MEMBACA GAMBAR TEKNIK

Embed Size (px)

Citation preview

MODUL M9.2A

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2005

M9.2A Membaca Gambar Teknik

1

MODUL M9.2A

MEMBACA GAMBAR TEKNIKSEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN

PENYUSUN DJOKO WINARNO

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2005

M9.2A Membaca Gambar Teknik

2

Kata PengantarDengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga tersusunnya buku Modul MEMBACA GAMBAR TEKNIK ini. Buku Modul ini disusun berdasarkan Kurikulum SMK 2004 yang menerapkan prinsip prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Membaca Gambar Teknik merupakan suatu kompetensi, suatu kemampuan atau kecakapan yang harus dimiliki oleh peserta didik/diklat SMK dengan bidang keahlian Teknik Mesin khususnya pada program keahlian Teknik Gambar Mesin. Dengan mempelajari dan melaksanakan latihan latihan membaca gambar yang disajikan secara baik dalam pembuatan gambar maupun membaca gambarnya diharapkan buku modul ini dapat memperlancar proses belajar mengajar, dapat memberikan wawasan pada peserta Diklat di SMK khususnya dan para pembaca umumnya sebagai salah satu upaya untuk menyiapkan peserta diklat yang mampu bekerja, baik secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan sebagai tenaga kerja tingkat menengah. Selain itu keberadaan buku modul ini diharapkan dapat mengembangkan sikap profesional dalam pekerjaan serta menunjang pengembangan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam menyusun buku modul ini masih banyak kekurangan dan untuk itu penyusun mengharapkan kritikan yang sifatnya membangun demi perbaikan selanjutnya. Agustus 2005 Penyusun

M9.2A Membaca Gambar Teknik

3

Daftar IsiHalaman Sampul ........................................................................... Halaman Francis ........................................................................... Kata Pengantar ............................................................................. Daftar Isi ...................................................................................... Peta Kedudukan Modul .................................................................. Peristilahan / Glossarium ............................................................... BAB. I PENDAHULUAN ................................................................. A. Deskripsi .................................................................... B. Prasyarat .................................................................... C. Petunjuk Penggunaan Modul ........................................ D. Tujuan Akhir ............................................................... E. Kompetensi ................................................................ F. Cek Kemampuan ......................................................... BAB. II PEMBELAJARAN ................................................................ A. Rencana Belajar Siswa ................................................ B. Kegiatan Belajar ......................................................... 1. KEGIATAN BELAJAR 1 : MEMBACA GAMBAR TEKNIK a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ........................... b. Materi Pembelajaran ......................................... 2. KEGIATAN BELAJAR 2 : GAMBAR POTONGAN .......... a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ........................... b. Materi Pembelajaran ......................................... 3. KEGIATAN BELAJAR 3 : UKURAN PADA GAMBAR KERJA ................................................................... a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ........................... b. Materi Pembelajaran ......................................... 4. KEGIATAN BELAJAR 4 : TOLERANSI DAN SUAIAN .... a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran ........................... 1 2 3 4 6 7 8 8 8 9 10 11 15 16 16 17 17 17 17 92 92 92 108 108 108 130 130 130 186 188 189 190 191 198 198 198 199

M9.2A Membaca Gambar Teknik

4

C. D. E. F. G.

Materi Pembelajaran ......................................... Rangkuman ................................................................ Tugas ........................................................................ Tes Formatif ............................................................... Kunci Jawaban ............................................................ Lembar Kerja ..............................................................

b.

201 202

BAB. III EVALUASI ........................................................................ A. Evaluasi 1 ................................................................... 1. Tes Formatif ........................................................... B. Kunci Jawaban ............................................................ BAB. IV PENUTUP ......................................................................... DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

M9.2A Membaca Gambar Teknik

5

Peta Kedudukan ModulM18. 1A M7. 6A

M2.5C11A

M9. 10B

M7. 7A

M9. 1A

M9. 7B

M9. 3A

M7. 5A

M9. 9B

M9. 5A

M9. 2A

Keterangan :M2.5C11A M18.1A M9.1A Mengukur dengan menggunakan alat ukur Menggunakan perkakas tangan Menggambar dan membaca sketsa

M9.2A Membaca Gambar Teknik

6

M9.2A M9.3A M7.5A M7.6A M7.7A M9.5A M9.7B M9.9B M9.10B

Membaca gambar teknik dasar Mempersiapkan gambar teknik (dasar) Bekerja dengan mesin umum Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut Melakukan pekerjaan dengan mesin frais Menggambar detail secara rinci Menggambar bagian secara rinci Menggambar 2D dengan sistem CAD Menggambar 3D dengan sistem CAD

Peristilahan / GlossariumIstilahISO

KeteranganKependekan dari International Standartization for Organization yang berkedudukan di Swiss yang mengatur dan mengawasi standart, ukuran, managemen dan kualitas produk seluruh anggotanya di seluruh dunia. Kependekan dari Japan International Standart, yaitu standart Jepang yang digunakan dinegaranya dan kelompoknya. Standart yang dipunyai Belanda dan berkedudukan di negara Belanda untuk menstandarisasi ukuran ukuran dari Belanda NEDERLAND STANDARTZATION. Kependekan dari Dhate International Normalization yang berkedudukan di Jerman, untuk menstandarkan ukuran produk produk Jerman dan anggotanya. Kependekan dari Standart International Indonesia, berkedudukan di Indonesia dan digunakan untuk didalam negeri sendiri mengenai ukuran, managemen, dan ketentuan ketentuan lainnya. Untuk menampilkan gambar gambar 3 dimensi pada sebuah bidang 2 dimensi. Dapat kita lakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut Proyektor. Selisih penyimpangan ukuran membesar yang bisa digunakan dan selisih ukuran mengecil yang dapat

JIS

NEN

DIN

SII

Piktorial

Ortogonal Toleransi

M9.2A Membaca Gambar Teknik

7

diterima oleh semua pekerja dan perusahaan industri. Batasan penyimpangan yang diizinkan dari suatu bentuk Toleransi Bentuk benda kerja terhadap bentuk benda kerja yang ideal. Batasan penyimpangan posisi yang diizinkan dari suatu benda kerja terhadap posisi suatu pasangan dari dua Toleransi Posisi atau beberapa benda kerja yang berpasangan sempurna.

BAB. I PENDAHULUANA. Deskripsi Judul modul ini adalah Membaca Gambar Teknik berisi empat bagian utama, yaitu Pendahuluan, Pembelajaran, Evaluasi dan Penutup. Modul ini digunakan setelah peserta didik mempelajari modul M9.1A dan digunakan sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke modul seri M9.5A. Hasil belajar yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari modul ini adalah memahami prinsip prinsip dasar mengerti membaca gambar dan mampu secara mendasar mengenai gambar teknik untuk benda benda sederhana, mampu belajar sendiri dari kekurangan yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran. Pemahaman mengenai prinsip prinsip membaca gambar dan mengamati suatu gambar, mengevaluasi terhadap gambar gambar kerja akan berguna bagi peserta didik sebagai pembentukan watak dalam bekerja dibidang keahlian gambar teknik mesin dan akan menjadi kebiasaan positif setelah bekerja di industri sehingga menjadi salah satu penunjang budaya mutu dan kerja profesional. Hal ini akan menunjang pula pada peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) peserta dalam menguasai kompetensi lainnya dalam bidang keahlian gambar mesin. B. Prasyarat Persyaratan untuk mempelajari dan menggunakan modul ini adalah :

M9.2A Membaca Gambar Teknik

8

1.

Peserta didik telah menyelesaikan dan telah dinyatakan berhasil menguasai kompetensi yang dipersyaratkan dalam modul seri M9.2A. 2. Peserta didik telah mengikuti dan dinyatakan lulus test penguasaan kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari dan menggunakan modul ini. Test tersebut dilakukan oleh pihak berwenang untuk melakukan uji kompetensi.

C. 1.

Petunjuk Penggunaan Modul Penjelasan Bagi Siswa Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan modul ini, peserta didik perlu memmperhatikan beberapa hal yaitu : a. Langkah langkah belajar yang ditempuh 1) Menyiapkan semua bukti penguasaan kemampuan awal yang diperlukan sebagai persyaratan untuk mempelajari modul. 2) Melaksanakan test kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul ini. 3) Mempelajari modul secara seksama. b. Perlengkapan yang diperlukan 1) Buku modul M9.2A. 2) Pakaian untuk melaksanakan praktek gambar. 3) Mesin gambar dan perlengkapannya 4) Lembar kerja 5) Buku buku referensi. 6) Dan perlengkapan yang dibutuhkan. c. Hasil pelatihan yang diperoleh 1) Daftar nilai hasil pelatihan. 2) Portofolio. 3) Hasil pekerjaan gambar. 4) Bukti berapa hasil yang diperoleh.

2. Peran Guru a. Membantu siswa dalam merencanakan tahap belajar. b. Membimbing siswa melalui tugas tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap belajar. c. Membantu siswa dalam menghadapi konsep dan praktek gambar dan menjawab pertanyaan.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

9

d. e. f. g. h. i.

Membantu siswa dalam mencantumkan dan mengakses sumber tambahan lain yang diperlukan untuk belajar. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. Menentukan seorang pendamping/ahli di tempat kerja untuk membantu siswa. Melakukan atau melaksanakan penilaian. Menjelaskan kepada siswa mengenai bagian yang diperlukan untuk dibenahi dan rencana belajar selanjutnya. Mencatat pencapaian dan kemampuan siswa dalam belajar.

D.

Tujuan Akhir Tujuan akhir yang ingin dicapai setelah mempelajari modul M9.2A ini : 1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. Kinerja yang diharapkan Peserta didik mampu memperhatikan aspek keselamatan kerja. Peserta didik mampu menentukan persyaratan kerja. Peserta didik mampu mempersiapkan pekerjaan. Peserta didik mampu membaca gambar. Peserta didik mampu mengidentifikasikan gambar. Peserta didik mampu menjelaskan gambar. Peserta didik mampu mengerjakan tugas gambar. Peserta didik mampu memastikan besarnya ukuran. Peserta didik mampu membaca perintah perintah dalam gambar. Peserta didik mampu merencanakan langkah langkah penggambaran. Peserta didik mampu melaksanakan perintah dalam gambar. Peserta didik mampu mengidentifikasikan material yang dipakai. Peserta didik mampu mengidentifikasikan simbol pengajaran. Peserta didik mampu mengidentifikasikan simbol toleransi dan toleransi geometris dan nilainya. Peserta didik mampu mengidentifikasikan simbol kebesaran dan nilainya.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

10

M9.2A Membaca Gambar Teknik

11

E.

Kompetensi Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Kode Durasi PembelajaranLEVEL KOMPETENSI KUNCI

: : : : :

Teknik Mesin Teknik Gambar Mesin Membaca Gambar Teknik M9.2A 240 jam @ 45 menitA 2 B 1 C 2 D 1 E 1 F 1 G 1

1. 2.

3.

KONDISI KERJA

4.

5.

Kegunaan Kompetensi Industri yang melakukan kegiatan permesinan Sumber Informasi Kode Standart Buku buku pedoman Referensi bahan dari produsen Pelaksanaan K3 Penanganan pemeliharaan alat gambar Bekerja dengan prosedur yang aman Kelengkapan Alat alat menggambar teknik Gambar teknik Contoh benda kerja Kegiatan Membaca gambar teknik Memilih gambar teknik yang benar

M9.2A Membaca Gambar Teknik

12

KRITERIA UNJUK KERJA 1 2 1. Membaca gambar Komponen, teknik rakitan atau objek dikenali sesuai dengan permintaan. SUB KOMPETENSI Ukuran ukuran diidentifikasi sesuai dengan bidang pekerjaan. Instruksi diidentifikasi dan diikuti sesuai dengan permintaan.

LINKUP BELAJAR 3 Membaca gambar pandangan.

MATERI UTAMA PEMBELAJARAN SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN 4 5 6 Mengerti cara membaca gambar pandangan. Mengidentifika si jumlah benda kerja yang terdapat dalam gambar. Mengerti cara membaca gambar pandangan. Mengidentifika si bentuk benda sesuai gambar. Mengidentifika sikan satuan ukuran yang digunakan pada persiapan gambar. Mengidentifika sikan ukuran ukuran dari bentuk utama benda kerja yang tercantum pada gambar.

Mengidentifikasi jumlah benda kerja yang terdapat dalam gambar. Membaca gambar pandangan.

Persyaratan material diidentifikasi sesuai dengan permintaan. Simbol simbol yang digunakan pada gambar dapat dikenali pada gambar

Mengidentifikasi bentuk benda sesuai gambar. Identifikasi satuan ukuran yang digunakan pada satuan persiapan gambar. Identifikasi ukuran ukuran dari bentuk utama benda kerja yang tercantum pada gambar.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

13

1

2

3 Identifikasi pengerjaan.

4 tanda

5 Mengidentifika sikan tanda pengerjaan. Mengidentifika sikan langkah pengerjaan benda sesuai gambar. Mengidentifika sikan bahan benda kerja sesuai gambar.

6

Identifikasi langkah pengerjaan benda sesuai gambar. Identifikasi bahan benda kerja sesuai gambar. Identifikasi dan pengertian simbol simbol yang digunakan pada gambar

2. Memilih gambar teknik yang benar

Gambar diperiksadan disahkan kebenarannya dengan persyaratan atau peralatan kerja. Status diperiksa disahkan. gambar dan

Prosedur memeriksa dan mengesahkan gambar.

Mengidentifika sikan pengertian simbol simbol yang digunakan pada gambar Mengerti cara membaca gambar pandangan.

Memahami prosedur memeriksa dan mengesahkan gambar.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

14

1

2

3 Identifikasi gambar.

4 status

5 Mengidentifika si status gambar. Mengidentifika sikan sumber informasi yang berhubungan dengan status gambar. Memahami prosedur perubahan gambar. Memahami prosedur pengesahan status gambar.

6

Identifikasi sumber informasi yang berhubungan dengan status gambar. Prosedur perubahan gambar. Prosedur pengesahan gambar. status

M9.2A Membaca Gambar Teknik

15

M9.2A Membaca Gambar Teknik

16

F.No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Cek KemampuanIndikator Kinerja Dan Kriteria Keberhasilan Memahami fungsi gambar teknik dasar. Mengetahui macam macam kertas gambar dan ukurannya. Mengetahui macam macam garis dan fungsinya. Mengetahui macam macam huruf dan angka standar 150. Mengetahui macam macam alat gambar dan fungsinya. Memahami proyeksi Pictorial. Memahami proyeksi Orthogonal. Mengetahui ketentuan proyeksi Isometrik, Dimetrik, miring. Mengetahui ketentuan proyeksi Eropa (Kwadran I). Mengetahui ketentuan proyeksi Amerika (Kwadran III). Dapat mengidentifikasikan jumlah benda kerja yang terdapat dalam pandangan. Mengerti cara membaca gambar pandangan. Mengidentifikasikan benda kerja sesuai dengan gambar. Dapat mengidentifikasikan ukuran ukuran dari bentuk utama dari kerja yang tercantum pada gambar. Dapat mengidentifikasikan simbol tanda pengerjaan. Dapat mengidentifikasikan langkah pengerjaan benda sesuai dengan gambar. Dapat mengidentifikasikan badan benda kerja sesuai gambar. Dapat mengidentifikasikan pengertian simbol simbol yang digunakan pada gambar. Dapat mengidentifikasikan simbol harga kasaran. Dapat mengidentifikasikan simbol simbol toleransi bentuk dan posisi. Cek Kemampuan Ya Tidak

M9.2A Membaca Gambar Teknik

17

BAB. II PEMBELAJARANA. Rencana Belajar Siswa Rencana pelaksanaan belajar adalah sebagai berikut Kompetensi : Membaca Gambar TeknikNo.

Kegiatan Belajar Memahami fungsi gambar teknik. Memahami alat alat gambar teknik dan fungsinya. Memahami macam macam kertas dan ukurannya. Memahami macam macam kertas dan fungsinya. Memahami macam macam huruf dan angka standar 150. Memahami macam macam proyeksi Piktorial. Memahami ketentuan proyeksi Isometrik, Dimetrik dan miring. Memahami proyeksi Orthogonal. Memahami ketentuan membaca gambar pandangan. Memahami identifikasi bentuk benda sesuai gambar. Memahami identifikasi satuan ukuran. Memahami identifikasi tanda pengerjaan. Memahami identifikasi langkah pengerjaan benda sesuai gambar. Memahami identifikasi simbol simbol yang digunakan pada gambar.

Tanggal

Waktu

Tempat

Perubahan

Paraf

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

18

B.

Kegiatan Belajar 1. a. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) b. 1) KEGIATAN BELAJAR I : MEMBACA GAMBAR TEKNIK Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat : Memahami fungsi gambar teknik. Memahami alat alat teknik dan fungsinya. Memahami macam macam kertas gambar dan fungsinya. Memahami macam macam garis dan fungsinya. Memahami macam macam huruf dan angka standart ISO. Memahami macam macam proyeksi Piktorial. Memahami ketentuan proyeksi Isometrik, Dimetrik dan miring. Memahami proyeksi Orthogonal. Memahami ketentuan membaca gambar pandangan. Memahami identifikasi bentuk benda sesuai gambar kerja. Memahami identifikasi satuan ukuran. Memahami identifikasi tanda pengerjaan. Memahami identifikasi langkah pengerjaan benda sesuai gambar kerja. Memahami identifikasi simbol simbol yang digunakan pada gambar teknik. Materi pembelajaran MEMAHAMI FUNGSI GAMBAR TEKNIK

Dalam bidang keteknikan peranan gambar teknik sangatlah penting. Gambar teknik berfungsi sebagai alat informasi dari orang ke orang lain. Gambar teknik adalah sebagai alat komunikasi, disebut juga gambar teknik adalah bahasanya orang orang teknik. 2) PERSIAPAN MENGGAMBAR Untuk mencapai tujuan menggambar yang baik, yaitu memenuhi standar, kita perlu mempersiapkan alat alat

M9.2A Membaca Gambar Teknik

19

gambar yang baik pula dan ditunjang dengan keterampilan menggunakakan alat - alat gambar. Tentu saja hanya bermodal peralatan yang lengkap, peserta diklat belum dapat terampil menggambar, kalau tanpa latihan. Dengan peralatan sederhanapun, jika penggunaan alat alat gambar dilaksanakan dengan baik, konsekuen dan disiplin, akan membantu didalam keberhasilan menggambar. Sekali lagi ketekunan, kerajinan, kekonsekuenan dan kedisiplinan dalam menggunakan alat, merupakan langkah awal untuk keberhasilan dalam menggambar teknik. Alat alat yang biasa dipakai dalam menggambar teknik mesin antara lain : a) Kertas gambar dengan standarnya (ukurannya). b) Pensil, pena atau rapido. c) Jangka dan kelengkapannya. d) Macam macam mistar (mistar segitiga, mistar T). e) Mal busur (kurva). f) Mal huruf dan angka. g) Meja gambar dan kelengkapannya. h) Penghapus dan pelindung penghapus. a) Cara menentukan ukuran kertas gambar

Kertas gambar mempunyai ukuran panjang dan lebar. Sebagai ukuran pokok dari kertas gambar, diambil ukuran A0 yang mempunyai luas 1m2 atau 1.000.000 mm2. perbandingan lebar dan panjangnya sama dengan perbandingan dari sisi bujursangkar dengan diagonalnya (lihat gambar 2.1!). Jika bujursangkar mempunyai lebar (sisi) x dan diagonalnya , selanjutnya x dipakai sebagai lebar kertas gambar dan y sebagai panjang kertas gambar (lihat gambar 2.2!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

20

Gambar 2.1

Gambar 2.2

Karena ukuran kertas gambar A0 mempunyai luas x.y= 1.000.000 mm2, x.y= 1.000.000 mm2. dengan , maka :

Jadi ukuran pokok kertas gambar yang sudah distandarkan adalah ukuran A0 dengan panjang 1189 mm dan lebarnya 841 mm (dibulatkan). Adapun untuk mendapatkan ukuran kertas gambar lainnyatinggal membagi dua, yaitu untuk ukuran : (1) A1 didapat dari A0 dibagi dua. (2) A2 didapat dari A1 dibagi dua. (3) A3 didapat dari A2 dibagi dua. (4) A4 didapat dari A3 dibagi dua. Dan seterusnya (lihat gambar 2.3!). ukuran A1 ukuran A2

M9.2A Membaca Gambar Teknik

21

ukuran A3Gambar 2.3

ukuran A4 ukuran A4

Ukuran standar kertas gambar (ISO 216) Sesuai dengan sistem ISO (International Standardization for Organization) dan NNI (Nederland Normalisatie Instituet), ukuran kertas gambar ditentukan sebagai berikut (lihat tabel 2.1!). Selanjutnya kertas gambar diberi garis tepi sesuai dengan ukurannya. C pada tabel adalah ukuran tepi bawah, tepi atas dan tepi kanan, sedangkan tepi kiri untuk setiap ukuran kertas gambar ditetapkan 20mm (hal ini dimaksudkan untuk membundel; jika kertas gambar dibundel tidak mengganggu gambarnya).Tabel 2.1 Ukuran kertas gambar

Ukuran A0 A1 A2 A3 A4 A5 b)

Ukuran Lebar Panjang 841 mm 1189 mm 594 mm 841 mm 420 mm 594 mm 297 mm 420 mm 210 mm 297 mm 148 mm 210 mm

Sisi Kiri 20 20 20 20 20 20 mm mm mm mm mm mm

C 10 mm 10 mm 10 mm 10 mm 5 mm 5 mm

Jenis jenis pensil dan penggunaannya

Pensil yang digunakan untuk menggambar ada tiga macam, yaitu pensil biasa, pensil yang dapat diisi kembali dan pensil mekanik. Ketiga jenis pensil ini mempunyai tingkat kekerasan tertentu, mulai dari yang lunak sampai yang keras. Tingkat kekerasan pensil dapat dilihat pada tabel 2.2 berikutTabel 2.2 Tingkat kekerasan pensil

Lunak

Sedang

Keras

Keterangan

M9.2A Membaca Gambar Teknik

22

2B 3B 4B 5B 6B 7B

B HB F H 2H 3H

4H 5H 6H 7H 8H 9H

H = Hard B = Black HB = Half Black

F = Firm

Angka didepan huruf H menunjukkan tingkat kekerasannya (semakin besar angkanya, semakin keras). Angka didepan huruf B menunjukkan tingkat kelunakannya (semakin lunak, angkanya semakin besar).

(1) Meruncingkan pensil Pensil biasa perlu diruncingkan. Salah satu faktor baik atau buruknya suatu garis tergantung pada cara meruncingkan pensil. Oleh karena itu, meruncingkan pensil harus baik. Meruncingkan pensil jangan digosok gosokkan ke dinding, meja atau lantai, sehingga dinding atau meja menjadi kotor. Untuk keperluan meruncingkan pensil dengan baik, kita harus menyediakan ampelas halus (no. 220 atau no. 400) yang disimpan atau diletakkan pada pelat seng (lihat gambar 2.4!)

Gambar 2.4

(2) Menggunakan pensil

M9.2A Membaca Gambar Teknik

23

Untuk mendapatkan garis yang baik (rata dan tajam) maka pensil harus ditarik dan diputar sambil ditekan pelan pelan dan kedudukan pensil 600 terhadap garis yang akan dibuat (liaht gambar 2.5 berikut!)

Gambar 2.5

c)

Macam macam penggaris Penggaris yang digunakan waktu menggambar antara lain : (1) Penggaris atau mistar segitiga (sepasang). (2) Mistar T (Teken Hak). (3) Mistar skala. Perhatikan gambar 2.6!

Gambar 2.6

M9.2A Membaca Gambar Teknik

24

Keterangan : 1. Mistar siku -450. 2. Mistar siku -600/300. 3. Mistar T (Teken Hak). 4. Mistar skala. 5. Meja gambar. Mistar skala yaitu mistar untuk mengukur dengan ukuran skala, misalnya skala 1 : 2, 1 : 3 dan seterusnya.

Gambar 2.7

(1)

Cara (sepasang segitiga)

menggunakan

mistar

Untuk membuat garis tegak lurus atau garis sejajar, baik tegak maupun mendatar, dapat kita gunakan sepasang mistar segitiga (lihat gambar 2.7!). Caranya sebagai berikut : (a) Letakkan mistar 450 mendatar dengan posisi 1! (b) Letakkan mistar 300 atau 600 rapat pada sisi bawah dan peganglah (tekan)! (c) Bila kita membuat garis garis sejajar sumbu x, geserkan mistar 450 ke atas atau ke bawah (lihat anak panah) sesuai dengan kebutuhan! (d) Putarkan mistar 450 menjadi posisi 2 untuk membuat garis yang sejajar sumbu y atau garis garis yang tegak lurus sumbu x!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

25

(e)

Dengan menggeser mistar 450 pada posisi 1 dan memutar mistar 450 ke posisi 2, kita dapat membuat garis garis mendatar maupun garis garis tegak. Pemeliharaan mistar segitiga

(2)

Pemeliharaan alat gambar sering diabaikan oleh siswa antara lain : (a) Kebersihan; misalnya mistar yang dipakai tidak dibersihkan, sehingga kertas gambar menjadi kotor. Oleh karena itu, mistar gambar sebelum dipakai harus dibersihkan terlebih dahulu (dilap, bila perlu dicuci). (b) Mistar segitiga atau mistar gambar yang lain, tanpa disadari digunakan untuk memukul, digunakan untuk memotong kertas, hingga mistar menjadi cacat dan bila dipakai untuk menggambar maka hasil garisnya tidak lurus lagi. Oleh karena itu, jangan sekali kali memotong dengan menggunakan mistar gambar, pakailah mistar pemotong yang khusus! (c) Mistar segitig terbuat dari plastik atau mika, sehingga pada ujungnya sering terjadi perubahan bentuk (membengkok); mungkin karena jatuh, perubahan temperatur atau tekanan tekanan yang menyebabkan perubahan bentuk. Biasanya perubahan ini tidak terlihat, tetapi bila mistar itu kita pakai maka akan terjadi ketidaksejajaran dalam menarik garis yang satu dengan yang lainnya (lihat gambar dibawah ini!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

26

Gambar 2.8

Pada posisi 1, bagian segitiga berada diatas segitiga lainnya dengan alas berimpit penuh. Pada posisi 2, alas segitiga tidak berimpit penuh (lihat tanda x pada gambar!). Karena ada lengkungan yang tidak terlihat pada ujung segitiga maka garis yang dihasilkan m tidak sama dengan n. Oleh karena itu, sebelum dipakai, segitiga harus diperiksa dahulu ketegaklurusannya, yaitu dengan meletakkan segitiga pada garis lurus (diatas segitiga lainnya), seperti pada gambar 2.9.

Gambar 2.9

(d)

Tempatkan segitiga pada posisi 1 dan buat garis (m)!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

27

(e)

Kemudian balikkan segitiga pada posisi 2 dan buatlah garis (n)! (f) Jika garis m dan n tidak sejajar (berimpit) maka mistar tersebut harus diluruskan, yaitu dengan cara menggosokkan segitiga yang lengkung tersebut pada ampelas yang disimpan diatas meja rata atau meja kaca, sambil berulang ulang memriksa atau mencoba kembali sampai garis yang dihasilkan sejajar (berimpit)!

d)

Macam macam mal atas : (1) (2) (3) (4) (5) (1)

Gambar 2.10

Mal yang dipakai untuk menggambar teknik terdiri Mal huruf. Mal busur (kurva). Mal lingkaran. Mal elips. Mal khusus (tanda tanda pengerjaan dan semacamnya). Huruf dan mal huruf Mal huruf yaitu alat yang digunakan untuk membuat huruf dengan perantaraan pen atau rapido. Mal huruf mempunyai ukuran 0,25; 0,35; 0,5; 1,4 dan 2 mm (lihat gambar 2.11a berikut!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

28

Gambar 2.11a

(2)

Huruf dan angka Huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik, yang dianjurkan oleh ISO 3098/1-1974, harus mudah dibaca dan ditulis, bentuk huruf miring atau tegak. Contoh atau gambaran dari huruf dan angka yang dipakai pada gambar teknik adalah sebagai berikut.

(a)

Penulisan huruf dan angka tegak

Type A( /14).h; yaitu tinggi huruf = h tebal huruf = (1/14).h1

Gambar 2.11b

M9.2A Membaca Gambar Teknik

29

(b) miring

Penulisan huruf dan angka

Gambar 2.11c

Type

A(1/14).h, yaitu : tinggi huruf = h tebal huruf = (1/14).h miring huruf = 750

(c)

Ukuran huruf standar Perbandingan tinggi dan lebar huruf diambil dari perbandingan ukuran kertas yang distandarkan, yaitu Contoh 2.1 Jika huruf mempunyai tinggi h = 14 mm, berapa lebar hurufnya (x = lebar huruf)?

Jawab:

M9.2A Membaca Gambar Teknik

30

Dengan h = 14 mm, maka :

jadi lebar hurufnya adalah 9,899 mm atau dibulatkan 10 mm. Ketentuan ketentuan ukuran huruf yang dianjurakan dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.Tabel 2.3 Ukuran huruf dan angka standar Perbandingan Sifat Type A Type B

tinggi huruf tinggi huruf kecil jarak antar huruf jarak antar garis jarak antar kata tebal huruf

h ( /14).h (2/14).h (20/14).h (6/14).h (1/14).h10

h ( /10).h (2/10).h (14/10).h (6/10).h (1/10).h7

Keterangan tabel : i. Tinggi huruf kecil; tinggi huruf kecil disini adalah tinggi huruf kecil diantara huruf yang dipakai, tinggi huruf kecil ini tanpa tangkai dan kaki (huruf b, k, l = bertangkai dan j, g = berkaki). ii. Tinggi huruf kecil untuk type A = (10/14).h dan untuk type B = (7/10).h, seperti tampak pada contoh berikut.

Contoh 2.2 Berapakah tinggi huruf kecil untuk huruf type A dan B untuk tinggi huruf besar 14 mm?

Jawab : Tinggi huruf kecil untuk type A 10 adalah ( /14).h. Dengan h = 14 mm, maka : (10/14).14 = 10 mm.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

31

Tinggi huruf kecil untuk type B adalah (7/10).h. Dengan h = 14 mm, maka : (7/10).14 = 9,8 mm dibulatkan 10 mm. iii. Jarak antar huruf; jarak antar huruf disini adalah jarak antara huruf yang satu dan lainnya dalam satu kata, yaitu untuk type A (2/14).h dan untuk type B (2/10).h. iv. Jarak antar garis; jarak antar garis disini adalah jarak antara batas bawah huruf besar dan batas atas huruf besar dibawah (lihat contoh 2.3!). Contoh 2.3 Untuk type A, jarak antar garisnya (20/14).h. Untuk type A, jarak antar garisnya (14/10).h.

Gambar 2.11d

v.

Jarak antar kata; bila dalam suatu kalimat ada dua kata yang disambung (misalnya baja nikel) maka jarak antara kata baja dan nikel tersebut dianjurkan : Untuk penggunaan type huruf A, jaraknya 6 /14.h. Untuk penggunaan type huruf B, jaraknya 6 /10.h. Contoh 2.4 Jika menggunakan huruf standar type A dengan tinggi 14 mm maka jarak antar katanya adalah (6/14).14 = 16 mm, sedangkan bila menggunakan type B dengan tinggi huruf 14 mm maka jarak antar katanya adalah (6/10).14 = 8,4 mm.

vi.

Tebal huruf; tebal huruf yaitu tebal pena yang digunakan untuk membuat huruf. Ukuran pena tersebut harus disesuaikan dengan tinggi huruf dan type huruf yang kita gunakan. Tebal huruf yang dianjurkan adalah :

M9.2A Membaca Gambar Teknik

32

Untuk type huruf A, tebal hurufnya adalah /14.h. Untuk type huruf B, tebal hurufnya adalah 1 /10.h. 1

Contoh 2.5 Jika kita menggunakan tinggi huruf h = 7 mm, maka : Untuk huruf type A, tebal hurufnya adalah 1 ( /14) x 7 = 0,5 mm. Untuk huruf type B, tebal hurufnya adalah 1 ( /10) x 7 = 0,7 mm. vii. Macam macam huruf ; macam macam huruf lainnya yaitu dapat dilihat pada gambar berikut! Diantaranya : Jenis ISOCT SHX tegak (gambar 2.10e). Jenis ISOCT SHX miring (gambar 2.10f). Technic bolt (gambar 2.10g). TT ISOTEUR/italic (gambar 2.10h).

Gambar 2.11e

M9.2A Membaca Gambar Teknik

33

Gambar 2.11f

Gambar 2.11g

M9.2A Membaca Gambar Teknik

34

Gambar 2.11h

(3)

Mal busur (mal kurva)

Gambar 2.12

Untuk membuat lengkungan lengkungan yang teratur, misalnya lengkungan parabola, hiperbola, epicicloida, hipocicloida dan semacamnya

M9.2A Membaca Gambar Teknik

35

dapat kita gunakan mal busur. Misalnya lengkungan parabola yang memotong titik 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya pada gambar diatas. Untuk garis yang memotong titik 1, 2 dan 3, mal ditempatkan pada posisi 1, sedangkan untuk titik titik 4, 5, dan 6, mal digeser pada posisi 2 sehingga didapatkan lengkungannya. (4) Mal elips Mal elips digunakan untuk membuat elips, misalnya gambar gambar silinder, cincin poros dan bentuk bentuk elips lainnya.

Gambar 2.13

Gambar dibawah ini merupakan gambar yang dibuat dengan potongan mal elips.

Gambar 2.14

(5)

Sablon atau mal dengan bentuk lain Sablon atau mal dengan bentuk lain yang khusus ini mempunyai bermacam macam bentuk, misalnya untuk simbol simbol pengerjaan, tanda pengerjaan, anak panah atau simbol simbol konstruksi pipa. Ada juga mal untuk simbol kelistrikan dan lain lain. Salah satu contoh mal dengan bentuk

M9.2A Membaca Gambar Teknik

36

lain adalah mal untuk tanda pengerjaan (lihat gambar 2.15!).

Gambar 2.15

(6)

Penghapus dan pelindung penghapus Penghapus yang kita pakai, untuk menghapus garis pensil yang tidak berguna, berupa penghapus putih halus (supaya tidak meninggalkan warna). Bagian gambar yang dekat terhadap garis yang dihapus, perlu dilindungi (supaya tidak terhapus) dengan pelindung penghapus.

(7)

Pena gambar Bila kita akan membuat gambar asli, yaitu gambar yang ditinta, maka kita menggunakan pena. Pena ini ada dua macam, yaitu pena dengan mata atau daun dapat diatur (trek - pen) dan pena dengan ketebalan tetap (tergantung pada ukuran yang diinginkan) dengan ukuran yang bermacam macam, yang kita kenal dengan rapido (lihat gambar 2.16!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

37

Gambar 2.16

Keterangan : 1. 2. 3. (dalam). 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Rapido. Mahkota atau kepala (luar). Mahkota atau kepalaTutup. Kunci pembuka pena. Tabung tinta. Rumah pena. Pena. Tangkai.

(a) Bagian bagian pena dan kegunaannya Untuk memahami bagian bagian pena dan keguanaannya, perhatikan gambar 2.17! No. 1 Mur pengatur; untuk mengatur ketebalan garis yang diinginkan (lihat ukuran d dibawah!). No. 2 Mata pena (daun pena) yang dapat bergerak sesuai dengan putaran mur 1. No. 3 Tangkai. No. 4 Lubang pengunci. No. 5 Baut pengikat pena.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

38

No. 6 Daun pena (mata pena) yang dapat diputar. No. 7 Bagian bagian pena yang perlu mendapat perawatan (dibersihkan atau diratakan).

(b) Penggunaan trekpen

Gambar 2.17

Waktu kita membuat gambar dengan trek pen, perlu kita perhatikan hal hal berikut : i. Tinta yang kita isikan diantar dua mata pena dengan tinggi x pada gambar 2.17 diatas, jangan terlalu banyak (x = 3-5 mm).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

39

Bagian luar daun pena harus dalam keadaan bersih (bebas tinta). Lihat No. 8 pada gambar! iii. Penggaris yang kita pakai harus kita ganjal bagian bawahnya (antara kertas nomor 10 dengan mistar nomor 9 pada gambar diatas, dipasang pita gambar atau diletakkan mistar lain). Dapat pula dengan cara membalik penggaris dengan kedudukan bagian miringnya berada dibawah (lihat gambar 2. 18! ).

ii.

Gambar 2.18

iv.

Pada saat menarik garis, harus tegak dan ditarik 600 ke arah garis yang dibuat (lihat gambar 2.18 diatas!). Jika mata pena bagian luarnya basah dengan tinta, maka tinta basah tersebut akan menempel atau membasahi mistar dan terhisap oleh kertas. Hal itu akan mengakibatkan terjadi pelebaran tinta diantara kertas dan pena (lihat gambar dibawah pada posisi 1, dan bila pena ditarik ke posisi 2 akan terdapat suatu garis). Setelah selesai menggaris, kemudian penggaris digeser dari posisi A ke posisi B, akan terbentuk hasil garisan yang tidak memuaskan (gagal). Oleh karena itu, hal hal yang perlu diperhatikan

M9.2A Membaca Gambar Teknik

40

diatas harus dipahami dan dilaksanakan, dicoba dan dilatih berkali kali sehingga mempunyai pengalaman sendiri.

Gambar 2.19

(8)

Jangka Jangka adalah alat untuk membuat lingkaran atau busur lingkaran, baik dengan ujung potlot atau dengan tinta. (a) Macam macam jangka

Jangka terdiri atas : jangka besar yang dapat membuat lingkaran antara 100 sampai dengan 200 mm. ii. jangka sedang yang dapat membuat lingkaran antara 50 sampai dengan 100 mm. iii. jangka kecil (biasanya mempunyai pegas, disebut jangka pegas) yang dapat membuat lingkaran antara 5 sampai 50 mm. iv. jangka Orleon digunakan untuk membuat lingkaran yang tidak dapat dibuat oleh jangka kecil. Jangka Orleon ini dapat membuat lingkaran dengan diameter 1mm sampai 5 mm. i. (b) jangka) Kotak jangka (penyimpan

M9.2A Membaca Gambar Teknik

41

Jangka disimpan didalam kotak jangka sesuai dengan tempat dan bentuk dari jangka tersebut. (lihat gambar dibawah ini!).

Gambar 2.20a

Jangka dan kelengkapannya

M9.2A Membaca Gambar Teknik

42

(c)

Gambar 2.20b

Bagian bagian jangka

M9.2A Membaca Gambar Teknik

43

Gambar 2.21

Keterangan : 1. Kaki yang bisa 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. atau rapido

Kepala. ditolak Hantaran lurus. 10. Mur pengencang. Kaki. 11. Rumah potlot. Klem jarum. 12. Mur penjepit. Jarum. 13. Trek pen. Bagian engsel. 14. Tangkai pen Sekrup.

9.

Sendi atau engsel. 15. Pen atau rapido Pemeliharaan pen (trek pen)

(d)

Pen atau trek pen setelah dipakai harus segera dibersihkan. Dengan memutar daun atau

M9.2A Membaca Gambar Teknik

44

mata pena maka kita dapat membersihkan bagian dalam dari trek pen tersebut dengan mudah.

Gambar 2.22

Jika mata pena bagian yang satu dengan bagian lainnya tidak rata, maka mata pena tersebut dapat diratakan dengan cara mengasahnya menggunakan ampelas halus atau dengan batu asah (lihat gambar diatas!). Untuk membersihkan pen (rapido), dapat ditempuh langkah berikut. i. Lepaskan pena dari tangkai atau rumahnya dengan menggunakan kunci pena yang tersedia! ii. Semprotkan air bersih (air keran) kearah pena (lihat gambar)! iii. Ketuk ketukkan dengan perlahan untuk mengeluarkan tinta didalam pen tersebut dan semprot kembali dengan air keran sampai bersih!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

45

Gambar 2.23

(e)

Papan gambar Ukuran papan gambar disesuaikan dengan ukuran kertas gambar. Misalnya untuk ukuran kertas A0 ukuran papan gambarnya 1200 x 900 mm dan untuk ukuran kertas A1 ukuran papannya 600 x 450 mm. Papan gambar dapat dibuat dari kayu lapis (ply wood) dengan alas kertas atau plastik lunak, atau dapat pula dibuat dari kayu keras lainnya. Papan gambar diletakkan diatas meja atau ditempatkan diatas standar yang dibuat khusus (lihat gambar 2.24!).

Gambar 2.24

3)

ETIKET ATAU KEPALA GAMBAR Setiap gambar kerja yang dibuat, selalu ada etiketnya. Etiket dibuat di sisi kanan bawah kertas gambar. Pada etiket (kepala gambar) ini, kita dapat mencantumkan : nama yang membuat gambar nama gambar nama instansi, departemen atau sekolah

M9.2A Membaca Gambar Teknik

46

nomor gambar tanggal menggambar gambar

atau

selesainya

tanggal diperiksanya gambar dan nama yang memeriksa ukuran kertas gambar yang dipakai skala gambar proyeksi yang dipakai pada gambar tersebut satuan ukuran yang digunakan berbagai data yang diperlukan untuk kelengkapan gambar.

Beberapa contoh etiket dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.25

Gambar 2.26

4)

GAMBAR PROYEKSI PIKTORIAL Untuk menampilkan gambar gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi, dapat kita lakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan menggambar. Beberapa macam cara proyeksi itu antara lain : (a) proyeksi piktorial dimetris. (b) proyeksi piktorial isometris. (c) proyeksi piktorial miring. (d) perspektif.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

47

Untuk membedakan masing masing proyeksi tersebut, dapat kita lihat pada gambar 2.27.

Gambar 2.27

(a) Proyeksi isometris (1) Ciri proyeksi isometris Untuk mengetahui apakah suatu gambar disajikan dalam bentuk proyeksi isometris atau untuk menyajikan gambar tiga dimensi pada bidang dengan proyeksi isometris, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu ciri dan syarat syarat untuk membuat gambar dengan proyeksi tersebut. Adapun ciri ciri gambar dengan proyeksi isometris adalah sebagai berikut : i. Ciri pada sumbu Sumbu x dan 0 sumbu y mempunyai sudut 30 terhadap garis mendatar. Sudut antara sumbu satu dan sumbu lainnya 1200. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.27 Ciri pada ukuran

ii.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

48

Panjang gambar pada masing masing sumbu sama dengan panjang benda yang digambarnya (lihat gambar 2.27!).

Gambar 2.28

(2)

Penyajian proyeksi isometris Penyajian gambar dengan proyeksi isometris dapat dilakukan dengan kedudukan normal, terbalik atau horizontal.

i. normal

Proyeksi isometris dengan kedudukan Kedudukan normal mempunyai sumbu dengan sudut sudut seperti tampak pada gambar 2.29.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

49

Gambar 2.29

ii. terbalik

Proyeksi isometris dengan kedudukan Mengenai hal ini dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu : Memutar gambar dengan sudut 0 180 ke kanan dari kedudukan normal, sesuai dengan kedudukan sumbunya (lihat gambar 2.30 berikut!).

Gambar 2.30

Mengubah kedudukan benda yang digambar dengan tujuan untuk memperlihatkan bagian bawah benda tersebut (lihat gambar 2.31 dan 2.32 berikut!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

50

Gambar 2.31

Gambar 2.32

iii.

horizontal

Proyeksi isometris dengan kedudukan

Sebagaimana cara yang dilakukan untuk menggambar kedudukan proyeksi isometris terbalik, yaitu dengan memutar sumbu utama 1800 dari sumbu normal, maka untuk kedudukan horizontal nya 2700 ke kanan dari kedudukan sumbu normalnya (lihat gambar 2.33!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

51

Gambar 2.33

Mengubah kedudukan benda, yaitu untuk memperlihatkan bagian samping kiri (yang tidak terlihat) sebagaimana terlihat pada gambar 2.34.

Gambar 2.34

(3)

Proyeksi dimetris mempunyai ketentuan

Proyeksi dimetris sebagai berikut. i. dan

Sumbu utamanya mempunya sudut (lihat gambar 2.35!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

52

ii.

Perbandingan skala ukuran pada sumbu x 1 : 1, pada sumbu y = 1 : 2 dan pada sumbu z = 1 : 1.

Gambar 2.35

Gambar kubus yang digambar dengan proyeksi dimetris di bawah ini, mempunyai sisi 40 mm.

Gambar 2.36

Keterangan : sumbu x digambar 40 mm. sumbu y digambar setengahnya, sumbu z digambar 40 mm. (4)

Ukuran pada Ukuran pada yaitu 20 mm. Ukuran pada

Proyeksi miring (sejajar) Pada proyeksi miring, sumbu x berimpit dengan garis horizontal atau mendatar dan sumbu

M9.2A Membaca Gambar Teknik

53

y mempunyai sudut 450 dengan garis menfatar. Skala ukuran untuk proyeksi miring ini sama dengan skala pada proyeksi dimetris, yaitu skala pada sumbu x = 1 : 1, pada sumbu y = 1 : 2 dan skala pada sumbu z = 1 : 1 (lihat gambar dibawah ini!).

Gambar 2.37

(5)

Gambar perspektif

Dalam gambar teknik mesin, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu : i. perspektif dengan satu titik hilang. ii. perspektif dengan satu titik hilang. iii. perspektif dengan satu titik hilang.

Gambar 2.38

M9.2A Membaca Gambar Teknik

54

Gambar 2.39

Gambar 2.40

5)

PROYEKSI ORTOGONAL Proyeksi ortogonal adalah gambar proyeksi yang bidang proyeksinya mempunyai sudut tegak lurus terhadap proyektornya. Garis garis yang memproyeksikan benda terhadap bidang proyeksi disebut proyektor (lihat gambar di bawah!). selain tegak lurus terhadap bidang proyeksi, garis garis proyektornya juga sejajar satu sama lain. (a) titik Proyeksi ortogonal dari sebuah

M9.2A Membaca Gambar Teknik

55

(b) garis

Proyeksi ortogonal dari sebuah

Gambar 2.41

Gambar 2.42

(c) bidang

Proyeksi ortogonal dari sebuah

Gambar 2.43

(d) benda

Proyeksi ortogonal dari sebuah

M9.2A Membaca Gambar Teknik

56

Gambar 4.44

(e)

Macam macam pandangan

Untuk memberikan informasi lengkap suatu benda tiga dimensi dengan gambar proyeksi ortogonal, biasanya memerlukan lebih dari satu bidang proyeksi. i. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di depan benda disebut pandangan depan. ii. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di atas benda disebut pandangan atas. iii. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di sebelah kanan benda disebut pandangan samping kanan. Demikian seterusnya.

Gambar 2.45

(f)

Bidang bidang proyeksi

M9.2A Membaca Gambar Teknik

57

Gambar 2.46

Suatu ruang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh bidang bidang depan, bidang vertikal dan bidang horizontal. Ruang yang dibatasi tersebut dikenal dengan sebutan kuadran. Ruang diatas bidang H, didepan bidang D dan disamping kanan bidang V disebut kuadran I. Ruang yang berada diatas bidang H, didepan bidang D dan disebelah kiri bidang V disebut kuadran II. Ruang disebelah kiri bidang V, dibawah bidang H dan didepan bidang D disebut kuadran III. Ruang yang berada dibawah bidang H, didepan bidang D dan disebelah kanan bidang V disebut kuadran IV. 6) EROPA) Bila suatu benda diletakkan diatas bidang horizontal, didepan bidang D (depan) dan disebelah kanan bidang V (vertikal), maka benda tersebut berada di kuadran I. Jika benda yang di kuadran I kita proyeksikan terhadap bidang bidang H, V dan D, maka akan didapat gambar atau proyeksi, dan proyeksi ini disebut proyeksi pada kuadran I yang dikenal juga dengan nama proyeksi Eropa. Gambar 2.47 memperlihatkan titik yang terletak di kuadran I (lihat gambar 2.47) PROYEKSI DI KUADRAN I (PROYEKSI

M9.2A Membaca Gambar Teknik

58

Gambar 2.47

Keterangan : A = AD = AV = AH =

titik di kuadran I. proyeksi titik A di bidang D (depan). proyeksi titik A di bidang V (vertikal). proyeksi titik A di bidang H (horizontal).

Bila ketiga bidang yang saling tegak lurus tersebut dibuka, maka sumbu x dan y sebagai sumbu putarnya dan sumbu z merupakan sumbu yang dibuka atau dipisah, seperti gambar berikut

Gambar 2.28a

Selanjutnya batas batas bidang dihilangkan maka menjadi bentuk dibawah ini.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

59

Gambar 2.48b

Gambar 2.48c

Bila penempatan benda di kuadran I tidak teratur, maka untuk menempatkan sumbu dapat disederhanakan sesuai dengan ruang yang tersedia. Penyederhanaan dapat dilakukan seperti gambar berikut.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

60

Gambar 2.49a

Gambar 2.49b

(a)

Penampilan gambar Untuk penampilan gambar berikutnya, garis sumbu dan garis bantu tidak diperlukan lagi (dihilangkan). Jadi, yang tampak hanya pandangan saja. Perlu ditegaskan kembali bahwa untuk proyeksi di kuadran I (proyeksi Eropa), penempatan pandangan samping kanan berada disebelah kiri pandangan depannya, sedangkan pandangan atas berada dibawah pandangan depannya.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

61

Gambar 2.49c

(b) terletak di kuadran I

Proyeksi sebuah kubus yang

Gambar 2.50

M9.2A Membaca Gambar Teknik

62

7)

PROYEKSI DI KUADRAN III (PROYEKSI AMERIKA) Bidang bidang H, V dan D untuk proyeksi di kuadran III (proyeksi Amerika) yang telah dibuka adalah sebagai berikut.

Gambar 2.51

Gambar 2.52

Pada bidang H ditempatkan pandangan atas. Pada bidang D ditempatkan pandangan depan. Pada bidang V ditempatkan pandangan samping kanan.

Contoh 2.6

M9.2A Membaca Gambar Teknik

63

Gambar 2.53a

Gambar 2.53b

8) (a)

SIMBOL PROYEKSI DAN ANAK PANAH Simbol proyeksi Untuk membedakan gambar atau proyeksi di kuadran I dan gambar atau proyeksi di kuadran III, perlu diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO, telah ditetapkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Tetapi untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi sudut pertama (kuadran I atau kita kenal sebagai proyeksi Eropa). Dalam satu buah gambar, tidak diperkenankan terdapat gambar dengan menggunakan kedua proyeksi

M9.2A Membaca Gambar Teknik

64

secara bersamaan. Simbol proyeksi ditempatkan di sisi kanan bawah kertas gambar. Simbol atau lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut perpancung (lihat gambar 2.54a dan 2.54b!).

Gambar 2.54a

(b)

Gambar 2.54b

Anak panah

Anak panah digunakan untuk menunjukkan batas ukuran dan posisi atau arah pemotongan, sedangkan angka ukuran ditempatkan diatas garis ukur (lihat gambar 2.55a dan 2.55b!).

Gambar 2.55a

Gambar 2.55b

9)

PENENTUAN PANDANGAN Untuk menempatkan pandangan atas atau pandangan samping dari pandangan depannya, terlebih dahulu kita harus mentapkan sistem proyeksi apa yang kita pakai; apakah proyeksi di kuadran I (Eropa) atau proyeksi di kuadran III (Amerika)?

M9.2A Membaca Gambar Teknik

65

Setelah kita menetapkan sistem proyeksi yang kita pakai, barulah kita dapat menetapkan pandangan dari objek yang kita gambar tersebut. (a) Menempatkan pandangan depan, atas dan samping kanan menurut proyeksi kuadran I (Eropa)

(b)

Menentukan pandangan depan, atas dan samping kanan menurut proyeksi kuadran III (Amerika)

Gambar 2.56

M9.2A Membaca Gambar Teknik

66

Gambar 2.57

(c)

Penetapan jumlah pandangan Jumlah pandangan dalam satu objek atau gambar tidak semuanya harus digambar. Misalnya, untuk benda benda bubutan sederhana, dengan satu pandangan saja yang dilengkapi dengan simbol (lingkaran) sudah cukup untuk memberikan informasi yang jelas. Lihat gambar 2.58 berikut!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

67

Gambar 2.58

Gambar 2.59

(d)

Jenis jenis pandangan utama Gambar kerja yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah gambar dalam bentuk pandangan pandangan. Sebagai bahan pandangan utamanya ialah pandangan depan, pandangan samping dan pandangan atas. Dalam gambar kerja, tidak selamanya ketiga pandangan harus ditampilkan, ini tergantung pada rumit atau sederhananya bentuk benda. Hal terpenting, gambar pandangan pandangan ini harus memberikan informasi yang jelas.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

68

Perhatikan gambar 2.60 dan 2.61 di bawah ini!

Gambar 2.60

Gambar 2.61

Kedua gambar diatas, walaupun hanya terdiri atas satu pandangan saja, dapat membedakan bentuk bendanya, yaitu dengan adanya simbol atau lambang untuk bentuk lingkaran dan untuk bentuk bujur sangkar dan bentuk bentuk gambar piktorial nya adlah sebagai berikut.

Gambar 2.62

Gambar 2.63

M9.2A Membaca Gambar Teknik

69

(e)

Pemilihan pandangan utama Untuk memberikan informasi bentuk gambar, seharusnya kita pilih pandangan yang dapat mewakili bentuk benda (perhatikan gambar 2.64 dibawah ini!).

Gambar 2.64

Pandangan atau gambar diatas belum dapat memberikan informasi yang jelas. Oleh karena itu, dalam memilih pandangan yang disajikan harus dapat mewakili bentuk benda (lihat gambar 2.65, gambar gambar 2.64 diatas!).

Gambar 2.65

Dari gambar piktorial (gambar 2.65) diatas, yang dapat memberikan informasi bentuk secara tepat dalam bentuk gambar pandangan adalah pandangan depan dengan pandangan sampingnya (lihat gambar 2.66!).

Gambar 2.66

M9.2A Membaca Gambar Teknik

70

Sebaliknya, dua pandangan depan dan samping belum tentu dapat memberikan informasi yang maksimum (lihat gambar 2.67 berikut!).

Gambar 2.67

Dengan dua pandangan diatas, belum cukup memberikan informasi bentuk secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, perlu satu pandangalagi untuk kejelasan gambar tersebut, yaitu pandangan atas.

Gambar 2.68

Setelah dilengkapi dengan pandangan atasnya, barulah kita mendapatkan informasi bentuk yang lengkap dari gambar 2.67 dan 2.68, yaitu seperti gambar 2.69.

Gambar 2.69

M9.2A Membaca Gambar Teknik

71

10) (a)

MENGGAMBAR PANDANGAN PANDANGAN Menggambar pandangan bentuk proyeksi dimetris ke proyeksi Amerika dari

Gambar 2.70

(b)

Perubahan gambar dari proyeksi isometris ke gambar proyeksi Amerika

M9.2A Membaca Gambar Teknik

72

Gambar 2.71

(c)

Perubahan gambar dari proyeksi miring ke gambar proyeksi Eropa

Gambar 2.72

M9.2A Membaca Gambar Teknik

73

(d)

Perubahan gambar dari proyeksi dimetris ke proyeksi Eropa

Gambar 2.73

(e)

Perubahan gambar dari proyeksi isometris ke gambar proyeksi Eropa

Gambar 2.74

M9.2A Membaca Gambar Teknik

74

Gambar 2.75

11)

LATIHAN

Gambar 2.76

M9.2A Membaca Gambar Teknik

75

(a)

Salinlah pada kertas gambar A4!

huruf

standar

berikut

Gambar 2.77

M9.2A Membaca Gambar Teknik

76

(b) mistar i.

Latihan menggunakan jangka dan Buatlah segi beraturan yang terdiri atas : segi empat, segi lima, segi enam dan segi tujuh beraturan seperti terlihat pada gambar 2.78 berikut! Caranya dapat dilihat pada gambar 2.79, 2.80, 2.81 dan 2.82.Gambar 2.78

Buatlah konstruksi spiral Archimedes pada kertas gambar A4! Caranya dapat dilihat pada gambar 2.83 berikut. iii. Buatlah elips dengan dua lingkaran sepusat! Caranya dapat dilihat pada gambar 2.84. ii. i. beraturan Cara membuat gambar segi empat

M9.2A Membaca Gambar Teknik

77

ii. beraturan

Gambar 2.79

Cara

menggambar

segi

lima

M9.2A Membaca Gambar Teknik

78

Gambar 2.80 Menggambar segi enam beraturan

M9.2A Membaca Gambar Teknik

79

Gambar 2.81

M9.2A Membaca Gambar Teknik

80

iii. beraturan

Cara

menggambar

segi

tujuh

M9.2A Membaca Gambar Teknik

81

Gambar 2.82

M9.2A Membaca Gambar Teknik

82

Gambar 2.83

M9.2A Membaca Gambar Teknik

83

iv.

archimedes

Cara

menggambar

spiral

M9.2A Membaca Gambar Teknik

84

Gambar 2.84

v. sepusat

Elips

dengan

dua

lingkaran

M9.2A Membaca Gambar Teknik

85

Untuk membuat elips dengan pertolongan dua buah lingkaran sepusat, dapat dilakukan langkah langkah berikut : Tentukan panjang sumbu minor dan sumbu mayor, yaitu garis d dan garis D pada gambar (a)! Buat lingkaran dengan diameter d dan D pada titik pusat yang sama! Buat sumbu tegak dan sumbu mendatarnya sehingga terlihat seperti gambar (b)! Bagi lingkaran tersebut menjadi 12 bagian dan buat pula garis batas pembaginya sebagaimana terlihat pada gambar (c)! Semakin banyak pembagian kelilingnya semakin teliti lengkungan elipsnya. Buat garis garis mendatar pada titik titik 1, 2, 3,... 8 sebagaimana terlihat pada gambar (d)! Buat garis garis mendatar pada titik titik yang berada pada lingkaran dalam hingga berpotongan dengan garis garis tegak pada titik titik B, C, E, F, H, I, K dan L, seperti tampak pada gambar (c)! Hubungkan dengan mal busur, titik titik A, B, C,... sampai dengan A kembali, secara berturut turut, sehingga terbentuk elips yang diinginkan seperti tampak pada gambar (f)!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

86

MELUKIS ELIPS

M9.2A Membaca Gambar Teknik

87

Gambar 2.85

vi. busur lingkaran

Elips

dengan

dua

pendekatan

M9.2A Membaca Gambar Teknik

88

Untuk membuat gambar elips dengan menggunkan dua busur lingkaran, dapat dilakukan dengan langkah langkah berikut : Buat garis sumbu tegak dan mendatar, lihat gambar (a)! Tentukan sumbu pendek (minor) dan sumbu panjang (mayor); yaitu panjang OA dan OB, lihat gambar (b)! Buat lingkaran dengan jari jari OA yang berpusat di titik O hingga memotong sumbu tegak di C! Buat busur lingkaran dengan titik pusat di titik C dengan ukuran jari jari BC! Tarik garis AB dan memotong busur lingkaran di titik D! Bagilah garis AD menjadi dua bagian, yaitu AG = DG! Buat garis tegak lurus melalui titik G hingga memotong garis sumbu tegak di titik I, dan memotong sumbu mendatar di titik H! Buat busur lingkaran yang berjari jari AH dan bertitik pusat di titik H (R1 = AH), lihat gambar (c)! Buat busur lingkaran dengan jari jari R2 = IB dan bertitik pusat di titik I, lihat gambar (d)! Lakukan hal yang sama untuk lengkungan elips sebelah kiri dan sebelah bawah, lihat gambar (e)! Jika garis garis bantu dihapus maka akan terlihat gambar elips seperti terlihat pada gambar (f)!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

89

ELIPS

M9.2A Membaca Gambar Teknik

90

vii.

Gambar 2.86

Salinlah

gambar

berikut

pada

kertas gambar A4!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

91

viii.

Gambar 2.87

Salinlah

gambar

berikut

pada

kertas gambar A4!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

92

Gambar 2.88

M9.2A Membaca Gambar Teknik

93

ix. kertas gambar A4!

Salinlah

gambar

berikut

pada

M9.2A Membaca Gambar Teknik

94

x.

Buatlah tiga pandangan utama dari gambar 2.90 menurut proyeksi Amerika! Masing masing pada kertas gambar A4!

Gambar 2.89

M9.2A Membaca Gambar Teknik

95

xi.

Buatlah tiga pandangan utama dari gambar 2.91 menurut proyeksi Eropa! Masing masing pada kertas gambar A4!

Gambar 2.90

M9.2A Membaca Gambar Teknik

96

xii.

Buatlah gambar pandangan menurut proyeksi Amerika atau Eropa dari gambar isometrs (gambar 2.92) berikut! Masing masing dibuat pada kertas gambar A4!

Gambar 2.91

M9.2A Membaca Gambar Teknik

97

xiii.

Gambar 2.92

Membaca gambar

a.

Jodohka n kedua proyeksi diatas pada tabel berikut! Bidang 5 6

No Proyeksi 1 2

1

2

3

4

7

8

9

10

M9.2A Membaca Gambar Teknik

98

b.

Isilah tabel berikut dengan menjodohkan kedua macam proyeksi diatas! Bidang 5 6

cara

Proyeksi Eropa Amerika

1

2

3

4

7

8

9

10

M9.2A Membaca Gambar Teknik

99

c.

Jodohkanlah tabel berikut dengan cara menyesuaikan proyeksi dari gambar berikut! Pasangan proyeksi 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Proyeksi Eropa Isometri s

1

2

3

4

5

M9.2A Membaca Gambar Teknik

100

d.

Isilah lingkaran lingkaran dengan huruf yang sesuai dengan proyeksi dimetris berikut!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

101

e.

Isilah lingkaran lingkaran yang terdapat pada proyeksi miring dengan huruf yang sesuai dengan proyeksi Eropa berikut!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

102

2.

KEGIATAN BELAJAR II : GAMBAR POTONGAN

M9.2A Membaca Gambar Teknik

103

a. 1) 2)

Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat : Membuat gambar potongan dengan sistem Eropa. Membuat gambar potongan dengan sistem Amerika. 3) 4) 5) setempat. 6) 7) Membuat gambar potongan meloncat. Membuat gambar potongan putar. Materi pembelajaran A. GAMBAR POTONGAN Untuk memberikan informasi lengkap dari gambar yang berongga atau berlubang, perlu menampilkan gambar dengan teknik menggambar yang tepat. Kadang kadang gambar tampak lebih rumit karena adanya garis garis gambar yang tidak kelihatan. Oleh karena itu, garis garis gores yang akan menimbulkan salah pengertian (salah informasi) perlu dihindari, yaitu dengan menunjukkan gambar potongan atau irisan. 1) irisan Gambar potongan atau gambar irisan ini fungsinya untuk menjelaskan bagian bagian gambar benda yang tidak kelihatan. Misalnya dari benda yang dibor (baik yang dibor tembus maupun yang dibor tidak tembus), lubang lubang pada flens atau pipa pipa, rongga rongga pada rumah katup dan rongga rongga pada blok mesin. Bentuk rongga tersebut perlu dilengkapi dengan penjelasan gambar potongan agar dapat memberikan ukuran atau informasi yang jelas dan tegas, sehingga terhindar dari kesalahpahaman membaca gambar. 2) Gambar potongan atau gambar irisan Fungsi gambar potongan atau gambar PENUNJUKAN Membuat gambar potongan penuh. Membuat gambar potongan separuh. Membuat gambar potongan sebagian atau

b.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

104

Gambar potongan atau gambar irisan dapat dijelaskan menggunakan pemisalan benda yang dipotong dengan gergaji (lihat gambar 2.93 berikut!).

Gambar 2.92a

Gambar 2.92b

Gambar 2.92c

Keterangan : Gambar 2.92a memperlihatkan gambar lengkap dengan garis gores sebagai batas batas garis yang tidak kelihatan. Dengan adanya garis garis tersebut, gambar kelihatan agak rumit. Gambar 2.92b memperlihatkan gambar yang kurang jelas. Dalam hal ini, kita tidak bisa memastikan apakah lubang tersebut merupakan lubang tembus atau tidak tembus, mempunyai lubang yang bertingkat atau rata, sehingga setiap orang akan menafsirkan bentuk lubang yang berbeda, yang menyebabkan informasi kurang jelas. Gambar 2.92c; karena gambar 2.92a dan gambar 2.92b menimbulkan keraguan dalam pembacaannya, maka gambar dapat dijelaskan menggunakan pemisalan bahwa benda tersebut dipotong dengan gergaji, sehingga bentuk rongga di dalamnya dapat terlihat dengan jelas dan tidak menimbulkan keraguan lagi dalam menentukan bentuk bagian dalamnya.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

105

Dengan gambar potongan atau gambar irisan, seperti pada gambar 2.92c diatas, diperoleh ketegasan atau kejelasan tentang bentuk rongga sebelah dalam, sehingga informasi yang diberikan oleh gambar dapat efisien. Gambar potongan atau gambar irisan harus diarsir sesuai dengan batas garis pemotongannya. 3) Tanda pemotongan Untuk menjelaskan gambar yang dipotong, perlu adanya tanda pemotongan yang sudah ditetapkan sesuai dengan aturan aturan menggambar teknik. Tanda pemotongan ini terdiri atas : Tanda pemotongan dengan garis sumbu dan kedua ujungnya ditebalkan (lihat gambar 2.93a, 2.93b dan 2.93c!). Tanda pemotongan dangan garis tipis bergelombang bebas (lihat gambar 2.94!). Tanda pemotongan dengan garis tipis berzigzag (lihat gambar 2.95!).

Gambar 2.93a

Gambar 2.93b

Gambar 2.93c

Gambar 2.94

Gambar 2.95

4)

Pandangan pada gambar potongan Untuk membuat gambar potongan atau gambar irisan, kita perlu memperlihatkan anak anak panah pada

M9.2A Membaca Gambar Teknik

106

kedua ujung garis potongnya. Arah anak panah ini menunjukkan arah pandangan dari benda yang dipotong dengan batas garis pemotongnya (lihat gambar 2.96a, 2.96b, 2.96c dan gambar 2.96d!). 5) Menempatkan gambar potongan gambar penampang atau

Untuk menempatkan gambar penampang atau gambar potongan, kita perlu memperhatikan penempatan gambar potongan tersebut sesuai dengan proyeksi yang akan kita gunakan, apakah proyeksi di kuadran I (Eropa) atau proyeksi di kuadran III (Amerika)? Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2.96a, 2.96b, 2.96c dan 2.96d!

Gambar 2.96a

M9.2A Membaca Gambar Teknik

107

Gambar 2.96b

Gambar 2.96c

M9.2A Membaca Gambar Teknik

108

Gambar 2.96d

Jika proyeksi yang diguanakan adalah proyeksi Amerika, maka gambar penampang potongnya diletakkan atau berada dibelakan g arah anak panahnya (lihat gambar 2.96a dan 2.96c diatas!). Jika proyeksi yang digunakan proyeksi Eropa maka penempatan gambar potongannya berada di depan arah anak panahnya (lihat gambar 2.96b dan 2.96d diatas!). Selain ditempatkan sesuai dengan proyeksi yang digunakan, penampang potongan dapat juga diputar di tempat (penampang putar) seperti tampak pada gambar 2.97a, atau dengan dipotong dan diputar kemudian dipindahkan ke tempat lain segaris dengan sumbunya seperti tampak pada gambar 2.97b.

Gambar 2.97a

Gambar 2.97b

6)

Benda benda yang tidak boleh dipotong

M9.2A Membaca Gambar Teknik

109

Benda benda yang tidak boleh dipotong yaitu benda benda pejal, misal : poros pejal, jari jari pejal dan semacamnya (lihat gambar 2.98a!). Benda benda tipis, misalnya : pelat pelat penguat pada dudukan poros dan pelat penguat pada flens (lihat gambar 2.98b!) juga tidak boleh dipotong. Bagian bagian yang tidak boleh dipotong tersebut yaitu bagian bagian yang tidak diarsir.

Gambar 2.98a

B. GAMBAR POTONGAN

Gambar 2.98b

JENIS

JENIS

Jenis jenis gambar potongan atau gambar irisan terdiri atas : Gambar potongan penuh. Gambar potongan separuh. Gambar potongan sebagian atau setempat. Gambar potongan putar. Gambar potongan bercabang atau meloncat. 1) Gambar potongan penuh Perhatikan gambar potongan penuh pada gambar 2.99 berikut!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

110

Gambar 2.99

2) Gambar potongan separuh Perhatikan gambar potongan separuh pada gambar 2.100 berikut!

Gambar 2.100

3) Gambar potongan sebagian Gambar potongan sebagian disebut juga potongan lokal atau potongan setempat (lihat gambar 2.101!).

Gambar 2.101

4) Gambar potongan putar

M9.2A Membaca Gambar Teknik

111

Gambar potongan putar dapt diputar setempat seperti tampak pada gambar 2.101 atau dapat juga penempatan potongannya pada gambar 2.102.

Gambar 2.102

5) Gambar potongan bercabang atau meloncat Perhatikan contoh gambar 2.103 berikut!

C.

Gambar 2.103

GARIS ARSIRAN

Untuk membedakan gambar proyeksi yang dipotong dengan gambar pandangan, maka gambar potongan atau gambar irisan perlu diarsir. Arsir yaitu garis garis miring tipis yang dibatasi oleh garis garis batas pemotongan. Lihat gambar 2.104 dibawah!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

112

Gambar 2.104

D. ARSIRAN

MACAM MACAM Hal hal yang yang perlu diperhatikan pada gambar yang diarsir antara lain : 1. sudut dan ketebalan garis arsiran. 2. bidang atau pengarsiran pada bidang yang luas. 3. pengarsir an bidang yang berdampingan. 4. pengarsir an benda benda tipis. 5. peletaka n angka ukuran pada gambar yang diarsir. 6. macam macam garis arsiran yang disesuaikan dengan bendanya. 1. Sudut dan ketebalan garis arsiran Sudut arsiran yang dibuat adalah 450 terhadap garis sumbu utamanya, atau 450 terhadap garis batas gambar, sedangkan ketebalan arsiran digunakan garis tipis dengan perbandingan ketebalan sebagai berikut (lihat tabel 2.4!).Tabel 2.4 Ketebalan mcam macam garis

Macam garisGaris gambar / tepi Garis gores Garis tipis (arsir) 1,0 0,7 0,5

Ketebalan garis (dalam mm)0,7 0,5 0,35 0,5 0,35 0,25

M9.2A Membaca Gambar Teknik

113

Dari tabel diatas, kita dapat menentukan ketebalan garis arsiran yang disesuaikan dengan garis gambarnya. Jika garis tepi atau garis gambar mempunyai ketebalan 0,5 mm maka garis garis arsirnya dibuat setebal 0,25 mm. Sudut dan ketebalan garis arsiran dapat dilihat pada gambar 2.105 berikut!

Gambar 2.105

M9.2A Membaca Gambar Teknik

114

2.

Pengarsiran bidang yang luas Untuk pemotongan benda yang luas, arsiran pada bidang potongnya dilaksanakan pada garis tepi garis garis batasnya (lihat gambar 2.106!).

Gambar 2.106

3.

Pengarsiran bidang yang berdampingan Untuk pemotongan meloncat atau pemotongan bercabang, ada bidang bidang potong yang berdampingan, maka batas batas bidang yang berdampingan tersebut harus dibatasi oleh garis garis bertitik (sumbu) dan pengarsirannya harus turun atau naik dari ujung arsiran yang lainnya (lihat gambar 2.107!).

Gambar 2.107

M9.2A Membaca Gambar Teknik

115

4.

Pengarsiran benda benda tipis Untuk gambar potongan benda benda tipis atau profil profil tipis maka pengarsirannya dibuat dengan cara dilabur (lihat gambar 2.108!).

Gambar 2.108

5.

Angka ukuran dan arsiran Jika angka ukuran terletak pada arsiran (karena tidak dapat dihindari), maka angka ukurannya jangan diarsir (lihat gambar 2.109).

Gambar 2.109

6.

Macam macam arsiran Perhatikan gambar 2.110!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

116

Gambar 2.110

Keterangan : a = Besi tuang b = Aluminium dan paduannya c = Baja dan baja istimewa d = Baja tuang yang dapat ditempa e = Baja cair f = Logam putih g = Paduan tembaga tuang h = seng atau air raksa

M9.2A Membaca Gambar Teknik

117

E. MENGGAMBAR POTONGAN 1.

LATIHAN Buatlah gambar potongan separuh dari gambar 2.111 di bawah, dengan skala 1 : 1! Buat pula gambar pandangan atasnya menurut proyeksi kuadran I (Eropa)! Lengkapi dengan etiket nya dengan nama gambar DUDUKAN KATUP! Ukuran kertas gambar A4 (tegak).

Gambar 2.111

2.

Buatlah gambar potongan penuh dari benda (gambar 2.12) di bawah, dengan ketentuan sebagai berikut! Proyeksi di kuadran III (Amerika). Kertas gambar A4 (tegak). Gambar terdiri atas pandangan atas dan potongan penuh. Lengkapi dengan etiket nya! Nama gambar POTONGAN PENUH

M9.2A Membaca Gambar Teknik

118

Gambar 2.112

3.

Buat gambar potongan A A, penampang penuh dengan pandangan samping kanan menurut proyeksi di kuadran III dari gambar 2.113 di bawah! Nama gambar PENAMPANG PENAMPANG. Dengan ketentuan : Skala 1 : 1 Kertas gambar A4 (tegak) lengkap dengan etiket nya

M9.2A Membaca Gambar Teknik

119

Gambar 2.113

4.

Buat gambar dengan tiga pandangan utama dari gambar 2.114 (dudukan poros)! Jelaskan pada gamabr pandangan depan dengan penampang setempat (lokal) untuk memperlihatkan lubang baut! Gambar dibuat pada kertas gambar A4.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

120

Gambar 2.114DUDUKAN POROS

No.1 2 3 4

Nama BagianDudukan poros Rusuk Alas Rusuk

BahanSt St St St 37 37 37 37

Jumlah1 1 1 1

KeteranganBubutan Pelat Pelat Pelat

3. KERJA a.

KEGIATAN BELAJAR III : UKURAN PADA GAMBAR Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat :

M9.2A Membaca Gambar Teknik

121

1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)

Mencantumkan ukuran pada gambar kerja. Menggambar pandangan dengan proyeksi di kuadran I dan mencantumkan ukuran pada gambar kerja. Menggambar pandangan dengan proyeksi di kuadran III dan mencantumkan ukuran pada gambar kerja. Menggunakan garis bantu sebagai garis ukur. Menggunakan ukuran dengan dimensi fungsional. Menggunakan ukuran dengan dimensi non fungsional. Menggunakan ukuran dengan dimensi tambahan. Menggunakan ukuran ketirusan. Menggunakan simbol ukuran pada gambar kerja. Menggambar pandangan, baik dengan proyeksi di kuadran I maupun dengan proyeksi kuadran III yang dilengkapi dengan ukurannya. Materi pembelajaran

b. A.

KETENTUAN KETENTUAN DASAR PENCANTUMAN UKURAN

Agar tidak menimbulkan keraguan didalam membaca gambar, maka pada gambar kerja harus dicantumkan ukuran dengan aturan aturan menggambar yang telah ditetapkan. Ketentuan ketentuan tersebut meliputi ketentuan : Menarik garis ukur dan garis bantu. Menggambar anak panah. Menetapkan jarak antara garis ukur. Menetapkan angka ukuran. 1. Menarik garis ukur dan garis bantu Garis ukuran dan garis bantu dibuat dengan garis tipis menggunakan perbandingan ketebalan antara garis gambar dan garis ukur atau garis bantu sebagai berikut (lihat tabel 2.5!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

122

Tabel 2.5 Perbandingan garis ukur dengan garis bantu

Macam garisGaris gambar / tepi Garis ukur / bantu 1 0,5

Ukuran (mm)0,7 0,35 0,5 0,25

Contoh 2.7 Perhatikan gambar 2.115 berikut!

Gambar 2.115

2.

Menetapkan jarak antara garis ukur Jika garis ukuran terdiri atas garis garis ukur yang sejajar, maka jarak antara garis ukur yang satu dan garis ukur lainnya harus sama. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa garis ukur jangan sampai berpotongan dengan garis bantu, kecuali terpaksa. Garis gambar tidak boleh digunakan sebagai garis ukur. Garis sumbu boleh digunakan sebagai garis bantu, tetapi tidak boleh digunakan langsung sebagai garis ukur. Untuk menempatkan garis ukur yang sejajar, ukuran terkecil ditempatkan pada bagian dalam dan ukuran besar ditempatkan di bagian luar. Hal ini untuk menghindari perpotongan antara garis ukur dan garis bantu. Jika terdapat

M9.2A Membaca Gambar Teknik

123

perpotongn garis bantu dengan garis ukur, garis bantunya diperpanjang 1 mm dari ujung anak panahnya.

Gambar 2.116

Keterangan : 1. Garis ukur yang sejajar. 2. Garis bantu yang berpotongan (tidak dapat dihindarkan). 3. Garis sumbu yang digunakan secara tidak langsung ebagai garis bantu. 4. Garis ukur yang terkecil (ditempatkan di dalam). 5. Garis ukur tambahan (pelengkap). 6. Perpanjangan garis bantu dilebihkan 1 mm dari garis ukurnya atau dari ujung anak panahnya. 7. Penempatan garis ukur yang sempit. 8. Garis bantu yang paralel (jika diperlukan). Garis ukur pada umumnya tegak lurus terhadap garis bantunya, tetapi pada keadaan tertentu garis bantu dibuat

M9.2A Membaca Gambar Teknik

124

miring sejajar atau paralel, sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 2.16. 3. Penulisan angka ukuran Penulisan angka ukuran ditempatkan di tengah tengah bagian atas garis ukurnya, atau di tengah tengah sebelah kiri garis ukurnya. Untuk kertas gambar berukuran kecil, maka penulisan angka ukuran pada garis ukur harus tegak, kertas gambarnya dapat diputar ke kanan, sehingga penulisan dan pembacaannya tidak terbalik. Angka ukuran harus dapat dibaca dari bawah atau dari sisi kanan garis ukurnya (lihat gambar berikut).

Gambar 2.117

Jika kertas gambar diputar ke kiri, akan menghasilkan angka ukuran yang terbalik. Ukuran (c) pada gambar diatas adalah penulisan angka ukuran yang terbalik. B. PENCANTUMAN UKURAN Benda benda yang diukur mempunyai bentuk yang bermacam macam, fungsi, kualitas atau pengerjaan yang khusus. Oleh karena itu, pencantuman ukuran diklasifikasikan menjadi : Pengukuran dengan dimensi fungsional. Pengukuran dengan dimensi non fungsional. Pengukuran dengan dimensi tambahan. Pengukuran dengan kemiringan atau ketirusan. KLASIFIKASI

M9.2A Membaca Gambar Teknik

125

Pengukuran dengan bagian yang dikerjakan khusus. Pengukuran dengan kesimetrian.

1. Pengukuran dengan dimensi fungsional, fungsional dan ukuran tambahan

non

Jika suatu benda terdiri atas bagian bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang satu dengan lainnya mempunyai fungsi yang sama, sehingga satu sama lain mempunyai ukuran yang berpasangan dan pencantuman ukuran sebagai fungsi yang berpasangan. Jika benda kerja yang digambar berdiri sendiri, tetapi dalam sistem pengerjaannya bertahap, maka digambar sesuai dengan ukurannya sebagai fungsi pengerjaan. Ukuran ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran nonfungsional. Untuk melengkapi ukuran, dalam hal ini supaya tidak menimbulkan keraguan dalam membaca gambar terutama dalam jumlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran tambahan. Ukuran tambahan ini harus ditempatkan diantara dua kurung atau di dalam kurung (lihat gambar 2.118 berikut!).

Gambar 2.118

Keterangan :

M9.2A Membaca Gambar Teknik

126

F NF H

= Dimensi fungsional = Dimensi non fungsional = Dimensi tambahan

2. Pengukuran ketirusan Untuk mencantumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya dicantumkan dengan harga tangen sudutnya.

Gambar 2.119

Contoh 2.8 Jika H = 20 mm, h = 16 mm dan L = 40 mm maka kemiringannya adalah :

ditulis 1 : x = 1 : 10 (lihat gambar 2.120 berikut!).

Gambar 2.120

M9.2A Membaca Gambar Teknik

127

Sedangkan untuk benda benda yang mempunyai bentuk tirus (kerucut), ukuran ketirusannya dicantumkan berdasarkan harga 2.tg = 1 : y (lihat gambar 2.121!).

Gambar 2.121

Ketirusannya adalah :

Contoh 2.9 Jika D = 34 mm, d = 30 mm dan L = 40 mm, maka ketirusannya adalah :

3. Penunjukan khusus

ukuran

pada

bagian

yang

dikerjakan

Untuk memberikan keterangan gambar pada benda benda yang dikerjakan khusus, misalnya dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada bagian yang dikerjakan khusus tadi gambar bagian luarnya diberi garis tebal bertitik (lihat gambar 2.122!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

128

Gambar 2.122

4. Pemberian ukuran pada bagian bagian yang simetris Untuk memberikan ukuran ukuran pada gambar gambar simetris, jarak antara tepi dan sumbu simetrisnya tidak dicantumkan (lihat gambar 2.123!).

Gambar 2.123

C. SIMBOL - SIMBOL UKURAN

PENCANTUMAN Benda benda dengan bentuk tertentu, ukurannya dicantumkan mbolnya; misal benda benda yang berbentuk silinder, bujursangkar, bola dan pinggulan (chamfer). Lihat gambar 2.124 berikut!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

129

Keterangan : S = diameter bola dengan ukuran 32mm. SR16 = jari jari bola dengan ukuran 16 mm. C3 = chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 x 450. 23 = simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm. 34 = simbol ukuran bujursangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm. 120 = simbol ukuran tidak menurut skala yang sebenarnya. M12 = simbol ukuran ulir dengan jenis ulir simetris dan berdiameter luar 12 mm. 2 = silang atau cross dengan garis tipis; simbol bidang rata. 1 = strip titik (tebal); simbol yang dikerjakan khusus. 1. Penunjukan ukuran jari Untuk menunjukkan ukuran jari jari, dapat digambarkan dengan garis ukur dimulai dari titik pusat, sampai busur lingkarannya. Sebagai simbol dari jari jari tersebut, di depan angka ukurnya diberi tanda huruf R (lihat gambar 2.125a berikut!).

Gambar 2.124

M9.2A Membaca Gambar Teknik

130

Gambar 2.125 Penempatan anak panah dan ukuran di dalam lingkaran

Gambar 2.125 Penempatan anak panah di dalam dan ukuran di luar lingkaran

Gambar 2.125c Penempatan anak panah dan ukuran di luar lingkaran

Gambar 2.125d

M9.2A Membaca Gambar Teknik

131

Penunjukkan jari jari dengan garis ukur yang diperpendek

2.

Menentukan titik pusat jari jari fillet Gambar yang mempunyai fillet terdiri atas dua garis yang berpotongan dengan sudut 900, dua garis berpotongan dengan sudut lancip (< 900), dan dua garis berpotongan dengan sudut tumpul (>900). Perhatikan gambar 2.126 di bawah!

Gambar 2.126a Jari jari pada dua garis dengan sudut 900

Gambar 2.126b Jari jari pada dua garis dengan sudut < 900 (lancip)

Gambar 2.126c Jari jari pada dua garis dengan sudut > 900 (tumpul)

M9.2A Membaca Gambar Teknik

132

Selain lengkungan (jari jari) yang didapat dari dua garis yang berpotongan seperti gambar 2.126 di atas, juga terdapat lengkungan (jari - jari) yang diperoleh dari garis yang memotong lingkaran (lihat gambar 2.127 berikut!).

Gambar 2.127a

Gambar 2.127b

Gambar 2.127c Titik pusat jari jari yang menyinggung dua lingkaran

M9.2A Membaca Gambar Teknik

133

Gambar 2.127c Titik pusat jari jari yang menyinggung lingkaran dan garis

3.

Pengukuran sudut, tali busur dan busur lingkaran

Gambar 2.128

D. KETEBALAN

PENGUKURAN

M9.2A Membaca Gambar Teknik

134

Pengukuran benda benda tipis, seperti pengukuran pada pelat, ukuran tebalnya dapat dilengkapi dengan simbol t sebagai singkatan dari thicknees yang secara kebetulan artinya tebal (juga berhuruf awal t). Penunjukkan ukurannya, lihat gambar 2.129 berikut!

Gambar 2.128

E. PENULISAN UKURAN

JENIS

JENIS

Penulisan ukuran pada gambar kerja, menurut jenisnya terdiri atas : Ukuran berantai. Ukuran paralel (sejajar). Ukuran kombinasi. Ukuran berimpit. Ukuran koordinat. Ukuran yang berjarak sama. Ukuran terhadap bidang referensi. 1. Ukuran berantai Pencantuman ukuran secara berantai ini ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya ialah mempercepat pembuatan gambar kerja. Kekurangannya ialah dapt menimbulkan toleransi yang semakin besar, sehinga pekerjaan tidak teliti. Oleh jarena itu, pencantuman ukuran secara berantai ini pada umumnya dilakukan pada pekerjaan pekrjaan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi. Lihat gambar 2.130!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

135

Gambar 2.130

2. Ukuran paralel (sejajar) Lihat gambar 2.131!

3. Ukuran kombinasi

Gambar 2.131

Perhatikan gambar 2.132!

M9.2A Membaca Gambar Teknik

136

Gambar 2.132

4. Ukuran berimpit Ukuran berimpit yaitu pengukuran dengan garis garis ukur yang ditumpangkan (berimpit) satu sam lain. Ukuran berimpit ini dapat dibuat jika tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam membaca gambarnya (lihat gambar 2.133!).

Gambar 2.133

Pada pengukuran berimpit ini, titik pangkal sebagai batas ukuran atau patokan ukuran (bidang referensi)-nya harus dibuat lingkaran dan angka ukurnya harus diletakkan di dekat anak panahsesuai dengan penunjukan ukurannya. 5. Pengukuran terhadap bidang referensi Bidang referensi adalah bidang batas ukuran yang digunakan sebagai patokan pengukuran.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

137

Contoh 2.10 Pengukuran benda kerja bubutan terhadap bidang datar atau bidang rata (lihat gambar 2.134!).

Gambar 2.134

6. Pengukuran koordinat Jika pengukuran berimpit dilakukan dalam dua arah, yaitu penunjukan ke arah sumbu x dan penunjukan ukuran ke

M9.2A Membaca Gambar Teknik

138

arah sumbu y dengan bidang referensi nya di O, maka akan didapat pengukuran koordinat (lihat gambar 2.135!).

Gambar 2.135

7. Pengukuran yang berjarak sama Untuk memberikan ukuran pada bagian yang berjarak sama, penunjukan ukurannya dapat dilaksanakan sebagai berikut (lihat gambar 2.136!).

Gambar 2.136

Untuk menghindarkan kesalahan atau keraguan di dalam membaca gambarnya, dapat dituliskan salah satu ukurannya (lihat gambar 2.137!).

M9.2A Membaca Gambar Teknik

139

Gambar 2.137

8. Pengukuran alur pasak Jika kita memberikan ukuran diameter pada penampang atau potongan yang beralur pasak, misalnya pada kopling, roda gigi atau alur pasak pada puli, maka penunjukan ukuran diameternya seperti tampak pada gambar 2.138 berikut

Gambar 2.138

9. Pengukuran pada lubang Untuk memberikan ukuran pada lubang yang berjarak sama, dapat dilakukan seperti tampak pada gambar 2.139 berikut.

10. Pengukuran pada profil

Gambar 2.139

M9.2A Membaca Gambar Teknik

140

Untuk memberikan ukuran pada profil profil yang telah distandar, dapat dilakukan seperti tampak pada gambar 2.140 berikut.

Gambar 2.140

11. Cara membuat pengukurannya

gambar

mur

dan

baut

serta

Gambar 2.141

M9.2A Membaca Gambar Teknik

141

Gambar 2.142

F. MENCANTUMKAN UKURAN

LATIHAN 1. Salinlah gambar berikut pada kertas gambar A4 dengan skala 1 : 1, lengkap dengan etiket dan ukurannya! Nama gambar MUR BAUT (lihat gambar 2.143!). 2. Salinlah gambar 2.144 pada kertas gambar A4 dengan skala 1 : 1, lengkap dengan etiket dan ukurannya! Nama gambar BAUT PENGIKAT.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

142

Gambar 2.143

M9.2A Membaca Gambar Teknik

143

3. Salin pandangan atas dan penampang A-A dari gambar 2.145, dengan ketentuan sebagai berikut! Skala 1 : 1 Kertas gambar A4, lengkap dengan etiketnya. Cantumkan ukuran sesuai dengan gambarnya!

Gambar 2.144

Gambar 2.145

M9.2A Membaca Gambar Teknik

144

4. a.

KEGIATAN BELAJAR IV : TOLERANSI DAN SUAIAN Tujuan kegiatan pembelajaran, peserta diklat dapat : 1) kerja. 2) kerja. 3) kerja. 4) 5) 6) susunan. Menggambar diagram toleransi dalam sistem suaian lubang. 8) Menggambar diagram toleransi pada sistem suaian poros. 9) Menggambar pandangan dan potongan dengan sistem proyeksi di kuadran I lengkap dengan ukuran dan toleransinya. 10) Menggambar pandangan dan potongan dengan sistem proyeksi di kuadran III lengkap dengan ukuran dan toleransinya. b. A. TOLERANSI 1. Definisi toleransi Tidaklah mudah untuk mencapai ukuran yang tepat, sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. Banyak faktor yang mempengaruhinya, misal : Faktor alat (alat potong). Faktor mesin (presisi tidaknya mesin yang digunakan). Faktor alat ukur. Faktor temperatur dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi ketepatan ukuran dari benda kerja tersebut. Materi pembelajaran PENGERTIAN 7) Menentukan besarnya nilai toleransi. Menghitung nilai toleransi. Mencantumkan nilai toleransi pada gambar Mencantumkan tanda pengerjaan pada gambar Mencantumkan toleransi ukuran pada gambar Mencantumkan toleransi geometris pada gambar

M9.2A Membaca Gambar Teknik

145

Untuk mencapai ukuran yang tepat, merupakan hal yang sulit. Selalu terjadi penyimpangan dari ukuran ukuran dasarnya. Misalnya : lebih besar, lebih kecil atau mungkin sama dengan ukuran dasarnya. Ukuran dasar yaitu ukuran yang tercantum dalam gambar kerja. Selama penyimpangan tersebut dalam kategori memenuhi syarat, maka produk yang menyimpang dari ukuran dasarnya tersebut dapat diterima. Sebaliknya, jika penyimpangan ukuran diluar kategori memenuhi syarat maka produk tersebut tidak dapat diterima, karena ukurannya terlalu besar atau terlalu kecil dari ukuran yang diminta. Sebagai batasan kategori memenuhi syarat, kita harus memberikan dua batasan ukuran yang diperbolehkan yaitu : 1. Batasan ukuran maksimum yang diperbolehkan. 2. Batasan ukuran minimum yang diperbolehkan atau diizinkan. Perbedaan dua batasan ukuran yang diperbolehkan atau diizinkan disebut toleransi. Contoh : Para sisiwa yang sedang praktek kerja bangku atau mesin, ditugaskan untuk membuat benda kerja sesuai dengan petunjuk petunjuk yang diberikan oleh bapak guru, dengan bentuk dan ukuran yang tersedia dalam job (gambar kerja)-nya. Setelah para siswa selesai melaksanakan praktek, benda kerja dikumpulkan dan diperiksa. Sekarang timbul pertanyaan : 1. Apakah benda kerja satu dengan benda kerja lainnya mempunyai bentuk dan ukuran yang sama? Tentu tidak sama, ada yang terlalu kecil ada pula yang tepat. 2. Bagaimana benda kerja yang mempunyai ukuran ukuran terlalu besar dan terlalu kecil tersebut dapat diterima? Untuk diterima atau tidaknya, guru telah memberikan toleransi yang telah dicantumkan dalam gambar kerjanya, misalnya ukuran yang tercantum dalam gambar kerjanya adalah 40 0,5, artinya ukuran yang maksimum yang diperbolehkan atau yang dapat diterima adalah 40 + 0,5 = 40,5 mm, sedangkan ukuran minimum yang diperbolehkan adalah 40 0,5 = 39,5 mm. Jadi, ukuran ukuran antara 39,5 sampai dengan 40,5 merupakan ukuran ukuran yang dapat diterima.

M9.2A Membaca Gambar Teknik

146

Ukuran ukuran di luar ketentuan tersebut, belum diterima. Misalnya ukuran yang masih besar, masih dikerjakan lagi sampai batas ukuran yang diinginkan; ukuran ukuran yang kurang dari 39,5 mm, dianggap atau pekerjaannya harus diganti.

dapat dapat tetapi gagal

Berapa toleransi yang diberikan oleh guru tersebut?

Toleransi dapat dihitung sebagai berikut : Ukuran maksimum yang diizinkan = 40,5 mm Ukuran minimum yang diizinkan = 39,5 mm Toleransinya = 1,0 mm 2. Pencantuman toleransi pada gambar kerja

Job atau gambar kerja yang dibuat harus mencantumkan toleransinya. Hal ini untuk memudahkan operator dalam menentukan batasan ukuran minimum dan ukuran maksimum yang diizinkan. Jika produk yang dibuat merupakan suku cadang yang harus dirakit satu sama lain menjadi suatu mesin yang berfungsi, maka pencantuman toleransinya harus memenuhi fungsi dari suku cadang tersebut. Poros yang dipasang pada bantalannya (dalam keadaan fungsi longgar), akan memiliki toleransi yang berbeda dengan blok silinder yang dipasang pada blok mesin dengan jalan di press (kaku).Pada umumnya, toleransi yang harus diberikan atau dicantumkan pada gambar kerja ada dua macam : 1. Toleransi untuk poros, yang meliputi benda benda padat bulat, segiempat dan bentuk bentuk prisma lainnya. 2. Toleransi ntuk lubang, yang meliputi lubang bulat (bor), lubang pada bantalan, alur pasak, rongga rongga pada blok mesin, celah antara dua bidang (alur pasak) dan semacamnya. B. PADA TOLERANSI ISTILAH ISTILAH

M9.2A Membaca Gambar Teknik

147

Sebagaiman tadi dijelaskan, toleransi merupakan perbedaan dua ukuran yang diperbolehkan, yaitu perbedaan antara ukuran maksimum dan ukuran minimum yang diperbolehkan. Toleransi meliputi toleransi poros dan toleransi lubang. Untuk jelasnya, dapat kita lihat pada gambar 2.146 berikut.

Gambar 2.146

Keterangan : 1. Ukuran nominal (uk.nom.) Ukuran nominal yaitu ukuran benda yang dibulatkan sampai dengan ukuran mm dan merupakan ukuran patokan yang dijadikan batas batas ukuran yang diizinkan. 2. Ukuran minimum (uk.min.) Ukuran minimum adalah ukuran terkecil yang dizinkan, baik untuk porosmaupun untuk lubang. 3. Ukuran maksimum (uk.maks.) Ukuran maksimum adalah ukuran terbesar yang diizinkan, baik untuk poros maupun untuk lubang. 4. Penyimpangan membesar Penyimpangan membesar yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran maksimumnya yang diizinkan (baik untuk poros maupun untuk lubang). 5. Penyimpangan mengecil Penyimpangan mengecil yaitu perbedaan ukuran antara ukuran nominal dan ukuran minimumnya yang diizinkan (baik untuk poros maupun untuk lubang). 6. Toleransi umum Untuk gambar gambar dengan ukuran tanpa persyaratan ketelitian khusus atau ukuran tanpa keterangan dan kita dapat memberikan catatan secara umum, nilai nuilai

M9.2A Membaca Gambar Teknik

148

penyimpangan yang diizinkan disebut toleransi umum. Sesuai dengan ISO 2786, ukuran ukuran tanpa keterangan terikat oleh toleransi umum.

C. KHUSUS DAN TOLERANSI UMUM 1. Toleransi khusus

TOLERANSI

Untuk gam