58
MIKOLOGY MEDIK BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mikologi Medik adalah ilmu yang mempelajari jamur dan penyakit pada manusia. Jamur termasuk golongan yang di maksudkan dalam fillum Thallopyta, yaitu tumbuhan yang tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Jamur tidak mempunyai klorofil, sehinga tidak dapat membentuk makanan sendiri untuk kelangsungan hidupnya. Jamur dikelompokan kedalam organisme yang bersifat heterotrofik. Sifat ketergantungan ini dapat berupa saprofit (bila tidak merugikan hospes yang di tumpanginya) atau parasitik (bila merugikan hospes yang di tumpanginya). Di dalam alam ini terdapat kurang lebih 200.000 spesies jamur dari jumlah tersebut yang telah diketahui patogen pada manusia ialah 100 spesis dan dikenal hanya 50 spesies, yaitu 20 spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang jaringan di bawah kulit (sub kutan) dan 18 menyerang alat-alat dalam (sistemik). Jamur yang bersifat oportunistik yaitu apabila ada faktor predisposisi tertentu jamur tersebut mampu menimbulkan penyakit atau kelainan-kelainan. Peran jamur dalam kehidupan sehari-hari dapat bersifat buruk atau menguntungkan. Buruk apabila merusak barang yang ada di sekitar kita, misalnya : makanan, pakaian, sepatu. Menguntungkan apabila dapat dipergunakan untuk menunjang kesejahtraan manusia. Misalnya dalam bidang industri makanan, minuman, obat-obatan dan lain sebagainya. Beberapa jamur dapat membentuk racun, contoh : Aspergilus flavus, jamur ini membentuk aflatoksin, yaitu sejenis mikotoksin. Jamur hidup hampir pada semua tempat dan tidak memerlukan makanan kusus, faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan jamur meliputi : suhu, kelembapan, zat organik, dan kebutuhan oksigen. Walaupun koloni bercak-bercak jamur dapat dilihat secara makroskopis dan mikroskopis. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang panjang dan saling berhubungan dari ujung ke ujung, benang ini disebut hifa. Banyak anggota jamur yang hifanya dibatasi oleh dinding penyekat yang disebut septa sehinga disebut hifa bersepta. Tetapi dari 1

Materi Mikologi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Materi Mikologi

MIKOLOGY MEDIK

BAB IPENDAHULUAN

Latar BelakangMikologi Medik adalah ilmu yang mempelajari jamur dan penyakit pada manusia. Jamur

termasuk golongan yang di maksudkan dalam fillum Thallopyta, yaitu tumbuhan yang tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Jamur tidak mempunyai klorofil, sehinga tidak dapat membentuk makanan sendiri untuk kelangsungan hidupnya. Jamur dikelompokan kedalam organisme yang bersifat heterotrofik.

Sifat ketergantungan ini dapat berupa saprofit (bila tidak merugikan hospes yang di tumpanginya) atau parasitik (bila merugikan hospes yang di tumpanginya).

Di dalam alam ini terdapat kurang lebih 200.000 spesies jamur dari jumlah tersebut yang telah diketahui patogen pada manusia ialah 100 spesis dan dikenal hanya 50 spesies, yaitu 20 spesies menyerang kulit, 12 spesies menyerang jaringan di bawah kulit (sub kutan) dan 18 menyerang alat-alat dalam (sistemik).

Jamur yang bersifat oportunistik yaitu apabila ada faktor predisposisi tertentu jamur tersebut mampu menimbulkan penyakit atau kelainan-kelainan.

Peran jamur dalam kehidupan sehari-hari dapat bersifat buruk atau menguntungkan. Buruk apabila merusak barang yang ada di sekitar kita, misalnya : makanan, pakaian, sepatu. Menguntungkan apabila dapat dipergunakan untuk menunjang kesejahtraan manusia. Misalnya dalam bidang industri makanan, minuman, obat-obatan dan lain sebagainya.

Beberapa jamur dapat membentuk racun,  contoh : Aspergilus flavus, jamur ini membentuk aflatoksin, yaitu sejenis mikotoksin.

Jamur hidup hampir pada semua tempat dan tidak memerlukan makanan kusus, faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan jamur meliputi : suhu, kelembapan, zat organik, dan kebutuhan oksigen.

Walaupun koloni bercak-bercak jamur dapat dilihat secara makroskopis dan mikroskopis. Jamur tersusun atas benang-benang sel yang panjang dan saling berhubungan dari ujung ke ujung, benang ini disebut hifa.

Banyak anggota jamur yang hifanya dibatasi oleh dinding penyekat yang disebut septa sehinga disebut hifa bersepta. Tetapi dari beberapa kelas terdapat juga struktur hifanya tidak bersepta sehingga tampak sebagai satu sel yang memanjang dan terdapat nukleus dalam jumlah yang banyak, hifa semacam ini disebut hifa senositik. Apabila benang-benang hifa ini bercabang dan membentuk anyaman disebut miselium. Hifa pada umumnya bersepta, tetapi adapula dari satu spora jamur membentuk hifa gabungan dari sel-sel yang tidak melekat, hifa ini disebut hifa semu. Sebagai contoh dapat ditemukan pada sel-sel ragi (yeast) pada salah satu sisinya membentuk tonjolan yang lebih besar, sehingga tampak menyerupai hifa, sedangkan anyaman dari hifa semu itu sendiri disebut misellium semu.

Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur ke jamur yang lain berbeda. Pada anggota jamur yang besar, ada yang memiliki garis tengah (10 – 20 µ). Hal ini berbeda sekali dengan sel bakteri yang rata-rata selnya hanya mempunyai garis tengah 1 µ. Panjang hifa juga berbeda-beda, tergantung bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Dalam pemeriksaan menggunakan mikroskop kadang-kadang mengalami kesulitan, hal ini karena sifat dari hifa yang lentur dan mudah patah, sehingga hifa tampak memendek dan mengalami perubahan bentuk (struktur).

1

Page 2: Materi Mikologi

Alat reproduksi jamur disebut spora. Spora dapat dibentuk dalam hifa sendiri atau dalam alat-alat kusus dari jamur. Biasanya besar antara 1 – 3 µ, yang bentuknya bisa bulat, segi empat, kerucut atau lonjong. Dalam pertumbuhannya semakin hari semakin bertambah besar.

Untuk mendeterminasi dan mengidentifikasi jenis jamur dapat dilakukan dalam 3 bentuk jamur : koloni, hifa, dan spora.

Macam-Macam SporaSpora jamur merupakan alat reproduksi. Reproduksi jamur jamur dapat dilakukan secara

vegetatif dan generatif, sehingga spora yang dihasilkan oleh jamur dapat dibedakan menjadi spora aseksual dan seksual.

Spora seksual ialah spora yang dibentuk dari hasil peleburan (fusi) inti yang jenis kelaminnya sama (homolog) atau tidak sama (heterolog) sedangkan spora aseksual adalah dibentuk langsung dari hifa tanpa ada peleburan inti.

Sifat-sifat spora dapat diketahui meliputi : bentuk, warna, ukuran, dan kedudukan.a. Bentuk bulat : Aspergillus spb. Bentuk lonjong : Monillia spc. Bentuk bulan sabit dan kumparan : Tricophyton spd. Warna spora dari kuning sampai putih : Penicillium spe. Hijau sampai biru : Aspergillus spf. Coklat sampai hitam : Homodendrum sp

Ukuran spora yang kecil dinamakan mikrospora. Contoh : Trichophyton sp, sedangkan ukuran spora yang besar dinamakan makrospora yang biasanya berseptum, contohnya Epydermopyton sp. Sedangkan berdasarkan kedudukannya ada spora yang langsung dibentuk oleh hifa misalnya Geotricum sp.

a. Spora AseksualSpora aseksual meliputi :1) Blastospora, adalah spora yang dibentuk sebagai tunas dari sel induknya yang

kemudian dilepaskan misalnya : Candida albicans, Criptoccocus neoformans, Saccharomyces sp, Blastomices sp.

2) Artrospora, adalah spora yang dibentuk karena tempat septasinya terputus sehingga bekas  septa dindingnya menebal, kadang-kadang berbentuk bulat atau persegi sehingga tampak beruas-ruas. Misalnya : Getricum    sp, Coccidioides immitis.

3) Klamidiospora, adalah spora yang dibentuk karena hifa pada tempat-tempat tertentu membesar, bulat, dan menebal dindingnya. Letak klamidiospora bisa di terminal, lateral, dan intercalary. Misalnya : Hians, Clsdoporiumstoplasma capsentulatum, Candida albicans, Cladiosporium wernecii, Blastomices dermatidis.

4) Konidiospora, adalah spora yang dibentuk langsung oleh hifa pada bagian ujung, yang bagian ujung yang bentuknya bermacam-macam tergantung dari spesiesnya. Variasi konidiospora dapat meliputi :a) Ukuran kecil disebut makrokonidia (pada umumnya uniseluler) sedangkan yang

besar disebut makrokonidia (pada umumnya multiseluler)b) Bentuk ada yang bulat, lonjong, dan kumparanc) Septa ada yang transversal, longitudinal, dan ada yang transversal dan

longitudinald) Lokasi dan kedudukan:

2

Page 3: Materi Mikologi

1. Makrokonidia bisa sendiri-sendiri, bersusun, seperti jari tangan2. Mikrokonidia. Misalnya : Mikrokonidia lateral, apabila konidiosporanya

pendek atau tidak tampak dan seolah-olah dibentuk langsung dari hifa. Misalnya Blastomyces sp. Mikrokonidia berkelompok (enggrape) apabila konidia lateral yang dibentuk pada ujung cabang hifa dengan posisi mengelompok seperti buah anggur  misalnya Tricophiton sp.

5) Sporangiospora adalah spora yang dibentuk di dalam suatu kantung yang dinamakan sporangiospora. Misalnya : Mucor sp, Rhizopus sp, Rhinosporium sceberi.

b. Spora SeksualSpora Seksual meliputi :1) Askospora, ialah spora yang dibentuk secara endogen dalam suatu kantung yang

dinamakan askus yang berisi 2, 4, atau 8 spora (tergantung dari spesiesnya)2) Basidiospora, adalah spora yang dibentuk secara eksogen dalam kantung yang

disebut basidium, biasanya berisi 4 spora. Misalnya : Volvariella volvaciae3) Zigospora, adalah spora yang dibentuk oleh 2 hifa yang sebelumnya sudah

bergantung atau dibentuk oleh dua sel yang sama bentuknya. Misalnya Muccor sp, Rhizopus sp

4) Ospora, adalah spora yang dibentuk dari hasil peleburan (fusi) dua inti yang bentuk dan jenis kelaminnya berbeda atau dibentuk oleh dua sel yang berbeda bentuknya misalnya : Basidiobolus sp, Absidia sp.

Macam Hifaa. Menurut fungsinya hifa dapat di bedakan menjadi tiga macam :

1) Hifa vegetatifMenuju kearah subtrat (ke bawah) dan berfungsi untuk mengambil zat-zat makanan

2) Hifa udaraMenuju kearah yang bertentangan dengan hifa vegetatif yaitu ke arah udara (ke atas) berfungsi untuk mengambil oksigen

3) Hifa generatifMerupakan hifa yang arahnya bertentangan juga dengan hifa vegetatif, fungsinya membentuk alat-alat reproduksi (spora)

b. Menurut bentuknya hifa terbagi atas 3 bagian yaitu :1) Hifa bersepta

Merupakan bentuk benang yang dibatasi oleh dinding pemisah sehingga hifa terpisah-pisah menjadi banyak sel-sel.

2) Hifa tidak berseptaMerupakan benang yang di dalamnya tidak dipisahkan oleh dinding (septa) sehingga tampak adanya sel-sel yang memanjang seperti pipa.

3) Hifa semu (pseudohifa)Merupakan bentuk hifa yang seakan-akan menyerupai rangkaian sel-sel, tetapi rangkaian sel-sel tersebut sewaktu-waktu akan berubah.

c. Menurut warnanya :Hifa dalam penampilannya ada yang tampak berwarna ada yang tidak berwarna.

Warna pada hifa  terjadi pada pigmen spora, semakin  spora masak maka warnanya semakin kelihatan. Jamur yang termasuk yang termasuk famili Dematiaceae hifanya

3

Page 4: Materi Mikologi

berwarna hitam atau tengguli tua, sedangkan jamur yang termasuk famlli Moniliaceae biasanya tidak berwarna. Kumpulan hifa yang bercabang-cabang disebut miselium. Warna miselium bisa putih, kuning sampai jingga misalnya (Penisilium sp), hijau, biru sampai hitam misalnya (Aspergillus sp), putih abu-abu sampai coklat (Sportichum sp).

Macam KoloniKoloni adalah kumpulan jamur sejenis terdapat dalam ruangan yang sama. Koloni jamur

dapat dipergunakan untuk membantu dalam mengidentifikasi karena memiliki bentuk, warna, dan sifat yang berlainan antara satu sama yang lain. Dikenal 3 macam koloni jamur yaitu :a. Koloni ragi (yeast koloni)

Tipe koloni ini terdiri dari sel-sel ragi dan tidak mempunyai misellium. Sel-sel ragi membentuk tunas (buding) dan pada jamur-jamur tertentu ada yang membentuk askospora. Misalnya : Sacharomyces sp.

b. Koloni menyerupai ragi (yeast like koloni)Tipe koloni ini menyerupai ragi dan miselium semu (pseudomisellium). Sel-sel ragi membentuk tunas tetapi tidak membentuk askospora. Misalnya : Candida albicans.

c. Koloni filamen (filamentous colony)Tipe koloni ini secara makroskopis tampak seperti beludru, wol, kapas, atau katun. Sedang secara mikroskopis tampak adanya hifa sejati yang membentuk miselium dan juga spora. Misalnya : Geotrichum sp.

4

Page 5: Materi Mikologi

BAB IIDASAR TEORI

Morfologi JamurJamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau

regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.a. Struktur tubuh jamur

Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya mencapai satu meter, contohnyojamur kayu. Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh buah.

Jamur tersusun atas benang-benang sel yang memanjang dan saling berhubungan dari ujung ke ujung, benang ini disebut dengan Hifa. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa senositik.

Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.

Apabila benang – benang hifa ini bercabang dan membentuk anyaman yang disebut miselium. Hifa pada umumnya bersepta, tetapi ada pula dari satu spora jamur membentuk hifa yang gabungan dari sel – selnya tidak melekat, hifa ini disebut hifa semu.

Ukuran sel yang menyusun hifa berbeda dari satu jamur dengan jamur lain. Pada anggota jamur yang besar, ada yang memiliki garis tengah ( 10 – 20 µ ). Hal ini berbeda sekali dengan sel bakteri, yang rata – rata selnya hanya mempunyai garis tengah 1 µ. Panjang hifa juga berbeda  beda, tergantung bagaimana jamur itu ditumbuhkan. Dalam pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop kadang – kadang  mengalami banyak kesulitan, hal ini karena sifat hifa yang mudah lentur dan patah, sehingga hifa tadi tampak memendek dan mengalami perubahan bentuk ( struktur ).

b. Habitat jamurSemua jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya,

jamur tidak memangsa dan mencernakan makanan. Clntuk memperoleh makanan, jamur menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpannya dalam bentuk glikogen. Oleh karena jamur merupakan konsumen maka jamur bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan senyawa kimia lainnya. Semua zat itu diperoleh dari lingkungannya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.1) Parasit obligat

Merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya, sedangkan di luar inangnya   tidak dapat hidup. Misalnya, Pneumonia carinii (khamir yang menginfeksi paru-paru penderita AIDS).

5

Page 6: Materi Mikologi

2) Parasit fakultatifAdalah jamur yang bersifat parasit jika mendapatkan inang yang sesuai, tetapi

bersifat saprofit jika tidak mendapatkan inang yang cocok.3) Saprofit

Merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organik yang mati. Jamur saprofit  menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besar jamur saprofit mengeluarkan enzim hidrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu, hifa dapat juga langsung menyerap bahan-bahan organik dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan oleh inangnya.

Cara hidup jamur lainnya adalah melakukan simbiosis mutualisme. Jamur yang hidup bersimbiosis, selain menyerap makanan dari organisme lain juga menghasilkan zat tertentu yang bermanfaat bagi simbionnya. Simbiosis mutualisme jamur dengan tanaman dapat dilihat pada mikoriza, yaitu jamur yang hidup di akar tanaman kacang-kacangan atau pada liken.

Jamur berhabitat pada bermacam-macam lingkungan dan berasosiasi dengan banyak organisme. Meskipun kebanyakan hidup di darat, beberapa jamur ada yang hidup di air dan berasosiasi dengan organisme air. Jamur yang hidup di air biasanya bersifat parasit atau saprofit, dan kebanyakan dari kelas Oomycetes.

c. Bentuk jamurBentuk jamur secara garis besar terdiri atas tiga bentuk,yaitu :1) Yeast

Merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval / lonjong dengan diameter 3 – 15 mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual)  membentuk tunas atau budding cell. Yeast ada dua yaitu : Yeast murni merupakan jamur uniselluler yang tidak mampu membentuk pseudohifa/ klamidospora, Yeast like merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk pseudohifa. Contoh : Candida sp, Candida albicans, Torulla (koloni berwarn amerah/ orange), Cryptococcus neoformans

Secara makroskopik (pada media padat SGA) koloni jamur bentuk yeast tampak Smooth, warna krem, cembung bau seperti ragi. Identifikasi dengan uji biokimia

2) Mold atau kapangMerupakan jamur multiselluler (mempunyai inti lebih dari satu) yang

membentuk benang-benang hifa / filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa yang berada didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat  untuk menyerap makanan.

Secara makroskopik  (pada media SGA) jamur yang berbentuk Mold membentuk koloni yang berserabut / granuler  koloninya tampak kasar (Rought). Untuk identifikasi, hasil mikroskopik dan makroskopik merupakan dasar identifikasi. Contoh

6

Page 7: Materi Mikologi

: Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Microsporum, Trichophyton, Epidermophyton

3) DimorfikMerupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold.

Berbentuk Yeast jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37 derajat C, dan berbentuk mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu ruang. Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatidis

d. Pertumbuhan dan reproduksi jamurReproduksi jamur dapat secara seksual (generatif) dan aseksual (vegetatif). Secara

aseksual, jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.

Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami (peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Akhimya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan pembelahan meiosis.

Klasifikasi Penyakit JamurPenyakit Jamur dapat dibagi menjadi :a. Berdasarkan geografis

Yaitu menurut letak penyebarannya, penyakit jamur yang menyerang seluruh dunia atau beberapa tempat di dunia. Contoh :1) Jamur yang tersebar luas, yang dapat menyerang seluruh permukaan bumi,

misalnya : Trikopitosis dan Histoplasmosis2) Jamur yang hanya menyerang beberapa bagian di dunia ini, misalnya : Blastomikosis

Amerika Utara dan Blastomikosis Amerika Selatan.b. Berdasarkan morfologi koloni

1) Jamur yang berfilamen, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni filament. Misalnya : Tricophyton, Mikrosporum

2) Jamur ragi, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni ragi, misalnya : Candida.

5) Jamur yang mempunyai 2 ( dua ) bentuk jamur ganda, yaitu jamur yang pada pembiakan temperature 370C menghasilkan koloni ragi, tetapi pada temperature kamar akan memberikan koloni filament, misalnya : Sporotrikosis

c. Berdasarkan etiologiPembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesies jamur penyebab penyakitnya, misalnya :1) Trikopitosis : penyebab Trichophyton2) Aspergilosis : penyebabnya spesies Aspergillus3) Epidermofitosis : penyebabnya spesies Epidermophiton

7

Page 8: Materi Mikologi

d. Berdasarkan topografi (bentuk klinis)1) Mikosis superfisial

Adalah jamur – jamur yang menyerang lapisan luar pada kulit, kuku, dan rambut. Dibagi dalam 2 ( dua ) bentuk, yaitu :a. Dermatofitosis, terdiri dari : Tinea kapitis, Tinea kruris, Tinea korporis, Tinea

pedis atau manus, Tinea ungunium (onikomikosis), Tinea interdigitalis, Tinea favosa, dan Tinea barbae.

b. Non dermatofitosis, terdiri dari : Tinea versikolor, Piedra hitam, dan Piedra putih.Perbedaan antara dermatofitosis dan non dermatofitosis terletak pada infeksi di

kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan didalam epidermis, mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkan golongan non dermatofitosis mempunyai afnitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis, rambut, dan kuku infeksinya lebih dalam.

2) Mikosis intermedietYaitu jamur – jamur yang menyerang kulit, mukosa, sub kutis dan alat – alat dalam, terutama yang disebabkan oleh spesies candida sehingga penyakitnya disebut kandiidasis, seperti : Candida albicans

3) Mikosis dalamYaitu jamur – jamur yang menyerang sub kutis dan alat – alat dalam. Adapun jamur yang termasuk dalam golongan ini, yaitu : Aktinomikosis, Nokardiosis, Kriptokokosis, Aspergillosis, Kromomikosis, Sporotrikosis, dan Histoplasmosis.

Cara Menegakkan DiagnosisSelain dari gejala – gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit jamur harus dibantu

dengan pemeriksaan laboratorium yaitu :a. Pemeriksaan langsung

Untuk melihat apakah adanya infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan ditetesi dengan larutan KOH 10 – 40 % dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap kemudian di lihat di bawah mikroskop.

b. Pembiakan atau kulturPembiakan dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25 – 300C),

kemudian dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan. Hal – hal yang perlu diperhatikan : bentuk koloni, warna koloni, jenis koloni.

c. Reaksi imunologisDengan menyuntikkan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari koloni

jamur, reaksi ( + ) berarti infeksi oleh jamur (+), misalnya :1) Reaksi histoplasmin

Antigen yang dibuat dari pembiakan histoplasma. Kalau (+) berarti infeksi histoplasma (+).

2) Reaksi trikofitinAntigen yang dibuat dari pembiakan schenkii. Kalau (+) berarti ada infeksi Trikopiton

3) Reaksi sporotrikinAntigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies Sporotrikum

8

Page 9: Materi Mikologi

d. Biopsi atau pemeriksaan histopatologiKhusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan mikosis dalam.

Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsy, dapat dicari elemen jamur dalam jaringan tersebut. Pewarnaan khusus seperti pewarnaan Gram, HE, dan PAS dapat mewarnai elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak jelas. Selain itu, pemeriksaan histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi jamur.

e. Pemeriksaan dengan sinar woodSinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu “jaringan wood“,

sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600 A. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang mengalami infeksi oleh jamur – jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi warna yang kehijau – hijauan atau flouresensi. Apabila pemeriksaan dengan cara ini memberi flouresensi, pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada flouresensi disebut negative. Jamur – jamur yang memberikaan flouresensi adalah Microsporum lanosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis, dan Malssezia furtur (penyebab tinea versikolor).

9

Page 10: Materi Mikologi

BAB IIIMIKOSIS

Super Fisialis NON – DERMATOFITOSISInfeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal ini

disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :A. Tinea versikolor

1. DefinisiTinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.

2. MorfologiPertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai :a. Bentuk makuler :Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus

diatasnya dan tepi tidak meninggi.b. Bentuk folikuler :Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

3. PatogenesisMallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana

perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan "lipid dependent yeast". Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari, peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap melanosit.

4. Gambaran klinisTimbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal bila berkeringat.

Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus.a. Folikulitis

Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan histologis organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran sebasea dan sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri dari debris keratin Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm, distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk. Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis

c. Dacriosis obstructif

10

Page 11: Materi Mikologi

Malasezia furfur dapat membentuk koloni pada kelenjar lakrimalis, menyebabkan pembengkakan dan obstruksi. Pada beberapa kasus terbentuk dakriolit, terjadi inflamasi dan mengganggu produksi air mata.

5. Cara menegakkan diagnosaSelain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezia

fulfur diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut :a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%

Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang bersambung seperti kalung. Pada pitiriasis versikolor hifa tampak pendek-pendek, lurus atau bengkok dengan disana sini banyak butiran-butiran kecil bergerombol.

b. Pembiakan.Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan.

c. Pemeriksaan dengan sinar woodDapat memberikan perubahan warna pada seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai orange.

6. PengobatanTinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain

sprei, handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu. Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali. Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor tidak memberi respon yang baik terhadap pengobatan dengan griseofulvin. Obat-obat anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep 2/4), salisil spiritus, tiosulfat natrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida 2% dalam shampo, derivat imidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.

B. PiedraMerupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan

benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut. Ada dua macam :a. Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigelib. Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlal

11

Page 12: Materi Mikologi

1) Piedra beigelia. Definisi

Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan ditanah, udara, dan permukaan tubuh.

b. MorfologiJamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.

c. PatogenesisBiasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang sudah terkena infeksi.

d. Gambaran klinisAdanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak memberikan gejala-gejala keluhan.

e. Cara menegakkan diagnosisDiagnosa ditegakkan atas dasar :1. gejala klinis2. pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan, 3. kultur pada agar Sabauroud.

f. PengobatanRambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus dilutus.

2) Piedra horlala. Definisi

Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala, kumis atau jambang dan dagu.

b. MorfologiAskospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam

suatu kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang padat membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut yang ada benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.

c. Gambaran klinisPada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan

yang keras warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung.

d. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan atas dasar :1. Gejala klinis

Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar.2. Laboratorium

12

Page 13: Materi Mikologi

a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2u.

b. Kultur rambut dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni filamen.

e. PengobatanSebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat :

1/2000 dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1 minggu.

C. Otomikosis1. Definisi

Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp Mukor dan Penisilium.

2. Cara menegakkan diagnosisDiagnosa didasarkan pada :

a. Gejala klinikYang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi merah,skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.

a. Pemeriksaan laboratorium1) Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa dengan

KOH 10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.

2) Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.

3. PengobatanPengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan

jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan. Larutan timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan burowi 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan

13

Page 14: Materi Mikologi

biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien violet 1-2% juga dapat menolong.

D. Tinea Nigra1. Definisi

Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluas sampai ke punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada dan muka. Gambaran floresensi ini dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit. Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.

2. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan :a. Gejala klinis yang khasb. Pemeriksaan laboratorium

1) Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanya hifa dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u.

2) Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah yang filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong.

3. PengobatanPengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan

II atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparat-preparat imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik.

Super Fisialis DERMATOFITOSISDermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung

zat tanduk, seperti kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.I. Tinea kapitis

1. DefinisiTinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genusTrichophyton dan Microsporum, misalnya T.violaceum, T.gourvili, T.mentagrophytes, T.tonsurans,  M.audonii, M.Canis dan M.ferrugineum.

2. Morfologia. Trichophyton

14

Page 15: Materi Mikologi

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.

b. MicrosporumMicrosporum adalah kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup

pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkinsaja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinnamon.

3. PatogenesisCara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.

Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.

4. Gambaran klinisPenyakit ini sering terjadi pada anak-anak, yang dapat ditularkan dari

binatang peliharaan misalnya anjing dan kucing. Keluhan penderita berupa bercak pada kepala,gatal dan sering disertai rontoknya rambut di tempat lesi tersebut. Ada 3 bentuk klinis dari tinea kapitis, yakni :a. Grey patch ringworm

Merupakan Tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus Microsporum dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini biasanya dimulai dengan timbulnya papula merah kecil di sekitar folikelrambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk bercak pucat karena adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi abu-abu, tidak  berkilat lagi. Rambut menjadi mudah patah dan juga mudah terlepas dari akarnya. Pada daerah yang terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempatdan terlihat sebagai “grey patch”. B e r c a k a b u - a b u i n i s u l i t t e r l i h a t b a t a s -  batasnya dengan pasti, bila tidak menggunakan lampu Wood. Pemeriksaandengan lampu Wood memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batas- batas yang sakit dapat terlihat jelas.

b. KerionMerupakan Tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan

yanghebat. Lesi berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukans e l r a d a n g d i s e k i t a r n y a . K e l a i n a n i n i m e n i m b u l k a n j a r i n g a n p a r u t y a n g menetap. Biasanya disebabkan jamur zoofilik dan geofilik.

c. Black dot ringwormAdalah tinea kapitis dengan gambaran klinis berupaterbentuknya

titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Biasanya disebabkan oleh genus Tricophyton.

15

Page 16: Materi Mikologi

5. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan sinar

Wood, dan pemeriksaan mikroskopis rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopis, akan terlihat spora di luar rambut (ectotrics) atau di dalam rambut (endotrics).

6. PengobatanPengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-

25mg/kg berat badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500mg/hari selama 6 minggu. Penggunaan antijamur topikal dapat mengurangi penularan pada orang yang ada di sekitarnya.Selain antijamur, pada bentuk kerion dapat diberikan kortikosteroid dalam  jangka pendek, misalnya prednison 20 mg /hari selama 5 hari.

7. Gambar jamur penyebab tinea kapitis

II. Tinea favosa1. Definisi

Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini, T.violaceum dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yang ditandai oleh skutula berwarna kekuningan dan bau seperti tikus (mousy odor ) pada kulit kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen.

2. Morfologia. Trichophyton

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.

b. MicrosporumMicrosporum adalah kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup

pada tubuh manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari jamur.

Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai cinnamon

3. PatogenesisCara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.

Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.

4. Gambaran klinisGambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit

kepala dan terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan kerontokan rambut, serta lesi menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu, terjadi

16

Page 17: Materi Mikologi

kerontokan rambut luas, kulit mengalami atrofi dan sembuh dengan jaringan parut permanen tinea favosa pada anak-anak .

5. Cara menegakkan diagnosisBerdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis langsung,

denganmenemukan miselium yang bentuknya tidak teratur. Pada pemeriksaan dengan sinar  Wood  tampak fluoresensi hijau pudar.

6. PengobatanPrinsip pengobatan sama dengan tinea kapitis. Untuk menghilangkan skutula

dan debris, higiene harus dijaga dengan baik. Pengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25mg/kg berat badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500mg/hari selama 6 minggu.

7. Gambar jamur penyebab Tinea favosa 

III. Tinea korporis1. Definisi

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut (Glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan tungkai. Penyebab tersering penyakit ini adalah T. rubrum danT. mentagrophytes.

2. MorfologiTrichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau

manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.

3. PatogenesisCara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.

Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau air.

4. Gambaran klinisBentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-

macameflorosensi kulit, berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik.Bagian tepi lebih aktif dengan tanda perdangan yang lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara di tepi lesi makin meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi tetap meninggidan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar. Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan tanda-tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada bagiantubuh dan tidak jarang bersama-sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik yangdisebabkan oleh T.rubrum kadang-kadang terlihat bersama dengan tinea unguium dan tinea korporis pada punggung dan lengan.

5. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya,

serta pemeriksaan kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop untuk melihat hifa atau spora jamur.

6. PengobatanPengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4minggu;

dapat juga ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100mg/hari

17

Page 18: Materi Mikologi

selama 2 minggu; atau terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Pengobatandengan salep Whitfeld masih cukup baik hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftat,tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol, dan naftifin HCl.

7. Gambar jamur penyebab Tinea korporis

IV. Tinea imbrikata1. Definisi

Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yangmelingkar-lingkar dan terasa gatal. Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita T.concentricum.

2. MorfologiTinea imbrikata atau Tokelau adalah mikosis superfisial disebabkan

oleh Trichophyton concentricum, sebuah dermatofit antropofilik. Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Pada Trichophyton secara mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat, hifa spiral, ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari 6- 12 sel juga ditemukan mikrokonidia yang bentuknya seperti tetes air. Secara makroskopik ditemukan koloni yang kasar berserbuk / radier pada bagian tengah menonjol. Contoh : Trichophyton mentagropytes, Trichophyton rubrum, Trichophyton concentricum adalah jamur antropofilik yang pertumbuhannya lambat dan menyebabkan penyakit kulit kronis, luas, non - inflamasi. Tinea corporis dikenal sebagai tinea imbrikata karena cincin konsentris dari skuama yang dihasilkannya.

Pada agar dextrose Sabouraud itu, koloni yang lambat tumbuh, mengangkat dan melipat, gundul menjadi suede-seperti, sebagian besar putih krem, tapi kadang-kadang oranye berwarna coklat, seringkali sangat dilipat ke dalam agar-agar yang dapat menghasilkan pemecahan media dalam beberapa kebudayaan. Reverse penyuka kuning-coklat sampai berwarna coklat. Budaya terdiri dari luas, banyak-bercabang, tidak teratur, sering hifa tersegmentasi, septate yang mungkin "tanduk" tips menyerupai T. schoenleinii. Chlamydoconidia sering hadir dalam budaya yang lebih tua. Microconidia dan macroconidia biasanya tidak diproduksi, meskipun beberapa isolat akan menghasilkan clavate sesekali pyriform microconidia. Perhatikan segmen hifa artifisial mungkin mirip macroconidia

3. PatogenesisLingkungan kulit yang sesuai merupakan faktor penting dalam perkembangan

klinis dermatofitosis.Infeksi alami disebabkan oleh deposisi langsung spora atau hifa pada permukaan kulityang mudah dimasuki dan umumnya tinggal di stratum korneum, dengan bantuan panas,kelembaban dan kondisi lain yang mendukung seperti trauma, keringat yang berlebihdan maserasi juga berpengaruh. Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan keringatsehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan individu atau hewan yang terinfeksi, benda-benda sepertipakaian, alat-alat dan lain-lain.

Infeksi dimulai dari terjadinya kolonisasi hifa ataucabang-cabangnya dalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi ke dalam jaringan epidermis dan merusak keratinosit.  Setelah masa perkembangannya (inkubasi) sekitar 1-3 minggu respon jaringan terhadap infeksi semakin jelas dan meninggi yang disebut ringworm, yang menginvasibagian perifer

18

Page 19: Materi Mikologi

kulit. Respon terhadap infeksi, dimana bagian aktif akan meningkatkan proses proliferasi sel epidermis dan menghasilkan skuama. Banyak individu dalampopulasi yang terinfeksi menunjukkan agen T-cell spesifik yang hiporeaktif dari jamur. Itu juga telah mengasumsikan bahwa kerentanan dalam populasi ini dapat diwariskansebagai sifat resesif autosomal. Pada masa inkubasi, dermatofit tumbuh dalam stratum korneum, kadang-kadang disertai tanda klinis yang minimal. Pada carier, dermatofit pada kulit yang normal dapat diketahui dengan pemeriksaan KOH atau kultur

4. Gambaran klinisPenyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit yang tidak

berambut,sehingga sering digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makulaeritematosa yang gatal, kemudian timbul skuama yang agak tebal dan konsentrisdengan susunan seperti genting. Lesi makin lama makin melebar tanpa meninggalkan penyembuhan di bagian tengah.

5. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang sangat khas berupa lesi

konsentris.6. Pengobatan

Pengobatan sistemik griseofulvin dengan dosis 500 mg/hari selama 4 minggu. Sering terjadi kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan ulangyang lebih lama. Obat sistemik lain adalah ketokonazol 200 mg/hari, itrakonazol 100mg/hari dan terbinafin 250 mg/hari selama 4 minggu. Pengobatan topikal tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas.Dapat diberikan preparat yang mengandung keratolitik kuat dan antimikotik, misalnya salep Whitfeld , Castellani paint , atau campuran salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5%, serta obat-obat antimikotik berspektrum luas.

7. Gambar jamur penyebab Tinea imbrikata

V. Tinea kruris1. Definisi

Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha,genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. Penyebab umumnya adalah  E.floccosum, kadang-kadang dapat jugadisebabkan olehT.rubrum. Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha sekitar anogenital.

2. MorfologiJenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan

Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

3. PatogenesisCara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan

langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman,

19

Page 20: Materi Mikologi

kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.

4. Gambaran klinisGambaran klinis biasanya berupa lesi simetris di lipat paha kanan dan

kiri,namun dapat juga unilateral. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal,yang lama kelamaan meluas hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai seluruh  p a h a .   Tepi lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan terkadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil.

5. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas danditemukannya

elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik langsung memakai larutan KOH 10-20%.

6. PengobatanPengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4minggu.

Obat lain adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld, tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.

7. Gambar jamur penyebab Tinea kruris

VI. Tinea manus et pedis1. Definisi

Tinea manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari- jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital. Penyebab tersering adalah T.rubrum, T. mentagrophytes dan E.floccosum.

2. Morfologia. Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau

manusia.Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan

geophilic.b. Epidermophyton

Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar. koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

3. Patogenesis

20

Page 21: Materi Mikologi

Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis, tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam 10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni kuning kecoklat-coklatan

4. Gambaran klinisPenyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus

memakaisepatu tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, mencuci,  b e k e r j a d i s a w a h d a n s e b a g a i n y a . K e l u h a n p e n d e r i t a b e r v a r i a s i m u l a i d a r i t a n p a keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan. Dikenal 3 bentuk klinis yang sering dijumpai, yaitu :a. Bentuk intertriginosa

Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasidan erosi pada sela jari. Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadifisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi sekunder oleh bakteri dapatmenyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari.

b. Bentuk vesikular akutPenyakit ini ditandai terbentuknya vesikel-vesikeldan bula yang terletak

agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasiyang sering adalah telapak kaki bagian tengah dan kemudian melebar sertavesikelnya memecah. Infeksi sekunder dapat memperburuk keadaan ini.

c. Bentuk moccasin footPada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi, sampai punggung kaki

terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat pada bagian tepi lesi.

5. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan gambaran klinis

dan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan elemen jamur.

6. PengobatanPengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat

antijamur untuk bentuk interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin foot yang kronik memerlukan pengobatan yang lebih lama, paling sedikit 6minggu dan kadang-kadang memerlukan antijamur per oral, misalnya griseofulvin,itrakonazol, atau terbenafin.

7. Gambar jamur penyebab Tinea Manue et pedis

VII. Tinea unguium1. Definisi

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita.Penyebab penyakit yang sering adalah T.mentagrophytes dan T.rubrum.

2. Morfologi

21

Page 22: Materi Mikologi

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic.

3. PatogenesisPenyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, diikuti oleh Trichophyton

mentagrophytes varian interdigitale, dan Epidermophyton floccosum. T. rubrum tersering ditemukan pada kuku tangan, sedangkan T.Mentagrophytes terutama pada kuku kaki. Beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi terjadinya tinea unguium adalah trauma, hiperhidrosis palmar dan plantar, keadaan imonusupresi, gangguan sirkulasi perifer, distrofi lempeng kuku oleh berbagai sebab, dan salah posisi perlekatan perifer kuku ke lipat kuku dan hiponikium. Biasanya pasien tinea unguium mempunyai dermatofitosis di tempat lain yang sudah sembuh atau yang belum. Kuku kaki lebih sering diserang dari pada kuku tangan.

4. gambaran klinisDikenal 3 bentuk gejala klinis, yaitu :a. Bentuk subungual distalis

Penyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateralkuku. Penyakit akan menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisakuku yang rapuh

b. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofitaBentuk ini berupa bercak keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanyaelemen jamur.

c. Bentuk subungual proksimalPada bentuk ini, kuku bagian distal masihutuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserangdaripada kuku tangan.

5. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan kerokan

kukudengan KOH 10-20 % atau dilakukan biakan untuk menemukan elemen jamur.6. Pengobatan

Pengobatan penyakit ini memakan waktu yang lama. Pemberian griseofulvin 500 mg/hari selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan untuk kuku jari kaki merupakan pengobatan standar. Pemberian itrakonazol atau terbenafin per oralselama 3-6 bulan juga memberikan hasil yang baik. Bedah skalpel tidak dianjurkanterutama untuk kuku jari kaki, karena jika residif akan menggangu pengobatan berikutnya. Obat topikal dapat diberikan dalam bentuk losio atau kombinasi krim bifonazol dengan urea  40%.

7. Gambar jamur penyebab Tinea Unguium

Profunda SubcutisMikosis profunda adalah penyakit jamur yang mengenai alat dalam.Pnyakit ini dapat

terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya Paru) melalui  luka , atau menyebar dari permukan kulit atau alat dalam lain.

Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia: Misetoma, Sporotrikosis, Kromomikosis, Zigomikosis, Fikomikosis, MukormikosiA. Misetoma

1. Definisi

22

Page 23: Materi Mikologi

Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif, dan granulomatosa yang dapatdisebabkan bakteri Actinomyces dan Nocardia yang termasuk Schizomycetes dan Eumycetes atau jamur berfilamen. Penyebab : Nocardia asteroides, Actynomyces bovis

2. Gambaran klinisBiasanya terdiri atas pembengkakan,abses, sinus, dan fistel multiple. Di dalam

sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat.Berhubungan dengan penyebabnya, misetoma yang disebabkan Actinomyces disebut  Actinomycotic mycetoma yang disebabkan bakteri botryomycosis dan yangdisebabkan jamur berfilamen dinamakan maduromycosis.biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan seperti tumor jinak dan harus disertai butir-butir. Inflamasi dapat menjalar dari permukaan sampai ke bagian dalam dapat menyerang subkutis, fasia, otot, dantulang. Sering berbentuk fistel yang mengeluarkan eksudat.

3. Cara menegakkan diagnosisDiagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan urain di

atas. Namun bila disokong dengan gambaran histologik dan hasil biakan, diagnosis akan lebih meyakinkan. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting artinya untuk terapi dan prognosis.

4. PengobatanPengobatan misetoma biasanya harus disertai reseksi radikal, bahkan amputasi

kadang-kadang perlu dipertimbangkan. Obat-obat misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat, bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama (9 bulan- 1tahun) dan bilakelainan belum meluas benar. Obat-obat baru antifungal misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.

B. Sporotrikosis1. Definisi

Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyebab : Sporotrichum schenckii

2. Gambaran klinisGejala awal berupa benjolan ( nodul) dibawah kulit kemudian membesar, merah,

meradang, proses nekrosis kemudian terbentuk ulkus. Nodula yang sama terjadi sepanjang pembuluh limpha regional dan terjadi ulkus-ulkus berikutnya.

3. Cara menegakkan diagnosisUmumnya mudah dibuat berdasarkan kelainan kulit yang multiple yang umunya

khas. Penyakit ini umumnya ditemukan pada pekjerja hutan maupun petani. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada mencit atau tikus dan pemeriksaan histopatologik.

4. PengobatanPengobatan yang biasanya dengan pemberian larutan kaliumIodida jenuh oral.

Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atauitrakonazol dapat diberikan.

23

Page 24: Materi Mikologi

C. Kromomikosis 1. Definisi

Kromikosis atau Kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).

2. Gambaran klinisPenyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang

perlahan-lahan sehinggaakhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadiulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernahditemukan, misalnya pada tangan, muka, leher, dada, dan bokong.

3. PengobatanObat-obatan biasanya memberikan hasil yang kurang memuaskan dan harus

diberikan dalam waktu yang lama. Hasil pengobatan yang baik dicapai dengan kombinasi amfoterisin B dan 5-fluorositosin. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan baru pada penyakit ini terutama bila penyebabnya adalah Cl  adosporium carrionii.

D. Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis1. Definisi

Penyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur pula yang taksonominya dan peranannya masih didiskusikan. Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu: Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunning-hamella.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat jarang ditemukan Fikomikosis subkutan.

2. Gambaran klinis dan diagnosisKelainan timbul di jaringan subkutan antara lain: di dada, perut, atau lengan ke

atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsistennya keras kadang dapat terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik dan biakan. JAmur agak khas hifa lebar 6-50 µm seperti pita, tidak bersepta, dan coenocytic.

3. PengobatanSebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh kalium

Iodida.Mulai dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan dinaikkan sampai timbul gejala intoksikasi, penderita mual dan muntah. Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dan dipertahankan terus menerus sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasi fikomikosis subkutan dengan baik. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik.

Profunda SistemikAdalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali

tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada suhu 37oC. Mikosis subkutan akut kerap kali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik melalui terjadinya infeksi skunder.

24

Page 25: Materi Mikologi

Penyakit Yang termasuk  profunda sistemik ada 2 yaitu :A. Infeksi sistemik primer

1. Nokardiosis sistemika. Definisi

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Nocardia asteroides, infeksi terjadi melalui inhalasi. Kelainan primer terjadi pada paru – paru menyebar melalui darah dapat menginfeksi ginjal dan otak.

b. MorfologiHifa halus dengan diameter 0,5-1 mikron pada biakan aerob, gram positif

tahan asam.c. Patogenesis

Kelainan paru-paru mirip dengan TBC . gejala dapat pula menyerupai pneumonia penyebaran secara hematogen ke kulit, otak atau ginjal.

d. Gambaran klinisNokardiosis terutama merupakan penyakit paru pada 75% dari semua

kasus. Hampir semua kasus terjadi pada penderita terganggu imun atau penderita dengan penyakit paru yang mendasari terutama proteinosis alveoler.

e. Cara menegakkan diagnosisBahan dari sputum, biopsi jaringan :1) Pewarnaan gram.2) Pewarnaan tahan asam3) Sediaan PA4) Biakan dalam medium tanpa antibiotik secara aerob

f. Pengobatan : Sulfa dan streptomising. Gambar

2. Kriptokokosisa. Definisi

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans . Jamur ini hidup ditanah yang mengandung kotoran burung merpati, menyebabkan penyakit Meningitis

b. MorfologiBiakan pada media Sabaroud agar tampak koloni berwarna krem,

konsistensi mucoid (berlendir)c. Patogenesis

Infeksi berupa infeksi subklinik. Cryptococcus neoformans mampu tumbuh dengan optimal pada suhu 370C berbeda dangan spesies cryptococcus yang non patogen

d. Gambaran klinisGejala klinis pada kucing berupa infeksi pada rongga hidung,

bersin, mucopurulent, serous (bunyi sengau), hemorrhagi, edema subcutan, juga luka pada kulit yang berupa papula atau bongkol-bongkol kecil. Luka yang lebih besar cenderung menjadi bisul yang berupa serous eksudat pada permukaan kulit

e. Cara menegakkan diagnosis

25

Page 26: Materi Mikologi

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, LCS, darah, Urin, kotoran burung merpati. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan menggunakan KHO tinta cina untuk melihat adanya kapsul pada spora yang berbentuk oval.

f. PengobatanPengobatan yang dapat dilakukan dengan terapi kombinasi amfoterisin B

dengan fluositosin.g. Gambar

3. Histoplasmosisa. Definisi

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma capsulatum yang  bersifat dimorfik dan menyebabkan penyakit histoplasmosis

b. MorfologiHistoplasma capsulatum membentuk sel-sel lonjong bertunas uninukleat

yang ukurannya 2-4 m dalam sel-sel fagosit dan pada agar miring darahμ glukosa-sistein

c. PatogenesisInfeksi terjadi jika spora masuk melalui inhalasi pada paru-paru dan

menimbulkan peradarangan setempat, diikuti dengan pembesaran kelenjar limfe regional

d. Gambaran klinisDengan foto Rontgen tampak gambaran menyerupai tuberculosis paru. Jika

infeksi dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi menyebar ke seluruh organ dalam dan dapat menimbulkan kematian.

e. Cara menegakkan diagnosisBahan pemeriksaan berasal dari sputum , darah, LCS, urin dan bahan biopsi.

Pemeriksaan langsung dari bahan yang berasal dari jaringan maka akan tampak spora yang berbentu bulat / oval (yeast)

f. PengobatanPengobatan pertama dari beberapa macam penyakit adalah dengan

amphotericin B, diikuti itraconazole oral. Dari beberapa kasus ringan, itraconazole ringan cukup optimal. Penyakit tanpa simpton yang khas tidak diobati. Pengobatan anti jamur sering digunakan untuk mengobati semua kasus penyakit kronik dan menyebar

h. Gambar

 4. Blastomikosis

a. Definisisuatu penyakit granulomatosa kronik yang di sebabkan oleh suatu fungi dimorfik yang tumbuh dalam jaringan mamalia sebagai sel-sel bertunas dan dalam biakan pada suhu 20°C sebagai fungi.

b. Morfologijamur tampak sebagai sel ragi bertunas tunggal dengan basis lebar . sel ragi berdinding tebal sehingga tampak sebagai berdinding rangkap. Tergolong jamur dimorfik.

c. Patogenesis

26

Page 27: Materi Mikologi

Lesi primer terjadi pada paru-paru dal dapat menjalar ke alat – alat dalam (inhalasi spora)

d. Gambaran klinisAda 3 macam gambaran klinis :1) Blastomikosis paru2) Blastomikosis diseminata3) Blastomikosis kulit primer dan skunder

e. Cara menegakkan diagnosisBahan : spuntum , nanah ,urin dan biopsi jaringan.1) Sediaan lansung larutan KOH 10 %2) Sediaan histoppatologi3) Pemeriksaan serologik

f. Pengobatan : Amfoterisin-B secara infusg. Gambar

B. Infeksi oportunis1. Kandidiasis

a. DefinisiMerupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida.

b. MorfologiTampak sporangium ,dalam berbagai stadium. sporangium matang berisi spora, hifa mengalami fragmentasi membebtuk antrospora.

c. PatogenesisCandida yang paling patogen adalah Candida albicans  dan paling sering ditemukan . Genus ini  hidup sebagai saprofit dan merupakan flora normal kulit dan selaput mukosa, saluran pencernaan, vagina dialam ditemukan pada air , tanah.Infeksi terjadi melalui kontak, tertelan,dan lesi/ traumatic

d. Gambaran klinisSindroma penyakitnya : san joaquin valley fever. Menyebabkan koksidioidomikosis primer dan koksidioidomikosis progresif, infeksi melalui inhalasi spora.

e. Cara menegakkan diagnosisBahan pemeriksaan berasal dari swab vagina, sputum, LCS, sekret mata, mukosa mulut. Pemeriksaan langsung dengan pulasan gram dan KOH 10 %. Secara mikroskopik tampak spora yang berbentuk oval, pada pulasan gram bersifat gram positip. Ditemukan blastospora, klamidospora, pseudohifa.

f. Pengobatankoksidioidomikosis primer sembuh sendiri. koksidioidomikosis progresif amfoterisin B intravena.

g. Gambar

2. Aspergilosisa. Definisi

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur ini terdapat dialam bebas, sehingga sporanya sering diisolasi dari udara. Aspergilus termasuk jamur kontaminan.

27

Page 28: Materi Mikologi

Species yang sering dianggap penyebab penyakit adalah :1) Fumigatus2) Niger3) flavus

b. MorfologiPada media Sabaroud agar dapat tumbuh  cepat pada suhu ruang

membentuk koloni  mold yang granuler, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identifikasi.  Aspergilus fumigatuskoloni berwarna hijau, Aspergilus niger koloni berwarna hitam dan Aspergilus flavus koloni berwarna putih atau kuning.

Mikroskopik dari Aspergillus fumigatus memiliki tangkai – tangkai panjang (conidiophores) yang mendukung kepalan ya yang besar (vesicle). Di kepala ini terdapat spora yang membangkitkan sel hasil dari rantai panjang spora. Jamur ini mampu tumbuh pada suhu 37°C /99°F (suhu tubuh normal manusia), dan dapat tumbuh pada suhu sampai 50°C/122°F, dengan konidia bertahan hidup pada suhu 70°C/158°F. Kondisi itu pertemuan secara teratur dalam tumpukan kompos pemanasan sendiri. Pada rumput kering Aspergillus fumigatus dapat tumbuh pada suhu di atas 50oC.

c. PatogenesisInfeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk

yaitu : Aspergilosis kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru, Aspergilosis sistemik.

d. Gambaran klinis. Penyebaran Melalui inhalasi konidia yang ada di udara

e. Cara menegakkan diagnosisBahan pemeriksaan berasal dari sputum, sekret hidung, nanah, kerokan kulit,

kerokan kuku, biopsi jaringan dll. Pemeriksaan langsung dari bahan pemeriksaan ditemukan hifa bersekat, bercabang dengan atau tanpa spora, ditemukan bangunan aspergilus vesikel, sterigmata

f. PengobatanPrinsip pengobatan yang disebabkan oleh jamur Aspergillus fumigatus adalah

dengan menghilangkan jamur dan sporanya yang terdapat dalam tubuh. ABPA diobati dengan corticosteroid suppression namun dengan oral, bukan lagi inhalasi dan biasanya membutuhkan terapi yang lama. Reseksi bedah, jika memungkinkan, adalah pengobatan paling tepat untuk aspergilloma. Amphotericin B (Fungizone® atau formasi lipid) IV dapat digunakan untuk infeksi jaringan bentuk invasif. Pemberian Itraconazole bermanfaat bagi penderita yang perkembangannya lebih lambat dan untuk penderita yang mempunyai masalah kekebalan. Terapi imunosupresif harus dihentikan atau dikurangi sebisa mungkin. Kolonisasi endobronkial harus diobati sedemikian rupa untuk memperbaiki drainase bronkopulmoner. ABPA yang berbarengan dengan sinusitis alergik fungal memerlukan tindakan operasi jika terdapat polip obstruktif. Kadang-kadang dapat juga dibilas dengan amfoterisin untuk mempercepat peyembuhan. Pengobatan CNPA terdiri dari terapi dengan voriconazole, atau bisa juga dengan itraconazole, caspofungin, atau keluarga amfoterisin. Jika respon antijamur sangat kurang, terapi CNPA ialah dengan pembedahan paru. Pembedahan ini ditujukan untuk lesi yang terlokalisasi yang

28

Page 29: Materi Mikologi

tidak respon dengan antijamur, apalagi jika telah dibarengi dengan hemoptisis dan sumbatan mukus.

g. Gambar

 Mikosis Intermedial

A. Penyakit yang termasuk mikosis intermedialMikosis intermediate adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan kulit (stratum

korneum, rambut, dan kuku ), dan alat-alat dalam.Kandidosis adalah penyakit jamur yang bersifat akut, sub akut disebabkan oleh

spesies candida yang menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, bronkus, atau paru.Kandidosis dibedakan secara klinik:

1. Kandidosis selaput lendera. Kandidosis oralb. Perleche Vulvovaginitisc. Balanitis atau balano postitisd. Kandidosis mukokutan kronik

2. Kandidosis kutisKandidosis intertriginosa

B. DefinisiPenyakit jamur yang disebabkan candida menyerang pada mukosa, mulut, dan vagina. Contoh penyakit: candida albica

C. MorfologiJamur, Suhu kelembaban, Faktor lingkungan, kontak langsung dengan binatang, tanah yang terdapat jamur (manusia dengan manusia, tanah dengan manusia,binatang dengan manusia), kebersihan diri.

D. PatogenesisSumber penularan  Host  Jamur  Jamur berkolonisasi  Faktor predisposisi  Makin parahJamur hanya hidup pada stratum korneum dan tidak bias lebih masuk dalam lagi.

E. Gambaran klinisDitandai dengan lesi pada penyakit yang akut, mula-mula kecil kemudian meluas,

berupa makula eritem, batas tegas, pada bagian tepi kadang-kadang tampak papul dan skuama, serta sering terjadi erosi/basah, yang berasal dari vesikel yang pecah. Di sekelilingnya terdapat lesilesi satelit yaitu lesi yang lebih kecil atau lesi penyerta di dekat lesi utama berupa vesikel atau pustul yang kecil.

F. Cara menegakkan diagnosisDilakukan pemeriksaan mikroskopis kerokan kulit dari lesi, kemudian ditetesi dengan larutan KOH 10% - 15%.

G. PengobatanCara pengobatan ada 2 cara, yaitu menggunakan obat kimia seperti Nystatin dan

menggunakan obat tradisional. Pengobatan dengan menggunakan bahan tradisional diharapkan mampu menyeimbangi obat kimiawi yang harganya relatif mahal. Selain itu, obat kimiawi cenderung memiliki efek samping yang sangat besar apabila dibandingkan

29

Page 30: Materi Mikologi

dengan obat tradisional yang efek sampingnya relatif kecil. Tanaman tradisional yang bisa digunakan untuk mengobati penyakit sariawan ini adalah daun jambu mente (Anacardium occidentale L.) yang mengandung asam anakardat serta bunga belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang mengandung asam format.

H. Gambar

30

Page 31: Materi Mikologi

31

Page 32: Materi Mikologi

BAB IVMETODE KERJA

 JENIS-JENIS PEWARNAAN DAN KOMPOSISII. Pewarnaan KOH 10%

Komposisi : 14 gram KOH Akuades

J. Pewarnaan LPCBKomposisi :

Phenol                  : 20 gram Lactid Acid           : 20 ml Glycerol               : 40 gram Cotton Blue          : 0,05 gram alum

K. Pewarnaan Haemotoxylin dan EosinKomposisi :

Akuades                                 : 1000ml Sodium Iodate                                            :1 gram Ammonium (Potasium)       : 50 gram Citrit Acid                              :1 gram Chloralhydarate                      : 50 gram

L. Pewarnaan PACKomposisi :

Basic Fuchsin                   : 1 gram Sodium Metabisulfid       :2 gram HCL                                   :10 cc Norit                                 :0,5 gram Akuades

M. Pewarnaan GMSKomposisi :

Choromic Acid                 :5 % Sodium Bisulfite             :1 % Gold Chloride                   :0,1 % Sodium Thiosulfate         :2 % Light Green Akuades dan Akuabidest

N. Pewarnaan Gomori Methenamine Silver- Haematoxylin dan eosin (GMS –H dan E )Komposisi :

Chromic Acid                  : 5 % Sodium Bisulfite             :1 % Gold Chloride                   : 0,1 % Sodium Thiosulfate         : 2 % Alkohol                             : 70 % Alkoholik Eosin               : 1 % Amonia Water Akuades dan akuabidest Gill’s Haematoxylin

32

Page 33: Materi Mikologi

MEDIA JAMURA. Media Sabaroud agar (SDA)B. Komposisi :C. Pepton (Difco)           : 10 gramD. Dacto Dextrose          : 40 gramE. Bacto Agar                 : 15 gramF. Akuades                      : 1 liter

PRAKTIKUM

A. Pembuatan Media SDA1. Tujuan

Untuk mengetahui cara pembuatan media SDA2. Alat dan bahan

a. Petridishb. Tabungc. Akuadesd. Media SDAe. Antibiotika : Amoksilin dan Cloramphenicolf. Autoclave

3. Cara kerjaa. Siapkan tabung dan petridish yang akan digunakanb. Sterilisasic. Timbang media sabaroud dextrose agar (SDA) beberapa gram sesuai dengan

yang dibutuhkan (lihat petunjuk dalam etiket botol)d. Larutkan dengan aquadest. Dalam volume tertentu, kemudian didihkane. Sterilkan dalam autoclave 121oC selama 15 menitf. Diamkan beberapa saat sampai suhunya turun ± 45oC, kemudian tambahkan

antibiotika : Amoksicilin dan Cloramphenicolg. Tuang kedalam petridish steril sebanyak ± 15 ml dan kedalam tabung steril

sebanyak ± 8 ml kemudian miringkan.B. Identifikasi Jamur Kontaminan

1. TujuanUntuk mengetahui adanya jamur Kontaminan beserta dengan ciri-cirinya     masing – masing

2. PrinsipPlate yang telah berisi media SDA di buka selama 15 menit di suatu tempat kemudian di inkubasikan dengan suhu 370c selama 7 hari ,amati pertumbuhan koloni jamurnya secara makroskopis dan mikroskopis.

3. Alat dan bahana. Cat Lactophenol cotton blueb. Media SDAc. Ose jarum yang ujungnya bengkokd. Objek gelase. Cover glassf. Mikroskop

33

Page 34: Materi Mikologi

4. Cara kerjaa. Ambil media SDA yang sudah jadi  (dalam petridish )b. Buka tutup petridish selama ± 15 menit ,kemudian tutup kembalic. Diamkan selama satu minggu pada suhu kamar (25- 300C )d. Amati secara makaroskopise. Sterilisasi 2 ose jarum yang ujungnya di bengkokkanf. Siapkan objek glass yang bersih dan kering kemudian teteskan larutan

lactophenol cotton blue secukupnya ( ± 1-2 tetes )g. Dengan menggunakan ose yang telah di steril ambil sedikit koloni jamur pada

media sabaroud dextrose agar (SDA)h. Uraikan jamur tersebut dengan ose yang lain secara hati- hati (hindarkan jangan

sampai bagian jamur yang akan di periksa  rusak atau terputus –putus )i. Tutup sediaan dengan cover glass jangan sampai terjadi gelembung udaraj. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 10x

5. Hasila. Makroskopis

1) Laboratorium : Bentuk koloni  :  bulat, tidak beraturan warna kolini       :   merah coklat, abu-abu , pink, putih jenis kolini          :  seperti kapas (filamen )

2) Ruang Kelas : bentuk koloni   : bulat tidak beraturan warna koloni    : putih ,coklat ,hitam,hijau abu –abu jenis  koloni       : filamen. (seperti kapas )

3) Ruang Makan : bentuk koloni    : bulat ,tak beraturan warna koloni     : putih ,merah, abu-abu ,hitam ,pink Jenis koloni       :filamen (seperti kapas )

b. Mikroskopis1) Laboratorium :

Gambar Keterangan

                

a . Aspergilus fumigatus :ciri-ciri :1 .memiliki tangkai yang panjang2. terdapat spora di bagian kepala3. hifa bersepta.

2) Ruang kelas :

Gambar. Keterangan.

                   b. Trichophyton Mentagrophytes     Ciri – ciri :

34

Page 35: Materi Mikologi

         1.Hifa bersepta.         2.berbentuk seperti anggur.

3) Ruang makan :

Gambar. Keterangan.

              

 c.Cladosporium Trichoides     Ciri –ciri :         1.Hifa bersepta .        2. Mempunyai konidiospora .

6. PembahasanDari hasil pengamatan identifikasi jamur kontaminan pada petridish yang berisi

media SDA yang di diamkan selama satu minggu pada suhu kamar  (250C -300C ) di dapatkan atau di di perolah hasil yang menunjukkan adanya jamur kontaminan pada masing – masing petridish.  Di mana petridish yang di simpan pada ruangan laboratorium adalah jamur Aspergilus Sp . Pada petridish yang disimpan pada ruang kelas adalah jamur Trichophyton Sp, sedangkan pada petridisch yang disimpan  pada ruang makan adalah jamur Clasdoporium Sp. Secara umum jamur hidup di semua tempat. Karena jamur tidak memerlukan makanan khusus. Faktor terpenting dalam menunjang pertumbuhan jamur adalah tersedianya zat organik dan ketersediaan oksgen , Di samping itu ada juga faktor lain yaitu suhu dan kelembapan.

7. KesimpulanDari hasil praktikum di atas dapat di simpulkan bahwa :a. Jamur yang  terdapat pada ruang laboratorium : Aspergilus Fumigatusb. Jamur yang terdapat pada ruang kelas : Trychophyton Metac. Jamur yang terdapat pada ruang makan : Clasdosporium Trichoides

C. Identifikasi Jamur Rhizopus sp pada Tempe1. Tujuan

Untuk mengidentifikasi adanya jamur Rizhopus Sp pada bahan   yaitu Tempe2. Prinsip

Tabung yang berisi media kultur SDA yang telah di ambil menggunakan ose  steril kemudian di campur pada objek glass yang sudah di tetesi larutan Lactho phenol Cotton Blue  kemudian di tutupi dengan cover glass dan amati pada mikroskop

3. Alat dan bahana. Larutan lacto phenol cotton blueb. Ose jarum yang ujungnya bengkokc. Objeck dan cover glass

35

Page 36: Materi Mikologi

d. Mikroskop4. Cara kerja

a. ambil media SDA yang sudah jadib. Dengan ose yang sudah steril ambil sedikit koloni jamur pada tempe kemudian

tanam pada maedia Sabaroud Dextrose Agar (SDA )c. Inkubasi pada suhu kamar (25 -300C ) selama dua harid. Amati secara makroskopise. Sterilisasi 2 ose jarum yang ujungnya di bengkokkanf. siapkan objeck glass yang bersih dan kering kemudian teteskan larutan LPCB

secukupnya  ( ± 1-2 tetes )g. Dengan menggunakanose yang telah di steril ambil sedikit koloni jamur pada

tempe atau media Sabaroud Dextrose Agar ( SDA )h. Uraikan jamur tersebut dengan ose yang lain secara hati – hati ( hindarkan

jangan sampai bagian jamur yang akan di periksa rusak atau terputus – putusi. Tutup sediaan dengan cover glass ( jangan sampai terjadi gelembung udara )

5. Hasila. Makroskopis :

Bentuk koloni      : Seperti kapas Warna koloni       : putih Jenis  koloni    : Putih keabu – abuan ,ada bintik – bintik hitam

b. Mikroskopis :

Gambar Keterangan

           a.Rizhopus Oryzae  Ciri – ciri :1.Terdapat hifa tak bersekat.2.Stolon halus.3.spora bulat – oval. 4.Dinding sel tersusun dari kitin 5.Sporangia berwarna coklat – gelap

6. PembahasanJamur Rizhopus Sp, merupakan jamur yang sering di gunakan dalam industri

makanan.salah satu contohnya adalah jamur Rizhopus Oryzae, jamur ini di guanakan dalam pembuatan tempe. Jamur ini aman di konsumsi  karena tidak mengandung toksin atau racun. Habitat jamur Rizhopus Sp yaitu tempat yang lembab. Hidup sebagai saprofit pada organisme  mati, misalnya pada bahan makanan seperti roti,kedelai , buah – buahan (anggur ,stroberi, dan tomat ). Pada pengamatan identifikasi jamur Rizophus Sp,pada sampel tempe di lakukan pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis, dimana pada pengamatan makroskopis koloni jamur pada media SDA tampak terlihat seperti kapas,berwarna putih keabu – abuan dan jenisnya filamen.Dan pengamatan secara mikroskopis.

36

Page 37: Materi Mikologi

Dilakukan pewarnaan  LPCB tampak terlihat koloni jamur Rizophus dengan spesies  Rizophus Oryzae

7. KesimpulanDari hasil pengamatan  pada pemeriksaan identifikasi jamur Rizophus Sp , pada

tempe di simpulkan bahwa pada media SDA adalah Rizophus Oryzae

D. Identifikasi Jamur Saccharomyces pada Tape1. Tujuan

Mengidentifikasi  dan mengamati jamur Saccaromyces pada tape2. Prinsip

sedikit tape di biarkan pada media SDA, lalu di inkubasi selama ± 7 hari  pada suhu kamar   kemudian jamur tumbuh di amati secara makroskopis dan mikroskopis

3. Alat dan bahana. Larutan lactophenol cotton blueb. ose jarum  yang ujungnya bengkokc. Objeck glass dan cover glassd. Mikroskop

4. Cara kerjaa. Ambil media sabaroud dextrose agar (SDA ) yang sudah jadib. Dengan ose yang telah disteril ambil sedikit koloni jamur pada tempe kemudian

tanam pada media SDAc. Inkubasi pada suhu kamar (25 – 300C ) selama 2 harid. amati secara makroskopise. Sterilisasi 2 ose jarum yang ujungnya di bengkokkanf. Siapkan objeck glass yang bersih dan kering ,kemudian teteskan larutan LPCB

secukupnya(±1-2 tetes )g. Dengan menggunakan ose yang telah di steril ambil sedikit koloni jamur pada

tempe atau media SDAh. Uraikan jamur tersebut dengan ose yang lain secara hati – hatii. Tutup sediaan dengan cover glass ( jangan sampai terjadi gelembung udara )

5. Hasila. Makroskopis :

Bentuk koloni : memenuhi cawan petri (media ) seperti kapas,bulat tidak beraturan

warna koloni  :  putih ,hitam ,abu – abu,kuning Jenis koloni     :  Filamen

b. Mikroskopis :

Gambar. Keterangan.

                a.       SaccharamycesCiri – ciri :● sel ragi (yeastcell )●blastospora

37

Page 38: Materi Mikologi

6. PembahasanDalam praktikum ini koloni seharusnya terlihat berwarna putih dan berbentuk

filamen ,jamur ini di gunakan dalam pembuatan tape, karena dapat menfermentasi karbohidrat  menjadi CO2 dan Alkohol. Jamur ini juga bisa di manfaatkan untuk pembuatan roti dan pembuatan alkohol karena bisa melakukan fermentasi .hal yang dapat mempengaruhi identifikasi jamur Saccharomyces cerevisiae adalah kontaminasi jamur lain pada media sehingga yang terlihat bukan lagi jamur Saccharomyces Cerevisiae.

7. KesimpulanPada pemeriksaan di atas menunjukkan ciri – ciri jamur yang ada pada tape. Hal

ini di tunjukkan dengan adanya koloni putih kuning ,filamen ,ada sel ragi blastospora dan aksospora.Ciri – ciri ini menunjukkan bahwa jamur tersebut adalah jamur Sacchoromyces Sp dengan spesiesnya Sacchoromyces Cerevisi

E.      Identifikasi Jamur Penyebab Mikosis Superfisial1. Tujuan

Mengidentifikasi jamur penyebab mikosis superficial dengan menggunakan larutan     (PCB dan KOH 10%)

Mengamati morfologi jamur penyebab mikosis superficial2. Prinsip

Ambil sedikit kerokan dibagikan permukaan kulit, lalu tanama padamedia SDA (Sabarud Dextrosa Agar). Inkubasi 7 hari pada suhu kamar (25-370C. amati secara makroscopis dan juga secara microskopis

3. Alat dan bahana. Pertridishb. Skapelc. Alcohol 70%d. Kapase. Objek glassf. Cover glassg. Ose jarum yang ujungnya bengkokh. Larutan KOH 10%i. Lampu spritusj. Mikroskopk. Kerokan kulitl. Petridishm. Incubator

38

Page 39: Materi Mikologi

n. SDAo. Laktophenol cotton blue (LPCB)

4. Cara kerjaa. Cara pengambilan sampel kulit

1) Hapus beberapa kali bagian kulit yang akan dikerok dengan kas yang telah dibasahi alcohol 70%.

2) Bagian kulit yang dikerok, sebaiknya bagian pinggir lesi yang aktif dan tertutup dengan sisik

3) Perlahan-lahan keroklah bagian tersebut dengan menggunakan scalpel4) Kerokan kulit ditampung didalam petridish steril

b. Cara membuat Sediaan Langsung Kerokan kulit1) Teteskan larutan KOH 10% pada objek glass2) Ujung ose dibasahi sengan larutan KOH 10%, kemudian ditempelkan pada

kerokan kulit tersebut menempel pada ujung ose3) Keerokan diletakan pada objek glass yang telah ditetesi larutan KOH 10%4) Tutup dengan kover glass5) Diamkan 10 menit atau lewatkan sediaan tersebut beberapa kali diatas

nyala api6) Periksa dibawah microscop dengan pembesaran objektif 10x untuk mencari

bagian kulit yang akan diperiksa, kemudian pembesaran 45x untuk mencari adanya hifa dan spora

c. Cara Membuat Biakan Jamur1) Siapkan petridish yang sudah ditrelisasi2) Dengan melewatkan nyala api pada bagian seluruh pinggiran SDA, bukalah

Petridis pelan-pelan3) Ambil kerokan kulit dengan ose steril dan pindahkan (goresan) pada

permukaan agar.4) Tutup Petridis perlahan-lahan dan lewatkan kembali pada bagian

pinggirannya diatas nyala api5) Bungkuslah agar yang sudah ditanami dengankertas merang6) Inkubasi selama 2 minggu

d. Cara Membuat Sediaan Dari Biakan Jamur1) Ambil sedikit koloni jamur dari biakan (kultur), dengan menggunakan ose

jarum yang ujungnya dibengkokan2) Teteskan larutan Laktophenol cotton blue (LPCB) pada objek glass,

kemudian letakan koloni jamur tersebut3) Uraikan koloni jamur tersebut dengan menggunakan 2 ose jarum yang

ujungnya secara hati-hati (hindarkan jangan sampai bagian jamur yang diperiksa rusak atau terputus-putus)

4) Tutuplah sediaan objek glass (hindarkan sampai terjadi gelembung udara)5) Periksalah dibawah microskop dengan pembesaran objektif 10x

5. Hasila. Makroskopis :

Bentuk koloni                  : bulat, bulat tak beraturan Warna koloni                   : putih kekuning-kuningan Jenis Koloni                      : Filamen

b. Mikroskopis :

39

Page 40: Materi Mikologi

Gambar Keterangan                    Trychopyton Menthagropytus

Cirri-ciri :a.       Hifa berseptab.      Micromedia : Spora Axesual pada Hita yang

ukurannya kecil berbentuk seperti tetes air, cerutu.

6. PembahasanDalam praktikum sampel yang ditanam atau dibiarkan berusal dari kerokan

kulit, dan kulit kepala dan kulit kaki. Spesimen akan sampel ini kemudian ditanam pada SDA, lalu diinkubasi. Selama ± 7 hari, setelah itu baru diidentifikasi.

Hasil identifikasi dari ke-3 sampel yang ada menunjuk pada 1 genus jamur saja yaitu : trichopyton, khusunya spesies Thychopyton Menthagropytus dan Thychopyton Rubius.

Genus trichopyton mempunyai ciri-ciri antara lain yaitu memiliki makrokomedia dan juga microkomidia. Microkomidia selalu tumbuh pada bagian lateral dengan ukuran 4-8-8 x 50 mm. microkomidiaanya tumbuh pada bagian perifer dengan ukuran 2 x 3 – 2 x 4 mm.

7. KesimpulanDari hasil pemeriksaan, teridentifikasi : Trychopyton Menthagropytus

40

Page 41: Materi Mikologi

BAB VPENUTUP

SIMPULANA. Penyakit yang termasuk Super Fisialis NON-DERMATOFITOSIS

1. Tinea Versicolor2. Piedra : hitam dan putih3. Otomikosis

B. Penyakit yang termasuk Super Fisialis DERMATOFITOSIS1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin)3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas

sampai ke daerah gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki dan tangan, terutama

telapak tangan dan kaki serta sela-selajari.5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik

yang khas.C. Penyakit yang termasuk Profunda Subcuticus

1. Misetoma2. Sporotrikosis3. Kromomikosis4. Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis

D. Penyakit yang termasuk Profunda SistemikInfeksi Sistemik Primer :1. Nokardiosis sistemik2. Kriptokokosis3. Histoplasmosis4. BlastomikosisInfeksi Oportunitis :1. Kanididiasis

E. Penyakit yang termasuk Mikosis Intermedial1. Kandidosis2. Kandidosis kutis; Kandidosis intertriginosa

F. Hasil pengamatan pada praktikum :1. Identifikasi jamur kontaminan ditemukan jamur Mucor sp, Trichophyton

mentagrophytes dan Trichophyton rubrum2. Identifikasi jamur Rizhopus spp pada tempe ditemukan jamur Rizhopus spp3. Identifikasi jamur Saccharomyces pada tape ditemukan jamur Rizhopus spp, karena

adanya kontaminan pada sampel atau terjadi kontaminan saat penanaman4. Identifikasi jamur penyebab Mikosis Superfisial ditemukan jamur Aspergillus

spp, karena adanya kontaminan pada media/ saat pembuatan media atau saat penanaman.

SARAN

41

Page 42: Materi Mikologi

A. Lakukan pemeriksaan secara aseptik agar didapatkan hasil yang baik dan tidak terkontaminasi dengan jamur yang lain.

B. Gunakan Alat pelindung diri (APD), agar terhindar dari kontaminasi dengan bahan yang digunakan.

C. Dalam melakukan praktikum, lakukan sesuai dengan prosedur agar diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.

Diposkan 30th January 2013 oleh gustus johanis  

42