manajemen puskes revisi

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, terutama di bidang teknologi informasi, menjadi tantangan bagi penyelenggara pemerintah untuk dapat menyikapi dan memanfaatkannya sebagai sarana kerja dalam membantu percepatan pelaksanaan tugas. Teknologi informasi yang didukung oleh teknologi komunikasi maupun teknologi lainnya menjadi unsur yang penting dalam menjembatani data dan informasi dalam segala aspek kehidupan Sistem informasi merupakan alat bantu dalam menampilkan, melaporkan, dan memberi informasi kepada semua orang yang membutuhkannya. Sistem informasi dibuat agar mempermudah dalam pengelolaan data maupun informasi serta memudahkan kita dalam mencari data maupun informasi tersebut. Sistem Informasi Kesehatan merupakan tatanan berbagai komponen data dan informasi kesehatan yang saling terkait satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan data dan informasi tentang kondisi kesehatan dan kinerja kesehatan di suatu wilayah. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat dan membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

1

kegiatan pokok. Fungsi Puskesmas terdiri dari tiga yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan dan pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Fungsi dan peran Puskesmas sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat di wilayah terkecil membutuhkan strategi dalam hal pengorganisasian pelayanan sehingga pembangunan kesehatan masyarakat dapat tercapai. Sistem Manajemen Data Puskesmas adalah salah satu alat bantu manajemen yang berupa pengelolaan data atau informasi dengan menggunakan komputer yang berkaitan erat dengan sistem basis data yang berhubungan dengan data di tingkat Puskesmas. Sistem manajemen ini sangat berguna untuk membantu dalam proses input dan output data, sehingga dapat membantu dalam pengolahan, analisis dan penyajian data serta informasi. Sistem-sistem pencatatan dan pelaporan yang ada saat ini belum terkoordinasikan dengan baik karena kendala penyimpanannya yang tidak teratur, sehingga ketika membutuhkan data yang sudah dilaporkan sering ada kendala data hilang ataupun rusak. Sebagian besar daerah kurang memiliki kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan sistem manajemen puskesmas maupun sistem informasi kesehatan di daerahnya. Pemanfaatan data dan informasi dalam manajemen kesehatan belum bisa optimal karena belum berkembangnya sistem kesehatan dan manajemen kesehatan di berbagai tingkat. Berdasarkan kenyataan tentang manajemen kesehatan yang belum optimal tersebut, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi menggunakan suatu sistem

2

untuk memanajemen data yang masuk dari tingkat puskesmas untuk membantu dalam pengelolaan data dengan menerapkan Sistem Informasi Puskesmas (SIMPUS) untuk setiap Puskesmas di wilayah kerjanya. Sejak tanggal 1 Mei 2011, atas instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Puskesmas Wanasari menerapkan SIMPUS. Oleh karena itu, Dalam rangka memastikan keefektifan penerapan dan dampak positif yang diberikan oleh Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari dalam menghasilkan suatu informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan ekonomis, maka evaluasi terhadap sistem tersebut merupakan hal penting yang harus dilakukan. Sistem yang baru maupun sistem lama, harus dievaluasi secara berkala untuk menentukan apakah sistem tersebut berfungsi seperti yang diharapkan atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1) Bagaimana penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari ditinjau dari aspek input sistem? 2) Bagaimana penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari ditinjau dari aspek proses sistem? 3) Bagaimana penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari ditinjau dari aspek output sistem?

3

4) Apakah yang menjadi hambatan dari penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Melakukan evaluasi penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari ditinjau dari aspek input, proses, output dan hambatan dari sistem.

1.3.2

Tujuan

1) Mengetahui penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari ditinjau dari aspek input sistem. 2) Mengetahui penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas

(SIMPUS) di Puskesmas Wanasari ditinjau dari aspek proses sistem. 3) Mengetahui penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari ditinjau dari aspek output sistem. 4) Mengetahui hambatan dari penerapan Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas Wanasari

1.4 Kegunaan Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi penerapan SIMPUS di Puskesmas Wanasari sehingga pemanfaatannya dapat lebih optimal.

4

1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan melakukan pengumpulan data berupa observasi langsung dan wawancara kepada kepala tata usaha, petugas di bagian loket pendaftaran, balai pengobatan, apotek, dan bagian administrasi serta melakukan wawancara kepada pengunjung Puskesmas Wanasari.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Puskesmas Wanasari, Kabupaten Bekasi pada tanggal 26-30 Mei 2011.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas 2.1.1 Batasan Puskesmas Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004, Puskesmas adalah UPTD yang mengurus kesehatan di tingkat

kabupaten/kotamadya yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Berikut adalah pemaparan dari definisi Puskesmas di atas. 1. Unit Pelaksana Teknis Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota (UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

6

2. Pembangunan Kesehatan Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 3. Pertanggungjawaban Kesehatan Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya

pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya. 4. Wilayah Kerja Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Pelayanan Kesehatan yang diberikan Puskesmas adalah pelayanan kesehatan menyeluruh yang meliputi pelayanan: a. Kuratif (pengobatan) b. Preventif (upaya pencegahan) c. Promotif (peningkatan kesehatan)

7

d. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan) Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan jenis kelamain dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.

2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas 2.1.2.1 Visi Puskesmas Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya. Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yaitu terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat.

2.1.2.2 Misi Puskesmas Misi Pembangunan Kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

8

1) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 2) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. 3) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. 4) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan

masyarakat beserta lingkungannya. Misi dari Puskesmas Purwakarta adalah: 1) Mewujudkan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat dan terjangkau oleh masyarakat. 2) Meningkatkan sumber daya karyawan Puskesmas. 3) Mendorong untuk mewujudkan lingkungan sehat bagi masyarakat. 4) Mewujudkan upaya perlindungan masyarakat agar bebas dari masalahmasalah penyakit. 5) Mewujudkan perilaku yang proaktif, mandiri untuk memelihara kesehatan masyarakat.

2.1.3 Tujuan Puskesmas Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat

9

kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

2.1.4 Fungsi Puskesmas Puskesmas memiliki tiga fungsi utama, yaitu : 1. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan 2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat 3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab puskesmas meliputi : a. Pelayanan Kesehatan Perorangan (private goods) b. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (public goods). Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara: a) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. b) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. c) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. d) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. e) Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program Puskesmas.

10

2.1.5 Upaya Kesehatan Masyarakat Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas akan terwujud dengan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dibagi dua yakni : 1. Upaya Kesehatan Wajib Upaya Kesehatan Wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di Indonesia. Upaya Kesehatan Wajib tersebut adalah (the basic six) : a) Upaya Promosi Kesehatan b) Upaya Kesehatan Lingkungan c) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d) Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat e) Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f) Upaya Pengobatan 2. Upaya Kesehatan Pengembangan Upaya Kesehatan Pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.

11

Upaya pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni: a) Upaya Kesehatan Sekolah, b) Upaya Kesehatan Olah Raga c) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat d) Upaya Kesehatan Kerja e) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut f) Upaya Kesehatan Jiwa g) Upaya Kesehatan Mata h) Upaya Kesehatan Usia Lanjut i) Upaya pembinaan Pengobatan Tradsional.

2.1.6 Azas Penyelenggaraan Puskesmas Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah : 1. Azas Pertanggungjawaban Wilayah 2. Azas Pemberdayaan Masyarakat 3. Azas Keterpaduan Ada dua macam azas keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni, keterpaduan lintas program dan keterpaduan lintas sektor.

12

4. Azas Rujukan Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni : a) Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan b) Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat.

2.2 Sistem Informasi Manajemen 2.2.1 Sistem Informasi Sistem adalah kumpulan elemen yang berintegrasi untuk mencapai tujuan tertentu sedangkan informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Informasi dapat menggambarkan kejadian nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Sumber dari informasi adalah data yang dapat berbentuk huruf, simbol, alfabet dan lain sebagainya. Model dasar sistem adalah masukan (input), pengolahan (proses), dan pengeluaran (output). Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam waktu periode sebelumnya. Oleh karena itu pada model sistem informasi ditambahkan pula media penyimpan data (database) maka fungsi pengolahan informasi bukan lagi mengubah data menjadi informasi tetapi juga menyimpan data untuk dipergunakan lebih lanjut. Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut.

13

2.2.2 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen (SIM) adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated), untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Sistem ini menggunakan perangkat keras, dan perangkat lunak komputer, prosedur pedoman, model manajemen dan keputusan dan sebuah basis data (database). Berdasarkan definisi diatas, terlihat ada sedikit perbedaan antara sistem informasi biasa dengan sistem informasi manajemen (SIM), dimana perbedaan yang mendasar adalah bahwa SIM dapat mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan. Sistem informasi manajemen digambarkan sebagai sebuah bangunan piramida dimana lapisan dasarnya terdiri dari informasi untuk pengolahan transaksi, penjelasan status, dan sebagainya, lapisan berikutnya terdiri dari sumber-sumber informasi dalam mendukung operasi manajemen sehari hari, lapisan ketiga terdiri dari sumber daya sistem informasi untuk membantu perencanaan taktis dan pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen, dan lapisan puncak terdiri dari sumber daya informasi untuk mendukung perencanaan dan perumusan kebijakan oleh manajemen tingkat puncak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar berikut ini:

14

Gambar 2.1. Sistem Informasi Manajemen

Manajemen SIM dapat dibagi menjadi tiga level yaitu : 1. Top Management, tugas yang dilakukan adalah : Perencanaan meliputi, perencanaan keuangan, perencanaan untuk pengembangan organisasi serta perencanaan strategik lainnya. 2. Middle Management, tugas yang dilakukan adalah : a. Bertanggung jawab terhadap performance produksi b. Perencanaan taktis c. Pengambilan keputusan untuk pengendalian manajemen. 3. Lower Management, tugas yang dilakukan adalah : a. Pekerjaan lebih banyak menangani kontrol terhadap jalannya organisasi b. Pengolahan transaksi

15

c. Perencanaan untuk mendukung operasi manajemen sehari hari.

2.2.3 Operasionalisasi SIM Sistem informasi memiliki tiga elemen utama, yaitu data yang menyediakan informasi, prosedur yang memberitahu pengguna bagaimana mengoperasikan sistem informasi, dan orang-orang yang membuat produk, menyelesaikan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan system informasi tersebut. Orang-orang dalam sistem informasi membuat prosedur untuk mengolah dan memanipulasi data sehingga menghasilkan informasi dan menyebarkan informasi tersebut ke lingkungan.

Suatu SIM dapat dioperasionalisasi bila terdapat 3 unsur penting, yaitu: a. Hardware (Perangkat Keras), terdiri dari: Komputer dan peralatannya, jaringan komunikasi seperti modem, telephon dll. b. Software (Perangkat Lunak), terdiri dari program yang menjalankan proses kerja pada komputer. c. Brainware, merupakan unsur manusia yang menjalankan SIM.

Suatu SIM mempunyai tiga sumberdaya dan berbentuk seperti piramid : a. Komponen perangkat keras berada pada pondasi dan menyediakan infrastruktur untuk mendukung SIM. b. Komponen perangkat lunak merupakan suatu komponen untuk mempercepat proses penyampaian.

16

c. Di puncak piramida terdapat SDM, merupakan hal paling akhir disiapkan tetapi merupakan hal yang paling penting, karena jika SDM tidak siap, maka sebuah SIM tidak akan dapat berjalan.

Kenyataan bahwa SIM adalah interaksi antara manusia dan mesin maka hal ini berarti bahwa perancang sebuah sistem informasi manajemen harus memahami kemampuan manusia sebagai pengolah informasi dan perilaku manusia. Jadi kemampuan petugas pengolah SIM mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung operasional SIM.

2.3 Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS) 2.3.1 Pengertian Sistem Informasi Manajemen yang diterapkan di Puskesmas. Program Aplikasi Komputer Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu perangkat lunak yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan puskesmas dalam mengelola data-data yang dimiliki, digunakan untuk melihat profil dari pasien puskesmas, membantu dalam mencari data-data untuk pelaporan, dan juga mendukung berbagai keputusan dengan melihat data-data yang dimiliki oleh puskesmas.

17

2.3.2 Latar Belakang Pengembangan 1) Belum adanya keakuratan data mengenai orang sakit, penyakit, ibu hamil dan lain-lain dalam wilayah suatu puskesmas 2) Memperbaiki pengumpulan data di Puskesmas, guna laporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten 3) Memasuki Era Otonomi Daerah mutlak diperlukan Informasi yang tepat, akurat dan mutakhir berkenaan dengan data orang sakit, ketersediaan obat, jumlah ibu hamil, masalah imunisasi dll.

2.3.3 Maksud dan Tujuan 1) Mengumpulkan data dari tiap Puskesmas baik data orang sakit, bayi lahir, ibu hamil, ketersediaan obat, penyuluhan kesehatan masyarakat, dll. 2) Menghasilkan informasi mutakhir tentang kondisi kesehatan di suatu Puskesmas dari jumlah orang sakit sampai ketersediaan obat sehingga dapat digunakan sebagai data awal dalam pengambilan kebijaksanaan bagi pimpinan 3) Membantu kelancaran administrasi dan Manajemen Puskesmas dalam penyusunan laporan mengenai kondisi kesehatan di Puskesmas masingmasing 4) Memudahkan pekerjaan administrasi Puskesmas dalam membuat laporan harian maupun bulanan.

18

2.3.4 Keunggulan Komparatif 1) Program didesain lebih mudah dalam operasional dan menarik dalam laporan-laporan yang dihasilkan 2) Dengan data-data yang mutakhir akan dapat dibuat analisa-analisa yang mendukung kebijakan Puskesmas 3) Pelayanan terintegrasi dari bagian Pendaftaran hingga bagian Obat, sehingga meminimalisasi pemakaian kertas. 4) Pengelolaan database yang dapat diakses bersama (terbentuk Bank Data Kesehatan Daerah) 5) Dapat menampilkan sekaligus mencetak per-kategori yang dikehendaki ataupun rekap keseluruhan berkenaan dengan masalah kesehatan 6) SIMPUS dapat bekerja secara multi user maupun stand alone 7) SIMPUS dapat dipakai dalam jaringan Terpusat maupun Terdistribusi

Fasilitas yang terdapat dalam SIMPUS di bagian loket pendaftaran, balai pengobatan dan apotek adalah : 1. Tabel : a. Tabel Pasien b. Tabel Penyakit c. Tabel Obat d. Tabel Kecamatan, Desa 2. Input : a. Register Harian Pasien

19

b. Penerimaan Obat c. Pengeluaran Obat d. Stok Obat Bulanan 3. Laporan a. Query Register Harian b. Query Penyakit c. Query Obat d. Rekap (bulanan, harian, mingguan) pasien per jenis dan golongan umur e. Rekap Penyakit f. Rekap Obat g. Data Kesakitan (LB1) h. LPLPO (Laporan Pengeluaran dan Lembar Permintaan Obat)

20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian Obyek penelitian adalah aplikasi pengelolaan Sistem Informasi dan manajemen Puskesmas (SIMPUS) yaitu sistem informasi rawat jalan (Rajal) di Puskesmas Wanasari, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat. Puskemas wanasari kabupaten bekasi memiliki 3 unit komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak SIMPUS Rajal dan ditempatkan pada loket pendaftaran, ruang BP dan apotek.

3.2 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah 1 orang pengelola data puskesmas, 1 orang pengelola gudang farmasi, 2 orang petugas di loket pendaftaran, 3 orang pelaksana balai pengobatan serta pengunjung puskesmas.

3.3 Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data wawancara. dilakukan dengan observasi langsung dan

21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Penerapan Simpus di Puskesmas Wanasari 4.1.1 Input 4.1.1.1 Sumber Daya Manusia Tenaga pengelola SIMPUS pada Puskesmas Wanasari adalah pegawai Puskesmas dengan latar belakang pendidikan kebidanan dan keperawatan. Melihat kondisi tersebut, tidak ada pengelola yang memiliki latar pendidikan formal maupun informal di bidang teknologi informasi. Hanya pengelola data sebagai manajer SIMPUS yang mendapatkan bimbingan teknis mengenai SIMPUS dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi. Selain itu, manual pengoperasian SIMPUS Rajal yang bisa digunakan oleh petugas SIMPUS juga tidak tersedia.

4.1.1.2 Sarana Puskesmas Wanasari memiliki 3 komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak SIMPUS Rajal, masing-masing terletak di loket pendaftaran, ruang BP, dan apotek.

22

Gambar 4.1 Sarana Komputer yang Dilengkapi Aplikasi SIMPUS Rajal

4.1.1.3 Dana Tidak terdapat anggaran khusus untuk penerapan SIMPUS rajal di Puskesmas wanasari

4.1.2 Proses 4.1.2.1 Pengoperasian SIMPUS Alur pelayanan Puskesmas Wanasari sebelum menggunakan SIMPUS Rajal, adalah sebagai berikut :

23

Gambar 4.2 Alur Pelayanan Puskesmas Wanasari Sebelum Penerapan SIMPUS Rajal

Setiap pasien mendaftar, kemudian diregistrasi pada buku secara manual dan diberikan kartu control (rekam medis). Kartu kontrol tersebut dibawa ke ruang pemeriksaan yang digunakan oleh dokter untuk menulis diagnosis penyakit pasien dengan ICD X kemudian ke ruang apotek untuk mendapatkan obat, selanjutnya pasien langsung pulang. Pengelola data setiap bulan merekap buku register pasien dan data penyakit dari kartu kontrol yang kemudian dibuat laporan LB 1.

Sedangkan berdasarkan observasi lapangan, alur pelayanan setelah penggunaan SIMPUS Rajal adalah sebagai berikut:

24

Gambar 4.3 Alur Pelayanan Puskesmas Wanasari Setelah Penerapan SIMPUS Rajal

Pada loket pendaftaran setiap pasien diregistrasi menggunakan SIMPUS Rajal, Kemudian pasien diberikan kertas bantu (pengganti kartu kontrol). Kertas bantu tersebut dibawa keruang BP, dan pasien diperiksa oleh dokter dengan memanfaatkan kertas bantu sebagai media pencatataan diagnosis serta obat yang diberikan, setelah itu petugas input melakukan penginputan berdasarkan kertas bantu tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan pasien tetap diberikan kertas resep untuk dibawa ke apotek untuk mengambil obat. Di apotek, petugas menggunakan resep obat (manual) dalam memberikan obat kepada pasien. Melihat dari alur tersebut, SIMPUS hanya digunakan dalam registrasi pasien di loket dan penginputan data penyakit dan obat pasien di BP. Melihat hal tersebut,

25

pengoperasian sistem belum berjalan dengan baik. Modul pengoperasian SIMPUS yang dapat digunakan oleh Pengelola SIMPUS juga tidak tersedia. Menurut teori bahwa salah satu masalah yang dapat menyebabkan kegagalan sistem informasi adalah pengoperasian sistem yang tidak berjalan dengan baik, informasi tidak tersedia dengan efisien karena operasi komputer yang menangani proses terhambat. Berikut ini adalah hasil rekapitulasi kuosioner mengenai pengoperasian SIMPUS oleh tenaga pengelola di Puskesmas Wanasari.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Kuosioner Tingkat Pengetahuan Petugas dalam Pengoperasian SIMPUS di Puskesmas Wanasari Pengoperasian SIMPUS Sangat Mengerti Mengerti Kurang Mengerti Tidak Mengerti

Jumlah 0 3 5 0

Persentase (%) 0% 37% 63% 0%

26

0% 0%

37%

Sangat Mengerti Mengerti Kurang mengerti

63%

Tidak Mengerti

Diagram 4.1 Rekapitulasi Kuosioner Tingkat Pengetahuan Petugas dalam Pengoperasian SIMPUS di Puskesmas Wanasari

4.1.2.2 Pengorganisasian Pelaksanaan SIMPUS Puskesmas Wanasari tidak memiliki struktur organisasi yang khusus menangani sistem informasi, melainkan berada dibawah tanggung jawab Seksi Puskesmas. Struktur organisasi diperlukan untuk menambahkan bagian yang bertanggung jawab tentang sistem informasi sehingga wewenang dan tanggung jawab yang berkenaan dengan SIMPUS dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan organisasi masih kurang dalam penerapan SIMPUS dengan membadingkan teori yang mengatakan bahwa keberhasilan sistem sangat ditentukan oleh dukungan top manajemen dan staf.

4.1.2.3 Pemantauan dan Pembinaan Sejak pelaksanaan SIMPUS, pembinaaan dan pemantauan secara langsung dengan mengunjungi Puskesmas Wanasari belum dilakukan. Pembinaan dan

27

pengawasan perlu dilakukan secara terus menerus, seperti teori yang mengatakan bahwa pembinaan dan pengawasan dilakukan dengan mengamati pelaksanaan seluruh aspek program untuk menjamin agar semua kegiatan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana. Peningkatan pembinaan dan pengawasan pada hakekatnya akan membawa peningkatan kemampuan

pelaksanaan dan pengendalian kegiatan.

4.1.2.4 Pemeliharaan Sampai saat ini belum ada petugas yang berkompeten untuk technical support yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan SIMPUS, sehingga memerlukan tenaga yang mampu ditugaskan sebagai technical support. Pemeliharaan selalu dilakukan agar terjadi penyempurnaan proses, selalu menganalisis kebutuhan informasi yang dihasilkan sistem tersebut dan meminimalkan gangguan kontrol dan ganguan operasi. Tenaga technical support juga dibutuhkan untuk memperbaiki dengan segera jika terjadi kerusakan pada sistem sehingga tidak pelayanan tidak terganggu.

4.1.3

Output Keluaran (output) sistem dapat berupa query register harian, query

penyakit, query obat, jumlah kunjungan menurut desa, jumlah kunjungan per bulan, jumlah kunjungan menurut jenis kartu berobat, rekap renyakit, rekap obat, data kesakitan (LB1) serta LPLPO. Walau begitu, dikarenakan penerapan SIMPUS belum genap 1 bulan, output berupa laporan bulanan belum dapat

28

dibuat. Akan tetapi, laporan harian seharusnya tetap dibuat secara fisik sebagai upaya untuk menghindari kehilangan data (back up).

a. Tingkat akurasi Keakuratan dari informasi yang dihasilkan suatu sistem informasi sangat diharapkan dan ini tentu tidak terlepas dari data-data yang diproses oleh sistem tersebut sehingga akuratnya dapat menghindari kesalahan informasi yang dihasilkan jika operator benar-benar melakukan entri data yang sesuai. Pernyataan responden mengatakan bahwa hasil SIMPUS ditinjau dari segi perhitungan pasien dan kunjungan, sudah akurat karena diperoleh dari hasil entri data individu yang pernah berkunjung ke puskesmas dan tersimpan di komputer. Namun untuk data penyakit dan obat belum dapat dikatakan akurat dikarenakan proses hal yang telah dijelaskan sebbelum berjalan dengan baik. b. Tingkat kemudahan Sistem Informasi yang dikembangkan akan diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan, untuk itu maka diharapkan sistem informasi tersebut harus mudah digunakan oleh pengguna (user), meskipun penggguna yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer. Pernyataan responden yang mengatakan sulit adalah pada apotek yang masih bingung dalam menginput data obat dan dikarenakan data dari KIA yang tidak masuk ke dalam SIMPUS. Selain itu dokter pemberi diagnosis juga sering merasa bingung karena daftar penyakit berdasarkan ICD X belum lengkap. Pengelola data merasa pembuatan laporan penyakit sangat mudah karena hanya mengklik saja. Teori mengatakan bahwa salah satu faktor

29

yang mempengaruhi penerimaan terhadap penerapan suatu sistem baru adalah faktor kemudahan penggunaan sistem tersebut. c. Pemanfaatan Pada tingkat puskesmas, berdasarkan hasil wawancara, operator SIMPUS di bagian loket pendaftaran merasakan banyak manfaat dari SIMPUS. Diantaranya adalah, tidak perlunya mencari kartu rekam medis secara manual, penghematan kertas serta antrian pengunjung puskesmas menjadi berkurang. Akan tetapi, dokter dan perawat di BP serta petugas di apotek merasa belum dapat merasakan manfaat dari SIMPUS tersebut. Bagi pengelola data, SIMPUS dapat dijadikan basis data yang dapat diolah dengan cepat untuk pembuatan laporan serta teratur dan aman. Untuk mengetahui manfaat yang diharapkan dari SIMPUS Rajal yang berkaitan dengan pelayanan, maka dilakukan survey terhadap masyarakat pengunjung puskesmas wanasari. Di bawah ini adalah hasil dari survey terhadap pengunjung mengenai pelayanan puskesmas Wanasari setelah diterapkannya SIMPUS Rajal.

Tabel 4.2 Rekapitulasi manfaat SIMPUS Berkaitan dengan Pelayanan Puskesmas yang dirasakan Pengunjung Puskesmas Wanasari Pelayanan Lebih Cepat Sama Saja Lebih Lama Jumlah 7 4 1 Persentase (%) 59% 33% 8%

30

8%

Lebih cepat 33% 59% Sama Saja Lebih lama

Diagram 4.2 Rekapitulasi Manfaat SIMPUS Berkaitan dengan Pelayanan Puskesmas yang Dirasakan Pengunjung Puskesmas Wanasari

4.1.4 Hambatan dalam Penerapan SIMPUS Berdasarkan hasil observasi dan wawancara hambatan-hambatan dalam penerapan SIMPUS di Puskesmas Wanasari adalah sebagai berikut : a. Di Loket Pendaftaran Pada loket pendaftaran, kendala yang dihadapi hanya sebatas pemahaman pengguna terhadap komputer dan sistem. Selain itu, tidak tersedianya tenaga teknis untuk memperbaiki sistem yang eror mengakibatkan jalannya pelayanan menjadi terganggu. Namun demikian, secara umum pengoperasian SIMPUS Rajal pada loket pendaftaran telah dapat mengurangi antrian pasien. b. Balai Pengobatan Kendala yang banyak dihadapi adalah pada BP, dimana jumlah sarana yang terbatas menyebabkan dokter dalam melakukan pemeriksaan tidak dapat

31

memanfaatkan rekam medis yang ada pada sistem, sedangkan kartu kontrol sebagai rekam medis pasien sudah tidak disertakan. Disamping itu, daftar penyakit berdasarkan ICD X tidak lengkap, hal ini tentunya akan menyebabkan kesalahan dalam penginputan data. c. Apotek Kendala pada apotek adalah perbedaan ketersediaan obat antara sistem dengan gudang farmasi. Hal tersebut disebabkan oleh unit KIA yang belum memiliki sistem sehingga pengeluaran obat dari unit tersebut tidak tercatat dalam sistem, dan operator pada apotek belum paham benar bagaimana mengupdate ketersediaan obat melalui sistemnya.

Berbagai kondisi diatas menggambarkan kekurangan dalam pemanfaatan SIMPUS rajal di puskesmas Wanasari, sehingga beberapa narasumber berpendapat bahwa SIMPUS rajal tidak bermanfaat.

32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan seperti berikut : 1. Input SIMPUS a. Sumber Daya Manusia sebagai pengelola SIMPUS belum siap dalam menjalankan SIMPUS. b. Sarana yang tersedia belum sesuai dengan kebutuhan.

2. Proses Penerapan SIMPUS a. Sebanyak 63% petugas pengelola SIMPUS kurang mengerti pengoperasian SIMPUS,. b. Belum ada struktur organisasi penerapan SIMPUS. c. Tidak adanya pembinaan terhadap pengelola mengenai pengoperasian SIMPUS. d. Belum tersedia technical support yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan SIMPUS.

33

3. Output penerapan SIMPUS a. SIMPUS belum menghasilkan laporan harian berupa fisik. b. Petugas balai pengobatan dan apotek merasa terbebani dengan adanya SIMPUS, tetapi pengelola data merasa puas karena dapat mempermudah pekerjaan dan dalam proses pencarian data lebih cepat. c. Sebanyak 59% pengunjung puskesmas Wanasari merasa bahwa pelayanan menjadi lebih cepat semenjak diterapkannya SIMPUS.

4. Terdapat banyak hambatan penerapan SIMPUS, khususnya pada sarana, SDM serta pada cara pengoperasian dan pemeliharaan sistem.

5.2 Saran 1. Untuk Dinas Kesehatan a) Perlu untuk membuat modul mengenai SIMPUS khususnya dalam hal cara pengoperasian. b) Perlu adanya bimbingan teknis secara berkesinambungan dari kabupaten. 2. Untuk Puskesmas a) Perlu pelatihan atau penyegaran pengetahuan pengelola data secara rutin b) Perlu dilaksanakan bimbingan teknis (tutorial) penggunaan SIMPUS dengan sasaran para user. c) Dikarenakan sarana yang tidak berimbang dengan kebutuhan sistem, untuk sementara rekam medis secara fisik masih diperlukan.

34

d) Perlu disediakan tenaga teknis yang memiliki bidang keilmuan terkait teknologi informasi untuk pemeliharaan serta penanganan permasalahan sistem e) Perlu pemutakhiran daftar penyakit dalam SIMPUS yang sesuai dengan ICD X. f) Perlu dibuat back up data berupa laporan harian untuk menghindari kehilangan data secara permanen.

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 511/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. 2002 2. Winarno W.W. Sistem Informasi Manajemen. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. 2004 3. Whitten J.L, Bentley L.D, Dittman K.C. Metode Desain dan Analisis Sistem. Edisi Keenam. Penerbit Andi. Yogyakarta. 2004 4. Laudon K.C and Laudon J.P. Sistem Informasi Manajemen. Penerbit Andi Yogyakarta. 2005 5. Muninjaya, G.A.A Manajemen Kesehatan. EGC, Jakarta. 2004 6. Profil tahunan Puskesmas Wanasari 2009

36