24
BAB 1 PENDAHULUAN Pengetahuan tentang penjahitan luka dan material penjahitan diperlukan dalam ilmu bedah karena pembedahan membuat luka sayatan dan penjahitan dengan material suture bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan masuknya mikroorganisme. Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi syarat-syarat tertentu. Yang pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk dipegang. Lalu pengamanan yang cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang reaktif. Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi kimia untuk menceah perusakan dari benda asing. 1

Material Suture

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RefaratMaterial SutureNaldNeedle

Citation preview

Page 1: Material Suture

BAB 1

PENDAHULUAN

Pengetahuan tentang penjahitan luka dan material penjahitan diperlukan dalam ilmu bedah

karena  pembedahan membuat luka sayatan dan penjahitan dengan material suture bertujuan

untuk menyatukan kembali jaringan yang terputus serta meningkatkan proses penyambungan

dan penyembuhan jaringan dan juga mencegah luka terbuka yang akan mengakibatkan

masuknya mikroorganisme.

Material penjahitan yang berkualiatas adalah yang meliputi syarat-syarat tertentu. Yang

pertama adalah kenyamanan untuk digunakan atau untuk  dipegang. Lalu pengamanan yang

cukup pada setiap alat. Harus selalu steril. Cukup elastik. Bukan terbuat dari bahn yang

reaktif. Kekuatan yang cukup untuk penyembuhan luka. Kemampuan untuk biodegradasi

kimia untuk menceah perusakan dari benda asing.

1

Page 2: Material Suture

BAB 2

ISI

2.1. Pengertian Material Suture

Material suture merupakan semua bahan yang dipakai untuk meligasi atau

mengaproksimasi jaringan dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan

ataupun meligasi pembuluh darah. Material suture adalah materi berbentuk benang yang

digunakan dalam bedah yang berfungsi untuk aproksimasi (mengikat / menyatukan jaringan)

atau ligasi pembuluh darah. Sejak tahun 2000 SM, penggunaan benang dari bulu binatang

telah dilakukan untuk menjahit luka. Seiring dengan perkembangan zaman, bahan-bahan

untuk penjahitan bedah berkembang dan bervariasi mulai dari sutra, linen, katun, tendon

ataupun usus hewan, bahkan kini pun telah digunakan bahan dari benang logam tahan karat.

2.2. Klasifikasi Benang Bedah

Benang bedah secara garis besar dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1. Berdasarkan penyerapannya :

Benang diserap dalam waktu yang terbatas di dalam tubuh. Lamanya berada

didalam tubuh dapat disesuaikan dengan organ yang dijahit dengan memilih jenis benang

yang sesuai. Sedapat mungkin benang jangan hancur dahulu sebelum organ yang

bersangkutan betul-betul rapat dan cukup kuat. Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan

benang yang lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia butuh waktu

yang cukup lama (hingga beberapa bulan). Dengan alasan tertentu, kadang-kadang malah

digunakan benang tak diserap untuk menjahit fasia. Benang tak diserap akan berada seumur

hidup. Benang-benang ini digunakan misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan

dacron graft, dimana pembuluh darah yang merupakan organ hidup tak akan pernah

mengalami penyambungan dengan graft yang merupakan benda mati. Disini jahitan dengan

benang tak diserap berfungsi mempertahankan penyatuan tadi. Harus diingat bahwa benang

jahitan disini merupakan benda asing yang sedikit banyak akan mengakibatkan terjadinya

reaksi dari jaringan tubuh. Karena itu, untuk tujuan meminimalkan reaksi, digunakan bahan

yang inert dan memberikan reaksi yang minimal.

a. Dapat diserap (absorbable sutures)

2

Page 3: Material Suture

Merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat

atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi,

sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh.

b. Tidak dapat diserap (non ansorbable sutures)

Merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim penyerapan dan

tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan selama bertahun-tahun.

Kelebihan dari benang ini adalah dapat memegang jaringan secara permanen. Kekurangan

dari benang ini adalah benang ini menjadi benda asing yang tertinggal didalam tubuh dan

kemungkinan akan menjadi fistel.

2. Berdasarkan materi atau asal bahan

Benang-benang alami berasal dari bahan alam, contohnya rambut, bulu binatang,

katun, linen dan catgut. Benang-benang ini telah digunakan sejak dahulu kala, mudah

didapat dan relatif murah harganya. Benang sintetis harganya lebih mahal, namun

3

Page 4: Material Suture

mempunyai berbagai keunggulan dalam hal absorpsi yang terprediksi dan umumnya telah

disesuaikan dengan organ yang akan dijahit.

a. Bahan alami, dibagi atas :

Diserap (absorbable)

Dibuat dari collagen yang berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut

collagen tendon flexor sapi.

Contoh :

Surgical catgut plain : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut

collagen tendon flexor sapi tanpa campuran.

Surgical catgut chromic : Berasal dari lapisan sub. Mukosa usus domba dan serabut

collagen tendon flexor sapi dicampur dengan chromic acid untuk memperlambar

absorbsinya. Catgut chromic bersifat kurang mengiritasi terhadap jaringan daripada

plain catgut dan juga lebih lama untuk dapat diabsorpsi

Plain catgut digunakan untuk jaringan yang dapat sembuh dengan cepat seperti untuk

menjahit parietal peritonium, meligasi pembuluh darah, dan sebagainya. Kromik catgut

digunakan untuk jaringan yang dapat sembuh dengan lambat seperti menjahit otot.

Tidak diserap (non ansorbable suture)

Jenis ini terbuat dari linen, ulat sutra (silk) seperti surgical silk, virgin silk dan dari

kapas (cotton) seperti surgical cotton. Ada juga yang terbuat dari logam sehingga

mempunyai tensil strength yang sangat kuat, contoh : metalik sutures (stainless steel)

b. Bahan sintetis (buatan), dibagi atas :

Diserap (absorbable)

Terbuat dari sintetik polimer, sehingga mudah diserap oleh tubuh secara hidrolisis dan

waktu penyerapan oleh tubuh mudah diprediksi,

contoh :

Polyglactin 910

Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Coated Vicryl®)

Polylactin 910 polylastctin 370 dan calcium state (Vicryl Rapide®)

4

Page 5: Material Suture

Poliglikolik

Polyglecaprone 25 (Monocryl®)

Polydioxanone (PDS II®)

Tidak diserap ( non absorbable )

Terbuat dari bahan buatan ( sintetis ) dan dibuat sedemikian rupa sehingga reaksi jaringan yang timbul sangat kecil,

Contoh :

Polypropamide (Ethilon®)

Polypropylene (Prolene®)

Polyester (Mersilene®)

3. Berdasarkan serat benang :

Benang serat tunggal umumnya lebih lentur namun kekuatan simpulnya (knotting

security) biasanya lebih kecil, sehingga simpul jahitan mudah terbuka. Keunggulannya adalah

bekas jahitannya (stitching mark) halus. Sedangkan benang serat banyak lebih baik kekuatan

simpulnya, karena jalinan seratnya membuat benang lebih kesat dan menggigit. Perlu

diperhatikan bahwa celah-celah yang terdapat pada benang merupakan tempat berkumpulnya

nidus yang dapat menjadi fokal infeksi yang sukar sembuh karena sulit dicapai makrofag.

Sering terjadi pembentukan sinus atau luka yang sukar sembuh pada penggunaan benang

serat banyak. Bekas jahitan dengan benang ini lebih kasar dan nyata.

Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa benang

anyaman seperti rambut dikepang (contohnya polyester, polyglycolic acid, polyamide

(polyfilament dan sutera), dan twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang

dililit/dipilin (contohnya katun dan linen). Polyamide (nylon) dapat dijumpai dalam 2 bentuk

yaitu berserat tunggal dan berserat banyak.

a. Monofilamen (satu helai)

Terbuat dari satu lembar benang, tidak meneyerap cairan (non capilarity)

Keuntungan : Kelebihan dari jenis ini adalah permukaan benang rata dan halus, tidak

memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba.

5

Page 6: Material Suture

Kelemahan : Kelemahannya adalah memerlukan penanganan simpul yang khusus karena

relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament.

Contoh : Catgut, PDS, dan Prolene

b. Multifilamen

Terbuat dari beberapa filament atau lembar bahan benang yang dipilin menjadi satu.

Keuntungan : Kelebihan jenis ini adalah benang lebih kuat dari monofilament, lembut dan

teratur serta mudah digunakan.

Kerugian : Kelemahannya adalah karena ada rongga maka dapat menjadi tempat

menempelnya mokroba dan sedikit tersendat pada saat melalui jaringan.

Contoh : Vicryl, Silk, Ethibond

4. Berdasarkan Pelapisan

Pelapisan benang (coated) mempunyai berbagai tujuan, bisa untuk mendapatkan

benang yang lebih kesat sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan

jalinan benang sehingga tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada

anyaman sehingga tidak terdapat tempat kuman untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi

reaksi jaringan. Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan

berlapis. Sutera diberi lapisan lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk

menutup celah-celah pada benang.

2.3. Jenis-Jenis Material Suture

Beberapa jenis material suture yang sering digunakan pada tindakan operasi bedah mayor:

1. Seide (Silk / Sutera)

Terbuat dari serabut-serabut sutera, terdiri dari 70% serabut protein dan 30% bahan tambahan

berupa perekat. Warnanya hitam dan putih. Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena

sudah dikombinasi dengan perekat. Tidak diserap tubuh. Pada penggunaan di sebelah luar

maka benang harus dibuka kembali.

Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari nomor 00000 (5 nol merupakan ukuran paling

kecil untuk bagian bedah) hingga nomor 3 (yang merupakan ukuran paling besar). Yang

6

Page 7: Material Suture

paling sering dipakai adalah nomor 00 (2 nol) dan 0 (1 nol) dan nomor satu. Semakin besar

banyak nol nya semakin kecil benangnya. Biasa digunakan untuk menjahit kulit, mengikat

pembuluh arteri (arteri besar) dan sebagai teugel (kendali)

2. Plain catgut

Asal katanya adalah cat (kucing) dan gut (usus). Dahulu benang ini dibuat dari usus kucing,

tapi saat ini dibuat dari usus domba atau usus sapi. Bersifat dapat diserap oleh tubuh,

penyerapan berlangsung dalam waktu 7-10 hari, dan warnanya putih dan kekuningan.

Tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 00000 (5 nol yang merupakan ukuran paling

kecil) hingga nomor 3 (merupakn ukuran yang terbesar). Sering digunakan nomor 000 (3

nol), 00 (2 nol), 0 (1 nol), nomor 1 dan nomor 2.

Kegunaan : untuk mengikat sumber perdarahan kecil, menjahit subkutis dan dapat pula

dipergunakan untuk menjahit kulit terutama daerah longgar (perut, wajah) yang tak banyak

bergerak dan luas lukanya kecil. Plain catgut harus disimpul paling sedikit 3 kali, karena

dalam tubuh akan mengembang. Bila disimpulkan 2 kali akan terbuka kembali. Plain catgut

tidak boleh terendam dalam lisol karena akan mengembang dan menjadi lunak, sehingga

tidak dapat digunakan

3. Chromic catgut

Berbeda dengan plain catgut, sebelum benang dipintal ditambahkan krom. Dengan adanya

krom ini, maka benang akan menjadi lebih keras dan kuat, serta penyerapannnya lebih lama,

yaitu 20-40 hari. Warnanya coklat dan kebiruan. Benang ini tersedia dalam ukuran 000 (3 nol

merupakan ukuran yang paling kecil) hingga nomor 3.

Kegunaan : penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari, untuk

menjahit tendon untuk penderita yang tidak kooperatif dan bila mobilisasi harus segera

dilakukan.

4. Nilon (Dafilon, monosof, dermalon, Ethilon)

7

Page 8: Material Suture

Merupakan benang sintetis dalam kemasan atraumatis (benang langsung bersatu dengan

jarum) dan terbuat dari nilon, lebih kuat dari seide atau catgut. Tidak diserap tubuh, dan tidak

menimbulkan iritasi pada kulit atau jaringan tubuh lainnya.

Tersedia dalam ukuran 10 nol hingga 1 nol. Penggunanan pada bedah plastik, ukuran yang

lebih besar sering digunakan kulit, nomor yang kecil dipakai pada bedah mata.

Penggunaan : bedah plastik, ukuran yang lebih besar sering digunakan pada kulit, nomor

yang kecil digunakan pada bedah mata.

5. Ethibond

Benang sintetis (polytetra methylene adipate). Kemasan atraumatis. Bersifat lembut, kuat,

reaksi terhadap tubuh minimum, tidak terserap.

Warna : hijau dan putih

Ukuran : 7,0-2

Penggunaan : kardiovaskular dan urologi

6. Polimer Profilen (Vitalene/Prolene/Surgilen)

Merupakan benang sintetis. Sangat kuat dan lembut, tidak diserap, warna biru. Tersedia

dalam kemasan atraumatis. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Digunakan pada bedah

mikro, terutama untuk pembuluh darah dan jantung, bedah mata, bedah plastik, menjahit

kulit.

7. Poli Glicolic Acid (Polisorb, Dexon, Vicryl)

Benang sintetis kemasan atraumatis. Diserap oleh tubuh, dan tidak menimbulkan reaksi pada

jaringan tubuh. Dalam subkutis bertahan 3 minggu, dalam otot bertahan 3 bulan. Sangat

lembut, berwarna ungu. Ukuran dari 10 nol hingga nomor 1. Penggunaan pada bedah mata,

orthopedi, urologi dan bedah plastik.

8

Page 9: Material Suture

8. Supramid

Merupakan benang sintetis, dalam kemasan atraumatis. Bersifat kuat, lembut fleksibel, reaksi

tubuh minimum dan tidak diserap. Warnanya hitam putih. Digunakan untuk menjahit kutis

dan subkutis.

9. Linen (catoon)

Dari serat kapas alam, cukup kuat, mudah disimpul, tidak diserap, reaksi tubuh minimum.

Berwarna putih, ukuran 4,0-0. Penggunaan untuk menjahit usus halus dan kulit, terutama

kulit wajah

10. Steel wire

Merupakan benang logam terbuat dari polifilamen baja tahan karat. Sangat kuat tidak korosif,

mudah disimpul dan reaksi terhadap tubuh minimum. Berwarna putih metalik, ukuran 6,0-2.

Biasa digunakan untuk menjahit tendon.

2.4. Spesifisitas Material Suture

Kriteria untuk penggunaan material suture yang memenuhi syarat untuk penjahitan dalam

pembedahan antara lain:

Memiliki kekuatan regangan (tensile strength) yang baik sesuai dengan ukurannya.

Mudah digunakan dan memiliki tahanan yang rendah ketika diaplikasikan dalam

jaringan

Mempunyai keamanan simpul yang baik, bebang tidak mudah longgar dan lepas.

Memiliki kemasan steril yang baik dan mudah dibuka sehingga aman digunakan oleh

personil bedah

Reaksi minimal pada jaringan dan tidak meningkatkan pertumbuhan bakteri

Beberapa spesifisitas material suture yang perlu diketahui diantaranya:

1. Ukuran Benang (size)

9

Page 10: Material Suture

Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric. Ukuran

terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7. Ukuran benang merupakan

salah satu faktor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran

benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan

pertimbangan faktor kosmetik. Faktor lain yang menentukan kekuatan jahitan yakni jumlah

jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya.

Benang dengan ukuran besar dipakai untuk menjahit struktur yang alot/liat. Pada wajah

digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0). Untuk menjahit struktur halus, misalnya pada

operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari ukuran 00000 (5,0) hingga 7,0. Makin

banyak angka nol-nya , makin halus ukurannya. Untuk bedah mikro, dipakai benang ukuran

8,0 hingga 10,0. Harus diingat, makin besar ukuran benang, makin besar pula benda asing

yang kita masukkan ke dalam tubuh penderita, yang berarti semakin besar pula reaksi

jaringan.

Lokasi penjahitan Jenis benang UkuranFasia Semua 2,0-1Otot Semua 3,0-0Kulit Tak diserap 2,0-6,0Lemak Terserap 2,0-3,0Hepar Kromik catgut 2,0-0Ginjal Semua catgut 4,0Pancreas Sutera atau kapas 3,0Usus halus Catgut, sutera, kapas 2,0-3,0Usus besar Kromik catgut 4,0-0Tendon Tak terserap 5,0-3,0Kapsul sendi Tak terserap 3,0-2,0Peritoneum Kromik catgut 3,0-2,0Bedah mikro Tak terserap 7,0-11,0

2. Kekuatan regangan (tensile strength)

Tensile strength didefinisikan sebagai beban yang diberikan per unit area dan dinyatakan

dalam psi atau kg/cm2 atau bisa juga didefinisikan sebagai kekuatan yang dibutuhkan untuk

memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb atau kg. Uji tensile strength dilakukan

dilaboratorium.

Makin kuat tensile strength suatu benang, makin besar pula dayanya dalam merapatkan luka.

Benang jenis ini terutama dipakai untuk menahan luka didaerah yang bebannya tinggi,

10

Page 11: Material Suture

misalnya abdomen dan ekstremitas. Umumnya tensile strength paling baik pada benang

stainless steel, sedang pada benang sintetis dan paling lemah pada benang alami.

3. Reaksi jaringan (tissue reaction)

Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka dimulai antara hari 1-3, karena benang

merupakan benda asing dalam tubuh. Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang

(monofilament, braided) atau dari struktur kimianya. Reaksi berupa penyerapan atau

penyingkiran material benang. Makin cepat penyerapan, makin besar reaksi seluler

jaringannya.

Bahan alami cenderung untuk merangsang reaksi lekosit polimorfonuklear (PMN) dan

makrofag, sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (giant cell).

Besarnya reaksi jaringan akan memperlambat penyembuhan luka. Demikian juga dengan

hasil akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh reaksi jaringan. Umumnya makin hebat

reaksi jaringan, tampilan akhir luka akan semakin kurang bagus.

4. Penyerapan (absorption)

Ada 2 mekanisme penyerapan benang penjahit luka:

Pertama, penyerapan melalui mekanisme enzimatik, misalnya terjadi pada catgut dan

kolagen. Disini enzim proteolitik yang tersimpan dalam lisosom PMN akan menghancurkan

benang.

Kedua, adalah mekanisme hidrolisa yang berefek pada air yang terkandung dalam benang.

Gangguan pada air dalam benang akan menyebabkan benang lebih rapuh lalu hancur.

Hidrolisa akan meningkat dengan perubahan pH.

5. Keamanan simpul (knotting security)

Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi pula koefisien gesekannya (coefficient of

friction). Dengan demikian, makin tinggi pula keamanan simpulnya. Benang berserat

banyak, umumnya mempunyai keamanan simpul yang lebih tinggi daripada benang berserat

tunggal. Pelapisan benang juga ikut berperan, lilin yang dipakai melapisi sutera akan

11

Page 12: Material Suture

menyebabkan benang lebih kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar. Tetapi harap

diingat, kelenturan (pliability) benang berserat banyak lebih kecil dari benang berserat

tunggal, sehingga lebih susah dimanipulasi sewaktu penjahitan. Lagi pula pencabutan

benang dari luka lebih mudah bila benang berserat tunggal dan licin. Harus diperhitungkan

juga bahwa benang berserat banyak akan meninggalkan bekas (stiching marks) yang lebih

jelek dari benang berserat tunggal. Selain koefisien gesekan, jenis dan jumlah ikatan simpul

juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu simpul.

Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan

ekstremitas), digunakan benang dengan keamanan simpul yang baik. Biasanya kepentingan

estetis menjadi nomor dua pada daerah ini.

Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai

dengan jenis benang. Benang yang licin sebaiknya disimpul lebih banyak daripada benang

yang kesat. Ini sesuai dengan hukum “approximation, no strangulation” (merapatkan, bukan

menjerat) pada penjahitan luka.

2.5. Jarum Bedah (needle)

Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture,

sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu dalam

menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang

tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat pada

pangkal needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya. needle harus cukup rigid

sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok, Diameter

yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak

meneyebabkan kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan

baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa

jaringan sekitarnya. needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi yang

memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa

menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu.

Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. Kriteria umum yang

harus dimiliki oleh jarum bedah antara lain :

Mengandung bahan antikarat (stainless steel)

12

Page 13: Material Suture

Kuat untuk menembus jaringan

Ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan

Tajam

Stabil bila digunakan bersama instrumen (needle holder)

2.6. Anatomi Jarum Bedah (Surgical Needle)

Pada surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : needle point, yaitu ujung

needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua bagian

needle. Swage adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang atau celah

untuk benang. Cord Length adalah jarak antara needle point dan swage apabila ditarik garis

lurus , sedangkan needle length adalah jarak antara swage dan needle point dengan mengikuti

lengkung lingkar luar needle. Radius adalah jarak antara pusat kelengkungan needle dengan

needle itu sendiri. Needle diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian.

2.7. Karakteristik Surgical Needle

Karakteristik yang paling penting dari surgical needle adalah :

Ketajaman dan kelengkungan

Panjang needle (needle length) dan diameter needle (ukuran)

Mata needle dan bentuk melintang needle

Jenis perlekatan dengan benang jahit terhadap needle

13

Page 14: Material Suture

1. Ketajaman dan kelengkungan

Ketajaman dan kelengkungan needle berkaitan erat dengan fungsinya. Seringkali needle yang

khusus hanya untuk satu jenis operasi saja, misalkan J-shaped, yang digunakan hanya untuk

operasi hernia femoralis saja.

2. Panjang needle (needle length) dan diameter needle (ukuran)

Potensial length dari needle, ditentukan oleh ketebalan bahan yang digunakan dan rigiditas,

ductility dan kekuatan sebuah needle menentukan ukuran needle. Kenyataannya needle

dengan diameter 66 mm dengan ultra-thin wire gauge akan lebih mudah bengkok atau patah

jika dibandingkan dengan needle yang pendek dengan diameter yang tebal. Needle yang

panjang lebih baik digunakan untuk menjahit fasia dan kulit dengan bahan needle dan bahan

14

Page 15: Material Suture

yang lebih kuat. needle yang pendek seringkali digunakan untuk menjahit viseral dan

pembuluh darah .

3. Mata dan penampang melintang needle

Titik lubang yang dibentuk oleh needle ditentukan oleh bagian terujung dari mata needle

sampai diameter melintang yang terbesar dari needle. Terdapat empat jenis lubang yang

dibentuk oleh needle: yaitu : Conventional Cutting, Reverse Cutting, Taper Point dan Blunt.

Conventional Cutting dan Reverse Cutting: digunakan dalam penjahitan kulit, periosteum,

tendon. Taper digunakan untuk jaringan yang gampang ditembus dan untuk mendapat luka

yang minimal. Blunt, untuk menjahit hepar dan lien.

4. Jenis perlekatan benang jahit terhadap needle

Needle umumnya sudah melekat dengan benang yang akan kita gunakan. Teknologi tersebut

mulai dikenal beberapa dekade terakhir. Secara tradisional semua needle memiliki 2 mata

pada pangkalnya dan benang jahit harus dimasukkan pada mata needle tersebut sebelum

dipergunakan.

Terdapat dua macam perlekatan pada jarum-benang, yang pertama adalah tipe eye, yang

dewasa ini sudah mulai jarang digunakan karena kurang praktis dalam pemakaianya dan

menimbulkan trauma pada jaringan yang dijahit.

Tipe yang kedua adalah swedged, dimana benang sudah digabungkan dengan jarum di dalam

kemasan. Hal ini lebih disukai karena tipe ini menimbulkan trauma yang minimal pada

jaringan, selain itu penggunaan jarum pun tidak dapat diulang sehingga mengurangi risiko

penularan penyakit bagi pasien.

15

Page 16: Material Suture

BAB 3

KESIMPULAN

Material suture merupakan semua bahan yang dipakai untuk meligasi atau

mengaproksimasi jaringan dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan

ataupun meligasi pembuluh darah.

Benang bedah secara garis besar dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa

kriteria yaitu Penyerapan (absorbable or non-absorbable), Asal Bahan (nature or synthetic),

Asal Serat (monofilament or polyfilament), Pelapisan (coated or uncoated).

Beberapa spesifisitas material suture yang perlu diketahui. Diantaranya Ukuran

Benang (size), Kekuatan regangan (tensile strength), Reaksi jaringan (tissue reaction),

Penyerapan (absorption), Keamanan simpul (knotting security).

Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric.

Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7.

16

Page 17: Material Suture

DAFTAR PUSTAKA

Boros (ed). Basic wound-closing methods: sutures and clips. Boros Surgical Techniques. Szeged: Medicina.

Edgerton M. The Art of Surgical Technique. Baltimore, Williams & Wilkins

Fischer. 2012. Basic Surgical Skills: New and Emerging Technology. Fischer's Mastery of Surgery 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Henry (ed). Wound healing and management. Clinical Surgery 2nd ed. Kumar & Clark

McCarthy JG. Introduction to plastic surgery. In McCarthy JG (ed): Plastic Surgery. Philadelphia, W.B. Saunders

Sabiston. Wound Healing. Sabiston Textbook of Surgery 17ed. Elsevier.

Serag Weissner. 2012. Pocket Guide to Suture Materials, Techniques & Knots 4th ed. German: Serag Weissner

Trampe. 2005. Laceration Repair. An Introduction to Clinical Emergency Medicine. Cambridge University Press.

Williams (ed). 2008. Basic Surgical Skill and Anastomosis. Bailey & Love Short Practice of Surgery. Great Bretain: Edward Arnold (Publishers) Ltd.

Zinner. Incisions, Closures, and Management of the Abdominal Wound. Maingot's Abdominal Operations 11th ed.

17