124
i MANAJEMEN RUKUN TETANGGA PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH KAB. SEMARANGTAHUN 2018 SKRIPSI DiajukanuntukMemperolehGelar SarjanaPendidikan Disusun Oleh : TRI MURDIANTO NIM.111-14-135 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2018

MANAJEMEN RUKUN TETANGGA PERSPEKTIF PENDIDIKAN …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4240/1/SKRIPSI fik.pdfMANAJEMEN RUKUN TETANGGA PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK

  • Upload
    others

  • View
    28

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    MANAJEMEN RUKUN TETANGGA

    PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM

    MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA

    DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH

    KAB. SEMARANGTAHUN 2018

    SKRIPSI

    DiajukanuntukMemperolehGelar

    SarjanaPendidikan

    Disusun Oleh :

    TRI MURDIANTO

    NIM.111-14-135

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

    SALATIGA

    TAHUN 2018

  • ii

  • iii

    SKRIPSI

    Imam Mas Arum, M. Pd.

    Dosen IAIN Salatiga

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Lampiran : 4 Eksemplar

    Hal : Naskah Skripsi

    Sdr. Tri Murdianto

    Kepada Yth :

    Dekan FTIK IAIN Salatiga

    Di Salatiga

    Assalamu'alaikumWr.Wb.

    Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap mahasiswa

    berikut ini:

    Denganini kami mohon kepada Bapak Rektor IAIN Salatiga agar skripsi Saudara

    tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

    Wassalamu’alaikumWr.Wb.

    Salatiga, 13 September 2018

    Pembimbing

    Imam Mas Arum, M. Pd

    NIP. 19790507 201101 1008

    Nama :

    NIM :

    Fakultas :

    Jurusan :

    JudulSkripsi :

    TRI MURDIANTO

    111-14-135

    Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

    Pendidikan Agama Islam (PAI)

    Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam

    dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun

    Krajan Desa Sukorejo Kec.Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertandatangan di bawahini:

    Nama : TRI MURDIANTO

    NIM : 111-14-135

    Jurusan : Tarbiyah

    Program : Pendidikan Agama Islam

    Judul Skripsi :Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam

    dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun

    Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun

    2018.

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

    saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

    lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik

    ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasi oleh Perpustakaan IAIN

    Salatiga.

    Salatiga, 13 September 2018

    Yang menyatakan

    TRI MURDIANTO

  • v

  • vi

    MOTTO

    “Dihadapan Allah SWT derajatkita semua sama, yang

    membedakan adalah akhlakkita”.

    (Ustadz Abdul Somad)

  • vii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Ayahanda Suwardi dan ibunda Suparmi, yang selalu mendo’akan dengan

    tulus serta sabar merawat dan mencurahkan kasih saying yang tanpa henti

    untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

    2. Kakak tersayang EkoHardiyanto, Erni Wijayanti, Sri Suparsih, dan Nur Ali

    yang selalu member motivasi sehingga terselesainya skripsi ini dengan

    lancar.

    3. Spesial kepada bapak Imam Mas Arum, M.Pd yang tidak henti-hentinya

    membimbing dan meluangkan waktunya

    4. Sahabat-sahabat terbaik saya, Mustofa, Ahmad Fitahun Niam, Saepul yusup,

    Aswab Nasrudin Ma’ruf, Ratna Hidayati yang selalu member dukungan dan

    semangat.

    5. Penyemangatku Devi Diana yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan

    skripsi ini.

    6. Savana Record saudara Eko Haryanto yang memberikan motivasi terbaiknya

    untuk menyelesaikan skripsi ini.

    7. Teman-teman Jurusan Tarbiyah Progdi. PAI angkatan 2014 yang setia

    menemani dan member motivasi.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi

    beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada

    penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

    Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup

    para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari

    masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang

    lurus.

    Skripsi yang berjudul “Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan

    Islam dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa

    Sukorejo Kec.Suruh Kab. Semarang Tahun 2018” ini, diajukan untuk memperoleh

    gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Salatiga.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan

    yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.

    Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya

    kepada:

    1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor Institut Agama Islam

    Negeri (IAIN) Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    (FTIK)

    3. Ibu Hj. Siti Rukhayati., M. Ag., selaku Ketua Program Pendidikan Agama

    Islam (PAI).

  • ix

    4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah

    berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam

    penulisan skripsi ini.

    5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu

    selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.

    Semoga segala amal yang telah diperbuatakan menjadi amal saleh, yang akan

    mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak dikemudian hari.

    Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.yarabbal „alamin.

    Salatiga, 30 Agustus 2018

    Yang menyatakan

    TRI MURDIANTO

  • x

    ABSTRAK

    Murdianto, Tri. 2018. Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam

    dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa

    Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018. Program Studi

    Pendidikan Agama Islam. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.

    Kata kunci: Manajemen Rukun Tetangga, Akhlak dan Religiusitas Remaja

    Tujuan Penelitian ini adalah untuk 1). Mengetahui bentuk Manajemen

    Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun

    2018 untuk 2).Bentuk Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan Desa

    Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.3).Faktor penghambat dan

    pendukung Manajemen Rukun Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas

    Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

    Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan

    pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian

    deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian

    menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata

    atau kalimat.

    Objek dan Lokasi penelitian ini adalah seluruh tokoh masyarakat, tokoh

    agama, pengurus RT/RW dan para remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec.

    Suruh Kab. Semarang, sedangkan waktu penelitian dimulai tanggal 13 Juli 2018 -12

    Agustus 2018.

    Hasil penelitian menunjukkan: 1). Bentuk Manajemen RukunTetangga di

    Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018 yaitu:a).

    Melancarkan pelayanan masyarakat, b). Membantu dalam pelayanan masyarakat

    yang menjadi tugas pemerintah daerah, c). Membuat data pendudukakan survey

    tertentu yang diperlukan sebagai arsip desa atau kelurahan, d). Membantu serta

    meningkatkan kinerja pemerintah di wilayah desa atau kelurahan, Meningkatkan

    kelancaran pelayanan masyarakat dalam wilayah desa atau kelurahan. 2). Kondisi

    Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh

    Kab. Semarang Tahun 2018 bahwa kondisi Remaja Dusun Krajan Desa Sukorejo

    sangat religius, hampir 90% remajanya sering mengikuti setiap kegiatan lingkungan.

    Dalam hal keagamaan maupun non keagamaan, Sikap dan tingkahlaku Remaja tidak

    ditemukan adanya remaja yang durhaka pada kedua orang tuanya, para remaja selalu

    menghormati perbedaan pendapat dilingkungan keluarga, menyanyangi satu sama

    lain dan selalu bekerjasama demi menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif.

    3). Faktor penghambat Manajemen Rukun Tetangga dalam Membina Akhlak dan

    Religiusitas Remaja adalah kesibukan masyarakat yang padat sehingga sulit untuk

    berkumpul, Minimnya fasilitas anggaran dari pemerintah untuk stabilisasi

    kepengurusan RT. Sedangkan Faktor pendukungnya adalah masyarakat yang

    humanis, mudah bergaul dan mudah diatur, Tingkat kesadaran masyaraktanya tinggi,

    Sehingga mampu menerima hal-hal baru yang terkait dengan kebaikan dan patuh

    pada ketua atau pun tokoh masyarakat di lingkungan sehingga mudah di kontrol.

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

    LEMBAR BERLOGO ………………………………………………………. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iii

    HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iv

    HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………. v

    HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. vi

    HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………... vii

    KATA PENGANTAR ………………………………………………………. viii

    ABSTRAK …………………………………………………………………… ix

    DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1

    B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 5

    C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 6

    D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 6

    E. Penegasan Istilah …………………………………………………….. 7

    F. Sistematika Penulisan ………………………………………………... 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Konsep Manajemen …………………………………………………. 11

    1. Pengertian Manajemen ………………………………………….. 11

    2. Fungsi-fungsi Manajemen ………………………………………. 12

    3. Unsur-unsur Manajemen ………………………………………… 13

    B. Rukun Tetangga ……………………………………………………… 14

    1. Definisi Rukun Tetangga ………………………………………… 14

    2. Tugas Pokok……………………………………………………... 15

    3. Tujuan Pembentukan Rukun Tetangga ………………………….. 18

  • xii

    4. Syarat Menjadi Pengurus Rukun Tetangga ……………………… 18

    5. Permasalahan Yang Sering Terjadi ……………………………… 19

    C. Pembinaan Remaja …………………………………………………... 21

    D. Remaja

    1. Pengertian Remaja ……………………………………………….. 25

    2. Remaja dan Permasalahannya ……………………………………. 26

    3. Perlunya Pembinaan Remaja …………………………………….. 28

    4. Fungsi Agama Bagi Remaja ……………………………………… 31

    E. Akhlak

    1. Pengertian Akhlak ………………………………………………… 31

    2. Macam-macam Akhlak …………………………………………… 32

    3. Materi Akhlak ……………………………………………………. 35

    4. Dasar dan Tujuan Akhlak ………………………………………… 39

    5. Factor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak …………. 40

    F. Religiusitas

    1. Definisi Religiusitas ………………………………………………. 43

    2. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas …………………………. 44

    3. Fungsi Religiusitas ………………………………………………... 45

    4. Dimensi Religiusitas ……………………………………………… 46

    5. Kriteria Orang Yang Mampu Menerapkan aspek Religisuitas …. 47

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 52

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………... 52

    C. Sumber Data …………………………………………………………. 52

    D. Instrument Penelitian ………………………………………………… 53

    E. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………… 55

    F. Analisis Data ………………………………………………………… 57

    G. Pengecekan Keabsahan Data ………………………………………… 58

  • xiii

    BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

    A. Paparan Data

    1. Deskripsi Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang ………….. 62

    a. Kondisi Geografis …………………………………………. 62

    b. Kondisi Demografis ……………………………………….. 63

    B. Analisis Data

    2. Bentuk Manajemen Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa

    Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang………………………. 83

    3. Kondisi Akhlak dan Religisuitas Remaja di Dusun Krajan Desa

    Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang ………………………… 89

    4. Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen Rukun Tetangga

    Dalam Membina Akhlak Remaja……………………………… 94.

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ………………………………………………………… 95

    B. Saran ……………………………………………………………….. 96

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sesungguhnya tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan

    akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral,

    jiwa yang bersih, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban

    dan pelaksanaannya, menghormaati hak-hak manusia, tahu membedakan baik

    dengan buruk, menghindari suatu perbedaan yang tercela dan mengingat Tuhan

    dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan (Al-Abrasyi,1984:103). Sewaktu

    Allah SWT hendak memuji Nabi-Nya, berfirmandalamQ.S. Al-Qolam Ayat : 4:

    Artinya : “Sesungguhnya engkau memiliki moral dan akhlak yang tinggi”

    (Departemen Agama, 1989:960).

    Oleh karena itu Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

    mengutus sseorang Nabi untuk kelangsungan ajaran-ajaran akhlak yang telah

    dibawa oleh Nabi-nabi terdahulu, demi menjaga kelangsungan hidup dari

    kepunahan akibat dari rusaknya akhlak pada zaman itu. kita ingat betapa rusaknya

    bangsa Arab jahiliyah sebelum kedatangan Nabi SAW, yang tidak saja melanda

    kalangan rakyat jelata, bahkan lebih parah lagi melanda kaum bangsawan.

    Minum-minuman keras, mabuk-mabukan, perjudian, pencurian

  • 2

    dan perampokan dengan kekerasan, pertumpahan darah, menjadi bagian hidup

    mereka sehari-hari. Untuk itu seluruh ajaran Nabi Muhammad SAW secara

    ringkass dan padat dinyatakan bahwa semua adalah untuk menyempurnakan

    akhlak. Dengan demikian, maka akhlak adalah sangat penting artinya dalam

    kehidupan manusia agar dalam setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukannya

    itu sesuai dengan-Nya, sehingga menjadi sia-sia dan sesat. Akhlak juga sangat

    penting artinya agar manusia memiliki bahan dan pedoman dalam pembinaan

    dirinya untuk mencapai kepribadian yang utama dan mulia.

    Dalam realitas kehidupan sehari-hari, banyak orang-orang yang melakukan

    kejahatan baik yang bersifat kriminal maupun bersifat kejahatan ekonomi seperti

    korupsi, penipuan dan lain-lain. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang-

    orang bodoh saja, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang pintar dan berpangkat

    tinggi. Seperti halnya kalau kita mau mencermati lebih jeli lagi, maka akan sangat

    terasa sekali bagi kita akan adanya gejala kemerosotan akhlak, serta sudah mulai

    menguburnya nilai-nilai budi pekerti (akhlak) didalam suatu masyarakat baik di

    desa-desa terlebih lagi di kota-kota besar. Mulai dari minum-minuman keras,

    narkotika maupun obat-obatan terlarang lainnya sampai dengan tindakan kriminal

    yang berupa pencurian, perampokan, penodongan, pemerkosaan dan lain

    sebagainya.

    Kriminalitas itu pada umumnya merupakan kegagalan dari sistem

    pengontrol diri aksi-aksi instinktif, juga menampilkan ketidakmampuan

  • 3

    seseorang mengendalikan emosi-emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan

    yang bermanfaat (Kartono, 1995:227).

    Tindak kriminal ini lebih banyak dilakukan oleh pemuda-pemuda

    tanggung usia pubertas (remaja), adapun dorongan yang menstimulir aktivitas

    mereka adalah sebagai berikut :

    1. Impulsif bergiaat atau dinamisme anak muda

    2. Keinginan mengetest kemampuan dan kekuatan sendiri

    3. Nafsu untuk mendapatkan pengakuan atas aku-Nya anak muda

    4. Keinginan untuk kelihatan menonjol dan sebagainya (Kartono, 1995:226).

    Ditinjau daari segi kehidupan masyarakat di Dusun Krajan Desa Sukorejo

    Kec. Suruh Kab. Semarang ini sangat heterogen, mulai dari pekerjaan sampai

    dengan tingkat pendidikannya. Pada umumnya pendidikan para remaja di Dusun

    Krajan Desa Sukorejo adalah tamatan SD dan SMP, sehingga dengan modal skill

    yang kurang akhirnya rata-rata dari mereka berprofesi sebagai buruh, petani dan

    buruh serabutan. Banyak juga di antara mereka yang masih pengangguran,

    pekerjaannya hanya nongkrong-nongkrong dan seringkali melakukan hal-hal yang

    meresahkan masyarakat,seperti mabuk-mabukan, mencuri bahkan suka

    mengganggu anak-anak gadis yang lewat dan sebagainya.

    Melihat kondisi para remaja tersebut, kita tahu bahwa masa remaja adalah

    masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak

    mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak

    baik bentuk badan, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan

  • 4

    pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 13

    tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun (Daradjat, 2001:96). Menurut Zakiah

    Daradjat mengenai batas usia remaja ini sangat sulit menemukannya dan belum

    ada kesepakatan antara ahli ilmu pengetahuan, karena hal itu tergantung kepada

    keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup. Sedang usia remaja yang hampir

    disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah umur antara 13 dan 21 tahun (Daradjat,

    2001:110).

    Suatu keadaan jiwa yang dapat dipastikan tentang remaja adalah penuh

    kegoncangan. Dan untuk menghadapi kegoncangan jiwanya yang terjadi akibat

    perkembangan dan berbagai faktor yang harus mereka hadapi dalam umur yang

    sangat banyak dihadapkan kepada berbagai tantangan itu ialah dengan

    pengetahuan agama terutama masalah akhlak. Diantara ciri-ciri para remaja

    tersebut ialah jiwanya yang massih labil dan penuh dengan kegoncangan, mereka

    mulai gelisah dan tak tenang, malah kadang-kadang menentang orang tua yang

    mengasihinya (Soen Liang, 1999:95).

    Mengingat kondisi para remaja tersebut di atas, maka peran pemimpin

    sebuah lingkungan Dusun sangat berpengaruh sebagai pengkontrol pada

    tingkahlaku Akhlak Remaja yang menyimpang. Dan akhirnya ketua Rukun

    Tetangga memberikan program kerja yang berkaitan dengan religiusitas antara

    lain : Al Barjanji, pembacaan Yasin, Tahlil dan terkadang mendatangkan ustadz

    untuk memberikan siraman rohani kepada para remaja di dusun tersebut. Untuk

    itulah kami tertarik untuk mengetahui dan meneliti

  • 5

    sejauhmana peranan ketua rukun tetangga dalam pembinaan akhlak dan

    religiusitas para remaja yang akan penulis tuangkan dalam judul:

    “Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islamdalam

    Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo

    Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atasrumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah:

    1. Bagaimana bentuk Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam di

    Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?

    2. Bagaimana kondisi Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan

    Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?

    3. Apa faktor penghambat dan pendukung Manajemen Rukun Tetangga dalam

    Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo

    Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain:

    1. Untuk mengetahui bentuk Manajemen Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa

    Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

    2. Untuk mengetahui kondisi Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun

    Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

  • 6

    3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung Manajemen Rukun

    Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan

    Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik dari segi teoritis

    maupun praktis yaitu :

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu

    pengetahuan khususnya kajian mengenai betapa pentingnya Manajemen Rukun

    Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja.

    2. Manfaat Praktis

    a. Sebagai bahan masukan bagi Instansi Pemerintahan Desa terkait gambaran

    perilaku Remaja dalam wilayah dusun di tingkat Rukun Tetangga (RT),

    untuk dilakukan pembinaan secara intensif.

    b. Dapat menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi

    langkah dalam keberhasilan menanamkan pendidikan akhlak al Karimah

    dan religiusitas terutama penanaman pada jiwa remaja.

    c. Bagi penulis sendiri, dapat digunakan untuk mengembangkan disiplin ilmu

    yang telah penulis peroleh di fakultas Tarbiyah.

  • 7

    E. Penegasan Istilah

    1. Manajemen

    Dalam bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau

    at-tanzhim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan

    penempatan segala sesuatu pada tempatnya. Sedangkan secara terminologi

    menurut Robert Kritiner mendefinisikan manajemen adalah sebagai suatu

    proses kerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam

    lingkungan yang berubah (Munir dan Wahyu llaihi, 2006: 9-10).

    Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris,

    management, berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya

    manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau

    kelompok dalam upanya-upanya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.

    Ridwan mendefinisikan manajemen adalah proses merencanakan

    mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota

    organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kusnawan, 2009: 7). Dengan kata lain,

    melalui manajemen yang baik, suatu pekerjaan dapat dilalui dengan efektif dan

    efisien. Efektif bermakna sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan yang

    memadai (melakukan hal yang tepat). Sedangkan efisien bermakna untuk

    meminimalkan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi (melakukan

    dengan tepat).

  • 8

    2. Rukun Tetangga

    Rukun Tetangga (RT) adalah pembagian wilayah di Indonesia di

    bawah Rukun Warga. Rukun Tetangga bukanlah termasuk pembagian

    administrasi pemerintahan, dan pembentukannya adalah melalui musyawarah

    masyarakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan

    oleh Desa atau Kelurahan. Rukun Tetangga dipimpin oleh Ketua RT yang

    dipilih oleh warganya. Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah atau KK (kepala

    keluarga). Dalam sistem birokrasi di Indonesia, biasanya RT (Rukun Tetangga)

    berada di bawah RW (Rukun Warga).

    Rukun tetangga merupakan organisasi masyarakat yang diakui dan

    dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai

    kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan

    kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas

    pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan.

    Setiap RT sebanyak-banyaknya terdiri dari 30 KK untuk desa dan sebanyak-

    banyaknya 50 KK untuk kelurahan yang dibentuk (Permendagri No.7/1983

    tentang Pembentukan RT dan RW).

    3. Pembinaan Akhlak Remaja

    Pembinaan dan akhlak Remaja berarti suatu kegiatan yang

    dilaksanakan dalam rangka memperbaiki akhlak Remaja. Pembinaan akhlak

    sendiri merupakan tumpuan perhatian utama dalam ajaran Islam. Hal ini dapat

    dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang telah

    dijelaskan dalam al-Quran, yakni menyempurnakan akhlak mulia.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Wargahttps://id.wikipedia.org/wiki/Administrasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Musyawarahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Desahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kelurahanhttps://id.wikipedia.org/wiki/RWhttps://id.wikipedia.org/wiki/RThttps://id.wikipedia.org/wiki/RW

  • 9

    4. Religiusitas

    Religi : kata religi atau reliji, berasal dari kata religie (Bahasa

    Belanda), atau religion (bahasa Inggris), masuk ke dalam perbendaharaan

    bahasa Indonesia di bawah oleh orang-orang barat (Belanda dan Inggris) yang

    menjajah Indonesia dan Nusantara dengan membawa dan sekaligus

    menyebarkan agama Kristen dan Katholik. Kata religi atau religion itu sendiri

    berasal dari bahasa Latin, yang berasal dari kata relegere atau relegare. Kata

    relegare mempunyai pengertian dasar “berhati-hati”, dan berpegang pada

    norma-norma atau aturan secara ketat. Dalam arti bahwa religi tersebut

    merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus

    dipegangi dan dijaga dengan penuh perhatian, agar jangan sampai menyimpang

    dan lepas.

    F. Sistematika Penulisan

    Penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari beberapa bab

    yang berisi tentang keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti, penulis

    memberikan gambaran sebagai berikut:

    Pada Bab I berisi Pendahuluan, yang memuat: Latar Belakang Masalah,

    Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah dan

    Sistematika Penulisan.

    Pada Bab II Kajian Pustaka, yang pertama berisi Landasan Teori: yang

    memuat definisi Manajemen Rukun Tetangga, Tugas Pokok, Hak Kewajiban

    Manajemen dan Tujuan, Permasalahan yang melatarbelakangi Manajemen,

  • 10

    Definisi Akhlak Remja dan definisi Religiusitas Remaja. Kedua berisi Kajian

    Pustaka (berisi penelitian terdahulu:persamaan dan perbedaanya).

    Pada Bab III Metode Penelitian, pada bab ini berisi, pertama yaitu Jenis

    Penelitian, kedua yaitu Lokasi dan Waktu Penelitian, ketiga yaitu Sumber Data,

    keempat yaitu Prosedur Pengumpulan Data, kelima yaitu Analisis Data dan

    keenam adalah Pengecekan Keabsahan Data.

    Sedangkan Bab IV berisi Paparan dan Analisis Data, Bab V berisi

    Penutup yang mencakup: Kesimpulan dan Saran.

  • 11

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Konsep Manajemen

    1. PengertianManajemen

    Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris,

    management, berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya

    manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau

    kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.Dalam

    bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim,

    yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan

    penempatan segala sesuatu pada tempatnya.

    Robert Kritiner dalam Munir dan Wahyu llaihi (2006: 9-

    10)mendefinisikan manajemen adalah sebagai suatu proses kerja melalui orang

    lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah.

    Sedangkan Ridwan mendefinisikan manajemen adalah proses merencanakan

    mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota

    organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kusnawan, 2009: 7).

    Dengan kata lain, melalui manajemen yang baik, suatu pekerjaan

    dapat dilalui dengan efektif dan efisien. Efektif bermakna sebagai kemampuan

    untuk menentukan tujuan yang memadai (melakukan hal yang

    tepat).Sedangkan efisien bermakna untuk meminimalkan sumber daya dalam

    mencapai tujuan organisasi (melakukan dengan tepat).

  • 12

    Manajemen adalah suatu proses atau kerja, yang melibatkan

    bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

    organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu

    kegiatan, pelaksananya adalah “managing” pengelolaan, sedangkan

    pelaksananya disebut manager atau pengelola (George R. Terry dan Leslie W.

    Rue, 2005: 1).

    2. Fungsi-Fungsi Manajemen

    Fungsi manajemen menurut Wahjosumidjo (2005:82-83), sebagai

    berikut:

    a. Planning : menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu

    masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai

    tujuan-tujuan itu.

    b. Organizing : mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting

    dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

    c. Actuating : adalah merupakan penggerakan anggota kelompok sedemikian

    rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-

    sasaran usaha yang diinginkan. Actuating merupakan fungsi manajemen

    yang secara langsung berusaha merealisasikan programprogram yang telah

    direncanakan dan diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga aktifitasnya

    senantiasa berhubungan dengan masalah kepemimpinan, dan menggerakkan

    sumber daya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

    d. Controling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah

    satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan koreksi sehingga apa yang

  • 13

    sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan

    maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.

    3. Unsur-unsur Manajemen

    Adapun unsur-unsur manajemen menurut Wahjosumidjo (2005:85),

    antara lain:

    a. Manusia

    Manusia yang menjadi pelaku dan ia pulalah yang menetapkan

    tujuan didalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah

    ditetapkan. Jadi faktor manusia adalah mutlak, tidak akan ada manajemen

    tanpa adanya manusia karena manusialah yang merencanakan, melakukan,

    menggunakan dan merasakan hal yang berkaitan dengan manajemen.

    b. Uang

    Uang adalah sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, sangat

    diperlukan untuk mencapai suatutujuan disamping manusianya. Jadi uang

    sangat berpengaruh besar dalam kehidupan manusia ataupun manajemen.

    c. Method (Cara-cara kerja)

    Method adalah cara melaksanakan suatu tujuan guna mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Cara kerja (metode) yang tepat

    sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu

    organisasi, sebab dengan cara yang ditata dengan baik, maka akan

    menghasilkan produk yang baik pula sehingga tujuan tercapai dengan

    efesien dan efektif.

  • 14

    d. Bahan-bahan atau Perlengkap

    Faktor material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat

    melaksanakan tugasnya tanpa didukung oleh kelengkapan alat. Sehingga

    dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh organisasi tertentu perlu disiapkan

    bahan perlengkapan apa yang dibutuhkan.

    B. Rukun Tetangga

    1. Definisi Rukun Tetangga

    Rukun Tetangga (RT) merupakan organisasi terkecil dalam struktur

    pemerintahan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berfungsi

    untuk mengelola kepentingan warga dilingkungannya sekaligus berfungsi

    sebagai kepanjangan tangan Pemerintah daerah setempat. Tidak ada batasan

    jumlah minimal warga yang dapat dikelola oleh RT. Selama masih dapat

    dikoordinasikan dan berjalan dengan efektif dan semua warga sepakat dengan

    batas wilayah kepengurusannya, maka keberadaan RT dapat dianggap sah dan

    diakui oleh Pemerintah daerah setempat.

    Rukun Tetangga berada di bawah Rukun Warga. Rukun tetangga

    bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan

    pembentukannya adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam

    rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh kelurahan serta

    dipimpin oleh Ketua RT.

    2. Tugas Pokok

    Tugas Pokok RTmenurut Wahjosumidjo (2005:88-89) yaitu:

    a. Melancarkan pelayanan masyarakat, dalam hal ini meningkatkan kinerja

    pemerintah tingkat desa atau kelurahan dalam menangani warga.

  • 15

    b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berlandaskan Pancasila dan UUD

    1945.

    c. Memaksimalkan peran serta masyarakat dengan gotongroyong maupun

    swadaya dan kegiatan-kegiatan lainnya.

    d. Mendorong stabilitas nasional dari susunan paling kecil di dalam

    masyarakat dengan menjaga keamanan serta ketertiban wilayah tersebut.

    e. Menjadi sarana penghubung yang paling dekat antara masyarakat dan

    pemerintah dan secara langsung berhubungan dengan masyarakat.

    f. Memberikan informasi dan penjelasan kepada masyarakat atas program

    pemerintah.

    g. Mendukung pelaksanaan program pemerintah dengan mendorong

    masyarakat untuk ikut serta melakukan dukungan dan partisipasi.

    h. Membina warga untuk meningkatkan kualitas hidup dalam wilayah tersebut

    Disamping itu RT memiliki wewenang untuk menjaga keamanan

    lingkungan sekitar, RT juga harus melalukan tugas, fungsi dan hak sebagai

    pengurus, agar lingkungan sekitat bisa aman dan sejahtera dengan adanya RT

    yang melakukan tugasnya dengan baik.Berikut adalah penjelasan mengenai

    tugas, fungsi dan hak pengurus RT dan RWmenurut Wahjosumidjo (2005:90-

    92)yaitu:

    1) Tugas :

    a) Melaksanakan tugas pokok RT dan RW.

    b) Melaksanakan musyawarah serta mengambil keputusan dari musyawarah

    tersebut.

  • 16

    c) Menerima masukan masyarakat serta memprosesnya dengan melakukan

    penyusunan rencana berdasarkan keinginan masyarakat untuk

    selanjutnya diproses apakah layak untuk ditindaklanjuti.

    d) Membina warga setempat agar hidup dalam kekeluargaan.

    e) Membantu dalam pelayanan masyarakat yang menjadi tugas pemerintah

    daerah.

    f) Membuat laporan atas keberlangsungan kehidupan warga yang sekiranya

    perlu dilaporkan.

    g) Membuat laporan atas kegiatan organisasi secara berkala

    2) Fungsi :

    a) Membuat data penduduk akan survey tertentu yang diperlukan sebagai

    arsip desa atau kelurahan.

    b) Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tertentu.

    c) Membuat gagasan berdasarkan aspirasi warga.

    d) Melakukan koordinasi atas masyarakat serta organisasi itu sendiri.

    e) Mengurus fasilitas masyarakat.

    f) Menjamin hubungan antarwarga dan Pemerintah Desa atau Kelurahan.

    3) Hak :

    a) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada kepala desa atau lurah

    berdasarkan musyawarah dan masukan dari warga

    b) Memilih dan dipilih sebagai pengurus.

    c) Memberikan kritik maupun masukan atas keputusan yang dilakukan oleh

    desa atau kelurahan.

  • 17

    3. Tujuan pembentukan RT

    Tujuan pembentukan Rukun Tetanggamenurut Wahjosumidjo

    (2005:94) sebagai berikut :

    a. Melestarikan nilai-nilai budaya gotongroyong di masyarakat.

    b. Memelihara nilai-nilai kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.

    c. Membantu serta meningkatkan kinerja pemerintah di wilayah desa atau

    kelurahan.

    d. Meningkatkan kelancaran pelayanan masyarakat dalam wilayah desa atau

    kelurahan.

    e. Menjadi sarana untuk menunjang kesejahteraan masyarakat dengan

    mengembangkan potensi swadaya masyarakat yang ada.

    4. Syarat Menjadi Pengurus RT

    a. Warga Negara Indonesia dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

    b. Taat kepada UUD 1945 serta Pancasila dan taat kepada negara dan

    pemerintah

    c. Tidak pernah memiliki keterlibatan kepada organisasi terlarang dan

    memiliki perilaku yang baik, jujur, tegas, adil, serta berwibawa

    d. Sehat jasmani dan rohani serta dapat membaca dan menulis

    e. Tidak memiliki permasalahan yang berkaitan dengan lembaga hukum

    f. Telah tinggal dalam wilayah tersebut selama minimal 6 bulan secara

    berkelanjutan

    g. Terdaftar pada KK dan berusia 17 tahun ke atas atau pernah menikah dan

    memenuhi syarat di atas

    h. Ketua dan sekretaris RT bukan merupakan ketua maupun sekretaris RW

  • 18

    5. Permasalahan yang sering terjadi

    a. Pada praktiknya, bisa dilihat bahwa sebenarnya di pedesaan yang terletak

    jauh dari kota besar, fungsi RT maupun RW sebenarnya tidak terlalu

    terlihat. Karena masyarakat akan dengan mudah terhubung langsung

    dengan kepala desa atau lurah.

    b. Namun, untuk kota-kota besar memang peran RT dan RW cukup jelas.

    Untuk membuat SIM, KTP, surat pindah, surat keterangan miskin, dll

    biasanya kita akan memerlukan surat pengantar. Dan surat pengantar

    resmi tersebut memerlukan tanda tangan dari Ketua RT. Bahkan untuk

    membuat surat keterangan berkelakuan baik pun harus memiliki

    pengantar dari RT. Jadi bisa dilihat bahwa ternyata peran dari RT itu

    besar.

    c. Ternyata peran RT dan RW cukup terbatas pada aturan-aturan yang

    mutlak seperti dalam hal pendataan warga, tanda tangan surat-surat

    penting, maupun memberikan informasi jika ada program tertentu yang

    perlu disebarkan kepada masyarakat. Walaupun akhir-akhir ini jika ada

    kegiatan gotongroyong hanya akan disiarkan melalui masjid setempat.

    d. Sayangnya organisasi masyarakat lebih terfokus pada misi-misi tertulis

    dalam peraturan. Apa yang disebut dengan damai dan aman adalah ketika

    masyarakat diam dan tidak terjadi masalah. Namun, tidak ada usaha yang

    dilakukan untuk mencegah adanya permasalahn yang mungkin saja akan

    terjadi di dalam lingkungan tersebut.

    e. Masyarakat masih lebih senang untuk bergosip dan melakukan candaan

    ringan daripada bersikap kritis terhadap kehidupan dan lingkungan hidup

  • 19

    mereka sendiri dan seharusnya RT maupun RW mengerti bahwa hal

    tersebut merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dan ditangani.

    f. RT dan RW melakukan fungsi mereka tanpa mengkaji ulang hal-hal yang

    sekiranya perlu mereka lakukan. Namun, keadaan yang menunjukkan

    realita saat ini semakin kritis. Masyarakat perlu bergerak dan

    memperbaiki diri serta lingkungan hidupnya. Bukan hanya kejahatan tapi

    juga lingkungan.

    g. Banyak sungai yang tercemar dengan sampah rumah tangga, mengapa

    tidak ada tindakan? Jika warga memang terus membandel, teruslah juga

    menjadi anggota lembaga masyarakat yang bandel untuk melawan

    mereka. Terus berikan masukan dan pengarahan kepada masyarakat agar

    menjaga lingkungan hidupnya, bukan untuk orang lain tapi untuk diri

    mereka sendiri dan orang-orang yang mereka sayangi.

    h. Jika ada program tertentu, berikan penyuluhan. Jika pemerintah memiliki

    program relokasi warga di perumahan kumuh misalnya, berikan

    informasi yang jelas agar warga bisa meningkatkan kualitas hidupnya.

    i. Jika banyak warga kota yang tinggal secara ilegal tanpa KTP, berikan

    informasi kepada mereka bahwa RT mauun RW bersedia membantu

    mereka. Menunjukkan kepada warga bahwa mereka diberikan

    kemudahan dan fasilitas oleh negara adalah apa yang seharusnya

    dilakukan oleh RT.

  • 20

    4. Pembinaan Remaja

    Pembinaan Akhlak dan budi pekerti bagi anak-anak remaja sangat

    penting diterapkan di sekolah, . karena adanya pelajaran Akhlak dan Budi

    pekerti yang di praktikan di sekolah dapat merubah perilaku yang lebih baik

    bagi anak-anak remaja. Berikut sikap dan perbuatan remaja menurut

    Wahjosumidjo (2005:99)yang perlu pembinaan untuk kehidupan yang lebih

    baik di antaranya:

    a. Kejujuran

    Kejujuran merupakan kunci keselamatan bagi anak-anak remaja,

    karena dengan kejujurannya berterus terang kepada kedua orang tuanya

    dalam hal pergaulannya sehingga orangtuanya dengan mudah dapat

    memonitoring kegiatan anaknya dalam pergaulannya dengan anak-anak

    remaja lainnya, apakah anaknya bergaul dilingkungan anak-anak remaja

    yang baik ataukah tidak.

    Oleh sebab itu Kejujuran adalah merupakan suatu hal yang

    sangat penting diterapkan kepada anak remaja semasa sekolah, yaitu

    kejujuran terhadap kedua orangtuanya dan kejujurannya terhadap guru di

    sekolahnya,. Karena dengan Kejujurannya dapat menentukan kehidupan

    yang lebih baik, baik dalam pergaulan dengan anak-anak remaja seusiannya

    maupun dengan yang lainnya., sehingga dapat terhindar dari pergaulan

    bebas yang menyalahgunakan narkotika, dan lain-lain.

    Mengapa anak-anak remaja sampai terjadi menjadi pecandu

    narkotika dan ikut-ikutan Geng antar remaja. Hal ini karena akibat dari

    ketidak jujuran anak remaja tersebut kepada kedua orangtuanya, sehingga

  • 21

    setiap kali keluar rumah anak remaja tersebut selalu berbohong kepada

    kedua orangtuianya, tanpa menyebuitkan dengan jelas kemana arah dan

    tujuannya dalam pergaulannya selama di luar rumah.

    b. Sopan Santun

    Sopan santundalam ucapan dan sopan santun dalam perbuatan,

    Etika pergaulan yaitu sopan santun dengan sopan santun seseorang

    terlihat bersikap ramah dan tidak sombong.

    Bagaimana tata cara sopan santun bagi murid di sekolah, apakah

    diterapkan sebagai pelajaran di sekolah? karena Praktek Etika pergaulan dan

    sikap sopan santun sangat penting diajarkan kepada semua murid

    bagaimanana berlaku sikap murid terhadap kedua orang tuanya dan terhadap

    guru-guru di sekolahnya. Hal ini perlu diajarkan pada setiap siswa & siswi

    bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan yang sopan terhadap kedua

    orang tuanya dan berlaku santun dalam berkata-kata merupakan inilah ciri

    kepribadiaannya yang baik, karena selama ini banyak anak-anak remaja

    kalau orang tuanya bertanya, sang anak menjawab” seenaknya saja

    “Mama tidak perlu tau urusan anak remaja! ” kita-kata kasar anak terhadap

    orangtuanya, karena tidak ada praktek berkata-kata yang sopan dan santun

    di sekolah.

    Penerapan system kejujuran dan pembinaan akhlak kepada semua

    siswa dan siswi di sekolah merupakan landasan kehidupan masa depan

    anak-anak remaja karena sangat berrguna bagi kemajuan bangsa dan negara.

    c. Bicara dengan benar dan baik

  • 22

    Seorang remaja harus berbicara dengan akal sehat, harus bicara

    dengan benar dan bijaksana. Banyak berzikir dan berdoa lebih diutamakan

    daripada membicarakan keburukan orang lain.

    d. Pandai menggunakan waktu

    Seorang remaja pantang membuang waktu untuk bermain dan

    melakukkan hal yang tak berguna. Seorang remaja lebih baik menggunakan

    waktunya untuk beribadah, membaca Al-Qur’an dan mengaji, daripada

    nongkrong, nonton film atau begadang.

    e. Jangan banyak melamun dan berkhayal

    Remaja yang kuat adalah selalu ingat akhirat dan bekerja keras.

    Sebaliknya, muslim yang lemah adalah yang hanyut karena nafsu dan suka

    berkhayal.

    f. Memilih teman bergaul yang baik

    Seorang remaja hendaknya memilih teman yang baik akhlaknya,

    berbudi luhur, taat pada ajaran Islam, meskipun dari keluarga miskin dan

    bukan atas dasar kekayaan.

    g. Menuntut ilmu sebagai ibadah

    Dalam menuntut ilmu hendaknya jangan bertujuan untuk mencari

    uang atau kedudukan atau agar kelak di kemudian hari menjadi orang kaya

    dan terkenal seperti mendapatkan pujian orang karena memiliki berbagai

    titel. Mencari ilmu hendaknya menjadikan tujuan menuntut ilmu sebagai

    ibadah.

    h. Banyak membaca buku ilmu agama

  • 23

    Seorang remaja hendaknya memilih bacaan yang baik dan

    bermanfaat. Jangan terlalu banyak berhayal dengan membaca komik, novel

    percintaan yang tidak bermutu, karena akan menyebabkan otak kita akan

    penuh dengan angan-angan karena dijejali dengan cerita bohongan dan

    maksiat. Bacalah buku-buku Islam yang bermutu, majalah-majalah Islam,

    dan biasakan juga membaca hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. dari

    semenjak muda. Pandai dalam ilmu agama berarti merintis jalan terbaik

    menuju surga.

    C. Remaja dan Religiusitas

    1. Remaja

    a. Pengertian Remaja

    Dalam membahas pengertian tentang remaja, para ahli mempunyai

    asumsi dan pandangan yang berbeda beda. Hal ini tentu saja dipengaruhi

    oleh latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu yang bebas dan mereka

    alami, walaupun pada sisi tertentu memiliki kesamaan.

    Menurut Zakiyah Daradjat mendefinisikan remaja adalah tahap

    umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh

    pertumbuhan fisik cepat (Daradjat, 1995:8).

    Orang barat menyebut remaja dengan istilah “puber”, sedangkan

    orang Amerika menyebutnya “adolesensi”. Keduanya merupakan transisi

    dari masa anak-anak menjadi dewasa. Bila ditinjau dari segi perkembangan

    biologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai 21

    tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika

  • 24

    ia mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa disadarinya keluar sperma

    (Zulkifli, 1989:63).

    Ditinjau dari sudut perkembangan fisik, remaja dikenal sebagai

    suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia

    mencapai kematangannya (Hartono, 1999:53).

    Jadi yang dimaksud masa remaja adalah suatu tingkatan yang

    ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa dengan

    perubahan-perubahan perkembangan baik fisik maupun psikis yang

    berlangsung antara 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun.

    b. Remaja dan Permasalahannya

    Berbicara mengenai problem atau persoalan remaja bertitik tolak

    dari pendapat Zakiyah Daradjat yang membagi persoalan remaja menurut

    larangannya kepada empat macam yaitu:

    1) Persoalan dengan dirinya.

    2) Persoalan dengan keluarganya.

    3) Persoalan dengan pekerjaannya.

    4) Persoalan dengan masyarakat (Daradjat, 1983:11).

    Adapun persoalan dengan dirinya sendiri, kita bisa mendapatinya

    kadang-kadang tampak gembira, kadang-kadang kelihatan murung, kadang

    kala ia berfikir tentang lingkungan secara luas dan kadang pula dengan

    pikiran sempit. Remaja sedang mengalami perubahan jasmani, mental dan

    perasaan. Perubahan tersebut terjadi dengan kecepatan yang tidak sama,

    terganggulah keseimbangannya dan kadang-kadang gejolak jiwanya reda-

    reda diam.

  • 25

    Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam

    perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain misalnya rasa

    ketergantungan kepada orang tua belum dapat dihindari. Mereka tidak ingin

    orang tua banyak campur tangan dalam urusan pribadinya.

    Di antara sebab atau sumber kegoncangan emosi pada remaja

    adalah konflik atau pertentangan yang terjadi dalam kehidupan, baik yang

    terjadi dalam dirinya sendiri maupun yang terjadi dalam masyarakat umum

    atau di sekolah. Di antara sumber kegelisahan remaja yang penting pula

    adalah tampak adanya perpedaan antara nilai ke nilai moral dan kelakuan

    orang-orang dalam kenyataan hidup. Misalnya ia mendapat didikan bahwa

    berdusta itu tidak baik, tapi ia melihat banyak orang yang berdusta dalam

    pergaulan hidup ini ( Daradjat, 1983:41).

    Berbagai konflik yang dialami oleh remaja menurut Zakiyah

    Daradjat adalah :

    1) Konflik antara kebutuhn untuk pengendalian diri dan kebutuhan untuk

    bebas, dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan

    penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya.

    2) Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan

    ketergantungan kepada orang tua.

    3) Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial.

    4) Konflik antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja

    ketika ia kecil dulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang

    dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.

    5) Konflik menghadapi masa depan ( Daradjat, 1983:60).

  • 26

    Masalah-masalah dan transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak

    menuju masa dewasa yang sebelumnya didahului oleh berbagai peristiwa

    dan perkembangan dan perubahan, baik dari segi fisik maupun psikisnya.

    c. Perlunya Pembinaan Remaja

    Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (indistrialisasi dan

    modernisasi) menyebabkan masyarakat berubah pula terutama remaja,

    kerusakan yang ditimbulkannya tidak sedikit, sehingga moral pada remaja,

    moral orang dewasa bahkan moral anak telah di rusaknya, terutama bagi

    mereka yang kurang mendapat pendidikan agama sejak kecil.

    Serangan dan wabah kerusakan moral yang masuk bersama

    kebudayaan asing yang bertentangan dengan pancasila itu mudah

    menyerang dan menimpa masyarakat kita yang memang sudah mengalami

    goncangan jiwa dan kehilangan ketentraman batin.

    Pertama yang menjadi korbannya adalah para remaja, yang dalam

    diri mereka sedang berkecamuk segala persoalan dan pertentangan batin,

    yang tumbuh akibat pertumbuhan dirinya yang mengalami perubahan dari

    segi disertai pula kegoncangan yang sangat berat itu mencari saluran untuk

    mendapatkan tempat untuk menumpahkan kegelisahan dan ketegangan

    batin. Setelah ketegangan yang bersifat semantara itu mereka rasakan,

    mereka akhirnya akan bertambah gelisah dan goncang, lalu mencari sasaran

    yang lebih hebat lagi demikian seterusnya sampai akhirnya sengsara batin.

    Menghadapi perilaku remaja yang cenderung untuk mencoba-coba

    terhadap hal-hal yang baru tanpa adanya pemikiran dan penghayatan yang

  • 27

    mendalam maka perlu sekali diadakan pengawasan, pengarahan terhadap

    remaja. Prinsip dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah

    melalui lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

    Dalam usaha pembinaan remaja ini menurut Zakiyah Daradjat

    harus dimulai dari keluarga yaitu pembinaan ketentraman batin, dalam hal

    ini dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain :

    1) Orang tua bisa menjaga kebutuhan dan ketentraman keluarganya.

    2) Orang tua bisa membimbing sejak kecil.

    3) Seorang guru ikut serta membimbing dalam pembinaan mental.

    4) Suasana masyarakat dapat mendukung perkembangan agama (Daradjat,

    1982:47.

    Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa dalam rangka pembinaan

    remaja ini langkah awal mencegah terhadap perbuatan-perbuatan mungkar,

    dalam usaha ini menggunakan beberapa cara antara lain :

    1) Tindakan preventif, segala tindakan yang bertujuan untuk mencegah

    timbulnya kenakalan.

    2) Tindakan represif, tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan

    remaja.

    3) Tindakan kuratif dan rehabilitatif yaitu usaha untuk memperbaiki akibat

    perbuatan nakal terutama individu yang telah melakukan perbuatan

    tersebut (Gunarsa, 1991:161).

    Sedangkan sistem pendekatannya yaitu :

    1) Pendekatan secara langsung yaitu diberikan secara langsung kepada

    pribadi remaja itu sendiri.

  • 28

    2) Memberikan pendidikan bukan hanya pengetahuan saja, tatapi harus

    meliputi pendidikan mental pribadi melalui pengajaran agama.

    3) Menyediakan sering-sering guna menciptakan suasana optimal dari

    perkembangan pribadi melalui pengajaran agama.

    4) Usaha memperbaiki lingkungan sekitar, sosial, keluarga, masyarakat,

    dimana banyak terjadi kenakalan remaja (Gunarsa, 1991:162).

    d. Fungsi Agama bagi Remaja

    Pada pokoknya remaja itu sangat membutuhkan agama dalam

    hidupnya, terutama untuk menghadapi kegoncangan jiwanya yang terjadi

    akibat perkembangan dan berbagai faktor yang harus mereka hadapi dalam

    umur yang sangat banyak dihadapkan kepada berbagai tantangan itu

    (Daradjat, 1982:81). Mereka sangat membutuhkan agama karena agama

    mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu untuk penenang jiwa dan

    untuk mengembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwanya.

    Memang sangatlah tepat kalau remaja yang mengalami

    kegoncangan itu berpegang teguh kepada agama sebagai pedoman dalam

    hidupnya, kerena dengan begitu akan dapat mengatasi kegoncangan yang

    dialaminya, timbullah kesadaran akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa

    berkehendak dan berkuasa atas segala sesuatu, sehingga akan terciptalah

    anak muda yang berpribadi ikhlas dalam berbuat dan berakhlak mulia.

    2. Akhlak dan Religiusitas

    a. Pengertian Akhlak

    Dalam kehidupan sehari-hari, istilah akhlak ini sering disamakan

    pengertiannya dengan kata budi pekerti, sopan santun, moral dan kesusilaan.

  • 29

    Bila dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak (bahasa Arab)

    adalah bentuk jamak dari kata khulk dalam kamus al-Munjid berarti budi

    pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Asmaran As, 1994:1).

    Sedang Ahmad Amir mengatakan bahwa akhlaq ialah kebiasaan

    kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu,

    maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu

    dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan (Asmaran

    As, 1994:1).

    Artinya sebuah perbuatan itu dilakukan secara sadar, tidak terpaksa

    dan berulangkali sehingga perbuatan itu telah mapan dan mudah

    mengerjakannya tanpa pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.

    Jadi khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat

    yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ

    timbul berbagai macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa

    memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Apabila kondisi

    jiwa (sifat) tadi menimbulkan perbautan baik dan terpuji menurut

    pandangan syariat dan akal pikiran, maka disebutlah budi pekerti yang

    tercela (Asmaran As, 1994:3).

    b. Macam-macam Akhlak

    Berdasarkan baik dan buruknya perbuatan yang dilahirkan oleh

    sifat atau kondisi jiwa menurut pandangan syari’at dan akal pikiran tersebut.

    Maka akhlakpun ada 2 macam yaitu :

    1) Akhlak yang terpuji

    Yang termasuk dalam akhlak yang terpuji ini antara lain :

  • 30

    a) Maaf, kata maaf berasal dari bahasa Arab, yaitu al-afw. Al-afw

    sebagai istilah ajaran akhlak dalam Islam berarti bahwa seseorang

    menghapus kesalahan atau membatalkan melakukan pembalasan

    terhadap orang yang berbuat jahat atas dirinya ( Asmaran As,

    1994:213).

    b) Tawakkal atau tawakkul (bahasa Arab) berasal dari kata kerja (fi’il)

    W-K-L, yang berarti mewakilkan atau menyerahkan. Jika dilihat dari

    segi istilah, tawakkal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah

    dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti

    akibat dari suatu keadaan. Imam Ghozali merumuskan definisi

    tawakkal itu sebagai berikut : “tawakkal ialah menyandarkan kepada

    Allah Subhanahu Wata’ala tatkala menghadapi suatu kepentingan,

    bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala

    ditimpa bencana, dengan jiwa yang terang dan hati tentram ( Asmaran

    As, 1994:223).

    c) Sabar, secara etimologi sabar berarti teguh hati tanpa mengeluh

    ditimpa bencana. Yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian

    Islam ialah tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan ridho

    dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah ( Asmaran As, 1994:228).

    d) Merasa cukup (Qonaah) artinya suka menerima apa yang ada,

    maksudnya rela dengan pemberian yang telah dianugerahkan Allah

    SWT kepada dirinya, karena merasa bahwa memang itulah yang

    sudah menjadi pembagiannya ( Asmaran As, 1994:233).

  • 31

    e) Dan masih banyak lagi akhlak terpuji ini, seperti: bersyukur, jujur,

    amanah, at-taubah, asy-syaja’ah dan sebagainya.

    2) Akhlak yang tercela

    Yang termasuk akhlak yang tercela ini antara lain :

    a) Dengki (hasad) yaitu menginginkan orang lain kehilangan sesuatu

    yang baik (Kamil, 1988:133).

    b) Dendam (hiqd) yaitu keadaan jiwa di mana rasa permusuhan seorang

    pemarah mencekam kukuh dalam jiwanya (Kamil, 1988:136).

    c) Kesombongan yaitu keadaan jiwa yang memandang tinggi diri sendiri

    (izza) dan rasa diri hebat (ta‟azhushum)(Kamil, 1988:154).

    d) Dan masih ada lagi seperti riya’, bakhil, laba, bohong, amarah, kianat

    dan sebagainya.

    c. Materi Akhlak

    Yang dimaksud dengan materi akhlak disini adalah isi dari ajaran

    akhlak itu sendiri. Pada pokoknya materi akhlak itu adalah meliputi akhlak

    terpuji yang harus dimiliki dan akhlak yang tercela yang harus dijauhi dalam

    hubungannya kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia dan makhluk lain

    atau alam sekitar. Dan dalam pembahasan ini hanya mengenai akhklak

    manusia terhadap Allah dan sesama manusia.

    1) Akhlak manusia terhadap Allah

    Manusia sebagai makhluk Allah memiliki tugas dan kewajiban

    untuk beriman kepada-Nya dan sebagai kesempurnaan iman yaitu dengan

    merealisasikannya dalam bentuk amal (taqwa). Yang dimaksud disini

    adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sifat-sifat

  • 32

    yang merupakan manifestasi iman dan taqwa itu antara lain adalah

    syukur atas nikmat yang Allah berikan dan sabar atas bencana yang Allah

    timpakan (Kamil, 1988:16).

    Ikhlas dalam setiap perbuatan, mohon ampun pada-Nya atas

    segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, baik lahir maupun batin,

    selalu bertawakal atas segala doa dan usaha yang telah dilakukan. Dan

    dengan kekuatan iman inilah sesungguhnya manusia mampu menghadapi

    segala persoalan hidup dengan akhlak yang mulia, tidak mudah

    terpancing oleh hal-hal yang tidak baik.

    2) Akhlak terhadap sesama manusia

    Mengenai akhlak manusia terhadap sesama manusia ini,

    meliputi akhlak kepada kedua orang tua, guru, saudara, teman, tetangga

    dan anak yatim serta fakir miskin. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai

    berikut:

    a) Akhlak terhadap kedua orang tua

    Islam telah mewajibkan kepada umatnya untuk berbakti

    kepada kedua orang tua. Adapun cara berbakti kepada kedua orang tua

    tersebut di antaranya adalah :

    (1) Mematuhi ibu bapak dalam setiap perilakunya kecuali jika anak

    diperintahkan berbuat maksiat, ini tidak perlu dipatuhi.

    (2) Banyak mendoakan dan meminta ampun bagi mereka.

    (3) Tidak boleh keluar rumah jika mereka tidak mengizinkan.

    (4) Segera mengindahkan panggilan mereka jika mereka

    memanggilnya.

  • 33

    (5) Mendoakan mereka lebih-lebih setelah mereka wafat. Banyak

    mengulang firman Allah “Ya Allah, kasihinilah mereka

    sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil” (Ulwan,

    1992:49).

    b) Akhlak terhadap guru

    Guru adalah orang yang sangat berjasa bagi umat manusia di

    muka bumi ini, karena lewat gurulah manusia mengetahui rahasia-

    rahasia alam (ilmu pengetahuan), maka Nabi SAW berwasiat agar

    siswa itu memiliki adab terhadap gurunya antara lain sebagai berikut :

    (1) Seorang murid hendaknya bersikap tawadhuk (rendah hati)

    kepada gurunya.

    (2) Seorang murid hendaknya memandang gurunya dengan penuh

    hormat.

    (3) Seorang murid hendaknya duduk di depan gurunya dengan

    sopan, tenang, merendah diri dan hormat, mendengarkan,

    memperlihatkan dan menerimanya tanpa menoleh kesana-kemari

    kecuali jika perlu, tidak gelisah karena mendengar kegaduhan,

    terutama saat guru mengajar (Ulwan, 1992:71-74).

    c) Akhlak terhadap saudara

    Yang dimaksud saudara di sini adalah saudara kandung.

    Terhadap saudara kandung hendaklah memiliki sifat mencintai

    mereka sehingga dapat berbuat lembut dan baik kepada mereka,

    menghormati yang lebih dewasa, menyayangi yang lebih kecil,

  • 34

    ikut merasakan duka cita mereka, serta siap memberikan

    pertolongan dan bantuan (Ulwan, 1992:51).

    d) Akhlak terhadap teman

    Yang dimaksud teman di sini adalah saudara muslim yang

    kita sering bergaul dengannya. Islam telah mengajarkan tata cara dan

    kewajiban terhadap sesama teman, yaitu antara lain :

    (1) Mengucapkan salam jika ketemu

    (2) Menjenguk jika teman sakit

    (3) Mendoakan jika bersin, dengan “Alhamdulillah” (orang yang

    bersin) dan mendengar “Yarhamukallah” serta“Yahdikumullah”

    bagi yang bersin.

    (4) Memenuhi undangannya, jika saudara kita (teman) memberi

    undangan untuk menghadiri hajatnya maka kita wajib

    menghadirinya.

    e) Akhlak terhadap tetangga

    Yang dimaksud tetangga disini adalah orang yang hidup

    dalam lingkungan kita atau yang lebih luas lagi, sering kita sebut

    masyarakat. Dalam hal ini ada beberapa kewajiban yang harus

    diperhatikan oleh masing-masing, antara lain :

    (1) Menunjukkan wajah yang jernih terhadap mereka.

    (2) Tidak menyakiti mereka, baik yang lesan maupun perbuatan.

    (3) Menghormati dan tenggang rasa terhadap mereka.

    (4) Memberi pertolongan apabila mereka membutuhkan.

  • 35

    f) Akhlak terhadap fakir miskin dan anak yatim piatu

    Terhadap fakir miskin dan anak yatim piatu hendaklah bersikap :

    (1) Menyayangi dan menghormati mereka

    (2) Memberi bantuan kepada mereka

    d. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak

    1) Dasar pembinaan akhlak

    Sebagai dasar pembinaan akhlak ini adalah al-Qur’an dan al-

    Hadits. Dalam surat Ali Imron Ayat 104 yang berbunyi :

    Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat

    yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah

    dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”

    (Departemen Agama, 1989:93).

    2) Tujuan Pembinaan Akhlak

    Karena pembinaan mengandung unsur pendidikan, sedang

    akhlak (budi pekerti) adalah jiwa dari pendidikan Islam, maka tujuan

    pembianaan akhlak sama dengan tujuan pendidikan Islam yaitu

    pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup mengahasilkan

    orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun wanita, jiwa yang bersih,

    kemaauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu

    arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, tahu

    membedakan buruk dengan baik, memilih suatu fadhilah karena cinta

    fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan

    dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.

  • 36

    e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak

    Untuk tercapainya pembinaan akhlak ini, ada 2 faktor yang

    mempengaruhi, yaitu pertama faktor dari dalam diri manusia itu sendiri,

    maksudnya adalah adanya kemauan menahan diri (mujahadah) dan melatih

    diri (riyadhah), yakni bersusah payah melakukan amal perbuatan yang

    bersumberkan akhlak yang baik, sehingga menjadi kebiasaan dan sesuatu

    yang menyenangkan (Kamil, 1988:93).

    Dan yang kedua adalah faktor dari luar diri manusia tersebut.Ada 4

    lingkungan yaitu lingkungan keluarga, Madrasah (sekolah), masyarakat

    (mujtama‟) dan masjid (maqomulibadah), yang keempat lignkungan

    pendidikan inididi dalam konsep pendidikan Islam biasanya disebut dengan

    istilah “catur pusat pendidikan Islam”

    1) Lingkungan Keluarga

    Para ahli ilmu pendidikan Islam sepakat mengakui bahwa

    lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan

    anak didik. Maka sudah semestinyalah setiap keluarga muslim berusaha

    untuk menciptakan lingkungan keluarganya masing-masing menjadi

    lingkungan yang paedagogisreligius, lingkungan yang penuh nilai-nilai

    pendidikan dan keagamaan yang indah.

    2) Lingkungan Madrasah (sekolah)

    Lingkungan madrasah (sekolah) menjadi sangat besar

    pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak didik, karena memang

    sekolah dibuat dalam rangka untuk mempengaruhi anak didik. Oleh

  • 37

    karena itu, maka menjadi kewajiban umat Islam untuk menyelenggarakan

    sekolah yang Islami.

    3) Lingkungan Masyarakat (Mujtama‟)

    Lingkungan masyarakat besar pula pengaruhnya terhadap

    perkembangan anak didik, karena dalam kenyataannya, lebih-lebih

    setelah anak memasuki Murahiq (remaja), anak akan menghabiskan

    sebagaian besar waktunya utnuk berada di lingkungan masyarakatnya.

    Oleh karena itu menjadi tugas para orang tua dan pendidik untuk

    memulihkan teman-teman pergaulan anak-anaknya dengan teman-teman

    yang baik budi pekertinya, dan menjauhkan mereka bergaul dengan

    teman-teman yang buruk budi pekertinya.

    4) Lingkungan Masjid (MaqamulIbadah)

    Berdasarkan sunah Rasulullah, masjid bukanlah hanya sekedar

    pusat aktifitas peribadahan hanya sekedar pusat aktifitas peribadahan

    didalam Islam tapi juga sebagai pusat sosial dan budaya, serta aktifitas-

    aktifitas umat Islam lainnya. Walaupun saat ini terlihat ada pengurangan

    fungsi masjid, namun msih tetap sebagai pusat berbagai aktifitas umat

    Islam. Dan tidak mungkin umat Islam dalam hidup kesehariannya dapat

    terlepas dari masjid dan tempat-tempat iabadah lainnya (Tauhied,

    1990:130-136).

  • 38

    3. Religiusitas

    a. Definisi Religiusitas

    Menurut Harun Nasution dalam Jalaluddin, pengertian agama

    berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi, (relegere, religare), dan agama.

    Al–din (Semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa

    Arab, kata ini mempunyai arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,

    balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau relegere berarti

    mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun

    kata agama terdiri dari a = tidak, gam = pergi yang mengandung arti tidak

    pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun (Jalaluddin, 2005:12).

    Dengan demikian, makna yang terdapat dalam istilah-istilah diatas

    bahwa pada umumnya agama itu mempunyai aturan-aturan dan kewajiban-

    kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua orang yang

    memeluk agama tersebut. Dimana kesemuanya itu berfungsi untuk mengikat

    seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

    Menurut R.H. Thouless dalam Daradjat, agama ialah proses

    hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya,bahwa

    sesuatu lebih tinggi daripada manusia (Daradjat, 1991:56). Jadi, agama yaitu

    hubungan antara makhluk dengan Tuhan yang berwujud ibadah yang

    dilaksanakan dalam bentuk sikap sehari-hari.

    Dari istilah agama maka muncullah istilah religiusitas. Anshori

    membedakan antara agama atau religi dengan religiusitas. Jika agama

    menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan

    kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati

  • 39

    oleh seseorang dalam hati. Dister juga berpendapat senada dengan Anshori,

    yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya

    internalisasi agama ke dalam diri seseorang. Selain itu, Monks dkk. juga

    memaknai keberagamaan itu sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari

    manusia kepada Yang Maha Kuasa dimana itu memberikan rasa aman

    (Risnawita S, 2014:169). Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan

    kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya.

    Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang

    dimaksud dengan tingkat religiusitas adalah kadar atau tingkat pengabdian

    seseorang terhadap agama yang diyakini dan dianutnya, dalam hal ini yaitu

    agama Islam.

    b. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

    Robert H. Thouless mengemukakan beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi perkembangan sikap religiusitas seseorang, yaitu:

    1) Pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial).

    2) Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan atau

    religiusitas seseorang terutama pengalaman keindahan dan kebaikan di

    dunia lain (faktor alami), konflik moral (faktor moral) dan pengalaman

    emosional keagamaan (faktor efektif).

    3) Faktor-faktor yang sebagian atau seluruhnya timbul dari kebutuhan yang

    tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih,

    harga diri dan ancaman kematian.

    4) Faktor intelektual yaitu berbagai proses pemikiran verbal (Thouless,

    2000:34).

  • 40

    c. Fungsi Religiusitas

    Nico Syukur Dister mengemukakan empat fungsi (emosional-

    efektif, sosio-moral, intelektual-kognitif dan psikologis) dari religiusitas,

    yaitu:

    1) Untuk mengatasi frustasi

    Ketika seseorang mengalami frustasi maka dia akan mencoba

    mengatasinya dengan mengesampingkan kebutuhan atau keinginannya

    akan hal yang bersifat keduniawian kepada Tuhan.

    2) Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat

    Dimana dalam sebuah agama itu terdapat norma-norma yang

    mengatur kehidupan manusia, sehingga dengan adanya religiusitas maka

    kehidupan masyarakat akan baik dan tertib.

    3) Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu

    4) Untuk mengatasi ketakutan

    Setiap manusia yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan

    selalu berada didekatnya maka kecemasan dan ketakutan yang tidak

    beralasan akan dapat hilang (Dister, 1992:74).

    d. Dimensi Religiusitas

    Hurlock dalam M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S mengatakan

    bahwa religi terdiri dari dua unsur yaitu keyakinan terhadap ajaran agama

    dan pelaksanaan akan ajaran agama. Glock dan Stark membagi dimensi

    religiusitas menjadi lima dimensi. Dimana pendapat Glock dan Stark

    tersebut sesuai dengan lima aspek agama Islam tentang aspek-aspek

    religiusitas.

  • 41

    1) Dimensi keyakinan

    Menunjukkan tingkatan sejauh mana keyakinan seorang muslim

    terhadap kebenaran ajaran agamanya. Seperti keyakinan tentang Allah,

    adanya malaikat, surga, para Nabi, dan sebagainya.

    2) Dimensi praktik agama atau peribadatan

    Menunjukkan tingkat kepatuhan muslim dalam melaksanakan

    kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Seperti menunaikan shalat,

    zakat, puasa, haji, dan sebagainya.

    3) Dimensi feeling atau penghayatan

    Dimensi penghayatan yaitu menunjukkan perasaan keagamaan

    yang pernah dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan,

    tentram saat berdoa, tersentuh ketika mendengar ayat kitab suci, merasa

    takut ketika berbuat dosa, merasa senang doanya dikabulkan, dan

    sebagainya.

    4) Dimensi pengetahuan agama

    Menunjukkan seberapa jauh tingkat pengetahuan dan

    pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada

    dalam Al-Qur’an, hadits, pengetahuan fikih, dan sebagainya.

    5) Dimensi pengamalan

    Menunjukkan sejauh mana implikasi atau pengaruh ajaran

    agamanya terhadap perilaku seorang muslim dalam kehidupan sehari-

    hari. Hal ini menyangkut tentang hubungan dengan sesama manusia dan

    hubungan dengan lingkungannya (Risnawita S, 2014:169).

    e. Kriteria orang yang mampu menerapkan aspek religiusitas

  • 42

    1) Kemampuan Melakukan Differensiasi

    Artinya kemampuan dengan baik dimaksudkan sebagai individu

    dalam bersikap dan berperilaku terhadap agama secara obyektif, kritis,

    berfikir secara terbuka. Individu yang memiliki sikap religiusitas tinggi

    yang mampu melakukan diferensiasi, akan mampu menempatkan aspek

    rasional sebagai salah satu bagian dari kehidupan beragamanya, sehingga

    pemikiran tentang agama menjadi lebih kompleks dan realistis.

    2) Berkarakter Dinamis

    Apabila individu telah berkarakter dinamis, agama telah mampu

    mengontrol dan mengarahkan motif-motif dan aktivitisnya. Aktivitas

    keagamaan semuanya dilakukan demi kepentingan agama itu sendiri.

    3) Integral

    Keberagaman yang matang akan mampu mengintegrasikan

    atau menyatukan sisi religiusitasnya dengan segenap aspek kehidupan

    termasuk sosial, ekonomi.

    4) Sikap Berimbang Antara Kesenangan Dunia Tanpa Melupakan Akhirat

    Seorang yang memiliki sikap religiusitas tinggi akan mampu

    menempatkan diri antara batas kecukupan dan batas kelebihan. Sikap

    religiusitas dalam hal perilaku konsumtif berdasarkan kepada akhlak

    seseorang. Akhlak dan rasional menempati posisi puncak yang menjadi

    tumpuan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.

  • 43

    D. Kajian Pustaka

    Kajian pustaka disini adalah hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan

    sebelumnya yang mempunyai tema dan tujuan yang hampir sama dengan

    penelitian ini. Maka dari itu, ada beberapa kajian yang telah dilakukan oleh

    peneliti yang lain, yang relevan dengan penelitian ini dengan segala kemampuan,

    penulis berusaha menelusuri dan menelaah beberapa hasil kajian pustaka yang di

    dapat dari beberapa skripsi yaitu:

    1. Skripsi Darmi (2012) berjudul, Korelasi Religiusitas Remaja Dengan Perilaku

    Sosial Di Masyarakat Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon,

    Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun 2012. Hasil penelitian ini

    menunjukkan bahwa (1) religiusitas remaja di Kelurahan Ngempon masuk

    dalam kategori sedang, (2) perilaku sosial di kelurahan Ngempon masuk dalam

    kategori tinggi, (3) Ada korelasi antara religiusitas remaja dengan perilaku

    sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon.

    Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian secara kuantitatif untuk

    Korelasi religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan

    perindustrian Kelurahan Ngempon, Kec. Bergas, Kab. Semarang terbukti

    bahwa r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan (0,444) lebih besar

    dari nilai r table 5% (0,297) dan 1% (0,361) atau dapat dikatakan 0,297

    0,361.

    Persamaan skripsi Darmi (2012) dengan penelitian ini adalah

    kegiatan yang Religiusitas oleh Remaja berpengaruh dengan tindakan atau

    sikap remaja dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan perbedaannya terletak

    pada tujuan, dari skripsi Darmi (2012) adalah korelasi antara religiusitas

  • 44

    remaja dengan perilaku sosial di masyarakat. Pada penelitian ini adalah

    Manajemen Rukun Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja.

    2. Skripsi Sabariyah (2012) berjudul, Model Pembinaan Oran gtua Pada Akhlak

    Remaja di Desalebak, Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2012. Hasil

    penelitian menunjukkan semakin intensif orang tua dalam membina anak,

    maka akhlak yang diharapkan orang tua akan sesuai harapan yaitu mengikuti

    ajaran Agama Islam.

    Persamaan skripsi Sabariyah (2012) dengan penelitian ini adalah

    tujuan penelitian yaitu pembinaan Akhlak Remaja. Sedangkan perbedaannya

    terletak pada variabel pertama, dari skripsi Sabariyah (2012) adalah Model

    Pembinaan Oran gtua, sedangkan pada penelitian ini adalah Manajemen Rukun

    Tetangga dalam Membina Akhlak Remaja.

    3. Skripsi Diah Ayu Sita Resmi (2018) berjudul, Implementasi Pendidikan

    Karakter berbasis Nilai-nilai Religiusitas melalui Ekstrakurikuler Keagamaan

    Islam di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun 2017. Hasil penelitian

    dapatdiketahuibahwa, Implementasi Pendidikan Karakter berbasis Nilai-nilai

    Religiusitas melalui Ekstrakurikuler Keagamaan Islam di SMP Negeri 3

    Salatiga Tahun 2017, dapat di praktikkan di lingkungan sekolah, masyarakat

    maupun dalam kehidupan sehari-hari. Konsep pendidikan karakter berbasis

    nilai-nilai Religiusitas di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun 2017 adalah Ketaatan

    beribadah, Kejujuran, Tanggung jawab, Kedisiplinan, Semangat belajar,

    Kemandirian, Kritis, Kreatifdaninovatif, Kasihsayangdankepedulian,

    Keikhlasan dan Keadilan.

  • 45

    Persamaan skripsi Diah Ayu Sita Resmi (2018) dengan penelitian ini

    adalah tujuan penelitian yaitu peningkatan Nilai-nilai Religiusitas Anak

    melalui sebuah perbuatan yang sudah direncanakan. Sedangkan perbedaannya

    terletak pada cara-cara yang dilakukan dalam merubah sikap religiusitas anak,

    dari skripsi Diah Ayu Sita Resmi (2018) adalah peran Pendidikan Karakter

    berbasis Nilai-nilai Religiusitas melalui Ekstrakurikuler Keagamaan Islam,

    sedangkan pada penelitian ini adalah Manajemen Rukun Tetangga dalam

    Membina Akhlak Remaja.

  • 46

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan

    pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian

    deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian

    menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-

    kata atau kalimat.

    Menurut Suryabrata (1998:19), Penelitian deskriptif adalah penelitian

    yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi

    kejadian-kejadian. Sedangkan tujuan penelitian deskriptif menurut Umar

    (1999:29), Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat sesuatu

    yang tengah berlangsung pada saat research dilakukan dan untuk memeriksa

    sebab-sebab dari sesuatu gejala tertentu.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi penelitian ini adalah di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh

    Kab. Semarang, sedangkan waktu penelitian dimulai tanggal 13 Juli 2018 -12

    Agustus 2018

    C. Sumber Data

    Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari

    beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik danmemperoleh

    sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti

    lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis.

  • 47

    D. Instrument Penelitian

    Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa angket

    atau kuesioner (Kountur, 2004, 113). Sehingga satu-satunya instrumen dalam

    penelitian kualtatif adalah peneliti sendiri. (Bungin 2001:71) karena peneliti

    sebagai pengumpul data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Adapun

    reliabilitas dan validitasnya lebih pada kelayakan dan kredibilitas peneliti karena

    alat ukur dalam penelitian kualitatif bersifat kualitatif juga, sehingga sangat

    abstrak, akan tetapi lengkap dan mendalam. Untuk mendapatkan data yang

    diinginkan dalam penelitian ini, berikut kisi-kisi sebagai pedoman.

    Tabel.1.1.Matriks Kisi-Kisi Pengumpulan data

    dan Instrumen Penelitian

    No. Fokus/Konsep/

    Variabel Indikator

    Teknik

    Pengumpulan

    data

    Sumber

    data Instrumen

    1. Manajemen

    Rukun

    Tetangga

    1. Mempunyai

    program serta visi

    misi

    2. Melaksanakan

    musyawarah serta

    mengambil

    keputusan dari

    musyawarah

    tersebut

    3. Menerima masukan

    masyarakat

    Membina warga

    setempat agar

    hidup dalam

    kekeluargaan.

    4. Pelayanan

    Wawancara

    dan Angket

    Ketua dan

    semua

    pengurus

    Rukun

    Tetangga

    dan Tokoh

    Masyarakat

    Lamp-1

  • 48

    masyarakat yang

    menjadi tugas

    pemerintah daerah.

    5. Membuat laporan

    atas

    keberlangsungan

    kehidupan warga

    yang sekiranya

    perlu dilaporkan.

    6. Membuat laporan

    atas kegiatan

    organisasi secara

    berkala

    7. Pengurus Rukun

    Tetangga yang

    Komunikatif

    8. Pengurus yang

    Partisipatif

    Bertanggung jawab

    9. Pengurus yang

    Memberi

    contoh,Transparan

    dan Tidak

    melanggar kode

    etik atau norma-

    norma yang berlaku

    2. Pembinaan

    Akhlak

    1. Ikhlas

    2. Jujur

    3. Rendah Hati

    4. Kasih Sayang

    5. Disiplin

    6. Santun

    7. Hemat

    Pengamatan,

    analisis

    dokumen,

    Wawancara

    Ketua

    Rukun

    Tetangga,

    tokoh desa

    (diluar

    sampel)

    Lamp-2

  • 49

    8. Berfikir positif

    9. Toleransi

    10. Cinta damai

    3. Religiusitas

    Remaja

    1. Kegiatan

    keagamaan

    2. Kegiatan sosial

    Pengamatan,

    analisis

    dokumen,

    Wawancara

    Remaja Lamp-3

    E. Prosedur Pengumpulan Data

    Untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang

    diteliti dan dapat dipercaya kebenarannya, maka penulis menggunakan metode-

    metode sebagai berikut :

    1. Observasi

    Metode observasi sebagai metode ilmiah dapat diartikan mengadakan

    pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena

    yang diselidiki (Hadi, 1984:136). Jenis observasi yang penulis pergunakan

    adalah jenis observasi partisipasi, karena dalam peneliti ini penulis ikut aktif

    dalam kegiatan religiusitas remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno

    Hadi tentang observasi partisipasi yaitu bahwa orang yang mengadakan

    observasi (disebut Observes). Metode observasi ini penulis pergunakan untuk

    mengamati tentang akhlak dan kegiatan religiusitas remaja di Dusun Krajan

    Desa Sukorejo. Dan dalam menggunakan metode ini penulis tidak memakai

    alat bantu, serta untuk menjaga keotentikan hasil observasi, maka setiap

    nampak gejala penulis segera mencatatnya dalam catatan khusus supaya tidak

    bercampur persepsi pribadi.

  • 50

    2. Metode Interview

    Metode interview adalah metode pengumpulan data melalui proses

    dialog antara pewawancara dengan terwawancara untuk memperoleh informasi

    (Arikunto, 1993:126). Ditinjau dari pelaksanaannya, interview ini disebutkan

    menjadi 3 yaitu :

    a. Interview bebas

    b. Interview terpimpin

    c. Interview bebas terpimpin

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan interview bebas terpimpin,

    yaitu kombinasi antara interview bebas dan terpimpin, yang dalam

    pelaksanaannya pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan

    garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan (Arikunto, 1993:127-128).

    Metode ini penulis pergunakan untuk mewawancarai ketua Rukun

    Tetangga dan para remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo dan pihak-pihak

    yang memungkinkan dapat memberi keterangan yang berhubungan dengan

    penelitian ini.

    3. Metode Angket/ Kuesioner

    Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

    dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

    tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1993:124).

    Metode kuesioner ini penulis pergunakan untuk memperoleh

    informasi mengenai keadaan atau apa yang mereka rasa, tindakan maupun

    sikap apa yang mereka ambil pada saat menghadapi perisitwa-peristiwa

    tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Angket yang telah disusun diberikan

  • 51

    kepada seluruh para remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo yang berjumlah 50

    orang.

    4. Metode Dokumentasi

    Yang dimaksud metode dokumentasi adalah mencari data mengenai

    hal-hal yang berupa catatan, transkipsi, buku, surat kabar, majalah, notulen

    rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1993:202).

    Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berupa

    angka-angka dan catatan penting, seperti data tentang jumlah anggota Jam’iyah

    Nahdlatul Athfaliyah dam keadaan mereka, struktur organisasi, penceramah

    dan dokumentasi lain yeng relevan dengan pembahasan ini.

    F. Analisis Data

    Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai

    setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah

    mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Tobroni, 2001:192). Kegiatan-kegiatan

    analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi:

    1. Menetapkan fokus penelitian

    2. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul

    3. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan

    pengumpulan data sebelumnya

    4. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka pengumpulan

    data berikutnya

    5. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.

    Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis

    data, sebagai tatap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode

  • 52

    deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata kata, gambar dan

    bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

    Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

    yang sudah diteliti.

    Jadi, Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    reduksi data, penyajian data serta menarik kesimp