179
i MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL (3M) MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK AUTIS DI TAMAN KANAK-KANAK BUAH HATI KOTA JAMBI TESIS Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (S2) Program Studi Pendidikan Islam Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini Oleh : S U J A N A NIM : MPU.16.2.2591 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2019

MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

i

MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL (3M)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS

ANAK AUTIS DI TAMAN KANAK-KANAK

BUAH HATI KOTA JAMBI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (S2) Program Studi Pendidikan Islam

Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh :

S U J A N A

NIM : MPU.16.2.2591

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2019

Page 2: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

ii

Page 3: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

iii

Page 4: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

iv

Page 5: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

v

Page 6: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

vi

MOTTO :

ر لكم وعسى ئا وهو خ كم القتال وهو كره لكم وعسى أن تكرهوا ش كتب عل

علم وأنتم ل تعلمون ئا وهو شر لكم والله أن تحبوا ش

Artinya:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu.

Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi

kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”

(Al-Baqarah:216) 1

1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung:

Diponegoro, 2006),.

Page 7: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

vii

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada yang spesial

Yanti Mulyanti istriku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

Putra putriku yang sholeh dan sholehah

Muhammad Rifdan Musyaffa

Ineu Nisrian Qathrunnada

Page 8: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

viii

ABSTRAK

Sujana, KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL (3M)

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK AUTIS DI

TAMAN KANAK-KANAK BUAH HATI KOTA JAMBI

Tesis, Pendidikan Anak Usia Dini Islam, Pascasarjana UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi, 2019.

Di Indonesia isu anak dengan gangguan autis muncul sekitar tahun

1900-an yang kemudian dikenal secara luas sekitar tahun 2000-an. Hasil

observasi yang dilakukan peneliti di lapangan diperoleh data bahwa anak

dangan gejala autis mengalami gangguan dalam hal motorik halusnya.

Keterampilan motorik halus sangatlah penting, karena diperlukan untuk

aktivitas sehari-hari.

Pada anak usia dini motorik halus digunakan pada beberapa

kegiatan belajar, misalnya anak akan mengerjakan tugas seperti merobek,

menggunting, menempel, menulis, mewarnai dan sebagainya, kegiatan-

kegiatan tersebut mengandalkan kekuatan otot kecil pada tangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterampilan motorik

halus anak sebelum melakukan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel, (2) kemampuan motorik halus anak pada saat melaksanakan

kegiatan, (3) keterampilan motorik halus anak setelah melakukan

kegiatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan

keterampilan motorik halus yaitu pada kondisi prasiklus sebesar 48,14%

meningkat pada siklus I menjadi 64,9% , pada siklus II meningkat sebesar

74,07% dan pada siklus III menjadi 92,12% dengan kriteria berkembang

sangat baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran

yang menarik dapat mengembangkan keterampilan mencoret, merobek

dan menempel dan meningkatkan perkembangan motorik halus anak di

Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi.

Kata kunci: Anak Autis, Keterampilan Motorik Halus, Mencoret,

Merobek, Menempel

Page 9: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

ix

ABSTRAC

Sujana,SCRATCH, RIPING AND PURCHASING ACTIVITIES (3M)

IMPROVING AUTOMATIC FINE SKILL SKILLS IN TAMAN KANAK-

KANAK BUAH HATI KOTA JAMBI

Thesis, Early Childhood Islamic Education, Postgraduate UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi, 2019.

In Indonesia the issue of children with autistic disorders emerged

around the 1900s which was then widely known around the 2000s. The

results of observations conducted by researchers in the field obtained data

that children with autistic symptoms experience disruption in terms of fine

motor skills. Fine motor skills are very important, because they are needed

for daily activities.

In fine motor age early childhood is used in several learning

activities, for example children will do tasks such as tearing, cutting,

sticking, writing, coloring and so on, these activities rely on the strength of

small muscles in the hand.

This study aims to find out (1) fine motor skills of children before

carrying out activities to cross out, tear and stick, (2) fine motoric skills of

children when carrying out activities, (3) fine motor skills of children after

doing activities.

The results showed that there was an increase in fine motor skills,

namely in pre-cycle conditions of 48.14% increased in the first cycle to

64.9%, in the second cycle increased by 74.07% and in the third cycle to

92.12% with criteria developed very well.

Thus it can be concluded that with interesting learning can develop

the skill of crossing, tearing and sticking and improving the development of

fine motor skills of children in Buah Hati Kindergarten, Jambi City.

Keywords: Autistic Children, Fine Motor Skills, Crossing, Tearing, Sticking

Page 10: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

semesta alam yang maha kuasa, atas limpahan rahmat dan karuni-Nya,

serta telah memberikan kekuatan kepada penulis hingga selesainya tesis

ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita

Nabi Agung Muhammad SAW.

Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar Magister dalam Pendidikan Anak

Usia Dini Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi. Untuk kesempurnaan

tesis ini, baik secara metodologi maupun analisis, penulis sangat berharap

kritik dan saran konstruktif dari pembaca.

Selama proses penyelesaian tesis ini banyak pihak yang memberikan

kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terimakasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husien Ritonga, MA selaku direktur

Pascasarjana UIN STS Jambi

2. Bapak Prof. DR. H. Ahmad Syukri, MA selaku pembimbing I

3. Bapak DR. Musa, M.Pd selaku pembimbing ll

Terima kasih dan penuh hormat penulis sampaikan kepada Yth.

Bapak dan Ibu dosen yang telah menguji dan memberikan kuliah kepada

penulis selama menuntut ilmu di Pascasarjana Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah menjadi pembimbing dan

pengampu mata kuliah dan membantu dalam birokrasi pengurus selama

penulis studi di Pascasarjana UIN STS Jambi.

Demikian juga terima kasih kepada ibu pengelola perpustakaan dan

segenap karyawannya yang telah banyak membantu penulis dalam

menemukan rujukan yang berkenaan dengan tesis ini.

Page 11: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

xi

Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada Ketua Lembaga,

guru, dan teman sejawat di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

yang telah memberikan sejumlah data dan informasi penting yang penulis

butuhkan dalam mendukung penyelesaian tesis ini. Serta Ketua Lembaga

dan guru di TK Islam An-Nur tempat peulis bertugas atas dukungannya

serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam

lembaran ini.

Akhirnya penulis menyadari tidak ada seorang pun yang sempurna,

karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga segala amal

kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah yang

akan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan

penulis dapat menjadikan hasil karya ini bermanfaat bagi penulis sendiri

dan harapan penulis juga dapat bermanfaat bagi semua orang yang

berkenan dengan hasil karya ini.

Amiin Ya Robbal „alamiin….

Jambi, April 2019

Penulis

S U J A N A

MPU. 16.2.2591

Page 12: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i LEMBAR LOGO .................................................................................. ii HALAMAN NOTA DINAS ................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ........................... iv HALAMAN PENGESAHAN................................................................. v HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... vi HALAMAN MOTTO ............................................................................. vii PERSEMBAHAN ................................................................................. viii ABSTRAK ........................................................................................... ix ABSTRACT ......................................................................................... x KATA PENGANTAR ........................................................................... xi DAFTAR ISI ......................................................................................... xii DAFTAR BAGAN ................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv DAFTAR DIAGRAM ............................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN

A. ......................................................................................... Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. ......................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................. 27

C. ......................................................................................... Batasan dan Fokus Penelitian .............................................. 28

D. ......................................................................................... Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 28

BAB II. LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN YANG DIGUNAKAN DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. .......................................................................................... Land

asan Teori 1. .................................................................................... Peng

ertian Anak Autis ..................................................... 30 2. .................................................................................... Ciri-

ciri Anak autis ........................................................... 34 B. ......................................................................................... Kajia

n Tentang Kegiata (3M) 1. .................................................................................... Peng

ertian Mencoret ................................................. ........ 43 2. .................................................................................... Mero

bek .................................................................... ........ 48 3. .................................................................................... Men

empel ................................................................. ....... 49 C. ......................................................................................... Kajia

n Tentang Motorik Halus

Page 13: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

xiii

1. .................................................................................... Pengertian Motorik Halus........................................... ........ 52

2. .................................................................................... Perkembangan Motorik ............................................. ....... 56

3. .................................................................................... Tahap Perkembangan Motorik ................................ ........ 58

D. ......................................................................................... Konsep model tindakan yang digunakan ................................ 64

E. ......................................................................................... Penelitian yang relevan ........................................................... 66

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. ......................................................................................... Pendekatan Penelitian ............................................................ 75

B. ......................................................................................... Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 76

C. ........................................................................................ Jenis dan Sumber Data ........................................................... 76

D. ........................................................................................ Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 77

E. ......................................................................................... Teknik Analisis Data ............................................................... 81

F. ......................................................................................... Validasi Data .......................................................................... 83

G. ........................................................................................ Prosedur Penelitian................................................................ 85

H. ........................................................................................ Pelaksanaan dan Waktu Penelitian ....................................... 94

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. ......................................................................................... Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 96

B. ......................................................................................... Hasil Penelitian ....................................................................... 98

C. ........................................................................................ Analisis Hasil Penelitian ......................................................... 123

BAB V. PENUTUP

A. ......................................................................................... Kesimpulan .......................................................................... 128

B. ......................................................................................... Implikasi ............................................................................... 129

C. ........................................................................................ Rekomendasi ........................................................................ 129

D. ........................................................................................ Kata Penutup ......................................................................... 131

Page 14: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

xiv

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 133 RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 137 LAMPIRAN .......................................................................................... 138

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Siklus Penelitian ................................................................. 45 Bagan 4.1. Struktur Kepengurusan Taman Kanak-kanak Capacity Building

Center Mawaddah Warrahmah Kota Baru Jambi Tahun Pelajaran 2016-2017 ........................................................... 58

Page 15: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kemampuan Gerak Lokomotor Anak pada Kondisi Awal 10 Tabel 2.1 Geraka dasar dan kualitas gerak 21 Tabel 2.2 Standar Isi tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan

Anak Usia 5-6 Tahun dalam Aspek Perkembangan Motorik ........................................................................... 40

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Gerak Lokomotor Pada Anak 46 Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kemampuan Permainan Gerak Lokomotor

Anak Dalam Pengembangkan Kemampuan Seni Tari 53 Tabel 4.1 Nama-nama Guru Taman Kanak-kanak Capacity Building

Center Mawaddah Warrahmah ......................................... 55 Tabel 4.2 Kelompok Belajar Taman Kanak-kanak Capacity Building

Center Mawaddah Warrahmah ......................................... 57 Tabel 4.3 Nama Anak Kelompok Apel Taman Kanak-kanak Capacity

Building Center ................................................................ 58 Tabel 4.4 Keadaan Sarana Taman Kanak-kanak Capacity Bilding Center

Mawaddah Warrahmah ..................................................... 59 Tabel 4.5 Keadaan Prasarana Taman Kanak-kanak Capacity Bulding

Center Mawaddah Warrahmah ........................................ 60 Tabel 4.6 Melakukan Gerakan Tubuh Secara Terkoordinasi Prasiklus 63 Tabel 4.7 Melakukan Gerakan Terkoordinasi Prasiklus .................... 64 Tabel 4.8 Menirukan Gerakan Tari Kreasi Prasiklus ......................... 65 Tabel 4.9 Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Prasiklus 67 Tabel 4.11 Melakukan Permainan Fisik Siklus I .................................. 75 Tabel 4.12 Melakukan Koordinasi Siklus I .......................................... 77 Tabel 4.13 Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus I ............................. 78 Tabel 4.14 Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus I. 80 Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotr Anak Pada

Prasiklus dan Siklus I ........................................................ 81 Tabel 4.16 Melakukan Permainan Fisik Siklus II ................................. 92 Tabel 4.17 Melakukan Gerakan Koordinasi Siklus II ........................... 93 Tabel 4.18 Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus II ........................... 94 Tabel 4.19 Persentase Perkembangan Kemampuan Gerak Lokomotor

Anak Siklus II .................................................................... 97 Tabel 4.20 Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus II 98 Tabel 4.22 Melakukan Permainan Fisik Siklus III ................................ 107 Tabel 4.23 Melakukan Gerakan Terkoordinasi Siklus III ..................... 108 Tabel 4.24 Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus III ........................... 109 Tabel 4.25 Persentase Perkembangan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus III ................................................................... 111 Tabel 4.26 Perbandingan Persentase Perkembangan Kemampuan

Gerak Lokomotor Anak Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ........................................................................... 112 Tabel 4.27 Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Siklus III ...... 114 Tabel 4.28 Data Hasil Pengamatan Perkembangan Kemampuan

DAFTAR DIAGRAM

Page 16: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

xvi

Diagram 4.1. Melakukan Permainan Fisik Prasiklus ........................ 65 Diagram 4.2. Melakukan Gerkan Terkoordinasi Prasiklus ............... 67 Diagram 4.3. Menirukan Gerakan Tari Kreasi Prasiklus .................. 67 Diagram 4.4. Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Prasiklus 70 Diagram 4.5. Melakukan Permainan Fisik Siklus I ........................... 78 Diagram 4.6. Melakukan Gerakan Koordinasi Siklus I ..................... 80 Diagram 4.7. Mengikuti Gerkan Tari Kreasi Siklus I ......................... 81 Diagram 4.8. Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus I 83 Diagram 4.8. Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Pada Prasiklus dan Siklus I ........................................ 92 Diagram 4.10.Melakukan Permainan Fisik Siklus II ......................... 93 Diagram 4.11.Melakukan Gerakan Terkoordinasi Siklus II ............... 95 Diagram 4.12.Mengikuti Gerak Tari Kreasi Siklus II ......................... 95 Diagram 4.13.Persentase Perkembangan Gerak Lokomotor Anak Siklus II ............................................................. 97 Diagram 4.14.Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ................................................... 99 Diagram 4.15. Melakukan Permainan Fisik Siklus IIII ...................... 107 Diagram 4.16. Melakukan Koordinasi Gerak Siklus IIII ..................... 108 Diagram 4.17. Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus IIII ................... 109 Diagram 4.18.Persentase Perkembangan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus III ............................................................ 113 Diagram 4.19.Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus III ...................................................................... 116 Diagram 4.20.Hasil Pengamatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak

Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ................... 117

Page 17: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.ProgramTahunan (Prota) .................................................. 131 Lampiran 2. Program Semester (Prosem) ……………………… ........ 132 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan/ RPPM147 Lampiran 4. Rancana Pelaksanaan Pembelajaran Harian/ RPPH..... 168 Lampiran 5. Catatan Lapangan.......................................................... 186 Lampiran 6. Wawancara .................................................................... 222 Lampiran 7. Validasi Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Gerak Gerak Lokomotor Anak ............................................... .. 224 Lampiran 8. Lembar Observasi Kemampuan Gerak Lokomotor pada Anak Usia 5-6 tahun ..................................................... 226 Lampiran 9. Rubrik Penilaian KemampuanGerak Lokomotor Anak .... 230 Lampiran 10. Tabulasi Data ............................................................... 240 Lampiran 11. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................. 253

Page 18: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar setiap

individu untuk menjalani kehidupan, tidak memandang dari fisik maupun

fsikisnya, yang sempurna maupun yang tidak sempurna anggota tubuhnya

seperti tuna netra, tuna daksa, tuna grahita dan lain sebagainya. karena

pendidikan memiliki tujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih

baik. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas pendidikan harus

dilakukan sejak usia dini.2

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai anak berusia 6

tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.3 Pendidikan

anak usia dini harus dipersiapkan secara terancang dan bersifat holistic-

integratif agar di masa emas anak perkembangan anak mendapatakan

stimulasi yang utuh, untuk mengembangkan berbagai potensi yang

dimilikinya.4

Pendidikan sangatlah penting diberikan kepada Anak Usia Dini

untuk membantu tumbuh kembang anak, seperti mengembangkan pribadi,

pengetahuan dan keterampilannya.5 Pendidikan sangat penting dalam

proses pengembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh manusia.

Melalui pendidikan manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan dan

melalui pendidikan pula Allah swt akan meninggikan derajat seseorang

yang memiliki ilmu.

2 Ucu Sulastri dan Wahyudi, Super Teaching, ( Jakarta Timur : Luxima Metro Media ,

2015 ), hal : 3 3 Meity H. Idris , Sabil Risaldy, Panduan Mengatasi Permasalahan Anak Usia Dini

(Jakarta Timur : Luxima, 2015 ), hal : 19 4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan, Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hal : 1 5 Ibid.,

Page 19: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

2

Hak-hak yang dimiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) berdasar

pada landasan yuridis formal yang meliputi 1).UUD 1945 (amandemen)

pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat

(2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah

wajib membiayainya.6 2).Undang-undang N0.20 tahun 2003 Sistem

Pendidikan Nasional Pasal 3. Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7 3).Undang-

undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pasal 51. Anak

yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan diberikan

kesempatan yang sama dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan

biasa dan pendidikan luar biasa.8

Seorang anak dilahirkan adalah amanah, diberikannya ilmu

pengetahuan yang kemudian berkembang seiring bertambah usianya..

Surah Al-Anfal/8:27

سول وتخونوا أماناتكم وأنتم والره ها الهذن آمنوا ل تخونوا الله ا أ تعلمون

Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati (amanah) Allah dan Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanah-amanah yang diamanatkan kepada kalian, sedangkan kamu mengetahui”. (Q.S. al-Anfal/8:27)9

Surah Al-Anfal ayat 27 dalam Alquranulkarim menegaskan

bahwasanya ketika Allah dan Nabi Muhammad SAW menitipkan amanah

kepada manusia khususnya amanah yang diberikan kepada kita seorang 6 UUD Negara Republik Indonesia Pasalt 31. Ayat 1, 2

7 UU N0.20 Tahun 2003 Tentang: sistem Pendidikan Nasional. Pasal.3

8 UU No.23 Tahun 2002 Tentang: Perlindungan anak

9 QS. Al-Anfal Ayat 27)

Page 20: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

3

anak, hendaknya dijaga, dipelihara serta diperhatikan hak dan

kewajibannya serta memberikannya ilmu pengetahuan kepada mereka.

Tidak memandang anak kita sempurna ataupun ada kekurangan fisik

maupun mentalnya, karena dihadapan Allah hanya ketakwaannya yang

dinilai. Kita akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang diamanatkan

Allah tersebut.

Anak usia dini sering juga disebut dengan golden age atau usia

emas karena rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai aspek.10 Kenapa

Periode ini disebut sebagai masa keemasan? Sebab, pada masa itu otak

anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat

pesat, dan otak merupakan kunci utama bagi pembentukan kecerdasan

anak.

Periode ini dimulai sejak janin dalam kandungan hinga usia 6

(enam) tahun. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan otak anak

mencapai 80 % dari otaknya di masa dewasa kelak. Artinya diatas periode

ini, perkembangan otak hanya 20 % saja.11 Perkembangan anak pada

tahun tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya

dimasa depan. Anak adalah individu yang berbeda unik, dan memiliki

karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu

upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui

belajar dan melalui bermain (Learning through games).12

Masa kanak-kanak merupakan salah satu masa terpenting dalam

rentang kehidupan manusia. Sebab, ia menjadi pijakan fase-fase

selanjutnya dalam proses pendidikan dan pembinaan pribadi.13 Kehidupan

pada masa anak merupakan suatu periode yang disebut dengan periode

kritis ataupun periode sensitif dimana kualitas perangsangan harus diatur

sebaik-baiknya, tentunya memerlukan intervensi baik dari guru maupun

10

Siti Aisyah, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2010), hal. 1.7. 11

Suyadi, M.Pd.I.Psikologi belajar PAUD .Yogyakarta. Pedagogia. 2010 .Hal. 24 12

Asmawati, luluk, DKK, Pengelolaan kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, (Tangerang selatan : Universitas Terbuka, 2013) hal.1.3 13

Hanan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan di Masa Kanak-kanak, Terjemahan aan Wahyudin (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2015), hal. ix.

Page 21: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

4

orang tua.14Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Blooms dalam Wijana mengemukakan bahwa separuh potensi manusia

sudah terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun,

dan 30% terbentuk pada usia 4-8 tahun.15

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa masa usia dini

merupakan periode yang penting dalam rentang kehidupan manusia. Oleh

karena itu rentang usia dini merupakan saat yang paling tepat untuk

mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan anak, sehingga

pengembangan potensi secara terarah pada usia tersebut akan

berdampak pada kehidupan masa depannya. Salah satunya dengan

pemberian rangsangan pendidikan sejak usia dini.

Anak yang mendapat pendidikan sejak usia dini akan dapat

meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental, sehingga

akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan berbagai potensi

yang dimilikinya. Potensi yang dimiliki oleh anak perlu dikembangkan

secara optimal. Perlu usaha dan kerja keras dalam mendidik anak agar

tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya. Sebagaimana sabda

Rasulallah SAW:

عن ابى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه

رنه او وسلم : دانه او ينص كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهو

سنه )رواه البخارى ومسلم ( يمج

Artinya: Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulallah SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R Bukhori dan Muslim)16

Berdasarkan hadist tersebut dapat diketahui bahwa peran orang

tua dalam mendidik anaknya sangatlah penting. Sebagai orang tua harus

dapat menumbuhkan segala kemampuan anak dalam rangka menjadikan

14

Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 3. 15

Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Tanggerang Selatan ; Universitas Terbuka, 2012), hal : 3.14 16

Ahmad Mudjab Mahalli, Hadist-hadist Mutaffah ‘Alaih, (Jakarta : Kencana, 2008, hal : 579.

Page 22: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

5

ia menjadi manusia yang seutuhnya dengan memberikan pendidikan

terbaik bagi anak-anaknya sejak usia dini.

Piaget dan Vigotsky dalam Badru mengemukakan bahwa

pentingnya aktivitas bermain sebagai sarana untuk pendidikan anak,

terutama yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas berpikir.

Mereka berpendapat bahwa aktifitas bermain juga dapat menjadi akar

bagi perkembangan prilaku moral.17Seorang pakar pendidikan

mengatakan bahwa “pendidikan akan berhasil melalui gerakan dan

melalui gerakan terwujudlah pendidikan”.18

Dunia anak adalah dunia bermain.19 Kegiatan bermain merupakan

bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam

perkembangan kepribadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar

mengisi waktu, tetapi media baginya untuk belajar.20Dengan bermain,

seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik.21

Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan

Nasional Nomor 20 Tahun 2013 pasal 1 dan 3 disebutkan bahwa pasal 1

pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia delapan tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.22

Menurut Susarno, Lamijan Hadi dan Roesminingsih “Pendidikan

dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek

kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai serta

sikapnya dan keterampilannya. Pendidikan pada hakikatnya akan

mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih.

Secara yuridis istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Sedangkan menurut

Bredekamp dan Copple mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini

17

Badru Zaman, Media dan Sumber Belajar TK, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2010), hal : 1.12 18

Montolalu,Op.Cit, hal : 4.21 19

Meity.H.Idris, Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan, (Jakarta : Luxima , 2015), hal : 113 20

Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita, & Bernyanyi, ( Jakarta : Luxima, 2015), hal : 42 21

Emmy Soekresno, Panduan Memilih 20 Mainan Terbaik Sepanjang Masa, ( Jakarta : Luximo, 2015), hal : 13 22

Kurikulum Taman Kanak-Kanak, Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman

Kanak-kanak, (Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional), 2010

Page 23: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

6

mencakup berbagai program yang melayani anak sejak lahir sampai

dengan usia delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan

perkembangan intelektual, sosial, emosional, bahasa dan fisik anak.

PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.23.

Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat perlu dipahami

sebab setiap anak tidaklah sama, setiap anak itu unik dan semuanya

secara individual, menawarkan kontribusi yang berharga bagi kebudayaan

manusia24.

Pendidikan anak usia dini khususnya yang memerlukan perhatian

lebih dari anak normal pada umumnya seperti anak autis. Anak

Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah sebagai pengganti istilah lama anak

cacat atau penyandang cacat. Sebenarnya istilah anak bekebutuhan

khusus adalah untuk menunjuk mereka yang memiliki kelainan fisik,

emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial. Pemerintah memahami

pada kondisi yang memiliki kekurangan dan kelebihan kemampuan

khususnya dalam bidang pendidikan. Itulah Anak Berkebutuhan Khusus.

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,

dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan negara. Hak anak yang wajib dipenuhi diantaranya

adalah hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.

Anak berkebutuhan khusus usia dini juga berhak mendapatkan

layanan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus harus mendapatkan

perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang layak dan

bermutu. Agar anak berkebutuhan khusus mendapat pengajaran yang

benar maka perlu diiperhatikan jenis-jenis berkebutuhan khusus (ABK).

Cerebral palsy, gangguan /hambatan karena kerusakan otak (brain

injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik. Gifted, anak

yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung

23

Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,”Panduan PAUD” (Pendidikan Anak Usia Dini)

,(Jakarta: Gaung Persada Grroup, Januari 2013), hal. 1. 24

Linda Campbell, Bruce Campbel dan dee. Metode Praktis Pembelajaran Berbasisi Multiflligencis Terjemahan tim Intuisi (Jakarta: Intuisi Press 2014)

Page 24: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

7

jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya

(anak normal). Autistis atau autisme, gangguan perkembangan anak yang

disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang

mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

Autisme adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan

berpengaruh terhadap komunikasi verbal maupun nonverbal serta

interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang

berpengaruh jelek terhadap kinerja pendidikan anak”. Pendapat lain juga

mengatakan anak yang mengalami gangguan autistik mengalami

permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut meliputi,

motorik, sensorik, kognitif, intrapersonal, interpersonal, perawatan diri,

produktivitas, serta leisure. Dalam hal ini diketahui bahwa anak autis

memiliki ketrampilan motorik kasar maupun motorik halus yang buruk.

Dalam memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anak yang

sulit berkomunikasi harus tepat, karena apabila keliru pendekatan dan

terapi sangat beresiko menghambat perkembangan intelegensia anak.

Tidak selamanya anak-anak yang sulit berkomunikasi itu adalah anak tuna

grahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme.

Menurut Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan SLB Depdiknas,

Autisme adalah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan

berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain, dan

emosi. Penyebabnya karena antara jaringan dan fungsi otak tidak sinkron,

ada yang maju pesat sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja. Survey

menunjukkan anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi

menengah ke atas.

Di Indonesia isu anak dengan gangguan autis muncul sekitar tahun

1900-an yang kemudian dikenal secara luas sekitar tahun 2000-an.25

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan diperoleh data bahwa

anak dangan gejala autis mengalami gangguan dalam hal motorik

halusnya. Keterampilan motorik halus sangatlah penting, karena

diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Pada anak usia dini motorik halus

digunakan pada beberapa kegiatan belajar, misalnya anak akan

25

Joko Yuwono, M.Pd. Memahami Anak Autis (Kajian Teoritik dan Empiri) .( Bandung : Penerbit Alfabeta. 2009 : xii)

Page 25: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

8

mengerjakan tugas seperti menggunting, menempel, menulis, mewarnai

dan sebagainya, kegiatan-kegiatan tersebut mengandalkan kekuatan otot

kecil pada tangan.

Observasi yang peneliti lakukan di TK Buah Hati Kota Jambi

menemukan masalah yaitu masih ada anak autis yang belum bisa

menggenggam benda-benda yang kecil maupun merangkai benda-benda

kecil dalam artian meronce. Hal ini pasti sangatlah mengganggu kegiatan

sehari-hari anak, seperti halnya anak belum mampu untuk memegang

pensil sehingga anak belum bisa menulis, anak tidak bisa memfokuskan

benda yang dipegang sehingga arah yang dituju tidak beraturan, hal-hal

tersebutlah yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari anak yang

mana dapat kita bantu melalui suatu proses pembelajaran.

Saat ini inovasi dalam pembelajaran dapat diakukan dalam segala

aspek pembelajaran, mulai dari media pembelajaran, metode

pembelajaran, bahan atau sumber pembelajaran bisa dijadikan sasaran

inovasi agar pembelajaran yang diberikan kepada anak lebih efektif dan

efisien, selain harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak itu

sendiri. Salah satu inovasi yang bisa dilakukan adalah menerapkan suatu

metode pembelajaran yang menarik perhatian anak, sehingga anak akan

fokus terhadap pembelajaran yang berlangsung.

Ragam media tentunya tidak akan digunakan seluruhnya secara

serentak dalam kegiatan pembelajaran , untuk itu perlu dilakukan

pemilihan media tersebut. Untuk membuat media pembelajaran harus

mempertimbangkan media tersebut. Ada beberapa faktor yang harus

dipertimbangkan pendidik dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :

tujuan instruksional, efektivitas dan keadaan siswa26. Metode

pembelajaran merupakan cara yang dipergunakan guru dalam

mengadakan hubungan guru dengan siswa pada saat berlangsungnya

pembelajaran.

Dalam hal ini kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang

utntuk merasakan perasaan orang lain. Untuk itu orang tua dan guru

membawa dalam mencari media pembelajaran selain di dalam ruangan

26

Mursid, M.Ag . Belajar dan Pembelajaran PAUD (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2015) Hal 97

Page 26: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

9

kelas. Menurut soegeng santoso yang dikutif hendra sofyan “anak yang

berusia 4 sampai 8 tahun adalah fase hubungan pribadi dengan

lingkungan sosial , oleh karena itu pada usia ini perlu dikembangkan rasa

sosial anak.27

Pendidikan luar biasa banyak mengenal macam-macam anak

berkebutuhan khusus, salah satunya anak autis. Anak autis juga

merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu

keterampilan, maupun akademik Anak autis memiliki gangguan dalam

proses perkembangan neurobiologis berat yang terjadi dalam 3 tahun

pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan gangguan pada bidang

komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan fungsi adaptif, sehingga

menyebabkan anak-anak tersebut seperti manusia “aneh” yang seolah-

olah hidup dalam dunianya sendiri. Kelainan perkembangan yang luas

dan berat, mempengaruhi anak secara mendalam untuk berkomunikasi

dan berhubungan dengan orang lain. Gangguan tersebut mencakup

bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku.

Perlu diingat bahwa ada banyak kemungkinan untuk gejala-gejala

autis yang mungkin ditampilkan oleh pengidapnya dan itu tidak selalu

persis sama, misalnya ada kesulitan berbicara dan berbahasa tidak selalu

menandakan adanya gejala autis pada anak. Sebaliknya kitapun harus

ingat bahwa anak yang pandai berbicara dan berbahasapun dapat saja

dia terdiagnosisi spektrum autis28.

Pendidikan berkebutuhan khusus hendaknya disesuaikan

kemampuan intelektual dan pemahaman anak, sebelum anak

berkebutuhan khusus masuk kedalam pendidikan formal. Sebaiknya

orang tua memahami sepenuhnya kemampuan intelektual, emosi dan

interaksi , motorik anak yang berkebutuhan khusus, berdasarkan hasil

pemeriksaan para ahli berkembang hal ini sangat penting untuk memilih

pendidikan yang tepat dengan kemampuan dan potensi anak.29 Anak autis

27

Hendra Sofyan. Perkembangan AUD dan Cara Praktis Peningkatannya, (Jakarta: Infomedika, 2014), Hal. 28 28

Andri Piyatna, Amajing Autis, Memahami, Mengasuh, dan Mendidik Anak Autis (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010) 29

Mahdalela, S.Psi, Psikolog. Aananda Berkebutuhan Khusus (Penanganan Perilaku epanjang Rentang Perkembangan) (Graha Ilmu : 2013 Hal.40)

Page 27: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

10

mempunyai karakteristik antara lain berlebihan terhadap rangsang,

kurangnya motivasi untuk menjelajah lingkungan baru, kurangnya respon

stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial, dan respon unik

terhadap imbalan (reinforcement), khususnya imbalan dari stimulasi diri.

Pada umumnya anak autis memiliki kondisi fisik yang sama dengan

anak normal. Anak autis memiliki keterbatasan dari segi interaksi sosial,

yaitu dapat dikenali dengan mengamati interaksi sosialnya yang ganjil

dibandingkan anak pada umumnya, dari segi komunikasi dan pola

bermain, anak autis mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam

berbahasa dan berbicara, sedangkan dari segi aktivitas dan minat, anak

autis menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.

Berdasarkan penjabaran karakteristik di atas, anak autis cendrung tidak

tertarik pada lingkungan sekitarnya, memiliki gangguan komunikasi dan

menolak jika rutinitasnya diubah.

Anak tidak melakukan dengan tepat sesuai dengan lingkungan

sekitar. Prilaku anak-anak tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari

teman-teman sebanya. Anak-anak tidak melakkan apa yang kita ingin

mereka lakukan atau ketika kita ingin mereka untuk melakukan sesuatu

atau bagaimana hal itu dilakukan.30 Kesulitan sosial dari individu autistik,

Kanner melihat ciri-ciri yang tidak biasa dalam sejarah klinis dari anak-

anak tersebut Kanner mendiskripsikan bahwa anak-anak autistik memiliki

gangguan yang sangat berat dalam aspek komunikasi.

Secara umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, di

samping mengalami gangguan pada kemampuan intelektual serta fungsi

saraf. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan

ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya,

akan tetapi tidak semua gejala tersebut ada pada anak autis.

Gejala dapat beragam sehingga tampak bahwa tidak ada anak

autis yang benar-benar sama dalam tingkah lakunya. Selain itu,

karakteristik anak autis antara lain kemampuan motorik yang kurang baik,

30

Dr. Hasdianar HR “Autis pada anak Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan” ( Yogyakarta:Nuha Medica. 2013 Hal.55)

Page 28: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

11

gerakan yang kurang luwes, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam

keterampilan menulis yang melibatkan gerakan motorik dari tangan.

Autism dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui

pada minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas

sosial ekonomi maupun semua etnis dan ras. Penderita autis sejak awal

kehidupan tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa.

Sangat terbatas pada kemampuan bahasa dan sangat terobsesi agar

segala sesuatu tetap pada keadaan semula (sama)31. Pengaruh dari sitem

syaraf yang tidak sempurna sehingga menghambat perkembangan fungsi

motorik halusnya.

Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok

otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan

kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup

pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.

Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun

gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Terdapat berbagai cara anak dalam belajar keterampilan motorik,

meniru dan dan pelatihan yang memberikan hasil berbeda. Oleh karena

itu diperlukan perhatian yang besar dalam metode atau cara yang

digunakan anak untuk belajar keterampilan motorik.32 Semakin baiknya

gerakan motorik halus anak dapat berkreasi, seperti merobek,

menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta menganyam.

31

DR. Mujito. AK. M.Si, DR. Praptono, Drs. Asep Jiehad, M.Pd “Pendidikan Anak Autis. Departemen Pendidikan an Kebudayaan. 32

Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI, (Jakarta, 2011) Hal. 16

Page 29: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

12

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-

tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui

kegiatan dan rangsangan yang diberikan secara rutin.

Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda baik dalam hal

kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh

pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkan. Berdasarkan salah satu

karakteristik anak autis yaitu kemampuan motorik yang kurang baik dan

gerakan yang kurang luwes, maka akan digunakan media yang sesuai

dengan karakteristik anak autis untuk meningkatkan keterampilan motorik

halus anak autis.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak autis di Taman

Kanak-kanak Buah Hati, ditemukan permasalahan di dalam pembelajaran

keterampilan motorik halus antara lain

1). masih terdapat anak autis di sekolah yang mengalami kesulitan dalam

keterampilan motorik halus seperti kekakuan pada pergelangan tangan,

kesulitan saat menggerakkan jari-jari tangan dan kurangnya koordinasi mata

serta tangan sehingga membuat anak mengalami keterlambatan dalam

kegiatan yang menggunakan keterampilan tangan seperti menulis/mencoret,

merobek/menggunting, dan melipat. 2). masih terbatasnya kreatifitas dalam

penggunaan media untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak

autis. 3). media pembelajaran belum dimaksimalkan dalam pembelajaran

keterampilan motorik halus pada anak Autis di TK Buah Hati Kota Jambi

Aktifitas anak terjadi dibawah kontrol otak, secara simultan dan

berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima.

Bersamaan dengan itu otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem

syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol akan mendiktekan setiap

Page 30: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

13

gerak anak, dalam rangka perkembangan motorik berhubungan dengan

perkembangan kemampuan gerak anak.33

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat

berkreasi seperti merobek, menggunting kertas, dengan hasil guntingan yang

lurus, menggambar sederhana, menjahit, menganyam kertas, menajamkan

pinsil dengan rautan pinsil. Namun tidak semua anak memiliki kematangan

untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.34 Kegiatan 3M

dalam pembelajaran keterampilan motorik halus merupakan media

pembelajaran yang bersifat interaktif dan tidak terkesan monoton yang

bertujuan untuk melatih kelenturan otot-otot jari anak dan untuk

menghindarkan rasa jenuh.

Kegiatan Mencoret, Merobek dan Menempel (3M) dipilih karena

kegiatan ini dapat memberikan pembelajaran yang tidak bersifat monoton,

sehingga membuat anak lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran

keterampilan ini. Dalam kegiatan 3M terdapat dua keterampilan yang akan

diajarkan pada anak, yaitu mencoret, merobek, melipat dan menempel. Saat

melipat kertas maka jari-jari anak akan bertambah terampil dan menjadi

dasar untuk pengenalan bentuk, pembagian dan geometri, sedangkan saat

menggunting merupakan salah satu cara untuk melatih kelenturan otot-otot

jari anak. Kegiatan menggunting kertas juga berguna untuk melatih

koordinasi antara mata dan tangan anak.

Menurut Gardner dalam multiple intelligences ada 9 kecerdasan yang

dimiliki seorang anak yaitu meliputi 1) kecerdasan Verbal-Linguistik, yaitu

cerdas kata,dan bahasa. 2) kecerdasan Logis -Matematis,yaitu cerdas

angka. 3) kecerdasan visual-spasial cesdas gambar-warna. 4).Kecerdasan

musukal yaitu cerdas music dan lagu. 5) kecerdasan kinestetik, yaitu cerdas

33

Bambang Sujiono dkk “Metode Pengembangan fisik / perkembangan motorik anak usia dini (Jakarta. Universitas Terbuka : 2014 Hal.1.3) 34

Ibid. Hal. 1.14

Page 31: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

14

gerak. 6).kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan untuk mengamati dan

mengerti kemauan, motivasi dan perasaan orang lain. 7) kecerdasan

intrapersonal, yaitu kemampuan seorang anak memahami kekuatan dan

kelemahan didalam diri. 8 kecerdasan naturalis, yaitu kemampuan untuk

mengenali, membedakan, mengungkap dan membuat rincian terhadap apa

yang dilihatnya dan ditemuinya baik dialam maupun dilingkungan. 9)

kecerdasan intuisi, yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengetahui

suatu hal tanpa alasan tertentu.35 Oleh karena itu, pendidik juga harus

memahami berbagai macam jenis kecerdasan peserta didiknya dengan

berbagai macam karakteristik di setiap tahap perkembangannya. Donald C.

Orlich mengungkapkan bahwa: Sebagai pendidik, tujuan utamanya adalah

mengembangkan potensi setiap peserta didik di sekolah.36

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan

usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan

untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak

agar anak memliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.37

Sebagai mana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:

مع والبصار ئا وجعل لكم السه هاتكم ل تعلمون ش أخرجكم من بطون أمه والله

والفئدة لعلهكم تش كرون

Artinya: “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”38

(Q.S.An-Nahl, Ayat 78)

35

Takkiratul Musfiroh, Op. Cit, hal.1.12. 36

Donald CF. Orlich, “Teaching Strategies – A Guide to Effective Instruction”, (Boston:Wadsworth, 2010).hal.8

37 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,”Panduan PAUD” (Pendidikan Anak Usia Dini) ,(Jakarta: Gaung Persada Grroup, Januari 2013), hal. 1.

38 QS. An-Nahl Ayat: 78

Page 32: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

15

Disamping ayat-ayat Al-Qur‟an banyak juga hadist Nabi yang

menjelaskan tentang pentingnya pendidikan anak. seperti yang diriwayatkan

oleh At-Tirmidzi :

Artinya : “ Rasulullah SAW bersabda “Sungguh, seorang laki-laki mendidik anaknya itu lebih baik daripada bersedekah setiap hari sebanyak setengah sha‟.” (Diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi)39

Bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan individu yang

sifatnya menyenangkan yang bepungsi untuk membantu individu mencapai

perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan

emosional,Bermain dengan mainan sangat bermafaat bagi anak usia dini.(0-

6) tahun.karena bemain dapat membantuh tumbuh kembang anak dan

bermanfaat.40

Dalam mencapai tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran tidak

terlepas dari media pembelajaran. Dalam mencapai tujuan pembelajaran,

kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari media pembelajaran. Dalam

konteks pembelajaran anak usia dini, media merupakan alat yang digunakan

sebagai perantara dalam menyampaikan pembelajaran pada anak usia dini.

Dengan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat, maka tujuan

pembelajaran akan mudah dicapai secara efektif dan efisien. Sebagaimana

Cep Unang dan Tini Sumartini berpendapat bahwa Tujuan penggunaan

media pembelajaran dalam pembelajaran anak usia dini adalah membantu

anak didik dalam belajar agar lebih cepat mengetahui, memahami, dan upaya

39

Forum Penelitian dan pengkajian pendidikan pesantren. Pelajaran Hadist, (Yogyakarta Hadist Attirmizi: 2015), Hal. 107.

40 Takkirotul Musfiroh,”Pengembangan Kecerdasan Majemuk”,(Jakarta:Universitas Terbuka,2010),

hal.144.

Page 33: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

16

terampil dalam mempelajari sebuah materi yang dipelajarinya, sehingga

terciptakan suasana pembelajaran yang menarik, aktif, efektif, dan efisien.41

Berdasarkan hasil observasi awal di Taman Kanak-kanak Buah Hati

Kota Jambi, ditemukan anak yang perkembangan keterampilan motoriknya

kurang optimal seperti kurang luwes kemampuan gerak atau kemampuan

motorik halus anak masih rendah, anak belum mampu melakukan kegiatan

yang menggunakan otot-otot kecil. Hal tersebut disebabkan karena guru

cenderung monoton saat kegiatan pembelajaran, serta media dan kegiatan

yang disediakan guru kurang menarik, teknik serta metode yang diberikan

guru kurang tepat dikelas. Hal tersebut sangat berpengaruh pada fisik

motorik anak.

Pendapat ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Peraturan Menteri No. 137 tahun 2014

tentang standar isi Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak untuk anak usia

5 sampai 6 sebagai berikut diantaranya: Melakukan kegiatan yang

menunjukkan anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri

dalam berbagai aktivitas misal: mengancingkan baju, menali sepatu,

menggambar, merobek, menggunting dan menempel.

Hetherington dan parke, Selama rentang usia sekolah anak lebih

mengambarkan perilaku seperti menolong dan peduli terhadap orang lain

dalam kegiatannya mengamati orang lain. Mereka pada umumnya juga

mengenali kebutuhan orang lain bahkan ketika mereka sendiri sedang

terlibat dalam suatu masalah.42

Berdasarkan Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini yang

berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir sampai

41

Cep Unang dan Tini Sumartini, “Modul Pembelajar Taman Kanak-Kanak” (Bandung, PPPPTK Dan PLB, 2016), hal.40.

42 Rini Hildayani. Psikologi perkembangan anak. (Jakarta:Universitas terbuka. 2009)

hal.10.14

Page 34: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

17

dengan usia enam tahun yaitu meliputi aspek perkembangan nilai agama dan

moral, fisik motorik, bahasa, sosial emosional, serta seni. Aspek-aspek yang

dimiliki tersebut perlu mendapat rangsangan dan perhatian yang baik.43

Dalam Standar isi tentang Tingkat pencapaian perkembangan anak

usia 5-6 tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1 STPAA perkembangan Motorik Halus anak pada usia 5-6 tahun

Lingkup Perkembangan Tingkat pencapaian perkembangan

Usia 5-6 tahun

Mengguna- kan anggota tubuh untuk pengembangan motorik kasar dan halus

1. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas 1. mengancingkan baju, 2. menali sepatu, 3. menggambar, 4. menempel menggunting, 5. Meniru bentuk 6. Melakukan eksplorasi dengan

berbagai media dan kegiatan Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci.

7. Melakukan kegiatan yang menunjuk-kan anak mampu mengguna-kan anggota badan untuk melakukan gerakan halus yang terkontrol (misal: meronce)

43

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hal. 8.

Page 35: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

18

Dari Tabel STPPA di atas dapat dilihat Lingkup perkembangan dari

aspek sosial emosional adalah kesadaran diri, Rasa tanggung jawab untuk

diri sendiri dan orang lain serta anak diharapkan memiliki Perilaku Prososial

nantinya.44

Berdasarkan Grand Tour hasil pengamatan yang dilakukan pada saat

proses pembelajaran di TK Buah Hati Kota Jambi ditemukan siswa kurang

termotivasi terhadap proses pembelajaran yang diajarkan oleh guru sehingga

proses pengembangan motorik anak autis menjadi tidak optimal. Hal ini

terlihat masih ada anak yang dalam proses pembelajaran berlangsung

kurang bersemangat.

Demikian pula dalam pembelajaran becakap-cakap. Anak masih

belum mampu berkomunikasi secara lisan, dan belum memiliki

pembendaharaan kata serta perkembangan motorik halus yang belum

maksimal. Hal ini diduga karena kurangnya media ajar yang dilakukan guru

saat guru mengajar di depan kelas, dan proses pembelajaran yang kurang

bervariasi. Sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan

membosankan.

Rendahnya motivasi anak dalam proses pembelajaran juga

dikarenakan metode dan bahan ajar yang digunakan guru kurang bervariasi,

sehingga perhatian anak selama proses pembelajaran berlangsung tidak

fokus dan tidak menarik. Siswa kurang aktif baik secara fisik, emosional, dan

psikisnya. Hal ini berakibat peserta didik menjadi pasif dalam proses

pembelajaran dan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang secara

optimal.

Untuk memperbaiki dan mengatasi permasalahan diatas maka

diperlukan upaya untuk menciptakan suasana belajar yang menarik, dengan

cara melakukan berbagai metode dan bahan ajar yang menarik dan

44

Ibid, ……hal.52

Page 36: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

19

bervariasi yang membuat anak menjadi aktif dan termotivasi dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk

membuat penelitian yang berjudul “ Kegiatan Mencoret, Merobek dan

Menempel meningkatkan keterampilan motorik halus anak autis di TK Buah

Hati Kota Jambi”

Berdasarkan kajian di atas maka perlu diadakan penelitian yang

berkaitan tentang peningkatan keterampilan motorik halus melalui media

kreasi Mencoret, Merobek dan Menempel (3M) untuk anak autis. Dengan

diadakan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu hasil tentang seberapa

meningkatnya keterampilan motorik halus pada anak autis melalui kegiatan

Mencoret, merobek dan menempel (3M)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diharapkan melalui

kegiatan mencoret, merobek dan menempel (3M) dapat membantu anak

dalam mengembangkan kemamapuan motorik halus anak secara optimal.

Berdasarkan masalah diatas maka dapat ditemukan pertanyaan pokok yaitu:

Bagaimana guru dapat meningkatkan Perkembangan kemampuan motorik

halus anak melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel khususnya

di TK Buah Hati Kota Jambi?

Dari pertanyaan pokok tersebut dapat di rumuskan beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran melalui media

pembelajaran mencoret, merobek dan menempel dalam

mengembangkan kemampuan motorik halus anak autis di Taman-Kanak-

kanak Buah Hati Kota Jambi ?

Page 37: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

20

2. Apakah dengan menggunakan media kegiatan mencoret, merobek dan

menempel dapat meningkatkan kemampuan keterampilan anak autis di

Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi ?

3. Bagaimana efektivitas pembelajaran dengan kegiatan Mencoret, merobek

dan menempel dapat ,meningkatkan perkembangan motorik halus anak

autis di Taman Kank-kanak Buah Hati Kecamatan Telanaipura Kota

Jambi.

1). Masih terdapat anak autis di TK Buah Hati yang mengalami kesulitan

dalam keterampilan motorik halus seperti kekakuan pada pergelangan

tangan, kesulitan saat menggerakkan jari-jari tangan dan kurangnya

koordinasi mata serta tangan sehingga membuat anak mengalami

keterlambatan dalam kegiatan yang menggunakan keterampilan tangan

seperti mencoret/menulis, merobek/menggunting, dan melipat. 2). Masih

kurang bervariasi dalam penggunaan media untuk meningkatkan

kemampuan motorik halus anak autis sehingga dibutuhkan media untuk

membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak autis. 3). Media

kreasi belum dimaksimalkan dalam pembelajaran keterampilan motorik halus

untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak autis di TK Buah

Hati Kota Jambi.

C. Batasan dan Fokus Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan pada indentifikasi

masalah di atas, pada penelitian ini peneliti membatasi pada satu masalah

yaitu belum dimaksimalkannya kegiatan bermain yang menggunakan otot-

otot kecil untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak autis di

TK Buah Hati Kota Jambi

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Page 38: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

21

1. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti,

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak

Buah Hati Kota Jambi sebelum pembelajaran mencoret, merobek dan

menempel

b. Mengetahui proses kemampuan perkembangan motorik halus dengan

menggunakan kegiatan mencoret, merobek dan menempel pada anak autis

di TK Buah Hati Kota Jambi

c. Mengetahui apakah terdapat peningkatan perkembangan motorik

halus anak Autis di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi setelah

melakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel.

2. Kegunaan Penelitian

1). Secara teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah dalam bidang

pendidikan terutama pada pengembangan keilmuan pendidikan anak

berkebutuhan khusus dalam pengembangan keterampilan motorik halus. 2).

Manfaat Praktis

a). Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran anak sehingga dapat

meningkatkan keterampilan motorik halus anak autis.

b). Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan

motorik halus dan memperbanyak pengetahuan tentang keterampilan motorik

halus yang lebih menyenangkan.

Page 39: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

22

c) Bagi penulis merupakan tambahan pengetahuan khususnya dibidang

pendidikan Taman Kanak-kanak dalam kegiatan pembelajaran

pengembangan motorik halus bagi anak autis.

Page 40: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

23

BAB II

LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Anak Autis

Dalam memahami autistik sejarah munculnya autistik menjadi penting

sekali untuk kita ketahui jalan ceritanya, sejarah munculnya terminology

autistik pertamankali dicetuskan oleh eugen Bleuler seorang psikiatik Swiss

pada tahun 1991, terminology digunakan pada penderita schizopherenia

anak remaja, pada tahun 1943, DR Leo Kanner dari Jhons Hopkins

University mendiskripsikan tentang autis pada masa kanak-kanak (infantile

Autism). Penemuan didasarkan pada hasil observasi dari 11 anak-anak dari

tahun 1983-1993.45

Anak autis merupakan anak berkebutuhan khusus yang jumlahnya

cukup banyak. Anak autis memiliki gangguan/kelainan yang serius dan

kompleks, kelainan ini serius karena didapati kelainan neuroanatomis yang

permanen pada otak kecil, Autis diartikan sebagai suatu paham yang hanya

tertarik pada dunianya sendiri.

Di Inggris dan beberapa daerah di Amerika saat ini perbandingan

antara anak normal dan autis 1:100. Angka sebesar ini dapat dikatakan

sebagai “wabah”, sehingga di Amerika autis telah dinyatakan sebagai

national alarming. Berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Amerika

bahwa angka peningkatan anak autis di Amerika cukup mengerikan, yaitu

sebesar 10% sampai 17% pertahun. Jumlah anak autis di Amerika saat ini

sebanyak 1,5 juta orang anak. Pada dekade berikut diperkirakan akan

terdapat sekitar empat juta anak autis di Amerika (Sukardi, 2008).

45

Joko Yuwono. Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik) Alfabeta Bandung. 2012 Hal.8

Page 41: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

24

Yayasan Autis Indonesia menyatakan adanya peningkatan prevalensi

autis, dimana sepuluh tahun yang lalu jumlah anak autis di Indonesia

diperkirakan 1 : 5000 anak, sekarang meningkat menjadi 1 : 500 anak .

Tahun 2.000 silam, staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak anak autis di

Indonesia (Moore, 2010).

Menurut Pusponegoro dan Solek (2007) yaitu autisme kategori mild

(ringan) memiliki IQ = 50-70, autisme kategori moderate (sedang) memiliki IQ

= 35-50, autisme kategori severe (berat) memiliki IQ = 20-35. Sedangkan

menurut Direktur Keswa Pelayanan medik (1995) dalam Raharjo (2014) pada

anak yang menggalami autis ringan bila diberi stimulus sensori ringan maka

ada reaksi segera, pada anak yang mengalami autis sedang bila diberi

stimulus sensori kuat maka supaya anak bisa melakukan aktivitas sehari-hari

seperti anak pada umumnya. Anak autis memiliki permasalahan pada aspek

motorik halusnya (Sujarwanto, 2005:183).

Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa, anak autis merupakan seseorang yang mengalami

gangguan tumbuh kembang yang terjadi sebelum usia 3 tahun, disebabkan

oleh adanya kelainan pada saraf-saraf yang mengganggu fungi kerja otak,

sehingga mempengaruhi pada tumbuh kembang dalam beberapa aspek yaitu

aspek komunikasi, interaksi sosial, perilaku dan bahasa yang disertai

berbagai gangguan tumbuh kembang lainnya seperti gangguan

perkembangan emosi, gangguan perkembangan motorik kasar maupun

motorik halus dan gangguan intelektual.

Gangguan perkembangan tersebut mempengaruhi prestasi anak di

sekolah, interaksi anak di lingkungan masyarakat dan kemandirian anak

dalam kegiatan menolong diri. Gangguan perkembangan yang

Page 42: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

25

mempengaruhi prestasi atau pencapaian belajar anak di sekolah salah

satunya adalah gangguan dalam perkembangan motorik, terutama

perkembangan motorik halus yang sangat mendukung dalam pembelajaran

menulis dan bina diri.

Beberapa anak autis sama sekali tidak dapat berbicara, anak autis

berkomunikasi secara non verbal dengan menunjuk atau meraih tangan

orang lain anak autis yang mampu berbicara mengalami permasalahan

dalam nada dan sulit untuk memahami pembicaraan orang lain (Block. 2006:

9). Hakikatnya kemampuan berbicara merupakan modal pokok untuk dapat

berkomunikasi tetapi sebagian besar dari anak autis tidak memiliki

kemampuan tersebut. Meskipun ada anak autis yang dapat berbicara tetap

saja kesulitan untuk melakukan komunikasi.

Pada saat usia 5-6 tahun perkembangan emosi anak telah mulai

tumbuh anak mulai mampu untuk mengekpresikan perasaannya dalam

kaitannya dengan kehidupan sosialnya. Pemahaman anak terhadap emosi

mulai tumbuh. Ia mulai mengekpresikan melalui ucapan dan tindakan yang

sesuai dengan lingkungannya.46

Pemahaman emosional mencakup pengetahuan tentang emosi dan

kemampuan untuk mengenali ekpresi emosional dalam diri orang lain dengan

tepat, mengenali keadaan emosional diri sendiri, dan mengenali saat saat

yang mungkin memancing reaksi emosi tertentu. Anak-anak dengan tingkat

pemahaman emosinal yang lebih tinggi menunjukkan empati yag lebih besar

kepada orang lain, dan cenderung lebih mementingkan orang lain.47

Anak autis yang dapat berbicara menunjukan karakteristik berbicara

yang cenderung monotan, kaku, mengulang (echolalia) sehingga lawan

bicaranya tidak mengerti maksud pembicaraannya. Kemudian anak autis juga

46

I Nyoman surna, Opcit, hal 127 47

Denham dan Burton dalam Jaypul L. Roopnarine, James E. Johnson Opcit, hal 171

Page 43: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

26

kesulitan dalam mengatur volume suara ketika melakukan suatu

pembicaraan. Selain kesulitan dalam komunikasi verbal, anak autis juga

kesulitan dalam komunikasi non verbal atau menggunakan gerakan tubuh

untuk mengekspresikan perasaan dan merasakan perasaan orang lain,

seperti menggelengkan kepala, melambaikan tangan, dan mengangkat alis

(Azwandi, 2005: 28-30).

Perilakunya timbul semata-mata karena dorongan dari dalam dirinya.

Anak autis seakan-akan tidak peduli dengan stimulus-stimulus yang datang

dari orang lain. Autism Spectrum Disorder (ASD, Gangguan Spektrum Autis)

adalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun

pertama kehidupan anak. ASD berpengaruh pada komunikasi, interaksi

sosial, imajinasi, dan sikap. ASD adalah kondisi yang berlanjut hingga remaja

dan masa dewasa, meskipun semua anak akan membuat perkembangan.

Anak berkebutuhan khusus adalah yang memiliki perbedaan dengan

anak-anak secara umum yang seusianya anak tersebut membutuhkan

metode, material, pelayan dan peralatan yang khusus agar mencapai

perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan

belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang

berbeda.48 Adapun bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus memberi

peluang kepada mereka belajar berempati, bersikap membantu, memiliki

kepedulian.

Disamping itu bukti lain yang ada mereka yang tanpa berkebutuhan

khusus memiliki prestasi yang baik tanpa mersa terganggu seditipun49.

Menurut pendapat ahli tentang anak autis di atas dapat ditegaskan bahwa

anak autis membutuhkan modifikasi dalam segi materi pelajaran dan

48

Martinis Yamin dan Jamilah, S.S. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2010) Hal.163 49

Mukhtar, dkk Orientasi Baru PAUD: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2013) Hal. 337

Page 44: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

27

penyampaian materi yang diajarkan sehingga siswa mampu menyerap materi

yang disampaikan dengan mudah.

Modifikasi yang diperlukan yaitu dalam aspek metode dan media yang

digunakan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak autis. Pendapat lain

juga mengemukakan Autis merupakan gangguan perkembangan yang

mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan

bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan

autis biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial.

Anak autis cendrung menyendiri dan menghindari kontak dengan

orang, orang dianggap sebagai objek (benda bukan sebagai subjek yang

dapat berinteraksi dan berkomunikasi). Berdasarkan pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa anak autis adalah anak yang memiliki gangguan

perkembangan neurobiologis yang sangat berat dalam kehidupan yang

panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi sosial,

komunikasi dan bahasa, serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan

pada aspek motoriknya. Gejalanya muncul pada usia sebelum 3 tahun.

Dalam hal ini anak autis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

siswa autis di TK Buah Hati Kota Jambi yang mengalami kesulitan dalam

keterampilan motorik halus. Letak kesulitan yang dihadapi anak yaitu dalam

menggerakan jari-jari serta pergelangan tangan anak, koordinasi tangan dan

mata anak juga kurang baik, anak selalu tidak fokus dan sering berbicara

saat diberikan tugas.

Untuk memastikan Apakah anak mengalami suatu keterlambatan

dalam tumbuh kembangnya sebaiknya orang tua memahami terlebih dahulu

bagaimana gambaran perkembangan prilaku yang normal sesuai usia artinya

mengetahui indikator perkembangan anak yang normal.

Page 45: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

28

Menurut salah seorang ahli perkembangan50. (Havighurst), setiap

manusia yang dilahirkan akan melalui rentang perkembangan sebagai

berikut:

Masa Bayi dan awal Masa Kanak-kanak (2-6 tahun)

1). Belajar Makan makanan padat

2). Belajar berjalan

3). Belajar berbicara

4). Belajar mengendalikan mengendalikan pembuangan kotoran tubuh

5). Memepelajari perbedaan jenis kelamin

6). Mempersiapkan diri utnuk membaca

7). Belajar membedakan benar dan salah, dan mengembangkan hati nurani

2. Ciri-ciri Anak Autis

Anak yang mengalami gangguan autisme dapat dilihat dari beberapa

indikator berikut,51 1) Komunikasi. Seorang anak yang mengidap autis

mengalami kesulitan dalam berbicara atau berbahasa. Biasanya komunikasi

hanya dilakukan menggunakan bahasa tubuh serta dalam jangka waktu yang

tidak begtu lama. 2) Sosialisasi. Cenderung lebih banyak menghabiskan

waktunya menyendiri, ia tidak mempunyai ketertarikan untuk berteman atau

bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, 3) Prilaku. Menunjukan prilaku

sangat aktif atau justru sebaliknya(pendiam), 4) Kelainan Pengindraan.

Seorang anak mengidap autisme, ia menjadi sensitif terhadap cahaya, bunyi,

sentuhan, bau serta rasa.

Ciri-ciri anak autis menurut Dr. Hasdiana HR dalam bukunya yang

berjudul “ Autis pada anak Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan”

1).Prilaku : cuek terhadap lingkungan, perilaku tidak terarah, mondar mandir,

50

Mahdalela, S.Psi (Psikolog) Dalam ananda Berkebutuhan Khusus (Graha Ilmu 2013:1) 51

Hembing Wijayakusuma, Psikoterapi Anak Autisme (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2004) Hal.10

Page 46: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

29

lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar, lompat-lompat dsb, kelekatan

terhadap benda tertentu, prilaku tidak terarah, rigid routin, tantrum, terpukau

terhadap benda yang berputar, atau benda yang bergerak, 2).interaksi sosial

tidak mau menatap mata, dipanggil tidak menolah, tidak mau bermain

dengan teman sebaya, asyik bermain dengan dirinya sendiri, tidak ada

empati dalam lingkungan sosial. 3).Komunikasi dan bahasa terlambat bicara,

tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan dengan

bahasa tubuh, meracau dengan bahasa yang tidak dapat dipahami, membeo

(echolalia) dan tidak memahami pembicaraan orang lain.52

2. Karakteristik Anak Autis

Karakteristik anak autis merupakan perilaku khas yang meliputi

pengetahuan, sikap atau ucapan yang sering ditunjukkan jika dihadapkan

pada suatu obyek atau situasi tertentu yang dapat mendorong tertunjuknya

perilaku tersebut, karakteristik anak autis meliputi hal-hal sebagai berikut :

karakteristik dari segi interaksi sosial, anak autis dapat dikenal dengan

mengamati interaksi sosialnya yang ganjil dibandingkan anak pada

umumnya. Karakteristik dari segi komunikasi dan pola bermain, anak autis

mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa dan berbicara.

Karakteristik dari segi aktivitas dan minat, anak autis menolak adanya

perubahan lingkungan dan rutinitas baru. Dalam hal minat yang terbatas dan

sering aneh. Karakteristik anak autis meliputi aspek-aspek berikut: a.

Kesulitan berkomunikasi (verbal dan non verbal) 1) Jika berkeinginan sesuatu

dengan menarik tangan orang lain untuk mendapatkan itu. 2) Kaku dengan

kegiatan rutin mereka. 3) Lebih tertarik terhadap benda daripada manusia. b.

Gerakan motorik yang berulang-ulang seperti : 1). Hiperaktif (aktif bergerak

sepanjang hari). 2). Hipoaktif (diam sepanjang hari). 3). Tidak menyadari atas

52

Dr. Hasdiana HR “ Autis pada anak Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan”

(Yogyakarta: Medical Book 2013: Hal.68-69)

Page 47: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

30

kehadiran orang lain. 4). Menunjukan kegiatan bermain yang tertinggal jauh

dengan anak yang seusia. 5). Hand flapping artinya sering mengepak-ngepak

tangan atau jari.

Gangguan autisme pada dasarnya menghambat proses

perkembangan anak. Oleh karena itu cara menangani dengan jenis teraphi

apapun membutuhkan kesabaran dan memerlukan waktu cukup lama.

Teraphy yang diberikan kepada anak autis harus dilakukan secara terpadu.53

Karakteristik anak autis di sebut juga dengan Trias autistik yang meliputi tiga

gangguan yaitu : a). Gangguan atau keanehan dalam berinteraksi dengan

lingkungan (orang disekitar, obyek dan situasi). b). Gangguan dalam

kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. c). Gangguan

atau keanehan dalam berperilaku motorik, minat yang terbatas, dan respon

sensori yang kurang memadai.

Hal-hal lain yang berkaitan dengan ciri-ciri anak autis yang

menyertainya seperti gangguan emosional seperti tertawa dan menangis

tanpa sebab yang jelas, tidak dapat berempati, dan rasa takut yang

berlebihan. Hal lainnya adalah koordinasi motorik dan persepsi sensori

misalnya kesulitan dalam menangkap dan melempar bola. Karakteristik

peserta didik dalam hal ini anak autis harus dikuasai dan dipahami oleh

seorang pendidik dalam pembelajaran. Hal ini dirasa sangat penting dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik anak autis yang telah disampaikan di atas,

kreatifitas mencoret, merobek dan menempel (3M) dirasa cukup baik

digunakan sebagai media pembelajaran karena kegiatan tersebut dapat

memberi stimulasi kegiatan motorik halus pada anak. Melalui aktifitas

keterampilan ini memberikan latihan motorik halus pada anak dengan cara

yang berbeda dari biasanya, selain itu media yang digunakan adalah kertas

53

Bambang Putranto, Menangani Siswa yang membutuhkan Perhatian Khusus (Yogyakarta: 2015) Hal. 17

Page 48: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

31

berwarna yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga meningkatkan minat

belajar siswa.

kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk menerima

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sehingga guru atau dosen, buku ajar,

serta lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk

menuju ke suatu tujuan pembelajaran dan untuk memfasilitasi prestasi siswa

terhadap pembelajaran keterampilan motorik halus serta kontekstual

sehingga anak akan lebih mudah dalam memahami sesuatu.

Menurut Vigotsky dalam J, agar kognitif anak harus dihadapkan pada

perspektif berkembang di dalam proses pembelajaran Pendidikan usia dini

merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini

mungkin. Usia 3 - 6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada

anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus,

diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya.

Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat membantu anak

untuk berkembang. Anak yang terstimulus dengan baik dan sempurna maka

tidak hanya satu perkembangan saja yang akan berkembang tapi bisa

bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik.

Selain motorik halus, Perkembangan sosial emosional merupakan salah satu

aspek perkembangan yang penting untuk di kembangkan karena

perkembangan sosial emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi,

Kepribadian dan hubungan interpersonal. 54

Pemberian stimulus Masa ini untuk melakukan dasar pertama dalam

mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional,

konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain-lain.

Perkembangan Sosial emosional adalah perkembangan perilaku anak

dalam mengendalikan dan penyesuaian diri dengan aturan-aturan

54

Papalia Dalam Rini Hildayani DKK, Opcit hal 10.3

Page 49: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

32

masyarakat dimana anak itu berada.55 Hal-hal yang mempengaruhi

perkembangan sosial emosional adalah, Kondisi fisik, Kondisi Psikologi. Dan

kondisi lingkungan.56

Penciptaan kondisi ideal sangatlah mendukung proses perkembangan

anak pada saat usai prasekolah. Dikarenakan pada usai ini anak sering kali

mengalami ketidakseimbangan dalam mengontrol emosi, mereka kerap

sekali keluar dari fokus, mudah meledak-ledak sehingga mereka sulit untuk di

bombing dan diarahkan.

Menciptakan kondisi yang dapat menjamin perkembangan sosial

emosional anak secara positif dalam konteks perkembangan emosi

maksudnya adalah mampu menciptakan dan menyediakan kondisi yang

dapat menjamin terkendalinya ekspresi emosi dari setiap anak sehingga

emosi lebih terlindungi, lebih stabil, dan seimbang serta wajar dalam

tampilannya. Sedangkan terkait dalam deimensi social anak maksudnya

adalah mampu memfasilitasi dan menyiapkan kondisi yang dapat membantu

anak melakukan interaksi sosial serta meningkatkan keterampilan anak

dalam bersosialisasi.57

terhadap banyak hal, dan bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.

Pembelajaran bagi anak usia dini pada hakikatnya adalah pembelajaran yang

berorientasi bermain, belajar sambil bermain dan bermain samil belajar.58

Bermain dari segi pendidikan adalah permainan yang memberi

peluang kepada anak untuk berswakarya, untuk melakukan dan menciptakan

sesuatu dari permainan itu dengan tenaganya sendiri.59 Permainan yang

55

Ibid……..5.39 56

Hurlock dalam Ali nugraha, Opcit…hal.4.29 57

Opcit…hal 4.33 58

Meity.H.Idris.,Op.Cit., hal : 23 59

Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita, Dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, ( Jakarta Timur : Luxima Metro Media, 2015), hal : 52

Page 50: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

33

digunakan pada pendidikan anak usia dini adalah merupakan permainan

yang mampu merangsang kreativitas anak dan tentu menyenangkan.60

Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural

yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental

bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Anak

usia dini adalah manusia yang polos serta memiliki potensi yang masih harus

dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama

dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia seutuhnya.

Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan,

meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama

tetapi ritme perkembangan akan berbeda satu sama lainnya karena pada

dasarnya anak bersifat individual. Salah satu kemampuan anak yang sedang

berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak

tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan

motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya

sehingga menghambatnya keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa

penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor

genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya.

Pada hakikatnya anak itu unik, mengekspresikan prilakunya secara

relatif spontan, bersikap aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu, antusias

Belajar tidak diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu

konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil

pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang

melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia, dengan

demikian pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah

“kemampuan dalam mengelola secara propesional dan efisien terhadap

60

Meity.H.Idris, Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan, ( Jakarta : Luximu Metro Media, 2015), hal : 113

Page 51: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

34

komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran. Adapun

komponen yang berkaitan dengan sekolah dalam rangka peningkatan

kualitas pembelajaran antara lain adalah guru, siswa, pembina sekolah,

sarana/prasarana dan proses pembelajaran.61

Terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang

bermain. Santrock menjelaskan bahwa permainan (play) ialah suatu kegiatan

yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu

sendiri.62 Froebel dalam Solehuddin menyatakan bahwa bermain merupakan

ekspresi tertinggi dari perkembangan manusia pada anak, karena bermain

sendiri merupakan ekspresi bebas dari jiwa anak. Schickedanz, Maxim juga

mengemukakan bahwa bermain membantu anak dalam mengembangkan

banyak aspek fundamental anak dalam semua area dasa, yakni fisik,

intelektual, social dan emosional.63

Berdasarkan paparan teori di atas dapat disintesiskan bahwa bermain

merupakan faktor penting dalam pendidikan anak usia dini. Melalui bermain,

anak akan memperoleh pengalaman yang kaya, pengalaman mengeksplorasi

dan memanipulasi objek, berinteraksi dengan yang lain, serta mencoba dan

mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru.64

Menurut Moeslichatoen menyatakan bahwa “metode bermain

merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan kreativitas dan

fisik motorik anak. Bermain adalah salah satu pendekatan dalam

melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Dengan

menggunakan strategi, metode/bahan dan media yang menarik permainan.

Menurut Tedjasaputra bermain aktif adalah jenis bermain yang banyak

melibatkan aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh diantaranya adalah

61

Martinis yamin dan Maisah Manajemen pembelajaran kelas, Strategi Peningkatan Mutu Pemebelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009) Hal. 164 62

Euis Kurnianti, Permainan Tradisional, (Jakarta : Prenadamedia Group , 2016), hal : 4 63

Solehuddin,dkk, Pembaharuan Pendidikan TK, ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2010 ), hal : 5.9-5.10 64

Ibid., hal : 511

Page 52: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

35

Permainan bebas dan spontan, kegiatan bermain ini dilakukan dimana saja,

tidak ada peraturan selama anak suka dan anak dapat melakukannya.65

Anak bermain untuk membangun aspek fisik, setelah melakukan

aktivitas di sekolah atau di rumah secara rutin, melalui bermain merupakan

sarana untuk menyegarkan badan kembali, apakah bermain sendiri,

berkelompok, untuk menyegarkan suasana. Aktivitas fisik terlihat, disaat

mereka melakukan permainan.66

Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga

dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga

dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media

pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media

pengajaran,yang meliputi (Hamalik,1994:6)67

• Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar

• Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

• Seluk-beluk proses belajar

• Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan

• Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran

• Pemilihan dan penggunaan media pendidikan

• Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan

• Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran

• Usaha inovasi dalam media pendidikan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian

yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan

65

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan

Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) 66

Hendra Sofyan, Op.Cit.,hal: 58 67

Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1 Lolita Indraswari. email : [email protected]

Page 53: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

36

pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada

khususnya.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media

adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima

pesan. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang

bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka

media itu disebut Media Pembelajaran

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi

dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan pengaruhpengaruh psikologis

terhadap siswa. Hujair AH. Sanaky (2009: 6) mengemukakan bahwa fungsi

media pembelajaran adalah merangsang pembelajaran dengan : a).

Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah, b). Membuat

duplikasi dari obyek yang sebenarnya, c). Membuat konsep abstrak ke

konsep konkret, d). Memberi kesamaan presepsi, e). Mengatasi hambatan

waktu, tempat, jumlah, dan jarak, f). Menyajikan ulang informasi secara

konsisten g). Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan

menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Terselenggaranya suatu pembelajaran tidak terlepas dari peran media

pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu

pembelajaran yang digunakan sebagai penghubung antara guru dan siswa

agar 29 pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Rahyubi (2012: 244)

menyatakan “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

kepada penerima pesan”.

Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Aqib (2013: 50) yang

menyatakan bahwa “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

Page 54: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

37

digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses

belajar pada si pembelajar (siswa)”.68 Melalui media pembelajaran pesan

yang ingin disampaikan oleh guru lebih mudah untuk tersampaikan, sehingga

memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh beberap ahli,

peneliti mengambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong

proses belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Jenis media secara luas dibagi menjadi dua yaitu ,pilihan media tradisional

dan pilihan media teknologi mutakhir.

Media pembelajaran tradisional salah satunya adalah jenis media

visual relia. Media visual relia adalah media berbentuk benda nyata. Media

relia dibagi menjadi 3 yaitu model, specimen (contoh), dan manipulatif

misalnya peta dan boneka ( Arsyad, 2015: 36). Media playdough termasuk

kedalam jenis media pembelajaran yang berbentuk model.69

Media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan seperti : 1).

menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, 2). memanipulasi

keadaan, peristiwa, atau objek tertentu, 3). menambah gairah dan motivasi

belajar siswa, 4.) media pembelajaran memiliki nilai praktis. Peranan media

pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

Melalui bermain anak akan belajar. Bermain merupakan suatu kegiatan atau

tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan

menggunakan alat atau tidak menggunakan alat untuk mencapai tujuan

68

Aqib, Zainal.(2013). Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif). Bandung :Yrama Widya. 69

Arsyad, Azhar. (2015). Media Pembelajaran.rev.ed.2015. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Page 55: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

38

tertentu. Jadi bermain ada yang dapat dilakukan secara sendiri dan ada juga

yang dilakukan secara berkelompok.70

Berdasarkan uraian tentang fungsi media pembelajaran di atas dapat

ditegaskan bahwa fungsi media pembelajaran terkait dengan meningkatkan

kemampuan motorik halus anak autis adalah penggunaan media

pembelajaran kreasi kirigami dapat memberikan suasana belajar yang tidak

tertekan, santai, dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Dalam memilih media pembelajaran perlu disesuaikan dengan

kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing siswa. Pemakaian media

pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi

dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh

psikologis terhadap siswa.

1. Mencoret / Pra Menulis anak Usia Dini

Kemampuan Mencoret/Pra menulis anak usia dini merupakan periode

perkembangan yang cepat yang terjadi dalam banyak aspek perkembangan

yang di miliki potensi yang masih harus di kembangkan. Periode ini sering

pula di sebut usia prasekolah, selama periode ini masa yang paling tepat

untuk memperkenalkan berbagai aspek kehidupan pada anak, seperti

mengenalkan kerajinan tangan, musik, alam sekitar,huruf, angka, dan lain

sebagainya. Tentunya dengan kegiatan yang asyik dan menyanangkan.

Tingkat pencapaian perkembangan dalam Permen Diknas No.58:2009

adalah menggunakan alat tulis dengan benar, meniru bentuk, menggunting

dengan pola juga menulis nama sendiri. Anak usia 5-6 tahun dapat

mengkoordinasikan mata dengan tangan, secara terintegrasi, antara lain

dapat di lihat pada waktu kegiatan meronce, merobek, menggunting, melipat,

mewarnai dan menggambar. Kegiatan ini adalah langkah awal bagi

70

Conny R Semiawan. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar (Jakarta: PT Indeks

2008) Hal.20

Page 56: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

39

kematangan dalam hal menulis. Pada masa usia ini termasuk masa “peka”

dengan demikian sebagai guru dan orang tua hendaklah memanfaatkan pada

masa usia ini, karena masa ini tidak akan di ulang.

Pendidikan usia dini amat tidak efektif atau kurang sempurna tanpa

musik, rupa, gerak, dan drama. Belajar melalui seni yang pada hakikatnya

menyenangkan, menjadikan anak belajar dari dalam dirinya sendiri, sehingga

belajar lebih bermakna dari pada sekedar melaksanakan perintah guru,

kegiatan seni mengasah ketajaman rasa (feeling) dan mengendalikan

emosi.71 Anak pada usia dini (2-6 tahun) masih sangat berorientasi pada

dirinya sendiri, minatnya lebih terarah pada dirinya sendiri dan jarang

melakukan aktivitas bersama.72 Periode ini merupakan periode eksploratif

anak-anak.

Dengan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, bahasa, sosio-

emosional dan spiritual. Menulis termasuk salah satu keterampilan

berbahasa. Tarigan, H.G. (2008:1) ”Keterampilan bahasa itu mencakup

empat komponen adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis”. Dari

empat komponen itu ada satu komponen yang harus dilatih secara

berkesinambungan yaitu kemampuan menulis. Kemampuan tersebut tentu

saja tidak akan datang dengan sendirinya, dengan cara melatih kemampuan

motorik halusnya dulu, dengan melatih otot-otot kecil pada jari, tangan dan

lengan seperti melipat, meronce, menggunting, mewarnai dan menggambar.

Dini Nurdini , 2014,

Pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses belajar keahlian

gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, secara variabel yang

mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian

71

Haskel dalam Pekerti, widia, Metode pengembangan seni, Jakarta : Universitas Terbuka, 2010, hal.145 72

Rachmi, Tetty, Keterampilan Musik dan Tari, (Tangerang sektan : Universitas Terbuka, 2012 ) hal. 1.33

Page 57: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

40

mottorik.73Keterampilan motorik halus adalah aktivitas-aktivitas yang

memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk

memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang

sendok, memegang pencil dengan benar, merobek, menggunting, melipat

kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas

tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak

dapat melakukannya secara baik dan benar.

Tingkat pencapaian perkembangan usia 5-6 tahun dalam Permen

Diknas (No:58:2009) bahwa keterampilan motorik di bagi menjadi tiga, yaitu:

a) Motorik kasar : melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam

menirukan gerakan, terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dan

sebagainya; dan b) Mototik halus: menggambar sesuai gagasannya, meniru

bentuk, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting dengan pola dan

sebagainya; dan c) kesehatan fisik.

Saat seorang siswa melakukan pembelajaran motorik di sekolah,

perubahan nyata yang terjadi ialah menigkatnya mutu keterampilan motorik.

Ini dapat diukur dari beberapa cara, salah satunya adalah dengan melihat

keberhasilan seorang siswa dalam melakukan gerakan yang semula belum

dikuasainya.74 Sedangkan menurut Cecco dan Crawford definisi

pembelajaran motorik sebagai suatu respons motorik berangkai yang

melibatkan koordinasi gerakan agar menjadi pola respons yang lebih

kompleks (Cecco dan Crawford, 1974:252)75

Untuk pencapaian perkembangan motorik halus ternyata memang

harus melalui proses latihan yang rutin, berkelanjutan dan tepat sasaran. Hal

ini bisa dibuktikan karena tidak semua anak pandai menggerakkan

tangannya, misalnya ada anak yang kesulitan ketika ia akan mengancingkan

73

Richard Decaprio “Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di sekolah ( Diva press Jogjakarta:2013 Hal.15 ) 74

Ibid, Hal.17 75

Ibid,

Page 58: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

41

bajunya, atau belum bisa menggunakan alat tulis dengan benar, tetapi ada

beberapa anak dengan begitu mudah mengancingkan bajunya sendiri dan

dapat memegang alat tulis dengan benar.

Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan anak berbeda, dengan

demikian kemampuan jari dan tangan anak belum terampil sehingga anak

tidak mampu mengerjakan tugas sesuai tingkat capaiannya, begitu pula

dengan menulis, kegiatan tersebut bagi anak bukan hal yang mudah

sehingga agar anak dapat melakukan hal tersebut, maka guru dan orang tua

sangat berperan penting untuk melatih dan membimbing supaya kemampuan

anak dalam menulis berkembang dengan baik.

Lingkungan sekolah dan keluarga serta pergaulan siswa dapat

meningkatkan maupun menurunkan taraf kecerdasan motoriknya, terutama

pada masa-masa pertama kehidupan. Disinlah pentingnya seorang guru dan

orang tua yang mengawasi kehidupan anak/siswa di lingkungan sekitarnya.

Setiap siswa di sekolah dapat mencapai tahapan perkembangan motorik

halus yang optimal, asalkan mendapatkan stimulus tepat dari gruru serta

lingkungan sekolahnya. Dalam hal ini, guru yang melakukan kegiatan

pembelajaran motorik dituntut bisa melewati fase-fase pembelajaran dengan

baik dan sempurna.76

Ada beberapa hal penting yang harus diketahui dan dilakukan oleh

guru dalam setiap pembelajaran motorik halus. Hal-hal penting yang

dimaksud adalah kesiapan belajar, kesempatan berpaktek, model yang baik,

bimbingan, motivasi, keterampilan motorik, dipelajari secara mandiri, serta

dipelajari secara berjenjeng dan menyeluruh.77

Kemampuan motorik halus/menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang di pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu

76

Ibid. Hal.21 77

Ibid. Hal. 28

Page 59: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

42

kegiatan yang produktif dan ekspresi Menulis adalah kegiatan komunikasi

berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain”. Menulis untuk

anak usia dini adalah suatu keterampilan yang dapat di pelajari setelah aspek

kemampuan lainnya di kuasai”. Badudu ( Dhieni, dkk 2008: 3.10)

mengemukakan bahwa “Menulis adalah menggunakan pena, potlot, ball point

di atas kertas, kain ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun

kalimat”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan menulis bagi anak usia dini

adalah menirukan lambang-lambang yang menggambarkan suatu bahasa

yang di pahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca

lambang-lambang tersebut. Tahap Perkembangan Pra Menulis Anak Melatih

menggunakan alat tulis seperti pensil, crayon, spidol atau pulpen adalah cara

yang paling tepat untuk memulai mengajarkan anak dengan kegiatan

menulis.

Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks yang mencakup

gerakan tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Banyak sekali kemampuan

yang terlibat ketika anak sedang meronce, menggunting, menggambar

ataupun menulis kata sederhana. Selain harus mempunyai keterampilan

motorik halus yang baik, anak membutuhkan penglihatan yang cukup jelas,

serta kemampuan otak untuk mengkoordinasikan mata dan tangan untuk

menghasilkan coretan bermakna/tulisan.

Sebelum anak siap untuk menulis, ada baiknya guru memperkenalkan

kegiatan untuk mendukung kemampuan menulis atau yang biasanya disebut

kegiatan pra menulis yaitu anak dapat membuat bentuk dengan

menggunakan alat tulis sesuai dengan ruang lingkup perkembangan

(Departemen Pendidikan Kebudayaan 1997:4) mencakup: 1. Menarik garis

datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung berulang-ulang dengan alat

tulis secara bertahap. 2. Mencontoh bentuk silang (+ dan x) lingkaran, bujur

sangkar, dan segi tiga secara bertahap. 3. Mencontoh angka 1-10. 4.

Page 60: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

43

Mencontoh bentuk-bentuk sederhana dengan diperlihatkan sekejap. 5.

Menggambar bentuk silang, lingkaran dan segitiga secara bertahap. 6.

Menggambar bebas dengan bentuk titik, garis lingkaran, segi empat, segitiga,

dan bujur sangkar yang tersedia.

Hal tersebut adalah kemampuan yang harus dicapai anak usia

prasekolah, dengan stimulasi yang baik dan berkasinambungan tentunya

kemampuan anak dalam menulis akan semakin terampil dan antusias dalam

menulis. 2. Manfaat Menulis Beberapa manfaat yang dapat di petik dari

menulis dalam Suparno dan Yunus (2002:1.4) di antaranya: a) Peningkatan

kecerdasan; b) Mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas; c)

Menumbuhkan keberanian; dan d) Mendorong kemauan dan kemampuan

mengumpulkan informasi. Sering kali terjadi anak-anak di minta untuk

menggunakan pensil, padahal mereka belum siap untuk menggunakan alat

tersebut.

Kemampuan menulis selain memerlukan otot kecil pada jari, tangan

dan pergelangan juga perlunya berfikir. Hal ini dapat menyebabkan anak

tidak mau menulis, karena anak belum mampu untuk melakukan kegiatan

tersebut, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis akibatnya anak

jadi tidak suka menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh orang tua dan

guru yang kurang memotivasi dan merangsang minat anak untuk melakukan

kegiatan menulis. Smith (Suparno dan Yunus, M 2002:1.4) mengatakan

bahwa “Pengalaman belajar menulis yang di alami siswa di sekolah tidak

terlepas dari gurunya sendiri”.

Dengan demikian guru harus bisa menstimulus dan memotivasi anak

untuk melakukan kegiatan menulis agar kegiatan tersebut di sukai oleh anak.

Oleh sebab itu guru harus bisa menciptakan kegiatan yang asyik dan

menyenangkan. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan

menulis sangat di butuhkan, sehingga kelak anak di harapkan mampu

menguasai kemampuan menulis pada saat melanjutkan ke sekolah dasar.

Page 61: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

44

2. Merobek

Kegiatan merobek bukanlah sesuatu yang “main-main”. Mereka

sungguh serius melakukannya! Dijepitnya helaian kertas dengan ibu jari dan

empat jemari lainnya, kemudian dengan tangan lain lembaran yang sama

dijepit dengan ibu jari dan empat jemari lainnya juga. Lalu “Shrrreeeekk!

Shreeekkk!” akhirnya kertas di tangannya pun sobek menjadi dua bagian.

Lalu diambilnya lagi sisa bagian tadi untuk dirobek Lagi menjadi bagian kecil-

kecil.

Ketrampilan jemari yang diasah melalui kegiatan ini adalah sesuatu

yang penting, sebaiknya tidak melarangnya dengan serta-merta. Latihan ini

perlu dilakukan, tetapi dengan alat atau media yang tepat. Misalnya, kertas

bekas atau daur ulang, atau buku tulis yang memang Anda sediakan untuk

dirobek-robek.

Selain untuk latihan motorik halus, kegiatan merobek sebenarnya juga

melatih kecerdasan emosi anak, terutama untuk mengendalikan dorongan

atau emosi. Anak usia ini memang suka menggebu-gebu dalam segala hal.

Maklum, ia sedang “memasuki” zona penuh tantangan bagi orang tua: the

terrible two’s. Merobek kertas, adalah salah satu aktivitas motorik halus untuk

anak usia dini. Khususnya anak berkebutuhan khusus seperti anak autis.

3. Menempel/kolase

Kolase berasal dari bahasa perancis, yaitu “ Coller “ yang berarti

lem/tempel, jadi bisa dikatakan kolase adalah sebuah teknik menempel

unsur-unsur yang berbeda (kertas, kayu, kain dll) kedalam sebuah frame

sehingga menghasilkan sebuah karya seni.

Menurut Pamadhi, Hajar dan Sukardi S. Evan (2008) Media adalah

komponen sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar

sehingga anak dapat berimajinasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki

Page 62: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

45

melalui kegiatan bermain. Juga sebagai bahan yang dapat digunakan untuk

menuangkan gagasan seseorang.

Dengan kegiatan menempel jari-jari anak akan bergerak halus

sehingga otot-otok kecil akan berfungsi dan berkembang. Untuk persiapan

menulis selanjutnya.

Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Menempel sering

disebut kolase. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik

minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan

sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan

berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk

direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan-bahan bertekstur

dan benda-benda menarik lainnya, bisa 2 dimensi atau 3 dimensi.

Kolase terbagi atas bermacam pengelompokkan, ada yang disebut

dengan tangram, montase, dan mozaik. Tangram adalah teknik

menempelkan bentuk-bentuk geometri tanpa didahului menggambar pola.

Montase adalah menempel benda-benda konkrit dalam sebuah gambar.

Mozaik adalah menempel bentuk-bentuk kecil menjadi satu kesatuan namun

yang dipentingkan adalah efek warna dari bahan yang digunakan, dapat juga

diartikan menabur. Semua kegiatan menempel tersebut melatih anak untuk

mengembangkan motorik halus, konsentrasi dan mengembangkan

kreativitas.

Selain itu keberanian anak untuk memilih bahan dan bendabenda

yang digunakan untuk menempel juga dapat mengajarkan anak untuk berani

mengambil keputusan dan berusaha untuk memecahkan masalah. Tangram

Mozaik Montase Kolase B. Menempel untuk anak usia dini Menempel untuk

anak usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan.

Ketentuan tersebut dbuat untuk dapat memaksimalkan anak mengoptimalkan

Page 63: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

46

segala aspek perkembangannya. Anak diberi 95 kebebasan untuk

membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya.

Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak

tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik

sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang

dibutuhkan. Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat

mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak. Bahan yang

beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat

kepada anak dalam mencegah rasa bosan yang dialami anak. Pendidik harus

berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum pernah

digunakan anak untuk menempel.

Bahan-bahan didapat dari lingkungan sekitar. Bahan yang didapat dari

barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas

untuk menempel bisa didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja,

majalah, kaleng, sarung buah dan lain sebagainya. Semakin beragam bahan

yang disediakan akan semakin baik.

Bahan menempel bisa juga dibuat sendiri oleh anak. Anak membentuk

kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya dan

memotong kertas tersebut sesuai dengan keinginan. Pendidik sebagai

motivator yang berarti pendidik memberikan penguatan-penguatan positif dari

hasil karya anak. Dapat juga dilakukan dengan memberi dukungan sebelum

memulai kegiatan. Dukungan yang diberikan dapat memberi semangat anak

untuk menempel sesuai dengan imajinasi dan kreativitas.

Dukungan yang diberikan sebelum memulai kegiatan dapat dilakukan

dengan bercerita. Cerita dapat dimulai dari permasalahan yang dialami anak,

misalnya dengan menanyakan kabar anak dan lain sebagainya. Untuk

memulai sebuah cerita bagi para pendidik bukanlah hal yang sulit karena

setiap anak-anak memiliki keinginan untuk menceritakan apa yang dialami

dalam perjalanan atau di rumah kepada orang yang ada di sekitarnya.

Page 64: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

47

Pengembangan kreativitas dapat dimulai dengan membukakan

imajinasi anak melalui bercerita. Proses kegiatan menempel untuk anak usia

dini menekankan kebebasan anak untuk berkreasi. Kreativitas anak akan

tertuang dalam hasil karya anak-anak. Kegiatan awal dapat dilakukan dengan

memberikan salam dan menyapa anak-anak. Sebelumnya, pendidik telah

mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk menempel pada

hari itu.

Bahan-bahan yang disediakan dapat dikelompokkan berdasarkan

ukuran, warna, dan bentuk ataupun corak. Setiap klasifikasi diletakkan dalam

beberapa wadah yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan anak

memilih bahan yang akan digunakan. Jumlah bahan yang ada sebaiknya

tidak lebih dari dua puluh setiap klasifikasinya. Tujuannya adalah agar anak

dapat mengambil bahan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Hasil

karya anak juga tidak monoton karena tidak berasal dari bentuk yang sama.

Persiapan selain bahan-bahan untuk menempel, pendidik juga dapat

menyediakan lem, kertas format dan keranjang untuk setiap anak sebagai

wadah untuk meletakkan semua bahan-bahan dan perlengkapan yang dipilih.

Penyambutan pendidik kepada anak yang baru datang dapat dilakukan

dengan menyapa dan menanyakan kabar anak.

Cerita-cerita ringan seputar pengalaman anak yang dilakukan sebelum

kegiatan menempel berfungsi untuk mengembangkan imajinasi anak akan

bentuk dan karya apa yang akan diciptakan oleh anak. Setelah kegiatan

bercerita dilakukan, anak diminta untuk mengambil keranjang masing-masing

dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan hari ini. Anak dapat

menciptakan kertas tempel sendiri dengan cat air atau pensil warna dan

crayon.

Kegiatan ini dapat dilakukan sendiri dengan atau tanpa petunjuk

pendidik. Setiap keputusan yang diambil anak untuk memilih bahan adalah

bentuk pembelajaran anak dalam mengembangkan keterampilan dalam

Page 65: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

48

memecahkan masalah. Anak yang telah memilih bahan-bahan yang

diinginkan diberikan kesempatan untuk menciptakan sesuatu dari hasil

imajinasinya. Pendidik memberikan waktu dan kesempatan kepada anak

untuk berkreasi.

Untuk anak-anak yang dapat melakukan tugasnya dengan cepat dapat

diberikan kesempatan untuk memilih bahan-bahan baru dan menciptakan

karya baru. Waktu untuk bereksplorasi dapat ditentukan berdasarkan hasil

observasi dan hasil perjanjian antara pendidik dengan anak. Kegiatan

eksplorasi yang telah berakhir dapat dilanjutkan dengan menunjukkan hasil

karyanya pada teman-teman. Jika hasil menempelnya belum kering maka

dapat diletakkan disatu bagian untuk dikeringkan

Hakikat Perkembangan Motorik Halus anak Usia Dini

A. Pengertian Motorik Halus

Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot

kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan

dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan

menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.

Motorik halus merupakan suatu kemampuan yang penting yang harus

dikuasai oleh anak. kemampuan motorik halus diperlukan untuk melakukan

kegiatan sehari-hari seperti mempergunakan alat makan, berpakaian,

menalikan tali sepatu dan kegiatan sehari-hari lainnya. Selain untuk

melakukan aktivitas sehari-hari, kemampuan motorik halus juga dijadikan

modal dasar untuk kemampuan akademik terutama dalam kegiatan menulis.

Oleh karena itu, stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus perlu

dilakukan sejak dini agar kemampuan motorik halus anak mengalami

peningkatan.

Page 66: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

49

Hal tersebut akan berguna untuk mempersiapkan anak dalam

menerima pembelajaran akademik ataupun mempersiapkan anak supaya

dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Ismail (2006: 84)

mengatakan bahwa “tujuan melatih motorik halus anak adalah untuk melatih

agar anak mampu terampil dan cermat menggunakan jari jemari dalam

kehidupan sehari-hari, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan

unsur-unsur kerajinan dan keterampilan baru”

Saputra& Rudyanto (2005: 115) mengemukakan “tujuan peningkatan

motorik halus anak yaitu mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti

gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dengan mata

dan mampu mengendalikan emosi”.78 Pendapat lain dikemukaan oleh

Sumantri (2005: 9) menyatakan bahwa “aktivitas peningkatan motorik halus

anak usia dini bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak”.

Peningkatan keterampilan motorik halus akan sangat berpengaruh

terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara

mata dengan tangan dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun

penggunaan tangan secara utuh belum mungki tercapai. Berdasarkan pada

pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa tujuan

peningkatan motorik halus adalah untuk merangsang anak agar mampu

memfungsikan otot-otot kecil yang meliputi gerakan jari tangan,

mengkoordinasikan gerakan tangan dan mata dan mengontrol pergerakan

tangan.

Pembelajaran motorik di sekolah tidak dapat terlepas dari unsur-unsur

pokok. Keberhasilan seorang gurupun dalam menerapkan pembelajaran

78

Saputra, Yudha M & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk MeningkatkanKeterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Page 67: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

50

motorik harus memperhatikan: kekuatan, kecepatan, ketahan, kelincahan dan

koordinasi antara kontak mata dan tangan.79

Beberapa Perkembangan motorik halus usia 5-6 tahun antara lain:

1).mengikat tali sepatu, 2).memasukkan surat ke dalam amplop,

3).menoleskan selai diatas roti, 4).membentuk berbagai objek dengan tanah

liat, 5).mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju,

6).memasukkan benang ke dalam jarum.80 Menurut Harlock Perkembangan

merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari

proses kematangan dan pengalaman yang terdiri dari serangkaian

perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. (edukasi.kompasiana:2010:

1)

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan

bahasa, kognitif, serta sosialisasi dan kemandirian. Pendapat ini

dikemukakan oleh Erlamsyah (2006:17).

Berdasarkan kedua pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa

perkembangan serangkaian perubahan akibat dari proses kematangan,

bertambahnya struktur dan fungsi tubuh meliputi kemampuan gerak, bahasa,

kognitif, dan sosial emosional dan kemandirian.

Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118),

menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas

dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,

menggambar, menyusun balok dan memesukkan kelereng.

Hampir sama dengan pendapat diatas Mansur (2007:23,24)

mengutarakan pendapatnya “ perkembangan motorik halus meliputi

perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini melakukan gerakan-

79

Ibid, Hal. 41 80

Bambang Sujiono dkk “ Metode pengembangan fisik “ (Universitas Terbuka 2014) Hal.1.14

Page 68: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

51

gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, merangkai,

mengancingkan baju, menempel, menggunting dan sebagainya.

Pendapat di atas diperkuat oleh Depdiknas (2007:6) “ Motorik halus

adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang

dilakukan oleh otot-otot kecil, oleh karena itu, gerakan motorik halus tidak

terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang

cermat serta ketelitian”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

motorik halus meliputi gerak otot-otot kecil yang tidak membutuhkan terlalu

banyak tenaga, tapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian

sehingga memerlukan latihan dalam pengembangan pengendalian gerak

tubuh, seperti dalam menulis, melipat, merobek, merangkai, mengancingkan

baju, menempel, menggunting dan sebagainya.

Demikianpula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa

motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh

tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan

menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang

tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga,

namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.

Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat

berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta

menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk

menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh

perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu menurut

Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:

(a).Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan

memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki

Page 69: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

52

keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau

memainkan alat-alat mainan.(b).Melalui keterampilan motorik, anak dapat

beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam

kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu

tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini

akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. (c).Melalui perkembangan

motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada

usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat

dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris. (d).Melalui

perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau

bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan

menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia

akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).

B. Perkembangan Motorik Halus Anak

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-

tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui

kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle,

menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,

membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.

Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan

maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan

anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai

pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.

Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan

anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.

Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang

optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan

Page 70: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

53

rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik

halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak

yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan

bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan,

persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu

usaha dilakukan si kecil.

Terdapat dua dimensi dalam perkembangan motorik halus anak yang

diuraikan oleh Gesell (1971), yaitu: (1).Kemampuan memegang dan

memanifulasi benda-benda. (2).Kemampuan dalam koordinasi mata dan

tangan.

Beberapa dimensi perkembangan motorik halus anak (a). Melakukan

kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis (b).

Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu.(c) Memakai dan

melepas sepatu berperekat/tanpa tali. (d) Memakai dan melepas kaos kaki.

(e) Memutar pegangan pintu. (f). Memutar tutup botol. (g).Melepas kancing

jepret. (h).Mengancingkan/membuka velcro dan retsleting (misalnya pada

tas). (i). Melepas celana dan baju sederhana. (j). Membangun menara dari 4-

8 balok. (k). Memegang pensil/krayon besar. (l). Mengaduk dengan sendok

ke dalam cangkir. (m Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan

makanan. (n Menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri. (o). Memegang

gunting dan mulai memotong kertas. (p). Menggulung, menguleni, menekan,

dan menarik adonan atau tanah liat.

C. Tujuan perkembangan motorik halus

menurut Nuryani dalam (e-dukasi.net: 2008:1) yaitu: 1)

Mengembangkan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan

gerak kedua tangan, 2) Memperkenalkan gerakan jari seperti menulis,

menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari jemari sehingga

Page 71: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

54

anak menjadi terampil dan matang, 3) Mampu mengkoordinasikan

kecepatan, kecakapan tanpa dengan gerakan mata, 4) Penguasaan emosi.

Slamet (2005:48) juga mengatakan bahwa “Tujuan perkembangan

motorik halus meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, kecekatan,

keseimbangan”

Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat kita simpulkan tujuan

perkembangan motorik halus yaitu untuk keterampilan gerak tangan,

mengkoordinasikan kecepatan, kekuatan, kecekatan dan keseimbangan.

D. Tahap Perkembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan

pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan

kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari

tangan. Pada usia ini koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat.

Dan anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti

mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara

bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau

menggambar. Depdiknas (2007:8)81

Senada dengan pendapat di atas Erlamsyah (2006:51) menyatakan

perkembangan motorik halus dapat dikembangkan sesui dengan tahap

perkembangan anak. Untuk usia taman kanak-kanak motorik halus dapat

dikembangkan melalui aktifitas merobek, mencukil, membongkar, memotong

kertas, menempel, memberi warna, menggambar dan melipat.

81

Kementerian Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-Kanak, Pedoman Pengembangan

Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional),

Page 72: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

55

Berdasarkan pendapat ini penulis dapat simpulkan bahwa tahap

perkembangan motorik halus anak usia taman kanak-kanak berkembang

pesat, anak mapu mengkoordinasikan antara gerakan tangan, dan mata.

Adapun kegiatan yang mampu mereka lakukan sesui dengan tahapan

perkembangannya yaitu, menulis, menggambar, merobek, mencongkel,

membongkar, memotong kertas, menempel melipat dan memberi warna.

E. Kegunaan Motorik Halus

Kegunaan/Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan

Bermainnnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan

yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam

tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.

Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan

dan pengendaliangerak tubuh.

Kemampuan motorik halus akan berkembang seiring dengan

kematangan usia yang dimiliki oleh anak. Motorik halus merupakan salah 25

satu kemampuan yang penting untuk setiap individu memiliki banyak fungsi

yang berperan penting dalam melakukan suatu keterampilan yang diperlukan

dalam kehidupan.

Hurlock (1997: 45) menyatakan bahwa “fungsi kemampuan motorik

halus dalam empat kategori, yaitu keterampilan bantu diri, keterampilan bantu

sosial, keterampilan bermain, dan keterampilan sekolah”. Kemampuan

motorik halus berfungsi untuk melakukan aktivitas seharihari yang

berhubungan dengan kemandirian anak dalam melakukan kegiatan dalam

kehidupan sehari-hari. Pengembangan motorik halus mendukung setiap

aspek baik itu aspek sosial, kognitif ataupun aspek bahasa, karena setiap

aspeknya memiliki keterkaitan dalam pengembangannya. Pernyataan

Page 73: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

56

tersebut sesuai dengan pendapat Sumantri (2005: 146) yang menyatakan

bahwa “fungsi perkembangan motorik halus adalah mendukung

pengembangan aspek lain seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena

pada hakikatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain”.

Saputra& Rudyatno (2005: 116) menyatakan bahwa “fungsi

pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan

keterampilan gerak kedua tangan, sebagai alat untuk mengembangkan

koordinasi kecepatan tangan dan gerakan mata, dan sebagai alat untuk

melatih penguasaan emosi”.82

Berdasarkan kedua pendapat diatas, motorik halus berfungsi untuk

melakukan keterampilan-keterampilan yang melibatkan gerakan-gerakan 26

otot-otot kecil dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kemandirian

seperti aktivitas bantu diri, bantu sosial maupun aktivitas akademik, selain itu

fungsi perkembangan motorik halus mendukung aspek kognitif, bahasa

maupun aspek sosial

Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf

dengan otot. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa

tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi

anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial

emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk

memasuki pendidikan selanjutnya. Memperkenalkan dan melatih gerakan

motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola,mengontrol

gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh

dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani

yang kuat, sehat dan terampil.

82

Saputra, Yudha M & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk MeningkatkanKeterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Page 74: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

57

Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot

halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa

mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motirik halus anak

dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.

Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti

keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan

tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan

yang cermat.gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain

adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu, dan

sebagainya.

Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan

dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan

motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar

anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar

ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan

pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.

Permainan kreatif akan mendorong kebutuhan anak untuk secara aktif

berinteraksi dan terlibat dengan lingkungan fisiknya sejak bayi, anak mulai

mempelajari dunia sekitarnya melalui sensori motornya. Kegiatan ini akan

terus berkembang seiring dengan kematangan dan keterampilan dari

berbagai fungsi tubuhnya.83 Semakin baiknya gerakan motorik halus anak

membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas mengnyam

kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai

kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik

83

Bambang Sujiono, Metode Pengembangan Fisik ( Universitas Terbuka Jakarta: 2014 Hal.8.5)

Page 75: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

58

halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan

mental.

Kegunaan Motorik Halus:

(1).Mengembangkan kemandirian, contohnya memakai baju sendiri,

mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, dll. (2). Sosialisasi, contohnya

ketika anak menggambar bersama teman-temannya (3) Pengembangkan

konsep diri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.

(4). Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap

kemandirian yang dilakukannya. (5).Berguna bagi keterampilan dalam

aktivitas sekolah misalnya memegang pensil atau pulpen.

Hadits Abi Rafi‟ tentang 4 aspek pendidikan

عن أب رافع قال قلت ا رسول الل أللولد علنا حق كحقنا علهم

قال نعم حق الولد على الوالد أن علمه الكتابة والسباحة

والرم)الرماة( وأن ورثه)وأن ل رزقه إل( طبا )هذا حدث

ة منكر الحدث ضعفه حى بن معن ضعف،من شوخ بق

والبخاري وغرهما باب ارتباط الخل عدة ف سبل الل عز وجل(

Artinya :” Dari Abi Rafi’ dia berkata: aku berkata: wahai RasulAllah

apakah ada kewajiban kita terhadap anak, seperti kewajiban mereka

terhadap kita?, beliau menjawab: ya, kewajiban orang tua terhadap anak

yaitu mengajarkan menulis, berenang, memanah, mewariskan dan tidak

memberikan rizki kecuali yang baik”. (hadits ini dhoif, dari beberapa syeikh

yang diingkari haditsnya. Di dhoifkan oleh Yahya bin Mu’in, al-Bukhari dan

lainya. Bab mengikat kuda untuk berperang dijalan Allah azza wajalla)”.

Page 76: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

59

Dalam hadits tersebut bahwa seorang anak memiliki hak dari orang

tuanya yaitu hak pendidikan salah satunya adalah menulis. Dalam pendidikan

menulis, anak bisa menggunakan tangannya untuk berekspresi dan

mengenal huruf-huruf bacaan sehingga dapat mengembangkan wawasan

anak.

Hal-hal yang dapat memperhambat perkembangan motorik halus anak

adalah sebagai berikut: (1). Kerusakan otak sewaktu dilahirkan. (2). Kondisi

buruk prenatal (ibu hamil yang merokok, narkoba, dll.) Kondisi buruk saat

postnatal (suatu dilahirkan). (3). Kurangnya kesempatan anak untuk dapat

melakukan aktivitas motorik halus dikarenakan kurangnya stimulasi dari

orang tua, operprotektif, terlalu dimanja, dll. (4).Tuntutan yang terlalu tinggi

dari orang tua, yaitu dituntut untuk melakukan aktivitas motorik halus tertentu

padahal organ motoriknya belum matang. (5) Kidal yang dipaksakan

menggunakan tangan kanan sehingga menimbbulkan ketegangan emosi

pada anak. (6). Motorik halus yang kaku: (a). Lambat dalam

perkembangannya. (b). Kondisi fisik yang lemah sehingga anak tidak

memiliki motifasi untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya.

Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini (PAUD). Pengertian Motorik

Halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan

dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang

cermat, seperti menggunting mengikuti garis, menulis, merobek, meremas,

menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke

lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke

dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, krayon dan spidol, serta

melipat.

Adanya kemampuan/keterampilan motorik anak juga akan

menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak yang merupakan bagian dari

Page 77: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

60

perkembangan mental anak.84 Kemampuan motorik dapat berkembang

secara alami tanpa dilatih karena adanya pengaruh pertumbuhan dan

kematangan anak.

Perubahan Contoh sederhana adalah keterampilan memegang pensil.

Tanpa berlatih pun kemampuan anak memegang pensil tetap akan

berkembang. Namun, perlu dipertanyakan seberapa jauh tingkat

keterampilan itu dapat berkembang jika tidak dilatih secara khusus sesuai

dengan tujuan dan fungsinya.

Jika seorang anak sudah diberi kesempatan dan arahan serta

bimbingan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halusnya

maka berarti secara fisik anak diarahkan untuk menjadi semakin sehat serta

kreatif.85 Pelaksanaan aktivitas motorik halus dapat dikembangkan oleh

pendidik bersifat adaptif (sesuai dengan situasi, kondisi, dan

kemampuannya). Oleh karena itu, pelaksanaan aktivitas motorik halus ini

dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bentuk yang bervariasi.

Pada usia 4 s.d. 5 tahun anak sudah dapat menggambar ”orang” berupa

lingkaran untuk kepala, dua lingkaran yang lebih kecil dan garis untuk mata

dan mulut, dan empat garis untuk tangan dan kaki.

Dari uraian tersebut di atas ternyata pengembangan motorik halus

dapat dilakukan melalui pengembangan kemampuan dasar yang lain, seperti

kemampuan kognitif (misalnya bermain puzzle), kemampuan untuk

menolong diri sendiri (mandiri), kemampuan bahasa (khususnya pramenulis),

dan kemampuan seni.

Dalam pembelajaran dapat digunakan metode the whole brain learning

(pembelajaran otak seutuhnya) karena belahan otak kanan dan kiri

mempunyai fungsi atau kemampuan yang berbeda atau spesialisasi

hemisfer/hemispheric specialization (W.R Sperry et.al. dalam Sidiarto & Lily,

84

Bambang Sujiono dkk. Metode Pengembangan fisik Universitas Terbuka ( Jakarta:2014.1.3 ) 85

Ibid Hal.1.8

Page 78: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

61

2008). Belahan otak kanan mempunyai sifat menyatukan (unity)

dan belahan otak kiri mempunyai sifat memisahkan (disunity).Referensi :

Sidiarto, K & Lily, D.S. 2008. Belajar & Pola Pikir Berbasis Mekanika Otak

(Whole-Brain Thinking) Jakarta

B. Konsep Model Tindakan yang Digunakan

1. Deskripsi Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang

menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang

terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam

berbagai aspek.86 Penelitian Tindakan Kelas Merupakan merupakan bagian

dari action research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa

meningkat.87 Suharsimi juga mengungkapkan bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.88

Ada beberapa pengertian dan penelitian tindakan menurut beberapa

pendapat ahli dalam Kunandar, yaitu sebagai berikut:

a. Kurt Lewin: Penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang

terdiri atas 4 tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

refleksi.

b. Kemis dan MC Taggart: Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-

inkuiri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan didalam situasi social

86

Hamzah B. Uno, dkk. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 40. 87

Ibid., hal. 41. 88

Suharsimi Arikunto, dkk, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal.130.

Page 79: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

62

untuk meningkatkan rasionalitas dari praktik sosial atau pendidikan yang

mereka lakukan serta mempertinggi pemahaman terhadap praktik dan

situasi dimana praktik itu dilaksanakan.

c. Ebbut: Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan

pelaksanaan praktik pendidikan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi

mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.

d. Carr & Kemmis: Penelitian tindakan kelas suatu bentuk penelitian refleksi

diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-persertanya dalam situasi sosial

untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik sosial mereka serta

pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi

tempat praktik tersebut dilakukan.89

Menurut Masyhuri penelitian tindakan kelas atau PTK adalah

penelitian untuk megembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara

pendekatan baru untuk memecahkan masalah didunia kerja atau dunia aktual

lain.90Cara kerja penelitian tindakan kelas ini yaitu trial and error. Prinsip-

prinsip PTK tersebut yaitu: a) PTK dilakukan dalam kegiatan nyata dalam

situasi rutin, b) adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja, c) SWOT

sebagai dasar berpijak (Strength/ Kekuatan, Weakneses/ Kelemahan,

Opportunity/ kesempatan. Threat/ ancaman, d) upaya empiris dan sistematik,

e) ikuti prinsip SMART dalam perencanaan (spesific/ khusus, managable/

dapat dikelola, acceptable/ dapat diterima lingkungan, realistic/ operasional,

time-bound/ diikat oleh waktu dan terencana).91

2. Model Penelitian Tindakan Kelas

a. Model Tindakan Kurt Lewin 89

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 42. 90

Masyhuri, Zanuddin, Metodologi Penelitian (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hal. 42-43. 91

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal. 7-8.

Page 80: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

63

PTK Pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan

bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: Perencanaan

(planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi

(reflecting). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang

dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi

menjadi: perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), dan

penelitian (evaluating).92

Model Penelitian Kurt Lewin

b. Model Penelitian Kemmis dan M.C Taggart

Menurut Kemmis dan M.C Taggart dalam Hendra penelitian tindakan

kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri

92

Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Yrahma Widya, 2006), hal. 21.

Page 81: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

64

dari 4 komponen pokok PTK yaitu sebagai berikut: a) perencanaan, b)

tindakan, c) observasi, d) refleksi.93

Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah

adanya refleksi kemudian diikuti dengan perencanaan ulang dengan siklus

tersendiri.

Model tindakan Kemmis dan Mc. Taggart

c. Model Tindakan Mills

Pelaksaan tindakan ini bisa dilakukan siklus, pengumpulan data,

analisis data dan interpretasi data dan perkembangan dari tindakan ini

dilakukan secara spiral.94

93

Norman K. Denzin, dkk, Handbook of Qualtitative Research (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 470. 94

Ibid.,

Page 82: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

65

Model tindakan Mills

d. Model Tindakan Emilly Calhoun

Penelitian tindakan ini menekankan pada proses untuk mencoba hal-

hal yang baru dalam proses pembelajaran. Menggunakan lima langkah yaitu:

menyeleksi area, mengumpulkan data, menganalisa data, dan

menginterpretasikan data, melaksanakan tindakan atau take action.95

95

Hendra Sofyan, Peningkatan Perkembangan anak Usia Dini dengan Pendekatan Tematik (Jakarta: Uiversitas Negeri Jakarta, 2013), hal. 11.

Page 83: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

66

Model tindakan Emilly Calhoun

e. Model Tindakan James Mckernan‟s

Model penelitian tindakan James Mckernan‟s, penelitian tindakan

kelas ini disebut penelitian time process. Penelitian tindakan kelas ini disebut

dengan time procces model. Pada siklus pertama yang harus dipersiapkan

pertama kali adalah memahami masalah yang ada pada situasi lapangan,

kemudian mendefinisikan masalah, dilanjutkan dengan pengukuran,

membuat ide-ide tentang hipotesis, berkembang ke tahap perencanaan

setelah itu barulah dilaksanakan tindak. Setelah dilakukan tindakan diadakan

evaluasi dan terakhir baru refleksi dilanjutkan rencana tindakan berikutnya.96

f. Model Tindakan Jhon Elliott

Apabila dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan Kemmis-Mc

taggart, PTK model Jhon Elliot ini lebib detail dan rinci. Dikatakan demikian,

karena didalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi, yaitu

antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi

96

Ibid., hal. 10.

Page 84: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

67

kemungkinan terdiri dari beberapa langkah (step), yang terealisasi dalam

bentuk kegiatan belajar mengajar.97

Berdasarkan model-model tindakan di atas, dalam penelitian ini

peneliti memilih model Kammis dan Taggart karena model Kammis dan

Taggart lebih sederhana dan mencakup langkah-langkah yang lengkap.

Konsep tindakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 langkah, yaitu:

perencanaan, tindakan, observasi, serta refleksi dan evaluasi

Evaluasi terhadap suatu program pembelajaran akan membantu

dalam kegiatan belajar mengajar. Evaluasi dapat mengontrol kualitas

pembelajaran. Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk

menentukan ketercapaian suatu tujuan pendidikan (Tyler; Suharsimi, 2012:

3). Evaluasi dalam pembelajaran keterampilan motorik adalah cara untuk

mengetahui ketercapaian pembinaan atau pengembangan keterampilan

motorik yang dilakukan oleh guru serta ketercapaian anak mencapai tujuan

yang ditentukan 39 oleh guru (Gayle; Sumantri, 2005: 184). Sumantri (2005:

185) mengemukakan bahwa “evaluasi program pengembangan keterampilan

motorik merupakan upaya untuk memperoleh informasi atau data yang akurat

mengenai penguasaan keterampilan motorik halus”.98

Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut peneliti menyimpulkan

bahwa evaluasi pada pembelajaran keterampilan motorik adalah suatu

proses pengumpulan yang dilakukan secara terstruktur yang bertujuan untuk

memperoleh data mengenai penguasaan keterampilan motorik yang dicapai

anak dalam pembelajaran motorik serta mengetahui ketercapaian

pengembangan motorik halus yang telah dilaksanakan oleh guru agar guru

dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Instrumen

evaluasi pembelajaran keterampilan dapat dilakukan dalam bentuk observasi

97

Zainal Aqib, Ibid., hal. 24. 98

Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.

Page 85: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

68

dan catatan anekdot yang disesuaikan dengan kemungkinan ketercapaian

keterampilan gerak yang dapat dicapai oleh anak sesuai dengan

pekembangannya (Husein; Sumantri, 2005: 186).99 Selain dalam bentuk

observasi dan catatan anekdot instrument evaluasi untuk pembelajaran

motorik dapat dilakukan dengan tes unjuk kerja. Instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah tes tindakan atau tes unjuk kerja

disertai dengan observasi. Rakhmat (1999: 113) menyatakan bahwa “tes

tindakan merupakan tes yang dimaksudkan untuk mengukur keterampilan

siswa dalam melakukan suatu kegiatan”100. Dalam tes tindakan, persoalan

disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh 40 siswa. Ada dua

unsur yang dapat dijadikan bahan penilaian dalam tes tindakan yaitu proses

dan hasil.

C. Penelitian Yang Relevan

Penetapan materi subjek penelitian dan temuan penelitian. Maka

peneliti mengidentifikasi sumber-sumber dalam bentuk hasil-hasil temuan

penelitian yang telah ada dan mempunyai relevansi dengan dengan

penelitian yang sedang penulis dilakukan, dengan asumsi agar tidak terjadi

pengulangan pada lokasi penelitian dan subjek yang sama dan sekaligus

dapat membantu mengembangkan analisis pemahaman terhadap temuan

penelitian. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan yang peneliti

lakukan :

1. Penelitian Rarasati Desya (2015) yang berjudul : “ Peningkatan

Kemampuan Motorik Halus Anak Autis Melalui Media Kreasi Kirigami

Di Sekolah Autis Dian Amanah Yogyakarta “101

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa media kreasi kirigami dapat meningkatkan kemampuan motorik

99

Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. 100

Rakhmat, Cece.(1999). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas. 101

Penelitian Rarasati Desya (2015) yang berjudul : “ Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak

Autis Melalui Media Kreasi Kirigami Di Sekolah Autis Dian Amanah Yogyakarta “

Page 86: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

69

halus pada anak autis Dian Amanah Yogyakarta. Hal ini ditunjukan

dengan adanya peningkatan skor hasil tes pada pra tindakan, pasca

tindakan I, dan pasca tindakan II. Hasil pasca tindakan II sudah dapat

melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 70%.

2. Penelitian Erni Rizky Lilasari (2015) dengan judul “Peningkatan

kemampuan motorik halus melalui kegiatan Meronce Berpola pada

anak Kelompok B TK PGRI 2 Poncokusumo Kabupaten Malang.102

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan meronce berpola dapat

dilakukan untuk meningkatkan motorik halus anak TK PGRI 2

Poncokusumo Kabupaten Malang. Peningkatan ini dapat dilihat dari

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada siklus I

sebesar 65,05 dengan persentase keberhasilan sebesar 61,90%, nilai

rata-rata meningkat menjadi 84,81 dengan persentase keberhasilan

sebesar 85,71%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulan bahwa

kemampuan motorik halus anak dapat meningkat melalui kegiatan

meronce bepola.

3. Penelitian Dian Andani Hania (2016) dengan judul “Penggunaan

Puzzle 3D sebagai Media Terapi Motorik Halus Anak autis di pusat

terapi Talenta Semarang”.103 Puzzle 3D memberikan peran bagi

perkembangan motorik halus anak autis, karena semua media yang

berhubungan dengan gerakan koordinasi tangan dan mata merupakan

media yang bisa menstimulasi perkembangan motorik halus anak

autis.

102

Penelitian Erni Rizky Lilasari (2015) dengan judul “Peningkatan kemampuan motorik halus

melalui kegiatan Meronce Berpola pada anak Kelompok B TK PGRI 2 Poncokusumo Kabupaten Malang 103

Penelitian Dian Andani Hania (2016) dengan judul “Penggunaan Puzzle 3D sebagai Media Terapi

Motorik Halus Anak autis di pusat terapi Talenta Semarang”

Page 87: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

70

Dari ketiga penelitian diatas persamaannya dengan penelitian penulis

yaitu sama-sama meningkatkan keterampilan motorik halus adapun

perbedaannya yaitu dalam kegiatan dan penggunaan media

Page 88: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

71

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Buah Hati

berkaitan dengan kegiatan mencoret, merobek dan menempel pada anak

autis. Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan dan memperoleh

peningkatan dalam perkembangan kemampuan keterampilan motorik halus

guna persiapan keterampilan menulis.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (classroom action research) kolaborasi. Penelitian

tindakan kelas kolaborasi maksudnya adalah peneliti dengan guru kelas

bekerjasama dalam melaksanakan proses pembelajaran.104 Penelitian

tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dikelas. PTK merupakan salah satu cara yang

strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus

diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan

kualitas program sekolah secara keseluruhan.105

Sanjaya (2009: 13) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas

(PTK) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk

meningkatkan kualitas peran dan tanggungjawab guru khususnya dalam

pengelolaan pembelajaran”.106 Pendapat lain dikemukakan oleh Arikunto

(2006: 90-93) mendefinisikan bahwa PTK sebagai suatu penelitian tindakan

yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelas atau

104

Zainal Aqib, Op. Cit., hal. 27. 105

Yufiarti dan Titi Chandrawari, Profesionalitas Guru PAUD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), hal.

4.29. 106

Sanjaya, Wina.(2009).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Page 89: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

72

berkolaborasi dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan,

merefleksi secara kolaboratif dan partisipasif.107

Pendekatan kuantitatif menurut Arikunto (2010: 27) yaitu

menggunakan data berupa angka dan dilengkapi dengan tabel, grafik, bagan,

gambar, serta data berupa informasi kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan kolaborasi dengan guru kelas.108 Pemberian tindakan bertujuan

untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dan meningkatkan

hasil belajar yakni kemampuan motorik anak autis.

Pada penelitian ini guru bertindak sebagai pemberi tindakan

sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat atau observer ketika guru

melakukan tindakan. Selain itu peneliti berperan untuk menentukan fokus

pengamatan, strategi atau metode pembelajaran serta pembuatan instrumen.

Strategi dan 48 instrumen penelitian yang digunakan juga disesuaikan

dengan guru, hal tersebut karena guru mempunyai peranan penuh dalam

memberikan tindakan.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan prosedur yang

dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Penelitian ini berupaya

mendeskripsikan secara faktual tentang penggunaan musik perkusi dalam

mengembangkan kemampuan sosial emosional anak usia dini. Penelitian ini

merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memerlukan

tindakan nyata dalam proses pembelajaran.

B. Populasi dan Sampel penelitian

107

Arikunto, Suharsimi.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 108

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 90: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

73

Populasi merujuk kepada dari mana sampel-sampel diambil.109

Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak di Taman Kanak-kanak Buah

Hati usia 5-6 tahun. Penulis hanya mengambil 1-2 anak dalam kelompok B

sebagai sampel. Penulis mengambil 1-2 anak dalam kelompok itu dengan

alasan karena anak tersebut yang akan dilihat peningkatan perkembangan

motorik halusnya melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel (3M)

Teknik yang penulis gunakan adalah teknik kelompok atau rumpun

(cluster sampling) yaitu digunakan apabila populasi atau sampel yang

tersedia adalah berupa unit-unit rumpun dalam populasi.110

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam proses penelitian ini terbagi

menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

a) Data primer adalah data langsung dan segera diperoleh dari sumber data

oleh peneliti untuk tujuan penelitian secara khusus. Data tersebut adalah

data nilai hasil kemampuan anak yang didapatkan dari hasil pengamatan

atau observasi yang dilakukan peneliti.

b) Data sekunder (data penunjang) yaitu data yang diperoleh dari sumber

kedua yaitu berupa dokumen-dokumen, catatan, gambar, dan lain-lain,

seperti struktur organisasi TK Buah Hati, data tentang sekolah, kepala

sekolah, data guru dan karyawan serta muridnya.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah anak Taman Kanak-kanak Buah

Hati kota jambi yang menjadi sampel penelitian serta dokumen-dokumen,

catatan, gambar, dan lain-lain, seperti struktur organisasi TK Buah Hati kota

109

Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 168. 110

Ibid.,

Page 91: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

74

jambi, data tentang sekolah, kepala sekolah, data guru dan karyawan serta

muridnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut : Tanya jawab , hasil teshasil tugas kelas dan rumah , catatan

harian pengajar, wawancara, rekaman dan catatan hasil observasai dari

kabolator.111

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah kegiatan mengamati dan mencatat segala

tindakan yang terjadi di lapangan. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk

mengamati dan mencatat segala fenomena yang terjadi di lapangan

selama penelitian berlangsung. Peneliti berperan sebagai observasi

partisipatif, dimana peneliti berperan sebagai guru, sehingga terlibat

dalam kegiatan orang yang sedang diamati sebagai sumber data

penelitian.112

b. Wawancara (interview)

Wawancara dalam penelitian survey dilakukan oleh peneliti dengan cara

merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan ke responden.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara

dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang

diwawancarai.113 Peneliti menggunakan wawancara tidak tersturktur.

Wawancara tidak struktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

111

Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif ,( Jakarta : Raja Wali Pers, 2015), hal : 257 112

Durri Adrian , Op.Cit, hal :6.36 113

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2014), hal : 188

Page 92: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

75

wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan

ditanya.114

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya monumental dari seseorang.

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan

foto kegiatan anak dan guru pada saat kegiatan pembelajaran

berlangsung. Dokumentasi ini dilakukan untuk memberikan gambaran

secara nyata tentang kegiatan anak dalam mengembangkan

keterampilan motorik halus.

d. Catatan lapangan berupa catatan penelitian selama pelaksanaan

pembelajaran yang dibuat peneliti dan guru kolabrator, dan cacatan

tambahan dari guru pelaksana.

a). Kisi-kisi Instrumen

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel penelitian yang

ditetapkan untuk diteliti, selanjutnya diberikan indikator yang akan diukur.

Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir (item) pertanyaan

atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka

digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument Kemampuan keterampilan motorik halus Pada

anak usia dini. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument kemampuan motorik

halus Anak

Variabel

Indikator Item

Kriteria Penilaian

BB MB BSH BSB

Pengemban

gan Motorik

Bisa

menggunakan

114

Sugiyono, Pemahaman Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta,2008), hal : 194

Page 93: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

76

Halus garpu dengan

baik,

menggunting

mengikuti garis,

dan menirukan

gambar segitiga

1.Menggambar

sesuai

gagasannya

2. Meniru

bentuk

3. Melakukan

eksplorasi

dengan

berbagai

media dan

kegiatan

4.

Menggunakan

alat tulis dan

alat makan

dengan benar

5.

Menggunting

sesuai dengan

pola

6. Menempel

gambar

dengan tepat

7.

Mengekspresik

Page 94: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

77

an diri melalui

gerakan

menggambar

secara rinci

b.) Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen

perkembangan kemampuan sosial emosional pada anak dengan

menggunakan media perkusi musik Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh

peneliti dengan mengacu pada teori dan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak

Usia Dini berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak yang terkait

dengan perkembangan keteramplan motorik halus.

c). Validitas Instrumen

Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validasi konstruk

yang dibagi dalam dua langkah yaitu:

1. Perumusan instrumen melalui penelaahan teoritis dengan mensintesiskan

beberapa teori tentang kemampuan mengenal huruf.

2. Pemeriksaan pakar guna penelaahan beberapa hal berikut:

1) Seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk.

2) Seberapa jauh indikator merupakan jabaran dari dimensi.

3) Seberapa jauh metode pengambilan data dilakukan secara benar.

Penelaahan dilakukan dengan pakar melalui diskusi dengan peneliti.

Masukan dari pakar akan menjadi rujukan dalam penyempurnaan instrumen.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis kuantitatif

dan kualitatif. Data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar selanjutnya

Page 95: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

78

%100N

JsP

dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif yang mana hasilnya

nanti akan digunakan untuk mengambil kesimpulan dan menentukan

tindakan selanjutnya.

1. Analisis Data Kuantitatif

Mengukur kemampuan kemampuan anak dalam seni tari kreasi

menggunakan skala 4 yaitu: BB (Belum Berkembang) skor 1, MB (Mulai

Berkembang) skor 2, BSH (Berkembang Sesuai Harapan) skor 3, BSB

(Berkembang Sangat Baik) skor 4.

Data yang diperoleh selama penelitian dari lembar observasi dianalisis

dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring yang diperoleh.

Skor ideal untuk seluruh item sama dengan 4 kali jumlah item. Jadi,

berdasarkan perolehan skor maka dihitung tingkat persentasenya

menggunakan rumus:115

Keterangan:

P = Angka persentase keaktifan

Js = Jumlah skor yang dicapai

N = Jumlah skor ideal keseluruhan

P = x 100%

P maks = x 100% = 100%

P min = x 100% = 25%

115

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta : Rajawali, 2012 ), hal : 34

Page 96: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

79

Adapun kriteria penilaian kemampuan motorik halus pada anak autis adalah

sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan motorik halus anak autis

Skor Perolehan Persentase Skor Kriteria Penilaian

56 - 72 76%-100% BSB

37 - 54 51%-75% BSH

19 - 36 26%-50% MB

0 - 18 0%-25% BB

Keberhasilan pembelajaran dikatakan mengalami perkembangan jika

persentase hasil dari pengamatan kemampuan gerak lokomotor meningkat

dari hasil sebelumnya.

2. Analisis Kualitatif

Langkah-langkah penulis dalam menganalisis data adalah sebagai

berikut :

a) Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

menfokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan variabel yang diteliti

pola, proses dan sistemnya. Setelah penelitian selesai dilakukan, maka data

yang diperoleh terlebih dahulu diseleksi dan dipilih data-data yang ada

relevansinya dengan tindakan yang dilakukan penulis. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Page 97: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

80

b) Penyajian Data ( Data Display)

Dalam penelitian ini penulis akan menyajikan data dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya

dalam teks berbentuk narasi. Dengan demikian data akan mudah untuk

dipahami guna merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

diuraikan tersebut.

c) Verifikasi / Conclusion Drawing

Langkah berikutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Hubermen adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal

berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke

lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat

berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya jelas

sehingga setelah diteliti menjadi jelas.116

F. Validasi Data

Validasi merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti. Dalam penelitian

tindakan terdapat dua macam validasi yaitu validasi internal dan validasi

eksternal. Validasi internal berhubungan dengan akurasi derajat penelitian

dengan hasil penelitian dan validasi eksternal adalah cara yang dilakukan

penulis dalam membahas generalisasi terhadap temuan-temuan dalam

penelitian.

116

Sugiyono, Op.Cit., hal. 99.

Page 98: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

81

Validitas internal dapat dibedakan menjadi dua yaitu validitas isi dan

validitas konstruk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas

konstruk yaitu mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur

konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan instrumen.117

Berdasarkan teori tentang variabel tersebut kemudian ditentukan indikator

yang akan diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-

butir instrumen, baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan.

Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat para ahli

(expert judgement). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang

aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu maka

selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.

G. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus

mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan (planning), perencanaan (acting),

pengamatan (observing), dan refleksi (reflecing). Tiap siklus terdiri atas

tahapan dan langkah pengajaran.118

1. Kondisi Awal

Sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu dilakukan

pengamatan tentang kemampuan keterampilan motorik halus di TK Buah

Hati Kota Jambi. Dari hasil pengamatan tersebut dianalisis kemudian

berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan tindakan pada siklus pertama.

Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

terdapat 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan

pengamatan, refleksi atau pantulan. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari

tiga siklus. Perlakuan pada setiap siklus harus berbeda dari siklus

117

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). (Bandung: Alfabeta, 2012), hal : 5 118

Emzir, Op.Cit, hal : 257

Page 99: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

82

sebelumnya. Sebaiknya siklus berikutnya harus didasarkan pada hasil siklus

sebelumnya. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai

masalah terpecahkan.

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru kolaborator dalam

memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada

anak dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel

Berikut adalah model bagan dari proses penelitian yang akan

dilaksanakan:

Bagan 1. Bagan Siklus Penelitian119

119

Wihardit Kuswaya,.Op.Cit, hal : 2.4

Page 100: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

83

Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan meliputi:

1) Persiapan pengembangan tema. Berdiskusi dengan guru tentang

kegiatan yang akan dilakukan dan tema yang digunakan.

2) Persiapan media. Peneliti menyiapkan media kertas dan pinsil warna

yang akan digunakan.

3) Membuat Rencana Pelaksanaan Mingguan (RPPM) dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang digunakan sebagai

pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.

RPPM dan RPPH yang dibuat untuk tiga pertemuan dengan tema Alam

semesta dengan sub tema benda benda langit. RPPH memuat kegiatan

pembelajaran menggunakan media kertas warna warni. Peneliti

Menentukan teknik yang akan digunakan oleh guru dalam kegiatan

bermain.

4) Peneliti menyiapkan instrumen pengamatan dalam bentuk panduan

observasi untuk mengungkap kemampuan motorik halus.

3. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan

sebagai berikut :

1) Pertemuan pertama

a. Pembukaan

(1) Salam

(2) Absensi

(3) Berdoa sebelum belajar

(4) Bernyanyi

Page 101: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

84

(5) Bercerita tentang pengalaman sebelum anak kesekolah

(6) Bercerita tentang tema rekreasi dengan sub tema benda kendaraan

(7) Berdiskusi tentang kendaraan yang diketahui oleh anak.

(8) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam

permainan.

b. Kegiatan Inti

(1) Mengenalkan bahan dan alat yang akan digunakan main

(2) Guru mengenalkan media pada anak.

(3) Anak mengenal macam alat yang digunakan

(4) Anak mengenal macam macam warna

c. Penutup

(1) Menanyakan perasaan selama hari ini

(2) Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan

(3) Evaluasi seputar kegiatan yang dilakukan anak pada hari ini

(4) Membaca doa sebelum pulang

(5) Salam sebelum pulang

2) Pertemuan kedua

a. Pembukaan

(1) Salam

(2) Absensi

(3) Berdoa sebelum belajar

(4) Bernyanyi

(5) Bercerita tentang pengalaman sebelum anak kesekolah

(6) Bercerita tentang benda langit dengan sub tema bintang

(7) Berdiskusi tentang macam macam kendaraan yang diketahui anak.

(8) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam

permainan.

b. Kegiatan Inti

Page 102: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

85

1. Kegiatan merobek bentuk kendaraan

2. Guru mengenalkan jenis kendaraan dan diikuti oleh anak

3. Anak memilih gambar kendaraan yang disukai

5. Anak bermain secara bersama

c. Penutup

1. Menanyakan perasaan selama hari ini

2. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan

3. Evaluasi seputar kegiatan yang dilakukan anak pada hari ini

4. Membaca doa sebelum pulang

5. Salam sebelum pulang

3) Pertemuan ketiga

a. Pembukaan

(1) Salam

(2) Absensi

(3) Berdoa sebelum belajar

(4) Bernyanyi

(5) Bercerita tentang pengalaman sebelum anak kesekolah

(6) Bercerita tentang tema benda langit sub tema kendaraan laut

(7) Berdiskusi tentang perahu

(8) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam permainan.

b. Kegiatan Inti

(1) Mengenalkan jenis kendaraan laut

(2) Guru megenalkan diikuti oleh anak

(3) Anak menyebutkan macam macam macam-macam kendaraan laut

(4) kegiatan menmpel/mengisi pola pada gambar perahu

c. Penutup

1. Menanyakan perasaan selama hari ini

2. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan

3. Evaluasi seputar kegiatan yang dilakukan anak pada hari ini

Page 103: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

86

4. Membaca doa sebelum pulang

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti.

Pelaksanaan pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya

tindakan yang memuat kegiatan pembelajaran menggunakan perkusi musik

untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional. Tujuan dilakukannya

pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan yang sudah

dilaksanakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan bagi pengamat

dalam melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus

berikutnya. Pengamatan berpedoman pada lembar instrumen pengamatan

berupa panduan observasi yang berisi tentang sikap perilaku anak selama

kegiatan bermain musik berlangsung diantaranya, kerja sama,

mengendalikan persaan, mentaati peraturan, percaya diri, dan menghargai

karya orang lain.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi dilakukan pada

setiap akhir siklus penelitian tindakan yang dilaksanakan selama tiga kali

pertemuan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan

berbagai catatan kejadian serta mengevaluasi keseluruhan kegiatan selama

siklus berlangsung. Refleksi tidak hanya difokuskan pada tindakan, tetapi

terhadap seluruh proses kegiatan termasuk dampaknya terhadap anak didik

dan lingkungan yang menyertai.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini antara lain.

1) Diskusi antara peneliti dengan guru yang bertujuan untuk

mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan cara

melakukan penelitian terhadap proses yang terjadi, masalah yang

Page 104: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

87

muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang

dilakukan.

2) Mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul

agar dapat dibuat perbaikan pada siklus selanjutnya.

3) Pengambilan keputusan. Apabila dari hasil pengamatan ternyata

belum mencapai target, maka dengan demikian tindakan berikutnya

yaitu berlanjut pada siklus ke II dengan tujuan untuk memperbaiki

pembelajaran. Siklus tersebut dilakukan berkelanjutan sampai ada

peningkatan seperti yang diharapkan dalam kemampuan mengenal

huruf.

4) Jika penelitian dianggap cukup karena sudah mencapai target yang

diharapkan, maka refleksi terakhir dilakukan dengan membuat catatan-

catatan secara rinci. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi

siapapun yang akan melaksanakan penelitian dalam kesempatan lain.

1. Siklus II :

Dalam siklus II ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum

tercapai pada siklus I. langkah pada siklus II sama urutannya dengan siklus I

yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.

2. Siklus III :

Dalam siklus III ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum

tercapai pada siklus II. Langkah pada siklus III sama urutannya dengan siklus

II yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.

identifikasi alternative tindakan yang diharapkan dapat menyelesaikan

masalah yang ada.

Page 105: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

88

Siklus action research model Stepen Kemmis dan Mc Taggart

Perencanaan Tindakan

Siklus 1

Rencana Tindakan Ulang

Refleksi

Pelaksanaan Tindakan

Observasi dan Evalusi

Siklus 2

Refleksi

Page 106: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

89

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian tindakan kelas (classroom action

research) dilaksanakan di Kelas B Semester I di Taman Kanak-kanak Buah

Hati Kota Jambi

Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan selama tiga bulan antara

bulan Januari sampai dengan Maret 2019, di Taman Kanak-kanak Buah Hati

Kota Jambi. Sesuai dengan jadwal penelitian , untuk tidak mengganggu

kegiatan belajar mengajar maka penelitian ini dilaksanakan secara

bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Dengan alasan karna anak

tersebut yang akan dilihat Perkembangan kemampuan motorik halus melalui

kegiatan mencoret, merobek, menempel (3M).

2. Sumber Data (dokumentasi)

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah

yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan

berdasarkan perkiraan .120 Menurut lofland sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.

Data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang

diperoleh di lapangan sebagai pendukung ke arah konstruksi ilmu secara

ilmiah dan akademis. Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik

kelompok B. Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi, guru, dan orang

tua murid dengan melakukan teknik wawancara dan dokumentasi. Data juga

dapat diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan sekolah seperti

pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan Kota Jambi

120

Basrowi dan Suwandi , “memahami Penelitian Kwalitatif “(Jakarta : Rinika Cifta ,2008), hal, 158

Page 107: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

90

G. Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti.

Pelaksanaan pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya

tindakan yang memuat kegiatan pembelajaran menggunakan perkusi musik

untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional. Tujuan dilakukannya

pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan yang sudah

dilaksanakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan bagi pengamat

dalam melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus

berikutnya. Pengamatan berpedoman pada lembar instrumen pengamatan

berupa panduan observasi yang berisi tentang sikap perilaku anak selama

kegiatan bermain musik berlangsung diantaranya, kerja sama,

mengendalikan persaan, mentaati peraturan, percaya diri, dan menghargai

karya orang lain.

Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk

mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi dilakukan pada

setiap akhir siklus penelitian tindakan yang dilaksanakan selama tiga kali

pertemuan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan

berbagai catatan kejadian serta mengevaluasi keseluruhan kegiatan selama

siklus berlangsung. Refleksi tidak hanya difokuskan pada tindakan, tetapi

terhadap seluruh proses kegiatan termasuk dampaknya terhadap anak didik

dan lingkungan yang menyertai.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini antara lain.

5) Diskusi antara peneliti dengan guru yang bertujuan untuk

mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan cara melakukan

penelitian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan

segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan.

6) Mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul

agar dapat dibuat perbaikan pada siklus selanjutnya.

Page 108: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

91

7) Pengambilan keputusan. Apabila dari hasil pengamatan ternyata

belum mencapai target, maka dengan demikian tindakan berikutnya yaitu

berlanjut pada siklus ke II dengan tujuan untuk memperbaiki

pembelajaran. Siklus tersebut dilakukan berkelanjutan sampai ada

peningkatan seperti yang diharapkan dalam kemampuan mengenal huruf.

8) Jika penelitian dianggap cukup karena sudah mencapai target yang

diharapkan, maka refleksi terakhir dilakukan dengan membuat catatan-

catatan secara rinci. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi

siapapun yang akan melaksanakan penelitian dalam kesempatan lain.

3. Siklus II :

Dalam siklus II ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum

tercapai pada siklus I. langkah pada siklus II sama urutannya dengan siklus I

yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.

4. Siklus III :

Dalam siklus III ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan

pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum

tercapai pada siklus II. Langkah pada siklus III sama urutannya dengan siklus

II yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.

5. Kriteria Keberhasilan

Komponen-komponen yang menjadi kriteria keberhasilan dalam

penelitian ini merupakan indikator-indikator dalam kemampuan mengenal

huruf anak Taman Kanak-kanak. Sesuai karakteristik penelitian tindakan,

keberhasilan dalam penelitian ini mencakup adanya perubahan-perubahan

kearah yang lebih baik yaitu adanya perkembangan kemampuan motorik

halus melalui kegiatan merobek, mencoret dan menempel di TK Buah Hati

Kota Jambi. Data tersebut diinterpretasikan kedalam empat tingkatan, yaitu:

Page 109: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

92

a. Kriteria berkembang sangat baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak

antara 76%-100%

b. Kriteria berkembang sesuai harapan, yaitu apabila nilai yang diperoleh

anak antara 51%- 75%

c. Kriteria mulai berkembang, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara

26%-50%

d. Kriteria belum berkembang, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara

0%-25%

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak mengalami peningkatan

perkembangan kemampuan motorik halus sebesar ≥ 76% atau dengan

kriteria berkembang sangat baik

H. Rencana dan Waktu Penelitian

1. Rencana Penelitian

Rencana penelitian di Taman Kanak Buah Hati Kota Jambi Peneliti

bermaksud meneliti tentang pengembangan motorik halus anak autis usia 5

sampai 6 tahun. Keterlibatan semua pihak yang terkait sangatlah diperlukan

dalam penelitian ini guna mendapatkan data yang mendalam, lengkap, dan

sistematis. Dalam hal ini peneliti termasuk dalam subjek penelitian.

2. Jadwal Penelitian

Studi pendahuluan dilakukan pada bulan Nopember 2018, sedangkan

pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019 sampai selesai.

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Kegiatan Mencoret, Merobek dan Menempel (3M) Meningkatkan keterampilan motorik halus anak autis

Kegiatan Nopember Desember Januari Pebruari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Page 110: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

93

Studi

Pendahuluan

Penulisan

draf

proposal

Konsultasi

dengan Ket.

Prodi/lainnya

.

Revisi draf

proposal

Seminar

Proposal

Pengumpula

n Data

Verifikasi

dan Analisis

data

Konsultasi

Pembimbing

Page 111: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

94

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Historis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jmbi

Taman Kanak-kanak Buah Hati dirikan Pada tahun 2004 oleh Ketua

Lembaga Pendidikan Buah Hati Bapak Mardunah, Beliau mendirikan

Taman Kanak –Kanak Buah Hati di Dorong oleh rasa kecintaan beliau

terhadap dunia pendidikan terutama Pendidikan Anak Usia Dini juga peduli

dengan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Beliau Meresmikan

Taman Kanak –Kanak Buah Hati pada Tanggal 13 Mei 2009

a. Visi, Misi dan Tujuan Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi 1) Visi Taman Kanak-kanak Buah Hati

Terwujudnya Anak Usia Dini Yang kreatif, sehat serta memiliki IMTAQ

dan IPTEK 121

2) Misi Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

a. Mendidik anak didik dengan pendekatan bermain sambil belajar

Menjadikan insan, cerdas, kretaif, terampil, disiplin dan mandiri.

b. Membiasakan anak didik hidup bersih dan rapi.

c. Mempersiapkan anak didik memasuki jenjang pendidikan dan

kehidupan lebih lanjut.

d. Bekerja dengan masyarakat/orang tua dalam layanan pendidikan bagi

anak

121

Dokumen KTSP Taman-kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

Page 112: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

95

3) Tujuan Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

Berdasarkan visi dan misi maka tujuan pendidikan yang ingin di capai

oleh Lembaga Taman kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi adalah sebagai

berikut :

1. Membantu meningkatkan pelayanan bagi anak usia dini agar dapat

mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

2. Meningkatkanpartisipasi dan peran serta masyarakat dalam

pelayanan pendidikan bagi anak suai dini

2. Geografis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota jambi

Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi terletak di Jalan Amir

Hamzah Sungai Kambang Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan

Telanaipura Kota Jambi Provinsi Jambi. Lokasi Taman Kanak-kanak Buah

Hati Kota Jambi secara geografis terletak di:

a. Sebelah Timur Komplek Pertokoan (Ruko)

b. Sebelah Barat Komplek Militer Garuda Putih

c. Sebelah Selatan Perumahan Penduduk

d. Sebelah Utara Taman Budaya Jambi (GOS Sungai Kambang)

B. Profil Taman Kanak-kanak Buah Hati

1. Nama Sekolah : Taman Kanak-Kanak Buah Hati

3. Alamat : Jl. Kol. Amir Hamzah Lrg Kenanga 2 No.37 RT.05

Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura

Kota Jambi

4. Nama Yayasan : Pendidikan Anak Usia Dini Buah Hati

Page 113: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

96

5. NPSN : 69907249

6. NSS : -

7. Tahun Didirikan : 2004

8. Tahun Beroperasi: 2004

Izin Operasional : 420/46/KPTSP/2013

NPWP Yayasan : 66.774.074.0.331.000

Nomor Rekening : Bank 9 Jambi

3000943688

Akte Notaris : Nomor 92,-

Tanggal 22 April 2014

Firdaus Abu Bakar,S.H.M.KN

STRUKTUR ORGANISASI

Pengelola Yayasan : Mardunah,S.Pd

Kepala Sekolah : Rita Zubaidah,M.Pd.I

Bendahara : Tika Indah Permata Sari

Ketua Komite : Haryadi

Guru : - Yurmaida, S.Pd, AUD

: - Winny Dwinda Resty

STATUS SEKOLAH

Kepemilikan : Milik Sendiri

No. Sertifikat : 1029

Tgl. Sertifikat :

Luas Tanah : 742M2

Page 114: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

97

Luas Bangunan : 60 M2

Luas Pekarangan : 300 M2

Luas Lapangan Olah Raga : 0 M2

DATA SARANA DAN ALAT BERMAIN YANG DIMILIKI

1. Data Sarana / Alat Bermain Di Dalam Kelas

NO NAMA ALAT /

SARANA

JUMLAH KONDISI

BAIK RUSAK

1. Balok 100 V

2. Jungkitan 1 V

3. Bola 100 V

4. Papan Titian 1 V

2. Data Sarana / Alat Bermain Diluar Kelas

NO NAMA ALAT /

SARANA

JUMLAH KONDISI

BAIK RUSAK

1. Ayunan 1 V

2. Perosotan 1 V

3. Out bound 1 V

Page 115: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

98

N0 JENIS RUANGAN JUMLAH

RUANGAN

YANG

KONDISI BAIK

JUMLAH

RUANGAN

YANG KONDISI

RUSAK

KATEGORI

RUSAK

1 Ruang Kepsek 1 - -

2 Ruang TU 1 - -

3 Ruang kelas - 2 -

4 Ruang bermain 1 - -

Data Siswa TK Buah Hati

NO LK PR JUMLAH KET

1. 13 7 20

KETENAGAAN SEKOLAH

Ketenagaan Jumlah

GTY : 3 Orang

PNS : 1 Orang

a. Keadaan Guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

Page 116: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

99

Personil guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi terdiri dari

ketua lembaga, seorang kepala sekolah, 2 orang guru dan 1 orang Tata

Usaha. Adapun nama-nama guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Nama-nama Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota

Jambi122

No Nama Keterangan

Jabatan Mengajar

1 Mardunah, S.Pd Ketua Lembaga

2 Rita Zubaidah, S.Pt. M.Pd Kepala Sekolah dan

Guru

Guru PAUD

3 Tika Indah Permata Sari Sekretaris Lembaga Guru PAUD

4 Yurmaida, S.Pd, AUD Guru Guru PAUD

5 Winny Dwinda Resty Guru Guru PAUD

Bagan 4.1: Struktur Organisasi Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

Tahun Pelajaran 2017-2018123

122

Ibid 123

Ibid

Page 117: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

100

b. Keadaan Peserta Didik Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

Jumlah peserta didik di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

tahun pelajaran 2017-2018 adalah 20 orang yang tebagi kedalam 2

rombongan belajar, yaitu kelompok B. Sampai dengan bulan Juni 2018

keadaan anak didik di Taman Kanak-kanak Buah Hati berjumlah 20 orang,

yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Data anak yang menjadi sampel tindakan adalah :

Nama Lengkap : Hasna Mazaya Ismail

Nama Panggilan : Hasna

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tgl Lahir : Depok, 2 Nopember 2014

Alamat : Sipin Jambi

Nama Ayah : M. Ismail

Nama Ibu : Kartika Liesnawaty

Anak ke : 1. (pertama)

Jumlah saudara : 1

Hubungan dalam keluarga : Anak

Agama : Islam

Page 118: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

101

Kelemahan Taman Kanak-kanak Buah Hati dari segi sarana dan

prasana antara lain:

1. Belum ada tempat cuci tangan yang permanen

2. Pasilitas bermain dalam ruangan belum lengkap

3. Belum tersedianya fasilitas kantin

4. Anak-anak perlu pengawasan khusus karena dekat dengan lalu lalang

kendaraan.124

Peluang yang dapat mendukung perkembangan Taman Kanak-kanak

Buah Hati Kota Jambi adalah sebagai berikut:

1. Kerjasama antara kelompok pertemuan orang tua dengan pihak Sekolah

Taman Kanak-kanak Buh Hati terjalin dengan baik.

2. Orang tua mendukung program dan kegiatan-kegiatan yang diadakan

oleh pihak sekolah.

3. Halaman sekolah yang cukup luas

4. Alat permainan luar cukup banyak

5. Suasana lingkungan yang strategis berada di tengah kota.125

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Pengamatan Prasiklus

Pengamatan awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas,

dilaksanakan pada tanggal 9 November 2018 dengan melakukan observasi

terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Dari hasil

pengamatan awal peneliti menemukan beberapa permasalahan dalam

kegiatan keterampilan motorik halus. Dari hasil pengamatan, peneliti

124

Wawancara dengan Kepala Sekolah TK Buah Hati Januari 2019 125

Observasi di TK Buah Hati tanggal, 10 November 208

Page 119: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

102

menemukan bahwa kemampuan motorik anak belum berkembang dengan

optimal. Anak masih kesulitan dalam menggerakkan jari-jarinya

Sebelum dilakukan tindakan, peneliti melakukan pengamatan untuk

mengetahui kondisi awal anak autis khusus motorik halus anak Kelompok B

di Taman Kanak-kanak Buah Hati Pengamatan awal merupakan kegiatan

pra tindakan yang dilaksanakan untuk mengetahui keadaan awal gerak

motorik halus anak. Pada penelitian pra tindakan kegiatan yang pertama

dilakukan adalah mengamati kegiatan anak pada saat bermain dan kegiatan

pembelajaran dengan melibatakan otot-otot kecil.

Hasil yang diperoleh menunjukkan kemampuan anak dalam

melakukan kegiatan yang mengguakan otot kecil dengan aturan masih belum

berkembang dengan optimal. Rata-rata kemampuan motorik halus secara

terkoordinasi anak sebelum tindakan hanya sebesar 45% pada kriteria mulai

berkembang. Keadaan seperti ini menjadi suatu landasan bagi peneliti untuk

melakukan sebuah tindakan dalam rangka mengembangkan kemampuan

melakukan kegiataan yang menggunakan otot kecil

Data tentang kemampuan gerak otot halus dalam mengembangkan

kemampuan keterampilan motorik halus anak terkait dengan a) Melakukan

kegiatan motorik halus , b) Melakukan gerakan terkoordinasi secara terkontrol

dan seimbang, c) mengikuti kegiatan mencoret, merobek dan menempel

pada kondisi awal atau prasiklus adalah sebagai berikut:

Berikut ini akan disajikan kemampuan gerak motorik halus anak dalam

kegiatan mencoret, merobek dan menempel masing-masing anak pada

kondisi prasiklus yang meliputi kemampuan melakukan mewarnai gambar,

merobek kertas warna dan menempel pola gambar

Page 120: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

103

c) Tabel 4.9 Persentase Kemampuan motorik halus Pada Kondisi Prasiklus

No

Nama Anak

Indikator

Mencoret Merobek Menempel Rata-rata

Persentase

perorangan

1 HAS 1 1 1 41,00%

2 IL 2 1 1 45,67%

3 AF 2 2 1 50,00%

Jumlah skor 5 4 3

48,15%

Persentase

perindikator 48,61% 45,61% 41,22%

Persentase Rata-

rata Kemampuan

Motorik halus

Prasiklus

48,15%

Keterangan pengisian kolom:

Skor 1: Belum Berkembang (BB)

Skor 2 : Mulai Berkembang (MB)

Skor 3: Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

Skor 4: Berkembang Sangat Baik (BSB)

,

Berdasarkan tabel di atas diperoleh persentase rata-rata kemampuan

motorik halus anak autis prasiklus sebesar 48,15%. Artinya bahwa

Page 121: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

104

kemampuan motorik halus anak autis dalam kegiatan mencoret, merobek

dan menempel secara umum berada pada kategori mulai berkembang.

Pada indikator melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk

melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan persentase kemampuan

gerak lokomotor anak sebesar 48,61%. Anak masih sulit dalam

menggerakkan tangan dan kaki dalam rangka keseimbangan dan koordinasi,

melentikkan jari keatas dan kebawah dengan bergantian, menggerakkan

semua anggota tubuh sesuai irama musik, keaktifan anak saat menari. Pada

indikator menirukan gerakan tarian kreasi sebesar 47,22%. Anak masih

kesulitan dalam menirukan gerakan yang mencerminkan burung, menirukan

gerakan yang mencerminkan pohon, ekspresi saat menari.

Berdasarkan data hasil observasi maka guru harus melakukan

tindakan untuk mengembangkan kemampuan motoik halus. Upaya yang

ditempuh yaitu dengan kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Melalui

kegiatan pembelajaran mencoret, merobek dan menempel diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan motorik halus.

Adapun hasil akhir rekapitulasi kemampuan motorik halus anak autis

sebelum tindakan sebesar 48,15% berada pada kategori mulai berkembang

sehingga belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu ≥

76%. Oleh karena itu, peneliti mulai menyusun rencana tindakan untuk

mengembangankan keterampilan motorik halus melalui kegiatan mencoret,

merobek dan menempel pada anak.

2. Data Hasil Tindakan Siklus I tentang keterampilan motorik halus a. Perencanaan Siklus 1

Page 122: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

105

Adapun perencanaan disini adalah segala cara untuk melakukan

tindakan secara detail, baik itu dari perencanaan tempat melakukan tindakan,

asesmen awal, penyusunan rencana pembelajaran proses observasi lembar

kerja anak, keterlibatan guru dan menyusun jadwal kegiatan.

1) Deskripsi Situasi

2) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di Taman Kanak-kanak

Buah Hati Kota Jambi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak

kelompok B dengan rentang usia 4-6 tahun sebanyak 3 orang. Adapun

permasalahan yang ditemukan yaitu kemampuan melakukan kegiatan

yang menggunakan otot kecil belum berkembang dengan optimal. Anak

masih kesulitan dalam melakukan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel. Selain itu media yang digunakan kurang bervariasi dan

menarik, guru hanya memberikan kegiatan dengan memberikan kertas

dan pinsil, sehingga anak kurang semangat. Oleh sebab itu,

pembelajaran kurang bervariasi dan belum maksimal, belum dapat

mempengaruhi ketertarikan anak dalam mengikuti proses kegiatan.

2) Assesmen Awal

Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, peneliti melakukan

observasi pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Hasil

pengamatan peneliti menemukan bahwa kemampuan kegiatan

pengembangan motorik halus masih rendah.

Permasalahan tersebut menunjukkan rendahnya kemampuan

ketermpilan motorik halus pada anak. Oleh karena itu, salah satu solusi

untuk mengatasi permasalahan di atas peneliti menerapkan kegiatan yang

menarik bagi anak dalam mengembangkan keterampilan motorik halus.

Selanjutnya peneliti mulai menyusun dan merancang pembelajaran

menggunakan kegiatan yang bervariasi dalam mengembangkan

keterampilan motorik halus pada anak.

3) Penyusunan Rencana Kegiatan

Page 123: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

106

Sebelum melaksanakan pembelajaran, langkah atau rencana yang

dipersiapkan peneliti adalah:

a) Melakukan kombinasi dengan guru kelas.

b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

c) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

d) Mempersiapkan media dan sumber belajar yang dibutuhkan

e) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat peningkatan motorik

halus anak.

f) Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran

seperti kamera.

g) Jadwal Kegiatan Siklus I

Setelah melakukan diskusi dengan guru kolaborator, maka disepakati

jadwal kegiatan siklus I sebagai berikut:

b. Pelaksanaan Siklus I

Siklus I terdiri dari tiga pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari

kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Sedangkan pada

kegiatan pembukaan dan penutup hampir sama pada setiap pertemuan.

Adapun tindakan siklus I yang akan diberikan pada anak usia 4-6 tahun di

Taman Kanak-kanak Buah Hati adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1

a) Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 14 Januari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Darat, spesifik mobil. Jumlah

anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum

memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan

Page 124: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

107

diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan

pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

b) Kegiatan inti

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

c) Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2

a. Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 16 Januari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Darat, spesifik mobil. Jumlah

anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum

memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan

diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan

pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

Page 125: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

108

b. Kegiatan inti

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

c. Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

3) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 3

a. Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 Januari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Darat, spesifik mobil. Jumlah

anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum

memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan

diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan

pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

b. Kegiatan inti

Page 126: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

109

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

c. Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

c. Pengamatan (Observasi) Siklus I

4. Proses Pembelajaran Pertemuan 1, 2 dan 3

Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari kegiatan pembukaan,

kegiatan inti dan penutup. Pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I

terhadap kemampuan keterampilan motorik halus anak dapat dijabarkan

sebagai berikut.

Pada awal pertemuan siklus I anak terlihat masih canggung. Hal ini

terlihat dari antusias anak dalam mengikuti kegiatan yang diajarkan. Dari

hasil pengamatan masih terlihat ada anak yang enggan untuk melakukan

kegiatan. Meskipun demikian, terdapat pula anak yang dengan semangat

mengikuti kegiatan yang diajarkan.

Page 127: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

110

Memasuki pertemuan kedua sampai hingga pertemuan ketiga,

kegiatan mencoret, merobek dan menempel sudah meningkat ke gambar

yang lebih komplek, Anak terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam

melakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Maskipun masih ada

anak yang enggan untuk melakukan kegiatan, Setelah pelaksanaan tindakan

pada siklus I yang dilakukan selama tiga kali pertemuan, peneliti

mendapatkan hasil data kemampuan keterampilan motorik halus anak.

2) Hasil Pengamatan (Observasi ) Siklus I

Secara umum, kemampuan motorik halus anak pada siklus I mengalami

perkembangan untuk setiap pertemuan yaitu pada pertemuan 1, pertemuan

2, dan pertemuan 3. Adapun pencapaian kemampuan motorik halus pada

setiap indikator pada siklus I secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah

ini yang mencakup: a)mencoret, b) merobek, c) menempel.

Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Pada Prasiklus dan Siklus I

N

o

Indikator Kemampuan

Motorik Halus Prasiklus Siklus I

Persentase

Peningkatan

1 Mencoret 48,61% 62,5% 13.89%

2 Merobek 48,61% 66,67% 18,06%

3 Menempel 47,22% 65,28% 18,06%

Rata-rata 48,15% 64.82% 16,67%

d. Refleksi Siklus I

Page 128: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

111

Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi digunakan

sebagai pedoman peneliti dan guru untuk melakukan refleksi. Pelaksanaan

refleksi dilakukan peneliti bersama guru dengan melihat perbandingan antara

data sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada siklus

I. Berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya bahwa terlihat adanya

perkembangan kemampuan motorik halus anak dari prasiklus ke siklus I,

namun belum mencapai kriteria yang diharapkan. Untuk itu peneliti dan guru

kolabolator berusaha mencari pemecahan masalah tersebut.

Adapun beberapa permasalahan yang muncul selama proses

pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

a. Pada kegiatan mencoret masih belum terarah

b. Mencoret masih berantakan

c. Pada kegiatan merobek hasil robekan belum sesuai

d. Pada kegiatan menempel belum terarah

e. Anak-anak memberi lem pada kertas masih berantakan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dinilai masih kurang

optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa permasalahan yang

muncul. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya perbaikan pada siklus II

untuk mencapai hasil yang optimal.

Beberapa hal yang perlu dilakukan pada siklus II yaitu sebagai berikut:

1) Membuat gambar yang lebih menarik sebagai pola yang akan dicoret

2) Guru mengkondisikan kelas dengan mengajak anak utuk bercerita tentang

apa yang akan dilaksanakn.

3) Anak yang semangat diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan

yang terarah, misalnya bermain dengan pengawasan dari guru.

4) Berdasarkan analisis terhadap perkembangan kemampuan keterampilan

motorik halus anak yang telah berkembang dengan baik namun belum

optimal. Upaya yang ditempuh antara lain:

Page 129: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

112

(b) Untuk anak yang kemampuan motorik halusnya telah berkembang

sangat baik, guru berupaya merangsang minat anak untuk lebih aktif

sehingga dapat memotivasi teman-teman lainnya.

(c) Untuk anak yang kemampuan gerak lokomotor berkembang sesuai

dengan harapan, guru lebih memberikan motivasi kepada anak untuk

menarik minatnya dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus I

terlihat adanya perkembangan kemampuan keterampilan motorik halus pada

anak, akan tetapi hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan

yang ditentukan. Upaya-upaya perbaikan diperlukan agar terjadi

perkembangan kemampuan gerak lokomotor kearah yang diharapkan. Oleh

karena itu penelitian ini dilanjutkan pada Siklus II agar mencapai hasil yang

diharapkan.

3. Data Hasil Tindakan Siklus II tentang kemempuan keterampilan motorik halus Pada Anak

a. Perencanaan Siklus II

Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Seperti pada siklus I,

siklus II juga dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian, yaitu

perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.

Berdasarkan hasil yang didapat dari observasi dan refleksi siklus I maka

peneliti dan guru berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang akan

dilakukan pada siklus II. Hal ini bertujuan agar masalah yang dihadapi pada

siklus I dapat teratasi sehingga hasil yang dicapai optimal sesuai indikator

keberhasilan yang sudah ditentukan. Rencana tindakan yang dilakukan pada

siklus II yaitu.

Page 130: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

113

Jadwal Kegiatan Siklus II. Setelah melakukan diskusi dengan guru

kolaborator, maka disepakati jadwal sebagai berikut: Pada siklus II dilakukan

selama 3 pertemuan juga yaitu dilaksanakan pada tanggal 4, 6, 8 Februari

2019. Berikut merupakan penjabaran dari pelaksanaan penelitian tindakan

kelas pada anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Buah Hati Kota

Jambi.

b. Pelaksanaan Siklus II

Siklus II terdiri dari tiga pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari

kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Sedangkan pada

kegiatan pembukaan dan penutup hampir sama pada setiap pertemuan.

Adapun tindakan siklus I yang akan diberikan pada anak usia 4-6 tahun di

Taman Kanak-kanak Buah Hati adalah sebagai berikut:

4) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1

a) Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 4 Februari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik Kapal laut.

Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak.

Sebelum memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati

kegiatan diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan

kegiatan pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

b) Kegiatan inti

Page 131: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

114

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

c) Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

5) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2

d. Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 6 Februari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah

anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum

memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan

diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan

pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

e. Kegiatan inti

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Page 132: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

115

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

f. Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

6) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 3

d. Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 Januari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah

anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum

memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan

diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan

pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

e. Kegiatan inti

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

Page 133: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

116

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

f. Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

b) Pengamatan (Observasi) Siklus II

5. Proses Pembelajaran Pertemuan 1, 2 dan 3

Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari kegiatan pembukaan,

kegiatan inti dan penutup. Pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I

terhadap kemampuan keterampilan motorik halus anak dapat dijabarkan

sebagai berikut.

Pada awal pertemuan siklus I anak terlihat masih canggung. Hal ini

terlihat dari antusias anak dalam mengikuti kegiatan yang diajarkan. Dari

hasil pengamatan masih terlihat ada anak yang enggan untuk melakukan

kegiatan. Meskipun demikian, terdapat pula anak yang dengan semangat

mengikuti kegiatan yang diajarkan.

Memasuki pertemuan kedua sampai hingga pertemuan ketiga,

kegiatan mencoret, merobek dan menempel sudah meningkat ke gambar

yang lebih komplek, Anak terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam

melakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Maskipun masih ada

Page 134: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

117

anak yang enggan untuk melakukan kegiatan, Setelah pelaksanaan tindakan

pada siklus I yang dilakukan selama tiga kali pertemuan, peneliti

mendapatkan hasil data kemampuan keterampilan motorik halus anak.

3) Hasil Pengamatan (Observasi ) Siklus II

Secara umum, kemampuan motorik halus anak pada siklus I mengalami

perkembangan untuk setiap pertemuan yaitu pada pertemuan 1, pertemuan

2, dan pertemuan 3. Adapun pencapaian kemampuan motorik halus pada

setiap indikator pada siklus I secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah

ini yang mencakup: a)mencoret, b) merobek, c) menempel.

Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Pada Siklus II

No

Indikator

Kemampuan Motorik

Halus

Prasikl

us

Siklus

I

Siklus

II

Peningkatan

Persentase

1 Mencoret 48,61% 62,5% 73,61% 25%

2 Merobek 48,61% 66,67% 73,61% 25%

3 Menempel 47,22% 65,28% 75% 28%

Rata-rata pencapaian

kemampuan anak 48.15% 64.81% 74,07% 26%

Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa rata-rata persentase

peningkatan kemampuan keterampilan motorik halus anak dari kondisi

awal/prasiklus ke siklus II adalah sebesar 26% dan rata-rata perkembangan

Page 135: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

118

kemampuan keterampilan motorik halus telah meningkat menjadi 74,07%.

Hal ini berarti terlihat adanya perkembangan kemampuan motorik halus

dalam malakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel.

Pada indikator melukan kegiatan keterampilan motorik halus pada

kegiatan mencoret, merobek dan menempel, kemampuan anak meningkat

dari kondisi prasiklus yaitu 48,61% meningkat menjadi 62,5% pada siklus I

dan terus berkembang pada siklus II menjadi 73,61%. Pada indikator

melakukan coretan dan robekan serta penempelan dari 48,61% menjadi

66,67% dan 73,61% pada siklus II.

b. Refleksi Siklus II

Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi digunakan

sebagai pedoman peneliti dan guru untuk melakukan refleksi. Pelaksanaan

refleksi dilakukan peneliti bersama guru dengan melihat perbandingan antara

data sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada siklus

I. Berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya bahwa terlihat adanya

perkembangan kemampuan motorik halus anak dari prasiklus ke siklus II,

namun belum mencapai kriteria yang diharapkan. Untuk itu peneliti dan guru

kolabolator berusaha mencari pemecahan masalah tersebut.

Adapun beberapa permasalahan yang muncul selama proses

pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:

a. Pada kegiatan mencoret masih belum terarah

b. Mencoret masih berantakan

c. Pada kegiatan merobek hasil robekan belum sesuai

d. Pada kegiatan menempel belum terarah

e. Anak-anak memberi lem pada kertas masih berantakan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II dinilai masih kurang

optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa permasalahan yang

Page 136: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

119

muncul. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya perbaikan pada siklus III

untuk mencapai hasil yang optimal.

4. Data Hasil Tindakan Siklus III

tentang Kemampuan keterampilan motorik halus

a. Perencanaan Siklus III

Siklus III merupakan tindak lanjut dari siklus II. Seperti pada siklus II,

siklus III juga dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian, yaitu

perencanaan, pelaksanaan observasi dan tindakan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil yang didapat dari observasi dan refleksi siklus II maka

peneliti dan guru berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang akan

dilakukan pada siklus III. Hal ini bertujuan agar masalah yang dihadapi pada

siklus II dapat teratasi sehingga hasil yang dicapai optimal sesuai indikator

keberhasilan yang sudah ditentukan. Rencana tindakan yang dilakukan pada

siklus III yaitu.

Jadwal Kegiatan Siklus III. Setelah melakukan diskusi dengan guru

kolaborator, maka disepakati jadwal sebagai berikut: Pada siklus III dilakukan

selama 3 pertemuan juga yaitu dilaksanakan pada tanggal 18, 20, 22

Februari 2019. Berikut merupakan penjabaran dari pelaksanaan penelitian

tindakan kelas pada anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Buah Hati

Kota Jambi.

b. Pelaksanaan Siklus III

Siklus III terdiri dari tiga pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari

kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian

tindakan kelas dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Sedangkan pada

kegiatan pembukaan dan penutup hampir sama pada setiap pertemuan.

Page 137: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

120

Adapun tindakan siklus III yang akan diberikan pada anak usia 4-6 tahun di

Taman Kanak-kanak Buah Hati adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan 1

a) Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 Februari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik Kapal laut.

Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus IIl sebanyak anak.

Sebelum memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati

kegiatan diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan

kegiatan pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

b) Kegiatan inti

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

c) Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

Page 138: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

121

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

c. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan 2

a. Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah

anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus IIl sebanyak anak. Sebelum

memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan

diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan

pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

b. Kegiatan inti

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

c. Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

Page 139: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

122

d. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan 3

a. Pembukaan

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum‟at, 22 Februari 2019

dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah

anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus lII sebanyak anak. Sebelum

memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan

diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan

pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.

b. Kegiatan inti

Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru

mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.

Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan

memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar

dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara

kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,

peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –

bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama

berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas

warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak

dengan gambar sederhana.

c. Penutup

Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan

yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau

mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk

bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.

E. Pengamatan (Observasi) Siklus III

Page 140: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

123

Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh peneliti beserta guru

selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan pada siklus III mengenai

kemampuan menari anak dapat dijelaskan sebagai berikut.

a) Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari kegiatan pembukaan,

kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pengamatan yang dilakukan peneliti

pada siklus III terhadap kemampuan keterampilan motorik halus anak dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Pada indikator melakukan coretantidak mengalami kesulitan. Rata-

rata anak sudah bisa melakukan, merobek. Pada pertemuan pertama

kemampuan anak mencapai 13,89% mengalami peningkatan pada

pertemuan kedua yaitu 25% dan terus meningkat pada pertemuan ketiga

mencapai 43,05%. Pada pertemuan pertama sebagian anak sudah mampu

melakukannya walaupun belum sempurna. Pada pertemuan kedua hampir

semua anak sudah mampu melukan erobekan dan penempelan

Pada indikator mencoret, merobek dan menempel. Pada pertemuan

pertama kemampuan anak mencapai 18,05%, meningkat pada siklus ke II

mencapai 25,1% dan terus meningkat pada pertemuan ketiga mencapai

43,05%. Pada pertemuan pertama rata-rata anak telah mampu

melakukannya.

b) Hasil Pengamatan atau Observasi Siklus III

Secara umum, kemampuan mengenal huruf anak pada siklus III

mengalami perkembangan untuk setiap pertemuan yaitu pada pertemuan 1,

pertemuan 2, dan pertemuan 3.

Adapun kemampuan keterampilan motorik halus anak pada setiap

indikator dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang mencakup: a) mencoret,

b) merobek, c) menempel.

a) Refleksi Siklus III

Page 141: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

124

Pelaksanaan tindakan pada siklus III telah melalui proses perbaikan-

perbaikan berdasarkaan hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus II.

Perbaikan berupa penyajian menari dengan permainan dan pemberian

reward berupa pin bintang, dengan penuh semangat, ceria, serta guru lebih

memberikan motivasi dan bimbingan kepada anak yang mengalami kesulitan.

Selain itu Penggunaan reward berupa pin bintang akan membuat anak

bersemangat dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel yang

diberikan oleh guru sehingga meningkatkan minat dan motivasinya dalam

pembelajaran.

Kegiatan mencoret, merobek dan menempel dapat dilakukan dengan

kegiatan yang menarik akan meningkatkan partisipasi anak secara aktif

dalam pembelajaran. Melalui Pada Siklus III diperoleh persentase

kemampuan motorik halus anak sebesar 92,13%, artinya bahwa kemampuan

motorik halus anak telah berada pada kriteria berkembang dengan sangat

baik. Rata-rata anak telah mampu melakukan berbagai kegiatan mencoret,

merobek dan menempel. Dengan Demikian kemampuan keterampilana

motorik halus anak telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan,

yaitu sebesar ≥76%, sehingga penelitian dihentikan.

F. Analisis Hasil Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan tentang kegiatan

mencoret, merobek dan menempel di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota

Jambi pada kelompok B Tahun Pelajaran 2018/2019 dilakukan sampai siklus

3.

Pembelajaran mengembangkan kemampuan motorik halus dalam

kegiatan mencoret, merobek dan menempel berdampak sangat baik bagi

anak autis, hal itu terlihat dari skor yang diperoleh anak. Tabel di bawah ini

menunjukkan bahwa pengembenangan keterampilan motorik halus anak

autis di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi mengalami peningkatan.

Page 142: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

125

Tabel 4.28. Data Hasil Pengamatan Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi Sebelum dan Sesudah diberi Tindakan

Tindakan Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III

Persentase

Kemampuan

motorik

halus

48,15%

64,81%

74,07%

92,13%

Kemampuan Motorik halus anak pada kondisi awal belum berkembang

secara maksimal, hal ini terlihat dari perolehan persentase kemampuan

motorik halus pada prasiklus yaitu 48,15%. Setelah dilakukan tindakan,

persentase kemampuan motorik halus anak meningkat menjadi 64,9% pada

siklus I.

Pada siklus I masih terdapat anak yang belum memperlihatkan

peningkatan dalam kemampuan motorik halus. Oleh sebab itu peneliti dan

guru kolaborator membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada

siklus II untuk meningkatkan minat dan partisipasi anak agar lebih aktif dalam

kegiatan perkembangan motorik halus melalui kegiatan mencoret, merobek

dan menempel.

Pada kegiatan pembelajaran pada Siklus II menunjukkan keadaan

yang lebih bagus. Anak-anak terlihat lebih aktif pada saat mengikuti

rangkaian kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Hasil pengamatan

pada Siklus II menunjukkan adanya perkembangan kemampuan motorik

halus anak yang tinggi jika dibandingkan dengan kondisi awal anak sebelum

tindakan maupun sesudah pelaksanaan siklus I walaupun belum mencapai

indikator keberhasilan yang ditentukan. Hasil yang diperoleh yaitu terjadi

Page 143: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

126

peningkatan dalam kemampuan keterampilan motorik halus anak menjadi

64,9% pada siklus II. Anak yang sebelumnya tidak mau melakukan telah

berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan tersebut

Tindakan dilanjutkan sampai pada siklus III. Pada Siklus III diperoleh

rata-rata kemampuan motorik halus pada anak sebesar 92,13%, sehingga

sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 76%.

Oleh karena itu peneliti dan guru kolaborator mengambil keputusan bahwa

penelitian dianggap sudah cukup dan dihentikan pada Siklus III. Penelitian ini

telah membuktikan bahwa melalui kegiatan mencoret, merobek dan

menempel dapat mengembangkan kemampuan keterampilan motorik halus

pada anak autis Kelas B Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi.

Data di atas menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak

berkembang dengan sangat baik apabila dilakukan dengan cara dan strategi

yang baik pula. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan

peneliti dengan guru kolaborasi yang ada di kelas tindakan. Hasilnya

menunjukkan bahwa ada peningkatan yang positif dari tindakan yang

dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III.

Berdasarkan analisis terhadap kemampuan motorik halus anak pada

kondisi prasiklus, kemampuan motorik halus anak pada kondisi awal belum

berkembang secara maksimal salah satunya disebabkan cara pengajaran

yang kurang menarik, padahal media dalam proses pembelajaran dapat

mempertinggi proses belajar siswa yang pada gilirannya dapat mempertinggi

hasil belajar yang dicapainya.

Hasil pengamatan pada Siklus I dan Siklus II menunjukkan adanya

perkembangan persentase kemampuan motorik halus walaupun belum

mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Rata-rata anak berada

pada tahap mulai berkembang.

Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena anak sedang melalui

proses penyesuaian, dengan orang baru (peneliti) serta karena kegiatan yang

Page 144: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

127

sebelumnya jarang dilakukan juga menjadi salah satu faktor penyebab belum

tercapainya indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. Oleh karena itu,

berdasarkan hasil observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan Siklus I dan

II maka dilakukan perbaikan-perbaikan agar pada pelaksanaan tindakan

Siklus III dapat mencapai hasil yang optimal.

Perbaikan pada Siklus III meliputi pemberian reward berupa pin

bintang untuk memotivasi anak, menari melalui permainan membuat

peraturan kelas bersama anak, serta mengadakan pendekatan bagi anak

yang belum bisa dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel.

Kegiatan pembelajaran pada Siklus III menunjukkan keadaan yang lebih

kondusif. Anak-anak terlihat lebih aktif dan semangat dengan gambar-

gambar yang baru diberikan.

Hasil pengamatan pada Siklus III menunjukkan adanya perkembangan

kemampuan motorik halus yang signifikan jika dibandingkan dengan kondisi

awal anak sebelum tindakan maupun sesudah pelaksanaan Siklus I dan

Siklus II. Pada Siklus III untuk indikator melakukan kegiatn motorik halus,

juga telah mencapai kriteria berkembang sangat baik sehingga sudah

mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 76%.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian

tindakan kelas tentang kegiatan mencoret, merobek dan menempel dalam

mengembangkan keterampilan motorik halus di Taman Kanak-kanak Buah

hati Kota Jambi tahun pelajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut:

Pertama, perkembangan kemampuan motorik halus anak sebelum

diberi tindakan belum berkembang dengan optimal, hal ini terlihat dari masih

ada anak yang belum mampu dalam melakukan kegiatan mencoret, merobek

dan menempel secara terkoordinasi , oleh guru tanpa ada proses timbal balik

sehingga metode ini justru terfokus pada guru. Oleh karena itu, Metode di TK

seharusnya berpusat pada anak sehingga kegiatan mencoret, merobek dan

Page 145: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

128

menempel menyenangkan bagi anak, hal ini terlihat dari perolehan skor

48,15%.

Kedua, setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dari siklus I sampai

siklus III maka dapat dilihat perkembangan dalam kemampuan motorik halus

pada anak di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi. Hal ini terlihat dari

hasil siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami peningkatan. Adapun skor

yang diperoleh anak pada siklus I adalah 64,9%. Pada Siklus II skor yang

diperoleh anak adalah 74,07%. Pada siklus III skor yang diperoleh anak

adalah 92, 12%.

Ketiga, melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel, pada

anak terlibat secara langsung dan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan

tersebut. Dengan demikian melalui kegiatan mencoret, merobek dan

menempel dapat mengembangkan kemampuan keterampilan motorik halus

pada anak. karena memilki beberapa keunggulan antara lain menarik minat

anak, anak lebih kreatif, dan sudah banyak anak yang terampil

menggerakkan jari-jari tangannya untuk persiapan menulis pada jenjang

pendidikan lebih lanjut. Dalam kegiatan share reading antara guru dan murid

serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membebani

anak dalam melakukan kegiatan. Oleh karena itu dengan bermaian

merupakan salah satu media yang tepat digunakan dalam mengembangkan

kemampuan motorik halus di Taman Kanak-kanak.

Page 146: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

129

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui kegiatan

mencoret, merobek dan menempel dapat meningkatkan keterampilan motorik

halus anak autis usia 4 – 6 tahun Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi.

Berdasarkan dari setiap indikator kemampuan motorik halus anak pada

setiap siklus mengalami peningkatan.

Peningkatan perolehan skor yang didapatkan anak semakin meningkat

pada setiap siklusnya. Peningkatan ini menunjukkan hasil yang baik. hasil ini

menunjukkan melalui kegiatan yang meneyenangkan dan tanpa paksaan

pada anak akan membuat anak tertarik pada kegiatan pembelajaran tersebut

dan berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan motorik halusnya.

Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Pada awal penelitian melakukan kegiatan mencoret, merobek dan

menempel anak sudah langsung tertarik dalam mengikuti kegiatan yang

dicontohkan oleh guru, walaupun masih kelihatan ragu-ragu dalam

memulai kegiatan. Hal tersebut terjadi karena belum dilakukan

sebelumnya.

2. Pada saat pelaksanaan kegiatan berikutnya mencoret, merobek dan

menempel dengan menggunakan media kertas berkembang dengan

sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya kemampuan

anak dalam keterampilan motorik halus dari kondisi pra siklus, siklus I,

siklus II dan siklus III. Pada kondisi awal/prasiklus perubahan positif sudah

mulai terligat, hal ini terlihat dari antusias anak anak. terlihat dari skor

yang diperoleh anak yaitu 48,15%. Setelah dilakukan penelitian tindakan

kelas dari siklus I sampai siklus III maka dapat dilihat perkembangan

kemampuan motorik halus pada anak berkembang dengan sangat baik.

Page 147: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

130

Hal ini terlihat dari hasil siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami

peningkatan. Adapun skor yang diperoleh anak pada siklus I adalah

64,9%. Pada siklus 2 skor yang diperoleh anak adalah 74,07%. Pada

siklus III skor yang diperoleh anak adalah 92,13 dengan persentase

peningkatan dari sebelum tindakan sebesar 43,58%

3. Kegiatan mencoret, merobek dan menempel dapat mengembangkan

keterampilan motorik halus anak autis di Taman Kanak-kanak Buah hati

Kota Jambi. Adapun cara mengembangkan keterampilan motorik halus

anak autis melalui pembelajaran yang dilakukan dengan kegiatan-

kegiatan yang menyenangkan disertai dengan media pembelajaran yang

menarik sehingga anak antusias dalam kegiatan tersebut. sehingga akan

menarik minat anak terhadap kegiatan tersebut.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan

bahwa kegiatan mencoret, merobek dan menempel dapat mengembangkan

keterampilan motorik halus anak usia dini. Dengan kegiatan belajar sambil

bermain dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak,

anak dapat mengungkapkan ide-ide dan pendapatnya mengenai kegiatan

tersebut yang dipelajarinya sehingga anak lebih aktif dalam pembelajaran.

Rencana tindak lanjut setelah penelitian ini adalah guru dapat menggunakan

dalam pembelajaran untuk anak usia dini pada jenjang Taman Kanak-Kanak

yang telah terbukti dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak

dan menjadikan anak lebih aktif dalam pembelajaran yang sesuai dengan

tahap perkembangannya.

C. Rekomendasi

Dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini bahwa keterampilan

motorik halus anak autis dapat berkembang dengan kegiatan mencoret,

Page 148: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

131

merobek dan menempel di Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi. Ada

beberapa hal yang menjadi rekomendasi penulis dalam upaya

pengembangan keterampilan motorik halus pada anak autis antara lain

sebagai berikut:

1. Bagi guru, dalam merencanakan kegiatan yang berhubungan dengan

motorik halus, hendaknya dibuat kegiatan yang menarik perhatian anak

sehingga anak antusias mengikuti kegiatan dan diharapkan guru agar

dapat mengembangkan metode dan strategi yang bervariasi dalam

meningkatkan kemampuan motorik halus anak.

2. Bagi kepala sekolah Taman kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi,

diharapkan kepala sekolah dapat memberikan fasilitas dan mendukung

anak dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan

motorik halus anak autis yang dapat mengembangkan semua aspek

perkembangan anak usia dini, dalam rangka meningkatkan kualitas

proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

3. Bagi mahasiswa PAUDI, dapat menjadi referensi dan menambah

wawasan bahwa dalam mengembangkan keterampilan motorik halus

anak autis dapat dilakukan dengan cara yang menarik, salah satunya

melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel juga kegiatan yang

menggunakan otot halus yang menyenangkan.

4. Bagi orang tua, sebaiknya mendorong anak dalam kegiatan apapun yang

membantu pihak sekolah terhadap kemampuan motorik halus khususnya

anak autis, karena didalam kegiatan tersebut terdapat banyak aspek yang

bisa berperan aktif dalam mengembangkan anak-anak kita secara tepat

dan maksimal, untuk persiapan ke jenjang sekolh yang lebih tinggi.

5. Bagi para peneliti selanjutnya, Disarankan bagi peneliti lain yang ingin

melakukan penelitian yang sama untuk melakukan penelitian ini dengan

subjek dan sekolah yang berbeda. Agar diperoleh hasil penelitian yang

Page 149: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

132

lebih luas dan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi dunia

pendidikan.

D. Penutup

Pendidikan anak usia dini khususnya bagi anak berkebutuhan khusus

(ABK) memiliki peranan yang sangat penting dan menjadi dasar bagi

perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya

diarahkan pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak salah

satunya adalah aspek perkembangan motorik, karena dengan

berkembangnya keterampilan motorik halus anak usia dini khususnya anak

autis. Perkembangan motorik pada masa usia dini berkembang sangat pesat

sehingga perlu diberikan stimulasi yang optimal karena motorik halus

merupakan salah satu aspek perkembangan terpenting bagi anak untuk

kelangsungan hidupnya. Untuk menstimulasi anak agar memiliki

perkembangan motorik yang baik, maka perlu disediakan berbagai kegiatan

yang menstimulasi perkembangan motorik anak agar kemampuan motorik

anak berkembang dengan optimal. Kemampuan motorik pada dasarnya

mencakup bermain, dengan gerak dilaksanakan dengan batas-batas

pengembangan pra skolastik dan pra akademik.

Dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel pada anak perlu

dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan disertai dengan media

pembelajaran yang menarik. Salah satu media yang digunakan untuk

mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak adalah melalui

kegiatan bermain. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian tindakan

kelas untuk melihat perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan

permainan.

Penelitian tindakan kelas ini peneliti lakukan sebanyak 3 siklus yang

terdiri dari 3 kali pertemuan pada masing-masing siklus Penelitian ini peneliti

Page 150: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

133

lakukan dengan berkolaborasi bersama guru kelas. Berdasarkan hasil

penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus pada anak

dapat ditingkatkan dengan penggunaan permainan yang menggunakan otot

kecil.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran, guru

hendaknya menggunakan cara yang bervariasi, melalui permainan dapat

menjadi solusi sebagai media pembelajaran yang dapat menarik minat anak

serta dapat melibatkan anak secara aktif dalam mengembangkan

kemampuan gerak lokomotor pada anak. diharapkan pada peneliti

selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini pada aspek perkembangan

lainnya.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusuan tesis ini baik

dalam kata-kata ataupun kalimat yang tidak sesuai serta penulisannya masih

jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat

penulis harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis

semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan mampu

memberikan masukan bagi pembaca dalam pengembangan seni tari dalam

pembelajaran di Taman Kanak-kanak serta membantu peneliti lain dalam

mendapatkan informasi yang berhubungan dengan tesis ini.

Jambi, April 2019

Penulis

SUJANA

MPU. 16.2.2591

Page 151: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

134

DAFTAR PUSTAKA

Agustyawati dan Solicha. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009

Aisyah, Siti dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Terbuka Amirul Hadi dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:

Pustaka Setia. 2008

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. (2015). Media Pembelajaran.rev.ed.2015. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Azwandi, Yosfan.(2005). Mengenal Dan Membantu Penyandang Autisme. Jakarta: Depdiknas. Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rinika Cipta.

2008 Cep Unang dan Tini Sumartini, Modul Pembelajaran Taman Kanak-Kanak

Bandung: PPPPTK Dan PLB, 201 6. Danuatmaja, Bonny. 2005. Terapi Anak Autis di Rumah. Bandung: Alfabeta. Ginanjar, Mugi Akbar, Sutarno, Heri, dan Rohendi, Daryanto, Media Pembelajaran, Yogyakarta, Gava Media 2013 Dr. Patmonodewo Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. ( Jakarta : PT

Rineka Cipta, 2000)

Forum Penelitian dan Pengkajian Pendidikan Pesantren. Pelajaran Hadits Yogyakarta : 2015

Page 152: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

135

Hendra Sofyan. Perkembangan anak Usia dini dan Cara Praktis Peningkatannya, Jakarta CV Indomedika 2014 Hamzah B Uno dkk. Menjadi PTK yang Profesional Jakarta Bumi Aksara, 2014 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta PT Bumi aksara 2009 Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Rakhmat, Cece.(1999). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas. H E Mulyasa, Manajemen Pendidkan anak Usia dini, Bandung: Remaja Rosda Karya. 2012. Hurlock, B Elizabeth. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2000 Hembing Wijayakusuma, Psikoterapi Anak Autisme (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2004) Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung

Persada Pres. 2008 Joko Yuwono, M.Pd. Memahami Anak Autis (Kajian Teoritik dan Empiri) Bandung : Penerbit Alfabeta. 2009 Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1 Lolita Indraswari.

email : [email protected]

Kementerian Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-Kanak, Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional), 2012 Kusnandar, S.Pd. M.Si. Langkah Muda Penelitian Tindakan kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo 2011 Luluk Asnawati. Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja Rodakarya 2014

Page 153: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

136

Martinis Yamin dan Maisah. Manajemen pmbelajaran Kelas, Strategi

Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009

Martinis Yamin dan Sanan Jamilah Sabri. Panduan PAUD. Ciputat Referensi. Jambi 2012 Muhammad fadhillah. Desain Pembelajaran Penidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Ar-Ruzz 2012 Mukhtar Latief, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usi Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013 Mukhtar Latief dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Profosal. Tesis dan

Disertasi. Jakarta: Gaung Persada Press. 2013 Mursid. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2015 Moeslichatoen. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta. 2004

Prof.Dr.Santoso Soegeng,M.Pd. dkk, Dasar-dasar Pendidikan Tk. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2012)

Saputra, Yudha M & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk

Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D), Bandung: Alfabeta, 2015

Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak

Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Suryadi dkk. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dinit Bandung: Remaja

Rosda Karya Offset. 2013 Samsudin. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Prenada

Media Group. 2008.

Santrock W, Jhon. Education Psycology. Newyork: McGraw-Hill. 2014

Page 154: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

137

Silalahi, Ulbar. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung : Refika Aditama. 2015

Sit, Masganti Sit. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid I. Medan : Perdana Publishing. 2015

Roni Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta: Buana Printing, 2007),

Syamsidah. Kiat Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru

Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta : Deepublish. 2016

Susanto, Ahmad. Bimbingan Dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak,. Jakarta : Prenada Media. 2015

Widarmi D Wijana, dkk. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan ; Universitas Terbuka. 2012.

Wihardit, Kuswaya. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. 2011

Winataputra, Udin.S. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. 2009

QS. Al – Anfal Ayat : 27 QS. An - Nahl Ayat : 78 Rarasati Desya: “ Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis Melalui Media Kreasi Kirigami Di Sekolah Autis Dian Amanah Yogyakarta “ Erni Rizky Lilasari “Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan

Meronce Berpola pada anak Kelompok B TK PGRI 2 Poncokusumo Kabupaten Malang.

Dian Andani Hania “ Penggunaan Puzzle 3D sebagai Media Terapi Motorik

Halus Anak autis di pusat terapi Talenta Semarang

Page 155: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

138

Lampiran 1

PROGRAM TAHUNAN (PROTA) KURIKULUM 2013

PEMETAAN KOMPETENSI DASAR ( KD ) KE DALAM 6 BIDANG PENGEMBANGAN

MELALUI MUATAN MATERI PEMBELAJARAN

TK BUAH HATI KOTA JAMBI

BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT

PENGEMBNGN I II

1. 1.1. Mempercayai adanya 1.1.1. Manusia ciptaan Tuhan √

Nilai-nilai Tuhan melalui 1.1.2. Binatang Ciptaan Tuhan √ √

Agama dan Ciptaannya 1.1.3. Tubuhan Ciptaan Tuhan √

Moral (NAM) 1.1.4. Benda-benda di langit dan di bumi ciptaan Tuhan √

1.2. Menghargai diri sendiri 1.2.1. Menjaga Kesehatan Badan √

orang lain dan lingkung- 1.2.2. Menjaga Kebersihan Badan dan lingkungan √

an sekitar sebagai tanda 1.2.3. Berbuat baik antar sesama √

syukur kepada Tuhan 1.2.4. Melakukan Ibadah sesuai aturn dan keyakinan √ √

3.1. Mengenal kegiatan 3.1.1. Mengetahui ibadah yang dilakukan saat memulai √ √

Ibadah sehari-hari Pekerjaan

4.1.1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatn √ √

4.1. Melakukan kegiatan 3.1.2. Mengenal Agama dan tempat ibadahnya √ √

Ibadah sehari-hari 4.1.2. Menyebutkan macam-macam agama dan tempat √ √

dengan tuntunan ibadahnya yang ada di indonesia

orang dewasa 3.1.3. Mengenal Kitab suci Agama √ √

4.1.3. Menyebutkan kitab suci yang dianut √ √

3.1.4. Mengetahui hari-hari besar agama √

4.1.4. Menyebutkan nama-nama hari besar agama √

3.1.5. Mengetahui lagu-lagu yang bernafaskan agama √ √

4.1.5. Menyanyikan lagu-lagu yang bernafaskan agama √ √

3.2. Mengenal Perilaku baik 3.2.1. Mengenal sifat-sifat terpuji √ √

sebagai cerminan 4.2.1. Menyebutkan macam-macam sifat terpuji √ √

akhlak mulia 3.2.2. Mengetahui cara berbuat baik terhadap √ √

4.2. Menunjukkan perilaku sesama teman dan makhluk Tuhan

santun sebagai cermi- 4.2.2. Melakukan perbuatan yang baik pada sesama √ √

an akhlak mulia teman dan makhluk Tuhan

II. 2.5. Memiliki perilaku yang 2.5.1. Berani tampil ke depan √ √

Sikap Sosial, mencerminkan sikap 2.5.2. Bangga pada karya sendiri √

Page 156: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

139

Emosional dan percaya diri.

Kemandirian 2.6. Memiliki perilaku yang 2.6.1. Berhenti bermain pada waktunya √ √

mencerminkan sikap 2.6.2. Kesekolah tepat waktu √ √

taat terhadap aturan 2.6.3. Mentaati peraturan sekolah dan saat bermain √ √

sehari-hari untuk

melatih kedisiplinan

2.7. Memiliki perilaku yang 2.7.1. Antri dan sabar menunggu giliran √ √

mencerminkan sikap 2.7.2. Sabar mendengarkan guru, orangtua dan √ √

sikap sabar. teman waktu berbicara dan bercerita

(mau menunggu giliran,

mau mendengar orang

lain berbicara ) untuk

melatih kedisiplinan).

2.8. Memiliki perilaku yang 2.8.1. Menyelesaikan tugas sendiri sampai selesai √

mencerminkan 2.8.2. Membereskan peralatan sendiri √ √

Kemandirian 2.8.3. Mengurus diri sendiri tampa bantuan orang lain √

2.9.Memiliki perilaku yang 2.9.1. Mau saling tolong menolong pada sesama √ √

mencerminkan sikap pe- 2.9.2. Mau Berbagi dengan teman dan orang lain √ √

duli dan mau membantu

jika diminta bantuannya.

BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT

PENGEMBANGAN I II

2. 2.10. Memiliki perilaku yang 2.10.1. Mengerjakan tugas berkelompok dengan benar √

Sikap Sosial, mencerminkan sikap 2.10.2. Membantu teman yang sedang kesulitan √ √

Emosional dan kerjasama.

Kemandirian. 2.11. Memiliki perilaku yang 2.11.1. Mau bermain bersama dengan teman √

dapat menyesuaikan 2.11.2. Bekerja sama dengan teman √

diri.

2.12. Memiliki perilaku yang 2.12.1. Bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri √

mencerminkan sikap 2.12.2. Mau mengakui kesalahan yang dilakukan √

Jujur

2.13. Memiliki perilaku yang 2.13.1. Memberi dan membalas salam bila bertemu √

Page 157: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

140

mencerminkan sikap dengan orang tua, guru dan teman

santun kepada orang 2.13.2. Berbicara dengan lemah lembut , sopan santun, √

tua, pendidik atau (tidak berteriak)

pengasuh dan teman

3.13. Mengenal Emosi diri 3.13.1. Mengenal reaksi/expresi wajah √

dan orang lain 4.13.1. Mau dibujuk saat menangis √

4.13. Menunjukkan reaksi 3.13.2. Mengenal cara bermain/ bekerja sama yg baik √

emosi diri secara 4.13.2. Mau mengalah saat bermain/ bekerja sama. √

Wajar

3.14. Mengenali kebutuhan, 3.14.1. Mengetahui kebutuhan dan cara melakukan √ √

keinginan & minat diri kegiatan yang diinginkan

4.14. Mengungkapkan 4.14.1. Antusias dalam menyelesaikan tugas/kegiatan √ √

kebutuhan, keinginan yang diinginkan dan mampu mengemukakan

dan minat diri dengan pendapat

cara yang tepat.

3. 3.10. Memahami bahasa 3.10.1. Mengetahui kalimat sederhana √ √

Berbahasa reseptif (menyimak 4.10.1. Mendengar dan mengulangi kalimat sederhana √ √

dan membaca) 3.10.2. Mengenal gambar sesuai dengan kalimat √

4.10. Menunjukkan kemam- 4.10.2. Membaca gambar / bercerita sesuai gambar √

puan berbahasa dan kalimat reseptif (menyimak

dan membaca)

3.11. Memahami bahasa 3.11.1. Mengenal bunyi huruf awal / akhir kata/kalimat √

ekspresif(mengungkap 4.11.1. Mencari, menyebut, dan menunjuk huruf awal √

kan bahasa secara dan akhir dari sebuah kata/kalimat

verbal dan non verbal 3.11.2. Mengetahui arti dari kalimat sederhana √ √

4.11. Menunujukkan kemam- 4.11.2.Mampu bercerita dan berkomunikasi dengan baik √ √

puan berbahasa eks- 3.11.3. Mengenal arti kalimat dengan ekspresi wajah √

presif (Mengungkapkan 4.11.3. Dapat menirukan, menunjukkan dan √

bahasa secara verbal memperagakan ekspresi wajah sesuai

dan non verbal) kalimat sederhana (bermain pantomim)

3.12. Mengenal keaksaraan 3.12.1. Mengenal bunyi,bentuk huruf/angka sederhana √ √

Page 158: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

141

awal melalui bermain 4.12.1. Mencari, menunjuk, atau mencontoh huruf/angka √ √

4.12. Menunjukkan kemam- melaui bermain

puan keaksaraan awal 3.12.2. Mengenal simbol-simbol huruf dan angka √ √

dalam berbagai bentuk gambar 4.12.2. Bermain kartu huruf, kartu angka dan kartu √ √

gambar

BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT

PENGEMBANGAN I II

4. 2.2. Memiliki perilaku yang 2.2.Berani bertanya, mencari sebab akibat dan √ √

KOGNITIF mencerminkn ingin tahu melakukan percobaan

3.4. Mengetahui cara hidup 3.4.1. Menjaga kesehatan badan dengan baik √

Sehat 4.4.1. Makan minuman yg sehat dan istirahat yg cukup √

4.4. Mampu menolong diri 3.4.2. Menjaga kebersihan badan dan lingkungan √ √

sendiri untuk hidup 4.4.2. Memotong kuku, mengosok gigi dan mandi √ √

Sehat yang teratur

3.5. Mengetahui cara meme- 3.5.1. Mau bekerjasama dengan teman dan orang lain √ √

cahkan masalah sehari- 4.5.1. Kerja kelompok, gotong royong, dll. √ √

hari dan berperilaku 3.5.2. Mengetahui cara menyelesaikan tugas yang baik √

kreatif. 4.5.2. Menyusun puzzle, mengerjakan maze, dll. √

4.5.Menyelesaikan masalah

sehari-hari secara kreatif

3.6.Mengenal benda-benda 3.6.1. Mengetahui nama2 benda, warna,bentuk,ukuran, √

di sekitarnya(warna, pola, tekstur,fungsi dan ciri-ciri lainnya.

bentuk, ukuran,pola, 4.6.1. Mengamati,menunjuk,menyebut atau membuat

sifat,suara,tekstur,fungsi, nama2 benda,warna,bentuk,ukuran,pola,tekstur, √

dan ciri-ciri tertentu fungsi/ciri-cirinya

4.6.Menyampaikan tentang 3.6.2. Mengetahui perbedaan suatu benda menurut √

apa dan bagaimana warna, bentuk, ukuran,pola,tekstur, fungsi dan

benda2 di sekitar yang ciri-ciri lainnya

bentuk, ukuran,pola, 4.6.2. Mencari,menunjuk dan menyebut perbedaan √

sifat,suara,tekstur,fungsi, suatu benda menurut warna,bentuk,ukuran,pola,

Page 159: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

142

dan ciri-ciri tertentu tekstur,fungsi dan ciri-ciri lainnya.

melalui bermain

3.7. Mengenal lingkungan 3.7.1. Mengetahui anggota keluarga dan hubungannya √

sosial (keluarga, teman, 4.7.1. Menggambarkan anggota keluarga dalam bentuk, √

tempat tinggal, tempat lukisan, nyanyian dan tarian.

ibadah, budaya dan 3.7.2. Mengenal nama-nama teman yang ada di sekitar √

transportasi) 4.7.2. Menceritakan nama-nama teman yang dikenal √

4.7. Menyajikan berbagai 3.7.3. Mengetahui tempat tinggal dan alamat dg benar √

karyanya dalam bentuk 4.7.3. Menyebutkan alamat rumah dengan benar √

gambar,cerita,nyanyi,dll. 3.7.4. Mengenal tempat2 ibadah,budaya, dan alat √

tntang lingkungan sosial transportasi

(keluarga, teman, tempt 4.7.4. Menggambar tempat2 ibadah,budaya daerah, √

tinggal, tmpat ibadah, dan alat transortasi.

budaya & transportasi)

3.8. Mengenal lingkungan 3.8.1. Mengenal macam-macam hewan dan tanaman √

alam (hewan, tanaman, 4.8.1. Bernyanyi, menggambar,gerak dan lagu serta √

cuaca, tanah, air, batu- bercerita tentang hewan dan tanaman

batuan, dll) 3.8.2. Mengenal macam2 cuaca,api, tanah, air, batu,dll √

4.8. Menyajikan berbagai 4.8.2. Bernyanyi, bermain dan bercerita tentang √

karyanya dalam bentuk cuaca, api, tanah, air, batu-batuan, dll.

gambar, cerita, nyanyi, 3.8.3. Mengetahui sumber, manfaat, dan bahaya cuaca, √

gerak tubuh, dll.tentang api, air, batu-batuan, dll

lingkungan alam(hewan, 4.8.3. Bernyanyi, bercerita dan bercakap2 tentang √

tanaman,cuaca, air,api, sumber,manfaat dan bahaya cuaca,air,api,

tanah, batu-batuan, dll. batu,dll

3.9. Mengenal teknoogi 3.9.1. Mengetahui jenis2 peralatan rumah tangga, √

sederhana (peralatan peralatan bermain, pertukangan, dll.

rumah tangga, bermain, 4.9.1. Mencari, menyebutkan dan mengelompokkan √

pertukangan, dll) sesuai tugas dan kegiatannya.

4.9. Menggunakan teknologi 3.9.2. Mengetahui kegunaan peralatan rumah tangga, √

sederhana (peralatan peralatan bermain, pertukangan, dll.

rumah tangga, bermain, 4.9.2. Menggunakan Peralatan sesuai kegiatannya √

Page 160: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

143

pertukangan, dll)

BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT

PENGEMBANGAN I II

5. 2.1. Memiliki perilaku yang 2.1.1. Membuang sampah pada tempatnya √

FISIK mencerminkan hidup 2.1.2. Makan makanan bergizi √

MOTORIK Sehat 2.1.3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan √

2.1.4. Mengukur BB,TB,LK/Pemeriksaan UKS √ √

3.3. Mengenal anggota 3.3.1. Mengetahui Fungsi anggota tubuh untuk gerakan √ √

tubuh, fungsi, dan Motorik kasar

gerakannya untuk 4.3.1. Melakukan gerakan fisik motorik kasar, seperti : √ √

pengembangan motorik memanjat, bergantung, melompat, dll.

kasar dan motorik halus 3.3.2. Mengetahui fungsi anggota tubuh dalam gerakan √ √

4.3. Menggunakan anggota motorik halus

tubuh untuk pengemba- 4.3.2. Melakukan gerakan fisik motorik halus, seperti : √ √

ngan motorik kasar dan Menyentuh, memegang, meremas, dll.

motorik halus.

6. 2.3. Memiliki perilaku yang 2.3. Membuat berbagai mainan dari berbagai media √ √

SENI mencerminkan sikap seperti balok,pladough, kertas, daun, dll.

kreatif.

2.4.Memiliki perilaku yang 2.4. Bernyanyi lagu anak-anak, sosiodrama, puisi/ √ √

mencerminkan sikap sajak, gerak dan lagu, menari, dll.

estetis.

3.15. Mengenal berbagai 3.15. Mengetahui bentuk-bentuk karya seni √ √

karya dan aktivitas 4.15. Membuat atau menunjukkan bentuk-bentuk

seni. karya seni

4.15. Menunjukkan berbagai aktivitas seni

Page 161: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

144

SENIN, 14 FEBRUARI 2019

SEPEDA MOTOR

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna sepeda motor

Menirukan gerakan naik sepeda motor

Menulis kalimat “ aku naik sepeda motor “

Melengkapi gambar sepeda motor

Mewarnai gambar sepeda motor

Mengucapkan syair “ sepeda motor “

RABU, 16 FEBRUARI 2018

BECAK

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna becak

Menirukan gerakan naik becak.

Membedakan suara sepeda, sepeda motor dan becak.

Menggelompokkan banyak sedikit jumlah kendaraan

Melengkapi nama kendaraan

Menebali dan meniru tulisan “ abang tukang becak “

- Menyanyi lagu “ Buah buahan “”

Lampiran. 2

PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

TK BUAH HATI

SEMESTER/ MINGGU : II/ 5

KELOMPOK : B2

TEMA : KENDARAAN

SUB TEMA : KENDARAAN DIDARAT

KD : 12.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,

4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15

FEBRUARI 2018

SELASA,15 FEBRUARI 2019

SEPEDA

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna sepeda

Naik sepeda roda dua.

Menggambar sepeda

Menulis nama – nama bagian sepeda.

Memasangkan gambar dan tulisan dengan cara menarik garis.

Menyanyi lagu “ kring kring “

KAMIS, 17 FEBRUARI 2018

DELMAN

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna delman

Menirukan kusir mengendalikan delman

Memasangkan gambar dengan angka

Menyebutkan hasil penjumlahan

Melengkapi kalimat sederhana.

Menyanyi lagu “ tamasya “.

Page 162: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

145

JUMAT, 18 FEBRUARI 2018

ANGKOT

Membaca doa masuk kamar mandi Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan

guna mobil

Mengelompokkan kendaraan sesuai jumlah rodanya

Mencocok angkot

Menggambar rambu – rambu lalu lintas.

Menyanyi lagu “ tamasya “

PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

TK BUAH HATI

SEMESTER/ MINGGU : II/ 6

KELOMPOK : B2

TEMA : KENDARAAN

SUB TEMA : KENDARAAN DIDARAT

KD : 2.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,

4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15

SABTU, 19 FEBRUARI 2018

TAXI

Senam pagi Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi

dan guna taxi

Bercerita pengalaman naik taxi

Menyebutkan hasil pengurangan

Kolase gambar taxi

Mewarnai gambar taxi

Menyanyi lagu “ tamasya “

SENIN, 21 FEBRUARI 2019

MOBIL AMBULAN

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil ambulan

Menirukan suara mobil ambulan

Menggambar mobil ambulan Meniru tulisan “ambulan membawa orang

sakit “

Memasangkan tulisan dan gambar

Menirukan mendorong orang sakit

SELASA, 22 FEBRUARI 2019

MOBIL PEMADAM KEBAKARAN

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil pemadam kebakaran

Menirukan gerakan menyemprot api

Menebali dan mencontoh tulisan ‘ mobil pemadam kebakaran “

Mewarna mobil pemadam kebakaran

Mengelompokkan kendaran sesuai jumlah rodanya

Menyanyi lagu “ jangan main api “

Page 163: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

146

PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

TK BUAH HATI

SEMESTER/ MINGGU : II/ 7

KELOMPOK : B2

RABU, 23 FEBRUARI 2019

BUS

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna bus

Menyebutkan tata cara naik bus

Stempel gambar bus dengan jari

Meniru tulisan “aku naik bus ke Surabaya “

Mengurutkan kendaraan dari besar - kecil

Demonstrasi naik bus

- Menyanyi lagu “ Buah buahan “”

KAMIS, 24 FEBRUARI 2019

KERETA API

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna kereta api

Demonstrasi beli tiket “ kereta api “

Membuat bentuk kereta api dari kepingan geometri

Mewarnai gambar kereta api

Mencari jejak ke stasiun

Menyanyi lagu “ naik kereta api “

JUMAT,25 FEBRUARI 2019

MOBIL TANGKI

Membaca doa – doa

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil tangki

Menggambar rambu – rambu lalu lintas

Menggunting gambar mobil tangki

Menyebutkan hasil penjumlahan

Mengucap syair “ mobil “

SABTU, 26 FEBRUARI 2019

MOBIL TANGKI

Membaca doa – doa

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil tangki

Menggambar rambu – rambu lalu lintas

Menggunting gambar mobil tangki

Menyebutkan hasil penjumlahan

Mengucap syair “ mobil “

Page 164: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

147

TEMA : KENDARAAN

SUB TEMA : KENDARAAN DIUDARA

KD : 2.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,

4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15

SENIN, 4 Maret 2019

PESAWAT TERBANG

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna Pesawat

Menirukan pesawat terbang

Menghubungkan angka menjadi bentuk pesawat

Mewarnai gambar pesawat

Menebali dan menirukan tulisan

Menyanyi lagu kapten udara

SELASA, 5 Maret 2019

HELIKOPTER

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna helicopter

Menirukan helikopter

Menulis nama kendaraan di udara

Memasangkan gambar dengan tulisan Mencari jejak ke bandara

Menyanyi lagu kapten udara

RABU, 6 Maret 2019

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna helicopter

Menirukan helikopter

Menulis nama kendaraan di udara

Memasangkan gambar dengan tulisan Mencari jejak ke bandara

Menyanyi lagu kapten udara

KAMIS, 7 Maret 2019

~ BALON UDARA ~

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna balon udara

Meniup balon Mewarnai gambar balon udara

Menulis “aku naik balon udara”

Menyusun puzel balon udara

Syair balon udara

JUMAT, 8 Maret 2019

PESAWAT CAPUNG

~ BALON UDARA ~

Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna balon udara

Meniup balon Mewarnai gambar balon udara

Menulis “aku naik balon udara”

Menyusun puzel balon udara

Syair balon udara

SABTU, 9 Maret 2019

PESAWAT HERCULES

Senam pagi

Menyebutkan bagian – bagian bentuk, fungsi dan guna pesawat Hercules

Menggambar bebas kendaraan di udara

Mengelompokkan kendaraan di udara

Membedakan banyak dan sedikit

Menyanyi lagu kapten udara

Page 165: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

148

PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

TK BUAH HATI

SEMESTER/ MINGGU : II/ 8

KELOMPOK : B2

TEMA : KENDARAAN

SUB TEMA : KENDARAAN DIAIR

KD : 2.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,

4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15

Maret 2018

SENIN,11 Maret 2019

PERAHU

Menyebutkan bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna perahu

Menirukan gerakan mendayung perahu

Melipat perahu

Mewarnai gambar perahu

Finger painting

Menyanyi “perahu layar”

SELASA, 12 Maret 2019

KAPAL LAUT

Menyebutkan bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna kapal laut

Menirukan gerakan “Nahkoda”

Menggambar kapal laut

Mencari jejak( maze) nahkoda ke kapal

Memasangkan gambar kendaraan dengan tulisannya

Menyanyi “Nahkoda” RABU, 13 Maret 2019

KAPAL SELAM

Menyebutkan bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna “Kapal Selam”

Menirukan perahu di terjang ombak

Membilang gambar dengan angka

Mengurutkan gambar dari yang besar sampai kecil

Membedakan perbuatan baik dan buruk

Menyanyi lagu “ Nahkoda “

KAMIS,14 Maret 2019

KAPAL AMPIBI

Menyebutkan bagian- bagian, bentuk, fungsi dan guna kapal ampibi

Menirukan jalannya kapal ampibi

Menciptakan bentuk kapal dari kepingan geometri

Menyebutkan hasil penjumlahan

Menulis kalimat “ kapal ampibi di laut “

Mendengarkan cerita guru tentang kapal ampibi

JUMAT, 15 Maret 2019

RAKIT

Membaca doa - doa

Menyebutkan bagian –bagian, bentuk, fungsi, dan guna rakit

SABTU, 16 Maret 2019

SEPEDA AIR

Senam pagi

Menyebutkan Bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna “sepeda air

Page 166: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

149

Deskripsi Lokasi Penelitian

9. Historis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jmbi

Taman Kanak-kanak Buah Hati dirikan Pada ______________ oleh Ketua

Lembaga ______________________________________ Beliau

mendirikan Taman Kanak –Kanak ______________________ di Dorong

oleh rasa kecintaan beliau terhadap dunia pendidikan terutama Pendidikan

Anak Usia Dini, Beliau Meresmikan Taman Kanak –Kanak

____________________ pada Tanggal ____________________ sebuah

lembaga pendidikan yang di beri nama Taman Kanak-Kanak

________________________________

b. Visi, Misi dan Tujuan Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi 2) Visi Taman Kanak-kanak Buah Hati

--------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------

------------

3) Misi Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

a. ----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

------

b. ----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------

------

4) Tujuan Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

Page 167: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

150

e. ---------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------

f. ---------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------------------------------------------------------------------------------------

--------------------

C. Profil Taman Kanak-kanak Buah Hati

1. Nama Sekolah : Taman Kanak-Kanak Buah Hati

10. Alamat : ________________________________

Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

11. Nama Yayasan :

_____________________________________

12. NPSN :

_______________________________________

13. NSS : -

14. Tahun Didirikan : ______________

15. Tahun Beroperasi: ______________

16. Akte Notaris Pendirian Organisasi/Yayasan Pendidikan

a. Dikeluarkan oleh :

__________________________

b. Nomor :

__________________________

c. Tanggal/bulan/tahun:

__________________________

Page 168: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

151

17. NPWP atas nama Lembaga :

a. Nomor NPWP :

_________________________

b. Nama di NPWP :

_________________________

18. Rekening Tabungan/Giro di Bank Pemerintah

Atas Nama Lembaga PAUD :

a. Nama Bank :

_________________________

b. Nomor Rekening :

__________________________

c. Nama Rekening :

___________________________

19. Kepemilikan tanah Swasta :

a. Nama Ketua Yayasan :

___________________________

b. Status Yayasan : Milik Sendiri

c. Status bangunan : Yayasan

d. Luas Tanah : ___________ M

e. Luas seluruh bangunan : ___________ M2

20. Geografis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi

Taman Kanak-kanak Buah Hati terletak di Jalan

____________________ Kelurahan _________________ Kecamatan

______________ Kota Jambi

c. Keadaan Guru Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi

Page 169: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

152

Personil guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi terdiri dari

ketua lembaga, seorang kepala sekolah, _____orang guru dan 1 orang TU

Adapun nama-nama guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Nama-nama Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi126

No Nama Keterangan

Jabatan Mengajar

1 Ketua Lembaga

2 Kepala Sekolah dan Guru Guru PAUD

3 Sekretaris Lembaga Guru PAUD

4 Guru Guru PAUD

5 Guru Guru PAUD

6 Guru Guru PAUD

7 Guru Guru PAUD

8 Guru Guru PAUD

8 Pramu bakti -

Jadwal Penelitian Di TK Buah Hati Kota Jambi

126

Ibid

Page 170: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

153

No

.

Hari

Tanggal

Ket

I. SIKLUS. 1

1. Senin 14 Januari 2019

2. Rabu 16 Januari 2019

3. Jum‟at 18 Januari 2019

I. SIKLUS. 2

1. Senin 21 Januari 2019

2. Rabu 23 Januari 2019

3. Jum‟at 25 Januari 2019

I. SIKLUS. 3

1. Senin 4 Pebruari 2019

2. Rabu 6 Pebruari 2019

3. Jum‟at 8 Pebruari 2019

Page 171: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

154

DOKUMEN KEGIATAN RISET

DI TK BUAH HATI KOTA JAMBI

Page 172: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

155

Wawancara dengan Ketua Lembaga / Kepala Sekolah

Page 173: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

156

Photo bersama Guru Kelas

Page 174: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

157

Page 175: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

158

Photo bersama salah satu anak autis

Page 176: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

159

Page 177: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

160

Page 178: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

161

Photo hasil robekan dan tempelan

Page 179: MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL …

162

CURRICULUM VITAE

Informasi Diri

SUJANA

Putra kelima dari 5 bersaudara lahir dari pasangan Bapak

Mahdum (Alm) dengan Ibu Saodah (Almh) . Lahir Hari

Sabtu Tanggal, 05 Juli 1969 di Desa Bojong Kec. Cilimus

Kab. Kuningan Jawa Barat

Riwayat Pendidikan

Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini dari Universitas

Terbuka pada tahun 2012, Ijazah Sekolah Menengah Atas (STM) pada

tahun 1989, Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 1986, dan

Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1983.

Pengalaman Kerja

1. Tahun 2002-2014 Guru di Taman Kanak-Kanak Pembina I Kota Jambi

2. Tahun 2015-2018 Guru di Taman Kanak-Kanak Islam An-Nur Kota Jambi