24
Maloklusi dan pengucapan ... Maloklusi (malocclusion) adalah suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsinya. Maloklusi kelas II (distoklusi) atau gigi atas lebih ke depan daripada gigi bawah akan terjadi distorsi atau penggantian suara bibir p, b, dan m sehingga apabila berbicara akan mengatupkan bibir bawah dan atas bersama-sama. Sementara itu, pada maloklusi kelas III (mesioklusi) atau gigi di rahang atas berada di belakang gigi di rahang bawah akan mengakibatkan distorsi pembicaran dan posisi antargigi untuk suara s, z, t, l, dan n. Bicara merupakan satu cara menentukan bahasa, di antaranya dengan cara menulis, gerak tangan, dan tanda. Yang termasuk atribut bicara adalah nada suara, kekerasan dan kualitas suara, huruf hidup, huruf mati, diftong, dan campuran dari segalanya menjadi silabus kata- kata, kecepatan bicara, tekanan kata-kata, dan irama. Proses perkembangan berbicara dan berbahasa pada bayi dan anak tidak bisa berjalan dengan sendirinya. Perlu adanya proses pembelajaran, seperti diajaknya bicara pada bayi dan anak sehingga anak mampu berkata-kata meskipun kedengaran belum begitu jelas. Oleh karena itu, anak yang terganggu pendengarannya biasanya tidak bisa bicara. Proses bicara merupakan aktivitas yang terkoordinasi antara kontraksi otot-otot pernafasan, laring, paring, palatum (langit- langit), lidah, bibir, dan gigi serta dipersarafi sistem saraf pusat. Bicara adalah membuat dan mengelola suara menjadi simbol-simbol. Terjadinya simbol-simbol ini merupakan hasil kerja sama beberapa faktor, yaitu - Respirasi (aliran udara) adalah diawalinya proses bicara. Dalam keadaan normal agar dapat terbentuk suara (phonasi), alat pernapasan mengalirkan udara dengan jumlah dan tekanan yang cukup. - Phonasi adalah suara yang dihasilkan dari aliran udara keluar melalui laring, di dalam laring pita suara mengubah aliran udara ini. Dengan cara mengatur kedua pita suara (kiri dan kanan) dan juga mengatur jaraknya, terbentuk suatu celah sempit yang besar dan konturnya bervariasi sehingga menimbulkan tahanan terhadap aliran udara. Tahanan ini menyebabkan udara bergelombang sehingga timbul bunyi/suara. Suara ini disebut dengan suara laring (suara vokal). - Resonansi adalah yang memberikan kualitas karakteristik pada bunyi gelombang suara yang ditimbulkan pita suara. Organ-organ yang

Maloklusi Dan Pengucapan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Maloklusi Dan Pengucapan

Maloklusi dan pengucapan Maloklusi (malocclusion) adalah suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang

berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsinya Maloklusi kelas II (distoklusi) atau gigi atas lebih ke depan daripada gigi bawah akan terjadi distorsi atau penggantian suara bibir p b dan m sehingga apabila berbicara akan mengatupkan bibir bawah dan atas bersama-sama Sementara itu pada maloklusi kelas III (mesioklusi) atau gigi di rahang atas berada di belakang gigi di rahang bawah akan mengakibatkan distorsi pembicaran dan posisi antargigi untuk suara s z t l dan n

Bicara merupakan satu cara menentukan bahasa di antaranya dengan cara menulis gerak tangan dan tanda Yang termasuk atribut bicara adalah nada suara kekerasan dan kualitas suara huruf hidup huruf mati diftong dan campuran dari segalanya menjadi silabus kata-kata kecepatan bicara tekanan kata-kata dan irama

Proses perkembangan berbicara dan berbahasa pada bayi dan anak tidak bisa berjalan dengan sendirinya Perlu adanya proses pembelajaran seperti diajaknya bicara pada bayi dan anak sehingga anak mampu berkata-kata meskipun kedengaran belum begitu jelas Oleh karena itu anak yang terganggu pendengarannya biasanya tidak bisa bicara Proses bicara merupakan aktivitas yang terkoordinasi antara kontraksi otot-otot pernafasan laring paring palatum (langit-langit) lidah bibir dan gigi serta dipersarafi sistem saraf pusat

Bicara adalah membuat dan mengelola suara menjadi simbol-simbol Terjadinya simbol-simbol ini merupakan hasil kerja sama beberapa faktor yaitu

- Respirasi (aliran udara) adalah diawalinya proses bicara Dalam keadaan normal agar dapat terbentuk suara (phonasi) alat pernapasan mengalirkan udara dengan jumlah dan tekanan yang cukup

- Phonasi adalah suara yang dihasilkan dari aliran udara keluar melalui laring di dalam laring pita suara mengubah aliran udara ini Dengan cara mengatur kedua pita suara (kiri dan kanan) dan juga mengatur jaraknya terbentuk suatu celah sempit yang besar dan konturnya bervariasi sehingga menimbulkan tahanan terhadap aliran udara Tahanan ini menyebabkan udara bergelombang sehingga timbul bunyisuara Suara ini disebut dengan suara laring (suara vokal)

- Resonansi adalah yang memberikan kualitas karakteristik pada bunyi gelombang suara yang ditimbulkan pita suara Organ-organ yang berfungsi sebagai resonator adalah sinus-sinus permukaan organ-organ rongga paring rongga mulut rongga dinding rongga dada Suara laring yang telah mengalami resonansi ini masih belum merupakan suara bicara seperti apa yang kita dengar

- Artikulasi (pengucapan) bertugas memodifikasi suara-suara laring tadi dan juga membentuk suara-suara baru dalam rongga mulut Beberapa jenis konsonan yang terbentuk setelah mengalami artikulasi

a Suara bilabial (bibir dengan bibir) m p b

b Suara labiodental (bibir dengan gigi) f v

c Suara linguodental (lidah dengan gigi) t s th

d Suara linguopalatal (lidah dengan langit-langit) r l

e Suara linguoapikoalveolar n d

f Suara glotis h

Apabila tidak ada peranan artikulasi dalam pembentukan suara yang timbul suara-suara vokal saja

- Integrasi neurologik (koordinasi sistem-sistem saraf) yang dikoordinasi sistem saraf pusat Faal bicara diatur dengan proses belajar dengan cara pengalaman pendengaran pengelihatan dan perkembangan sistem saraf pusat Apabila dalam faal bicara berlawanan dengan fungsi vital lainnya dari struktur maksilofasial yang akan menderita adalah faal bicara contohnya berbicara terpaksa berhenti segera apabila terjadi refleks penting seperti batuk bersin cegukan dan muntah

Evaluasi perkembangan bicara pada anak berpedoman pada penguasaan huruf mati yang sesuai dengan umur seperti terlihat di bawah ini

Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kecakapan dan komunikasi pada anak adalah faktor-faktor keadaan lingkungan dan emosi anak Apabila faktor tersebut tidak ada salah satu perkembangan komunikasi anak akan terlambat

Kelainan pada gigi dan mulut akan memengaruhi kejelasan bicara dan bahasa akibat adanya penyakit gangguan atau kelainan fisik psikis atau sosiologis Kelainan dapat timbul pada masa sebelum lahir saat lahir dan masa setelah lahir yang dapat bersifat herediter (keturunan) kongenital atau dapatan

Kelainan yang dapat memengaruhi kejelasan bicara dan bahasa adalah

- Palatosisis (celah langit-langit) labiosisis (celah bibir) dan palatolabiosisis (celah komplit) Kelainan ini akan mengakibatkan pembicaraan menjadi sengau dan serak suara tidak jelas volume berkurang sulit mengucapkan konsonan frikatif (bunyi desah) dan konsonan mati lebih sering mengalami kesalahan pengucapan

- Kehilangan gigi atau ompong akan mengakibatkan ketidakjelasan bicara f v t s n dan d Pada anak-anak yang kehilangan gigi belum waktunya akan memengaruhi perkembangan bicara

- Kelainan bentuk dan struktur organ bicara yang sering terlihat pada kelainan lidah dan palatum (langit-langit) yang memengaruhi ketelitian rentang dan kecepatan gerakan lidah yang mengakibatkan kesulitan bicara l t d n s z dan kesalahan dalam proses penelanan Kelainan ini sering terjadi karena adanya kebiasaan buruk seperti mengisap jari bernapas melalui mulut menggigit bibir menggigit pensil dan kuku atau adanya tonsil dan adenoid yang memengaruhi gerakan lidah

Untuk menghindari ketidakjelasan bicara dan bahasa ini bisa dilakukan sejak dini apabila orang tua dan tentunya dokter gigi (dentist) mengetahi adanya kelainan pada gigi dan mulut anak Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan perkembangan bicara dan bahasa anak serta perkembangan gigi dan mulut pada anak

21 Pengertian MaloklusiMaloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal maloklusi juga

diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi

Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut Misalnya ukuran rahang mengikuti garis keturunan Ibu dimana rahang berukuran kecil sedangkan ukuran gigi mengikuti garis keturunan bapak yang giginya lebar-lebar Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di dlaam lengkung gigi

Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang terganggu

211 Macam-macam MaloklusiMaloklusi dibagi 3Maloklusi tipe dental terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap

tulang kepala normal tapi gigi-giginya mengalami penyimpanganMaloklusi tipe skeletal terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap

tulang kepala tidak harmonis karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahangMaloklusi fungsional terjadi karena adanya kelainan otot-otot sehingga timbul gangguan

saat dipakai untuk mengunyah22 Klasifikasi Maloklusi Menurut AngleKelas I AngleTonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawahNeutroklusi

kelas 1 angleKelas II AngleTonjol mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari posisi kelas 1telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawahgigi M1 bawah lebih ke distal Distoklusi

kelas II angleKelas III AngleTonjol mesiobukal M1 atas berada lebih Ke distal dari posisi klas 1Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawahGigi M1 bawah lebih ke mesial Mesioklusi

kelas III angle221 Kekurangan Klasifikasi AngleKlasifikasi Angle ini masih merupakan system yang belum sempurna masih terdapat

kekurangan-kekurangan pada system ini karena DrAngle hanya berdasarkan hubungan gigi-gigi saja dan oklusi antara lengkung gigi dirahang atas dan rahang bawah Hingga sekarang klasifikasi DrAngle masih banyak dipakai Selain itu system ini terbatas dan tidak dapat dipakai untk segala keadaan sehingga dengan sstem ini kita tidak dapat memecahkan masalah tentang hubungan gigi-gigi Sebaba diagnose intra oral tidak mencukupi untuk menentukan suatu anomaly sebaiknya kita

menggunakan ekstra oral dan diagnosis cephalometrik sebelum kita memasukkan anomali itu kedalam suatu kelas Apabila kita menggunakan M1 sebagai fixed point dalam menentukan klasifikasi dalam maloklusi maka kita akan kecewa sebab suatu hubungan mesio-distal yang normal dari molar-molar Dan perlu ditekankan bahwa didalam makhluk hidup tidak ada yang dinamakan fixed point khususnya pada masa pertumbuhan Kita masih menggunakan klasifikasi dari DrAngle untuk menentukan maloklusi hanyalah untuk penyederhanaan saja

Apabila dengan system Angle kita mengalami kesulitan dalam menentukan klasifikasi dari maloklusi maka kita dapat pula menggunakan bantuan cara gnatognatik dan fotostatik Bukan suatu diagnosis hanya suatu penggolongan

222 Batasan untuk Klasifkasi Menurut Angle dalam penilaian maloklusiPenilaian masalah vertical dan transversal tidak termasuk ke dalam klasifikasi menurut

Angle Overbite secara umum digunakan untuk mengukur hubungan oklusal vertical pada gerigi tapi tidak digunakan untuk pengukuran untuk hubungan vertical dari struktur facial skeletal ldquoCrossbitesrdquo pada bidang transversal dapat berupa masalah sederhana seperti masalah antar 2 gigi atau yang kompleks yang melibatkan sebagian besar gigi posterior maxilla dan mandibula Klasifikasi Angle tidak menilai masalah-masalah seperti rotasi ldquocrowdingrdquo dan ldquospacingrdquo yang terjadi pada gigi Faktor lain seperti ketidakadaan gigi karena factor turunan atau impaksi gigi yang membutuhkan perawatan orto tidak berhubungan dengan klasifikasi menurut Angle Karena itulah percobaan epidemiologi tidak dapat mengandalkan system klasifikasi Angle karena factor penting seperti alignment gigi overbiteoverjet dan crossbite tidak dapat diukur

Pengetahuan tntang hubungan antara ldquothe angle classesrdquo dan alignment gigi serta masalah transversal dan vertical sangat berguna pada perlakuan kesehatan Hubungan ini sangat membantu untuk membedakan antara masalah maloklusi simple seperti ldquoalignment problemrdquo pada maloklusi kelas 1 dengan maloklusi yang lebih kompleks seperti maloklusi divisi 1 kelas2 dengan crossbite posterior dan anterior

Beberapa pendapat tentang klasifiksi Angle bersifat sangat subjektif untuk ukuran epidemiologi Pembahasan ini dapat berlaku saat investigator tidak menyusun batas objektif pada variable seperti ldquotooth crowdingrdquo dan posisi anteroposterior gigi M1 Sebagai contoh seseorang dengan hubungan molar kelas 1 dapat memiliki oklusi yang ideal oklusi normal dan maloklusi kelas 1 Tiga grup ini dapat dibedakan dengan mendapatkan pengukuran secara objektif dari incisor yang tidak beres dan penilaian oklusi ideal dengan skor 0 (alignment sempurna) oklusi normal dengan skor 1 dan skor untuk maloklusi tingkat 1 adalah gt1 Terdapat kemiripan pada beberapa hubungan M1 antara kelas 1 dan 3 dan kelas 1 dan 2Hubungan molar kelas 1 2 dan 3 dapat dibedakan dengan dibuat sebuah jarak yang objektif seperti 2mm mesial dan distal ke buccal groove dari bagian bawah M1

23 Klasifikasi IncisivusKelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah cingulum

plateau incisive rahang atas

kelas I incisivusKelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada bagian palatal

sampai cingulum plateau pada incisive rahang atas Terbagi menjadi

kelas II incisivus

Pembagian

kelas II incisivus divisi 1Pembagian 2 central incisor rahang atas mengalami retroklinasi

kelas II incisivus divisi 2Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagian anterior

sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah

kelas III incisivusPada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm overbite

terjadi saat incisive rahang atas menutupi frac14 sampai 13 incisive bagian bawah pada saat oklusi24 Klasifikasi caninus

Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan

premolar satu rahang bawahKelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah

kelas II caninusKelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah25 Klasifikasi SkeletalHubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang dan variasi pada

setiap bidang bisa mempengaruhiHubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah satu sama

lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi disebut sebagai hubungan skeletal Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan yaitu

Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada keadaan oklusi

kelas I skeletalKlas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke belakang dalam

hubungannya dengan rahang atas dibandingkan pada Klas 1 skeletal

kelas II skeletalklas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan daripada

kelas 1 skeletal

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 2: Maloklusi Dan Pengucapan

e Suara linguoapikoalveolar n d

f Suara glotis h

Apabila tidak ada peranan artikulasi dalam pembentukan suara yang timbul suara-suara vokal saja

- Integrasi neurologik (koordinasi sistem-sistem saraf) yang dikoordinasi sistem saraf pusat Faal bicara diatur dengan proses belajar dengan cara pengalaman pendengaran pengelihatan dan perkembangan sistem saraf pusat Apabila dalam faal bicara berlawanan dengan fungsi vital lainnya dari struktur maksilofasial yang akan menderita adalah faal bicara contohnya berbicara terpaksa berhenti segera apabila terjadi refleks penting seperti batuk bersin cegukan dan muntah

Evaluasi perkembangan bicara pada anak berpedoman pada penguasaan huruf mati yang sesuai dengan umur seperti terlihat di bawah ini

Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kecakapan dan komunikasi pada anak adalah faktor-faktor keadaan lingkungan dan emosi anak Apabila faktor tersebut tidak ada salah satu perkembangan komunikasi anak akan terlambat

Kelainan pada gigi dan mulut akan memengaruhi kejelasan bicara dan bahasa akibat adanya penyakit gangguan atau kelainan fisik psikis atau sosiologis Kelainan dapat timbul pada masa sebelum lahir saat lahir dan masa setelah lahir yang dapat bersifat herediter (keturunan) kongenital atau dapatan

Kelainan yang dapat memengaruhi kejelasan bicara dan bahasa adalah

- Palatosisis (celah langit-langit) labiosisis (celah bibir) dan palatolabiosisis (celah komplit) Kelainan ini akan mengakibatkan pembicaraan menjadi sengau dan serak suara tidak jelas volume berkurang sulit mengucapkan konsonan frikatif (bunyi desah) dan konsonan mati lebih sering mengalami kesalahan pengucapan

- Kehilangan gigi atau ompong akan mengakibatkan ketidakjelasan bicara f v t s n dan d Pada anak-anak yang kehilangan gigi belum waktunya akan memengaruhi perkembangan bicara

- Kelainan bentuk dan struktur organ bicara yang sering terlihat pada kelainan lidah dan palatum (langit-langit) yang memengaruhi ketelitian rentang dan kecepatan gerakan lidah yang mengakibatkan kesulitan bicara l t d n s z dan kesalahan dalam proses penelanan Kelainan ini sering terjadi karena adanya kebiasaan buruk seperti mengisap jari bernapas melalui mulut menggigit bibir menggigit pensil dan kuku atau adanya tonsil dan adenoid yang memengaruhi gerakan lidah

Untuk menghindari ketidakjelasan bicara dan bahasa ini bisa dilakukan sejak dini apabila orang tua dan tentunya dokter gigi (dentist) mengetahi adanya kelainan pada gigi dan mulut anak Oleh karena itu orang tua harus memperhatikan perkembangan bicara dan bahasa anak serta perkembangan gigi dan mulut pada anak

21 Pengertian MaloklusiMaloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal maloklusi juga

diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi

Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut Misalnya ukuran rahang mengikuti garis keturunan Ibu dimana rahang berukuran kecil sedangkan ukuran gigi mengikuti garis keturunan bapak yang giginya lebar-lebar Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di dlaam lengkung gigi

Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang terganggu

211 Macam-macam MaloklusiMaloklusi dibagi 3Maloklusi tipe dental terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap

tulang kepala normal tapi gigi-giginya mengalami penyimpanganMaloklusi tipe skeletal terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap

tulang kepala tidak harmonis karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahangMaloklusi fungsional terjadi karena adanya kelainan otot-otot sehingga timbul gangguan

saat dipakai untuk mengunyah22 Klasifikasi Maloklusi Menurut AngleKelas I AngleTonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawahNeutroklusi

kelas 1 angleKelas II AngleTonjol mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari posisi kelas 1telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawahgigi M1 bawah lebih ke distal Distoklusi

kelas II angleKelas III AngleTonjol mesiobukal M1 atas berada lebih Ke distal dari posisi klas 1Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawahGigi M1 bawah lebih ke mesial Mesioklusi

kelas III angle221 Kekurangan Klasifikasi AngleKlasifikasi Angle ini masih merupakan system yang belum sempurna masih terdapat

kekurangan-kekurangan pada system ini karena DrAngle hanya berdasarkan hubungan gigi-gigi saja dan oklusi antara lengkung gigi dirahang atas dan rahang bawah Hingga sekarang klasifikasi DrAngle masih banyak dipakai Selain itu system ini terbatas dan tidak dapat dipakai untk segala keadaan sehingga dengan sstem ini kita tidak dapat memecahkan masalah tentang hubungan gigi-gigi Sebaba diagnose intra oral tidak mencukupi untuk menentukan suatu anomaly sebaiknya kita

menggunakan ekstra oral dan diagnosis cephalometrik sebelum kita memasukkan anomali itu kedalam suatu kelas Apabila kita menggunakan M1 sebagai fixed point dalam menentukan klasifikasi dalam maloklusi maka kita akan kecewa sebab suatu hubungan mesio-distal yang normal dari molar-molar Dan perlu ditekankan bahwa didalam makhluk hidup tidak ada yang dinamakan fixed point khususnya pada masa pertumbuhan Kita masih menggunakan klasifikasi dari DrAngle untuk menentukan maloklusi hanyalah untuk penyederhanaan saja

Apabila dengan system Angle kita mengalami kesulitan dalam menentukan klasifikasi dari maloklusi maka kita dapat pula menggunakan bantuan cara gnatognatik dan fotostatik Bukan suatu diagnosis hanya suatu penggolongan

222 Batasan untuk Klasifkasi Menurut Angle dalam penilaian maloklusiPenilaian masalah vertical dan transversal tidak termasuk ke dalam klasifikasi menurut

Angle Overbite secara umum digunakan untuk mengukur hubungan oklusal vertical pada gerigi tapi tidak digunakan untuk pengukuran untuk hubungan vertical dari struktur facial skeletal ldquoCrossbitesrdquo pada bidang transversal dapat berupa masalah sederhana seperti masalah antar 2 gigi atau yang kompleks yang melibatkan sebagian besar gigi posterior maxilla dan mandibula Klasifikasi Angle tidak menilai masalah-masalah seperti rotasi ldquocrowdingrdquo dan ldquospacingrdquo yang terjadi pada gigi Faktor lain seperti ketidakadaan gigi karena factor turunan atau impaksi gigi yang membutuhkan perawatan orto tidak berhubungan dengan klasifikasi menurut Angle Karena itulah percobaan epidemiologi tidak dapat mengandalkan system klasifikasi Angle karena factor penting seperti alignment gigi overbiteoverjet dan crossbite tidak dapat diukur

Pengetahuan tntang hubungan antara ldquothe angle classesrdquo dan alignment gigi serta masalah transversal dan vertical sangat berguna pada perlakuan kesehatan Hubungan ini sangat membantu untuk membedakan antara masalah maloklusi simple seperti ldquoalignment problemrdquo pada maloklusi kelas 1 dengan maloklusi yang lebih kompleks seperti maloklusi divisi 1 kelas2 dengan crossbite posterior dan anterior

Beberapa pendapat tentang klasifiksi Angle bersifat sangat subjektif untuk ukuran epidemiologi Pembahasan ini dapat berlaku saat investigator tidak menyusun batas objektif pada variable seperti ldquotooth crowdingrdquo dan posisi anteroposterior gigi M1 Sebagai contoh seseorang dengan hubungan molar kelas 1 dapat memiliki oklusi yang ideal oklusi normal dan maloklusi kelas 1 Tiga grup ini dapat dibedakan dengan mendapatkan pengukuran secara objektif dari incisor yang tidak beres dan penilaian oklusi ideal dengan skor 0 (alignment sempurna) oklusi normal dengan skor 1 dan skor untuk maloklusi tingkat 1 adalah gt1 Terdapat kemiripan pada beberapa hubungan M1 antara kelas 1 dan 3 dan kelas 1 dan 2Hubungan molar kelas 1 2 dan 3 dapat dibedakan dengan dibuat sebuah jarak yang objektif seperti 2mm mesial dan distal ke buccal groove dari bagian bawah M1

23 Klasifikasi IncisivusKelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah cingulum

plateau incisive rahang atas

kelas I incisivusKelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada bagian palatal

sampai cingulum plateau pada incisive rahang atas Terbagi menjadi

kelas II incisivus

Pembagian

kelas II incisivus divisi 1Pembagian 2 central incisor rahang atas mengalami retroklinasi

kelas II incisivus divisi 2Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagian anterior

sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah

kelas III incisivusPada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm overbite

terjadi saat incisive rahang atas menutupi frac14 sampai 13 incisive bagian bawah pada saat oklusi24 Klasifikasi caninus

Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan

premolar satu rahang bawahKelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah

kelas II caninusKelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah25 Klasifikasi SkeletalHubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang dan variasi pada

setiap bidang bisa mempengaruhiHubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah satu sama

lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi disebut sebagai hubungan skeletal Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan yaitu

Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada keadaan oklusi

kelas I skeletalKlas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke belakang dalam

hubungannya dengan rahang atas dibandingkan pada Klas 1 skeletal

kelas II skeletalklas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan daripada

kelas 1 skeletal

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 3: Maloklusi Dan Pengucapan

21 Pengertian MaloklusiMaloklusi adalah setiap keadan yang menyimpang dari oklusi normal maloklusi juga

diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yang berhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsi

Maloklusi dapat timbul kaena faktor keturunan dimana ada ketidaksesuaian besar rahang dengan besar gigi-gigi di dalam mulut Misalnya ukuran rahang mengikuti garis keturunan Ibu dimana rahang berukuran kecil sedangkan ukuran gigi mengikuti garis keturunan bapak yang giginya lebar-lebar Gigi-gigi tersebut tidak cukup letaknya di dlaam lengkung gigi

Kekurangan gizi juga dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang terganggu

211 Macam-macam MaloklusiMaloklusi dibagi 3Maloklusi tipe dental terjadi jika perkembangan rahang atas dan rahang bawah terhadap

tulang kepala normal tapi gigi-giginya mengalami penyimpanganMaloklusi tipe skeletal terjadi karena hubungan rahang atas dan rahang bawah terhadap

tulang kepala tidak harmonis karena ada gangguan pertumbuhan dan perkembangan rahangMaloklusi fungsional terjadi karena adanya kelainan otot-otot sehingga timbul gangguan

saat dipakai untuk mengunyah22 Klasifikasi Maloklusi Menurut AngleKelas I AngleTonjol Mesiobukal M1 atas beroklusi dengan cekung bukal M1 bawahNeutroklusi

kelas 1 angleKelas II AngleTonjol mesiobukal M1 atas berada lebih kemesial dari posisi kelas 1telah melewati puncak tonjol mesiobukal M1 bawahgigi M1 bawah lebih ke distal Distoklusi

kelas II angleKelas III AngleTonjol mesiobukal M1 atas berada lebih Ke distal dari posisi klas 1Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawahGigi M1 bawah lebih ke mesial Mesioklusi

kelas III angle221 Kekurangan Klasifikasi AngleKlasifikasi Angle ini masih merupakan system yang belum sempurna masih terdapat

kekurangan-kekurangan pada system ini karena DrAngle hanya berdasarkan hubungan gigi-gigi saja dan oklusi antara lengkung gigi dirahang atas dan rahang bawah Hingga sekarang klasifikasi DrAngle masih banyak dipakai Selain itu system ini terbatas dan tidak dapat dipakai untk segala keadaan sehingga dengan sstem ini kita tidak dapat memecahkan masalah tentang hubungan gigi-gigi Sebaba diagnose intra oral tidak mencukupi untuk menentukan suatu anomaly sebaiknya kita

menggunakan ekstra oral dan diagnosis cephalometrik sebelum kita memasukkan anomali itu kedalam suatu kelas Apabila kita menggunakan M1 sebagai fixed point dalam menentukan klasifikasi dalam maloklusi maka kita akan kecewa sebab suatu hubungan mesio-distal yang normal dari molar-molar Dan perlu ditekankan bahwa didalam makhluk hidup tidak ada yang dinamakan fixed point khususnya pada masa pertumbuhan Kita masih menggunakan klasifikasi dari DrAngle untuk menentukan maloklusi hanyalah untuk penyederhanaan saja

Apabila dengan system Angle kita mengalami kesulitan dalam menentukan klasifikasi dari maloklusi maka kita dapat pula menggunakan bantuan cara gnatognatik dan fotostatik Bukan suatu diagnosis hanya suatu penggolongan

222 Batasan untuk Klasifkasi Menurut Angle dalam penilaian maloklusiPenilaian masalah vertical dan transversal tidak termasuk ke dalam klasifikasi menurut

Angle Overbite secara umum digunakan untuk mengukur hubungan oklusal vertical pada gerigi tapi tidak digunakan untuk pengukuran untuk hubungan vertical dari struktur facial skeletal ldquoCrossbitesrdquo pada bidang transversal dapat berupa masalah sederhana seperti masalah antar 2 gigi atau yang kompleks yang melibatkan sebagian besar gigi posterior maxilla dan mandibula Klasifikasi Angle tidak menilai masalah-masalah seperti rotasi ldquocrowdingrdquo dan ldquospacingrdquo yang terjadi pada gigi Faktor lain seperti ketidakadaan gigi karena factor turunan atau impaksi gigi yang membutuhkan perawatan orto tidak berhubungan dengan klasifikasi menurut Angle Karena itulah percobaan epidemiologi tidak dapat mengandalkan system klasifikasi Angle karena factor penting seperti alignment gigi overbiteoverjet dan crossbite tidak dapat diukur

Pengetahuan tntang hubungan antara ldquothe angle classesrdquo dan alignment gigi serta masalah transversal dan vertical sangat berguna pada perlakuan kesehatan Hubungan ini sangat membantu untuk membedakan antara masalah maloklusi simple seperti ldquoalignment problemrdquo pada maloklusi kelas 1 dengan maloklusi yang lebih kompleks seperti maloklusi divisi 1 kelas2 dengan crossbite posterior dan anterior

Beberapa pendapat tentang klasifiksi Angle bersifat sangat subjektif untuk ukuran epidemiologi Pembahasan ini dapat berlaku saat investigator tidak menyusun batas objektif pada variable seperti ldquotooth crowdingrdquo dan posisi anteroposterior gigi M1 Sebagai contoh seseorang dengan hubungan molar kelas 1 dapat memiliki oklusi yang ideal oklusi normal dan maloklusi kelas 1 Tiga grup ini dapat dibedakan dengan mendapatkan pengukuran secara objektif dari incisor yang tidak beres dan penilaian oklusi ideal dengan skor 0 (alignment sempurna) oklusi normal dengan skor 1 dan skor untuk maloklusi tingkat 1 adalah gt1 Terdapat kemiripan pada beberapa hubungan M1 antara kelas 1 dan 3 dan kelas 1 dan 2Hubungan molar kelas 1 2 dan 3 dapat dibedakan dengan dibuat sebuah jarak yang objektif seperti 2mm mesial dan distal ke buccal groove dari bagian bawah M1

23 Klasifikasi IncisivusKelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah cingulum

plateau incisive rahang atas

kelas I incisivusKelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada bagian palatal

sampai cingulum plateau pada incisive rahang atas Terbagi menjadi

kelas II incisivus

Pembagian

kelas II incisivus divisi 1Pembagian 2 central incisor rahang atas mengalami retroklinasi

kelas II incisivus divisi 2Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagian anterior

sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah

kelas III incisivusPada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm overbite

terjadi saat incisive rahang atas menutupi frac14 sampai 13 incisive bagian bawah pada saat oklusi24 Klasifikasi caninus

Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan

premolar satu rahang bawahKelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah

kelas II caninusKelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah25 Klasifikasi SkeletalHubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang dan variasi pada

setiap bidang bisa mempengaruhiHubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah satu sama

lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi disebut sebagai hubungan skeletal Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan yaitu

Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada keadaan oklusi

kelas I skeletalKlas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke belakang dalam

hubungannya dengan rahang atas dibandingkan pada Klas 1 skeletal

kelas II skeletalklas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan daripada

kelas 1 skeletal

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 4: Maloklusi Dan Pengucapan

menggunakan ekstra oral dan diagnosis cephalometrik sebelum kita memasukkan anomali itu kedalam suatu kelas Apabila kita menggunakan M1 sebagai fixed point dalam menentukan klasifikasi dalam maloklusi maka kita akan kecewa sebab suatu hubungan mesio-distal yang normal dari molar-molar Dan perlu ditekankan bahwa didalam makhluk hidup tidak ada yang dinamakan fixed point khususnya pada masa pertumbuhan Kita masih menggunakan klasifikasi dari DrAngle untuk menentukan maloklusi hanyalah untuk penyederhanaan saja

Apabila dengan system Angle kita mengalami kesulitan dalam menentukan klasifikasi dari maloklusi maka kita dapat pula menggunakan bantuan cara gnatognatik dan fotostatik Bukan suatu diagnosis hanya suatu penggolongan

222 Batasan untuk Klasifkasi Menurut Angle dalam penilaian maloklusiPenilaian masalah vertical dan transversal tidak termasuk ke dalam klasifikasi menurut

Angle Overbite secara umum digunakan untuk mengukur hubungan oklusal vertical pada gerigi tapi tidak digunakan untuk pengukuran untuk hubungan vertical dari struktur facial skeletal ldquoCrossbitesrdquo pada bidang transversal dapat berupa masalah sederhana seperti masalah antar 2 gigi atau yang kompleks yang melibatkan sebagian besar gigi posterior maxilla dan mandibula Klasifikasi Angle tidak menilai masalah-masalah seperti rotasi ldquocrowdingrdquo dan ldquospacingrdquo yang terjadi pada gigi Faktor lain seperti ketidakadaan gigi karena factor turunan atau impaksi gigi yang membutuhkan perawatan orto tidak berhubungan dengan klasifikasi menurut Angle Karena itulah percobaan epidemiologi tidak dapat mengandalkan system klasifikasi Angle karena factor penting seperti alignment gigi overbiteoverjet dan crossbite tidak dapat diukur

Pengetahuan tntang hubungan antara ldquothe angle classesrdquo dan alignment gigi serta masalah transversal dan vertical sangat berguna pada perlakuan kesehatan Hubungan ini sangat membantu untuk membedakan antara masalah maloklusi simple seperti ldquoalignment problemrdquo pada maloklusi kelas 1 dengan maloklusi yang lebih kompleks seperti maloklusi divisi 1 kelas2 dengan crossbite posterior dan anterior

Beberapa pendapat tentang klasifiksi Angle bersifat sangat subjektif untuk ukuran epidemiologi Pembahasan ini dapat berlaku saat investigator tidak menyusun batas objektif pada variable seperti ldquotooth crowdingrdquo dan posisi anteroposterior gigi M1 Sebagai contoh seseorang dengan hubungan molar kelas 1 dapat memiliki oklusi yang ideal oklusi normal dan maloklusi kelas 1 Tiga grup ini dapat dibedakan dengan mendapatkan pengukuran secara objektif dari incisor yang tidak beres dan penilaian oklusi ideal dengan skor 0 (alignment sempurna) oklusi normal dengan skor 1 dan skor untuk maloklusi tingkat 1 adalah gt1 Terdapat kemiripan pada beberapa hubungan M1 antara kelas 1 dan 3 dan kelas 1 dan 2Hubungan molar kelas 1 2 dan 3 dapat dibedakan dengan dibuat sebuah jarak yang objektif seperti 2mm mesial dan distal ke buccal groove dari bagian bawah M1

23 Klasifikasi IncisivusKelas 1- Incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak di bawah cingulum

plateau incisive rahang atas

kelas I incisivusKelas 2- incisor edge pada incisive rahang bawah oklusi atau terletak pada bagian palatal

sampai cingulum plateau pada incisive rahang atas Terbagi menjadi

kelas II incisivus

Pembagian

kelas II incisivus divisi 1Pembagian 2 central incisor rahang atas mengalami retroklinasi

kelas II incisivus divisi 2Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagian anterior

sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah

kelas III incisivusPada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm overbite

terjadi saat incisive rahang atas menutupi frac14 sampai 13 incisive bagian bawah pada saat oklusi24 Klasifikasi caninus

Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan

premolar satu rahang bawahKelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah

kelas II caninusKelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah25 Klasifikasi SkeletalHubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang dan variasi pada

setiap bidang bisa mempengaruhiHubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah satu sama

lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi disebut sebagai hubungan skeletal Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan yaitu

Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada keadaan oklusi

kelas I skeletalKlas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke belakang dalam

hubungannya dengan rahang atas dibandingkan pada Klas 1 skeletal

kelas II skeletalklas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan daripada

kelas 1 skeletal

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 5: Maloklusi Dan Pengucapan

kelas II incisivus

Pembagian

kelas II incisivus divisi 1Pembagian 2 central incisor rahang atas mengalami retroklinasi

kelas II incisivus divisi 2Kelas 3-incisor edge pada rahang bawah oklusi dengan atau terletak pada bagian anterior

sampai cingulum plateau pada incisive rahang bawah

kelas III incisivusPada oklusi yang normal adalah hubungan kelas 1 dan overjet sebesar 2-4mm overbite

terjadi saat incisive rahang atas menutupi frac14 sampai 13 incisive bagian bawah pada saat oklusi24 Klasifikasi caninus

Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan

premolar satu rahang bawahKelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah

kelas II caninusKelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah25 Klasifikasi SkeletalHubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang dan variasi pada

setiap bidang bisa mempengaruhiHubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah satu sama

lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi disebut sebagai hubungan skeletal Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan yaitu

Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada keadaan oklusi

kelas I skeletalKlas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke belakang dalam

hubungannya dengan rahang atas dibandingkan pada Klas 1 skeletal

kelas II skeletalklas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan daripada

kelas 1 skeletal

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 6: Maloklusi Dan Pengucapan

Kelas 1- canine rahang atas beroklusi pada ruang buccal antara canine rahang bawah dan

premolar satu rahang bawahKelas II- canine rahang atas oklusi di anterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah

kelas II caninusKelas III- canine rahang atas oklusi di posterior sampai ruang buccal di antara canine rahang

bawah dan premolar satu rahang bawah25 Klasifikasi SkeletalHubungan rahang satu sama lain juga bervariasi pada ketiga bidang ruang dan variasi pada

setiap bidang bisa mempengaruhiHubungan posisional antero-posterior dari bagian basal rahang atas dan bawah satu sama

lain dengan gigi-gigi berada dalam keadaan oklusi disebut sebagai hubungan skeletal Keadaan ini kadang-kadang disebut juga sebagai hubungan basis gigi atau pola skeletal Klasifikasi dari hubungan skeletal sering digunakan yaitu

Klas 1 skeletal-dimana rahang berada pada hubungan antero-posterior yang ideal pada keadaan oklusi

kelas I skeletalKlas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke belakang dalam

hubungannya dengan rahang atas dibandingkan pada Klas 1 skeletal

kelas II skeletalklas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan daripada

kelas 1 skeletal

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 7: Maloklusi Dan Pengucapan

kelas I skeletalKlas 2 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke belakang dalam

hubungannya dengan rahang atas dibandingkan pada Klas 1 skeletal

kelas II skeletalklas 3 skeletal-dimana rahang bawah pada keadaan oklusi terletak lebih ke depan daripada

kelas 1 skeletal

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 8: Maloklusi Dan Pengucapan

kelas III skeletalContoh dari Klas 1 2 dan 3 dapat dilihat pada Gambar 43 Tentu saja di sini ada berbagai

macam kisaran keparahan Klas 2 dan Klas 3 skelatalGambar 4 4 memperlihatkan efek variasi dari hubungan skeletal terhadap oklusi gigi-gigi jika

posisi gigi pada rahang tetap konstanVariasi pada hubungan skeletal bisa disebabkan olehVariasi ukuran rahangVariasi posisi rahang dalam hubungannya dengan basis kraniumJadi jika salah satu rahang terlalu besar atau kecil dalam hubungannya dengan rahang

lainnya pada dimensi anteroposterior akan dapat terjadi perkembangan hubungan klas 2 atau 3 skeletal Selanjutnya jika salah stau rahang terletak lebih ke belakang atau ke depan daripada yang lain dalam hubungannya dengan basis kranium juga bisa terbentuk hubungan kelas 2 atau 3 skeletal

Ukuran relatif dari rahang pada dimensi lateral juga mempengaruhi oklusi gigi-gigi Idealnya kedua rahang cocok ukurannya sehingga oklusi dari gigi-gigi bukal pada relasi transversal adalah tepat Kadang-kadang sebuah rahang lebih lebar dari yang lain sedemikian rupa sehingga menimbulkan oklusi dari gigi-gigi terpengaruh menimbulkan gigitan terbalik bukal jika rahang bawah lebih lebar atau oklusi lingual dari gigi-gigi bawah jika rahang atas yang lebih lebatr Gigitan terbalik bukal bisa unilateral atau bilateral

Hubungan vertikal dari rahang atas dan bawah juga mempengaruhi oklusi Efeknya paling jelas terlihat berupa variasi bentuk rahang bawah pada sudut gonium Mandibula dengan sudut gonium yang tinggi cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih panjang dan pada kasus yang parah bisa menimbulkan gigitan terbuka anterior Sebaliknya mandibula dengan sudut gonium yang rendah cenderung menimbulkan dimensi vertikal wajah yang lebih pendek

26 Klasifikasi Profitt-AckermanDi tahun 1960-an Ackerman dan Profitt meresmikan sistem tambahan informal pada

metode Angle dengan mengidentifikasi lima karakteristik utama dari malocclusi untuk digambarkan secara sistematis pada klasifikasi Pendekatan tersebut menutupi kelemahan utama skema Angle Secara spesifik ia (1) menyertakan evaluasi pemadatan dan asimetri pada gigi dan menyertakan evaluasiincisor protrusion (2) mengenali hubungan antara protrusion dan crowding (3) menyertakan bidang transversal dan vertikal dan juga anteroposterior dan (4) menyertakan informasi tentang proporsi rahang pada titik yang tepat yaitu pada gambaran hubungan pada tiap bidang Pengalaman membuktikan bahwa minimal lima karakteristik harus dipertimbangkan dalam evaluasi diagnostik lengkap

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 9: Maloklusi Dan Pengucapan

Meskipun elemen-elemen skema Ackerman-Profitt biasanya tidak dikombinasikan seperti awalnya sekarang banyak digunakan klasifikasi dengan lima karakteristik utama Namun perubahan terpenting adalah penekanan yang lebih besar pada evaluasi proporsi jaringan lunak pada wajah dan hubungan gigi pada mulut dan pipi pada senyum dan juga saat istirahat

Penambahan Mengenai 5 Karakteristik Sistem KlasifikasiDua hal yang secara seksama membantu menganalisis hal ini adalah (1) mengevaluasi

orientasi dari garis estetik (esthetic line) dari pertumbuhan gigi yang berhubungan tetapi berbeda dengan fungsi garis Angle pada oklusi dan (2) menambahkan mengenai 3 dekripsi dimensional dari wajah dan hubungan gigi dengan karakteristik rotasi sekitar daerah dari setiap alat

Estethic Line of DentitionPada analisis moderen garis kurva yang lain mengkarakteistikkan kemunculan dari

pertumbuhan gigi sangatlah penting Garis estetik ini mengikuti tepi muka dari maksila gigi anterior dan gigi posterior Orientasi dari garis ini seperti pada kepala dan rahang yang dideskripsikan ketika terjadi rotasi yang tepat (pitch) pada aksis perputaran (roll) dan pergeseran (yaw) sebagai tambahan pada bagian transverse anteroposterior dan vertikal

Ketepatan Perputaran Pergeseran dari dekripsi sitematikKunci dari aspek yang telah dijelaskan dari sistem klasifikasi di atas adalah penggabungan

dari analisis sistematik dari skeletal dan hubungan gigi pada tiga bagian sehingga tingkat kesalahan (deviasi) pada setiap arah dapat digabungkan ke dalam daftar masalah pasien Deskripsi yang lengkap membutuhkan pertimbangan dari kedua pergerakan secara translasi (ke depanke belakang ke ataske bawah ke kirike kanan) pada bidang tiga dimensi dan rotasi mengenai garis tegak lurus pada aksis dengan posisi yang tepat berputar atau bergeser (pitch roll dan yaw) Pengenalan dari rotasi aksis ke dalam deskripsi yang sistematis dari ciri dentofacial secara signifikan meningkatkan ketelitian dari pendeskripsian dan dengan demikian terjadi peningkatan fasilitas terhadap setiap masalah yang ada

Ketepatan perputaran dan pergeseran dari garis estetik pertumbuhan gigi berguna untuk mengevaluasi hubungan gigi dengan jaringan lunak Dari pandangan ini rotasi ke atas ke bawah yang berlebihan dari gigi dan cenderung pada bibir dan dagu dapat diperhatikan sebagai salah satu aspek dari ketepatan Ketepatan dari pertumbuhan gigi cenderung pada jaringan lunak di daerah wajah dan harus dievaluasi dengan percobaan klinis Ketepatan dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya serta otot skeletal di wajah dapat diperhatikan secara klinis tetapi harus dipastikan dengan menggunakan cephalometric radiograph pada klasifikasi akhir di mana ketepatan dinyatakan sebagai orientasipatokan dari palatum oklusal dan daerah mandibula ke bagian horisontal yang benar

Perputaran (roll) dideskripsikan sebagai perputaranrotasi ke atas dan ke bawah pada satu sisi atau sisi yang lain Pada percobaan klinis hal ini sangat penting untuk menghubungkan orientasi transverse dari gigi (garis estetik) dengan kedua jaringan lunak dan skeleton pada wajah Hubungan dengan jaringan lunak dievaluasi secara klinis dengan garis intercommissure sebagai referensi Baik cetakan maupun foto dapat digunakan untuk menandai bagian oklusal (Fox plane) yang akan memperlihatkan bagian frontal maupun oblique ketika bibir tersenyum Hubungan skeleton wajah memeperlihatkan keterkaitan dengan garis interokular Penggunaan Fox plane adalah dengan memberi tanda pada kemiringan dari bidang oklusi yang dapat memepermudah untuk memperlihatkan hubungan gigi pada garis oklusal namun dengan perlengkapan ini tidak mungkin untuk dapat melihat hubungan gigi dengan garis intercommissure Hal ini membuat dokter gigi dapat mendeteksi ketidaksesuaian antara sisi-sisi dari gigi ke bibir yang berjarak 1mm sedangkan pada orang normal berjarak 3mm

Rotasi dari rahang dan gigi satu dengan yang lainnya disekitar aksis vertikal memproduksi skeletal atau ketidaksesuain garis tengah yang disebut dengan pergeseran Pergerakan gigi yang relatif ke rahang atau pergerakan dari rahang bawah atau rahang atas yang mengambil gigi dengan hal itu dapat terjadi Efek pergerakan selain gigi dan atau penyimpangan yang skeletal midline biasanya terjadi secara unilateral antara hubungan Kelas II atau Kelas II molar Pergerakan yang

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 10: Maloklusi Dan Pengucapan

ekstrim berhubungan dengan asmetris posterior crossbite buccal pada satu sisi dan pada bagian lingual yang lain Pergerakan meninggalkan klasifikasi sebelumnya tetapi pada bagian transverse yang asimetris memudahkan pendeskripsisan hubungan yang akurat

Penyimpangan midline gigi hanya dapat sebagai bayangan dari salah penempatan incisive karena gigi yang tumpang tindih Hal ini harus dibedakan dari ketidaksesuaian pergerakan dimana seluruh lengkung gigi dapat berputar di satu sisi Jika ketidaksesuaian pergerakan terjadi pertanyaan berikutnya adalah apakah rahang itu sendiri mengalami penyimpangan atau apakah gigi cenderung menyimpang ke arah rahang Penyimpangan pergerakkan maksila dapat terjadi namun jarang suatu kasus asimetri dari mandibula terjadi pada 40 pasien dari pasien normal mandibular pertumbuhan yang berlebihan dan pada pasien ini giginya akan cenderung mengalami penyimpangan dalam penyeimbangan arah ke rahang Hal ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan klinis dengan seksama karena mungkin tidak terlihat jelas dalam catatan diagnostikMeskipun merupakan tambahan kepada evaluasi diagnostik ciri-ciri dentofacial harus dapat menggambarkan lima karakteristik utama Pemeriksaan lima karakteristik utama sesuai dengan urutan akan mempermudah dalam mengorganisir informasi diagnostik untuk meyakinkan bahwa tidak ada hal penting yang terlewatkan

27 Maloklusi Dental dan SkeletalKlasifikasi melalui 5 karakteristik ciri dentofacialPenampakan dentofacialPerbandingan frontal dan oblique facial gigi anterior orientasi terhadap garis estetik oklusi

profil Penjajaran (allignment) Rapat terdapat ruang membentuk lengkung simetris orientasi terhadap garis fungsional oklusi

AnteroposteriorKlasifikasi Angle skeletal dan dentalTransverseCrossbite skeletal dan dentalVertikalKedalaman menggigit skeletal dan dental28 Maloklusi dalam Sistem StomatognatikBeberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap

kinerja mastikasi Pasien dewasa dengan maloklusi dental dan skeletal yang parah memiliki kemampuan mastikasi terbatas dibandingkan dengan individu yang oklusinya normal

Beberapa penelitian juga telah mengevaluasi efek dari maloklusi terhadap kinerja mastikasi pada anak-anak Manly and Hoffmeistr melaporkan bahwa anak-anak dengan maloklusi kelas I dan kelas II memiliki kemampuan mastikasi yang sama dengan anak-anak oklusi normal dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kinerja mastikasinya tetapi anak-anak dengan maloklusi kelas III tidak memiliki kemampuan mastikasi sebaik anak-anak dengan maloklusi kelas I dan II

Sebenarnya maloklusi tidak mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggigit dan memroses makanan Tetapi jika dibandingkan dengan maloklusi kelas I kelas II dan kelas III individu dengan oklusi normal dapat menghasilkan distribusi partikel yang lebih luas sehingga mengidikasikan adanya kemampuan mastikasi yang lebih baik

Setiap penyimpangan dari oklusi statis serta fungsional yang ideal akan bisa menimbulkan kelainan pada komponen-komponen sistem pengungunyahan yang lain khususnya sendi temporomandibula dan otot-otot pengunyahan Anggapan ini tidak benar sejauh menyangkut oklusi alami Banyak penelitian yang sudah dilakukan pada pasien dengan disfungsi sendi temporomandibular dan otot Kebanyakan peneliti sependapat bahwa masalah ini mempunyai etiologi multifaktor dengan maloklusi sebagai salah satu faktor di antaranya tetapi tidak ada faktor tunggal yang bisa menimbulkan masalah ini Sebaliknya penelitian-penelitian mengenai maloklusi sebagian besar gagal untuk menemukan hubungan yang pasti antara tipe atau keparahan suatu maloklusi dengan disfungsi temporomandibular Meskipun demikian disfungsi oklusal bisa timbul akibat perawatan ortodonsi bahkan dewasa ini makin tumbuh kesadaran bahwa di samping upaya

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 11: Maloklusi Dan Pengucapan

untuk mendapatkan oklusi statis yang ideal perawatan ortodonsi juga harus dilakukan dengan tujuan mendapatkan oklusi fungsional yang baik

D Maloklusi1 Definisi MaloklusiMenurut Moyers (1973) maloklusi merupakan suatu keadaan kedudukan gigigeligi yang

menyimpang dari oklusi normal17 Menurut definisi Salzmann (1957) maloklusi adalah susunan gigi dalam lengkung gigi atau hubungan geligi dalam suatu susunan lengkung gigi dengan gigi antagonis yang tidak sesuai dengan morfologi yang normal pada kompleks maksilo dentofasial12

Menurut Houston (1990) maloklusi adalah ketidakteraturan oklusi diluar ambang normal dan cerminan dari variasi biologi1

Berdasarkan penelitian di US yang dilaporkan oleh Proffit (2000) sebesar 35 populasi memiliki oklusi normal Sementara itu sebanyak 65 mengalami maloklusi dengan proporsi 5 memiliki penyebab yang diketahui dan 60 maloklusi dengan penyebab kompleks dari kombinasi faktor lingkungan dan herediter yang tidak diketahui pasti detail kombinasinya19

Berdasarkan penelitian di Amerika yang dilaporkan oleh Bishara (2001) diketahui bahwa total frekuensi maloklusi memiliki rentang 46 sampai 87 dengan rata-rata adalah sebesar 667 Frekuensi maloklusi kelas I memiliki persentase sebesar 28-72 dengan rata-rata 458 frekuensi maloklusi kelas II memiliki persentase sebesar 66-29 dengan dengan rerata 18 dan frekuensi maloklusi kelas III memiliki persentase sebesar 1-94 dengan rata-rata 318

Selain itu berdasarkan laporan penelitian-penelitian oleh Proffit (1993) yang dilakukan di beberapa tempat di Amerika Serikat ternyata gigi berjejal adalah yang paling sering terlihat pada maloklusi20 Adapun berdasarkan penelitian Trie Erri Astoeti dkk (2003) dilaporkan bahwa 516 murid-murid kelas 4-6 SD di DKI Jakarta menderita gigi berjejal4

2 Etiologi Maloklusia Etiologi Primer1 Sistem NeuromuskularSistem neuromuskular memegang peranan utama dalam etiologi dan maloklusi karena

adanya efek dari kontraksi refleks terhadap tulang rangka dan gigi-geligi Pola kontraksi yang tidak seimbang hampir terdapat pada semua maloklusi

Tulang Karena tulang-tulang dari wajah (khususnya tulang maksila dan mandibula) menjadi basis dari lengkung rahang maka adanya gangguan dalam morfologi atau pertumbuhan dapat mengganggu hubungan oklusi dan fungsi Kebanyakan dari maloklusi yang serius dihasilkan oleh

ketidakseimbangan rangka kraniofasial2 GigiGigi dapat menjadi salah satu tempat utama dalam etiologi dan kelainan bentuk

dentofasial dalam banyak cara Adanya variasi dalam ukuran bentuk jumlah atau posisi gigi dapat menyebabkan maloklusi Malposisi juga dapat menyebabkan malfungsi karena malfungsi secara tidak langsung dapat mengganggu pertumbuhan tulang salah satu masalah paling sering terjadi adalah ukuran gigi yang terlalu besar untuk lengkung rahangnya atau lengkung rahang terlalu kecil untuk giginya

3 Gangguan pada jaringan lunak ( tidak termasuk otot) seperti penyakit periodontal loss of attachment dan varietas lesi jaringan lunak17

b Waktu1 Periode terjadinya penyebab maloklusi 1048774 penyebab dapat terjadi secara terus menerus

(kontinyu) atau hilang muncul (intermitten)2 Waktu usia ketika penyebab itu terjadic Penyebab Klinis1 Hereditera) Aspek genetik dalam pertumbuhan tulang kraniofasial Contoh sindrom kraniofasial

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 12: Maloklusi Dan Pengucapan

b) Aspek genetik pada gigi geligi dan perkembangan oklusal Contoh tidak adanya gigi (absence of teeth)

2 Gangguan tumbuh kembangDapat terjadi karena faktor idiopatik seperti mikrognatia facial cleft oligodontia dan

anodontia3 Traumaa prenatal trauma dan cedera pada masa kelahiran- Lutut atau kaki yang tidak simetris dapat menekan wajah sehingga menyebabkan

pertumbuhan muka yang asimetris atau retardasi perkembangan mandibula-Tekanan intrauterine pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoplasia mandibulab Trauma post natal- Fraktur rahang dan gigi- Kebiasaan yang menyebabkan mikrotrauma- Trauma TMJ4 Agen Fisika Ektraksi prematurp gigi sulungb Konsumsi makanan dengan kadar serat tinggi Konsumsi makanan dengan kadar serat

tinggi dapat membantu kerja otot-otot mastikasi dan juga non-kariogenik5 Kebiasaan Buruk OralKebiasaan buruk oral yang abnormal sering dihubungkan dengan gangguan pertumbuhan

rahang malposisi gigi gangguan pernafasan kesulitan dalam berbicara ketidakseimbangan otot wajah dan masalah psikologis Kebisaaan ndash kebiasaan tersebut diantaranya

a Thumb sucking and finger suckingb Tongue thrustingc Lip sucking and lip bitingd Nail bitinge Other habits6 Penyakita penyakit sistemikPenyakit dapat menyebabkan kerugian bagi perkembangan tubuh Hal ini tergantung

kepada 1 Daya tahan tubuh seseorang ( resistance)2 Kehebatan dan keganasan dari penyakit (intensity and severity)3 Lamanya penyakit tersebut diderita (duration)4 Waktu dan usia saat penyakit itu berkembangSuatu infeksi kronis atau akut dapat menguunggu pertumbuhan dan perkembangan gigi

jika penyakit tersebut menyerang seseorang yang sedang dalam masa pembentukan gigi Akibatnya dapat terjadi kelainan struktur morfologi ukuran dan bentuk gigi geligi

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan maloklusi antara lain 1 Cerebral Palsy2 Congenital syphilis3 Rubella ( German measles)4 Febrile diseaseb Gangguan endokrinDefisiensi dan disfungsi kelenjar endorin dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan tubuh kita Defisiensi endokrin mempengaruhi pembentukan dan erupsi gigi serta kesehatan jaringan lunak mulut

c Penyakit lokald MalnutrisiMalnutrisi tidak secara langsung menjadi penyebab maloklusi Jika malnutrisi terjadi

pada saat pembentukan gigi dapat mempengaruhi kualitas gigi tersebut17

3 Klasifikasi Maloklusi

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 13: Maloklusi Dan Pengucapan

Klasifikasi Edward Angle dan Martin Dewey 12

a Kelas IGambar 5 Maloklusi kelas IMaloklusi kelas I terjadi dimana terdapat hubungan normal anteroposteriorantara maksila dan mandibula Ciri-cirinya - Gigi berada pada posisi yang tepat di lengkung rahang- Ujung kaninus atas berada pada bidang vertikal yang sama sepertiujung distal kaninus bawah- Tonjol mesiobukal dari M1 atas beroklusi dengan alur (groove) bukal dari M1 bawah

tetap- Jika insisif berada pada inklinasi yang tepat overjet insisal adalah plusmn3mm

Maloklusi sendiri dapat terjadi karena adanya gigi yang mengalami misalignment malposisi di tulang dan terjadi protrusi dentoalveolar Maloklusi kelas I ditandai dengan hubungan rahang normal (ortognati) profil skeletal lurus 21 The Dewey-Anderson modification of Anglersquos classification 12

1 Kelas I tipe 1 ndash Gigi-gigi anterior mengalami crowding karena adanya insisif yang berotasi dan tidak ada ruang untuk caninus dan premolar

2 Kelas I tipe 2 ndash Pada insisif rahang atas terdapat ruang dikarenakan oral habit yang buruk (menghisap jari) dan gigi mengalami kecenderungan untuk fraktur

3 Kelas I tipe 3 ndash Satu atau lebih insisif rahang atas lingual terkunci karena crossbite4 Kelas I tipe 4 ndash Menunjukkan adanya posterior crossbite Biasanya crossbite yang

meliputi satu rahang dapat dikerjakan oleh dokter gigi umum kecuali pada crossbite bilateral posterior

5 Kelas I tipe 5 ndash Terlihat hampir seperti Kelas I tipe 1 hanya berbeda dalam etiologinya yaitu awalnya gigi mempunyai cukup ruang tapi terjadi drifting karena adanya pencabutan (seperti pencabutan M1)

b Kelas IIGambar 6 Maloklusi kelas IITerdapat hubungan distal dari mandibula ke maksila Ditandai dengan lengkung gigi

bawah terletak lebih ke posterior daripada lengkung atas (retrognati) serta profil skeletal cembung Pada maloklusi kelas II dapat terjadi retrognati mandibula protrusi maksila atau keduanya Maloklusi kelas II dapat disebut juga sebagai ldquohubungan postnatalrdquo Maloklusi kelas II dikelompokkan

menjadi 3 divisi - Divisi I Gigi insisif sentral atas mengalami proklinasi (kemiringan anterior ke labial)

dan overjet besar- Divisi II Gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar

sedangkan gigi insisif sentral atas mengalami retrusi dan overbite insisal yang besar sedangkan gigi insisif lateralnya dapat mengalami proklinasi atau retroklinasi

- Subdivisi Bila distooklusi hanya terjadi pada satu rahangc Kelas IIIGambar 7 Maloklusi kelas IIILengkung gigi bawah terletak lebih anterior dalam hubungannya dengan lengkung gigi

atas Dibagi menjadi 2 yaitu - Kelas 3 postural gerak menutup translokasi kearah depan dari mandibula menuju ke

hubungan kelas 3- Kelas 3 sejati rahang bawah berpindah daru posisi istirahat ke oklusi kelas 3 pada saat

penutupan normalSelain berdasarkan klasifikasi Angle maloklusi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan

evaluasi hubungan rahang secara horizontal dan vertikal mencakup gigitan terbuka gigitan dalam gigitan silang gigi berjejal dan lain-lain12

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 14: Maloklusi Dan Pengucapan

E PERILAKUMenurut Blum (1974) status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan lingkungan (fisik maupun sosial budaya) perilaku dan pelayanan kesehatan Dari keempat faktor tersebut perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara langsung perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan18

1 DefinisiPerilaku merupakan hasil segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan

lingkungannya Wujudnya dapat berupa pengetahuan sikap dan tindakan5 Perilaku manusia cenderung bersifat menyeluruh (holistik) dan pada dasarnya terdiri dari sudut pandang psikologi fisiologi dan sosial Namun ketiga sudut pandang ini sulit dibedakan pengaruh dan peranannya terhadap pembentukan perilaku manusia (Notoatmodjo dkk 1994) 22 Menurut Robert Kwick (1974) perilaku diartikan sebagai tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati atau dipelajari Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungan Jadi perilaku dapat muncul jika ada rangsangan lebih dulu Perilaku manusia merupakan pencerminan berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat sikap reaksi rasa takut atau cemas dan sebagainya Oleh karena itu perilaku manusia dipengaruhi atau terbentuk dari faktor-faktor yang ada di dalam diri manusia atau unsur kejiwaan Namun demikian faktor lingkungan merupakan faktor yang berperan serta dalam mengembangkan perilaku manusia Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik alamiah dan lingkungan sosialbudaya Lingkungan fisik adalah lingkungan geografi yaitu lingkungan tempat tinggal manusia dengan segala tantangan hidup yang harus dihadapinya Lingkungan sosialbudaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusia Termasuk lingkungan sosialbudaya adalah sosial ekonomi sarana dan prasarana sosial pendidikan tradisi kepercayaan religi dan sebagainya Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan atau ranah kognitif Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya kemudian terbentuk pengetahuan

Terdapat dua jenis perilaku berdasarkan respon yaitu a Perilaku pasifMerupakan respon internal yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat diobservasi

secara langsung oleh orang lain Misalnya cara berpikir pengetahuan dan sikap seseorang Contoh seseorang memilki pengetahuan bahwa menyikat gigi yang baik adalah dua kali sehari namun dia tidak melakukan hal tersebut hanya sebatas memiliki pengetahuan itu

b Perilaku aktifMerupakan tindakan nyata (respon eksternal) yaitu jika perilaku tersebut dapat diamati

dan diobservasi secara langsung oleh orang lain Perilaku aktif disebut juga Covert behavior Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan Terdapat tiga klasifikasi yaitu

1) Perilaku kesehatan ( Health behavior )Segala hal yang berhubungan dengan tindakan atau tindakan seseorang dalam memelihara

dan meningkatkan kesehatan termasuk didalamnya adalah mencegah penyakit Misalnya mencuci tangan sebelum makan

2) Perilaku sakit ( Illness behavior )Merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu untuk merasakan dan

mencari tahu lebih jauh mengenai sakit yang dialaminya3) Perilaku peran sakit ( the sick role behavior)Merupakan segala hal yang berhubungan dengan tindakan yang dilakukan oleh individu

sakit untuk memperoleh kesembuhan Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh 2 faktor - genetik1048774 konsepsi dasarmodal untuk perkembangan perilaku- Lingkungan 1048774 merupakan kondisilahan untuk perkembangan perilaku Mekanisme

pertemuan kedua faktor diatas dinamakan proses belajar (learning process)42 Anak Usia 6-12 tahun

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 15: Maloklusi Dan Pengucapan

a Perubahan kognitifMenurut White (1970) anak di usia 5-7 tahun mengalami reorganisasi pada system saraf

pusatnya dimana sang anak mengalami peningkatan kemampuan dalam hal menaruh perhatian akan problem-problem yang dihadapinya dan juga adanya penunjukan sikap rajin terhadap tugas-tugas yang diberikan Usia 6-12 tahun merupakan usia sekolah dimana anak menjadi literate yaitu mampu membaca dan menulis Setelah mencapai usia 12 tahun umumnya anakanak sudah bisa menggunakan grammar dan syntax dan mampu berkomunikasi secara oral dan tertulis dengan baik Bahkan pada beberapa negara di usia ini anak sudah fasih dalam bahasa keduanya (second language) Pada usia 6-12 tahun (7-12 tahun menurut Piaget) anak sudah mengerti konstanta panjang massa berat ukuran dan berat Relativitas juga sudah dapat dimengerti oleh anak sebagai contoh bagi anak usia 4 tahun lsquogelaprsquo diartikan sebagai hitam Sedangkan anak usia 10 tahun sudah dapat membicarakan tentang mobil berwarna hijau lsquogelaprsquo Saat mencapai usia 12 tahun pikiran dan mental anak mengalami pendewasaan sehingga sudah mampu mengasimilasi hal-hal nyata dan juga informasi abstrak

b Perubahan emosionalAnak di usia ini mampu menerima norma-norma dalam bertingkah laku Mereka sudah

dapat mengisi kebosanan mereka dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai Pada usia 12 tahun mereka sudah mampu mengatur daftar prioritas mereka Pada usia ini pula mereka mulai mementingkan penampilan luar (body image) Sebagai contoh gigi kecoklat-coklatan tidak mengganggu anak-anak usia 6 tahun Namun bila hal ini tedapat pada anak usia 12 tahun mereka mulai merasa tidak percaya diri malu untuk tertawa yang memperlihatkan gigi-gigi mereka Anak dengan rentang usia 6-12 tahun paling merasakan kepuasan emosional bila mereka diterima oleh suatu kelompok sepermainan (peers group) Tidak merasa diterima sering diejek dapat sangat merusak emosi mereka Peranan orang tua guru dan role model lainnya sangat membantu anak dalam menghadapi masalah tersebut Kemampuan anak untuk mengatasi dan memulihkan diri dari rasa malu frustasi rasa kehilangan dan ketidakpuasan diharapkan mulai tumbuh

pada rentang usia ini Menurut Finn bila hal ini tidak terjadi maka dapat membahayakan masa remaja mereka11

c Perubahan sosialSekolah memegang peranan yang sangat penting pada usia ini dimana anak menemukan

dunia luar yang baru selain dari lingkungan rumahnya Mereka memiliki rasa antusias yang tinggi di awal-awal masa sekolah namun semakin menurun di tahun-tahun berikutnya Peer group yang mereka ikuti juga sangat berpengaruh bagi kehidupan mereka Ada saatnya timbul konflik batin manakala peer group mereka bertentangan dengan orang tua ataupun guru Di satu sisi mereka ingin tetap berpegangan pada orang tua dan guru mereka namun di sisi lain mereka juga tidak mau tidak diterima lagi oleh teman-temannya Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk mengerti adanya konflik-konflik semacam itu dan bagaimana kuatnya tekanan peer group bagi anak-anak di usia ini Hal lain yang menandakan usia ini adalah adanya suatu pertemanan yang lebih bermakna dan stabil Biasanya mereka berteman dengan jenis kelamin yang sama Selain itu adanya kecenderungan mereka memilih teman dengan tingkat ekonomi hobi kegemaran dan tingkat kedewasaan yang sama24

E KEBIASAAN BURUK ORALMenurut Roth (1976) kebiasaan buruk oral merupakan penyimpangan aktivitas oral dan

sekitarnya yang bersifat kontinyu yang merupakan salah satu faktor lingkungan penyebab maloklusi25 Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gildasya dkk (2006) pada 92 anak penghuni Yayasan Bahtera Bandung usia 6-12 tahun dilaporkan bahwa sekitar 50 anak memiliki kebiasaan buruk oral dengan proporsi kebiasaan menghisap ibu jari 438 menggigit atau menghisap bibir 348 tongue thrusting 87 menggigit kuku serta mouth breathing masing-masing 65226 Menurut Viken Sassouni (1971) maloklusi yang umumnya ditemukan pada orang dengan kebiasaan buruk oral adalah maloklusi yang ditandai dengan adanya open bite dengan atau tanpa protrusi gigi27 Klasifikasi kebiasaan buruk oral yang digunakan adalah sebagai berikut

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 16: Maloklusi Dan Pengucapan

a Bernafas melalui mulut (mouth breathing) 11

Bernafas melalui mulut dapat diklasifikasikan menjadi tiga bull Obstruktif 1048774 Anak yang punya gangguan dalam menghirup udara melalui saluran

hidung ( nasal passage)bull Habitual 1048774 disebabkan karena kebiasaan meskipun gangguan yang abnormal sudah

dihilangkanbull Anatomical 1048774 Bila anatomi bibir atasbawah pendek sehingga tidak dapat mengatup

sempurna tanpa ada usaha untuk menutupnyaGangguan bernafas melalui hidung dapat disebabkan karena 1 HypertrophyHypertrophy pada turbinates yang disebabkan karena alergi iklim panas dan kering dan

polusi udara2 Penyimpangan septum nasalisPenyimpangan septum nasi yang memblok aliran udara hidung3 Pembesaran adenoidAnak yang mouth breathing biasanya berwajah sempit gigi anterior atas maju ke arah

labial dan bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang insisif atas Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar sulung oleh otot orbicularis oris maka dan buccinator maka segmen bukal dari maksila berkontraksi mengakibatkan maksila berbentuk V dan palatal yang tinggi1119

sehingga menurut beberapa pendapat mouth breathers cenderung memberikan klinis memiliki wajah yang panjang (long-faced) dan sempit Bila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan berupa gigi depan rahang atas bisa meronggos (protusif) dan gigitan depan menjadi terbuka (open bite) 28 maksila berbentuk V dengan permukaan palatal yang tinggi1119

b Kebiasaan menghisap ibu jariMenghisap ibu jari merupakan kebiasaan yang umum pada anak Berdasarkan penelitian

yang dilaporkan Raymond (1985) terdapat 50 anak usia 1 tahun yang memiliki kebiasaan ini pada usia 6 tahun sebanyak 15-20 yang mempertahankan kebiasaan dan pada usia 9-14 tahun hanya terdapat 5 yang masih memiliki kebiasaan tersebut10 Menurut Viken (1971) anak biasanya menghentikan kebiasaan menghisap ibu jari pada usia 4-6 tahun sementara sebagian lainnya meneruskan kebiasaan tersebut sampai usia 12 hingga 15 tahun27 Kebiasaan menghisap ibu jari yang berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi Menurut Proffit (2000) pada umumnya kebiasaan menghisap ibu jari jika dilakukan pada usia masa gigi sulung tidak akan memberikan dampak yang berkepanjangan Namun jika kebiasaan tersebut bertahan sampai gigi permanen mulai erupsi dapat memberikan dampak maloklusi dengan karakteristik gigi insisif bawah yang malposisi ke lingual open bite anterior 29 insisif maksila yang memiliki diastema dan rahang atas yang sempit Warren dan Bishara (2002) juga memberikan pendapat yang serupa yaitu kebiasaan menghisap akan menyebabkan open bite overjet besar oklusi distal dan posterior crossbite 30 Proffit (2000) juga menambahkan karakteristik maloklusi berhubungan dengan adanya kombinasi tekanan langsung dari ibu jari dan perubahan pola tekanan pipi bibir Ibu jari akan memberikan tekanan yang mendorong insisif bawah ke arah lingual dan insisif atas ke arah labial192831 Selain itu bentuk rahang akan terpengaruh dengan perubahan keseimbangan tekanan pipi dan lidah Jika ibu jari ditempatkan diantara gigi lidah akan terposisi lebih rendah sehingga tekanan pada lingual gigi posterior atas akan menurun Pada saat yang sama tekanan pipi ke gigi akan meningkat karena kontraksi otot buccinator selama menghisap Tekanan pipi pada sudut mulut merupakan yang tertinggi sehingga memberikan risiko lengkung maksila menjadi berbentuk V dengan konstriksi pada lengkung kaninusTingkat efek kebiasaan buruk ini terhadap gigi geligi juga bergantung pada frekuensi durasi dan intensitas kebiasaan buruk Berdasarkan penelitian Proffit (2000) anak dengan kebiasaan menghisap ibu jari dengan frekuensi lebih sering namun dengan periode yang pendek akan kurang memberikan tanda maloklusi yang signifikan dibanding dengan anak yang menghisap ibu jari pada rentang waktu

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 17: Maloklusi Dan Pengucapan

yang cukup lama meski hanya sekali dalam sehari seperti ketika tidur malam 19 Selain itu menurut Raymond (1985) orang tua sebaiknya mengetahui bahwa penghentian kebiasaan buruk ini harus dilakukan ketika anak berusia 4-5 tahun tepatnya sebelum erupsi gigi insisif maksila permanen Jika kebiasaan ini dihentikan tidak ada efek yang terjadi pada susunan gigi geligi maupun erupsi gigi permanen1019 Hal serupa juga didukung oleh studi yang dilakukan oleh Lindsten et al (1996) yang menyatakan bahwa maloklusi yang ireversibel dapat terjadi pada anak dengan kebiasaan menghisap yang berkelanjutan sampai melebihi usia 4 tahun 32 Lebih lanjut Raymond (1985) mengatakan akan terjadi self-correct pada gigi geligi jika anak menghentikan kebiasaan buruknya pada usia 8-10 tahun Kebiasaan ini dapat menyebabkan deformasi prosesus alveolaris dan misalignment pada gigi yang langsung terkena tekanan ibu jari proklinasi gigi anterior maksila yang mengalami tekanan dari ibu jari dan ini merupakan klinis dari maloklusi kelas II skeletal 10

c Kebiasaan Mendorong Lidah (tongue thrusting)Menurut Straub (1960) kebiasaan mendorong lidah dapat disebabkan bottlefeeding yang

tidak tepat dan biasanya disertai dengan kebiasaan buruk lain seperti kebiasaan menghisap ibu jari menggigit bibir dan menggigit kuku Berdasarkan penelitian Rogers (1961) dilaporkan sebanyak 569 dari 290 anak usia sekolah memiliki kebiasaan mendorong lidah Adapun penelitian penelitian Ballard (1963) dilaporkan bahwa di Inggris sebanyak 80 dari populasi tidak dapat mempertahankan oral seal anterior dengan otot fasial relaks atau istirahat dan tongue-thrusting merupakan reaksi adaptif menutup oral seal anterior dan membantu penelanan27

Sementara itu menurut Gellin (1979) pada keadaan normal anak menelan dengan gigi dalam oklusi kedua bibir tertutup dan lidah menahan pada palatum dibelakang gigi anterior Berdasarkan penelitian beliau di Amerika (1979) pada 97 bayi yang baru lahir akan memiliki kebiasaan buruk lidah prevalensi kebiasaan lidah sebesar 80 pada usia 5-6 tahun dan 3 pada usia 12 tahun Jika kebiasaan ini terus berlanjut akan menyebabkan open bite atau incomplite overbite serta ujung lidah terposisi lebih anterior dari normal Hal ini dapat mengakibatkan lidah tertahan dibelakang gigi anterior atas dan lama kelamaan akan menyebabkan diastema pada gigi-gigi anterior atas 33

d Kebiasaan Menggigit BendaKebiasaan menggigit benda yang akan diangkat pada penelitian ini adalah - Menggigit kuku ( nail biting)Merupakan kebiasaan buruk oral dimana posisi ujung kuku berada diantara insisal gigi

insisif atas dan bawah dan dengan penekanan gigi pada bagian kuku tersebut Menurut Finn (1971) dan Alexander (1990) menggigit kuku merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh anak dan orang dewasa1134 Lebih lanjut Finn (1971) mengatakan kebiasaan menggigit kuku adalah kebiasaan normal yang berkembang pada anak yang sebelumnya memiliki kebiasaan menghisap11 Selain itu menurut Alexander dan Lane (1990) etiologi menggigit kuku disebabkan karena stress imitasi terhadap anggota keluarga herediter tranfer dari kebiasaan menghisap ibu jari dan kuku jari yang tidak rapi 34

Laporan hasil studi Finn menyatakan bahwa sekitar 80 individu adalah nail-biters11

Sementara penelitian yang dilaporkan oleh Alexander dan Lane (1990) di Amerika sebanyak 28-33 anak usia 7-10 dan 45 orang dewasa adalah nail-biters34 Berdasarkan penelitian yang dilaporkan Viken (1971) insidens kebiasaan menggigit kuku adalah nol pada usia dibawah 3 tahun lalu meningkat drastis pada pada usia 4-6 tahun selanjutnya konstan pada usia 7-10 tahun dan meningkat kembali sampai pada puncaknya selama pubertas27 Pada beberapa kasus kebiasaan ini dapat menyebabkan atrisi pada gigi anterior bawah10

- Menggigit jariMenurut pendapat Proffit kebiasaan menggigit jari lebih sering dilakukan pada anak

perempuan daripada laki-laki pada usia sekolah Kebiasaan menggigit jari atau menggigit benda lain akan menyebabkan worn teeth 19

- Menggigit bibir

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29

Page 18: Maloklusi Dan Pengucapan

Biasanya yang digigit adalah bibir bawah Jika bibir bawah berulang kali digigit dan ditahan di bawah gigi anterior maksila maka hasilnya adalah labioversion dari gigi-gigi tersebut openbite dan terkadang linguoversion dari gigi insisif bawah 29