183
MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA I CIPAYUNG JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Di susun Oleh: FIFI NURMAGFIROH 1110054100015 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2014 M

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUTUSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)

BUDI MULIA I CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

SkripsiDiajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Di susun Oleh:

FIFI NURMAGFIROH1110054100015

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2014 M

Page 2: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 3: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 4: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau hasil

jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 17 September 2014

FIFI NURMAGFIROH

1110054100015

Page 5: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

i

ABSTRAK

Fifi Nurmagfiroh

1110054100015

Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung.

Sebagai makhluk hidup dalam melalui fase-fase kehidupannya tentu tidakakan terlepas dari berbagai permasalahan. Pada fase Lansia (Lanjut Usia) ini pundipastikan akan menghadapi masalah-masalah kehidupan. Permasalahan yangdialami lansia sangat kompleks mulai dari permasalahan secara biologis atau fisik,psikis (mental) dan sosialnya. Banyak pula lansia yang terlantar dan yangditerlantarkan oleh keluarganya sendiri sehingga mereka membutuhkan perhatiankhusus dari pihak lain untuk menangani permasalahan yang ada pada dirinya.

Manajemen kasus adalah salah satu metode untuk menanganipermasalahan yang terjadi pada lanjut usia tersebut. Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung adalah lembaga yang peduli terhadappermasalahan lansia dan PSTW menggunakan metode manajemen kasus untukmenangani permasalahan yang terjadi pada lansia serta PSTW berfungsimemberikan pelayanan sosial, psikologis, perawatan medis, bimbingan fisik,mental, spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu luang yang bertujuan untukmeningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian sosial lansiaterlantar sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti ketentraman lahirdan batin.

Atas dasar pemaparan di atas peneliti bermaksud meneliti penerapanExpanded Broker Model yang dilakukan pekerja sosial saat melaksanakanmanajemen kasus di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) serta tahapanmanajemen kasus permasalahan lansia di PSTW. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan peneliti untuk pemilihan informandalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan) di manainforman di pilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan di anggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhanpeneliti. Untuk teknik pengambilan data peneliti melakukan wawancara kepadainforman yang telah peneliti tentukan.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dalam penerapan ExpandedBroker Model yang dilakukan pekerja sosial saat melaksanakan manejemen kasusdi PSTW maka pekerja sosial dalam model ini bertindak sebagai broker yangtugasnya lebih menghubungkan klien kepada pelayanan yang dibutuhkan klienatau pekerja sosial menjembatani antara klien dengan pelayanan yang ada diPSTW. Adapun tahapan-tahapan manajemen kasus di PSTW yaitu penilaian(Assesment), perencanaan, pelaksanaan (Implementation), pengawasan,pendampingan dan pengakhiran (Termination). Serta pekerja sosial menerapkanprinsip penerimaan, komunikasi, individualis, partisipasi, kerahasiaan dankesadaran diri petugas ketika menangani permasalahan klien.

Kata Kunci:Manajemen Kasus, Permasalahan Lanjut Usia

Page 6: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirohim alhamdulillahirobil‘alamin.

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan senantiasa kehadirat Allah SWT

pemilik segala daya dan upaya, kekuasaannya serta yang telah juga memberikan

rahmat hidayahnya kepada hambanya. Shalawat serta salam senantiasa tetap

tercurah limpahkan kepada junjungan dan panutan umat manusia Baginda

Rasullulah Muhammad SAW yang telah memberikan suri taudalan dalam

kehidupan bermasyarakat, bernegara dan berbangsa. Penyertaan sholawat

diharapkan semoga dapat memberikan syafa’at di kemudian hari. Karena tidak

terlepas kuasanya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 cipayung”. Skripsi ini di

susun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.sos), pada

Jurusan Kesejahteraan Sosial, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat terselesaikannya

penulisan skripsi ini tidaklah luput dari sumbangsih berbagai pihak. Peneliti

menyadari sepenuh hati bahwa penulisan skripsi masih terdapat banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari segala materi, maupun

pembahasan dan tata bahasa. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan

peneliti yang masih perlu mengisi diri dengan ilmu pengetahuan. Untuk itu

kritikan dan saran yang bertujuan membangun sungguh merupakan masukan bagi

peneliti demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya

peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada:

Page 7: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

iii

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi serta Bapak Dr. Suparto, M.Ed Ps.D, MA selaku Pudek I, Bapak

Dr. Jumroni, M.Si, MA selaku Pudek II, dan Bapak Dr. H. Sunandar, MA

selaku Pudek III Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Ibu Siti Napsiyah, MSW, selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial

dan juga seluruh staff akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Kesejahteraan

Sosial.

4. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi sebagai Pembimbing Skripsi dengan

kesabarannya dan rela meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan,

masukan serta motivasi kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Pengajar pada Program Studi Kesejahteraan Sosial dan

seluruh Civitas Akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan ke

ilmuan dan membimbing peneliti selama mengikuti perkuliahan di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Kepada Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

Perpustakaan Kementerian Sosial RI.

7. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung yang telah

mengizinkan peneliti dalam melakukan penelitian.

8. Ibu Siti Fathonah, S.Sos selaku Pekerja Sosial PSTW yang telah meluangkan

waktunya serta membantu dan membimbing peneliti saat melakukan

penelitian.

9. Para Staff dan Petugas PSTW yang telah bersedia di wawancarai oleh peneliti.

10. Para WBS (Warga Binaan Sosial) PSTW.

Page 8: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

iv

11. Bapak Udin Syamsudin dan Ibu Tihanah, selaku kedua orang tua peneliti yang

peneliti hormati dan sayangi. Terima kasih atas kesabaran serta perhatiannya

dan yang telah memberikan dorongan moril, materil serta doa yang senantiasa

dipanjatkan demi kesuksesan dan tercapainya cita-cita peneliti.

12. Endeh, Pakdeh dan Mba Galuh yang telah memberikan semangat dan do’a

kepada peneliti.

13. Egi Anugrah selaku kakak penulis yang penulis sayangi.

14. Fajar Fitriansyah, terimakasih karena selalu memberikan support untuk

peneliti agar bisa cepat menyelesaikan skripsi ini serta telah memberikan kasih

sayangnya beserta iringan doa untuk peneliti, membantu dan selalu

memberikan kembali semangat yang terkadang hilang untuk menyelesaikan

skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat tersayang tercinta tarkasih peneliti, Tina, Pipit, Isnaniyah,

Ika, Prapty, Lusi, Novi, Tari, Gadis, Jejeh, Putera, Ratih, Wita dan Ayu yang

telah amat sangat penulis kasihi dan sayangi serta selalu menerima penulis apa

adanya dengan segala kekurangan yang ada pada diri peneliti. Semoga kita

selalu selamanya bersahabat.

16. Sahabat terkasih Miftahul Ulum 2009-2010 yang peniliti sangat banggakan

dan sayangi.

17. Kawan seperjuangan Tanjung Pasir Udin, Miftah, Fadly, Syamsul, Daus.

18. Kawan seperjuangan MPK Asisah dan Soleh.

19. Kawan seperjuangan PSTW Hafidz.

20. Ulfa Andriani yang telah memberikan masukan dalam mengerjakan skripsi.

Page 9: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

v

21. Sahabat-sahabat seperjuangan Kessos angkatan 2010 yang peneliti banggakan

dan sayangi.

22. Terima kasih untuk kakak-kakak, adik-adik dan teman-teman di LSO tercinta

SKETSA (Komunitas Edukasi Seni Tari Saman).

23. Kepada semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah

mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisans

kripsi ini namun tidak menghilangkan rasa hormat dan terima kasih peneliti

kepada kalian.

Semoga Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat serta karunia-

Nya atas segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti. Penelti berharap

semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, 17 September 2014

Penulis,

Fifi Nurmagfiroh

Page 10: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang ............................................................................. 1B. Pembatasan danPerumusan Masalah............................................ 8C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 9D. Metodologi Penelitian ................................................................ 10E. Tinjauan Pustaka. ....................................................................... 18F. Sistematika Penulisan ................................................................ 19

BAB II LANDASAN TEORIA. Manajemen Kasus ...................................................................... 21

1. Pengertian Manajemen Kasus. ............................................ 212. Model-Model Manajemen Kasus. ....................................... 233. Dasar-Dasar Pelayanan Manajemen Kasus. ........................ 254. Tahap-Tahap Manajemen Kasus ......................................... 265. Tugas Manajer Kasus .......................................................... 316. Prinsip Pekerja Sosial .......................................................... 32

B. Lanjut Usia (Lansia)................................................................... 341. Pengertian Lanjut Usia. ........................................................ 342. Karakteristik Usia Lanjut ..................................................... 373. Tugas Perkembangan Usia Lanjut ....................................... 39

C. Permasalahan Lanjut Usia.......................................................... 401. Masalah Lanjut Usia. ........................................................... 402. Masalah Interaksi Sosial Pada Lnjut Usia............................ 453. Kerawanan Pribadi dan Kerawanan Sosial Lansia............... 48

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA(PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNGA. Latar Belakang Pendirian Lembaga ............................................ 51B. Tujuan,Visi dan Misi................................................................... 52C. Falsafah Lembaga ....................................................................... 53D. Struktur Organisasi Lembaga...................................................... 54E. Program....................................................................................... 55F. Jangkauan Layanan ..................................................................... 58G. Sumber Daya Manusia (SDM) ................................................... 60H. Sarana dan Prasarana Lembaga................................................... 61I. Kemitraan dengan Pihak Luar..................................................... 63

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATAA. Profil Lima WBS (Informan) ..................................................... 65B. Kronologis Kasus Permasalahan WBS ....................................... 66

Page 11: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

vii

C. Model Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja SosialSaat Melaksanakan Manajemen Kasus Permasalahan LanjutUsia Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 ........... 72

D. Tahap Pelaksanaan Manajemen Kasus Permasalahan LanjutUsia Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 ........... 761. Tahap Penilaian (assesment).................................................. 772. Tahap Perencanaan ................................................................ 863. Tahap Pelaksanaan (implementation) .................................... 914. Tahap Pengawasan (monitoring) ........................................... 955. Tahap Pendampingan (advocation) ....................................... 996. Tahap Pengakhiran (termination) .........................................102

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ................................................................................108B. Saran...........................................................................................111

DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 12: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

viii

DAFTAR TABEL

1. Table 1.1 Kriteria Lansia……………………………………………………...32. Table 1.2 Informan ………………………………………………………….133. Table 1.3 Struktur Organisasi PSTW ……………………………………….51

Page 13: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi tua merupakan proses alamiah dan kenyataan yang tidak dapat

dihindari oleh setiap orang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

(lanjut usia) umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan

psikis. Penurunan kondisi fisik lansia di tandai dengan berubahnya

penampilan, menurunnya fungsi panca indra sehingga menyebabkan lansia

merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Dari

segi inilah lansia mengalami masalah psikologis yang banyak mempengaruhi

kesehatan psikis, sehingga menyebabkan lansia kurang mandiri dan secara

umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari.

Selain permasalahan mengenai kondisi psikis dan fisik yang dialami

lansia, masih banyak lagi permasalahan yang dialami oleh lansia diantaranya

seperti lansia yang diterlantarkan oleh keluarganya dan ada pula lansia yang

membutuhakan perhatian dalam hal tata cara kehidupan. Dengan melihat

permasalahan yang di hadapi lansia tersebut, maka para lansia sangat

membutuhkan perhatian yang lebih dari masyarakat dan pemerintah.

Ada beberapa bukti bahwa orang-orang yang dipersiapkan terhadap

perubahan-perubahan pribadi dan sosial yang terjadi di masa usia lanjut lebih

mampu menyesuaikan diri terhadap kehidupan masa tua. Karena penurunan

kondisi fisik dan mental lansia lebih potensi terhadap kerawanan-kerawanan

dibandingkan waktu ia lebih muda dulu. Sayangnya masyarakat sering tidak

Page 14: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

2

melihat potensi tersebut, sehingga kurang ada usaha di lingkungan masyarakat

untuk mempersiapkan orang-orang lansia ini terhadap kerawanan-kerawanan

kelak. Misalnya saja kurang dipersiapkan terhadap kecelakaan-kecelakaan

(yang umum terjadi pada mereka) atau bagaimana menghindarinya, kurang di

bantu dalam menggunakan waktu luangnya sesuai dengan kesehatan dan

energinya yang sudah menurun.1

Lansia itu sendiri ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

Sedangkan lansia terlantar ialah mereka yang tidak memiliki sanak saudara

atau punya sanak saudara tapi tidak mau mengurusinya dan banyak faktor-

faktor tertentu tidak dapat di penuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani,

rohani maupun sosialnya.

Keterlantaran lansia dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu

lansia terlantar, hampir terlantar dan tidak terlantar. Lansia terlantar yaitu

lansia yang tidak atau belum mampu memenuhi kebutuhan minimalnya untuk

dapat hidup secara layak. Lansia hampir terlantar yaitu lansia yang berpotensi

untuk menjadi lansia terlantar. Untuk menentukan keterlantaran lansia ada

beberapa kriteria, yaitu:

1) Tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD.

2) Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu.

3) Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewan), nabati kurang dari

4 kali, hewani kurang dari 2 kali atau kombinasi 4, 2 dalam seminggu.

4) Memiliki pakaian layak pakai kurang dari 4 stel.

5) Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur.

1Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, dkk., “Psikologi Perkembangan”, (Ciputat: LembagaPenelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 135.

Page 15: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

3

6) Bila sakit tidak diobati.

7) Bekerja lebih dari 35 jam seminggu.

Lansia dikatakan terlantar jika memenuhi lebih dari 2 kriteria dari 7

kriteria tersebut, jika memenuhi 2 kriteria dikategorikan sebagai lansia hampir

terlantar dan jika hanya memenuhi 1 kriteria atau kurang dikategorikan

sebagai lansia tidak terlantar.2

Tabel 1.1

Kriteria Lansia

Tipe daerah ataujenis kelamin

TerlantarHampirTerlantar

TidakTerlantar

Total

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah PersenPerkotaan (K)Laki-laki (L) 377,9 8,99 931,3 22,16 2 892,7 68,84 4 201,9 100,00Perempuan (P) 450,0 9,12 1108,4 22,48 3 373,0 68,40 4 931,4 100,00L + P 827,9 9,06 2039,7 22,33 6 265,7 68,60 9 133,3 100,00Perdesaan (D)Laki-laki (L) 755,5 17,51 1221,8 28,31 2338,7 54,19 4316,0 100,00Perempuan (P) 856,7 16,88 1 478,9 29,14 2 740,1 53,98 5 075,8 100,00L + P 1 612,3 17,17 2 700,7 28,76 5 078,8 54,08 9 391,7 100,00K + DLaki-laki (L) 1133,4 13,31 2153,1 25,28 5231,4 61,42 8517,9 100,00Perempuan (P) 1 306,7 13,06 2 587,4 25,86 6 113,1 61,09 10 007,2 100,00L + P 2440,2 13,17 4 740,4 25,59 11 344,4 61,24 18 525,0 100,00Sumber : BPS, Susenas MSBP 2012

Tabel di atas berdasarkan hasil statistik kependudukan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 diperoleh data mengenai lansia

terlantar, lansia hampir terlantar dan lansia tidak terlantar.

Di dalam UU No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

dinyatakan lebih sempit, bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai

2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 13 Tahun 1998 Tentang KesejahteraanLanjut Usia.

Page 16: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

4

60 tahun keatas. Sedangkan menurut pandangan islam, dalam tahapan umur

tua akan tampak tanda-tanda kelemahan seseorang. Kekuatannya mulai

menurun sedikit demi sedikit dari puncaknya, lalu menjadi semakin lemah

sesudah masa kuatnya dahulu.3 Tahapan umur ini oleh Rasulullah SAW

dinamakan masa pergulatan dengan maut yaitu masa-masa umur 60 tahunan

hingga umur 70 tahunan. Dalam hal ini beliau telah bersabda yang artinya:

“Masa penuaan umur umatku dari enam puluh hingga tujuh puluhtahun” ( H.R Muslim dan Nasa’i ).

Setelah itu orang akan beralih pula dari masa tua menjadi tua renta dan

lansia yaitu dari usia 70 tahunan hingga akhir umur yang ditetapkan oleh

Allah SWT, menurut pembagian Ibhul Jauzi, seseorang akan tetap dinamakan

orang tua juga betapapun umur lebih jauh dari itu hingga menemui ajalnya.

Dalam tahapan umur ini biasanya kelemahan menimpa manusia serta semua

panca indranya dan anggota badannya sehingga ada kalanya ia sama sekali

tidak berdaya atau berkekuatan lagi. Allah SWT telah berfirman dalam Q.S

An-Nahl ayat 70:

خلقكم ثم یتوفاكم ومنكم من یرد علیم قدیر وهللا إلى أرذل العمر لكي ال یعلم بعد علم شیئا إن هللا

“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antarakamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supayadia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”4

Permasalahan lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

ini sangat beraneka ragam, mulai dari permasalahan secara biologis atau fisik,

3 Hasanain M. Makhluf. “Renungan Tentang Umur Manusia ”, (Bandung: Mizan, 1992)h. 66.

4Al-Qur’an, “Q.S An-Nahl ayat 70 beserta terjemahannya”, artikel ini diakses pada 10Februari pukul 10.53 WIB dari http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=16&aid=70&pid=arabicid.

Page 17: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

5

psikis (mental) dan sosialnya. Permasalahan secara fisik pada lansia

merupakan penurunan fungsi organ tubuh, penyakit yang dominan dialami

lansia di panti ini yaitu Rheumatoid Arthritis, Chardiovascular, diabetes dan

Psikogeriatri. Permasalahan secara fisik yang dialami lansia membuat mereka

tidak berdaya, namun tidak semua lansia yang mengalami gangguan fisik

membuat mereka tidak dapat melakukan kegiatan ataupun keterampilan yang

mereka miliki walaupun daya ingat, penglihatan mereka menurun dan sulit

untuk berjalan menuju aula tapi mereka tetap semangat dan mau untuk

mengikuti kegiatan yang ada di aula seperti musik angklung.

Permasalahan secara psikis (mental) yang di alami lansia di panti ini

juga sangat kompleks, seperti yang terjadi di panti ini sering terjadi

pertengkaran sesama WBS (Warga Binaan Sosial) sebutan untuk lansia di

PSTW dan terjadikecemburuan sosial dengan petugas panti, karena nenek

mempunyai perasaan yang lebih dengan petugas itu, nenek merasa petugas

memberikan perhatian yang lebih kepada dirinya padahal tidak begitu karena

petugas mempunyai kewajiban mengurusi semua WSB yang ada di panti, oleh

sebab itu apabila petugas itu mengurusi nenek yang lain maka nenek itu akan

memusuhinya. Masalah ini timbul karena pada dasarnya menjadi tua akan

mengalami perubahan aspek psikososial dan emosional yang tidak stabil

seperti mudah tersinggung, marah, mengekang, melarang karena rasa takut

yang berebihan akan kehilangan dan lain-lain.

Selanjutnya permasalahan sosial yang dialami lansia di panti ini juga

sangat beraneka ragam karena perlakuan atau kejadian yang dialami lansia

pada masa lalu berbeda-beda, baik perlakuan kejam dari keluarga maupun

Page 18: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

6

lingkungan sekitarnya yang tidak bisa menerima dirinya, seperti contohnya

lansia yang mengalami tindak kekerasan atau perlakuan yang tidak baik dari

keluarganya maka lansia itu tidak mau untuk berkata jujur kalau masih

mempunyai keluarga, karena yang ada di dalam pikirannya hanya ketakutan

atau trauma, apabila lansia itu berkata jujur masih mempunyai keluarga

kepada pihak panti maka pihak panti akan menghubungi keluarganya dan

mengembalikannya kepada keluarganya, itu yang ada dipikiran lansia tersebut.

Oleh sebab itu pihak panti berusaha untuk mengetahui permasalahan yang

sebenarnya terjadi terhadap lansia tersebut dengan menggunakan metode

manajemen kasus, agar mengetahui permasalahan lansia serta permasalahan

yang dihadapi lansia bisa terselesaikan dan hubungan antara lansia dengan

pihak keluarga bisa harmonis walaupun tidak bisa bersatu tetapi ada

komunikasi antara lansia tersebut dengan keluarganya dibandingkan yang

sebelumnya tidak ada komunikasi sama sekali.

Lembaga yang peduli terhadap permasalahan ini adalah Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Dimana PSTW Budi Mulia

1 merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis Dinas Sosial Provinsi DKI

Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut

usia terlantar. PSTW berfungsi memberikan pelayanan sosial, psikologis,

perawatan medis, bimbingan fisik, mental, spiritual dan bimbingan

pemanfaatan waktu luang yang bertujuan untuk meningkatkan taraf

kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian sosial lansia terlantar

Page 19: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

7

sehingga dapat membuat hari tuanya dengan mengikuti ketentraman lahir dan

batin.5

Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi pada lansia, maka

PSTW menggunakan metode manajemen kasus untuk menghadapi serta

mencari jalan keluar mengenai permasalahan yang terjadi pada lansia. Ada 3

Pekerja Sosial di PSTW tetapi hanya 1 pekerja sosial yang berperan sebagai

manajer kasus, yaitu orang yang bertanggung jawab dalam keberlangsungan

dan keberhasilan pelaksanaan pelayanan manajemen kasus.

Manajemen kasus merujuk kepada suatu proses atau metode yang

menjamin agar klien mendapat pelayanan yang dibutuhkannya secara

koordinasi, efektif dan efisien. Komponen dasar manajemen kasus yang

dilakukan oleh pekerja sosial dalam menangani permasalahan lansia di PSTW

ini yaitu Assesment, yang mencakup identifikasi kebutuhan (sandang, pangan,

papan) identifikasi potensi dan identifikasi masalah klien, Perencanaan,

Pelaksanaan, Pendampingan dan Pengakhiran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

kemudian mendorong penulis untuk melakukan pembahasan dan penelitian

secara lebih mendalam mengenai gambaran “Manajemen Kasus

Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi

Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur”.

5 Pamflet Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1, Cipayung, Jakarta Timur.

Page 20: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

8

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti memberikan batasan permasalahan

yang dipaparkan dengan tujuan agar terhindar dari terjadinya perluasan

materi yang akan dibahas dan mengingat keterbatasan peneliti dalam hal

ilmu pengetahuan, waktu, dana dan tenaga serta demi terfokusnya pikiran.

Maka peneliti membatasi permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian

ini adalah gambaran manajemen kasus permasalahan lanjut usia di Panti

Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur.

2. Perumusan Masalah

Dengan banyaknya permasalahan yang terjadi pada lansia, mulai

dari masalah fisik/mental, psikis maupun sosialnya. Maka peneliti lebih

memfokuskan penelitian tentang “bagaimana gambaran manajemen kasus

terhadap permasalahan lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur?”

Secara lebih rinci peneliti membuat perumusan masalah

turunanyang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

a) Bagaimana penerapan Expanded Broker Model yang dilakukan pekerja

sosial saat melaksanakan manajemen kasus di Panti Sosial Tresna

Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 ?

b) Bagaimana tahap pelaksanaan manajemen kasus terhadap

permasalahan lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi

Mulia 1 ?

Page 21: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini yang dilakukan oleh

peneliti yaitu untuk mengetahui serta mendapatkan gambaran manajemen

kasus permasalahan lanjut usiadi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)

Budi Mulia 1, sedangkan yang menjadi tujuan secara rinci penelitian ini

ialah :

a) Untuk mengetahui penerapan Expanded Broker Model yang dilakukan

pekerja sosial saat melaksanakan manajemen kasus di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1

b) Untuk mengetahui tahap pelaksanaan manajemen kasus terhadap

permasalahan lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi

Mulia 1

2. Manfaat Penelitian

Adapun dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengetahuan tentang pelaksanaan manajemen kasus yang dapat

diaplikasikan dalam praktik pekerjaan sosial, khususnya dalam

penanganan masalah lansia terlantar.

2. Manfaat Akademik

Secara akademis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan kepada Jurusan Kesejahteraan Sosial,

khususnya yang berhubungan dengan setrategi dalam praktek

Page 22: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

10

manajemen kasus dalam penanganan masalah sosial pada lansia dan

juga mengembangkan kajian ilmu kesjahteraan sosial.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu proses yang harus dilalui dalam

suatu penelitian agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Metode penelitian

ini kemudian dibagi menjadi:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

kualitatif adalah pendekatan yang mengacu pada prosedur penelitian yang

menghasilkan penelitian, seperti perkataan orang dan perilaku yang dapat

diamati.6

Selain itu metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

yang digunakan pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah

sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.7 Dengan

menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memberikan kesempatan

pada informan untuk menyampaikan informasi yang sebanyak-banyaknya

dan tidak terbatas pada suatu bentuk kuesioner tertutup, melainkan dengan

menggunakan wawancara mendalam sesuai dengan metode pengumpulan

data yang seringkali digunakan dalam penelitian kualitatif.8

6 Lexy J Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2003). h. 12.

7 Prof. Dr. Sugiyono, “Memahami Penelitian Kualitatif”, (Bandung: CV. Alfabeta, 2009),Cet. 5, h. 1.

8 Kristi E Poerwandadi, “Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi”, (Jakarta:LPSP3, 1998), h. 32.

Page 23: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

11

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan

penelitian karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif,

didapatkan hasil penelitian yang menyajikan data akurat dan digambarkan

secara jelas dari kondisi sebenarnya mengenai gambaran manajemen kasus

permasalahan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1

Cipayung Jakarta Timur.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif

yaitu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informan tentang

keadaan-keadaan yang sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama

menggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu

keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan

memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.9 Selain itu juga bahwa

penelitian deskriptif menyajikan suatu gambaran tentang detail yang

spesifik dari suatu situasi, keadaan sosial atau suatu hubungan.

Penelitian deskriptif ditunjukan untuk mengumpulkan data aktual

secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah

atau memeriksa kondisi atau praktik-praktik yang berlaku, juga

menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah

yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana

dan keputusan pada waktu yang akan datang.10 Sesuai dengan jenis

9 Consuelo G. Sevilla, dkk, “Pengantar Metode Penelitian”, (Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia (UI Press), 2006), cet. 1, h. 71.

10 Jalaludin Rakhmat, “Metode Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2006), cet. 12, h. 25.

Page 24: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

12

penelitian yang digunakan, maka dalam penelitian ini digambarkan tentang

manajemen kasus permasalahan lansia di PSTW Budi Mulia 1.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 yang berlokasi di Jl. Bina Marga

No. 58, Cipayung, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan mulai bulan Juni

2014 sampai Agustus 2014.

4. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk pemilihan informan dalam penelitian

ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan) di mana informan di pilih

berdasarkan pertimbangan tertentu dan di anggap sebagai orang-orang

yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan

peneliti.11

Penelitian ini menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak yang

terlibat dalam pelaksanaan manajemen kasus di PSTW, pihak-pihak

tersebut antara lain: Pekerja Sosial PSTW yang berperan sebagai manajer

kasus, penanggung jawab wisma, psikolog, perawat, ahli spiritual dan 5

warga binaan sosial (WBS).

11 Suehartono Irawan, “Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BidangKesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya”, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 63.

Page 25: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

13

Tabel 1.2 (Informan)

No Informan Informasi yang dicari Jumlah

1.Pekerja sosial yangberperan yang berperansebagai manajer kasus

Tahapan manajemen kasus terhadappermasalahan lansia dan strategiyang digunakan ketika melaksananmanajemen kasus.

1 orang

2.Penanggung JawabWisma

Menggali informasi mengenaipermasalahan WBS yang seringterjadi di dalam wisma.

1 orang

3. Psikolog

Menggali informasi mengenai kerjasama yang dilakukan Psikologdengan Manajer Kasus dalammenangani permasalahan WBS.

1 orang

4. Perawat

Menggali informasi mengenaipenyakit yang sering di alami olehWBS serta menggali informasitentang kerja sama seperti apa yangdilakukan perawat dengan pekerjasosial dalam menanganipermasalahan WBS.

1 orang

5. Ahli Spiritual

Menggali informasi mengenai kerjasama seperti apa yang dilakukanahli spiritual dengan pekerja sosialketika menangani permasalahanWBS.

1 orang

6.WBS (Warga BinaanSosial)

Menggali informasi mengenaipermasalahan yang di hadapi WBSdan mencari tahu mengenaipelayanan apa yang telah diterima.

5 orang

5. Sumber Data

Data yang diapatkan dalam penelitian ini terbagi dua yaitu:

a) Data Primer,yang merupakan observasi dan wawncara mendalam.

Informan dalam data primer ini antara lain: Pekerja Sosial PSTW

yang berperan sebagai manajer kasus, penanggung jawab wisma,

psikolog, perawat, ahli spiritual dan 5 orang WBS.

b) Data Sekunder, yang berupa catatan atau dokumen yang diambil

dari berbagai literatut, buku-buku, internet atau tulisan yang

Page 26: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

14

berhubungan dengan masalah yang diteliti, seperti brosur, arsip dan

lain-lain.

6. Jenis Informan

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat tahapan pelaksanaan

manajemen kasus mulai dari tahap awal hingga akhir. Karena itu ada

beberapa jenis informan yang digunakan dalam penelitian ini. Masing-

masing informan memiliki kriteria tersendiri. Informan terdiri dari:

1. Pekerja sosial yang berperan sebagai manajemen kasus di PSTW.

Peneliti mewawancarai 1 pekerja sosial yang ada di PSTW. Karena

pekerja sosial tersebut merupakan pekerja sosial urusan manajemen

kasus yang menjadi koordinator dari setiap tahapan yang akan di jalani

klien saat berada di PSTW.

2. Penanggung jawab wisma. Peneliti mewawancarai penanggung jawab

wisma dengan mencari tahu permasalahan yang sering terjadi di dalam

wisma.

3. Psikolog. Peneliti mewawancarai Psikolog untuk menggali informasi

menenai kerja sama yang dilakukan pekerja sosial dengan psikolog

saat menangani permasalahan WBS.

4. Perawat. Peneliti mewawancarai perawat untuk mengetahui kondisi

fisik WBS yang ada di dalam panti dan kerja sama yang dilakukan

perawat dengan pekerja sosial saat menangani permasalahan WBS.

5. Ahli spiritual. Unutk mengetahui kerja sama yang dilakukan ahli

spiritual dengan pekerja sosial saat menangani permasalahan WBS.

Page 27: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

15

6. WBS. Peneliti mewawancarai 5 informan tersebut karena ke lima

WBS ini masing-masing masih memiliki keluarga tetapi mereka

berada atau hidup di dalam panti. Peneliti akan menggali faktor apa

yang membuat 5 WBS ini bisa berada di panti sedangkan masih

memiliki keluarga.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah teknik

pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa

pengumpulan data dalam bentuk kalimat, pernyataan, kata dan gambar.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Teknik Observasi

Istilah obsrvasi berasal dari bahasa latin, yaitu berarti “melihat”

dan memperhatikan. Istilah observasi ini diarahkan pada kegiatan

memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan

mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.

Observasi yang berarti pengamatan untuk mendapatkan data tentang

suatu masalah, sehingga diperoleh suatu pemahaman atau pembuktian

terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.12 Di sini

peneliti terjun langsung kelapangan dengan mendatangi Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) guna memperoleh data yang kongkrit

mengenai hal-hal yang menjadi objek penelitian, yaitu informasi

12 Rahayu Tri lin, S.Psi dan Ardani Ardi Tristiadi, “Observasi dan Wawancara”,(Malang: PT. Bayu Media, 2004).

Page 28: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

16

tentang pelaksanaan manajemen kasus permasalahan lansia, yang

hasilnya akan dituangkan pada catatan lapangan.

2. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode yang sangat penting

dalam studi kasus. Wawancara mendalam yaitu pembicaraan dengan

tujuan tertentu pembicaraan antara peneliti dan informan yang

berfokus pada persepsi informan tentang dirinya, kehidupannya serta

pengalamannya yang kemudian diekpresikan dalam bahasa

mereka.Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

lainnya dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan berdasarkan tujuan

tertentu.13 Dalam hal ini peneliti berusaha mendapatkan data atau

informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara

langsung yang berkaitan dengan tahap pelaksanaan manajemen kasus

terhadap permasalahan lansia. Dalam penelitian ini penulis langsung

mewawancarai Ibu Siti Fathonah S.sos selaku pekerja sosial, untuk

melengkapi keabsahan data, penanggung jawab wisma, peneiti juga

mewawancarai psikolog, perawat, ahli spiritual dan mewawancarai 5

WBS.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik pengumpulan data adalah cara pengumpulan data

melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk

juga buku-buku yang berkaitan mengenai pendapat, teori maupun

13 Deddy Mulyana, “Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasidan Ilmu Sosial Lainnya”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 180.

Page 29: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

17

hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan

atau penelitian. Oleh sebab itu dalam setiap penelitian tidak dapat

dilepaskan dari literature-literatur ilmiah, sehingga kegiatan ini

menjadi sangat penting. Dalam teknik ini peneliti berusaha

memperoleh data-data dokumentasi yang berkaitan dengan tahap

pelaksanaan manajemen kasus terhadap permasalahan lansia di PSTW,

seperti berkas-berkas, profil lembaga, foto-foto serta arsip-arsip yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

8. Teknik Analisa Data

Maksud dari analisa data adalah proses pengumpulan data dan

mengurutkannya kedalam pola dan pengelompokan data. Rencana analisa

data yang dipakai dalam menganalisa penelitian ini berdasarkan pada hasil

temuan lapangan baik dari data primer maupun data sekunder serta hasil

pengamatan (observasi) yang dilakukan selama proses memasuki lapangan

penelitian. Proses analisa data kualitatif terdiri dari beberapa tahapan

yaitu:

1. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, melalui hasil

wawancara, pengamatan (catatan lapangan), dokumen, foto dan

sebagainya.

2. Mereduksi data, dengan melakukan abstraksi atau merangkai inti, proses

dan pernyataan-pernyataan penting.

3. Menyusun data yang ditemukan dan kemudian dikategorisasikan.

4. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data, dengan mengecek hasi

temuan lapangan dari berbagai sumber dengan kenyataan yang ada.

Page 30: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

18

5. Penafsiran data, hal ini dilakukan dengan menginterprestasikan data dan

dengan teori atau konsep yang telah ada.14

Dari hasil analisis tersebut didapatkan jawaban atas pertanyaan

penelitian ini dan mampu memberikan rekomendasi-rekomendasi yang

bisa dijadikan alternatif dalam melakukan manajemen kasus.

9. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data dapat dicapai dengan jalan membandingkan

keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang lain dalam hal ini peneliti membandingkan antara hasil

wawancara dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus

dan hasil wawancara dengan klien. Strategi ini dilakukan untuk

meningkatkan keabsahan data yang dilakukan dengan cara triangulasi.

Triangulasi adalah pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data tersebut. Data lain yang dikumpulkan

dibandingkan dengan data yang diperoleh dari studi literatur, wawancara,

pengamatan dan data-data sekunder lembaga.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan penelitian lebih lanjut, peneliti kemukakan suatu

tinjauan pustaka sebagai langkah awal dari penyusunan skripsi yang peneliti

buat agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lainnya dari skripi-skripsi

sebelumnya. Setelah mengadakan suatu kajian kepustakaan, maka peneliti

menemukan skripsi yang hampir sama dengan peneliti buat, tetapi dari

14 Leky J Moleong, “Metodologi Penlitian Kualitatif”, (Bandung : PT RemajaRosdakarya, 2003). h. 190.

Page 31: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

19

berbagai segi berbeda. Jelas perbedaan terletak pada subyek dan obyek

penelitian. Tinjauan pustaka peneliti sebagai berikut:

1) Nama : Julia Salam

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan

Sosial, Tahun 2012

Judul Skripsi : MANAJEMEN KASUS TERHADAP PEREMPUAN

KORBAN TRAFIKING DI RUMAH PERLINDUNGAN

SOSIAL WANITA (RPSW) PSKW “MULYA JAYA”

JAKARTA

2) Nama : Muhammad Afrizal

Universitas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Kesejahteraan

Sosial, Tahun 2011

Judul Skripsi : MANAJEMEN KASUS PEKERJA SOSIAL MEDIS

INSTALASI REHABITITASI MEDIS (IRM) RSUP

FATMAWATI DALAM UPAYA RESTORASI FUNGSI

PSIKOSOSIAL PASIEN

F. Sistematika Penulisan

Dalam hal sistematika penulisan ini peneliti menggunakan Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang diterbitkan

CeQDA (Center for Quality Development dan Assurance) Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi

ini.

Page 32: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

20

Penulisan Skripsi ini disajikan kedalam 5 Bab, adapun sistematika

penulisan skripsi :

BAB I: Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian, Tinjuan Pustaka dan Sistematika

Penulisan.

BAB II: Terdiri dari Manajemen Kasus meliputi : Pengertian Manajemen

Kasus, Model-Model Manajemen Kasus, Dasar-Dasar

Pelayanan Manajemen Kasus, Tahapan-Tahapan Manajemen

Kasus Tugas-Tugas Manajer Kasus dan Prinsip Pekerja Sosial.

Pengertian Lanjut Usia serta Permasalahannya.

BAB III: Dalam bab ini yang akan dipaparkan adalah profil lembaga

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta

Timur, yang mencakup Latar Belakang Pendirian Lembaga,

Tujuan Visi dan Misi Lembaga, Falsafah Lembaga, Struktur

Organisasi Lembaga, Jangkauan Layanan, Sumber Daya

Manusia (SDM), Sarana dan Prasarana Lembaga, Kemitraan

dengan Pihak Luar.

BAB IV: Temuan Lapangan dan Analisa Manajemen Kasus Permasalahan

Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia

1 Cipayung

BAB V: Yang terdiri dari kesimpulan terhadap hasil penelitian pada bab-

bab seblumnya, guna menganalisis masukan ataupun saran

terhadap program lembaga.

Page 33: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Kasus

1. Pengertian Manajemen Kasus

Manajemen kasus adalah proses pengelolaan tindakan penanganan

kasus yang meliputi assesment, perencanaan, pelaksanaan pelayanan,

pemantauan/monitoring dan evaluasi untuk menangani masalah secara

sistematis dengan berkoordinasi dan melibatkan sumber-sumber yang

dibutuhkan.1

Menurut Rothman manajemen kasus merupakan suatu penghubung

antara klien dengan jasa pelayanan yang menyediakan kebutuhan klien untuk

pelayanan yang berkelanjutan. Manajemen kasus adalah suatu pelayanan bagi

klien yang dalam kondisi sangat lain dalam sistem penyelenggaraan

pelayanan.2

Sedangkan definisi lain menyebutkan bahwa manajemen kasus adalah

suatu layanan yang mengaitkan serta mengkoordinasikan bantuan dari

institusi dan lembaga yang memberikan dukungan medis, psikososial dan

praktis bagi individu yang membutuhkan.3

1 Akbar Halim, dkk, “Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak”, (Jakarta: DirektoratPelayanan Sosial Anak dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, 2010 ), h. 2.

2 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”,(Bandung: Balai Besar Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS), t.t), h. 86.

3 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, “Buku Pintar Pekerja Sosial ”, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2008), Cet. 1, h. 368.

Page 34: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

22

Moxley menjelaskan manajemen kasus sebagai:

“Suatu sistem pelayanan yang mengkoordinasikan danmelanjutkan suatu jaringan dukungan-dukungan formal dan informalserta aktifitas-aktifitas yang direncanakan untuk mengoptimalkanfungsi dan kesejahteraan orang dengan kebutuhan-kebutuhan yangberaneka ragam”.4

Barker pun menjelaskan manajemen kasus adalah:

A process to plan, seek, advocate for, and monitor servicesfrom different social services or health care organizations and staff onbehalf of a client. The process enables social workers in anorganization, or in different organizations, to coordinate their effortsto serve a given client through professional teamwork, thus expandingthe range of needed services offered. Case management limitsproblems arising from fragmentation of services, staff turnover, andinadequate coordination among providers. Case management canoccur within a single, large organization or within a communityprogram that coordinates services among setting.5

Terjemahan :

“Sebuah proses untuk merencanakan, mencari, advokasi, danmemonitor layanan dari layanan sosial yang berbeda atau organisasiperawatan kesehatan dan staf atas nama klien. Proses inimemungkinkan pekerja sosial dalam organisasi atau dalam organisasiyang berbeda untuk mengkoordinasikan upaya mereka untuk melayaniklien tertentu melalui kerja sama tim profesional, sehinggamemperluas kisaran diperlukan layanan yang ditawarkan, batasmasalah manajemen kasus yang timbul dari fragmentasi layanan,pergantian staf, dan koordinasi yang tidak memadai antara penyedia.Manajemen kasus dapat terjadi dalam satu organisasi besar ataudalam program komunitas yang mengkoordinasikan layanan antarapengaturan”.

Menurut Rothman ada kesepakatan dalam menggambarkan proses dan

tugas-tugas yang terlibat dalam langkah-langkah manajemen kasus, yaitu

4 Bambang Rustanto, “Praktek Pekerjaan Sosial Manajemen Kasus”, artikel ini diakses pada17 Oktober 2012 dari http://bambang-rustanto.blogspot.com/2012/10/manajemen-kasus-dalam-pekerjaan-sosial.html.

5 NASW (National Association of Social Workers), “NASW Standards for Social Work CaseManagement”, artikel ini diakses dari http://socialworkers.org/practice/standards/ sw_case_mgmt.asp.

Page 35: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

23

assessment awal (mendefinisikan masalah dan kekuatan), perencanaan,

menghubungkan dan mengkoordinasi, pemantauan dan dukungan, dan

merangkum, mengevaluasi, menguatkan, memberikan penghargaan,

penutupan.

Berdasarkan dari pengertian manajemen kasus menurut para ahli,

penulis dapat menyimpulkan manajemen kasus dapat berbeda-beda untuk

setiap pekerjaan. Meskipun demikian masing-masing manajemen kasus

mempunyai tujuan yang sama. Manajemen kasus merujuk kepada suatu

proses atau metode yang menjamin agar klien mendapat pelayanan yang

dibutuhkannya secara terkoordinasi, efektif dan efisien. Dalam manajemen

kasus ini pekerja sosial melaksanakan peranan sebagai Manajer Kasus (Case

Manager).

2. Model-Model Manajemen Kasus

Salomon mendefinisikan empat model yang sering di pakai pada

manajemen kasus. Adapun empat model tersebut yaitu:

1. Expanded Broker Model

Model ini termasuk dalam model manajemen kasus tradisional dan

merupakan model umum dimana petugas yang bekerja pada model ini

bertindak sebagai broker yaitu yang menghubungkan klien dengan agensi

atau pelayanan lain di dalam komunitas untuk mendapatkan kebutuhan-

kebutuhan klien yang spesifik. Petugas manajemen kasus yang terlibat

dalam model ini bertindak sebagai agen dibandingkan sebagai penyedia

pelayanan. Staf atau petugad manajemen kasus ini menggunakan elemen

Page 36: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

24

tugasnya terutama untuk penilaian, perencanaan, pelaksanaan dan

pendampingan. Efektivitas model ini sangat tergantung pada keutuhan dan

efektivitas dari pelayanan komunitas yang ada.6

2. Rehabilitation model

Model ini lebih banyak membantu klien untuk mencapai sukses

pada lingkungan yang dipilihnya dibanding memperlihatkan program

komprehensif untuk perbaikan, dimana pada klien dilakukan penilaian

fungsional sebagai dasar untuk melakukan rencana rehabilitasi. Manajer

kasus lebih memfokuskan pada perkembangan keterampilan hingga klien

mampu bekerja pada suatu jaringan. Model ini merupakan manajemen

kasus dalam keadaan keseluruhan rehabilitasi psikiatri.

3. Personal Strengths Model

Model ini mempunyai dua dasar yaitu yang pertama untuk menjadi

orang sukses maka sesseorang harus bisa menggunakan, mengembangkan

dan menjalankan potensi diri serta mempunyai sumber untuk

menjalankannya. Kedua yaitu perilaku individu tergantung pada sumber-

sumber individu yang tersedia. Manajer kasus pada model ini bertindak

sebagai penasehat atau mentor yang akan membantu klien dalam

memecahkan masalah dan mengembangkan sumber daya yang

dimilikinya.

6 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”,(Bandung: Balai Besar Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS), t.t), h. 90.

Page 37: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

25

4. Full Support Model

Model ini mempunyai fungsi tambahan yaitu untuk menyediakan

secara langsung sebagian atau seluruh jasa pelayanan yang dibutuhkan

oleh klien. Petugas manajemen kasus sangat sedikit peranannya sebagai

penghubung antara klien dengan jasa pelayanan yang ada di komunitas.

Model ini sangat khas dimana tergabung tim multidisiplin yang terdiri dari

spesialis berbagai jasa pelayanan yang berbeda, misalnya begian

perumahan, perawatan dan rehabilitasi bertugas memberikan semua

kebutuhannya sehingga mereka dapat menyesuaikan diri di dalam

komunitas. Manajer kasus berupaya menyediakan fungsi pelayanan

manejemen kasus dasar di tambah dengan berbagai rehabilitasi dan

pelayanan pengobatan.7

3. Dasar-Dasar Pelayanan Manajemen Kasus

Ada empat dasar pelayanan yang harus dipenuhi untuk keberhasilan

suatu manajemen kasus, yaitu:

a. Kontinuita: klien mendapatkan pelayanan yang komprehensif dalam

periode waktu yang ditetapkan.

b. Aksesibilitas: klien dapat menggunakan pelayanan kapan saja

dibutuhkannya.

c. Akuntabilitas: sistem bertanggung jawab terhadap pelayanan yang

diberikan kepada klien.

7 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”, h. 90.

Page 38: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

26

d. Efisiensi: pelayanan diberikan secara tepat dan ekonomis.8

4. Tahap-Tahap Manajemen Kasus

Adapun tahap-tahap dalam manajemen kasus yaitu:

1. Penilaian (Assessment)

Sebelum melakukan tahap penilaian ini, tim manajemen kasus

mengadakan prescreening terhadap klien, untuk menentukan klien mana

yang dapat ikut dalam program manajemen kasus yang akan dilakukan.

Hal-hal mendasar dalam penentuan prescreening (penyeleksian):

a. Keadaan medis psikiatri klien, dalam hal ini klien yang masih dalam

kondisi akut tidak dapat diikutsertakan dalam program ini.

b. Ada tidaknya dukungan keluarga terhadap program ini dapat

berpengaruh pada keikutsertaan klien. Keluarga yang tidak

mendukung akan dapat mengurangi kesempatan klien untuk dapat

mengikuti program manajemen kasus.

Assesment yang bersifat komprehensif menjadi sangat penting

dalam manajemen kasus, yakni asesment diperoleh dari hasil observasi

dan evaluasi perkembangan tingkah laku klien selama masa perawatan,

informasi dari keluarga atau orang yang dekat dengan klien, hasil masukan

atau pendapat dari klien tentang hal-hal yang menjadi masalah bagi

dirinya.9

8 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”,(Bandung: Balai Besar Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS), t.t), h. 86.

9 Lambert Maguire, “Pekerjaan Sosial Klinis”. Penerjemah Tim STKS Bandung dan BiroHumas-Departemen Sosial RI, (Jakarta: PT. Erdino Mutiara Agung, 2008), h. 113

Page 39: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

27

2. Perencanaan (Planning)

Perencanaan yaitu tahap untuk menyusun dan mengembangkan

layanan yang menyeluruh untuk klien sesuai dengan hasil

assesment.Hasil-hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari tahap

asesmen (sesuai keinginan klien, masalah kebutuhannya, serta sumber

daya yang tersedia), kemudian disusun menjadi suatu formulasi masalah,

dan selanjutnya dapat ditetapkan prioritas masalah yg digunakan untuk

menyusun perencanaan.

Penetapan tujuan harus individual dan harus realistis berdasarkan

hasil yang didapat dari asesmen, serta tujuan yang tercapai. Contoh: klien

yang memiliki masalah disabilitas psikososial atau sulit berkomunikasi

dengan orang sekitarnya atau tidak ada keterampilan untuk melakukan

pekerjaan, maka perlu direncanakan intervensi dengan menghubungkan

klien pada program day care. Selanjutnya harus ditentukan tujuan jangka

pendek dan jangka panjang yang akan dicapai oleh klien.

Berdasarkan contoh di atas maka dapat ditetapkan tujuan jangka

pendek dan panjang yaitu tujuan jangka pendek yang ditetapkan pada

klien ini adalah meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mandiri,

sedangkan tujuan jangka panjang mengurangi stresor yang dapat

menyebabkan depresi dan kekambuhan penyakit, sehingga dapat

mengurangi terjadinya penurunan kondisi fisik dan psikis serta

memperbaiki kualitas hidup.

Page 40: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

28

Dalam upaya penetapan tujuan ini tentunya harus berkonsultasi

terlebih dahulu dengan tim multidisiplin berkaitan dengan penyusunan,

yaitu seperti jenis pelayanan yang akan diberikan, sumber-sumber

pelayanan yang mudah didapat klien dan penentuan anggota staf tim yang

bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan. Perencanaan

intervensi mencakup perencanaan penanganan dalam arti pemberian

konseling langsung dan terapi, serta perencanaan pelayanan yang

mencakup upaya mengkaitkan klien dengan dukungan eksternal formal

dan informal dalam pemberian bantuan. Perencanaan pelayanan inervensi

biasanya melibatkan metode-metode pencapaian tujuan jangka pendek dan

panjang.

Perencanaan berkaitan erat dengan identifikasi sumber daya dan

hubungan-hubungan yang saling terkait. Dalam menyusun rencana banyak

manejer kasus mempertimbangkan hambatan-hambatan yang mungkin

terjadi bagi klien dan tingkat sistem dan mulai mempertimbangkan

langkah-langkah lain untuk menangani hal tersebut. Klien harus terlibat

semaksimal mungkin dalam perencanaan intervensi, mengingat mereka

biasanya lebih mampu mengidentifikasi kebutuhannya dan karena itu

mendukung hasil pelayanan yang lebih efektif.10

10 Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, “Buku Pintar Pekerja Sosial ”, (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2008), Cet. 1, h. 283.

Page 41: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

29

3. Pelaksanaan (Implementation)

Menjamin terpenuhinya kebutuhan klien sesuai perencanaan yang

telah dibuat. Mulai dari perencanaan hingga melakukan pelaksanaan,

dilihat sejauh mana manajamen kasus memberikan pelayanan kepada

klien untuk memenuhi kebutuhannya. Contoh konseling, bimbingan

mental dan ketrampilan, dan sebagainya. Apakah dukungan ini dapat

disediakan sendiri atau harus bekerja sama dengan agensi lainnya. Bila

terjadi keadan krisis yang tidak terduga, maka harus dijamin tersedianya

jasa pelayanan yang sesuai untuk mengatasinya.

Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu yang paling krusial

(penting) karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan

tidak sesuai dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama

antara petugas, pertentangan antar kelompok juga dapat menghambat

pelaksanaan suatu program atau kegiatan.11

4. Pengawasan (Monitoring)

mengevaluasi dan memantau jasa pelayanan yang telah diberikan

kepada klien. Faktor-faktor yang di evaluasi meliputi kuantitas dan

kualitas pelayanan, termasuk efektivitas penggunaan biaya dan kesesuaian

pelaksanaan pelayanan dengan tujuan yang ditetapkan. Selain itu harus

diketahui ada tidaknya kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi atau

adanya kesenjangan antara kebutuhan dengan sumber daya dan pelayanan

11 Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas”, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 176.

Page 42: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

30

yang ada. Pada tahap ini juga dilakukan stabilisasi terhadap perubahan

yang sudah diharapkan terjadi.12

5. Pendampingan

Mendampingi dan memberikan bimbingan lanjutan kepada klien.

Tahap pendampingan terhadap klien berlangsung terus-menerus selama

program manajamen kasus, bertujuan agar dapat diketahui apakah

pelayanan yang diberikan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.

Contoh: klien yang telah direncanakan mendapat pelayanan day care

ternyata tidak dilakukan oleh agen pelayanan, sehingga manajer kasus

dapat mempertanyakan hal tersebut atas nama klien. Tahap pendampingan

terhadap klien berlangsung terus-menerus saat melakukan manajemen

kasus karena bertujuan agar dapat diketahui apakah pelayanan yang

diberikan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya.13

6. Pengakhiran (Termination)

Mengambil tindakan untuk menyelesaikan atau meneruskan suatu

program manajemen kasus pada seorang klien, dimana klien dipersiapkan

untuk mengakhiri program, disiapkan melalui masa transisi dan kemudian

dilepaskan untuk mengikuti program tanpa pendampingan, setelah itu baru

klien benar-benar dapat keluar dari program. Pada masa transisi manajer

kasus mengajak klien untuk berperan aktif merencanakan kegiatan dan

12 Isbandi Rukminto, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas”, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 176.

13 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”,(Bandung: Balai Besar Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS), t.t), h. 88.

Page 43: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

31

pemenuhan kebutuhannya secara mandiri. Akan tetapi selain proses yang

diakhiri atas dasar kesepakan bersama karena sudah tercapainya suatu

kemampuan tertentu dari klien, terminasi juga dapat terjadi secara sepihak,

misalnya saja karena tidak terbentuknya relasi yang baik antara manajer

kasus dengan kliennyamaka dalam hal ini terminasi yang terjadi adalah

terminasi tanpa tercapainya bentuk perilaku yang diharapkan akan dapat

membantu klien untuk mengatasi permasalahan yang ada. Dalam kasus ini

biasanya mekanisme untuk menangani permasalahan yang muncul pada

diri klien tidak terbentuk dengan baik.14

5. Tugas Manajer Kasus

Dalam manajemen kasus pekerja sosial berperan sebagai sebagai

manajer kasus. Adapun tugas manajer kasus yaitu:

a. Memahami kebutuhan klien, kapasitas jaringan kerja lembaga pelayanan

dan kemampuan-kemampuan pelayanan sosial yang tersedia dari aneka

pihak.

b. Mengembangkan perencanaan pelayanan yang komprehensif

multidisiplin.

c. Melakukan intervensi langsung untuk memperkuat keterampilan dan

kapasitas klien untuk membela dirinya sendiri.

d. Memonitor implementasi rencana pelayanan.

14 Isbandi Rukminto Adi, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”, (Jakarta: FISIPUI Press, 2005), h. 154.

Page 44: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

32

e. Mengevaluasi efektivitas dari dampak pelayanan atas keberfungsian

klien.15

6. Prinsip Pekerja Sosial

Dasar teori Midgley dan Mass untuk kesemua praktek pekerjaan sosial

tersusun dalam suatu prinsip-prinsip general yang menggambarkan keyakinan

filsafat dari profesi dan menjadi sebuah pedoman pekerja sosial untuk

berkerja dengan klien-klien mereka. Prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

1. Penerimaan

Prinsip ini secara mendasar melihat bahwa pekerja sosial harus

berusaha menerima klien mereka apa adanya tanpa menghakimi klien

tersebut. Kemampuan pekerja sosial untuk menerima klien (pihak yang

membutuhkan bantuan) nya dengan sewajarnya akan dapat banyak

membantu perkembangan relasi antara mereka.16

2. Komunikasi

Prinsip komunikasi itu berkaitan erat dengan kemampuan pekerja

sosial untuk menangkap informasi ataupun pesan yang dikemukakan oleh

klien. Pesan yang disampaikan klien dapat berbentuk verbal yang

diungkapkan klien melalui ucapannya, atau pesan tersebut dapat pula

berbentuk non-verbal misalnya dari cara duduk klien, cara menggerakan

tangannya, cara klien meletakan tangannya dan sebagainya. Dari pesan

15 Sutaat, dkk, “Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran dan Keluarganya diDaerah Asal”, (Jakarta: Ciputat Press, 2009), h. 11

16 Isbandi Rukminto, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”, (Jakarta: FISIP UIPress, 2005), h. 80.

Page 45: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

33

non-verbal tersebut kita bisa menangkap klien sedang merasa gelisah,

contoh seperti takut, cemas, gembira, gelisah dan berbagai ungkapan

perasaan lainnya.

Bila suatu ketika klien tidak dapat mengungkapkan perasaan apa

yang dirasakannya pekerja sosial diharapkan dapat membantu klin

tersebut untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Dengan

berkembangnya komunikasi antara pekerja sosial dan kliennya maka

pekerja sosial dapat menelaah permasalahan yang dihadapi klien secara

lebih jelas sehingga praktisi tidak menganalisi berdasarkan praduga tetapi

berdasarkan data yang diterima dari pesan verbal dan pesan non verbal

yang disampaikan oleh klien.17

3. Individualis

Prinsip individualis pada intinya menganggap setiap individu

berbeda antara satu dengan yang lainnya, sehingga seorang pekerja sosial

haruslah berusaha memahami keunikan dari setiap klien karena itu dalam

proses pemberian bantuan harus berusaha mengembangkan intervensi

yang sesuai dengan kondisi kliennya agar mendapatkan hasil yang

optimal.

4. Partsipasi

Pada prinsip ini pekerja sosial didorong untuk menjalankan

perannya sebagai fasilitator, dari peran ini pekerja sosial diharapkan akan

17 Isbandi Rukminto, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”, (Jakarta: FISIP UIPress, 2005), h. 81.

Page 46: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

34

mengajak kliennya untuk ikut serta berperan aktif dalam menghadapi

permasalahan yang dihadapinya.

5. Kerahasiaan

Dalam prinsip ini pekerja sosial harus menjaga kerahasiaan dari

kasus yang sedang ditanganinya sehingga kasus itu tidak dibicarakan

dengan sembarang orang yang tidak terkait dengan penanganan kasus

tersebut.

6. Kesadaran Diri Petugas

Prinsip kesadaran diri ini menuntut pekerja sosial untuk bersikap

professional dalam menjalin relasi dengan kliennya. Dalam hal ini pekerja

sosial harus mampu mengendalikan dirinya sehingga tidak terhanyut oleh

perasaan ataupun permasalahan yang dihadapinya oleh kliennya. Pekerja

sosial disini haruslah tetap rasional tetapi mempu untuk menyelami

perasaan kliennya secara objektif, dengan kata lain pekerja sosial haruslah

menerapkan sikap empati dalam menjalin relasi dengan kliennya.18

B. Lanjut Usia (Lansia)

1. Pengertian Lanjut Usia

Setiap rentan kehidupan memiiki tugas-tugas perkembangan, fokus,

minat, hambatan dan perubahan yang berbeda disetiap tahapannya. Masa tua

ditandai oleh adanya perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun

biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan

18 Isbandi Rukminto, “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”, (Jakarta: FISIP UIPress, 2005), h. 80.

Page 47: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

35

daya ingat. Penyesuaian diri terpusat disekitar pekerjaan dan keluarga pun

menjadi lebih sulit daripada penyesuaian pribadi. Usia tua adalah periode

penutup dalam rentan hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang

telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau

beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Usia 60-an biasanya

dipandang sebagai garis pemisah antara usia madya dan usia lanjut. 19

Menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) tentang

penduduk lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun keatas. Lansia pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua,

yaitu 1) kelompok lansia yang potensial (pasal 1 ayat 3) yaitu lanjut usia yang

masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan

barang atau jasa. Lansia potensial masih bersemangat melakukan aktivitas nya

sehari-hari, seperti bekerja, menghadiri kegiatan sosial tanpa bantuan orang

atau pihak lain dan 2) kelompok lansia yang tidak potensial ( pasal 1 ayat 4 )

yaitu lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidup nya

berantung pada bantuan orang lain atau lansia yang sudah tidak bisa

melakukan kegiatan apapun.20

Menjadi tua (lanjut usia) merupakan suatu proses alami dalam rentan

kehidupan manusia. Karakteristik lansia diindikasikan sebagai seseorang, baik

pria maupun wanita yang telah berusia 60 tahun atau lebih yang memiliki

pengalaman hidup, pengetahuan, keterampilan, keahlian dan kearifan,

19 Yudrik Jahja, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 311.20 Badan Pusat Statistik, “Analisis Deskriptif Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Tahun 2006”, (Jakarta: CV. Petratama Persada 2007), h. 65.

Page 48: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

36

sedangkan kemampuan fisik, emosional, kesehatan, mobilitas, penghasilan

dan terbatasnya interaksi sosial telah mengalami penurunan.

Peningkatan populasi lansia di satu sisi memang menjadi aset bangsa,

karena pengetahuan dan pengalaman mereka sangat berharga yang dapat

disalurkan kepada generasi penerus untuk pembangunan bangsa Indonesia.

Selain itu sebagian dari lansia masih mampu melakukan pekerjaan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa. Kelompok lansia seperti

ini kemudian disebut lanjut usia potensial. Di sisi lain peningkatan populasi

penduduk lansia berdampak terhadap peningkatan permasalahan lansia di

masyarakat, yakni resiko ketergantungan antara penduduk lansia dan

penduduk usia produktif, karena bagaimanapun kondisi fisik, mental dan

sosial akan mengalami penurunan. Kemudian lansia akan diiringi

ketidakmampuan, bahkan kehilangan daya tahan kehidupan sosial, ekonomi

dam pemeliharaan kesehatan serta kemungkinan menjadi korban tindak

kekerasan sehingga cenderung akan mengalami ketergantungan dan

keterlantaran. Lansia seperti ini disebut lansia tidak potensial (UU No. 13,

tahun 1998, tentang Kesejahteraan Lanjut Usia).21

Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu

periode di mana seseorang beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih

menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bila

seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu, ia

21 Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, “Jendela Rehsos”, (Jakarta:OHH Ditjen Rehsos, 2012), h. 54.

Page 49: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

37

sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan dan

cendurung ingin hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa

depan sedapat mungkin. 22

2. Karakteristik Usia Lanjut

Adapun karakteristik usia lanjut yaitu:

1. Merupakan periode penurunan (kemunduran)

Penurunan tersebut disebabkan sebagian oleh faktor fisik, seperti

perubahan-perubahan sel tubuh karena ketuaan dan sebagian-sebagian lagi

oleh faktor psikologis, seperti sikapnya terhadap orang lain dan terhadap

kerja.

Mereka yang setelah pensiunan tidak mempunyai minat apa-apa

mudah menjadi depresi dan berantakan, akhirnya kondisi fisik dan

mentalnya menjadi cepat menurun dan akhirnya meninggal. Motivasi

kelihatannya memegang peran yang penting, yang kurang bermotivasi

untuk mempelajari hal-hal baru atau mengikuti akan mengalami

kemunduran yang lebih cepat.23

2. Ada perbedaan individual dalam efek ketuaan

Reaksi orang terhadap masa tua berbeda-beda, ada yang

mengnggap pensiun merupakan masa yang menyenangkan, karena

sekarang yang bersangkutan dapat hidup dengan lebih santai, namun ada

pula yang menganggap pensiun sebagai hukuman.

22 Elizabeth B.Hurlock, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 380.23 Elizabeth B.Hurlock, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 133.

Page 50: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

38

3. Banyak terdapat stereotip mengenai usia lanjut seperti misalnya adanya

humor-humor dalam majalah-majalah mengenai usia lanjut yang

menggambarkan masa tua tidak menyenangkan

4. Sikap sosial terhadap usia lanjut

Umumnya terdapat sikap sosial terhadap orang-orang usia lanjut

yang kurang positif. Mereka bukannya dihormati dan dihargai karena

pengalamannya, melainkan sikap mereka membuat para orang tua usia

lanjut ini merasa tidak lagi dibutuhkan oleh kelompok sosial, lebih

dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, namun ada perbedaan sikap

antara budaya yang berbeda-beda pula, ada kelompok etnik yang

menghargai tinggi terhadap usia lanjut. Disamping itu kelas sosial juga

mempengaruhi sikap sosial itu.

5. Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas

Sebagai akibat dari sikap sosial yang negatif terhadap usia lanjut

mereka cenderung dibatasi dalam interaksi sosialnya dan hanya

mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang terbatas. Mereka menjadi

warga Negara kelas dua, hal mana mempengaruhi penyesuaian dirinya

secara sosial maupun pribadi. Sering mereka lalu bersikap defensif, juga

tidak jarang menjadi korban dari orang-orang yang jahat atau beritikad

jelek.

6. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubaha peran

Berhubungan kelompok usia lanjut dapat bersaing lagi dengan

kelompok yang lebih muda, mereka lalu kurang mempunyai peran yang

Page 51: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

39

aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan masyarakat maupun dalam dunia

bisnis. Sebagai akibatnya peran-peran yang dapat dimainkan menjadi

berkurang atau berubah sifatnya. Hal ini juga dapat mengembangkan sikap

rendah diri dan dendam yang akhirnya mempengaruhi pula penyesuaian

sosial dan pribadinya.

7. Penyesuaian diri yang tidak baik

Sikap sosial yang negatif dan kurangnya pemberian penghargaan

(rewards) terhadap jasa-jasa orang lanjut usia di masa lalu, yang tercermin

dari cara kelompok sosial memperlakukan mereka, maka tidak heran bila

pada lanjut usia ini timbul konsep diri yang negatif.

3. Tugas Perkembangan Usia Lanjut

Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan

dengan kehidupan pribadi seseorang dari pada kehidupan orang lain. Hal ini

sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah

dilakukan di dalam maupun di luar rumah. Bagi beberapa orang berusia lanjut

kewajiban untuk menghadriri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan

kewajiban segabai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan

pendapatan mereka menurun setelah pensiun. 24

Sebagaimana halnya tugas perkembangan yang ada dan harus dijalani

oleh periode-periode sebelumnya, individu-individu yang berada pada periode

lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus dilalui dengan

24 Yudrik Jahja, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 318.

Page 52: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

40

sebaik-baiknya. Di antara tugas perkembangan yang hendaknya dilalui para

lansia adalah:

1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan berkurangnya

kesehatan.

2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga.

3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

4. Menjalin hubungan dengan orang-orang seusianya.

5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan harmonis.25

C. Permasalahan Lanjut Usia

1. Masalah Lanjut Usia

Sebagai makhluk hidup dalam melalui fase-fase kehidupannya tentu

tidak akan terlepas dari masalah-masalah begaimana proses interaksi individu

tersebut dengan orang lain untuk mendukung eksistensinya. Pada fase lanjut

usia ini pun hampir dipastikan akan menghadapi masalah-masalah kehidupan

seperti yang terjadi pada fase-fase sebelumnya.

Fase lanjut usia seringkali dikatakan sebagai fase yang paling sulit

dalam siklus kehidupan. Hal ini dikarenakan adanya penolakan-penolakan

terhadap putaran waktu untuk memasuki fase ini, sehingga mengakibatkan

para lanjut usia mengalami banyak permasalahan.

25 Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si, dkk., “Psikologi Perkembangan”, (Ciputat: LembagaPenelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 126.

Page 53: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

41

Adapun permasalahan-permasalahan lanjut usia secara garis besar yaitu:

1. Masalah yang bersifat fisiologis

Masa lanjut usia memiliki ciri terjadinya penurunan fungsi-fungsi

secara struktural (anatomi) maupun fungsional (fisiologi). Penurunan ini

bukan disebabkan oleh penyakit saja namun perubahan pada sel-sel tubuh

menuju penuaan. Perubahan-perubahan dalam proses menua ini terjadi

pada seluruh bagian tubuh, terutama pada bagian tubuh yang sel-sel nya

tidak mengalami proses pembelahan (mitosis) dan tidak terjadi proses

penggantian sel, misalnya otak manusia dan ginjal. Hal ini menyebabkan

terjadinya gangguan homeostatis, perubahan prilaku serta penurunan

metabolisme dan reproduksi. Contohnya mulai pikun, kecenderungan

obesitas dan kemunduran kemampuan kerja secara fisik. Namun yang

sangat menentukan dalam proses perubahan fisik ini adalah sikap prilaku

individu itu sendiri terhadap proses penurunan-penurunan tersebut.26

2. Masalah yang bersifat psikologis

Permasalahan yang muncul pada masa ini lebih cnderung terlihat

pada para lanjut usia yang masa mudanya bekerja secara rutin pada suatu

instansi/lembaga, namun tidak menutup kemungkinan mereka yang tidak

bekerja secara rutin. Untuk para lanjut usia yang tidak bekerja

permasalahan psikososialnya yang muncul adalah sekitar bagaimana

menghadapi perpisahan dengan lingkungan keluarga/anak yang selama ini

26 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”, h. 51.

Page 54: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

42

selalu bersama dan setelah menikah atau bekerja harus berpisah tempat

tinggal.

Sedangkan untuk para lansia yang bekerja, persoalan seperti

penurunan fungsi fisik karena proses menua dan adanya pemutusan

jabatan formal dalam pekerjaan, sangat mempengaruhi fungsi-fungsi

psikologisnya. Orang yang memasuki masa pensiun tanpa atau dengan

persiapan akan mengalami masalah emosional berupa depresi, gangguan

psikologikal (kejiwaan) seperti anxiety dan nerosis. Bentuk yang paling

umum dialami para lansia (pensiun) adalah kesulitan menerima kenyataan

hidup/ralitas yang melekat pada dirinya, mengagung-agungkan masa

lampau yang penuh dengan kejayaannya, merasa memiliki jabatan dan

penerimaan dari lingkungannya. Keadaan semacam ini dikenal sebagai

The Post-Power Syndrome, yaitu sindroma yang melekat dalam pikiran

secara terus-menerus pada seseorang yang telah pensiun sehingga

mempengaruhi tingkah lakunya dimana ia merasakan bahwa dirinya masih

berkuasa, mempunyai kedudukan dan dihormati oleh lingkungannya.

Gangguan-gangguan ini lazim dialami oleh lansia yang tidak

mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang baik terhadap fase

perkembangan dirinya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh

Hurlock bahwa mereka yang masih senang bekerja tapi dipaksa keluar

pada usia wajib pensiun seringkali menyatakan sikap benci dan akibatnya

motivasi mereka melakukan penyesuaian diri yang baik pada masa

pensiun sangat rendah.

Page 55: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

43

Dampaknya yaitu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugas-tugas

kehidupan selanjutnya. Seperti yang dikutip oleh Hurlock dari Back dalam

karyanya The Ambiquity of Retirement dikatakan bahwa apabila pensiun

dianggap sebagai perubahan kepada status baru, maka pensiun harus mau

membuang status yang berharga tersebut, dengan demikian akan terjadi

proses transisi yang baik.

3. Masalah yang bersifat sosio-ekonomi

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi pada masa lanjut usia

ini secara sosio ekonomi diantaranya:

a. Kehilangan peranan sosialnya sebagai kepala keluarga dirumah. Hal

ini disebabkan orang tersebut sudah memasuki masa pensiun dan

terjadi pengurangan pendapatan. Pengaruh yang sangat terasa adalah

pada pasangan hidup, sehingga pada masa ini sering timbulnya

hubungan yang kurang harmonis dengan pasangan hidupnya

(suami/isteri). Dengan berubahnya peran dari seorang pekerja menjadi

pensiunan maka banyak waktu untuk tinggal di rumah. Jika hubungan

mereka dengan suami atau isterinya baik maka hal ini akan

mendatangkan kebahagiaan bagi mereka berdua. Sebaliknya jika

hubungan mereka tidak baik maka pertengkaran akan meningkat.

b. Perilaku yang suka mengkritik terhadap situasi di rumah. Hal ini

disebabkan selama ini waktunya banyak dihabiskan diluar rumah

(bekerja) dan pada saat ini waktu banyak dihabiskan di rumah (sudah

tidak bekerja lagi), sehingga hal-hal yang kurang berkenan atau tidak

Page 56: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

44

sesuai menjadi obyek kritikan bagi para lanjut usia ini, mencari-cari

kesalahan dan biasanya tidak senang dengan apa yang dilakukan oleh

pasangannya.

c. Hubungan dengan anak atau cucu berubah. Hal ini disebabkan oleh

jarak tinggal antara anak/cucu dan orang tua/kakek nenek yang

berjauhan akibat adanya tuntutan pekerjaan. Selain itu munculnya cara

pandang anak terhadap orang tua terutama di Negara-negara maju

bahwa mereka merasa tidak berkewajban untuk merawat orang tua.

d. Kehilangan peranan dalam lingkungan sosial. Meskipun ada di antara

mereka yang memperoleh peranan baru sebagai tokoh masyarakat,

tetapi ada saatnya mereka merasa kehilangan peranan dan terisolasi

dari lingkungannya. Bila situasi ini dibiarkan maka para lansia akan

menarik diri sepenuhnya dari lingkungan sosialnya. Perubahan fisik

dan psikologis yang mengarah pada kemunduran-kemunduran

melakukan aktivitas memberikan dampak terhadap pelaksanaan tugas-

tugas kehidupan para lansia.

e. Berkurangnya peluang untuk mencari pekerjaan. Hal ini disebabkan

adanya penurunan fungsi fisiologis dan psikologis serta tuntutan untuk

membarikan kesempatan kepada generasi muda.

f. Penurunan/kehilangan pendapatan atau penghasilan. Pada

kenyataannya masa lanjut usia ini banyak sekali biaya-biaya yang

harus dikeluarkan mulai untuk berobat dan perawatan kesehatan, untuk

kebutuhan sekolah anak-anak pada tingkat pendidikan tinggi, untuk

Page 57: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

45

biaya pernikahan anak-anak dan lain sebagainya. Meskipun ada

bantuan dari tempat bekerjanya dulu berupa asuransi kesehatan atau

uang pensiunan, namun terkadang tidak memadai dalam mengakses

pelayanan yang ada.27

4. Masalah Spiritual Lansia

Perubahan-perubahan fisiologi, psikologi dan sosial turut memberi

pengarus pada perubahan dimensi religius. Lansia yang dapat menerima

hakekat penuaan mereka mengganggap hari tua merupakan peluang untuk

pengisian dengan kehidupan ber agama. Namun tidak sedikit pula di

antara lansia tersebut terutama perubahan fisiologi, psikologi dan sosial

yang drastis menyebabkan mereka kehilangan keyakinan akan

penciptanya (Allah SWT). Faktor penting yang perlu dipahami adalah

bagaimana falsafah hidup, kedamaian hidup, makna hidup, tujuan hidup,

semangat hidup pada lansia.28

2. Masalah Interaksi Sosial pada Lansia

Ada beberapa masalah interaksi sosial pada lanjut usia, antara lain:

a. Masalah yang ditimbulkan oleh pasangan hidup

Adakalanya pasangan hidup akan menjadi batu himpitan bagi

lansia didalam menjalankan sisa hidupnya. Masalah itu berupa

ketidakcocokan diantara masing-masing pihak, mungkin terjadi karena

27 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”,(Bandung: Balai Besar Badan Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS), t.t), h. 55.

28 Kementerian Sosial Republik Indonesia, “Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalamSituasi Darurat”, (Jakarta: Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan Direktorat Pelayanan SosialLanjut Usia, 2013), h. 10.

Page 58: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

46

secara alami, lansia sejalan dengan pertambahan usia akan mengalami

penurunan fisik maupun psikologis pada kedua belah pihak.

Ketegangan emosional ini pada gilirannya akan mempengaruhi

hubungan suami istri. Tidak sedikit pasangan suami istri lansia mengalami

perceraian diusia senja karena masing-masing mempertahankan sifat

egosinya. Ada beberapa lansia perempuan yang seolah memperoleh

eksistensi diri ketika sudah berpisah dari pasangannya, baik bercerai

maupun meninggal, karena selama ini sang suami sangat dominan.

Tetapi disisi lain banyak juga pasangan suami isteri lansia yang

begitu ditinggal mati oleh pasangannya akan mengalami

ketidakseimbangan mental maupun fisiknya sehingga kurang bergairah

dalam menjalani sisa hidupnya.

Bila hal ini terjadi, keluarga harus dapat meminimalisir dengan

mengalihkan ketidakseimbangan itu melalu kegiatan-kegiatan yang

bermanfaat, sehingga lansia dapat melupakan masalah-masalah yang

dihadapinya.

b. Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan keluarga.

Bisa juga masalah interaksi sosial bagi lansia ditimbulkan oleh

lingkungan keluarganya. Masalah ini bisa diakibatkan karena

ketidakcocokan dengan sebagian anggota keluarga atau seluruh anggota

keluarga. Sering juga masalah itu hanya sepele karena adanya perbedaan

konsepsi antara lansia maupun keluarganya.

Page 59: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

47

Misalnya keluarga melarang atau membatasi lansia untuk keluar

rumah maupun pekerjaan-pekerjaan fisik yang dilakukan lansia, dalam

konteks ini sebetulnya keluarga maksudnya baik kepada lansia tersebut,

dengan memposisikan keamanan dan kenyamanan. Tetapi bagi lansia

mungkin tindakan ini dianggap mengekang yang dapat menimbulkan

ketidaknyamanan sehingga lansia merasa hidupnya di penjara yang terlalu

banyak diatur oleh keluarganya.

Dalam kasus ini seperti ini keluarga harus paham dan

memperlakukan lansia secara wajar sesuai dengan kondisi fisik maupun

psikologisnya. Kalau lansia ini ikut dalam kegiatan penyuluhan kelompok

Bina Keluarga Lansia, keluarga harus mendukung lansia tersebut untuk

aktif dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang tidak kondusif bagi lansia akan

menimbulkan masalah tersendiri bagi mereka. Hal ini terjadi karena faktor

kehidupan masa lalunya. Selain itu juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan

psikologi lansia yang sudah berubah. Kondisi lingkungan masyarakat

yang tidak sesuai ini akan mudah mempengaruhi mental psikologis lansia,

sehingga ada yang mudah stress, cepat emosi atau murung. Ada lansia

yang tidak cocok dalam lingkungan masyarakat yang hiruk pikuk, dia

lebih senang tinggal di daerah yang sepi dengan lingkungan masyarakat

yang agamis tetapi ada juga sebaliknya, lansia senang tinggal dalam

suasana lingkungan keluarga yang hangat, ramai sehingga menambah

Page 60: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

48

gairah hidupnya, membahas masalah bersama lansianya sendiri,

mencarikan jalan keluar sehingga lansia betul-betul merasa nyaman di

lingkungannya.

Ada juga masalah yang ditimbulkan dalam menghadapi kematian.

Semua perlu dukungan dan penyemangat dari orang-orang terdekatnya

dengan memfasilitasi untuk mendekatkan diri dibidang keagamaan dan

kepercayaan diri sehingga lansia dapat pasrah menghadapi kematian atau

dapat memberikan sugesti bahwa kematian bukan untuk ditakuti.29

3. Kerawanan Pribadi dan Kerawanan Sosial Lansia

Ada beberapa bukti bahwa orang-orang yang dipersiapkan terhadap

perubahan-perubahan pribadi dan sosial yang terjadi di masa usia lanjut, lebih

mampu menyesuaikan diri terhadap kehidupan masa tua. Karena penurunan

kondisi fisik dan mental orang lanjut usia lebih potensial terhadap kerawanan-

kerawanan dibandingkan waktu mudanya. Sayangnya masyarakat sering tidak

melihat potensi tersebut, sehingga kurang ada usaha di lingkungan masyarakat

untuk mempersiapkan orang-orang lanjut usia ini terhadap kerawanan-

kerawanan tersebut kelak. Misalnya saja kurang dipersiapkan terhadap

kecelakaan-kecelakaan yang umum terjadi pada mereka atau bagaimana

menghindarinya dan kurang dibantu dalam menggunakan waktu luangnya

sesuai dengan kesehatan yang sudah menurun.

Kerawanan-kerawanan fisik dan psikologis di bawah ini menunjukan

betapa pentingnya peranan persiapan diri untuk mencegah terjadinya

29 Dewi Pandji, “Menembus Dunia Lansia”, (Jakarta: PT Elex Media, 2012), h. .9

Page 61: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

49

kerawanan-kerawanan sosial maupun pribadi. Adapun kerawanan pribadi dan

sosial lanjut usia diantaranya:

1. Kerawanan peribadi (Personal Hazards)

Orang lanjut usia umumnya mengalami gangguan pada

metabolisme, peredaran darah, rematik, hipertensi, gangguan mental,

gangguan penglihatan, pendengaran dan lain-lain. Di samping gangguan

atau kerawanan yang nyata tersebut sering pula timbul penyakit yang

tidak nyata (hanya dalam bayangan), banyak keluhan-keluhan fisik dan

membicarakan keluhan-keluhannya tersebut dengan para dokter dokter

(ganti-ganti dokter) yang pada dasarnya mendapatkan perhatian.

Beberapa orang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan fisiknya

tersebut, tetapi beberapa yang lain selalu mengeluh dan mengasihani diri

sendiri, yang akhirnya mengurangi motivasinya untuk mengatasi keadaan

atau gangguan-gangguan tersebut.

2. Ada beberapa kerawanan yang khas pada usia lanjut yaitu:

a. Menerima adanya anggapan tentang usia lanjut yang diberikan oleh

masyarakat. Hal ini membuat para orang usia lanjut ini merasa

inferior.

b. Perasaan tidak berdaya dan inferior yang disebabkan oleh perubahan

fisik dan penurunan daya tarik maupun karena perasaan di tolak oleh

masyarakat. Mungkin karena pendengaran dan penglihatan yang

kurang membuat meraka sulit mengadakan komunikasi.

Page 62: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

50

c. Tidak mau melepaskan atau mengganti gaya hidup yang lama,

mengganti rumahnya dengan yang lebih kecil dan praktis.

d. Menyadari bahwa mereka mulai menjadi pelupa, sulit mempelajari

hal-hal baru, lalu menarik diri dari aktivitas-aktivitas yang bersifat

kompetitif lebih-lebih dengan kaum muda.

e. Perasaan bersalah karena tidak menyumbangkan tenaga lagi bagi

masyarakat, mungkin mereka ingin berbuat sesuatu tetapi merasa malu

dan takut dianggap seolah-olah pekerjaan yang ada itu dibuat oleh

masyarakat khusus untuk mereka.

f. Pendapatan yang berkurang, mengurangi kesempatan untuk kegiatan-

kegiatan diwaktu senggang atau luang.

g. Kurangnya kontak sosial karena kesehatan yang tidak memungkinkan

atau keadaan finansial yang kurang atau terbatas merupakan

kerawanan psikologi, karena mereka merasa terisolir. Hal ini

mempengaruhi penyesuaian pribadi maupun sosialnya.30

30 Dra. Zahrotun, M.Si, dkk, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Lembaga Penellitian UINJakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), h. 135.

Page 63: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

51

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI

MULIA 1 CIPAYUNG

A. Latar Belakang Pendirian Lembaga

Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan

gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup dan

jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kehidupan kebutuhan

ekonomi khususnya di kota-kota besar menyebabkan terjadinya pergeseran

nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin berkurangnya

perhatian keluarga terhadap lansia karena keterbatasan waktu yang tersedia.

Akibatnya banyak lansia terlantar dan harus hidup sendiri tanpa perhatian

serta pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan aktifitas yang

bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan lansia menjadi

beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah Daerah untuk

memberikan pelayanan sosial kepada lansia sehingga dapat menghindarkan

mereka dari keterlantaran dari berbagai aspek.

PSTW Budi Mulia 1 merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan

kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. PSTW ( Panti Sosial Tresna Werdha

) Budi Mulia 1 yaitu dibangun pada tahun 1968 di atas lahan seluas 9.999 m2

yang dikukuhkan menjadi PANTI WERDHA 1 CIPAYUNG melalui SK

Gubernur DKI Jakarta No. CA11/29/1/1972. Selanjutnya mengalami

pergantian nama menjadi PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW)

Page 64: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

52

Budi Mulia 1 Cipayung melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 736

Tahun 1996.

Dengan berlakunya Perda (Peraturan Daerah) No. 3 Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretaris DPRD,

SK Gubernur DKI Jakarta No. 41 Tahun 2002 tentang Struktur Organisasi dan

Tata Kerja Kerja Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial

Provinsi DKI Jakarta, Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung,

dikukuhkan kembali berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 163 Tahun

2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis

di lingkungan Dinas Bintal dan Kessos Provinsi DKI Jakarta, dan Peraturan

Gubernur No. 57 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja PSTW Budi

Mulia 1.

B. Tujuan, Visi dan Misi Lembaga

1. Tujuan Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 yaitu:

Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas hidup dan

keberfungsian sosial lansia terlantar sehingga dapat membuat hari tuanya

dengan mengikuti ketentraman lahir dan batin.

2. Visi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 yaitu:

Mengangkat Harkat dan Martabat lansia terlantar menuju

kehidupan layak, sehat, normatif dan manusiawi.

3. Misi Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 yaitu:

a. Menyelenggarakan penampungan lanjut usia terlantar dalam rangka

perlindungan soaial.

Page 65: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

53

b. Menyelenggarakan pelayanan sosial, psikologis, perawatan medis,

bimbingan fisik, mental, spiritual dan bimbingan pemanfaatan waktu

luang.

c. Menyelenggarakan Penyaluran Bina Lanjut Usia dan pemulasaraan

jenazah.

d. Menjalin keterpaduan dan kerja sama lintas sosial.

e. Menggalang peran serta sosial masyarakat dan dunia usaha.

C. Falsafah Lembaga

Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai di PSTW BM I, diantaranya:

1. Undang-Undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia.

2. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

3. Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Pokok-Pokok

Kesejahteraan Sosial.

4. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan provinsi sebagai Daerah Otonom.

5. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang Organisasi dan Kerja

Dinas Sosial Provinsi Daerah khusus Ibu Kota Jakarta.

6. Peraturan Gubernur No. 57 tahun 2010 tentang Organisasi dan Kerja

Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1.

Page 66: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

54

D. Struktur Organisasi Lembaga

Tabei 3.1 (Struktur Organisasi PSTWBudi Mulia 1 Cipayung)

Deskripsi Pekerjaan:

1. Ketua Panti bertugas memonitoring segala pekerjaan setiap

divisi/seksi. Disamping itu Kepala Panti juga melaksanakan tugas

manajerial dan teknis operasional pelayanan dan rehabilitasi sosial

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yan berlaku.

2. Tata Usaha (TU) berperan dalam tugasnya melakukan urusan surat

menyurat, kepegawaian, menyusun laporan keuangan, menginput data-

KA. Seksi Perawatan

Dra. Tantri Retno Utari

KA. Seksi BIMLUR

Asep Syahrial, S.SosSeksi Jabatan Fungsional

Siti Fathonah, S.Sos

Kepala Panti

H. Akmal Towe, M.Si

KA. SUBAG Tata Usaha

Dra. Susiana, M.Si

Page 67: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

55

data keuanan, transparansi dana, perlengkapan serta sarana dan

prasarana Panti.

3. Sie. Perawatan merupakan divisi yan membantu pekerja sosial untuk

melakukan seleksi terhadap calon WBS berdasarkan dari segi

moralitas dan kesehatannya. Seleksi perawatan juga berfungsi sebagai

bagian yang mengatur masalah sandang, pangan, kebersihan

lingkungan, kerapihan wisma dan WBS, obat-obatan bagi WBS yang

sakit, serta pemberian vitamin untuk seluruh WBS.

4. Sie. Bimbingan Penyaluran (BIMLUR) merupakan divisi yang

mengawasi jalannya program yang telah disepakati oleh Dinas dan

pihak panti, seperti bimbingan rohani, senam, kerajinan tangan dan

kesenian, layanan konseling dan case conference.

5. Pekerja Sosial/Jabatan Fungsional merupakan divisi yang melakukan

assessment, intervensi klien, registrasi, seleksi dan penerimaan serta

penjelasan program kepada WBS.

Dalam hal pengambilan keputusan PSWT BM 1 mengambil keputusan

secara non direktif (secara tidak langsung), karena pengambilan keputusan

dilakukan secara bermusyawarah antara Panti dengan para Staf.

E. Program

Di PSTW BM I perencanaan program dibuat oleh Dinas dan

cenderung untuk jangka panjang dan sifatnya tetap, tidak berubah. Dalam

perencanaannya masing-masing dari kepala Panti hadir untuk rapat tentang

manajemen Program lalu direalisasikan kebawah (Staf Panti). Sayangnya

manajemen program yang ada di PSTW belum berjalan secara optimal.

Page 68: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

56

Adapun program yang dibuat berdasarkan keputusan dari Dinas dan kepala

Panti diantaranya kelas Angklung, dimana di semua Panti Sosial Tresna

Werdha memiliki program yang sama tergantung bagaimana mereka

menerapkannya atau tidak. Pelayanan sosial dan kesehatan, seperti bimbingan

konseling dan keterampilan juga merupakan perencanaan dari Dinas yang

disepakati bersama oleh masing-masing kepala Panti, hanya bentuk

keterampilannya ingin seperti apa diserahkan kembali kepada pihak Panti.

Di sisi lain terdapat pula program yang dibuat oleh kebijakan Panti

yang perencanaannya disusun oleh Sie.Bimbingan dan Penyaluran Panti dan

disepakati bersama oleh pihak Panti yang berkaitan, seperti adanya kegiatan

panggung gembira, kegiatan senam seminggu dua kali untuk menyehatkan

tubuh para lansia agar tidak mudah terkena stroke dan jantung, kegiatan

bimbingan rohani Islam dan Kristen di setiap hari Selasa dan Kamis, latihan

rebana untuk para lansia kakung dan keterampilan menjahit dan meronce

bunga untuk para lansia perempuan bagi mereka yang masih potensial.

Program di PSTW memiliki system Top-Down, yang dibuat langsung oleh

Dinas kepada masing-masin Panti. Disamping itu, manajemen program yang

ada di PSTW ada juga yang menggunakan system Bottom-Up. Salah satu

contohnya ialah program keterampilan menjahit dan meronce bunga yang

diusulkan oleh pihak panti ke Dinas.

PSTW BM 1 memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi

lansia terlantar dalam bentuk pembinaan fisik berupa olah raga dan

pemeriksaan kesehatan, pembinaan mental spiritual yang berupa bimbingan

rohani Islam dan Kristen yang diadakan seminggu dua kali, bimbingan sosial

Page 69: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

57

yang dimaksudkan agar WBS dapat mengenali peran dan fungsi sosialnya di

lingkungan panti, bimbingan keterampilan meliputi kerajinan tangan dan

kesenian, rekreasi dan hiburan.

Pelaksanaan program diantara Program-program inti yang terdapat

di PSTW Budi Mulia 1, terdapat pula program-program yang diselenggarakan

untuk memperingati hari-hari besar seperti, Hari Kartini, Isra Mi’raj, Ulang

tahun Jakarta, Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) dan sebagainya. Seperti

halnya pada peringatan acara Hari Kartini, pihak Panti biasanya mengadakan

acara lomba busana kebaya (Fashion Show) bagi para WBS (Warga Binaan

Sosial) Panti yang masih potensial. Lalu pada acara hari besar keagamaan

seperti halnya Isra Mi’raj biasanya pihak Panti mengadakan acara peringatan

dengan mengundang Ustadz untuk memberikan khotbahnya bagi para WBS

Panti yang beragama muslim. Pada acara peringatan HLUN pun pihak panti

bekerja sama dengan kepala Panti Werdh lainnya untuk mengadakan acara.

Adapun program-program yang ada di PSTW Budi Mulia 1 diantaranya

adalah:

a) Adanya pelatihan-pelatihan seperti keterampilan menjahit, membuat

keset dan meronce bunga dari sedotan khusus bagi para lansia yang

masih potensial. Hal tersebut dapat berfungsi untuk ,mengembangkan

kreatifitas para lansia.

b) Kegiatan bermain Angklung sebagai terapi pemulihan para lansia yang

memiliki riwayat penyakit stroke. Disisi lain bermain Angklung juga

dapat membantu menggabungkan fungsi otak kiri (lewat syair lagu) dan

Page 70: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

58

otak kanan (tangga nada), sehingga dapat menjadi jembatan otak untuk

menjadi aktif dan tidak mudah lupa (membantu meningkatkan memori).

c) Ada kegiatan Bimbingan Rohani seminggu 2 kali setiap hari Senin dan

Kamis, baik rohani agama Islam (Pengajian) maupun Kristen (Kebaktian

dan Ke Gereja).

d) Kegiatan Panggung Gembira. Disini para lansia dituntut untuk bebas

berekspresi, tidak peduli suaranya merdu atau tidak, tujuannya dapat

melatih rasa kepercayaan diri lansia untuk mau berjoget dan riang

gembira bersama.

e) Pelatihan rebana untuk para lansia kakung dan perempuan (hari

berbeda), membantu untuk melatih gerakan otot tangan dan sebagai

salah satu tujuan untuk memperkenalkan salah satu musik Indonesia.

f) Kegiatan Senam yang dilakukan seminggu 2 kali, tujuannya agar dapat

memberfungsikan syaraf dan motorik para lansia, terutama bagi mereka

yang merupakan penderita jantung, stroke dan diabetes.

F. Jangkauan Layanan

Adapun target layanan PSTW Budi Mulia 1 diantaranya yaitu

lansia terlantar yang berusia 60 tahun ke atas, Penduduk DKI Jakarta, ada

surat pengantar dari RT/RW dan Kelurahan dan rekomendasi dari suku Dinas

Sosial wilayah.

Gambaran umum Klien yang terdapat di PSTW BM I sebagian

besar merupakan hasil jaringan polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Ada

beberapa juga yang merupakan rujukan dari Panti-panti lain karena panti

tersebut tidak memiliki fasilitas yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan

klien, ada juga yang beralasan karena WBS tersebut sudah tidak bisa

Page 71: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

59

mengikuti aturan dan tata tertib yang sudah ditetapkan di Panti sebelumnya.

10% dari penyaluran Klien merupakan rujukan dari keluarga kandungnya

sendiri. Sebagian besar keluarga yang menitipkan ayah/ ibu mereka di Panti

karena keluarga tersebut tidak memiliki biaya untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, merawatnya dan memberikan hak-hak yang seharusnya bisa

didapatkan oleh setiap orang, yakni kasih sayang. Mereka merupakan keluarga

yang pada umumnya dari keluarga bermasalah, dan banyak yang tidak

memiliki anak, sehingga ketika mereka sudah berusia lanjut, tidak ada satupun

sanak saudara yang dapat menampung keberadaan lansia di dalam

keluarganya dikarenakan memang mereka sudah tidak memiliki sanak saudara

lagi dan hanya tinggal mereka seorang diri. Mayoritas dari mereka para lansia

yang sudah tidak memiliki sanak saudara di rujuk oleh pihak RT/ RW ataupun

Kelurahan setempat yang mengurus langsung surat-surat penyaluran lansia

tersebut ke tempat yang lebih mulia, yakni PSTW di mana lansia-lansia

tersebut nantinya dapat bisa diberdayakan kembali, tidak terluntang-lantung di

jalanan dan dapat menikmati masa tuanya walaupun tidak dengan keluarga

kandungnya. Jadi, dapat dikatakan kategori lansia yang berada di PSTW Budi

Mulia 1, 90% mereka merupakan lansia terlantar dan 10% berasal dari

keluarga miskin.

Ada 210 WBS yang terdapat di PSTW BM I, 130 orang berjenis

kelamin perempuan, dan 70 orang berjenis kelamin laki-laki. Data WBS

berdasarkan psikologis yang telah diamati oleh PSTW BM I pada tahun 2014,

hampir 67% WBS yang berada di PSTW BM I menderita gangguan psikotik,

33% mengalami gangguan dimensia, dan 100% tidak memiliki gangguan.

Data penyakit yang dominan yang dialami oleh para WBS Lansia di PSTW

BM I ialah Rheumatoid Arthritis sebanyak 35%, Chardiovascular 60 %,

Page 72: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

60

diabetes sekitar 20%, Psikogeriatri 85%. Dan data WBS berdasarkan Agama

yaitu 179% beragama muslim dan 21% non muslim.

G. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Pembagian kerja setiap kepala seksi sebagian besar tidak

berdasarkan kompetensi melainkan berdasarkan pengabdian dan pengalaman.

Misalnya staf pada bagian keperawatan yang bertugas sebagai pendamping

wisma tidak harus berlatar belakang pendidikan perawatan. Tetapi pengabdian

dan pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi pendamping wisma.

Meskipun seperti itu, ada beberapa posisi yang menghariuskan memiliki latar

belakang sesuai dengan bidang yang bersangkutan seperti untuk mengsisi

posisi pekerja sosial di panti harus berlatar belakang kesejahteraan sosial dan

memiliki SK.

Rasio pekerja sosial yang ada di panti dengan WBS adalah 3 : 210

yang sudah tersertifikasi dan sudah memiliki SK untuk menjadi peksos.

Pekerjaannya pun menjadi jabatan fungsional, seperti assessment, intervensi

klien dan lain-lain. Artinya, pekerja sosial di PSTW BM 1 hanya berjumlah 3

orang, sedangkan pekerja sosial tersebut harus menangani kurang lebih 210

WBS yang ada di panti.

Pengembangan kompetensi, dalam hal pelatihan untuk para Staf

ataupun Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang ada di PSTW BM 1

diselenggarakan oleh Kementerian Sosial (Kemensos) dan Dinas Sosial

(Dinsos) dengan waktu yang tidak menentu tetapi rutin dilaksanakan. Tempat

pelaksanaan di BPPKS (Balai Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial)

yang terletak di Lembang, Jawa Barat. Untuk biaya pelatihan, jika Kemensos

Page 73: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

61

yang menyelenggarakan bebas biaya, tetapi diluar Kemensos seperti Dinas

Sosial dikenakan biaya pelatihan. Selain itu untuk menunjang pengembangan

profesi para staf tidak hanya pelatihan tertapi juga di tunjang dengan seminar-

seminar atau Diklat-diklat dari Universitas atau Institusi lain yang

mengadakan.

Penilaian kinerja dilakukan setiap bulan, setiap orang ada

laporannya, dan yang menilai adalah kepala seksi. Sedangkan kepala panti

yang menilai adalah kepala dinas. Apabila kinerjanya bagus maka akan ada

reward berupa TKD (Tunjangan Kinerja Daerah).

Sistem Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan melalui supervisi

setiap seksi. Kepala panti selaku supersivor melakukan supervisi kepada

bawahannya yakni Kabag TU dan pekerja sosial. Kabag TU melakukan

supervise kepada Kasie Bimlur dan Kasie Perawatan. Kasie Bimlur

melakukan supervise kepada staf yang bertugas dalam hal bimbingan dan

penyaluran seperti kerajinan tangan dan kesenian. Kasie Perawatan melakukan

supervisi kepada staf yang bertugas sebagai penanggung jawab keperawatan di

setiap wisma.

H. Sarana dan Prasarana Lembaga

1. Gedung

PSTW BM1 merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas

Sosial Provisnsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan

kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. Dibangun pada tahun 1968 di atas

lahan milik pemerintah seluas 9.999 m2. Sarana dan prasaran yang bada di

PSTW BM 1, terdiri dari gedung kantor utama, didalam gedung kantor

Page 74: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

62

utama yang berfungsi sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya

case conference, maupun rapat-rapat untuk para staf.

2. Wisma untuk para WBS terdiri dari:

a. Wisma Asoka: dalam wisma Asoka diperuntukkan untuk WBS wanita

yang masih bsangat mandiri dan produktif.

b. Wisma Bougenville: dalam wisma Bougenville diperuntukkan WBS

wanita yang masih mandiri dan beberapa produktif.

c. Wisma Cempaka: dalam wisma Cempaka diperuntukkan untuk WBS

wanita yang setengah renta dan setengah mandiri, tetapi lebih

mengarah ke renta.

d. Wisma Dahlia: dalam wisma Dahlia diperuntukkan untuk WBS wanita

yang sudah renta.

e. Wisma Edelweis: dalam wisma Edelweis diperuntukkan untuk WBS

pria yang sudah renta.

f. Wisma Flamboyan: dalam wisma Flamboyan diperuntukkan untuk

WBS pria yang mandiri dan produktif.

g. Wisma Catylia: dalam wisma Catylia diperuntukkan untuk WBS pria

yang mandiri.

3. Ruangan-ruangan yang ada di Panti PSTW Budi Mulia 1 terdiri dari:

a. Poliklinik: poliklinik ini berfungsi memeriksa kesehatan para WBS

yang dilakukan oleh dokter, bidan dan psikiatri (untuk kejiwaan).

Poliklinik ini juga dijadikan sebagai posyandu lansia Melati Putih.

b. Aula, aula sebagai tempat berkumpul melakukan kegiatan panti dan

tempat penerimaan tamu atau menyelenggarakan kegiatan kunjungan.

Page 75: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

63

c. Ruang konsultasi, ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling

dengan psikolog maupun dengan pekerja sosial.

d. Ruang taman bacaan.

e. Ruang pemulasaran jenazah, ruang ini diperuntukkan untuk mengurus

jenazah WBS, dari mulai dimandikan hingga dikafankan.

f. Ruang keterampilan, ruang ini dijadikan tempat melakukan kegiatan

keterampilan.

g. Dapur.

h. Mushollah.

i. Asrama TPS (Tenaga Pelayanan Sosial), ruang ini digunakan untuk

tempat istirahat sementara bagi para TPS.

j. Ruang VIP, ruang ini disewakan untuk para lansia yang memiliki

ekonomi tinggi, tetapi dalam pelasanaannya belum berjalan.

k. Rumah dinas, rumah ini diperuntukkan untuk pegawai PSTW BM 1

yang harus selalu stand by disekitar panti, misalkan perawat yang tiba-

tiba dibutuhkan WBS.

l. Lapangan, lapangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan panti

seperti senam, sekaligus dijadikan lahan parkir untuk para tamu atau

staf.

I. Kemitraan Dengan Pihak Luar

Hubungan lembaga dengan masyrakat sekitar dapat dikatakan

cukup baik, terbukti dengan adanya PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia)

yang dimana di panti terdapat posyandu lansia yang dapat digunakan oleh

warga sekitar panti khususnya lansia di RT.07 karena di daerah sekitar belum

Page 76: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

64

memiliki layanan posyandu lansia. Maka dari itu panti dengan warga sekitar

RT.07/06 bekerja sama dalam hal posyandu. Begitu juga bila ada kegiatan

seperti senam, maka warga sekitar dapat mengikuti senam bersama-sama.

Kerja sama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 1

Cipayung, dalam rangka pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada lansia, yaitu:

a) Dinas sosial, Dinas ketenteraman dan ketertiban Satpol PP dalam

pengiriman calon WBS (lansia terlantar) dan menindak lanjuti hasil razia

yang dilaksanakan.

b) RSKD Duren Sawit Satelit dalam hal pasien gangguan jiwa (psikotik).

c) RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada

lansia.

d) Puskesmas Cipayung, dalam hal memberikan layanana kesehatan lansia.

e) PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia yang

sakit.

f) PSBI Bangun Daya (Panti Sosial Bina Insan) panti penampungan

sementara WBS yang akan dikirim ke setiap panti. di PSBI juga terdapat

WBS Lansia yang Psikotik.

Page 77: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

65

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISA

GAMBARAN MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI

PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG

A. Profil Dua WBS (Informan)

WBS yang di pilih menjadi informan adalah lima lansia terlantar yang

berada di panti tetapi masih memiliki keluarga. Di bawah ini dapat di lihat

ringkasan data diri dari dua WBS yang menjadi informan.

Tabel 4.1Data diri WBS

No Klasifikasiklien

H B SM P ST

1. Tempattanggal

lahir/umur

Padang, 11Januari 1947

Matraman,Jatinegara 01Maret 1920

Binjai, 09Oktober

1941

Yogyakarta,28 November

1947

78 tahun

2. Pendidikanterakhir

SMA SR (SekolahRakyat)

SR SR Tidaksekolah

3. Urutan dalamkeluarga

Anak ke 3 dari4 bersaudara

Anak ke 2 dari5 bersaudara

Anak tunggal Anak ke 1 dari2 bersaudara

Anaktunggal

3. Agama Katolik Islam Islam Islam Islam4. Status

PerkawinanBercerai hidup - Bercerai mati Bercerai mati Bercerai

mati5. Tempat tinggal

klienJl. Pane, PetojaGambir, Jakarta

Pusat

KebonManggis,

Matraman,Jakarta Timur

Jl. Daman,Bambu Apus,

JakartaTimur

Duren Sawit Klaten,Jawa

Tengah

6. Pekerjaanklien

Montir motordan membuka

showroom

Pengamen Berdagang,juru masak

Ibu RumahTangga

Berdagang

7. Jumlah anakklien

3 3 2 - 2

Page 78: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

66

B. Kronologis Kasus Permasalahan WBS

Informan/WBS H

Saat ini H berusia 67 tahun, awal H bisa masuk panti ini karena rujukan

dari PSBL (Panti Sosial Bina Laras) Sentosa 3 Ceger, dan sebelum masuk PSBL

H kiriman pula dari RS (rumah sakit) Jiwa Grogol. H pernah menikah atau

berkeluarga, dari hasil pernikahannya H dikaruniai 3 (tiga) orang anak, 2 (dua)

anak laki-laki dan 1 (satu) anak peremuan, tetapi saat ini H sudah

berpisah/bercerai dengan isterinya selama 13 tahun.

H bercerai dengan isterinya secara sepihak, maksud sepihak H dan istrinya

diceraikan oleh kakak ipar H, jadi bercerai bukan keinginan dari H dan isterinya

tetapi kakak ipar yang menceraikan atau memisahkan H dengan isterinya, bahkan

2 anak laki-laki nya membenci H, karena kakak ipar itu sudah berbicara yang

tidak baik tentang H kepada ke 3 anak H, kakak ipar itu bilang kepada anak-anak

bahwa ayahnya pergi meninggalkan kalian, tetapi pada kenyataannya H bukan

pergi untuk meninggalkan keluarganya tetapi kakak ipar H yang menceraikan dan

memisahkan H dengan isteri dan anak-anaknya.

Saat kakak ipar H menceraikan adiknya (isteri H) dengan H itu tidak ada

wujud atau kehadiran dari kedua belah pihak karena H sudah berada di RS. Jiwa

Grogol, yang memasukan WBS ke RS. Jiwa Grogol itu kakak iparnya itu sendiri,

yang membiayai H selama di RS. Jiwa Grogol itu kakak iparnya dan yang

menanggung semua biaya keluarga H itu kakak iparnya itu sendiri. Isterinya

sampai saat ini masih tinggal bersama kakanya. Biaya sekolah anak-anak H juga

Page 79: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

67

ditanggung oleh kakak iparnya, sampai anak H sekarang sudah bekerja di luar

negeri (Cina).

Awal H bisa masuk RS. Jiwa Grogol itu karena depresi dan mengalami

ganguan mental akibat usaha yang dimilikinya mengalami kebangkrutan beberapa

kali, H memiliki usaha berjualan mobil ketika menikah dengan isterinya. Akibat

mengalami kebangkrutan ini H mulai sering marah-marah dengan isteri dan anak

laki-lakinya, bahkan sering memukul juga. Saat mengalami kebangkrutan H tidak

memiliki tempat tinggal, isteri dan anaknya tinggal bersama kakak iparnya dan H

dimasukan ke RS. Jiwa Grogol oleh kakak iparnya untuk mendapatkan

perawatan, biaya perawatan di tanggung oleh kaka ipar H termasuk biaya

kebutuhan hidup anak-anaknya H juga di tanggung oleh kaka ipar H.

H akhirnya ditelantarkan di RS. Jiwa Grogol oleh kaka iparnya, kakak

iparnya tidak pernah memberikan informasi keberadaan H dan menghalangi

adiknya (isteri klien) untuk mencari H dan sampai akhirnya H diceraikan secara

sepihak pula dan yang memisahkan atau menceraikan H dengan isterinya itu yaitu

kakak kandung isterinya atau kakak ipar H. Selama H menjalani perawatan di RS.

Jiwa Grogol tidak ada yang menjenguk H sama sekali. Setelah H menerima

perawatan di RS. Jiwa Grogol lalu H dikirim ke PSBL oleh pihak rumah sakit itu,

selama H berada di PSBL pun tidak ada sama sekali keluarga yang menjenguk

karena keluarga tidak mengetahui keberadaan H, sampai akhirnya H di rujuk ke

PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) Budi Mulia 1 Cipayung. H menjadi WBS di

Page 80: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

68

PSTW sejak tanggal 09 Mei 2008 rujukan dari PSBL Harapan Sentosa Ceger

dengan klasifikasi lansia terlantar Eks Psikotik (tenang).1

Informan/WBS B

Saat ini B berusia 86 tahun, ayahnya berasal dari Sunda dan ibunya

berasal dari Betawi. Orang tua B bercerai dan ayah B menikah lagi dengan wanita

lain sehingga B memiliki ibu tiri setelah orang tua B bercerai dan B memiliki ibu

tiri maka B merasa dirinya tidak diperhatikan oleh ibu tirinya akhirnya B lebih

memilih tinggal di jalanan dibandingkan tinggal di rumah bersama ibu tirinya. B

merupakan anak ke dua dari lima bersaudara. B meninggalkan rumah saat berusia

15 tahun dan tinggal serta hidup di jalan.

B memiliki tiga anak yang masing-masing 2 anak laki-laki dan 1 anak

perempuan, B memiliki anak tanpa pernikahan yang sah secara hukum maupun

agama dengan isterinya pada tahun 1950, karena B menikah secara sah maka B

menitipkan anaknya kepada tetangganya sewaktu B singgah. B bertahan hidup

dengan cara mengamen, mengemis dan menjadi kuli panggul di Pasar Senen,

dengan pekerjaan seperti itu klien hanya dapat penghasilan cukup untuk makan,

minum dan membeli pakaian. Ketika B sedang mengamen ternyata B terjaring

razia oleh SATPOL PP, setelah di razia oleh SATPOL PP akhirnya B

memutuskan untuk hidup di dalam panti. B masuk di PSTW pada tahun 1996.2

1Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW BudiMulia 1 Cipayung, 18 Agustus 2014.

2 Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW BudiMulia 1 Cipayung, 13 November 2014.

Page 81: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

69

Informan/WBS SM

Saat ini SM berusia 74 tahun, SM tidak punya saudara kandung karena

SM anak tunggal. SM menikah ketika berumur 13 tahun, SM menikah dengan

cara kawin lari tanpa persetujuan keluarganya karena SM dilarang untuk menikah

dengan laki-laki yang dipilihnya, tetapi SM tetap saja menikah secara diam-diam

tanpa persetujuan orang tua dan keluarga, sampai orang tua tua SM meninggal

SM tidak pernah bertemu, mencari bahkan berkomunikasi sekalipun dengan

orang tua nya tidak pernah sampai orang tua nya meninggal.

SM menikah dengan orang Bandung dari hasil pernikahannya itu SM

memiliki 2 orang anak laki-laki. SM tinggal di Bandung dengan suaminya,

suaminya bekerja menarik becak dan SM bekerja menjual gorengan. Suami SM

meninggal pada usia SM masih sangat muda yaitu 22 tahun. Anak SM menikah

pada tahun 2005, SM melarang anaknya untuk menikah dengan suku manapun

kecuali dengan orang Jawa Tengah tetapi pada kenyataannya anaknya menikah

dengan wanita yang bukan dari Jawa Tengah, SM pun marah karena anaknya

tetap menikah dengan wanita yang bukan dari Jawa Tengah dan SM tidak bisa

menerima kenyataannya.

SM tinggal di Bekasi bersama anak pertama yang sudah menikah,

dirumah itu SM tinggal bersama besan nya dalam satu rumah. SM berjualan

selama di Bekasi dengan membuka warung, setiap penghasilan dari berjualan itu

diberikan kepada kedua anaknya samapai akhirnya usaha dagangannya itu

bangkrut karena mertua dari anak SM itu tidak mau membentu bekerja, yang

bekerja hanya SM saja.

Page 82: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

70

Pada suatu hari anak kedua SM yang tinggal di Jakarta mendapatkan

hadiah undian sebesar 20 juta rupiah dan anak pertama SM meminjam uang itu,

ketika anak kedua SM menagih hutang kepada anak pertama ternyata anak

pertama SM tidak mau membayar hutang kakaknya, sampai akhirnya isteri dari

anak pertama SM menjelekan anak kedua SM di depan SM, SM pun marah dan

tidak terima anaknya dijelek-jelekan, SM bilang kepada menantunya bahwa

bagaimanapun juga baik buruknya itu tetap anaknya SM dan menantunya pun

marah membantah SM dengan berucap “kalau mau pergi ya pergi aja”, S pun

membalas dengan berucap di depan menantunya dan anaknya “sampai matipun ga

akan pernah nginjek rumah ini“. Akhirnya pun SM pergi ke Jakarta dan bekerja

sebagai baby bister, SM bekerja sebagai selama 20 tahun, karena SM sudah

merasa tidak kuat untuk menjadi baby sister akhirnya SM bekerja di TMII

(Taman Mini Indonesia Indah) sebagai juru masak. SM tinggal sendirian dirumah

kontrakannya di daerah Ceger Jakarta Timur.

Pada saat itu SM mulai sakit-sakitan dan tetangga SM ada yang

memberitahu SM bahwa di dekat sini ada panti, tetangga SM tidak tega karena

SM sudah mulai sakit-sakitan dan hidup sendirian dikontrakan. Akhirnya tetangga

SM mengurusi semua persyaratan dan surat-surat untuk memasukan SM ke

PSTW (Panti Sosial Tresna Werdha) Budi Mulia 1 Cipayung. SM menjadi WBS

di panti sejak tahun 2012. 3

3Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW BudiMulia 1 Cipayung, 13 Agustus 2014.

Page 83: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

71

Informan/WBS P

P lahir di Yogyakarta pada saat ini P berusia 66 tahun, kedua orang tua P

sudah meninggal. P berasal dari keluarga yang sederhana dan harmonis, P

bersekolah hanya sampai kelas 5 SD akhirnya P memutuskan untuk menikah. P

menikah sebanyak 3 kali suami pertama dan keduanya sudah meninggal

sedangkan suami ketiganya masih hidup tetapi P tidak mau tinggsl bersamanya

karena anak dari suami ketiganya atau anak tiri P tidak menyekukai P karena

alasan P itu orang Jawa, anak-anaknya tidak menyukai orang Jawa karena ayah

anak-anak itu orang Betawi lalu anaknya tidak menyukai P karena P miskin,

akhirnya P lebih memilih tinggal hanya bersama adiknya, P bekerja hanya sebagai

ibu rumah tangga sumber penghasilan disandarkan oleh keponakannya setelah

adiknya meninggal.

Akhirnya P dipindahkan atau dimasukan ke dalam panti oleh

keponakannya karena mereka punya kehidupan masing-masing dan

keponakannya itu memiliki kehidupan yang sangat sederhana sehingga tidak

mampu untuk mengurusi P. Pada tahun 2012 P masuk dalam ke dalam panti

PSTW.4

Informan/WBS ST

ST berusia 78 tahun yang merupakan keturunan Jawa, ST lahir di Klaten Jawa

Tengah. ST sejak kecil di asuh oleh neneknya kehidpan ST sejak kecil dijalaninya

untuk membantu neneknya berdagang di daerah Klaten, Yogyakarta dan

4 Wawancara pribadi dengan pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus PSTW BudiMulia 1 Cipayung, 14 November 2014.

Page 84: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

72

sekitarnya. ST tidak pernah merasakan pendidikan sekolah neneknya tidak

mengizinkannya karena pada waktu itu belum ada wajib belajar seperti sekarang

ini. ST menikah dengan suami yang sangat disayanginya tetapi suami ST sudah

meninggal dan menyebabkan ST depresi akibat ditinggal dengan suaminya.

Pada tahun 2010 ST menjadi korban letusan gunung merapi, saat tragedi

letusan itu ST berhasil menyelamatkan diri namun ST mengalami luka yang

mengakibatkan ST berada di PUM setelah keadaan ST sudah membaik kemudian

ST di rujuk ke PSTW Budi Mulia 1. ST memiliki dua orang anak yang tinggal di

Ciputat dan Tanjung Priuk keduanya sudah menikah, ST tidak mau tinggal

bersama anaknya karena takut membebani anaknya dan ST memiliki konflik

dengan menantunya sehingga ST merasa tidak nyaman untuk hidup bersama

anaknya, ST lebih memilik tingga di panti. Meskipun ST sudah berada di panti

tetapi hubungan dengan anaknya baik. Anaknya sesekali menjenguk ST di panti.

ST berada di PSTW sejak tahun 2012.

Page 85: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

73

C. Penerapan Expanded Broker Model yang Dilakukan Pekerja Sosial Saat

Melaksanakan Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1

Sejumlah manajemen kasus di susun dengan beberapa elemen yang

diambil dari model program yang berbeda. Pemilihan model ini disesuaikan

dengan kebutuhan klien. Adapun menurut Salomon empat model yang sering

dipakai manajemen kasus, yaitu Expanded Broker Model, Strength

Model/Development Acquaisition Model, RehabilitationModel dan Full Support

Model. Tetapi model yang digunakan pekerja sosial dalam manajemen kasus di

PSTW ini hanya memakai satu model saja karena model ini sesuai dengan yang

digunakan pekerja sosialdalam melaksanakan manajemen kasus yaitu model

Expanded Broker Model. Manajer kasus menggunakan Expanded Broker Model

karena pekerja sosial juga bertindak sebagai broker yaitu menghubungkan klien

dengan agensi atau pelayanan untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan klien

spesifik. Pekerja sosial tugasnya lebih menghubungkan klien kepada pelayanan

yang dibutuhkan klien atau pekerja sosial menjembatani antara klien dengan

pelayanan yang ada di PSTW.

Manajer kasus pada model ini berperan sebagai broker ataupun

perantara, broker ini adalah salah satu peran dan keterampilan yang dibutuhkan

pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus dalam menangani

permasalahan yang terjadi pada WBS yang berada di panti. Seperti yang ada di

PSTW manajer kasus menghubungkan WBS dengan segala pelayanan yang

dibutuhkan WBS. Selain manajer kasus bekerja sama dengan pihak panti seperti

Page 86: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

74

perawat, psikolog, ahli spiritual, penanggung jawab wisma dalam menangani

masalah WBS manajer kasus juga bekerja sama dengan pihak luar untuk

menangani masalah WBS. Adapun kerja sama yang telah dilakukan oleh PSTW

Budi Mulia 1 Cipayung, dalam rangka pelayanan yang dibutuhkan WBS

diantaranya yaitu:

a) RSKD (rumah sakit umum daerah) Duren Sawit Satelit dalam hal pasien

gangguan jiwa (psikotik). Apabila WBS yang mengalami gangguan jiwa atau

psikotik tidak dapat membaik berada di dalam panti maka manajer kasus

merujuk WBS ke RSKD Duren Sawit Satelit agar WBS bisa mendapatkan

pelayanan yang dibutuhkannya di sana.

b) RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada

lansia. Manajer kasus bekerja sama dengan RSUD Budi Asih ini apabila WBS

yang di dalam panti mengalami sakit sampai beberapa hari belum membaik,

seperti contohnya WBS yang mengalami diare secara terus-menerus maka

manajer kasus merujuk WBS ke rumah sakit ini agar WBS mendapatkan

perawatan yang baik. Setelah WBS membaik maka WBS dipulangkan

kembali ke PSTW.

c) PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia yang sakit.

Di sini manajer kasus sebagai perantara yang menghubungkan WBS dengan

PUM apabila WBS mengalami sakit yang harus di rawat atau di rehabilitasi.

Seperti contohnya WBS yang jatuh dari tempat tidur dan mengaami patah

pada tulangnya maka manajer kasus menghubungkan WBS ke PUM untuk

mendapatkan perawatan ataupun di rehabilitasi di sana agar kaki nya bisa

Page 87: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

75

membaik. Apabila WBS belum sembuh maka WBS tidak di izinkan kembali

ke panti sampai WBS itu sembuh dan memungkinkan untuk kembali ke

PSTW.

d) Dinas pemakaman, yaitu bekerja sama dalam bentuk memberikan fasilitas

pemakaman bagi para WBS yang meninggal dunia.

Manajer kasus dalam model ini hanya menghubungkan WBS dengan

segala yang dibutuhkannya, manajer kasus tidak turun langsung seperti mengantar

WBS ke rumah sakit tetapi manajer kasus lebih mencarikan rumah sakit yang

kosong untuk merawat WBS tetapi yang mengantar atau membawa WBS ke

rumah sakit itu yaitu petugas ataupun perawat yang ada di PSTW. Hal ini sesuai

dengan yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah S.Sos:

“Tugas saya disini lebih menghubungkan nenek kakek dengan apayang dibutuhin beliau, seperti misalnya klien sakit nah di sini sayamenghubungkan klien dengan rumah sakit saya menghubungirumah sakit apakah ada ruangan kosong untuk klien, kalaumemang ada saya membuat surat rujukan untuk klien ke rumahsakit baru yang menjalankan dan mengurusi klien itu care giver”.

Page 88: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

76

D. Tahap Pelaksanaan Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia Panti

Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) membuat sebuah pelayanan bagi

lansia. PSTW mempunyai bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan,

kualitas hidup dan keberfungsian lansia terlantar sehingga dapat membuat hari

tuanya dengan mengikuti ketentraman lahir batin. Di dalam panti tidak lepas dari

berbagai permasalahan yang dialami oleh lansia, salah satunya seperti lansia yang

sebenarnya masih memiliki keluarga tetapi hidup di panti dan bertengkar sesama

lansia karena adanya kesalahpahaman. Hal itu disebabkan karena hampir semua

klien mempunyai beragam masalah yang harus segera diselesaikan, baik dari segi

fisik, psikis dan sosialnya (terputusnya relasi dengan keluarga dan lingkungan).

Dengan melihat permasalahan ini, pekerja sosial berperan sebagai

manajer kasus dalam menangani permasalahan yang dialami oleh WBS tersebut.

Penggunaan manajemen kasus diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah

yang dialami WBS. Mulai dari sisi biologis atau fisik, psikologis dan sosial.

Sejauh ini permasalahan WBS yang di bantu oleh PSTW sudah menunjukan

perkembangan yang sangat baik mulai dari segi fisik, psikis dan sosial klien.

Dalam menangani permasalahan tersebut PSTW mempunyai tahapan program

yang dijalankan.

Metode yang digunakan untuk menangani permasalahan WBS adalah

metode manajemen kasus. Karena permasalahan yang dialami WBS itu sangat

beragam, dengan adanya metode manajemen kasus pekerja sosial menjamin WBS

Page 89: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

77

mendapatkan bantuan sesuai dengan yang dibutukan WBS. Seperti penuturan ibu

Siti Fathonah, S.Sos selaku pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus

berikut ini:

“Jadi manajemen kasus yang dikaitkan disini masalah-masalahyang dialami oleh lansia yang kita selesaikan, baik secarabimbingan individu, melalui bimbingan kelompok maupunlewatCase Confrence, kalo CC tentunya kita mengambil orang-orang yang berkompeten seperti psikolog, dokter, praktisi spiritualjadi biar lebih artinya dilihat dari segi mana prilaku seperti ini.Kalo kelompok bisa melalui dinamika kelompok itu, barang kalidengan prilaku yang dilakukan dengan dinamika kelompok adaperubahan kedepannya, jadi kita arahkan dinamika kelompoktersebut”.5

Adapun tahapan pelaksanaan manajemen kasus permasalahan lanjut

usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Tahap Penilaian (Assesment)

Merupakan tahapan untuk mengidentifikasi kebutuhan klien.6

Menurut Mayer assesment adalah instrument intelektual untuk memahami

situasi psikososial klien dan untuk menentukan apa masalahnya.7

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan selama di PSTW pada

tahap ini pekerja sosial tidak langsung mengidentifikasikan masalah yang

ada pada WBS, tetapi identifikasi awal yang dilakukan oleh pekerja sosial

yaitu identifikasi kebutuhan WBS (sandang, pangan, papan) kebutuhan

5Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

6 Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”, h. 87.7Albert R. Roberts dan Gilbert J. Greene, “Buku Pintar Pekerja Sosial ”, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2008), Cet. 1, h. 98.

Page 90: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

78

WBS itu sangat beragam baik kebutuhan biologis,spiritual dan

sebagainya.

Setelah mengetahui yang dibutuhkan WBS kemudian pekerja

sosial mengidentifikasi potensi yang dimiliki WBS. Setelah pekerja sosial

sudah mengidentifikasi kebutuhan serta potensi WBS, kemudian pekerja

sosial baru mengidentifikasi masalah yang ada pada diri WBS. Assessment

yang dilakukan oleh pekerja sosial di PSTW tidak langsung kepada

masalah yang ada pada diri WBS, karena WBS tidak bisa langsung

terbuka tentang permasalahan yang ada pada dirinya dan assessment tidak

bisa dilakukan hanya sekali saja, tetapi harus berulang-ulang. Untuk

mengetahui kebutuhan, potensi, masalah yang ada pada diri WBS itu

dengan melakukan konseling. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh ibu Siti

Fathonah, S.Sos selaku pekerja sosial yang berperan sebagai manajer

kasus:

“Assesment yang dilakukan disini tidak langsung menanyakanmasalah klien apa, tapi assessment di sini yang pertama yangkita gali itu kebutuhan klien, setelah ketauan kebutuhan klienitu lalu kita identifikasi potensi yang dimiliki klien, barusetelah itu kita identifikasi masalah klien. Karna tidak bisalangsung kita nanya masalah nenek apa, itu tidak bisa. Karenaklien ga bisa langsung terbuka menceritakan masalahnya.Kebutuhan klien itu juga macem-macem, kebutuhan biologisbisa, spiritualnya bisa dari segi emosional nya ada, untukmengetahui kebutuhan klien itu ya itu dengan konseling, apafungsinya konseling untuk merasa ada rasa nyaman tehadapklien, ada rasa percaya diri, ada rasa lebih dihargai gitu,biologis itu kan kenyamanan penghargaan pengembangan diriitu namanya hasil dari konseling itu seperti itu. Untukmengetahui kebutuhan potensi klien itu dengan konseling bisa,dengan cara assessment bisa, tentunya kita ada interaksi antara

Page 91: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

79

WBS dengan seseorang. Assessment itu tidak langsungketahuan harus berkali-kali dilakukan baru ketauan, tidaksekaligus assessment itu terungkap semua tidak sayang(panggilan untuk peneliti), dari assessment itu baru nantiketauan kebutuhan klien yang urgent itu apa, kalo keluhannenek sakit ya kita rujuk kerumah sakit, kalo memang masalahpsikolog kita konselingkan ke psikolog, kalo kebutuhan makanya kita penuhi kebutuhan gizinya, kalo kebutuhan potensisesuai kemampuan dia apa bakatnya kita fasilitasi gitu. Jadisesuai kebutuhan yang dimaksud disini yang lebih urgent itumana yang kita prioritaskan”.8

Hal ini senada dengan yang dikatakan ibu Rika Fitriyana, M. Psi

selaku psikolog di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) mengenai

assessment atau penilaian klien yang harus berulang-ulang:

“Iya kalo assessment klien itu harus berulang-ulang tidak bisahanya sekali dan kita harus memastikan konsistensinya, kalomisalnya pertemuan ini dia jawab a nanti pertemuan berikutnyadia jawab b terus pertemuan berikutnya kembali lagi jawab a,berdasarkan dari pengalaman kalo mulai tidak konsisten itubiasanya ada yang disembunyikan pasti ada bohongnya,mungkin memang dia tidak nyaman untuk cerita ke orang lain,karena kan memang tidak mudah untuk kita menceritakan yangsifatnya pribadi.”9

Assessment merupakan begian dari proses perencanaan perubahan

dimana manajer kasus mempelajari kebutuhan masa kini dan yang akan

datang dalam konteks permasalahan klien dari segi sosial, pekerja sosial di

PSTW melakukan assessment dengan metode konseling. Pada tahap ini

pekerja sosial bagian Case Manager sudah mulai membuat dan

8Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

9Wawancara Pribadi dengan Ibu Rika Fitriyana, M. Psi selaku Psikolog, PSTW, Jakarta 20Agustus 2014.

Page 92: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

80

melengkapi case record (catatan kasus) klien yang didalamnya mencakup

identifikasi kebutuhan, identifikasi potensi dan identifikasi masalah.10

Identifikasi masalah sangat erat kaitannya dengan assessment

kebutuhan (need assesment), kebutuhan dapat didefinisikan sebagai

kekurangan yang mendorong masyarakat untuk mengatasinya. Assessment

dapat diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi

dalam suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan

dalam kondisi yang ingin direalisasikan. Fungsi assesment itu senidri

mengacu pada pengumpulan informasi dan perumusan suatu assesment

dari kebutuhan-kebutuhan komprehensif klien, situasi kehidupan dan

sumber-sumber. Dalam hal ini pekerja sosial juga melakukan penggalian

atas potensi WBS, baik kekuatan dan kelemahannya.

Manejer kasus di PSTW memiliki cara tersendiri dalam

mengidentifikasi WBS secara tepat yaitu untuk menangani serta

mengetahui masalah yang terjadi WBS maka manajer kasus ini harus

memahami masa lalu WBS karena pemahaman masa lalau selalu berkaitan

dengan pemahaman masalah yang dialami WB saat ini. Manajer kasus

berusaha untuk mengetahui kehidupan WBS kecil, kalau WBS tidak bisa

di assesment mulai dari kecil bisa juga dari mulai pernikahannya dan

apabila WBS tidak bisa menceritakan semuanya maka manajer kasus

harus melakukan home visit kepada orang yang memiliki hubungan

10 Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Pedoman Penanganan Anak MelaluiRumah Perlindungan Sosial Anak (Jakarta : 2004), h. 21.

Page 93: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

81

dengan WBS ataupun mengenal WBS seperti RT ataupun lingkungan

sekitar WBS dulu tinggal.

Adapun hasil assesment yang dilakukan manajer kasus PSTW

memperlihatkan permasalahan yang dialami WBS. H berasa dari keluarga

mampu serta memiliki 3 orang anak, WBS mempunyai usaha membuka

Showroom jual beli mobil bekas, karena WBS ditipu oleh seseorang maka

usahanya itu bangkrut, WBS bercerai dengan isterinya secara sepihak

karena diceraikan oleh kaka ipar WBS (kaka kandung isteri WBS), WBS

juga dimasukan ke RS Grogol dengan kaka iparnya tanpa sepengetahuan

anak maupun isterinya, kaka ipar WBS menghasut anak WBS

bahwasannya WBS pergi meninggalkan keluarganya. Ketika WBS berada

di Grogol semua biaya perawatan dan biaya keluarga WBS di tanggung

oleh kaka ipar WBS itu sendiri.

Dampak dari permasalahan yang dialami H dia mengalami depresi

yang cukup berat, mengalami gangguan mental, merasa putus asa dengan

kehidupannya dan WBS tidak mau untuk kembali lagi kepada keluarganya

karena WBS mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari kaka iparnya

dan WBS juga merasa berhutang budi kepada kaka iparnya karena sudah

mengurusi keluarga WBS serta membiayai anak WBS sampai selesai

sekolahnya.

Sebelum masuk panti ini WBS mendapatkan perawatan di RS

Grogol setelah itu dirujuk ke PSBL (Panti Sosial Bina Laras) dan

kemudian setelah itu klien di rujuk ke panti ini dengan klasifikasi Ex

Page 94: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

82

Psikotik (tenang), sejak awal masuk di PSTW WBS memiliki perilaku

yang tidak baik sering mengambil barang temannya dan menjualnya

keluar panti, tetapi kondisi WBS saat ini sudah mulai membaik dan tenang

kerena setiap hari diberikan obat oleh perawat di panti karena WBS itu

sendiri psikotik, pada dasarnya orang psikotik tidak boleh lepas dari obat

kalau tidak diberi obat maka klien akan tidak tenang.

Sedangkan untuk B manejer kasus bisa untuk mengidentifikasi

masa lalunya, B adalah anak ke dua dari lima bersaudara. B mendapatkan

pola asuh yang tidak baik dari orang tuanya karena orang tua B bercerai

pada saat B masih kecil, akibat dari perceraian ini B memutuskan untuk

pergi keluar dari rumah tempat tinggalnya karena B merasa tidak nyaman

dan tidak betah untuk tinggal bersama ibu tirinya. Pada umur 15 tahun B

bekerja menjadi pengamen jalanan, kuli panggul dan lain-lain. B juga

memiliki anak dari hasil yang tidak baik dengan isterinya karena B

menikah tanpa aturan hukun dan agama ataupun bisa dikatakan B

menjalin percintaan tanpa ada ikatan pernikahan sampai akhirnya

memiliki anak. Ketika B sedang mengamen di jalanan ternyata B terkena

razia oleh SATPOL PP (satuan polisi pamong praja) akhirnya B di

masukan ke dalam panti.

Dampak dari permasalahan yang dialami B yaitu menyebabkan

kurangnya pola asuh serta kasih sayang yang diberikan oleh orang tua,

kurangnya pengajaran pendidikan dan kurangnya bimbingan keagamaan

yang diberikan oleh orang tua maupun orang terdekatnya. Dari

Page 95: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

83

permasalahan yang dialami B maka manajer kasus melakukan CC dengan

profesi lainnya untuk menangani permasalahan yang dialami B dengan

meihat masa lalu B yang ada kaitannya dengan masalah saat ini.

untuk SM, SM menikah tanpa persetujuan dari orang tuanya dan

meninggalkan orang tuanya sampai meninggal pun S tidak pernah

berkomunikasi engan orang tuanya, akhirnya SM memiliki 2 orang anak,

SM tidak setuju kalau anaknya menikah dengan beda suku, anaknya pun

akhirnya menikah dengan apa yang dilarang oleh klien, SM tinggal

bersama anak dan menantunya sampai akhirnya pada suatu hari menantu

SM mengusir klien dari rumahnya, SM tinggal seorang diri ketika

umurnya sudah senja SM dimasukan ke PSTW oleh temannya karena SM

tinggal seorang diri.

Awal masuk ke panti ini SM tidak jujur kepada petugas panti kalau

memiliki anak, SM berbicara kepada manajer kasus tidak memiliki anak,

sampai akhirnya setelah melakukan assesment maka terungkap semua

bahwa sebenarnya SM memiliki anak, SM tidak jujur kepada petugas

memiliki anak karena SM takut kalau panti tau maka SM akan

dikembalikan kepada anaknya. Dampak dari permasalahan yang dialami

SM sampai saat ini memiliki hubungan yang kurang baik dengan

menantunya.

Manajer kasus melakukan assesment kepada P itu dengan melihat

kehidupan masa lalunya yaitu P berasl dari keluarga yang sederhana, P

menikah sebanyak tiga kali tetapi P tidak pernah disukai oleh anak-anak

Page 96: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

84

tirinya sehingga mengakibatkan P tinggal bersama adiknya dan

keponakannya. Setelah adiknya meninggal maka semua kehidupan P di

tanggung oleh keponakannya sampai akhirnya P direkomendasikan oleh

tetangganya untuk tinggal di panti karena kehidupan keponakannya sangat

sederhana sehingga sudah tidak bisa memberikan P kehidupan yang layak,

Sedangkan untuk ST manajer kasus mengetahui dari hasil

assessment bahwa ST adalah salah satu korban letusan gunung merapi dan

ST hidup sendiri karena kedua anaknya sudah menikah, anaknya tinggal

di Ciputat dan Tanjung Priuk. Dengan kejadian yang dialami ST sebagai

korban letusan gunung merapi maka ST dilarikan ke PUM karena ST

mengalami luka di tubuhnya sehingga ST haru di rawat di sana. Seelah ST

keadaan sudah memungkinkan dan membaik maka ST di rujuk ke PSTW

karena ST tidak mau untuk tinggal bersama anaknya dengan alasan tidak

mau menyusahkan anak-anaknya dan faktor lain karena ST ada konflik

dengan menantunya sehingga ST lebih memilih hidup di dalam panti.

Dari berbagai permasalahan yang dialami WBS di atas maka

manajer kasus berusaha melihat WBS dari sisi yang berbeda, seperti

meihat WBS dari segi sosial, spiritual, fisik dan lainya. Untuk bisa melihat

WBS dari sisi lain atau dari berbagai macam sisi maka manajer kasus

melakukan CC (case confrence) dengan profesi lain untuk mengetahui

permasalahan WBS dari berbagai sisi. Manajer kasus melakukan CC pada

tahap perencanaan untuk membahas semua masalah yang ada pada diri

Page 97: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

85

WBS, dalam assessment ini manajer kasus hanya membuat case record

saja tentang WBS.

Berdasarkan proses pertolongan dalam praktik pekerja sosial pada

tahap pertama itu adalah engagement, intake dan contract yaitu

merupakan tahap awal dalam praktik pertolongan kontak awal antara

pekerja sosial dengan WBS yang berakhir pada kesepakatan untuk terlibat

dalam proses. Proses pertolongan ini sama dengan manajemen kasus, jadi

manajer kasus di PSTW pada tahap ini melakukan kontrak atau

kesepakatan terlebih dahulu dengan WBS, setelah sudah ada kesepakatan

dengan WBS kemudian baru bisa melakukan assesment kepada WBS.

Dalam tahap ini tidak bisa hanya dengan keinginan sebelah pihak, harus

dengan perjanjian kedua belah pihak sesuai kesepakatan atau perjanjian

dari keduanya antara pekerja sosial dengan WBS. Hal ini sesuai dengan

yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos yang berperan sebagai

manajer kasus:

“Mempersiapkan dulu adanya kontrak dengan lansia tersebutkapan kita bisa mengadakan wawancara mengingat kita kantidak bisa memaksa, ketika sudah ada kesepakatan baru kitaassessment tempatnya dimana, ruangannya apa harus kitasampaikan. Kita tidak boleh memilih oh harus disini tidak,sesuai kesepakatan enaknya dimana ya mbah. Intinya harus adakepercayaan dulu dalam kontrak ini ada perjanjian, misalkanberapa jam harus kita lakukan, nanti apa saja yang kitatanyakan tahapan-tahapan seperti apa, apakah mulai daripernikahan mereka atau awal dari mereka lahir seperti itu.Disini ada catatan case record nya biasanya wawancara duluwawancara biasa ya nama apa seperti itu biasa, boleh ditulis

Page 98: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

86

boleh aku membuat konsep sendiri atau langsung bertanyaboleh, kalo sulit mau pake panduan juga ga apa-apa.”11

2. Tahap Perencanaan

Dalam dunia pekerjaan sosial dan ilmu kesejahteraan sosial saat ini

perencanaan di kenal sebagai salah satu unsur yang penting dalam

mengembangkan pemberian layanan yang efektif terhadap klien ataupun

kelompok sasaran.12 Tahapan ini merupakan tahap untuk menyusun dan

mengembangkan layanan yang menyeluruh untuk klien sesuai dengan

hasil penilaian. Hasil-hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari

tahap penilaian (sesuai keinginan klien, masalah kebutuhannya, serta

sumber daya yang tersedia), kemudian disusun menjadi suatu formulasi

masalah dan selanjutnya dapat ditetapkan prioritas masalah yang

digunakan untuk menyusun perencanaan. Untuk menentukan keberhasilan

program manajemen kasus yang harus dilakukan terhadap klien maka

perlu disusun kriteria evaluasi.13

Dalam proses perencanaan sosial para perencana dan pihak-pihak

terkait atau para pemangku kepentingan (Stakeholders) selayaknya

bersama-sama menyusun pola rencana yang komprehensif. Pola tersebut

menyangkut tujuan-tujuan khusus, strategi-strategi, tugas-tugas dan

prosedur-prosedur yang ditunjukan untuk membantu pemenuhan

11Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014.

12 Isbandi Rukminto Adi, Ph.D, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan IntervensiKomunitas”, ( Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), h. 119.

13Kementerian Sosial RI, “Modul Diklat Dasar Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”, h. 87.

Page 99: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

87

kebutuhan-kebutuhan dan pemecahan masalah. Menurut Suharto

perencanaan adalah sebuah proses yang penting dan menentukan

keberhasilan suatu tindakan, perencanaan pada hakekatnya merupakan

usaha secara sadar dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif

yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada untuk mencapai tujuan

tertentu, perencanaan juga dapat diartikan sebagai kegiatan ilmiah yang

melibatkan pengelola fakta dan situasi sebagaimana adanya yang

ditunjukan untuk mencari jalan keluar dan memecahkan masalahnya.14

Tahap perencanaan atau disebut rencana intervensi di PSTW

manajer kasus merencakan bentuk penanganan masalah yang tepat untuk

WBS berdasarkan hasil assessment. Rencana intervensi di susun di dalam

suatu pembahasan kasus (case conference). Dalam kegiatan ini manajer

kasus PSTW mengundang kelompok profesional atau pihak yang dapat

memberikan kontribusi bagi penanganan kasus WBS seperti psikolog, ahli

spiritual, perawat, penanggung jawab wisma dan sebagainya untuk

mendiskusikan hasil assessment dan tahap perubahan yang diharapkan

terjadi pada klien. Seperti yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos

selaku pekerja sosial yang berperan sebagai manajer kasus dibawah ini:

“Perencanaan ini ya sama kaya rencana intervensi, berarti kitamemilih masalah yang lebih urgent tadi yang ada pada diriWBS tersebut. Hasil dari assessmentitu terus kita melakukanCC, kita mengajak psikolog, ahli spiritual, perawat samapenanggung jawab wisma di CC itu. Dari CC itu ketauan maodiapain si WBS ini, mao dikemanakan si, oh ya dia ga betah

14Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT RefikaAditama, 2005), h. 72.

Page 100: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

88

karna hambatan dia ga bisa ngikutin kegiatan rupanya matanyakatarak misalkan, ya kita konsulkan kedokter, salah satunyaitu, setelah dioperasi evaluasi lagi ada perubahan ga setelahdioperasi, apakah ngikutin kegiatan atau tidak, oh tidak. Kalotidak dari segi fisiknya atau dari segi psikisnya. Jadiberkesinambungan ga berhenti, kebutuhan tuh ga berhenti.Dalam rencana intervensi ini ya kita juga mengidentifikasipelayanan-pelayanan atau sumber yang bervariasi yang dapatdijangkau untuk membantu penanganan masalah klien”15

Hal ini senada juga dengan yang diungkapkan oleh ibu Rika

Fitriyana, M. Psi selaku psikolog di PSTW ini sebagai berikut:

“Ya psikolog ikut serta dalam menangani permasalahan klien,dalam artian membantu memberikan penilaian, ya namanyakita ada disuatu tempat ya kita harus bekerja sama, penilaiankan ga dilakukan sama satu profesi saja tapi harus denganbanyak profesi. Biasanya untuk menangani permasalahan klienitu kita bentuknya Case Confrence jadi disitu peksos, perawat,penanggung jawab wisma terus kepala BIMLUR (Bimbingandan Penyaluran) itu juga ada, nah disitu kita membicarakansatu kasus yang paling urgent abis itu ya saya sebagai psikologsaya memberikan masukan terkait dengan teritmen secarapsikologis yang tepat seperti apa nah gitu, peksos melaporkanklien dengan lingkungannya itu seperti apa, penanggung jawabyang di wisma itu menyampaikan informasi mengenai perilakuWBS itu apa adanya gitu permasalahannya apa. Kemudian darisitu kita bahas bagaimana seperti apa kita remukin bareng-bareng biasanya gitu pada saat CC gitu”.16

Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Bahrudin, S.Ag selaku selaku

ahli spiritual dan ibu Halimah selaku perawat di PSTW mengenai kerja

sama yang dilakukan untuk menangani permasalahan WBS yaitu:

”Ya seperti CC gitu, ada ibu Siti, perawat sama ibu psikologdalam menangani masalah nenek kakek, kerja samanya juga

15Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

16Wawancara Pribadi denganIbu Rika Fitriyana, M. Psi selaku Psikolog, PSTW, Jakarta 20Agustus 2014.

Page 101: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

89

saya membantu nenek kakek untuk meningkatkan sertamemberikan pelajaran tentang agama soalnya kan kalo sudahseperti nenek kakek harus lebih mendekatkan diri kepada Allahkan nenek kakek udah ga banyak yang di kerjain jadi ngisiwaktu luangnya dengan ibadah ngaji gitu”.17

“Kerja samanya ya kaya ngadain CC gitu dari masing-masingprofesi untuk nentuin atau mecahin bareng-bareng masalahyang ada sama nenek atau kakek, kaya saya perawat ya sayamenjelaskan nenek kakek dari sisi kesehatan atau penyakitgimana apa harus di rujuk ke rumah sakit atau di beri obat aja.Tapi selalu ada pemeriksaan di klinik panti untuk nenek kakekatau ga untuk nenek kakek yang ga bisa jalan ke klinik ya kitameriksa ke wismanya. Terus ngasih obat juga atau vitamin.Kalo harus di rujuk ke rumah sakit ya kita cari rumah sakityang kosong kalo udah ketemu baru dah bilang ke ibu Sitiuntuk minta surat ke rumah sakit”.18

Adapun rencana untuk H yaitu rencana intervensi awal yang

dilakukan manajer kasus dengan merencakanan kunjungan rumah (home

visit) karena pekerja sosial melihat pada kenyataannya WBS masih

memiliki keluarga tetapi WBS tidak mau untuk kembali kepada

keluarganya dan sekaligus pekerja sosial mencoba menelusuri keadaan

keluarga WBS dan memberitahu keluarga WBS bahwa WBS berada di

PSTW serta membuat hubungan WBS dengan keluarganya kembali

harmonis meskipun mereka tidak tinggal bersama-sama.

Untuk rencana intervensi yang dilakukan manajer kasus kepada B

yaitu dengan melihat melihat B dari berbagai sisi mulai dari kesehatan,

psiko, sosial serta spiritualnya karena B berasal dari keluarganya yang

17 Wawancara pribadi dengan Bapak Bahrudin, S.Ag, selaku Ahli Spiritual, PSTW, Jakarta 14November 2014.

18 Wawancara pribadi dengan Ibu Halimah, selaku Perawat, PSTW, Jakarta 14 November2014.

Page 102: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

90

tidak harmonis yang mengakibatkan B hidup dijalanan dari unur 15 tahun.

Manajer kasus bekerja sama dengan prikolog, perawat dan ahli spiritual

untuk menangani atau menentukan cara untuk B keluar dari

permasalahannya.

Sedangkan untuk SM rencana intervensi yang dilakukan pekerja

sosial yaitu sama dengan H dengan melakukan kunjungan rumah (home

visit) karena WBS masih memiliki anak. Rencana intervensi yang

dialakukan oleh pekerja sosial kepada WBS ini yaitu mengembalikan

WBS kepada keluarganya atau membuat hubungan WBS dengan

keluarganya menjadi lebih baik lagi.

Untuk P manajer kasus membuat rencana intervensi untuk

mengunjungi keponakannya dengan menanyakan kebenaran masa lalu

tentang P karena keponakannya itu pernah mengurusi P dan masa lalunya

P hanya tinggal bersama adik dan keponakannya dikarenakan anak tiri P

tidak mau menerima P dengan berbagai alasan.

Sedangkan untuk ST manajer kasus membuat rencana intervensi

untuk home visit kepada anaknya karena pada dasarnya ST memiliki dua

anak kandung. Manajer kasus melakukan home visit untuk melihat serta

mengetahui apakah ST bisa atau mau kembali kepada keluarganya dan

melihat apa saja faktor yang membuat ST bisa berada di panti sedangkan

ST masih memiliki anak yang bisa mengurusinya.

Menajer kasus menginginkan WBS yang masih memiliki keluarga

untuk kembali kepada keluarganya tetapi manajer kasus tidak bisa memaksa

Page 103: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

91

WBS karena apabila di paksa maka kondisi serta keadaan WBS di sana

semakin buruk, oleh karena itu manajer kasus secara langsung harus

melakukan home visit apakah fakor yang menyebabkan WBS tidak mau untuk

kembali kepada keluarganya. Apabila keluarganya mampu, mau untuk

menerima WBS lagi dan WBS itu sendiri mau kembali kepada keluarganya

maka WBS akan dikembalikan kepada keluargnya. Seperti yang dikatakan

oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos yang berperan sebagai manajer kasus:

“Kalo WBS ya saya maunya dikembalikan ke keluarganyasoalnya dia kan masih punya keluarga, tetapi kalau merekatidak mau untuk kembali kepada keluarganya ya tidak boleh dipaksa karena kita takut di sana WBS semakin tertekan danmembuat fisik ataupun yang lainnya nya bukan semakinmembaik tetapi semakin buruk tetapi kita juga harus tahumengapa alasan mereka tidak mau untuk kembali kepadakeluarganya dengan melakukan home visit itu kita dapatmenilai keluarganya dari ekonomi, tempat tingga sertahubungannya dengan WBS baik atau tidak. Pokonya kita harusbisa melihat dari berbagai sisi.”19

3. Pelaksanaan (Implementation)

Pada tahap ini menjamin kebutuhan WBS perencanaan yang telah

di buat, mulai dari perencanaan hingga melakukan pelaksanaan di lihat

sejauh mana manajemen kasus memberikan pelayanan kepada WBS untuk

memenuhi kebutuhannya. Manajer kasus harus bekerja sama dengan

agensi atau jasa pelayanan lainnya atau juga menyediakan pelayanan yang

dibutuhkan, dalam hal ini harus diketahui dukungan yang disediakan suatu

manajemen kasus.

19Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

Page 104: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

92

Langkah ini digunakan setelah pekerja sosial dan WBS telah

mendefinisikan kekuatan, masalah, sarana dan hambatan yang jelas dan

konkrit, mereka telah membentuk kemitraan yang saling menghormati dan

sekarang siap mencoba rencana mereka. Rencana ini terdiri dari

menghubungkan dan mengkoordinasi sumber-sumber dukungan dan

pertolongan ke dalam sistem yang efisien, yang memungkinkan pekerja

sosial serta klien memecahkan masalah awalnya.

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 memberikan

pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia terlantar dalam bentuk

pembinaan fisik berupa olahraga dan pemeriksaan kesehatan, pembinaan

mental spiritual yang berupa bimbingan rohani Islam dan Kristen yang

diadakan seminggu dua kali, bimbingan sosial yang dimaksudkan agar

WBS dapat mengenali peran dan fungsi sosialnya di lingkungan panti,

bimbingan keterampilan meliputi kerajinan tangan dan kesenian, rekreasi

dan hiburan.

Pada tahap ini pekerja manajer kasus bekerja sama dengan apa

yang dibutuhkan WBS. Manajer kasus menghubungkan WBS dengan

sumber yang sesuai, selain itu juga menekankan adanya koordinasi di

antara sumber-sumber yang digunakan/dibutuhkan oleh WBS dengan

menjadi sebuah saluran serta poin utama dari komunikasi yang

terintegrasi. Sesuai hasil wawancara peneliti dengan ibu Siti Fathonah,

S.Sos sebagai berikut:

Page 105: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

93

“Setelah tahap perencanaan selanjutnya tahap Implementation,pelaksanaanya ya kita bekerja sama dengan yang dibutuhkanklien, contohnya kalo anak ya kita menghubungkan kliendengan anak, kalo perlu misalkan kita pulangkan kekekeluarganya. Kita menghubungi anak untuk melakukanHome Visit, kita bekerja sama nya ya dengan keluarga perankeluarga kan penting banget kalo buat lansia buat siapapunWBS di panti. Kalo misalkan ga nerima alasannya apa harusjelas, misalkan kita mempersiapkan diri udah kunjunganrumah, udah berkali-kali konseling keluarga, terus dia ga siapmenerima keluarga alesannya apa harus jelas disitu, jadi kitabisa back up kalo secara ekonomi mampu, secara sosialnyabagus, alesannya kenapa lagi gitu loh, alesannya harus detailkeluarganya menyampaikan. Selaen sama keluarga ya kerjasama dengan dokter, psikolog terus spiritual agama, tergantungkebutuhannya.”20

Pada tahap ini manajer kasus bertugas sebagai mediator antara

klien dengan pelayanan yang ada di PSTW atau dengan sumber-sumber

lain seperti psikolog, psikiatri, keluaga dan lain-lain. Manajer kasus

sebagai mediator dengan menjembatani klien. Sesuai dengan yang

dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos:

“Kita jadi mediasi sebaiknya klien ini diapakan dariassessment, saya menjadi mediator yang menjembatani merekaagar bisa untuk berkonsultasi dengan psikolog, misalkan giniloh oia orang ini butuh psikolog aku konsul dulu denganpsikolog memang aku tidak terjun langsung ke WBS nya tapikanada interaksi langsung nak, disini aku jadi mediator ataumediasi, nanti setelah dikonsulkan dengan psikolog kitakordinasi lagi dengan psikolog gimana hasil konseling denganpsikolog, mao diapak ini, oia mba seharusnya kita CC kan, nahkita baru CC, dari CC ada intervensi lagi gitu loh, oh bu ini lohkebutuhannya kaya gini, ke psikiatri hasil dari psikiatri kitakembangkan lagi kita evaluasi dari psikiatri ada perkembangankita teruskan, kalo ga ada perkembangan kita CC lagi gitu.Kaya misalnya klien sakit saya yang membuat rujukan dengan

20Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

Page 106: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

94

menelfon rumah sakit kita mediasikan disini rumah sakitkosong aku tinggal bikin surat mereka yang menjalankan”. 21

Pada dasarnya manajemen kasus merupakan kegiatan yang

memiliki prosedur untuk mengkoordinasi seluruh aktivitas pertolongan

yang diberikan kepada klien secara peorangan maupun group. Koordinasi

di PSTW ini dilakukan secara Professional Teamwork, yaitu kerja sama

antara pekerja sosial dengan profesi lain sehingga uapayanya dapat di

perluas terhadap peningkatan pelayanan sesuai kebutuhan WBS.

Selain bekerja sama dengan pihak dalam panti seperti psikolog,

perawat, ahli spiritual dan lain-lain PSTW juga bekerja sama dengan pihak

luar panti untuk menangani permasalahan WBS, kerja sama yang

dilakukan dengan menjalin kemitraan dengan pihak tersebut. Adapun

PSTW menjalin kerja sama dengan pihak luar yaitu seperti RSKD (rumah

sakit umum daerah) Duren Sawit Satelit dalam hal pasien gangguan jiwa

(psikotik). Apabila WBS yang mengalami gangguan jiwa atau psikotik

tidak dapat membaik berada di dalam panti maka manajer kasus merujuk

WBS ke RSKD Duren Sawit Satelit agar WBS bisa mendapatkan

pelayanan yang dibutuhkannya di sana.

RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan

pada lansia. Manajer kasus bekerja sama dengan RSUD Budi Asih ini

apabila WBS yang di dalam panti mengalami sakit sampai beberapa hari

21Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014.

Page 107: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

95

belum membaik, seperti contohnya WBS yang mengalami diare secara

terus-menerus maka manajer kasus merujuk WBS ke rumah sakit ini agar

WBS mendapatkan perawatan yang baik. Setelah WBS membaik maka

WBS dipulangkan kembali ke PSTW.

PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia

yang sakit. Di sini manajer kasus sebagai perantara yang menghubungkan

WBS dengan PUM apabila WBS mengalami sakit yang harus di rawat

atau di rehabilitasi. Seperti contohnya WBS yang jatuh dari tempat tidur

dan mengaami patah pada tulangnya maka manajer kasus menghubungkan

WBS ke PUM untuk mendapatkan perawatan ataupun di rehabilitasi di

sana agar kaki nya bisa membaik. Apabila WBS belum sembuh maka

WBS tidak di izinkan kembali ke panti sampai WBS itu sembuh dan

memungkinkan untuk kembali ke PSTW dan PSTW bekerja sama pula

dengan Dinas pemakaman, yaitu kerja sama dalam bentuk memberikan

fasilitas pemakaman bagi para WBS yang meninggal dunia.

4. Pengawasan (Monitoring)

Menurut Marzuki dan Suharto monitoring adalah pemantauan

secara terus-menerus proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

Monitoring dapat dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan atau

membaca hasil laporan dari pelaksanaan kegiatan. Monitoring juga dapat

dikatakan sebagai proses pengumpulan informasi mengenai apa yang

sebenarnya terjadi selama proses implementasi. Tujuan monitoring itu

sendiri adalah untuk:

Page 108: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

96

1. Mengetahui bagaimana masukan (inputs) sumber-sumber dalam

rencana digunakan.

2. Bagaimana kegiatan-kegiatan dalam implementasi dilaksanakan.

3. Apakah rentang waktu implementasi terpenuhi secara tepat atau tidak.

4. Apakah setiap aspek dalam perencanaan dan implementasi berjalan

sesuai dengan yang diharapkan.

Monitoring sering di pandang sebagai pengukuran kuantitas yang

berkaitan dengan bagaimana pencapaian keselarasan antara sumber-

sumber yang digunakan dan waktu yang ditetapkan. Monitoring

merupakan aktifitas yang berkelanjutan yang terutama dimaksudkan untuk

memberikan informasi terhadap perencana dalam mengidentifikasi

perubahan-perubahan yang terjadi dalam tahap implementasi.Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa monitoring pada dasarnya merupakan

pemantauan suatu kegiatan atau program yang dilaksanakan pada saat

kegiatan tersebut sedang berlangsung.22

Namun untuk memudahkan pemahaman kita monitoring perlu

dibedakan dengan evaluasi. Monitoring adalah pemantauan proses dan

keberhasilan kelompok yang dilakukan pada setiap tahap fase, sedangkan

Evaluasi dapat kita artikan sebagai pengidentifikasian atau pengukuran

terhadap proses dan hasil kegiatan kelompok secara menyeluruh.23

22Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, h. 118.23Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, h. 47.

Page 109: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

97

Berdasarkan hasil wawancara peneliti selama di PSTW pada tahap

ini yaitu manajer kasus mengevaluasi dan memantau jasa pelayanan yang

telah diberikan kepada WBS dan kesesuaian pelaksanaan pelayanan

dengan tujuan yang ditetapkan. Selanjutnya adalah berupaya mengetahui

hasil-hasil yang telah di capai. Hal ini sesuai yang dikatakan ibu Siti

Fathonah, S.Sos:

“Moneva di sini kita pertama memantau klien kemudian baruke keluarga ataupun pelayanan yang diberikan kepada klien,misalkan nenek ini kan mau dipulangkan ke keluarga, faktordia disini biasanya karena ada masalah dengan keluarga, ketikasudah kita hubungkan kita pertemukan dengan pihak keluargaada perubahan ga, baik perilaku, sakit yang dialami, karena apayang dilakukan lansia, apa yang dialami lansia itu adalah salahsatu faktor banyak faktor itu memikirkan keluarga, jadidampaknya kesemua ya fisik ya psikis itu pastinya tentu.Mereka ga bisa tidur, cepet emosi, marah-marah karena adabenang merah antara anak dengan orang tua. Kita melakukanevaluasi ga ada batasannya, kita lihat sejauh mana perubahanperilaku, kalo program kegiatan mungkin kita evaluasi 3 bulan4 bulan tapi ini kan perilaku, perilaku kan ga ada batasnya kalokita evaluasi.”24

Adapun manajer kasus melakukan pengawasan (monitoring) dalam

kasus ke lima WBS yaitu pekerja sosial tidak memaksa klien untuk

kembali kepada keluarga karena banyak faktor mereka tidak mau kembali

kepada kekeluarganya seperti masih sakit hati dengan anak dan mantunya,

tidak mau menyusahkan keluarganya, kondisi keluarga yang tidak

memungkinkan, tidak mau kembali ke keluarga karena sudah nyaman

tinggal di panti dan ada pula yang mau dipulangkan kepada keluarganya

24Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

Page 110: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

98

tetapi keluarganya belum punya tempat tinggal yang tetap sehingga WBS

harus berpindah-pindah hal ini yang tidak memungkinkan untuk WBS

karena usia yang sudah tidak memungkinkan untuk bergerak. Ke lima

WBS ini memang mau sampai akhir hayatnya berada di panti, karena

mereka sudah merasa nyaman dan ada yang mengurusinya di panti.

Sesuai yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos:

“Setelah kita pertemuakan paling tidak via telfon kaya mak Sada keceriaan artinya gini lebih plong terus sentimennyaberkurang lebih terbuka lagi dengan petugas, merasa bersalahjuga karena dulu mengaku ga punya anak, ada perasaanbersalah dengan diri sendiri terhadap lembaga juga, kenapapunya anak harus ditutup-tutupin, toh panti juga kalo maomengembalikan ga menerima keluarganya karena banyakfaktor tidak akan kita paksa, tapi intinya keterbukaan kelembaga harus ada, mengingat kita tuh umurnya ga panjang,ketika ada apa-apa jangan sampe ada kesalahan dari anaknuntut kepanti, meskipun selama ini anak ga pernah tau tapikita kan ga tau pikiran orang kedepan sama seperti apa. Kalaukakek H sudah bisa menerima kondisinya sudah ada perubahandari sebelumnya, anak pertamanya sebenernya mau mengurusikake H tapi karna dia juga ga punya tempat tinggal tetap jadikerja sama bosnya tempat tinggalnya juga pindah-pindah, tapianaknya udah bisa tenang lega karena tau ayahnya ada di pantitau kondisi keadaan ayahnya, dia baru tau ayahnya di pantisetelah kake H di panti ini, sebelumnya dia ga pernah tauayahnya dimana.”25

Pada tahap monitoring ini tugas manajer kasus yaitu dengan

mengawasi apakah yang diberikan kepada WBS sesuai atau tidak dari

perencanaan yang telah di buat dan pelaksanaan yang sudah dijalankan

oleh WBS. Sesuai dengan yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos:

25Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

Page 111: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

99

“Pengawasan tuh sesuai dengan hasil yang kita raih dariperencanaan intervensi terus pelaksanaan intervensi. Kita lihatkebutuhan lansia itu sendiri misalkan oh ya dia itu ternyatamengalami gangguan psikotik sudah diberikan obat tetapi tidakada perubahan oh berarti harus dikemanakan, oh berarti harusdi karantina misalkan, kita konsulkan lagi ke psikolog layak gakalo dia di karantina melihat dia udah usia lanjut siap gakondisi klien juga karena kan berada disini dengan disanatentunya berbeda disana kan lebih terkurung ga bebas sepertiini, nah itu kita coba dulu.”26

5. Pendampingan (Advocation)

Setelah melakukan monitoring kemudian manajer kasus

melakukan pendampingan atau evaluasi atas perkembangan WBS baik

secara fisik, psikis dan sosial WBS itu sendiri dan hasil evlauasi ini

dibicarakan dengan tim manajemen kasus hal ini diterapkan untuk

memperluas kasus. Evaluasi itu sendiri adalah pengidentifikasian

keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara

umum dikenal dua tipe evaluasi yaitu on-going evaluation (evaluasi terus

menerus) dan ex-post evaluation (evaluasi akhir). Tipe evaluasi yang

pertama dilaksanakan pada interval periode waktu tertentu selama proses

implementasi, sedangkan tipe evaluasi kedua dilakukan setelah

implementasi suatu program atau rencana. Menurut manajer kasus di

PSTW memang evaluasi bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat

pencapaian tujuan, mengukur dampak langsung yang terjadi pada

26Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014.

Page 112: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

100

kelompok sasaran, mengetahui dan menganalisis konsekuensi-

konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana sebelumnya.

Evaluasi dilakukan sebelum manajer kasus melakukan terminasi

kepada WBS. hal ini bertujuan untuk menghindari kegagalan dan langkah

apalagi yang harus dilakukan untuk kemajuan pelayanan terhadap WBS.

Sesuai dengan apa yang dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos:

“Pendampingan disini kita mengetahui apakah pelayanan yangdiberikan ke klien sesuai apa ga gitu loh nak, kadang ga tentusama sama apa yang direncanain, contohnya kalo intervensi ituga berhasil ya kita evaluasi lagi, kalo pendampingan kan semuahal apapun didampingi, artinya ketika abis evaluasi hemmm…kaya manajemen perawatan, arti perawatan itu begini yangkemaren kita lakukan itu biar ga rusak lagi seperti apa,misalnya oh kemaren diterapkan seperti ini, biar bertahan itubegaimana, itu salah satu pendampingan. Tapi ketikapendampingan tetap dilakukan ga ada ini ya kita buat rencanaselanjutnya lagi, oh dengan ini ga cocok berarti seperti iniharus pake metode yang ini, misalnya kemaren bimbinganindividu ga cocok sih berarti harus dengan bimbingankelompok, apakah dengan kelompok bisa salah satunyamerubah perilaku dia gitu.”27

Dari hasil evaluasi atau pendampingan terlihat bahwa kondisi ke

lima WBS sudah membaik dari sebelumnya, tetapi untuk H masih masih

tertutup dan sulit untuk di ajak bicara atau komunikasi. Menurut psikolog

bahwa klien H masih mengalami masalah psikologis sehingga langkah

yang harus di ambil yaitu dengan cara membiasakan WBS bersosialisasi

dengan teman-temannya, terus memotivasi WBS dan perlu di beri

perhatian lebih serta meningkatkan komunikasi WBS. Kalau menurut

27Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

Page 113: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

101

menurut manajer kasus keadaan H sudah jauh lebih membaik dari

sebelumnya, H sudah bisa atau mampu menerima dirinya sendiri tetapi

sedangkan menurut penanggung jawab wisma bahwa H kurang untuk

berinteraksi dengan teman-temannya, H hanya berdiam diri saja di dalam

wisma tetapi kalau untuk mengikuti kegiatan H aktif untuk ikut kegiatan

seperti senam, bermain angklung hanya saja H jarang berinteraksi dengan

lingkungannya atau teman-temannya. Sesuai yang dikatakan oleh ibu Dian

selaku penanggung jawab wisma:

“Itu loh kakek H paling ya ga pernah keluar kamar diem ajadikamar jadi kurang komunikasi sama temen-temennya, yapaling kalo kegiatan kakek H ikut kaya senam, angklung gitu.Kalo kegiatan si tetep ikut tapi untuk komunikasinya itu yangkurang, terus kalo nenek S ya dia sebenernya aktif tapi karenaada halangan sama kakinya jadi dia kadang males buat ikutkegiatan.”28

Pada tahap pendampingan ini tugas yang dilakukan manajer kasus

melakukan evaluasi kepada program yang ada di PSTW. Pengawasan dan

pendampingan itu sangat berperan dalam evaluasi. Sesuai dengan yang

dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos:

“Kalo dalam evaluasi itu berhasil kita ya laksanakan, kalo tidakya kita ulang lagi.kalo saya pendampingan termasukpengawasan juga misalnya gini lansia ini aktif ga ngikutinkegiatan, kenapa sih dia ko seperti ini, kenapa hari ini ikutbesok tidak. Pendampingan pengawasan itu jadi satu sayang.Ada pendampingan ya ada pengawasan ga mungkin adapendampingan tanpa pengawasan. Oh iya ini kenapa kemaren

28Wawancara Pribadi dengan Ibu Dian, Penanggung Jawab Wisma, PSTW, Jakarta 04September 2014.

Page 114: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

102

ga ikut kegiatan apakah dia sakit, apakah dia males, kalo malesalesannya kenapa, kalo sakit ya sakit apa. Nah kalo malesmisalkan malesnya kenapa, apa ga suka dengan kegiatan ini yakita alihkan dengan kegiatan yang tepat yang mana. Setiapkegiatan tentunya selalu kita dampingi setiap program, setiapkegiatan WBS pendamping harus ada. Kita mengevaluasi jugakaya ko hari ini ga panggung gembira sih. Monev disini lebihke program kalo menurut saya, program ini berjalan atau tidakpesertanya banyak atau tidak. Ketika program ini tidak berjalankita alihkan gitu loh sayang.”29

6. Pengakhiran (Termination)

Tahap terminasi adalah tahap akhir dari pemberian pelayanan

kepada penerima pelayanan, dalam hal ini penerima layanan adalah lanjut

usia yang mengalami permasalahan baik itu pelayanan secara langsung

(direct service) maupun pelayanan tidak langsung (indirect service) yang

disediakan oleh sistem sumber daya lain. Tidak ada persyaratan khusus

dalam melakukan terminasi di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW).

Semua WBS di sini tidak ada terminasi kecuali pelayanan yang diberikan

di PSTW tidak sesuai dengan yang dibutuhkan WBS atau mungkin setelah

dipindahkan ke panti lain WBS mampu menyesuaikan dirinya. Tetapi

selain dari itu WBS di sini berada di PSTW ini untuk selamanya

(permanen) karena semua WBS di sini mau menghabisi serta menikmati

masa senjanya di panti. Jadi di PSTW pendampingannya sampai

meninggal dunia dan terminasinya kalau WBS meninggal dunia. Karena

pada dasarnya terminasi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan,

29Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014.

Page 115: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

103

yaitu tujuan individu maupun kelompok telah tercapai, waktu yang

ditetapkan telah berakhir, kelompok gagal mencapai tujuan-tujuannya,

keberlanjutan kelompok dapat membahayakan satu atau lebih anggota

kelompok.30 Sesuai dengan yang dikatakan ibu Siti Fathonah, S.Sos:

“Kita ga ada pengakhiran, pengakhiran ya terminasi sampemeninggal kita melakukan pendampingan sampai akhir hayattentunya, kalo sudah meninggal yasudah putus hubungandengan kita, karena mereka kan stak disini permanen disinigitu, meskipun punya keluarga kalo anaknya juga ga maonerima dan kliennya ga mao ikut keluarganya karna disanaterancam jiwanya dia diperlakukan tidak selayaknya orang tuaya mendingan tinggal di pantimeskipun secara ekonomikeluarganya mampu. Jadi banyak faktor kita juga ga bisamendesak orang oh kamu mampu gini tapi yang kita liat kan siklien nya, apakah tinggal didalem keluarganya lebih bagus atautidak gitu loh, karena diperlakukan tidak sesuai dengan yangdibutuhkan lansia. Kebanyakan lansia mau meninggal disini.Kalau seperti ini terminasinya di panti sampai akhir hayatkalau kekeluarga ya terminasinya kembali kekeluarga.”31

Seperti ke lima WBS tersebut tidak mau kembali lagi kepada

keluarganya, WBS mau sampai akhir hayatnya di sini dan mereka mau

menikmati sisa hidupnya di panti. Ketika peneliti mewawancarai ke lima

WBS ini memang mereka tidak mau untuk kembali kepada

kekeluarganya, mereka sudah betah berada di panti dan mau sampai akhir

hayat di panti. Maka pengakhiran (Termination) yang dilakukan oleh

manajer kasus terhadap ke lima WBS ini yaitu pengakhiran sampai WBS

meninggal dunia dan melakukan pendampingan sampai akhir hayat.

30Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT RefikaAditama, 2005), h. 48.

31Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 22 Agustus 2014.

Page 116: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

104

Tugas manajer kasus di sini apabila WBS masih memiliki keluarga

maka manajer kasus melakukan home visit terlebih dahulu untuk

mengetahui tentang keluarga WBS, apakah kondisi WBS akan lebih baik

atau tidak ketika dipulangkan. Dan kebanyakan WBS di sni lebih memilih

untuk berada di sini sampai meninggal dunia di banding harus kembali

kepada keluarganya. Seperti yang dikatakan oleh ibu Siti Fathonah, S.Sos

“Ada yang kembali ke keluarga tapi banyak yang meninggaldisini karna mereka kan permanen disini yang, jadi hubungankerja kita putus ketika beliau meninggal dunia. Kalo yangmasih puya keluarga kita kan ada kunjungan home visit sayangkita tanya juga RT RW setempat layak juga ga ketika merekaharus kembali ke keluarga, kan harus kita tau lingkungansosialnya dulu, pendapatan mereka seperti apa gitu loh. Karnameskipun mereka punya keluarga kalau seperti kemarin kitahome visit ternyata keluarga ga mampu kasian juga, kita akanlebih menelantarkan mereka, seperti yang ada di undang-undang yang fakir miskin berhak mendapatkan pelayanansecara sah dari pemerintah. Kita harus mengacu kepadaundang-undang, itu yang lebih kuat dalam memberikanperlayanan. Sekarang kalo secara ekonomi sosial mereka gamampu apalagi kalo jiwa lansia itu terancam kita juga lebihkasian karna nanti dalam kehidupannya mereka ga merasanyaman ada rasa was was itu malah nanti pengaruhnya lebih kepsikis beliau selaen ke fisik pasti ke psikis beliau gitu, karnajadi ga mao makan jadi banyak fikiran jadi ngelamun karnamereka dilingkungan sosial tidak diterima meskipun kondisiekonomi mampu. Jadi banyak hal atau dampak juga yangdialami lansia itu ketika dipaksakan harus kembali ke anaknya,mereka ga ada komunikasi meskipun secara materi cukup tapikebutuhan orang itu kan ga hanya makan dan minum,kebutuhan psikis yang lebih dibutuhkan, didengarkan ada yangmendampingi, keluhannya ada solusi yang disampaikan, harussharing dengan orang-orang yang mau mendengarkanbeliau.”32

32Wawancara Pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Pekerja Sosial Urusan ManajemenKasus, PSTW, Jakarta 12 Septmeber 2014.

Page 117: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

105

Merujuk pada bab II halaman 30 mengenai prinsip Pekerja sosial,

Pekerja Sosial sebagai manajer kasus di PSTW dalam melakukan

manajemen kasus menggunakan prinsip Pekerja Sosial. Manajer Kasus di

PSTW menerima WBS apa adanya tanpa melihat status WBS, jenis

kelamin, penampilan fisik WBS dan lain sebagainya karena dengan

manajer kasus menerima WBS apa adanya maka WBS akan dapat merasa

lebih percaya diri dan tidak kaku dalam berbicara dengan manajer kasus

sehingga WBS dapat mengungkapkan perasaan dan permasalahan yang

dihadapinya, cara seperti ini yang dilakukan manajer kasus di PSTW agar

relasi antara manajer kasus dengan WBS dapat dikembangkan dengan

baik.

Kemudian manajer kasus di PSTW juga memakai prinsip

komunikasi untuk mendapatkan informasi WBS karena dengan

berkembangnya komunikasi antara Manajer Kasus dengan WBS maka

manajer kasus dapat menelaah permasalahan yang dihadapi WBS secara

lebih jelas dan manajer kasus dapat mengetahui apa yang dirasakan WBS

serta harapan WBS setelah melakukan proses diskusi dengan WBS.

Kemudian manajer kasus juga menerapkan prinsip individualis di

dalam menjalankan manajemen kasus karena manejer kasus melihat

bahwa setiap WBS itu unik dan kebutuhan pada diri WBS itu berbeda-

beda dan manajer kasus tidak menyamaratakan setiap WBS sehingga

dalam melakukan manajemen kasus lebih diutamakan dengan penanganan

kasus per kasus yang dialami WBS.

Page 118: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

106

manajer kasus juga menggunakan prinsip partisipasi karena prinsip

ini peran dari WBS itu lebih besar untuk menangani permasalahan yang

ada pada dirinya, manajer kasus tidak akan berhasil memecahkan

permasalahan yang ada pada diri WBS apabila WBS tidak mau atau tidak

ikut andil dalam memecahkan masalah tersebut, seperti contohnya seperti

klien H yang mengalami gangguan Psikotik, depresi dan sering marah-

marah maka manajer kasus bekerja sama dengan perawat untuk memberi

obat yang rutin diberikan untuk WBS psikotik dan mengajak WBS untuk

mengikuti kegiatan agar WBS merasa tenang karena mempunyai

kesibukan dengan mengikuti kegiatan di panti, apabila dari diri WBS

sendiri tidak mau untuk minum obat dan hanya berdiam diri saja di dalam

kamar tidak ada kegiatan apapun maka kondisi serta keadaan WBS tidak

akan berubah dari sebelumnya, karena dalam prinsip partisipasi ini bahwa

perbaikan kondisi seseorang bukanlah hasil kerja dari manajer kasus itu

sendiri tetapi rasa tanggung jawab dan keinginan yang sungguh-sungguh

dari WBS untuk memperbaiki kondisinya menjadi kunci keberhasilan dari

proses pemberi bantuan ini.

Kemudian manajer kasus di PSTW ini juga menjaga kerahasiaan

kasus yang sedang ditanganinya kecuali dengan pihak yang terkait dalam

menangani permasalahan WBS karena dengan dijaminnya kerahasiaan ini

maka WBS akan dapat lebih bebas mengungkapkan permasalahan yang

dihadapinya ataupun perasaan yang dirasakannya, WBS akan merasa

Page 119: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

107

yakin bahwa apa yang diungkapkan dengan manajer kasus akan tetap

terjaga kerahasiannya.

Selanjutnya prinsip kesadaran diri petugas yang diterapkan oleh

manajer kasus di PSTW ini, manajer kasus disini mampu mengembangkan

kesadaran diri dan mengontrol dirinya agar dapat menciptakan relasi yang

profesional. Meskipun manajer kasus menangani permasalahan dengan

hati karena yang dihadapinya lansia tetapi manajer kasus mampu

menangani permasalahan ini secara prosefional. Lalu kesadaran diri

petugas di PSTW ini yaitu dengan melakukan setiap tugasnya secara

professional seperti manajer kasus bekerja sama dengan profesi lain dan

manajer kasus memberikan tugas kepada mereka untuk menangani WBS

sesuai dengan profesinya.

Page 120: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

108

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Model ManajemenKasus

Peneliti memberikan kesimpulan bahwa dalam penerapan

Expanded Broker Model yang dilakukan pekerja sosial yang berperan

sebagai manajer kasus saat melaksanakan manejemen kasus di PSTW

adalah manajer kasus pada model ini berperan sebagai broker ataupun

perantara. Seperti yang ada di PSTW manajer kasus menghubungkan

WBS dengan segala pelayanan yang dibutuhkan WBS. Selain manajer

kasus bekerja sama dengan pihak panti seperti perawat, psikolog, ahli

spiritual, penanggung jawab wisma dalam menangani masalah WBS

manajer kasus juga bekerja sama dengan pihak luar untuk menangani

masalah WBS seperti RSKD, RSUD, PUM serta dinas pemakaman.

Seperti contohnya WBS yang mengalami penyakit kritis dan panti

tidak menyiapkan peralatan khusus untuk menanganinya maka manajer

kasus bekerja sama dengan perawat untuk membawa WBS ke rumah sakit,

kerja sama yang dilakukan yaitu manajer kasus menghubungi rumah sakit

yang kosong serta membuat surat rujukan untuk merawat WBS lalu

perawatlah yang bertugas membawa WBS ke rumah sakit itu dengan

membawa surat rujukan dari panti yang di buat oleh manajer kasus.

2. TahapanManajemenKasus

Tahapan manajemen kasus di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung

terhadap permasalahan lanjut usia yaitu di mulai dari:

Page 121: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

109

a) Penilaian (Assesment) pekerja sosial atau manajer kasus melakukan

assessment dengan metode konseling. Pada tahap ini Pekerja Sosial

bagian Case Manager sudah mulai membuat dan melengkapi Case

Record (catatan kasus) klien yang di dalamnya mencakup identifikasi

kebutuhan, identifikasi potensi dan identifikasi masalah. Manajer

kasus menggunakan strategi dengan menggali kebutuhan serta potensi

yang dimiliki WBS karena apabila langsung menanyakan masalah

kepada WBS maka tidak ada tebuka dalam menceritakan masalah

tersebut.

b) Perencanaan di susun di dalam suatu pembahasan kasus (Case

Conference). Dalam kegiatan ini manajer kasusl mengundang

kelompok professional atau pihak yang dapat memberikan kontribusi

bagi penanganan kasus klien. Strategi yang digunakan manajer kasus

yaitu membahas atau mengadakan CC yang di dalamnya membahas

permasalahan yang urgent terlebih dahulu yang dialami WBS.

c) Pengawasan (Monitoring) manajer kasus memantau jasa pelayanan

yang telah diberikan kepada klien dan kesesuaian pelaksanaan

pelayanan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Strategi

yang digunakan Manajer kasus yaitu bekerja sama juga dengan petugas

lainnya untuk memantau segala kegiatan atau pelayanan yang

diberikan untuk WBS.

d) Pendampingan (Advocation). Manajer kasus melakukan evaluasi

kepada program yang ada di PSTW. Pengawasan dan pendampingan

itu sangat berperan dalam evaluasi yang bertujuan untuk menghindari

Page 122: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

110

kegagalan dan langkah apalagi yang harus dilakukan untuk kemajuan

pelayanan di PSTW terhadap WBS. Evaluasi yang dilakukan PSTW

lebih kepada programnya yang ada di panti bukan kepada individu

WBS nya.

e) Pengakhiran (Termination). Pengakhiran atau pemutusan hubungan

kerja antara manajer kasus dengan WBS ketika WBS sudah meninggal

dunia. Ada terminasi apabila pelayanan yang diberikan di PSTW tidak

sesuai dengan yang dibutuhkan WBS atau mungkin setelah

dipindahkan ke panti lain klien mampu menyesuaikan dirinya atau

mendapatkan pelayanan yang dibutuhkannya. Strategi yang digunakan

manajer kasus untuk apabila ada terminasi dengan memulangkan WBS

kepada keluarganya maka manajer kasus terlebih dahulu melakukan

home visit lagi untuk menentukan apakah WBS bisa lebih baik apabila

dipulangkan atau lebih beresiko tinggal bersama keluarganya. Seperti

di lihat dari ekonomi maupun dari kemauan dari diri WBS itu sendiri

apakah mau untuk dipulangkan.

Pekerja sosial di PSTW Budi Mulia 1 menggunakan prinsip

penerimaan, komunikasi, individualis, pastisipasi kerahasiaan dan

kesadaran diri petugas saat melakukan manajemen kasus.

B. Saran-saran

Setelah melakukan penelitian ini, maka penulis dapat menyarankan

beberapa hal dalam kemajuan pelaksanaan manajemen kasus di Panti

Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung:

Page 123: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

111

1. Penambahan Pekerja Sosial, karena jumlah WBS di PSTW sangat

banyak sedangkan Pekerja Sosial hanya 3 orang. Agar pelaksanaan

manajemen kasus bisa lebih maksimal kalau masing-masing pekerja

sosial bertanggung jawab terhadap 20 klien, karena penanganan WBS

bukan hanya satu atau dua bulan selesai tetapi butuh waktu sampai

enam bulan atau tujuh bulan per kasus.

2. Penambahan hari ataupun waktu untuk WBS melakukan konseling

dengan psikolog, karena pada dasarnya konseling harus dilakukan

secara bertahap untuk bisa WBS mengungkapkan permasalahan yang

sebenarnya dan untuk melakukan manajemen kasus maka assessment

WBS itu harus berulang-ulang.

3. Lebih menjalin kerjasama yang baik antara profesi satu dengan profesi

yang lainnya karena dalam pelaksanaan manajemen kasus sangat

dibutuhkan kerjasama antara Pekerja Sosial dengan profesi lain atau

pun kerja sama profesi satu dengan profesi lainnya untuk

menyelesaikan permasalahan WBS.

Page 124: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

112

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adi, Isbandi Rukminto Ph.D. “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat danIntervensi Komunitas”. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,2011.

Badan Pusat Statistik. “Analisis Deskriptif Penyandang Masalah KesejahteraanSosial Tahun 2006”. Jakarta: CV. Petratama Persada 2007.

Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI. “JendelaRehsos”. Jakarta: OHH Ditjen Rehsos, 2012.

Dra Nihayah, Zahrotun. M.Si. dkk. “Psikologi Perkembangan”. Ciputat:Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.

Halim, Akbar. dkk. Pedoman Manajemen Kasus Perlindungan Anak. Jakarta:Direktorat Pelayanan Sosial Anak dan Rehabilitasi Sosial KementerianSosial, 2010.

Hurlock, Elizabeth B. “Psikologi Perkembangan”. Jakarta: Erlangga, 1984.

Irawan, Soehartono. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik PenelitianBidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung:PT. Remaja Rosdakar, 2004.

Jahja, Yudrik.“Psikologi Perkembangan”. Jakarta: Kencana, 2011.

Kementerian Sosial RI. “Modul Diklat Pekerjaan Sosial dengan Lanjut Usia”.Bandung: BBPPKS.

Kusmana, ed., Bunga Rampai: Islam & Kesejahteraan Sosial Jakarta: IAINIndonesian Social Equity Project, 2006.

Maguire, Lambert. “Pekerjaan Sosial Klinis”. Penerjemah Tim STKS Bandungdan Biro Humas-Departemen Sosial RI. Jakarta: PT. Erdino MutiaraAgung, 2008.

Makhluf, M. Hasanain. “Renungan Tentang Umur Manusia ”. Bandung:Mizan 1992.

Moelang, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosydakarya, 2003.

Mulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru IlmuKomunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT. RemajaRosdakarya 2006.

Pamflet Profil Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1, Cipayung,Jakarta Timur.

Pandji, Dewi. “Menembus Dunia Lansia”. Jakarta: PT Elex Media, 2012.

Page 125: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

113

Poerwandadi, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi.Jakarta: LPSP3, 1998.

Prof. Dr Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV.Alfabeta, 2009.

Rakhmat, Jalaludin. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2006.

Roberts, Albert R dan Gilbert, Greene J. Buku Pintar Pekerja Sosial. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2008.

Sevilla, G Consuelo. dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia (UI Press), 2006.

Suharto, Edi. “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”. Bandung: PTRefika Aditama, 2005.

Rukminto, Isbandi. “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial”. Jakarta:FISIP UI Press, 2005.

Sutaat. dkk.“Pendampingan Sosial Bagi Calon Pekerja Migran dan Keluarganyadi Daerah Asal”. Jakarta: Ciputat Press, 2009.

Tristiadi Ardi Ardani dan Lin Tri Rahayu, S.Psi. Observasi danWawancara, Malang: PT. Bayu Media, 2004.

INTERNET

Al-Qur’an, “Q.S An-Nahl ayat 70 beserta terjemahannya”. artikelini diakses pada 10 Februari pukul 10.53 WIB darihttp://quran.ittelkom.ac.id/?sid=16&aid=70&pid=arabicid.

NASW (National Association of Social Workers), “NASWStandards for Social Work Case Management”. artikel ini diakses darihttp://socialworkers.org/practice/standards/ sw_case_mgmt.asp.

Rustanto, Bambang. “Praktek Pekerjaan Sosial ManajemenKasus”. artikel ini diakses pada 17 Oktober 2012 dari http://bambang-rustanto.blogspot.com/2012/10/manajemen-kasus-dalam-pekerjaan-sosial.html.

WAWANCARAWawancara pribadi dengan Ibu Siti Fathonah, S.Sos, Jakarta 22 Agustus2014.Wawancara pribadi dengan Penanggung Jawab Wisma, Jakarta 01September 2014.Wawancara pribadi dengan Psikolog, Jakarta 20 Agustus 2014.Wawancara pribadi dengan Perawat, Jakarta 14 November 2014.Wawancara pribadi dengan Ahli Spiritual, Jakarta 14 November 2014.Wawancara pribadi dengan H, Jakarta 16 Juli 2014.Wawancara pribadi dengan B, Jakarta 11 November 2014.Wawancara pribadi dengan SM, Jakarta 10 Juli 2014.Wawancara pribadi dengan P, Jakarta 12 November 2014.Wawancara pribadi dengan ST, Jakarta 13 November 2014.

Page 126: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 127: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 128: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 129: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 130: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 131: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Page 132: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

HASIL OBSERVASI

Observasi Konseling di PSTW Budi Mulia 1 Cipayung

Tanggal: 10 September 2014

Waktu: 14.30

Awalnya peneliti membuat permohonan kepada pekerja sosial untuk

melakukan konseling terhadap klien H karena peneliti mau mengetahui bagaimana

konseling yang dilakukan psikolog dengan lansia yang ada di panti serta mau

mengetahui kondisi psikologi klien H oleh karena itu peneliti meminta izin kepada

pekerja sosial untuk melakukan konseling. Konseling ini di lakukan di ruang

konsultasi, ruangan ini memang sangat nyaman untuk dijadikan ruang untuk

konseling karena dalam melakukan konseling dengan klien itu salah satu faktor

pendukung nya yaitu tempat, tempatnya harus nyaman agar klien bisa lebih tenang

nyaman untuk mengeluarkan serta menceritakan yang terjadi pada dirinya. Ruang

konsultasi ini di lengkapi dengan AC, meja, bangku, kamar mandi dan lemari untuk

keperluan konseling seperi berkas-berkas, data-data, piring untuk menyajikan

makanan disediakan pula sebelum melakukan konseling minuman serta makanan

untuk psikolog dan klien. Ruangan ini di buat senyaman mungkin untuk melakukan

konseling.

Sebelum konseling di mulai peneliti diminta oleh pekerja sosial untuk

melakukan kontrak ataupun perjanjian dengan klien, maka peneliti mendatangi wisma

klien. Pada pukul 11.30 peneliti berbicara terlebih dahulu kepada klien apakah klien

Page 133: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

mau untuk di ajak ngobrol dengan psikolog nanti di ruangan atas (konsultasi) dan

klien pun mau. Jam 14.30 psikolog pun sudah berada di ruang konsultasi maka

peneliti menjemput klien untuk ke ruang konsultasi. Saat melakukan konseling

psikolog menanyakan nama, kabar, keadaan klien sekarang. Awalnya psikolog

menanyakan secara umum terlebih dahulu tidak langsung menanyakan pertanyaan

yang sifatnya pribadi dalam kehidupan klien, pada konseling hari ini klien belum mau

terbuka dengan psikolog, klien hanya menjawab singkat apa yang ditanyakan oleh

psikolog pada akhirnya ketika psikolog menanyakan masalah keluarga klien, klien

pun tiba-tiba langsung berbicara “udah saya ngantuk” kepada psikolog. Maka

psikolog tidak memaksa klien untuk melakukan konseling, psikolog pun

mempersilakan klien untuk beristirahat di kamar klien dan peneliti mengantar klien

ke wisma. Setelah mengantar klien ke wisma peneliti langsung mencari tau kepada

psikolog bagaimana hasil dari konseling klien dan psikolog pun memberikan

gambaran hasil konseling dengan klien.

Setelah peneliti melakukan observasi maka peneliti melihat bahwa klien tidak

bisa langsung terbuka dengan psikolog, konseling ini harus di lakukan secara

berulang-ulang agar mengetahui apa yang sebenarnnya yang di alami klien. Peneliti

melakukan observasi konseling ini karena pada tahap awal manajemen kasus adalah

assessment, di dalam assessment itu untuk menggali serta megetahui kebutuhan,

potensi serta permasalahan yang ada pada diri klien. Salah satu metode yang di

lakukan pekerja sosial untuk mengetahui kebutuhan, potensi serta permasalahan

klien yaitu dengan konseling.

Page 134: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Pekerja Sosial yang berperan sebagai manajer kasus)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Bagaimana gambaran umum lansia yang berada di PSTW ?

2. Lalu bu kalau rujukan dari panti lain ada tidak ? itu seperti apa bu biasanya ?

3. Ada tidak bu lansia di sini yang dikirim sama keluarganya sendiri ?

4. Setelah mereka berada di panti apa yang dilakukan PSTW terhadap permasalahan

mereka sebelumnya?

5. Pelayanan seperti apa yang diberikan PSTW kepada lansia yang berada di sini ?

6. Program atau kegiatan apa ya Bu yang ada di PSTW untuk para lansia ?

7. Manfaat seperti apa Bu kegiatan itu untuk para kakek nenek di sini ?

8. Mengapa manajemen kasus dijadikan metode dalam bantuan di PSTW ?

9. Model apa yang di digunakan ibu saat melaksanakan manajemen kasus ?

10. Seperti apa detail tahapan manajemen kasus terhadap permasalahan lansia di PSTW ?

11. Strategi apa yang digunakan ibu saat melaksanakan manajemen kasus ?

12. Seperti apa koordinasi yang dilakukan manajer kasus dengan propesi lain dalam

menangani permasalahan lansia ?

13. Apakah PSTW bekerja sama dengan pihak luar Bu ?

Page 135: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

14. Lalu kerja sama seperti apa yang dilakukan PSTW dengan pihak luar ?

15. Dari kerja sama PSTW dengan pihak luar lalu pelayanan seperti apa yang diberikan

oleh pihak luar kepada lansia yang berada di panti Bu ?

16. Apa saja faktor pendukung dan penghambat saat melaksanakan manajemen kasus ?

Page 136: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Penanggung Jawab Wisma)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama ibu bekerja di PSTW ?

2. Bagaimana keseharian klien didalam wisma ?

3. Apa saja suka duka selama bekerja disini ?

4. Apakah ibu bekerja sama dengan pekerja sosial untuk menangani permasalahan yang

dialami WBS di panti ini ?

5. Kerja sama seperti apa yang dilakukan ibu dengan pekerja sosial dalam menangani

permasalahan WBS ?

6. Apa saja hambatan yang dialami ibu pada saat menjalankan tugas sebagai

penanggung jawab wisma ?

Page 137: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Psikolog)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama ibu bekerja disini ?

2. Apakah ibu ikut serta dalam menangani permasalahan WBS yang ada di panti ini ?

3. Bagaimana cara ibu dalam menggali permasalahan yang dialami WBS ?

4. Kerja sama seperti apa yang dilakukan ibu dalam menggali serta menangani

permasalahan yang dialami WBS ?

5. Strategi apa yang dilakukan ibu untuk menggali permasalahan yang dialami WBS ?

6. Apa saja hambatan yang dialami ibu selama bekerja disini ?

Page 138: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Perawat)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama ibu bekerja di PSTW ?

2. Nenek kakek di sini biasanya sakitnya apa ya ibu ?

3. Apakah ibu bekerja sama dengan pekerja sosial untuk menangani permasalahan yang

dialami WBS di panti ini ?

4. Kerja sama seperti apa yang dilakukan ibu dengan pekerja sosial dalam menangani

permasalahan WBS ?

5. Apa saja hambatan yang dialami ibu pada saat menjalankan tugas sebagai perawat ?

6. Apa saja suka duka selama bekerja disini ?

Page 139: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Ahli Spiritual)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama bapak bekerja di PSTW ?

2. Setiap hari apa bapak memberikan bimbingan spiritual kepada nenek kakek ?

3. Biasanya bapak memberikan bimbingan spiritual seperti apa untuk nenek kakek ?

4. Apakah nenek kakek ada peningkatan dalam beribadah setelah mengikuti kegiatan

spiritual ini ?

5. Apakah bapak bekerja sama juga dengan pekerja sosial untuk menangani

permasalahan yang dialami WBS di panti ini ?

6. Kerja sama seperti apa yang dilakukan bapak dengan pekerja sosial dalam menangani

permasalahan WBS ?

7. Apa saja hambatan yang dialami bapak pada saat menjalankan tugas sebagai ahli

spiritual di PSTW ?

8. Apa saja suka duka bapak selama bekerja disini ?

Page 140: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Kakek H)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama kakek berada di panti ?

2. Bagaimana hubungan kakek dengan keluarga ?

3. Kenapa kakek bisa masuk panti ?

4. Bagaimana hubungan kakek dengan teman dan petugas di panti ?

5. Apa saja pelayanan yang kakek terima di panti ?

6. Apa yang dirasakan kakek setelah mendapatkan pelayanan di panti ?

7. Kegiatan apa yang kakek ikuti di panti ?

8. Jika kakek memiliki keluarga, apakah kakek tidak mau kembali kedalam asuhan

keluarga ?

9. Apa saja suka dan duka yang kakek rasakan selama di panti ?

10. Apa harapan kakek ke depan?

Page 141: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Kakek B)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama kakek berada di panti ?

2. Bagaimana hubungan kakek dengan keluarga ?

3. Kenapa kakek bisa masuk panti ?

4. Bagaimana hubungan kakek dengan teman dan petugas di panti ?

5. Apa saja pelayanan yang kakek terima di panti ?

6. Apa yang dirasakan kakek setelah mendapatkan pelayanan di panti ?

7. Kegiatan apa yang kakek ikuti di panti ?

8. Jika kakek memiliki keluarga, apakah kakek tidak mau kembali kedalam asuhan

keluarga ?

9. Apa saja suka dan duka yang kakek rasakan selama di panti ?

10. Apa harapan kakek ke depan?

Page 142: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Nenek SM)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama nenek berada di panti ?

2. Bagaimana hubungan nenek dengan keluarga ?

3. Kenapa nenek bisa masuk panti ?

4. Bagaimana hubungan nenek dengan teman dan petugas di panti ?

5. Apa saja pelayanan yang nenek terima di panti ?

6. Apa yang dirasakan nenek setelah mendapatkan pelayanan di panti ?

7. Kegiatan apa yang nenek ikuti di panti ?

8. Jika nenek memiliki keluarga, apakah nenek tidak mau kembali kedalam asuhan

keluarga ?

9. Apa saja suka dan duka yang nenek rasakan selama di panti ?

10. Bagaimana harapan nenek ke depannya ?

Page 143: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Nenek P)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama nenek berada di panti ?

2. Bagaimana hubungan nenek dengan keluarga ?

3. Kenapa nenek bisa masuk panti ?

4. Bagaimana hubungan nenek dengan teman dan petugas di panti ?

5. Apa saja pelayanan yang nenek terima di panti ?

6. Apa yang dirasakan nenek setelah mendapatkan pelayanan di panti ?

7. Kegiatan apa yang nenek ikuti di panti ?

8. Jika nenek memiliki keluarga, apakah nenek tidak mau kembali kedalam asuhan

keluarga ?

9. Apa saja suka dan duka yang nenek rasakan selama di panti ?

10. Bagaimana harapan nenek ke depannya ?

Page 144: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PEDOMAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan (Nenek ST)

I. Waktu dan Tempat

Hari dan Tanggal :

Tempat :

II. Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Agama :

III. Pertanyaan

1. Sudah berapa lama nenek berada di panti ?

2. Bagaimana hubungan nenek dengan keluarga ?

3. Kenapa nenek bisa masuk panti ?

4. Bagaimana hubungan nenek dengan teman dan petugas di panti ?

5. Apa saja pelayanan yang nenek terima di panti ?

6. Apa yang dirasakan nenek setelah mendapatkan pelayanan di panti ?

7. Kegiatan apa yang nenek ikuti di panti ?

8. Jika nenek memiliki keluarga, apakah nenek tidak mau kembali kedalam asuhan

keluarga ?

9. Apa saja suka dan duka yang nenek rasakan selama di panti ?

10. Bagaimana harapan nenek ke depannya ?

Page 145: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Pekerja Sosial yang berperan sebagai Manajer Kasus

Nama : Ibu Siti Fathonah, S.Sos

Tempat : Area Musholla PSTW

Hari/Tanggal : 22 Agustus 2014

Waktu : 13.00-14.30

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : S1

No Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Bagaimana gambaranumum lansia yangberada di PSTW ?

Heem..lansia yang ada di sini yatentunya lansia terlantar yangusianya 60 ke atas ya. Lansiaterlantar itu ya harus ada suratpengantar dari RT/RW samakelurahan, ga bisa sembaranganasal masukin aja lansia ke sini tapikita juga minta bukti suratpengantar sama suratrekomendasian dari suku dinassosial wilayah.

Lansia yang berada di PSTWumumnya lansia yang terlantar.

2. Lalu bu kalau rujukandari panti lain adatidak ? itu seperti apabu biasanya ?

Kalau rujukan dari panti lain ya itukarena panti tersebut biasanya gapunya fasilitas yang cukup baikuntuk memenuhi kebutuhan klien,terus ada juga ya yang ber alasankarena klien ga bisa mengikutiaturan dan tata tertib yang udahditetapkan di panti sebelumnya.

Lansia yang berada di PSTWdengan hasil rujukan dari pantilain itu biasanya karena di pantisebelumnya fasilitas ataupunpelayanan yang dibutuhkan klientidak ada dan klien tidak bisamengikuti peraturan yang ada dipanti sebelumnya.

Page 146: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

3. Ada tidak bu lansia disini yang dikirim samakeluarganya sendiri ?

Ada pastinya tapi lebih banyaklansia yang terlantar, lansia yangdititipkan sama keluarganya sendiriitu karena sebagian besar keluargayang menitipkan orang tuanyamereka di panti karena ya merekaga punya biaya untuk memenuhikebutuhan hidupnya, merawatnyasama ngasih hak-hak yangseharusnya bisa didapatkan olehsetiap orang ya kasih sayang. Terusjuga biasanya mereka dari keluargayang bermasalah kaya ada konflikdi dalem keluarganya itu kaya anakbermasalah sama orang tuanya atauga ya orang tua itu bermasalahsama mantunya. Gitu dah nakbanyak permasalahan kakek nenekdisini.

Ada lansia yang dikirim olehkeluarganya sendiri biasanyadikarenakan mereka tidakmemiliki biaya untuk memenuhikebutuhan hidupnya dan klienbermasalah dengan keluarganyasehingga lebih lansia lebihmemilih hidup di panti.

4. Setelah mereka beradadi panti apa yangdilakukan PSTWterhadap permasalahanmereka sebelumnya?

Ya setelah mereka ada di panti yakita tentunya akan memberdayakanpara kakek nenek kembali dan tidakluntang-lantung di jalanan sepetisebelumnya, terus membuat merekadapat menikmati masa tuanyadengan ketentraman lahir dan batinwalaupun mereka tidak bersama-sama hidup atau ga tinggal lagisama keluarganya.

PSTW berusaha memberdayakanlansia dari sebelumnya danmembuat hari-hari tuanya lebihbermanfaat.

5. Pelayanan seperti apayang diberikan PSTWkepada lansia yangberada di sini ?

Tentunya pelayanan yang diberikanPSTW ya di sini memberikanpelayanan tentunya udah jelas yanak kaya pengasramaan samapelayanan sandang, pangan papandan lain-lain bauat kakek nenek disini. Kita juga memberikanpelayanan kesejahteraan sosialdalam bentuk pembinaan fisik yakaya olahraga sama pemeriksaankesehatan, terus memberikanpembinaan spiritual ya kayabimbingan rohani islam bagi kakeknenek yang muslim sama buatkakek nenek non muslim biasanyadiadain seminggu dua kali, terusbimbingan sosial yang

Pelayanan yang diberikan PSTWsesuai dengan yang dibutuhkanoleh para kakek nenek dan PSTWmemberikan pelayanankesejahteraan sosial kepada kakeknenek.

Page 147: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

dimaksudkan supaya kakek nenekbisa mengenali peran sama fungsisosial meraka, naah..kita jugamemberikan bimbinganketerampilan kaya kerajinantangan, kesenian, rekreasi samahiburan buat kakek nenek.

6. Program atau kegiatanapa ya Bu yang ada diPSTW untuk paralansia ?

Program kegiatan yang ada di sinitentunya ada manfaatnya ya nakyang memberikan manfaat buatkakek nenek. Di sini tuh adapelatihan-pelatihan seprtiketerampilan menjahit dan meroncebunga dari sedotan khusus bagilansia yang masih potensial. Laluada kegiatan bermain angklungterus ada kegiatan bimbinganrohani seminggu dua kali setiaphari senen sama kamis baik rohaniagama islam itu pengajian danuntuk non muslim ya kebaktian kegereja. Terus ada kegiatanpanggung gembira, pelatihanrebbana sama senam setiap duaminggu sekali.

Program yang ada di PSTWsesuai dengan apa yangdibutuhkan kakek nenek dansesuai dengan para lansia lainnya.

7. Manfaat seperti apaBu kegiatan itu untukpara kakek nenek disini ?

Ya manfaatnya pasti ada lah naknih kaya keterampilan menjahitmembuat keset dan meronce itubermanfaat berfungsi untukmengembangkan kreatifitas paralansia, terus kalo bermain angklungitu juga bisa membantu lansiamenggabungkan fungsi otak kirimelalui syair lagunya dan otakkanan melalui tangga nadanyasehingga dapat menjembatani otakuntuk menjadi aktif dan tidakmudah lupa atau dengan kata laenya membantu meningkatkanmemori kakek nenek, terus darikegiatan panggung gembira dituntut untuk para lansia bebbasberekspresi tidak peduli suaranyamerdu apa ga disini tujuannyauntuk melatih rasa percaya dirilansia untuk mau berjoget dan ring

Setiap kegiatan yang ada diPSTW memberikan manfaat danberguna untuk kakek dan nenek.

Page 148: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

gembira bersama teman-temannya,kalo rebbana ya jelas untuk melatihotot tangan dan sebagai salah satujuga nak untuk memperkenalkansalah satu musik Indonesia benerkan nak rebbana kan salah satu alatmusik yang ada di Indonesia, nahsenam juga tujuannya manfaatnyasupaya memberfungsikan syarafdan motorik lansia terutama bagilansia yang merupakan penderitajantung, stroke dan diabetes itu lohnak.

8. Mengapa manajemenkasus dijadikanmetode untukmenanganipermasalahan di PantiSosial Tresna Werdha(PSTW) ?

Ya itu kan tolak ukur, tolak ukurkita dalam menyelesaikan kasusmasalah. Sampai dimana sihkemampuan kita dalammelaksanakan manajemen kasus,itu penting banget buatmenyelesaikan kasus-kasus yangdialami para lansia. Sampai dimanasih kemampuan kita menyelesaikangitu. Kenapa perlu manajemenkasus karena sesuatu kalo ga dimanage kan ga beraturan, haruspake manage yang bagus salahsatunya tadi ada assessmentindividu dengan kelompoksebenernya disitu suka adamanajemen kasus. Manajemenkasus itu kan ga harus denganberdialog langsung tidak, denganpermainan dinamika kelompok ituakan mambantu menyelesaikanmasalah yang dialami lansia.

Peneliti melihat bahwamanajemen kasus dijadikanmetode dalam penangananpermasalahan yang ada di PSTWkarena manajemen kasus sebagaitolak ukur samapai dimanaManajer Kasus menyelesaikanpermasalahan yang ada di PSTWdan apabila sesuatu hal apapuntidak di manage dengan baik atautepat maka tidak akan baikhasilnya karena tidak beraturandan tidak tersusun dalammenangani permasalahannya.

9 Model apa yang didigunakan ibu saatmelaksanakanmanajemen kasus ?

Model yang bunda pake di sini yaExpanded Broker Model danPersonal Strength Model. Karenaapa nak ? karena Tugas bundadisini lebih menghubungkan nenekkakek sama apa yang dibutuhinbeliau, kaya misalnya klien sakitnah disini saya menghubungkanklien dengan rumah sakit sayamenghubungi rumah sakit apakahada ruangan kosong untuk klien,

Pekerja Sosial yang berperansebagai manajer kasus di PSTWhanya memakai dua model sajakarena dua model itu menurutnyasesuai.

Page 149: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

kalau memang ada saya membuatsurat rujukan untuk klien ke rumahsakit baru yang menjalankan danmengurusi klien itu care giver

10. Seperti apa detailtahapan manajemenkasus terhadappermasalahan lansia diPSTW ?

Tahap pertama itu ya Assesment,Assesment yang dilakukan disini galangsung nenyain masalah klien

apa, tapi assessment disini yangpertama yang kita gali itukebutuhan klien, setelah ketauankebutuhan klien itu lalu kitaidentifikasi potensi yang dimilikiklien, baru setelah itu kitaidentifikasi masalah klien. Karna gabisa langsung kita nanya masalahnenek apa, itu ga bisa. Karena klienga bisa langsung terbukamenceritakan masalahnya.Kebutuhan klien itu juga macem-macem, kebutuhan biologis bisa,spiritualnya bisa dari segiemosional nya ada, untukmengetahui kebutuhan klien itu yaitu dengan konseling, apa fungsinyakonseling untuk merasa ada rasanyaman tehadap klien, ada rasapercaya diri, ada rasa lebih dihargaigitu, biologis itu kan kenyamananpenghargaan pengembangan diri itunamanya hasi dari konseling ituseperti itu. Untuk mengetahuikebutuhan potensi klien itu dengankonseling bisa, dengan caraassessment bisa, tentunya kita adainteraksi antara WBS denganseseorang. Assessment itu galangsung ketauan harus berkali-kalidilakukan baru ketauan, gasekaligus assessment itu terungkapsemua tidak sayang (panggilanuntuk peneliti), dari assessment itubaru nanti ketauan kebutuhan klienyang urgent itu apa, kalo keluhannenek sakit ya kita rujuk kerumahsakit, kalo memang masalahsikolog kita konselingkan ke

Tahap manajemen kasus yangdilakukan di PSTW yaitu :

1. Tahap assessment.Manajer Kasus dalam tahapan inimenggunakan metode konselingkarena untuk mengetahuikebutuhan serta permasalahanyang dialami klien.2. tahap perencanaanManajer Kasus melihatpermasalahan yang urgent padadiri klien, setelah itu ManajerKasus pada tahap ini mengadakanCase Conference (CC) dalam CCini Manajer Kasus mengikutsertakan profesi lain untukmemecahkan serta mencari jalankeluar untuk permasalahan yangdialami klien.3. tahap pelaksanaanMenghubungkan klien sesuaidengan yang dibutuhkannya.Contohnya seperti klienmembutuhkan keluarga dan maudijenguk oleh keluarga makaManajer Kasus menghubungikeluarga untuk menjenguk klien.4. tahap pendampinganketika sudah dihubungkan ataupertemukan dengan pihak keluargamaka Manajer Kasus melihatapakah ada perubaha pada diriklien tersebut.5. tahap pengawasanMengevaluasi ulang apabila tidakada perubahan pada diri klien.6. tahap terminasi.

Page 150: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

psikolog, kalo kebutuhan makan yakita penuhi kebutuhan gizinya, kalokebutuhan potensi sesuaikemampuan dia apa bakatnya kitafasilitasi gitu. Jadi sesuai kebutuhanyang dimaksud disini yang lebihurgent itu mana yang kitaprioritaskan, gitu loh sayang.Setelah assessment itu tahapPerencaan, perencanaan ini ya samakaya rencana intervensi, berarti kitamemilih masalah yang lebih urgenttadi yang ada pada diri WBStersebut. Hasil dari assessment ituterus kita melakukan CC, kitamengajak psikolog, ahli spiritual,perawat sama penanggung jawabwisma di CC itu. Dari CC ituketauan mao diapain si WBS ini,mao dikemanakan si, oh ya dia gabetah karna hambatan dia ga bisangikutin kegiatan rupanya matanyakatarak misalkan, ya kita konsulkankedokter, salah satunya itu, setelahdioperasi evaluasi lagi adaperubahan ga setelah dioperasi,apakah ngikutin kegiatan atau tidak,oh tidak. Kalo tidak dari segifisiknya atau dari segi psikisnya.Jadi berkesinambungan ga berenti,kebutuhan tuh ga berenti. Dalamrencana intervensi ini ya kita jugamengidentifikasi pelayanan-pelayanan atau sumber yangbervariasi yang dapat dijangkauuntuk membantu penangananmasalah klien. Setelah tahapperencanaan selanjutnya tahapImplementation, pelaksanaanya yakita bekerja sama dengan yangdibutuhkan klien, contohnya kaloanak ya kita menghubungkan kliendengan anak, kalo perlu misalkankita pulangkan ke kekeluarganya.Kita menghubungi anak untukmelakukan Home Visit, kita bekerja

Page 151: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

sama nya ya dengan keluarga perankeluarga kan penting banget kalobuat lansia buat siapapun WBS dipanti. Kalo misalkan ga nerimaalasannya apa harus jelas, misalkankita mempersiapkan diri udahkunjungan rumah, udah berkali-kalikonseling keluarga, terus dia gasiap menerima keluarga alesannyaapa harus jelas disitu, jadi kita bisaback up kalo secara ekonomimampu, secara sosialnya bagus,alesannya kenapa lagi gitu loh,alesannya harus detail keluarganyamenyampaikan. Selaen samakeluarga ya kerja sama dengandokter, psikolog terus spiritualagama, tergantung kebutuhannya.Kemudian setelah pelaksanaan itutahap Monitoring, moneva disinikita pertama memantau klienkemudian baru ke keluarga ataupunpelayanan yang diberikan kepadakien, misalkan nenek ini kan maudipulangkan ke keluarga, faktor diadisini biasanya karena ada masalahdengan keluarga, ketika sudah kitahubungkan kita pertemukan denganpihak keluarga ada perubahan ga,baik perilaku, sakit yang dialami,karena apa yang dilakukan lansia,apa yang dialami lansia itu adalahsalah satu faktor banyak faktor itumemikirkan keluarga, jadidampaknya kesemua ya fisik yapsikis itu pastinya tentu. Mereka gabisa tidur, cepet emosi, marah-marah karena ada benang merahantara anak dengan orang tua. Kitamelakukan evaluasi ga adabatasannya, kita lihat sejauh manaperubahan perilaku, kalo programkegiatan mungkin kita evaluasi 3bulan 4 bulan tapi ini kan perilaku,perilaku kan ga ada batasnya kalokita evaluasi. Kemudian yaitu tahap

Page 152: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

Pendampingan, ya pendampingandisini sama seperti evaluasi, disinikita mengetahui apakah pelayananyang diberikan ke klien sesuai apaga gitu loh nak, kadang ga tentusama sama apa yang direncanain,contohnya kalo intervensi itu gaberhasil ya kita evaluasi lagi, kalopendampingan kan semua halapapun didampingi, artinya ketikaabis evaluasi hemmm… kayamanajemen perawatan, artiperawatan itu begini yang kemarenkita lakukan itu biar ga rusak lagiseperti apa, misalnya oh kemarenditerapkan seperti ini, biar bertahanitu begaimana, itu salah satupendampingan. Tapi ketikapendampingan tetap dilakukan gaada ini ya kita buat rencanaselanjutnya lagi, oh dengan ini gacocok berarti seperti ini harus pakemetode yang ini, misalnya kemarenbimbingan individu ga cocok sihberarti harus dengan bimbingankelompok, apakah dengankelompok bisa salah satunyamerubah perilaku dia gitu. Nah…kemudian tahapan yang terakhir ituTerminasi, kita ga ada pengakhiran,pengakhiran ya terminasi sampemeninggal kita melakukanpendampingan sampai akhir hayattentunya, kalo sudah meninggalyasudah putus hubungan dengankita, karena mereka kan stak disinipermanen disini gitu, meskipunpunya keluarga kalo anaknya jugaga mao nerima dan kliennya gamao ikut keluarganya karna disanaterancam jiwanya dia diperlakukantidak selayaknya orang tua yamendingan tinggal di pantimeskipun secara ekonomikeluarganya mampu. Jadi banyakfaktor kita juga ga bisa mendesak

Page 153: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

orang oh kamu mampu gini tapiyang kita liat kan si klien nya,apakah tinggal didalem keluarganyalebih bagus atau tidak gitu loh,karena diperlakukan tidak sesuaidengan yang dibutuhkan lansia.Kebanyakan lansia mau meninggaldisini. Kalau seperti initerminasinya di panti sampai akhirhayat kalau kekeluarga yaterminasinya kembali kekeluarga

11. Strategi apa yangdigunakan ibu saatmelaksanakanmanajemen kasus?

Strategi yang kami gunakan saatmelaksanakan tahapan manajemenkasus pada tahap pertamaassessment itu yaitumempersiapkan dulu adanyakontrak dengan lansia tersebutkapan kita bisa mengadakanwawancara mengingat kita kantidak bisa memaksa, ketika sudahada kesepakatan baru kitaassessment tempatnya dimana,ruangannya apa harus kitasampaikan. Kita tidak bolehmemilih oh harus disini tidak,sesuai kesepakatan enaknya dimanaya mbah. Intinya harus adakepercayaan dulu dalam kontrak iniada perjanjian, misalkan berapa jamharus kita lakukan, nanti apa sajayang kita tanyakan tahapan-tahapanseperti apa, apakah mulai daripernikahan mereka atau awal darimereka lahir seperti itu. Disini adacatatan case record nya biasanyawawancara dulu wawancara biasaya nama apa seperti itu biasa, bolehditulis boleh aku membuat konsepsendiri atau langsung bertanyaboleh, kalo sulit mau pake panduanjuga ga apa-apa. Kemudian straegiuntuk perencanaan ya..kaloperencanaan itu setelah kitalakukan assessment berulang-ulangbaru kita bikin intervensi dulu, oiakira-kira kebutuhan dia apa. Jadi

Strategi yang digunakan ManajerKasus saat melaksanakanmanajemen kasus yaitu sepertistrategi perjanjian dengan klienapabila mau mengadakankonseling dengan klien karenaklien tidak bisa dipaksa makaManajer Kasus melakukankonseling dengan membuat klienbenar-benar nyaman ketikamengungkapkan yangdialaminya. Manajer Kasus jugasebagai mediator yangmenjembatani klien agar bisauntuk berkonsultasi denganpsikolog. Melakukan Home Visituntuk klien yang masih memilikikeluarga, apabila klien tidak maukembali pada keluarganya makaManajer Kasus tidak memaksakarena apabila klien dipulangkanpada keluarganya kondisi kliensemakin buruk karena perlakuandari keluarganya.

Page 154: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

setelah assessment itu sayaprioritaskan kebutuhan dia.Misalkan kebutuhan beliau sakitterus dirujuk kerumah sakit, kalokebutuhan dia secara psikologis yaharus kita konsulkan ke psikolog.Jadi kita lihat dulu yang urgentyang mana, karna kalo assessmentkebutuhan dulu yang sayaprioritaskan baru potensi, kalokebutuhan udah terpenuhi baru kitake potensi, itu pun kalo dalamkebutuhan belom tuntas kitaselesaikan satu kasus dulu baru kemasalah yang laen seperti itu. Terusselanjutnya pada tahapanImplementasi disini kita jadimediasi sebaiknya klien inidiapakan dari assessment, sayamenjadi mediator yangmenjembatani mereka agar bisauntuk berkonsultasi denganpsikolog, misalkan gini loh oiaorang ini butuh psikolog aku konsuldulu dengan psikolog memang akutidak terjun langsung ke WBS nyatapi ka nada interaksi langsung nak,disini aku jadi mediator ataumediasi, nanti setelah dikonsulkandengan psikolog kita kordinasi lagidengan psikolog gimana hasilkonseling dengan psikolog, maodiapak ini, oia mba seharusnya kitaCC kan, nah kita baru CC, dari CCada intervensi lagi gitu loh, oh buini loh kebutuhannya kaya gini, kepsikiatri hasil dari psikiatri kitakembangkan lagi kita evaluasi daripsikiatri ada perkembangan kitateruskan, kalo ga adaperkembangan kita CC lagi gitu.Kaya misalnya klien sakit sayayang membuat rujukan denganmenelfon rumah sakit kitamediasikan disini rumah sakitkosong aku tinggal bikin surat

Page 155: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

mereka yang menjalankan.Kemudian stategi dari tahapPengawasan yaa... pengawasan tuhsesuai dengan hasil yang kita raihdari perencanaan intervensi teruspelaksanaan intervensi. Kita lihatkebutuhan lansia itu sendirimisalkan oh ya dia itu ternyatamengalami gangguan psikotiksudah diberikan obat tetapi tidakada perubahan oh berarti harusdikemanakan, oh berarti harus dikarantina misalkan, kita konsulkanlagi ke psikolog layak ga kalo dia dikarantina melihat dia udah usialanjut siap ga kondisi klien jugakarena kan berada disini dengandisana tentunya berbeda disana kanlebih terkurung ga bebas seperti ini.Kalo Pendampingan ya kalo dalamevaluasi itu berhasil ya kitalaksanakan, kalo tidak ya kita ulanglagi. kalo saya pendampingantermasuk pengawasan jugamisalnya gini lansia ini aktif gangikutin kegiatan, kenapa sih dia koseperti ini, kenapa hari ini ikutbesok tidak. Pendampinganpengawasan itu jadi satu sayang.Ada pendampingan ya adapengawasan ga mungkin adapendampingan tanpa pengawasan.Oh iya ini kenapa kemaren ga ikutkegiatan apakah dia sakit, apakahdia malem, kalo males alesannyakenapa, kalo sakit ya sakit apa. Nahkalo males misalkan malesnyakenapa, apa ga suka dengankegiatan ini ya kita alihkan dengankegiatan yang tepat yang mana.Setiap kegiatan tentunya selalu kitadampingi setiap program, setiapkegiatan WBS pendamping harusada. Kita mengevaluasi juga kayako hari ini ga panggung gembirasih. Monev disini lebih ke program

Page 156: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

kalo menurut saya, program iniberjalan atau tidak pesertanyabanyak atau tidak. Ketika programini tidak berjalan kita alihkan gituloh sayang. Naah… yang terakhirini ya Terminasi, Terminasi disiniada yang kembali ke keluarga tapibanyak yang meninggal disinikarna mereka kan permanen disiniyang, jadi hubungan kerja kitaputus ketika beliau meninggaldunia. Kalo yang masih puyakeluarga kita kan ada kunjunganhome visit sayang kita tanya jugaRT RW setempat layak juga gaketika mereka harus kembali kekeluarga, kan harus kita taulingkungan sosialnya dulu,pendapatan mereka seperti apa gituloh. Karna meskipun mereka punyakeluarga kalau seperti kemarin kitahome visit ternyata keluarga gamampu kasian juga, kita akan lebihmenelantarkan mereka, seperti yangada di undang-undang yang fakirmiskin berhak mendapatkanpelayanan secara sah daripemerintah. Kita harus mengacukepada undang-undang, itu yanglebih kuat dalam memberikanperlayanan. Sekarang kalo secaraekonomi sosial mereka ga mampuapalagi kalo jiwa lansia ituterancam kita juga lebih kasiankarna nanti dalam kehidupannyamereka ga merasa nyaman ada rasawas was itu malah nantipengaruhnya lebih ke psikis beliauselaen ke fisik pasti ke psikis beliaugitu, karna jadi ga mao makan jadibanyak fikiran jadi ngelamun karnamereka dilingkungan sosial tidakditerima meskipun kondisi ekonomimampu. Jadi banyak hal ataudampak juga yang dialami lansia ituketika dipaksakan harus kembali ke

Page 157: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

anaknya, mereka ga adakomunikasi meskipun secara matericukup tapi kebutuhan orang itu kanga hanya makan dan minum,kebutuhan psikis yang lebihdibutuhkan, didengarkan ada yangmendampingi, keluhannya adasolusi yang disampaikan, harussharing dengan orang-orang yangmau mendengarkan beliau

12. Seperti apa koordinasiyang dilakukanmanajer kasus denganpropesi lain dalammenanganipermasalahan lansia ?

Yaaa…Kami bekerja sama denganyang dibutuhkan klien, contohnyakalo anak ya kita menghubungkanklien dengan anak, kalo perlumisalkan kita pulangkan kekekeluarganya. Kita menghubungianak untuk melakukan Home Visit,kita bekerja sama nya ya dengankeluarga peran keluarga kanpenting banget kalo buat lansia buatsiapapun WBS di panti. Kalomisalkan ga nerima alasannya apaharus jelas, misalkan kitamempersiapkan diri udahkunjungan rumah, udah berkali-kalikonseling keluarga, terus dia gasiap menerima keluarga alesannyaapa harus jelas disitu, jadi kita bisaback up kalo secara ekonomimampu, secara sosialnya bagus,alesannya kenapa lagi gitu loh,alesannya harus detail keluarganyamenyampaikan. Selaen samakeluarga ya kerja sama dengandokter, psikolog terus spiritualagama, tergantung kebutuhannyadan disini kita menjadi mediatoryang menjembatani mereka agarbisa untuk berkonsultasi denganpsikolog, misalkan gini loh oiaorang ini butuh psikolog aku konsuldulu dengan psikolog memang akutidak terjun langsung ke WBS nyatapi ka nada interaksi langsung nak,disini aku jadi mediator ataumediasi, nanti setelah dikonsulkan

Manajer Kasus bekerja samadengan yang dibutuhkan klien,seperti contohnya klien sakit padamatanya maka Manajer Kasusmenghubungkan klien denganrumah sakit untukmenyembuhkan atau merawatklien. Intinya Manajer Kasusbekerja sama dengan yangdibutuhkan klien.

Page 158: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

dengan psikolog kita kordinasi lagidengan psikolog gimana hasilkonseling dengan psikolog, maodiapak ini, oia mba seharusnya kitaCC kan, nah kita baru CC, dari CCada intervensi lagi gitu loh, oh buini loh kebutuhannya kaya gini, kepsikiatri hasil dari psikiatri kitakembangkan lagi kita evaluasi daripsikiatri ada perkembangan kitateruskan, kalo ga adaperkembangan kita CC lagi gitu

13. Apakah PSTW bekerjasama dengan pihakluar Bu ?

Iya nak pastinya kami bekerja samadengan pihak luar karena gamungkin nak kita menangani lansiatanpa ada kerja sama dengan pihakluar.

PSTW bekerja sama denganpihak luar.

14. Lalu kerja samaseperti apa yangdilakukan PSTWdengan pihak luar Bu?

Kami bekerja sama dengan apayang dibutuhkan klien nak, selaenkami bekerja sama denganpsikolog, perawat yang ada di sinikami juga bekerja sama denganpihak luar seperti rumah sakit danlain sebagainya nak.

Selain dengan profesi lain sepertipsikolog, perawat dan lain-lainPSTW bekerja sama pula denganpihak luar seperti rumah sakit.

15. Dari kerja samaPSTW dengan pihakluar lalu pelayananseperti apa yangdiberikan oleh pihakluar kepada lansiayang berada di pantiBu ?

Kerja sama yang dilakukan kamidalam pelayanan dan rehabilitasisosial kepada lansia yaitu denganRSKD Duren Sawit Satelit dalamhal lansia yang mengalamigangguan jiwa seperti psikotik, laludengan RSUD Budi Asih dalam halmemberikan pelayanan kesehatanpada lansia, Puskemas Cipayungjuga memberikan pelayanankesehatan pada lansia kemudiakami juga bekerja sama denganPUM yaitu Panti Usada Mulia,PUM ini loh nak memberikanpelayanan perawatan untuk lansiayang sakit, kaya misalnya kakeknenek yang mengalami patah samakakinya jadi sementara kami rawatdi sana sampai nenek kakek sudahpulih dan boleh balik lagi ke panti.

Dari PSTW pihak luar jugamemberikan pelayanan kepadalansia dan PSTW bekerja samadengan rumah sakit karena lansiarawan akan penyakit.

16. Apa saja faktorpendukung dan

Faktor pendukung disini fasilitasada ya, para orang yang

Faktor pendukung nya fasilitasiyang ada di PSTW sudah lengkap

Page 159: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

penghambat saatmelaksanakanmanajemen kasus ?

berkompeten juga disiapkan.Hambatannya disini banyak yangmengalami gangguan kejiwaansehingga sulit memperlakukankomunikasi yang apa yang searah,disini hampir 210 yang mengalamiganggung psikotik 91 WBS, belumyang mengalami dimensia kuranglebih 30 an. Hambatannya ya disitujadi komunikasi ga bisa satu arahkalo orang yang mengalamigangguan kejiwaan sedangkandisini kondisi yang sehat justruyang mengalami gangguankejiwaan tetapi yang kondisinyanormal disini psikisnya sangatlemah. Ketika dilibatkan dalamdinamika kelompok ataupun itupotensi beliau sudah tidak mampulagi untuk dipaksakan, kalo di totalcare (wisma dahlia dan edelweis)tetep dinamika kelompok ada tapikan ga optimal pelayannya kita gabisa memaksakan karenakondisinya seperti itu pertamadimensia atau mengalami gangguankejiwaan, fisik beliau tidak mampuuntuk melakukan hal itu

dan orang orang yangberkompeten dalam bidangnyasudah ada. Hambatannya disinihanya sulit melakukankomunikasi yang searah denganklien yang mengalami gangguankejiwaan.

Page 160: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Penanggung Jawab Wisma

Nama : Ibu Dian Evayanti

Tempat : Area Musholla PSTW

Tanggal : 01 September 2014

Waktu : 14.00-13.00

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SMPS

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lama ibubekerja di PSTW ?

Tiga tahun ya dari tahun 2010 sayadisini tapi saya baru satu taunmenjadi penanggung jawab wisma

Ibu Dian sudah 3 tahun bekerja siPSTW tetapi menjadi penanggungjawab wisma baru setahun.

2. Permasalahan apa sajayang sering terjadi didalam wisma ?

Permasalahan ya palingpermasalahan yang psikotik samayang tidak psikotik, tapi biasanyakita ga bisa bedain lansia yangpsikotik sama lansia yang pikunhampir-hampir sama yah, kadangkalo nenek kakek yang pikun sukamuter muter terus jalan teruspsikotik kan juga sama kaya gitukelakuannya halusinasinya jugahampir sama kan, kalo psikotikyang ga berat kan suka ga keliatankalo dia psikotik apa dia suka bukabaju apa dia suka marah-marah.Pemasalahannya berantem pastitapi tergantung di wismanya,kebanyakan yang sering berantemdi wisma yang nenek kakeknyamasih sehat karena masih punyakekuatan masing-masing, kalo

Ibu Dian sulit membedakan lansiayang dimensia dan psikotik karenaprilakunya tidak beda jauh.Permasalahan yang sering terjad didalam wisma seperti salah pahamantara WBS yang satu denganWBS yang lainnya.

Page 161: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

yang udah ga sehat atau apa itujarang berantem adem ayem ajatenang. Biasanya berantem palingya salah paham, adu omongan.Kalo permasalahan kakek H si diaga pernah berantem tapi dia jualandi dalem wisma, kan sebenernyaga boleh jualan di panti tapi maugimana karna dia psikotik jadi gabisa kita paksa nanti malahngamuk, kita juga pantaujualannya kita bebasin jualan tapijualan yang bener, terus kalomasalah ikut kegiatan kakek Hikut kegiatan kalo petugas yangsuruh kalo ga disuruh ya ga ikut.Kalo masalah nenek S ya palingmales, ya sama kalo ada kegiatanjarang ikut ya paling kalo kitasuruh baru dia ikut kegiatan

3. Apa saja suka dukaselama bekerja disini ?

Yang penting apa ya, yang pentingkitanya enjoy kita nya bawa enakaja gitu ya, ga ada ga ada dukanyatergantung kitanya sekaligusdengan lansia nya ada rasa gimanagitu seneng ngeliat lansianyaapalagi lansia sampe bisa gembiraada perubahan yang tadinya diapasif sekarang udah ada kegiatanudah ikut kegiatan

Ibu Dian tidak ada duka nyaselama bekerja di PSTW karenapembawaannya santai dan senangapabila lansia mengalamiperubahan yang baik.

4. Kerja sama seperti apayang dilakukan ibudengan pekerja sosialdalam menanganipermasalahan WBS ?

Biasanya kita kalo ada masalah ituya yang pertama kita ke lansia nyadulu setelah itu mencari informasike petugas-petugasnya terus kitaTanya juga ke WBS nya misalnyakakek berantem sama siapa, kakekini berantem sama siapa berantemsama ini sama ini yaudah kitatanya semuanya ini setelah itu yabiasanya kita konsulin dulu kepsikolog gimana permasalahannyalalu kita CC ya kita kompromidulu sama peksos pemecahanmasalah nya gmn ya kitakompromi sama peksos, jadi kitapertama ke psikolog dulu mencari

Kerja sama dengan melakukan CCdengan Pekerja sosial untukmenangani permasalahan WBS.

Page 162: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

tau permasalahannya setelah itukita CC kan untuk mencari jalankeluar dari permasalahannya.Yang hadir di CC ya pekerjasosialnya, psikolognya, petugaswismanya terus perawatnya samaahli agama

5. Apa saja hambatan yangdialami ibu pada saatmenjalankan tugassebagai penanggungjawab wisma ?

Hambatannya apa ya, ya sama ajasih kan saya juga belum lama jadipenanggung jawab wisma, sayabaru setahun lah sebelumnya sayakan di wisma belum jadipenanggung jawab nya jadi karnaSK saya turun ya jadi saya jadipenanggung jawab. Berat juga yatapi ya jalanin aja ya paling kaloada kakek nenek yang bermasalahkadang saya gimana nanganinnya,misalnya kaya berantem gitukadang kakeknya kalo kita tanyadia lebih keras

Belum mengalami hambatankarena baru menjadi penanggungjawab wisma selama 1 tahun.

Page 163: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Psikolog

Nama : Ibu Rika Fitriyana, M. Psi

Tempat : Ruang Konseling

Tanggal : 20 Agustus 2014

Waktu : 14.00-15.30

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : S2

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lama ibubekerja disini ?

Ini tahun kedua sih iya tahun lalutahun 2012

Baru 2 tahun bekerja di PSTW.

2. Apakah ibu ikut sertadalam menanganipermasalahan WBSyang ada di panti ini ?

Iya saya ikut serta dalammenangani permasalahan klien,iya dalam artian membantumemberikan penilaian melakukanassessment kan si psikolog ini.Pekerja sosial bekerja samadengan psikolog dan lain lain yanamanya kita ada di suatu tempatpasti kita akan bekerja sama danpenilaian kan ga dilakukan darisatu profesi aja

Psikolog ikut serta dalammenangani permasalahan lansia danPsikolog memberikan penilaian saatmelakukan assessment.

Page 164: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

3. Bagaimana cara ibudalam menggalipermasalahan yangdialami WBS ?

Biasanya dalam konseling itu kanada tahapan-tahapannya, tahapanawal itu disini kita bina raportdulu kan dengan si klien nantisetelah itu kan tipenya beda-bedaada yang memang dia bisalangsung cerita terbuka tapi adajuga yang tertutup seperti sayabaik-baik aja ko. Karena memangpada umumnya orang maunyaterlihat baik-baik saja. iya kaloassessment klien itu harusberulang-ulang ga bisa cumasekali dan kita harus memastikankonsistensinya, kalo misalnyapertemuan ini dia jawab a nantipertemuan berikutnya dia jawab bterus pertemuan berikutnyakembali lagi jawab a, berdasarkandari pengalaman kalo mulai gakonsisten itu biasanya ada yangdisembunyikan pasti adabohongnya, mungkin memang diaga nyaman untuk cerita ke oranglain, karena kan memang tidakmudah untuk kita menceritakanyang sifatnya pribadi

Psikolog tidak langsungmenanyakan permasalahan kepadaklien karena setiap lansia ituberbeda-beda, ada yang maulangsung terbuka denganmasalahnya dan ada yang tidak mauterbuka. Assessment untukmenggali permasalahan klien ituharus berulang-ulang tidak bisahanya sekali pertemuan saja.

4.. Kerja sama seperti apayang dilakukan ibudalam menggali sertamenanganipermasalahan yangdialami WBS ?

Biasanya kita bentuknya caseconference iya ada CC nya. Jadidisitu peksos, perawat, petugasyang penanggung jawabwismanya terus kepala BIMLUR(Bimbingan dan Penyaluran) nyaitu juga ada, nah disitu kitamembicarakan satu kasus yangpaling urgent nah saya sebagaipsikolog saya memberikanmasukan terhadap yang terkaitdengan thereatment secarapsikologis yang tepat itu sepertiapa, nah peksos melaporkan diadengan lingkungannya seperti apagimana, penanggung jawab yangdi wismanya itu menyampaikaninformasi mengenai perilakuWBS itu apa adanya nah gitu

Psikolog bekerja sama untukmenggali permasalahan kliendengan melakukan CC dan bekerjasama dengan profesi lain.

Page 165: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

permasalahannya apa. Kemudiandari situ kita bahas penanganannaseperti apa bagaimana kitaremukin bareng-bareng gitu.Biasanya seperti itu pada saat CC

5. Strategi apa yangdilakukan ibu untukmenggali permasalahanyang dialami WBS ?

Ya strateginya yang palingpertama si buat dia merasanyaman dulu intinya kitamembina hubungan baik dulupendekatannya yang smooth ajatanyanya tuh jangan langsung tapibuat dia merasa nyaman duludalam artian begini sebelum kitamasuk ke dalam hal-hal yangsifatnya khusus kita tanyakandulu hal-hal yang sifatnya umumgitu, kalo kita langsung nanya keyang sifatnya khusus itu biasanyananti akan agak blocking.Strateginya itu sih ruangannyadibikin nyaman, tempat duduknyanyaman, kerahasiaannya kitajamin gitu. Biasanya sih sepertiitu

Untuk menggali permasalahan klienPsikolog harus bisa membuat klienmerasa nyaman ketika malakukankonseling atau saat menjalaniproses konseling. psikolog tidaklangsung menanyakan kea rah yangsifatnya pribadi atau khusus tetapiPsikolog menanyakan yang sifatnyaumum terlebih dahulu.

6. Apa saja hambatanyang dialami ibuselama bekerja disini ?

Hambatannya ya itu sih sesikonseling yang terbatas karenapenghuninya kan banyak nihheem..yang bermasalah jugabanyak tapi kita punyaketerbatasan waktu karna jadwalkegiatan disini kan udah dibagi-bagi jadi masing-masing udah adaalokasi waktunya. Jadi psikologcuma seminggu dua kali

Hambatan dalam melakukankonseling hanya hambatan denganwaktu saja karena waktu yangdibutuhkan untuk konseling itutidak sedikit tetapi konselingmemerlukan waktu yang panjang.

Page 166: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Perawat

Nama : Ibu Halimah

Tempat : Musholla

Tanggal : 14 November 2014

Waktu : 14.00-15.30

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lama ibubekerja disini ?

Saya baru ya kerja di sini kira-kita 2013 an

Baru bekerja di PSTW sebagaiperawat

2. Nenek kakek di sini

biasanya sakitnya apa

ya ibu ?

Biasanya kalo di sini ya diabetes,suka pusing, pengapuran, rematik.Macem-macem si yang sakitpenyakitnya juga macem-macem,kalo psikotik gitu ya biasanyarutin di kasih obatnya jangansampe putus obat. Kalo putusobat bisa kumat lagi

3. Apakah ibu ikut sertadalam menanganipermasalahan WBSyang ada di panti ini ?

Iya perawat kerja sama denganibu siti kalo untuk nanganinnenek kakek yang ada masalahgitu

Psikolog ikut serta dalammenangani permasalahan lansia danPsikolog memberikan penilaian saatmelakukan assessment.

4. Kerja sama seperti apayang dilakukan ibudalam menggali sertamenanganipermasalahan yangdialami WBS ?

Kerja samanya ya kaya ngadainCC gitu dari masing-masingprofesi untuk nentuin ataumecahin bareng-bareng masalahyang ada sama nenek atau kakek,kaya saya perawat ya sayamenjelaskan nenek kakek dari sisikesehatan atau penyakit gimanaapa harus di rujuk ke rumah sakit

Perawat juga bekerja sama di dalamCC untuk menangani masalahWBS.

Page 167: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

atau di beri obat aja. Tapi selaluada pemeriksaan di klinik pantiuntuk nenek kakek atau ga untuknenek kakek yang ga bisa jalan keklinik ya kita meriksa kewismanya. Terus ngasih obat jugaatau vitamin. Kalo harus di rujukke rumah sakit ya kita cari rumahsakit yang kosong kalo udahketemu baru dah bilang ke ibuSiti untuk minta surat ke rumahsakit.

5. Apa saja hambatanyang dialami ibuselama bekerja disini ?

Hambatannya ya paling Cumangatur nenek kakek buat minumobat teratur terus kaya darimakanan kadang suka tetap adayang di makan padahal udah dibilangin kalo itu ga boleh dimakan nanti kumat lagi, kan sukaada yang beli makanan keluar.Gitu aja si kira-kira

Hambatannya hanya mengaturWBS untuk melakukan apa yang disuruh dan melarang untuk tidakmelakukan yang dilarang

6. Apa saja suka duka

selama bekerja disini ?

Sukanya ya karena ngurusinnenek kakek ya kaya seneng ajaliat mereka masa tuanya ada yangngurusin. Dukanya ya kalo adanenek kakek yang ga nurut ajakalo di suruh minum obat samadilarang makan atau ngelakuinapa tapi tetep dimakan ataungelakuin hal yang dilarang.

Suka nya karena senang melihatWBS ada yang mengurusinya dimasa tuanya. Tidak ada duka itumasuk ke hambatan

Page 168: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Ahli Spiritual

Nama : Bapak Bahrudin S.Ag

Tempat : Musholla PSTW

Tanggal : 14 November 2014

Waktu : 13.45-14.30

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : S1

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lamabapak bekerja disini ?

Saya bekerja membantu nenekkakek sudah lebih dari 3 tahun

Bapak Bahrudin baru 3 tahunmenjadi ahli spiritual di PSTW

2. Setiap hari apa bapakmemberikan bimbinganspiritual kepada nenekkakek ?

Saya hanya datang sepekan 2 kalibiasanya senin siang dan kamispagi

Kegiatan pengajian hanyadilakukan seminggu 2 kali setiaphari senin dan kamis

3. Biasanya bapak

memberikan bimbingan

spiritual seperti apa

untuk nenek kakek ?

Saya datang kepada kakek nenekdalam format majelis taklim yangisinya berdoa bersama, berdzikirberama dan mendalamipemahaman agama. Sesekalimenjawab beberapa pertanyaantentang agama yang kakek nenektanyakan

Bapak memberikan bimbinganspiritual seperti doa bersama,berdzikir dan memberikanpemahaman agama kepada WBS

4. Apakah nenek kakek

ada peningkatan dalam

beribadah setelah

mengikuti kegiatan

spiritual ini ?

Kakek nenek ibadahnya dipengaruhi kondisi tubuhnya danjiwanya, pertama apabila merekayang baik jasmani dan rohaninyamaka dengan mengai merekatambah sabar dan syukurnya.Tapi ya memang sudah udzurmaka hadinya mereka untuk

Ada peningkatan pada WBS setelahmengikuti kegiatan spiritual dalamhal sabar dan bersyukur. Kalauuntuk ibadah karena sudah udzurmaka sulit untuk beribadah dimusholla berjamaah. Kemungkinanberibadah di dalam wisma saja.

Page 169: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

mendapatkan doa namun sudahsulit untuk menambah volumeibadahnya

5. Apakah bapak bekerja

sama dengan pekerja

sosial untuk menangani

permasalahan yang

dialami WBS di panti

ini ?

Ya sama bekerja sama denganpetugas sama ibu Siti untukmenangani masalah kakek nenekdi panti

Ahli spiritual bekerja sama untukmenangani masalah yang ada didalam panti

6. Kerja sama seperti apa

yang dilakukan bapak

dengan pekerja sosial

dalam menangani

permasalahan WBS ?

Ya kaya CC gitu, kaya adaperawat sama ibu psikolog dalammenangani masalah nenek kakek,kerja samanya juga sayamembantu nenek kakek untukmeningkatkan serta memberikanpelajaran tentang agama soalnyakan kalo sudah seperti nenekkakek harus lebih mendekatkandiri kepada Allah kan nenekkakek udah ga banyak yang dikerjain jadi ngisi waktu luangnyadengan ibadah ngaji gitu.

Kerja sama yang dilakukan yaitudengan CC dan ahli spiritualmembantu sekuat tenaga untuk bisamembimbing WBS dalammeningkakan ibadahnya di masasenjanya

7. Apa saja hambatan

yang dialami bapak

pada saat menjalankan

tugas sebagai ahli

spiritual di PSTW ?

Hambatan di dalam panti masalahdisiplin kakek nenek agar bisahadir pada waktu pembinaanrohami, kadang perlu di giringsama petugasnya, dalampenangkapan pesan masalahbahasa juga bisa sedikitmenghambat sampainya pesandakwah kepada kakek nenek.Hambatan lain kadang-kadangpada saat saya kurang sehat atauacara penting yang berbenturandengan bimbingan rohani makasaya tidak hadir membina kakeknenek

Hambatan yang dialami sepertipenyampaian bahasa atau pesandakwah yang tidak bisa ditangkapatau dimengerti dengan para kakeknenekyang bermasalah denganpendengaran atau penglihatan,kakek nenek yang kurang disiplinharus di ajak terlebih dahulu olehpetugas untuk ke Mushollamengikuti kegiatan bimbinganrohani (spiritual)

8. Apa saja suka duka

bapak selama bekerja

disini ?

Saya suka pekerjaan ini karenabekerja di sini saya bisa berbagiilmu walaupun hanya sekedarnya,tidak ada segala duka karena adarasa cinta menjalaninya menjaditak terasa

Page 170: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Klien

Nama : Kakek H

Tempat : Wisma Catylia

Hari/Tanggal : 16 Juli 2014

Waktu : 11.30-12.30

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katolik

Pendidikan : SMA

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lamakakek berada di panti ?

6 tahun masuk sini dari tahun 2008 Kakek H berada di panti sudahlumayan lama.

2. Bagaimana hubungankakek dengan keluarga?

Bae, anak ada 3 (tiga) cowo 2 (dua)cewe 1 (satu) yang gede cewe,sudah menikah. Udah punya cucu 2

Hubungan dengan anak baik

3. Kenapa kakek bisamasuk panti ?

Banyak temen disini kan dirumahsendiri, isteri di Roxy

Kakek H merasa nyaman beradadi panti karena banyak teman

4. Bagaimana hubungankakek dengan temandan petugas di panti ?

Bae, banyak temen Kakek H berhubungan baikdengan petugas dan teman karenakakek H pribadi yang tidak sukamembuat masalah

5. Apa saja pelayananyang kakek terima dipanti ?

Tempat tidur, makan, minum samakamar

Kakek H merasa nyaman karenakebutuhannya terpenuhi sepertimakan, tidur dan lain-lain.

6. Apa yang dirasakankakek setelahmendapatkanpelayanan di panti

Seneng Kakek H senang kerenamendapatkan pelayanan yangsesuai.

7. Kegiatan apa yangkakek ikuti di panti

Semuanya kecuali rabanna karnasaya katolik”

Termasuk aktif karenamengukiuti semua kegiatankecuali rabbana karena kakek Hnon muslim.

Page 171: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

8. Jika kakek memilikikeluarga, apakah kakektidak mau kembalikedalam asuhankeluarga ?

Ga mao (dengan menggelengkankepala)”

Tidak mau untuk kembali padakeluarganya.

9 Apa saja suka dan dukayang kakek rasakanselama di panti ?

Suka nya banyak temen ga adayang marah-marah, dukanya ga ada

Merasa tidak ada yangmemarahinya selama di panti dannayaman karena ramai banyakteman.

10. Apa harapan kakekkedepan?

Ga ada, mau disini aja Sudah tidak punya harapan,hanya mau berada disini tanpakembali kepada keluarganya.

Page 172: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Klien

Nama : Kakek B

Tempat : Wisma Flamboyan

Hari/Tanggal : 11 November 2014

Waktu : 11.00-12.00

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lamakakek berada di panti ?

Wah kakek mah udah lama bangetdah, taun 97 apa ya kalo ga salah

Kakek B sudah sangat lamabedara di panti

2. Bagaimana hubungankakek dengan keluarga?

Ah ga gimana-gimana biasa ajaudah lama di sini jadi biasa aja dah

Tidak memikirkan keluarganya

3. Kenapa kakek bisamasuk panti ?

Di angkut sama mobil Kakek B terkena razia

4. Bagaimana hubungankakek dengan temandan petugas di panti ?

Bae bae aja, kadang suka ceritasama temen terus temen juga sukacerita kalo ada apa-apa sama kakek,sama petugas juga bae-bae aja

Kakek B termasuk orang yangcepat bergaul dengan WBSlainnya

5. Apa saja pelayananyang kakek terima dipanti ?

Pelayanan di sini ya makan, tidur,jalan-jalan banyak dah

Kakek B mendapatkan pelayananyang sesuai

6. Apa yang dirasakankakek setelahmendapatkanpelayanan di panti ?

Seneng bisa ngapain aja di sinibanyak yang ngurusin

Kakek B merasa di panti banyakyang peduli terhadap dirinya

7. Kegiatan apa yangkakek ikuti di panti

Semua kakek ikut. Angklung,senam, panggung gembira

Termasuk aktif karenamengukiuti semua kegiatan

8. Jika kakek memilikikeluarga, apakah kakek

Ga ah di sini aja udah Tidak mau untuk kembali padakeluarganya.

Page 173: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

tidak mau kembalikedalam asuhankeluarga ?

9 Apa saja suka dan dukayang kakek rasakanselama di panti ?

Ga ada dukanya di sini lah seneng-seneng aja kakek mah

Merasa sudah nyaman dan senangberada di panti

10. Apa harapan kakekkedepan?

Sehat aja dah pokonya biar bisaikut kegiatan

Mau tubuhnya selalu diberikankesehatan.

Page 174: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Klien

Nama : Nenek SM

Tempat : Wisma Bougenvill

Tanggal : 10 Juli 2014

Waktu : 14.00-15.00

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lamanenek berada di panti?

Udah dari taun 2012, pokonya nenekdisini udah tiga kali lebaran deh

Nenek S belum lamaberada di panti. Baru 2tahun

2. Bagaimana hubungannenek dengan keluarga?

Ya yang namanya sama keluarga ya baelah tapi nenek udah ga mao lagi tinggaldisana, Cuma sakit hati aja.

Hubungan dengan keluargabaik tetapi tidak mautinggal dengan keluargakare masih sakit hati.

3. Kenapa nenek bisamasuk panti ?

ini keinginn nenek sendiri (denganmenunjuk dirinya sendiri), nenek ngurussendiri buat masuk sini. Pertama nenekdulu pernah liat tipi jaman dulu ada pantididalemnya orang kaya nenek rambutnyapada putih nenek mikir kayanya enak tuhdisitu akhirnya nenek masuk panti, tapidisini beda bagusan di tipi pantinyakayanya si yang bayar tapi nenek jugasuka disini juga udah bagus.

Keinginan sendiri karenamerasa hidup di panti ituenak pelayanannya.

4. Bagaimana hubungannenek dengan temandan petugas di panti ?

Temen ya kalo ada kalanya enak ada jugaga enak, salah paham mah wajar namanyajuga manusia selisih paham wajar, kaloada yang berulah ya bilangin aja. Siapajuga si yang mau begitu. Kalo samapetugas bae bae aja enak ga ada apa-apa

Hubungan dengan temanbaik, nenek S tidak pernahmembuat masalah apabilaada temannya yangmembuat masalah nenek Smenasehatinya. Hubungan

Page 175: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

biasa aja nenek mah dengan petugas biasa saja.5. Apa saja pelayanan

yang nenek terima dipanti ?

Disini dapet makan tiga kali sehari terusobat-obatan kalo nenek sakit, pokonyasemuanya dah. Minum makan tidurpokonya banyak dah. Ada dokter jugakalo sakit ada yang ngasih makanan juga”.

Nenek S merasa nayamanmendapatkan playanan diPSTW karena sesuaidengan yang dituhukannya.

6. Apa yang dirasakannenek setelahmendapatkanpelayanan di panti

Senenglah yang namanya diurusin yaseneng, udah gratis disini diurusin jugasemuanya. Makan gratis, tidur gratis,mandi gratis hehe (dengan tertawa).Makan ga bayar pokonya enak nikmatinaja disini bersyukur aja. Senenglah tapi yabegitu namanya disini ya harus terimakalo mau ngeluh ya ngeluh sama siapa,apa yang mao dieluhin terus siapa yangmao kita eluhin”.

Merasa senang karena dimasa tua nya ada yangmengurusi semua yangdibutuhkan nenek S.

7. Kegiatan apa yangnenek ikuti di panti ?

Nenek semuanya ikut angklung, rebana,senam yaudah lah segitu aja cape janganditambah lagi kegiatannya. Pengajiansetengah jam aja. Nenek ikut semuasoalnya nenek bisa jalan jadi kalo ga ikutnanti petugas pada cerocos cerosos(dengan meragakan tangannya sepertimulut)”.

Nenek ikut semua kegiatanyang ada di panti karenatidak mau di omongindengan petugas.

8. Jika nenek memilikikeluarga, apakahnenek tidak maukembali kedalamasuhan keluarga ?

Ga ah (dengan wajah sinis) disini aja.Sampe meninggal disini pokonya ga maotinggal sama anak sama mantu. Soalnyaga cocok sama mantu udah sakit hati(dengan wajah marah) jadi mending disiniudah mau disini pokonya nenek sampemeninggal

Nenek S sedikit emosiketika penliti menanyakanini karena nenek S masihsakit hati dan tidak maukembali pada keluarganyasmpai kapanpun itu danmau sampai meninggalberada di panti.

9. Apa saja suka danduka yang nenekrasakan selama dipanti ?

Ga ada dukanya disini dah pokonya,nenek juga ga pernah bikin gara-gara jadinenek biasa aja ga gimana-gimana juga

Nenek merasa nyamanberada di panti karenanenek S menjalanikesehariannya dengan baiktidak dengan membuatmasalah.

10. Bagaimana harapannenek kedepannya ?

Harapan ya ga ada harapan apa-apa cumamao ibadah aja disni, abis mao ngapainlagi kita udah tua begini ya kan

Nenek S hanya maumendekatkan dirinyakepada Allah denganberibadah karena nenek Ssadar usianya sudah lanut.

Page 176: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Klien

Nama : Nenek P

Tempat : Wisma Asoka

Tanggal : 12 November 2014

Waktu : 13.00-14.15

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : SD

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lama nenekberada di panti ?

Yah nenek lupa dari kapan di sini Nenek P lupa sejak kapanberada di panti

2. Bagaimana hubungannenek dengan keluarga ?

Sama keluarga mah nenek bae-baeaja

Hubungan dengan keluarganyabaik-baik saja

3. Kenapa nenek bisamasuk panti ?

Dimasukin sama tetangga nenekke sini

Di urus dengan tetangganyauntuk masuk ke PSTW

4. Bagaimana hubungannenek dengan teman danpetugas di panti ?

Sama petugas ya bae lah kalosama temen ya kalo dia bae samanenek ya nenek juga bae sama dia.Ya begitu dah

Hubungan dengan petugas danhubungan dengan teman biasasaja tergantung penerimaanterhadap dirinya

5. Apa saja pelayanan yangnenek terima di panti ?

Di sini nenek di urusin makannyasama laen-laennya

Merasa nayaman mendapatkanplayanan di PSTW karena adayang mengurusinya

6. Apa yang dirasakannenek setelahmendapatkan pelayanandi panti ?

Bahagia banget nenek mah orangapa yang nenek butuhanin disiniada di urusin dah.

Merasa senang karena di masatua nya ada yang mengurusisemua yang dibutuhkan nenek P

7. Kegiatan apa yang nenekikuti di panti ?

Nenek ikut kegiatan ko kalo ngajijuga

Nenek ikut kegiatan spiritual

Page 177: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

8. Jika nenek memilikikeluarga, apakah nenektidak mau kembalikedalam asuhan keluarga?

Di sini aja suami nenek juga udahga ada

Nenek mau hidup di dalampanti saja karena sudah tidakada pasangan hidupnya

9. Apa saja suka dan dukayang nenek rasakanselama di panti ?

Seneng seneng aja di sini nenek Sudah bisa menerimakeadaannya untuk berada dipanti

10. Bagaimana harapannenek kedepannya ?

Harapan apa ya, ya begini aja jugaudah syukur

Mensyukuri dan sudahmenerima permasalahan yang dialaminya

Page 178: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

PADATAN WAWANCARA

MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA di PANTI SOSIAL TRESNAWERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG JAKARTA TIMUR

Informan : Klien

Nama : Nenek ST

Tempat : Wisma Cempaka

Tanggal : 13 November 2014

Waktu : 11.00-12.20

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Tidak Sekolah

No. Pertanyaan Jawaban Kesimpulan

1. Sudah berapa lamanenek berada di panti?

Dari tahun 2012 nenek di sini Nenek S belum lamaberada di panti. Baru 2tahun

2. Bagaimana hubungannenek dengan keluarga?

Bae-bae aja anak nenek sering kesini tuhyang dari Ciputat sama Tanjung Priuk

Hubungan dengan keluargabaik karena anaknya seringmenjenguknya di panti

3. Kenapa nenek bisamasuk panti ?

Nenek kan korban gunung merapi. Nenekdi taro di PUM abis itu nenek udahmendingan ya nenek di taro di sini. Kalotinggal sama anak nenek kasian nenek gamao ngebebanin mereka

Nenek masuk PSTWkarena kiriman dari PUM(Panti Usada Mulya)

4. Bagaimana hubungannenek dengan temandan petugas di panti ?

Sama temen si bae ya apalagi samapetugas ya bae kan nenek udah di urusindi sini

Hubungan dengan temanbaik

5. Apa saja pelayananyang nenek terima dipanti ?

Ya itu tadi nenek dapet makan di siniterus nenek juga di urusin, nenek kan sakitjadi di sini di obtain di kasih obat

Nenek ST mendapatkanpelayanan yang baik dariPSTW

6. Apa yang dirasakannenek setelahmendapatkan

Seneng nenek udah di urusin samapetugasnya

Merasa senang karena adayang mengurusi dirinya

Page 179: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

pelayanan di panti ?7. Kegiatan apa yang

nenek ikuti di panti ?Panggung gembira nenek ikut soalnyanenek waktu muda suka nyanyi hehe…

Nenek ikut kegiatanpanggung gembira

8. Jika nenek memilikikeluarga, apakahnenek tidak maukembali kedalamasuhan keluarga ?

Ga ah di sini aja ga apa-apa nenek ga maobebanin mereka anak-anak nenek

Nenek lebih memilih hidupdi panti karena tidak maumembebani anak-anaknya

9. Apa saja suka danduka yang nenekrasakan selama dipanti ?

Kadang betah kadang ga nenek disini,nenek betah di sini soalnya makananselalu ada tanpa nenek harus takut gadapet makan atau ga usah mikirin makanlagi di sini udah di sediain

Nenek terkadangmerasakan betah danterkadang merasakan tidakbetah di panti

10. Bagaimana harapannenek kedepannya ?

Nenek mao anak nenek jengukin nenekterus di sini kalo nenek lagi kangen samadia

Nenek ST hanya mau dijenguk anak-anaknya.Walaupun tidak hidupbersama tetapi nenek mauanaknya menjenguk nenekdi panti

Page 180: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

DOKUMENTASI PENELITI SAAT MELAKUKAN PENELITIAN DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 1 CIPAYUNG

JAKARTA TIMUR

Gambar 1.1

(Gambar 1.1: Peneliti melakukan wawancara dengan pekerja sosial ibu SitiFathonah, S.Sos yang berperan sebagai manajer kasus di Panti Sosial Tresna Werdha(PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung Jakarta Timur. Peneliti mewawancarai pekerja sosialuntuk mengetahui secara detail tahapan manajemen kasus permasalahan lansia didalam panti).

Gambar 1.2

(Gambar 1.2: Peneliti mewawancarai ibu Dian Evayanti yang berperansebagai penanggung jawab wisma. Salah satu yang ingin peneliti ketahui saatmelakukan wawancara ini yaitu permasalahan apa yang sering terjadi di dalam wismaserta kerja sama seperti apa yang dilakukan penanggung jawab wisma denganmanajer kasus saat menangani permasalahan yang terjadi pada WBS di PSTW).

Page 181: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

Gambar 1.3

(Gambar 1.3: Peneliti mengikuti proses konseling yang dilakukan ibu RikaFitriyana, M. Psi selaku psikolog di PSTW dengan salah satu lansia di panti. Penelitimengikuti proses ini untuk mengetahui bagaimana psikolog memberikan penilaianatau melakukan assessment terhadap klien. Setelah psikolog selesai melakukankonseling dengan klien kemudian peneliti mewawancarai psikolog mengenai kerjasama yang dilakukan psikolog dengan pekerja sosial untuk menangani permasalahanlansia yang ada di panti).

Gambar 1.4

(Gambar 1.4: Ibu Siti Fathonah, S.Sos selaku Pekerja Sosial yang berperansebagai manajer kasus di PSTW melakukan konseling individu dengan klien).

Gambar 1.5

Gambar 1.3

(Gambar 1.3: Peneliti mengikuti proses konseling yang dilakukan ibu RikaFitriyana, M. Psi selaku psikolog di PSTW dengan salah satu lansia di panti. Penelitimengikuti proses ini untuk mengetahui bagaimana psikolog memberikan penilaianatau melakukan assessment terhadap klien. Setelah psikolog selesai melakukankonseling dengan klien kemudian peneliti mewawancarai psikolog mengenai kerjasama yang dilakukan psikolog dengan pekerja sosial untuk menangani permasalahanlansia yang ada di panti).

Gambar 1.4

(Gambar 1.4: Ibu Siti Fathonah, S.Sos selaku Pekerja Sosial yang berperansebagai manajer kasus di PSTW melakukan konseling individu dengan klien).

Gambar 1.5

Gambar 1.3

(Gambar 1.3: Peneliti mengikuti proses konseling yang dilakukan ibu RikaFitriyana, M. Psi selaku psikolog di PSTW dengan salah satu lansia di panti. Penelitimengikuti proses ini untuk mengetahui bagaimana psikolog memberikan penilaianatau melakukan assessment terhadap klien. Setelah psikolog selesai melakukankonseling dengan klien kemudian peneliti mewawancarai psikolog mengenai kerjasama yang dilakukan psikolog dengan pekerja sosial untuk menangani permasalahanlansia yang ada di panti).

Gambar 1.4

(Gambar 1.4: Ibu Siti Fathonah, S.Sos selaku Pekerja Sosial yang berperansebagai manajer kasus di PSTW melakukan konseling individu dengan klien).

Gambar 1.5

Page 182: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

(Gambar 1.5: Pekerja Sosia meakukan Home Visit ke rumah salah satu WBSyang berada di Panti, karena WBS masih memiliki keluarga maka pekerja sosial maumengembalikan WBS kepada keluarganya tetapi pekerja sosial melakukan HomeVisit terlebih dahulu apakah WBS merasa nyaman, tentram apabila kembali kepadakeluarga. Pekerja sosial bisa tau apakah klien nyaman, tentram tinggal bersamakeluarga dengan mengidentifikasi kondisi sosial dan kondisi ekonomi dengan caramelakukan Home Visit.

Gambar 1.6

(Gambar 1.6 Peneliti melihat serta mengikuti program Indonesia mendengarmembantu lansia keluar dari hidup sunyi yang dilakukan oleh para terapis ataupundokter. Kegiatan ini termasuk ke dalam manajemen kasus karena pekerja sosialmenghubungkan klien dengan yang dibuthkan klen serta klien yang bermasalahdengan pendengaran diberikan alat bantu dengar dari dokter tersebut secara gratis.

Gambar 1.7

(Gambar 1.7: Kegiatan ini dilakukan oleh rumah vaksinasi, sebelumnyapekerja sosial mengajukan prosposal kepada rumah vaksinasi untuk memberikanvaksin serta pemeriksaan tensi dan lain-lain kepada pada WBS di PSTW. Kegiatan inijuga termasuk kedalam manajemen kasus karena pekerja sosial berusaha membuatpara lansia yang tinggal di panti ini mendapatkan pelayanan yang baik denganmemberikan sesuai yang dibutuhkan lansia).

Page 183: MANAJEMEN KASUS PERMASALAHAN LANJUT USIA DI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26600/1/FIFI... · Manajemen Kasus Permasalahan Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna

Gambar 1.8

(Gambar 1.8 Kegiatan di atas adalah semua kegiatan yang membuat para WBS diPSTW berfungsi kembali atau menjadikan WBS di hari tuanya bermanfaat merasakanketentraman lahir dan batin dengan segala kegiatan ataupun hiburan yang ada dipanti. PSTW juga memberikan bimbingan individu maupun bimbingan kelompokkepada para WBS, kegiatan ini juga salah satu cara untuk mengassesmen klien).