Author
reno-andri
View
387
Download
40
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mklohfsa
LBM 2 THT
Aduh, kepalaku pusing tujuh keliling
STEP 1
Sistem vestibuler : sistem yang bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan , postur dan orientasi ruang. Berhubungan dengan refleks perubahan posisi tubuh.Diperankan oleh organ telinga dalam yaitu labirin.
Vertigo : suatu gejala dimana seseorang memiliki perasaan berputar di sekitar terhadap dirinya (vertigo objektif) maupun dirinya terhadap sekitar (vertigo subjektif).Adanya sensasi gerakan atau rasa gerak oleh tubuh atau lingkungan sekitar dengan gejala yang timbul terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan tubuh dari berbagai penyakit.
STEP 2
1. Jelaskan anatomi , histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras keseimbangan ?
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo) disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada rendah?
4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan yg lalu , sembuh tanpa diberi obat?
5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis
obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?
9. Bagaimana klasifikasi dari vertigo?10.Bagiamana alur penegakan diagnosis?11.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?12.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?13.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?14.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?15.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?
STEP 3
1. Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras keseimbangan ?Anatomi :((Auris interna))Aparatus vestibular :
Labirin ossea :Canalis semisirkularis
Labirin membranasea :Utrikulussakulusduktus semisirkularis : anterior, posterior, lateral
Fisiologi : Krista ampularis : pelebaran dari duktus semisirkularis, di dalam ada
cupula dan makula. Disitu terdapat sel2 rambut keseimbangan Vestibular Akselerasi linear otolit di makula sakulus dan utrikulus ada sel
rambut sterosilia dan kinosilia massa gelatinosa digerakkan o/ perilimfe tip link tertarik membuka kanal ion kalium masuk , depolarisasi membuka kanal Ca merangsang vesikel neurotransmiter di sel (glutamat) di teruskan ke serabut saraf (n. Vestibular)
Akselerasi rotasi crista ampularis pada ampula di canalis semisirkularis
Dilihat bentuk CS :
Anterior vertikal Lateral horizontal Posterior miring
Crista ampularis ada sel rambut stereosilia dgn kupula endolimfe peningkatan tekanan endolimfe gangguan keseimbangan.
Sel di makula saraf eferen ada di bawah sel, pada ampula saraf aferen melingkupi semua , eferen hanya di bawah.
Perilimfe di absorbsi o/ vena.Neurotransmiter yang berperan:Eksitator : asetilkolin, glutamatInhibitor : gaba
Neurofisiologi
Transduksi : Impuls luar bioelektrik saraf aferen
Transmisin. vestibularis, n. Optikus, n. Vestibulosereberalis
ModulasiHipotalamus >>> pusat muntahFormatio retikularis Inti vestibularis Gangguan ketiganya muntah, gg. Pendengaran dan rasa berputar.
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo) disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
Vertigo :Vertigo spontan tekanan endolimfe yang meninggi depolarisasi terus – menerus vertigoVertigo posisi adanya debris pada kupula canalis semisirkularisVertigo kalori Penyakit kalori- Teori neurohormonal
Pengeluaran CRF hipotalamus sekresi hormon >>> pengaruh 3 jalur Parasimpatis (n. Vagus) : muntahHipocampus : anxietas
Locus coreuleus simpatis : vertigo
Telinga berdenging (tinitus):Penyebab :- Tumpukan serumen- Kelainan Endolimfe- Kelainan saraf- Penyakit sistemik - Kelainan pembuluh darah- psikogenik- NSAID
Kurang pendengaran:3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada
rendah?- Muntah
Teori neurohormonal
Pengeluaran CRF hipotalamus sekresi hormon >>> pengaruh 3 jalur Parasimpatis (n. Vagus) : muntahHipocampus : anxietasLocus coreuleus simpatis : vertigo
- Kurang pendengaran pada nada rendah
Tinitus :
Nada rendah :
Gangguan konduksi bunyi dengan nada rendah, jika disertai dengan inflamasi tinitus berdenyut/pulsasi. Biasanya karena ada sumbatan di liang telinga
Tinitus pulsasi tanpa gangguan pendengaran tumor glomus jugulare
Nada tinggi :
4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan yg lalu , sembuh sendiri tanpa diberi obat?
Perifer akut; hilang timbul; durasi menit, harian;serangan tiba2; berulang
sentral kontinu, perlahan-lahan
5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?Perifer akut; hilang timbul; durasi menit, jam, harian;serangan tiba2; berulang, nistagmus horizontal, gangguan telinga dalam, pengaruh terhadap posisi kepala, disertai tinitus dan kurang pendengaranPenyakit:
- Benigna paroksismal positional vertigo : mendadak, < 1 menit- Menier : pelebaran ruptur periodik endolimfatik telinga dalam
Vertigo, tinitus dan ganguan pendengaran- Vertigo akibat obat : diuretik loop, NSAID
Central kontinu, perlahan-lahan, berlangsung lama, tidak ada pengaruh terhadap posisi kepala, tidak disertai tinitus dan kurang pendengaran, nistagmus horizontal dan vertikal, gangguan SSPPenyakit:
- Penyakit : stroke, multiple sclerosis, tumor, trauma kepala, penyakit akibat kemunduran fungsi saraf yg menimbulkan akibat di otak kecil
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?- Pusat gravitasi (COG)
Titik gravitasi pada benda hidup dan mati, manusisa beberapa inchi di os sacrum. Jika postur tubuh berubah COG berubah (unstable)
- Garis gravitasi (LOG)Berada vertikal melalui pusat gravitasi.
- Bidang tumpuStabilitas tubuh dibentuk LOG dan COG, serta bidang tumpuKetika LOG di tumpuan seimbangStablitas bidang tumpu tergantung luas area bidang tumpu.
- Kekuatan otot
Kontraksi dan relaksasi otot tak seimbang gangguan keseimbangan.
7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?Simtomatik sedatifUntuk menurunkan cemas, berputar,muntahCalsium entry blocker menurunkan aktivitas eksitator ssp dan bekerja langsung sbg depresor labirinAnti histamin :Untuk mendapatkan efek anti kolinergik, merangsang monoaminergik inhibitory inhibisi n. vestibularis
8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?9. Bagaimana alur penegakan diagnosis?
Anamnesis : berputar, muntah, tinitus , riwayat pemakaian obat, riwayat trauma, penyakit sistemik pemeriksaan fisik : nistagmus vertikal/horizontal , tes romberg +, tes gait +, tes berger + pemeriksaan penunjang : tes kalori bitermal, tes ENG
10.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?- Nistagmus
HorizontalVertikalFase cepat kompensasi
- Menier : vertigo, tinitus, gangguan pendengaran- Labirintitis vestibular : infeksi bakteri/virus di telinga dalam,
hilang pendengaran , ipsilateral, nistagmus.- Disfungsi vestibular unilateral : kelemahan di sistem vestbular,
pusing, vertigo, - Disfungsi vestibular bilateral : osilopsia ilusi bendamig2- Migrain vestibuler- Fistura perilimfe : bocornya perilimfe ke telinga tengah , causa :
trauma11.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?12.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?13.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?
14.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?
STEP 4
Gangguan keseimbangan
vestibuler
perifersentral
Non vestibuler
BPPP
Non BPPP
proprioseptik
STEP 7
1. Jelaskan anatomi, histologi dan fisiologi keseimbangan disertai jaras keseimbangan ?Anatomi :
Komponen-komponen pengontrol keseimbangan adalah :
1) Sistem informasi sensoris
Sistem informasi sensoris meliputi visual, vestibular, dan somatosensoris.
a. Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Cratty &
Martin (1969) menyatakan bahwa keseimbangan akan terus
berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus
pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai
monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik.
Penglihatan juga merupakan sumber utama informasi tentang
lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan memegang peran
penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai
lingkungan tempat kita berada.Penglihatan muncul ketika mata
menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.
Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau
bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas
sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola
mata.Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.Reseptor
pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta
sakulus.Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan
sistem labyrinthine.Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi
kepala dan percepatan perubahan sudut.Melalui refleks vestibulo-
occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat
obyek yang bergerak.Mereka meneruskan pesan melalui saraf
kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang
otak.Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi ke
serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor
labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari
nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis,
terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal,
kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot
postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan
mengontrol otot-otot postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta
persepsi-kognitif.Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui
kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang
sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam
dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra
ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
2) Respon otot-otot postural yang sinergis (Postural muscles
response synergies)
Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu
dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.Beberapa
kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur
keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Keseimbangan pada
tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon
dari otot-otot postural bekerja secara sinergi sebagai reaksi dari
perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan aligment tubuh.
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat
(kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya
dalam melakukan fungsi gerak tertentu.
3) Kekuatan otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan
aktivitas.Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya
peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.
Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot
menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force)
maupun beban internal (internal force).Kekuatan otot sangat
berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar
kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan
kontraksi.Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi,
maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut.
Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar.
Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan
otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang
secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh.
4) Adaptive systems
Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan
keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai
dengan karakteristik lingkungan.
5) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)
Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan
mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi.
Repository.usu.ac.id
Fisiologi Keseimbangan
Komponen telinga yang memilik fungsi keseimbangan adalah aparatus vestibularis. Aparatus vestibularais terdiri dari dua struktur, yaitu kanalis semisirkularis dan organ otolit- utrikulus dan sakulus. Struktur yang terdapa di aparatus vestibularis memiliki struktur yang sama dengan koklea, seperti adanya endolimfe yang dikelilingi oleh perilimfe. Terdapat juga sel-sel rambut
yang ebrespon oleh gerakan-gerakan spesifik endollimfe. Tidak seperti organ pendengaran, sebagian informasi yang dihasilkan sisem vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.1
Kanalis Semisirkularis
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional kepala, seperti berjungkir balik, memutar kepala, atau berhenti memutar. Terdapat tiga kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun
dalam bidang yang saling tegak lurus. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula.
Gambar 1. Perangkat vestibularis2
Gambar 2. Krista ampularis dan makula2
Rambut-rambut terbenam pada lapisan gelatinosa, yang disebut sebagai kupula. Kupula menonjol ke dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula dapat bergoyang sesuai dengan arah gerakan cairan. Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolmfe. Pergerakan endolimfe dapat terjadi pada satu kanalis karena adanya perbedaan dimensi pada ketiga kanalis tersebut. Pada saat kepala mulai bergerak, cairan dalam kanalis, yang mula-mula diam tak bergerak, ikut bergerak berlawanan arah rotasi tetapi tertinggal di belakang karena adanya kelembaman (suatu benda akan tetap diam atau teptap bergerak kecuali ada gerakan dari luar yang bekerja padanya). Gerakan cairan tersebut menyebabkan kupula condong ke arah berlawanan dengna arah gerak kepala, membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya. Jika gerakan berlanjut, cairan endolimfe juga akan tetap bergerak bersama kepala dan rambut sensorik akan kembali ke posisi semula. Sewaktu kepala berhenti bergerak, endolimfe melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambut-rambutnya secara sementara membengkok sesuai arah rotasi semula, yaitu berlawanan dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. 1
Sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh sampai lima puluh stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, saut silium, kinosilium. Ketika stereosilia membengkok ke arah kinosilium, terjadi depolarisasi. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis untuk membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi, sedangkan hiperpolarisasi menurunkan potensial aksi.1
Organ Otolit
Organ otolit memberikan informasi mengenai posisi kepala relative terhadap gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier. Utrikulus
Gambar 3. Unit reseptor utrikulus dan sakulus2
dan sakulus adalah struktur seperti kanung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanils semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada
sel-sel rambut organ reseptif menonjol ke dalam lembaran suatu gelatinosa, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan perubahan potensial. Terdapat Kristal-kristal kalsium karbonat- otolit (batu telinga) yang terbenam dalam gelatinosa sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lembam. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut dalam utrikulus berorientasi vertical dan sakulus secara horizontal.1
Massa gelatinosa mengandung otolit berubah posisi dan dapat membengkokkan rambut-rambut. Sebagai contoh, rambut-rambut utrikulus dapat berubah posisi akibat setiap perubahan dalam gerakan linier horizontal (misalkan bergerak lurus ke depan, ke belakang, atau ke samping). Ketika seseorang berjalan ke depan, bagian atas membrane otolit yang berat mula-mula tertinggal di belakang endolimfe dan sel-sel rambut karena inersianya lebih besar. Dengan demikian, rambut menekuk ke belakang, dalam arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala yang ke depan. Jika kecepatan berjalan dipertahankan, lapisan gelatinosa degera menyusul dan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kepala sehingga rambut-rambt tidak lagi menekuk. Ketika orang tersebut berhenti berjalan, lapisan otolit secara singkat terus bergerak ke depan ketika kepala melambat dan berhenti, membengkokkan rambut-rambut kea rah depan. Dengan demikian, sel-sel rambut utrikulus mendeteksi akselerasi atau deselerasi linier horizontal tetapi tidak memberikan informasi mengenai gerakan lurus yang berjalan konstan. Ketika kepala digerakan ke semua arah selain vertical, rambut-rambut membengkok sesuai arah gerakan kepala karena gaya gravitasi yang mendesak bagian atas lapisan geatinosa yang berat. Dalam utrikulus tiap-tiap telinga, sebagian berkas sel rambut diorientasikan untuk mengalami depolarisasi dan sebagian lagi mengalami hiperpolarisasi ketika kepala berada dalam segala posisi selain tegak lurus.
Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa ia berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal dan
terhadap akselerasi linier vertical seperti loncat-loncat dan saat berada di elevator.1
Jaras Saraf
Neuron yang mempersarafi Krista dan macula di tiap sisi terletak pada ganglion vestibularis. Tiap n. vestibularis berakhir di nucleus 4-bagian ipsilateral dan di lobus flokulonodularis serebelum. Serat dari kanalis semisirkularis terutama berakhir di bagian superior dan medial nucleus vestibularis dan sebagian besar menuju nuclei yang mengatur gerakan bola mata. Serat dari utrikulus dan sakulus berakhir terutama di bagian lateral (Deiter’s nucleus), yang menuju medulla spinalis. Serat ini juga berakhir di nucleus descendens, yang berproyeksi ke serebelum dan formasio retikularis. Nuklei vestibularis juga berproyeksi ke thalamus dan dari sini menuju ke kedua bagian korteks somatosensorik.3
Informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit, mata, sendi, dan otot untuk1:
1. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan2. Mengontrol otot mata eksternal sehingga mata tetap terfiksasi ke titik
yang sama walaupun kepala bergerak3. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2001. Hal. 186-9.
Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology. 11 th
edition. Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006. p. 693. Ganong, William F. Review of Medical Physiology. 22nd edition. 2005
Gambar 4. jaras vestibularis3
2. Mengapa pasien mengeluh merasa berputar terhadap sekitar (vertigo) disertai telinga berdenging dan kurang pendengaran?
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut : 1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation) Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah. 2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik, atau ketidak-seimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab. 3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom.(Gb.2) Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom
sebaga usaha adaptasi gerakan/perubahan posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan (Gb. 3).
5. Teori neurohumoral Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan terori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam mem- pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Vertigo: Aspek Neurologi Budi Riyanto Wreksoatmodjo Rumah Sakit Marzuki Mahdi, Bogor, Indonesia
Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa
sensasi suara tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal
mekanoakustik maupun listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat
bervariasi, dapat berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis,
mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya. Suara yang didengar
dapat bersifat stabil atau berpulsasi. Keluhan tinitus dapat dirasakan
unilateral dan bilateral.
Serangan tinitus dapat bersifat periodik ataupun menetap. Kita
sebut periodik jika serangan yang datang hilang timbul. Episode
periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang
berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau
tidak dapat mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang dapat
sangat mengganggu kegiatan sehari-harinya. Terkadang dapat
menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri.1,3
Tinitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif.
Dikatakan tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat
didengar oleh penderita.1,2
Klasifikasi Tinitus
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada
telinga luar, tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga.
Berdasarkan letak dari sumber masalah, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus otik dan tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau
saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan kita sebut tinitus
somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih di
dalam area kepala atau leher.1
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi
tinitus objektif dan tinitus subjektif.
a. Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar
oleh pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif
biasanya bersifat vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem
muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga.
Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus
berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi
arteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga
dapat dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit
sendi temporomandibular dan karena kontraksi spontan dari otot
telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten juga
dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari
nasofaring ke rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar
oleh penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif
bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan
degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran.
Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi
kejadiannya. Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi
pendengaran dengan intensitas yang rendah, sementara pada orang
yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.2
Berdasarkan kualitas suara yang didengar pasien ataupun pemeriksa,
tinitus dapat dibagi menjadi tinitus pulsatil dan tinitus nonpulsatil.
a. Tinitus Pulsatil
Tinitus pulsatil adalah tinitus yang suaranya bersamaan dengan
suara denyut jantung. Tinitus pulsatil jarang dimukan dalam praktek
sehari-hari. Tinitus pulsatil dapat terjadi akibat adanya kelainan dari
vaskular ataupun di luar vaskular. Kelaianan vaskular digambarkan
dengan sebagai bising mendesis yang sinkron dengan denyut nadi atau
denyut jantung. Sedangkan tinitus nonvaskular digambarkan sebagai
bising klik, bising goresan atau suara pernapasan dalam telinga. Pada
kedua tipe tinitus ini dapat kita ketahui dengan mendengarkannya
menggunakan stetoskop.
b. Tinitus Nonpulsatil
Tinitus jenis ini bersifat menetap dan tidak terputuskan. Suara yang
dapat didengar oleh pasien bervariasi, mulai dari suara yang berdering,
berdenging, berdengung, berdesis, suara jangkrik, dan terkadang
pasien mendengarkan bising bergemuruh di dalam telinganya.
Biasanya tinitus ini lebih didengar pada ruangan yang sunyi dan
biasanya paling menganggu di malam hari sewaktu pasien tidur, selama
siang hari efek penutup kebisingan lingkungan dan aktivitas sehari-hari
dapat menyebabkan pasien tidak menyadari suara tersebut.4
Etiologi
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari
telinga dalam. Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar,
penyebab tinitus dapat berupa kelainan yang bersifat somatik,
kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan vascular, tinitus karena obat-
obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang
a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin
akan mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena
cedera leher adalah tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma
itu dapat berupa Fraktur tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika
berasal dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan
artritis TMJ akan mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien
artritis TMJ mengakui bunyi yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak
diketahui secara pasti hubungan antara artritis TMJ dengan terjadinya
tinitus.
2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis
Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
kerusakan dari n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada
n.VIII, tumor yang mengenai n.VIII, dan Microvascular compression
syndrome (MCV). MCV dikenal juga dengan vestibular paroxysmal. MCV
menyebabkan kerusakan n.VIII karena adanya kompresi dari pembuluh
darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.
3. Tinitus karena kelainan vaskular
Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan
didengar bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung.
Kelainan vaskular yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-
bentuk deposit lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga
tengah kehilangan sebagian elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran
darah menjadi semakin sulit dan kadang-kadang mengalami turbulensi
sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler
pada pembuluh darah koklea terminal.
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara
koneksi arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga
dapat menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor
glomus jugulare dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah
yang berpulsasi tanpa adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan
gejala yang penting pada tumor glomus jugulare.
4. Tinitus karena kelainan metabolik
Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti
keadaan hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah
sangat rendah) dapat meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi.
Sehingga memudahkan telinga untuk mendeteksi irama, atau yang kita
kenal dengan tinitus pulsatil.
Kelainan metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah
defisiensi vitamin B12, begitu juga dengan kehamilan dan keadaan
hiperlipidemia.
5. Tinitus akibat kelainan neurologis
Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple
sclerosis adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang
mempengaruhi system saraf pusat. Multiple sclerosis dapat
menimbulkan berbagai macam gejala, di antaranya kelemahan otot,
indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada sensasi, kesulitan
koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan
keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.
6. Tinitus akibat kelainan psikogenik
Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang
bersifat sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya
hilang. Depresi, anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang
memungkinkan tinitus untuk muncul.
7. Tinitus akibat obat-obatan
Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah
obat-obatan yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya
b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol,
tetrasiklin, minosiklin.
c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin,
Mechlorethamine, methotrexate,
vinkristin
d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide
e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah
8. Tinitus akibat gangguan mekanik
Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif,
misalnya pada tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita
bernafas akan menggerakkan membran timpani dan menjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius serta
otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi
Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan
oedem), serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga
dapat menyebabkan tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara
dengan nada rendah.
10. Tinitus akibat sebab lainnya
a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan
kerja. Umumnya terjadi pada kedua telinga. Terutama bila intensitas
bising melebihi 85db, dapat mengakibatkan kerusakan pada reseptor
pendengaran korti di telinga dalam. Yang sering mengalami kerusakan
adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000Hz
sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti untuk
reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun,
simetris kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz
atau lebih. Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga
berhubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,
metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat
multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur dan kumulatif.
Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki
disbanding perempuan.
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli
sensorineural. Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops
endolimf, yaitu penambahan volume endolimfa, karena gangguan
biokimia cairan endolimfa dan gangguan klinik pada membrane
labirin1,4,5,6
Diagram singkat yang menjelaskan mengenai etiologi tinitus
Sumber : http://www.wrongdiagnosis.com/bookimages/4/fig204.jpg
Patofisiologi
Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoris yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls yang ada bukan
berasal dari bunyi eksternal yang ditransformasikan, melainkan berasal
dari sumber impuls abnormal di dalam tubuh pasien sendiri. Impuls
abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus
dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah
seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti berdenging. Tinitus dapat
terus menerus atau hilang timbul.
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat
juga terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh
gangguan konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika
disertai dengan inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut (tinitus
pulsatil).
Tinitus dengan nada rendah dan terdapat gangguan konduksi,
biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga karena serumen atau
tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis dan lain-lainnya. Tinitus
dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan pendengaran
merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus jugulare.
Tinitus objektif sering ditimnbulkan oleh gangguan vaskuler.
Bunyinya seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan
aterosklerosis. Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus
objektif, seperti tuba eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas
membran timpani bergerak dan terjadi tinitus.
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius,
serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada
gangguan vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis (carotid
body tumor), maka suara aliran darah akan mengakibatkan tinitus juga.
Pada intoksikasi obat seperti salisilat, kina, streptomisin, dehidro-
streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin, dapat terjadi tinitus nada
tinggi, terus menerus atupun hilang timbul. Pada hipertensi
endolimfatik, seperti penyakit meniere dapat terjadi tinitus pada nada
rendah atau tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.
Gangguan ini disertai dengan vertigo dan tuli sensorineural.
Gangguan vaskuler koklea terminal yang terjadi pada pasien yang
stres akibat gangguan keseimbangan endokrin, seperti menjelang
menstruasi, hipometabolisme atau saat hamil dapat juga timbul tinitus
dan gangguan tersebut akan hilang bila keadaannya sudah normal
kembali.1,4,6
1. Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi
keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2008
2. Anonim. Tinitus. Dalam : http://en.wikipedia.org/wiki/Tinnitus. 2008.
Diakses pada : Juli 29 2009.
3.Anonim.http://books.google.co.id/books?
id=xa_ne2pMEUYC&pg=PA118&lpg=PA118&dq=tinitus+dan+bunuh+dir
i&source=bl&ots=Dxk5U-
kZmi&sig=LkgsLBKZaJi_TQxprMFapjoO6Cs&hl=id&ei=mYdxSoGTCMGdk
AXUxI2FDA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=7 diakses pada :
Juli 30 2009
4. Hain TC. Tinnitus.
http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/tinnitus.ht
m. Diakses pada Juli 30 2009
5. Hain TC. Microvascular compression syndrome, Vestibular
Paroxysmia, and Quick Spins.
http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/unilat/
microvascular.htm. Diakses pada Juli 30 2009
6. Tinnitus and Deafness.
http://www.wrongdiagnosis.com/w/wolframs_disease/book-diseases-
4a.htm. Diakses pada: Juli 30 2009
7. Saunders WB. http://www.bixby.org/faq/tinnitus/diagnose.html.
Diakses pada: Juli 31 2009
8. Syartika L. Tinitus Telinga Berdenging. http://www.santosa-
hospital.com/document/tinnitus_drlisa_5_page_8.pdf. Diakses pada:
Agustus 3 2009
9. Hain TC. Tinitus Management. http://www.dizziness-and-balance.com/disorders/hearing/pdfs/tinnitus%20management.pdf. Diakses pada: 3 Agustus 2009
3. Mengapa pasien mengeluh muntah dan kurang pendengaran pada nada rendah?
Mual
Gangguan pada sistem vestibularis, yang terdiri dari cerebellum,
batang otak, danapparatus vestibularis di telinga; mengakibatkan
teraktivasinya reseptor trigger zone yang terdapat pada pons (batang
otak) sehingga menimbulkan rasa tidak enak di epigastrium, lalu
keluar suara tidak enak (retching) selanjutnya yang terjadi adalah
muntah.
- Kurang pendengaran pada nada rendah
Tinitus :
Nada rendah :
Gangguan konduksi bunyi dengan nada rendah, jika disertai dengan inflamasi tinitus berdenyut/pulsasi. Biasanya karena ada sumbatan di liang telinga
Tinitus pulsasi tanpa gangguan pendengaran tumor glomus jugulare
Nada tinggi :
4. Mengapa pasien mengeluh pernah mengalami kondisi seperti ini 3 bulan yg lalu , sembuh sendiri tanpa diberi obat?
Perifer akut; hilang timbul; durasi menit, harian;serangan tiba2; berulang
sentral kontinu, perlahan-lahan
5. Apa bedanya vertigo sentral dan perifer?
VertigoKupiya Timbul WahyudiMedical Department, PT. Kalbe Farma Tbk., Jakarta, Indonesia
6. Apa saja faktor yang mempengaruhi keseimbangan?- Pusat gravitasi (COG)
Titik gravitasi pada benda hidup dan mati, manusisa beberapa inchi di os sacrum. Jika postur tubuh berubah COG berubah (unstable)
- Garis gravitasi (LOG)Berada vertikal melalui pusat gravitasi.
- Bidang tumpuStabilitas tubuh dibentuk LOG dan COG, serta bidang tumpuKetika LOG di tumpuan seimbangStablitas bidang tumpu tergantung luas area bidang tumpu.
- Kekuatan ototKontraksi dan relaksasi otot tak seimbang gangguan keseimbangan.
7. Bagaimana pengaruh obat simtomatik terhadap keluhan pasien dan jenis obatnya untuk mengurangi keluhan pasien?Simtomatik sedatifUntuk menurunkan cemas, berputar,muntahCalsium entry blocker menurunkan aktivitas eksitator ssp dan bekerja langsung sbg depresor labirinAnti histamin :Untuk mendapatkan efek anti kolinergik, merangsang monoaminergik inhibitory inhibisi n. vestibularis
8. Apa saja latihan fisik untuk melatih sistem vestibular?9. Bagaimana alur penegakan diagnosis?
Anamnesis : berputar, muntah, tinitus , riwayat pemakaian obat, riwayat trauma, penyakit sistemik pemeriksaan fisik : nistagmus vertikal/horizontal , tes romberg +, tes gait +, tes berger + pemeriksaan penunjang : tes kalori bitermal, tes ENG
10.Apa saja macam-macam gangguan keseimbangan?- Nistagmus
HorizontalVertikalFase cepat kompensasi
- Menier : vertigo, tinitus, gangguan pendengaran- Labirintitis vestibular : infeksi bakteri/virus di telinga dalam,
hilang pendengaran , ipsilateral, nistagmus.- Disfungsi vestibular unilateral : kelemahan di sistem vestbular,
pusing, vertigo, - Disfungsi vestibular bilateral : osilopsia ilusi bendamig2- Migrain vestibuler
- Fistura perilimfe : bocornya perilimfe ke telinga tengah , causa : trauma
11.Jelaskan patogenesis dan patofisiologi dari gangguan keseimbangan ?12.Apa saja pemeriksaan gangguan keseimbangan?
Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg :
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan
kedua mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian
selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat
menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau
suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Tandem Gait:
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu
menit. Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan
menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua
lengan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan
yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat
ke arah lesi
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan
sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan
berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan
vestibuler akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke
depan dan lima langkah ke belakang selama setengah menit; jika ada
gangguan vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah
berbentuk bintang
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
a. Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaringkan ke
belakang dengan cepat, sehingga kepalanya menggantung 45º di
bawah garis horisontal, kemudian kepalanya dimiringkan 45º ke
kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya vertigo dan
nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer
atau sentral.Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan
nistagmus timbul setelah periode laten 2-10 detik, hilang dalam
waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila tes
diulang-ulang beberapa kali (fatigue).Sentral: tidak ada periode laten,
nistagmus dan vertigo berlangsung lebih dari 1 menit, bila diulang-
ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).
b. Tes Kalori
Penderita berbaring dengan kepala fleksi 30º, sehingga kanalis
semisirkularis lateralis dalam posisi vertikal. Kedua telinga diirigasi
bergantian dengan air dingin (30ºC) dan air hangat (44ºC) masing-
masing selama 40 detik dan jarak setiap irigasi 5 menit. Nistagmus
yang timbul dihitung lamanya sejak permulaan irigasi sampai
hilangnya nistagmus tersebut (normal 90-150 detik).
Dengan tes ini dapat ditentukan adanya canal paresis atau directional
preponderance ke kiri atau ke kanan.Canal paresis ialah jika
abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air
hangat maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah
jika abnormalitas ditemukan pada arah nistagmus yang sama di
masing-masing telinga. Canal paresis menunjukkan lesi perifer di
labirin atau n. VIII, sedangkan directional preponderance
menunjukkan lesi sentral.
c. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk
merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus
tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_144_tht.pdf.
13.Apa saja diagnosis banding gangguan keseimbangan ?
Penyakit Etiologi Onset Vertigo Gejala khasbenign paroxysmal positional vertigo
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan vertigo yang ditandai dengan episode berulang singkat yang dipicu oleh perubahan posisi kepala. BPPV merupakan penyebab tersering dari
vertigo yang ditandai dengan episode berulang singkat
tidak terjadi
gangguan
pendengaran atau
telinga berdenging
(tinnitus).
vertigo berulang dan vertigo ini disebabkan oleh stimulasi abnormal dari cupula karena adanya “free-floating otoliths ( canalolithiasis)” atau otolith yang telah beradhesi dengan cupula (cupulolithiasis) dalam satu dari tiga kanal semisirkular.
penyakit meniere
• Etiologi penyakit ini belum diketahuisecara pasti• Patologi utama dari penyakit ini adalahpengembungan system endolimfatikakibat peningkatan volume endolimfe• Beberapa faktor etiologi :1. Kegagalan penyerapan oleh kantongendolimf,2. Gangguan
Vertigo pertama sangat berat disertai mual muntah. berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu, meskipun keadaannya berangsur baik.Pada serangan kedua dan selanjutnya dirasakan lebih ringan.Pada tiap serangan biasanya disertai gangguan pendengaran.
Trias / sindrom meniere :
1. Vertigo2. Tinnitus3. Tuli
sensorineural terutama nada rendah
vasomotor3. Alergi4. Genetik5. Anatomi dan infeksi virus
vestibular neuritis
virus Jam - hari Vertigo 7 – 10 hariNistagmus
dan labyrinthitis
bakteri atauvirus yang biasanya merupakan komplikasipenyakit telinga tengah atau komplikasi infeksivirus dari berbagai penyakit.
Jam - hari Keluhan dari penyakit ini berupa gangguanvestibular, vertigo dan gangguan fungsipendengaran sensorineural hearing loss derajat ringanhingga menengah secara tiba-tiba
14.Bagaimana penatalaksanaan kasus gangguan keseimbangan?