26
Masjid Agung Semarang / Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Indotoplist.com : Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang dibangun pada tahun 2001 sampai dengan 2006 ini berada di kawasan Semarang Timur, tepatnya berlokasi di Jalan Gajah Semarang. Masjid yang megah dan spektakuler ini berdiri di atas lahan 10 hektare dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap, seperti convention hall (auditorium), souvenir shop, pujasera, gedung perkantoran, perpustakaan, dan menara pandang. Masjid dibangun kurang lebih lima tahun masa pembangunan ini adalah berangkat dari idealisme dan cita-cita yang paling utama yaitu Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) mampu menjadi pengendali kehidupan sosial ekonomi yang cenderung mengedepankan keduniawian. Secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar 198.692.340.000 rupiah. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tang 14 Nopember 2006 dengan menekan tombol sirine dan penandatanganan replika prasasti. Sedangkan prasati yang asli sudah dipasang secara permanen di halaman depan masuk Masjid setinggi 3,2 meterdengan berat 7,8 ton, adalah batu alam yang diambil dari lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jateng. Prasasti ini dipahat Nyoman M. Alim yang juga dipercaya membuat miniatur candi Borobudur yang ditempatkan di Minimundus Vienna Austria pada tahun 2001. Masjid Agung Jawa Tengah dibangun di areal seluas kurang lebih 10 hektar, dengan luas bangunan induk seluas 7.669M2, dan mampu

Masjid Agung Semarang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jhgj

Citation preview

Masjid Agung Semarang / Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)Indotoplist.com : Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang dibangun pada tahun 2001 sampai dengan 2006 ini berada di kawasan Semarang Timur, tepatnya berlokasi di Jalan Gajah Semarang. Masjid yang megah dan spektakuler ini berdiri di atas lahan 10 hektare dan memiliki fasilitas yang sangat lengkap, seperti convention hall (auditorium), souvenir shop, pujasera, gedung perkantoran, perpustakaan, dan menara pandang.

Masjid dibangun kurang lebih lima tahun masa pembangunan ini adalah berangkat dari idealisme dan cita-cita yang paling utama yaitu Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) mampu menjadi pengendali kehidupan sosial ekonomi yang cenderung mengedepankan keduniawian. Secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar 198.692.340.000 rupiah.

Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tang 14 Nopember 2006 dengan menekan tombol sirine dan penandatanganan replika prasasti.

Sedangkan prasati yang asli sudah dipasang secara permanen di halaman depan masuk Masjid setinggi 3,2 meterdengan berat 7,8 ton, adalah batu alam yang diambil dari lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jateng.

Prasasti ini dipahat Nyoman M. Alim yang juga dipercaya membuat miniatur candi Borobudur yang ditempatkan di Minimundus Vienna Austria pada tahun 2001.

Masjid Agung Jawa Tengah dibangun di areal seluas kurang lebih 10 hektar, dengan luas bangunan induk seluas 7.669M2, dan mampu menampung 6000 jamaah.

Sedang pelatarannya seluas 7500 M2 dilengkapi 6 payung raksasa yangbisa membuka dan menutup secara otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi di kota Madinah, mampu untuk menampung 10 ribu jamaah.

Arsitektur masjid ini merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Arab dan Yunani. Di bangunan sayap kanan terdapat Convention Hall atau auditorium yang mampu menampung 2000 jamaah, sedang disayap kiri dipersiapkan utnuk perpustakaan yang nantinya di desain menjadi perpustakaan modern (digital library); serta ruang perkantoran yang disewakan.

Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamarberbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.

Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya 99 Meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio DaIs (Dakwah Islam). Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Di lantai 19 yaitu untukmenara pandang dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang.

Pada awal Ramadhan 1427 H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat Rukyatul Hilal yang dilihat oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih dari Boscha

Untuk keperluan ibadah, masjid berarsitektur perpaduan universal dan lokal itu mampu menampung 10 ribu jemaah. Di dalam kompleks masjid terdapat wisma penginapan dengan 23 kamar dalam berbagai kelas. Penyediaan wisma ini bertujuan memberikan fasilitas penginapan bagi para peziarah atau wisatawan religi yang ingin bermalam di MAJT.

Bagi yang ingin berekreasi, MAJT juga menyediakan beberapa fasilitas hiburan, seperti arena bermain dan kereta kelinci yang akan membawa pengunjung mengitari kompleks masjid.

Sumber : promojateng-bikk.com, bpras.com, Aalifs Public Gallery (picasaweb.google.com/alif.yordan)

Masjid Agung Jateng

Masjid Agung Jawa Tengah bangunannya meneladani prinsip gugus model kluster dari Masjid Nabawi di Madinah. .Bentuk penampilan arsitekturnya merupakan gubahan baru yang mengambil model dari tradisi para wali dengan membubuhkan corak universal arsitektur Islam pada pada bangunan pusatnya dengan menonjolkan kubah utama yang dilengkapi dengan minaret runcing menjulang di keempat sisinya. Masjid beserta fasilitas pendukungnya terletak di jalan Gajah Raya, Keluarahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari menempati tanah bandha Masjid Agung Semarang seluas 10 ha dan mampu menampung jamaah lebih kurang 13.000 orang.

Menara Masjid Agung Jawa TengahDisamping bangunan Masjid disini juga dilngkapi fasilitas-fasilitas yang lain seperti : ruang kantor, ruang kursus dan pelatihan, ruang perpustakaan, ruang akad nikah dan auditorium. Dalam uapaya penggalian dana , dalam kompleks juga dibangun galeri pertokoan, ruang kantor yang disewakan, hotel dan toko cinderamata .

Bila Anda berkunjung ke Semarang, sempatkanlah untuk mampir di Masjid Agung Jawa Tengah yang terkenal dengan keindahan arsitektur dan kemegahannya. Berada di Jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, KotaSemarang . Masjid fenomenal yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 14 November 2006 ini mulai dibangun pada 2001 dan mampu menampung tak kurang dari 15 ribu orang. Saat diresmikan, Presiden SBY menandatangani batu prasasti setinggi 3,2 m dan berat 7,8 ton yang terletak di depan masjid. Prasasti terbuat dari batu alam yang berasal dari lereng Gunung Merapi.

Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2. Paduan unik arsitektur Jawa, Timur Tengah dan Roma tergambar apik dari masjid yang juga merupakan obyek wisata terpadu pendidikan, religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Lihat saja ornamen pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan.

Ada enam payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis, mengadopsi dari Masjid Nabawi di Kota Madinah. Ketika payung di halaman masjid dikembangkan, maka akan dapat menampung jamaah lebih banyak lagi, setidaknya lebih separuh dari kapasitas masjid. Pada dinding-dinding masjid tertera kaligrafi yang terukir indah. Ornamen-ornamen bernuansa arsitektur Italia terasa pula sentuhannya di beberapa bagian masjid. Bangunan utamanya beratapkan kubah besar, dilengkapi di bagian luarnya empat minaret (menara) yang runcing menjulang ke langit

Sebuah replika beduk raksasa buatan para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat juga menghiasi masjid. Tidak hanya itu, Anda juga bisa menemukan Quran raksasa (Mushaf Al Akbar) berukuran 145 x 95 cm tulisan tangan karya Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo,Jawa Tengah.

Di sekeliling masjid terdapat bangunan pendukung lainnya, di antaranya: auditorium di sisi sayap kanan masjid yang dapat menampung kurang lebih 2000orang . Auditorium ini biasanya digunakan untuk acara pameran, pernikahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sayap kiri masjid terdapat perpustakaan dan ruang perkantoran yang disewakan untuk umum. Selain itu, terdapat juga berbagai macam sarana hiburan seperti air mancur, arena bermain anak-anak, dan kereta kelinci yang dapat mengantarkan pengunjung berputar mengelilingi kompleks masjid.

Salah satu yang istimewa dari masjid ini adalah Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara dapat dilihat dari radius 5 km, terletak di pojok barat daya masjid. Di menara ini, pengunjung bisa menikmati pemandangan KotaSemarang termasuk lalu lalang kapal yang melintas maupun berlabuh di Pelabuhan Tanjung Emas melalui teropong pandang yang tersedia. Oh ya, bila Anda ingin menggunakan teropong ini mesti membayar sewa Rp 5000. Sedangkan untuk naik ke Menara, dikenakan tiket Rp 3000/orang (antara jam 08.00-17.30) dan naik menjadi Rp 4000/orang (jam 17.30-21.00). Di menara ini, tepatnya di lantai 18 juga dilengkapi Cafe Muslim. Yang menarik adalah lantai kafe itu bisa berputar 360 derajat selama 15 menit sehingga Anda bisa menikmati ragam pesona KotaSemarang dari ketinggian sembari menyantap makanan.

Untuk memasuki area masjid indah ini sama sekali tidak dikenakan biaya. Silakan menikmati eksotisme masjid kebanggaan masyarakatJawa Tengah ini dengan menjelajahi setiap sudutnya. Anda akan melewati gerbang megah bernama Al Qanathir. Pintu gerbang itu memiliki 25 tiang sebagai simbolisasi jumlah nabi dalam Islam sebagai pembimbing umat. Pada pintu gerbang, terdapat ukiran kaligrafi Iafaz dua kalimat syahadat.

Untuk sampai ke masjid, hanya dibutuhkan waktu tempuh sekitar 15 menit dari alun-alun Kota Semarang. Jika mengendarai sepeda motor berkecepatan antara 40-60 km/jam, Anda hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Atau Jaraknya sekitar 800 meter dari Jalan Arteri Soekarno-Hatta yang merupakan jalan protokol.sumber :http://unikboss.blogspot.com/2010/10/keunikan-masjid-agung-di-jawa-tengah.html

Masjid Agung Jawa Tengah menjadi ikon baru kebanggaan masyarakat kota Semarang. Masjid yang dibangun pada tahun 2001 lalu ini berdiri diatas area kurang lebih 10 hektar dan memiliki arsitektur yang megah.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga menjadi obyek wisata pendidikan, religi dan pusat aktivitas syiar Islam.

Bangunan Masjid Agung Jawa Tengah mengadopsi kebudayaan Jawa dan arab. Pada beberapa bagian, masjid ini menyerupai arsitektur masjid Nabawi di Kota Madinah tanpa meninggalkan sentuhan Jawa.

Keunikan yang dimiliki Masjid Agung Jawa Tengah ini bisa dilihat dari enam payung hidrolik raksasa yang ada di halaman masjid. Payung yang dapat melindungi jamaah dari panas dan hujan ini bisa membuka dan menutup secara otomatis.

Kompleks Masjid Agung Jawa Tengah juga dilengkapi dengan museum perkembangan Islam. Museum ini terletak di dalam Menara Asmaul Husna yang memiliki ketinggian 99 meter, sesuai dengan jumlah nama-nama Allah.

Sejumlah benda bersejarah disimpan di dalam museum ini seperti Al Qur'an dengan tulisan tangan. Dari puncak menara, pengunjung bisa melihat masjid dan juga pemandangan kota Semarang.

Masjid yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2006 ini juga dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas modern. Di area masjid terdapat bangunan yang bisa digunakan untuk resepsi pernikahan, perpustakaan bahkan hotel atau wisma penginapan.

| Rep/Kam:Budhi | Penulis:Santoso | VO:Riana | Editor Video:Bobby |

Masjid-masjid di Indonesia banyak memiliki tipologi bangunan yang khas. Masyarakat memahami arsitektur masjid kebanyakan sebagai bangunan berkubah, atau berjoglo dengan aturan-aturan tertentu yang berkembang di masyarakat. Kebanyakan memiliki pandangan bahwa sebuah masjid seharusnya berkubah, atau berjoglo. Meskipun sebenarnya arsitektur sebuah masjid didefinisikan melalui penataan ruang akibat adanya aktivitas sholat, image tentang sebuah masjid memang telah melekat dalam masyarakat dalam bantuk bangunan bertipe tertentu. Masjid banyak diorientasikan untuk mengemban vocabulary arsitektur dari daerah Timur Tengah. Hal ini tidak mengherankan, karena pusat dari peradaban Islam berasal dari Timur Tengah.

Sebagaimana disebutkan oleh Mangunwijaya, sebuah imaji tentang bangunan ibadah biasanya bila diurut kembali dari asalnya, kadang bukanlah kesan yang sebenarnya beralasan kuat. Bentuk kubah sebenarnya bukanlah melulu suatu bagian dari tipologi masjid, dan tidak selalu melambangkan sebuah masjid. Tetapi apakah suatu keyakinan yang mendalam tidak akan mengendap juga ke dalam citra bangunan-bangunan ciptaannya? Tentulah itu begitu. Tetapi tidak dalam arti dangkal, seolah-olah ada daftar inventaris yang berisi segudang bentuk yang sudah dicap ini Islam itu Kristen, Hindu atau agama lain. (Mangunwijaya, dalam Wastu Citra)

Dalam masyarakat, suatu perlambang tidak dapat berubah dengan cara yang cepat, kecuali telah ada kesiapan untuk menerima simbol-simbol baru dalam bangunan keagamaan (inilah yang terjadi dalam jaman terkini, sebagian masyarakat telah dapat menerima perubahan-perubahan akibat pergeseran paradigma, sebagai konsekuensi pertukaran informasi yang demikian cepat). Perlu bertahun-tahun, mungkin satu dua abad untuk menggeser sebuah paradigma yang mengakar di masyarakat. Kita dapat melihat dalam masyarakat kita 'kelambanan' untuk mengikuti sebuah aturan baru setelah suatu aturan dipahami sebagai konsensus. Barangkali ini bisa dipahami sebagai bukti bahwa tradisi yang mengakar tidak bisa sembarangan saja dirubah.

Simbol-simbol... memiliki makna yang dapat terbawa kedalam bagaimana seseorang menggunakan sebuah bangunan. Sebagai contoh patung-patung dapat menjadi 'simbol' bagi suatu poros keyakinan. Sesuatu yang sebelumnya batu atau bahan lain, bila dirubah bentuknya dan diberikan makna, dapat menyentuh tombol-tombol keyakinan dan spiritualisme (dalam pikiran). Terkadang icon membawa dampak sangat besar bagi bagaimana seseorang beribadah.

Namun apa yang hadir sebagai karya manusia, memang tidak bisa dibandingkan dengan karya Tuhan. Bila seseorang mempercayai Tuhan, maka kehidupan memiliki sebuah pusat dan dengan pusat itu hidupnya ditambatkan. Apa yang hadir dalam hubungan dengan Tuhan seseorang, dapat sedikit dihadirkan melalui karya manusia, dalam pola yang dipahami oleh akal dapat membawanya menuju spiritualisme yang dikehendaki.

Masjid-masjid dalam artikel ini juga memiliki kekhasan unsur yang dianggap mewakili simbolisme sebuah masjid. Hal ini tidak bisa dianggap remeh, karena masjid biasanya memiliki arti yang besar dalam kehidupan sebagian besar masyarakat kita, sehingga simbolisme boleh jadi merupakan hal terpenting untuk diperhatikan dalam proses perancangan. Masih bisa ditemui, warga berkumpul untuk membicarakan hal-hal penting di masjid, ibu-ibu lebih erat berbincang-bincang di selasar masjid sambil menunggu waktu sholat berikutnya tiba, dan sebagainya.

Di banyak kota, masjid memiliki peran untuk menjadi icon sebuah kota. Hal ini menjadikan sebuah masjid berperan dalam hidup masyarakat sekitarnya sebagai sebuah pusat, bahkan alun-alun bila perlu. Masyarakat memerlukan sebuah tempat dimana terdapat sebuah 'tema' dalam penghubungannya dengan sebuah bangunan, karena karakter dari masyarakat itu sendiri telah menganggap penting keberadaan rumah ibadah, sebagai hubungan langsung dengan sistem budaya yang ada.

Masjid Raya Jawa Tengah, SemarangFotografer: Yogi (Awang) Diwangkoro

Suasana area masjid sebagai icon sebuah kota atau wilayah. Hampir mirip seperti sebuah alun-alun, dimana masyarakat tidak hanya datang untuk beribadah, namun juga berkumpul dan bahkan berekreasi. Hal ini karena obyek arsitektural dapat menjadi monumen penanda suatu tempat, dan pemberi makna tempat. (Penjelasan lebih mudahnya; bila seseorang belum datang ke suatu obyek arsitektur di suatu kota, kadang ada perasaan 'belum pernah datang' ke sebuah kota)

Masyarakat memerlukan suatu tempat dimana ia dapat merefleksikan dirinya dalam hubungannya dengan masyarakat. Icon-icon yang ditawarkan sebuah monumen dapat memberi hubungan dengan suatu tempat.

Icon-icon ditambahkan sebagai penguat karakter suatu obyek arsitektural.

Terlihat kemegahan dari tampilan unsur-unsur arsitektur.

Kala senja.

Selasar masjid.

Bagian dalam aula utama masjid. Terdapat susunan lampu yang unik membentuk lingkaran. Terdapat kesan perpanjangan dari kubah diatasnya.

Ornamentasi dengan gaya Arabesque yang terpengaruh oleh gaya dekorasi khas Jawa.

Beduk, salah satu tambahan dalam tradisi arsitektur masjid. Mendapatkan porsi yang cukup kuat dalam penataan desain.

Unsur air hadir seperti kebiasaan adanya air dalam bangunan-bangunan di Timur Tengah. Mungkin juga karena kualitas reflektif yang dimiliki air juga disenangi untuk menggambarkan kesan reflektif sanubari manusia. Air merupakan entitas yang diwahyukan sebagai penyuci dari hal-hal yang kotor.

Masjid Agung TubanFotografer: Yogi (Awang) Diwangkoro

Suasana depan masjid saat petang. Masjid ini juga memiliki karakter khas yang disebut sebagai bangunan masjid, antara lain adanya kubah, minaret, dekorasi khas, dan sebagainya.

Suasana dalam plasa masjid.

Suasana interior masjid.

Masjid Dian Al-Mahri, "Masjid Emas"Depok, Jawa Barat. Fotografer: Nur Indah

Masjid dalam sequence pejalan kaki menuju masjid.

Kubah emas yang cukup mengagumkan warga sekitar maupun mereka yang ingin melihat langsung kemewahan masjid tersebut. Beberapa kali masjid ini juga masuk berita televisi, karena kubah emasnya.

Landscape masjid.

Interior kubah emas.

Masjid Agung Jawa TengahTop of Form

Average: Give it 1/5Give it 2/5Give it 3/5Give it 4/5Give it 5/5No votes yet

Bottom of FormMasjid Agung Jawa Tengah merupakan salah satu masjid termegah di Indonesia. Masjid dengan arsitektur indah ini mulai dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2006. Kompleks masjid terdiri dari bangunan utama seluas 7.669 m2 dan halaman seluas 7.500 m2. Masjid Agung Jawa Tengah terletak di jalan Gajah Raya, tepatnya di Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang.Masjid yang mampu menampung jamaah tak kurang dari 15.000 ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, pada tahun 2006. Upacara peresmian ditandai dengan penandatanganan batu prasasti setinggi 3,2 m dan berat 7,8 ton yang terletak di depan masjid. Prasasti terbuat dari batu alam yang berasal dari lereng Gunung Merapi.

Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Agung Jawa Tengah juga merupakan obyek wisata terpadu pendidikan, religi, pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, pengunjung dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang merupakan perpaduan antara arsitektur Jawa, Roma dan Arab.Arsitektur Jawa terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bagian dasar tiang masjid menggunakan motif batik seperti tumpal, untu walang, kawung, dan parang-parangan. Ciri arsitektur Timur Tengah (Arab) terliat pada dinding masjid dinding masjid yang berhiaskan kaligrafi. Selain itu, di halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 payung hidrolik raksasa yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah. Masjid ini juga sedikit dipengaruhi gaya arsitektur Roma. Gaya itu nampak pada desain interior dan lapisan warna yang melekat pada sudut-sudut bangunan.Selain bangunan utama masjid yang luas dan indah, terdapat bangunan pendukung lainnya. Bangunan pendukung itu di antaranya: auditorium di sisi sayap kanan masjid yang dapat menampung kurang lebih 2.000 orang. Auditorium ini biasanya digunakan untuk acara pameran, pernikahan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sayap kiri masjid terdapat perpustakaan dan ruang perkantoran yang disewakan untuk umum. Halaman utama masjid yang terdapat 6 payung hidrolik juga dapat menampung jamaah sebanyak 10.000 orang.Keistimewaan lain masjid ini berupa Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah. Dipuncak menara dilengkapi teropong pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di pelabuhan Tanjung Emas.Di masjid ini juga terdapat Al qur`an raksasa tulisan tangan karya H. Hayatuddin, seorang penulis kaligrafi dari Universitas Sains dan Ilmu Al-qur`an dari Wonosobo, Jawa Tengah. Tak hanya itu, ada juga replika beduk raksasa yang dibuat oleh para santri Pesantren Alfalah Mangunsari, Jatilawang, Banyumas, Jawa Barat.Di area Masjid Agung Jawa Tengah terdapat berbagai macam fasilitas seperti perpustakaan, auditorium, penginapan, ruang akad nikah, pemandu wisata, museum kebudayaan Islam, cafe muslim, kios-kios cenderamata, buah-buahan, dan lain-lain. Selain itu, terdapat juga berbagai macam sarana hiburan seperti air mancur, arena bermain anak-anak, dan kereta kelinci yang dapat mengantarkan pengunjung berputar mengelilingi kompleks masjid ini.Untuk memasuki kawasab Masjid Agung Jawa Tengah, pengunjung tidak dipungut biaya. Namun, jika pengunjung ingin memasuki area tertentu seperti Menara Asmaul Husna, pengunjung diwajibkan membayar Rp 3.000 per orang untuk jam kunjungan antara pukul 08.0017.30 WIB. Dan apabila pengunjung datang pada jam 17.3021.00 WIB tarif tersebut meningkat menjadi Rp 4.000 per orang. Bagi pengunjung yang ingin menggunakan teropong yang terdapat di Menara Asmaul Husna itu, maka pengunjung harus mengeluarkan ongkos tambahan sebesar Rp 500,- per menit.Pada saat liburan, masjid banyak di kunjungi wisatawan yang berasal dari berbagai daerah. Bahkan beberapa turis manca negara, khususnya muslim banyak yang melunagkan waktu berkunjung ke masjid ini untuk beribadah sekaligus berwisata. Bookmark/Search this post with: Trackback URL for "Masjid Agung Jawa Tengah"http://www.visitsemarang.com/trackback/51

Suasana dalam masjid.

Banyak pendatang dan mereka yang ingin menikmati suasana masjid tersebut.

-----------------------------------------------------------------------------

Catatan pribadi Probo Hindarto:Masjid-masjid ini merepresentasikan bahasa arsitektur tertentu, meskipun sebenarnya tidak selalu eksklusif milik orang islam. Tidak lama sebelum datang kesadaran bahwa arsitektur yang berkeinginan unuk menjadi 'transeden' itu menjadi sedemikian universal, tidak lagi ada bahasa arsitektur semacam ini yang lagi eksklusif.

Namun tentunya bukanlah mengherankan lagi, idiom-idiom itu jatuh pada pilihan tertentu di dalam masyarakat. Masjid dihubungkan dengan citra tertentu yang melekat pada masyarakat. Sebagai desainer, yang paling menjanjikan untuk dilakukan adalah merefleksikan kembali citra itu kedalam arsitektur masjid agar desain dapat diterima dengan baik di masyarakat, sebelum terdapat perubahan cara pandang.

Terimakasih untuk teman-teman saya Yogi Diwangkoro dan Nur Indah yang sudah mengijinkan gambar2 foto dimasukkan dalam artikel ini.Blog Yogi Diwangkoro:http://awanginvedderism.multiply.com/Blog Nur Indah: www.tokombaknurin.multiply.com

________________________________________________ by Probo Hindarto Copyright 2010 astudio Indonesia. All rights reserved.