Upload
rdhuha
View
157
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
manajemen strategi
Citation preview
MANAJEMEN STRATEGI
Implementasi Strategi: Isu Manajemen dan Operasi
Oleh :
Kanya Nindita
Putri Rizki Damanik
Ike Cindya
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
MEI 2012
HAKIKAT IMPLEMENTASI STRATEGI
Perumusan strategi yang sukses tidak menjamin implementasi strategi yang
sukses. Meskipun hubungan, implementasi strategi secara fundamental berbeda
dengan perumusan strategi. Formulasi strategi dan implementasi dapat dibedakan
berdasarkan hal-hal berikut ini:
Perumusan strategi adalah memposisikan kekuatan sebelum dilakukan
tindakan.
Implementasi strategi adalah mengelola kekuatan yang mengelola semua
hal selama tindakan dijalankan
Perumusan strategi berfokus pada efektivitas
Implementasi strategi berfokus pada efisiensi
Perumusan strategi terutama adalah proses intelektual
Perumusan strategi membutuhkan keahlian intuitif dan analisis yang baik
Implementasi strategi membutuhkan motivasi khusus dan keahlian
kepemimpinan
Perumusan strategi membutuhkan koordinasi diantara beberapa individu
Implementasi strategi membutuhkan koordinasi diantara banyak individu
Konsep dan alat perumusan strategi tidak berbeda secara signifikan. Namun,
implementasi strategi berbeda secara signifikan berdasarkan tipe dan ukuran
organisasi.
Perspektif Manajemen
Dalam semua organisasi, kecuali yang terkecil, transisi dari perumusan
strategi ke implementasi strategi membutuhkan perpindahan tanggung jawab dari
para penyusun strategi ke manajer division dan fungsional. Masalah dalam
implementasi dapat timbul karena perpindahan tanggung jawab ini, khususnya
jika keputusan perumusan strategi tidak diantisipasi sebelumnya oleh manajer
tingkat menengah dan tingkat bawah.
Isu-isu manajemen seputar implementasi strategi meliputi menyusun tujuan
tahunan, membuat kebijakan, mengalokasikan sumber daya, mengubah struktur
organisasi yang ada, restrukturisasi dan desain ulang, merevisi rencana insentif
dan pemberian imbalan kepada karyawan, meminimalkan resitensi terhadap
perubahan, menyelaraskan manajer dengan strategi, mengembangkan budaya
yang mendukung strategi, mengadaptasikan proses produksi/operasi,
mengembangkan fungsi sumber daya manusia yang efektif dan, jika perlu,
melakukan penyusutan ukuran perusahaan.
Manajer dan karyawan dalam organisasi harus berpartisipasi segera dan
langsung dalam keputusan implementasi strategi. Peran mereka dalam
implementasi strategi harus dibangun dengan keterlibatan mereka dalam aktivitas
perumusan strategi. Alur komunikasi dari atas ke bawah sangat penting dalam
mengembangkan dukungan dari bawah ke atas tersebut.
Tujuan Tahunan
Membuat tujuan tahunan adalah aktivitas yang terdesentralisasi yang
melibatkan seluruh manajer yang ada di organisasi secara langsung. Tujuan
tahunan sangat essensial bagi implementasi strategi karena mereka (1)
menunjukkan dasar pengalokasian sumber daya; (2) merupakan mekanisme utama
untuk mengevaluasi para manajer; (3) merupakan instrumen utama untuk
memonitor kemajuan dalam mencapai tujuan jangka panjang; dan (4) membuat
prioritas division dan departemental dalam organisasi. Manfaat dari tujuan
tahunan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tujuan tahunan merupakan panduan bagi tindakan, arahan dan penyaluran
usaha dan aktivitas dari anggota organisasi. Tujuan tahunan memberikan
sumber legitimasi dalam perusahaan sebagai alat justifikasi di depan pemilik
kepentingan (stakeholder). Tujuan tahunan merupakan standar kinerja.
Tujuan tahunan merupakan sumber penting bagi motivasi dan identifikasi
karyawan. Tujuan tahunan memberikan insentif bagi manajer dan karyawan
atas kinerja mereka. Tujuan tahunan memberikan dasar bagi desain
organisasi.
Tujuan harus konsisten di semua tingkat Hierarki dan membentuk jaringan
yang mendukung pencapaian tujuan. Konsistensi horizontal dari tujuan adalah
sama pentingnya dengan konsistensi vertikal dari tujuan.
Tujuan tahunan harus bisa diukur, konsisten, beralasan, menantang, jelas,
dikomunikasikan ke seluruh organisasi, memiliki karakter yang disesuaikan
dengan dimensi waktu, dan dilengkapi dengan bentuk penghargaan dan sanksi.
Tujuan harus menyatakan jumlah, kualitas, biaya dan waktu dan juga bisa
diverifikasi.
Tujuan tahunan yang jelas tidak menjamin implementasi strategi menjadi
sukses, namun ia meningkatkan kemungkinan tujuan seseorang dan organisasi
bisa tercapai.
Kebijakan
Kebijakan mengacu pada panduan spesifik, metode, prosedur, aturan,
formulir, dan praktik administrasi yang dibuat untuk mendukung dan mendorong
pekerjaan melalui tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan merupakan instrumen
dari implementasi strategi.
Kebijakan tersebut memungkinkan karyawan dan manajer memahami apa
yang diharapkan dari mereka, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa
strategi akan diimplementasikan secara sukses.
Beberapa contoh isu-isu yang mungkin membutuhkan kebijakan manajemen
adalah sebagai berikut:
Untuk memberikan lokakarya dan seminar untuk pengembangan
manajemen secara berkelanjutan atau secara terbatas
Untuk memusatkan atau mendesentralisasi aktivitas pelatihan karyawan
Untuk Merekrut melalui agen karyawan, kampus, dan/atau surat kabar
Untuk mempromosikan dari dalam atau Merekrut dari luar
Untuk mempromosikan berdasarkan prestasi atau senioritas
Untuk mengaitkan kompensasi eksekutif dengan tujuan jangka panjang
atau tahunan
Untuk menawarkan imbalan yang besar atau sedikit untuk karyawan
Untuk bernegosiasi secara langsung atau tidak langsung dengan serikat
pekerja
Untuk Mendelegasikan kewenangan atas pengeluaran yang besar atau
tetap mempertahankan kewenangan ini secara terpusat
Untuk mengizinkan waktu lembur yang banyak, sedikit, atau tidak ada
sama sekali
Untuk menetapkan stok persediaan yang tinggi atau rendah
Untuk menggunakan satu pemasok atau lebih dari satu
Untuk membeli, menyewa, atau meminjam peralatan produksi baru
Untuk melakukan kontrol kualitas secara ketat atau tidak
Untuk membuat standar produksi yang banyak atau sedikit
Untuk mengoperasikan satu, dua, atau tiga giliran kerja (shift)
Untuk mencegah penggunaan informasi internal bagi kepentingan pribadi
Untuk mencegah pelecehan seksual
Untuk mencegah aktivitas merokok di tempat kerja
Untuk mencegah insider trading
Untuk mencegah moonlighting
Alokasi Sumber Daya
Alokasi sumber daya (resource allocation) adalah aktivitas sentral dalam
manajemen yang memungkinkan eksekusi terhadap strategi. Tidak ada yang lebih
mengancam manajemen strategi dan kesuksesan organisasi dibandingkan alokasi
sumber daya yang tidak konsisten dengan prioritas yang ada dalam tujuan
tahunan.
Beberapa faktor dapat menghambat alokasi sumber daya yang efektif,
termasuk proteksi terhadap sumber daya tertentu secara berlebihan, terlalu
menekankan pada kriteria keuangan jangka pendek, politik organisasi, target
strategi yang kurang jelas, tidak berani mengambil resiko, dan kekurangan
pengetahuan yang dibutuhkan.
Alokasi sumber daya yang efektif tidak menjamin implementasi strategi
yang sukses karena program, personel, kontrol, dan komitmen harus terserap
dalam sumber daya yang disediakan. Manajemen strategi itu sendiri terkadang
dilihat sebagai “proses alokasi sumber daya”.
Mengelola Konflik
Konflik (conflict) dapat didefinisikan sebagai suatu ketidaksepakatan antara
dua pihak atau lebih dalam suatu isu atau beberapa isu.
Konflik tidak selalu buruk. Tidak adanya konflik merupakan sinyal
terjadinya apatisme dan indiferen. Konflik dapat dijadikan alat untuk mendorong
kelompok yang berhadapan untuk bertindak dan mungkin membantu manajer
mengindektifikasi masalah.
Pendekatan dalam mengelola dan menyelesaikan konflik diklasifikasikan
dalam tiga kategori:
1. Penghindaran (avoidance) merupakan tindakan mengabaikan masalah dengan
harapan konflik dapat selesai dengan sendirinya atau secara fisik memisahkan
individu-individu (kelompok) yang berkonflik.
2. Penyatuan (defision) termasuk menyingkirkan perbedaan antar-pihak yang
berkonflik dan disaat bersamaan menekankan kesamaan dan kepentingan
bersama, berkompromi sehingga tidak ada pihak yang merasa dikalahkan atau
dimenangkan, mengalahkan pada aturan mayoritas, menarik perhatian otoritas
yang lebih tinggi, dan mendesain ulang posisi saat ini
3. Konfrontasi (confrontation) bisa disederhanakan dengan saling bertukar
anggota antar-pihak yang berkonflik sehingga masing-masing akan mengerti
sudut pandang pihak lain, atau melakukan pertemuan dimana masing-masing
pihak mempresentasikan pandangan mereka dan bekerja dengan perbedaan
yang ada.
Menyesuaikan Struktur Dengan Strategi
Perubahan dalam strategi membutuhkan perubahan struktur organisasi
karena dua alasan utama. Pertama, struktur secara luas menunjukkan bagaimana
tujuan dan kebijakan dibuat. Kedua, karena struktur menunjukkan bagaimana
sumber daya akan dialokasikan.
Perubahan dalam strategi membawa pada perubahan dalam struktur
organisasi. Struktur harus dirancang untuk memfasilitasi tujuan strategi dari
perusahaan dan dengan demikian, mengikuti strategi yang ditetapkan.
Perusahaan kecil cenderung untuk membuat struktur yang fungsional
(terpusat). Perusahaan besar cenderung menggunakan struktur matriks atau unit
bisnis strategi (strategic business unit - SBU) seiring pertumbuhan organisasi
struktural mereka biasanya berubah dari struktur yang sederhana menjadi
kompleks sebagai hasil dari penggabungan, atau penyatuan beberapa strategi
dasar menjadi satu kesatuan.
Ketika perusahaan mengubah strateginya, struktur organisasi yang telah ada
dapat menjadi tidak efektif. Gejala dari struktur organisasi yang tidak efektif
meliputi terlalu banyaknya tingkat manajemen, terlalu banyak pertemuan yang
dihadiri oleh terlalu banyak orang, terlalu banyak perhatian yang diarahkan
pemecahan konflik antardepartemen, lingkup kendali yang terlalu luas dan terlalu
banyak tujuan yang tidak tercapai.
Struktur dapat membentuk pilihan atas strategi. Namun yang lebih penting
diperhatikan adalah menentukan tipe perubahan struktural yang dibutuhkan untuk
menerapkan strategi baru dan bagaimana perubahan tersebut dapat dicapai. Kita
memperhatikan isu ini dengan berfokus pada tujuh tipe dasar dari struktur
organisasi.
1. Struktur Fungsional
Struktur ini paling sederhana dan paling murah dari tujuh alternatif
lainnya. Struktur fungsional (functional structure) mengelompokkan tugas dan
aktivitas berdasarkan fungsi bisnis, seperti produksi/operasi, pemasaran,
keuangan/akuntansi, litbang, dan sistem informasi manajemen. Beberapa
kelemahan dari struktur fungsional adalah ia menuntut adanya Akuntabilitas
dari manajemen tingkat atas, meminimalkan peluang pengembangan karier,
dan terkadang diasosiasikan dengan moral karyawan yang rendah, konflik
lini/staf, delegasi wewenang yang lemah, dan perencanaan pasar dan produk
yang kurang memadai
2. Struktur Divisional
Struktur divisional (divisional structure) atau struktur desentralisasi
(desentralized structure) tipe kedua yang paling banyak digunakan di dunia
bisnis AS. Beberapa bentuk dari struktur divisional umumnya dibutuhkan
untuk memotivasi karyawan, mengendalikan operasi, dan meraih kesuksesan
dalam bersaing di lokasi yang majemuk. Struktur divisional dapat disusun
dalam salah sati dari empat cara: berdasarkan area geografis, berdasarkan
produk atau jasa, berdasarkan konsumen, atau berdasarkan proses. Dengan
struktur divisional, aktivitas fungsional dikerjakan baik secara terpusat
maupun terpisah dalam setiap divisi.
Struktur divisional memiliki beberapa keuntungan. Pertama Akuntabilitas
menjadi jelas sehingga manajer divisional dapat diminta tanggung jawab atas
penjualan dan tingkat keuntungan. Kedua, menciptakan peluang
pengembangan karier bagi manajer, memungkinkan kontrol lokal dari suatu
situasi, mengarahkan organisasi pada iklim kompetisi, dan memungkinkan
bisnis dan produk baru ditambahkan dengan mudah.
Keterbatasan yang paling penting adalah struktur divisional sangat
mahal, untuk beberapa alasan tertentu. Pertama, tiap divisi membutuhkan
spesialis fungsional yang harus dibayar. Kedua, terdapat duplikasi layanan
staf, fasilitas, dan personel. Ketiga, manajer harus bagus dan memenuhi syarat
karena desain divisional menuntut pendelegasian wewenang; individu yang
memenuhi syarat memerlukan gaji yang lebih tinggi. Namun demikian, bagi
hampir seluruh perusahaan besar dan banyak perusahaan kecil, keuntungan
struktur divisional melebihi potensi keterbatasan yang dimilikinya.
Struktur divisional berdasarkan area geografis (devisional structure
by geographic area), sesuai bagi organisasi yang strateginya harus disesuaikan
agar cocok dengan kebutuhan dan karakteristik konsumen di area geografi
yang berbeda. Tipe struktur ini dapat disesuaikan bagi organisasi yang
memiliki fasilitas kantor cabang yang berlokasi di area yang luas.
Struktur divisional berdasarkan produk atau jasa (devisional
structure by product or service) paling efektif menerapkan strategi ketika
produk atau jasa yang spesifik memerlukan penekanan khusus. Tipe struktur
ini banyak digunakan ketika organisasi menawarkan sedikit produk atau jasa,
atau ketika produk atau jasa organisasi berbeda secara substansial. Struktur
divisional memungkinkan kontrol yang ketat dan perhatian pada lini produk,
namun ia juga memerlukan kekuatan manajemen yang memiliki keahlian lebih
dan mengurangi kendali manajemen dari atas.
Ketika beberapa konsumen utama memiliki tingkat kepentingan yang
tinggi dan terdapat berbagai layanan yang disediakan untuk konsumen
tersebut, maka struktur divisional berdasarkan konsumen (divisional
structure by customer) bisa menjadi cara paling efektif untuk menerapkan
strategi. Struktur ini memungkinkan organisasi untuk memberikan secara
efektif syarat yang dibutuhkan kelompok konsumen.
Struktur divisional berdasarkan proses (divisional structure by
process) adalah serupa dengan struktur fungsional, karena aktivitas dilakukan
berdasarkan bagaimana pekerjaan dilakukan. Namun demikian, perbedaan
utama antara dua desain ini adalah bahwa departemen fungsional tidak bisa
bertanggung jawab atas keuntungan dan pendapatan, sedangkan struktur
divisional dievaluasi berdasarkan kriteria tersebut.
Struktur Strategic Business Unit (SBU)
Struktur SBU mengelompokkan divisi-divisi yang sama ke dalam unit bisnis
strategi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab untuk setiap unit
kepada eksekutif senior yang melapor secara langsung pada CEO. Perubahan
dalam struktur dapat memfasilitasi implementasi strategi dengan cara
meningkatkan koordinasi antardivisi yang sama dan menghubungkan
Akuntabilitas ke unit bisnis yang berbeda.
Dua kelemahan suatu struktur SBU adalah bahwa ia memerlukan tambahan
lapisan manajemen, yang mengakibatkan meningkatnya pengeluaran gaji, dan
peran dari wakil presiden untuk grup tersebut menjadi kurang jelas. Namun
demikian, keterbatasan ini tidak mengecilkan keuntungan dari SBU berupa
meningkatnya koordinasi dan Akuntabilitas.
Struktur Matriks
Struktur mariks (matrix structure) adalah yang paling kompleks dari
semua desain yang ada karena ia bergantung pad alur kewenangan dan
komunikasi vertikal maupun horizontal (sehingga disebut matriks). Sebaliknya,
struktur fungsional dan divisional terutama bergantung pada alur kewenangan dan
komunikasi secara vertikal saja.
Meski kompleks, struktur matriks digunakan secara luas dalam banyak
industri termasuk konstruksi, kesehatan, riset, dan pertahanan. Beberapa
keuntungan dari struktur matriks adalah tujuan proyek yang jelas, terdapat banyak
saluran komunikasi karyawan dapat melihat dari pekerjaan mereka, dan
penghentian proyek dapat dilakukan relatif lebih mudah.
Untuk membuat struktur matriks menjadi efektif, organisasi membutuhkan
perencanaan partisipatif, pelatihan, saling memahami peran dan tanggung jawab
secara jelas, komunikasi internal yang baik, serta saling mempercayai dan
meyakini satu sama lain.
RESTRUKTURISASI, REENGINEERING DAN E-ENGINEERING
Restrukturisasi atau juga disebut pengurangan (downsizing), rightsizing,
atau penghilangan lapisan (delayering) adalah mengurangi ukuran perusahaan
dalam artian jumlah karyawan, jumlah divisi atau unit, dan tingkat Hierarki dalam
struktur organisasi perusahaan. Pengurangan ukuran ini dimaksudkan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas. Restrukturisasi berpihak pada kepentingan
pemegang saham dari pada kepentingan karyawan.
Sebaliknya, reengineering lebih memihak kepentingan karyawan dan
konsumen dibanding pemegang saham. Reengineering disebut juga manajemen
proses, inovasi proses, dan desain ulang proses meliputi konfigurasi ulang atau
desain ulang pekerjaan, tugas, dan proses-proses untuk tujuan meningkatkan
biaya, kualitas, layanan, dan kecepatan. Reengineering biasanya tidak
mempengaruhi struktur atau bagan organisasi, ataupun mengakibatkan pemacetan
atau kehilangan pekerjaan. Di saat restrukturisasi berkaitan dengan pengurangan
atau penambahan, penciutan atau pembesaran, serta pemindahan departemen dan
divisi dalam organisasi, fokus dari reengineering adalah mengubah cara kerja
yang telah ada sebelumnya.
Reengineering ditandai dengan banyaknya keputusan taktis (jangka pendek,
mempengaruhi fungsi bisnis yang spesifik), sementara restrukturisasi ditandai
oleh keputusan strategis (jangka panjang, mempengaruhi semua fungsi bisnis).
Restrukturisasi
Perusahaan terkadang melakukan restrukturisasi ketika beberapa rasio
tampak tidak sesuai harapan, dibandingkan dengan yang dimiliki pesaing setelah
kita melakukan benchmarking. Benchmarking merupakan cara untuk
membandingkan perusahaan dengan perusahaan terbaik yang ada di industri
dalam kriteria kinerja yang luas. Beberapa rasio benchmarking biasanya dipakai
untuk merasionalkan keputusan melakukan restrukturisasi diantaranya adalah
perbandingan-volume-penjualan (headcount to sales), atau staf perusahaan
dengan karyawan operasional (corporate staff to operating employees), atau
bentuk lingkup kendali (span of control).
Manfaat utama dari restrukturisasi adalah pengurangi biaya. Pada beberapa
perusahaan yang sangat birokratis, restrukturisasi bisa menyelamatkan perusahaan
dari persaingan global dan keruntuhan. Namun sisi lemah dari restrukturisasi
adalah dapat mengurangi komitmen karyawan, kreativitas dan inovasi yang
mengiringi ketidakpastian dan trauma yang berhubungan dengan penundaan dan
pemecatan karyawan yang sesungguhnya.
Rekayasa Ulang (Reengineering)
Alasan bagi suatu perusahaan untuk melakukan rekayasa ulang
(reengineering) adalah sebagai berikut: Banyak perusahaan yang secara historis
diorganisasikan secara vertikal berdasarkan fungsi bisnis. Pengaturan ini
mengakibatkan pola pikir yang berdasarkan fungsi bisnis oleh manajer dan
karyawan daripada pola pikir yang memikirkan pelayanan pelanggan, kualitas
produk, atau kinerja organisasi secara keseluruhan. Logikanya adalah bahwa
semua perusahaan cenderung untuk lebih birokratis seiring berjalannya waktu.
Dalam reengineering, perusahaan menggunakan teknologi informasi untuk
memecahkan halangan fungsional dan menciptakan sistem kerja berdasar pada
proses bisnis, produk, atau output daripada fungsi atau input. Landasan bagi
reengineering adalah desentralisasi, interependensi yang berulang, dan
penyebaran informasi.
MENGAITKAN KINERJA DENGAN STRATEGI PENGGAJIAN
Sebagian besar perusahaan melakukan beberapa bentuk pembayaran
berdasarkan kinerja karyawan dan manajer selain eksekutif puncak. Rata-rata
bonus kinerja karyawan adalah 6,8 persen dari gaji bagi kinerja individu, 5,5
persen pembayaran untuk produktivitas grup, dan 6,4 persen dari pembayaran
untuk profit seluruh perusahaan.
Pembagian keuntungan (profit sharing) adalah bentuk insentif kompensasi
yang banyak digunakan. Lebih dari 30 persen perusahaan Amerika memiliki
rencana pembagian keuntungan, namun terdapat kritik yang menekankan pada
terlalu banyaknya faktor yang mempengaruhi keuntungan untuk bisa menjadi
kriteria yang baik. Sebagai contoh, pajak, perumusan harga, atau suatu akuisisi
bisa menggerogoti keuntungan. Selain itu, perusahaan mencoba meminimalkan
keuntungan untuk mengurangi pajak.
Beberapa kriteria lain yang sering digunakan untuk mengaitkan dengan
kinerja dan strategi penggajian adalah pembagian gain. Pembagian gain (gain
sharing) menurut karyawan atau departemen untuk membuat target kinerja; jika
hasil aktual melebihi target, semua anggota memperoleh bonus.
Kriteria seperti penjualan, keuntungan, produksi, efisiensi, kualitas, dan
keamanan dapat juga digunakan sebagai basis untuk sebuah sistem bonus (bonus
system) yang efektif. Jika suatu organisasi memperoleh suatu kepahaman, sepakat
dalam target keuntungan, setiap anggota menjadi alat yang efektif untuk ikut
menikmati hasilnya. Sistem bonus dapat menjadi alat yang efektif untuk
memotivasi individu guna mendukung usaha implementasi strategi.
Lima tes yang biasa digunakan untuk mengetahui apakah rencana
penggajian kinerja akan memberikan manfaat bagi perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Apakah rencana tersebut memperoleh perhatian? Apakah orang-orang
lebih banyak membicarakan mengenai aktivitasnya dan merasa bangga
dengan kesuksesannya berdasarkan rencana tersebut?
2. Apakah karyawan paham akan rencana tersebut? Dapatkah partisipan
menjelaskan bagaimana ia bekerja dan apa yang mereka butuhkan untuk
memperoleh insentif tersebut?
3. Apakah rencana tersebut meningkatkan komunikasi? Apakah karyawan
mengetahui hal lebih banyak daripada biasanya mengenai misi, rencana
dan tujuan perusahaan?
4. Apakah rencana tersebut benar-benar dibayar jika target telah tercapai?
Apakah insentif dibayar berdasarkan hasil yang diinginkan dan ditunda
jika target belum tercapai?
5. Apakah perusahaan atau unitnya berkinerja lebih baik? Apakah
keuntungan meningkat? Apakah pangsa pasar telah tumbuh? Apakah
keuntungan yang diperoleh adalah sebagai bagian dari insentif tersebut?
Sebagai tambahan bagi sistem bonus ganda, kombinasi strategi penghargaan
insentif seperti kenaikan gaji, pemberian saham, imbalan yang memadai promosi,
pujian, pengakuan, kritik, ketakutan, peningkatan otonomi kerja, dan penghargaan
dapat digunakan untuk mendorong manajer dan karyawan agar berusaha keras
melakukan implementasi strategis yang berhasil.
PENGELOLAAN PENOLAKAN TERHADAP PERUBAHAN
Penolakan terhadap perubahan (resistance to change) dapat dilihat
sebagai ancaman tunggal terbesar bagi keberhasilan implementasi strategi.
Penolakan dalam bentuk sabotase mesin produksi, absensi, menyebarkan isu yang
tidak benar, dan ketidakinginan bekerja sama biasanya terjadi dalam organisasi.
Orang sering kali menolak implementasi strategi karena mereka tidak mengerti
apa yang sedang terjadi atau mengapa perubahan perlu dilakukan. Pada kasus
tersebut, karyawan hanya membutuhkan informasi yang akurat. Implementasi
strategi yang berhasil bergantung pada kemampuan manajer untuk menciptakan
iklim yang kondusif bagi berubahan. Perubahan harus dilihat sebagai peluang
daripada suatu ancaman oleh manajer dan karyawan.
Penolakan untuk berubah dapat timbul pada tingkat atau tahapan manapun
dari proses implementasi strategi. Meskipun terdapat beberapa pendekatan bagi
mengimplementasikan perubahan, tiga strategi yang biasa dipakai adalah strategi
memaksakan perubahan, strategi mengajarkan perubahan, dan strategi
menimbulkan ketertarikan dan merasionalkan perubahan. Strategi memaksakan
perubahan (force change strategy) adalah memberikan perintah dan mendorong
perintah tersebut agar dilaksanakan; strategi ini memiliki kelebihan berupa
kecepatan, namun menimbulkan rendahnya komitmen dan penolakan yang kuat.
Strategi mengajarkan perubahan (education change strategy) memberikan
informasi untuk meyakinkan orang tentang pentingnya perubahan; kekutangan
dari strategi edukasi ini adalah implementasinya yang lambat dan sulit. Namun,
strategi ini bisa mendorong komitmen yang lebih tinggi dan penolakan yang lebih
lemah daripada strategi pemaksaan. Terakhir, strategi menimbulkan
ketertarikan dan merasionalkan perubahan (rational and self-interest change
strategy) adalah strategi untuk meyakinkan individu bahwa perubahan
memberikan keuntungan personal bagi mereka. Ketika rangsangan tersebut
berhasil, implementasi strategi dapat dilakukan dengan relatif mudah. Namun
demikian, implementasi perubahan kadang merupakan keuntungan bagi setiap
orang.
MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP
Semua fungsi bisnis dipengaruhi oleh pilihan mengutamakan lingkungan
hidup atau mengejar perolehan laba. Namun, baik karyawan maupun konsumen
tidak menyukai perusahaan yang meminta lebih dari apa yang diberikannya ke
lingkungan hidup; hal ini berarti, pada masa ini orang lebih menghargai
perusahaan yang menjalankan operasinya yang memberi manfaat pada lingkungan
daripada merusaknya.
Tantangan ekologi yang dihadapi semua organisasi membutuhkan
perumusan strategi oleh manajer yang mampu memelihara dan menjaga sumber
daya alam dan mengendalikan polusi. Isu lingkungan hidup khusus seperti
penipisan ozon, pemanasan global, penggundulan hutan tropis, kehancuran habitat
binatang, perlindungan hewan langka, pengembangan produk dan kemasan yang
bisa di daur ulang, manajemen limbah, kebersihan udara, kebersihan air, erosi,
kerusakan sumber daya alam, dan pengendalian polusi. Perusahaan meningkatkan
pengembangan produk hijau yang bisa di daur ulang dan/atau dibuat dari bahan
daur ulang.
Mengelola perihal yang berhubungan dengan bumi membutuhkan
pemahaman mengenai bagaimana perdagangan internasional, persaingan dan
sumber daya global terhubungkan. Mengelola urusan lingkungan hidup tidak lagi
bisa sesederhana fungsi teknis yang dijalankan oleh spesialis di sebuah
perusahaan; penekanan lebih kuat harus diberikan dalam mengembangkan
perspektif lingkungan kepada semua karyawan dan manajer perusahaan.
Masyarakat telah mengalami bencana yang ditimbulkan oleh lingkungan
pada tingkat tertentu yang diakibatkan oleh kenyataan bahwa kegagalan
perusahaan memahami isu dan tantangan lingkungan dapat membawa
konsekuensi yang buruk.
Perusahaan harus menemukan dan menerapkan strategi dengan perspektif
lingkungan. Strategi berbasis lingkungan termasuk melakukan bisnis hijau,
divestasi atau menutup bisnis yang merusak lingkungan, menjadi produsen
berbiaya rendah melalui meminimalisasi limbah dan pemeliharaan energi, serta
melakukan strategi diferensiasi melalui produk hijau.
MENCIPTAKAN BUDAYA MENDUKUNG STRATEGI
Penyusunan strategi harus terus menyediakan, menekankan dan
membangun berdasarkan aspek-aspek dari budaya (culture) yang ada yang
mendukung strategi baru yang diajukan. Riset substansial mengindikasikan bahwa
strategi baru terkadang dipicu oleh kondisi pasar dan didikte oleh kekuatan
persaingan. Karena alasan ini, mengubah budaya perusahaan untuk menyesuaikan
dengan strategi baru biasanya lebih efektif dibanding mengubah strategi untuk
disesuaikan dengan budaya organisasi, termasuk rekruitmen, pelatihan, transfer,
[romosi, restrukturisasi desain organisasi, role modeling dan dukungan kekuatan
yang positif.
Jack Duncan menggambarkan triangulation sebagai suatu teknik multi
metode yang efektif untuk mempelajari dan mengubah budaya organisasi.
Triangulation meliputi kombinasi penggunaan observasi yang memaksa, kuisioner
yang diisi sendiri, dan wawancara personal untuk menentukan karakter alami dari
budaya organisasi. Proses triangulation menimbulkan perubahan yang perlu
dilakukan pada budaya organisasi untuk memanfaatkan strategi.
Schein mengindikasikan bahwa elemen-elemen berikut ini adalah paling
berguna untuk mengaitkan budaya dengan strategi :
1. Pernyataan formal dari filosofi organisasi, piagam, kredo, materi yag
digunakan untuk melakukan seleksi dan rekruitmen serta sosialisasi.
2. Desain dari ruang-ruang fisik, penampilan kantor dari luar, dan gedung.
3. Model anutan, pengajaran dan pelatihan oleh pemimpin.
4. Penghargaan eksplisit dan sistem status, kriteria promosi.
5. Cerita, legenda, mitos dan kisah bijak tentang orang dan kejadian penting.
6. Apa yang menjadi perhatian pemimpin, ukuran dan kendali
7. Reaksi pemimpin terhadap insiden kritis dan krisis organisasi.
8. Bagaimana perusahaan dirancang dan diatur.
9. Sistem dan prosedur organisasi.
10. Kriteria yang digunakan untuk rekruitmen, seleksi, promosi, demosi,
pension dan “excommunication” atas orang-orang.
Budaya Meksiko
Meksiko selalu dan masih menjadi sebuah masyarakat otoritarian dalam
hal sekolah, gereja, bisnis, dan keluarga. Orang Meksiko lebih menyukai sistem
paternalistic, memberikan karyawan lebih dari sekedar gaji berupa uang, namun
mereka menuntut kesetiaan sebagai balasannya. Kondisi kerja yang ideal bagi
pekerja Meksiko adalah model keluarga, dimana orang-orang bekerja bersama-
sama, berbagai, berdasarkan peran masing-masing. Sementara bisnis Amerika
Serikat mendorong individualism, pencapaian, persaingan, keingintahuan,
pragmatism, informalitas, spontanitas, dan melakukan lebih dari yang diharapkan
dalam pekerjaan, bisnis Meksiko menekankan pada kolektifitas, kontinuitas,
kerjasama, rasa memiliki, formalitas dan melakukan seperti apa yang
diperintahkan.
Budaya Rusia
Menjadi pemenang di Rusia membuat Anda menjadi objek dari
pengharapan dan kedengkian, anggota kelompok elit daripada orang kebanyakan.
Karena orang Rusia mencemooh kesuksesan, memublikasikan pencapaian,
pemilikan materi, penghargaan atau kelebihan yang diperoleh karyawan Rusia
bukanlah suatu alat motivasi yang efektif bagi mereka. Orang Rusia dikenal
karena kegigihan mereka, energi yang kuat, tidak mudah putus asa, kerja keras,
dan determinasi meskipun menghadapi hambatan yang berat.
Menipu seseorang, menyuap, atau berbohong pada seseorang untuk
melancarkan transaksi bisnis adalah etis di Rusia, namun menipu teman atau
partner tidaklah etis. Ide-ide, teknologi dan praktek produksi Amerika dilihat oleh
orang Rusia sebagai pemecahan masalah yang bisa menolong mereka dari
keterbelakangan. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab merupakan hal
yang sulit dilakukan dan terkadang tidak pernah terjadi dalam bisnis di Rusia.
Gaya manajemen partisipatif milik Amerika tidak diterima dengan baik di Rusia.
Budaya Jepang
Orang Jepang sangat memperhatikan loyalitas dan konsensus kelompok,
suatu konsep yang disebut Wa. Manajer Jepang mengevaluasi poptensi yang
menarik dari suatu alternatif keputusan bisnis dalam hal dampak jangka panjang
dari koknsep Wa didalam kelompok. Hal ini yang membuat diam, bisa menjadi
sikap alternatif sekaligus merupakan nilai tambah dalam pertemuan formal di
Jepang.
Pertemuan formal sering kali dilakukan dalam bentuk informal. Ketika
berhadapan dengan pertanyaan yang mengganggu atau pendapat, manajer Jepang
cenderung untuk tetap diam, sementara orang Amerika cenderung merespons
secara langsung untuk tetap diam, sementara diri mereka melalui penjelasan dna
argumemntasi. Sebagian besar manajer Jepang tenang, diam, introspektif, dan
berorientasi ke orang lain, sementara manajer Amerika banyak bicara, tidak
sensitif,, impulsive, langsung, dan berorientasi individu.
Amerika sering mempersepsikan manajer Jepang sebagai orang yang
menghabiskan waktu dan melakukan pembicaraan yang tanpa maksud, sementara
manajer Amerika sering melakukan kritikan langsung, mengajukan pertanyaan
yang memojokkan dan mengambil keputusan dengan cepat. Perbedaan budaya
semacam ini telah mengacaukan banyak hubungan bisnis produktif yang potensial
antara Jepang-Amerika. Melihat gaya komunikasi orang Jepang sebagai prototip
bagi semua budaya Asia adalah suatu bentuk stereotype dan harus dihindari.
PERHATIAN TERHADAP PRODUKSI/OPERASI KETIKA
MELAKUKAN IMPLEMENTASI STRATEGI
Kemampuan, keterbatasan dan kebijakan produksi/operasi dapat secara
signifikan meningkatkan kemampuan pencapaian tujuan. Proses produksi
biasanya memiliki bagian lebih dari 70 persen dari seluruh total asset perusahaan.
Bagian terpenting dalam proses implementasi strategi berada pada bagian
produksi. Keputusan yang berhubungan dengan produksi seperti ukuran pabrik,
lokasi pabrik, desain produk, pemilihan peralatan, macam-macam alat, ukuran
persediaan, pengendalian persediaan, kontrol kualitas, pengendalian biaya,
penggunaan standar, spesialisasi pekerjaan, pelatihan karyawan, penggunaan
peralatan dan sumber daya, pengiriman dan pengemasan, serta inovasi teknologi
dapat memberikan dampak yang dramatic terhadap kesuksesan maupun kegagalan
dari usaha implementasi strategi.
TABEL 7-3 Implementasi Strategi dan Manajemen Produksi
TIPE
ORGANISASI
STRATEGI YANG
DITERAPKAN
PENYESUAIAN DALAM
PRODUKSI
Rumah Sakit Menambahkan sebuah pusat
kanker
(Pengembangan Produk)
Membeli alat khusus dan
menambah ornag berkeahlian
khusus
Bank Menambah sepuluh cabang baru
(Pengembangan Pasar)
Melakukan analisis lokasi
Produsen Bir Membeli perkebunan
(Integrasi ke Belakang)
Merevisi sistem kontrol
persediaan
Produsen Baja Mengakuisisi jaringan restoran
cepat saji
(Diversifikasi Konglomerat)
Meningkatkan sistem kontrol
kualitas
Perusahaan
Komputer
Membeli jaringan distribusi ritel
(Integrasi ke Depan)
Memodifikasi sistem
pengiriman, pengemasan dan
transportasi
Faktor-faktor yang harus dipelajari sebelum menentukan lokasi fasilitas
produksi termasuk ketersediaan sumber daya utama, gaji rata-rata yang ditetapkan
di area tersebut, biaya transportasi yang berhubungan dengan pengiriman dan
penerimaan, lokasi pasar utama dari produk yang diproduksi, resiko politik di area
atau negara yang bersangkutan, dan ketersediaan karyawan terlatih sebuah artikel
dalam Harvard Business Review menjelaskan mengapa beberapa organisasi
mendapatkan masalah :
Mereka terlalu lambat menyadari bahwa perubahan dalam strategi
produk bisa mengoreksi tugas dari sistem produksi. Tugas tersebut, yang bisa
dinyatakan berdasarkan kebutuhan biaya, fleksibilitas produk, fleksibilitas
volume, kinerja produk, dan konsistensi produk, menunjukkan kebijakan produksi
mana yang sesuai. Saat strategi berubah dari waktu ke waktu, begitu juga
kebijakan produksi yang mencakup lokasi dan skala dari fasilitas produksi, pilihan
dari proses produksi, tingkat integrasi vertikal dari tiap fasilitas produksi,
penggunaan unit-unit litbang, sistem pengendalian produksi, dan lisensi teknologi.
Praktek manajemen yang sering dilakukan yaitu pelatihan silang (cross
training) atau lintas divisi bagi karyawan, dapat memfasilitasi implementasi
strategi dan mendapatkan banyak manfaat. Karyawan memperoleh pemahaman
yang lebih baik terhadap bisnis secara keseluruhan dan menyumbangkan ide-ide
yang lebih baik dalam sesi perencanaan. Manajer produksi/operasi perlu
menyadari bahwa pelatihan silang dapat menimbulkan masalah yang berhubungan
dengan isu-isu berikut ini :
1. Ia memaksa manajer untuk memiliki peran yang lebih menekankan pada
bimbingan dan pelatihan daripada peran mengarahkan dan mendorong.
2. Ia memerlukan investasi yang substansial dalam pelatihan dan insentif.
3. Ia mungkin membutuhkan waktu yang lama
4. Pekerja yang ahli mungkin tidak
PERHATIAN TERHADAP SUMBER DAYA MANUSIA KETIKA
MENGIMPLEMENTASIKAN STRATEGI
Tugas dari manajer sumber daya manusia adalah melakukan perubahan
secara cepat beriringan dengan perubahan ukuran dan organisasi perusahaan.
Tanggung jawab strategis dari manajer sumber daya manusia meliputi penilaian
terhadap kebutuhan dan biaya staff untuk pengajuan strategi alternatif dan
pengembangan rencana pembentukan staff bagi implementasi strategi yang
efektif. Rencana ini harus memperhatikan seberapa baik cara untuk mengelola
biaya asuransi kesehatan. Pengeluaran untuk karyawan kesehatan mencapai 26%
bagian laba bersih perusahaan, meski sebagian besar perusahaan kini meminta
karyawannya membayar sebagian dari premi asuransi kesehatan mereka. Rencana
tersebut harus termasuk bagaimana memotivasi karyawan dan manajer selama
masa pemecatan sedang terjadi dan bebean kerja sedang tinggi.
Tanggung jawab manajer sumber daya manusia yang lain mencakup
membuat dan mengatur program kepemiilikan saham oleh karyawan
(employee ownership plan-ESOP), membuat kebijakan yang efektif mengenai
perawatan anak-anak dan menyediakan kepemimpinan bagi manajer dan
karyawan melalui cara yang memungkinkan mereka menyeimbangkan kehidupan
rumah tangga dengan pekerjaan.
Sistem manajemen strategis yang didesain dengan baik bisa saja gagal
apabila tidak ada cukup perhatian yang diberikan pada dimensi sumber daya
manusia. Masalah sumber daya manusia yang timbul ketika strategi diterapkan
oleh perusahaan biasanya dapat ditelusuri pada satu dari tiga penyebab berikut :
(1) gangguan pada struktur sosial dan politik, (2) kegagalan untuk mencocokkan
kemampuan individu dengan tugas implementasi dan (3) dukungan manajemen
tingkat atas yang tidak maemadai dalam aktifitas implementasi strategi.
Implementasi strategi meghadirkan ancaman bagi banyak manajer dan
karyawan di suatu organisasi. Kekuatan baru dan hubungan suatu status perlu
diantisipasi dan disadari. Nilai, keyakinan dan prioritas kelompok secara formal
dan informal mungkin tidak dikenali. Manajer dan karyawan mungkin akan
mencoba berperilaku menolak implementasi strategi disaat peran, prerogatif, dan
kekuasaan mereka di perusahaan eksekusi strategi harus diantisipasi dan disadari
selama perumusan strategi dan dikelola selama implementasi strategi berlangsung.
Mungkin metode terbaik untuk mencegah dan mengatasi masalah sumber
daya manusia dalam manajemen strategis adalah secara aktif melibatkan sebanyak
mungkin manajer dan karyawan dalam proses ini. Meski menghabiskan waktu,
pendekatan ini menciptakan kesepahaman, kepercayaan, komitmen, serta rasa
memiliki dan mengurangi perbedaan dan ketidaksukaan. Potensi sebenarnya dari
perumusan dan implementasi strategi tergantung pada orang yang
melaksanakannya.
Employee Stock Ownership Plan (ESOP)
ESOP adalah imbalan bagi karyawan yang legal dari sudut pandang
perpajakan dengan kontribusi yang jelas, dimana karyawan membeli saham
perusahaan dengan cara meminjam uang atau melalui kontribusi kas. ESOP
mendorong karyawan untuk bekerja seperti layaknya pemilik, ini adalah alasan
utama mengapa jumlah ESOP bertambah secara dramatis sepanjang tahun 1980-
an sampai 1990-an, menjadi lebih dari 10.000 ESOP yang mencakup 15 juta
karyawan. ESOP saat ini mencakup lebih dari $80 miliar saham perusahaan di
Amerika Serikat.
Disamping mengurangi keterasingan pekerja dan merangsang
produktifitas, ESOP memberikan manfaat lain bagi perusahaan, seperti
penghematan pajak yang cukupbesar. Pokok, bunga dan pembayaran dividen dari
pinjaman yang dibiayai ESOP menjadi obyek dari pajak. Bank meminjamkan
uang kepada ESOP pada tingkat suku bunga dibawah rata-rata. Uang ini bisa
dibayar pada jumlah sebelum pajak, mengurangi pinjaman sampai dengan 30%
pada kasus-kasus tertentu.
Menyeimbangkan Kehidupan Kerja dan Kehidupan Rumah Tangga
Strategi pekerja/keluarga kini menjadi semakin populer diantara
perusahaan-perusahaan pada masa kini, dimana strategi ini memberikan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan-perusahaan yang menawarkan bantuan
perawatan orang tua, jadwal yang fleksibel, pembagian pekerjaan, manfaat adopsi,
perkemahan musim panas, lini bantuan karyawan, perawatan binatang peliharaan,
dan bahkan layanan pemberian referensi untuk perawatan taman. Jabatan baru
dalam perusahaan seperti Koordinator Work/Life dan Direktur Keberagaman
semakin menjadi suatu kebutuhan.
Manajer sumber daya manusia perlu mendorong keseimbangan yang
lebih efektif dalam hal kehidupan profesional dan kehidupan pribadi karena
hampir 60 juta orang di Amerika Serikat saat ini merupakan bagian dari keluarga
dengan dua karir (suami-istri berkarier). Tujuan perusahaan di masa kini harus
memikirkan pula fakta bahwa kehidupan rumah tangga yang baik akan
berkontribusi terhadap kehidupan pekerjaan yang baik pula.
Beberapa organisasi telah membuat program hari keluarga, yaitu saat
anggota keluarga diundang ke tempat kerja, melakukan tour di kantor atau di
pabrik, dijamu oleh manajemen, dan diberi kesempatan untuk melihat secara
langsung apa yang dilakukan anggota keluarganya setiap hari disana. Hari
keluarga tidak terlalu mahal dan meningkatkan kebanggaan karyawan yang
bekerja untuk organisasi. Waktu kerja yang fleksibel setiap minggu adalah
respons terhadap kebutuhan sumber daya manusia agar seseorang individu dapat
menyeimbangkan kehidupan kerja dan kehidupan rumah tangga. Topik
kerja/keluarga menjadi bagian dari agenda pertemuan dan kemudian didiskusikan
di banyak organisasi.
Militer Amerika Serikat telah menjadi pelopor dalam pemberian hak
yang sama kepada wanita. Sebagai contoh, di Angkatan Udara (Air Force)
Amerika Serikat, wanita merupakan 19,4 %, bagian dari seluruh personel yang
ada, diikuti oleh Angkatan Darat (Army) sebesar 15,4 %, Angkatan Laut (Navy)
dengan 14,4 % dan terakhir Marinir (Marine) dengan 6,0 %.
Keuntungan dari Keberagaman Angakatan Kerja
Artikel terbaru dari Wall Street Journal mendaftar keuntungan utama
memiliki angkatan kerja yang beraneka ragam berdasarkan tingkat
kepentingannya sebagai berikut :
1. Meningkatkan budaya perusahaan
2. Meningkatkan moral karyawan
3. Memicu kesetiaan karyawan yang lebih tinggi
4. Membuat proses rekruitmen karyawan baru menjadi lebih mudah
5. Mengurangi keluhan dan litigasi
6. Meningnkatkan kreatifitas
7. Mengurangi perselisihan pribadi antar karyawan
8. Memungkinkan organisasi pindah ke pasar yang sedang tumbuh
9. Meningkatkan hubungan dengan klien
10. Meningkatkan produktifitas
11. Memperbaiki kinerja tingkat bawah
12. Memaksimalkan identitas merek
13. Mengurangi biaya pelatihan
Suatu organisasi mungkin akan menjadi paling efektif angkatan kerjanya
mencerminkan keberagaman konsumennya. Bagi perusahaan global, tujuan ini
mungkin hal yang terlalu optimis, namun pantas untuk dikejar. Adalah hal yang
menarik bahwa belanja secara online oleh warga keturunan Hispanik tumbuh tiga
kali lebih cepat dibanding dengan rata-rata konsumen belanja online lainnya.
Konsekuensinya, banyak partikel yang meluncurkan situs berbahasa Spanyol. Jet
Blue Airways, Nissan North America, Office Depot, dan Honda Motors adalah
sebagian perusahaan yang menyediakan situs berbahasa Spanyol. Di tahun 2001,
berdasarkan sensus penduduk Amerika, jumlah keturunan Hispanik mencapai 31
juta, hampir melampaui orang kulit hitam sebagai kelompok minoritas terbesar.