52
KUMPULAN MATERI AIK I (antie bee) KELOMPOK 1 – DINUL ISLAM DIEN agama ISLAM kesejahteraan / keselamatan / penyerahan diri DINUL ISLAM → agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar selamat dan sejahtera dunia dan akhirat DASAR DITEGAKKAN DINUL ISLAM : Dari Abi Abdurrohman bin Umar bin al-Khottob ra, dia berkata, aku mendengar rasul bersabda : “Islam didirikan di atas lima perkara : 1. bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah SWT. 2. mendirikan shalat 3. memberikan zakat 4. haji ke Baitullah 5. puasa di bulan Ramadhan (HR. BUKHARI DAN MUSLIM) ISI POKOK AJARAN ISLAM : IMAN, ISLAM, IKHSAN “Allah menurunkan dinul islam bagi umat manusia sebagai pedoman hidup. Jika manusia tidak mengikuti petunjuk yang ada pada agama maka manusia tersebut akan sesat dalam hidupnya dan akan mendapatkan kehidupan yang sengsara dan menderita.” PRINSIP DASAR ISLAM : a. Keadilan ADIL → Bahasa Arab → tidak berat sebelah, jujur, atau tidak berpihak. Menurut istilah : 1. ADIL adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya 2. ADIL adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang b. Musyawarah Berunding antara seorang dengan orang lain mengenai suatu masalah atau berbagai masalah serta dengan maksud untuk mengambil keputusan dan kesepakatan bersama.

Materi Aik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Materi Aik

KUMPULAN MATERI AIK I(antie bee)

KELOMPOK 1 – DINUL ISLAM

DIEN → agama

ISLAM → kesejahteraan / keselamatan / penyerahan diri

DINUL ISLAM → agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk umat

manusia agar selamat dan sejahtera dunia dan akhirat

DASAR DITEGAKKAN DINUL ISLAM :

Dari Abi Abdurrohman bin Umar bin al-Khottob ra, dia berkata, aku mendengar rasul bersabda :

“Islam didirikan di atas lima perkara :

1. bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan Muhammad

adalah utusan Allah SWT.

2. mendirikan shalat

3. memberikan zakat

4. haji ke Baitullah

5. puasa di bulan Ramadhan

(HR. BUKHARI DAN MUSLIM)

ISI POKOK AJARAN ISLAM : IMAN, ISLAM, IKHSAN

“Allah menurunkan dinul islam bagi umat manusia sebagai pedoman hidup. Jika manusia tidak

mengikuti petunjuk yang ada pada agama maka manusia tersebut akan sesat dalam hidupnya dan

akan mendapatkan kehidupan yang sengsara dan menderita.”

PRINSIP DASAR ISLAM :

a. Keadilan

ADIL → Bahasa Arab → tidak berat sebelah, jujur, atau tidak berpihak.

Menurut istilah :

1. ADIL adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya

2. ADIL adalah menerima hak tanpa lebih dan memberikan hak orang lain tanpa kurang

b. Musyawarah

Berunding antara seorang dengan orang lain mengenai suatu masalah atau berbagai masalah

serta dengan maksud untuk mengambil keputusan dan kesepakatan bersama.

c. Kejujuran

JUJUR → Mengakui, berkata, atau memberikan suatu informasi sesuai dengan kenyataan dan

kebenaran.

d. Kebenaran

Sesuatu yang tidak ada keraguan di dalamnya dan berasal dari sumber yang akurat.

KESIMPULAN :

Dinul islam merupakan agama yang fitrah, penyempurna agama terdahulu, pendorong

kemajuan, memberikan pedoman hidup bagi manusia dan merupakan agama yang tauhid.

KELOMPOK 2 – AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH

Page 2: Materi Aik

Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah 2 sumber hukum dalam islam. Keduanya merupakan segala

sesuatu yang menjadi dasar, acuan atau pedoman syariat islam. Al-Qur’an dan As-Sunnah melahirkan

atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar

akan menimbulkan sanksi tegas dan nyata.

AL-QUR’AN

Menurut bahasa (etimologi), Al-Qur’an berasal dari kata Quranan dan merupakan masdar dari

kata kerja dari kata kerja Qoro-’a (قرأ) yang bermakna Talaa (تال) [keduanya berarti: membaca],

atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa

Qur’aanan ( وقرآنا قرءا ) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan (قرأ غفرا غفر

Berdasarkan .(وغفرانا makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang

semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna

kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul,

Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.

Firman Allah SWT :

Artinya :

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai)

membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (Al-Qiyâmah:

17-18).

Adapun Al-Qur’an menurut istilah ialah wahyu atau kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat

dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril diawali dengan surat al-

Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.

Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pedoman hidup sekalian manusia, agar manusia tidak

tersesat hidupnya. Al-Qur’an sebagai pemberi kabar gembira bagi orang yang beriman dan

peringatan bagi orang yang ingkar.

a. NAMA-NAMA

Al-Qur'an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang tinggi

dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur'an adalah kitab samawy yang paling mulia.

Nama-nama lain dari Al-Qur’an, sebagai berikut :

a. Al-Kitab, artinya Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian tersusun dalam

sebuah buku.

b. Al-Furqon, artinya yang membedakan antara yang haq dan batal, serta baik dan buruk.

c. Adz-Dzikru, artinya pemberi peringatan bagi manusia yang suka lupa dan khilaf.

d. Al-Mauidoh, artinya sebuah anjuran, nasehat dan tuntunan.

e. Al-Huda, artinya petunjuk dan bimbingan.

f. Al-Burhan, artinya sebuah bukti yang meyakinkan.

g. Al-Haq, artinya suatu kebenaran mutlak.

h. An-Nur, artinya cahaya yang menerangi.

i. Al-Hikmah, artinya suatu kebijaksanaan.

b. SEJARAH

Pendapat yang terkenal mengenai sejarah turunnya Al-Qur’an ialah riwayat At-Tabari dari Ibnu

Abbas, dikatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan ke

Page 3: Materi Aik

langit dunia sekaligus. Kemudian diturunkan ke dunia sedikit demi sedikit atau secara berangsur-

angsur. Wahyu yang pertama diturunkan adalah Q.S Al-Alaq : 1-5 di Gua Hira melalui Malaikat

Jibril. Wahyu terakhir adalah Q.S Al-Maidah : 3.

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yakni

mulai tanggal 17 Ramadhan tahun 40 dari kelahiran nabi atau tahun 610 Masehi sampai 9

Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah atau tahun 633 Masehi.

Hikmah Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah dihapal dan dapat

diresapi dalam hati.

Al-Qur’an terdiri atas 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz. Al-Qur’an diturunkan terdiri dua

tahapan, yaitu :

1. Saat Nabi tinggal di Mekah, ayatnya disebut ayat-ayat makkiyah, terdiri dari 91 surat atau

kurang lebih 19/30 juz. Ciri-cirinya : pada umumnya surat pendek-pendek, isinya mengenai

tauhid, keimanan, menerangkan surga dan neraka serta kebanyakan ayatnya dimulai dengan

kalimat, “ Yaa ayyuhannaas ”.

2. Setelah nabi hijrah ke Madinah, ayatnya disebut ayat-ayat madaniyah, terdiri dari 23 surat atau

kurang lebih 11/30 juz dari keseluruhan. Ciri-ciri : pada umumnya surat panjang-panjang,

isinya mengenai hukum dan muamalah, kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, “Yaa

ayyuhalladziina aamanuu ”.

Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-Qur'an dapat

menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi masih hidup. Begitu wahyu

turun kepada nabi, nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya

secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.

Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-

shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang

ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli

itu sampai saat ini masih ada.

Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara

penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan

maupun tulisan. Karena penulisan al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik

dan harakat) maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf

waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk tanda fat-hah, huruf

alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha

untuk syukun, dan kepala 'ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan

ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada.

Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an yang ditulis oleh

ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh

pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas al-Qur'an.

c. FUNGSI DAN KANDUNGAN

Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad

saw, sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim, dan sebagai korektor dan penyempurna

terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya serta bernilai abadi.

Page 4: Materi Aik

Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang

Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya

orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.

Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an

adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang

ummi yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi (571-632M). Demikian juga ayat-ayat yang

berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf,

Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-

Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-

ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-

belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah

swt. Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian

susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur

tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang

demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca

oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang

begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai

jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar

Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca

nabi.

Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima kebenaran al-Qur'an

sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu:

a) tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.

b) tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik.

Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau

menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat) karena tidak menemukan

kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri

menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an.

Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip

umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia

dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:

- beribadah langsung kepada Allah

- berkeluarga

- bermasyarakat

- berdagang

- utang-piutang

- kewarisan

- pendidikan dan pengajaran

- pidana, dan

- aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai pada setiap

tempat dan setiap waktu.

Page 5: Materi Aik

Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam kehidupannya. Dan sikap

memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran

dan dosa. Melaksanakannya dinilai ibadah, memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci, mati

karenanya dinilai sebagai mati syahid, hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian

yang tinggi dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir.

Sebagian korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-

kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai dengan ajaran Allah yang

sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu,

hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang

dikemukakan al-Qur'an antara lain sebagai berikut:

a) tentang ajaran Trinitas

b) tentang Isa

c) tentang penyaliban Nabi Isa

d) tentang Nabi Luth

e) tentang Harun

f) tentang Sulaiman, dan lain-lain.

Adapun isi yang terkandung dalam Al-Qur’an secara garis besar, sebagai berikut :

1. masalah tauhid;

2. masalah ibadah;

3. masalah muamalah;

4. masalah janji dan ancaman;

5. sejarah manusia masa lalu;

6. kepercayaan terhadap yang gaib seperti malaikat, hari akhir, dan takdir;

7. percaya adanya wahyu yang diturunkan;

8. beriman kepada para nabi;

9. mengucapkan dua kalimat syahadat;

10. menegakkan sholat, melaksanakan puasa dan haji

AS-SUNNAH

As-Sunnah  secara bahasa (etimologi) berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu sannan",

dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr" artinya menerangkan

(menjelaskan) perkara. As-Sunnah juga mempunyai  arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan

hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji dan tercela.

As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad

Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat

tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam.

Adapun As-Sunnah menurut bahasa ialah sesuatu yang baru. Secara istilah sama dengan As-Sunnah

menurut Jumhur Ulama. Ada ulama yang menerangkan makna asal secara bahasa bahwa : Sunnah itu

untuk perbuatan dan taqrir, adapun hadits untuk ucapan. Akan tetapi ulama sudah banyak melupakan

makna asal bahasa dan memakai istilah yang sudah lazim digunakan, yaitu bahwa As-Sunnah muradif

(sinonim) dengan hadits. As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang

bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam selain dari Al-Qur'an, baik perbuatan,

perkataan, taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syar'i.

Page 6: Materi Aik

As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha) ialah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi

Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan tidak wajib, yakni hukumnya

sunnah.

a. MACAM-MACAM

As-Sunnah terbagi atas 3 macam, yaitu:

[a]. Hadits qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi Muhammad Shallallahu

'alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi

wa sallam: "Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak

bermanfaat baginya".

[b]. Hadits fi'li (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi Muhammad Shallallahu

'alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya tentang wudhu, shalat, haji, dan

selainnya.

[c]. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi Muhammad Shallallahu

'alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai tanda setuju) dan tidak mengingkarinya.

b. SANAD

Sanad atau isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya adalah jalan yang bersambung

sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Sanad

dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam yakni Sahabat. Misalnya al-Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka al-

Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits),

rawi yang sebelum al-Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan Shahabat yang meriwayatkan hadits

itu dikatakan akhir sanad.

Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka melainkan jika

mempunyai sanad, mereka melakukan demikian sejak tersebarnya dusta atas nama Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang Syi’ah.

c. RAWI

Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan hadis dari Nabi sampai ke penghimpun hadits.

d. MATAN

Matan secara bahasa artinya kuat, kokoh, keras, maksudnya adalah isi, ucapan atau lafazh-lafazh

hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir.

e. FUNGSI DAN KEDUDUKAN

As-Sunnah merupakan sumber hukum ke-2 setelah Al-Qur’an. Adapun fungsi As-Sunnah, yaitu :

a. Memperkuat dan mempertegas hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an

b. Menjelaskan, menafsirkan dan memberi rincian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang masih

global

c. Menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan oleh Al-Qur’an

Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur'an, yakni yang pertama, memiliki kedudukan yang sama

sebagai sumber agama setelah Al-Qur'an dan yang kedua, memiliki kedudukan yang sama sebagai

hujjah (argumen) yang wajib diikuti.

Dan oleh karena itu pula lah gugur pendapat sebagian orang yang mengatakan hanya cukup

dengan Al-Qur'an saja. Dan tidaklah mereka (para pengingkar Sunnah/Qur'aniyyun) mengatakan hal

Page 7: Materi Aik

itu melainkan karena hawa nafsu belaka, karena bagi mereka As-Sunnah hanyalah alat untuk

menguatkan pendapat mereka, apabila sesuai dengan hawa nafsu, mereka akan berpegang kepadanya,

dan yang tidak sesuai dengan nafsu, mereka akan buang ke belakang punggung mereka.

Dan hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits

yang shahih: "Salah seorang dari kalian benar-benar akan menjumpai seseorang yang sedang duduk di

singgasananya, kemudian datang urusanku kepadanya dari apa yang aku perintahkan dan apa yang aku

larang, lalu ia berkata: Saya tidak tahu itu! Semua yang kami dapatkan di dalam Kitab Allah itulah yang

kami ikuti. Apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan yang diharamkan oleh Allah" (HR.

Tirmidzi).

KELOMPOK 3- IJTIHAD

a. Menurut Bahasa

IJTIHAD Al-jahd atau Al-juhd lamasyakat (kesulitan dan kesusahan) dan akth-thaqat

(kesanggupan dan kemampuan)

IJTIHAD berarti Pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang sulit

b. Menurut istilah yang telah digunakan para sahabat nabi

IJTIHAD adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada

Kitab-u 'l-Lah dan Sunnah Rasul, baik yang terdekat itu diperoleh dari nash -yang terkenal dengan

qiyas (ma'qul nash), atau yang terdekat itu diperoleh dari maksud dan tujuan umum dari hikmah

syari'ah yang terkenal dengan "mashlahat."

c. Menurut rumusan Ushuliyyin dari kelompok mayoritas

IJTIHAD adalah pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih atau mujtahid untuk

memperoleh pengertian tingkat dhanny terhadap sesuatu hukum syar‘i (hukum Islam).

d. Syarat-syarat Ijtihad

Syarat-syarat terpenting bagi seseorang yang ingin mendudukan dirinya sebagai mujtahid :

1. Memiliki ilmu pengetahuan yang luas tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan

masalah hukum, dengan pengertian ia mapu membahas ayat-ayat tersebut untuk menggali hukum.

2. Berilmu pengetahuan yang luas tentang hadits-hadits rasul yang berhubungan dengan

masalah hukum, dengan arti ia sanggup untuk membahas hadits-hadits tersebut untuk menggali

hukum.

3. Menguasai seluruh masalah yang hukumnya telah ditunjukkan oleh ijma’ agar ia tidak

berijtihad yang hasilnya bertentangan dengan ijma’

4. Mengetahui secara mendalam tentang masalah qiyas dan dapat mempergunakannya untuk

menggali hukum

5. Menguasai bahasa Arab secara mendalam.

6. Mengetahui secara mendalam tentang nasikh-mansukh dalam Al-qur’an dan hadits.

7. Mengetahui latar belakang turunnya ayat (asbab-u’l-nuzul) dan latar belakang suatu hadits

(asbab-u’l-wurud), agar ia mampu melakukan istinbath hukum secara tepat.

8. Mengetahui sejarah para periwayat hadits, supaya ia dapat menilai sesuatu Hadist, apakah

Hadits itu dapat diterima ataukah tidak. Sebab untuk menentukan derajad/nilai suatu Hadits

sangat tergantung dengan ihwal perawi yang lazim disebut dengan istilah sanad Hadits.

9. Mengetahui ilmu logika/mantiq agar ia dapat menghasilkan deduksi yang benar dalam

menyatakan suatu pertimbangan hukum dan sanggup mempertahankannya. 

Page 8: Materi Aik

10. Menguasai kaidah-kaidah istinbath hukum/ushul fiqh, agar dengan kaidah-kaidah ini ia

mampu mengolah dan menganalisa dalil-dalil hukum untuk menghasilkan hukum suatu

permasalahan yang akan diketahuinya

e. RUANG LINGKUP

Lingkup ijtihad hanya terbatas pada penggalian hukum syariat dari dalil-dalil Dzanni. Ijtihad tidak

boleh memasuki wilayah yang sudah pasti (qath’i), maupun masalah-masalah yang bisa diindera

atau dipahami secara langsung oleh akal.

Ijtihad hanya terjadi dan berlaku pada wilayah faru’ dan zhanni.

f. KEDUDUKAN IJTIHAD

Berbeda dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijtihad terikat dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dapat melahirkan keputusan yang mutlak

absolut. Sebab ijtihad merupakan aktifitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran

manusia yang relatif maka keputusan daripada suatu ijtihad pun adalah relatif

Sesuatu keputusan yang ditetapkan oleh ijtihad, mungkin berlaku bagi seseorang tapi tidak

berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat tapi tidak berlaku pada masa/ tempat

yang lain.

Ijtihad tidak berlaku dalam urusan penambahan ibadah mahdhah. Sebab urusan ibadah

mahdhah hanya diatur oleh Allah dan Rasulullah.

Keputusan ijtihad tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah.

Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motifasi, akibat,

kemaslahatan

g. METODE IJTIHAD

1. QIYAS

Qiyas ialah memberlakukan hukum yang sudah berlaku sebelumnya pada kejadian baru yang

belum jelas hukumnya.

Qiyas ini dapat diterapkan apabila antara kejadian yang lama dan yang baru terdapat persamaan

dari segi illat (sebab timbul hukumnya).

Artinya, qiyas hanya dapat diterapkan pada sesuatu yang mempunyai illat.

Contohnya mengqiyaskan padi kepada kurma dari segi wajib mengeluarkan zakatnya, karena

persamaan illatnya yaitu sebagai bahan makanan pokok. Illat seperti itu terdapat pada beras. Sebab

itu mereka menetapkan bahwa beras wajib dikeluarkan zakatnya, karena persamaan illat dengan

kurma.

2. Maslahah Mursalah

maslahah mursalah ialah manfaat-manfaat yang seirama dengan tujuan Allah Ta’ala (Pembuat

hukum), akan tetapi tidak terdapat dalil (argumen) khusus yang menjelaskan bahwa manfaat

tersebut diakui atau tidak diakui oleh Allah Ta’ala (Pembuat hukum).

Landasasn hukum penerapan maslahah mursalah:

Penelitian membuktikan bahwa Allah Ta’ala dalam menetapkan hukum-hukum memperhatikan

kemaslahatan manusia. Di antara buktinya ialah firman Allah Ta’ala :

)107 : األنبياء (للعالمين رحمة إال أرسلناك وما

Page 9: Materi Aik

“Tiadalah Kami (Allah) mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta

alam.” (Al -Anbiyaa’ : 107)

Ijtihad para sahabat dan para fuqaha’ sesudahnya tentang banyak kejadian tidak hanya

perpegang pada asas qiyas, tetapi juga memperhatikan asas kemaslahatan. Di antara contohnya

ialah :

Abu Bakar Ash Shiddiq menghimpun Al Quran dalam sebuah Mushhaf sesuai dengan saran

Umar bin Khaththab. Umar bin Khaththab mengatakan : “Menhimpun Al Quran dalam satu

Mushhaf adalah paling baik dan sesuai dengan kemaslahatan Islam.”

Umar bin Khaththab menjatuhkan hukuman mati atas sejumlah orang yang membunuh satu

orang (pembunuhan masal), dengan alasan jika tidak dijatuhi sanksi qishash maka

pembunuhan masal akan dijadikan alasan untuk menghindar dari qishash.

Para sahabat sepakat tentang mewajibkan tukang agar menjamin barang orang lain yang

rusak ditangannya, demi mencegah timbulnya sikap memandang enteng hak milik orang lain

yang sedang berada di tangan mereka.

Contoh maslahah mursalah

Munasib (kemaslahatan) yang diakui

Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui

Munasib (kemaslahatan) yang tidak diakui dan tidak ditolak

3. ‘Urf (Adat)

‘Urf ialah kebiasaan masyarakat, baik perbuatan maupun ucapan (bahasa).

Contoh ‘urf perbuatan ialah kebiasaan masyarakat melakukan jual beli mu’athah yaitu kontrak jual

beli tanpa ijab qabul dengan lisan, tetapi langsung saling memberi. Artinya, penjual memberikan

barang yang dijual kepada pembeli dan pembeli menyerahkan uang kepada penjual. Ini disebut

mu’athah (saling memberi).

Contoh ‘urf ucapan (bahasa) dalam masyarakat Arab ialah tidak menggunakan kata “lahm” (daging)

pada ikan.

Macam-Macam ‘Urf (Adat)

‘Urf (adat) umum ialah yang berlaku pada kebanyakan penduduk suatu negeri dalam suatu

waktu, seperti ‘urf (adat) melakukan االستصناع عقد (akad istishna’), menyewa kamar mandi

tanpa memperhitungkan lama waktunya.

Sedangkan ‘urf (adat) khusus (terbatas) ialah yang berlaku pada kelompok tertentu dari

penduduk suatu negeri. Dari segi lain ‘urf (adat) terbagi kepada ‘urf (adat) yang sohih (benar)

dan ‘urf (adat) tidak sohih (tidak benar).

‘urf (adat) yang sohih ialah kebiasaan masyarakat yang tidak mengharamkan apa yang menurut

Islam adalah halal atau menghalalkan apa yang menurut Islam adalah haram. Contohnya ‘urf

(adat) masyarakat memberikan ‘urbun (uang muka) dalam akad istishna’.

‘urf (adat) yang tidak sohih ialah kebiasaan yang menghalalkan apa yang menurut Islam adalah

haram atau mengharamkan apa yang menurut Islam adalah halal, seperti kebiasaan makan riba,

menyajikan minuman memabukkan dalam jamuan tertentu, dan lain-lain.

Para fuqaha’ sepakat memandang ‘urf (adat) yang sahih, berlaku umum dan secara terus

menerus sejak masa Sahabat dan sesudah mereka, tidak menyalahi nash (teks) Al Quran dan

Page 10: Materi Aik

Sunnah serta prinsip asasi Syariat Islam asalah berlaku sebagai sumber hukum. Contohnya

seperti akad istishna’, ijarah (sewa menyewa), salam, jual beli dengan mu’athah, dan lain-lain.

Dari segi lain, para fuqaha’ sepakat memandang ‘urf (adat) yang tidak sahih tidak dapat dijadikan

sumber hukum, seperti riba, minum khamar, judi, dan lain sebagainya.

Penerapan ‘urf (adat) dalam Islam mempunyai landasan yang kuat dari Islam itu sendiri. Ada dua

dasar yang disebut-sebut fuqaha.

1. Firman Allah Ta’ala :

)199 : األعراف (الجاهلين عن وأعرض بالعرف وأمر العفو خذ

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari

pada orang-orang yang bodoh.” (Al A’raaf : 199)

2. Penjelasan seorang sahabat bernama Abdullah bin Mas’ud r.a.

سىء الله عند فهو سينا المسلمون رأه وما , حسن الله عند فهو حسنا المسلمون رأه ما

“Apa yang dipandang baik oleh orang-orang Islam, maka baik juga di sisi Allah, dan apa yang

dipandang buruk oleh orang-orang Islam, maka buruk juga di sisi Allah.”

Sesuai dengan dasar di atas maka para fuqaha, terutama pendukung mazhab Maliki dan Hambali,

memandang ‘urf (adat) sebagai salah satu sumber penetapan hukum. Pandangan ini mereka

simpulkan dalam sebuah asas yang berbunyi :

محكمة العادة

“Adat kebiasaan menjadi dasar penetapan hukum.”

Pandangan ini mereka ungkapkan pula dalam asas bahwa “apa yang sudah berlaku sebagai

adat kebiasaan adalah sama dengan yang ditetapkan oleh dalil (argumen) dari Syariat Islam.”

Asas-asas tersebut mengungkapkan betapa kuatnya pengaruh ‘urf (adat) dalam hukum Islam.

4. ISTISHHAB

Pengertian

Menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada

masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-

benar ada pada masa sebelumnya.

Atau menetapkan bahwa sesuatu masih tetap seperti semula pada masa sekarang atau pada

masa yang akan datang. Penetapan tersebut berpijak pada kenyataan sesuatu tersebut benar-

benar tidak ada pada masa sebelumnya.

Ringkasnya, istishhab ialah melanjutkan kenyataan sebelumnya, baik ada atau tidak ada.

Macam-macam istishhab

Asas : “Apa yang terdapat di bumi halal dimanfaatkan.” Asas ini tetap berlaku sampai terdapat

bukti yang menunjukkan ia haram. Dasarnya ialah firman Allah Ta’ala :

)29 : البقرة (جميع األرض مافى لكم خلق الذى هو

“Dialah Allah, yang menciptakan segala yang adadi bumi untuk kamu.”

Asas : “Apa yang ada dipandang tetap ada.” Asas ini tetap berlaku sampai ada bukti yang

menunjukkan ia telah tiada. Jadi apa yang ada harus dipandang seperti semula.

Asas : “Setiap orang tidak bertanggung jawab.” Asas ini tetap berlaku pada setiap orang, kecuali

ada bukti yang menunjukkan ia bertanggung jawab.

Ketiga macam istishhab tersebut memberikan solusi yang mudah diterapkan bagi penyelesaian

banyak persoalan muamalat.

Page 11: Materi Aik

5. Adz Dzari’ah

Arti “adz dzari’ah” ialah jalan (wasilah) menuju sesuatu. Jalan yang dimaksud di sini ialah jalan

menuju hukum syariat Islam.

Ringkasnya, dalam Syariat Islam terdapat dua segi, yaitu tujuan dan wasilah menuju tujuan. Hukum

wasilah mengikut hukum tujuan. Apabila tujuan wajib, maka hukum wasilah menujunya wajib pula.

Apabila hukum tujuan haram, maka hukum wasilah menujunya haram pula. Demikian juga hukum-

hukum yang lain, baik makruh, sunnat dan mubah.

KELOMPOK 4 - SUMBER AQIDAH ISLAM

- Al-Qur’an

Nabi s.a.w. bersabda:

: رسوله8 وسنة9 الله كتاَب9 ب8هما ـك>ت=م> َت9م9س? ما لAوا َت9ِض8 لن ْي>ن8 ر9 أم> ك=م> يـ> ف8 ك>ُت= َتر9

Aku telah tinggalkan untuk kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada

keduanya: Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Dan Allah s.w.t. telah menjamin bagi siapa saja yang berpegang kepada keduanya tidak akan sesat di

dunia dan tidak akan binasa di akhirat.

"(Dan) Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepadaKu " (Adz

Dzariyaat: 56)

ع>م9ى أ9 القيامة8 ْيوَم9 ه= ر= ُش= ون9ح> ن>كا َض9 Hة مع8ي>ُش9 له فإن? ِذ8ك>ر8ي عن ض9 أع>ر9

Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku ia tidak

akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya

kehidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keaadaan buta.

(surah Thaha: 123-124)

ي>د8 الحم8 العِزْيِز8 إلىصراط م> ربOه8 بإِذ>ن8 النAور= إلى الُّظAل=م9اِت8 من الن?اَس9 ر8َج9 ل8ت=ْخ> إل9ي>َك9 ل>نا9ه= نِز9أ9 Vك8ت9اَب

(Ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap-

gelita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (iaitu) menuju jalan Rabb yang Maha

Perkasa lagi Maha Terpuji. (surah Ibrahim: 1)

Akidah adalah setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa, yang dengannya hati menjadi tenteram

serta menjadi keyakinan bagi para pemeluknya, tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya.

Perkataan akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu "aqada yang berarti ikatan atau

simpulan.

Secara etimologis (bahasa) AQIDAH berarti ; simpul atau ikatan, sumpah atau perjanjian dan

kehendak yang kuat.

Secara terminologis (istilah) : AQIDAH adalah hal-hal yang diyakini kebenarannya oleh jiwa,

mendatangkan ketentraman hati, menjadi keyakinan yang kokoh yang tidak bercampur

sedikitpun dengan keragu-raguan.

a. Landasan Akidah Islamiah

Landasan akidah Islamiah adalah beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,

para rasul-Nya, hari Akhir, dan beriman kepada qadar (takdir), yang baik maupun yang buruk.

b. Pentingnya akidah islamiah

1. Bahwasanya kebutuhan kita terhadap akidah adalah di atas segala kebutuhan, dan kepentingan kita

terhadap akidah adalah di atas segala kepentingan. Sebab, tidak ada kebahagiaan, kenikmatan,

Page 12: Materi Aik

dan kegembiraan bagi hati, kecuali dengan beribadah kepada Allah, Rab dan Pencipta segala

sesuatu.

2. Bahwasanya akidah Islamiah adalah kewajiban yang paling besar dan yang paling ditekankan.

Karena itu, ia adalah sesuatu yang pertama kali diwajibkan kepada manusia. Rasulullah saw

bersabda, "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada

sesembahan yang hak, kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah." (HR Bukhari dan

Muslim).

3. Bahwa akidah Islamiah adalah satu-satunya akidah yang bisa mewujudkan keamanan dan

kedamaian, kebahagiaan dan kegembiraan. "(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang

menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi

Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati (Al-

Baqarah: 112).

4. Sesungguhnya akidah Islamiah adalah sebab sehingga bisa berkuasa di muka bumi dan sebab

bagi berdirinya daulah Islamiah. "Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis

dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang shaleh." (Al-Anbiya':

105)

Al-Quran yaitu wahyu Allah yang merupakan mukjizat dan diturunkan kepada nabi Muhammad saw

melalui malaikat JibriL untuk diajarkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup hingga

akhir zaman,

agar manusia tidak tersesat hidupnya karena Al-Qur’an sebagai pemberi kabar gembira bagi orang

yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar.

c. Hikmah beriman pada Al-Qur’an

Menjadikan manusia tidak kesulitan, atau agar kehidupan manusia menjadi aman, tenteram,

damai, sejahtera, selamat dunia dan akhirat serta mendapat ridha Allah dalam menjalani kehidupan.

Untuk mencegah dan mengatasi perselisihan diantara sesama manusia yang disebabkan

perselisihan pendapat dan merasa bangga terhadap apa yang dimilkinya masing-masing, meskipun

berbeda pendapat tetap diperbolehkan.

Sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa

Untuk membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya

Untuk menginformasikan kepada setiap umat bahwa nabi dan rasul terdahulu mempunyai

syariat (aturan) dan jalannya masing-masing dalam menyembah Allah SWT.

Untuk menginformasikan bahwa Al Qur’an berisi perintah-perintah Allah, larangan-larangan

Allah, hukum-hukum Allah, kisah-kisah teladan dan juga kumpulan informasi tentang takdir

serta sunatullah untuk seluruh manusia dan pelajaran bagi orang yang bertakwa.

Al Qur’an adalah kumpulan dari petunjuk-petunjuk Allah bagi seluruh umat manusia sejak nabi

Adam a.s sampai nabi Muhammad SAW yang dijadikan pedoman hidup bagi manusia yang takwa

kepada Allah untuk mencapai islam selama ada langit dan bumi

- As-Sunnah

Menurut bahasa, kata As-Sunnah berarti jalan atau tuntunan sesuai dengan sabda Nabi Muhammad.

Menurut terminologi (istilah) ialah Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Saw dalam bentuk

Qauli (ucapan), Fi’il, Taqrir, dan sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai Tasyri’

bagi ummat Islam.

Page 13: Materi Aik

Contoh-contoh dari defenisi As-Sunnah yang dibawakan oleh Ahli hadits :

1. Hadits Qauli (As-Sunnah dalam bentuk ucapan). Ialah segala ucapan Nabi Saw yang ada

hubungannya dengan tasyri’, contohnya : Raulullah Saw bersabda : “Dari kebaikan Islam seseorang

ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya”. (Hadits Riwayat Tirmidzi).

2. Hadits Fi’li (As-Sunnah yang berupa perbuatan). Ialah segala perbuatan Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para sahabatnya. Tentang wudhu, shalat, haji dan yang

lainnya, contohnya : Dari Utsman bin Affan : Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (apabila

berwudhu) beliau menyelai-nyelai jenggotnya”. (Hadits Riwayat Tirmidzi : 31, Ibnu Majah : 430, Ibnu

Jarud : 43, Hakim 1/149 dan Hakim berkata sanadnya Shahih, Tirmidzi berkata : Hasan Shahih).

3. Hadits Taqrir. Ialah segala perbuatan sahabat yang diketahui oleh Nabi saw dan beliau

membiarkannya (sebagai pertanda setuju) dan tidak mengingkarinya, contoh : Telah berkata Nabi

saw kepada Bilal setelah selesai shalat shubuh : ‘Wahai Bilal kabarkanlah kepadaku sebaik-baik

amalan yang engkau telah kerjakan di dalam Islam, karena aku telah mendengar suara terompahmu

dekatku di syurga?’.

Jawabnya : ‘Sebaik-baik amal yang saya kerjakan ialah, bahwa tiap-tiap kali saya berwudhu siang

atau malam maka dengan wudhu itu saya shalat (sunnat) beberapa rakaat yang dapat saya lakukan”.

(Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).

Percaya pada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib 'ain atau wajib bagi seluruh warga

muslimin di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau arti definisi, kitab Allah SWT adalah kitab suci

yang merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui rasul-rasulnya untuk dijadikan

pedoman hidup umat manusia sepanjang masa. Orang yang mengingkari serta tidak percaya kepada

Alquran disebut orang-orang yang murtad.

Al-Kitab dan al-Sunnah cukup sebagai pegangan sehingga tidak memerlukan kepada selainnya. Allah

berfirman:

ون9 َت9ذ9ك?ر= ما Hقليًال أول8يآء دون8ه8 من َتتبعوا وال بOك=م> ر? مOن إل9يك=م> أنِز8َل9 مآ اَت?ب8ع=وا

Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti

pemimpin-pemimpin selainnya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran daripadanya. (surah al-

A’raf:3).

KELOMPOK 5 – TAUHID DALAM ISLAM

Tawhid → Tauhid → Meyakini bahwa ALLAH SWT itu esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya

Kalimat tauhid → =الله إ8ال? 8ل9ه9 إ Laa ilaaha illallah ال9

Sambungan KALIMAT TAUHID →

9 (Tiada) ال

8ل9ه9 (Tuhan)إ

? (Kecuali)إ8ال

(Allah)الله=

Laa ilaaha illallah → Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah

RUKUN KALIMAT TAUHID →

An-Nafyu (peniadaan)

Yaitu menafikan, menolak dan meniadakan seluruh sembahan yang berhak untuk disembah apapun

jenis dan bentuknya dari kalangan makhluk, baik yang hidup dan yang mati

Page 14: Materi Aik

Al-Itsbat (penetapan)

Menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai

dengan konsekuensinya

SYARAT KALIMAT TAUHID →

ILMU (MENGETAHUI)

YAQIN (MEYAKINI)

QABUL (MENERIMA)

INQIYAD (PATUH)

IKHLAS

SHIDDIQ (JUJUR)

MAHABBAH (KECINTAAN)

KELOMPOK 6 – LANDASAN AQIDAH AKHLAK

a. Macam - Macam Tauhid

Tauhid. KAJIAN ILMU TAUHID. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-

cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa

terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang ( QS : 005 : Al Maa-idah Ayat 003 )

1. Tauhid Rububiyah

Tauhid Rububiyah. Tauhid Rububiyah melihat dari asal katanya  ar-rabb yang berarti

mengmbangkan sesuatu dari suatu keadaan pada keadaan yang lain sampai mencapai

kedaan yang sempurna. Dan tidak disebut sendirian kecuali untuk Allah dan apabila ditambahkan

kepada kalimatyang lain,maka hal itu bisa untuk Allah. Jadi tauhid Rububiyah berarti tauhid yang

menyakini bahwa Allah adalah tuhan. Tuhan Yang Maha Pencipta dan segala perbuatan –

perbuatanNya. Pengakuan ini  harus tertanam dari dalam diri. Allah telah menciptakan bumi dan

langit dan apa – apa yang berada diantara keduanya. memiliki, merencanakan, menciptakan,

mengatur, memelihara serta menjaga seluruh Alam Semesta. Pengakuan ini harus tertanam dalam

hati secara sadar. Baik pengakuan yang terlahir melalui kajian – kajian yang berdasarkan akal budi

ataupun pengakuan yang tumbuh sebagai akibat ketaatan dan ketekunan ibadah yang ikhlas karena

Allah

2. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah. Tauhid Uluhiyah yaitu tauhid yang mengesakan Allah dengan perbuatan –

perbuatan hambaNya atau mengesakan Allah melalui niat dan ibadah yang bertujuan untuk

mendekatkan diri kepada Allah semata. Pendekatan diri dengan tauhid uluhiyah ini adalah dengan

melakukan amal ibadah yang diyariatkan seperti shalat, puasa, berdo’a thawaf, Qurban,

pengharapan, takut, senang, tawakal dan lain sebagainya yang kesemuanya itu berasal dari Allah

dan untuk Allah semata. Tauhid Uluhiyah ini mensyaratkan adanya tauhid rububiyah. Tanpa

tauhid rububiyah, maka tauhid huluhiyah akan batal karena pengesaan Allah melalui perbuatan

– perbutan hamba adalah setelah hamba tersebut menghayati dan memahami seluruh perbutan –

Page 15: Materi Aik

perbutan Allah yang telah menciptakan hambaNya tersebut. Atau merupakan konsekuensi dari

keimanan terhadap rububiyahNya. Tauhid Huluhiyah inilah yang selama ini menjadi pertentangan

antara orang –orang kafir dengan seluruh nabi dan rasul yang diutus Allah. Pertentangan itu

disebabkan tauhid huluhiyah inilah inti dari dakwah para nabi dan rasul terdahulu.

3. Tauhid Asma wa Sifat

Tauhid Asma wa Sifat. Tauhid Asma wa Sifat yaitu mengesakan Allah melalui pengakuan dan

penghayatan tentang nama – nama dan sifat Allah yang didasarkan kepada Al-Quran dan

Hadist Rasulullah

Tauhid ini merupakan penafsiran dari pensifatan Allah ataupun penafsiran atas Zat Allah melalui

pensifatan rasulullah. Pensifatan ini harus tidak keluar dari prinsip dasar kajian ilmu tauhid bahwa,

Allah tidak memberikan pengetahuan kepada manusia tentang ZatNya, tetapi manusia bisa

mengenal Allah melalui sifta- sifat dan perbuatanNya. Pensifatan Allah harus bebas dari

penafsiran – penafsiran yang mengandung penyimpangan seperti pemahaman penafsiran serba

tuhan atau penyatuan diri manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan Allah sebagai tuhan

yang menciptakan manusia dan pensifatan Allah juga harus bebas dari tamsil atau pengibaratan

atau menyerupakan Allah dengan makhluknya. Bebas dari Visualisasi atau penggambaran tentang

Allah. Tiga macam tauhid ini bukan merupakan bagian yang berdiri sendiri, tetapi ketiga macam

tauhid tersebut ( tauhid rubbubuiiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat ) merupakan satu

kesatuan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tiga macam tauhid ini

merupakan rangkaian segitiga tauhid yang saling melengkapi dan saling menguatkan.

Apabila satu dari sisi segitiga tauhid tersebut runtuh,maka segitiga tersebut juga akan hancur.

Tauhid akan hancur. Apabila salah satu sisi dari segitiga tersebut rusak,maka segitigatersebut akan

rusak, Tauhid yang dipahami dan diyakini menjadiakan  rusak pula. Semoga Allah selalu

melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita bersama dan melindungi kita selalu dalam

hidayah dan pengampunanNya … Amin ...

KELOMPOK 7 – HAL-HAL MERUSAK KEIMANAN

a. KUFUR

Kufur secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah tidak beriman kepada

Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya. Kufur ada dua jenis :

Kufur Besar dan Kufur Kecil

1. Kufur Besar

Kufur besar bisa mengeluarkan seseorang dari agama Islam. Kufur besar ada lima macam

[1]. Kufur Karena Mendustakan Dalilnya adalah firman Allah

”Artinya : Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang-orang yang mengada-adakan dusta

terhadap Allah atau mendustakan kebenaran tatkala yang hak itu datang kepadanya ? Bukankah

dalam Neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir ?” [Al-Ankabut : 68]

[2]. Kufur karena enggan dan sombong padahal membenarkan.

Dalilnya firman Allah “Artinya : Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para Malaikat,

‘Tunduklah kamu kepada Adam’. Lalu mereka tunduk kecuali iblis, ia enggan dan congkak dan

adalah ia termasuk orang-orang kafir” [Al-Baqarah : 34]

[3]. Kufur karena ragu

Page 16: Materi Aik

Dalilnya adalah firman Allah. “Artinya : Dan ia memasuki kebunnya, sedang ia aniaya terhadap

dirinya sendiri ; ia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak

mengira Hari Kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Rabbku, niscaya

akan kudapati tempat kembali yang baik” Temannya (yang mukmin) berkata kepadanya, ‘Apakah

engkau kafir kepada (Rabb) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani,

kemudian Dia menjadikan kamu seorang laki-laki ? Tapi aku (percaya bahwa) Dialah Allah Rabbku

dan aku tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun” [Al-Kahfi : 35-38]

[4]. Kufur karena berpaling

Dalilnya adalah firman Allah. “Artinya : Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang

disampaikan kepada mereka” [Al-Ahqaf : 3]

[5]. Kufur karena nifaq

Dalilnya adalah firman Allah “Artinya : Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara)

lahirnya lalu kafir (secara batinnya), kemudian hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak

dapat mengerti” [Al-Munafiqun : 3]

2. Kufur Kecil

Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, dan ia adalah

kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah

sebagai dosa-dosa kufur, tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat,

sebagaimana yang disebutkan dalam firmanNya. “Artinya : Mereka mengetahui nikmat Allah,

kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl : 83]

Termasuk juga membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan

membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Artinya : Janganlah kalian sepeninggalku kembali

lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian yang lain” [Hadits

Riwayat Bukhari dan Muslim]

Termasuk juga bersumpah dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat kufur atau

syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta dishahihkan oleh Al-Hakim]

Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin.

Allah berfirman. “Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenan

dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah : 178] Allah tidak mengeluarkan orang yang

membunuh dari golongan orang-orang beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali

yang (berhak melakukan) qishash[1].

Allah berfirman “Artinya : Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya, hendaklah

(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar

(diat) kepada yangmemberi maaf dengan cara yang baik (pula)” Al-Baqarah : 178]

Yang dimaksud dengan saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama,

berdasarkan firman Allah. “Artinya : Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin

berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat

aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga

golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah

Page 17: Materi Aik

Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah

menyukai orang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu

damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat

rahmat” [Al-Hujurat : 9-10] [2]

Kesimpulan Perbedaan Antara Kufur Besar Dan Kufur Kecil

[1]. Kufur besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)

amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga tidak

menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan

dengan ancaman.

[2]. Kufur besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedangkan kufur kecil, jika

pelakunya masuk neraka maka ia tidak kekal di dalamnya, dan bisa saja Allah memberikan

ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tiada masuk neraka sama sekali.

[3]. Kufur besar menjadikan halal darah dan harta pelakunya, sedangkan kufur kecil tidak

demikian.

[4]. Kufur besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya, antara pelakunya

dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan setia kepadanya,

betapun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kufur kecil, maka ia tidak melarang secara mutlak

adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan sesuai dengan kadar keimananny,

dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan kemaksiatannya. Hal yang sama juga dikatakan dalam

perbedaan antara pelaku syirik besar dan syirik kecil.

___________________________________________________________

[1]. Qishash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishash itu tidak dilakukan bila yang

membunuh mendapat pemaafan dari ahlis waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti

rugi) yang wajar. Pembayaran diat diminta dengan baik, umpanya dengan tidak mendesak yang

membunuh, dan yang membunuh hendaknya membayar dengan baik, umpanya dengan tidak

menangguh-nagguhkannya. Bila ahli waris si korban sesudah Allah menjelaskan hukum-hukum ini

membunuh yang bukan si pembunuh atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat maka

terhadapnya di dunia di ambil qishah dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.

b. SYIRIK

Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah pada perkara yang merupakan hak istimewa-

Nya. Hak istimewa Allah seperti: Ibadah, mencipta, mengatur, memberi manfaat dan mudharat,

membuat hukum dan syariat dan lain-lainnya.

1) JENIS-JENIS SYIRIK

1. Syirik Akbar

Syirik ini menjadi penyebab keluarnya seseorang dari agama Islam, dan orang yang

bersangkutan jika meninggal dalam keadaan demikian, akan kekal di dalam neraka. Hakikat syirik

akbar adalah memalingkan salah satu jenis ibadah kepada selain Allah! Seperti memohon dan taat

kepada selain Allah, bernadzar untuk selain Allah, takut kepada mayat, kuburan, jin, setan disertai

keyakinan bahwa hal-hal tersebut dapat memberi bahaya dan mudharat kepadanya, memohon

perlindungan kepada selain Allah, seperti meminta perlindungan kepada jin dan orang yang sudah

mati, mengharapkan sesuatu yang tidak dapat diwujudkan kecuali oleh Allah, seperti meminta hujan

kepada pawang, meminta penyembuhan kepada dukun dengan keyakinan bahwa dukun itulah yang

Page 18: Materi Aik

menyembuhkannya, mengaku mengetahui perkara ghaib, menyembelih hewan kurban yang

ditujukan untuk selain Allah.

Thariq bin Syihab menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda (yang

terjemahannya): Ada seseorang masuk surga karena seekor lalat, dan ada seseorang masuk neraka

karena seekor lalat pula. Para shahabat bertanya: Bagaimana hal itu, ya Rasulul-lah? Beliau

menjawab: Ada dua orang berjalan melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, yang mana tidak

seorang pun melewati berhala itu sebelum mempersembahkan kepadanya suatu kurban.

Ketika itu, berkatalah mereka kepada salah seorang dari kedua orang tersebut:

Persembahkanlah kurban kepadanya! Dia menjawab: Aku tidak mempunyai sesuatu yang dapat

kupersem-bahkan kepadanya. Mereka pun berkata kepadanya lagi: Persembahkan sekalipun seekor

lalat. Lalu orang itu mempersembahkan seekor lalat, mereka pun memperkenankan dia untuk

meneruskan perjalanan.

Maka dia masuk neraka karenanya. Kemudian berkatalah mereka kepada seorang yang lain:

Persembahkanlah kurban kepadanya. Dia menjawab: Aku tidak patut mempersembahkan sesuatu

kurban kepada selain Allah 'Azza wa Jalla. Kemudian mereka memenggal lehernya, karenanya orang

ini masuk surga. (HR. Imam Ahmad).

Dan termasuk penyembelihan jahiliyah yang terkenal di zaman kita sekarang ini- adalah

menyembelih untuk jin. Yaitu manakala mereka membeli rumah atau membangunnya, atau ketika

menggali sumur mereka menyembelih di tempat tersebut atau di depan pintu gerbangnya sebagai

sembelihan (sesajen) karena takut dari gangguan jin. (Lihat Taisirul Azizil Hamid, hal. 158).

 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR

a. Syirik dalam berdoa

Yaitu meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala

berfirman dalam kitab-Nya (yang terjemahannya):

"Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun setipis kulit

ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka

mendengar mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)

b. Syirik dalam sifat Allah

Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui perkara-perkara ghaib. Allah Ta'ala

telah membantah keyakinan seperti itu dengan firman-Nya (yang terjemahannya):

 "Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya kecuali

dia sendiri." (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.

Pengetahuan tentang hal yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal

tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.

c. Syirik dalam Mahabbah (kecintaan)

Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya mencintai Allah, atau menyetarakan cinta-

nya kepada makhluk dengan cintanya kepada Allah Ta'ala. Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman

(yang terjemahannya):

 "Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah,

mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman

sangat cinta kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 165).

Page 19: Materi Aik

Mahabbah dalam ayat ini adalah mahabbatul ubu-diyah (cinta yang mengandung unsur-unsur

ibadah), yaitu cinta yang dibarengi dengan ketundukan dan kepatuhan mutlak serta mengutamakan

yang dicintai daripada yang lainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah

yang berhak dicintai seperti itu, tidak boleh diperlakukan dan disetarakan dengan-Nya sesuatu

apapun.

d. Syirik dalam ketaatan

Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama dan lain-lainnya, dalam mendurhakai

Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam menghalal-kan apa yang diharamkan Allah Ta'ala, atau

mengharamkan apa yang dihalalkan-Nya.

Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman (yang terjemahannya) : Mereka

menjadikan orang-orang alim, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah:

31).

Taat kepada ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala

mereka! Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan (yang terjemahannya):

Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq (Allah). (Hadits Shahih,

diriwayatkan oleh Ahmad).

e. Syirik khauf (takut)

Jenis-jenis takut :

1. Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, berupa berhala, thaghut,

mayat, makhluk gahib seperti jin, dan orang-orang yang sudah mati, dengan keyakinan bahwa

mereka dapat menimpakan mudharat kepada makhluk. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang

terjemahannya): Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu benar-

benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175).

2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya, seperti: Takut kepada

seseorang sehingga menyebabkan kewajiban ditinggalkan. Takut seperti in hukumnya haram,

bahkan termasuk syirik ashghar (syirik kecil). Berkaitan dengan hal tersebut Rasulullah SAW

bersabda (yang terjemahannya):

"Janganlah seseorang dari kamu menghinakan dirinya!" Shahabat bertanya: Bagaimana

mungkin seseorang menghinakan dirinya sendiri? Rasulullah bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah

yang harus ditunaikan, namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari

kiamat: Apa yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?".

Ia menjawab: "Karena takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya kepadaKu saja

engkau takut". (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih).

3. Takut secara tabiat, takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang

buas, atau kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang

janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk

menyesatkannya.

f. Syirik hulul

Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah Ibnu Arabi (bukan Ibnul

Arabi, beliau adalah ulama Ahlus Sunnah) dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.

g. Syirik Tasharruf

Page 20: Materi Aik

Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk bertindak dalam mengatur urusan

makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih

meyakini Allah sebagai Pencipta dan Pengatur alam semesta.

h. Syirik Hakimiyah

Termasuk syirik hakimiyah adalah membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat

Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut atau beranggapan bahwa

hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong musyrik dalam hal ini adalah para

hakim yang membuat dan memberlakukan undang-undang, serta orang-orang yang mematuhinya,

jika meyakini kebenaran UU tersebut dan rela dengannya.

i. Syirik tawakkal

Tawakkal ada tiga jenis:

a. Tawakkal dalam perkara yang hanya mampu dilaksanakan oleh Allah saja. Tawakkal jenis ini

harus diserahkan kepada Allah semata, jika seseorang menyerahkan atau memasrahkannya kepada

selain Allah, maka ia termasuk Musyrik.

b. Tawakkal dalam perkara yang mampu dilaksanakan para makhluk. Tawakkal jenis ini

seharusnya juga diserahkan kepada Allah, sebab menyerahkannya kepada makhluk termasuk syrik

ashghar.

c. Tawakkal dalam arti kata mewakilkan urusan kepada orang lain dalam perkara yang mampu

dilaksanakannya. Seperti dalam urusan jual beli dan lainnya. Tawakkal jenis ini diperbolehkan, hanya

saja hendaklah seseorang tetap bersandar kepada Allah Subhanahu wa Taala, meskipun urusan itu

diwakilkan kepada makhluk.

j. Syirik niat dan maksud

Yaitu beribadah dengan maksud mencari pamrih manusia semata, mengenai hal ini Allah

Subhanahu wa Taala berfirman (yang terjemahannya):

"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan

kepadanya balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak akan

dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak akan memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah

di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka

kerjakan". (QS. Hud: 15-16).

Syirik jenis ini banyak menimpa kaum munafiqin yang telah biasa beramal karena riya.

k. Syirik dalam Hal Percaya Adanya Pengaruh Bintang dan Planet terhadap Berbagai

Kejadian dan Kehidupan Manusia.

Dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya):

Allah berfirman: "Pagi ini di antara hambaku ada yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir.

Adapun orang yang berkata, kami diberi hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia

beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata: Hujan itu turun karena

bintang ini dan bintang itu maka dia telah kufur kepada-Ku dan beriman kepada bintang". (HR,

Bukhari).

Termasuk dalam hal ini adalah mempercayai astrologi (ramalan bintang) seperti yang banyak

kita temui di koran dan majalah. Jika ia mempercayai adanya pengaruh bintang dan planet-planet

terse-but maka dia telah musyrik. Jika ia membacanya sekedar untuk hiburan maka ia telah

melakukan perbuatan maksiat dan dosa. Sebab tidak dibolehkan mencari hiburan dengan membaca

Page 21: Materi Aik

hal-hal syirik. Disamping setan terkadang berhasil menggoda jiwa manusia sehingga ia percaya

kepada hal-hal syirik tersebut. Maka, membacanya termasuk sarana dan jalan menuju kemusyrikan.

2. Syirik Ashghar

Yaitu setiap ucapan atau perbuatan yang dinyatakan syirik oleh syara tetapi tidak

mengeluarkan dari agama. Ia merupakan dosa besar yang dapat mengantarkan kepada syirik akbar.

Macam-macam syirik asghar:

a. Zhahir (nyata)

Berupa ucapan: Rasulullah SAW bersabda (yang terjemahannya): "Barangsiapa yang

bersumpah dengan selain nama Allah, maka ia telah berbuat syirik". (HR. Ahmad, Shahih).

Dan sabda Nabi SAW yang lain (yang terjemahannya): "Janganlah kamu berkata: Atas kehendak

Allah dan kehendak Fulan. Tapi katakanlah: Atas kehendak Allah , kemudian kehendak Fulan". (HR.

Ahmad, Shahih).

Berupa amalan, seperti: Memakai gelang, benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau

penangkal mara bahaya, jika ia meyakini bahwa benda-benda tersebut hanya sebagai sarana tertolak

atau tertangkalnya bala. Namun bila dia meyakini bahwa benda-benda itulah yang menolak dan

menangkal bala, hal itu termasuk syirik akbar. Imran bin Hushain radiallahu anhu menuturkan,

bahwa Nabi SAW melihat seorang laki-laki terdapat di tangannya gelang kuningan, maka beliau

bertanya (yang terjemahannya): "Apakah ini?".

Orang itu menjawab: Penangkal sakit. Nabi pun bersabda: "Lepaskan itu karena dia hanya akan

menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati sedang gelang itu masih ada pada

tubuhmu, kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang bisa

diterima).

Dan riwayat Imam Ahmad pula dari Uqbah bin Amir dalam hadits marfu (yang terjemahannya):

Barang siapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabul-kan keinginannya; dan

barang siapa menggantungkan wadaah, semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya.

Disebutkan dalam riwayat lain: Barang siapa menggantungkan tamimah, maka dia telah berbuat

syirik.(Tamimah adalah sesuatu yang dikalungan di leher anak-anak sebagai penangkal atau pengusir

penyakit, pengaruh jahat yang disebabkan rasa dengki seseorang dan lain sebagainya. Wadaah

adalah sejenis jimat).

b. Khafi (tersembunyi); syirik yang bersumber dari amalan hati, berupa riya, sumiah dan lain-

lainnya.

2) BAHAYA SYIRIK

1. Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).

a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.

Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman: "Aku tidak

butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia

menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya". (Riwayat

Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).

b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil yang

berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat al-Madkhal, hal 124).

c. Termasuk dosa besar yang terbesar.

2. Syirik Akbar

Page 22: Materi Aik

a. Kezhaliman terbesar.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang besar".

(QS. Luqman: 13).

b. Menghancurkan seluruh amal.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya

hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi". (QS. Az-Zumar: 65).

c. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa

Ta'ala.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya):Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika

disekutukan, dan Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-

Nisa: 48, 116).

d. Pelakunya diharamkan masuk surga.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya barang siapa menyekutukan Allah,

maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan tidak ada bagi

orang-orang zhalim itu seorang penolong pun". (QS. Al-Maidah: 72).

e. Kekal di dalam neraka.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan

orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu

adalah seburuk-buruk makhluk". (QS. Al-Bayyinah: 6).

f. Syirik adalah dosa paling besar.

Firman Allah Ta'ala (yang terjemahannya): "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa

mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu. Bagi

siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-

jauhnya". (QS. An-Nisa: 116).

g. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Katakanlah: Rabbku hanya

mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan dosa,

melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan

sesuatu yang Allah tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan) mengada-adakan

terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS. Al-Araaf: 33).

h. Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Lihat Quran surah Al-

Anaam: 151.

i. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.

Allah Ta'ala berfirman (yang terjemahannya): "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya

orang-orang musyrik itu najis". (QS. At-Taubah: 28).

c. NIFAQ

Nifaq ialah sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau tidak sesuai antara ucapan dengan

perbuatan. Lain di hati lain di mulut, lain di mulut lain di perbuatan, tidak sesuai antara kata dengan

perbuatan. Orang yang mepunyai sifat nifaq disebut munafiq.

1. Sifat dan perbuatan orang munafiq

Orang munafiq itu pebuatannya selalu berpura-pura, apa yang diucapkannya berbeda dengan

perbuatannya. Misalnya dia menyatakan iman kepada Allah Subahanahu Wa ta’ala dan rasul-Nya,

Page 23: Materi Aik

tetapi dalam hatinya dia tidak beriman, ia mengingkari apa yang telah di ucapkannya. Bila dia

berkumpul dengan orang beriman, dia mengatakan berimana akan tetapi bila ia berkumpul dengan

orang kafir, diapun menyatakan kekafirannya pula. Dia bermuka dua dan selalu berpura-pura.

Wa idzaa laqulladziina a’manuu qaaluww aamannaa wa idzaa kholau ilaa syayaathii nihim

qaaluu innaa ma’akum innamaa nahnu mustagzi’uun.

Yang terjemahnya : Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan :

“Kami telah beriman “. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan :

“Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok” (Al baqarah : 14)

Diantara sifat munafiq ialah pendusta, pembohong, dan kihanat. Apabila dia berbicara dia berbohong,

apabila dia berjanji dengan orang lain dia tidak menepati dengan sengaja. Begitu pula apabila dia

mendapat kepercayaan dari orang lain untuk memegang dan melaksanakan pekerjaan dia tidak

melaksanakannya dengan baik, dia khianat. Firman Allah Subhanahu Wa ta’ala dalam Al Quran surat Al

Munafiqun ayat 1 dan 2.

Idzaa jaa ‘akal munaafiquuna qaalu nasyhadu innaka larasuulullahi wallahu yu’alamu innaka

larasuuluhuu wallahu yasyhadu innalmunaafiqiina lakadzibuun (1) Ittakhodzuu aimaanahum

junnatan fashodduu ‘an sabiilillahi innahum saa a’ maakaanuu yagmaluun. (2)

Yang terjemahnya : (1) Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka berkata “Kami

mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa

sesungguhnya kamu benar-benar orang pendusta. (2) Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai

perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang

telah mereka kerjakan. (Al Munafiqun:1-2)

Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam

Aayatulmunaafiqi tsalatsun : indza haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akh lafa wa idzaa’

tuminakhoona.

“Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Apabila berkata ia bohong, apabila berjanji ia melanggar dan

apabila dipercaya ia berkhianat.

Juga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Semoga Allah Meridhoi dan memuliakan

beliau, yang terjemahnya :

“Empat macam (sifat) siapa terdapat padanya empat sifat itu, adalah ia munafiq tulen. Barang siapa

terdapat padanya suatu dari sifat yang empat itu, terdapatlah padanya suatu bahagian nifaq. Sampai

meniggalkannya. Sifat yang empat itu ialah : Apabila dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara ia dusta,

apabila berjanji ia menyalahi, tidak ditepati dan apabila berdebat dengan seseorang, ia berlaku curang.

(Hadist Riwayat Bukhari)

2. Bahaya nifaq

Orang munafiq yang perbuatannya berpura-pura, dusta, bohong dan khianat, hatinya akan selalu ragu,

was-was dan tidak tenteram. Terhadap perbuatannya yang tidak benar itu, ia takut akan ketahuhan

orang lain dan sifat dusta dan khianatnya akan menghantui perasaannya, sehingga terjadi konflik

batin, menimbulkan ketidak tenangan pada kehidupannya. Ia juga akan selalu menghadapi kesulitan,

karena harus membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dia menjadi sakit

batin, sehingga pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kondisi fisiknya. Akibat sifat nifaq orang

tersebut akan mendapat kesengsaraan dan kehinaan di dunia dan di akhirat.

Firman Allah Subhanahu Wa ta’ala :

Page 24: Materi Aik

Fii quluu bihim maradzun fazaa dallahu maradhon wa lahum ‘adzaabun ‘aliimun bimaa kaanuq

yadzi bun.

Yang terjemahnya : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka

siksa pedih, di sebabkan mereka berdusta (Al Baqarah : 10)

Allah berfirman :

Wa ‘adallahul munaafiqiina walmunaafiqaati wal kuffaara naara jahannama kholidiina fiihaa,

hiya hasbuhum, wa la’alahumillahu wa lahum ‘adzabunmmuqiim.

Yang terjemahnya : Allah mengancam orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang

kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka dan Allah

melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (At taubah : 68)

Firman Allah Subhanahuu Wa Ta’ala

Basysyiril munaafiqiina bianna lahum ‘adzaa ban aliimaa

Yang terjemahnya : Kabarkanlah kepada orang-orang muinafiq bahwa mereka akan mendapat siksaan

yang pedih. (An Nisa : 138)

Allah berfirman :

Innalmunaafiqiina fiiddarkil asfali minannaari wa laan tajidalahuum nashiira.

Yang terjemahnya : Sesungguhnya orang-orang munafiq itu(ditempatkan) pada tingkatan yang paling

bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seseorang penolongpun bagi mereka. (An

nisa 145)

Orang munafiq ketika berhubungan dengan orang lain, biasanya mulutnya manis, sikapnya ramah dan

menarik, tetapi di balik itu hatinya selalu berniat buruk dan fikirannya seslalu berangan-angan

mencari kesempatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk dirinya tanpa memperhatikan

norma kebenaran yang berlaku. Orang lain ditipu, dibohongi dan dilaknati, sehingga betapa banyak

kerugian orang lain akibat perbuatannya, baik kerugian moril maupun materiil. Bujuk rayu orang

munafiq itu seringkali enak dan meyakinkan, kata-katanya sangat menarik dan memikat hati, padahal

sebenarnya dia hanya melakukan tipu daya.

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :

Wa minannasi man yyugjibuka qauluhu fiil hayaatiddunyaa wayusyhidullaha ‘alaa maa fii

qabihii wa huwa aladdul khishaam.

Yang terjemahnya : Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik

hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang

yang paling keras. (Al Baqarah : 204)

Yukhadi’uunallaha wa lladziina amaanuw wa maa yakh da ‘uuna illa anfusahuum wa maa

yasy’uruun.

Yang terjemahnya : Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman padahal mereka hanya

menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar. (Al Baqarah : 9)

d. RIDDAH, MACAM-MACAM dan HUKUMNYA

Secara bahasa: Arraddatu (riddah) artinya Ar-ruju’u (kembali) Menurut istilah: kufur setelah

Islam (QS Al-Baqarah (2): 217) Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan

Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi dari jalan Allah,

kafir kepada Allah, Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar di sisi Allah.

Dan berbuat fitnah lebih besar daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu

Page 25: Materi Aik

sampai mereka mengembalikan kamu dari agamamu , seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang

murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia

amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

Riddah ada 4 macam:

1. Riddah dengan ucapan

Seperti mencaci Allah atau rasulNya shallallahu ‘alaihi wassallam, atau malaikat-malaikatNya

atau salah seorang dari rasulNya

Mengaku mengetahui ilmu ghaib atau mengaku nabi atau membenarkan orang yang mengaku

sebagai nabi

Berdo’a kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepadaNya

2. Riddah dengan perbuatan

Seperti sujud kepada patung, pohon, batu, kuburan dan memberikan sembelihan untuknya

Membuang mushaf Al-Qur’an ditempat-tempat yang kotor

Melakukan sihir, mempelajari dan mengajarkannya

Memutuskan hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah dan meyakini kebolehannya

3. Riddah dengan I’tiqad (kepercayaan)

Seperti kepercayaan adanya sekutu bagi Allah atau kepercayaan bahwa zina, khamr dan riba adalah

halal atau hal semisalnya yang telah disepakati kehalalan, keharaman atau wajibnya secara ijma’

(konsensus) yang pasti, yang tidak seorangpun tidak mengetahuinya.

4. Riddah dengan keraguan Tentang sesuatu sebagaimana yang disebutkan diatas

Konsekuensi Hukum setelah terjadinya Riddah

1. Yang bersangkutan diminta untuk bertaubat.

2. Jika ia bertaubat dan kembali kepada Islam dalam masa tiga hari, maka taubatnya diterima

kemudian ia dibiarkan (tidak dibunuh).

3. Jika ia tidak mau bertaubat maka ia wajib dibunuh, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alahi

wassallam, “Barangsiapa mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah dia” (HR Al-Bukhari dan

Abu Daud).

4. Dilarang membelanjakan hartanya saat ia dalam masa diminta untuk bertaubat, jika ia masuk

Islam kembali maka harta itu miliknya. Jika tidak maka harta itu menjadi fa’i (rampasan) Baitul Mal

sejak ia dibunuh atau mati karena riddah. Pendapat lain mengatakan, begitu ia jelas-jelas murtad

maka hartanya dibelanjakan untuk kemaslahatan umat Islam.

5. Terputusnya hak waris mewarisi antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia tidak mewarisi

antara dirinya dengan keluarga dekatnya, ia tidak mewarisi harta mereka dan mereka tidak

mewarisi hartanya.

6. Jika ia mati atau dibunuh dalam keadaan riddah, maka ia tidak dimandikan, tidak dishalatkan,

dan tidak dikubur dikuburan umat Islam.

e. BID’AH

Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh.

Sebelumnya Allah berfirman.

Badiiu’ as-samaawaati wal ardli “Artinya : Allah pencipta langit dan bumi” [Al-Baqarah : 117]

Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya.

Page 26: Materi Aik

Juga firman Allah. Qul maa kuntu bid’an min ar-rusuli “Artinya : Katakanlah : ‘Aku bukanlah rasul yang

pertama di antara rasul-rasul”. [Al-Ahqaf : 9].

Maksudnya adalah : Aku bukanlah orang yang pertama kali datang dengan risalah ini dari Allah Ta’ala

kepada hamba-hambanya, bahkan telah banyak sebelumku dari para rasul yang telah mendahuluiku.

Dan dikatakan juga : “Fulan mengada-adakan bid’ah”, maksudnya : memulai satu cara yang belum ada

sebelumnya.

Dan perbuatan bid’ah itu ada dua bagian :

[1] Perbuatan bid’ah dalam adat istiadat (kebiasaan) ; seperti adanya penemuan-penemuan baru

dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan ilmu dengan berbagai

macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat

(kebiasaan) adalah mubah.

[2] Perbuatan bid’ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu

adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah) ; Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya :

Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang

bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)”. Dan di dalam riwayat lain

disebutkan : “Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami,

maka perbuatannya di tolak”.

MACAM-MACAM BID’AH

Bid’ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam :

[1] Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan

orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah (kelompok-kelompok) yang sesat

sekaligus keyakinan-keyakinan mereka.

[2] Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak

disyari’atkan oleh Allah : dan bid’ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu :

[a]. Bid’ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang

tidak ada dasarnya dalam syari’at Allah Ta’ala, seperti mengerjakan shalat yang tidak disyari’atkan,

shiyam yang tidak disyari’atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti

pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya.

[b]. Bid’ah yang bentuknya menambah-nambah terhadap ibadah yang disyariatkan, seperti

menambah rakaat kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.

[c]. Bid’ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu menunaikan ibadah yang sifatnya

tidak disyari’atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama’ah dan

suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar

dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

[d]. Bid’ah yang bentuknya menghususkan suatu ibadah yang disari’atkan, tapi tidak dikhususkan

oleh syari’at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan

Sya’ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di

syari’atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.

HUKUM BID’AH DALAM AD-DIEN

Segala bentuk bid’ah dalam Ad-Dien hukumnya adalah haram dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah

SAW.

Page 27: Materi Aik

“Artinya : Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru, karena sesungguhnya

mengadakan hal yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”. [Hadits Riwayat Abdu Daud,

dan At-Tirmidzi ; hadits hasan shahih].

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

“Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak”.

Dan dalam riwayat lain disebutkan :

“Artinya : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya

tertolak”.

Maka hadits tersebut menunjukkan bahwa segala yang diada-adakan dalam Ad-Dien (Islam) adalah

bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat dan tertolak.

Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram.

f. SIHIR

Sihir adalah kekuatan ghaib yang diciptakan ALLAH untuk makhluk-Nya, dimana kekuatan

ghaibnya berupa kekuatan pengaruh ruh-ruh jahat (jin atau syetan), dan dapat berpengaruh pada

unsur alam. Seperti diceritakan dalam Asbabun Nuzul surat Al Falaq dan An Nas iaitu ketika Nabi SAW

sakit seolah mendatangi istri-istrinya ternyata tidak, dan ternyata setelah diberitahu oleh Malaikat,

sihirnya ada pada sebuah sumur dan berupa tali yang disimpul-simpulkan. 'Aisyah ra. berkata,

"Rasulullah SAW pernah disihir sehingga beliau sungguh berkhayal bahawa dirinya mendatangi isteri-

isterinya padahal beliau tidak mendatangi isteri-isteri beliau." (HR. Bukhori dan Muslim, Abu Daud dan

Ahmad). Lihat kitab Ath Thibbun Nabawi Halaman 100)

CONTOH SIHIR

Sihir boleh diperoleh oleh siapa saja yang bekerja sama dengan jin atau setan. Banyak macamnya sihir

tersebut antara lain :

Dengan Mantera, yaitu dengan bacaan-bacaan tertentu yang mengandung arti meminta pertolongan

kepada jin atau setan untuk melakukan sesuatu hal yang dikehendaki. Atau dengan bacaan-bacaan

yang tidak dimengerti tapi sangat diyakini oleh yang membacanya apalagi di dalamnya ternyata

mengandung kesyirikan dan kekufuran. Ini termasuk manjur kerana setan dan bala tenteranya sangat

menyukai sihir seperti ini yang menyesatkan iman pelakunya

Dengan Benda, iaitu menggunakan benda-benda tertentu untuk niat tertentu, seperti hadis Nabi di

atas atau  misalnya menggunakan pasir yang dilempar ke rumah orang tertentu agar rumah tersebut

seperti dilempari batu terus menerus. Atau menggunakan tanah kuburan yang ditanam di suatu

tempat agar tempat tersebut terasa gersang, panas dan menakutkan. Atau dengan boneka yang

ditusuk-tusuk agar orang yang dituju merasa seperti ditusuk-tusuk. Dan banyak macam lainnya

Dengan Istikhdam, iaitu meminta bantuan langsung kepada jin atau setan untuk melakukan sesuatu

pekerjaan jahat

Dengan Perbuatan Haram, misalnya dengan menduduki Al Qur'an di dalam WC (bilik mandi)

Sihir adalah salah satu dosa besar dan boleh menyebabkan pelakunya mati dalam suu-ul

khotimah (jelek matinya), Na'u-dzu billaah min dzaalik

g. RIYA’

Riya artinya memperlihatkan (menampakan) diri kepada orang lain, supaya diketahuui

kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap dan perbuatan

dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah.

Page 28: Materi Aik

Riya itu dapat terjadi di dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan dan bisa juga terjadi

setelah melakukan pekerjaan.

1. Riya dalam niat

Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginam dari orang lain, bukan

karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan yang baik

dilakukan deengan niat karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika

perbuatan itu dilakukan karena ingin mendapat sanjungan, penghargaan dari orang lain, maka

perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah. Hanya sanjungan itulah yang akan ia peroleh.

Amirul Mukminin Abi Hafash Umar bin Khatab Radhiyallahu Anhu, aku mendengar Rasulullah

Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :

Innamal ‘amaalu biinniyyaati wa innamaa likullimriyin manawa fa man kaanat hijratuhu

ilallahi wa rasuulihi fahijratuhu ilallahi wa rasuulihi wa mankaanat hijratuhu lidunyaa

yushiibuhaa awimra atin yankihuhaa fahijratuhu ilaa maa haajara ilaihi

Yang terjemahnya: “Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat

balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya

maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia

harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.”

2. Riya dalam perbuatan

Riya dalam perbuatan ini misalnya saat mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya dalam

mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan , dan kekhusyu’annya

jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah sehingga orang lain melihat dia berdiri , ruku’

dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun itu mengharapkan perhatian sanjungan dan pujian dari

orang lain agar dia dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang riya dalam

shalatnya ini dia akan celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, surat Al

Maun ayat 4 sampai dengan 7 dan An Nisa 142.

Fawailun llil mushalliin(4) Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun(5) Alladziina hum yuraaa

uuna(7) Wa yamna’unal maa’uun(8)

Yang terjemahnya : “(4) Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. (5) (Yaitu) orang-orang yang

berbuat riya. (7) Dan engan (menolong dengan) barang berguna.” (Al Ma’un : 4-7)

Innal manaafiqiina yakhdi ;uunallaha wa huwa khaadi’uhum , wa idzaa qaa mauuu ilal

shshalaati qaamuu kasaalaa, yaraaa uunanna sawalaa yadz kuruunallaha illaa qaliilaa.

Yang terjemahnya: “Sesunguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalas

tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka

bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah

kecuali sedikit sekali. (An Nisa : 142).

Riya dalam bersedekah seperti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan harapan mendapat

pujian dan sanjungan dari orang yang telah diberinya atau orang lainnya, agar dia dianggap sebagai

orang yang dermawan, pemurah dan sebagainya. Dia akan mengungkapkan pemberiannya jika

orang yang telah di bantu itu tidak menyanjung atau memujinya.

Bahaya Riya

Riya berbahaya terhadap diri sendiri dan orang lain. Terhadap diri sendiri bahaya riya itu akan

dirasakan oleh dirinya berupa ketidakpuasan, rasa hampa, sakit hati dan penyesalan ketika orang lain

Page 29: Materi Aik

tidak menghargainya, menyanjungnya, dan tidak berterimakasih kepadanya, padahal ia telah

menolong orang lain, bersedekah, dan sebagainya. Akhirnya jiwanya akan sakit dan keluh kesah, yang

tiada hentinya. Bahaya riya terhadap orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya

diumpat, diolok-olok dan dicaci oleh orang yang telah membantu atau memberinya dengan riya itu.

Dia mengumpat dan mencaci itu karena keinginannya untuk disanjung dan dipuji tidak terpenuhi

sesuai dengan kehendaknya. Orang yang telah diumpat dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan

akhirnya terjadilah perselisihan antara keduanya.

Perbuatan riya itu sangat merugikan, karena Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas

perbuatannya, hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang

artinya sebagai berikut :

“Dari Abi Hurairah Semoga Allah meridhoinya, ia berkata saya mendengar Rasulullah bersabda :

Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid

kemudian dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya dan dan iapun

mengakuinya lantas ditanya : dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab “aku berperang karena-

Mu (ya Allah) sehingga aku mati syahid. Allah menjawab : Dusta engkau sesungguhnya kamu berbuat

(yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai pahlawan; kemudia malaikat diperintahkan untuk

meyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. Kedua, seorang yang yang dilapangkan

rizkiya dan dikaruniai berbagai macam kekayaan, kemudian ia dihadapkan dan diperlihatkan kepada

nikmat yang telah diterimanya itu, dan iapun mengakuinya, lantas ditanya : Dipergunakan untuk apa

nikmat itu? Ia menjawab : Aku tidak pernah meninggalkan infak pada jalan yang engkau ridhoi (ya

Allah), melainkan aku berinfak (hanya) kepada-Mu. Lalu Allah menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya

kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai orang yang dermawan; kemudian

(malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. Ketiga

seorang yang belajar dan mengajar dan suka membaca Al Qur’an, maka dia dihadapkan dan

diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya itu dan iapun mengakuinya, antas ditanya : dipergunakan

untuk apa nikmat itu? Ia menjawab : Aku menunntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al

Qur’an (hanya) untuk-Mu (ya Allah). Kemudian Allah menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya engkau

menuntut ilmu itu supaya dikatakan sebagai orang pandai dan engkau membaca Al Qur’an itu supaya

dikatakan sebagai qari; lalu (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya

ke dalam neraka.” (Haidst Riwayat Muslim).

Begitulah bahayanya riya. Bahkan riya itu juga dikatakan sebagai syirik khafi, artinya syirik kecil atau

syirik ringan, karena mengaitkan niat melakukan suatu perbuatan kepada sesuatu selain Allah.

KELOMPOK 8 – MANFAAT DAN HIKMAH IMAN BAGI KEHIDUPAN

• Iman atau kepercayaan merupakan dasar utama seseorang dalam memeluk sesuatu agama karena

dengan keyakinan dapat membuat orang untuk melakukan apa yang diperintahkan dan apa yang

dilarang oleh keyakinannya tersebut atau dengan kata lain iman dapat membentuk orang jadi

bertaqwa

• Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan

• berartikepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok –

pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.

• Pada setiap agama, keimanan merupakan unsure pokok yang harus dimiliki oleh setiap

penganutnya. Jika kita ibaratkan dengan sebuah bangunan, keimanan adalah pondasi yang

Page 30: Materi Aik

menopang segala sesuatu yang berada diatasnya, yang kokoh tidaknya bangunan itu sangat

tergantung pada kuat tidaknya pondasi tersebut.. Meskipun demikian, keimanan saja tidak cukup. Ia

harus diwujudkan dengan amal perbuatan yang baik, yang sesuai dengan ajaran agama yang kita

anut. Keimanan sempurna, jika diyakini oleh hati, diikrarkan oleh lisan, dan dibuktikan dalam segala

perilaku kehidupan sehari – hari.

Melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda

- Allah adalah Rabb kita, Dialah yang mencipta dan memberi rezeki, yang menghidupkan dan

mematikan, memuliakan dan menghinakan, yang mengangkat dan merendahkan kita semua,

manusia dan hanya kepadaNYalah kita meminta dan percaya

Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut

• Bahwa dengan iman yang sempurna, dan mati dijalan Allah adalah hal yang diinginkan para

muslimin sejati.

Iman menanamkan sikap self help

• Pengertian sikap self-help", yang didefinisikan sebagai berusaha mengenali diri sendiri dengan

perspektif yang lebih baik, lebih jujur, dan lebih tepat; berusaha mengembangkan sifat mandiri dan

rasa percaya diri berdasarkan iman yang kita memiliki iman.

Iman memberikan ketentraman jiwa

Sebagian dari dampak keimanan pada seorang adalah timbulnya ketenangan dan ketentraman jiwa

baik lahir ataupun bathin. Dengan keterangan itu manusia mu’min akan merasakan kebahaagiaan dan

kenikmatan dalam berbagai kegiatan yang dilakukannya. “Dialah yang telah menurunkan ketenangan

kedalam hati orang-orang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan yang

telah ada….” (Q.S. al-Fath:4).

Iman mewujudkan kehidupan yang baik

• Tak diragukan lagi, bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing dalam hidup ini

mendambakan ketenangan, kedamaian, kerukunan, dan kesejahteraan. Namun, di manakah

sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?

• Sesungguhnya, menurut ajaran Islam, hanya iman yang disertai dengan amal shaleh yang dapat

menghantarkan kita, baik sebagai individu maupun masyarakat, ke arah itu.

• "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan dalam

keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang

telah mereka kerjakan." (An-Nahl : 97).

Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen

Segala pengakuan ada konsekwensinya dan mempunyai ciri-ciri yang

menunjukkan kebenarannya. Demikian pula iman. Adapun konsekwensi dan

ciri-cirinya, antara lain:

• Mempercayai segala yang datang dari Allah SWT, dengan yakin, tanpa ragu-ragu. (Al-Hujurat: 15).

• Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya melebihi dari yang lain. (Al-Baqarah : 165, At-Taubah : 24).

• Patuh dan tunduk kepada Allah SWT dan Rasul. (An-Nisa' : 69, 90, An-Nur : 51 - 52, Al-Ahzab : 36).

• Senantiasa berhukum kepada syariat-Nya. (An-Nisa' : 65).

• Amar Ma'ruf - Nahi Munkar. (At-Taubah : 71, Al-Ashr).

• Berda'wah dan Jihad di jalan Allah SWT. (Fushshilat : 33, Yusuf : 108, Ash-Shaf : 10 - 13).

Page 31: Materi Aik

• Walaa' kepada kaum Mu'minin dan Baraa' terhadap orang-orang kafir. (Al-Maidah : 55, At-Taubah :

71, Al-Mumtahanah : 4).

• Ridha kepada segala takdir-Nya. (Al-Baqarah : 155 - 157).

Iman memberikan keberutungan

Hal ini tergambar pada :

• “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan iman mereka dengan kezaliman, mereka

itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan dan mereka itulah orang-orang yang mendapat

petunjuk. (QS. 6: 82)”

• “orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri

mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat

kemenangan.(QS. AT TAUBAH : 20)

• “Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk

kesabaran." (QS Al Ashr 103: 1-3).

• “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah

gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka Ayat-ayat-Nya, bertambahalah iman

mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang

mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada mereka.

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa

derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia. (QS. Al-Anfal (8):

2-4)

KELOMPOK 9 – AKHLAK DALAM ISLAM

Akhlak dalam Islam

1. Pengertian Akhlak

            Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang

artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak

yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul

Mazmumah).

Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri

dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat

adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup

bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan

berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat

dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan

yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei:

Page 32: Materi Aik

"Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah

bangsa itu".  

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat

diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya

dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri

kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-

Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf

dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”

Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, dengki, sombong,

nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya,

akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang

lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan

dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran

pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang

berarti: "Telah timbul pelbagai kerusakan dan bencana alam di darat dan di laut dengan sebab apa yang

telah dilakukan oleb tangan manusia. (Timbulnya yang demikian) karena Allah hendak merusakan

mereka sebagai dari balasan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan, supaya mereka kembali

(insaf dan bertaubat)".

2. Perbedaan Akhlak dengan Moral dan Etika

etika, moral, susila dan akhlak sama, yaitu menentukan hokum atau nilai dari suatu perbuatan yang

dilakukan manusia untuk ditentukan baik-buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama

menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga

sejahtera batiniah dan lahiriyah.

Perbedaaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber yang

dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk

berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku

umum di masyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk itu

adalah al-qur'an dan al-hadist.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan membutuhkan. Uraian

tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila berasala dari produk rasio

dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat dan baik bagi

kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang

berdasarkan petunjuk Al-Qur'an dan Hadis. Dengan kata lain jika etika, moral dan susila berasal dari

manusia sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.

3. Sumber-Sumber Akhlak dalam Islam

Kitab suci Al-Qur’an

Hadis-hadis Rassulullah

Akal fikiran ulama

4. Kedudukan Akhlak dalam Islam

Kedudukan akhlak dalam islam sangat penting karena Akhlak ialah salah satu faktor yang

menentukan derajat keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan

baiknya aqidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya

Page 33: Materi Aik

pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah. “Paling sempurna orang mukmin imannya adalah

yang paling luhur aqidahnya.”(HR.Tirmidi). “Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun

bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling baik

akhlaknya.”(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la). Akhlak adalah buah ibadah. “Sesungguhnya shalat itu

mencegah orang melakukan perbuatan keji dan munkar” (QS. 29:45). Keluhuran akhlak merupakan

amal terberat hamba di akhirat. “Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari

kiamat melebihi keluhuran akhlaknya” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi). Akhlak merupakan lambang

kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi

seorang muslim sebagai makhluk Allah SWT. “Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian

adalah yang terbaik akhlaknya”(Muttafaq ‘alaih).

5. Hubungan Akhlak dengan Iman dan Ikhsan

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt.

Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang

hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk

menduduki posisi terhormat di mata Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan

hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang

sempurna dan akhlak yang mulia.

Oleh karenanya, seorang muslim hendaknya tidak memandang ihsan itu hanya sebatas akhlak yang

utama saja, melainkan harus dipandang sebagai bagian dari akidah dan bagian terbesar dari

keislamannya. Karena, Islam dibangun di atas tiga landasan utama, yaitu iman, Islam, dan ihsan,

seperti yang telah diterangkan oleh Rasulullah saw. dalam haditsnya yang shahih. Hadist ini

menceritakan saat Raulullah saw. menjawab pertanyaan Malaikat Jibril —yang menyamar sebagai

seorang manusia— mengenai Islam, iman, dan ihsan. Setelah Jibril pergi, Rasulullah saw. bersabda

kepada para sahabatnya, “Inilah Jibril yang datang mengajarkan kepada kalian urusan agama kalian.”

Beliau menyebut ketiga hal di atas sebagai agama, dan bahkan Allah swt. memerintahkan untuk

berbuat ihsan pada banyak tempat dalam Al-Qur`an.

“Dan berbuat baiklah kalian, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.”

(QS. Al-Baqarah: 195)

“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….” (QS. An-Nahl: 90)

Page 34: Materi Aik

KELOMPOK 10 – AKHLAK TERHADAP ALLAH SWT

Cinta untuk ALLAH SWT

- “Barangsiapa yang tiada mengasihi manusia maka Allah-pun tiada mengasihinya!”

- Di Dalam ajaran Islam, Mengasihi Sesama Manusia adalah bagian terpenting dari ajaran Nabi

Muhammad saw. Mencintai umat manusia adalah realisasi dari ajaran al-Qur’an, yang mana

pengutusan Nabi Muhammad Saw merupakan rahmat dan wujud kasih sayang Allah SwT atas Alam

Semesta ,“Tiadalah Kami mengutusmu (Wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat (Ku) atas

Alam Semesta” (QS Al-Anbiya’ [21] ayat 107)

- “Katakanlah, ‘Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian

dan mengampuni dosa-dosa kalian’.” (Aali ‘Imraan:31)

- Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa kalau kita mengaku cinta kepada Allah, maka kita harus

mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu mengikuti sunnah-sunnah beliau.

- Kesempurnaan manusia itu terletak dalam Cinta kepada Allah

Sebab-sebab yang menyemarakkan cinta.

1. seseorang itu cinta kepada dirinya sendiri dan menyempurnakan keadaannya sendiri.

2. manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurniaan kepada dirinya

3. manusia itu cinta kepada orang yang menolong dan memberi kurniaan kepada dirinya

Ikhlas

Berasal dari kata khalasha yang berarti bersih/murni. menginginkan keridhaan Allah dengan

melakukan amal dan membersihkan amal dari berbagai debu duniawi.

Ikhlas dengan pengertian seperti itu merupakan salah satu buah dari kesempurnaan tauhid, yaitu

mengesakan Allah dalam beribadah. Oleh karena itu, riya' yang merupakan lawan dari ikhlas dianggap

sebagai kesyirikan.

Pentingnya Ikhlassunniyah

1. Merupakan ruhnya amal karena seperti badan yang tidak ada ruhnya, maka tanpa ikhlas amal;

sebagus apapun tidak ada artinya.

2. Salah satu syarat diterimanya amal.”Allah azza wajalla tidak menerima amal kecuali apabila

dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhoannya semata”(HR.Abu Daud dan Nasai)

3. Syarat diterimanya amal atau perbuatan:

a. ¨Bersungguh-sungguh dalam melaksanakannya

b. ¨Ikhlas dalam berniat

c. ¨Sesuai dengan syariat Islam(al-Qur’an dan Sunnah)

Page 35: Materi Aik

4. Penentu nilai/kualitas suatu amal (QS.4:125),”Sesungguhnya segala amal perbuatan tergantung

pada niat, dan bahwasanya bagi tiap-tiap orang apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrah menuju

ridho Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa berhijrah

kepada dunia (harta atau kemegahan dunia) atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka

hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.”(HR.Bukhari- Muslim)

5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah

Cara-cara untuk menumbuhkan niat yang ikhlas

1. Mengetahui arti keikhlasan dan urgensinya dalam beramal

2. Menambah pengetahuan tentang Allah swt dan hari kiamat.

3. Memperbanyak membaca/berinteraksi dengan al-Qur’an,

4. Memperbanyak amal-amal rahasia,

5. Menghindari / mengurangi saling memuji,

6. Berdoa,

Taubat

Jalan untuk membersihkan segala dosa. Setelah manusia dilumuri berbagai dosa. Tanpa adanya taubat

seorang salik tidak akan dapat menempuh jalan menuju Allah s.w.t.

Tiga hal yang termasuk dalam taubat

1. taubat karena ketidaktaatannya,

2. memutuskan untuk tidak melakukan dosa lagi,

3. segera meninggalkan perbuatan dosa itu.

Jalan Menuju Taubat

1. Mengetahui hakikat taubat

2. Merasakan akibat dosa yang dilakukan

3. Menghindar dari lingkungan yang jelek

4. Membaca Al-Qur’an

5. Berdo’a

6. Mengetahui keagungan Allah yang Maha Pencipta

7. Mengingat mati dan kejadiannya yang tiba-tiba.

8. Mempelajari ayat-ayat dan hadis-hadis yang menakuti orang-orang yang berdosa.

9. Membaca sejarah orang-orang yang bertaubat.

Khauf

rasa takut dan bergetarnya hati karena ada sesuatu yang ditakuti dihadapannya. Khauf disebabkan

oleh karena takut akan kebesaran dan keagungan sesuatu.

“Sesungguhnya hanyalah yang paling takut pada ALLAH diantara hambanya adalah para ‘ulama’.”

(QS. Faathir: 28)

Syukur

Secara bahasa, syukur mengandung arti “sesuatu yang menunjukan kebaikan dan penyebarannya”.

Sedangkan secara syar’i, pengertian syukur adalah “memberikan pujian kepada yang memberikan

segala bentuk kenikmatan (Allah swt) dengan cara melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar, dalam

pengertian tunduk dan berserah diri hanya kepada-Nya”.

Fungsi

Akan Selalu Diingat oleh Allah,

Page 36: Materi Aik

Agar Terhindar dari Siksa Allah,.

Akan Menambah rizki dan Barokah

Tawakal

kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah Ta’ala untuk mendapatkan kemaslahatan serta

mencegah bahaya, baik menyangkut urusan dunia maupun akhirat.

”Dan barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan jadikan baginya jalan keluar dan

memberi rizqi dari arah yang tiada ia sangka-sangka, dan barangsiapa bertawakal kepada Alloh,

maka Dia itu cukup baginya.” (Ath Tholaq: 2-3)

Bertawakal Kepada Alloh Adalah Kunci Rizki

“Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Alloh dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan

diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan

pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim)

Taqwa

"Dakwah kepada Allah menjadi sentral seluruh kebahagiaan. Memperturutkan hawa nafsu menjadi

pangkal semua kejahatan."

Tanda-tanda orang yang bertakwa itu antara lain :

Beriman kepada yang gaib, yang tak terindera seperti iman terhadap adanya Allah, para

malaikat, hari kebangkitan, sorga, neraka, dan sebagainya. (Dan ini tampak dari sikap perbuatan

yang sesuai dengan tuntutan iman tersebut);

ajeg (rutin) melaksanakan kewajiban salat;

mau menafkahkan sebagian hartanya (berzakat), bersedekah, dan sebagainya);

beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dan kitab-kitab Allah

lainnya yang diturunkan kepada para utusan sebelum Nabi Muhammad Saw;

yakin terhadap Hari Kemudian;

menyantuni anak yatim dan kaum lemah;

bila berjanji selalu menepati;

bersyukur bila mendapat kenikmatan dan bersabar bila mendapat cobaan. Seperti dalam Al-

Quran surah 2. Al-Baqarah: 1-4:

Ridho Allah

Ridho Allah adalah dambaan setiap muslim yang menyadari bahwa itulah harta termahal yang

pantas diperebutkan oleh manusia.Tanpa ridho Allah,hidup kita akan hampa,kering,tidak dapat

merasakan nikmat atas segala apa yang telah ada di genggaman kita,bermacam masalah silih

berganti menyertai hidup kita

“Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat,juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam

perjalananan.Itulah yang lebih baik bagi orang yang mencari keridhaan Allah. Dan mereka itulah

orang-orang yang beruntung.” [Ar-Rum : 38]