Upload
others
View
28
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
i
MANAJEMEN RUKUN TETANGGA
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM DALAM
MEMBINA AKHLAK DAN RELIGIUSITAS REMAJA
DI DUSUN KRAJAN DESA SUKOREJO KEC. SURUH
KAB. SEMARANGTAHUN 2018
SKRIPSI
DiajukanuntukMemperolehGelar
SarjanaPendidikan
Disusun Oleh :
TRI MURDIANTO
NIM.111-14-135
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
TAHUN 2018
ii
iii
SKRIPSI
Imam Mas Arum, M. Pd.
Dosen IAIN Salatiga
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lampiran : 4 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Sdr. Tri Murdianto
Kepada Yth :
Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu'alaikumWr.Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya terhadap mahasiswa
berikut ini:
Denganini kami mohon kepada Bapak Rektor IAIN Salatiga agar skripsi Saudara
tersebut diatas segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Salatiga, 13 September 2018
Pembimbing
Imam Mas Arum, M. Pd
NIP. 19790507 201101 1008
Nama :
NIM :
Fakultas :
Jurusan :
JudulSkripsi :
TRI MURDIANTO
111-14-135
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam
dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun
Krajan Desa Sukorejo Kec.Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawahini:
Nama : TRI MURDIANTO
NIM : 111-14-135
Jurusan : Tarbiyah
Program : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi :Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam
dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun
Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun
2018.
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik
ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di Publikasi oleh Perpustakaan IAIN
Salatiga.
Salatiga, 13 September 2018
Yang menyatakan
TRI MURDIANTO
v
vi
MOTTO
“Dihadapan Allah SWT derajatkita semua sama, yang
membedakan adalah akhlakkita”.
(Ustadz Abdul Somad)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda Suwardi dan ibunda Suparmi, yang selalu mendo’akan dengan
tulus serta sabar merawat dan mencurahkan kasih saying yang tanpa henti
untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak tersayang EkoHardiyanto, Erni Wijayanti, Sri Suparsih, dan Nur Ali
yang selalu member motivasi sehingga terselesainya skripsi ini dengan
lancar.
3. Spesial kepada bapak Imam Mas Arum, M.Pd yang tidak henti-hentinya
membimbing dan meluangkan waktunya
4. Sahabat-sahabat terbaik saya, Mustofa, Ahmad Fitahun Niam, Saepul yusup,
Aswab Nasrudin Ma’ruf, Ratna Hidayati yang selalu member dukungan dan
semangat.
5. Penyemangatku Devi Diana yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan
skripsi ini.
6. Savana Record saudara Eko Haryanto yang memberikan motivasi terbaiknya
untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman Jurusan Tarbiyah Progdi. PAI angkatan 2014 yang setia
menemani dan member motivasi.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi
beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup
para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari
masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang
lurus.
Skripsi yang berjudul “Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan
Islam dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa
Sukorejo Kec.Suruh Kab. Semarang Tahun 2018” ini, diajukan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN ) Salatiga.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
Selanjutnya penulis haturkan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.,selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK)
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati., M. Ag., selaku Ketua Program Pendidikan Agama
Islam (PAI).
ix
4. Bapak Imam Mas Arum, M. Pd selaku Dosen Pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dalam
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu
selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi.
Semoga segala amal yang telah diperbuatakan menjadi amal saleh, yang akan
mendaptakan pahala yang berlipat dari Allah SWT, kelak dikemudian hari.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.yarabbal „alamin.
Salatiga, 30 Agustus 2018
Yang menyatakan
TRI MURDIANTO
x
ABSTRAK
Murdianto, Tri. 2018. Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam
dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa
Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018. Program Studi
Pendidikan Agama Islam. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata kunci: Manajemen Rukun Tetangga, Akhlak dan Religiusitas Remaja
Tujuan Penelitian ini adalah untuk 1). Mengetahui bentuk Manajemen
Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun
2018 untuk 2).Bentuk Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan Desa
Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.3).Faktor penghambat dan
pendukung Manajemen Rukun Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas
Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.
Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian
deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian
menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-kata
atau kalimat.
Objek dan Lokasi penelitian ini adalah seluruh tokoh masyarakat, tokoh
agama, pengurus RT/RW dan para remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec.
Suruh Kab. Semarang, sedangkan waktu penelitian dimulai tanggal 13 Juli 2018 -12
Agustus 2018.
Hasil penelitian menunjukkan: 1). Bentuk Manajemen RukunTetangga di
Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018 yaitu:a).
Melancarkan pelayanan masyarakat, b). Membantu dalam pelayanan masyarakat
yang menjadi tugas pemerintah daerah, c). Membuat data pendudukakan survey
tertentu yang diperlukan sebagai arsip desa atau kelurahan, d). Membantu serta
meningkatkan kinerja pemerintah di wilayah desa atau kelurahan, Meningkatkan
kelancaran pelayanan masyarakat dalam wilayah desa atau kelurahan. 2). Kondisi
Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh
Kab. Semarang Tahun 2018 bahwa kondisi Remaja Dusun Krajan Desa Sukorejo
sangat religius, hampir 90% remajanya sering mengikuti setiap kegiatan lingkungan.
Dalam hal keagamaan maupun non keagamaan, Sikap dan tingkahlaku Remaja tidak
ditemukan adanya remaja yang durhaka pada kedua orang tuanya, para remaja selalu
menghormati perbedaan pendapat dilingkungan keluarga, menyanyangi satu sama
lain dan selalu bekerjasama demi menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif.
3). Faktor penghambat Manajemen Rukun Tetangga dalam Membina Akhlak dan
Religiusitas Remaja adalah kesibukan masyarakat yang padat sehingga sulit untuk
berkumpul, Minimnya fasilitas anggaran dari pemerintah untuk stabilisasi
kepengurusan RT. Sedangkan Faktor pendukungnya adalah masyarakat yang
humanis, mudah bergaul dan mudah diatur, Tingkat kesadaran masyaraktanya tinggi,
Sehingga mampu menerima hal-hal baru yang terkait dengan kebaikan dan patuh
pada ketua atau pun tokoh masyarakat di lingkungan sehingga mudah di kontrol.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
LEMBAR BERLOGO ………………………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iv
HALAMAN PERNYATAAN ………………………………………………. v
HALAMAN MOTTO ……………………………………………………….. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………... vii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. viii
ABSTRAK …………………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 6
E. Penegasan Istilah …………………………………………………….. 7
F. Sistematika Penulisan ………………………………………………... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Manajemen …………………………………………………. 11
1. Pengertian Manajemen ………………………………………….. 11
2. Fungsi-fungsi Manajemen ………………………………………. 12
3. Unsur-unsur Manajemen ………………………………………… 13
B. Rukun Tetangga ……………………………………………………… 14
1. Definisi Rukun Tetangga ………………………………………… 14
2. Tugas Pokok……………………………………………………... 15
3. Tujuan Pembentukan Rukun Tetangga ………………………….. 18
xii
4. Syarat Menjadi Pengurus Rukun Tetangga ……………………… 18
5. Permasalahan Yang Sering Terjadi ……………………………… 19
C. Pembinaan Remaja …………………………………………………... 21
D. Remaja
1. Pengertian Remaja ……………………………………………….. 25
2. Remaja dan Permasalahannya ……………………………………. 26
3. Perlunya Pembinaan Remaja …………………………………….. 28
4. Fungsi Agama Bagi Remaja ……………………………………… 31
E. Akhlak
1. Pengertian Akhlak ………………………………………………… 31
2. Macam-macam Akhlak …………………………………………… 32
3. Materi Akhlak ……………………………………………………. 35
4. Dasar dan Tujuan Akhlak ………………………………………… 39
5. Factor-faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak …………. 40
F. Religiusitas
1. Definisi Religiusitas ………………………………………………. 43
2. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas …………………………. 44
3. Fungsi Religiusitas ………………………………………………... 45
4. Dimensi Religiusitas ……………………………………………… 46
5. Kriteria Orang Yang Mampu Menerapkan aspek Religisuitas …. 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ……………………………………………………… 52
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………... 52
C. Sumber Data …………………………………………………………. 52
D. Instrument Penelitian ………………………………………………… 53
E. Prosedur Pengumpulan Data ………………………………………… 55
F. Analisis Data ………………………………………………………… 57
G. Pengecekan Keabsahan Data ………………………………………… 58
xiii
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Deskripsi Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang ………….. 62
a. Kondisi Geografis …………………………………………. 62
b. Kondisi Demografis ……………………………………….. 63
B. Analisis Data
2. Bentuk Manajemen Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa
Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang………………………. 83
3. Kondisi Akhlak dan Religisuitas Remaja di Dusun Krajan Desa
Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang ………………………… 89
4. Faktor Penghambat dan Pendukung Manajemen Rukun Tetangga
Dalam Membina Akhlak Remaja……………………………… 94.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 95
B. Saran ……………………………………………………………….. 96
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesungguhnya tujuan utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan
akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral,
jiwa yang bersih, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban
dan pelaksanaannya, menghormaati hak-hak manusia, tahu membedakan baik
dengan buruk, menghindari suatu perbedaan yang tercela dan mengingat Tuhan
dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan (Al-Abrasyi,1984:103). Sewaktu
Allah SWT hendak memuji Nabi-Nya, berfirmandalamQ.S. Al-Qolam Ayat : 4:
Artinya : “Sesungguhnya engkau memiliki moral dan akhlak yang tinggi”
(Departemen Agama, 1989:960).
Oleh karena itu Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
mengutus sseorang Nabi untuk kelangsungan ajaran-ajaran akhlak yang telah
dibawa oleh Nabi-nabi terdahulu, demi menjaga kelangsungan hidup dari
kepunahan akibat dari rusaknya akhlak pada zaman itu. kita ingat betapa rusaknya
bangsa Arab jahiliyah sebelum kedatangan Nabi SAW, yang tidak saja melanda
kalangan rakyat jelata, bahkan lebih parah lagi melanda kaum bangsawan.
Minum-minuman keras, mabuk-mabukan, perjudian, pencurian
2
dan perampokan dengan kekerasan, pertumpahan darah, menjadi bagian hidup
mereka sehari-hari. Untuk itu seluruh ajaran Nabi Muhammad SAW secara
ringkass dan padat dinyatakan bahwa semua adalah untuk menyempurnakan
akhlak. Dengan demikian, maka akhlak adalah sangat penting artinya dalam
kehidupan manusia agar dalam setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukannya
itu sesuai dengan-Nya, sehingga menjadi sia-sia dan sesat. Akhlak juga sangat
penting artinya agar manusia memiliki bahan dan pedoman dalam pembinaan
dirinya untuk mencapai kepribadian yang utama dan mulia.
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, banyak orang-orang yang melakukan
kejahatan baik yang bersifat kriminal maupun bersifat kejahatan ekonomi seperti
korupsi, penipuan dan lain-lain. Hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh orang-
orang bodoh saja, tetapi juga dilakukan oleh orang-orang pintar dan berpangkat
tinggi. Seperti halnya kalau kita mau mencermati lebih jeli lagi, maka akan sangat
terasa sekali bagi kita akan adanya gejala kemerosotan akhlak, serta sudah mulai
menguburnya nilai-nilai budi pekerti (akhlak) didalam suatu masyarakat baik di
desa-desa terlebih lagi di kota-kota besar. Mulai dari minum-minuman keras,
narkotika maupun obat-obatan terlarang lainnya sampai dengan tindakan kriminal
yang berupa pencurian, perampokan, penodongan, pemerkosaan dan lain
sebagainya.
Kriminalitas itu pada umumnya merupakan kegagalan dari sistem
pengontrol diri aksi-aksi instinktif, juga menampilkan ketidakmampuan
3
seseorang mengendalikan emosi-emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan
yang bermanfaat (Kartono, 1995:227).
Tindak kriminal ini lebih banyak dilakukan oleh pemuda-pemuda
tanggung usia pubertas (remaja), adapun dorongan yang menstimulir aktivitas
mereka adalah sebagai berikut :
1. Impulsif bergiaat atau dinamisme anak muda
2. Keinginan mengetest kemampuan dan kekuatan sendiri
3. Nafsu untuk mendapatkan pengakuan atas aku-Nya anak muda
4. Keinginan untuk kelihatan menonjol dan sebagainya (Kartono, 1995:226).
Ditinjau daari segi kehidupan masyarakat di Dusun Krajan Desa Sukorejo
Kec. Suruh Kab. Semarang ini sangat heterogen, mulai dari pekerjaan sampai
dengan tingkat pendidikannya. Pada umumnya pendidikan para remaja di Dusun
Krajan Desa Sukorejo adalah tamatan SD dan SMP, sehingga dengan modal skill
yang kurang akhirnya rata-rata dari mereka berprofesi sebagai buruh, petani dan
buruh serabutan. Banyak juga di antara mereka yang masih pengangguran,
pekerjaannya hanya nongkrong-nongkrong dan seringkali melakukan hal-hal yang
meresahkan masyarakat,seperti mabuk-mabukan, mencuri bahkan suka
mengganggu anak-anak gadis yang lewat dan sebagainya.
Melihat kondisi para remaja tersebut, kita tahu bahwa masa remaja adalah
masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak
mengalami pertumbuhan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak
baik bentuk badan, sikap, cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan
4
pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira pada umur 13
tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun (Daradjat, 2001:96). Menurut Zakiah
Daradjat mengenai batas usia remaja ini sangat sulit menemukannya dan belum
ada kesepakatan antara ahli ilmu pengetahuan, karena hal itu tergantung kepada
keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup. Sedang usia remaja yang hampir
disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah umur antara 13 dan 21 tahun (Daradjat,
2001:110).
Suatu keadaan jiwa yang dapat dipastikan tentang remaja adalah penuh
kegoncangan. Dan untuk menghadapi kegoncangan jiwanya yang terjadi akibat
perkembangan dan berbagai faktor yang harus mereka hadapi dalam umur yang
sangat banyak dihadapkan kepada berbagai tantangan itu ialah dengan
pengetahuan agama terutama masalah akhlak. Diantara ciri-ciri para remaja
tersebut ialah jiwanya yang massih labil dan penuh dengan kegoncangan, mereka
mulai gelisah dan tak tenang, malah kadang-kadang menentang orang tua yang
mengasihinya (Soen Liang, 1999:95).
Mengingat kondisi para remaja tersebut di atas, maka peran pemimpin
sebuah lingkungan Dusun sangat berpengaruh sebagai pengkontrol pada
tingkahlaku Akhlak Remaja yang menyimpang. Dan akhirnya ketua Rukun
Tetangga memberikan program kerja yang berkaitan dengan religiusitas antara
lain : Al Barjanji, pembacaan Yasin, Tahlil dan terkadang mendatangkan ustadz
untuk memberikan siraman rohani kepada para remaja di dusun tersebut. Untuk
itulah kami tertarik untuk mengetahui dan meneliti
5
sejauhmana peranan ketua rukun tetangga dalam pembinaan akhlak dan
religiusitas para remaja yang akan penulis tuangkan dalam judul:
“Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islamdalam
Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo
Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atasrumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana bentuk Manajemen Rukun Tetangga Perspektif Pendidikan Islam di
Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?
2. Bagaimana kondisi Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun Krajan
Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?
3. Apa faktor penghambat dan pendukung Manajemen Rukun Tetangga dalam
Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo
Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui bentuk Manajemen Rukun Tetangga di Dusun Krajan Desa
Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui kondisi Akhlak dan Religiusitas para Remaja di Dusun
Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.
6
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung Manajemen Rukun
Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja di Dusun Krajan
Desa Sukorejo Kec. Suruh Kab. Semarang Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik dari segi teoritis
maupun praktis yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan khususnya kajian mengenai betapa pentingnya Manajemen Rukun
Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi Instansi Pemerintahan Desa terkait gambaran
perilaku Remaja dalam wilayah dusun di tingkat Rukun Tetangga (RT),
untuk dilakukan pembinaan secara intensif.
b. Dapat menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi
langkah dalam keberhasilan menanamkan pendidikan akhlak al Karimah
dan religiusitas terutama penanaman pada jiwa remaja.
c. Bagi penulis sendiri, dapat digunakan untuk mengembangkan disiplin ilmu
yang telah penulis peroleh di fakultas Tarbiyah.
7
E. Penegasan Istilah
1. Manajemen
Dalam bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau
at-tanzhim, yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan
penempatan segala sesuatu pada tempatnya. Sedangkan secara terminologi
menurut Robert Kritiner mendefinisikan manajemen adalah sebagai suatu
proses kerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam
lingkungan yang berubah (Munir dan Wahyu llaihi, 2006: 9-10).
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris,
management, berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya
manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau
kelompok dalam upanya-upanya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.
Ridwan mendefinisikan manajemen adalah proses merencanakan
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota
organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kusnawan, 2009: 7). Dengan kata lain,
melalui manajemen yang baik, suatu pekerjaan dapat dilalui dengan efektif dan
efisien. Efektif bermakna sebagai kemampuan untuk menentukan tujuan yang
memadai (melakukan hal yang tepat). Sedangkan efisien bermakna untuk
meminimalkan sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi (melakukan
dengan tepat).
8
2. Rukun Tetangga
Rukun Tetangga (RT) adalah pembagian wilayah di Indonesia di
bawah Rukun Warga. Rukun Tetangga bukanlah termasuk pembagian
administrasi pemerintahan, dan pembentukannya adalah melalui musyawarah
masyarakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan
oleh Desa atau Kelurahan. Rukun Tetangga dipimpin oleh Ketua RT yang
dipilih oleh warganya. Sebuah RT terdiri atas sejumlah rumah atau KK (kepala
keluarga). Dalam sistem birokrasi di Indonesia, biasanya RT (Rukun Tetangga)
berada di bawah RW (Rukun Warga).
Rukun tetangga merupakan organisasi masyarakat yang diakui dan
dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai
kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotongroyongan dan
kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran tugas
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di desa dan kelurahan.
Setiap RT sebanyak-banyaknya terdiri dari 30 KK untuk desa dan sebanyak-
banyaknya 50 KK untuk kelurahan yang dibentuk (Permendagri No.7/1983
tentang Pembentukan RT dan RW).
3. Pembinaan Akhlak Remaja
Pembinaan dan akhlak Remaja berarti suatu kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memperbaiki akhlak Remaja. Pembinaan akhlak
sendiri merupakan tumpuan perhatian utama dalam ajaran Islam. Hal ini dapat
dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad SAW yang telah
dijelaskan dalam al-Quran, yakni menyempurnakan akhlak mulia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Rukun_Wargahttps://id.wikipedia.org/wiki/Administrasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Musyawarahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Desahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kelurahanhttps://id.wikipedia.org/wiki/RWhttps://id.wikipedia.org/wiki/RThttps://id.wikipedia.org/wiki/RW
9
4. Religiusitas
Religi : kata religi atau reliji, berasal dari kata religie (Bahasa
Belanda), atau religion (bahasa Inggris), masuk ke dalam perbendaharaan
bahasa Indonesia di bawah oleh orang-orang barat (Belanda dan Inggris) yang
menjajah Indonesia dan Nusantara dengan membawa dan sekaligus
menyebarkan agama Kristen dan Katholik. Kata religi atau religion itu sendiri
berasal dari bahasa Latin, yang berasal dari kata relegere atau relegare. Kata
relegare mempunyai pengertian dasar “berhati-hati”, dan berpegang pada
norma-norma atau aturan secara ketat. Dalam arti bahwa religi tersebut
merupakan suatu keyakinan, nilai-nilai dan norma-norma hidup yang harus
dipegangi dan dijaga dengan penuh perhatian, agar jangan sampai menyimpang
dan lepas.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini, penulis mengajukan pembahasan dari beberapa bab
yang berisi tentang keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti, penulis
memberikan gambaran sebagai berikut:
Pada Bab I berisi Pendahuluan, yang memuat: Latar Belakang Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah dan
Sistematika Penulisan.
Pada Bab II Kajian Pustaka, yang pertama berisi Landasan Teori: yang
memuat definisi Manajemen Rukun Tetangga, Tugas Pokok, Hak Kewajiban
Manajemen dan Tujuan, Permasalahan yang melatarbelakangi Manajemen,
10
Definisi Akhlak Remja dan definisi Religiusitas Remaja. Kedua berisi Kajian
Pustaka (berisi penelitian terdahulu:persamaan dan perbedaanya).
Pada Bab III Metode Penelitian, pada bab ini berisi, pertama yaitu Jenis
Penelitian, kedua yaitu Lokasi dan Waktu Penelitian, ketiga yaitu Sumber Data,
keempat yaitu Prosedur Pengumpulan Data, kelima yaitu Analisis Data dan
keenam adalah Pengecekan Keabsahan Data.
Sedangkan Bab IV berisi Paparan dan Analisis Data, Bab V berisi
Penutup yang mencakup: Kesimpulan dan Saran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Manajemen
1. PengertianManajemen
Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa inggris,
management, berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan. Artinya
manajemen adalah sebagai suatu proses yang diterapkan oleh individu atau
kelompok dalam upaya-upaya koordinasi untuk mencapai suatu tujuan.Dalam
bahasa arab, istilah manajemen diartikan sebagai an-nizam atau at-tanzhim,
yang merupakan suatu tempat untuk menyimpan segala sesuatu dan
penempatan segala sesuatu pada tempatnya.
Robert Kritiner dalam Munir dan Wahyu llaihi (2006: 9-
10)mendefinisikan manajemen adalah sebagai suatu proses kerja melalui orang
lain untuk mencapai tujuan organisasi dalam lingkungan yang berubah.
Sedangkan Ridwan mendefinisikan manajemen adalah proses merencanakan
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota
organisasi dan untuk menggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kusnawan, 2009: 7).
Dengan kata lain, melalui manajemen yang baik, suatu pekerjaan
dapat dilalui dengan efektif dan efisien. Efektif bermakna sebagai kemampuan
untuk menentukan tujuan yang memadai (melakukan hal yang
tepat).Sedangkan efisien bermakna untuk meminimalkan sumber daya dalam
mencapai tujuan organisasi (melakukan dengan tepat).
12
Manajemen adalah suatu proses atau kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen adalah suatu
kegiatan, pelaksananya adalah “managing” pengelolaan, sedangkan
pelaksananya disebut manager atau pengelola (George R. Terry dan Leslie W.
Rue, 2005: 1).
2. Fungsi-Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen menurut Wahjosumidjo (2005:82-83), sebagai
berikut:
a. Planning : menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu
masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai
tujuan-tujuan itu.
b. Organizing : mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting
dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
c. Actuating : adalah merupakan penggerakan anggota kelompok sedemikian
rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran-
sasaran usaha yang diinginkan. Actuating merupakan fungsi manajemen
yang secara langsung berusaha merealisasikan programprogram yang telah
direncanakan dan diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga aktifitasnya
senantiasa berhubungan dengan masalah kepemimpinan, dan menggerakkan
sumber daya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
d. Controling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah
satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan koreksi sehingga apa yang
13
sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan
maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.
3. Unsur-unsur Manajemen
Adapun unsur-unsur manajemen menurut Wahjosumidjo (2005:85),
antara lain:
a. Manusia
Manusia yang menjadi pelaku dan ia pulalah yang menetapkan
tujuan didalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Jadi faktor manusia adalah mutlak, tidak akan ada manajemen
tanpa adanya manusia karena manusialah yang merencanakan, melakukan,
menggunakan dan merasakan hal yang berkaitan dengan manajemen.
b. Uang
Uang adalah sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, sangat
diperlukan untuk mencapai suatutujuan disamping manusianya. Jadi uang
sangat berpengaruh besar dalam kehidupan manusia ataupun manajemen.
c. Method (Cara-cara kerja)
Method adalah cara melaksanakan suatu tujuan guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Cara kerja (metode) yang tepat
sangat menentukan kelancaran jalannya roda manajemen dalam suatu
organisasi, sebab dengan cara yang ditata dengan baik, maka akan
menghasilkan produk yang baik pula sehingga tujuan tercapai dengan
efesien dan efektif.
14
d. Bahan-bahan atau Perlengkap
Faktor material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat
melaksanakan tugasnya tanpa didukung oleh kelengkapan alat. Sehingga
dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh organisasi tertentu perlu disiapkan
bahan perlengkapan apa yang dibutuhkan.
B. Rukun Tetangga
1. Definisi Rukun Tetangga
Rukun Tetangga (RT) merupakan organisasi terkecil dalam struktur
pemerintahan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berfungsi
untuk mengelola kepentingan warga dilingkungannya sekaligus berfungsi
sebagai kepanjangan tangan Pemerintah daerah setempat. Tidak ada batasan
jumlah minimal warga yang dapat dikelola oleh RT. Selama masih dapat
dikoordinasikan dan berjalan dengan efektif dan semua warga sepakat dengan
batas wilayah kepengurusannya, maka keberadaan RT dapat dianggap sah dan
diakui oleh Pemerintah daerah setempat.
Rukun Tetangga berada di bawah Rukun Warga. Rukun tetangga
bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan
pembentukannya adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam
rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh kelurahan serta
dipimpin oleh Ketua RT.
2. Tugas Pokok
Tugas Pokok RTmenurut Wahjosumidjo (2005:88-89) yaitu:
a. Melancarkan pelayanan masyarakat, dalam hal ini meningkatkan kinerja
pemerintah tingkat desa atau kelurahan dalam menangani warga.
15
b. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berlandaskan Pancasila dan UUD
1945.
c. Memaksimalkan peran serta masyarakat dengan gotongroyong maupun
swadaya dan kegiatan-kegiatan lainnya.
d. Mendorong stabilitas nasional dari susunan paling kecil di dalam
masyarakat dengan menjaga keamanan serta ketertiban wilayah tersebut.
e. Menjadi sarana penghubung yang paling dekat antara masyarakat dan
pemerintah dan secara langsung berhubungan dengan masyarakat.
f. Memberikan informasi dan penjelasan kepada masyarakat atas program
pemerintah.
g. Mendukung pelaksanaan program pemerintah dengan mendorong
masyarakat untuk ikut serta melakukan dukungan dan partisipasi.
h. Membina warga untuk meningkatkan kualitas hidup dalam wilayah tersebut
Disamping itu RT memiliki wewenang untuk menjaga keamanan
lingkungan sekitar, RT juga harus melalukan tugas, fungsi dan hak sebagai
pengurus, agar lingkungan sekitat bisa aman dan sejahtera dengan adanya RT
yang melakukan tugasnya dengan baik.Berikut adalah penjelasan mengenai
tugas, fungsi dan hak pengurus RT dan RWmenurut Wahjosumidjo (2005:90-
92)yaitu:
1) Tugas :
a) Melaksanakan tugas pokok RT dan RW.
b) Melaksanakan musyawarah serta mengambil keputusan dari musyawarah
tersebut.
16
c) Menerima masukan masyarakat serta memprosesnya dengan melakukan
penyusunan rencana berdasarkan keinginan masyarakat untuk
selanjutnya diproses apakah layak untuk ditindaklanjuti.
d) Membina warga setempat agar hidup dalam kekeluargaan.
e) Membantu dalam pelayanan masyarakat yang menjadi tugas pemerintah
daerah.
f) Membuat laporan atas keberlangsungan kehidupan warga yang sekiranya
perlu dilaporkan.
g) Membuat laporan atas kegiatan organisasi secara berkala
2) Fungsi :
a) Membuat data penduduk akan survey tertentu yang diperlukan sebagai
arsip desa atau kelurahan.
b) Menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan tertentu.
c) Membuat gagasan berdasarkan aspirasi warga.
d) Melakukan koordinasi atas masyarakat serta organisasi itu sendiri.
e) Mengurus fasilitas masyarakat.
f) Menjamin hubungan antarwarga dan Pemerintah Desa atau Kelurahan.
3) Hak :
a) Menyampaikan saran dan pertimbangan kepada kepala desa atau lurah
berdasarkan musyawarah dan masukan dari warga
b) Memilih dan dipilih sebagai pengurus.
c) Memberikan kritik maupun masukan atas keputusan yang dilakukan oleh
desa atau kelurahan.
17
3. Tujuan pembentukan RT
Tujuan pembentukan Rukun Tetanggamenurut Wahjosumidjo
(2005:94) sebagai berikut :
a. Melestarikan nilai-nilai budaya gotongroyong di masyarakat.
b. Memelihara nilai-nilai kekeluargaan dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Membantu serta meningkatkan kinerja pemerintah di wilayah desa atau
kelurahan.
d. Meningkatkan kelancaran pelayanan masyarakat dalam wilayah desa atau
kelurahan.
e. Menjadi sarana untuk menunjang kesejahteraan masyarakat dengan
mengembangkan potensi swadaya masyarakat yang ada.
4. Syarat Menjadi Pengurus RT
a. Warga Negara Indonesia dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Taat kepada UUD 1945 serta Pancasila dan taat kepada negara dan
pemerintah
c. Tidak pernah memiliki keterlibatan kepada organisasi terlarang dan
memiliki perilaku yang baik, jujur, tegas, adil, serta berwibawa
d. Sehat jasmani dan rohani serta dapat membaca dan menulis
e. Tidak memiliki permasalahan yang berkaitan dengan lembaga hukum
f. Telah tinggal dalam wilayah tersebut selama minimal 6 bulan secara
berkelanjutan
g. Terdaftar pada KK dan berusia 17 tahun ke atas atau pernah menikah dan
memenuhi syarat di atas
h. Ketua dan sekretaris RT bukan merupakan ketua maupun sekretaris RW
18
5. Permasalahan yang sering terjadi
a. Pada praktiknya, bisa dilihat bahwa sebenarnya di pedesaan yang terletak
jauh dari kota besar, fungsi RT maupun RW sebenarnya tidak terlalu
terlihat. Karena masyarakat akan dengan mudah terhubung langsung
dengan kepala desa atau lurah.
b. Namun, untuk kota-kota besar memang peran RT dan RW cukup jelas.
Untuk membuat SIM, KTP, surat pindah, surat keterangan miskin, dll
biasanya kita akan memerlukan surat pengantar. Dan surat pengantar
resmi tersebut memerlukan tanda tangan dari Ketua RT. Bahkan untuk
membuat surat keterangan berkelakuan baik pun harus memiliki
pengantar dari RT. Jadi bisa dilihat bahwa ternyata peran dari RT itu
besar.
c. Ternyata peran RT dan RW cukup terbatas pada aturan-aturan yang
mutlak seperti dalam hal pendataan warga, tanda tangan surat-surat
penting, maupun memberikan informasi jika ada program tertentu yang
perlu disebarkan kepada masyarakat. Walaupun akhir-akhir ini jika ada
kegiatan gotongroyong hanya akan disiarkan melalui masjid setempat.
d. Sayangnya organisasi masyarakat lebih terfokus pada misi-misi tertulis
dalam peraturan. Apa yang disebut dengan damai dan aman adalah ketika
masyarakat diam dan tidak terjadi masalah. Namun, tidak ada usaha yang
dilakukan untuk mencegah adanya permasalahn yang mungkin saja akan
terjadi di dalam lingkungan tersebut.
e. Masyarakat masih lebih senang untuk bergosip dan melakukan candaan
ringan daripada bersikap kritis terhadap kehidupan dan lingkungan hidup
19
mereka sendiri dan seharusnya RT maupun RW mengerti bahwa hal
tersebut merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dan ditangani.
f. RT dan RW melakukan fungsi mereka tanpa mengkaji ulang hal-hal yang
sekiranya perlu mereka lakukan. Namun, keadaan yang menunjukkan
realita saat ini semakin kritis. Masyarakat perlu bergerak dan
memperbaiki diri serta lingkungan hidupnya. Bukan hanya kejahatan tapi
juga lingkungan.
g. Banyak sungai yang tercemar dengan sampah rumah tangga, mengapa
tidak ada tindakan? Jika warga memang terus membandel, teruslah juga
menjadi anggota lembaga masyarakat yang bandel untuk melawan
mereka. Terus berikan masukan dan pengarahan kepada masyarakat agar
menjaga lingkungan hidupnya, bukan untuk orang lain tapi untuk diri
mereka sendiri dan orang-orang yang mereka sayangi.
h. Jika ada program tertentu, berikan penyuluhan. Jika pemerintah memiliki
program relokasi warga di perumahan kumuh misalnya, berikan
informasi yang jelas agar warga bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
i. Jika banyak warga kota yang tinggal secara ilegal tanpa KTP, berikan
informasi kepada mereka bahwa RT mauun RW bersedia membantu
mereka. Menunjukkan kepada warga bahwa mereka diberikan
kemudahan dan fasilitas oleh negara adalah apa yang seharusnya
dilakukan oleh RT.
20
4. Pembinaan Remaja
Pembinaan Akhlak dan budi pekerti bagi anak-anak remaja sangat
penting diterapkan di sekolah, . karena adanya pelajaran Akhlak dan Budi
pekerti yang di praktikan di sekolah dapat merubah perilaku yang lebih baik
bagi anak-anak remaja. Berikut sikap dan perbuatan remaja menurut
Wahjosumidjo (2005:99)yang perlu pembinaan untuk kehidupan yang lebih
baik di antaranya:
a. Kejujuran
Kejujuran merupakan kunci keselamatan bagi anak-anak remaja,
karena dengan kejujurannya berterus terang kepada kedua orang tuanya
dalam hal pergaulannya sehingga orangtuanya dengan mudah dapat
memonitoring kegiatan anaknya dalam pergaulannya dengan anak-anak
remaja lainnya, apakah anaknya bergaul dilingkungan anak-anak remaja
yang baik ataukah tidak.
Oleh sebab itu Kejujuran adalah merupakan suatu hal yang
sangat penting diterapkan kepada anak remaja semasa sekolah, yaitu
kejujuran terhadap kedua orangtuanya dan kejujurannya terhadap guru di
sekolahnya,. Karena dengan Kejujurannya dapat menentukan kehidupan
yang lebih baik, baik dalam pergaulan dengan anak-anak remaja seusiannya
maupun dengan yang lainnya., sehingga dapat terhindar dari pergaulan
bebas yang menyalahgunakan narkotika, dan lain-lain.
Mengapa anak-anak remaja sampai terjadi menjadi pecandu
narkotika dan ikut-ikutan Geng antar remaja. Hal ini karena akibat dari
ketidak jujuran anak remaja tersebut kepada kedua orangtuanya, sehingga
21
setiap kali keluar rumah anak remaja tersebut selalu berbohong kepada
kedua orangtuianya, tanpa menyebuitkan dengan jelas kemana arah dan
tujuannya dalam pergaulannya selama di luar rumah.
b. Sopan Santun
Sopan santundalam ucapan dan sopan santun dalam perbuatan,
Etika pergaulan yaitu sopan santun dengan sopan santun seseorang
terlihat bersikap ramah dan tidak sombong.
Bagaimana tata cara sopan santun bagi murid di sekolah, apakah
diterapkan sebagai pelajaran di sekolah? karena Praktek Etika pergaulan dan
sikap sopan santun sangat penting diajarkan kepada semua murid
bagaimanana berlaku sikap murid terhadap kedua orang tuanya dan terhadap
guru-guru di sekolahnya. Hal ini perlu diajarkan pada setiap siswa & siswi
bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan yang sopan terhadap kedua
orang tuanya dan berlaku santun dalam berkata-kata merupakan inilah ciri
kepribadiaannya yang baik, karena selama ini banyak anak-anak remaja
kalau orang tuanya bertanya, sang anak menjawab” seenaknya saja
“Mama tidak perlu tau urusan anak remaja! ” kita-kata kasar anak terhadap
orangtuanya, karena tidak ada praktek berkata-kata yang sopan dan santun
di sekolah.
Penerapan system kejujuran dan pembinaan akhlak kepada semua
siswa dan siswi di sekolah merupakan landasan kehidupan masa depan
anak-anak remaja karena sangat berrguna bagi kemajuan bangsa dan negara.
c. Bicara dengan benar dan baik
22
Seorang remaja harus berbicara dengan akal sehat, harus bicara
dengan benar dan bijaksana. Banyak berzikir dan berdoa lebih diutamakan
daripada membicarakan keburukan orang lain.
d. Pandai menggunakan waktu
Seorang remaja pantang membuang waktu untuk bermain dan
melakukkan hal yang tak berguna. Seorang remaja lebih baik menggunakan
waktunya untuk beribadah, membaca Al-Qur’an dan mengaji, daripada
nongkrong, nonton film atau begadang.
e. Jangan banyak melamun dan berkhayal
Remaja yang kuat adalah selalu ingat akhirat dan bekerja keras.
Sebaliknya, muslim yang lemah adalah yang hanyut karena nafsu dan suka
berkhayal.
f. Memilih teman bergaul yang baik
Seorang remaja hendaknya memilih teman yang baik akhlaknya,
berbudi luhur, taat pada ajaran Islam, meskipun dari keluarga miskin dan
bukan atas dasar kekayaan.
g. Menuntut ilmu sebagai ibadah
Dalam menuntut ilmu hendaknya jangan bertujuan untuk mencari
uang atau kedudukan atau agar kelak di kemudian hari menjadi orang kaya
dan terkenal seperti mendapatkan pujian orang karena memiliki berbagai
titel. Mencari ilmu hendaknya menjadikan tujuan menuntut ilmu sebagai
ibadah.
h. Banyak membaca buku ilmu agama
23
Seorang remaja hendaknya memilih bacaan yang baik dan
bermanfaat. Jangan terlalu banyak berhayal dengan membaca komik, novel
percintaan yang tidak bermutu, karena akan menyebabkan otak kita akan
penuh dengan angan-angan karena dijejali dengan cerita bohongan dan
maksiat. Bacalah buku-buku Islam yang bermutu, majalah-majalah Islam,
dan biasakan juga membaca hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. dari
semenjak muda. Pandai dalam ilmu agama berarti merintis jalan terbaik
menuju surga.
C. Remaja dan Religiusitas
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Dalam membahas pengertian tentang remaja, para ahli mempunyai
asumsi dan pandangan yang berbeda beda. Hal ini tentu saja dipengaruhi
oleh latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu yang bebas dan mereka
alami, walaupun pada sisi tertentu memiliki kesamaan.
Menurut Zakiyah Daradjat mendefinisikan remaja adalah tahap
umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh
pertumbuhan fisik cepat (Daradjat, 1995:8).
Orang barat menyebut remaja dengan istilah “puber”, sedangkan
orang Amerika menyebutnya “adolesensi”. Keduanya merupakan transisi
dari masa anak-anak menjadi dewasa. Bila ditinjau dari segi perkembangan
biologis, yang dimaksud remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai 21
tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika
24
ia mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa disadarinya keluar sperma
(Zulkifli, 1989:63).
Ditinjau dari sudut perkembangan fisik, remaja dikenal sebagai
suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia
mencapai kematangannya (Hartono, 1999:53).
Jadi yang dimaksud masa remaja adalah suatu tingkatan yang
ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa dengan
perubahan-perubahan perkembangan baik fisik maupun psikis yang
berlangsung antara 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun.
b. Remaja dan Permasalahannya
Berbicara mengenai problem atau persoalan remaja bertitik tolak
dari pendapat Zakiyah Daradjat yang membagi persoalan remaja menurut
larangannya kepada empat macam yaitu:
1) Persoalan dengan dirinya.
2) Persoalan dengan keluarganya.
3) Persoalan dengan pekerjaannya.
4) Persoalan dengan masyarakat (Daradjat, 1983:11).
Adapun persoalan dengan dirinya sendiri, kita bisa mendapatinya
kadang-kadang tampak gembira, kadang-kadang kelihatan murung, kadang
kala ia berfikir tentang lingkungan secara luas dan kadang pula dengan
pikiran sempit. Remaja sedang mengalami perubahan jasmani, mental dan
perasaan. Perubahan tersebut terjadi dengan kecepatan yang tidak sama,
terganggulah keseimbangannya dan kadang-kadang gejolak jiwanya reda-
reda diam.
25
Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam-macam
perasaan yang kadang-kadang bertentangan satu sama lain misalnya rasa
ketergantungan kepada orang tua belum dapat dihindari. Mereka tidak ingin
orang tua banyak campur tangan dalam urusan pribadinya.
Di antara sebab atau sumber kegoncangan emosi pada remaja
adalah konflik atau pertentangan yang terjadi dalam kehidupan, baik yang
terjadi dalam dirinya sendiri maupun yang terjadi dalam masyarakat umum
atau di sekolah. Di antara sumber kegelisahan remaja yang penting pula
adalah tampak adanya perpedaan antara nilai ke nilai moral dan kelakuan
orang-orang dalam kenyataan hidup. Misalnya ia mendapat didikan bahwa
berdusta itu tidak baik, tapi ia melihat banyak orang yang berdusta dalam
pergaulan hidup ini ( Daradjat, 1983:41).
Berbagai konflik yang dialami oleh remaja menurut Zakiyah
Daradjat adalah :
1) Konflik antara kebutuhn untuk pengendalian diri dan kebutuhan untuk
bebas, dan merdeka. Remaja membutuhkan penerimaan sosial dan
penghargaan serta kepercayaan orang lain kepadanya.
2) Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan kebutuhan akan
ketergantungan kepada orang tua.
3) Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial.
4) Konflik antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja
ketika ia kecil dulu dengan prinsip dan nilai yang dilakukan oleh orang
dewasa di lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
5) Konflik menghadapi masa depan ( Daradjat, 1983:60).
26
Masalah-masalah dan transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak
menuju masa dewasa yang sebelumnya didahului oleh berbagai peristiwa
dan perkembangan dan perubahan, baik dari segi fisik maupun psikisnya.
c. Perlunya Pembinaan Remaja
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (indistrialisasi dan
modernisasi) menyebabkan masyarakat berubah pula terutama remaja,
kerusakan yang ditimbulkannya tidak sedikit, sehingga moral pada remaja,
moral orang dewasa bahkan moral anak telah di rusaknya, terutama bagi
mereka yang kurang mendapat pendidikan agama sejak kecil.
Serangan dan wabah kerusakan moral yang masuk bersama
kebudayaan asing yang bertentangan dengan pancasila itu mudah
menyerang dan menimpa masyarakat kita yang memang sudah mengalami
goncangan jiwa dan kehilangan ketentraman batin.
Pertama yang menjadi korbannya adalah para remaja, yang dalam
diri mereka sedang berkecamuk segala persoalan dan pertentangan batin,
yang tumbuh akibat pertumbuhan dirinya yang mengalami perubahan dari
segi disertai pula kegoncangan yang sangat berat itu mencari saluran untuk
mendapatkan tempat untuk menumpahkan kegelisahan dan ketegangan
batin. Setelah ketegangan yang bersifat semantara itu mereka rasakan,
mereka akhirnya akan bertambah gelisah dan goncang, lalu mencari sasaran
yang lebih hebat lagi demikian seterusnya sampai akhirnya sengsara batin.
Menghadapi perilaku remaja yang cenderung untuk mencoba-coba
terhadap hal-hal yang baru tanpa adanya pemikiran dan penghayatan yang
27
mendalam maka perlu sekali diadakan pengawasan, pengarahan terhadap
remaja. Prinsip dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda adalah
melalui lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.
Dalam usaha pembinaan remaja ini menurut Zakiyah Daradjat
harus dimulai dari keluarga yaitu pembinaan ketentraman batin, dalam hal
ini dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain :
1) Orang tua bisa menjaga kebutuhan dan ketentraman keluarganya.
2) Orang tua bisa membimbing sejak kecil.
3) Seorang guru ikut serta membimbing dalam pembinaan mental.
4) Suasana masyarakat dapat mendukung perkembangan agama (Daradjat,
1982:47.
Sedangkan menurut Singgih D. Gunarsa dalam rangka pembinaan
remaja ini langkah awal mencegah terhadap perbuatan-perbuatan mungkar,
dalam usaha ini menggunakan beberapa cara antara lain :
1) Tindakan preventif, segala tindakan yang bertujuan untuk mencegah
timbulnya kenakalan.
2) Tindakan represif, tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan
remaja.
3) Tindakan kuratif dan rehabilitatif yaitu usaha untuk memperbaiki akibat
perbuatan nakal terutama individu yang telah melakukan perbuatan
tersebut (Gunarsa, 1991:161).
Sedangkan sistem pendekatannya yaitu :
1) Pendekatan secara langsung yaitu diberikan secara langsung kepada
pribadi remaja itu sendiri.
28
2) Memberikan pendidikan bukan hanya pengetahuan saja, tatapi harus
meliputi pendidikan mental pribadi melalui pengajaran agama.
3) Menyediakan sering-sering guna menciptakan suasana optimal dari
perkembangan pribadi melalui pengajaran agama.
4) Usaha memperbaiki lingkungan sekitar, sosial, keluarga, masyarakat,
dimana banyak terjadi kenakalan remaja (Gunarsa, 1991:162).
d. Fungsi Agama bagi Remaja
Pada pokoknya remaja itu sangat membutuhkan agama dalam
hidupnya, terutama untuk menghadapi kegoncangan jiwanya yang terjadi
akibat perkembangan dan berbagai faktor yang harus mereka hadapi dalam
umur yang sangat banyak dihadapkan kepada berbagai tantangan itu
(Daradjat, 1982:81). Mereka sangat membutuhkan agama karena agama
mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu untuk penenang jiwa dan
untuk mengembalikan ketenangan dan keseimbangan jiwanya.
Memang sangatlah tepat kalau remaja yang mengalami
kegoncangan itu berpegang teguh kepada agama sebagai pedoman dalam
hidupnya, kerena dengan begitu akan dapat mengatasi kegoncangan yang
dialaminya, timbullah kesadaran akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa
berkehendak dan berkuasa atas segala sesuatu, sehingga akan terciptalah
anak muda yang berpribadi ikhlas dalam berbuat dan berakhlak mulia.
2. Akhlak dan Religiusitas
a. Pengertian Akhlak
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah akhlak ini sering disamakan
pengertiannya dengan kata budi pekerti, sopan santun, moral dan kesusilaan.
29
Bila dilihat dari segi bahasa (etimologi) perkataan akhlak (bahasa Arab)
adalah bentuk jamak dari kata khulk dalam kamus al-Munjid berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Asmaran As, 1994:1).
Sedang Ahmad Amir mengatakan bahwa akhlaq ialah kebiasaan
kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu,
maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Contohnya bila kehendak itu
dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan (Asmaran
As, 1994:1).
Artinya sebuah perbuatan itu dilakukan secara sadar, tidak terpaksa
dan berulangkali sehingga perbuatan itu telah mapan dan mudah
mengerjakannya tanpa pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.
Jadi khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat
yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbul berbagai macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Apabila kondisi
jiwa (sifat) tadi menimbulkan perbautan baik dan terpuji menurut
pandangan syariat dan akal pikiran, maka disebutlah budi pekerti yang
tercela (Asmaran As, 1994:3).
b. Macam-macam Akhlak
Berdasarkan baik dan buruknya perbuatan yang dilahirkan oleh
sifat atau kondisi jiwa menurut pandangan syari’at dan akal pikiran tersebut.
Maka akhlakpun ada 2 macam yaitu :
1) Akhlak yang terpuji
Yang termasuk dalam akhlak yang terpuji ini antara lain :
30
a) Maaf, kata maaf berasal dari bahasa Arab, yaitu al-afw. Al-afw
sebagai istilah ajaran akhlak dalam Islam berarti bahwa seseorang
menghapus kesalahan atau membatalkan melakukan pembalasan
terhadap orang yang berbuat jahat atas dirinya ( Asmaran As,
1994:213).
b) Tawakkal atau tawakkul (bahasa Arab) berasal dari kata kerja (fi’il)
W-K-L, yang berarti mewakilkan atau menyerahkan. Jika dilihat dari
segi istilah, tawakkal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah
dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti
akibat dari suatu keadaan. Imam Ghozali merumuskan definisi
tawakkal itu sebagai berikut : “tawakkal ialah menyandarkan kepada
Allah Subhanahu Wata’ala tatkala menghadapi suatu kepentingan,
bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala
ditimpa bencana, dengan jiwa yang terang dan hati tentram ( Asmaran
As, 1994:223).
c) Sabar, secara etimologi sabar berarti teguh hati tanpa mengeluh
ditimpa bencana. Yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian
Islam ialah tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan ridho
dan ikhlas serta berserah diri kepada Allah ( Asmaran As, 1994:228).
d) Merasa cukup (Qonaah) artinya suka menerima apa yang ada,
maksudnya rela dengan pemberian yang telah dianugerahkan Allah
SWT kepada dirinya, karena merasa bahwa memang itulah yang
sudah menjadi pembagiannya ( Asmaran As, 1994:233).
31
e) Dan masih banyak lagi akhlak terpuji ini, seperti: bersyukur, jujur,
amanah, at-taubah, asy-syaja’ah dan sebagainya.
2) Akhlak yang tercela
Yang termasuk akhlak yang tercela ini antara lain :
a) Dengki (hasad) yaitu menginginkan orang lain kehilangan sesuatu
yang baik (Kamil, 1988:133).
b) Dendam (hiqd) yaitu keadaan jiwa di mana rasa permusuhan seorang
pemarah mencekam kukuh dalam jiwanya (Kamil, 1988:136).
c) Kesombongan yaitu keadaan jiwa yang memandang tinggi diri sendiri
(izza) dan rasa diri hebat (ta‟azhushum)(Kamil, 1988:154).
d) Dan masih ada lagi seperti riya’, bakhil, laba, bohong, amarah, kianat
dan sebagainya.
c. Materi Akhlak
Yang dimaksud dengan materi akhlak disini adalah isi dari ajaran
akhlak itu sendiri. Pada pokoknya materi akhlak itu adalah meliputi akhlak
terpuji yang harus dimiliki dan akhlak yang tercela yang harus dijauhi dalam
hubungannya kepada Allah, diri sendiri, sesama manusia dan makhluk lain
atau alam sekitar. Dan dalam pembahasan ini hanya mengenai akhklak
manusia terhadap Allah dan sesama manusia.
1) Akhlak manusia terhadap Allah
Manusia sebagai makhluk Allah memiliki tugas dan kewajiban
untuk beriman kepada-Nya dan sebagai kesempurnaan iman yaitu dengan
merealisasikannya dalam bentuk amal (taqwa). Yang dimaksud disini
adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya sifat-sifat
32
yang merupakan manifestasi iman dan taqwa itu antara lain adalah
syukur atas nikmat yang Allah berikan dan sabar atas bencana yang Allah
timpakan (Kamil, 1988:16).
Ikhlas dalam setiap perbuatan, mohon ampun pada-Nya atas
segala dosa dan kesalahan yang telah diperbuat, baik lahir maupun batin,
selalu bertawakal atas segala doa dan usaha yang telah dilakukan. Dan
dengan kekuatan iman inilah sesungguhnya manusia mampu menghadapi
segala persoalan hidup dengan akhlak yang mulia, tidak mudah
terpancing oleh hal-hal yang tidak baik.
2) Akhlak terhadap sesama manusia
Mengenai akhlak manusia terhadap sesama manusia ini,
meliputi akhlak kepada kedua orang tua, guru, saudara, teman, tetangga
dan anak yatim serta fakir miskin. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai
berikut:
a) Akhlak terhadap kedua orang tua
Islam telah mewajibkan kepada umatnya untuk berbakti
kepada kedua orang tua. Adapun cara berbakti kepada kedua orang tua
tersebut di antaranya adalah :
(1) Mematuhi ibu bapak dalam setiap perilakunya kecuali jika anak
diperintahkan berbuat maksiat, ini tidak perlu dipatuhi.
(2) Banyak mendoakan dan meminta ampun bagi mereka.
(3) Tidak boleh keluar rumah jika mereka tidak mengizinkan.
(4) Segera mengindahkan panggilan mereka jika mereka
memanggilnya.
33
(5) Mendoakan mereka lebih-lebih setelah mereka wafat. Banyak
mengulang firman Allah “Ya Allah, kasihinilah mereka
sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil” (Ulwan,
1992:49).
b) Akhlak terhadap guru
Guru adalah orang yang sangat berjasa bagi umat manusia di
muka bumi ini, karena lewat gurulah manusia mengetahui rahasia-
rahasia alam (ilmu pengetahuan), maka Nabi SAW berwasiat agar
siswa itu memiliki adab terhadap gurunya antara lain sebagai berikut :
(1) Seorang murid hendaknya bersikap tawadhuk (rendah hati)
kepada gurunya.
(2) Seorang murid hendaknya memandang gurunya dengan penuh
hormat.
(3) Seorang murid hendaknya duduk di depan gurunya dengan
sopan, tenang, merendah diri dan hormat, mendengarkan,
memperlihatkan dan menerimanya tanpa menoleh kesana-kemari
kecuali jika perlu, tidak gelisah karena mendengar kegaduhan,
terutama saat guru mengajar (Ulwan, 1992:71-74).
c) Akhlak terhadap saudara
Yang dimaksud saudara di sini adalah saudara kandung.
Terhadap saudara kandung hendaklah memiliki sifat mencintai
mereka sehingga dapat berbuat lembut dan baik kepada mereka,
menghormati yang lebih dewasa, menyayangi yang lebih kecil,
34
ikut merasakan duka cita mereka, serta siap memberikan
pertolongan dan bantuan (Ulwan, 1992:51).
d) Akhlak terhadap teman
Yang dimaksud teman di sini adalah saudara muslim yang
kita sering bergaul dengannya. Islam telah mengajarkan tata cara dan
kewajiban terhadap sesama teman, yaitu antara lain :
(1) Mengucapkan salam jika ketemu
(2) Menjenguk jika teman sakit
(3) Mendoakan jika bersin, dengan “Alhamdulillah” (orang yang
bersin) dan mendengar “Yarhamukallah” serta“Yahdikumullah”
bagi yang bersin.
(4) Memenuhi undangannya, jika saudara kita (teman) memberi
undangan untuk menghadiri hajatnya maka kita wajib
menghadirinya.
e) Akhlak terhadap tetangga
Yang dimaksud tetangga disini adalah orang yang hidup
dalam lingkungan kita atau yang lebih luas lagi, sering kita sebut
masyarakat. Dalam hal ini ada beberapa kewajiban yang harus
diperhatikan oleh masing-masing, antara lain :
(1) Menunjukkan wajah yang jernih terhadap mereka.
(2) Tidak menyakiti mereka, baik yang lesan maupun perbuatan.
(3) Menghormati dan tenggang rasa terhadap mereka.
(4) Memberi pertolongan apabila mereka membutuhkan.
35
f) Akhlak terhadap fakir miskin dan anak yatim piatu
Terhadap fakir miskin dan anak yatim piatu hendaklah bersikap :
(1) Menyayangi dan menghormati mereka
(2) Memberi bantuan kepada mereka
d. Dasar dan Tujuan Pembinaan Akhlak
1) Dasar pembinaan akhlak
Sebagai dasar pembinaan akhlak ini adalah al-Qur’an dan al-
Hadits. Dalam surat Ali Imron Ayat 104 yang berbunyi :
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”
(Departemen Agama, 1989:93).
2) Tujuan Pembinaan Akhlak
Karena pembinaan mengandung unsur pendidikan, sedang
akhlak (budi pekerti) adalah jiwa dari pendidikan Islam, maka tujuan
pembianaan akhlak sama dengan tujuan pendidikan Islam yaitu
pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup mengahasilkan
orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun wanita, jiwa yang bersih,
kemaauan yang keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu
arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, tahu
membedakan buruk dengan baik, memilih suatu fadhilah karena cinta
fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela dan mengingat Tuhan
dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
36
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak
Untuk tercapainya pembinaan akhlak ini, ada 2 faktor yang
mempengaruhi, yaitu pertama faktor dari dalam diri manusia itu sendiri,
maksudnya adalah adanya kemauan menahan diri (mujahadah) dan melatih
diri (riyadhah), yakni bersusah payah melakukan amal perbuatan yang
bersumberkan akhlak yang baik, sehingga menjadi kebiasaan dan sesuatu
yang menyenangkan (Kamil, 1988:93).
Dan yang kedua adalah faktor dari luar diri manusia tersebut.Ada 4
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, Madrasah (sekolah), masyarakat
(mujtama‟) dan masjid (maqomulibadah), yang keempat lignkungan
pendidikan inididi dalam konsep pendidikan Islam biasanya disebut dengan
istilah “catur pusat pendidikan Islam”
1) Lingkungan Keluarga
Para ahli ilmu pendidikan Islam sepakat mengakui bahwa
lingkungan keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
anak didik. Maka sudah semestinyalah setiap keluarga muslim berusaha
untuk menciptakan lingkungan keluarganya masing-masing menjadi
lingkungan yang paedagogisreligius, lingkungan yang penuh nilai-nilai
pendidikan dan keagamaan yang indah.
2) Lingkungan Madrasah (sekolah)
Lingkungan madrasah (sekolah) menjadi sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anak didik, karena memang
sekolah dibuat dalam rangka untuk mempengaruhi anak didik. Oleh
37
karena itu, maka menjadi kewajiban umat Islam untuk menyelenggarakan
sekolah yang Islami.
3) Lingkungan Masyarakat (Mujtama‟)
Lingkungan masyarakat besar pula pengaruhnya terhadap
perkembangan anak didik, karena dalam kenyataannya, lebih-lebih
setelah anak memasuki Murahiq (remaja), anak akan menghabiskan
sebagaian besar waktunya utnuk berada di lingkungan masyarakatnya.
Oleh karena itu menjadi tugas para orang tua dan pendidik untuk
memulihkan teman-teman pergaulan anak-anaknya dengan teman-teman
yang baik budi pekertinya, dan menjauhkan mereka bergaul dengan
teman-teman yang buruk budi pekertinya.
4) Lingkungan Masjid (MaqamulIbadah)
Berdasarkan sunah Rasulullah, masjid bukanlah hanya sekedar
pusat aktifitas peribadahan hanya sekedar pusat aktifitas peribadahan
didalam Islam tapi juga sebagai pusat sosial dan budaya, serta aktifitas-
aktifitas umat Islam lainnya. Walaupun saat ini terlihat ada pengurangan
fungsi masjid, namun msih tetap sebagai pusat berbagai aktifitas umat
Islam. Dan tidak mungkin umat Islam dalam hidup kesehariannya dapat
terlepas dari masjid dan tempat-tempat iabadah lainnya (Tauhied,
1990:130-136).
38
3. Religiusitas
a. Definisi Religiusitas
Menurut Harun Nasution dalam Jalaluddin, pengertian agama
berdasarkan asal kata, yaitu al-din, religi, (relegere, religare), dan agama.
Al–din (Semit) berarti undang-undang atau hukum. Kemudian dalam bahasa
Arab, kata ini mempunyai arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,
balasan, kebiasaan. Sedangkan dari kata religi (Latin) atau relegere berarti
mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti mengikat. Adapun
kata agama terdiri dari a = tidak, gam = pergi yang mengandung arti tidak
pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun (Jalaluddin, 2005:12).
Dengan demikian, makna yang terdapat dalam istilah-istilah diatas
bahwa pada umumnya agama itu mempunyai aturan-aturan dan kewajiban-
kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua orang yang
memeluk agama tersebut. Dimana kesemuanya itu berfungsi untuk mengikat
seseorang dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.
Menurut R.H. Thouless dalam Daradjat, agama ialah proses
hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya,bahwa
sesuatu lebih tinggi daripada manusia (Daradjat, 1991:56). Jadi, agama yaitu
hubungan antara makhluk dengan Tuhan yang berwujud ibadah yang
dilaksanakan dalam bentuk sikap sehari-hari.
Dari istilah agama maka muncullah istilah religiusitas. Anshori
membedakan antara agama atau religi dengan religiusitas. Jika agama
menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan
kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek religi yang telah dihayati
39
oleh seseorang dalam hati. Dister juga berpendapat senada dengan Anshori,
yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya
internalisasi agama ke dalam diri seseorang. Selain itu, Monks dkk. juga
memaknai keberagamaan itu sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari
manusia kepada Yang Maha Kuasa dimana itu memberikan rasa aman
(Risnawita S, 2014:169). Semakin manusia mengakui adanya Tuhan dan
kekuasaan-Nya, maka akan semakin tinggi tingkat religiusitasnya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan tingkat religiusitas adalah kadar atau tingkat pengabdian
seseorang terhadap agama yang diyakini dan dianutnya, dalam hal ini yaitu
agama Islam.
b. Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas
Robert H. Thouless mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan sikap religiusitas seseorang, yaitu:
1) Pengaruh pendidikan dan berbagai tekanan sosial (faktor sosial).
2) Berbagai pengalaman yang membantu sikap keberagamaan atau
religiusitas seseorang terutama pengalaman keindahan dan kebaikan di
dunia lain (faktor alami), konflik moral (faktor moral) dan pengalaman
emosional keagamaan (faktor efektif).
3) Faktor-faktor yang sebagian atau seluruhnya timbul dari kebutuhan yang
tidak terpenuhi terutama kebutuhan terhadap keamanan, cinta kasih,
harga diri dan ancaman kematian.
4) Faktor intelektual yaitu berbagai proses pemikiran verbal (Thouless,
2000:34).
40
c. Fungsi Religiusitas
Nico Syukur Dister mengemukakan empat fungsi (emosional-
efektif, sosio-moral, intelektual-kognitif dan psikologis) dari religiusitas,
yaitu:
1) Untuk mengatasi frustasi
Ketika seseorang mengalami frustasi maka dia akan mencoba
mengatasinya dengan mengesampingkan kebutuhan atau keinginannya
akan hal yang bersifat keduniawian kepada Tuhan.
2) Untuk menjaga kesusilaan dan tata tertib masyarakat
Dimana dalam sebuah agama itu terdapat norma-norma yang
mengatur kehidupan manusia, sehingga dengan adanya religiusitas maka
kehidupan masyarakat akan baik dan tertib.
3) Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu
4) Untuk mengatasi ketakutan
Setiap manusia yang mempunyai keyakinan bahwa Tuhan
selalu berada didekatnya maka kecemasan dan ketakutan yang tidak
beralasan akan dapat hilang (Dister, 1992:74).
d. Dimensi Religiusitas
Hurlock dalam M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S mengatakan
bahwa religi terdiri dari dua unsur yaitu keyakinan terhadap ajaran agama
dan pelaksanaan akan ajaran agama. Glock dan Stark membagi dimensi
religiusitas menjadi lima dimensi. Dimana pendapat Glock dan Stark
tersebut sesuai dengan lima aspek agama Islam tentang aspek-aspek
religiusitas.
41
1) Dimensi keyakinan
Menunjukkan tingkatan sejauh mana keyakinan seorang muslim
terhadap kebenaran ajaran agamanya. Seperti keyakinan tentang Allah,
adanya malaikat, surga, para Nabi, dan sebagainya.
2) Dimensi praktik agama atau peribadatan
Menunjukkan tingkat kepatuhan muslim dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban ritual dalam agamanya. Seperti menunaikan shalat,
zakat, puasa, haji, dan sebagainya.
3) Dimensi feeling atau penghayatan
Dimensi penghayatan yaitu menunjukkan perasaan keagamaan
yang pernah dialami dan dirasakan seperti merasa dekat dengan Tuhan,
tentram saat berdoa, tersentuh ketika mendengar ayat kitab suci, merasa
takut ketika berbuat dosa, merasa senang doanya dikabulkan, dan
sebagainya.
4) Dimensi pengetahuan agama
Menunjukkan seberapa jauh tingkat pengetahuan dan
pemahaman muslim terhadap ajaran-ajaran agamanya terutama yang ada
dalam Al-Qur’an, hadits, pengetahuan fikih, dan sebagainya.
5) Dimensi pengamalan
Menunjukkan sejauh mana implikasi atau pengaruh ajaran
agamanya terhadap perilaku seorang muslim dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini menyangkut tentang hubungan dengan sesama manusia dan
hubungan dengan lingkungannya (Risnawita S, 2014:169).
e. Kriteria orang yang mampu menerapkan aspek religiusitas
42
1) Kemampuan Melakukan Differensiasi
Artinya kemampuan dengan baik dimaksudkan sebagai individu
dalam bersikap dan berperilaku terhadap agama secara obyektif, kritis,
berfikir secara terbuka. Individu yang memiliki sikap religiusitas tinggi
yang mampu melakukan diferensiasi, akan mampu menempatkan aspek
rasional sebagai salah satu bagian dari kehidupan beragamanya, sehingga
pemikiran tentang agama menjadi lebih kompleks dan realistis.
2) Berkarakter Dinamis
Apabila individu telah berkarakter dinamis, agama telah mampu
mengontrol dan mengarahkan motif-motif dan aktivitisnya. Aktivitas
keagamaan semuanya dilakukan demi kepentingan agama itu sendiri.
3) Integral
Keberagaman yang matang akan mampu mengintegrasikan
atau menyatukan sisi religiusitasnya dengan segenap aspek kehidupan
termasuk sosial, ekonomi.
4) Sikap Berimbang Antara Kesenangan Dunia Tanpa Melupakan Akhirat
Seorang yang memiliki sikap religiusitas tinggi akan mampu
menempatkan diri antara batas kecukupan dan batas kelebihan. Sikap
religiusitas dalam hal perilaku konsumtif berdasarkan kepada akhlak
seseorang. Akhlak dan rasional menempati posisi puncak yang menjadi
tumpuan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
43
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka disini adalah hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya yang mempunyai tema dan tujuan yang hampir sama dengan
penelitian ini. Maka dari itu, ada beberapa kajian yang telah dilakukan oleh
peneliti yang lain, yang relevan dengan penelitian ini dengan segala kemampuan,
penulis berusaha menelusuri dan menelaah beberapa hasil kajian pustaka yang di
dapat dari beberapa skripsi yaitu:
1. Skripsi Darmi (2012) berjudul, Korelasi Religiusitas Remaja Dengan Perilaku
Sosial Di Masyarakat Lingkungan Perindustrian Kelurahan Ngempon,
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun 2012. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa (1) religiusitas remaja di Kelurahan Ngempon masuk
dalam kategori sedang, (2) perilaku sosial di kelurahan Ngempon masuk dalam
kategori tinggi, (3) Ada korelasi antara religiusitas remaja dengan perilaku
sosial di masyarakat lingkungan perindustrian Kelurahan Ngempon.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis penelitian secara kuantitatif untuk
Korelasi religiusitas remaja dengan perilaku sosial di masyarakat lingkungan
perindustrian Kelurahan Ngempon, Kec. Bergas, Kab. Semarang terbukti
bahwa r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikan (0,444) lebih besar
dari nilai r table 5% (0,297) dan 1% (0,361) atau dapat dikatakan 0,297
0,361.
Persamaan skripsi Darmi (2012) dengan penelitian ini adalah
kegiatan yang Religiusitas oleh Remaja berpengaruh dengan tindakan atau
sikap remaja dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan perbedaannya terletak
pada tujuan, dari skripsi Darmi (2012) adalah korelasi antara religiusitas
44
remaja dengan perilaku sosial di masyarakat. Pada penelitian ini adalah
Manajemen Rukun Tetangga dalam Membina Akhlak dan Religiusitas Remaja.
2. Skripsi Sabariyah (2012) berjudul, Model Pembinaan Oran gtua Pada Akhlak
Remaja di Desalebak, Kec. Bringin, Kab. Semarang Tahun 2012. Hasil
penelitian menunjukkan semakin intensif orang tua dalam membina anak,
maka akhlak yang diharapkan orang tua akan sesuai harapan yaitu mengikuti
ajaran Agama Islam.
Persamaan skripsi Sabariyah (2012) dengan penelitian ini adalah
tujuan penelitian yaitu pembinaan Akhlak Remaja. Sedangkan perbedaannya
terletak pada variabel pertama, dari skripsi Sabariyah (2012) adalah Model
Pembinaan Oran gtua, sedangkan pada penelitian ini adalah Manajemen Rukun
Tetangga dalam Membina Akhlak Remaja.
3. Skripsi Diah Ayu Sita Resmi (2018) berjudul, Implementasi Pendidikan
Karakter berbasis Nilai-nilai Religiusitas melalui Ekstrakurikuler Keagamaan
Islam di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun 2017. Hasil penelitian
dapatdiketahuibahwa, Implementasi Pendidikan Karakter berbasis Nilai-nilai
Religiusitas melalui Ekstrakurikuler Keagamaan Islam di SMP Negeri 3
Salatiga Tahun 2017, dapat di praktikkan di lingkungan sekolah, masyarakat
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Konsep pendidikan karakter berbasis
nilai-nilai Religiusitas di SMP Negeri 3 Salatiga Tahun 2017 adalah Ketaatan
beribadah, Kejujuran, Tanggung jawab, Kedisiplinan, Semangat belajar,
Kemandirian, Kritis, Kreatifdaninovatif, Kasihsayangdankepedulian,
Keikhlasan dan Keadilan.
45
Persamaan skripsi Diah Ayu Sita Resmi (2018) dengan penelitian ini
adalah tujuan penelitian yaitu peningkatan Nilai-nilai Religiusitas Anak
melalui sebuah perbuatan yang sudah direncanakan. Sedangkan perbedaannya
terletak pada cara-cara yang dilakukan dalam merubah sikap religiusitas anak,
dari skripsi Diah Ayu Sita Resmi (2018) adalah peran Pendidikan Karakter
berbasis Nilai-nilai Religiusitas melalui Ekstrakurikuler Keagamaan Islam,
sedangkan pada penelitian ini adalah Manajemen Rukun Tetangga dalam
Membina Akhlak Remaja.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah merupakan penelitian lapangan. Dan menggunakan
pendekatan kualitatif. Dilihat dari sifatnya, penelitian ini termasuk jenis penelitian
deskriptif, penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian
menganalisisnya dengan cara memaparkan atau mendeskripsikan dengan kata-
kata atau kalimat.
Menurut Suryabrata (1998:19), Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bermaksud untuk membuat pencandraan (uraian, paparan) mengenai situasi
kejadian-kejadian. Sedangkan tujuan penelitian deskriptif menurut Umar
(1999:29), Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat sesuatu
yang tengah berlangsung pada saat research dilakukan dan untuk memeriksa
sebab-sebab dari sesuatu gejala tertentu.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Dusun Krajan Desa Sukorejo Kec. Suruh
Kab. Semarang, sedangkan waktu penelitian dimulai tanggal 13 Juli 2018 -12
Agustus 2018
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis dapat memperoleh informasi data dari
beberapa literatur buku maupun jurnal sebagai bahan teoritik danmemperoleh
sumber informasi riil dari proses data observasi dan wawancara yang peneliti
lakukan secara langsung yang kemudian dianalisis.
47
D. Instrument Penelitian
Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa angket
atau kuesioner (Kountur, 2004, 113). Sehingga satu-satunya instrumen dalam
penelitian kualtatif adalah peneliti sendiri. (Bungin 2001:71) karena peneliti
sebagai pengumpul data yang mempengaruhi terhadap faktor instrumen. Adapun
reliabilitas dan validitasnya lebih pada kelayakan dan kredibilitas peneliti karena
alat ukur dalam penelitian kualitatif bersifat kualitatif juga, sehingga sangat
abstrak, akan tetapi lengkap dan mendalam. Untuk mendapatkan data yang
diinginkan dalam penelitian ini, berikut kisi-kisi sebagai pedoman.
Tabel.1.1.Matriks Kisi-Kisi Pengumpulan data
dan Instrumen Penelitian
No. Fokus/Konsep/
Variabel Indikator
Teknik
Pengumpulan
data
Sumber
data Instrumen
1. Manajemen
Rukun
Tetangga
1. Mempunyai
program serta visi
misi
2. Melaksanakan
musyawarah serta
mengambil
keputusan dari
musyawarah
tersebut
3. Menerima masukan
masyarakat
Membina warga
setempat agar
hidup dalam
kekeluargaan.
4. Pelayanan
Wawancara
dan Angket
Ketua dan
semua
pengurus
Rukun
Tetangga
dan Tokoh
Masyarakat
Lamp-1
48
masyarakat yang
menjadi tugas
pemerintah daerah.
5. Membuat laporan
atas
keberlangsungan
kehidupan warga
yang sekiranya
perlu dilaporkan.
6. Membuat laporan
atas kegiatan
organisasi secara
berkala
7. Pengurus Rukun
Tetangga yang
Komunikatif
8. Pengurus yang
Partisipatif
Bertanggung jawab
9. Pengurus yang
Memberi
contoh,Transparan
dan Tidak
melanggar kode
etik atau norma-
norma yang berlaku
2. Pembinaan
Akhlak
1. Ikhlas
2. Jujur
3. Rendah Hati
4. Kasih Sayang
5. Disiplin
6. Santun
7. Hemat
Pengamatan,
analisis
dokumen,
Wawancara
Ketua
Rukun
Tetangga,
tokoh desa
(diluar
sampel)
Lamp-2
49
8. Berfikir positif
9. Toleransi
10. Cinta damai
3. Religiusitas
Remaja
1. Kegiatan
keagamaan
2. Kegiatan sosial
Pengamatan,
analisis
dokumen,
Wawancara
Remaja Lamp-3
E. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang
diteliti dan dapat dipercaya kebenarannya, maka penulis menggunakan metode-
metode sebagai berikut :
1. Observasi
Metode observasi sebagai metode ilmiah dapat diartikan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang diselidiki (Hadi, 1984:136). Jenis observasi yang penulis pergunakan
adalah jenis observasi partisipasi, karena dalam peneliti ini penulis ikut aktif
dalam kegiatan religiusitas remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno
Hadi tentang observasi partisipasi yaitu bahwa orang yang mengadakan
observasi (disebut Observes). Metode observasi ini penulis pergunakan untuk
mengamati tentang akhlak dan kegiatan religiusitas remaja di Dusun Krajan
Desa Sukorejo. Dan dalam menggunakan metode ini penulis tidak memakai
alat bantu, serta untuk menjaga keotentikan hasil observasi, maka setiap
nampak gejala penulis segera mencatatnya dalam catatan khusus supaya tidak
bercampur persepsi pribadi.
50
2. Metode Interview
Metode interview adalah metode pengumpulan data melalui proses
dialog antara pewawancara dengan terwawancara untuk memperoleh informasi
(Arikunto, 1993:126). Ditinjau dari pelaksanaannya, interview ini disebutkan
menjadi 3 yaitu :
a. Interview bebas
b. Interview terpimpin
c. Interview bebas terpimpin
Dalam penelitian ini penulis menggunakan interview bebas terpimpin,
yaitu kombinasi antara interview bebas dan terpimpin, yang dalam
pelaksanaannya pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan
garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan (Arikunto, 1993:127-128).
Metode ini penulis pergunakan untuk mewawancarai ketua Rukun
Tetangga dan para remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo dan pihak-pihak
yang memungkinkan dapat memberi keterangan yang berhubungan dengan
penelitian ini.
3. Metode Angket/ Kuesioner
Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1993:124).
Metode kuesioner ini penulis pergunakan untuk memperoleh
informasi mengenai keadaan atau apa yang mereka rasa, tindakan maupun
sikap apa yang mereka ambil pada saat menghadapi perisitwa-peristiwa
tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Angket yang telah disusun diberikan
51
kepada seluruh para remaja di Dusun Krajan Desa Sukorejo yang berjumlah 50
orang.
4. Metode Dokumentasi
Yang dimaksud metode dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal yang berupa catatan, transkipsi, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1993:202).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang berupa
angka-angka dan catatan penting, seperti data tentang jumlah anggota Jam’iyah
Nahdlatul Athfaliyah dam keadaan mereka, struktur organisasi, penceramah
dan dokumentasi lain yeng relevan dengan pembahasan ini.
F. Analisis Data
Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai
setelah peneliti memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah
mengumpulkan data yang dapat dianalisis (Tobroni, 2001:192). Kegiatan-kegiatan
analisis selama penulis mengumpulkan data meliputi:
1. Menetapkan fokus penelitian
2. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah terkumpul
3. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-temuan
pengumpulan data sebelumnya
4. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka pengumpulan
data berikutnya
5. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis
data, sebagai tatap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode
52
deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata kata, gambar dan
bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti.
Jadi, Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
reduksi data, penyajian data serta menarik kesimp