35
MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Rosalia Swari Enggarani NIM: 138114008 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Rosalia Swari Enggarani

NIM: 138114008

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

i

MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Rosalia Swari Enggarani

NIM: 138114008

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

ii

Persetujuan Pembimbing

MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)

Skripsi yang diajukan oleh:

Rosalia Swari Enggarani

NIM: 138114008

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

Aris Widayati, M.Si.,Ph.D.,Apt. tanggal 19 Desember 2016

Pembimbing Pendamping

W.S. Astuti, S.Si., Apt. tanggal 17 Desember 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

INTRAVENA UNTUK PASIEN DEWASA RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT “X” (FASE ADMINISTRASI)

Oleh :

Rosalia Swari Enggarani

NIM : 138114008

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal:

16 Januari 2017

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt.

Panitia Penguji : Tanda Tangan

1. Aris Widayati, M. Si., Ph. D, Apt. .......................

2. W.S. Astuti, S.Si., Apt. .......................

3. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. .......................

4. Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt. .......................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Keberhasilan terjadi saat kesempatan

dan kesiapan menjadi satu”

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Keluarga yang selalu memberi semangat dan kasih sayang

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 1 Januari 2017

Penulis

(Rosalia Swari Enggarani)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat, kasih dan bimbingan-Nya skripsi yang berjudul “Medication Error pada

Penggunaan Antibiotika Intravena untuk Pasien Dewasa Rawat Inap di Rumah

Sakit “X” (Fase Administrasi)” dapat diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Keberhasilan dalam skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak.

Maka, dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. dan Ibu W.S. Astuti, S.Si., Apt. selaku

dosen pembimbing yang telah membimbing, memberi saran, dukungan

serta meluwangkan waktu dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt.dan Ibu Putu Dyana Christasani M.Sc.,

Apt. selaku dosen penguji atas segala perhatian masukan, dukungan dan

motivasi demi kemajuan skripsi ini.

3. Rumah Sakit “X” yang telah bersedia menjadi tempat pengambilan data dan

memberikan izin pelaksanaan penelitian.

4. Seluruh perawat dan mahasiswa profesi ners yang telah bersedia menjadi

responden dalam penelitian ini.

5. Orang tua tercinta, Gregorius Warsiatmoko dan Yosefina Iriani M., serta

Kakak Anselmus Arya W., yang selalu memberikan doa dan kasih sayang

untuk menyelesaikan naskah ini.

6. Ignatius Bryansetio Herojati yang selalu berdoa, memberikan kasih sayang,

semangat dan motivasi untuk menyelesaikan naskah ini.

7. Sahabat seperjuangan “Error” Sekar Larasati atas dinamika berharga yang

telah dilalui bersama, atas semangat, perhatian dan motivasi yang telah

diberikan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Terimakasih kepada sahabat: Olin, Tiara, Sekar, Atika yang banyak

memberikan semangat dan bersama-sama berbagi suka dan duka saat kuliah

di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

viii

9. Sahabat belajar dan bersenang-senang: Sukmana, Kowira, Beni, Esanda,

Tantri dan Naresca yang selalu sabar dan mendukung saat kuliah di Fakultas

Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

10. Teman-teman FSM-A 2013 dan FKK-A 2013 yang telah banyak

memberikan masukan dan semangat dalam menyelesaikan naskah ini.

11. Seluruh dosen dan karyawan yang telah membantu dan mendukung dalam

proses perkuliahan maupun praktikum selama ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam proses

perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kesalahan yang ada dan dengan

senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Terima

kasih dan Tuhan memberkati.

Penulis

(Rosalia Swari Enggarani)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

ix

ABSTRAK

Medication Error (ME) merupakan peristiwa penggunaan obat yang tidak benar

dan membahayakan pasien saat dalam tanggung jawab tenaga kesehatan. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase bentuk-bentuk ME pada fase

administrasi penggunaan antibiotika intravena untuk pasien dewasa rawat inap di

Rumah Sakit “X”. Metode penelitian ini merupakan penelitian observasional

deskriptif dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling.

Subjek penelitian adalah perawat ataupun mahasiwa profesi ners. Telah dilakukan

pengamatan terhadap 18 subjek penelitian yang melakukan administrasi antibiotika

intravena pada pasien dewasa rawat inap. Hasil pengamatan yakni terdapat 35 fase

administrasi yang diamati di bangsal “A” dan di bangsal “B” 15 fase administrasi.

Pada bangsal “A” terdapat eror teknik pemberian (8,6%), eror waktu administrasi

(20%) dan yang terbesar yakni eror laju administrasi (100%). Hasil observasi

bangsal “B” menunjukkan bahwa terdapat eror waktu administrasi (40%), eror

teknik pemberian (86,7%) dan ME terbesar yakni eror laju administrasi (100%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah eror laju administrasi merupakan eror terbesar

yang menjadi penyumbang utama terjadinya ME fase administrasi.

Kata Kunci: Medication error, antibiotika intravena, fase administrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

x

ABSTRACT

Medication Error (ME) is a case of improper use of drugs and the harm to the patient

when the health personnel responsible. The objective of this study was to determine

the percentage of ME forms in the administration phase of the use of intravenous

antibiotics for adult inpatients at “X” hospital. Method of this study was a

observational descriptive and then the sampling technique used accidental

sampling. The study subjects were nurses and student nurses profession. Has been

carried out observations of 18 study subjects who did the administration of

intravenous antibiotics for adult inpatients. The results is there were 35

administration phase observed in the ward "A" and on the ward "B" 15

administration phase. The observation in ward "A" indicates that there are ME in

delivery techniques (8.6%), error time of administration (20%) and the largest ME

was error rate of administration (100%). The results of the observation ward "B"

indicates that there are error time of administration (40%), error administration

technique (86.7%) and the largest ME is error rate of administration (100%).

Conclusion of this study is error administration rate is the biggest error mistaken

that become a major contributor to the ME of administration phase.

Keywords: Medication error, intravenous antibiotic, administration phase

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................. vi

PRAKATA.............................................................................................................vii

ABSTRAK .............................................................................................................. ix

ABSTRACT ............................................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... .xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ .xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

METODE PENELITIAN.........................................................................................2

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................4

KESIMPULAN......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

LAMPIRAN...........................................................................................................13

BIOGRAFI PENULIS............................................................................................20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian .................................................................. 4

Tabel II. Jumlah Pengamatan Antibiotika Intravena Fase Administrasi .................. 5

Tabel III. Jumlah Presentase Setiap Bentuk Medication Error ............................... 6

Tabel IV. Kejadian- Kejadian Bentuk Medication Error ........................................ 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Diagram jumlah sampel observasi pada fase administrasi ..................... 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin studi pendahuluan (Rumah Sakit “X”) ............................. 13

Lampiran 2. Surat izin penelitian (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) ... 14

Lampiran 3. Ethical Clearance ............................................................................. 15

Lampiran 4. Surat izin penelitian (Rumah Sakit “X”) .......................................... 16

Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek ........................................ 17

Lampiran 6. Informed Consent ............................................................................. 18

Lampiran 7. Lembar Observasi ME Fase Administrasi ........................................ 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

1

PENDAHULUAN

Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 189/MENKES/SK /III/2006

disebutkan bahwa obat adalah bagian terpenting dari salah satu proses peningkatan

kesehatan, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan serta pencegahan terhadap suatu

penyakit. Obat juga dapat merugikan kesehatan bila tidak memenuhi persyaratan atau bila

digunakan secara tidak tepat atau disalahgunakan. Keutamaan dari pelayanan kefarmasian

adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien (patient

safety).

Institute of Medicine (IOM) pada tahun 1999 telah memperkirakan 44.000-98.000

individu meninggal dunia setiap tahunnya disebabkan karena medication error yang sifatnya

dapat dicegah. Dari penelitian Ong dan Subasyini yang telah dipublikasi pada tahun 2013

menunjukan bahwa dari 349 proses preparasi dan administrasi terdapat 341 kesalahan yang

dapat diidentifikasi dan kesalahanan fase administrasi yang terjadi sebesar 88,6%. Hasil

studi pada tahun 1993 sampai 1998 yang dicatatat oleh Food and Drug Administration

(FDA) menyebutkan bahwa fase administrasi merupakan medication error yang paling fatal

yaitu penggunaan obat dengan dosis yang kurang sesuai 41% serta salah rute pemberian dan

obat sebanyak 16% (Stoppler dan Mark, 2006).

Berdasarkan hasil pembahasan kongres Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia

(PERSI) pada tahun 2007 yang dilaporkan Peta Nasional Insiden Keselamatan Pasien,

kesalahan dalam pemberian obat menempati peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar

insiden yang dilaporkan. Kesalahan dalam pemberian obat meliputi prescribing,

transcribing, dispensing dan administration, menduduki peringkat pertama (Depkes R.I.,

2008).

Di Indonesia kejadian medication error sering terjadi namun belum ada data yang

akurat karena tidak didokumentasikan atau dilaporkan. Menurut penelitian Dwiprahasto

(2006), di rumah sakit angka medication error dilaporkan sekitar 3-6 kasus, 9% pada pasien

yang menjalani rawat inap. Salah satu peneliti menemukan bahwa 11% medication error di

rumah sakit berkaitan dengan kesalahan saat menyerahkan obat ke pasien dalam bentuk dosis

atau obat yang keliru.

Dalam penggunaannya obat intravena menimbulkan risiko tertentu karena

kompleksitas yang tinggi dan memerlukan beberapa langkah dalam tahap preparasi,

administrasi dan monitoring. Administrasi intravena memiliki risiko dan tingkat keparahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

2

kesalahan yang lebih tinggi dari administrasi obat lain, maka dari itu penggunaannya harus

diperhatikan (Westbrook et.al, 2011).

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui presentase bentuk kejadian medication

error pada fase administrasi untuk pemberian antibiotik intravena pasien dewasa rawat inap

Rumah Sakit “X”. Penelitian terkait ME di Rumah Sakit “X” belum pernah dilakukan. Oleh

karena itu, penelitian ini dilakukan pada fase administrasi karena masih kurangnya data

terkait ME fase administrasi dan banyaknya jenis obat antibiotika yang digunakan di rumah

sakit khususnya bangsal penyakit dalam, sehingga penggunaan antibiotika intavena harus

diperhatikan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan teknik pengambilan

sampel menggunakan accidental sampling. Penelitian dilakukan di dua bangsal penyakit

dalam Rumah Sakit “X” yakni bangsal “A” dan bangsal “B”. Subjek penelitian adalah

perawat ataupun mahasiwa profesi ners yang sedang bertugas pada masing-masing bangsal

tersebut. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus – September 2016.

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah perawat atau mahasiswa profesi ners yang

melakukan fase administrasi antibiotika intravena di bangsal penyakit dalam “A” dan “B”

serta bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi adalah perawat atau

mahasiswa profesi ners yang melakukan fase administrasi antibiotika intravena untuk

keperluan skin test.

Penelitian yang dilakukan ini telah mendapatkan izin dari Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten dengan nomor 070/Reg/ 3408/ /S1/ 2016.

Penelitian ini juga sudah mendapatkan izin dari Komisi Etik Kedokteran dan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan nomor KE/FK/1116/EC/2016 untuk

memperoleh ethical clearance. Penelitian ini juga telah mendapat izin dari pihak Rumah

Sakit “X” dengan nomor 070/4238 sebagai tempat penelitian. Selain itu juga dilakukan

permintaan izin untuk melakukan pengamatan aktivitas subjek penelitian pada saat

administrasi antibiotika secara intravena kepada pasien dan data pribadi subjek penelitian

dirahasiakan.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah Lembar Observasi ME Fase

Administrasi, yang disusun berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ong dan Subasyini

(2013). Lembar Observasi ME Fase Administrasi kemudian diuji coba agar sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

3

kondisi rumah sakit “X” sehingga instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk

mencatat hal-hal yang dibutuhkan. Instrumen penelitian ini memuat variabel – variabel yang

diamati, yaitu:

a. Eror nama pasien jika antibiotika intravena diberikan kepada pasien yang

namanya tidak sesuai dengan nama yang tercantum direkam medis.

b. Eror waktu administrasi jika terdapat penyimpangan pemberian antibiotika

intravena lebih dari 30 menit dari waktu yang direncanakan (Department of

Health and Human Services Centers (DHHS) for Medicare and Medicaid

Services (CMS), 2011).

c. Eror laju administrasi saat tidak sesuai dengan acuan.

d. Eror teknik pemberian ketika tidak menggunakan alcohol swab, tidak

menggunakan sarung tangan dan salah cara pemberian.

Acuan yang digunakan untuk mengetahui ketepatan laju administrasi adalah

Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik (Kemenkes RI, 2011), Drug

Information Essentials (MacEvoy, 2011), Drug Information Handbook (American

Pharmacists Association, 2012), Injectable Drug Guide (Gray et.al, 2011) dan leaflet produk

obat.

Pengambilan data dilakukan dengan mengamati langsung fase administrasi

antibiotika intravena yang dilakukan oleh subjek penelitian untuk pasien dewasa rawat inap

di kedua bangsal tempat penelitian yakni bangsal “A” dan bangsal “B”. Pengamatan di

bangsal “A” dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB, 13.00 WIB, 17.00 WIB dan 21.00 WIB.

Sedangkan di bangsal “B” pengamatan berlangsung sekitar pukul 09.00 WIB dan 13.00

WIB.

Pengolahan data dilakukan dengan mengkonfirmasi hasil pengamatan yang telah

tercantum dalam Lembar Observasi ME Fase Administrasi dengan literatur acuan yang

digunakan dan kemudian menghitung persentase tiap bentuk ME. Kejadian ME yang terjadi

pada fase administrasi didapatkan dengan cara:

Presentase bentuk ME= Jumlah eror pada bentuk ME

jumlah eror yang terjadi pada fase administrasi x 100%

Jumlah eror yang terjadi pada fase administrasi adalah satu kejadian ME pada satu

proses administrasi dihitung sebagai satu ME, walaupun ME dalam satu proses administrasi

yang dilakukan oleh seorang perawat ditemukan lebih dari satu bentuk ME (Pertiwi, 2014).

Persentase bentuk ME yang tertinggi berkontribusi paling besar dalam kejadian ME fase

administrasi antibiotika intravena.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterstik Subjek Penelitian

Penelitian ini melibatkan 18 subjek penelitian yang terdiri dari 11 perawat dan 7

mahasiswa profesi ners. Berikut adalah karakteristik subjek penelitian yang disajikan pada

Tabel I.

Tabel I. Karakteristik Subjek Penelitian

Bangsal “A”

N=12

Bangsal “B”

N=6

Total

N=18

1. Perawat

2. Mahasiswa profesi ners

7

5

4

2

11

7

N=Jumlah subjek penelitian

Subjek yang dilibatkan selama penelitian yakni perawat dan mahasiswa profesi ners.

Jumlah perawat yang bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga akhir di bangsal “A”

sejumlah 7 orang sedangkan di bangsal “B” sejumlah 4 orang. Jumlah mahasiswa profesi

ners yang bersedia dilibatkan dalam penelitian berjumlah 5 orang di bangsal “A” dan 2 orang

di bangsal “B”.

n= jumlah pengamatan antibiotika intravena fase administrasi

Gambar I. Diagram Jumlah Sampel Observasi pada Fase Administrasi

Gambar I menunjukaan total observasi sampel sebanyak 52 kali. Terdapat 2 sampel

dieksklusi karena antibiotika intravena yang di administrasikan untuk keperluan skin test,

sehingga total sampel yang diinklusi sebanyak 50 sampel.

Pengamatan antibiotika intravena fase administrasi ditampilkan pada Tabel II yang

terdiri dari rute pemberian antibiotika dan jenis-jenis antibiotika intravena yang

diadministrasikan.

Total observasi (n=52)

Observasi sampel (n=50)

Eksklusi (n=2)

Administrasi antibiotika intravena untuk keperluan skin test

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

5

Tabel II. Jumlah Pengamatan Antibiotika Intravena Fase Administrasi

Jumlah antibiotika intravena yang

diadministrasikan

Bangsal “A”

n=35 (%)

Bangsal “B”

n=15 (%)

Total

n=50 (%)

1. Rute Pemberian Antibiotika:

a. Injeksi IV Bolus

b. Intermitten IV Infusion

2. Jenis-jenis antibiotika intravena

yang diadministrasikan:

a. Ceftriaxone

b. Cefotaxime

c. Ceftazidime

d. Meropenem

e. Cebactam

f. Diazole

g. Vicillin SX ®

h. Cefoperazone

i. Cefuroxime

j. Amikasin

33 (94,3)

2 (5,7)

21 (60)

5 (14,2)

3 (8,5)

2 (5,7)

1 (2,9)

1 (2,9)

1 (2,9)

-

-

1 (2,9)

15 (100)

-

11 (73,3)

-

1 (6,7)

-

1 (6,7)

-

-

1 (6,7)

1 (6,7)

-

48 (96)

2 (4)

32 (64)

5 (10)

4 (8)

2 (4)

2 (4)

1 (2)

1 (2)

1 (2)

1 (2)

1 (2)

n= jumlah pengamatan antibiotika intravena fase administrasi

Tabel II menunjukkan sebanyak 50 kali pengamatan dikumpulkan yang terdiri dari

70% pengamatan di bangsal “A” (n=35) dan 30% pengamatan di bangsal “B” (n=15). Pada

bangsal “A” terdapat 33 pengamatan rute administrasi antibiotika injeksi IV bolus (94,3%)

dan 2 pengamatan rute administrasi antibiotika intermitten IV infusion (5,7%). Pengamatan

jenis antibiotika intravena yang paling banyak diamati pada bangsal “A” adalah 60%

ceftriaxone (n=21), 14,2% cefotaxime (n=5), 8,5% ceftazidime (n=3), 5,7% meropenem

(n=2) dan 2,9% (n=1) untuk masing-masing jenis antibiotika intravena diazole, cebactam,

amikasin dan vicillin SX ®.

Pada bangsal “B” dilakukan 30% pengamatan (n=15). Semua pengamatan pada

bangsal “B” (n=15) merupakan antibiotika intravena dengan rute administrasi injeksi IV

bolus (100%). Obat antibiotika intravena yang paling banyak diamati adalah 73,3%

ceftriaxone (n=11) kemudian 6,7% (n=1) untuk masing-masing jenis antibiotika intravena

ceftazidime, cebactam, cefoperazone dan cefuroxime.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

6

Tabel III. Jumlah Presentase Setiap Bentuk Medication Error

Bentuk Medication Error

Bangsal “A”

n = 35 (%)

Bangsal “B”

n = 15 (%)

1. Eror nama pasien 0 (0) 0 (0)

2. Eror waktu pemberian obat 7 (20) 6 (40)

3. Eror laju administrasi 35 (100) 15 (100)

4. Eror teknik pemberian

a. Alkohol swab

b. Sarung tangan

c. Cara pemberian

3 (8,6)

a. 0 (0)

b. 1 (33,3)

c. 2 (66,6)

13 (86,7)

a. 0 (0)

b. 13 (100)

c. 0 (0)

n= jumlah pengamatan fase administrasi antibiotika intravena

Berdasarkan hasil Tabel III, Sebanyak 35 (100%) pengamatan di bangsal “A”

memiliki setidaknya satu kejadian ME. Eror laju administrasi terjadi di 35 (100%)

pengamatan, 7 pengamatan eror waktu administrasi (20%) serta terdapat eror teknik

pemberian (8,6%) yang terdiri dari 1 tanpa sarung tangan (33,3%) dan 2 tidak tepat cara

pemberian (66,6%) .

Pada bangsal “B” sebanyak 15 pengamatan setidaknya memiliki satu kejadian ME.

Sebanyak 13 pengamatan (86,7%) mengalami eror teknik pemberian yaitu tidak

menggunakan sarung tangan, 6 pengamatan (40%) tidak diberikan pada waktu seperti yang

direncanakan di rekam medis dan eror laju administrasi seanyak 15 pengamatan (100%).

Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel III, eror pada laju administrasi

merupakan eror yang paling banyak ditemukan. Berdasarkan hasil observasi dari dua

bangsal yakni bangsal “A” dan bangsal “B” eror laju administrasi yakni 100% (n=50).

Tabel IV. Kejadian- Kejadian Bentuk Medication Error

Bentuk

Kejadian ME Bentuk Kejadian Eror

Nama Antibiotika

Intravena Acuan

Eror Waktu

Pemberian

1. Penyimpangan waktu

pemberian <30 menit

dari waktu yang telah

direncanakan

2. Penyimpangan waktu

pemberian >30 menit

dari waktu yang telah

direncanakan

a. Ceftriaxone

b. Cefotaxime

a. Ceftriaxone

b. Cefotaxime

c. Cefoperazone

d. Cefuroxime

Penyimpangan maksimal 30 menit

dari waktu yang direncanakan dari

rekam medis (Department of

Health and Human Services

Centers (DHHS) for Medicare

and Medicaid Services (CMS),

2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

7

Eror Laju

Administrasi

1. Pemberian

antibiotika intravena

injeksi bolus ≤ 1

menit

a. Ceftriaxone

b. Cefotaxime

Ceftazidime

Meropenem

Cefuroxime

c. Cebactam

d. Vicillin SX ®

e. Cefoperazone

f. Amikasin

a. 2- 4 menit (Gray et.al, 2011).

b. 3-5 menit (American

Pharmacists Association,

2012).

c. Minimal 3 menit (Kemenkes

RI, 2011).

d. 10-15 menit (American

Pharmacists Association,

2012).

e. 3-5 menit (leaflet produk obat).

f. Intermitten IV Infusion 30-60

menit (American Pharmacists

Association, 2012).

2.PPemberian antibiotika

intermitten IV

Infusion

a. Ceftazidime

diberikan

selama 70

menit

b. Diazole

diberikan

selama 25

menit

a. 15-30 menit (American

Pharmacists Association,

2012).

b. 30-60 menit (American

Pharmacists Association,

2012).

Eror Teknik

Pemberian

1. Eror cara pemberian a. Amikasin

diberikan secara

IV bolus.

b. Ceftriaxone 2g

diberikan secara

IV bolus

Diberikan secara Intermitten IV

infusion selama 30-60 menit

(American Pharmacists

Association, 2012; Gray et.al,

2011)

Eror Laju administrasi

Tabel IV menunjukkan eror laju administrasi yang paling sering terjadi adalah laju

administrasi terlalu cepat pada injeksi IV bolus. Misalnya cefuroxime diberikan dengan

injeksi IV bolus dalam waktu kurang dari 1 menit yang seharusnya 3- 5 menit seperti yang

dianjurkan dalam acuan. Jika laju administrasi obat terlalu cepat dapat berhubungan dengan

nyeri, plebitis atau peradangan pembuluh darah, dan hilangnya kanul patensi atau

tertutupnya saluran infus (Cousins et al., 2005). Selain itu pasien tidak hanya mendapatkan

obat intravena sebanyak 1 jenis obat tetapi ada juga yang mendapatkan 2-3 jenis obat dimana

setiap jenis obat memiliki kecepatan waktu yang berbeda antara 1 menit sampai 5 menit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

8

Dalam beberapa kasus, laju admnistrasi dari injeksi IV bolus sengaja dilanggar

karena kurangnya risiko yang dirasakan oleh pasien, panutan yang kurang baik, dan

teknologi yang tersedia masih kurang (Ong dan Subasyini, 2013). Hal ini juga didukung

oleh tingginya persentase salah waktu administrasi yaitu penyimpangan lebih dari 30 menit

dari waktu yang direncanakan. Beban kerja yang tinggi dan salah waktu administrasi

kemungkinan juga akan meningkat jika perawat harus memberikan setiap injeksi IV bolus

selama 3-5 menit seperti yang direkomendasikan dalam acuan (Taxis dan Barber, 2013).

Eror Teknik Pemberian

Eror teknik pemberian terdiri dari tempat suntikan tidak diusap dengan alcohol swab

sebelum proses administrasi, tidak menggunakan sarung tangan dan eror cara pemberian.

Berdasarkan Tabel IV contoh eror cara pemberian yakni amikasin diberikan secara injeksi

IV bolus. Seharusnya amikasin diberikan secara Intermittent IV infusion (American

Pharmacists Association, 2012). Amikasin termasuk golongan aminoglikosid. Golongan ini

mempunyai indeks terapi sempit dengan toksisitas serius pada ginjal dan pendengaran. Jika

amikasin diberikan secara IV bolus dapat menyebabkan kadar obat dalam serum darah yang

tinggi sehingga dapat melebihi kadar indeks terapi atau melebihi kadar toksik dalam serum

darah (Depkes R.I., 2011). Oleh sebab itu pemberian amikasin harus dilakukan secara

Intermittent IV infusion karena pemberian dengan cara Intermittent IV infusion dapat

mengurangi besar kadar obat di dalam darah jika dibandingkan dengan IV bolus (Hakim,

2015). Selain itu juga ceftriaxone 2 gram diberikan secara IV bolus. Larutan obat yang terlalu

pekat jika diberikan secara IV bolus dapat mengiritasi pembuluh vena intima yang

menyebabkan plebhitis (RxList, 2015). Untuk itu ceftriaxone 2 gram harus ditambahkan 50-

100 ml cairan infus yang sesuai dan diberikan secara Intermittent IV infusion selama 30

menit (Gray et.al, 2011). Selain itu pada bangsal “A” juga ditemukan 1 pengamatan tidak

menggunakan sarung tangan (33,3%) dalam proses administrasi antibiotika intravena.

Pada bangsal “B” eror yang paling utama yang ditemukan dari teknik pemberian

adalah 15 pengamatan tidak menggunakan sarung tangan (100%). Administrasi antibiotika

intravena tidak menggunakan sarung tangan sering terjadi di bangsal “B”. Perawat

menggunakan sarung tangan pada saat akan mengganti alat infus atau jika mengobati luka.

Sarung tangan merupakan Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib dalam administrasi

antibiotika intravena. Terapi intravena memiliki resiko yang besar karena obat langsung

masuk ke dalam vena, oleh karena itu dalam pemberian obat melalui intravena hendaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

9

memperhatikan teknik aseptis. Berdasarkan catatan kasus di Jerman dua pasien meninggal

karena meningitis yang disebabkan oleh Pseudomonas aeruginosa di sebuah rumah sakit di

Jerman pada bulan Juli 2001, dikarenakan tingkat aseptis yang rendah (Mattner

dan Gastmeier, 2004). Oleh karena itu, penggunaan sarung tangan dalam administrasi

antibiotika intravena dapat melindungi pasien maupun tenaga kesehatan dari paparan

menular atau kontaminasi yang dapat ada di tangan.

Baik di bangsal “A” maupun bangsal “B” tidak ditemukan eror dalam pengusapan

dengan alcohol swab di tempat penyuntikan intravena. Pegusapan dengan alcohol swab di

tempat penyuntikan intravena penting untung menghindari kontaminasi yang ada dari

lingkungan sekitar maupun flora normal yang ada di tubuh pasien masuk ke aliran darah

intravena.

Eror Waktu Administrasi

Eror waktu administrasi didefinisikan dengan penyimpangan lebih dari 30 menit dari

waktu yang direncanakan dari rekam medis (Department of Health and Human Services

Centers (DHHS) for Medicare and Medicaid Services (CMS), 2011). Berdasarkan Tabel

IV ditemukan eror waktu administrasi. Pada bangsal “A” eror waktu administrasi bervariasi

dari yang terlalu cepat dan terlalu lama. Terlalu cepat berkisar antara 2-13 menit dan terlalu

lama berkisar 2-29 menit. Sebagian besar eror waktu administrasi pada bangsal “B” adalah

kelebihan waktu pemberian berkisar antara 10 menit hingga 49 menit. Contohnya antibiotika

intravena ceftriaxone dalam rekam medis diberikan pukul 09.00 WIB dengan penyimpangan

waktu 30 menit berarti batas maksimal diberikan pukul 09.30 WIB. Namun ceftriaxone

tersebut diberikan pukul 10.08 WIB dimana kelebihan 38 menit dari batas maksimal

ceftriaxone diadministrasikan. Berdasarkan Department of Health and Human Services

(DHHS) Centers for Medicare and Medicaid Services (CMS) tahun 2011 jika obat diberikan

awal atau lebih dari waktu administrasi yang direncanakan akan menyebabkan bahaya atau

memiliki pengaruh yang signifikan dan berdampak negatif pada efek terapeutik maupun

farmakologis. Untuk beberapa obat atau pada kondisi kritis, seperti pada pengobatan pasien

sepsis atau embolisme paru, keterlambatan dalam pemberian obat dapat menyebabkan

bahaya serius atau kematian (National Patient Safety Agency, 2010). Obat-obat seperti

insulin dan antibiotika harus diberikan pada waktu yang tepat untuk mempertahankan kadar

obat dalam darah pada pasien agar menimbulkan efek terapeutik (Hall & Fraser, 2006).

Pemberian obat terlambat dapat disebabkan peristiwa yang berada di luar kendali perawat,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

10

seperti pengiriman obat yang tertunda dari apotek, pasien tidak ada dikamar pada waktu

pengobatan, kurangnya akses intravena, atau pasien muntah (Stokowski, 2012).

Eror Nama Pasien

Eror nama pasien merupakan administrasi antibiotika intravena diberikan kepada

pasien yang namanya tidak sesuai dengan nama yang direkam medis. Berdasarkan Tabel IV

ada bangsal “A” maupun bangsal “B” tidak ditemukan eror nama pasien. Para perawat sudah

terbiasa menyebutkan nama pasien saat akan mengadministrasikan antibiotika intravena

berdasarkan label yang ada dan selain itu juga cara mengadministrasikan antibiotika

intravena menggunakan wadah per-nomor ruangan sehingga dapat mencegah atau

mengurangi terjadinya eror pemberian obat ke pasien. Faktor-faktor atau karakteristik yang

berkontribusi pada salah nama pasien saat administrasi adalah obat yang sama, perintah

secara verbal, nama pasien yang mirip atau sama, bingung dengan pasien yang keluar dan

adanya interupsi (Yang, 2013).

Penelitian ini hanya fokus pada proses eror berdasarkan hasil pengamatan. Penelitian

ini tidak berusaha menghubungkan proses eror yang diamati dengan efek yang ditimbulkan

dari eror tersebut. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti tidak dapat meminimalisir

bias pada subjek karena subjek merasa diamati atau diawasi yang dapat menyebabkan

perbedaan proses administrasi dari biasanya. Selain itu juga penelitian ini bersifat subjektif.

Meskipun demikian metode penelitian ini tepat untuk mengevaluasi medication error yang

terjadi pada proses administrasi antibiotika intravena mengingat penelitian ini berdurasi

singkat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa eror laju administrasi merupakan

medication error terbesar dalam penyumbang utama terjadinya medication error pada fase

administrasi. Kejadian medication error dapat merugikan pasien, untuk mencegah dan

mengurangi kejadian medication error tersebut maka dapat diadakan pelatihan ataupun

sosialisasi bagi perawat terkait dengan administrasi antibiotika intravena yang berkontribusi

tinggi menyebabkan eror.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

11

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmacists Association, 2012, 21st Edition. Drug Information Handbook, A

Comprehensive resource for all Clinicians and Healthcare Professionals. Hudson,

Ohio, Lexi-Comp.

Cousins, D.H., Sabatier, B., Begue, D., Schmitt, C., and Hoppe-Tichy, T., 2005. Medication

Errors in Intravenous Drug Preparation and Administration: a Multicentre Audit in

the UK, Germany and France. Quality & Safety in Health Care, 14 (3), 190–195.

Departemen Kesehatan R.I., 2008. Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan

Pasien (Patient Safety). Bakti Husada. Jakarta. hal 30–40.

Departemen Kesehatan R.I, 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonsesia Nomor

2046/MENKE/PER/XII/2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.

Department of Health and Human Services (DHHS) Centers for Medicare and Medicaid

Services (CMS), 2011. Standard: Preparation and Administration of Drugs. 22

December.

Dwiprahasto, I., 2006, Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Resiko Medication Error

di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Berkala Ilmu Kedokteran. 38 (1), 8.

Gray, A.,Wright, J., Goodey,V.,and Bruce, L., 2011. Injectable Drug Guide. Pharmaceutical

Press. United States of America.

Hakim, Lukman, 2015. Farmakokinetik Klinik. Bursa Ilmu.Yogyakarta. hal: 297-298.

Institute of Medicine (IOM)., 1999. To Err Is Human: Building a Safer Health Care

System.Washington, DC: National Academy Press.

Hall, A., dan Fraser, D., 2006. Medication administration. In P. Potter, A. Perry, J. Ross-

Kerr, & M. Wood, Canadian fundamentals of nursing (3rd Edition ed., pp. 832-919).

Toronto: Elsevier Mosby.

Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 189/MENKES/SK/III/2006. Kebijakan Obat Nasional,

Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

MacEvoy, G.K., 2011. American Society of Health-System Pharmacist®. AHSF Drug

Information Essentials.

Mattner, F., dan Gastmeier, P., 2004. Bacterial Contamination of Multiple-Dose Vials: A

Prevalence Study. American Journal of Infection Control, 32 (1), 12–16.

National Patient safety Agency, 2010b. Reducing harm from omitted and delayed

medicines in hospital,

http://www.nrls.npsa.nhs.uk/resources/type/alerts/?entryid45=66720 .

Ong, W.M. dan Subasyini, S., 2013. Medication Errors in Intravenous Drug Preparation and

Administration. Medical Journal of Malaysia, 68 (1), 52–57.

Pertiwi, S.M., 2014. Medication Error resep obat racikan pasien pediatri rawat inap di RSUP

Dr.Sardjito pada periode februari 2014 (tinjauan fase dispensing dan fase

administration). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

RxList, 2015. Drug Interaction Center: Ceftriaxone Intravenous, diakses 17 Januari 2017.

http://www.rxlist.com/rocephin-drug.html

Stokowski L.A., 2012. Timely Medication Administration Guidelines for Nurses: Fewer

Wrong-Time Errors. Medscape (online). Diakses 2 Desember 2016.

http://www.medscape.com/viewarticle/772501_2

Stoppler, M., and J. W. Marks, 2006. The Most Common Medication Errors. Diakses tanggal

2 Maret 2016. http://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=55234

Taxis, K. dan Barber, N., 2003. Causes of Intravenous Medication Errors: an Ethnographic

Study. Quality & safety in health care, 12 (5), 343–347.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

12

Westbrook, J.I., Rob, M.I., Woods, A. dan Parry, D, 2011. Error in the Administration of

Intravenous Medications in Hospital and the Role of Correct Procedures and Nurse

Experience. BMJ Quality & Safety. 20 (12), 1027-34.

Yang, A., 2013. Wrong-Patient Medication Errors : An Analysis of Event Reports in

Pennsylvania and Strategies for Prevention. Pennsylavania Patient Safety Authority,

10 (2), 1–10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

13

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat izin studi pendahuluan (Rumah Sakit “X”)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

14

Lampiran 2. Surat izin penelitian (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

15

Lampiran 3. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

16

Lampiran 4. Surat izin penelitian (Rumah Sakit “X”)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

17

Lampiran 5. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

18

Lampiran 6. Informed Consent

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

19

Lampiran 7. Lembar Observasi ME Fase Administrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: MEDICATION ERROR PADA PENGGUNAAN … · Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi ... adalah penggunaan obat yang rasional untuk meningkatkan keselamatan pasien

20

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Medication Error pada

Penggunaan Antibiotika Intravena untuk Pasien Dewasa Rawat

Inap di Rumah Sakit “X” (Fase Administrasi)” memiliki nama

lengkap Rosalia Swari Enggarani, lahir di Pekanbaru 17 Agustus

1995. Anak kedua dari pasangan Gregorius Warsiatmoko dan

Yosefina Iriani Marwulaningsih. Penulis mengawali pendidikan

di SD Cendana Rumbai pada tahun 2001-2007, SMP Cendana

Rumbai pada tahun 2007-2010, SMA Stella Duce I Yogyakarta

pada tahun 2010-2013, dan pada tahun 2013 melanjutkan

pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama menjadi

mahasiswa di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis pernah

menjadi asisten Praktikum Bentuk Sediaan Farmasi (2014). Penulis juga mengikuti beberapa

kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan, seperti menjadi anggota divisi konsumsi pada

acara Paingan Festival (2014), koordinator divisi dana dan usaha pada acara Makrab JMKI

(2014), anggota organisasi JMKI (Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia) sebagai divisi

Pengembangan dan Pengkaderan Organisasi Fakultas Farmasi Sanata Dharma periode 2015-

2016 dan bendahara pada acara Seminar Nasional “Herbal Medicine As Alternative and

Complementary treatment for Patient” (2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI