32
GLOSSARIUM Anoreksia (anorexia) - gangguan makan yang disebabkan oleh gangguan psikologis di mana penderitanya mengontrol asupan kalori secara ekstrim, membatasi makan, dan amat terobsesi dengan berat badan. Dekubitus - kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. (M.Clevo Rendi, 2012). Fraktur - terputusnya kontinuitas jaringan tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang ditentukan jenid dan luasnya trauma. (Lukman, Nurma Ningsih. 2009). Kongesti - akumulasi abnormal atau berlebihan dari cairan tubuh. Istilah ini digunakan secara luas dalam pengobatan. Konstipasi - suatu kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan untuk buang air besar sebagai akibat dari feses yang mengeras. Penyebab khas dari konstipasi adalah pola makan rendah serat. Kontraktur - terbatasnya mobilitas sendi sebagai akibat dari perubahan patologis pada permukaan sendi atau Page | 1

MATERI DISLOKASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MATERI DISLOKASI

GLOSSARIUM

Anoreksia (anorexia) - gangguan makan yang disebabkan oleh

gangguan psikologis di mana penderitanya mengontrol asupan kalori

secara ekstrim, membatasi makan, dan amat terobsesi dengan berat

badan.

Dekubitus - kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit,

bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya

penekanan pada suatu area secara terus-menerus sehingga

mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. (M.Clevo Rendi,

2012).

Fraktur - terputusnya kontinuitas jaringan tulang, retak atau patahnya

tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

yang ditentukan jenid dan luasnya trauma. (Lukman, Nurma Ningsih.

2009).

Kongesti - akumulasi abnormal atau berlebihan dari cairan tubuh. Istilah

ini digunakan secara luas dalam pengobatan.

Konstipasi - suatu kondisi medis yang ditandai dengan kesulitan untuk

buang air besar sebagai akibat dari feses yang mengeras. Penyebab khas

dari konstipasi adalah pola makan rendah serat.

Kontraktur - terbatasnya mobilitas sendi sebagai akibat dari perubahan

patologis pada permukaan sendi atau jaringan lunak yang secara

fungsional berhubungan dengan sendi.

Lesi Hill-Sachs - kerusakan yang terjadi pada kepala posterohumerus

karena impaksi dari pinggiran glenoid yang juga terjadi trauma dislokasi

anterior.

Lesi Bankart - cedera kapsulolabral anterior yang berhubungan dengan

robekanlabrum glenoid anteroinferior.

Page | 1

Page 2: MATERI DISLOKASI

Ligamen - jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut liat

yang mengikat tulang satu dengan tulang lain pada sendi.

Luxatio Erecta – dislokasi inferior shoulder. Pergeseran posterior caput

humeri yang masih terletak di lateral dan berada di posterior dalam fosa

infraspinatus.

Myositis ossificans - salah satu kelompok myositis yang ditandai dengan

deposit tulang atau osifikasi otot. Biasanya kelompok myositis ini terjadi

apabila penderita mengalami cedera otot, terutama memar. (American

Academy of Orthopaedic Surgeons Myositis, 2007; Newman, 2006; The

Myositis Association, 2007).

Rotator Cuff - kelompok otot stabilitator aktif sendi glenohumeralis dan

sekaligus sebagai penggerak.

Rheumatoid Arthritis - penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada

saat tubuh diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang

mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi.

Shoulder Blade – scapula

Trombosis Vena Dalam – kondisi medis yang ditandai dengan

pembentukan gumpalan-gumpalan darah pada vena-vena dalam di dalam

tubuh (vena profunda), yang dapat menyumbat baik seluruh maupun

sebagian aliran darah yang melalui vena, menyebabkan gangguan

sirkulasi darah.

Page | 2

Page 3: MATERI DISLOKASI

BAB I

DISLOKASI TRAUMATIK

A. Definisi

Dislokasi traumatik adalah dislokasi yang terjadi karena trauma yang kuat

sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan di sekeilingnya dan

mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskular.

B. Epidemiologi

C. Etiologi

Secara umum dislokasi traumatic disebabkan oleh :

a) Cedera olahraga

Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan

hoki, serta olah raga yang beresiko.

b) Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya

menyebabkan dislokasi.

c) Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.

D. Patomekanisme

a. Klasifikasi

Berdasarkan tipe kliniknya dislokasi traumatik dibagi atas (Brunner &

Suddart, 2002, KMB, edisi 8, vol 3,Halaman 2356) :

a) Dislokasi Akut

Dislokasi akut umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip.

Disertai nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi.

b) Dislokasi Kronik

c) Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi

yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi

berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint dan patello femoral

joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang atau

fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah

oleh karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

Page | 3

Page 4: MATERI DISLOKASI

b. Patofisiologi

Dislokasi traumatik menyebabkan terjadinya “tear” ligamen dan kapsul

artikuler yang merupakan komponen vital penghubung tulang.

c. Prognosis

Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi traumatik ini baik jika tidak

menimbulkan komplikasi. Adapun komplikasi yang terjadi pada dislokasi,

yaitu :

1. Komplikasi yang dapat menyertai dislokasi antara lain :

a) Fraktur

b) Kontraktur

c) Trauma jaringan

2. Komplikasi yang dapat terjadi akibat pemasangan traksi :

a) Dekubitus

b) Kongesti paru dan pneumonia

c) Konstipasi

d) Anoreksia

e) Stasis dan infeksi kemih

f) Trombosis vena dalam

E. Gambaran Klinis

a. At the time of injury

1. An intense sickening pain (nyeri yang menyakitkan)

Dislokasi traumatik akan menyebabkan nyeri yang sangat

menyakitkan dikarenakan terdapat jaringan yang rusak (cedera),

misalnya ligamen, tendon, dan otot.

2. Deformity (cacat)

Dislokasi dapat menyebabkan defomitas pada tubuh, misalnya

dislokasi traumatik pada acromioclavicular yang disebabkan benturan

keras pada tulang clavicula yang berdampak pada rupturnya ligamen

acromioclavicular dan coracoclavicular yang menyebabkan deformitas

berupa tonjolan yang jelas oleh tulang clavicula.

3. Loss of function (kehilangan fungsi)

Dislokasi menyebabkan kehilangan fungsi pada jaringan yang cedera,

baik pada jaringan itu sendiri maupun jaringan disekitarnya.

4. Gangguan gerakan

Page | 4

Page 5: MATERI DISLOKASI

dikarenakan kehilangan fungsi pada jaringan yang cedera, baik pada

jaringan itu sendiri maupun jaringan disekitarnya menyebabkan

gangguan gerakan pada regio yang terkait.

b. Later features

1. Swelling (pembengkakan)

2. Bruising (memar)

3. Stiffness (kaku)

4. Muscle Weakness (kelemahan otot)

F. Diagnosis Banding

Page | 5

Page 6: MATERI DISLOKASI

BAB II

DISLOKASI SHOULDHER

A. Definisi

Dislokasi adalah cidera pada persendian yang mana kepala tulang lepas

atau bergeser dari mangkoknya. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi

adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera,

kekuatan otot yang menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa

tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan

dalam tubuh (Stevenson et al, 2000).

Dislokasi bahu adalah suatu kerusakan yang terjadi saat bagian atas

tulang humerus tidak menempel lagi dengan scapula. Hal ini terjadi saat

caput humerus keluar dari glenoid, maka dislokasi bahu ini fokus pada

dislokasi dari sendi glenohumeral (Dr H. Subagyo, Sp.B, Sp.OT, 2013).

B. Epidemiologi

Dislokasi dan subluksasi sendi glenohumeral sering terjadi pada atlet.

Seorang peneliti mengidentifikasi distribusi dimodal dislokasi sendi bahu

primer dengan puncak dalam dekade kedua dan keenam. Dalam 95% kasus,

dislokasi bahu yang terjadi mengarah ke anterior. Terdapat beberapa fraktur

yang berhubungan dengan dislokasi bahu anterior yaitu kelainan Hill-Sachs

dengan kasus sebanyak 35-40% dari kasus yang ada, lesi Bankart dan

fraktur dari greater tuberosity dengan kasus sebanyak 10-15% dari kasus

yang ada. Sekitar 4% dari kasus yang ada, dislokasi terjadi ke arah posterior.

Sekitar 0,5% dari semua dislokasi yang ada, terjadi dislokasi ke arah inferior

(luxatio erecta). Dan dislokasi ke arah superior jarang sekali ditemukan,

angka kejadiannya lebih kecil dari dislokasi ke arah inferior.

Komplikasi penting dari dislokasi primer adalah dislokasi berulang.

Berdasarkan studi yang dilakukan, sekitar 70% dari mereka yang telah

mengalami dislokasi memiliki kemungkinan untuk mengalami dislokasi

berulang dalam waktu 2 tahun sejak cedera pertama.

Penderita yang lebih muda dan lebih tua memiliki insiden dislokasi bahu

primer yang sebanding. Namun keadaan dislokasi berulang sangat

bergantung pada usia dan lebih sering terjadi pada populasi remaja

Page | 6

Page 7: MATERI DISLOKASI

dibandingkan dengan populasi yang lebih tua. Telah dilaporkan bahwa

dislokasi rekuren pada 66% sampai 10% pada individu berusia 20 tahun atau

lebih muda, 13% sampai 63% dari individu berusia antara 20 tahun dan 40

tahun. Dan 0% sampai 16% dari individu berusia 40 tahun atau lebih.

(Donnateli, 1991)

Dislokasi bahu cenderung lebih sering terjadi pada pria dibandingkan

dengan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena tipe olahraga yang

dilakukan.

C. Etiologi

Penyebab utama dislokasi bahu adalah cedera traumatik. Hamper 95%

dari dislokasi bahu yang terjadi pertama kali adalah akibat dari beberapa

kejadian seperti benturan kuat, jatuh pada lengan terulur, atau gerakan tiba-

tiba yang dapat mengakibatkan bahu terkilir. Pada individu-individu ini,

struktur yang berfungsi menstabilkan gerakan ditarik paksa secara spontan.

Sekitar 5% dari dislokasi yang ada disebabkan oleh kejadian yang atraumatik

(misalnya, overuse, mengangkat lengan). Individu-individu ini mungkin

memiliki kelemahan kapsuler atau pengontrolan otot pada kompleks bahu

atau dapat disebabkan oleh keduanya.

D. Patomekanisme

a. Klasifikasi

Terdapat empat jenis dislokasi pada bahu yaitu :

1. Dislokasi Anterior

Adalah Pergeseran caput humerus dari sendi glenohumeral dapat

terjadi pada bagian anterior dan medial glenoid, sehingga caput

humeri bergeser ke medial di bawah processus coracoideus.

Dislokasi sendi bahu anterior biasanya terjadi setelah cedera akut

karena lengan dipaksa berabduksi, berotasi eksternal dan ekstensi

sendi bahu.

Page | 7

Page 8: MATERI DISLOKASI

2. Dislokasi Posterior

Adalah pergeseran posterior caput humeri yang masih terletak di

lateral dan berada di posterior dalam fosa infraspinatus.

3. Dislokasi Inferior

Adalah dislokasi dimana bagian leher dari tulang humerus terangkat

atau menekan melawan akromion yang disebabkan oleh tekanan

hiperabduksi. Jenis dislokasi ini jarang ditemukan.

Page | 8

Page 9: MATERI DISLOKASI

4. Dislokasi Superior

Adalah dislokasi dimana caput humerus terdorong ke atas melawati

rotator cuff. Dislokasi superior sangatlah jarang.

b. Patofisiologi

1. Dislokasi Anterior

Sekitar 95% dari dislokasi bahu yang terjadi, bagian atas humerus

berada di depan shoulder blade dan menyebabkan dislokasi anterior.

Mekanisme umum dari kerusakan yang terjadi, yaitu abduksi yang

ekstrim, eksorotasi, ekstensi, dan suatu tekanan langsung dari

posterior terhadap humerus. Abduksi atau rotasi eksternal secara

paksa sendiri dapat menyebabkan dislokasi (sekitar 30% dari kasus

yang ada), begitu juga suatu tekanan kuat langsung terhadap bagian

posterior humerus (29%), elevasi dan eksorotasi yang terjadi secara

paksa (24%), dan jatuh dengan tangan terbuka lebar (17%).

2. Dislokasi Posterior

Dalam kurang dari 5% dari kasus yang ada, bagian atas humerus

berada di belakang shoulder blade, suatu dislokasi posterior.

Dislokasi posterior terjadi akibat berat axial yang ditumpukan pada

lengan yang sedang berada dalam keadaan adduksi dan endorotasi.

Seperti jatuh dalam posisi lengan adduksi dan endorotasi, atau

adanya tekanan langsung pada bagian depan bahu. Dislokasi

posterior yang klasik dapat juga terjadi akibat tersengat listrik ataupun

kejang karena ketidakseimbangan kekuatan antara otot internal

rotators (subscapularis, latissimus dorsi, pectoralis mayor), yang

menekan otot-otot eksternal rotatos (teres minor dan infraspinatus).

Jika terjadi kejang, perlu dilihat adanya dislokasi bilateral.

3. Dislokasi Inferior

Mekanisme cedera dari dislokasi bahu inferior adalah adanya

berat aksial yang ditumpukan saat lengan sedang abduksi atau

hiperabduksi secara paksa seperti menangkap atau menggenggam

suatu objek yang berposisi di atas kepala saat jatuh.

4. Dislokasi Superior

Page | 9

Page 10: MATERI DISLOKASI

Pada dislokasi superior, caput humerus terdorong ke atas melewati

rotator cuff. Dislokasi superior dapat terjadi akibat tekanan yang

ekstrim ke arah atas pada lengan yang adduksi.

c. Prognosis

Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi shoulder ini baik jika tidak

menimbulkan komplikasi. Adapun komplikasi yang terjadi pada dislokasi,

yaitu :

1. Dislokasi Anterior

Dislokasi bahu anterior rekuren disebabkan karena stabilitas dari

bahu bergantung pada integritas dari kapsul sendi, dan karena kapsul

dan labrum anterior hampir selalu mengalami cedera atau terlepas

dari glenoid dan leher dari scapula pada saat dislokasi bahu yang

pertama kali terjadi, maka tidaklah mengagetkan jika pada beberapa

individu dapat terjadi dislokasi berulang yang lebih sering akibat

tekanan yang semakin lama semakin kecil. Selain cekungan jaringan

lunak yang dapat menyebabkan caput humerus untuk bergeser,

sering juga ditemukan cekungan pada aspek posterior dari caput

humerus akibat fraktur kompresi saat dislokasi pertama terjadi.

Cekungan ini (lesi Hill-Sachs) menyebabkan caput humerus yang

eksorotasi untuk bergeser ke arah margin anterior dari rongga

glenoid.

Pada pasien remaja, dislokasi berulang sangatlah merugikan dan

mengganggu. Pasien sangat waspada jika lengan abduksi dan

exorotasi maka akan terjadi dislokasi kembali. Kondisi ini merupakan

indikasi dilakukannya perbaikan secara pembedahan pada jaringan

lunak. Dari berbagai macam dan banyaknya tipe operasi yang ada,

dua tipe operasi yang paling sering dilakukan yaitu operasi Bankart,

dimana labrum dan kapsul disambungkan kembali pada margin

anterior dari rongga glenoid; dan operasi Putti-Platt, dimana kapsul

dan otot subskapularis dipotong kemudian disambung secara

bertumpuan sehingga mengurangi gerak exorotasi. Setelah operasi,

lengan pasien akan diberikan sling dan diperban pada badan dengan

bahu yang berada dalam keadaan endorotasi selama 6 minggu.

Page | 10

Page 11: MATERI DISLOKASI

Pasien dapat beraktifitas seperti normal kembali jika perbaikan ini

berhasil dilakukan dengan baik.

Selain dislokasi anterior rekuren, dislokasi bahu anterior biasanya

berhubungan dengan fraktur dari tuberositas mayor, lesi Bankart

(Fraktur dari glenoid rim) (15%) dan defek Hill-Sachs (fraktur impaksi

pada permukaan posterolaterl dari caput humerus karena impaksi dari

caput humerus dengan glenoid rim anterior saat terjadi dislokasi)

(50%).

Komplikasi yang cukup umum terjadi akibat dislokasi inisisal yaitu

cedera traksi pada N.aksilaris. Pasien tidak dapat abduksi bahu

karena paralisis deltoid dan terdapat daerah kecil dengan sensasi

kulit yang berkurang. Prognosis penyembuhan baik. Kadang-kadang

dapat terjadi secara bersamaan yaitu robekan pada

muskulotendinous cuff yang dapat memperburuk dislokasi yang ada,

dimana pada keadaan ini bahu yang sudah direduksi perlu untuk

dilakukan imobilisasi selama 3 minggu dalam posisi abduksi. Jarang

terjadi interposisi tendon dari otot biceps longus yang memerlukan

reduksi terbuka yaitu secara pembedahan.

2. Dislokasi Posterior

Komplikasi yang dapat terjadi pada dislokasi bahu posterior yaitu

dislokasi yang tidak dapat direduksi. Sekurang-kurangnya setengah

dari pasien dengan dislokasi posterior memiliki lesi yang tidak dapat

direduksi saat pertama kali ditemukan. Tipikalnya pasien memegang

lengan dalam keadaan endorotasi, pasien tidak dapat mengabduksi

lengannya lebih daro 70-800, dan jika pasien mengangkat lengannya

ke arah depan, ia tidak dapat memutar telapak tangannya ke arah

atas. Komplikasi lainnya yaitu dislokasi bahu posterior rekuren dan

habitul.

Jika bahu yang sebelumnya pernah terdislokasi mengalami

dislokasi berulang oleh karena suatu cedera lain, dislokasi keduan

dan seterusnya disebut sebagai dislokasi rekuren. Perbaikan jaringan

lunak posterior secara pembedahan dianjurkan. Akan tetapi jika

pasien dapat melakukan dislokasi bahu sesuai dengan keinginannya

ataupun mereduksi kembali bahu tersebut, maka kondisi ini disebut

Page | 11

Page 12: MATERI DISLOKASI

sebagai dislokasi habitual, dan biasanya berhubungan dengan

kelainan congenital yaitu kelemahan umum congenital dari ligament

yang membentuk bahu. Atau hal ini dapat berhubungan dengan

remaja atau orang dewasa yang mencari perhatian. Maka perhatian

khusus harus diberikan pada mereka agar tidak melakukan hal itu

secara sengaja.

3. Dislokasi Inferior

Mendiagnosa dislokasi inferior sangatlah penting oleh karena

tingginya angka kejadian untuk komplikasi. Sebanyak 60% dari kasus

yang ada, kerusakan neurologi (biasanya lesi pada N. Aksilaris)

berhubungan dengan dislokasi inferior. Kerusakan vaskularisasi

terjadi dalam 3,3% dari kasus yang ada, robekan rotator cuff terjadi

dalam 80-100% dari kasus yang ada. Dan fraktur greater tuberosity

dan avulsi pectoralis major juga berhubungan dengan dislokasi

inferior.

4. Dislokasi Superior

Kerusakan yang dapat terjadi bersamaan dengan dislokasi

superior yaitu kerusakan pada akromioclavicular, fraktur pada

akromion, clavicula, dan tuberositas.

E. Gambaran Klinis

a. Dislokasi Anterior

Pasien yang mengalami dislokasi bahu akan merasa sangat kesakitan

dan mencegah untuk siapapun untuk melakukan pemeriksaan karena

sakitnya itu. Jika pasien mengalami dislokasi bahu, rentang gerak (ROM)

dari pasien itu tidak luas. Jika bahu terdislokasi ke arah anterior, lengan

berada dalam posisi sedikit abduksi dan exorotasi. Pada pasien yang

kurus, caput humerus yang menonjol dapat dirasakan berada di anterior

dan cekungan dapat dilihat posterior pada bahu. Rotator cuff seringkali

mengalami kerusakan dan harus diperiksa setelah dilakukan reduksi.

Penting untuk menilai fungsi neurovascular aksila dengan meraba nadi

dan melakukan uji sensasi pada daerah bahu. Gerakan biasanya sangat

menyakitkan akibat dari spasme otot. Lokasi dislokasi anterior yang

paling sering terjadi yaitu subkorakoid. Dapat juga terjadi dislokasi

Page | 12

Page 13: MATERI DISLOKASI

subglenoid, subclavicula, dan yang sangat jarang yaitu intratorakal atau

retroperitoneal.

b. Dislokasi Posterior

Dislokasi bahu posterior mudah untuk terlewatkan dalam diagnosa,

karena lengan pasien biasanya terletak dalam keadaan endorotasi dan

adduksi (yaitu, pasien memegang lengannya dan meletakkannya pada

perutnya). Pasien tidak dapat melakukan supinasi pada tangannya. Pada

lengan tidak dapat dilakukan eksorotasi ke posisi netral. Pada pasien

yang kurus, caput humerus yang menonjol dapat dilihat dan teraba

diposterior dibawah prosesus acromion, bahu anterior menjadi rata, dan

processus coracoids lebihb menonjol. Dislokasi bahu posterior seringkali

terlewatkan, karena pasien hanya tampak seperti memegang

ekstremitasnya.

Sebelumnya, dislokasi ini pernah terlewatkan atau disalah

diagnosiskan sebagai frozen shoulder. Jika gambaran radiografi yang

tepat tidak dapat diperoleh, diagnosis akan terlewatkan. Cedera pada

saraf dan vaskuler tidak umum terjadi.

c. Dislokasi Inferior

Dislokasi inferior akan menjadi kondisi yang disebut sebagai luxato

erecta, yang menjelaskan mengenai presentasi klasik dimana lengan atas

abduksi 110-1600 dengan lengan bawah diistirahatkan pada atau

dibelakang kepala pasien. Pada pemeriksaan, ditemukan lengan yang

berada di atas kepala pada posisi yang tetap dengan siku yang fleksi.

Caput humerus teraba pada atau di bawah aksila.

d. Dislokasi Superior

Pada pemeriksaan dapat ditemukan caput humerus yang meninjol

yang dapat dirasakan berada di superior.

F. Diagnosis Banding

Diagnosis banding utama dari dislokasi anterior adalah fraktur kolum

humerus dan dislokasi fraktur. Frekuensi fraktur ini lebih kecil dibandingkan

dengan kasus dislokasi sederhana. Kesalahan fatal dapat terjadi saat

melewatkan kasus ini dan menganggapnya sebagai dislokasi sederhana lalu

menatalaksananya sesuai prosedur tatalaksana dislokasi sederhana. Jika

Page | 13

Page 14: MATERI DISLOKASI

pemeriksa dapat membuat siku pasien menyentuh pinggang atau humerus

dapat bergerak pada scapula, maka kemungkinan adanya fraktur kolum

humerus atau dislokasi fraktur lebih besar. Selain itu adanya pembengkakan

yang hebat juga dapat menyingkirkan kemungkinan dislokasi sederhana.

Page | 14

Page 15: MATERI DISLOKASI

BAB III

DISLOKASI ACROMIOCLAVICULAR JOINT

A. Definisi

Dislokasi adalah cidera pada persendian yang mana kepala tulang lepas

atau bergeser dari mangkoknya. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi

adalah ligamen-ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera,

kekuatan otot yang menurun ataupun karena factor eksternal yang berupa

tekanan energi dari luar yang melebihi ketahanan alamiah jaringan

dalam tubuh (Stevenson et al, 2000).

Dislokasi Acromioclavicular Joint adalah dislokasi yang terjadi pada sendi

antara ujung distal clavicula dengan acromion. Dislokasi AC Joint dapat

terjadi karena adanya ruptur ligamen acromioclavicular dan ligamen

coracoclavicular (Apley, 1993).

B. Epidemiologi

Dislokasi acromioclavucular joint kebanyakan terjadi pada usia 15 – 40

tahun karena aktivitas olah raga dan kecelakaan lalu lintas (Apley, 1993).

C. Etiologi

Dislokasi acromioclavicular terjadi karena adanya strain pada ligamen

acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma.

Ketika seseorang jatuh dengan bahu bagian anterior, maka akan ada

gaya yang mendorong bahu tersebut ke arah posterior sementara clavicula

tetap berada di posisi anatominya, sehingga menyebabkan ligamen

acromioclavicular tertarik dan terjadi ruptur.

D. Patomekanisme

a. Klasifikasi

Tipe dislokasi pada acromioclavicular joint antara lain (Allman and

Rockwood) :

1. Tipe I

Pada ligamen acromioclavicular terjadi stretch yang menyebabkan

ligamen tersebut mengalami ketegangan dan dapat juga

menyebabkan ruptur parsial.

2. Tipe II

Page | 15

Page 16: MATERI DISLOKASI

Pada ligamen acromioclavicular terjadi ruptur total dan ligamen

coracoclavicular terjadi rupture parsial.

3. Tipe III

Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur

total, dan tulang clavicula terangkat ke atas.

4. Tipe IV

Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur

total, dan tulang clavicula terdorong kea rah posterior.

5. Tipe V

Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur

total, dan tulang clavicula mengalami ketidakstabilan.

6. Tipe VI

Pada ligamen acromioclavicular dan coracoclavicular terjadi ruptur

total, dan tulang clavicula masuk diantara kepala humerus dan tendon

otot biceps dan coracobrachialis.

Page | 16

Page 17: MATERI DISLOKASI

b. Patofisiologi

Ruptur pada ligamen acromioclavicular yang disebabkan oleh trauma

yang dapat menyebabkan dislokasi acromioclavicular.

Ketika seseorang jatuh dengan bahu bagian anterior, maka akan ada

gaya yang mendorong bahu tersebut ke arah posterior sementara

clavicula tetap berada di posisi anatominya, sehingga menyebabkan

ligament acromioclavicular tertarik dan terjadi rupture.

Mekanisme yang paling umum untuk dislokasi acromioclavicular

adalah benturan langsung pada bagian acromion dengan lengan adduksi.

c. Prognosis

Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi acromioclavicular ini baik

jika ditangani dengan benar.

E. Gambaran Klinis

Pasien mengalami nyeri di atas sendi acromioclavicular. Terjadi

pembengkakan, memar, dan clavicula menonjol secara jelas.

F. Diagnosis Banding

a. Cedera rotators cuff

b. Dislokasi bahu

Page | 17

Page 18: MATERI DISLOKASI

BAB IV

DISLOKASI ELBOW

A. Defenisi

Dislokasi elbow adalah suatu injuri berupa keadaan yang abnormal

pada regio elbow, dimana olekranon tidak berhubungan secara normal

dengan epicondilus humeri, atau bergesernya tulang ulna ke belakang

dari ujung bawah tulang humeri.

B. Epidemiologi

Dislokasi elbow dapat terjadi pada anak-anak maupun orang dewasa

akibat suatu trauma tidak langsung.

C. Etiologi

Dislokasi elbow terjadi karena trauma, misalnya jatuh lalu menumpu

dengan tangan dimana elbow dalam keadaan sedikit fleksi.

D. Patomekanisme

a. Klasifikasi

Klasifikasi didasarkan pada arah dari dislokasi tersebut :

1. Dislokasi posterior

2. Dislokasi posterolateral

3. Dislokasi posteromedial

4. Dislokasi lateral

Page | 18

Page 19: MATERI DISLOKASI

5. Dislokasi medial

6. Dislokasi divergen

b. Patofisiologi

Mekanisme traumanya yaitu jatuh lalu menumpu dengan tangan

dimana elbow dalam keadaan sedikit fleksi dan mekanisme

cederanya yaitu jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan dislokasi

sendi siku ke arah posterior.

Pada dislokasi yang paling besar terjadi kerusakan jaringan lunak

berupa kerobekan kapsul sendi bahkan arteri brachialis. Dan jika

dislokasi ke arah lateral atau medial, ligament akan terulur bahkan

ruptur, avulsi tendon pleksor dan epicondilus medial.

c. Prognosis

Tingkat kesembuhan pada kasus dislokasi elbow ini baik jika tidak

menimbulkan komplikasi. Adapun komplikasi yang terjadi pada

dislokasi, yaitu berupa kelumpuhan nervus medianus, hal ini kadang

terjadi namun prognosisnya sembuh adalah baik, maka dapat

diberikan elektrical stimulation. Selain itu komplikasi yang mungkin

terjadi adalah kerusakan nerve ulnaris, kerusakan arteri brachialis

(tetapi jarang terjadi), fraktur caput radii atau processus olecrani, m

yositis ossifican (kaku tidak bisa digerakkan), recurrent dislokasi, dan

deformitas yang menetap.

E. Gambaran Klinis

a. Gambaran klinis dari kasus dislokasi elbow yaitu terdapat rasa sakit

yang berulang di bagian luar lengan atas, tepat di bawah siku (lateral

epikondilus) dan kadang-kadang ada rasa sakit yg menjalar ke lengan

bawah menuju pergelangan tangan. Rasa sakit ini menyebabkan

karena adanya lipatan pada lengan. Biasanya rasa sakit ini

berlangsung selama 6 – 12 minggu. Selain itu pasien sulit untuk

memperpanjang lengan sepenuhnya, karena adanya peradangan

otot, tendon dan ligamen.

F. Diagnosis Banding

Page | 19

Page 20: MATERI DISLOKASI

BAB V

DISLOKASI METACARPAL DAN INTERPHALANGEAL

A. Definisi

Dislokasi metacarpal dan interphalangeal adalah dislokasi yang disebabkan

oleh gerakan hiperekstensi atau ekstensi persendian metacarpal dan

interphalangeal.

B. Epidemiologi

C. Etiologi

Dislokasi metacarpal disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak

langsung. Contoh jenis trauma langsung misalnya fraktur yang mendapat

ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).

Sedangkan contoh jenis trauma tidak langsung misalnya penderita jatuh

dengan lengan dalam keadaan ekstensi, sehingga dapat terjadi fraktur pada

pergelangan tangan.

D. Patomekanisme

a. Klasifikasi

b. Patofisiologi

1. Metacarpal

Dislokasi metacarpal dapat disebabkan oleh adanya perubahan

patologis pada rheumatoid arthritis (RA) dan pada

metacarpophalangeal 1 paling memungkinkan dislokasi akibat

hiperekstensi injuri.

Page | 20

Page 21: MATERI DISLOKASI

2. Interphalangeal

Dislokasi interphalangeal dapat disebabkan oleh adanya gerakan

hiperektensi yang dipaksa dan karena dislokasi intherphalangeal

tersebut direduksi.

c. Prognosis

E. Gambaran Klinik

F. Diagnosis Banding

Page | 21

Page 22: MATERI DISLOKASI

DAFTAR PUSTAKA

Subagyo. 2013. Dislokasi Sendi Shouldher. Jakarta : Klinik Jakarta

Orthopedic

Apley, A. Graham. 1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem Apley. Edisi

Ketujuh. Jakarta: Widya Medika

Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta:

Yarsif Watampone

Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:

EGC

Anonim. 2005. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Bedah

RSCM. Jakarta

Page | 22

Page 23: MATERI DISLOKASI

HALAMAN KONSULTASI

Catatan dosen fasilitator

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Makassar, 06 Februari 2014

_______________________

Page | 23

Page 24: MATERI DISLOKASI

Page | 24