Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
MELALUI KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL (3M)
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS
ANAK AUTIS DI TAMAN KANAK-KANAK
BUAH HATI KOTA JAMBI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan (S2) Program Studi Pendidikan Islam
Konsentrasi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
S U J A N A
NIM : MPU.16.2.2591
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2019
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO :
ر لكم وعسى ئا وهو خ كم القتال وهو كره لكم وعسى أن تكرهوا ش كتب عل
علم وأنتم ل تعلمون ئا وهو شر لكم والله أن تحبوا ش
Artinya:
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi kamu.
Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi
kamu. Allah Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”
(Al-Baqarah:216) 1
1 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung:
Diponegoro, 2006),.
vii
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada yang spesial
Yanti Mulyanti istriku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi
Putra putriku yang sholeh dan sholehah
Muhammad Rifdan Musyaffa
Ineu Nisrian Qathrunnada
viii
ABSTRAK
Sujana, KEGIATAN MENCORET, MEROBEK DAN MENEMPEL (3M)
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK AUTIS DI
TAMAN KANAK-KANAK BUAH HATI KOTA JAMBI
Tesis, Pendidikan Anak Usia Dini Islam, Pascasarjana UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, 2019.
Di Indonesia isu anak dengan gangguan autis muncul sekitar tahun
1900-an yang kemudian dikenal secara luas sekitar tahun 2000-an. Hasil
observasi yang dilakukan peneliti di lapangan diperoleh data bahwa anak
dangan gejala autis mengalami gangguan dalam hal motorik halusnya.
Keterampilan motorik halus sangatlah penting, karena diperlukan untuk
aktivitas sehari-hari.
Pada anak usia dini motorik halus digunakan pada beberapa
kegiatan belajar, misalnya anak akan mengerjakan tugas seperti merobek,
menggunting, menempel, menulis, mewarnai dan sebagainya, kegiatan-
kegiatan tersebut mengandalkan kekuatan otot kecil pada tangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) keterampilan motorik
halus anak sebelum melakukan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel, (2) kemampuan motorik halus anak pada saat melaksanakan
kegiatan, (3) keterampilan motorik halus anak setelah melakukan
kegiatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
keterampilan motorik halus yaitu pada kondisi prasiklus sebesar 48,14%
meningkat pada siklus I menjadi 64,9% , pada siklus II meningkat sebesar
74,07% dan pada siklus III menjadi 92,12% dengan kriteria berkembang
sangat baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran
yang menarik dapat mengembangkan keterampilan mencoret, merobek
dan menempel dan meningkatkan perkembangan motorik halus anak di
Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi.
Kata kunci: Anak Autis, Keterampilan Motorik Halus, Mencoret,
Merobek, Menempel
ix
ABSTRAC
Sujana,SCRATCH, RIPING AND PURCHASING ACTIVITIES (3M)
IMPROVING AUTOMATIC FINE SKILL SKILLS IN TAMAN KANAK-
KANAK BUAH HATI KOTA JAMBI
Thesis, Early Childhood Islamic Education, Postgraduate UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi, 2019.
In Indonesia the issue of children with autistic disorders emerged
around the 1900s which was then widely known around the 2000s. The
results of observations conducted by researchers in the field obtained data
that children with autistic symptoms experience disruption in terms of fine
motor skills. Fine motor skills are very important, because they are needed
for daily activities.
In fine motor age early childhood is used in several learning
activities, for example children will do tasks such as tearing, cutting,
sticking, writing, coloring and so on, these activities rely on the strength of
small muscles in the hand.
This study aims to find out (1) fine motor skills of children before
carrying out activities to cross out, tear and stick, (2) fine motoric skills of
children when carrying out activities, (3) fine motor skills of children after
doing activities.
The results showed that there was an increase in fine motor skills,
namely in pre-cycle conditions of 48.14% increased in the first cycle to
64.9%, in the second cycle increased by 74.07% and in the third cycle to
92.12% with criteria developed very well.
Thus it can be concluded that with interesting learning can develop
the skill of crossing, tearing and sticking and improving the development of
fine motor skills of children in Buah Hati Kindergarten, Jambi City.
Keywords: Autistic Children, Fine Motor Skills, Crossing, Tearing, Sticking
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang maha kuasa, atas limpahan rahmat dan karuni-Nya,
serta telah memberikan kekuatan kepada penulis hingga selesainya tesis
ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita
Nabi Agung Muhammad SAW.
Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar Magister dalam Pendidikan Anak
Usia Dini Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi. Untuk kesempurnaan
tesis ini, baik secara metodologi maupun analisis, penulis sangat berharap
kritik dan saran konstruktif dari pembaca.
Selama proses penyelesaian tesis ini banyak pihak yang memberikan
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menghaturkan banyak terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Husien Ritonga, MA selaku direktur
Pascasarjana UIN STS Jambi
2. Bapak Prof. DR. H. Ahmad Syukri, MA selaku pembimbing I
3. Bapak DR. Musa, M.Pd selaku pembimbing ll
Terima kasih dan penuh hormat penulis sampaikan kepada Yth.
Bapak dan Ibu dosen yang telah menguji dan memberikan kuliah kepada
penulis selama menuntut ilmu di Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah menjadi pembimbing dan
pengampu mata kuliah dan membantu dalam birokrasi pengurus selama
penulis studi di Pascasarjana UIN STS Jambi.
Demikian juga terima kasih kepada ibu pengelola perpustakaan dan
segenap karyawannya yang telah banyak membantu penulis dalam
menemukan rujukan yang berkenaan dengan tesis ini.
xi
Selanjutnya terima kasih penulis sampaikan kepada Ketua Lembaga,
guru, dan teman sejawat di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
yang telah memberikan sejumlah data dan informasi penting yang penulis
butuhkan dalam mendukung penyelesaian tesis ini. Serta Ketua Lembaga
dan guru di TK Islam An-Nur tempat peulis bertugas atas dukungannya
serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam
lembaran ini.
Akhirnya penulis menyadari tidak ada seorang pun yang sempurna,
karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga segala amal
kebaikan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal ibadah yang
akan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT dan
penulis dapat menjadikan hasil karya ini bermanfaat bagi penulis sendiri
dan harapan penulis juga dapat bermanfaat bagi semua orang yang
berkenan dengan hasil karya ini.
Amiin Ya Robbal „alamiin….
Jambi, April 2019
Penulis
S U J A N A
MPU. 16.2.2591
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i LEMBAR LOGO .................................................................................. ii HALAMAN NOTA DINAS ................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ........................... iv HALAMAN PENGESAHAN................................................................. v HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... vi HALAMAN MOTTO ............................................................................. vii PERSEMBAHAN ................................................................................. viii ABSTRAK ........................................................................................... ix ABSTRACT ......................................................................................... x KATA PENGANTAR ........................................................................... xi DAFTAR ISI ......................................................................................... xii DAFTAR BAGAN ................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv DAFTAR DIAGRAM ............................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN
A. ......................................................................................... Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. ......................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................. 27
C. ......................................................................................... Batasan dan Fokus Penelitian .............................................. 28
D. ......................................................................................... Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 28
BAB II. LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN YANG DIGUNAKAN DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. .......................................................................................... Land
asan Teori 1. .................................................................................... Peng
ertian Anak Autis ..................................................... 30 2. .................................................................................... Ciri-
ciri Anak autis ........................................................... 34 B. ......................................................................................... Kajia
n Tentang Kegiata (3M) 1. .................................................................................... Peng
ertian Mencoret ................................................. ........ 43 2. .................................................................................... Mero
bek .................................................................... ........ 48 3. .................................................................................... Men
empel ................................................................. ....... 49 C. ......................................................................................... Kajia
n Tentang Motorik Halus
xiii
1. .................................................................................... Pengertian Motorik Halus........................................... ........ 52
2. .................................................................................... Perkembangan Motorik ............................................. ....... 56
3. .................................................................................... Tahap Perkembangan Motorik ................................ ........ 58
D. ......................................................................................... Konsep model tindakan yang digunakan ................................ 64
E. ......................................................................................... Penelitian yang relevan ........................................................... 66
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. ......................................................................................... Pendekatan Penelitian ............................................................ 75
B. ......................................................................................... Populasi dan Sampel Penelitian ............................................. 76
C. ........................................................................................ Jenis dan Sumber Data ........................................................... 76
D. ........................................................................................ Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 77
E. ......................................................................................... Teknik Analisis Data ............................................................... 81
F. ......................................................................................... Validasi Data .......................................................................... 83
G. ........................................................................................ Prosedur Penelitian................................................................ 85
H. ........................................................................................ Pelaksanaan dan Waktu Penelitian ....................................... 94
BAB IV. DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. ......................................................................................... Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................... 96
B. ......................................................................................... Hasil Penelitian ....................................................................... 98
C. ........................................................................................ Analisis Hasil Penelitian ......................................................... 123
BAB V. PENUTUP
A. ......................................................................................... Kesimpulan .......................................................................... 128
B. ......................................................................................... Implikasi ............................................................................... 129
C. ........................................................................................ Rekomendasi ........................................................................ 129
D. ........................................................................................ Kata Penutup ......................................................................... 131
xiv
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 133 RIWAYAT HIDUP ................................................................................ 137 LAMPIRAN .......................................................................................... 138
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Siklus Penelitian ................................................................. 45 Bagan 4.1. Struktur Kepengurusan Taman Kanak-kanak Capacity Building
Center Mawaddah Warrahmah Kota Baru Jambi Tahun Pelajaran 2016-2017 ........................................................... 58
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kemampuan Gerak Lokomotor Anak pada Kondisi Awal 10 Tabel 2.1 Geraka dasar dan kualitas gerak 21 Tabel 2.2 Standar Isi tentang Tingkat Pencapaian Perkembangan
Anak Usia 5-6 Tahun dalam Aspek Perkembangan Motorik ........................................................................... 40
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Gerak Lokomotor Pada Anak 46 Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kemampuan Permainan Gerak Lokomotor
Anak Dalam Pengembangkan Kemampuan Seni Tari 53 Tabel 4.1 Nama-nama Guru Taman Kanak-kanak Capacity Building
Center Mawaddah Warrahmah ......................................... 55 Tabel 4.2 Kelompok Belajar Taman Kanak-kanak Capacity Building
Center Mawaddah Warrahmah ......................................... 57 Tabel 4.3 Nama Anak Kelompok Apel Taman Kanak-kanak Capacity
Building Center ................................................................ 58 Tabel 4.4 Keadaan Sarana Taman Kanak-kanak Capacity Bilding Center
Mawaddah Warrahmah ..................................................... 59 Tabel 4.5 Keadaan Prasarana Taman Kanak-kanak Capacity Bulding
Center Mawaddah Warrahmah ........................................ 60 Tabel 4.6 Melakukan Gerakan Tubuh Secara Terkoordinasi Prasiklus 63 Tabel 4.7 Melakukan Gerakan Terkoordinasi Prasiklus .................... 64 Tabel 4.8 Menirukan Gerakan Tari Kreasi Prasiklus ......................... 65 Tabel 4.9 Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Prasiklus 67 Tabel 4.11 Melakukan Permainan Fisik Siklus I .................................. 75 Tabel 4.12 Melakukan Koordinasi Siklus I .......................................... 77 Tabel 4.13 Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus I ............................. 78 Tabel 4.14 Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus I. 80 Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotr Anak Pada
Prasiklus dan Siklus I ........................................................ 81 Tabel 4.16 Melakukan Permainan Fisik Siklus II ................................. 92 Tabel 4.17 Melakukan Gerakan Koordinasi Siklus II ........................... 93 Tabel 4.18 Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus II ........................... 94 Tabel 4.19 Persentase Perkembangan Kemampuan Gerak Lokomotor
Anak Siklus II .................................................................... 97 Tabel 4.20 Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus II 98 Tabel 4.22 Melakukan Permainan Fisik Siklus III ................................ 107 Tabel 4.23 Melakukan Gerakan Terkoordinasi Siklus III ..................... 108 Tabel 4.24 Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus III ........................... 109 Tabel 4.25 Persentase Perkembangan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus III ................................................................... 111 Tabel 4.26 Perbandingan Persentase Perkembangan Kemampuan
Gerak Lokomotor Anak Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ........................................................................... 112 Tabel 4.27 Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Siklus III ...... 114 Tabel 4.28 Data Hasil Pengamatan Perkembangan Kemampuan
DAFTAR DIAGRAM
xvi
Diagram 4.1. Melakukan Permainan Fisik Prasiklus ........................ 65 Diagram 4.2. Melakukan Gerkan Terkoordinasi Prasiklus ............... 67 Diagram 4.3. Menirukan Gerakan Tari Kreasi Prasiklus .................. 67 Diagram 4.4. Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Prasiklus 70 Diagram 4.5. Melakukan Permainan Fisik Siklus I ........................... 78 Diagram 4.6. Melakukan Gerakan Koordinasi Siklus I ..................... 80 Diagram 4.7. Mengikuti Gerkan Tari Kreasi Siklus I ......................... 81 Diagram 4.8. Persentase Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus I 83 Diagram 4.8. Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Pada Prasiklus dan Siklus I ........................................ 92 Diagram 4.10.Melakukan Permainan Fisik Siklus II ......................... 93 Diagram 4.11.Melakukan Gerakan Terkoordinasi Siklus II ............... 95 Diagram 4.12.Mengikuti Gerak Tari Kreasi Siklus II ......................... 95 Diagram 4.13.Persentase Perkembangan Gerak Lokomotor Anak Siklus II ............................................................. 97 Diagram 4.14.Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Prasiklus, Siklus I dan Siklus II ................................................... 99 Diagram 4.15. Melakukan Permainan Fisik Siklus IIII ...................... 107 Diagram 4.16. Melakukan Koordinasi Gerak Siklus IIII ..................... 108 Diagram 4.17. Mengikuti Gerakan Tari Kreasi Siklus IIII ................... 109 Diagram 4.18.Persentase Perkembangan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus III ............................................................ 113 Diagram 4.19.Peningkatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak Siklus III ...................................................................... 116 Diagram 4.20.Hasil Pengamatan Kemampuan Gerak Lokomotor Anak
Prasiklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III ................... 117
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.ProgramTahunan (Prota) .................................................. 131 Lampiran 2. Program Semester (Prosem) ……………………… ........ 132 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan/ RPPM147 Lampiran 4. Rancana Pelaksanaan Pembelajaran Harian/ RPPH..... 168 Lampiran 5. Catatan Lapangan.......................................................... 186 Lampiran 6. Wawancara .................................................................... 222 Lampiran 7. Validasi Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Gerak Gerak Lokomotor Anak ............................................... .. 224 Lampiran 8. Lembar Observasi Kemampuan Gerak Lokomotor pada Anak Usia 5-6 tahun ..................................................... 226 Lampiran 9. Rubrik Penilaian KemampuanGerak Lokomotor Anak .... 230 Lampiran 10. Tabulasi Data ............................................................... 240 Lampiran 11. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................. 253
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan dasar setiap
individu untuk menjalani kehidupan, tidak memandang dari fisik maupun
fsikisnya, yang sempurna maupun yang tidak sempurna anggota tubuhnya
seperti tuna netra, tuna daksa, tuna grahita dan lain sebagainya. karena
pendidikan memiliki tujuan untuk mencapai kepribadian individu yang lebih
baik. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas pendidikan harus
dilakukan sejak usia dini.2
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai anak berusia 6
tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.3 Pendidikan
anak usia dini harus dipersiapkan secara terancang dan bersifat holistic-
integratif agar di masa emas anak perkembangan anak mendapatakan
stimulasi yang utuh, untuk mengembangkan berbagai potensi yang
dimilikinya.4
Pendidikan sangatlah penting diberikan kepada Anak Usia Dini
untuk membantu tumbuh kembang anak, seperti mengembangkan pribadi,
pengetahuan dan keterampilannya.5 Pendidikan sangat penting dalam
proses pengembangan berbagai potensi yang dimiliki oleh manusia.
Melalui pendidikan manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan dan
melalui pendidikan pula Allah swt akan meninggikan derajat seseorang
yang memiliki ilmu.
2 Ucu Sulastri dan Wahyudi, Super Teaching, ( Jakarta Timur : Luxima Metro Media ,
2015 ), hal : 3 3 Meity H. Idris , Sabil Risaldy, Panduan Mengatasi Permasalahan Anak Usia Dini
(Jakarta Timur : Luxima, 2015 ), hal : 19 4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hal : 1 5 Ibid.,
2
Hak-hak yang dimiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) berdasar
pada landasan yuridis formal yang meliputi 1).UUD 1945 (amandemen)
pasal 31 ayat (1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat
(2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.6 2).Undang-undang N0.20 tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3. Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7 3).Undang-
undang No.23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pasal 51. Anak
yang menyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan diberikan
kesempatan yang sama dan aksebilitas untuk memperoleh pendidikan
biasa dan pendidikan luar biasa.8
Seorang anak dilahirkan adalah amanah, diberikannya ilmu
pengetahuan yang kemudian berkembang seiring bertambah usianya..
Surah Al-Anfal/8:27
سول وتخونوا أماناتكم وأنتم والره ها الهذن آمنوا ل تخونوا الله ا أ تعلمون
Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati (amanah) Allah dan Amanat Rasul,dan janganlah kalian mengkhianati amanah-amanah yang diamanatkan kepada kalian, sedangkan kamu mengetahui”. (Q.S. al-Anfal/8:27)9
Surah Al-Anfal ayat 27 dalam Alquranulkarim menegaskan
bahwasanya ketika Allah dan Nabi Muhammad SAW menitipkan amanah
kepada manusia khususnya amanah yang diberikan kepada kita seorang 6 UUD Negara Republik Indonesia Pasalt 31. Ayat 1, 2
7 UU N0.20 Tahun 2003 Tentang: sistem Pendidikan Nasional. Pasal.3
8 UU No.23 Tahun 2002 Tentang: Perlindungan anak
9 QS. Al-Anfal Ayat 27)
3
anak, hendaknya dijaga, dipelihara serta diperhatikan hak dan
kewajibannya serta memberikannya ilmu pengetahuan kepada mereka.
Tidak memandang anak kita sempurna ataupun ada kekurangan fisik
maupun mentalnya, karena dihadapan Allah hanya ketakwaannya yang
dinilai. Kita akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang diamanatkan
Allah tersebut.
Anak usia dini sering juga disebut dengan golden age atau usia
emas karena rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dalam berbagai aspek.10 Kenapa
Periode ini disebut sebagai masa keemasan? Sebab, pada masa itu otak
anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat, dan otak merupakan kunci utama bagi pembentukan kecerdasan
anak.
Periode ini dimulai sejak janin dalam kandungan hinga usia 6
(enam) tahun. Pada masa ini, pertumbuhan dan perkembangan otak anak
mencapai 80 % dari otaknya di masa dewasa kelak. Artinya diatas periode
ini, perkembangan otak hanya 20 % saja.11 Perkembangan anak pada
tahun tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya
dimasa depan. Anak adalah individu yang berbeda unik, dan memiliki
karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu
upaya-upaya pengembangan anak usia dini hendaknya dilakukan melalui
belajar dan melalui bermain (Learning through games).12
Masa kanak-kanak merupakan salah satu masa terpenting dalam
rentang kehidupan manusia. Sebab, ia menjadi pijakan fase-fase
selanjutnya dalam proses pendidikan dan pembinaan pribadi.13 Kehidupan
pada masa anak merupakan suatu periode yang disebut dengan periode
kritis ataupun periode sensitif dimana kualitas perangsangan harus diatur
sebaik-baiknya, tentunya memerlukan intervensi baik dari guru maupun
10
Siti Aisyah, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2010), hal. 1.7. 11
Suyadi, M.Pd.I.Psikologi belajar PAUD .Yogyakarta. Pedagogia. 2010 .Hal. 24 12
Asmawati, luluk, DKK, Pengelolaan kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, (Tangerang selatan : Universitas Terbuka, 2013) hal.1.3 13
Hanan Athiyah Ath-Thuri, Mendidik Anak Perempuan di Masa Kanak-kanak, Terjemahan aan Wahyudin (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2015), hal. ix.
4
orang tua.14Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
Blooms dalam Wijana mengemukakan bahwa separuh potensi manusia
sudah terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun,
dan 30% terbentuk pada usia 4-8 tahun.15
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa masa usia dini
merupakan periode yang penting dalam rentang kehidupan manusia. Oleh
karena itu rentang usia dini merupakan saat yang paling tepat untuk
mengembangkan berbagai potensi dan kemampuan anak, sehingga
pengembangan potensi secara terarah pada usia tersebut akan
berdampak pada kehidupan masa depannya. Salah satunya dengan
pemberian rangsangan pendidikan sejak usia dini.
Anak yang mendapat pendidikan sejak usia dini akan dapat
meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental, sehingga
akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan berbagai potensi
yang dimilikinya. Potensi yang dimiliki oleh anak perlu dikembangkan
secara optimal. Perlu usaha dan kerja keras dalam mendidik anak agar
tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya. Sebagaimana sabda
Rasulallah SAW:
عن ابى هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه
رنه او وسلم : دانه او ينص كل مولود يولد على الفطرة فابواه يهو
سنه )رواه البخارى ومسلم ( يمج
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulallah SAW bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R Bukhori dan Muslim)16
Berdasarkan hadist tersebut dapat diketahui bahwa peran orang
tua dalam mendidik anaknya sangatlah penting. Sebagai orang tua harus
dapat menumbuhkan segala kemampuan anak dalam rangka menjadikan
14
Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal. 3. 15
Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Tanggerang Selatan ; Universitas Terbuka, 2012), hal : 3.14 16
Ahmad Mudjab Mahalli, Hadist-hadist Mutaffah ‘Alaih, (Jakarta : Kencana, 2008, hal : 579.
5
ia menjadi manusia yang seutuhnya dengan memberikan pendidikan
terbaik bagi anak-anaknya sejak usia dini.
Piaget dan Vigotsky dalam Badru mengemukakan bahwa
pentingnya aktivitas bermain sebagai sarana untuk pendidikan anak,
terutama yang berkaitan dengan pengembangan kapasitas berpikir.
Mereka berpendapat bahwa aktifitas bermain juga dapat menjadi akar
bagi perkembangan prilaku moral.17Seorang pakar pendidikan
mengatakan bahwa “pendidikan akan berhasil melalui gerakan dan
melalui gerakan terwujudlah pendidikan”.18
Dunia anak adalah dunia bermain.19 Kegiatan bermain merupakan
bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat penting dalam
perkembangan kepribadiannya. Bermain bagi seorang anak tidak sekedar
mengisi waktu, tetapi media baginya untuk belajar.20Dengan bermain,
seorang anak dapat mengembangkan kemampuan motorik.21
Undang-undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2013 pasal 1 dan 3 disebutkan bahwa pasal 1
pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia delapan tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.22
Menurut Susarno, Lamijan Hadi dan Roesminingsih “Pendidikan
dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek
kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai serta
sikapnya dan keterampilannya. Pendidikan pada hakikatnya akan
mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih.
Secara yuridis istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai usia enam tahun. Sedangkan menurut
Bredekamp dan Copple mengemukakan bahwa pendidikan anak usia dini
17
Badru Zaman, Media dan Sumber Belajar TK, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2010), hal : 1.12 18
Montolalu,Op.Cit, hal : 4.21 19
Meity.H.Idris, Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan, (Jakarta : Luxima , 2015), hal : 113 20
Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita, & Bernyanyi, ( Jakarta : Luxima, 2015), hal : 42 21
Emmy Soekresno, Panduan Memilih 20 Mainan Terbaik Sepanjang Masa, ( Jakarta : Luximo, 2015), hal : 13 22
Kurikulum Taman Kanak-Kanak, Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman
Kanak-kanak, (Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional), 2010
6
mencakup berbagai program yang melayani anak sejak lahir sampai
dengan usia delapan tahun yang dirancang untuk meningkatkan
perkembangan intelektual, sosial, emosional, bahasa dan fisik anak.
PAUD merupakan suatu upaya pembinaan yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.23.
Perkembangan dan pertumbuhan anak sangat perlu dipahami
sebab setiap anak tidaklah sama, setiap anak itu unik dan semuanya
secara individual, menawarkan kontribusi yang berharga bagi kebudayaan
manusia24.
Pendidikan anak usia dini khususnya yang memerlukan perhatian
lebih dari anak normal pada umumnya seperti anak autis. Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah sebagai pengganti istilah lama anak
cacat atau penyandang cacat. Sebenarnya istilah anak bekebutuhan
khusus adalah untuk menunjuk mereka yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial. Pemerintah memahami
pada kondisi yang memiliki kekurangan dan kelebihan kemampuan
khususnya dalam bidang pendidikan. Itulah Anak Berkebutuhan Khusus.
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat,
pemerintah, dan negara. Hak anak yang wajib dipenuhi diantaranya
adalah hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran.
Anak berkebutuhan khusus usia dini juga berhak mendapatkan
layanan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus harus mendapatkan
perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan yang layak dan
bermutu. Agar anak berkebutuhan khusus mendapat pengajaran yang
benar maka perlu diiperhatikan jenis-jenis berkebutuhan khusus (ABK).
Cerebral palsy, gangguan /hambatan karena kerusakan otak (brain
injury) sehingga mempengaruhi pengendalian fungsi motorik. Gifted, anak
yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung
23
Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,”Panduan PAUD” (Pendidikan Anak Usia Dini)
,(Jakarta: Gaung Persada Grroup, Januari 2013), hal. 1. 24
Linda Campbell, Bruce Campbel dan dee. Metode Praktis Pembelajaran Berbasisi Multiflligencis Terjemahan tim Intuisi (Jakarta: Intuisi Press 2014)
7
jawab terhadap tugas (task commitment) di atas anak-anak seusianya
(anak normal). Autistis atau autisme, gangguan perkembangan anak yang
disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang
mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
Autisme adalah kelainan perkembangan yang secara signifikan
berpengaruh terhadap komunikasi verbal maupun nonverbal serta
interaksi sosial, umumnya terjadi pada usia sebelum tiga tahun, yang
berpengaruh jelek terhadap kinerja pendidikan anak”. Pendapat lain juga
mengatakan anak yang mengalami gangguan autistik mengalami
permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut meliputi,
motorik, sensorik, kognitif, intrapersonal, interpersonal, perawatan diri,
produktivitas, serta leisure. Dalam hal ini diketahui bahwa anak autis
memiliki ketrampilan motorik kasar maupun motorik halus yang buruk.
Dalam memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anak yang
sulit berkomunikasi harus tepat, karena apabila keliru pendekatan dan
terapi sangat beresiko menghambat perkembangan intelegensia anak.
Tidak selamanya anak-anak yang sulit berkomunikasi itu adalah anak tuna
grahita. Bisa jadi anak yang bergejala demikian tergolong autisme.
Menurut Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan SLB Depdiknas,
Autisme adalah anak yang mengalami gangguan berkomunikasi dan
berinteraksi sosial serta mengalami gangguan sensoris, pola bermain, dan
emosi. Penyebabnya karena antara jaringan dan fungsi otak tidak sinkron,
ada yang maju pesat sedangkan yang lainnya biasa-biasa saja. Survey
menunjukkan anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi
menengah ke atas.
Di Indonesia isu anak dengan gangguan autis muncul sekitar tahun
1900-an yang kemudian dikenal secara luas sekitar tahun 2000-an.25
Hasil observasi yang dilakukan peneliti di lapangan diperoleh data bahwa
anak dangan gejala autis mengalami gangguan dalam hal motorik
halusnya. Keterampilan motorik halus sangatlah penting, karena
diperlukan untuk aktivitas sehari-hari. Pada anak usia dini motorik halus
digunakan pada beberapa kegiatan belajar, misalnya anak akan
25
Joko Yuwono, M.Pd. Memahami Anak Autis (Kajian Teoritik dan Empiri) .( Bandung : Penerbit Alfabeta. 2009 : xii)
8
mengerjakan tugas seperti menggunting, menempel, menulis, mewarnai
dan sebagainya, kegiatan-kegiatan tersebut mengandalkan kekuatan otot
kecil pada tangan.
Observasi yang peneliti lakukan di TK Buah Hati Kota Jambi
menemukan masalah yaitu masih ada anak autis yang belum bisa
menggenggam benda-benda yang kecil maupun merangkai benda-benda
kecil dalam artian meronce. Hal ini pasti sangatlah mengganggu kegiatan
sehari-hari anak, seperti halnya anak belum mampu untuk memegang
pensil sehingga anak belum bisa menulis, anak tidak bisa memfokuskan
benda yang dipegang sehingga arah yang dituju tidak beraturan, hal-hal
tersebutlah yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari anak yang
mana dapat kita bantu melalui suatu proses pembelajaran.
Saat ini inovasi dalam pembelajaran dapat diakukan dalam segala
aspek pembelajaran, mulai dari media pembelajaran, metode
pembelajaran, bahan atau sumber pembelajaran bisa dijadikan sasaran
inovasi agar pembelajaran yang diberikan kepada anak lebih efektif dan
efisien, selain harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak itu
sendiri. Salah satu inovasi yang bisa dilakukan adalah menerapkan suatu
metode pembelajaran yang menarik perhatian anak, sehingga anak akan
fokus terhadap pembelajaran yang berlangsung.
Ragam media tentunya tidak akan digunakan seluruhnya secara
serentak dalam kegiatan pembelajaran , untuk itu perlu dilakukan
pemilihan media tersebut. Untuk membuat media pembelajaran harus
mempertimbangkan media tersebut. Ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan pendidik dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu :
tujuan instruksional, efektivitas dan keadaan siswa26. Metode
pembelajaran merupakan cara yang dipergunakan guru dalam
mengadakan hubungan guru dengan siswa pada saat berlangsungnya
pembelajaran.
Dalam hal ini kecerdasan sosial adalah kemampuan seseorang
utntuk merasakan perasaan orang lain. Untuk itu orang tua dan guru
membawa dalam mencari media pembelajaran selain di dalam ruangan
26
Mursid, M.Ag . Belajar dan Pembelajaran PAUD (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2015) Hal 97
9
kelas. Menurut soegeng santoso yang dikutif hendra sofyan “anak yang
berusia 4 sampai 8 tahun adalah fase hubungan pribadi dengan
lingkungan sosial , oleh karena itu pada usia ini perlu dikembangkan rasa
sosial anak.27
Pendidikan luar biasa banyak mengenal macam-macam anak
berkebutuhan khusus, salah satunya anak autis. Anak autis juga
merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik itu
keterampilan, maupun akademik Anak autis memiliki gangguan dalam
proses perkembangan neurobiologis berat yang terjadi dalam 3 tahun
pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan gangguan pada bidang
komunikasi, bahasa, kognitif, sosial dan fungsi adaptif, sehingga
menyebabkan anak-anak tersebut seperti manusia “aneh” yang seolah-
olah hidup dalam dunianya sendiri. Kelainan perkembangan yang luas
dan berat, mempengaruhi anak secara mendalam untuk berkomunikasi
dan berhubungan dengan orang lain. Gangguan tersebut mencakup
bidang interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku.
Perlu diingat bahwa ada banyak kemungkinan untuk gejala-gejala
autis yang mungkin ditampilkan oleh pengidapnya dan itu tidak selalu
persis sama, misalnya ada kesulitan berbicara dan berbahasa tidak selalu
menandakan adanya gejala autis pada anak. Sebaliknya kitapun harus
ingat bahwa anak yang pandai berbicara dan berbahasapun dapat saja
dia terdiagnosisi spektrum autis28.
Pendidikan berkebutuhan khusus hendaknya disesuaikan
kemampuan intelektual dan pemahaman anak, sebelum anak
berkebutuhan khusus masuk kedalam pendidikan formal. Sebaiknya
orang tua memahami sepenuhnya kemampuan intelektual, emosi dan
interaksi , motorik anak yang berkebutuhan khusus, berdasarkan hasil
pemeriksaan para ahli berkembang hal ini sangat penting untuk memilih
pendidikan yang tepat dengan kemampuan dan potensi anak.29 Anak autis
27
Hendra Sofyan. Perkembangan AUD dan Cara Praktis Peningkatannya, (Jakarta: Infomedika, 2014), Hal. 28 28
Andri Piyatna, Amajing Autis, Memahami, Mengasuh, dan Mendidik Anak Autis (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010) 29
Mahdalela, S.Psi, Psikolog. Aananda Berkebutuhan Khusus (Penanganan Perilaku epanjang Rentang Perkembangan) (Graha Ilmu : 2013 Hal.40)
10
mempunyai karakteristik antara lain berlebihan terhadap rangsang,
kurangnya motivasi untuk menjelajah lingkungan baru, kurangnya respon
stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial, dan respon unik
terhadap imbalan (reinforcement), khususnya imbalan dari stimulasi diri.
Pada umumnya anak autis memiliki kondisi fisik yang sama dengan
anak normal. Anak autis memiliki keterbatasan dari segi interaksi sosial,
yaitu dapat dikenali dengan mengamati interaksi sosialnya yang ganjil
dibandingkan anak pada umumnya, dari segi komunikasi dan pola
bermain, anak autis mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam
berbahasa dan berbicara, sedangkan dari segi aktivitas dan minat, anak
autis menolak adanya perubahan lingkungan dan rutinitas baru.
Berdasarkan penjabaran karakteristik di atas, anak autis cendrung tidak
tertarik pada lingkungan sekitarnya, memiliki gangguan komunikasi dan
menolak jika rutinitasnya diubah.
Anak tidak melakukan dengan tepat sesuai dengan lingkungan
sekitar. Prilaku anak-anak tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dari
teman-teman sebanya. Anak-anak tidak melakkan apa yang kita ingin
mereka lakukan atau ketika kita ingin mereka untuk melakukan sesuatu
atau bagaimana hal itu dilakukan.30 Kesulitan sosial dari individu autistik,
Kanner melihat ciri-ciri yang tidak biasa dalam sejarah klinis dari anak-
anak tersebut Kanner mendiskripsikan bahwa anak-anak autistik memiliki
gangguan yang sangat berat dalam aspek komunikasi.
Secara umum anak autis mengalami kelainan dalam berbicara, di
samping mengalami gangguan pada kemampuan intelektual serta fungsi
saraf. Hal tersebut dapat terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan
ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan masyarakat sekitarnya,
akan tetapi tidak semua gejala tersebut ada pada anak autis.
Gejala dapat beragam sehingga tampak bahwa tidak ada anak
autis yang benar-benar sama dalam tingkah lakunya. Selain itu,
karakteristik anak autis antara lain kemampuan motorik yang kurang baik,
30
Dr. Hasdianar HR “Autis pada anak Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan” ( Yogyakarta:Nuha Medica. 2013 Hal.55)
11
gerakan yang kurang luwes, sehingga mengakibatkan kesulitan dalam
keterampilan menulis yang melibatkan gerakan motorik dari tangan.
Autism dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui
pada minggu pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas
sosial ekonomi maupun semua etnis dan ras. Penderita autis sejak awal
kehidupan tidak berhubungan dengan orang lain dengan cara yang biasa.
Sangat terbatas pada kemampuan bahasa dan sangat terobsesi agar
segala sesuatu tetap pada keadaan semula (sama)31. Pengaruh dari sitem
syaraf yang tidak sempurna sehingga menghambat perkembangan fungsi
motorik halusnya.
Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok
otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan
kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup
pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun
gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Terdapat berbagai cara anak dalam belajar keterampilan motorik,
meniru dan dan pelatihan yang memberikan hasil berbeda. Oleh karena
itu diperlukan perhatian yang besar dalam metode atau cara yang
digunakan anak untuk belajar keterampilan motorik.32 Semakin baiknya
gerakan motorik halus anak dapat berkreasi, seperti merobek,
menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta menganyam.
31
DR. Mujito. AK. M.Si, DR. Praptono, Drs. Asep Jiehad, M.Pd “Pendidikan Anak Autis. Departemen Pendidikan an Kebudayaan. 32
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA & Anak Usia Kelas Awal SD/MI, (Jakarta, 2011) Hal. 16
12
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan yang diberikan secara rutin.
Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda baik dalam hal
kekuatan maupun ketepatannya. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh
pembawaan anak dan stimulasi yang didapatkan. Berdasarkan salah satu
karakteristik anak autis yaitu kemampuan motorik yang kurang baik dan
gerakan yang kurang luwes, maka akan digunakan media yang sesuai
dengan karakteristik anak autis untuk meningkatkan keterampilan motorik
halus anak autis.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak autis di Taman
Kanak-kanak Buah Hati, ditemukan permasalahan di dalam pembelajaran
keterampilan motorik halus antara lain
1). masih terdapat anak autis di sekolah yang mengalami kesulitan dalam
keterampilan motorik halus seperti kekakuan pada pergelangan tangan,
kesulitan saat menggerakkan jari-jari tangan dan kurangnya koordinasi mata
serta tangan sehingga membuat anak mengalami keterlambatan dalam
kegiatan yang menggunakan keterampilan tangan seperti menulis/mencoret,
merobek/menggunting, dan melipat. 2). masih terbatasnya kreatifitas dalam
penggunaan media untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak
autis. 3). media pembelajaran belum dimaksimalkan dalam pembelajaran
keterampilan motorik halus pada anak Autis di TK Buah Hati Kota Jambi
Aktifitas anak terjadi dibawah kontrol otak, secara simultan dan
berkesinambungan, otak terus mengolah informasi yang ia terima.
Bersamaan dengan itu otak bersama jaringan syaraf yang membentuk sistem
syaraf pusat yang mencakup lima pusat kontrol akan mendiktekan setiap
13
gerak anak, dalam rangka perkembangan motorik berhubungan dengan
perkembangan kemampuan gerak anak.33
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat
berkreasi seperti merobek, menggunting kertas, dengan hasil guntingan yang
lurus, menggambar sederhana, menjahit, menganyam kertas, menajamkan
pinsil dengan rautan pinsil. Namun tidak semua anak memiliki kematangan
untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.34 Kegiatan 3M
dalam pembelajaran keterampilan motorik halus merupakan media
pembelajaran yang bersifat interaktif dan tidak terkesan monoton yang
bertujuan untuk melatih kelenturan otot-otot jari anak dan untuk
menghindarkan rasa jenuh.
Kegiatan Mencoret, Merobek dan Menempel (3M) dipilih karena
kegiatan ini dapat memberikan pembelajaran yang tidak bersifat monoton,
sehingga membuat anak lebih antusias untuk mengikuti pembelajaran
keterampilan ini. Dalam kegiatan 3M terdapat dua keterampilan yang akan
diajarkan pada anak, yaitu mencoret, merobek, melipat dan menempel. Saat
melipat kertas maka jari-jari anak akan bertambah terampil dan menjadi
dasar untuk pengenalan bentuk, pembagian dan geometri, sedangkan saat
menggunting merupakan salah satu cara untuk melatih kelenturan otot-otot
jari anak. Kegiatan menggunting kertas juga berguna untuk melatih
koordinasi antara mata dan tangan anak.
Menurut Gardner dalam multiple intelligences ada 9 kecerdasan yang
dimiliki seorang anak yaitu meliputi 1) kecerdasan Verbal-Linguistik, yaitu
cerdas kata,dan bahasa. 2) kecerdasan Logis -Matematis,yaitu cerdas
angka. 3) kecerdasan visual-spasial cesdas gambar-warna. 4).Kecerdasan
musukal yaitu cerdas music dan lagu. 5) kecerdasan kinestetik, yaitu cerdas
33
Bambang Sujiono dkk “Metode Pengembangan fisik / perkembangan motorik anak usia dini (Jakarta. Universitas Terbuka : 2014 Hal.1.3) 34
Ibid. Hal. 1.14
14
gerak. 6).kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan untuk mengamati dan
mengerti kemauan, motivasi dan perasaan orang lain. 7) kecerdasan
intrapersonal, yaitu kemampuan seorang anak memahami kekuatan dan
kelemahan didalam diri. 8 kecerdasan naturalis, yaitu kemampuan untuk
mengenali, membedakan, mengungkap dan membuat rincian terhadap apa
yang dilihatnya dan ditemuinya baik dialam maupun dilingkungan. 9)
kecerdasan intuisi, yaitu kemampuan untuk merasakan dan mengetahui
suatu hal tanpa alasan tertentu.35 Oleh karena itu, pendidik juga harus
memahami berbagai macam jenis kecerdasan peserta didiknya dengan
berbagai macam karakteristik di setiap tahap perkembangannya. Donald C.
Orlich mengungkapkan bahwa: Sebagai pendidik, tujuan utamanya adalah
mengembangkan potensi setiap peserta didik di sekolah.36
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak
agar anak memliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.37
Sebagai mana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
مع والبصار ئا وجعل لكم السه هاتكم ل تعلمون ش أخرجكم من بطون أمه والله
والفئدة لعلهكم تش كرون
Artinya: “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”38
(Q.S.An-Nahl, Ayat 78)
35
Takkiratul Musfiroh, Op. Cit, hal.1.12. 36
Donald CF. Orlich, “Teaching Strategies – A Guide to Effective Instruction”, (Boston:Wadsworth, 2010).hal.8
37 Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan,”Panduan PAUD” (Pendidikan Anak Usia Dini) ,(Jakarta: Gaung Persada Grroup, Januari 2013), hal. 1.
38 QS. An-Nahl Ayat: 78
15
Disamping ayat-ayat Al-Qur‟an banyak juga hadist Nabi yang
menjelaskan tentang pentingnya pendidikan anak. seperti yang diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi :
Artinya : “ Rasulullah SAW bersabda “Sungguh, seorang laki-laki mendidik anaknya itu lebih baik daripada bersedekah setiap hari sebanyak setengah sha‟.” (Diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi)39
Bermain merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan individu yang
sifatnya menyenangkan yang bepungsi untuk membantu individu mencapai
perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan
emosional,Bermain dengan mainan sangat bermafaat bagi anak usia dini.(0-
6) tahun.karena bemain dapat membantuh tumbuh kembang anak dan
bermanfaat.40
Dalam mencapai tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran tidak
terlepas dari media pembelajaran. Dalam mencapai tujuan pembelajaran,
kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari media pembelajaran. Dalam
konteks pembelajaran anak usia dini, media merupakan alat yang digunakan
sebagai perantara dalam menyampaikan pembelajaran pada anak usia dini.
Dengan memanfaatkan media pembelajaran yang tepat, maka tujuan
pembelajaran akan mudah dicapai secara efektif dan efisien. Sebagaimana
Cep Unang dan Tini Sumartini berpendapat bahwa Tujuan penggunaan
media pembelajaran dalam pembelajaran anak usia dini adalah membantu
anak didik dalam belajar agar lebih cepat mengetahui, memahami, dan upaya
39
Forum Penelitian dan pengkajian pendidikan pesantren. Pelajaran Hadist, (Yogyakarta Hadist Attirmizi: 2015), Hal. 107.
40 Takkirotul Musfiroh,”Pengembangan Kecerdasan Majemuk”,(Jakarta:Universitas Terbuka,2010),
hal.144.
16
terampil dalam mempelajari sebuah materi yang dipelajarinya, sehingga
terciptakan suasana pembelajaran yang menarik, aktif, efektif, dan efisien.41
Berdasarkan hasil observasi awal di Taman Kanak-kanak Buah Hati
Kota Jambi, ditemukan anak yang perkembangan keterampilan motoriknya
kurang optimal seperti kurang luwes kemampuan gerak atau kemampuan
motorik halus anak masih rendah, anak belum mampu melakukan kegiatan
yang menggunakan otot-otot kecil. Hal tersebut disebabkan karena guru
cenderung monoton saat kegiatan pembelajaran, serta media dan kegiatan
yang disediakan guru kurang menarik, teknik serta metode yang diberikan
guru kurang tepat dikelas. Hal tersebut sangat berpengaruh pada fisik
motorik anak.
Pendapat ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Peraturan Menteri No. 137 tahun 2014
tentang standar isi Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak untuk anak usia
5 sampai 6 sebagai berikut diantaranya: Melakukan kegiatan yang
menunjukkan anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri
dalam berbagai aktivitas misal: mengancingkan baju, menali sepatu,
menggambar, merobek, menggunting dan menempel.
Hetherington dan parke, Selama rentang usia sekolah anak lebih
mengambarkan perilaku seperti menolong dan peduli terhadap orang lain
dalam kegiatannya mengamati orang lain. Mereka pada umumnya juga
mengenali kebutuhan orang lain bahkan ketika mereka sendiri sedang
terlibat dalam suatu masalah.42
Berdasarkan Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini yang
berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan anak sejak lahir sampai
41
Cep Unang dan Tini Sumartini, “Modul Pembelajar Taman Kanak-Kanak” (Bandung, PPPPTK Dan PLB, 2016), hal.40.
42 Rini Hildayani. Psikologi perkembangan anak. (Jakarta:Universitas terbuka. 2009)
hal.10.14
17
dengan usia enam tahun yaitu meliputi aspek perkembangan nilai agama dan
moral, fisik motorik, bahasa, sosial emosional, serta seni. Aspek-aspek yang
dimiliki tersebut perlu mendapat rangsangan dan perhatian yang baik.43
Dalam Standar isi tentang Tingkat pencapaian perkembangan anak
usia 5-6 tahun dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1 STPAA perkembangan Motorik Halus anak pada usia 5-6 tahun
Lingkup Perkembangan Tingkat pencapaian perkembangan
Usia 5-6 tahun
Mengguna- kan anggota tubuh untuk pengembangan motorik kasar dan halus
1. Melakukan kegiatan yang menunjukkan anak mampu terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dalam berbagai aktivitas 1. mengancingkan baju, 2. menali sepatu, 3. menggambar, 4. menempel menggunting, 5. Meniru bentuk 6. Melakukan eksplorasi dengan
berbagai media dan kegiatan Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci.
7. Melakukan kegiatan yang menunjuk-kan anak mampu mengguna-kan anggota badan untuk melakukan gerakan halus yang terkontrol (misal: meronce)
43
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015), hal. 8.
18
Dari Tabel STPPA di atas dapat dilihat Lingkup perkembangan dari
aspek sosial emosional adalah kesadaran diri, Rasa tanggung jawab untuk
diri sendiri dan orang lain serta anak diharapkan memiliki Perilaku Prososial
nantinya.44
Berdasarkan Grand Tour hasil pengamatan yang dilakukan pada saat
proses pembelajaran di TK Buah Hati Kota Jambi ditemukan siswa kurang
termotivasi terhadap proses pembelajaran yang diajarkan oleh guru sehingga
proses pengembangan motorik anak autis menjadi tidak optimal. Hal ini
terlihat masih ada anak yang dalam proses pembelajaran berlangsung
kurang bersemangat.
Demikian pula dalam pembelajaran becakap-cakap. Anak masih
belum mampu berkomunikasi secara lisan, dan belum memiliki
pembendaharaan kata serta perkembangan motorik halus yang belum
maksimal. Hal ini diduga karena kurangnya media ajar yang dilakukan guru
saat guru mengajar di depan kelas, dan proses pembelajaran yang kurang
bervariasi. Sehingga proses pembelajaran menjadi monoton dan
membosankan.
Rendahnya motivasi anak dalam proses pembelajaran juga
dikarenakan metode dan bahan ajar yang digunakan guru kurang bervariasi,
sehingga perhatian anak selama proses pembelajaran berlangsung tidak
fokus dan tidak menarik. Siswa kurang aktif baik secara fisik, emosional, dan
psikisnya. Hal ini berakibat peserta didik menjadi pasif dalam proses
pembelajaran dan potensi yang dimiliki anak tidak berkembang secara
optimal.
Untuk memperbaiki dan mengatasi permasalahan diatas maka
diperlukan upaya untuk menciptakan suasana belajar yang menarik, dengan
cara melakukan berbagai metode dan bahan ajar yang menarik dan
44
Ibid, ……hal.52
19
bervariasi yang membuat anak menjadi aktif dan termotivasi dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
membuat penelitian yang berjudul “ Kegiatan Mencoret, Merobek dan
Menempel meningkatkan keterampilan motorik halus anak autis di TK Buah
Hati Kota Jambi”
Berdasarkan kajian di atas maka perlu diadakan penelitian yang
berkaitan tentang peningkatan keterampilan motorik halus melalui media
kreasi Mencoret, Merobek dan Menempel (3M) untuk anak autis. Dengan
diadakan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu hasil tentang seberapa
meningkatnya keterampilan motorik halus pada anak autis melalui kegiatan
Mencoret, merobek dan menempel (3M)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diharapkan melalui
kegiatan mencoret, merobek dan menempel (3M) dapat membantu anak
dalam mengembangkan kemamapuan motorik halus anak secara optimal.
Berdasarkan masalah diatas maka dapat ditemukan pertanyaan pokok yaitu:
Bagaimana guru dapat meningkatkan Perkembangan kemampuan motorik
halus anak melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel khususnya
di TK Buah Hati Kota Jambi?
Dari pertanyaan pokok tersebut dapat di rumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran melalui media
pembelajaran mencoret, merobek dan menempel dalam
mengembangkan kemampuan motorik halus anak autis di Taman-Kanak-
kanak Buah Hati Kota Jambi ?
20
2. Apakah dengan menggunakan media kegiatan mencoret, merobek dan
menempel dapat meningkatkan kemampuan keterampilan anak autis di
Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi ?
3. Bagaimana efektivitas pembelajaran dengan kegiatan Mencoret, merobek
dan menempel dapat ,meningkatkan perkembangan motorik halus anak
autis di Taman Kank-kanak Buah Hati Kecamatan Telanaipura Kota
Jambi.
1). Masih terdapat anak autis di TK Buah Hati yang mengalami kesulitan
dalam keterampilan motorik halus seperti kekakuan pada pergelangan
tangan, kesulitan saat menggerakkan jari-jari tangan dan kurangnya
koordinasi mata serta tangan sehingga membuat anak mengalami
keterlambatan dalam kegiatan yang menggunakan keterampilan tangan
seperti mencoret/menulis, merobek/menggunting, dan melipat. 2). Masih
kurang bervariasi dalam penggunaan media untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus anak autis sehingga dibutuhkan media untuk
membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak autis. 3). Media
kreasi belum dimaksimalkan dalam pembelajaran keterampilan motorik halus
untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak autis di TK Buah
Hati Kota Jambi.
C. Batasan dan Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan pada indentifikasi
masalah di atas, pada penelitian ini peneliti membatasi pada satu masalah
yaitu belum dimaksimalkannya kegiatan bermain yang menggunakan otot-
otot kecil untuk meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak autis di
TK Buah Hati Kota Jambi
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
21
1. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti,
maka tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui kemampuan motorik halus anak di Taman Kanak-kanak
Buah Hati Kota Jambi sebelum pembelajaran mencoret, merobek dan
menempel
b. Mengetahui proses kemampuan perkembangan motorik halus dengan
menggunakan kegiatan mencoret, merobek dan menempel pada anak autis
di TK Buah Hati Kota Jambi
c. Mengetahui apakah terdapat peningkatan perkembangan motorik
halus anak Autis di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi setelah
melakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel.
2. Kegunaan Penelitian
1). Secara teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah dalam bidang
pendidikan terutama pada pengembangan keilmuan pendidikan anak
berkebutuhan khusus dalam pengembangan keterampilan motorik halus. 2).
Manfaat Praktis
a). Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran anak sehingga dapat
meningkatkan keterampilan motorik halus anak autis.
b). Bagi siswa, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan
motorik halus dan memperbanyak pengetahuan tentang keterampilan motorik
halus yang lebih menyenangkan.
22
c) Bagi penulis merupakan tambahan pengetahuan khususnya dibidang
pendidikan Taman Kanak-kanak dalam kegiatan pembelajaran
pengembangan motorik halus bagi anak autis.
23
BAB II
LANDASAN TEORI, KONSEP MODEL TINDAKAN DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Anak Autis
Dalam memahami autistik sejarah munculnya autistik menjadi penting
sekali untuk kita ketahui jalan ceritanya, sejarah munculnya terminology
autistik pertamankali dicetuskan oleh eugen Bleuler seorang psikiatik Swiss
pada tahun 1991, terminology digunakan pada penderita schizopherenia
anak remaja, pada tahun 1943, DR Leo Kanner dari Jhons Hopkins
University mendiskripsikan tentang autis pada masa kanak-kanak (infantile
Autism). Penemuan didasarkan pada hasil observasi dari 11 anak-anak dari
tahun 1983-1993.45
Anak autis merupakan anak berkebutuhan khusus yang jumlahnya
cukup banyak. Anak autis memiliki gangguan/kelainan yang serius dan
kompleks, kelainan ini serius karena didapati kelainan neuroanatomis yang
permanen pada otak kecil, Autis diartikan sebagai suatu paham yang hanya
tertarik pada dunianya sendiri.
Di Inggris dan beberapa daerah di Amerika saat ini perbandingan
antara anak normal dan autis 1:100. Angka sebesar ini dapat dikatakan
sebagai “wabah”, sehingga di Amerika autis telah dinyatakan sebagai
national alarming. Berdasarkan data dari Departemen Pendidikan Amerika
bahwa angka peningkatan anak autis di Amerika cukup mengerikan, yaitu
sebesar 10% sampai 17% pertahun. Jumlah anak autis di Amerika saat ini
sebanyak 1,5 juta orang anak. Pada dekade berikut diperkirakan akan
terdapat sekitar empat juta anak autis di Amerika (Sukardi, 2008).
45
Joko Yuwono. Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik) Alfabeta Bandung. 2012 Hal.8
24
Yayasan Autis Indonesia menyatakan adanya peningkatan prevalensi
autis, dimana sepuluh tahun yang lalu jumlah anak autis di Indonesia
diperkirakan 1 : 5000 anak, sekarang meningkat menjadi 1 : 500 anak .
Tahun 2.000 silam, staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak anak autis di
Indonesia (Moore, 2010).
Menurut Pusponegoro dan Solek (2007) yaitu autisme kategori mild
(ringan) memiliki IQ = 50-70, autisme kategori moderate (sedang) memiliki IQ
= 35-50, autisme kategori severe (berat) memiliki IQ = 20-35. Sedangkan
menurut Direktur Keswa Pelayanan medik (1995) dalam Raharjo (2014) pada
anak yang menggalami autis ringan bila diberi stimulus sensori ringan maka
ada reaksi segera, pada anak yang mengalami autis sedang bila diberi
stimulus sensori kuat maka supaya anak bisa melakukan aktivitas sehari-hari
seperti anak pada umumnya. Anak autis memiliki permasalahan pada aspek
motorik halusnya (Sujarwanto, 2005:183).
Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa, anak autis merupakan seseorang yang mengalami
gangguan tumbuh kembang yang terjadi sebelum usia 3 tahun, disebabkan
oleh adanya kelainan pada saraf-saraf yang mengganggu fungi kerja otak,
sehingga mempengaruhi pada tumbuh kembang dalam beberapa aspek yaitu
aspek komunikasi, interaksi sosial, perilaku dan bahasa yang disertai
berbagai gangguan tumbuh kembang lainnya seperti gangguan
perkembangan emosi, gangguan perkembangan motorik kasar maupun
motorik halus dan gangguan intelektual.
Gangguan perkembangan tersebut mempengaruhi prestasi anak di
sekolah, interaksi anak di lingkungan masyarakat dan kemandirian anak
dalam kegiatan menolong diri. Gangguan perkembangan yang
25
mempengaruhi prestasi atau pencapaian belajar anak di sekolah salah
satunya adalah gangguan dalam perkembangan motorik, terutama
perkembangan motorik halus yang sangat mendukung dalam pembelajaran
menulis dan bina diri.
Beberapa anak autis sama sekali tidak dapat berbicara, anak autis
berkomunikasi secara non verbal dengan menunjuk atau meraih tangan
orang lain anak autis yang mampu berbicara mengalami permasalahan
dalam nada dan sulit untuk memahami pembicaraan orang lain (Block. 2006:
9). Hakikatnya kemampuan berbicara merupakan modal pokok untuk dapat
berkomunikasi tetapi sebagian besar dari anak autis tidak memiliki
kemampuan tersebut. Meskipun ada anak autis yang dapat berbicara tetap
saja kesulitan untuk melakukan komunikasi.
Pada saat usia 5-6 tahun perkembangan emosi anak telah mulai
tumbuh anak mulai mampu untuk mengekpresikan perasaannya dalam
kaitannya dengan kehidupan sosialnya. Pemahaman anak terhadap emosi
mulai tumbuh. Ia mulai mengekpresikan melalui ucapan dan tindakan yang
sesuai dengan lingkungannya.46
Pemahaman emosional mencakup pengetahuan tentang emosi dan
kemampuan untuk mengenali ekpresi emosional dalam diri orang lain dengan
tepat, mengenali keadaan emosional diri sendiri, dan mengenali saat saat
yang mungkin memancing reaksi emosi tertentu. Anak-anak dengan tingkat
pemahaman emosinal yang lebih tinggi menunjukkan empati yag lebih besar
kepada orang lain, dan cenderung lebih mementingkan orang lain.47
Anak autis yang dapat berbicara menunjukan karakteristik berbicara
yang cenderung monotan, kaku, mengulang (echolalia) sehingga lawan
bicaranya tidak mengerti maksud pembicaraannya. Kemudian anak autis juga
46
I Nyoman surna, Opcit, hal 127 47
Denham dan Burton dalam Jaypul L. Roopnarine, James E. Johnson Opcit, hal 171
26
kesulitan dalam mengatur volume suara ketika melakukan suatu
pembicaraan. Selain kesulitan dalam komunikasi verbal, anak autis juga
kesulitan dalam komunikasi non verbal atau menggunakan gerakan tubuh
untuk mengekspresikan perasaan dan merasakan perasaan orang lain,
seperti menggelengkan kepala, melambaikan tangan, dan mengangkat alis
(Azwandi, 2005: 28-30).
Perilakunya timbul semata-mata karena dorongan dari dalam dirinya.
Anak autis seakan-akan tidak peduli dengan stimulus-stimulus yang datang
dari orang lain. Autism Spectrum Disorder (ASD, Gangguan Spektrum Autis)
adalah gangguan perkembangan yang secara umum tampak di tiga tahun
pertama kehidupan anak. ASD berpengaruh pada komunikasi, interaksi
sosial, imajinasi, dan sikap. ASD adalah kondisi yang berlanjut hingga remaja
dan masa dewasa, meskipun semua anak akan membuat perkembangan.
Anak berkebutuhan khusus adalah yang memiliki perbedaan dengan
anak-anak secara umum yang seusianya anak tersebut membutuhkan
metode, material, pelayan dan peralatan yang khusus agar mencapai
perkembangan yang optimal. Karena anak-anak tersebut mungkin akan
belajar dengan kecepatan yang berbeda dan juga dengan cara yang
berbeda.48 Adapun bagi anak yang tidak berkebutuhan khusus memberi
peluang kepada mereka belajar berempati, bersikap membantu, memiliki
kepedulian.
Disamping itu bukti lain yang ada mereka yang tanpa berkebutuhan
khusus memiliki prestasi yang baik tanpa mersa terganggu seditipun49.
Menurut pendapat ahli tentang anak autis di atas dapat ditegaskan bahwa
anak autis membutuhkan modifikasi dalam segi materi pelajaran dan
48
Martinis Yamin dan Jamilah, S.S. Panduan Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Gaung Persada Pers, 2010) Hal.163 49
Mukhtar, dkk Orientasi Baru PAUD: Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2013) Hal. 337
27
penyampaian materi yang diajarkan sehingga siswa mampu menyerap materi
yang disampaikan dengan mudah.
Modifikasi yang diperlukan yaitu dalam aspek metode dan media yang
digunakan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak autis. Pendapat lain
juga mengemukakan Autis merupakan gangguan perkembangan yang
mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak melihat dunia dan
bagaimana belajar melalui pengalamannya. Anak-anak dengan gangguan
autis biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial.
Anak autis cendrung menyendiri dan menghindari kontak dengan
orang, orang dianggap sebagai objek (benda bukan sebagai subjek yang
dapat berinteraksi dan berkomunikasi). Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa anak autis adalah anak yang memiliki gangguan
perkembangan neurobiologis yang sangat berat dalam kehidupan yang
panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi sosial,
komunikasi dan bahasa, serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan
pada aspek motoriknya. Gejalanya muncul pada usia sebelum 3 tahun.
Dalam hal ini anak autis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
siswa autis di TK Buah Hati Kota Jambi yang mengalami kesulitan dalam
keterampilan motorik halus. Letak kesulitan yang dihadapi anak yaitu dalam
menggerakan jari-jari serta pergelangan tangan anak, koordinasi tangan dan
mata anak juga kurang baik, anak selalu tidak fokus dan sering berbicara
saat diberikan tugas.
Untuk memastikan Apakah anak mengalami suatu keterlambatan
dalam tumbuh kembangnya sebaiknya orang tua memahami terlebih dahulu
bagaimana gambaran perkembangan prilaku yang normal sesuai usia artinya
mengetahui indikator perkembangan anak yang normal.
28
Menurut salah seorang ahli perkembangan50. (Havighurst), setiap
manusia yang dilahirkan akan melalui rentang perkembangan sebagai
berikut:
Masa Bayi dan awal Masa Kanak-kanak (2-6 tahun)
1). Belajar Makan makanan padat
2). Belajar berjalan
3). Belajar berbicara
4). Belajar mengendalikan mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
5). Memepelajari perbedaan jenis kelamin
6). Mempersiapkan diri utnuk membaca
7). Belajar membedakan benar dan salah, dan mengembangkan hati nurani
2. Ciri-ciri Anak Autis
Anak yang mengalami gangguan autisme dapat dilihat dari beberapa
indikator berikut,51 1) Komunikasi. Seorang anak yang mengidap autis
mengalami kesulitan dalam berbicara atau berbahasa. Biasanya komunikasi
hanya dilakukan menggunakan bahasa tubuh serta dalam jangka waktu yang
tidak begtu lama. 2) Sosialisasi. Cenderung lebih banyak menghabiskan
waktunya menyendiri, ia tidak mempunyai ketertarikan untuk berteman atau
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, 3) Prilaku. Menunjukan prilaku
sangat aktif atau justru sebaliknya(pendiam), 4) Kelainan Pengindraan.
Seorang anak mengidap autisme, ia menjadi sensitif terhadap cahaya, bunyi,
sentuhan, bau serta rasa.
Ciri-ciri anak autis menurut Dr. Hasdiana HR dalam bukunya yang
berjudul “ Autis pada anak Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan”
1).Prilaku : cuek terhadap lingkungan, perilaku tidak terarah, mondar mandir,
50
Mahdalela, S.Psi (Psikolog) Dalam ananda Berkebutuhan Khusus (Graha Ilmu 2013:1) 51
Hembing Wijayakusuma, Psikoterapi Anak Autisme (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2004) Hal.10
29
lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar, lompat-lompat dsb, kelekatan
terhadap benda tertentu, prilaku tidak terarah, rigid routin, tantrum, terpukau
terhadap benda yang berputar, atau benda yang bergerak, 2).interaksi sosial
tidak mau menatap mata, dipanggil tidak menolah, tidak mau bermain
dengan teman sebaya, asyik bermain dengan dirinya sendiri, tidak ada
empati dalam lingkungan sosial. 3).Komunikasi dan bahasa terlambat bicara,
tidak ada usaha untuk berkomunikasi secara non verbal dengan dengan
bahasa tubuh, meracau dengan bahasa yang tidak dapat dipahami, membeo
(echolalia) dan tidak memahami pembicaraan orang lain.52
2. Karakteristik Anak Autis
Karakteristik anak autis merupakan perilaku khas yang meliputi
pengetahuan, sikap atau ucapan yang sering ditunjukkan jika dihadapkan
pada suatu obyek atau situasi tertentu yang dapat mendorong tertunjuknya
perilaku tersebut, karakteristik anak autis meliputi hal-hal sebagai berikut :
karakteristik dari segi interaksi sosial, anak autis dapat dikenal dengan
mengamati interaksi sosialnya yang ganjil dibandingkan anak pada
umumnya. Karakteristik dari segi komunikasi dan pola bermain, anak autis
mengalami keterlambatan dan abnormalitas dalam berbahasa dan berbicara.
Karakteristik dari segi aktivitas dan minat, anak autis menolak adanya
perubahan lingkungan dan rutinitas baru. Dalam hal minat yang terbatas dan
sering aneh. Karakteristik anak autis meliputi aspek-aspek berikut: a.
Kesulitan berkomunikasi (verbal dan non verbal) 1) Jika berkeinginan sesuatu
dengan menarik tangan orang lain untuk mendapatkan itu. 2) Kaku dengan
kegiatan rutin mereka. 3) Lebih tertarik terhadap benda daripada manusia. b.
Gerakan motorik yang berulang-ulang seperti : 1). Hiperaktif (aktif bergerak
sepanjang hari). 2). Hipoaktif (diam sepanjang hari). 3). Tidak menyadari atas
52
Dr. Hasdiana HR “ Autis pada anak Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan”
(Yogyakarta: Medical Book 2013: Hal.68-69)
30
kehadiran orang lain. 4). Menunjukan kegiatan bermain yang tertinggal jauh
dengan anak yang seusia. 5). Hand flapping artinya sering mengepak-ngepak
tangan atau jari.
Gangguan autisme pada dasarnya menghambat proses
perkembangan anak. Oleh karena itu cara menangani dengan jenis teraphi
apapun membutuhkan kesabaran dan memerlukan waktu cukup lama.
Teraphy yang diberikan kepada anak autis harus dilakukan secara terpadu.53
Karakteristik anak autis di sebut juga dengan Trias autistik yang meliputi tiga
gangguan yaitu : a). Gangguan atau keanehan dalam berinteraksi dengan
lingkungan (orang disekitar, obyek dan situasi). b). Gangguan dalam
kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. c). Gangguan
atau keanehan dalam berperilaku motorik, minat yang terbatas, dan respon
sensori yang kurang memadai.
Hal-hal lain yang berkaitan dengan ciri-ciri anak autis yang
menyertainya seperti gangguan emosional seperti tertawa dan menangis
tanpa sebab yang jelas, tidak dapat berempati, dan rasa takut yang
berlebihan. Hal lainnya adalah koordinasi motorik dan persepsi sensori
misalnya kesulitan dalam menangkap dan melempar bola. Karakteristik
peserta didik dalam hal ini anak autis harus dikuasai dan dipahami oleh
seorang pendidik dalam pembelajaran. Hal ini dirasa sangat penting dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik anak autis yang telah disampaikan di atas,
kreatifitas mencoret, merobek dan menempel (3M) dirasa cukup baik
digunakan sebagai media pembelajaran karena kegiatan tersebut dapat
memberi stimulasi kegiatan motorik halus pada anak. Melalui aktifitas
keterampilan ini memberikan latihan motorik halus pada anak dengan cara
yang berbeda dari biasanya, selain itu media yang digunakan adalah kertas
53
Bambang Putranto, Menangani Siswa yang membutuhkan Perhatian Khusus (Yogyakarta: 2015) Hal. 17
31
berwarna yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga meningkatkan minat
belajar siswa.
kondisi yang memungkinkan peserta didik untuk menerima
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Sehingga guru atau dosen, buku ajar,
serta lingkungan adalah media. Setiap media merupakan sarana untuk
menuju ke suatu tujuan pembelajaran dan untuk memfasilitasi prestasi siswa
terhadap pembelajaran keterampilan motorik halus serta kontekstual
sehingga anak akan lebih mudah dalam memahami sesuatu.
Menurut Vigotsky dalam J, agar kognitif anak harus dihadapkan pada
perspektif berkembang di dalam proses pembelajaran Pendidikan usia dini
merupakan periode yang penting dan perlu mendapat penanganan sedini
mungkin. Usia 3 - 6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada
anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus,
diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya.
Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat membantu anak
untuk berkembang. Anak yang terstimulus dengan baik dan sempurna maka
tidak hanya satu perkembangan saja yang akan berkembang tapi bisa
bermacam-macam aspek perkembangan yang berkembang dengan baik.
Selain motorik halus, Perkembangan sosial emosional merupakan salah satu
aspek perkembangan yang penting untuk di kembangkan karena
perkembangan sosial emosional meliputi perkembangan dalam hal emosi,
Kepribadian dan hubungan interpersonal. 54
Pemberian stimulus Masa ini untuk melakukan dasar pertama dalam
mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional,
konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain-lain.
Perkembangan Sosial emosional adalah perkembangan perilaku anak
dalam mengendalikan dan penyesuaian diri dengan aturan-aturan
54
Papalia Dalam Rini Hildayani DKK, Opcit hal 10.3
32
masyarakat dimana anak itu berada.55 Hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan sosial emosional adalah, Kondisi fisik, Kondisi Psikologi. Dan
kondisi lingkungan.56
Penciptaan kondisi ideal sangatlah mendukung proses perkembangan
anak pada saat usai prasekolah. Dikarenakan pada usai ini anak sering kali
mengalami ketidakseimbangan dalam mengontrol emosi, mereka kerap
sekali keluar dari fokus, mudah meledak-ledak sehingga mereka sulit untuk di
bombing dan diarahkan.
Menciptakan kondisi yang dapat menjamin perkembangan sosial
emosional anak secara positif dalam konteks perkembangan emosi
maksudnya adalah mampu menciptakan dan menyediakan kondisi yang
dapat menjamin terkendalinya ekspresi emosi dari setiap anak sehingga
emosi lebih terlindungi, lebih stabil, dan seimbang serta wajar dalam
tampilannya. Sedangkan terkait dalam deimensi social anak maksudnya
adalah mampu memfasilitasi dan menyiapkan kondisi yang dapat membantu
anak melakukan interaksi sosial serta meningkatkan keterampilan anak
dalam bersosialisasi.57
terhadap banyak hal, dan bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
Pembelajaran bagi anak usia dini pada hakikatnya adalah pembelajaran yang
berorientasi bermain, belajar sambil bermain dan bermain samil belajar.58
Bermain dari segi pendidikan adalah permainan yang memberi
peluang kepada anak untuk berswakarya, untuk melakukan dan menciptakan
sesuatu dari permainan itu dengan tenaganya sendiri.59 Permainan yang
55
Ibid……..5.39 56
Hurlock dalam Ali nugraha, Opcit…hal.4.29 57
Opcit…hal 4.33 58
Meity.H.Idris.,Op.Cit., hal : 23 59
Sabil Risaldy, Bermain, Bercerita, Dan Menyanyi Bagi Anak Usia Dini, ( Jakarta Timur : Luxima Metro Media, 2015), hal : 52
33
digunakan pada pendidikan anak usia dini adalah merupakan permainan
yang mampu merangsang kreativitas anak dan tentu menyenangkan.60
Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosiokultural
yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental
bagi kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Anak
usia dini adalah manusia yang polos serta memiliki potensi yang masih harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama
dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia seutuhnya.
Anak memiliki berbagai macam potensi yang harus dikembangkan,
meskipun pada umumnya anak memiliki pola perkembangan yang sama
tetapi ritme perkembangan akan berbeda satu sama lainnya karena pada
dasarnya anak bersifat individual. Salah satu kemampuan anak yang sedang
berkembang saat usia dini yaitu kemampuan motorik. Pada anak-anak
tertentu, latihan tidak selalu dapat membantu memperbaiki kemampuan
motoriknya. Sebab ada anak yang memiliki masalah pada susunan syarafnya
sehingga menghambatnya keterampilan motorik tertentu. Ada beberapa
penyebab yang mempengaruhi perkembangan motorik anak yaitu faktor
genetik, kekurangan gizi, pengasuhan serta latar belakang budaya.
Pada hakikatnya anak itu unik, mengekspresikan prilakunya secara
relatif spontan, bersikap aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu, antusias
Belajar tidak diartikan sebagai sesuatu yang statis, melainkan suatu
konsep yang bisa berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil
pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang
melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia, dengan
demikian pengertian pembelajaran yang berkaitan dengan sekolah ialah
“kemampuan dalam mengelola secara propesional dan efisien terhadap
60
Meity.H.Idris, Strategi Pembelajaran Yang Menyenangkan, ( Jakarta : Luximu Metro Media, 2015), hal : 113
34
komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran. Adapun
komponen yang berkaitan dengan sekolah dalam rangka peningkatan
kualitas pembelajaran antara lain adalah guru, siswa, pembina sekolah,
sarana/prasarana dan proses pembelajaran.61
Terdapat beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang
bermain. Santrock menjelaskan bahwa permainan (play) ialah suatu kegiatan
yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu
sendiri.62 Froebel dalam Solehuddin menyatakan bahwa bermain merupakan
ekspresi tertinggi dari perkembangan manusia pada anak, karena bermain
sendiri merupakan ekspresi bebas dari jiwa anak. Schickedanz, Maxim juga
mengemukakan bahwa bermain membantu anak dalam mengembangkan
banyak aspek fundamental anak dalam semua area dasa, yakni fisik,
intelektual, social dan emosional.63
Berdasarkan paparan teori di atas dapat disintesiskan bahwa bermain
merupakan faktor penting dalam pendidikan anak usia dini. Melalui bermain,
anak akan memperoleh pengalaman yang kaya, pengalaman mengeksplorasi
dan memanipulasi objek, berinteraksi dengan yang lain, serta mencoba dan
mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru.64
Menurut Moeslichatoen menyatakan bahwa “metode bermain
merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan kreativitas dan
fisik motorik anak. Bermain adalah salah satu pendekatan dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini. Dengan
menggunakan strategi, metode/bahan dan media yang menarik permainan.
Menurut Tedjasaputra bermain aktif adalah jenis bermain yang banyak
melibatkan aktifitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh diantaranya adalah
61
Martinis yamin dan Maisah Manajemen pembelajaran kelas, Strategi Peningkatan Mutu Pemebelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009) Hal. 164 62
Euis Kurnianti, Permainan Tradisional, (Jakarta : Prenadamedia Group , 2016), hal : 4 63
Solehuddin,dkk, Pembaharuan Pendidikan TK, ( Jakarta : Universitas Terbuka, 2010 ), hal : 5.9-5.10 64
Ibid., hal : 511
35
Permainan bebas dan spontan, kegiatan bermain ini dilakukan dimana saja,
tidak ada peraturan selama anak suka dan anak dapat melakukannya.65
Anak bermain untuk membangun aspek fisik, setelah melakukan
aktivitas di sekolah atau di rumah secara rutin, melalui bermain merupakan
sarana untuk menyegarkan badan kembali, apakah bermain sendiri,
berkelompok, untuk menyegarkan suasana. Aktivitas fisik terlihat, disaat
mereka melakukan permainan.66
Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga
dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga
dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media
pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.
Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media
pengajaran,yang meliputi (Hamalik,1994:6)67
• Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses
belajar mengajar
• Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
• Seluk-beluk proses belajar
• Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan
• Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran
• Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
• Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan
• Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran
• Usaha inovasi dalam media pendidikan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan
65
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 5. No. 2 - Tahun 2017) 66
Hendra Sofyan, Op.Cit.,hal: 58 67
Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1 Lolita Indraswari. email : [email protected]
36
pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada
khususnya.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka
media itu disebut Media Pembelajaran
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan pengaruhpengaruh psikologis
terhadap siswa. Hujair AH. Sanaky (2009: 6) mengemukakan bahwa fungsi
media pembelajaran adalah merangsang pembelajaran dengan : a).
Menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah, b). Membuat
duplikasi dari obyek yang sebenarnya, c). Membuat konsep abstrak ke
konsep konkret, d). Memberi kesamaan presepsi, e). Mengatasi hambatan
waktu, tempat, jumlah, dan jarak, f). Menyajikan ulang informasi secara
konsisten g). Memberi suasana belajar yang tidak tertekan, santai dan
menarik, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Terselenggaranya suatu pembelajaran tidak terlepas dari peran media
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu alat bantu
pembelajaran yang digunakan sebagai penghubung antara guru dan siswa
agar 29 pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Rahyubi (2012: 244)
menyatakan “media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan”.
Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Aqib (2013: 50) yang
menyatakan bahwa “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
37
digunakan untuk menyalurkan pesan dan merangsang terjadinya proses
belajar pada si pembelajar (siswa)”.68 Melalui media pembelajaran pesan
yang ingin disampaikan oleh guru lebih mudah untuk tersampaikan, sehingga
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh beberap ahli,
peneliti mengambil kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong
proses belajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Jenis media secara luas dibagi menjadi dua yaitu ,pilihan media tradisional
dan pilihan media teknologi mutakhir.
Media pembelajaran tradisional salah satunya adalah jenis media
visual relia. Media visual relia adalah media berbentuk benda nyata. Media
relia dibagi menjadi 3 yaitu model, specimen (contoh), dan manipulatif
misalnya peta dan boneka ( Arsyad, 2015: 36). Media playdough termasuk
kedalam jenis media pembelajaran yang berbentuk model.69
Media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan seperti : 1).
menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, 2). memanipulasi
keadaan, peristiwa, atau objek tertentu, 3). menambah gairah dan motivasi
belajar siswa, 4.) media pembelajaran memiliki nilai praktis. Peranan media
pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Melalui bermain anak akan belajar. Bermain merupakan suatu kegiatan atau
tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan
menggunakan alat atau tidak menggunakan alat untuk mencapai tujuan
68
Aqib, Zainal.(2013). Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Konstektual (Inovatif). Bandung :Yrama Widya. 69
Arsyad, Azhar. (2015). Media Pembelajaran.rev.ed.2015. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
38
tertentu. Jadi bermain ada yang dapat dilakukan secara sendiri dan ada juga
yang dilakukan secara berkelompok.70
Berdasarkan uraian tentang fungsi media pembelajaran di atas dapat
ditegaskan bahwa fungsi media pembelajaran terkait dengan meningkatkan
kemampuan motorik halus anak autis adalah penggunaan media
pembelajaran kreasi kirigami dapat memberikan suasana belajar yang tidak
tertekan, santai, dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Dalam memilih media pembelajaran perlu disesuaikan dengan
kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing siswa. Pemakaian media
pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh
psikologis terhadap siswa.
1. Mencoret / Pra Menulis anak Usia Dini
Kemampuan Mencoret/Pra menulis anak usia dini merupakan periode
perkembangan yang cepat yang terjadi dalam banyak aspek perkembangan
yang di miliki potensi yang masih harus di kembangkan. Periode ini sering
pula di sebut usia prasekolah, selama periode ini masa yang paling tepat
untuk memperkenalkan berbagai aspek kehidupan pada anak, seperti
mengenalkan kerajinan tangan, musik, alam sekitar,huruf, angka, dan lain
sebagainya. Tentunya dengan kegiatan yang asyik dan menyanangkan.
Tingkat pencapaian perkembangan dalam Permen Diknas No.58:2009
adalah menggunakan alat tulis dengan benar, meniru bentuk, menggunting
dengan pola juga menulis nama sendiri. Anak usia 5-6 tahun dapat
mengkoordinasikan mata dengan tangan, secara terintegrasi, antara lain
dapat di lihat pada waktu kegiatan meronce, merobek, menggunting, melipat,
mewarnai dan menggambar. Kegiatan ini adalah langkah awal bagi
70
Conny R Semiawan. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar (Jakarta: PT Indeks
2008) Hal.20
39
kematangan dalam hal menulis. Pada masa usia ini termasuk masa “peka”
dengan demikian sebagai guru dan orang tua hendaklah memanfaatkan pada
masa usia ini, karena masa ini tidak akan di ulang.
Pendidikan usia dini amat tidak efektif atau kurang sempurna tanpa
musik, rupa, gerak, dan drama. Belajar melalui seni yang pada hakikatnya
menyenangkan, menjadikan anak belajar dari dalam dirinya sendiri, sehingga
belajar lebih bermakna dari pada sekedar melaksanakan perintah guru,
kegiatan seni mengasah ketajaman rasa (feeling) dan mengendalikan
emosi.71 Anak pada usia dini (2-6 tahun) masih sangat berorientasi pada
dirinya sendiri, minatnya lebih terarah pada dirinya sendiri dan jarang
melakukan aktivitas bersama.72 Periode ini merupakan periode eksploratif
anak-anak.
Dengan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, bahasa, sosio-
emosional dan spiritual. Menulis termasuk salah satu keterampilan
berbahasa. Tarigan, H.G. (2008:1) ”Keterampilan bahasa itu mencakup
empat komponen adalah menyimak, berbicara, membaca dan menulis”. Dari
empat komponen itu ada satu komponen yang harus dilatih secara
berkesinambungan yaitu kemampuan menulis. Kemampuan tersebut tentu
saja tidak akan datang dengan sendirinya, dengan cara melatih kemampuan
motorik halusnya dulu, dengan melatih otot-otot kecil pada jari, tangan dan
lengan seperti melipat, meronce, menggunting, mewarnai dan menggambar.
Dini Nurdini , 2014,
Pembelajaran motorik dapat diartikan sebagai proses belajar keahlian
gerakan dan penghalusan kemampuan motorik, secara variabel yang
mendukung atau menghambat kemahiran maupun keahlian
71
Haskel dalam Pekerti, widia, Metode pengembangan seni, Jakarta : Universitas Terbuka, 2010, hal.145 72
Rachmi, Tetty, Keterampilan Musik dan Tari, (Tangerang sektan : Universitas Terbuka, 2012 ) hal. 1.33
40
mottorik.73Keterampilan motorik halus adalah aktivitas-aktivitas yang
memerlukan pemakaian otot-otot kecil pada tangan. Aktivitas ini termasuk
memegang benda kecil seperti manik-manik, butiran kalung, memegang
sendok, memegang pencil dengan benar, merobek, menggunting, melipat
kertas, mengikat tali sepatu, mengancing, dan menarik ritsleting. Aktivitas
tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak
dapat melakukannya secara baik dan benar.
Tingkat pencapaian perkembangan usia 5-6 tahun dalam Permen
Diknas (No:58:2009) bahwa keterampilan motorik di bagi menjadi tiga, yaitu:
a) Motorik kasar : melakukan koordinasi gerakan kaki-tangan-kepala dalam
menirukan gerakan, terampil menggunakan tangan kanan dan kiri dan
sebagainya; dan b) Mototik halus: menggambar sesuai gagasannya, meniru
bentuk, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting dengan pola dan
sebagainya; dan c) kesehatan fisik.
Saat seorang siswa melakukan pembelajaran motorik di sekolah,
perubahan nyata yang terjadi ialah menigkatnya mutu keterampilan motorik.
Ini dapat diukur dari beberapa cara, salah satunya adalah dengan melihat
keberhasilan seorang siswa dalam melakukan gerakan yang semula belum
dikuasainya.74 Sedangkan menurut Cecco dan Crawford definisi
pembelajaran motorik sebagai suatu respons motorik berangkai yang
melibatkan koordinasi gerakan agar menjadi pola respons yang lebih
kompleks (Cecco dan Crawford, 1974:252)75
Untuk pencapaian perkembangan motorik halus ternyata memang
harus melalui proses latihan yang rutin, berkelanjutan dan tepat sasaran. Hal
ini bisa dibuktikan karena tidak semua anak pandai menggerakkan
tangannya, misalnya ada anak yang kesulitan ketika ia akan mengancingkan
73
Richard Decaprio “Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di sekolah ( Diva press Jogjakarta:2013 Hal.15 ) 74
Ibid, Hal.17 75
Ibid,
41
bajunya, atau belum bisa menggunakan alat tulis dengan benar, tetapi ada
beberapa anak dengan begitu mudah mengancingkan bajunya sendiri dan
dapat memegang alat tulis dengan benar.
Hal tersebut membuktikan bahwa kemampuan anak berbeda, dengan
demikian kemampuan jari dan tangan anak belum terampil sehingga anak
tidak mampu mengerjakan tugas sesuai tingkat capaiannya, begitu pula
dengan menulis, kegiatan tersebut bagi anak bukan hal yang mudah
sehingga agar anak dapat melakukan hal tersebut, maka guru dan orang tua
sangat berperan penting untuk melatih dan membimbing supaya kemampuan
anak dalam menulis berkembang dengan baik.
Lingkungan sekolah dan keluarga serta pergaulan siswa dapat
meningkatkan maupun menurunkan taraf kecerdasan motoriknya, terutama
pada masa-masa pertama kehidupan. Disinlah pentingnya seorang guru dan
orang tua yang mengawasi kehidupan anak/siswa di lingkungan sekitarnya.
Setiap siswa di sekolah dapat mencapai tahapan perkembangan motorik
halus yang optimal, asalkan mendapatkan stimulus tepat dari gruru serta
lingkungan sekolahnya. Dalam hal ini, guru yang melakukan kegiatan
pembelajaran motorik dituntut bisa melewati fase-fase pembelajaran dengan
baik dan sempurna.76
Ada beberapa hal penting yang harus diketahui dan dilakukan oleh
guru dalam setiap pembelajaran motorik halus. Hal-hal penting yang
dimaksud adalah kesiapan belajar, kesempatan berpaktek, model yang baik,
bimbingan, motivasi, keterampilan motorik, dipelajari secara mandiri, serta
dipelajari secara berjenjeng dan menyeluruh.77
Kemampuan motorik halus/menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang di pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,
tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
76
Ibid. Hal.21 77
Ibid. Hal. 28
42
kegiatan yang produktif dan ekspresi Menulis adalah kegiatan komunikasi
berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain”. Menulis untuk
anak usia dini adalah suatu keterampilan yang dapat di pelajari setelah aspek
kemampuan lainnya di kuasai”. Badudu ( Dhieni, dkk 2008: 3.10)
mengemukakan bahwa “Menulis adalah menggunakan pena, potlot, ball point
di atas kertas, kain ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun
kalimat”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan menulis bagi anak usia dini
adalah menirukan lambang-lambang yang menggambarkan suatu bahasa
yang di pahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang tersebut. Tahap Perkembangan Pra Menulis Anak Melatih
menggunakan alat tulis seperti pensil, crayon, spidol atau pulpen adalah cara
yang paling tepat untuk memulai mengajarkan anak dengan kegiatan
menulis.
Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks yang mencakup
gerakan tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Banyak sekali kemampuan
yang terlibat ketika anak sedang meronce, menggunting, menggambar
ataupun menulis kata sederhana. Selain harus mempunyai keterampilan
motorik halus yang baik, anak membutuhkan penglihatan yang cukup jelas,
serta kemampuan otak untuk mengkoordinasikan mata dan tangan untuk
menghasilkan coretan bermakna/tulisan.
Sebelum anak siap untuk menulis, ada baiknya guru memperkenalkan
kegiatan untuk mendukung kemampuan menulis atau yang biasanya disebut
kegiatan pra menulis yaitu anak dapat membuat bentuk dengan
menggunakan alat tulis sesuai dengan ruang lingkup perkembangan
(Departemen Pendidikan Kebudayaan 1997:4) mencakup: 1. Menarik garis
datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung berulang-ulang dengan alat
tulis secara bertahap. 2. Mencontoh bentuk silang (+ dan x) lingkaran, bujur
sangkar, dan segi tiga secara bertahap. 3. Mencontoh angka 1-10. 4.
43
Mencontoh bentuk-bentuk sederhana dengan diperlihatkan sekejap. 5.
Menggambar bentuk silang, lingkaran dan segitiga secara bertahap. 6.
Menggambar bebas dengan bentuk titik, garis lingkaran, segi empat, segitiga,
dan bujur sangkar yang tersedia.
Hal tersebut adalah kemampuan yang harus dicapai anak usia
prasekolah, dengan stimulasi yang baik dan berkasinambungan tentunya
kemampuan anak dalam menulis akan semakin terampil dan antusias dalam
menulis. 2. Manfaat Menulis Beberapa manfaat yang dapat di petik dari
menulis dalam Suparno dan Yunus (2002:1.4) di antaranya: a) Peningkatan
kecerdasan; b) Mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas; c)
Menumbuhkan keberanian; dan d) Mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi. Sering kali terjadi anak-anak di minta untuk
menggunakan pensil, padahal mereka belum siap untuk menggunakan alat
tersebut.
Kemampuan menulis selain memerlukan otot kecil pada jari, tangan
dan pergelangan juga perlunya berfikir. Hal ini dapat menyebabkan anak
tidak mau menulis, karena anak belum mampu untuk melakukan kegiatan
tersebut, dan merasa tidak tahu bagaimana harus menulis akibatnya anak
jadi tidak suka menulis. Ketidaksukaan tak lepas dari pengaruh orang tua dan
guru yang kurang memotivasi dan merangsang minat anak untuk melakukan
kegiatan menulis. Smith (Suparno dan Yunus, M 2002:1.4) mengatakan
bahwa “Pengalaman belajar menulis yang di alami siswa di sekolah tidak
terlepas dari gurunya sendiri”.
Dengan demikian guru harus bisa menstimulus dan memotivasi anak
untuk melakukan kegiatan menulis agar kegiatan tersebut di sukai oleh anak.
Oleh sebab itu guru harus bisa menciptakan kegiatan yang asyik dan
menyenangkan. Dalam kehidupan modern ini jelas bahwa keterampilan
menulis sangat di butuhkan, sehingga kelak anak di harapkan mampu
menguasai kemampuan menulis pada saat melanjutkan ke sekolah dasar.
44
2. Merobek
Kegiatan merobek bukanlah sesuatu yang “main-main”. Mereka
sungguh serius melakukannya! Dijepitnya helaian kertas dengan ibu jari dan
empat jemari lainnya, kemudian dengan tangan lain lembaran yang sama
dijepit dengan ibu jari dan empat jemari lainnya juga. Lalu “Shrrreeeekk!
Shreeekkk!” akhirnya kertas di tangannya pun sobek menjadi dua bagian.
Lalu diambilnya lagi sisa bagian tadi untuk dirobek Lagi menjadi bagian kecil-
kecil.
Ketrampilan jemari yang diasah melalui kegiatan ini adalah sesuatu
yang penting, sebaiknya tidak melarangnya dengan serta-merta. Latihan ini
perlu dilakukan, tetapi dengan alat atau media yang tepat. Misalnya, kertas
bekas atau daur ulang, atau buku tulis yang memang Anda sediakan untuk
dirobek-robek.
Selain untuk latihan motorik halus, kegiatan merobek sebenarnya juga
melatih kecerdasan emosi anak, terutama untuk mengendalikan dorongan
atau emosi. Anak usia ini memang suka menggebu-gebu dalam segala hal.
Maklum, ia sedang “memasuki” zona penuh tantangan bagi orang tua: the
terrible two’s. Merobek kertas, adalah salah satu aktivitas motorik halus untuk
anak usia dini. Khususnya anak berkebutuhan khusus seperti anak autis.
3. Menempel/kolase
Kolase berasal dari bahasa perancis, yaitu “ Coller “ yang berarti
lem/tempel, jadi bisa dikatakan kolase adalah sebuah teknik menempel
unsur-unsur yang berbeda (kertas, kayu, kain dll) kedalam sebuah frame
sehingga menghasilkan sebuah karya seni.
Menurut Pamadhi, Hajar dan Sukardi S. Evan (2008) Media adalah
komponen sumber belajar yang dapat mendorong siswa untuk belajar
sehingga anak dapat berimajinasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki
45
melalui kegiatan bermain. Juga sebagai bahan yang dapat digunakan untuk
menuangkan gagasan seseorang.
Dengan kegiatan menempel jari-jari anak akan bergerak halus
sehingga otot-otok kecil akan berfungsi dan berkembang. Untuk persiapan
menulis selanjutnya.
Menempel merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan keterampilan motorik halus pada anak. Menempel sering
disebut kolase. Kegiatan menempel adalah salah satu kegiatan yang menarik
minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan
sesuatu sesuka mereka. Dari pengertiannya, kolase adalah penyusunan
berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar. Bahan yang digunakan untuk
direkatkan terdiri dari berbagai bentuk kertas, kain, bahan-bahan bertekstur
dan benda-benda menarik lainnya, bisa 2 dimensi atau 3 dimensi.
Kolase terbagi atas bermacam pengelompokkan, ada yang disebut
dengan tangram, montase, dan mozaik. Tangram adalah teknik
menempelkan bentuk-bentuk geometri tanpa didahului menggambar pola.
Montase adalah menempel benda-benda konkrit dalam sebuah gambar.
Mozaik adalah menempel bentuk-bentuk kecil menjadi satu kesatuan namun
yang dipentingkan adalah efek warna dari bahan yang digunakan, dapat juga
diartikan menabur. Semua kegiatan menempel tersebut melatih anak untuk
mengembangkan motorik halus, konsentrasi dan mengembangkan
kreativitas.
Selain itu keberanian anak untuk memilih bahan dan bendabenda
yang digunakan untuk menempel juga dapat mengajarkan anak untuk berani
mengambil keputusan dan berusaha untuk memecahkan masalah. Tangram
Mozaik Montase Kolase B. Menempel untuk anak usia dini Menempel untuk
anak usia dini dilakukan dengan memperhatikan beberapa ketentuan.
Ketentuan tersebut dbuat untuk dapat memaksimalkan anak mengoptimalkan
46
segala aspek perkembangannya. Anak diberi 95 kebebasan untuk
membentuk apapun sesuai dengan imajinasi dan kreativitasnya.
Peran pendidik atau guru dalam mengoptimalkan kemampuan anak
tersebut adalah dengan bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pendidik
sebagai fasilitator dimaksudkan untuk menyediakan bahan-bahan yang
dibutuhkan. Keanekaragaman bahan yang disediakan oleh pendidik dapat
mempengaruhi pengembangkan kreativitas anak. Bahan yang
beranekaragam tersebut juga membantu pendidik untuk memberi semangat
kepada anak dalam mencegah rasa bosan yang dialami anak. Pendidik harus
berusaha mengumpulkan bahan-bahan yang unik dan belum pernah
digunakan anak untuk menempel.
Bahan-bahan didapat dari lingkungan sekitar. Bahan yang didapat dari
barang bekas membuat kegiatan menempel semakin menarik. Barang bekas
untuk menempel bisa didapatkan dari kardus susu bekas, kantong belanja,
majalah, kaleng, sarung buah dan lain sebagainya. Semakin beragam bahan
yang disediakan akan semakin baik.
Bahan menempel bisa juga dibuat sendiri oleh anak. Anak membentuk
kertas gambar dengan kuas dan cat kemudian mengeringkannya dan
memotong kertas tersebut sesuai dengan keinginan. Pendidik sebagai
motivator yang berarti pendidik memberikan penguatan-penguatan positif dari
hasil karya anak. Dapat juga dilakukan dengan memberi dukungan sebelum
memulai kegiatan. Dukungan yang diberikan dapat memberi semangat anak
untuk menempel sesuai dengan imajinasi dan kreativitas.
Dukungan yang diberikan sebelum memulai kegiatan dapat dilakukan
dengan bercerita. Cerita dapat dimulai dari permasalahan yang dialami anak,
misalnya dengan menanyakan kabar anak dan lain sebagainya. Untuk
memulai sebuah cerita bagi para pendidik bukanlah hal yang sulit karena
setiap anak-anak memiliki keinginan untuk menceritakan apa yang dialami
dalam perjalanan atau di rumah kepada orang yang ada di sekitarnya.
47
Pengembangan kreativitas dapat dimulai dengan membukakan
imajinasi anak melalui bercerita. Proses kegiatan menempel untuk anak usia
dini menekankan kebebasan anak untuk berkreasi. Kreativitas anak akan
tertuang dalam hasil karya anak-anak. Kegiatan awal dapat dilakukan dengan
memberikan salam dan menyapa anak-anak. Sebelumnya, pendidik telah
mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk menempel pada
hari itu.
Bahan-bahan yang disediakan dapat dikelompokkan berdasarkan
ukuran, warna, dan bentuk ataupun corak. Setiap klasifikasi diletakkan dalam
beberapa wadah yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan anak
memilih bahan yang akan digunakan. Jumlah bahan yang ada sebaiknya
tidak lebih dari dua puluh setiap klasifikasinya. Tujuannya adalah agar anak
dapat mengambil bahan yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Hasil
karya anak juga tidak monoton karena tidak berasal dari bentuk yang sama.
Persiapan selain bahan-bahan untuk menempel, pendidik juga dapat
menyediakan lem, kertas format dan keranjang untuk setiap anak sebagai
wadah untuk meletakkan semua bahan-bahan dan perlengkapan yang dipilih.
Penyambutan pendidik kepada anak yang baru datang dapat dilakukan
dengan menyapa dan menanyakan kabar anak.
Cerita-cerita ringan seputar pengalaman anak yang dilakukan sebelum
kegiatan menempel berfungsi untuk mengembangkan imajinasi anak akan
bentuk dan karya apa yang akan diciptakan oleh anak. Setelah kegiatan
bercerita dilakukan, anak diminta untuk mengambil keranjang masing-masing
dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan hari ini. Anak dapat
menciptakan kertas tempel sendiri dengan cat air atau pensil warna dan
crayon.
Kegiatan ini dapat dilakukan sendiri dengan atau tanpa petunjuk
pendidik. Setiap keputusan yang diambil anak untuk memilih bahan adalah
bentuk pembelajaran anak dalam mengembangkan keterampilan dalam
48
memecahkan masalah. Anak yang telah memilih bahan-bahan yang
diinginkan diberikan kesempatan untuk menciptakan sesuatu dari hasil
imajinasinya. Pendidik memberikan waktu dan kesempatan kepada anak
untuk berkreasi.
Untuk anak-anak yang dapat melakukan tugasnya dengan cepat dapat
diberikan kesempatan untuk memilih bahan-bahan baru dan menciptakan
karya baru. Waktu untuk bereksplorasi dapat ditentukan berdasarkan hasil
observasi dan hasil perjanjian antara pendidik dengan anak. Kegiatan
eksplorasi yang telah berakhir dapat dilanjutkan dengan menunjukkan hasil
karyanya pada teman-teman. Jika hasil menempelnya belum kering maka
dapat diletakkan disatu bagian untuk dikeringkan
Hakikat Perkembangan Motorik Halus anak Usia Dini
A. Pengertian Motorik Halus
Motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot
kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan
dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan
menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek.
Motorik halus merupakan suatu kemampuan yang penting yang harus
dikuasai oleh anak. kemampuan motorik halus diperlukan untuk melakukan
kegiatan sehari-hari seperti mempergunakan alat makan, berpakaian,
menalikan tali sepatu dan kegiatan sehari-hari lainnya. Selain untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, kemampuan motorik halus juga dijadikan
modal dasar untuk kemampuan akademik terutama dalam kegiatan menulis.
Oleh karena itu, stimulasi perkembangan kemampuan motorik halus perlu
dilakukan sejak dini agar kemampuan motorik halus anak mengalami
peningkatan.
49
Hal tersebut akan berguna untuk mempersiapkan anak dalam
menerima pembelajaran akademik ataupun mempersiapkan anak supaya
dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Ismail (2006: 84)
mengatakan bahwa “tujuan melatih motorik halus anak adalah untuk melatih
agar anak mampu terampil dan cermat menggunakan jari jemari dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
unsur-unsur kerajinan dan keterampilan baru”
Saputra& Rudyanto (2005: 115) mengemukakan “tujuan peningkatan
motorik halus anak yaitu mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti
gerakan jari tangan, mampu mengkoordinasi kecepatan tangan dengan mata
dan mampu mengendalikan emosi”.78 Pendapat lain dikemukaan oleh
Sumantri (2005: 9) menyatakan bahwa “aktivitas peningkatan motorik halus
anak usia dini bertujuan untuk melatih kemampuan koordinasi motorik anak”.
Peningkatan keterampilan motorik halus akan sangat berpengaruh
terhadap kesiapan anak dalam menulis, kegiatan melatih koordinasi antara
mata dengan tangan dianjurkan dalam jumlah waktu yang cukup meskipun
penggunaan tangan secara utuh belum mungki tercapai. Berdasarkan pada
pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa tujuan
peningkatan motorik halus adalah untuk merangsang anak agar mampu
memfungsikan otot-otot kecil yang meliputi gerakan jari tangan,
mengkoordinasikan gerakan tangan dan mata dan mengontrol pergerakan
tangan.
Pembelajaran motorik di sekolah tidak dapat terlepas dari unsur-unsur
pokok. Keberhasilan seorang gurupun dalam menerapkan pembelajaran
78
Saputra, Yudha M & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk MeningkatkanKeterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
50
motorik harus memperhatikan: kekuatan, kecepatan, ketahan, kelincahan dan
koordinasi antara kontak mata dan tangan.79
Beberapa Perkembangan motorik halus usia 5-6 tahun antara lain:
1).mengikat tali sepatu, 2).memasukkan surat ke dalam amplop,
3).menoleskan selai diatas roti, 4).membentuk berbagai objek dengan tanah
liat, 5).mencuci dan mengeringkan muka tanpa membasahi baju,
6).memasukkan benang ke dalam jarum.80 Menurut Harlock Perkembangan
merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman yang terdiri dari serangkaian
perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. (edukasi.kompasiana:2010:
1)
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan
bahasa, kognitif, serta sosialisasi dan kemandirian. Pendapat ini
dikemukakan oleh Erlamsyah (2006:17).
Berdasarkan kedua pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa
perkembangan serangkaian perubahan akibat dari proses kematangan,
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh meliputi kemampuan gerak, bahasa,
kognitif, dan sosial emosional dan kemandirian.
Hal yang sama dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto (2005:118),
menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas
dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,
menggambar, menyusun balok dan memesukkan kelereng.
Hampir sama dengan pendapat diatas Mansur (2007:23,24)
mengutarakan pendapatnya “ perkembangan motorik halus meliputi
perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini melakukan gerakan-
79
Ibid, Hal. 41 80
Bambang Sujiono dkk “ Metode pengembangan fisik “ (Universitas Terbuka 2014) Hal.1.14
51
gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik seperti menulis, melipat, merangkai,
mengancingkan baju, menempel, menggunting dan sebagainya.
Pendapat di atas diperkuat oleh Depdiknas (2007:6) “ Motorik halus
adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang
dilakukan oleh otot-otot kecil, oleh karena itu, gerakan motorik halus tidak
terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordinasi yang
cermat serta ketelitian”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
motorik halus meliputi gerak otot-otot kecil yang tidak membutuhkan terlalu
banyak tenaga, tapi membutuhkan koordinasi yang cermat serta ketelitian
sehingga memerlukan latihan dalam pengembangan pengendalian gerak
tubuh, seperti dalam menulis, melipat, merobek, merangkai, mengancingkan
baju, menempel, menggunting dan sebagainya.
Demikianpula menurut Bambang Sujiono (2008:12.5) menyatakan bahwa
motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang
tepat. Oleh karena itu, gerakkan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga,
namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan yang cermat.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat
berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, serta
menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk
menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh
perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu menurut
Hurlock (1996) adalah sebagai berikut:
(a).Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan
memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki
52
keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau
memainkan alat-alat mainan.(b).Melalui keterampilan motorik, anak dapat
beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam
kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini
akan menunjang perkembangan rasa percaya diri. (c).Melalui perkembangan
motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada
usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat
dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris. (d).Melalui
perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau
bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan
menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia
akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
B. Perkembangan Motorik Halus Anak
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-
tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui
kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle,
menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya,
membuat garis, melipat kertas dan sebagainya.
Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan
maupun ketepatannya. perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan
anak dan stimulai yang didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai
pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak.
Lingkungan dapat meningkatkan ataupun menurunkan taraf kecerdasan
anak, terutama pada masa-masa pertama kehidupannya.
Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang
optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Di setiap fase, anak membutuhkan
53
rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik
halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak
yang ingin diketahuinya. Jika kurang mendapatkan rangsangan anak akan
bosan. Tetapi bukan berarti anda boleh memaksa si kecil. Tekanan,
persaingan, penghargaan, hukuman, atau rasa takut dapat mengganggu
usaha dilakukan si kecil.
Terdapat dua dimensi dalam perkembangan motorik halus anak yang
diuraikan oleh Gesell (1971), yaitu: (1).Kemampuan memegang dan
memanifulasi benda-benda. (2).Kemampuan dalam koordinasi mata dan
tangan.
Beberapa dimensi perkembangan motorik halus anak (a). Melakukan
kegiatan dengan satu lengan, seperti mencorat-coret dengan alat tulis (b).
Membuka halaman buku berukuran besar satu persatu.(c) Memakai dan
melepas sepatu berperekat/tanpa tali. (d) Memakai dan melepas kaos kaki.
(e) Memutar pegangan pintu. (f). Memutar tutup botol. (g).Melepas kancing
jepret. (h).Mengancingkan/membuka velcro dan retsleting (misalnya pada
tas). (i). Melepas celana dan baju sederhana. (j). Membangun menara dari 4-
8 balok. (k). Memegang pensil/krayon besar. (l). Mengaduk dengan sendok
ke dalam cangkir. (m Menggunakan sendok dan garpu tanpa menumpahkan
makanan. (n Menyikat gigi dan menyisir rambut sendiri. (o). Memegang
gunting dan mulai memotong kertas. (p). Menggulung, menguleni, menekan,
dan menarik adonan atau tanah liat.
C. Tujuan perkembangan motorik halus
menurut Nuryani dalam (e-dukasi.net: 2008:1) yaitu: 1)
Mengembangkan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan
gerak kedua tangan, 2) Memperkenalkan gerakan jari seperti menulis,
menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari jemari sehingga
54
anak menjadi terampil dan matang, 3) Mampu mengkoordinasikan
kecepatan, kecakapan tanpa dengan gerakan mata, 4) Penguasaan emosi.
Slamet (2005:48) juga mengatakan bahwa “Tujuan perkembangan
motorik halus meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, kecekatan,
keseimbangan”
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat kita simpulkan tujuan
perkembangan motorik halus yaitu untuk keterampilan gerak tangan,
mengkoordinasikan kecepatan, kekuatan, kecekatan dan keseimbangan.
D. Tahap Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak taman kanak-kanak ditekankan
pada koordinasi gerakan motorik halus dalam hal ini berkaitan dengan
kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari
tangan. Pada usia ini koordinasi gerakan motorik halus berkembang pesat.
Dan anak telah mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan tubuh secara
bersamaan, antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis atau
menggambar. Depdiknas (2007:8)81
Senada dengan pendapat di atas Erlamsyah (2006:51) menyatakan
perkembangan motorik halus dapat dikembangkan sesui dengan tahap
perkembangan anak. Untuk usia taman kanak-kanak motorik halus dapat
dikembangkan melalui aktifitas merobek, mencukil, membongkar, memotong
kertas, menempel, memberi warna, menggambar dan melipat.
81
Kementerian Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-Kanak, Pedoman Pengembangan
Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional),
55
Berdasarkan pendapat ini penulis dapat simpulkan bahwa tahap
perkembangan motorik halus anak usia taman kanak-kanak berkembang
pesat, anak mapu mengkoordinasikan antara gerakan tangan, dan mata.
Adapun kegiatan yang mampu mereka lakukan sesui dengan tahapan
perkembangannya yaitu, menulis, menggambar, merobek, mencongkel,
membongkar, memotong kertas, menempel melipat dan memberi warna.
E. Kegunaan Motorik Halus
Kegunaan/Peningkatan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan
Bermainnnya. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam
tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
Perkembangan motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan
dan pengendaliangerak tubuh.
Kemampuan motorik halus akan berkembang seiring dengan
kematangan usia yang dimiliki oleh anak. Motorik halus merupakan salah 25
satu kemampuan yang penting untuk setiap individu memiliki banyak fungsi
yang berperan penting dalam melakukan suatu keterampilan yang diperlukan
dalam kehidupan.
Hurlock (1997: 45) menyatakan bahwa “fungsi kemampuan motorik
halus dalam empat kategori, yaitu keterampilan bantu diri, keterampilan bantu
sosial, keterampilan bermain, dan keterampilan sekolah”. Kemampuan
motorik halus berfungsi untuk melakukan aktivitas seharihari yang
berhubungan dengan kemandirian anak dalam melakukan kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengembangan motorik halus mendukung setiap
aspek baik itu aspek sosial, kognitif ataupun aspek bahasa, karena setiap
aspeknya memiliki keterkaitan dalam pengembangannya. Pernyataan
56
tersebut sesuai dengan pendapat Sumantri (2005: 146) yang menyatakan
bahwa “fungsi perkembangan motorik halus adalah mendukung
pengembangan aspek lain seperti kognitif dan bahasa serta sosial karena
pada hakikatnya setiap pengembangan tidak dapat terpisah satu sama lain”.
Saputra& Rudyatno (2005: 116) menyatakan bahwa “fungsi
pengembangan motorik halus adalah sebagai alat untuk mengembangkan
keterampilan gerak kedua tangan, sebagai alat untuk mengembangkan
koordinasi kecepatan tangan dan gerakan mata, dan sebagai alat untuk
melatih penguasaan emosi”.82
Berdasarkan kedua pendapat diatas, motorik halus berfungsi untuk
melakukan keterampilan-keterampilan yang melibatkan gerakan-gerakan 26
otot-otot kecil dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kemandirian
seperti aktivitas bantu diri, bantu sosial maupun aktivitas akademik, selain itu
fungsi perkembangan motorik halus mendukung aspek kognitif, bahasa
maupun aspek sosial
Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syaraf
dengan otot. Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa
tujuan pendidikan di TK adalah membantu mengembangkan berbagai potensi
anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial
emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk
memasuki pendidikan selanjutnya. Memperkenalkan dan melatih gerakan
motorik halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola,mengontrol
gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh
dengan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani
yang kuat, sehat dan terampil.
82
Saputra, Yudha M & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk MeningkatkanKeterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
57
Menggunakan motorik halus adalah dengan cara menggerakkan otot-otot
halus pada jari dan tangan. Gerakan ini keterampilan bergerak, yang bisa
mencakup beberapa fungsi yaitu melalui keterampilan motirik halus anak
dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang dan anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolahnya.
Gerakan motorik halus adalah bila gerakan hanya melibatkan bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti
keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan
tangan yang tepat. Gerakan ini membutuhkan koordinasi mata dan tangan
yang cermat.gerakan motorik halus yang terlihat saat usia TK, antara lain
adalah anak mulai dapat menyikat giginya, menyisir, memakai sepatu, dan
sebagainya.
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan
dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan
motorik kasar anak belajar menggerakkan seluruh atau sebagian besar
anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari motorik halus anak belajar
ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakkan
pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Permainan kreatif akan mendorong kebutuhan anak untuk secara aktif
berinteraksi dan terlibat dengan lingkungan fisiknya sejak bayi, anak mulai
mempelajari dunia sekitarnya melalui sensori motornya. Kegiatan ini akan
terus berkembang seiring dengan kematangan dan keterampilan dari
berbagai fungsi tubuhnya.83 Semakin baiknya gerakan motorik halus anak
membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas mengnyam
kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai
kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik
83
Bambang Sujiono, Metode Pengembangan Fisik ( Universitas Terbuka Jakarta: 2014 Hal.8.5)
58
halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan
mental.
Kegunaan Motorik Halus:
(1).Mengembangkan kemandirian, contohnya memakai baju sendiri,
mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, dll. (2). Sosialisasi, contohnya
ketika anak menggambar bersama teman-temannya (3) Pengembangkan
konsep diri, contohnya anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.
(4). Kebanggaan diri, anak yang mandiri akan merasa bangga terhadap
kemandirian yang dilakukannya. (5).Berguna bagi keterampilan dalam
aktivitas sekolah misalnya memegang pensil atau pulpen.
Hadits Abi Rafi‟ tentang 4 aspek pendidikan
عن أب رافع قال قلت ا رسول الل أللولد علنا حق كحقنا علهم
قال نعم حق الولد على الوالد أن علمه الكتابة والسباحة
والرم)الرماة( وأن ورثه)وأن ل رزقه إل( طبا )هذا حدث
ة منكر الحدث ضعفه حى بن معن ضعف،من شوخ بق
والبخاري وغرهما باب ارتباط الخل عدة ف سبل الل عز وجل(
Artinya :” Dari Abi Rafi’ dia berkata: aku berkata: wahai RasulAllah
apakah ada kewajiban kita terhadap anak, seperti kewajiban mereka
terhadap kita?, beliau menjawab: ya, kewajiban orang tua terhadap anak
yaitu mengajarkan menulis, berenang, memanah, mewariskan dan tidak
memberikan rizki kecuali yang baik”. (hadits ini dhoif, dari beberapa syeikh
yang diingkari haditsnya. Di dhoifkan oleh Yahya bin Mu’in, al-Bukhari dan
lainya. Bab mengikat kuda untuk berperang dijalan Allah azza wajalla)”.
59
Dalam hadits tersebut bahwa seorang anak memiliki hak dari orang
tuanya yaitu hak pendidikan salah satunya adalah menulis. Dalam pendidikan
menulis, anak bisa menggunakan tangannya untuk berekspresi dan
mengenal huruf-huruf bacaan sehingga dapat mengembangkan wawasan
anak.
Hal-hal yang dapat memperhambat perkembangan motorik halus anak
adalah sebagai berikut: (1). Kerusakan otak sewaktu dilahirkan. (2). Kondisi
buruk prenatal (ibu hamil yang merokok, narkoba, dll.) Kondisi buruk saat
postnatal (suatu dilahirkan). (3). Kurangnya kesempatan anak untuk dapat
melakukan aktivitas motorik halus dikarenakan kurangnya stimulasi dari
orang tua, operprotektif, terlalu dimanja, dll. (4).Tuntutan yang terlalu tinggi
dari orang tua, yaitu dituntut untuk melakukan aktivitas motorik halus tertentu
padahal organ motoriknya belum matang. (5) Kidal yang dipaksakan
menggunakan tangan kanan sehingga menimbbulkan ketegangan emosi
pada anak. (6). Motorik halus yang kaku: (a). Lambat dalam
perkembangannya. (b). Kondisi fisik yang lemah sehingga anak tidak
memiliki motifasi untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini (PAUD). Pengertian Motorik
Halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang
cermat, seperti menggunting mengikuti garis, menulis, merobek, meremas,
menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke
lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke
dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, krayon dan spidol, serta
melipat.
Adanya kemampuan/keterampilan motorik anak juga akan
menumbuhkan kreativitas dan imajinasi anak yang merupakan bagian dari
60
perkembangan mental anak.84 Kemampuan motorik dapat berkembang
secara alami tanpa dilatih karena adanya pengaruh pertumbuhan dan
kematangan anak.
Perubahan Contoh sederhana adalah keterampilan memegang pensil.
Tanpa berlatih pun kemampuan anak memegang pensil tetap akan
berkembang. Namun, perlu dipertanyakan seberapa jauh tingkat
keterampilan itu dapat berkembang jika tidak dilatih secara khusus sesuai
dengan tujuan dan fungsinya.
Jika seorang anak sudah diberi kesempatan dan arahan serta
bimbingan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halusnya
maka berarti secara fisik anak diarahkan untuk menjadi semakin sehat serta
kreatif.85 Pelaksanaan aktivitas motorik halus dapat dikembangkan oleh
pendidik bersifat adaptif (sesuai dengan situasi, kondisi, dan
kemampuannya). Oleh karena itu, pelaksanaan aktivitas motorik halus ini
dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bentuk yang bervariasi.
Pada usia 4 s.d. 5 tahun anak sudah dapat menggambar ”orang” berupa
lingkaran untuk kepala, dua lingkaran yang lebih kecil dan garis untuk mata
dan mulut, dan empat garis untuk tangan dan kaki.
Dari uraian tersebut di atas ternyata pengembangan motorik halus
dapat dilakukan melalui pengembangan kemampuan dasar yang lain, seperti
kemampuan kognitif (misalnya bermain puzzle), kemampuan untuk
menolong diri sendiri (mandiri), kemampuan bahasa (khususnya pramenulis),
dan kemampuan seni.
Dalam pembelajaran dapat digunakan metode the whole brain learning
(pembelajaran otak seutuhnya) karena belahan otak kanan dan kiri
mempunyai fungsi atau kemampuan yang berbeda atau spesialisasi
hemisfer/hemispheric specialization (W.R Sperry et.al. dalam Sidiarto & Lily,
84
Bambang Sujiono dkk. Metode Pengembangan fisik Universitas Terbuka ( Jakarta:2014.1.3 ) 85
Ibid Hal.1.8
61
2008). Belahan otak kanan mempunyai sifat menyatukan (unity)
dan belahan otak kiri mempunyai sifat memisahkan (disunity).Referensi :
Sidiarto, K & Lily, D.S. 2008. Belajar & Pola Pikir Berbasis Mekanika Otak
(Whole-Brain Thinking) Jakarta
B. Konsep Model Tindakan yang Digunakan
1. Deskripsi Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial, yang
menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang
terlibat didalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam
berbagai aspek.86 Penelitian Tindakan Kelas Merupakan merupakan bagian
dari action research. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa
meningkat.87 Suharsimi juga mengungkapkan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.88
Ada beberapa pengertian dan penelitian tindakan menurut beberapa
pendapat ahli dalam Kunandar, yaitu sebagai berikut:
a. Kurt Lewin: Penelitian tindakan adalah suatu rangkaian langkah yang
terdiri atas 4 tahap, yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
b. Kemis dan MC Taggart: Penelitian tindakan adalah suatu bentuk self-
inkuiri kolektif yang dilakukan oleh para partisipan didalam situasi social
86
Hamzah B. Uno, dkk. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal. 40. 87
Ibid., hal. 41. 88
Suharsimi Arikunto, dkk, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal.130.
62
untuk meningkatkan rasionalitas dari praktik sosial atau pendidikan yang
mereka lakukan serta mempertinggi pemahaman terhadap praktik dan
situasi dimana praktik itu dilaksanakan.
c. Ebbut: Penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan
pelaksanaan praktik pendidikan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi
mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.
d. Carr & Kemmis: Penelitian tindakan kelas suatu bentuk penelitian refleksi
diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-persertanya dalam situasi sosial
untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik sosial mereka serta
pemahaman mereka terhadap praktik-praktik mereka dan terhadap situasi
tempat praktik tersebut dilakukan.89
Menurut Masyhuri penelitian tindakan kelas atau PTK adalah
penelitian untuk megembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara
pendekatan baru untuk memecahkan masalah didunia kerja atau dunia aktual
lain.90Cara kerja penelitian tindakan kelas ini yaitu trial and error. Prinsip-
prinsip PTK tersebut yaitu: a) PTK dilakukan dalam kegiatan nyata dalam
situasi rutin, b) adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja, c) SWOT
sebagai dasar berpijak (Strength/ Kekuatan, Weakneses/ Kelemahan,
Opportunity/ kesempatan. Threat/ ancaman, d) upaya empiris dan sistematik,
e) ikuti prinsip SMART dalam perencanaan (spesific/ khusus, managable/
dapat dikelola, acceptable/ dapat diterima lingkungan, realistic/ operasional,
time-bound/ diikat oleh waktu dan terencana).91
2. Model Penelitian Tindakan Kelas
a. Model Tindakan Kurt Lewin 89
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Rajawali Press, 2008), hal. 42. 90
Masyhuri, Zanuddin, Metodologi Penelitian (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hal. 42-43. 91
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), hal. 7-8.
63
PTK Pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin yang menyatakan
bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu: Perencanaan
(planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi
(reflecting). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang
dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi
menjadi: perencanaan (planning), pelaksanaan (implementing), dan
penelitian (evaluating).92
Model Penelitian Kurt Lewin
b. Model Penelitian Kemmis dan M.C Taggart
Menurut Kemmis dan M.C Taggart dalam Hendra penelitian tindakan
kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri
92
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Yrahma Widya, 2006), hal. 21.
64
dari 4 komponen pokok PTK yaitu sebagai berikut: a) perencanaan, b)
tindakan, c) observasi, d) refleksi.93
Sesudah suatu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah
adanya refleksi kemudian diikuti dengan perencanaan ulang dengan siklus
tersendiri.
Model tindakan Kemmis dan Mc. Taggart
c. Model Tindakan Mills
Pelaksaan tindakan ini bisa dilakukan siklus, pengumpulan data,
analisis data dan interpretasi data dan perkembangan dari tindakan ini
dilakukan secara spiral.94
93
Norman K. Denzin, dkk, Handbook of Qualtitative Research (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 470. 94
Ibid.,
65
Model tindakan Mills
d. Model Tindakan Emilly Calhoun
Penelitian tindakan ini menekankan pada proses untuk mencoba hal-
hal yang baru dalam proses pembelajaran. Menggunakan lima langkah yaitu:
menyeleksi area, mengumpulkan data, menganalisa data, dan
menginterpretasikan data, melaksanakan tindakan atau take action.95
95
Hendra Sofyan, Peningkatan Perkembangan anak Usia Dini dengan Pendekatan Tematik (Jakarta: Uiversitas Negeri Jakarta, 2013), hal. 11.
66
Model tindakan Emilly Calhoun
e. Model Tindakan James Mckernan‟s
Model penelitian tindakan James Mckernan‟s, penelitian tindakan
kelas ini disebut penelitian time process. Penelitian tindakan kelas ini disebut
dengan time procces model. Pada siklus pertama yang harus dipersiapkan
pertama kali adalah memahami masalah yang ada pada situasi lapangan,
kemudian mendefinisikan masalah, dilanjutkan dengan pengukuran,
membuat ide-ide tentang hipotesis, berkembang ke tahap perencanaan
setelah itu barulah dilaksanakan tindak. Setelah dilakukan tindakan diadakan
evaluasi dan terakhir baru refleksi dilanjutkan rencana tindakan berikutnya.96
f. Model Tindakan Jhon Elliott
Apabila dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan Kemmis-Mc
taggart, PTK model Jhon Elliot ini lebib detail dan rinci. Dikatakan demikian,
karena didalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi, yaitu
antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
96
Ibid., hal. 10.
67
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah (step), yang terealisasi dalam
bentuk kegiatan belajar mengajar.97
Berdasarkan model-model tindakan di atas, dalam penelitian ini
peneliti memilih model Kammis dan Taggart karena model Kammis dan
Taggart lebih sederhana dan mencakup langkah-langkah yang lengkap.
Konsep tindakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 langkah, yaitu:
perencanaan, tindakan, observasi, serta refleksi dan evaluasi
Evaluasi terhadap suatu program pembelajaran akan membantu
dalam kegiatan belajar mengajar. Evaluasi dapat mengontrol kualitas
pembelajaran. Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan ketercapaian suatu tujuan pendidikan (Tyler; Suharsimi, 2012:
3). Evaluasi dalam pembelajaran keterampilan motorik adalah cara untuk
mengetahui ketercapaian pembinaan atau pengembangan keterampilan
motorik yang dilakukan oleh guru serta ketercapaian anak mencapai tujuan
yang ditentukan 39 oleh guru (Gayle; Sumantri, 2005: 184). Sumantri (2005:
185) mengemukakan bahwa “evaluasi program pengembangan keterampilan
motorik merupakan upaya untuk memperoleh informasi atau data yang akurat
mengenai penguasaan keterampilan motorik halus”.98
Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut peneliti menyimpulkan
bahwa evaluasi pada pembelajaran keterampilan motorik adalah suatu
proses pengumpulan yang dilakukan secara terstruktur yang bertujuan untuk
memperoleh data mengenai penguasaan keterampilan motorik yang dicapai
anak dalam pembelajaran motorik serta mengetahui ketercapaian
pengembangan motorik halus yang telah dilaksanakan oleh guru agar guru
dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Instrumen
evaluasi pembelajaran keterampilan dapat dilakukan dalam bentuk observasi
97
Zainal Aqib, Ibid., hal. 24. 98
Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas.
68
dan catatan anekdot yang disesuaikan dengan kemungkinan ketercapaian
keterampilan gerak yang dapat dicapai oleh anak sesuai dengan
pekembangannya (Husein; Sumantri, 2005: 186).99 Selain dalam bentuk
observasi dan catatan anekdot instrument evaluasi untuk pembelajaran
motorik dapat dilakukan dengan tes unjuk kerja. Instrumen yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah tes tindakan atau tes unjuk kerja
disertai dengan observasi. Rakhmat (1999: 113) menyatakan bahwa “tes
tindakan merupakan tes yang dimaksudkan untuk mengukur keterampilan
siswa dalam melakukan suatu kegiatan”100. Dalam tes tindakan, persoalan
disajikan dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh 40 siswa. Ada dua
unsur yang dapat dijadikan bahan penilaian dalam tes tindakan yaitu proses
dan hasil.
C. Penelitian Yang Relevan
Penetapan materi subjek penelitian dan temuan penelitian. Maka
peneliti mengidentifikasi sumber-sumber dalam bentuk hasil-hasil temuan
penelitian yang telah ada dan mempunyai relevansi dengan dengan
penelitian yang sedang penulis dilakukan, dengan asumsi agar tidak terjadi
pengulangan pada lokasi penelitian dan subjek yang sama dan sekaligus
dapat membantu mengembangkan analisis pemahaman terhadap temuan
penelitian. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan yang peneliti
lakukan :
1. Penelitian Rarasati Desya (2015) yang berjudul : “ Peningkatan
Kemampuan Motorik Halus Anak Autis Melalui Media Kreasi Kirigami
Di Sekolah Autis Dian Amanah Yogyakarta “101
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa media kreasi kirigami dapat meningkatkan kemampuan motorik
99
Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. 100
Rakhmat, Cece.(1999). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas. 101
Penelitian Rarasati Desya (2015) yang berjudul : “ Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak
Autis Melalui Media Kreasi Kirigami Di Sekolah Autis Dian Amanah Yogyakarta “
69
halus pada anak autis Dian Amanah Yogyakarta. Hal ini ditunjukan
dengan adanya peningkatan skor hasil tes pada pra tindakan, pasca
tindakan I, dan pasca tindakan II. Hasil pasca tindakan II sudah dapat
melebihi kriteria yang ditentukan yaitu 70%.
2. Penelitian Erni Rizky Lilasari (2015) dengan judul “Peningkatan
kemampuan motorik halus melalui kegiatan Meronce Berpola pada
anak Kelompok B TK PGRI 2 Poncokusumo Kabupaten Malang.102
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan meronce berpola dapat
dilakukan untuk meningkatkan motorik halus anak TK PGRI 2
Poncokusumo Kabupaten Malang. Peningkatan ini dapat dilihat dari
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata pada siklus I
sebesar 65,05 dengan persentase keberhasilan sebesar 61,90%, nilai
rata-rata meningkat menjadi 84,81 dengan persentase keberhasilan
sebesar 85,71%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulan bahwa
kemampuan motorik halus anak dapat meningkat melalui kegiatan
meronce bepola.
3. Penelitian Dian Andani Hania (2016) dengan judul “Penggunaan
Puzzle 3D sebagai Media Terapi Motorik Halus Anak autis di pusat
terapi Talenta Semarang”.103 Puzzle 3D memberikan peran bagi
perkembangan motorik halus anak autis, karena semua media yang
berhubungan dengan gerakan koordinasi tangan dan mata merupakan
media yang bisa menstimulasi perkembangan motorik halus anak
autis.
102
Penelitian Erni Rizky Lilasari (2015) dengan judul “Peningkatan kemampuan motorik halus
melalui kegiatan Meronce Berpola pada anak Kelompok B TK PGRI 2 Poncokusumo Kabupaten Malang 103
Penelitian Dian Andani Hania (2016) dengan judul “Penggunaan Puzzle 3D sebagai Media Terapi
Motorik Halus Anak autis di pusat terapi Talenta Semarang”
70
Dari ketiga penelitian diatas persamaannya dengan penelitian penulis
yaitu sama-sama meningkatkan keterampilan motorik halus adapun
perbedaannya yaitu dalam kegiatan dan penggunaan media
71
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Buah Hati
berkaitan dengan kegiatan mencoret, merobek dan menempel pada anak
autis. Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan dan memperoleh
peningkatan dalam perkembangan kemampuan keterampilan motorik halus
guna persiapan keterampilan menulis.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (classroom action research) kolaborasi. Penelitian
tindakan kelas kolaborasi maksudnya adalah peneliti dengan guru kelas
bekerjasama dalam melaksanakan proses pembelajaran.104 Penelitian
tindakan kelas merupakan pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dikelas. PTK merupakan salah satu cara yang
strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus
diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan
kualitas program sekolah secara keseluruhan.105
Sanjaya (2009: 13) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas
(PTK) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan kualitas peran dan tanggungjawab guru khususnya dalam
pengelolaan pembelajaran”.106 Pendapat lain dikemukakan oleh Arikunto
(2006: 90-93) mendefinisikan bahwa PTK sebagai suatu penelitian tindakan
yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelas atau
104
Zainal Aqib, Op. Cit., hal. 27. 105
Yufiarti dan Titi Chandrawari, Profesionalitas Guru PAUD (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), hal.
4.29. 106
Sanjaya, Wina.(2009).Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
72
berkolaborasi dengan orang lain dengan jalan merancang, melaksanakan,
merefleksi secara kolaboratif dan partisipasif.107
Pendekatan kuantitatif menurut Arikunto (2010: 27) yaitu
menggunakan data berupa angka dan dilengkapi dengan tabel, grafik, bagan,
gambar, serta data berupa informasi kualitatif. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan kolaborasi dengan guru kelas.108 Pemberian tindakan bertujuan
untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar yakni kemampuan motorik anak autis.
Pada penelitian ini guru bertindak sebagai pemberi tindakan
sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat atau observer ketika guru
melakukan tindakan. Selain itu peneliti berperan untuk menentukan fokus
pengamatan, strategi atau metode pembelajaran serta pembuatan instrumen.
Strategi dan 48 instrumen penelitian yang digunakan juga disesuaikan
dengan guru, hal tersebut karena guru mempunyai peranan penuh dalam
memberikan tindakan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan prosedur yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Penelitian ini berupaya
mendeskripsikan secara faktual tentang penggunaan musik perkusi dalam
mengembangkan kemampuan sosial emosional anak usia dini. Penelitian ini
merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memerlukan
tindakan nyata dalam proses pembelajaran.
B. Populasi dan Sampel penelitian
107
Arikunto, Suharsimi.(2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 108
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
73
Populasi merujuk kepada dari mana sampel-sampel diambil.109
Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak di Taman Kanak-kanak Buah
Hati usia 5-6 tahun. Penulis hanya mengambil 1-2 anak dalam kelompok B
sebagai sampel. Penulis mengambil 1-2 anak dalam kelompok itu dengan
alasan karena anak tersebut yang akan dilihat peningkatan perkembangan
motorik halusnya melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel (3M)
Teknik yang penulis gunakan adalah teknik kelompok atau rumpun
(cluster sampling) yaitu digunakan apabila populasi atau sampel yang
tersedia adalah berupa unit-unit rumpun dalam populasi.110
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam proses penelitian ini terbagi
menjadi dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.
a) Data primer adalah data langsung dan segera diperoleh dari sumber data
oleh peneliti untuk tujuan penelitian secara khusus. Data tersebut adalah
data nilai hasil kemampuan anak yang didapatkan dari hasil pengamatan
atau observasi yang dilakukan peneliti.
b) Data sekunder (data penunjang) yaitu data yang diperoleh dari sumber
kedua yaitu berupa dokumen-dokumen, catatan, gambar, dan lain-lain,
seperti struktur organisasi TK Buah Hati, data tentang sekolah, kepala
sekolah, data guru dan karyawan serta muridnya.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak Taman Kanak-kanak Buah
Hati kota jambi yang menjadi sampel penelitian serta dokumen-dokumen,
catatan, gambar, dan lain-lain, seperti struktur organisasi TK Buah Hati kota
109
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 168. 110
Ibid.,
74
jambi, data tentang sekolah, kepala sekolah, data guru dan karyawan serta
muridnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut : Tanya jawab , hasil teshasil tugas kelas dan rumah , catatan
harian pengajar, wawancara, rekaman dan catatan hasil observasai dari
kabolator.111
a. Observasi
Observasi merupakan sebuah kegiatan mengamati dan mencatat segala
tindakan yang terjadi di lapangan. Observasi dilakukan oleh peneliti untuk
mengamati dan mencatat segala fenomena yang terjadi di lapangan
selama penelitian berlangsung. Peneliti berperan sebagai observasi
partisipatif, dimana peneliti berperan sebagai guru, sehingga terlibat
dalam kegiatan orang yang sedang diamati sebagai sumber data
penelitian.112
b. Wawancara (interview)
Wawancara dalam penelitian survey dilakukan oleh peneliti dengan cara
merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan ke responden.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara
dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang
diwawancarai.113 Peneliti menggunakan wawancara tidak tersturktur.
Wawancara tidak struktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
111
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif ,( Jakarta : Raja Wali Pers, 2015), hal : 257 112
Durri Adrian , Op.Cit, hal :6.36 113
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2014), hal : 188
75
wawancara hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanya.114
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, dan karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan
foto kegiatan anak dan guru pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Dokumentasi ini dilakukan untuk memberikan gambaran
secara nyata tentang kegiatan anak dalam mengembangkan
keterampilan motorik halus.
d. Catatan lapangan berupa catatan penelitian selama pelaksanaan
pembelajaran yang dibuat peneliti dan guru kolabrator, dan cacatan
tambahan dari guru pelaksana.
a). Kisi-kisi Instrumen
Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti, selanjutnya diberikan indikator yang akan diukur.
Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir (item) pertanyaan
atau pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka
digunakan matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument Kemampuan keterampilan motorik halus Pada
anak usia dini. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument kemampuan motorik
halus Anak
Variabel
Indikator Item
Kriteria Penilaian
BB MB BSH BSB
Pengemban
gan Motorik
Bisa
menggunakan
114
Sugiyono, Pemahaman Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta,2008), hal : 194
76
Halus garpu dengan
baik,
menggunting
mengikuti garis,
dan menirukan
gambar segitiga
1.Menggambar
sesuai
gagasannya
2. Meniru
bentuk
3. Melakukan
eksplorasi
dengan
berbagai
media dan
kegiatan
4.
Menggunakan
alat tulis dan
alat makan
dengan benar
5.
Menggunting
sesuai dengan
pola
6. Menempel
gambar
dengan tepat
7.
Mengekspresik
77
an diri melalui
gerakan
menggambar
secara rinci
b.) Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen
perkembangan kemampuan sosial emosional pada anak dengan
menggunakan media perkusi musik Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh
peneliti dengan mengacu pada teori dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak
Usia Dini berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak yang terkait
dengan perkembangan keteramplan motorik halus.
c). Validitas Instrumen
Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validasi konstruk
yang dibagi dalam dua langkah yaitu:
1. Perumusan instrumen melalui penelaahan teoritis dengan mensintesiskan
beberapa teori tentang kemampuan mengenal huruf.
2. Pemeriksaan pakar guna penelaahan beberapa hal berikut:
1) Seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat dari konstruk.
2) Seberapa jauh indikator merupakan jabaran dari dimensi.
3) Seberapa jauh metode pengambilan data dilakukan secara benar.
Penelaahan dilakukan dengan pakar melalui diskusi dengan peneliti.
Masukan dari pakar akan menjadi rujukan dalam penyempurnaan instrumen.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis kuantitatif
dan kualitatif. Data yang diperoleh dari kegiatan belajar mengajar selanjutnya
78
%100N
JsP
dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif yang mana hasilnya
nanti akan digunakan untuk mengambil kesimpulan dan menentukan
tindakan selanjutnya.
1. Analisis Data Kuantitatif
Mengukur kemampuan kemampuan anak dalam seni tari kreasi
menggunakan skala 4 yaitu: BB (Belum Berkembang) skor 1, MB (Mulai
Berkembang) skor 2, BSH (Berkembang Sesuai Harapan) skor 3, BSB
(Berkembang Sangat Baik) skor 4.
Data yang diperoleh selama penelitian dari lembar observasi dianalisis
dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring yang diperoleh.
Skor ideal untuk seluruh item sama dengan 4 kali jumlah item. Jadi,
berdasarkan perolehan skor maka dihitung tingkat persentasenya
menggunakan rumus:115
Keterangan:
P = Angka persentase keaktifan
Js = Jumlah skor yang dicapai
N = Jumlah skor ideal keseluruhan
P = x 100%
P maks = x 100% = 100%
P min = x 100% = 25%
115
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta : Rajawali, 2012 ), hal : 34
79
Adapun kriteria penilaian kemampuan motorik halus pada anak autis adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan motorik halus anak autis
Skor Perolehan Persentase Skor Kriteria Penilaian
56 - 72 76%-100% BSB
37 - 54 51%-75% BSH
19 - 36 26%-50% MB
0 - 18 0%-25% BB
Keberhasilan pembelajaran dikatakan mengalami perkembangan jika
persentase hasil dari pengamatan kemampuan gerak lokomotor meningkat
dari hasil sebelumnya.
2. Analisis Kualitatif
Langkah-langkah penulis dalam menganalisis data adalah sebagai
berikut :
a) Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting sesuai dengan variabel yang diteliti
pola, proses dan sistemnya. Setelah penelitian selesai dilakukan, maka data
yang diperoleh terlebih dahulu diseleksi dan dipilih data-data yang ada
relevansinya dengan tindakan yang dilakukan penulis. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
80
b) Penyajian Data ( Data Display)
Dalam penelitian ini penulis akan menyajikan data dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya
dalam teks berbentuk narasi. Dengan demikian data akan mudah untuk
dipahami guna merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
diuraikan tersebut.
c) Verifikasi / Conclusion Drawing
Langkah berikutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Hubermen adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap awal
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya jelas
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.116
F. Validasi Data
Validasi merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada
objek penelitian dengan daya yang dilaporkan oleh peneliti. Dalam penelitian
tindakan terdapat dua macam validasi yaitu validasi internal dan validasi
eksternal. Validasi internal berhubungan dengan akurasi derajat penelitian
dengan hasil penelitian dan validasi eksternal adalah cara yang dilakukan
penulis dalam membahas generalisasi terhadap temuan-temuan dalam
penelitian.
116
Sugiyono, Op.Cit., hal. 99.
81
Validitas internal dapat dibedakan menjadi dua yaitu validitas isi dan
validitas konstruk. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan validitas
konstruk yaitu mengacu pada sejauh mana suatu instrumen mengukur
konsep dari suatu teori, yaitu yang menjadi dasar penyusunan instrumen.117
Berdasarkan teori tentang variabel tersebut kemudian ditentukan indikator
yang akan diukur. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan menjadi butir-
butir instrumen, baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan.
Untuk menguji validitas konstruk dapat digunakan pendapat para ahli
(expert judgement). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang
aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan dalam tiga siklus. Masing-masing siklus
mencakup kegiatan-kegiatan perencanaan (planning), perencanaan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecing). Tiap siklus terdiri atas
tahapan dan langkah pengajaran.118
1. Kondisi Awal
Sebelum peneliti melakukan tindakan, terlebih dahulu dilakukan
pengamatan tentang kemampuan keterampilan motorik halus di TK Buah
Hati Kota Jambi. Dari hasil pengamatan tersebut dianalisis kemudian
berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan tindakan pada siklus pertama.
Siklus merupakan ciri khas penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
terdapat 4 tahapan, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan
pengamatan, refleksi atau pantulan. Penelitian yang dilakukan ini terdiri dari
tiga siklus. Perlakuan pada setiap siklus harus berbeda dari siklus
117
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). (Bandung: Alfabeta, 2012), hal : 5 118
Emzir, Op.Cit, hal : 257
82
sebelumnya. Sebaiknya siklus berikutnya harus didasarkan pada hasil siklus
sebelumnya. Siklus akan terus dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai
masalah terpecahkan.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru kolaborator dalam
memperbaiki proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada
anak dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel
Berikut adalah model bagan dari proses penelitian yang akan
dilaksanakan:
Bagan 1. Bagan Siklus Penelitian119
119
Wihardit Kuswaya,.Op.Cit, hal : 2.4
83
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan meliputi:
1) Persiapan pengembangan tema. Berdiskusi dengan guru tentang
kegiatan yang akan dilakukan dan tema yang digunakan.
2) Persiapan media. Peneliti menyiapkan media kertas dan pinsil warna
yang akan digunakan.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Mingguan (RPPM) dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang digunakan sebagai
pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
RPPM dan RPPH yang dibuat untuk tiga pertemuan dengan tema Alam
semesta dengan sub tema benda benda langit. RPPH memuat kegiatan
pembelajaran menggunakan media kertas warna warni. Peneliti
Menentukan teknik yang akan digunakan oleh guru dalam kegiatan
bermain.
4) Peneliti menyiapkan instrumen pengamatan dalam bentuk panduan
observasi untuk mengungkap kemampuan motorik halus.
3. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dengan langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
1) Pertemuan pertama
a. Pembukaan
(1) Salam
(2) Absensi
(3) Berdoa sebelum belajar
(4) Bernyanyi
84
(5) Bercerita tentang pengalaman sebelum anak kesekolah
(6) Bercerita tentang tema rekreasi dengan sub tema benda kendaraan
(7) Berdiskusi tentang kendaraan yang diketahui oleh anak.
(8) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam
permainan.
b. Kegiatan Inti
(1) Mengenalkan bahan dan alat yang akan digunakan main
(2) Guru mengenalkan media pada anak.
(3) Anak mengenal macam alat yang digunakan
(4) Anak mengenal macam macam warna
c. Penutup
(1) Menanyakan perasaan selama hari ini
(2) Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
(3) Evaluasi seputar kegiatan yang dilakukan anak pada hari ini
(4) Membaca doa sebelum pulang
(5) Salam sebelum pulang
2) Pertemuan kedua
a. Pembukaan
(1) Salam
(2) Absensi
(3) Berdoa sebelum belajar
(4) Bernyanyi
(5) Bercerita tentang pengalaman sebelum anak kesekolah
(6) Bercerita tentang benda langit dengan sub tema bintang
(7) Berdiskusi tentang macam macam kendaraan yang diketahui anak.
(8) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam
permainan.
b. Kegiatan Inti
85
1. Kegiatan merobek bentuk kendaraan
2. Guru mengenalkan jenis kendaraan dan diikuti oleh anak
3. Anak memilih gambar kendaraan yang disukai
5. Anak bermain secara bersama
c. Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
3. Evaluasi seputar kegiatan yang dilakukan anak pada hari ini
4. Membaca doa sebelum pulang
5. Salam sebelum pulang
3) Pertemuan ketiga
a. Pembukaan
(1) Salam
(2) Absensi
(3) Berdoa sebelum belajar
(4) Bernyanyi
(5) Bercerita tentang pengalaman sebelum anak kesekolah
(6) Bercerita tentang tema benda langit sub tema kendaraan laut
(7) Berdiskusi tentang perahu
(8) Mengenalkan kegiatan dan aturan yang digunakan dalam permainan.
b. Kegiatan Inti
(1) Mengenalkan jenis kendaraan laut
(2) Guru megenalkan diikuti oleh anak
(3) Anak menyebutkan macam macam macam-macam kendaraan laut
(4) kegiatan menmpel/mengisi pola pada gambar perahu
c. Penutup
1. Menanyakan perasaan selama hari ini
2. Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
3. Evaluasi seputar kegiatan yang dilakukan anak pada hari ini
86
4. Membaca doa sebelum pulang
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti.
Pelaksanaan pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya
tindakan yang memuat kegiatan pembelajaran menggunakan perkusi musik
untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional. Tujuan dilakukannya
pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan yang sudah
dilaksanakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan bagi pengamat
dalam melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus
berikutnya. Pengamatan berpedoman pada lembar instrumen pengamatan
berupa panduan observasi yang berisi tentang sikap perilaku anak selama
kegiatan bermain musik berlangsung diantaranya, kerja sama,
mengendalikan persaan, mentaati peraturan, percaya diri, dan menghargai
karya orang lain.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi dilakukan pada
setiap akhir siklus penelitian tindakan yang dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan
berbagai catatan kejadian serta mengevaluasi keseluruhan kegiatan selama
siklus berlangsung. Refleksi tidak hanya difokuskan pada tindakan, tetapi
terhadap seluruh proses kegiatan termasuk dampaknya terhadap anak didik
dan lingkungan yang menyertai.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini antara lain.
1) Diskusi antara peneliti dengan guru yang bertujuan untuk
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan cara
melakukan penelitian terhadap proses yang terjadi, masalah yang
87
muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang
dilakukan.
2) Mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul
agar dapat dibuat perbaikan pada siklus selanjutnya.
3) Pengambilan keputusan. Apabila dari hasil pengamatan ternyata
belum mencapai target, maka dengan demikian tindakan berikutnya
yaitu berlanjut pada siklus ke II dengan tujuan untuk memperbaiki
pembelajaran. Siklus tersebut dilakukan berkelanjutan sampai ada
peningkatan seperti yang diharapkan dalam kemampuan mengenal
huruf.
4) Jika penelitian dianggap cukup karena sudah mencapai target yang
diharapkan, maka refleksi terakhir dilakukan dengan membuat catatan-
catatan secara rinci. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi
siapapun yang akan melaksanakan penelitian dalam kesempatan lain.
1. Siklus II :
Dalam siklus II ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan
pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum
tercapai pada siklus I. langkah pada siklus II sama urutannya dengan siklus I
yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.
2. Siklus III :
Dalam siklus III ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan
pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum
tercapai pada siklus II. Langkah pada siklus III sama urutannya dengan siklus
II yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.
identifikasi alternative tindakan yang diharapkan dapat menyelesaikan
masalah yang ada.
88
Siklus action research model Stepen Kemmis dan Mc Taggart
Perencanaan Tindakan
Siklus 1
Rencana Tindakan Ulang
Refleksi
Pelaksanaan Tindakan
Observasi dan Evalusi
Siklus 2
Refleksi
89
F. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu dan tempat penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dilaksanakan di Kelas B Semester I di Taman Kanak-kanak Buah
Hati Kota Jambi
Adapun waktu penelitian yang dilaksanakan selama tiga bulan antara
bulan Januari sampai dengan Maret 2019, di Taman Kanak-kanak Buah Hati
Kota Jambi. Sesuai dengan jadwal penelitian , untuk tidak mengganggu
kegiatan belajar mengajar maka penelitian ini dilaksanakan secara
bersamaan dengan kegiatan pembelajaran. Dengan alasan karna anak
tersebut yang akan dilihat Perkembangan kemampuan motorik halus melalui
kegiatan mencoret, merobek, menempel (3M).
2. Sumber Data (dokumentasi)
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan
berdasarkan perkiraan .120 Menurut lofland sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.
Data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang
diperoleh di lapangan sebagai pendukung ke arah konstruksi ilmu secara
ilmiah dan akademis. Sumber data dalam penelitian ini adalah anak didik
kelompok B. Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi, guru, dan orang
tua murid dengan melakukan teknik wawancara dan dokumentasi. Data juga
dapat diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan sekolah seperti
pengawas sekolah, pejabat dinas pendidikan Kota Jambi
120
Basrowi dan Suwandi , “memahami Penelitian Kwalitatif “(Jakarta : Rinika Cifta ,2008), hal, 158
90
G. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti.
Pelaksanaan pengamatan ini dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya
tindakan yang memuat kegiatan pembelajaran menggunakan perkusi musik
untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional. Tujuan dilakukannya
pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan yang sudah
dilaksanakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan bagi pengamat
dalam melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus
berikutnya. Pengamatan berpedoman pada lembar instrumen pengamatan
berupa panduan observasi yang berisi tentang sikap perilaku anak selama
kegiatan bermain musik berlangsung diantaranya, kerja sama,
mengendalikan persaan, mentaati peraturan, percaya diri, dan menghargai
karya orang lain.
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi dilakukan pada
setiap akhir siklus penelitian tindakan yang dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis dan menginterpretasikan
berbagai catatan kejadian serta mengevaluasi keseluruhan kegiatan selama
siklus berlangsung. Refleksi tidak hanya difokuskan pada tindakan, tetapi
terhadap seluruh proses kegiatan termasuk dampaknya terhadap anak didik
dan lingkungan yang menyertai.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini antara lain.
5) Diskusi antara peneliti dengan guru yang bertujuan untuk
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan dengan cara melakukan
penelitian terhadap proses yang terjadi, masalah yang muncul, dan
segala hal yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan.
6) Mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul
agar dapat dibuat perbaikan pada siklus selanjutnya.
91
7) Pengambilan keputusan. Apabila dari hasil pengamatan ternyata
belum mencapai target, maka dengan demikian tindakan berikutnya yaitu
berlanjut pada siklus ke II dengan tujuan untuk memperbaiki
pembelajaran. Siklus tersebut dilakukan berkelanjutan sampai ada
peningkatan seperti yang diharapkan dalam kemampuan mengenal huruf.
8) Jika penelitian dianggap cukup karena sudah mencapai target yang
diharapkan, maka refleksi terakhir dilakukan dengan membuat catatan-
catatan secara rinci. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi bagi
siapapun yang akan melaksanakan penelitian dalam kesempatan lain.
3. Siklus II :
Dalam siklus II ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan
pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum
tercapai pada siklus I. langkah pada siklus II sama urutannya dengan siklus I
yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.
4. Siklus III :
Dalam siklus III ini, peneliti akan melakukan perbaikan kegiatan
pembelajaran berdasarkan hal-hal yang ditentukan atau hal-hal yang belum
tercapai pada siklus II. Langkah pada siklus III sama urutannya dengan siklus
II yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan perenungan.
5. Kriteria Keberhasilan
Komponen-komponen yang menjadi kriteria keberhasilan dalam
penelitian ini merupakan indikator-indikator dalam kemampuan mengenal
huruf anak Taman Kanak-kanak. Sesuai karakteristik penelitian tindakan,
keberhasilan dalam penelitian ini mencakup adanya perubahan-perubahan
kearah yang lebih baik yaitu adanya perkembangan kemampuan motorik
halus melalui kegiatan merobek, mencoret dan menempel di TK Buah Hati
Kota Jambi. Data tersebut diinterpretasikan kedalam empat tingkatan, yaitu:
92
a. Kriteria berkembang sangat baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak
antara 76%-100%
b. Kriteria berkembang sesuai harapan, yaitu apabila nilai yang diperoleh
anak antara 51%- 75%
c. Kriteria mulai berkembang, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara
26%-50%
d. Kriteria belum berkembang, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara
0%-25%
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak mengalami peningkatan
perkembangan kemampuan motorik halus sebesar ≥ 76% atau dengan
kriteria berkembang sangat baik
H. Rencana dan Waktu Penelitian
1. Rencana Penelitian
Rencana penelitian di Taman Kanak Buah Hati Kota Jambi Peneliti
bermaksud meneliti tentang pengembangan motorik halus anak autis usia 5
sampai 6 tahun. Keterlibatan semua pihak yang terkait sangatlah diperlukan
dalam penelitian ini guna mendapatkan data yang mendalam, lengkap, dan
sistematis. Dalam hal ini peneliti termasuk dalam subjek penelitian.
2. Jadwal Penelitian
Studi pendahuluan dilakukan pada bulan Nopember 2018, sedangkan
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019 sampai selesai.
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Kegiatan Mencoret, Merobek dan Menempel (3M) Meningkatkan keterampilan motorik halus anak autis
Kegiatan Nopember Desember Januari Pebruari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
93
Studi
Pendahuluan
Penulisan
draf
proposal
Konsultasi
dengan Ket.
Prodi/lainnya
.
Revisi draf
proposal
Seminar
Proposal
Pengumpula
n Data
Verifikasi
dan Analisis
data
Konsultasi
Pembimbing
94
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Historis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jmbi
Taman Kanak-kanak Buah Hati dirikan Pada tahun 2004 oleh Ketua
Lembaga Pendidikan Buah Hati Bapak Mardunah, Beliau mendirikan
Taman Kanak –Kanak Buah Hati di Dorong oleh rasa kecintaan beliau
terhadap dunia pendidikan terutama Pendidikan Anak Usia Dini juga peduli
dengan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Beliau Meresmikan
Taman Kanak –Kanak Buah Hati pada Tanggal 13 Mei 2009
a. Visi, Misi dan Tujuan Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi 1) Visi Taman Kanak-kanak Buah Hati
Terwujudnya Anak Usia Dini Yang kreatif, sehat serta memiliki IMTAQ
dan IPTEK 121
2) Misi Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
a. Mendidik anak didik dengan pendekatan bermain sambil belajar
Menjadikan insan, cerdas, kretaif, terampil, disiplin dan mandiri.
b. Membiasakan anak didik hidup bersih dan rapi.
c. Mempersiapkan anak didik memasuki jenjang pendidikan dan
kehidupan lebih lanjut.
d. Bekerja dengan masyarakat/orang tua dalam layanan pendidikan bagi
anak
121
Dokumen KTSP Taman-kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
95
3) Tujuan Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
Berdasarkan visi dan misi maka tujuan pendidikan yang ingin di capai
oleh Lembaga Taman kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi adalah sebagai
berikut :
1. Membantu meningkatkan pelayanan bagi anak usia dini agar dapat
mempersiapkan diri untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.
2. Meningkatkanpartisipasi dan peran serta masyarakat dalam
pelayanan pendidikan bagi anak suai dini
2. Geografis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota jambi
Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi terletak di Jalan Amir
Hamzah Sungai Kambang Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan
Telanaipura Kota Jambi Provinsi Jambi. Lokasi Taman Kanak-kanak Buah
Hati Kota Jambi secara geografis terletak di:
a. Sebelah Timur Komplek Pertokoan (Ruko)
b. Sebelah Barat Komplek Militer Garuda Putih
c. Sebelah Selatan Perumahan Penduduk
d. Sebelah Utara Taman Budaya Jambi (GOS Sungai Kambang)
B. Profil Taman Kanak-kanak Buah Hati
1. Nama Sekolah : Taman Kanak-Kanak Buah Hati
3. Alamat : Jl. Kol. Amir Hamzah Lrg Kenanga 2 No.37 RT.05
Kelurahan Simpang IV Sipin Kecamatan Telanaipura
Kota Jambi
4. Nama Yayasan : Pendidikan Anak Usia Dini Buah Hati
96
5. NPSN : 69907249
6. NSS : -
7. Tahun Didirikan : 2004
8. Tahun Beroperasi: 2004
Izin Operasional : 420/46/KPTSP/2013
NPWP Yayasan : 66.774.074.0.331.000
Nomor Rekening : Bank 9 Jambi
3000943688
Akte Notaris : Nomor 92,-
Tanggal 22 April 2014
Firdaus Abu Bakar,S.H.M.KN
STRUKTUR ORGANISASI
Pengelola Yayasan : Mardunah,S.Pd
Kepala Sekolah : Rita Zubaidah,M.Pd.I
Bendahara : Tika Indah Permata Sari
Ketua Komite : Haryadi
Guru : - Yurmaida, S.Pd, AUD
: - Winny Dwinda Resty
STATUS SEKOLAH
Kepemilikan : Milik Sendiri
No. Sertifikat : 1029
Tgl. Sertifikat :
Luas Tanah : 742M2
97
Luas Bangunan : 60 M2
Luas Pekarangan : 300 M2
Luas Lapangan Olah Raga : 0 M2
DATA SARANA DAN ALAT BERMAIN YANG DIMILIKI
1. Data Sarana / Alat Bermain Di Dalam Kelas
NO NAMA ALAT /
SARANA
JUMLAH KONDISI
BAIK RUSAK
1. Balok 100 V
2. Jungkitan 1 V
3. Bola 100 V
4. Papan Titian 1 V
2. Data Sarana / Alat Bermain Diluar Kelas
NO NAMA ALAT /
SARANA
JUMLAH KONDISI
BAIK RUSAK
1. Ayunan 1 V
2. Perosotan 1 V
3. Out bound 1 V
98
N0 JENIS RUANGAN JUMLAH
RUANGAN
YANG
KONDISI BAIK
JUMLAH
RUANGAN
YANG KONDISI
RUSAK
KATEGORI
RUSAK
1 Ruang Kepsek 1 - -
2 Ruang TU 1 - -
3 Ruang kelas - 2 -
4 Ruang bermain 1 - -
Data Siswa TK Buah Hati
NO LK PR JUMLAH KET
1. 13 7 20
KETENAGAAN SEKOLAH
Ketenagaan Jumlah
GTY : 3 Orang
PNS : 1 Orang
a. Keadaan Guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
99
Personil guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi terdiri dari
ketua lembaga, seorang kepala sekolah, 2 orang guru dan 1 orang Tata
Usaha. Adapun nama-nama guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Nama-nama Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota
Jambi122
No Nama Keterangan
Jabatan Mengajar
1 Mardunah, S.Pd Ketua Lembaga
2 Rita Zubaidah, S.Pt. M.Pd Kepala Sekolah dan
Guru
Guru PAUD
3 Tika Indah Permata Sari Sekretaris Lembaga Guru PAUD
4 Yurmaida, S.Pd, AUD Guru Guru PAUD
5 Winny Dwinda Resty Guru Guru PAUD
Bagan 4.1: Struktur Organisasi Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
Tahun Pelajaran 2017-2018123
122
Ibid 123
Ibid
100
b. Keadaan Peserta Didik Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
Jumlah peserta didik di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
tahun pelajaran 2017-2018 adalah 20 orang yang tebagi kedalam 2
rombongan belajar, yaitu kelompok B. Sampai dengan bulan Juni 2018
keadaan anak didik di Taman Kanak-kanak Buah Hati berjumlah 20 orang,
yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.
Data anak yang menjadi sampel tindakan adalah :
Nama Lengkap : Hasna Mazaya Ismail
Nama Panggilan : Hasna
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tgl Lahir : Depok, 2 Nopember 2014
Alamat : Sipin Jambi
Nama Ayah : M. Ismail
Nama Ibu : Kartika Liesnawaty
Anak ke : 1. (pertama)
Jumlah saudara : 1
Hubungan dalam keluarga : Anak
Agama : Islam
101
Kelemahan Taman Kanak-kanak Buah Hati dari segi sarana dan
prasana antara lain:
1. Belum ada tempat cuci tangan yang permanen
2. Pasilitas bermain dalam ruangan belum lengkap
3. Belum tersedianya fasilitas kantin
4. Anak-anak perlu pengawasan khusus karena dekat dengan lalu lalang
kendaraan.124
Peluang yang dapat mendukung perkembangan Taman Kanak-kanak
Buah Hati Kota Jambi adalah sebagai berikut:
1. Kerjasama antara kelompok pertemuan orang tua dengan pihak Sekolah
Taman Kanak-kanak Buh Hati terjalin dengan baik.
2. Orang tua mendukung program dan kegiatan-kegiatan yang diadakan
oleh pihak sekolah.
3. Halaman sekolah yang cukup luas
4. Alat permainan luar cukup banyak
5. Suasana lingkungan yang strategis berada di tengah kota.125
B. Hasil Penelitian
1. Hasil Pengamatan Prasiklus
Pengamatan awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas,
dilaksanakan pada tanggal 9 November 2018 dengan melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Dari hasil
pengamatan awal peneliti menemukan beberapa permasalahan dalam
kegiatan keterampilan motorik halus. Dari hasil pengamatan, peneliti
124
Wawancara dengan Kepala Sekolah TK Buah Hati Januari 2019 125
Observasi di TK Buah Hati tanggal, 10 November 208
102
menemukan bahwa kemampuan motorik anak belum berkembang dengan
optimal. Anak masih kesulitan dalam menggerakkan jari-jarinya
Sebelum dilakukan tindakan, peneliti melakukan pengamatan untuk
mengetahui kondisi awal anak autis khusus motorik halus anak Kelompok B
di Taman Kanak-kanak Buah Hati Pengamatan awal merupakan kegiatan
pra tindakan yang dilaksanakan untuk mengetahui keadaan awal gerak
motorik halus anak. Pada penelitian pra tindakan kegiatan yang pertama
dilakukan adalah mengamati kegiatan anak pada saat bermain dan kegiatan
pembelajaran dengan melibatakan otot-otot kecil.
Hasil yang diperoleh menunjukkan kemampuan anak dalam
melakukan kegiatan yang mengguakan otot kecil dengan aturan masih belum
berkembang dengan optimal. Rata-rata kemampuan motorik halus secara
terkoordinasi anak sebelum tindakan hanya sebesar 45% pada kriteria mulai
berkembang. Keadaan seperti ini menjadi suatu landasan bagi peneliti untuk
melakukan sebuah tindakan dalam rangka mengembangkan kemampuan
melakukan kegiataan yang menggunakan otot kecil
Data tentang kemampuan gerak otot halus dalam mengembangkan
kemampuan keterampilan motorik halus anak terkait dengan a) Melakukan
kegiatan motorik halus , b) Melakukan gerakan terkoordinasi secara terkontrol
dan seimbang, c) mengikuti kegiatan mencoret, merobek dan menempel
pada kondisi awal atau prasiklus adalah sebagai berikut:
Berikut ini akan disajikan kemampuan gerak motorik halus anak dalam
kegiatan mencoret, merobek dan menempel masing-masing anak pada
kondisi prasiklus yang meliputi kemampuan melakukan mewarnai gambar,
merobek kertas warna dan menempel pola gambar
103
c) Tabel 4.9 Persentase Kemampuan motorik halus Pada Kondisi Prasiklus
No
Nama Anak
Indikator
Mencoret Merobek Menempel Rata-rata
Persentase
perorangan
1 HAS 1 1 1 41,00%
2 IL 2 1 1 45,67%
3 AF 2 2 1 50,00%
Jumlah skor 5 4 3
48,15%
Persentase
perindikator 48,61% 45,61% 41,22%
Persentase Rata-
rata Kemampuan
Motorik halus
Prasiklus
48,15%
Keterangan pengisian kolom:
Skor 1: Belum Berkembang (BB)
Skor 2 : Mulai Berkembang (MB)
Skor 3: Berkembang Sesuai Harapan (BSH)
Skor 4: Berkembang Sangat Baik (BSB)
,
Berdasarkan tabel di atas diperoleh persentase rata-rata kemampuan
motorik halus anak autis prasiklus sebesar 48,15%. Artinya bahwa
104
kemampuan motorik halus anak autis dalam kegiatan mencoret, merobek
dan menempel secara umum berada pada kategori mulai berkembang.
Pada indikator melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk
melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan persentase kemampuan
gerak lokomotor anak sebesar 48,61%. Anak masih sulit dalam
menggerakkan tangan dan kaki dalam rangka keseimbangan dan koordinasi,
melentikkan jari keatas dan kebawah dengan bergantian, menggerakkan
semua anggota tubuh sesuai irama musik, keaktifan anak saat menari. Pada
indikator menirukan gerakan tarian kreasi sebesar 47,22%. Anak masih
kesulitan dalam menirukan gerakan yang mencerminkan burung, menirukan
gerakan yang mencerminkan pohon, ekspresi saat menari.
Berdasarkan data hasil observasi maka guru harus melakukan
tindakan untuk mengembangkan kemampuan motoik halus. Upaya yang
ditempuh yaitu dengan kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Melalui
kegiatan pembelajaran mencoret, merobek dan menempel diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan motorik halus.
Adapun hasil akhir rekapitulasi kemampuan motorik halus anak autis
sebelum tindakan sebesar 48,15% berada pada kategori mulai berkembang
sehingga belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu ≥
76%. Oleh karena itu, peneliti mulai menyusun rencana tindakan untuk
mengembangankan keterampilan motorik halus melalui kegiatan mencoret,
merobek dan menempel pada anak.
2. Data Hasil Tindakan Siklus I tentang keterampilan motorik halus a. Perencanaan Siklus 1
105
Adapun perencanaan disini adalah segala cara untuk melakukan
tindakan secara detail, baik itu dari perencanaan tempat melakukan tindakan,
asesmen awal, penyusunan rencana pembelajaran proses observasi lembar
kerja anak, keterlibatan guru dan menyusun jadwal kegiatan.
1) Deskripsi Situasi
2) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di Taman Kanak-kanak
Buah Hati Kota Jambi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak
kelompok B dengan rentang usia 4-6 tahun sebanyak 3 orang. Adapun
permasalahan yang ditemukan yaitu kemampuan melakukan kegiatan
yang menggunakan otot kecil belum berkembang dengan optimal. Anak
masih kesulitan dalam melakukan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel. Selain itu media yang digunakan kurang bervariasi dan
menarik, guru hanya memberikan kegiatan dengan memberikan kertas
dan pinsil, sehingga anak kurang semangat. Oleh sebab itu,
pembelajaran kurang bervariasi dan belum maksimal, belum dapat
mempengaruhi ketertarikan anak dalam mengikuti proses kegiatan.
2) Assesmen Awal
Sebelum penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan, peneliti melakukan
observasi pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Hasil
pengamatan peneliti menemukan bahwa kemampuan kegiatan
pengembangan motorik halus masih rendah.
Permasalahan tersebut menunjukkan rendahnya kemampuan
ketermpilan motorik halus pada anak. Oleh karena itu, salah satu solusi
untuk mengatasi permasalahan di atas peneliti menerapkan kegiatan yang
menarik bagi anak dalam mengembangkan keterampilan motorik halus.
Selanjutnya peneliti mulai menyusun dan merancang pembelajaran
menggunakan kegiatan yang bervariasi dalam mengembangkan
keterampilan motorik halus pada anak.
3) Penyusunan Rencana Kegiatan
106
Sebelum melaksanakan pembelajaran, langkah atau rencana yang
dipersiapkan peneliti adalah:
a) Melakukan kombinasi dengan guru kelas.
b) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).
c) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
d) Mempersiapkan media dan sumber belajar yang dibutuhkan
e) Mempersiapkan lembar observasi untuk melihat peningkatan motorik
halus anak.
f) Mempersiapkan alat untuk mendokumentasikan kegiatan pembelajaran
seperti kamera.
g) Jadwal Kegiatan Siklus I
Setelah melakukan diskusi dengan guru kolaborator, maka disepakati
jadwal kegiatan siklus I sebagai berikut:
b. Pelaksanaan Siklus I
Siklus I terdiri dari tiga pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari
kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Sedangkan pada
kegiatan pembukaan dan penutup hampir sama pada setiap pertemuan.
Adapun tindakan siklus I yang akan diberikan pada anak usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-kanak Buah Hati adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 1
a) Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 14 Januari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Darat, spesifik mobil. Jumlah
anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan
107
diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan
pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
c) Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
2) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 2
a. Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 16 Januari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Darat, spesifik mobil. Jumlah
anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan
diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan
pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
108
b. Kegiatan inti
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
c. Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
3) Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan 3
a. Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 Januari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Darat, spesifik mobil. Jumlah
anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan
diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan
pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
b. Kegiatan inti
109
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
c. Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
c. Pengamatan (Observasi) Siklus I
4. Proses Pembelajaran Pertemuan 1, 2 dan 3
Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari kegiatan pembukaan,
kegiatan inti dan penutup. Pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I
terhadap kemampuan keterampilan motorik halus anak dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Pada awal pertemuan siklus I anak terlihat masih canggung. Hal ini
terlihat dari antusias anak dalam mengikuti kegiatan yang diajarkan. Dari
hasil pengamatan masih terlihat ada anak yang enggan untuk melakukan
kegiatan. Meskipun demikian, terdapat pula anak yang dengan semangat
mengikuti kegiatan yang diajarkan.
110
Memasuki pertemuan kedua sampai hingga pertemuan ketiga,
kegiatan mencoret, merobek dan menempel sudah meningkat ke gambar
yang lebih komplek, Anak terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam
melakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Maskipun masih ada
anak yang enggan untuk melakukan kegiatan, Setelah pelaksanaan tindakan
pada siklus I yang dilakukan selama tiga kali pertemuan, peneliti
mendapatkan hasil data kemampuan keterampilan motorik halus anak.
2) Hasil Pengamatan (Observasi ) Siklus I
Secara umum, kemampuan motorik halus anak pada siklus I mengalami
perkembangan untuk setiap pertemuan yaitu pada pertemuan 1, pertemuan
2, dan pertemuan 3. Adapun pencapaian kemampuan motorik halus pada
setiap indikator pada siklus I secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah
ini yang mencakup: a)mencoret, b) merobek, c) menempel.
Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Pada Prasiklus dan Siklus I
N
o
Indikator Kemampuan
Motorik Halus Prasiklus Siklus I
Persentase
Peningkatan
1 Mencoret 48,61% 62,5% 13.89%
2 Merobek 48,61% 66,67% 18,06%
3 Menempel 47,22% 65,28% 18,06%
Rata-rata 48,15% 64.82% 16,67%
d. Refleksi Siklus I
111
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi digunakan
sebagai pedoman peneliti dan guru untuk melakukan refleksi. Pelaksanaan
refleksi dilakukan peneliti bersama guru dengan melihat perbandingan antara
data sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada siklus
I. Berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya bahwa terlihat adanya
perkembangan kemampuan motorik halus anak dari prasiklus ke siklus I,
namun belum mencapai kriteria yang diharapkan. Untuk itu peneliti dan guru
kolabolator berusaha mencari pemecahan masalah tersebut.
Adapun beberapa permasalahan yang muncul selama proses
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
a. Pada kegiatan mencoret masih belum terarah
b. Mencoret masih berantakan
c. Pada kegiatan merobek hasil robekan belum sesuai
d. Pada kegiatan menempel belum terarah
e. Anak-anak memberi lem pada kertas masih berantakan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dinilai masih kurang
optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa permasalahan yang
muncul. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya perbaikan pada siklus II
untuk mencapai hasil yang optimal.
Beberapa hal yang perlu dilakukan pada siklus II yaitu sebagai berikut:
1) Membuat gambar yang lebih menarik sebagai pola yang akan dicoret
2) Guru mengkondisikan kelas dengan mengajak anak utuk bercerita tentang
apa yang akan dilaksanakn.
3) Anak yang semangat diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan
yang terarah, misalnya bermain dengan pengawasan dari guru.
4) Berdasarkan analisis terhadap perkembangan kemampuan keterampilan
motorik halus anak yang telah berkembang dengan baik namun belum
optimal. Upaya yang ditempuh antara lain:
112
(b) Untuk anak yang kemampuan motorik halusnya telah berkembang
sangat baik, guru berupaya merangsang minat anak untuk lebih aktif
sehingga dapat memotivasi teman-teman lainnya.
(c) Untuk anak yang kemampuan gerak lokomotor berkembang sesuai
dengan harapan, guru lebih memberikan motivasi kepada anak untuk
menarik minatnya dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus I
terlihat adanya perkembangan kemampuan keterampilan motorik halus pada
anak, akan tetapi hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan
yang ditentukan. Upaya-upaya perbaikan diperlukan agar terjadi
perkembangan kemampuan gerak lokomotor kearah yang diharapkan. Oleh
karena itu penelitian ini dilanjutkan pada Siklus II agar mencapai hasil yang
diharapkan.
3. Data Hasil Tindakan Siklus II tentang kemempuan keterampilan motorik halus Pada Anak
a. Perencanaan Siklus II
Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I. Seperti pada siklus I,
siklus II juga dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, serta refleksi.
Berdasarkan hasil yang didapat dari observasi dan refleksi siklus I maka
peneliti dan guru berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang akan
dilakukan pada siklus II. Hal ini bertujuan agar masalah yang dihadapi pada
siklus I dapat teratasi sehingga hasil yang dicapai optimal sesuai indikator
keberhasilan yang sudah ditentukan. Rencana tindakan yang dilakukan pada
siklus II yaitu.
113
Jadwal Kegiatan Siklus II. Setelah melakukan diskusi dengan guru
kolaborator, maka disepakati jadwal sebagai berikut: Pada siklus II dilakukan
selama 3 pertemuan juga yaitu dilaksanakan pada tanggal 4, 6, 8 Februari
2019. Berikut merupakan penjabaran dari pelaksanaan penelitian tindakan
kelas pada anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Buah Hati Kota
Jambi.
b. Pelaksanaan Siklus II
Siklus II terdiri dari tiga pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari
kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Sedangkan pada
kegiatan pembukaan dan penutup hampir sama pada setiap pertemuan.
Adapun tindakan siklus I yang akan diberikan pada anak usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-kanak Buah Hati adalah sebagai berikut:
4) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 1
a) Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 4 Februari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik Kapal laut.
Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak.
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati
kegiatan diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan
kegiatan pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
b) Kegiatan inti
114
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
c) Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
5) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 2
d. Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 6 Februari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah
anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan
diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan
pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
e. Kegiatan inti
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
115
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
f. Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
6) Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan 3
d. Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 Januari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah
anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus l sebanyak anak. Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan
diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan
pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
e. Kegiatan inti
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
116
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
f. Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
b) Pengamatan (Observasi) Siklus II
5. Proses Pembelajaran Pertemuan 1, 2 dan 3
Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari kegiatan pembukaan,
kegiatan inti dan penutup. Pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I
terhadap kemampuan keterampilan motorik halus anak dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Pada awal pertemuan siklus I anak terlihat masih canggung. Hal ini
terlihat dari antusias anak dalam mengikuti kegiatan yang diajarkan. Dari
hasil pengamatan masih terlihat ada anak yang enggan untuk melakukan
kegiatan. Meskipun demikian, terdapat pula anak yang dengan semangat
mengikuti kegiatan yang diajarkan.
Memasuki pertemuan kedua sampai hingga pertemuan ketiga,
kegiatan mencoret, merobek dan menempel sudah meningkat ke gambar
yang lebih komplek, Anak terlihat lebih antusias dan bersemangat dalam
melakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Maskipun masih ada
117
anak yang enggan untuk melakukan kegiatan, Setelah pelaksanaan tindakan
pada siklus I yang dilakukan selama tiga kali pertemuan, peneliti
mendapatkan hasil data kemampuan keterampilan motorik halus anak.
3) Hasil Pengamatan (Observasi ) Siklus II
Secara umum, kemampuan motorik halus anak pada siklus I mengalami
perkembangan untuk setiap pertemuan yaitu pada pertemuan 1, pertemuan
2, dan pertemuan 3. Adapun pencapaian kemampuan motorik halus pada
setiap indikator pada siklus I secara umum dapat dilihat pada tabel di bawah
ini yang mencakup: a)mencoret, b) merobek, c) menempel.
Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Pada Siklus II
No
Indikator
Kemampuan Motorik
Halus
Prasikl
us
Siklus
I
Siklus
II
Peningkatan
Persentase
1 Mencoret 48,61% 62,5% 73,61% 25%
2 Merobek 48,61% 66,67% 73,61% 25%
3 Menempel 47,22% 65,28% 75% 28%
Rata-rata pencapaian
kemampuan anak 48.15% 64.81% 74,07% 26%
Dari tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa rata-rata persentase
peningkatan kemampuan keterampilan motorik halus anak dari kondisi
awal/prasiklus ke siklus II adalah sebesar 26% dan rata-rata perkembangan
118
kemampuan keterampilan motorik halus telah meningkat menjadi 74,07%.
Hal ini berarti terlihat adanya perkembangan kemampuan motorik halus
dalam malakukan kegiatan mencoret, merobek dan menempel.
Pada indikator melukan kegiatan keterampilan motorik halus pada
kegiatan mencoret, merobek dan menempel, kemampuan anak meningkat
dari kondisi prasiklus yaitu 48,61% meningkat menjadi 62,5% pada siklus I
dan terus berkembang pada siklus II menjadi 73,61%. Pada indikator
melakukan coretan dan robekan serta penempelan dari 48,61% menjadi
66,67% dan 73,61% pada siklus II.
b. Refleksi Siklus II
Data yang diperoleh melalui pengamatan atau observasi digunakan
sebagai pedoman peneliti dan guru untuk melakukan refleksi. Pelaksanaan
refleksi dilakukan peneliti bersama guru dengan melihat perbandingan antara
data sebelum dilakukan tindakan dan sesudah dilakukan tindakan pada siklus
I. Berdasarkan data yang telah disajikan sebelumnya bahwa terlihat adanya
perkembangan kemampuan motorik halus anak dari prasiklus ke siklus II,
namun belum mencapai kriteria yang diharapkan. Untuk itu peneliti dan guru
kolabolator berusaha mencari pemecahan masalah tersebut.
Adapun beberapa permasalahan yang muncul selama proses
pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut:
a. Pada kegiatan mencoret masih belum terarah
b. Mencoret masih berantakan
c. Pada kegiatan merobek hasil robekan belum sesuai
d. Pada kegiatan menempel belum terarah
e. Anak-anak memberi lem pada kertas masih berantakan
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus II dinilai masih kurang
optimal. Hal ini ditunjukkan dengan adanya beberapa permasalahan yang
119
muncul. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya perbaikan pada siklus III
untuk mencapai hasil yang optimal.
4. Data Hasil Tindakan Siklus III
tentang Kemampuan keterampilan motorik halus
a. Perencanaan Siklus III
Siklus III merupakan tindak lanjut dari siklus II. Seperti pada siklus II,
siklus III juga dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian, yaitu
perencanaan, pelaksanaan observasi dan tindakan, dan refleksi.
Berdasarkan hasil yang didapat dari observasi dan refleksi siklus II maka
peneliti dan guru berdiskusi untuk merencanakan tindakan yang akan
dilakukan pada siklus III. Hal ini bertujuan agar masalah yang dihadapi pada
siklus II dapat teratasi sehingga hasil yang dicapai optimal sesuai indikator
keberhasilan yang sudah ditentukan. Rencana tindakan yang dilakukan pada
siklus III yaitu.
Jadwal Kegiatan Siklus III. Setelah melakukan diskusi dengan guru
kolaborator, maka disepakati jadwal sebagai berikut: Pada siklus III dilakukan
selama 3 pertemuan juga yaitu dilaksanakan pada tanggal 18, 20, 22
Februari 2019. Berikut merupakan penjabaran dari pelaksanaan penelitian
tindakan kelas pada anak usia 4-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Buah Hati
Kota Jambi.
b. Pelaksanaan Siklus III
Siklus III terdiri dari tiga pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari
kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dilaksanakan pada saat kegiatan inti. Sedangkan pada
kegiatan pembukaan dan penutup hampir sama pada setiap pertemuan.
120
Adapun tindakan siklus III yang akan diberikan pada anak usia 4-6 tahun di
Taman Kanak-kanak Buah Hati adalah sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan 1
a) Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 18 Februari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik Kapal laut.
Jumlah anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus IIl sebanyak anak.
Sebelum memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati
kegiatan diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan
kegiatan pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
c) Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
121
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
c. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan 2
a. Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 20 Februari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah
anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus IIl sebanyak anak. Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan
diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan
pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
b. Kegiatan inti
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
c. Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
122
d. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pertemuan 3
a. Pembukaan
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum‟at, 22 Februari 2019
dengan tema Kendaraan, sub tema Kendaraan Laut, spesifik perahu. Jumlah
anak yang mengikuti pembelajaran pada siklus lII sebanyak anak. Sebelum
memulai kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Buah Hati kegiatan
diawali dengan baris berbaris di lapangan. Dilanjutkan dengan kegiatan
pijakan awal. Setelah itu, anak masuk kelas secara teratur.
b. Kegiatan inti
Kegiatan inti hari pertama sebelum melaksanakan kegiatan guru
mengatur anak duduk di atas karpet dengan posisi membuat lingkaran.
Setelah itu berdoa sebelum kegiatan, menanyakan kabar hari ini, dan
memperkenalkan tema yang akan dibahas dengan menggunakan gambar
dan Menyebutkan nama kendaraan dengan nyanyian dan menirukan suara
kendaraan yang disebut. Sebelum proses kegiatan bermain berlangsung,
peneliti memberikan pemanasan mengajak anak untuk bermain sebebas –
bebasnya. Peneliti harus mempersiapkan diri dan menguasai selama
berlangsungnya kegiatan. Media yang digunakan adalah gambar dan kertas
warna serta krayon. Peneliti melaksanakan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak
dengan gambar sederhana.
c. Penutup
Pada kegiatan penutup guru mengadakan evaluasi seputar kegiatan
yang dilakukan anak, guru menanyakan kepada anak apakah anak mau
mengulang kegiatan pada hari berikutnya. Setelah itu anak diajak untuk
bernyanyi kemudian diakhiri dengan doa setelah kegiatan dan salam.
E. Pengamatan (Observasi) Siklus III
123
Pengamatan atau observasi dilaksanakan oleh peneliti beserta guru
selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan pada siklus III mengenai
kemampuan menari anak dapat dijelaskan sebagai berikut.
a) Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dalam satu hari terdiri dari kegiatan pembukaan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pengamatan yang dilakukan peneliti
pada siklus III terhadap kemampuan keterampilan motorik halus anak dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Pada indikator melakukan coretantidak mengalami kesulitan. Rata-
rata anak sudah bisa melakukan, merobek. Pada pertemuan pertama
kemampuan anak mencapai 13,89% mengalami peningkatan pada
pertemuan kedua yaitu 25% dan terus meningkat pada pertemuan ketiga
mencapai 43,05%. Pada pertemuan pertama sebagian anak sudah mampu
melakukannya walaupun belum sempurna. Pada pertemuan kedua hampir
semua anak sudah mampu melukan erobekan dan penempelan
Pada indikator mencoret, merobek dan menempel. Pada pertemuan
pertama kemampuan anak mencapai 18,05%, meningkat pada siklus ke II
mencapai 25,1% dan terus meningkat pada pertemuan ketiga mencapai
43,05%. Pada pertemuan pertama rata-rata anak telah mampu
melakukannya.
b) Hasil Pengamatan atau Observasi Siklus III
Secara umum, kemampuan mengenal huruf anak pada siklus III
mengalami perkembangan untuk setiap pertemuan yaitu pada pertemuan 1,
pertemuan 2, dan pertemuan 3.
Adapun kemampuan keterampilan motorik halus anak pada setiap
indikator dapat dilihat pada tabel di bawah ini yang mencakup: a) mencoret,
b) merobek, c) menempel.
a) Refleksi Siklus III
124
Pelaksanaan tindakan pada siklus III telah melalui proses perbaikan-
perbaikan berdasarkaan hasil observasi pelaksanaan tindakan pada siklus II.
Perbaikan berupa penyajian menari dengan permainan dan pemberian
reward berupa pin bintang, dengan penuh semangat, ceria, serta guru lebih
memberikan motivasi dan bimbingan kepada anak yang mengalami kesulitan.
Selain itu Penggunaan reward berupa pin bintang akan membuat anak
bersemangat dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel yang
diberikan oleh guru sehingga meningkatkan minat dan motivasinya dalam
pembelajaran.
Kegiatan mencoret, merobek dan menempel dapat dilakukan dengan
kegiatan yang menarik akan meningkatkan partisipasi anak secara aktif
dalam pembelajaran. Melalui Pada Siklus III diperoleh persentase
kemampuan motorik halus anak sebesar 92,13%, artinya bahwa kemampuan
motorik halus anak telah berada pada kriteria berkembang dengan sangat
baik. Rata-rata anak telah mampu melakukan berbagai kegiatan mencoret,
merobek dan menempel. Dengan Demikian kemampuan keterampilana
motorik halus anak telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan,
yaitu sebesar ≥76%, sehingga penelitian dihentikan.
F. Analisis Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan tentang kegiatan
mencoret, merobek dan menempel di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota
Jambi pada kelompok B Tahun Pelajaran 2018/2019 dilakukan sampai siklus
3.
Pembelajaran mengembangkan kemampuan motorik halus dalam
kegiatan mencoret, merobek dan menempel berdampak sangat baik bagi
anak autis, hal itu terlihat dari skor yang diperoleh anak. Tabel di bawah ini
menunjukkan bahwa pengembenangan keterampilan motorik halus anak
autis di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi mengalami peningkatan.
125
Tabel 4.28. Data Hasil Pengamatan Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis di Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi Sebelum dan Sesudah diberi Tindakan
Tindakan Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III
Persentase
Kemampuan
motorik
halus
48,15%
64,81%
74,07%
92,13%
Kemampuan Motorik halus anak pada kondisi awal belum berkembang
secara maksimal, hal ini terlihat dari perolehan persentase kemampuan
motorik halus pada prasiklus yaitu 48,15%. Setelah dilakukan tindakan,
persentase kemampuan motorik halus anak meningkat menjadi 64,9% pada
siklus I.
Pada siklus I masih terdapat anak yang belum memperlihatkan
peningkatan dalam kemampuan motorik halus. Oleh sebab itu peneliti dan
guru kolaborator membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada
siklus II untuk meningkatkan minat dan partisipasi anak agar lebih aktif dalam
kegiatan perkembangan motorik halus melalui kegiatan mencoret, merobek
dan menempel.
Pada kegiatan pembelajaran pada Siklus II menunjukkan keadaan
yang lebih bagus. Anak-anak terlihat lebih aktif pada saat mengikuti
rangkaian kegiatan mencoret, merobek dan menempel. Hasil pengamatan
pada Siklus II menunjukkan adanya perkembangan kemampuan motorik
halus anak yang tinggi jika dibandingkan dengan kondisi awal anak sebelum
tindakan maupun sesudah pelaksanaan siklus I walaupun belum mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan. Hasil yang diperoleh yaitu terjadi
126
peningkatan dalam kemampuan keterampilan motorik halus anak menjadi
64,9% pada siklus II. Anak yang sebelumnya tidak mau melakukan telah
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan tersebut
Tindakan dilanjutkan sampai pada siklus III. Pada Siklus III diperoleh
rata-rata kemampuan motorik halus pada anak sebesar 92,13%, sehingga
sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 76%.
Oleh karena itu peneliti dan guru kolaborator mengambil keputusan bahwa
penelitian dianggap sudah cukup dan dihentikan pada Siklus III. Penelitian ini
telah membuktikan bahwa melalui kegiatan mencoret, merobek dan
menempel dapat mengembangkan kemampuan keterampilan motorik halus
pada anak autis Kelas B Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi.
Data di atas menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak
berkembang dengan sangat baik apabila dilakukan dengan cara dan strategi
yang baik pula. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan
peneliti dengan guru kolaborasi yang ada di kelas tindakan. Hasilnya
menunjukkan bahwa ada peningkatan yang positif dari tindakan yang
dilakukan pada siklus I, siklus II dan siklus III.
Berdasarkan analisis terhadap kemampuan motorik halus anak pada
kondisi prasiklus, kemampuan motorik halus anak pada kondisi awal belum
berkembang secara maksimal salah satunya disebabkan cara pengajaran
yang kurang menarik, padahal media dalam proses pembelajaran dapat
mempertinggi proses belajar siswa yang pada gilirannya dapat mempertinggi
hasil belajar yang dicapainya.
Hasil pengamatan pada Siklus I dan Siklus II menunjukkan adanya
perkembangan persentase kemampuan motorik halus walaupun belum
mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Rata-rata anak berada
pada tahap mulai berkembang.
Menurut peneliti, hal ini disebabkan karena anak sedang melalui
proses penyesuaian, dengan orang baru (peneliti) serta karena kegiatan yang
127
sebelumnya jarang dilakukan juga menjadi salah satu faktor penyebab belum
tercapainya indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil observasi peneliti pada pelaksanaan tindakan Siklus I dan
II maka dilakukan perbaikan-perbaikan agar pada pelaksanaan tindakan
Siklus III dapat mencapai hasil yang optimal.
Perbaikan pada Siklus III meliputi pemberian reward berupa pin
bintang untuk memotivasi anak, menari melalui permainan membuat
peraturan kelas bersama anak, serta mengadakan pendekatan bagi anak
yang belum bisa dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel.
Kegiatan pembelajaran pada Siklus III menunjukkan keadaan yang lebih
kondusif. Anak-anak terlihat lebih aktif dan semangat dengan gambar-
gambar yang baru diberikan.
Hasil pengamatan pada Siklus III menunjukkan adanya perkembangan
kemampuan motorik halus yang signifikan jika dibandingkan dengan kondisi
awal anak sebelum tindakan maupun sesudah pelaksanaan Siklus I dan
Siklus II. Pada Siklus III untuk indikator melakukan kegiatn motorik halus,
juga telah mencapai kriteria berkembang sangat baik sehingga sudah
mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan yaitu ≥ 76%.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian
tindakan kelas tentang kegiatan mencoret, merobek dan menempel dalam
mengembangkan keterampilan motorik halus di Taman Kanak-kanak Buah
hati Kota Jambi tahun pelajaran 2018/2019 adalah sebagai berikut:
Pertama, perkembangan kemampuan motorik halus anak sebelum
diberi tindakan belum berkembang dengan optimal, hal ini terlihat dari masih
ada anak yang belum mampu dalam melakukan kegiatan mencoret, merobek
dan menempel secara terkoordinasi , oleh guru tanpa ada proses timbal balik
sehingga metode ini justru terfokus pada guru. Oleh karena itu, Metode di TK
seharusnya berpusat pada anak sehingga kegiatan mencoret, merobek dan
128
menempel menyenangkan bagi anak, hal ini terlihat dari perolehan skor
48,15%.
Kedua, setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dari siklus I sampai
siklus III maka dapat dilihat perkembangan dalam kemampuan motorik halus
pada anak di Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi. Hal ini terlihat dari
hasil siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami peningkatan. Adapun skor
yang diperoleh anak pada siklus I adalah 64,9%. Pada Siklus II skor yang
diperoleh anak adalah 74,07%. Pada siklus III skor yang diperoleh anak
adalah 92, 12%.
Ketiga, melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel, pada
anak terlibat secara langsung dan berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
tersebut. Dengan demikian melalui kegiatan mencoret, merobek dan
menempel dapat mengembangkan kemampuan keterampilan motorik halus
pada anak. karena memilki beberapa keunggulan antara lain menarik minat
anak, anak lebih kreatif, dan sudah banyak anak yang terampil
menggerakkan jari-jari tangannya untuk persiapan menulis pada jenjang
pendidikan lebih lanjut. Dalam kegiatan share reading antara guru dan murid
serta dapat menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak membebani
anak dalam melakukan kegiatan. Oleh karena itu dengan bermaian
merupakan salah satu media yang tepat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan motorik halus di Taman Kanak-kanak.
129
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui kegiatan
mencoret, merobek dan menempel dapat meningkatkan keterampilan motorik
halus anak autis usia 4 – 6 tahun Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi.
Berdasarkan dari setiap indikator kemampuan motorik halus anak pada
setiap siklus mengalami peningkatan.
Peningkatan perolehan skor yang didapatkan anak semakin meningkat
pada setiap siklusnya. Peningkatan ini menunjukkan hasil yang baik. hasil ini
menunjukkan melalui kegiatan yang meneyenangkan dan tanpa paksaan
pada anak akan membuat anak tertarik pada kegiatan pembelajaran tersebut
dan berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Pada awal penelitian melakukan kegiatan mencoret, merobek dan
menempel anak sudah langsung tertarik dalam mengikuti kegiatan yang
dicontohkan oleh guru, walaupun masih kelihatan ragu-ragu dalam
memulai kegiatan. Hal tersebut terjadi karena belum dilakukan
sebelumnya.
2. Pada saat pelaksanaan kegiatan berikutnya mencoret, merobek dan
menempel dengan menggunakan media kertas berkembang dengan
sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya kemampuan
anak dalam keterampilan motorik halus dari kondisi pra siklus, siklus I,
siklus II dan siklus III. Pada kondisi awal/prasiklus perubahan positif sudah
mulai terligat, hal ini terlihat dari antusias anak anak. terlihat dari skor
yang diperoleh anak yaitu 48,15%. Setelah dilakukan penelitian tindakan
kelas dari siklus I sampai siklus III maka dapat dilihat perkembangan
kemampuan motorik halus pada anak berkembang dengan sangat baik.
130
Hal ini terlihat dari hasil siklus I, siklus II, dan siklus III mengalami
peningkatan. Adapun skor yang diperoleh anak pada siklus I adalah
64,9%. Pada siklus 2 skor yang diperoleh anak adalah 74,07%. Pada
siklus III skor yang diperoleh anak adalah 92,13 dengan persentase
peningkatan dari sebelum tindakan sebesar 43,58%
3. Kegiatan mencoret, merobek dan menempel dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus anak autis di Taman Kanak-kanak Buah hati
Kota Jambi. Adapun cara mengembangkan keterampilan motorik halus
anak autis melalui pembelajaran yang dilakukan dengan kegiatan-
kegiatan yang menyenangkan disertai dengan media pembelajaran yang
menarik sehingga anak antusias dalam kegiatan tersebut. sehingga akan
menarik minat anak terhadap kegiatan tersebut.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan menunjukkan
bahwa kegiatan mencoret, merobek dan menempel dapat mengembangkan
keterampilan motorik halus anak usia dini. Dengan kegiatan belajar sambil
bermain dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak,
anak dapat mengungkapkan ide-ide dan pendapatnya mengenai kegiatan
tersebut yang dipelajarinya sehingga anak lebih aktif dalam pembelajaran.
Rencana tindak lanjut setelah penelitian ini adalah guru dapat menggunakan
dalam pembelajaran untuk anak usia dini pada jenjang Taman Kanak-Kanak
yang telah terbukti dapat mengembangkan keterampilan motorik halus anak
dan menjadikan anak lebih aktif dalam pembelajaran yang sesuai dengan
tahap perkembangannya.
C. Rekomendasi
Dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) ini bahwa keterampilan
motorik halus anak autis dapat berkembang dengan kegiatan mencoret,
131
merobek dan menempel di Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi. Ada
beberapa hal yang menjadi rekomendasi penulis dalam upaya
pengembangan keterampilan motorik halus pada anak autis antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi guru, dalam merencanakan kegiatan yang berhubungan dengan
motorik halus, hendaknya dibuat kegiatan yang menarik perhatian anak
sehingga anak antusias mengikuti kegiatan dan diharapkan guru agar
dapat mengembangkan metode dan strategi yang bervariasi dalam
meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
2. Bagi kepala sekolah Taman kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi,
diharapkan kepala sekolah dapat memberikan fasilitas dan mendukung
anak dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan
motorik halus anak autis yang dapat mengembangkan semua aspek
perkembangan anak usia dini, dalam rangka meningkatkan kualitas
proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
3. Bagi mahasiswa PAUDI, dapat menjadi referensi dan menambah
wawasan bahwa dalam mengembangkan keterampilan motorik halus
anak autis dapat dilakukan dengan cara yang menarik, salah satunya
melalui kegiatan mencoret, merobek dan menempel juga kegiatan yang
menggunakan otot halus yang menyenangkan.
4. Bagi orang tua, sebaiknya mendorong anak dalam kegiatan apapun yang
membantu pihak sekolah terhadap kemampuan motorik halus khususnya
anak autis, karena didalam kegiatan tersebut terdapat banyak aspek yang
bisa berperan aktif dalam mengembangkan anak-anak kita secara tepat
dan maksimal, untuk persiapan ke jenjang sekolh yang lebih tinggi.
5. Bagi para peneliti selanjutnya, Disarankan bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian yang sama untuk melakukan penelitian ini dengan
subjek dan sekolah yang berbeda. Agar diperoleh hasil penelitian yang
132
lebih luas dan bermanfaat sebagai bahan informasi bagi dunia
pendidikan.
D. Penutup
Pendidikan anak usia dini khususnya bagi anak berkebutuhan khusus
(ABK) memiliki peranan yang sangat penting dan menjadi dasar bagi
perkembangan anak selanjutnya. Pendidikan anak usia dini pada hakikatnya
diarahkan pada pengembangan seluruh aspek perkembangan anak salah
satunya adalah aspek perkembangan motorik, karena dengan
berkembangnya keterampilan motorik halus anak usia dini khususnya anak
autis. Perkembangan motorik pada masa usia dini berkembang sangat pesat
sehingga perlu diberikan stimulasi yang optimal karena motorik halus
merupakan salah satu aspek perkembangan terpenting bagi anak untuk
kelangsungan hidupnya. Untuk menstimulasi anak agar memiliki
perkembangan motorik yang baik, maka perlu disediakan berbagai kegiatan
yang menstimulasi perkembangan motorik anak agar kemampuan motorik
anak berkembang dengan optimal. Kemampuan motorik pada dasarnya
mencakup bermain, dengan gerak dilaksanakan dengan batas-batas
pengembangan pra skolastik dan pra akademik.
Dalam kegiatan mencoret, merobek dan menempel pada anak perlu
dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan disertai dengan media
pembelajaran yang menarik. Salah satu media yang digunakan untuk
mengembangkan kemampuan motorik halus pada anak adalah melalui
kegiatan bermain. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian tindakan
kelas untuk melihat perkembangan motorik halus anak dengan menggunakan
permainan.
Penelitian tindakan kelas ini peneliti lakukan sebanyak 3 siklus yang
terdiri dari 3 kali pertemuan pada masing-masing siklus Penelitian ini peneliti
133
lakukan dengan berkolaborasi bersama guru kelas. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan motorik halus pada anak
dapat ditingkatkan dengan penggunaan permainan yang menggunakan otot
kecil.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran, guru
hendaknya menggunakan cara yang bervariasi, melalui permainan dapat
menjadi solusi sebagai media pembelajaran yang dapat menarik minat anak
serta dapat melibatkan anak secara aktif dalam mengembangkan
kemampuan gerak lokomotor pada anak. diharapkan pada peneliti
selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini pada aspek perkembangan
lainnya.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusuan tesis ini baik
dalam kata-kata ataupun kalimat yang tidak sesuai serta penulisannya masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Harapan penulis
semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan mampu
memberikan masukan bagi pembaca dalam pengembangan seni tari dalam
pembelajaran di Taman Kanak-kanak serta membantu peneliti lain dalam
mendapatkan informasi yang berhubungan dengan tesis ini.
Jambi, April 2019
Penulis
SUJANA
MPU. 16.2.2591
134
DAFTAR PUSTAKA
Agustyawati dan Solicha. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009
Aisyah, Siti dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Terbuka Amirul Hadi dan Haryono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:
Pustaka Setia. 2008
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. (2015). Media Pembelajaran.rev.ed.2015. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Azwandi, Yosfan.(2005). Mengenal Dan Membantu Penyandang Autisme. Jakarta: Depdiknas. Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rinika Cipta.
2008 Cep Unang dan Tini Sumartini, Modul Pembelajaran Taman Kanak-Kanak
Bandung: PPPPTK Dan PLB, 201 6. Danuatmaja, Bonny. 2005. Terapi Anak Autis di Rumah. Bandung: Alfabeta. Ginanjar, Mugi Akbar, Sutarno, Heri, dan Rohendi, Daryanto, Media Pembelajaran, Yogyakarta, Gava Media 2013 Dr. Patmonodewo Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. ( Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2000)
Forum Penelitian dan Pengkajian Pendidikan Pesantren. Pelajaran Hadits Yogyakarta : 2015
135
Hendra Sofyan. Perkembangan anak Usia dini dan Cara Praktis Peningkatannya, Jakarta CV Indomedika 2014 Hamzah B Uno dkk. Menjadi PTK yang Profesional Jakarta Bumi Aksara, 2014 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta PT Bumi aksara 2009 Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Rakhmat, Cece.(1999). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas. H E Mulyasa, Manajemen Pendidkan anak Usia dini, Bandung: Remaja Rosda Karya. 2012. Hurlock, B Elizabeth. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 2000 Hembing Wijayakusuma, Psikoterapi Anak Autisme (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2004) Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung
Persada Pres. 2008 Joko Yuwono, M.Pd. Memahami Anak Autis (Kajian Teoritik dan Empiri) Bandung : Penerbit Alfabeta. 2009 Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1 Lolita Indraswari.
email : [email protected]
Kementerian Pendidikan Nasional, Kurikulum Taman Kanak-Kanak, Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Kementerian Pendidikan Nasional), 2012 Kusnandar, S.Pd. M.Si. Langkah Muda Penelitian Tindakan kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafindo 2011 Luluk Asnawati. Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja Rodakarya 2014
136
Martinis Yamin dan Maisah. Manajemen pmbelajaran Kelas, Strategi
Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, 2009
Martinis Yamin dan Sanan Jamilah Sabri. Panduan PAUD. Ciputat Referensi. Jambi 2012 Muhammad fadhillah. Desain Pembelajaran Penidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Ar-Ruzz 2012 Mukhtar Latief, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usi Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2013 Mukhtar Latief dkk, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Profosal. Tesis dan
Disertasi. Jakarta: Gaung Persada Press. 2013 Mursid. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2015 Moeslichatoen. Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta. 2004
Prof.Dr.Santoso Soegeng,M.Pd. dkk, Dasar-dasar Pendidikan Tk. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2012)
Saputra, Yudha M & Rudyanto. (2005). Pembelajaran Kooperatif untuk
Meningkatkan Keterampilan Anak TK. Jakarta: Depdiknas.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatifdan R&D), Bandung: Alfabeta, 2015
Sumantri, M.S.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak
Usia Dini. Jakarta: Depdiknas. Suryadi dkk. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dinit Bandung: Remaja
Rosda Karya Offset. 2013 Samsudin. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Prenada
Media Group. 2008.
Santrock W, Jhon. Education Psycology. Newyork: McGraw-Hill. 2014
137
Silalahi, Ulbar. Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung : Refika Aditama. 2015
Sit, Masganti Sit. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Jilid I. Medan : Perdana Publishing. 2015
Roni Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis (Jakarta: Buana Printing, 2007),
Syamsidah. Kiat Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru
Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta : Deepublish. 2016
Susanto, Ahmad. Bimbingan Dan Konseling Di Taman Kanak-Kanak,. Jakarta : Prenada Media. 2015
Widarmi D Wijana, dkk. Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Tanggerang Selatan ; Universitas Terbuka. 2012.
Wihardit, Kuswaya. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka. 2011
Winataputra, Udin.S. Materi Pokok Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. 2009
QS. Al – Anfal Ayat : 27 QS. An - Nahl Ayat : 78 Rarasati Desya: “ Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Autis Melalui Media Kreasi Kirigami Di Sekolah Autis Dian Amanah Yogyakarta “ Erni Rizky Lilasari “Peningkatan kemampuan motorik halus melalui kegiatan
Meronce Berpola pada anak Kelompok B TK PGRI 2 Poncokusumo Kabupaten Malang.
Dian Andani Hania “ Penggunaan Puzzle 3D sebagai Media Terapi Motorik
Halus Anak autis di pusat terapi Talenta Semarang
138
Lampiran 1
PROGRAM TAHUNAN (PROTA) KURIKULUM 2013
PEMETAAN KOMPETENSI DASAR ( KD ) KE DALAM 6 BIDANG PENGEMBANGAN
MELALUI MUATAN MATERI PEMBELAJARAN
TK BUAH HATI KOTA JAMBI
BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT
PENGEMBNGN I II
1. 1.1. Mempercayai adanya 1.1.1. Manusia ciptaan Tuhan √
Nilai-nilai Tuhan melalui 1.1.2. Binatang Ciptaan Tuhan √ √
Agama dan Ciptaannya 1.1.3. Tubuhan Ciptaan Tuhan √
Moral (NAM) 1.1.4. Benda-benda di langit dan di bumi ciptaan Tuhan √
1.2. Menghargai diri sendiri 1.2.1. Menjaga Kesehatan Badan √
orang lain dan lingkung- 1.2.2. Menjaga Kebersihan Badan dan lingkungan √
an sekitar sebagai tanda 1.2.3. Berbuat baik antar sesama √
syukur kepada Tuhan 1.2.4. Melakukan Ibadah sesuai aturn dan keyakinan √ √
3.1. Mengenal kegiatan 3.1.1. Mengetahui ibadah yang dilakukan saat memulai √ √
Ibadah sehari-hari Pekerjaan
4.1.1. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatn √ √
4.1. Melakukan kegiatan 3.1.2. Mengenal Agama dan tempat ibadahnya √ √
Ibadah sehari-hari 4.1.2. Menyebutkan macam-macam agama dan tempat √ √
dengan tuntunan ibadahnya yang ada di indonesia
orang dewasa 3.1.3. Mengenal Kitab suci Agama √ √
4.1.3. Menyebutkan kitab suci yang dianut √ √
3.1.4. Mengetahui hari-hari besar agama √
4.1.4. Menyebutkan nama-nama hari besar agama √
3.1.5. Mengetahui lagu-lagu yang bernafaskan agama √ √
4.1.5. Menyanyikan lagu-lagu yang bernafaskan agama √ √
3.2. Mengenal Perilaku baik 3.2.1. Mengenal sifat-sifat terpuji √ √
sebagai cerminan 4.2.1. Menyebutkan macam-macam sifat terpuji √ √
akhlak mulia 3.2.2. Mengetahui cara berbuat baik terhadap √ √
4.2. Menunjukkan perilaku sesama teman dan makhluk Tuhan
santun sebagai cermi- 4.2.2. Melakukan perbuatan yang baik pada sesama √ √
an akhlak mulia teman dan makhluk Tuhan
II. 2.5. Memiliki perilaku yang 2.5.1. Berani tampil ke depan √ √
Sikap Sosial, mencerminkan sikap 2.5.2. Bangga pada karya sendiri √
139
Emosional dan percaya diri.
Kemandirian 2.6. Memiliki perilaku yang 2.6.1. Berhenti bermain pada waktunya √ √
mencerminkan sikap 2.6.2. Kesekolah tepat waktu √ √
taat terhadap aturan 2.6.3. Mentaati peraturan sekolah dan saat bermain √ √
sehari-hari untuk
melatih kedisiplinan
2.7. Memiliki perilaku yang 2.7.1. Antri dan sabar menunggu giliran √ √
mencerminkan sikap 2.7.2. Sabar mendengarkan guru, orangtua dan √ √
sikap sabar. teman waktu berbicara dan bercerita
(mau menunggu giliran,
mau mendengar orang
lain berbicara ) untuk
melatih kedisiplinan).
2.8. Memiliki perilaku yang 2.8.1. Menyelesaikan tugas sendiri sampai selesai √
mencerminkan 2.8.2. Membereskan peralatan sendiri √ √
Kemandirian 2.8.3. Mengurus diri sendiri tampa bantuan orang lain √
2.9.Memiliki perilaku yang 2.9.1. Mau saling tolong menolong pada sesama √ √
mencerminkan sikap pe- 2.9.2. Mau Berbagi dengan teman dan orang lain √ √
duli dan mau membantu
jika diminta bantuannya.
BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT
PENGEMBANGAN I II
2. 2.10. Memiliki perilaku yang 2.10.1. Mengerjakan tugas berkelompok dengan benar √
Sikap Sosial, mencerminkan sikap 2.10.2. Membantu teman yang sedang kesulitan √ √
Emosional dan kerjasama.
Kemandirian. 2.11. Memiliki perilaku yang 2.11.1. Mau bermain bersama dengan teman √
dapat menyesuaikan 2.11.2. Bekerja sama dengan teman √
diri.
2.12. Memiliki perilaku yang 2.12.1. Bertanggungjawab atas pekerjaan sendiri √
mencerminkan sikap 2.12.2. Mau mengakui kesalahan yang dilakukan √
Jujur
2.13. Memiliki perilaku yang 2.13.1. Memberi dan membalas salam bila bertemu √
140
mencerminkan sikap dengan orang tua, guru dan teman
santun kepada orang 2.13.2. Berbicara dengan lemah lembut , sopan santun, √
tua, pendidik atau (tidak berteriak)
pengasuh dan teman
3.13. Mengenal Emosi diri 3.13.1. Mengenal reaksi/expresi wajah √
dan orang lain 4.13.1. Mau dibujuk saat menangis √
4.13. Menunjukkan reaksi 3.13.2. Mengenal cara bermain/ bekerja sama yg baik √
emosi diri secara 4.13.2. Mau mengalah saat bermain/ bekerja sama. √
Wajar
3.14. Mengenali kebutuhan, 3.14.1. Mengetahui kebutuhan dan cara melakukan √ √
keinginan & minat diri kegiatan yang diinginkan
4.14. Mengungkapkan 4.14.1. Antusias dalam menyelesaikan tugas/kegiatan √ √
kebutuhan, keinginan yang diinginkan dan mampu mengemukakan
dan minat diri dengan pendapat
cara yang tepat.
3. 3.10. Memahami bahasa 3.10.1. Mengetahui kalimat sederhana √ √
Berbahasa reseptif (menyimak 4.10.1. Mendengar dan mengulangi kalimat sederhana √ √
dan membaca) 3.10.2. Mengenal gambar sesuai dengan kalimat √
4.10. Menunjukkan kemam- 4.10.2. Membaca gambar / bercerita sesuai gambar √
puan berbahasa dan kalimat reseptif (menyimak
dan membaca)
3.11. Memahami bahasa 3.11.1. Mengenal bunyi huruf awal / akhir kata/kalimat √
ekspresif(mengungkap 4.11.1. Mencari, menyebut, dan menunjuk huruf awal √
kan bahasa secara dan akhir dari sebuah kata/kalimat
verbal dan non verbal 3.11.2. Mengetahui arti dari kalimat sederhana √ √
4.11. Menunujukkan kemam- 4.11.2.Mampu bercerita dan berkomunikasi dengan baik √ √
puan berbahasa eks- 3.11.3. Mengenal arti kalimat dengan ekspresi wajah √
presif (Mengungkapkan 4.11.3. Dapat menirukan, menunjukkan dan √
bahasa secara verbal memperagakan ekspresi wajah sesuai
dan non verbal) kalimat sederhana (bermain pantomim)
3.12. Mengenal keaksaraan 3.12.1. Mengenal bunyi,bentuk huruf/angka sederhana √ √
141
awal melalui bermain 4.12.1. Mencari, menunjuk, atau mencontoh huruf/angka √ √
4.12. Menunjukkan kemam- melaui bermain
puan keaksaraan awal 3.12.2. Mengenal simbol-simbol huruf dan angka √ √
dalam berbagai bentuk gambar 4.12.2. Bermain kartu huruf, kartu angka dan kartu √ √
gambar
BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT
PENGEMBANGAN I II
4. 2.2. Memiliki perilaku yang 2.2.Berani bertanya, mencari sebab akibat dan √ √
KOGNITIF mencerminkn ingin tahu melakukan percobaan
3.4. Mengetahui cara hidup 3.4.1. Menjaga kesehatan badan dengan baik √
Sehat 4.4.1. Makan minuman yg sehat dan istirahat yg cukup √
4.4. Mampu menolong diri 3.4.2. Menjaga kebersihan badan dan lingkungan √ √
sendiri untuk hidup 4.4.2. Memotong kuku, mengosok gigi dan mandi √ √
Sehat yang teratur
3.5. Mengetahui cara meme- 3.5.1. Mau bekerjasama dengan teman dan orang lain √ √
cahkan masalah sehari- 4.5.1. Kerja kelompok, gotong royong, dll. √ √
hari dan berperilaku 3.5.2. Mengetahui cara menyelesaikan tugas yang baik √
kreatif. 4.5.2. Menyusun puzzle, mengerjakan maze, dll. √
4.5.Menyelesaikan masalah
sehari-hari secara kreatif
3.6.Mengenal benda-benda 3.6.1. Mengetahui nama2 benda, warna,bentuk,ukuran, √
di sekitarnya(warna, pola, tekstur,fungsi dan ciri-ciri lainnya.
bentuk, ukuran,pola, 4.6.1. Mengamati,menunjuk,menyebut atau membuat
sifat,suara,tekstur,fungsi, nama2 benda,warna,bentuk,ukuran,pola,tekstur, √
dan ciri-ciri tertentu fungsi/ciri-cirinya
4.6.Menyampaikan tentang 3.6.2. Mengetahui perbedaan suatu benda menurut √
apa dan bagaimana warna, bentuk, ukuran,pola,tekstur, fungsi dan
benda2 di sekitar yang ciri-ciri lainnya
bentuk, ukuran,pola, 4.6.2. Mencari,menunjuk dan menyebut perbedaan √
sifat,suara,tekstur,fungsi, suatu benda menurut warna,bentuk,ukuran,pola,
142
dan ciri-ciri tertentu tekstur,fungsi dan ciri-ciri lainnya.
melalui bermain
3.7. Mengenal lingkungan 3.7.1. Mengetahui anggota keluarga dan hubungannya √
sosial (keluarga, teman, 4.7.1. Menggambarkan anggota keluarga dalam bentuk, √
tempat tinggal, tempat lukisan, nyanyian dan tarian.
ibadah, budaya dan 3.7.2. Mengenal nama-nama teman yang ada di sekitar √
transportasi) 4.7.2. Menceritakan nama-nama teman yang dikenal √
4.7. Menyajikan berbagai 3.7.3. Mengetahui tempat tinggal dan alamat dg benar √
karyanya dalam bentuk 4.7.3. Menyebutkan alamat rumah dengan benar √
gambar,cerita,nyanyi,dll. 3.7.4. Mengenal tempat2 ibadah,budaya, dan alat √
tntang lingkungan sosial transportasi
(keluarga, teman, tempt 4.7.4. Menggambar tempat2 ibadah,budaya daerah, √
tinggal, tmpat ibadah, dan alat transortasi.
budaya & transportasi)
3.8. Mengenal lingkungan 3.8.1. Mengenal macam-macam hewan dan tanaman √
alam (hewan, tanaman, 4.8.1. Bernyanyi, menggambar,gerak dan lagu serta √
cuaca, tanah, air, batu- bercerita tentang hewan dan tanaman
batuan, dll) 3.8.2. Mengenal macam2 cuaca,api, tanah, air, batu,dll √
4.8. Menyajikan berbagai 4.8.2. Bernyanyi, bermain dan bercerita tentang √
karyanya dalam bentuk cuaca, api, tanah, air, batu-batuan, dll.
gambar, cerita, nyanyi, 3.8.3. Mengetahui sumber, manfaat, dan bahaya cuaca, √
gerak tubuh, dll.tentang api, air, batu-batuan, dll
lingkungan alam(hewan, 4.8.3. Bernyanyi, bercerita dan bercakap2 tentang √
tanaman,cuaca, air,api, sumber,manfaat dan bahaya cuaca,air,api,
tanah, batu-batuan, dll. batu,dll
3.9. Mengenal teknoogi 3.9.1. Mengetahui jenis2 peralatan rumah tangga, √
sederhana (peralatan peralatan bermain, pertukangan, dll.
rumah tangga, bermain, 4.9.1. Mencari, menyebutkan dan mengelompokkan √
pertukangan, dll) sesuai tugas dan kegiatannya.
4.9. Menggunakan teknologi 3.9.2. Mengetahui kegunaan peralatan rumah tangga, √
sederhana (peralatan peralatan bermain, pertukangan, dll.
rumah tangga, bermain, 4.9.2. Menggunakan Peralatan sesuai kegiatannya √
143
pertukangan, dll)
BIDANG KOMPETENSI DASAR (KD) MUATAN MATERI SMT SMT
PENGEMBANGAN I II
5. 2.1. Memiliki perilaku yang 2.1.1. Membuang sampah pada tempatnya √
FISIK mencerminkan hidup 2.1.2. Makan makanan bergizi √
MOTORIK Sehat 2.1.3. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan √
2.1.4. Mengukur BB,TB,LK/Pemeriksaan UKS √ √
3.3. Mengenal anggota 3.3.1. Mengetahui Fungsi anggota tubuh untuk gerakan √ √
tubuh, fungsi, dan Motorik kasar
gerakannya untuk 4.3.1. Melakukan gerakan fisik motorik kasar, seperti : √ √
pengembangan motorik memanjat, bergantung, melompat, dll.
kasar dan motorik halus 3.3.2. Mengetahui fungsi anggota tubuh dalam gerakan √ √
4.3. Menggunakan anggota motorik halus
tubuh untuk pengemba- 4.3.2. Melakukan gerakan fisik motorik halus, seperti : √ √
ngan motorik kasar dan Menyentuh, memegang, meremas, dll.
motorik halus.
6. 2.3. Memiliki perilaku yang 2.3. Membuat berbagai mainan dari berbagai media √ √
SENI mencerminkan sikap seperti balok,pladough, kertas, daun, dll.
kreatif.
2.4.Memiliki perilaku yang 2.4. Bernyanyi lagu anak-anak, sosiodrama, puisi/ √ √
mencerminkan sikap sajak, gerak dan lagu, menari, dll.
estetis.
3.15. Mengenal berbagai 3.15. Mengetahui bentuk-bentuk karya seni √ √
karya dan aktivitas 4.15. Membuat atau menunjukkan bentuk-bentuk
seni. karya seni
4.15. Menunjukkan berbagai aktivitas seni
144
SENIN, 14 FEBRUARI 2019
SEPEDA MOTOR
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna sepeda motor
Menirukan gerakan naik sepeda motor
Menulis kalimat “ aku naik sepeda motor “
Melengkapi gambar sepeda motor
Mewarnai gambar sepeda motor
Mengucapkan syair “ sepeda motor “
RABU, 16 FEBRUARI 2018
BECAK
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna becak
Menirukan gerakan naik becak.
Membedakan suara sepeda, sepeda motor dan becak.
Menggelompokkan banyak sedikit jumlah kendaraan
Melengkapi nama kendaraan
Menebali dan meniru tulisan “ abang tukang becak “
- Menyanyi lagu “ Buah buahan “”
Lampiran. 2
PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
TK BUAH HATI
SEMESTER/ MINGGU : II/ 5
KELOMPOK : B2
TEMA : KENDARAAN
SUB TEMA : KENDARAAN DIDARAT
KD : 12.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,
4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15
FEBRUARI 2018
SELASA,15 FEBRUARI 2019
SEPEDA
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna sepeda
Naik sepeda roda dua.
Menggambar sepeda
Menulis nama – nama bagian sepeda.
Memasangkan gambar dan tulisan dengan cara menarik garis.
Menyanyi lagu “ kring kring “
KAMIS, 17 FEBRUARI 2018
DELMAN
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna delman
Menirukan kusir mengendalikan delman
Memasangkan gambar dengan angka
Menyebutkan hasil penjumlahan
Melengkapi kalimat sederhana.
Menyanyi lagu “ tamasya “.
145
JUMAT, 18 FEBRUARI 2018
ANGKOT
Membaca doa masuk kamar mandi Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan
guna mobil
Mengelompokkan kendaraan sesuai jumlah rodanya
Mencocok angkot
Menggambar rambu – rambu lalu lintas.
Menyanyi lagu “ tamasya “
PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
TK BUAH HATI
SEMESTER/ MINGGU : II/ 6
KELOMPOK : B2
TEMA : KENDARAAN
SUB TEMA : KENDARAAN DIDARAT
KD : 2.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,
4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15
SABTU, 19 FEBRUARI 2018
TAXI
Senam pagi Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi
dan guna taxi
Bercerita pengalaman naik taxi
Menyebutkan hasil pengurangan
Kolase gambar taxi
Mewarnai gambar taxi
Menyanyi lagu “ tamasya “
SENIN, 21 FEBRUARI 2019
MOBIL AMBULAN
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil ambulan
Menirukan suara mobil ambulan
Menggambar mobil ambulan Meniru tulisan “ambulan membawa orang
sakit “
Memasangkan tulisan dan gambar
Menirukan mendorong orang sakit
SELASA, 22 FEBRUARI 2019
MOBIL PEMADAM KEBAKARAN
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil pemadam kebakaran
Menirukan gerakan menyemprot api
Menebali dan mencontoh tulisan ‘ mobil pemadam kebakaran “
Mewarna mobil pemadam kebakaran
Mengelompokkan kendaran sesuai jumlah rodanya
Menyanyi lagu “ jangan main api “
146
PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
TK BUAH HATI
SEMESTER/ MINGGU : II/ 7
KELOMPOK : B2
RABU, 23 FEBRUARI 2019
BUS
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna bus
Menyebutkan tata cara naik bus
Stempel gambar bus dengan jari
Meniru tulisan “aku naik bus ke Surabaya “
Mengurutkan kendaraan dari besar - kecil
Demonstrasi naik bus
- Menyanyi lagu “ Buah buahan “”
KAMIS, 24 FEBRUARI 2019
KERETA API
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna kereta api
Demonstrasi beli tiket “ kereta api “
Membuat bentuk kereta api dari kepingan geometri
Mewarnai gambar kereta api
Mencari jejak ke stasiun
Menyanyi lagu “ naik kereta api “
JUMAT,25 FEBRUARI 2019
MOBIL TANGKI
Membaca doa – doa
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil tangki
Menggambar rambu – rambu lalu lintas
Menggunting gambar mobil tangki
Menyebutkan hasil penjumlahan
Mengucap syair “ mobil “
SABTU, 26 FEBRUARI 2019
MOBIL TANGKI
Membaca doa – doa
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna mobil tangki
Menggambar rambu – rambu lalu lintas
Menggunting gambar mobil tangki
Menyebutkan hasil penjumlahan
Mengucap syair “ mobil “
147
TEMA : KENDARAAN
SUB TEMA : KENDARAAN DIUDARA
KD : 2.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,
4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15
SENIN, 4 Maret 2019
PESAWAT TERBANG
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna Pesawat
Menirukan pesawat terbang
Menghubungkan angka menjadi bentuk pesawat
Mewarnai gambar pesawat
Menebali dan menirukan tulisan
Menyanyi lagu kapten udara
SELASA, 5 Maret 2019
HELIKOPTER
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna helicopter
Menirukan helikopter
Menulis nama kendaraan di udara
Memasangkan gambar dengan tulisan Mencari jejak ke bandara
Menyanyi lagu kapten udara
RABU, 6 Maret 2019
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna helicopter
Menirukan helikopter
Menulis nama kendaraan di udara
Memasangkan gambar dengan tulisan Mencari jejak ke bandara
Menyanyi lagu kapten udara
KAMIS, 7 Maret 2019
~ BALON UDARA ~
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna balon udara
Meniup balon Mewarnai gambar balon udara
Menulis “aku naik balon udara”
Menyusun puzel balon udara
Syair balon udara
JUMAT, 8 Maret 2019
PESAWAT CAPUNG
~ BALON UDARA ~
Menyebutkan bagian bagian, bentuk, fungsi dan guna balon udara
Meniup balon Mewarnai gambar balon udara
Menulis “aku naik balon udara”
Menyusun puzel balon udara
Syair balon udara
SABTU, 9 Maret 2019
PESAWAT HERCULES
Senam pagi
Menyebutkan bagian – bagian bentuk, fungsi dan guna pesawat Hercules
Menggambar bebas kendaraan di udara
Mengelompokkan kendaraan di udara
Membedakan banyak dan sedikit
Menyanyi lagu kapten udara
148
PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN
TK BUAH HATI
SEMESTER/ MINGGU : II/ 8
KELOMPOK : B2
TEMA : KENDARAAN
SUB TEMA : KENDARAAN DIAIR
KD : 2.1,2.4,3.3,3.4,3.5,3.6,3.7,3.8,3.9,3.10,3.12,3.15,
4.3,4.4,4.5,4.6,4.7,4.8,4.9,4.10,4.12,4.15
Maret 2018
SENIN,11 Maret 2019
PERAHU
Menyebutkan bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna perahu
Menirukan gerakan mendayung perahu
Melipat perahu
Mewarnai gambar perahu
Finger painting
Menyanyi “perahu layar”
SELASA, 12 Maret 2019
KAPAL LAUT
Menyebutkan bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna kapal laut
Menirukan gerakan “Nahkoda”
Menggambar kapal laut
Mencari jejak( maze) nahkoda ke kapal
Memasangkan gambar kendaraan dengan tulisannya
Menyanyi “Nahkoda” RABU, 13 Maret 2019
KAPAL SELAM
Menyebutkan bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna “Kapal Selam”
Menirukan perahu di terjang ombak
Membilang gambar dengan angka
Mengurutkan gambar dari yang besar sampai kecil
Membedakan perbuatan baik dan buruk
Menyanyi lagu “ Nahkoda “
KAMIS,14 Maret 2019
KAPAL AMPIBI
Menyebutkan bagian- bagian, bentuk, fungsi dan guna kapal ampibi
Menirukan jalannya kapal ampibi
Menciptakan bentuk kapal dari kepingan geometri
Menyebutkan hasil penjumlahan
Menulis kalimat “ kapal ampibi di laut “
Mendengarkan cerita guru tentang kapal ampibi
JUMAT, 15 Maret 2019
RAKIT
Membaca doa - doa
Menyebutkan bagian –bagian, bentuk, fungsi, dan guna rakit
SABTU, 16 Maret 2019
SEPEDA AIR
Senam pagi
Menyebutkan Bagian-bagian, bentuk, fungsi dan guna “sepeda air
149
Deskripsi Lokasi Penelitian
9. Historis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jmbi
Taman Kanak-kanak Buah Hati dirikan Pada ______________ oleh Ketua
Lembaga ______________________________________ Beliau
mendirikan Taman Kanak –Kanak ______________________ di Dorong
oleh rasa kecintaan beliau terhadap dunia pendidikan terutama Pendidikan
Anak Usia Dini, Beliau Meresmikan Taman Kanak –Kanak
____________________ pada Tanggal ____________________ sebuah
lembaga pendidikan yang di beri nama Taman Kanak-Kanak
________________________________
b. Visi, Misi dan Tujuan Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi 2) Visi Taman Kanak-kanak Buah Hati
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
------------
3) Misi Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
a. ----------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------
------
b. ----------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------
------
4) Tujuan Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
150
e. ---------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------
f. ---------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------
C. Profil Taman Kanak-kanak Buah Hati
1. Nama Sekolah : Taman Kanak-Kanak Buah Hati
10. Alamat : ________________________________
Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
11. Nama Yayasan :
_____________________________________
12. NPSN :
_______________________________________
13. NSS : -
14. Tahun Didirikan : ______________
15. Tahun Beroperasi: ______________
16. Akte Notaris Pendirian Organisasi/Yayasan Pendidikan
a. Dikeluarkan oleh :
__________________________
b. Nomor :
__________________________
c. Tanggal/bulan/tahun:
__________________________
151
17. NPWP atas nama Lembaga :
a. Nomor NPWP :
_________________________
b. Nama di NPWP :
_________________________
18. Rekening Tabungan/Giro di Bank Pemerintah
Atas Nama Lembaga PAUD :
a. Nama Bank :
_________________________
b. Nomor Rekening :
__________________________
c. Nama Rekening :
___________________________
19. Kepemilikan tanah Swasta :
a. Nama Ketua Yayasan :
___________________________
b. Status Yayasan : Milik Sendiri
c. Status bangunan : Yayasan
d. Luas Tanah : ___________ M
e. Luas seluruh bangunan : ___________ M2
20. Geografis Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi
Taman Kanak-kanak Buah Hati terletak di Jalan
____________________ Kelurahan _________________ Kecamatan
______________ Kota Jambi
c. Keadaan Guru Taman Kanak-kanak Buah hati Kota Jambi
152
Personil guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi terdiri dari
ketua lembaga, seorang kepala sekolah, _____orang guru dan 1 orang TU
Adapun nama-nama guru Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Nama-nama Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Buah Hati Kota Jambi126
No Nama Keterangan
Jabatan Mengajar
1 Ketua Lembaga
2 Kepala Sekolah dan Guru Guru PAUD
3 Sekretaris Lembaga Guru PAUD
4 Guru Guru PAUD
5 Guru Guru PAUD
6 Guru Guru PAUD
7 Guru Guru PAUD
8 Guru Guru PAUD
8 Pramu bakti -
Jadwal Penelitian Di TK Buah Hati Kota Jambi
126
Ibid
153
No
.
Hari
Tanggal
Ket
I. SIKLUS. 1
1. Senin 14 Januari 2019
2. Rabu 16 Januari 2019
3. Jum‟at 18 Januari 2019
I. SIKLUS. 2
1. Senin 21 Januari 2019
2. Rabu 23 Januari 2019
3. Jum‟at 25 Januari 2019
I. SIKLUS. 3
1. Senin 4 Pebruari 2019
2. Rabu 6 Pebruari 2019
3. Jum‟at 8 Pebruari 2019
154
DOKUMEN KEGIATAN RISET
DI TK BUAH HATI KOTA JAMBI
155
Wawancara dengan Ketua Lembaga / Kepala Sekolah
156
Photo bersama Guru Kelas
157
158
Photo bersama salah satu anak autis
159
160
161
Photo hasil robekan dan tempelan
162
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
SUJANA
Putra kelima dari 5 bersaudara lahir dari pasangan Bapak
Mahdum (Alm) dengan Ibu Saodah (Almh) . Lahir Hari
Sabtu Tanggal, 05 Juli 1969 di Desa Bojong Kec. Cilimus
Kab. Kuningan Jawa Barat
Riwayat Pendidikan
Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini dari Universitas
Terbuka pada tahun 2012, Ijazah Sekolah Menengah Atas (STM) pada
tahun 1989, Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 1986, dan
Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1983.
Pengalaman Kerja
1. Tahun 2002-2014 Guru di Taman Kanak-Kanak Pembina I Kota Jambi
2. Tahun 2015-2018 Guru di Taman Kanak-Kanak Islam An-Nur Kota Jambi