124
i MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU-GURU DI SD YPPK BILOGAI, PAPUA. S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik Oleh: Monika Wetipo NIM: 131124026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

i

MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN

GURU-GURU DI SD YPPK BILOGAI, PAPUA.

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Monika Wetipo

NIM: 131124026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Teruntuk yang terkasih kedua orang tuaku

Bapak Wekni Wetipo dan Ibu Ice Asso

bunda Vincentia Mamahit

Keluarga yang telah memberi semangat dan motivasi kepada penulis,

Teman-teman yang selalu membantu dan mendukung pembuatan skripsi,

Serta Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

v

MOTTO

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu

( 1Petrus 5:7 )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS

PELAYANAN GURU-GURU DI SD YPPK BILOGAI, PAPUA ”. Penulis

memilih judul ini berpangkal dari keprihatinan penulis akan kurangnya kesadaran

para guru untuk melayani berdasarkan spiritualitas guru. Hal ini terlihat dari

menurunnya kualitas pendidikan di pedalaman-pedalaman Papua khususnya di SD

YPPK Bilogai. Seperti guru yang tidak hadir di tempat dan tidak mengajar saat

jam pelajaran, akibatnya murid pulang cepat karena jam kosong. Padahal

masyarakat memandang para guru sebagai pelaku dan pengerak perubahan bagi

para murid ke arah yang lebih baik.

Permasalahan pokok dalam skripsi ini yaitu bagaimana upaya

mengembangkan dan mengaktualisasikan spiritualitas guru dapat dilakukan,

sehingga hal-hal yang menjadi penghambat dalam pelayanan para guru di SD

YPPK Bilogai dapat diatasi dengan semestinya. Untuk membantu para guru

sehingga mampu mengembangkan dan mengaktualisasikan spiritualitas guru

dalam kehidupannya, maka penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari

Kitab Suci, dokumen-dokumen gereja dan pandangan para Ahli. Hasil studi

pustaka tersebut menunjukkan bahwa para guru perlu mengembangkan dan

mengaktualisasikan spiritualitas pelayanan dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari perlunya para guru memiliki dan mengembangkan spiritualitas

tersebut, maka perlu diusahakan suatu upaya alternatif untuk meningkatkan dan

mengembangkan spiritualitas pelayanan guru di SD YPPK Bilogai.

Katekese Umat merupakan proses sharing pengalaman iman yang mampu

meneguhkan iman umat. Melalui katekese para guru diharapkan terbantu untuk

mendalami pesan Kitab suci sebagai sumber Spiritualitas. Salah satu model

katekese umat yang dapat membantu umat meningkatkan penghayatan iman

adalah model Shared Christian Praxis (SCP). Model SCP menekankan dialog dan

partisipasi supaya mendorong peserta untuk mengungkap visi dan misi hidup

dengan Visi dan Misi Kristiani sehingga mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan

Allah.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengusulkan katekese umat model

SCP untuk membantu para guru meningkatkan penghayatan spiritualitas

pelayanan guru dalam kehidupan sehari-hari. Para guru di SD YPPK Bilogai

diharapkan terbantu dalam mendalami pengalaman hidupnya berdasarkan wahyu

Allah sehingga para guru dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan

spiritualitas pelayanan guru di sekolah. Adapun tema umum yang diangkat

adalah “sepuluh keutamaan guru Kristiani”. Tujuannya adalah Membantu para

Guru memahami, mengembangkan, dan mengaktualisasikan peran mereka

sebagai guru Kristiani yakni yang dipanggil dan diutus untuk melayani dengan

spirit dari Allah, serta mampu menghayati identitas diri sebagai seorang Kristiani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

ix

ABSTRACT

This undergraduate thesis is titled “DEVELOPING TEACHERS

SPIRITUALITY OF MINISTRY AT YPPK BILOGAI, PAPUA ELEMENTARY

SCHOOL”. This title is chosen based on the author’s concern about the lack of

consciousness of the teachers to serve based on the teacher’s spirituality. This is

seen from the education’s quality decrease in the heart of Papua especially at

YPPK Bilogai Elementary School. For example some of the teachers are absence

from duty, so the students get home early because of an empty class. Besides the

people consider the teachers as the agents of change for the students for their

better future.

The main problem in this undergraduate thesis is how the effort to develop

and actualize teacher spirituality can be done, so that obstacles in teacher

ministry at YPPK Bilogai Elementary School can be solved well. To help the

teachers to be able to develop and actualize the spirituality of ministry in their

daily life, the author conduct’s a literature study which sourced from Bible,

eccleastical documents, and expert’s views. The literature study result shows that

the teachers need to develop and actualize the spirituality of ministry in their

daily life. Realizing the theachers’ need to have and develop that spirituality,

there is also a need for alternative effort to raise and develop teachers spirituality

of ministry at YPPK Bilogai Elementary School.

People Catechesis is a process to share expericences of faith which can

strenghten the faith of the people. By understand catechesis the teachers are

expected to explore the message of the Bible as one of the spirituality source’s.

One of the catechesis which can help people raise to live out the faith is Shared

Christian Praxis (SCP) model. The SCP model emphasizes dialogue and

participation in order to encourage the audience to dialogal their vision and

mission of life with the Christian Vision and Mission so can realize the values of

The Reign of God.

Based on the explanation above, the author suggest’s the SCP model for

catechesis to help the teachers raise their living out the teacher’s spirituality of

ministry in the is daily life. The teachers at YPPK Bilogai Elementary School are

expected helped to deepen their life experience based on God’s revelation so that

they can develop and actualize the teacher spirituality of ministry at school. The

author suggest’s “ten Christian teacher virtues” is the theme for SCP. The

purpose is to help the teachers understand, develop, and actualize their role as

Christian teachers who are called and sent to serve with spirit from God, and able

to live the identity as a Christian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa, karena berkat kasih dan penyertaan-Nya,

penulis dapat menyeslesaikan skripsi yang berjudul MENGEMBANGKAN

SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU-GURU DI SD YPPK BILOGAI.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah dan untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak. Pada kesempatan ini penulis

dengan sepenuh hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama

Katolik yang telah memberikan motivasi, masukan, kritikan dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

2. Dr. I. L. Madya Utama S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah

memberikan perhatian, memberikan semangat, meluangkan waktu dan

membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan-masukan

dan kritikan-kritikan terlebih selalu mendampingi sehingga penulis dapat

semkin termotivasi dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga

akhir penulisan skripsi ini.

3. Drs. L. Bambang Hendarto Y., M.Hum selaku dosen penguji II sekaligus

dosen pembimbing akademik yang penuh kesabaran dan perhatian

memberikan semangat, dukungan, perhatian dan selalu mengingatkan penulis

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak M. Ariya Seta, S.Pd., M.Theo selaku dosen penguji III yang penuh

perhatian memberi masukan, kritikan dan mengarahkan penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap dosen dan staf karyawan Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan dukungan

dan semangat kepada penulis selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………………..

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………...

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………....

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………....

HALAMAN MOTTO……………………………………………………....

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………...

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKAS…………………………..

ABSTRAK………………………………………………………………….

ABSTRACT………………………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………...

DAFTAR ISI………………………………………………………………..

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….

A. Latar Belakang…………………………………………………...

B. Rumusan Permasalah…………………………………………….

C. Tujuan Penulisan………………………………………….……...

D. Manfaat Penulisan………………………………………..……...

E. Metode Penulisan………………………………………………...

F. Sistematika Penulisan…………………………………………….

BAB II. SPIRITUALITAS KRISTIANI……………………………………

A. Spiritualitas…………………………………………….……...…

1. Pengertian Spiritualitas…………………………………….…

2. Spiritualitas Kristiani…………………………………………

3. Spiritualitas Guru Katolik……………………………………

a. Kesetiaan terhadap Tuhan………………………………..

b. Kesetiaan terhadap Sabda………………………………...

c. Kesetiaan terdadap Murid……………………………….

d. Kesetiaan terhadap Situasi Konkret……………………..

B. Peran Spiritualitas Dalam Mewujudkan Visi Dan Misi SD YPPK

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xii

1

1

5

5

6

6

6

8

8

8

12

14

15

17

17

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

xiii

Bilogai, Papua……………………………………………………

C. Memelihara Spiritualitas ………………………………………..

1. Meditasi dan Kontemplasi……………………………………

2. Keterlibatan dan kepedulian sosial…………………………...

3. Hidup saling menopang………………………………………

4. Mempertajam visi pelayanan…………………………………

5. Mencari dan membangun teman seperjuangan………………

6. Menciptakan simbol atau tema perjuangan…………………..

D. Kesimpulan………………………………………………………

BAB III. SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU KRISTIANI……….

A. Identitas Guru Kristiani …………………………………………

B. Pelayanan Guru Kristiani………………………………………...

1. Siap Sedia…………………………………………………….

2. Totalitas………………………………………………………

3. Cura Personalis………………………………………………

4. Kerja Keras dan Mutu………………………………………..

5. Sense of beloging / Tanggung jawab…………………………

6. Melayani dengan rendah hati………………………………...

7. Bijaksana …………………………………………………….

8. Memperjuangkan Kebenaran ………………………………..

9. Mudah Bersyukur…………………………………………….

10. Berpengharapan………………………………………………

C. Tujuan Pelayanan………………………………………………...

D. Guru Kristiani Sebagai Pendidik…………………………………

E. Kesimpulan…………………………………………………….…

BAB IV. UPAYA-UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS

PELAYANAN GURU………………………………………….

A. Katekese Sebagai Salah Satu Upaya Mengembangkan

Spiritualitas Pelayanan Guru……………………………………

1. Pengertian tentang Katekese…………………………………

19

21

21

22

22

22

23

23

23

26

26

28

31

32

33

34

35

36

37

38

38

39

40

42

44

46

46

46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

xiv

2. Tujuan Katekese……………………………………………...

3. Proses Katekese ……………………………………………...

B. Shared Christian Praxis: Salah Satu Model

Katekese……………………………………………………........

1. Pengertian shared Christian praxis…………………………..

a. Shared…………………………………………………….

b. Christian………………………………………………….

c. Praxis……………………………………………………..

2. Langkah Katekese Umat model Shared Christian Praxis…….

a. Langkah 0 (Awal)………………………………………...

b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual….

c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta…….

d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Peserta……………………………………………………

e. Langkah IV: menerapkan Iman Kristiani dalam situasi

konkrit peserta……………………………………………

f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkrit………...

C. Usulan Program Pengembangan Spiritualitas Pelayanan Guru Di

SD YPPK Bilogai…………………………………………………...

1. Pemikiran Dasar Program……………………………………….

2. Tema Program…………………………………………………...

3. Program peningkatan spiritualitas guru katolik di SD YPPK

Bilogai…………………………………………………………...

4. Contoh persiapan Katekese Umat model Shared Christian

Praxis……………………………………………………………

BAB V. PENUTUP…………………………………………………………

A. Kesimpulan……………………………………………………….

B. Saran……………………………………………………………...

1. Bagi Sekolah………………………………………………....

2. Bagi Guru……………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

49

52

54

55

55

56

58

59

59

61

62

65

66

68

71

71

72

74

87

100

100

102

102

103

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

xv

LAMPIRAN………………………………………………………………..

Lampiran 1: Cerita Ilustrasi …………………………………………

Lampiran 2: Lagu pembuka dan Penutup……………………………

Lampiran 3:Doa Mohon Tanggung Jawab…………………………..

(1)

(2)

(3)

(4)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka membebaskan

manusia dari berbagai persoalan yang melingkupinya dan mempertemukan

manusia dengan kodrat sejatinya, yakni kemanusiaan. Paulo Freire dalam Yunus

(2002: 4) mengatakan, pendidikan adalah salah satu upaya pengembalian fungsi

manusia agar terhindar dari berbagai keterbelakangan, maka pendidikan harus

menjadi alat pembebasan.

Mutu dan kualitas pendidikan dapat dilihat dari sejauh mana suatu bangsa

membangun manusia untuk membebaskan diri dan lingkunganya. Pelaku yang

akan berperan aktif yaitu guru sendiri dalam hal memberi hati dan kehadirannya

untuk terus melayani. Lain persoalan kalau berbicara mengenai kompetensi

(mutu) atau kualitas guru yang ada di Kabupaten Intan Jaya, Papua, hingga saat

ini, lebih-lebih di pedalaman Bilogai.

Kompetensi tenaga pengajar di Intan Jaya terlihat pada kualitas lulusan

siswa-siswi. Banyaknya jumlah siswa-siswi tamatan Sekolah Dasar maupun

Sekolah Menengah Pertama di Pedalaman yang tidak bisa membaca dan menulis.

Ketahanan dan kesediaaan hati guru untuk tetap bertahan di pedalaman sangat

kurang. Hal ini disebabkan karena banyak faktor seperti medan tempat tugas,

iklim yang cukup dingin, fasilitas yang tidak ada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

2

2

Dari kisah guru dalam buku karangan Samuel Asse Bless, yang namanya

guru mangkir, yaitu tidak menjalankan kewajiban sebagai pengajar alias

meliburkan diri, sudah lazim terjadi di Sekolah Dasar di Papua khususnya di

pedalaman. Maka tidak heran kalau banyak anak lulusan SD di Pedalaman Papua

tidak fasih bahkan tidak bisa membaca, menulis dan berhitung dengan baik.

Meskipun sedikit jumlah gurunya kita masih bisa menemukan guru yang

mempunyai motivasi kuat untuk menjadi guru dan bukan sekedar mendapat

pekerjaan namun demi mendidik dan membimbing anak-anak. Menurut salah satu

kisah seorang guru, kesulitan yang ia alami menjadi guru di pedalaman adalah

tidak bisa mengandalkan gaji dan fasilitas. Gaji dan fasilitas sangat minim, bahkan

tidak mencukupi untuk hidup di Pedalaman yang semuanya serba mahal.

Pemberian gaji yang sering terlambat juga menjadi suatu hal yang biasa terjadi.

Uang lauk-pauk dan insentif sudah lama tidak diterima. Oleh karena itu, guru

harus mencari tambahan uang sendiri dengan membuat kebun sehingga dapat

memenuhi kebutuhan harian. Selain itu di pedalaman tidak ada listrik dan tidak

ada buku, fasilitas penunjang belajar sangat minim. Keterbatasan sarana dan

prasarana juga menghambat proses belajar mengajar di Pedalaman. Keterbatan itu

juga membuat guru mengalami kesulitan untuk menyiapkan bahan mengajar.

Mengajar dan mendidik sangatlah berbeda maka guru di Pedalaman tidak

hanya dituntut untuk mengajar namun juga mendidik. Mendidik berarti

menyampaikan pengetahuan tetapi juga membuat anak bisa berkembang sesuai

potensi yang dimilikinya. Maksudnya banyak guru sekarang yang hanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

3

3

mengutamakan mengajar, tetapi tidak lagi mau berpikir bagaimana membuat

anak-anak tumbuh dan berkembang sesuai potensi dan karakternya.

Situasi kurang menguntungkan bagi guru yang mengajar di Pedalaman.

Mereka harus menghadapi iklim Pedalaman yang dingin, jarak dan jalan yang

jauh dan rusak. Selain itu transportasi yang sulit serta sangat mahal dengan kata

lain transportasi bagi guru di Pedalaman tidak ada. Selain kesulitan – kesulitan

tersebut ada hal lain juga yang membuat guru memilih untuk ke kota yaitu

program sertifikasi menambah alasan bagi guru untuk pergi ke kota. Sekarang

banyak guru yang melanjutkan kuliah untuk mengejar titel, tapi sayangnya

banyak guru kemudian tidak mau lagi ditempatkan di Pedalaman dan mereka

lebih memilih untuk mengajar di kota. Sementara guru yang bertugas di

Pedalaman akhirnya juga lebih banyak pergi ke kota dan meninggalkan kewajiban

mengajar.

Nasib pendidikan di Bilogai masih sangat memprihatinkan. Di sini seorang

guru harus beperan aktif untuk sebuah kemajuan, di antaranya memberikan

hatinya untuk anak-anak didik. Pendidikan di Papua, terutama di daerah

pegunungan begitu memprihatinkan, salah satu penyebabnya adalah oknum guru

yang tidak pernah memberikan hatinya secara sungguh-sungguh untuk mendidik

anak-anak yang tidak berdaya. Ini harus menjadi perhatian yang serius dari

seluruh komponen, baik pemerintah maupun masyarakat setempat.

Mengingat kembali tugas dan tanggung jawab guru yang sesungguhnya

yaitu mampu hadir dan memberi pelayanan yang terbaik bagi para muridnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

4

4

sehingga hidup muridnya tidak begitu-begitu saja maksudnya bahwa tidak

mengalami ketinggalan pengetahuan dan pola pikir yang sempit melainkan

mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Pendidikan di Bilogai bisa maju,

jika seorang guru betul-betul hadir untuk membangun anak-anak Pedalaman

Bilogai dan punya hati untuk merubah wajah pendidikan Papua khususnya di

pedalaman Bilogai-Intan Jaya yang cukup lama kurang diperhatikan. Pendidikan

Dasar menjadi pintu untuk merajut masa depan yang lebih baik.

Dalam melaksanakan aktivitasnya, guru tidak berhenti hanya pada aspek

pengetahuan saja, tetapi perlu menekankan perilaku hidup jujur. Permasalahan

mengerucut ketika para guru meninggalkan tempat tugas dan tinggal di kota.

Ironisnya, walaupun mereka tidak mengajar, gaji tetap diterima dan setelah

menerima gaji langsung kembali ke kota lagi. Padahal guru sebagai pendidik

memahami bahwa tujuan akhir dari pembangunan karakter terjadi apabila setiap

orang mencapai titik di mana berbuat baik menjadi suatu habitus bagi peserta

didik.

Berangkat dari situasi di atas, penulis merasa tertarik untuk mendalami

Spiritualitas Sang Guru yakni Yesus Sendiri yang siap sedia dan setia

menjalankan tugas. Bahkan memberikan diri-Nya untuk dikorbankan. Saat ini pun

masyarakat Papua khususnya orang di Bilogai membutuhkan pendidik yang

demikian, dan sekarang ini kita yang mempunyai tugas sebagai guru-yang berarti

juga sebagai pendidik yang punya karakter kuat dan kedalaman hidup seperti

diteladankan oleh Sang Guru Sejati. Di samping itu sebagai guru di pedalaman

seharusnya mampu memiliki karakter kuat dan kedalaman hidup sehingga mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

5

5

hadir dan tabah mengajar di pedalaman. Kiranya melalui skripsi ini, para pembaca

khususnya guru-guru di Bilogai-Intan Jaya, dapat memahami tugas sejatinya

sebagai seorang guru dan memberi spirit. Kenyataan ini mendorong penulis untuk

memilih judul: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU-

GURU DI SD YPPK BILOGAI.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan berikut:

1. Bagaimana sebaiknya spiritualitas pelayanan guru Kristiani dipahami oleh

guru-guru di SD YPPK Bilogai, Papua?

2. Keutamaan–keutamaan pokok apa yang perlu dihayati sebagai seorang guru

di SD YPPK Bilogai, Papua?

3. Usaha–usaha apa yang dapat dilakukan agar mereka dapat menghayati

spiritualitas pelayanan guru?

C. Tujuan Penulisan

1. Memperoleh pemahaman tentang spiritualitas pelayanan guru Katolik.

2. Menemukan unsur atau keutamaan pokok yang perlu diperhatikan untuk

menghayati panggilan sebagai guru.

3. Memberikan sumbangan kepada para guru di SD YPPK Bilogai, Papua

dalam menghayati spiritualitas pelayanan guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

6

6

D. Manfaat Penulisan

1. Membantu penulis memahami spiritualitas guru Katolik.

2. Memberi sumbangan konseptual mengenai Spiritualitas pelayanan guru

Katolik khususnya di daerah Pedalaman Papua.

3. Membantu para guru di SD YPPK Bilogai, Papua untuk memahami

Spiritualitas pelayanan guru Katolik sehingga mereka mampu menerapkannya

dalam tugas mereka.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif artinya

memberi penggambaran secara nyata tentang keadaan para guru dalam

mengembangkan spiritualitas pelayanan dalam bertugas di Pedalaman Bilogai.

Untuk itu penulis melakukan studi pustaka, sebagai upaya untuk menyumbangkan

wawasan dan pemahaman penting tentang spiritualitas guru bagi guru di SD

Bilogai.

F. Sistematika Penulisan

Tulisan ini mengambil judul “Mengembangkan Spritualitas Pelayanan

Guru-guru di SD YPPK Bilogai.” Untuk mencapai Tujuan tersebut penulisan

skripsi ini terdiri dari lima bab yang isinya sebagai berikut:

Bab I: Merupakan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

7

7

Bab II: Membahas gambaran Spiritualitas Kristiani secara umum dan

spiritualitas Guru Katolik.

Bab III: Membahas Spiritualitas Pelayanan Guru Katolik. Pembahasan

dalam bab ini memberi gambaran tentang Identitas Guru Kristiani, Pelayanan

Guru serta keutamaan-keutamaan dalam melayani dan spiritualitas guru sebagai

pendidik di sekolah katolik.

Bab IV: Menyampaikan upaya- upaya pengembangan Spiritualitas

Pelayanan Guru di SD YPPK Bilogai. Penulis akan mengemukakan katekese yang

merupakan salah satu upaya mengembangkan spiritualitas pelayanan guru dan

usulan program pengembangan spiritualitas pelayanan guru di SD YPPK Bilogai

dengan contoh persiapan katekese.

Bab V: Berisi kesimpulan dan saran. Dalam kesimpulan penulis akan

mengungkapkan beberapa hal penting berkaitan dengan pokok permasalahan

penulisan skripsi ini. Penulis memberi saran guna memanfaatkan hasil karya ini

untuk mengembangkan spiritualitas pelayanan guru di SD YPPK dan pedalaman

sekitarnya dengan belajar dan menggali inspirasi dari Yesus Sang Maha Guru

Sejati.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

8

8

BAB II

SPIRITUALITAS KRISTIANI

Dalam bab sebelumnya penulis menjabarkan tentang latar belakang

Spiritualitas Guru yang ada di Pedalaman Bilogai-Papua. Dalam bab ini

pembahasan tentang spiritualitas dan khususnya Spiritualitas Kristiani akan dibagi

menjadi tiga bagian. Dalam bagian pertama akan diulas mengenai pengertian

tentang spiritualitas, lalu bagian yang kedua peran spiritualitas dalam

mewujudkan visi dan misi, kemudian diakhiri dengan pembahasan tentang

memelihara spiritualitas.

A. Spiritualitas

1. Pengertian Spiritualitas

Widi Artanto, (2012: 7) mengatakan bahwa: “Kata Spiritualitas ada hubungannya

dengan kata spirit atau Roh, yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau

menggerakkan.” Roh yang menghidupkan dan menggerakkan itu memberikan

daya tahan dan kekuatan kapada setiap orang sehingga mampu melaksanakan

tugas sesuai tanggung jawab masing-masing. Spiritualitas ini dapat dimiliki oleh

semua kelompok atau golongan yang sedang berjuang untuk mencapai tujuan atau

cita-cita mereka. Memiliki spiritualitas merupakan sebuah langkah untuk menuju

ke keselamatan seluruh ciptaan Allah. Hal ini merupakan visi untuk mewujudkan

kerajaan Allah. Visi tentang kerajaan Allah berkaitan dengan panggilan dan

perutusan dari Allah sendiri. Setiap orang dipanggil untuk ikut serta dalam

perutusan untuk mewujudkan kerajaan Allah sehingga dalam melaksanakan tugas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

9

9

perutusan umat Allah membutuhkan kekuatan atau roh untuk tahan uji. Roh

Allahlah yang memampukan setiap orang menciptakan kerajaan Allah

(Banawiratma, 1990: 57-61).

Ismail dalam Natar (2012: 8) mengatakan bahwa “spiritualitas” adalah

kualitas hidup seseorang sebagai hasil dari kedalaman pemahamannya tentang

Allah secara utuh. Spiritualitas juga merupakan model hidup sehari-hari yang

merupakan hasil dari relasi kita dengan Yesus, selain itu kedekatan dan keakraban

relasi kita dengan Yesus secara transenden. Hal in nampak dalam kehidupan

konkret kita sehari-hari melalui hubungan dan relasi kita dengan sesama lewat

sikap dan tindakan yang menampilkan kehadiran Yesus.

C.S. Song, yang dalam Natar (2012: 8) mengatakan bahwa “spiritualitas”

sebagai totalitas keberadaan manusia yang menyatakan diri di dalam cara-cara

hidup, model-model berpikir, pola tindakan dan tingkah laku serta sikap-sikap

manusia di hadapan sang Misteri yaitu Allah sendiri yang hadir di dunia kita dan

mengarahkan kita kepada yang tertinggi melebihi segala yang tinggi, kepada Sang

Terang yang melebihi segala terang. Dalam Injil kita mendengar totalitas

kehidupan manusia itu lewat sabda Yesus, “carilah dulu Kerajaan Allah dan

kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat.6: 33).

Mencari Kerajaan Allah berarti hidup secara total dalam perjumpaan dengan

Allah yang menjadi “Raja”, Yang Tertinggi, Yang Terdalam, Sang Terang itu

sendiri. Dengan demikian kita tidak dimangsa oleh sikap untuk menjadi hal-hal

yang sebenarnya hanya “tambahan” menjadi yang utama dalam kehidupan kita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

10

10

Rahner yang dalam Natar (2012: 9) mengatakan bahwa spiritualitas adalah

bentuk kreatif dari eksistensi kekristenan. Kreativitasnya terletak pada hubungan

antara manusia sebagai umat dengan Allahnya. Jadi, spiritualitas tidak hanya

berkaitan dengan penghayatan rohani orang Kristen tetapi mengangkut totalitas

kehidupan orang Kristen.

Nouwen dalam Natar (2012: 9-10) mengatakan bahwa spiritualitas adalah

proses “pergi dan pulang”. Pergi untuk berjumpa dengan Allah kemudian pulang

ke dunia untuk berjumpa dengan manusia yakni (diri sendiri atau orang lain)

dengan segala pergumulannya. Spiritualitas seperti ini sangat jelas nampak dalam

Pribadi Yesus yang seharusnya juga nampak dalam pribadi setiap pengikut-Nya

khususnya para guru. Karena spiritualitas bersumber dalam perjumpaan dengan

Allah, maka spiritualitas itu nampak dalam bentuk dan tindakan yang nyata dari

seseorang dalam kesehariannya, yaitu doa, persekutuan, keheningan, dan

perbuatan misalnya berani menolong, tanggung jawab dengan tugas,. Oleh karena

itu, spiritualitas digambarkan sebagai suatu gerakan pergi-pulang. Yang dimaksud

dengan pergi ialah pergi dari tengah-tengah kehidupan yang ramai, menarik diri,

mencari keheningan dan hadirat Tuhan.

Kemudian yang dimaksud dengan pulang ialah kembali ke tengah-tengah

kehidupan yang ramai di mana kita bertemu dengan banyak orang, untuk

melaksanakan tugas panggilan kita: ikut menderita bersama-Nya di dunia ini.

Tuhan sendiri telah memberi contoh kepada kita dengan mengutus Putra-Nya ke

tengah-tengah dunia melalui kelahirannya di Betlehem. Sebagai anak Allah Ia

hidup di dunia untuk melaksanakan kehendak Bapa. Dan demikian seterusnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

11

11

sampai Ia mengalami puncak spiritualitas-Nya ketika Ia menderita bersama

manusia dan memberikan diri-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Dalam

pengalaman spiritualitas pergi-pulang Yesus tetap mencintai dunia, menderita

bersama dunia yang menderita dan dengan begitu Yesus melayani dunia.

Selain itu dalam Ensiklopedi Popular tentang Gereja, Hardawiryana (1993:

261-262) mengatakan spiritualitas sebagai kehidupan rohani dan perwujudannya

dalam berpikir, marah, berdoa dan berkarya. Dasarnya adalah kehadiran dan

kegiatan Roh Kudus dalam orang beriman. Spiritualitas terarah kepada

penyerahan kepada Allah. Penyerahan diri artinya mau membuka hati kepada Roh

Kudus sehingga Roh Kudus sendiri masuk dan bekerja seturut kehendak Allah

sebagai pengutus Roh Kudus. Dengan demikian semua yang terlaksana sungguh

seturut kehendak Allah. Spiritualitas juga berhubungan dengan eksistensi orang

Kristiani yang nampak dalam kehadiran dan kegiatan Roh Kudus dalam setiap

orang beriman.

Spiritualitas merupakan kesadaran dan sikap hidup manusia untuk tahan uji

dan bertahan dalam mewujudkan tujuan dan pengharapan. Spiritualitas bisa

menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi penganiayaan, kesulitan, penindasan

dan kegagalan yang dialami oleh orang atau kelompok yang sedang mewujudkan

cita-cita atau tujuan hidupnya. Pengertian spiritualitas di sini ialah seluruh

kenyataan hidup yang mencerminkan nilai-nilai hidup berdasarkan iman yang

dihayati, sikap-sikap atau keutamaan-keutamaan hidup yang mendukung untuk

mewujudkan nilai-nilai hidup tersebut, dan tingkah laku pilihan-pilihan konkret

beserta tindakan-tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai hidup tersebut. Secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

12

12

singkat yang dimaksud dengan spiritualitas ialah kenyataan konkret hidup yang

mencangkup keyakinan iman, keutamaan beserta perwujudannya (Banawiratma,

1990: 57-58).

2. Spiritualitas Kristiani

Spiritualitas Kristiani merupakan suatu cara hidup yang dikuasai oleh Roh

Kudus yang berasal dari Kristus. Kristus sebagai sumber pendukung dan

penggerak hidup manusia. Roh Kudus berkarya dalam diri manusia. Manusia

sebagai makhluk rohani mau mengemukakan bahwa manusia sanggup

berhubungan dengan Sang Sumber hidupnya, sehingga manusia pun menerima

kekuatan dari Kristus melalui Roh Kudus. Roh Kudus merupakan daya kekuatan

Allah yang mengangkat dan mengarahkan hidup manusia.

Kristus diutus Bapa untuk menyelamatkan umat-Nya. Tugas perutusan ini

dilaksanakan dengan penuh perjuangan selama perjalanan hidup-Nya. Kristus

mengawali dengan meninggalkan tahta kemuliaan-Nya untuk menjadi sama

dengan manusia (Flp 2: 6-7). Perjalanan ini menuntut suatu perjuangan yang tidak

ringan, sejak dari lahir di kandang sampai wafat di salib. Meskipun demikian

Yesus tetap maju terus berjuang demi keselamatan manusia, sesama-Nya. Yesus

tetap kuat dan setia dalam berjuang karena spiritualitas yang dimiliki-Nya. Yesus

sungguh mengambarkan spirit yang berasal dari Bapa (Heuken, 2002: 11-13).

Orang Kristen mempercayakan seluruh perjalanan hidupnya kepada Yesus.

Seluruh kehidupan Yesus merupakan usaha untuk selalu mencari Allah. Oleh

Yesus, usaha ini ditempuh dengan cara berperan serta dalam hidup orang lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

13

13

hidup dalam pengabdian demi keselamatan sesama. Untuk itu, setiap orang

Kristen perlu hidup seturut teladan Yesus, berjuang dalam kesatuan dengan Bapa

dan bersama Yesus. Dengan demikian spiritualitas Yesus menjadi spiritualitas

setiap orang Kristen termasuk bagi para guru. Menjadi orang Kristen tidaklah

semata-mata menjadi penyembah Kristus dan menyeru “Tuhan, Tuhan”. Makna

menjadi pengikut Kristus terwujud dalam turut melakukan apa yang sudah

dilakukan oleh Kristus dengan maksud meneladani dalam mewartakan kerajaan

Allah yang sudah dimulai oleh sang Guru sejati. Tentunya dengan spirit yang

sama pula yaitu spiritualitas Kristiani sehingga mampu mewartakan dengan total

sesuai dengan tugas dan kewajiban (Banawiratma, 1990: 32).

Roh Kudus memimpin kita sesuai kebenaran yang datang dari Allah dan

menerapkannya dalam kehidupan kita. Ketika itu terjadi, maka orang percaya

memutuskan untuk mengijinkan Roh Kudus berkuasa dalam hidupnya.

Spiritualitas itu nampak ketika orang percaya yang sudah dilahirkan kembali

melalui pembaptisan itu mengizinkan Roh Kudus memimpin dan menguasai

hidupnya. Dengan demikian, ketika setiap orang yang membuka hati dan

membiarkan Roh Kudus memimpin setiap karya pelayanannya maka yang ia

sebarkan adalah kebenaran dari Allah sendiri yang menjadi Sang Kebenaran.

Rasul Paulus meminta orang percaya untuk “dipenuhi Roh Kudus”. “Dan

jangan kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi

hendaknya kamu penuh dengan Roh” (Ef. 5: 18). Penuh dengan Roh Kudus

berarti mengizinkan Roh Kudus mengusai kita dan tidak menaklukkan diri kepada

keinginan duniawi. Maka seseorang akan mampu berkata dan bertindak dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

14

14

baik seturut dengan apa yang dikehendaki Bapa sendiri. Karena itu spiritualitas

Kristiani adalah pilihan yang kita ambil untuk mengenal dan bertumbuh dalam

hubungan sehari-hari dengan Yesus Kristus, dengan menaklukkan diri kepada

bimbingan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Hal ini berarti bahwa sebagai orang

percaya sekaligus orang Kristiani, kita memutuskan untuk menjaga komunikasi

dengan Roh Kudus untuk tetap terbuka (KWI-Iman Katolik, 1996: 301-303).

3. Spiritualitas Guru Katolik

Pengertian Spiritualitas guru awam yang dimaksud dalam bagian ini adalah

spiritualitas awam yang dihayati di sekolah Katolik. Dengan ini, mereka dipanggil

untuk semakin menjadi orang Kristiani. Oleh karena itu, sebagai guru Katolik

hendaknya meneladani sikap dan semangat Yesus agar senantiasa berusaha

mewujudkan kehendak-Nya.

Yesus telah memberi teladan kepada kita bahwa semua karya-Nya

dilaksanakan atas dasar cinta. Ia meninggalkan tahta kemuliaan-Nya, hidup

bersama manusia dan melayani sampai sehabis-habisnya. Karena itu sebelum

melaksanakan tugas, Yesus mohon kekuatan dari Bapa-Nya (Mat. 4:1-11; Luk.

6:12). Dalam pelaksanaan tugas Yesus berdoa bagi umat kesayangan-Nya bahkan

umat lainnya (Yoh. 17:1-26). Tugas penyelamatan dilaksanakan Yesus dengan

penuh pengorbanan. Yesus menjadi seorang pelayan yang setia sampai mati.

“Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan

memberi nyawa-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk. 10:45).

Guru Katolik hendaknya memiliki sikap pelayan sebagaimana dimiliki Yesus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

15

15

Tugas yang dikerjakan merupakan ungkapan cintanya kepada Yesus sehingga

cinta itu pula yang akan mewarnai hubungan antara guru dengan anggota

komunitas yang lain, khususnya antara guru dan siswa. Oleh karena itu, antara

anggota komunitas terjalin hubungan cinta, dan terbukalah jalan terwujudnya

Kerajaan Allah (Gitowiratmo, 1994: 150).

Menurut Sebastian, (1988: 138-144), seorang guru Katolik memiliki dasar

yang kokoh dalam pelayanannya kepada Tuhan dan sesama. Hal itu nampak

dalam kualitas hidup sebagai berikut :

a. Kesetiaan terhadap Tuhan

Kesetiaan seorang guru sejati ditampilkan dalam kesedian-Nya untuk selalu

berdiri di pihak Allah yang mengusahakan kesejahteraan manusia. Bagi guru

Kristiani hal itu berarti mengusahakan kemajuan anak didiknya. Allah merupakan

nilai tertinggi, konstan dan abadi, bagi hidup dan perutusan seorang guru

Kristiani. Allah menjadi sumber kuasa dan wobawa dalam tugas pelayanan

sebagai guru.

Sikap dasar pengajaran Yesus menjadi sikap dasar seorang guru Kristiani,

sehubungan dengan ikatannya yang ekslusif dengan karya Allah Bapa. “Anak

tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jika ia tidak melihat Bapa

mengerjakannya, sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan anak”

(Yoh. 5:19). Terlepas dari Bapa, Yesus tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Nya

sendiri. Kesetiaan Yesus terhadap Bapa terwujud dalaM kesetiaan melaksanakan

tugas perutusan secara tolal hingga wafat di salib. Kesetiaan terhadap Tuhan Allah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

16

16

berarti kepatuhan yang sungguh terhadap perutusan Allah sendiri. Integritas

seorang guru terhadap ajaran dan karya Allah mencerminkan penyertaan total

terhadap pembinaan Allah bagi manusia. Maka seorang guru turut membantu

Karya Allah dalam bidang pendidikan. Kesetiaan kepada Allah melalui kesediaan

diri untuk mendengarkan ajaran-Nya lewat Sabda.

Demi perkembangan tugas pelayannya, guru Katolik juga diharapkan

menyadari bahwa dirinya dipanggil untuk senantiasa bertumbuh, memupuk

kesatuan dengan Kristus, dan menemukan kehendak Allah dalam hidup serta

keterlibatannya dalam dunia. Dekrit Apostolicam Actuositatem tentang Kerasulan

Awam art 4 menegaskan bahwa kesuburan kerasulan tergantung dari persatuan

mereka dengan Kristus yang memang perlu untuk hidup, menurut sabda Tuhan:

“Barang siapa tinggal dalam Aku dan Aku dalam dia, ia menghasilkan buah

banyak, sebab tanpa Aku kamu tidak dapat berbuah apa-apa”(Yoh. 15:5).

Dalam rangka memupuk kesatuan dengan Yesus, para guru Katolik perlu

juga meneladani Yesus terlebih dalam melaksanakan tugas keguruan yang

dilaksanakan-Nya. Dalam mengajar Yesus mengenal orang yang dilayani-Nya,

mementingkan hubungan pribadi, ada kesesuaian antara ucapan dan perbuatan-

Nya. Pengajaran-Nya sederhana, realistis, mudah ditangkap oleh para murid serta

menggunakan metode yang bervariasi dan kreatif. Kecuali itu, kesetiaan pada

tugas juga menjadi sikap Yesus. Hal ini terlaksana karena Yesus selalu menyadari

bahwa Ia diberi tugas oleh Bapa (Yoh. 10:18b) (Sebastian, 1988: 138-144).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

17

17

b. Kesetiaan terhadap Sabda

“Allah dan Kerajaan-Nya merupakan nilai tertinggi yang menjadi dasar

hidup serta pengabdian seorang guru Kristiani. Nilai itu hanya bisa dicapai dengan

titian satu-satunya ialah “jalan Allah” sendiri yaitu Yesus Kristus sebagai jalan

kebenaran dan hidup (Yoh. 14:6). Kesetiaan terhadap “jalan Allah”

mengakibatkan suatu bentuk hidup sesuai dengan “jalan “ itu sendiri. Bukan lagi

aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku (Gal. 2:20),

bukan berarti pertama-tama suatu kesadaran bahwa seorang guru adalah pengganti

Yesus, melainkan bahwa Kristus Yesus meneruskan karya-Nya sebagai guru

lewat hidup dan pelayanan seorang guru. Kesetiaan seorang guru terletak dalam

kejujuran dan kesediaan menjadi “jalan” Allah dan bukan menjadi tujuannya

sendiri. Kejujuran merupakan daya tarik yang kuat bagi seorang guru dalam

rangka menyampaikan setiap pengajarannya, sedangkan kesediaan merupakan

kunci utama pribadi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya (Sebastian, 1988:

138-144).

c. Kesetiaan terhadap Murid

Kesetiaan Yesus terhadap murid-murid-Nya terungkap jelas dalam doa-Nya

kepada Bapa bagi para murid, dengan mengenalkan Allah Bapa dan Yesus Kristus

sendiri sebagai utusan Bapa. Puncak kesetiaan Yesus kepada murid-murid-Nya

terwujud dalam memberikan nyawa-Nya kepada para murid-Nya dengan wafat di

kayu salib. Dengan melihat kesetiaan Yesus kepada para murid para guru

Kristiani diharapkan belajar dari kesetiaan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

18

18

Seorang guru Kristiani sekaligus juga seorang pendoa yang sejati.

Perkembangan murid bukan pertama-tama terletak dalam karyanya, jasanya,

maupun usahanya, melainkan terutama dalam karya Allah yang menawarkan kerja

sama kepada para guru tanpa melupakan ruang pribadi murid itu sendiri.

Keberhasilan yang diperoleh murid boleh menjadi kebanggaan bagi seorang guru

namun bukan karena pertama-tama usaha dan perjuangannya, melainkan karena

penyelenggaraan Allah dalam kerja sama dengan usaha guru dan murid sendiri.

Keterlibatan dalam karya Allah secara total merupakan ciri seorang guru Kristiani.

Guru sejati tidak akan mencari untung dari muridnya melainkan menyalurkan

kekayaan dan kehidupan kepada para murid lewat penyaluran ilmu yang telah

dimiliki dan dikembangkannya (Sebastian, 1988: 138-144).

d. Kesetiaan terhadap Situasi Konkret

Kesungguhan seorang guru dalam menyalurkan ilmu dan informasi

sebagaimana penyaluran milik pribadinya menjadi salah satu dasar spiritualitas

pelayanan seorang guru Kristiani. Kesetiaan terhadap situasi konkret dari pihak

guru Kristiani pertama-tama terletak dalam kesungguhannya dalam melaksanakan

segala sesuatu yang diajarkannya. Dengan kesungguhan hati dan niat yang kuat,

seorang guru mampu menyesuaikan dirinya dalam situasi konkret yang buruk

maupun yang baik. Sikap seperti itu Sehingga guru tersebut sungguh-sungguh

hadir dan memberikan dirinya untuk mentranfer ilmu atau informasi kepada para

muridnya sampai ke kedalaman hati para murid (Sebastian, 1988: 138-144).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

19

19

Kesetiaan seorang guru juga terletak dalam relasi pribadinya sebagai guru

dengan sebutan guru. Peranan seorang guru yaitu menyadarkan diri seseorang atau

membantu seseorang untuk masuk dalam realitasnya sendiri dengan kehadiran dan

sapaannya yang menyentuh. Situasi konkret para murid mengundang seorang guru

untuk melaksanakan misinya yang terutama, yaitu membangkitkan semangat

seorang murid yang layu dan merana. Situasi konkret juga menjadi suatu

tantangan tersendiri bagi seorang guru, namun dengan misi yang sudah ada serta

kesungguhan hati maka seorang guru mampu menghadapi situasi tersebut

(Sidjabat, 1994: 36-37).

B. Peranan Spiritualitas Dalam Mewujudkan Visi Dan Misi SD YPPK

Bilogai, Papua

Visi ada hubungannya dengan pengharapan kita saat ini, maka visi bisa

menjadi motivasi dan daya dorong sikap dan pelayanan kita, sehingga dengan visi

kita dapat terarah untuk mencapai tujuan atau cita-cita yang diidam-idamkan demi

kesejahteraan bersama. Dengan tercapainya harapan tersebut maka kesejahteraan

pun menjadi milik bersama dengan maksud semua turut merasakan.

Mengikuti Yesus harus mengenal dan menghayati visi Yesus, pandangan

hidup Yesus tentang masa depan. Pengajaran Yesus dan perbuatan-Nya selalu

menunjuk kepada Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga; maksudnya, dalam

Kerajaan Allah terdapat keselamatan. Hal inilah yang menjadi tujuan Yesus;

dengan begitu semua orang bisa mengalami keselamatan. Dalam ajaran tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

20

20

pemenuhan Kerajaan Allah yang akan datang kita menemukan visi pelayanan

Yesus.

Kerajaan Allah bukanlah suatu tempat atau kekuasaan duniawi, tetapi suatu

keadaan yang diharapkan di mana kekuasaan pemerintahan dan kehendak Allah

itu terlaksana seperti yang dilakukan oleh Yesus semasa hidupnya di dunia yakni

mewartakan kabar gembira, menyembuhkan orang sakit, dan mengajar. Maka

terwujudlah pemenuhan visi pelayanan Yesus untuk mewujudkan kedatangan

Kerajaan Allah. Tugas mewujudkan Kerajaan Allah di dunia merupakan misi

Yesus Kristus. Maka semua pengikut Yesus Kristus terpanggil untuk ikut

mewujudkan visi tentang Kerajaan Allah (Banawiratma, 1990: 58-59).

Misi Allah yang dijalankan oleh Yesus Kristus yaitu mengasihi dan

menyelamatkan dunia. Percaya kepada Yesus Kristus adalah ungkapan iman akan

misi Allah untuk mewujudkan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, yang dikerjakan

adalah misi dari Allah dan bukan misi dari manusia atau agama. Pada dasarnya

misi Allah adalah satu yaitu untuk mencapai pemenuhan Kerajaan Allah. Namun

dalam mejalankan misi Allah tentu banyak tantangan di dunia. Untuk itulah orang

beriman membutuhkan spiritualitas dalam menjalankan tugas perutusannya

mewujudkan Kerajaan Allah. Misi tidak akan tahan uji kalau tidak disertai

spiritualitas. Tanpa spiritualitas, misi yang dijalankan orang beriman akan mudah

sirna. Spiritualitas untuk menjalankan misi bersumber pada pekerjaan Roh Kudus.

Kesadaran untuk menjalankan misi tidak bisa dipisahkan dengan karya Roh

Kudus yang memperbarui dan menciptakan dunia baru. Maka spiritualitas perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

21

21

dihidupkan dan dikembangkan dalam diri setiap orang khusunya para guru

Kristiani.

Melalui peranan dari spiritualitas tindakan, ilmu serta kinerja sungguh

disalurkan sesuai peran oleh guru-guru Kristiani. Maka menghidupi spiritualitas

sangatlah penting bagi setiap guru. Dengan demikian setiap guru mampu memberi

perubahan dalam dunia pendidikan. Karena dengan mereka tidak hanya hadir

namun memberi diri dan hati sehingga sungguh menyentuh kedalaman hidup

muridnya (Banawiratma, 1990: 60-61).

C. Memelihara Spiritualitas

Tanpa spiritualitas manusia tidak mungkin menjalankan misi untuk

mewujudkan visi kedatangan kerajaan Allah. Spiritualitas yang ada dalam diri

orang beriman merupakan buah karya Roh Kudus. Orang-orang beriman diberi

tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan spiritualitas yang

dikaruniakan oleh Allah kepada mereka, seperti dalam perumpamaan hamba-

hamba yang diberi talenta (Mat. 25:14-30).

Banawiratma (1990: 67-68) mengatakan bahwa ada beberapa langkah untuk

memelihara Spiritualitas:

1. Meditasi dan Kontemplasi

Meditasi dan kontemplasi yang dilakukan secara teratur adalah sangat

penting untuk mengolah, menyadari dan merasakan keterlibatan pelayanan dari

terang Sabda Allah. Tanpa pengolahan iman atau refleksi orang-orang beriman

akan kehilangan arah dan kekuatan. Maka sangat penting kita menarik diri dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

22

22

keramaian dan mengambil ketenangan sehingga dapat menemukan diri kita

sendiri bersama pengalaman-pengalaman yang direfleksikan sehingga sungguh

memberi makna dan arti.

2. Keterlibatan dan kepedulian sosial

Sabda Allah tidak cukup direnungkan secara pribadi atau kelompok, tetapi

harus diwujudkan dalam suatu tindakan nyata berupa kepedulian dan keterlibatan

sosial. Sabda Allah baru akan menjadi sumber spiritualitas apabila ia berfungsi

menjadi inspirasi bagi setiap kepedulian dan tindakan sosial. Ketika orang

mendengarkan sabda Allah namun tidak dipraktikkan dalam kehidupannya maka

sia-sialah Sabda Allah itu.

3. Hidup saling menopang

Pertemuan kelompok untuk saling membagi pengalaman pelayanan dan

saling menopang sangatlah berguna dalam menghadapi krisis spiritualitas.

Melalui sharing dan berbagi pengalaman serta memberi solusi atas tantangan-

tantangan hidup yang sedang dialami. Dengan demikian disebut persekutuan yang

dapat membagikan suka dan duka dalam pelayanan, orang-orang beriman dapat

menopang beban dan kesulitan yang dihadapi dalam kepedulian dan keterlibatan

sosial.

4. Mempertajam visi pelayanan

Visi yang kaku dan jenuh akan menyebabkan seseorang layu semangatnya.

Oleh karena itu perlu upaya mempertajam visi pelayanan kerajaan Allah misalnya

dengan membaca buku, mengikuti diskusi atau mengikuti seminar-seminar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

23

23

5. Mencari dan membangun teman-teman seperjuangan

Kesendirian dalam perjuangan sering menyebabkan orang mudah patah

semangat. Oleh karena itu mencari dan membangun teman-teman seperjuangan

adalah sangat penting dalam memelihara spiritualitas. Dengan demikian visi tidak

lagi menjadi milik pribadi namun dikerjakan bersama dan menjadi ringan.

6. Menciptakan simbol atau tema perjuangan

Simbol dan tema perjuangan akan sangat berperan dalam mengembangkan

spiritualitas. Simbol bisa mematikan spiritualitas, apabila simbol itu telah berubah

menjadi tujuan dan bukan sarana untuk menyadari dan merasakan perjuangan atau

misi. Dengan simbol atau tema orang beriman dapat diingatkan dengan

pengalaman masa lampau sekaligus panggilan dan tugas pengutusan yang harus

dilakukan sekarang. Dengan simbol dan tema juga mengingatkan kepada janji

Allah akan masa depan dan dengan demikian juga diberi semangat dan tuntutan

ke arah masa depan.

D. Kesimpulan

Spiritualitas merupakan kualitas hidup manusia sebagai hasil dari

kedalaman pemahamannya tentang Allah secara utuh. Kualitas hidup yang

ditampilkan dalam relasi manusia dengan Allah dan sikap serta tindakan terhadap

sesama. Spiritualitas dasarnya adalah kehadiran dan kegiatan Roh Kudus dalam

setiap orang. sehingga semua orang yang menerima Roh Kudus mampu

melaksanakan seluruh rencana atau kehendak Allah sendiri. Melalui tindakan-

tindakan seorang guru yang seluruhnya dibimbing oleh Roh Kudus merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

24

24

hidup Allah sendiri yang ditawarkan kepada semua umat manusia agar setiap

manusia memiliki hidup ilahi tersebut secarah berkelimpahan. Hidup Allah akan

menjadi hidup kita kalau kita menerima tawaran tersebut dan penerimaan ini akan

menjadi model hidup kita. Inilah yang dimaksud dengan spiritualitas.

Spiritualitas Kristiani merupakan suatu cara hidup yang dikuasai oleh Roh

Kudus yang berasal dari Kristus. Kristus sebagai sumber penggerak dan

pendukung manusia dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diemban.

Spiritualitas guru Kristiani nampak dalam diri mereka yang dipanggil untuk

semakin menjadi orang Kristiani melalui tugas dan tanggung jawab sebagai guru.

Oleh karena itu sebagai guru Katolik hendaknya meneladani sikap dan semangat

Yesus sehingga selalu berusaha mewujudkan kehendak-Nya. Seorang guru

memiliki kedalaman hidup sebagai hasil dari cara hidup rohaninya. Dengan

demikian seorang guru Katolik mampu meneladani kesetiaan Yesus seperti

kesetiaan kepada Allah, kesetiaan kepada Sabda, kesetiaan kepada murid, dan

kesetiaan kepada situasi konkret.

Spiritualitas memiliki peranan dalam mewujudkan visi dan misi SD YPPK

Bilogai. Visi ada kaitannya dengan harapan yang memotivasi kita untuk

menjacapai suatu tujuan tertentu. Sama halnya mengikut Yesus berarti harus

mengetahui visi-Nya yakni perbuatan dan pengajaran yang mengarah kepada

Kerajaan Allah dengan begitu semua orang dapat mengalami keselamatan. Misi

Allah adalah mengasihi dan menyelamatkan dunia. Percaya kepada Yesus

merupakan ungkapan iman akan misi Allah untuk mewujudkan Kerajaan Allah.

Untuk menjalankan visi Allah setiap orang beriman membutuhkan spiritualitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

25

25

dalam melaksanakan perutusan-Nya. Spiritualitas untuk melaksanakan misi itu

bersumber pada pekerjaan Roh Kudus karena karya Roh Kuduslah yang

memperbaharui dan menciptakan dunia baru.

Tanpa spiritualitas orang beriman tidak mampu melaksanakan misi Allah.

Spiritualitas merupakan buah karya Roh Kudus maka setiap orang memiliki

tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan spiritualitas dengan cara

meditasi dan kotemplasi, keterlibatan dan kepedulian sosial, hidup saling

menopang, mempertajam visi pelayanan mencari dan membangun relasi dan

menciptakan simbol atau tema perjuangan. Dengan demikian orang beriman

mampu melaksankan misi Allah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

26

26

BAB III

SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU KRISTIANI

Dalam bab-bab sebelumnya penulis telah menjabarkan tentang Spiritualitas

khususnya Spiritualitas Kristiani. Dalam Bab III ini penulis ingin menjabarkan

Spiritualitas Pelayanan Guru Kristiani. Tulisan ini terdiri dari empat bagian.

Pertama akan membahas tentang identitas guru Kristiani, kemudian yang kedua

akan diulas tentang pelayanan guru Kristiani, lalu yang ketiga akan membicarakan

tujuan pelayanan dan keempat akan mengupas tentang guru Kristiani sebagai

pendidik.

A. Identitas Guru Kristiani

Bertanya tentang siapakah guru Kristiani berarti bertanya tentang identitas

guru Kristiani itu sendiri. Dari momentum Yesus membasuh kaki para murid-Nya

ditampilkan identitas guru Kristiani yang memiliki sikap berani merendahkan diri,

melayani secara tulus dan memberi teladan kepada muridnya. Wibawa sejati

seorang guru Kristiani bersinar semakin terang kalau dirinya mau melayani

dengan merendahkan diri menjadi pelayan yang memberi teladan kepada para

muridnya. Seorang guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan atau memberi

informasi-informasi, tetapi terlebih mampu menyampaikan kebijaksanaan dan

keutamaan hidup, sehingga guru tidak hanya memberi pengetahuan tetapi juga

mampu memberi hidup yang baru bagi para muridnya.

Ajaran tentang kebijaksanaan dan keutamaan hidup mestinya diberikan

terlebih melalui tindakan-tindakan konkret seorang guru, seperti Yesus yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

27

27

memberi teladan dalam hidup yang konkret. Selain itu identitas seorang guru

Kristiani terlihat dari rasa kepekaan terhadap konteks dan situasi batin muridnya.

Karena hanya seorang guru yang hatinya terang dan budinya jujur yang mampu

melihat kegelapan dalam diri murid kemudian berani menegurnya dan memberi

cahaya melalui pengajarannya sebagaimana yang dilakukan Yesus kepada para

murid-Nya. Yesus menegur Yudas (Sufiyanta, 2014: 14-16).

Pelayanan kaum awam dalam bidang pendidikan bukan sekedar pelaksanaan

profesi. Pelayanan kaum awam sebagai pendidik, lebih merupakan keikut-sertaan

dalam tugas Kristus daripada profesi. Oleh karena itu, bagi para awam yang

berkarya dalam bidang pendidikan dituntut kematangan pribadi dan kehidupan

rohani yang mendalam. Mereka harus dibekali dengan pendidikan agama dan

kerohanian yang memadai seperti pengajaran doktrin di bidang teologi, etika dan

filsafat serta ajaran sosial Gereja yang merupakan bagian yang tak terpisahkan

dari pandangan hidup Kristiani (Mandagi, 1994: 24).

Citra guru Kristiani terkandung di dalam identitas sekaligus karakter

pribadinya. Citra guru Kristiani bercermin dari teladan hidup Sang Mahaguru

Sejati, yakni Yesus Kristus sendiri. Guru sejati berani dan rela mengorbankan

hidupnya demi kebenaran yang diperjuangkan bagi para muridnya. Selain itu guru

sejati juga selalu setia menemani para muridnya sampai kapan pun melalui iringan

doa-doanya. Guru sejati juga selalu menguatkan dan menggerakkan para

muridnya kepada keberanan melalui teladan hidupnya yang baik dan benar.

Dengan demikian, sebenarnya pencarian identitas dan karakter diri itu tidak

dapat dilepaskan dari ikatan yang kuat antara seorang pribadi dengan pribadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

28

28

Yesus Kristus. Pencarian identitas tidak pernah berhenti. Dengan kata lain, seraya

maju untuk terus berproses dalam pencarian identitas dan karakter diri, seorang

guru Kristiani mesti senantiasa mengikat diri pada pokok kebenaran (Sufiyanta,

2014: 14-19).

B. Pelayanan Guru Kristiani

Yesus berkata kepada para murid-Nya bahwa “tidak ada kasih yang lebih

besar daripada kasih seorang sahabat yang memberikan nyawanya untuk sahabat-

sahabatnya” (Yoh. 15:13). Kata-kata ini meringkas arti semua pelayanan

Kristiani. Menurut Mintara Sufiyanta (2014: 87-88), pelayanan Kristiani seperti

mengajar, pelayanan pastoral care atau berkhotbah merupakan perbuatan

pelayanan yang melebihi keahlian profesional, sebabnya bahwa tindakan-tindakan

yang dituntut untuk memberikan hidupnya bagi sahabat-sahabatnya. Dengan

demikian seorang guru tidak hanya mampu mengajar dan mendidik murid-

muridnya di sekolah tetapi juga di sekolah. Dalam kehidupan sehari-hari di luar

sekolah, seorang guru hendaknya mampu menunjukan tindakan konkret dengan

memberi teladan, pengaruh positif dan motivasi. Inilah yang dimaksud dengan

guru yang bersedia memberikan hidupnya di luar sekolah dengan teladan bagi

murid-muridnya. Dengan memberikan hidup bagi para muridnya, maka secara

tidak langsung ia memberi hidup yang baru bagi muridnya inilah yang dimaksud

fungsi pelayanan adalah memberi hidup.

Pelayanan pendidikan khususnya persekolahan tentu tidak terlepas dari

keikutsertaan dalam tugas perutusan Yesus. Pelayanan pendidikan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

29

29

dilaksanakan oleh guru di sekolah ataupun di luar sekolah pun merupakan

keikutsertaan dalam tugas perutusan Yesus, yakni membangun kerajaan Allah.

Dalam usaha-Nya Yesus mengalami banyak tantangan dan perjuangan, demikian

juga para guru mesti menjumpai pengalaman yang serupa. Perjuangan itu dapat

terlaksana hingga selesai oleh Yesus karena spiritualitas Yesus yang juga

diberikan kepada pengikut-Nya khususnya guru-guru Kristiani. Dari hal tersebut

dalam pelayanan sangat perlu adanya spiritulitas.

Dengan berpola pada Yesus, Sang Pelayan mampu dengan sungguh-

sungguh melayani, bila pelayanannya mengalir dari relasi personal dengan

orang–orang yang dilayani sehingga ia memperhatikan kebutuhan orang lain

sebagai hal yang sangat penting, ia memberi dukungan dan bukan

mengontrol memberi diri dan bukan mengambil bagi diri sendiri

mengangkat hidup orang-orang yang dilayani dan bukan memanipulasi

mereka, ia juga mengembangkan orang–orang yang dilayaninya selain itu

juga ia membimbing orang-orang yang dilayaninya dan bukan memaksa

mereka. Pelayanannya sungguh mengalir dari cinta dan bukan dominasi

(Madya Utama, 2013: 9).

Pelayanan dari seorang guru dengan cinta yang sungguh berasal dari hatinya

mampu menyentuh kedalaman hidup para murid yang ia layani. Dengan begitu

cinta itu sungguh dirasakan. Cinta yang menghidupi setiap murid sehingga

mereka pun mampu menemukan Sang empunya cinta yakni Allah. Dengan

demikian pelayanan itu sungguh terus mengalir dari relasi seorang guru dengan

pribadi-pribadi muridnya. Mereka pun menemukan cinta Yesus dalam diri guru

yang memberi pelayanan dari hati.

Pelayanan pendidikan juga merupakan pelayanan Gereja. Berkat sakramen

permandian setiap orang dipanggil untuk ikut mengemban tugas imamat yakni

kenabian dan rajawi Kristus. Kesaksian hidup seorang guru dengan tabah, tekun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

30

30

berjuang mewartakan Yesus sebagai penyelamat yang membebaskan sehingga

mengundang orang untuk bertobat, semakin dekat dengan Allah, merupakan

wujud ikut serta seorang guru dalam tugas kenabian Kristus. Sedangkan

keikutsertaan dalam tugas rajawi Kristus terwujud lewat melayani Kristus dalam

sesama. Pelayanan ini membawa orang dalam hidupnya senantiasa berusaha

terwujudnya kerajaan Allah. Orang tersebut tidak dikuasai oleh dirinya sendiri dan

dosa-dosa namun Allah sendiri yang menjadi penentu dalam setiap tindakannya

(Mandagi, 1994: 12-14).

Setiap orang dikuatkan dalam sakramen penguatan, setiap anggota Gereja

dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah dalam Kristus dan Gereja-

Nya kepada semua orang. Mewartakan kerajaan Allah berarti mewartakan suka

cita yang menghidupkan dalam semua bidang tidak hanya dalam bidang

kerohanian namun setiap bidang pelayanan. Salah satu yakni bidang pendidikan

dengan maksud bahwa menyelamatkan setiap orang melalui ilmu pengetahuan

yang diberikan dari seorang guru kepada murid-muridnya. Hal yang menjadi salah

satu bentuk perwujudan panggilan itu adalah pelayanan dalam bidang pendidikan.

Pelayanan para guru dalam bidang pendidikan juga merupakan bentuk partisipasi

dalam pelayanan Kristus dan Gereja-Nya. Namun, pelayanan para awam dalam

bidang pendidikan tidak dengan sendirinya merupakan perwujudan panggilan

Kristus dan Gereja-Nya. Ini baru berlaku kalau mereka disemangati dan dijiwai

oleh Kristus dan Injil-Nya seperti memperkembangkan pribadi dan membentuk

manusia utuh lewat pelayanan itu. Sejauh pelayanan itu menyinarkan semangat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

31

31

Kristus dan Injil-Nya, maka pelayanan itu merupakan perwujudan iman (Mandagi,

1994: 20-21).

Menurut Sufiyanta (2014: 70-95) pelayanan guru Katolik perlu dilandasi

dengan 10 keutamaan guru Kristiani:

1. Siap Sedia

Keutamaan siap sedia merupakan sikap sekaligus kemampuan untuk selalu

terbuka pada anugerah perutusan yang diberikan oleh atasannya (pembesar) yang

bertindak sebagai wakil Tuhan. Di balik keutamaan ini terkandung kesediaan dan

kehendak kuat untuk lebih taat melakukan tugas yang diberikan daripada

keinginan untuk mengerjakan tugas yang disenangi. Selain itu terkandung

kerendahan hati yang besar.

Keutamaan siap sedia adalah voluntif (kehendak kuat). Siap sedia juga

berarti bahwa mau memberikan diri secara utuh untuk melayani di nama pun

ditugaskan. Keutamaan itu nampak dari kata “ya saya mau” meskipun ia sendiri

belum mengetahui akan ditugaskan di mana atau tugas apa yang akan diembankan

kepadanya maka kemauaan untuk memberi diri itulah keutamaannya. Keutamaan

bagi para guru adalah keutamaan Kristiani karena pribadi kita senantiasa terbuka

untuk menerima Roh Kristus dan siap dipakai oleh-Nya. Keutamaan ini memuat

dua hal yang penting yaitu mau dan mampu dengan demikian siap dan mampu

memiliki tanggung jawab dengan apa yang ditugaskan. Maka ciri dari keutamaan

siap sedia seperti halnya para murid yang segera bergegas meninggalkan

pekerjaannya setelah Yesus mengatakan: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

32

32

Kujadikan penjala manusia” (Mat. 4:18-22). Para guru pun diajak agar mau dan

mampu meneladani keutamaan ini (Sufiyanta, 2014: 70-71).

2. Totalitas

Totalitas di sini berarti kemauan untuk membiarkan Roh Allah secara total

bekerja melalui dan di dalam diri setiap orang. Total dalam pelayanan berarti

menyerahkan diri seutuhnya untuk mengajar di bidangnya dengan total dan tuntas

dengan menyerahkan segala kelemahan dan kekuatan dalam suatu pelayanan.

Keutamaan ini merupakan salah satu keutamaan yang sungguh mendukung

keutamaan siap sedia maka, di dalam totalitas terdapat sekaligus penyerahan diri

seutuhnya dan perjuangan diri sepenuh-penuhnya.

Inilah pengertian mendasar dari totalitas. Total tidak hanya dalam

melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Namun total berarti ia mau

menyerahkan diri dan dengan penuh kepercayaan dalam komunitasnya. Dalam

arti yang lebih mendalam, arah komitmen sebenarnya bukan pada tugas,

melainkan pertama-tama pada pribadi-pribadi yang bersamanya ingin menggapai

misi bersama itu.

Keutamaan totalitas secara Kristiani diwartakan melalui kisah janda miskin

yang mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan (Mrk. 12: 41-44).

Kisah itu memperjelas makna terdalam tentang totalitas. Total berarti

mempersembahkan seluruhnya kepada pribadi yang kita cintai dan kita layani.

Bukan pertama-tama total pada tugas yang kita emban namun total menyerahkan

diri seluruhnya dan seutuhnya dengan segala (kekuatan dan kelemahan) kepada

pribadi yang berjalan bersama melaksanakan tugas perutusan. Pribadi-pribadi itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

33

33

adalah Yesus Kristus. Maka melalui kisah janda miskin ini para guru Kristiani

diajak untuk memiliki totalitas dan komitmen kepada Yesus Kristus dalam

melaksanakan tugas perutusan sebagai pendidik. Dalam totalitas itulah

kebahagiaan dialami secara penuh (Sufiyanta, 2014: 72-74).

3. Cura Personalis

Keutamaan ini memiliki dasar pada ketrampilan mempraktikkan cinta kasih

dalam relasi hati antarpribadi. Guru memberi perhatian kepada masing-masing

pribadi dengan intensitas yang sesuai kebutuhan masing-masing. Istilah dalam

bahasa Latin ini bergema khas dalam pendidikan menurut tradisi Santo Ignatius

Loyola. Istilah cura personalis berarti memberi perhatian kepada setiap pribadi

(manusia) secara pribadi, tekanannya pada kata “hati”. Memberi perhatian berarti

memberi “hati” atau memberi “jantung” kepada pribadi yang dilayaninya.

Setiap guru yang memberi perhatian kepada muridnya secara pribadi dengan

intensitas yang sesuai kebutuhan berarti guru tersebut mempraktikkan keutamaan

cura personalis. Setiap pribadi murid itu unik maka perlu diperhatikan secara

pribadi. Salah satu tanda atau ciri yang paling tampak dari cura personalis adalah

mengenal setiap pribadi secara personal, seperti gembala mengenal domba-

dombanya sehingga domba-dombanya pun mengenalnya. Dengan demikian

mengenal itu tidak hanya sekedar mengetahui nama dari murid tersebut namun

sungguh-sungguh tidak membiarkan asumsi-asumsi mempengaruhi guru namun ia

mampu bertindak sesuai situasi riil muridnya sehingga sungguh menjawab

kebutuhan dari muridnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

34

34

Bagi seorang guru Kristiani keutamaan cura personalis merupakan senjata

maha dahsyat di dalam menemani perjalanan para muridnya karena apabila secara

iman kita melihat fakta sejarah Yesus sebagai guru yang sungguh mengenal setiap

pribadi murid-murid-Nya beserta karakter dan kepribadiannya. Untuk dapat

mengenal pribadi murid, Yesus menjalin relasi dan komunikasi yang mendalam

dengan para murid. Lebih daripada itu, Yesus membawa setiap pribadi murid-Nya

dalam doa-doa kepada Bapak (Bdk. Yoh.17:9, 15,20).

Dengan demikian seorang guru memberi perhatian tidak hanya di tempat ia

bekerja namun juga di dalam hati dengan setiap doa yang diutarakan kepada Bapa

(Sufiyanta, 2014: 75-77).

4. Kerja Keras dan Mutu

Keutamaan ini merupakan tuntutan profesionalitas dan totalitas. Selain itu,

keutamaan kerja keras dan mutu dilakukan sebagai penghayatan iman bahwa ia

melakukan semuanya karena ingin dipersatukan bersama Allah dan Yesus Sang

Guru sejati. Kerja keras mengidentifikasi kemauan untuk mencurahkan seluruh

tenaga dan waktu, sedangkan mutu mengidentifikasi kemauan untuk memberi

semua kemampuan dan potensi diri. Keutamaan kerja keras dan mutu ini

dilakukan sebagai penghayatan iman bahwa semua yang dilakukan itu karena

ingin dipersatukan bersama Allah sendiri, yang di dalam Yesus Kristus, telah

berkerja keras demi kebahagiaan dan keselamatan umat manusia. Dalam kitab

suci kita juga sering mendengar tentang perumpamaan “baik yang menanam

maupun yang menyiram adalah sama, dan masing-masing akan menerima

upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri” (1Kor. 3:8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

35

35

Allah mengganjar kita untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dalam tugas

yang kecil atau maupun tanggung jawab yang besar di mana kita mau memberi

seluruh tenaga dan waktu serta potensi diri yang kita miliki. Namun sebaliknya

anda yang sungguh memiliki kerja keras dan mutu maka di kedalaman hati anda

akan ada loyalitas sekaligus visi yang jelas ketika menjalankan tugas (Sufiyanta,

2014: 78-80).

5. Sense of Belonging / Tanggung Jawab

Dengan keutaman ini seseorang mampu dan menyadari tugasnya dengan

demikian segera ia laksanakan hingga selesai. Memiliki sense of belonging berarti

bertanggung jawab dan merasa memiliki terhadap kelangsungan hidup warga

komunitas dan institusinya di mana tempat ia melayani. Sense of belonging dapat

dimengerti sebagai “rasa memiliki’ atas segala hal yang mendukung kepada

tujuan mulia kehidupan ini. Maka, dalam konteks pendidikan tidak hanya

terhadap masa depan para murid yang dididik tetapi sense of belonging juga

berarti bertanggungjawab dan punya “rasa memiliki” terhadap suatu pekerjaan

yang diemban. Keutamaan ini sangatlah penting bagi seorang guru dalam

tugasnya untuk mengambil peran aktif dalam dunia pendidikan demi

menyelamatkan para muridnya. Hidup guru seperti inilah yang sangat dibutuhkan

di daerah-daerah terpencil seperti di pedalaman-pedalaman (pegunugan) karena

untuk mengajar mereka harus mengatasi berbagai kesulitan mulai dari jarak yang

jauh, tidak adanya kendaraan, dan iklim yang sangat dingin (Pegunungan).

Namun bukan berarti di kota atau di tempat yang semua serba ada tidak lagi

bisa mengembangkan rasa tanggung jawab. Komitmen dan rasa memiliki tetap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

36

36

dapat dihayati sehingga keutamaan ini sungguh-sungguh dilaksanakan di mana

pun mereka ditugaskan. Dengan demikian, tujuan bersama dapat tercapai dengan

tanggung jawab dari masing- masing pribadi.

Keutamaan sense of belonging dengan demikian punya tumpuan pada

pengharapan yang kokoh akan masa depan yang lebih baik, lebih

menyejahterakan orang lain, lebih membangun citra manusia yang lebih baik

melalui tindakan konkret. Keutamaan ini berarti memberi diri bagi keselamatan

dan masa depan yang lebih baik. Maka rasa memiliki berupa pemberian diri dan

pengorbanan diri bagi sesama seperti terungkap dalam kata-kata dari Yesus

sendiri. “Setiap orang yang mengikuti Aku, itu harus menyangkal dirinya,

memikul salibnya dan mengikuti Aku” (Mat. 16:24). Dengan demikian para guru

pun diajak untuk mengorbankan diri demi mengikuti Yesus (Sufiyanta, 2014: 81-

83).

6. Melayani dengan Rendah Hati

Keutamaan melayani dengan rendah hati merupakan sikap yang siap

menjadi orang nomor dua dengan maksud bahwa tidak menonjolkan dirinya

namun terus berjuang untuk melayani demi banyak orang yang membutuhkan.

Keutamaan ini sangat nampak dalam peristiwa Yesus membasuhi kaki para

murid-Nya pada waktu perjamuan malam terakhir. Menjadi rendah hati

merupakan perpaduan antara sikap hati yang menempatkan orang lain lebih dari

diriku, sekaligus tindakan tangan untuk melayani. Melayani dengan rendah hati

juga berarti siap menjadi orang nomor dua atau di balik layar, atau yang berbuat

tetapi siap untuk tidak diperhitungkan peranannya. Keutamaan melayani dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

37

37

rendah hati memerlukan latihan serta keberanian memohon rahmat untuk diberi

sikap rendah hati tersebut.

Melayani dengan rendah hati dalam konteks pendidikan berarti

menomorsatukan para murid yang sedang dididiknya. Menghargai setiap pribadi

karena masing-masing pribadi memiliki keunikan yang berbeda-beda. Dengan

rendah hati mampu membentuk relasi antara guru dan murid yang dalam sehingga

dalam mendidik semakin mudah dan cepat untuk dimengerti oleh para muridnya

(Sufiyanta, 2014: 84-85).

7. Bijaksana

Keutamaan bijaksana diharapkan tumbuh dan hidup dalam diri setiap guru

Kristiani. Seorang guru Kristiani sejati pada dasarnya adalah seorang filosof atau

orang yang mengajarkan filosofi kehidupan (berasal dari kata philosophia, berarti

pencinta kebijaksanaan). Maka seorang guru selain mengajar pengetahuan dan

keterampilan hidup juga diajak untuk membantu para murid bisa melihat ke dalam

dan mencintai kebijaksanaan. Dengan demikian lahir orang-orang muda yang

bijaksanan dalam bangsa ini.

Dengan keutamaan ini seorang guru mampu membawa muridnya hingga

melihat dan mengenal kedalaman hidupnya sehingga mampu bertindak sesuai

ajaran guru tersebut. Dengan demikian guru mampu membagi hal positif melalui

sikap dan tindakannya sehari-hari yang menjadi contoh konkret dari apa yang

diajarkan kepada para muridnya. Keutamaan ini mampu mengantarkan muridnya

kepada kedewasaan yang cukup matang sehingga mampu memilih dan memilah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

38

38

suatu pilihan dan menentukan keputusan dengan bijaksana (Sufiyanta, 2014: 86-

88).

8. Memperjuangkan Kebenaran

Mampu memperjuangkan dengan bertindak di tengah situasi kegelapan hati

nurani sungguh-sungguh tidak mudah, karena bertindak demikian di zaman

sekarang menjadi sebuah bentuk kemartiran, karena memperjuangkan kebenaran

dan keadilan (martyrium veritatis et iustitiae). Tujuan keutamaan ini memiliki

prinsip dasar yang sama dengan mengejar kebijaksanaan. Keutamaan ini pada

akhirnya untuk mengalahkan diri sendiri dengan segala keinginan dan keegoisan

kita.

Keutamaan ini pada gilirannya membawa diri untuk memenangkan Allah

dan kehendak kebenaran-Nya bagi hidup dan orang-orang yang dilayani. Dengan

demikian tugas sebagai guru Kristiani adalah menularkan energi positif, yakni

keberanian memperjuangkan kebenaran ini kepada para murid, “Akulah jalan dan

kebenaran dan hidup,” kata Yesus (Yoh. 14:6). Kata-kata Yesus ini sungguh

mengajak para guru Kristiani supaya bertindak dalam kebenaran sehingga

memberi pengaruh positif kepada para murid. Dengan demikian pengaruh positif

itu sungguh menjadi jalan untuk perkembangan para murid (Sufiyanta, 2014: 89-

91).

9. Mudah Bersyukur

Keutamaan mudah bersyukur memiliki kekuatan yang dahsyat. Diharapkan

setiap guru Kristiani memiliki sikap mudah bersyukur. Pribadi yang mudah

bersyukur adalah pribadi yang paling bahagia. Ia bersyukur atas segala sesuatu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

39

39

Pribadi yang demikian sungguh selalu akan merasa bahagia dalam keadaan apa

pun; selain itu selalu berpikir positif, bahkan ia mampu merasakan hati Allah yang

selalu mencintainya lewat setiap pengalaman yang ia peroleh dan ia syukuri.

Keutamaan mudah bersyukur merupakan tanda bahwa pribadi itu secara

iman sehat. Dengan iman yang sehat mampu meneladani apa yang diajarkan oleh

Yesus sendiri di mana Yesus Kristus selalu meluangkan waktu-Nya untuk berdoa

dan bersyukur kepada Bapa-Nya. Maka dalam doa dan rasa syukur guru Kristiani

disertakan juga doa-doa untuk para muridnya.

Keutamaan mudah bersyukur adalah keutamaan anak kecil, yang disebut

Yesus sebagai empunya Kerajaan Allah. Sebagaimana anak kecil itu mudah

kagum dan bersama dengannya ia pun bersyukur akan memancar melalui

beningnya mata dan girangnya hati. Keutamaan ini pertama-tama rahmat yang

dikaruniakan Allah kepada umat-Nya. Oleh karena itu, selayaknya kita senantiasa

mudah bersyukur atas setiap hal yang diberikan oleh Allah kepada kita. Dan

sebagai guru Kristiani ia pun mempunyai tugas untuk mengajak anak-anak untuk

memiliki keutamaan muda bersyukur kepada Allah (Sufiyanta, 2014: 92-94).

10. Berpengharapan

Keutamaan berpengharapan bagi seorang guru yang paling terasa adalah

penantian akan kedatangan tanggal gajian. Tidak buat diri sendiri namun buat

keluarga. Menantikan peristiwa yang melegakan dan menggembirakan itulah

salah satu aspek dari keutamaan berpengharapan. Maka hal ini tidak berhenti pada

penantian tanggal gajian, meskipun bagi seorang guru gaji dapat diibaratkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

40

40

kehidupan itu sendiri karena guru itu hidupnya hanya dari gaji (yang terkadang

terlambat diterima dan tidak cukup).

Spiritualitas yang terkandung di balik keutamaan berpengharapan adalah

kemurahan hati Allah sendiri yang pasti menjamin kelangsungan hidupnya.

Berpengharapan berarti mengandalkan Allah yang memberi jaminan keselamatan

dan jaminan masa depan yang lebih baik. Allah adalah sumber dari pengharapan.

Dan jaminan dari Allah sangat nyata melalui Roh Kudus yang Ia utus untuk

membimbing kita kepada jalan kebenaran dan hidup. Begitu pula guru Kristiani

diajak untuk membawa para murid yang ia didik untuk sampai kepada

pengharapan akan jalan kebenaran dari Allah. Dengan demikian para murid pun

mampu merasakan kedekatan dengan Allah sendiri, Sang Pemberi Harapan bagi

semua umat yang dikasihi-Nya (Sufiyanta, 2014: 95-96).

C. Tujuan Pelayanan

Thomas O’Meara dalam Madya Utama (2013: 17) mengatakan bahwa

tujuan dari pelayanan (ministry) adalah memberikan kesaksian tentang kerajaan

Allah serta mengupayakan agar kerajaaan Allah tersebut sungguh mulai terwujud

di dunia ini dan sekarang ini. Pemahaman tentang tujuan pelayanan seperti ini

juga digarisbawahi oleh Konsili Vatikan II dalam dokumennya, Konstitusi

Pastoral tentang gereja di Dunia dewasa ini, Gaudium et spes (GS): “Sementara

Gereja membantu dunia dan menerima banyak dari dunia, satu-satunya tujuannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

41

41

adalah supaya datanglah Kerajaan Allah dan terwujudlah keselamatan segenap

bangsa manusia” (GS, art. 45).

Jadi tujuan setiap pelayanan ialah membawa sesama untuk merasakan dan

mengalami keselamatan dari Yesus. Cara mengetahui bahwa seseorang sungguh-

sungguh melayani adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan: apakah orang

yang dilayani menjadi lebih sehat, lebih bijaksana, lebih bebas, lebih mandiri, dan

kemudian siap untuk melayani orang lain sehingga mutu hidup mereka menjadi

lebih baik dan setidak-tidaknya mutu hidup mereka tidak menjadi lebih buruk

(Madya Utama, 2013: 17).

Mengajar menjadi sebuah pelayanan kalau guru melangkah lebih jauh

daripada sekedar menyampaikan ilmu dan bersedia memberi pengalaman

hidupnya sendiri kepada muridnya, sehingga kecemasan yang melumpuhkan

dapat disingkirkan. Dengan demikian tujuannya adalah pemahaman yang

membebaskan dapat terjadi dan belajar yang sesungguhnya dapat berjalan

(Nouwen, 1986: 28).

Sebuah pelayanan khususnya terhadap para murid sangat memerlukan sikap

kreatif dari seorang guru sehingga mengajar itu lebih dari sebuah profesi yakni

guru itu sendiri. Misalkan dari belajar yang diwarnai kekerasan menuju cara

belajar yang membebaskan. Belajar yang diwarnai dengan kekerasan memiliki

beberapa ciri-ciri; misalnya, persaingan telah menjadi salah satu ciri pendidikan

modern yang paling tersebar luas dan merusak. Cara para murid memandang

kawan-kawan dan guru mereka, cara mereka mengharapkan nilai dan gelar, cara

mereka mempersiapkan ujian dan sebagainya, semuanya itu banyak yang diwarnai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

42

42

dengan semangat permusuhan. Selain persaingan, satu arah merupakan ciri kedua

dari pengajaran yang diwarnai kekerasan. Pada dasarnya pengajaran merupakan

proses satu arah, yang menunjukkan kalau seseorang lebih pintar dari pada yang

lain. Dalam rangka ini guru mempunyai kedudukan kuat: dia tahu dan harus tahu.

Maka seluruh harapan adalah dari guru kepada murid, dari yang tahu kepada yang

tidak tahu. Pada dasarnya pengajaran adalah proses satu arah. Ciri ketiga adalah

mengasingkan. Salah satu ciri ini sering terjadi tidak hanya guru kepada murid

namun juga antarmurid. Terkadang guru memberi cap yang negatif kepada salah

satu murid dan lambat laun ia menjadi terasingkan dari guru dan kawan-kawanya.

Hal ini merupakan salah satu tindakan yang tidak boleh dimiliki oleh seorang guru

yang sungguh mau melayani dengan hati (Nouwen, 1986: 28-31).

D. Guru Kristiani Sebagai Pendidik

Pendidik adalah orang yang membantu pembentukan manusia sehingga

menjadi manusia yang utuh. Untuk menjadi pendidik orang perlu mempersiapkan

diri agar pelayanannya dilaksanakan sebagai profesi dan sekaligus panggilan.

Mereka terpanggil untuk mendampingi siswa dalam pelayanan pendidikan menuju

pendidikan yang memanusiakan manusia, dengan demikian pendidikan semakin

berkualitas. Sebagai guru juga harus selalu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut: panggilan dari hati nurani, senantiasa menyayangi dan mencintai peserta

didik, menerima peserta didik dengan segala kekurangan dan kelemahannya, tidak

memilih keberadaan peserta dan menjalankan tugas serta fungsi sebagai guru

dengan penuh rasa tanggung jawab secara maksimal dan menyadari sepenuhnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

43

43

akan tugas dan fungsi sebagai guru (Komisi Pendidikan dan KWI-MNPK, art.

15).

Seorang pendidik pun diharapkan memiliki kreativitas. Maksudnya seorang

guru dituntut untuk memiliki berbagai metode mengajar sehingga mampu

memacu semangat belajar murid. Untuk itu guru pun dituntut supaya membaca

buku agar memperluas dan menambah kreativitas. Selain itu jangan hanya puas

dengan gaji dari sekolah setiap bulan. Karena gaji yang diterima tak akan cukup

memenuhi kebutuhan keluarga maka perlu melakukan terobosan-terobosan baru

dalam mengisi waktu luang di luar proses belajar mengajar di Sekolah. Bila

seorang guru kreatif ia akan mampu memenuhi kebutuhan itu (Djono Moi, 2016:

98).

Mandagi, (1994: 21-22) mengatakan bahwa kaum awam adalah pendidik.

Pendidik merupakan profesi mereka di sekolah. Pelayanan mereka bukan suatu

profesi saja melainkan suatu panggilan. Mereka terpanggil untuk mendampingi

para murid dalam perjalaman menuju Kristus, manusia sempurna, yang menjadi

arah pembentukan manusia yang bijaksana, hal inilah yang ingin dicapai melalui

pendidikan di sekolah.

Menurut Mandagi guru Kristiani sebagai pendidik bukan hanya orang

profesional yang secara sistematis dan trampil yang dapat memindahkan

sekumpulan pengetahuan kepada siswa. Yang dimaksudkan dengan pendidik

Katolik ialah awam Katolik yang menjadikan Injil Kristus sebagai dasar dan

sumber bagi segala usahanya demi perkembangan siswanya menjadi manusia

berkepribadian utuh, bertanggung jawab, sanggup memilih secara bebas dan utuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

44

44

orang yang mampu meresapkan Injil serta berani melaksanakan dalam kehidupan

yang real orang yang mampu menghubungkan imannya dengan kebudayaan dan

hidup. Kaum awam sebagai pendidik adalah orang yang melalui tugas dan

jabatannya di sekolah memperkenalkan Kristus dan karya keselamatan-Nya

kepada seluruh masyarakat pendidik, terutama bagi siswa-siswinya.

Bagi Mandagi (1994: 22) tidak cukup orang memiliki identitas panggilan

sebagai pendidik Katolik. Identitas itu harus dihayati sehingga melibatkan seluruh

pribadi. Seorang pendidik Katolik harus mampu memberi kesaksian dalam hidup

tentang apa yang dihayatinya khususnya dalam tugas perutusannya di sekolah,

baik dalam hubungan langsung dengan siswa di sekolah maupun di dalam hidup

masyarakat di luar sekolah. Semakin lengkap kesaksian yang dapat diberikan oleh

seorang pendidik mengenai model pribadi yang ideal, maka pribadi yang ideal itu

akan semakin dipercaya dan dicontoh. Pribadi yang ideal itu akan dilihat masuk

akal dan pantas diteladani. Tanpa kesaksian konkret, maka Kristus yang

diperkenalkan melalui tugasnya sebagai pendidik akan dianggap mustahil. Namun

sebaliknya. semakin nampak nilai-nilai ini dalam tindakan pendidik, maka

semakin mungkin bahwa siswa-siswi mencontoh pribadi Kristus. Untuk itu nilai-

nilai harus sungguh-sungguh dihayati, misalnya dengan doa, renungan, dan

membaca Kitab Suci.

E. Kesimpulan

Identitas guru Kristiani menampilkan suatu sikap yang berani merendahkan

diri, melayani secara tulus dan memberi teladan kepada murid-muridnya. Sama

halnya dengan yang dilakukan Yesus kepada para murid-Nya dengan membasuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

45

45

kaki mereka. Maka wibawa sejatinya seorang guru akan bersinar lebih terang

ketika dirinya mau melayani dengan rendah hati dan memberi teladan kepada

muridnya. Dengan begitu guru mampu menyampaikan kebijaksanaan dan

keutamaan hidup yang memberi hidup yang baru bagi para muridnya. Hal yang

lebih penting daripada profesi adalah keikut-sertaan dalam tugas Kristus.

Pelayanan guru merupakan keikut-sertaan dalam tugas peutusan Kristus di

dunia. Pelayanan guru tidak selalu berkaitan dengan mengajar di sekolah saja

melainkan juga dalam kehidupan keseharianya melalui hidup konkretnya dengan

memberi teladan dan motivasi bagi orang di sekitarnya. Inilah yang disebut guru

yang bersedia memberi hidupnya sebagai pelayanan kepada muridnya. Pelayanan

dari seorang guru dengan cinta yang sungguh berasal dari hati mampu menyentuh

kedalaman hidup setiap pribadi muridnya. Dengan demikian mereka menemukan

Yesus dalan diri guru tersebut dan mengalami cinta yang berasal dari-Nya. Semua

ini terlaksana karena dilandasi dengan sepuluh keutaman guru Kristiani.

Dengan demikian, tujuan pelayanan adalah memberi kesaksian tentang

Kerajaan Allah serta mengupayakan Kerajaan Allah sungguh terwujud di dunia.

Tujuan setiap pelayanan ialah membawa sesama untuk merasakan dan mengalami

keselamatan dari Yesus, di mana kebahagian, kesejahteraan dan suka cita dialami

setiap orang dan mampu bersyukur dengan yang dialami.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

46

46

BAB IV

UPAYA-UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS

PELAYANAN GURU

Dalam bab sebelumnya penulis menjabarkan tentang Identitas Guru Katolik,

Pelayanan Guru, Tujuan Pelayanan, dan guru sebagai pendidik. Setelah melihat

permasalahan yang ada maka dalam Bab ini penulis akan menjabarkan usulan

berupa upaya pengembangan Spiritualitas Pelayanan Guru.

A. Katekese Sebagai Salah Satu Upaya Mengembangkan Spiritualitas

Pelayanan Guru

1. Pengertian tentang Katekese

Pengertian katekese berkembang terus-menerus seiring dengan

perkembangan zaman dan Gereja. Menurut Direktorium Kateketik Umum yang

dikeluarkan pada 1971 oleh Kongregasi Suci untuk Para Klerus dalam art. 21

dikatakan bahwa

katekese diartikan sebagai karya gerejani yang mengantarkan kelompok maupun

perorangan kepada iman yang dewasa. Dengan bantuan katekese, kelompok-

kelompok umat Kristen memperoleh bagi diri mereka pengetahuan yang lebih

hidup dan mendalam tentang Allah dan tentang rencana penebusan. Dan bahwa

semuanya itu berpusat pada Kristus, Sabda Allah yang menjadi manusia. Mereka

lalu membangun diri sendiri dengan selalu berusaha mendewasakan dan

memperdalam iman. Mereka juga mau membagi kedewasaan iman mereka dengan

orang lain yang juga ingin memilikinya.

Katekese merupakan karya pastoral Gereja. Melalui katekese, umat

memperoleh pengetahuan dan dengan ini iman yang telah mulai tumbuh pada

waktu pembaptisan dihantar menuju kepada kedewasaan. Semuanya berpusat

pada Kristus. Dengan demikian, umat yang menuju kedewasaan iman itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

47

47

membangun diri dalam Kristus sehingga iman menjadi dewasa dan mendalam.

Selanjutnya ini dibagikan kepada yang lain melalui sharing pengalaman yang

bersama direfleksikan guru dan ini akan menjadi pengalaman iman.

Perjalanan pertumbuhan iman menuju kedewasaan itu diteguhkan oleh Paus

Yohanes Paulus II melalui Anjuran Apostoliknya Catechesi Tradandae pada 16

Oktober 1979 yang menegaskan bahwa

katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa

dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang

pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud

mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (1979: 171).

Dalam katekese, umat mendalami pribadi dan Sabda Yesus dengan tujuan

agar iman yang telah mulai tumbuh pada waktu pembaptisan semakin

berkembang menjadi dewasa. Maka dengan momen katekese ini diharapkan setiap

pribadi umat sungguh mengalami perkembangan iman ke arah yang semakin

dewasa (Hardawiryana, 1992: 171).

Selain pengertian katekese menurut kedua dokumen yang bersifat

internasional tersebut, ada juga pengertian yang merupakan arah katekese

Indonesia, yang dihasilkan oleh Pertemuan Kateketik antarkeuskupan se-

Indonesia yang pertama (PKKI I), yang dilaksanakan di Sindanglaya, Jawa Barat,

pada Juli 1977. PKKI I menegaskan bahwa “katekese adalah komunikasi iman

umat, katekese dari umat dan untuk umat, katekese yang menjemaat, yang

bersadarkan pada situasi konkret setempat menurut pola Yesus Kristus” (art. 9).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

48

48

Pengertian tentang katekese menurut PKKI I tersebut disempurnakan pada

PKKI II yang dilaksanakan di Klender, Jakarta, pada Juni 1980. PKKI II

merumuskan katekese, yang kemudian dikenal sebagai Katekese Umat, sebagai

komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota

jemaat/kelompok, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara

semakin sempurna. Sebagai pola dan penentu Katekese Umat adalah Yesus

Kristus. Dengan Katekese Umat, mereka makin bersatu dalam Kristus, makin

menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan

Gereja semesta sehingga sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup

di tengah masyarakat.

Rumusan katekese dari PKKI II tersebut menyatakan bahwa katekese adalah

komunikasi iman. Tekanan pada komunikasi di sini bukan saja antara

pembimbing dan peserta tetapi terlebih komunikasi antarpeserta. Yang

dikomunikasikan adalah pengalaman iman bukan pengetahuan tentang rumusan

iman. Tugas pemimpin katekese adalah sebagai pengarah dan pemudah

(fasilitator). Ia adalah pelayan yang menciptakan suasana komunikatif. Ia

membangkitkan gairah supaya para peserta berani berbicara secara terbuka. Ia

mampu menciptakan suasana yang menjemaat; maksudnya, umat yang sederajat

yang saling bersaksi tentang iman mereka masing-masing. Peserta berdialog

dalam suasana terbuka, yang ditandai dengan sikap saling menghargai dan saling

mendengarkan. Dengan demikian, setiap pengalaman dari setiap peserta sungguh

saling memperkaya setiap pribadi yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

49

49

Peserta katekese umat adalah semua orang beriman yang sudah memilih

Kristus sebagai pola hidupnya; kerena itu, Kitab Suci, khususnya Penjanjian Baru

menjadi dasar penghayatan dan pengungkapan iman setiap peserta. Dengan

komunikasi iman dalam katekese umat, peserta semakin bertobat. Sebagai sesama

dalam iman, peserta merasa diri sederajat, saling bersaksi tentang iman mereka

dan bersama-sama menuju kepenuhan hidup dalam Kristus. Peserta semakin

sempurna beriman, membuka diri dan merasakan Allah dalam hidup dan situasi

masyarakat (Komisi Kateketik KWI, 2007:11-13).

Dari beberapa pengertian di atas, maka pengertian katekese menurut penulis

adalah usaha pembangunan dan pengembangan iman umat secara terarah.

Pengembangan iman ini dilaksanakan oleh umat melalui komunikasi iman

sehingga iman mereka semakin diperkokoh. Umat sebagai pribadi maupun

kelompok semakin bertobat, serta mengalami perjumpaan dengan Yesus Kristus

yang menjadi pola kehidupannya. Akhirnya, mereka mampu mewujudkan diri

sebagai orang Kristiani yang dewasa, memberi kesaksian tentang Kristus dalam

kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Iman mereka yang terarah kepada

Allah sehingga yang dilaksanakan dalam kehidupan adalah kehendak Allah atau

seturut dengan Kehendak-Nya.

2. Tujuan Katekese

Tujuan katekese sebagaimana dirumuskan oleh Kongregasi Suci untuk para

Klerus dan dinyatakan dalam Direktorium Katekese Umum artikel 17, adalah

“membuat iman umat menjadi hidup, sadar dan aktif lewat cara pengajaran.”

Tujuan ini mau mengatakan bahwa iman umat diperkembangkan dan diperkuat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

50

50

serta diperdalam melaui katekese sehingga umat menyadari kehidupan imannya

menjadi dasar bagi tindakannya. Dengan demikian, menurut penulis, pengertian

katekese bukan pengajaran karena melalui pengajaran hanya membuat umat

semakin tahu dan pandai saja, belum sampai pada kedalaman hidup beriman

(Kongregasi Suci Untuk para Klerus, 1971:35).

Menurut Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostoliknya yang berjudul

Catechesi Tradendae, “tujuan khas katekese adalah berkat bantuan Allah

mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari

memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen

umat beriman.” Melalui tujuan ini Yohanes Paulus II mau menyatakan bahwa

iman yang sudah mulai tumbuh pada waktu pembaptisan, merupakan berkat

bantuan rahmat Allah, dikembangakn melalui katekese sehingga kehidupan

beriman semakin menjadi dewasa. Kedewasaan dalam beriman merupakan

pancaran seseorang yang telah mantap dalam kehidupan Kristianinya; sikap dan

tindakan dalam hidup bermasyarakat sehari-hari merupakan perwujudan imannya

(Paus Yohanes II, 1979: 172).

Tujuan katekese menurut PKKI II yang mengartikan katekese sebagai

komunikasi iman adalah

1. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman

kita sehari-hari.

2. Dan kita bertobat (Metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-

Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari.

3. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan

cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita.

4. Pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas

mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengkokohkan Gereja semesta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

51

51

5. Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di

tengah masyarakat (Komisi kateketik KWI, 1993: 10).

Kelima macam tujuan Katekese Umat ini menurut penulis, dapat dibagi

menjadi 2 bagian yaitu pertama katekese bertujuan untuk membangun iman secara

pribadi sehingga hidup Kristianinya menjadi dewasa (nomor 1-3). Kalau masing-

masing anggota menjadi dewasa, maka kedewasaan umat (kelompok) terjadi juga.

Kedua nomor 4 dan 5 merupakan tujuan secara kelompok sebagai Gereja yang

dipanggil dan diutus untuk senantiasa membarui hidup agar terlibat dalam

pembangunan dan pengembangan masyarakat.

Tujuan tersebut menunjukkan bahwa katekese umat ingin membangun

Gereja. Keselamatan diperuntukkan bagi segenap umat. Dengan melaksanakan

tugas pastoral Gereja (salah satunya adalah katekese), Gereja semesta hidup dan

sekaligus mendorong umat untuk mewujudkan Gereja setempat agar Kristus

semakin hidup dan meraja di tengah masyarakat. Dari beberapa tujuan katekese

tersebut maka tujuan katekese menurut penulis adalah agar dalam terang Injil

iman umat semakin hidup, berkembang menuju kedewasaannya. Dalam

kehidupan sehari-hari, umat semakin membuka hati dan peka terhadap sapaan

Allah. Mereka semakin mampu melihat dan mengalami serta menyambut

kehadiran Allah sebagai wujud kasih-Nya. Dengan demikian umat bertobat,

membarui hidup, sehingga semakin bersatu dengan Yesus. Pembaruan dan

kesatuan ini menggerakkan hidupnya untuk memberi kesaksian tentang Yesus,

semakin melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat sehingga situasi

masyarakat dibarui juga (Komisi Kateketik KWI, 1993: 10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

52

52

3. Proses Katekese

Mengingat bahwa katekese bertujuan untuk membangun iman jemaat yang

diwujudkan dalam konteks hidup sehari-hari, maka menurut penulis katekese

merupakan salah satu cara yang tepat untuk membantu menjawab keprihatinan

Gereja. Adapun keprihatinan Gereja adalah bagaimana nilai-nilai yang terkandung

dalam Tradisi dan Visi Kristiani menjadi milik jemaat baik secara pribadi maupun

komunal. Melalui katekese nilai-nilai tersebut digali, direnungkan dan dihayati

serta diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Dalam

katekese terdapat tiga unsur pokok yang perlu ada, yaitu kehidupan peserta,

Tradisi dan Visi Kristiani serta komunikasi (sharing/dialog), baik maupun

komunikasi antara kehidupan peserta dengan tradisi dan visi Kristiani.

Unsur pertama katekese adalah peserta. Dalam tulisan ini, yang dimaksud

dengan peserta adalah para guru SD YPPK Bilogai. Kehidupan mereka sebagai

guru Katolik, secara khusus dari segi spiritualitas, berada dalam permasalahan dan

berhadapan dengan tantangan. Keadaan mereka itu merupakan titik tolak proses

katekese. Para guru adalah subjek katekese. Agar katekese dapat menyentuh,

maka keadaan mereka itulah yang diolah, direnungkan, direfleksikan, dan

diinterpretasikan dalam terang Injil untuk menemukan kehendak Tuhan dan nilai-

nilai baru bagi hidup serta pelaksanaan tugasnya. Penemuan itu disharingkan,

dibatinkan sehingga sungguh menjadi pengalaman iman personal yang sungguh

berarti.

Unsur kedua yang perlu ada yaitu Tradisi dan Visi Kristiani. Yang

dimaksud dengan Tradisi (dengan huruf besar T) dalam Gereja berarti bukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

53

53

hanya menjelaskan tentang sejarah naratif atau adat istiadat ritual masa lampau,

tetapi juga mencakup seluruh pengalaman iman umat dalam bentuk pewahyuan

Allah di dunia ini. Tradisi Gereja meliputi seluruh corak kehidupan Kristiani,

Kitab Suci tertulis, ajaran Gereja resmi, pesta/peringatan, hiasan atau lukisan yang

menjadi ekspresi pengalaman umat berhadapan dengan Allah, berdasarkan

peristiwa historis, khususnya kehadiran Allah dalam kehidupan, kematian dan

kebangkitan Kristus. Sedangkan dalam hidup manusia tentunya masing-masing

orang memiliki pengalamannya sendiri-sendiri. Hal inilah yang ditandai dengan

tradisi (dengan t huruf kecil) yang menunjukkan pengalaman hidup manusia

(peserta) konkret sehari-hari (Sumarno Ds., 2016: 17).

Pengertian Visi (dengan huruf besar V) tentunya tidak terlepas dari Tradisi,

karena Visi bukan sekedar suatu pengetahuan tetapi suatu kenyataan hadirnya atau

manifestasi konkret dari isi Tradisi dan menjadi jawaban hidup orang beriman.

Jadi Visi merupakan manifestasi konkret dari jawaban manusia terhadap janji

Allah yang terwujudkan dalam sejarah atau Tradisi. Setiap manusia menjalani

hidupnya di dunia ini terus berusaha menanggapi janji Allah dalam hidupnya. Di

sini Visi Kristiani peserta merupakan kritik atau praksis perbuatannya masa kini,

dan yang menjadi ukuran keberimanan manusia serta yang senantiasa terbuka

terhadap masa depan (Sumarno Ds., 2016: 17).

Unsur ketiga adalah sharing-dialog. Dalam sharing peserta berarti barbagi

rasa, pengalaman, pengetahuan serta saling mendengarkan pengalaman orang lain.

Dialog dimulai dari diri sendiri dalam suasana persaudaraan dan cinta kasih.

Dalam dialog ada dua hal penting yaitu membicarakan dan mendengarkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

54

54

Membicarakan (to tell) berarti menyampaikan apa yang menjadi kebenaran dan

pengalaman peserta serta mengatakan apa yang terjadi dalam diri peserta

sebagaimana adanya, bukan apa yang didengar dari orang lain saja, atau apa yang

dipikirkan/diperkirakan. Sedangkan mendengarkan (to listen) berarti

mendengarkan dengan hati dan rasa tentang apa yang dikomunikasikan oleh

peserta lain. Dengan mendengarkan orang lain maka peserta dapat menemukan

diri sendiri dan menemukan kehendak Tuhan. Mendengarkan berarti juga

melibatkan keseluruhan diri sehingga dalam mendengarkan timbullah gerak hati,

empati dengan apa yang dikomunikasikan oleh peserta lain (Sumarno Ds, 2016:

16-17).

Tiga unsur pokok di atas mengingatkan bahwa katekese bertujuan untuk

membantu perkembangan iman umat demi terwujudnya pembaruan kehidupan

masyarakat sehingga mereka semakin menghidupi nilai-nilai yang terkandung

dalam Tradisi dan Visi Kristiani. Dengan menghidupi nilai-nilai yang terkandung

dalam Tradisi dan Visi Kristiani maka menurut penulis para guru di SD YPPK

Bilogai pun penting memahami dan melaksanakan Katekese Umat melalui,

katekese model Shared Christian Praxis sangat tepat dilaksanakan guna

membantu usaha pencapaian tujuan tersebut.

B. Shared Christian Praxis: Salah Satu Model Katekese Umat

Salah satu model katekese umat yaitu model Shared Christian Praxis (SCP).

Shared Christian Praxis adalah model katekese umat yang menekankan sifat

dialog dan partisipasi supaya mendorong umat berdasarkan tradisi dan visi hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

55

55

dengan Tradisi dan Visi Kristiani sehingga dapat mewujudkan nilai-nilai Kerajaan

Allah di dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds, 2016: 14-15).

1. Pengertian Shared Christian Praxis

Katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP) terdiri dari 3 (tiga)

unsur penting yang harus diperhatikan yaitu Shared, Christian, dan Praxis

(Sumarno Ds., 2016:15-17).

a. Shared

Istilah ‘shared’ merupakan pengertian dari komunikasi iman yang bersifat

dialogal, partisipatif dan kritis, sikap egaliter, terbuka terhadap diri sendiri,

sesama dan Tuhan. Shared menekankan aspek dialog, kebersamaan, keterlibatan,

dan solidaritas. Oleh sebab itu proses sharing pengalaman peserta diharapkan

dapat saling mendengarkan dengan terbuka, dengan hati dan berkomunikasi

dengan kebebasan hati. Karena sharing mempunyai hubungan antara hidup

faktual dengan Tradisi dan Visi Kristiani (Groome, 1997: 4).

Sharing berarti saling berbagi ilmu pengetahuan dan saling mendengarkan

pengalaman setiap umat. Proses sharing diawali dengan berdialog kepada diri

sendiri kemudian diungkapkan dalam berbagai pengalaman dengan suasana

persaudaraan dan cinta kasih (Sumarno Ds, 2016: 16).

Aspek dialog dalam sharing didahului dengan refleksi dan pengolahan

pengalaman pribadi yang selanjutnya akan menjadi penegasan bersama. Ketika

proses dialog berlangsung perlu adanya kejujuran, keterbukaan, kepekaan dan rasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

56

56

hormat. Di sini nampak pentingnya mendengarkan tidak hanya dengan telinga

tetapi juga dengan hati. Oleh sebab itu dalam berdialog terkandung unsur

peneguhan, penegasan, dan hasrat untuk maju bersama serta hubungan dialektis

antara praksis faktual para peserta dengan nilai dan semangat Kristiani (Groome,

1997: 4).

Dalam berdialog terdapat dua unsur penting yakni membicarakan (to tell)

dan mendengarkan (to listen). Membicarakan berarti menyampaikan apa yang

menjadi kebenaran dalam pengalamanku dan mengatakan dengan apa adanya

yang terjadi dalam diriku bukan dalam diri orang lain ataupun yang didengar dari

orang lain bahkan bukan perkiraan maka perlu keterbukaan dan kejujuran dari

hati. Mendengarkan berarti mendengarkan dengan hati dan rasa tentang apa yang

dikomunikasikan oleh peserta lain. Dengan mendengarkan peserta dapat

menemukan kehendak Tuhan. Mendengarkan itu melibatkan seluruh diri sehingga

menimbulkan gerak hati dan empati (Sumarno Ds., 2016: 16-17).

b. Christian

Model Shared Cristian Praxis mengusahakan kekayaan iman Kristiani

sepanjang sejarah dan visinya makin terjangkau dan relevan untuk kehidupan

peserta di zaman sekarang. Dalam prosesnya diharapkan kekayaan iman Gereja

berkembang menjadi pengalaman iman peserta pada zaman sekarang. Kekayaan

iman menekankan dua unsur dalam model ini yaitu pengalaman iman hidup

Kristiani sepanjang sejarah (tradisi) dan visinya (Groome, 1997: 2-3).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

57

57

Tradisi (T dalam huruf besar) merupakan keseluruhan pengalaman iman umat

Kristiani yang telah diungkapkan dan dibakukan dalam Tradisi Gereja dalam

menanggapi pewahyuan Allah. Tradisi Gereja merupakan seluruh corak

kehidupan umat Kristiani, Kitab Suci, ajaran Gereja Resmi, interpretasi/tafsiran,

hasil penelitian para teolog, ibadat, sakramen, simbol, ritus atau lukisan yang

menjadi ekspresi iman umat akan pengalaman yang dialami dengan peristiwa

historis, kematian dan kebangkitan Yesus (Sumarno Ds., 2016: 17). Tradisi

Kristiani mengungkapkan iman jemaat yang hidup dan dihidupi inilah merupakan

tanggapan terhadap pewahyuan Allah yang terjadi dalam kehidupan umat.

Realitas iman yang dihidupi mengundang keterlibatan Praktis dan proses

pemberian. Selain itu tradisi sebagai sabda yang dihidupi memberi dan

menyediakan inspirasi dan makna hidup seturut nilai- nilai Kristiani sekaligus

mengembangkan identitas Kristiani (Groome, 1997: 3). Tradisi (t dalam huruf

kecil) merupakan seluruh pengalaman konkret manusia dan sejarahnya dalam

menghayati hidup serta menjalani hidup di tengah dunia dengan berdasarkan iman

(Sumarno Ds., 2016: 17).

Visi Kristiani menggarisbawahi tuntunan dan janji yang termuat di dalam

tradisi yaitu tanggung jawab dan pengutusan orang Kristiani sebagai jalan untuk

menghidupi semangat dan kemurnian mereka. Hakikatnya visi Kristiani adalah

terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan manusia. Visi juga

menunjukkan proses sejarah kehidupan umat Kristiani yang berkelanjutan dan

bersifat dinamis, serta mengandung penilaian, penegasan, pilihan, dan keputusan

(Groome, 1997: 3). Visi ( v dalam huruf kecil) merupakan usaha manusia dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

58

58

menanggapi janji Allah dalam hidup mereka dan merumuskan dalam Visi

Kristiani berdasarkan pengalaman yang dihayati. Di sini visi Kristiani peserta

merupakan kritik atas praksis perbuatannya di masa kini, dan menjadi ukuran

iman manusia yang senantiasa terbuka akan masa depan (Sumarno Ds., 2016: 17).

c. Praxis

Praxis merupakan suatu praktik yang didukung oleh refleksi teoritis dan

sekaligus suatu refleksi teoretis yang didukung oleh praktik. Praxis mengacu

pada suatu tindakan manusia dengan tujuan perubahan hidup yang meliputi

kesatuan praktik dan teori (kreativitas) seperti refleksi kritis dan kesadaran historis

(keterlibatan baru). Selain itu Praxis juga merupakan suatu ungkapan seseorang

yang meliputi ungkapan fisik, emosional, intelektual, spiritual dari hidup

(Sumarno Ds., 2016: 15).

Praksis mengacu pada suatu tujuan manusia yang memiliki tujuan tertentu

untuk mencapai kehidupan yang mengandung dialektis antara praktik dan teori

yaitu kreativitas. Praksis memiliki tiga komponen yang saling berkaitan yaitu

aktivitas, refleksi, dan kreativitas. Aktivitas meliputi suatu kegiatan mental dan

fisik, kesadaran, perbuatan personal dan sosial. Aktivitas bersifat historis maka

ditempatkan pada waktu dan tempat. Refleksi menekankan refleksi kritis atas

tindakan historis personal dan sosial, terhadap kehidupan masyarakat kepada

Tradisi dan Visi Kristiani. Kreativitas merupakan perpaduan antara aktivitas dan

refleksi yang menggarisbawahi sifat transenden sebagai manusia dalam dinamika

praksis; dengan demikian menciptakan praksis baru yang kemudian dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

59

59

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Groome, 1997: 2, Sumarno Ds., 2016:

15).

2. Langkah Katekese Umat model Shared Christian Praxis

Katekese Umat sebagai model berkomunikasi tentang makna pengalaman

hidup antar peserta. Dengan model Shared Christian Praxis diartikan sebagai

suatu proses yang terus mengalir. Katekese Umat dengan model Shared Christian

Praxis memiliki lima langkah yang saling berurutan, meskipun dalam praktik

kelima langkah itu mengalami tumpang tindih, terulang kembali, atau langkah

yang satu tergabung dengan langkah lainnya (Groome, 1997: 5).

a. Langkah 0 (Awal)

Langkah nol ini digunakan bila diperlukan; jika sudah memiliki buku

panduan langkah ini tidak perlu dilakukan. Dalam langkah ini hal-hal yang

penting adalah kekhasan tujuan, peran peserta, dan peran pendamping. Kekhasan

dari langkah nol adalah peserta dapat menentukan sendiri tema yang akan dibahas

sesuai dengan minat atau keprihatinan yang sedang terjadi di dalam diri peserta.

Dengan demikian tema dasar sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok

hidup, keprihatinan, permasalahan, dan kebutuhan mereka (Sumarno Ds., 2016:

18). Melalui cerita permasalahan peserta didorong untuk menyampaikan

pemahaman dan pengalaman. Berdasarkan kepentingan dan kebutuhan peserta

diajak untuk merumuskan topik dan menyusunnya sesuai kebutuhan (Groome,

1997: 8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

60

60

Tujuan yang ingin dicapai adalah mendorong umat (subjek utama)

menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkret yang

selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Dengan demikian tema dasar

sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan dan kebutuhan

mereka (Sumarno Ds., 2016: 18).

Umat mampu menumbuhkan keterlibatan dan kesadaran peserta sebagai

subjek dalam katekese sehingga menciptakan kesatuan kesadaran, keinginan atau

kehendak dan keikutsertaan yang baru. Tema dasar disadari sebagai tema

bersama. Langkah ini bermaksud membangun kesadaran dan minat bersama serta

visi sebagai sarana perjumpaan, kebersamaan, kesatuan dan komunikasi

antarpribadi sebagai subjek dengan saling menghormati keunikan dan kebutuhan

(Groome, 1997: 8).

Dalam langkah ini peserta perperan aktif dalam berkatekese, menjalin dialog

dalam pemilihan tema dasar bersama secara konsisten sesuai model Shared

Christian Praxis dan tema tersebut tidak bertentangan dengan iman Kristiani.

Dengan simbol, keyakinan, cerita, video, film, foto atau poster atau sarana lain

peserta dapat menemukan sendiri salah satu unsur atau aspek kehidupan yang

dapat digunakan sebagai tema dasar dalam berkatekese (Sumarno Ds., 2016: 19).

Dalam langkah ini pendamping meciptakan situasi psikososial yakni

mendorong peserta berpastisipasi dan menciptakan suasana keakraban,

kekeluargaan, dan saling percaya sehingga peserta diterima, dimengerti, dan

dihargai. Pendamping menciptakan lingkungan fisik yang mendukung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

61

61

Pendamping memilih sarana yang tepat dan membantu peserta untuk menemukan

serta merumuskan tema pokok yang menjadi prioritas tema yang tepat bagi

mereka (Sumarno Ds., 2013: 19; bdk. Groome, 1997: 10).

b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual

Langkah pertama merupakan keterlibatan peserta untuk membagikan

pengalaman faktualnya sesuai dengan tema. Pengalaman hidup yang dibagi

merupakan peristiwa yang sungguh-sungguh dialami oleh peserta dalam

kehidupan sehari-hari. Langkah pertama ini memiliki tiga unsur pokok yang

mendukung proses katekese, yaitu kekhasan peran peserta, tujuan, dan peran

pendamping.

Kekhasan dalam langkah pertama adalah sharing pengalaman pribadi dan

pengalaman hidup bersama masyarakat. Melalui cerita, gambar, tarian, nyanyian,

puisi, pantomim dan sebagainya, namun yang terpenting bentuk itu bisa

dimengerti oleh peserta lain dan betul-betul mengungkapkan pengalaman faktual.

Pengalaman hidup pun bisa berupa perasaan, sikap, kebiasaan, keyakinan

sehingga peserta sungguh sadar dan kritis terhadap pengalaman hidupnya

(Sumarno., 2016: 19; Groome, 1997: 5).

Dalam langkah ini tujuan yang ingin dicapai adalah membantu peserta

untuk mengungkapkan pengalaman hidup faktual (fakta) yang bersumber pada

pengalaman pribadi atau keadaan masyarakat atau gabungan dari keduanya.

Selain itu tidak hanya pengalaman pribadi, namun pengalaman orang lain juga

bisa disharingkan (Sumarno., 2016: 19; Groome, 1997: 5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

62

62

Untuk mendukung terwujudnya tujuan yang akan dicapai maka peserta

berperan mengungkapkan pengalaman hidupnya. Mendalami pengalaman tersebut

serta membahasakannya kemudian diungkapkan kepada peserta yang lain.

Pengalaman hidup peserta yang diungkapkan merupakan pengalaman pribadi,

keadaan masyarakat baik ekonomi, sosial, dan budaya yang terjadi di lingkungan

masyarakat atau gabungan dari keduanya. Dengan sharing pengalaman peserta

yang masih subjektif dan yang kan menjadi objektif maka peserta akan

diteguhkan dan dikembangkan imannya (Sumarno., 2016: 19; Groome, 1997: 11).

Dengan adanya peran peserta, pendamping pun ikut berperan yaitu sebagai

fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung

peserta untuk membagikan praxis hidupnya yang berkaitan dengan tema dasar.

Pendamping juga merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang jelas, terarah dan

tidak menyinggung perasaan orang lain serta bersifat terbuka. Pendamping

membangun sikap ramah, sabar, bersahabat, peka terhadap latar belakang keadaan

dan permasalahan peserta dan memberi kebebasan kepada peserta untuk memilih

pertanyaan yang cocok. Pendamping juga memahami tujuan dan pokok pemikiran

dasar dalam langkah pertama (Sumarno., 2016: 19; Groome, 1997: 13, 42).

c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

Berdasarkan proses sharing pengalaman hidup pada lanngkah pertama

dalam langkah kedua peserta mendalami pengalaman hidupnya menjadi

pengalaman iman. Langkah kedua ini terdiri dari tiga hal pokok yaitu kekhasan,

tujuan serta peran peserta dan pendamping.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

63

63

Kekhasan dalam langkah kedua adalah refleksi kritis oleh peserta dan

mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya.

Refleksi kritis meliputi tiga hal pertama pemahaman kristis dan sosial

(alasan,minat, asumsi). Hal ini menekankan dua aspek yaitu pemahaman personal

terhadap tindakan dan pertimbangannya sendiri serta menganalisis pengalaman

hidup yang dibentuk oleh sistem sosial dalam masyarakat yang saling

berhubungan. Kedua kenangan analitis dan sosial (sumber-sumber historis) yang

mencakup sejarah hidup peserta dan pranata sosial yang saling membentuk dan

mempengaruhi cara hidup peserta serta masyarakatnya. Ketiga imajinasi kreatif

dan sosial (harapan konsekuensi historis) mempunyai dua tekanan yaitu bersifat

pribadi yaitu dengan membayangkan konsekuensi atau akibat, kemungkinan,

tanggung jawab pribadi atas tindakan yang dilakukan dan membuat peserta sadar

akan keterlibatan dan solidaritas sosial (rasa setiakawan/senasib) (Sumarno.,

2016: 20; Groome, 1997: 5-6).

Tujuan dalam langkah kedua adalah memperdalam refleksi dan mengantar

peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya yang

berkaitan dengan pemahaman kritis dan sosial (alasan, minat, asumsi), kenangan

analitis dan sosial (sumber-sumber historis), imajinasi kreatif dan sosial.

Berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup peserta sampai pada kesadaran

terdalam, sehingga sungguh menyadari bahwa pengalamannya adalah pengalaman

iman dengan demikian dapat menemukan makna hidup dan praxis baru

(Sumarno., 2016: 20; Groome, 1997: 5-6;43).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

64

64

Dalam langkah kedua ini peran peserta adalah memperdalam pengalaman

hidup melalui refleksi dan berproses terhadap kesadaran kritis akan pengalaman

hidup dan tindakan yang meliputi tiga hal yaitu pemahaman kritis dan sosial,

kenangan analisis dan sosial, imajinasi kreativ dan sosial. Dalam langkah ini

peserta berusaha merefleksikan pengalaman hidupnya sehingga sungguh

menemukan makna dan nilai hidup dari pengalaman tersebut. Peserta juga dapat

mencapai kesadaran terhadap tradisi dan visi hidupnya, dengan demikian mampu

menciptakan keterlibatan hidup dan praxis baru. Inti peran peserta pada langkah

kedua ini adalah memperdalam sharing pengalaman melalui refleksi dan

mengantar peserta sampai pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan

tindakannya (Sumarno., 2016: 20; Groome, 1997: 14-15).

Pendamping pun berperan dengan menciptakan suasana pertemuan yang

menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbangan dari peserta.

Pendamping mengundang peserta untuk melakukan refleksi kritis,. Selain itu

pendamping juga mendorong peserta untuk berdialog dan melakukan penegasan

bersama dengan maksud memperdalam, menguji pemahaman, kenangan, dan

imajinasi peserta. Pendamping mengajak peserta untuk berbicara namun tidak

dipaksa serta menggunakan pertanyaan yang tidak menyinggung peserta atau

bersifat interogasi dan mengggangu harga diri serta rahasia peserta (Sumarno.,

2016: 20; Groome, 1997: 44). Pendamping menyadari adanya kesulitan dalam

refleksi maka dibutuhkan kesadaran, dan keterampilan untuk

mengembangkannya. Pendamping perlu menciptakan lingkungan psikologis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

65

65

keakraban, rasa senasib-sepenanggungan, dan kepercayaan antarpeserta yang kuat

(Groome,1997: 19).

d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani Peserta

Pada langkah ketiga peserta akan menemukan teks Kitab Suci untuk

didalami bersama agar menemukan nilai-nilai Kerajaan Allah yang bisa

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah ketiga memiliki kekhasan

pokok yang perlu diperhatikan yaitu terjadinya tafsir Kitab Suci yang sesuai

dengan situasi peserta, tujuan, peran peserta dan pendamping.

Kekhasan dalam langkah ketiga adalah pendamping menyampaikan pesan

Tradisi dan Visi Kristiani agar mengena dalam kehidupan peserta. Tradisi dan

Visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang

memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan

tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut. Sifat pewahyuan Ilahi adalah

dialogal, menyejarah, dan normatif seperti terungkap dalam Kitab Suci, dogma,

pengajaran Gereja, liturgi, spiritualitas, kepemimpinan, dan devosi. Oleh karena

itu diperlukan penafsiran supaya pewahyuan-Nya relevan dalam hidup peserta

(Sumarno Ds., 2016: 20-21).

Tujuan yang hendak dicapai dalam langkah ketiga adalah

mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani agar lebih terjangkau

dan lebih mengena dalam kehidupan peserta yang konteks dan latar belakang

kebudayaannya berbeda. Pendamping memberi jalan, menghilangkan hambatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

66

66

sehingga peserta dapat menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi dan

Visi tersebut (Sumarno Ds., 2016: 20-21 Groome, 1997: 6).

Demi terciptanya tujuan langkah ketiga ini peserta mendialogkan tradisi dan

visi hidup dengan Tradisi dan Visi Gereja agar iman Kristiani dapat dekat dan

hadir di dalam hati setiap peserta sekaligus hadir di tengah-tengah kehidupan

peserta. Peserta yang termotivasi mempribadikan makna kebenaran secara kritis

dan kreatif, dan menemukan praxis baru (Sumarno Ds., 2016: 20-21).

Peran pendamping dalam langkah ketiga yakni untuk menafsirkan.

Pendamping perlu menghormati Tradisi dan Visi Kristiani sebagai yang otentik

dan normatif. Dari tafsiran yang diberikan diharapkan memberi informasi dan

membantu peserta sehingga nilai-nilai Tradisi dan Visi Kristiani menjadi

miliknya. Tafsiran juga disertai dengan kesaksian iman, harapan dan hidup

pribadi. Pendamping juga menggunakan metode yang tepat dan cocok, mengantar

peserta kepada kesadaran diri, tidak mengulang-ulang rumusan, tidak bersikap

sebagai guru serta mempersiapkan bahan secara maksimal (Sumarno Ds., 2016:

21; Groome, 1997: 28).

e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkrit Peserta

Berdasarkan pengolahan langkah pertama sampai langkah ketiga peserta

menemukan nilai-nilai baik yang akan dikembangkan sedangkan hal-hal yang

buruk akan segera ditinggalkan. Oleh karena itu, langkah keempat juga memiliki

tiga hal pokok yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta dan pendamping.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

67

67

Kekhasan dalam langkah keempat adalah peserta diajak mendiskusikan hasil

pengolahan dari langkah pertama, kedua, dan isi pokok langkah ketiga sehingga

peserta dapat menemukan nilai-nilai. Tradisi dan Visi yang meneguhkan,

mengkritik, sehingga peserta sungguh menemukan pengalaman pribadi menjadi

pengalaman iman. Selain itu peserta pun dapat melangkah ke kehidupan yang

lebih baik dengan nilai, semangat, dan iman demi terwujudnya Kerajaan Allah

(Sumarno Ds., 2016: 21; Groome., 1997: 7).

Dengan menemukan nilai-nilai Tradisi dan Visi maka tujuan yang hendak

dicapai pada langkah ini adalah mengajak peserta untuk menemukan nilai Tradisi

dan Visi Kristiani. Peserta didorong untuk menemukan sendiri sikap buruk yang

akan diubah atau diperbaiki, dan menemukan nilai baru yang mau dikembangkan

dan diaktualitasikan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Langkah

keempat bertujuan mengintepretasikan nilai hidup ke dalam Tradisi dan Visi

Kristiani dan mempersonalisasikan serta memperkaya dinamika Tradisi dan Visi

Kristiani (Sumarno Ds.,2016: 21; Groome, 1997: 30,48).

Peserta dan pendamping juga berpartisipasi untuk tujuan yang akan dicapai.

Peran peserta adalah mendialogkan hasil dari langkah pertama, kedua dan isi

pokok langkah ketiga. Berdasarkan hasil dialog tersebut peserta dapat

menemukan nilai Tradisi dan visi Kristiani yang meneguhkan, mengkritik,

sehingga peserta mampu melangkah ke kehidupan yang lebih baik dengan nilai,

iman dan semangat demi terwujudnya Kerajaan Allah (Sumarno Ds., 2016: 21;

Groome, 1997: 5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

68

68

Dalam perjalanan atau proses menemukan nilai hidup peserta dapat

mengungkapkan perasaan, sikap, perspektif, evaluasi dan penegasan kebenaran

nilai dan kesadaran yang diyakini sebagai tanggapan dialog Tradisi dan Visi

Kristiani. Pengungkapan nilai hidup dapat berupa penjelasan, tulisan, simbol dan

lain-lain (Sumarno Ds., 2016: 21; Groome, 1997: 32).

Dalam langkah ini pendamping menghormati kebebasan dan hasil

penegasan peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pendamping.

Pendamping meyakinkan peserta bahwa mereka mampu menemukan nilai

pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan visi Kristiani. Selain

itu pendamping juga mendorong peserta untuk beranjak dari pendengar yang pasif

menjadi pihak yang aktif. Menyadari bahwa tafsiran pendamping bukan kata

mati, pendamping juga harus mendengarkan dengan hati tanggapan, pendapat, dan

pemikiran peserta (Sumarno Ds., 2016: 21-22; Groome, 1997: 48-49).

Fungsi lainnya yang harus dilakukan pendamping adalah membantu peserta

dengan cara menyampaikan pertanyaan-pertanyaan bantuan yang bersifat aktif,

agar peserta dapat menemukan sendiri nilai-nilai hidup, kesadaran baru dari iman,

dan perjuangan hidup yang akan dikembangkan dan diaktualisasikan secara kritis

dan kreatif dalam kehidupan sehari-hari (Sumarno Ds., 2016: 21; Groome, 1997:

49).

f. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret

Langkah kelima merupakan langkah terakhir dari Katekese Umat model

Shared Christian Praxis. Dalam langkah ini perserta diajak untuk menutup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

69

69

Katekese Umat dengan melakukan ibadat singkat untuk mendoakan seluruh

proses Katekese Umat yang telah berlansung. Langkah ini juga memiliki tiga

unsur penting yaitu kekhasan, tujuan, peran peserta dan pendamping.

Kekhasan yang terdapat dalam langkah kelima adalah peserta diajak untuk

menemukan niat yang khas dalam diri setiap peserta kemudian didiskusikan

menjadi niat bersama yang diaktualisasikan dalam kehidupan konkret. Peserta

juga diajak untuk menemukan keputusan pribadi dan bersama berdasarkan tema

dalam berkatekese. Keputusan yang telah ditentukan dapat bermacam bentuk dan

sifat serta subjek dan arahnya. Keputusan yang bersifat bentuk menekankan aspek

kognitif (pemahaman), aspek afektif (perasaan), dan tingkah laku (praktis-politis).

Keputusan yang berdasarkan sifatnya bisa lebih menyangkut tingkat personal,

interpersonal, atau sosial-politis. Keputusan yang berdasarkan subjeknya dapat

bersifat aktivitas pribadi atau tindakan bersama. Keputusan berdasarkan arahnya

dapat lebih intern untuk kepentingan kelompok atau ekstern untuk kepentingan di

luar kelompok (keterlibatan kepada sesama) (Sumarno Ds., 2016: 22; Groome,

1997: 34-35).

Tujuan yang hendak dicapai dalam langkah ini adalah mengajak peserta

agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat

terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan

manusia. dalam kontinuitasnya dengan Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan visi

Kristiani. Keprihatinan tujuan yang ingin dicapai adalah mendorong peserta

kepada keterlibatan baru sehingga muncul pertobatan pribadi dan sosial

(metanoia). Secara teologis peserta diajak untuk mengungkapkan suatu harapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

70

70

bahwa dalam rahmat Allah dan atas tanggapan tersebut kehidupan manusia akan

menjadi lebih baik. Selain itu langkah yang terakhir ini bertujuan membantu

peserta mengambil keputusan moral, konseptual, sosial, politis sesuai nialai

Kristiani. Langkah kelima ini merupakan sarana untuk menghayati dan

mewujudkan iman dari setiap pribadi peserta (Sumarno Ds., 2016: 22; Groome,

1997: 34,49).

Dalam langkah terakhir ini peserta berperan untuk mengungkapkan

keputusan yang akan diwujudkan dan dikembangkan dalam beberapa bentuk

(aspek kognotif/pemahaman, dan aspek afektif/perasaan) dan berdasarkan sifat

(pribadi, interpersonal, sosial-politis) serta berdasarkan arah (intern atau ekstern

untuk kepentingan kelompok). Peran pendamping dalam langkah ini adalah

membantu peserta mengambil keputusan sendiri. Dari keputusan tersebut

merupakan wujud dari iman Kristiani agar Kerajaan Allah sungguh hadir dalam

kehidupan setiap peserta (Sumarno Ds., 2016: 22; Groome, 1997: 37,49).

Dalam langkah yang terakhir ini pendamping diberi tanggung jawab untuk

menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif, merumuskan pertanyaan-

pertanyaan operasional (tidak perlu muluk-muluk) yang membantu ke arah tema.

Selain itu pendamping menekankan sikap optimis yang realistis pada peserta serta

merangkum hasil dari langkah pertama sampai keempat supaya dapat membantu

peserta. Pendamping pun mengusahakan supaya peserta sampai pada keputusan

pribadi dan bersama. Sebagai penutup peserta diajak untuk merayakan liturgi dan

mendoakan keputusan yang telah diambil secara pribadi maupun bersama

(Sumarno Ds., 2016: 22; Groome, 1997: 50).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

71

71

C. Usulan Program Pengembangan Spiritualitas Pelayanan Guru Di Sd

Bilogai, Papua

1. Pemikiran dasar Program

Dari uraian singkat tentang spiritualitas pelayanan para guru di SD YPPK

Bilogai, Papua, awalnya memang sangat sedikit guru yang mau datang di Bilogai

dengan tujuan mengajar di sana. Selain itu, tentu dengan motivasi yang baik

mereka bertahan di pedalaman demi membantu para murid dalam bidang

pendidikan. Namun dengan perkembangan yang terjadi seperti sekarang Bilogai

telah menjadi Kabupaten dan semakin banyak guru yang datang namun

kebanyakan dengan motivasi yang berbeda dengan guru-guru awal. Mereka pun

kurang memiliki spiritualitas pelayanan dan akhirnya pun tidak memberi

pelayanan sebagai guru yang sesungguhnya. Terkadang sekolah dan murid

ditinggal dan mereka pergi ke kota.

Situasi seperti ini terlihat dari anak-anak sekolah yang pulang lebih cepat

dari jam sebenarnya, dipulangkan karena jam pelajaran kosong akibat guru tidak

ada di tempat tugas. Para guru sering terbawa oleh arus kehidupan yang

berorientasi pada materialisme dan individualisme yang dapat menyebabkan

semakin melemahnya penghayatan spiritualitas mereka sebagai guru. Dari situasi

seperti ini mengakibatkan banyak murid yang telah duduk di bangku kelas IV

atau V namun belum bisa membaca. Dengan demikian peran dan spiritualitas guru

perlu dipahami, dihayati dan diterapkan dalam tugas dan pelayanannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

72

72

Sebagai sumbangan pikiran kepada SD YPPK Bilogai guna membantu para

guru agar mereka mewujudkan spiritualitas yang sesuai dengan peran mereka

sebagai guru Katolik, yaitu melaksanakan pekerjaan sebagai keikutsertaan dalam

tugas perutusan Yesus, dengan semangat Roh Kudus, penulis akan menyusun

program peningkatan spiritualitas guru SD YPPK Bilogai. Dengan program

tersebut diharapkan proses peningkatan dapat berjalan dengan baik dan mengarah

kepada tujuan yang telah direncanakan.

2. Tema Program

Tema program peningkatan spiritualitas guru Katolik berikut ini (beserta

sub tema dan judul pertemuannya) dirumuskan atas dasar permasalahan para guru

yang telah dijabarkan secara singkat dalam bab III. Selain itu, juga berdasarkan

pada identitas guru yang dalam hidup dan karyanya mengkonkretkan tugas

perutusan Yesus, serta melalui hal ini mereka dipanggil untuk semakin menjadi

Kristiani. Adapun rumusan tema adalah “Sepuluh Keutamaan Guru Kristiani.”

(Mintara, 2014: 69-95). Tema ini penulis uraikan menjadi 10 sub tema, masing-

masing sub tema terdiri dari 1 pertemuan, yaitu:

a. Siap-sedia dalam melayani

b. Totalitas

c. Cura personalis

d. Kerja keras dan Mutu

e. Tanggung jawab

f. Melayani dengan rendah hati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

73

73

g. Bijaksana

h. Memperjuangkan kebenaran

i. Mudah bersyukur

j. Berpengharan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

74

3. PROGRAM PENINGKATAN SPIRITUALITAS GURU KATOLIK SD YPPK BILOGAI, PAPUA

Tema : Sepuluh Keutamaan Guru Kristiani

Tujuan : -Membantu para guru memahami, menyadari, dan menghayati peran mereka sebagai guru Kristiani yakni yang dipanggil

dan diutus untuk melayani dengan spirit dari Allah sebagai pengutus.

-Mampu menghayati identitas diri Kristiani dengan setia melayani sehingga dapat memenuhi kebutuhan para murid yang

diperlukan untuk berkembang secara utuh.

No Waktu Sub tema

pertemuan

Tujuan pertemuan Metode Sumber bahan Sarana

1 120

menit

Siap sedia dalam

melayani

Peserta lebih menyadari

bahwa panggilan yang

sedang dijalani

merupakan panggilan

-Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

- Kitab Suci

-Buku Madah

Bakti

- St. Eko Riyatdi

-Teks Kitab Suci (Injil

Mat 4:18-22)

-Teks lagu: jangan

lelah dan No. MB.463

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

75

yang khusus, sehingga

semakin mampu

menjawab panggilan

Tuhan dengan siap sedia.

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

Pr (2011) 56-57

Buku tafsiran injil

Matius

-LEMBAGA

BIBLIKA

INDONESIA.,

(1982) Injil

Matius, Kanisius.

-A.Mintara S,

2014:192

-Teks kisah aku

terpanggil untuk

melayani

- Lilin dan Salib

2 120 Totalitas Peserta memahami dan -Menggali -Kitab Suci -Teks Kitab Suci Injil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

76

menit menyadari konsekwensi

sebagai pengikut Kristus

sehingga, semakin

mampu menjadi pengikut

Kristus yang melayani

dengan sifat totalitas.

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

-Harun, M.,

(2000). Inilah Injil

Yesus Kristus.

Yogyakarta:

Kanisius.

Kanisius.

- St. Eko Riyatdi

Pr. Buku tafsir

Injil Markus.

(2011) 187-188

-A. Mintara S,

2014: 293

Mrk. 12:41-44

-Teks Lagu kau

dipanggil Tuhan dan

kumau cinta Yesus.

- teks cerita Pahlawan

tanpa tanda jasa.

- lilin dan Salib

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

77

konkret

3 120

menit

Cura personalis Peserta Semakin

menyadari akan

pentingnya sikap

peduli/perhatian

terhadap setiap pribadi

murid seperti yang

diteladankan Yesus

kepada murid-Nya.

-Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Kitab Suci

-Hadiwiyata A.S

(2008). Tafsir Injil

Yohanes,

Yogyakarta,

Kanisius;

- Film Ron Clark

Story

- Eko Riyatdi Pr,

Tafsir injil

Yohanes. (2011)

371-373

-Teks Kitab Suci Injil

Yohanes 17:9,15,20

-Teks Madah Bakti no

477 dan 304

-Gitar, LCD, Laptop,

Video Ron Clark Story. - Tape dan kaset suar - Teks/Kitab Suci Perjanjian Bar - Tape dan kaset suara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

78

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

4 120

menit

Kerja keras dan mutu Peserta semakin

menyadari pentingnya

kualitas pendidikan dan

kinerja guru sehingga

mampu membawa

perubahan pendidikan ke

arah yang lebih baik.

-Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

-Kitab Suci

-Leks Stefen,

(2000) Tafsir

Alkitab Perjanjian

Baru:

(Yogyakarta:

Penerbit Kanisius

-LBI(2002). Tafsir

Alkitab Perjanjian

Baru, Yogyakarta-

Kanisius.

-Teks Kitab 2 Tes 1-15

-Teks MB. No. 530

-Teks lagu jangan

lelah

-Teks cerita “jadilah

guru yang kerja keras

dan kreatif.

-Lilin dan salib

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

79

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

-AlbertoA.M.

(2016):18

5 120

menit

Sense of belonging Peserta semakin

menyadari tanggung

jawabnya sebagai utusan

sehingga semakin

mampu meneladan Yesus

Kristus dalam aspek

pewartaan sehingga kita

pun mampu

melaksanakan tanggung

-Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

- Kitab Suci

- Eko Riyatdi Pr,

Tafsir injil Matius.

(2011) 152-154

-LBI (2002).

Tafsir Alkitab

Perjanjian Baru,

Yogyakarta-

Kanisius.

-Teks Kitab Suci Injil

Mat. 16:21-24

- Salib dan Lilin

-Buku Madah Bakti no

555 dan 308

-Teks cerita Pak kebun

-Gitar

-Teks pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

80

jawab dan tugas

perutusan Bapa untuk

mewujudkan keselamatan

dalam bidang pendidikan.

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

-A. Mintara S,

2014: 347-353

6 120

menit

Melayani dengan

rendah hati

Peserta semakin

menyadari akan

panggilannya sebagai

guru yang mau melayani

dengan rendah hati sesuai

dengan apa yang

Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

-Kitab Suci

--Dianne Bergant,

CSA & Robert J

Karris, OFM, Ed,

(2002) Tafsir

Alkitab Perjanjian

Baru, Kanisius,

Yogyakarta,

- Leks Stefen,

-Teks Kitab Suci Injil

Lukas 17:7-10

- Salib dan Lilin

- Madah Bakti no 312

dan teks lagu melayani

lebih sungguh

-Teks pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

81

diteladankan Yesus. pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

2000 Tafsir

Alkitab Perjanjian

Baru:

(Yogyakarta:

Penerbit Kanisius

-Mintara Sufianta,

2014:87-89

pendalaman

-Teks cerita mendidik

dengan hati

7 120

menit

Bijaksana Peserta semakin

menyadari dan

memahami sikap

bijaksama dalam

menjalani panggilan

Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

-Kitab Suci

-LBI(2002). Tafsir

Alkitab Perjanjian

Baru, Yogyakarta-

Kanisius.

- Salib, Lilin dan piano

-Buku Madah Bakti no

367 dan 305

-Teks Kitab Suci Gal.

5:16-26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

82

hidupnya sehari-

hari,(baik sebagai guru

menurut fungsi dan

tugasnya sehingga di

tengah masyarakat

senantiasa mentaati dan

menjalani segala ajaran-

Nya.

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

-Cerita Tuan yang

bijaksana

-Teks pertanyaan

pendalaman

- teks cerita Tuan yang

bijaksana

8 120

menit

Memperjuangkan

kebenaran

Peserta menyadari

panggilan sebagai Guru

yang memperjuangkan

Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Kitab Suci

-Madah bakti

-Eko Riyatdi Pr,

-teks Kitab Suci Injil

Yoh. 14:1-7

- Salib dan Lilin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

83

kebenaran dalam bidang

pendidikan demi masa

depan murid-muridnya

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

Tafsir injil

Yohanes. (2011)

319-322

-film the freedom

writtens dairy

-Buku Madah Bakti no

470 dan 459

-Teks pertanyaan

pendalaman

-LCD, Speaker,

Laptop dll.

9 120 Mudah bersyukur Menggali -Kitab Suci -Teks Kitab Suci Injil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

84

menit Peserta menyadari dalam

perutusannya tidak

terlepas dari tuntunan dan

campur tangan yang

Maha Kuasa maka selalu

patut mengucap syukur

dengan yang ia alami.

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Mengusahakan

suatu aksi

-Eko Riyadi

Tafsiran Injil

Lukas. (2011) 174-

176

-Leks Stefen

(2000) Tafsir

Alkitab Perjanjian

Baru: Yogyakarta:

Penerbit Kanisius

Lukas 10:21-24

-Salib dan Lilin

-Teks lagu Bapak

sungguh baik dan Ku

brikan syukurku

-Teks cerita Pak

Krumun

-Teks pertanyaan

pendalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

85

konkret

10 120

menit

Berpengharapan/

mengandalkan Tuhan

Peserta menyadari

kemurahan hati Allah

yang menjamin

kelangsungan hidup

dengan berpengharapan

yaitu mengandalkan

Allah yang memberi

keselamatan.

Menggali

pengalaman

hidup peserta

-Mendalami

pengalaman

hidup peserta

-Menggali

pengalaman

iman Kristiani

-Menerapkan

iman Kristiani

dalam situasi

konkret

-Kitab Suci

-Eko Riyadi

Tafsiran Injil

Lukas. (2011)

168-188

-Dianne Bergant,

CSA & Robert J

Karris, OFM, Ed,

(2002) Tafsir

Alkitab Perjanjian

Baru, Kanisius,

Yogyakarta,

- Madah Bakti

-A. Mintara S,

2014:19-20

-Teks Kitab Suci Injil

Luk. 11: 14 – 26

-Madah Bakti No 301

dan 305

-Teks cerita harapan

kepada guru

-Teks pertanyaan

pendalaman

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

86

-Mengusahakan

suatu aksi

konkret

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

87

87

4. Contoh Persiapan Katekese Model Shared Christian Praxis

1. Identitas

a. Sub tema : Tanggung Jawab

b. Tujuan: Peserta bersama pendamping semakin menyadari tanggung jawabnya

sebagai guru sehingga semakin mampu meneladan Yesus Kristus dalam

melaksanakan tanggung jawab dan tugas perutusan Bapa untuk mewujudkan

keselamatan dengan taat sampai wafat di salib dan mencontoh sikap para murid

dalam melaksanakan tugas perutusan dan tanggung jawab untuk menghadirkan

Kerajaan Allah melalui pendidikan agar keselamatan senantiasa terjadi dalam

hidup sehari-hari.

c. Peserta : Para bapak dan ibu Guru

d. Tempat : Ruang Rapat Guru

e. Waktu : 15.00 – 17.00 WIT (120 Menit)

f. Metode : sharing

informasi

tanya jawab

diskusi

g. Model : Shared Christian Praxis

h. Sarana : Buku Madah Bakti

: Cerita Si Tukang Kayu

: Lilin dan Salib

: Alkitab

: Teks pertanyaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

88

88

i. Sumber Bahan : Kitab Suci Injil Lukas 10:1-9

: Bergant Dianne, dan Karris R. J, 2002). Tafsir Alkitab

Perjanjian Baru. Yogyakarta Penerbit Kanisius,)

: Eko Riyadi, St. (2011) Lukas ”sungguh, orang ini adalah

orang benar!” 170-172.

: Stefen Leks, (2000) Tafsir Alkitab Perjanjian Baru

2. Pemikiran Dasar

Zaman sekarang banyak orang yang tidak bertanggung jawab terhadap tugas

perutusan yang dipercayakan padanya. Misalnya dalam hidup berkeluarga,

sebagai seorang suami ia melepaskan tanggung jawabnya dengan meninggalkan

istri dan anak-anak begitu saja tanpa menghidupi keluarganya ataupun sebaliknya.

Begitu juga terjadi dalam kelompok kita sendiri yakni para guru. Terkadang

kurang adanya kesadaran akan perutusan itu akibatnya sering kita mementingkan

urusan pribadi ketimbang tanggung jawab kita terhadap para murid, sekolah dan

orang tua. Di samping itu juga, tidak jarang para guru yang terlalu sibuk dengan

pekerjaannya yang lain (berdagang, pergi ke kota) sehingga terjadi jam kosong di

kelas-kelas tertentu yang mengakibatnya kurang memperhatikan pendidikan para

murid di Sekolah. Perutusan dan tanggung jawab sebagai bapak-ibu guru adalah

mengajar dan mengusahakan pendidikan yang baik untuk para murid .

Injil Lukas 10:1-9, menguraikan secara jelas bagaimana Yesus memberikan

tanggung jawab kepada 70 murid yang akan diutus seperti domba ke tengah-

tengah serigala. Tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh para murid Yesus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

89

89

adalah menyembuhkan orang-orang sakit dan menyiapkan jalan Tuhan yakni

menyiapkan datangnya Kerajaan Allah (ay. 9). Pengutusan domba ke tengah-

tengah serigala menunjukkan tanggung jawab yang diberikan kepada para murid

itu sungguh-sungguh berat dan harus menghadapi tantangan yang sangat sulit dan

rumit. Namun para murid yakin dan percaya akan bantuan Tuhan di dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut agar orang-orang sakit dapat

tersembuhkan dan Kerajaan Allah dapat terjadi bagi banyak orang. Hal itu

sungguh-sungguh didengarkan dan diyakini oleh para murid sehingga apa yang

dipesankan oleh Yesus dapat terlaksana sebagaimana dikehendaki-Nya. Yesuslah

teladan yang melaksanakan tugas perutusan dan tanggung jawab-Nya sampai

menyerahkan diri dan wafat di kayu salib.

Dalam pertemuan ini, kita berharap untuk semakin mampu menyadari

sejauh mana kita telah melaksanakan tugas perutusan dan tanggung jawab kita

sebagai seorang bapak atau ibu guru. Melaksanakan tugas perutusan dan tanggung

jawab dengan hati yang sungguh-sungguh merupakan suatu perwujudan iman kita

kepada Tuhan sebagai seorang guru Kristiani yang melakukan kehendak Allah.

Dengan demikian semakin bertanggung jawab dalam perutusan sebagai guru dan

tekun melaksanakan tugas-tugas yang kita emban dan tetap mampu bersyukur

kepada Tuhan atas segala pemberian-Nya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

90

90

3. Pengembangan Langkah-langkah

a. Pembukaan

1) Kata Pengantar

Bapa/ibu guru yang terkasih dalam nama Yesus Kristus, kita berkumpul di

tempat ini sebagai murid-murid Yesus dalam satu keluarga untuk menanggapi

undangan Tuhan. Melalui pertemuan ini kita ingin menimba kekuatan baru dari

pengalaman pribadi kita dalam tugas perutusan kita sebagai Guru Kristiani.

Melaksanakan tugas perutusan dan tanggung jawab dalam bidang pendidikan

(sekolah) merupakan suatu wujud kecintaan kita kepada Tuhan melalui para

murid kita untuk saling meneguhkan di dalam menjalankan tugas perutusan dan

tanggung jawab sebagai bapak/ibu guru Kristiani. Oleh karena itu marilah kita

awali pertemuan ini dengan lagu pembukaan.

2) Lagu Pembuka MB. No 456 ” Panggilan Tuhan”.

3) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Mahakasih, kami bersyukur atas rahmat yang telah Engkau

berikan kepada kami sampai saat ini. Kini kami mohon rahmat penyertaan Mu

agar kami semakin terbuka untuk menggali dan merefleksikan hidup kami sebagai

seorang utusan (guru) yang memiliki rasa tanggung jawab baik di tempat kerja

maupun dalam lingkungan masyarakat; secara khusus, Gereja dan sekolah tempat

kami ditugaskan. Kami bekerja seturut dengan kehendak Allah sehingga kami

senantiasa mampu menciptakan Kerajaan Allah di sekolah. Engkau yang hidup

dan bertahta, kini dan sepanjang masa. Amin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

91

91

b. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

1) Pendamping membagikan teks cerita “Si Tukang Kayu” kepada peserta dan

memberikan kesempatan kepada peserta untuk membaca dan mempelajari

sendiri-sendiri terlebih dahulu (cerita terlampir)

2) Penceritaan kembali isi cerita : Pendamping meminta salah seorang peserta

untuk mencoba menceritakan kembali isi dari cerita “Si Tukang Kayu”

3) Intisari Cerita”Si tukang Kayu” tersebut adalah:

Seorang tukang kayu tua mengutarakan niatnya kepada pemilik perusahaan

Timbul Jaya supaya dipensiunkan dari perusahaan karena ia sudah tua, merasa

lelah dan ingin beristirahat serta menikmati sisa hari tuanya bersama istri dan

keluarganya. Pemilik perusahaan dengan berat hati mengabulkan permintaan Si

Tukang Kayu karena ia adalah seorang pekerja yang terbaik. Maka sebelum

pensiun, ia diberi suatu tanggung jawab untuk membangun sebuah rumah yang

akan dihadiahkan baginya. Si Tukang Kayu menerima tanggung jawab itu dan

melaksanakannya dengan keadaan terpaksa sehingga rumah yang dibangun itu

tidak bagus.

Alangkah menyesalnya Si Tukang Kayu setelah rumah yang dibangunnya

itu dihadiahkan baginya. Dia telah terlanjur melaksanakan tanggung jawabnya

dengan tidak sungguh-sungguh dan secara ogah-ogahan.

4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut

dengan tuntunan beberapa pertanyaan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

92

92

a) Kesulitan-kesulitan apa yang dialami si tukang kayu akan tanggung jawabnya

dalam membangun rumah?

b) Kesulitan-kesulitan apa yang bapak ibu guru alami akan tanggung jawab

dalam pelayanan di sekolah (pedalaman)?

5) Suatu contoh arah rangkuman pendamping.

Dalam cerita tersebut Si Tukang Kayu yang sudah tua minta untuk

dipensiunkan dari perusahaan Timbul Jaya. Sebelum ia dipensiunkan pemilik

perusahan memberi ia sebuah tanggung jawab yaitu membangun satu rumah. Si

tukang kayu menerima tanggung jawab tersebut namun ia melaksanakan tanggung

jawab dengan terpaksa. Kesulitan yang ia alami bahwa mengerjakan dengan

terpaksa tidak dengan sepenuh hati. Hal ini juga yang disebabkan karena ia sudah

tua dan lelah. Ternyata rumah yang dibangun itu dihadiahkan kepada dirinya

sendiri. Tanggung jawab yang dilakukan dengan hati yang setengah-setengah

merugikan dirinya sendiri dan keluarganya.

Dalam kehidupan kita sehari-hari kadang kita menerima tugas dan tanggung

jawab namun dalam melaksanakannya tentu kita menemukan kesulitan-kesulitan.

Dalam pelayanan pun demikian seperti fasilitas yang kurang, iklim yang dinggin.

Terkadang kesulitan itu muncul dari dalam diri kita sendiri seperti malas, tidak

peduli, mencari yang enak saja dan lain sebagainya. Akhibatnya tanggung jawab

itu dikerjakan tidak sepenuh hati, maka hasilnya pun tidak sesuai bahkan tidak

baik. Pada akhirnya kita merugikan diri kita sendiri bahkan merugikan orang lain

(para murid dan bumi Papua) yang paling kita cintai. Tanggung jawab yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

93

93

dipercayakan kepada kita, jika dilaksanakan dengan hati yang setengah-setengah

menyengsarakan diri kita sendiri dan juga orang yang hidup bersama dengan kita.

c. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman atau cerita di atas

dengan dibantu pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimana cara bapak ibu mengatasi kesulitan- kesulitan yang dialami ketika

melaksanakan tanggung jawab sebgai seorang guru?

Pendamping memberi arah rangkuman singkat atas jawaban-jawaban peserta yang

telah diungkapkan misalnya sebagai berikut:

Kita semua di panggil dan diutus sebagai guru untuk melayani dengan

penuh tanggung jawab namun itu tidak mudah. Kita perlu belajar terus menerus

dan kerelaan untuk berproses. Maka sebagai seorang guru kita harus berani

bertanggung jawab dengan sepenuh hati dalam setiap pelayanan. Sebab dengan

cara demikian kita dapat belajar untuk menjadi guru yang selalu bertanggung

jawab dengan tugasnya. Maka kita pun di tuntut agar selalu mendengarkan ajaran

Tuhan sehingga mampu memotivasi kita. Sebagai seorang guru harus

melaksanakan tugas tanggung jawabnya untuk memberikan pendidikan yang

optimal dan mendampingi para murid sekaligus hadir di sekolah. Kalau tugas dan

tanggung jawab tersebut tidak dilaksanakan kemungkinan besar dapat dipastikan

masa depan para murid dan pendidikan yang baik tidak dapat tercapai.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

94

94

d. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan teks langsung

dari Kitab Suci, Injil Lukas 10:1-9

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi bacaan Kitab Suci dengan bantuan beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

a) Ayat-ayat manakah yang menunjukkan tangung jawab yang diberikan Yesus

kepada 70 muridnya?

b) Sikap-sikap tanggung jawab apa yang ditampilkan oleh para murid?

3) Peserta diajak untuk menemukan pesan inti perikopa sehubungan dengan

jawaban atas 2 (dua) pertanyaan di atas.

4) Pendamping memberikan interpretasi atau tafsir dari bacaan Kitab Suci dari

Injil Lukas 10:1-9 dan menghubungkannya dengan tanggung jawab peserta

dalam hubungan dengan tema dan tujuan pertemuan, misalnya sebagai

berikut:

Ayat 3-9 ”Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke

tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut,

dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau

kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi

rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera,

maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali

kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan

orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

95

95

berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan

kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan

sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka:

Kerajaan Allah sudah dekat padamu. Dalam ketuju ayat inilah Yesus memberikan

tanggung jawab kepada 70 murid-Nya. Sungguh sangat dampak tanggung jawab

yang Yesus berikan yakni dengan kata ”pergilah, jangan membawa pundi-pundi,

memberi salam disetiap ruamh yang mereka datangi, dan tinggallah bersama

mereka dan terus mewartakan sabda Allah bahwa kerajaan Allah sudah dekat

padamu. Tugas dan tanggung jawab ini harus dilaksanakan secara terus-menerus

oleh para pewarta Kristiani termasuk kita sebagai guru. Tugas dan tanggung

jawab 70 murid ini harus dilaksanakan secara mantap dengan langkah yang pasti.

Oleh karena itu, Yesus mengatakan “Jangan memberi salam kepada siapapun

selama dalam perjalanan”.

Sikap-sikap yang ditampilkan oleh para murid yakni pandang mundur atau

berani serta dengan langkah pasti dan mantap mereka menerima serta

melaksanakan tugas perutusan dan tanggung jawab tesebut karena yakin dan

percaya bahwa Dia yang memberi tugas perutusan akan membantu usaha mereka

dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut. Kesetiaan mereka untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab tesebut membuahkan hasil yang luar

biasa yaitu dapat menyembuhkan orang sakit dan kehadiran mereka

mendatangkan Kerajaan Allah sehingga banyak orang terselamatkan, mengalami

damai sejahtera dan mengenal nama Yesus Sang Keselamatan yang memberi

teladan dan tanggung jawab kepada umat-Nya yaitu dengan taat sampai wafat di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

96

96

salib dan akhirnya bangkit kembali mengalami kemuliaan BapaNya. Peristiwa ini

sungguh-sungguh kita alami sampai saat ini. Kita yakin dan percaya bahwa Yesus

Kristuslah teladan bagi hidup kita sebagai Sang Raja Damai dan Keselamatan bagi

hidup kita sekarang dan selama-lamanya.

e. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Konkret

1) Pendamping mulai mengawali langkah ini dengan menempatkan peserta dalam

konteks dan situasi pertemuan, serta menerapkan pesan inti Kitab Suci dalam

pengalaman, kebutuhan, dan situasi hidup sesuai dengan tema dan tujuan

katekese umat, misalnya sebagai berikut :

Sebagai bahan refleksi kita untuk semakin menghayati dan menyandarkan

diri pada Allah yang merupakan satu-satunya pedoman bagi langkah hidup kita

dalam menjalankan suatu tanggung jawab, kita akan mencoba merenungkan

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimana saya pribadi menghayati perutusanku sebagai murid Yesus dalam

tugas dan hidupku sehari-hari sebagai guru?

b) Sejauh mana bapak/ibu guru semakin disadarkan, diteguhkan, disapa dalam

menjalankan tugas perutusan dihari-hari mendatang?

Peserta diberi kesempatan untuk merenungkan 2 (dua) pertanyaan diatas,

kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan hasil renungannya. Yesus

sendiri telah memberikan tanggung jawab kepada kita bukan hanya kepada para

murid. Adapun tanggung jawab yang diberikan Yesus Kristus kepada kita adalah

melanjutkan tugas perutusan dan tanggung jawab para murid yang diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

97

97

Yesus Kristus yaitu menyiapkan jalan-Nya, menghadirkan Kerajaan Allah di

sekolah terkhusus dalam hati setiap murid. Marilah kita kembali menyadari

bahkan berani menanggalkan hal-hal yang menghambat diri kita untuk tetap setia

mempertanggungjawabkan tugas perutusan kita. Hendaknya kita juga semakin

berani mengakui kelemahan dan mohon bantuan dari Allah agar Dia yang

mengubahnya menjadi daya kekuatan baru. Tidaklah mudah melaksanakan tugas

dan tanggungjawab yang begitu hebat. Dengan kekuatan sendiri pasti kita tidak

mampu melaksanakannya akan tetapi hanya dengan rahmat dan kekuatan Allah

sendiri, maka Dia memampukan kita untuk melaksanakannya.

f) Langkah V : Mengusahakan Suatu Aksi

1) Pengantar

Bapak/ibu guru yang terkasih dalam nama Yesus Kristus, setelah kita

bersama-sama menggali pengalaman kita sebagai seorang guru yang memiliki

tanggung jawab, baik itu tanggung jawab dalam pemdidikan murid (sekolah)

Gereja maupun masyarakat, kita semakin disemangati untuk dapat melaksanakan

tanggung jawab kita secara sungguh-sungguh dan berani menghadapi segala

tantangan tanpa perasaan takut karena Tuhan pasti berada di pihak kita untuk

selalu membantu dan menyemangati kita dalam melaksanakannya.

Melalui cerita Si Tukang Kayu dan Injil Yesus Kristus mengenai

pengutusan 70 murid, kita mendapat wawasan baru atau cara pandang baru,

semangat baru, harapan baru, kemauan baru untuk semakin meningkatkan

penghayatan dalam melaksanakan tanggung jawab secara sungguh-sungguh sesuai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

98

98

dengan yang ditugaskan oleh Yesus sendiri. Melalui sikap-sikap yang ditampilkan

oleh para murid yan dengan berani dan komintmen menerima tanggung jawab dari

Yesus. Maka marilah kita mengucapkan syukur dan semakin percaya pada

bimbingan rahmat Allah. Sekarang marilah kita memikirkan niat-niat dan bentuk

tanggung jawab kita sebagai utusan Allah yang harus membawa warta damai

sejahtera kepada semua orang.

2) Peserta diajak untuk memikirkan langkah konkret yang akan dilakukan untuk

mendukung terwujudnya rasa tanggung jawab terhadap para murid dan

sekolah, dengan panduan pertanyaan sebagai berikut :

a) Langkah konkret apa yang hendak kita bangun untuk meningkatkan

pelaksanaan tugas perutusan kita di sekolah keluarga, Gereja maupun dalam

masyarakat?

b) Usaha apa yang dapat kita lakukan sebagai seorang guru agar dapat

menujukkan diri kita sebagai utusan Kristus yang bertanggung jawab?

Peserta diberi kesempatan mengungkapkan dan mensharingkan niat pribadi

yang akan dilaksanakan sebagai langkah konkret. Selanjutnya peserta diberi

kesempatan dalam suasana hening membuat niat-niat pribadi – bersama yang akan

dilakukan. Setelah itu niat pribadi dan bersama dipersembahkan dalam doa umat

supaya dapat terwujud dalam hidup perutusan.

g. Penutup

1) Pendamping meletakkan Salib dan lilin di tengah-tengah peserta sehingga

semua peserta dapat melihatnya. Kemudian pendamping mengajak peserta untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

99

99

mengajukan doa-doa umat kepada Tuhan Yesus. Pendamping mengawalinya, doa

umat kemudian diakhiri dengan doa Bapak Kami, doa penutup yang dihubungkan

dengan tema dan tujuan katekese umat.

2) Doa Penutup

Tuhan Yesus Kristus teladan hidup kami, kami mengucapkan syukur atas

tanggung jawab yang Engkau percayakan kepada kami sebagai abdi-Mu di

tengah-tengah dunia pendidikan. Engkau telah membimbing kami dalam

menghadapi bermacam tantangan dan permasalahan untuk menjalankan tanggung

jawab kami sebagai seorang bapak/ibu guru baik untuk murid, sesama guru dan

sekolah. Tanpa bantuan dan bimbinganMu kami orang lemah ini sering tidak

mampu untuk melaksanakan tugas perutusan dan tanggung jawab secara sungguh-

sungguh. Oleh karena itu buatlah kami semakin merasakan kegembiraan dalam

tugas perutusan dan tanggung jawab kami sebagai seorang bapak/ibu guru dan

sebagi umat pilihan-Mu sehingga kami mampu memberikan kesaksian iman

dalam hidup kami sehari-hari, khususnya dalam tugas-tugas kami dalam bidang

pendidikan dan Gereja dan masyarakat sekitar kami. Akhirnya semoga kami dapat

menjalankan nasihat-Mu untuk memberikan diri sepenuhnya ke dalam tangan-Mu

dalam seluruh tugas dan tanggung jawab kami sebagai utusan-Mu. Dikau kami

puji kini dan sepanjang masa. Amin.

Dilanjutkan doa mohon Tanggung jawab MB 17E

3) Lagu Penutup : Pengutusan dan Salib Madah Bakti No. 457

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

100

100

BAB V

PENUTUP

Dalam keseluruhan skripsi ini, penulis telah mencoba menguraikan gagasan

tentang pengembangan spiritualitas guru Katolik di Sekolah khususnya SD YPPK

Bilogai. Pengembangan yang penulis maksud adalah usaha mengkonkretkan

sepuluh (10) keutamaan guru Kristiani yang digunakan untuk mengembangkan

dan meningkatkan spiritualitas mereka sebagai guru Katolik. Pada bagian akhir

dari skripsi ini, penulis akan membuat kesimpulan dari apa yang sudah dibahas

dalam bab-bab sebelumnya. Penulis juga akan memberikan saran yang kiranya

dapat bermanfaat bagi para guru khususnya guru di SD YPPK Bilogai dalam

meningkatkan dan mengembangkan spiritualitas guru Kristiani.

A. Kesimpulan

Spiritualitas merupakan seluruh pola hidup yang digerakkan oleh Roh

Kudus untuk menanggapi kehendak Allah. Pola hidup yang ditampilkan dalam

relasi manusia dengan Allah dan sikap serta tindakan terhadap sesama. Dasarnya

adalah kehadiran dan kegiatan Roh Kudus dalam setiap orang. sehingga semua

orang yang menerima Roh Kudus mampu melaksanakan seluruh rencana atau

kehendak Allah. Kehendak Allah itu nampak melalui tindakan-tindakan seseorang

(guru) yang memberikan diri secara utuh dengan berdasarkan 10 keutamaan guru

Katolik , untuk mengajar dan mendidik para muridnya. Dengan demikian seluruh

pikiran, tindakkan dan sikap yang dibimbing oleh Roh Kudus merupakan

kehendak Allah sendiri. Kehendak Allah yang ditawarkan kepada semua manusia

merupakan keselamatan. Hidup Allah akan menjadi hidup kita kalau kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

101

101

menerima tawaran tersebut dan penerimaan ini akan menjadi model hidup kita.

Inilah yang dimaksud dengan spiritualitas.

Spiritualitas Kristiani adalah suatu cara hidup yang dituntun oleh Roh

Kudus yang berasal dari Kristus. Kristus merupakan sumber penggerak manusia

dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diemban. Maka setiap guru

pun dipanggil untuk semakin menjadi orang Kristiani dengan meneladani Yesus

sang guru sejati. Peranan spiritualitas membantu semua orang sehingga mampu

mencapai visi dan misi atau suatu tujuan tertentu. Sama halnya, mengikuti Yesus

berarti perlu mengetahui visi dan misi-Nya yakni perbuatan dan pengajaran yang

menciptakan Kerajaan Allah misalnya sukacita, damai sejarahtera, dan pendidikan

yang lebih baik. Spiritualitas untuk melaksanakan misi itu bersumber pada

pekerjaan Roh Kudus karena karya Roh Kuduslah yang memperbarui dan

menciptakan dunia baru.

Berbicara tentang identitas guru tentunya tidak terlepas dari spiritualitas

yang dilandasi oleh sepuluh (10) keutamaan guru Kristiani 1karena hal inilah yang

menjadi kekuatan bagi para guru sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab

mereka. Selain itu guru pun dituntun agar mampu meneladani sikap dan tindakan

Yesus. Tindakan dan sikap Yesus seperti mengajarkan doa, mewartakan kabar

sukacita, memberikan diri, peduli, dan sebagainya. Semua tindakan itu bertujuan

agar setiap murid mengalami kehadiran Allah atau mengalami keselamatan. Guru

pun hadir dan memberikan diri bahkan hidupnya bagi para murid sehingga mereka

1 Siap sedia, Totalitas, Cura personal, Kerja keras dan mutu, Bertanggung jawab, melayani dengan

rendah hati, Bijaksana, Memperjuangkan kebenaran, Mudah bersyukur dan Berpengharapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

102

102

mengalami hidup yang baru. Dengan demikian pelayanan para guru merupakan

keikut-sertaan dalam tugas perutusan Kristus dengan mewartakan Kerajaan Allah

dalam bidang Pendidikan. Pelayanan guru yang sungguh berasal dari hati dan

cinta mampu menyentuh kedalaman hidup para murid yang mengantarkan mereka

bertemu dan mengalami kehadiran sang pemberi cinta kasih yakni Yesus Kristus.

Melihat yang penulis uraikan dalam bab-bab sebelumnya dan dengan judul

yang penulis angkat yakni Mengembangkan Spiritualitas Pelayanan Guru, penulis

mengusulkan kegiatan katekese umat dengan model Shared Christian Praxis.

Kegiatan Katekese Umat ini ditujukan khusus bagi para guru di SD YPPK

Bilogai. Dengan diadakan kegiatan Katekese Umat dengan model Shared

Christian Praxis melalui tema 10 keutamaan guru Kristiani ini diharapkan

membantu para guru SD YPPK Bilogai dalam meningkatkan dan

mengembangkan spiritualitas guru Kristiani melalui cara hidupnya sehari-hari

khususnya di sekolah tempat mereka ditugaskan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis ingin menyampaikan beberapa

saran yang dapat meningkatkan spiritualitas guru Kristiani dalam pelayanan di

sekolah. Saran ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan atau untuk

dipertimbangkan bagi semua pihak. Saran yang penulis sampaikan adalah:

1. Bagi sekolah

Sekolah perlu memberi tempat sekaligus mengadakan suatu bentuk

pertemuan yang terorganisasikan dan berkelanjutan guna semakin menyadarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

103

103

dan meningkatkan serta mengembangkan spiritualitas guru Kristiani bagi para

guru khususnya guru SD YPPK Bilogai.

2. Bagi guru

Diharapkan agar para guru menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai

seorang pendidik dengan nilai-nilai Kristiani atau sepuluh (10) keutamaan guru

Kristiani sehingga mampu mengembangkan spiritualitas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

104

104

DAFTAR PUSTAKA

Asse Bless, Samuel. (2014). Kalau bukan kami siapa lagi? : Potret Nasib

Guru dan Pendidikan di Pedalaman Papua. Yogyakarta: Kanisius.

Banawiratma, J.B. (1990). Spiritualitas Tranformatif. Yogyakarta: Kanisius.

Djono Moi, Alberto A. (2016). Jadilah Guru Kehidupan.

Bajawa Press Yogyakarta.

Groome. Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: suatu model

berkatekese (Seri Puskat No. 356). (F.X. Heryatno Wono Wulung,

Penyadur) Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat.

(Buku Asli diterbitkan tahun 1991).

Hardawiryana, R. (1975). Ensiklopedi Populer tentang Gereja. Jakarta

Ismail, Andar, Song, C.S., Rahner, Karl dan Nouwen, Henry. (2012).

Penerjemah: Natar. Pelayanan, Spiritualitas, dan pelayanan.

Yogyakarta: Kanisius

Konferensi Pemimpin Tarekat Religius Indonesia, (1987) Spiritualitas

Pelayanan. Jakarta

Konferensi Suci para klerus. (1991). Direktorium Kateketik umum. (Thom

Wignyata dan Lukas Lege, Penerjemah). Ende: Nusa Indah. (Dokumen

asli diterbitkan tahin 1971).

Konferensi Waligereja Indonesia. (1996), Iman Katolik: Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

Konsili Vatikan II. (2012). Apostolicam actuositatem art 4 (R. Hardawiryana,

penerjemah). Jakarta

Lalu, Yosef. (2007). Katekese Umat. Yogyakarta: Kanisius

Madya Utama I.L.(2002). Spiritualitas Liberatif-transformatif, dalam

Diskursus. Yogyakarta

Madya Utama I.L.(2011). Berpastoral Seluas Realitas Kehidupan dengan

Penuh Integritas. Departemen Dokumen dan Penerangan KWI.

Madya Utama, I.L.(2013). Kepemimpinan Pastoral yang Efektif. Yogyakarta:

Kanisius.

Mandagi, L. (1994) Identitas Pendidik Katolik, Yogyakarta: Seri Pastotoral

231

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

105

105

Moloney, F.J. dan Suharyo, I. (1988). Menjadi Murid dan Nabi. Kanisius,

Yogyakarta

Nouwen, Hendri, J.M. (1986). Pelayanan yang Kreatif Yogyakarta: Kanisius

Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II. (1981). Rumus

Katekese Umat yang dihasilkan PKKI II. Dalam Th. Huber (Ed.).

Katekese Umat: Hasil Pertemuan Katekese antar Keuskupan se-Indonesia

II. Yogyakarta: Kanisius.

Sufiyanta, A. Mintara. (2014). Roh Sang Guru: Buku Saku Spiritualitas Guru

Kristiani. Penerbit Obor.

Sufiyanta, A. Mintara. (2014). Hati Sang Guru: Menghayati panggilan Guru

Kristiani. Penerbit Obor.

Sufiyanta, A. Mintara. (2014). Dan Prihartini Yulia Sri, S.Pd.M.Hum. Sang

Guru Sang Peziara: Spiritualitas Kristiani. Penerbit Obor.

Sebastian R, (1988). “ Guru yang digugu dan ditiru”, Rohani no 4, 140

Sidjabat, B.S. (1994). “Menjadi Guru Profesional” sebuah perspektif

Kristiani. Bandung, Yayasan Kalam Hidup. Hal 36-37.

Sumarno Ds., M. (2016). Pendidikan Agama Katolik. Diktat Mata Kuliah

pengantar pendidikan agama Katolik Paroki Untuk Mahasiswa

Sememster VI, Fakultas Ilmu Pendidikan Agama, Universitas Sanata

Dharma. Yogyakarta.

Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi tradendae. (R. Hardawirjana,

penerjemah). Jakarta: Dokpen KWI. (Dokumen Asli iterbitkan tahun

1979).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

106

106

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

(1)

”Si tukang Kayu”

Seorang tukang kayu tua mengutarakan niatnya kepada pemilik perusahaan

Timbul Jaya supaya dipensiunkan dari perusahaan karena ia sudah tua, merasa

lelah dan ingin beristirahat serta menikmati sisa hari tuanya bersama istri dan

keluarganya. Pemilik perusahaan dengan berat hati mengabulkan permintaan Si

Tukang Kayu karena ia adalah seorang pekerja yang terbaik. Maka sebelum

pensiun, ia diberi suatu tanggung jawab untuk membangun sebuah rumah yang

akan dihadiahkan baginya. Si Tukang Kayu menerima tanggung jawab itu dan

melaksanakannya dengan keadaan terpaksa sehingga rumah yang dibangun itu

tidak bagus.

Alangkah menyesalnya Si Tukang Kayu setelah rumah yang dibangunnya

itu dihadiahkan baginya. Dia telah terlanjur melaksanakan tanggung jawabnya

dengan tidak sungguh-sungguh dan secara ogah-ogahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

(2)

lagu pembuka MB No 456

Panggilan Tuhan

Panggilan Tuhan Tuhan bagi umat-Nya di atas bumu ciptaan-Nya

Api cinta-Nya nyala kasih-Nya sumber semangat bagi kita

Wartakan semangat cinta-Nya bagi orang yang dambahkan kasih-Nya

Mari kita puji Tuhan yang telah mengutus Putra-Nya

Lagu penutup MB No 457

Pengutusan dan Salib

Reef: Yesus diutus Bapak di Surga kini tugasku jadi utusan

1. Bapak mengutus Yesus Putra-Nya, bawa selamat bagi dunia

Kita diutus Yesus Sang guru wartakan damai bagi sesama Reef

2. Tiada amal tanpa berkurban, tiada karna tanpa derita

Salib dipanggul kurban ditanggung itulah hidup utusan TuhanReef

3. Benih yang jatuh di dalam tanah, akan bertunas hingga berbuah

Kurbankan diri bagi sesama akan membawa rahmat berlimpahReef

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS PELAYANAN GURU …

(3)

Doa Mohon Tanggung jawab MB No 17E

Ya Allah dan Bapak, berilah aku rasa Tanggung jawab, supaya dapat

menjalankan tugas kewajiban dengan sebaik-baiknya menurut kehendak-Mu.

Berilah aku rasa tanggung jawab terhadap diriku sendiri, supaya aku tidak

menyia-nyiakan segala karunia yang telah Kauberikan kepadaku; rasa tanggung

jawab terhadap orang tua, supaya aku dapat berbuat sesuatu guna membalas

segala kasih sayang dan pemeliharaan yang mereka berikan padaku; rasa

tanggung jawab terhadap guru-guru supaya pengajaran yang mereka berikan

dengan penuh kesabaran tidak sia-sia saja; rasa tanggung jawab kepada teman-

temanku, supaya aku tidak mengecewakan mereka. Berikanlah aku rasa tanggung

jawab terhadapat mereka yang sudah yang mendahului aku, supaya aku tidak lupa,

betapa mahalnya kebebasan dan kemerdekaanku, dan supaya aku dapat

meneruskan warisan serta tradisi yang lebih baik lagi kepada mereka yang akan

menyusulku: rasa tanggung jawab terhadap dunia, supaya aku dapat

menyumbangkan lebih banyak dari pada apa yang aku terima dari masyarakat;

rasa tanggung jawab terhadap Yesus, supaya aku selalu ingat bahwa Ia mencintai

aku dan mempertaruhkan nyawa-Nya demi aku. Ya Bapak, bantulah aku, supaya

selalu ingat akan apa yang sudah kuterima, dan mempergunakan sebaik-baikya

apa saja yang kumiliki dengan demikian aku dapat menyumbangkan sesuatu yang

berguna bagi umat-Mu yang telah ditebus dengan pengorbanan yang amat mahal

oleh Yesus, Tuhan dan pengantara kami amin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI