Menetapkan prioritas masalah

Embed Size (px)

Citation preview

Metodologi penelitian : cakupan program kesehatan tidak tercapai Muhammad Izzuddin Bin Mohd Rosaimi 102008284 Fakultas Kedokteran UKRIDA Jakarta 2011 Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 [email protected]

Abstrak : Masalah cakupan program kesehatan tidak tercapai bisa terpecahkan dengan metodologi penelitian yang komprehensif dan bersifat holistik. Langkah-langkah pemecahan masalah bisa ditinjau dari sudut menetapkan proritas masalah,mengenalpasti desain penelitian, membuat alat-alat ukur/instrumen penelitian, melakukan pengumpulan data, menganalisis data statistik dan mengenalpasti ukuran-ukuran epidemiologi yang terlibat. Kata kunci : cakupan program kesehatan tidak tercapai, prioritas masalah, desain penelitian Menetapkan prioritas masalah Masalah yang telah diidentifikasi perlu ditentukan menurut urutan atau prioritas masalah, untuk itu digunakan beberapa metode. Metode yang dapat digunakan dalam menetapkan urutan prioritas masalah, pada umumnya dibagi atas, Teknik Skoring dan Teknik Non Skoring, sebagai berikut : 1. Teknik Non Skoring Teknik non skoring dapat digunakan apabila tidak tersedia data kuantitatif yang lengkap dan cukup, atau dengan kata lain data yang tersedia adalah data kualitatif atau semi kualitatif. Teknik non scoring yang sering digunakan adalah Metode delphi dan Metode Delbecq.y

Metode Delphi Penetapan prioritas masalah tersebut dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama keahliannya. Pemilihan prioritas masalah dilakukan melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari.1

y

Metode Delbecq Penetapan prioritas masalah dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya. Sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta. Lalu diminta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang banyak dikemukakan adalah prioritas.

2. Teknik Skoring Teknik scoring dapat digunakan apabila tersedia data kuantitatif atau data yang dapat terukur dan dapat dinyatakan dalam angka, yang cukup dan lengkap. Yang termasuk teknik scoring dalam penetuan prioritas masalah, yakni:y

Metode Hanlon

Proses penetuan kriteria diawali dengan pembentukan kelompok yang akan mendiskusikan, merumuskan dan menetapkan kriteria. Sumber informasi yang dipergunakan dapat berasal dari : 1. Pengetahuan dan pengalaman individual para anggota 2. Saran dan pendapat nara sumber 3. Peraturan pemerintah yang relevan 4. Hasil rumusan analisa keadaan dan masalah kesehatan. Dalam metode Hanlon dibagi 4 kelompok kriteria 1. 2. 3. 4. Kelompok kriteria A = besarnya masalah Kelompok kriteria B = tingkat kegawatan masalah Kelompok kriteria C = kemudahan penanggulangan masalah Kelompok kriteria D = PEARL faktor, dimana : P E A R L = Kesesuaian = Secara ekonomi murah = dapat diterima = Tersedianya sumber = Legalitas terjamin

Penelitian epidemiologi Dalam beberapa literatur, penelitian epidemiologi dapat dilakukan secara eksperimental maupun secara observasional. Penelitian Eksperimental sesuai dengan2

namanya membutuhkan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada obyek yang diteliti. Intervensi atau perlakuan dapat secara keseluruhan sampel atau secara randomisasi (eksperimental murni), atau intervensi/perlakukan dapat juga dilakukan secara non randomisasi (eksperimental semu) misalnya : semua pengunjung yang memeriksakan kesehatan di laboratorium atau diklinik kesehatan atau contoh konkritnya mencoba membandingkan efisiensi dari suatu program gizi melalui intervensi pemberian makanan tambahan pada anak SD.

Sedangkan penelitian observasional biasanya didasarkan pada kejadian peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti, dapat dilakukan secara deskriptif dan analitik. Penelitian deskriptif lebih sering disebut analisis deskriptif yaitu untuk mengetahui keadaan prevalensi kejadian penyakit yaitu banyaknya kasus baru dan lama dalam periode tertentu. atau juga analisis desktiptif terhadap masalah kesehatan lainnya. Manfaatnya adalah untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta kecenderungannya untuk masa mendatang. Penelitian deskriptif juga merupakan cara termudah untuk menjelaskan kejadian serta distribusi suatu penyakit atau masalah pada suatu populasi, karena yang digunakan adalah dengan mengajukan pertanyaan epidemiologi : Who, When dan Where serta pertanyaan pendukung lainnya.

Sementara itu penelitian analitik adalah bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya. Ada tiga bentuk dalam penelitian analitik ini yaitu cross sectional study, case controle study dan cohort study

Desain penelitian

1. Cross Sectional Studi Cross Sectional adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan studi (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serempak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau periode. Karakter pokok rancangan ini adalah bahwa status paparan dan status penyakit diukur pada saat yang sama. Sedang studi cross sectional ini dapat berlangsung satu saat,atau satu periode waktu. Studi ini dapat juga dilakukan pada satu peristiwa penting yang dialami individu. Studi3

Cross sectional dinamakan juga survei prevalensi, karena data yang dihasilkan adalah prevalesi bukan insidensi. Tujuan studi Cross sectional adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada populasi sasaran. Agar mampu menggambarkan populasi sasaran dengan akurat, maka subyek untuk studi ini harus mengambil sampel yang dapat mewakili (representatif) populasi sasaran, prosedur ini tidak lain adalah pengambilan acak. Langkah selanjutnya adalah setiap subyek diperiksa, diamati, dan ditanyai tentang status penyakit, paparan dan variabel-variabel lainnya yang relevan. Kelebihan Keuntungan rancangan Cross sectional adalah kemudahan dalam melakukannya dan murah, sebab tidak melakukan follow-up. Jika tujuan penelitian hanya sekedar mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan paparan faktor-faktor penelitian, maka studi ini merupakan studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di segi metodologik. Selain itu, seperti penelitian observasional lainnya, studi ini tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang bersifat mergikan kesehatan (faktor resiko). Kekurangan penelitian cross-sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda, serta variabel dinamis yang mempengaruhinya. Kelemahan rancangan cross-sectional lainnya adalah ketidakmampuannya untuk menjelaskan proses yang terjadi dalam objek/variabel yang diteliti serta hubungan korelasionalnya. Rancangan crosssectional mampu menjelaskan hubungan antara dua variabel, namun tidak mampu menunjukkan arah hubungan kausal di antara kedua variabel tersebut.

Ukuran analisis 1) Prevalen Risk (PR) 2) Relative Risk (RR) Pajanan Out Come/Penyakit Jumlah Ya Ya Tidak a c Tidak b d b+d a+b c+d

Jumlah a+c

Nilai RR yaitu:4

{a/(a+b)} / {c/(c+d)} Interpretasi: 1. RR = 1 artinya factor resiko bersifat netral 2. RR>1; Confident Interval (CI)> 1 artinya faktor resiko menyebabkan sakit 3. RR< 1; Confident interval (CI)< 1 artinya factor risiko mencegah sakit

2. Case Control Studi Case control adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dengan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi case control adalah pemilihan subyek berdasarkan status penyakit, untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subyek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita penyakit disebut kasus, berupa insidensi (kasus baru) yang muncul dari suatu populasi. Sedangkan subyek yang tidak menderita penyakit disebut kontrol, yang diambil secara acak dari populasi yang berbeda dengan populasi asal kasus. Tetapi, untuk keperluan inferensi kausal, kedua populasi tersebut harus setara. Dalam mengamati dan mencatat riwayat paparan faktor penelitian pada kasus maupun kontrol, peneliti harus menjaga agar tidak terpengaruh status penyakit subyek. Kelebihan Studi case control merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling populer, karena: Sifatnya yang relatif murah dan mudah dilakukan ketimbang rancangan studi analitik lainnya Cocok untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang Subyek penelitian dipilih berdasarkan status penyakit, maka peneliti memiliki keleluasan menentukan rasio ukuran sampel kasus dan kontrol yang optimal Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sebuah penyakit. Kekurangan Alur metodologi inferensi kausal bertentangan dengan logika eksperimen kalsik, yaitu melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya. Secara umum studi Case control tidak efisien untuk mempelajari paparan yang langka Karena subyek dipilih berdasarkan status penyakit, maka dengan studi Case control, pada umunya peneliti tidak dapat menghitung laju insidensi (kecepatan kejadian penyakit) baik5

pada populasi terpapar, maupun yang tidak terpapar. Pada beberapa situasi, tidak mudah memastikan hubungan temporal antar paparan dan penyakit. Oleh karena itu dalam riset etiologi, untuk meyakinkan bahwa paparan mendahului penyakit, peneliti dianjurkan menggunakan insidensi daripada prevalensi. Kelompok kasus dan kelompok kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah, sehingga sulit dipastikan apakah kasus dan kontrol pada populasi studi benar-benar setara. Ukuran/ Analisis Analisis data dalam penelitian kasus control dengan menghitung Odds Ratio (OR), yang merupakan estimasi dari relative Risk. Odds Ratio = (ad / bc) Interpretasi: OR = 1 faktor resiko bersifat netral OR>1; Confident Interval (CI)>1 =faktor resiko menyebabkan sakit OR1adalah faktor resiko menyebabkan sakit 3. RR