakan penderitaan kaum Muslim bangsa Indonesia terakumulasi pada puing-puing kehancuran kota Banda Aceh, tumpukan ribuan mayat yang tidak di kenal, derita para pengungsi yang tak tertangguhkan, jerit tangis anak-anak kekurangan makanan dan segala bentuk nestapa yang belum pernah penulis saksikan sebelumnya. Apalagi penulis memimpin relawan yang dikenal dengan pasukan "pemburu mayat", yang sehari-harinya bersinggungan dengan ratusan mayat yang keadaannya tidak sempurna bahkan sudah membusuk di antara himpitan puing-puing bangunan, tidak terurus semestinya akibat kurangnya tenaga dan peralatan evakuasi yang tidak memadai. Benar-benar dahsyat, membangunkan bulu roma, mengguncang jiwa, dan timbul pertanyaan, kenapa bencana ini terjadi ? Kenapa terjadi justru di sebuah tempat yang disakralkan bangsa Indonesia, yang dijuluki sebagai "Serambi Mekkah"?

Bencana yang menimpa Aceh mungkin saja bukan anti klimaks dari "peringatan-peringatan Tuhan" sebelumnya yang selama ini dipandang remeh oleh kaum Muslim bangsa Indonesia, sebagaimana banyak difahami para pemimpin Indonesia. Tapi bisa jadi bencana Aceh adalah sebuah peringatan keras yang baru dimulai dan akan diikuti oleh bencana-bencana yang jauh lebih dahsyat lagi. Bencana demi bencana dahsyat akan datang kembali sebagai peringatan keras kepada bangsa yang tidak mau menggunakan akal sehat dan hati nuraninya, sebagaimana turunnya kehancuran dan azab yang telah menimpa bangsa-bangsa sebelumnya, kaum A’d dan Tsamud seperti digambarkan al-Qur'an. Jika Banda Aceh yang terkenal relijius dan dijuluki sebagai Serambi Mekkahpun dapat diluluhlantakkan dalam waktu sekejap mata oleh gelombng dahsyat tsunami, bagaimana halnya dengan kota metropolitan Jakarta yang penuh dengan kemaksiatan, kekufuran, kefasikan dan dihuni oleh manusia-manusia bejat dan korup?

Setelah hampir dua bulan melaksanakan tugas kemanusiaan di Aceh sejak hari kedua tsunami, penulis menghubungi beberapa teman-teman dekat untuk membentuk sebuah kelompok diskusi kecil, yang kami sepakati bernama "diskusi reboan", karena diadakan setiap rabo malam. Diskusi ini diikuti oleh kelompok aktivis, intelektual, pengusaha dan profesional lintas sektoral berusia rata-rata antara 35 sampai 40an, yang ingin mencari jawaban terhadap apa yang tengah menimpa bangsa ini. Bertempat di LP3I Kramat Senen Jakarta Pusat, para peserta yang berjumlah 10 sampai 15 ini bertukar fikiran sesuai dengan sudut pandang dan pengalaman masing-masing. Dengan dipandu Syahrial Yusuf, Preskom LP3I, sebagai koordinator, para peserta sangat berminat dan antusias menilai permasalahan yang tengah dihadapi kaum Muslim bangsa Indonesia. Setelah beberapa kali pertemuan, kami sepakati tema diskusi hanya difokuskan pada masalah-masalah kontemporer bangsa dan beberapa solusi yang ditawarkan. Forum diskusi yang sederhana dan cair ini menambah wawasan dan keyakinan penulis terhadap apa yang tengah dihadapi Indonsia saat ini. Masukan-masukan dari forum diskusi menjadi salah satu referensi.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

9

Page 10: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Tujuh tahun lebih sudah perjalanan pencarian jawaban yang sekaligus merupakan "wisata spiritual" ini berjalan, banyak sekali catatan-catatan yang penulis dapatkan untuk kebaikan pribadi maupun bangsa di masa depan. Pengetahuan demi pengetahuan, kesadaran demi kesadaran, pengalaman demi pengalaman, pahit getirnya perasaan, suka dukanya perjalanan, asam manisnya pujian dan cercaan, dan semuanya yang penulis alami akan menjadi bahan petimbangan dalam penyusunan buku ini, yang ahirnya mendatangkan kesimpulan penulis tentang permasalahan utama yang dihadapi Indonesia saat ini serta solusi yang coba ditawarkan.

Setelah melalui berbagai bentuk perjalanan dengan liku-likunya, penulis melihat beberapa persamaan yang dialami bangsa Indonesia dengan yang penulis alami. Sepertinya masalah demi masalah, keruwetan demi keruwetan, krisis demi krisis yang dialami Indonesia tergambar satu demi satu pada diri penulis. Dimulai dari krisis ekonomi, memasuki krisis interpersonal, krisis keyakinan, ketidakjelasan arah dan tujuan, yang berujung pada lingkaran demi lingkaran setan yang tidak mampu dihurai dan mengantarkan pada krisis multi dimensi seperti pribadi yang hidup namun tidak merasakan kehidupan, hidup yang tidak punya arah dan tujuan sehingga terombang ambing tidak menentu arah. Semua potensi habis terkuras untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil, sementara masalah-masalah besar dan fundamental tidak terselesaikan yang justru menimbulkan permasalahan demi permasalahan baru yang menambah ruwetnya hidup dan kehidupan.

Ketika mengalami titik jenuh yang maksimal, tidak ada tempat kembali, kecuali kepada Sang Penguasa Tunggal yang senantiasa membuka pintu untuk hamba-hamba yang tersesat. Ketika bersimpah sujud kepada-Nyalah, baru tersadar, bahwa selama ini semua krisis berawal dari jauhnya seorang makhluk dari Penciptanya yang sangat dibutuhkannya. Selama ini kebanyakan manusia mencari tuhan-tuhan yang tidak mampu memberikan apa-apa kemaslahatan, apalagi kebahagian pada dirinya. Tuhan-tuhan yang telah diciptakannya sendiri berupa materi-materi yang dibanggakan dan dipuja-pujanya, baik berupa pangkat, jabatan, gelar akademis, pergaulan elit sampai harta benda, wanita dan anak-anak. Krisis kepercayaan yang telah mengantarkan manusia kepada krisis yang menghilangkan makna kehidupannya sebagai makhluk yang diciptakan Allah untuk menciptakan kebahagian, keamanan ataupun kemakmuran sejati di muka bumi. Krisis yang dinamakan Danah Zohar dalam bukunya SQ: Spiritual Intellegence - The Ultimate Intellegence sebagai Krisis Spiritual.

Akhirnya, penghujung 2006, tepatnya agustus 2006, kebenaran mulai tersibak, diri benar-benar menyadari, bahwa saya sedang dilanda apa yang namanya krisis spiritual yang sangat akut, yang segera harus diatasi dan disembuhkan. Dan ternyata berkat bimbingan Allah SWT, saya menemukan obat mujarab atas krisis yang menimpa. Obatnya tidak lain adalah pengorbanan. Sebagai manusia kita dituntut oleh Sang Pencipta untuk berkorban, pengorbanan terbesar manusia adalah kesediannya berkorban sebagai makhluk dan hamba yang akan mengabdikan seluruh hidup dan kehidupannya hanya kepada Allah semata. Sebagai hamba yang telah mengorbankan dirinya, maka mereka akan berkorban untuk orang lain, untuk masyarakat, untuk kemanusiaan, untuk Islam dan umatnya. Mengorbankan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

10

Page 11: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kepentingan diri. Itulah sebabnya saya harus memutuskan untuk hidup dalam suasana pengorbanan yang tinggi. Dan saya menemukan tempat yang sangat sesuai untuk itu, kembali ke Aceh, tempat yang sangat saya sukai, memiliki latar belakang kegemilangan sejarah dan peradaban, dan yang paling penting tempat saya dan relawan membantu kesusahan masyarakat yang masih mengharapkan kehadiran kami. Apalagi masuknya lsm asing dan yang mengibarkan bendera missionaris-imprialis telah menambah mantapnya niat kepindahan ke Aceh, apalagi syariat Islam telah disepakati pelaksanaannya.

Maka ketika niat telah bulat, tekad telah kokoh dan semangat telah membara, saya pindah secara total ke Aceh dengan mengibarkan bendera Hilal Merah, lsm yang bergerak dalam bidang kemanusiaan dalam arti yang luas dengan semboyan, gemilang Aceh, gemilang Islam. Bersama dengan teman-teman yang memiliki visi dan misi untuk membangun kembali kegemilangan Islam, saya masuk dan hijrah ke Aceh mencari tapak yang akan dijadikan sebagai basis dalam kebangkitan peradaban Islam. Yang paling penting, saya harus memahami masyarakat Aceh, watak, karakter, sejarah sampai semua potensi yang mereka miliki. Berbaur dan menyatu dengan segala suka dan duka yang dimilikinya agar menjadi kekuatan dalam hubungan interaksi yang saling memerlukan. Kadang secara berseloroh saya katakan kepada teman-teman, kini saya sedang belajar lagi di UKA, atau Universitas Kehidupan Aceh. Memang banyak hal yang dapat kita pelajari dari masyarakat Aceh, disamping kecerdasan dan kelihaian mereka, tentu pengorbanan, ketangguhan serta keberanian mereka melawan. Ingat, masyarakat Aceh telah berperang sejak 500 tahun lalu melawan penjajah dan masih berlanjut sampai saat ini.

Justru ketika berada di tengah-tengah masyarakat Aceh yang penuh penderitaanlah saya mendapat banyak ide, banyak pemikiran, dapat melihat dengan hati nurani secara jernih masalah demi masalah yang dihadapi. Karena masyarakat Aceh adalah masyarakat yang penuh dengan penderitaan dan cobaan, sejak 500 tahun lalu ketika menghadapi kolonial kafir, perjuangan kemerdekaan, pemberontakan demi pemberontakan terhadap republik yang ingkar janji sampai kepada diberlakukannya DOM yang memakan korban besar, represif dari pemerintah Jakarta sampai peristiwa bencana dahsyat tsunami 26 Desember 2004. Saya termasuk orang yang sangat kagum dengan daya tahan masyarakat Aceh yang luar biasa, mereka mampu bertahan kukuh di antara hantaman dan terjangan de-civilization. Bahkan terakhir mereka mampu mengkonsulidasi kekuatan dengan bijak sehingga berhasil memenangkan pemimpin lokal pilihan rakyat. Walaupun banyak teman-teman yang merasa heran dengan langkah kepindahan saya ke Aceh, namun saya merasa di rumah sendiri, di tengah masyarakat saya sendiri. Bahkan wajah-wajah orang Aceh banyak mengingatkan saya pada teman, saudara dan keluarga saya.

Tidak banyak yang dapat saya lakukan untuk membantu masyarakat Aceh, kecuali hanya sekedar memberi semangat kepada beberapa orang yang mampu saya temui dan jangkau. Mengingatkan mereka akan kebesaran dan kegemilangan nenek moyang mereka, baik dalam mengalahkan dominasi kerajaan Hindu Jawa, melawan penjajah kafir ataupun keagungan tokoh-tokoh mereka yang telah mengukirkan tinta emas dalam sejarah

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

11

Page 12: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pembangunan peradaban. Namun sebaliknya, masyarakat Aceh telah memberikan pelajaran dan kehormatan yang luar biasa kepada saya. Terlalu banyak pelajaran yang saya dapat dari masyarakat Aceh, dimana hal ini hanyalah sisa-sisa keagungan dan kebesaran yang telah diwariskan nenek moyang mereka. Dan nikmat terbesar yang saya rasakan adalah, penerimaan mereka terhadap saya sebagai keluarga sendiri, bahkan kini saya telah mendapatkan istri seorang syarifah yang berasal dari Bugak, Matang Glumpangdua, Bireun, yang terkenal sebagai basis perjuangan Islam dan tempat berdirinya Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) yang memiliki peranan besar dalam masyarakat Aceh.

Kembali kepada permasalahan utama umat manusia, termasuk di Indonesia, banyak kalangan yang menganggap permasalahan utama terletak pada masalah politik dan "kekuasaan", kemudian mereka memberikan solusi pentingnya sebuah reformasi politik yang menjamin kebebasan politik kepada masyarakat dengan kelengkapan infrastukturnya, sehingga terciptalah sebuah masyarakat yang mereka juluki sebagai masyarakat demokratis, yang kekuasaannya ditentukan oleh rakyat demi kesejahteraan rakyat. Apakah setelah terciptanya sebuah sistem politik yang demokratis, bangsa ini dapat berubah? Kenyataannya semakin dilaksanakan program-program yang dinamakan reformasi politik, justru penderitaan rakyat semakin menjadi-jadi, karena sang penguasa dapat mengambil kebijakan atas nama rakyat, walaupun merugikan rakyat itu sendiri, sebagaimana yang terjadi dalam kasus kenaikan BBM baru-baru ini. Reformasi politik telah melahirkan budaya baru "premanisme politik" dikalangan para politisi yang memang sudah memiliki tabiat buruk untuk berlomba-lomba mengejar jabatan demi memuaskan nafsu syahwat kekuasaannya yang senantiasa membara dan bergejolak. Syahwat yang membawa kepada persaingan tidak sehat, penuh intrik dan tipu daya , yang ahirnya menimbulkan perpecahan demi perpecahan, konflik demi konflik bahkan pembunuhan demi pembunuhan di antara masyarakat akibat fanatisme golongan dan provokasi pemimpin mereka. Reformasi politik yang kebablasan telah menumbuhsuburkan budaya "machivelis" yang menghalalkan segala cara untuk mencapai ambisi kekuasaannya, yang telah menyuburkan budaya "money politic", yang tidak lain adalah budaya bejat korupsi yang telah menimpa semua lini, termasuk para anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang dikatakan sebagai penyelenggara "reformasi politik".

Demikian pula mereka yang beranggapan bahwa masalah utama adalah masalah ekonomi, yang kemudian memberikan berbagai bentuk solusi reformasi ekonomi, seperti sistem ekonomi pasar, ekonomi terkendali, ekonomi kerakyatan dan lain-lainnya, atau seperti yang diajukan tim ekonominya Wakil Presiden Jusuf Kalla. Namun kenyataannya, implementasi di lapangan jauh berbeda, bahkan yang pasti, penguasa tetap menerapkan ekonomi yang berpihak kepada para pemilik modal. Hal ini ditandai dengan mudahnya para kapitalis korup mendapatkan sumber dana murah dari bank pemerintah sehingga terjadi korupsi sebagaimana yang terjadi pada kasus pemberian kredit bermasalah Bank Mandiri yang merugikan negara dan melibatkan para petinggi negara yang berlatar belakang pengusaha. Sementara rakyat jelata tetap terpinggirkan akibat susahnya mendapatkan akses dana murah untuk mengembangkan usaha. Pengembangan ekonomi

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

12

Page 13: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

mikro pro rakyat yang didengungkan pemerintah hanya sebatas slogan pelipur lara bagi rakyat miskin yang terpinggirkan. Pada saat yang sama telah tumbuh kroni-kroni ekonomi baru yang menciptakan kelompok-kelompok baru konglomerat yang memiliki hubungan dengan penguasa, menggantikan pemain lama yang memiliki tujuan yang jelas, menguasai akses pendanaan yang seluas-luasnya. Itulah sebabnya para petinggi negara berlomba-lomba menempatkan orang-orang kepercayaannya pada posisi-posisi strategis, terutama di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang selama ini telah menjadi sapi perahan para penguasa. Reformasi ekonomi ahirnya tidak lain kecuali berarti bergantinya para pemain lama dengan pemain baru dengan budaya dan kebiasaan yang sama, menjadi mesin uang bagi kepentingan politik dan kekuasaan para rezim yang mengatasnamakan rakyat untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Terlalu banyak analisis dan kosep penyelesaian yang diajukan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh para pemimpin dan intelektual kita. Namun sejauh ini mereka tidak berhasil mengurai lingkaran setan yang melilit, mereka tidak berhasil melihat perasalahan utama dan paling fundamental dari penyakit bangsa ini sehingga mereka hanya memberikan solusi-solusi yang hanya menambah kebingungan demi kebingungan di tengah-tengah kebingungan yang sudah ada. Mereka seperti seorang dokter yang kebingungan melihat penyakit pasiennya yang sudah sangat kronis, ketika sang pasien mengeluh sakit kepala, sang dokter memberi obat sakit kepala, ketika badannya nyeri diberikan obat nyeri, ketika pasien batuk hanya diberikan obat batuk. Padahal sakit kepala, nyeri dan batuk adalah efek samping dari penyakit utama yang jauh lebih parah, yang mungkin pasien sudah terkena kanker akut. Sama halnya dengan pemimpin dan intelektual kita yang memberikan 'solusi-solusi' ringan melalui pendekatan ekonomi, politik, sosial, pendidikan, moral, pembangunan dan sejenisnya. Padahal dibutuhkan sebuah penyelesaian yang besar, menyeluruh, terbukti keampuhannya dan yang paling penting dapat mengantarkannya menuju cita-cita agung, sebuah masyarakat adil makmur dibawah keridhaan dan ampunan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Besar.

Menurut perenungan dan temuan penulis, sebagaimana yang akan diuraikan nanti, bahwa krisis multi dimensi yang tengah menerpa saat ini, bermula dari sebuah krisis spiritual bangsa. Krisis spiritual bangsa tidak lain akibat dari krisis spiritual yang dialami pribadi-pribadi. Ketika seseorang mengalami krisis spiritual, mereka akan menyimpang dari kebenaran dan kebaikan yang diajarkan agama ataupun tradisi dan budaya bangsa. Ketika mereka yang menderita krisis spiritual mendapat amanah sebagai pemimpin mereka berlaku aniaya terhadap rakyat, menzalimi, menekan, memaksa bahkan bersekongkol dengan manusia-manusia bejad untuk mengeksploitasi potensi bangsa, sehingga bangsa yang dipimpinnya menderita lahir bathin. Ketika memegang jabatan mereka korupsi, ketika mendapat kesempatan berusaha mereka curang dan menjadi benebar kerusakan. Ketika ada kesempatan untuk melakukan tindakan kriminal, mereka melakukannya, menjadi preman, penipu, pemeras, pencuri dan sejenisnya. Masyarakat yang mengalami krisis spiritual akan menjadikan tindakan-tindakan buruk sebagai tradisinya, berbuat kemungkaran, maksiat, prostitusi, perjudian dan menyebarkan budaya hedonisme yang hanya menurutkan syahwat dan hawa

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

13

Page 14: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

nafsu rendahan. Dan tidak diragukan inilah yang tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat kita, masyarakat yang secara spiritual sedang sakit, sedang mengalami krisis spiritual.

Itulah sebabnya, bangsa yang mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa ini, masyarakatnya melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari ajaran Tuhan, karena mereka tidak merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan, yang akan mengawasi, mencatat dan membalas tindakan mereka, baik di dunia ataupun kehidupan setelahnya. Masyarakat yang tidak merasakan kehadiran Tuhannya dalam kehidupan adalah masyarakat yang sakit, sakit secara spiritual. Jika sebagian besar masyarakat sudah terkena krisis spiritual, maka tidak diragukan lagi, bahwa bangsa itu secara keseluruhan akan terkena krisis-krisis yang lainnya. Krisis spiritual akan menimbulkan berbagai krisis baru seperti kanker yang akan menyerang anggota tubuh lainnya dengan ganas. Sebagai contoh, seorang politisi yang mengalami krisis spiritual akan melakukan tindakan-tindakan menyimpang, seperti korupsi, menyalahgunakan jabatan ataupun membuat kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat. Tindakan politisi ini akan berdampak buruk kepada rakyat, seperti habisnya uang negara, hilangnya kesempatan pengusaha kecil untuk bersaing dan meningkatnya pengangguran, yang menimbulkan kriminalitas, semakin banyaknya prostitusi, kecemburuan sosial, keputusasaan masyarakat dan berbagai bentuk krisis sosial lainnya. Karena masyarakat sedang mengalami krisis spiritual, maka akan mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak masuk akal ataupun perbuatan-perbuatan nekad yang akan merugikan kepentingan bangsa dan negara. Jika krisis sosial sudah terjadi, maka akan menimbulkan krisis-krisis lainnya, seperti krisis ekonomi, krisis moral, krisis SDM, krisis kepemimpinan dan berujung pada krisis multi dimensi sebagaimana yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.

Tentu, untuk menyelesaikan permasalahan sangat komplek yang dihadapi bangsa ini, tidak semudah membalik telapak tangan. Diperlukan sebuah analisis yang jernih oleh mereka yang telah melalui proses pencerahan dan telah melalui era krisis spiritual. Untuk menyelesaikan masalah bangsa, diperlukan sebuah konsep penyelesaian yang terunggul dan terbukti telah mempu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia sebelumnya dan mampu mengantarkan mereka menuju kegemilangan kembali sesuai dengan dinamika sejarah dan perkembangan peradaban mereka. Setelah ditemukan sebuah konsep terunggul, maka konsep itu harus diterapkan dalam masyarakat, sehingga konsep tersebut menyatu menjadi praktik harian mayarakat dengan tahapan-tahapannya sebagai sebuah ovolusi perubahan sosial. Masyarakat terbelakang menemukan pencerahan, tumbuh berkembang sampai puncak pencapaiannya kemudian tenggelam dalam keterbelakangan kembali sebagaimana yang menimpa bangsa-bangsa berperadaban besar, baik Yunani, Romawi, Parsia, Mesir ataupun bangsa-bangsa Muslim.

Setelah kita menemukan rumusan konsep terunggul yang sesuai dengan dinamika sejarah dan peradaban, maka mesti dipilih sebuah masyarakat yang paling berpotensi untuk memimpin perubahan bangsa secara menyeluruh. Apakah penerapan konsep penyelesaian akan dimulai sub-bangsa Jawa, atau sub-bangsa Betawi, atau sub-bangsa Makassar,

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

14

Page 15: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

ataupun sub-bangsa Aceh atau lainnya, tergantung kesiapan dan potensi masing-masing. Yang terpenting mereka diberi kesempatan untuk bangkit dengan segala potensinya dengan sejajar dan dalam koridor berlomba-lomba atas kebajikan (fastabiq al-khairat). Tidak ada yang mesti merasa dominan dan memaksakan keunggulan dan peradaban mereka masing-masing.

Sebagai seorang muslim, penulis meyakini bahwa Islam dengan keunggulan dan kesempurnaannya adalah sistem yang akan mampu memberikan penyelesian terhadap krisis yang menimpa bangsa ini. Islam terbukti telah mampu mengantarkan masyarakat Arab yang terbelakang menjadi bangsa maju yang berperadaban tinggi, bahkan menjadi mercusuar peradaban modern. Demikian pula Islam kini telah menempatkan dirinya kembali sebagai sebuah kekuatan yang dapat menggugat sekaligus mengancam semua konsep dan teori modern sekuler dan materialisme. Bahkan Islam telah dinyatakan sebagai satu-satunya ancaman idiologis bagi kelangsungan peradaban barat modern sebagaimana dinyatakan Samual P. Huntington dalam bukunya yang terkenal The Clash of Civilizations.

Kaum muslimin kontemporer, terutama para pemimpin dan cendekiawannya perlu merumuskan kembali sebuah pembaruan pemikiran keislaman yang sesuai dengan metode terkontemporer yang akan membangkitkan kembali kegemilangan masyarakat mereka. Karena sebuah kebangkitan, terutama kebangkitan yang berorientasi peradaban tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, tanpa melalui sebuah program dan rencana perubahan yang digerakkan oleh mereka yang memahami masyarakat dan makna perubahan itu sendiri. Dan tidak diragukan bahwa pembaruan pemikiran keislaman oleh para pemikir dan cendekiawan tercerahkan adalah langkah pertama yang mesti menjadi program kebangkitan kembali. Mengenal pasti tradisi keislaman yang akan menjadi model dan modal dalam kebangkitan kembali. Mengenal pasti ajaran keislaman yang akan mampu membangkitkan masyarakat dari keterbelakangannya menjadi masyarakat maju dan dinamis sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Ibrahim, Thalut ataupun Nabi Muhammad saw.

Sehubungan dengan renaisan ini, maka diperlukan sebuah konsep pemikiran yang akan mengarahkan dan mendorong kaum muslimin menuju kebangkitan dan pencerahan semula. Paradigma pemikiran yang berkembang selama ini, baik yang digerakkan oleh kelompok Islam Liberal sebagai anak Islam Modernis atau neo-modernis ataupun Islam Radikal sebagai kelanjutan Islam Fundamentalis atau neo-fundamentalis telah menemui kebuntuan demi kebuntuan karena terjebak dengan retorikanya sendiri. Di satu fihak menganjurkan kebebasan, tapi pada saat yang sama menafsirkan kekebasan hanya sebatas pemahaman kelompoknya sendiri sehingga menimbulkan reaksi-reaksi yang mengakibatkan ketegangan bahkan clash fisik sebagaimana yang terjadi di lapangan Monumen Nasional Jakarta antara pengikut Islam Liberal dengan Islam Radikal.

Untuk itulah, percikan pemikiran mengenai sebuah wacana Islam yang spiritualis, penuh rahmat, berorientasi peradaban serta universal yang sangat awal ini penulis harapkan menjadi jembatan antara dua kubu yang berseturu. Penulis sendiri yang akrab dengan pemikiran radikal Islam berusaha untuk memahami pemikiran dan metodologinya yang dianjurkan teman-teman penggerak Islam Liberal, bahkan mencoba untuk bergaul sedekat mungkin.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

15

Page 16: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Sebagai sebuah upaya yang sangat awal dan dangkal, beberapa pokok fikiran yang penulis coba kemukakan pada buku ini, mudah-mudahan menjadi jembatan dan dialog yang dapat melahirkan sebuah pemikiran bersama yang akan menggerakkan kebangkitan Islam dan ummatnya kembali.

Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat kaum muslimin seluruh dunia yang mengharapkan tegaknya masyarakat baru yang lebih adil dan makmur serta menjadi amal sholih penulis di hadapan Allah SWT. Jika perkara yang dibahas dalam buku ini benar adanya, maka tidak lain datangnya dari Allah Yang Maha Benar dan jika salah tidak lain akibat kebodohan dan kealpaan penulis semata yang mudah-mudahan mendapat ampunan dan petunjuk-Nya. amin.Wassalamualaikum Wr. Wb.Hamba Allah yang lemah

Kuala Lumpur, 01 Agustus 2008Hilmy Bakar Almascaty

Pertama: Kondisi Yang Mencemaskan

Islam adalah ajaran sempurna yang telah diturunkan Allah SWT kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw, sebagai penyempurna bagi ajaran yang telah diturunkan sebelumnya, sejak zaman Nabi Adam as, Nuh, Ibrahim as, Musa as dan Isa as, baik bernama Yahudi dan Nashrani. Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam sekaligus sebagai hujjah nyata kepada

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

16

Page 17: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

penentangnya adalah kemukzijatan dunia yang luar biasa dahsyatnya, sebuah kitab yang secara terbuka menantang seluruh manusia dengan perbendaharaan pengetahuannya untuk membuat seumpamanya, namun sampai sekarang tiadak ada satu bangsapun yang mampu memenuhi tantangan ini. Islam adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan ummat manusia, dari masalah-masalah individu sehingga masalah masyarakat dan negara. Islam adalah way of live yang tertinggi dan tersempurna, ajaran yang akan menghantarkan penganutnya menuju kemenangan sejati didunia dan diahirat kelak.1

Sejarah telah membuktikan, Islam dengan ajarannya yang sempurna telah berhasil membangun sebuah masyarakat dengan peradabannya yang menjulang tinggi pada masa lalu. Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw telah menjadikan bangsa Arab yang terbelakang, terpecah belah dan tertindas menjadi bangsa besar, sebagai super power yang telah menumbangkan dua super power masa itu, Romawi dan Parsi. Islam telah merubah manusia-mnusia jahiliyah penyembah berhala menjadi manusia-manusia yang bertauhid dan berperadaban, menjadi pemimpin-pemimpin besar dunia yang dikagumi hingga hari ini. Islam telah berhasil melahirkan generasi terpilih sepanjang sejarah kemanusian. Generasi-generasi yang menegakan keadilan dan kedamaian sejati serta mengahancurkan segala bentuk kezaliman. Generasi yang telah memberikan rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana yang telah ditugaskan Allah SWT kepada mereka sebagai Khalifah (wakil)-Nya yang telah memenej alam sesuai dengan kehendak-Nya.2

Secara konsepsional sistem Islam adalah sistem terunggul daripada seluruh sistem dunia masa kini. Sistem lebih unggul daripada Sekulerisme, lebih unggul daripada Kapitalisme-Liberalisme, lebih unggul daripada Sosialisme-Komonisme, lebih unggul daripada Nazisme-Fascisme, lebih unggul daripada Humanisme, lebih unggul daripada Nasionalisme lebih unggul daripada semua cabang pemikiran Modernisme ataupun Post-Modernisme, Islam lebih unggul daripada seluruh sistem danagama-agama dunia.3

1 Untuk masalah ini lihat misalnya : Prof. Said Hawwa, al-Islam, Beirut : Dar al-Fiqr, 1979. Dr. Yusuf al-Qardhawy, al-Hall al-Islam, Qatar : Jami’ah al-Islamiyah Qatar, 1986. Hamudah Abdalaty, Islam in Focus, Kuwait : IIFSO, 1978. Abu Urwah, Sistem-sistem Islam, KL: Pustaka Salam, 1989.

2 Lihat misalnya : Thabary, Tarikh Umam wa al-Mulk, Beirut : Dar Fiqr, 1979. Abul Hasan an-Nadwy, Madza Khasira al-Alam bi inhithoth al-Muslimun ?. op.cit. Abul A’la al-Maududi, al-Khilafah wa al-Mulk, op.cit. Khalid Muhammad Khalid, Rijal Haula al-Rasul, Beirut : Dar Fiqr, 1975. Muhammad al-Ghazaly, Fiqh al-Sirah, Beirut : Dar Fiqr, 1978. Yusuf al-Khandahlawy, Hayat al-Shahabah, Lucnow : Dar Ulum, 1980. Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, London : Chiristopher, 1955. R.A. Nicholson, Literary History of the Arab. Chambridge : Cambridge Univ. Press,1930.

3 Untuk masalah ini secara mendetil lihat misalnya : Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur: ABIM, 1974. Abul A’la al-Maududi, Capitalism, Socialism and Islam. Kuwait : Islamic Books Publ., 1987. M. Mirza Hussain, Islam and Socialism, a Critical Analisis of Capitalism, Fascism and Nazims as Contrasted with the Qur’an Conception of a New World Order, Lahore : SM, 1974. Maxime Radinson, Islam and Capitalism, Paris : Penguin Books, 1980. Ali Shari’ati, Marxism and Other Western Fallacies, Trans by R. Campbell. Berkeley : Mizan Press, 1980. Mustafa Mahmoud, Marxism and Islam, trans. By MM. Enany, Kaherah : Cairo Univ. 1990. Khalifa Abdul Hakim, Islam and Communism. Lahore : Siddiq Printer, 1976. David Westerwind, From Socialism to Islam, Uppsala : The Scandinavia Inst. Of African Studies, 1982. HOS Cokroaminoto, Islam and Socialism, Kuala Lumpur : Iqrak, 1988. Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology. New Delhi : Sterling Publ, 1990. Ahmad Abdul Ghaffar Affar, Humanisme in Islam. Trans. By Albin Michel, Indiana : The American Trust Publ,. 1979. Maryam Jameelah, Islam and Modernism. Lahore : Muhd Yusuf Khan, 4th. Edt. 1977. Dr. Ali Muhd. Nagvi, Islam wa al-Qaumiyah, Tehran : 1404. Muhammad Asad, Islam at the Cross Road, Spain : Dar al-Andalaus : 14th. Edt. 1404 H. Akbar S. Ahmad, Postmodernism and Islam, London : Routledge, 1992.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

17

Page 18: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Dalam dunia modern, konsep-konsep Islam tetap relevan dan akan menjadi jalan keluar dari segala bentuk krisis dan problema yang dihadapi dunia. Islam sekali lagi akan membuktikan keunggulan konsepnya dari seluruh sistem hidup di abad modern ini. Konsepsi Islam tidak akan pernah lapuk dimakan waktu, karena ia diturunkan untuk seluruh ummat manusia hingga ahir zaman.4

Namun ironisnya, pada zaman secanggih ini tidak ada satu agamapun di dunia ini yang diserang sedemikian hebatnya dengan berbagai cara, secara halus maupun kasar, baik secara sembunyi maupun terang-terangan kecuali Islam. Agama ini telah dimusuhi oleh orang-orang yang mengaku berperadaban tinggi ataupun biadab, baik orang Barat maupun orang Timur, baik Komunis, Sosialis maupun Kapitalis, apalagi yang Zionis. Bahkan tidak kurang orang yang mengaku dirinya Muslimpun menyerang Islam secara terbuka dan merendah-rendahkan ajarannya dengan berbagai dalih pembaruan agama. Koran dan majalah serta buku-buku yang ilmiah ataupun populer telah menyerang Islam dengan terbuka, mencitrakannya sebagai sumber ajaran teroris, radikal, ekstrim, fundamentalis, ortodoks dan berbagai istilah buruk lainnya. Islam diidentikannya dengan agama kaum primitif dan bar-bar padang pasir yang ketinggalan zaman. Dan tidak kurang pula tampil orang-orang seperti Salman Rushdi yang merendahkan Islam dengan cara yang tidak rasional dan tidak ilmiah.5 Dan kini para intelektual Barat secara terbuka telah menyatakan Islam adalah ancaman terbesar bagi peradaban Barat, seperti yang dikemukakan Huntington,6 Marvin Centron dan Thomas O’Toole.7 Golongan ini seakan-akan menghendaki agar seluruh dunia mengikuti pikirannya untuk membenci dan memusuhi Islam dengan segala propaganda yang dilakukannya secara sistematis.

Sudah banyak studi yang dilakukan oleh para cendekiawan Muslim tentang keadaan kaum Muslimin yang menjadi penyebab utama kebencian dunia pada Islam. Atau seperti yang dikatakan oleh Pemikir Mesir, Syekh Muhammad Abduh, Islam terhalang (mahjub) karena akibat kaum Muslimin sendiri. Realitas ini tampak sangat jelas pada bangsa-bangsa yang menyatakan dirinya Muslim namun jauh dari perilaku Islam yang diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. Baik kehidupan sosial, ekonomi, maupun pemerintahannya. Dalam hal ini dapat diambil contoh seperti negara-negara Arab misalnya.8

4 Lihat misalnya : Syed Abdul Wahab Bukhory, Islam and Modern Challenges. Madras : Dar al-Tasneef, 1966. GW. Choudury, Islam and the Contemporary World, London : Indus Thames Publ, 1990. Ahmad al-Shahi dan Denis Mac Eoin, Islam in Modern World, New York : St. Martin’s Press, 1983. John J. Donohue, and John L. esposito (ed), Islam in Transition, Muslim Perspective, New York: Oxford Univ. Press, 1982. Ilse Lilhtenstadter, Islam and Modern Age, An Analysis and Appraisal, New York: Bookman Associates. 2nd. Edt. 1960.

5 Salman Rushdi, The Satanic Verses. (London Penguin Books, 1986)6 Samual P. Huntington, The Clash of Civilizations and The Remaking of World Order, (New York,

Simon & Schuster, 1996)7 Marvin Centron & Thomas O’Toole, Ecounters with The Future : a Forecast of Life into The 21.st

Century. New York, 1991.8 Lihat misalnya : Ali E Hilali Dessouki (ed). Islamic Resurgence in The Arab World, New York : Yale

Univ. Press, 1988. James Piscatori (ed). Islamic Fundamentalism and The Gulf Crisis. Chicago : The American Academy of Art and Science, 1991). Luqman Harun, Potret Dunia Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1985. Richard F. Nyrop (ed). Saudy Arabia : a Country Study, NY: Foregn Area Studies : The American Univ, 1985. Sandra Mackey, Saudis, inside Desert Kingdom, New York : Penguin, 1990.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

18

Page 19: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Sudah menjadi rahasia umum bagaimana keadaan moral bangsa-bangsa Arab kontemporer, terutama mereka yang terkena “bom minyak”. Mereka menjadi bangsa yang berfoya-foya penuh dengan maksiat dan skandal. Amir-amir, bangsawan, dan orang kaya mereka adalah langganan tetap pusat-pusat maksiat dunia. Mereka menghambur-hamburkan uang dengan penuh keborosan, karena sistem pemerintahan ala Raja Diktator memungkinkan mereka berbuat demikian, seakan-akan seluruh harta kekayaan bumi Allah di Arab adalah milik pribadi mereka dan kaum kerabatnya. Demikian pula dengan generasi mudanya sudah hanyut jauh bersama arus sekulerisasi dan westernisasi yang bertopengkan modernisasi. Bangsa ini digiring secara sistematis untuk menjauhi dan memusuhi Islam oleh kuasa-kuasa besar dunia kaki tangan Zionis atau Salibiah Internasional. Ulama dan intelektual blilyan yang istiqomah kepada ajaran Islam, ditangkap atau terpaksa lari akibat kekejaman dan kediktatoran pemerintahan Sekuler yang berlindung diketiak Barat.

Sejak beberapa puluh tahun lalu, para cendekiawan Muslim terkemuka yang ikhlas dan istiqomah, baik dari dunia Arab maupun Barat, yang berpendidikan tradisionlal maupun modern, dari berbagai latar belakang mazhab dan aliran pemikiran. Setelah mereka mengadakan penelitian mendalam dan secara jujur telah menyatakan bahwa keadaan kaum Muslimin di seluruh dunia adalah keadaan umat yang terburuk jika dibandingkan dengan umat lainnya. Sangat bertentagan dengan yang dicitrakan al-Qur’an sebagai umat terbaik. Bahkan Prof. Faruqi dengan jujur menyatakan bahwa kaum Muslimin berada pada anak tangga terbawah dari seluruh bangsa dan peradaban dunia kontemporer. Walaupun sebagian mereka memiliki kekayan yang melimpah ruah, namun kekayaannya tidak mampu dijadikan sarana untuk membangun peradaban dan kemajuan.9

Dan di awal abad 21 ini, keadaan kaum Muslimin bukannya bertambah baik, namun lebih mencemaskan dari sebelumnya. Peperangan demi peperangan telah melanda negeri kaum Muslimin yang menghancurkan peradaban, termasuk sarana pendidikan dan ekonomi mereka. Invansi Amerika ke Iraq dengan alasan yang dicari-cari telah menghancurkan kehidupan dan masa depan kaum Muslimin di Iraq. Generasi muda hilang kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak akibat hancurnya sarana dan prasarana. Demikian pula yang terjadi sebelumnya di Afghanistan. Serangan demi serangan militer secara frontal yang dilakukan Barat terhadap dunia Islam telah mencedrai hati kaum Muslimin, dan menjadikan sebagian mereka sebagai penentang Barat dengan segala kebijakannya secara membabi buta. Itulah sebabnya ketika Usamah bin Laden menyerukan peperangan terbuka terhadap Amerika dan sekutunya, seruannya mendapat sambutan luas generasi Muslim yang tidak tahan dengan perlakuan biadab Amerika di negara-negara Muslim, termasuk kebiadaban anak emasnya zionis Israel yang selalu dibelanya terhadap Palestina. Tampilnya kembali GW. Bush sebagai Presiden Amerika dengan

9 Masalah ini banyak mendapat sorotan para intelektual Islam, lihat misalnya : Prof. Ismail Faruqi dalam Islamization of Knowledge, Dr. Yusuf al-Qardhawi dalam Aina al-Khalal, Prof. Muhammad Qutb dalam Jahiliya al-Qorn al-Isyrien, Prof. Said Hawwa dalam Durus fi al-Amal al-Islami. Prof. Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity, Prof. Sayyid Hossein Nashr dalam Islam and The Plight of Modern Man, Ziauddin Sardar dalam The Future of Muslim Civilization, dan lain-lainnya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

19

Page 20: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kebijakan anti Islamnya telah menambah luka kaum Muslimin yang menunggu waktu dan momentum tepat untuk melawan semua kezaliman ini.

Generasi muda Muslim lebih terancam keimanannya dibandingkan generasi terdahulu. Media sekulerisasi dan westernisasi yang menyerukan kemaksiatan dan kekufuran sudah dapat menjangkau kamar-kamar pribadi mereka tanpa halangan melalui teknologi informatika dan komunikasi yang demikian canggihnya. Teknologi internet, hand phone, TV satelit yang murah dan terjangkau telah merubah pola kehidupan manusia, karena siapapun dengan mudah dapat mengakses informasi yang dikehendakinya tanpa hambatan. Pelaku bom Bali, Imam Samudra yang sedang dipenjara dapat dengan mudah berkomunikasi dengan para kadernya melalui internet on-line melalui jaringan telpon genggamnya di kamar selnya tanpa sepengetahuan penjaga penjara, sehingga dengan mudah dia dapat merekrut kader-kadernya barunya. Generasi muda Muslim melalui TV satelit meniru hal-hal yang dikatakan sebagai modern dan trendi yang dihembuskan peradaban Barat. Sementara kaum Muslimin sendiri belum memiliki sarana ampuh untuk mencegah dan memberikan alternatif kepada masalah yang dihadapi.

Merespon keadaan kaum Muslimin yang semakin mencemaskan ini, telah tampil berbagai bentuk pemikiran dan aliran yang bertujuan memberikan jalan keluar kepada kaum Muslim dalam menggapai cita-citanya sebagai umat terbaik. Aliran pemikiran ini umumnya adalah kelanjutan dari aliran-aliran pemikiran sebelumnya yang berkembang sesuai dengan tantangan dan zaman yang dihadapi. Dengan cepatnya aliran-aliran pemikiran ini menyebar dan menjadi ikutan kaum Muslim di penjuru dunia.

Fundamentalisme Muslim Yang Semakin Radikal dan Tak TerarahPasca perang dingin Timur-Barat, kaum Muslimin dan umat manusia

secara umum tengah dikejutkan oleh tindakan sebagian kaum fundamentalis Muslim yang semakin radikal bahkan telah menjurus pada kelakuan yang sisebut sebagai terorisme atas nama agama. Serangkaian gerakan ”bom syahid” dalam melawan segala kebijakan Barat telah menjadi hantu menakutkan rezim-rezim Barat dan antek-anteknya, terutama pasca penyerangan World Trade Centre di Amerika. Bagaimana tidak, dibandingkan dengan fundamentalisme Muslim pasca kemerdekaan negara-negara Muslim terdahulu di era Hasan al-Bana, Kartosuwirjo ataupun pelanjutnya seperti Sayyid Qutb, Abul A’la Al-Maududi dan segenerasinya, gerakan fundamentalisme Muslim masa kini digerakkan mayoritas oleh cendekiawan dan profesional yang berlatar belakang pendidikan Barat, menguasai teknologi modern, yang mengenal dengan pasti titik lemah peradaban Barat bahkan didukung dengan kekuatan doktrin, jaringan dan dana melimpah. Katakanlah diantaranya seperti jaringan al-Qaeda yang digerakkan multijutawan Usamah bin Ladin, seorang sarjana teknik dari Universitas terkemuka di Arab Saudi.

Usamah bin Ladin dengan Jaringan Al-Qaeda telah menjadi simbol baru dalam gerakan ultra fundamentalisme Muslim pasca perang Afghanistan, yang menjadikan para veteran perang Afghanistan sebagai ujung tombak gerakan melawan Barat dan antek-anteknya di seluruh dunia. Akan sulit memisahkan hubungan antara pelaku bom Bali seperti Imam Samudra, Mukhlas, Amrozi dan lain-lain misalnya dengan Usamah bin Ladin yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

20

Page 21: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

mereka kenal ketika berjuang melawan rezim komunis Afghanistan yang didukung oleh tentara Uni Sovyet masa itu. Keberangkatan pemuda-pemuda ini sendiri awalnya juga atas dukungan fatwa ulama-ulama terkemuka Saudi Arabia dan negara Muslim lainnya yang mewajibkan kaum muslimin membela Afghanistan dari invansi komunis Sovyet. Walaupun secara struktural organisasi, pelaku bom Bali tidak langsung berhubungan dengan al-Qaeda, namun tidak diragukan secara idiologi dan pandangan mereka sefaham, bahkan diketahui Hambali yang dikatakan sebagai penggerak utamanya memiliki kedekatan dengan para petinggi al-Qaeda yang juga merupakan teman seperjuangannya di Afghanistan.

Pengalaman pribadi saya berinteraksi langsung sepanjang lebih 10 tahun, antara tahun 1982 sampai 1993 dengan para penggerak utama jama’ah yang dikatakan sebagai jaringan al-Qaida Asia Tenggara bernama Jama’ah Islamiyah (JI), terutama Ustadz Abdullah Sungkar, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, Ustadz Abu Jibril (Fihiruddin Muqthi), Hambali, Mukhlas, Imam Samudra dan lain-lainnya, memberikan kesan tersendiri kepada saya. Bagi kelompok mereka saya adalah seorang pengikut yang tidak bisa dipegang, karena sering melawan perintah pimpinan, sementara saya menganggapnya sebagai diskusi dan mudzakarah mencapai kebenaran. Latar belakang pendidikan jama’ah yang rata-rata dari kalangan menengah ke bawah, kecuali beberapa diantara mereka sarjana, telah menjadikan kelompok ini sebagai jama’ah yang eksklusif dan cendrung tertutup pada pemikiran mainstrim. Apalagi setelah banyak anggota jama’ah yang pulang dari Afghanistan, mayoritas jama’ah menganggap jihad dalam artian perang adalah jalan satu-satunya kebangkitan dan kemenangan Islam. Ketika saya mengajukan keinginan untuk melanjutkan studi ke peringkat tinggi, saya menjadi bahan pergunjingan. Tapi saya nyatakan bahwa saya ingin menjadi pejuang seperti Dr. Abdullah Azzam, seorang mujahid yang menjadi guru Usamah bin Ladin, lulusan Al-Azhar memegang gelar Ph. D dan berjuang karena ketinggian ilmunya.

Secara pribadi, anggota jama’ah ini sangat militan, terutama alumni dari Afghanistan, tidak terlalu mementingkan dunia dengan hidup sangat bersahaja, bekerja hanya sekedar mencukupi kehidupan keluarga, itulah sebabnya banyak diantara mereka yang menjadi pedagang kecil. Pengamalan keislaman mereka sangat ketat, tidak meninggalkan kewajiban utama bahkan menambah dengan puasa sunat dan salat malam. Akhlaq mereka sangat tinggi, memiliki keberaniaan yang luar biasa dan loyalitas yang tinggi pada jama’ah dan pimpinan. Untuk Islam, apapun mereka korbankan, dan inilah yang mendorong mereka untuk melakukan apa yang dikenalnya sebagai ”bom syahid”. Keperibadian yang sangat memikat ini tentu telah mempesona profesional muda yang sedang mencari jati diri, seperti Dr. Azahari, seorang akuntan alumni Ph.D perguruan tinggi ternama di Inggris untuk mengikuti perjuangan jama’ah. Namun ketika terdengar berita bahwa Imam Samudra cs dalam melakukan gerakannya telah menghalalkan perampokan kepada kaum kafir atau di luar jama’ahnya, maka terjadi perbedaan penafsiran dalam hal ini dengan kelompok mayoritas jama’ah, terutama Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Termasuk dengan cara yang mereka lakukan di tengah masyarakat Muslim Indonesia.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

21

Page 22: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Pasca serangan ke WTC di Amerika telah terjadi serangkaian penyerangan demi penyerangan di seluruh dunia, dari Indonesia, Iraq, Afganistan, Pakistan dan kini merambah ke India dan negara-negara Eropa tentunya. Para pelaku mengidentifikasikan diri sebagai kelompok perlawanan terhadap Amerika, Eropa dan negara-negara pendukungnya, biasanya mereka menamakan diri sebagai mujahidin, tentara Islam, atau sejenisnya yang dapat diidentifikasikan sebagai kelompok fundamentalis Muslim. Walaupun para pelaku dan jaringannya telah ditangkap dan dihukum mati, seperti yang dialami pelaku bom Bali, namun gerakan ini tetap mendapat simpati dari sebagaian kaum Muslimin. Ini dapat dilihat dari peristiwa dukungan yang diberikan oleh pemuda-pemuda Islam ketika pemakaman jenazah Amrozi cs, bahkan sebagian mereka telah memberikan gelar ”pahlawan Islam”. Seorang artis ternama yang kontraversial, Dorce, yang ikut hadir pada pemakaman Imam Samudra di Serang Banten, dengan ringan menyatakan ”sudah pasti balasannya sorga” kepada Imam Samudra. Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, yang selama ini disebut sebagai pemimpin spiritual utama gerakan ini, tetap menyatakan bahwa ”niat dan tujuan” para pelaku adalah benar, mereka tetap dapat disebut sebagai pejuang Islam, namun caranya kurang disetujui oleh Ustadz sepuh ini. Sementara kelompok Islam moderat dan liberal terang-terangan menuduh mereka sebagai teroris dan keluar dari ajaran Islam. Pada saat yang sama organisasi resmi, baik MUI ataupun Muhammadiyah sepertinya tidak ingin terlibat polemik secara mendalam, yang membuat kaum Muslimin terbelah.

Keterbelahan tokoh-tokoh Islam dalam menyikapi apa yang dikatakan sebagai ”bom syahid” atau ada yang menyebutnya sebagai ”bom terorisme” ini telah menimbulkan dampak kepada kaum Muslimin secara umum. Bagi generasi muda Muslim yang memiliki semangat keislaman membara, tanpa didukung oleh perangkat pengetahuan Islam yang luas dan mendalam, boleh jadi pemahaman ini akan menjadi sangat menarik minat mereka. Sesuai dengan semangat perlawanan dan kebencian mereka terhadap perilaku ganda negara-negara Barat, terutama Amerika yang selalu mendukung tindakan keji Zionis Israel dalam memerangi dan mengusir Muslim Palestina. Namun jika kaum Muslimin yang berbuat salah menurut versi mereka, tidak segan-segan Amerika cs akan mengirimkan pasukan militernya membumi hanguskan dunia Islam, seperti yang terjadi pada Afghanistan, Iraq, Libya dan lainnya. Demikian pula pemerintahan Bush yang radikal Kristen telah menambah kebencian pemuda-pemuda Islam, sehingga mendorong mereka untuk mendukung perbuatan anti Amerika, termasuk serangan terhadap kepentingan Amerika. Walaupun mereka tidak menyetujui cara-cara yang ditempuh dalam melawan Amerika, tapi mereka menyetujui niat dan maksud para penyerang itu.

Sejarah panjang keterbelahan ini tidak lain akibat dari perbedaaan pemahaman kaum Muslimin dalam menterjemahkan al-Qur’an dan al-Sunnah, sumber utama ajaran Islam, atau yang diistilahkan oleh Prof. Faruqi sebagai metodologi intelektual (al-manhaj al-fiqr), sehingga menjadi aliran-aliran pemikiran, bahkan sejak masa awal Islam yang telah melahirkan mainstrem mazhab sunni dan syi’ah. Demikian pula metodologi intelektual kaum Muslimin terus berkembang menurut keadaan, tempat dan waktu sehingga melahirkan berbagai macam aliran, yang diprediksi oleh sebuah

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

22

Page 23: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

hadits berjumlah 73 golongan. Pada dunia kontemporer Muslim, keterbelahan ini dapat ditelusuri, sebagaimana dinyatakan cendekiawan Muslim asal Pakistan yang hijrah ke Amerika, Prof. Fazlur Rahman.

Fazlur Rahman10 membagi pembaruan pemikiran di dunia Islam menjadi beberapa fase, diawali dengan fase revivalisme pramodernis, fase modernisme klasik, fase noe revivalisme dan neo-Modernisme. Gerakan revivalisme pramodernis berakar pada seruan pembaruan yang dianjurkan Muhammad bin Abdul Wahhab yang muncul pada abad 18 dan 19 yang menyerukan agar kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Gerakan modernisme klasik adalah kelanjutan dari gerakan terdahulu yang lebih memfokuskan pada pengembangan konsep ijtihad dan keinginan untuk mengadopsi peradaban Barat. Diantara tokohnya adalah Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Dan selanjutnya gerakan ini melahirkan para modernis yang berinterksi dengan peradaban Barat. Gerakan neo revivalisme yang mengoreksi pemikiran sebelumnya dengan lebih menekankan pemikirannya pada konsep ketotalan ajaran Islam sebagai sistem hidup dan berkeinginan keras mengaplikasikan Islam dalam sistem kenegaraan dan kemasyarakatan. Gerakan ini muncul pada pertengahan abad 20, diantara tokohnya adalah Iqbal, Maududi, Hasan al-Banna, Sayyid Qutb dan lainnya. Biasanya kelompok ini dikenal pula dengan istilah fundamentalisme Islam dalam gerakannya yang lebih mapan dan dewasa, gerakan ini telah menjelma menjadi Neo-Fundamentalisme Islam.

Neo-Fundamentalisme Islam yang berkembang di dunia Islam saat ini menurut Fazlur Rahman dalam Roots of Islamic Neo-Fundamentalism11 lahir atas respon dari ketidakpuasaan sebagian generasi Islam, khususnya mereka yang telah mengecap “pendidikan modern” Barat terhadap kegagalan kaum modernis. Menurut Rahman, kegagalan terbesar kaum modernis adalah ketidakmampuan mereka dalam mengembangkan metodologi pemikiran untuk merespon perkembangan zaman sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan lebih jauh terkesan sangat longgar dalam melaksanakan dan menerapkan ajaran Islam dan lebih meniru pemikiran dan gaya hidup Barat yang sekuleristis dan liberal sehingga terkesan sebagai agen penjajah dalam membaratkan kaum Muslimin dengan program modernisasi mereka yang dituduh identik dengan westernisasi. Modernisasi dan program sejenisnya yang dikembangkan telah melahirkan kebingungan dan kerancuan pada generasi Islam, yang akhirnya menimbulkan kegelisan, ketidakpsatian, keputusasaan dan lebih jauh dapat menghantarkan menuju kefasikan, kemunafikan dan bahkan kekufuran. Akhirnya segala produk modernisme Islam, baik dalam bidang pemikiran, pendidikan, politik, ekonomi dan lainnya ternyata tidak mampu, atau lebih tepat telah gagal mengantarkan kaum Muslimin menuju kebangkitan kembali sebagaimana yang di cita-citakan.12

Kerancuan demi kerancuan dan ketidakpastian yang menambah krisis dan dilemma pada generasi Islam yang hidup dalam dunia yang sekuler, 10 Fazlur Rahman, “Islam : Challenges and Opportunities” dalam Alford T. Welch dan Pierre Cachia

(ed)., Islam : Past Influence and Present Challenge, (Edinburgh : Edinburgh Univ. Press, 1979), halaman 315-330.

11 Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”. Dalam Philip H. Stoddard. (ed). Change and the Muslim World, (Syracuse, NY : Syracuse Univ. Press, 1981), halaman 27-28. Lihat juga tulisannya : “Islam : Legacy and Contemporary Challenge,”. Dalam Cyriac K. Pullapilly, Islam in the Contemporary World. (Indiana : Cross Road Books, 1980), halaman 412.

12 Fazlur Rahman, ibid

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

23

Page 24: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

materialis dan individualistik telah mendorong mereka untuk mencari jalan pintas penyelamatan diri kepada tradisi spiritualitas Islam yang dicontohkan Nabi dan para Shahabat. Mereka berkeyakinan hanya dengan kembali mengamalkan dan menerapkan al-Qur’an dan al-Sunnah serta manhaj Nabawi dalam kehidupan nyata sajalah mereka dapat terlepas dari krisis dan dilemma yang berkepanjangan ini.13 Realitasnya pengamalan-pengamalan ajaran pokok Islam yang ketat ditambah dengan amalan-amalan sunnah seperti solat malam, puasa sunat ataupun tadarrus Qur’an serta zikir telah menghasilkan pengalaman-pengalaman spiritual tersendiri dan sekaligus menjadi kekuatan dalam menghadapi kehidupan modern yang penuh tantangan.14 Pada akhirnya pengalaman-pengalaman spiritual ini telah menumbuhkan semangat tegar dalam melaksanakan ajaran agama, namun pada saat yang sama mereka tetap dapat mengadakan interaksi dengan peradaban modern dan produknya. Bahkan ketegaran dalam melaksanakan Islam dapat menjadi semacam filter dalam mengambil perbendaharaan dunia modern, karena al-Qur’an mengajarkan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah akan diberikan garis pembeda (furqoon) dalam kehidupannya, yang oleh sebagian orang dikenal sebagai al-firasat al-mukmin (insting Ilahi). Mereka yang memiliki bentuk pemikiran seperti ini, biasanya secara akademik dijuluki sebagai kelompok fundamentalis Islam15 dan kini Neo-Fundamentalisme Islam.

Istilah Neo-Fundamentalisme Islam sendiri yang diberikan kepada kelompok kaum muslimin yang berpegang teguh kepada tradisi Rasulullah dan Salaf al-Shalih dengan penafsiran apa adanya ini, mungkin akan menolak istilah yang diberikan kepada mereka, sebagimana penolakan generasi Islam yang dijuluki fundamentalis Islam terdahulu. Mereka lebih selamat jika menamakan dirinya sebagai al-salafiyah, Islam Kaffah, atau Islami saja.16

Namun sebagai istilah “akademik” yang sudah baku dalam pengkajian pembaharuan pemikiran Islam, penulis, tetap dengan penuh kehati-hatian, akan menggunakan istilah Neo-Fundamentalisme Islam sebagai sebuah wacana pembaruan pemikiran yang sulit dicari persamaan istilahnya dalam bahasa Indonesia. Penggunaan istilah ini bukan dimaksudkan sebagai upaya legalisasi hakikat sebuah pemikiran yang dilontarkan dari luar Islam, namun untuk lebih mempermudah pembahasan sesuai dengan jalan pikir para pengkritik aliran pemikiran ini.

13 Lihat misalnya : Muhammad Qutb, Jahiliyah al-Qorn al-Ishrien, (Qahirah : Maktabah Wahbah, 1964). Islam and The Crisis of Modern World, (Leicester : The Islamic Foundation, 1979). Al-Insan bayna al-Maddiyah wa al-Islam, (Misr : Isa al-Bab al-Halibi, tt). Sayyid Qutb, Maalim fi al-Thariq,dan Basic Principles of Islamic World View, (Berkeley : IRIS, 1993). Sayyed Hossein Nashr, Islam and The Plight Modern Man, (London : Longman, 1975). Lihat juga The Encounter of Man and Nature, The Spiritual Crisis of Modern Man, (London : Longman, 1968)

14 Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan masalah ini, dianataranya ayat yang menyatakan : Dan orang-orang yang beriman akan tentram hatinya jika mengingat Allah, dan hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.

15 Lihat : antara lain, Rifyal Ka’bah, Islam dan Fundamentalisme, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1981). Riffat Hasan, “The Burgeoning of Islamic Fundamentalism” dalam Norman Cohen (ed). The Fundamentalist Phenomenon, (Michigan : Erdman Publisher, 1990). Yusril Ihza, “Fundamentalisme Sebagai Ekspresi Sikap Keberagamaan”, Makalah diskusi Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, Juni 1992. Hrair Dekmejian, Islam in Revolution : Fundamentalism in the Arab.(Syracus : Syracus Univ. Press, 1985. Jalaluddin Rakhmat, Fundamentalisme Islam : Mitos dan Realitas”, Prisma Ekstra, Jakarta, Maret 1984, halaman 78-88.

16 Dr. Muhammad Imarah, Al-Ushuliyah Baina al-Gharbi wa al-Islam, (Kairo : Dar al-Syuruq, 1998)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

24

Page 25: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Dari beberapa literatur, baik dari kalangan mereka ataupun lainnya, dapat dikenali beberapa ciri khas dari gerakan Neo-Fundamentalisme Islam ini yang pada intinya masih mempertahankan pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu.17 Diantaranya adalah mereka memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat pada Islam dan sangat menginginkan Islam diperkuat untuk menghadapi Barat. Mereka menghendaki penerapan Islam Kaffah (totalitas) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang berarti ditegakkannya syari’at dan hukum Islam dalam sebuah negara Islam (dar al-Islam) yang berdasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah yang pada akhirnya akan membentuk sebuah Khilafah Islamiyah. Dalam praktek keseharian, mereka sangat ketat dalam menjalankan ajaran Islam, baik yang wajib ataupun sunnah, penekanan pada pembinaan pribadi dan keluarga Muslim (usroh) yang merupakan inti dari sebuah jama’ah Islamiyah sebagai wadah perjuangan menegakkan Islam dengan struktur kepemimpinan (Imamah) sebagaimana yang diajarkan Rasul saw dengan metode yang dikenal sebagai manhaj Nabawi. Sikap mereka non kompromis dengan kejahiliyahan, baik dari Barat atau Timur, namun bukan berarti menolak segala bentuk yang berbau Barat atau kemodernan, karena mereka berkeyakinan bahwa ada produk peradaban modern yang bermanfaat untuk kemajuan Islam, namun diperlukan metode khusus dalam penerapannya yang akan dilakukan jika sudah tegak sekumpulan masyarakat yang terbina atas dasar aqidah Islam, seperti penerapan pengetahuan yang bermanfaat ataupun teknologi. Dalam perjuangan mereka biasanya sangat revolusioner, radikal dan militan dalam artian yang positif, karena mencontoh perjuangan Rasulullah yang telah berjihad menegakkan kekuasaan Islam dengan perjuangan bersenjata sehingga hanya Islam yang berkuasa dan tidak didekte oleh kekuatan manapun. Dengan sistem pembinaan (tarbiyah) yang teratur dan tersistematik secara berjama’ah, mereka telah melahirkan pribadi-pribadi yang tegar dan pantang menyerah dalam perjuangan, bahkan mereka sanggup dipenjara ataupun dibunuh dalam mempertahankan prisnsip perjuangannya. Mereka memiliki karakteristik yang sungguh sangat mengesankan : heroik, kesungguhan, keikhlasan, kesedian berkorban, dedikasi, dan sifat-sifat lain dari yang umumnya terdapat pada gerakan militan dan revolusioner dari ideologi manapun juga.

Jika ditelusuri akar pemikiran Neo-Fundamentalisme ini, tidak lain bersumber dari pemikiran neo-Revivalisme atau fundamentalisme yang telah dikembangakan oleh generasi terdahulu seperti Hasan al-Banna, Sayyid

17 Lihat misalnya karya-karya agung para penggagasnya, seperti karya Hasan al-Banna, Majmu’ al-Rasail, Tafsir al-Fatihah, Ushul al-Ishrien, Sayyid Qutb dalam Fi Dzilal al-Qur’an, Maalim fi al-Thariq, al-Islam wa Mushkilat al-Hadarat, al-Mustaqbal li haza al-Dienm , Muhammad Qutb dalam Jahiliya Qorn al-Ishrien, al-Subhat haula al-Islam, al-Thaqofah Islamiyah, Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyat, Hal Nahnu Muslimun ?, al-Shahwah Islamiyah, Abul A’la al-Maududi dalam Khilafat wa al-Mulk,, al-Islam wa al-Jahiliyah, al-Hukumat al-Islamiyah, al-Islam al-yaum, Jihad in Islam, The Islamic Law and Constitution, Nizam al-Hayat fi al-Islam, Capitalism, Socialism and Islam, Abul Hasan al-Nadwy dalam Mazha Khasiro al-Alam bi inhithot al-Muslimun, Mustafa Mashur dalam Dakwah Fardhiah, Said Hawwa dalam al-Islam, Allah, al-Rasul, Jundullah Tsaqofat wa Akhlaq, Asas fi Tafsir, Yusuf Qardhawy dalam al-Hall al-Islam, al-Iman wa al-Hayat, Al-Khoshooish al-Ammah li al-Islam, Aina al-Khalal, Al-Sahwah Islamiyah Baina al-Juhul wa Tatharruf, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim Alladzi Nashhaduhu, Hady al-Islam Fatawi Muashirah, Maryam Jameelah dalam Islam and Modern Man, Islam in Theory and Practice, Islam and Modernism, Ayatullah Qomaeny, dan lainya yang tersebar dalam ratusan buah buku yang kaya dengan dimensi pemikirannya masing-masing. Disamping itu lihat pula karya para peneliti lainnya, seperti Fazlur Rahman, Roger Geraudy, dan lainnya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

25

Page 26: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Qutb, Abul A’la al-Maududi dan lainnya.18 Berbeda dengan pendahulunya yang non kompromis serta apatis terhadap Barat dan segala sesuatu yang berbau Barat, kelompok Neo-Fundamentalis dapat menerima dengan kritis dan penuh kehati-hatian serta menyaringnya menurut kaedah-kaedah ajaran Islam. Bila terjadi pertentangan dengan ajaran Islam, mereka akan lebih mengambil jalan selamat dengan mengutamakan sumber-sumber utama ajaran Islam berupa al-Qur’an dan al-Sunnah. Demikian pula mereka telah mengembangkan metodelogi pemikiran yang khas dalam merespon perkembangan dunia modern dengan segala produknya sebagai pengembangan manhaj nabawi/manhaj Qur’any yang dikemukakan pendahulunya. Karena sebagiannya lahir dari sistem pendidikan modern Barat, mereka memilih wacana intelektual dalam membangun peradaban Islam namun tetap menerima gerakan-gerakan radikal-revolusioner sebagai sebuah alternatif perjuangan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan para shohabat dan salaf al-shalih. Mereka mendirikan partai untuk merespon demokratisasi dan liberalisasi, namun pada saat yang sama mereka memiliki jama’ah Islamiyah dengan struktur dan kepemimpinan yang berbeda dengan partai. Dengan kata lainnya Neo-Fundentalisme Islam lahir dari kematangan dan kemapanan pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu yang telah mengalami pembaruan demi pembaruan dengan segala dinamika yang dialaminya.

Sebagaimana dinyatakan terdahulu, sementara gerakan Neo-Fundamentalisme Islam berkembang dengan eksperimennya, telah tumbuh gerakan fundamentalisme radikal dari akar pemikiran Wahabisme atau Salafi di Saudi Arabia ataupun Yaman. Gerakan yang dikembangkan Usamah bin Ladin dengan jaringan al-Qaedahnya tidak terlepas dari ajaran-ajaran faham dan doktrin radikal Wahabi atau Salafi radikal yang dianut para Ulama di Saudi Arabia atau Yaman sebagai tempat asal gerakan ini. Jika gerakan-gerakan Salafi lainnya mengambil bentuk perjuangan dalam dakwah dan pendidikan, maka gerakan yang dipromotori Usamah berbentuk gerakan Jihad dan pembebasan yang memang sangat menarik minat generasi muda Muslim yang anti Barat dan menghendaki jalan cepat untuk mencapai tujuan. Bom syahid, peperangan, terorisme atau sejenisnya memang cepat mendapat perhatian media, dan secara tidak langsung media ikut membesarkan dan menyebarkan gerakan ini ke seluruh dunia. Ironisnya gerakan ini telah banyak memakan korban, terkadang mereka yang tidak berhubungan dengan rezim yang akan di serang.

Kritik utama yang ditujukan kepada pengikut aliran Usamah bin Ladin ini adalah kemampuan mereka dalam membangun sebuah peradaban baru dengan segala perangkatnya yang berdasarkan kepada Islam. Apakah dengan gerakan jihad yang mereka lancarkan selama ini mereka akan dapat mencapai tujuan utama diturunkannya Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Katakanlah jika seluruh kaum Muslimin mengikuti gerakan mereka dan mampu mencapai tujuan untuk membebaskan dunia dari belenggu musuh Islam, apakah gerakan jihad ini serta merta dapat membangun peradaban baru, atau mentransfer semua perbendaharaan peradaban yang kini dimiliki dunia modern. Apakah kekuatan persenjataan dan militer an-sih dapat

18 Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”, ibid

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

26

Page 27: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

menyelesaikan permasalahan umat manusia dan membangun peradaban baru dunia?

Sejarah telah memberikan pelajaran, pada abad ke 12 dan 13 M telah lahir Genggish Khan dengan pasukan kuatnya yang menaklukkan hampir setengah dunia, dari daratan Cina, Arab sampai Eropa. Pasukan Mongol yang dipimpinnya mampu menaklukkan pusat-pusat peradaban dunia dan menghancurkannya, baik yang di Beijing, Bagdad sampai Yunani dan Romawi. Namun ternyata umur dari kekuasaan yang hanya ditopang oleh kekuatan militer semata tidak berumur panjang, tanpa memiliki dasar filsafat dan idiologi yang menyertainya. Kekuasaan Dinasti Mongolia ini kurang dari satu abad, bahkan peninggalan peradabannyapun tidak di kenal dunia. Kekuatan militer memang dapat mengantarkan sebuah bangsa menjadi besar dan menguasai bangsa-bangsa lainnya, namun jika tidak didukung dengan landasan filsafat yang benar, maka tidak akan berumur panjang.

Ajaran Islam dapat menyebar ke seluruh dunia bukan hanya semata-mata karena kekuatan militernya saja, tapi karena memang Islam memiliki ajaran yang kuat daya tariknya terhadap kemanusiaan, dari sisi manapun dipelajari. Kesempurnaan dan keagungan ajaran Islam inilah yang telah mengantarkannya menjadi agama terbesar yang terus bertambah pengikutnya. Spiritualitas Islam yang amat kaya raya telah menjadi pendorong utama manusia-manusia modern yang tengah mengalami krisis makna untuk mengikuti petunjuknya dan mendapat jawaban serta kepuasaan kerohanian. Dorongan Islam kepada pengetahuan dan pengembangan peradaban sebagai sarana untuk beribadah dan beramal saleh, telah memikat hati para cendekiawan dan intelektual Barat untuk mempelajari lebih jauh ajaran Islam dan mengikutinya. Ketertarikan dan kekaguman dunia pada Islam bukan semata karena kehebatan para pengikutnya, namun lebih karena keagungan dan kesempurnaan ajarannya sebagai sebuah al-dien terbaik dan terlengkap, yang dapat memberi petunjuk dan kebahagian. Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam adalah kitab suci yang mengagumkan.

Islam adalah ajaran yang sempurna, terlalu sederhana jika hanya ditegakkan dengan kekuatan senjata dan militer saja. Memang Islam juga mengajarkan jihad fi sabilillah, namun bukan hanya jihad fi sabilillah saja ajaran Islam. Ada ajaran-ajaran lainnya yang mesti ditegakkan seorang Muslim. Seorang Muslim dituntut memasuki agamanya secara totalitas, agar menjadi seorang Muslim yang baik. Namun ironisnya, kaum Muslimin yang berjumlah besar ini telah terpecah belah menjadi berbagai aliran pemikiran, dan masing-masing merasa benar dengan pemikirannya. Perbedaan pemikiran ini kadangkala berujung pada konflik dan peperangan. Kekakuan dalam memegang pendapat dan aliran pemikiran telah mendorong perpecahan kaum Muslimin, bahkan ada di antara mereka yang saling mengkafirkan dan menghalalkan darah sesamanya. Dan ada dikalangan kelompok fundamentalis Muslim yang berpemahaman seperti itu, sehingga tidak menghormati pendapat dan pandangan saudara Islamnya. Akankah manhaj ini bertahan, hanya waktu yang akan menyaksikannya kelak.

Neo-Modernisme Islam dan Liberal Islam Yang Semakin Menyesatkan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

27

Page 28: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Sejauh ini, para penggagas Neo-Modernisme Islam ataupun turunannya yang menyebut diri sebagai Liberal Islam dan menjadi antitesa gerakan fundamentalisme Islam sendiri belum mampu menunjukkan jalan yang terang dalam mengantisipasi perubahan dunia modern yang semakin menggila, terutama dalam membangun metodelogi pemikiran yang nyata untuk mengangkat keterbelakangan kaum Muslimin dalam segala bidang. Realitasnya mereka masih berputar-putar dari teori ke teori, kritik ke kritik, respon ke respon dan belum mampu membakukan pemikirannya sebagai sebuah metodelogi yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya dan terbukti dapat bermanfaat bagi kebangkitan Islam dan umatnya dengan membangun masyarakat madani bersama peradabannya yang berdasarkan Islam. Fazlur Rahman19 sendiri, sebagai penggagas Neo-Modernisme Islam hanya memberikan ciri khas gerakan ini dan belum sempat menuntaskan dasar-dasar teori pemikiran yang akan dikembangkannya.20 Apalagi akan menerapkannya sebagai eksperimen dalam sebuah lembaga pendidikan dan kader cendikiawan sebagaimana yang dilakukan Faruqi21 atau Naquib al-Attas22 misalnya. Bahkan beliau lebih terkesan sebagai seorang kritikus ulung yang senantiasa mengkritik metodelogi pemikiran rekan-rekannya, baik Maududi yang fundamentalis ataupun Faruqi yang mengambil konsep Islamisasi Pengetahuan.

Walaupun pengikut Neo-Modernis, dan kini Liberal Islam mengklaim diri menguasai warisan tradisi Islam dan pemikiran modern yang akan diintegralkan sehingga mampu melahirkan produk pemikiran Islam terkini yang mampu memberikan solusi dan merespon perkembangan dunia modern, namun tetap masih disangsikan, apakah pemikiran-pemikiran abad pertengahan yang penuh dengan dinamika pelaku sejarah dan yang terpenting sebagai produk pemikiran manusia yang terbatas, akan mampu menjadi fondasi pemikiran masa depan. Dengan kata lainnya, apakah produk pemikiran yang mengawinkan pemikiran tradisional Islam abad pertengahan dengan pemikiran Barat modern ini akan mampu melahirkan bentuk pemikiran yang ideal atau justru akan menambah kerancuan demi kerancuan generasi Islam yang sudah rancu.23 Belum lagi jika dilihat pribadi-pribadi yang mengklaim diri sebagai tokoh-tokoh Neo-Modernisme Islam atau Liberal Islam

19 Lihat misalnya karya beliau : Islam and Modernity..dan Major Themes of the Qur’an (Chicago : Bibliotheca Islamica, 1980).

20 Lihat, Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cet.3. 1995). Halaman 4,44-45-64.

21 Ismail R. Faruqi adalah cendikiawan muslim yang mempelopori konsep Islamization of Knowledge dan mendirikan sebuah lembaga pemikiran yang sangat berpengaruh, International Institute of Islamic Thought (IIIT) yang telah menerbitkan berbagai literatur pengetahuan yang berdasarkan Islam. Diantara karya monumentalnya adalah Islamization of Knowledge : General Principles and Workplan. yang menjadi acuan dalam mengislamisasikan pengetahuan non Islami. Pemikirannya diterapkan dalam beberapa universitas Islam, termasuk di dunia Arab, Pakistan dan Malaysia.

22 Syed Muhammad Naquib al-Attas, adalah penyandang Ghazaly Chair di Malaysia, yang merupakan cendikiawan muslim terkemuka, memiliki lembaga kajian International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) yang berpusat di Malaysia yang menjadi laboratorium pengembangan pemikiran Islam dan lembaga kederisasri cendikiawan muda. Dengan pendekatannya yang konperhensif, SMN telah meletakkan metodologi yang unik dalam pengembangan pemikiran Islam. Diantara karya monumental beliau adalah :Plolegomena To The Metaphysics of Islam.

23 Tentang keraguan-raguan ini dapat dilihat dari pemikiran beberapa tokoh besar cendikiawan muslim seperti Iqbal, Sayyid Qutb, Ali Syari’aty dan Mohammad Arkoun yang memperdebatkannya. Lihat :Robert D. Lee, Overcoming Tradition and Modernity : the Search for Islamic Authenticity, ( NY : Westview Press, 1997). Robert N.Bellah, “Islamic Tradition and Problem of Modernization”, dalam Robert N. Bellah, Beyond Belief (New York : Harper and Row, 1976).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

28

Page 29: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang selalu membingungkan dengan pemikiran-pemikiran yang kontraversi ataupun tidak memiliki konsistensi akibat terlalu kompromis dan terlalu liberalnya mereka dalam melaksanakan dan memahami Islam. Kontraversi Nurcholish sebagai seorang cendekiawan24 dan Abdurrrahman Wahid sebagai seorang politisi adalah contoh terdekat di Indonesia.25

Peristiwa dukungan pengikut Islam Liberal terhadap aliran sesat yang membawa nama Islam, Ahmadiyah, telah meyakinkan kita bahwa aliran pemikiran ini dapat menyesatkan para pengikutnya. Bagaimana mungkin sebuah aliran yang menghujjat secara terbuka ajaran Islam, dengan memakai nama Islam dan telah difatwakan kesesatannya oleh ulama-ulama seluruh dunia Islam, termasuk Majelis Ulama Indonesia, masih dibela atas nama kebebasan beragama. Kebebasan adalah kata kunci yang selalu didengungkan para pengikut Islam Liberal, sehingga siapapun bebas untuk berbuat apapun, termasuk menghujat Nabi, ajaran Islam. Bahkan diketahui dalam sebuah lembaga pendidikan tinggi Islam, yang dikelola oleh pengikut Islam Liberal, dengan bebas mahasiswanya menyatakan ”anjing akbar”. Dan tidak diragukan bahwa kebebasan tanpa batasan haq dan bathil ini pulalah yang akan menambah kesesatan mereka dalam menggapai ajaran Islam yang hakikatnya memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. Karena manusia tidak cukup mencapai kebenaran hanya dengan kebebasan aqalnya saja, namun memerlukan wahyu dan sunnah Nabi serta kedekatan ibadah kepada Allah.

Kontradiksi Sunni Yang Memecah-Belah Kaum MusliminPerbedaan pendapat yang dikemukan adalah sekelumit atau bagian

kecil dari kontradiksi-kontradiksi yang terjadi di kalangan mazhab Sunni, mazhab yang di anut oleh saya, keluarga saya, tetangga dan juga mayoritas kaum Muslimin Indonesia atau Asia Tenggara. Kami mayoritas menganut Sunni yang bermazhab Syafi’i, karena memang kami terlahir di lingkungan ini, sejak kecil dididik menjadi Sunni oleh guru-guru ngaji kami di surau dan langgar sebelum sekolah, ataupun oleh guru-guru agama kami di sekolah pemerintah. Sampai setingkat sekolah menengah atas, saya menyadari bahwa saya bermazhab Sunni-Syafi’i. Ketika ayahanda saya yang aktivis Muhammadiyah dan guru-guru saya di Aliyah Jogyakarta mulai membuka cakrawala berfikir saya agar mempelajari aliran yang dikembangkan oleh Muhammadiyah, yang juga beraliran Sunni, namun dalam pelaksanaan ibadah tidak memegang salah satu dari empat Mazhab fiqh yang utama. Maka sejak mulai beranjak dewasa saya mulai menjadi seorang Muhammadiyah, yang setelah saya pelajari memiliki hubungan dengan faham Wahabi, Abduh dan juga kelompok revivalis-pra modernis yang berkumandang di Timur Tengah. Aliran yang mengajak kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Bersama-sama dengan aktivis remaja masjid di Jogja saya juga mulai mendalami aliran ini yang dimulai dengan mempelaji al-Qur’an, tafsir dan beberapa kitab hadits.

Ketika saya belajar di Malaysia, ternyata mazhab yang digunakan mayoritas adalah mazhab Sunni-Syafi’i, namun ada juga sekelompok

24 Tentang kontraversi Nurcholish, lihat misalnya, HM. Rasjidi, Koreksi terhadap Drs. Nurcholish Madjid tentang Sekulerisasi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1972).

25 Tentang kontraversi Gus Dur sebagai President RI yang mendapat tanggapan dari DPR/MPR RI dengan beberapa kebijakannya yang membingungkan, bahkan membahayakan persatuan NKRI.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

29

Page 30: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

minoritas yang menjalankan aliran Wahabi atau di kenal kemudian dengan Salafi. Akhirnya terkadang saya menjadi seorang Sunni-Syafi’i dan terkadang menjadi seorang Wahabi-Salafi-Muhammadiyah. Saya memahami kedua jalan fikiran dan metodologi yang mendasari kedua aliran ini, saya dapat nyaman mengikuti kedua aliran ini karena saya melihat guru-guru saya yang ikhlas dan juga pejuang-pejuang Islam yang bertujuan menegakkan syari’at Islam. Namun pada titik tertentu saya sudah mulai tidak tahan apabila teman-teman saya yang Wahabi-Salafi-Muhammadiyah menuduh dan mencaci teman-teman yang menjalankan mazhab Syafi’i sebagai ahli bid’ah, muqallidin, jahiliyah bahkan menuduh sampai ke dataran musyrik dan kafir. Demikian pula teman-teman saya yang Syafi’i menuduh mereka yang menjalankan faham Wahabi-Salafi sebagai kaum muda, pengikut Barat, tidak sah ibadahnya, kelompok tersesat dan terkadang dituduh sebagai kelompok kafir juga. Ujungnya kafir mengkafirkan juga. Mereka mendirikan masjid masing-masing dan terkadang saling memusuhi. Indonesia, keadaan ini dapat ditelusuri dari perbedaan yang ada antara Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU), dan kini telah muncul juga Salafi yang mengkoreksi faham Wahabi.

Sebagai seorang yang berusaha netral dan mencoba berdiri di tengah, di antara perbedaan pendapat yang terkadang menyakitkan itu, saya dianggap tidak memiliki pendirian alias hipokrit. Terkadang saya ditertawakan oleh anak-anak yang sejak kecil sudah didoktrin oleh orang tua atau guru mereka untuk mengikuti faham yang dijalankannya, terkadang dengan fanatik buta dan tidak ada kesempatan untuk membuka cakrawala berfikir atau kesempatan untuk mempelajari sumber-sumber aliran ini lebih jauh. Namun saya tetap mencoba untuk mempelaji secara maksimal aliran-aliran yang ada dalam Sunni selama berada di Malaysia, terutama di Universitas Islam Antarabangsa dan ISTAC, dengan diskusi dengan para tokoh-tokoh cendekiawan terkemuka dengan dukungan kepustaan yang melimpah. Untuk lebih dalam, sayapun mengikuti aktivitas Jama’ah Darul Arqam yang mempraktekkan tariqah Muhammadiyah yang dikembangkan Syekh Suhaimi dari Wonosobo Jawa Tengah. Ketika kembali ke Jakarta tahun 1995-an, saya kembali lagi ke kalangan Muhammadiyah dan Salafi yang menjadi lingkungan dekat saya. Namun terkadang bersama teman-teman saya melakukan doa-zikir, maulid, majlis-majlis tariqat lainnya yang dianggap bid’ah dan syirik oleh teman-teman Muhammadiyah dan Salafi. Untuk menjaga akhlak saya tetap berteman baik, walaupun terkadang ada ketegangan ketika berdiskusi.

Pengalaman pribadi ini adalah sekelumit dari cerminan kontradiksi tanpa akhir yang dialami oleh penganut mazhab Sunni sendiri. Di sini belum disinggung beberapa pemahaman lainnya di lingkungan Sunni yang dalam beberapa perkara telah menimbulkan konflik dan penyerangan. Beberapa kasus, misalnya di Aceh, Mataram Lombok dan beberapa tempat yang diketahui sebagai basis tradisional Syafi’iyah, dengan terang-terangan mengusir dan membumi hanguskan para pengikut Salafi yang memang radikal dalam berdakwah. Secara terbuka pengikut Salafi ini menuduh masyarakat sekelilingnya yang tradisional menjalankan mazhab Syafi’i sebagai ahli bid’ah dan musyrik. Tentu yang dituduh mengadakan tindak balas yang ektrim pula, dengan mengadakan perlawanan dan pengusiran,

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

30

Page 31: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dan sebagaian Ulama lokal memfatwakan aliran ini sesat dan menyesatkan. Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika kaum Muslimin saling menyesatkan dan saling menghalalkan darah sesamanya, padahal mereka sama-sama mengaku bertuhankan Allah, bernabikan Muhammad saw, berkiblat ke Makkah dan menyatakan diri sebagai Muslim. Apakah memang perpecahan dan kontradiksi ini yang dikehendaki oleh Allah SWT terhadap umatnya ?

Ketegangan antara fundamentalis dengan modernis, antara Salafi dengan Syafi’iyah, Muhammadiyah dengan Nahdatul Ulama, kalangan tradisonalis dengan kaum muda, antara pengikut tariqat dengan Wahabi dan peristiwa-peristiwa lainnya adalah bukti nyata bahwa satu aliran mazhab Sunni-pun belum menjadi jaminan dalam persatuan kaum Muslimin. Padahal ketika awal mulanya timbul aliran-aliran ini, aliran Sunni bersatu dengan mengembangkan metodologi yang mereka anut sebagai antitesa terhadap aliran Syi’ah. Yang jelas, ketegangan demi ketegangan ini telah melemahkan kaum Muslimin.

Pergumulan Sunni – Syi’ah Tanpa Berakhir Dan Melemahkan IslamPada dataran yang lebih luas, kaum Muslimin juga menyaksikan

pergumulan pemikiran, yang terkadang membawa kepada konflik, ketegangan bahkan peperangan. yaitu pergumulan tanpa akhir antara dua aliran pemikiran besar dalam Islam, mazhab Sunni dengan mazhab Syi’ah yang sama-sama menganggap benar pendapatnya. Saling hujjat menghujjat antara pengikut kedua mazhab ini yang telah dimulai sejak zaman awal kebangkitan Islam pasca terbunuhnya Khalifah Ali ra , atau lebih awal lagi ketika wafatnya Rasulullah saw yang membawa terpilihnya kepemimpinan Khalifah Abu Bakar ra. Keadaan ini telah menimbulkan dampak besar kepada persatuan dan persaudaraan kaum Muslimin. Dengan hujjahnya masing-masing para pendukung kedua mazhab ini sepanjang sejarah Islam telah menimbulkan konflik dan peperangan yang memakan korban besar di kalangan kaum Muslimin.

Jika ditelusuri dari awal sejarah Islam, perbedaan mazhab yang diawali oleh perbedaan dalam memahami nash-nash al-Qur’an dan Sunnah Nabi, telah menimbulkan pula perbedaan dalam pengamalan ajaran Islam. Pemahaman pengikut mazhab Syi’ah, bahwa yang paling berhak menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad setelah wafatnya adalah Sayyidina Ali ra, karena telah dinyatakan dengan nash yang jelas dan terang. Namun karena suasana setelah meninggalnya Rasulullah saw menjadi gempar, terutama akibat terjadinya pemilihan kepemimpinan di Saqifah Bani Sa’diyah, telah menempatkan Sayyidina Abu Bakar ra, sebagai Khalifah secara musyawarah sebagaimana difahami mazhab Sunni. Perbedaan ini akhirnya merambat ke ranah yang jauh lebih luas, terutama dalam memahami nash-nash ayat ataupun dalam periwayatan hadits Nabi saw. Demikian pula, perbedaan pemahaman antara Sayyidina Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan dan peristiwa-peristiwa selanjutnya menambah jurang perbedaan kedua aliran ini, terutama ketika orang-orang suruhan Yazid bin Muawiyah membunuh Sayyidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw di padang Karbala. Sejak saat itu pergumulan Sunni-Syi’ah semakin melebar, bahkan pada dataran saling mengkafirkan.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

31

Page 32: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Perbedaan metodologi intelektual yang berkepanjangan ini bukan hanya menimbulkan aliran pemikiran, namun telah menumbuhkan dinasti-dinasti yang mendukung masing-masing aliran. Ironisnya masing-masing dinasti bukannya saling menguatkan, tapi menimbulkan konflik bahkan peperangan. Perpindahan dari dinasti bani Umayyah kepada bani Abbasiyah telah menimbulkan konflik dan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Demikian juga halnya ketika Bani Fathimiyah mendirikan dinasti di Mesir dan mendirikan Perguruan Tinggi al-Azhar kemudian digantikan oleh dinasti Sunni yang menguasainya belakangan. Perebutan kekuasaan antara Sunni dan Syi’ah tidak saja terjadi di Semenanjung Arabia, namun sampai ke Asia Tenggara. Para pengikut Ahlul Bayt yang berhijrah dari Arabia dan India, kemudian mendirikan beberapa dinasti di Asia Tenggara, seperti Kerajaan Jeumpa di Aceh pada abad ke 8 M, Kerajaan Perlak pada abad ke 9, Kerajaan Pasai abad ke 11 dan termasuk beberapa Kerajaan penerusnya seperti Kerajaan Champa, Kerajaan Kelantan, Kerajaan Malaka, Kerajaan Demak, Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Banten, Kerajaan Borneo, Kerajaan Sulu-Mindanao dan lain-lainnya. Kerajaan-kerajaan ini masih berhubungan dengan Syi’ah, karena diketahui para Sultan ataupun Ulama dan Maulananya adalah keturunan dari Sayyidina Husein bin Ali ra. Namun pada era penjajahan aliran Sunni juga berkembang di Nusantara, karena sifatnya yang adaptif, aliran Sunni di terima namun beberapa ajaran Syi’ah masih dijalankan. Penghormatan kepada keturunan Nabi Muhammad saw oleh mayoritas masyarakat adalah petanda adanya ajaran Syi’ah yang berkembang.

Dalam dunia modern, demi persatuan kaum Muslimin, telah tampil beberapa cendekiawan Muslim yang mencoba unduk mendekatkan kedua aliran besar ini. Misalnya Syaikhul Azhar, Syekh Muhammad Syaltut yang beraliran Sunni telah menfatwakan bahwa Syi’ah adalah mazhab Islam dan tidak boleh dikafirkan. Telah ditulis banyak literatur yang mencoba untuk mencari titik temu di antara kedua aliran ini dengan semangat ukhuwah, musyawarah dan persatuan serta toleransi. Usaha-usaha mulia ini akan terus berlanjut selama didasarkan atas keikhlasan dalam upaya mencari kebenaran demi persatuan kaum Muslimin yang merupakan kunci kepada kegemilangan Islam.

Maka di masa depan, kedua mazhab besar ini perlu mendapat perhatian dan kritik masing-masing aliran pemikiran dan metodologi yang diterapkannya. Realitasnya, aliran-aliran ini telah menimbulkan perpecahan kaum Muslimin dan menambah lemahnya mereka. Apakah memang Islam menghendaki ummatnya terpecah belah dan saling mengkafirkan? Ataukah Allah Yang Maha Tahu memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk hidup dalam ketidakpastian dan saling menyalahkan satu sama lainnya. Perbedaan aliran ini secara fundamental tentu ada sebabnya, yang paling pasti adalah metodologi dalam memahami nash-nash ajaran Islam itulah yang perlu dikritisi kembali.

Kesimpulannya, ke arah manapun kita memandang keadaan kaum Muslimin, baik yang Sunni maupun Syi’ah, secara jujur perlu kita akui bahwa keadaan mayoritasnya di seluruh dunia masa ini adalah keadaan umat yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

32

Page 33: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

terburuk jika dibandingkan dengan ummat lainnya sebagaimana yang selalu dikemukakan para cendikiawan Muslim sendiri.26

Dunia Barat Modern Yang Sesat dan Kehilangan Arah TujuanTidak lengkap rasanya, jika kita tidak menyinggung keadaan umum

dunia Barat modern. Pada awal abad 21 ini banyak terjadi peristiwa-peristiwa revolusioner, spektakuler dan dramatis yang akan merubah wajah dunia mendatang. Peristiwa-peristiwa revolusioner yang telah menggemparkan umat manusia baik dalam bidang sosial, budaya, politik, ekonomi, militer, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, agama dan lainnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar perkiraan dan rencana manusia. Semua ini terjadi seakan-akan telah dimulainya zaman baru dalam sejarah umat manusia di muka bumi yang dikenal dengan Millinium ketiga.27 Bersamaan dengannya muncullah trend-trend baru yang akan menentukan corak dunia di masa depan, sebagaimana dikemukakan Naisbitt, Aburdene, Toffler, dan lainnya.28

Zaman baru politik dunia ditandai dengan mulai terjadinya rentetan beberapa peristiwa yang telah menggemparkan dunia. Diantaranya seperti pecahnya Super Power Uni Soviet menjadi beberapa negara merdeka yang memiliki kedaulatan dan melahirkan negara-negara Muslim seperti Uzbekistan, Kazakastan dan lainya. Sementara Rusia sendiri dilanda krisis politik yang berkepanjangan akibat konflik kaum Modernis-Kapitalis dengan Tradisionalis-Komonis. Pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara merdeka dan melahirkan negara merdeka Bosnia dan Serbia yang telah melahirkan konflik dan peperangan. Perkembangan politik dunia bertambah semarak dengan bersatunya kembali Jerman Barat dan Jerman Timur menjadi negara Kapitalis-Liberal-Demokratis dan juga bangkitnya Cina dengan ide pembaharuan ekonomi-politik ala Kapitalisme. Pergeseran dan perkembangan politik dunia ini telah memicu lahirnya konflik demi konflik yang berkepanjangan bahkan akan menjadi semacam pertarungan peradaban (the clash of civilizations) sebagaimana dikatakan Huntington.29

Keruntuhan Uni Soviet secara drastis telah menghilangkan taringnya sebagai Super Power, sekaligus meninggalkan konflik berkepanjangan terhadap bekas negara-negara sekutunya yang telah merdeka. Hal ini juga membawa pengaruh terhadap negara-negara Sosialis-Komunis lainnya. Negara-negara Baltik yang selama ini berlindung di bawah kegagahan Uni Soviet sepertinya sudah kehilangan arah dan pedoman akibat krisis ekonomi, sosial ataupun politik yang dialaminya. Kini mereka hanya mengharap balas

26 Masalah ini banyak mendapat sorotan para intelektual Islam, lihat misalnya : Prof. Ismail Faruqi dalam Islamization of Knowledge, Dr. Yusuf al-Qardhawi dalam Aina al-Khalal, Prof. Muhammad Qutb dalam Jahiliya al-Qorn al-Isyrien, Prof. Said Hawwa dalam Durus fi al-Amal al-Islami. Prof. Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity, Prof. Sayyid Hossein Nashr dalam Islam and The Plight of Modern Man, Ziauddin Sardar dalam The Future of Muslim Civilization, dan lain-lainnya.

27 Tentang Masalah ini lihat : Ervin Laszlo, 3rd Millenium, The Challenge and The Vison, (London : Gaia Book Ltd, 1997).28 John Naisbitt & Patracia Aburdene, Megatrend 2000, ( New York : Avon Books, 1990). John Naisbitt, Megatrend Asia, The Eight

Asia Megatrend that are Changging the World, ( London : Nicholas Breley Publ. 1995 ) Lihat juga Global Paradox, (London : William Morrow and Co. 1994 ) . Lihat juga : Alvin Toffler, The Third Wave, (New York : Bantam Books, 1990 ). Future Shock,(London : Pan Books, 1970) . Power Shift,(New York : Bantam Books, 1992 ) . Robert Beckman, 2020 Vision( 1992). D.Meadows, The Limits to Growth (1991). Marvin Centron & Thomas O'Toole, Encounters with the Future : a Forecast of Life into the 21st Century (1991).

29 Lihat : Samual P. Huntington, The Clash Of Civilizations and The Remaking of World Order,(New York : Simon & Schuster, 1996)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

33

Page 34: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kasihan dari negara-negara Barat yang menjanjikan segala bentuk bantuan dengan syarat segala aktivitas politik negara mereka dikontrol sesuai dengan kebijaksanaan Barat. Diantaranya ada juga negara Sosialis-Komonis yang coba bertahan di tengah-tengah perubahan ini seperti Kuba di bawah pimpinan Fidel Castro misalnya. Namun negara kecil ini telah mengalami berbagai bentuk krisis, sehingga penduduknya banyak yang mengungsi ke Amerika dan negara tegangga berdekatan.30

Peta kekuasaan dunia telah berubah dengan runtuhnya Super Power Uni Soviet. Akibat paling kentara adalah berakhirnya perang dingin yang berkepanjangan antara blok Barat dan blok Timur yang selama ini menghantui dunia dan telah menimbulkan berbagai bentuk krisis. Kemungkinan perang nuklir yang menakutkan dunia tidak mungkin akan terjadi, karena pada hakikatnya kini Rusia sebagai pewaris persenjataan Uni Soviet telah bertekuk lutut pada kekuatan Barat dan mengikuti segala perintahnya. Amerika dan sekutu-sekutu Baratnya telah merayakan kemenangan yang mereka nantikan selama ini. Penantian panjang mereka telah berakhir dengan kemenangan yang akan menobatkan mereka sebagai pengontrol dunia. Bersamaan dengan itu Amerikapun memproklamasikan dirinya sebagai satu-satunya Super Power dunia sekaligus sebagai Polisi dunia dengan mengemukakan konsep "The New World Order" (Orde Baru Dunia ) yang dicita-citakannya.

Dengan konsep Orde Baru Dunianya ini, Amerika dan sekutu-sekutu Baratnya dapat melaksanakan segala keinginannya dengan mengatasnamakan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Mereka akan memaksa semua bangsa agar tunduk dengan segala perintahnya, termasuk menentukan kebijaksanaan politik dan ekonomi sebuah bangsa. Berapa banyak pemimpin-pemimpin negara yang dipilih rakyat secara demokratis harus meletakkan jabatananya karena tidak dikehendaki Barat. Dalam hal ini kasus kemenangan HAMAS di Palestina, atau sebelumnya Partai Refah di Turki adalah contoh terdekat arogansi Barat terhadap kaum Muslim. dan Algeria adalah contoh yang paling dekat. Walaupun pemimpin-pemimpin Partai Refah berhaluan Islam mendapat kemenangan besar dalam pemilu yang demokratis, namun karena tidak direstui Barat, terjadilah kudeta militer sekuler yang disponsori Barat. Hal ini terbukti dengan sangat jelas di Palestina karena Barat merestui pemerintahan Nasionalis Fath pimpinan Abbas dengan menahan bantuan dana pemerintah Palestina agar rakyat mengadakan kudeta. Namun anehnya mereka sanggup mengadakan penyerangan militer terhadap Haiti untuk menumbangkan rezim militer yang mengadakan kudeta terhadap pemerintah yang dipilih rakyat, atas nama demokrasi. Maka jelas tujuan Orde Baru Dunia yang diproklamasikan Amerika pada hakikatnya adalah untuk mempertahankan dominasi politiknya terhadap bangsa-bangsa lain.

Dibalik kemenangan politiknya, kini Barat mengalami krisis sosial dan ekonomi yang sangat parah. Hal ini diakibatkan terutama oleh kemerosotan sumber daya manusia mereka. Kualitas manusia-manusia Barat masa kini

30 Masalah ini lihat misalnya : Martin Malia, The Soviet Tragedy : A History of Socialism in Russia (1917-1991).(New York : Free Press, 1993). Prancis Fukuyama, The End of History and The Last Man, (New York : Avon Books, 1993). Oliver Trager (edt). Communism : The Final Crisis, (New York : Fact on File, 1990). Robert V. Daniels, The End Of Communist Revolution, (London : Routledge, 1993). Leslie Holmes, The End of Communist Power, (Oxford : Blackwell, 1993). Ricard H. Hudelson, The Rise and Fall of Communism, (Oxford : Westview Press Inc, 1993).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

34

Page 35: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

bukanlah seperti kualitas nenek moyang mereka yang gigih dan rajin sehingga mereka sanggup menjelajah dunia untuk menjajahnya. Namun manusia Barat kini adalah manusia pemalas yang penuh dengan krisis dan dilemma. Mereka ingin mendapatkan hasil yang maksimal dengan kerja yang minimal, sehingga waktu dihabiskan dengan berfoya-foya. Krisis inilah yang diistilahkan oleh profesor dari Universitas Harvard, Danah Zohar dan Ian Marshall, sebagai krisis spiritual. Krisis yang telah menghilangkan makna hidup dan kehidupan masyarakat Barat. Itulah sebabnya masyarakat Barat yang sudah kalah bersaing dengan bangsa-bangsa Timur seperti Jepang, Korea, Cina ataupun ASEAN mendesak pemerintahnya agar mengeluarkan segala bentuk dekrit dan undang-undang yang akan mempertahankan dominasi ekonomi mereka. Mentalitas inilah yang telah melahirkan blok ekonomi seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (EC), NAFTA, APEC dan sejenisnya. Dan mentalitas seperti inilah yang akhirnya melahirkan pemaksaan kehendak Barat terhadap negara-negara membangun dan terbelakang dalam dunia perdagangan seperti kasus pemberlakuan GATT oleh WTO.

Amerika dan sekutu-sekutu Baratnya akan melancarkan serangan, baik melalui politik, propaganda hingga militer kepada pemimpin-pemimpin politik yang tidak disenanginya dengan mengatasnamakan PBB, demokrasi, hak asasi, kemanusiaan dan sejenisnya. Amerika dan sekutu-sekutunya telah melakukan invansi ke Iraq secara besar-besaran hanya untuk penggulingan regime yang dianggapnya diktator Saddam Hussein, dengan mengorbankan kepentingan kemanusiaan, yang pada akhirnya telah menyulut perpecahan bangsa Iraq yang mengantarkannya kepada perang saudara tanpa akhir. Sebelumnya Amerika juga telah merancang pembunuhan pemimpin Libya, Muammar Qathafi yang tidak dapat dijatuhkan oleh beberapa pemimpin Amerika. Pemimpin-pemimpin negara Sudan yang sedang giat mengadakan Islamisasi di tuduh sebagai teroris, sehingga ketua parlemennya, Dr. Hassan Turabi dijebloskan ke penjara atas tekanan Amerika. Dan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, yang lantang terhadap kebijaksanaan Barat difitnah sebagai sebagai koruptor. Dan pemimpin-pemimpin politik Indonesia yang mayoritas Muslim, seperti mantan Presiden BJ. Habibie diserang dengan berbagai tuduhan negatif yang tidak beralasan. Amerika dan sekutunya dengan enteng membumi hanguskan Afghanistan dengan alasan untuk menangkap Usamah bin Ladin yang dituduh sebagai dalang penyerangan WTC dan Pentagon. Tindakan brutal dan biadab Amerika ini senantiasa mendapat restu PBB yang tunduk dibawah telunjuknya. Sementara kebiadaban Israel yang membantai warga Palestina tetap diacuhkan.

Di abad 21 ini penderitaan umat manusia bertambah parah, baik di negara-negara maju apa lagi di negara yang sedang membangun dan terbelakang. Di negara-negara maju seperti di negara-negara Barat ataupun Amerika, masyarakatnya mengalami penyakit psikologi yang membawa penderitaan batin, kegelisahan, keresahan dan kehampaan dalam hidup. Walaupun mereka dipenuhi dengan segala kelebihan materi, namun mereka tetap merasa menderita, bahkan penderitaan yang mereka rasakan melebihi penderitaan orang miskin. Itulah sebabnya tidak mengherankan kasus bunuh diri meningkat dengan drastisnya di negara-negara maju. Kehidupan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

35

Page 36: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

individualistik yang mereka amalkan telah menjadikan mereka tidak saling memperdulikan satu dengan lainnya. Lebih jauh telah lahir sekumpulan masyarakat yang amat menyayangi binatang, bahkan mereka sanggup berbuat apa saja demi kepentingan binatang yang disayanginya. Mereka memberi makan binatang-binatang melebihi makanan manusia. Namun anehnya mereka tidak memperdulikan penderitaan masyarakat disekelilingnya, karena hanya mereka berlainan kulit dengannya. Penyakit-penyakit moral dan sosial seperti free-seks, homo-seks, kecanduan obat psikotropik dan minuman keras serta lainnya telah menambah lagi penderitaan mereka, yang akhirnya akan melahirkan masyarakat ganas sebagaimana kelihatan tanda-tandanya belakangan ini. Masyarakat yang resah dan gelisah namun memiliki kemampuan sains-teknologi canggih inilah yang akan memusnahkan dunia dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Penderitan dan kesengsaraan kaum Muslimin di Palestina, Kashmir, Kurdistan, Arakan, Myan Mar, Filipina selatan dan lain-lainnya hampir dilupakan dunia karena penderitaan mereka yang sudah berkepanjangan. Rezim-rezim nasionalis tidak mengakui hak-hak mereka sebagai sebuah bangsa yang memiliki kemerdekaan dan kedaulatan. Mereka tetap menuntut hak dan terus berjuang dari satu generasi ke generasi lainnya dengan mengadakan perlawan senjata. Korban telah berjatuhan demikian banyaknya, sementara perjuangan mereka belum mendatangkan hasil sebagaimana dicita-citakan, kecuali dibeberapa tempat seperti di Palestina, itupun hanya sebatas otonomi. Dunia menyaksikan segala penderitaan mereka, anak-anak yang kehilangan keluarga, orang tua yang sakit menahan kepedihan, perempuan-perempuan yang hanya mampu meraung dan menyesali keadaan mereka. Generasi yang tidak terdidik dan terbelakang. Bantuan yang mereka terima hanya sekedar untuk dapat bertahan hidup sambil menunggu bantuan lainnya datang. Penderitaan dan kesengsaraan mereka tergambar nyata dalam kehidupan mereka, namun kepada siapakah harus mereka adukan segala bentuk penderitaan mereka? Karena sang pembela dunia yang mengaku Polisi Dunia hanya mau membela orang-orang kaya yang akan membayar pembelaannya.

Di abad ini pula telah terjadi berbagai bentuk krisis sosial yang sangat mengerikan. Krisis ini terjadi bukan hanya di negara-negara terbelakang yang serba kekurangan ekonomi, namun bahkan sampai ke negara maju seperti Amerika. Kerusahan antar suku dan ras telah menjadi gejala baru perubahan sosial dunia masa kini. Kerusuhan ini telah melanda kota maju dan berperadaban Barat Los Angles di Amerika Serikat, kerusuhan antara kulit putih, kulit coklat dan kulit hitam. Kerusuhan yang bermula dari peristiwa pemukulan seorang sopir kulit hitam oleh sekumpulan polisi kulit putih. Namun peristiwa kecil ini telah menyulut dendam yang terpendam selama ini akibat ketidakadilan kulit putih terhadap kulit hitam di Amerika. Pertentangan antara Irlandia Utara dengan Inggris, pembantaian Muslim di India, pembantaian Muslim Bosnia, pembntaian kaum Tutsi di Ruwanda, pembantaian kaum Muslim Checnya dan lainnya adalah diantara contoh nyata krisis sosial masa kini. Perlombaan dalam menciptakan sains-teknologi modern yang canggih telah mewarnai kehidupan dunia masa kini. Para saintis dan teknolog berlomba menghasilkan penemuan-penemuan yang memudahkan kehidupan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

36

Page 37: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

manusia. Namun diantara itu telah muncul pula teknologi yang mengerikan manusia, terutama teknologi persenjataan. Negara-negara maju telah berlomba dengan penuh kegilaan untuk menghasilkan secanggih-canggih senjata pemusnah kehidupan manusia dan lingkungan hidup. Kemudian mereka memasarkannya kepada negara-negara lain, yang akhirnya akan memusnahkan kehidupan manusia. Laporan-laporan terkini yang menginformasikan tentang kecanggihan senjata pemusnah ini mendirikan bulu roma setiap orang. Bagaimana tidak, hanya dengan beberapa gram nuklir, dunia dapat hancur berkeping-keping. Demikian pula telah banyak muncul ilmu yang bertentangan dengan moral manusia.

Alhasil, keadaan dunia pada abad 21 ini telah melahirkan kebimbangan, kecemasan dan ketakutan setiap orang yang memiliki hati nurani dan mencintai keadilan. Tanda-tanda kehancuran dunia semakin nyata baik di laut, darat dan udara, misalnya dengan terkikisnya lapisan ozon, meningkatnya suhu bumi, semakin tingginya air laut, semakin tercemarnya udara dan air, semakin turunnya kualitas lingkungan, semakin liarnya perilaku manusia, semakin seringnya terjadi bencana alam dan peristiwa-peristiwa menakutkan lainnya. Jika keadaan seperti ini dibiarkan terus berlaku, maka tidak diragukan lagi bahwa dunia sedang menuju jurang kehancuran global yang akan memusnahkan semua kehidupan di alam raya ini.

Maka keadaan dunia yang sedang porak poranda ini perlu segera ditata kembali menjadi dunia yang harmonis penuh dengan kedamaian, keadilan dan kemakmuran. Untuk tujuan itu perlu dicari alternatif dengan menerapkan sistem universal yang sesuai untuk menata kembali masyarakat modern menjadi masyarakat ideal. Karena pada hakikatnya dinamika sebuah masyarakat ditentukan oleh sistem yang menatanya. Jika sistem yang diterapkannya unggul, maka akan lahirlah masyarakat unggul dan sebaliknya, jika sistemnya sesat dan palsu, maka akan lahirlah masyarakat perusak diri dan lingkungannya. Sistem hidup yang selama ini berkembang, baik di Timur yang beraliran Sosialisme-Marxisme ataupun di Barat yang Liberalisme-Kapitalisme telah mengalami kegagalan demi kegagalan yang telah mengantarkan dunia seperti keadaannya saat ini. Dunia baru sangat memerlukan sistem hidup baru. Sistem yang akan mengantarkan dunia menuju era baru, era yang penuh dengan keadilan, kedamaian dan kemakmuran yang senantiasa menjadi cita-cita umat manusia. Semua sistem manusiawi yang diterapkan saat ini, tidak diragukan telah mengancam hidup dan kehidupan umat manusia serta alam raya. Namun sistem seperti apakah yang akan mampu menata kembali dunia yang sedang meluncur menuju jurang kehancuran ini ?

Mencari Jawaban Dan Jalan KeluarDengan keadaannya seperti ini, maka tidak diragukan lagi pada

hakikatnya dunia modern saat ini membutuhkan sebuah revolusi universal dan total yang digerakkan oleh manusia-manusia unggul yang akan menghantarkannya pada keadilan dan kedamaian sejati. Sebuah perombakan total dalam perilaku kehidupan umat manusia berdasarkan ajaran yang diturunkan oleh pencipta manusia itu sendiri, Tuhan Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Mengetahui tentang manusia. Tidak ada seorangpun

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

37

Page 38: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang mengetahui tentang manusia dan segala sesuatu yang menyangkut manusia, kecuali pencipta manusia itu sendiri. Sebagaimana tidak ada yang lebih mengetahui tentang seluk beluk mobil kecuali pencipta mobil itu sendiri. Maka satu-satunya jalan keselamatan dan kedamaian di muka bumi ini adalah dengan mengembalikan semua urusan kepada Tuhan Pencipta Manusia. Dan Tuhan Yang Maha Mengetahui telah mengutus Nabi terakhirnya, Muhammad Rasulullah, dengan membawa ajaran yang agung dan mulia, ajaran yang akan mengantarkan umat manusia menuju keadilan dan kedamaian sejati. Hanya Islamlah yang mampu menyelesaikan segala bentuk krisis dan dilemma manusia modern dengan segala perbendaharaan pengetahuan mereka. Karena Islam terbukti telah berhasil mencetak manusia-manusia unggul dan membangun dunia baru yang menjadi mata rantai peradaban dunia. Maka sekali lagi Islam akan bangkit kembali mencetak manusia-manusia unggul yang akan membangun peradaban baru di atas peradaban modern yang kehilangan arah dan tujuan saat ini.

Pada hakikatnya dunia modern yang penuh dilemma dan krisis ini membutuhkan sebuah gerakan Kebangkitan Islam Gelombang Kedua. Gerakan yang akan merevolusi total sistem kehidupan global yang menyangkut seluruh umat manusia di muka bumi ini, revolusi yang memberikan solusi terbaik terhadap krisis dan tragedi yang di alami umat manusia, baik manusia Barat, Timur, ataupun kulit putih, hitam ataupun coklat, dengan kata lainnya adalah revolusi kemanusian. Gerakan ini hakikatnya adalah program penyelamatan total umat manusia dari jurang kehancuran akibat perbuatan sebagian diantara mereka yang dengan sadar membuat kerusakan demi kerusakan dengan berbagai cara yang dilakukannya, baik melaui perang bersenjata ataupun perang pemikiran dengan diciptakannya berbagai jenis sistem hidup yang merusak. Jadi pengertian kebangkitan disini adalah lebih luas, yaitu menyangkut gerakan perbaikan (islah), pembaharuan (tajdid) dan penyelamatan (taslim) kepada seluruh umat manusia.

Kebangkitan Islam gelombang pertama sudah dilalui dengan kesuksesan yang luar biasa. Di tengah-tengah kehancuran dan kegelapan dunia masa itu, baik kehancuran pemikiran dan pengamalan, tampillah generasi-generasi yang menyelamatkan dunia dibawah pimpinan seorang utusan Allah, Muhammad Rasulullah SAW. Dengan wahyu yang diterimanya, Muhammad Rasulullah tampil bersama para sahabatnya menyelamatkan bumi dari kehancuran dan kegelapan, menjadikan dunia yang penuh keadilan dan kedamaian. Generasi ini telah menyinari seluruh dunia dengan cahaya Islam yang memberikan rahmat bagi seluruh alam. Memberikan alternatif sistem hidup yang terbaik dan dapat mengantarkan manusia menuju kesempurnaan hidup dengan ajaran-ajaran mulianya. Berkat kegigihan dan ketekunannya, para generasi ini dengan dorongan semangat ajaran Islam berhasil menjadi mercusuar peradaban dunia dan menjadi suri teladan manusia sepanjang zaman. Walaupun cahaya keislaman yang diwariskan generasi pertama Islam ini semakin redup dari masa ke masa, namun masih dapat memberikan spirit yang kuat kepada ummah selama hampir 7 abad, sehingga tiba masa kemunduran akibat penyelewengan mereka yang terlalu jauh terhadap ajaran Islam dan akhirnya digantikan peranannya oleh Barat.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

38

Page 39: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kemunduran kaum Muslimin telah memberikan peluang kepada para cendikiawan Barat untuk mengambil khazanah peradaban Islam yang telah dihasilkan para cendikiawan Muslim dan mengawinkannya dengan tradisi mereka sehingga lahirlah peradaban Barat dengan cirinya yang khas. Akibat pertentangan para cendikiawan Barat yang tercerahkan dengan para pemuka agama Kristen yang menyeleweng yang melahirkan faham sekulerisme, akhirnya peradaban Islam yang diambil disekulerkan oleh para cendikiawan Barat dan mengklaim peradaban itu sebagai hasil karyanya dan dinamakan dengan peradaban Barat modern. Dengan peradaban yang diadopsinya dari berbagai sumber ini, para cendikiawan Barat kemudian bergerak dengan kecepatan luar biasa menguasai peradaban modern, dan akhirnya mengantarkan mereka menjadi mercusuar peradaban modern sampai saat ini. Ciri khas peradaban Barat yang menolak peranan Tuhan dan segala atribut metafisik, telah mengantarkannya menuju kebingungan justru dipuncak kecemerlangannya, dan pada akhirnya kebingungan ini telah menjerumuskan mereka menuju jurang kehancuran dengan berbagai krisis dan tragedi. Walaupun Barat telah menemukan keberhasilan yang mengagumkan dalam kehidupan material dengan penguasaannya dalam bidang sains dan teknologi modern, namun mereka telah gagal mengantarkan pengikutnya menuju kedamaian dan kebahagian sejati. Kegagalan sistem sosialisme-komonisme di Uni Soviet dan sakit parahnya kapitalisme-liberalisme di Amerika adalah bukti otentik masalah ini. Kegagalan ini tidak lain karena sistem hidup ini lahir dari peradaban yang tidak memiliki landasan filsafat yang kukuh dan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Maka dunia hari ini menyaksikan kerusakan demi kerusakan, krisis demi krisis, kehancuran demi kehancuran yang sangat merata di segala lapangan kehidupan, baik di negara yang menyatakan dirinya beradab ataupun biadab atau di negara maju dan terbelakang. Jika keadaan ini tidak segera diatasi, maka dalam waktu dekat dunia akan mengalami kehancuran total.

Pada saat yang sangat mengkhawatirkan inilah perlu adanya Gerakan Kebangkitan Islam gelombang kedua untuk menyelamatkan dunia dari kehancurannya. Gerakan ini sama dengan gerakan kebangkitan Islam gelombang pertama, baik misi, orientasi, relevansi ataupun metodologinya. Yang berbeda hanyalah para pendukung gerakan ini. Jika gerakan terdahulu didukung oleh generasi-generasi Islam yang lahir dari pembinaan Rasulullah, maka gerakan masa inipun didukung oleh generasi-generasi Islam masa kini yang lahir dari pembinaan model Rasulullah, karena hanya model pembinaan yang bersumber pada wahyulah yang akan dapat melahirkan generasi-generasi Islam penyelamat dunia. Karena metode ini telah terbukti mampu melahirkan generasi-generasi agung penyelamat dunia, sementara metode selainnya belum terbukti lagi. Itulah sebabnya, untuk memulai gerakan revolusi ini, harus difahami metode yang telah diterapkan Rasulullah dalam membina generasi-generasi Islam terdahulu dari sumber ajaran Islam, al-Qur’an, al-Sunnah dan perilaku para Sahabat yang diridhoi serta warisan tradisi intelektual Islam. Metode ini perlu dirumuskan kembali dalam bentuknya yang lebih sesuai dengan kondisi masyarakat modern, terutama menjelaskan lagi makna-makna esensial ajaranya agar lebih difahami. Metode ini kemudian diintegrasikan kepada ummah melalui

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

39

Page 40: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sarana-sarana pendidikan formal dan informal sehingga terbentuknya masyarakat Islam dengan ciri khasnya.

Di dalam al-Qur’an telah disinggung pula proses kebangkitan ini, walaupun penggambarannya dalam bentuk yang lebih khusus, sebagaimana disebutkan al-Qur’an:

Dan telah Kami tetapkan kepada bani Israil di dalam Kitab itu : Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di atas bumi dua kali dan kamu akan menjadi sombong dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang janji yang pertama, Kami bangkitkan atas kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan besar, lalu mereka menguasai seluruh negeri. Dan itu adalah ketentuan yang berlaku. Kemudian kami berikan giliran kepada kamu (bani Israil) untuk menguasai mereka (hamba-hamba Allah) dan Kami bantu kamu dengan harta benda dan pengikut, Kami jadikan kamu satu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik maka kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka akibatnya buat kamu juga. Maka apabila datang janji yang terakhir (kedua), (Kami bangkitkan kembali hamba-hamba Kami) supaya mereka menghinakan muka kamu dan supaya memasuki al-Masjid, sebagaimana mereka memasukinya pertama kali dan supaya mereka menghancurkan kamu sehancur-hancurnya. (al-Isro’ : 4-7)Bani Israil atau lebih populer disebut Yahudi, adalah salah satu

bangsa keturunan bapak para Nabi, Ibrahim as dari anaknya Ishaq as yang mendapat keutamaan dari Allah SWT dan dijuluki sebagai bangsa pilihan, baik oleh Taurat, Injil maupun al-Qur’an. Namun akibat perbuatan mereka yang melampaui batas terhadap para utusan Allah, mereka dihukum Allah dengan berbagai bentuk hukuman. Akhirnya mereka ditakdirkan akan membuat kerusakan (fasad) dua kali (dua gelombang) sebagaimana disebutkan ayat di atas. Para ahli tafsir klasik umumnya menafsirkan ayat di atas dengan kejadian-kejadian masa lalu yang tidak berhubungan dengan pengikut Rasulullah SAW, namun para ahli tafsir kontemporer seperti Said Hawa dalam tafsirnya menghubungkan ayat tersebut dengan kejadian-kejadian masa kini. Kerusakan (fasad) gelombang pertama yang dilakukan bani Israil adalah sebelum bangkitnya Rasulullah dengan gerakan yang sangat radikal, terutama membunuh para Nabi as, membuat keonaran dan adu domba, merubah ajaran Nabi Musa as, membuat agama dan sistem hidup baru, memonopoli perekonomian dan kerusakan-kerusakan lainnya. Terjadilah Gerakan Kebangkitan (Islah) Islam gelombang pertama yang dipimpin Rasulullah dan para pengikutnya yang dijuluki dengan sebutan hamba-hamba Allah yang memiliki kekuatan besar (super power) yang menghancurkan dominasi Yahudi setelah hijrah di Madinah. Kemudian generasi Islam sesudahnya yang dibina Rasulullah menguasai negeri-negeri lain sampai di Palestina yang terdapat masjid al-Aqsha. Selama beberapa abad, generasi Islam telah membangun sebuah peradaban baru yang telah melahirkan tokoh-tokoh besar dalam semua bidang kehidupan.

Kemudian generasi Islam dan penerusnya mengalami kemunduran setelah 7 abad lebih memimpin peradaban dunia, dan bangkitlah kekuatan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

40

Page 41: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dan peradaban baru yang berpusat di Eropa. Kebangkitan Eropa dijadikan alat oleh bangsa Yahudi untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya harta benda dan pengikut, akhirnya mereka mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah SWT kepada mereka dengan banyaknya harta benda dan pengikut-pengikut setia yang mereka miliki, terutama pengikut berbagai bentuk idilogi dan isme yang mereka ciptakan, baik Sekulerisme, Kapitalisme, Nasionalisme, Liberalisme, Demokratisme dan lainnya. Dengan kekuatan harta benda dan pengikut, baik pengikut dalam ideologi ataupun pemikiran, inilah kemudian bangsa Yahudi dengan jaringan Zionisme Internasionalnya membuat kerusakan (fasad) gelombang kedua dan berhasil mendirikan negara Israel serta menguasai masjid al-Aqsha di samping menguasai pusat-pusat kekuatan politik, ekonomi, informasi, teknologi, pengetahuan di seluruh dunia. Jika dianalisis lebih teliti, pada hakikatnya, semua jenis kerusakan di muka bumi ini tidak lain bersumber dari angkara Yahudi yang telah menganggap semua bangsa selain Yahudi adalah keledai tunggangan yang diperalat untuk mencapai maksud dan tujuan mereka. Maka pada saat kerusakan yang ditimbulkan Yahudi dan pengikut-pengikut setianya mencapai puncak ekstrimnya, maka pasti akan terjadi Gerakan Kebangkitan (Islah) Islam gelombang kedua dengan hadirnya generasi-generasi Islam yang dijuluki dengan hamba-hamba Allah yang memiliki kekuatan besar (super power) yang akan menghancurkan segala bentuk dominasi Yahudi dalam semua aspek kehidupan. Dan generasi ini akan kembali menguasai al-Masjid yang tidak lain adalah masjid al-Aqsha di Palestina yang sekarang dikuasai Yahudi Israil.

Rasulullah SAW dalam beberapa haditsnyapun telah menyatakan tentang akan terjadinya kebangkitan Islam ini, diantaranya dinyatakan dalam sebuah hadits shohih ; Dari Khuzaifah al-Yaman yang berkata : Telah bersabda

Rasulullah saw: “Akan tegak pada kamu masa Nubuwwah (Kenabian) maka tegaklah ia seberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian ia diangkat. Sesudah itu tegaklah padamu Khalifah atas manhaj Kenabian, maka tegaklah ia beberapa lama yang dikehendaki Allah kemudian diangkat. Sesudah itu tegaklah atasmu “Mulkan Adhudan”(kerajaan diktator), tegaklah ia seberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Sesudah itu tegaklah padamu “Mulkan Jabariyin”(kerajaan rusak), tegaklah ia seberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian ia diangkat. Sesudah itu tegaklah padamu Khalifah atas manhaj Kenabian yang menjalankan Sunnah Rasul di kalangan manusia. Islam akan tersebar luas di muka bumi yang diridhoi oleh penghuni langit dan bumi. Langit tidak akan meninggalkan setetespun air hujan, kecuali ia mencurahkannya. Dan bumi tidak akan meninggalkan tanaman dan berkahnya kecuali ia akan mengeluarkannya. (HR. Ahmad dan Tabrani)Hadits di atas adalah diantara hadits-hadits yang menandakan

Kenabian Rasulullah SAW yang dapat membaca keadaan masa depan. Perjalanan sejarah umat Islam ditandai dengan diangkatnya Nabi Muhammad sebagai utusan Allah, masa ini dikenal sebagai masa Nubuwwah yang telah

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

41

Page 42: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

meletakkan fondasi bagi sebuah ajaran kebangkitan Islam, setelah Rasulullah wafat, digantikan oleh para Khalifah yang mendapat petunjuk yang menjalankan dan meneruskan ajaran Rasulullah. Setelah mereka wafat, dimulai dengan pemerintahan Muawiyah bin Abi Sofyan umat Islam dikendalikan oleh sistem dinasti kerajaan dari Kerajaan Dinasti Umayyah, Abbasiah sampai Kerajaan Islam terakhir di Turki. Sesudah itu umat Islam berada di bawah Kerajaan/pemerintahan Kolonialis Barat dan sampai hari ini masih di bawah pemerintahan yang melanjutkan sistem Kolonialis Barat Sekuler dalam sistem pemerintahan nasional. Setelah pemerintahan sistem Kolonialis ini menemui kegagalan, maka akan diganti oleh sistem pemerintahan kekhalifahan atas manhaj Kenabian yang menjalankan Sunnah Rasul. Untuk menegakkan kembali sistem ini sebagaimana awalnya, maka akan ada Kebangkitan Islam sebagaimana yang terjadi pada awal kebangkitan Islam terdahulu. Hadits ini dikuatkan oleh beberapa hadits yang diakui kesahihannya oleh para ahli Hadits.

Kebangkitan Islam gelombang kedua pasti akan terjadi sebagai janji Allah dan Rasul-Nya yang pasti kebenarannya. Namun tidak seorangpun dapat mengetahui kapan tepatnya akan terjadi. Demikian pula kelahiran generasi Islam yang memiliki kekuatan besar (super power) akan muncul kembali untuk menegakkan keadilan dan kemakmuran serta membawa peradaban baru sebagaimana generasi terdahulu. Al-Qur’an dan al-Hadits hanya memberikan tanda-tandanya dan kaum muslimin sebagai pengikut ajaran Islam harus memenuhi kriteria dan prasyarat kebangkitan tersebut jika mereka ingin menjadi bagian dari kebangkitan agung tersebut. Terutama dalam memahami dan melaksanakan Islam sebagaimana yang telah membangkitkan generasi Islam terdahulu dan bukannya pemahaman Islam yang dijalankan generasi sesudahnya yang mengantarkan mereka pada kejumudan dan kemunduran. Generasi baru hanya akan muncul apabila mereka menerapkan pemahaman Islam yang Kaffah, Islam yang telah mengantarkan Rasulullah dan para shahabatnya sebagai kaum yang besar dan agung. Islam yang telah mengeluarkan mereka dari kebodohan, kesesatan dan segala bentuk kejahiliyahan serta mengantarkan mereka menuju kehidupan yang penuh dengan keridhaan dan pertolongan Allah. Islam yang mengantarkan pengikutnya hidup bersama Allah, hidup bersama al-Qur’an, generasi yang berinteraksi secara langsung dengan kehidupan langit namun mengaplikasikannya di tengah-tengah kehidupan dunia. Mereka memahami benar kehendak Allah Sang Pencipta dalam mengatur kehidupan dunia.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

42

Page 43: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kedua:Meluruskan Salah Faham Terhadap

Islam

Kenapa Islam Dimusuhi ?Pada masa ini tidak ada satupun agama di dunia yang diserang

sedemikian hebatnya dengan berbagai cara, secara halus maupun kasar, baik secara sembunyi maupun terang-terangan kecuali Islam. Agama ini telah dimusuhi oleh orang-orang yang mengaku berperadaban ataupun tidak, baik orang Barat maupun orang Timur, baik Komunis, Sosialis maupun Kapitalis, apalagi yang Zionis. Bahkan tidak kurang orang yang mengaku dirinya Muslimpun menyerang Islam secara terbuka dan merendah-rendahkan ajarannya dengan berbagai dalih pembaruan agama. Koran dan majalah serta buku-buku yang ilmiah ataupun populer telah menyerang Islam dengan terbuka, mencitrakannya sebagai sumber ajaran teroris, radikal, ekstrim, fundamentalis, ortodoks dan berbagai istilah buruk lainnya. Islam diidentikannya dengan agama kaum primitif dan bar-bar padang pasir yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

43

Page 44: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

ketinggalan zaman. Dan tidak kurang pula tampil orang-orang seperti Salman Rushdi yang merendahkan Islam dengan cara yang tidak rasional dan tidak ilmiah.31 Dan kini para intelektual Barat secara terbuka telah menyatakan Islam adalah ancaman terbesar bagi peradaban Barat, seperti yang dikemukakan Huntington,32 Marvin Centron dan Thomas O’Toole.33 Golongan ini seakan-akan menghendaki agar seluruh dunia mengikuti pikirannya untuk membenci dan memusuhi Islam dengan segala propaganda yang dilakukannya secara sistematis.

Permasalahannya, kenapa mereka sangat membenci dan memusuhi Islam dan sangat menghendaki lenyapnya agama ini dari muka bumi. Apakah karena agama ini mengajarkan kekacauan yang mengancam keamanan dan kedamaian dunia sebagaimana yang mereka tuduh? Apakah karena agama ini telah melahirkan manusia-manusia teroris yang merusak dan mengacau dunia? Apakah karena agama ini menolak segala bentuk kemajuan dunia hari ini, ataukah ada sebab-sebab lainnya sehingga agama ini harus dimusuhi dan dihilangkan dari dunia ini.

Ada beberapa sebab utama, kenapa Islam dimusuhi, diantaranya :- Keadaan Umat yang tidak mencerminkan ajaran Islam

Ada sebagian orang yang membenci dan memusuhi Islam disebabkan karena keadaan Umat masa ini yang dilanda segala bentuk krisis dan tragedi, kemiskinan, kebodohan, perpecahan dan lainnya akibat penyimpangan mereka dari Islam. Mereka kemudian beranggapan segala bentuk krisis dan tragedi itu disebabkan oleh ajaran Islam. Sebagaimana mereka menilai segala bentuk kerusakan masyarakat, di Barat misalnya, adalah karena pegangan hidup mereka, bukan disebabkan oleh faktor manusianya.

Masyarakat Barat misalnya, mereka membenci dan memusuhi Islam karena mereka melihat keadaan Umat Islam yang menurut pandangan mereka sebagai masyarakat yang eksklusif, jumud, reaksioner, fundamentalis, ekstrim, radikal dan sejenisnya. Disamping itu pemberitaan-pemberitaan mengenai Umat Islam adalah disekitar kuburukan dan kekezamannya yang sengaja diangkat agen-agen berita yang disponsori Zionis. Opini ini diperkuat lagi dengan kejadian-kejadian terorisme terhadap masyarakat Barat yang celakanya kebanyakan dilakukan oleh kaum Muslimin militan dari Timur Tengah. Katakanlah beberapa kejadian pembajakan pesawat, pengeboman, penculikan, perampokan dan lainnya yang dilakukan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam. Peperangan-peperangan diantara sesama kaum Muslimin yang tak kunjung berahir menambah kecurigaan terhadap Islam yang dituduh sebagai ajaran penganjur kekerasan dan kebencian. Demikian pula perbuatan-perbuatan sumbang yang dilakukan oleh bangsawan-bangsawan Arab menambah buruknya citra Islam. Ahirnya masyarakat Baratpun beranggapan semua itu adalah disebabkan oleh ajaran Islam, tanpa melihat lebih jauh, bahwa yang melakukan penyimpangan itu adalah sebagian kecil dari Umat Islam. Kemudian opini dari masyarakat Barat ini disebar luaskan kepada masyarat dunia melalui media massa seperti koran, majalah, televisi, buku-buku ilmiah dan lainnya.

31 Salman Rushdi, The Satanic Verses. (London Penguin Books, 1986)32 Samual P. Huntington, The Clash of Civilizations and The Remaking of World Order, (New York,

Simon & Schuster, 1996)33 Marvin Centron & Thomas O’Toole, Ecounters with The Future : a Forecast of Life into The 21.st

Century. New York, 1991.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

44

Page 45: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Disamping itu para cendikiawan Barat mengadakan penyelidikan ilmiah yang didasarkan atas opini mereka terhadap Islam yang buruk. Ahirnya merekapun dengan beraninya membuat tesis, bahwa Islam adalah sumber segala tragedi dan krisis Umat Islam, terutama disebabkan oleh perbedaan dan pertentangan mazhab yang senantiasa menimbulkan perdebatan dan perpecahan bahkan peperangan, seperti yang terjadi di Timur Tengah ataupun anak benua India misalnya. Secara jujur perlu diakui bahwa keadaan Umat Islam diseluruh dunia masa ini adalah keadaan umat yang terburuk jika dibandingkan dengan ummat lainnya sebagaimana yang selalu dikemukakan para cendikiawan Muslim sendiri.34 Namun sebagaimana dinyatakan mereka bahwa segala bentuk krisis dan tragedi yang menimpa ummat dewasa ini bukan disebabkan oleh ajaran Islam, tapi semata-mata disebabkan oleh penganutnya yang tidak mengamalkan ajaran Islam ataupun telah menyelewengkannya. Maka dengan demikian kebencian dan permusuhan orang pada Islam disebabkan kelakuan penganutnya adalah tidak mendasar sama sekali. Seharusnya orang-orang yang menyimpang itulah yang dibenci dan musuhi, bukannya ajaran Islam yang suci dan agung.

- Salah faham terhadap ajaran IslamMasih banyak orang yang salah dalam memahami ajaran Islam yang

asli, ini disebabkan karena mereka tidak memahami ajaran Islam dari sumber aslinya, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Tetapi mereka memahaminya melalui hasil pengkajian para orientalis Barat ataupun cendikiawan Islam yang tidak memahami Islam dengan sebenarnya.35 Memang perlu diakui banyak para orientalis yang jujur dengan metode ilmiah obyektif yang mereka terapkan dalam penelitiannya terhadap Islam, namun tidak kurang pula diantara mereka yang bermaksud jahat untuk mengelirukan dan menyelewengkan makna ajaran Islam. Kelompok terahir ini dengan terang-terangan bertujuan untuk menghancurkan Islam, membuat keragu-raguan terhadap ajaran Islam dengan memakai penyelidikan ilmiah sebagai topengnya. Terutama yang selalu menjadi sasaran mereka adalah sumber kedua ajaran Islam, Sunnah Nabi saw yang dikatakannya sebagai buatan Ulama Islam terkemudian, sebagaimana yang dikemukakan orientalis Barat seperti Snouck Hourgonje, Ignuz Golziher, Durkheim, dan lainnya. Orang-orang seperti merekalah yang menjadi rujukan utama peneliti-peneliti Islam, termasuk para cendikiawan Muslim sendiri. Dari murid-murid merekalah lahirnya penentang-penentang Islam yang mengingkari ajaran Islam, seperti golongan ingkarrussunnah misalnya. Kebencian Barat terhadap Islam juga tidak dapat dipisahkan dari sejarah masa lalu, yaitu peperangan panjang antara kaum Muslimin dan Barat Kristen pada abad pertengahan lalu yang dikenal sebagai Perang Salib. Cendikiawan Barat yang fanatik senantiasa akan mengobarkan luka lama ini, terutama dengan menjelek-jelekkan Islam sebagai agama penindas. Kebencian mereka pada Islam inilah yang mendasari penyelidikan mereka terhadap ajaran Islam dan ahirnya

34 Masalah ini banyak mendapat sorotan para intelektual Islam, lihat misalnya : Prof. Ismail Faruqi dalam Islamization of Knowledge, Dr. Yusuf al-Qardhawi dalam Aina al-Khalal, Prof. Muhammad Qutb dalam Jahiliya al-Qorn al-Isyrien, Prof. Said Hawwa dalam Durus fi al-Amal al-Islami. Prof. Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity, Prof. Sayyid Hossein Nashr dalam Islam and The Plight of Modern Man, Ziauddin Sardar dalam The Future of Muslim Civilization, dan lain-lainnya.

35 Muhammad Qutb, al-Subhat haula al-Islam, Beirut : Dar Fiqr, 1972

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

45

Page 46: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

merekapun memberikan tesis salah dengan menganggap Islam sebagai agama peperangan dan penindasan. Agama yang senantiasa menimbulkan kekacauan dan teror sebagaimana kejadian-kejadian yang menimpa Barat.

Kesalah fahaman terhadap ajaran Islam ini juga dapat timbul akibat kelemahan cendikiawan Islam sendiri yang salah memahami ajaran Islam sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul-Nya sehingga dapat menimbulkan kesalah fahaman. Diantaranya disebabkan sikap inferior (rendah diri) terhadap sistem hidup ataupun idiologi-idiologi dunia, kemudian membuat persamaan antara Islam dengan sistem dan idiologi tersebut. Lahirlah istilah “Sosialisme Islam”, “Liberalisme Islam”, “Kapitalisme Islam”, “Demokrasi Islam”, “Humanisme Islam” dan istilah-istilah yang sama sekali asing bagi ajaran Islam. Maka orangpun memahami bahwa Islam adalah identik dengan sistem dan idiologi ciptaan manusia itu. Disamping itu ada pula cendikiawan Islam yang belum memiliki kelayakan untuk menerangkan ajaran Islam disebabkan pengetahuannya yang dangkal, namun karena mereka tokoh masyarakat atau pemimpin politik yang disegani, merekapun mengeluarkan pandangan-pandangan yang dikatakan dari ajaran Islam, namun jauh daripada ajaran Islam disebabkan kejahilannya terhadap Islam. Kemudian pemahamannya yang keliru ini menjadi pegangan yang senantiasa akan mengelirukan banyak orang. Dan sebagiannya akan menimbulkan kebencian masyarakat dunia disebabkan ajarannya yang ekstrim dan radikal, tidak mengenal toleransi terhadap manusia lainnya. Umumnya ini terjadi kepada cendikiawan Islam yang sudah mengalami kekalahan dalam berinteraksi dengan masyarakat jahiliyah disekelilingnya, kemudian mengambil jalan konfrontasi ekstrim dengan masyarakatnya sebagai alternatif. Demikian pula ada sebagian cendikiawan Islam yang terburu-buru menjawab tuduhan-tuduhan mengenai ajaran Islam, karena terburu-buru inilah kemudian ia tergelincir menuju penyimpangan dan penyelewengan. Misalnya ada sebagian cendikiawan Muslim yang terpengaruh pikiran Barat yang menyatakan Islam mengajarkan persamaan status antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana masyarakat Barat. Maka tampilah intelektual Muslim yang terburu-buru ini menjawab dengan suara yang lantang, bahwa Islam mengajarkan drajat wanita adalah dibawah laki-laki, kemudian dia mengutip ayat-ayat Al-Qur’an serta memberikan gambaran tentang masyarakat Islam dengan kehidupan wanitanya yang terbelakang dan tidak berpendidikan. Sebagaimana difahami kebanyakan Ulama ortodoks yang konservatif dan anti kemajuan. Dengan jawabannya yang emosional dan terburu-buru itu, seakan-akan Islam mengajarkan wanita adalah dibawah drajat laki-laki, tidak diberi pendidikan, terkurung, dijadikan sebagai pemuas nafsu dengan poligami dan seterusnya. Padahal Islam tidak mengajarkan sebagaimana yang difahaminya itu ataupun yang dikemukakan cendikiawan Islam yang bingung ini, karena Islam telah menempatkan kaum wanitanya pada tempatnya tersendiri yang akan mengangkat kehormatan mereka. Dan masih banyak lagi contoh kesalah fahaman yang menjadikan orang anti pada Islam.

Kesalahan dalam memahami hakikat ajaran Islam ini, seharusnya tidak menjadi penyebab Islam dibenci dan dimusuhi. Orang-orang yang salah faham ini sepatutnya menyadari akan kesahannya dan mau mengadakan penyelidikan yang lebih ilmiah dan jujur, memahami dari sumbernya yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

46

Page 47: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

asli dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Maka kehadiran orang-orang yang ikhlas dan jujur dalam mengkaji Islam sangatlah diperlukan untuk meluruskan kesalah fahaman ini. - Pengingkaran terhadap ajaran Islam

Adapula orang yang membenci dan memusuhi Islam karena keingkarannya terhadap ajaran-ajaran Islam. Mereka menolak semua ajaran Islam dan memusuhinya. Orang-orang seperti ini memang sudah disebutkan Al-Qur’an :

“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar itu sama sahaja atas mereka, engkau beri peringatan ataupun tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan percaya. Allah telah menutup hati-hati mereka dan pendengaran mereka dan atas pengelihatan mereka dengan tutupan. Dan bagi mereka adalah azab yang besar” (Al-Baqarah : 7-8).“Dan orang-orang Yahudi dan Nashoro’ tidak akan suka kepadamu sehingga engkau mengikuti ajaran mereka” (Al-Baqarah : 120). Orang-orang seperti ini memang sudah ada penyakit dalam hati

mereka, walau apapun usaha yang dilakukan untuk meyakinkan mereka, mereka tetap akan membenci dan memusuhi Islam. Bahkan mereka akan berusaha untuk melenyapkan Islam dari muka bumi dengan segala taktik dan strategi.

- Propaganda musuh-musuh IslamAda pula orang yang membenci dan memusuhi Islam akibat dari

propaganda musuh-musuh Islam yang telah berusaha dengan segala cara untuk menjelek-jelekkan imeg Islam. Kononnya Islam digambarkan sebagai agama teroris, radikal, fundamentalis, ortodoks, dan sejenisnya. Karena gencarnya propaganda jahat ini, maka banyak orang yang terpengaruh untuk membenci dan memusuhi Islam tanpa penyelidikan. Hal ini biasanya menimpa masyarakat awam dan orang-orang yang terlalu cepat mengambil kesimpulan.

Realitas ini banyak terjadi khususnya didunia Barat, akibat dari penggambaran salah yang dilakukan para intelektual yang memusuhi Islam. Tambah pula Barat telah memiliki sejarah hitam dengan Islam ketika terjadinya peperangan beberapa abad silam yang telah berjaya mengislamkan sebagian Eropa. - Kecemburuan terhadap Islam dan Umat

Musuh-musuh Islam memahami benar potensi yang dimiliki Islam dan ummatnya, baik berupa kekayaan alam, keluasan wilayah ataupun sumber manusia yang besar. Demikian pula Islam adalah panduan hidup terbaik yang telah terbukti keunggulannya. Kesemua ini mendatangkan kecemburuan pada musuh-musuh Islam, sehingga mereka membuat segala bentuk tipu daya untuk melenyapkan Islam dari muka bumi, agar mereka dan ajaran mereka tidak tersaingi oleh kehebatan Islam dan ummatnya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

47

Page 48: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Meluruskan Kesalahfahaman Terhadap Islam

- Tentang Kegagalan Islam Benarkah Islam telah gagal sebagai sistem kehidupan karena tidak

berhasil mengantarkan penganutnya masa ini menjadi masyarakat ideal? Dimanakah letak kegagalan Islam, apakah karena kelemahan sistemnya atau karena kegagalan orang-orang Islam menerapkan ajaran agamanya sehingga mengalami krisis dan tragedi seperti yang digambarkan terdahulu. Persoalan ini dapat diandaikan dengan sebuah mobil dan orang yang mengendarainya. Kegagalan sebuah perjalanan ditentukan oleh dua sebab, sebab pertama adalah karena kelemahan mobil dan sebab yang kedua adalah akibat sopirnya. Jika mobil itu tidak dapat mengantarkan penumpangnya ketujuannya, maka perlu diselidiki, kegagalan itu akibat mobil atau sopir yang mengendarainya. Walaupun mobil itu Mercedes Benz yang sudah diakui keunggulannya misalnya, namun jika sopirnya tidak berpengalaman ataupun lalai dalam mengendarai sehingga terjadi kecelakaan, apakah mobilnya yang salah atau sopirnya? Maka jawabannya jelas karena kesalahan sopirnya.

Demikian pula halnya dengan Islam, jika Islam hari ini tidak berhasil menghantarkan pengikutnya menuju cita-citanya, maka yang salah Islam atau pengikutnya? Maka perlu diadakan penyelidikan, kegagalan kaum Muslimin menjadi Ummat terbaik saat ini akibat kegagalan Islam atau akibat kegagalan kaum Muslimin sendiri. Krisis dan tragedi dahsyat yang telah menimpa kaum Muslimin masa ini, sebagaimana dikemukakan Syaikh Ameer Syakib Arselan,36 bukan karena kelemahan sistem Islam, tetapi hal ini disebabkan karena kaum Muslimin telah meninggalkan ajaran Islam dan menggantikannya dengan sistem-sistem manusiawi dari Barat maupun Timur. Walaupun mereka tetap menyatakan dirinya sebagai Muslim, namun tingkah laku mereka jauh menyimpang dari ajaran agama Islam. Jadi timbulnya krisis berkepanjangan pada kaum Muslimin masa kini bukan disebabkan oleh kelemahan sistem Islam, namun jelas disebabkan oleh kaum Muslimin sendiri yang telah menyeleweng dari ajaran agama Islam.37 Kaum Muslimin ditimpa kemerosotan, kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, kehinaan, dan seribu satu tragedi lainnya jelas karena mereka telah meninggalkan ajaran Islam sebagaimana yang telah dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Mereka hanya menyatakan dirinya sebagai Islam, namun perbuatannya bertentangan dengan ajaran Islam. Atau mereka hanya menerapkan Islam yang sesuai dengan kepentingan hawa nafsu rendah mereka dan menolak sebagian yang lain, tidak menerapkannya secara total dalam kehidupan mereka. Bahkan ada diantara mereka yang dengan terang-terangan melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya secara terbuka.

Realitas ini tampak sangat jelas pada bangsa-bangsa yang menyatakan dirinya Muslim namun jauh dari Islam. Baik kehidupan sosial,

36 Syekh Ameer Syakieb Arselan, Limadza Taakhkhor al-Muslimun wa limadza Taqaddam ghairuhum ?, Beirut : Mansyurat al-Maktabah, 1950)

37 Lihat misalnya : Dr. Yusuf al-Qardhawy, Aina al-Khalal,. Qatar, 1987. Prof. Muhammad Qutb, al-Jahiliyya al-Qorn al-Isyrien, dan juga Hal Nahnu Muslimun ?. Prof. Ismail R. Faruqi, Islamization of Knewledge, op.cit. hlm. 5. Prof. Said Hawwa, Durus fi al-Amal al-Islamy. Op.cit.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

48

Page 49: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

masyarakat maupun pemerintahannya. Dalam hal ini dapat diambil contoh seperti negara-negara Arab misalnya.38

Sudah menjadi rahasia umum bagaimana keadaan moral bangsa-bangsa Arab, terutama mereka yang terkena “bom minyak”. Mereka menjadi bangsa yang berfoya-foya penuh dengan maksiat dan skandal. Amir-amir, Bangsawan, dan orang kaya mereka adalah langganan tetap pusat-pusat maksiat dunia. Mereka menghambur-hamburkan uang dengan penuh keborosan, karena sistem pemerintahan ala Raja Diktator memungkinkan mereka berbuat demikian, seakan-akan seluruh harta kekayaan bumi Allah diArab adalah milik mereka dan kaum kerabatnya. Demikian pula dengan generasi mudanya sudah hanyut jauh bersama arus Sekulerisasi dan Westernisasi yang bertopengkan Modernisasi. Bangsa ini digiring secara sistematis untuk menjauhi dan memusuhi Islam oleh kuasa-kuasa besar dunia kaki tangan Zionis atau Salibiah Internasional. Ulama dan intelektual blilyan mereka terpaksa lari akibat kekezaman dan kediktatoran pemerintahan Sekuler yang berlindung diketiak Barat. Mereka benar-benar telah melanggar ajaran-ajaran Islam, baik dalam sistem sosial, politik ataupun hukum. Namun anehnya mereka tetap bersikeras menyatakan dirinya sebagai Muslim, bahkan mengklaim diri sebagai Muslim taat yang patut dicontoh. Maka dalam hal ini perlu dipisahkan antara ajaran Islam yang asli dengan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan orang Islam. Ajaran Islam tidak dapat dinilai dari pengalaman orang Islam yang menyeleweng, sebagaimana dinilainya idiologi-idiologi lain dari pengalaman penganutnya.

Islam adalah ajaran sempurna yang diturunkan Allah SWT kepada manusia melalui nabi Muhammad Saw. Ia adalah sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan ummat manusia, dari masalah-masalah individu sehingga masalah masyarakat dan negara. Islam adalah way of live yang tertinggi dan tersempurna, ajaran yang akan menghantarkan penganutnya menuju kemenangan sejati didunia dan diahirat kelak.39

Maka dengan demikian, kegagalan kaum Muslimin masa kini bukan disebabkan oleh kelemahan sistem Islam, namun disebabkan karena kaum Muslimin telah meninggalkan ajaran Islam.

- Tentang Pengertian al-Dien al-Islam Banyak kalangan yang keliru memahami konsep al-Dien al-Islam, baik

mereka itu Muslim ataupun non Muslim. Kesalahan dalam memahami konsep ini akan berakibat fatal, terutama dalam proses penerapan Islam sebagai sistem kehidupan. Diantara mereka ada yang beranggapan Islam adalah sebatas agama yang mengajarkan peribadatan ritual belaka sebagaimana kebanyakan agama-agama dunia masa kini. Menurut mereka, untuk menjadi seorang Muslim yang soleh, cukup hanya dengan menjalankan peribadatan ritual seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan ditambah dengan amalan etika

38 Lihat misalnya : Ali E Hilali Dessouki (ed). Islamic Resurgence in The Arab World, New York : Yale Univ. Press, 1988. James Piscatori (ed). Islamic Fundamentalism and The Gulf Crisis. Chicago : The American Academy of Art and Science, 1991). Luqman Harun, Potret Dunia Islam, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1985. Richard F. Nyrop (ed). Saudy Arabia : a Country Study, NY: Foregn Area Studies : The American Univ, 1985. Sandra Mackey, Saudis, inside Desert Kingdom, New York : Penguin, 1990.

39 Untuk masalah ini lihat misalnya : Prof. Said Hawwa, al-Islam, Beirut : Dar al-Fiqr, 1979. Dr. Yusuf al-Qardhawy, al-Hall al-Islam, Qatar : Jami’ah al-Islamiyah Qatar, 1986. Hamudah Abdalaty, Islam in Focus, Kuwait : IIFSO, 1978. Abu Urwah, Sistem-sistem Islam, KL: Pustaka Salam, 1989.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

49

Page 50: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang baik. Dengan pemahaman seperti ini, kemudian mereka mengambil sistem hidup selain Islam untuk mengatur kehidupan dunianya, baik dari Barat atapun Timur. Maka munculah orang yang menyatakan dirinya Muslim, namun dalam berekonomi menggunakan sistem kapitalisme, dalam politik memperjuangkan Demokrasi-Liberal, berhukum kepala hukum kolonial Barat, menjadikan sistem sosialnya ala Barat Sekuler dan seterusnya. Realitas ini tampak hampir pada seluruh bagian Dunia Islam, tidak terkecuali Saudi Arabia yang mengklaim berundang-undangkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

Kesalahan fahaman kaum Muslimin dalam memahami makna Al-Dien Al-Islam akan menghantarkan mereka pada keterbelakangan dalam semua aspek kehidupan duniawi, sebagaimana yang terjadi pada masa ini. Tidakada satu bangsa Muslimpun yang berani tampil dengan identitas Islam dan keagungan ajarannya, bahkan mereka merasa rendah diri jika mengatakan dirinya Muslim. Karena memang tidak ada satupun keagungan Dunia Islam yang dapat dibanggakan kepada dunia modern. Dalam hal sains-tehnologi, kaum Muslimin masih menjadi budak konsumsi para kapitalis Barat yang menjual segala bentuk kemajuannya dengan harga tinggi disertai persyaratan yang tidak adil, seperti menghubungkannya dengan HAM ataupun menerapkan Demokrasi-Liberal ala Barat. Dan ahirnya kaum Muslimin tetap bergelimang dalam keterbelakangannya dalam semua aspek kehidupan. Kesalah fahaman ini bahkan berdampak lebih jauh, ada sebagian kaum Muslimin yang menentang keras segala bentuk kemajuan sains-tehnologi yang diidentikannya dengan Baratisasi ataupun sekulerisasi. Mereka masih menolak mengajarkan ilmu pengetahuan modern seperti matematika, fisika, kimia, biologi dan sejenisnya kepada kader-kader Islam dengan alasan ilmu tersebut adalah ilmu duniawi yang tidak wajib dituntut dan tidak akan menghantarkan kebahagian ahirat. Itulah sebabnya generasi Islam terpecah menjadi aliran agama yang diwakili oleh lulusan sistem pendidikan tradisional Islam seperti pondok pesantren dan aliran umum lulusan dari lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah. Ahirnya muncullah cendikiawan Islam tradisional yang memahami Islam sebatas peribadatan keahirat dan cendikiawan Islam yang menguasai ilmu-ilmu umum. Dan ironisnya kadangkala terjadi pergesekan pemikiran diantara kedua aliran ini, yang justru menambah lemahnya kaum Muslimin. Kesalah fahaman jalannya. Akibat yang paling kentara dengan pemahaman salah ini adalah kaum dalam memahami konsep Al-Dien Al-Islam ini telah membawa dampak sangat negatif bagi perkembangan dan kemajuan kaum Muslimin. Karena dengan pemahaman yang salah ini, kaum Muslimin telah memisahkan Islam dari kehidupan dunia nyata, sedangkan Islam adalah agama yang diturunkan untuk mengatur kehidupan manusia didunia ini dan menjanjikan kebahagian ahirat bagi mereka yang mengikuti Muslimin telah menyerahkan kehidupan politik ataupun ekonominya kepada orang lain, karena mereka beranggapan masalah ini adalah urusan dunia yang tidak berkaitan dengan Islam. Dan tidak diragukan lagi, bahwa kemunduran dan keterbelakangan kaum Muslimin masa ini akibat dari kesalahan mereka memahami konsep Al-Dien Al-Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

50

Page 51: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Seorang pemikir ulung Islam dari Pakistan, Abu al-Ala al-Maududy,40

membahas pengertian al-Dien secara terperinci. Menurut Maududy, al-Dien (menggunakan al) ditujukan hanya untuk penggunaan Islam, sementara tanpa al digunakan untuk selain Islam, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur’an :

“Sesungguhnya al-Dien yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam” (Ali Imran:19)

“Dan barang siapa yang mengambil selain Islam sebagai Dien-nya, maka ia tidak akan diterima,dan diahirat mereka termasuk orang-orang yang rugi” (Ali Imran:83). Selanjutnya, Maududy menjelaskan, pengertian Dien adalah seluruh

sistem yang mengatur kehidupan manusia, baik sistem politik, ekonomi, etika, peribadatan, sosial, budaya, hukum, perundang-undangan, filsafat, idiologi, way of live dan lain-lainnya. Dalam konsep Islam ada dua Dien, al-Dien al-Islam dan Dien al-Ghoir al-Islam (Dien selain Islam) sebagaimana yang dimaksudkan ayat diatas.

Dengan demikian, al-Dien al-Islam adalah seluruh sistem kehidupan yang diajarkan Islam yang terdiri dari sistem Aqidah (keyakinan), sistem Ibadah (ritual), sistem Akhlaq (etika) dan sistem Muamalat (kemasyarakatan). Sistem Aqidah adalah sistem yang mengatur segala bentuk yang menyangkut kepercayaan kepada Allah dan perkara-perkara tang menyertainya. Sistem Ibadah adalah sistem yang mengatur segala bentuk ritus penyembahan dan pengabdian manusia kepada Allah dan tata caranya, seperti sholat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya. Sistem Akhlaq adalah sistem yang mengatur etika perhubungan manusia, baik kepada Allah ataupun sesama mahluknya. Sedangkan sistem Muamalat adalah segala bentuk sistem yang mengatur hubungan kehidupan manusia dimuka bumi, seperti sistem hukum, perundang-undangan, sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan dan lainnya.41

Prof Said Hawa42 menggambarkan al-Dien al-Islam seumpama rumah. Rumah terdiri dari pondasi, bangunan dan atap. Pondasi Islam (arkan al-Islam) adalah rukun Iman yang enam dan rukun Islam yang lima, sedangkan bangunan Islam (bina al-Islam) adalah sistem kemasyarakatan, seperti sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, sains tehnologi dan lainnya sedangkan atap (muayyadat al-Islam) adalah amar ma’ruf nahi mungkar dan jihad fi sabilillah. Sebuah rumah dikatakan sempurna apabila memiliki tiga bagian tersebut, pondasi, bangunan dan atap, jika kurang salah satunya maka ia tidak dapat disebut rumah. Demikian pula halnya, dikatakan al-Dien al-Islam apabila seluruh konsep yang terkandung dalam ajaran Islam menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pemisahan antara Ketunggalan dan Kekuasaan Allah dalam sistem kemasyarakatan, baik ekonomi maupun politik, sama halnya dengan pemisahan pondasi rumah dengan bangunannya. Anak kecilpun akan mentertawakan jika pondasi disebut

40 Abu A’la al-Maududy, al-Mustalahat al-Arba’at fi al-Qur’an : al-Ilah, al-Robb, al-Ibadat, al-Dien. Kaherat : 1975. Khususnya bagian keempat.

41 Untuk masalah ini lihat misalnya : Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. Dr. Yusuf al-Qardhawy, al-Hall al-Islam, op.cit. Fazlur Rahman, Islam, Lahore : 1973. Hamudah Abdalaty, Islam in Focus. Op.cit. Abu Urwah, Sistem-sistem Islam, op.cit.

42 Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. khususnya muqaddimah.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

51

Page 52: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

rumah, sama halnya jika hanya menjalankan rukun Iman dan rukun Islam saja, kemudian mengklaim sebagai telah melaksanakan ajaran al-Dien al-Islam.

Dalam bidang ekonomi misalnya, sistem ekonomi Islam tidak bediri sendiri sebagai sistem yang terpisah dengan keseluruhan sistem Islam, sebagaimana sistem ekonomi Sekuler yang terpisah dari agama dan etika. Dalam konsep ekonomi Kapitalisme, modal adalah milik para pemodal sedangkan menurut Marxisme modal adalah milik bersama masyarakat. Sedangkan menurut ekonomi Islam, modal pada hakikatnya adalah milik Allah Sang Pemilik Alam Raya yang diamanahkn kepada sipemodal dan akan digunakan untuk kemakmuran masyarakatnya. Pemodal dalam menjalankan aktivitas ekonominya tidak terlepas dari kehendak pemilik (aspek Aqidah), melakukan aktivitas yang halal (aspek Ibadah), tidak boleh berlaku curang, merugikan orang lain dan etika jelek lainnya (aspek Akhlaq), dan diwajibkan mengeluarkan sebagian dari keuntungannya untuk orang-orang yang memerlukannya (aspek Muamalat) ahirnya kelak ia akan diminta pertanggung jawabannya diakhitat, jika ia menjalankan amanah mendapat balasan kebaikan dan jika berkhianat akan mendapat siksaan. Jadi konsep ekonomi Islam tidak terbatas hanya mengatur mekanisme pasar dalam rangka mendatangkan keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan aspek Ketuhanan dan etika sebagaimana sistem ekonomi Kapitalisme, namun sistem ekonomi Islam langsung berkaitan dengan kebahagian seseorang dalam hidup sesudah mati yang berkaitan dengan Aqidah.43

Demikian pula dalam sistem politik, jika menurut teori politik Demokrasi-Liberal, kekuasaan ditangan rakyat. Jika rakyat menghendaki putih, maka putihlah sebuah negara, dan jika mereka menghendaki hitam, maka jadilah hitam. Demikian pula dalam sistem ini yang menentukan adalah suara mayoritas, jika suara mayoritas menghendaki seseorang menjadi pimpinan, maka jadilah ia pimpinan, walaupun ia tidak memiliki kelayakan sebagai seorang pemimpin, sebagaimana yang terjadi pada Ronald Regent sang bintang film koboi yang menjadi Presiden Amerika Serikat ataupun Yukio Aoshima, badut lawak gaek yang menjadi gubernur Tokyo. Namun dalam kontek politik Islam, kekuasaan tertinggi adalah ditangan Allah sebagai penguasa alam, manusia adalah wakil (khalifah) yang akan melaksanakan segala ketentuan dan peraturan yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Hitam dan putihnya sesuatu ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya, baik menyangkut undang-undang, hukum dan kriteria pemilihan pemimpin, yang dalam Islam dikenal dengan istilah syura. Para anggota Majelis syura adalah wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat sebagai wakilnya dalam mengukur masalah yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Para anggota syura tidak dapat memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian anggota syura adalah pemegang amanah rakyat sekaligus pemegang amanah Allah dan Rasul-Nya. Kemenangan bukan ditentukan oleh suara mayoritas, tetapi oleh kebenaran ajaran agama Islam, walaupun seluruh rakyat menghendaki sesuatu undang-undang, namun jika undang-undang itu bertentangan dengan ajaran agama Allah dan Rasul-Nya, maka secara otomatis batallah

43 Untuk masalah ini lihat misalnya : Afzalur Rahman, Economic Doctrines of Islam, London, LMS Publ. 1990.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

52

Page 53: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

undang-undang tersebut. Disinilah perbedaan menyolok antara konsep demokrasi Barat dengan sistem Islam yang menghendaki integrasi diantara ajarannya.44

Dengan demikian jelaslah bahwa konsep al-Dien al-Islam adalah satu kesatuan sistem kehidupan yang menyeluruh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sistem sosialnya adalah berkaitan erat dengan sistem Ketuhanan dan Peribadatan, demikian pula halnya dengan sistem politik, ekonomi, pendidikan, dan lainnya. Satu ajaran dengan ajarannya saling berkaitan, seumpama tubuh. Dipisahkan satu bagian akan menimbulkan ketimpangan pada sistemnya, sebagaimana dipisahkannya salah satu anggota tubuh. Tangan misalnya, jika dipisahkan dari tubuh, maka jelas tidak akan berfungsi sama sekali, sama halnya jika diterapkannya sistem ekonomi Islam saja, tanpa menerapkan keseluruhannya sistem Islam akan menimbulkan kepincangan, karena ekonomi Islam, ataupun sistem kemasyarakatan Islam akan berjalan baik apabila diterapkan pada masyarakat yang telah menganut ajaran Islam secara menyeluruh, terutama sistem Aqidahnya. Kegagalan kaum Muslimin masa ini karena mereka terburu-buru ingin menerapkan sistem kemasyarakatan Islam, seperti sistem politik ataupun sistem ekonomi, sementara sistem Aqidah dan Ibadah belum tertanam dengan baiknya. Perbuatan seperti ini samalah seperti orang yang membangun rumah, sementara tidak membuat pondasi. Rumah tanpa pondasi pasti akan hancur dalam waktu singkat, seperti cepatnya hancur sistem masyarakat yang tidak berlandaskan Aqidah dan Ibadah.

Islam adalah ajaran yang lengkap dan sempurna, sehingga tidak memerlukan tambahan-tambahan dari sistem lainnya. Penambahan sistem Islam dengan sistem lainnya, bukan akan menambah kesempurnaan Islam, tapi justru akan menghilangkan semangat Ketuhanan yang terkandung dalam ajaran Islam. Jika Islam dicampur dengan sistem ekonomi ala Kapitalisme atau Sosilisme sebagaimana yang dilakukan sebagian besar kaum Muslimin masa ini, maka jelas akan menghasilkan masyarakat terbelakang sebagaimana kaum Muslimin masa ini. Ajaran Islam yang dilandaskan Ketunggalan Allah tidak mungkin dicampur dengan ajaran yang menolak keberadaan Tuhan. Itulah sebabnya dengan tegas Islam memberlakukan doktrin : Terima Islam seluruhnya, atau tolak seluruhnya. Tentu dengan memperhatikan tahapan demi tahapan yang diperlukan dalam penerapan Islam.

Mungkin ada yang mempertanyakan, jika al-Dien al-Islam dikatakan sebagai ajaran sempurna, kenapa tidak dibahas dalam ajarannya segala sesuatu persoalan kehidupan secara mendetil. Ini dibuktikan al-Qur’an ataupun Al-Sunnah, sumber utama ajaran Islam hanya mengandung beberapa sisi kehidupan manusia secara global ? Disinilah letak keunikan sistem Islam yang diturunkan Yang Maha Mengetahui. Islam sebagai sistem yang diturunkan untuk seluruh ummat manusia, sejak diturunkannya hingga ahir zaman, tidak membicarakan persoalan kehidupan manusia secara mendetil, karena jika itu dilakukan berarti diperlukan beribu-ribu kitab ajaran yang akan membingungkan manusia. Namun Allah Yang Maha Mengetahui menurunkan sebuah Kitab yang mengandung ajaran sempurna. Kesempurnaan disini bukan berarti didalamnya terdapat undang-undang

44 Untuk masalah ini lihat misalnya : Abul A’la al-Maududi, al-Khilafat wa al-Mulk, Kuwait : Dar Qalam, 1978

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

53

Page 54: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

jalan raya, macam-macam jenis transaksi ekonomi ataupun tentang sains tehnologi. Namun al-Qur’an yang dijabarkan dalam Al-Sunnah memberikan petunjuk secara garis besar tentang segala sesuatu kehidupan manusia, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pendidikan, budaya, sains tehnologi dan lainnya yang bersifat universal dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Karena didalam al-Qur’an dan al-Sunnah terdapat panduan-panduan umum yang berlaku sepanjang zaman. Disinilah secara garis besar dan membiarkannya manusia menjabarkannya menurut tingkat pengetahuan dan peradabannya, kebebasan berfikir dan mengembangkan inilah yang menjadi sumber keabadian Islam. Sehingga sistem Islam mampu mengikuti arus kemajuan peradaban manusia sampai kapanpun.

Dan yang terpenting difahami dalam metodelogi sistem Islam adalah sistem yang pada hakikatnya akan mencetak manusia-manusia utama (khair al-Ummah) dalam membangun kehidupan. Disinilah letak keunggulan Islam. Sistem Islam dengan tahapan demi tahapan ajarannya bermaksud melahirkan manusia unggul, dan dari manusia-manusia unggul inilah akan lahir peradaban agung, sebagaimana telah lahir diawal kebangkitan dan zaman kegemilangan Islam terdahulu. Dari sistem Islam yang sempurna inilah telah lahir manusia-manusia agung yang menjadi pemuka peradaban dunia sampai sekarang.

Jadi dengan demikian jelaslah bahwa al-Dien al-Islam adalah ajaran sempurna yang mengatur kehidupan manusia dan tidak dapat dipisah-pisahkan satu bagian ajarannya dengan bagian yang lain. Pemisahan bagian dengan bagiannya yang lain akan menghilangkan keutamaan dan kesempurnaan sistemnya. Demikian pula sistem Islam tidak memerlukan tambahan-tambahan dalam sistemnya, terutama dari sistem-sistem hidup yang berakar pada filsafat Sekulerisme ataupun Materialisme. Sistem Islam adalah sistem yang mandiri dalam kesempurnaannya. - Tentang Kaum Muslimin

Orang-orang non Muslim, khususnya di Barat yang masih memelihara dendam Perang Salib, beranggapan dan memberi gambaran yang sangat keliru tentang sosok kaum Muslimin. Mereka menggambarkan kaum Muslimin adalah sosok manusia biadab yang menolak segala bentuk kemajuan dunia dengan sikapnya yang sangat fundamentalis mempertahankan pendapatnya, sehingga siapapun yang tidak sefaham dengannya akan dianggap musuh dan akan membantainya tanpa toleransi. Bahkan sosok kaum Muslimin dimata mereka adalah identik dengan kaum teroris, kaum radikal-ekstrimis yang menghancurkan segala bentuk kemajuan dunia disamping bangsa yang gemar menyulut peperangan, bahkan sesama mereka. Dan celakanya opini ini dikuatkan oleh realitas kaum Muslimin, khususnya yang berada di Timur Tengah yang selalu menjadi dalang terorisme dan peperangan. Namun permasalahannya, apakah seluruh kaum Muslimin di dunia ini berprilaku seperti para teroris itu, sehingga seluruh kaum Muslimin diidentikan dengan teroris. Padahal realitanya, yang berprilaku teroris adalah sebagian kecil dari kaum Muslimin yang terpinggirkan, sementara kelompok mayoritasnya secara diam-diam menyimpan keagungan peradaban. Jika kelompok kecil ini dijadikan dasar untuk mengklaim kaum Muslimin, maka dapat pula dikatakan bahwa seluruh masyarakat Barat yang mengaku berperadaban adalah

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

54

Page 55: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

teroris, rasialis, korup, penderita AIDS dan sejenisnya, karena memang ada bagian kecil dari masyarakat Barat yang demikian keadaanya. Tentu klaim semacam ini sangat tidak adil bagi masyarakat Barat seluruhnya, sebagaimana tidak adilnya tuduhan kepada kaum Muslimin.

Jika diperhatikan secara teliti keadaan kaum Muslimin di dunia ini, maka jelas akan tergambar realitas sebenarnya keadaan kaum Muslimin. Coba kita perhatikan nasib kaum Muslimin dinegara-negara minoritas Muslim, pada umumnya mereka dinafikan hak-haknya secara politik, bahkan dipinggirkan dan dibantai. Bagaimana nasib kaum Muslimin di India yang dibantai kaum militan Hindu, bagaimana nasib kaum Muslimin Moro di Filipina selatan yang diperangi dan dibantai, bagaimana nasib kaum Muslimin di Bosnia, ataupun nasib kaum Muslimin pada masyarakat yang menganggap dirinya beradab seperti Eropa atau Amerika saat ini. Namun hal ini sangat kontradiktif jika dibandingkan dengan keadaan non Muslim dinegara-negara mayoritas Muslim. Dalam hal ini Indonesia adalah contoh nyata. Walaupun orang Kristen yang hanya berjumlah kurang dari 7 % tapi menduduki jabatan mentri-mentri kunci yang mengatur negara seperti Panglima ABRI yang pernah dipegang LB. Murdani yang Kristen atau trio RMS Kristen (Radius-Mooy-Soemarlin) yang memegang kendali dan kebijakan ekonomi negara mayoritas Muslim Indonesia. Namun mayoritas kaum Muslimin di Indonesia menerima keadaan itu dengan lapang dada, yang mana hal ini tidak akan pernah terjadi dinegara minoritas Muslim manapun di dunia ini. Pernahkah misalnya di Inggris ataupun Amerika terjadi mentri keuangan atau pertahanannya dari orang Islam? Jawabannya selama berdirinya negara-negara yang mengaku bapak demokrasi ini, belum pernah satupun mentrinya dari kalangan minoritas Muslim, namun hal ini terjadi dinegara mayoritas Muslim Indonesi. Di Malaysia, non-Muslim dapat menduduki jabatan mentri, padahal Malaysia adalah negara yang menjadikan Islam sebagai agama resmi.

Kaum Muslimin yang dianggap tidak beradab ini justru telah melahirkan tokoh-tokoh dunia yang dikagumi, terutama dalam bidang sains dan tehnologi. Sebagai contoh mantan Presiden RI ke 3, Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie misalnya. Habibie adalah seorang Muslimin yang taat, bahkan memimpin organisasi para Intelektual Muslim se-Indonesia (ICMI) dan mengetuai Forum Dunia Islam untuk Pembangunan Sains Teknologi dan Sumber Daya Manusia (IFTIHAR). Namun reputasinya didunia Internasional tidak ada satupun orang dapat menafikannya. Pada tahun 1994 Habibie mendapat penghargaan tertinggi Persatuan Bangsa-Bangsa untuk pengembangan ilmu kedirgantaraan yang selama ini belum pernah diterima oleh perorangan sejak berdirinya PBB. Habibie pula yang dikatakan sebagai penyebab kejatuhan industri pesawat FOKKER milik Belanda, akibat kemajuan Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang dipimpinnya. Habibie sebagai seorang Muslim yang taat mampu menjadi penggerak dan simbol kemajuan bangsa Indonesia yang multi ras dan agama. Demikian pula masih banyak putra-putra terbaik Islam yang memberikan sumbangan pada kemajuan dunia, diantaranya penyandang NOBEL untuk fisika, Abdus Salam dari Pakistan ataupun Dr. Abdurrahman Hilmy dari Mesir, Muhammad Yunus dari Bangladesh dan masih banyak lagi. Mentri keuangan yang dijuluki bekas PM Inggris Margareth Teacher sebagai mentri keungan terbaik abad ini,

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

55

Page 56: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Anwar Ibrahim dari Malaysia, seorang pemimpin Islam yang brilyan dan sangat toleran pada penganut agama lainnya. Bahkan Anwar dijuluki sebagai tokoh pencerahan Asia (Asia Renaissance) yang mempromotori dialog antar peradaban dan sangat terbuka dengan kemajuan, sehingga menjadi cermin Muslim Kosmopolit. Mantan Presiden PBB, Dato’ Razali Ismail dari Malaysia, adalah seorang Muslim yang tetap menjaga tradisi keislamannya.

Demikian pula, masyarakat Islam, khususnya dikawasan Asia Tenggara adalah masyarakat yang amat ramah dan toleran, penuh persahabatan dengan bangsa-bangsa lain. Bukannya seperti para teroris yang digambarkan. Itulah sebabnya kawasan ini menjadi pusat wisata masyarakat Barat yang merindukan kedamaian. Memang diakui, ada sebagian dunia Islam terjadi peperangan dan teror. Namun jika diteliti dengan seksama, siapakah penyulut dari aksi peperangan dan teror itu. Di Palestina misalnya, para pendatang Yahudi merampas tanah kaum Muslimin dengan alasan, Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Aksi perampasan ini berlanjut menggunakan senjata bahkan mendapat bantuan Bapak Demokrasi dan Hak Asasi Amerika. Secara jujur, apakah tindakan yang dapat kita lakukan andaikan rumah yang kita huni turun temurun dirampas orang dengan alasan janji Tuhan. Siapapun di dunia ini memiliki akal waras akan melawan mati-matian untuk mempertahankan haknya. Jika si kuat malah membantu perampas, maka tidak ada cara lain kecuali melemahkan kekuatan si kuat, agar hak menjadi miliknya. Rasional inilah yang ditempuh kaum Muslimin Palestina, baik di Palestina sendiri ataupun diluar, demi mempertahankan diri dari perampok yang dibela Amerika. Maka tidak mengherankan jika mereka menggalang aksi terorisme untuk menarik perhatian dunia yang sudah dikuasai oleh agen-agen Yahudi Internasional. Kaum Muslimin di Palestina seakan-akan dipaksa untuk berperang dan melakukan aksi teror demi mempertahankan tanah airnya yang dirampas. Demikian pula halnya yang terjadi pada kaum Muslimin di Afghanistan, Kashmir, Bosnia, Chechnya, Moro, Arakan dan lainnya. Mereka dipaksa oleh keadaan yang diciptakan oleh mereka yang mengatakan dirinya sebagai masyarakat beradab dan demokratis, namun senantiasa bersikap tidak adil terhadap kaum Muslimin.

Jadi adalah tidak adil sama sekali, jika kaum Muslimin yang terkenal toleran, ramah, penuh persahabatan, memiliki putra-putra terbaik yang menyumbang pada kemajuan dunia dianggap sebagai kaum yang tidak berperadaban, radikal, teroris, dan sejenisnya. Memang diakui kaum Muslimin masih jauh tertinggal jika dibandingkan kaum lainnya, namun mereka kini telah mempersiapkan diri untuk bangkit membangun dunia kembali, sebagaimana bangkitnya generasi mereka terdahulu membangun dunia dan memberikan sumbangan yang tak ternilai pada peradaban ummat manusia.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

56

Page 57: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Ketiga:Masa Depan Islam

Sejarah telah membuktikan, Islam dengan ajarannya yang sempurna telah berhasil membangun sebuah masyarakat dengan peradabannya yang menjulang tinggi pada masa lalu. Islam telah menjadikan bangsa Arab yang terbelakang, terpecah belah dan tertindas menjadi bangsa besar, sebagai super power yang telah menumbangkan dua super power masa itu, Romawi dan Parsi. Islam telah merubah manusia-mnusia jahiliyah penyembah berhala menjadi manusia-manusia yang bertauhid dan berperadaban, menjadi pemimpin-pemimpin besar dunia yang dikagumi hingga hari ini. Islam telah berhasil melahirkan generasi terpilih sepanjang sejarah kemanusian. Generasi-generasi yang menegakan keadilan dan kedamaian sejati serta mengahancurkan segala bentuk kezaliman. Generasi yang telah memberikan rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana yang telah ditugaskan Allah SWT kepada mereka sebagai Khalifah (wakil)-Nya yang telah memenej alam sesuai dengan kehendak-Nya.45

45

? Lihat misalnya : Thabary, Tarikh Umam wa al-Mulk, Beirut : Dar Fiqr, 1979. Abul Hasan an-Nadwy, Madza Khasira al-Alam bi inhithoth al-Muslimun ?. op.cit. Abul A’la al-Maududi, al-Khilafah wa al-Mulk, op.cit. Khalid Muhammad Khalid, Rijal Haula al-Rasul, Beirut : Dar Fiqr, 1975. Muhammad al-Ghazaly, Fiqh al-Sirah, Beirut : Dar Fiqr, 1978. Yusuf al-Khandahlawy, Hayat al-Shahabah, Lucnow : Dar Ulum, 1980. Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, London : Chiristopher, 1955. R.A. Nicholson, Literary History of the Arab. Chambridge : Cambridge Univ. Press,1930.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

57

Page 58: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Jika dahulu Islam dapat melahirkan generasi-generasi agung yang berperadaban serta menguasai dan memenej dunia dengan penuh kegemilangan, maka tidak mustahil Islam sekali lagi akan melahirkan generasi agung berperadaban pada abad ini yang akan menjadi pemimpin dunia. Karena sumber rujukan dan pengambilan yang telah melahirkan generasi terdahulu, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tetap tersimpan hingga kini. Sumber utama inilah yang akan mencetak generasi baru pemimpin dunia.46

Apalagi secara konsepsional sistem Islam adalah sistem terunggul daripada seluruh sistem dunia masa kini. Sistem lebih unggul daripada Sekulerisme, lebih unggul daripada Kapitalisme-Liberalisme, lebih unggul daripada Sosialisme-Komonisme, lebih unggul daripada Nazisme-Fascisme, lebih unggul daripada Humanisme, lebih unggul daripada Nasionalisme lebih unggul daripada semua cabang pemikiran Modernisme ataupun Post-Modernisme, Islam lebih unggul daripada seluruh sistem danagama-agama dunia.47

Dalam dunia modern ini, konsep-konsep Islam tetap relevan dan akan menjadi jalan keluar dari segala bentuk krisis dan problema yang dihadapi dunia. Islam sekali lagi akan membuktikan keunggulan konsepnya dari seluruh sistem hidup diabad modern ini. Konsepsi Islam tidak akan pernah lapuk dimakan waktu, karena ia diturunkan untuk seluruh ummat manusia hingga ahir zaman.48

Keunggulan Ajaran IslamAda beberapa keunggulan dan kelebihan Islam sebagai sistem hidup

jika dibandingkan dengan sistem-sistem dunia lainnya, sehingga Islam paling layak menjadi satu-satunya sistem alternatif dunia dimasa depan. Diantara keunggulan itu adalah :

- Islam adalah sistem universal

46 Lebih detil lihat : Hilmy Bakar Almascaty, Generasi Penyelamat Ummah, Kuala Lumpur : Berita Publ., 1995.

47 Untuk masalah ini secara mendetil lihat misalnya : Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam and Secularism, Kuala Lumpur: ABIM, 1974. Abul A’la al-Maududi, Capitalism, Socialism and Islam. Kuwait : Islamic Books Publ., 1987. M. Mirza Hussain, Islam and Socialism, a Critical Analisis of Capitalism, Fascism and Nazims as Contrasted with the Qur’an Conception of a New World Order, Lahore : SM, 1974. Maxime Radinson, Islam and Capitalism, Paris : Penguin Books, 1980. Ali Shari’ati, Marxism and Other Western Fallacies, Trans by R. Campbell. Berkeley : Mizan Press, 1980. Mustafa Mahmoud, Marxism and Islam, trans. By MM. Enany, Kaherah : Cairo Univ. 1990. Khalifa Abdul Hakim, Islam and Communism. Lahore : Siddiq Printer, 1976. David Westerwind, From Socialism to Islam, Uppsala : The Scandinavia Inst. Of African Studies, 1982. HOS Cokroaminoto, Islam and Socialism, Kuala Lumpur : Iqrak, 1988. Asghar Ali Engineer, Islam and Liberation Theology. New Delhi : Sterling Publ, 1990. Ahmad Abdul Ghaffar Affar, Humanisme in Islam. Trans. By Albin Michel, Indiana : The American Trust Publ,. 1979. Maryam Jameelah, Islam and Modernism. Lahore : Muhd Yusuf Khan, 4th. Edt. 1977. Dr. Ali Muhd. Nagvi, Islam wa al-Qaumiyah, Tehran : 1404. Muhammad Asad, Islam at the Cross Road, Spain : Dar al-Andalaus : 14th. Edt. 1404 H. Akbar S. Ahmad, Postmodernism and Islam, London : Routledge, 1992.

48 Lihat misalnya : Syed Abdul Wahab Bukhory, Islam and Modern Challenges. Madras : Dar al-Tasneef, 1966. GW. Choudury, Islam and the Contemporary World, London : Indus Thames Publ, 1990. Ahmad al-Shahi dan Denis Mac Eoin, Islam in Modern World, New York : St. Martin’s Press, 1983. John J. Donohue, and John L. esposito (ed), Islam in Transition, Muslim Perspective, New York: Oxford Univ. Press, 1982. Ilse Lilhtenstadter, Islam and Modern Age, An Analysis and Appraisal, New York: Bookman Associates. 2nd. Edt. 1960.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

58

Page 59: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Islam adalah sistem hidup yang universal, yaitu sistem hidup yang bersifat global dan mendunia. Ia diturunkan untuk seluruh ummat manusia hingga akihir zaman. Sebagaimana ditegaskan Al-Qur’an :“Dan tidaklah Kami utus kamu kecuali untuk seluruh ummat manusia”.“Dan tidaklah Kami utus kamu kecuali sebagai rahmat untuk seluruh alam”. (Al-Anbiya : 107)

Itulah sebabnya Islam akan senantiasa mampu mengikuti arus perkembangan zaman dari waktu ke waktu, tidak seperti sistem hidup lainnya yang lapuk dimakan zaman karena tidak bersifat universal. Ini terbukti walaupun sudah 15 abad diajarkan, namun sistem Islam masih tetap relevan dengan dunia modern, bahkan ia dapat mengatasi semua sistem hidup yang diciptakan sesudahnya.

- Islam adalah sistem yang fitriIslam adalah sistem kehidupan yang fitri, yaitu sistem kehidupan yang

sesuai dengan kehendak dan keperluan hati nurani manusia yang menginginkan terwujutnya keadilan, kebahagiaan dan kedamaian sejati. Sebagaimana ditegaskan Al-Qur’an :

“Maka hadapkanlah dirimu dengan lurus kepada agama itu, yaitu fitrah Allah adalah sesuai dengan fitrah manusia, dan janganlah ada penukaran terhadap ciptaan Allah, ialah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Al-Rum : 30)Jika diselidiki secara jujur, maka jelaslah ajaran-ajaran Islam sangat

sesuai dengan tuntutan hati nurani manusia, karena ia adalah ajaran yang senantiasa mengajak menuju kebaikan, keamanan, keadilan dan kebahagian sejati. Realitas ini tidak dapat dinafikan, kecuali oleh orang-orang ada penyakit dalam hatinya dan menolak kebenaran.

- Islam adalah sistem totalitasIslam adalah sistem hidup yang totalitas, yaitu sistem hidup yang

sempurna, mengajarkan segala bentuk sistem kehidupan yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagian dan kesemppurnaan hidup. Sistem hidup yang memiliki ajaran moral-spiritual, etika, keyakinan, kerohiman dan sekaligus memiliki ajaran sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, sains tehnologi, filsafat, militer dan lain-lainnya.49

- Islam adalah sistem unityIslam adalah sistem hidup yang unity, yaitu sistem hidup yang tidak

memisah-misahkan antara satu ajarannya dengan ajaran lainnya. Keseluruhan ajarannya adalah satu kesatuan, dari awal hinggalah ahirnya. Al-Qur’an sangat mencela orang-orang yang memisah-misahkan ajarannya :

Dan jangalah kamu menjadi orang-orang yang menyekutukan, yaitu daripada orang-orang yang memisah-misahkan agama mereka sehingga jadilah mereka beberapa golongan yang tiap-tiap golongan merasa bangga dengan pandangan mereka, (Al-Rum : 31-32)

Islam tidak pernah memisahkan antara dunia dengan ahirat, karena kedua-duanya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Demikian pula Islam tidak memisah-misahkan sistem ekonomi, politik, pendidikan, sosial,

49 Lihat : Prof. Said Hawwa, al-Islam, op.cit. Dr. Yusuf al-Qardhawi, op.cit.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

59

Page 60: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sains tehnologi, dan lain-lainnya dengan ajaran moral spiritualnya. Islam memerintahkan agar penganutnya memasuki Islam secara unity, menerima keseluruhan ajarannya, sebagaimana yang diterangkan Al-Qur’an:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah mengikuti langkah-langkah Syaitan, karena sesungguhnya Syaitan adalah musuh kamu yang nyata”. (Al-Baqarah : 208)

- Islam berasal dari Pencipta alam Islam adalah sistem hidup yang diajarkan oleh Pencipta Yang Maha

Mengetahui tentang seluruh alam, Yang Maha Mutlak kebenarannya, yaitu Allah SWT kepada manusia melalui perantaraan Rasulullah Saw. Sebagaimana disebutkan Al-Qur’an :

“Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan sistem kehidupan al-Haq agar memenangkannya diatas semua sistem kehidupan lainnya, walaupun tidak disukai orang-orang musrik”. (Ash-Shoff : 9)

Karena diajarkan oleh Yang Maha Mengetahui, maka Islam akan terhindar dari segala bentuk kesalahan dan kelemahan. Ia tidak akan menjadi seperti sistem-sistem dunia lainnya yang mengalami kegagalan akibat diasaskan oleh manusia yang serba lemah.

- Sumber ajaran Islam jelasIslam adalah sistem hidup yang memiliki sumber pengambilan yang

dapat dipertanggung jawabkan keaslian dan kesempurnaannya, yaitu Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Sunnah Rasulullah Saw. Al-Qur’an sendiri menentang, siapakah yang mampu menandinginya walaupun seayat saja :

“Dan jika kamu ragu-ragu terhadap apa yang Kami telah turunkan kepada hamba Kami (Al-Qur’an), maka cobalah kamu buat satu surat yang serupa dengannya, dan ajaklah penolong-penolong kamu selain daripada Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar. Dan apabila kamu tidak dapat membuatnya, dan pasti kamu tidak dapat membuatnya, maka takutlah kamu dengan Neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir”.

Keaslian dan kehebatan Al-Qur’an inipun diakui oleh intelektual Barat. Filosof dan sastrawan besar Jerman, Goethe menulis tentang al-Qur’an :

“Bagaimana juga saya membaca Al-Qur’an itu, pertama ia menggerakkan saya pada setiap masa, dengan kesegaran dan dengan cepat menganjurkan pendirian hati serta keheranan, yang ahirnya ia mendorong saya kepada pengetahuan agama. Al-Qur’an itu mempunyai susunan kata-kata yang molek dan indah, isi dan tujuannya mengandung suatu pedoman bahagia. Dia adalah memberi ingatan dan menakutkan selamanya, dan seterusnya ia adalah kemulian Yang Maha Tinggi. Demikianlah, Al-Qur’an akan berjalan terus dan bekerja sepanjang masa dengan pengaruh yang amat kuat serta gagah dan teguh”.50

50

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

60

Page 61: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Maka dengan demikian, jelaslah bahwa al-Qur’an, sumber pengambilan utama ajaran Islam adalah yang terbaik dan dapat dipertanggung jawabkan keasliannya. Tidak ada alasan apapun untuk menolaknya, karena ia adalah wahyu Allah yang suci dan terpelihara dari segala jenis penipuan.51

- Islam memiliki contoh teladan Islam adalah sistem kehidupan yang memiliki contoh nyata ajarannya,

yaitu masyarakat yang telah dibina oleh Rasulullah diMadinah yang diwahyukan Allah. Masyarakat yang susunannya sangat indah, dibawah pimpinan dan bimbingan Muhammad Rasulullah. Setiap aspek kehidupannya adalah contoh tauladan manusia sepanjang masa. Jika seorang pemimpin ingin melihat contoh, maka Rasulullah Saw, Abu Bakar ra, Umar ra,Uthman ra, dan Ali ra adalah contoh terbaik. Jika seorang perniaga dan hartawan ingin mencari tauladan, maka Abdurahman bin Auf ra adalah figurnya. Demikian pula jika panglima perang mencari contoh, maka contohnya adalah Khalid bin Walid ra. Jika wanita menghendaki contoh tauladan maka Aisyah ra, Fatimah ra, adalah contohnya. Islam telah memiliki contoh masyarakat ideal yang akan diciptakannya, berbeda dengan sistem dunia lainnya yang tidak memiliki contoh baik secara pribadi, keluarga dan masyarakat. Islam dengan ajarannya telah terbukti keunggulannya, sehingga dapat melahirkan ummat yang memiliki kekuasaan luas dan menguasai peradaban dunia. Islam telah menciptakan dunia baru yang berlandaskan pada ajarannya yang sempurna. Tidak ada satu sistem duniapun yang mampu menyamai keunggulan sistem Islam, sejarah telah dan akan membuktikannya. Kegagalan sistem Sosialisme-Komonisme menghantarkan penganut-penganutnya menuju model masyarakat yang dicita-citakan karena sistem ini belum terbukti lagi keunggulannya melahirkan masyarakat ideal, dan tidak pernah terwujud sebelumnya masyarakat yang dicita-citakannya, hingga tidak ada contoh nyata bagaimana bentuk masyarakat Sosialisme-Komonisme yang dikehendaki. Demikian pula dengan sistem hidup lainnya, semua belum terbukti keunggulannya menciptakan masyarakat ideal yang dapat menegakan keadilan dan kedamaian sebagaimana masyarakat Islam.

- Islam tidak rasialisIslam adalah sistem hidup yang tidak membeda-bedakan tingkatan

manusia satu dengan lainnya. Manusia adalah sama, dijadikan dari tanah, tidak ada yang lebih utama ataupun tinggi drajatnya. Tidak ada kelebihan kulit putih daripada kulit hitam, tidak ada perbedan kelas, baik kelas buruh ataupun pemodal, tidak kelas bangsawan yang harus dihormati secara berlebih-lebihan oleh masyarakat awwam. Keutamaan dan kemulian seseorang dipandang adalah berdasarkan pada ketaqwaannya kepada Allah semata, sebagaimana yang disebutkan Al-Qur'an :

? Goethe, Hughe’s Dictionary of Islam, dikutip dari : O. Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam. Bandung : Pustaka Salman, 1985.

51 Lebih terinci lihat misalnya : Dr. Subhi Shaleh, Mabahits fi ‘ulum al-Qur’an, Beirut : Dar Ilm li al-Maliyin, tt. Syaikh Muhammad Ali al-Shabuni, al-Tibyan fi ‘ulum al-Qur’an, Damsyik : Maktabah al-Ghazaly, Thabaah Tsalist, 1981. Dr. M. Ali al-Hasan, al-Manar fi ‘ulum al-Qur’an, Amman : Matbaah al-Syuruq, 1983. Dr. Shabir Thayyimah, Hazha al-Qur’an, Bairut : Dar al-Jiil, 1989. Syaikh Muhammad Rasyid Ridho, al-wahy al-Muhammady, Bairut : Dar al-Fiqr, 1968.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

61

Page 62: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami telah jadikan kamu beberapa bangsa dan suku, supaya kamu berkenal-kenalan, sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah ialah yang paling bertaqwa diantara kamu”.(Al-Hujurat : 13)

Dengan dihilangkannya kasta-kasta manusia ini, Islam bermaksud akan menghantarkan dunia menuju keadilan dan kedamaian sejati, sehingga tidak ada satu ras ataupun satu golongan manusia agar dapat mengeksploitasi manusia lainnya dengan alasan yang satu memiliki drajat yang tinggi daripada lainnya. Dengan demikian pertentangan kelas yang selama ini menghantui dunia akan hilang dengan sendirinya, karena Islam menganggap semua manusia adalah sama drajatnya disisi Tuhannya.

- Islam tegak atas keadilanIslam adalah sistem hidup yang ditegakkan atas dasar keadilan

sesama manusia, mengutamakan persaudaraan dan kebaikan. Bukannya seperti sistem dunia lainnya yang menganjurkan pertentangan dan perkelahian yang didasari pada kebencian. Ataupun tidak sama dengan sistem yang mengeksploitasi pekerja untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya sebagaimana diamalkan kaum Kapitalis. Namun Islam adalah sistem yang senantiasa mengajarkan kebajikan umum, dengan sistem ekonominya yang khas. Pengikutnya dianjurkan untuk mendapatkan dan memiliki harta sebanyak kemampuannya, namun dalam hartanya itu terdapat hak Allah dan hak masyarakat yang harus ditunaikan.52

- Islam mampu menghadapi tantangan zamanIslam adalah sistem hidup yang akan dapat menyelesaikan segala

bentuk krisis dan tragedi yang diderita dunia masa ini dengan pendekatannya yang khas. Islam akan menyelesaikan problematika masyarakat modern dengan menyelesaikannya dari inti permasalahannya yang dihadapi sehingga tidak akan timbul lagi permasalahan baru diatas permasalahan lama. Islam mengetahui benar dimanakah sumber segala bentuk permasalahan yang dihadapi dunia dan menyelesaikannya secara tuntas. Islam akan menyelesaikan krisis dunia hari ini dengan menyelesaikan manusianya terlebih dahalu, karena semua krisis pada hakikatnya bersumber dari manusia. Jika manusia sudah menjadi baik, maka tentu dunia ini akan menjadi baik pula. Manusia ini terlebih dahulu dididik dan dipimpin Islam dengan pendekatannya yang unik, sehingga menjadi manusia sempurna, secara jasmani maupun rohani.53

- Islam tidak memisahkan agama & pengetahuan Islam adalah sistem hidup yang mempertentangkan antara sains-

tehnologi dengan ajarannya. Bahkan Islam mendukung segala bentuk aktivitas penyelidikan ilmiah dan pengembangan sains-tehnologi untuk memudahkan manusia dalam menjalankan aktivitasnya sebagai hamba dan wakil Allah dimuka bumi. Sejarah membuktikan Islam telah melahirkan para

52 Lebih detil lihat : Sayyid Qutb, Al-Adalah al-Ijtimaiyyah, Beirut : Dar Fiqr, 1976. 53 Lebih detil lihat ; Prof. Muhammad Qutb, Islam and The Crisis of Modern World, Leicester : The Islamic

Foundations, 1979. Prof. Sayyed Hussaein Nashr, Islam and The Plight of Modern Man. London : Longman, 1975.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

62

Page 63: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

saintis dan tehnolog Muslim yang menjadi guru bagi pengembangan pengetahuan dan peradaban Barat dan hasil karya mereka masih menjadi referensi sampai hari ini.

- Islam adalah ajaran yang dinamisIslam adalah sistem kehidupan yang dinamis dalam menanggapi

segala bentuk perubahan dan perkembangan dunia, tidak seperti agama-agama lainnya ditinggalkan pengikutnya karena tidak mampu mengikuti perkembangan zaman. Kedinamisan Islam ini disebabkan karena ajarannya yang universal dan datang daripada Allah SWT Yang Maha Mengetahui serta diturunkan sebagai panduan hidup manusia hingga keahir zaman. Itulah sebabnya ajaran Islam senantiasa akan tetap relevan sepanjang zaman, tetap dinamik mengikuti perkembangan dunia yang semakin canggih dan kompleks ini.

Maka dengan demikian Islam akan menjadi satu-satunya alternatif sistem dunia masa depan yang akan menyelesaikan segala bentuk krisis dan tragedi masyarakat modern. Hanya Islamlah yang akan mampu menjawab krisis dan problem masyarakat modern hari ini dan membimbing mereka menuju kehidupan masyarakat ideal, yaitu masyarakat yang menjiwai semangat masyarakat yang pernah dibina Rasulullah 15 abad silam namun mampu berintegrasi dengan dunia moden dengan segala kecanggihan sains-tehnologinya.54

Janji-Janji Allah dan Rasul-Nya tentang Kemenangan Islam dan Umatnya

Islam adalah ajaran yang diturunkan Sang Pencipta alam untuk menyelamatkan seluruh umat manusia sebagai pelengkap dan penutup agama langit sebelumnya. Sebagai agama penyelamat manusia yang terunggul dan tersempurna, Islam mendapat garansi kemenangan dari Allah yang telah menurunkannya dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan-Nya kepada para pendukung dan pengikut setianya. Allah SWT telahpun menegaskan didalam Al-Qur’an tentang kemenangan Islam, sebagaimana difirmankan-Nya :

“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan ad-Dien al-Haq (ajaran kebenaran) agar memenangkannya diatas segala dien (ajaran). Walaupun orang-orang yang musrik tidak menyukainya”. (Al-Shoff : 9)“Sesungguhnya dien yang diridhoi disisi Allah hanyalah Islam”. (Ali Imran : 19)“Dan barang siapa yang mengambil selain Islam sebagai dien-nya, maka ia tidak akan diterima, diahirat mereka termasuk orang-orang yang merugi”. (Ali Imran : 83)Sebagaimana dijelaskan terdahulu, Dien bermakna seluruh sistem

kehidupan manusia, dan Islam adalah satu-satunya al-Dien yang akan mendapat kemenangan, dan sejarah telah membuktikannya. Walaupun Islam pada awalnya didukung oleh bangsa yang terbelakang dan primitif, namun berkat ajaranya, Islam telah mengangkat martabat mereka menjadi bangsa

54 Lihat : Prof. Sayyed Hussaein Nashr, Islam and The Plight, op.cit.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

63

Page 64: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang maju dan besar sebagai mercusuar peradaban dunia. Dan Islam pasti akan mendapat kemenangan sebagaimana ummat terdahulu, asalkan mereka menerapkan kembali dalam kehidupannya metode yang telah mengantarkan kemenangan dan kejayaan ummat terdahulu.

Demikian pula banyak hadits Rasulullah yang menyatakan Umat Islam akan kembali gemilang sekali lagi diahir zaman untuk menguasai kepemimpinan peradaban dunia, diantaranya :Bahwasanya Rasulullah Saw telah bersabda :

“Tegaklah pada kamu masa Kenabian sampai beberapa lama yang dikehendaki Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah selepas itu pada kamu masa Kholifah atas manhaj Kenabian, maka terjadilah ia kepadamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian ia diangkat. Kemudia terjadilah padamu masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan adhudhan), maka terjadilah ia beberapa masa yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah selepas itu Kerajaan rusak (Mulkan Jabbariyyan) terjadilah ia beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Selepas itu tegaklah padamu Kholifah atas manhaj Kenabian yang mengamalkan Sunnah Rasul dikalangan manusia. Islam akan tersebar luas dimuka bumi yang diridhoi oleh penghuni langit dan bumi. Langit tidak akan meninggalkan setetespun air hujan, kecuali ia mencurahkannya. Dan bumi tidak akan meninggalkan tanaman dan barokahnya kecuali ia akan mengeluarkannya”.55

Hadist diatas diperkuat oleh beberapa hadists, diantaranya:

Dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Saw yang bersabda : “Jika tidak tinggal dari dunia hanya sehari sahaja niscaya allah memanjangkan hari itu hingga bangkit padanya seorang lelaki dari keturunanku atau dari kaum keluargaku, yang namanya menyerupai namaku dan nama bapaknya menyerupai nama bapakku, ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran sebagaimana bumi dipenuhi kezaliman dan kekezaman”.

Dalam riwayat Tirmizi disebutkan :“Dunia tidak akan berahir sehingga bangsa Arab dipimpin oleh seorang laki-laki dari kelurgaku yang namanya menyerupai namaku”.56

Dari Jabir katanya : Rasulullah Saw telah bersabda :

55 Hadits ini diriwayatkan dari Abu Ubaidullah al-Jarrah dan diriwayatkan oleh Imam Tabrany. Diriwayatkan pula oleh Khuzaifah al-Yaman oleh Imam Ahmad (4/273) dalam Musnadnya. Telah berkata al-Hatamy dalam Majmu’ al-Zawaid, (5/179), diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazzar, dan Tabrany dalam al-Ausath menyatakan perawinya adalah thiqah. Dan al-Hafidz al-Iraqi berkata :’ini adalah hadits Shohih’. Sebagaimana dinukil dari Muhammad Nasiruddin al-Bany dalam Salsilah al-Hadits al-Shahih. (Damsyik : al-Maktab al-Islamy tt, hal. 9.

56 Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no 4282) dalam Sunan bab al-Mahdi, dan al-Tirmidzi berkata : Hadits ini adalah Hasan Shohih. Dan Ibn Thaymiyah telah menshohihkannya dalam Minhaj al-Sunnah al-Nabawiyyah (4/211) dan dihasankan isnadnya oleh al-Bany dalam “Takhrij Ahadits al-Miskah”.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

64

Page 65: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

“Akan hadir pada hari ahir Ummatku seorang kholifah yang membahagiakan harta dan tidak menghitung-hitungnya”.57

Dari Abu Said al-Khudri dari Rasulullah Saw yang bersabda :“Akan hadir diahir ummatKu al-Mahdi yang disirami oleh Allah dengan hujan, bumi mengeluarkan tumbuhan, harta diberikan kepada yang sihat, binatang ternakan membiak, ummat Islam menjadi agung dan mulia, ia hidup selama tujuh atau delapan kali haji.58

Menurut keterangan beberapa hadits diatas, dapatlah disimpulkan bahwa akan lahir dimasa yang akan datang seorang pemimpin besar Islam dari keturunan Rasulullah yang bernama Muhammad bin Abdullah bergelar sebagai Imam al-Mahdi al-Muntazar yang akan menegakkan Islam dan menjadikannya sebagai satu-satunya jalan keluar bagi problem dan krisis yang dihadapi masyarakat dunia. Dia akan membawa kegemilangan Islam dan ummat sekali lagi seperti dizaman Rasulullah dan para sahabat terdahulu. Dialah Kholifah yang akan menegakkan keadilan dan kemakmuran, yang akan membagi-bagikan harta tanpa menghitungnya. Seluruh manusia akan merasa keadilan dan kemakmuran yang dibawanya.

Walaupun ada yang menolak hadits-hadits al-Mahdi ini, seperti Ibn Khaldun misalnya, namun banyak imam-imam dan ulama-ulama besar yang membenarkannya, karena hadists-hadists tentang al-Mahdi adalah hadists mutawattir. Diantara yang mensohehkan dan menghasankan hadists-hadists al-Mahdi yaitu : al-Imam Abu Dawud, al-Imam Tirmizi, al-Hafidz Abu Ja’far al-Aqili, al-Imam al-Hasan bin Ali bin Khilaf Abu Muhammad al-Barbahary, al-Imam Abu al-Hasan Ahmad bin Ja’far al-Munady, al-Imam Ibnu Hibban, al-Hafidz Abu al-Hasan Muhammad bin al-Husain al-A’bari as-Sajzy, al-Imam Abu Sulaiman al-Khotoby, al-Imam Baihaqi, al-Qodhi Abu Bakar bin al-Arbi, al-Qodhi Iyad, al-Imam as-Suhaily, al-Imam Abu Faraj al-Jauzy, al-Imam Ibnu Athir, al-Imam Qurthubi, al-Imam Ibn Thaimiyah, al-Imam al-Hafidz adz-Dzahby, al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah, al-Hafidz Ibn Kathir, al-Hafidz Ibnu Hajar al-asqolany, al-Hafidz Suyuthy, al-Allamah Ibn Hajar al-Haithami, al-Allamah al-Barzanji, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, al-Allamah al-Qodhi as-Saukani dan lain-lainnya.59

Ulama dari kalangan Wahabi yang terkenal kehati-hatiannya dalam memelihara ajaran salafpun mengikuti tentang akan hadirnya al-Mahdi, sebagaimana dinyatakan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, Mufti Saudi Arabia yang berkata :

“Adapun pengingkaran terhadap al-Mahdi al-Muntazar dengan segala yang berkaitan dengannya sebagaimana yang difahami sebagian orang masa ini, maka pengingkaran itu adalah perkataan yang bathil. Karena sesungguhnya hadists-hadists tentang keluarnya (al-Mahdi) diahir zaman, dan ia akan

57 Diriwayatkan oleh Muslim dalam Shoheh (no.2913) bab al-Fitan dan Imam Ahmad dalam Musnad (no. 3/37, 318,333).

58 Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (no. 4/577,558). Berkata al-Bany : Sanadnya Soheh dan perawinya tsiqoh”.. Dikutip dari Salsilah al-Hadits al-Shohihah, op.cit hal. 117.

59 Muhammad bin Ahmad bin Ismail, al-Mahdi Haqiqoh la Khurafah, Kaherah : al-Maktabah al-Tarbiyat al-Islamiyah, 1990. Hal. 59-62.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

65

Page 66: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran untuk menggantikan kerusakan, adalah hadists-hadists yang mutawattir dan sangat banyak serta diakui sebagaimana telah disyahkan oleh kebanyakan Ulama, diantaranya Abul Hasan al-Aburi as-Sajastani daripada Ulama kurun keempat, al-Allamah as-safarany, al-Allamah Syaukany dan lain-lainnya. Dan hal ini seakan-akan telah ijma (sepakat) dari ahli ilmu…”.60

Maka dengan demikian, jelaslah bahwa Islam telah dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya akan mendapat kemenangan dan kejayaan sekali lagi dimasa depan untuk membuktikan kebenaran ajarannya. Namun kemenangan ini tidak akan datang dengan sendirinya, karena bertentangan dengan akal sehat dan semangat agama Islam sendiri. Infrastruktur kemenangan dan kejayaan ini harus dipersiapkan dengan matang dan sistematis oleh para pemimpin dan cendikiawan Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya terdahulu. Generasi Islam pertama telah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan kemenangan mereka melalui perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa seriusnya. Karena janji Allah dan Rasul-Nya adalah janji yang bersyarat, dan kemengan akan diperoleh apabila Ummat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Pemahaman sebagian umat yang menunggu al-Mahdi dengan perbuatan statis adalah bertentangan dengan ajaran Islam yang memerintahkan pengikutnya untuk berjuang dengan seluruh daya upaya mereka. Kedatangan al-Mahdi sebagai pemimpin Ummat dimasa depan harus disambut dengan persiapan-persiapan matang, terutama infrastruktur masyarakat, terutama pemahaman dan pengalaman mereka pada Islam harus sudah sesuai dengan kehendak ajaran Islam. Maka hal ini adalah tugas para pemimpin dan intelektual Islam untuk mengarahkan dan membimbing Umat agar sesuai dengan ajaran yang dikehendaki Islam.

Kebangkitan Islam Demikian pula halnya, di ahir abad 20 ini kaum Muslimin diseluruh

penjuru dunia mulai sadar dan bangun menuju era kebangkitan Islam. Ahir abad ini adalah abad kebangkitan Islam dan Umatnya diseluruh aspek kehidupan setelah beberapa abad tertidur pulas dibawah buaian Imprialis Barat yang meracuni mereka dengan segala sistem hidup yang ahirnya menghilangkan identitas mereka sebagai Umat terbaik. Kebangkitan kembali Umat untuk mewarisi kegemilangan peradaban yang telah dibangun generasi mereka terdahulu yang berlandaskan spirit Islam sehingga mengantarkan mereka sebagai cendikiawan-cendikiawan ulung dan briliyan. Kebangkitan kembali untuk menghidupkan sunnah Rasulullah dan pelanjut-pelanjut setianya yang telah berhasil gilang gemilang memimpin dunia dengan penuh keadilan dan menyelamatkannya dari kehancuran dan kezaliman penguasa-penguasa diktator. Kebangkitan kembali untuk mendaulatkan Islam diatas segala sistem kehidupan manusiawi dan sebagai satu-satunya jalan hidup yang dapat menyelesaikan krisis masyarakat modern. Kebangkitan kembali Ummat menjadi Super Power yang akan menggantikan penguasa-penguasa dunia masa kini yang telah mengalami kegagalan.

60 Dikutip dari Jaridah Ukadz, 18 Muharram 1400.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

66

Page 67: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Gelombang kebangkitan Islam ini terus maju, tidak ada kekuatanpun yang dapat menghalanginya. Kaum Muslimin mulai sadar, hanya Islamlah yangakan dapat membawa mereka menuju kejayaan dunia ahirat. Pemimpin-pemimpin Islam dari kalangan Ulama dan cendikiawan tampil membina Ummat dengan penuh gairah melalui gerakan dan visi masing-masing. Jama’ah, gerakan dan organisasi Islam tumbuh subur walaupun terpaksa melalui banyak tantangan, rintangan, dan tentangan, terutama kezaliman rezim-rezimdiktator yang tidak menghendaki Islam. Generasi muda mulai mendekati Islam, mereka sangat bangga menjadikan Islam sebagai al-Dien al-hayah (pandangan hidup) mereka. Para cendikiawan Muslim dengan penuh kesungguhan mengislamisasikan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk mencapai kegemilangan Islam dibidangnya masing-masing. Demikian pula para pakar tehnologi Muslim telah menciptakan penemuan-penemuan baru yang diakui keunggulannya oleh dunia. Al-hasil seluruh Ummat diahir abad ini seakan-akan bangkit secara menyeluruh untuk menguasai kepemimpinan peradaban dunia dalam segala aspek kehidupan.61

Kebangkitan ini lebih semarak lagi apabila pejuang-pejuang Muslim dengan gerakannya mulai menampakan hasil yang menakjubkan. Dimulai dengan keberhasilan Ayatullah Khomaeni di Iran menumbangkan rezim diktator Syah Reza Pahlevi dengan dukungan kekuatan massa yang dikenal dengan “revolusi Islam” dan berhasil mendirikan Republik Islam Iran yang sangat ditakuti Barat. Selanjutnya keberhasilan gerakan-gerakan Islam di Timur Tengah seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir bangkit kembali membina masyarakat dan sangat berpengaruh dalam politik, dan di Jordania berhasil menguasai parlemen. Dr. Hasan Turabi dengan gerakannya berhasil mengislamisasikan Sudan, yang membuahkan berdirinya Republik Islam Sudan. Kemenangan spektakuler Front Keselamatan Islam (FIS) di Algeria walaupun dizalimi mendapat dukungan rakyat. Kaum pembaharu di Saudi Arabia semakin berpengaruh sesudah perang Teluk dan mengancam sistem monarchi dinasti Saud. Islamic Trend Movements di Tunisia semakin populer dan berpengaruh. Albania yang komunis menjadi anggota Organisasi Konfrensi Islam (OIC). Mujahidin Afghanistan yang lemah persenjataan dan kekuatan material berhasil menumbangkan Super Power Uni Soviet yang komunis, dan membawa kebangkrutannya. Bangkitnya republik-republik Islam dibekas Uni Soviet yang spektakuler. Islam di Eropa dan Amerika mulai berkembang. Gerakan-gerakan Islam di Nusantara berhasil mewarnai masyarakat dengan Islam, didirikannya institusi intelektual Muslim seperti ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization), IIU (Intenational Islamic University), IKIM (Institut Kefahaman Islam Malaisia), ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia) dan lain-lainnya agar kaum cendikiawan Muslim lebih tersistematis dan terkoordinasi dalam mengislamisasikan masyarakat dan negara.

Kebangkitan kembali Islam adalah Sunnatullah yang mesti berlaku, kemenangan dan kekalahan senantiasa akan digilirkan antara satu bangsa

61 Lihat misalnya : Abdul Hadi Bu Thalib, ISESCO and The Islamic Revival, Rabat : ISESCO, 1985. Yvanne Yazbeek Haddad and John Esposito, The Contemporary Islamic Revival, New York : Greenwood Press, 1991. John L. Esposito, Voices of Resurgent Islam, New York : Oxford Univ. Press, 1983. Ali E. Hillali Dessouki (ed). Islamic Resurgence in the Arab World, New York : Preager, 1982. Dr. Chandra Muzaffar, Islamic Resurgence in Malaysia, Petaling Jaya : Penerbit Pajar Bhakti, 1987. Dr. Amien Rais (ed), Islam in Indonesia, Jakarta : Rajawali, 1986. VS. Naipul, Among The Believers (An Islamic Journey),. New York : Vintage Books, 1981.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

67

Page 68: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dengan bangsa lainnya. Masa kemenangan dan kejayaan bangsa Barat sudah berahir dan akan digantikan oleh bangsa Timur Muslim yang mulai menghayati identitas mereka dengan mengamalkan ajaran Islam dan membuang segala bentuk faham-faham sekulerlisme dan materialisme dari Barat. Disaat bangsa Barat mengalami kemerosotan dan kemunduran sosial ekonomi, bangsa Timur Muslim bangkit dengan dinamisnya. Semua ini adalah petanda awal dari kemenangan besar Islam yang akan didukung kebangkitannya oleh bangsa Timur Muslim. Realitas ini ditgaskan lagi dengan mulai runtuhnya negara-negara adi daya satu persatu. Dimulai dengan runtuhnya Super Power Uni Soviet, mulai goncangnya Eropa, Amerika, Jepang dan lain-lainnya. Setelah bangsa-bangsa maju ini mengalami puncak kemajuan sains tehnologi, ekonomi, dan kemajuan material lainnya, karena tidak memiliki dasar moral spiritual yang kokoh dalam pembangunan negara dan bangsa, masyarakatnya mengalami krisis dan dilema yang tidak kunjung berahir. Krisis dan dilema yang akan membawa mereka menuju jurang kehancuran. Semua penemuan material yang menjulang tinggi itu akan menghancurkan mereka sendiri. Sebagai contoh nyata, walaupun Amerika telah menemukan teori-teori mengagumkan dalam sains sosial yang senantiasa menjadi rujukan pakar-pakar dunia, termasuk kaum Muslimin, namun America sendiri tidak mampu menyelesaikan krisis sosial antara kulit putih dengan kulit hitam yang senantiasa menimbulkan kerusuhan-kerusuhan dahsyat yang melumpuhkan negara. Penyakit-penyakit sosial menyebar dengan ganasnya tak terkawal lagi. Ahirnya sistem sosial yang begitu indah dalam teori yang mereka ciptakan tak pernah wujud di America. Sistem sosial sudah hancur, institusi keluarga yang merupakan tiang negara sudah punah, kriminalitas semakin meningkat, penyelewengan-penyelewengan berleluasa, sains dan tehnologi menjadi alat perusak akibat tidak dikawal kekuatan moral spiritual yang lurus dan ahirnya Amerikapun menuju jurang kehancuran mengikuti sahabat karibnya Uni Soviet dengan segala krisis yang dihadapinya.

Demikian pula halnya dengan negara-negara besar lainnya, semua sedang berlomba mendaki puncak gunung material sementara fondasi spiritual mereka sangat rapuh, maka ketika berada dipuncaknya mereka akan terjerumus menuju lembah kebinasaan. Mereka saling berlomba, saling menipu, saling memeras dan mengancam serta saling memusnahkan satu dengan lainnya. Negara-negara adi daya yang secara material sangat mengagumkan itu pada hakikatnya sedang berlomba menggali kuburan mereka sendiri dengan sains dan tehnologi canggih mereka yang tidak dikawal dengan kekuatan spiritual. Mereka pasti akan hancur, sebagaimana hancurnya Uni Soviet dengan sistem Sosialisme-Komunismenya. Kehancuran mereka disebabkan sisrem kehidupan yang diterapkannya setelah menemui kegagalan akibat landasan filsafatnya yang sangat rapuh.

Realitas-realitas ini membuktikan Islam akan tampil sekali lagi dengan keunggulannya untuk menyelesaikan segala problem dan krisis ummat manusia dengan pendekatan khasnya. Islam akan mengantarkan bangsa yang menganutnya dengan sempurna menjadi pemimpin baru peradaban dunia dimasa depan. Bangsa Muslim baru ini akan tampil dengan keunggulan Islam untuk menyelesaikan segala krisis dan problem masyarakat modern. Islam sekali lagi akan membuktikan keunggulannya dengan melahirkan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

68

Page 69: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

masyarakat terbaik yang memiliki kekuatan spiritual dan kekuatan material, masyarakat yang menjiwai semangat para generasi Rasulullah terdahulu namun menguasai sains-tehnologi modern.

Merancang Kebangkitan IslamUntuk mulai menggerakkan kebangkitan Islam tidak semudah

mengemukakan teori, karena kondisi umat Islam yang sangat memprihatinkan. Umat Islam dewasa ini bukanlah seperti yang digambarkan al-Qur’an dengan kesempurnaan karakteristiknya yang penuh dengan sifat-sifat keutamaan dan keagungan sebagaimana generasi Islam terdahulu, namun realitasnya umat hari ini adalah umat yang terbelakang, lemah, jumud dan ketinggalan zaman disertai perpecahan akut diantara mereka menjadi golongan yang saling sesat menyesatkat, hasad menghasadi bahkan perang memerangi. Mereka telah kehilangan pegangan dalam aktivitas kehidupannya akibat kegagalan mereka menemukan solusi terbaik dalam pengamalan ajaran Islam. Ajaran Islam yang mereka fahami seakan tidak mampu lagi mengantarkan mereka menuju masyarakat terbaik yang akan memberikan rahmat kepada seluruh umat manusia. Keadaan ini diperburuk dengan tampilnya musuh-musuh mereka yang merancang dengan sistematis proses penghancuran Islam dan pengikutnya dengan segala bentuk taktik strategi, baik melalui serangan budaya, pemikiran, politik, ekonomi bahkan militer. Akhirnya kita menjumpai umat Islam hari ini dalam keadaan lumpuh total tak berdaya, penuh dengan krisis dan problematika.

Tidak sedikit dikalangan umat, khususnya para pemimpin dan cendikiawan mereka yang kalah dalam berinteraksi dengan kejahiliyahan ini mundur dengan teratur dari medan pertempuran yang maha dahsyat ini karena tidak mampu menghadapi realitas yang mengerikan ini dan tidak tahu harus berbuat apa, bagiamana caranya, dari mana memulainya dan seterusnya. Para generasi penerusnya seakan kehilangan arah di tengah derasnya faham dan kehidupan materialisme sekelurisme. Mereka digiring menjauhi Islam secara terencana dan sistimatis. Jika ada diantara mereka yang konsisten pada Islam, masyarakat segera akan menuduhnya sebagai kaum radikal ataupun teroris. Itulah sebabnya, umat yang sedang sakit parah ini perlu didiagnosa dengan teliti agar ketahuan sumber utama penyakitnya, setelah diketahui penyakitnya dengan pasti, barulah diberikan perawatan intensif setahap demi setahap dengan sistematis dan terencana. Setelah umat sembuh sepenuhnya yang ditandai dengan lahirnya generasi-generasi yang memiliki sifat-sifat utama sebagaimana generasi Islam pertama binaan Rasulullah SAW, barulah diberikan amanah untuk mengadakan revolusi total yang akan menyelamatkan dunia dan umat manusia dari kehancurannya menggunakan pendekatan dan metodenya yang khas dan unik. Bagaimanapun keadaannya, kebangkitan Islam gelombang kedua akan terjadi dan generasi ini pasti akan lahir dan tampil sebagimana yang dikehendaki Allah atasnya. Adalah menjadi kewajiban setiap cendikiwan yang menyatakan dirinya Muslim untuk merencanakan dan mempersiapkan kelahiran generasi penyelamat dunia ini sekaligus memberikan pedoman sesuai dengan kemampuan dan kepakarannya masing-masing, karena pekerjaan ini adalah merupakan tanggung jawab mereka sebagai hamba dan khalifah Allah yang kelak akan diminta pertanggungjawabannya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

69

Page 70: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Demikian pula halnya penyelesaian terhadap krisis dan tregedi yang dihadapi dunia modern saat ini tidak dapat diragukan lagi hanya dapat diatasi oleh kebangkitan Islam yang akan merevolusi dunia dalam artiannya yang luas. Revolusi yang dimaksudkan adalah revolusi total yang menyangkut seluruh aspek kehidupan umat manusia, bukan hanya kaum Muslimin saja, namun seluruh umat manusia yang tinggal di atas bumi ini adalah obyek revolusi Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya yang telah menggerakkan revolusi kemanusian pertama dahulu. Hanya revolusi seperti inilah yang mampu membimbing dan mengarahkan dunia menuju keselamatan dan kedamaian abadi. Revolusi ini akan mengkoreksi kesalahan yang dilakukan Barat terhadap peradaban modern sehingga menimbulkan krisis berkepanjangan yang telah menimbulkan bencana global.

Hakikat kebangkitan Islam ini dapat diketahui dengan menelusuri kembali karakteristik kebangkitan yang telah digerakkan generasi Islam pertama beserta metode yang telah diterapkannya dahulu yang telah melahirkan kebangkitan Islam gelombang pertama. Mengetahui dan memahami hakikat kebangkitan Islam gelombang pertama adalah mutlak bagi mereka yang akan menggerakkan kembali kebangkitan Islam gelombang kedua dengan segala karakteristiknya. Menyusun kembali kerangka kebangkitan Islam pertama yang telah diterapkan Rasulullah kemudian mengaplikasikannya pada kebangkitan Islam kedua di tengah-tengah timbunan peradaban modern, sehingga terwujudlah sebuah dunia baru yang modern dan canggih namun penuh dengan nilai-nilai universal ajaran Islam, sebagai tujuan utama dari kebangkitan Islam gelombang kedua. Kebangkitan Islam yang telah digerakkan Rasulullah telah berhasil meluluhlantakkan tatanan masyarakat jahiliyah, menghancurkan sistemnya, memerangi para pendukung dan pemimpinnya, menguasai wilayahnya serta mengusir mereka yang tidak mendukung revolusi kemanusiaan ini. Di atas tatanan sistem jahiliyah yang pagan dan korup, Rasulullah membangun sistem Islam yang berdasarkan wahyu dari Allah SWT. Sistem yang mengutamaan Penyembahan terhadap Allah Yang Maha Tunggal Penguasa alam, menyebarkan persaudaraan, persamaan, keadilan, kemakmuran dan kedamaian sejati yang merupakan ciri khas masyarakat utama. Perjuangan heroik Rasulullah dengan para pengikut setianya, yang sebagaian besar adalah para masyarakat klas bawah dan budak dalam menantang para pemimpin dan bangsawan musyrikin Quraisy adalah perjuangan suci para orang-orang tertindas (al-Mustad’afin) melawan para penguasa tiran yang ingin mempertahankan kekuasaannya yang korup dan paganis. Pengorbanan mereka yang agung semata-mata hanya mengharapkan ridho Allah dan mendapatkan syurga yang dijanjikan-Nya, dan bukan semata-mata untuk merebut kekuasaan, yang akan menggantikan tiran lama dengan tiran baru yang hanya menindas rakyat dengan slogan persamaan. Rasulullah dan para shahabatnya berjuang bukan semata-mata memperjuangkan persamaan klas semata, namun lebih jauh mereka memperjuangkan tegaknya sistem Ilahiyah yang akan menciptakan tatanan masyarakat utama yang penuh dengan kebebasan, persaudaraan, persamaan dan sejenisnya yang berdasarkan pada nilai-nilai agung dan mulia ajaran Islam. Itulah sebabnya mereka berani mengorbankan segala yang dimilikinya untuk menegakkan tatanan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

70

Page 71: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

masyarakat utama ini, karena perjuangan mereka akan dibalas dengan syurga, sebagai puncak kemenangan seluruh perjuangan kemanusiaan. Syurga di dunia bermakna tertegaknya masyarakat yang adil dan makmur serta aman damai, dan syurga di akhirat adalah pembalasan paripurna dengan kenikmatan yang tiada bandingan dan tidak terbayangkan. Dengan pendekatannya yang khas, Rasulullah telah menyerukan revolusi total kemanusian, dan dalam waktu singkat selama 23 tahun, generasi Islam telah berhasil mencapai tujuan utama kebangkitan Islam.

Apakah dalam dunia modern yang penuh dengan perbendaharaan peradaban, ajaran Islam masih memiliki daya gerak dalam menggerakkan sebuah kebangkitan kembali yang akan melahirkan kebangkitan total yang akan merubah tatanan dunia yang penuh kecanggihan ini ? Jawabannya pasti bisa, karena Islam adalah ajaran Allah Yang Maha Mengetahui terhadap segala ciptaan-Nya, diturunkan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Maka dengan demikian ajaran Islam pasti akan mampu menggerakkan perubahan yang akan menumbangkan tatanan jahiliyah. Dalam hal ini revolusi Islam di Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomaeny adalah fenomena terdekat bagaimana ajaran Islam mampu menjadi spirit menumbangkan penguasa tiran Pahlevi yang didukung kekuatan Barat. Demikian pula semangat ajaran Islam pasti akan mampu menggerakkan kebangkitan di bagian dunia manapun dan kapanpun, dengan syarat dijalankan sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah saw. Terutama kebangkitan ini digerakkan oleh mereka yang memahami benar karakteristik ajaran Islam yang kaffah dan mereka adalah orang-orang yang tidak mabuk kekuasan dan kesenangan materi lainnya. Mereka menggerakkan kebangkitan semata-mata mengharapkan ridha Allah dan kenikmatan syurga, dan bukan motif-motif selainnya.

Islam Versus Barat Pasca Peristiwa 11 September 2001Bersamaan dengan didegungkannya kebangkitan Islam kembali oleh

kaum muslimin di seluruh penjuru dunia, Barat yang diwakili oleh Amerika, Inggris, Australia dan negara-negara sekutu Barat lainnya telah merancang sebuah pertempuran terpadu antara Barat dan Islam terutama setelah berahirnya perang dingin yang telah mengantarkan tumbangnya Uni Soviet. Kekalahan pengikut Sosialisme-Komonisme telah memberikan keyakinan kepada Barat akan keunggulan peradaban mereka sebagaimana digambarkan Francis Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man. Namun diluar dugaan, setelah tumbangnya Negara Tirai Besi, telah bangkit negara-negara muslim yang berhubungan erat dengan Cina dan mendapat bantuan pengembangan teknologi persenjataan. Dan Islam adalah kekuatan yang tidak pernah padam, sehingga tetap menjadi ancaman peradaban-peradaban paganis ataupun penerusnya seperti peradaban Barat. Itulah sebabnya akan terjadi benturan (clash) antara Islam dengan Barat baik dalam militer, politik, ekonomi, pemikiran, pengetahuan sampai peradaban, yang oleh Huntington disebut sebagai Clash of Civilization atau yang didistilahkan oleh Prof. Naquib al-Attas dengan Permanent Confrontation (konfrontasi permanen) dalam bukunya yang terkenal Islam and Secularism.

Sebagai seorang muslim, benturan demi benturan yang telah merambah ke semua lini kehidupan manusia adalah sebuah keniscayaan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

71

Page 72: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang harus diterima sebagai kenyataan kehidupan, sebagaimana nyatanya kehidupan itu sendiri. Karena benturan demi benturan dalam segala bentuk dan dimensinya antar umat manusia telah menghiasi perjalanan sejarah dunia sejak awal keberadaannya yang didalam al-Qur'an disebutkan sebagai pertarungan al-Haq dengan al-Bathil, antara pengikut Allah (Hizbulllah) dengan tentara Thaghut (pengikut Iblis). Pertarungan yang diwakili oleh para Nabi dan Rasul melawan para tiran. musyrikin dan paganis, antara Ibrahim dengan Namrud, Musa dengan Fir'aun, Thalut dengan Jalut, Isa dengan Tiranis Romawi, Muhammad saw dengan bangsawan Kafir-Musyrik Mekah. Demikian pula benturan demi benturan telah terjadi antara pengikut Muhammad saw yang menyerukan jalan lurus para nabi, baik Nuh, Ibrahim, Ishaq, Musa sampai Isa dengan para pengikut para penyimpang dengan berbagai atribut dan namanya dalam panggung sejarah, sejak dari era Madinah, Baghdad, Cordova hingga saat ini. Keadaan ini digambarkan dengan indahnya oleh al-Qur'an :

Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (al-Baqarah : 213)

Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas perbedaan antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barangsiapa ingkar kepada Thaghut, dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah : 256-257)

Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri". (Ali Imron : 84)

Sungguh, Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Dan engkau tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka.

Dan orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engka mengikuti millat (tata cara) mereka. Katakanlah "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang sebenarnya". Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, maka tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. (al-Baqarah : 119-120).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

72

Page 73: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Memanasnya benturan antara Islam dan Barat saat ini, terutama setelah berahirnya perang dingin antara Amerika dengan Uni Soviet, tidak lain disebabkan oleh perjalanan sejarah masing-masing peradaban dan yang melatarbelakanginya. Sebagaimana disebutkan Prof. Naquib dalam Islam and Secularism, bahwa peradaban Barat yang kini mengalami puncaknya di Amerika adalah peradaban yang telah tumbuh dari peleburan sejarah, kebudayaan, falsafah, nilai dan aspirasi Yunani dan Romawi kuno yang dicampur dengan ajaran Yahudi dan Kristen yang kemudian dekembangkan lebih lanjut oleh rakyat Latin, Jermia, Keltik dan Nordik. Sementara sejarah telah mencatat kecemburuan-kecemburuan Yahudi terhadap Nabi Muhammad dan pengikutnya sejak di Mekah maupun Madinah, yang ahirnya mereka dapat diusir dari semenanjung Arabia akibat penghianatannya. Sejak awal kebangkitan Islam, Yahudi dan Nashrani telah menaruh kebencian pada Islam.

Kenapa mereka menaruh dendam yang mendalam pada Islam dan umatnya sehingga sejak awal kebangkitan Islam mereka merusaha untuk mengahiri keberadannya?, Bukankah Islam sendiri adalah kelanjutan daripada agama-agama mereka? Apakah yang mendorong mereka untuk bersekongkol dari awal untuk meredam kebangkitan Islam bahkan mengobarkan peperangan demi peperangan sejak zaman Muhammad saw, para shahabat, Salahuddin al-Ayyubi, Muhammad al-Fatih, zaman kolonialisme dan imprialisme sampai saat ini? Kenapa pemerintah Amerika Serikat, terutama dibawah GW. Bush sangat berambisi untuk menyerang dan menguasai dunia Arab, yang dimulai dari penguasaan Afghanistan, Iraq dan selanjutnya berencana menyerang Suriah ataupun Iran yang dianggapnya tidak koperatif? Kenapa pula para cendekiawan Barat tidak jemu-jemunya mengadakan penelitian terhadap Islam dan umatnya, namun kemudian memberikan penilaian yang merugikan Islam, baik sejak zamannya Ignuz Goldziher, Sounck Horgeunge sampai Bernard Lewis dan Samuel P. Huntington dan para orientalis Barat lainnya?.

Jawaban paling tepat atas pertanyaan ini adalah jawaban yang diberikan seorang cendekiawan terkemuka Islam yang sangat memahami latar belakang kebudayaan dan peradaban Barat, Prof. Naquib al-Attas. Beliau menulis:

"Islamlah agama yang mula-mula mendakwahkan peranannya sebagai agama yang bersifat menyeluruh bagi anutan segenap masyarakat insani; agama yang merupakan fitrah atau mengandung bawaan asal sifat insani; yang mula-mula menda'wa bagi membetul dan melengkapkan agama-agama lampau, khususnya agama Yahudi dan Kristian; yang mula-mula menggugat dan melabrak dasar-dasar akidah agama Kristian.Kemudian gugatan serta labrakan batin terhadap agama Kristian itu disusuli segera dengan cabaran zahir yang merupakan perkobaran Islam, dalam masa sejarah yang sesingkat lebih kurang lima puluh tahun sahaja, laksana api yang merebak menjalar keluar dari tanah Arab ke Mesir; ke Afrika Utara; ke Spanyol; ke Iraq; ke Syiria; ke Farsi; ke India dan China sehingga sampai juga ke Kepulauan Melayu-Indonesia ini!

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

73

Page 74: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Dalam masa hampir dua ratus tahun sesudah Hijratu'l-Nabiy saw, maka jajahan dan kawasan Islam itu luasnya lebih jauh besar dari jajahan dan kawasan agama dan imperaturia manapun dalam dunia, dan melingkungi kawasan-kawasan Eropa Barat dan Timur termasuk negeri Turki. Orang-orang Islamlah yang pertama mena'lukkan orang Barat; yang pertama memainkan peranan besar dalam menyanjung tinggi pelita ilmu pengetahuan ke Eropa dan dengan demikian menerangi suasana gelap gulita yang menyelubingi dunia Barat dewasa itu; yang pertama melangsungkan pembicaraan akliah menerusi ilmu kalam dengan para failusuf dan ahli teologi agama Kristian Barat.Pukulan zahir batin yang mahahebat yang telah dikenakan oleh Islam kepada agama Kristian dan Kebudayaan Barat itu tentulah terasa oleh hati sanubarinya bagai sebatan cemeti yang terlalu amat pedih menggeleparkan, hingga lalu memaksa meragut keluar dari dalam kunhi jiwanya satu laungan mahadahsyat yang ngilunya masih dirasai olehnya kini!Shahdan, maka sesungguhnya tiada hairan bagi kita jikalau agama Kristian Barat dan orang Barat yang menjelmakan Kebudayaan Barat itu, dalam serangbalasnya terhadap agama dan orang Islam, akan senantiasa menganggap Islam sebagai bandingnya, sebagai tandingnya, sebagai taranya dan seterunya yang tunggal dalam usaha mereka untuk mencapai kedaulatan duniawi. Dan kita pun tahu bahawa tiadalah dapat Islam itu bertolak-ansur dalam menghadapi serangan Kebudayaan Barat, justru sehingga Kebudayaan Barat itu tentulah menganggap Islam sebagai seterunya yang mutlak; dan kesejahteraannya hanya akan dapat terjamin dengan kemenangannya dalam pertandingan mati-matian dengan Islam, sebab selagi Islam belum dapat ditewaskan olehnya maka akan terus ada tanding dan seteru yang tiada akan berganjak daripada mencabar dan menggugat kedaulatan serta faham dasar-dasar hidup yang dida'yahkan olehnya itu." (Risalah untuk Kaum Muslimin,KL:ISTAC, 2001, hal 16)Tidak diragukan bahwa sejak awal kemunculannya Islam telah menjadi

ajaran Ilahi yang menggugat sendi-sendi kebatilan yang ada pada agama Yahudi maupun Nashrani, bahkan dengan tegas al-Qur'an menyebutkan konfrontasi Islam dengan kedua agama yang menyimpang tersebut yang dibuktikan dengan sejarah peperangan demi peperangan yang berahir dengan kekalahan dan ketundukan mereka kepada kaum muslimin. Dendam kesumat kedua agama langit yang telah dirubah oleh pengikut-pengikutnya ini telah menjelma pada peradaban Barat, sehingga kaum muslimin selalu mendapat serangan-serangan hebat dari waktu ke waktu, dari zamannya Usama bin Zaid ra sampai kepada zamannya Usama bin Laden, dan benturan ataupun konfontasi ini adalah bersifat kekal abadi, kecuali salah satunya, Islam yang menyerah kalah kepada Barat, atau sebaliknya, sehingga tercipa tata dunia baru yang berdasarkan Islam atau sekulerisme. Itulah sebabnya tidak mengherankan ketika presiden AS, G.W. Bush langsung menyerukan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

74

Page 75: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

"perang Salib" untuk memerangi apa yang dia namakan sebagai teroris yang konon didalangi pemimpin-pemimpin Islam seperti Usama bin Laden pasca penyerangan WTC pada 11 September 2001.

Jika dahulu mereka memerangi kaum muslimin dengan semboyan "Gold, Glory and Gospel", maka sekarang mereka menyerang dengan isu "melawan terorisme" sebagaimana yang digambarkan dalam pidato Bush di depan Kongres AS pada 20 September 2001: "Setiap bangsa di semua kawasan kini harus memutuskan: Apakah Anda bersama kami, atau Anda bersama teroris. Sejak hari ini, bangsa manapun yang masih menampung atau mendukung terorisme akan diperlakukan oleh Amerika Serikat sebagai rezim musuh.

Walapun para budak peradaban Barat, baik Yahudi, Nashrani, kaum sekuler Barat dan para sekutunya telah melancarkan serangan-serangan mematikan terhadap Islam dan kaum Muslimin dari berbagai lini dan dimensi kehidupan yang tidak pernah dilakukan terhadap agama dan bangsa lainnya, namun Islam dan kaum muslimin tetap eksis di muka. Kenapa hal ini dapat terjadi? Karena Islam adalah agama kemenangan sebagaimana sebutan al-Qur'an:

Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan segala propaganda mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipunorang-orang kafir membencinya.

Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan al-dien yang benar, untuk memenangkannya di atas segala dien-dien selainnya, meskipun orang-orang musyrik membencinya. (as-Saff : 8-9)

Walaupun Islam dan umatnya diserang sejak dari awal kebangkitannya di Makah, Madinah, Baghdad, Mesir, Cordova sampai Turki oleh kekuatan-keuatan paganis yang beraliansi dengan Yahudi, Kristen bersama kaum sekuler yang mengatasnamakan Kekaisaran Romawi, aliensi Kerajaan-kerajaan Kristen Eropa, kaum Imprialisme Barat sampai negara super power modern seperti Amerika dan sekutunya saat ini, namun Islam dan umatnya tetap eksis, bahkan menjadi musuh yang sangat menakutkan bagi orang Barat dan peradabannya sebagaimana yang dikatakan Huntington dalam The Clash of Civilizations yang kontraversial itu. Walaupun negeri-negeri muslim ditaklukkan oleh Barat, namun kemenangan Islam beralih menuju dataran spritual yang terus mengalir dari satu generasi ke generasi sesudanya sebagaimana yang dialami muslim di Bosnia, Albania dan negara-negara bekas Uni Soviet yang tiba-tiba muncul sebagai negeri Islam.

Dari masa ke masa telah bangkit para pembela Islam yang mengumandangkan kalimat Allah sejak zaman Muhammad saw, dilanjutkan oleh para shohabatnya yang menguasai emperium besar Islam, yang dikembangkan oleh dinasti-dinasti Islam sampai berhasil membangun sebuah peradaban baru yang telah menjadi jembatan peradaban modern yang puncaknya pada abad ke 3-7 Hijriah. Telah tampil dipanggung sejarah pahlawan-pahlawan agung Islam yang membela Islam seperti Muhammad al-Fatih yang membebaskan Konstantinopel, Shalahuddin al-Ayubi yang membebaskan Yerusalem sampai Hasan al-Banna, Omar Mokhtar dan lainnya yang menentang kaum imperialis kafir. Dan di zaman ini telah tampil pemuda-pemuda yang berani menentang dominasi Amerika dan sekutunya dengan caranya yang berani dan militan, diantaranya yang terkemuka adalah

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

75

Page 76: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Molla Mohammad Omar dari Afghanistan dan Usama bin Laden yang dikatakan sebagai memiliki jaringan perjuangan internasional al-Qaeda.

Demikian pula telah tampil para cendekiawan muslim silih berganti yang mempertahankan eksistensi Islam, sejak zaman Imam Malik, Imam Syafie, zaman al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, zaman Imam Ghazali sampai Ibn Thaimiyyah, Ibn Qoyyim dan Ibn Wahab. Di era kolonial telah tampil Jamaluddin al-Afghani, Abduh sampai Sayyid Quthb, Abul A'la al-Maududi, Mohammad Iqbal maupun al-Nadwy. Di era modern telah tampil para cendekiawan yang mampu membongkar keburukan peradaban Barat, diantaranya seperti Ali Shari'aty, Muhammad Naquib al-Attas, Ismail Faruqi, Muhammad Quthb, Yusuf al-Qordhawi dan lainnya yang tak terhingga banyaknya.

Apakah setelah para budak peradaban Barat beserta antek-anteknya melancarkan serangan dan peperangan yang bertubi-tubi terhadap Islam dan umatnya, kemudian mereka berhasil? Ternyata fakta mengatakan lain. Sebagaimana yang diungkap dalam data-data dalam bukunya Huntington, The Clash of Civilizations, bahwa persentase umat Islam bertambah terus jumlahnya sejak dari awal kebangkitannya, tidak pernah mengalami penurunan. Jumlah masjid dan lembaga pendidikan Islam, baik di dunia Islam ataupun negara-negara Barat terus bertambah. Dan fakta yang tidak dapat dinafikan bahwa jumlah muslim yang menunaikan ibadah haji terus meningkat drastis yang membuat kewalahan pemerintah Saudi. Dan yang paling terkini, banyak para klas menengah yang mulai tertarik pada Islam, sebagaimana menjamurnya program-program pelatihan SDM yang berbasiskan Islam seperti yang terjadi di Indonesia misalnya.

Fakta yang lebih dramatis, setelah pemerintah Amerika dan sekutunya melancarkan kebijakan perang terhadap terorisme yang ditujukan kepada muslimin yang istiqomah pasca 11 September, justru berbondong-bondong kaum muda, terutama mahasiswa dan cendekiawan muda yang mempelajari Islam dan menjadikan al-Qur'an, sumber utama ajaran Islam sebagai bahan bacaan yang terlaris di Amerika. Demikian pula telah tampil para cendekiawan Barat yang melihat fakta dengan kewarasan akal dan hati nurani mereka yang membela Islam dan kaum muslimin dan membongkar persekongkolan Yahudi-Kristen yang menjalankan kebijakan tidak adil terhadap kaum muslimin, terutama dalam menilai standar ganda kebijakan Amerika. Di antara mereka yang terkemuka seperti Noam Chomsky, seorang Profesor Linguistik pada MIT yang menulis buku terkenal "9-11" ataupun John L. Esposito. Pendapat mereka banyak diiukuti oleh gerakan-gerakan LSM yang umumnya bertentangan dengan kebijakan globalisasi yang dicanangkan neo-lib.

Peristiwa 11 September yang telah menimbulkan ketakutan pada masyarakat Barat terhadap apa yang disebut terosris muslim, telah dijadikan momen oleh gerakan-gerakan konspirasi Yahudi-Kristen (Judeo-Cristian) yang bersembunyi di balik peradaban Barat, baik kekuatan militer, ekonomi, diplomasi dan lainnya, untuk menyerang Islam dan kaum muslimin secara besar-besaran, yang dimulai dengan penaklukan Afghanistan, Iraq dan selanjutnya Suriah, Iran dan lainnya. Karena memang tujuan utama gerakan konspirasi ini adalah melanjutkan misi nenek moyang mereka untuk melenyapkan Islam dan umatnya yang telah dengan telak berhasil

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

76

Page 77: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

menggugat sendi-sendi kebathilan ajaran mereka. Pertarungan ini adalah pertarungan untuk mempertahankan eksistensi sebuah benturan yang tidak akan pernah berahir, sampai salah satu dari kedua kekuatan, Islam atau Barat memenangkan pertarungan yang bersifat permanen, menyeluruh dan mengglobal. Dan Islam yang mampu bertahan selama 15 abad dari segala bentuk serangan pasti akan tampil sebagai pemenang atas semua pertarungan dien-dien yang ada, sebagaimana disebutkan Sayyid Quthb dalam bukunya al-Mustaqbal li hadza ad-dien, masa depan untuk agama ini (Islam), menguraikan al-Qur'an:

Sesungguhnya dien yang diridhoi di sisi Allah hanya Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imron : 19)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

77

Page 78: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Keempat:Pembaruan Pemikiran Islam:

Studi Kasus IndonesiaDinamika pembaruan pemikiran Islam selalu menarik untuk dikaji, baik oleh

kalangan cendekiawan Muslim sendiri maupun para cendekiawan non Muslim seperti para Orientalis Barat misalnya.62 Bagi kalangan Muslim sendiri, ketertarikan ini lebih merupakan sebuah tututan agama untuk mengetahui warisan tradisi generasi terdahulu yang dapat dijadikan tauladan dalam kehidupan modern ataupun lebih jauh sebagai fundamen dalam membangun peradaban baru dunia yang berdasarkan nilai-nilai Islam. Sejak bergemanya kebangkitan kembali Islam beberapa dasawarsa lalu, para cendekiawan muslim sangat antusias untuk mengkaji warisan tradisi generasi terdahulu, terutama produk-produk pemikiran mereka yang telah mengalami persentuhan dengan pemikiran luar Islam dan perkembangannya. Mereka berkeyakinan bahwa untuk bangkit kembali dari keterbelakangan dan kekalahan masa kini mereka harus memahami warisan peradaban generasi Islam terdahulu yang merupakan mata rantai peradaban yang akan menyambung kembali peradaban yang telah lepas dari tangan kaum muslimin. Itulah sebabnya, pengkajian terhadap pemikiran kaum muslimin, perkembangan dan pembaruannya selalu menjadi perhatian besar mereka yang menghendaki kebangkitan kembali Islam dari generasi ke generasi.63

Sejak dikumandangkannya gerakan Pan-Islamisme oleh Jamaluddin al-Afghany, atau lebih awal oleh Muhammad bin Abdul Wahhab yang merujuk pemikiran Ibn Thaimiyyah, para cendekiawan muslim telah merumuskan berbagai bentuk metodelogi pemikiran, yang pada intinya bertujuan untuk membangkitkan kembali peranan kaum muslimin sebagai kaum yang berperadaban dan lebih jauh bercita-cita membangun sebuah peradaban baru yang merupakan perpaduan antara warisan tradisi Islam dengan peradaban modern Barat.64 Adalah sangat menarik untuk mengkaji perkembangan pembaruan pemikiran yang telah dilakukan para cendekiwan muslim, sebagaimana yang telah dilakukan Fazlur Rahman.65 Terlepas dari kontraversi yang digunakan dalam mengistilahkan priode-priode pembaruan pemikiran Islam seperti istilah modernisme ataupun fundamentalisme yang tidak dikenal dalam perbendaharan bahasa masyarakat muslim, namun Rahman telah 62 Para orientalis Barat sangat aktif mengadakan penelitian terhadap perkembangan Islam dan

kaum Muslimin, baik bertujun ilmiah ataupun memburukkan citranya. Masalah ini lihat misalnya : Edward W. Said, Orientalism, (London : Routledge and Kegan Paul, 1978). Lihat jug karyanya : Covering Islam, (New York : Pantheon, 1981), Culture and Imperialism (New York : Vintage, 1994)

63 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Abd. Al-Hamid Abu Sulayman, Azmah al-‘Aql al-Muslim, (Virginia : IIIT, 1991). Lihat juga bukunya Al-Minhajiyah al-Islamiyah wa al-‘Ulumi al-Suluhiyat wa al-Tarbawiyat, (Virginia, IIIT, 1991).

64 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Mukhsin Abdul Hamid, Jamal al-Din al-Afghani, al-Musalih al-Muftara alayh.(Mesir: tt). Ahmad Amin, Zuama al-Ishlah fi al-Asr al-Hadits, (Kaherah : Muassasah al-Khanji : tt). Abbas Mahmud al-Aqqad, Muhammad Abduh, (Kaherah : Maktabah Misr :tt). Abd. Halim al-Jundi, al-Imam Muhammad Abduh (al-Kaherah : Dar al-Maarif, tt). Dr. Muhammad al-Bahiy, Al-Fikr al-Islamy al-Hadits wa Silatuhu bi’l Isti’mary al-Gharby, cet.8. (Kaherah : Maktabah Wahb, 1975). Dr. Syaukat Ali, Master of Muslim Thought. Vol.I. (Lahore : Aziz Publ., 1983). Mohd. Kamil Hj. Abd. Majid, Tokoh-tokoh Pemikir Islam. Jilid I. (Kuala Lumpur : ABIM, 1993).

65 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, An Intellectual Transformation. (Minneapolis : Bibliotheca Islamica, 1979.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

78

Page 79: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

memberikan pedoman dasar yang bermanfaat untuk mengkaji pembaruan pemikiran Islam serta metodeloginya, terutama oleh para generasi mendatang yang lebih terdidik dan kritis.

Mengkaji pembaruan pemikiran Islam di Alam Melayu kontemporer, khususnya Indonesia sebagai barometernya adalah sangat penting. Disamping jumlah penduduk Muslim di Indonesia adalah yang terbesar diantara dunia Islam, sejarah pembaruan pemikiran Islam di wilayah ini sangat dinamis yang dipelopori oleh para ulama dan cendekiawan yang mendapat pendidikan Islam tradisional maupun Barat sekuler.66 Bahkan, menurut Malik ben Nabi, Fazlur Rahman yang diperkuat Alvin Toffler, kebangkitan pemikiran Islam boleh jadi akan dimulai dari Indonesia dan sekitarnya dengan beberapa alasan rasional.67

Dibandingkan dengan dunia Islam lainnya, para cendekiawan muslim di Indonesia dan generasi mudanya sangat aktif merespon segala perkembangan pembaruan pemikiran yang menjadikan mereka sebagai pelaku-pelaku utama mata rantai pembaruan pemikiran dunia Islam. Namun karena lemahnya publikasi, terutama dalam bahasa Arab dan Inggris, mengakibatkan kurang tersebarnya pemikiran brilyan mereka ke dunia internasional. Inilah yang menyebabkan tokoh-tokoh pembaru Islam seperti HOS. Cokroaminoto, KH. Ahmad Dahlan, Syekh Ahmad Surkaty, A.Hassan, HAKA, KH. Hasyim Asy’ary, M. Natsir dan lainnya kurang dikenal dunia, seperti terkenalnya Abduh, Iqbal atau generasi sesudahnya seperti Hasan al-Banna, Sayyid Qutb, Maududi, Nadwy, Syari’aty dan lainnya. Demikian pula halnya dengan generasi pembaru sesudahnya kurang mendapat perhatian dunia, kecuali beberapa diantaranya seperti Nurcholish ataupun Abdurrahman Wahid yang dijuluki sebagai pelopor neo-Modernisme Islam di Dunia Melayu Nusantara.

Mengkaji pembaruan pemikiran terkini di Nusantara, khususnya Indonesia adalah merupakan tuntutan yang mesti dilakukan dengan beberapa pertimbangan utama seperti dinyatakan di atas. Selain berkembang pesatnya aliran pemikiran neo-Modernisme Islam yang telah dikaji oleh Greg Barton,68

mengikuti periodeisasi Fazlur Rahman, telah berkembang pula aliran pemikiran terkini sebagai respon terhadap pembaruan-pembaruan pemikiran terdahulu yang diistilahkannya sebagai neo-Fundamentalisme Islam yang lahir dari akar

66 Diantara kajian-kajian utama tentang pembaharuan pemikiran di Indonesia, misalnya : Harry J. Benda, The Crescent and the Rising Sun : The Indonesian Islam under the Japanese Occupation 1942-1945. W.van Hoeve Ltd. (The Haque dan Bandung : 1958). Deliar Noer, The Rise and Development of the Modernist : Muslim Movement in Indonesia : During the Dutch Colonial Period, 1990-1942. (Kuala Lumpur : Oxford Univ. Press, 1978). James Peacock, Muslim Puritans, Reformist Psychology in Southeast Asian Islam, (Berkeley : Univ. California Press, 1978). Mitsuo Nakamura, The Crescent Arises Over the Banyan Tree, (Yogyakarta : UGM Press, 1983). Ken Ward, The Foundation of the Partai Muslimin Indonesia, (Ithaca : Cornell Modern Ind. Project, 1970). B.J. Boland, The Stuggle of Islam in Modern Indonesia, (The Haque : Martinus Nijhoff, 1971). Taufik Abdullah, School And Politics : The Kaum Muda Movement in West Sumatera 1921-1927. Ph.D. Thesis, Cornell Univ, 1971. Alfian, Islamic Modernism, In Indonesian Politics : The Muhammadiyah Movements During The Dutch Colonial Period 1912-1942. Ph.D. Thesis Univ. of Wisconsin, 1968. Howard M. Federspiel, The Persatuan Islam : Islamic Reform In Twentieth Century Indonesia, Ph.D, Thesis, Mc.Gill University, 1966. Mohd. Kamal Hassan, Muslim Intelectual Responses to “New Order” Modrnisation in Indonesia, (Kuala Lumpur : DBP, 1982). Greg Barton, The Emergence of Neo-Modernism : A Progressive, Liberal Movement of Islamic Thought in Indonesia. Terj. (Jakarta : Paramadina, 1999). Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam, (Jakarta : Paramadina, 1999). Alwi Shihab, The Muhammadiyah Movement and Its Contraversy with Cristian Mission in Indonesia. Membendung Arus : Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, (Bandung : Mizan, 1998)

67 Lihat : Hilmy Bakar Almascaty, Ummah Melayu Kuasa Baru Dunia Abad 21, (Kuala Lumpur : Berita Publishing, 1993)

68 Greg Barton, The Emergence of Neo-Modernism.., op.cit.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

79

Page 80: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu.69 Uniknya, neo-Fundamentalisme Islam berkembang pesat dan mulai tampil secara terbuka setelah tumbangnya Soeharto dan melahirkan gerakan reformasi dengan berdirinya ormas ataupun orpol yang berazaskan Islam yang sebelumnya dikenal berafiliasi dengan gerakan fundamentalis Islam dari dalam dan luar negeri.

Sebagai konsekwensi logis keterbukaan dan demokratisasi yang digulirkan pemerintahan Habibie, akhirnya gerakan reformasi sendiri telah memberikan peluang bangkitnya idiologi kiri radikal yang berakar pada gerakan Marxisme, Sosialisme dan Komonisme ataupun gerakan-gerakan radikal revolusioner lainnya yang kini mendapat sambutan luas dikalangan generasi muda yang mayoritasnya muslim. Ini juga menjadi salah satu penyebab tampilnya gerakan neo-Fundamentalisme Islam yang terkenal radikal dan militan dalam sejarah gerakannya sebagai kekuatan penyeimbang. Karena sejarah pergerakan kaum kiri, termasuk di Indonesia, disamping anti Tuhan dan anti agama, penuh dengan kebohongan, kekejian dan pertumpahan darah, yang mengorbankan kaum muslimin. Maka hanya gerakan sejenis yang mampu membendung gerakannya, gerakan neo-fundamentalisme Islam.70

Neo-Fundamentalisme Islam Dan Pembaruan Pemikiran di Dunia IslamFazlur Rahman71 membagi pembaruan pemikiran di dunia Islam menjadi

beberapa fase, diawali dengan fase revivalisme pramodernis, fase modernisme klasik, fase noe revivalisme dan neo-Modernisme. Gerakan revivalisme pramodernis berakar pada seruan pembaruan yang dianjurkan Muhammad bin Abdul Wahhab yang muncul pada abad 18 dan 19 yang menyerukan agar kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah. Gerakan modernisme klasik adalah kelanjutan dari gerakan terdahulu yang lebih memfokuskan pada pengembangan konsep ijtihad dan keinginan untuk mengadopsi peradaban Barat. Diantara tokohnya adalah Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Dan selanjutnya gerakan ini melahirkan para modernis yang berinterksi dengan peradaban Barat. Gerakan neo revivalisme yang mengoreksi pemikiran sebelumnya dengan lebih menekankan pemikirannya pada konsep ketotalan ajaran Islam sebagai sistem hidup dan berkeinginan keras mengaplikasikan Islam dalam sistem kenegaraan dan kemasyarakatan. Gerakan ini muncul pada pertengahan abad 20, diantara tokohnya adalah Iqbal, Maududi, Hasan al-Banna, Sayyid Qutb dan lainnya. Biasanya kelompok ini dikenal pula dengan istilah fundamentalis Islam.

Gerakan Neo-Modernisme diidentikkan dengan gerakan pembaruan pemikiran yang dilakukan oleh mereka yang memiliki pemahaman terhadap sumber-sumber klasik Islam namun mampu berinteraksi dengan kemodernan dan mengembangkan model pemikiran Islam yang memiliki ciri khasnya. Di Indonesia, menurut Greg Barton dalam The Emergence of Neo-Modernism : A Progressive, Liberal Movement of Islamic Thought in Indonesia, telah lahir kelompok neo-Modernis ini diwakili oleh figur seperti Nurcholis Madjid, 69 Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”, dalam Philip H. Stoddard, et,al.,eds.,

Change and the Muslim World, (Syracuse, NY.: Syracuse Univ. Press, 1981).70 Al Chaidar, Reformasi Prematur, Jawaban Islam Terhadap Reformasi Total,(Jakarta : Darul Falah,

1999). Lihat juga bukunya yang lain, Pemilu 1999, Pertarungan Ideologis Partai-partai Islam Versus Partai-partai Sekuler, (Jakarta : Darul Falah, 1999)

71 Fazlur Rahman, “Islam : Challenges and Opportunities” dalam Alford T. Welch dan Pierre Cachia (ed)., Islam : Past Influence and Present Challenge, (Edinburgh : Edinburgh Univ. Press, 1979), halaman 315-330.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

80

Page 81: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Abdurrahman Wahid, Djohan Effendi dan Ahmad Wahib. Mereka adalah kelompok tradisionalis yang telah mengalami proses pembaruan pemikiran dan dapat memanfaatkan perbendaharaan peradaban Barat modern, sementara memiliki akar tradisi yang kuat, termasuk penguasaannya yang luas terhadap sumber-sumber peradaban Islam klasik yang tidak dimiliki pendahulu mereka kaum modernis.72

Sementara Neo-Fundamentalisme Islam yang berkembang di dunia Islam saat ini menurut Fazlur Rahman dalam Roots of Islamic Neo-Fundamentalism73 lahir atas respon dari ketidakpuasaan sebagian generasi Islam, khususnya mereka yang telah mengecap “pendidikan modern” Barat terhadap kegagalan kaum modernis. Menurut Rahman, kegagalan terbesar kaum modernis adalah ketidakmampuan mereka dalam mengembangkan metodologi pemikiran untuk merespon perkembangan zaman sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan lebih jauh terkesan sangat longgar dalam melaksanakan dan menerapkan ajaran Islam dan lebih meniru pemikiran dan gaya hidup Barat yang sekuleristis dan liberal sehingga terkesan sebagai agen penjajah dalam membaratkan kaum Muslimin dengan program modernisasi mereka yang dituduh identik dengan westernisasi. Modernisasi dan program sejenisnya yang dikembangkan telah melahirkan kebingungan dan kerancuan pada generasi Islam, yang akhirnya menimbulkan kegelisan, ketidakpsatian, keputusasaan dan lebih jauh dapat menghantarkan menuju kefasikan, kemunafikan dan bahkan kekufuran. Akhirnya segala produk modernisme Islam, baik dalam bidang pemikiran, pendidikan, politik, ekonomi dan lainnya ternyata tidak mampu, atau lebih tepat telah gagal mengantarkan kaum Muslimin menuju kebangkitan kembali sebagaimana yang di cita-citakan.74

Sejauh ini, para penggagas Neo-Modernisme Islam sendiri belum mampu menunjukkan jalan yang terang dalam mengantisipasi perubahan dunia modern yang semakin menggila, terutama dalam membangun metodelogi pemikiran yang nyata untuk mengangkat keterbelakangan kaum Muslimin dalam segala bidang. Realitasnya mereka masih berputar-putar dari teori ke teori dan belum membakukan pemikirannya sebagai sebuah metodelogi yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya dan terbukti dapat bermanfaat bagi kebangkitan Islam dan umatnya dengan membangun masyarakat madani bersama peradabannya yang berdasarkan Islam. Fazlur Rahman75 sendiri, sebagai penggagas Neo-Modernisme Islam hanya memberikan ciri khas gerakan ini dan belum sempat menuntaskan dasar-dasar teori pemikiran yang akan dikembangkannya.76 Apalagi akan menerapkannya sebagai eksperimen dalam sebuah lembaga pendidikan dan kader cendikiawan sebagaimana yang

72 Greg Barton, The Emergence of Neo-Modernism, op.cit.73 Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”. Dalam Philip H. Stoddard. (ed). Change

and the Muslim World, (Syracuse, NY : Syracuse Univ. Press, 1981), halaman 27-28. Lihat juga tulisannya : “Islam : Legacy and Contemporary Challenge,”. Dalam Cyriac K. Pullapilly, Islam in the Contemporary World. (Indiana : Cross Road Books, 1980), halaman 412.

74 Fazlur Rahman, ibid75 Lihat misalnya karya beliau : Islam and Modernity..dan Major Themes of the Qur’an (Chicago :

Bibliotheca Islamica, 1980).76 Lihat, Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cet.3. 1995).

Halaman 4,44-45-64.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

81

Page 82: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dilakukan Faruqi77 atau Naquib al-Attas78 misalnya. Bahkan beliau lebih terkesan sebagai seorang kritikus ulung yang senantiasa mengkritik metodelogi pemikiran rekan-rekannya, baik Maududi yang fundamentalis ataupun Faruqi yang mengambil konsep Islamisasi Pengetahuan.

Walaupun kelompok Neo-Modernis mengklaim diri menguasai warisan tradisi Islam dan pemikiran modern yang akan diintegralkan sehingga mampu melahirkan produk pemikiran Islam terkini yang mampu memberikan solusi dan merespon perkembangan dunia modern, namun tetap masih disangsikan, apakah pemikiran-pemikiran abad pertengahan yang penuh dengan dinamika pelaku sejarah dan yang terpenting sebagai produk pemikiran manusia yang terbatas, akan mampu menjadi fondasi pemikiran masa depan. Dengan kata lainnya, apakah produk pemikiran yang mengawinkan pemikiran tradisional Islam abad pertengahan dengan pemikiran Barat modern ini akan mampu melahirkan bentuk pemikiran yang ideal atau justru akan menambah kerancuan demi kerancuan generasi Islam yang sudah rancu.79 Belum lagi jika dilihat pribadi-pribadi yang mengklaim diri sebagai tokoh-tokoh Neo-Modernisme Islam yang selalu membingungkan dengan pemikiran-pemikiran yang kontraversi ataupun tidak memiliki konsistensi akibat terlalu kompromis dan terlalu liberalnya mereka dalam melaksanakan dan memahami Islam. Kontraversi Nurcholish sebagai seorang cendekiawan80 dan Abdurrrahman Wahid sebagai seorang politisi adalah contoh terdekat di Indonesia.81

Kerancuan demi kerancuan dan ketidakpastian yang menambah krisis dan dilemma pada generasi Islam yang hidup dalam dunia yang sekuler, materialis dan individualistik telah mendorong mereka untuk mencari jalan pintas penyelamatan diri kepada tradisi spiritualitas Islam yang dicontohkan Nabi dan para Shohabat. Mereka berkeyakinan hanya dengan kembali mengamalkan dan menerapkan al-Qur’an dan al-Sunnah serta manhaj Nabawi dalam kehidupan nyata sajalah mereka dapat terlepas dari krisis dan dilemma yang berkepanjangan ini.82 Realitasnya pengamalan-pengamalan ajaran pokok Islam

77 Ismail R. Faruqi adalah cendikiawan muslim yang mempelopori konsep Islamization of Knowledge dan mendirikan sebuah lembaga pemikiran yang sangat berpengaruh, International Institute of Islamic Thought (IIIT) yang telah menerbitkan berbagai literatur pengetahuan yang berdasarkan Islam. Diantara karya monumentalnya adalah Islamization of Knowledge : General Principles and Workplan. yang menjadi acuan dalam mengislamisasikan pengetahuan non Islami. Pemikirannya diterapkan dalam beberapa universitas Islam, termasuk di dunia Arab, Pakistan dan Malaysia.

78 Syed Muhammad Naquib al-Attas, adalah penyandang Ghazaly Chair di Malaysia, yang merupakan cendikiawan muslim terkemuka, memiliki lembaga kajian International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) yang berpusat di Malaysia yang menjadi laboratorium pengembangan pemikiran Islam dan lembaga kederisasri cendikiawan muda. Dengan pendekatannya yang konperhensif, SMN telah meletakkan metodologi yang unik dalam pengembangan pemikiran Islam. Diantara karya monumental beliau adalah :Plolegomena To The Metaphysics of Islam.

79 Tentang keraguan-raguan ini dapat dilihat dari pemikiran beberapa tokoh besar cendikiawan muslim seperti Iqbal, Sayyid Qutb, Ali Syari’aty dan Mohammad Arkoun yang memperdebatkannya. Lihat :Robert D. Lee, Overcoming Tradition and Modernity : the Search for Islamic Authenticity, ( NY : Westview Press, 1997). Robert N.Bellah, “Islamic Tradition and Problem of Modernization”, dalam Robert N. Bellah, Beyond Belief (New York : Harper and Row, 1976).

80 Tentang kontraversi Nurcholish, lihat misalnya, HM. Rasjidi, Koreksi terhadap Drs. Nurcholish Madjid tentang Sekulerisasi, (Jakarta : Bulan Bintang, 1972).

81 Tentang kontraversi Gus Dur sebagai President RI yang mendapat tanggapan dari DPR/MPR RI dengan beberapa kebijakannya yang membingungkan, bahkan membahayakan persatuan NKRI.

82 Lihat misalnya : Muhammad Qutb, Jahiliyah al-Qorn al-Ishrien, (Qahirah : Maktabah Wahbah, 1964). Islam and The Crisis of Modern World, (Leicester : The Islamic Foundation, 1979). Al-Insan bayna al-Maddiyah wa al-Islam, (Misr : Isa al-Bab al-Halibi, tt). Sayyid Qutb, Maalim fi al-Thariq,dan Basic Principles of Islamic World View, (Berkeley : IRIS, 1993). Sayyed Hossein Nashr, Islam and The Plight Modern Man, (London : Longman, 1975). Lihat juga The Encounter of Man and Nature, The Spiritual

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

82

Page 83: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang ketat ditambah dengan amalan-amalan sunnah seperti solat malam, puasa sunat ataupun tadarrus Qur’an serta zikir telah menghasilkan pengalaman-pengalaman spitual tersendiri dan sekaligus menjadi kekuatan dalam menghadapi kehidupan modern yang penuh tantangan.83 Pada akhirnya pengalaman-pengalaman spiritual ini telah menumbuhkan semangat tegar dalam melaksanakan ajaran agama, namun pada saat yang sama mereka tetap dapat mengadakan interaksi dengan peradaban modern dan produknya. Bahkan ketegaran dalam melaksanakan Islam dapat menjadi semacam filter dalam mengambil perbendaharaan dunia modern, karena al-Qur’an mengajarkan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah akan diberikan garis pembeda (furqoon) dalam kehidupannya, yang oleh sebagian orang dikenal sebagai al-firasat al-mukmin (insting Ilahi). Mereka yang memiliki bentuk pemikiran seperti ini, biasanya secara akademik dijuluki sebagai kelompok fundamentalis Islam84

dan dalam bentuknya yang lebih mapan dan matang dijuluki sebagai Neo-Fundamentalisme Islam.

Pengertian dan Ciri Khas Neo-Fundamentalisme IslamSebagaimana istilah-istilah lainnya, seperti fundamentalisme ataupun

modernisme misalnya, istilah neo-fundamentalisme sendiri tidak dikenal dalam perbendaharaan bahasa masyarakat Islam. Istilah-istilah seperti ini dimunculkan oleh kalangan akademisi Barat dalam kontek sejarah keagamaan dalam masyarakat mereka. Kemudian istilah-istilah ini dipergunakan oleh sarjana-sarjana Orientalis dan pakar ilmu sosial dan kemanusian Barat untuk membedakan kecendrungan-kecendrungan pemikiran yang hampir sama dengan apa yang dijumpai dalam agama Kristen di dalam masyarakat yang memeluk agama lain. Hal serupa mereka terapkan pada kaum Muslimin, sehingga lahirlah istilah fundamentalisme Islam, modernisme Islam, Neo-Modernisme Islam atau Neo-Fundamentalisme Islam.85

Istilah-istilah seperti ini memang sering menimbulkan polemik bahkan kontraversi yang berkepanjangan di dunia Islam. Dan kadangkala istilah tersebut acapkali digunakan secara tidak seimbang, jauh dari sikap netral dan penuh dengan kecurigaan. Biasanya hal ini terjadi pada penggagas ataupun pendukung aliran-aliran pemikiran ini, dimana mereka dengan penuh kecurigaan ataupun kebencian saling menvonis dengan perkataan yang diluar batas-batas ukhuwah Islamiyah dan adab perbedaan pendapat yang diajarkan Islam.86 Sebagai penggerak pembaruan pemikiran yang mengatasnamakan Islam, tidak sewajarnya mereka saling menuduh dengan istilah-istilah yang tidak dikenal

Crisis of Modern Man, (London : Longman, 1968) 83 Di dalam al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan masalah ini, dianataranya ayat

yang menyatakan : Dan orang-orang yang beriman akan tentram hatinya jika mengingat Allah, dan hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tentram.

84 Lihat : antara lain, Rifyal Ka’bah, Islam dan Fundamentalisme, (Jakarta : Panji Masyarakat, 1981). Riffat Hasan, “The Burgeoning of Islamic Fundamentalism” dalam Norman Cohen (ed). The Fundamentalist Phenomenon, (Michigan : Erdman Publisher, 1990). Yusril Ihza, “Fundamentalisme Sebagai Ekspresi Sikap Keberagamaan”, Makalah diskusi Yayasan Wakaf Paramadina, Jakarta, Juni 1992. Hrair Dekmejian, Islam in Revolution : Fundamentalism in the Arab.(Syracus : Syracus Univ. Press, 1985. Jalaluddin Rakhmat, Fundamentalisme Islam : Mitos dan Realitas”, Prisma Ekstra, Jakarta, Maret 1984, halaman 78-88.

85 Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalism, op.cit. halaman 5-6.86 Tentang abad berbeda pendapat dalam Islam lihat, Taha Jabir al-‘Awani, Adab al-Ikhtilaf fi al-Islam, (Virginia : IIIT, 1987)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

83

Page 84: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dalam akhlak Islamiyah dan perilaku agung Rasulullah. Terkadang mereka lebih mengedepankan paradigma pemikiran Barat yang netral dan sekuler dalam mengemukakan wacana intelektual dengan saudara seimannya yang sama-sama menghendaki kebangkitan dan kejayaan Islam, namun berbeda dalam manhaj. Dengan istilah-istilah kontraversial dan lahir di luar koridor Islam ini, musuh-musuh Islam telah berhasil memecah belah para cendekiawan muslim yang tidak lain akan menambah keterbelakangan mereka.

Istilah Neo-Fundamentalisme Islam sendiri yang diberikan kepada kelompok kaum muslimin yang berpegang teguh kepada tradisi Rasulullah dan Salaf al-Shalih dengan penafsiran apa adanya ini, mungkin akan menolak istilah yang diberikan kepada mereka, sebagimana penolakan generasi Islam yang dijuluki fundamentalis Islam terdahulu. Mereka lebih selamat jika menamakan dirinya sebagai al-salafiyah, Islam Kaffah, atau Islami saja.87 Namun sebagai istilah “akademik” yang sudah baku dalam pengkajian pembaharuan pemikiran Islam, penulis, tetap dengan penuh kehati-hatian, akan menggunakan istilah Neo-Fundamentalisme Islam sebagai sebuah wacana pembaruan pemikiran yang sulit dicari persamaan istilahnya dalam bahasa Indonesia. Penggunaan istilah ini bukan dimaksudkan sebagai upaya legalisasi hakikat sebuah pemikiran yang dilontarkan dari luar Islam, namun untuk lebih mempermudah pembahasan sesuai dengan jalan pikir para pengkritik aliran pemikiran ini.

Dari beberapa literatur, baik dari kalangan mereka ataupun lainnya, dapat dikenali beberapa ciri khas dari gerakan Neo-Fundamentalisme Islam ini yang pada intinya masih mempertahankan pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu.88 Diantaranya adalah mereka memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat pada Islam dan sangat menginginkan Islam diperkuat untuk menghadapi Barat. Mereka menghendaki penerapan Islam Kaffah (totalitas) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yang berarti ditegakkannya syari’at dan hukum Islam dalam sebuah negara Islam (dar al-Islam) yang berdasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah yang pada akhirnya akan membentuk sebuah Khilafah Islamiyah. Dalam praktek keseharian, mereka sangat ketat dalam menjalankan ajaran Islam, baik yang wajib ataupun sunnah, penekanan pada pembinaan pribadi dan keluarga Muslim (usroh) yang merupakan inti dari sebuah jama’ah Islamiyah sebagai wadah perjuangan menegakkan Islam dengan struktur kepemimpinan (Imamah) sebagaimana yang diajarkan Rasul saw dengan metode yang dikenal sebagai manhaj Nabawi. Sikap mereka non kompromis dengan kejahiliyahan, baik dari Barat atau Timur, namun bukan berarti menolak segala bentuk yang berbau Barat atau

87 Dr. Muhammad Imarah, Al-Ushuliyah Baina al-Gharbi wa al-Islam, (Kairo : Dar al-Syuruq, 1998)88 Lihat misalnya karya-karya agung para penggagasnya, seperti karya Hasan al-Banna, Majmu’ al-

Rasail, Tafsir al-Fatihah, Ushul al-Ishrien, Sayyid Qutb dalam Fi Dzilal al-Qur’an, Maalim fi al-Thariq, al-Islam wa Mushkilat al-Hadarat, al-Mustaqbal li haza al-Dienm , Muhammad Qutb dalam Jahiliya Qorn al-Ishrien, al-Subhat haula al-Islam, al-Thaqofah Islamiyah, Manhaj al-Tarbiyah al-Islamiyat, Hal Nahnu Muslimun ?, al-Shahwah Islamiyah, Abul A’la al-Maududi dalam Khilafat wa al-Mulk,, al-Islam wa al-Jahiliyah, al-Hukumat al-Islamiyah, al-Islam al-yaum, Jihad in Islam, The Islamic Law and Constitution, Nizam al-Hayat fi al-Islam, Capitalism, Socialism and Islam, Abul Hasan al-Nadwy dalam Mazha Khasiro al-Alam bi inhithot al-Muslimun, Mustafa Mashur dalam Dakwah Fardhiah, Said Hawwa dalam al-Islam, Allah, al-Rasul, Jundullah Tsaqofat wa Akhlaq, Asas fi Tafsir, Yusuf Qardhawy dalam al-Hall al-Islam, al-Iman wa al-Hayat, Al-Khoshooish al-Ammah li al-Islam, Aina al-Khalal, Al-Sahwah Islamiyah Baina al-Juhul wa Tatharruf, Malamih al-Mujtama’ al-Muslim Alladzi Nashhaduhu, Hady al-Islam Fatawi Muashirah, Maryam Jameelah dalam Islam and Modern Man, Islam in Theory and Practice, Islam and Modernism, Ayatullah Qomaeny, dan lainya yang tersebar dalam ratusan buah buku yang kaya dengan dimensi pemikirannya masing-masing. Disamping itu lihat pula karya para peneliti lainnya, seperti Fazlur Rahman, Roger Geraudy, dan lainnya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

84

Page 85: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kemodernan, karena mereka berkeyakinan bahwa ada produk peradaban modern yang bermanfaat untuk kemajuan Islam, namun diperlukan metode khusus dalam penerapannya yang akan dilakukan jika sudah tegak sekumpulan masyarakat yang terbina atas dasar aqidah Islam, seperti penerapan pengetahuan yang bermanfaat ataupun teknologi. Dalam perjuangan mereka biasanya sangat revolusioner, radikal dan militan dalam artian yang positif, karena mencontoh perjuangan Rasulullah yang telah berjihad menegakkan kekuasaan Islam dengan perjuangan bersenjata sehingga hanya Islam yang berkuasa dan tidak didekte oleh kekuatan manapun. Dengan sistem pembinaan (tarbiyah) yang teratur dan tersistematik secara berjama’ah, mereka telah melahirkan pribadi-pribadi yang tegar dan pantang menyerah dalam perjuangan, bahkan mereka sanggup dipenjara ataupun dibunuh dalam mempertahankan prisnsip perjuangannya. Mereka memiliki karakteristik yang sungguh sangat mengesankan : heroik, kesungguhan, keikhlasan, kesedian berkorban, dedikasi, dan sifat-sifat lain dari yang umumnya terdapat pada gerakan militan dan revolusioner dari ideologi manapun juga.

Jika ditelusuri akar pemikiran Neo-Fundamentalisme ini, tidak lain bersumber dari pemikiran neo-Revivalisme atau fundamentalisme yang telah dikembangakan oleh generasi terdahulu seperti Hasan al-Banna, Sayyid Qutb, Abul A’la al-Maududi dan lainnya.89 Berbeda dengan pendahulunya yang non kompromis serta apatis terhadap Barat dan segala sesuatu yang berbau Barat, kelompok Neo-Fundamentalis dapat menerima dengan kritis dan penuh kehati-hatian serta menyaringnya menurut kaedah-kaedah ajaran Islam. Bila terjadi pertentangan dengan ajaran Islam, mereka akan lebih mengambil jalan selamat dengan mengutamakan sumber-sumber utama ajaran Islam berupa al-Qur’an dan al-Sunnah. Demikian pula mereka telah mengembangkan metodelogi pemikiran yang khas dalam merespon perkembangan dunia modern dengan segala produknya sebagai pengembangan manhaj nabawi/manhaj Qur’any yang dikemukakan pendahulunya. Karena sebagiannya lahir dari sistem pendidikan modern Barat, mereka memilih wacana intelektual dalam membangun peradaban Islam namun tetap menerima gerakan-gerakan radikal-revolusioner sebagai sebuah alternatif perjuangan sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan para shohabat dan salaf al-shalih. Mereka mendirikan partai untuk merespon demokratisasi dan liberalisasi, namun pada saat yang sama mereka memiliki jama’ah Islamiyah dengan struktur dan kepemimpinan yang berbeda dengan partai. Dengan kata lainnya Neo-Fundentalisme Islam lahir dari kematangan dan kemapanan pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu yang telah mengalami pembaruan demi pembaruan dengan segala dinamika yang dialaminya.

Salah seorang tokoh Neo-Modernisme Islam Indonesia, Nurcholish Madjid dalam Cita-cita Politik Islam Era Reformasi menyatakan: “Jelas sekali bahwa “Neo-fundamentalisme” bukanlah masa depan Islam dimanapun, termasuk di Indonesia. Disebabkan oleh tendensi mereka untuk memberi penghargaan yang wajar pada warisan intelektual klasik, kaum “neo-fundamentalis” akan semakin mengalami pemiskinan intelektual. Alternatif-alternatif mereka sangat terbatas, dan konsep-konsep mereka yang secara intelektual miskin

89 Fazlur Rahman, “Roots of Islamic Neo-Fundamentalism”, ibid

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

85

Page 86: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

itu tak bakal mampu menopang tuntutan-tuntutan zaman yang semakin meningkat”.90

Tesis yang dikemukakan Nurcholish terlalu terburu-buru akibat sikap phobianya terhadap beberapa gerakan kelompok fundamentalis Islam terdahulu yang belum mengalami pematangan konsepsi dan pemikiran, baik di Mesir, Pakistan ataupun Indonesia. Nurcholish sendiri rancu ketika memberikan difinisi fundamentalisme Islam dengan Neo-Fundamentalisme Islam yang ingin dikritiknya, apakah menurutnya fundamentalisme sama artinya dengan Neo-Fundamentalisme? Kadangkala ia menuduh kelemahan ataupun penyimpangan Neo-Fundamentalis dengan dasar argumen kelemahan atau penyimpangan yang dilakukan kelompok fundamentalis terdahulu. Adalah sama tidak adilnya menimpakan kegagalan kelompok modernis kepada kelompok Neo-Modernis yang sedang mengembangkan dan ingin membuktikan keunggulan pemikirannya saat ini.

Memberikan penghargaan yang wajar kepada warisan intelektual klasik terutama sumber ajaran Islam-al-Qur’an dan al-Sunnah serta perilaku shababat dan salaf al-shalih tidak akan memiskinkan intelektualitas seseorang sebagaimana dituduhkannya, tapi sebaliknya, persentuhan dengan nilai-nilai Ilahiyah yang terkandung dalam al-Qur’an akan menjadikan seseorang sebagai manusia unggul yang paripurna, baik dalam spiritualitas ataupun intelektualitas. Karena semangat Ilahiyah al-Qur’an dengan segala kemukjizatannya, yang mengandung perbendaharaan pengetahuan Ilahiyah akan mendorong dan merangsang para pembaca dan pengamalnya untuk mencapai titik kesempurnaan, baik dalam spiritualitas dan intelektualitas. Dengan rangkaian ayat-ayat yang tersusun indah dan dengan gaya pendekatan yang khas, para pengamal al-Qur’an pasti akan menemukan dirinya dalam keunggulan. Bila intelektualitas diartikan sebagai penemuan ide-ide baru yang jenius, cemerlang, segar dan bermanfaat, maka tidak diragukan lagi bahwa di al-Qur’anlah tempatnya, karena kitab ini diturunkan kepada seluruh manusia untuk menyelesaikan permasalahan umat manusia sepanjang zaman. Dan tidak diragukan lagi bahwa al-Qur’an akan membimbing pengikutnya mencapai kekayaan khazanah intelektualitas yang akan bermanfaat untuk seluruh alam. Namun jika intelektualitas hanya diartikan sebatas menghafal teks-teks, tori-teori atau produk pemikiran manusiawi lainnya dan mengadonnya menjadi bentuk pemikiran baru, maka bukan di al-Qur’an tempatnya apalagi produk pemikiran tersebut membingungkan para pengikutnya.91

Al-Qur’an suci diperuntukkan bagi mereka yang mencari petunjuk kehidupan dalam menggapai kesempurnaan hidup, baik di dunia dan di akhirat. Sepanjang pembicaraannya, dengan berbagai bentuk pendekatannya, al-Qur’an bertujuan untuk membimbing manusia menuju keunggulan dan kesempurnaan, dengan syarat al-Qur’an dilaksanakan dalam kehidupan nyata, dan bukan hanya menjadi teori-teori beku yang didiskusikan saja. Dengan kata lainnya, al-Qur’an mempunyai misi untuk mencetak manusia-manusia unggul seperti Rasulullah dan Para Shahabat yang tidak hanya mampu menghadapi tantangan zaman tapi mampu memimpin dan mengarahkan zaman dengan segala perbendaharaan materinya kapan dan dimanapun, karena al-Qur’an diturunkan untuk manusia sepanjang zaman. Dengan demikian al-Qur’an dengan segala

90 Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi,(Jakarta : Paramadina, 1999), halaman 3791 Lebih jauh lihat : Sayyid Qutb, Maalim fi al-Thariq dan Fi al-Tarikh… Fikrah wa Manhaj

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

86

Page 87: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kemukjizatan Ilahiyah yang terkandung didalamnya senantiasa akan memperkaya khazanah intelektualitas sekaligus semangat spiritualisme pengikutnya sehingga mereka menjadi manusia-manusia unggul dalam arti sebenarnya.92

Kesalahan terbesar kaum Modernis ataupun Neo-Modernis adalah anggapan mereka terhadap al-Qur’an yang hanya sebatas sebagai perbendaharaan intelektual yang dengannya dianalisa segala produk pradaban modern sebagaimana pendekatan para filosof generasi Islam pertengahan. Dan bukannya sebagai pedoman harian yang harus diterapkan dalam kehidupan nyata agar dapat membimbing dan memimpin manusia menuju kesempurnaan sebagaimana yang difahami Rasulullah dan para Shahabatnya. Jika al-Qur’an hanya sebatas perbendaharaan intelektual saja, kenapa mesti diturunkan secara berangsur-angsur dan dalam tempo waktu selama 23 tahun? Bukankah al-Qur’an dapat saja diturunkan Allah dalam sedetik kemudian diperintahkan agar cerdik pandai Islam mentelaahnya, mendiskusikannya, membandingkannya sebagai khazanah intelektual ? Namun hakikatnya, Allah Yang Maha Mengetahui ternyata menurunkan al-Qur’an bukan hanya sebatas sebagai perbendaharaan dan khazanah intelektual semata, namun al-Qur’an diturunkan tahap demi tahap dalam waktu 23 tahun agar tertanam pada generasi Islam, agar mereka menjadi al-Qur’an hidup yang berjalan. Dan al-Qur’an hidup yang berjalan inilah yang akan menghadapi tantangan zaman dengan segala perbendaharaan pengetahuan Ilahiyah didiperolehnya. Dan metode (manhaj) inilah yang telah berhasil mengangkat kegemilangan kaum Muslimin yang sebelumnya terkenal sebagai kaum yang terbelakang dan jahili dan sekaligus menghantarkan mereka sebagai pemuka-pemuka peradaban dunia, yang menghubungkan dan mengembangkan peradaban baru yang berdasarkan Islam.

Pendekatan intelektulisme an-sich yang dilakukan kaum modernis ataupun neo-Modernis dalam memahami al-Qur’an, mungkin dapat mengantarkan mereka sebagai pemikir-pemikir ulung dengan teori-teori brilyannya. Namun sesungguhnya, maksud utama diturunkannya al-Qur’an adalah agar terbentuknya pribadi dan masyarakat Islami tempat bersemainya ajaran-ajaran mulia yang dikandung al-Qur’an. Disinilah letak persimpangan pemahaman kedua aliran ini. Apalah artinya jika seorang cendekiawan berhasil merumuskan teori-teori brilyan yang mengalahkan kebesaran teori-teori peradaban modern, namun mereka tidak mampu mengaplikasikan teorinya kepada masyarakatnya yang sedang terbelakang, terkalahkan dan mengalami krisis dan dilemma. Al-Qur’an diturunkan Sang Pencipta dengan bahasa dan pendekatannya yang mudah agar dapat dimenegrti semua orang, dengan pengertian tersebut langsung diamalkan dan dengan pengamalan setahap demi setahap inilah kemudian terciptanya masyarakat madani tempat bersemainya nilai-nilai al-Qur’an dan sekaligus tempat tumbuh dan berkembangnya cikal bakal peradaban paripurna yang berdasarkan nilai Ilahiyah sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah dan para Shahabat yang telah membangun masyarakat madani. Namun jika kita mengambil jalan selainnya, selain yang telah diajarkan al-Qur’an dan manhajnya, mungkinkah kita akan sampai kepada tujuan terbentuknya masyarakat madani yang diridhai Allah atau hanya berputar-putar dari teori satu ke teori lainnya, dari satu konsep ke konsep

92 ibid

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

87

Page 88: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

lainnya dan ironisnya akan menambah kebingungan dan kerancuan ummah yang tengah berada dalam keterbelakangnnya.

Manhaj Qur’ani yang telah ditempuh Rasulullah dan para Shahabat yang diridhoi dalam membangun peradaban baru dunia telah berhasil menbangun masyarakat madani dengan produk peradabannya yang menjadi mata rantai peradaban dunia. Manhaj Qur’ani memulai pembangunan peradaban masyarakatnya dari dataran keyakinan (aqidah) dan bukannya dari dataran intelektual. Ketika Rasulullah menyeru mereka kepada masyarakat madani, Rasulullah membersihkan jiwa mereka, mengajarkan mereka wahyu berupa al-Qur’an dan al-Sunnah dan tidak mengajarkan kepada mereka segala bentuk filsafat ataupun pemikiran lainnya. Bahkan pada tahap-tahap awal, Rasulullah telah melarang Umar membaca Taurat dengan ucapan, Wahai Umar, sekiranya Musa masih hidup dia pasti akan mengikutiku” (HR. Abu Ya’la). Dengan tujuan agar masyarakat ini benar-benar memiliki fondasi yang kukuh yang berdasarkan wahyu Ilahi semata, sebelum menerima perbendaharaan dunia lainnya. Apakah manhaj selainnya akan mampu mengembalikan

Jika Neo-Fundamentalisme Islam dikatakan sebagai kelompok yang lahir dari akar pemikiran fundamentalisme Islam terdahulu, maka kini telah lahir pemikir-pemikir Neo-Fundamentalisme yang kecendikiawanannya diakui dunia, seperti Yusuf al-Qardhawy misalnya. Qardhawy adalah seorang cendikiawan Muslim yang tidak diragukan lagi integritas keilmuannya, terutama ilmu keislamannya, baik bidang tafsir, fiqh dan filsafat. Beliau lahir dan berkembang dari akar pemikiran gerakan Ikhwan al-Muslimun yang didirikan Hasan al-Banna. Namun dengan landasan pemikirannya yang “fundamentalis”, Qardhawy mampu menterjemahkan dan mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dari sumber utamanya al-Qur’an dan al-Sunnah. Bahkan dengan tegas Qardhawy menyatakan kebingungannya menyelesaikan permasalahan pemikiran ketika dikembalikan kepada tradisi intelektual Islam klasik abad pertengahan sebagaimana yang ditempuh Neo-Modernis, pemikiran yang penuh dengan pendapat temporer, dan Qardhawy hanya menemukan jawaban pasti dan terang ketika kembali kepada sumber aslinya, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Hal ini bukan berarti Qardhawy tidak menerima warisan intelektual tradisional, bahkan kenyataannya Qardhawy sangat memahami warisan tradisi ini dan menjadikannya sebagai referensi, namun beliau hanya menemukan jawaban pasti dalam menjawab tantangan zaman ketika langsung berhadapan dengan sumber asal. Dengan keluasan pengetahuannya, Qardhawy telah membahas permasalahan masyarakat Islam kontemporer, dari masalah fiqh, aqidah, tasawuf, gerakan, ekonomi, politik, pendidikan, menejemen, peradaban hingga masalah pemikiran Barat dan problema kontemporer masyarakat Islam yang dinilainya berdasarkan Islam yang menjadi perhatian para cendikiawan internasional.

Persentuhan dan keterlibatan hidup sehari-hari Qardhawy dengan dunia modern tidak menghilangkan semangatnya sebagai seorang “fundamentalis” sejati yang merujuk segala permasalahan dengan dasar al-Qur’an dan al-Sunnah. Bahkan lebih jauh dengan menjadikan Wahyu Allah sebagai referensi dan sumber pengambilan utama, Qardhawy mendapat jawaban pasti tentang hakikat kehidupan manusia dan segala permasalahannya, termasuk perkembangan pemikirannya. Demikian pula Qardhawy dengan terbuka berani mengkoreksi sekaligus memberikan solusi pada perjalanan gerakan Islam

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

88

Page 89: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sebelumnya, yang dikenal sebagai fundamentalis Islam. Hakikatnya, para cendikiawan yang besar dan berkembang dalam arus pemikiran fundamentalisme seperti Qardhawy dan lainnya sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar metodelogi pemikiran bagi terbentuknya sebuah gerakan pemikiran yang baru, yang jika dapat, sebagaimana diistilahkan Fazlur Rahman sebagai “Neo-Fundamentalisme Islam”. Karya-karya brilyan Qardhawy menjadi rujukan utama generasi Islam yang mendambakan solusi pemikiran, bahkan di Indonesia pemikiran Qardhawy lebih dikenal luas, khususnya dikalangan mahasiswa dibandingkan pemikiran Fazlur Rahman sebagai bapak Neo-Modernis Islam. Pemikiran-pemikiran brilyan Qardhawy memang kurang tersebar, khususnya di arena pemikiran dunia Barat karena ditulis dalam bahasa Arab dan mungkin ada tendensi lain untuk mencegah berkembangnya faham ini di dunia Barat yang terkenal anti Fundamentalisme Islam yang selalu diidentikkannya dengan segerombolan manusia teroris, radikal dan haus darah.

Di Asia Tenggara sendiri secara tidak langsung kehadiran neo-fundamentalisme Islam sudah mulai kelihatan sejak beberapa dekade lalu. Di Malaysia misalnya, akar gerakan ini umumnya dari mantan pengurus Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang menginspirasikan bentuk perjuangannya pada Ikhwan al-Muslimun, bahkan beberapa rujukannya adalah buku-buku karangan pemimpin Ikhwan. Dalam beberapa bentuk latihan dan pembinaannya, ABIM mengadopsi langsung sistem yang diterapkan Ikhwan dengan beberapa modifikasi sesuai dengan keadaan Malaysia, dan menerapkan istilah Ikhwan seperti istilah zikir al-Ma’tsurat, usroh, amal jam’i, bai’ah, imamah, dar al-Islam, khilafat dan lainnya. Secara tidak langsung ABIM sebagai organisasi kader telah memicu lahirnya kelompok fundamentalisme Islam di Malaysia, diantaranya seperti Ustaz Fadhel Noor, mantan Presiden Partai Islam SeMalaysia (PAS), partai fundamentalis yang bertujuan mendirikan negara Islam adalah mantan Wakil Presiden ABIM. Demikian pula Ustaz Ash’aari Muhammad, Amir Jama’ah Dar al-Arqam mantan pengurus ABIM.93

Bahkan salah seorang mantan tokoh sentral ABIM yang kharismatik, Anwar Ibrahim, dari beberapa pemikirannya dapat digolongkan sebagai kelompok fundamentalis Islam.94 Bahkan dia sendiri tidak pernah menolak dirinya sebagai seorang yang condong kepada pemikiran fundamentalis Islam. Namun difinisi fundamentalisme menurut Anwar adalah keteguhan seseorang berpegang pada akar tradisinya, bagi seorang Muslim adalah kepada Islam, dan Islam tidak dapat dikorbankan demi kepentingan duniawiyah. Dari latar belakangnya pembinaannya dalam dunia fundamentalisme Islam, adalah sangat sukar melepaskan fundamentalisme Islam dalam diri Anwar. Bahkan sebelum aktif dalam UMNO, Anwar adalah pendukung setia, walaupun bukan sebagai anggota dan pengurus, perjuangan Partai Islam Malaysia (PAS) yang mencita-citakan tegaknya negara Islam di Malaysia. Apakah idiologi fundamentalisme Islam dalam diri Anwar yang sudah berurat berakar dapat pupus dengan mudah setelah tertanam sekian lama. Bahkan bukti menyatakan lain, walaupun Anwar sudah menjadi salah seorang pemimpin UMNO, partai Melayu nasionalis, dia tetap mengadakan hubungan dan membangun pergerakan dengan rekan-rekan

93

? Lihat, Zaenah Anwar, Islamic Revivalism in Malaysia,(Petaling Jaya : Pelanduk, 1987). Siddiq Fadhil, Koleksi Ucapan Dasar Muktamar Sanawi ABIM, (Kuala Lumpur : Dewan Pustaka Islam, 1982).

94 Lihat karya beliau : Islam- Penyelesaian Kepada Masalah Masyarakat Majemuk,(Kuala Lumpur : ABIM, tt.). dan Menangani Perubahan, (Kuala Lumpur : Berita Publ, 1990).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

89

Page 90: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

seperjuangannya di ABIM dulu ataupun dengan tokoh-tokoh pemikir Islam seperti Yusuf al-Qardhawy dan lainnya. Demikian pula secara pemikiran ataupun pengamalan, keterikatan Anwar secara emosional sangat kuat pada Islam, walaupun dibahasakannya dengan istilah baru, demikian pula istri dan anak-anak perempuan Anwar menggunakan jilbab, sikap anti KKN dan keberaniannya menyatakan kebenaran walau apapun resikonya serta kualitas pribadinya sebagai seorang politis yang bersih, kehidupan keluarganya yang bersahaja, yang ini semua merupakan ciri khas fundamentalisme Islam yang tertanam dalam dirinya sejak lama. Namun dengan kematangannya dalam mengembangkan pemikirannya, mungkinkan Anwar sedang menjadi seorang Neo-Fundamentalis Islam dalam bentuknya sendiri ? Dalam bukunya The Asian Renaissance95 Anwar menawarkan bentuk dialog peradaban yang akan membuka wawasan masing-masing bangsa. Disamping mengembangkan wacana-wacana peradaban baru berdasarkan Islam, Anwar bersama rekan-rekannya telah mendirikan sebuah Universitas Islam yang menjadi sebuah laboratorium dalam pengembangan pemikiran Islam di masa depan. Dan nilai-nilai Islam yang dikembangkan Anwar dalam penegakan pemerintahan yang bersih, sebagai manifestasi ajaran Islam telah menghantarkannya ke penjara.

Demikian pula halnya, apa yang dikemukakan Nurcholish bertolak belakang dengan realita yang terjadi di dunia Islam. Dalam dunia politik misalnya, Yusril Ihza Mahendra dalam Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam menyimpulkan desertasinya: “Dalam beberapa dekade terakhir, posisi politik partai Islam modernis dan fundamentalis telah banyak mengalami perubahan. Sebagian partai Islam modernis-seperti Masyumi di Indonesia, Liga Muslim di Pakistan dan Partai Istiqlal di Aljazair- mulai tersingkir dari panggung kekuasaan. Masyumi bahkan telah dibubarkan pada tahun 1960. Sementara partai Islam fundamentalis (yang sebagian dinyatakan neo-fundementalis oleh Fazlur Rahman)- dan juga kelompok-kelompok bukan partai-tampak mulai menguat dan bahkan tampil memegang kekuasaan. Gejala ini tampak di Aljazair, Iran, Afghanistan, Pakistan di bawah Jendral Zia ul-Haque, dan dalam ruang lingkup yang lebih kecil adalah kasus berkuasanya Partai Islam PAS di Negeri Kelantan, Malaysia.”96

Perkembangan terakhir di Malaysia yang merupakan ladang persemaian pemikiran Islam yang progresif di Asia Tenggara, pada pemilu 1999 Partai Islam PAS yang terkenal sangat fundamentalis dengan cita-cita menegakkkan negara Islam dan melaksanakan hudud (hukum Islam) memenangkan pemilu secara telak di Kelantan dan Trengganu, dan berhasil menaikkan jumlah kursinya lebih 100 % di Parlemen pusat. Dari segi persentase, 70 % orang Melayu memilih PAS dan aliansinya dan hanya 30 % memilih UMNO yang merupakan partai kaum Modernis Malaysia.97 Rakyat Malaysia, terutama kaum terdidiknya telah muak dengan janji-janji palsu para penyeru “penerapan nilai-nilai Islam” yang realitasnya sangat diktator, tidak bermoral dan berani menentang hukum Allah dengan alasan duniawiyah. Berbeda dengan kaum fundamentalis yang senantiasa menunjukkan citra Islami dalam perbuatan dan tingkah laku,

95 Anwar Ibrahim, The Asia Renaissance, (Singapore : Time Books Publ, 1997)96 Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalisme.., op.cit. halaman 31497 Kamarudin Jaffar, Pilihanraya 1999 dan Masa Depan Politik Malaysia,(Kuala Lumpur : IKDAS, 2000)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

90

Page 91: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

konsisten dengan ucapan dan perbuatannya, memiliki akhlaq yang mulia sehingga menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat Islam.98

Demikian pula halnya di dunia Islam lainnya. Karena kemuakan masyarakat Islam dengan kepalsuan dan janji-janji kosong kaum utopis yang menjanjikan modernisasi, yang berkolaborasi dengan kapitalis internasional mengeksploitasi Islam demi kepentingan duniawiyah, disamping kebobrokan mental dan kemaksiatan yang dilakukannya, menjadikan masyarakat simpati dengan perjuangan dan jalan berfikir Neo-Fundamentalis Islam yang lebih menjanjikan. Ketertarikan kepada kelompok ini karena telah berhasil membuktikan diri, mereka dapat menjadi rahmat bagi seluruh alam. Kenapa misalnya masyarakat Cina non Muslim di Malaysia mendukung perjuangan Partai Islam Malaysia yang memperjuangkan tegaknya negara Islam ? Tidak lain karena mereka dapat membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi semua orang, dan dapat memberikan keadilan kepada masyarakat non Muslim dengan tidak mengorbankan kepentingan agama.99 Tidak seperti kelompok nasionalis Melayu UMNO yang sangat rasialis dan tidak adil terhadap penganut agama lain.100 Sikap-sikap dan akhlaq Islami yang merupakan nilai-nilai universal, seperti jujur, amanah, setiakawan, konsisten, toleran, bertanggungjawab, sederhana, dedikasi tinggi, dan perilaku mulia semacamnya akan menjadi daya tarik kelompok neo-Fundamentalis Islam di masa depan, disamping tentunya kekayaan spiritual dan intelektual mereka yang Islamis.101

Neo-Fundamentalisme Islam di IndonesiaPara peneliti, baik dari kalangan muslim dan lainnya belum banyak yang

tertarik untuk mengkaji dan mengidentifikasi gerakan pemikiran Neo-Fundamentalisme Islam di Indonesia. Ini dibuktikan dengan kurangnya literatur atau sumber-sumber informasi lainnya yang membahas masalah ini.102 Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yang utama adalah sulitnya mengidentifikasi siapa sebenarnya tokoh-tokoh Neo-Fundamentalis yang tampil dengan gagasan cemerlangnya, dalam gerakannya selama ini mereka lebih mengambil bentuk sebagai sebuah gerakan bawah tanah akibat tekanan dahsyat dari regime orde lama ataupun orde baru yang anti dengan fundamentalisme Islam. Lain halnya dengan gerakan Neo-Modernis yang tampil secara terbuka dan dapat bekerjasama dengan pemerintah, sehingga mudah untuk mengidentifikasi tokoh-tokoh maupun pembaharuan pemikiran yang dilakukannya di Indonesia. Namun demikian, cara mudah dan aman yang dapat ditempuh untuk mengenal gerakan ini, baik tokoh dan pembaharuan pemikiran yang dikembangkannya di Indonesia, dapat dilakukan misalnya dengan menelusuri gerakan para pendahulu mereka, fundamentalis Islam yang banyak diteliti, baik yang berakar pada gerakan fundamentalisme Islam dari luar Indonesia seperti Ikhwan al-Muslimun Mesir, Jema’at Islamy Pakistan, Hizb al-

98 ibid, halaman 50-6299 Kamarudin Jaffar, Memperingati Yusuf Rawa, (Kuala Lumpur : IKDAS, 2000)100 Lihat : SH. Alatas, Reformasi Anwar, Konspirasi Mahathir, (Kuala Lumpur : Pustaka, 1999)101 Tentang akhlaq ini lihat : Dr. Said Hawa, Jundullah, Tsaqafah wa Akhlaq, (Beirut : Dar Fiqr, 1974)102 Dari hasil penelitian sementara yang dilakukan, para peneliti belum memfokuskan penelitiannya

pada gerakan neo-Fundamentalis Islam karena kesulitan mencari data-data yang diperlukan dan sulitnya mengidentifikasikan gerakan sejenis. Penelitian selama ini banyak dilakukan terhadap gerakan-gerakan fundamentalis Islam, seperti Darul Islam (DI/NII) baik di Jabar, Aceh, Sulawesi dan lainnya termasuk gerakan-gerakan fundamentalis Islam di zaman Orde Baru.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

91

Page 92: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Tahrir, Salafi dan lainnya ataupun yang berakar dari Indonesia sendiri seperti Darul Islam yang telah memproklamirkan Negara Islam Indonesia pada 7 Agustus 1949 di Jawa Barat. Dengan data-data inilah, akan diidentifikasi siapa Neo-Fundamentalis Islam di Indonesia.

Gerakan fundamentalisme Islam atau apa yang diistilahkan Fazlur Rahman dengan neo-Revivalisme di Indonesia adalah respon terhadap gerakan-gerakan pemikiran sebelumnya yang telah disemai oleh gerakan kaum muda yang baru pulang dari Timur Tengah. Tokoh-tokoh kaum muda yang lebih dikenal sebagai pembaharu Islam diantaranya seperti HOS. Cokroaminoto yang telah mendirikan Syarikat Islam (SI) yang menjadi organisasi kader bagi kaum modernis Islam selanjutnya,103 Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah sebagai lembaga modernis Islam yang bergerak dalam pendidikan dan sosial dan lain-lainnya.104 Namun dalam perjalanannya, sebagaimana dikatakan Rahman, bahwa kaum modernis Islam, termasuk di Indonesia, telah gagal meletakkan dasar-dasar metodelogi pemikiran disamping terlalu kompromisnya mereka dengan Barat, baik dalam artian politik maupun pemikiran. Sehingga mereka kadangkala dituduh sebagai agen-agen kolonialis yang ingin membaratkan kaum muslimin, sebagaimana tuduhan kaum tradisionalis terhadap mereka. Kegagalan modernis Islam ini, terutama menjelang kemerdekaan Indonesia telah mendorong tampilnya tokoh-tokoh Islam yang secara politik menghendaki berdirinya Negara Islam di Indonesia dan tidak ada kompromi dalam penegakkannya dan bersebrangan dengan kelompok modernis yang merestui berdirinya negara Pancasila Indonesia.105 Diantara tokoh fundamentalis Islam terkemuka masa ini adalah SM. Kartosoewirjo.106

Mungkin ada yang menolak SM. Katosoewirjo sebagai tokoh fundamentalis Islam terkemuka di Indonesia. Namun Yusril Ihza dalam desertasinya Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam dengan jelas

103 Tentang perjuangan HOS. Cokroaminoto dan pemikirannya, lihat misalnya : Amelz, HOS. Cokroaminoto : Hidup dan Perjuangannya. (Jakrta : Bulan Bintang, 1952). MM. Amin, Saham HOS. Cokroaminoto dalam Kebangunan Islam dan Nasionalisme di Indonesia. (Yogyakarta : Nur Cahaya, 1980). AT. Jaylani, The Syarikat Islam Movement : Its Contribution to Indonesian Nationalism, MA. Thesis, IIS, Montreal : Mc.Gill University, 1959. Deliar Noer, The Modernist Muslim Movement in Indonesia : 1900-1942, (Singapore : Oxford Univ. Press, 1973)

104 Mengenai perjuangan KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah, lihat : Alfian, Muhammadiyah : The Political Behaviour of a Muslim Modernist Organization Under the Dutch Colonialism, (Yogyakarta : Gajah Mada Press, 1969). Solichin Salam, Muhammadiyah dan Kebangunan Islam di Indonesia, (Jakarta : NV. Mega, 1965). Mitsuo Nakamura, The Cresent Arises over the Banyan Tree : A Study of the Muhammadiyah Movement in a Central Javanese Town, (Ithaca YN : Cornell Univ. Press, 1976). Mustafa Kamal Pasha, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Yogyakarta : Penerbit Persatuan, 1975). Yusuf Abdullah Puar, Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah, (Jakarta : Pustaka Antara, 1989). HAMKA, KH.A. Dahlan, (Jakarta : Sinar Pujangga, 1952). Yusron Asrofie, KH. Ahmad Dahlan, Pemikiran dan

Kepemimpinannya, (Yogyakarta : Yogyakarta Offset, 1983).105 Masalah ini lihat misalnya : Endang Saifuddin Anshari, Piagam Jakarta 22 Juni 1945, (Jakarta :

Gema Insani Press, 1997). Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam, (Jakarta : Paramadina,1999). Robert Van Niel, The Emergence of the Modern Indonesia Elite, (The Haque : WV. Hoeve, 1960)

106 Tentang sejarah hidup dan perjuangan SM.Kartosuwirjo, lihat misalnya : Holk H. Dengel, Darul Islam dan Kartosuwirjo, (terj). (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996). B.J. Boland, The Strunggle of Islam in Modern Indonesia, (The Haque : Martinus Nijhoff, 1971). C. Van Dijk, Darul Islam : Sebuah Pemberontakan (terj), (Jakarta : Pustaka Grafiti Utama, 1989, halaman 11-31. Hiroko Harikoshi, “The Darul Islam Movement in West Java (1948-1962) : An Experience in Historical Process”, dalam Indonesia, vol 20, halaman 62-64.. Pinardi, Sekarmadji Marijan Kartosoewirjo (Jakarta : Aryaguna, 1964). CAO. Nieuwenhuije, Aspect of Islam in Post Colonial Indonesia, (The Haque & Bandung : W.Van Hoeve, 1958). Amak Sjarifudin, Kisah Kartosuwirjo dan Menjerahnya (Surabaya : Grip, 1965). Al Chaidar, Pengantar Pemikiran Politik Proklamator Negara Islam Indonesia SM. Kartosoewirjo.( Jakarta : Darul Falah, cet.2, Safar 1420 H).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

92

Page 93: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

menyatakan: “Sesuai dengan pandangan dasar modernismenya, Masyumi menegaskan bahwa cita-cita itu (melaksanakan Islam dalam urusan kenegaraan) akan dicapai melalui cara-cara yang “sah dan demokratis”, serta “mengikuti hukum yang berlaku di dalam negara Republik Indonesia”. Tetapi sikap moderat dan demokratis ini ditentang oleh kelompok yang lebih cendrung ke arah fundamentalisme di dalam partai, seperti ditunjukkan oleh Kartosuwirjo. Tokoh yang di zaman revolusi itu juga menjadi salah seorang anggota Pimpinan Partai Masyumi, dengan alasan-alasannya sendiri memilih keluar meninggalkan Masyumi untuk membangun gerakannya sendiri, yaitu “Darul Islam”. Kartosoewirjo kemudian memproklamasikan “Negara Islam Indonesia” di Jawa Barat.107

Membandingkan para penggagas fundamentalisme Islam terkemuka adalah sesuatu yang sangat menarik, karena dari beberapa sisi mereka memiliki kesamaan. Misalnya Hasan al-Banna pendiri Ikhwan al-Muslimun di Mesir,108 Abul A’la al-Maududi pendiri Jame’at Islami di Pakistan109 dan SM. Katosoewirjo pendiri Darul Islam di Indonesia. Mereka bertiga memiliki ciri khas yang hampir sama. Mereka sama-sama dilahirkan di awal abad keduapuluh, sejak muda sebagai aktivis Islam yang revolusioner, hidup ditengah-tengah derasnya arus sekulerisasi dan Baratisasi Imprialis kafir serta pergumulan sengit antara kelompok modernis, baik sebagai nasionalis Islami atau sekuler, Kartosoewirjo dan Maududi berprofesi sama sebagai wartawan dan penulis, al-Banna dan Kartosoewirjo sama-sama syahid mempertahankan perjuangannya di hadapan penguasa nasionalis. Mereka membangun jama’ah Islamiyah yang non kompromistis dengan kolonialis Barat dan agen-agennya, perjuangannya mendapat dukungan luas para ulama dan cendekiawan muslim, mereka sama-sama menulis konsep tentang hijrah dan jihad fi sabilillah dengan dasar pendekatan dan tujuan yang sama. Diantara mereka, Kartosoewiryolah yang memproklamirkan Negara Islam yang dicita-citakannya dan turun langsung berjihad menggunakan senjata melawan Tentara Republik. Namun pemikiran-pemikiran Kartosoewirjo kurang dikenal dunia Islam sebagaimana al-Banna dan al-Maududi, disamping akibat perjuangan bersenjata yang menguras daya dari hutan ke hutan, kurangnya penerus perjuangannya yang mumpuni dalam mengaktualisasikan pemikirannya. Disamping perlakuan kejam pemerintah terhadap perjuangan Darul Islam, baik di masa Orla dan Orba.110

Selain SM. Kartosoewirjo, ada beberapa tokoh sentral Darul Islam yang mempengaruhi perjalanan sejarah gerakan ini, yang terutama seperti Tgk.

107 Yusril Ihza, Modernisme dan Fundamentalisme, halaman 84-85108 Tentang riwayat Hasan al-Banna lihat misalnya : Al-Syaikh al-Ghazaly, (dalam M.Syalabi),Hasan

al-Banna, Imam wa Qaid, (Kaherah : Dar al-Nasyr, tt). Dr. Rif’at al-Said, Hasan al-Banna Muassis Harakat al-Ikhwan al-Muslimun,(Beirut : Dar al-Tali’ah, 1986). Jabir Rizq, Al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, (al-Manshurat : Dar al-Wafa, 1987). Dr. Shuakat Ali, Master of Muslim Thought, vol. II.(Lahore : Islamic Publ, 1983), halaman 514-638). Anwar Jundi, Hasan al-Banna, al-Roiyat al-Imam wa al-Mujaddid al-Syahid, (Beirut : Dar Qalam, 1978). MN. Shaikh, Memoirs of Hasan al-Banna Shaheed,(Karachi : Int’ Islamic Publ, 1981). Richard P. Mitchel, The Society of The Muslim Brother (London : Oxford Univ. Press, 1959). Umar Tilmisany, al-Mulham al-Mauhub : Hasan al-Banna (Syabra : Dar al-Nashr, tt).

109 Lihat misalnya : Prof. Masud ul Hasan, Sayyid Abul A’la Maududy and His Thought, vol. I & II, (Lahore : Islamic publ, 1984). Abdurrahman Abd, Maulana Maududi Face to Death Sentence. (Lahore : Islamic Publ., 1969). Miasbah ul Islam Faruki, Introducing Maududi, (Lahore : n.p.,1966). Maryam Jameelah, Who Is Mawdoodi ? The Great Mujaddid of Modern Age, (Lahore : Islamic Publication, 1972). A.K. Brohi, “Maulana Maududi : The Man, The Scholar, The Reformer”, dalam Kurshid Ahmad dan Zaffar Ishaq Anshary (eds), Islamic Perpective. (Leicester : The Islamic Foundation, 1979) halaman 289-312.

110 Tentang perlakuan pengikut Kartosuwirjo lihat : Al Chaidar, Pengantar pemikiran Politik…, op.cit. khususnya Bab X.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

93

Page 94: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Muhammad Daud Beureueh, ulama besar kharismatis dari Aceh,111 Abdul Kahhar Muzakkar, tentara pejuang dari Sulawesi,112 Ibnu Hajar dari Kalimantan, disamping beberapa tokoh ulama dari Jawa Barat.113 Pada umumnya ulama-ulama Tradisionalis Jawa Barat menerima dengan terbuka ide-ide Kartosoewirjo dengan konsep hijrah dan pendirian Negara Islam Indonesia, walaupun dia sendiri adalah keturunan Jawa. Ini tidak lepas dari pengalaman politik Karosoewirjo sebagai salah seorang wakil ketua pengurus pusat Partai Syarikat Islam Indonesia yang sangat berpengaruh sebelum kemerdekaan. Disamping pengaruh bapak mertuanya, seorang ulama Tradisionalis yang terkenal di Malangbong, Jabar.

Perjuangan Kartosoewirjo dengan Darul Islam mendapat sambutan luas masyarakat, baik di Jawa maupun luar Jawa tidak lain disebabkan oleh kerinduan masyarakat Indonesia akan berdirinya sebuah negara adil makmur yang berdasarkan ajaran Islam sebagaimana diperjuangkankan HOS. Cokroaminoto terdahulu. Demikian pula kondisi Republik Indonesia yang baru diproklamirkan mendapat serangan-serangan dari Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah kembali Indonesia. Serangan-serangan ini nyaris menghilangkan eksistensi RI dengan perjanjian-perjanjian sepihak yang dipaksakan Belanda. Kondisi ini telah dijadikan momentum Kartosoewirjo untuk memproklamirkan Negara Islam Indonesia yang telah diyakini dan diperjuangkannya sejak muda.114

Sebagaimana difahami kaum fundamentalis Islam lainnya, perjuangan bersenjata Kartosoewirjo bersama para pengikutnya dalam menegakkan dan mempertahankan eksistensi Negara Islam Indonesia merupakan manifestasi jihad fi sabilillah seorang muslim dalam menegakkan kedaulatan dan kekuasaan Allah di atas bumi. Itulah sebabnya perjuangan heroik para pejuang fi sabilillah NII/TII dapat bertahan lama meskipun tanpa bantuan dan dukungan diplomatik dari negara-negara luar. Semangat yang didasarkan atas keyakinan akan balasan syurga bagi mereka yang syahid mempertahankan Islam ini senantiasa menjadi penyulut perjuangan para pengikut dan penerus perjuangan Kartosoewirjo yang tampil silih berganti, baik di zaman Soekarno, Soeharto dan sekarang.

Menurut sebagian cendikiawan Islam, khususnya dari kalangan fundamentalis, seperti Maududi115 dan Sayyid Qutb,116 berpendapat bahwa perjungan menegakkan kekuasaan Allah dalam bentuk berdirinya sebuah negara Islam atau pemerintahan Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah adalah bentuk perjuangan tertinggi dalam Islam. Karena perjuangan Rasulullah saw dengan segala suka dukanya, baik perjuangan dengan dakwah, harta sampai bersenjata, dianggap telah sempurna ketika telah tegakkan pemerintahan Islam di Madinah dengan segala perangkatnya. Dengan kata lainnya bahwa perjuangan panjang Rasulullah telah sempurna dengan

111 Lihat misalnya : Moh. Nur El-Ibrahimy, Teungku Muhammad Daud Beureueh : Peranannya dalam Pergolakan di Aceh, (Jakarta : Gunung Agung, 1982). Dada Meuraxa, Peristiwa Berdarah di Atjeh, (Medan : Pustaka Sedar, 1956).

112 Lihat : Andaya Leonard, Arung Palakka and Kahar Muzakkar : A Study of the Hero Figure in Bugis-Makassar Society, B.S. Harvey, Tradition, Islam and Rebellion : South Sulawesi 1905-1965.

113 Lihat : Al Chaidar, op.cit. khususnya babVII.114 Lihat : Karl D. Jackson, Kewibawaan Tradisional, Islam dari Pemberontakan : Kasus Darul Islam

Jawa Barat, (Jakarta : Pustaka Utama Grafiti, 1989).115 Lihat karya beliau, Khilafat wa al-Mulk, Islamic Law and Constitution, Jihad in Islam.116 Lihat karya beliau, Maalim fi al-Thariq, Social Justice in Islam, Hadza al-Dien, Islam and Universal

Peace.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

94

Page 95: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

berhasilnya beliau menegakkan Negara Madinah, ini membawa pengertian bahwa menegakkan negara ataupun pemerintahan Islam yang mendaulatkan kekuasaan Allah adalah setinggi-tinggi jihad di jalan Allah. Penegakkan kekuasaan Allah inilah intipati dan tujuan akhir jihad sebenarnya.117

Tekanan-tekanan dahsyat dan diluar batas kemanusiaan regime Orla maupun orba terhadap perjuangan penerus SM. Kartosoewirjo telah menjadikan Darul Islam sebagai gerakan bawah tanah yang sangat tertutup. Setiap gerakan untuk menegakkan negara Islam selalu dihubungkan dengan Darul Islam, baik yang direkayasa oleh pemerintah nasionalis ataupun gerakan mujahidin lainnya, yang akhirnya menjadikan perkembangan gerakan Darul Islam menjadi semakin terjepit. Namun dengan bergabungnya beberapa tokoh Islam, baik dari kalangan ulama, muballigh, cendikiawan, mahasiswa dan lainnya disekitar tahun tujuh puluhan dan delapan puluhan telah menjadikan Darul Islam sebagai salah satu alternatif jama’ah Islam. Tekanan-tekanan pemerintah Soeharto, terutama ketika Panglima ABRI dipegang fanatik Kristen LB. Moerdani yang mengambil kebijakan keras terhadap Islam, gerakan Darul Islam justru medapat momennya. Gerakannya semakin meluas bahkan telah menjalin hubungan kerjasama dengan gerakan-gerakan Islam di luar negeri, baik di Mesir, Saudi Arabia, Pakistan, Afghanistan, Malaysia maupun di Eropa dan Amerika.118

Persentuhan tokoh-tokoh muda Darul Islam119 dengan pemikiran gerakan Islam fundamentalis internasional telah mematangkan ide-ide yang selama ini dikembangkan generasi terdahulu. Demikian pula telah terjadi reorientasi pemikiran dalam pergerakan Darul Islam, yang menjadikannya sebagai salah satu aliansi para pejuang yang bercita-cita menegakkan khilafah Islamiyah di dunia. Dan dapat dipastikan dari cikal bakal gerakan Darul Islam ini muncul generasi muda, dengan kadar pemahaman keislaman yang lebih luas, persentuhannya dengan dunia modern, disamping pendidikannya yang tinggi, yang menjadi pelopor kebangkitan, sebagaimana paradigma Fazlur Rahman, Neo-Fundamentalisme Islam di Indonesia. Mereka tampil dengan gerakan pemikirannya yang khas, berakar pada tradisi fundamentalisme, memiliki keterikatan emosional yang sangat kuat pada Islam, memahami sejarah pembaruan pemikiran Islam dan metodologinya namun mampu merespon tuntutan zaman dengan intelektualitas yang dimilikinya. Mereka lahir dari semangat perjuangan Darul Islam dan secara bersamaan mereka mendapat pendidikan umum Barat ataupun tradisional, bahkan diantaranya adalah para otodidak-otodidak jenius yang menolak pendidikan resmi, namun mereka hadir dan tampil di tengah-tengah hingar bingarnya gerakan reformasi dengan berbagai bentuk dan nama. Namun mereka dapat dikenal dari tujuannya yang hendak menegakkan kekuasaan dan syari’at Allah di bumi Indonesia secara konsekwen, diantaranya adalah sebagaimana diproklamirkan pada Konggres Mujahidin I di Yogyakarta pada 5-7 Agustus 2000 yang telah melahirkan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang dipimpin oleh Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dengan julukan Amirul Mujahidin.

117 Pengertian jihad, lihat : Syaikh Dzafir al-Qashimy, Al-Jihad wa al-Huquq al-Dauliyah al-Ammah fi al-Islam, (Beirut : Dar Ilm, 1986)

118 Al Chaidar, op.cit.khususnya bab X119 Walaupun terpecah berjadi beberapa paksi gerakan, namun tokoh-tokoh muda Darul Islam yang

mengenyam pendidikan tinggi, secara formal dan informal di luar negeri, baik di Timur Tengah, Barat ataupun Pakistan dan Malaysia menjadikan mereka dekat secara pemikiran, terutama ide-ide tentang pengembangan pemikiran para pendahulu mereka.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

95

Page 96: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Disamping berakar dari gerakan Darul Islam, Neo-Fundamentalis Islam di Indonesia lahir dari kaderisasi beberapa gerakan Islam dalam negeri lainnya seperti Jama’ah Muslimin (Hizbullah) yang didirikan Wali al-Fattah120, Islam Jama’ah dan beberapa kelompok lainnya. Sedangkan yang berakar pada gerakan Islam luar negeri, umumnya memiliki keterkaitan dengan beberapa gerakan Islam seperti Ikhwan al-Muslimun, Hizbut Tahrir, Salafi, Jama’ah Tabligh, Gerakan Mujahidin Internasional, al-Arqam, dan lainnya. Gerakan ini pada umumnya mulai menampakkan aktivitasnya di antara akhir tahun 70an dan awal 80an. Umumnya pelopor gerakan ini adalah mantan para mahasiwa yang sekolah ke luar negeri, baik di Timur Tengah ataupun Barat dan berinteraksi dengan gerakan Islam dan pemikirannya yang kemudian kembali ke Indonesia dan mengembangkan pemikirannya.

Gerakan mereka umumnya diawali dengan penyebaran pemikiran melalui buku-buku, majalah, brosur dan lainnya, kemudian diikuti dengan pengkajian intensif keislaman dengan berbagai nama seperti Tarbiyah Islamiyah, Majlis Taklim, Latihan Mujahid Dakwah (LMD), Pengkajian Risalah Tauhid (PRT), Pengkajian Nilai Dasar Islam (PNDI) dan lainnya dan diteruskan dengan pengajian rutin berupa usroh dan halaqah. Pada akhirnya gerakan ini membangun jaringan dengan struktur kepemimpinannya yang khas, dan sangat populer di kalangan universitas, terutama universitas umum, seperti di ITB, IPB, UI, UGM dan lainnya. Dari pengajian-pengajian ini kemudian berkembang Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang menjadi jaringan aktivis mahasiswa Islam non organisasi. Dari gerakan inilah kemudian lahir beberapa gerakan mahasiswa Islam, yang menonjol seperti KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang menjadi tulang punggung reformasi dikalangan mahasiswa.

Kader-kader organisasi Islam seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terutama HMI-MPO, Pelajar Islam Indonesia (PII), Gerakan Pemuda Islam (GPI), Dewan Dakwah Islamiyah (DDII), hatta Muhammadiyah, Persatuan Islam (PERSIS) dan Al-Irsyad yang modernis sekalipun telah menjadi tempat tumbuhnya aliran pemikiran ini. Para anggota ormas Islam yang terlibat dengan pemikiran ini biasanya adalah mereka yang berinteraksi secara konsisten dengan pemikiran-pemikiran fundamentalis Islam, baik melalui buku, literatur ataupun interaksi langsung dengan para tokoh gerakannya yang umumnya memiliki kharisma dan daya tarik tersendiri, terutama kezuhudannya dalam memandang dunia dan keberaniannya menyampaikan kebenaran Islam tanpa kompromi. Sejauh ini diantara beberapa ormas Islam, Pelajar Islam Indonesia, yang sempat bergerak secara illegal karena menolak asas tunggal Pancasila secara terbuka, adalah tempat persemaian yang subur aliran pemikiran ini karena sistem kaderisasinya yang radikal dan non-komprimistis terhadap rezim Orba dan mampu melahirkan kader-kadernya yang militan dan fundamentalis.

Disamping para aktivis gerakan dan organisasi Islam yang menjadi pelopor gerakan neo-fundamentalisme Islam di Indonesia, terdapat pula di antara mereka pribadi-pribadi seperti tokoh-tokoh Alim Ulama, cendekiawan Muslim, Ustadz, Da’i maupun kalangan profesional dan artis. Umumnya mereka bergerak secara individual dengan mengembangkan wacana-wacana pemikiran sesuai dengan bidang dan spesialisasi masing-masing, baik di bidang ekonomi, pendidikan, hukum, politik, budaya dan lainnya. Ciri khas mereka sama dengan para penganut neo-fundamentalisme Islam lainnya dan sangat kuat terikat

120 Wali al-Fattah, Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah, Bogor : Al-Amanah, Cet.2, 1995.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

96

Page 97: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dengan tradisi maupun simbol-simbol keislaman. Bahkan dikalangan mereka ada mantan artis yang glomour, dan menjadi sangat fundamentalis dalam berpakaian, bergaya maupun bertingkah laku. Diantara mereka yang dapat dikategorikan antara lain seperti Prof. Deliar Noor (cendekiawan), Dr. Imaduddin Abdul Rachim (cendekiawan), Abdul Qadir Djaelani (da’i), Sahirul Alim (cendekiawan), KH. Mawardi Noor (ulama), AM. Fatwa (aktivis), Habib Husein Al-Habsyi (da’i), Toto Tasmara (profesional), Gito Rolies (artis), beberapa pemimpin majlis taklim dan pesantren.

Gerakan reformasi yang menumbangkan Soeharto telah mengantarkan Habibie, seorang demokrat Muslim, tampil memimpin Indonesia. Kebijakan demokratisasi dan leberalisasi yang dicanangkan pemerintahan Habibie telah memberikan kekebasan tumbuh dan berkembangnya berbagai bentuk gerakan idiologi, baik yang kiri ataupun kanan sebagai konsekwensi logis sebuah kebebasan dan keterbukaan. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh para fundamentalis Islam yang selama ini mengambil sikap oposisi terhadap pemerintah untuk membangun gerakan Islam, baik yang berbentuk organisasi masa, partai sampai gerakan Islam radikal. Namun sejauh ini, terutama partai-partai Islam walaupun mereka secara terbuka telah menggunakan azas Islam, namun belum menyatakan tujuannya untuk menegakkan kakuasaan dan hukum Allah dalam bentuk pemerintahan Islam ataupun negara Islam, sebagaimana ciri khas kelompok Islam fundamentalis.121

Pasca reformasi, dengan beberapa uji coba, gerakan Neo-Fundamentalis Islam sudah mulai mewarnai peta pemikiran dan gerakan di Indonesia. Demikian pula dengan tampilnya Abdurrahman Wahid sebagai Presiden yang notabene mewakili gerakan Neo-Modernis Islam, yang dinilai sering menimbulkan kontraversi bahkan dianggap merugikan kepentingan Islam, sebagai kelompok penekan maka gerakan Neo-Fundamentalis Islam mulai menampilkan diri, baik melaui wacana intelektual ataupun gerakan masa sampai gerakan jihad. Lebih jauh mereka telah mulai memainkan peranan sebagai sentral pergerakan di Indonesia yang mulai diperhitungkan peranan dan keberadaannya. Diantara bentuk gerakannya yang menonjol adalah aksi-aksi demo yang menuntut amar makruf nahi mungkar ataupun diberlakukannya syariat Islam oleh berbagai organisasi seperti Persaudaraan Pekerja Muslim (PPMI), Front Pembela Islam (FPI), Laskar Jihad, Front Hizbullah, Majelis Mujahidin (MMI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Forum Bersama Umat Islam dan lainnya. Kekecewaan masyarakat Islam pada pemerintah Gus Dur ataupun Megawati dan beberapa lembaga tertinggi negara seperti MPR/DPR akan mempersubur dan memperbanyak pengikut gerakan ini.122

Demikian pula keberanian wakil-wakil PPP dan PBB yang mengusulkan diamandemennya pasal 29 UUD 45 dengan mengembalikan perkataan: dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, merupakan indikasi nyata keberadaan Neo-Fundamentalis Islam dalam MPR/DPR. Dimana hal ini tidak pernah terjadi sejak Soekarno mendekritkan Pancasila menjadi dasar negara pada tahun 1957 sampai tahun 2000, karena dianggap masalah yang sangat tabu, bahkan di zaman Orde Baru digolongkan sebagai tindakan subversi. Walaupun mendapat tentangan dari tokoh-tokoh Neo-Modernis seperti

121 Lihat : Al Chaidar, Reformasi Prematur Jawaban Islam terhadap Reformasi Total, (Jakarta : Darul Falah, 1999)

122 Lihat : Sebuah Ancaman Dari “Kanan Jalan”, Tabloid Adil, No.51 Tahun ke 68. 21 Sep. 2000

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

97

Page 98: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Nurcholish Madjid, Syafi’e Maarif dkk maupun kalangan kalangan tradisionalis NU yang telah mengganggap final masalah ini, tidak mengendurkan semangat mereka dalam memperjuangkan diberlakukannya syari’at Islam di Indonesia. Penegakan syariat Islam mendapat dukungan partai dakwah kaum muda muslim Partai Keadilan (PK), walaupun secara diplomatis mereka mengajukan "Piagam Madinah".

Bersamaan dengan bangkitnya gerakan Neo-Fundamentalisme Islam, kini ideologi negara Pancasila yang selama ini dianggap keramat, diagungkan dan tidak boleh dipersoalkan, mulai dipertanyakan kembali keabsahan dan kebenaran teori yang terkandung di dalam ajarannya. Bahkan kalangan fundamentalis Islam yang selama ini menentang dengan konsisten dasar negara Pancasila yang sekuler dan kabur sejak zaman sebelum kemerdekaan, kini secara terbuka menganggap Pancasila sebagai sumber dari krisis multidimensional yang telah melanda bangsa Indonesia saat ini. Karena kekaburan maknanya yang dapat ditafsirkan bermacam-macam, Pancasila mengantarkan generasi kepada kebingungan dan kesesatan yang akhirnya melahirkan generasi-generasi yang dangkal pemahaman dan pengamalan agamanya, generasi hedonis dan materialis yang hanya mengejar kesenangan duniawiyah belaka. Pendidikan moral Pancasila yang dipaksakan pengajarannya ternyata telah melahirkan generasi rusak moralnya, yang akhirnya menjadi pelopor KKN dan segala bentuk kemaksiatan. Sistem pembangunan dan pelesi ekonomi Pancasila telah mengantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa pengutang terbesar dan sumber daya alamnya digadaikan kepada asing. Persatuan yang diserukan Pancasila ternyata tidak mampu menyatukan bangsa Indonesia dengan semboyan “bhinneka tunggal ika”, namun justru melahirkan perpecahan, bahkan peperangan demi peperangan. Ideologi Pancasila yang dianut bangsa Indonesia telah mengantarkan bangsa ini menuju jurang kehancurannya, walaupun sudah lebih 60 tahun diterapkan sebagai sistem berbangsa dan bernegara. Maka tidak mengherankan jika kaum muslimin yang sadar dan mayoritas menghendaki agar Islam dengan syariatnya yang universal dan sempurna dijadikan sebagai dasar negara di Indonesia.

Masa Depan Neo-Fundamentalisme Islam Kebangkitan Neo-Fundamentalisme Islam dalam pembaruan pemikiran

adalah merupakan salah satu akses dari fenomena kebangkitan Islam di dunia modern yang telah digerakkan secara simultan dan sebagai akibat logis dari kegagalan sistem sekuler yang dianjurkan dunia Barat kepada kaum Muslimin. Bersamaan dengan gagalnya teori modernisasi Islam yang diserukan para penganjurnya yang melahirkan kegersangan pemikiran, atau lebih jauh kedangkalan keyakinan dan dilemma kejiwaan serta krsis identitas telah mendorong generasi Islam terpelajar mencari pemahaman alternatif dalam mengapresiasikan keislaman mereka. Keberhasilan revolusi Islam Iran yang telah menumbangkan rezim sekuler Pahlevi telah membangkitkan semangat generasi terdidik Islam untuk memahami ajaran-ajaran fundamental Islam, yang ternyata doktrin-doktrin ajaran Islam yang dianut salaf al-soleh generasi shahabat mampu diketengahkan sebagai alternatif dalam dunia modern. Dan yang terpenting ajaran Islam yang diterapkan secara ketat telah melahirkan kekuatan rohani yang dapat dijadikan sebagai benteng dalam menghadapi arus

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

98

Page 99: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

penyesatan Barat dengan berbagai seruan sekulerisme, hedonisme dan liberalisme kehidupan.

Kegagalan masyarakat Barat dalam menciptakan masyarakat utama yang idam-idamkannya, akibat kesesatan sistem hidupnya, telah mendorong generasi Islam yang berinteraksi dengannya untuk mencari sesuatu yang dapat menyelamatkan keyakinan dan tradisi mereka. Kemuakan generasi Islam terhadap kepalsuan mereka yang menyerukan persamaan, kebebasan dan kedamaian telah mengantarkan mereka menuju pemahaman Islam yang lebih fundamental. Akibat kezaliman demi kezaliman masyarakat Barat yang arogan, telah melahirkan simpati masyarakat luas pada pergerakan orang-orang ikhlas dan soleh yang menyerukan penerapan ajaran Islam dalam kehidupan. Itulah sebabnya terjadi revolusi Islam di Iran, kemenangan Partai Ikhwan di Mesir dan Yordania, kemenangan Front Keselamatan Islam di Algeria, kemenangan Partai Refah atau Keadilan Nasional di Turki, kemenangan Partai Islam Malaysia di Kelantan dan Trengganu.

Kegagalan kaum modernis ataupun neo-modernis Islam di Indonesia dalam menciptakan masyarakat utama, masyarakat yang adil, makmur, aman, dan lebih jauh memberikan pembelaan sewajarnya terhadap kelompok mayoritas Islam akan melahirkan kekecewaan demi kekecewaan para generasi muda Islam. Kekecewaan ini akan menumbuhkan semangat solidaritas dikalangan mereka dan menggerakkan upaya-upaya nyata dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi bangsanya. Kekecewaan masal inilah yang menjadi pendorong utama yang akan melahirkan sikap pemberontakan radikal terhadap tatanan yang menyimpang dan tak kunjung memberikan solusi nyata. Keberhasilan dan kemenangan kaum fundamentalis Islam Afghanistan, Taleeban, dalam mengalahkan faksi-faksi besar mujahidin lainnya tidak lain akibat kekecewaan masal masyarakat Islam Afghanistan yang telah mengalami penderitaan panjang terhadap para mujahidin terdahulu yang saling berebut kekuasaan di antara mereka dan membiarkan masyarakat dalam penderitaannya tanpa solusi. Maka ketika Taleeban, para pelajar dan pemuda radikal, tampil memberontak dan memerangi semua faksi mujahidin yang dianggapnya korup dan menyimpang, dengan serta merta masyarakat Afghanistan mendukung mereka, dan para mujahidin yang ikhlas berjuang bersama mereka.

Kegagalan Amien Rais dan Abdurrahman Wahid, termasuk Akbar Tanjung sebagai simbol tokoh Neo-Modernisme Islam Indonesia, dalam mengantarkan bangsa Indonesia keluar dari krisis multi dimensi ini, tidak diragukan akan menumbuh suburkan pergerakan kaum Neo-Fundamentalis Islam yang telah mendapat perhatian dan simpati masyarakat. Demikian pula perpecahan demi perpecahan di kalangan elit politik akan menyulut kekecewaan demi kekecewaan masyarakat yang sudah penuh dengan penderitaan. Perilaku sumbang para elit politik, cendikiawan yang melacurkan pengetahuannya dan meluasnya praktek KKN serta tidak terselesaikannya kasus pelanggaran HAM maupun peperangan di Aceh, Maluku dan Ambon telah memicu ketidak percayaan masyarakat pada pemerintah yang telah dipilihnya dalam pemilu.

Kekecewaan masal dan ketidakpercayaan masyarakat ini tidak diragukan akan memicu lahirnya sebuah gerakan alternatif, sebagai gerakan penyelamatan umum terhadap bangsa dan negara yang dilanda ketidakpastian. Umumnya yang dapat memberikan solusi pada masyarakat, menurut teori

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

99

Page 100: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sosial, hanya dua gerakan, gerakan kiri radikal atau gerakan kanan radikal, yang kedua-duanya sudah mulai tampil di pentas politik Indonesia. Mereka yang umumnya adalah alumni perguruan tinggi dalam dan luar negeri, dengan tingkat kefahaman akan gerakan yang mendalam, dengan semangat militansi dan dedikasi tinggi dengan gerakan dan aktivitasnya seakan berpacu mengambil simpati rakyat. Namun di arena gerakan massa ataupun gerakan politik, kelompok kiri jauh ketinggalan dengan kelompok kanan yang mendapat simpati masyarakat, terutama gerakan simpati kaum muda muslim profesional seperti Hizbut Tahrir yang gerakannya dapat memikat masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim.

Demikian pula dengan kenaikan perolehan suara Partai Keadilan, yang menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada pemilu 2003, atau perolehan suara lebih 45 % dalam pemilihan umum daerah DKI Jakarta lalu jelas memberikan indikasi bahwa generasi muda Islam yang istiqomah, bersih dan mengedepankan ahlaqul karimah akan mendapat dukungan besar masyarakat dan sangat diharapkan kehadirannya untuk menggantikan peranan elit politik sekuler yang penuh dengan intrik dan perilaku bejad korupsi. Namun kelompok tarbiah ini perlu diuji ketahannya terhadap tarikan dunia kekuasaan yang sangat memikat, diharapkan dengan program tarbiah yang diberikan kepada kadernya, PKS akan menjadi sebuah partai politik yang benar-benar Islami dan memperjuangkan cita-cita Islam di Indonesia.

Gerakan Neo-Fundamentalis Islam, sebagai pengejewantahan dari gerakan kanan radikal memiliki peluang besar sebagai alternatif penyelesaian terhadap krsisi multi dimensi yang dihadapi bangsa Indonesia. Karena bangsa Indonesia adalah mayoritas muslim, religious dan anti pada paham kekiri-kirian yang selalu diidentikkan dengan komonisme yang anti Tuhan dan anti agama. Penampilan para pelopor gerakan Neo-Fundamentalis Islam yang ramah, zuhud, ikhlas namun konsisten akan menjadi daya tarik masyarakat terhadap alternatif yang ditawarkannya. Hal ini berbeda dengan tawaran kiri yang menginginkan pertentangan kelas dan revolusi brutal.

Tidak diragukan gerakan Neo-Fundamentalisme Islam, dengan keteguhan doktrinnya dan kekonsistenan para pelopornya akan menjadikan gerakan ini sebagai gerakan alternatif bagi bangsa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Masyarakat akan memberikan kesempatan kepadanya untuk membuktikan keunggulan ajaran yang diserukannya, sebagaimana di dunia Islam lainnya. Namun demikian perjuangan tidaklah semudah yang dibayangkan, karena musuh-musuh Islam tetap akan membuat makar untuk menghancurkan eksisitensi Islam dan para pemimpinnya sebagaimana yang tengah direkayasa di Indonesia yang menggambarkan adanya sekelompok teroris yang doyan membunuh dengan bom, yang bernama Jamaah Islamiyah (JI). Pencitraan buruk terhadap Islam dan gerakan Islam serta tokohnya akan memperkuat posisi Islam di masa depan, karena ujian/fitnah bagi aktivis Islam sama maknanya dengan penempaan dan pemurnian sebagai berlian. Yang tidak tahan dengan fitnah akan mundur dengan sendirinya dari gerakan dan akan memberikan kempatan kepada mereka yang bermental baja untuk meneruskan perjuangan suci para pendahulu yang telah menemui syahid, baik Hasan al-Banna, Sayyid Qutb ataupun SM. Kartosuwirjo.

Para penggerak Neo-Fundamentalisme Islam sangat yakin dengan kemenangan mereka, baik kemenangan di dunia dengan tegaknya tata dunia

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

100

Page 101: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Islami maupun di akherat dengan diganjarnya mereka dengan syurga yang penuh dengan kenikmatan sebagaimana dijanjikan Allah dalam al-Qur’an :

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal soleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (al-Nur : 55)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itulah janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah ? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (al-Taubah : 111)

Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan dien (agama, sistem hidup) yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala dien, meskipun orang-orang kafir benci. (al-Shaff : 9).Islam Spiritual, Antitesa Neo-Fundamentalisme Islam

Jika Islam Liberal lahir sebagai antitesa Neo-Modernisme yang dianggap gagal dalam mengantisipasi lahirnya dan perkembangan radikalisme dalam Fundamentalisme atau Neo-Fundamentalisme Islam, maka dapat dikatakan bahwa Islam Spiritual adalah antitesa dari Noe-Fundamentalisme Islam sebagai jawaban terhadap metodologi Islam Liberal yang tengah digandrungi anak muda. Demikian pula kegagalan Neo-Fundamentalisme merespon secara total metodologi kontemporer pemikiran Islam maupun aplikasinya dalam membangun sebuah masyarakat Madaniyah yang sempurna sebagaimana di zaman Rasulullah dalam artiannya yang luas, telah melahirkan krisis-krisis baru pada intelektual muda yang selama ini mengusung isu-isu Neo-Fundamentalisme, seperti penegakan Syari’at Islam, Khalifah, dan sejenisnya tanpa memberikan sebuah kepuasan wawasan intelektualisme yang cukup memadai bagi teori maupun praksis pemikiran mereka.

Pergerakan Neo-Fundamentalisme Islam yang hanya berputar-putar pada retorika yang diulang-ulang dengan diselingi demontrasi atau kegiatan-kegiatan sosial an-sih ternyata tidak mampu mengantarkan para aktivisnya menuju tujuan awalnya sebagai pribadi yang memahami al-Qur’an dengan sebenarnya dan mempraktekkan dalam kehidupan nyata, yang selalu dikatakannya sebagai al-Qur’an yang hidup. Demikian pula persinggungan mereka dengan kepekatan dunia jahiliyah, baik dalam dunia ekonomi yang dikuasai kaum kapitalis ataupun dalam dunia politik yang didominasi kaum liberal-demokrat sekuler telah mengheret-heret para aktivis ke dalam dunia yang akan menghilangkan semangat keislaman mereka, yang akan berakhir dengan timbulnya krisis demi krisis yang tidak mampu diselesaikan. Keadaan ini kelihatan jelas pada para aktivis Neo-Fundamentalis yang aktif dalam dunia ekonomi dan politik, di satu sisi mereka bertekad menerapkan al-Qur’an secara kaffah, namun keadaan telah mempengaruhi mereka. Sebagai

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

101

Page 102: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sebuah konsekwensi percampuran antara al-Haq dengan al-Bathil (Talbis al-Haq wal Bathil), maka akan mengakibatkan tertutupnya pintu-pintu al-Haq yang akan mengantarkan manusia menuju kebenaran sejati.

Sebagaimana Islam Liberal yang lahir dari rahim Neo-Modernisme Islam, maka Islam Spiritual lahir dari rahim Neo-Fundamentalisme Islam sebagai respon terhadap perkembangan pemikiran yang mulai mengalami kejumudan dan kemandekan akibat terlalu fokusnya para aktivis pada dataran gerakan politik atau sosial praktis lainnya, tanpa memberikan sebuah pemahaman baru intelektualisme yang akan mendorong lahirnya kejumudan dan penolakan totalitas terhadap khazanah peradaban, dari manapun datangnya, selama bermanfaat untuk pengembangan intelektualisme kaum Muslimin. Penolakan secara totalitas akibat tekanan-tekanan politik dunia Barat ini telah melumpuhkan kekuatan dalaman kaum Muslimin sebagai modal utama dalam menggapai kebangkitan kembali sebagai mercu suar peradaban.

Sebagai sebuah gerakan intelektualisme, Islam Spiritual memulai pergerakannya pada pemahaman terhadap al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam. Sebagaimana Islib yang mengemukakan sebuah wacana hermeunetika kontemporer terhadap al-Qur’an, maka Islam Spiritualpun akan mengemukakan sebuah wacana yang dianggap akan mampu mengantarkan kaum Muslimin kepada pemahaman yang benar terhadap maksud diturunkannya al-Qur’an dengan mengadakan kritik terhadap pemahaman yang berkembang dewasa ini.

Kelima:

Renaisan IslamSesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan sebuah bangsa

Sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri. QS Al-Ra’d : 11

Konsep Gerakan Perubahan Sosial Dalam Tradisi IslamSelama ini masih banyak orang yang ragu atas kemampuan Islam

dalam mengantisipasi keadaan dunia modern. Umumnya pertanyaan yang dilontarkan apakah Islam yang diturunkan 15 abad silam di tengah padang pasir Arabia kepada masyarakat pra-feodal, masih mampu memberikan solusi kepada dunia modern yang penuh dengan krisis dan dilemma. Apakah ajaran Islam masih relevan dengan dunia yang tengah mengalami lonjokan-lonjakan dahsyat pengetahuan dan teknologi, yang pada akhirnya mempertanyakan apakah Islam mampu membentuk sebuah tatanan dalam tatanan dominan yang bersumber dari peradaban Barat yang telah mengglobal. Karena pada kenyataannya, sejak beberapa abad lalu dunia Islam telah mengalami penjajahan-penjajahan yang mengakibatkan hilangnya tradisi masyarakat Islam yang telah dibangun bertahun-tahun, bahkan lebih jauh telah merubah tatanan masyarakat dan sistemnya menjadi pola masyarakat Barat yang dengan setia menerapkan produk pengetahuan dan teknologi Barat.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

102

Page 103: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Sejauh ini para cendekiawan muslim terkemukapun masih berbeda pendapat tentang kedudukan ajaran Islam di tengah derasnya modernisasi, yang akibatnya telah membingungkan atau lebih jauh mematahkan semangat masyarakat awamnya dan mengantarkan mereka pada krisis dan dilemma yang menambah keterbelakangan dan kebodohan mereka. Di satu sisi ada yang menyerukan modernisasi tanpa batas, yang menerima apapun yang disodorkan Barat dengan alasan sederhana, jika mau maju seperti Barat, maka kaum muslimin harus seperti Barat sebagaimana yang di anut Mustafa Kemal Attaturk yang telah mengantarkan masyrakat Islam Turki menjadi masyarakat muslim yang sekuler. Di sisi lain ada sekelompok yang mempertahankan apa adanya ajaran-ajaran Islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah yang membuat mereka secara otomatis bertentangan dengan dunia modern, bahkan sekaligus menutup diri dengan alasan terlalu banyak permasalahan yang ditimbulkan oleh modernisasi yang diserukan Barat. Diantara kedua kutub ektrim ini terdapat sekelompok cendekiawan yang mencari jalan tengah, bagaimana dapat menerima pengetahuan dan peradaban Barat dengan sempurna tanpa harus mengorbankan tradisi dan keyakinan kaum muslimin. Kelompok terakhir dengan giatnya telah mencari pertautan antara Islam dengan peradaban modern yang dikembangkan Barat yang sebagiannya memang berakar pada peradaban Islam.

Penelitian-penelitian cendekiwan ini telah mendorong pertautan pengetahuan modern dengan Islam, yang pada tahapan selanjutnya diharapankan melahirkan sebuah peradaban baru Islam yang berdasarkan kemajuan peradaban modern dan keunggulan ajaran Islam. Pertautan ini telah melahirkan berbagai cabang pengetahuan baru, terutama dalam pengetahuan sosial, ekonomi, politik dan lainnya. Teori-teori sosial modern dikembangkan dan dikorelasikan sedemikian rupa dengan tradisi Islam oleh para cendekiawan muda muslim yang memahami akar peradaban Islam maupun Barat, dan melahirkan sebuah teori-teori baru, yang oleh Prof. Syed Naquib Alattas disebut dengan De-Westernization of Knowledge atau yang dipopulerkan Prof. Ismail Faruqi dengan Islamization of Knowledge. Banyak diantara para cendekiawan muslim yang telah berhasil merumuskan teori-teori pengetahuan Islam berdasarkan kaedah tadi seperti yang dilakukan salah seorang cendekiawan muslim terkemuka seperti Aly Shari’aty dari Iran misalnya. Dengan pengetahuannya yang mendalam tentang ajaran Islam dan pengetahuan Barat yang diperolehnya di Prancis, khususnya dalam bidang sosiologi, Shari’aty telah membangun fondasi sosiologi Islam yang bertujuan membentuk sebuah tatanan masyarakat muslim dengan metode perubahan sosialnya. Dalam perjalanannya, Shari’aty menemukan pertautan antara konsep perubahan sosial yang dikembangkan Barat dengan konsep yang dikemukakan Islam, diantaranya adalah konsep revolusi yang menjadi bagian dari perubahan sosial yang paling populer di Barat. Dengan pengetahuannya, Shari’aty telah berhasil mengembangkan konsep perubahan sosial menurut ajaran Islam, bahkan dengan pendekatan melalui tradisi Syi'ah masyarakatnya, Shari’aty telah membangun sebuah model baru perubahan yang lahir dari metodelogi pengetahuan Barat yang berintegrasi dengan ajaran Islam dan tradisi masyarakatnya.

Sebelumnya pada awal kurun 20an, telah tampil para penggagas gerakan Islam yang berpengaruh dan terus mengembangkan gerakannya

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

103

Page 104: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sampai saat ini. Bahkan gerakan-gerakan Islam yang progresif dan dinamis ini telah menjadi benteng kaum muslimin dalam menghadapi gempuran-gempuran dahsyat Sekulerisasi yang sebarkan penjajah Barat untuk menghilangkan eksistensi Islam di muka bumi. Namun keikhlasan dan keberanian para pemimpin gerakan telah membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menolak kolonialisme dan imprialisme dalam segala bentuknya, walaupun ahirnya mereka menjadi martir atas perjuangan sucinya. Dan tidak diragukan bahwa mereka telah berhasil mengembangkan sebuah konsep perubahan sosial yang terorganisir sehingga mampu bertahan menjadi penggerak perubahan pada masyarakat Islam dan berkembang sampai saat ini, minimal menjadi sumber inspirasi atas gerakan-gerakan yang lahir kemudian. Di antaranya adalah Hasan Al-Banna yang telah mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, Abul A'la Al-Maududi yang mendirikan Jama'at Islami, Ulama-lama di anak benua India yang mendiriakan Jama'ah Tabligh, Syekh Nabhani dari Palestina yang memproklamasikan gerakan Hizbut Tahrir dan gerakan-gerakan Islam yang lahir sesudahnya.

Di antara gerakan Islam kontemporer, yang dianggap mampu bertahan menghadapi tantangan dan rintangan serta berhasil mengembangkan gerakan dan pemikirannya sampai saat ini, termasuk di Asia Tenggara, adalah Ikhwanul Muslimin yang didirikan pada tahun 1924. Keberhasilan Ikhwanul Muslimin mengembangkan gerakan dan pengaruhnya tidak lain karena keberhasilannya mengembangkan kader-kader yang mampu menafsirkan, menjabarkan bahkan mengembangkan ide-ide cemerlang para pendirinya. Demikian pula keberhasilan ini didukung oleh kemampuan para pemimpin ikhwan untuk menggunakan potensi yang ada dalam mengembangkan gerakannya, terutama memanfaatkan institusi pendidikan Islam tertua di Mesir, Universitas Al-Azhar, tempat belajarnya calon-calon cendekiawan muslim dari seluruh dunia. Kematangan masyarakat Mesir dalam mencerna perubahan sosial yang digerakkan oleh para pemimpin Ikhwan telah mendorong perkembangan pemikiran ataupun gerakan yang dicanangkan Al-Banna. Para kader yang terdiri dari intelektual dan ulama yang istiqomah dan berdedikasi tinggi dalam mendidik dan memimpin masyarakat telah menjadikan gerakan Ikhwan tersebar ke seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, gerakan Ikhwan yang mulai berkembang pesat di awal kurun 70an yang dikenal dengan gerakan Tarbiah, kini telah melahirkan sebuah partai yang berbasiskan pada dakwah dan kader, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang digerakkan oleh aktivis-aktivis muda dan memiliki lebih 50 wakil di DPR, serta berhasil menempatkan salah seorang kadernya, Dr. M. Hidayat Nur Wahid, sebagai Ketua MPR. Sebagaimana cita-cita agung Syekh Al-Banna, diharapkan gerakan-gerakan serupa menjadi motor dalam perubahan sosial masyarakat Indonesia menuju sebuah tatanan yang adil makmur dibawah naungan keridhoan Allah SWT.

Pada hakikatnya, konsep perubahan sosial dalam Islam, walaupun dengan namanya yang berbeda adalah bagian daripada ajaran Islam dalam menegakkan agama. Hal ini dapat dilihat dari ajaran-ajaran Islam yang menyerukan jihad dan amar ma’ruf nahi mungkar kepada para penyimpang dan penindas. Bahkan perjuangan suci Rasulullah dan para shahabatnya dalam menegakkan eksistensi Islam adalah sebuah gerakan perubahan yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

104

Page 105: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

telah merombak wajah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islam yang tegak atas dasar persamaan, persaudaraan, kebebasan dan keadilan yang menjadi dambaan umat manusia. Demikian pula al-Qur’an telah menceritakan dengan memikat bagaimana perjuangan para nabi agung seperti Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as dan lainnya dalam membangun masyarakat baru yang berlandaskan pada ajaran-ajaran suci, yang tidak disangsikan jika diterjemahkan dalam konteknya dapat dikategorikan sebagai gerakan perubahan dan pembebasan kaum tertindas dari para penindasnya seperti di Barat yang mereka kenal dengan reformasi, revolusi dan sejenisnya.

Dalam dunia modern, istilah perubahan sosial Islam (Islamic Social Chance) seperti revolusi Islam misalnya mulai populer dan mendapat perhatian dunia setelah tercetusnya revolusi yang membawa bendera Islam di Iran dibawah pimpinan Khomaeny yang menggulingkan kekuasaan Shah Reza Pahlevy di tahun 1979. Perjuangan panjang masyarakat muslim Iran yang digerakkan para ulama dan cendekiawan yang telah berhasil memformulasikan tradisi pengorbanan dan perjuangan Imam Husien dan metode perubahan sosial modern dalam membangun tatanan baru dan meruntuhkan tatanan lama yang menindas telah membangkitkan kesadaran dan semangat rakyat Iran untuk memberontak dan memperjuangkan kebebasan mereka. Perjuangan panjang yang tak kenal lelah dari generasi ke generasi telah melahirkan sebuah perubahan radikal yang mengguncang peradaban Barat yang tidak pernah menyangka bahwa Islam memiliki daya gerak terhadap perubahan masyarakat sebagaimana difahaminya. Revolusi Islam Iran telah memberikan pelajaran penting kepada peradaban Barat bahwa Islam adalah agama yang dapat menggerakkan kesadaran kolektif masyarakat tertindas dan sekaligus memberikan inspirasi kepada kaum muslimin bahwa Islam dapat menjawab tantangan dunia modern.

Namun demikian konsep perubahan sosial dalam Islam tidak dapat diidentikkan dengan berbagai gerakan perubahan di Barat, seperti revolusi-revolusi yang telah terjadi di dunia Barat misalnya. Karena revolusi adalah produk pemikiran dan peradaban yang berkembang dalam sebuah tatanan masyarakat Barat yang sekuler, masyarakat yang menolak peranan Tuhan dan agama dalam kehidupan sosial mereka, sementara Islam sangat menekankan hubungan antara manusia dengan Tuhan dan agamanya dalam setiap perilakunya. Dalam setiap gerakannya seorang Muslim dituntut untuk senantiasa mengedepankan nilai-nilai agamanya dalam menjalankan aktivitas kehidupannya, baik dalam sosial, ekonomi, politik dan lainnya, karena Islam adalah agama yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, yang akan mengantarkannya menuju kesempurnaan hidup. Itulah sebabnya, ada sebagian cendekiawan Islam yang menolak istilah-istilah yang lahir dari masyarakat Barat seperti revolusi ini, walaupun mengandung unsur kesamaan dalam proses gerakannya dengan yang diajarkan Islam, namun secara filosofis bertentangan. Setiap gerakan dan tindakan dalam Islam harus bersih dari semua unsur-unsur duniawiyah, baik untuk mendapatkan harta, jabatan, keharuman nama, bintang dan sejenisnya. Gerakan dalam Islam hanya dapat diterima apabila disandarkan dengan tujuan hanya untuk mendapatkan keridhaan dari Allah dan menegakkan kalimat-Nya di muka bumi. Tentu hal ini bertentangan dengan konsep revolusi sekuler yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

105

Page 106: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai duniawiyah, karena telah melepaskan agama dari gerakannya. Sementara di dalam Islam sendiri banyak istilah-istilah yang dikemukakan al-Qur’an dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Di dalam al-Qur’an terdapat konsep-konsep yang berhubungan dengan perubahan, diantaranya adalah konsep taghyir, yang dinyatakan al-Qur’an : Sesungguhnya Allah tidak akan men-taghyir apa-apa yang ada pada sebuah bangsa, sampailah mereka men-taghyir apa-apa yang ada pada diri mereka. (QS. 13 : 11). Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda : Barangsiapa diantara kamu yang melihat kerusakan, maka hendaklah ia men-taghyir dengan tangannya, jika ia mampu, atau dengan ucapannya jika ia mampu atau dengan hatinya.

Di dalam terminologi bahasa Arab, kata taghyir (ghoyyaro-yughoyyiru-taghyiran) dapat diartikan sebagai perubahan atau perombakan. Di dalam al-Qur’an dan al-Hadits sebagaimana dinyatakan di atas, kata taghyir dihubungkan dengan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan perubahan karakter, sifat, keadaan, perilaku, status dan sejenisnya, baik menyangkut pribadi dan masyarakat. Namun dalam hal ini perubahan yang dikehendaki bukan hanya perubahan fisik dan materi semata, karena kata ma pada ayat di atas mengandung pengertian yang luas dan dalam, baik menyangkut karakter, moral, ekonomi, idiologi perilaku bahkan keadaan kejiwaan, baik emosional, intelektual, spiritual dan lainnya. Perubahan dalam Islam menghendaki perubahan yang totalitas (kaffah) dan didasarkan kepada sebuah tujuan mulia, yaitu untuk mendapatkan keridhaan-Nya dan menegakkan kalimat-Nya di muka bumi. Tentu hal ini berbeda dengan konsep revolusi atau gerakan perubahan apapun yang datangnya dari masyarakat sekuler Barat.

Dengan demikian jelaslah, bahwa gerakan reformasi ataupun revolusi berbeda dengan gerakan taghyir yang dikemukakan Islam, walaupun sama-sama menghendaki terjadinya perubahan dan perombakan dalam masyarakat dan tatanannya secara radikal, fundamental dan konstan, namun semuanya berbeda, baik landasan filosafi, paradigma, metode, maupun tujuan akhirnya. Gerakan perubahan yang dilakukan Muhammad Rasulullah dan para shahabatnya telah memberikan gambaran jelas akan hal ini. Mereka mengadakan perubahan bukan semata-mata untuk menumbangkan rezim dan para tiran semata, namun mereka menggerakkan perubahan untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi dengan cara-cara yang sangat mulia dan agung. Sementara gerakan revolusi yang dilakukan masyarakat Barat penuh dengan intrik dan bertujuan menjatuhkan tiran dan menggantinya dengan tiran baru kaum elit partai yang mengatasnamakan kaum tertindas dan mengenyampingkan moral dalam gerakannya.

Jika sangat terpaksa harus mengadopsi sebuah peristilihan Barat, terutama karena keterbatasan kosa kata yang sesuai, maka istilah gerakan perubahan yang dikehendaki masyarakat Islam kontemporer yang mungkin lebih mendekati dengan padanan kata yang dimaksudkan adalah renaisans (renaissance) yang biasanya di artikan dengan re-vival, kebangkitan kembali. Istilah renaisans sendiri sangat populer di kalangan masyarakat Barat, namun memiliki perbedaan konotasi dengan reformasi atau revolusi yang lebih berbau para gerakan politik dan kekuasaan. Renaisans sendiri

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

106

Page 107: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

digunakan masyarakat Barat untuk menandakan era kebangkitan kembali peradaban masyarakat Barat sebagaimana disebutkan RS. Lopez dalam "Still another Renaissance?", The American Historical Review (h.2) "Jika renaisans difahami dalam pengertiannya yang asli sebagai kebangkitan kembali (revival), kelahiran baru, atau memang konsepsi yang baru, tampaknya tidak ada periode dalam sejarah Eropa yang dapat disebut masa renaisans lebih dari abad X". Karena pada kurun inilah masyarakat Eropa mengalami sebuah kebangkitan kembali dalam semua sisi kehidupan, yang dimulai dengan renaisans dalam bidang teologi, idiologi, intelektual, spiritual yang terus menjalan sampai pada dataran pengetahuan, teknologi dan seni, yang pada ahirnya telah melahirkan peradaban Barat modern sekuler seperti yang kita kenal saat ini.

Renaisans Italia, sebagaimana yang ditulis Jacob Burckhardt dalam Die Kultur der Renaissance in Italien, telah menampakkan sebuah proses kelahiran kembali pengetahuan, kebudayaan, dan gaya klasik. Itulah sebabnya, istilah "renaisans" telah diperluas pengertiannya hingga mencakup pelbagai kebangkitan dan periode budaya restorasi klasik. Renaisans Barat (seperti Carolingian, Ottonian, abad ke -12, Bizantium) telah berkembang dalam pengertian yang telah diperluas tersebut. Ada tanda-tanda yang sangat jelas bahwa fenomena serupa juga ditemukan pada lingkungan budaya peradaban Islam, yang pada abad ke-10 M menikmati kelahiran kembali warisan klasik dan kebangkitan kembali kebudayaan pada umumnya.

Istilah renaisans juga telah digunakan oleh para intelektual Barat untuk menjelaskan fenomena kebangkitan kembali intelektualisme Islam dalam peranannya mengembangkan peradaban modern, diantaranya seperti yang dikemukakan Adam Mez dalam Die Renaissance des Islam, yang telah menjelaskan proses gerakan kebangkitan kembali Islam yang mengalami puncak kegemilangannya pada abad ke 10-12 M. Menurut HR. Gibb, dalam "An Interpetation of Islamic History, Studies on Civilization of Islam, renaisans Islam adalah kegiatan-kegiatan kultural dan intelektual berkembang dalam atmosfer kemakmuran material dan keberagaman dalam keagamaan, serta pencapaian-pencapaiannya yang kreatif memiliki karakter personal (pribadi) dan individual. Sementara E. Panafsky dalam Renaissance and Renascences in Western Art, (h.5) menyatakan bahwa istilah Arab modern untuk "renaisans" adalah nahdha, yang berarti "kelahiran, kebangkitan".

Joel L. Kraemer dalam Humanism in the Renaissance of Islam, ketika mengkritik pandangan DS. Margoliouth, menyatkan bahwa dalam tradisi Barat istilah "renaisans" berarti menemukan kembali sesuatu yang hilang, tetapi institusi-institusi yang diperbincangkan Mez dalam tradisi Islam lebih merupakan sesuatu yang betul-betul baru ketimbang "ditemukan" kembali. Jadi, ungkapan "renaisans Islam" sesungguhnya layak untuk diperdebatkan dan hal ini akan membawa kita pada suatu pengertian tentang proses kultural yang dialami peradaban Islam pada abad ke-10 M.

Ketika membandingkan antara renaisans dalam peradaban Barat dan Islam, Kreamer menyatakan dalam perbagai variasinya, secara umum Renaisans Barat telah memunculkan kesadaran bahwa zaman baru telah datang-kerap kali difahami sebagai jalan kembali ke masa lalu yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

107

Page 108: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

gemilang- dan kata revival (kebangkitan kembali), renovation (perbaikan), dan rebirth (kelahiran kembali) dipergunakan untuk mengungkapkan kesan tersebut. Sedangkan dalam lingkungan Islam, perkataan renovasi (perbaikan) dipergunakan untuk pembaruan keagamaan (religious revivication) dan sepanjang yang saya ketahui, kami tidak menemukan istilah dalam pengertian semacam ini dalam konteks renaisans kebudayaan yang menjadi fokus perhatian kami. Akan tetapi kekosongan dalam istilah ini tidak serta merta membuktikan bahwa fenomena tersebut tidak ada. Istilah "renaisans" sendiri, sepanjang kata ini dipergunakan untuk "periode renaisans", pertama kali digunakan secara populer pada abad ke -19 M.

Dalam Renaisans Italia, usaha-usaha persiapan telah dilakukan untuk menghidupkan kembali warisan budaya zaman klasik. Begitu pula halnya yang dilakukan para elite kebudayaan pada masa Renaisans Islam yang berjuang secara sadar untuk mengembalikan warisan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani kuno. Para filosof Islam percaya bahwa mereka telah memperbarui sebuah warisan yang bersifat kuno sekaligus asli untuk wilayah mereka. Sebab, menurut legenda tertentu yang sering diadopsi oleh para filosof, para filosof Yunani kuno mengambil kebijaksanaan (wisdom) mereka dari Timur Dekat. Empedokles, umpamanya, dikatakan telah belajar kepada Luqman yang Bijak (Lukman Al-Hakim) di Syro-Palestina, pada masa nabi Daud; Pythagoras dilaporkan pernah belajar fisika dan metafisika kepada murid-murid Sulaiman di Mesir, dan belajar geometri dari orang-orang Mesir. Para filosof tersebut membawa kebijaksanaan yang mereka serap dari dunia Timur ke Yunani. Studi filsafat Yunani kuno, dengan demikian, lebih merupakan sebuah renovasi (perbaikan) ketimbang inovasi (penemuan).

Renaisans Islam yang rentang waktunya sangat panjang dapat dikatakan telah berlangsung dari abad ke-3H/9M sampai abad ke-4H/10M. Periode ini, yang menurut istilah SD. Goitein disebut sebagai puncak "Intermediate Civilization of Islam", menyaksikan munculnya kelas menengah yang makmur dan berpengaruh, yang memiliki keinginan kuat dan fasilitas yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan dan status sosial, yang memberikan kontribusi dalam pengembangan dan penyebaran kebudayaan kuno. Masyarakat urban, dengan seluruh permasalahannya yang akut-suplai makanan yang kurang, penyakit, ketidakadilan, dan perselisihan- telah menyediakan wadah yang diperlukan bagi usaha-usaha kreatif dan pembebasan diri dari pola-pola dan batasan-batasan tradisional. Mobilitas fisik para saudagar dan sarjana bergandengan tangan dengan mobilitas sosial: individu-individu yang gigih menghancurkan struktur kelas tradisional yang didasarkan pada garis keturunan; pengetahuan, kecerdasan dan bakan dikedepankan sebagai faktor penentu peranan dan status sosial. Selama masa ini, para penguasa dan pejabat negara merupakan patron yang menaruh minat besar terhadap pengetahuan, memanjakan para filosof, ilmuawan, dan sastrawan di istana mereka yang megah......... Masyarakat Islam, menurut G. Levi della Vida, "lebih kosmopolitan daripada masyarakat Yunani dan Romawi yang pernah ada". Puncaknya dicapai pada paruh kedua abad ke-10 di bawah pemerintahan Dinasti Buwaihiyyah di Bagdad dan Iran bagian barat, yang lebih tercerahkan dan toleran. ..... Tidak dapat disangkal bahwa masa Buwaihiyyah merupakan puncak kejayaan periode ini yang dijuluki Adam Mez sebagai "Renaisans Islam", dan hingga batas-batas

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

108

Page 109: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

tertentu bisa dianggap sebagai keunggulan kebudayaan Islam Abad Pertengahan. (lihat bab pendahuluan, Kraemer).

Itulah sebabnya, ketika membicarakan kebangkitan kembali Asia, salah seorang pemimpin Islam terkemuka dari Malaysia, Anwar Ibrahim menggunakan istilah renaisans Asia dalam bukunya yang terkenal Asia Renaissance. Sebagaimana para pemimpin bangsa-bangsa besar dunia, Anwar mengidamkan sebuah kebangkitan kembali Asia sebagai salah satu pusat peradaban, budaya, pengetahuan dan bahkan pusat ekonomi dan politik. Dalam pandangannya, Renaisans Asia adalah merupakan sebuah proses kebangkitan kembali bangsa-bangsa Asia menjadi sebuah entitas yang berpengaruh, bahkan memiliki daya tekan terhadap kekuatan Barat yang sangat dominan, mencengkram bahkan terkadanga memaksakan kehendaknya kepada bangsa-bangsa yang merdeka dan berdaulat. Dengan potensi yang dimilikinya, bangsa-bangsa Asia akan bangkit menjadi kekuatan penyeimbang baru, bahkan mungkin akan menjadi sentra kekuatan baru baik dalam pengembangan peradaban, pengetahuan dan kebudayaan. Untuk memulai sebuah renaisans Asia, Anwar telah menawarkan sebuah dialog peradaban antara elemen-elemen peradaban Asia, baik yang berdasarkan Islam, Konfucius, Budha dan lainnya.

Dengan demikian, maka jelaslah perbedaan antara gerakan-gerakan perubahan sosial yang diserukan masyarakat Barat dengan tradisi Islam. Jika perubahan sosial yang dikehendaki masyarakat Barat hanyalah sebatas perubahan-perubahan parsial, namun perubahan dalam tradisi Islam menghendaki adanya perubahan yang lebih fundamental. Hal ini dapat dilihat dari seruan yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw kepada para pengikutnya, yang bukan hanya menyerukan sebuah gerakan sosial berdasarkan ekonomi, keturunan, pertarungan klas, militer , intelektualisme ataupun sejenisnya. Tapi perubahan yang diserukan Nabi Muhammad dimulai dari perubahan individual, pemurniaan kepercayaan, pembersihan jiwa dan hati, pengenalan terhadap hakikat diri sebagai manusia yang diciptakan sebagai khalifah di muka bumi. Gerakan Rasulullah dimulai dari pencerahan rohani, pencerahan jiwa, pencerahan spiritual yang kemudian dilanjutkan dengan pencerahan intelektual, yang berujung pada pencerahan sosial, pencerahan yang telah mentransformasikan nilai-nilai keagungan wahyu Allah kepada kehidupan pribadi dan kehidupan sosial. Itulah sebabnya, masyarakat yang dibina Rasulullah selama 23 tahun dijuluki sebagai "umat terbaik yang dikeluarkan dari sekumpulan manusia", sekumpulan manusia-manusia agung yang telah meletakkan fondasi besar untuk pembangunan sebuah peradaban besar umat manusia. Padahal sebelumnya mereka adalah sekumpulan suku-suku kecil yang terpecah belah, hidup dalam keterbelakangan dan kebodohan serta dibawah kekuasaan Romawi dan Parsi. Mereka bangkit bersama Islam menjadi sebuah umat yang menegakkan keadilan dan menjadi mercusuar peradaban.

Demikian pula halnya, jika sebuah bangsa yang telah menjadikan Islam sebagai kepercayaannya, maka hanya cara-cara Islamlah yang akan dapat mengantarkannya kepada kejayaan dan kegemilangan. Bukan dengan cara-cara yang asing dan tidak dikenal Islam. Pelajaran berharga harus diambil dari pemimpin bangsa muslim Turki yang telah menerapkan sekulerisme secara radikal pada tatanan masyarakatnya dengan harapan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

109

Page 110: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

mendapat kemajuan sebagaimana yang dicapai masyarakat Eropa. Namun kenyataannya, setelah hampir 90 tahun melakukan sekulerisasi dan westernisasi dalam semua lini kehidupannya, bangsa Turki tidak pernah mendapatkan kemajuan yang diidamkannya sebagaimana bangsa-bangsa Eropa. Bahkan bangsa Turki hanya menjadi bangsa muslim terbelakang yang dipertanyakan keislamannya, pada saat yang sama tidak pula menjadi bangsa maju. Sampai saat ini, walaupun idiologi sekulerisme diterapkan, bangsa Turki yang kehilangan identitasnya tidak diperkenankan bergabung dalam persekutuan masyarakat Eropa (EU).

Karakteristik Gerakan Renaisans Islami Karakteristik gerakan renaisans dalam Islam sangat berbeda dengan

gerakan-gerakan sejenis yang dilakukan masyarakat Barat. Hakikat gerakan ini dapat diketahui dengan menelusuri kembali karakteristik gerakan perubahan yang telah digerakkan generasi Islam pertama beserta metode yang telah diterapkannya dahulu yang telah melahirkan gerakan perubahan Islam pertama. Mengetahui dan memahami hakikat perubahan Islam gelombang pertama adalah mutlak bagi mereka yang akan menggerakkan kembali perubahan Islam dengan segala karakteristiknya. Menyusun kembali kerangka gerakan perubahan Islam pertama yang telah diterapkan Rasulullah kemudian mengaplikasikannya pada gerakan perubahan Islam di tengah-tengah timbunan peradaban modern, sehingga terwujudlah sebuah dunia baru yang modern dan canggih namun penuh dengan nilai-nilai universal ajaran Islam, sebagai tujuan utama dari gerakan perubahan Islam masa kini. Gerakan renaisans yang dipimpin Rasulullah, bukan hanya memperkenalkan kembali warisan intelektual ataupun spiritual para utusan Allah sebelumnya, tetapi telah berhasil meluluhlantakkan tatanan masyarakat jahiliyah, menghancurkan sistemnya, memerangi para pendukung dan pemimpinnya, menguasai wilayahnya serta mengusir mereka yang tidak mendukung perubahan dan perombakan total gerakan agung kemanusiaan ini. Di atas tatanan sistem jahiliyah yang pagan dan korup, Rasulullah membangun sistem Islam yang berdasarkan wahyu dari Allah SWT. Sistem yang mengutamaan penyembahan terhadap Allah Yang Maha Tunggal Penguasa alam, menyebarkan persaudaraan, persamaan, keadilan, kemakmuran dan kedamaian sejati yang merupakan ciri khas masyarakat utama. Perjuangan heroik Rasulullah dengan para pengikut setianya, para intelektual, saudagar dan klas menengah tercerahkan, yang diikuti oleh sebagaian besar masyarakat klas bawah dan budak dalam menentang para pemimpin dan bangsawan musyrikin adalah perjuangan suci para orang-orang tertindas (al-Mustad’afin) melawan para penguasa tiran yang ingin mempertahankan kekuasaannya yang korup dan paganis. Pengorbanan mereka yang agung semata-mata hanya mengharapkan ridho Allah dan mendapatkan syurga yang dijanjikan-Nya, dan bukan semata-mata untuk merebut kekuasaan, yang akan menggantikan tiran lama dengan tiran baru yang hanya menindas rakyat dengan slogan persamaan. Rasulullah dan para shahabatnya berjuang bukan semata-mata memperjuangkan persamaan klas, namun lebih jauh mereka memperjuangkan tegaknya sistem Ilahiyah yang akan menciptakan tatanan masyarakat utama yang penuh dengan kebebasan, persaudaraan, persamaan dan sejenisnya yang berdasarkan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

110

Page 111: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pada nilai-nilai agung dan mulia ajaran Islam. Itulah sebabnya mereka berani mengorbankan segala yang dimilikinya untuk menegakkan tatanan masyarakat utama ini, karena perjuangan mereka akan dibalas dengan syurga, sebagai puncak kemenangan seluruh perjuangan kemanusiaan. Syurga di dunia bermakna tertegaknya masyarakat yang adil dan makmur serta aman damai, dan syurga di akhirat adalah pembalasan paripurna dengan kenikmatan yang tiada bandingan dan tidak terbayangkan. Dengan pendekatannya yang khas, Rasulullah telah menyerukan gerakan perubahan total, dan dalam waktu singkat selama 23 tahun, generasi Islam telah berhasil mencapai tujuan utama perjuangannya dengan tegaknya sebuah masyarakat utama yang dipenuhi nilai-nilai keagungan dan berdasarkan ajaran Islam di kota Madinah dan sekitarnya. Kemudian masyarakat utama ini berkembang menjadi sebuah kekuatan baru yang pada akhirnya berhasil membangun peradaban baru dunia yang diakui keberadaannya sampai saat ini.

Gerakan renaisans yang digerakkan Muhammad Rasulullah, bukan hanya sebuah gerakan pencerahan yang parsial-parsial, namun sebuah gerakan renaisans dalam arti yang sesungguhnya, sebuah gerakan renaisans yang menyeleruh, pencerahan yang membangkitkan spiritualitas, intelektualitas bahkan kekuatan fisik bangsa Arab untuk memimpin peradaban dunia dalam semua bidang kehidupan. Mereka memiliki ketinggian spiritualitas tertinggi, membangun kecerdasan intelektualitas yang tiada tandingannya, sehingga mampu mengalahkan filosof manapun dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, dan pada saat yang sama mereka dapat menyamai kekuatan tentara-tentara Romawi yang dikalahkannya pada medan-medan pertempuran yang tidak seimbang. Gerakan renaisans yang digerakkan Muhammad Rasulullah dan para shahabatnya adalah sebuah gerakan membangkitkan kembali ajaran-ajaran agung dan mulia para nabi dan utusan Allah terdahulu dengan segala kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya. Ajaran dan peninggalan hikmah serta peradaban yang diberikan Allah kepada Nabi Adam as, Nuh as, Ibrahim as, Musa as dan Isa as serta para nabi dan utusan-Nya. Perbendaraan ajaran Allah dan hikmah kemanusian teragung yang bermuara pada al-Qur'an dan al-Sunnah yang menjadi pegangan utama Islam.

Itulah sebabnya, renaisans Islam dalam arti yang sebenarnya, seperti gerakan yang diserukan Muhammad Rasulullah berbeda dengan renaisans-renaisans yang terjadi pada bangsa dan peradaban manapun di seluruh permukaan bumi ini. Karena renaisans yang diserukan Muhammad saw adalah puncak keagungan dari segala bentuk renaisans yang ada, sebuah gerakan renaisans teragung dan tersempurna yang pernah dilakukan oleh umat manusia sepanjang sejarah keberadaannya di muka bumi. Karena renaisans ini telah melahirkan kebangkitan terbesar kemanusiaan yang pertama dan terahir, yang melahirkan sedemikian banyaknya generasi-generasi agung dengan pencapaian tertinggi dalam bidangnya masing-masing, yang menjadi tonggak dan mercusuar peradaban baru yang mempertemukan peradaban langit dan peradaban bumi, dengan tatanan masyarakat dan kepemimpinannya yang khas. Ke arah manapun pandangan diarahkan, keagungan dan kebesaran masyarakat Islam binaan Rasulullah ini akan terpantul dengan jelasnya. Renaisans Islam pertama ini tidak akan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

111

Page 112: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pernah tertandingi, walaupun digerakkan oleh kaum muslimin sekalipun, namun mereka dapat menjadikannya sebagai parameter sebuah renaisans. Keagungan renaisans ini karena dipandu langsung oleh Allah Sang Maha Pencipta, yang berkenan mengatur makhluknya secara langsung dalam kehidupan seharian mereka melalui wahyu-wahyu yang diterima Nabi Muhammad dan disampaikan kepada masyarakatnya.

Muhammad Rasulullah saw memulai gerakan pencerahannya dari dirinya sendiri, sebelum menyerukannya kepada masyarakatnya. Itulah sebabnya beliau benar-benar menjadi pemimpin sejati yang keagungan kepribadiannya tiada tandingannya. Sang Pencipta benar-benar mempersiapkan dan mensucikan jiwa raganya agar menjadi manusia unggul, yang keunggulannya mengalahkan manusia-manusia besar lainnya. Jajarkanlah manusia besar lainnya dihadapan Muhmmad saw, baik dia seorang filosof, negarawan, ahli hikmah, rohaniawan, panglima perang dan lainnya, maka semua manusia besar itu tidak ada artinya sama sekali dihadapan kebesaran dan keagungan Rasulullah saw, seorang pemimpin sekaligus rohaniawan suci, negarawan ulung, filosof agung, panglima perang terbesar dan sekaligus seorang suami dan ayah yang sangat santun serta penyayang, yang kehidupannya sangat sederhana, walaupun beliau mampu membangun istana termegah di muka bumi. Beliau adalah seorang konglomerat sukses yang sangat dermawan dan ringan tangan membantu orang yang kesusahan, seorang yang sangat halus perasaannya, namun tetap menjadi manusia paling tegas dan tegar dalam menegakkan kebenaran yang dibawanya. Jika sebuah gerakan memiliki seorang pemimpin agung seperti Muhmmad saw, maka dapat dibayangkan bagaimana dahsyat gerakan perubahan yang dibawanya. Itulah sebabnya, gerakan perubahan yang diserukannya menjadi gerakan pamungkas dari semua gerakan perubahan yang diserukan umat manusia sepanjang sejarah, baik di Barat maupun di Timur.

Gerakan perubahan sosial yang jika dicari padanannya dalam al-Qur'an, maka akan ditemukan kosa kata dalam bahasa Arab yang biasanya disebutkan sebagai taghyir (perubahan). Taghyir sendiri dapat diartikan sebagai sebuah perubahan menyeluruh, baik yang menyangkut individu maupun masyarakat, perubahan secara intelektual ataupun spritual, perubahan idiologis maupun tatanan masyarakat dan lainnya. Taghyir sendiri menjadi komponen penting sebuah gerakan renaisans dan memiliki perbedaan dengan segala bentuk reformasi atau revolusi yang dikemukakan ataupun yang dilakukan oleh manusia, baik di Barat maupun di Timur. Pada hakikatnya, taghyir adalah sebuah gerakan perubahan sosial yang memulai gerakan perubahannya dari perubahan individu dan segala sesuatu yang berkaitan dengan individu, perubahan perasaan, emosi, hati, spiritual, karakter, kebiasaan, cita-cita, tujuan dan lainnya. Dari perubahan individu yang tercerahkan dan mengajak individu lainnya inilah diharapkan akan melahirkan sebuah masyarakat utama.

Gerakan renaisans Islami bukan hanya sebuah perjuangan klas, bukan perjuangan sekelompok proletar terhadap kaum berjuis, ataupun bukan perjuangan para revolusiner yang mendambakan kekuasaan atas nama kaum tertindas, bukan perjuangan para buruh yang menginginkan kehidupan sama rata sama rasa ataupun bukan perjuangan para pejuang suatu isme

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

112

Page 113: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang akan menggantikan dengan isme lainnya. Gerakan ini tidak identik dengan semua bentuk revolusi di muka bumi ini, karena gerakan renaisans Islam memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan segala bentuk gerakan perubahan, apapun bentuk dan namanya. Gerakan perubahan dalam Islam bukan hanya perjuangan radikal yang memiliki cita-cita pendek dan dangkal yang akan menggantikan satu sistem yang satu dengan sistem lainnya yang sama-sama menindas, ataupun hanya menggantikan penguasa tiran dengan penguasa tiran bentuk lainnya, menggantikan tatanan masyarakat dengan tatanan masyarakat lainnya yang belum terbukti keunggulannya. Namun gerakan ini adalah gerakan perombakan agung yang menyandarkan seluruh keagungannya pada keagungan cita-cita ajaran Islam yang tinggi lagi mulia.

Sebagaimana gerakan perubahan lainnya, renaisans Islam adalah sebuah gerakan dinamis yang akan meluluhlantakkan, mencabut sampai keakar-akarnya, seluruh sistem dalam tatanan masyarakat dan menggantikannya dengan tatanan baru dalam tempo waktu sesingkat-singkatnya dengan cara radikal, ekstrim dan sejenisnya sesuai dengan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Gerakan perubahan dan perombakan yang dikumandangkan Muhammad Rasulullah telah meluluhlantakkan tatanan masyarakat jahiliyah di semenanjung Arab dalam tempo waktu kenabiannya, masyarakat musyrikin jahiliyah dicabut seluruh akar-akar sistemnya dan digantikan dengan tatanan masyarakat Islam yang berbeda dengan masyarakat sebelumnya. Dan seluruh gerakan ini dilakukan dalam tempo waktu singkat, sepanjang 23 tahun perjuangan, sejak Rasulullah menyerukan perjuangannya sehingga tertegak masyarakat utama di Madinah. Rasulullah telah menegakkan gerakan perubahannya dengan cara memberikan seruan dakwah, peringatan, merekrut pengikut setia, sampai cara peperangan demi peperangan yang telah mengorbankan para pengikutnya. Dan setiap perubahan memang menghendaki pengorbanan, dan pengorbanan inilah yang akan ditukar dengan kebahagian, baik di dunia dengan tertegaknya masyarakat yang penuh keadilan, kemakmuran dan kedamaian ataupun kesenangan tiada tertandingkan di akhirat kelak sebagaimana dijanjikan al-Qur’an: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. Itulah telah menjadi janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain daripada Allah ?. Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. ( al-Taubah : 111 )

Pengumandangan kalimat “la ilaha illalah Muhammad Rasulullah”, tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, pada hakikatnya adalah seruan radikal yang akan mencabut segala bentuk tatanan dominan masyarakat jahiliyah dan menggantikannya dengan tatanan masyarakat Islami. Kalimat ini bermakna pembebasan dan pemerdekaan umat manusia terhadap segala bentuk belenggu dominasi sesama makhluknya, baik dominasi itu dilakukan oleh seorang raja, penguasa tiran, bangsawan ataupun pemuka agama ataupun ajaran-ajaran sesat kaum filosof dan idiolog. Kalimat ini menghendaki pengesaan Allah yang bermakna seluruh manusia adalah sama di sisi Tuhan, tidak ada kelebihan satu ras dengan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

113

Page 114: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

lainnya, tidak ada keutamaan satu bangsa dengan bangsa lainnya, semua manusia berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah. Semua manusia berasal dari tanah sehingga mereka memiliki kesamaan kedudukan dihadapan Tuhannya. Penguasa dan para bangsawan adalah sama kedudukannya dengan para budak dan pekerjanya di sisi Allah Yang Maha Kuasa. Gerakan perombakan keyakinan yang sekaligus perubahan sosial inilah yang ditentang mati-matian oleh masyarakat jahiliyah, terutama para pemimpin dan bangsawannya yang telah mendapat hak-hak keistimewaan secara turun temurun. Namun akhirnya sejarah mencatat bahwa kemenangan berada difihak Rasulullah yang telah menyerukan kebenaran, keadilan dan persamaan serta persaudaraan, walaupun pada awalnya hanya didukung oleh kalangan masyarakat awam dan beberapa bangsawan yang tercerahkan.

Pada hakikatnya seorang nabi, termasuk Nabi besar Muhammad saw dalam gerakannya memadukan dua peranan sekaligus dalam misinya, yaitu peran sebagai seorang nabi yang menerima wahyu dari Allah, yang mendapat bimbingan kebenaran Ilahiyah, yang dengannya akan membimbing umat manusia menuju kebeneraran sejati dan peran seorang pemimpin pergerakan dalam masyarakatnya yang akan mengadakan perubahan-perubahan tatanan sosial secara radikal revolusioner dan mentransfor-masikannya ke dalam sebuah model, pola perilaku, pemikiran, emosi, peradaban, moral yang sesuai dengan kebenaran wahyu yang diterimanya. Para Nabi as tidak hanya disibukkan dengan mengemukakan ajaran-ajaran agung dan mulia kepada para pengikut setianya sebagaimana para filosof agung ditempat-tempat suci mereka yang jauh dari masyarakat, namun pada saat yang sama mereka memimpin pergerakan perjuangan dalam menegakkan keyakinannya, berinteraksi langsung dengan masyarakat jahili dan para pemimpinnya, bahkan mereka langsung memimpin pertarungan bahkan pertempuran bersenjata sebagai panglima besar yang gagah perkasa. Maka dengan demikian seorang Muslim akan bertindak sebagai seorang filosof yang mengembangkan nilai-nilai agung sekaligus sebagai penggerak perubahan sosial dan panglima perang dalam menjalankan aksi perubahan sosialnya.

Perubahan Islami (taghyir) sebagaimana ajaran Islam lainnya adalah ajaran Yang Maha Mengetahui dan Maha Perkasa serta Pencipta alam raya, sehingga gerakan ini bersifat Ilahiyah yang mutlak kebenarannya dengan segala konsep dan metode yang menyertainya. Keilahiyahan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw terpancar dalam ajaran gerakan perubahan Islam yang penuh kesucian dan keagungan yang membedakannya dengan segala bentuk revolusi manusiawi yang penuh pertentangan, intrik, penyelewengan, haus kekuasaan, kekerasan dan sejenisnya. Demikian pula gerakan perubahan dalam Islam adalah seperti gerakan agung yang telah digerakkan oleh para Nabi agung yang telah menumbangkan penguasa-penguasa tiran-diktator terdahulu seperti gerakan Nabi Ibrahim as yang telah menentang Raja Namrud, Nabi Musa as yang telah menumbangkan Fir’aun, ataupun Nabi Isa as yang menentang dominasi Imperialis Romawi yang serakah. Semua gerakan perubahan yang digerakkan para Nabi ini memiliki karakteristik yang sama, yaitu karakteristik keilahiyahannya, gerakan perubahan yang menyeru kepada Penyembahan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

114

Page 115: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

terhadap Allah Yang Maha Tunggal dan membangun masyarakat dengan tatanannya. Sebagaimana disebutkan al-Qur’an :

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) “sembahlah Allah saja dan jauhilah Thaghut. ( al-Nahl : 36).

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya “bahwasanya tidak ada Ilah (Tuhan) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu akan Aku.(al-Anbiya : 25)

Katakanlah : “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Robbku pada jalan yang lurus, yaitu dien yang benar, dien Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Katakanlah :”Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Robb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah. Katakanlah :”Apakah aku akan mencari Robb selain Allah, padahal Dia adalah Robb bagi segala sesuatu. (al-An’am : 161-164)

Tujuan utama gerakan perubahan dalam Islam adalah sama dengan gerakan perubahan yang telah diserukan oleh para Nabi, yaitu menjadikan umat manusia sebagai penyembah Allah Yang Maha Tunggal dan menjauhi Thaghut. Thaghut dalam pengertian luasnya dapat diartikan sebagai segala bentuk sesembahan selain dari Allah, seperti Tuhan-tuhan berhala, dewa, dukun, raja zalim, pemimpin tiran dan sejenisnya. Seruan perubahan sosial dalam Islam pada hakikatnya adalah pembebasan manusia secara paripurna terhadap segala bentuk dominasi Thaghut, sehingga manusia menjadi makhluk yang bebas merdeka dan hanya menyerahkan kemerdekaannya kepada kekuasaan Yang Maha Mutlak saja, yaitu Allah Pencipta alam raya ini, dan bukannya menyerahkannya kepada raja zalim, pemimpin tirani-diktator, kaum berjouis, para dukun dan pemimpin agama dan sejenisnya yang akan membelenggu kemerdekaan dan kebebasan mereka. Hanya dengan menyerahkan kemerdekaan dan kebebasan kepada Yang Maha Mutlaklah manusia akan mendapatkan kemerdekaan dan kebebasan sejatinya. Gerakan perubahan Islam dengan pendekatannya yang khas telah menyerukan kemerdekaan dan kebebasan ini kepada masyarakat Makkah sehingga pemimpinnya, Muhammad Rasulullah berhadapan dengan para penguasa dan bangsawannya yang tetap ingin mempertahankan dominasinya terhadap masyarakat awam. Pada akhirnya kemenangan tetap pada pihak yang benar, pihak yang menyerukan keadilan, kebebasan, persaudaraan dan keamanan. Sebagaimana yang digambarkan al-Qur’an terhadap kemenangan perjuangan Musa as yang mengalahkan Fir’aun dan bangsawannya yang telah mengeksploitasi mereka;

Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, membunuh anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

115

Page 116: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

orang yang mewarisi bumi dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.(al-Qoshosh : 3-6)

Gerakan perubahan yang dilakukan orang-orang yang tertindas akan selalu mendapatkan kemenangan terhadap para penindas, karena Yang Maha Kuat selalu akan membela mereka yang memperjuangkan hak-haknya. Sejarah telah membuktikannya, gerakan perubahan yang dipimpin Nabi Ibrahim as akhirnya dapat mengalahkan kedurjanaan Raja Namrud, demikian pula Nabi Musa akhirnya mengalahkan keangkuhan Fir’aun dan Nabi Muhammad saw mengalahkan kecongkakan para pemimpin dan bangsawan Musyrikin dan Kafirin di Makkah. Dan ketentuan ini akan terus terjadi di mana dan kapanpun sampai bumi ini menghembuskan nafas terakhirnya kelak. Demikian pula gerakan perubahan dalam Islam adalah gerakan yang akan mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi, gerakan yang akan menempatkan manusia pada posisi dan maksud diciptakannya di atas bumi. Semua manusia adalah khalifah Allah di muka bumi, di sisi Tuhannya mereka sama kedudukannya, tidak ada keutamaan seorang yang berbangsa Arab dengan seorang yang berbangsa Afrika, tidak ada keutamaan seorang yang keturunan raja dan bangsawan dengan seorang yang berketurunan hamba dan pekerja. Semua manusia sederajad disisi Tuhannya, dan yang membedakannya adalah kedekatan mereka dengan Tuhannya. Sebagaimana dinyatakan al-Qur’an :

Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengetahui tentangmu. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-Hujurat : 13)

Itulah sebabnya Islam akan memerangi segala bentuk penindasan manusia terhadap manusia lainnya, bagaimana bentuk dan namanya. Karena penindasan dan dominasi manusia atas manusia lainnya adalah bertentangan dengan tujuan diciptakannya manusia di muka bumi. Hal ini juga berarti bahwa gerakan perubahan dalam Islam adalah gerakan perubahan untuk seluruh umat manusia, karena Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dengan ajarannya yang agung dan mulia Islam akan menggerakkan sebuah perubahan total kemanusian yang akan menciptakan sebuah tatanan sosial yang tegas atas dasar Iman kepada Allah Yang Tunggal, persaudaraan, persamaan, keadilan dan nilai-nilai luhur lainnya;

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang yang ingkar, tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

116

Page 117: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang ingkar. (al-Fath : 29).

Gerakan perubahan Islam adalah sebuah misi suci dan agung, itulah sebabnya hanya dapat digerakkan oleh mereka yang memiliki kebersihan jiwa, kecerahan intelektual dan memiliki keberanian super. Karena gerakan perubahan, bagaimanapun bentuknya memerlukan manusia-manusia unggul untuk menggerakkannya, sebagaimana keagungan para Nabi dan Rasul yang telah berhasil gilang gemilang menggerakkan perubahan Ilahiyah dan menumbangkan para tirani serta mengubah tatanan mereka. Apalagi gerakan perubahan dalam Islam adalah gerakan yang memiliki keterkaitan dengan Allah dan hari pembalasan kelak yang merupakan amanah kemanusiaan yang akan dipertanggungjawabkan. Dan gerakan ini hanya dapat diemban oleh mereka yang telah mengikhlaskan perjuangannya semata-mata karena Allah, dan bukannya diembel-embeli oleh keinginan-keinginan rendah duniawi yang akan menggantikan kekuasaan para tirani dengan mengatasnamakan perjuangan rakyat, ataupun para pemburu harta yang akan menggantikan kedudukan para berjouis dengan mengatasnamakan para rakyat tertindas.

Mereka yang akan menggerakkan perubahan dalam Islam dituntut untuk merombak diri mereka sendiri terlebih dahulu sebelum tampil ke gelanggang perjuangan sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah saw. Sebelum beliau tampil menyerukan perjuangan sucinya, Rasulullah mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pemimpin besar, dan setelah beliau siap, Allahpun mewahyukan ajaran-ajaran mulia yang akan membentuk beliau sebagai seorang pemimpin perubahan. Maka gerakan perubahan dalam Islam dimulai dengan perombakan kejiwaan para pelakunya masing-masing, membersihkan jiwa dan pemikiran dari berbagai bentuk kesyirikan dan kekafiran sehingga didapatkan jiwa dan fikiran yang bersih. Kebersihan jiwa bermakna mereka adalah orang yang berjuang semata-mata mengharapkan ridha Allah semata, memiliki ketergantungan dan hubungan yang kuat dengan-Nya. Hidup dan matinya disandarkan sepenuhnya kepada Tuhan seru sekalian alam.

Dalam melakukan gerakan perubahan pada masyarakatnya, para Nabi dan Rasul memiliki tingkatan-tingkatan dalam pelaksanaannya sebagaimana yang diajarkan Tuhan-Nya kepada mereka, sebagaimana dinyatakan al-Qur’an :

Sebagaimana telah Kami turunkan Rasul kepadamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepadamu, mensucikan kamu, mengajarkan kepada kamu al-Kitab dan al-Hikmah dan mengajarkan apa-apa yang belum kamu ketahui. (al-Baqarah : 151)

Berdasarkan pada ayat di atas, maka proses perubahan yang diajarkan al-Qur’an memiliki sistematika :- Membacakan ayat-ayat Allah (Proses Tabligh)- Mensucikan (Proses Tazkiyah)- Mengajarkan tentang al-Qur’an dan al-Hikmah (Proses Taklim) - Mengajarkan mereka apa-apa yang belum mereka ketahui (Proses Ta’dib)Jadi dalam melaksanakan gerakan perubahan pada masyarakatnya, para Nabi dan Rasul telah melaksanakan melalui tingkatan-tingkatan, yaitu tabligh, tazkiyah, taklim dan ta’dib.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

117

Page 118: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

- Proses TablighProses tabligh adalah proses menyerukan kepada manusia agar mau

mengikuti ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai cara dan kaidah berdasarkan ayat-ayat Allah dan sabda Nabi. Para Nabi dan Rasul senantiasa memulai gerakannya dengan menyeru kepada masyarakat agar mau mengikuti ajarannya sebagaimana yang telah diwahyukan Allah kepadanya. Ayat-ayat Allah adalah yang termaktub dalam kitab-Nya di al-Qur’an ataupun ayat-ayat Allah yang banyak terdapat dalam seluruh phenomena kehidupan manusia, bahkan dalam diri manusia itu sendiri. Demikian pula halnya dengan gerakan taghyir harus dimulai dengan seruan kepada masyarakat agar mau mengikuti gerakan perubahan yang akan dijalankan. Masyarakat harus mengetahui visi, misi, karakteristik, tujuan, hakekat dari gerakan perubahan yang akan dijalankan dan diharapkan dengan demikian mereka akan menjadi salah satu pendukungnya, sebagaimana masuk Islamnya para pengikut Rasulullah yang kemudian menjadi para pembela Islam. Proses penyeruan ini harus dilakukan dengan cara-cara yang agung dan mulia, tidak seperti gerakan-gerakan lainnya yang mengutamakan janji-janji duniawi, karena gerakan ini adalah gerakan yang agung dan mulia, untuk menegakkan sebuah keagungan dan kemulian dan hanya dapat dilakukan tentu oleh orang-orang yang memiliki watak yang agung dan mulia.

- Proses TazkiyahSetelah sebagian masyarakat yang diseru mau mengikuti gerakan

perubahan, maka proses selanjutnya adalah proses tazkiyah, yaitu mereka disucikan dari segala bentuk unsur-unsur negatif yang akan mengganggu perjuangan mereka. Para Nabi dan Rasul adalah sebaik-baik manusia yang telah diajarkan bagaimana mensucikan manusia dari segala bentuk kejahatan, baik kemusyrikan, kekafiran, kemunafikan, kejahatan, dan sejenisnya. Pensucian hati, jiwa dan fikiran dari segala bentuk nilai-nilai kejahiliyahan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang akan diperjuangkannya. Sebuah misi yang suci hanya terletak di tempat yang suci pula, seperti nilai-nilai keagungan Islam yang suci hanya dapat bersemayang di dalam jiwa-jiwa yang suci pula. Itulah sebabnya sebelum mereka menerima nilai-nilai suci perjuangan mereka harus melalui tahapan pensucian dan pembersihan dari segala bentuk kekotoran dan kejahatan. Di dalam Islam, proses pensucian jiwa dan fikiran melalui sarana-sarana yang telah ditetapkan, baik berupa solat, puasa, zakat, haji, shodakah, zikir, jihad dan lainnya yang kesemuanya akan membersihkan jiwa dan fikiran.

- Proses TaklimSetelah para pengikut dan kader gerakan Islam melakukan pembersihan,

baik hati, jiwa, fikiran dan fisiknya sesuai dengan ukuran yang telah digariskan Allah dan Rasul-Nya, maka mereka telah siap menerima ajaran-ajaran agung dan mulia yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hati dan jiwa yang telah bersih dengan mudah akan menerima ajaran-ajaran mulia yang akan merubah tatanan masyarakat. Demikian pula manusia-manusia bersih dengan mudah akan dapat melaksanakan ajaran-ajaran yang diberikan kepadanya, mengamalkan pengetahuan yang telah diperolehnya sebagai landasan utama dalam membangun manusia dan masyarakat unggul. Proses taklim lebih merupakan sebuah penanaman nilai-nilai keyakinan kepada Sang Pencipta dan keagungan ajaran-Nya yang dibawakan oleh Nabi besar-Nya. Al-Qur’an dan al-Hikmah akan mengantarkan manusia kepada kesempurnaan hidup,

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

118

Page 119: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kesempurnaan spiritualitas dan keyakinan sebagai modal utama manusia dalam membangun peradaban baru.

- Proses Ta’dibProses ta’dib adalah proses mulai berdirinya sebuah tatanan masyarakat

dengan sistem dan nilai-nilai agung yang terkandung di dalamnya. Setelah masyarakat memiliki kesiapan mental spiritual dalam mengembangkan sebuah peradaban, maka para pemimpin perubahan akan mengarahkannnya membangun sebuah peradaban baru berdasarkan pada ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya. Hal inilah yang telah dilakukan para Nabi dan Rasul, setelah mereka memiliki sekumpulan masyarakat yang bersih jiwa raganya, memahami pesan-pesan agamanya, maka dikembangkan sebuah peradaban baru yang akan membangun dunia baru yang telah berhasil menjadi penghubung peradaban klasik dengan peradaban modern.

Demikianlah konsep yang senantiasa dibawa oleh para Nabi dan Rasul dalam membangun sebuah tatanan baru dalam masyarakatnya dan hal inilah yang harus dilakukan oleh mereka yang akan merubah masyarakatnya sepanjang masa. Maka konsep ini dapat pula diterapkan kepada masyarakat manapun yang akan membangun sebuah tatanan mansyarakat baru yang berdasarkan kepada keridhoaan Allah. Dalam proses penegakan masyarakat utama ini, akan terjadi pergesekan-pergesekan dengan kekuatan-kekuatan yang anti, bahkan peperangan demi peperangan sebagaimana yang telah dialami para Nabi dan Rasul yang berjuang membebaskan dan membangun masyarakatnya, dan hal ini akan menjadi salah satu sarana yang akan menguatkan terbentuknya masyarakat utama.

Keenam:Manhaj Renaisans Islam : Manhaj

NubuwwahPendahuluan

Para pemimpin dan cendekiawan Muslim, di antara mereka seperti Sayyid Jamaluddin al-Afghany, Muhammad Abduh dan para murid serta penerus perjuangan mereka sejak ahir abad 18 lalu telah berupaya membebaskan umat Islam dari belenggu penjajahan Barat, keterbelakangan dan kemunduran mereka dengan merumuskan metode-metode perjuangan menurut jalan pemikiran mereka masing-masing yang telah melahirkan gerakan Pan-Islamisme. Metode perjuangan yang mereka terapkan berhasil menyadarkan para pemimpin umat dari mimpi panjang dan keterbelakangannya serta menggerakkan mereka bangkit melawan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

119

Page 120: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

penjajahan, baik melalui perjuangan diplomasi politik sampai perjuangan gerilya militer. Gerakan mereka yang sambung menyambung telah menghasilkan perjuangan-perjuangan menuntut kemerdekaan negeri-negeri Islam dari cengkraman jahat penjajah Barat.123

Generasi sesudah mereka tampil dengan konsep dan metode perjuangan yang lebih menyeluruh dan terpadu, diantaranya adalah Imam Hasan Al-Banna124 yang telah mendirikan jama’ah al-Ikhwan al-Muslimin di Mesir. Gerakan al-Ikhwan dengan model kepemimpinannya sangat mempengaruhi perjalanan sejarah dunia Islam kerena telah merumuskan konsep perjuangan Islam di dunia modern serta mampu melahirkan kader-kader brilyan yang disegani dan ditakuti musuh-musuh Islam. Hasan al-Bana adalah pelopor bagi pengembangan konsep gerakan Islam modern yang total (kaffah) dan konsep ini berkembang menjadi model gerakan Islam modern yang sangat efektif menghadapi infiltrasi pemikiran hedonistik-sekuler Barat. Itulah sebabnya gerakan Ikhwan berkembang ke seluruh dunia Islam walaupun di Mesir sendiri mendapat pukulan dahsyat dari rezim Faruk yang bertindak sebagai agen Barat.125 Bersamaan dengan itu tampil pula gerakan-gerakan Islam serupa seperti Syarekat Islam pimpinan HOS. Cokroaminoto di Indonesia126 dan lain-lainnya.

Pasca kemerdekaan dunia Islam, telah tampil pula para pemimpin dan cendekiawan umat dengan penuh semangat menggunakan berbagai bentuk metode perjuangan agar Islam bangkit kembali menjadi pemimpin peradaban dunia. Mereka bangkit melawan rezim-rezim nasionalis sekuler yang ingin

123 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Mukhsin Abdul Hamid, Jamal al-Din al-Afghani, al-Musalih al-Muftara alayh. (Mesir : tt). Ahmad Amin, Zuama al-Ishlah fi al-Asr al-Hadits (Kaherah : Muassasah al-Khanji, tt). Abbas Mahmud al-Aqqad, Muhammad Abduh,(Kaherah : Maktabah Misr,tt). Abd. al-Halim al-Jundi, al-Imam Muhammad Abduh (al-Kaherah:Dar al-Maarif,tt). Ahmad Amin, Muhammad Abduh, (Kaherah:Muassasah al-Khanji, 1960). Dr. Muhammad al-Bahiy, al-Fikr al-Islamy al-Hadits wa Silatuhu bi’l Isti’mary al-Gharby,cet.8. (Kaherah : Maktabah Wahb, 1975). Dr. Syaukat Ali, Master of Muslim Though. vol. I. (Lahore : Aziz Publ, 1983). Mohd. Kamil Hj. Abdul Majid, Tokoh-tokoh Pemikir Islam.jilid 1. (Kuala Lumpur : ABIM, 1993)

124 Tentang sejarah hidup Imam Hasan al-Banna lihat misalnya : al-Syaikh al-Ghazaly, (dalam M. Syalabi), Hasan al-Banna : Imam wa Qaid,(Kaherah: Dar al-Nasyr,tt). Dr. Rif’at al-Sa’id, Hasan al-Banna Muassis Harakat al-Ikhwan al-Muslimun.(Beirut : Dar al-Tali’ah, 1986). Jabir Rizq, al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, (al-Mansurat : Dar al-Wafa, 1987). Dr. Shaukat Ali, Master of Muslim Thought, vol.II.(Lahore : Islamic Publ, 1983). hlm.514-638. Anwar Jundi, Hasan al-Banna, al-Roiyat al-Imam wa al-Mujaddid al-Syahid,(Beirut : Daar Qalam, 1978). MN. Shaikh, Memoirs of Hasan al-Banna Shaheed, (Karachi : Int’ Islamic Publ., 1981). Richard. P.Mitchel, The Society of The Muslim Brother,(London : Oxford Univ. Press, 1959). Abdul Muta’al al-Jabary, Limadza Ightayala al-Imam al-Syahid Hasan al-Banna, (Cairo : Dar al-I’tisom, 1978). Muhsin Muhammad, Man Qatala Hasan al-Banna, (Kaherah : Dar al-Syarq, 1987). Salah Syadi, al-Syahidan (al-Manshurat : Dar al-Wafa’, 1988). Umar al-Tilmisany, al-Mulham al-Mauhub : Hasan al-Banna, (Syabra : Dar al-Nasr, tt).

125 Tentang gerakan al-Ikhwan al-Muslimin, lihat : Syaikh Said Hawwa, Madkhal ila da’wah Ikhwan al-Muslimin, (Amman : Dar al-Arqam,tt). Omar Tilmisani, Apa yang aku Pelajari dari Ikhwanul Muslimin, (Shah Alam : Umat, 1990). Dr. Hasan Ismail Hudhaibi, Duat la Qudhat, (Cairo : Dar al-Thabaat wa al-Nasr al-Islamy, 1977). Kamil al-Syarif, Ikhwan al-Muslimun fi Harbi Palistin, (Zarqo’ : Maktabah al-Manar, 1984). Dr. Abdul Halim Mahmud, Wasaail al-Tarbiyyat inda al-Ikhwan al-Muslimun, (Qahirah : Dar al-Wafa’, tt). Ishaq Musa Hussaini, The Muslim Brethen, (Beirut: Khayat’s College Book Coop, 1956). Richard P. Mitchel, The Society of The Muslim Brother, (London : Oxford Univ. Press, 1959). Mahmood Abd al-Halim, Ikhwan al-Muslimun, ahdats Tsanaat Tarikh, (Iskandaria : Dar al-Dakwah, tt). Husain Muh. Ali Jabir, Thariq ila Jama’at al-Muslimun, (al-Manshurat : Dar al-Wafa’, 1987) khususnya bab III. Asaf Husain, IslamicMovement in Egypt, Pakistan and Iran, (Islamabad : Manshell Publ, 1983). Husain M. Ahmad Hamudah, Asrar Harakat al-Dubbat al-Ahrar wa al-Ikhwan al-Muslimun, (Kaherah : al-Zahra li al-A’lam al-Arabiy, 1987).

126 Lihat misalnya : Deliar Noer, The Modernis Movement in Indonesia, 1900-1945 (Singapura / Kuala Lumpur : Oxford Univ. Press, 1973). BJ. Bolland, The Struggle of Islam in Modern Indonesia, (The Hague : Martinus Nijhoff, 1971). Cornelis Van Dick, Darul Islam Sebuah Pemberontakan, (Jakarta : Grafiti Press, 1983)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

120

Page 121: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

melanjutkan dominasi sistem kolonialis Barat sekuler dalam kehidupan masyarakat Muslim. Mereka telah membentuk berbagai gerakan dan organisasi, baik dalam bidang politik, pendidikan, sosial maupun ekonomi yang sangat ditakuti musuh-musuh Islam. Perjuangan mereka telah melahirkan generasi-generasi baru Muslim yang berpegang teguh kepada akar keislamannya, namun tetap berinteraksi dengan dunia modern yang didominasi sistem Barat. Diantara mereka yang terutama adalah Abul A’la al-Maududi di Pakistan,127 Abul Hasan Aly An-Nadwy di India, Sayyid Qutb di Mesir yang dijuluki sebagai bapak fundamentalis Islam kontemporer dan lainnya.

Meneruskan perjuangan para pendahulu mereka, para cendekiawan Muslim kontemporerpun tampil dengan berbagai bentuk konsep dan teori yang bertujuan mengangkat martabat umat dari kemundurannya. Umumnya mereka adalah para generasi Islam yang mendapat pendidikan model Barat dan mengetahui kelemahan-kelemahannya serta menyadari pentingnya Islam sebagai sistem hidup, yang terutama diantara mereka adalah Ismail R. Faruqi,128 Fazlur Rahman,129 Syed Naquib al-Attas,130 Yusuf al-Qardhawy131 dan lainnya. Diantara mereka ada yang mendirikan lembaga kajian, institut, akademi sampai universitas yang mendidik ribuan calon-calon cendekiawan muda Muslim di seluruh dunia dengan metodenya yang mengintegrasikan metode Islam dengan Barat.

Di lain fihak telah tampil pula para pemimpin dan aktivis Islam yang membimbing dan membina umat melalui organisasi/jama’ah, baik yang bergerak dalam bidang sosial ataupun politik yang bertujuan menegakkan kemulian umat dan Islam. Para aktivisnya bergerak siang malam tanpa mengenal lelah menyeru umat agar mengikuti petunjuk Islam melalui dakwah, ceramah, diskusi, majlis taklim dan sejenisnya. Di lembaga-lembaga pendidikan Islam tradisional seperti pondok pesantren, para ulama dan ustadz telah mengajarkan ilmu-ilmu Islam klasik kepada para muridnya yang berjumlah ratusan ribuan. Para murid dididik dengan ilmu-ilmu keagamaan agar mereka memiliki bekal dalam membimbing masyarakat menuju kemenangan. Demikian pula halnya para juru dakwah dan muballigh tampil silih berganti mengumandangkan seruan kepada umat agar mengikuti petunjuk Islam dengan pendekatan dan gayanya masing-masing. Mereka semua telah berupaya dengan sungguh-sungguh, penuh pengorbanan dan keiklasan semata-mata bertujuan untuk berbuat yang terbaik bagi kepentingan umat, dan semoga Allah Yang Maha Bijaksana akan membalas perjuangan suci mereka dan menempatkan mereka di tempat yang paling baik di sisi-Nya sebagai balasan perjuangan suci mereka.

127 Lihat misalnya : Prof. Masud ul Hasan, Sayyid Abul A’la Maududy and His Thought, vol. I & II, (Lahore : Islamic Publ. 1984). Prof. Ghulam Azam, A Guide to The Islamic Movement, (Dacca : Azam Publ, 1968). Asaf Husain, Islamic Movement in Egypt, Pakistan and Iran, op.cit. Husain M. Ali Jabir, Thariq ila Jama’at al-Muslimun, op.cit.

128 Ismail R. Faruqi, Islamization of Knowledge, General Principles and Workplan, (Virginia : IIIT, 1982).

129 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago : The Univ. Press, 1982)

130 Syed Muhammad Naquib al-Attas, The Concept of Education in Islam, (Kuala Lumpur : ABIM, 1980).

131 Yusuf al-Qardhawy, Islamic Education and Hasan al-Banna, (Calcutta : Hilal Publ, 1983).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

121

Page 122: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Namun permasalahan besar yang dihadapi umat pada masa ini, ditengah-tengah kegairahan menyambut apa yang mereka namakan dengan kebangkitan Islam, realitasnya keadaan kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia dewasa ini sangat memprihatinkan, sebagaimana digambarkan para cendekiawan Muslim. Kaum Muslimin berada pada anak tangga terbawah dari kemajuan peradaban bangsa-bangsa modern, sehingga mereka hanya menjadi konsumen dari produk Barat, baik dalam pengetahuan, teknologi, sistem, pemikiran, dan lainnya. Mereka senantiasa menjadi obyek musuh-musuh yang berusaha menghilangkan eksistensinya di muka bumi, tanpa mampu memberi perlawanan yang berarti. Citra kaum Muslimin dihadapan dunia sangat buruk, mereka digambarkan sebagai kaum fundamentalis, fanatik, ektrimis ataupun teroris, umat yang senantiasa menyulut peperangan demi peperangan. Perpecahan demi perpecahan yang terjadi dikalangan umat telah menimbulkan sikap apatis dan frustasi generasi muda Islam. Seakan-akan seluruh dunia menganggap Islam adalah sumber segala malapetaka yang telah menimpa kaum Muslimin dewasa ini. Ahirnya kaum Muslimin menjumpai diri mereka sebagai umat yang terkebelakang dan termundur dalam segala hal.132

Sejauh ini kita belum berani menyatakan bahwa perjuangan suci para pemuka-pemuka umat telah mengalami kegagalan. Tapi dengan keadaan yang dihadapi umat sekarang ini, pasti akan timbul seribu satu pertanyaan yang mempersoalkan metode-metode perjuangan yang telah diterapkan. Apakah metode yang diterapkan selama ini sesuai dengan metode yang dikehendaki Islam, atau memang metode mereka perlu dipertanyakan kesohihannya sehingga belum mampu mengantarkan Islam menuju kebangkitan kembali? Atau ada sesuatu yang mesti diluruskan dalam perjuangan yang mereka jalankan selama ini? Apakah pengorbanan dan perjuangan ikhlas para pejuang Islam yang bersungguh-sungguh, baik dari kalangan cendekiawan, aktivis, ulama, ustadz, muballigh dan lainnya, yang telah mengeluarkan seluruh daya kemampuan mereka tidak dapat membangkitkan umat secara menyeluruh dan menyelesaikan problematika mereka? Kenapa perjuangan suci mereka seakan tidak mampu menyelesaikan krisis yang telah melanda umat? Kenapa perjuangan suci mereka belum mampu mengantarkan umat menuju kemenangan sebagaimana generasi Islam pertama? Dimana letak kekeliruan mereka sehingga teori dan konsep yang mereka kemukakan tidak berhasil melahirkan generasi yang mereka idam-idamkan? Apakah benar kegagalan itu bersumber dari metode yang mereka terapkan? Jika hendak membangun kembali metode yang dapat membangkitkan umat, dari manakah kita mulai, dari mana sumber pengambilannya, bagaimana rumusannya dan terpenting bagaimana penerapannya pada umat masa kini? dan seribu satu pertanyaan mendasar yang perlu dijelaskan dengan tuntas agar umat terhindar dari kebingungan. Pertanyaaan-pertanyaan seperti ini memerlukan jawaban tuntas agar Islam dan umatnya dapat bangkit dari keterbelakangan dan keterpurukannyanya saat ini.

132 Masalah ini lihat misalnya : Dr. Mukhsin Abdul Hamid, Ainal Khalal, terj. Farid U. ( Jakarta : Media Dakwah, 1987) hlm. 10-11. Syaikh Said Hawwa, Durus fi al-Amal al-Islamy, terj. al-Muslimun, (Bangil : al-Muslimun, 1987) hlm. 1. Ismail R. Faruqi, Islamization of Knowledge, op.cit. hlm. 1. Muhammad Qutb, Jahiliyya al-Qorn al-Isyrien, (Kaherah : Maktabah Wahb, 1964).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

122

Page 123: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, pertama-tama para pemuka umat harus bersikap jujur dan ikhlas dalam penilaiannya semata-mata karena menginginkan yang terbaik bagi umat dan bukan karena kepentingan pribadi egoistik yang ingin mempertahankan pendapat dan pemikiran mereka. Karena banyak di antara para pemuka umat yang bertengkar dan saling memojokkan karena ingin mempertahankan pendapatnya semata, bahkan lebih jauh masalah ini dapat menyeret mereka kepada kancah saling memfitnah yang pasti akan menimbulkan perpecahan sebagaimana yang mulai kelihatan tanda-tandanya belakangan ini. Masing-masing mereka merasa bangga dengan metode yang dikemukakannya, namun kenyataannya mereka belum menunjukkan hasil yang gemilang, namun akibat penyakit egoistik mereka, ahirnya terjadi perpecahan yang mengakibatkan umat bertambah bingung dalam kebingungannya dan bertambah terbelekang dalam keterbelakangnnya. Itulah sebabnya diperlukan sikap jujur dan ikhlas yang akan mendatangkan rahmat dan pertolongan Allah, yang sudah banyak dilupakan oleh para pemuka umat akibat metode pendidikan Barat yang terlalu mengutamakan rasional. Dengan sikap jujur dan ikhlas inilah perlu dipertanyakan kenapa metode perjuangan yang diterapkan oleh para pemuka umat terdahulu kurang mampu mengantarkan umat menuju kebangkitan dan kemengangan yang dicita-citakan, lebih jauh mengapa metode perjuangan itu mengalami kegagalan demi kegagalan jika memang disepakati telah mengalami kegagalan. Atau kenapa metode perjuangan itu sangat lambat dalam membangkitkan umat dari keterbelakangannya, sementara sejarah membuktikan bahwa Rasulullah dan para sahabatnya memerlukan waktu 23 tahun saja dalam merubah wajah dunia dan kurang 30 tahun menguasai 2/3 dunia. Pedoman yang digunakan Rasulullah dan para sahabatnya dalam membangun peradaban baru dunia berupa al-Qur’an dan Sunnah tetap berada di tangan umat hari ini, namun kenapa umat tidak mampu seperti mereka, dimana letak kekeliruannya? Kenapa perjuangan suci para pemuka umat belum juga mengantarkan Islam pada sebuah titik balik kebangkitan yang biasa dikenal dengan renaisans, titik balik untuk bangkit kembali menjadi umat terbaik?

Memahami Rumus Renaisans IslamKebangkitan Islam, baik dalam skala yang kecil maupun besar,

memiliki rumus sederhana sebagai tolak ukur untuk dapat memahaminya, termasuk dalam memahami renaisans Islam. Di bawah ini dikemukakan rumus renaisans sebagai berikut :

R = (Mm) + tRI = (ImxIm) + ItRI = (Mm)+ t) I

R = Renaisans , I = Islam, M = Manusia, m = Manhaj, t = Waktu

Renaisans (R) akan terjadi apabila sudah tampil sekumpulan manusia-manusia berpotensi (M) yang memimpin sekumpulan masyarakatnya, yang dididik dan dikembangkan, baik aspek spiritualitas, intelektualitas, karakter, skill, fisik dan semua potensi kemanusiaannya dengan sebuah metodologi (m) yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kejiwaan, cita-cita, tingkat

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

123

Page 124: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pemahaman, dinamika peradaban sebuah masyarakat, dan mereka tampil pada waktu (t) yang tepat, maka masyarakat tersebut akan mengalami sebuah kebangkitan. Keadaan ini dapat disaksikan pada proses renaisans di Barat misalnya. Sebagaimana dinyatakan Prof. Naquib al-Attas dalam Islam and Secularism, renaisans Barat sangat dipengaruhi oleh Islam, terutama setelah terjadinya perang Salib yang membawa interaksi cendekiawan Barat dengan peradaban Islam yang kemudian melahirkan manusia-manusia berkualitas yang mencita-cita kebangkitan masyarakat mereka, terutama para cerdik pandainya yang berkeinginan untuk mengadakan perubahan-perubahan. Kebangiktan yang diinsfirasikan oleh kemajuan peradaban Islam yang telah berhasil mengintegrasikan peradaban-peradaban klasik paganis dari Yunani, Romawi, Parsia, Mesopetomia, India, dan lainnya dengan ajaran-ajaran unggul Islam, yang didukung oleh kemajuan perekonomian dan politiknya. Namun para cendekiawan Barat yang alergi dengan agama Kristen, tidak menghendaki sebuah kebangkitan berdasarkan Kristen yang menurut mereka sangat dokmatis dan irrasional. Maka mereka mencari metode (manhaj) tersendiri yang bernama Sekulerisme. Dengan menerapkan metodologi sekulerisme, para pelopor renaisans Barat memisahkan peradaban mereka dari pengaruh dokmatis Kristen, sekaligus membersihkan pengaruh-pengaruh Islam pada peradaban klasik, sehingga peradaban sekuler Barat mendasarkan renaisansnya kepada peradaban-peradaban klasik paganis sebelum diislamisasikan oleh cendekiawan Islam. Renaisans Barat, terutama Eropa mendapat waktu (t) yang sangat tepat untuk bangkit sebagai sebuah entitas peradaban baru akibat mulai runtuhnya dinasti-dinasti Islam akibat perpecahan dan peperangan sesama mereka yang mempengaruhi redupnya peradaban Islam. Lahirlah sebuah peradaban Barat yang berlandaskan sekulerisme dan mendominasi hingga kini.

Demikian pula halnya dengan Renaisans Islam (RI) atau Kebangkitan kembali Islam yang terjadi di awal kebangkitannya yang dipimpin Rasulullah saw ataupun kebangkitan-kebangkitan setelahnya, yang pada puncaknya pada abad 9 sampai 12 M. Kebangkitan Islam yang dipimpin Rasulullah terdahulu dapat dikatakan sebagai sebuah renaisans atau revival, karena pada hakikatnya ajaran yang dibawa Rasulullah adalah membangkitkan kembali ajaran-ajaran yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya, baik Nuh, Ibrahim, Musa ataupun Isa yang berintikan ajaran pentauhidan Allah, penyembahan kepada-Nya dan cara-cara (syari'at) dalam penyembahan tersebut. Kebangkitan kembali yang digerakkan Rasulullah adalah pamungkas dari gerakan-gerakan yang sebelumnya dilakukan oleh para utusan Allah, sehingga risalah yang diturunkan kepada Muhammad saw adalah ajaran pamungkas dan tersempurna, karena tidak akan ada nabi dan rasul yang akan diutus sesudahnya. Berdasarkan Risalah Islam terahir yang diturunkan kepada Muhammad saw inilah kemudian generasi-generasi Islam pertama yang diikuti oleh generasi sesudahnya sampai puncaknya pada abad ke 7 Hijriah, yang membangun sebuah peradaban baru dunia yang telah menjadi jembatan penghubung antara peradaban klasik paganis dengan peradaban modern.

Gerakan renaisans Islam terbesar, terjadi pada masa kebangkitan awal Islam yang dipimpin Muhammad Rasulullah, yang telah berhasil membangun

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

124

Page 125: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sebuah masyarakat berperadaban tinggi yang dikenal dengan "masyarakat Madinah" dengan peradabannya. Peradaban Masyarakat Madinah menjadi tolak ukur dan fondasi pembangunan peradaban-peradaban Islam selanjutnya. Peradaban Madinah adalah protipe peradaban yang dikehendaki Allah pada manusia, karena pada waktu itu wahyu Allah Sang Pencipta, baik berupa al-Qur'an ataupun sunnah, terlibat langsung dalam pembentukan masyarakat dan peradabannya. Bahkan banyak sekali ayat-ayat al-Qur'an yang diturunkan sesuai dengan keadaan masyarakat, baik yang memerintahkannya, melarang, mencegah, mengkoreksi ataupun memberi arahan dan ancaman. Sebagaimana dikatakan Sayyid Qutb, telah terjadi interaksi antara langit dan bumi, antara Sang Maha Pencipta dengan ciptaan dalam membangun sebuah peradaban tinggi, yang akan menjadi fondasi dalam pembangunan peradaban selanjutnya sampai ahir kehidupan manusia.

Maka renaisans Islam (RI) atau kebangkitan kembali Islam hanya dapat diraih apabila telah wujud sekumpulan manusia-manusia berpotensi (M) yang telah dididik dalam ajaran Islam (I) seperti generasi Islam pertama yang dibina Rasulullah, kemudian diterapkan metode/manhaj (m) Islami dalam seluruh aspek gerakannya yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan Sunnah Rasul dan puncak kejayaannya ditentukan oleh waktu (t) (periodeisasi) kebangkitan yang telah ditetapkan oleh Allah di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.

Demikian pula nilai kebangkitan dan kemenangan Islam ditentukan sepenuhnya oleh sejauh mana penerapan metode, keterlibatan manusia dan ketentuan waktu. Semakin unggul metode yang diterapkan dan semakin unggul manusia yang terlibat dan sesuai dengan waktunya, maka akan terjadi kebangkitan dan kemenangan Islam yang luar biasa.

Rumus di atas pada hakikatnya berdasarkan pada sebuah hadits yang sangat populer dikalangan umat, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Khuzaifah al-Yaman, yang berkata bahwasanya Rasulullah telah bersabda :

Tegaklah pada kamu zaman Nubuwwah (Kenabian) sampai beberapa masa yang dikehendaki Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu pada kamu zaman Khalifah atas Manhaj Nubuwwah (metode Kenabian), maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah pada kamu Kerajaan yang menggigit (feodal) maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu Kerajaan sesat/cacat, terjadilah beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian setelah itu tegaklah padamu Khalifah atas Manhaj Nubuwwah (metode Kenabian) yang mengamalkan sunnah Rasul di kalangan manusia. Islam akan tersebar luas di muka bumi yang diridhai oleh penghuni langit dan bumi....... (HR, Ahmad dan Tabrani)

Hadits di atas dengan gamblang menyatakan tentang syarat-syarat sebuah kebangkitan dan kemenangan Islam yang meliputi manusia-manusia unggul yaitu Nabi dan Khalifah, metode (manhaj) yaitu Manhaj Nubuwwat dan priodeisasi sejarah Islam dengan masa-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

125

Page 126: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

masanya. Kebangkitan Islam pertama di zaman Rasulullah saw. Kebangkitan Islam terjadi apabila Allah SWT menurunkan ajaran Islam yang bersifat abadi berupa wahyu kepada utusan-Nya, Muhammad Rasulullah, disamping ajaran ini, Allah telah menurunkan metode (manhaj) dalam mengaplikasikan ajaran Islam kepada masyarakat Makkah pada waktu itu. Rasulullah mengajarkan dan mengembangkan Islam dengan metode (manhaj) sehingga lahirlah manusia-manusia unggul yang menjadi pendukung gerakan kebangkitan Islam dan pada itu adalah waktunya tepat, yaitu waktu yang telah dijanjikan Allah kepada Nabi-Nabi terdahulu tentang akan terjadinya kebangkitan yang akan dipimpin oleh seorang Rasul Allah. Itulah sebabnya, untuk mengawali gerakan kebangkitan kembali Islam masalah pertama harus difahami adalah mengetahui karekteristik manusia-manusia unggul yang dikehendaki Islam, metode/manhaj yang telah mengantarkan generasi Islam terdahulu dalam mencapai kegemilangan, serta waktu atau priodeisasi yang telah digariskan Allah terhadap Islam.

Mungkin banyak yang masih keliru dalam memahami priodeisasi kebangkitan Islam yang dimaksudkan hadits di atas maka hal ini perlu dijelaskan agar tidak menimbulkan salah faham. Priodeisasi kebangkitan dan kemunduran Islam dimulai dengan bangkitnya Rasulullah saw sebagai Nabi dan Rasul terahir, masa ini dinyatakan sebagai masa Nubuwwat (Kenabian). Setelah Rasulullah wafat, beliau digantikan oleh para Kholifah yang mendapat petunjuk dan menegagakkan manhaj (metode) Nubuwwat. Setelah berahirnya masa pemerintahan Sayyidina Ali sebagai Khalifah terahir sebagaimana disepakati mayoritas umat, masuklah masa pemerintahan dengan sistem Kerajaan feodalis Muslim yang menerapkan sistem monarkhi absolut yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sofyan dan diteruskan oleh keturunannya. Sistem pemerintahan kerajaan feodalis Muslim ini berlangsung terus sambung menyambung dengan pergantian dinasti demi dinasti sampai berahirnya sistem ini di Turki yang diberi lebel Khilifah Islamiyah. Sesudah itu tegaklah sistem pemerintahan sesat (mulk al-Jabariyyan) yang mengadopsi sistem penjajah sekuler yang memisahkan peranan agama dalam kehidupan duniawi, baik yang berbentuk sosialisme-komonisme, demokrasi liberal ataupun percampuran diantara keduanya yang menolak peranan wahyu dalam sistem pemerintahannya. Ciri khas pemerintahan ini sangat memberikan kekuasaan mutlak kepada rakyat dan apabila rakyat mayoritas menghendaki kerusakan dan kemusyrikan, maka akan tegak kerusakan dan kemusyrikan di tengah-tengah masyarakat. Setelah dunia dipenuhi oleh kezaliman dan kesesatan akibat ditegakkanya sistem hidup sekuler akan tegak kembali sistem pemerintahan Islam terahir dibawah pimpinan seorang Khalifah adil dan bijaksana yang menegakkan Manhaj Nubuwwat dan akan mengantarkan dunia ini menuju keadilan dan kemakmuran sejati selama yang diizinkan Allah.

Jadi untuk menilai sejauh mana keabsahan teori yang dikemukakan para pemuka umat, dapat dinilai dari produk manusia-manusia unggul yang dihasilkan gerakannya, kemudian sejauh mana kesahihan metode/manhaj mereka dengan manhaj Nubuwwat dan apakah waktunya tepat dengan yang dijanjikan Allah SWT bagi sebuah kebangkitan Islam. Pada hakikatnya, kebangkitan Islam, kehadiran manusia-manusia unggul, manhaj dan masa kegemilangan Islam adalah diantara perkara-perkara yang telah ditetapkan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

126

Page 127: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Allah untuk menguji sejauh mana amal kebajikan hamba-hamba-Nya dalam menghadapi realitas kehidupannya. Apakah dengan kemenangan Islam lalu mereka menjadi lalai dan lupa diri atau apakah dengan kemunduran dan kekalahan Islam mereka akan menjadi putus asa.

Secara jujur dan ikhlas harus diakui bahwa kurang maksimalnya keberhasilan para pemuka umat terdahulu dalam membina dan membangun kegemilangan Islam disebabkan oleh kerancuan mereka dalam memahami esensi kebangkitan Islam. Kebangkitan yang harus ditopang oleh generasi-generasi Muslim unggul yang lahir dari sistem pendidikan dan pembinaan ajaran Islam dengan karakteristik khasnya, kemudian pada mereka ditegakkan metode (manhaj) Islam yang akan diterapkan dalam kehidupan nyata masyarakat, baik aspek spiritual ataupun intelektualnya. Dan terahir masalah waktu yang akan menentukan keberhasilan dan kegemilangan kebangkitan kembali Islam. Jika sudah terdapat generasi Muslim unggul dan diterapkan manhaj Islami, namun apabila waktu tidak mendukung, maka kebangkitan dan kemenangan akan terjadi sesaat saja dan tidak mampu membangun dan memimpin peradaban dunia sebagaimana dilakukan generasi Islam pertama.

Dalam hal ini, kasus Ikhwan al-Muslimun di Mesir adalah contoh yang terbaik. Hasan al-Banna dengan kepemimpinannya yang kharismatis telah menggabungkan metode Islami dengan jeniusnya serta didukung oleh pengikut-pengikut setia sehingga mampu membuat gerakan yang besar dan ditakuti musuh-musuhnya. Beliau mampu mengkombinasikan antara keilmuan Al-Azhar dengan gerakan Pan-Islamisme al-Afghany sehingga menghantarkan Ikhwan menjadi gerakan yang melahirkan generasi unggul pada dunia modern. Namun faktor waktu yang dijanjikan tidak berfihak pada gerakan ini, sehingga dengan mudah dapat dipatahkan musuh Islam. Walaupun mungkin ada yang berpendapat bahwa kegagalan Ikhwan akibat kelemahan sistem pembinaan atau organisasinya. Namun pembunuhan Hasan al-Banna, pemimpin utama gerakan yang masih berusia kurang dari 40 tahun adalah jawaban dari keragu-raguan ini. Jika Allah mengizinkan Imam al-Syahid Hasan al-Banna hidup lebih lama, karena Nabi Muhammadpun diangkat menjadi Rasul pada usia 40 tahun, maka dunia Islam pasti akan berwajah lain. Namun demikianlah taqdir Allah, generasi Muslim terunggul abad ini harus meninggalkan perjuangan sucinya dengan kematian suci pula. Setelah syahidnya Hasan al-Banna belum ada yang mampu menggantikan kedudukan beliau dalam membina generasi Muslim unggul dan mengaplikasikan metodenya dalam masyarakat modern. Pemimpin-pemimpin penggantinya hanya mampu membangun gerakan-gerakan lokal atau sempalan yang tidak dapat merubah keadaan masyarakat secara maksimal ataupun hanya menjadi gerakan-gerakan intelektual yang hanya menyebarkan pengetahuan dan pemikiran tanpa membangun gerakan jama’ah sebagaimana dilakukan Imam Hasan al-Banna.

Demikian pula halnya dengan para pemuka umat yang lainnya. Kurang maksimal keberhasilannya dalam mencetak generasi-generasi Islam yang unggul ataupun dalam menerapkan manhaj sebagaimana yang dikehendaki Islam sehingga mereka tidak pernah sampai pada kebangkitan Islam

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

127

Page 128: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sebenarnya. Apalagi jika mereka coba-coba mengadopsi metode-metode lain yang diciptakan diluar sistem Islam dalam membina generasi Muslim, maka kebangkitan Islam pasti akan semakin jauh dan umat bertambah terbelakang, Karena metode-metode selain metode Islami tidak mungkin akan melahirkan generasi agung sebagaimana generasi Islam pertama, kecuali hanya melahirkan generasi-generasi bingung yang tidak mengetahui arah tujuannya sebagaimana keadaan generasi Muslim produk sistem pendidikan sekuler masa ini. Bahkan metode Barat sekuler yang diterapkan pada sistem pendidikan kaum Muslimin telah menjerumuskan mereka menjadi generasi yang bernama Islam namun pemikiran dan tingkah lakunya tidak berbeda dengan orang sekuler yang memisahkan agamanya dari kehidupan dunia.

Untuk mencapai kebangkitan dan kemenangan Islam yang sempurna sebagaimana dijanjikan Allah, perlu dibangun dan dikembangkan sebuah model gerakan Islam yang menjadi penyempurna dari gerakan-gerakan Islam terdahulu dan yang akan menerapkan metode/manhaj sebagaimana yang dikehendaki Islam. Gerakan Islam yang akan menerapkan kembali metode yang telah diterapkan Rasulullah dalam mendidik dan membina generasi-generasi agung terdahulu. Karena hanya metode inilah yang akan mengantarkan umat menuju kegemilangan kembali sebagai pemimpin peradaban dunia di masa depan sebagimana dijanjikan dalam hadits yang telah dikemukakan terdahulu.

Hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah mengetahui dan memahami hakikat metode/manhaj yang telah diterapkan Rasulullah dan para khalifahnya, kemudian menerapkannya dalam kehidupan masyarakat masa kini, sehinngga terbentuklah masyarakat ideal yang akan menegakkan keadilan dan kemakmuran sejati sebagimana generasi Islam terdahulu dibawah pimpinan Rasulullah dan para Khalifah yang mendapat petunjuk.

Maka tidak diragukan lagi bahwa menerapkan kembali manhaj (metode) yang telah diterapkan Rasulullah dan para khalifahnya adalah satu-satunnya jalan menuju kebangkitan dan kemenangan yang dijanjikan, kemenangan yang akan menghantarkan kaum Muslimin menjadi pemuka-pemuka peradaban dunia sebagaimana generasi Islam pertama terdahulu.

Pengertian Manhaj NubuwwatTidak diragukan lagi bahwa kurang maksimalnya keberhasilan gerakan

Islam dewasa ini dalam mengarahkan umat menuju kebangkitan dan membangun kembali peradaban mereka bersumber dari kesalahfahaman mereka dalam memahi hakikat ajaran Islam. Dan kesalahfahaman ini tidak lain bersumber dari kerancuan sebagian mereka dalam memahami metode/manhaj yang dikehendaki Islam. Akibat kerancuan ini, mereka telah mengadopsi berbagai bentuk metode, baik dari Barat ataupun Timur yang digunakan untuk menjelaskan dan memahami ajaran Islam dengan tujuan agar umat bangkit dari keterbelakangannya. Namun realitasnya, walaupun para cendekiawan yang rancu ini telah menghabiskan waktu beberapa kurun, namun belum mendatangkan hasil yang memuaskan yang ditandai dengan lahirnya generasi-generasi Islam yang unggul dan ulung. Itulah sebabnya, untuk membangkitkan umat kembali, para cendekiawan Muslim harus menoleh ke belakang, mengkaji lagi sejarah kegemilangan Islam dan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

128

Page 129: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

mengenal pasti perkara-perkara yang telah menjadikan generasi Islam terdahulu sebagai generasi terbaik.

Imam Malik RA telah menyatakan : Umat ini tidak akan bangkit kembali, kecuali dengan cara kebangkitannya terdahulu. Pendapat Imam besar Islam ini adalah merupakan hasil pemikiran beliau yang mendalam berkat keluasan ilmu yang dimilikinya. Umat yang terbelakang dewasa ini, tidak mungkin akan bangkit, kecuali dengan metode/manhaj yang telah ditempuh umat terdahulu yang telah membawa kegemilangan. Maka dengan demikian, jelaslah kunci kemenangan terdapat pada generasi Islam pertama.

Kunci untuk memahami metode Islam yang akan mengantarkan umat menuju kemuliaan dan keagungan adalah memahami metode yang diterapkan generasi Islam pertama. Metode/manhaj yang diterapkan generasi Islam terahulu yang telah mengantarkan mereka menuju kegemilangan dan juga yang akan mengantarkan generasi Islam sesudahnya menuju kegemilangan, sebagaimana diterangkan hadits terdahulu, adalah manhaj Nubuwwat. Maka dengan pengertian hadits di atas serta pendapat Imam Malik RA, jika para pemimpin Islam ingin mengangkat kembali harkat dan martabat umat dari kehinaan dan keterbelakangannya masa ini, tidak ada jalan lain kecuali dengan menegakkan kembali manhaj/metode yang telah dijalankan oleh Rasulullah dan Para Sahabatnya terdahulu yang telah menghantarkan mereka menuju kegemilangan dan kemenangan. Manhaj Nubuwwat (metode Kenabiaan) harus difahami kembali dengan benar, kemudian dilaksanakan dalam kehidupan sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Dengan memahami karekteristiknya dengan pasti, kemudian mengaplikasikannya bagian demi bagiannya pada kehidupan masyarakat Islam masa kini, sebagaimana Rasulullah mengaplikasikannya kepada masyarakatnnya dahulu.

Kegagalan dalam memahami makna dan hakikat manhaj Nubuwwat dalam kehidupan akan membawa dampak yang sangat buruk kepada umat. Karena mereka menganggap Islam tidak memiliki metode dalam menerapkan ajarannya sehingga mereka leluasa mengadopsi metode-metode selainnya yang justru akan mengakibatkan hilangnya nilai-nilai Ilahiyah yang terkandung dalam ajaran Islam akibat campur tangan manusia. Sebagaimana yang terjadi pada umat masa ini, akibat campur tangan mereka yang terlalu jauh dalam metode untuk memahami dan mengamalkan Islam, ahirnya Islam menjadi ajaran statis yang hanya dipelajari sebagai pengetahun belaka, bukan sebagai amalan yang diterapkan dalam kehidupan nyata sebagaimana yang telah dilakukan generasi Islam pertama.

Manhaj Islam dengan syare’at Islam adalah dua perkara yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu dengan lainnya, karena keduanya adalah satu kesatuan yang saling berhubungkait dan saling menyempurnakan. Jika syari’at Islam diumpamakan seperti sebuah bangunan rumah yang indah dan megah, maka manhaj Islam adalah tata cara (master plan) dalam membangun rumah tersebut. Rumah tidak akan mungkin berdiri dengan megahnya tanpa dijelaskan dan dirincikan bagaimana cara mendirikannya dengan sempurna sesuai dengan petunjuk sang pemilik rumah. Bagaimanapun hebatnya seorang tukang pembuat rumah, tidak mungkin dapat membangun rumah yang indah dan megah tanpa mengetahui master

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

129

Page 130: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

plan rumah tersebut dengan segala rinciannya. Dari mana mulai membangunnya, kemudian tahap demi tahapannya, modelnya, arsitekturnya dan segala detil rumah tersebut yang rumit. Para tukang bangunan pasti akan kebingungan setengah mati jika membangun rumah/gedung tanpa master plan yang dikehendaki oleh pemilikinya. Bangunan rumah saja memerlukan petunjuk pelaksanaan (master plan) dalam membangunnya, apalagi syari’at Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dari jiwanya yang tersembunyi, fisiknya, pemikirannya, hubungannya dengan sesama makhluk dan dengan Penciptanya serta segala kekomplekan manusia dengan kehidupannya di muka bumi ini. Itulah sebabnya Allah Yang Maha Mengetahui sebagai Pencipta manusia dengan Kasih Sayang-Nya yang tidak terhingga telah menurunkan petunjuk pelaksanaan (master plan) kepada Rasulullah dalam membangun syari’at Islam agar manusia tidak kebingungan dan tersesat dalam membangunnya. Petunjuk pelaksanaan dalam merealisasikan syari’at Islam inilah yang dikenal dengan manhaj Islam atau manhaj Nubuwwat.

Maka dengan demikian, tidak diragukan lagi bahwa memahami manhaj Islam adalah sama pentingnya dengan memahami syari’at Islam. Dengan demikian, menegakkan manhaj Islam adalah sama pentingnya dengan menegakkan syari’at Islam dalam kehidupan. Jika seorang Muslim tidak memahami dan tidak menegakkan syari’at Islam dikatakan sebagai seorang yang ingkar, maka demikian halnya jika mereka tidak menegakkan manhaj Islam dalam kehidupannya. Itulah sebabnya, menegakkan manhaj Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pengamalan ajaran Islam secara total. Apalagi manhaj Islam adalah kunci dalam menegakkan syari’at Islam, tanpa memahami manhaj Islam dengan baik dan betul, tidak mungkin ditegakkan syari’at Islam dengan sempurna. Menegakkan syari’at Islam adalah wajib hukumnya, dan para ulama tidak berbeda pendapat dalam hal ini, maka menegakkan manhaj Islam sebagai syarat mutlak tertegaknya syari’at Islam adalah wajib pula hukumnya sebagimana disebutkan kaidah fiqh : Sesuatu yang wajib tidak tertegak kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib pula.

Pengertian Manhaj Sesungguhnya Allah Maha pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia yang telah diciptakan-Nya dan telah diberikan kepadanya amanah sebagai khalifah (wakil) yang akan mengelola alam sesuai dengan kehendak-Nya. Untuk menyempurnakan kasih sayang-Nya, Allah SWT telah menurunkan kepada manusia pedoman hidup yang akan membimbingnnya menuju keselamatan dan kemenangan. Pedoman hidup itu berbentuk syari’at dan manhaj, sebagaimana disebutkan al-Qur’an :..... tiap-tiap umat telah Kami jadikan baginya syari’at dan

manhaj....... ( QS, al-Maidah : 48)Syari’at adalah undang-undang dan peraturan yang diturunkan Allah

SWT untuk mengatur kehidupan umat manusia agar tercipta keamanan, kedamaian dan keadilan di muka bumi, yang meliputi hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan seluruh makhluk di alam raya ini. Sementara manhaj adalah tatacara atau

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

130

Page 131: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

metode dalam melaksanakan syari’at tersebut di dalam kehidupan nyata secara sistematis sesuai dengan tahapan-tahapannya.

Para Nabi terdahulu, baik Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS dan lainnya masing-masing di utus Allah dengan membawa syari’at dan manhaj yang sesuai dengan keadaan dan tingkatan masyarakat mereka. Syari’at mereka adalah sama, yaitu untuk menegakkan Tauhid, keesaan Allah SWT dalam segala aspek kehidupan dan menjauhi thoghut, tuhan-tuhan selain dari Allah SWT.133 Namun manhaj mereka berbeda, yaitu pelaksanaan syari’at dalah kehidupan nyata mereka adalah berbeda menurut keadaan dan tingkatan masyarakat yang dibimbingnnya. Maka manhaj yang turun kepada para Nabi dalam rangka menegakkan tauhid ini juga berbeda. Sebagai contoh, Nabi Ibrahim AS membawa tugas menegakkan tauhid, demikian pula halnya dengan Nabi terahir, Muhammad SAW, namun manhaj (tatacara) mereka melaksanakan tauhid ini berbeda. Nabi Ibrahim AS tidak membawa perintah solat lima waktu, puasa di bulan ramadhan dan lain-lain perintah Allah sebagaimana diperintahkan kepada Nabi Muhammad, yang mana hal ini merupakan manhaj (cara) mencapai syari’at mentauhidkan Allah SWT.

Para Nabi dan Rasul silih berganti diutus Allah dengan membawa syari’at dan manhaj yang akan membimbing umat manusia menuju kehidupan ideal dibawah pancaran keridhaan Allah. Apabila manusia menyimpang dan melupakan syari’at dan manhaj para Nabi terdahulu, Allah SWT dengan kasih sayang-Nya senantiasa mengutus kembali Nabi dan Rasul dengan membawa syari’at dan manhajnya yang meluruskan, menggantikan atau menyempurnakan syari’at dan manhaj terdahulu. Karena syari’at dan manhaj yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah yang terahir, maka ia harus sempurna, menyeluruh, universal dan tidak ketinggalan zaman sampai ahir zaman. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dengan segala Kesempurnaan-Nya, itulah sebabnya Dia menurunkan al-Dien al-Islam yang mengandung ajaran sempurna dan lengkap dan membahas seluruh aspek kehidupan manusia menurut tingkat pemikiran dan pengetahuannya sampai ahir zaman. Tidak ada satu aspekpun kehidupan manusia yang terabaikan, syari’at dan manhajnya tidak akan ketinggalan zaman, walaupun zaman datang silih berganti, karena ajarannya diturunkan dalam bentuk global dan mengandung pokok-pokok kehidupan manusia yang terpenting.

Dengan syari’at dan manhaj inilah Rasulullah membimbing bangsa Arab Jahiliyah yang terpecah belah dan terbelakang dengan penuh ketekunan dengan tahapan-tahapan pembinaannya yang khas. Kemudian sejarah membuktikan, bagaimana bangsa Arab Jahiliyah itu tumbuh dan berkembang menjadi bangsa besar dan utama serta kuat, memiliki wilayah

133 Masalah ini diterangkan beberapa ayat, diantaranya;Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) “sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut” (QS. al-Nahl : 36)Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “bahwasanya tidak ada Ilah (Tuhan) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS. al-Anbiya’:25).Katakanlah :”Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Robbku pada jalan yang lurus, yaitu dien yang benar, dien Ibrahim yang lurus: dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Katakanlah :”Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya: dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri kepada Allah. Katakanlah :”Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu”. (QS. al-An’am : 161-4).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

131

Page 132: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kekuasaan yang luas, menumbangkan penjajahan dan kezaliman super power Romawi dan Persia dan menegakkan keadilan dan kemakmuran di seluruh wilayah kekuasaannya. Semua keagungan dan keutamaan bangsa Arab itu adalah berkat syari’at dan manhaj yang diturunklan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian pula sejarah telah membuktikan, generasi-generasi setelah mereka, walaupun tetap memelihara dan menjalankan syari’at Allah, namun lalai melaksanakan sepenuhnya manhaj yang menyertai syari’at Islam. Pada saat inilah awal kemunduran kaum Muslimin, yaitu pada saat mereka mengganti manhaj Islam dengan manhaj/metode selainnya dalam memahami dan mengamalkan al-Dien al-Islam, baik yang bercorak filsafat, sufi, kalam ataupun fiqh. Akibatnya telah lahir generasi-generasi yang berbeda dengan watak dan karakteristik generasi Islam pertama. Walaupun mereka dapat menghasilkan perbendaharaan pengetahuan yang menjulang tinggi, namun mereka tidak dapat menyamai kesempurnaan generasi terdahulu yang dibina atas manhaj Nubuwwah, metode yang diterapkan Rasulullah. Keadaan menjadi lebih buruk apabila pintu ijtihad dinyatakan tertutup, karena Ijtihad merupakan salah satu cara dinamis manhaj Islam yang akan mempertahankan keuniversalannya sampai ahir zaman.

Setiap penyimpangan atau campur tangan manusia di dalam manhaj ini, bukannya menambah keunggulannya, namun semakin menghancurkannya, menghilangkan keutamaan-keutamaan Ilahiyah yang terkandung didalamnya yang telah disusun dengan amat sempurna oleh Maha Pencipta Alam. Itulah sebabnya Islam melarang sejak awal penambahan-penambahan semacam ini yang dikenal dengan bid’ah, bahkan Rasulullah menyatakan bahwa setiap bid’ah adalah sesat dan setiap yang sesat dimasukkan ke dalam neraka (HR. Bukhari Muslim). Ini jelas karena syari’at dan manhaj yang ada di dalam al-Dien al-Islam telah sempurna; tidak memerlukan tambahan-tambahan ataupun perubahan-perubahan. Setiap keputusan yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya di dalam syari’at dan manhaj adalah mutlak, tidak dapat diubah, ditambah dan diganti, karena ini di luar kemampuan dan pengetahuan manusia, sebagaimana ditegaskan Allah dan Rasul-Nya :

Sesungguhnya tidak ada perkataan lain yang diucapkan orang-orang Mukmin jika diseru agar mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam berhukum di antara mereka, kecuali perkataan :”Kami mendengar dan kami mentaatinya”.(QS, al-Nur : 51)Dan tidaklah patut bagi laki-laki Mukmin dan perempuan-perempuan Mukmin, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu keputusan untuk memilih selainnya dari urusan tersebut, dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS, al-Ahzab : 36)

Tidaklah beriman salah seorang diantara kamu sehingga dia mengikuti apa-apa yang aku bawa padanya. (HR. Tirmizi)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

132

Page 133: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Berpegang teguh kepada syari’at dan manhaj merupakan realisasi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya yang seringkali ditegaskan al-Qur’an dan al-Hadits. Penyelewengan dari syari’at dan manhaj yang diajarkan Islam adalah sama artinya dengan tidak mentaati Allah dan Rasul-Nya. Ini berarti penentangan terhadap Allah dan Rasul-Nya yang pasti akan mengakibatkan kecelakaan dan kehinaan bagi siapa yang melakukannya.

Sejak generasi terdahulu sampai masa ini, sejak kaum Muslimin meninggalkan manhaj Islam yang unik dan sempurna dalam melaksanakan syari’at Islam, mereka belum pernah mengalami kecemerlangan sebagaimana generasi awal, kecuali sekelompok kecil yang belum mampu merombak wajah dunia. Padahal al-Qur’an dan al-Sunnah, sumber utama syari’at dan manhaj yang digunakan generasi Muslim terdahulu masih tetap utuh di tangan kaum Muslimin sampai hari ini. Namun mengapa mereka menjadi ummat yang terbelakang, yang terbodoh, termiskin, teraniaya dan terendah kualitas SDM-nya diantara seluruh bangsa-bangsa dunia ? Mengapa mereka tidak mampu menjadi seperti generasi-generasi Islam pertama yang merupakan ummat terbaik, termaju, tercemerlang dan paling berkualitas serta menjadi mercusuar peradaban dunia ?

Jawabannya jelas, semua ini terjadi akibat terlalu banyak penyimpangan dan campur tangan manusia di dalam manhaj Islam yang telah diturunkan Allah SWT. Mereka telah mengubah, memisah-misahkan serta mengembangkan manhaj Islam yang sempurna menjadi manhaj ala fiqh, manhaj ala filsafat, manhaj ala kalam dan manhaj ala sufi. Mereka telah membangun manhaj-manhaj baru yang dikatakannya sebagai pengembangan manhaj Islam, namun pada hakikatnya mereka telah mengadopsi manhaj selain manhaj Islami kemudian mengawinkannya dengan manhaj Ilahiyah yang ahirnya melahirkan manhaj baru yang kadangkala tidak sesuai atau bahkan bertentangan dengan nilai-nilai manhaj Islam. Manhaj Ilahiyah yang suci dan sempurna dicampur aduk dengan manhaj rekaan manusia yang serba lemah dan kurang. Manhaj Islam yang diterapkan Rasulullah dikawinkan dengan manhaj filsafat Yunani, manhaj kerahiban Nashrani, manhaj akliyah Israiliyat dan manhaj-manhaj manusiawi lainnya, sehingga manhaj Islam hilang terkubur di antara tumpukan manhaj-manhaj manusiawi tersebut yang ahirnya menjadikannya sebagai manhaj statis yang tertinggal di dalam teori-teori pengetahuan, baik dalam ilmu Kalam, ilmu Tauhid, ilmu Filsafat, ilmu fiqh, ilmu tasawwuf dan lainnya. Sejak itu tidak pernah lahir generasi-generasi Islam yang merombak tatanan dunia sebagaimana generasi Islam pertama akibat ditinggalkannya manhaj Islam dalam menegakkan syari’at Islam yang hakikatnya bertujuan untuk melahirkan ummat terbaik.

Perkataan Manhaj sendiri berasal dari pangkal kata bahasa Arab yang digunakan oleh Islam dengan pengertian yang lebih khusus daripada pengertian-pengertian umum yang difahami masyarakat Arab pra Islam, sebagaimana perkataan sholat, zakat, jihad, hajj dan sejenisnya. Jadi untuk memahami pengertiannya secara tepat, harus dicari akar katanya dari sumber-sumber ajaran Islam, seperti al-Qur’an, al-Hadits dan gramatika bahasa Arab.

Manhaj di al-Qur’an

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

133

Page 134: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Al-Qur’an menyebut perkataan manhaj dalam surat al-Maidah ayat 48;134

Dan Kami turunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab terdahulu, sebagai penimbang atas kitab-kiab itu. Maka berilah hukum kepada mereka menurut hukum yang telah diturunkan Allah kepadamu. Janganlah kamu mengikuti kemauan mereka yang menyeleweng dari kebenaran yang ada padamu. Tiap-tiap ummat telah kami jadikan padanya syariat dan manhaj. Jikalau Allah menghendaki, maka Dia dapat menjadikan kamu satu ummat saja, tetapi Dia mau menguji kamu tentang apa yang telah diberikan-Nya....... (QS. al-Maidah : 48)

Umumnya para Mufassirin seperti Ibnu Abbas135, Thabari136, Qurthubi137, al-Qashimi138, al-Radzi139, Ibnu Katsir140, al-Naisaburi,141 al-Alusyi142, Jalalayn143, Khazin144, al-Baghawi145, al-Syaukani146, al-Nasafi147, al-Wahidi148, al-Qushairi149, al-Baidhawi150, al-Zamakhsari151, al-Mudzkari152, Ibn Abi Hayyan153, Thantawi Jauhari154, al-Thaba’-taba’i155, al-Sabzawari156, Jawad al-Mughniyah157, al-

134 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz VI. (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm. 129-130 135 Ibnu Abbas, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, (Teheran : Intatsorot Istiqlal, tt) hlm. 95136 Thabari, Tafsir al-Thabari, Jil. 10 (Kaherah : Dar al-Maarif, tt) hlm. 384137 Qurthubi, al-Jami’ al_Ahkam al-Qur’an, juz. 5 (Beirut : Dar Ihya’ al-Turats al-Arbi, 1965) hlm. 211.138 Jamaluddin al-Qashimi, Mahasin al-Ta’wil,juz 6. (Beirut : Dar Ihya’ al-Kutub al-Arbi,1958) hlm.2017139 al-Radzi, al-Tafsir al-Kabir, juz III,(Beirut : Dar Fiqr, 1878) hlm. 412-413140 Ibnu Katsir,Tafsir al-Qur’an al-Adzim. juz II. (Kaherah: Dar al-Khairat, 1988) hlm.63141 al-Naisaburi, Gharaib al-Qur’an wa Raghaib al-Furqan, (Hulfa : M.Nashir al-Halbi, 1962) hlm. 107-

108.142 al-Alusyi al-Bagdadi, Ruh al-Ma’ani, juz V-VI (Beirut : Dar Ihya’ al-Turats al-Arbi, Thaba’ah Rabi’ah,

1985) hlm.153143 al-Jalalayn, Tafsir Jalalayn, (Beirut : Dar Fiqr, 1981) hlm.102.144 Khazin (Ibrahim al-Bagdadi), Tafsir al-Khazin, juz II (Beirut : Dar Fiqr, 1979) hlm.61145 al-Baghawi, Tafsir al-Baghawi, juz II, (Beirut : Dar Fiqr, 1979) hlm.61146 al-Syaukani, Fath al-Qadir, jil.II (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.48147 al-Nasafi, Tafsir al-Nasafi, jil.I (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.286148 al-Wahidi, Marah labid Tafsit al-Nawawi, jil.I (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.207149 al-Qushairi, Lataif al-Isyarah, Tafsir Shauf Kamil li al-Qur’an al-Karim, jil.I (Mesir : Markaz Tahqiq

al-Turats, Thabaah Tsaniyah, 1981) hlm.429.150 al-Baidhawi, Tafsir Baidhawi, (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.152.151 al-Zamakhsari, al-Khasysyaf, jil I, (Beirut : Dar al-Ma’rifah, tt) hlm.618152 al-Mudzkari, Tafsir al-Mudzkari, jil.III, (Pakistan : Masjid Ruud, 1982)hlm.123153 Ibn Abi Hayyan, Tafsir al-Bahr al-Muhith, juz III (Beirut : Dar Fiqr, Thaba’ah Tsaniyah, 1988)

hlm.102154 Thanthawi Jauhari, al-Jawahir fi Tafsir al-Qur’an al-Karim, juz II (Teheran : Intasyarat Aatab, Thaba’ah

Tsaniyah, 1350 H) hlm.190155 al-Thaba’thaba’i, al-Mizan, jil V,(Beirut : Muassasah al-A’lami, Thaba’ah Tsaniyah, 1974) hlm.351156 al-Sabzawari, al-Jadid fi Tafsir al-Qur’an al-Majid, juz III (Beirut : Dar al-Ta’aruf li al-Batba’ah,

1982)hlm.476157 Jawad al-Mughniyah, al-Tafsir al-Kasysyaf, jil III (Beirut : Dar Ilm li al-Maliyin, thaba’ah tsaditsah,

1980) hlm.67

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

134

Page 135: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Shabuni158, al-Maraghi159, Abduh160, Sayyid Qutb161, Said Hawwa162 dan lainnya mengartikan manhaj sebagai thariqan wadhihan (jalan yang terang benderang) atau sabilan (jalan).

Di antara mereka ada pula yang menukilkan pendapat bahwa manhaj satu makna dengan syari’at, di mana manhaj berfungsi sebagai penguat (taukid) dari kata syari’at yang mendahuluinya, sebagaimana dinukilkan al-Alusyi dan Khazin.163 al-Thabari menyebutkan bahwa ada perbedaan di antara para Mufassirin dalam mengartikan li kulli min kum (pada tiap-tiap kamu). Ada yang mengartikan kum (kamu) dengan arti seluruh umat manusia dari zaman dahulu telah diturunkan kepada mereka syari’at dan manhaj, namun ada yang mengartikannya sebagai ummat Nabi Muhammad saja.164

Namun dalam hal ini, sebagaimana dikemukakan Khazin, jika dilihat konteks ayatnya secara menyeluruh, maka jelaslah ayat tersebut membahas tentang ummat terdahulu dengan disebut-kannya kitab-kitab terdahulu mereka dan juga kalimat “dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia dapat menjadikan kamu satu ummat saja”. Maka yang lebih kuat pendapat yang mengartikan kum sebagai seluruh ummat manusia sebagaimana difahami jumhur Mufassirin.165

Di antara para Mufassirin, pendapat yang dinukilkan Khazin berkaitan erat dengan pembahasan di sini, yaitu ketika beliau memberikan penjelasan lebih lanjut perbedaan antara syari’at dan manhaj dalam menyanggah mereka yang berpendapat keduanya memiliki persamaan makna sama. Khazin menukilkan :

Dan telah berkata yang terahir, di antara keduanya (syari’at dan manhaj) jauh berbeda, yaitu sesungguhnya syari’at adalah apa yang diperintahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, sedangkan manhaj jalan terang dalam merealisasikan syari’at tersebut.166

Demikian pula pendapat al-Radzi dan al-Maraghi.167

Menurut pendapat terahir ini, maka jelaslah maksud perkataan manhaj pada ayat di atas menunjukkan pengertian kepada manhaj dalam merealisasikan syari’at yang diturunkan Allah SWT. Pengertian ini diperkuat pula dengan pendapat beberapa Mufassirin yang disebutkan terdahulu yang mengartikan manhaj sebagai jalan terang benderang (thariqon wadhihan) dalam merealisasikan syari’at. Maka dengan demikian beberapa pendapat para Mufassirin ini dapat dihubungkaitkan dan saling menguatkan dengan

158 al-Shabuni, Shafwat al-Tafasir, jil.I (Beirut : Dar al-Qur’an al-Karim,tt) hlm.346159 al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz. VI (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm.129-130160 Abduh, M, Tafsir al-Qur’an al-Karim, Asyakir bi Tafsir al-Manar, juz.VI, (Beirut : Dar Ma’rifah, tt)

hlm.312-313161 Sayyid Qutb, Fi Zilal al-Qur’an, juz II. (Jeddah : Dar Ilm li al-Thaba’ah, Thaba’ah al-Tsaniyah

asyarah, 1987) hlm.901-902162 Said Hawa, al-Asas fi al-Tafsir, juz.III, (Kaherah : Dar Salam, 1985)hlm.1397.163 al-Alusyi,op.cit. hlm.153. Khazin, op.cit,hlm.61164 al-Thabari, op.cit. hlm.384.165 lihat, Khazin, op.cit, hlm.61. al-Radzi, op.cit. hlm.412-413. al-Maraghi, op.cit. hlm.129-130. 166 Khazin,op.cit. hlm.61167 al-Radzi, op.cit. hlm. 413. al-Maraghi, op.cit. hlm.130.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

135

Page 136: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kesimpulan bahwa pengertian manhaj adalah thariq/sabil (jalan/tatacara/kaedah/metode) dalam merealisasikan syari’at Allah.

Manhaj di Hadits RasulullahAda beberapa hadits Rasulullah SAW yang menggunakan perkataan

manhaj ini. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan dari Khuzaifah al-Yaman, yang berkata bahwa Rasulullah telah bersabda :

Tegaklah pada kamu zaman Nubuwwah (Kenabian) sampai beberapa masa yang dikehendaki Allah, maka terjadilah ia, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu pada kamu zaman Khalifah atas Manhaj Nubuwwat, maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian di angkat. Kemudian tegaklah pada kamu Kerajaan feodal yang menggigit maka terjadilah ia padamu beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian tegaklah sesudah itu kerajaan sesat yang menyimpang, terjadilah ia beberapa lama yang dikehendaki Allah, kemudian diangkat. Kemudian setelah itu tegaklah padamu Khalifah atas Manhaj Nubuwwat yang mengamalkan sunnah Rasul di kalangan manusia. Islam akan tersebar luas di muka bumi yang diridhai oleh penghuni langit dan bumi.......(HR, Ahmad dan Tabrani)

Manhaj Nubuwwat di dalam hadits ini diartikan sebagai cara-cara yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dalam melaksanakan seluruh aspek ajaran Islam, baik dari segi sosial, ekonomi, politik dan lainnya. Hal ini sama dengan pengertian hadits :

Kemudian datanglah setelahmu seorang lelaki yang berjalan di atas manhajmu.(HR, Ahmad)

Maka dengan demikian, perkataan manhaj dalam hadits-hadits yang digunakan oleh Rasulullah SAW mengandung pengertian sebagai jalan, cara, metode, jejak dan sejenisnya.

Manhaj Menurut Bahasa ArabIbnu Manzhur dalam Lisan al-Arab menukilkan :Manhaj berasal dari pangkal kata “nahjun” yang diartikan sebagai “thariq bayyinun wadhihun” (jalan yang jelas terang benderang). Jama’nya “nahjaatun wa nuhujun wa nuhu-jun. “Thariqun nahjatun” atau “sabilun manhajun” sama artinya “wadhihuhu” (meneranginya). Manhaj dengan Minhaj adalah sama artinya “wadhaha wastabaana wa syara nahjan wadhihan bayyinan (dijelaskan, diterangi, diterangi dengan jelas). Dan al-Manhaj/al-Minhaj artinya “al-Thariqan al-wadhihan” (jalan yang terang benderang/ tata cara yang jelas).168

Demikian pula halnya para ahli bahasa Arab lainnya mengartikan manhaj sebagai thariqan wadhihan (jalan yang terang. Di antara mereka

168 Ibn. Manzhur, Lisan al-Arab, juz II (Beirut : Dar Shadr, tt) hlm.383.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

136

Page 137: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

adalah Imam al-Radzi169, Fairuzzabadi170, Ibnu Faris171, al-Jauhari 172, Farid Wajdi173, dan lain-lainnya174.

Sementara Abd. al-Fattah Hadhar mengartikan manhaj sebagai : Seni penyusunan yang bernas (sahih) untuk merumuskan susunan pemikiran-pemikiran yang bijaksana.175

Menurut beberapa penjelasan terdahulu, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian manhaj menurut al-Qur’an, al-Hadits ataupun bahasa Arab adalah mengandung maksud sebagai tata cara, kaedah, jalan dalam merealisasikan sesuatu.

Pengertian Manhaj NubuwwatPerkataan Nubuwwat sendiri dalam bahasa Arab secara global

mengandung pengertian sebagai kenabian, dalam kontek hadits di atas dan untuk selanjutnya berarti sebagai kenabian yang diberikan kepada Muhammad Rasulullah. Maka dengan demikian manhaj Nubuwwat mengandung pengertian sebagai jalan/cara/tatacara/ metode yang telah diterapkan oleh Rasulullah ataupun para shahabat dalam merealisasikan syari’at Islam dalam kehidupan mereka, baik pada pribadi, keluarga, masyarakat, pemerintahan, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, pertahanan dan lainnya. Manhaj ini sendiri telah ditetapkan dan diajarkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad melalui urutan-urutan wahyu yang diterimanya, berawal dari wahyu yang turun di gua Hira’ sampai wahyu terahir yang turun ketika perjalanan pulang Rasulullah dari menunaikan haji terakahir (haji wada’). Dengan demikian manhaj Nubuwwat adalah manhaj Ilahi yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad bersamaan dengan diturunkannya syari’at Islam ke muka bumi. Sebagaimana para Nabi terdahulu yang membawa syari’at dari Allah senantiasa diturunkan bersamanya manhaj sebagai pedoman dan petunjuk dalam melaksanakan syari’at bagi para pengikutnya sebagimana dinyatakan al-Qur’an:

.......sesungguhnya pada tiap-tiap ummat telah Kami jadikan padanya syari’at dan manhaj...... (al-Maidah : 48)Syari’at Islam yang bersumber dari wahyu mengandung ajaran-ajaran

sempurna, membahas seluruh aspek kehidupan manusia, dari masalah-masalah pribadi sampai kemasyarakatan dengan teori-teori suci yang dibawakannya secara global, karena kekomplekannya inilah mutlak diperlukan pedoman nyata dalam pelaksanaannya. Dapat dibayangkan, bagaimana jadinya jika Allah hanya menurunkan syari’at saja tanpa pedoman pelaksanaannya, dari mana mengawali pengamalan ajarannya yang sangat komplek itu yang pasti akan membingungkan para pengikutnya karena tidak

169 Imam al-Radzi, Mukhtasar al-Shihah, (Beirut : Dar Fiqr, 1981) hlm.881170 Fairuzzabadi, al-Qamus al-Muhith,jil. I (Beirut : Dar Fiqr, 1978) hlm.210171 Ibnu Faris, Mu’jam Muqayis al-Lughah, tahqiq Abd. al-Salam Harun, (Beirut : Dar Fiqr, tt)172 Ismail al-Jauhari, al-Shihah, Taj al-Lughah wa Shihah al-Arabiyah, (Mesir : Dar al-Kitab, tt) hlm.346173 Farid Wajdi, Dairah Maarif al-Qur’an Isyruun, (Beirut : Dar Fiqr, tt) hlm. 380174 lihat misalnya : S. Ahmad Ridha, Mu’jam Matan al-Lughah, jil V, (Beirut : Dar Fiqr, 1960) hlm.557.

Dr. Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Washith, juz II, (Mesir : Idarah Ihya’ al-Turats al-Islami, tt) hlm.957.175 Abd. al-Fattah Hadhar, Azimah al-Bahs althami fi al-Alim al-Arbi. (Riyadh : Ma’had al-Idarah al-

Ammah, 1981) hlm.12

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

137

Page 138: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

mengetahui susunan sistematikanya. Maka pedoman pelaksanaan syari’at Islam inilah yang dimaksudkan dengan manhaj Islam yang didalam hadits terdahulu disebut sebagai manhaj Nubuwwat yang mengandung pengertian sama.

Manhaj Nubuwwat adalah pedoman yang diturunkan Allah kepada Rasulullah untuk menjelaskan dari mana harus mengawali penerapan ajaran-ajaran Islam yang luas dan kompleks, tingkatan-tingkatan pelaksanaannya, sistematikanya, susunannya, bagian-bagiannya, awalnya hingga ahirnya dan masalah-masalah lainnya yang menyangkut realisasi syari’at Islam di muka bumi. Karena al-Qur’an, sumber utama syari’at Islam diturunkan Allah sebagaimana pendapat jumhur ulama, secara utuh 30 juz dari sidrat al-Muntaha ke sama’ al-Dunya (langit dunia), dan dari sinilah turun berangsur-angsur ke bumi sesuai kondisi dan keperluan pengikut-pengiku Islam yang dididik Rasulullah pada masa itu. Syari’at Islam tidak diturunkan secara sekaligus kepada Rasulullah dan para pengikutnya, tetapi bagian demi bagian dengan maksud yang jelas dan terang agar syari’at tersebut dapat dilaksanakan secara tahap demi tahap sehingga terwujud keseluruhannya dalam kehidupan.

Allah Maha Mengetahui, jika syari’at Islam diturunkan langsung seluruhnya secara sempurna, tidak mungkin masyarakat dapat menerapkannya sekaligus dalam satu waktu dan serta merta dalam kehidupannya. Karena syari’at Islam yang agung ini memang memerlukan waktu panjang untuk merealisasikannya dalam kehidupan nyata sebagimana Rasulullahpun memerlukan waktu 23 tahun untuk menyempurnakan penerapannya pada para pengikutnya. Jika syari’at Islam diturunkan sekaligus. mereka pasti akan mengalami kebingungan demi kebingungan, sebagaimana bingungnya masyarakat Islam dewasa ini yang telah mendapatkan syari’at Islam sudah sempurna, namun tidak mengetahui bagaimana harus mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata sehingga mereka mencoba-coba untuk membuat berbagai bentuk metode aplikasi sendiri yang ahirnya menambah kebingungan dan keterbelakangan mereka akibat kegagalan demi kegagalan dalam menerapkan ajaran Islam. Rasulullah dan para shahabat berhasil menjadi manusia-manusia unggul yang mencapai kemenangan karena telah dibimbing Allah dalam merealisasikan ajaran Islam dengan manhaj yang diturunkan menyertai syari’at. Untuk mencegah kebingungan dan kesesatan pengikutnya inilah, syari’at Islam turun secara beransur-ansur dengan bagian-bagian materinya yang merupakan manhaj Islam:

Dan al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan beransur-ansur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (al-Isra’ : 106)

Berkatalah orang-orang yang kafir :”Mengapa al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja ?”. demikianlah supaya Kami memperkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya bagian demi bagian. (al-Furqan : 32)

Maka dengan demikian jelaslah bahwa manhaj Nubuwwat adalah

pedoman yang terang benderang dalam mewujudkan syari’at dari alam

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

138

Page 139: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

teori/konsepsi menuju alam nyata pada kehidupan umat manusia. Atas perintah Allah, metode/manhaj inilah yang telah diterapkan Rasulullah dan para shahabat dalam menegakkan syari’at Islam dalam diri, keluarga, masyarakat dan segala aspek kehidupan mereka sehingga menghantarkan mereka menjadi manusia-manusia unggul yang telah membangun peradaban baru dunia yang berdasarkan pada keagungan ajaran Islam. Mereka memahami benar cara menerapkan syari’at Islam ke alam nyata kehidupan mereka, dari mana mengawalinya dengan tingkat-tingkat, bagian-bagian dan sistematika materinya sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tertegak padanya ajaran Islam. Jika diandaikan syari’at seperti sebuah bangunan, maka Rasulullah benar-benar memahami master plan bagunan tersebut, benar-benar mengetahui bagaimana cara mewujudkannya dalam kenyataan sehingga menjadi sebuah bangunan yang indah dan megah. Rasulullah telah membangun bangunan Islam dengan indah dan megahnya pada pribadi-pribadi para pengikutnya sesuai dengan petunjuk Sang Pemilik bangunan Islam, sehingga mereka mendapat julukan sebagai ummat terbaik sepanjang zaman. Rasulullah dan para shahabat tidak pernah berpaling dari manhaj yang telah digariskan Allah, tidak pernah timbul keinginan mereka untuk mengadopsi metode-metode yang lain, karena mereka yakin seyakinnya bahwa metode yang mereka terapkan adalah metode terbaik yang diajarkan oleh Sang Pencipta manusia. Metode siapakah yang lebih baik daripada metode yang telah ditetapkan Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui kepada ciptaan-Nya ?

Dengan binaan metode ini, para pengikut Rasulullah bagaikan prajurit-prajurit yang amat taat kepada jendralnya, melaksanakan dengan penuh ketundukan apapun juga yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak akan meminta tambahan perintah sebelum perintah terdahulu mereka amalkan dalam kehidupan. Mereka sangat yakin bahwa syari’at dengan metodenya yang diberikan Allah kepada mereka dalam metode terbaik dan tersempurna serta terunggul, karena diturunkan dari Yang Maha Mutlak Pengetahuan-Nya. Mereka merasa bangga karena Allah berkenan berhubungan langsung dengan mereka melalui wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan tidak ada kemuliaan tertinggi bagi mereka yang melebihi karunia ini. Sang Pencipta alam raya berkenan berhubungan dengan mereka lalu mengajarkan hal-hal terbaik demi kebaikan dan kesempurnaan mereka. Allah telah berkenan mengatur mereka secara langsung dengan manhaj-Nya yang telah mengantarkan mereka sebagai generasi-generasi agung.

Namun berbeda halnya dengan generasi-generasi sesudah mereka yang melalaikan manhaj Nubuwwat yang unik ini. Walaupun syari’at Islam beserta sumber utamanya, al-Qur’an dan al-Sunnah, yang diturunkan kepada generasi terdahulu masih tetap utuh di tangan mereka, namun mereka tidak dapat mencapai taraf keagungan sebagaimana generasi terdahulu. Bahkan sejarah membuktikan mereka adalah generasi yang menyimpang dari jalan generasi para pendahulu mereka. Mereka menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan keluarganya, menindas penegak-penegak keadilan sejati karena kepentingan duniawi bahkan membunuh sebagian shahabat yang telah membela Rasulullah dan keluarganya. Dan mereka telah melakukan berbagai bentuk penyimpangan yang tidak pernah dikenal

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

139

Page 140: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

generasi Islam terdahulu. Hal ini tejadi karena mereka tidak menerapkan syari’at Islam menurut manhajnya sebagaimana Rasulullah dan para shahabat yang telah mengikuti semua tingkatannya dengan cemerlang. Generasi ini telah mengadopsi metode-metode asing ke dalam Islam yang akan menghasilkan generasi-generasi yang kualitasnya jauh dibawah standar Islam yang menghendaki generasi-generasi unggul yang berjiwa khalifafatullah dan hamba Allah. Mereka telah memperlakukan Islam sebagai obyek pengetahuan yang diulas panjang lebar dengan perincian-perinciannya yang rumit seperti model pembahasan ala filsafat, sehingga menghasilkan pemahaman asing terhadap metode Islam yang pada ahirnya akan menghasilkan generasi-generasi yang asing pula pada pemahaman Islam. Keadaan ini telah menimpa generasi Islam pasca shahabat yang ahirnya mendatangkan kemunduran bagi kaum Muslimin. Itulah sebabnya, manhaj Islam harus tetap diterapkan agar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan syari’at Islam. Memisahkan keduanya sama artinya dengan memisahkan bangunan dengan master plan yang sangat diperlukan dalam pembangunan sebuah bangunan. Syari’at Islam hanya dapat ditegakkan dengan manhaj yang diturunkan bersamanya, bukan dengan manhaj selainnya. Aplikasi Manhaj Nubuwwat Di Zaman Rasulullah saw

Seluruh aspek kehidupan Nabi Muhammad saw, baik perbuatannya, keputusannya, diamnya, marahnya, kasihnya, pemikirannya dan lainnya tidak terlepas dari wahyu Allah yang diturunkan kepadanya. Jika beliau tersalah dalam satu perkara, maka wahyu akan turun kepadanya yang akan meluruskan kesalahannya. Beliau benar-benar terkontrol dalam lingkungan wahyu Allah, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an :

Dan tiadalah perkataannya itu dari kehendaknya sendiri, melainkan wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya. (QS al-Najm : 2)

Demikian pula masyarakat yang dibina Rasulullah saw tidak terlepas dari kontrol wahyu Allah. Segala tindak tanduk masyarakat senantiasa mendapat sorotan Allah SWT. Jika terjadi penyimpangan-penyimpangan maka wahyu akan turun untuk meluruskannya, mengajarkan pada mereka nilai-nilai idial sebuah masyarakat utama. Perhatian besar yang diberikan Allah kepada masyarakat saat itu tidak lain karena masyarakat ini hendak dijadikan masyarakat percontohan sepanjang masa, yang akan ditauladani oleh manusia sampai hari penghabisan kelak. Itulah sebabnya masyarakat ini harus benar-benar menggambarkan kehendak Allah SWT, menggambarkan sebuah masyarakat idial yang berdasarkan pada wahyu Allah dan Rasulullah dan masyarakatnya benar-benar berhasil dalam menerapkan kehendak-kehendak Allah kepada diri mereka sehingga dijuluki sebagai umat terbaik.

Zaman Rasulullah adalah sebaik-baik zaman, zaman yang diberkahi dan dirahmati, karena pada zaman ini telah terjadi hubungan langsung antara langit tertinggi dengan bumi, antara Pencipta alam raya dengan ciptaan, antara Allah Yang Maha Tinggi dengan manusia. Pada zaman ini, dan untuk yang terahir kalinya, Allah SWT berkenan berhubungan langsung dengan makhluknya, manusia di bumi melalui perantaraan wahyu yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

140

Page 141: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

disampaikan kepada Nabi Muhammad. Seakan-akan Allah berbicara langsung kepada manusia tentang kehidupan mereka, menjelaskan panduan yang akan mengatur kehidupan mereka, memerintahkan yang terbaik dan mencegah yang buruk bagi mereka, menyelesaikan problematika ataupun perselisihan diantara mereka dan lain-lain masalah yang menyangkut kehidupan mereka di muka bumi ini.

Masa 23 tahun, masa turunnya wahyu Allah kepada Nabi Muhammad adalah masa percontohan sepanjang masa. Masa yang telah melahirkan manusia-manusia agung, generasi-generasi terbaik umat manusia yang dilahirkan untuk memberikan teladan kepada seluruh umat manusia sampai hari penghabisan kelak, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an :Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk seluruh umat

manusia. (Ali Imron : 110)Dengan kesempurnaan pengetahuan-Nya, pada masa ini Allah

berkenan mengatur langsung kehidupan manusia, membimbing mereka menuju kemenangan dan kejayaan, melalui perantaraan wahyu-Nya yang disampaikan Jibril AS kepada utusan-Nya, Nabi Muhammad saw.Menurunkan peraturan-peraturan hidup yang nyata dan langsung diamalkan masyarakat. Allah langsung berkomonikasi dengan mereka. Segala permasalahan mereka, mereka langsung mengadukannya kepada Allah, dan Allah berkenan menjawab serte menyelesaikan permasalahan-permasalahan mereka melalui wahyu kepada utusan-Nya. Jika mereka menghadapi permasalahan yang tidak dapat diselesaikan, maka merekapun menengadahkan muka ke langit, mengadu kepada Allah agar diselesaikan permasalahan mereka. Al-Qur’an telah menggambarkannya ketika kaum Muslimin memohon agar kiblat di masjid al-Aqsho Yerusalem dipindahkan ke Masjid al-Haram di Makkah, kemudian Allah menjawab dengan firmannya :

Sesungguhnya Kami telah melihat engkau menengadahkan mukamu ke langit, lalu Kami hadapkan mukamu ke arah Kiblat yang engkau sukai. (QS. al-Baqarah: 144)176

Demikian pula ketika seorang wanita bernama Khaulah binti Tsa’labah yang telah didzihar oleh suaminya Aus bin Tsamit. Ia mengadukan halnya kepada Rasulullah, namun Rasulullah belum mendapat hukumnya dari Allah. Maka iapun mengadukannya langsung kepada Allah, dan Allahpun berkenan menjawab pengaduan wanita malang tersebut dengan mewahyukan kepada Nabi dengan firman-Nya :

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan seorang wanita yang membantah engkau perihal suaminya dan mengadukan halnya kepada Allah. Allah mendengar soal jawab antara keduanya. (QS. al-Mujadilah : 1)177

Dan masih banyak ayat-ayat serupa yang menjawab persoalan masyarakat yang timbul saat itu, sehingga masyarakat benar-benar merasa terkontrol wahyu, mereka merasa benar-benar berhubungan langsung dengan Allah yang telah berkenan mengatur kehidupan mereka secara langsung. Dan Nabi Muhammadpun jika mendapat pertanyaan tentang suatu

176 Suyuthi, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul,(Mesir : Dar al-Tahrir,tt) Jil. I hlm. 33. Lihat juga, Naisabury, Asbab al-Nuzul,(Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1986) hlm. 23

177 Suyuthi,op.cit, II/324, Naisabury,op.cit, hlm.231

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

141

Page 142: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

permasalahan masyarakat, beliau tidak menjawabnya terburu-buru, sebelum datang wahyu kepadanya yang menerangkan permasalahan itu. Setelah turun wahyu kepada beliau, barulah menyampaikannya kepada masyarakat. Jika wahyu tidak turun maka beliaupun memutuskan menurut pendapatnya, namun tetap di bawah kontrol wahyu. Jika pendapat Nabi tersalah, maka akan turun wahyu yang akan mengoreksi pendapatnya, seperti kasus ketika beliau mengharamkan madu untuk dirinya demi menyenangkan istri-istri beliau, maka turunlah ayat :

Wahai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah telah halalkan bagimu karena kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu ?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Tahrim : 1)178

Ataupun kasus ketika Rasulullah memutuskan untuk menerima tebusan dari tawanan perang Badr, beliau ditegur Allah :

Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki ahirat. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS, al-Anfal : 67)179 Demikian pula halnya, Allah SWT melalui wahyu-Nya kepada Nabi

seringkali mengomentari kejadian-kejadian yang timbul di masyarakat masa itu. Apakah membenarkan suatu kejadian, mengkoreksinya ataupun membuat peraturan-peraturan baru. Sebagai contoh adalah kasus perkawinan Zaid bin Haritsah, anak angkat Rasulullah dengan Zainab al-Zahsy, Allah SWT mengomentarinya :

Dan ingatlah ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu juga telah memberi nikmat kepadanya :”Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah”. sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengahiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang-orang mukmin untuk mengawini istri-istri anak angkat mereka, apabila anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya dari istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. ( QS. al-Ahzab : 37)180

Ataupun kasus wanita-wanita beriman dari Makkah yang berhijrah ke Madinah, Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu wanita-wanita beriman, maka hendaklah kamu uji keimanan mereka, Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka

178 Suyuthi,op.cit. II/345, Naisabury,op.cit. hlm.274179 Suyuthi,op.cit. I/160, Naisabury, op.cit. hlm. 136-137180 Suyuthi,op.cit. II/261.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

142

Page 143: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

benar-benar beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. dan Allah maha Mengetahui dan maha Bijaksana.(QS,al-Mumtahanah : 10)181

Dan masih banyak lagi kasus-kasus sejenis, di mana Allah mengomentari dan memberikan pelajaran kepada masyarakat saat itu tentang yang terbaik bagi mereka. Karena dekatnya hubungan antara langit dan bumi pada masa itu, masyarakat Islam sangat berhati-hati dalam melaksanakan kehidupan mereka karena takut mendapat teguran langsung dari Allah yang akan diabadikan kisahnya di dalam al-Qur’an dan dampaknya mereka berlomba-lomba melakukan kebajikan agar mendapat tempat disisi Allah.

Dari beberapa kenyataan di atas, maka jelaslah bahwa pada masa ini sumber segala tingkah laku masyarakat hanya bersumber dari wahyu Allah semata yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Segala bentuk pemikiran, amalan, peraturan dan lainnya bersumber langsung dari Allah SWT. Jika masyarakat berbuat sesuai kehendak Allah, akan turun wahyu yang membenarkannya atau akan didiamkan berjalan apa adanya. Namun jika bertentangan dengan kehendak Allah, akan turun wahyu mengenainya yang akan meluruskannya. Seakan-akan seluruh aspek kehidupan manusia di zaman ini tidak terlepas sedikitpun dari wahyu Allah, dan Allahpun senantiasa menyeru masyarakat agar mengikuti wahyu yang diturunkan-Nya, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an:

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pimpinan-pimpinan selain-Nya. (QS, al-A’raf : 3)

Demikian pula halnya ketika Rasulullah melihat Umar bin Khattab memegang lembaran Taurat, beliau bersabda :

”Demi Allah, seandainya Nabi Musa hidup dikalangan kamu sekarang, ia mesti mengikuti apa yang aku bawa” (HR. al-Hafidz Abu Ya’la dari Jabir).

Aplikasi Manhaj Nubuwwah Masa KiniDari beberapa penjelesan di atas, maka tidak diragukan bagi seorang

Muslim agar mereka menerapkan Manhaj Nubuwwah dalam seluruh aspek kehidupan mereka kapan dan dimanapun, karena hanya jalan ini yang dapat menghantarkan mereka menuju kemenangan, baik dunia maupun ahirat

181 Suyuthi, op.cit,II/333. Naisabury,op.cit. hlm.241

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

143

Page 144: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kelak. Bahkan lebih jauh penerapan Manhaj Nubuwwah (metode Nabawi) adalah perintah agama yang wajib dilaksanakan, sebagaimana wajibnya menjalankan syari’at Islam, karena ayat yang membicarakan masalah manhaj (metode) ini bersamaan dengan syari’at.

Bagi mereka yang mengganggap dirinya kaum modern atau yang sudah terbius oleh pemikiran sesat Barat, pasti akan menolak pendapat ini dengan alasan mana mungkin metode yang diturunkan untuk masyarakat terbelakang, masyarakat onta jahili lima belas abad lalu dapat diaplikasikan di tengah-tengah dunia modern, abad informasi yang telah mengalami kemajuan pengetahuan dan teknologi ini. Karena mereka beranggapan bahwa metode yang dibawa al-Qur’an hanya sesuai untuk sekumpulan masyarat Badui terbelakang seperti zaman Rasulullah dan tidak mungkin mampu menjawab tantangan zaman yang serba komplek ini.

Pemikiran-pemikiran sesat seperti ini perlu diluruskan. Bahwa al-Qur’an dengan perbendaharaan Ilahiyah yang terkandung di dalamnya, baik syari’at, manhaj, peradaban, moral, qishah, hukum dan lainnya diturunkan Allah, Sang Pencipta Manusia, Yang Maha Mengetahui dengan pasti segala karakteristik manusia yang diciptakan-Nya, baik dahulu, sekarang dan yang akan datang. Sementara manusia, sepanjang sejarahnya adalah sama karakteristiknya, manusia yang dianugrahi hati, nafsu dan aqal, yang berbeda adalah pengetahuan dan peradabana serta produk keduanya, tergantung dari kemajuan yang diperolehnya. Maka yang dibentuk al-Qur’an adalah karakteristik manusia, agar mereka menjadi manusia-manusia unggul, sepanjang masa, baik dahulu, sekarang dan akan datang, unggul dalam spiritualitas maupun intelektualitasnya. Manusia-manusia unggul inilah, yang dengan pengetahuan yang diperolehnya akan membangun peradaban baru dunia berdasarkan ajaran Islam.

Maka dengan demikian, al-Qur’an bukan hanya sebuah khazanah intelektual belaka, namun al-Qur’an dengan manhajnya menghendaki para pemeluknya agar melaksanakan, mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupannya sehari-hari sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah dan Para Shohabat, sehingga mereka menjadi al-Qur’an yang hidup dan berjalan. Jadi al-Qur’an bukan hanya menjadi bahan bacaan ataupun diskusi saja, namun lebih jauh dari itu, al-Qur’an menjadi pengamalan sehari-hari. Dengan mengamalkan al-Qur’an sebagaimana yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, maka tidak diragukan lagi akan terbentuk manusia unggul, dan manusia unggul ini akan membentuk keluarga unggul yang ahirnya akan menjadi masyarakat unggul yang melaksanakan al-Qur’an.

Manhaj Nubuwwah yang telah diterapkan Rasulullah dalam membangun masyarakat Islam pertama dapat diterapkan dimana dan kapanpun. Karena al-Qur’an diturunkan Allah dengan bahasa yang mudah agar dapat dimengerti oleh manusia dan dapat dilaksanakan. Demikian pula kandungan ajarannya dengan tahapan-tahapannya diatur sedemikian mudahnya agar dapat meresap dalam diri manusia. Pada hakikatnya, sebagaimana ditegaskan al-Qur’an sendiri bahwa ia diturunkan dengan ringan dan mudah agar dapat dilaksanakan pengikutnya. Yang menjadikannya susah dan rumit adalah ketika dibahas, diterjemahkan, ditafsirkan dan sejenisnya dengan berbagai pendekatan peradaban manusia, sebagaimana yang dilakukan para cendekiawan muslim abad pertengahan. Bahkan ahirnya maksud utama al-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

144

Page 145: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Qur’an sebagai pedoman hidup yang mudah, terlupakan akibat keasyikan membahas kandungan khazanah peradaban di dalamnya. Padahal yang utama adalah bagaimana agar al-Qur’an menjadi pedoman hidup lebih dahulu, setelah berurat berakar dalam diri seseorang, maka secara otomatis al-Qur’an dengan perbendaharaan Ilahiyahnya akan memberikan khazanah intelektualitas kepada para pengamalnya sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Dengan hidupnya al-Qur’an dalam diri seseorang, maka ia akan menjadi penggerak utama yang akan mengarahkannya menjadi manusia unggul dalam arti sebenarnya. Karena al-Qur’an dengan seluruh doktrinya sangat anti dengan keterbelakangan, kebodohon, ketertinggalan dan sejenisnya. Bahkan lebih jauh doktrin al-Qur’an memerintahkan pengikutnya agar menguasai dan menakluki alam raya, dan manusia tidak mungkin sebagai penakluk tanpa adanya “sulthon” atau power, baik berupa pengetahuan, teknologi dan produk peradaban lainnya. Generasi Islam awal adalah contoh terbaik masalah ini. Dengan semangat yang diberikan al-Qur’an, mereka menjadi manusia-manusia agung yang menjadi mata rantai peradaban dunia.

Namun masalahnya, bagaimana cara mengaplikasikan manhaj ini ditengah kebingungan dan kerancuan kaum muslimin masa ini dengan berbagai bentuk produk pemikiran mereka dengan segala pendekatannya ? Akankah kaum muslimin membentuk masyarakat terasing yang menjauhkan diri dengan peradaban modern lalu kemudian menerapkan al-Qur’an sehingga terbentuklah masyarakat Qur’ani sebagaimana yang telah dilakukan sebagaian jama’ah Islam ? Apakah cara-cara seperti ini efektif dalam membangkitkan kaum muslimin yang bercita-cita sebagai pemimpin peradaban baru dunia ? Bukankan beberapa eksperimen yang dilakukan gerakan Islam yang memisahkan diri dengan dunia modern dan produknya mendatangkan banyak mudharat bagi mereka ? Dan beberapa pertanyaan-pertanyaan kunci lainnya yang senantiasa diajukan mereka yang apatis dengan pendapat ini.

Rasulullah, dengan manhaj Qur’ani yang dibawanya, tetap berinteraksi dengan masyarakat jahili Makkah, bahkan mereka dijadikan sebagai kelompok sasaran dakwah dan penerapan al-Qur’an. Dalam manhaj ini, harus dimulai dengan sekelompok muslim yang sadar, yang menggantikan peranan Rasulullah sebagai penterjemah al-Qur’an dalam dunia mereka. Kelompok ini, sebagaimana Rasulullah, membina diri dengan ajaran-ajaran mulia al-Qur’an dengan kata lainnya menjadikan diri mereka sebagai al-Qur’an yang hidup dan berjalan, kemudian tidak meninggalkan masyarakat jahili, namun berinteraksi dengannya, membuktikan diri bahwa semangat al-Qur’an dengan perbendaharaan Ilahiyahnya mampu merubah manusia yang jahil menjadi manusia unggul. Pribadi-pribadi contoh inilah yang terus diperbanyak jumlahnya agar mereka dapat menjadi kelompok baru yang menentukan.

Dengan berkembangnya teknologi informasi, semangat Qur’ani ini dapat disebarkan dengan mudah ke seluruh penjuru dunia, misalnya menggunakan teknologi internet dan sejenisnya. Maka dengan demikian, difinisi masyarakat bukan hanya terbatas dalam sebuah lingkungan tempat saja sebagaimana difahami selama ini, namun dengan perkembangan teknologi yang memudahkan interaksi mereka kapanpun, masyarakat Qur’ani yang bercita-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

145

Page 146: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

cita menegakkan ajaran-ajaran universal Qur’ani dapat berada di mana saja dibelahan bumi ini, tanpa harus berkumpul dalam sebuah lingkungan. Namun yang terpenting mereka memiliki kesamaan pemahaman, cita-cita dan tujuan sebagai masyarakat Qur’ani.

Pribadi-pribadi pelopor ini dibina berdasarkan materi-materi al-Qur’an, sesuai dengan tingkat pemahaman dan keimanannya, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah. Penanaman aqidah dan keimanan dan pelaksanaan ibadah adalah yang utama. Adapun keinginan mereka untuk mengislamisasikan pengetahuan dan teknologi dapat dilaksanakan setelah mereka benar-benar yakin dengan kadar keislaman mereka sendiri. Yang perlu dipertegas disini, bahwa manhaj Nabawi menuntut pengamalan seseorang terhadap nilai-nilai al-Qur’an dan bukan hanya pengetahuannya saja. Apalah artinya mengetahui ajaran Islam dengan seluruh detilnya yang rumit, namun tidak diamalkan sebagai petunjuk hidup, seperti yang dilakukan para orientalis Barat yang hanya meneliti Islam hanya sebagai sebuah khazanah intelektual belaka.

Dengan diterapkan ajaran-ajaran al-Qur’an yang mudah tersebut dalam kehidupan nyata sesuai dengan susunannya, maka tidak diragukan lagi akan lahir generasi Qur’ani yang akan menjadi pelopor kebangkitan Islam sebagaimana yang dicita-cita kaum muslimin. Dan hanya dengan manhaj inilah Islam dan pengikutnya dapap bangkit kembali sebagaimana telah dibuktikan Rasulullah dan para shahabatnya, dan bukan dengan cara-cara selainnya, apapun bentuk dan namanya, yang ahirnya akan senantiasa menimbulkan kerancuan demi kerancuan pada generasi Islam yang sudah terbelakang ini. Hanya manhaj Nabawi yang terkandung dalam al-Qur’an saja yang dapat melahirkan manusia agung yang akan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam.

Ketujuh:Qur’an Tanzili Dan

Hermeneutika Kontemporer

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

146

Page 147: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Jika diperhatikan beberapa aliran pemikiran kaum Muslimin kontemporer, baik yang berhubungan dengan cara memahami, menghayati ataupun berinteraksi dengan al-Qur'an, maka akan didapati beberapa perbedaan mendasar dengan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya pada awal kebangkitan Islam di Makkah maupun Madinah. Perbedaan demi perbedaan yang terus berkembang ini selanjutnya menimbulkan masalah-masalah besar lainnya yang berdampak kepada kemunduran kaum muslimin kontemporer pada seluruh aspek kehidupannya jika dibandingkan dengan pencapaian yang telah dilakukan generasi perintis. Demikian pula terjadinya perpecahan demi perpecahan di kalangan kaum muslimin yang kadangkala menimbulkan pertumpahan darah dan peperangan, tidak lain dipicu oleh perbedaan mereka dalam berinteraksi dengan al-Qur'an. Perbedaan cara berinteraksi secara otomatis akan menghasilkan produk pemikiran yang berbeda pula. Ahirnya kaum Muslimin mendapati dirinya sendiri di lembah kelemahan, keterpurukan, keterbelakangan, kebodohan, ketertindasan dan kegelapan justru di saat-saat umat manusia lainnya menikmati puncak pencapaian peradaban mereka seperti yang dialami Barat saat ini.

Keadaan ini telah menimbulkan inferioritas dan dilemma kepada kaum Muslimin yang memiliki masa lalu gemilang. Generasi konfius yang demikian takjubnya dengan pencapaian-pencapaian masyarakat modern Barat seperti yang ditunjukkan oleh Abduh dari Mesir, Namik Kamal dari Turki ataupun Amer Ali dari India sehingga mereka menganjurkan modernisasi Islam, yang secara tidak sadar telah menyeret generasi muda Islam kepada proses pembaratan secara terstruktur dan berkelanjutan akibat ketidakjelasan metodelogi yang diterapkan. Padahal tidak diragukan sedikitpun bahwa Barat sebelumnya banyak belajar dari peradaban yang telah dikembangkan kaum Muslimin, terutama ketika terjadinya Perang Salib yang telah membangkitkan kemajuan Eropa, yang mereka juluki sebagai renaissance. Dengan tergesa-gesa para cerdik pandai Muslim mendorong untuk mengadopsi berbagai kemajuan peradaban yang dikembangkan, termasuk mengadopsi sistem, metode, paradigma, epistemologi sampai idiologi dan sejenisnya yang dikembangkan masyarakat Barat berdasarkan Sekulerisme, faham yang menolak segala bentuk peran agama dan Tuhan dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya tidak mengherankan telah berkembang pemikiran-pemikiran yang berbau Barat di kalangan generasi Islam yang mengadopsi segala bentuk kemajuan Barat yang dianggapnya sebagai sebuah peradaban puncak manusia (the ultimate human civilization). Selanjutnya melahirkan pemikiran yang sangat liberal dalam memahami ajaran Islam, diantaranya dalam mentakwilkan teks-teks al-Qur'an yang mereka namakan dengan hermeneutika. Teks-teks al-Qur'an dibaca dan diinterpretasikan sesuai dengan perkembangan zaman, dengan menerapkan pengetahuan dan kaedah-kaedah ilmiyah yang diterapkan Barat terhadap teks Injil.

Bagi para pendukung aliran ini, seperti Fazlurrahman misalnya, berkesimpulan bahwa metodelogi baru perlu diterapkan dalam memahami teks al-Qur'an, karena metodelogi tradisional yang diterapkan kaum Muslimin selama ini bertentangan dengan semangat al-Qur'an. Rahman menulis:

"Metodelogi yang menjauhkan diri dari al-Qur'an, menimbunnya di bawah tumpukan gramatika dan retorika.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

147

Page 148: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Menggantikan naskah-naskah asli mengenai teologi, filsafat, yurisprudensi dan sebagainya, sebagai pengajaran tinggi dengan komentar-komentar (syarh) dan super-komentar-superkomentar (syarh min syarh). Di mana pengkajian komentar-komentar akan menghasilkan keasyikan dengan detil-detil yang rumit dengan mengesampingkan masalah-masalah pokok dalam obyek yang dikaji. Perselisihan pendapat (jadl) menjadi kegemaran utama dan hampir-hampir menggantikan upaya intelektual yang asli untuk membangkitkan dan menangkap masalah-masalah yang riil dalam obyek yang dikaji. (Fazlur Rahman, Islam and Modernity,hlm.36-37)

Aliran pemikiran ini berkembang pesat yang didukung oleh para cendekiawan muda, di Indonesia sendiri mendapat tempat di lingkungan perguruan tinggi Islam yang didukung resmi para birokratnya. Sebagai contoh adalah Rektor IAIN Jogyakarta yang juga sebagai Ketua PP. Muhammadiyah, Prof. Amin Abdullah yang telah menulis:

"Metode penafsiran al-Qur'an selama ini senantiasa hanya memperhatikan hubungan penafsir dan teks al-Qur'an tanpa pernah mengeksplisitkan kepentingan audiens terhadap teks. Hal ini mungkin dapat dimaklumi sebab para mufasir klasik lebih menganggap tafsir al-Qur'an sebagai hasil kerja-kerja kesalehan yang dengan demikian harus bersih dari kepentingan mufasirnya. Atau barangkali juga karena trauma mereka padapenafsiran-penafsiran teologis yang pernah melahirkan pertarungan politik yang mha dahsyat pada masa-masa awal Islam. Terlepas dari alasan-alasan tersebut, tafsir-tafsir klasik al-Qur'an tidk lagi memberi makna dan fungsi yang jelas dalam kehidupan umat Islam". Kemudian dia menyimpulkan: "Apalagi sebagian besar tafsir dan ilmu penafsiran yang diwarisi umat Islam selama ini, sadar atau tidak, telah turut melanggengkan status quo, dan kemerosotan umat Islam secara moral, politik, dan budaya." (Lihat: Ilham B. Saenong, Hermeneutika Pembebasan, Kata Pengantar)

Karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan dunia modern, maka teks-teks al-Qur'an seperti teks tentang hukum rajam, potong tangan, pembagian waris dan hukum syari'at sejenisnya perlu ditinjau kembali, didekonstruksikan, dibongkar pemahamannya yang selama ini sudah mapan, melalui sebuah kajian atau melalaui pentakwilan kembali teks-teks keagamaan sesuai dengan pandangan dan pengetahuan modern. Dengan mengemukakan argumentasi tujuan syari'at (maqoshid al-syari'ah), ataupun dengan pandangan fiqh prioritas (fiqh al-awlawiyah), penerapan syariat Islam kepada masyarakat Islam dapat ditunda maupun ditiadakan, dan diganti dengan hukum-hukum positif Barat yang dianggap sesuai dengan hak asasi manusia. Pada saat yang sama generasi ini menyerukan prularisme agama, liberalisasi, demokratisasi dan sejenisnya. Kelompok ini berkembang di dunia

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

148

Page 149: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Islam dengan beraneka nama, baik Islam Liberal, Islam Progresif, Islam Kiri dan lainnya.

Sejauh ini, kecuali keberhasilan mereka menjadi birokrat, mengadakan serangkaian seminar, peluasan wacana, penerbitan buku, penyebaran informasi atau program sosialisasi dengan dukungan mitra Baratnya, belum kelihatan tanda-tanda keberhasilan yang nyata dari aliran pemikiran ini. Terutama dalam membangkitkan kembali Islam dan umatnya, yang ditandai dengan lahirnya pribadi-pribadi unggul, yang menguasai peradaban modern, namun pada saat yang sama berpegang teguh dengan semangat ajaran Islam. Yang sudah pasti adalah lahirnya generasi-generasi yang tertarik deras dalam pusaran arus sekulerisasi Barat yang menanggalkan sedikit demi sedikit keislaman mereka, yang pada akhirnya orang tidak dapat membedakan mereka dengan orang Barat, karena visi, orientasi, paradigma sampai kelakuan mereka tidak berbeda dengan orang-orang Barat. Boleh jadi mereka hanya menjadi semacam karikatur Barat, seperti masyarakat Turki yang telah menganut dengan setia sekulerisme sejak zaman Kamal Atta Turk, namun untuk masuk dalam komunitas masyarakat Eropapun mereka ditolak, karena dianggap bukan bagian dari Eropa, tentu karena mereka masyarakat muslim.

Sehubungan dengan metodelogi hermeneutika yang mereka terapkan, seorang cendekiawan Malaysia yang juga murid Fazlur Rahman mengkritik pemahaman yang dikembangkan guru dan para pengikutnya. Prof. Wan Mohd. Nor Wan Daud menyatakan:

"Konsekwensi dari pendekatan hermeneutika ke atas sistem epistemologi Islamtermasuk segi perundangannya sangatlah besar dan saya pikir agak berbahaya. Yang paling utama saya kira ialah penolokannya terhadap penafsiran yang final dalam sesuatu masalah, bukan hanya masalah agama dan akhlak, malah juga masalah-masalah keilmuan lainnya. Keadaan ini dapat menimbulkan kekacauan nilai, akhlak dan ilmu pengetahuan; dapat memisahkan hubungan aksiologi antar generasi, antar agama dan kelompok manusia. Hermeneutika teks-teks agama Barat bermula dengan masalah besar: 1) ketidakyakinan tentang kesahihan teks-teks tersebut oleh para ahli dalam bidang itu sejak awal karena tidak adanya bukti materil teks-teks yang paling awal, 2) tidak adanya laporan-laporan tentang tafsiran yang boleh diterima umum, yakni ketiadaan tradisi mutawatir dan Ijma, 3) tidak adanya sekelompok manusia yang menghafal teks-teks yang telah hilang itu. Ketiga masalah ini tidak terjadi dalam sejarah Islam, khususnya dengan al-Qur'an. Jika kita mengadopsi satu kaidah ilmiah tanpa mempertimbangkan latar-belakang sejarahnya, maka kita akan mengalami kerugian besar. Sebab kita akan meninggalkan metode kita sendiri yang telah begitu sukses membantu kita memahami sumber-sumber agama kita dan juga telah membantu kita menciptakan peradaban internasional yang unggul dan lama." (Majalah Islamia, edisi 1, thn 2004)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

149

Page 150: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Di sisi lain didapati sekelompok kaum Muslimin yang berpegang teguh dengan tradisi dan peninggalan peradaban mereka. Dalam membaca teks-teks agama mereka tetap pada penafsiran yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu (salaf), pertengahan (khalaf) ataupun terkemudian (mutaakhkhirin). Mereka menganggap peninggalan (turats) para pendahulu mereka adalah warisan yang harus dipertahankan, baik makna maupun relevansinya, karena para penafsir teks, baik al-Qur'an dan al-Sunnah, dalam bidang teologi, fiqh, tasauf dan lainnya adalah orang yang paling faham dan mengerti tentang ajaran Islam, karena dekat masanya dengan masa Rasulullah maupun sahabat, sehingga pemahaman mereka adalah yang paling mendekati kebenaran. Para pengkritiknya mempertanyakan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan peradaban modern, pertanyaan yang selalu disodorkan kepada mereka, apakah warisan penafsiran terdahulu mampu memberikan solusi pada permasalahan masyarakat kontemporer yang memiliki ruang dan waktu yang berbeda? Bahkan mereka diejek hendak mengembalikan kehidupan abad pertengahann yang eksklusif, jumud, terbelakang di tengah-tengah masyarakat metropolis. Aliran ini biasanya menyebut dirinya dengan salafi, ahlul hadis, Islami dan lainnya, sementara yang tidak sefaham mengecapnya sebagai Islam Fundamentalis.

Terlepas dari perdebatan panjang aliran besar pemikiran kaum muslimin kontemporer dalam memahami dan berintegrasi dengan al-Qur'an, mereka memiliki kesepakatan pendapat bahwa untuk menggapai kembali kembangkitan Islam dan umatnya, kaum Muslimin harus kembali kepada teks-teks suci agama mereka, terutama al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat abadi yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad saw. Perbedaan yang paling mendasar diantara mereka adalah dalam menginterpretasikan teks-teks al-Qur'an tersebut, atau lebih mudahnya, ada yang melalui pendekataan tekstual dan kontekstual dengan cabang-cabang alirannya masing-masing. Kedua aliran besar inipun telah muncul dan berkembang sejak generasi setelah sahabat (tabi'in), yang mereka juluki sebagai ahl tafsir dan ahl ta'wil, manhaj tafsiri dan manhaj ta'wili. Terutama setelah Islam berkembang merentas benua yang dipelajari oleh orang-orang bukan berbahasa Arab (ajam) yang telah memiliki budaya, tradisi, pengetahuan ataupun peradaban lokal yang kadangkala mempengaruhi corak interpretasi mereka, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai kitab tafsir yang memuat berbagai filsafat klasik dan lainnya.

Dengan demikian, pemahaman yang benar terhadap teks-teks al-Qur'an disepakati sebagai kunci utama dalam membangun kembali pemahaman yang benar terhadap Islam, dan pemahaman yang benar inilah diharapkan dapat mengantarkan kaum muslimin menuju kebangkitan kembali menjadi sebuah masyarakat yang menguasai sendi-sendi peradaban modern yang berakar pada ajaran Islam. Sebuah masyarakat utama yang memahami dan mengamalkan dengan benar nilai-nilai Islam sebagaimana pemahaman dan pengamalan generasi awal Islam, namun memiliki kemampuan untuk merespon problematika masyarakat modern dengan segala dinamikanya, sehinga wujudlah sebuah masyarakat yang mungkin tidak sama persis dengan masyarakat Madinah terdahulu dalam sistem sosial kemasyarakatannya namun juga mungkin

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

150

Page 151: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

tidak sama dengan masyarakat Barat yang berhasil membangun peradaban modernnya setelah mencampakkan ajaran agama mereka. Karena masyarakat Madinah yang dibangun Rasulullah dan para sahabat adalah masyarakat idial, terbaik dan teragung pada zamannya yang merupakan produk pembinaan dan bimbingan al-Qur'an sesuai dengan perkembangan peradaban tertinggi manusia pada zaman itu.

Al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan untuk seluruh umat manusia, bersifat universal tidak terikat oleh ruang dan waktu, sebagimana terikatnya manusia, maka tentulah interpretasi manusia pada zaman itu terhadap al-Qur'an, terutama pada masa setelah sahabat yang mengandalkan interpretasi, dengan manusia masa kini dengan perkembangan peradaban yang dimilikinya akan berbeda pula. Yang perlu mendapat perhatian serius apakah memang al-Qur'an telah menetapkan bahwa model masyarakat Madinah adalah satu-satunya model yang harus ditegakkan para pengikut Islam dimanapun mereka berada, sehingga masyarkat masa kini harus sama persis dengan masyarakat zaman itu sebagaimana difahami Salafi, atau memang manusia diberi wewenang untuk menentukan corak yang mereka miliki sesuai dengan interpretasi mereka terhadap teks-teks suci agama sebagaimana difahami pendukung liberalisme agama.

Pertanyaan yang timbul kemudian apakah paradigma pemikiran yang digunakan oleh kedua aliran tersebut sesuai dengan semangat al-Qur'an dan apakah akan mengantarkan mereka mencapai maksud diturunkannya al-Qur'an di muka bumi? Dengan kata lainnya, apakah metode tafsiri, takwili, hermeneutika dan apapun namanya, sudah sesuai dengan semangat yang dikehendaki oleh al-Qur'an dan apakah dengan pemahaman seperti ini akan mengantarkan mereka menuju masyarakat Qur'ani kontemporer yang sesuai atau yang menurunkannya ke bumi, Allah SWT?.

Sebagai sebuah metode pemikiran, aliran besar di atas, baik tafsiri ataupun ta'wili dengan segala bentuk cabangnya, termasuk metode hermeneutika kontemporer, memiliki kemusykilan-kemusykilan yang perlu mendapat perhatian khusus dan didiskusikan lebih lanjut. Mengingat demikian panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk merekonstruksi kembali pemahaman ataupun segala produk pemikiran yang sudah berkembang pada kaum muslimin sejak awal kehadiran Islam, dan banyaknya energi yang dibutuhkan untuk merekonstruksikan kembali segala bentuk tradisi yang sudah berkembang dengan segala cabang dan rantingnya, maka tidak diragukan keadaan ini akan membutuhkan jalan panjang menuju sebuah kebangkitan kembali Islam. Sama halnya dengan memaksakan kehadiran sebuah konsep ataupun tradisi klasik yang penuh dengan berbagai produk manusia pada masyarakat modern dengan segala kompleksitasnya. Perdebatan-perdebatan yang terjadi antara dua arus besar ini masih di sekitar dataran intelektual, di dataran wacana yang belum diterapkan dalam sebuah masyarakat. Dan tidak diragukan bahwa inilah kelemahan terbesar kedua aliran ini, sejauh yang berhubungan dengan al-Qur'an, cara memahami al-Qur'an hanya sebatas pada tingkat pengetahuan, wawasan intelektual ataupun khazanah peradaban.

Jika diteliti lebih jauh akar pemikiran yang berkembang di kalangan kaum muslimin ini, sejak beberapa dekade setelah Rasulullah dan sahabat,

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

151

Page 152: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

adalah buah dari pertemuan pemikiran, atau lebih tepatnya dominasi pemikiran atas kaum muslimin, terutama ketika terjadinya hubungan intens kaum muslimin dengan pemikiran filsafat Yunani yang menjadikan akal sebagai sentral kehidupan manusia, yang juga masih dipegang oleh para cendekiawan kontemporer. Ketika kaum muslimin menjadikan akal sebagai sentral kehidupan, termasuk untuk menentukan kebenaran sebuah ajaran, maka secara otomatis paradigma mereka berubah dan tidak sejalan lagi dengan paradigma yang digunakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Karena generasi awal Islam, tidak menjadikan al-aql (akal, brain) sebagai pusat manusia sebagaimana pemikiran klasik Yunani yang diwariskan kepada peradaban Barat modern, namun mereka menjadikan al-qolb (hati) sebagai pusat manusia sebagaimana yang dinyatakan sebuah hadis: Pada tubuh manusia terdapat segumpal darah, jika ia baik maka baiklah keadaan manusia, jika ia rusak, maka rusaklah keadaan manusia. Ia adalah al-qolb (hati).

Anggapan bahwa akal sebagai pusat pengendali manusia ini pula telah mempengaruhi kaum muslimin kontemporer, termasuk dalam memahami al-Qur’an. Mereka sudah merasa cukup apabila khazanah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-Qur’an telah memenuhi akal mereka dan mengembangkannya dalam berbagai bentuk wawasan intelektualisme. Mereka merasa cukup dengan pembahasan-pembahasan yang rasional terhadap teks-teks al-Qur’an, hanya menjadikannya sebatas wacana pengetahuan dan khazanah peradaban semata.

Pemahaman bahwa al-Qur’an cukup mengisi akal saja, sebagaimana pengetahuan-pengetahuan lainnya, telah menimbulkan dampak buruk pada perkembangan kaum muslimin. Bahkan tidak diragukan bahwa pemahaman ini menjadi sumber utama kemunduran spiritualitas kaum muslimin sejak beberapa waktu setelah meninggalnya para sahabat utama. Pemahahan ini telah mereduksi kedudukan al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang universal menjadi sebuah pengetahuan yang terbatas dan temporer, telah menurunkan derajat al-Qur’an ke taraf pengetahuan yang relatif. Padahal al-Qur’an adalah wahyu Allah terakhir yang diturunkan kepada manusia, yang mengandung ajaran abadi untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Jika al-Qur’an sama seperti pengetahuan lainnya yang bersifat relatif, maka tidak mungkin mampu menjawab tantangan peradaban manusia hingga akhir zaman. Itulah sebabnya, karena al-Qur’an adalah wahyu Allah dengan segala kemukjizatan yang menyertainya, maka ia dengan caranya tersendiri mampu berkomunikasi dengan seluruh lapisan manusia sesuai dengan tingkat peradabannya.

Kesempurnaan al-Qur’an tidak akan mampu diungkap kekuatan akal manusia yang sangat terbatas. Karena akal manusia, bagaimanapun jeniusnya pasti terpengaruh oleh kondisi pengetahuan dan peradaban yang berkembang. Itulah sebabnya, al-Qur’an tidak menempati akal yang sangat terbatas daya tangkapnya, namun al-Qur’an menempati al-qolbu yang memiliki dimensi spiritualitas yang tak terbatas, sebagaimana disebutkan al-Qur’an sendiri: Katakanlah: “Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (al-Qur’an) ke dalam hatimu atas izin Allah…” (QS 2:97) Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh al-Ruh al-Amien (Jibril), ke dalam

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

152

Page 153: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan. (QS 26 : 192-194)

Mamahami Inti Permasalahan, Menjawab KemusykilanPertanyaan klasik yang selalu dilontarkan baik oleh muslim atau non

muslim adalah kenapa al-Qur'an yang menjadi pegangan utama kaum Muslimin saat ini tidak mampu melahirkan manusia-manusia agung seperti yang telah dilahirkannya pada abad ke 7 masehi lalu yang telah berhasil membangun kekuatan baru yang membangun emperium yang menaklukkan beberapa super power besar seperti Romawi, Parsia, Mesir dan lainnya. Bahkan lebih jauh generasi yang berinteraksi dengan al-Qur'an ini telah melahirkan peradaban besar yang berpengaruh, padahal sebelumnya mereka adalah masyarakat yang ummi, yang terbelakang dari segi peradaban dan tidak memiliki kekuasaan serta terpecah belah. Dan tidak diragukan setelah Muhammad Rasulullah membawa al-Qur'an, maka terjadilah kebangkitan yang diberkahi.

Sejarah telah membuktikan kepada dunia bahwa al-Qur'an yang dibawa Rasulullah saw telah berhasil membangun sebuah tatanan masyarakat modern pada zamannya yang terdiri dari pribadi-pribadi agung, manusia-manusia yang benar-benar dapat mengekspresikan diri secara sempurna dalam membentuk sebuah peradaban. Bahkan Rasul saw menyebut masyarakatnya ibarat bintang gemerlapan yang dapat menunjuki jalan, siapapun di antara mereka dapat diikuti menuju kebenaran, sesuai dengan kapasitas dan potensi yang mereka miliki masing-masing. Al-Qur'an yang turun kepada Muhammad Rasulullah telah merombak pribadi-pribadi jahili menjadi manusia sempurna dengan pendekatannya yang khas. Bagaimana seorang Umar bin Khattab, yang terkenal kejahatannya dan permusuhannya kepada Islam, namun ketika berinteraksi dengan al-Qur'an seluruh keburukannya lenyap seketika dan berubah menjadi manusia suci dan agung yang dikemudian hari mengantarkan umatnya menjadi penguasa 2/3 dunia namun dengan kehidupan yang sangat sederhana. Demikian pula Muhammad saw dengan panduan al-Qur'an telah mewujudkan sebuah masyarakat adil makmur aman sentosa dalam arti yang sebenarnya, sebagai masyarakat percontohan sepanjang masa. Dan tidak diragukan bahwa perubahan besar pada bangsa Arab seluruhnya adalah berkat kedatangan al-Qur'an sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Apakah karena tidak adanya Muhammad Rasulullah yang telah menjadikan kemunduran umat ini, atau memang ada faktor lainnya. Bukankah Beliau saw telah meninggalkan warisan berupa al-Qur'an dan al-Sunnah, yang jika diterapkan akan menyelamatkan pengikutnya dari kehancuran dan keterbelakangan. Namun kenyataannya sangat kontras saat ini, dimana al-Qur'an tetap ada, al-Sunnah tetap hidup namun kaum Muslimin ditimpa keterbelakangan yang sangat akut dalam semua lapangan kehidupan. Karena al-Qur'an adalah kemukjizatan abadi Rasul, maka tentu akan berlaku sepanjang masa, dan artinya bahwa jika dahulu al-Qur'an mampu melahirkan manusia-manusia agung, maka tanpa Rasul saw-pun seharusnya al-Qur'an dapat melahirkan manusia agung dalam konteks dunia kontemporer. Namun kenyataannya berbeda, walaupun al-Qur'an tetap ada

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

153

Page 154: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pada saat ini, namun tidak pula lahir manusia agung seperti generasi Islam awal terdahulu, kenapa hal ini bisa terjadi?

Apakah ini terjadi karena al-Qur'an yang ada saat ini berbeda secara substansial dengan al-Qur'an yang telah membentuk masyarakat madinah yang telah menjadi mercusuar peradaban terdahulu. Padahal kaum muslimin sepakat bahwa al-Qur'an yang ada pada saat ini adalah sama dengan al-Qur'an terdahulu, apalagi Allah SWT telah menjamin keaslian al-Qur'an akan tetap terjaga sampai kiamat. Demikian pula halnya bukti-bukti ilmiah telah menguatkan bahwa al-Qur'an yang ada pada saat ini secara historis dapat dipertanggungjawabkan proses pengumpulannya sehingga tetap asli seperti pertama kali diturunkan kepada Muhammad Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Sejak pertama kali berinteraksi secara intensif dengan al-Qur'an, kurang lebih 25 tahun lalu, menurut pengamatan pribadi yang terbatas, ada perkara yang kurang mengena pada kaum Muslimin dewasa ini, terutama pada pola interaksi mereka dengan kitab suci al-Qur'an. Pola interaksi mereka sepertinya tidak mencerminkan sikap sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh generasi yang pertama menerima al-Qur'an, yaitu Rasulullah dan para sahabatnya. Di zaman Rasul dahulu, apabila seseorang mendengar ayat-ayat al-Qur'an akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada seseorang. Katakanlah Muhammad saw sendiri, ketika beliau menerima ayat al-Qur'an pertama kali di gua Hiro', beliau mengalami peristiwa menakjubkan yang telah mentransformasikan kehidupannya menjadi seorang yang luar biasa. Hal yang sama terjadi pada seorang "preman besar" bernama Umar bin Khattab, saking bencinya kepada Islam, dia bermaksud membunuh Muhammad saw. Ketika akan melaksanakan maksudnya, Umar membaca ayat-ayat al-Qur'an, seketika itu juga dia mengalami perombakan dala kehidupannya, menjadi pengikut al-Qur'an yang telah mengharumkan dan mengembangkan ajaran serta kekuasaan Islam pada zamannya. Namun pada zaman sekarang, walaupun ayat-ayat al-Qur'an selalu diperdengarkan melalui mimbar, pengeras suara, kaset, radio, tv dan lainnya, namun kenyataannya tidak memberi kesan apapun kepada pendengarnya, tidak menimbulkan perubahan pada yang menyimaknya. Bahkan lebih sedih, kita mendengar ada orang yang sangat fasih dengan al-Qur'an, penghafal al-Qur'an bahkan menjadi Profesor al-Qur'an, namun dituduh terlibat perkara-perkara yang tidak Islami atau sebagai seorang koruptor yang dipenjara. Kenyataan-kenyataan ini menimbulkan kemusykilan.

Kemusykilan ini selalu timbul dalam benak saya dan menimbulkan pertanyaan demi pertanyaan besar lainnya. Ujungnya akan bermuara pada pertanyaan-pertanyaan yang selalu menjadi wacana umum, apakah al-Qur'an yang diturunkan 15 abad silam memiliki perbedaan dengan al-Qur'an yang ada pada saat ini, sehingga kekuatan perubahan yang ditimbulkannya terhadap manusia berbeda pula? Apakah al-Qur'an mampu memberikan solusi dan membimbing kehidupan manusia modern yang telah mencapai puncak peradaban manusia sebagaimana keberhasilannya 15 abad silam yang telah merombak masyarakat terbelakang Arab menjadi pemimpin dunia dan mercusuar peradaban termaju pada zamannya? Apakah al-Qur'an mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan intern kaum Muslimin yang terpecah belah dan mengantarkannya menjadi kekuatan penentu yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

154

Page 155: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

akan menciptakan keadilan dan kedamaian sejati sebagaimana tujuan diturunkannya al-Qur'an? Demikian pula ketika saya menekuni profesi yang berkaitan dengan pengembangan SDM, pertanyaan yang timbul, mampukah al-Qur'an membentuk manusia-manusia unggul yang sukses, kompetitif dan mengarahkan peradaban modern menuju keagungan sejati, sebagaimana dicita-citakan umat manusia?

Bagi saya sendiri sebagai seorang yang terlahir sebagai Muslim, meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa al-Qur'an adalah sebuah kitab mukjizat yang diturunkan Allah sebagai petunjuk dan pembimbing umat manusia. Kitab agung ini memang telah memikat pribadi saya sejak pertama berinteraksi dengannya, ketika orang tua menyerahkan saya kepada ustadz untuk mempelajari al-Qur'an sebagai tradisi muslim yang tetap dipegang teguh keluarga. Sehingga sejak saat itu saya sangat menaruh perhatian yang besar pada al-Qur'an, bahkan merasa sangat asyik berinteraksi dengannya, apalagi di kala remaja banyak sekali pertandingan yang diadakan yang berkaitan dengan al-Qur'an, seperti pertandingan membaca al-Qur'an, pertandingan puitisasi terjemahan al-Qur'an, cerdas cermat al-Qur'an dan sejenisnya. Demikian pula ketika beranjak dewasa, di Jogyakarta, pada tahun 80an saya bergabung dengan pemuda-pemuda yang sangat intent dan bersemangat mengkaji al-Qur'an dari berbagai aspeknya walau dengan segala keterbatasan pengetahuan. Selanjutnya beberapa ustadz dan ulama dengan metode pengajaran al-Qur'annya saya datangi untuk mengasah pemahaman, berkelana ke Solo, Surabaya, Malang, Kuala Pilah Malaysia, Mataram NTB dan beberapa tempat lainnya, terahir di Kuala Lumpur Malaysia dari tahun 90an sampai 96an. Terutama memanfaatkan pengetahuan beberapa Profesor al-Qur'an yang ringan membantu pencarian saya dan kelengkapan perpustakaan milik Universiti Islam Antarabangsa Malaysia. Pada tahun 1995 saya mempublikasikan hasil kajian saya dengan judul "Generasi Qur'ani Penyelamat Ummah" yang diterbitkan Berita Publishing Malaysia.

Pengalaman pribadi yang beragam bentuknya, terutama ketika sebagai staf peneliti dan pengajar pada sebuah Institut Perguruan Islam di Kuala Lumpur Malaysia, selalu mendorong saya untuk berinteraksi dengan al-Qur'an. Demikian pula ketika bekerja pada perusahaan yang dikelola oleh aktivis Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) yang menerapkan sistem perekonomian Islam, menjadikan saya lebih serius mengkaji al-Qur'an dan aspek-aspek ekonomi dan manajemen. Sepertinya aktivitas saya tidak dapat terpisahkan dengan al-Qur'an yang selalu memberikan inspirasi dalam kehidupan, termasuk beberapa tahun terahir akibat kesibukan dalam menata kehidupan dan karir yang mulai semrawut. Di saat kehidupan mulai kehilangan makna, orientasi dan diliputi kebingungan akibat diterpa gelombang demi gelombang kehidupan yang semakin mengganas, maka tidak ada tempat berlari kecuali kepada Sang Pencipta yang telah menurunkan al-Qur'an sebagai petunjuknya. Itulah sebabnya, tidak mengherankan apabila teman-teman seprofesi seringkali kaget atau terkadang menyindir sinis ketika melihat saya tengah membaca ataupun menelaah al-Qur'an di kantor yang terletak di jalan Thamrin, di tengah-tengah jantung kota metropolis Jakarta.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

155

Page 156: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Setelah puas berkelana dalam gemerlap dunia modern di metropolis Jakarta, sejak pertengah tahun 2000 saya kembali intensif berinteraksi dengan al-Qur'an secara serius, terutama kembali membaca beberapa literatur-literatur klasik maupun modern tentang al-Qur'an, baik tafsir, ulum al-Qur'an ataupun perkembangan kajian hermeneutika al-Qur'an yang lagi digandrungi cendekiawan muda Indonesia. Bersamaan dengan itu, saya mengikuti beberapa aktivitas, diantaranya bersama dengan ulama dalam forum Mudzakarah Nasional Ulama yang menyelenggarakan serangkaian diskusi, yang mempermudah saya untuk berinteraksi dengan mereka dan mendiskusikan al-Qur'an. Namun sejauh itu saya belum menemukan jawaban atas apa yang telah menjadi pertanyaan mendasar yang terngiang-ngiang selama ini.

Sepanjang 25 tahun lebih bekerja sebagai seorang penceramah agama, pemberi training generasi Islam ataupun sebagai seorang motivator dalam pengembangan sumber daya manusia, hati saya senantiasa merindukan sebuah peristiwa yang telah dialami Umar bin Khattab. Bagaimana seorang yang anti Islam dengan penuh kebencian membara mau membunuh Rasul mulia, namun ketika berinteraksi dengan ayat-ayat al-Qur'an, terjadi perubahan besar dalam kehidupannya. Seorang "preman" Umar yang kerjanya mabuk-mabukan, membunuh anak perempuannya, doyan berkelahi dan tentu memiliki kehidupan yang berantakan dan ketidak teraturan, setelah berinteraksi dengan kitab agung al-Qur'an, berubah menjadi manusia agung dan pemimpin Islam yang memiliki kekuasaan besar dan membangun peradaban tercanggih pada zamannya. Adakah sebuah kitab yang mampu melahirkan realitas kehidupan seperti itu? Saya sendiri adalah seorang yang sangat gemar dengan buku-buku tentang pengembangan SDM, ratusan judul dari pengarang internasional saya baca, baik yang dari Barat maupun Timur, bahasa Indonesia, Malaysia, Inggris sampai Arab. Namun tentu kita tidak akan pernah menemukan sebuah buku sedahsyat al-Qur'an dalam merombak kehidupan manusia, sebagaimana perombakan terhadap Umar.

Kemudian timbul pertanyaan dibenak kita, apakah peristiwa dahsyat ini tidak mungkin terjadi kembali pada manusia-manusia modern yang mendambakan sebuah kemenangan dan kesuksesan sejati? Bukankah ayat-ayat al-Qur'an yang menyingkap kesadaran Umar tetap dapat kita baca dan dapat didengar kapanpun? Apakah kita perlu menjadi seperti Umar dahulu, seorang yang anti Muhammad dan Islam baru mengalami peristiwa seperti Umar? Apakah yang membedakan Umar dengan kita, sebagai seorang manusia yang mendambakan kebenaranan atau kesuksesan, sehingga dia yang masih musyrik mendapat keistimewaan ketika berinteraksi dengan al-Qur'an kehidupannya berubah? Apakah yang terjadi kepada Umar hanya sebuah kebetulan atau sebuah rencana "skenario" Allah Sang Pencipta agar membuktikan sebuah kehendak mutlak Sang Penguasa alam Yang memberikan petunjuk kepada siapapun yang dikehendaki-Nya, sehingga kejadian ini adalah sangat istimewa dan khusus berlaku kepada Umar yang telah dipilih? Sementara, bukankah manusia sendiri diberi kebebasan mutlak untuk menentukan pilihannya, termasuk kerinduan untuk mendapatkan keistimewaan seperti yang diperoleh Umar, berinteraksi dengan al-Qur'an dan mendapatkan kemenangan dan kesuksesan?

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

156

Page 157: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Semakin direnungi peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan al-Qur'an, baik kandungan ayatnya maupun interaksi manusia dengannya, maka semakin banyak pula pertanyaan-pertanyaan yang perlu mendapat jawaban segera. Sebagai sebuah kitab yang penuh dengan kemukjizatan, yang kandungannya sangat luas dan dalam, yang memiliki semangat membara, sebagai sumber inspirasi yang tak kunjung habis, sebagai sumber kebijakan yang tak terhingga, adalah wajar bila seseorang yang berinteraksi dengan menjadi takjub dan kagum. Belum lagi kekuatan-kekuatan spiritual yang dikandungnya akan memberikan perasaan yang tak terbayangkan. Itulah sebabnya, al-Qur'an sendiri menyebut dirinya sebagai sebuah petunjuk jalan yang paling lurus, Sesungguhnya al-Qur'an ini, akan memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus...... (al-Isro' : 9)

Tidak ada sedikitpun keraguan terhadap kemukjizatan yang terkandung di dalam al-Qur'an, terutama dalam kemampuannya merombak manusia, yang telah mengubah kehidupan masyarakat terbelakang padang pasir menjadi pemuka-pemuka agung peradaban yang mengagumkan. Ini adalah kemukjizatan yang kekal abadi, sebagaimana kekal abadinya al-Qur'an yang diturunkan dari Allah Yang Maha Abadi untuk seluruh umat manusia sepanjang zaman. Jika sekarang al-Qur'an misalnya tidak mampu menggerakkan perubahan secara signifikan kepada manusia modern, maka yang perlu dipertanyatakan kenapa bisa terjadi seperti itu? Sama halnya dengan ketika seorang juru masak yang memiliki warisan resep makanan dari nenek moyangnya, namun resep tersebut gagal membuat citra rasa makanan sebagaimana yang dibuat pendahulunya. Tentu ada sesuatu yang salah, apakah cara memasaknya, tempat masaknya, bumbunya, atau mungkin cara membaca dan menginterpretasikan resep yang salah sehingga tidak tercapai tujuannya, atau memang tidak sesuai dengan petunjuk sang pembuat resep.

Demikian pula halnya dengan al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Rasulullah saw telah berhasil membangun sebuah masyarakat termaju pada zamannya berdasarkan petunjuk al-Qur'an. Maka tidak diragukan bahwa masyarakat itu pasti akan lahir kembali selama petunjuk al-Qur'an diikuti sesuai dengan kehendak Sang Penciptanya yang telah menurunkan al-Qur'an untuk sepanjang zaman. Maka jika masyarakat Qur'ani yang diidamkan belum juga tercipta sebagai petunjuk al-Qur'an, maka perlu diadakan penelitian, apakah kaum Muslimin salah menerapkan petunjuk al-Qur'an atau kebingungan dalam menginterpretasikan pesan-pesan yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur'an akibat pengaruh lingkungan, kebiasaan, tradisi, peradaban atau kondisi psikologis seseorang ataupun masyarakat. Yang pasti, apabila al-Qur'an dahulu mampu melahirkan manusia unggul, maka sekarangpun pasti al-Qur'an mampu melahirkannya dengan syarat dan pra-syarat yang telah ditetapkannya.

Al-Qur'an dengan segala kemukjizatannya pasti akan memiliki daya tarik yang luar biasa pada manusia. Setelah peristiwa WTC 11 September 2001 yang meruntuhkan sendi-sendi perekonomian Amerika, justru kaum cendekia muda Amerika yang berpusat di kampus-kampus tertarik mempelajari al-Qur'an. Al-Qur'an menjadi buku yang paling laku di Dunia saat ini. Dan kenyataannya memang dalam sejarah peradaban manusia hanya al-Qur'anlah buku yang terus menerus diminati dari generasi ke generasi.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

157

Page 158: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Demikian pula al-Qur'an telah melahirkan berbagai bentuk cabang pengetahuan yang luar biasa luasnya, dari sejak awal diturunkan sampai saat ini manusia terus menenus mengembangkan berbagai jenis pengetahuan. Dan ternyata al-Qur'an tidak pernah kehabisan kekuatannya sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi bagi manusia. Pengetahuan apapun dapat dirujuk kepada al-Qur'an dan selanjutnya akan melahirkan sebuah pengetahuan yang sangat menarik dan sempurna, sebagaimana yang tengah dilakukan para cendekiawan Muslim dalam proyek "Islamisasi Pengetahuan" yang mendapat sambutan meluas dikalangan kaum cerdik pandai Muslim.

Maka di tengah nestapa manusia modern yang penuh dengan kegalauan dan ketidak pastian hidup, yang dikejar-kejar kehidupan hedonisme, konsumerisme, materialisme dan perlombaan demi perlombaan menggapai ketenaran, jabatan dan harta, yang senantiasa dihiasi berbagai suka dan duka silih berganti, yang berujung pada berbagai krisis, terutama krisis spiritual, tidak ada pilihan lain kecuali hanya kembali ke Pangkuan dan Keharibaan Allah SWT dengan kembali mengikuti jalan-Nya, kembali berinteraksi dengan al-Qur'an, kitab yang telah melahirkan keagungan dan manusia-manusia unggul dalam arti yang sebenarnya. Karena hanya kitab yang memiliki keagungan dan kesempurnaan seperti al-Qur'anlah yang dapat melahirkan keagungan dan kesempurnaan yang dibutuhkan manusia untuk menata kehidupannya sehingga berarti dan bermanfaat serta diberkahi. Dan tidak diragukan sedikitpun bahwa manusia modern sangat membutuhkan kitab suci seperti al-Qur'an yang akan menyelesaikan permasalahan hidup mereka, namun apakah al-Qur'an bersedia berinteraksi dengan kita, sehingga menjadi bagian kehidupan kita, atau lebih jauh kita menjadi al-Qur'an yang hidup, sebagaimana al-Qur'an pernah hidup pada pribadi agung seperti Muhammad saw, Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra, Ali ra dan ribuan bintang-bintang kehidupan yang mengitari Muhammad saw?

Lebih jauh, al-Qur'an dengan khazanah spritualitas yang menyertainya akan memberikan masyarakat modern yang tengah dilanda penyakit kronis, seperti yang dikatakan Danah Zohar, sebagai penyakit spiritual, sebuah wawasan spiritual yang tak terhingga dalam dan luasnya, sedalam dan seluas kemampuan manusia untuk mengeksplorasinya. Sebuah pencapaian yang tidak pernah terbayangkan dan terkatakan oleh perbendaharaan pengetahuan masyarakat modern. Karena pada hakikatnya al-Qur'an adalah sebuah pintu menuju cakrawala spiritualitas yang tak terbatas luasnya, seluas pengetahuan Sang Maha Pencipta. Itulah sebabnya ketika Rasul saw diberi kesempatan untuk bertandang ke Sidratul Muntaha, tempat tersuci yang hanya diketahui Allah SWT, beliau tidak mampu untuk menggambarkannya, karena memang kemampuan manusia memiliki keterbatasan untuk itu.

Permasalahannya, kenapa kaum Muslimin yang memiliki al-Qur'an, yang memeliharanya, membacanya, menafsirkannya dan mengembangkan menjadi berbagai cabang pengetahuan justru mengalami kemunduran dan keterbelakangan dalam kehidupannya? Padahal al-Qur'an yang telah memberikan kekuatan dan kemajuan generasi terdahulu tetap pada mereka. Maka tidak diragukan pasti ada hal yang menjadi penghalang antara mereka dengan al-Qur'an, sehingga mereka terpisah satu sama lain.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

158

Page 159: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Membangun Paradigma Pemahaman Kontemporer: Manhaj Qur’an Tanzili

Tidak diragukan bahwa paradigma pemahaman yang berkembang di kalangan kaum Muslimin kontemporer, baik yang mengikuti aliran tradisionalis, fundamentalis, modernis, liberalis dan lainnya, terutama dalam pola berinteraksi dengan al-Qur'an, hanya masih sebatas interaksi pada dataran pemahaman atau pengetahuan tentang al-Qur'an. Maknanya mereka hanya menjadikan al-Qur'an dengan segala perbendaharaannya sebagai sebuah pengetahuan yang dikaji dengan detil detilnya yang rumit, dijabarkan kandungan-kandunganya dari berbagai sisi pengetahuan yang amat luas, dikembangkan berbagai pengetahuan yang mengasikkan dan mengangumkan, baik dari segi sasta, bahasa, fonetik, sampai adab, teologi, fiqh, tasawwuf maupun kalam dan filsafat sebagaimana yang kita saksikan dalam berbagai buku-buku klasik yang jumlahnya ribuan. Maka al-Qur'an hanya menjadi konsumsi akal ('aql) dalam bentuk berbagai pengetahuan dan informasi tentang al-Qur'an dan pengetahuan yang berhubungan dengannya, tapi belum mencapai tujuan utama diturunkannya al-Qur'an, yaitu agar bersemayam di hati (qolb), menyatu dengannya sehingga mengontrol seluruh aktivitas kehidupan, sebagaimana dinyatakan al-Qur'an: Dan orang-orang kafir berkata, "Mengapa al-Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?" Demikianlah, agar Kami memperteguh fu’ad (hati)mu dengannya dan Kami menurunkannya secara berangsur-angsur (bertahap demi bertahap) (al-Furqon : 32)

Corak pemahaman yang hanya memfokuskan al-Qur'an sebagai perbendaharaan pengetahuan seperti ini dapat diilustrasikan seperti seorang yang akan membangun sebuah rumah yang sudah disiapkan master plannya oleh yang memiliki rumah. Namun rupanya para pembangun rumah, bukannya mulai membangun sebagaimana yang diperintahkan, tapi mereka sibuk mendiskusikan, menjabarkan bahkan memberi komentar dan super komentar terhadap master plan yang telah diberikan kepadanya, membahasnya detil demi detil yang memang menimbulkan keasyikan luar biasa, sehingga melahirkan cabang-cabang pengetahuan yang mendetil, baik tentang bahan-bahan bangunan, arsitektur, teknik sipil dan lain-lainnya. Yang berminat dengan pasir misalnya, dia asyik meneliti tentang pasir, sejarahnya, kandungannya, unsur kiamia, jenis-jenisnya dan lainnya yang menghasilkan sebuah pengetahuan tentang pasir. Demikian pula dengan yang berminat pada batu, besi, kaca dan lainnya. Ahirnya memang para pembangun ini telah menghasilkan sebuah Super Master Plan, yang mengagumkan, dengan kelengkepan detil-detilnya yang menghasilkan perbendaharaan pengetahuan. Selanjutnya karena keterbatasan waktu, generasi pertama digatikan oleh generasi selanjutnya yang meniru tradisi pendahulunya, melanjutkan pekerjaan mereka mengembangkan super master plan rumah, dengan memberikannya kelengkapan-kelengkapan pengetahuan baru sehingga benar-benar menghasilkan pengetahuan demi pengetahuan. Dan demikianlah selanjutnya dari generasi demi generasi. Jika sang pemilik rumah, yang memberikan pekerjaan kepada para pembangun ini datang untuk melihat rumahnya, kira-kira apa yang akan dikatakannya? Apakah dia bangga dengan berbagai produk pengetahuan yang dikembangkan sang pembangun dan generasi pengganti setelahnya? Sementara rumah dengan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

159

Page 160: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

master plannya yang pembangunannya telah diperintahkan tidak pernah ada, karena memang rumah tersebut tidak pernah mulai dibangun!!! Karena sang pembangun sibuk mengerjakan yang tidak diperintahkan. Tentu sang pemilik rumah akan sangat murka melihat orang yang digajinya ternyata tidak menjalankan kerjaannya dengan benar. Keadaan ini tentu akan lain maknanya, jika sang pembangun telah menyelesakan tugas utamanya membangun rumah sesuai dengan yang diperintahkan, kemudian memberikan bonus kepada tuan rumah berupa super master plan.

Kira-kira demikianlah yang terjadi pada kaum Muslimin dewasa ini, akibat keasyikan generasi terdahulu, terutama generasi pertengahan yang memandang al-Qur'an sebatas sebuah perbendaharaan pengetahuan yang difahami, ditafsirkan, dikembangkan sedemikian dahsyatnya sehingga melahirkan pengetahuan yang menjulang tinggi. Namun hal ini berbeda dengan yang dilakukan generasi awal pimpinan Muhammad Rasulullah. Generasi agung ini menjadikan al-Qur'an sebagai sebuah perintah harian dari Pencipta Yang Maha Agung, yang segera dilaksanakan di dalam kehidupan nyata. Mereka tidak akan segera meminta tugas-tugas lainnya, sebelum tugas yang diberikan terlaksana dan terlambang dalam kehidupan nyata mereka. Jika mereka menghadapi suatu masalah dalam kehidupannya, mereka akan menengadahkan muka ke langit, mengharapkan putusan dan arahan dari Tuhan seru sekalian alam Yang Mahasuci yang akan segera mereka dengarkan dan laksanakan, sam’an wa ta’athan. Mereka tidak akan bertindak, atau mendahului perintah dari langit, sehinggalah Allah menurunkan wahyu kepada utusan-Nya. Al-Qur’an mereka anggap sebagai sebuah tugas wajib dari Penglima Maha Tinggi yang diperintahkan kepada para prajurit yang taat setia. Itulah sebabnya seluruh aspek kehidupan mereka dikendalikan oleh wahyu yang diturunkan kepada Muhammad saw.

Ketika ayat-ayat al-Qur’an datang kepada mereka, mereka segera membacanya, menghafalnya, memahami maknanya atas bimbingan Rasul-Nya, dan yang paling terpenting mereka langsung menuzulkan al-Qur'an ke relung terdalam hati mereka, sehingga mereka menyatu dengan al-Qur'an dan dinyatakan sebagai al-Qur'an hidup. Setelah al-Qur'an hidup dan tercermin dalam keseharian mereka, yang mengontrol kehidupan mereka, barulah mereka mengembangkan berbagai pengetahuan yang didorong oleh semangat al-Qur'an yang telah hidup dalam diri mereka. Mereka tanzil (menuzulkan) al-Qur'an terlebih dahulu, baru tafsir (menafsirkan) atau ta'wil (mentakwilkannya). Sementara generasi kemudian sibuk dengan tafsir dan takwil, sementara tidak pernah melakukan tanzil terhadap al-Qur'an sebagaimana generasi sebelumnya. Sehingga al-Qur'an memang memenuhi rongga-rongga akal mereka dengan segala pengetahuannya, namun tidak sampai mencerap dalam qolbu akibat metodelogi yang diterapkan berbeda dengan metode sahabat terdahulu. Metode inilah yang diwariskan kepada generasi demi generasi terkemudian.

Apalagi ketika generasi terkemudian telah berinteraksi dengan berbagai metode pemikiran filsafat yang sudah berkembang pesat saat itu, dan menerapkannya dalam pengembangan pengetahuan al-Qur'an sebagaimana pada kitab-kitab tafsir klasik yang jumlahnya ribuan. Memang dilain pihak sangat mengagumkan perkembangan pengetahuan yang diinspirasikan al-Qur'an. Berbagai cabang pengetahuan tentang al-Qur'an

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

160

Page 161: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

(ulum al-Qur'an) saja telah tumbuh dengan detilnya, seperti Ilm Mawaatin al-Nuzul, Ilm Tawarikh al-Nuzul, Ilm Asbab al-Nuzul, Ilm Qira'ah, Ilm Tajwid, Ilm Gharib al-Qur'an, Ilm I'rab al-Qur'an, Ilm Wujuh wa al-Naza'ir, Ilm Ma'rifah al-Muhkam wa al-Mutasyabih, Ilm Nasikh wa Mansukh, Ilm Badaa'i al-Qur'an, Ilm I'jaz al-Qur'an, Ilm Tanaasub Ayat al-Qur'an, Ilm Aqsam al-Qur'an, Ilm Amsal al-Qur'an, Ilm Jidal al-Qur'an, Ilm Adab Tilawah al-Qur'an dan lain-lainnya yang mana hal ini kadangkala disebut juga dengan ushul al-Tafsir, yang semunya harus dikuasai untuk menjadi seorang penafsir al-Qur'an. Bahkan menurut Abu Bakr bin al-Araby (w.544 H), bahwa cabang pengetahuan yang berhubungan dengan al-Qur'an (ulum al-Qur'an) terdiri atas 77.450 ilmu, sesuai dengan banyaknya kata-kata dalam al-Qur'an dikalikan empat. Sebab setiap kata dalam al-Qur'an memiliki makna zahir, batin, terbatas dan tak terbatas. Sedangkan al-Suyuthi (w. 911 H) dalam al-Itqan fi Ulum al-Qur'an menyebutkan 80 macam ilmu al-Qur'an, bahkan jumlah tersebut masih dapat dibagi hingga mencapai 300 macam !!!.

Itu baru tentang pengetahuan yang berhubungan dengan al-Qur'an saja, belum lagi yang berkaitan dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya, baik yang berkaitan dengan tafsir, ilmu tafsir, hadis, ilmu hadis, fiqh, ushul fiqh, kalam, adab, tasauf dan seterusnya. Demikianlah kemukjizatan al-Qur'an telah mampu menggerakkan perkembangan pengetahuan para pengikutnya sedemikian luasnya dengan berbagai jenis, bentuk, cabang pengetahuan, yang pada akhirnya, jika seorang non Arab ingin mengetahui agamanya secara pasti, akan kehabisan umur baru untuk mempelajari bagian terkecilnya saja. Itulah sebabnya ketika pasukan bar-bar dari Mongolia menguasai pusat peradaban Islam di Bagdad, dan mereka membuang khazanah pengetahuan kaum Muslimin ke sungai Tigris yang berubah menjadi hitam akibat tinta dari buku-buku yang dicampakkan dan kuda-kuda dapat berjalan di atasnya, saking banyaknya.

Sebagai contoh pengalaman saya belajar bahasa Arab pada beberapa ulama dengan cara tradisional yang mulai dari mempelajari dan menghapal matan jurmiyah dan syarh-syarahnya, memakan waktu yang cukup lama, setelah beberapa tahun saya kelihatan hampir putus asa, ahirnya sang ustadz berujar, "saya telah menghabiskan 20 tahun untuk menguasai Bahasa Arab dengan cabang-cabangnya, itupun juga saya belum merasa menguaainya dengan benar". Masya Allah....

Maka tidak mengherankan apabila sebagian cendekiawan Muslim yang menyalahkan metode tradisional para generasi terakhir dalam berinteraksi dengan al-Qur'an sebagaimana yang selalu dilaungkan oleh para modernis. Namun tentu kesalahan itu bukan terletak hanya pada metode tafsir atau takwil an-sich, sebagaimana yang selalu didakwakan sebagai penyebab kemunduran umat Islam sebagaimana dinyatakan terdahulu. Kesalahan terbesar generasi terkemudian adalah hanya berinteraksi dengan al-Qur'an sebatas tafsir dan takwil, namun tidak masuk pada dataran tanzil sebagaimana yang telah dilakukan oleh generasi Islam. Bagaimanapun upaya umat Islam untuk memperbaiki metode tafsir, takwil atau sejenisnya dalam memahami al-Qur'an, tanpa diikuti oleh proses tanzil, proses penghidupan al-Qur'an dalam qolbu umat Islam sebagaimana yang dilakukan generasi awal Islam, maka semua usaha untuk menuju kebangkitan kembali akan tetap menjadi cita-cita panjang saja.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

161

Page 162: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Berapa lamakah waktu yang dibutuhkan untuk mendekonstruksikan dan merekonstruksikan kembali khazanah pengetahuan yang demikian banyaknya. Apakah untuk mencapai kebangkitan kembali Islam, semua pengetahuan tersebut harus dikuasai, dipilah-pilah, dijabarkan, dinilai urgensinya, dikemukakan relevansinya dan seterusnya, baru kemudian mengembangkan dasar-dasar pengetahuan Islami yang akan diintegrasikan dengan pengetahuan Barat sekuler sebagaimana dikemukakan para penggerak Islamisasi Pengetahuan? Berapakan biaya dan pengorbanan yang dibutuhkan untuk itu semua? Apakah tidak ada jalan yang lebih mudah dan sederhana? Dan yang paling penting apakah itu semua dilakukan oleh Muhammad Rasulullah dan para sahabatnya ketika menggerakkan kebangkitan Islam pertama? Apakah memang demikian yang dikehendaki al-Qur'an?

Menurut pemahaman yang saya yakini, sebagaimana yang kita ketahui dalam sejarah Islam, bahwa Rasulullah saw adalah seorang yang ummi, seorang yang tidak pandai membaca dan menulis, beliau tidak pernah membaca, mendengar, menulis tentang kitab apapun, sehingga beliau murni dari segala bentuk presepsi, paradigma, stigma dan pengaruh pengetahuan atau filsafat apapun, sebagaimana yang dinyatakan al-Qur'an surat al-Ankabut ayat 29 : "Dan engkau (Muhammad saw) tidak pernah membaca apapun kitab sebelum (al-Qur'an) dan engkau tidak pernah menulis suatu kitab dengan tanganmu, karena jika demikian pasti akan bertambah ragu orang-orang yang mengingkarimu". Jadi ketika beliau menerima al-Qur'an, Rasul saw tidak mengetahui pengetahuan lainnya, sehingga hanya al-Qur'an saja yang mempengeruhi semua pemikiran ataupun tindakan beliau.

Allah Yang Mahatahu telah mempersiapkan agar sang pembawa al-Qur'an adalah seorang yang murni dan bersih pemikirannya dari berbagai pengetahuan ataupun filsafat hingga untuk membaca dan menulispun beliau tidak mampu. Ini artinya, bahwa untuk menjadi seorang yang Qur'anis sebagaimana Rasulullah, tidak dibutuhkan berbagai perangkat pengetahuan pendukung, cukuplah dengan al-Qur'an saja. Kenyataan ini diperkuat oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ya'la, bahwa Rasulullah marah ketika melihat Umar sedang membaca Taurat dan beliau bersabda : "Demi Allah, sekiranya Musa AS ada saat ini, maka pasti dia akan mengikuti ajaranku". Demikian pula dengan kehidupan sahabat yang mencukupkan diri dengan al-Qur'an sebagai sumber pengambilan, rujukan, sumber pengajaran dan inspirasi mereka. Ketika mereka menerima penggalan ayat-ayat al-Qur'an, mereka menghafalnya, mengingatnya, memahaminya dan yang paling penting mereka "menuzulkannya" dalam kehidupan seharian. Mereka tidak pernah meminta tambahan ayat lainnya, sebelum ayat yang diterimanya "nuzul" dalam diri mereka.

Inilah hakikat dan inti perbedaan generasi awal Islam dengan generasi sesudahnya. Rasulullah dan generasi awal Islam menerima al-Qur'an untuk "dinuzulkan" dalam diri mereka, sehingga al-Qur'an terlambang dan hidup dalam roh, semangat, kehidupan dan perjuangan mereka. Al-Qur’an yang hidup, al-Qur’an yang memiliki al-Ruh, menjadi pusat kontrol seluruh kehidupan mereka. Al-Ruh al-Insani yang terdapat pada manusia menyatu dengan al-Ruh al-Qur’ani yang sama-sama berasal dari Pemilik al-Ruh Yang Maha Agung, sehingga manusia menjadi makhluk sempurna, al-Insan al-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

162

Page 163: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kamilah. Jika manusia diibaratkan dengan komputer yang memiliki kesempurnaan hardware, maka al-Qur’an adalah satu-satu software yang paling tepat dan sempurna untuk menjalankan program komputer tersebut. Proses tanzil al-Qur’an kepada manusia sama maknanya dengan proses install program/software kepada komputer. Tanpa proses ini, maka kesempurnaan manusia tidak ada artinya. Mungkin manusia dapat saja menginstall software selain al-Qur’an pada dirinya, namun tidak dia tidak akan mencapai kesempurnaan maksimal sebagai makhluk terbaik. Sebagaimana komputer pentium tercanggih yang hanya diinstall program pentium 4 misalnya, komputer mungkin berjalan, namun tentu tidak maksimal sesuai kapasitasnya.

Inilah perbedaan paradigma pemahaman antara generasi awal Islam yang dipimpin Muhammad Rasulullah dengan kaum muslimin kontemporer. Jika generasi awal telah menginstall al-Qur’an ke relung qolbu terdalam (fuad) mereka, kemudian mereka mengembangkan dengan berbagai cabang pengetahuan berdasarkan kemampuan pemikiran tertinggi (aqal) mereka. Dengan kata lainnya, mereka mengimani dengan hati seluruh kandungan al-Qur’an baru kemudian mereka memikirkannya dengan kemampuan aqalnya, dan ketika aqalnya tidak mampu, mereka berpegang kepada keimanan yang mempercayai seluruh kandungan al-Qur’an. Namun berbeda halnya dengan generasi sesudahnya, yang menjadi panutan muslim kontemporer, mempelajari al-Qur'an dengan aqalnya terlebih dahulu, hanya sebatas untuk menambah perbendaharaan pengetahuan dan penguasaan serta pengembangan segala cabang-cabangnya sebagaimana digambarkan terdahulu. Apabila aqal mereka tidak dapat menerima al-Qur’an, maka aqalnya akan mencari pemahaman yang lain yang akan ditafsirkan atau ditakwilkan sesuai dengan pemahaman yang dapat diterima aqal. Mereka hanya mengimani apa yang difahami dan diterima aqal mereka, sehingga akhirnya aqal menjadi penghalang al-Qur’an untuk masuk ke dalam qalbu mereka. Inilah generasi muslim yang disebut Rasulullah dalam sebuah hadisnya: Akan datang sekumpulan pemuda yang mengaku Islam, namun keislaman mereka tidak lebih hanya sebatas di tenggorokan mereka saja. Al-Qur’an tidak menyerap ke relung terdalam hati mereka, karena al-Qur’an hanya mengisi aqal mereka sebagai sebuah pengetahuan saja.

Itulah sebabnya generasi awal hanya mencukupkan diri dengan ayat-ayat al-Qur'an yang mereka dapatkan tanpa meminta tambahan ayat lainnya. Untuk menyempurnakan pewahyuan al-Qur’an kepada manusia, Allah Yang Maha Mengetahui memberikan tenggang waktu 23 tahun, padahal jika Dia menghendaki, sedetikpun cukup. Hal ini tidak lain karena untuk menuzulkan al-Qur’an ke dalam relung terdalam hati manusia dan menjadikannya sebagai kontrol dalam kehidupannya memerlukan waktu yang cukup panjang. Inilah paradigma yang telah dilakukan Muhammad Rasulullah, sesuai dengan perintah Allah yang telah menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pemimpin manusia. Paradigma inilah yang mesti dilakukan oleh siapapun yang menghendaki lahirnya manusia unggul sebagaimana Rasulullah dan sahabatnya yang menjadi masyarakat utama di zamannya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

163

Page 164: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kedelapan:

Islamisasi PengetahuanSebuah Evaluasi Atas Metodologi Intelektual Ummah

Sejak dilaungkannya kembali kebangkitan Islam beberapa dekade lalu, telah tampil para cendikiawan Muslim mengemukakan beberapa teori tentang kebangkitan Islam dan beberapa faktor pemicunya, baik dari segi politik, ekonomi, pendidikan, gerakan dan lainnya. Namun pada umumnya mereka berpendapat bahwa keterbelakangan kaum muslimin saat ini tidak lain disebabkan oleh kegagalan mereka merumuskan kembali metodologi intelektual mereka, terutama dalam mempertahankan tradisi keislaman namun sekaligus mampu berinteraksi dengan kemajuan zaman serta mengembangkan bentuk peradaban baru yang berdasarkan pada ajaran Islam.

Di antara rumusan terkini yang dikemukakan para cendikiawan Muslim dalam pengembangan dan penyempurnaan metodologi dan sistem pendidikan kaum Muslimin adalah apa yang diistilahkan mereka sebagai Islamisasi Pengetahuan (Islamization of Knowledge). Istilah ini muncul dan menjadi populer setelah Ismail R. Faruqi membacakan makalahnya yang terkenal : Islamization of Knowledge : General Principles and Workplan pada seminar internasional Islamisasi pengetahuan yang pertama di Islamabad Pakistan pada tahun 1982 yang dihadiri oleh para cendikiawan Muslim terkemuka dari seluruh dunia. Makalah yang disampaikan Faruqi adalah hasil penelitian bersamanya dengan tokoh-tokoh cendikiawan Muslim seperti AbdulHamid AbuSulayman (tokoh Assocation of Muslim Social Sciencists, AMSS di Amerika). Seminar ini bertujuan mencari rumusan-rumusan baru hubungan Islam dengan pengetahuan modern. Menyempurnakan pembaharuan-pembaharuan metode intelektual kaum Muslimin yang telah diserukan terdahulu oleh tokoh-tokoh pelopor pembaharuan seperti Syeikh Muhammad Abduh. Seminar ini berhasil merumuskan kerangka dasar pemikiran sebagai referensi dalam mengislamisasikan pengetahuan modern.182

Menurut Wan Mohd. Nor Wan Daud,183 sebenarnya yang pertama sekali mengemukakan konsep tentang Islamisasi pengetahuan karena pengetahuan

182 Ismail R. Faruqi, Islamization of Knowledge, revised and expanded,(Virginia : IIIT, 1989). National Hijra Council, Knowledge for what ?. Being the Proceeding and Papers of the Seminar on Islamization of Knowledge,(Islamabad : National Hijra Council, 1986)

183 Wan Mohd. Nor Wan Daud, The Beacon on The Crest of A Hill,(Kuala Lumpur : ISTAC, 1991), hlm. 34-35

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

164

Page 165: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang ada dianggapnya Atheis adalah Sir Muhammad Iqbal pada tahun 30-an, namun beliau tidak menjabarkan lebih jauh idenya.184 Pada tahun 1960, Prof. S.H. Nasr, seorang sarjana terkemuka dalam pengetahuan Islam mengemukakan metode dalam mengislamisasikan pengetahuan modern yang diintrpetasikan dan diaplikasikan dalam teorinya mengenai konsep Islam tentang kosmos.185 Dan yang pertama sekali secara resmi merumuskan, mendifinisikan dan mempertahankan teori Islamisasi pengetahuan yang ada saat ini, dengan mendifinisikan pengertian pengetahuan dan hubungan pentingnya dengan konsep, manusia, keadilan dan kebijaksanaan adalah Prof. Syed Moh. Naquib al-Attas pada tahun 1977 dalam makalahnya The Concept of Education in Islam : A Framework for an Islamic Philosophy of Education186 yang dibacakannya pada konferensi Internasional Pertama dalam Pendidikan Muslim di Makkah al-Mukarramah yang dihadiri lebih dari 300 cendikiawan Muslim dari seluruh penjuru dunia.187

Urgensi Islamisasi Pengetahuan Islamisasi pengetahuan yang diilhami oleh Sir Muhammad Iqbal dan

dikembangkan para cendikiawan Muslim belakangan ini memiliki urgensi yang sangat mendasar terhadap sistem pendidikan kaum Muslimin. Kerena pada hakikatnya semua pengetahuan modern yang berkembang pesat dan telah mendominasi pemikiran sebagian besar kaum Muslimin masa ini adalah datang dari peradaban Barat yang sekuler dan dualistik. Mengenai akar peradaban Barat, Prof. SMN al-Attas menulis :

peradaban yang telah tumbuh dari peleburan historis dari kebudayaan, filsafat, nilai dan aspirasi Yunani dan Romawi kuno beserta perpaduannya dengan ajaran Yahudi dan Kristen yang kemudian dikembangkan lebih jauh oleh rakyat Latin, Jermia, Keltik dan Nordik. Dari Yunani kuno diperoleh unsur-unsur filosofis dan epistemologis dan landasan-landasan pendidikan dan etika serta estetika. Dari Romawi unsur-unsur hukum dan ilmu tata negara serta pemerintahan, dari ajaran Yahudi dan Kristen unsur-unsur kepercayaan relegius dan dari rakyat Latin, Jermia, Keltik dan Nordik nilai-nilai semangat dan tradisi mereka yang bebas dan nasionalis. Mereka ini mengembangkan serta memajukan ilmu-ilmu pengetahuan alam, fisika dan teknologi. Bersama-sama dengan rakyat Slavia, mereka telah mendorong peradaban Barat ke puncak-puncak menara kekuatan. Islam juga telah memberikan sumbangan-sumbangan pengetahuan, menanamkan semangat rasional dan ilmiyah. Mereka telah melebur dan memadukan semua unsur yang membentuk watak serta kepribadian peradaban Barat. Peleburan dan pemaduan yang berlangsung ini menghasilkan suatu dualisme yang khas

184 Lihat, K.G. Saiyidain, Iqbal Educational Philosophy (Lahore : Sh. Muh. Ashraf, 1942), hlm. 99.185 S.H. Nasr, An Introduction to Islamic Cosmological Doctrines,, Revised edt. (London : Thames and

Hudson, 1978). hlm. xxi-xxii.186 Syed M. Naqub al-Attas, The Concept of Education in Islam ; A Framework for an Islamic

Philosophy of Education, (Kuala Lumpur : ABIM, 1980).187 Wan Mohd. Nor Wan Daud, op.cit,hlm.13

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

165

Page 166: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dalam pandangan dunia dan nilai-nilai kebudayaan dan peradaban Barat.188

Dengan landasan filsafat yang dualistik inilah Barat modern kemudian bergerak dengan kecepatan tinggi mengembangkan dan menguasai sains-teknologi dalam hampir semua bidang kehidupan manusia. Akibat dualisme pada landasan filsafat pemikirannya ini, maka terjadilah kepincangan-kepincangan pada peradaban Barat yang membawa dampak sangat serius bagi keselamatan umat manusia di muka bumi ini. Akhirnya peradaban yang dibangun Barat modern dengan segala timbunan materinya yang sangat menyilaukan sebagian besar para cendikiawan Muslim telah mengalami kegagalan seperti yang digambarkan Sayyid Hossein Nasr;

Peradaban yang berkembang di Barat sejak zaman Renaissance adalah sebuah eksperimen yang telah mengalami kegagalan sedemikian parahnya sehingga umat manusia menjadi ragu apakah mereka dapat menemukan cara-cara lain di masa yang akan datang. Sangatlah tidak ilmiyah apabila kita menganggap peradaban modern ini dengan segala gambaran mengenai sifat manusia dan alam semesta yang mendasarinya, bukan sebagai sebuah eksperimen yang gagal. Dan sesungguhnya penelitian ilmiyah, jika tidak menjadi jumud karena rasionalisme dan empirisme yang totalarian seperti yang kami katakan di atas, sudah tentu merupakan cara termudah untuk menyadarkan manusia sekarang bahwa peradaban modern sesungguhnya telah gagal karena kesalahan konsep-konsep yang melandasinya. Peradaban modern telah ditegakkan di atas dasar konsep mengenai manusia yang tidak menyertakan hal yang paling mendasar bagi manusia.189

Kegagalan peradaban Barat modern, baik secara teori maupun praktek adalah tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia dan harus segera diatasi secepat mungkin, karena tantangan telah menjadi sumber segala problematika umat manusia, seperti dikatakan oleh Prof. SMN. al-Attas;

Banyak tantangan yang timbul di tengah-tengah kebingungan manusia sepanjang zaman, tetapi tidak satupun yang lebih serius dan sangat destruktif kepada manusia sekarang selain yang ditimbulkan oleh peradaban Barat. Saya berpendapat bahwa tantangan yang paling besar yang secara sembunyi-sembunyi telah muncul pada zaman kita adalah tantangan pengetahuan (knowledge), tidak seperti berperang melawan kejahilan; tapi sebagai pengetahuan yang disusun dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia oleh peradaban Barat; sifat dasar pengetahuan menjadi permasalahan setelah ia kehilangan tujuan sebenarnya karena disusun secara tidak adil yang dengan begitu justru menimbulkan kekacauan pada kehidupan manusia, dan lebih jauh pada kedamaian dan keadilan; pengetahuan menganggap diri sesuai dengan kenyataan, padahal ia adalah produk dari rasa kebingungan dan skeptisme, yang mengangkat keraguan dan dugaan pada tingkat ilmiyah

188 Syed M. Naquib al-Attas, Islam and Secularism, hlm. 136189 S.H. Nasr, Islam and The Plight of Modern Man, (London : Longman, 1975), hlm.12

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

166

Page 167: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dalam metodeloginya dan memandang keraguan sebagai epistemologi paling tepat dalam mencari kebenaran; pengetahuan, untuk pertama kali dalam sejarah, telah membawa kekacauan pada tiga kerajaan alam; binatang, tumbuhan dan mineral.190

Asumsi-asumsi seperti inilah yang dijadikan alasan utama oleh para cendikiawan Muslim kontemporer seperti Sayyid Hossein Nasr, Syed Muhamad Naquib al-Attas, Ismail R. Faruqi dan lain-lainnya dalam mengembangkan metodelogi pemikiran yang bertujuan untuk mengislamisasikan pengetahuan (Islamization of Knowledge) yang dimiliki peradaban Barat Modern. Karena bagaimanapun peradaban Barat telah menghasilkan pengetahuan yang luar biasa dalam segala aspek kehidupan dan sangat bermanfaat untuk kepentingan umat manusia. Itulah sebabnya, pengetahuan modern Barat perlu diislamisasikan agar sesuai dengan kehendak dan tujuan mulia ajaran Islam.

Aliran Islamisasi PengetahuanJika dianalisis lebih jauh menurut pendekatan yang digunakan dan

diterapkan dalam pengembangan teori-teorinya, ada beberapa aliran yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan sistem pendidikan yang berdasarkan Islamisasi pengetahuan ini, namun pada hakikatnya yang dominan dan didukung institusi intelektual yang solid ada dua, yaitu; Islamisasi Pengetahuan model Faruqi dan Penerusnya yang didukung The International Institute of Islamic Thought (IIIT) yang berpusat di Virginia Amerika Serikat dan Islamisasi Pengetahuan model Syed Muhammad Naquib al-Attas yang didukung International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) yang berpusat di Kuala Lumpur Malaysia.

Konsep Islamisasi pengetahuan menurut Faruqi hakikatnya adalah proses untuk memberikan ruh (spirit) Islam kepada pengetahuan modern yang telah ditemukan Barat terlebih dahulu, dengan proses mengetahui landasan filsafat pengetahuan tersebut, kemudian dinilai relevansinya terhadap nila-nilai Islam. Oleh karena itu, seorang cendikiawan yang akan mengislamisasikan sebuah pengetahuan harus mengetahui secara pasti ajaran Islam dan pengetahuan modern yang akan dislamisasikan. Istilah Islamisasi sendiri digunakan untuk menyaingi dua istilah yang telah populer lebih dahulu dikalangan kaum Muslimin dan sangat mempengaruhi pemikiran mereka, yaitu Westernisasi dan Modernisasi. Di mana kedua istilah ini sangat banyak menimbulkan kekeliruan akibat ketidakjelasan pengertiannya ataupun orientasinya, dan dapat menyesatkan. Pelaksanaan Islamisasi pengetahuan ini boleh saja berbentuk transformasi pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Islam secara langsung, menyaring pengetahuan pengetahuan dari pengetahuan non Islami dengan memberikan spirit Islam, ataupun orientasi Islami sehingga sesuai dengan kaedah pengetahuan Islam, menyempurnakan pengetahuan non Islami yang sesuai dengan ajaran Islam dengan memberikan kaedah-kaedah Islami, memperbaharui atau merombak pengetahuan non Islami menjadi Islami, menggabungkan kedua pengetahuan yang ditemukan metodelogi gabungan tradisional dengan sekuler sehingga

190 Syed Muh. Naquib al-Attas, Nature of Knowledge and The Definition and Aim of Education,(Jeddah : King Abdul Aziz Univ, 1979). hlm. 19-20.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

167

Page 168: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

lahir bentuk pengetahuan baru yang lebih sempurna ataupun cara-cara lainnya.191 Untuk mensukseskan program Islamisasi pengetahuan ini, ditunjuk The International Institute of Islamic Thought (IIIT) yang berpusat di Herndon, Virginia Amerika untuk menghimpun para cendikiawan Muslim seluruh dunia dari berbagai disiplin pengetahuan, mereka ditugaskan meneliti dan menulis sesuai dengan spesialisasi pengetahuannya masing-masing, kemudian hasil penelitian mereka diterbitkan dalam jurnal atau buku yang akan disebarluaskan. Para cendikiawan Muslim yang dihimpun IIIT sudah berupaya semaksimal mungkin dengan pengetahuan yang dimilikinya untuk mendifinisikan, merumuskan, menjabarkan dasar-dasar Islamisasi pengetahuan, kemudian didiskusikan dan diseminarkan dikalangan mereka dan akhirnya diterapkan pada beberapa institusi pendidikan tinggi Islam di negara-negara Muslim seperti Saudi Arabia, Pakistan, Malaysia dan lainnya.192

Sementara Islamisasi pengetahuan menurut Prof. SMN al-Attas pada hakikatnya adalah proses untuk mengisolasi dan memindahkan segala sesuatu yang tidak Islami, terutama elemen-elemen Barat dan konsep-konsep yang menyertainya. Ini juga berarti memasukkan elemen-elemen kunci Islam dan konsep-konsep yang menyertainya kepada elemen-elemen dan konsep-konsep yang baru ataupun asing. Beberapa elemen dan konsep kunci Islam diantaranya adalah agama (din), manusia (insan), pengetahuan (ilm dan ma’rifah), kebijaksanaan (hikmah), keadilan (‘adl), perbuatan benar (‘amal sebagai adab), dimana semua ini menjadi kesatuan landasan dan dasar yang saling berhubung-kait dengan konsep Tuhan, esensi dan atribut-Nya (tauhid); pengertian dan pesan al-Qur’an, al-Sunnah dan Syariah.193

Untuk mengembangkan konsep Islamisasi pengetahuan ini, Syed al-Attas didukung oleh sebuah lembaga yang solid, International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) yang merupakan lembaga studi Islam yang sekaligus mendidik mahasiswa di tingkat pasca sarjana dan tempat berhimpunnya para cendikiawan Muslim seluruh dunia untuk mendiskusikan masalah-masalah keislaman yang didukung oleh perpustakaan yang besar dan lengkap, khususnya mengenai Islam. ISTAC telah menerbitkan beberapa buah buku yang menjadi panduan dalam memahami Islam. Lembaga ini didirikan pada hakikatnya untuk menjadi simbol keagungan pendirinya, Prof. SMN al-Attas, seorang cendikiawan Muslim terkemuka masa ini yang memiliki pemikiran-pemikiran cemerlang.194

Evaluasi Atas Konsep Islamisasi PengetahuanUsaha-usaha serius para cendikiawan Muslim yang berkelanjutan

dalam mengislamisasikan pengetahuan ini sangat bermanfaat untuk menyempurnakan sistem pendidikan kaum Muslimin di masa depan, dan harus difahami bahwa proses ini adalah proses yang masih berada pada

191 Ismail R. Faruqi, op.cit.hlm. 83. Lihat juga, ‘Imad al-Din Khalil, Madkhal ila Islamiyat al-Ma’rifah, (Herndon, Virginia : IIIT, 1991). Abu al-Qasim Hajj Hammad, al ‘Alamiyah al-Islamiyah al-Insaniyah, (Beirut : Dar al-Masirah, 1980). Taha J. al-’Alwany, “The Islamization of Knowledge : Yesterday and Today”, Dalam The American Journal of Islamic Social Sciences, vol. 12, Spring 1995, No 1 ( Kuala Lumpur : IKD, 1995), hlm. 80-101. ‘AbdulHamid A. AbuSulayman, Mafahim fi I’adat Bina’ Manhajiyat al-Fikr al-Islamy al-Mu’asir, dalam Toward Islamization of Disciplines,(Herndon, Virginia : IIIT, 1989).hlm.31-68.

192 ibid193 Wan Mohd. Nor Wan Daud, The Beacon, op.cit. hlm.37194 op.cit. hlm. 4-6.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

168

Page 169: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

tingkat permulaan yang memerlukan penelitian berkepanjangan. Karena kaum Muslimin dewasa ini sudah kehilangan jejak tradisi dan warisan para cendikiawan Muslim terdahulu beberapa abad sejak terjadinya pencerahan Eropa. Memang terlalu awal jika konsep Islamisasi Pengetahuan ini dinilai keberhasilannya, karena teori ini sedang dalam proses eksperimen yang akan menyempurnakan sistem dan metodeloginya.

Untuk mengevalusi sejauh mana keabsahan teori ini perlu diberikan penjelasan yang lebih terperinci, sebagaimana dikemukakan Fazlur Rahman,195 terutama dalam proses memberikan spirit Islam kepada pengetahuan Barat modern. Sebagaimana dimaklumi, pengetahuan terdiri dari sains-sains kealaman (eksak) dan sains-sains sosial (humanika). Sains-sains kealaman adalah pengetahuan yang sesuai dengan Sunnatullah (hukum alam) dan tidak mungkin diolahsuai menurut kehendak manusia, karena hal ini adalah sesuatu kejadian yang sudah pasti tertentu kadarnya. Usaha-usaha untuk memanipulasinya jelas akan mendatangkan kegagalan belaka. Dalam hal ini Islamisasi atau pemberian ruh Islam dapat dilakukan, karena pada hakikatnya alam ini adalah kitab Allah yang tidak tertulis, yang tidak mungkin bertentangan dengan al-Qur’an, sumber utama ajaran Islam, selama tidak dimanipulasi kehendak yang ingin menyimpangkannya. Namun pada sains-sains sosial humanika, lain halnya, karena jelas pengetahuan ini sangat relevan terhadap nilai-nilai yang menemukannya dan merumuskannya. Jika pengetahuan ini dikemukakan Barat, maka pengetahuan ini tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Barat, dengan kata lainnya terkandung unsur subyektivitas dalam pengetahuan tersebut. Maka dalam kasus seperti ini, Islamisasi pengetahuan perlu diberikan pengertian yang lebih jelas, karena sains-sains sosial-humanika yang telah dikemukakan Barat saat ini pasti tidak terlepas dari nilai-nilai mereka yang sekuleris dan materialis.

Pertanyaan yang timbul, mungkinkah mengislamisasikan pengetahuan yang berbeda, bahkan bertentangan, landasan filsafatnya, orientasinya, relevansinya, produknya dan lain-lain aspeknya dengan ajaran Islam ? Realitasnya, para cendikiawan Muslim yang berhadapan dengan kasus seperti ini, mau tidak mau harus menggali langsung ajaran Islam yang berkaitan dengan pengetahuan berkenaan.

Seperti kasus Islamisasi ekonomi misalnya, para cendikiawan Muslim tidak mungkin mengislamisasikan konsep riba’ (intres/bunga) yang terkandung pada sistem ekonomi Kapitalis Barat modern yang berlandaskan filsafat dan nilai-nilai sekuler yang bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan yang diajarkan Islam. Untuk mengatasi masalah ini, para cendikiawan Muslim terpaksa menggali warisan tradisi Islam yang bersumber pada al-Qur’an, al-Sunnah, perilaku sahabat, ijma’, qiyas dan lainnya sehingga mereka menemukan dan merumuskan sistem ekonomi Islam tersendiri dengan konsep-konsep ataupun teori-teorinya yang sama persis ataupun bertentangan dengan konsep atau teori ekonomi Barat.196 195 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, hlm. 131-132196 Untuk masalah ini lihat misalnya, M. Najatullah Siddiqi, “Islamizing Economics”, dalam Toward

Islamization of Disciplines, op.cit. hlm.253-261. M. Anas al-Zarqa,”Tahqiq Islamiyat ‘Ilm al Iqtishad : al-Mafhum wa al-Manhaj, dalam Toward Islamization of Disciplines. op.cit. hlm.317-351. Abdul Hamid A. AbuSulayman, “The theory of the Economics of Islam : the Economics of Tawhid and brotherhood” di Contemporary Aspects of Economic Thinking in Islam,(Indianapolis : American Trust Publ. April, 1968). Mohammad Anwar, Modelling Interest-Free Economy, A Study in Macro-econonomics and Development,

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

169

Page 170: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Hal serupa pula yang dilakukan para cendikiawan Muslim ketika mereka akan mengislamisasikan sosiologi,197 mengislamisasikan antropologi,198 mengislamisasikan seni dan disiplinnya,199 mengislamisasikan bahasa,200 dan mengislamisasikan pengetahuan yang lain-lainnya.201

Dengan demikian, apa yang diistilahkan sebagai Islamisasi pengetahuan dan dipraktikkan cendikiawan Muslim saat ini, khususnya Islamisasi model Faruqi, pada hakikatnya bukanlah suatu proses mengislamkan atau memberikan spirit Islam kepada pengetahuan Barat modern, tetapi lebih merupakan proses mencari, meneliti, merumuskan dan mengembangkan suatu disiplin pengetahuan yang belum ada pada peradaban modern, walaupun nantinya dalam pelaksanaannya mereka menjadikan referensi pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada, baik dari warisan tradisi peradaban Islam ataupun peradaban Barat. Sementara Islamisasi mengandung pengertian merubah sesuatu yang tidak Islami menjadi Islami, maka jelas perubahan tidaklah identik dengan penyusunan, karena perubahan mengandung pengertian merubah sesuatu yang sudah ada, baik dengan mengurangi ataupun menambahnya, menjadi bentuk lainnya, tetapi penyusunan mengandung makna mengadakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Seperti ekonomi Islam misalnya, saat ini kaum Muslimin belum memiliki model sistem ekonomi Islam yang dapat diterapkan sesuai keperluan masyarakat modern, maka para cendikiawan Muslim tidaklah mengadopsi ekonomi Barat menjadi ekonomi Islam dengan proses perubahan yang disebutnya sebagai Islamisasi, tetapi mereka berusaha mencari, meneliti, merumuskan dan mengembangkan teori-teori ekonomi tersendiri berdasarkan ajaran Islam, dan mungkin mereka akan menggunakan teori ekonomi Barat sebagai bahan perbandingan dan referensi sehingga mereka menemukan suatu teori ekonomi Islam yang mungkin berbeda dan mungkin juga sama persis dengan ekonomi Barat. Namun proses ini tidaklah dapat dinamakan sebagai perubahan teori, namun penyusunan teori baru.

Istilah Islamisasi pengetahuan sendiri dapat memberikan kesan seakan-akan ajaran Islam tidak memiliki sistem pengetahuan dan kehidupan yang sempurna, sehingga perlu diambilkan dari dari luar Islam. Seperti sistem ekonomi, seakan-akan Islam tidak memiliki sistem ekonomi sendiri sehingga perlu diambilkan dari sistem luar Islam dengan proses Islamisasi ekonomi. Sementara Islam mengajarkan kepada pengikutnya bahwa Islam

(Herndon, Virginia : IIIT, 1987). Khursid Ahmad,(ed), Studies in Islamic Economics, (Jeddah : International Centre for Research in Islamic Economics, King Abdul Aziz Univ, 1980). A.H.M. Sadeq, Islamic Economics, Some Selected Issues,(Lahore : Islamic Publ. 1989). Zohurul Islam, Islamic Economics, (Dhaka : Islamic Foundation Bangladesh, 1987). Taqyuddin al-Nabhani, al-Nidham al-Iqtishadi fi al-Islam,(Beirut : Dar al-Ummah, 1990). M. Umer Chapra, Towards a Just Monetary System, (London : The Islamic Foundation, 1985). S.M. Yusuf, Economic Justice in Islam, (Lahore : Shaikh Muhammad Ashraf, 1971).

197 Ilyas Ba-Yunus & Farid Ahmad, Islamic Sociology : An Introduction,(Cambridge : Hodder and Stoughton, 1985).

198 Akbar S. Ahmad, “Toward Islamic Anthropology, dalam Toward Islamization of Disciplines,,op.cit,hlm.199-247.

199 Lamya al-Faruqi, “Islamizing The Arts Disciplines”, dalam Toward Islamization, op.cit. hlm. 459-504.

200 Sayyid M. Syeed, “Islamization of Linguistics”, dalam Toward Islamization, op.cit. hlm. 545-555.201 AbdulHamid A. AbuSulayman, “Orientation Guidelines for the International Conference on

Islamization of Knowledge, dalam Toward Islamization, op.cit, hlm. 13-16.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

170

Page 171: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

adalah sistem yang kaffah dan syumul, yaitu ajaran yang mengatur semua sistem kehidupan manusia, dari masalah individu sampai masyarakat dan negara.202 Bagaimana mungkin Islam telah mengajarkan secara terperinci doktrin-doktrin sederhana tata cara keluar masuk kamar kecil dan adab-adabnya, sementara tidak mengajarkan sistem ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan lainnya yang lebih besar dan penting dalam kehidupan pengikutnya ? Maka tentu Islam sebagai al-dien (sistim hidup) telah mengajarkan dasar-dasar filsafat semua sistem kehidupan dunia ini, tinggal bagaimana para cendikiawan Muslim mengembangkannya menurut kemampuannya masing-masing. Islam dengan pendekataannya yang khas telah memberikan dorongan kepada pengikutnya untuk meneliti dan mengembangkan segala phenomena alam ini menurut kadar kemampuannya masing-masing. Semangat inilah yang telah mendorong para cendikiawan Muslim terdahulu yang telah mengantarkan mereka menuju puncak kegemilangan peradaban.

Maka dengan pengertian ini, Islamisasi pengetahuan harus lebih difokuskan kepada penyusunan dan pengembangan teori-teori pengetahuan baru Islami yang berbeda dari pengetahuan Barat, baik secara substansi ataupun materinya yang berlandaskan filsafat pengetahuan Islam, berorientasi Islami dan menghasilkan produk-produk Islami pula. Jadi yang diperlukan saat ini adalah bagaimana menemukan dan merumuskan kembali konsep pengetahuan Islami, sains Islami, teknologi Islami dan seterusnya, walaupun kaum Muslimin harus mengadopsinya dari Barat yang non Islam, kerena mungkin mereka telah menemukannya lebih dahulu. Para cendikiawan Muslim mempunyai hak untuk mengadopsi pengetahuan tersebut dari mereka, yang hakikatnya adalah ilmu Allah SWT, selama pengetahuan tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Rasulullah sendiri telah memerintahkan kepada ummatnya untuk mengambil ilmu yang bermanfaat sebagaimana sabdanya :”sesungguhnya al-Hikmah (pengetahuan bermanfaat) adalah milik kaum Muslimin, dimanapun mereka menemukannya, mereka berhak mengambilnya kembali”(al-Hadits).

Walaupun sistem ekonomi Islam misalnya sudah ditemukan Karl Marx yang atheis, maka para cendikiawan Muslim tetap berhak mengambilnya tanpa rasa rendah diri. Karena semua sistem yang bermanfaat dan benar adalah ilmu Allah yang telah diberikan-Nya kepada orang-orang yang bersungguh-sungguh, walaupun mereka kafir, atheis ataupun sekuler. Atau para cendikiawan Muslim menggali langsung berdasarkan warisan-warisan cemerlang pendahulu mereka, menyempur-nakan dan merumuskan kembali menurut keperluan masyarakat masa kini, karena Barat yang memiliki peradaban tinggi saat ini pada awalnya juga belajar dari para cendikiawan Muslim terdahulu.

Saat ini, di mana Barat menjadi pemuka pengetahuan modern, maka kaum Muslimin mau tidak mau harus mengambil darinya jika mereka hendak menjadi pemimpin peradaban dunia masa depan. Untuk itu perlu diperjelas bentuk pengetahuan produk Barat sekuler saat ini. Secara global menurut pandangan Islam, pengetahuan Barat saat ini terbagi menjadi dua, yaitu

202 Tentang kesempurnaan Islam ini lihat misalnya : Said Hawa, al-Islam, (Beirut : Dar al-Fiqr, 1978). Yusuf al-Qardhawi, al-Hall al-Islam, (Dauhah, Qatar : al-Jamiah al-Islamiyah Qatar, 1986). Hamudah Abdalaty, Islam in Focus,(Kuwait : IIFSO, 1978). Abu Urwah, Sistem-sistem Islam,(Kuala Lumpur : Pustaka Salam, 1989). Abul A’la al-Maududi, Asas-asa Islam, ( Kuala Lumpur : IIFSO, 1981.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

171

Page 172: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pengetahuan Barat Islami dan pengetahuan Barat non Islami. Ini berangkat dari asumsi tadi, bahwa semua pengetahuan yang benar dan bermanfaat pasti dari Allah SWT dan kebetulan ditemukan oleh Barat yang non Islam maka tidak mejadikan pengetahuan itu non Islami pula. Maka yang dimaksudkan dengan pengetahuan Barat Islami adalah pengetahuan yang dihasilkan Barat namun bersesuaian atau tidak bertentangan dengan ajaran Islam secara substansi ataupun materinya. Sementara pengetahuan Barat non Islami adalah pengetahuan yang diproduk Barat dan bertentangan dengan ajaran Islam. Implikasi dari pengertian ini adalah pengetahuan Barat Islami tinggal ditransfer, kemudian dimanfaatkan dan diatur sesuai dengan syari’at Islam, maka secara otomatis pengetahuan itu akan menjadi pengetahuan Islami yang dapat dimanfaatkan kaum Muslimin. Adapun pengetahuan Barat non Islami harus ditolak. Konsekwensi logisnya, para cendikiawan Muslim harus mengetahui dengan pasti ajaran-ajaran Islam dan juga pengetahuan Barat yang akan ditransfer, baik landasan filsafatnya, orientasinya, relevansinya dan yang terpenting metodeloginya.

Itulah sebabnya, sebagaimana dikatakan Fazlur Rahman,203 program utama yang harus dilakukan para cendikiawan Muslim saat ini dalam proses Islamisasi pengetahuan ini adalah mencetak kader-kader cendikiawan Muslim yang berkemampuan untuk menilai pengetahuan Barat dengan dasar pengetahuan keislaman yang dimilikinya kemudian mengembangkannya menurut kemampuannya. Dan menurutnya, yang paling layak mengislamisasikan pengetahuan adalah orang yang memiliki dasar pengetahuan keislaman yang kuat, baik pengetahuan Islam klasik ataupun kontemporer, kemudian mereka dididik agar menguasai dan memahami pengetahuan Barat sesuai minat dan kemampuannya agar dapat menghasilkan pengetahuan yang Islami. Atau sebaliknya dengan mendidik para cendikiawan Muslim yang telah menguasai pengetahuan Barat dengan pengetahuan keislaman. Namun cara terakhir ini harus benar-benar mendapat perhatian khusus, karena banyak diantara mereka yang sudah menganggap dirinya menguasai pengetahuan keislaman dengan benar dan mulai mengislamisasikan pengetahuan Barat, namun pada hakikatnya mereka mentransfer apa adanya pengetahuan Barat tersebut dengan semangat sekulernya sekaligus akibat ketidakfahamannya terhadap ajaran Islam.

Demikian pula halnya masih terdapat kerancuan-kerancuan pada metodelogi yang digunakan para cendikiawan Muslim dalam mengislamisasikan pengetahuan. Diantaranya ada yang menyamakan begitu saja konsep-konsep sains dengan konsep-konsep yang berasal dari Islam, padahal belum tentu sama pengetiannya. Misalnya menganggap bahwa nafs al-Ammarah, nafs al-Lawwamah dan nafs al-Muthmainnah dari al-Qur’an identik dengan konsep id, ego dan super ego dalam psikologi, ataupun menyamakan konsep demokrasi Barat dengan konsep syuro dalam politik, konsep humanisme dengan ukhuwah dalam sistem sosial, dan lainnya dimana hal ini akan mengakibatkan biasnya pengetahuan ke taraf agama yang harus diyakini kemutlakannya.204

203 Fazlur Rahman, Islam and Modernity, hlm. 134. lihat juga, “Islamization of Knowledge : A Respons”, dalam Ulumul Qur’an, op.cit. no.4. vol.III.

204 Tokoh-tokoh IIIT sendiri sebagai pendukung utama Islamisasi pengetahuan model Faruqi sebagian besar adalah para cendikiawan Muslim yang latar belakang pendidikannya sekuler Barat ataupun

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

172

Page 173: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Sebagaimana dikemakakan terdahulu, pengetahuan yang dikembangkan Barat, khususnya pengetahuan-pengetahuan sosial-humanika, berasal dari akar filsafat yang berbeda bahkan bertentangan dengan filsafat pengetahuan dalam Islam. Filsafat pengetahuan Barat berlandaskan faham sekulerisme dan materialisme yang menolak agama dan dogma-dogma yang terkandung didalamnya, termasuk perananan Tuhan sebagai pencipta alam raya ini dan ajaran metafisik lainnya dengan alasan tidak rasional, tidak ilmiyah dan tidak sesuai dengan toeri empirisme yang mereka yakini. Faham ini sendiri lahir dari pemberontakan terhadap agama Kristen abad pertengahan yang penuh dengan doktin-doktrin palsu, penyelewengan dan penipuan para pemukanya yang korup dengan mengatasnamakan Tuhan, ajaran yang membelenggu pemikiran-pemikiran cemerlang para cendikiawan Barat. Faham ini akhirnya menganggap semua agama yang mengajarkan metafisik adalah candu masyarakat, penghalang kemajuan dan akhirnya menyimpulkan “Tuhan telah mati’, peranannya diganti oleh pengetahuan.205

Sementara filsafat pengetahuan Islam berlandaskan pada Tauhid, wujudnya Allah dalam ketunggalan-Nya sebagai sumber segala pengetahuan yang diterima manusia, yang berkedudukan sebagai kholifah, atau wakil Allah yang akan mengatur dan memakmurkan alam menurut kehendak Allah SWT. Penyatuan alam nyata (fisis) dengan alam ghaib (metafisis), penyatuan dunia dengan akhirat, nilai moral dan intelektual, yang tidak mempertentangkan antara wahyu Allah dengan aqal manusia.206

Maka implikasinya, produk-produk pengetahuan yang sifatnya relatif, tidak mungkin disejajarkan dengan konsep ajaran di dalam al-Qur’an207 yang absolut kebenarannya. Karena produk-produk pengetahuan yang dianggap benar dan didukung hari ini, mungkin besok akan ditentang oleh pendukungnya sendiri dengan adanya penemuan-penemuan baru yang dianggap lebih mendekati kebenaran sebagaimana yang menimpa teeori-teori pengetahuan dari zaman dahulu hingga saat ini. Sementara al-Qur’an, sumber utama ajaran Islam, sejak awal diturunkannya sampai akhir zaman tetap mutlak kebenarannya, tidak akan berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman, yang berubah-ubah adalah penafsiran dan pemahaman orang terhadap kandungannya sehingga melahirkan banyak tafsir al-Qur’an, yang tidak terlepas dari situasi dan kondisi pengetahuan orang berkenaan.208 Dengan mensejajarkan pengetahuan dengan al-Qur’an,

tradisional Islam, dimana hal ini sangat mempengaruhi produk pemikirannya. Demikian pula karya-karya yang diterbitkannya masih banyak dipengaruhi oleh metodelogi sekuler atau tradisional. Lihat misalnya, Toward Islamization of Disciplines terbitan IIIT yang menghimpun tulisan tokoh-tokohnya

205 Syed M.Naquib al-Attas, Islam and Secularism, khususnya bab I dan II.206 Tentang filsafat pengetahuan Islam, lihat misalnya : Syed M. Naquib al-Attas, Islam and The

Philoshopy of Science, (Kuala Lumpur : ISTAC, 1989). Wan Mohd. Nor Wan Daud, The Concept of Knowledge in Islam,(London : Mansell Publ, 1989). C.A. Qadir, Philosophy and Science in The Islamic World,(New York: Croom Helm, 1988) khususnya bab 1. Mahdi Golshani, “Philoshophy of Science from the Qur’anic Perspective” dalam Toward Islamization of Disciplines. op.cit. hlm.73-92.

207 Sengaja penulis menggunakan al-Qur’an dan bukan ajaran Islam, karena al-Qur’an merupakan sumber ajaran Islam yang tidak pernah dipertentangkan kebenaran dan keabsahannya, dan tidak ada seorangpun sampai hari ini yang berhasil membuktikan kepalsuan ajaran al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT, sementara ajaran Islam adalah produk dari pemahaman terhadap sumber ajaran ini, yang mungkin terdapat perbedaan dalam menafsirkan atau memahaminya, sebagimana yang telah melahirkan berbagai madzhab pemikiran Islam.

208 Tentang difinisi al-Qur’an lihat : Subhi Sholih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut : Dar Ilm li al-Maliyin, tt) hlm. 21. Syaikh M. Ali Al-Shabuni, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an,(Damsyiq : Maktabah al-Ghazaly, 1981) hlm. 6. Fuad Ali Ridha, Fi ‘Ulum al-Qur’an,(Beirut : Dar Iqra’, 1986), hlm. 13-14. M. Ali al-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

173

Page 174: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

jelas akan merendahkan nilai al-Qur’an yang mutlak kebenarannya ke taraf pengetahuan/sains yang relatif dan berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian pula masih ada di antara para cendikiawan Muslim yang menjadikan Islam sebagai penguat pengetahuan, dengan mencari-cari dalil yang akan mendukung suatu gagasan atau teori pengetahuan. Hal ini biasanya dilakukan para cendikiawan yang telah meyakini kebenaran sebuah teori pengetahuan, kemudian dia berusaha membenarkannya dengan mengutip dalil-dalil al-Qur’an ataupun al-Hadits yang menguatkan teori berkenaan. Sehingga lahirlah istilah-istilah aneh seperti sosialisme Islam,209

humanisme Islam,210 demokrasi Islam,211 diktatorisme Islam,212 modernisme Islam,213 sekulerisme Islam,214 fundamentalisme Islam,215 dan lainnya. Sementara istilah-istilah seperti itu sudah mengandung konotasi, pengertian, sejarah, filsafat dan pengertian tersendiri yang berbeda dengan ajaran Islam. Apakah mungkin organ-organ sistem yang lahir bukan dari ajaran Islam dapat diadopsi begitu saja karena memiliki kemiripan sedikit saja dengan ajaran Islam ? Tentu tidak mungkin, karena Islam telah memiliki sistem tersendiri dengan ciri khasnya yang berbeda dengan sistem-sistem yang diciptakan manusia. Perbuatan menjadikan Islam sebagai penguat pengetahuan semata-mata adalah sama artinya dengan perbuatan menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah yang dilarang Islam.216 Dan perbuatan ini akan merendahkan Islam ke taraf pengetahuan yang nilainya relatif, yang dapat diterima ataupun ditolak.

Proses Islamisasi pengetahuan ini juga harus menjangkau keseluruhan tingkat pendidikan, dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Apabila dilakukan hanya pada tingkat tinggi saja, tanpa diikuti Islamisasi pada tingkat dasar dan menengah, dalam arti membiarkannya sekuler ataupun tradisional sepenuhnya, jelas akan mengurangi keberhasilannya secara maksimal. Karena pada tingkat dasar dan menengah, dimana pelajar masih murni keyakinan dan pemikirannya, jika Islamisasi bertujuan untuk menanamkan keterikatan cendikiawan pada Islam, maka harus diwarnai dengan semangat ajaran Islam sedini mungkin agar tertanam orientasi keislaman pada dirinya sejak muda yang akan sangat membantunya untuk memahami pengetahuan keislaman pada tingkat yang lebih tinggi. Demikian pula sebaliknya, apabila institusi dasar dan menengah disislamisasikan, ditanamkan nilai-nilai Islam dengan ketat, sementara tingkat tinggi dibiarkan sekuler, boleh jadi akan menghilangkan nilai-nilai Islami yang sudah tertanam dan menjerumuskan

Hasan, al-Manar fi ‘Ulum al-Qur’an, (Amman : Mathbaah al-Syuruq, 1983). hlm.7-8. Shabir Thayyimah, Haza al-Qur’an,(Beirut : Dar al-Jill, 1989) hlm. 13.

209 Mustafa H. al-Siba’i, Isytirokiyyat al-Islam, (Sosialisme Islam), (Damsyiq : Damsyiq Univ,tt)210 Marcel A.Boisard, Humanism in Islam,trans. by Albin Michel,(Indianapolis:The American Trust

Publ.,1979)211 Abul ‘Ala al-Maududi adalah diantara cendikiawan Muslim yang menentang keras istilah

demokrasi Islam, karena prinsip demokrasi dan syuro dalam Islam bertentangan. Lebih lanjut lihat tulisan beliau The Islamic Law and Constitution, dan Khilafat wa al-Mulk.

212 Lihat dalam The Islamic Law and Constitution karya Abul “Ala al-Maududi.213 Istilah ini digunakan secara meluas oleh cendikiawan Muslim, diantara yang menentangnya

adalah Maryam Jamilah dalam bukunya Islam and Modernism,(Lahore : Moh. Yusuf Khan, 4th.ed.1977).214 Istilah ini dipopulerkan Nurcholis Madjid pada tahun 70-an dan mendapat tentangan dari H.M.

Rasjidi dalam bukunya Koreksi terhadap Drs. Nurcholis Madjid tentang Sekulerisasi,(Jakarta : Bulan Bintang, 1972).

215 Masalah ini lihat Rifyal Ka’bah, Islam dan Fundamentalisme,(Jakarta : Panjimas,198216 “dan janganlah kamu menjual ayat-ayat Kami dengan harga yang murah”

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

174

Page 175: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

para pelajar menjadi sekuler akibat pelajaran tinggi mereka yang sekuler. Itulah sebabnya keberhasilan yang maksimal dapat diraih apabila dilakukan Islamisasi pada semua tingkatan dengan relevansinya masing-masing. Dengan proses Islamisasi menyeluruh ini diharapkan akan melahirkan cendikiawan-cendikiawan Muslim yang utuh, yaitu cendikiawan Muslim yang kreatif dalam spesialisasi pengetahuannya namun memiliki keterikatan yang kuat pada Islam, atau cendikiawan Muslim yang menjadikan Islam sebagai landasan berfikir kreatifnya, sebagaiman yang telah ditempuh para cendikiawan Islam terdahulu yang menjadikan Islam sebagai landasan spirit dalam meneliti dan mengembangkan pengetahuan karena berkeyakinan bahwa terlibat dalam pengetahuan dianggap sebagai salah satu sarana beribadah kepada Allah SWT.

Kurang berhasilnya proses penggabungan kedua metodelogi (tradisional dan sekuler) terdahulu sebagaimana yang dialami Sayyid Ahmad Khan dengan Aligarh Collegenya, karena masih tetap bertahannya kedua metodelogi tersebut pada tempatnya masing-masing, belum mampu saling lengkap melengkapi satu dengan lainnya. Disamping kegagalan tersebut akibat tidak adanya tenaga pengajar yang menguasai metodelogi dan sistem yang diterapkan, namun ini terjadi juga akibat dari proses pemberian spirit Islam hanya dilakukan pada tingkat tinggi saja, sementara pada tingkat dasar dan menengah, yang merupakan jembatan penghubung terpenting yang akan memaksimalkan keberhasilan metodelogi baru ini dibiarkan sepenuhnya sekuler ataupun tradisional. Ataupun kegagalan yang menimpa generasi-generasi Islam yang belajar di Barat dan tersekulerkan akibat mereka hanya mengalami proses penanaman spirit Islam pada tingkat dasar dan menengah, sementara pada tingkat tinggi menerima pengetahuan yang sepenuhnya sekuler dan akhirnya mereka tersekulerkan dengan terkikisnya spirit Islam yang ditanamkan terdahulu. Demikian pula halnya, jangan sampai proses Islamisasi pengetahuan yang sedang dilaksanakan para cendikiawan Muslim ini terjebak faham Barat yang hanya mengutamakan pengetahun saja. Apapun yang diketahui tidak diikuti dengan penekanan pada aspek amali (pelaksanaan). Islam dipelajari hanya sebagai pengetahuan belaka, tanpa suatu tekanan berat kepada pengamalan, karena Islam menekankan pengetahuan sekaligus pengamalan kepada pengikutnya. Apalah artinya mendirikan universitas-universitas yang memakai nama dan lambang Islam, namun pada hakikatnya masih menerapkan dengan penuh kesadaran segala bentuk pengetahuan yang berlandaskan filsafat Barat yang berjiwa sekuler dan materialistik. Idealnya sebuah universitas Islam adalah universitas yang menerapkan aspek pengetahuan dan pengamalan sekaligus, dan nilai keberhasilan sebuah institusi Islam adalah keberhasilannya dalam melahirkan generasi-generasi yang berpengetahuan dan berupaya mengamalkan pengetahuannya dengan semaksimal mungkin. Demikian pula institusi intelektual Islam jangan sampai melahirkan alumni yang hanya pandai mengeluarkan teori, konsep ataupun makalah dalam seminar dengan metode yang mereka namakan ilmiyah, namun jauh dari masyarakatnya dan terjebak pada budaya sangkar emas intelektual, sebagaimana digambarkan Syari’ati :

“Ironisnya dalam budaya dan dan sistem pendidikan modern kaum muda kita dididik dan dilatih di dalam benteng-benteng

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

175

Page 176: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

yang terlindung dan tak tertembus. Begitu mereka masuk kembali ke dalam lingkungan masyarakat, mereka ditempatkan pada kedudukan-kedudukan sosial yang sama sekali terpisah dari rakyat jelata. Maka kaum intelektual muda itu hidup dan bergerak dalam arah yang sama dengan rakyat, tetapi di dalam suatu “sangkar emas” lingkungan eksklusif. Akibatnya di satu fihak, kaum intelektual itu mengejar kehidupan yang terpencil di atas menara gading tanpa memahami sama sekali keadaan masyarakat mereka sendiri dan di lain fihak, rakyat jelata yang tak terpelajar tidak memperoleh kebijaksanaan (hikmah) dan pengetahuan dari kaum intelektual yang sama, yang telah mereka biayai pendidikannya dan mereka dukung perkembangannya.217

217 Ali Syariati, What is To Be Done, op.cit.hlm. 26

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

176

Page 177: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kesembilan:

Khilafah: Sistem Pemerintahan Islam

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu yang mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa dia sesungguhnya akan menjadikannya mereka berkuasa dibumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sesungguhnya Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutu sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang tetap kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. ( An-Nur : 55 )

Ayat al-Qur’an di atas dengan tegas menyatakan bahwa Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, di antara kaum Muslimin akan diberikan kekuasaan di muka bumi sebagaimana Allah telah memberikannya kepada generasi sebelumnya. Sejarah mencatat bahwa Allah telah memberikan kekuasaan ini kepada beberapa Nabi pilihannya diantaranya seperti Yusuf as, Daud as, Sulaiman as dan tentunya Nabi Muhammad saw. Sebagaimana disebutkan ayat di atas, dasar utama khilafah adalah tauhid, atau pengesaan kepada Allah dengan tidak mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Adapun dalam menjalankan bentuk kekuasaannya atau dikenal kemudian dengan khilafah, para Nabi as menjalankannya sesuai dengan perkembangan zaman dan masyarakatnya.

Realitasnya bahwa Muhammad Rasulullah ketika mulai menjalankan dakwahnya kepada kaum musyrikin, pada hakikatnya beliau telah mendapatkan mandat sebagai seorang penguasa yang menjadi wakil Allah di muka bumi (khalifatullah fi al-ardh). Seorang khalifah harus menjalankan perintah atasannya atau yang telah memberikannya mandate, dalam hal ini Rasulullah saw mendapat mandate dari Allah. Maka Rasulullah sebagai khalifah Allah akan menjalankan segala kebijakan yang telah ditetapkan Allah, dan bukan yang ditetapkan nafsu pribadinya ataupun orang-orang lainnya. Inilah hakikat dari khilafah, atau sistem kekuasaan dalam Islam yang menjadi dasar para khalifah sepeninggal Rasulullah saw dan para pelanjut mereka yang mendapat petunjuk Allah.

Demikian halnya, jika diperhatikan sestem pemerintahan yang telah dijalankan oleh Khalifah yang empat, maka merekapun memiliki beberapa perbedaan dengan yang telah dijalankan Rasulullah sebagai dasar bahwa bentuk dan sistem pemerintahan sebenarnya tidak absalut, namun dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan waktu. Ketika Rasulullah

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

177

Page 178: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

digantikan oleh Abu Bakar ra, kaum muslimin mengadakan pemilihan dan mengangkat beliau. Sedangkan Abu Bakar ra menunjuk langsung Umar al-Khattab sebagai penggantinya. Sementara Umar telah membentuk sebuah dewan yang bertugas memilih dan mengangkat penggantinya, dan tidak membolehkan anaknya sebagai calon khalifah, maka terpilihlah Utsman bin Affan ra. Sementara Utsman digulingkan dan dibunuh dan selanjutnya digantikan oleh Ali ra. Inilah masa yang disepakati sebagai masa khalifah atas petunjuk Nabi.

Setelah Islam berkembang merentas benua dan wilayah yang telah memiliki peradaban panjang, maka secara tidak langsung sistem pemerintahan Islam mengalami penyesuaian demi penyesuaian, namun tetap pada pilar utamanya sebagai sebuah khilafah, atau wakil Allah di muka bumi yang bertugas untuk mentauhidkan Allah dan mengajak manusia kepada kebenaran Islam.

Khilafah Sebagai Model Teori Politik Islam KontemporerKhilafah Islamiyah atau Pemerintahan Islam berbeda secara

substansial dengan pemerintahan-pemerintahan yang dirumuskan Barat yang liberalis ataupun sosialis saat ini, baik yang dinamakan dirinya dengan pemerintahan Republik, negara demokrasi, sosialis, monarchi, dan lainnya. Karena sistem pemerintahan manusiawi ini lahir dari falsafah yang berbeda dengan falsafah Islam dalam memandang pemerintahan. Pemerintahan manusiawi berdasarkan teori-teori yang diciptakan manusia dengan segala kelemahan dan kekurangannya. Sementara pemerintahan Islam lahir bedasarkan akar ajarannya yang sempurna dari Allah, Sang Pencipta Alam. Sebagaimana yang dikatakan Abul Ala Maududi :

“Sedini mungkin perlu kiranya kita pahami bahwa Islam bukanlah sekumpulan gagasan yang tidak saling berkaitan atau cara-cara perilaku yang tidak saling melekat bertautan. Islam justru merupakan tatanan yang sempurna, keseluruhan yang bulat, yang mendasarkan diri pada himpunan postulat-postulat jelas yang pasti. Baik semua ajaran utamanya maupun aturan-aturan tindakannya yang terinci, digali dari, dan secara logis, dikaitkan dengan prinsip-prinsip dasarnya. Semua hukum dan perturan-peraturan yang telah diletakkan Islam diberbagai sektor kehidupan manusia pada hakekatnya merupakan renungan, pengembangan dan pencerminan prinsip-prinsip utamanya. Beberapa tahap kehidupan Islam dan kegiatannya mengalir dari postulat-postulat dasar ini secara pasti laksana tanaman mencuat dari benihnya……….Semua rancangan kehidupan Islam juga mengalir dari postulat-postulat pokoknya. Oleh karena itu, aspek manapun dari Idiologi Islam yang ingin dikaji, pertama kali yang harus diketahui adalah mengetahui akarnya serta prinsip dasarnya.218

“Iman terhadap ke-Esaan dan kekuasaan Allah merupakan landasan sistim sosial dan moral yang ditanamkan oleh para Rasul. Dari sinilah filsafat politik Islam mengambil titik pijak. Prinsip dasar Islam adalah bahwa mahluk manusia, baik secara individual maupun kelompok, harus menyerahkan hak atas kekuasaan, legislasi serta penguasaan atas sesamanya. Tidak seorangpun yang akan diperkenankan untuk memberikan perintah atau aturan-aturan sekehendaknya sendiri dan tidak seorangpun yang

218 Abul A’la al-Maududi, The Islamic Law and Constitution, terj. Mizan, halaman 146

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

178

Page 179: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

diperkenankan untuk mengakui kewajiban untuk melaksanakan pemerintah atau aturan seperti itu. Tidak seorangpun yang diberi hak istimewa untuk membuat undang-undang sekehendak hatinya sendiri dan tidak seorangpun yang wajib mengigatkan dirinya kepada undang-undang yang telah dibentuk dengan cara seperti itu. Hak ini hanya merupakan hak Allah. (QS, 12:40, 3:154, 16:116, 5:54).”

“Menurut teori ini, kedaulatan ada di tangan Allah . Dia sendirilah yang merupakan pemberi hukum. Tidak seorangpun, sekalipun Rasul, yang berhak memerintah orang lain sekehendak hatinya sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu .”

“Dengan demikian, karakteristik utama suatu Negara Islam yang dapat digali dari pernyataan-pernyataan Kitab Suci al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Tidak ada seorangpun, bahkan seluruh penduduk negara secara keseluruhan, dapat menggugat kedaulatan. Hanya Tuhan yang berdaulat, manusia hanyalah subyek.

2. Tuhan merupakan pemberi hukum sejati dengan wewenang mutlak legislasi ada pada-Nya. Kaum mukmin tidak dapat berlindung pada legislasi yang sepenuhnya mandiri, tidak juga dapat mengubah hukum yang telah diletakkan Tuhan, sekalipun tuntutan untuk mewujudkan legislasi atau perubahan hukum ilahi ini diambil secara mufakat bulat.

3. Suatu negara Islam dalam segala hal haruslah didirikan berlandaskan hukum yang telah diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasulullah SAW. Pemerintah yang akan menyelenggarakan negara semacam ini akan di beri hak untuk ditaati dalam kemampuannya sebagai suatu agen politik yang diciptakan untuk menegakkan hukum-hukum Tuhan, sepanjang dia bertindak sesuai dengan kemampuannya. Jika dia mengabaikan hukum yang telah diturunkan Allah, perintah-perintahnya tidak akan lagi mengikat kaum mukminin.219

“Konsep yang digambarkan oleh al-Qur’an bagi negara dan tatanannya, melalui 16 pokok yang telah disebutkan sebelum ini memiliki ciri-ciri yang jelas yaitu :

1. Negara ini didirikan atas dasar kesadaran suatu bangsa yang merdeka dan bersedia menundukkan kepalanya secara suka rela kepada Tuhan Semesta Alam, meskipun adanya kenyataan bahwa ia adalah bangsa yang merdeka dengan kemerdekaan yang sempurna dan ia rela menempati kedudukan sebagai kholifah (pengganti, wakil) bukan kedudukan pengusa tertinggi di bawah kekuasaan Allah yang tertinggi dan bekerja sesuai dengan perundang-undangan dan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan melalui RasulNya.

2. Bahwasannya kekuasaan dan kedaulatan hukum tertinggi didalamnya adalah sepenuhnya bagi Allah sendiri sampai satu batas yang bersesuaian dengan teori teokrasi, hanya saja cara negara melaksanakan teori ini berbeda dengan sistem teokrasi yang dikenal. Sebagai ganti keistimewaan suatu kelas tertentu dari kaum pendeta atau kaum sesepuh dan lain-lainnya berkenaann dengan perwakilan

219 ibid, halam 159-157

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

179

Page 180: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dari Allah dan pemusatan segenap kekuasaan al- hal wal aqd (melepas dan mengikat) ditangannya, seperti yang dikenal dalam kekuasaan-kekuasaan teokratis, kita mendapati bahwa khilafah atau perwakilan dari Allah dalam negara Islam adalah bagian kaum mukminin semuannya (yaitu mereka yang telah membuat perjanjian dengan Allah dengan kesadaran yang timbul dari keinginan mereka untuk patuh dan taat kepada hukum-Nya) dalam batas-batas negara semuanya, dan bahwa kekuasaan-kekuasaan al-hal wal aqd yang terakhir berada ditangan mereka secara kolektif.

3. Sistem ini bersesuaian dengan pokok-pokok demokrasi tentang ketentuan bahwa terbentuknya pemerintahan, pergantiannya serta pelaksanaannya haruslah sesuai dengan pendapat rakyat, tetapi rakyat dalam sistem ini, tidak terlepaskan kendalinya sama sekali sehingga menjadikan undang-undang negara, pokok-pokok kehidupannya, garis-garis politik dalam dan luar negerinya serta seluruh daya dan sumber kekuatannya mengikuti hawa nafsu atau kecendrungan mereka, ikur bersama kemana mereka pergi; akan tetapi kecendrungan rakyat diatur dan diluruskan dengan undang-undang Allah dan Rasul-Nya , yaitu undang-undang dasar yang tertinggi. Dan dengan prinsif-prinsif, batasan-batasan, hukum-hukum dan ikatan-ikatan akhlaqnya. Maka negara menempuh jalan tertentu yang telah ditetapkan dan tidak diperbolehkan bagi badan legislative, yudikatif, eksekurif atau bahkan rakyat seluruhnya untuk mengubahnya. Dalam hal ini tentunya dengan pengecualian apabila rakyat memutuskan untuk melanggar perjanjian (dengan Allah) dan keluar dari lingkungan iman.

4. Negara ini adalah negara yang berdasarkan konsep-konsep tertentu dan sudah barang tentu dikelola oleh orang-orang yang benar-benar percaya dan menerima gagasan-gagasannya, prinsip-prinsip dan teori-teori asasinya. Adapun orang-orang yang tidak meyakini kebenarannya dan tidak menerima dengan baik, tapi mereka ingin tinggal didalam perbatasannya, maka mereka memiliki hak-hak yang sama dengan orang-orang yang meyakini dan menerima prinsip-prinsip serta gagasan-gagasan negara ini.

5. Negara ini berdiri atas dasar idiologi semata-mata dan tidak atas dasar ikatan-ikatan warna, ras, bahasa atau batas-batas geografis. Setiap manusia, dimanapun mereka berada dimuka bumi ini, dapat menerima prinsip-prinsipnya apabila ia ingin dan menggabungkan diri kedalam sistemnya, dan memperoleh hak-haknya sama persis tanpa perbedaan, kefanatikan atau kekhususan… dan setiap negara diseluruh dunia, yang ditegakkan atas dasar prinsip-prinsip ini adalah “negara Islam“ baik ia berdiri di Afrika, di Amerika, di Eropah atau di Asia ; dijalankan dan dilaksanakan urusan-urusannya oleh orang-orang yang berkulit merah, hitam ataupun kuning. Tidak ada suatu hambatan apapun yang menghalanginya untuk menjadi sebuah negara dengan kekhususan ideologis ini, sebagai sebuah negara dengan hukum-hukum Internasional . Dan apabila diberbagai tempat diatas muka bumi ini terdapat beberapa negara seperti ini, maka semuanya adalah “negara Islam“ yang dapat saling tolong menolong dan bantu

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

180

Page 181: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

membantu diantara mereka, sebagaimana layaknya antara sanak saudara yang saling mengasihi, tidak bertarung atas dasar nasionalisme ataupun ikatan-ikatan kebangsaan yang beraneka ragam. Dan apabila mereka bersama-sama mencapai persetujuan , merekapun dapat membentuk perdamaian Internasional dan kesatuan pendapat umum yang bersifat internasional.

6. Semangat hakiki yang menjiwai negara ini ialah mengikuti akhlaq, bukannya mengikuti politik serta tujuan-tujuannya, serta menjalankan urusan-urusannya berdasarkan taqwa kepada Allah dan takut kepadaNya. Dasar keutamaan seseorang dalam negara ini ialah keutamaan dibidang akhlak semata-mata. Urusan-urusan yang paling patut dipelihara dan paling layak diperhatikan dan diayomi ketika pemilihan para pemimpin dan orang-orang ahlul-halli wal-aqd (yang berhak “ melepas dan mengikat “) dalam negara ini ialah : Kebersihan akhlak dan kesuciaannya disamping kemampuan inteligensia dan fisik. Setiap bagian dalam urusan dalam negeri sistem negara ini haruslah ditegakkan atas dasar amanat, keadilan, ketulusan dan persamaan, sebagaimana politik luar negerinya juga harus ditegakkan atas dasar ketulusan sempurna dan berpegang teguh dengan ucapan-ucapan atau keputusan-keputusan yang telah diperbuat, dan mengusahakan adanya perdamaian dan keadilan internasional serta perilaku yang sebaik-baiknya.

7. Negara ini tugasnya bukanlah melaksanajan kewajiban-kewajiban kepolisian semata-mata, sehingga menjadikan fungsinya hanya menangkap, menahan, menetapkan peraturan-peraturan serta menjaga batas-batas negara semata-mata, tetapi ia adalah negara yang memiliki sasaran dan tujuan, dimana kewajibannya yang terpenting ialah menyerukan perbuatan kebaikan, melaksanakan keadilan sosial, menyuburkan kebajikan, mencegah kemungkaran dan memberantas kejahatan serta segala bentuk pengrusakan.

8. Nilai-nilai asasi negara ini ialah persamaan hak, kedudukan dan kesempatan sera pelaksanaan undang-undang, saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan dan tidak saling tolong-menolong dalam dosa dan pelanggaran, kesadaran akan tanggung jawab dihadapan Allah, kesesuaian antara individu dan masyarakat serta negara dalam sasaran yang satu, dan tidak membiarkan salah seorang anggota rakyat negara ini tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan asasinya atau keperluan-keperluan hidupnya yang esensial.

9. Telah ditetapkan adanya hubungan keseimbangan antara individu dan negara dalam sistem ini, sehingga tidak menjadikan negara sebagai penguasa multak yang dapat berbuat apa saja, atau menjadikan dirinya sebagai majikan yang memiliki kekuasaan tanpa batas dan kesewenangan yang meliputi segalanya, sehingga menjadikan rakyat sebagai hamba yang dimilikinya, tanpa daya dan kekuatan; tapi ia juga tidak memberikan kemerdekaan mutlak tanpa batas kepada individu dan membiarkannya berbuat apa saja, sehingga menjadikannya sebagai musuh bagi dirinya sendiri dan bagi kepentingan masyarakat. Tapi ia memberikan, kepada setiap individu, hak-hak mereka yang asasi dan mewajibkan kepada pemerintah untuk mengikuti undang-

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

181

Page 182: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

undang tertinggi dan berpegang teguh pada permusyawaratan, serta menyiapkan kesempatan-kesempatan yang sempurna untuk mendidik dan membina kepribadian individu dan menjaganya dari campur tangan kekuasaan tanpa alasan, dalam satu segi, dan segi yang lain, ia mengikat orang perorang dengan ikatan-ikatan akhlaq dan mewajibkan atas dirinya, ketaatan kepada pemerintah yang berjalan sesuai dengan undang-undang Allah dan syariatNya dan bekerja sama dengannya dalam kebaikan dan kebajikan dan melarangnya menyebabkan kerusakan dalam tatanannya atau menyebarkan kekacauan diseluruh negeri, atau enggan berkorban dengan jiwa dan harta demi menjaga dan mempertahankannya.220

Konstutusi pemerintahan Islam harus mencakup prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :

1. Kekuasaan tertinggi atas segenap alam semesta dan semua hukum terletak pada Allah , Tuhan semesta alam saja.

2. Hukum dimuka bumi haruslah berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah. Ketetapan hukum ataupun aturan administratif yang akan dikeluarkan dan diberlakukan tidak boleh melanggar al-Qur’an dan al-Sunnah.

3. Negara harus berdasarkan prinsip-prinsip dan cita-cita idiologi Islami, bukan pada konsep geografi, ras, bahasa atau konsep-konsep materialistik lainnya.

4. Negara berkewajiban membela dan menegakkan kebenaran (ma’ruf) serta mencegah danmenghapuskan yang salah (mungkar), sebagaimana ditunjukkan al-Qur’an dan al-Sunnah, mengambil semua tindakan yang perlu untuk menghidupkan kembali dan mengembangkan pola kebudayaan Islam, serta mengadakan pendidikan Islam sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh berbagai aliran pemikiran Islam yang diakui.

5. Negara berkewajiban memperkuat ikatan persatuan dan persaudaraan diantara kaum muslimin diseluruh dunia, menghalangi timbulnya semua prasangka yang berdasarkan perbedaan ras, bahasa, wilayah atau pandanganmaterialistik lainya, serta menjaga dan memperkuat persatuan millat al-Islamiyah (ajaran Islam).

6. Merupakan tanggung jawab pemerintah untuk menjamin tersedianya keperluan-keperluan dasar kehidupan seperti makanan, pakaian, perumahan, kemudahan pengobatan dan pendidikan bagi setiap warganegara tanpa membedakan ras atau agama yang untuk sementara waktu atau selamanya tidak mampu memenuhi nafkahnya karena alasan pengangguran, sakit atau alasan-alasan lainnya.

7. Warganegara berhak atas segala sesuatu yang diberikan kepada mereka oleh hukum Islam, yakni mereka dijamin sepenuhnya dalam batas-batas hukum – dalam hal keamanan jiwa, harta benda dan kehormatan diri , kebebasan beragama dan kepercayaan, kemerdekaan beribadah, kebebasan pribadi, kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan bergerak, kemerdekaan berserikat,

220 Abul A’la al-Maududi, al-Khilafah wa al-Mulk, terj. Mizan. Halaman 86-91

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

182

Page 183: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kemerdekaan bekerja, persamaan kesempatan, serta hak untuk memperoleh manfaat pelayanan masyarakat.

8. Tidak ada warganegara, kapanpun juga, yang boleh dihalang-halangi dari hak-hak diatas mereka, kecuali atas dasar hukum. Mereka tidak pula boleh dijatuhi hukuman atas tuduhan apapun tanpa diberi kesempatan penuh untuk membela atau tanpa melalui pengadilan.

9. Aliran pemikiran Islam yang diakui memiliki dalam batas-batas hukum kemerdekaan penuh dalam beragama. Mereka memiliki hak untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama kepada para pengikutnya serta hak menyebar luaskan pandangan-pandangan mereka, hal-hal yang berkenaan dengan hukum perdata akan diatur sesuai dengan kode hukum (fiqh) mereka masing-masing, dan hendaknya aturan hal-hal tersebut dilengkapi dengan hakim-hakim (qadhi) dari masing-masing aliran pemikiran.

10. Warganegara bukan muslim dalam batasan hukum memiliki kebebasan sepenuhnya dalam beragama dan beribadah, kebebasan dalam cara hidup, kemerdekaan budaya dan pendidikan agama. Mereka diberi hak untuk mengatur semua hal yang berkenaan dengan hukum perdata sesuai dengan aturan-aturan agama, adat dan kebiasaan mereka.

11. Semua kewajiban negara terhadap warganegara bukan muslim dalam batas-batas syariah-akan dihormati sepenuhnya. Mereka diberi hak yang sama dengan warganegara muslim dalam hal hak-hak warganegara sebagaimana disebutkan dalam paragrap 7 diatas.

12. Kepala negara haruslah seorang laki-laki muslim yang dinilai oleh rakyat atau wakil-wakil pilihan mereka dapat dipercaya dalam hal kesholehan, pendidikan dan kesehatannya.

13. Tanggung jawab pengaturan negara terutama berada ditangan kepala negara, walaupun boleh ia limpahkan sebagian kekuasaannya kepada pribadi atau lembaga lain.

14. Kepala negara menjalankan tugasnya tidak secara otokratik, melainkan secara musyawarah (syuro) dengan para pejabat pemegang tanggung jawab pemerintahan serta dengan wakil-wakil pilihan rakyat.

15. Kepala negara tidak berhak membekukan konstitusi, seluruh atau sebagian, atau menjalankan administrasi pemerintahan tanpa suatu lembaga permasyaratan (syuro).

16. Lembaga yang diberi kuasa memilih kepala negara juga memiliki kekuasaan untuk memecatnya atas dasar suara mayoritas.

17. Dalam hal hak-hak sipil, kepala negara berada setingkat dengan muslim-muslim lainnya. Ia juga tidak bebas dari hukum.

18. Semua warganegara, baik pejabat pemerintahan, pegawai negeri maupun rakyat biasa, tunduk pada hukum yang sama dan pada yurisdiksi pengadilan yang sama .

19. Peradilan dipisahkan dan bebas dari eksekutif, sehingga tidak mungkindipengaruhi oleh eksekutif dalam memenuhi tugas-tugasnya.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

183

Page 184: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

20. Penyebaran dan penerbitan pandangan-pandangan dan idiologi-idiologi yang dipandang merongrong prinsip-prinsip dasar dan cita-cita yang melandasi negara Islam adalah terlarang.

21. Berbagai daerah dan wilayah negara hanya dipandang sebagai satuan-satuan administrasi dari suatu negara kesatuan. Mereka tidak merupakan satuan-satuan atas dasar ras, bahasa atau suku,melainkan daerah administrasi semata yang boleh diberi kekuasaan tertentu-dibawahkan oleh pusat- yang diperlukan bagi kelancaran administrasi. Mereka tidak berhak memisahkan diri.

22. Penafsiran konstitusi yang bertentangan dengan al-Qur’an atau al-Sunnah dianggap tidak syah.221

Maka dengan demikian pemerintahan Islam yang adil adalah : “Pemerintahan yang dikelola oleh sekelompok ummat Islam; baik

pemimpin-pemimpinnya maupun staf-stafnya terdiri dari orang-orang yang komit terhadap manhaj Islam dan melaksanakan syariat Islam baik terhadap urusan dalam negeri maupun terhadap urusan luar negerinya. Luar dalamnya semuanya Islam, dan patuh secara mutlak kepada hukum Allah. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai baik yang kedalam maupun yang keluar adalah semata-mata untuk kejayaan Islam. Syi’arnya adalah untuk menegakkan Daulah Islamiyah, mempersatukan ummat Islam, menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah, memenangkan syariat Islam, dan berjihad di jalan Allah sehingga kalimat Allah benar-benar menjadi tertinggi di dunia. Negara dan pemerintahan semacam ini akan mendidik rakyat / ummatnya dengan tarbiyah Islamiyah yang sempurna, sehingga setiap individu siap menjadikan dirinya sebagai jundullah (tentara Allah) dalam barisan hizbullah dengan kharakter khasnya yang Islami. Inilah yang dimaksudkan ayat : “ (yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka dimuka bumi niscaya mereka mendirikan sholat , menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar , dan kepada Allahlah kembali segala urusan . ( Al- Hajj : 41 ) Pada pemerintahan ini sudah dapat dipastikan para pemimpin dan pemegang amanatnya selalu tegak diatas manhaj Islam, begitu juga majlis-majlis syuronya. “ 222

- Pemerintahan Islam Bukannya Pemerintahan TeokrasiPemerintahan Teokrasi biasanya diartikan sebagai: “Suatu bentuk

pemerintahan dimana Tuhan ( atau dewa ) dianggap sebagai raja atau penguasa yang tidak dapat diganggu gugat, dan hukumnya dijadikan sebagai undang-undang dasar negara tersebut. Undang-undang ini umumnya diselenggarakan oleh tataan pendeta sebagai menteri-menteri dan oleh karenanya teokarasi merupakan sistem pemerintahan oleh tatanan sakerdotal yang mengaku sebagai para perantara Ilahi “223

Sistem pemerintahan Islam dengan kedaulatan tertinggi pada Allah dalam segala hal yang diamanahkan kepada hamba-Nya sebagai kholifah (wakil) tidaklah identik dengan sistem pemerintahan teokrasi yang dikenalkan para

221 Salim Azzam, Concept of Islamic State, terj. Mizan, halaman 159-164.222 Said Hawwa, Jundullah, halaman 390223 Lihat : The Shorter Oxford Dictionary, vol II, Oxford, halaman 2166

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

184

Page 185: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pendeta Nasrani di Barat pada abad pertengahan . Abul A’la Maududi menulis : “Nama yang lebih cocok untuk politik Islam ini adalah “Kerajaan Tuhan“ (Kingdom of God) yang didalam bahasa politik disebut sebagai “Teokrasi“. Tetapi teokrasi Islam merupakan sesuatu yang sama sekali berbeda dari teokrasi yang pernah jaya di Eropah tempat terjadinya pengalaman pahit karena adanya kelompok pendeta, yaitu suatu kelompok masyarakat khusus, yang melakukan dominasi tak terhingga dan menegakkan hukum-hukumnya sendiri atas nama Tuhan, dan pada akhirnya memaksakan keIlahian dan Ketuhanan mereka sendiri atas rakyat. Sistem pemerintahan semacam ini justeru lebih bersifat syaithoniyah daripada Ilahiyah. Sangat bertolak belakang dengan hal ini, teokrasi yang dibangun Islam tidaklah dikuasai oleh kelompok keagamaan manapun kecuali seluruh masyarakat Islam dari segala kelompok. Seluruh penduduk muslim menyelenggarakan pemerintahan sejalan dengan Kitabullah dan praktek Rasulullah. Jika saya diperkenankan untuk menggunakan istilah baru, saya akan menyebut sistem pemerintahan semacam ini sebagai “Teo-Demokrasi“ yaitu sistem pemerintahan demokrasi Ilahi, karena dibawah naungannya kaum muslimin telah diberi kedaulatan rakyat yang terbatas dibawah pengawasan Tuhan. Eksekutif yang terbentuk berdasarkan sistem pemerintahan semacam ini dibentuk berdasarkan kehendak umum kaum muslimin yang juga berhak untuk menumbangkannya. Semua masalah pemerintahan dan masalah mengenai hal-hal yang tidak diatur secara jelas dalam syariah, diselesaikan berdasarkan mufakat bulat dan konsensus dikalangan kaum muslimin. Setiap muslim yang mampu dan memenuhi syarat untuk memberikan pandangan yang sehat mengenai masalah-masalah hukum Islam, diberikan hak untuk menafsirkan hukum Tuhan jika penafsiran hukum ini memang diperlukan. Dalam pengertian ini, politik Islam disebut juga sebuah demokrasi. Tetapi sebagaimana yang telah diuraikan diatas, dia juga teokrasi dalam arti bahwa apabila terdapat perintah-perintah atau hukum yang telah jelas atau terang-terangan dari Tuhan atau Rasul-Nya, maka tidak seorangpun atau tak satu lembaga legislatif, yang berhak untuk melaksanakan pertimbangan secara mandiri, sekalipun seluruh muslim disegenap penjuru dunia mencapai sepakat bulat untuk mengubahnya“.224

Dengan demikian jelaslah sistem pemerintahan Islam tidak identik dengan sistem pemerintahan teokrasi yang dikenal Barat, namun perlu digariskan, sistem pemerintahan Islam mengandung unsur teokrasi sebagaimana diterangkan diatas . Atau seperti apa yang dikatakan DR. Said Ramadhan : “ Ringkasnya, boleh dikatakan bahwa pemerintahan hukum Islam tak akan pernah sampai menjadi “ teokrasi “ karena alasan sederhana, yaitu ketiadaan hirarki kependetaan pada konsep paling dasar agama ini “.225

- Pemerintahan Islam Bukannya Pemerintahan Demokratis ala BaratKesalahan politik terbesar kaum muslimin saat ini yang telah

menggelincirkan mereka adalah mengidentikkan sistem demokrasi kafir Barat dengan sistem musyawarah (syuro) dalam Islam. Dimana hal ini sangat

224 Abul A’la al-Maududi, The Islamic Law and Constitution, terj. Mizan, halaman 159-160225 Dr. Said Ramadhan, Islamic Law, Its Scope and Enguity, dalam Concept of Islamic State, ed. Salim Azzam, Terj. Mizan.

Halaman 155

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

185

Page 186: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

bertentangan secara substansial ataupun filosofis. Abul A'la Maududi menulis :

“Pembahasan-pembahasan dimuka semakin memperjelas bahwa Islam ditinjau dari segi filsafat politik merupakan antitesis sejati dari demokrasi Barat. Landasan-landasan filosofis demokrasi Barat adalah kedaulatan rakyat. Didalamnya, jenis kekuasaan mutlak legislasi mengenai penentuan nilai-nilai serta norma-norma perilaku berada ditangan rakyat. Pembuatan undang-undang merupakan hak prerogatif dan legislasi harus sejalan dengan mood dan suasana hati dari pandangan mereka . Jika sebagian legislasi khusus diinginkan massa, betapapun jahatnya ditinjau dari segi moral dan keagamaan, maka legislasi itu harus dimasukkan kedalam kitab undang-undang; atau jika rakyat tidak menyukai aturan hukum tertentu dan meminta agar dilakukan abrogasi, betapun adil serta benarnya undang-undang tersebut, maka dia harus dilenyapkan. Ini tidak akan terjadi dalam Islam . Dalam hal ini, Islam sama sekali tidak mengekor atau meniru jejak demokrasi Barat. Sebagaimana telah dijelaskan, Islam sama sekali mengenyahkan filsafat kedaulatan rakyat dan menyandarkan politiknya pada landasan-landasan kedaulatan Allah dan kekhalifahan manusia.”226

Sistem demokrasi adalah sistem politik dan pemerintahan yang diciptakan Barat sesuai dengan dinamika sejarah mereka yang telah menolak segala bentuk peranan agama dalam kehidupan dunia, yang dikenal dengan faham sekulerisme. Faham ini sendiri lahir dari kekecewaan masyarakat Barat terhadap ketidakadilan Raja-raja zalim dan Pemuka-pemuka agama kristen yang mengesploitasi rakyat atas nama Tuhan. Kehadiran pemerintahan demokratis adalah hasil perjuangan para cendekiawan Barat menumbangkan dominasi para tirani dan menyerahkan kekuasaan mutlak kepada rakyat. Sementara landasan filosofis pemerintahan Islam yang ditegakkan atas keadilan Sang Pencipta sangat bertentangan dengan konsep yang dikemukakan para pemikir politik Barat dengan teori demokrasi dan segala yang berhubungan dengannya. Maka dengan demikian pemerintahan demokratis ala Barat sebagaimana yang dianut sebagian besar kaum Muslimin saat ini tidak identik dengan syuro’ yang dikehendaki Islam, bahkan bertentangan baik secara filosofis, teoritis maupun prakteknya. Maka istilah dalam sistem politik Islam yang mendekati kebenaran bukan konsep demokrasi, tetapi Teo-Demokrasi sebagaimana dikemukakan Abul A’la al-Maududi terdahulu.

Jadi dengan demikian pemerintahan Islam tidak mengenal sistem demokrasi Barat yang disanjung sebagian kaum muslimin dewasa ini, tapi Islam memiliki sistem demokrasi yang khas, yaitu demokrasi terbatas yang tidak dapat menggugat kedaulatan tertinggi Allah. Suara rakyat seluruhnya harus tunduk dibawah kehendak Allah dan Rasul-Nya. Jika terdapat perbedaan antara suara rakyat dan kehendak Allah, maka suara rakyat batal dengan sendirinya, walaupun didukung seluruh rakyat dipermukaan bumi ini. Inilah hakekat sistem demokrasi Islam yang bertentangan dengan demokrasi Barat yang menganjurkan kedaulatan penuh ditangan rakyat. Seluruh kekuasan mutlak milik Allah yang menjadi Penguasa tertinggi dalam hukum, peraturan dan perundang-undangan, sementara manusia berfungsi sebagai wakil yang menjalankannya.

226 Abul A’la al-maududi, The Islamic Law..,halaman158-159

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

186

Page 187: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

- Pemerintahan Islam Bukan Pemerintahan Kerajaan (Monarchi Absolut)

Dengan memahami hakekat sistem pemerintahan Islam terdahulu, maka jelaslah Islam menolak bentuk pemerintahan monarchi absolut (krajaan ) yang dianut kaum muslimin dewasa ini. Islam menolak sistem pemerintahan kerajaan yang menghilangkan hak-hak rakyat untuk menentukan pimpinan mereka secara musyawarah -mengangkat pemimpin pemerintahan secara turun temurun. Islam mengutuk sistem pemerintahan yang mengkonsentrasikan kekuasaan pada salah seorang raja yang berkuasa, yang dapat berbuat apa saja tanpa ada yang dapat menegurnya ataupun memberhentikannya dari jabatannya, yang dapat menghambur-hamburkan harta negara untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.

Berkenaan masalah ini, Ayatullah Khomaeni berkata : “Pemerintahan Islam sama sekali tidak ada kaitannya dengan bentuk-

bentuk pemerintahan yang ada sekarang ini. Misalnya, pemerinthahan Islam bukanlah tirani yang kepala negaranya dapat bertindak sewenang-wenang menggunakan harta nyawa rakyat sekehendaknya, membunuh yang ingin dibunuhnya, memperkaya setiap orang yang dikehendakinya dengan membagi-bagikan tanah dan harta kepunyaan rakyat. Nabi yang mulia saw, Amirul mukminin, sang kholifah yang lain tidak memiliki kekuasaan seperti itu. Pemerintahan Islam bukanlah pemerintahan tirani, bukannya pemerintahan absolut, tetapi pemerintahan konstitusional. Tetapi maksud konstitusional tidaklah sama dengan artinya dewasa ini- yakni berdasarkan hukum yang disesuaikan dengan pendapat mayoritas. Pemerintahan Islam bersifat konstitusional dalam arti bahwa penguasa tunduk pada serangkaian persyaratan dalam memerintah dan mengatur negara; persyaratan yang ditetapkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Hukum-hukum dan ajaran Islam itulah yang harus dijalankan dan dipatuhi. Karena itu pemerintahan Islam dapat disebut sebagai pemerintahan hukum Allah atas manusia.

Perbedaan pokok antara pemerintahan Islam dengan monarchi konstitusional atau republik ialah : Bila wakil-wakil rakyat atau raja dalam pemerintahan tersebut mempunyai kekuasaan membuat hukum, dalam Islam kekuasaan legislatif dan hak membuat hukum hanya kepunyaan Allah SWT. Karena itu dalam Islam majelis perencana mengambil alih majelis legislatif yang merupakan salah satu dari tiga kekuasaan pemerintah. Majelis ini menyusun program untuk berbagai kementrian berdasarkan ajaran Islam dan menentukan bentuk pelayanan pemerintahan diseluruh negeri. “ 227

Abul A’la Mududi dalam bukunya yang terkenal, “al-Khilafah wa al-Mulk”, telah menjelaskan panjang lebar perbedaan sistem pemerintahan Islam (khilafah) dengan sistem kerajaan. Dengan analisa yang terinci panjang lebar, beliau menyimpulkan sistem kerajaan yang dilaksanakan generasi Islam setelah Khulafaur Rosyidin adalah penyelewengan nyata dari ajaran Islam dan tidak patut ditiru. Islam tidak pernah mengajarkan sistem pemerintahan Monarchi Absolut.228

227 Ayatullah Khomaeny, The Islamic Government, dalam Concept of Islamic State, halaman 127-128228 Abul A’la al-Maududi, al-Khilafah wa al-Mulk, halaman 199-223

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

187

Page 188: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

- Pemerintahan Islam Bukannya Pemerintahan Nasional SekulerPemerintahan Islam bukannya pemerintahan nasional sekuler yang

berdasarkan kebanggaan ras/etnis sebagaimana yang dianut sebagian besar kaum muslimin saat ini dengan nama-nama nasional mereka masing-masing dan membentuk ideologi negara tersendiri di luar idiologi Islam. Pemerintahan nasional yang memisahkan diri dengan batas-batas teritorial geografis sempit ini adalah produk Imprialis kafir Barat untuk menghancurkan eksistensi persatuan kaum muslimin dengan membaginya menjadi negara-negara nasional yang berbangga-bangga dengan ciri budaya jahilinya masing-masing, menanggalkan ikatan aqidah yang telah diwarisi pendahulu-pendahulu mereka yang telah menguasai dunia ini.

Pemerintahan Islam adalah pemerintahan yang tidak dibatasi oleh batas geografis negara-negara seperti sekarang. Seluruh permukaan bumi ini adalah daerah kekuasaan-Nya, karena langit dan bumi adalah milik Allah, Dialah sebagai Penguasa Tertingginya. Maka seluruh permukaan bumi ini harus tunduk dibawah kekuasaan-Nya dan kepada orang-orang yang diamanatkan-Nya. Maka bagian dunia manapun yang tidak menjunjung tinggi Allah sebagai Penguasa Tunggalnya harus dibebaskan dan ditaklukkan agar mengakui eksistensi kedaulatan Allah. Jadi pemerintahan Islam menuntut seluruh dunia berada dibawah kekuasaannya, bukan sekedar daerah-daerah geografis tertentu dengan batasannya. Sebagaimana Allah telah menjanjikan kepada hamba-hambaNya didalam Al-Qur’an: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dibumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa. ( An- Nur : 55 )

Seluruh permukaan bumi adalah milik kaum muslimin yang telah diamanahkan kepadanya dan harus ditata sesuai dengan aturan-aturaran yang telah diturunkan sang Pemberi Amanah. Tidak ada batasan apaun yang dapatmemisahkan bumi Allah yang satu dengan bumi Allah yang lainnya. Semuanya adalah milik Allah yang harus tunduk dibawah kedaulatan Allah. Dengan demikian Islam sangat menolak prinsip pemerintahan nasional yang berlandaskan semangat ashobiyah ( rasialisme, cheuvinisme, nasionalisme ) sebagaimana diterangkan Rasulullah: Tidaklah termasuk golongan kami orang-orang yang menganjurkan ashobiyah, tidaklah masuk golongan kami orang-orang yang berperang atas dasar ashobiyah dan tidaklah masuk golongan kami orang-orang yang mati atas dasar ashobiyah. ( HR. Abu Dawud )

Sayyid Qutb menulis : “Sebagai tindak lanjut dari penghapusan dinding-dinding ras, bahasa dan warna kulit, maka Islam meniadakan pula batas geografis antara berbagai bangsa, yang menciptakan perasaan nasional sempit dan yang menjadi sumber bagi persaingan sengit antara nasion-nasion yang berbeda-beda. Persaingan inilah yang melahirkan sistem penjajahan yang intipatinya ialah eksploitasi bangsa atas bangsa, jenis atas jenis dan tanah air atas tanah air. Mudahlah dimengerti bahwa penggerak utama dari sengketa jajahan itu dijaman modern ini adalah perasaan nasional sempit yang menjelma dalam bentuk yang khas dibelakang tapal batas negara masing-masing. Semuanya itu karena hasrat masing-masing negara untuk mendapat ruang hidup pada negeri-negeri yang lemah, dalam bentuk

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

188

Page 189: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

penguasaan atas bahan-bahan mentah dan buruh yang murah, lalu menjadi tempat penjualan barang-barang produksi mereka dengan menarik keuntungan yang melimpah-limpah.”229

Pemerintahan nasional dengan batas-batas teritorial tertentu yang dianut kaum muslimin saat ini adalah sumber malapetaka mereka. Dengan terpilah-pilahnya kekuataan kaum muslimin dalam beberapa nasion akan mudah diadu domba dan dihancurkan. Perpecahan mereka telah memudahkan musuh-musuh untuk mendektekan segela kehendak mereka, yang akhirnya menghancurkan eksistensi Islam dan ummatnya. Semangat nasionalisme yang berdasarkan pada kebanggaan suku dan ras ini adalah perkara jahiliyah yang telah dihapus sejak Rasulullah menyerukan Islam pertama kali kepada para pengikutnya.

- Pemerintahan Islam Bukannya Pemerintahan Diktator ala FasisAda sementara orang-orang yang mengidentikkan ketaatan kepada

pemerintah dalam Islam dengan ketaatan buta ala pemerintahan diktator yang dianut sistem Fasisme ataupun militerisme. Dengan pemahaman yang salah ini kemudian mereka mengklaim pemerintahan Islam identik dengan pemerintahan diktator yang dapat berbuat semaunya terhadap rakyatnya dengan dalih ketaatan kepada pemerintah (ulil Amri) sebagaimana disebutkan al-Qur’an. Kemudian dalih ayat ini penguasa-penguasa diktator dinegara-negara muslim memperkosa hak-hak asasi rakyatnya, memaksa mereka dengan kekerasan untuk menerima program-program pemerintah yang bertentangan dengan Islam, memenjarakan dan membunuh mereka atas legalisasi ketaatan yang diberikan Tuhan !!!. Penguasa-penguasa ini semakin semakin diktator dan sadis setelah mendapat restu dari ulama-ulama mereka yang dibelinya dengan harga sangat murah untuk memberikan fatwa agama.

Pemerintahan diktator adalah sistem pemerintahan ala fasis yang tidak pernah dikenal Islam, karena pemerintahan ini memaksakan kehendaknya kepada rakyat dengan intimidasi, meninggalkan azaz musyawarah. Pemerintah yang dikendalikan segelintir elit penguasa yang memiliki kedaulatan penuh, yang harus ditaati semua perintahnya tanpa kecuali. Siapapun tidak dapat mengganggu otoritasnya dalam menjalankan pemerintahannya, jika ada yang membangkang,maka akan mendapat hukuman tanpa melalui prosedur keadilan , dia dapat saja dibunuh jika pemerintah menghendakinya. Pemerintahan ini adalah pemerintahan tangan besi yang senantiasa mengandalkan kekerasan dan pemaksaan. Pemerintahan model ini dianut kaum fasis yang terkenal kejamnya, tidak mengenal peri kemanusiaan dan kasih sayang, seperti Hitler ataupun Mussailini.

Pemerintahan Islam adalah sistem pemerintahan yang melandaskan ketaatannya semata-mata karena Allah dan RasulNya. Pemerintah baru dapat ditaati selama ia mentaati Allah dan RasulNya yang senantiasa mengajarkan kebaikan keadilan dan kedamaian yang abadi. Islam tidak mengenal ketaatan mutlak terhadap manusia / penguasa sebagaimana yang disangkakan kebanyakan orang sehingga diidentikkan dengan diktator ala fasis, Abul A’la Maududi menulis tentang konsepsi ketaatan ini :

229 Sayyid Qutb, Masyarakat Islam, terj. Maarif, Semarang, halaman 71-72

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

189

Page 190: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

“Obyek ketiga ketaatan Muslim dalam tatanan kehidupan Islam adalah ulul Amri, yaitu orang-orang yang memegang kekuasaan pemerintah. Tetapi ketaatan terhadap pemerintah ini baru timbul dengan peringkat dibawah ketaatan terhadap Allah dan ketaatan terhadap rasul, dan tunduk kepada kedua ketaatan tersebut. Menurut ayat ini pula , ulul Amri ini juga harus dibentuk dari kalangan kaum muslimin itu sendiri.”230

Dalam masyarakat (Islam) semacam ini, tidak ada ruang bagi kediktatoran seseorang atau kelompok tertentu atas lainnya, karena setiap orang adalah khalifah Allah. Tidak ada seorang atau sekelompok orangpun yang diberi hak istimewa untuk menjadi penguasa mutlak dengan merampas hak-hak asasi orang kebanyakan. Kedudukan seseorang yang terpilih untuk melaksanakan urusan-urusan kenegaraan tidak akan melampaui ketentuan ini sehingga semua muslim, atau tepatnya semua khalifah Tuhan, menyerahkan kekhalifahannya kepada pejabat itu demi penyelenggaraan pemerintahannya. Disatu pihak dia akan bertanggung jawab kepada Allah, dan dilain pihak dia juga akan dimintai tanggung jawabnya oleh rekan-rekannya yang telah mendelegasikan kekholifahan kepada mereka kepadanya. Jika tiba-tiba dia mendaulat diri sebagai penguasa multak yang tidak bertanggung jawab, diktator, maka sebenarnya dia tengah berperan sebagai pemeras ketimbang seorang kholifah, karena kediktatoran merupakan penolakan atas kekhalifahan umum.

Kekuasaan yang telah dimiliki para diktator Rusia, Jerman dan Italia atau yang telah dikerahkan oleh Ataturk di Turki, tidak pernah dianugerahkan Islam Amirnya.231

Dengan demikian jelaslah pemerintahan Islam tidak identik sama sekali dengan pemerintahan diktator yang dianjurkan kaum fasis yang terkenal kejamnya.

- Pemerintahan Islam adalah sistem pemerintahan Ilahiyah yang unik dan khas

Pemerintahan Islam adalah sistem pemerintahan yang khas, tidak dapat diidentikkan dengan salah satu sari semua bentuk pemerintahan ciptaan manusia dimuka bumi ini. Karena pada hakikatnya sistem pemerintahan Islam adalah sistem yang diturunkan Allah, yang menciptakan seluruh alam ini dan yang Maha Mengetahui dengan ciptaan-Nya untuk membimbing hamba-hambaNya menuju jalan keselamatan didunia dan akherat. Diturunkan semata-mata dengan tujuan suci dan mulia, untuk menciptakan kedamaian dan keadilan hakiki, terjauh dari segala bentuk kejahatan sebagaimana yang diajarkan doktrin Islam. Sementara pemerintahan manusiawi dirumuskan berdasarkan kemampuan manusia yang tidak terlepas dari kelemahan, kekurangan, ambisi-ambisi terselubung dan segala nominasi nafsu. Pemerintahan Islam yang di contohkan Rasulullah dan para khulafaur Rasyidin telah membuktikan dapat menciptakan kedamaian dan keadilan, sementara berapa banyak pemerintahan manusiawi, baik yang menamakan dirinya sebagai demokratisme, sosialisme dan lainnya telah menyemai kehancuran masyarakat, walaupun sebagian mereka mengklaim dirinya sebagai muslim.

230 Abul A’la al-Maududi, Islamic Law, halaman 202231 ibid, halaman 171-172

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

190

Page 191: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Jika dalam sistem pemerintahan Islam terdapat sistem musyawarah, maka hal ini tidak dapat diindetikkan dengan sistim demokrasi barat sekuler. Sistim musyawarah melandaskan ajarannya pada kedaulatan Allah sebagai penguasa tertinggi, sementara sistim demokrasi berlandaskan kedaulatan rakyat. Jika dalam sistim pemerintahan Islam terdapat sistim ketaatan mutlak ( itoah ) pada para penguasa, maka hal ini tidak dapat diindentikkan dengan sistim diktator ala fasisme. Karena ketaatan dalam Islam berdasarkan kehendak Allah semata, sementara fasisme berdasarkan kekuatan dan pemaksaan segelintir klas elit terhadap rakyatnya. Demikian pula sistem pemerintahan Islam tidak akan dapat diindentikkan dengan salah satu bentuk pemerintahan yang ada pada saat ini, walaupun didalamnya mungkin terdapat kesamaan ajaran, namun jelas memiliki landasan filsafat yang berbeda dan bertolak belakang. Jadi pemerintahan Islam adalah sistim Pemerintahan yang tersendiri, tidak dapat dipisahkan dari seluruh ajaran Islam yang sempurna dan menyeluruh.

Khilafah Islamiyah dan Konsep Negara BangsaSehubungan dengan konsep negara bangsa yang digagas oleh

kelompok modernis Islam, sebagai akibat lain berkembangnya konsep dan sistem politik Barat, maka ada diantara kaum muslimin yang menerima konsep negara bangsa ini sebagai sebuah realitas politik kontemporer. Namun ada juga yang menerimanya sebagai sebuah sistem yang sesuai dengan spirit ajaran Islam.

Menerima sebuah konsep pemerintahan yang datangnya bukan dari tradisi peradaban Islam seperti realitas masa kini yang telah memecah belah kaum muslimin sebagai sebuah keterpaksaan, mungkin dapat dibenarkan. Namun jika konsep ini diterima sebagai sebuah spirit ajaran Islam, maka tentu pemikiran ini perlu didiskusikan kembali.

Sebagaimana diterangkan terdahulu tentang konsep idial sebuah sistem pemerintahan Islam yang berdasarkan kepada konsep khilafah, mandataris Allah kepada manusia, maka konsep dan teori pemerintahan Islam tidak boleh terkeluar dari citra idial ini. Maka dengan demikian, menerima konsep negara bangsa seperti yang terjadi pada kaum muslimin saat ini secara darurat, dapat dibenarkan dengan catatan kaum muslimin tetap berjuang untuk menegakkan sebuah sistem pemerintahan yang bersifat universal, global dan internasional. Yaitu sistem yang merentas batas-batas wilayah terotorial kesukuan dan kebangsaan yang berdasarkan pada nilai-nilai keuversalan Islam.

Bahwa kesempurnaan Islam sebagaimana disebutkan oleh ayat terakhir yang turun kepada Rasulullah saw, apabila seluruh bahagian dari bumi Allah ini dapat menerima dan mendengar seruan Islam secara bebas dan merdeka. Jika seruan telah disampaikan, maka tidak ada paksaan dalam mengikuti seruan tersebut kepada mereka yang non muslim. Untuk menjaga kebebasan dan kemerdekaan inilah diperlukan sebuah perangkat sistem politik yang akan mengawalnya, berupa sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan inilah yang dikenal dengan khilafah.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

191

Page 192: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kesepuluh:Jihad Fie Sabilillah

PendahuluanAda sebagian orang yang salah pengertian, bahkan beranggapan

buruk terhadap jihad yang diserukan Islam sebagai salah satu fondamen utama ajarannya. Jika terdengar olehnya perkataan jihad langsung terbayang dibenaknya gambaran tentang tentara bersorban dengan jenggot panjang yang memanggul senjata lengkap, bermuka garang, bertampang teroris ekstrimis yang siap membunuh semua orang yang dikatakannya kafir, musyrik ataupun musuh yang harus dibantai. Kemudian dengan suara lantang mereka mengobarkan perang suci melawan musuh-musuh mereka, terjadilah peperangan, membunuh atau terbunuh, membantai manusia dengan sadis. Meruntuhkan bangunan, merusak tanaman dan pohon, membinasakan binatang ternak, membakar sawah ladang dan kehancuran peradaban yang telah dibina. Akhirnya terjadilah kemusnahan, kehancuran, kekacauan, darah mengalir, jerit tangis anak-anak kehilangan ayah, istri-istri kehilangan suami, ibu-ibu kehilangan anak. Menawan dan memperbudak yang lemah dan kalah, merampas semua harta benda dan kemerdekaannya. Memaksakan kehendaknya dengan senjata yang siap mencabut nyawa. Anggapannya terus berlanjut di hiasi beraneka ragam kebengisan dan kesadisan. Pada akhirnya, orang yang salah pengertian dan beranggapan buruk ini, mengambil kesimpulan jihad adalah ajaran bengis, sadistis dan merusak, ajaran Arab Badui tidak beradab yang dikekalkan Islam. Dan ia mengakhiri segala anggapan sesatnya dengan ucapan : “ Islam disiarkan dengan pedang, paksaan dan ancaman tentera-tentera Badui kejam yang tidak bermoral “. dan mereka mulai menyerukan anggapan sesatnya ke seluruh dunia dengan suara sekeras-kerasnya. Bila perlu menjadikan seluruh manusia benci terhadap jihad yang berarti benci terhadap Islam, yang menurut mereka sebagai ajaran yang menimbulkan fanatisme, ekstriminisme, radikalisme, fundamenlisme dan seribu satu ajaran sesat sejenisnya yang tidak berdasar. Bahkan ada dikalangan kaum muslimin yang terpengaruh dengan seruan sesat para penyeru ini, yang hakikatnya adalah musuh-musuh Islam, sehingga mereka sanggup menapikan atau meninggalkan ajaran jihad yang telah disyareatkan Islam dan menjadi fondamen ajarannya. Mereka telah menyelewengkan pengertian jihad sehingga Islam hanya menjadi ajaran yang statis, jumud dan terbelakang.232

Disamping itu ada pula yang beranggapan jihad adalah menjauhi dunia dengan segala kenikmatannya, mengekang kehendak hawa nafsu, pergi beruzlah ke hutan dan gunung mencari ketenangan hidup di kesunyian. Pergi berjalan dari satu tempat ke tempat lain dengan tiada tujuan yang

232 Pengertian ini biasanya difahami oleh para Orientalis Barat. Untuk itu lihat misalnya : W. Montogmery Watt, What Is Islam ?, Beirut : Librairie Du Liban, 2nd. Edt. 1990, hlm. 109. HAR. Gibb, Islam, New York, Oxford Univ. Press. 2nd.edt.,1949.hlm.45. C. Snouck Hurgronje, Islam, Delhi, Mittial Publ., 1989, hlm.59. Emile Dermenghem, The Life of Mahomet, Britain, George & Sons,ltd, 1930, hlm.171-175. Washington Irving (dlm Dr. Kamil Salamah, Ayat al-Jihad fi alQur’an al-Karim, Beirut, Dar al-Bayan, hlm. 99.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

192

Page 193: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

jelas. Meniru bentuk kehidupan para rahib dan petapa yang anti segala bentuk perhiasan dunia. Akhirnya ia berkesimpulan jihad melawan hawa nafsu adalah jihad besar, sementara memerangi musuh-musuh Allah yang memerangi dan menghancurkan Islam dan ummatnya dengan berbagai cara adalah jihad kecil, dengan pengertiannya ini kemudian ia menyatakan : Islam agama damai yang tidak pernah mengajarkan permusuhan, perkelahian apalagi peperangan !!!. Akibat pemahaman salah ini musuh-musuh Islam semakin berani dan agresif dalam memerangi Islam dan pengikutnya, akhirnya kaum Muslimin hanya menerima pembantaian-pembantaian tanpa perlawanan sehingga mereka menjadi terhina dan terbelakang.233

Jihad tidak selamanya tepat jika diartikan hanya sebatas perang bersenjata sahaja, demikian pula tidak tepatnya jika diartikan hanya melawan hawa nafsu sahaja. Jika jihad diartikan sebatas ini saja, maka jelas hal ini mempersempit ajaran yang terkandung padanya dan menghilangkan hakikat mulia dan suci yang terkandung didalamnya.

Pengertian JihadUntuk memahami pengertian jihad secara mendalam dan agar sesuai

dengan kehendak dan perintah disyari’atkannya, maka perlu dikaji dari pengertiannya menurut bahasa Arab, al-Qur’an, al-Sunnah dan juga pendapat para Ulama dan Cendikiawan Islam.

a. Pengertian Jihad Menurut Bahasa ArabUntuk memastikan pengertian jihad dari segi bahasa, berasal dari

rumpun kata mana atau berasal dari bahasa mana, perlu diadakan pengkajian. Dalam hal ini , Shaikh Dzakir al- Qasimy menulis :

Tidak diragukan lagi, sesungguhnya perkataan jihad adalah perkataan/ peristilahan Islami yang khusus digunakan setelah kedatangan Islam dan belum dikenal pada masa jahiliyah. Perkataan ini tidak terdapat dalam syair-syair jahiliyah (Arab kuno), baik yang lampau ataupun yang baru, baik yang semakna ataupun yang menyerupainya. Maka dengan demikian tidak diragukan lagi bahwasanya perkataan jihad adalah perkataan yang berhubungan dengan urusan diny (agama). Datang bersamaan dengan datangnya Islam, sebagaimana perkataan sholat, Zakat dan lain-lainnya yang tidak terdapat dalam perkataan jahiliyah. Hanya dikhususkan untuk peristilahan dalam Islam dengan makna/ pengertian yang khusus pula, tidak serupa dengan makna kalimat lainnya.234

Jika ditelah daripada akar katanya menurut bahasa Arab, maka jihad berasal dari akar kata jahada – yajhadu – jahdan / juhdan, yang diartikan sebagai al-Toqoh, al-Mashaqqah dan mubalaqah yaitu kesungguhan, kekuataan dan kelapangan. Adapun jihad berkedudukan sebagai masdar (kata benda) daripada jahada, yaitu bab faa’ala daripada jahada diatas dan

233 Biasanya pengertian ini difahami oleh para penganut aliran tasauf (sufi). Lihat misalnya: RA. Nicholson, The Mystics of Islam, London, 1974. Abu Bakar M. al-Kalabadzi, Al-Ta’aruf li Madzabi Ahl al-Tashawwuf, Mesir, 1969. J. Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, London, Oxford Univ. Press, 1973. Simuh, Tasawwuf dan Perkembangannya Dalam Islam, Jakarta, Rajawali Press, 1997.

234

? Syaikh Dzafir al-Qasyimy, Al-Jihad wa al-Huquq al-Dauliyah al-Ammah fi al-Islam, Beirut, Dar Ilm li al-Malayin, 1986, hlm.13.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

193

Page 194: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

diartikan sebagai : berusaha menghabiskan segala daya kekuatan baik berupa perkataan dan perbuatan.235

Dari segi bahasa Arab, secara garis besarnya, jihad dapat pula diartikan sebagai : penyeruan (al-dakwah) , menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kemungkaran (amar makruf nahi mungkar), penyerangan (ghozwah), pembunuhan (qital), peperangan (harb), penaklukan (siyar), menahan hawa nafsu (jihad al-Nafs) dan lain yang semakna dengannya ataupun mendekati.236

Namun demikian, jihad tidaklah identik hanya dengan satu pengertian saja. Misalnya jihad hanya diartikan sebagai peperangan bersenjata saja, tidak ada makna lain, ataupun hanya menahan hawa nafsu saja. Jelas ini menyempitkan makna suci dan luas yang terkandung dalam jihad. Jadi jelas jihad tidaklah identik hanya dengan satu pengertian saja.237

Untuk lebih menjelaskan permasalahan ini, akan diibaratkan dengan perkataan Arab Islami, seperti sholat. Didalam al-Qur’an ataupun al-Hadist , sholat diartikan dengan perkataan qiyam (berdiri), misalnya dalam menyebut qiyamul-lail (sholat malam). Disamping itu shalat juga diartikan sebagai ruku’, sujud, du’a, dzikir dan lainnya. Dengan pengertian ini, jika ada yang mengatakan sholat adalah identik dengan qiyam (berdiri) saja, maka jelaslah ia salah dalam hal ini, dan akan ditertawakan anak kecil. Karena semua orang tahu, bahwa berdiri (qiyam), adalah salah satu syarat/cara dalam sholat dan sholat bukan hanya berdiri.

Maka dari pengertian dan pemahaman tersebut, jihad adalah kata-kata Islami yang mengandung pengertian luas, dapat diartikan sebagai perang, dakwah dan sejenisnya dan tidak tepat jika hanya diartikan dengan salah satu pengertian saja, sebagaimana diterangkan diatas. Dalam bahasa Indonesia/Melayu, perkataan yang hampir menyamai perkataan jihad adalah kata perjuangan karena sifatnya yang umum dan mengandung pengertian yang luas, seluas pengertian dan keumuman makna jihad.

b. Pengertian Jihad Menurut al-Qur’anKata jihad di dalam al-Qur’an mengandung beberapa pengertian menurut

urutan turunnya ayat. Ada yang berarti penyeruan (dakwah), pemaksaan, peperangan dan lainnya. Diantaranya ada yang menggunakan fi sabilillah dan tidak. Untuk lebih memperjelas pengertiannya, disini akan dikemukakan beberapa contoh.1. Surat al-Furqon ayat 52.Maka janganlah kamu mengikuti kaum kafir dan berjihadlah dengan mereka menggunakan ini (al-Qur’an) sebesar-besar jihad…

Sehubungan pengertian ini, Ibnu Qayyim menulis : Dan tidak diragukan lagi bahwa perintah jihad mutlak datang selepas hijrah. Adapun jihad hujjah (jihad keterangan) diperintahkan-Nnya di Mekkah dengan firman-Nya : Maka janganlah kamu mengikuti kaum kafir dan berjihadlah dengan mereka menggunakan ini (al-Qur’an) sebesar-besar jihad. Inilah

235 Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, jil. 3, Cairo, Al-Dar al-Mishriyah li al-Ta’lifil wa al-Tarjamah,tt,hlm.109.236 Abdul Baqi Ramadhon, Al-Jihad Sabiluna, Tabuk, Muthobi’ al-Shomal al-Qubra, 1986, hlm.13.237 Syaikh Dzafir al-Qasyimy, op.cit.hlm.86-107

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

194

Page 195: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

surat makiyah, dan jihad didalamnya adalah jihad tabligh dan jihad hujjah .238

Maka jelaslah arti jihad pada ayat ini adalah menyampaikan hujjah kepada orang-orang yang ingkar, ataupun berdiskusi dengannya menggunakan dalil-dalil pasti yang akan membuat mereka yakin dengan kebenaran Islam. Jihad dalam pengertian ini semakna dengan perkataan dakwah atau seruan ke jalan Islam.

2. Surat al- Ankabut ayat 69

Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhoan Kami, niscaya benar-nenar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.

Perkataan jihad pada ayat diatas mengandung pengertian bersungguh-sungguh melaksanakannya dengan penuh ketabahan dan kesabaran untuk mendapatkan ridho Allah di jalan-Nya.

3. Surat al-Ankabut ayat 8

Dan jika mereka berdua berjihad kepadamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuan mu tentangnya, maka janganlah kamu mentaati keduanya.

Perkataan jihad pada ayat diatas mengandungi pengertian memaksa dengan penuh kesungguhan untuk mengikutinya ataupun memerintahkan dengan paksa yang sungguh-sungguh.

4. Surat al-Ankabut ayat 6

Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya ia hanyalah berjihad untuk dirinya.

Perkataan jihad pada ayat diatas bermaksud bekerja keras, mengeluarkan seluruh kemampuan yang ada padanya untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

5. Surat al- Taubah ayat 41

Berangkatlah baik dalam keadaan ringan ataupun berat dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu dijalan Allah, karena yang demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.

Perkataan jihad dalam ayat di atas mengandung pengertian peperangan, yaitu memerangi orang-orang ingkar dengan menggunakan senjata agar mereka takhluk dibawah kekuasaan Islam. Arti jihad seperti pada ayat inilah yang selalu diartikan kebanyakan orang untuk kata jihad.

238 Ibnu al-Qoyyim, Zaad al-Maad, jil.II. Mesir, Matba’ah Mishriyyah, tt, hlm.30

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

195

Page 196: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Dari beberapa ayat diatas, maka jelaslah bahwa di dalam al-Qur’an jihad tidak hanya digunakan untuk satu pengertian sahaja, namun digunakan untuk beberapa pengertian yang mengandung makna sebagai tabligh, dakwah, pemaksaan, kesungguhan ataupun peperangan.

Disamping itu ada pula ulama yang berpendapat : Jika jihad menggunakan tambahan kalimat fi sabilillah sesudahnya maka ia tidak mengandung pengertian lain kecuali berperang menggunakan senjata. Namun jika tidak menggunakan kalimat fi sabilillah setelahnya dapat diartikan selain daripada berperang, baik sebagai dakwah ataupun menahan hawa nafsu.239

c. Pengertian Jihad Menurut al-Sunnah

Di dalam hadits-haditsnya, Rasulullah SAW juga menggunakan beberapa pengertian terhadap jihad , diantaranya :

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abdullah bin Mas’ud.

Tiada seorang Nabipun yang di utus Allah pada umat sebelumku kecuali ada pada mereka diantara umatnya orang-orang Hawary (pengikut setia) dan sahabat-sahabat yang mengambil sunnahnya dan berpegang teguh pada perintahnya, kemudian datanglah sesudah mereka beberapa generasi yang mengatakan apa yang mereka tidak lakukan dan melakukan apa yang tidak diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad atas mereka dengan tangannya maka ia adalah orang mukmin dan barang siapa yang berjihad atas mereka dengan lisannya maka ia adalah orang mukmin dan barang siapa yang berjihad diatas mereka dengan hatinya maka ia adalah orang mukmin. Dan tidak ada selain itu daripada iman sebesar biji sawipun.

Jihad menggunakan tangan maksudnya adalah peperangan menggunakan senjata, jihad menggunakan lisan maksudnya adalah seruan dan peringatan (dakwah), sedangkan jihad menggunakan hati maksudnya berdiam diri karena tidak mampu merubahnya.

2. Hadits yang diriwayatkan Bukhori-Muslim daripada Ibnu Abbas. Tidak ada hijrah sesudah futuh (kemenangan) Makkah, kecuali jihad dan niyat .

Jihad dalam hadit ini berarti peperangan melawan musuh-musuh.

3. Hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmizy dari Abu Said al-Khudri.

Seutama-utama jihad adalah mengatakan kalimat hak dihadapan penguasa kejam yang mungkar.

239 Ibnu Rusy, Muqaddimah, jil.I, Beirut, Dar Fiqr, tt, hlm.369. Lihat juga Ibnu al-Qayyim, Zaad al-ma’ad,hlm.30.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

196

Page 197: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Jihad dalam hadits tersebut mengandung pengertian seruan dan peringatan dengan ajaran Islam agar mereka kembali kepada Islam dan meninggalkan kemungkaran.

4. Hadith yang diriwayatkan Bukhori- Muslim dari Abdullah bin Umar.

Telah datang seorang pemuda kepada Rasulullah SAW untuk minta izin agar diperbolehkan ikut berjihad, maka Rasulullah bersabda : Apakah kedua orang tuamu masih hidup ? Pemuda tadi menjawab : ya, maka Rasulullah SAW bersabda : Tetaplah kamu kepada keduanya dan berjihadlah pada mereka.

5. Hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Aishah RA.

Aishah bertanya kepada Rasulullah SAW adakah kewajiban atas wanita untuk berjihad. Rasulullah SAW bersabda : ya, Jihad untuk wanita bukannya peperangan menghadapi musuh, tetapi haji dan umrah.

6. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ghozali daripada Abu Dzar al-Ghifari

Telah berkata Abu Bakar ra : Ya Rasulullah, adakah jihad selain membunuh orang Musyrik ? Rasulullah menjawab : Benar wahai Abu Bakar. Sesungguhnya bagi Allah Ta’ala ada mujahid-mujahid ( pejuang-pejuang ) di bumi yang lebih utama daripada orang mati syahid. Mereka hidup mendapat rizki berjalan dibumi. Allah membanggakan mereka kepada para malaikat-Nya di langit dan di syurga dihias untuk mereka seperti berhiasnya Ummu Salamah kepada Rasulullah SAW. Maka berkata Abu Bakar : Siapakah mereka ?. Nabi SAW menjawab : Mereka adalah orang yang menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran dan orang yang cinta karena Allah dan benci karena Allah…

Jihad disini diartikan sebagai amar makruf nahi mungkar, yaitu menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.

Dengan demikian, menurut beberapa hadits diatas, jelas menunjukkan bahwa jihad tidak selamanya tepat diartikan sebatas satu pengertian seperti peperangan bersenjata saja, namun meliputi segala bentuk kebajikan yang diridhoi Allah seperti disebutkan beberapa hadits di atas.

d. Pengertian Jihad Menurut Para Ulama dan Cendekiawan Muslim

Para Ulama dan Intelektual Islam mempunyai beberapa pendapat dalam mengartikan Jihad, diantaranya ;

1. Imam Mazhab yang empat berpendapat :

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

197

Page 198: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Jihad adalah berperang menggunakan senjata dan membantu orang-orang yang berperang.240

2. Ibnu Rush berpendapat :Maka sesungguhnya kalimat jihad fi sabilillah jika digunakan maka tidak ada makna lain yang tepat, kecuali berjihad terhadap orang-orang kafir dengan pedang sehingga mereka memeluk Islam atau mereka membayar jizyah (pajak) dengan tangan-tangan mereka sedang mereka adalah hina.241

3. Ibn. Jarir menulis :Jihad menurut bahasa berarti bersusah-susah, sedangkan menurut syara’ mengandung pengertian : berpayah-payah mengeluarkan kemampuan dalam memerangi orang-orang yang ingkar.242

4. Ibn. Human dan al- Bajury menulis :Jihad bermakna berperang di jalan Allah.243

5. Ibn. Manzur menulis :Jihad adalah berusaha dan menghabiskan segala daya kekuatan secara maksimal, baik berupa perkataan ataupun perbuatan.244

6. Ulama Hanafiah dalam Majmu’ al-Anhar :Jihad menurut bahasa adalah menggunakan sesuatu secara maksimal baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sedangkan menurut Syara’ adalah memerangi orang-orang kafir, memenggal kepala mereka, mengambil harta mereka dan meruntuhkan tempat ibadah serta sesembahan mereka guna menegakkan Islam.245

7. Ibn. Taimiyyah menulis : Jihad itu hakikatnya ialah berusaha bersungguh-sungguh untuk menghasilkan sesuatu yang diridhoi Allah daripada keimanan, amal saleh dan menolak sesuatu yang dimurkai Allah dari kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.246

8. al- Sharbiny menulis :Jihad adalah peperangan di jalan Allah dengan hukum-hukum yang bersangkut paut diantara hukumnya.247

240

? Lihat; Dr. Abdullah Azam, Ibara wa Bashair, hlm.3241 Ibnu Rusy, Muqaddimah, jil.I, Beirut, Dar Fiqr, tt., hlm.369242 Ibnu Jarir, Fath al-Bari’,jil.VI, Beirut, Dar Fiqr,tt, hlm.3243 Ibnu Humam, Fath al-Qadir, jil.V, Beirut, Dar Fiqr,tt, hlm.187. Ibrahim al-Bajury, Tafsir al-Bajury, Mesir, Dar al-Qutb al-Arabiyah al-Kubra, tt, hlm.286.244 Ibn Manzur, Lisan al-Arab, jil.III, Cairo, Al-Dar al-Mishriyah, tt, hlm.109.245 Lihat; Hasan al-Banna, Risalah Jihad, Beirut, Dar Fiqr,tt, hlm.5246 Ibn. Taymiyah, Majmu’ al-Fatawa, Beirut, Dar Fiqr, tt, hlm. 10-191/192.247 Muhammad al-Sharbiny, al-Iqna’, jil.I. Beirut, Dar Fiqr,tt,251.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

198

Page 199: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

9. Abul A’la al-Maududi menulis :Pengertian jihad yang mendekati kebenaran adalah mencetuskan kekerasan daya upaya seseorang dalam mewujudkan suatu niyat.248

10.Abul Hasan al- Nadwi menulis :Jihad berarti mencurahkan seluruh daya upaya dalam batas-batas maksimal di dalam mengejar tujuan pokok dan terpenting.249

11.Sayyid Sabiq menulis :

Jihad berasal dari kata al-juhd yaitu upaya dan kesusahan. Artinya meluangkan segala dan berupaya sekuat tenaga serta menanggung segala kesusahan di dalam memerangi musuh dan menahan serangannya.250

12.Munawar Khalil menulis : Jihad ialah bersungguh-sungguh mencurahkan segenap kekuataan untuk membinasakan orang-orang kafir, termasuk juga berjihad melawan hawa nafsu dan terhadap syaiton dan pendurhaka.251

e. Pembahasan Pengertian Jihad

Menurut pengertian-pengertian di atas, baik menurut pengertian dari bahasa Arab, al-Qur’an, al-Sunnah dan pendapat para Ulama dan cendikiawan Muslim, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian jihad pada dasarnya adalah pengerahan maksimal seluruh daya upaya seseorang secara bersungguh-sungguh untuk menghancurkan dan mencegah timbulnya segala bentuk kesesatan, kemungkaran ataupun kezaliman yang di buat oleh musuh-musuh yang berwujud manusia-manusia ingkar, syaithan yang menyesatkan maupun hawa nafsu. Pelaksanaannya boleh jadi berbentuk penahanan hawa nafsu berbuat maksiat, peringatan-peringatan kepada manusia, mengeluarkan harta benda, memberikan fasilitas-fasilitas keperluan mujahiddin bahkan sampai kepada peperangan menggunakan persenjataan jika hal ini merupakan alternatif terbaik untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan Islam, yaitu tertegaknya keadilan, kedamaian dan kemakmuran bagi umat manusia. Karena Islam diturunkan sebagai rahmat kepada seluruh umat manusia. Jika untuk menyebarkan rahmat yang akan menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kehancuran diperlukan peperangan bersenjata sebagai jalan terbaik, maka tidak ada alasan untuk menolak jalan ini, yang memang diperintahkan pelaksanaannya jika sudah terpenuhi syaratnya.

Anggapan jihad sebagai perang suci adalah benar, sebagaimana diketahui salah satu arti jihad adalah peperangan tadi. Kenapa pengertian jihad sebagai peperangan menggunakan senjata senantiasa menimbulkan kontraversi, menimbulkan ketakutan dan kecemasan bahkan pengertian ini banyak ditolak terutama oleh mereka yang beraliran moderat. Apakah

248 Abul A’la al-Maududy, Syari’at Islam fi al-Jihad, Qahirah, Dar al-Muhut, tej. Dr. Samir AH. 1985, hlm.2249 Abul Hasan al-Nadwy, Mazha Khosiral al-Alami.., Beirut, Dar Fiqr,tt,hlm.70250 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, juz.II, Beirut, Dar al-Kitab al-Arabi, 1392H, hlm.619.251 Munawwar Khalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad,jil.II, Jakarta, Bulan Bintang,hlm.214

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

199

Page 200: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

pengertian ini telah menimbulkan kerusakan dan kehancuran di muka bumi ? Bahkan fakta sejarah menyatakan lain. Sekiranya Rasulullah dan para Shahabatnya tidak melaksanakan perintah jihad dalam artian perang bersenjata ini ketika peperangan Badar dengan kafir dan musyrikin Makkah saat itu, mungkin agama Islam tidak akan berkembang pesat ke seluruh dunia. Semangat jihad memerangi kaum yang sesat inilah yang telah menjadikan Islam tersebar dan sekaligus membangun peradaban baru dunia yang menjadi mata rantai peradaban klasik Yunani dengan peradaban Barat modern saat ini. Semangat inilah yang telah menjadikan mereka sebagai penguasa-penguasa yang membangun dunia baru berdasarkan Islam. Peperanganlah yang telah membuat Eropa bangkit menjadi manusia modern, terutama perang Salib. Dan kaum Muslimin mengalami kemunduran dan keterbelakangan juga tidak lain akibat mereka telah meninggalkan pengertian jihad ini, yang akhirnya mereka dihancurkan oleh tentara-tentara Barbar Mongol.

Sebenarnya penolakan mereka terhadap pengertian jihad sebagai perang, tidak lain adalah pengaruh pemikiran sesat musuh Islam yang telah meracuni pemikiran mereka. Karena musuh Islam sangat memahami, untuk menghancurkan Islam semangat jihad harus dibuang dari jiwa kaum Muslimin agar mereka mudah dikuasai. Mereka memahami benar bahwa jihad, terutama dalam pengertiannya sebagai peperangan melawan musuh adalah kekuatan dahsyat yang akan menghalangi mereka menaklukkan kaum Muslimin. Namun jika kaum Muslimin sudah hilang keinginannya untuk berperang akibat kesalahfahaman mereka terhadap pengertian jihad kemudian disibukkan dengan urusan kerohanian, intelektual dan sejenisnya, maka akan mudah dikuasai, dijajah ataupun dieksploitasi namun sebaliknya jika kaum Muslimin tetap memiliki keinginan berperang yang dilandasi semangat jihad, tidak mudah untuk menguasai mereka, walaupun mereka memiliki fasilitas persenjataan yang lemah. Para Mujahidin Afghanistan telah membuktikan teori ini. Dengan semangat jihad dan didukung persenjataan seadanya, mereka mampu mengalahkan kekuatan tentara komonis pemerintah Afghanistan yang dibantu tentara Uni Sovyet yang memiliki senjata canggih, setelah mengusir mereka dari bumi Afghanistan, semangat jihad para mujahidin dengan segala pengorbanannya menjadi mukjizat yang telah meruntuhkan Super Power Uni Sovyet menjadi beberapa negara, dan diantaranya menjadi negara mayoritas Muslim.

Secara logikapun pengertian jihad sebagai perang bersenjata dapat difahami dengan mudah oleh mereka yang berfikir. Jika musuh merencanakan untuk menguasai negara dan perbendaharaannya, ingin menjajah bangsa serta memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan ajaran agama, kemudian mereka menyerang menggunakan senjata lengkap, adalah tidak logis jika dihadapi dengan berdiam diri, dengan tangan kosong ataupun hanya dengan berdoa tanpa adanya usaha bersungguh-sungguh melawannya dengan senjata lengkap pula, mungkinkah musuh dapat dikalahkan hanya dengan berpangku tangan dan berdoa ? Apakah demikian yang diajarkan Islam kepada ummatnya untuk mencapai kejayaan ?

Islam sebagai agama langit yang terlengkap dan terakhir serta memiliki ajaran yang dinamis sangat menekankan kepada pemeluknya agar memperhatikan persoalan jihad yang berhubungan dengan perang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

200

Page 201: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

bersenjata, kemiliteran ataupun sejenisnya. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar maksud jihad di dalam al-Qur’an, terutama yang menggunakan fi sabilillah sesudahnya, berorientasi pada peperangan menggunakan senjata atau kemiliteran. Ini tidak lain karena kemiliteran ini sangat penting artinya bagi perkembangan dakwah Islamiyah. Ia berfungsi sebagai pendamping yang akan menyelamatkan dakwah dari berbagai tantangan bersenjata fihak luar dan menyingkirkan rintangan-rintangan penghambat jalannya revolusi pembebasan umat manusia. Ajaran yang tidak didukung kekuatan militer mustahil dapat menyiarkan pesan-pesan mulianya ke seluruh pelosok dunia dengan aman dan mudah. Karena tidak semua manusia dapat menerima ajaran baru yang disampaikan kepadanya dengan tangan terbuka. Al-Qur’an telah menyebut para Nabi AS terdahulu sering kali berhadapan dengan penguasa dan pembesarnya yang mempertahankan ajaran sesat dan adat nenek moyang mereka. Bagaimana Ibrahim AS berhadapan dengan Namrud beserta kaki tangannya, bagaimana Musa AS bertanding dengan Fir’aun beserta pasukannya, dan bagaimana pula Nabi Muhammad SAW bertarung dan berperang dengan Abu Jalal dan kaum Kafir beserta anak buahnya. Dengan segala kemampuan para tiran ini akan mempertahankan kesesatannya untuk tetap menyesatkan rakyat lemah, memimpin mereka menuju jurang kehancuran dan akhirnya menyeret mereka ke neraka jahanam.

Datangnya Islam, agama terakhir yang diturunkan Allah ke muka bumi sebagai rahmat umat manusia dengan ajaran sucinya untuk membebaskan dan menyelamatkan seluruh ummat manusia dari kesesatan dan dasyatnya azab jahanam. Mengangkat martabat mereka yang diperbudak sesama makhluknya dengan penuh kehinaan menjadi manusia mulia dan terhormat yang hanya menyerahkan seluruh kehidupannya kepada Allah sang Pencipta dan Penguasa Tertinggi alam. Membimbing mereka hidup sebagai Kholifah, wakil Allah dimuka bumi yang akan memimpin seluruh makhluk dengan sistem hidup yang sempurna, sesuai dengan fitrah mereka. Menganjurkan saling hormat menghormati, sayang menyayangi, bantu membantu sesamanya, menciptakan keadilan, kedamaian dan keamanan. Serta mengajarkan berbagai kebaikan lainnya. Secara moral, salahkah Islam jika menganjurkan peperangan menumpas habis kesesatan penguasa dan pengikut-pengikutnya yang menghalangi rakyat lemah (mustadh’afin) dari menganut keyakinan yang benar dan mulia ? Tidak ada alasan sama sekali untuk menyalahkan ajaran mulia Islam tersebut. Dan perlu diakui, tidak selamanya kebenaran harus disampaikan secara lemah lembut, namun kadangkala diperlukan kekerasan dan ketegasan dalam pelaksanaannya. Pada saat seperti inilah Islam memerintahkan pengikutnya untuk mengamalkan ajaran jihad, yaitu memerangi orang yang keras kepala terhadap kesalahannya dan memaksakan kesalahannya kepada orang lain. Hanya senjatalah yang dapat menghancurkan mereka yang tidak mau mendengar perkataan suci dan mulia dari Sang Maha Kebenaran. Jadi dapat dibenarkan anggapan yang menyatakan Islam disiarkan dengan kekuatan pedang dan senjata, tapi bukan dengan paksaan dan ancaman. Islam disiarkan dengan pedang dan senjata adalah semata-mata untuk membebaskan mustadh’afin (kaum tertindas) dari cengkeraman para thoghut, para diktator dan para tiran serakah macam Namrud, Fir’aun, Abu

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

201

Page 202: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Jahal serta kaki tangan dan penerus perjuangan sesatnya. Para diktator inilah yang dihadapi dengan pedang, membersihkan bumi dari kejahatan mereka, karena mereka akan selalu mencegah mustadh'’fin mengikuti kebenaran.

Banyak orang terjebak perangkap “para penegak keadilan dan hak asasi dari Barat“ yang menggambarkan jihad sinonim dengan penyerangan pasukan bersorban, berjanggut lebat, mata garang dengan senjata terhunus yang siap memenggal leher siapa saja yang menghalangi kehendaknya dengan sadis tidak kenal ampun. Dengan kepandaiannya melukis, mereka memberikan warna kepada jihad hingga menghasilkan lukisan seram, menakutkan bagaikan hantu di siang bolong. Memberikan kesan menakutkan sekaligus menjijikan bagi yang melihatnya. Kemuduan dengan tergesa-gesa ‘orang bingung’ dari kalangan kaum muslimin berusaha membela diri, termasuk memperbaiki citra jihad yang telah dilukis. Mulailah ia berhujjah : “Jihad bukanlah penyerangan (offensif). Tetapi hanya membela diri dari serangan yang dilancarkan musuh (deffensif)”. Ia melanjutkan hujjahnya dengan suara tinggi : “bagaimana jihad dapat dituduh sinonim dengan penyerangan, sedangkan Islam tidak memerintahkan pemaksaan kehendak kepada orang lain; dengan fasihnya ia berdalil, tidak ada paksaan di dalam agama (Islam) “.

Dengan pembelaan sempitnya ini jihad tidak lagi bermakna sebagaimana yang dikehendaki Islam. Orang yang terjebak perangkap berbisa “para penegak keadilan dari Barat” harus sadar itu semua adalah tipu daya musuh-musuh Islam untuk melemahkan semangat jihad kaum Muslimin, mengharapkan mereka berpangku tangan menunggu serangan dengan pasif dan tidak mengadakan membebaskan ummat manusia dari cengkeraman kepalsuan dan kesesatan “para penegak keadilan dari Barat” itu dengan segala sistem hidup mereka..

Jihad Islam tidaklah seganas dan seseram yang dilukiskan “para penegak keadilan” itu. Jika kita membalik lembaran sejarah kaum Muslimin dan juga sejarah ‘para penegak keadilan’ ini barulah kita mendapat gambaran sebenarnya dari tuduhan-tuduhan palsu itu. Siapakah sebenarnya yang disebut sebagai perusak dan siapa pejuang sejati.

Sejarah kemanusian telah menjadi bukti bahwa tidak ada didunia ini sejak dahulu hingga kini yang dapat menyamai moral tentara Islam periode Rasulullah dan Khulofa al-Rasyidin. Berakhlak mulia, pengasih, rela berkorban, gagah berani dan selangit pujian yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Siapakah yang tidak mengenal kehebatan pribadi-pribadi pahlawan agung seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Ali Bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Kholid bin Walid, Hamzah bin Abdul Muthollib, Ammar bin Yasir, Salman al-Faris dan ribuan shohabat agung lainnya.. Mereka dibentuk satu guru, satu pembimbing, Nabi besar Muhammad SAW berpedoman wahyu Ilahi. Mereka tidak pernah menganiaya yang tidak sepaham atau berlainan agama, menghormati hak-hak penduduk yang ditakhlukkan, memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinannya. Pola hidup mereka sangat sederhana, walaupun kantong-kantong kekayaan dunia berada dibawah telapak kaki mereka. Harta rampasan perang yang mereka peroleh digunakan untuk kemakmuran alam, menegakkan ajaran Islam ke seluruh pelosok, tidak ditimbunnya untuk kepentingan pribadi atau membangun istana mewah, hatta dia seorang kepala negara besar separti

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

202

Page 203: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Umar bin Khattab, yang hanya menggunakan baju tambalan ketika memimpin 1/3 dunia. Yang membedakan derajat diantara mereka adalah taqwanya, bukan karena jabatan, keturunan, ataupun hartanya. Kemana mereka berjalan disambut penuh harapan dan kecintaan oleh manusia-manusia pendamba kebenaran haqiqi. Tidak mengherankan jika sepertiga bumi ini berada di bawah kendali mereka, menegakkan keadilan sesungguhnya, memberikan rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana misi yang diajarkan Islam. Ketika para pejuang agung ini berhasil membebaskan suatu bangsa dari penjajahan bangsa lainnya, dengan penuh kesadaran mereka mengajarkan peradaban dan pengetahuan yang dimilikinya kepada bangsa yang ditaklukinya tanpa membedakan ras dan warna kulit mereka. Itulah sebabnya ketika Islam berkuasa, pusat peradaban Islam bukan di Makkah ataupun Madinah, asal para pembebas ini, namun mereka membangun pusat peradaban di negeri yang ditaklukinya, baik di Bagdad, Mesir ataupun Parsi dan Andalasia bersama dengan bangsa yang telah dianggapnya sebagai saudara mereka yang sederajat. Sehingga bangsa itu menjadi besar bersama peradaban mereka. Karena Islam tidak pernah membedakan seorang karena warna kulit ataupun rasnya, yang membedakan mereka adalah kedekatannya kepada Sang Pencipta. Ajaran inilah yang telah membangun peradaban baru dunia dan akhirnya diambil alih oleh Eropa.

Tapi coba kita membalik lembaran sejarah “para penegak keadilan dan hak asasi” itu yang telah menjajah dunia ketika mereka mengalami kebangkitan teknologi. Dengan teknologi yang dimilikinya, mereka berlomba-lomba dengan rakusnya menguasai bangsa-bangsa terbelakang dengan berbagai cara. Berapa banyakkah darah orang-orang lemah tertumpah untuk menyulut api keserakahan menguasai negara lain dengan alasan disana terdapat kekayaan alam, pasar-pasar baru, tanah pemukiman dan peradaban yang siap dieksploitasi. Berapa banyakkah harta haram yang mereka rampok mengalir ke negeri asalnya, yang hanya digunakan untuk membangun negerinya saja dan memperkaya para bangsawan serakah yang mengeksploitasi orang lemah yang dijajahnya. Berapa banyakkah korban kesewenang-wenangan mereka, yang telah membunuh, memaksa serta memperbodoh bangsa yang dijajahnya. Berapa banyakkah penegak-penegak keadilan sejati yang menuntut persamaan hak dibunuh. Berapa banyakkan peradaban dan pengetahuan yang mereka berikan kepada generasi muda bangsa yang dijajahnya. Bahkan mereka telah menganggap bangsa jajahannya sebagai orang-orang bodoh dan tolol yang tidak pantas diberi pengetahuan, selain pengetahuan dasar yang tidak layak. Mereka hanya merampok hasil alam bangsa jajahannya, kemudian disaat yang sama digunakan untuk membangun peradaban di negeri mereka sendiri, yang akhirnya peradaban itu digunakan untuk memperkuat penjajahan mereka dan memperbodoh jajahannya, dan tidak membangun peradaban di tempat mereka mengambil harta yang berlimpah. Gambaran-gambaran menjijikan pasti terlihat ke mana kita memandang akibat perbuatan sadis ‘para penegak keadilan dan hak asasi’ yang bersemboyan Kolonialisme, Imprialisme, Liberalisme, Materialisme, Komunisme dan Sosialisme. Eropa dan negara-negara Barat yang mengklaim dirinya sebagai penegak keadilan, padahal merekalah penyulut kehancuran dunia yang berakhir dengan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

203

Page 204: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

penderitaan ummat manusia akibat sistem hidup yang mereka ciptakan untuk mengeksploitasi bangsa lain.

Mereka, penegak-penegak keadilan palsu itu, dengan tuduhan-tuduhan berbisanya seakan-akan berkata pada kaum Muslimin : “tugas suci kami adalah memerangi anda, membunuh anda, menjajah anda, bila perlu menjadikan anda binatang tunggangan kami, menjadikan anda budak-budak setia kami, ini semua hak tunggal kami, sedangkan jihad anda, wahai pengikut-pengikut Muhammad hanyalah menyeru dan mempertahankan diri !!!“.

Tidak ada alasan sama sekali untuk menolak jihad dengan pengertian peperangan menggunakan perlengkapan militer ini. Apalagi dalam kondisi seperti sekarang, dimana sebagian besar musuh-musuh Islam, terutama setelah munculnya gerakan Yahudi dengan Zionisme Internasionalnya atau gerakan Salibiyah Internasional yang didukung negara-negara besar telah mempersiapkan diri dengan kekuatan militer modern. Kemudian dengan kelengkapan pasilitas militer itu mereka membuat kerusakkan dimuka bumi. Membantai kaum muslimin dengan sadisnya, menghancurkan mesjid-mesjid dan bangunan Islam, mengusir kaum Muslimin dari negeri mereka, menguasai dengan paksa Palestina yang terdapat di dalamnya mesjid al-Aqsho, tempat suci dan kiblat pertama kaum muslimin. Yahudi dengan kaki tangannya dan juga musuh-musuh Islam lainnya tidak pernah mau mendengar segala bentuk seruan dan resolusi dunia terhadap kejahatannya. Selalu menghianati perjanjian yang ditanda tangani bersama. Mereka terus mengejar-ngejar dan membantai kaum Muslimin yang tidak berdaya dan tidak tahu harus mengadu kepada siapa atas penganiayaan yang mereka terima. Seakan-akan seluruh dunia bersepakan untuk membumi hanguskan apapun yang beratribut Islam dan kaum Muslimin.

Apakah untuk menghadapi musuh-musuh kejam dan sadis semacam ini, yang membantai kaum Muslimin dengan kekuatan persenjataan militer akan dihadapi dengan hujjah ? Mereka tidak mau mendengarkan dalil apapun yang kaum Muslimin kemukakan. Apakah cukup mereka dihadapi dengan rintihan dan doa saja? Sementara mereka, musuh-musuh Allah itu terus menjalankan aksinya memusnahkan Islam dan ummatnya dengan berbagai cara baik di negara mayoritas Muslim apalagi di negara minoritas Muslim. Kaum Muslimin selalu menjadi bulan-bulanan musuhnya, mereka selalu dianggap sebagai pemicu kekacauan dan peperangan, padahal mereka adalah kaum yang sangat mencintai perdamaian dan keadilan. Maka jika musuh-musuh kaum Muslimin telah memeranginya dengan menggunakan kekuatan persenjataan militer, sudah sewajibnyalah kaum Muslimin menghadapi mereka dengan kekuataan militer pula. Besi harus dilawan dengan besi pula, dan tidak mungkin besi dikalahkan dengan ratapan air mata saja.Firman Allah :Dan perangilah orang-orang musyrik itu secara menyeluruh sebagaimana mereka telah memerangi kamu secara menyeluruh, dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang Muttaqin ( Al- Taubah : 36 ).

Dengan cara ini barulah kaum Muslimin memiliki harga diri dihadapan musuh-musuhnya, tidak diremehkan lagi. Dan cara seperti ini terbukti sangat ampuh untuk membuka mata dan pendengaran mereka hingga mereka mau

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

204

Page 205: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

memperhatikan apa yang diinginkan kaum Muslimin. Jika kaum muslimin tidak menghadapi musuh-musuh Islam itu dengan kekuatan militer, sebagaimana mereka telah menyerang kaum Muslimin, maka tentulah kaum muslimin akan terus mendapatkan dirinya dalam keadaan hina, dipermainkan seenaknya oleh musuh-musuhnya ataupun membantainya dengan sadis, sementara kaum Muslimin hanya bisa berteriak-teriak histeris diantara gelak tertawa musuh-musuhnya. Mentertawakan kebodohan kaum Muslimin yang mengklaim diri mereka sebagai ummat terbaik, tetapi kenyataannya mengalami kehinaan. Namun demikian, kaum Muslimin bukannya dituntut tergesa-gesa membentuk pasukan militernya, kemudian menyerang musuh-musuhnya dengan senjata yang tidak seimbang sama sekali, bukan ini yang dimaksudkan. Banyak kejadian dimana kaum Muslimin sudah jenuh dengan keadaan mereka yang selalu ditindas musuh-musuhnya. Kemudian dengan dasar ini mereka terburu-buru membentuk pasukan militer yang tidak memenuhi syarat kemiliteran dari segi taktik dan strategi. Akibatnya terjadilah pertempuran yang tidak seimbang dan kekalahan ditangan kaum Muslimin yang terburu-buru itu. Mungkin saja niyat mereka baik, tulus ikhlas untuk menegakkan dienullah dan menghapuskan segala bentuk kemungkaran, tapi sebenarnya mereka belum siap bertarung dengan persiapan seadanya. Allahpun memerintahkan agar kaum muslimin mempersiapkan diri sebaik mungkin menyangkut personil maupun persenjataan, tidak asal bertanding seadanya, sebagaimana Allah berfirman :Dan siapkanlah untuk menyerang mereka apa-apa yang kamu mampu dari kekuatan (personil dan senjata) dan kuda-kuda tambatan ; semua itu untuk menakuti musuh-musuh Allah “ (Al Anfal : 60).

Persiapan utama yang harus dilakukan kaum muslimin dalam penyusunan kekuatan militer ini adalah mempersiapkan personil tentara yang betul-betul tangguh, memiliki mental mujahid Islam sejati. Sejarah telah membuktikan, musuh-musuh Islam sangat takut pada para mujahid yang menurut mereka berperang untuk mencari mati, sementara mereka berperang untuk bertahan hidup. Seorang perwira Yahudi ketika terjadi peperangan Israel dengan Mesir, menyatakan “Kami tidak takut pada tentara reguler Mesir yang terlatih sekalipun, tapi kami sangat takut dengan pasukan sukarelawan Ikhwanul Muslimin Karena mereka berperang untuk mencari mati dan sangatlah sulit menghadapi orang-orang nekat semacam itu“.

Untuk melahirkan mujahid sejati yang ditakuti musuh-musuh Islam diperlukan pendidikan mental bagi calon personil, terutama menanamkam aqidah yang kuat, sehingga aqidah inilah yang menjadi motor penggerak mereka untuk menumpas musuhnya. Aqidah yang mendorong seseorang untuk lebih mencintai Allah, Rasul-Nya dan jihad dijalan Allah daripada kehidupan dunia. Aqidah yang akan melahirkan sikap untuk senantiasa merindukan syahid, gugur di jalan Allah. Aqidah yang telah diwariskan Rasulullah, Shohabatnya dan para pejuang Islam sepanjang masa, Aqidah yang telah menjadikan mereka orang-orang terhormat dihadapan musuh-musuhnya. Jika Aqidah ini belum tertanam dengan baik pada calon personil militer, maka perlu dipertimbangkan masak-masak keinginan membentuk pasukan militer Islam, karena ini tidak mengikuti sunnah Rasulullah. Pasti akan menemui kegagalan ditengah jalan, yang akan menambah hinanya kaum muslimin akibat kekalahan demi kekalahan mereka melawan musuh.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

205

Page 206: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Jika sudah dipersiapkan sepenuh kemampuan segala kekuatan, baik personil ataupun persenjataan memadai, barulah dengan bertawakkal sepenuhnya kepada Allah bertanding melawan musuh di medan jihad. Allah Yang Maha Kuat serta Perkasa senantiasa bersama orang-orang mukmin dan Maha Kuasa menolong mereka. Inilah yang telah dilakukan para pejuang di jalan Allah yang telah mengalahkan musuh mereka yang kuat dari Romawi ataupun Parsi dan inipulah yang telah dilakukan para pejuang yang telah berhasil mengusir para penjajah kafir dari dunia Islam, dan hanya hal inilah yang akan menegakkan kembali kejayaan dan kemenangan Islam kapan dan dimanapun. Jihad melawan musuh tidak cukup hanya dengan semangat dan kekuatan semboyan yang membangkitkan, namun, perjuangan maha suci ini memerlukan para pejuang di jalan Allah dalam arti sebenarnya yang didukung oleh fasilitas semaksimal kemampuan mereka. Pengertian jihad sebagai perang akan dibahas dengan mendetil pada bagian berikutnya.

Disamping pengertian di atas, jihad juga dapat diartikan sebagai perang pemikiran (ghozwu al-fikr), sebuah jenis perang yang populer khususnya dikalangan cendikiawan Muslim saat ini. Tidak diragukan jihad dengan pengertian seperti ini sangat penting perananya terutama untuk meluruskan dan menjawab penyimpangan pemikiran yang telah menyesatkan kaum Muslimin yang telah dikemukakan cendikiawan-cendikiawan yang anti Islam. Dengan keahliannya, para cendikiawan anti Islam ini, dengan maksud yang jahat mengadakan penelitian kemudian memutar balikkan fakta, diantaranya menyajikan ajaran-ajaran Islam versi mereka yang menyimpang dan menyesatkan dengan metode yang mereka katakan ilmiah, yang tujuannya tidak lain untuk menimbulkan keraguan kaum Muslimin terhadap ajaran Islam. Berbagai media mereka gunakan untuk menjalankan misinya. Bahkan mereka telah mendirikan universitas dan akademi, menerbitkan buku-buku ilmiah, brosur, majalah dan pasilitas lainnya yang semuanya bertujuan untuk mengaburkan pemahaman Islam dan membingungkan kaum Muslimin dan akhirnya memurtadkan mereka. Dengan lembaga pendidikan yang dimilikinya, para cendikiawan anti Islam, membentuk kader-kader yang akan menyesatkan ummat dengan metode pemutar balikkan fakta. Bahkan mereka telah mendidik generasi Islam dengan pola khusus yang menyesatkan. Banyak lahir cendikiawan beragama Islam namun pemikiran mereka seperti musuh-musuh Islam, menjadi corong untuk menghapuskan Islam dari pengikutnya. Para cendikiawan yang dididik musuh Islam terkenal dinegerinya masing-masing karena mereka disponsori, didukung dan dikatrol musuh-musuh Islam dengan berbagai cara agar semakin banyak ummat yang disesatkannya.

Salah satu pemikiran yang senantiasa menimbulkan kontraversial di kalangan umat adalah pendapat mereka yang menyatakan belajar Islam saat ini bukan di universitas Islam yang dikelola Ulama-ulama Islam di Timur Tengah, tapi hanya di universitas-universitas yang didirikan para orientalis di Eropah atupun Amerika. Karana universitas Islam, menurut mereka tidak memiliki metodelogi pendidikan modern untuk memahami Islam secara ilmiah sebagaimana yang dimiliki lembaga pendidikan yang dikelola para orientalis. Mungkin saja pendapat mereka tidak salah sepenuhnya, karena memang lembaga pendidikan Barat telah menyediakan segala fasilitas, baik buku, tenaga pengajar bahkan bea siswa untuk mendalami pengetahuan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

206

Page 207: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

tentang Islam. Namun kemudian timbul pertanyaan, mungkinkah kaum Muslimin mendapatkan Islam dengan hidayahnya dari orang-orang yang tidak dapat memberikan hidayah pada diri mereka sendiri. Tujuan utama seorang Muslim mempelajari agamanya adalah untuk mendapatkan hidayah yang akan membimbing hidup mereka menuju keselamatan di dunia dan akhirat sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dan para shahabat, bukan hanya untuk mendapatkan kepuasan intelektual ataupun gelar keduniaan semata. Tapi demikianlah mereka beranggapan Islam adalah semacam pengetahuan yang harus dianalisa secara ilmiah dengan segala metodelogi empirismenya, bukannya sebagai hidayah yang akan membimbing ke jalan lurus. Dan ironisnya banyak dikalangan kaum muslimin yang terpengaruh ide-ide sesat cendikiawan yang hakikatnya menjadi agen musuh Islam. Beralihlah pemikiran mereka dari pemahaman Islam sebagaimana diwariskan Rasul kepada pemahaman Islam yang disajikan cendikiawan anti Islam, dengan alasan selama ini para ulama Islam tidak mampu menyajikan Islam secara ilmiah, modern dan sistematis sebagaimana cendikiawn Barat. Dan mulailah generasi Muslim yang mendapat pendidikan modern ini mempertanyakan keabsahan hukum Islam, Sunnah Rasulullah dan ajaran-ajaran Islam yang menurut mereka kurang ilmiah. Pada akhirnya mereka ‘berijtihad‘, boleh menolak semua itu demi kemajuan, mengikuti ‘fatwa‘ guru besar mereka, sang cendikiawan yang memiliki tujuan jahat terhadap Islam dan umatnya.

Melalui publikasi buku-buku yang mereka namakan ilmiah, musuh-musuh Islam menyebarkan ide-ide sesatnya yang menggambarkan Islam sebagai ajaran kuno, jumud, reaksioner, fanatik, ekstrim dan seribu satu nama lagi. Dari yang hanya menyindir secara halus sampai yang jela-jelas menghujat seperti “Ayat-ayat setannya“ nya Salman Rusdhy. Anehnya banyak para cendikiawan muslim yang menjadikannya sebagai buku referensi utama dalam membahas masalah keislaman. Akhir-akhir ini makin banyak bermunculan buku-buku sesat semacam itu dan beredar dengan bebas di negara-negara muslim. Belum lagi media masa yang dikelola mereka terus menampilkan artikel-artikel yang menyerang Islam dengan hebatnya. Pemikiran-pemikiran sesat para cendikiawan anti Islam sangat mempengaruhi pemahaman kaum muslimin saat ini, menimbulkan keragu-raguan terhadap ajaran Islam yang tinggi, khususnya mereka yang senantiasa mau berfikir ilmiah ala Barat sekuler. Jika kaum Muslimin sendiri sudah ragu dengan ajaran Islam, mungkinkah mereka dapat diajak menegakkan Islam. Dengan dasar inilah tampil para cendikiawan muslim dari berbagai spesialis ilmu, baik tamatan universitas Islam ataupun universitas sekuler, untuk menjawab sekaligus menentang pemikiran sesat musuh-musuh Islam. Mereka berusaha semaksimal kemampuan membela Islam dari tuduhan-tuduhan palsu. Mendirikan universitas-universitas dan lembaga pendidikan untuk mendidik para kader yang akan memberikan keterangan kepada kaum Muslimin tentang kebenaran dan ketinggian Islam dari berbagai bidang pengetahuan. Merekapun aktif menulis buku-buku yang menjawab semua tuduhan-tuduhan sesat yang dilemparkan musuh Islam dan menelanjangi kesesatan pemikiran musuh-musuh Islam dengan semua sistem yang mereka anut, menggunakan methode ilmiah sebagaimana mereka menyerang Islam. Mereka telah melancarkan perang yang dikenal

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

207

Page 208: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dengan perang pemikiran (ghozwul fikr), yang akibatnya terkadang lebih dahsyat dari peluru. Jika peluru ditembakkan, baik itu bom nuklirpun, hanya memusnahkan generasi pada saat itu saja, namun pemikiran sesat yang telah terhunjam dalam generasi muda, akan terwariskan generasi demi generasi yang kerusakannya sangat meluas dan memakan waktu yang panjang untuk meluruskannya kembali.

Banyak sumbangan berharga yang telah diberikan pejuang-pejuang di medan perang ini khususnya bagi kemajuan peradaban Islam, memberikan jalan keluar dari problematika masyarakat modern dengan konsep-konsep baru yang digali dan dikembangkan dari ajaran Islam dan warisan generasi Islam terdahulu. Disamping mengembalikan pemikiran kaum Muslimin ke jalan yang benar dan menjaga generasi selanjutnya agar tidak terjerumus menganut pemikiran-pemikiran sesat musuh-musuh Islam. Tidak sedikit diantara mereka yang harus menebus perjuangannya dengan mendekam dipenjara, ataupun diusir dari negeri kelahirannya, Bahkan ada yang syahid dibunuh kaki tangan musuh Islam yang sangat benci pada mereka dan perjuangannya. Perjuangan mereka yang besar ini tidak dapat dinafikan begitu saja karena alasan berlainan faham dalam memperjuangkan Islam. Mereka telah membuktikan pengabdiannya pada Islam dengan keahliannya. Maka sungguh naif jika ada yang mengatakan “bukan saatnya sekarang untuk beradu fikiran, tapi saatnya untuk beradu otot dan senjata “. Seakan-akan mereka meremehkan pejuang-pejuang mulia ini dengan perjuangannya. Semua kaum Musliminpun mengetahui, setiap pejuangan yang bertujuan menegakkan Islam dengan segala kemampuannya akan mendapatkan balasan disisi Allah SWT, termasuk mereka yang telah menyumbangkan pemikirannya untuk qhozwul fikr melawan musuh-musuh Islam, dan ini adalah perjuangan yang sangat penting bagi eksistensinya Islam dan ummatnya.

Disamping itu ada yang mengartikan jihad sebagai memerangi hawa nafsu, bahkan menyatakannya jihad akbar, jihad besar, berdasarkan sebuah hadist yang masih dipertentangkan keshohihannya. Terlepas dari shohih dan tidaknya hadist tersebut, jika ditelaah secara seksama, jihad menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti kebenaran Islam adalah sangat penting. Bagaimana mungkin seseorang akan berperang menegakkan Islam, jika nafsunya sendiri belum tunduk menerima kebenaran Islam. Sebuah hadist menerangkan :“Belum sempurna iman seseorang diantara kamu hingga hawa nafsunya tunduk mengikuti apa yang aku bawa padanya“ (HR. Tirmizy).

Jadi perjuangan menundukkan hawa nafsu amat penting, khususnya bagi mereka yang nafsunya belum mau mengikuti petunjuk Islam, dapat dibenarkan jika ini dikatakan sebagai jihad yang lebih besar dari berperang mengalahkan musuh, karena perang itu sendiri merupakan bagian terkecil dari petunjuk Islam yang luas.

Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan jihad boleh jadi mengandung pengertian menundukkan hawa nafsu untuk mengikuti hidayah Islam, menjauhkan diri dari tipu daya syaithon yang menyesatkan , memberikan peringatan kepada manusia agar mengikuti Islam, mengeluarkan harta untuk mendukung perjuangan Islam ataupun mengorbankan jiwa memerangi manusia-manusia ingkar. Namun jihad Islam tidak dapat dipecah-pecahkan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

208

Page 209: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

menjadi satu pengertian tertentu, seperti halnya melawan hawa nafsu saja atau hanya berperang menggunakan senjata saja. Karena pengertian jihad sangat luas, seluas ajaran Islam yang sangat sempurna. Jika pengertian jihad yang sangat luas ini dipisah-pisahkan menjadi pengertian khusus tadi, jelas akan menghilangkan hakekat mulia yang terkandung dalam jihad dan mempersempit makna sucinya.

C. Pengertian SabilillahUntuk dapat memahami pengertian jihad dalam Islam secara utuh dan

sempurna, ada beberapa aspek yang berkaitan dengannya yang perlu difahami. Diantaranya adalah pengertian tentang fi sabilillah, yang secara harfiah diartikan sebagai di jalan Allah. Karena jihad yang diajarkan Islam berkaitan erat dengan fi sabilillah ini. Namun demikian, pengertiannya tidak sekedar kata di jalan Allah saja, yang mungkin dapat membingungkan atau menimbulkan kesalahfahaman. Karena pengertian fi sabilillah sangat luas, yang untuk memahaminya diperlukan penggalian mendalam, disamping memahami pengertian lawannya fi sabil al-thoghut, di jalan Thogut. Sebagaimana disebutkan al-Qur’an :“Orang-orang yang beriman berperang dijalan Allah dan orang-orang kafir berperang dijalan thoghut”. ( An-Nisa : 76 )

Didalam al-Qur’an ataupun Hadist yang membahas mengenai jihad Islam seringkali diikuti dengan perkataan fi sabilillah.Hendaklah kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa kamu. Yang demikian itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Ash- Shof : ll )Sebuah Hadist Rasulullah menyebutkan :Dari Abu sa’id Al Khudri ra berkata : Seorang datang kepada Nabi SAW bertanya : Siapakah manusia yang utama ?, Nabi SAW menjawab : “ Orang mukmin yang berjuang dengan harta dan jiwanya dijalan Allah “ ( HR Bukhori Muslim ).

Dalam sebuaah Hadistnya Rasulullah menerangkan pengertian fi sabilillah ini;

Rasulullah SAW ditanya tentang seorang laki-laki yang berjuang karena keberanian, seorang berjuang karena kesombongan, dan seorang lagi berjuang karena riya’, yang manakah diantara mereka itu yang berjuang di jalan Allah ?. Rasulullah menjawab : “Barang siapa berjuang untuk meninggikan kalimat Allah (Islam), maka dia berjuang di jalan Allah “ (HR Bukhori Muslim dari Abu Musa Al -Asy’a’ry ).

Ibnu Katsir berkata tentang fi sabilillah : Semua amal ta’at kepada Allah. Jihad berjuang untuk menegakkan agama Islam, berdakwa dengan kendaraan atau senjata. 252

Muhammad Rasyid Ridho menulis :

252 Ibnu Katsir, Tafsir Ibn Katsir, juz I, hlm.87

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

209

Page 210: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Sabilillah ialah jalan yang menghantarkan seseorang pada keridhoan-Nya, jalan untuk memelihara ajaran-Nya dan memperbaiki kondisi hamba-hamba-Nya.253

Muhammad Syaltut menulis : Secara garis besar, Sabilillah berarti menegakkan kebenaran , menciptakan kebaikan dan berkuasa sebagai pengganti kejelekkan dan kerusakan. Dan meletakkan keadilan dan kasih sayang sebagai pengganti kezholiman dan kekerasan.254

Abul A’la Maududi menyatakan : Semua tindakan yang dilakukan demi kehidupan ummat manusia yang layak secara kolektif dan dimana pelakunya tidak ditunggangi kepentingan pribadi didunia, kepentingan tunggalnya hanyalah ridho Allah, dalam Islam diakui sebagai suatu amal fi sabilillah. 255

Asy-Syahid Sayyid Qutb menulis dalam tafsirnya : Sabilillah adalah pintu yang lebar yang mencangkup semua kepentingan masyarakat yang ingin merealisasikan kalimat Allah, dimana yang paling penting adalah memepersiapkan penelitian jihad, mempersiapkan dan melatih para sukarelawan, mengutus da’I Islam, menjelaskan hukum-hukum dan syareah-syareah Islam kepada segenap manusia, mendirilkan sekolah-sekolah dan universitas-universitas yang mendidik secara Islami dan benar putera-putera Islam, maka kita tidak perlu menitipkan mereka untuk bersekolah di sekolah-sekolah pemerintah yang mengajarkan segala ilmu pengetahuan kecuali Islam, maupun sekolah-sekolah yang dikelola oleh para misionaris yang mengikis keimanan mereka sejak masuk anak-anak padahal mereka tidak punya daya penangkal untuk menghadapi pendangkalan iman itu .256

Fi sabilillah mengandung pengertian yang dalam dan luas, dengan bahasa sastra diterjemahkan sebagai “di jalan Allah “, sangat jarang didapatkan pengertian sempurna dari para Ulama dan Cendikiawan muslim. Namun demikian, secara umum dapat disimpulkan dari pengertian diatas sebagai setiap usaha sungguh-sungguh untuk menegakkan kalimat Allah (Islam) dengan cara-cara yang telah digariskan Allah bertujuan hanya untuk mencapai keridhoan Allah semata. Menciptakan kebaikan dan keadilan bagi seluruh makhluk diatas bumi, terhindar dari kehendak untuk mendapatkan segala bentuk materi keduniaan, baik berupa imbalan, jabatan, ataupun pujian kehormatan, maka yang demikianlah yang dimaksud oleh Islam sebagai amal fi sabilillah. Sebagai contoh, jika seseorang mengeluarkan hartanya karena memperkirakan akan mendapatkan imbalan material

253 M.Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz II, hlm.254254 Mahmud Syaltut, Tafsir al-Qur’an Kariem, hlm.249255 Abul A’la al-Maududy, Jihad fi Sabilillah, op.cit. hlm.6256 Sayyid Qutb, Fie Dzilal al-Qur’an, hlm.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

210

Page 211: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

ataupun moral atas perbuatannya tersebut di dunia ini, maka jelas perbuatan semacam ini tidak diakui sebagai amal fi sabilillah. Namun jika ia berkeiginan hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah semata dengan perbuatannya itu maka sudah dipastikan ia berada dalam garis fi sabilillah, walaupun nantinya ia mendapatkan imbalan materi duniawi akibat perbuatannya. Demikian pula halnya, seorang pelajar, menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh mencari keridhoan Allah dan dikemudian hari dengan ilmu yang diperolehnya ia bercita-cita menegakkan Islam, maka dapatlah ia dikategorikan sebagai pejuang dijalan Allah, sebagaimana hadist Rasulullah ;“Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada dalam fi sabilillah hingga kembali “. ( HR Tirmizi )

Tapi sebaliknya, jika ia menuntut ilmu semata-mata untuk mencapai gelar kesarjanaan ataupun untuk meningkatkan status sosialnya dan maksud-maksud lain diluar untuk keridhoan Allah semata, maka jelas ia tidak dapat disebut sebagai fi sabilillah. Atau seorang yang membantu perjuangan Islam dengan harta benda hasil perampokan, korupsi atau kejahatan lainnya, walaupun niatnya tulus ikhlas untuk mencari ridho Allah, sudah pasti perbuataan semacam ini bukan fi sabilillah, karena tidak memenuhi syarat menuju keridhoan Allah, yaitu dengan barang yang haram. Itulah sebabnya, fi sabilillah hanya dapat dipergunakan bagi perbuatan yang dilakukan dengan niat yang tulus ikhlas untuk mencari keridhoan Allah semata, tanpa diikuti keinginan sedikitpun untuk memperoleh materi duniawi dengan jalan-jalan yang telah ditetapkan Islam, baik cara dan tujuan pelaksanaanya.

Fi sabilillah adalah syarat mutlak yang ada pada jihad Islam. Dengan demikian, jihad fi sabilillah bermakna perjuangan dan pengorbanan sungguh-sungguh yang berorientasi hanya untuk mendapatkan keridhoan Allah semata, tanpa diikuti keinginan untuk mendapatkan materi keduniaan. Bila seorang berjuang, kemudian ada di dalam hatinya keinginan untuk mendapatkan materi keduniaan, maka amalan jihadnya akan sia-sia, tidak dinilai sebagai jihad islam.Dari Abu Hurairah ra ia berkata : “ Seorang laki-laki mengatakan kepada Rasululah : “Ya Rasulullah , ada seseorang ikut berjihad dijalan Allah, sedangkan ia mengharap harta duniawi“. Rasulullah menjawab : “ Dia tidak akan memperoleh pahala”.Beliau mengulangi pertanyaan itu sebanyak tiga kali. ( HR. Abu dawud ).

Abul A’la Almaududi mengomentari hubungan jihad dengan fi sabilillah : syarat fi sabilillah diterapkan pada jihad dengan alasan yang sama. Ini mengandung arti bahwa, bilamana seseorang atau suatu kelompok bangkit untuk melaksanakan suatu Revolusi dalam suatu sistem kehidupan, dan untuk menciptakan suatu sistem baru yang sesuai dengan ideologi Islam, dia atau mereka harus tetap menjaga agar tidak mempunyai niat pribadi dalam sanubarinya ketika melakukan pengorbanan dan melakukan tindakan pengabdian bagi niat tersebut. Tujuannya tidaklah untuk menyingkirrkan seorang kaisar dan menduduki tahta yang kosong ; menjadi seorang Kaisar dengan menggantikan Kaisarnya lainnya. Sasaran perjuangan ini harus benar-benar

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

211

Page 212: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

terbebas dari niat-niat buruk atau yang sifatnya pribadi seperti untuk mendapat harta kekayaan , keterangan nama atau pujian, kemegahan diri atau kenaikan martabat. Semua pengorbanan dan tindakan harus diarahkan untuk mencapai satu dan satu-satunyatujuan, yaitu pencapaian suatu tatanan sosial yang adil lagi merata bagi makhluk manusia. Dan satu-satu imbalan yang terbayang mestilah untuk mendapatkan ridho Allah“ .257

Sementara fi sabili al-Thoghut adalah kebalikan dari fi sabilillah, yang berarti di jalan kesesatan. Al-Thoghut sendiri dalam kontek bahasa Arab seringkali diartikan sebagai segala sesuatu yang melampaui batas, dapat pula diartikan sebagai pemimpin yang sesat ataupun sesembahan dan tuhan-tuhan selain dari Allah.

D. Jihad dan BentuknyaJihad amat luas, seluas ajaran Islam yang mengatur seluruh sistem

kehidupan manusia, dari masalah-masalah pribadi sampai masyarakat dan negara. Maka seluruh sistem kehidupan yang diatur ajaran Islam secara otomatis mengandung unsur jihad. Perintah sholat misalnya, tidak terlepas dari unsur jihad. Jika seseorang akan mendirikan sholat, sebelumnya ia harus berjihad, yakni bersungguh-sungguh menundukkan hawa nafsunya agar mau melaksanakan sholat sebagaimana yang diperintahkan Islam. Ketika mendirikan sholat pun ia harus berjihad, berusaha agar tetap melaksanakan sholat dengan khusuk hingga rukun dan syaratnya sempurna. Setelah selesai sholatpun ia harus berjihad, berusaha semaksimal mungkin untuk tetap menjaga konsekwensi logis sholatnya sebagai pencegah perbuatan keji dan mungkar.

Demikian pula halnya dengan proses pembentukan masyarakat Islam, tidak terlepas dari kontek jihad. Dari awal pembentukkannya, yaitu membentuk pribadi-pribadi muslim yang Istiqomah memerlukan kesungguhan daya upaya. Kemudian menyatukan pribadi-pribadi muslim itu dalam keluarga hingga terbentuklah keluarga muslim yang ideal juga memerlukan kerja keras. Selanjutnya menyatukan keluarga-keluarga muslim itu menjadi sekumpulan masyarakat Islam yang didalamnya tegak peraturan-peraturan Allah bukanlah perkara ringan, namun memerlukan keseriusan total, yang kesemua proses ini tidak terlepas dari jihad.

Di dalam Al-Qur’an dan Hadist disebutkan beberapa bentuk jihad antara lain :

Orang-orang yang beriman, berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan merekalah orang-orang yang memeperoleh kemenangan. ( At- taubah : 20 )

Sesungguhnya orang-orang Mukmin hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian tidak ragu-ragu dan mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya : merekalah orang-orang yang benar. ( Al Hujorot : 15 )

257 Abul A’la al-Maududi, ibid.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

212

Page 213: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mereka tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga diri “. (At-taubah : 122 )

Beberapa hadist yang menyebutkan jenis jihad :Dari Abu Said Al Khudri ra berkata : Seseorang datang kepada Nabi SAW bertanya : Siapakah manusia yang utama ? , Nabi SAW menjawab : “Orang mukmin yang berjuang dengan harta dan jiwanya dijalan Allah . ( HR. Bukhori Muslim )

Dari Anas ra bahwasanya Nabi SAW berkata : “Berjihadlah melawan orang-orang musyrik dengan harta, jiwa dan lisan kalian”. (HR Abu Dawud, Ahmad, Nasa’I, Ibn Hibban dan Hakim)

Dari Abu Said al Khudri ra berkata : Telah berkata Rasulullah SAW : “Seutama-utama jihad adalah berkata-kata benar ( haq ) dihadapan penguasa yang zolim”(HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Surat At-Taubah ayat 20 dan surat Al hujarat ayat 15 diatas menyebutkan tentang jihad harta dan jiwa. Surat al-Taubah ayat 122 menyebutkan tentang jihad pengajaran/ pendidikan. Kata ‘nafar’ yang berarti berangkat menuntut ilmu dan mengajarkannya sedangkan ayat ini membicarakan jihad.Hadist dari Abu Sa’id dan Anas menyebutkan jihad jiwa dan harta, sedangkan kata-kata lisan dapat dimasukkan bagian dari jihad jiwa ( anfus ) sebagaimana yang akan diterangkan kemudian. Sedangkan hadist terakhir menyebutkan jihad politik, karena ada hubungannya dengan penegakkan pemerintah yang adil. Untuk melengkapi beberapa bentuk jihad ini, maka dapat disebutkan jihad pengetahuan (makrifah), karena jihad ini meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang digunakan untuk menegakkan kalimat Allah.

Maka dengan demikian, dapat disimpulkan secara garis besarnya jihad meliputi:- Jihad Harta ( Jihad Amwal )- Jihad Jiwa ( Jihad Anfus )- Jihad Pendidikan ( Jihad Ta’limi )- Jihad Politik ( Jihad Siyasi )- Jihad Pengetahuan ( Jihad Ma’rifah )

Mujahid Entrepreneur: Tentara Allah Bidang Ekonomi (Jihad Iqtishady)

Ketika sedang meluncurkan buku tulisan saya yang berjudul “Panduan Jihad Untuk Aktivis Gerakan Islam”, pada pertengahan 2001, Ketua Umum Muhammadiyah dan Wakil Ketua MUI, Prof. Dr. Dien Syamsuddin, yang ketika itu menjadi salah seorang pembahas bersama Dr.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

213

Page 214: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

M.Hidayat Nurwahid, Ketua MPR RI, memberikan komentar yang selalu mendorong saya untuk mendalami masalah jihad. Pertama beliau menilai bahwa pemikiran dalam buku Panduan Jihad adalah sebuah tajdid atau pembaharuan makna dalam pengertian jihad dan aplikasinya dalam dunia kontemporer. Kedua beliau menilai buku tersebut belum dilengkapi dengan pembahasan mengenai masalah “Jihad Iqtishody” atau jihad dalam bidang ekonomi dan beliau sangat mengharapkan pembahasan masalah tersebut. Sejak saat itu saya terus mendalami masalah yang berkaitan, berfikir dan berusaha untuk membuat sebuah buku yang berkaitan dengan jihad dalam bidang ekonomi (al-Jihad al-Iqtishody).

Rupanya apa yang saya fikirkan tidak semudah dalam kenyataannya. Akan mudah jika hanya sekedar menganalisis dan membahas teori-teori tentang jihad ekonomi, atau mengemukakan sejarah kegemilangan para pelaku bisnis Islami pada zaman Rasulullah atau sahabat saja. Untuk membahas Jihad Ekonomi secara konprehensif, saya mengalami kesulitan demi kesulitan, terutama dalam menentukan dan memilih profil pengusaha dalam kehidupan kontemporer yang dapat dikategorikan sebagai seorang Mujahid Iqtishody, Mujahid Bisnis, Mujahid Entrepreneur atau seorang yang menjalankan jihad dalam bidang ekonomi dan benar-benar berhasil sebagai tentara Allah yang menegakkan Islam dalam kehidupan bisnis secara kaffah dan berhasil menjadi seorang yang sukses dalam arti kemenangan dunia akhirat sebagaimana yang telah dicontohkan dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabat agungnya. Saat ini mungkin kita dapat menemui banyak tokoh-tokoh Mujahid Dakwah, Mujahid Asykary (Laskar Jihad), Mujahid Siyasi, Mujahid Ta’limy dan lainnya. Namun untuk mencari sosok seorang Mujahid Iqtishody tidaklah semudah yang dibayangkan karena pengusaha muslimpun belum tentu berani menyatakan dirinya sebagai seorang mujahid di jalan Allah.

Anda mungkin pernah mendengar nama-nama besar para pengusaha muslim klas dunia seperti Pangeran Walid al-Thalal (Pemegang saham terbesar CitiCorp dan pengusaha property asal Saudi), Adnan Kashogy (Pengusaha dan Pialang senjata), Bin Laden Group (Konstruksi), atau beberapa pengusaha bidang keuangan seperti Bin Mahfudz Group, Al-Rajihi Group, Dalla al-Baraka Group dan lainnya. Di negeri jiran Malaysia ada Tun Daim Zainuddin (Pengusaha Properti), Tajudin Ramli (Pemegang saham MAS), Tengku Adnan Mansur, FD. Manshoor (Pemilik Glomec Group) dan lainnya. Di Indonesia banyak para pengusaha muslim yang telah mencapai kesuksesan dengan keberhasilan mereka mengembangkan perusahaannya sampai menjadi sebuah konglomerasi yang menggurita. Bahkan diantara mereka menjadi orang-orang kaya yang mempengaruhi kebijakan negara, misalnya kita sebut beberapa nama seperti Yusuf Kalla (Pemilik Kalla Group dan Wakil Presiden RI), Abu Rizal Bakrie (Pemilik Bakrie Group dan Menko Kesra RI), Fadel Muhammad (Pengusaha dan Gubernur Gorontalo), Rahmat Ismail (Pengusaha Media dan Aktivis Sosial), Ibrahim Risyad (Pengusaha dan Bankir), Sutrisno Bachir (Pengusaha dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional), Arifin Dipenegoro (Pemilik Medco Group dan anggota DPR), Chairul Tanjung (Pemilik Bank Mega, Trans TV dan Para Group), A. Latief (Pemilik Sarinah Group dan Lativi), Surya Paloh (Pemilik Media Group, Metro TV dan Ketua Pembina Golkar), Rahmat Gobel (Pemilik Nasional Gobel), M. Lutfie

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

214

Page 215: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

(Pemilik Republika, Mahaka Group dan Ketua BKPM), dan banyak lagi sederetan nama-nama besar pengusaha muslim di Indonesia.

Coba Anda tanyakan kepada para pengusaha muslim yang sukses dan kaya tersebut, apakah mereka berani menyatakan diri sebagai Mujahid Entrepreneur, seorang pelaku jihad fi sabilillah sebagaimana diperintahkan Allah dan Rasul-Nya yang telah melaksanakan syariat Islam secara kaffah dalam dunia bisnis yang mereka jalankan? Anda pasti yakin, mereka tidak akan berani mengklaim diri sebagai Mujahid Fie Sabilillah karena sebagian besar dari mereka masih terlibat dengan sistem ekonomi non-Islami, ekonomi kapitalisme-sekuler yang dilarang oleh Islam, misalnya di antara mereka masih menggunakan jasa bank konvensional yang menerapkan riba yang jelas-jelas haramnya dalam Islam sebagaimana yang difatwakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) atapun Lembaga Fatwa Islam Internasional di Saudi Arabia.

Anda juga pasti mengalami kesulitan seperti yang saya alami. Bagaimana kita dapat mendifinisikan dan mengkategorikan seorang pengusaha muslim yang benar-benar dapat disebuat sebagai Mujahid Entrepreneur, seorang tentara Allah yang benar-benar telah menerapkan ajaran-Nya dan Rasul-Nya secara sempurna dan konsekwen. Anda dan saya pasti sepakat, bahwa bagaimanapun sulitnya masalah ini, wajib diusahakan keberadaannya, karena merupakan tuntutan syariat yang wajib dijalankan bagi kemashlahatan umat Islam khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Tidak diragukan apabila mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam yang berjumlah lebih 87% ini dapat berhasil menjadi pengusaha-pengusaha sukses, maka keterpurukan dan keterbelakangan bangsa dan negara akan dapat di atasi sekaligus mengantarkan bangsa Indonesia menjadi sebuah negara maju yang adil dan makmur sebagaimana cita-cita para pahlawan dan pendiri bangsa.

Keterpurukan bangsa Indonesia akibat krisis moneter yang menerpanya sejak akhir tahun 90an lalu, bukan hanya mendatangkan bencana ekonomi dan sosial dengan segala dampak negatipnya, seperti merebaknya pengangguran, meningginya kemiskinan, berjangkitnya kerusakan moral, kriminalitas danmasalah-masalah sosial lainnya. Di sisi lain kita perlu dilihat sisi positipnya, bahwa bencana ekonomi ini telah melahirkan generasi muda yang memiliki kesadaran dan pencerahan akibat tekanan-tekanan ekonomi yang timbul pasca krisis moneter yang hampir mengantarkan bangsa dan negara menuju kebangkrutan. Dengan sisa-sisa semangat dan kemampuan yang ada, generasi terpilih dan tegar ini berjuang keluar dari gelombang resesi, badai moneter dan topan globalisasi ekonomi. Merekalah generasi muda yang memiliki watak entrepreuneurship yang akan menjadi cikal bakal pengusaha-pengusaha sukses yang akan mengeluarkan bangsa dan negara Indonesia dari keterpurukannya saat ini. Di antara mereka terdapat generasi muda Islam yang memiliki keyakinan bahwa ajaran Islam dapat mengantarkan mereka menuju kesuksesan sejati. Di tengah hiruk pikuknya persaingan ekonomi global, mereka coba mengusung tema-tema ekonomi Islami dengan berbagai pendekatannya yang mulai diminati dan menjadi alternatif.

Meningginya gairah dan semangat entrepreneurship dikalangan generasi muda muslim telah mendorong mereka untuk mencari berbagai

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

215

Page 216: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

referensi untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses. Sayangnya, sebagian besar buku referensi ataupun contoh kesuksesan yang ditampilkan berdasarkan pada sistem nilai Barat sekuleristik, budaya, etos kerja, filsafat ataupun pandangan hidup orang-orang kafir yang sangat jauh berbeda bahkan bertentangan dengan budaya, sejarah, peradaban dan ajaran agama generasi muslim tersebut. Membanjirnya buku-buku panduan cepat kaya yang ditulis oleh para pemikir Barat seperti Norman V. Peale, Dale Carnegie, Ziz Ziglar, Stephen R. Covey, Robert T. Kiyosaki, Rich Devos, Denis Waitley, Jack M. Zufelt sampai Peter Drucker dan lainnya hanya memberikan contoh-contoh keberhasilan pada masyarakat bebas nilai seperti di Amerika pada umumnya, yang mana hal ini masih perlu dipertanyakan urgensinya ataupun kesesuainnya dengan ajaran Islam. Demikian pula cara sukses yang ditempuh para kapitalis seperti Henry Ford (Pendiri Ford Corp), Bill Gates (Pendiri MicroSoft), Rich Devos (Pendiri Amway), Sam Walton (Wal Mart) dan lainnya apakah dapat ditiru oleh generasi muda muslim dalam menggapai cita-citanya sebagai seorang entrepreneur muslim yang dapat menyandang predikat mujahid entrepreneur yang akan memperoleh kemenangan dan kesuksesan dunia akhirat.

Tidak dinafikan memang ada usaha-usaha serius beberapa penulis muslim untuk mengisi kekosongan tersebut, baik penulis dari Timur Tengah seperti Aid al-Qorny, Ibrahim Al-Quayyid, Asyraf Muhammad Dawabah, Ibrahim El-Fiky ataupun beberapa nama penulis seperi Ary Ginanjar, Rhenal Kasaly, Farid Poniman dan lainnya. Namun sejauh ini belum ada sebuah literatur pamungkas yang membahas karakteristik dan pembinaan mujahid entrepreneur dalam arti yang sebenarnya dengan sebuah lembaga pendidikan dan pelatihannya. Padahal literatur Islam dipenuhi dengan berbagai ajaran dan nilai-nilai yang sangat kaya raya, termasuk bagaimana cara melahirkan manusia-manusia unggul dan sempurna sebagaimana dikehendaki Allah dan Rasul-Nya, terutama dalam bidang spiritualitas Islam yang menjadi fondasi utama dalam pembentukan managerialship, leadership dan entrepreneurship yang saat ini sangat diminati oleh masyarakat Barat. Demikian pula dalam sejarah perkembangan Islam telah lahir para pengusa-pengusaha agung yang disegani seperti Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan, Sa’ad bin Rabi’ dan lainnya. Nabi Muhammad saw sendiri adalah seorang pengusaha besar yang berpengaruh sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul.

Setelah berkelana, baik dalam dunia pemikiran kontemporer maupun aktivis sosial selama lebih 5 tahun dengan berbagai kegiatan seperti menjadi konsultan pengembangan SDM, Ketua Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia (PPMI), pengurus Pimpinan Pusat Al-Irsyad, Kordinator Pelaksana Mudzakarah Nasional Ulama dan Habaib, Ketua DPP Front Pembela Islam (FPI) dan terakhir Direktur Lembaga Kemanusiaan Hilal Merah yang membantu korban tsunami di Aceh, saya kembali fokus memikirkan masalah jihad ekonomi yang diusulkan senior saya, Bang Dien Syamsuddin, di antara waktu senggang dan persiapan menyambut ulang tahun saya ke 40. Dorongan untuk mempelajari masalah ini terus memuncak, yang juga telah menumbuhkan obsesi saya yang ingin menjadi penulis dan mativator yang berbasiskan spiritualitas Islam.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

216

Page 217: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Sambil mencari referensi-referensi yang menguatkan rencana tulisan saya tersebut, saya sempat bertemu dengan beberapa pengusaha muslim yang tergolong sukses dan telah mencoba konsisten dengan penerapan kaedah-kaedah ekonomi Islam dalam menjalankan usahanya. Di antaranya seperti Puspo Wardhoyo pemilik jaringan rumah makan Wong Solo, teman SMA saya Khairus Salim pemilik jaringan Country Donut, M. Syahrial Yusuf pengusaha pendidikan pemilik jaringan LP3I dan beberapa nama lainnya. Disamping itu, saya berdiskusi dan memperdalam topik dengan beberapa cendekiawan muslim dan ulama dalam forum-forum mudzakarah yang saya sempatkan untuk menimba pengetahuan dan pengalaman seperti Dr. Scehan Shahab, KH. Mudzakkir Abu Faqih, KH. Athian Ali Da’i, dan tidak lupa dengan guru spiritual saya, KH. Abu Bakar Ba’asyir dan sahabat seperjuangan Habib M. Rizieq Syihab serta Farid Poniman, mativator dan trainer yang menjadi partner diskusi yang mengasyikkan.

Dari hasil survey dan pengamatan yang saya lakukan, walaupun ada di antara pengusaha muslim yang telah berupaya menegakkan syariat Islam dalam bisnisnya, namun pada saat yang sama mereka masih tetap menggunakan cara-cara yang diharamkan Islam ataupun masih syubhat, apakah dalam instrumen, metode, atau kebiasaan dan karakter yang tidak Islami, seperti tidak menepati janji, berbohong, menipu ataupun menggunakan trik-trik bisnis modern yang masih dipertentangkan hukumnya. Atau ada juga pengusaha muslim yang telah berupaya menerapkan kaedah-kaedah ekonomi Islam dalam bisnisnya, namun secara pribadi terjebak dalam pola kehidupan kaum kafir hedonis yang tidak bermoral, terlalu serakah terhadap harta ataupun terlalu pelit dan bakhil. Untuk menjamu tamu bisnisnya mungkin dia bisa menghabiskan puluhan atau ratusan juta rupiah, namun berapakah yang disedekahkan untuk fakir miskin, yatim piatu, orang terlantar, pengembangan pendidikan-sosial Islam ataupun perjuangan menegakkan Islam.

Banyak para pengusaha muslim yang puas hati dengan apa-apa yang telah dilakukannya saat ini, kemudian mereka merasa aman dengan apa yang dilakukannya. Mereka tenang dan senang dengan pola kehidupan yang dijalankannya saat ini, membangun rumah-rumah super mewah menyaingi konglomerat kafir kapitalis-sekuler yang kadangkala mubadzir karena tidak ditempatinya, memiliki mobil-mobil mewah yang tidak mampu dikekendarainya, ataupun hidup berfoya-foya dari satu mal ke mal yang lain untuk menumpuk koleksi yang tidak akan pernah memuaskan nafsu serakah. Ironisnya, mereka masih merasa sebagai seorang muslim, aman dari pertanyaan dan pertanggungjawaban hartanya yang pasti akan ditanyakan Sang Pemiliknya kelak, darimanakah harta diperolehnya dan kemanakah didistribusikannya.

Di dalam sejarah Islam, terlalu banyak contoh pribadi-pribadi agung yang berprofesi sebagai pengusaha berhasil yang dapat dijadikan contoh sepanjang masa, di antaranya seperti sahabat Nabi saw, Abdurrahman bin Auf. Inilah contoh karakteristik konglomerat muslim sejati di zaman kegemilangan Islam, sebagaimana dikutip Khalid M. Khalid dalam bukunya Rijal Haula al-Rasul:

“Pada suatu hari, bumi kota Madinah seolah-olah bergetar, terdengar suara gemuruh dan hiruk pikuk. Ummul Mukminin Aisyah bertanya, “Suara

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

217

Page 218: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

apakah yang hiruk pikuk. Apa yang telah terjadi di kota Madinah?”. Orang-orang menjawab, “Kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari Syam membawa barang-barang dagangannya, dengan iring-iringan tujuh ratus unta bermuatan penuh membawa sandang pangan dan keperluan-keperluan penduduk.” Ummul Mukminin berkata, “Semoga Allah melimpahkan keberkahan-Nya bagi Abdurrahman bin Auf dengan baktinya di dunia serta pahala yang besar di Akhirat.” Selanjutnya, beliau berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, “Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan merangkak.” Sebelum iring-iringan unta berhenti dan tali temali perniagaan belum dilepaskan, berita dari Ummul Mukminin itu telah sampai kepadanya. Secepat kilat, Abdurrahman bin Auf datang menemui Aisyah dan berkata, “Anda telah mengingatkan aku dengan sebuah hadits yang tidak pernah kulupakan.” Dia kemudian berkata, “Kini, saksikanlah bahwa kafilah ini dengan seluruh muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah Azza wa Jalla.” Maka, dibagikanlah muatan tujuh ratus unta itu kepada seluruh penduduk Madinah dan sekitarnya sebagai suatu amal yang mulia di jalan Allah.”

Sejarah Abdurrahman bin Auf, seorang sahabat dekat Nabi yang menjadi konglomerat muslim, mujahid sejati, entrepreneur mujahid yang sangat indah ini tidak perlu dikomentari. Apakah kemudian dengan menyedekahkan hartanya di jalan Allah, Abdurrahman bin Auf menjadi miskin? Ternyata tidak, Abdurrahman tidak pernah jatuh miskin dan papa, bahkan dia menjadi konglomerat terbesar dunia yang tiada tertandingi, yang telah menaklukkan konglomerat-konglomerat terbesar di zamannya bersamaan dengan perkembangan Islam yang telah menguasai 2/3 dunia di zaman Khalifah Umar Ibn Khattab. Karena mujahid bisnis seperti Abdurrahman sangat yakin dengan janji Allah dalam al-Qur’an: “Perumpamaan orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (al-Baqarah : 261)

Perilaku bisnis yang dijalankan Abdurrahman bin Auf sebagaimana yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya telah mengantarkannya kepada taraf seorang Mujahid sejati yang tidak dapat disaingi atau dikalahkan oleh pengusaha-pengusaha non-muslim di zamannya. Islam yang agung dan sempurna telah mencetak pribadi Abdurrahman menjadi manusia unggul yang terunggul dalam bidangnya, sebagai seorang pengusaha muslim terbesar. Mengenai kebesarannya sebagai seorang entrepreneur, Khalid M. Khalid menukilkan: “Keberuntungannya dalam perniagaan sampai suatu batas yang membangkitkan dirinya pribadi ketakjuban dan keheranan, hingga dia berkata: ”Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan di bawahnya emas dan perak…..!”.

Tidak diragukan bahwa Abdurrahman bin Auf adalah sebaik-baik dan seagung-agung entrepreneur sepanjang sejarah kemanusiaan. Tindak tanduk dalam kehidupannya adalah sumber inpirasi dan motivasi bagi siapa yang mengenalnya. Yang dihadirkan Sang Pencipta sebagai teladan sepanjang masa, karena dia dibina oleh manusia teragung, Muhammad saw, dari

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

218

Page 219: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

sumber Yang Maha Agung, dan tumbuh berkembang dilingkungan dan masyarakat agung yang berhubungan langsung dengan langit melalui perantaraan wahyu yang diturunkan kepada malaikat Jibril. Seluruh kesempurnaan seorang entrepreneur sejati ada padanya, secara personalitas, karakter, mental, moral dan spiritual yang berkembang berdasarkan ajaran Islam.

Untuk menjadi seorang Mujahid Entrepreneur, tentara Allah yang menjalankan syariatnya secara kaffah dalam dunia bisnis, bukanlah perkara yang terlalu mudah, bahkan mungkin orang akan menganggap pemikiran ini ketinggalan zaman dan tidak masuk akal. Namun tidak ada yang sukar bagi ajaran Allah dan Rasul-Nya, karena memang ajaran-ajaran Islam yang agung, mulia dan sempurna ini diturunkan untuk membimbing manusia menuju kemenangan hidup di dunia dan akhirat, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat Nabi. Islamlah yang telah melahirkan manusia-manusia agung seperti konglomerat muslim sejati seperti Abdurrahman bin Auf, dan Islam pasti dapat melahirkan kembali para konglomerat agung sepanjang masa, karena Islam diturunkan sebagai petunjuk umat manusia sepanjang masa.

Mereka yang menganggap menjadi pengusaha muslim yang taat adalah tidak masuk akal atau ketinggalan zaman adalah orang yang lari dari keyataan sejarah, bahkan mereka telah berprasangka buruk pada ajaran Allah dan Rasul-Nya. Bahwa kegagalan demi kegagalan atau keterbelakangan demi keterbelakangan yang dialami oleh kaum muslimin, termasuk para pengusaha dan konglomeratnya, pasti dan sangat pasti bukan disebabkan oleh ajaran Islam yang sempurna…!!!

Saya pernah bertemu dengan para pengusaha yang berfikiran seperti itu. Mereka beranggapan untuk sukses dalam dunia bisnis harus meniru pengetahuan dan perilaku para pengusaha kafir kapitalis-sekuler yang kenyataannya memang berhasil menguasai dunia bisnis. Bahkan ada yang dengan lantang menyatakan “kalau kita ikuti ajaran Islam secara ketat, mana mungkin kita dapat menjadi konglomerat seperti orang-orang non muslim, jadi kita harus ikuti cara bermain mereka agar kita dapat menyamai mereka…”.

Inilah penyebab utama kekalahan para pengusaha muslim. Mereka mengakui Islam sebagai agamanya, melaksanakan solat, naik haji, namun ketika berbisnis menggunakan cara-cara orang kafir, dan mereka mengganggap dirinya berhasil. Walaupun kenyataannya memang ada sebagian mereka yang berhasil menjadi konglomerat. Tapi ketahuilah bahwa seandainya mereka, pengusaha muslim yang sudah dapat menjadi konglomerat itu menerapkan ajaran Allah dan Rasul-Nya dalam dunia bisnis, maka pastilah pencapaian mereka akan jauh lebih dahsyat dan hebat lagi. Mereka pasti akan dapat mengalahkan semua bentuk permainan dan trik kaum kafir kapitalis-sekuler itu, mereka pasti akan menjadi konglomerat terbesar yang tak tertandingi. Ini bukan hayalan dan utopia, karena Abdurrahman bin Auf telah membuktikannya.

Ketika Abdurrahman bin Auf baru tiba hijrah di Madinah dari Makkah, dia mulai menjalankan bisnisnya. Seorang pelarian seperti Abdurrahman tentu tidak memiliki modal kuat seperti yang dimiliki para pengusaha Madinah, seperti kaum Yahudi yang tengah menguasai pasar Madinah pada

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

219

Page 220: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

saat itu. Walaupun Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’ seorang pengusaha terkemuka Madinah oleh Nabi saw, namun beliau tidak memanfaatkan kekayaan saudaranya, atau menikmatinya dengan nganggur dan ongkang-ongkang.

Dari Anas ra, telah berkata:…. “dan berkatalah Sa’ad kepada Abdurrahman: “Saudaraku, aku adalah penduduk Madinah yang kaya raya, silahkan pilih separoh hartaku dan ambillah! Dan aku mempunyai dua orang isteri, coba perhatikan yang lebih menarik perhatian anda, akan kuceraikan ia hingga anda dapat memperistrinya….!” Jawab Abdurrahman bin Auf: “Semoga Allah memberkati anda, isteri dan harta anda!, tapi tunjukkan letaknya pasar agar aku dapat berbisnis…..!”

Ya, itulah karakteristik mujahid bisnis sejati. Ketika ditanya tentang kebutuhannya, Abdurrahman hanya berkata: “Tunjukkan aku pasar”. Saudara pengusahanyapun menunjukkan pasar Madinah yang didominasi pedagang Yahudi dengan segala hiruk pikuknya dan beliau menganalisis keadaan pasar dengan segala seluk beluknya. Hasil analisis Abdurrahman ditindaklanjuti dengan pengajuan rekomendasi kepada Rasulullah sebagai Pemimpin komunitasnya. “Pisahkan pasar Yahudi dengan pasar Kaum Muslimin”, rekomendasinya kepada Rasulullah yang diterima dan ditaati oleh komunitas muslim Madinah.

Dengan adanya dua pasar, pasar Yahudi dan pasar Islam, maka Abdurrahman telah menciptakan persaingan sehat antara kedua pasar dengan dua sistem, infrastuktur dan kualitas SDM-nya. Apa yang terjadi kemudian? Hanya dalam hitungan hari, pasar Yahudi yang penuh tipu daya, trik-rtik busuk dan kebohongan itu sepi yang akhirnya tutup akibat dijauhi konsumennya yang berpindah kepada pasar Islam yang mengutamakan kejujuran, keterbukaan, persaingan sehat, penuh persaudaraan yang dikomandoi mujahid bisnis Abdurrahman bin Auf dengan beberapa kolega usahanya dari kalangan Muhajirin dan Anshor.

Itulah sebabnya, ketika Abdurrahman bin Auf, sang entrepreneur mujahid ini ditanya tentang kisah sukses bisnisnya, beliau mengatakan bahwa kunci keberhasilannya sebagai seorang konglomerat muslim adalah “kejujuran”. “Jika barang itu rusak katakanlah rusak, jangan engkau sembunyikan.” “Jika barang itu murah, jangan engkau katakan mahal.” “Jika barang ini jelek katakanlah jelek, jangan engkau katakan bagus”. Hanya dengan kejujuran (as-sidqu wa al-amien) pasar Yahudi yang telah mendominasi Madinah terkalahkan. Itulah sebabnya Rasulullah bersabda: “Pengusaha yang jujur lagi amanah akan bersama para Nabi, orang-orang yang Syahid dan orang-orang Soleh.” (HR. Tirmidzi).

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

220

Page 221: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Kesebelas:Kecerdasan Spiritual Qur’ani

Paradigma Baru Kecerdasan (Intelligence) Manusia dengan segala aktivitas, tingkah laku dan misteri hidup dan

kehidupan yang menyertainya selalu menarik perhatian para pakar sejak dahulu. Bahkan kini telah berkembang berbagai jenis pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku manusia, baik secara kelompok (sosiologi) maupun pribadi dan kejiwaan (psikologi). Mengikuti tuntutan zaman yang semakin maju, para pakar psikologi telah mengembangkan berbagai cabang pengetahuan tentang perilaku manusia, baik aspek-aspek kejiwaan atau faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan individu serta bidang-bidang kajian lainnya. Pengembangan pengetahuan ini diharapkan

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

221

Page 222: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik dilingkungan masyarakat, perusahaan maupun kelurga.

Para pakar, khususnya yang menaruh perhatian pada perkembangan psikologi kontemporer terutama yang berhubungan dengan teori kecerdasan (intelligence), setelah mengemukakan teori IQ dan EQ, kini mengemukakan teori baru tentang kecerdasan yang dimiliki manusia yang disebut sebagai Spiritual Intelligence. Spiritual Intelligence (SQ) adalah pengembangan penelitian dan sebagai kelanjutan dari teori sebelumnya, setelah dikemukakannya IQ dan EQ sebagai bagian dari manusia yang sangat mempengaruhi kinerja dan prestasi seseorang dalam mencapai keberhasilan dalam karir.

Teori IQ lebih memfokuskan bahwa kinerja dan prestasi seseorang diutamakan oleh kemampuan dan ketinggian Intelegensia semata. Kemudian teori ini dikoreksi dengan munculnya teori tentang Emotional Intelligence (EQ) yang sangat populer dalam pengembangan kepribadian saat ini. Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence (1995) memberikan penjelasan mengenai pentingnya peranan kecerdasan emosional dalam kehidupan manusia, terutama dalam mencapai kesuksesan dalam kehidupan dan karir seseorang. Dengan data-data yang dikemukakannya, Golemen memberikan pandangan baru tentang pengertian kecerdasan yang mempengaruhi kesuksesan seseorang. Namun sejauh itu, para penganjur EQ masih terus mengembangkan teorinya dan belum menemukan jawaban pasti, terutama beberapa sebab yang mempengaruhi emosional manusia yang berhubungan dengan kinerja dan prestasinya.

Di awal milenium ketiga ini, para psikolog terkemuka dunia telah menemukan sebuah kecerdasan jenis baru yang dinamakan dengan Spiritual Intelligence (SQ). Dalam bukunya Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence, (London, 2000), Danah Zohar dan Ian Marshall, menyimpulkan bahwa SQ adalah puncak kecerdasan manusia. SQ is the necessary foundation for the effective funcitioning of both IQ and EQ. Its our ultimate intelligence.

Sejauh ini, pembahasan SQ di antara para pakar saat ini masih berdasarkan pengalaman-pengalaman pengetahuan yang berkembang di dunia Barat yang berfaham sekuler, sehingga pengertian spiritual yang digunakanpun masih sebatas pengertian-pengertian sekuleritas yang memisahkan agama dengan pengetahuan. Demikian pula pengalaman-pengalaman masyarakat Barat yang tumbuh berkembang dengan dinamika sejarahnya sendiri tetap menjadi rujukan utama penelitian mereka. Bahkan lebih jauh, ada yang mengkaitkan spiritualitas yang dimaksudkan tidak berhubungan dengan agama, sebagaimana berkembangnya faham yang menolak agama namun menerima spiritualitas, sebagaimana semboyan mereka Organize Religion no, Spirituality yes. Faham ini lahir tidak lain akibat kegagalan agama kristen dalam menyelesaikan krisis spitualitas masyarakat modern yang semakin kompleks sehingga mereka mencari berbagai bentuk pengalaman spiritualitas dari berbagai aliran pemahaman dan agama, yang kemudian melahirkan sebuah faham yang dikatakan John Naisbitt dalam bukunya Megatrend 2000 sebagai New Age Spiritualism.

Demikian pula pengembangan spiritualitas di dunia Barat sangat dipengaruhi oleh latar belakang filsafat sekulerisme dan rasionalisme yang

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

222

Page 223: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

menolak perananan agama serta mengutamakan data dan fakta yang dapat diterima oleh kaidah ilmiyah yang rasional. Dimana landasan filsafat sekuleristik dan rasional an-sich seperti ini banyak ditolak terutama oleh para cendekiawan Islam, yang terutama seperti Prof. SMN. Al-Attas dalam bukunya Islam and Secularism dan Prof. SH. Nashr dalam bukunya The Plight of Modern Man. Penolakan mereka terhadap metodelogi yang dikembangkan Barat modern terutama didasarkan atas kesalahan mereka dalam mengartikan hakikat manusia di muka bumi dengan segala keberadaannya. Menurut peradaban Barat, manusia adalah produk evolusi alami, sementara menurut Islam manusia diciptakan sebagai Khalifah di muka bumi yang akan menciptakan keamanan, keadilan dan kesejahteraan.

Jika konsep kecerdasan spiritual yang telah dikembangkan peradaban Barat diserap begitu saja oleh komunitas muslim tanpa melalui proses penyaringan yang ketat, dalam artian apakah bersesuaian dengan ajaran spiritualitas Islami, boleh jadi kaum muslimin tidak mendapatkan keunggulan dan keutamaan dari kecerdasan spiritual yang dikembangkan Barat, namun sebaliknya akan mendatangkan dilemma bagi kaum Muslimin. Karena konsep yang mendasari teori kecerdasan spiritual yang dikembangkan Barat berbeda dengan yang diajarkan dan dikehendaki Islam, baik secara teori maupun praktek. Terutama konsep dasar yang melandasi filsafat pengetahuan mereka yang sekuleristis dan menolak peranan agama dalam kehidupan dunia.

Berkaitan dengan Islam, apakah Kecerdasan Spiritual (SQ) dapat dikembangkan berdasarkan ajaran al-Qur'an yang memiliki khazanah spiritualitas yang amat kaya raya. Apalagi dalam sejarah peradaban Islam perkembangan kecerdesan spiritualitas sudah menjadi bahasan para cendekiawan Muslim terdahulu dengan bahasanya yang lain. Mengembangkan sebuah konsep tentang Qur'anic Spiritual Intelligence (QSI), kecerdasan spritual yang berdasarkan pada al-Qur'an adalah sebuah keniscayaan yang sangat bermanfaat bagi kaum Muslimin.

Kecerdasan Spiritual Qur'ani (Qur'anic Spiritual Intelligence -QSI)Dikalangan sebagian cendekiawan Muslim, ada yang menolak

peristilahan yang lahir dari peradaban Barat seperti istilah spiritual intelligence ini dengan alasan peristilahan ini bukan lahir dari akar perbendaharaan peradaban Islam. Namun sejauh ini mereka belum menemukan peristilahan yang tepat dengan permasalahan tersebut. Dalam hal ini, jalan terbaik adalah mengambil jalan tengah sebagaimana yang ditawarkan Prof. Ismail Faruqi dengan konsep Islamization of Knowledge-nya yang dapat diterima sebagian besar cendekiawan muslim. Pengetahuan yang lahir dari akar peradaban Barat dapat saja diaplikasikan kepada kaum muslimin setelah melalui proses Islamisasi dengan beberapa kaidah yang telah digariskan.

Maka dengan menggunakan metode Islamisasi Pengetahuan ini, secara harfiahnya, Qur'anic Spiritual Intelligence dapat diartikan sebagai kecerdasan Spiritual yang berdasarkan ajaran al-Qur'an. Dalam artian bahwa al-Qur'an adalah sumber yang dapat membangkitkan dan mengembangkan kecerdasan spiritual yang telah menjadi potensi alami manusia sebagai anugrah dari Allah Sang Pencipta alam.

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

223

Page 224: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Untuk memahami masalah ini, pertama-tama harus difahami dan dibedakan antara al-Qur'an sebagai pengetahuan (Qur'anic Knowledge) dan al-Qur'an sebagai sumber spiritual (Qur'anic Spirituality). Pengetahuan al-Qur'an dapat diperoleh siapa saja yang mau mempelajari ajaran-ajaran al-Qur'an. Itulah sebabnya banyak cendekiawan non muslim yang mengetahui, bahkan menjadi pakar al-Qur'an tempat sebagian cendekiawan mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-Qur'an. Karena al-Qur'an sebagai sebuah sains/pengetahuan dapat saja dipelajari dengan metodologi ilmiyah. Namun Spiritual Qur'ani yang dapat membangkitkan kesadaran kemanusiaan hanya dapat didapatkan apabila seseorang mengamalkan ajaran al-Qur'an sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Tanpa mengamalkan ajaran al-Qur'an maka kekuatan spiritual tidak akan didapatkan. Sebagai contoh seseorang dapat merasakan kekuatan spiritual solat malam, apabila ia melaksanakannya dengan penuh kekhusu’an. Tanpa melaksanakan solat malam, walaupun ia mengetahui detailnya, maka ia tidak akan merasakan kekuatan spiritual dari solat malam. Itulah sebabnya al-Qur'an akan menjadi kekuatan dalam diri seseorang apabila dilaksanakan ajarannya.

Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan Allah sebagai petunjak jalan yang lurus (sirat al-Mustaqim) kepada umat manusia agar mereka menjadi sebaik-baik manusia (Khairo Ummah). Dengan ajaran-ajaran yang dikandungnya, al-Qur'an akan mengantarkan mereka yang mengamalkannya menjadi manusia-manusia unggul yang akan ditugaskan sebagai pemimpin (khalifah) di muka bumi. Dalam surat al-Tien disebutkan bahwa manusia diciptakan sebagai sebaik-baik makhluk di muka bumi, dan mereka hanya akan dapat mencapai kesempurnaan apabila mereka beriman dan beramal saleh. Bahkan lebih jauh, tidak ada satupun ajaran yang menyamainya, termasuk dalam kemampuannya menumbuhkan kecerdasan spiritual yang paripurna kepada manusia.

Jadi kecerdasan spritual qur'ani hanya dapat diperoleh dan dikembangkan dengan mengetahui dan sekaligus mengamalkan secara konsisten ajaran-ajaran al-Qur'an yang telah diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Karena kecerdesan spiritual yang Islami hanya dapat tumbuh dan berkembang pada seseorang apabila mereka mengamalkan ajaran-ajaran al-Qur'an sesuai dengan tahapan tahapan yang telah diajarkan. Tidak ada contoh yang lebih unggul dari produk kecerdasan spiritual yang dilahirkan al-Qur'an, kecuali manusia-manusia unggul yang telah dibina oleh Rasulullah dengan profesi mereka masing-masing yang menjadi inspirasi kepada umat manusia sepanjang zaman. Demikian pula para ulama terkemudian telah mengembangkan berbagai bentuk latihan-latihan spiritual, terutama dalam dunia Tasawwuf, yang bertujuan untuk melahirkan manusia-manusia unggul yang diistilahkan dengan Al-Insan al-Kamilah sebagaimana dikemukakan Imam Ghazaly. Permasalahannya adalah bagaimanakah membangkitkan kecerdasan spritual yang berdasarkan pada al-Qur'an dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan dunia modern saat ini.

Memahami Dasar-dasar Kecerdasan Spiritual al-Qur'an (QSI)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

224

Page 225: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Untuk mengembangkan kecerdasan spiritual yang berdasarkan al-Qur'an, ada beberapa perkara yang perlu difahami terlebih dahulu, diantaranya adalah :

1. Memahami Keunggulan al-Qur'anAl-Qur'an adalah ajaran yang diturunkan Allah Sang Pencipta kepada

manusia (61 : 9) (48:28), tidak ada keraguan sedikitpun padanya, petunjuk bagi orang yang beriman (2:2-3). Demikian pula harus difahami karakter Islam sebagai agama yang tidak ada menyamai ketinggiannya (hadits Bukori), Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah dan paling benar ajarannya (3:19) Barangsiapa yang mencari agama (ajaran) selain Islam akan ditolak (3:85). Setiap orang yang beriman pada Islam diwajibkan untuk menerima Islam secara total (2:208).

Dengan dasar keyakinan inilah kemudian dikembangkan pengetahuan yang berdasarkan ajaran Islam, termasuk kecerdasan spiritual yang menjadi topik pembahasan. Segala sesuatu yang lahir dari akar Islam adalah terunggul dari berbagai bentuk konsep yang lahir dari landasan filsafat non Islam. Demikian pula ajaran Islam adalah ajaran yang bersifat universal, sesuai untuk seluruh umat manusia dahulu dan akan datang. Ajaran-ajaran Islam tentang manusia dengan segala karakteristiknya senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman.

Pada dasarnya, Islam dengan ajarannya yang sempurna ingin menciptakan manusia unggul yang mengungguli segala bentuk konsep yang diciptakan para pemikir. Sebagai buktinya Islam telah mampu melahirkan manusia-manusia unggul dalam arti sebenarnya yang telah menjadi mercu suar peradaban dunia sampai saat ini, dengan lahirnya generasi Islam pertama yang dipimpin Rasulullah dan para Shahabatnya. Contoh terbaik produk Islam yang memiliki keunggulan kecerdasan spiritual adalah Rasulullah dan para sahabat yang menjadi manusia unggul yang dipuji oleh sang Pencipta alam.

2. Memahami Hakikat Manusia Menurut al-Qur'anManusia menurut al-Qur'an berbeda dengan yang difahami oleh

peradaban Barat yang menyatakan bahwa manusia hadir dimuka bumi sebagai produk evolusi yang kehadirannya tidak disengaja. Namun al-Qur'an memandang manusia sengaja diciptakan Allah sebagai Khalifah dimuka bumi (2:30) dan manusia adalah sebaik-baik makhluk yang diciptakan (95:4). Kemudian lahir dalam keadaan fitrah dan perkembangannya akan dipengaruhi oleh lingkungan yang mendidiknya. (al-Hadits Bukhori), manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya yang akan dipertanggungjawabkannya kelak di akhirat

Dengan demikian, kecerdasan spiritual pada manusia berkembang sesuai dengan pemahaman dan pengamalannya terhadap ajaran Islam. Pengamalan tingkat demi tingkat inilah yang akan menjadikan manusia memiliki kekuatan spiritual yang akan mengantarkannya sebagai manusia unggul.

Manusia diciptakan Allah dari dua unsur yang bertolak belakang, secara material diciptakan dari saripati tanah (al-Thurab) yang menandakan kerendahan material dan unsur ruh (al-Ruh) yang menandakan kemulian

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

225

Page 226: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

tertinggi. Itulah sebabnya manusia senantiasa bergerak dinamis dari kerendahan menuju kemulian, dalam artian manusia dapat menjadi rendah melebihi kerendahan binatang, namun dapat menjadi mulia, melebihi kemulian malaikat, itulah sebabnya malaikat diperintahkan sujud kepada manusia.

Manusia lahir di muka bumi dalam keadaan fitrah, yaitu suci dan bersih, lingkungannyalah yang akan mencorak bentuk dan kepribadiannya. Dengan mengambip pemahaman ini, maka spiritual manusia yang lahir adalah sama dan lingkungannyalah yang akan membentuknya. Dengan demikian tidak diragukan bahwa kecerdasan spiritual yang ada pada manusia dapat dikembankan secara maksimal. Itulah sebabnya Islam menurunkan ajaran yang tersusun agar manusia dapat menjadi sempurna sebagaimana dinyatakan Rasulullah “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”. Karena akhlak adalah salah satu cerminan dari ketinggian ataupun kerendahan spiritual seseorang. Semakin tinggi akhlaknya, maka semakin tinggi pula spiritual yang dimilikinya.

Dengan dasar teori ini, dapat dikatakan bahwa kecerdasan spiritual pada manusia menurut al-Qur'an dapat berkembang dari suasana yang fitrah (bersih, suci) menuju kemulian dan ketinggian apabila mendapat pembinaan dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam sesuai yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Dalam hal ini, pribadi para shahabat yang dibina Rasulullah dengan segala kecerdasan spiritualnya dapat dijadikan rujukan.

Dalam hal ini perlu pula diketahui pandangan al-Qur'an tentang manusia yang memiliki 3 komponen yang membentuk dirinya sebagaimana dinyatakan Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, yaitu :

- Unsur fisik atau jasmani yang terletak pada anggota badan- Unsur intelektual atau fikr yang dikontrol melalui otak (Brain) *

MIRA- Unsur spiritual atau rohani yang berpusat di hati (Qalb)Berangkat dari pemahaman terhadap ketiga komponen di atas, maka

pada hakikatnya manusia memerlukan 3 kebutuhan pokok, yaitu :- Kebutuhan makanan bergizi untuk memperkuat tubuhnya- Kebutuhan pengetahuan untuk perkembangan intelektualnya- Kebutuhan agama (dien) untuk meningkatkan spiritualnya

Maka ketika manusia membicarakan kebutuhan spiritualnya, tidak diragukan lagi bahwa mereka memerlukan bimbingan Islam sebagai agama terlengkap dan tersempurna yang akan mengantarkannnya menuju ketinggian spiritual, yang pada akhirnya akan mengantarkannya memiliki kecerdasan spiritual. Sebagaimana dibuktikan sejarah bahwa Islam dengan ajarannya telah mampu melahirkan manusia-manusia unggul dalam arti sebenarnya, yaitu manusia yang memiliki keunggulan fisik, keunggulan intelektual dan keunggulan spiritual sehingga mereka menjadi pemimpin peradaban dunia.

3. Memahami Spiritualitas Islam dan Sumber Kekuatannya

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

226

Page 227: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Spiritualitas Islam (Islamic Spiritualism) adalah berbeda dengan pengetahuan Islam (Islamic Knowledge). Pengetahuan Islam dapat dipelajari dan dikuasai oleh siapa saja, baik Muslim dan non Muslim, sementara spiritualitas Islam dengan segala kekayaan khazanahnya hanya didapatkan oleh mereka yang secara kontinyu mengamalkan Islam dengan penuh keikhlasan. Para cendekiawan, baik muslim ataupun non muslim mungkin saja dapat memahami ajaran Islam dengan segala seluk beluknya, seperti para Orientalis Barat yang menguasai Islam bahkan menjadi guru cendekiawan Muslim, namun belum tentu mereka dapat merasakan khazanah spiritualitas Islam yang terkandung di dalam ajarannya yang tinggi. Karena spiritualitas Islam hanya dapat dirasakan apabila seseorang melaksanakan dan mengamalkan pengetahuan Islami tersebut. Itulah sebabnya seseorang dinyatakan Islam apabila mereka telah melaksanakan pengetahuan keislamannya sebagaimana diajarkan Allah dan Rasul.

Jadi spiritualitas Islam hanya dapat dihayati dan dirasakan dengan pengalaman-pengalaman rohaniyah akibat dari pengamalan ajaran Islam. Seseorang dapat menikmati indahnya spiritualitas Islam apabila mereka telah tunduk hatinya menerima kebenaran cahaya Islam dan mengamalkan ajarannya dengan tingkatan-tingkatannya. Seorang muslim yang ikhlas ketika menegakkan solat dengan khusu’ pasti mendapatkan spirit dari solatnya, dan mereka yang belum muslim, walaupun melakukan ritual solat yang sama, tidak akan dapat merasakan spirit solat tersebut. Maka dengan kata lainnya, spiritualitas Islam hanya dapat diperoleh apabila seseorang telah tunduk hatinya sepenuhnya kepada ajaran yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah saw.

Pada dataran pemahaman Islam yang lebih mendalam, para ulama umumnya memberikan julukan kepada mereka yang menekuni bidang spiritualitas ini dengan nama Sufi atau ahli Tasawwuf. Karena tujuan utama ilmu tasawwuf adalah penyucian diri untuk mendapatkan kesempurnaan hidup sebagai manausia sempurna (insan kamil). Pada zaman Nabi SAW ada beberapa shahabat yang dinisbatkan sebagai ahli tasawwuf, seperti ahlus Suffah, yaitu sekumpulan sahabat yang memfokuskan dirinya pada amalan-amalan tertentu untuk mencapai kesempurnaan diri. Tasawwuf sendiri sebenarnya adalah bagian dari ajaran Islam yang telah dikristalisasikan oleh para ulama abad pertengahan. Jika diperhatikan perbuatan-perbuatan Rasulullah dan para Shahabat, pada dasarnya mereka mengamalkan Islam dengan tujuan agar menjadi manusia sempurna sebagaimana yang dikehendaki Penciptanya. Ulama-ulama terkemudian menyusun beberapa amalan-amalan tertentu yang biasanya disebut sebagai Thariqat (jalan) sebagai sarana menuju kesempurnaan, dan thariqat ini biasanya memiliki jalur yang sampai kepada Rasulullah ataupun shahabat. Pada umumnya amalan-amalan yang diajarkan berdasarkan kepada doa-doa dan zikir yang tersusun dalam wirid (jama’nya Aurad). Setiap thariqat bertujuan untuk membentuk manusia muslim yang sempurna, terutama aspek spiritualnya dengan amalan-amalan yang diajarkan. Diantara ulama kontemporer, seperti Hasan al-Banna telah menyusun pula untaian wirid yang dinamakan dengan al-Ma’thurat yang menjadi zikir-zikir yang diamalkan.

Menurut para ulama yang mengamalkan wirid-wirid tertentu, apabila seseorang membacanya secara kontinyu akan melahirkan perasaan tertentu

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

227

Page 228: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

kepada seseorang dalam bahasa Sufinya dikenal dengan Dzouk, yaitu perasaan yang aman tentram, yang jika diterjemahkan dapat diartikan dengan kekuatan spiritual yang selanjutnya akan menumbuhkan kecerdasan spiritual. Untuk membahas masalah ini secara mendetil, seseorang perlu mengetahui beberapa pengetahuan dasar tentang ilmu tasawwuf ataupun thariqat yang mu’tabar.

Karena Islam adalah ajaran yang tersempurna dan terunggul, maka tidak diragukan lagi bahwa spiritualitas Islam adalah spiritulitas yang terunggul dari apapun bentuk spiritualitas di muka bumi ini. Dengan demikian, kecerdasan spiritual yang ditimbulkan oleh spiritualitas Islami adalah yang terunggul dari semua kecerdasan yang ada. Islam sendiri adalah ajaran yang akan mengantarkan manusia menuju keunggulan dan kesempurnaan apabila dilaksanakan sesuai dengan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Demikian pula al-Qur’an telah memberikan julukan kepada umat Muhammad sebagai sebaik-baik umat (3:110) yang berarti bahwa pribadi-pribadi muslim adalah sebaik-baik dan seunggul-unggul pribadi diantara manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam telah membangun manusia-manusia unggul yang menjadi penguasa dunia dan mercusuar perdaban dari sebuah komunitas terbelakang Bangsa Arab yang disebut sebagai masyarakat jahili. Masyarakat kecil yang terbelakang telah dibangun spiritualnya dengan ajaran Islam sehingga mampu menaklukkan super power dunia seperti Romawi, Parsi dan Mesir saat itu. Jika spiritual Islam mampu melahirkan manusia-manusia unggul pada zaman dahulu, maka spiritual Islampun pasti akan mampu melahirkan manusia unggul kapan dan dimanapun, karena obyek Islam adalah manusia yang memiliki kesamaan karakteristiknya sepanjang zaman.

Spitualitas Islam yang lahir dari pengamalan ajaran Islam secara kontinyu akan mendorong lahirnya kecerdasan spiritual yang sekarang menjadi obyek penelitian para cendekiawan Barat dan mulai diaplikasikan dalam kehidupan sosial, perusahaan dan individu. Seseorang dapat merasakan kecerdasan spiritual Islam dengan syarat mereka menerima Islam dan menjalankan ajarannya sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Ciri Khas Kecerdasan Spritual Qur'aniCiri khas kecerdasan spiritual Islami memiliki keunikan tersendiri,

sebagaimana uniknya ajaran Islam. Dan ciri khas ini dapat dilihat dari perilaku dan kehidupan manusia-manusia agung Islam zaman pertama seperti Rasulullah dan para shahabatnya. Sebagaimana disebutkan dan digambarkan dengan indah di dalam al-Qur’an, diantaranya disebutkan dalam 48:29, 5;54, 23:1-9, dan lain-lainnya.

Demikian pula kecerdasan spiritual dapat dilihat pada generasi Islam yang telah berhasil membangun peradaban baru dunia yang menjadi mercusuar peradaban dunia. Dengan mengamalkan Islam secara benar mereka telah menghasilkan peradaban baru yang mengagumkan.

Sayyid Qutb dalam bukunya Maalim fi al-Thariq memberikan beberapa ciri khas generasi Islam terdahulu yang telah melahirkan kecerdasan spiritual Islam, diantaranya:

1. Mereka mempelajari Islam untuk mengamalkannya

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

228

Page 229: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

2. Menukar segala kejahiliyahan dengan keislaman3. Membangun kekuatan sosial sebagai cerminan Islam

Mengembangkan Model Kecerdasan Spiritual Qur'aniMengembangkan sebuah model Kecerdasan Spiritual yang

berdasarkan pada ajaran Islam bukanlah perkara baru dalam Islam, karena pada hakikatnya Islam sejak pertama kali diturunkannya memiliki misi untuk mengembangkan kekuatan spiritual manusia sehingga menjadi manusia unggul dalam arti sebenarnya.

Ada beberapa langkah utama yang mesti dijalankan dalam membangun sebuah model kecerdasan spiritual Islami agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan modern saat ini, diantaranya :

1. Mengidentifikasi ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan topic2. Mengidentifikasi hadits-hadits rasulullah3. Mengidentifikasi riwayat para shahabat4. Mengidentifikasi karya-karya agung ulama dan cendikiwan Muslim5. Mengidentifikasi karya-karya cendikiawan Barat6. Membangun dasar-dasar sebuah model kecerdasan spiritual Islami

Memang sejauh ini, khususnya di Indonesia belum ada para pakar yang serius mengadakan penelitian dan pengembangan teori-teori tentang kecerdasan spiritual ini. Namun dasar-dasar penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan para cendekiawan Barat dengan mengalami proses Islamisasi dan penyesuaian dengan kondisi masyarakat Indonesia, terutama tradisi dan sejarahnya yang berbeda dengan dinamika masyarakat Barat.

Bersambung………..

Menggagas Islam Universal:Yang Bukan Liberal Dan Tidak

Radikal (Liberal No - Radikal No)

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

229

Page 230: Menggagas Renaisan Menggapai Islam Universal

Menggagas Renaisan, Menggapai Islam Universal Pasca Liberal Dan Radikal

230