Melania Monica_f1071131047 Transpirasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Semoga bermanfaat ;)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUMANATOMI FISIOLOGI TUMBUHANTRANSPIRASIDi susun oleh Nama : Melania MonicaNIM : F1071131047Prodi : Pendidikan BiologiKelompok: 1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANPROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIUNIVERSITAS TANJUNGPURAPONTIANAK2015

AbstractPlants are composed of more than 90% of them is water, so that every process in their lives depend on the nature of water. Transpiration is the release of water vapor from the surface of living cells. It can occur in all parts of the plant, especially the leaf surface occurs through stomata (transpiration stomata), but there is also through the cuticle (cuticle transpiration). Transpiration is determined by the open stomata. Transpiration can be influenced by factors inside and environmental factors. Factors influencing transpiration is the number and location of the stomata, thick and thin leaf surfaces, as well as thick and thin cuticle. While external factors affecting transpiration is light, temperature, humidity, wind and soil water content. The purpose of this transpiration observation that measures the speed of leaf transpiration indirectly by measuring the speed of water absorption. The method used is the photometric method by using a photometer at three different conditions, namely in the lab table, in front of a fan, and under the bright sun smeared Vaseline on the upper lamina and the lower lamina balsamina Impatiens plants (water girlfriend). The results showed that each of the average rate of transpiration of plants at 2,46 mm3/ s room temperature conditions, the condition of the fan 1,88 mm3/ s, 5,11 mm3/ s sunlight conditions, sunlight with vaseline dilamina above 1,44 mm3/ s, sunlight with vaseline dilamina under 5,66 mm3/ s.Keywords: Transpiration, Transpiration Stomata, Transpiration cuticle, the factors, external factors, Impatiens balsamina, Methods Photometer.

AbstrakTumbuhan tersusun lebih dari 90% nya ialah air, sehingga setiap proses dalam hidupnya sangat bergantung pada sifat air. Transpirasi merupakan pelepasan uap air dari permukaan sel-sel hidup. Hal ini dapat terjadi pada semua bagian tumbuhan, terutama pada permukaan daun yang terjadi melalui stomata (transpirasi stomata), tetapi ada pula melalui kutikula (transpirasi kutikula). Transpirasi sangat ditentukan oleh membukanya stomata. Transpirasi dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor dalam mempengaruhi transpirasi adalah jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaan daun, serta tebal dan tipisnya kutikula. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi transpirasi adalah cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah. Tujuan dilakukannya pengamatan transpirasi ini yaitu mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya. Metode yang digunakan adalah metode fotometri dengan menggunakan alat fotometer pada tiga kondisi berbeda yaitu pada meja praktikum, di depan kipas angin, dan di bawah matahari terang benderang yang diolesi vaselin pada bagian lamina atas dan lamina bawah tumbuhan Impatiens balsamina (pacar air). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa masing-masing rata-rata laju transpirasi tanaman pada kondisi suhu ruang 2,46 mm3/ s, kondisi kipas angin 1,88 mm3/ s, kondisi cahaya matahari 5,11 mm3/ s, cahaya matahari dengan vaselin dilamina atas 1,44 mm3/ s, cahaya matahari dengan vaselin dilamina bawah 5,66 mm3/s.

Kata kunci :Transpirasi, Transpirasi Stomata, Transpirasi Kutikula, Faktor dalam, Faktor luar, Impatiens balsamina , Metode Fotometer.

PENDAHULUANPada dasarnya tumbuhan memerlukan air dalam pertumbuhannya. Akan tetapi kebutuhan akan air tersebut harus memadai, artinya bahwa air tersebut tidak boleh kurang ataupun lebih. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air kedalam tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Jika persediaan air pada tumbuhan berlebih, maka air akan dibuang dari tanaman melalui proses transpirasi. Dalam aktivitas hidupnya, sejumlah besar air dikeluarkan oleh tumbuhan dalam bentuk uap air ke atmosfir. Proses pengeluaran air oleh tumbuhan dalam bentuk uap air tersebut dinamakan dengan transpirasi. Adapun besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). Transpirasi ini dilakukan oleh tumbuhan melalui stomata, kutikula ataupun lentisel. Sehubungan dengan transpirasi tersebut, organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses ini adalah daun, karena pada daun sering dijumpai stomata dalam jumlah yang banyak. Air sebagian besar menguap melalui stomata, sehingga jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Transpirasi penting bagi tumbuhan karena berperan dalam hal membantu meningkatkan laju angkutan air dan garam mineral, mengatur suhu tubuh dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Pada dasarnya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar antara dua sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka dan menutupnya stomata juga menentukan besarnya transpirasi. Adanya transpirasi ini menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung dari akar, batang, dan daun. Berdasarkan hal tersebut makadilakukan praktikum transpirasi terhadap tumbuhan pacar air (Impatiens balsemia).Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kutikula dan lentisel . Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi merupakan bagian dari siklus air, dan itu adalah hilangnya uap air dari bagian tanaman (mirip dengan berkeringat), terutama pada daun tetapi juga di batang, bunga dan akar. Permukaan daun yang dihiasi dengan bukaan yang secara kolektif disebut stomata, dan dalam kebanyakan tanaman mereka lebih banyak pada sisi bawah dedaunan. Transpirasi juga dapat mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem. Lebih dari 20% air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air. Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal dari daun selain dari batang, bunga dan buah.Transpirasi menimbulkan arus transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui xilem ( Siregar. 2003: 84).Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel 80% air yang ditranspirasikan berjalan melewati lubang stomata, paling besar peranannya dalam transpirasi ( Michael, 1964 ) .Uap air berdifusi dari ruangan udara yang lembap pada daun ke udara yang lebih kering melalui stomata. Penguapan dari lapisan tipis air yang melapisi sel-sel mesofil mempertahankan kelembapan tinggi ruangan udara itu. Kehilangan air ini menyebabkan lapisan tipis air itu membentuk meniskus, yang semakin lama semakin cekung ketika laju transpirasi meningkat. Terbentuknya meniskus ini terjadi karena kombinasi kedua gaya yang bekerja pada air. Dalam artian, air itu ditarik oleh gaya adhesi dan kohesi. Kohesi air akibat ikatan hydrogen memungkinkan transpirasi mampu menarik air ke atas melewati pembuluh xylem dan trakeid yang sempit yang tanpa kolom air ini menjadi pecah. Pada kenyataannya, daya tarik transpirasi itu dengan bantuan kohesi air dihantarkan dari akar ke seluruh daun. Aliran massal air ke puncak suatu pohon digerakkan tenaga surya, karena penyerapan cahaya matahari oleh daun yang menyebabkan penguapan yang bertanggung jawab atas daya tarik transpirasional ( Campbell, 2003 ) .Tumbuhan seperti pohon jati dan akasia mengurangi penguapan dengan cara menggungurkan daunnya di musim panas. Pada tumbuhan padi-padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi.Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan yang kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu, bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri (Sasmitamihardja, 1996: 49). Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering.Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air (Lakitan, 1993. 39).Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: (1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata), (2) Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin) ( Salisbury, 1992 ) . Ada dua tipe transpirasi yaitu :1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsungmelalui kutikula epidermis.2.Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui stomataHampir 97% air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.Kegiatan transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury&Ross, 1992) dan faktor luar antara lain:1. KelembabanBila daun mempunyai kandungan air yang cukup dan stomata terbuka,maka laju transpirasi bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap airdi dalam rongga antar sel di daun dengan konsentrasi mulekul uap air di udara.2. SuhuKenaikan suhu dari 180 sampai 200 F cenderung untuk meningkatkanpenguapan air sebesar dua kali. Dalam hal ini akan sangat mempengaruhi tekananturgor daun dan secara otomatis mempengaruhi pembukaan stomata.

3. CahayaCahaya memepengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahayaakan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasidan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadapbuka-tutupnya stomata.4. AnginAngin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentanganterhadap laju transpirasi.Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembaban udara diatas stomata, sehingga meningkatkankehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhisuhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkattranspirasi.Beberapa menunjukkan bahwa angin meningkatkan transpirasi (karena angin selalu meningkatkan penguapan dari permukaan bebas) yang lainnya menunjukkan bahwa angin justru menurunkan transpirasi.Bila muatan radiasi cukup rendah dan hambatan daun juga rendah, maka tentu saja transpirasi meningkat oleh angina; jika suhu daun di bawah suhu udara, naiknya kecepatan angin selalu cenderung menaikkan transpirasi.Tapi sekarang suah jelas bahwa transpirasi dapat diturunkan oleh angin ketika muatan bahang radiasinya tinggi, terutama jika hambatan daun juga tinggi (berarti stomata tertutup). Pada keadaan demikian, suhu daun bisa jauh di atas suhu udara, yang akan menyebabkan laju transpirasi tinggi jika stomata terbuka (Salisbury, dkk. 1992). Daya hantar secara langsung dipengaruhi oleh besarnya bukaan stomata. Semakin besar bukaan stomata maka daya hantarnya akan semakin tinggi. Pada beberapa tulisan digunakan beberap istilah resistensi stomata. Dalam hubungan ini daya hantar stomata berbanding dengan resistensi stomata ( Campbell, 2003 ).5. Kandungan air tanahLaju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan lajuabsorbsi air di akar.Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan lebih cepat daripada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan devisit air dalam daunsehingga terjadi penyerapan yang besar, pada malam hari terjadi sebaliknya. Jikakandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan airmelalui tanah ke dalam akar menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut (Loveless,1991).Faktor dalam adalah:1. Penutupan stomataSebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk mesing-mesing satuan penambahan lebar stomata Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata dalam kondisi lapangan ialah tingkat cahaya dan kelembapan.2. Jumlah dan ukuran stomataJumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata.3. Jumlah daun : Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi.4. Penggulungan atau pelipatan daunBanyak tanaman mempunyai mekanisme dalam daun yang menguntungkan pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.5. Kedalaman dan proliferasi akarKetersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman budidaya sangat tergantung pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.Pengukuran laju transpirasi tidaklah terlalu mudah dilakukan. Kesulitan utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju transpirasi. Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :1.Kertas korbal kloridaPada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.2.PotometerAlat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk, denga asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.

3.Pengumpulan uap air yang ditranspirasiCara ini mengharuskan tumbuahn atau bagian tumbuhan dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan dapat dipisahkan.4.Penimbangan langsungPengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan langsung.Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata (Loveless, 1991) .Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin ( Khairunnisa, 2000 ) .Transpirasi dapat membahayakan tanaman jika lengas tanah terbatas, penyerapan air tidak mampu mengimbangi laju transpirasi, w sel turun, p menurun, tanaman layu, layu permanent, mati, hasil tanaman menurun. Sering terjadi di daerah kering, perlu irigasi, meningkatkan lengas tanah, pada kisaran layu tetap kapasitas lapangan ( Jumin, 1992 ) .Evapotranspirasi potensial menggambarkan laju maksimum kehilangan air suatu tanaman yang ditentukan oleh kondisi iklim pada keadaan tajuk tanaman pendek yang rapat dengan penyediaan air yang cukup (Suprayogi,2003).Cekaman kekeringan merupakan kondisi dimana kadar air tanah berada pada kondisi yang minimum untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengaruh cekaman kekeringan pada stadi vegetatif dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Cekaman air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata, yang mengurangi pengambilan karbondioksida dan produksi berat kering. Selama terjadi cekaman kekeringan terjadi penurunan laju fotosintesis yang disebabkan oleh penutupan stomata dan terjadinya penurunan transport elektron dan kapasitas fosforilasi didalam kloroplas daun ( Purwanto, 2010) .

Adapun tujuan dari praktikum Transpirasi ini yaitu untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya. Adapun permasalahan yang ada antara lain : Faktor apa saja yang mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tumbuhan pacar air (Impatiens balsemia) serta bagaimana faktor tersebut dapat mempengaruhi kecepatan transpirasinya, bagaimana perbandingan antara kecepatan transpirasi tumbuhan pacar air (Impatiens balsemia) diantara tiga kondisi yaitu pada meja praktikum, didepan kipas angin dan dibawah matahari terang benderang yang diolesi vaselin pada bagian atas lamina dan lamina bawah, bagaimana perbandingan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik sebelah atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari, serta apa yang menyebabkan vaselin dapat mempengaruhi kecepatan transpirasi.

METODOLOGIPraktikum Transpirasi ini dilaksanakan pada hari Jumat, 17 April 2015 pada pukul 12.30 WIB selesai yang bertempat di Laboratorium I biologi FKIP UNTAN. Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu fotometer, sumbat karet berlubang, silet atau chatter, baskom dan ember plastik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tumbuhan pacar air (Impatiens balsamia) yang kokoh, air dan vaselin. Metode kerja yang dilakukan dalam praktikum kali yaitu pertama-tama dipilih tumbuhan pacar air (Impatiens balsamia) dengan batang yang kokoh, lalu praktikan memotong bagian batang basal dan secepatnya dimasukkan tumbuhan tersebut ke dalam air. Kemudian masih dalam air, ujung batang tumbuhan pacar air (Impatiens balsamia) dimasukkan ke dalam sumbat karet berlubang hingga tidak bergerak tetapi tidak sampai patah. Setelah itu, fotometer diisi dengan air dengan cara fotometer direndam dalam air hinggasemuanya terisi air dan tidak ada gelembung air didalamnya. Lalu praktikan menyisipkan sumbat karet (yang telah terisi oleh tumbuhan pacar air) ke dalam fotometer (masih dalam air). Selanjutnya, gelas fotometer dipegang dengan baik saat memasukkan sumbat karet tidak sampai pecah. Perlahan-lahan mulai diangkat seluruh sistem fotometer dari air dan tempat pada penyokongnya dan diolesi bagian antara tanaman dan lubang pada sumbat karet dengan vaselin. Impatiens balsamia dibiarkan sebentar untuk bertranspirasi sampai ada gelembung pada ujung tabung fotometer. Kemudian ujung tabung fotometer ditempatkan kedalam beaker glass. Saat gelembung memasuki daerah berskala pada tabung, Maka praktikan mulai menyiapkan catatan dengan menghitung jarak yang ditempuh oleh gelembung persatuan waktu. Dengan mengukur kecepatan transpirasi minimal dilakukan sebanyak 3 kali dalam kondisi yaitu: pada meja praktikum, didepan kipas angin, dan dibawah matahari terang benderang. Untuk pengukuran terakhir (dibawah matahari terang benderang), praktikan mengolesi bagian atas lamina Impatiens balsamia dengan vaselin lalu diukur kembali dibawah matahari terang dengan tiga kali pengamatan. Selanjutnya diolesi bagian bawah lamina Impatiens balsamia dengan vaselin lalu diukur kembali di bawah matahari terang benderang. Langkah terakhir, praktikan menganalisa data dan membandingkan kecepatan transpirasi diantara 3 kondisi: meja praktikum, dengan kipas angin dan matahari terang benderang kemudian dibandingkan transpirasi diantara daun tanpa dan dengan vaselin baik atas maupun keduanya dibawah cahaya matahari.

Hasil dan PembahasanKondisiWaktu (t)Jarak (s)Kelajuan Transpirasi (mm3/s)

Suhu Ruang

5 menit5 menit5 menit750 mm720 mm750 mm2,52,42,5

Rata-rataV = 2,46 mm3/ s

Kipas Angin5 menit5 menit5 menit1000 mm360 mm340 mm3,33

1,2

1,13

Rata-rataV = 1,88 mm3/ s

Cahaya Matahari5 menit5 menit5 menit1500 mm1500 mm1600 mm555,33

Rata-rataV = 5,11 mm3/ s

Cahaya Matahari + Vaselin di lamina atas5 menit5 menit5 menit300 mm

500 mm

500 mm1

1,66

1,66

Rata-rataV = 1,44 mm3/ s

Cahaya Matahari + vaselin di lamina bawah5 menit5 menit5 menit1700 mm

5,66

V = 5,66 mm3/ s

PembahasanPraktikum tentang Transpirasi ini digunakan bahan berupa tumbuhan Impatiens balsamina (pacar air) yang kokoh yang bertujuan untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan absorpsi airnya menggunakan metoda fotometri. Untuk mengukur laju transpirasi tumbuhan pacar air, dilakukan selama 5 menit sebanyak 3 kali pengulangan masing-masing dalam kondisi berbeda diantaranya : pada meja praktikum, didepan kipas angin, dan di bawah matahari terang benderang. Pada kondisi pertama yaitu dilakukan di meja praktikum dalam suhu ruang laboratorium. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan transpirasi tumbuhan pacar air selama 3 kali pengulangan berturut-turut adalah dengan jarak 750 mm kelajuan 2,5 mm3/s, 720 mm kelajuan 2,4 mm3/s dan 750 mm kelajuan 2,5 mm3/s dengan rata-rata kelajuan transpirasinya 2,46 mm3/s. Pada pengamatan ini kecepatan transpirasi tumbuhan pacar air tidak dipengaruhi oleh angin yang kencang dan volume kecepatan kipas angin yang digunakan hanya menyapu air bolak-balik saja, sehingga proses pembukaan stomata berlangsung lama dan transpirasi berlangsung agak lama karena tanpa adanya faktor lingkungan tetapi adanya faktor dalam yaitu jumlah dan letak stomata, tebal dan tipis permukaan daun serta tebal dan tipis kutikula.Sedangkan pada kondisi kedua yakni pengamatan laju transpirasi tumbuhan pacar air di depan kipas angin yang menunjukkan bahwa kecepatan transpirasi tumbuhan pacar air selama 3 kali pengulangan berturut-turut yakni dengan jarak 1000 mm kelajuan 3,33 mm3/s, 360 mm kelajuan 1,2 mm3/s dan 340 mm kelajuan 1,13 mm3/s dengan rata-rata kelajuan transpirasinya 1,88 mm3/s. Pada pengamatan kondisi ini, terdapat kekeliruan terhadap hasil pengamatan kelajuan transpirasi tumbuhan pacar air dengan kondisi suhu ruang karena seharusnya laju transpirasi pada kondisi di depan kipas angin lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi di suhu ruang, ini disebabkan adanya faktor luar yang mempengaruhinya yaitu angin. Hal ini mungkin terjadi karena kesalahan dari praktikan yang tidak cukup teliti saat praktikum. Menurut (Lakitan, 2007 ) angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbinya lebih rendah) dari udara disekitar tumbuhan tersebut. Pada kondisi di depan kipas angin proses transpirasi dapat berlangsung lebih cepat dikarenakan terjadinya pembukaan stomata yang lebih cepat akibatnya air dari dalam tumbuhan akan menguap. Sedangkan menurut Loveless (1991) angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.Faktor kipas angin ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer.Pada kondisi ketiga yaitu dilakukan di bawah cahaya matahari. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kecepatan transpirasi tumbuhan pacar air selama 3 kali pengulangan berturut-turut dengan jarak 1500 mm kelajuan 5 mm3/s, 1500 mm kelajuan 5 mm3/s dan 1600 mm kelajuan 5,33 mm3/s dengan rata-rata kelajuan transpirasinya 5,11 mm3/s. Pada kondisi dibawah cahaya matahari kecepatan transpirasi tumbuhan pacar air berlangsung paling tinggi dikarenakan cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara pertama cahaya akan mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata. Sinar matahari akan menyebabkan temperatur permukaan daun menjadi tinggi dan uap air di permukaan daun mengering, karena konsentrasi di luar tubuh lebih rendah dari pada di dalam, sehingga air berdifusi dari dalam ke luar.Beda halnya dengan pengamatan selanjutnya yakni dilakukan dibawah cahaya matahari dengan diberi perlakuan pada lamina atas yang diolesi vaselin, menunjukkan bahwa kecepatan transpirasi tumbuhan pacar air selama 3 kali pengulangan berturut-turut dengan jarak 300 mm kelajuan 1 mm3/s, 500 mm kelajuan 1,66 mm3/s dan 500 mm kelajuan 1,66 mm3/s dengan rata-rata kelajuan transpirasinya 1,44 mm3/s. Pengamatan yang terakhir dilakukan di bawah cahaya matahari dengan diolesi vaselin dibagian lamina bawah tumbuhan pacar air menunjukkan kecepatan transpirasi selama 1 kali pengulangan dengan jarak 1,7 ml kelajuan 0,0057 mm3/s dengan rata-rata kelajuan transpirasinya 0,0057 mm3/s.Pada pengamatan laju transpirasi tumbuhan pacar air pada kondisi di bawah cahaya matahari yang diolesi vaselin, baik itu dibagian lamina atas maupun lamina bawah terjadi penghambatan terhadap membukanya stomata, sehingga laju transpirasi yang terjadi adalah lambat. Dengan adanya penambahan vaselin, maka akan menghambat pembukaan stomata. Semakin sedikit jumlah stomata yang terbuka, maka laju transpirasi semakin berkurang. Menurut ( Gardner, 1991 ) bahwa sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup. Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan kehilangan air ini lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan lebar stomata. Menurut ( Khairunnisa, 2000 ) bahwa jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis.Berdasarkan hasil pengamatan, kecepatan transpirasi dipengaruhi oleh faktor luar maupun faktor dalam. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata. Sedangkan faktor luarnya berupa kelembaban (makin banyak uap air di udara, akan makin kecil perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara, akan makin lambat laju traspirasi. Sebaliknya apabila tekanan uap air di udara makin rendah atau kelembapan relatifnya makin kecil, akan makin besar perbedaan uap air di rongga daun dengan di udara, dan transpirasi akan berjalan lebih cepat), suhu (suhu tumbuhan pada umumnya tidak berbeda banyak dengan lingkungannya. Kenaikan suhu udara akan sangat mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu siang hari, menyebabkan kelembabanrelatifudara makin rendah, sehingga akan menyebabkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara menjadi semakin besar dan laju transpirasi meningkat), cahaya mempengaruhi membukanya stomata, angin (apabila angin bertiup terlalu kencang, dapat mengakibatkan keluaran uap air melebihi kemampuan daun untuk menggantinya dengan air yang berasal dari tanah, sehingga lama-kelamaan daun akan mengalami kekurangan air, turgor sel akan menurun termasuk turgor sel penutup dan akhirnya stomata dapat tertutup) dan kandungan air tanah (setiap air yang hilang dalam proses transpirasi harus dapat segera diganti kembali, yang pada dasarnya berasal dari dalam tanah. Berkurangnya air dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya pengaliran air ke daun dan hal ini akan menghambat laju transpirasi).Seharusnya kecepatan transpirasi paling tinggi yakni pada saat tumbuhan pacar air diletakkan pada kondisi di bawah cahaya matahari terang, namun karena pada kondisi cahaya matahari+vaselin lamina bawah hanya dilakukan sekali pengulangan maka laju transpirasinya tinggi dibandingkan kondisi di bawah cahaya matahari terang. Transpirasi terhambat ketika pada lamina bawah dan lamina atas tumbuhan pacar air diolesi vaselin, sedangkan pada kondisi suhu ruang transpirasi berlangsung lama dan tumbuhan pacar air melakukan transpirasi agak lama karena kipas angin dalam keadaan sepoi-sepoi.

KESIMPULANBerdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa transpirasi dipengaruhi oleh faktor dalam maupun faktor luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata sedangkan faktor luarnya berupa kelembaban, suhu, cahaya, angin, dan kandungan air tanah.Kecepatan transpirasi paling tinggi yakni pada saat tumbuhan pacar air diletakkan pada kondisi di bawah cahaya matahari terang, transpirasi terhambat ketika pada lamina bawah dan lamina atas tumbuhan pacar air diolesi vaselin, sedangkan pada kondisi suhu ruang transpirasi berlangsung lama karena kipas angin dalam keadaan sepoi-sepoi. Vaselin dapat menghambat kecepatan transpirasi stomata karena menghambat membukanya stomata didaun. Semakin sedikit jumlah stomata yang terbuka, maka laju transpirasi semakin berkurang.

DAFTAR PUSTAKACampbell,Neil A.2003.Biologi.Jakarta:Erlangga. Jumin. 1992. Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi. Jakarta: Rajawali Press.Khairunnisa. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Medan: Fakultas Pertanian USU.Lakitan, B. 1993.Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Loveless, A.R. 1991.Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Michael,P.H. 1964.General Phisiology. Tokyo : Kogasuma Company.Purwanto. 2010. Kajian Fisiologi Tanaman Kedelai Pada Kondisi Cekaman Kekeringan Dan Berbagai Kepadatan Gulma Teki. Journal Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto. Korespondensi : [email protected]. Agrosains ( Vol 12).Salisbury, frank B.1992.Fisiologi Tumbuhan jilid 1.Bandung : ITB.Sasmitamihardja, Drajat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Suprayogi, Slamet, Budi Indra setiawan, dan Lilik Budi Prasetyo. 2003. Penerapan Beberapa Model Evapotranspirasi Di Daerah Tropika. Buletin Keteknikan Pertanian. vol.17 no.2 hal.7-13.

Perhitungan SUHU RUANG Jarak5 menit = 0,75 ml= 0,00075 L= 0,00075 dm3= 750 mm35 menit = 0,72 ml = 0,00072 L= 0,00072 dm3= 720 mm35 menit = 0,75 ml = 0,00075 L = 0,00075 dm3= 750 mm3 Waktu 5 menit = 300 sekon Kecepatan = Jarak/waktu5 menit =750 /300= 2,5 mm3/sekon5 menit =720/300= 2,4 mm3/sekon5 menit =750 /300= 2,5 mm3/sekon KIPAS ANGIN Jarak5 menit = 1 ml= 0,001 L= 0,001 dm3= 1000 mm35 menit = 0,36 ml = 0,00036 L= 0,00036 dm3= 360 mm35 menit = 0,34 ml = 0,001 L = 0,00034 dm3= 340 mm3 Waktu 5 menit = 300 sekon Kecepatan = Jarak/waktu5 menit = 1000/300= 3,3 mm3/sekon5 menit = 360/300= 1,2 mm3/sekon5 menit = 340/300= 1,13 mm3/sekon CAHAYA MATAHARI Jarak5 menit = 1,5 ml= 0,0015 L= 0,0015 dm3= 1500 mm35 menit = 1,5 ml = 0,0015 L= 0,0015 dm3= 1500 mm35 menit = 1,5 ml = 0,0016 L = 0,0016 dm3= 1600 mm3 Waktu 5 menit = 300 sekon Kecepatan = Jarak/waktu5 menit = 1500/300= 5 mm3/sekon5 menit = 1500/300= 5 mm3/sekon5 menit = 1600/300= 5,3 mm3/sekon CAHAYA MATAHARI+VASELIN LAMINA ATAS Jarak5 menit = 0,3 ml= 0,0003 L= 0,0003 dm3= 300 mm35 menit = 0,5 ml = 0,0005 L= 0,0005 dm3= 500 mm35 menit = 0,5 ml = 0,0005 L = 0,0005 dm3= 500 mm3 Waktu 5 menit = 300 sekon Kecepatan = Jarak/waktu5 menit = 300/300= 1 mm3/sekon5 menit = 500/300= 1,6 mm3/sekon5 menit = 500/300= 1,6 mm3/sekon CAHAYA MATAHARI+VASELIN LAMINA BAWAH Jarak5 menit = 1,7 ml= 0,0017 L= 0,0017 dm3= 1700 mm3 Waktu 5 menit = 300 sekon Kecepatan = Jarak/waktu5 menit = 1700/300= 5,67 mm3/sekon