Upload
vuhanh
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENGEMBANGKAN INSTRUMEN UJIAN KOMPREHENSIF DI PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN FISIKA MELALUI COMPUTER BASED TEST (CBT)
Iwan Permana Suwarna
Program Studi Pendidikan Fisika, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: [email protected]
Abstrak
Inovasi kinerja bidang pendidikan dan pengajaran merupakan salah satu prasyarat universitas
menuju World Class University (WCU). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Program Studi
pendidikan fisika belum banyak membuat inovasi dibidang ini. Penggunaan papper based test
selama ini telah banyak mengeluarkan dana cukup banyak, boros waktu, tingkat akurasi rendah
serta kurang meberikan informasi yang rinci kompetensi yang dibutuhkan di abad 21.
Permasalahan ini terjadi saat ujian komprehensif di tingkat Program Studi. Penelitian ini
bertujuan menghasilkan instrumen ujian komprehensif dalam bentuk computer based test
(CBT) yang mengukur kemampuan higher order thinking skill (HOTs) pada materi fisika dan
pendidikan. Metode penelitian yang digunakan development research, dengan prosedur
pengembangan dari Van de Akker. Tahap penelitian: preliminary research, prototyping stage,
summative evaluation, systematic reflection and documentation. Penelitian berhasil
menghasilkan instrumen komprehensif dalam bentuk CBT dengan: validitas 0,87 (sangat
sesuai); reliabilitas 0,75 (tinggi); tingkat kesukaran 0,50 (sedang); efektivitas 94,63 (sangat
efektif); dan kepraktisan 0,87 (sangat praktis). Instrumen mampu memberikan informasi:
kemampuan berpikir pada tingkatan lebih tinggi, dan keterampilan proses sains mahasiswa.
Instrumen mampu menghemat biaya pengeluaran 60%. Pengukuran HOTs pada materi fisika
dan pendidikan belum dilakukan oleh program studi lain terutama dalam bentuk CBT.
Penelitian ini berkontribusi dalam mengurangi pengeluaran dana operasional pelaksananaan
ujian. Berkontribusi dalam mendeskripsikan kualitas output, memperkirakan keberhasilan
proses perkuliahan, memperkirakan efektifitas kurikulum, merancang kriteria penerimaan
mahasiswa baru. Instrumen yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai instrumen standar di
Program Studi pendidikan fisika dalam mengontrol kualitas output secara cepat, efektif, dan
efisien. Penggunaan inovasi dalam pengajaran ini menunjang pencapaian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi world class university.
Kata kunci: computer based test (CBT), tes komprehensif berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking), keterampilan proses sains, penelitian pengembangan (development
research).
DEVELOPMENT COMPREHENSIVE INSTRUMENTS
THROUGH COMPUTER BASED TEST AT
PHYSICS EDUCATION DEPARTMENT
Iwan Permana Suwarna
Physics Education Departement, FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: [email protected]
Abstract
This study was conducted to produce a comprehensive instrument based on computer (CBT)
which is able to measure all aspects of competence (cognitive, affective, and psychomotor) at
Physics Education Department. The method used development research, the development
following Van de Akker (2006) procedure: preliminary research, prototyping stage, summative
evaluation, systematic reflection and documentation. The instrument was developed have the
validity 0, 87 (very appropriate), the reliability 0, 75 (high), level of difficulty 0, 50 (medium),
effectiveness 0, 95 (very effective), and practicability 0, 87 (very practical). The instrument is
able to provide information: higher order thinking skills, science process skills, and scientific
attitudes of students. Developed CBT instrument successfully reduce 60% of fund spending
and technical streamlining test 93, 33%. Test data can be used as lecture evaluation, curriculum,
etc. The developed instrument can be used as an innovation to improve education performance
in an orderly, quick, effective, and efficient moving towards the achievement of world Class
University.
Keywords:
Computer based test (CBT), a comprehensive test, higher order thinking skill, science process
skills, scientific attitudes, research development.
I. PENDAHULUAN
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu
universitas Islam di Indonesia yang sedang memerispkan diri menuju universitas berkelas dunia
(world class university). Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) pada 2014
telah mendorong UIN Jakarta dan Malang menjadi universitas berkelas dunia. Dorongan dari
Kemenag RI ternyata telah di inisiasi UIN Jakarta sejak 2012. Rencana Strategis (renstra) UIN
Jakarta 2012-2026 telah menunjukkan melalui visi nya: “UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjadi universitas kelas dunia dengan keunggulan integrasi keilmuan, keIslaman, dan
keIndonesiaan”.
Beberapa komponen harus dilengkapi untuk menuju universitas berkelas dunia. Lima
komponen yang harus dilakukan, salah satunya: melakukan inovasi kinerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran (Kemenag, 2014). Renstra UIN Jakarta (2012-2026) telah
mengarahkan kinerja pendidikan dan proses perkuliahan ke arah proses pembelajaran yang
efektif, efisien, dan inovatif untuk menghasilkan pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang
bermutu dapat meningkatkan mutu dan kompetensi lulusan. UIN Jakarta sejauh ini belum
memiliki lembaga khusus yang bisa menjamin kualitas / mutu dan kompetensi lulusannya.
Kualitas dan kompetensi lulusan hanya dapat terukur oleh sebuah instrumen yang berkualitas
(Hazelkorn. E, 2013). Kompetensi lulusan dapat diketahui sebelum mereka lulus, melalui tes
atau ujian komprehensif. Apakah kompetensi yang telah diukur sudah dapat mendeskripsikan
kompetensi mahasiswa yang sebenarnya? Apakah kompetensi yang telah diukur tersebut benar-
benar esensial? Apakah pengukurannya sudah holistik?
Proses pengukuran kompetensi lulusan telah dilakukan oleh program studi selama ini.
Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan (FITK) UIN Jakarta
telah melakukan pengukuran sejak 2007 – 2015. Instrumen yang digunakan belum pernah di
analisis / belum diketahui validitas, reliabilitasnya, tingkat kesukaran, maupun daya bedanya
sehingga tidak bisa dijadikan sebagai standar pengukuran kompetensi. Konsep pengukuran
yang sudah dilakukan belum mengarah kepada kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh
seorang mahasiswa di perguruan tinggi. Instrumen belum bisa menujukkan kompetensi utuh
yang harus dimiliki mahasiswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik). Kompetensi yang diukur
hanya aspek kognitif saja, itu pun pada tingkatan terendah atau dasar (lower order thinking).
Pengukuran baru dilakukan pada ranah kognitif (C1-C3), ranah kognitif C4- C6 atau (higher
order thinking) belum diukur. Presiden Obama mengemukakan bahwa kemampuan berpikir
orde lebih tinggi merupakan kompetensi yang sangat penting bagi lulusan perguruan tinggi,
karena dibutuhkan dalam kehidupan, baik di lingkungan pekerjaan, maupun masyarakat
terutama pada abad ke 21 (Darling-Hammond, L., Adamson, F, 2013). Kompetensi yang
diperlukan untuk abad 21 terdiri atas kemampuan: berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi dan
berkolaborasi. Kompetensi tersebut adalah keterampilan berpikir orde lebih tinggi (Kemdikbud,
2016). Kemampuan berpikir dasar / rendah umumnya dimiliki oleh siswa sekolah dasar sampai
menengah. Hasil studi Programme for Internasional Students Assessment (PISA) yang diikuti
oleh Indonesia sejak tahun 2000 sampai 2015 menunjukkan hasil yang memprihatinkan.
Kurang dari 1% siswa Indonesia yang masuk dalam kategori mahir (mampu mengkritisi dan
mengomunikasikan ide berdasarkan fakta-fakta ilmiah dan pengetahuan yang dimiliki).
Kemampuan mahir ini sangat dibutuhkan dalam kompetensi abad 21, siswa kita sedikit yang
menguasainya (Kemdikbud, 2016). Bagaimana dengan kemampuan mahir pada mahasiswa
perguruan tinggi? Sudahkah mereka memilikinya?
Banyak kendala teknis yang terjadi saat pelaksanaan ujian komprehensif maupun
setelah nya. Salah satu kendala pada saat ujian: rendahnya tingkat kejujuran / sportivitas peserta
ujian / mahasiswa, mahasiswa sering melakukan kerja sama terutama jika soal yang diujikan
hanya satu tipe saja. Alokasi waktu untuk mengerjakan ujian sulit dikontrol baik memulai atau
mengakhirinya. Pada saat di mulai waktu yang digunakan peserta banyak terbuang untuk
pendistribusian soal dan lembar jawaban. Pada saat mengerjakan soal, melingkari atau
menghapus jawaban yang dianggap belum benar oleh peserta akan menghabiskan waktu.
Kendala setelah ujian, diantaranya: lamanya waktu pengoreksian ujian yang bergantung pada
jumlah peserta, semakin banyak peserta maka semakin lama juga hasil ujian itu diketahui;
tingkat konsentrasi korektor tidak selalu dalam kondisi prima sehingga aka berpengaruh pada
tingkat ketelitian dalam mengoreksi akibatnya tidak memberikan nilai yang faktual;
subjektivitas dan emosi korektor akan mempengaruhi hasil koreksian, bisa lebih tinggi atau
lebih rendah. Validitas instrumen dan informasi lainnya mengenai kemampuan peserta ujian
tidak cepat di ketahui. Dokumentasi hasil ujian kadang-kadang tidak tersimpan dengan baik.
Universitas berkelas dunia seperti Harvard dan Stanford telah memiliki instrumen yang
berkualitas tinggi untuk mengukur kualitas kompetensi para mahasiswanya. Penggunaan
instrumen yang berkualitas tinggi menurut Stanford Center for Opportunity Policy in Education
dapat menunjukkan visi universitas, sistem penilaian universitas mampu memberikan informasi
untuk memperkuat proses perkuliahan (Darling-Hammond, L., Adamson, F, 2013). Untuk
menghasilkan instrumen yang berkualitas tinggi harus dirancang, dan dipersiapkan secara
serius. Menurut Arikunto (2004), instrumen yang berkualitas tinggi memiliki persyaratan:
validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis yang tinggi. Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat memfasilitasi persyaratan tersebut.
Sayangnya, pemanfaatan TIK di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya di bidang
akademik belum banyak di optimal dan dimanfaatkan.
Salah satu ciri universitas berkelas dunia adalah proses akademik selalu melibatkan TIK
untuk mendapatkan kinerja akademik yang efektif dan efisien. Salah satu usaha yang bisa
dilakukan UIN ke arah itu adalah dengan membuat e-assessment / digital instrument untuk
mengukur kompetensi mahasiswa dengan bantuan komputer atau computer based test (CBT).
Inovasi di bidang akademik ini dapat membantu meningkatkan efektivitas kinerja para
pengelola dan civitas akademika. Usaha seperti ini telah dilakukan oleh universitas-universitas
terbaik dunia seperti Harvard, dan Stanford University yang memiliki ranking 1 dan 2 dunia
Academic Ranking World Universities (ShanghaiRanking, 2015).
Tes berbasis komputer memberikan banyak manfaat bagi para penggunanya. Beberapa
manfaat diantaranya: lebih ekonomis karena paper less, tidak menggunakan kertas dalam
mengerjakan ujian sehingga lebih ramah lingkungan. Membantu menjaga lingkungan dan
mendukung program go green. Menghemat biaya produksi soal dan pasca ujian yaitu tahap
pengoreksian dan dokumentasi / tidak diperlukan biaya tambahan untuk biaya korektor, karena
sistem dapat mengoreksi sendiri. Hal ini tentunya bisa mengurangi mata anggaran di sektor ini,
dan dialihkan ke sektor lain yang masih kurang. Dosen / korektor / pengelola Program Studi
bisa menginterpretasikan hasil ujian dengan cepat, menganalisis soal dan jawaban mahasiswa.
Fairness mengizinkan peserta mengerjakan dan mengakhiri tes dengan waktu yang sesuai
dengan alokasi waktu yang disediakan, menghilangkan pekerjaan logistik pendistribusian soal
kepada peserta yang bisa menyita waktu. Hasil tes dapat tersimpan dengan aman (Lin, 2006).
Peserta dapat langsung mengetahui hasil tes dengan segera setelah tes berakhir sehingga peserta
dapat melakukan perencanaan tindak lanjut. Program Studi dapat memantau kualitas akademik
para mahasiswanya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini, peneliti ini dilakukan.
II. KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada seseorang pada
waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas,
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau
bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Tes merupakan bagian integral dari pengukuran
(pengukuran merupakan proses pengumpulan data atau informasi yang dilakukan secara
objektif yang menghasilkan data kuantitatif). Fungsi dari tes adalah sebagai alat ukur. Tingkat
kemampuan / pengetahuan / sikap seseorang dapat diukur dengan sebuah tes. Tes digunakan
sebagai indikator penilaian dalam mengukur berbagai aspek
Berdasarkan fungsi dan tujuannya tes dibagi menjadi: tes kecepatan (speed test); tes
kemampuan (power test); tes hasil belajar (achievement test); tes kemajuan belajar (gains/
achievement test); tes diagnosis (diagnosis test); tes formatif; dan tes summative. Tes Tertulis
digunakan untuk mengukur pemahaman / pengetahuan tentang fakta, pengertian, keterampilan
menerapkan prinsip-prinsip dasar, memecahkan masalah-masalah nyata dan keterampilan
menjelaskan ide-ide secara terurai dengan bebas. Tes tertulis bisa berbentuk: uraian, objektif,
atau karya tulis. Pada penelitian ini tes tertulis yang digunakan adalah tes objektif berupa:
benar-salah, pilihan ganda, dan menjodohkan. Tes pilihan ganda (multiple choice) adalah
bentuk tes objektif berupa butir soal yang jawabannya dipilih dari alternatif jawaban yang
diberikan. Alternatif jawaban berkisar empat dan lima. Soal tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks (ingatan, pengertian, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi).
Tes pilihan ganda memiliki beberapa variasi bentuk, diantaranya:
a. Jenis Distracters, yaitu bentuk tes pilihan ganda dimana setiap pertanyaan atau pernyataan
mempunyai jawaban yang benar. Peserta tes bertugas memilih satu jawaban yang benar.
b. Jenis analisis hubungan antara hal, yaitu bentuk tes pilihan ganda yang dapat melihat
kemampuan peserta tes dalam menganalisis hubungan antara pernyataan dan alasan (sebab-
akibat).
c. Jenis variasi negatif, yaitu bentuk tes pilihan ganda dimana setiap pertanyaan dan
pernyataan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang benar, tetapi disediakan satu
kemungkinan jawaban yang salah. Peserta tes bertugas memilih jawaban yang salah
tersebut.
d. Jenis variasi berganda, yaitu bentuk tes pilihan ganda yang meminta untuk memilih
beberapa kemungkinan jawaban yang benar, tetapi ada satu jawaban yang paling benar.
Peserta tes bertugas memilih jawaban yang paling benar.
e. Jenis variasi yang tidak lengkap, yaitu bentuk tes pilihan ganda dimana pertanyaan atau
pernyataan yang memiliki beberaapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Peserta
tes bertugas mencari satu jawaban yang paling benar dan melengkapinya.
Tes berbasis komputer Computer Based Test (CBT) merupakan tes yang
penyelenggaraannya menggunakan bantuan komputer. Karakteristik tes ini sama dengan tes
konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada teknik penyampaian (delivery) soal yang tidak
lagi menggunakan kertas (paperless) untuk naskah soal maupun lembar jawaban. Koreksi dan
penskoran dilakukan oleh komputer secara langsung. Peserta bisa mengerjakan dan melihat
butir soal dari nomor pertama sampai dengan terakhir (Suprananto, 2008). Ada empat bentuk
model tes berbasis komputer dan internet yang dikembangkan ITC, yaitu: open mode, managed
mode, supervised mode, dan controlled mode. CBT dapat dilaksanakan di laboratorium
komputer yang telah ter koneksi dengan jaringan intranet atau internet.
Ada banyak keuntungan melakukan CBT, diantaranya: mengizinkan melakukan tes di
saat yang tepat bagi peserta, mengurangi waktu untuk pekerjaan penilaian tes dan membuat
laporan tertulis, menghilangkan pekerjaan logistik seperti mendistribusikan, menyimpan dan
tes menggunakan kertas, peserta tes dapat langsung mengetahui hasil tes. Sedangkan
kerugiannya yaitu, adanya ketergantungan dengan peralatan seperti komputer, membutuhkan
lab komputer yang memadai (hardware dan software) (Crisp, 2011). Mekanisme pelaksanaan
CBT dapat dilakukan dengan beragam cara, diantaranya: secara offline, semi offline, dan online
Pead, D. (2012).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Apakah instrumen ujian komprehensif berbasis
CBT dapat mengukur kompetensi mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Fisika dengan
efektif, praktis, dan dapat diterima oleh mahasiswa dan pengelola Program Studi?”
III. METODOLOGI
Metode penelitian yang digunakan adalah pengembangan (development studies /
development research) dengan pendekatan siklik. Metode pengembangan bertujuan
menghasilkan prinsip desain yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan di bidang
pendidikan (Akker, 2006). Tahapan pengembangan yang digunakan mengikuti tahapan
pengembangan dari Van de Akker (2006). Tahapan pengembangan Van de Akker terlihat pada
gambar 1 .
Penelitian di lakukan di Program
Studi Pendidikan Fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Jakarta. Penelitian
dilakukan selama empat bulan, mulai
Juli sampai Oktober 2016.
Populasi penelitian ini adalah
seluruh mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta semester sembilan
ke atas. Sampel penelitian adalah
mahasiswa angkatan 2010, 2011 dan
angkatan 2012. Subjek penelitian di pilih
secara purposive. Nomogram Harry
King mengemukakan untuk tingkat
kesalahan 0,05 atau 5 % maka besar
sampel diperoleh 70% dari populasi.
Jumlah sampel minimal penelitian ini
adalah 42 orang. Jumlah sampel dalam
penelitian yang dilakukan adalah 63
orang untuk ujian komprehensif fisika
dan 83 orang konten pendidikan.
Gambar 1 Bagan Prosedur Penelitian
Pengembangan instrumen ujian
komprehensif mahasiswa melalui CBT
pada Program Studi Pendidikan Fisika
Subjek penelitian pada masing-masing tahapan:
a. Preliminary research: manajemen program studi / staf / pengelola ujian komprehensif, dan
dosen pembuat naskah soal (fisika dan pendidikan).
b. Prototyping stage: ahli pemrograman, ahli pembelajaran, dan ahli konten fisika, mahasiswa
yang pernah beberapa kali meningkuti ujian komprehensif (mahasiswa 2010, dan 2011)
c. Summative evaluation: staf dan pengelola program studi, mahasiswa angkatan 2010, 2011
yang belum lulus komprehensif dan mahasiswa angkatan 2012.
Instrumen yang digunakan pada tiap tahapan dalam penelitian pengembangan ini
disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Instrumen dan Penggunaannya
Tahapan
Penelitian Instrumen Penelitian
Preliminary
research
- Wawancara / interview untuk pengelola prodi
- Instrumen Angket / Kuesioner untuk staf dan dosen
- Instrumen skala bertingkat / rating scale untuk mahasiswa
- Instrumen dokumentasi.
Prototyping
Stage
- Instrumen skala bertingkat / rating scale untuk: ahli pemrograman, ahli
pembelajaran, ahli konten fisika dan mahasiswa yang pernah beberapa kali
meningkuti ujian komprehensif (mahasiswa angkatan 2010, dan 2011)
Summative
Evaluation
- Angket / Kuesioner untuk: Mahasiswa peserta ujian komprehensif, staf dan
pengelola Program Studi.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik (kuantitatif), dan
analisis kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Kedua teknik
tersebut digunakan untuk memahami data. Data penelitian digunakan untuk memperoleh
informasi tentang validitas, efektivitas, praktikabilitas, dan penerimaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Produk yang dihasilkan penelitian ini adalah instrumen ujian komprehensif berbasis
CBT pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Instrumen ujian komprehensif ini dikembangkan melalui metode
penelitian pengembangan dengan tahapan dari Akker. Instrumen tes yang dikembangkan
mengukur tiga kompetensi, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif
yang diukur adalah kemampuan berpikir orde lebih tinggi (HOTs): Menganalisis,
Mengevaluasi/menilai, Mencipta. Kemampuan psikomotorik yang diukur adalah keterampilan
proses sains: mengamati, mengklasifikasi (mengelompokkan), menafsirkan (interpretasi),
meramalkan (prediksi), mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merencanakan
percobaan/penelitian, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melakukan
komunikasi, melaksanakan percobaan. Afektif, sikap yang diukur adalah sikap ilmiah: jujur,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, tanggung jawab,
demokratis. Desain instrumen dilakukan dengan tahapan seperti pada gambar 2.
Gambar 2 Alur Desain Instrumen Komprehensif berbasis CBT pada Program Studi Pendidikan Fisika
Tahapan uji coba butir soal pada gambar 2 bertujuan untuk mengetahui kelayakan
produk yang dihasilkan. Uji coba dilakukan kepada: ahli (expert judgement); pengguna /
mahasiswa dan pengelola Prodi; uji-lapangan (field testing) skala besar. Expert review
bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai instrumen yang dikembangkan dari
perspektif ahli. Uji coba pengguna dan lapangan bertujuan untuk mendapatkan informasi dari
perspektif pengguna. Tahap selanjutnya adalah evaluasi sumatif (summative evaluation);
refleksi sistematik dan dokumentasi (systematic reflection and documentation). Berdasarkan
pertimbangan kompetensi yang diukur, objektivitas, kemudahan dan kecepatan dalam
menganalisis hasil ujian, kepraktisan, nilai ekonomis, maka bentuk pelaksanaan tes dilakukan
dengan menggunakan bantuan komputer. Pelaksanaan tes komprehensif yang digunakan adalah
computer based test (CBT). Bentuk tes yang digunakan adalah tes tertulis secara objektif:
pilihan ganda, isian singkat, dan benar salah.
Perbandingan kemampuan berpikir yang digunakan pada instrumen ujian komprehensif
dalam bentuk paper based test (PBT) dengan instrumen Computer Based Test (CBT) yang
dikembangkan berikut:
a. Hasil perbandingan kemampuan berpikir dasar / rendah (LOTS) dan kemampuan
berpikir pada tingkatan lebih tinggi (HOTS) pada instrumen komprehensif PBT
(2013-2015) dan CBT tahun 2016 pada konten fisika dan pendidikan.
Konten Fisika Konten Pendidikan
Gambar 3 Persentase Aspek Keterampilan Berpikir Orde Lebih Tinggi (HOTS) dan keterampilan
berpikir dasar (LOTS) pada konten fisika dan pendidikan pada Ujian Komprehensif Manual (2013-
2015) dengan ujian berbasis CBT 2016
Gambaran sebaran aspek C1- C6 pada naskah ujian komprehensif berbasis CBT tahun
2016 adalah sebagai berikut:
Gambar 4 Grafik sebaran aspek kognitif C1-C6 pada naskah soal konten fisika dan pendidikan ujian
komprehensif berbasis CBT tahun 2016
Konten Fisika Konten Pendidikan
25,7
15,6
27,5
72,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
LOTS HOTS
MANUAL CBT
30,6
2,72
22,5
77,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
LOTS HOTS
MANUAL CBT
Kemampuan psikomotorik yang dikembangkan dalam naskah ujian komprehensif
berbasis CBT tahun 2016 ini mengacu kepada keterampilan proses sains. Perbandingan antar
komponen keterampilan proses sains dapat dilihat pada pada gambar berikut:
Gambar 5 Diagram Persentase Keterampilan Proses Sains yang dikembangkan pada Ujian
Komprehensif berbasis CBT pada Program Studi Pendidikan Fisika 2016
Kompetensi sikap (afektif) yang dikembangkan dalam naskah ujian komprehensif
berbasis CBT tahun 2016 ini mengacu kepada sikap ilmiah. Perbandingan antar komponen
sikap ilmiah dapat dilihat pada pada gambar berikut:
Gambar 6 Diagram Batang komposisi Persentase Komponen Sikap ilmiah yang dikembangkan pada
Ujian Komprehensif berbasis CBT pada Program Studi Pendidikan Fisika 2016
Penelaahan dilakukan oleh para ahli, diantaranya ahli materi dan ahli
pendidikan/penulisan soal. Hasil penelaahan para ahli terhadap naskah soal konten fisika
disajikan pada tabel berikut:
Mengajukan hipotesis; 20%
Merencanakan percobaan/penelitian; 20%
Menggunakan alat/bahan;
40%
Melakukan komunikasi;
20%
Tabel 2 Tabel Hasil Penelaahan ahli terhadap naskah soal komprehensif konten fisika pada ujian
komprehensif berbasis CBT
No. Ahli
materi
Nomor
Revisi Komentar
1. Ahli I
4 Gambar di tambahkan Saklar daalam keadaan terbuka,
di soal ditanya jika saklar dalam keadaan tertutup.
5 Mengurangi kata yang tidak efektif
9 Kesalahan ketik. Penulisan kata bahyu
20 Kesalahan ketik. Kurang menambah huruf a
2. Ahli II 9 Penulisan kata bayu dibuat lebih baku
24 Keterangan pada gambar terlihat kurang
3. Ahli III
21 Mengganti kata tertentu dengan seperti pada tabel
23 Gambar di perjelas
27 Soal terlalu panjang
4. Ahli IV 23 Memperbaiki susunan kalimat
25 Menambahkan keterangan s terhadap t pada stem
Hasil penelaahan para ahli terhadap naskah soal konten pendidikan disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 3 Tabel Hasil Penelaahan ahli terhadap naskah soal komprehensif konten pendidikan pada ujian
komprehensif berbasis CBT
No. Ahli
Pendidikan
Nomor
Revisi Komentar
1. Ahli I
5 Masih belum jelas makna gambar
10 Diperjelas segi apanya
15 Kesalahan tulis pada gambar
2. Ahli II
2 Perlu menambahkan konteks
3 Menambah fakta prosedural pada stem
4 Kesalahan ketik. Ditambahkan konteks / konsep tual
yang diharapkan
3. Ahli III 12 Mengganti option d
33 Menggunakan grafik histogram
4. Ahli IV 13 Option D menggiring pada jawaban benar
17 Gambar kurang penunjuk arah
Soal yang kurang baik menurut penelaah di perbaiki sebagai bahan perakitan instrumen
lengkap ujian komprehensif masih bersifat manual / paper based test, sebelum instrumen
diujicobakan. Hasil expert riview terhadap isi naskah ujian komprehensif konten pendidikan
disajikan dalam bentuk validasi konstruk (CVR) seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Validasi Ahli terhadap isi Instrumen Komprehensif Konten pendidikan
Nomor Soal
CVR Nomor
Soal CVR
Nomor Soal
CVR Nomor
Soal CVR
1 1 11 1 21 1 31 1
2 0,5 12 0,5 22 1 32 1
3 0,5 13 0,5 23 1 33 0,5
4 0,5 14 1 24 1 34 1
5 0,5 15 0,5 25 1 35 1
6 1 16 1 26 1 36 1
7 1 17 0,5 27 1 37 1
8 1 18 1 28 1 38 1
Nomor Soal
CVR Nomor
Soal CVR
Nomor Soal
CVR Nomor
Soal CVR
9 1 19 1 29 1 39 1
10 0,5 20 1 30 1 40 1
Nilai CVI = 0,88 jumlah ahli yang menelaah ada 4 orang. Hasil expert riview terhadap isi naskah
ujian komprehensif konten fisika disajikan dalam bentuk validasi konstruk (CVR) seperti
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 5 Validasi Ahli terhadap isi Instrumen Komprehensif Konten fisika
Nomor Soal
CVR Nomor
Soal CVR
Nomor Soal
CVR Nomor
Soal CVR
1 1 11 1 21 0,5 31 1
2 1 12 1 22 1 32 1
3 1 13 1 23 0 33 1
4 0,5 14 1 24 0,5 34 1
5 0,5 15 1 25 0,5 35 1
6 1 16 1 26 1 36 1
7 1 17 1 27 0,5 37 1
8 1 18 1 28 1 38 1
9 0 19 1 29 1 39 1
10 1 20 0,5 30 1 40 1
Nilai CVI = 0,86 jumlah ahli yang menelaah ada 4 orang.
Setelah instrumen ujian komprehensif manual selesai dirakit, instrumen tersebut
diujicobakan untuk dianalisis. Hal ini dimaksudkan: untuk mengkaji dan menelaah setiap butir
soal agar diperoleh soal yang bermutu sebelum digunakan, selain itu membantu memperbaiki
kualitas soal melalui revisi atau membuang soal yang kurang baik / tidak efektif. Hasil uji coba
lapangan butir soal komprehensif berbasis CBT pada konten fisika dan pendidikan untuk
tingkat kesukaran soal disajikan pada gambar berikut:
Konten Fisika Konten Pendidikan
Gambar 7 Diagram Tingkat Kesukaran Soal Ujian Komprehensif Berbasis CBT pada Konten Fisika
dan Konten Pendidikan
Hasil analisis butir soal komprehensif berbasis CBT pada konten fisika dan pendidikan
tersaji pada gambar berikut:
Sukar15%
Sedang70%
Mudah15%
Sukar22%
Sedang53%
Mudah25%
Konten Fisika Konten Pendidikan
Gambar 8 Diagram Hasil Analisis Butir Soal Komprehensif Berbasis CBT Pada Konten fisika dan
pendidikan
Tabel 6 Rekapitulasi hasil pengujian instrumen
Aspek Pegujian Konten fisika Konten pendidikan Keterangan
Validitas 0,86 0,88 Sangat sesuai
Reliabilitas 0,77 0,72 Tinggi
Tingkat kesukaran 0,52 0,53 Sedang
Keterangan: 1. Kecepatan dalam pembagian soal dan lembar
jawaban
2. Tingkat kejujuran peserta tes
3. Penghematan biaya penyelenggaraan tes
4. Kecepatan dalam pengumpulan lembar jawaban
5. Kecepatan dalam pengoreksian lembar jawaban
6. Kemandirian peserta tes dalam menjawab
7. Ketelitian hasil pemeriksaan jawaban
8. Keobjektifan pemeriksaan jawaban
9. Tingkat kemudahan dalam mengoreksi lembar
jawaban
10. Kebermanfaatan penyampaian hasil ujian
dengan cepat
11. Keramahan terhadap lingkungan
12. Kemudahan interfretasi hasil tes
Gambar 9 Respon pengelola Program Studi terhadap pelaksanaan ujian komprehensif melalui CBT
Tingkat kepraktisan instrumen ujian komprehensif melalui CBT di Program Studi
Pendidikan Fisika menurut pengelola adalah 96,7% atau ada pada kategori sangat tinggi.
Tingkat kepraktisan instrumen ujian komprehensif melalui CBT di Program Studi Pendidikan
Fisika menurut pengguna adalah 77,5% atau ada pada kategori tinggi. Tingkat kepraktisan
secara keseluruhan menurut pengelola dan peserta ujian adalah sebagai berikut:
100% 100%
83% 83%
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%y = 0,007x + 0,9268
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Aspek:
1. Kecepatan dalam pembagian soal dan lembar jawaban
2. Kejujuran dalam mengerjakan tes
3. Pengeluaran biaya penyelenggaraan
4. Pengumpulan lembar jawaban
5. Proses pengoreksian lembar jawaban (waktu yang diperlukan)
6. Kemandirian dalam mengerjakan soal
7. Ketelitian hasil pemeriksaan jawaban
8. Keobjektifan pemeriksaan jawaban
9. Kebermanfaatan pemberian informasi hasil ujian dengan cepat
10. Keramahan terhadap lingkungan penggunaan lembar jawaban dan soal
Gambar 10 Tingkat Kepraktisan Instrumen
Efektivitas instrumen ujian komprehensif ini sebesar 94,63 % ada pada kategori sangat
efektif, respon peserta tes dapat terlihat dari:
Gambar 11 Kebermanfaatan informasi hasil dengan cepat dan Kemampuan instrumen untuk menuntut
berpikir
24%16%
25%18%
7% 8%11%
6% 6%9%
76%84%
75%82%
93% 92%89%
94% 94%91%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Respon (-) Respon (+)
Linear (Respon (-)) Linear (Respon (+))
Gambar 12 Kemampuan Soal dalam Menanalisis soal (higher order thinking)
Berikut ini adalah hasil wawancara terhadap pengelola dan staf di Program Studi
Pendidikan Fisika FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebelum dan setelah proses penelitian.
Tabel 7 Hasil wawancara terhadap pengelola dan staf Program Studi tentang Pelaksanaan ujian
komprehensif Paper Based Test (PBT) pada tahun 2013-2016 dan pelaksanaan ujian komprehensif
Computer Based Test (CBT)
No. Pertanyaan Jawaban rata-rata
responden PBT
Jawaban rata-rata
responden CBT
1. Lamakah waktu yang diperlukan untuk
penggandaan naskah dan lembar ujian 1 hari 15 jam 30 detik
2. Biaya yang di keluarkan untuk ujian komprehensif Rp 252.150 0
3. Waktu yang diperlukan untuk pembagian soal /
lembar jawaban 7,5 menit 30 detik
4. Tingkat kejujuran para peserta ujian cukup jujur Jujur
5. Waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan soal
dan lembar jawaban 11 menit lebih 30 detik
6. Waktu yang diperlukan untuk memeriksa hasil
ujian komprehensif 1 hari 15 jam 60 detik
7. Tingkat ketelitian dan kelelahan anda selama
mengoreksi lembar jawaban
cukup teliti bergantung
jumlah jumlah peserta Teliti dan akurat
V. KESIMPULAN
Penelitian pengembangan ini telah menghasilkan sebuah instrumen yang dapat
mengukur kompetensi mahasiswa tahap akhir Program Studi Pendidikan Fisika secara utuh.
Melalui ujian komprehensif berbasis CBT (computer based tes) kompetensi kognitif, afektif,
dan psikomotorik mahasiswa dapat diukur dengan efektif, praktis, dan dapat diterima semua
pihak. Instrumen yang dikembangkan dapat mengukur kemampuan berpikir pada orde lebih
tinggi, keterampilan proses sains, dan sikap ilmiah mahasiswa. Data yang dihasilkan dapat
memberikan informasi yang akurat tentang kompetensi mahasiswa.
Instrumen ujian komprehensif CBT dihasilkan melalui lima tahapan yaitu: menentukan
materi esensial (menentukan fungsi dan tujuan tes, menentukan batasan materi tes pada konten
fisika dan konten pendidikan, menyusun kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang
ingin dicapai pada tes dengan melihat kompetensi pada tiap mata kuliah), menentukan bentuk
pelaksanaan tes (mempertimbangkan teknis pelaksanaan tes yang efektif, efisien dan berdaya
guna), penulisan butir soal (membuat tabel spesifikasi tes, melakukan penulisan butir soal,
penelaahan butir soal, perbaikan dan perakitan soal), ujicoba butir soal (ujicoba dan analisis
butir soal), perakitan soal dalam bentuk CBT.
Instrumen yang dihasilkan memiliki tingkat kelayakan 0,87 (sangat sesuai), nilai CVI =
0,86 (sangat sesuai) untuk konten fisika dan 0,88 (sangat sesuai) untuk konten fisika. Instrumen
memiliki validitas 0,87 (sangat sesuai), reliabilitas 0,75 (Tinggi), dan tingkat kesukaran 0,50
(sedang). Nilai efektivitas instrumen 94,63 % (sangat efektif). Tingkat kepraktisan instrumen
sebesar 87,1% (sangat praktis). Tingkat kepraktisan menurut pengelola adalah 0,97 atau 96,7%
(sangat tinggi), sedangkan menurut peserta sebesar 0,78 atau 77,5% (tinggi). Instrumen yang
dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh para pengelola dan peserta tes. Penyelenggara ujian
yang diwawancarai 95% pengelola dan 77, 5 % peserta menerima sistem ini dengan baik.
Instrumen yang dihasilkan sangat layak untuk digunakan dan dijadikan instrumen
standar untuk mengukur kompetensi mahasiswa.Instrumen yang dihasikan dapat
mempermudah kinerja pengelolaan pendidikan secara efektif, dan efisien yang mendukung
kearah pencapaian world class university. Instrumen dapat mempermudah program studi dalam
mengelola ujian komprehensif secara tertib, cepat, efektif, dan efisien.
Pelaksanaan ujian komprehensif berbasis CBT pada Program Studi Pendidikan Fisika
berhasil melakukan efesiensi dana sebanyak 60%. CBT dapat mengurangi dana anggaran
pengeluaran penyelenggaraan ujian manual / paper based test dari Rp 1.417.150, - / kegiatan
menjadi 565.000,- / kegiatan, bisa melakukan penghematan Rp 8521.150,- atau 60% dari
anggaran pengeluaran yang biasa dilakukan. pelaksanaan CBT berhasil mengurangi waktu
proses pendidstribusian naskah soal dan lembar jawaban dari 450 detik menjadi 30 detik,
efektivitas sebesar 93,33%. Pelaksanaan CBT berhasil mengurangi waktu proses pengumpulan
lembar jawaban dan naskah soal setelah ujian, dari 660 detik menjadi 30 detik, memiliki
efektivitas sebesar 95,45 %.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Darling-Hammond L. Adamson F. (2013). Developing assessments of deeper learning: The
costs and benefits of using tests that help students learn. Stanford CA: Stanford
University Stanford Center for Opportunity Policy in Education
Hazelkorn E. (2013) "World-Class Universities or World Class Systems?: Rankings and Higher
Education Policy Choices" in Hazelkorn E. Wells P. and M. Marope (eds) "Rankings
and Accountability in Higher Education: Uses and Misuses UNESCO Paris
Forthcoming.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum 2013 Tahun 2016. Sekolah Menengah Atas Materi Teknik Penulisan Soal
Berpikir Orde Lebih Tinggi/Higher Order Thinking(Hot). Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta.
Kemenag (2014). Dua UIN Menuju World Class University. Tersedia:
http://kemenag.go.id/index.php?a=berita&id=172283
Krathwohl D. R. (2002). A revision of Bloom's taxonomy: An overview. Theory into
practice 41(4) 212-218.
Lin H. & Dwyer F. (2006). The fingertip effects of computer-based assessment in
education. TechTrends 50(6) 27-31.
Lawshe C. H. (1975). A quantitative approach to content validity1. Personnel psychology 28(4)
563-575.
Pead D. (2012). World Class Tests: Summative Assessment of Problem-solving Using
Technology. Educational Designer 2(5).
Permendikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 23 Tahun 2016
Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar.
Ramos J. L. S. Dolipas B. B. & Villamor B. B. (2013). Higher order thinking skills and
academic performance in physics of college students: A regression analysis.
International Journal of Innovative Interdisciplinary Research 1(4) 48-60.
Rustaman Nuryani. (2000). Keterampilan Proses IPA Apa dan Bagaimana? Makalah pada
PPSIKIP Bandung: Tidak diterbitkan.
Reigeluth, C. M., & Frick, T. W. (1999). Formative research: A methodology for creating and
improving design theories. In In CM Reigeluth (Ed.), Instructional-design theories.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016). Rencana Strategis (2012-2026) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tersedia: http://www.uinjkt.ac.id/id/renstra-uin/#_Toc354991857
ShanghaiRanking Consultancy. 2015. World Top 500 Universities (ARWU).
http://www.shanghairanking.com/de/
Suprananto. (2008). Tes Berbasis Komputer (Computer Based Test CBT). Tersedia:
http://www.suprananto.org/index.php/welcome/artikel/10/Tes-Berbasis-Komputer-
Computer-Based-Test
Suyanto, A. H. (2009). Step by step web design theory and practices.Yogyakarta: Andi.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suprijono A. (2009). Cooperative learning: teori & aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar.
Sudjana N. (2010). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Suryabrata Sumadi. (2005). Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: CV Andi
Offset.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Shultz D. K. S. & Whitney D. J. (2004). Measurement Theory in Action: Case Studies and
Exercises. Thousand Oaks: Sage Publications Inc.
Suwarna, I. P. (2005). Model pembelajaran hipermedia listrik dinamis untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif dan keterampilan proses sains siswa SLTP (Doctoral
dissertation).
Van den Akker, J., Branch, R. M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. (Eds.).
(2012). Design approaches and tools in education and training. Springer Science &
Business Media.
Van den Akker J. dkk. (2006). Educational Design Research. London and New York:
Routledge.
Van den Akker, J.,. 1999. Principles and Methods of Development Research. In J. van den
Akker,R Branch,K
Van Blerkom M. (2008). Measurement and statistics for teachers. Routledge.
Winkel W.S (1992). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.