133
Publishing Jakarta MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Publishing Jakarta

ME

MB

EN

DU

NG

PA

HA

M R

AD

IKA

LISME

KE

AG

AM

AA

N

Page 2: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

HANNANI, HJ. ST. AMINAH, FIRMAN

MEMBENDUNG PAHAMRADIKALISME KEAGAMAAN

(Respons dan Metode Dakwah Anreguruttase-Ajatappareng Sulawesi Selatan)

Page 3: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Penulis:Hannani,

Hj. St. AminahFirman

Layout & Desain SampulTim Orbit

vii + 125 ; 15 x 23 cmCetakan I, Oktober 2019

ISBN 978-602-9469-60-8

Dilarang keras mengutip, menjiplak, memphotocopy, baiksebagian atau keseluruhan isi buku ini tanpa mendapat izin

tertulis dari penulis/pengarang

Diterbitkan oleh:ORBIT PUBLISHING JAKARTA

Kantor:Griya Serua Permai Blok E No. 27

Jl. Sukamulya IV Serua Indah CiputatTelp. (021) 4468 6475 - 0813 8853 6249 -

E-mail: [email protected]

MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN(Respons dan Metode Dakwah Anregurutta

se-Ajatappareng Sulawesi Selatan)

Page 4: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

iii | KATA PENGANTAR

Puji Syukur, peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt. olehkarena rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penelitidapat menyelesaikan Penelitian interdisipliner IAIN

Parepare Tahun 2018, yang berjudul “Membendung PahamRadikalisme Agama (Respons dan Metode Dakwah paraAnregurutta se-Ajatapparang di Sulawesi Selatan) dilaksanakandi Ajatapparang (Kab. Barru, Kota Parepare, Kab. Pinrang, danKab. Sidrap.” sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan olehKeputusan Rektor Institut Agama Islama Negeri (IAIN) Pareparedan surat Kepala P3M STAIN Parepare tahun 2018. Penelitianini dilaksanakan dengan Anggaran DIPA tanggal 5 Desember2017 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Parepare.

Peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yangsetinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berpartisipasidalam pelaksanaan penelitian ini sehingga dapat diselesaikansesuai dengan waktu yang ditetapkan. Semoga segala bantuanyang telah diberikan kepada peneliti bernilai pahala di sisi Al-lah SWT.

Peneliti menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauhdari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dari TimPeneliti. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan berupakeritik dan saran dari para pembaca.

KATA PENGANTAR

*** ﷽

الحمد رب العالمين على حق حمده والشكر علي الله حق شكره والصلاة والسلام على نبي الله ورسوله محمد صلى الله عليه وسلم المبعوث رحمة للعالمين

Page 5: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| ivKATA PENGANTAR

Akhirnya, peneliti berharap semoga hasil penelitian inidapat memperkaya khazanah keilmuan, wawasanpengetahuan, oleh para Anregurutta, mubaligh, masyarakat,pemerintah daerah, ormas, pesantren dan aparat se-Ajatappareng agar bekerjasama dan bijak dalam membendungradikalisme agama.

Parepare, 20 Desember 2018

Tim Peneliti

Page 6: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

v | DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

***KATA PENGANTAR _____ iiiDAFTAR ISI _____ v

BAB IPENDAHULUAN _____ 1

A. Latar Belakang Masalah _____ 4B. Batasan Masalah _____ 4C. Rumusan Masalah _____ 4D. Tujuan Penelitian _____ 4E. Signifikasnsi _____ 4F. Sistematika penelitian_____ 6

BAB IITINJAUAN TEORI _____ 7

A. Pemaknaan Teoritis Terhadap RadikalismeAgama _____ 9

B. Indikator Radikalisme Agama _____ 10C. Strategi Membendung Radikalisme Agama _____ 15D. Islam Radikal Phobia _____ 20E. Respon dan Metode Dakwah Anregurutta

di Ajatappareng _____ 24F. Kerangka Konseptual Penelitian _____ 50G. Penelitian Terdahulu _____ 50

BAB IIIMETODE PENELITIAN _____ 55

A. Jenis dan Lokasi Penelitian _____ 55B. Pendekatan Penelitian _____ 57C. Sumber Data _____ 58D. Metode Pengumpulan Data _____ 59

Page 7: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| viDAFTAR ISI

E. Instrumen Peneliian _____ 62F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data _____ 62G. Pengujian Keabsahan Data _____ 64

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN _____ 69

A. Ajatappareng dalam bingkai Sejarah _____ 69B. Peran Anregurutta dalam Mengharmoniskan Umat di

Ajatappareng _____ 71C. Indikator Radikalisme Agama

di Ajatappareng _____ 75D. Respon dan Metode Dakwah para Anregurutta

Membendung Radikalisme di Ajatappareng _____ 100

BAB VPENUTUP _____ 115

A. Kesimpulan _____ 115B. Implikasi _____ 116

DAFTAR PUSTAKA _____ 117

Page 8: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 1PENDAHULUAN

BAB I

A. Latar Belakang MasalahIndonesia sebagai negara yang majemuk terlihat dari

berbagai macam suku, ras, budaya, bahkan agama yang ada didalamnya, di lain pihak kemajukan ini memberikan nilai tambahtersendiri bagi Indonesia. Namun disisi lain kemajukan ini bisaberakibat menjadikan suatu pergesekan baik dibidang suku,budaya, ras, maupun di wilayah ke agamaan, bahkan internalkeagamaan itu sendiri. Selain itu kehidupan reformasi demokrasiterus mewarnai dinamika kehidupan bangsa dan terjadi hinggakini, serta telah membuat berbagai kalangan semakin frustasimenandai fase lebih lanjut proses transisi yang telah bergulirsejak terjungkalnya Soeharto dari tampuk kekuasaan otoriterOrde Baru tahun 1998, setelah berkuasa selama 32 tahun.Pengesahan beberapa bentuk demokrasi, kembalinya bebebrapabentuk pemerintahan otoriter atau kemunculan alternatifrevolusioner.1

Pergulatan menuju demokrasi pada kenyataanya harusmenghadapi banyak problem kursial, mulai dari konflik antarelite yang seolah tidak pernah berhenti memperebutkankekuasaan, munculnya sparatisme, menjalarnya konflik suku

1Guillermo O’Donnell dan Philippe C. Schmitter, Transisi Menuju Demokrasi:Rangkaian Kemungkinan dan Ketidakpastian (Jakarta: LP3ES, 1993), h. 1.

PENDAHULUAN

***

c

Page 9: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

2 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

dan agama diberbagai wilayah, tumbuhnya radikalismekeagamaan, hingga stagnasi ekonomi yang menghantarkanrakyat Indonesia kearah proletarisasi. Dalam bingkai keagamaanbaru memiliki agenda untuk menerapkan syariat Islam yangtidak hanya terbatas pada aktivitas ritual ibadah mahdah,namun merambah hingga wilayah publik, terutama dibidangpolitik, sekalipun perkembangan ini tidak gampang merubahIndonesia menjadi negara Islam, dan menjadi alarm terhadapperkembangan demikrasi dan pluralisme di Indonesia.2

Kebebasan politik sebagai salah satu agenda penting reformasi,mendorong munculnya kelompok-kelompok keagamaan radikaldengan berbagai macam agendanya.Kelompok ini mengajarkanisme-isme anti Pancasiladan NKRI sangat berkembang dancenderum tak terkendali.Kelompok terpolarisasi dalam tiga model,pertama, kelompok yang menerima Pancasila dengan penegakansyariat Islam. Kedua, kelompok yang ingin menjadikan negara In-donesia sebagai negara Islam, mengganti Pancasila dengan dasarhukum yang berlandaskan al-Qur’an dan Hadis, sertamemperjuangkan sistem khilafah di Dunia. Kelompok kedua iniada yang berkeyakinan mendirikan khilafah itu hukumnya wajibdan seorang yang menolaknya dicap sebagai kafir. Sebagian yanglain berpendapat khilafah adalah kewajiban umat Islam untukdiperjuangkan, tetapi bagi yang menolaknya hanya dilabel sebagaimuslim yang fasik.

Kelompok yang pendukung khilafah melahirkan banyakkader-kader dengan pemahaman radikal dan ekstrim yangberpandangan bahwa negara yang tidak menerapkan hukumIslam adalah Negara kafir dan pemerintahannya adalah

2Azumardi Azra, Political Indonesia in Post-Soeharto Indonesia, dalam Virginia Hookerdan Amin Saikal (eds.) Islamic Perspektive on the New Mellenium (Singapore: Iseas,2014), h. 134.

c

Page 10: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 3PENDAHULUAN

pemerintahan thaghut dan kafir, sehingga harus diperangi.Ketiga, Kelompok keagamaan yang berkembang lainnya adalahkelompok keagamaan yang menghujat praktik keagamaan umatIslam mainstream. Mereka berpendapat bahwa praktekkeagamaan umat selama ini banyak menyimpang karena tidakberlandaskan nash yang shahih, tetapi dipengaruhi oleh unsur-unsur dari luar agama Islam. Kelompok ini sekalipun tidakmengusung konsep khilafah, tetapi sangat mendambakanpenerapan syariat Islam unsich, seperti penarapan syariat Is-lam di Arab Saudi.3

Desain dakwah yang dikemas dengan konsep dakwahmodern itu mulai menarik simpati masyarakat, sehingga paramubalignya mulai diundang pada acara-acara arisan, pengajiankeluarga, takziyah, nasehat perkawinan. Kesempatan-kesempatan tersebut tidak disia-siakan begitu saja oleh mubaligtersebut untuk menyusupkan materi-materi provokatif. Hasilnyacukup signifikan dengan mulainya masyarakat mengenal sistempemerintahan khilafah dan pentingnya penegakan syariat Is-lam di Indonesia untuk diperjuangkan sebagai solusi darikompleksitas problematika bangsa Indonesia. Responmasyarakat pun beragam, ada yang mendukung konsepkhilafah tersebut, ada yang tidak memperdulikannya tetapisebagian yang lain menolaknya.

Radikalisme atau sikap ekstrim keagamaan adalah suatukegaiatan yang dikaitkan dengan pertentangan antara nilai-nilaiyang diperjuankan kelompok agama dengan tatanan nilai yangberlaku. Radikalime memberikan perubahan sosial dengan jalankekerasan, memberikan keyakinan dengan jalan yang salah.

3FathorrahmanGhufron, RadikalismedanPolitikIdentitas, https://nasional.kompas.com/read/2017/05/05/19170871/radikalisme.dan.politik.identitas. Diakses 10 Oktober 2018.

c

Page 11: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

4 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Sehingga paham ini menginginkan perubahan dan pembaharuansosial maupun dalam perubahan politik dengan cara kekerasan.Radikalisme akan memunculkan konflik sosial yang dan berlatarbelakang keagamaan dan cenderung pada agama Islam.

B. Batasan MasalahPenelitian ini dirancang untuk menelusuri gerakan dakwah

berbau radikalisme serta bagaimana respon tokoh-tokoh agamaIslam (Anregurutta) untuk mengantisipasi semakinmeningkatnya dakwah radikalismedengan memilih beberapadaerah Kabupaten/Kota se-Ajattapparen, mencakupKabupaten Sidrap, Pinrang, Barru, dan Kota Parepare.

C. Rumusan MasalahMemperhatikan fenomena tentang paham radikalisme

agama di atas, maka rumusan masalah yang muncul dalampenelitian ini adalah:

1. Bagaimana indikator radikalisme agama diAjattappareng di Sulawesi Selatan?

2. Bagaimana respondan metode dakwah paraAnregurutta se-Ajatapparang terhadap dakwahradikalisme agama?

D. Tujuan PenelitianPeneliian dilakukan dengan tujuan1. Untuk mengetahui secara mendalam indikator

radikalisme agama yang berkembang di Ajatappareng.2. Untuk memahami respon dan metode dakwah para

Anreguruta dalam upaya membendung radikalisme diAjatappareng.

E. SignifikansiHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

atau signifikansi akademis dan praktis sebagai berikut:

c

Page 12: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 5PENDAHULUAN

1. Signifikansi AkademisSecara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapatmenambah ilmu pengetahuan dan ketajaman analisisyang terkait dengan masalah radikalisme agama yangberkembang di Ajatappareng dengan spesifikasiindikator radikalisme agama yang berkembang didaerah lain di Nusantara. Dan respon dan metodedakwah yang dikembangkan para Anregurutta dalammembendung semakin berkembangnya radikalismeagama di Ajatappareng. Selain itu, diharapkan puladapat mempemerkaya studi ilmiah mengenaipenyebaran radikalisme agama di daerah Ajatappareng

2. Signifikansi PraktisSecara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapatmenjadi bahan masukan bagi Badan NasionalPenanggulangan Terosrisme (BNPT), Majelis Ulama In-donesia (MUI), Organisasi kemasyarakatan,Pemerintah Kota/Kabupaten se-Ajatappareng danmasyarakat umum.

F. Sistematika PenelitianSistematika penelitian disajikan dalm lima bab yang

perinciannya sebagai berikut:

1. Bab I, pendahuluan yang meliputi latar belakangmasalah, batasan masalah, rumusan masalah,signifikansi dan sistimatika penelitian.

2. Bab II, tinjauan teori dan penelitian terdahulu.3. Bab III, metode penelitian yang menjelaskan jenis dan

lokasi peneliitian, pendekatan penilitian, sumber data,metode pengumpulan data, insrumen penelitian, teknikpengolahan dan analisis data, dan pengujian keabsahandata

4. Bab IV, Hasil penelitian yang menguraikan jawaban darirumusan masalah dan temuan lapangan meliputi,

c

Page 13: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

6 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Ajattappareng dalam bingkai sejarah, peranAnregurutta dalam mengharmoniskan umat diAjatappareng, Indikator radikalisme agama diAjatappareng, respon Anregurutta terhadap radikalismeagama di Ajatappareng, dan strategi dakwah paraAnreguruta membendung radikalisme agama diAjatappareng.

c

Page 14: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 7TINJAUAN TEORI

BAB IITINJAUAN TEORI

***

Lembaran sejarah Islam di Indonesia, mengisahkan prosespenyebaran agama tersebut terbilang cukup lancar serta tidakmenimbulkan konfrontasi, hidup damai berdampingan denganumat lain yang hidup masa itu. Pertama kali masuk melaluiPantai Aceh, Islam dibawa oleh para perantau berasal dariGujarat,1 Arab,2 Benggali Bangladesh,3 Cina,4 dan Persia,5

melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian,tasawuf, dan politik. Azyumardi Azra menjelaskan.

Keberhasilan para muballig dahulu dalam syiar Islam lebihdisebabkan dalam menyajikan Islam menggunakan kemasanyang atraktif, yaitu menekankan kesesuaian Islam dengan tradisilama atau kontinuitas, ketimbang perubahan drastis dalamkepercayaan dan praktik keagamaan lokal (kejawen, agamalokal, Hindu dan Budha) sehingga spektrum ke-Islam-an yangada di Indonesia ini paling kaya diantara negara-negara lainyang ada di dunia. Islam di Indonesia selalu memperlihatkanwajahnya yang ramah dan santun.

1Syed Nagib Alatas, Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization ofMalay-Indonesian Archipelago (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969), h. 11

2Ahmad Mansur Suryanegara. Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam DiIndonesia (Bandung: Mizan, 1996), h. 81-82

3Shodiq, Potret Islam Jawa (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2013), h. 214Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2005), h. 85GWJ Drewes, New Light on the Coming of Islam in Indonesia, compiled by Ahmad

Ibrahim, Sharon Siddique & Yasmin Hussain, Readings on Islam in Southeast Asia ,(Singapore: Institue of Southeast Asia Studies, 1985), h. 7-19

c

Page 15: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

8 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Gejolak dan dinamika yang sifatnya radikal nyaris tidaktampak. Seiring dengan perkembangan zaman, ada fenomenakeberagamaan kontemporer di Indonesia yang menarik yaitumunculnya gerakan Islam global yang disebut sebagai “GerakanIslam Transnasional yang mengajarkan faham keagamaan tidaksesuai dengan dengan latar belakang budaya yang damai dansaling menghargai dan sebagiannya menganut pemahamankeagamaan radikal. Aliran keagamaan tersebut jugamenganggap ajaran Islam mainstrem itu telah banyakmelakukan penyimpangan dari ajaran agama Islam yangdiajarkan oleh Rasulullah saw, dan ulama salaf. Skope gerakanini tidak hanya terbatas pada wilayah nasional atau lokal sepertihalnya organisasi Islam ke-Indonesia-an seperti NahdlatulUlama (NU) dan Muhammadiyah, namun bentuk utamaorganisasi dan aktifitasnya melampaui sekat-sekat teritorialnegarabangsa (nation-state).6 Menurut hasil  Penelitian BadanLitbang dan Diklat Kemenag RI tentang Perkembangan PahamKeagamaan Transnasional di Indonesia Tahun 2010. Hasilpenelitian itu ditemukan adanya gerakan keagamaantransnasional di Indonesia seperti Salafi, Syi’ah, Jama’ah Tabligh(JT), Ikhwanul Muslimin (IM) dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)di Indonesia. Semua organisasi itu telah memiliki pengaruh danpengikut yang cukup banyak di Indonesia.7

Di Indonesia, radikalisme muncul dalam bentuk aksi kolektifyang beragam, mulai dari penggunaan kekerasaan dan seranganmematikan hingga pawai massa dan protes damai.8 Tindakkekerasan misalnya ditunjukan melalui serangkaian peristiwa

6Peter Mandaville, Global Political Islam (London dan New York, 2007), h. 2797Abdurrahman Mas’ud, “Pengaruh Radikalisme Agama Terhadap Bangsa dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)”, diakses dari http://puspenda.kemenag.go.id/?p=517,pada 6 Agustus 2018

8Eric Hiariej, Aksi dan Identitas Kolektif Gerakan Islam Radikal di Indonesia. JurnalIlmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 14, Nomor 2, November , 2010, H. 135.

c

Page 16: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 9TINJAUAN TEORI

pemboman dan peledakan oleh Jamaah Islamiyah (JI) di Indo-nesia. Adapun aksi kolektif berbentuk pawai massa seringditunjukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), MajelisMujahiddin Indonesia (MMI), dan Front Pembela Islam (FPI),meski dalam beberapa kesempatan sweeping yang dilakukanterindikasi menggunakan kekerasan).

A. Pemaknaan Teoretis Terhadap Radikalisme AgamaSecara bahasa radikalisme berasal dari bahasa Inggiris yaitu

radix artinya mengakar.9 Bahasa Inggris kata radical dapatbermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik, revolusioner, ultra danfundamental. Sedangkan radicalism artinya doktrin atau praktikpenganut paham radikal atau ektrim.10 Kelompok Radikalismemerupakan sekolompok orang yang meyakini bahwapemahamnyalah yang paling benar, sehingga orang yangberbeda pendapat dengannya adalah salah, bahkan dalamperkembangannya radikalisme menggunakan aksi-aksi ekstrimuntuk mempertahankan dan mengembangkan pendapatnya.11

Sementara Sartono Kartodirdjo mengartikan radikalisme sebagaigerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosialyang sedang berlangsung dan ditandai oleh kejengkelan moralyang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaumyang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa.12

Radikalisme merupakan gejala umum yang bisa terjadidalam suatu masyarakat dengan motif beragam, baik sosial,politik, budaya maupun agama, yang ditandai oleh tindakan-

9Jamhari dan Jajang Jahroni,. Ed, , Gerakan Salafi Radikal Di Indonesia , (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2004), h. 38

10 Nuhrison M. Nuh, “Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/Gerakan IslamRadikal di Indonesia”, HARMONI Jurnal Multikultural & Multireligius, VIII (31) Juli-September 2009: 36

11Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.), Islam dan Radikalisme di Indonesia,(Jakarta: LIPI Press, 2006), h. 131

12Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), h. 38

c

Page 17: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

10 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

tindakan keras, ekstrim, dan anarkis sebagai wujud penolakanterhadap gejala yang dihadapi.13

Dengan demikian Radikalisme agama adalah seeorang atausekolompok muslim yang meyakini bahwa pemahamanagamanyalah yang paling benar, sehingga orang yang berbedapendapat dengannya adalah salah, dan menggunakan aksi-aksiekstrim untuk mempertahankan dan mengembangkanpendapatnya.

B. Indikator Radikalisme AgamaDiskursus radikalisme agama yang dikemukakan oleh

beberapa peneliti dapat dilacak dari tulisan-tulisannya. yangdikemukakan oleh ahli antara lain:1. Irwan Masduqi menerangkan wujud radikalisme

keagamaan ditandai oleh enam indikator: pertama; seringmengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompoklain yang tak sependapat. Klaim kebenaran selalu munculdari kalangan yang seakan-akan mereka adalah Nabi yangtak pernah melakukan kesalahan ma’sum padahal merekahanya manusia biasa. Klaim kebenaran tidak dapatdibenarkan karena manusia hanya memiliki kebenaran yangrelatif dan hanya Allah yang tahu kebenaran absolut.Kelompok ini telah mencatut kewenangan Allah. Sikap yangdemikian dalam memperlakukan teks keagamaan menurutAbou el-Fadl adalah sikap otoriter. Seolah-olah apa yangdilakukan oleh penafsir teks lalu dianggap itulah “kehendakTuhan”. Menurutnya para tokoh agama sekarang ini tidaklagi berbicara tentang Tuhan, melainkan berbicara “atasnama Tuhan” atau bahkan menjadi “corong Tuhan” untukmenyampaikan pesan-pesan moral di atas bumi. Hal inicukup berbahaya karena ketika terjadi perselingkuhan

13Mohammad Kosim, “Pesantren dan Wacana Radikalisme”, KARSA, IX (1) April2006: h. 844

c

Page 18: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 11TINJAUAN TEORI

antara agama dan kekuasaan, maka yang munculkemudian adalah otoritarianisme atau kesewenang-wenangan penguasa.14

Akhirnya mereka memahami agama hanya sebagaisimbol, bahkan untuk melegitimasi setiap gerakannya yangtak jarang merugikan manusia secara materi maupunimateri melalui perilaku-perilaku anarkis. Kedua; radikalismedapat menyulitkan umat Islam. Praktik keagamaan yangcenderum berlebihan, perilaku keberagamaan yang lebihfokus pada persoalan ibadah sunat dan mengesampingkanyang wajib. Bersemangat dalam merespon salawatan,pembacaan barzanji di masyarakat yang dianggapnyabid’ah dan ibadah yang sesat, dibanding dengankepeduliannya dalam merespon kemiskinan masyarakatmuslim. Ketiga; mengabaikan konsep gradual dalamdakwah. Umat Islam yang masih awam merasa ketakutandan keresahan. Petujuk al-Qur’an dalam al-Baqarah/2: 85,sangat tegas bahwa Allah menghendaki hal-hal yangmeringankan dan tidak menghendaki hal-hal yangmemberatkan umat-Nya, keempat; kasar dalam berinteraksi,keras dalam berbicara dan emosional dalam berdakwah.Ciri-ciri dakwah seperti ini sangat bertolakbelakang dengankesantunan dan kelembutan dakwah Nabi dalam (QS. 3:59)Dalam (QS. 6:25) Allah juga menganjurkan umat Islamsupaya berdakwah dengan cara yang santun danmenghindari kata-kata kasar, Kelima, kelompok radikalmudah berburuk sangka kepada orang lain di luargolongannya. Mereka senantiasa memandang orang lainhanya dari aspek negatifnya dan mengabaikan aspekpositifnya. Hal ini harus dijauhi oleh umat Islam, sebabpangkal radikalisme adalah berburuk sangka kepada oranglain. Berburuk sangka adalah bentuk sikap merendahkanorang lain. Kelompok radikal sering tampak merasa suci

14Abou el-Fadl, Atas Nama Tuhan: Dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif, terj. R.Cecep Lukman Yasin (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2004), h. 16

c

Page 19: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

12 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

dan menganggap kelompok lain sebagai ahli bid’ah dan sesat.Keenam; mudah mengkafirkan orang lain yang berbedapendapat. Di masa klasik sikap seperti ini identik dengangolongan Khawarij, kemudian di masa kontemporer identikdengan Jamaah Takfir wa al-Hijrah dan kelompok-kelompokpuritan. Kelompok ini mengkafirkan orang lain yang berbuatmaksiat, mengkafirkan pemerintah yang menganutdemokrasi, mengkafirkan rakyat yang rela terhadap penerapandemokrasi, mengkafirkan umat Islam di Indonesia yangmenjunjung tradisi lokal, dan mengkafirkan semua orang yangberbed­­­­a pandangan dengan mereka sebab mereka yakinbahwa pendapat mereka adalah pendapat Allah.15

2. Rubaidi menguraikan lima ciri gerakan radikalisme Islam.Pertama, menjadikan Islam sebagai ideologi final dalammengatur kehidupan individual dan juga politikketatanegaraan. Kedua, nilai-nilai Islam yang dianutmengadopsi sumbernya di Timur Tengah secara apa adanyatanpa mempertimbangkan perkembangan sosial dan politikketika al-Qur’an dan hadir di muka bumi ini, dengan realitaslokal kekinian. Ketiga, karena perhatian lebih terfokus padateks al-Qur’an dan hadis, maka purifikasi ini sangat berhati-hati untuk menerima segala budaya non asal Islam (budayaTimur Tengah) termasuk berhati-hati menerima tradisi lokalkarena khawatir mencampuri Islam dengan bid’ah.Keempat, menolak ideologi Non-Timur Tengah termasukideologi Barat, seperti demokrasi, sekularisme dan liberalisasi.Sekali lagi, segala peraturan yang ditetapkan harus merujukpada al-Qur’an dan hadis. Kelima, gerakan kelompok inisering berseberangan dengan masyarakat luas termasukpemerintah. Oleh karena itu, terkadang terjadi gesekanideologis bahkan fisik dengan kelompok lain, termasukpemerintah.16

15Irwan Masduqi, Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis Khazanah Pesantren (JurnalPendidikan Islam, No 2 Vol 1, 2012), h. 3

16A.Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depan Moderatisme Islam diIndonesia (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2007), h. 63.

c

Page 20: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 13TINJAUAN TEORI

3. Horace M. Kallen yang dikutip Khamami bahwaradikalisasi ditandai kecenderungan umum yaitu: Pertama,radikalisasi merupakan respon terhadap kondisi yangsedang berlangsung. Biasanya respon tersebut munculdalam bentuk evaluasi, penolakan atau bahkanperlawanan. Masalah-masalah yang ditolak dapat berupaasumsi, ide, lembaga atau nilai-nilai yang dapat dipandangbertanggung jawab terhadap keberlangsungan kondisiyang sedang ditolak. Kedua, radikalisasi tidak berhenti padaupaya penolakan, melainkan terus berupaya menggantitatanan tersebut dengan suatu bentuk tatanan lain. Ciriini menunjukkan bahwa radikalisasi terkandung suatu pro-gram atau pandangan dunia (world view) tersendiri. Kaumradikalis berupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebutsebagai ganti dari tatanan yang sudah ada. Ketiga, kuatnyakeyakinan kaum radikalis akan kebenaran program atauideologi yang mereka bawa. Sikap ini pada saat yang samadibarengi dengan penafian kebenaran dengan sistem lainyang akan diganti. Dalam gerakan sosial, keyakinantentang kebenaran program atau fislosofi seringdikombinasikan dengan cara-cara pencapaian yangmengatasnamakan nilai-nilai ideal seperti kerakyatan ataukemanusiaan. Akan tetapi, kuatnya keyakinan ini dapatmengakibatkan munculnya sikap emosional yang menjuruspada kekerasan.17

4. Peneliti LIPI Anas Saidi mengatakan bahwa pahamradikalisme ini terjadi karena proses Islamisasi yangdilakukan di kalangan anak muda ini berlangsung secaratertutup, dan cenderung tidak terbuka pada pandanganIslam lainnya, apalagi yang berbeda keyakinannya. Diamenegaskan jika pemahaman ini dibiarkan bisamenyebabkan disintegrasi bangsa karena mereka

17Khamami Zadda, Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas Islam Garis Keras diIndonesia (Jakarta: Teraju, 2002), h.13.

c

Page 21: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

14 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

menganggap ideologi pancasila tidak lagi penting.18

“Proses Islamisasi ini terjadi secara monolitik dan terjadi dimasjid yang dikuasai kelompok tertentu yang konsekuensipengikutnya.Gerakan radikalisme memang tampak cukup merepotkan

para penguasa, dalam tataran kehidupan berbangsa danbernegara, terutama karena beberapa alasan: Pertama, gerakanradikalisme sering dinilai sebagai gerakan yang berkepentinganuntuk membangun dan mewarnai dasar ideologi negara denganfaham ideologinya secara murni, atau mengganti ideologinegara yang sudah mapan dengan ideologi kelompok gerakanradikal tersebut, tanpa mempertimbangkan kepentinganideologi kelompok lain yang berbeda dengannya.

Kedua, gerakan radikalisme dianggap membawa instabilitassosial, keresahan sosial, terutama karena sifat gerakan tersebutyang militan, keras, tegas, hitam putih, tidak menyerah dan tidaksegan-segan menggunakan cara-cara yang cenderung anarkisdan merusak. Di samping itu gerakan radikalisme tersebut jugadipandang tidak mau kompromi serta tidak toleran terhadapkepentingan kelompok lain.

Ketiga, dampak dari gerakan radikalisme baik secaralangsung maupun tidak langsung dipandang dapat mengancameksistensi kedudukan para elit penguasa, terutama karenapengaruh agitasi ideologi dan provokasi gerakan radikal yangmeluas dalam masyarakat dapat menurunkan tingkat

18Sri Lestari, Anak-Anak Muda Indonesia Makin Radikal, BBC Indonesia, 18 Februari2016, h. 1. Lebih jauh Anas mengungkapkan dalam penelitian yang dilakukan pada 2011di lima universitas di Indonesia UGM, UI, IPB, Unair, Undip menunjukkan peningkatanpemahaman konservatif atau fundamentalisme keagamaan khususnya di kalanganmahasiswa di kampus-kampus umum. Dan Radikalisme di kalangan pelajar dan mahasiswaitu terjadi pasca reformasi, dengan menyebar melalui Jamaah Tarbiyah (IkhwanulMuslimin), termasuk HTI dan salafi yang merupakan bagian dari gerakan Islamtransnasional.

c

Page 22: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 15TINJAUAN TEORI

kepercayaan rakyat terhadap rezim penguasa tersebut, yangpada gilirannya dapat melahirkan pembangkangan dan revolusisosial yang akan meruntuhkan singgasana rezim penguasa.Karena itu tidaklah mengherankan apabila siapa pun rezimpenguasa di sebuah negara akan berusaha semaksimal mungkinuntuk mengeliminasi, menjinakkan, meredam atau menangkalberkembangnya gerakan radikalisme.19

Namun di pihak lain, munculnya gerakan ini dipicu olehsemangat menegakkan Syariat Islam yang dalam sejarah politikIndonesia berakar dari diskursus Islam dan Negara yanglandasan ideologisnya tercantum dalam Piagam Jakarta.Kelompok-kelompok radikal Islam yang mengusungpenegakkan Syariat Islam ini dalam kajian Haedar Nashirdikenal dengan gerakan Islam Syariat.20

C. Strategi Membendung Radikalisme Keagamaan.Pada dasarnya faham radikalisme pada agama Islam

tidaklah menjadi suatu masalah selama masih sebatas ideologisaja bagi penganutnya, akan tetapi ketika ideologi tersebutbermetamorfosis menjadi aksi teror dan tindakan kekerasanyang mengancam keselamatan jiwa masyarakat dan instabilitasnegara., maka radikalisme perlu memperoleh perhatian ekstrabersama, bergandengan tangan dan bersinergi dengan seluruhanak bangsa, Oleh karena itu, program deradikalisasi fahamkeagamaan Islam harus terus ditingkatkan untuk menetralisirpengaruh ideologi radikal tersebut.

Deradikalisasi harus dilakukan dengan program yangkomprehensif, luas, jangka panjang, integral, dan integratif yangmelibatkan semua komponen masyarakat, khususnya para

19Nuhrison M. Nuh, “Faktor-Faktor Penyebab”…, h. 3920Haedar Nashir, Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis di Indonesia, (Bandung:

Mizan-MAARIF Institute, 2013), h. 40

c

Page 23: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

16 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

ulama, umat Islam, organisasi kemasyarakatan Islam dandidukung pemerintah.. Pelibatan semua unsur menjadi sangatpenting karena radikalisme dalam bentuk aksi-aksi teror dankekerasan akan berdampak negatif dan merugikan masyarakatdan negara. Selain itu, deradikalisasi harus berorientasi padakepentingan masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkankepada masyarakat.

Penyebaran paham radikalisme di Indonesia semakin masif,sistemik dan sangat mengkhawatirkan. Penyebarannya menyasarberagam target sasaran dan menggunakan metode yang variatif.Sasaran yang dimaksud adalah masyarakat umum, pelajarmahasiswa, dan kelompok profesional. Masjid, mushalah,sekolah, madrasah, pesantren dan perguruan tinggi yangdiharapkan sebagai garda terdepan dalam menangkal fahamradikalisme, sekarang ini tidak lagi steril. Metode penyebarannyamenjadi semakin modern, baik media visual dan internet.

Syaifuddin dalam penelitiannya menjelaskan dalampenelitiannya yang berjudul Radikalisme di kalangan mahasiswadi Jogjakarta menghasilkan narasi bahwa perguruan tinggi umumlebih mudah menjadi rekrutmen gerakan-gerakan radikal,sementara perguruan tinggi berbasis keagamaan dianggap lebihsulit. Kalau ternyata faktanya menunjukkan bahwa gerakanradikal juga sudah marak dan subur di kampus-kampus berbasiskeagamaan, maka ini dapat membuktikan dua hal. Pertama, telahterjadi perubahan di dalam perguruan tinggi berbasis keagamaanitu sendiri. Kedua, telah terjadi metamorfosa bentuk dan strategigerakan di internal gerakan-gerakan radikal.21

Hal ini dibuktikan dengan adanya konversi dari IAIN keUIN membuka peluang yang sangat besar bagi alumni-alumni

21Saifuddin, “Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Sebuah Metamorfosa Baru” dalamAnalisis Jurnal Studi Keislaman, IAIN Raden Intan Lampung, Vol XI No 1 Juni 2011, h. 28-29.

c

Page 24: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 17TINJAUAN TEORI

yang berasal dari SMU/SMK/STM untuk menjadi mahasiswaperguruan tinggi agama tersebut. Kalau dahulu sebagian besarcalon mahasiswa IAIN berasal dari lulusan madrasah ataupondok pesantren. Ketika mereka kuliah ternyata mendapatipelajaran yang diajarkan sudah pernah dipelajari di pesantrenbahkan bisa jadi mereka lebih menguasai dari pada dosennyasendiri. Oleh karena itu, mereka lebih suka membaca buku-bukufilsafat, ilmu sosial politik dan semacamnya.

Girah untuk mempelajari agama menjadi menurun bahkanada kecenderungan untuk liberal. Dengan kondisi semacam initentu mereka sulit didoktrin untuk menjadi orang yang militandan radikal. Sementara calon mahasiswa yang berasal dariSMU/SMK/STM karena dahulunya lebih banyak belajar umum(non agama), mereka baru menemukan girah atau semangatberagamanya di kampus, terlebih ketika mereka berjumpadengan aktifis-aktifis lembaga dakwah dan organisasi-organisasitertentu. Latar belakang yang demikian tentu menjadi lahanempuk untuk membangun dan membangkitkan sikap militansikeagamaan dalam diri mereka.22

Semakin berkembangnya media online, terutama media sosialpenyebaran idiolegi radikalisme juga semakin pesat, ajaran-ajaranatau doktin radikal itu bisa menyasar siapa saja, di mana sajadan kapan saja dan menjadi sulit mendeteksinya.berbeda denganSebelum ada media sosial, peta penyebaran paham radikalmudah terdeteksi sebab ruang lingkupnya masih sangat terbatas.

Beragam metode yang dapat dilakukan dalam menangkalfaham radikalisme keagamaan. langkah-langkah strategisberkelanjutan yang dapat membendungnya. Untukmembendung arus pergerakan radikalisasi, tidak cukup hanya

22Saifuddin, Radikalisme di Kalangan Mahasiswa,... h. 29

c

Page 25: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

18 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mengandalkan pada keberadaan pada aktor tunggal, pihakkeamanan semata yang cenderung pada penggunaanpendekatan keamanan (security approach), tetapi juga perludidesain suatu pendekatan semesta di mana semua stakeholdersbergerak secara bersama-sama, secara efektif, efisien, terukur,konsisten, terintegrasi, terlembaga, dan berkelanjutan.Pendekatan yang dilakukan BNPT sebagai acuanpenanggulangan penyebaran faham radikalisme di Indonesiasebagai berikut:

1. Hard ApproachDilaksanakan dengan mendorong aparat penegak hukum

(Polri, Kejaksaan, dan Hakim) dengan didukung oleh TNI untukmelaksanakan penegakan hukm secara transparan danprofesional.   Teror harus ditindak, tetapi dengan tetapmenjunjung tinggi code of conduct ataupun rule of engagementsehingga apa pun yang dilakukan dalam melawan terorismeterbebas dari persoalan pro dan kontra sehingga mendapatkanlegalitas dan legitimasi. Hard approach selama ini tidaksepenuhnya efektif dalam penanggulangan terorisme. Selainrugi karena hilangnya rantai penghubung bila jumlah pelakuyang tertembak mati banyak, hal ini juga menghambat informasitentang sel dan organisasi teror itu. Tembak mati terorismenyisakan duka dan dendam keluarga serta komunitas yangditinggalkan. Maka pendekatan keras harus dibarengi sentuhanserta pencerahan agar dendam tidak berkelanjutan dan bahkanmenjadikan aparat pemerintah target pembalasan.

Penindakan teroris tidak boleh berhenti kepada pelaku,tetapi dilanjutkan dengan upaya pendekatan terhadap keluargaserta komunitasnya. Karena itu, muncul upaya agar sedapatmungkin tidak menembak mati terduga pelaku terorisme,sepanjang tidak membahayakan petugas/masyarakat dan

c

Page 26: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 19TINJAUAN TEORI

kemudian menangkap hidup-hidup. Pendekatan keras masihdiperlukan, tetapi harus dibatasi penggunaannya hanya padakondisi paling darurat. Sejumlah alternatif dalam operasi dilapangan dapat ditempuh dan menjadi prosedur standar.23 

2. Soft ApproachDilaksanakan oleh BNPT dengan melaksanakan program

deradikalisasi dan kontra radikalisasi. Deradikalisasi ditujukanpada kelompok simpatisan, pendukung, inti dan militan yangdilakukan baik di dalam maupun di luar lapas. Tujuan darideradikalisasi agar kelompok kelompok inti, militan simpatisandan pendukung meninggalkan cara-cara kekerasan dan terordalam memperjuangkan misinya serta memoderasi paham-paham radikal mereka sejalan dengan semangat kelompok Is-lam moderat dan cocok dengan misi-misi kebangsaan yangmemperkuat NKRI.24 Dan Kontra radikalisasi yakni upayapenanaman nilai-nilai ke-Indonesiaan serta nilai-nilai non-kekerasan. Dalam prosesnya strategi ini dilakukan melaluipendidikan baik formal maupun non formal. Kontra radikalisasidiarahkan kepada masyarakat umum melalui kerjasamadengan tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarkat, tokohadat. Tujuannya untuk meningkatkan daya tangkal terhadapfaham radikal terorisme.25

Kedua pendekatan tersebut untuk mengatasi radikalisme,bersifat pertama, preventif, Upaya yang bersifat preventif(pencegahan) antara lain dilakukan melalui (1) peningkatanpengawasan dan pengamanan atas senjata api, sistem

23Suhardi Alius, PenangananTerorisme”, https: //nasional.kompas. com/ read/2012/12/01/04025762/ diakses tanggal 16 Agustus 2018..

24Belmawa.ristekdikti.go.id. strategi-Menghadapi-Paham-Radikalisme-Terorisme.pdf.25Saud Usman Nasution, https://www.antaranews.com/berita/477096/

penanggulangan-teroris-dengan-hard-dan-soft-apprioach d akses tanggal 16 Agustus2018

c

Page 27: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

20 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

transportasi, sarana publik, dan sistem komunikasi; (2)pengawasan terhadap aktivitas-aktivitas masyarakat yangterindikasi; dan (3) kampanye anti terorisme melalui mediamassa. Kedua, preemtif, Upaya preemtif dilakukan dengan (1)moderasi ajaran-ajaran agama (dan ideologi); (2) pelibatanorganisasi masyarakat; (3) penyesuaian kebijakan politik; dan(4) penetapan organisasi-organisasi yang diindikasi sebagaikelompok radikal sebagai organisasi terlarang danmembubarkannya. Ketiga, represif 26 Adapun upaya represifdilakukan melalui (1) pembentukan Badan NasionalPenanggulangan Terorisme (BNPT) dan (2) melakukanpenegakan hukum terhadap orang-orang atau kelompok radikalyang melakukan tindakan yang mengarah kepada radikalisme.

D. Islam Radikal PhobiaGerakan radikalisme Islam di Indonesia yang melakukan

aksi teror secara nyata berdampak buruk terhadap citra negatifIslam sebagai agama dan terhadap umat Islam Indonesia.Sehingga dalam pandangan dunia Internasional utamanyanegara barat, menganggap Indonesia sebagai salah satu negarasarang teroris.27 Adanya Serangkain peristiwa teror yang telahberlangsung dalam rentang waktu 15 tahun menjadi bukti yangsulit diabaikan.

Contoh kasus pada hari Ahad, 13 Mei 2018,  tiga gerejamengalami rangkaian serangan bom bunuh diri yaitu di GerejaPantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna, GerejaKristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, dan Gereja SantaMaria Tak Bercela di Ngagel, dilakukan secara simultan olehkeluarga yang diketahui merupakan anggota dari kelompok

26Firmansyah, Hery. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme di Indonesia.Mimbar Hukum 23 (2). Juni 2011. h. 389.

27Haryatmoko. Etika Politik dan Kekuasaan. (Jakarta: Kompas, 2014), h. 111

c

Page 28: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 21TINJAUAN TEORI

Jama’ah Ansharu Daulah (JAD) itu tewas dalam aksinya.Insiden ini, tiga anak diajak ikut serta bersama orangtuanyadalam melakukan aksi bom bunuh diri, sebuah modus yang barumuncul di Indonesia.28

Stigma negara sarang teroris ini yang menjadi tugas bangsauntuk menjawab atau membuktikan bahwa aksi teror itu hanyadilakukan oleh sekelompok kecil umat Islam yang telah terpaparfaham radikalisme yang bersumber dari Timur tengah,sedangkan watak asli mayoritas muslim Indonesia  yangmengedepankan moralitas tinggi itu berbeda dengan  muslim dinegeri-negeri lain termasuk Timur Tengah. Meruntut dari aspekhistoris masuknya Islam di Indonesia secara damai dan latar sosial-budaya masyarakat Indonesia yang cinta damai.  moderat,inklusif, toleran, dan anti-kekerasan. Watak ini dianut olehmayoritas mutlak umat Islam dan telah berlangsung berabadlamanya dan negara Indonesia termasuk negara mendukungperdamaian dunia seperti tercantum dalam UUD 1945. Dandidukung dalam sila, “Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Rentetan petaka aksi teror ini memunculkan phobia29

terhadap simbol-simbol Islam yang sering dipakai oleh Islamradikal di Indonesia. Ketakutan dan kekhawatiran ini, penelitiistilahkan dengan Islam Radikalphobia. Pemerintah dansebagian masyarakat menjadi takut, khawatir hingga antipatiterhadap simbol-simbol Islam. Tidak hanya lewat lisan dantulisan. Islam Radikalphobia juga mengarah ke relasi disosiatifbersifat destruktif fisik dan nonfisik seperti”terror, persekusi,30

28https://nasional.kompas.com/read/2018/05/14/13533731/inilah-deretan-aksi-bom-bunuh-diri-di-indonesia?page=all.   diakses  tanggal  18 Agustus  2018.

29Phobia adalah ketakutan atau kecemasan yang abnormal, tidak rasional dan tidakbisa dikontrol terhadap suatu situasi dan obyek tertentu.Kartini Kartono, Patologi Sosialdan Ganguan Kejiwaan (Jakarta: CV. Rajawali, 1998), h. 146

30Persekusi adalah kata kerja yang bermakna pemburuan sewenang-wenangterhadap seorang atau sejumlah warga dan disakiti, dipersusah, atau ditumpas (http://kbbi.kata.web.id/persekusi/). Diakses tanggal 18 Agsutus 2018.

c

Page 29: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

22 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

dan bully. Ketakutan terhadap simbol Islam belakangan inidibuktikan dengan kemunculan dua video pendek di mana santriyang mau pulang kampung, kemudian polisi melakukanpemeriksaan didepan umum yang tidak sesuai prosedural.

Ditempat yang lain terjadi persekusi terhadap empat or-ang wanita yang bercadar dilakukan seorang perempuan. Padavideo tersebut terlihat seorang perempuan mencaci makikeempatnya, Ia mempertanyakan mengapa keempatnyamenggunakan cadar dan menyebut keempatnya sebagai terorisdan anggota ISIS. Video yang kali pertama diunggah pada Jumatsore, 11 Mei 2018 tersebut langsung viral.31 Kondisi yangdemikian amat sangat menteror kondisi mereka. Identifikasi dankecurigaan kepada simbol Islam secara berlebihan justrumenjadi kondisi yang tidak baik. Semakin kuat saling curiga diantara masyarakat maka itulah pintu kemenangan teroris,karena tujuan dari terorisme adalah menghadirkanketidakamanan, menghadirkan saling mencurgai,menghadirkan pelemahan terhadap Indonesia.

Pelarangan mahasiswi menggunakan cadar di lingkungankampus. Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan KalijagaYogyakarta, apabika tetap menggunakannya, terancamdikeluarkan dari universitas. Keputusan itu diambil denganpertimbangan untuk mencegah meluasnya aliran Islam anti-Pancasila dan untuk mencegah tumbuhnya fundamentalismedan radikalisme.32 Aturan tersebut menuai kontroversi dantekanan sosial dan akhirnya aturan pembinaan mahasiswibercadar itu dicabut, demi menjaga iklim akademik yang

31http://lampung.tribunnews.com/2018/05/12/perempuan-yang-mengaku-preman-ini-lakukan-persekusi-terhadap-4-perempuan-bercadar-di-lampung?page=2 diaksestanggal 18 Agustus 2018.

32https://tirto.id/larangan-bercadar-di-kampus-uin-yogyakarta-dinilai-diskriminatif-cFJq di akses 18 Agustus 2018.

c

Page 30: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 23TINJAUAN TEORI

kondusif.33 Apa yang dilakukan rektor UIN sunan KalijagaYogyakarta adalah salah satu contoh bentuk kekhawatiran yangpenulis istilahkan Islam radikal phobia.

Mewaspadai dan menjauhi orang yang berjubah, berjenggot,dan celana di atas mata kaki yang penampilannya identik denganyang sering tampak dari anggota jaringan teroris. Berbagaiprasangka dan stigmatisasi dari faktor-faktor ideologis yangmelekat pada kelompok tersebut sebagai akibat meningkatnyakampanye publik yang digunakan untuk mempengaruhi opinimasyarakat awam. Pernyataan-pernyataan yang menstigmatisasikelompok tertentu, akan berpotensi untuk memprovokasi danmengakibatkan adu domba di tengah masyarakat. Stigmatisasiyang berlebihan sering menimpa para aktivis dakwah, bahkandakwah-dakwah mereka diawasi oleh kementerian agama. Halini sama dengan yang diungkapkan oleh   Cesare Lombroso (1835- 1909), ilmuwan Italia di masa lampau yang percaya bahwaseseorang itu berperilaku jahat bisa ditunjukkan melalui ciri-cirifisik yang dimiliki orang tersebut.34 Dengan teori Lambroso iniberarti santri yang mau pulang kampung, perempuan bercadardan orang yang berjenggot, berjubah dan celananya diatas matakaki memiliki ciri-ciri teroris, sehingga harus diwaspadai dandijauhi. Sementara teori Lombroso telah lama ditinggalkan danditentang oleh ilmuwan lainnya karena tidak memiliki buktiilmiah yang memadai.

Meningkatnya kewaspadaan dan tindakan preventif polisidan warga terhadap kemungkinan tumbuhnya jejaring terorissangat positif dan sangat diperlukan bagi upaya membendungarus pergerakan jaringan teroris yang membahayakan

33 https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43370134 diakses 18 Agustus 2018.34Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi (Jakarta: PT.Raja Grafindo

Persada, 2002), h. 40

c

Page 31: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

24 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

keamanan masyarakat dengan serangkaian aksi mereka. Di sisilain, kecurigaan berlebihan terhadap kelompok keagamaanmemantik kekhawatiran adanya pelanggaran hak asasimengekspresikan keberagamaan di negeri ini. Terlebih, tak semuakelompok dengan ciri-ciri semacam itu adalah bagian darijaringan teroris. Mereka yang bukan jaringan inilah yangtentunya dirugikan.

Catatan kecil ini adalah hendaknya pemerintah tidakgegabah di dalam menyimpulkan sesuatu, serta pemerintahtidak terburu-buru dan arogan di dalam mengambil kebijakan.

E. Respon dan Metode Dakwah Anregurutta di Ajattapareng1. Makna AnreguruttaGelar kultural tertinggi untuk sosok ulama karismatik

dan berpengetahuan luas di masyarakat Bugis abad ke-20adalah anregurutta (bapak/ibu guru kita).35 Sementara ulamayang berada di bawah tingkatan itu disebut gurutta (gurukita) dan pada tingkatan yang lebih rendah lagi disebut ustadz(juga bermakna guru, dalam bahasa Arab).

Pengertian “anreguru” dari segi etimologi adalah rangkaiandua suku kata. kata anre dalam bahasa Bugis berarti “makan”dan “guru” juga berarti “pendidik” dan mendapat tambahan“ta” artinya kita.  Dua kata dan akhiran ta tersebut digabungkanmenjadi anreguru, melahirkan makna baru yaitu maha guru.Guru  di sini dapat diartikan sebagai pendidik dalam pengertianyang lebih mendalam dan luas, bukan sebagaimana kata “guru”

35Dalam masyarakat Muslim Makassar, istilah yang identik dengan anre gurudalam masyarakat Bugis adalah anrong guru. Namun demikian, perlu dicatat bahwa jikadi masa modern anrong guru merupakan gelar keulamaan dalam masyarakat MuslimMakassar, di masa sebelumnya ia juga merujuk kepada jabatan birokratik tertentu (kepaladesa, kepala kampung, kepala pengawal istana, dsb) dalam struktur kekuasaan kerajaanGowa. Lihat, Mustari Bosra, Tuang Guru, Anrong Guru dan Daeng Guru: GerakanIslam di Sulawesi Selatan 1914-1942 (Makassar: La Galigo Press, 2008), h. 90

c

Page 32: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 25TINJAUAN TEORI

dalam bahasa Indonesia, seorang yang berprofesi guru adalahorang yang mata pencahariannya mengajar. Atau orang yangmengajarkan sesuatu. seperti para pengajar di sekolah.36 gurumenurut Zahara Idris dan Lisma Jamal dalam Idris adalahorang dewasa yang bertanggung jawab memberikanbimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembanganjasmani dan ruhaniah untuk mencapai tingkat kedewasaan,memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individuyang mandiri, dan makhluk sosial.37

Dari segi istilah, anreguru atau gurutta adalah seseorang yangsudah mencapai tingkat pengetahuan agama dan kepribadiantertinggi. Dengan demikian hanya ulama saja yang bisadisematkan padanya gelar anreguru dan gurutta, keduapanggilan tersebut adalah legitimasi dari masyarakat sendiriyang memberi pengakuan terhadap ulama yang telah sampaiderajatnya pada level anreguru dan gurutta.  Namun perludicatat bahwa anreguru memiliki kedudukan yang tertinggidalam hierarki keulamaan bagi masyarakat Bugis daripadagurutta, namun kedua istilah tersebut kerap bergonta-gantipenyebutannya, hal ini karena yang bergelar anreguru sudahpasti dapat dipanggil gurutta, namun tidak demikiansebaliknya.38 Istilah lain yang sering dipakai bagi anreguruttaadalah Topanrita.39 Topanrita dalam makna tradisionalnya jugamenjalankan peran-peran yang sama dalam masyarakat Bugisdi masa lalu, minus peran sebagai guru di lembaga-lembagaformal pengajaran ilmu agama.40

36Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Ketiga, Cet. III; (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 509

37Muhamad Idris, Kiat Menjadi Guru Profesional. Cet. I; (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2008), h. 49

38Abd. Kadir Ahmad, Ulama Bugis (Makassar: Indobis Publishing: 2009), h. 17839Wahyuddin Halim, “Arung, Topanrita, dan Anregurutta dalam Masyarakat Bugis Abad

XX”. Jurnal Al Ulum, Volume 12 Nomor 2, Desember 2012: IAIN Sultan Amai Gorontalo h. 32840Djohan Efendi, Ulama dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid 17, (Jakarta: Cipta Adi

Pustaka, 1991), h. 80

c

Page 33: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

26 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Kenyataannya, anregurutta (maha guru) atau guruttabukan hanya mengajari orang-orang tentang berbagai masalahagama dalam suatu lembaga pendidikan tradisional sepertipesantren, tetapi juga menjadi rujukan bagi orang-orangyang membutuhkan nasehat dan doa-doa mustajab untukkelancaran berbagai urusan duniawi. Orang-orang sepertiini mendatangi anregurutta, misalnya, ketika mereka sangatberharap memperoleh kesuksesan dalam berbisnis,keberlimpahan hasil panen, kesembuhan dari penyakitjasmani dan rohani, penyelesaian untuk masalah hukum ataukeselamatan di medan pertempuran (ilmu kebal/kesaktian).

Konteks lndonesia, ulama juga mempunyai sebutan yangberbeda pada setiap daerah seperti; Kyai (Jawa), Ajengan(Sunda), Tengku (Aceh), Syeikh (Sumatera Utara/Tapanuli) danTuan Guru (Nusa Tenggara dan Kalimantan).41 lstilah ulama,bentuk jamak dari kata benda (fail) bahasa Arab ‘alim, yangberasal dari kata kerja ‘alima yang berarti seseorang yangmemiliki ilmu yang mendalam, luas dan mantap.42 Ulamasebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorangyang ahli agama Islam, umumnya memiliki atau menjadipemimpin lembaga pondok pesantren, dan mengajar kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning) kepada para muridnya.Selain pemberian gelar ulama dia juga sering disebut sebagaiseorang alim (orang yang dalam ilmu agama Islamnya) olehmasyarakat.43

Di Indonesia istilah ulama atau alim ulama yang semuladimaksudkan sebagai bentuk jamak, berubah pengertian

41Abdul Qadir Djaelani Peran Ulama dan Santri dalam Pejuang Politik Islam diIndonesia. (Surabaya: PT Bina Ilmu 1994), h. 3

42Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai.(Jakarta: LP3ES, 1982), h. 55

43Abd Qodir Djaelani, Peran Ulama dan Santri dalam Pejuang Politik Islam diIndonesia. (Surabaya: PT Bina Ilmu 1994), h. 3-4

c

Page 34: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 27TINJAUAN TEORI

menjadi bentuk tunggal. Pengertian ulama juga menjadilebih sempit, karena diartikan sebagai orang yang memilikipengetahuan ilmu keagamaan dalam bidang fiqh. Di Indo-nesia ulama identik dengan fuqaha, bahkan dalam pengertianawam sehari-hari ulama adalah fuqaha dalam bidang agamaIslam saja.44 Pengertian Kyai adalah orang yang memiliki ilmuagama (Islam) plus amal dan akhlak yang sesuai denganilmunya. Menurut Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa“Kyai adalah tokoh sentral dalam suatu pondok pesantren, majumundurnya pondok pesantren ditentukan oleh wibawa dankharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabilasang kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka pamorpondok pesantren tersebut merosot karena kyai yangmenggantikannya tidak sepopuler kyai yang telah wafat itu”45

Menurut Abdullah ibnu Abbas, kyai adalah orang-orangyang mengetahui bahwa Allah swt,, adalah Dzat yang berkuasaatas segala sesuatu.46 Menurut Mustafa al-Maraghi, kyai adalahorang-orang yang mengetahui kekuasaan dan keagungan Al-lah swt,., sehingga mereka takut melakukan perbuatan maksiat.Menurut Sayyid Quthb mengartikan bahwa kyai adalah orang-orang yang memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah yangmengagumkan sehingga mereka dapat mencapai ma‘rifatullahsecara hakiki. Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa“kyai adalah sebutan untuk tokoh ulama atau tokoh yangmemimpin pondok pesantren”.47

44Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta, eLSAQPress, 2007), h. 169

45Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: PustakaBeta, 2007), h. 18.

46Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca kemerdekaan(Jakarta : PT RajaGrafinda Persada, 2008), h. 55.

47Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang Pandangan Hidup Kyai(Jakarta: LP3ES, 1982), h. 56

c

Page 35: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

28 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Sebutan kyai sangat populer digunakan dikalangankomunitas santri. Kyai merupakan elemen sentral dalamkehidupan pesantren, tidak saja karena kyai yang menjadipenyangga utama kelangsungan sistem pendidikan di pesantren,tetapi juga karena sosok kyai merupakan cerminan dari nilaiyang hidup di lingkungan komunitas santri. Kedudukan danpengaruh kyai terletak pada keutamaan yang dimiliki pribadikyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu agama, kesalehanyang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari yangsekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciridari pesantren seperti ikhlas, tawadhu, dan orientasi kepadakehidupan ukhrawi untuk mencapai riyadhah.

Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatupesantren. Ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudahsewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-matatergantung kemampuan kepribadian kyainya. Para kyai dengankelebihan pengetahuanya dalam Islam, sering kali dilihat or-ang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan danrahasia alam, hingga dengan demikian mereka dianggapmemiliki kedudukan yang tidak terjangkau, terutama olehkebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal, merekamenunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk berpakaianyang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah dan surban.48

Ulama dalam Ensiklopedi Indonesia yang dikutip olehDewan Rahardjo memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1. Sebagai pengemban tradisi agama2. Orang yang paham secara hukum Islam3. Sebagai pelaksana hukum fiqih.49

48M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur’an, cet. I, (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 68449A. Mustofa Bisri, Percik-percik Keteladanan Kyai Hamid Ahmad Pasuruan (Rembang:

Lembaga Informasi dan Studi Islam (L Islam) Yayasan Ma‘had as-Salafiyah. 2003), h. xxv

c

Page 36: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 29TINJAUAN TEORI

Ciri-ciri Kyai Menurut Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam kitabnya An-Nashaihud Diniyah mengemukakansejumlah kriteria atau ciri-ciri kyai di antaranya ialah: Dia takutkepada Allah, bersikap zuhud pada dunia, merasa cukup(qana‘ah) dengan rezeki yang sedikit dan menyedekahkan hartayang berlebih dari kebutuhan dirinya. Kepada masyarakat diasuka memberi nasehat, ber amar ma‘ruf nahi munkar danmenyayangi mereka serta suka membimbing ke arah kebaikandan mengajak pada hidayah. Kepada mereka ia juga bersikaptawadhu, berlapang dada dan tidak tamak pada apa yang adapada mereka serta tidak mendahulukan orang kaya daripadayang miskin. Dia sendiri selalu bergegas melakukan ibadah, tidakkasar sikapnya, hatinya tidak keras dan akhlaknya baik.50

Menurut Munawar Fuad Noeh menyebutkan ciri-ciri kyaidi antaranya yaitu:a. Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah.b. Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan

materi duniawic. Memiliki ilmu akhirat, ilmu agama dalam kadar yang cukupd. Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap

kepentingan umume. Dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah swt, niat

yang benar dalam berilmu dan beramal.51

Menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyaidi antaranya yaitu:1. Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual

ilmunya dan tidak memperdagangkan ilmunya untukkepentingan dunia. Perilakunya sejalan dengan

50Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh Pemikiran KH. AhmadSiddiq (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 102.

51M. Dawam Rahardjo, Intelektual Integensia dan Perilaku Politik Bangsa RisalahCendikiawan Muslim (Bandung: Mizan 1993), h. 196

c

Page 37: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

30 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikansebelum ia mengamalkannya.

2. Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat,senantiasa dalam mendalami ilmu pengetahuan yangdapat mendekatkan dirinya kepada Allah swt, danmenjauhi segala perdebatan yang sia-sia.

3. Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkanilmunya dan menunaikan berbagai ibadah.

4. Menjauhi godaan penguasa jahat.5. Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia

menemukan dalilnya dari al-Qur‘an dan al-Sunnah.6. Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan

diri kepada Allah swt,. Cinta kepada musyahadah (ilmuuntuk menyingkap kebesaran Allah swt), muraqabah(ilmu untuk mencintai perintah Allah dan menjauhilarangan-Nya), dan optimis terhadap rahmat-Nya.

Melekatnya term keulamaan pada diri seseorang bukanmelalui suatu proses formal, tetapi melalui pengakuan setelahmelalui proses panjang dalam masyarakat itu sendiri dimanaunsur-unsur keulamaan pada seseorang berupa integritas,kualitas keilmuan dan kredibilitas kesalehan moral dantanggung jawab sosialnya dibuktikan. Keulamaan seseorangtidak akan termanifestasi secara riil jika tidak dibarengi denganpenampakan sifat-sifat pribadi yang pantas mereka miliki.52

Dari prespektif sosiologis semacam ini, ulama sekaligusmemandang dirinya seolah-olah sebagai bagian dari perjuanganIslamisasi yang terus berlangsung. Keterlibatan mereka dalamgerakan sosial, politik dan ekonomi seluruhnya dilatarbelakangioleh keinginan untuk mencapai tujuan Islamisasi. Dengandemikian istilah perjuangan merupakan suatu kerangka

52Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, Perhimpunan PengembanganPesantren dan Masyarakat cet. I, (Jakarta: P3M, 1983), h. 114

c

Page 38: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 31TINJAUAN TEORI

keseluruhan dari peran ulama, merupakan cita-cita fundamen-tal serta tujuan ulama untuk tetap mempertahankan perankeulamaan mereka dalam masyarakat. Dalam hal ini menurutHiroko Horikoshi, ulama mempunyai dua peran, yaitumemikirkan nasib rakyatnya, dan sebagai penanggung jawabdalam pengajaran ilmu-ilmu agama dan melestarikanpraktekpraktek ortodoksi keagamaan para penganutnya.53

2. Makna ResponPoerdawarminta mengartikan respon sebagai tanggapan,

reaksi dan jawaban.54 Respon berasal dari kata response, yangberarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction).55 Kamusbesar imu pengetahuan disebutkan bahwa, respon adalah reaksipsikologis-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, ada yangbersifat otomatis seperti refleksi dan reaksi emosional langsung,dan bersifat terkendali.56 Kamus lengkap Psikologi disebutkanbahwa, “Response (respon) adalah sebarang proses otot ataukelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang, atau berartisatu jawaban, khususnya jawaban dari pertanyaan tes ataukuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku, baikyang jelas kelihatan secara lahiriah maupun yang tersembunyiatau yang samar.57

Menurut Saifuddin Azwar dalam bukunya yang berjudulSikap manusia Teori dan Pengukurannya.58 respon adalah suatu

53Poerdawarminta, Psikologi Komunikasi (Jakarta: UT. 1999), h. 43, lihat pula HasanAlwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, edisi ketiga, (Jakarta : BalaiPustaka, 2005), h. 952

54Jhon. M. Echoles dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, cet. Ke-27,(Jakarta: PT. Gramedia, 2003), h. 481

55Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Lembaga pengkajian dankebudayaan Nusantara, 1997), h. 964

56J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, cet. ke-9, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2004), h. 43

57Saifuddin Azwar, Sikap manusia Teori dan Pengukurannya ( 2015:14)58Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya. 1999), h. 118

c

Page 39: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

32 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus ataumerupakan hasil stimulus tersebut. Respon hanya timbul apabilaindividu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanyareaksi individu. Respon seseorang dapat dalam bentuk baik danburuk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidakmenyenangkan. Untuk memberikan respon terhadap suatuobjek mulanya kita harus melakukan pengamatan terhadapobjek tersebut. Oleh karena itu objek yang kita amati disebutpula stimulus tau perangsang dan respon yang kita berikanmerupakan reaksi atau stimulus tersebut

Menurut Steven M. Chafe respon dibedakan menjadi tigabagian:a. Kognitif yaitu respon yang berkaitan erat dengan

pengetahuan keterampilan dan informasi seseorangmengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanyaperubahan terhadap yang dipahami oleh khalayak.

b. Afektif yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap,dan menilai seseorang terhadap sesuatu.

c. Konatif (Psikomotorik) adalah respon yang berhubungandengan perilaku nyata yang meliputi tindakan ataukebiasaan.59

Respon secara pemahaman luas dapat diartikan pula ketikaseseorang memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap, danperilaku. Sikap yang ada pada diri seseorang akan memberikanwarna pada perilaku atau perbuatan seseorang. Secara umumrespon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesanyang didapat dari sebuah pengamatan.

Jadi, penelitian ini akan menyingkap respon paraAnregurutta terhadap radikalisme agama dari aspek; 1) respon

59Enjang, AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Cet. 1 (Bandung; WidyaPadjadjaran., 2009). h, 3.

c

Page 40: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 33TINJAUAN TEORI

kognitif, yaitu sejauh mana pengetahuan para Anreguruttaterhadap kelompok tersebut., 2) respon afektip, yaitu apa sikapyang para Anregurutta terhadap dakwah radikalisme agamadi Ajatapparaeng. 3) respon konatif, yaitu bagaimana tindakanyang lakukan oleh para Anregurutta terhadap dakwahRadikalisme agama.

3. Makna dan Metode Dakwaha. Makna Dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arabyang merupakan bentuk mashdar dari kata da’a, yad’u, yangberarti seruan, ajakan, panggilan atau doa.60 Dakwah jugabermakna mengundang, menuntun, mengasung.61 Dakwahberarti mengajak manusia kepada jalan Allah denganmelakukan kebaikan dan menghindari keburukan.62 Ataumenyeru atau memanggil orang untuk Islam.63 menghindarikebaikan. Seruan ini dapat dilakukan melalui suara, kata-kata,atau perbuatan. Dakwah juga bisa berarti do’a yakni harapan,permohonan kepada Allah swt,. sebagaimana tercantum dalamfirman Allah QS. Al-Baqarah [2] : 186. Artinya: Dan apabilahamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (makajawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkanpermohonan orang yang berdo’a apaabila ia berdo’a kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku danhendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selaludalam keadaan kebenaran.

Kata dakwah juga berarti mengajak kepada kebaikan, danjuga ada yang berarti mengajak kepada keburukan. Kata dakwah

60Mahmud Yunus, Pedomana Dakwah Islamiyah (Jakarta: Hidakarya Agung, 1973),h. 127.

61Harun Nasution, dkk, Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 20762Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah (Jakarta: Widjaya, 1983), h. 353.63Rosyad, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1977), h. 8

c

Page 41: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

34 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

منكر ي عن ال نه معروف وا ل مر هدى وا ير وال لي ال اس حث الن

ل ل والا ع سعادة ال یفوزوا ل

yang berarti mengajak kepada kebaikan, dapat dilihat dalam QS.al-Nahl /16: 125, Yunus /10: 25. Sebaliknya, kata dakwah adapula yang disandarkan pada jalan keburukan atau jalan setan ataujalan ke neraka, misalnya dalam QS. Luqman /31: 21, SurahFathir/35: 6. Di samping itu, term dakwah dalam satu ayat al-Qur’an terdapat penggunaan kata dakwah untuk arti kedua-duanya, yakni jalan kebaikan (syurga) dan jalan keburukan(neraka) sekaligus, seperti terdapat dalam QS.al-Baqarah/2: 221.

Jadi, makna dakwah menurut bahasa bisa berarti ajakankepada kebaikan dan bisa kepada kejahatan. Namun dalampenggunaannya secara peristilahan di lingkungan masyarakat Is-lam, term dakwah lebih dipahami sebagai usaha dan ajakankepada jalan kebenaran atau jalan Tuhan, bukan jalan setan.Bahkan dalam perspektif ini, ajakan dan seruan itu tidak dinamaidakwah bila tidak dimaksudkan untuk membawa manusia ke jalankebaikan.

Adapun pengertian dakwah menurut istilah telah banyakdikemukakan oleh para ahli atau pakar dakwah yang memberikandefinisi menurut sudut pandang masing-masing, antara lain :1) Menurut Syech Ali Mahfudh,

64

Terjemahnya:Mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan petunjuk,menyuruh mereka berbuat yang ma’ruf dan melarangmereka berbuat mungkar, agar mereka mendapatkankebahagiaan di dinia dan akhirat.

64HM. Mashyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, cet.2 (Yogyakarta: KurniaKalam Semesta, 2002), h.11

c

Page 42: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 35TINJAUAN TEORI

2) Al-Khulii dalam kitabnya” Tadzkiratud Duaat” menulisjuga bahwa dakwah itu adalah “memindahkan umat darisatu situasi ke situasi yang lain.65

3) Menurut Natsir dalam bukunya “Fungsi Dakwah Islamdalam Rangka Perjuangan” yang dikutip oleh Irfan Hielmymenyatakan bahwa dakwah adalah “Usaha-usahamenyerukan dan menyampaikan kepada konsepsi Islam,tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini,yang meliputi amar ma’ruf nahi mungkar, dengan akhlakdan membimbing pengamalannya dalam perikehidupanperseorangan, berumah tangga dan bernegara”66

4) Menurut Endang S. Anshari dikutip oleh Toto Tasmaramengatakan dakwah dalam arti luas ialah: ”Penjabaran,penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupandan penghidupan manusia (termasuk di dalamnya politik,ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian,kekeluargaan dan sebagainya)67

5) Sedangkan menurut Muhammad al-khaydar Husayn dalamkitabnya ad-da’wat ila al-ishlah mengatakan dakwah adalahmengajak kepada kebaikan (ma’ruf) dan melarang kepadakemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia danakhirat.68

Beberapa Definisi di atas walaupun berbeda redaksinya,akan tetapi setiap pengertian dakwah memiliki tiga unsur pokokyaitu: 1) Dakwah adalah proses penyampaian ajaran islam dariseseorang kepada orang lain. 2) Penyampaian ajaran Islamtersebut dapat berupa amar makruf nahi mungkar. 3) Usahatersebut dilakukan secara sadar dengan tujuan terbentuknyasuatu individu atau masyarakat yang taat dan mengamalkansepenuhnya amalan soleh bagi setiap umat Islam. Jadi untuk

65Irfan, Dakwah Bil Hikmah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), h. 1066Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 3267Faizah dan H.Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah (Jakarta: Prenada Media,

2009) h, 6.68Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 13

c

Page 43: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

36 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

kesimpulan dari lima definisi diatas, dakwah adalah suatuaktifitas yang dilakukan seseorang atau sekolompok masyarakatuntuk melakukan amar makruf nahi munkar agar dapatmendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat sebagaimanafirman Allah swt.

b. Varian Metode DakwahAspek bahasa kata metode berasal dari dua kata yaitu meta

(melalui) dan hodos (jalan, cara). Dengan demkian, dapat diartikanbahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untukmencapai suatu tujuan. Dalam bahasa Yunani metode berasal darikata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq.Metode berarti cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiranuntuk mencapai suatu maksud.69 Sedangkan Kamus Besar BahasaIndonesia, metode adalah cara teratur yang digunakan untukmelaksanakan suatu pekerjan agar tercapai sesuai yang dikehendakiberguna untuk memudahkan dalam melaksanakannya.70

Kesalahan metode dalam dakwah Islam sering terjadi sehinggaIslam dianggap sebagai agama yang tidak simpatik, penghambatperkembangan, atau tidak masuk akal. Materi yang sederhana,namun melalui sentuhan metode yang tepat menjadi sesuatu yangluar biasa dan mencerahkan. Dakwah memerlukan metode, agarmudah diterima oleh mitra dakwah. Metode yang dipilih harusbenar, agar Islam dapat diterima dengan benar dan menghasilkanpencitraan yang benar pula.71 Beberapa dasar metode berdakwahyang sudah dijelaskan dalam al-Quran yaitu dengan lisan (bi-lisan),dengan tulisan (bil-kitabah) dan dengan perbuatan (bil-haal). 72

69Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), h.740

70Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2004), h. 35871Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 35972Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah, (Jakarta: Raja Gafindo Persada, 20012),

h. 244

c

Page 44: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 37TINJAUAN TEORI

1) Dakwah bi LisanHal ini merujuk pada QS. al-Fussilat/41: 33;

Terjemahnya:Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orangyang menyeru kepada AllahModel dakwah bil lisan pada ayat diatas dijabarkan dengan

metode dakwah sebagaimana pada QS.al-Nahl/16: 125:

Terjemahnya:Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan carayang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebihmengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya danDialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatpetunjuk.

Ayat tersebut memberikan penguatan makna metode dakwahbil lisan meliputi:a) Bil Hikmah

Metode Dakwah bil Hikmah. Kata “hikmah” dalam al-Quran disebutkan sebanyak 20 kali, baik dalam nakirohmaupun ma’rifat. Bentuk masdar-nya adalah “hukuman” yangdiartikan secara makna aslinya yaitu mencegah. Jikadikaitkan dengan hukum berarti mencegah dari kedzaliman,dan jika dikaitkan dengan dakwah maka berarti menghindarihal-hal yang kurang relevan dalam melaksanakan tugasdakwah. Menurut al-Ashma’i, awal mula didirikan

الى ا من د ولا م حسن ق ٣٣ومن

حسن تي هي ل هم ب دـل ة و حسن ل موعظة ل حكمة و ل ك ب ل رب دع الى س

ن مهتد ل لم ب ۦ وهو لم بمن ضل عن س ك هو c ١٢٥ ان رب

Page 45: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

38 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

hukuman (pemerintahan) ialah untuk mencegah manusia dariperbuatan zalim.73

Menurut Imam al-Syaukani, hikmah adalah ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau menurut penafsiran hikmahadalah argument-argumen yang kuat dan meyakinkan. Dalamdunia dakwah, hikmah adalah penentu sukses tidaknyakegiatan dakwah. Dalam menghadapi mad’u yang beragamtingkat pendidikan, strata sosial dan latar belakang budaya, parada’i memerlukan hikmah sehingga materi dakwah disampaikanmampu masuk ke ruang hati para mad’u degan tepat. Olehkarena itu, para da’i dituntut untuk mampu mengerti danmemahami seskaligus memanfaatkan latarbelakangnya,sehingga ide-ide yang diterima dapat dirasakan sebagai sesuatuyang menyentuh dan menyejukkan kalbunya. Di samping itu,da’i juga akan berhadapan dengan realitas perbedaan agamadalam masyarakat yang heterogen. Kemampuan da’i untukbersifat objektif terhadap umat lain, berbuat baik, dan bekerjasama dalam hal-hal yang dibenarkan agama tanpamengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya adalah bagiandari hikmah dalam dakwah.74

Da’i yang sukses biasanya berkat dari kepiawaiannya dalammemilih kata. Pemilihan kata adalah hikmah yang sangatdiperlukan dalam dakwah. Da’i tidak boleh hanya sekedarmeyampaikan ajaran agama tanpa mengamalkannya.Seharusnya da’i adalah seorang yang pertama yangmengamalkan apa yang diucapkan. Kemampuan da’i untukmenjadi contoh nyata umatnya dalam bertindak adalah hikmahyang seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh seorang da’i.Dengan amalan nyata yang bisa langsung dilihat oleh

73Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h. 24874Munir, Dkk, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana, 2009), h. 12

c

Page 46: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 39TINJAUAN TEORI

masyarakatnya, para da’i tidak terlalu sulit untuk harusberbicara banyak, tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauhlebih efektif dari sekedar berbicara.75

Hikmah merupakan suatu term karakteristik metodedakwah sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Nahl/16:125. Ayat tersebut mengisyaratkan pentingnya hikmahuntuk menjadi sifat dari metode dakwah dan betapa pentingnyadakwah mengikuti langkah-langkah yang mengandunghikmah. Ayat tersebut seolah-olah menunjukkan metodedakwah praktis kepada para da’i yang mengandung artimengajak manusia ke jalan yang benar dan mengajak manusiauntuk menerima dan mengikuti petunjuk agama dan kaidahyang benar. Ayat tersebut juga mengisyaratkan bahwamengajak manusia untuk menerima dan mengikuti petunjukagama dan akidah yang benar. Ayat tersebut jugamengisyaratkan bahwa mengajak manusia kepada hakikatyang murni dan apa adanya tidak mungkin dilakukan tanpamelalui pendahuluan atau mempertimbangkan iklim danmedan kerja yang sedang dihadapi.

Dengan demikian jika hikmah dikaitkan dengan duniadakwah, maka ia merupakan peringatan kepada para da’i untuktidak menggunakan satu metode saja. Sebaliknya, mereka harusmenggunakan berbagai macam metode sesuai dengan realitasyang dihadapi dan sikap masyarakat terhadap Islam. Sebabsudah jelas, dakwah tidak akan berhasil jika metode dakwahnyamonoton. Ada sekelompok orang yang memerlukan iklimdakwah yang penuh gairah berapi-api, sementara kelompokyang lain memerlukan iklim dakwah yang sejuk.

Hikmah merupakan kompetensi dasar seorang mubalighdalam aktivitas dakwahnya. Hikmah yang dimiliki seorang

75Munir, Dkk, Metode Dakwah, ... h. 14

c

Page 47: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

40 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mubaligh akan bijaksana dalam menentukan langkah-langkahdan strategi dakwah, baik secara metodologis maupun praktis.Kesimpulannya, hikmah adalah kemampuan meramu beberapapendekatan dan metode dakwah. Dalam dunia dakwah:hikmah bukan hanya berarti “mengenal strata mad’u” akantetapi juga “bila harus bicara, bila harus diam”. Hikmah bukanhanya “mencari titik temu” tetapi juga “toleran yang tanpakehilangan sibghah”. Hikmah bukan hanya kontek “memilihkata yang tepat” tetapi juga “cara berpisah”. Dan akhirnyahikmah adalah uswatun hasanah serta lisanul hal.76

b) Metode Dakwah Al-Mauidhah Al-HasanahMau’idhah hasanah adalah ucapan yang berisi nasihat-

nasihat yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yangmendengarkannya, atau menurut penafsiran, mau’idhah hasanahadalah argument-argumen yang memuaskan sehingga pihakyang mendengarkan dapat membenarkan apa yangdisampaikan oleh pembawa argumen itu. Terminologimau’idhah al-hasanah dalam prespektif dakwah sangat popular,bahkan dalam acara-acara seremonial keagaman (baca dakwahatau baligh) seperti Maulid Nabi dan Isra’ Mi’raj, istilahmau’idhah hasanah mendapat porsi khusus dengan sebutan“acara yang ditunggu-tunggu” yang merupakan inti acara danbiasanya menjadi salah satu target keberhasilan suatu acara.Namun demikian agar tidak menjadi salah paham, maka di siniakan dijelaskan pengertian mau’idzah hasanah. Secara bahasamau’idzah hasanah terdiri dari dua kata yaitu mau’idzah danhasanah. Kata mau’idzah berasal dari bahasa Arab yaitu wa’adza- ya’idzu - wa’dzan yang berarti nasehat, bimbingan, pendidikan,dan peringatan.77

76Munir, Dkk, Metode Dakwah ... h. 1577Munir, Dkk, Metode Dakwah,... h. 259

c

Page 48: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 41TINJAUAN TEORI

Metode mau’idzah hasanah terdiri dari beberapa bentuk,diantaranya: nasehat, tabsyir watanzir, dan wasiat.

1) Nasehat dan petuahNasehat adalah salah satu cara dari al-mau’idzah al-hasanah

yang bertujuan mengingatkan bahwa segala perbuatan pastiada sangsi dan akibat. Secara terminologi nasehat adalahmemerintah atau melarang atau menganjurkan yang dibarengidengan motivasi dan ancaman.

2) Basyir WatanzirTabsyir secara bahasa berasal dari kata basyara yang

mempunyai arti memperhatikan/merasa tenang. Tabsyir dalamistilah dakwah adalah peyampaian dakwah yang bersifat kabar-kabar yang menggembirakan bagi orang-orang yang mengikutidakwah. Tujuan tabsyir:

a) Menguatkan atau memperkokoh keimananb) Memberikan harapanc) Menumbuhkan semangat untuk beramald) Menghilangkan sifat keragu-raguan.78

Tandzir atau indzar menurut istilah dakwah adalahpenyampaian dakwah dimana isinya berupa peringatanterhadap manusia tentang adanya kehidupan akhirat dengansegala konsekuensinya.

3) WasiatSecara etimologi kata wasiat berasal dari bahasa arab yag

diambil dari kata Washa-Washiya-Washiyatan yang berarti pesanpenting berhubungan dengan suatu hal.79 Wasiat dapat dibagimenjadi dua kategori, yaitu:

78Lois Ma’luf, Kamus Munjid, Fi Lughah Wa al-alam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 9091

79Munir, Dkk, Metode Dakwah..., h. 274

c

Page 49: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

42 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

a) Wasiat orang yang masih hidup kepada yang masihhidup, yaitu berupa ucapan, pelajaran, atau arahantentang sesuatu

b) Wasiat orang yang telah meninggal (ketika menjelangajal tiba) kepad oang yang masih hidup berupa ucapanatau berupa harta benda warisan80

Beberapa pengertian diatas, istilah mauidzah hasanah akanmengandung arti kata-kata yang masuk kedalam kalbu denganpenuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuhkelembutan, tidak membongkar atau memberikan kesalahanorang lain sebab kelemah-lembutan dalam menasehati seringkalidapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakkan kalbu yangliar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan daripada laranganatau ancaman.81

c) Metode Dakwah al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan (Diskusidengan cara yang baik)Diskusi dengan cara yang baik adalah berdiskusi dengan

cara yang paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada.82

aspek etimologi kata mujadalah berasal dari kata jadala yangbermakna memintal. Apabila ditambahkan alif pada huruf jimyang mengikuti wazan Faa’ ala, “jaa dala” dapat bermaknaberdebat, dan “mujaadalah” perdebatan. Beberapa pengertianal-Mujadalah (al-Hiwar), Al-Mujadalah berarti upaya tukarpendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpaadanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adabal-Hiwar waalmunadzarah, mengartikan bahwa “al-Jidal” secarabahasa dapat bermakna “datang untuk memilih kebenaran”

80Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah,... h. 25381Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Pejaten Barat: Pustaka

Firdaus, 2000), h. 121-12282Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu dakwah,...h. 254

c

Page 50: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 43TINJAUAN TEORI

dan apabila berbentuk isim “al-Jadlu” maka berarti“pertentangan atau perseteruan yang tajam”.

Al-Jarisyah menambahkan bahwa, lafadh musytaq darilafazh “al-Qatlu” yang berarti sama-sama terjadi pertentangan,seperti halnya terjadinya perseteruan antara dua orang yangsaling bertentangan sehingga salin melawan/ menyerang dansalah satu menjadi kalah. Sedangkan menurut SayyidMuhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan untukmengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikanargumentasi dan bukti kuat. Menurut tafsir al-Nasfi, kata yangmengandung arti berbantahan dengan baik yaitu dengan jalanyang sebaik-baiknya dalam bermujadalah, antara lain denganperkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yangkasar atau dengan mempergunakan sesuatu perkataan yangbisa menyadarkan hati membangun jiwa dan menerangi akalpikiran, ini merupakan penolakan bagi orang yang engganmelakukan perdebatan dalam agama. Pengertian diatasdapatlah diambil kesimpulan bahwa, al-Mujadalah merupakantukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis,yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawanmenerima pendapat yang diajukan dengan memberikanargumentasi dan bukti yang kuat. Antara satu dengan yanglainnya salaing menghargai dan menghormati penapatkeduannya berpegang pada kebenaran, mengakui kebenaranpihak lain dan ikhlas menerima hukuman kebenaran tersebut.83

Metode Mujadalah biasa disebut metode dakwah melaluitanya jawab adalah metode yang dilakukan denganmenggunakan tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh

83A. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah (Surabaya: Al-Iklhas, 1978), h.31- 32

84Suf Kasman. Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsip Da’wah bi Al-Qalamdalam Al Qur’an.(Jakarta: Teraju, 2004), h.120

c

Page 51: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

44 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami ataumenguasai materi dakwah, di samping itu juga merangsangperhatian penerima dakwah.84

Metode tanya jawab merupakan suatu cara untukmenyajikan dakwah harus dakwah digunakan dengan metodedakwah yang lainnya, seperti metode caramah. Metode inidipandang cukup efektif apabila ditempatkan dalam usahadakwah, karena objek dakwah dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akanterjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah denganojek dakwah. Metode ini dimaksudkan untuk mendorong mitradakwah berfikir dan mengeluarkan pendapatya serta ikutmenyumbangkan dalam suatu masalah agama yangterkandung banyak kemungkinan-kemungkinan jawaban.Abdul Kadir Munsyi mengartikan diskusi dengan jalanpertukaran pendapat diantara beberapa orang. Dapatdisimpulkan bahwa metode dakwah melalui diskusi adalahberdakwah dengan cara bertukar pikiran tentang suatumasalah keagamaan sebagai pesan dakwah antar beberapaorang dalam tempat tertentu.

2) Metode Bil KitabahPengertian dakwah bil qalam menurut Suf Kasman yang

mengutip dari Tasfir Departemen Agama RI menyebutkandefinisi dakwah bil qalam, adalah mengajak manusia dengancara bijaksana kepada jalan yang benar menurut perintah Al-lah Swt. melalui seni tulisan. Kasman juga mengutip pendapatAli Yafie yang menyebutkan bahwa, dakwah bil qalam padadasarnya menyampaikan informasi tentang Allah Swt., tentang

84Suf Kasman. Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsip Da’wah bi Al-Qalamdalam Al Qur’an.(Jakarta: Teraju, 2004), h.120

c

Page 52: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 45TINJAUAN TEORI

alam atau makhluk-makhluk dan tentang hari akhir atau nilaikeabadian hidup. Dakwah model ini merupakan dakwah tertulislewat media cetak.85

Tulisan sebagai sarana dakwah menjadi solusi darikelemahan dakwah melalui lisan. Dakwah bil lisan yang terikatdengan waktu, tempat dan masyarakat yang menerima dakwah,maka dakwah bil kitabah, seorang muballig dapatmengekspresikan gagasan dan pembahasannya secaramenyeluruh dan mendalam. Dakwah dengan tulisan memilikiruang waktu (daya simpan) lebih lama, tempat dan penerimalebih luas.

Kekuatan dakwah bil kitabah dapat melengkapi keterbatasankekurangan dakwah bil lisan. Kondisi masyarakat Indonesiayang terbiasa dengan dakwah model ceramah atau dakwah billisan, menjadi tantangan tersendiri. Saat dakwah bil kitabah tidakmampu menjangkau masyarakat budaya lisan, hal tersebutdapat diatasi melalui kolaborasi antara media tulisan denganmedia lisan. Artinya jika tulisan telah diapresiasi dan disambutbaik oleh masyarakat, tulisan menjadi daya tarik untukberkumpulnya jemaah. Tidak aneh jika kemudian munculkomunitas atau jemaaah yang mengkaji pemikiran tokoh di luarlokasi dimana tulisan dibuat. Melalui jemaah itulah pemikirantokoh yang berasal dari tulisan disebarkan melalui ceramah ataubi al-lisân.86 Sehingga keberadaan dua media dakwah ini bukansesuatu yang kontradiktif dan berdiri sendiri, tetapi salingberkaitan.

Nilai-nilai Islam yang disampaikan melalui dakwah dandisertai dengan tulisan, dapat memperdalam pemahaman

85Ma’arif, S. Bambang, Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi. (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2010), h. 163

86Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 1997), h. 31

c

Page 53: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

46 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mad’û karena dapat dikaji ulang secara seksama. Selain itudakwah yang hanya dilakukan melalui ceramah, mempunyaikecenderungan untuk cepat dilupakan mad’û walaupun dapatmembangkitkan semangat jiwa secara langsung.

Nabi Muhammad saw, mencontohkan dakwah bil kitabahmelalui surat-surat dakwah yang dikirim kepada penguasanegara Arab pada masanya. Surat-surat yang dikirim olehRasulullah saw, merupakan salah satu strategi dakwah yangberpikiran maju dan berorientasi kedepan untuk kemajuandakwah, sehingga konsetrasi dakwah tidak hanya terpusat diMadinah dan Jazirah Arab saja.87 Pendekatan korespondensiRasulullah saw bertujuan untuk menunjukkan tentang nilai-nilai universalitas dari agama Islam dan juga sebagaiperwujudan Islam Rahmatan lil alamin.88 Dakwah Bil Kkitabahyang telah dilakukan para ulama salaf dan cendekiawan muslimterdahulu, telah melahirkan sejumlah “kitab kuning”. Mungkin,jika tidak dituangkan dalam tulisan, pendapat para ulama danmujtahid sulit dipelajar dan diketahui dewasa ini. Melalui tulisanpara ulama pula, dua sumber ajaran Islam yakni al-Qur’an dansunah nabi, serta pemikiran cendekiawan pendahulu dapatdikaji hingga kini.

Metode ini telah diaplikasikan pada zaman Rasulullah.Karena, pada saat itu, tradisi tulis menulis sudah berkembang.Terbukti ketika Rasulullah menerima wahyu, beliau langsungmemerintahkan kepada para sahabat yang memilikikemampuan untuk menulis wahyu yang diterimanya. Padahalsaat itu secara teknis sulit untuk melakukan tulismenulisdisebabkan belum tersedianya sarana seperti kertas dan alat tulis

87Ali Mustafa Ya’kub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: Pustaka Firdaus,1997), h. 187

88Wachid Abdul, Wacana Dakwah Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),h. 223

c

Page 54: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 47TINJAUAN TEORI

pena, disamping budaya yang kurang mendukung. Tetapi parasahabat berupaya untuk melakukannya. Begitu juga terhadaphadits Rasulullah, sebagian sahabat yang memiliki kemampuanmenulis dengan baik banyak yang menulis hadits, meskipun adasebagian riwayat yang mengatakan bahwa sahabat dilarang untukmenulis hadits.89

Dakwah melalui tulisan atau disebut juga dakwah bi al-kitabahsudah harus dipahami maknanya karena cakupannya sudahmeluas. Tulisan itu bukan lagi terbatas pada medium surat sepertidilakukan oleh Rasul Allah melainkan sudah meliputi beranekamedium. Apalagi dengan telah ditemukan mesin cetak yangsemakin lama semakin canggih, tulisan dapat berupa buku,majalah, tabloid, leaflet, pamphlet, kartu pos atau kartu-kartu lain.Dakwah melalui tulisan dapat diartikan dengan penyampaianpesan-pesan dakwah atau ajaran agama Islam menggunakantulisan tertentu untuk disebarluaskan kepada masyarakat.

Perkembangan teknologi yang menghasilkan alat atau caradalam berkomunikasi yang lebih canggih pada masa sekarang danyang akan datang, seharusnya mendorong pelaksanaan dakwahmelalui tulisan semakin berkembang.

3) Metode Dakwah Bi Al-HalMetode dakwah model ini mengedepankan perbuatan

nyata. Hal ini dimaksudkan agar mitra dakwah mengikuti jejakdan hal ikhwal da’i. Dakwah jenis ini mempunyai pengaruhyang besar pada diri penerima dakwah. Pada saat pertama kaliRasulullah saw, tiba di kota Madinah, beliau mencontohkandakwah bi al-hal ini dengan mendirikan Masjid al-Quba90 dan

89Zein M. Wiryo Prawiro, Perkembangan Arsitektur Masjid di Jawa Timur (Surabaya:PT Bina Ilmu, 1986), h. 15

90Muhammad Husein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad (Jakarta: PT.Mitra KerjayaIndonesia, 2001), h.194

c

Page 55: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

48 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mempersatukan kaum Anshor dan kaum Muhajirin dalam ikatanukhuwah Islamiyah.91 Dalam sebuah tulisannya, M. Yunan Yusufmengungkapkan bahwa istilah dakwah bi al-hal dipergunakanuntuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi atau tindakan/perbuatan nyata.92 Adapun metode dakwah yang dilakukan NabiMuhammad, antara lain melakukan dakwah bi al-hal yaitumemberikan teladan yang terbaik dalam sikap dan perilaku,dengan sesalu sopan santun kepada siapapun. Hal ini kemudiandiistilahkan dengan akhlak al-karimah. Beliau mendapat predikatdari langit “uswatun hasanah” QS. al-Ahzab/33: 21, yang bermaknateladan terbaik dan terpuji. Dengan metode tersebut, puluhansampai ribuan orang Arab yang tertarik terhadap ajaran Islam,yang kemudian mengucapkan syahadatain.93

Demikian juga E. Hasim dalam Kamus Istilah Islammemberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan dakwahbi al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata. Karenamerupakan aksi atau tindakan nyata, maka dakwah bi al-hal lebihmengarah pada tindakan menggerakkan atau aksi menggerakkanmitra dakwah, sehingga dakwah ini lebih berorientasi padaperubahan nyata masyarakat. Rujukan dasar dakwah bi al-haldalam QS. al-Fussilat/41: 33

Terjemahnya:Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orangyang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh,dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orangyang menyerah diri

مسلمين ل ال انني من ا وق لـ ل ص وعم الى ا من د حسن قولا م من ٣٣و

91Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kencana-RahmatSemesta, 2003), h. 220

92Asep Shaifuddin, Sheh Sulhawi Rubba, Fikih Ibadah Safari ke Baitullah (Surabaya:Garisi, 2011),h. 27

93Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 378

c

Page 56: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 49TINJAUAN TEORI

Berdasarkan ayat tersebut memperkenalkan bahwadakwah dengan lisan dan dakwah yang paling utama adalahdengan amal saleh. Amal saleh berarti melakukan perbutanbaik yang bernilai ibadah. Dengan demikian, menyampaikankebaikan diiringi perbuatan baik adalah cara berdakwah yangpaling efektif.

Usaha untuk melakukan perubahan masyarakat Islammemiliki bidang garapan yang luas. Meliputi pengembanganpendidikan, ekonomi dan sosial masyarakat. Pengembanganpendidikan merupakan bagian penting dari upayamencerdaskan kehidupan bangsa. Ini berarti bahwapendidikan harus diupayakan untuk menghidupkankehidupan bangsa yang maju, efisien, mandiri terbuka danberorientasi ke masa depan.

Salah satu metode dalam dakwah bi al-hal (dakwahdengan aksi nyata) adalah metode pemberdayaanmasyarakat yaitu, dakwah dengan upaya untuk membangudaya, dengan cara mendorong, memotivasi, danmembangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki sertaberupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proseskemandirian.94

Dakwah bi al-hal merupakan aktivitas dakwah Islam yangdilakukan dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadapkebutuhan penerima dakwah. sehingga tindakan nyatatersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penerimadakwah. Misalnya dakwah dengan membangun rumah sakituntuk keperluan masyarakat sekitar yang membutuhkankeberadaan rumah sakit.95

94Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 17895M. Nasor, Dakwah sebagai instrumen penanggulangan radikalisme di era digital

Jurnal akademika, vol. 22, no. 01 Januari-Juni 2017, Universitas Islam Negeri RadenIntan Lampung, h. 29,.

c

Page 57: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

50 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

F. Kerangka Konseptual PenelitianPada dasarnya, Respon dan metode dakwah para

Anregurutta dalam membendung Paham radikalisme agamase-Ajatappareng dapat dilakukan dengan baik dan berhasil.Untuk maksud tersebut, maka berikut ini dibuatkan polakerangka pikir sekaligus kerangka konseptual penelitian yangdapat dijadikan acuan.

Kerangka Konseptual Penelitian

Membendung Radikalisme agama se- Ajatappareng.

Indikator Radikalisme

Agama

Anregurutta

Respon Metode Dakwah

1. Kognitif 2. Afektif 3. Konatif

1. Bil-lisan 2. Bil-kitabah 3. Bil-hal

G. Penelitian TerdahuluBeberapa hasil peneliian terdahulu yang dianggao relevan

untuk kemudian dianalisis dan dikritisi sebagai pembandingdengan penelitian yang dilakukan. yaitu;1. Muslihun. 2018. Dakwah dan Radikalisme (Studi pada Kiai di

Desa Kandang Semangkon Paciran Lamongan). Tesis, ProgramStudi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Program

c

Page 58: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 51TINJAUAN TEORI

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan AmpelSurabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perankiai dalam membendung radikalisme di Desa KandangSemangkon Paciran Lamongan dan metode dakwah kiaidalam membendung radikalisme di Desa KandangSemangkon Paciran Lamongan, dengan menggunakanmetode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studikasus. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa perankiai dalam membendung radikalisme di Desa KandangSemangkon Paciran Lamongan antara lain: mendorongtumbuh dan berkembangnya pemahaman sertaimplementasi nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama’ah, membuatsosialisasi internal tentang bahaya radikalisme melalui fo-rum jama’ah tahlil dan istighosah, memberikan wawasankeislaman tentang konsep Islam Rahmatalil’alamin ,memberikan teladan berupa perilaku yang mencerminkanpelaksanaan Islam moderat, menyelenggarakan pembinaandan pembentukan kader. Sedangkan metode dakwah kiaidalam membendung radikalisme di Desa KandangSemangkon Paciran Lamongan antara lain: metode dakwahbil hal dengan akulturasi budaya melalui kegiatan-kegiatankeagamaan, metode dakwah bil hal melalui “GerakanMaghrib Mengaji”, metode dakwah ceramah melaluikhutbah jum’at, dan metode dakwah mujadalah dengancara kaderisasi ideologi aswaja terhadap masyarakat.Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dalampeneliian ini adalah indikaor radikalisme dan metode yangdigunakan kiyai atau Anegurutta.

2. M. Nasor, Dakwah sebagai instrumen penanggulanganradikalisme di era digital Jurnal akademika, vol. 22, no. 01Januari-Juni 2017 Universitas Islam Negeri Raden IntanLampung, Tulisan ini berbicara tentang pemanfaatan me-dia sosial dalam dakwah untuk menanggulangi benih-benihideologi ekstrimis oleh kaum Islam radikal. Melakukandakwah dengan mengunakan fasilitas digital denganmudah dilakukan. Namun, kemajuan teknologi dan

c

Page 59: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

52 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

informasi khususnya media televisi, memungkinkan seorangda‘i untuk berimprovisasi agar materi dakwah tetap menarikuntuk disimak. Dampaknya, orientasi dakwah juga semakinberkembang bahkan cenderung menjadi bias. Polaberdakwah melalui media sebagai wujud kemajuanteknologi menjadi tantangan bagi diri sendiri bagi seseorangda‘i. Islam sebagai agama memiliki beberapakaraketristiknya yang sangat luas dan khas. Untuk itu perludikenali dan dipahami agar menjadi muslim yang memilikimaslahat bagi sesama manusia. Karakteristik ajaran Islamyang bersumber dari al-Qur‘an dan al-Sunnah harusdidakwahkan secara persuasif yang diharapkan dapatmenyentuh aspek psikologis dan budaya manusia. Tujuandakwah dapat menjadi solusi atas problem yang dihadapaioleh umat manusia. Melalui cara ini munculah kegiatandakwah yang bernuansa harmonis, toleransi, adanyapersatuan-kesatuan, kebersamaan, keadilan, danmenghilangkan diskriminasi. Akhirnya dakwah akan dapatmengkikis adanya faham-faham radikal. Persamaan denganpenelitian ini adalah upaya menangkal radikalisme agama,dan perbedaan adalah menangkal dengan media adalahPerbedaan pada penekanan dakwah yang dilakukan.96

3. Abu Rokhmad, Radikalisme Islam dan upaya DeradikalisasiPaham Radika, jurnal Walisongo, Volume 20, Nomor 1, Mei2012, Unversitas Diponegoro Semarang. Lembaga-lembagapendidikan diduga tidak kebal terhadap pengaruh ideologiradikal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Beberapaguru mengakui adanya konsep Islam radikal yang mungkinmenyebar di kalangan siswa karena kurangnya pengetahuankeagamaan; (2) Unit-unit kajian Islam di sekolah-sekolahberkembang baik namun tidak ada jaminan adanyakekebalan dariradikalisme karena proses belajarnyadiserahkan kepada pihak ketiga; (3) Didalam buku rujukandan kertas kerja terdapat beberapa pernyataan yang dapatmendorong siswa untuk membenci agama atau bangsa lain.Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa strategi

c

Page 60: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 53TINJAUAN TEORI

deradikalisasi yang dapat diimplementasikan yaituderadikalisasi preventif, deradikalisasi preservatif terhadapIslam moderat, dan deradikalisasi kuratif.97 Perbedaandengan penelitian ini yaitu lebih memfokuskan padaderadikalisasi, sementara yang dilakukan oleh kelompokpeneliti dalam penelitian ini adalah upaya membendungradikalisme agama.

c

Page 61: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

54 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

c

Page 62: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 55METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian1. Jenis PenelitianPenelitian ini termasuk dalam kategari studi lapangan

(filed research),1 mengacu pada kumpulan data lapangan darihasil observasi,2 yang digunakan sebagai bahan penelitiansesuai dengan bahan kajian. Secara mendasar penelitian inimerupakan penelitian yang bersifat kualitatif yang berupayamendiskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan datayang terkumpul dalam proses penelitian.3 Proses analisis datayang sudah diolah adalah dengan menggunakan teknikanalisis isi (content analisys).4 Data yang diperoleh akandiproses dan diarahkan sesuai dengan konsep yang telahdisiapkan. Langkah selanjutnya adalah menganalisis

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

***

1Sutrisno dkk, Metodologi Research (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas PsikologiUGM, 2004), h. 19.

2Observasi adalah pengamatan dan mendengar, prilaku seseorang selama beberapawaktu tanpa ada manipulasi data Lihat James A. Black dan Dean J. Champion, Metode andSosial Research, Alih Bahasa E. Koeswara, Metode dan Masalah Penlitian Sosial (Bandung:Rifika Aditama, 2009), h. 286.

3Penelitian kualitatif ini memberikan gambaran sistematis, akurat dan prosesintrepretasi data di lapangan yang diarahkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapaidalam penelitian. Lihat Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta:Bumi Aksara, 2004), h. 26.

4Fred R. Kerlinger, Foundation of Behaviour Research (Cet. XII; Newyork: HoltRinehart and Winston Inc., t.th), h. 252. Vreden Berg, Merode dan Tehnik PenelitianMasyarakat (Jakarta: Gramedia, 2008), h. 66.

a

Page 63: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

56 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

indikator, respon dan metode para Anregurutta dalammembendung radikalisme agama di Ajatappareng. Hasil kajiandiharapkan menjadi sumbangan koseptual yang dapat dijadikanacuan dan dapat diaplikasikan oleh siapa pun yang peduli danberkepentingan dengan berkembangnya radikalisme berbasisagama di Ajatappareng atau daerah manapun.

Penelitian kualitatif ini menekankan pada proseseksplorasi fenomena sosial keagamaan di Ajatappareng.yaitumaraknya radikalisme agama. Respon dan metode dakwahAnregurutta terhadap permasalahan sosial ini sebagai bahanacuan konseptual dalam penelitian. Pengolahan data yangdiperoleh dari lapangan dengan mengkorelasikan denganberbagai konsep dakwah dan metode dakwah dalammenangkal Radikalisme agama diAjattappareng.

2. Lokasi PenelitianPenentuan lokasi penelitian dalam penelitian ini,

didasarkan atas hasilobservasi awal peneliti bahwa lokasiyang ditunjuk merupakan lokasi yangmemungkinkan penelitiuntuk mengumpulkan data sebanyak mungkindemimendukung tujuan penelitian yang ingin dicapai olehpeneliti.Adapun lokasi penelitian adalah daerah bekaskerajaan Ajatappareng yangsekarang telah menjadi beberapakabupaten/kota yaitu Kota Parepare, KabupatenPinrang danKabupaten Sidenreng-Rappang (Sidrap) dan kab. Barru.Pemilihan lokasi tersebutdidasarkan atas pertimbanganbahwa lokasi tersebut dipandang sebagai lokasi yangpotensialuntuk diteliti dan mendukung peneliti dalam mengumpulkandata-data yangrelevan dengan fokus kajian. Memudahkanpelaksanaan pengambilan data akan ditentukan beberapainforman dari masing-masing kabupaten dan kota tersebutsebagai bahan acuan yang dianggap mewakili.

a

Page 64: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 57METODOLOGI PENELITIAN

Berikut ini adalah daerah bekas kerajaan Ajatapparengkhususyang dihitamkan:

B. Pendekatan PenelitianMemperoleh akurasi data dan ketajaman analisis, serta guna

mendapat hasil penelitian yang maksimal, maka akandigunakan beberapa pendekatan dalam penelitian ini sebagaiberikut:

1. Pendekatan fenomenologiPenelitian ini menyangkut radikalisme agama, sehingga

digunakan pendekatan fenomenologi, yakni berupaya

a

Page 65: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

58 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

menggambarkan fenomena dari radikalise agama diAjatappareng, dan bagaimana respon dan metode dakwah paraAnreguruttadalammembendungnya.Pendekatan ini bertujuanuntuk merumuskan metode dakwah para Anregurutta.Moleongmenjelakan bahwa:Fenomenologi tidak berasumsi bahwapeneliti mengetahui artisesuatu bagi orang-orang yang sedangditeliti oleh mereka. Inkuirifenomenologis memulai dengan diam.Diam merupakan tindakanuntuk menangkap pengertiansesuatu yang sedang diteliti. Merekaberusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para subjekyang ditelitinya sedemikianrupa sehingga mereka mengerti apadan bagaimana suatupengertian yang dikembangkan oleh merekadi sekitar peristiwadalam kehidupan sehari-hari.5

Dengan pendekatan fenomenologi ini, menghasilkan datayang akurat tentang radikalisme agama menurutparaAnreguruta di Ajatappareng yang mendukung validitasdata.

C. Sumber Datadata yang diperoleh terdiri atas dua, yakni data primer dan

sekunder. Pertama, data primer yang bersumber dari penelitianlapangan yang disebut field research. Data primer bersumber dariinforman para Anregurutta yang jumlahnya menyesuaikankebutuhan penelitian.Masing-masing informan yang disebutkandimintai keterangan untuk mengetahui data tentang respon danmetode dakwah mereka mengenai upaya kontra radikalismeagamadi Ajattapparen.

Di samping sumber data primer yang pertama tadi, makasumber data kedua, data skunder yakni temuan data dari

5Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2002), h. 99

a

Page 66: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 59METODOLOGI PENELITIAN

berbagai kajian literatur pustaka yang disebut library researchyang diperoleh dengan cara mencari kata kunci melalui katalogdan indeks. Selanjutnya mencari data melalui bibliogarfi yangditerbitkan dalam tema khusus. Katalog adalah sebuahpanduan penulisan judul, isi, dan lokasi buku. Indeks adalahdaftar istilah, topik. Sedangkan Bibliografi adalah sebuahkutipan yang ditambah dengan beberapa elemen lain.

D. Metode Pengumpulan DataMengumpulkan data dalam suatu penelitian di lapangan

adalah salah satu langkah yang sangat penting. Secara umummetode atau teknik pengumpulan data banyak sekali caranya,seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, bahwapengumpulan data itu bermacam-macam, bisa berupa antaralain (1) menggunakan tes; (2) menggunakan kuesioner/angket;(3) menggunakan metode interviu; (4) menggunakan metodeobservasi; (5) menggunakan metode dokumentasi.6 Dari sekianmetode tersebut, maka yang penulis gunakan dalam penelitianini adalah :

1. Metode ObservasiObservasi digunakan dalam rangka untuk mengumpulkan

data dalam suatu penelitian, yang merupakan hasil perbuatanjiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanyasesuatu rangsangan tertentu yang diinginkan. Dalam hal ini,Mardalis mengatakan, bahwa observasi adalah suatu studi yangdisengaja dan sistematis tentang keadaan atau fenomena sosialdan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.7

Selanjutnya menurut Moh. Nazir bahwa observasi adalahcara alat standar lain untuk keperluan tersebut,8 dan menurut

6Winarto Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, h. 192.7Masri Singarimbun, Metode Penelitian., h. 63.8Lihat Moh. Nazir, Metode Penelitian (Cet. III; Jakarta: Ghalia Indonesia, 2008), h. 212.

a

Page 67: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

60 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Sutrisno Hadi, observasi adalah mengadakan penelitiansekaligus pengamatan terhadap masalah-masalah yang adakaitannya dengan karya ilmiah.9 Al-Wasilah AC10 menjelaskanperlunya observasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:a. Perilaku responden secara alami sesungguhnya adalah

manifestasi kode dan aturan dalam suatu budaya, bahkansekedar rutinitas kultural. Ini cenderung dianggap biasa-biasa saja terutama oleh anggota masyarakatnya sendiri.Mereka baru sadar akan kode dan aturan itu manakaladihadapkan pada peneliti dari luar budayanya sendiri.

b. Tugas peneliti kualititaf adalah mengeksp;isitkan aturan dankode itu sesuai dengan konteks keterjadian tingkah lakudalam persepsi emis para responden.

c. Budaya adalah pengetahuan dan pengalaman kolektif paraanggotanya. Untuk berpungsi maksimal dalam suatubudaya, setiap anggota masyarakat harus mempraktikkanrutinitas budayanya sesuai dengan aturan-aturan tersebut.

Berdasarkan definisi ini, dipahami secara tersirat bahwaobservasi atau pengamatan adalah melihat dan mendatangilangsung suatu lokasi penelitian. Adapun lokasi penelitianyang didatangi adalah kabupaten/kota di Ajatappareng.

2. Interviu/WawancaraSalah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan

interviu/ wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengancara bertanya langsung kepada responden. Masri Singarimbunmenyatakan bahwa wawancara merupakan proses interaksidan komunikasi. Selanjutnya dijelaskan lagi, bahwa dalamproses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktoryang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut adalah pewawancara, informan, responden,

10Al-Wasilah AC, Pokoknya BHMN, Ayat-ayat Pendidikan Tinggi (Bandung: LubukAgung, 2003),h. 214

a

Page 68: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 61METODOLOGI PENELITIAN

topik penelitian yang tertuang dalam daftar pertanyaan, dansituasi wawancara.11

Dapat dipahami bahwa wawancara adalah salah satubentuk atau alat instrumen yang sering digunakan dalampenelitian atau dalam pengumpulan data, yang tujuannyauntuk memperoleh keterangan secara langsung dariinforman. Oleh sebab itu jika teknik ini digunakan dalampenelitian maka perlu diketahui terlebih dahulu sasaran,maksud dan masalah yang dibutuhkan oleh si peneliti. Dalamhal ini, sasaran atau obyek wawancara adalah paraAnregurutta di Ajatappareng yang dipilih secara acak.Wawancara juga dilakukan dengan ulama lainnya darikementerian agama dan ulama lainnya.

3. DokumentasiDokumen merupakan sumber informasi yang bukan

manusia (non human resources). Dengan kata lain dokumenmerupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis, dicetakatau berupa dokumentasi gambar. Studi dokumentasi dalampenelitian kualitatif merupakan pelengkap dari penggunaanmetode observasi dan wawancara. Mengumpulkan dokumendan data-data radikalisme agama yang diperlukan dalampermasalahan peneltian, lalu ditelaah secara intens sehinggadapat mendukung dan menambah kepercayaan danpembuktian.12

Adapun metode dokumentasi yang penulis lakukan dalampenelitian ini adalah mengambil data-data di lokasi penelitian.Data yang dokumentasi yang paling penting adalah datacatatan, rekaman dan kamera.

11Masri Singarimbun, Metode Penelitian., h. 192.12Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 149

a

Page 69: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

62 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

E. Instrumen PenelitianUntuk intsrumen penelitian, didahului dengan membuat

pedoman wawancara yang relevan dengan penelitian,kemudian menyediakan kamera untuk pengambilan data yangberupa gambar, dan yang terpenting adalah penulis melengkapialat-alat yang dibutuhkan dalam peneliti berupa alat tulismenulis dan ATK lainnya.

Dalam prosedur interumen penelitian tersebut untuk libraryresearch adalah mengumpulkan data melalui bacaan dantelaahan berbagai literatur dan dari hasil bacaan tersebut dataditemukan secara langsung ditulis dengan cara membuat kartucatatan. Pembuatan kartu catatan ini meliputi kartu ikhtisar,kartu kutipan, dan kartu ulasan, dengan berpedoman pada satuketentuan khusus yang penulis gunakan sendiri.

Untuk data dalam kategori field research, penulis secaralangsung mendatangi lokasi penelitian dan mengadakan surveiawal untuk menentukan sasaran dan obyek yang akan ditelitiselanjutnya. Lokasi yang penulis datangi adala padaempatkabupaten dan kota di Ajatapparengyang telahdisebutkan, kemudian mendatangi pesantren dan kediamanAnregurutta dan informan lainnya untuk mendapatkan datalebih lanjut.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis DataData yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara

kualitatif karena penelitian ini memberikan gambaran tentangsituasi dan kejadian secara faktual dan sistimatis mengenaifaktor-faktor, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yangdimiliki.13 Setelah diolah secara kualitatif selanjutnya dianalisis

13Lihat Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet.VIII; Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2000), h. 6.

a

Page 70: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 63METODOLOGI PENELITIAN

secara secara sistematis catatan hasil pengamatan data tertulisdan data tidak tertulis, serta memprediksi hasil wawancara. Datayang telah terkumpul dideskripsikan sebagai temuan dalamlaporan penelitian. Adapun prosedur pengolahan data selamadi lapangan dianalisis secara interaktif dan berlangsung secaraterus menerus sampai tuntas, yang terdiri atas tiga aktivitas,yaitu data reduction, data display dan conslusion drawing/verifica-tion.14 Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebutpenulis terapkan sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanyadan membuang yang tidak perlu.Dalam penelitian yang penulislakukan data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukupbanyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Karenasemakin lama penulis di lapangan, maka jumlah data akansemakin banyak kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segeradilakukan analisis data melalui reduksi data. Dengan demikiandata yang telah direduksi akan memberikan gambaran yanglebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukanpengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya biladiperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchartdan sejenisnya. Dengan mendisplay data maka akanmemudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakanrencana selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahamitersebut karena metode yang digunakan dalam penelitian ini

14Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan,.... h. 336.

a

Page 71: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

64 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

adalah deskriptif analitis, maka display data yang dilakukan lebihbanyak dituangkan kedalam uraian secara singkat.

3. Conclusion Drawing/VerificationLangkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalampenelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusanmasalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin jugatidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitiankualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelahpenelitian berada dilapangan.

Setelah selesai di lapangan, simpulan-simpulan yang diperolehdari tahap sebelumnya, selanjutnya di analisis dengan teknikdeskriptif-eksploratif, dan menggunakan metode induktif-kualitatif.yakni diawali dengan mengungkapkan kenyataaan-kenyataanyang bersifat khusus berdasarkan pendapat dan tindakan subyekpenelitiaan radikalisme agama di Ajatapparengberdasarkankenyataann-kenyataan yang bersifat umum sehingga dapatdisimpulkan sebagai temuan penelitian.

G. Pengujian Keabsahan DataMenurut Sugiyono metode pengujian keabsahan data

penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjanganpengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,triangulasi, member check dan referential adequacy cheks.15Metodetersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berkut:

1. Memperpanjang pengamatanPerpanjangan pengamatan penulis lakukan guna

memperoleh data yang sahih (valid) dari sumber data dengancara meningkatkan intensitas pertemuan dengan nara sumber

15Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan(Bandung: Alfabeta, 2009), h. 269.

a

Page 72: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 65METODOLOGI PENELITIAN

yang dijadikan informan, dan melakukan penelitian dalamkondisi yang wajar dan waktu yang tepat. Dalam hal ini, penulismengadakan kunjungan ke para Anregurutta secara rutin untukmenemukan data yang lebih akurat, dan mengadakan disksusidenganpara Anregurutta.

2. Peningkatan ketekunan dalam penelitianTerkadang seorang peneliti dalam melakukan penelitian

dilanda penyakit malas, maka untuk mengantisipasi hal tersebutpenulis meningkatkan ketekunan dengan membulatkan niat danmenjaga semangat dengan meningkatkan intimitas hubungandengan motivator. Hal ini penulis lakukan agar dapat melakukanpenelitian dengan lebih cermat dan berkesinambungan melaluikegiatan perssistent observasionuntuk memahami gejala atauperistiwa yang mendalam, dilakukan pengamatan secaraberulang-ulang, merupakankegiatan perpanjangan pengamatanpenulis lakukan guna memperoleh data yang sahih (valid) darisumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuandengan nara sumber yang dijadikan informan, dan melakukanpenelitian dalam kondisi yang wajar dan waktu yang tepat.Dalam hal ini, penulis mengadakan kunjungan ke pesantren-pesantren untuk menemukan data yang lebih akurat, danmengadakan pertemuan dengan para Anregurutta.

3. Triangulasi (triangulation);Mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh dengan triangulasi sumber dan teknik.Triangulasidilakukan meliputi empat hal pokok yakni triangulasi data,triangulasi peneliti, triangulasi teori dan triangulasi metodologi.Melalui teknik pemeriksaan ini diyakini fakta, data daninformasi yang ada dapat diper-tanggungjawabkan danmemenui persyaratan kesahihan dan keandalan data yangditemukan.Triangulasi (triangulation) sebagai wujud

a

Page 73: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

66 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalampendekatan kualitatif demi kesahihan dan keandalan sertatingkat kepercayaan data yang terkumpul. Validitas danreliabilitas data perlu diuji melalui teknik pemeriksaankeabsahan data atau tekatik menguji dan memastikan temuan.Penelitian ini menggunakan teknik menguji dan memastikantemuan melalui memeriksa kerepresentatifan yakni aspekpemilihan informan yang mewakili masalah yang diteliti,memeriksa pengaruh peneliti, memberi bobot pada bukti,membuat perbandingan atau pertentangan, memeriksa maknasegala sesuatu di luar, menggunakan kasus ekstrem,menyingkirkan hubungan palsu, membuat replica temuan,mencari penjelasan tandingan, member bukti yang negatif sertateknik terakhir adalah mendapatkan umpan balik informan.

4. Member check;Diskusi teman sejawat secara langsung pada saat

wawancara dan secara tidak langsung dalam bentukpenyampaian rangkuman hasil wawancara yang sudah ditulisoleh peneliti.Member checkmerupakan proses pengecekan datayang diperoleh peneliti kepada pemberi data, tujuan membercheck ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yangdiperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data.Dalam penelitian ini penulis melakukan member check kepadasemua sumber data terutama kepada mereka yang tergolongAnregurutta. Untuk validitas data, maka member checkinidiperluas kepada para Anregurutta di Ajatappareng.

5. Referential adequacy cheks;Pengecekan kecukupaan referensi dengan mengarsip data-

data yang terkumpul selama penelitian dilapangan.Menggunakan referensi yang cukup disini adalahadanya pendukung untuk membuktikan data yang telah

a

Page 74: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 67METODOLOGI PENELITIAN

ditemukan oleh peneliti. Oleh karena itu supaya validitaspenelitian ini dapat dipercaya maka penulis mengumpulkansemua bukti penelitian yang ada. Semua berkas hasilwawancara dan dokumen diarsipkan dalam bundel khusus.

a

Page 75: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

68 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

a

Page 76: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 69HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

***

A. Ajattappareng Dalam Bingkai SejarahAjatappareng adalah gabungan beberpa kerajaan lokal yang

disebut silellang bola. Lima kerajaan (Limae Ajatappareng -kerajaan di bagian Barat Danau Tempe) sepakat membangunfederasi pada tahun 1523. Yang terdiri dari: Sawitto, Sidenreng,Rappeng, Suppa dan Alitta. Salah satu daerah konfederasiAjatappareng memiliki pelabuhan laut terbesar keduadanteramai yang dilawati oleh pedagang niagasetelahPelabuhan Makassar menjadikan kawasan ini sangatstrategis.1Konfederasi Ajattappareng ini memiliki hasil bumiyang melimpah dan mengalami perkembangan yangpesatsekitar tahun 1700-an sehingga kerajaan-kerajaan besar –kerajaan Luwu, Bone dan Gowa-bersaing untuk menguasainya.Kompetisi ini dimenangkan oleh kerajaan Gowa dan akhirnyaberhasil menjadikan konfederasi lima kerajaan Ajatapparengini dalam perlindungannya.

Etnis Bugis adalah suku terbesar yang mendiamilimakerajaan di Ajatappereng, bekerja sebagai petani. Penduduknya

1Ian Caldwell. Kronologi Raja-Raja Luwu hingga Tahun 1611"dalam KathrynRobinson dan Mukhlis Paeni. Tapak-Tapak Waktu: Kebudayaan, Sejarah danKehidupanSosial di Sulawesi Selatan. (Makassar: Ininnawa, 2005), h. 53.

Page 77: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

70 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

terkenal sebagai pekerja sejati, tidak mudah putus asa danberkemauan keras dalam mencapai tujuan dan cita-citanya,dalam istilah bugis dikenal dengan Sumange tealara, semangatyang tidak pernah luntur dan memegang teguh prinsip kerjaresopa temmangingi namallomo naletei pammase dewata. Bermaknahanya kerja keras dan sungguh-sungguh yang akan mendapatrahmat dari dewata/yang maha kuasa.2 Struktur politikkomfederai kerajaanAjatappareng terdiri dari kerajaan pusatdan kerajaan Palili.3 Diperingkat kerajaan pusat pemerintahtertinggi ialah raja yang disebut Addatuang.4

Letak geografis Ajatappareng sebagai jalur penting danstrategis yang menghubungkan Kerajaan Belawa dan Wajo dibagian timur, Kedatuan Luwu di bagian timurlaut. KerajaanMassenrempulu (Enrekang) dan Tana Toraja di bagian utara. PituUlunna Saludan Pitu Babanna Binanga di bagian barat daya(Mandar), Kerajaan Barru, Tanete dan Soppeng dibagian selatan.

Kondisi geografis yang sangat strategis, yakni mempunyaigaris pantaiyang panjang dan terdapat danau air tawar dandaerah gunung, maka hal tersebut dimanfaatkan dengan baikoleh masyarakat Ajatappareng. Bagi masyarakat yang tinggaldisekitar danau Sidenreng dan aliran-aliran sungai yang subur,mereka menanam padi danberbagai biji-bijian. SehinggaAjatappareng di masa lalu, menjadi daerah penghasil

2D.F. van Braam Morris, Nota van Toelichting op het Contract Gesloten methetLandschap Sawietto (Adjataparang) op den 30 October 1890". dalam. TBG, Jilid XXXVI,1893), h. 224.

3Palili ialah kerajaan yang ditaklukkan dengan perang atau kerajaan yangmemintapengawalan kepada kerajaan besar bagi mengelakkan serangan daripada kerajaantertentu. Mukhlis. Struktur Birokrasi Kerajaan Gowa pada Jaman Pemerintahan SultanHasanuddin(1653-1669), Tesis Sarjana. Fakultas Sastra dan Kebudayaan UniversitasGadjah Mada, 1975), h. 65

4Abdurrazak Daeng Patunru. Bingkisan Patunru: Sejarah Lokal Sulawesi Selatan(Makassar: Pusat Kajian Indonesia Timurberkerjasama dengan Lembaga PenerbitanUniversitas Hasanuddin, 2004).h. 80.

Page 78: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 71HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

utamaberas di kawasan Sulawesi Selatan bersama denganKerajaan Wajo. Hasil pertaniannya, terutama beras, bukanhanya untuk kawasan Sulawesi Selatan, melainkan Nusantarapadaumumnya. Bahkan, sampai sekarang wilayah bekaskerajaan Ajatappareg, masih dijulukisebagai daerah lumbungpangan, terutama Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) danKabupaten Pinrang.

Kawasan Ajatappareng pada masa pemerintahan modernsaat ini masing-masing dipimpin Kepala Daerah terdiri atas limakabupaten/kota. Kota Parepare, Kabupaten Barru, KabupatenSidrap, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Pinrang.5Kelimawilayah administratif tersebut tergabung dalam KawasanPengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Parepare, yangberpusat di Kota Parepare. Masing-masing kabupaten memilikikeunggulan masing-masing dan ciri khas yang membuatnyaterkenal di mata orang banyak. Masing-masing Kabupaten danKota berfokus pada apa yang merupakan keunggulan daerahnyadan hasil bumi serta industri yang utama di daerahnya.

B. Peran Anregurutta Dalam Mengharmoniskan Umat diAjatapparengPeran Anregurutta di Ajatappareng pada masa lalu itu

sangat besar dan berpengarah bila dibandingkan dengan masasekarang. Posisi dan peran Anregurutta saat ini mengalamibanyak perubahan seiring dengan perkembangan dan kemajuanmasyarakat. Pergeseran posisi dan peranan Anregurutta itusemakin kompleks dikaitkan dengan krisis moral, krisis multi-dimensional, krisis politik, ekonomi, sosial dan budaya. Hal inimenunjukkan bahwa tantangan yang dihadapi Anregurutta

5Gilbert Gyljun, Kawasan Ajatappareng (KAPET) http://easternplanner.blogspot.com/2013/06/kawasan-ajatappareng-kapet-parepare.html, 2 September 2018

Page 79: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

72 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

dewasa ini semakin berat dan kompleks. Sementara ituberkurangnya sosok Anregurutta secara kuantitas dan kualitasmenambah kompleks masalah keagamaan di masyarakat.Peran dan fungsi strategis Anreguruttase-Ajatapparengialahsebagai berikut:

1. Pewaris para NabiPewaris Nabi bertugasmerawat dan menjaga warisan Nabi

Muhammad saw., yakni risalah Islam yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah, sehinggasyariat Islam terus terpeliharakemurniannya sebagaimana awalnya. Anreguruttatidak akangegabah mengeluarkan fatwa. Mereka tidak akanmengeluarkan fatwa tersebut kecuali jelas kebenarannya. Selainitu, mereka memiliki sifat selalu mengikuti para sahabat, tabiin,dan ulama shalihin. Seorang Anregurutta tidak hanya dilihatceramahnya,tetapi yang lebih diperhatikan oleh para umatadalah perbuatannya. Artinya dakwah-dakwahnya yanglantang, tegas dan memukau, disertai dengan pengamalan yangmaksimal. Rasulullah saw., bersabda:

Artinya:Ulama adalah pewaris para Nabi (HR At-Tirmidzi)

Sebagai pewaris Nabi, Anregurutta bertugas untukmengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalammasalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yangdiperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosialkemasyarakatan.

2. Sumber IlmuAnregurutta adalah orang yang fakih dalam masalah halal

dan haram. Ia adalah rujukan dan tempat menimba ilmusekaligus guru yang bertugas membina umat agar selalu berjalan

Page 80: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 73HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

di atas tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Dalam konteks ini, peransentralnya adalah mendidik umat dengan akidah dan syari’ahIslam. Dengan begitu, umat memiliki keperibadian Islam yangkuat, mereka juga berani mengoreksi penyimpanganmasyarakat dan penguasa. Inilah peran dan fungsi sentralAnregurutta di tengah-tengah masyarakat.

3. Pembimbing, Pembina dan Penjaga Umat.Pada dasarnya, Anregurutta bertugas membimbing umat agarselalu berjalan di atas jalan yang lurus. Anregurutta juga bertugasmenjaga mereka dari tindak kejahatan, pembodohan, danpenyesatan yang dilakukan oleh kaum kafir dan lain sebagainyamelalui gagasan, keyakinan, dan sistem hukum yangbertentangan dengan Islam. Semua tugas ini mengharuskanAnregurutta untuk selalu menjaga kesucian agama Islam darisemua penyimpangan. Anregurutta juga harus mampumenjelaskan kerusakan dan kebathilan dari semua pemikirandan sitem kufur kepada umat Islam. Ia juga harus bisamengungkap tindakan-tindakan jahat di balik semua sepakterjang kaum kafir dan antek-anteknya. Ini ditujukan agar umatterjauhkan dari kejahatan musuh-musuh Islam6.

Merespon perkembangan umat sekarang dan di masa datang,peran Anregurutta di Ajatappareng dan kontribusinya sangatpenting agar dapatmencerahkan dan solutifatasmaraknyapertentangan faham keagamaan, kekerasan atas nama agama,berkembanganya faham pluralisme, demokrasi, kesetaraan jenderdan lain sebagainya. Harmonisasi umat harus tetap diwujudkandan dipertahankan, karena wajah Islam Indonesia yang rahmatanlil alamin sangatlah berbeda dengan Islam yang ada di TimurTengah seperti Syiria, Iran, Irak, dan lainnya.

6Hasyim Umar, Mencari Ulama Pewaris Nabi(Surabaya: Bina Ilmu, 1983), h. 17

Page 81: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

74 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Sikap intoleransi yang dipertontonkan oleh sebagianmubaligh menimbulkan antipati oleh mubaligh lainnya iniberefek pada stabilitas keamanan dan ketertiban nasional yangmeresahkan dan mengancam kerukunandan keutuhan NKRI.Tanpa Anregurutta, upaya konsentrasi perlawanan terhadapradikalisme akan menuai kegagalan. Hal ini karena, nasehatdan pandangan yang paling diterima adalah nasehat danpandanga keagamaan para Anregurutta.7

Setidaknya Anregurutta se-Ajatappareng perlu memberikanpencerahan tentang tiga hal kepada masyarakat dalam menjagakedamaian dan keutuhan NKRI, yaitu; Pertama, memberikanpemahaman bahwa manusia adalah makhluk yang harusberperilaku harmonis. Karakter harmoni, akrab, bersahabat,saling mengasihi, dan melindungi sebagai implementasi sifatinsaniyah. Oleh karena itu, kekerasan, radikal, tindakan ekstrimis,dan teror adalah jelas merupakan musuh insaniyah.

Kedua, memberi pemahaman bahwa agama harus“rahmatan lil ‘alamin” (rahmat bagi sekalian alam). Artinya,agama bukan hanya persoalan teologi dan ritual ibadah. Agamajuga berkaitan dengan ilmu pengetahuan, peradaban, budayadan kemanusiaan. Sehingga, Anregurutta jangan sampai salahdalam memberi pemahaman tentang jihad dalam agama. Ketiga,NKRI dan Pancasila merupakan keputusan final yang wajibdipertahankan. Karena, ini adalah satu-satunya solusi yangpaling ideal saat ini dalam menjaga kedamaian dan keutuhanNKRI yang kompleks dengan keberagaman.

Anregurutta se-Ajatappareng sejak dahulu memangmemerankan peranan penting sebagai benteng NKRI. Tanpaperan Anregurutta, gempuran arus pejajahan ideologi asing

7Kiyai Yunus Samad, wawancara

Page 82: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 75HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

akan merajalela merenggut setiap kebebasan yang dimiliki olehBangsa Indonesia. Maka itu, Anregurutta harus senantiasaturun ke basis masyarakat menyampaikan betapa pentingnyapersatuan NKRI dan betapa bahayanya terorisme, radikalisme,dan perpecahan NKRI. Itulah bagian dari misi kenabian yangrelevan dilakukan oleh Anregurutta di Ajatappareng dan perlumendapatkan perhatian yang lebih. Sebab, ketika tidak,kebebasan manusia yang sejatinya telah diperjuangkan olehpara nabi dan kini diwariskan kepada Anregurutta tidak akanbenar-benar terwujud. 

C. Indikator Radikalisme Agama di Ajatappareng.Indikator radikalisme di Ajatappareng memiliki kemiripan

dengan indikator radikalisme keagamaan di daerah lainsebagaimana yang dijelaskan dalam konsep teori dipembahasansebelumnya, meskipun tidak semua indikator tersebutditemukan pada kelompok radikalisme berbasis keagamaan.Adapun indikator yang ditemukan dalam penelitian inisebagaimana dijelaskan oleh para Anregurutta yaitu;

1. Mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkankelompok lain yang tak sependapat.

Kiyai Fatahuddin, berkesimpulan terhadap kelompok yangdianggap termasuk kelompok radikalisme keagamaan dalamdakwah-dakwah yang dilakukan oleh kelompok ini seringmenyalahkan kelompok Islam lainnya, berdasarkan sudutpandangnya sendiri yang dianggap benar. Padahal, apa yangdikatakannya belum tentu benar. Menyalahkan bagi kelompokini dianggap hal sangat mudah, lumrah bahkan seakan menjadikebanggaan, utamanya terkait dengan persoalan perbedaanpendapat dalam bidang keagamaan. Sikap seperti itu padadewasa inidianggap kurang dewasa dan bijak dalammendakwahkan ajaran agama kepada masyarakat.Padahal

Page 83: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

76 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

agama Islam selalu mengajarkan untuk saling menghargai,menghormati pendapat orang lain untuk menunjukkankedewasaan. Menjaga persatuan umat jauh lebih utamadibandingkan mengklain kebenaran yang berdampak padakeresahan dan perpecahan umat.8

Menurut peneliti terdapat empat hal yang dikemukakan olehkiyai Fatahuddin yang sering dilakukan kelompok radikalisdalam berdakwah yaitu;

a. Sering menyalahkan kelompok IslamPara dai radikalis tidak belajar dari sejarah bahwa

perbedaan pendapat itu tidak dilarang dan bukan sesuatu yangtercela dalam Islam, karena fakta menunjukkan perbedaanpendapat banyak terjadi dikalangan para sahabat juga terjadidiantara para Imam mazhab yang empat. Namun perbedaandiantara mereka tidak menjadikan runtuhnya ukhuwahIslamiyah. Sebagai contoh teladan, perbedaan pendapat yangsangat tajam dan tidak pernah tuntas antara Imam Malikdengan muridnya, Imam Syafi’i. Tapi guru dan murid ini tetapsaling menghormati dan menghargai. Soal qunut misalnya.Imam Hanafi dan Imam Hambali tegas bahwa qunut tidak perlupada shalat subuh subuh, kecuali pada shalat witir. Dalilnya,dalam shalat subuh, Nabi melaksanakan qunut hanya selamasatu bulan, setelah itu tidak.

Imam Syafi’i menolak pendapat ini.dengan dalil yang tak kalahkuat, ia meyakini qunut subuh juga berstatus sunnah. Sebagaiulama yang konsekuen, Imam Syafi’i tak putus dan selalu membacaqunut subuh sepanjang hidupnya. Namun, pada suatu hari ImamSyafi’i dengan sengaja meninggalkan qunut subuh. Perilaku ganjil

8Kiyai fatahuddin, wawancara, tanggal 17 Oktober 2018, di Pesantren Al-AzharTalaweh Kab. Sidrap

Page 84: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 77HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

yang sepintas tampak mengkhianati pendapatnya sendiri ini terjadidi Baghdad, Iraq. Persisnya, di dekat sebuah makam.

Ternyata Imam Syafi’i sedang mempresentasikan keluhuranakhlak beliau, karena di tanah makam di sekitar tempat ia shalatitu telah bersemayam jasad mujtahid agung, Abu Hanifah atauImam Hanafi. Sikap imam Syafi’i yang diakui secara luaskeilmuannya, mampu menunjukkan kedewasaan sikap dantoleransi yang tinggi. tetap mendudukkan pendapat mereka dibawah al-Quran dan Hadis, tidak memaksakan pendapat, danselalu siap menerima kebenaran dari siapa pun datangnya.

Imam Syafi’i tidak pernah memposisikan pendapatnyasebagai yang paling absah sehingga wajib diikuti, dan menolakpendapat lain sehingga menganggapnya sebagai sesuatu yangbertentangan dengan agama. Bahkan, Imam Syafi’i pernahberkata, “Pendapatku benar, tapi memiliki kemungkinan untuksalah. Sedangkan pendapat orang lain salah, tapi memilikikemungkinan untuk benar.

b. Kurang menghargai orang lainMestinya kelompok pendakwah pendatang baru itu tidak

memaksakan mengikuti mazhab dan mengajarkanpemahamannya kepada masyarakat yang telah terbiasa dengansatu mazhab dengan menghormati pemahaman yang telah lebihdulu ada di satu daerah, seperti di Sidrap dengan pemahamankeagamaan mayoritas mengikuti Imam Syafi’i. Mereka perlubelajar dari Imam Malik yang menolak mengajarkanpemahaman mazhabnya kepada pengikut mazhab lainnya, danmeminta agar umat di setiap wilayah dibiarkan tetap mengikutimazhab yang telah lebih dahulu mereka anut.

c. Tidak memperdulikan persatuanPara mubaligh pendatang baru itu tidak menyadari, bahwa

tema-tema dakwah yang disampaikan kepada masyarakat

Page 85: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

78 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mengancam persatuan umat. Hal itu karena mereka kehilangankepatuhan pada rambu-rambu dakwah yaitudakwah yangmemperkuat persatuan, bukan dakwah yang melahirkankebencian danmengancam perpecahan umat dan bangsa. PadahalAllah memerintahkan untuk berpegang teguh pada tali-Nya danjangan bercerai berai.

Seorang dai harus mau dan mampu memahami yangdimaksud dengan tali agama Allah, untuk kemudian terusmematuhinya. Dengan demikian, visi dan misi yang selaras untukmenjalankan usaha dakwah diantara seluruh dai dapatteraktualisasi. Banyaknya perbedaan dalam metode dakwah danberpacu mencari ridha Allah seharusnya memperkokohpersatuan.Umat Islam diibaratkan sebagai satu tubuh, maka kebersamaanperlu dipelihara dan diterapkan kepada setiap muslim, termasuk dai lainnya. Dalam hal-hal tertentu terdapatperbedaan, tetapisebetulnya harus tetap berjalan bersama dan saling mengukuhkansatu sama lain.Kebersamaan semacam ini perlu disuburkan untukkepentingan Islam dan bangsa Indonesia.

d. Senang mencela dan mengolok-olokSalah satu indikator dari dai radikalis adalah gemar mencela

dan mengolok-olok. Muslim yang baik tidak melakukan hal-halsemacam itu. Apalagi terhadap saudaranya sendiri. Mengolok-olok ini salah satu sifat yang dilarang dalam Islam. Al-Qur’anmenyebutnya dengan istlah al-Zakhr. Sebagaimana dalam QS.al-Hujurat/49: 11;

Terjemahnya:Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaummengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadimereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yangmengolok-olokkan)

Page 86: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 79HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sakhar berasal dari akar kata sakhira – yaskharu - sakhranyang memiliki dua makna dasar yaitu merendahkan, mengejek,menertawakan dan menundukkan.9 Di dalam al-Qur’an, katasakhar dan derivasinya diulang sebanyak 42 kali, baik itubermakna merendahkan maupun menundukkan, larangansaling mengolok-olok, menghina, merendahkan, bagi orangyang beriman karena mereka adalah bersaudara QS. al-Hujurat/49:11. Untuk mewujudkan tetap utuhnyapersaudaraan itu, Allah swt. mengajarkan beberapa etikapersaudaraan, di antaranya, tidak saling mengolok-olok, tidakberburuk sangka, tidak mencari-cari keburukan orang lain,mendamaikan orang-orang yang berselisih dan lain sebagainya

Penghinaan adalah suatu tindakan yang tidakmenghormati,mengakui dan meremehkan kelebihan orang lain.Penghinaan sekan-akan menyangsikan dan mempertanyakanotoritas, kemampuan dan integritas orang lain. Tindakan inimirip dengan benci, tetapi menyiratkan rasa superioritassehingga seseorang yang menghina melihat seorang orang laindengan sikap merendahkan. Orang yang dibenci dianggap tidaklayak. Robert C. Solomon menempatkan penghinaan padaperistiwa yang sama seperti kebencian dan kemarahan, dan iaberpendapat bahwa perbedaan antara ketiganya adalahkebencian diarahkan oleh individu yang berstatus lebih tinggi,kemarahan diarahkan menuju status yang sama individu, danpenghinaan diarahkan untuk menurunkan status individu.10

Allah juga tak main-main mengancam orang yang hobimencela dalam QS.Al-Humazah /: 1;

9Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyya, Mu’jam Maqayis Al-Lugah, Juz III(t.t. :Ittihad al-kitab al-’Arab 2007 ), h. 144.

10Matnuh, Pengertian Penghinaan, Official website of Matnuh id.shvoong.com/humanities/ theory-criticsm/22911643-pengertian-penghinaan. 24 Agustus 2018

Page 87: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

80 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Terjemahnya:Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela

Kata al-hamz sendiri berarti celaan dalam bentuk perbuatan,sedangkan kata al-lamz berarti celaan dalam bentuk ucapan. Satulagi yang perlu kita fahami bersama di QS. Al-Qalam/68:11

Terjemahnya:Yang banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah.

Mencela dan menghinakan orang dengan sewenang-wenangdan berjalan ke sana kemari untuk namimah (mengadu domba)juga bermakna celaan dalam bentuk ucapan. Mengaku cinta padaNabi tapi seperti kesulitan mengikuti perangainya yang lemahlembut dan menawan itu. Imam Bukhari meriwayatkan dariAbdullah bin ‘Amr, Rasulullah saw., bersabda:

Artinya:Seorang muslim yang baik adalah yang dapatmenjaminsaudaranya selamat dari gangguan ucapan danperbuatannya.Seorang penyeru dakwah harus benar-benar memperhatikan

rambu-rambu agar diri dan umatnya selamat dan merasanyaman. Tanpa memperhatikan rambu-rambunya, dakwah akanmengalami banyak hambatan baik dari sisi penerima dakwahatau hal yang ditimbulkan oleh penggiat dakwah.

2. Mencap Pemerintah Sebagai Thagut dan DzalimKiyai Yunus Samad menjelaskan bahwa kelompok radikalis

agama menganggap pemerintah Indonesia itu pemerintah yangtahgut dan dzalim. Alasannya karena mengadopsi sistem hukumBarat, bukan hukum Islam. Kritikan-kritikan yang dilancarkan

Page 88: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 81HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dengan sangat provokatif dan menyimpang dari etika Islam.11

Menurut peneliti ada tiga pesan dari penjelasan kiyai YunusSamad tentang kelompok radikalisme Agama yaitu:

a. Pemerintah yang thaghutKelompok radikalisme agama telah mendistorsi istilah

thaghut. Mereka mencap pemerintahan Indonesia sebagaipenguasa thagut dan orang yang mendukungnya disebutansharut thaghut, kafir dan akan masuk neraka. Tidakterkecuali ulama yang akrab dengan pemerintah, ulama yangsering memberi nasihat, pendapat dan bimbingan kepadapemerintah juga dianggap bagian dari thaghut. Al-Raghib al-Ishfahani menjelaskan makna thahgut merupakan ungkapandari setiap orang yang melampaui batas dansetiap yangdisembah selain Allah.12 Perbuatan melampaui batas sepertikedurhakaan kepaada Tuhan, seperi Fir’aun yang sewenang-wenang dan kejam terhadap manusia dan kedurhakaannyaterhadap Tuhan.13 Sementara pemerintah Indonesia adalahmuslim yang taat, perhatian kepada pembangunankeagamaan khususnya agama Islam dan program-programnyasangat pro rakyat.Program peningkatan kesejahteraan rakyatmenjadi fokus utama yang meliputi banyak aspek, sepertikesehatan, pangan, investasi, reformasi birokrasi danperundangan, infrastruktur, maritim, desa, pendidikan,industri dan energi, hutan dan lingkungan serta toleransi dankeberagaman.Semua yang telah dilakukan pemerintah menjadijawaban bahwa pemerintah bukanlah pemerintah yangthaghut.

11Kiyai Yunus Samad, wawancara tanggal, 19 Oktober 2018, di Pesantren DDILeranglerang Kab. Pinrang.

12Raghib al-Ishfahani, Mu’jam Mufradat al-fazh al-Qur’an, Tahqiq Nadim Mar’asyli,(Beirut: Dar al-Fikr, tth), h. 314

13M. Quraish Shihab, Tafsir al-Qur’an al- Karim, h. 105

Page 89: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

82 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

b. Pemerintah Yang ZalimKelompok radikalisme agama sering menyebut pemerintah

Indonesia adalah pemerintah yang zalim. Pemimpin yang zalimyaitu: pemimpin yang menempatkan sesuatu bukan padatempatnya. meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya secarasedar; mengelirukan atau menyalahgunakan sesuatu; melebihiatau melampaui batas dan maksud sesuatu; dan menyelewengdari jalan serta perbuatan yang benar sehingga tindakannyadapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain.14 Sementarapemimpin di Indonesia dalam keputusan-keputusannya telahdilakukan secara konstitusional, yang diawasi oleh legislatif,media dan masyarakat secara umum. Adapun kezaliman yangdilakukan oleh pemerintah dalam perspektif mereka, karenakepentingan dan idiologi yang diperjuangkan dihalangi danditentang oleh pemerintah. Tindakan pemerintah itu dilakukansecara konstitusional demi menjaga keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, bukan berdasarkan faham idiologi yangyang mereka paksakan.Pemerintah berkesimpulan bahwa dasarnegara Pancasila telah final, sehingga semua upaya merubahnyaakan ditentang keras dan dilarang berkembang di bumiNusantara.

c. Dakwah kritikan disampaikan dengan metode yangprovokatif dan caci maki

Seharusnya mubalig Islam radikal bisa menahan diri untuktidak provokatif dan mencaci-maki dalam menyampaikan kritiktetapi dengan cara-cara yang bijak dan tidak menjatuhkan citrapemerintah. Memang ada hadis yang menganjurkan untukmengkritik pada pemimpin yang zalim, bahkan hal itu termasuk

14Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Islam dalam Sejarah dan KebudayaanMelayu.(Petaling Jaya: Angkatan Belia Islam Malaysia, 1990), h. 51

Page 90: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 83HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

bagian dari jihad, sebagaimana hadis riwayat Abu Said al-Khudri. Rasulullah saw., bersabda:

Artinya:Jihad yang paling besar pahalanya itu sungguh perkataanyang hak yang mengena untuk pemimpin yang zalim. (HRat-Tirmidzi).Makna hadis di atas bukanlah perintah mencaci maki

pemimpin dengan cara sistemik, dan jauh dari standarakhlak.Nasehat disampaikan dengan kalimat ‘adl, yangmenekankan pilihan kalimat dalam menasehati pemerintah itujangan sampai mencederai perasaan penguasa, sehinggaterwujud nasehat yang simpatik. Dan kata ‘inda (عند)  yangdalam bahasa Arab memiliki makna kedekatan yang bermaknabahwa nasehat itu dilakukan dengan suasana keakraban, bukandengan cara demonstrasi provokatif.

Apabila seorang ulama menasihati pemerintah dengan caramencaci maki atau menghina pemerintah, justru menjauhkansimpati pemerintah padanya. Dalam konteks Indonesiapenyampaian pendapat atau nasehat harus disampaikankepada pemerintah pun perlu dengan cara yang benar dankonstitusional.Mengutip cerita tentang Nabi Musa yangdiperintah berdakwah oleh Allah kepada Firaun, penguasa yangzalim, dengan cara lemah lembut. Allah berfirman:

Terjemahnya:Pergilah kamu bersama saudaramu, Harun, kepada Fir’aun.Sesungguhnya ia adalah seorang kafir yang telahmelampaui batas dalam kekufuran dan kezalimannya.(Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut) untuk menyadarkannya supaya

(44)

Page 91: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

84 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

jangan mengaku menjadi tuhan (mudah-mudahan ia ingat)yakni sadar dan mau menerimanya (atau takut”) kepadaAllah lalu karenanya ia mau sadar (QS. Thaha (20); 43-44)Istilah Thahgut yang sering dipakai oleh kelompok radikalis

itu mengadopsi istilah Allah untuk Firaun, tetapi mestinyamereka belajar, bagaimana petunjuk Allah kepada Nabi Harundan Nabi Musa yang diperintah berdakwah kepada Firaun yangsudah jelas-jelas kafir saja masih diminta untuk berdakwahdengan lemah lembut. Apalagi pemerintahan Indonesia yangpemimpinnya adalah sesama Muslim, pasti akan mudahmenerima dakwah denga cara tersebut.

3. Teks tualisKiyai Fatahuddin15 juga mengkritisi salah satutemadakwah

mereka yang mengatakan bahwa semua ibadah telahdicontohkan oleh Rasulullah saw.Alasan mereka, ibadah yangmendatangkan pahala itu sudah ditentukan oleh Allah dandicontohkan oleh Rasulullah saw.

Menurut peneliti pesan yang disampaikan KiyaiFatahuddin tentang skripturalis dan tekstualis kelompokradikalis agama. Dasar pemahaman mereka dari ayat yangQS. al-Nisa/3: 123;

Terjemahnya:(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yangkosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab.Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberipembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapatpelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.”

15Kiyai Fatahuddin, wawancara

Page 92: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 85HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan ayat tersebut, mereka berkesimpulan bahwamelakukan ibadah semestinya mencontoh Rasulullah saw,dantidak boleh membuat-buataturan sendiri atau berdasarkanangan-anagan dalam bahasa ayat diatas. Hal ini sebagaimanafirman Allah swt QS.Al-Ahzab/33:21

Terjemahnya:Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suriteladan yang baik bagimuMenurut mereka, tidak ada contoh yang paling benar dalam

beribadah kecuali Rasulullah, sehingga umat Islam tidak bolehmencontoh orang lain termasuk kiai atau ustadz kalau tidaksesuai dengan contoh rasul pasti akan tertolak sebagaimanasabda Rasulullah, yang diriwayatkan Aisyah bahwasanyaRasulullah saw.,bersabda;

Artinya:Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang bukanperintah kami, maka ia tertolak”. (HR. Muslim)Peneliti berkesimpulan, bahwa pola keberagamaan mereka

justru membatasi diri dan umat Islam dalam melakukan ibadahatau pun kegiatan muamalat sebagaimana yang telahdicontohkanoleh Rasulullah saja, akan sangat menyulitkan umat untukmelakukan inovasi dalam kegiatan keagamaan danmuamalat.Memahami Islam tidak cukup hanya lewat teks, tapijuga harus memahami konteks. Keduanya harus dipahami dantidak bisa ditinggalkan. Kalau melulu melihat teks, maka akanterpaku dengan teks dan memutar kembali jarum sejarah kejaman onta, tetapi berpegang pada konteks dan melupakan teksmaka anda akan seperti anak panah yang lepas dari busurnya.

Page 93: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

86 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Kecenderungan kelompok tekstual ini dalam menafsirkan al-Qur’n dan Hadis bertumpu pada makna lahir teks(secara lit-eral), tanpa melihat aspek sosio-historis dimana, kapan danmengapateks itu lahir.Kelompok ini sering disebut denganistilah skripturalisdan tekstualis. Kaidahyang sering diapakaioleh kelompok ini adalah bahwa al-‘ibrah bi ‘Umum al-lafz la bikhusus al-sabab (ungkapan itudidasarkan pada keumuman teks,bukan pada kekhususan sebab). Kelompok inimenafikanpenggunaan ra’yu dalam pengambilanhukum. Prinsipmerekadalam pengambilan hukum tidak memperkenankan pengunaanakal. Kaidahmereka adalah: La ra’yu fi al-din (rasiotidak adatempat dalam agama).

Sementara para Anregurutta dalam memahami teks sesuaikonteksnya, mempertahankan nilai lama yang masih relevan danterus membuka diri untuk menerima ide dan gagasan baru yanglebih baik (al-muhafazah ‘alal qadimis shalih wal akhzu bil jadidilashlah)Para Anreguruttaitu tidak literal dan juga tidak liberal.Dengan menguasai qawa’id ushuliyah dan qawa’id fiqhiyah, paraAnregurutta terlatih untuk bisa mengorelasikan dengan pasantara wahyu dan akal; teks dan konteks; Nash denganbudaya.Cara berpikir wasatiyyah ini membuat para Anreguruttatidak kesulitan menempatkan diri dalam perubahan jaman,berbeda dengan kelompok radikalisme agama.

4. Mau Merobah Asas BernegaraMenurut kiyai Ramli, yang dimaksud radikal itu yang mau

merobah falsafah negara, seperti yang perlu diwaspadai adalah PKI.Menurutnya Wahabi sekarang mulai melunak, kalaupun dianggapmau menyebarkan fahamnya di Indonesia,  susah berkembang dantidak perlu dikhawatirkan, pertahanan bangsa ini sudah kuat.16

16Kiyai Ramli, wawancara tanggal 17 Oktober 2018 di Pesantren DDI Nurul HaqKab. Sidrap

Page 94: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 87HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menurut peneliti pesan yang ingin diingatkan KiyaiRamli yaitu;

a. Bahaya laten komunisPartai Komunis Indonesia (PKI) memiliki sejarah kelambagi

bangsa Indonesia. Partai berlambang palu arit diperjalananbangsa ini menimbulkan pertumpahan darah. Ideologi komunissetidaknya tiga kali menyeret bangsa ini kepada perangsaudara.Pemberontakan yang dilakukan pada 1928 kepadaPemerintah Hindia Belanda berujung kepada diciduknyasejumlah tokoh nasional. Peristiwa 1948 lebih dahsyat, tigatahun pasca-Indonesia kemerdekaan. Namun upayamengkudeta pemerintah tersebut kandas. Upaya revolusikembali digelorakan pada 1965. Kali ini sasarannya adalah parajenderal yang dituding membentuk Dewan Jenderal untukmenggulingkan Pemerintah Orde Lama pimpinan PresidenSukarno. Sebelum Indonesia terperosok ke dalam jurang ideologikomunis, TNI bersama masyarakat bergerak cepat. Upaya ketigakali ini berbuah dibubarkannya PKI dan dinyatakan sebagaipartai terlarang di Indonesia.

Polemik Kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI)bukanlah isapan jempol belaka. Berbagai peristiwa sejarahmembuktikan bahwa paham komunisme masih eksis di tengahmasyarakat.

Mantan Kepala Kostrad Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zenmengatakan, kebangkitan PKI merupakan sebuah fakta.Pengamatan dia, isu tersebut bukan hanya sebuah ilusi. Sebab,selain para aktivis mahasiswa, elemen PKI juga ikut dalam aksimelengserkan Presiden kedua RI, Soeharto.

Elemen komunis masih terus beraksi,mereka dengan terang-terangan mendesak pemerintah untuk meminta maaf kepadakeluarga PKI.Sanjutnya, pada tahun 2003 ada juga upaya dari

Page 95: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

88 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

elemen komunis yang meminta dibuatkan UU Rekonsiliasi,supaya mereka tidak dianggap salah, ini fakta bukan ilusi,Namun pada akhirnya UU itu dibatalkan oleh MahkamahKonstitusi. Semua pihak berhati-hati akan bahaya laten darikomunis tersebut.Orang komunis ini sifatnya adalah militan,propaganda, fitnah segala macam.17Propaganda Komunis danketurunannya juga sudah merajalela, seperti film Senyap,bukuAku Bangga Jadi Anak PKI.

b. Perkembangan WahabiPeneliti berbeda pendapat dengan kiyai Ramli yang

menganggap faham Wahabi tidak perlu diwaspadai karenamulai melunak, ajarannya susah berkembang dan tidak perludikhawatirkan. Menurut peneliti sikap wahabi yang terkesanmulai melunak itu hanya bagian dari strategi gerakan belaka,pada hakikatnya mereka terus melakukan dakwah untukmenyebarkan fahamnya yang sering memvonis umat Islamsebagai ahlul bid’ah, sesat, bahkan kafir yang akhirnya merusakukhuwah Islamiyah, memecah-belah dan melemahkan umatIslam. Secara tak sadar mereka justru melanggar larangan Al-lah dan terjebak dalam dosa.

Wahabi itu ucapannya bagusmengajak kembali kepada al-Qur’an dan Sunah. Namun prakteknya buruk,malah su’u zhon,gemar mencaci-maki, melaknat, mengkafirkan, bahkan banyakyang membunuh sesama Muslim.

Menurut peneliti gerakan wahabi di Indonesia bukanmelunak, tetapi semakin masif dengan program sangat variatifdan inovatif yaitu; Membangun lembaga pendidikan sendiri danmembantu madrasah dan pesantren di Indonesia. Beberapa

17https://politik.rmol.co/read/2018/10/13/361825/Kivlan-Zein:-Hati-Hati,-Bahaya-Laten-Komunis-Masih-Mengancam-!- diakses 13 Oktober 2018

Page 96: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 89HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Alumni dari lembaga pendidikannya menjadi pemimpin-pemimpin gerakan teroris di Indonesia.

Di Jakarta, sejak tahun 1980-an, telah berdiri Lembaga IlmuPengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), yang dianggap salah-satupintu penyebaran ajaran Wahabi. Lembaga Ilmu PengetahuanIslam dan Arab (LIPIA) (Arab:  العلوم الإسلامیة والعربیة في إندونیسيمعھد  (Islamic and Arabic College of Indonesia) adalah lembagapendidikan yang mengajarkan ilmu tentang agama Islam yangberada di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammadbin Saud Riyadh. Berlokasi di Jakarta Selatandidirikan padatahun 1400 H/1980 M. Saat ini Banyak alumni kemudianmenjadi aktivis, mubalig, atau guru. Beberapa alumni kemudianmembuka lembaga pendidikan lain dan didanai oleh Arab Saudi.Beberapa tokoh yang pernah belajar di LIPIA adalah Ja’far UmarThalib, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Muhammad RizieqShihab, dan Ulil Abshar Abdalla.

LIPIA Jakarta berlokasi di Jalan Buncit Raya No.5A, Ragunan, Jakarta Selatan, yang sebelumnya beradadi Salemba Raya dan Raden Saleh. Banyak alumni kemudianmenjadi aktivis, mubalig, atau guru. Beberapa tokoh yangpernah belajar di LIPIA adalah Ja’far Umar Thalib, Yazid binAbdul Qadir Jawas, Maman Abdurrahman, Muhammad RizieqShihab, dan Ulil Abshar Abdalla18. Terdapat 11.535 alumnisejak 1982-2013. Jumlah lulusan mereka meningkat dari tahunke tahun. Pada 2017 mereka menamatkan 750 lulusan.Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sejak tahun 1980 telahmengucurkan dana untuk membantu pendirian masjid, sekolahdan pondok pesantren di Indonesia. Ketika Raja Salman

18http8 s://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Ilmu_Pengetahuan_Islam_dan_Arabdiakses 1 Oktober 2018

Page 97: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

90 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mengunjungi Jakarta pada 2017, ia mengalokasikan dana US$13miliar untuk bisnis, pendidikan dan agama di Indonesia.19

5. Mengabaikan Konsep Graduasidalam BerdakwahFatahuddin, menjelaskan kelompok radikalisme keagamaan

ini mengabaikan metode graduasi (al-Tadarruj), yaitu metodeberdakwah secara bertahap, padahal metode ini sebenarnyamerupakan metode al-Qur’an dalam membina masyarakat, baikdalam melenyapkan kepercayaan dan tradisi Jahiliyah maupunyang lain. Di Kabupaten Sidrap, terdapat banyak tradisi yangberkembang di masyarakat yang syukuran naik rumah, akikah,khitam, khataman, dsb. Sebagai dai atau ulama sebaiknya tidakmenghujat atau mencaci maki mereka yang masih melakukannyapraktik adat tersebut, tetapi ditarbiyah dengan baik.Hal ini kitadapat belajar dari proses turunnya al-Qur’an, yang diturunkankepada Nabi saw secara bertahap (berangsur-angsur) begitu pulaNabi saw., menyampaikan hal itu kepada para sahabatnya.Sangatlah wajar apabila salah satu cara dakwah nabiMuhammad saw., adalah garduasi. Dakwah dan pengajarannyadisampaikan secara bertahap dan memerlukan tahapan dandisesuaikan dengan kemampuan daya tangkap masyarakat atautingkatan pemahaman mereka.

Menurut peneliti, pesan yang disampaikan Kiyai Fatahuddinterkait metode dakwah kelompok radikalis agama iniyaitu;Kelompok radikalisme agama dalam berdakwah sangat fron-tal, dan mengabaikan aspek graduasi. Al-Qur’an diturunkankepada Nabi secara bertahap-berangsur-angsur, begitu pula Nabidalam penyampaian hal itukepada para sahabat. Namun, metodedakwah graduasi ini juga merupakankebijaksanaan Nabi bukansemata-mata karena al-Qur’an diturunkan secaragraduasi.

19http://almi.or.id/2018/11/09/pengaruh-arab-saudi-di-indonesia-dan-malaysia-terlalu-kuat-untuk-diguncang/ diakses 1 Oktober 2018

Page 98: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 91HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Para dai radikalisme agama mengkritisi praktek acarasyukuran masyarakat, seperti memasuki rumah baru. Acara inimemadukan tiga unsur yaitu ajaran Islam, budaya lokaldanmodernitas sertadidesain dengan sangat inovatif.Pertama, Unsurbudaya lokalnya yaitumembuat sokko patantupa, pisang, kueapang, onde-onde dan bakar kemenyam. Kedua, dengan unsurajaran Islam yaitu membaca barzanjidan berdoa untukkeselamatan dan kebahagiaan pemilik rumah yang dilakukanoleh bebeapa tokoh agama dan pegawai syarak setempat. Ketiga,menghadirkan grop band atau dalam istilah bugis orkes, cayya-cayya. Agara acara naik rumah itu menjadi ramai,maka pemilikrumah baru tersebut mengundang tetangga, kerabat dansahabat. Menurut dai radikalis acara ini adalah bidah karenatidak dicontohkan oleh Nabi saw dan terlarang untukdilakukan. Apalagi kegiatannya sarat dengan budaya yangmenurut mereka itu warisan ajaran animisme.

Peneliti berkesimpulan, mereka dalam berdakwah tidakmemperhatikan tahapan-tahapan. Berbeda dengan yangdilakukan oleh para Anregurutta yang tetap setia mendampingikegiatan syukuran masyarakat. Adapun unsur budaya danmodernitas yang terdapat dalam kegiatan tersebut, tetap dapatdilakukan selama tidak menyimpang dari agama dan tidakberlebih-lebihan. Unsur budaya itu dijelaskan kepada merekamakna filosofinya, tidak sekedar menjadi simbol budaya belaka.

Berdakwah tampa tahapan itu merujuk pada hadisRasulullah saw;

Artinya:Katakanlah kebenaran itu sekalipun pahit

Hadis ini yang merupakan prinsip mereka dalamberdakwah. Suatu prinsip ini yang diajarkan oleh Nabi

Page 99: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

92 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Muhammad saw., Kebenaran tetap didakwakan, walau adacelaan dan ada yang tidak suka. Kebenaran apabila diucapkanterkadang akan terasa sakit, tapi sebagai orang dai hendaklahmengucapkan kebenaran itu walau nantinya akan berakibatburuk kepadanya.

Tugas dai dalam menyampaikan kebenaran dengan carabijaksana, tampa melukai dan menyinggung perasaan umatIslam. Hadis tersebut dapat diterapklan pada kondisi yangsangat dibutuhkan atau ketika tidak ada alternatif lain.

6. Anti MazhabKiyai Ramli menjelaskan kampanye mereka kembali ke al-

Qur’an dan Hadis, dan menafikan mazhab 4 dalam bidang fiqh,Gerakan anti taqlid, anti mazhab, dan ajakan untuk memahamial-Qur’an dan Hadis secara langsung tanpa melalui para ulamamazhab, Padahal mengamalkan mazhab merupakan perintahal-Qur’anyang merupakan esensi dalam menjalankan perintahAllah swt untuk mengikuti para ulama sebagai ahli waris Nabisaw. Sebab mengikuti pendapat ulama, pada dasarnyabermazhab terhadap pendapat ulama tersebut.

Menurut peneliti pesan yang disimpulkan Kiyai Ramliterhadap kelompok radikalisme agama yang anti mazhab itusuatu tindakan yang keliru. Mengutip pendapat Imam AbuHamid al-Ghazali bahwa kepentingan masyarakat awam padadasarnya bukanlah bagaimana mereka harus tahu dan menelitidalil al-Qur’an dan Sunnah atas amalan beragama mereka.Sebab pengetahuan tentang dalil adalah kewajiban ulama,sedangkan masyarakat awam cukup bagi mereka merujukkepada ahlinya dalam menjalankan agama mereka.20

20Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din vol, III, (Mesir: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arabiyah, tt), h. 36

Page 100: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 93HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Menurut peneliti, Pendapat yang menyatakan haruskomitmen dengan satu mazhab akan menyebabkan kesulitandan kerepotan, padahal mazhab-mazhab yang ada adalahnikmat dan rahmat bagi umat.

Ada nasehat Imam Ahmad agar umat tidak kaku dalambermadzhab.

Artinya:Janganlah kalian taqlid kepada aku, jangan pula taqlidkepada Malik, As-Syafii, Al-Auzai, At-Tsauri. Ambillah darimana mereka mengambil.

7. Mengagumi hadis yang telah disahihkan oleh al-BaniyKiyai Fatahuddin menambahkan bahwa hadis yang

dianggap sah adalah hadis yang telah disahkan oleh al-Baniy.22

Mereka sangat mengagumi al-Baniy dengan keahliannya dalambidang hadis, sebagaimana komentar al-Baniy mengenai hadisDhaif, termasuk musibah besar yang menimpa umat Islam sejakmasa-masa awal adalah tersebarnya hadis-hadis lemah danpalsu di antara mereka, termasuk di kalangan ulama mereka,kecuali orang-orang yang dikehendaki oleh Allah Swt. darikalangan para ahli hadis, seperti al-Bukhari, Ahmad bin Hanbal,Ibn Ma‘in, Abu Hatim al-Razi dan yang lainnya.23

Berdasarkan wawancara tersebut, kiyai Fatahuddinberkesimpulan bahwa ulama radikalisme agama banyakmenolak hadis dhaif dan sangat ta’assub dengan hadis yang telah

21Ibn Qayyim Al-Jawziyah, I’lam al-muwaqqi’in ‘an rab al-’alamin, (Jakarta: PustakaAzzam, 2000), h. 201

22Kiyai Fatahuddin, wawancara23Al-Albânî, Silsilah al-Ahadîs| al-Da’îfah wa al-Mawd}û‘ah wa As|aruha al-Sayyi’

fî al-Ummah, vol. 1 (Riyâd}: Dâr al-Ma’ârif, 1992), h. 47.

2 1

Page 101: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

94 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

disahkan oleh Nasiruddin al-Bany. seorang yang sangat alimdalam ilmu hadis.

Sementara ulama mainstreemtelah sepakat atas kebolehanmengamalkan hadis dha‘îf dalam fadha’il al-a‘mâl, kebolehanmengamalkannya selama tidak menyebabkan kerusakan,berupa menghalalkan sesuatu yang menurut hadis shahihdiharamkan, juga tidak menyia-nyiakan hak orang lain.pendapat ini juga merupakan pendapat yang umum dijadikanpegangan.

8. Menolak Faham Barat dan Islam Ideologi FinalFokus awalnya gerakan radikalisme agama adalah cuci otak

para pengikut dengan ideologi yang mereka bawa, dan padawaktu yang tepat menggerakkan orang-orang tersebut untukmenentang ideologi yang berasal dari barat atau dipengaruhioleh faham-faham dari Barat, seperti demokratisasi,nasionalisme, liberalisme, pluralisme, emansipasi, gender dankapitalisme. Termasuk menolak Pancasila sebagai ideologiNegara kesatuan republik Indonesia.24

Kelompok radikalisme agama berkesimpulan bahwa fahamyang dikembangkan negara-negara Barat patut dicurigaiadanya agenda terselubung, sebagai contoh ide nasionalismemerupakan agenda asing untuk melemahkan umat Islamdengan cara memecah-belah dan menjauhkannya daripersatuan. Sebab, persatuan umat Islam dan penyatuanwilayah negeri-negeri Islam menjadi penghalang untukmenguasaiekonomi dan kekayaan alam negara-negara Islam.25

Menurut peneliti, pesan kiyai Sulaeman Milla terhadapradikalisme Agama, yang menaruh kecurigaan yang berlebihan

24Kiyai Sulaiman Milla, wawancara25Kiyai Ramli, wawancara

Page 102: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 95HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

kelompok radikalisme Agama telah menutupi kontribusi Baratdalam memajukan peradaban. Seperti kemajuan sains,teknologi, seni, politik dan sosial yang diterlantarkan di duniaIslam saat ini.

Gerakan-gerakan Islam radikal yang menyerukan kembalikeajaran Islam yang murni sebagai jalan keluar kemunduranumat Islam dan gerakan ini melakukan perlawanan terhadaprezim yang dianggap sekuler dan menyimpang dari agamabahkan kafir sebagaimana dalam QS. Al-Maidah/5: 44;

Terjemahnya:Dan barang siapa yang tidak memutuskan menurut apayang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-or-ang yang kafir.

Kelompok radikal ini berkeyakinan bahwa Islam adalah agamaparipurna dan final.QS. al-An’am/6: 38;

Terjemahnya:Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab.

9. Faham Islam LiberalKiyai Mansur menganggap salah satu kelompok radikalisme

agama itu adalah mereka yang mengembangkan fahamliberalisme. Sebuah faham penafsiran tentang ajaran Islam yangberlandaskan pada nilai-nilai Liberalisme. Penafsiran tentangIslam Baru yang modern, bebas, plural dan ilmiah. Pemikiranliberal indikator yaitu mendewakan apa yang mereka anggapsebagai isi dan menyepelekan apa yang mereka anggap kulit.Kehadiran faham Islam liberal tak lepas dari kontroversi.Menurutnya kiyai Mansur, kelompok ini termasuk radikalismeagama, karena mengajarkan faham yang nyeleneh, seperti

Page 103: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

96 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

tidak wajibnya perempuan memakai jilbab. Jilbab tidak identikdengan kesalehan dan ketakwaan seseorang. Tidak ada jaminanbahwa pemakai jilbab adalah perempuan shalehah, atausebaliknya perempuan yang tidak memakai jilbab bukanperempuan shalehah. 26

Menurut peneliti, Kiyai Mansur mengelompokkan kaumliberal itu sebagai kelompok radikalisme agama. Pemikirannyaliberal itu tidak jauh beda dengan kelompok radikal dalammerusak tatanan beragama.Salah satu contoh pemikiranradikal Islam liberal yaitu bolehnya menikah beda agama.Salah satu tokoh Islam liberal yang membolehkan pernikahanbeda agama ini adalah Musda Mulai dengan beberapa alasan,1) Tidak ada ayat yang melarang Muslim menikah dengan nonMuslim. Kalaupun ada adalah larangan menikah dengan or-ang musyrik dan kafir. Sementara definisi musyrik, kafir, danahlul kitab itu beragam menurut para ulama. MuhammadAbduh menganggap siapapun yang memiliki kitab suci, sepertiHindu, Budha, mereka juga ahlul kitab.2) Pandangan paraulama dalam masalah nikah beda agama, tidak bersifattunggal, melainkan beragam. Jadi, pandangan mereka relatif,tidak bersifat mutlak.Hukum halal-haram yang ada selama inihanyalah produk intepretasi manusia atau ulama, bukanwahyu dari Allah. 3) Jika memang intepretasi ulama ituberharga, mengapa ulama-ulama kontemporer yangberpemikiran progressif tidak dihargai, padahal mereka jugaberdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah. 27

26Kiyai Mansur, wawancara, tanggal 25 November 2018, di Pondok pesantrenDDI Takkalasi Kab. Barru

27AM. Waskito, Musdah Mulia dan Nikah Beda Agama, https://abisyakir.wordpress.com/2008/10/11/musdah-mulia-dan-nikah-beda-agama/ diakses 20Oktober 2018,

Page 104: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 97HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

c. Respon Anregurutta Terhadap Radikalisme Agama diAjatapparengMunculnya Radikalisme Agama menjadi fenomena sosial

keagamaan menyita perhatian masyarakat di Kabupaten/kotadi Ajatappareng. Beragam respon bermunculan dalammenyikapi hal tersebut, ada yang setuju dengan memberikandukungan dan apresiasinya dan sebaliknya, sebagianmasyarakat menentang dan melakukan upaya untukmembendung laju berkembangnya faham tersebut, denganalasan yang sangat variatif.Penelitian ini akan memfokuskan pada respon para Anreguruttaterhadap radikalisme agama berdasarkan teori Stellen M Chafeyang membagi respon itu dalam tiga bagian yaitu;

1. Respon KognitifDakwah yang dilakukan oleh kelompok radikalisme agama

di Ajatappareng awalnya mendapat simpati dari masyarakatmuslim karena muballigh atau dainya dalam penampilan sehari-harinya mencerminkan seorang yang alim, shalih danmemelihara standar kesantunan yang berlaku di masyarakat.Pakaian koko atau jalabiyah khas Arab yang dipakainyamemberikan kesan agamis, kemampuannya berkomunikasidengan masyarakat sangat meyakinkan dengan dukungan dalil-dalil al-Qur’an dan hadis yang sangat fasih, serta istiqamahberjamaah di masjid. Bahkan dibeberapa daerah merekadipercaya memimpin shalat dan memberikan dakwah di masjiddan kegiatan keagamaan masyarakat. Setelah kegiatan dakwahmereka berlangsung cukup lama, ternyata menimbulkankeresahan di masyarakat, karena isi dakwahnya lebih banyakmenyoroti, menyalahkan dan menyesatkan praktik keagamaanmasyarakat. Respon kognitif yang diberikan oleh paraAnregurutta setelah mengkaji dan mendalami latar belakang

Page 105: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

98 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

dan faham keagamaan yang dikembangkan kelompok tersebut.Kemudian setelah memahami secara detail kelompok tersebut,selanjutnya wajib memberikan pencerahan kepada masyarakatyang mulai resah dengan isi dakwahnya. Beberapa kesimpulankognitif para Anregurutta terhadap kelompok tersebut antara lain;a. Latar belakang pendidikan

Kelompok Radikalisme agama itu berasal dari beragamlembaga pendidikan, seperti UIN Alauddin, IAIN Parepare,UNHAS, UNM Makassar, STIBA dan segelitir hanya jebolanpesantren.

Menurut Kiyai Ramli berdasarkan keterangan yangdiperoleh dari beberapa sumber tentang latar belakangpendidikan mereka dari sekolah menengah umum (SMA),kemudian melanjukan studi di perguruan tinggi, sehinggabasedkeilmuan yang kurang memadai. Mereka berdakwahhanya bermodalkan aktif mengikui kajian selama diperguruan tinggi dan penguasaan beberapa ayat dan hadissaja, maka fatwa-fatwa mereka membingungkan mayoritasmuslim di Sidrap. Sebagian lainnya, memiliki penguasaanilmu agama yang baik, tetapi hanya mengakui dan meyakinifaham yang dipelajarinya saja yang benar dan fahamkeagamaan lain sesat.28

Kiyai Sulaeman berpandangan, bahwa mereka yang senangmenghujat faham keagamaan masyarakat itu sebagianberasal dari lembaga pendidikan yang terpercaya, seperti UINAlauddin, IAIN Parepare, menurutnya, kedua lembaga itumendidik mahasiswanya untuk mendalami tidak hanya satumadzhab keagamaan saja, sehingga alumninya menjadimoderat dalam perbedaan.29

28Kiyai Ramli, wawancara29Kiyai Sulaeman, wawancara

Page 106: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 99HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

b. Latar Belakang AktivisMenjadi mubaligh tidak menjadi dominasi alumni pesantrendan atau jebolan Universitas Agama, beberapa orangmubaligh dari segi pendidikannya adalah alumni lembagapendidikan umum dan aktivis mahasiswa, tetapi setelahterjun di masyarakat, sebagiannya memilih berprofesimubaligh. Menurut Kiyai Fatahuddin, para mubaligh tersebutmemiliki kecakapan dalam retorika dakwah, mampumemukau dan menghipnotis masyarakat, tapi ilmuagamanya sangat minim yang diperoleh dari kajian dandiskusi di lembaga dakwah kampus, atau dari lembagaorganisasi mahasiswa.30

2. Respon Afektif (sikap)Dakwah yang berisi penyesatan yang dilakukan oleh para

mubaligh kelompok radikalisme agama, menimbulkan antipatisebagian mubaligh lain yang tidak senang dihujat, dicaci makisebagai ahli bid’ah, kafir dan sesat.

Respon afektif para Anregurutta dari hujatan yangdiarahkan kepadanya yaitu; 1) sebagian para Anregurutta tidakmempersoalkan hujatan, cacian dengan tetap bersabar, merekamelakukan dakwah yang tidak beretika itu karena kedangkalailmunya, 2) sebagian para Anregurutta tidak menerima hujatandan caci maki kelompok tersebut dengan tetap menjagasilaturrahmi dan persaudaraan.

3. Respon Konatif.Respon konatif para Anregurutta terhadap radikalisme

agama di Ajatappareng dalam bentuk tidakan nyata sebagaiberikut;31

30Kiyai fatahuddin, wawancara31Kiyai fatahuddin, wawancara,

Page 107: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

100 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

a. Dakwah Kontra radikalismeDakwah kontra Radikalisme agama ini dilakukan paraAnregurutta di Ajatappareng di masjid, mushalah maupunacara dan kegiatan keagamaan yang dilakukan olehmasyarakat secara mandiri, seperti acara aqiqah, khataman,syukuran dsb.

b. DiskusiPara Anregurutta sering mengajak para mubaligh, dairadikalis untuk duduk bersama sambil berdiskusi terkaitpersoalan keagamaan yang sering menjadi kritikan, hujatandan caciannya.

c. Mempererat silaturahmi dengan masyarakatPara Anregurutta mengajak kepada seluruh masyarakat untuktidak terpancing dengan hujatan, cacian yang dilakukan olehmubaligh radikalisme agama, dan berusaha tetap memeliharasilaturahmi dengan seluruh masyarakat lainnya, bahkanterhadap mereka yang selalu mencaci makinya

D. Strategi Dakwah Para Anregurutta MembendungRadikalisme Agama di Ajatappareng.Fenomena radikalisme di Ajatappareng dikalangan umat

Islam seringkali disandarkan dengan paham keagamaan,pendukungnya semakin besar dan meningkatpasca reformasidengan terbukanya kran demokratisasi,akan tetapi, gerakan-gerakan radikal ini kadang berbeda pandangan serta tujuan,sehingga tidak memiliki pola yang seragam.

Strategi dakwah Anregurutta dalam membendungradikalisme agama di Ajatappareng yaitu:

1. Bil-HikmahMetode bil-hikmah yang dilakukan oleh para Anregurutta

dalam menghadapi aktivis dakwah radikalisme agama dan

Page 108: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 101HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

masyarakat yang telah terpapar dengan doktrin-doktrinnya.Metode ini berarti memberikan penjelasan-penjelasan yang tepatdan benar, atau argumen-argumen yang lebih kuat danmeyakinkan.

Menurut Kiyai Yunus Samaddalam upaya menyadarkanpara mubaligh bermazhab radikal dan masyarakat yang telahmenjadi pendukungnya, diperlukan dakwah bil-hikmah. Hal inisebagai penentu sukses tidaknya berhadapan dengan mereka.Bil-hikmah itu berarti para Anregurutta dan mubaligh memilikiskill dalam penguasaan materi, dankemampuan memberikanpenjelasan yang meyakinkan, sehingga materi dakwahdisajikan mampu diterima dengan baik. Kiyai Yunusmenambahkan, Para muballigh aliran radikal ini telah dikaderdengan baik dan penguasaan keilmuan Agama yang mantap,strategi dakwahnya yang cukup inovatif, sehingga mampumeyakinkan jamaah yang mengikuti dakwahnya.32

Menurut peneliti, metode bil-hikmah yang dimaksudkanoleh Kiyai Yunus Samad adalah penguasaan materi dalamberdakwah. Seorang daiharuskontinumemperdalampengetahuannya, mengasah keterampilannya, danmemperkaya wawasan dan pengalamannya, khususnyapenguasaan materi dakwah.Hal ini sangat penting untukmemberikan uraian yang memuaskan bagi masyarakat yangtelah terhasutolehmubaligh radikalis.Penjelasan yangmencerahkan tersebut dapat dijadikan bahan danpertimbangan bagi masyarakat dakwah untuk kembali ke-konsep fiqh awalnya atau minimal mereka tidakberpartisipasi menebarkanfiqh khilafiyah di masyarakat.Seorang dai yang minim penguasaan materinya, apabiladikomprontasikan dengan perdebatan khilafiyah, maka

32Kiyai Yunus Samad,

Page 109: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

102 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

dikhawatirkanakan berbalik mendebat masyarakat dan halitu dapat mengurangi karisma seorang da’i di masyarakat.

2. Kelembutan dan Kasih SayangKiyai Fatahuddin menjelaskan pentingnya kelemahlebutan

dan kasih sayang, menurutnya kelemah-lembutan dalammenasehati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras danmenjinakkan kalbu yang liar. Bahkan ia lebih mudahmelahirkan kebaikan ketimbang larangan dan ancamansehingga dapat masuk ke dalam kalbunya.33

Menurut peneliti, melalui metode dakwah yanglemahlembut dan kasih sayang dalam membendung faham radikalisagama inidengan akhlak mulia,tawadhu, sopan danmemuliakan. Berdakwah dengan akhlak ini semakin membuatorang simpati pada Islam dan dapat dengan senang menerimanasihat.

Allah swt mendorong para dai dalam berdakwah untukberlaku lemah lembut sebagaimana dalam QS. Al-Hijr/15 :88;

Terjemahnya:Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yangberiman.Ayat ini sebagai pijakan dalam berdakwah dan bergaul

dengan kelompok radikalis dan jamaahnya harus tetap menjagakarakteristik merendah diri, sopan, tidak boleh berkata kasar,bermuka masam, bersikap arogan, apalagi menghina, mencacidan merendahkan harkat dan martabatnya.

Petunjuk ayat ini seirama dengan firman Allah swt QS. AliImron/3: 159;

33Kiyai Fatahuddin,wawancara

Page 110: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 103HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Terjemahnya:Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlakulemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikapkeras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diridari sekelilingmu.

3. Tidak Mendiskreditkan Kelompok LainKiyai Fatahuddin menyarankan agar para Anregurutta dan

mubaligh juga tidak mendiskreditkan dan membalas cercaanatau memperlemah kewibawaannya di masyarakat.34

Menurut peneliti, kiyai Fatahuddin menyarankan agar paraAnregurutta dan muballigh lainnya tidak membalas hujatannyayang akan mendiskreditkan dai radikal dan masyarakatpengikutnya. Sesungguhnya ada pahala dari kesabaranmenghadapi cercaan dan hinaan. Dan cercaan mereka itu padadasarnya pertanda bahwa Anregurutta memiliki harga danderajat yang semakin tinggi pula.

Terjemahnya:Janganlah kamu hiraukan gangguan mereka danbertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagaiPelindung

4. Tidak Mempersekuis Dan Memboikot Dakwah Mereka.Kiyai Ramli menyarankan para Anregurutta dan mubaligh

tidak terseret emosidengan dakwah para mubaligh aliran radikalyang selalu mencaci maki dan menyalahkan faham keagamaan

34Kiyai Fatahuddin, wawancara

Page 111: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

104 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

mayoritas ulama dan masyarakatsehingga memprovokasi pihaklain untuk mempersekusi dan memboikot dakwah mereka.Seperti Gerakan Pemuda Ansor mempersekusi Gus Nur, karenadianggap muatan dakwahnya dapat memecah belah umat.35

Menurut peneliti, saran Kiyai Ramli agar tidak memusuhimereka,karena bisa saja yang diboikot, dipersekusi,diremehkan,dijelek-jelekan dan dihujat malah akan mendapatkan simpatidan panggung dari masyarakat dan boleh jadi semakin banyakpengikutnya. seperti mempersekusi Ust. FelixShiaw denganpembubaran dan penghadangan tablig akbarnya, atau mem-bully-nya melalui sosial media online, sehingga masyarakatsemakin banyak yang bersimpati dan mengundangnya ceramahdi daerahnya.

5. Penyadaran Akan Bahaya Radikalisme AgamaKiyai Sudirman, menyarankan para Anregurutta dan

mubaligh dalam pengajian dan khutbahdi masjid atau setiapmenghadiri undangan dakwah diacara masyarakatdapatmenyisipkan penjelasan tentang bahaya radikalisme agama.36

Menurut peneliti, apa yang dijelaskan oleh kiyai Sudirmanmenjadi penekanan kepada masyarakat perlu dibukawawasannya akan fitnahdan bencana yang ditimbulkanberkembangnya faham dan aliran radikalisme agama di suatumasyarakat dengan memberikan contoh kasus di negara-negarayang hancur akibat tidak terkendali perkembangan aliranradikalisme agama, seperti di Syiriah, Yaman, dan Libya.

6. Menangkal Dengan DiamKiyai Mansur menyarankan dalam menangkal radikalismeagama dengan bersabar menahan diri dan diam.Membalasnya

35Kiyai Ramli, wawancara36Kiyai Sudirman, wawancara

Page 112: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 105HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dengan sikap marah-marah dan emosional, justrumenjerembabkan pada kenistaan.37

Menurut peneliti, starategi dakwah radikalisme dengandiam adalah starategi yang sangat efekif. Membela kehormatandengan ucapan balasan yang lebih tajam justru menunjukkanrendahnya kualitas ruhani dan menjadi tanda kurang ridhadengan kejadian tersebut.Sebenarnya, pemahaman mereka yangsangat sempit, sehingga begitu mudah menuduh ulama dansesama muslim yang berbeda paham dengannya sebagai or-ang sesat, kafir,ahli bid’ah dan penghuni neraka.

7. Diskusi antar mubalighKiyai Sudirman menjelaskan, dakwah dengan mujadalah

ini dilakukan secara pribadi antar para mubaligh saja, tidakmelibatkan banyak orang, organisasi dan terbuka, karenadikhawatirkan akan terjadi perdebatan yang kurang konstruktifdan berakibat perpecahan antar sesama mubaligh.38

Menurut peneliti, kiyai Sudirman mengingatkan perdebatanyang terbuka cenderung menambah masalah.Perdabatan yangbertujuan untuk merendahkan pihak lain, atau menonjolkandiri sendiri merupakan sumber timbulnya banyak masalah baruyaitu; (1) Hasad (iri): Pendebat, terkadang menang atau kalah.Terkadang ada yang memujinya, terkadang pujian diberikanuntuk lawannya. Kondisi semacam ini bisa menimbulkan rasahasad pada hatinya, menginginkan agar lawannya kehilangannikmat, termasuk ilmu, kesempatan atau nikmat lainnya.(2)Takabbur dan riya: Mereka yang suka berdebat dengan tujunmenonjolkan diri akan terjangkit penyakit takabbur. Dia akanberusaha merendahkan lawan debatnya, dan meninggikandirinya sendiri di hadapan orang lain. Kadang ia memberikan

37Kiyai Mansur, wawancara,38Kiyai Sudirman, wawancara

Page 113: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

106 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

pernyataan bahwa lawannya bodoh, tidak paham ataumemiliki sedikit ilmu.

Disamping itu, penyakit riya‘ juga sering menjangkiti mereka,karena ingin menampakkan apa yang ia rasa sebagai kelebihankepada manusia. (3) Memuji diri sendiri: Pendebat sering kalimenyanjung dirinya sendiri di saat berdebat. Kadang iamengatakan, “saya menguasa ilmu ini”, “saya hafal hadits ini.”Hal itu dilakukan untuk mempromosikan apa yang iasampaikan.(4)Tajassus (mencari-cari aib): Mancari kekurangandailainnya, sering kali dilakukan pendebat terhadap lawannyauntukmencari hal-hal buruk darinya untuk dijadikan bekalmenjatuhkannya. (5) Ghibah: kadang tidak bisa dihindarkan daripendebat yang didasari niat yang salah adalah menceritakan danmenyebarkan kelemahan dan kekurangan lawannya kepadapihak lain, setelah ia melakukan perdebatan dengan seseorang.(6) Nifaq: Yang dimaksud di sini adalah perbuatan dhahir pendebatyang bertentangan dengan apa yang ada di dalam hati. Pendebatbiasanya basa-basi, memperlihatkan keramahan dan kegembiraanjika bertemu dengan lawannya, namun sejatinya dalam hatinyaterbesit kebencian yang cukup besar. (7) menghilangkankeberkahan ilmu, Debat secara umum akan menghilangkanberkah. Telah disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari, dari hadits‘Aisyah RA, bahwa Nabi Muhammad saw., bersabda;

Artinya:Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yangpaling keras debatnya.” (HR. Bukhari, no. 4523; Muslim,no. 2668)

8. Merangkul Dan MembinaKiyai Fatahuddin menjelaskan pentingnya merangkul dan

membina, artinya mereka harus selalu diajak untuk diskusi dan

Page 114: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 107HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

bermusyawarah tentang masalah agama dan sosial keumatan.Diskusi yang dikembangkan bukan hanya soal keagamaan saja,tetapi persoalan sosial keummatan dalam skala lokal di Sidrap,dan Nasional. Diskusi ini dilakukan agar para mubaligh itu dapatmemberika kepedulian atas semua persoalan kemasyarakatandan untuk mengurangi ketegangan karena persoalan khilafiyah.Target utamanya mengupayakan tokoh-tokoh agama bersatudan mendamaikan.39

Wawancara diatas dengan Kiyai Fatahuddin, mengingatkanagar para tokoh agama mengurangi konsentrasinya terhadappersoalan khilafiyah semata, tetapi mendiskusikan persoalanumat lainnya yang terkait dengan isu kedaerahan dan ke-Indonesiaan. Seperti bahaya Narkoba, perjudian, pergaulanbebas dan penipuan yang mengancam masyarakat Kab. Sidrap.Penyalahgunaan narkoba di kab. Sidrapmasuk dalam zona merahdan kritissebagai pusat peredaran narkotika di Sulawesi Selatan.

9. Metode Dakwah Bil KitabahKiyai Fatahuddin, menjelaskan pentingnya seorang da’i

menulis khutbah, ceramah-ceramahnya, karenaorang hidupdibatasi oleh usia dan sebuah tulisan hidup untuk selamanya.Banyak penulis yang sudah meninggal dunia, akan tetapikaryanya tetap hidup sampai sekarang dan menjadi rujukanbagi pembacanya.

Kiyai Fatahuddin menyarankan agar para Anregurutta danmubaligh menulis bantahan atau tanggapan atas faham yangdi kembangkan kelompok radikalisme keagamaan. Tujuannyaagar mubaligh yang senang dengan dakwah khilafiyah danmasyarakat umum dapat membacanya sehingga merekamendapatkan pencerahan dan penjelasan berimbang, diperkuat

39Kiyai Fatahuddin, wawancara

Page 115: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

108 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

dengan dalil dan pendapat ulama-ulama. Keunggulan dakwahini dibandingkan dengan format dakwah bentuk lain adalahsifatnya yang objeknya yang massif dan cakupannya cukup luas.Dakwah tulisan ini tidak hanya dibaca oleh masyarakat kecil,ataupun hanya terdapat pada satu tempat, akan tetapi dakwahini dapat mencakup wilayah yang cukup luas, bahkan sampaitersebar diseluruh dunia.40

Menurut penelii, kiyai Fatahuddin menekankan agar paramubaligh mendokumentasikan khutbah dan cramah-ceramahnya dalam bentuk tulisan. Berdakwah melalui tulisanbersifat lebih abadi daripada bahasa lisan. Kekurangan dakwahmelalui lisan dalam beberapa menit berikutnya akan dilupa olehmasyarakat pendengar. Berbeda dengan tulisan, ketikaseseorang lupa tentang apa yang dibacanya, dia dapatmembaca kemudian mengingatnya kembali. Selain itu, ketikatidak mengerti maksud sebuah tulisan, seseorang dapatmempelajarinya berulang-ulang sampai dia mengertiseperti,karya ilmuan Buya Hamka yang telah menulis pelbagai bukudengan tema-tema agama. Meskipun kini beliau telah tiada akantetapi buku penulisannya masih ramai orang membaca dantulisannya seringkali dijadikan rujukan.

Melalui tulisan-tulisan seorang Anregurutta, mubalig, atauumat Islam pada umumnya sesuai dengan bidang keahlian ataukeilmuan yang dikuasainya dapat melaksanakan dakwah. Salahsatu yang dapat dilakukan Anregurutta dan mubaligh.

10. Khutbah SeragamKiyai Sudirman menjelaskan perlunya khutbah dan

ceramah seragam yang dapat dibacakan dikhutbah danceramah atau menjadi referensi bagi mubaligh dalam

40Kiyai Fatahuddin, wawancara

Page 116: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 109HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

berdakwah yang isinya bagaimana menangkal bahayaradikalisme keagamaan.41

Keterangan Kiyai Sudirman tersirat strategi menangkalradikalisme Agama dengan menyeragamkan temakhutbahdisampaikan kepada seluruh masyarakat. Diharapkanpara khatib memiliki pemahaman yang sama tentangpentingnya mewujudkan sikap optimisme, sejahtera, maju, dandamai bagi masyarakat dan menjadikan masjid sebagai tempatyang terbaik untuk mendidik masyarakat menjadi manusia yanglebih utuh. Mengingat situasi masyarakat sekarang yangbingung dan gaduh dengan sikap para mubaligh yang beragamterhadap kelompok yang dianggap radikalisme. Para mubalighperlu keseragaman konsep dan pemahamantentang kriteriakelompok radikal.

11. KeteladananBanyak kisah tentang keteladanan Nabi Muhammad saw.,

yang dalam berdakwah bil-hal ter-nyata paling efektif dan berhasilmengubah sikap umat.Kiyai Ramli, menjelaskan dalammembendung radikalisme agama diperlukan metode bil-hal.karena sebaik apapun dakwah bil-lisan yang tidak diikuti olehbil-hal, maka itu kurang berpengaruh dengan baik. SeorangAnregurutta dan mubaligh harus memberikan contoh teladandengan tidak menghujat dalam berdakwah, berprilaku santum,lemah lembut bahkan terhadap mubaligh radikalisme agamayang selalu menghujatnya.Keteladanan seperti iu akan lebihberkesan dan meluluhkan hati mereka dibanding denganmembalasnya dengan dakwah yang berisi cacian. Hal ini merujukkepada ungkapan lisan al-hal afsah min lisan almaqal (menjaditeladan lebih berkesan daripada kata-kata yang diucapkan).42

41Kiyai Sudirman, wawancara42Kiyai Ramli, wawancara

Page 117: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

110 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Keterangan kiyai Ramli diatas disimpulkan pentingnyametode dakwah bil-hal dalam menangkal radikalisme agama.Dakwahbilhal yang dimaksudkkan keteladanan dengan lebihbanyak menahan diri untuk tidak membalas cacian dan hujatandengan sifat lemah lembut dan santum.Di sinilah letak urgensidakwah bil -halsebagai sarana yang paling ampuh dalammenyampaikan dakwah. ia memiliki pengaruh yang palingbesar dan paling efektif untuk mempengaruhi sikap kelompokradikalis agama untuk bersama-sama merawat umat, tampacercaan dan fitnah anara para mubaligh, karena yang harusdibenci itu sifat atau perbuatan buruk seseorang bukanorangnya, yang kemudian menjadi fokus untuk diperbaiki.Kekuatan pengaruhnya melebihi metode lain seperti ucapan.Sebuah ungkapan menyatakan, perbuatan satu orang dihadapan sepuluh orang jauh lebih berpengaruh daripadaperkataan sepuluh orang di hadapan satu orang.

12. SilaturahmiKiyai Fatahuddin, menceritakan pengalamannya

menghadapi salah seorang muballig sangat kerasdalamberdakwah dan sering menyalahkan mubaligh lain, tetapisetelah sering bersama-sama dalam satu kegiatan dakwah, pada akhirnya dakwahnya berubah menjadi moderat dan tidaklagi menghujat ulama lain.43

Menurut peneliti, kiyai Fatahuddin mengingatkanpentingnya menegakkan kekuatan Islam antar sesama mubalighdengan cara memperkuat atau mempererat tali silaturahim danpersaudaraan. Antara satu mubaligh dengan yang lain ibaratsebuah bangunan yang kokoh saling melengkapi dan salingmenguatkan, Kewajiban para mubaligh adalah senantiasa

43Kiyai Fatahuddin, wawancara

Page 118: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 111HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

melengkapi atau menjaga, bukan malah memutuskannya.Persaudaraan sesama mubaligh menjadi simbol sebuah talisilaturahim atau hubungan persadaraan yang kuatdimasyarakat.

13. Melibatkan Pihak LainKiyai Sudirman menjelaskankementerian agama Kab.

Pinrang melibatkan pihak laindalam menangkal radikalismeagama yaitu:a. Penyululuh, Guru dan pengawas sekolah

Pembekalankepada kepada para penyuluh, guru, pengawastentang empatpilar kehidupan berbangsa dan bernegaraagarpara penyuluh, guru, pengawas dapat menyampaikankepada masyarakat di sekolah, madrasah dan majelis-majelistaklim tentang pentingnya keutuhan NKRI. Empat pilar tersebutyaitu (1) Pancasila, (2) Undang-Undang Dasar 1945, (3) NegaraKesatuan Republik Indonesia dan (4) Bhinneka Tunggal Ika..44

Menurut peneliti,gagasan kiyai Sudirmanperlunyamelibatkan penyuluh agama, guru dan pengawas sekolah,karena melemahnya nilai Pancasila dan kebangsaan di sekolahberbanding lurus dengan maraknya radikalisme itu.Institusisekolah tidak steril lagi dari pengaruh faham radikalisme.Kebijakan sekolah dalam proses eskrakulikuler merupakan salahsatu pintu masuk faham ini yang membuat radikalisme itumenguat di sekolah negeri.Lingkungan keluarga juga sering kaliorang tua membiarkan anak-anaknya mengikuti kelompokradikal, daripada anaknya terlibat tawuran atau narkoba.

Pembekalan empat pilar yang merupakan tiang penyanggayang kokoh bangunan negara bangsa Indonesia terhadap guru,penyuluh agama dan pengawas sekolah agar mereka menjadi

44Kiyai Sudirman, wawancara

Page 119: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

112 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

garda terdepanagar rakyat, siswa akan terhindar dari segalamacam gangguan dan bencana dari pikiran paham radikalisme,b. Melibatkan lembaga terkait seperti MUI, organisasi

keagamaan lainnyaKerjasama antar lembaga sangat dibutuhkan dalam

membendung berkembangnya faham radikalisme keagamaandi masyarakat. Penyebaran radikalisme agama menjaditanggung jawab bersama sehingga dibutuhkan kerjasamasemua pihak, utamanya MUI dan organisasi masyarakat.45

Wawancara dengan Kiyai Sudirman menekankan perlunyakerjasama antar lembaga terjalin dengan baik utamanya dalammenanggulangi radikalisme agama. Bentuk kerjasamanyaadalah secara bersama mendakwahkan tentang bahayaradikalisme agama dan secara aktif memantau aktivitas yangterindikasi radikalisme di masyarakat. Rapat-rapat koordinasiyang dilaksanakan di FKUB bersama Lembaga DakwahNahdlatul Ulama (LDNU), Muhammadiyah, Darud Dakwahwal-Irsyad (DDI), dan MUI untuk mendiskusikan isu-isuradikalisme agama.c. Pelibatan pondok-pondok pesantren di Pinrang.

Kiyai Sudirman, salah satu kriteria yang tidak tertulis untukpendirian pondok. Apakah pimpinan dan satrinya pesantren itumau menghormati bendera merah putih.Kesediaan untukmenghormati bendera merah putih sebagai tanda masih mencintaiNKRI. Dikhawatiran  lembaga pesantren menjadi sarangradikalisme agama. Dia menambahkan radikalisme teroris diPesantren di Kab. Pinrang sampai sekarang belum ada, Mungkinkalau yang dalam kategori radikalisme atau memberi dukungansecara langsung atau tidak langsung terhadap perilaku kekerasan.46

45Kiyai Sudirman, wawancara46Kiyai Sudirman, wawancara

Page 120: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 113HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Wawancara dengan Kiyai Sudirman, mewajibkan upacaradan menghormati benderadi pondok Pesantren sebagai salahsatu cara menangkal radikalisme agama.Bendera adalah simbolNegara dan menghormatinya mengandung makna penanamannilai menghargai perjuangan pahlawan dan mengenangmereka yang berkorban untuk kedaulatan suatu tanah air, jugabentuk ungkapan rasa cinta dan ungkapan semangat menjagatanah air. Beliauberpendapat hormat kepada bendera bukanlahmenyembah dan bukan prilaku syirik dan bukan menyangkutibadah. Menghormati bendera itu sama saja denganmenghormati orang, pemimpin, dan juga ulama.

Page 121: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

114 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Page 122: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 115PENUTUP

BAB VPENUTUP

***

A. KesimpulanPenilitian yang dilakukan dengan judul Radikalisme Agama

di Ajatappareng, Respon dan metode Dakwah para Anreguruttadalam membendung Radikalisme Agama. Berdasarkan data yangdiperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi dapatdisimpulkan sebagai berikut:1. Indikator radikalisme agama di Ajatappareng memiliki

kemiripan dengan daerah lain di Indonesia yaitu; Pertama,mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan kelompoklain yang tak sependapat. Kedua, mencap pemerintahsebagai thaghut dan dzalim, Ketiga, Tekstualis, Keempat,Mau merobah asas bernegara, Kelima, mengabaikan konsepgraduasi dalam berdakwah, keenam, Anti Madzhab, ketujuh,Mengagumi hadis yang telah disahihkan oleh al-Baniy,kedelapan, Menolak faham Barat dan Islam, kesembilan,kesembilan, Faham Islam Liberal.

2. Respon dan metode dakwah Anregurutta dalammembendung radikalisme agama di Ajatappareng yaitu,respon kognitif, afektif dan konatif, dan metode dakwahyang dilakukan adalah, pertama, bil-hikmahkedua,kelemahlembutan dan kasih sayang, ketiga, Tidakmendiskreditkan kelompok lain, keempat, tidakmempersekusi dan memboikot dakwah mereka, kelima,penyadaran akan bahaya radikalisme agama, Keenam,Menangkal dengan diam, Ketujuh, Diskusi antar mubaligh,

c

Page 123: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

116 | LAPORAN PENELITIAN Membendung Paham Radikalisme Keagamaan

kedelapan, merangkul dan membina, kesembilan, Metodedakwah bil kitabah, kesepuluh, khutbah seragam, kesebelas,keteladanan, keduabelas, silaturahmi, ketigabelas, melibatkanpihak lain.

B. ImplikasiHasil penelitian yang diperoleh diharapkan menjadi

masukan yang dapat bermanfaat bagi pihak-phak yangberkepentingan utamanya para Anregurutta, mubalighmasyarakat dan pemerintah daerah sebagai berikut:1. Hendaknya para Anregurutta, mubaligh dan masyarakat

bekerjasama dan bijak dalam membendung radikalismeagama.

2. Pemerintah daerah secara aktif mengawasi dan berdialogdengan para tokoh agama, organisasi massa, lembagapendidikan utamanya pesantren dan aparat keamanan.c

Page 124: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 117DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

***

ReferensiA. Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah Surabaya: Al-

Iklhas, 1978

A.Rubaidi, Radikalisme Islam, Nahdatul Ulama Masa depanModeratisme Islam di Indonesia, Yogyakarta: LogungPustaka, 2007.

Abd Qodir Djaelani, Peran Ulama dan Santri dalam Pejuang PolitikIslam di Indonesia. Surabaya: PT Bina Ilmu 1994.

Abd. Kadir Ahmad, Ulama Bugis, Makassar: Indobis Publishing:2009.

Abdul. Wachid, Wacana Dakwah Kontemporer, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2005.

Abdurrazak Daeng Patunru. Bingkisan Patunru: Sejarah LokalSulawesi Selatan, Makassar: Pusat Kajian Indonesia Timurberkerjasama dengan Lembaga Penerbitan UniversitasHasanuddin, 2004.

Abou el-Fadl, Atas Nama Tuhan: Dari Fikih Otoriter keFikihOtoritatif, terj. R. Cecep Lukman Yasin, Jakarta: PTSerambi Ilmu Semesta, 2004.

Abu Rokhmad, Radikalisme Islam dan upaya DeradikalisasiPaham Radikal, jurnal Walisongo, Volume 20, Nomor1, Mei 2012, Unversitas Diponegoro Semarang.

Ahmad Mansur Suryanegara. Menemukan Sejarah: WacanaPergerakan Islam Di Indonesia Bandung: Mizan, 1996.

c

Page 125: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

118 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Amin. HM. Mashyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral,cet.2Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2002.

Amin. Samsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009.

Aziz. Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2004.

Azumardi Azra, Political Indonesia in Post-Soeharto Indonesia,dalam Virginia Hooker dan Amin Saikal (eds.) IslamicPerspektive on the New Mellenium, Singapore: Iseas, 2014.

Belmawa.ristekdikti.go.id. strategi-Menghadapi-Paham-Radikalisme-Terorisme. pdf.

Burhanuddin Pabitjara. Persekutuan Limae Ajatappareng”, TesisMagister Universitas Negeri Makassar, 2006.

D.F. van Braam Morris, Nota van Toelichting op het ContractGesloten met het Landschap Sawietto (Adjataparang) op den30 October 1890". dalam. TBG, Jilid XXXVI, 1893.

Djohan Efendi, Ulama dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid17, Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1991.

Endang Turmudzi dan Riza Sihabudin (ed.), Islam danRadikalisme di Indonesia, Jakarta: LIPI Press, 2006.

Enjang, AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, Cet. 1;Bandung: Widya Padjadjaran, 2009.

Eric Hiariej, Aksidan Identitas Kolektif Gerakan Islam Radikal diIndonesia. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 14,Nomor 2, November ,2010.

Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, Jakarta:Prenada Media, 2009.

Firmansyah, Hery. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Terorismedia Indonesia. Mimbar Hukum 23 (2). Juni 2011.

Guillermo O’Donnell dan Philippe C. Schmitter, Transisi MenujuDemokrasi: Rangkaian Kemungkinan dan Ketidak pastian,Jakarta: LP3ES, 1993.

c

Page 126: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 119DAFTAR PUSTAKA

GWJ Drewes, New Light on the Coming of Islam in Indonesia,compiled by Ahmad Ibrahim, Sharon Siddique & YasminHussain, Readings on Islam in Southeast Asia, Singapore:Institue of Southeast Asia Studies, 1985.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, jilid I, Cet. XX;Yogyakarta: Audi Ofsser, 2007.

Haedar Nashir, Islam Syariat: Reproduksi Salafiyah Ideologis diIndonesia, Bandung: Mizan-MAARIF Institute, 2013.

Haikal. Muhammad Husein, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta:PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 2001.

Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat,Jakarta: Pustaka Beta, 2007.

Haryatmoko. Etika Politik dan Kekuasaan. Jakarta: Kompas, 2014.

Hasan Alwidkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: DepartemenPendidikan, edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.

Hasyim Umar, Mencari Ulama Pewaris Nabi, Surabaya: Bina Ilmu,1983.

Hiroko Horikoshi, Kyai dan Perubahan Sosial, PerhimpunanPengembangan Pesantren dan Masyarakat, Cet. I; Jakarta:P3M, 1983.

Ian Caldwell. Kronologi Raja-Raja Luwuhingga Tahun 1611"dalamKathryn Robinson dan Mukhlis Paeni. Tapak-TapakWaktu: Kebudayaan, Sejarah dan Kehidupan Sosial diSulawesi Selatan, Makassar: Ininnawa, 2005.

Irfan, Dakwah BilHikmah, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002.

Irwan Masduqi, Deradikalisasi Pendidikan Islam Berbasis KhazanahPesantren (Jurnal Pendidikan Islam, No 2 Vol 1, 2012.

J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Cet. IX; Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 2004.

Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: RemajaRosdakarya, 1999.

c

Page 127: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

120 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

James A. Black dan Dean J. Champion, Metode and SosialResearch, Alih Bahasa E. Koeswara, Metode danMasalah Penlitian Sosial, Bandung: RifikaAditama,2009.

Jhon. M. Echolesdan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, Cet. XXVII; Jakarta: PT. Gramedia, 2003.

Kartini Kartono, Patologi Sosial dan Ganguan Kejiwaan, Jakarta:CV. Rajawali, 1998.

Kerlinger. Fred R., Foundation of Behaviour Research, Cet. XII;Newyork: Holt Rinehart and Winston Inc., t.th.

Khamami Zadda, Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas IslamGaris Keras di Indonesia, Jakarta: Teraju, 2002.

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Cet.VIII;Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur’an, Cet.I; Jakarta:Paramadina, 1996.

M. Dawam Rahardjo, Intelektual Integensia dan Perilaku PolitikBangsa Risalah Cendikiawan Muslim, Bandung: Mizan1993.

M. Nasor, Dakwah Sebagai Instrument PenanggulanganRadikalisme di Era Digital Jurnal akademika, vol. 22, no.01 Januari-Juni 2017, Universitas Islam Negeri RadenIntan Lampung.

Ma’arif, S. Bambang, Komunikasi Dakwah: Paradigma untuk Aksi.Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2010.

Ma’luf. Lois, Kamus Munjid, Fi Lughah Wa al-alam, Beirut: Daral-Masyriq, 1986.

Majid. Abdul, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2013.

Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta:Bumi Aksara, 2004.

c

Page 128: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 121DAFTAR PUSTAKA

Mohammad Kosim, “Pesantren dan Wacana Radikalisme”,KARSA, IX (1) April 2006.

Muhamad Idris, Kiat Menjadi Guru Profesional. Cet. I;Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.

Mukhlis. Struktur Birokrasi Kerajaan Gowapada JamanPemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669), TesisSarjana. Fakultas Sastra dan Kebudayaan UniversitasGadjah Mada, 1975.

Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan RuhPemikiran KH. Ahmad Siddiq, Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama, 2002.

Munir, Dkk, Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.

Mustari Bosra, Tuang Guru, Anrong Guru dan Daeng Guru:Gerakan Islam di Sulawesi Selatan 1914-1942, Makassar:La Galigo Press, 2008.

Mustofa Bisri, Percik-percik Keteladanan Kyai Hamid AhmadPasuruan, Rembang: Lembaga Informasi dan Studi Islam(L Islam) Yayasan Ma‘had as-Salafiyah. 2003.

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005.

Nasution. Harun, dkk, Ensiklopedia Islam Indonesia, Jakarta:Djambatan, 1992.

Nazir. Moh, Metode Penelitian, Cet. III; Jakarta: GhaliaIndonesia, 2008.

Nuhrison M. Nuh, “Faktor-Faktor Penyebab Munculnya Faham/Gerakan Islam Radikal di Indonesia”, HARMONI JurnalMultikultural & Multireligius, VIII (31) Juli-September2009.

Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di IndonesiaPascakemerdekaan, Jakarta : PT Raja Grafinda Persada,2008.

c

Page 129: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

122 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Peter Mandaville, Global Political Islam, London dan New York,2007.

Poerdawarminta, Psikologi Komunikasi, Jakarta: UT. 1999.

Prawiro. Zein M. Wiryo, Perkembangan Arsitektur Masjid di JawaTimur, Surabaya: PT BinaIlmu, 1986.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus BesarBahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cet. III; Jakarta: BalaiPustaka, 2005.

Rosyad, Manajemen Da’wah Islam, Jakarta: Penerbit BulanBintang, 1977.

Saifuddin, “Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, SebuahMetamorfosa Baru” dalam Analisis Jurnal Studi Keislaman,IAIN Raden Intan Lampung, Vol XI No 1 Juni 2011.

Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren,Yogyakarta, eL SAQ Press, 2007.

Saputra. Wahidin, PengantarI lmudakwah, Jakarta: RajaGafindo Persada, 20012.

Sartono Kartodirdjo, Ratu Adil, Jakarta: Sinar Harapan, 1985.

Saud Usman Nasution, https://www.antaranews.com/berita/477096/ penanggulangan-terorisdengan-hard-dan-soft-apprioach d akses tanggal 16 Agustus 2018.

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta:Lembaga pengkajian dan kebudayaan Nusantara, 1997.

Shaifuddin. Asep, Sheh Sulhawi Rubba, Fikih Ibadah Safari keBaitullah, Surabaya: Garisi, 2011.

Shodiq, Potret Islam Jawa, Semarang: PustakaRizki Putra,2013.

SufKasman. Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-prinsipDa’wah bi Al-Qalam dalam Al Qur’an, Jakarta: Teraju, 2004.

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2005.

c

Page 130: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 123DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung:Alfabeta, 2009.

Suhardi Alius, Penanganan Terorisme”,  https://nasional.kompas.com/read/2012 /12/01/04025762/diakses tanggal 16 Agustus 2018. 

Suparta. Munzier dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, Jakarta:Kencana-Rahmat Semesta, 2003.

Sutrisno, dkk, Metodologi Research (Yogyakarta: YayasanPenerbit Fakultas Psikologi UGM, 2004.

Syed NagibAlatas, Preliminary Statement on a General Theory ofthe Islamization of Malay-Indonesian Archipelago, KualaLumpur: Dewan Bahasa danPustaka, 1969.

Tasmara. Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya MediaPratama, 1997.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: BalaiPustaka,1998.

Topo Santosodan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002.

Umar. Toha Yahya, Ilmu Dakwah, Jakarta: Widjaya, 1983.

Vreden Berg, Merode dan Tehnik Penelitian Masyarakat, Jakarta:Gramedia, 2008.

Wahyuddin Halim, “Arung, Topanrita, dan Anregurutta dalamMasyarakat Bugis Abad XX”. Jurnal Al Ulum, Volume 12Nomor 2, Desember 2012: IAIN Sultan AmaiGorontalo.

Wasilah AC, Pokoknya BHMN, Ayat-ayat Pendidikan Tinggi,Bandung: Lubuk Agung, 2003.

Ya’kub. Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta:Pustaka Firdaus, 1997.

Yaqub. Ali Mustafa, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, PejatenBarat: Pustaka Firdaus, 2000.

c

Page 131: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

124 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

Yatim. Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Press,1997.

Yunus. Mahmud, Pedomana Dakwah Islamiyah , Jakarta:Hidakarya Agung, 1973.

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi tentang PandanganHidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1982.

Informan

Drs. KH. Fatahuddin, wawancara, tanggal 17 Oktober 2018, diPesantren Al-Azhar Talaweh Kab. Sidrap.

Drs. KH. Mansur, wawancara, tanggal 25 November 2018, diPondok pesantren DDI Takkalasi Kab. Barru.

Drs. KH. M. Ramli, MA, wawancara tanggal 17 Oktober 2018 diPesantren DDI Nurul Haq Kab. Sidrap.

Kiyai Syamsuddin Milla, M. Ag, wawancara tanggal 20 Oktober2018, di Pondok pesantren Tahfidz ul-Qur’an Kab.Pinrang.

Dr. KH. M. Yunus Samad,. M. Mwawancara tanggal, 19 Oktober2018, di Pesantren DDI Leranglerang Kab. Pinrang.

Sumber Internet:http://lampung.tribunnews.com/2018/05/12/perempuan-yang-mengaku-preman-ini-lakukan-persekusi-terhadap-4-perempuan-bercadar-di-lampung?page=2 diakses padatanggal 18 Agustus 2018.

https://nasional.kompas.com/read/2017/05/05/19170871/radikalisme.dan.politik.identitas. Diakses pada tanggal 10oktober 2018.

https://nasional.kompas.com/read/2018/05/14/13533731/inilah-deretan-aksi-bom-bunuh-diri-di-indonesia?page=all. diakses pada tanggal 18 Agustus 2018.

c

Page 132: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

| 125DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/larangan-bercadar-di-kampus-uin-yogyakarta-dinilai-diskriminatif-cFJq diakses pada tanggal 18Agustus 2018

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43370134diakses pada tanggal 18 Agustus 2018.

http://easternplanner.blogspot.com/2013/06/kawasan-ajatappareng-kapet-parepare.html diakses pada tanggal 2September 2018

https://abisyakir.wordpress.com/2008/10/11/musdah-mulia-dan-nikah-beda-agama/ diakses pada 20 Oktober2018,

http://puspenda.kemenag.go.id/?p=517, dikases padatanggal6 Agustus 2018

http://kbbi.kata.web.id/persekusi/. Diakses pada tanggal 18Agsutus 2018.c

Page 133: MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

126 | MEMBENDUNG PAHAM RADIKALISME KEAGAMAAN

c