Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKNA SIMBOLIK TRADISI AYAM BAKAKAK PADA ADAT
PERKAWINAN SUKU SUNDA DI KELURAHAN DATARAN
KEMPAS KECAMATAN TEBING TINGGI
KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Ilmu Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora
Oleh :
Aie Sumiati
NIM AS 160934
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2021
iv
MOTTO
با ولا ا حللا طي ض رأ ا الأ ا ف م لوا م ا كل ا الناسل يا أيه
و ا أا عدل هلا لكل نيأطانا ا واتا الش طل وا خل عل ب تت
بينا. مل
Artinya:
Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang halal
dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu
musuh yang nyata bagimu. (Q.S Al-Baqarah: 168).1
1 Al-Qur’an dan Tafsir Perkata (Departemen Agama Republik Indonesia), hlm. 26
v
PERSEMBAHAN
بسم الله الر حمن الر حيم
Sembah sujud serta syukur kepada allah SWT Taburan cinta
dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan,
membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan
cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan
akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan.
Sholawat dan salam selalu terlimpahkaan kehadiran
Rasullah MuhammadSAW.
Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk kedua orang
tua tercinta( Ayahanda Sargus dan Ibunda Komala Sari )
yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan,
memberikan support untuk selalu bersemangat dan menjadi
obat dikala kejenuhan datang agar dapat terus melangkah
hingga akhir terselesaikan nya tugas akhir ini. Semoga Allah
SWT selalu meridhoi setiap langkah yang beliau kerjakan
dan pengorbanan beliau akan dibalas berlipat ganda oleh
Allah SWT.
Untuk keluarga besarku yang tercinta, terkhusus untuk
adikku tersayang (Alm. Indra Saputra). Terimakasih atas
doa dan support nya selama ini, semoga kita semua menjadi
keluarga yang rukun dan tetap utuh dan semoga
perjuangan, pengorbanan untuk ku dibalas oleh Allah SWT.
Terkhusus untuk Almamater dan kampus biru tercinta.
Tak lupa untuk sahabat dan teman-teman seperjuangan SPI
16. Terimaksih untuk do’a, nasehat, kerja sama dan ide.
Semoga kita semua sukses Aamiin.
vi
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيم
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul :
“Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan Suku
Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Tanjung Jabung Barat”. Selanjutnya sholawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan umat
pengikutnya sampai hari kiamat.
Setelah melewati proses yang begitu panjang dan akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi
untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Strata Satu pada Program Studi
Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.
Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan kontribusi demi
kesempurnaan penulisan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan kepada :
1. Kedua orang tua saya yaitu (Ayahanda Sargus dan Ibunda Komala Sari),
kedua orang tua angkat saya yaitu (Ayahanda Nasir dan Ibunda Noneng
Rohayati), adikku tersayang (Alm. Indra Saputra) selalu mendo’akan dan
memberikan semangat kepada saya sehingga syukur Alhamdulillah karya
kecil ini dapat terselesaikan.
2. Yth Bapak Prof.Dr.H.Su’aidi,MA.,Ph.D. Selaku Rektor UIN Negeri
Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi.
3. Yth. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE, M.El, Yth. Bapak Dr, As’ad Isma,
M.Pd, Yth. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag, MA, selaku Wakil Rektor I, II
dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
4. Yth Ibu Prof Dr. Halimah Dja’far,S,Ag.,M.Fil.I selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin
Jambi.
5. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag,Yth. Bapak Dr. Alfian, S.Pd, M.Ed,
Yth. Ibu Dr. Raudhoh, S.Ag, SS selaku wakil Dekan I, II dan III Fakultas
Adab dan Humaniora UIN sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Yth Bapak Agus Fiadi,M.Si selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban
Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi.
viii
ABSTRAK
Sumiati, Aie.2021. Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat
Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jurusan Sejarah Peradaban Islam
Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Syaifuddin Jambi. Pembimbing I : Mailinar,S.Sos.,M.Ud dan Pembimbing II :
Hendra Gunawan,S.Hum.,M.Hum.
Penelitian ini membahas tentang Makna Simbolik Ayam Bakakak yang erat
kaitannya dengan tradisi suatu masyarakat setempat terutama dalam hal aktifitas
sosial yaitu salah satunya tentang Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada
Adat Perkawina Suku Sunda, oleh karena itu makanan tradisional memiliki
fonemena lokal. Makanan tradisional masuk kedalam kelompok folklor bukan
lisan yaitu folklor yang berupa benda dan ada bentuknya.
Tujuan penelitian ini ialah mendeskripsikan tentang Makna Simbolik Tradisi
Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran
Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Khususnya
bagaimana prosesi tradisi ayam bakakak, makna simbolik yang terkandung pada
Ayam Bakakak dan untuk mengetahui mengapa masyarakat sunda masih
mempertahankan Ayam Bakakak dalam proses upacara adat perkawinan suku
Sunda di Kelurahan Dataran Kempas. Penelitian ini adalah merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara,
dokumentasi dan informan ditentukan menggunakan purposive sampling. Hasil
penelitian yang diperoleh berupa pengamatan tak berperan serta (observation non
partisipan), artinya peneliti hanya melakukan satu fungsi saja yaitu hanya
mengelola dan tidak ikut aktif, di dalam kegiatan ini hanya mengamati dari jauh
menggunakan wawancara tak terstuktur agar peneliti dan informan dapat
menggunakan pendapatnya yang lebih bebas, serta menggunakan dokumentasi
agar data lebih akurat dalam peneletian.
Hasil temuan dan pembahasannya adalah Prosesi tradisi sebelum perkawinan
neundeun omong (menyimpan ucapan) dan narosan (lamaran). Prosesi tradisi
pelaksanaan upacara perkawinan seserahan (prosesi serah terima), ngeuyeuk
seureuh, akad nikah. Prosesi tradisi pelaksanaan setelah akad nikah sembah
sungkem, sawer pengantin, nincag endog dan mencuci kaki suami, meuleum
harupat (membakar harupat), huap lingkung dan huap deudeuh dan pabetot
bakakak hayam (menarik ayam bakakak). Selain itu Ayam Bakakak mempunyai
makna dan simbolik yang berpengaruh untuk pasangan pengantin: Ayam, Telur,
Air dan Kendi, Pelita, Beras, Kunyit, Uang Logam atau Uang kertas, Cabe Merah,
Bambu, Wadah atau Nampan. Adapun alasan masyarakat masih
mempertahankannya yaitu sebagai tanda penghormatan dari keluarga perumpuan,
sebagai identitas budaya lokal dan penghormatan kepada Leluhur/Nenek moyang.
Kata kunci: Tradisi Ayam Bakakak, Makna dan Simbol.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN NOTA DINAS ..................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................... iii
HALAMAN MOTTO .............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan masalah............................................................................ 6
C. Tujuan penelitian ............................................................................. 7
D. Manfaat penelitian ........................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 8
BAB II KERANGKA TEORI .................................................................. 11
A. Adat Perkawinan Suku Sunda ......................................................... 11
B. Makanan Tradisonal Dalam Adat Perkawinan Suku Sunda ........... 11
C. Makna Simbolik Makanan Tradisonal Dalam Adat Perkawinan
Suku Sunda...................................................................................... 13
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 15
A. Pendekatan dan jenis penelitian ...................................................... 15
B. Ruang lingkup ................................................................................. 15
C. Penentuan Informan ........................................................................ 15
D. Jenis data dan sumber data .............................................................. 16
a. Data primer................................................................................ 16
b. Data sekunder ............................................................................ 16
c. Sumber data ............................................................................... 17
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 18
a. Observasi ................................................................................... 18
b. Wawancara ................................................................................ 19
x
c. Dokumentasi ............................................................................. 20
d. Penentuan Sampel dan Informan .............................................. 20
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 21
a. Analisis Domain ........................................................................ 21
b. Analisis Taksonomi ................................................................... 21
c. Analisis Kompensial ................................................................. 22
d. Analisis Tema Budaya .............................................................. 23
G. Triangulasi Data .............................................................................. 23
H. Tahap-Tahap Penelitian .................................................................. 24
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ......................... 26
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 26
1. Sejarah Kelurahan DataranKempas .......................................... 26
2. Letak Geografis Dataran Kempas ............................................. 28
3. Kondisi Sosial Budaya Suku Bangsa ........................................ 29
a. Demografis .......................................................................... 29
b. Agama ................................................................................. 32
a. Sistem Budaya ..................................................................... 35
1. Sistem Perkawinan ........................................................ 35
2. Sistem Kekerabatan ....................................................... 37
B. Hasil Pembahasan ......................................................................... 38
1. Prosesi Tradisi Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) Pada Adat
Perkawinan Suku Sunda ............................................................ 38
a. Prosesi Tradisi Jauh Hari Sebelum Perkawinan.................. 38
1. Neundeun Omong (Menyimpan Ucapan) ..................... 38
2. Narosan (Lamaran) ...................................................... 39
b. Prosesi Tradisi Pelaksanaan Upacara Perkawinan .............. 42
1. Seserahan (Propesi Serah Terima) ............................... 42
2. Ngeuyeuk Seureuh ........................................................ 43
3. Akad Nikah ................................................................... 45
c. Prosesi Tradisi Pelaksanaan Setelah Akad Nikah ............... 46
1. Sembah Sungkem .......................................................... 46
2. Sawer Pengantin........................................................... 48
3. Nincag Endog (Mengiinjak Telur) ............................... 49
4. Meuleum Harupat (Membakar Harupat) ...................... 51
5. Huap Lingkung dan Huap Deudeuh ............................ 52
6. Pabetot Bakakak Hayam (Menarik ayam Bakakak) .... 53
2. Makna Simbolik Yang Terkandung Pada Ayam Bakakak ....... 58
1. Ayam ............................................................................ 59
2. Telur (Endog) ............................................................... 62
xi
3. Air dan Kendi ............................................................... 64
4. Pelita (lilin) dan Membakar Harupat ............................ 66
5. Beras (beas) .................................................................. 68
6. Kunyit (koneng/kuning) ............................................... 70
7. Uang Logam atau Uang Kertas .................................... 71
8. Cabe Merah .................................................................. 72
9. Bambu .......................................................................... 73
10. Wadah atau Nampan .................................................... 75
3. Faktor-faktor Masyarakat Masih Mempertahankan Ayam Bakakak
(Bakakak Hayam) Pada Adat Perkawinan Suku SundaUpaca .. 76
a. Tanda Penghormatan Dari Keluarga Perumpuan ................ 77
b. Identitas Budaya Lokal ........................................................ 78
c. Penghormatan Kepada Leluhur/Nenek Moyang ................. 80
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 83
A. Kesimpulan ..................................................................................... 83
B. Rekomdasi ....................................................................................... 84
C. Kata Penutup ................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari bermacam-macam suku
bangsa dan budaya yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia.2 Suku
bangsa di Indonesia mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda
salah satu perbedaan itu bisa dilihat dari aspek makanan tradisonal yang mana
makanan tradiosnal merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tersebar di
berbagai daerah di Indonesia. Hal ini mengingat masing-masing wilayah
memiliki ragam makanan disertai variasi, fungsi, dan cara penyajiannya.
Makanan tradisional ini unsur dari kebudayaan yang tidak bisa lepas dari suku
bangsa.3
Kebudayaan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil kegiatan
dan penciptaan batin atau akal budi manusia seperti pola perilaku,
kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.4 Hal ini karena nilai budaya
merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada di dalam fikiran
sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap berharga, bernilai,
penting dalam kehidupan sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman
yang memberi arah dan orientasi kehidupan masyarakat. Pengertian lain yang
berkaitan dengan kebudayaan yaitu dalam konteks produk, jadi kebudayaan
ini mempunyai produk salah satunya yaitu wujud material dalam bentuk
makanan tradisional.5
Pada hakekatnya, makanan tradisonal merupakan bagian kebudayaan
namun dibalik bagian tersebut tersirat keyakinan, pengetahuan, nilai dan
norma yang disebut sistem budaya (Culture System). Adapun untuk
2 Koentjraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990), hlm.
263. 3 Aina Mulyana, Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia. Jurnal Muqoddimah,
No. (9) Tahun 2013, (Jakarta: Koperts,2013), hlm. 43. 4 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2011), hlm.1087. 5 James Danandjaja, Folklor Indonesia: Ilmu Gossip, Dongeng, Dan Lain-Lain (Jakarta:
Pustaka Utama Graffiti, 1997), hlm. 181.
2
mengetahui dan memahami makanan tradisonal dari sistem kolompok
masyarakat disuatu daerah, bahwasanya perlu pula untuk mengetahui dan
memahami sistem budaya masyarakat yang bersangkutan.6
Makanan tradisonal dan upacara adat perkawinan sama-sama merupakan
salah satu keharusan yang bersifat penting di masyarakat. Di kalangan
masyarakat umumnya tidak cukup hanya melakukan perkawinan menurut
agama saja, melainkan dengan melaksanakan upacara adat atau tradisi baik
dalam bentuk sederhana ataupun dalam bentuk besar-besaran guna
menghormati peninggalan warisan nenek moyang. Hal tersebut menunjukkan
bahwa upacara adat perkawinan dan tradisi makanan tradisional adalah hal
yang sangat penting bagi kalangan masyarakat tertentu bahkan menjadi suatu
keharusan untuk melaksanakannya.7
Makanan tradisional mempunyai fungsi majemuk dalam masyarakat setiap
suku bangsa. Fungsi tersebut bukan hanya sebagai fungsi biologis, tetapi juga
fungsi sosial, budaya dan agama. Makanan tradisional erat kaitannya dengan
tradisi suatu masyarakat setempat, karena itu makanan tradisional memiliki
fenomena lokal, seluruh aspek makanan tradisional tersebut merupakan
bagian-bagian dari warisan tradisi suatu golongan masyarakat, makanan
tradisional dapat digunakan sebagai aset atau modal bagi suatu bangsa untuk
mempertahankan nilai kebiasaan atau tradisi dari suatu masyarakat yang
dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri.8
Makanan tradisional dapat disebut memiliki posisi wujud atau simbol dari
kebudayaan manusia, karena dalam proses pengolahan bahan-bahan mentah
sehingga menjadi sebuah makanan. Begitu pula dalam perwujudannya, cara
penyajiannya dengan mengkomsumsinya, sampai menjadi tradisi. Semua hal
itu hanya terjadi karena adanya dukungan dan adanya hubungan yang saling
6 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi 1, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hlm. 165.
7 Venita Nurdiana. Skripsi: Pengantan tandhu Tradisi Pernikahan Masyarakat Desa
Legung Kabupaten Sumenep. (Universitas Negri Malang: Jalan Semarang 5 Malang), hlm. 05 8 Winda Sofiani Pasaribu. Skripsi: Fungsi Dan Makna Makanan Tradisional Pada
Perayaan Budaya Masyarakat Tionghoa, (Universitas Sumatera Utara, 2011), hlm. 13.
3
terkait dengan berbagai aspek yang ada dalam kehidupan sosial dan dengan
berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat tertentu.9
Makanan tradisonal juga diatur oleh adat istiadat atau tradisi yang ada di
dalamnya ini terdapat ciri dan sifat yang khas dimana wujudnya menunjukkan
kapan makanan itu harus disajikan. Ada makanan tradisonal yang diadakan
karena berhubungan dengan kematian contohnya mitos kue apem dalam
tradisi selametan kematian (tahlilan) di desa Kedung Baruk Rungkut
Surabaya, bahwasanya masyarakat percaya pada kue apem terdapat mitos
sebagai kue pengampun atas dosa-dosa orang yang telah meninggal agar
dosanya diampuni oleh Allah SWT, di sisi lain kue apem ini merupakan kue
tradisonal yang ada sejak zaman dulu bahkan di masanya kue ini menjadi kue
yang digemari.10
Di samping itu ada pula makanan tradisonal merupakan makanan yang
wajib pada sistem perkawinan di luar hidangan pokok tamu, yang menurut
pandangan pelakunya sedapat mungkin harus diadakan. Demikian pula halnya
dengan penyajian makanan tradisonal berupa kue-kue senantiasa memberikan
makna perlambang yang berkenaan dengan nilai dan maksud yang terkandung
di dalamnya11
Kebudayaan yang menghasilkan produk makanan tersebut tidak
bisa dilepaskan dari sitem budaya, makanan juga mempunyai fungsi. Sebagai
representasi kolektivitas suku bangsa, dalam konteks makanan tradisional
merupakan salah satu item atau merupakan sebagian dari kajian folklor.
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan
diwariskan turun-temurun, diantara kolektif apa saja secara tradisional dalam
versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai
dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device).12
9 Winda Sofiani Pasaribu, Fungsi Dan Makna Makanan Tradisional Pada Perayaan
Budaya Masyarakat Tionghoa, hlm. 21. 10
Dinnar Ayu Nur Sulaichah. Skripsi: Mitos Kue Apem Dalam Tradisi Selamatan
Kematian (Tahlilan) Perspektif Teori Semiologi Roland Barthes Di Desa Kedung Baruk Rungkut
Surabaya, (Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, 2019), hlm. 8-9. 11
Syarifuddin, Makanan: Wujud, Variasi Dan Fungsinya Serta Cara Penyajiannya,
(Jakarta:Dapartemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Agustus 1993), hlm. 44. 12
James Danandjaja, Folklor Indonesia: Ilmu Gossip, Dongeng, Dan Lain-Lain (Jakarta:
Pustaka Utama Graffiti, 1997), hlm. 2.
4
Makanan tradisional masuk kedalam kelompok folklor bukan lisan yaitu
folklor yang berupa benda dan ada bentuknya. Salah satu contohnya adalah
Makanan.13
Makanan tradisonal sebagai identitas kolektif dari suatu suku bangsa yang
melekat pada setiap suku bangsa, ada beberapa jenis makanan tradisonal yang
berkaitan dengan alat atau tradisi tertentu. Contohnya: pertama, Makanan
tradisonal Beppa Pute milik suku Bugis. Beppa Pute adalah salah satu
makanan yang terbuat dari pulut (beras). Beppa Pute adalah makanan
tradisonal yang selalu ada pada proses perkawinan suku Bugis Wajo,
menurutnya Beppa Pute ini tidak boleh dilupakan ketika akan melakukan
acara perkawinan karena akibatnya sangat fatal bagi kedua mempelai dan
besar kemungkinan acara pernikahan yang diselenggarakan bisa dibatalkan
atau ditunda.14
Kedua, makanan tradisonal tradisi hantaran roti buaya merupakan
identitas kolektif masyarakat Betawi, hal ini diyakini sebagai simbol kesetiaan
dan simbol kemapanan ekonomi. Dengan maksud, selain bisa saling setia,
pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang lebih baik dan hidup
mapan. Karenanya tidak heran jika setiap kali prosesi perkawinan, mempelai
laki-laki selalu membawa sepasang roti buaya berukuran besar dan satu roti
buaya berukuran kecil yang diletakkan di atas roti buaya yang disimbolkan
sebagai buaya perumpuan. Ini mencerminkan kesetiaan laki-laki kepada
mempelai perumpuan sampai beranak cucu. Tradisi ini masih berlangsung
sampai sekarang oleh orang Betawi yang masih menghargai adat istiadat
nenek moyang mereka.15
Ketiga, makanan tradisonal Jenang merupakan identitas kolektif dari
masyarakat Jawa, makanan ini ada pada acara perkawinan suku Jawa, Jenang
ini dikatakan dengan sebutan dodol. Mengenai filosofi Jenang, karena dodol
13
Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Folklor: Konsep, Teori, Dan Aplikasi,
(Yogyakarta: Media Pressindo, 2009), hlm. 29-30. 14
Wiwik Ariska, Skripsi Makna Simbolis “Beppa Pute” Dalam Proses Pernikahan Suku
Bugis Wajo, (Universitas Islam Negri Jambi, 2015), hlm. 8-9. 15
Pdf, Tradisi Roti Buaya Betawi, http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/jbptunikompp-
gdlranirosmad-30027-11-unikom_r-3.
5
merupakan makanan yang lengket, berarti saling merapatkan antara mempelai
pria dan wanita, begitu juga terhadap keluarga besar kedua belah pihak bisa
saling menyatu.16
Selain itu di Provinsi Jambi tepatnya di Kelurahan Dataran Kempas
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat, juga dapat
dilihat pada sistem upacara adat perkawinan suku Sunda yang mana makanan
tradisonal tersebut diadakan karena mempunyai kaitan terhadap tata
kehidupan masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadatnya dan
masih banyak sekali macamnya salah satunya yaitu Ayam Bakakak.
Istilah Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) adalah Ayam yang dimasak atau
dipanggang secara utuh tanpa dipotong-potong. Ayam Bakakak adalah salah
satu makanan tradisional yang khas dalam tradisi upacara adat perkawinan
suku Sunda yang mana Ayam Bakakak menggunakan Ayam Jantan Kampung
karena masyarakat suku Sunda percaya bahwasannya Ayam Jantan salah satu
binatang penolak bala agar para arwah leluhur tidak mengganggu tetapi justru
diharapkan dapat membantu kelancaran berbagai kegiatan pada kehidupan
masyarakat suku Sunda yang diolah dengan cara dibakar, dipanggang, atau
biasa disebut Ayam Bakakak (Bakakak Hayam), tepatnya itu sudah ada sejak
tahun 1985. Makanan tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) ini
merupakan tradisi yang dilakukan oleh keluarga pihak pengantin perempuan
yang disiapkan satu hari sebelum menjelang perkawinan, karena Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) sebagai syarat yang penting, terutama dalam
upacara adat perkawinan.17
Masyarakat suku Sunda masih mencoba mempertahankan identitas
kolektif mereka, salah satunya dalam hal prosesi perkawinan di mana mereka
masih menjadikan Ayam Bakakak sebagai identitas kolektif. Ayam bakakak
dipercayai oleh masyarakat sekitar bahwa makanan tersebut memiliki makna
dan simbol tertentu. Makanan tradisional tersebut diadakan karena mempunyai
16
Koran Jambi Ekpress. Melihat Tradisi Jenang Warga Jawa Di Tanjab Timur, Selalu
Dilakukan Sebelum Resepsi Pernikahan, (Jambi: Sabtu, 20 Agustus 2017). 17
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
6
kaitan terhadap tata cara kehidupan masyarakat yang masih memegang teguh
adat isitiadatnya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Ayam Bakakak ini
adalah Ayam yang diolah dengan cara dibakar atau dipanggang dengan
menggunakan bahan makanan lainnya tetapi Ayam Bakakak ini adalah tradisi
yang sangat unik dari segi bentuk dan hiasanya yang mempunyai makna dan
simbol yang tersirat di dalamnya serta mempunyai citra rasa tersendiri
tentunya berbeda dengan makanan lainnya.18
Menariknya Ayam Bakakak untuk diteliti adalah bahwasanya suku Sunda
yang ada di Kelurahan Dataran Kempas tersebut bukan sebagai mayoritas
melainkan dia sebagai minoritas, tapi kebudayaan itu hidup di tengah-tengah
masyarakat yang di dalamnya bukan cuman suku Sunda tetapi sudah campur
ada suku Jawa, Bugis, Batak, Banjar, Madura, Rejang dan Ogan (sumsel). Ada
apa dengan makanan tradisonal Ayam Bakakak tersebut dan kenapa bisa
hidup di tengah-tengah masyarakat. Di sini sangat menarik untuk dikaji dan
problemnya yaitu suku Sunda bukan mayoritas tetapi kebudayaannya masih
eksis di tengah-tengah masyarakat tersebut. kenapa bisa eksis, saya mencari
bisanya itu di teliti dengan menggunakan metode penelitian folklor.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti dan
mendeskripsikan lebih dalam mengenai ayam bakakak melalui penelitian yang
berjudul: Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan
Suku Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan pokok-
pokok permasalahan yaitu:
1. Bagaimana prosesi tradisi Ayam Bakakak pada adat perkawinan suku
Sunda di Kelurahan Dataran Kempas kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
18
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
7
2. Apa makna simbolik yang terkandung pada Ayam Bakakak pada proses
adat perkawinan suku Sunda di Kelurahan dataran Kempas kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
3. Mengapa masyarakat Sunda masih mempertahankan Ayam Bakakak
pada proses adat perkawinan suku Sunda di Kelurahan Dartaran
Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
C. Tujuan Penelitian
Setelah menegetahui pokok-pokok permasalahan dari penelitian ini, maka
tujuan yang ingin penulis capai dari kajian ini adalah:
1. Untuk mengatahui bagaimana prosesi tradisi Ayam Bakakak pada adat
perkawinan suku Sunda di Kelurahan Dataran Kempas kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
2. Untuk mengetahui makna simbolik yang terkandung pada Ayam
Bakakak pada proses adat perkawinan suku Sunda Kelurahan Dataran
Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
3. Untuk mengetahui masyarakat suku Sunda masih mempertahankan
Ayam Bakakak pada proses adat perkawinan suku Sunda Kelurahan
Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
D. Manfaat Penelitian
Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, maka manfaat
yang penulis harapkan adalah :
1. Secara teoritis untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang
Sejarah dan Peradaban Islam khususnya tentang makna simbolik tradisi
Ayam Bakakak pada adat perkawinan suku Sunda Di Kelurahan
Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
2. Secara praktis:
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi
penulis khususnya serta bagi pembaca.
8
b. Untuk menambah wawasan referensi pustaka dan dapat
digunakan dalam penelitian dalam skala yang luas.
c. Sebagai salah satu syarat untuk tugas akhir skripsi sarjana strata
S1 pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
d. Dengan penelitian ini diharapkan agar mendapat perhatian dari
pemerintah dan masyarakat untuk ikut andil dalam melestarikan
dan menjaga tradisi yang telah ada.
e. Sebagai pendokumentasian kebudayaan Ayam Bakakak agar
tradisi ini tidak punah.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan merupakan salah satu usaha untuk memperoleh data yang sudah
ada, karena data merupakan salah satu hal yang terpenting dalam ilmu
pengetahuan, yaitu untuk menyimpulkan fakta-fakta, meramalkan gejala-
gejala baru mengisi yang sudah ada atau sudah terjadi.19
Untuk mengetahui
apakah yang saya teliti dalam karya ini sudah ada yang melakukan penelitian
sebelumnya atau belum ada yang melakukan penelitian, maka diperlukan
suatu kajian penelitian terdahulu. Dari hasil tinjauan pada hasil penelitian
sebelumnya, maka penulis telah menemukan beberapa kajian budaya yaitu
sala satunya karya tulis ilmiah (skripsi) yaitu:
Pertama, penelitian yang ditulis oleh Quin D. Tulalessy Unipa Manokwari
Tahun 2016, yang berjudul Sagu Sebagai Makanan Dan Sumber Informan
Budaya Masyarakat Inanwatan: Kajian Folklor Non Lisan Salah Satu Distrik
Di Kabupaten Pemekaran Sorong Selatan .20
Di mana di dalamnya membahas
sagu sebagai sumber makanan tradisi yang merupakan bagian dari folklor
yang mempunyai spesifikasi terkait dengan bagaimana cara pemerolehan
19
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Yogyakarta: Gramedia,
1998), hlm. 10. 20
Quin D. Talalessy, Sagu Sebagai Makanan Rakyat Dan Sumber Informasi Budaya
Masyarakat Inanwatan: Kajian Folklor Non Lisan, Jurnal, (Unipa Manokwari, Volume 1. No 01,
Agustus 2016), hlm. 3-6. Jam 21.32
9
sampai dengan pengolahan makanan tersebut. keberadaan masyarakat
Inanwatan pada masa lalu adalah masyarakat yang sudah hidup dan
berkembang dengan budaya yang sangat tinggi, termasuk di dalamnya adalah
kretifitas dan kecerdasan kuliner mereka dalam mengelola sagu, sebab bagi
mereka sagu adalah mama yang memberikan kehidupan dan penghidupan.
Kedua, penelitian Wiwik Ariska Institut Agama Islam Negri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi Tahun 2015, yang berjudul Makna Simbolis “Beppa
Pute” dalam Proses Pernikahan Suku Bugis Wajo Di Dusun Jaya Abadi
Mendahara Tengah Tanjab Barat Tahun 2015. Di mana di dalamnya
membahas “Beppa Pute” atau yang diartikan sebagai kue putih ini adalah
salah satu makanan tradisional yang khas dalam tradisi pernikahan suku Bugis
Wajo, yang nama Beppa Pute ini adalah kue yang dipandang berbeda dari
khas makanan yang lainnya dalam kalangan Suku Bugis. Beppa Pute ini
memiliki bentuk dan makna tertentu dalam tradisi pernikahan suku Bugis
Wajo.21
Ketiga, penelitian Diah Nur Hadiati Universitas Airlangga Surabaya
Tahun 2016, yang berjudul Bentuk, Makna, dan Fungsi Upacara Daur Hidup
Manusia Pada Masyarakat Sunda. Di mana di dalamnya membahas setiap
manusia mengalami hal atau proses yang disebut daur hidup, yaitu proses di
mana seseorang diawali dengan kelahirannya, kemudian tumbuh menjadi
dewasa, menikah, memiliki anak, menua bersama pasangan dan akhirnya
meninggal. Di dalam penelitian ini ada upacara huap lingkung yang mana di
dalamnyan ada menyinggung sedikit tentang Ayam Bakakak tetapi tidak
terfokus pada prosesi dan makna makanan tradisonal Ayam Bakakak
tersebut.22
Yang membedakan dari penelitian sebelumnya dan penelitian saya jelas
berbeda, di dalam penelitian ini yaitu salah satu upacara daur hidup pada
masyarakat Sunda artinya tulisan di atas membahas secara umum, sedangkan
21
Wiwik Ariska, Makna Simbolis “Beppa Pute” Dalam Proses Pernikahan Suku Bugis
Wajo: Skripsi, (Institut Agama Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi: 2015), hlm. 9-10. 22
Diah Nur Hadiati, Bentuk, Makna, Dan Fungsi Upacara Ritual Daur Hidup Manusia
Pada Masyarakat Sunda: Skripsi, (Universitas Airlangga Surabaya: 2016), hlm. 28-98.
10
penelitian saya terfokus pada Makna simbolik Tradisi Melihat Ayam Bakakak
Pada Adat Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
11
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Adat Perkawinan Suku Sunda
Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan,
norma, kebiasaan dan hokum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Adat
menu rut kamus Antropologi berarti adat adalah kebiasaan yang bersifat
religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi antara lain,
mengenai nilai budaya, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang saling
berkaitan dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional.23
Sedangkan adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun
dari generasi ke generasi lain sebagai warisan serta menyangkut pola
interaksinya dengan pola perilaku masyarakat. Setiap daerah tentu memiliki
berbagai macam adat istiadat, salah satunya adalah adat perkawinan suku
Sunda.
Masyarakat Sunda memiliki budaya tradisional yang beragam. Walaupun
keberadaannya tidak sama, apabila kita lihat nilai filosofinya, semua memiliki
nilai filosofi yang cukup tingggi. Salah satunya ialah upacara adat perkawinan.
Setiap acara dalam adat perkawinan tersebut memiliki simbol dan makna
sebagai lambang kehidupan kebudayaan masyarakat pemiliknya.24
Dapat disimpulkan bahwa paparan di atas tentang adat perkawinan, maka
posisi adat perkawinan disini sangat penting, karena tradisi ayam bakakak
merupakan adat perkawinan masyarakat suku Sunda yang sudah menjadi
identitas sebagai warisan turun temurun.
B. Makanan Tradisional Dalam Adat Perkawinan Suku Sunda
Menurut Koentjaraningrat menjelaskan bahwa kebudayaan mempunyai 3
wujud kebudayaan yaitu: Pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan. Kedua, wujud
kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia
23
Koentjaratningrat, Kamus Istilah Antropologi, (Jakarta: Progres, 2003), hlm. 2. 24
Pdf, Makna Dan Simbol Dalam Upacara Adat Perkawinan Sunda Di Kabupaten
Bandung, http://ejurnalpatanjala.kemdikbud.go.id/patanjala/index.php/patanjala/article/view/277.
12
dalam masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia.25
Bahkan kebudayaan merupakan identitas sosial yang mempunyai
nilai terhadap pola-pola tindakan manusia.26
Makanan tradisonal merupakan kolektivitas suku bangsa, yang mana
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Artinya dalam beraktivitas
manusia sudah diatur oleh pola-pola tertentu, pola-pola yang diwariskan dari
keturunan sebelum mereka. Karena aktivitas ini dilakukan secara turun-
temurun. Aktivitas tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat ini
memiliki norma dan nilai sosial, sistem sosial tersebut juga dikenal dengan adat
istiadat atau tradisi yang merupakan wujud kebudayaan kedua.
Makanan tradisional masuk kedalam kelompok folklor bukan lisan yaitu
folklor yang berupa benda dan ada bentuknya. Salah satu contohnya adalah
Makanan. Makanan tradisonal adalah makanan dan minuman yang biasa
dikonsumsi oleh masyarakat tertentu, dengan cita rasa khas yang diterima oleh
masyarakat, termasuk makanan jajanan serta bahan campuran yang digunakan
secara tradisonal dan telah lama berkembang secara spesifik didaerah atau
masyarakat Indonesia sebagai wujud tradisi di dalamnya. Makanan tradisonal
merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Jenis makanan
juga mempunyai arti simbolik, dalam arti mempunyai arti sosial, agama dan
lain-lain.27
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa posisi kebudayaan yang
penulis teliti adalah sebagai warisan tradisi nenek moyang, yang mana apabila
tradisi ini dihilanghkan maka hilang pula wujud kebudayaan yang ada di
Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
25
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan, (Jakarta: Pt. Gramedia,
1974), hlm. 5-6. 26
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan, hlm. 5. 27
http: //repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29034/5/Chapter%201.pdf. Fungsi
dan Makanan Tradisional pada Perayaan Upacara Budaya Masyrakat Tionghoa.
13
C. Makna Simbolik Makanan Tradisonal Dalam Adat Perkawinan Suku
Sunda
Menurut Little John mengatakan makna yang dimiliki bersama masyarakat
merupakan suatu representasi dari sebuah objek, kejadian-kejadian atau kondisi
dari sebuah tanda. Di mana tanda digunakan untuk mendudukkan atau
menjelaskan sesuatu yang ada dalam fikiran manusia atau masyarakat. Secara
umum menurut Little John ada tiga jenis yang mengkaji teori masalah makna
yaitu teori makna yang bersifat mewakili (teori representation), teori makna
filsafat bahasa tingkat sederhana, teori makna dari pengalaman hidup.
Teori makna yang representation/ mewakili melihat bahwa makna sebagai
perwakilan dari sebuah objek. Peristiwa atau kondisi melalui sebuah tanda.
Aspek yang terpenting disini adalah referensial (referential aspect) yaitu acuan
yang memiliki arti terhadap sesuatu yang diwakilinya. Kata-kata dan simbol
lainnya dipakai untuk mewakili objek, situasi, kondisi dan keadaan.28
Pengetahuan kebudayaan lebih dari satu kumpulan simbol, baik istilah-
istilah rakyat maupun simbol-simbol lain. Semua simbol, baik kata-kata yang
terucap, suatu simbol, suatu gerak tubuh, semuanya merupakan bagian-bagian
suatu simbol.29
Dalam kamus umum bahasa Indonesia menyebutkan bahwa
simbol berasal dari kata yunani Simbolon yang berarti tanda atau ciri yang
memberitahu sesuatu hal kepada seseorang.30
Makna simbol apapun merupakan simbol itu dengan simbol lainnya. Kita
tidak mempertanyakan “Ayam Bakakak itu apa?” tetapi kita harus
mempelajari bagaimana simbol ini berhubungan dengan simbol-simbol
lainnya. Setelah kita menghubungkan satu simbol dengan simbol lainnya maka
kita akan mendapatkan makna dari simbol tersebut.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui yang menjadi simbol dalam
penelitian ini adalah Ayam Bakakak yang mana Ayam Bakakak mengandung
kepercayaan yang lahir dan berkembang dalam masyarakat. Kemudian
28
Stephen W. Little John, Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories Of Human
Communication, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), hlm. 153-154. 29
James P. Spradley, Metode Etnografi,(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 135. 30
WJS Poerwadarwinta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: 1976), hlm. 556.
14
kepercayaan Ayam Bakakak tersebut melahirkan makna-makna tertentu dan
menimbulkan perlakuan khusus dari masyarakat seperti halnya melakukan
proses prosesi untuk menghargai kepercayaan tradisi tersebut. Terutama yang
terdapat di dalam tradisi perkawinan suku Sunda tepatnya di Kelurahan
Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif,31
dalam penulisan ini
peneliti menggunakan model emik.32
Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.33
Metode alamiah yang dimaksud adalah metode-metode yang
dimanfaatkan oleh penelitian kualitatif seperti observasi, wawancara dan
pemanfaatan dokumen.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang Makna Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat
Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dalam penelitian ini berbentuk
deskriptif kualitatif. Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
C. Penentuan Informan
Informan adalah sekelompok orang yang memiliki informasi pokok pada
budaya tertentu.34
Dalam penelitian ini, informan ditentukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel
yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, penyampelan disesuaikan dengan
gagasan, asumsi, sasaran, tujuan, dan manfaat yang hendak dicapai oleh
31
Deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu
keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Lihat di Sanafiah
Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 20. 32
Emik adalah pengkategorian fenomena budaya menurut warga setempat (pemilik
budaya). Baca Suwardi Endraswara, Metode,Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi, dan Aplikasi, (Yogyakarta:Pustaka Widyatama,2006), hlm. 55. 33
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 6. 34
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi dan Aplikasi, hlm. 121.
16
peneliti.35
Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kriteria atau
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang atau informan
tersebut dianggap paling tahu apa yang akan kita harapkan atau mungkin dia
sebagai obyek atau situasi sosial yang akan diteliti.36
Informan dalam penelitian ini adalah orang yang mengetahui informasi
yang diinginkan sesuai dengan permasalahan penelitian, orang yang akan
diwawancarai adalah: Masyarakat Sunda, Juru Masak, Tokoh masyarakat,
Kepala Desa/Kelurahan, serta masyarakat yang mengetahui permasalahan yang
akan diteliti ini
D. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh
peneliti dari sumber pertama/utama. Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-katadan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumen dan lain-lain.37
Kata- kata dan tindakan yang dimaksud
adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman
video/audio tapes pengamatan foto atau film.38
Data utama atau data
primer yang penulis dapatkan ialah dari hasil observasi, hasil wawancara
yang berhubungan dengan Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada
Adat Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan
oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal, data
yang dikumpulkan ini sebaiknya disebutkan secara rinci baik jenis,
35
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi dan Aplikasi, hlm. 115. 36
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm. 67. 37
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi
Fakultas Adab & Humaniora, (Jambi:UIN STS Jambi, 2018), hlm. 45. 38
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.157.
17
sumber, jangka waktunya jika memungkinkan.39
Sumber sekunder
merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur, tesis, skripsi,
jurnal ilmiah, hasil penelitian lapangan dan lain sebagainya yang bisa
diperoleh dari perpustakaan UIN STS Jambi, data komunitas, data
kelurahan, buku, artikel, jurnal, maupun dokumentasi yang berhubungan
dengan masalah dengan catatan-catatan data dokumen yang berkaitan
dengan penelitian maupun instansi yang terkait lainnya.
Kemudian, data sekunder lainnya seperti foto, juga digunakan untuk
keperluan penelitian ini. Ada dua kategori yang dimanfaatkan dalam
penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang
dihasilkan oleh peneliti sendiri.40
Kedua kategori foto tersebut juga akan
dijadikan sebagai data tambahan.
c. Sumber Data
Sumber data adalah sumber di mana data dapat diperoleh,
sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data
yang bersangkutan dengan penelitan itu didapatkan. Diantaranya;41
1) Buku-buku yang bersangkutan dengan penelitian ini. Seperti
jurnal, skripsi-skripsi, dan sumber-sumber yang berkaitan
dengan skripsi ini.
2) Informan, seperti: Masyarakat Sunda, Juru Masak, Tokoh
masyarakat, Kepala Desa/Kelurahan dan masyarakat yang
bersangkutan atau yang memahami tentang Ayam Bakakak
tersebut.
3) Dokumentasi, diambil dari dokumentasi yang terdapat di lokasi
penelitian.
Dalam konteks ini sumber data menjadi sumber pendukung penulis dalam
mencari data dalam penelitian yang berhubungan dengan Makna Simbolik Tradisi
39
Tim Peny usun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi
Fakultas Adab & Humaniora, hlm. 45. 40
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm.160. 41
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi
Fakultas Adab & Humaniora, hlm. 47.
18
Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran
Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik partisipant observation
dan indepth interview, bahwa peneliti harus menyimpan pembicaraan
informan, membuat penjelasan berulang, menegaskan pembicaraan informan,
dan tidak menanyakan makna tetapi pengguna nya42
. Yang digunakan peneliti
dalam penelitian ini yaitu penelitian yang menggunakan teknik observasi atau
pengamatan, wawancara, dokumentasi dan penentuan sampel dan informan,
sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah suatu penyelidikan secara sistematis menggunakan
kemampuan indera manusia, pengamatan dilakukan pada saat terjadi
aktivitas budaya dan wawancara secara mendalam (indepth interview),
observasi juga dibantu dengan foto dan tape recorder.43
Observasi
dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti
terjadi dalam kenyataan. Dengan observasi dapat diperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sulit diperoleh dengan
metode lain.
Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan yang sebenarnya.44
Pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti ialah pengamatan tidak berperan serta, karena peneliti
berada diluar aktivitas budaya.45
Teknik observasi atau pengamatan yang digunakan oleh penulis
untuk mendapatkan data objektif tentang segala hal yang berhubungan
dengan Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan
42
Suwardi Endraswara. Metode,Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi, dan Aplikasi. Hlm. 203. 43
Suwardi Edraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, hlm. 208. 44
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 174. 45
Suwardi Edraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, hlm. 209.
19
Suku Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Wawancara
Wawancara adalah a conversation with purpose, wawancara sebagai
wahana strategis pengambilan data, dalam pengambilan data memerlukan
kejelian dan teknik-teknik tertentu.46
Cara yang digunakan adalah
mengajukan pertanyaan yang telah disiapkan kepada responden.
Wawancara juga digunakan dengan maksud tertentu, wawancara itu
dilakukan oleh 2 pihak, yaitu pewawancara (Interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (Interviewe) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu.47
Dalam proses wawancara, pewawancara dapat memberikan
kenyamanan dan ketenangan agar proses wawancara dapat berjalan
lancar dan mendapatkan hasil yang factual dan akurat. Wawancara
mendalam biasanya dinamakan wawancara baku etnografi atau
wawancara kualitatif. Wawancara dilakukan dengan santai, wawancara
dilakukan di rumah terwawancara dan dilakukan secara informal dan
masing-masing pihak seakan-akan tidak ada beban psikologis,
wawancara mendalam akan memperoleh data secara mendalam.48
Bentuk
wawancara ini secara teknis dapat berbentuk dialog terbuka dan fokus.
Bentuk wawancara ini bertujuan untuk menggali data yang berkaitan
dengan penelitian demi menemukan data yang akurat mengenai Makna
Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada adat Perkawinan Suku Sunda Di
Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
46
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi dan Aplikasi, hlm. 151. 47
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hlm. 186. 48
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistimologi dan Aplikasi, hlm. 168.
20
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik akhir yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini. Didalam pendokumentasian
sering dikenal dengan istilah dokumen, record,49
foto dan video/film.
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu bisa
berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang
yang menjadi bukti bahwa hasil penelitian dari observasi/pengamatan
dan wawancara mengandung nilai yang kredibel, yaitu mengumpulkan
literatur-literatur dan data-data yang berhubungan dengan masalah
dengan melihat dokumen-dokumen yang ada pada suatu lembaga.
Dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang
berhubungan dengan Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat
Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
d. Penentuan Sampel dan Informan
Sampel adalah sumber informasi data itu sendiri, sampel dapat
berupa peristiwa, manusia, situasi, dan sebagainya. Penentuan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling, artinya sampel yang
bertujuan. Jumlah sampel tidak ada batas minimal atau maksimal yang
penting telah memadai dan mencapai data jenuh sehingga tidak
ditemukan informasi baru lagi dari subjek penelitian.50 Sedangkan
penentuan Informan dilakukan dengan menggunakan jaringan, yakni
berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala Desa, Ketua RT,
Tokoh Masyarakat dan masyarakat Sunda yang ada di Kelurahan Dataran
Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
49
Menurut Guba dan Lincoln record adalah setiap pertanyaan tertulis yang disusun oleh
seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau menyajikan akunting,
sedangkan dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak
dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Lihat di Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 216. 50
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Tanggerang: Pustaka
Widyatama, 2006), hlm. 206.
21
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan menggambarkan data yang
diperoleh secara kualitatif untuk memberikan makna pada data dan
menjelaskan pola atau kategori yang dibuat berdasarkan temuan lapangan,
yang selanjutnya dicari hubungan antar kata kunci atas temuan lapangan untuks
kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori yang relevan dalam penelitian ini.
Analisis dalam penelitian budaya berupa proses pengkajian hasil
wawancara, pengamatan dan dokumen yang telah terkumpul. Data tersebut
begitu banyak jumlahnya, sehingga yang kurang relevan patut direduksi.
Reduksi data dilakukan dengan membuat kelompok-kelompok dan abstraksi.
Model analisis dapat menggunakan model interaktif yaitu tiga proses; reduksi
data (data reduction), pemaparan data (data display), simpulan melalui
pelukisan dan verifikasi. Proses analisis dilakukan seperti model penelitian
Ethnografy Spradley sebagai berikut.51
a. Analisis Domain (Kategorisasi)
Analisis domain biasanya dilakukan untuk memperoleh gambaran
atau pengertian yang bersifat umum dan relative menyeluruh tentang apa
yang tercakup disuatu focus atau pokok permasalahan yang akan diteliti,
biasanya dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan
deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan.52
Analisis domain ini
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari tempat penelitian
secara garis besarnya yaitu mengenai Makna Simbolik Tradisi Ayam
Bakakak Pada Adat Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan Dataran
Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Sehingga penulis dapat mengetahui data-data yang didapat tersebut
masuk ke ranah mana saja untuk menjawab dari fokus penelitian penulis.
b. Analisis Taksonomi (Menjabarkan Kategori)
Analisis taksonomi baru dilakukan setelah analisis domain, dengan
menggunakan pertanyaan struktural dapat membuktikan domain-domain
51
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta:Gadjah Mada
University, 2006), hlm. 215. 52
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 305.
22
dan memperoleh data yang akan diteliti yang termasuk kedalam domain-
domain itu. Dengan analisis taksonomi akan mengarahkan perhatian pada
struktur internal dari domain-domain tersebut.53
Hasil terpilih untuk
memperdalam data yang telah ditemukan melalui sejumlah pertanyaan
kontras.54
Yang bersumber langsung dari tempat penelitian secara garis
besar yaitu dari tempat penelitian mengenai Makna Simbolik Tradisi
Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan Suku Sunda Di Kelurahan
Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
c. Analisis Komponensial (Mencari Perbedaan Spesifik)
Analisis komponen merupakan suatu pencarian sistematis sebagai
komponen makna yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya.55
Hal ini bertujuan untuk mencari perbedaan dan pertentangan di antara
simbol dalam taksonomis, serta mencari makna yang berbeda
didalamnya. Dalam analisis taksonomi yang diuraikan adalah domain
yang telah ditetapkan menjadi fokus. Melalui analisis taksonomi, setiap
domain dicari elemen yang serupa dan serumpun, hal itu diperoleh
melalui data observasi, wawancara, dan dokumentasi yang terfokus.
Dalam analisis kompensional yang dicari untuk diorganisasikan dalam
domain bukanlah keserupaan dalam domain tetapi justru yang memiliki
perbedaan atau kontras, jelas dan penelitian ini yang dicari adalah
pertentangan dan perbedaan.
Pada tahap ini penulis tidak lagi mencari persamaan dari data-data
yang diperoleh seperti dalam tahap analisis taksonomi tetapi dalam tahap
ini penulis mencari perbedaan dan pertentangan yang terjadi pada analisis
taksonomi sehigga pada akhirnya dapat menemukan pengertian-
pengertian yang menyeluruh.
53
Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 305. 54
James P.Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm.
185. 55
James P. Spradley, Metode Etnografi, hlm. 330.
23
d. Analisis Tema Budaya (Mencari Hubungan atau Benang Merah)
Pada tahap ini aktivitasnya adalah mencari benang merah diantara
domain, dan bagaimana hubungannya dengan keseluruhan. Analisis ini
sesungguhnya merupakan upaya untuk mencari benang merah yang
mengintegrasikan lintas domain yang ada.
Jadi, penelitian kualitatif analisisnya bergerak dari analisis domain
hingga ke analisis tema budaya. Pada analisis domain ruang lingkupnya
melebar sebab peneliti berkepentingan untuk mengenali segenap domain
(kategori-kategori simbolis) yang menjadi cakupan dari fokus yang
diteliti, guna memperoleh gambaran umum dan menyeluruh. Setelah itu
dengan analisis taksonomi dan komponensial peneliti memfokuskan
penelitiannya pada beberapa domain saja guna melacaknya secara lebih
rinci dan mendalam dari analisis sebelumnya yang bersifat melebar. Pada
akhirnya atau puncaknya dengan analisis tema. Prosesnya melebar lagi
guna menemukan tema-tema yang keberadaannya termanifestasi atau
menjelma secara luas dalam kawasan keseluruhan atau sejumlah domain.
Analisis tema budaya sesunguhnya merupakan upaya untuk
mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain yang ada.
Dengan ditemukannya benang merah dari hasil analisis domain,
taksonomi, maka selanjutnya akan dapat tersusun suatu konstruksi
bangunan situasi sosial atau objek penelitian yang sebelumnya masih
gelap atau remang-remang dan setelah dilakukan penelitian, maka
menjadi lebih terang dan jelas.56
G. Triangulasi Data
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan suatu
yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai data
perbandingan terhadap data itu.57
Triangulasi data bertujuan untuk memeriksa
kembali kebenaran dan keabsahan data yang diperoleh di lapangan tentang
Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan Suku Sunda Di
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 158. 57
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Hlm. 330.
24
Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
F. Jadwal Penelitian atau Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan mulai dari pembuatan proposal
skripsi, pengajuan proposal skripsi dan penunjukan Dosen pembimbing.
Setelah itu, konsultasi Dosen pembimbing dan Seminar. Kemudian,
dilanjutkan dengan perbaikan hasil seminar, pengesahan judul dan
permohonan izin riset. Setelah itu, baru pengumpulan data, penyusun data,
analisis data, penulisan draf skripsi, penyusunan dan penggandaan, terakhir
ujian skripsi.
25
NO
TAHAP PENELITIAN
BULAN DAN TAHUN
Nov
2019
Des
2019
Jan
2019
April
2019
July
2020
August
2020
Feb
2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal Skripsi x X x x x x
2 Pengajuan Proposal Skripsi X X
3 Penunjukan Dosen
Pembimbing
X X
4 Konsultasi Dosen
Pembimbing
X X X x
5 Seminar Proposal X
X
6 Perbaikan Hasil Seminar X X
7 Pengesahan Judul
X
X
8 Permohonan Izin Riset x
9 Pengumpulan Data x x X x
10 Penyusunan Data X x X x
11 Analisis Data X x X x
12 Penulisan Draf Skripsi X
13 Penyusunan dan
Penggandaan
x x
14 Ujian Skripsi (munaqasah) x X x
26
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Sejarah Kelurahan Dataran Kempas
Jambi salah satu wilayah yang sangat heterogen dari suku bangsa
hampir di setiap kabupaten masyarakatnya hidup tidak dengan satu suku
bangsa (homogen), tetapi didominasi oleh beberapa suku bangsa yang lain,
salah satunya suku Sunda tepatnya di daerah Tanjung Jabung Barat di
Kelurahan Dataran Kempas. Sebelum berdirinya Desa Dataran kempas pada
Tahun 2012 ada Desa Purwodadi yang merupakan bagian dari Desa Dataran
kempas yaitu Pada Tahun 1985. Di Desa Purwodadi ada Dusun Mekar
arum. Dusun Mekar Arum melakukan musyawarah bersama untuk
pemekaran desa yang mana telah disepakati bersama bahwa pemukiman
Dusun Mekar Arum, Dusun Mekar Sari dan TSM Bloc C akan digabung
menjadi satu wilayah Desa. Desa induknya bernama Desa Purwodadi yang
diambil dari nama salah satu kawasan di Jawa tengah, kemudian
dimekarkan menjadi tiga Desa yang salah satunya adalah Desa Dataran
kempas.
Pada Tahun 2012 berdasarkan keputusan Bupati Tanjung Jabung barat
Dusun Mekar Arum berdiri sendiri menjadi Desa yang telah diberi nama
“Desa Dataran empas”. Desa dataran kempas adalah Desa yang terletak di
Kecamatan Tebing Tinggi kabupaten Tajung Jabung barat yang mana Desa
Dataran kempas ini lokasinya di tengah-tegah perkebunan kelapa sawit yang
berdekatan dengan hutan PT Wirakarya Sakti.58
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang tokoh
sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan bahwa:
“Asal-usul desa nu aya di Kelurahan Dataran Kempas awalna iye
encan ngagaduhan name. satuluyna kampung na disebat desa
purwodadi. Ngaran purwodadi dicandeak ti daerah asalna, nyaeta ti
58
Hasil wawancara dengan Bapak Asbar Nofendra (Kepala Desa) dan diberi alamat link:
wab.datarankempas.com, Kamis, 13 Desember 2018 pukul 15.30 WIB s/d 16.30.
27
Jawa Tengah. Transmigrasi parantos aya ti saprak 1985, dimana
transmigrasi ieu ngalangkungan saluran pamerentah. Teras sakitar
dua atanapi tilu taun aya rapat gabungan antara penduduk melayu
sareung transmigrasi. Tungtungna, sora-sora ngahijikeun sareung
urang malayu ngagaduhan kahoyong kampung ieu bakal
direngsekeun. Saatos direngsekeun aya dukuh. Teras desa Putwodadi
didamel janten dua desa Purwodadi kalayan Mekar Arum. Sabab
pangeusi sp dua kalobaan Sundan jadi kampung ieu disebut Makar
Arum. Name mekar Arum bawaan ti daerah asalna, nyaeta ti Jawa
kulon.59
Transliterasi:
Asal- usul desa yang ada di Kelurahan Dataran kempas awalnya itu
belum ada namanya. Kemudian desa tersebut dinamakan desa
Purwodadi. Nama ”Purwodadi” itu dibawa dari daerah asal yaitu dari
Jawa Tengah. Transmigrasi itu ada sejak tahun 1985 yang mana
transmigrasi ini melalui jalur pemerintahan. Kemudian kira-kira dua
atau tiga tahunan ada pertemuan bersama antara warga melayu dengan
warga transmigrasi. Akhirnya, suara tersebut disatukan dan warga
melayu ada keinginan bahwasannya desa ini mau dipecahkan. Setelah
dipecahkan ada dusun. Kemudian desa purwodadi itu dijadikan dua
desa Purwodadi dengan Mekar Arum. Karena penduduk di sp dua ini
kebanyakan orang Sunda jadi desa ini dinamakan Mekar Arum. Nama
“Mekar Arum” bawaan dari daerah asal yaitu dari Jawa Barat.
Selain itu terdapat juga informan yang lain seperti yang disampaikan
oleh Bapak Teme bahwa:
“Zaman transmigrasi tahun 1985, transmigrasi ieu ngalangkungan
saluran pamerintahan dan aya oge mamitina sateuacan disebat
59
Hasil wawancara dengan Bapak Suerandi Iskandar, Sabtu, 05 September 2020 pukul
09.00 WIB s/d 10.15 di Rumah Kediaman nya.
28
kampung Dataran Kempas, eta disebat kampung Purwodadi anu
dicandak tina nami salah sahiji daerah di Jawa Tengah. Kampung
Purwodadi ngagaduhan tilu dusun, nyaeta dusun Mekar Arum, dusun
Mekar Jaya sareung dusun Mekar Sari.” 60
Transliterasi:
Zaman transmigrasi itu pada tahun 1985 yang mana transmigrasi ini
melalui jalur pemerintahan, adapun awalnya sebelum dinamakan desa
Dataran kempas yaitu dinamakan desa Purwodadi yang diambil dari
nama salah satu kawasan di Jawa Tengah. Desa purwodadi memiliki
tiga dusun yaitu dusun Mekar Arum, dusun Mekar Jaya dan dusun
Mekar Sari.
Dari informasi di atas penulis menjelaskan bahwa asal-usul Suku
Sunda di Kelurahan Dataran Kempas berasal dari Jawa yang ikut
transmigrasi melalui jalur pemerinatahan dan menunjukkan bahwa suku
Sunda yang berada di Kelurahan Dataran Kempas sudah ada sejak tahun
1985.
2. Letak Geografis Kelurahan Dataran Kempas
Kelurahan Desa Dataran Kempas merupakan salah satu kelurahan
yang ada di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Keadaan umum wilayah Desa Dataran Kempas yaitu secara geografis
Desa Dataran Kempas memiliki luas wilayah kurang lebih 498,5 Ha.
Dengan batas wilayah sebagai berikut:
a. Timur berbatasan dengan Desa Sungai keruh
b. Barat berbatasan dengan Desa Purwodadi
c. Selatan berbatasan dengan kuala Dasal
d. Utara berbatasan dengan Desa Tri Mitra Lestari.61
60
Hasil wawancara dengan Bapak Teme, Jum’at, 04 September 2020 pukul 09.45 WIB
s/d 10.45 di Rumah Kediaman nya. 61
Profil Kelurahan Dataran Kempas Kec. Tebing Tinggi Kab. Tanjung Jabung barat,
tahun 2017.
29
Lokasi yang digunakan sebagai penelitian adalah Kelurahan Desa
Dataran Kempas, dalam satu kelurahan memiliki beberapa Rukun
Tetangga (RT) dan jarak antara RT satu dengan yang lainnya berdekatan,
sedangkan jarak desa ke kota jaraknya cukup jauh sehingga pemukiman
masyarakat suku Sunda di Kelurahan Dataran Kempas termasuk daerah
pedesaan. Jarak desa ke kota dijelaskan pada tabel dibawah ini.
Tabel. I
Jarak dari Desa/Kelurahan ke Kota
NO Keterangan Jarak Waktu tempuh
1. Dari Desa ke Kecamatan 19 KM ½ Jam
2. Dari Desa ke Kabupaten 69 KM 1 Jam 42 Menit
3. Dari Desa ke Provinsi 113 KM 2½ Jam
Sumber: Profil Kelurahan Dataran Kempas Kec. Tebing Tinggi Kab.
Tanjung Jabung barat, tahun 2017
Dari tabel di atas menjelaskan bahwa jarak pemukiman masyarakat
suku Sunda menuju Kecamatan menempuh waktu cukup dekat dan tidak
memakan waktu yang cukup lama, hanya saja jika akan menuju ke Provinsi
lumayan jauh ditambah lagi dengan kondisi jalan yang tidak
memungkinkan.
3. Kondisi Sosial Budaya Suku Bangsa
a. Demografis
Kelurahan Dataran Kempas merupakan kawasan yang banyak dihuni
oleh petani dan pedagang. Catatan yang diperoleh dari monografi desa
menjelaskan bahwa jumlah penduduk di Kelurah Dataran Kempas ini
berjumlah 481 kk 1.652 jiwa dengan rincian jenis kelamin laki-laki (840)
jiwa dan jenis kelamin perempuan (812) jiwa. Dengan jumlah suku
bangsa yang tersebar di Kecamatan Tebing Tinggi berdasarkan tabel
dibawah ini:
30
Tabel. 2
Jumlah Penduduk di Kelurahan Dataran Kempas
Berdasarkan Suku Bangsa
No Suku Bangsa Jumlah
1 Suku Jawa 899
2 Suku Sunda 527
3 Suku Batak 195
4 Suku Bugis 11
5 Suku Banjar 10
6 Suku Madura 4
7 Suku Rejang 7
8 Suku Ogan (sumsel) 12
Sumber: Profil Kelurahan Dataran Kempas Kec. Tebing Tinggi Kab.
Tanjung Jabung barat, tahun 2017
Berdasarkan data suku bangsa dalam tabel tersebut, jumlah
masyarakat suku Sunda dan Jawa yang berdomisili di Kelurahan Dataran
Kempas sedangkan suku lain yaitu suku Batak, Bugis, Banjar, Madura,
Rejang dan Ogan hanya suku pendatang. Berdasarkan keterangan yang
disampaikan oleh tokoh masyarakat suku Sunda di Kelurahan Dataran
Kempas sebagai berikut:
“Upami didieu mayoritasna urang Jawa sareung sunda, aya oge
suku Batak, Bugis, Banjar, Madura, Rejang sareung Ogan eta mah
ugur pendatang atanapi tiasa disebatkeun ayenamah ti pecahan kk
(kartu kelawarga).”62
62
Hasil wawancara dengan Bapak Abdi Damiran, Jum’at, 31 Juli 2020 pukul 08.00 WIB
s/d 09.30 di Rumah Kediaman nya.
31
Transliterasi:
Kalau di sini itu mayoritasnya suku Jawa dan Sunda, ada juga suku
Batak, Bugis, Banjar, Madura, Rejang dan Ogan itu cuman
pendatang atau bisa disebutkan kalau sekarang dari pecahan kk
(kartu keluarga).
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang
tokoh sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan bahwa:
”Mayoritas di desa Dataran Kempas nyaeta Jawa sareung Sunda,
beda sareung kampung Purwodadi Sp hiji eta mayoritasna urang
Jawa sareung anu sanesna ti suku anu sanesna ngan ukur
pendatang, sapartos suku Batak, Bugis, Bajar, Madura, Rejang
sareung ogan.”63
Transliterasi:
Mayoritas di desa Dataran Kempas yaitu Jawa dan Sunda, berbeda
dengan desa Purwodadi sp satu itu mayoritasnya suku Jawa dan
selain itu suku-suku lainnya hanya pendatang, seperti suku Batak,
Bugis, Banjar, Madura, Rejang dan Ogan.
Berdasarkan data di atas, bahwa suku-suku yang ada di Kelurahan
Dataran Kempas jumlahnya bervariasi dan berdomisili di beberapa tempat.
Penduduk Kelurahan Dataran Kempas jika dibandingkan dengan
Kelurahan lainnya tingkat keberagamaannya paling tinggi. Ada sekitar 8
suku bangsa yang berdomisili di tempat ini diantaranya adalah Sunda,
Jawa, Batak, Bugis, Banjar, Madura, Rejang dan Ogan. Namun secara
kuantitas beberapa etnis Sunda, Jawa, Batak jumlah nya lebih besar.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin sebagaimana dijelaskan
dalam tabel dibawah ini :
63
Hasil wawancara dengan Bapak Suerandi Iskandar, Sabtu, 05 September 2020 pukul
09.00 WIB s/d 10.15 di Rumah Kediaman nya.
32
Tabel .3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelam in Jumlah
1 Laki-laki 840
2 Perempuan 812
Jumlah 1.652
Sumber: Profil Kelurahan Dataran Kempas Kec. Tebing Tinggi Kab.
Tanjung Jabung Barat, tahun 2017
Data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jumlah
suku bangsa di Kelurahan Dataran Kempas terdapat suku Sunda, Jawa,
Batak, Bugis, Banjar, Madura, Rejang dan Ogan.
b. Agama
Masyarakat suku Sunda adalah masarakat yang pada umumnya
beragama Islam. Dalam sejarah masyarakat suku Sunda di Kelurahan
Dataran Kempas sebelum masuk Islam masih menganut kepercayaan.
Kepercayaan masyarakat suku Sunda ialah mempercayai adanya dewa,
setan dan jin berada. Kepercayaan tentang suatu kekuatan di luar
mereka atau yang disebut dengan animisme64
dan dinamisme65
, Bagi
mereka pohon atau bukit tempat dewa-dewa sangat mempengaruhi
kehidupan mereka karena memiliki kepercayaan terhadap makhluk dan
kekuataan supernatural yang menaruh perhatian pada kehidupan
manusia sebagai tempat mereka memohon.66
Sunda wiwitan adalah sebuah aliran kepercayaan orang-orang
sunda terdahulu. Mereka meyakini kepercayaan tersebut sebagai
kepercayaan Sunda asli atau kepercayaan masyarakat asli Sunda.67
64
Animisme, kepercayaan kepada roh yang mendiami semua benda (pohon,batu, sungai,
gunung dan sebagainya), Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, hlm. 3. 65
Dinamisme, kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga yang dapat
mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, hlm. 8. 66
Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi Agama,
(Jakarta: Rajawali Persada, 2007), hlm.153. 67
Roger L. Dixson, Sejarah Suku Sunda dan Jurnal Veritas: jurnal teologi dan pelayanan,
Oktober, 2000, hlm. 203.
33
Menurut informasi yang disampaikan oleh salah satu tokoh
masyarakat suku Sunda di Kelurahan Dataran Kempas, berikut ini:
”zaman nenek moyang masyarakat suku sunda menganut paham
kepercayaan sareung memuja kahadap kakuatan alam jeung arwah
leluhur (animisme jeung dinamisme) nu dikenal sareung Agama
atau aliran sunda wiwitan. Akan tetapi aya sementara pihak nu
berpendapat bahwa agama sunda wiwitan oge memiliki unsur
Monoteisme purba, yaitu di luhur para dewata jeung hyang jeuro
pantheonnya terdapat manehna tunggal pang luhurna maha kuasa
nu heunte berwujud nu disebut Hyang Karsa nu disamakeun
sareung Tuhan Yang Maha Esa.”68
Transliterasi:
Zaman nenek moyang masyarakat suku sunda menganut paham
kepercayaan dengan memuja terhadap kekuatan alam dan arwah
leluhur (animisme dan dinamisme) yang dikenal dengan Agama
atau aliran sunda wiwitan. Akan tetapi ada sementara pihak yang
berpendapat bahwa Agama sunda wiwitan juga memiliki unsur
Monoteisme purba, yaitu di atas para dewata dengan hyang dalam
pantheonnya terdapat dia tunggal tertinggi maha kuasa yang tidak
berwujud yang disebut Hyang Karsa yang disamakan dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa seiring dengan
perkembangan zaman dan semakin banyaknya keyakinan yang
bermunculan sehingga dapat mengalami perubahan dari segi
kepercayaan atau Agama, sehingga masyarakat Keluarahan Dataran
Kempas secara mayoritas sudah memeluk agama islam. Dan mereka
sudah taat menjalankan ibadah, ketaatan masyarakat didukung dengan
68
Hasil wawancara dengan Bapak Teme, Jum’at, 04 September 2020 pukul 09.45 WIB
s/d 10.45 di Rumah Kediaman nya.
34
adanya sarana ibadah disertai dengan kegiatan-kegiatan keberagamaan
lainnya.
Aspek keberagamaan merupakan salah satu faktor penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat
menjamin kehidupan beragama setiap individu di dalam masyarakat.
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki komitmen yang
kuat dalam memajukan kehidupan beragama. Hal ini tercantum dari
kehidupan yang agamis diperlihatkan dengan aktifitas peribadatan,
tumbuhnya kelompok-kelompok atau majelis pengajian kemudian
semaraknya peringatan hari-hari besar keagaman, serta semangat
masyarakat dalam pembangunan rumah-rumah ibadah. Berikut jumlah
rumah ibadah di Kelurahan Dataran Kempas seperti tabel berikut:
Tabel. 4
Sarana Peribadahan Masyarakat Kelurahan Dataran Kempas
NO Sarana Jumlah
1 Masjid 1
2 Langgar atau Surau 4
3 Gereja 1
Total 6
Sumber: Profil Kelurahan Dataran Kempas Kec. Tebing Tinggi Kab.
Tanjung Jabung Barat, tahun 2017
Dari data berdasarkan tabel di atas menunjukkan tingkat
keberagamaan di Kelurahan Dataran Kempas sangat tinggi. Hal itu karena
mayoritas masyarakat di Kelurahan Dataran Kempas adalah beragama
Islam.
35
c. Sistem Budaya
Masyarakat suku sunda di Kelurahan Dataran Kempas menjalankan
aktivitas kehidupan mereka dengan berpedoman dengan adat istiadat
mereka. Adat istiadat merupakan pedoman bagi masyarakat suku sunda
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari maupun kehidupan sosial-
budaya lainnya. Karena adat istiadat merupakan warisan dari nenek
moyang masyarakat suku melayu itu sendiri, seperti: sistem
perkawinan.
1. Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan bagi masyarakat suku sunda di Kelurahan
Dataran Kempas, di mana untuk memutuskan pasangan hidup dari
dua calon mempelai harus besepakat dan berunding terlebih dahulu,
seperti apakah lamaran diterima atau tidak diterima, dan menentukan
tanggal pernikahan dan seperti apa pernikahan tersebut, di mana
posisi menetap setelah menikah dan masalah-masalah lainnya, itulah
adat istiadat masyarakat suku sunda sebelum melakukan pernikahan
tersebut, maka harus dilakukan proses berunding dengan kedua
mempelai.
Biasanya Setelah berunding antara kedua pihak, bahwa
mempelai lelaki menyerahkan bahan seserahan sebelum hari
pernikahan diserahkan kepada pihak mempelai wanita. Seserahan
berupa uang, perlengkapan kamar (kasur, lemari pakaian dan lemari
meja rias), bahan pokok makanan lainnya.
Menurut informasi Bapak Abdi Damiran selaku masyarakat
suku sunda di Kelurahan Dataran Kempas berikut ini:
”Suku sunda di Kelurahan Dataran Kempas Saeuncan nikah
urang ayakeun rundingan heula lah antara kadua belah pihak,
ditarima eta urusan tukang lah. Nu jelasna sesuai sareung adat
urang lah. Lamun suku sunda di Kelurahan Dataran Kempas
lamun kawinan heunte diwajibkeun harus kawin sareung jeulma
36
sunda, karna aya oge jeulma sunda nu kawin jeung jawa,
melayu atau banjar, tapi lamun sunda kawin sareung bugis eta
jarang urang temukeun. Lamun seserahan nu dibawa eta sami
wae lah. Kos mawa duit, perlengkapan kamar (kasur, lamari
pakean jeung lamari meja rias) jeung bahan pokok laina”69
Transliterasi:
Suku sunda di Kelurahan Dataran Kempas sebelum akan
menikah kita mengadakan rundingan terlebih dahulu antara
kedua belah pihak diterima tidaknya itu urusan terakhir. Lebih
jelasnya sesuai dengan adat kami. Kalau suku Sunda di
Kelurahan Dataran Kempas kalau menikah tidak diwajibkan
harus dengan sesama, karena ada juga orang sunda yang
menikah dengan Jawa, Melayu atau Banjar, tetapi kalau sunda
menikah dengan Bugis itu jarang kita jumpai. Kalau seserahan
yang dibawa itu sama sajalah. Seperti membawa uang,
perlengkapan kamar (kasur, lemari pakaian dan lemari meja
rias) dan bahan pokok lainnya.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang
tokoh sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan
bahwa:
”Sebenarna lamun ditanya tentang adat perkawinan urang sami
wae sareung jeulma – jeulma nu lain, yaitu harus rundingan
jeung kaseupakatan narima jeung hantaran. Lamun engges
ditarima urang oge ngadakeun pesta”.70
69
Hasil wawancara dengan Bapak Abdi Damiran, Jum’at, 31 Juli 2020 pukul 08.00 WIB
s/d 09.30 di Rumah Kediaman nya. 70
Hasil wawancara dengan Bapak Katono, Senin, 07 September 2020 pukul 04.45 WIB
s/d 05.45 di Rumah Kediaman nya.
37
Transliterasi:
Sebenarnya kalau ditanya tentang adat pernikahan kita sama saja
dengan orang-orang yang lain, yaitu harus berunding dan
bersepakat menerima dan menghantar. Kalau sudah diterima
kami juga mengadakan pesta.
Dari pernyataan di atas penulis melihat bahwa masyarakat suku
sunda di Kelurahan Dataran Kempas dalam sistem perkawinan
masih sesuai dengan adat mereka, bahwa masyarakat suku Sunda
sebelum melakukan perkawinan mereka harus berunding antara
kedua belah pihak mempelai, setelah lamaran diterima mereka
melakukan pernikahan dan mengadakan pesta.
2. Sistem Kekerabatan
Masyarakat suku Sunda menganut sistem kekerabatan
berdasarkan prinsip Bilateral.71
Yaitu sistem kekerabatan yang
ditarik dari garis keturunan ayah dan ibu secara bersama-sama.
Kemudian pada saat menikah orang Sunda tidak ada keharusan
menikah dengan keturunan tertentu asal tidak melanggar dari
ketentuan Agama. Demikian pula pada saat setalah menikah,
pengantin baru biasa tinggal di tempat kediaman istri atau suami,
tetapi pada umumnya mereka lebih memilih untuk tinggal di tempat
yang baru. Suku Sunda mengenal tujuh generasi keatas (Kolot,
Embah, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg, Gantung Siwur) dan
kebawah (Anak, Incu, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg,
Gantung Siwur).
71
Parsudi Suparlan, Orang Sakai di Riau, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1996), hlm.
93.
38
B. HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN
1. Prosesi Tradisi Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) Pada Adat
Perkawinan Suku Sunda
Dalam pelaksanaan perkawinan adat suku Sunda terdapat beberapa
rangkaian yang harus dilakukan oleh calon pengantin. Rangkaian-rangkaian
tersebut merupakan prosesi ritual yang amat sakral yang memberikan makna
tersendiri, di mana ritual-ritual yang ada di dalamnya dapat diartikan
sebagai penyembahan kepada Tuhan sang pencipta serta penghormatan
kepada orang tua dan kedua mempelai. Sebelum terlaksananya praktik
pabetot bakakak hayam (menarik ayam bakakak), ada beberapa tahapan
yang harus dilalui dalam proses upacara adat perkawinan suku Sunda.
Seperti keterangan yang disampaikan seorang tokoh masyarakat di
Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
a. Prosesi Tradisi Sebelum Perkawinan
1. Neundeun Omong (Menyimpan Ucapan)
“Neundeun omong mangrupikeun di mana proses awal
sateuacan perkawinan tradisonal Sunda anu kedah dilakukeun,
dina proses ieu kolot calon panganten lalaki calon panganten
pameget diwajibkeun sumping pikeun pendak sareung
kulawarga calon panganten awewe sareung disambut ku
panangan terbuka”.72
Transliterasi:
Menyimpan ucapan adalah di mana proses awal sebelum
perkawinan adat Sunda yang harus dilakukan, dalam proses ini
orang tua wali dari calon mempelai pria diharuskan datang
untuk menemui keluarga dari calon mempelai wanita dan
disambut dengan tangan terbuka.
72
Hasil wawancara dengan Bapak Katono, Senin, 07 September 2020 pukul 16.45 WIB
s/d 17.45 di Rumah Kediaman nya.
39
Selain itu terdapat juga informan yang lain seperti yang
disampaikan oleh Ibu Ikah bahwa:
“ Neundeun omong mangrupikeun kunjungan kolot lalaki ka
kolot awewe pikeun nyebut eusina hatena pikeun netepkeun janji
atanapi cariosan. Biasana jalma saha anu ngintunna
ngagaduhan kekecapan dina nyaraoskeun pikeun proses
ngajaga janji atanapi kecap”.73
Transliterasi:
Menyimpan ucapan adalah kunjungan orang tua laki-laki atau
anaknya kepada orang tua permupuan untuk mengatakan isi
hatinya untuk menyimpan janji atau ucapan (neundeun omong).
Biasanya orang yang mengutus itu memiliki kecakapan dalam
berbicara untuk proses menyimpan janji atau ucapan (neundeun
omong) ini.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa Neundeun
omong (menyimpan ucapan) adalah proses yang harus dilakukan
sebelum melaksanakan perkawinan adat Sunda. Menyimpan ucapan
ini bukan hanya untuk bersilaturahmi, tetapi pihak pria harus
memberitahu kepada pihak keluarga mempelai wanita apa maksud dan
tujuan kedatangan mereka yaitu untuk mempersunting sang putrinya.
2. Narosan (lamaran)
“Narosan mangrupikeun prosesi menindaklanjuti pikeun
ngiring ngambah janji atanapi neundeun omong, anu
didatangan ku sepuh lalaki pikeun ngalamar budak awewena.
Nalika didatangan oge ngabahas rencana waktos pikeun
kawinan. Salaku upacara panutup dina ngalamar ieu anu
73
Hasil wawancara dengan Ibu Ikah, Senin, 07 September 2020 pukul 10.45 WIB s/d
11.45 di Rumah Kediaman nya.
40
ngalamr masihan artos saderhana, perhiasan sapartos cincin,
kalung atanapi pigeulang salaku penyangcang, sakapeung
dilengkepan ku alat make up sareung parawatan kulit,
perlengkapan baju, kueh sareung buah. Mimitian dina waktos
eta mojang kabeungkeut sareung nyauran jalma anu
tunangan”.74
Transliterasi:
Lamaran adalah prosesi lamaran untuk menindaklanjuti dari
Neundeun omong, yang mana kunjungan orang tua laki-laki atau
anaknya kepada orang tua perumpuan untuk meminang atau
melamar gadisnya. Dalam kunjungan tersebut dibahas pula
mengenai rencana waktu perkawinannya. Sebagai acara penutup
dalam proses lamaran ini yaitu memberikan uang sekedarnya,
perhiasan seperti cincin, kalung atau gelang tangan sebagai
penyangcang atau pengikat, kadang-kadang dilengkapi dengan
perlengkapan make up dan skincare, perlengkapan pakaian, kue-
kue dan buah-buahan. Mulai saat itu si gadis telah terikat dan
disebut orang bertunangan.
Selain itu terdapat juga informan yang lain seperti yang
disampaikan oleh Bapak Teme bahwa:
“Narosan ieu mangrupikeun perjanjian pikeun ngawangun
hubungan langkung jauh. Tanggal dua kaluwarga nambahan
anu bakal mesen silih. Sedengkeun pikeun hal-hal anu kedah
disipakeun dina calon panganten lalaki sapartos: saperangkat
narosan dina bentuk sirih, areka sareung apuk sirih, artos,
papakean awewe, make up sareung perhiasan. Teras anu kedah
disiapkeun ti kaluwarga calon panganten awewe nyaeta: terang
74
Hasil wawancara dengan Bapak Suerandi Iskandar, Sabtu, 05 September 2020 pukul
09.00 WIB s/d 10.15 di Rumah Kediaman nya.
41
jumlah kolompok calon lalaki sabab salaku pangunjung bakal
nampi tamu khusus sareung nyiapkeun piring anu pas pikeun
calon panganten pameget, boh ti calon pameget atanapi calon
awewe nyiapkeun kokolot anu bakal mingpin kolompok oge
ngusulkeun atanapi nampi lamaran”.75
Transliterasi:
Lamaran ini adalah awal kesepakatan untuk menjalin hubungan
lebih jauh lagi. Saat inilah kedua keluarga besar yang akan
saling berbesanan. Adapun hal-hal yang perlu disiapkan dari
pihak calon pengantin pria seperti: seperangkat lamaran yang
berupa sirih, pinang dan kapur sirih, uang, perlengkapan pakaian
wanita, make up dan perhiasan. Kemudian yang perlu
dipersiapkan dari keluarga calon pengantin wanita yaitu:
mengetahui jumlah rombongan calon pria karena sebagai tuan
rumah akan menerima tamu istimewa dan mempersiapkan
hidangan yang pantas untuk calon besan, baik dari calon
pengantin pria atau calon pengantin wanita memeprsiapkan
sesepuh yang akan memimpin rombongan sekaligus
mengajukan atau menerima lamaran tersebut.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa Narosan
(lamaran) itu salah satu prosesi untuk menindaklanjuti dari Neundeun
omong. Lamaran tersebut dilaksanakan oleh orang tua calon pengantin
beserta keluarga dekat, yang merupakan awal kesepakatan untuk
menjalin hubungan lebih jauh. Dalam kunjungan tersebut dibahas pula
mengenai rencana waktu perkawinannya. Kemudian ketika
pelaksanaanya orang tua anak laki-laki biasanya sambil membawa
barang-barang seperti berikut: seperangkat lamaran yang berupa sirih,
75
Hasil wawancara dengan Bapak Teme, Jum’at, 04 September 2020 pukul 09.45 WIB
s/d 10.45 di Rumah Kediaman nya.
42
pinang dan kapur sirih, uang, perlengkapan pakaian wanita, make up
dan perhiasan sebagai penyangcang atau pengikat.
b. Prosesi Tradisi Pelaksanaan Upacara Perkawinan
Menjelang hari perkawinan dilaksanakan, tibalah hari yang
ditunggu-tunggu. Kini kedua calon pengantin akan melangsungkan acara
puncak yang paling sakral, yaitu akad nikah. Dalam pelaksanaan upacara
perkawinan terdapat beberapa prosesi yang harus dilakukan, diantaranya:
1. Seserahan (Prosesi Serah Terima)
“Seserahan manngrupikeun nyerahkeun calon panganten lalaki
ku kaluwarga ka calon panganten pameget pikeun nikah.
Upacara seserahan mangrupikeun seri prosesi perkawinan anu
jauh ti dinten narosan dilumangsungkeun. Kadua kulawarga
sapuk yen dinten anu ditunjuk bakal janten dinten kawinan
barudakna”.76
Transliterasi:
Seserahan adalah penyerahan calon pengantin pria oleh
keluarganya kepada calon pengantin wanita untuk dinikahkan.
Upacara seserahan merupakan rangkaian prosesi perkawinan,
dimana jauh-jauh hari pada saat lamaran berlangsung. Kedua
keluarga menyepakati bahwa hari yang telah ditentukan tersebut
adalah hari perkawinan anak-anak mereka.
Selain itu terdapat juga informan yang lain seperti yang
disampaikan oleh Nenek Ahmi bahwa:
“Seserahan dilaksanakeun hiji atanapi tilu dinten sateuacan
kawinan, nyaeta calon panganten lalaki nyandak Al- Qur’an
sareung saperangkat alat sholat, artos, alat kamar (kasur
sareung dipan, almari baju sareung meja rias), set baju biasana
76
Hasil wawancara dengan Ibu Wacih, Jum’at, 04 September 2020 pukul 08.30 WIB s/d
09.30 di Rumah Kediaman nya.
43
dina bentuk kebaya sareung lawon jarik bermotif batik, makeup
sareung perawatan kulit, sapatu sareung kantong, daharan
tradisonal, daun sirih sareung bubuahan”.77
Transliterasi:
Seserahan dilakukan satu atau tiga hari sebelum perkawinan,
yaitu calon pengantin pria membawa Al- Qur’an dan
seperangkat alat sholat, uang, perlengkapan kamar (kasur dan
dipan, lemari pakaian, dan lemari meja rias), set pakaian
biasanya yang berupa bahan kebaya dan kain jarik bermotif
batik, make up dan skincare, high heels dan tas, makanan
tradisonal, daun sirih dan buah-buahan.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa seserahan
ini biasanya dilaksanakan sehari atau tiga hari sebelum akad nikah
dilaksanakan. Seserahan dibawa oleh pihak mempelai pria dan
diberikan kepada pihak mempelai wanita. Dalam seserahan ini ada
proses serah terima yakni dari pihak mempelai pria mmeberikan
sambutan sebagai penyerahan barang seserahan dan dari pihak wanita
juga ada sambutan sebagai penerima barang seserahan yang diberikan.
2. Ngeuyeuk Seureuh
Ngeuyeuk seureuh merupakan salah satu rangkaian upacara
perkawinan, dimana kedua calon pengantin meminta do’a restu
kepada orang tua masing-masing dan disaksikan oleh para
keluarga.78
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang
tokoh sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan
bahwa:
77
Hasil wawancara dengan Nenek Ahmi, Sabtu, 05 September 2020 pukul 10.30 WIB s/d
11.15 di Rumah Kediaman nya. 78
Aep S. Hamidin, Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara, (Jogjakarta: Diva Press,
2012), hlm. 81.
44
“Ceuk ngeuyeuk seureuh sorangan asalna tina ngaheuyeuk anu
hartosna ngolah. Acara ieu biasana diiluan ku panganten
pameget sareung kaluwargaa anu dilaksankeun dina wengi
sateuacan akad nikah. Ngalangkungan eta dua calon panganten
nyungkeun berkah ka kolotna. Pandanga hirup urang Sunda
sok didasarkeun kana tilu ciri utami nyaeta silih asih, silih asuh
sareung silih asah. Katiluna ciri ieu sok ditingali dina rupi-rupi
upacara adat atanapi ritual utamina acara ngeuyeuk
seureuh”.79
Transliterasi:
Kata ngeuyeuk seureuh sendiri berasal dari ngaheuyeuk yang
artinya mengolah. Acara ini biasanya dihadiri oleh kedua calon
pengantin beserta keluarganya yang dilaksanakan pada malam
hari sebelum akad nikah. Lewat prosesi ngeuyeuk seureh
tersebut kedua calon pengantin meminta do’a restu pada orang
tua masing-masing. Pandangan hidup orang Sunda senantiasa
dilandasi oleh tiga sifat utama yaitu silih asih, silih asuh dan
silih asah atau secara literal diartikan sebagai saling
menyayangi, saling menjaga dan saling mengajari. Ketiga sifat
itu selalu tampak dalam berbagai upacara adat atau ritual
terutama acara ngeuyeuk seureuh.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa ngeuyeuk
seureuh merupakan sebuah ritual perkawinan adat suku Sunda. Ritual
tersebut biasa dilakukan satu hari sebelum akad nikah berlangsung
dan diadakan di rumah orang tua calon pengantin wanita. Pada ritual
ngeuyeuk seureuh calon mempelai akan meminta restu kepada orang
tua mereka.
79
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
45
3. Akad Nikah
“Akad nikah mangrupikeun perjanjian anu lumangsung antara
dua pihak dina bentuk ijab sareung qobul. Akad nikah oge
mangrupikeun upacara anu paling suci sareung diantosan pisan
pikeun panganten pameget sareung sepuh panganten pameget.
Ieu kusabab ku akad nikah pasangan anu nikah sacara resmi
janten salaki sareung pamajikan ti ayeuna teras bakal hirup
babarengan”.80
Transliterasi:
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua belah
pihak yang melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijab dan
qobul. Akad nikah juga merupakan upacara yang paling sakral
dan ditunggu-tunggu oleh kedua calon pengantin dan orang tua
mempelai. Hal ini dikarenakan dengan akad nikah tersebut
pasangan pengantin resmi menjadi suami istri mulai saat itu dan
seterusnya akan hidup bersama.
Selain itu terdapat juga informan yang lain seperti yang
disampaikan oleh Bapak Abdi Damiran bahwa:
“Akad nikah mangrupikeun pernyataan perjanjian ti calon
salaki sareung ti calon pamajikan pikeun ngabeungkeut dirina
dina beungkeut perkawinan. Kalayanan pernyataan ieu
hartosna kadua pihak daek sareung satuju ngalangsungkeun
perkawinan sareung daek nuturkeun bekel agama anu aya
patalina sareung aturan di rumah tangga. Dina agama Islam
pikeun prosesi perkawinan anu sah aya rukun sareung syarat
nikah anu kedah dicumponan nyaeta: ayana calon pangantn
lalaki, calon panganten awewe, wali panganten awewe, saksi
80
Hasil wawancara dengan Bapak Tarsono, Jum’at, 04 September 2020 pukul 16.00 WIB
s/d 17.00 di Rumah Kediaman nya.
46
sareung anu terakhir nyaeta ijab qobul. Salain ti eta aya syarat
sah nikah nyaeta: Islam, lain mahram, wali akad nikah, henteu
ngalakukeun ihram atanapi haji sareung henteu paksaan”.81
Transliterasi:
Akad nikah adalah suatu pernyataan sepakat dari pihak calon
suami dan pihak calon istri untuk mengikatkan diri mereka
dalam ikatan perkawinan. Dengan pernyatan ini berarti kedua
belah pihak telah rela dan sepakat melangsungkan perkawinan
serta bersedia mengikuti ketentuan-ketentuan agama yang
berhubungan dengan aturan-aturan dalam berumah tangga.
Dalam agama Islam untuk prosesi perkawinan yang sah ada
rukun dan syarat nikah yang harus dipenuhi yaitu: adanya calon
mempelai laki-laki, calon mempelai perumpuan, wali dari
mempelai perumpuan, dua orang saksi dan yang terakhir adalah
ijab qobul. Selain itu ada syarat sah menikah yaitu: Islam, bukan
mahram, wali akad nikah, sedang tidak ihram atau berhaji dan
bukanlah paksaan.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa akad
nikah adalah sebagai acara inti dari seluruh rangkaian proses
perkawinan. Akad nikah juga dimaknai sebagai perjanjian dan akad
nikah bisa dikatakan sah apabila sudah memenuhi rukun dan syarat
sah menikah dalam Islam.
c. Prosesi Tradisi Setelah Akad Nikah
1. Sembah Sungkem
“Prosesi sembah sungkem dilaksanakeun pas upacara akad
nikah rengse. Sembah sungkem saleresna sami sareung prosesi
ngaras. Bedana antara ngaras dilakukeun ku panganten ka
kolotna di bumi masing-masingsadinten sateuacan upacara
81
Hasil wawancara dengan Bapak Abdi Damiran, Jum’at, 31 Juli 2020 pukul 08.00 WIB
s/d 09.30 di Rumah Kediaman nya.
47
kawinan dilaksanakeun ku ngumbah suku kolot sareung
nyungkeun hapunten. Nalika dina acara sembah sungkem
kusabab dua panganten parantos resmi janten salaki sareung
pamajikan, maka sungkeman dilakukeun sasareungan di
payuneun kadua sepuhna”.82
Transliterasi:
Prosesi sembah sungkem dilakukan tepat setelah upacara akad
nikah selesai dilaksanakan. Sembah sungkem sebenernya mirip
dengan prosesi ngaras. Perbedaanya ngaras dilakukan oleh
kedua pengantin kepada kedua orang tuanya di rumah masing-
masing sehari sebelum acara perkawinan dilaksanakan dengan
cara mencuci kaki orang tuanya dan meminta maaf. Sedangkan
pada acara sembah sungkem dikarenakan kedua pengantin sudah
resmi menjadi suami istri, maka sungkeman dilakukan bersama-
sama dihadapan kedua orang tua.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang
tokoh sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan
bahwa:
”Sembah sungkem dihartikeun sujud minangka tanda bakti
sareung hormat ka sesepuh. Prosesi sembah sungkem
dilaksankeun ku panganten pameget di payuneun kadua
sepuh”.83
Transliterasi:
Sembah sungkem diartikan sebagai sujud tanda bakti dan
hormat kepada orang tua. Prosesi sembah sungkem dilakukan
oleh kedua mempelai dihadapan kedua orang tua.
82
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB s/d
10.30 di Rumah Kediaman nya. 83
Hasil wawancara dengan Nenek Ahmi, Sabtu, 05 September 2020 pukul 10.30 WIB s/d
11.15 di Rumah Kediaman nya.
48
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa sembah
sungkem suatu tradisi di mana kedua mempelai pengantin meminta
do’a restu kepada orang tua untuk membangun rumah tangga dan
dilakukan sebagai permohonan maaf kepada orang tua,
2. Sawer Pengantin
“Setelah upacara akad nikah sareung sembah sungkem
dilaksanakeun ku anggota kulawarga anu karaos di padang
rumput hejo nampi panganten pameget janten sawer sareung
dilakukeun ku pangrajin sawer naburkeun sasaosan sangu
koneng dicampur artos, kembang melati, koneng sareung sirih
sahingga janten perjoangan sareung tamu undangan anu
ngiringan upacara sawer”.84
Transliterasi:
Setelah upacara akad nikah dan sembah sungkem dilaksanakan,
para anggota keluarga yang berada dihalaman melakukan
penyambutan terhadap kedua mempelai untuk di sawer dan
dilakukan oleh tukang sawer. Ditengah-tengah keramaian itu,
tukang sawer menaburkan beras kuning sesajian yang
bercampur dengan uang logam, bunga melati, kunyit dan sirih
sehingga menjadi rebutan para anggota keluarga dan para tamu
undangan yang ikut serta dalam upacara sawer tersebut.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang
tokoh sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan
bahwa:
”Sawer panganten mangrupikeun bagian tina urutan adat
kawinan Sunda. Sawer atanapi nyawer asalna tina kecap awer
84
Hasil wawancara dengan Ibu Wacih, Jum’at, 04 September 2020 pukul 08.30 WIB s/d
09.30 di Rumah Kediaman nya.
49
anu hartosna cai anu murag cipruk. Hartosna ragrag cai saluyu
sareung palaku sawer nyebarkeun atanapi nyiramkeun
parlengkapan ka panganten anu aya handapeun payung tina
payung ageung. Barang-barnag anu dianggo pikeun sawer
nyaeta: sangu, sirih, kembang melati, koneng, koin sareung
artos kertas”.85
Transliterasi:
Sawer pengantin itu merupakan bagian dari urutan adat istiadat
perkawinan suku sunda. Sawer atau nyawer berasal dari kata
awer yang artinya air yang jatuh menjiprat. Pengertian sebagai
air yang jatuh menjiprat itu sesuai dengan pelaku juru sawer
menjiprat-jipratkan atau menabur-naburkan perlengkapan
benda-benda sawer ke arah pengantin yang dipayungi dengan
payung besar. Benda-benda atau perlengkapan yang digunakan
utuk sawer yaitu: beras, sirih, bunga melati, kunyit, uang logam
dan uang kertas.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa sawer
pengantin adalah satu satu upacara adat perkawina suku Sunda.
Upacara adat perkawinan suku sunda itu merupakan bagian dari
kebudayaan. Jadi kebudayaan itu adalah hasil atau wujud dari tekad
ucapan dan prilaku manusia. Demikian pula sawer yang merupakan
hasil atau wujud dari tekad yang mana ucapan dan prilaku manusia
itu dituaungkan ke dalam bentuk upacara sawer.
3. Nincag Endog (Menginjak Telur) dan Mencuci Kaki Suami
“Dina proses ieu, panganten lalaki nincag endog anu tempatna
di tukangeun atanapi elekan (iteuk awi ngora). Teras penganten
85
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
50
awewe ngumbah suku panganten lalaki ku cai dina kendi, teras
ngusap garing ku kaen”.86
Transliterasi:
Pada prosesi ini, pengantin pria menginjak telur yang terletak
dibalik elekan (batang bambu muda). Kemudian pengantin
wanita mencuci ke kaki pengantin pria dengan air kendi, lalu
mengusapnya dengan kain hingga kering.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang
tokoh sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan
bahwa:
”Nincag endog dilakukeun saatos upacara nyawer parantos
rengse, ku panganten lalaki nincag endog ku suku katuhuna.
Teras penganten awewe ngumbah suku panganten lalaki ku cai
dina kendi sareung ngusap eta ku kaen. Saatos et adua
pasangan ngarusak kendi sakaligus”.87
Transliterasi:
Nincag endog dilakukan setelah upacara nyawer selesai
dilaksanakan, dengan cara pengantin pria menginjak telur
dengan menggunakan kaki kanannya. Kemudian pengantin
wanita membasuh kaki pria dengan air yang ada di dalam kendi
dan mengelapnya menggunakan kain. Setelah prosesi tersebut
kedua mempelai memecahkan kendi secara bersamaan.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa nincag
endog merupakan adat Sunda yang sudah ada sejak dulu dan sudah
dipraktikan oleh nenek moyang mereka. Adapun bahan-bahan yang
86
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB s/d
10.30 di Rumah Kediaman nya. 87
Hasil wawancara dengan Nenek Entar, Jum’at, 04 September 2020 pukul 02.00 WIB s/d
03.30 di Rumah Kediaman nya.
51
dugunakan untuk prosesi nincag endog yaitu: telur, bambu dan kendi
yang berisi air.
4. Meuleum Harupat (Mambakar Harupat)
“Meuleum harupat dilakukaeun saatos prosesi nincag endog
rengse. Ngagaduhan hartos salaku nasehat pikeun panganten
pameget supados sasarengan babarengan dina mereskeun
masalah rumah tangga”.88
Transliterasi:
Meuleum Harupat dilakukan setelah prosesi nincag endog
selesai dilaksanakan. Meuleum harupat memiliki makna sebagai
nasihat kepada kedua pengantin untuk senantiasa bersama-sama
dalam memecahkan persoalan rumah tangga.
Selain itu terdapat juga informan yang lain seperti yang
disampaikan oleh Bapak Teme bahwa:
“Sedangkeun pikeun carana meuleum harupat nyaeta
panganten ngaduruk batang harupat anu dicekel ku panganten
lalaki ku lilin dugi ka hurung. Teras lebetkeun batang harupat
kana kendi anu ay acai anu saatos batang harupat diangkat
deui sareung rusak teras dialungkeun”.89
Transliterasi:
Adapun cara meuleum harupat yaitu mempelai wanita
membakar batang harupat yang dipegang oleh mempelai pria
dengan lilin sampai menyala. Kemudian batang harupat
88
Hasil wawancara dengan Ibu Ikah, Senin, 07 September 2020 pukul10.45 WIB s/d 11.45
di Rumah Kediaman nya. 89
Hasil wawancara dengan Nenek Ahmi, Sabtu, 05 September 2020 pukul 10.30 WIB s/d
11.15 di Rumah Kediaman nya.
52
dimasukan ke dalam kendi yang berisikan air setelah itu batang
harupat diangkat kembali dan dipatakan lalu dibuang.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa meuleum
harupat adalah salah satu prosesi yang memiliki makna nasehat untuk
kedua mempelai pengantin bahwasanya meuleum harupat dijadikan
lambang bahwasanya sifat yang mudah patah seperti harupat harus
ditumpas demi ketentraman rumah tangga yang damai karena sifat itu
pada manusia adalah sifat pemarah.
5. Huap Lingkung dan Huap Deudeuh
“Huap Lingkung dan Huap Deudeuh nyaeta prosesi di mana
panganten pameget di tuang ku sepuhna masing-masing,
dituturkeun ku masing-masing panganten silih tuang”.90
Transliterasi:
Huap Lingkung dan Huap Deudeuh adalah prosesi di mana
kedua pengantin disuapi oleh kedua orang tua masing-masing,
dilanjutkan dengan masing-masing pengantin saling menyuapi
sebagai tanda kasih sayang.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh salah seorang
tokoh sunda di Kelurahan Dataran Kempas, beliau menyatakan
bahwa:
” Prosesi ieu dilaksanakeun ku nyoco pasangan ku kadua
sepuh. Ieu ngalambangkeun yen henteu aya bedana antara
sayang ka anak sareung minantu”.91
90
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB s/d
10.30 di Rumah Kediaman nya. 91
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
53
Transliterasi
Prosesi Huap Lingkung Dan Huap Deudeuh ini dilakukan
dengan menyuapi pasangan pengantin oleh kedua pasang orang
tua. Ini melambangkan tidak ada perbedaan antara kasih sayang
terhadap anak dan menantu.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa Huap
Lingkung Dan Huap Deudeuh Upacara ini dimaksudkan agar kedua
mempelai harus saling memberi tanpa batas, dengan tulus dan ikhlas
sepenuh hati.
6. Pabetot Bakakak Hayam (Menarik Ayam Bakakak)
Pada proses ini, kedua pengantin duduk berhadapan dan tangan
kanan mereka memegang kedua paha Ayam Bakakak (Bakakak
Hayam) yang terletak diatas meja. Kemudian, pemandu acara akan
memberikan aba-aba untuk saling menarik paha ayam tersebut.92
Sebagian besar masyarakat suku sunda menggolongkan Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) sebagai makanan untuk kegiatan upacara
perkawinan dan upacara-upacara lainnya. Untuk upacara perkawinan
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) dijadikan sebagai sesaji utama.
Seperti keterangan yang disampaikan salah seorang juru masak
“Nenek Jemih” di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Profesi narik bakakak hayam ngagaduhan hartos filosofis anu
hartosna yen pasangan anu nikah kedah tiasa silih rojong
sareung silih rojong usaha pikeun milarian rezeki dina tahap
kahirupan nikah sareung taun-taun salajeungna. Jumlah
potongan anu bakal dicandak dina kahirupan nikah. Minangka
bagian tina salam perkawinan tradisional, bakakak hayam
ngagaduhan ajen budaya anu luhur kusabab pikeun urang
92
Hasil wawancara dengan Ibu Wacih, Jum’at, 04 September 2020 pukul 08.30 WIB s/d
09.30 di Rumah Kediaman nya.
54
Sunda kadaharan ieu mangrupikeun produk tradisional anu
kedah dijaga tetep”.93
Transliterasi:
Profesi menarik Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) memiliki
makna filosofis yang mengartikan pasangan suami istri harus
dapat saling menunjang dan mendukung usaha menjemput
rezeki pada tahap kehidupan berumah tangga dan masa-masa
selanjutnya. Besarnya potongan yang akan didapatkan
melambangkan besarnya rezeki yang nantinya akan diperoleh
dalam kehidupan rumah tangganya. Sebagai bagian dari upacara
adat perkawinan tersebut, Ayam Bakakak (Bakakak Hayam)
mempunyai nilai budaya yang tinggi karena bagi masyarakat
suku Sunda makanan tersebut merupakan hasil tradisi yang
harus selalu dijaga keberadaanya.
Selain itu terdapat juga informan yang lain seperti yang
disampaikan oleh Bapak Teme bahwa:
“Bakakak hayam penting pisan sahingga upami upacara
tradisional henteu ditepikeun tuangeun dianggap henteu afdol.
Bakakak hayam ngagaduhan fungsi sosial, nyaeta salaku
kadaharan anu ngagambarkeun kabersamaan kusabab bentukna
ageing sareung tiasa didahar dina hiji waktos”.94
Transliterasi:
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) keberadaanya sangat penting
sehingga jika upacara adat tersebut tidak menghadirkan
makanan tersebut dianggap tidak afdol. Ayam Bakakak
93
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB s/d
10.30 di Rumah Kediaman nya. 94
Hasil wawancara dengan Bapak Teme, Jum’at, 04 September 2020 pukul 09.45 WIB s/d
10.45 di Rumah Kediaman nya.
55
(Bakakak Hayam) memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai
makanan yang mencerminkan kebersamaan karena bentuknya
yang besar dan dapat dimakan ramai-ramai.
Berdasarkan data di atas, penulis berkesimpulan bahwa Profesi
menarik Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) memiliki makna filosofis
tersendiri, adapun besar potongan yang akan didapatkan
melambangkan besarnya rezeki yang nantinya akan diperoleh dalam
kehidupan rumah tangganya. Apabila dalam upacara adat tersebut
tidak menghidangkan makanan tradisonal ayam bakakak maka
dianggap tidak afdol.
Adapun alat dan bahan serta pembuatan Ayam Bakakak
(Bakakak Hayam) yang diadakan masyarakat di Kelurahan Dataran
Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat
ialah sebagai berikut:
a. Alat yang digunakan dalam proses pembuatan makanan tradisonal
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam)
1. Pisau berfungsi untuk memotong bahan-bahan yang akan dimasak
2. Blender berfungsi untuk menghaluskan semua bahan-bahan masakan
3. Kompor gas atau Hawu berfungsi untuk memasak atau memanggang
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam)
56
b. Bahan-bahan Ayam Bakakak (Bakakak Hayam)
No Bahan-bahan Ayam Bakakak (Bakakak Hayam)
1
2
3
4
5
6
7
2
Bawang putih 5 butir
Bawang merah 5 butir
Kunyit 4 butir
Jahe 2 butir
Kemiri 10 butir
Garam secukupnya
Mecin 1/2 sdm95
c. Proses pembuatan Ayam Bakakak (Bakakak Hayam)
95
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB s/d
10.30 di Rumah Kediaman nya.
57
Berdasarkan bahan dan proses pembuatan Ayam Bakakak
(Bakakak Hayam) di atas itulah tradisi masyarakat suku Sunda yang
sampai saat ini dipertahankan dan wajib dilakukan dalam kalangan
masyarakat yang ada di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
58
2. Makna Simbolik Yang Terkandung Pada Ayam Bakakak (Bakakak
Hayam)
Perkembangan dunia teknologi informasi yang demikian pesatnya
telah membuka baru bagi masyarakat untuk memperoleh informasi secara
mudah. Sekat-sekat informasi dengan sendirinya menghilang oleh inisiatif
kuat individu yang ingin mengetahui lebih jauh apa yang terjadi di
sekitarnya. Setiap orang memiliki akses terhadap sumber informasi
dimanapun di dunia ini. Konsekuensinya, masyarakat menjadi kritis dan
tanggap terhadap hal yang berkembang.96
Di era globalisasi dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang dengan pesat tanpa mengindahkan lagi batas-batas Negara dan
Bangsa. Kemajuan tersebut membawa pengaruh semakin mudah terjadinya
hubungan antar sesama manusia, antara suku Bangsa dan antara Negara
dalam berbagai bidang akan melahirkan suatu pola pikir baru yang
dipengaruhi oleh budaya luar. Kemajuan di segala bidang teknologi ini telah
sampai hingga ke plosok, desa, termasuklah di Kelurahan Dataran Kempas
yang merupakan wilayah Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Namun, kemajuan teknologi tersebut tidak mengubah pola
pikir masyarakt dalam memaknai budaya lokal.97
Makanan Tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) merupakan
salah satu hasil budaya peninggalan nenek moyang masyarakat Kelurahan
Dataran Kempas. Dapat dilihat dari zaman yang sudah mulai berkembang
sampai saat ini masih menggunakan tradisi Sunda orang dahulu. Selain itu,
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) mempunyai makna dan simbolik yang
berpengaruh untuk pasangan pengantin.98
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) merupakan Makanan tradisional
yang khas dalam upacara adat perkawinan suku Sunda maka dari itu Ayam
96
Hasil wawancara dengan Bapak Abdi Damiran, Jum’at, 31 Juli 2020 pukul 08.00 WIB
s/d 09.30 di Rumah Kediaman nya. 97
Hasil wawancara dengan Bapak Suerandi Iskandar, Sabtu, 05 September 2020 pukul
09.00 WIB s/d 10.15 di Rumah Kediaman nya. 98
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB s/d
10.30 di Rumah Kediaman nya.
59
Bakakak sangat disakralkan. Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) ini adalah
Ayam yang dimasak dengan menggunakan bahan-bahan pokok yang sudah
ditentukan oleh juru masak. Sesudah dimasak Ayam Bakakak ini di hias
dengan bahan makanan lainnya, serta dibuat sesuai ketentuan tersebut
sehingga Ayam Bakakak ini menjadi menarik dan memiliki bau yang enak
dan wangi sehingga membuat orang penasaran akan rasanya.
Gambar Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) yang mempunyai makna
dan simbolik.
Berikut makna dan simbolik Tradisi Ayam Bakakak (Bakakak
Hayam) pada adat perkawinan suku Sunda di Kelurahan Dataran Kempas
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat diantaranya
adalah:
1. Ayam
Objek dari Makanan Tradisonal Ayam Bakakak (Bakakak Hayam),
dipakai untuk bahan utama yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan
Dataran Kempas. Ayam tersebut bermakna sebuah mencakup keluarga
yang dibumbuhi dengan ajaran-ajaran dan amanah yang positif. Ayam
yang digunakan adalah Ayam Jantan Kampung. Seperti keterangan yang
disampaikan salah seorang juru masak “Nenek Jemih” di Kelurahan
Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Hartos lambang simbol Bakakak Hayam supaya ka hareup rumah
tangga kedah teras-terasan nurut atanapi ngalaksanakeun ajaran
60
anu sae anu parantos ditangtoskeun dina ajaran Islam sareung
amanat dina ngalakukeun padamelan sareung salaku pamikiran
positif dina ngabina rumah tangga, hayam anu dianggo
mangrupikeun hayam jago asli kusabab kolot baheula sareung
sababaraha urang Sunda yakin yen hayam jago asli mangrupikeun
sato penolak bala supados roh karuhun henteu ngaganggu tapi
dipiharep tiasa ngabantosan kalancaran dina unggal rupa
kagiatan, salah sahijina nyaeta upacara kawinan.”99
Transliterasi:
Maksud makna simbol Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) tersebut
agar dalam rumah tangga kelak haruslah selalu mematuhi atau
menjalankan ajaran-ajaran baik yang sudah ditentukan dalam
ajaran Islam dan amanah dalam melakukan suatu pekerjaan dan
selalu berfikiran positif dalam membina rumah tangga, ayam yang
digunakan adalah ayam jantan kampung karena orang tua zaman
dulu dan sebagian masyarakat Sunda percaya bahwa ayam jantan
kampung merupakan salah satu binatang penolak bala agar leluhur
tidak mengganggu tetapi diharpakan dapat membantu kelancaran
berbagai kegiatan salah satunya upacara perkawinan.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh Nenek Ijah,
beliau menyatakan bahwa:
”Kolot zaman baheula yakin yen hayam jago asli mangrupikeun sato
anu ngusir balak, sabab hayam jago mangrupikeun menu penting
dina unggal upacara adat, salah sahijina nyaeta dina upacara
kawinan suku Sunda.”100
99
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB s/d
10.30 di Rumah Kediaman nya. 100
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
61
Transliterasi:
Orang tua zaman dahulu percaya bahwasanya ayam jantan kampung
merupakan binatang ponalak balak, oleh karnanya ayam jantan
tersebut dijadikan sebagai menu penting pada saat upacara adat,
salah satunya dalam upacara adat perkawinan suku Sunda.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Ibu Wacih bahwa:
“Hayam mangrupikeun bentuk do’a anu sae pikeun manusa pikeun
niru kalakuan ayam. Hayam mangrupikeun simbol rasa syukur
sareung kasenangan anu dipendakan di dunya kusabab kakuatan
Gusti Allah. Ngan ukur hayam anu sae sareung enak anu
ditawarkeun, eta sababna bakakak hayam disajikeun sapinuhna
sareung endah diatur.”101
Transliterasi:
Ayam adalah bentuk do’a baik bagi manusia agar bisa meniru
prilaku ayam. Ayam adalah lambang dari rasa syukur dan
kenikmatan yang didapat di dunia karena kuasa Allah. Hanya ayam
yang baik dan lezat saja yang menjadi persembahan, itulah mengapa
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) disajikan dalam bentuk yang
indah.
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) merupakan salah satu makanan tradisional
yang harus ada pada saat upacara perkawinan suku Sunda dan ayam yang
digunakan adalah ayam jantan kampung, bahwasannya masyarakat
percaya ayam jantan kampung salah satu binatang penolak bala agar
101
Hasil wawancara dengan Ibu Wacih, Jum’at, 04 September 2020 pukul 08.30 WIB s/d
09.30 di Rumah Kediaman nya.
62
leluhur tidak mengganggu dan diharapkan dapat membantu kelancaran
berbagai kegiatan acara tersebut salah satunya upacara perkawinan.
2. Telur (Endog)
Telur (Endog) yang terdiri dari satu butir telur kampung yang
diinjak oleh kaki kanan mempelai pria hingga pecah. Seperti keterangan
yang disampaikan salah seorang juru masak “Nenek Jemih” di
Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Hartos lambang endog ngagaduhan hartos tina kahayong awewe
anu dicandak ku jangkungna ngalayanan salakina ku cara anus ah
sareung sah atanapi parantos janten salaki pamajikan kalayanan
tujuan pikeun nyayogikeun kapuasan sareung karep pekeun janten
kaluwarga sakinah, mawaddah sareung warohmah, di sagigireun
eta oge masihan sinyal yen buah tina hubungan dua salaki sareung
pamajikan bakal ngahasilkeun turunan dina bentuk lendir anu
nyarupakeun eusi endog hayam. Manusa dilahikeun tina materi
anu sami, janten lares-lares henteu aya alesan pikeun batur
ngarasa sombong sareung ngaraos langkung seueur tibatan
batur.”102
Transliterasi:
Maksud makna simbol Telur (Endog) memiliki makna sebagai
kerelaan seorang wanita yang diambil keperawanannya untuk
melayani suaminya dengan jalan yang halal dan sah atau telah
menjadi suami istri dengan tujuan memberikan kepuasan batin dan
kasih sayang hingga menjadi keluarga “sakinah, mawaddah dan
warohmah. Disamping itu, memberikan isyarat pula bahwa buah
pergaulan kedua suami istri akan menghasilkan bibit keturunan
berupa lendir yang menyerupai isi telur ayam itu. Manusia lahir
dari bahan yang sama-sama oleh karenannya tidak ada alasan sama
102 Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
63
sekali untuk seseorang merasa angkuh, sombong, dan merasa lebih
dari yang lain.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh Nenek Ijah,
beliau menyatakan bahwa:
”Hartos lambang endog ngagambarkeun katurunan, simbol
kulawarga anu kedah dijaga sareung katutup pageuh, oge kasucian
awewe.”103
Transliterasi:
Makna simbol Telur (Endog) melambangkan keturunan, simbol
keluarga yang harus dijaga, ditutup rapat dan juga kesucian seorang
wanita.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Ibu Wacih bahwa:
“Tapak panganten lalaki dina endog oge dilakukeun dina tatapan,
hartosna yen salaki bakal nayyogikeun kalawargana sacara
tanggung jawab tanpa nyungkeun bantosan ti anu sanes. Teras
ditutup ku awewe ngabersihkeun sesa endog anu parantos ditincak
ku salaki, hartosna awewe kedah tulus ngalayanan salakina
sareung miara turunanana.”104
Transliterasi:
Menginjak Telur (Endog) pun dilakukan tanpa alas kaki oleh
mempelai pria hingga pecah, yang bermakna sang suami yang akan
memberi nafkah bagi keluarganya dengan penuh tanggung jawab
tanpa meminta bantuan orang lain. Kemudian ditutup dengan
103
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya. 104
Hasil wawancara dengan Ibu Wacih, Jum’at, 04 September 2020 pukul 08.30 WIB s/d
09.30 di Rumah Kediaman nya.
64
perumpuan membersihkan sisa pecahan telur yang sudah dinjak
sang suami, memiliki maksud seorang perumpuan harus mengabdi
dengan tulus ikhlas kepada suaminya dan merawat keturunannya.
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa
ngijak telur melambangkan manusia itu lahir dari bahan yang sama-sama,
jadi tidak ada alasan manusia mempunyai sifat kesombongan dan angkuh
bahkan merasa lebih dari yang lain.
3. Air dan Kendi
Pada proses ini, pengantin pria mengijnjek telur yang terletak di
balik papan dan elekan (batang bambu muda). Kemudian pengantin
wanita mencuci kaki pengantin pria dengan air kendi, lalu mengusapnya
dengan kain kering. Seperti keterangan yang disampaikan salah seorang
juru masak “Nenek Jemih” di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai
berikut:
“Hartosna makna simbol cai sareung kendi, nyaeta ngumbah suku
ku cai tina jero kendi mangrupikeun tanda yen pamajikan bakal
nurut ka salaki ti saprak eta sreung pangenten lalaki moal
nganyeyeri salaki ku fikiran-fikiran negative.”.105
Transliterasi:
Makna mencuci kaki dengan air dari dalam kendi adalah suatu
isyarat bahwa istri akan menaati sang suami mulai dari detik itu
dan mempelai perumpuan tidak akan melukai sang suami dengan
fikiran-fikiran yang negative.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh Nenek Ijah,
beliau menyatakan bahwa:
105
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
65
”Salami proses ngumbah sareung meresihan suku salaki ku
pamajikan nganggo cai tina kendi, teras suku salaki dikumbah,
lalaunan, lembut, dugi ka beresih. Ieu ngakibatkeun yen pamajikan
bakal tetep jaga sagala rupa anu dipimilik ku salaki, sareung moal
najiskeunana ku hal-hal anu henteu pantes, sanaos pikiran negatif.
Ieu oge mangrupikeun bentuk kataatan pamajikan ka salkaina.
Saatos eta, duaan ngincer kendi, salaku tanda yen panganten
pameget teras-terasan ngancurkeun sadaya karikil sareung
panghalang pikeun laju biduk rumah tangga mahligai
sasareungan.”106
Transliterasi:
Pada saat prosesi membasuh dan membersihkan jemari kaki sang
suami oleh istri dengan menggunakan air dari dalam kendi, maka
dibasuhlah kaki sang suami, perlahan, penuh kelembutan hingga
bersih. Ini mengandung arti bahwa sang istri akan senantiasa
menjaga seluruh apa yang dimiliki suami, dan tidak akan
mengotorinya dengan hal-hal yang tidak patut, bahkan termasuk
pikiran-pikiran negative sekalipun. Ini juga bentuk ketaatan istri
kepada sang suami. Setelah itu, keduanya mecahkan atau
menghancurkan kendi tersebut, sebagai pertanda bahwa kedua
mempelai akan senantiasa menghancurkan segala kerikil dan
penghalang laju biduk mahligai rumah tangga bersama-sama.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat suku Sunda di Kelurahan
Dataran Kempas, berikut ini:
”Kendi rusak nalika dianggo pekeun ngungkabkeun kasugemaan
kadua panganten awewe sareung kabagjaan aranjeunna dina hirup
babarengan. Maka teu aya jalan kaluarna dina ngajalenkeun
106
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
66
rumah tangga, hiji prinsip sareung hiji tujuanb pikeun
kabahagiaan kulawarga.”107
Transliterasi:
Kendi dipecahkan sehabis dipakai menyatakan kepuasaan hati
antara kedua mempelai dan saling bahagia dalam menjalankan
hidup bersama. Kemudian tidak ada perpecahan dalam
menjalankan rumah tangga, satu prinsip dan satu tujuan demi
kebahagiaan keluarga.
Berdasarkans informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa
mencuci kaki dengan air dari dalam kendi adalah sang istri akan
senantiasa menjaga seluruh apa yang dimiliki suami dan tidak akan
mengotorinya dengan hal-hal yang tidak patut, bahkan termasuk
pikiran-pikiran negative. Demikian pula makna mecahkan atau
menghancurkan kendi yaitu sebagai pertanda bahwa kedua mempelai
akan senantiasa menghancurkan segala halang rintang hidup bersama
dan siapapun juga pasti akan merasakan bahwa perjalanan hidup
berumah tangga tidak akan selalu sepi dari cobaan dan ujian.
4. Pelita (lilin) dan membakar harupat
Pelita (lilin) dan membakar harupat, Seperti keterangan yang
disampaikan salah seorang juru masak “Nenek Jemih” di Kelurahan
Dataran Kempas, sebagai berikut:
“hartosna pelita (lilin) sareung pembakaran harupat ngagaduhan
hartos ngagantung salaku simbol ku panganten pameget yen sifat
“rapuh harupat” (rapuh sapertos harupat) kedah ditumpes demi
perdamaian rumah tangga anu damai kusabab lada manusa
ambek”.108
107
Hasil wawancara dengan Ibu Ikah, Senin, 07 September 2020 pukul10.45 WIB s/d
11.45 di Rumah Kediaman nya. 108
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
67
Transliterasi:
Makna pelita (lilin) dan membakar harupat mempunyai makna
yang dijadikan lambang oleh kedua mempelai wanita dan pria
bahwa sifat-sifat yang “getas harupateun” (mudah patah seperti
harupat) harus ditumpas demi ketentraman rumah tangga yang
damai karena sifat itu pada manusia adalah sifat pemarah .
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh Nenek Ijah,
beliau menyatakan bahwa:
”Harti meuleum harupat henteu sanes nyaeta lamun salah sahiji
pihak boh panganten lalaki boh panganten awewe dipicu ku emosi
salami nikah hayu kadua pihak sok gancang mupus ambek atanapi
emosina eta entong ngantepkeun emosi anjeun panjang teuing."109
Transliterasi:
Arti dari membakar harupat tidak lain adalah apabila ada salah
satu pihak baik pengantin pria maupun wanita yang tersulut
emosinya selama berumah tangga hendaklah kedua pihak juga
senantiasa cepat untuk memadamkan amarah atau emosi tersebut
dan jangan dibiarkan terlalu lama membara emosinya.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh salah satu tokoh masyarakat suku Sunda di Kelurahan
Dataran Kempas, berikut ini:
”Harupat anu henteu kabeuleum teras dipegatkeun
ngalambangkeun yen panganten pameget kedah salawasna
ngaheukeun musyawarah pikeun milarian jalan kaluar sadaya
109
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
68
masalah rumah tangga, ngarecah unggal halangan babareungan
sareung ngaleungitkeun masalah babareungan oge.”110
Transliterasi:
Lidi yang sudah tidak membara lagi kemudian secara bersamaan
dipatahkan menyimbolkan bahwa kedua mempelai harus senantiasa
mengutamakan jalan musyawarah demi mencari solusi atas segala
persoalan rumah tangga, mematahkan setiap kendala secara
bersama, dan membuang problema bersama-sama juga.
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa
pelita (lilin) dan membakar harupat adalah nasihat kepada pengantin
pria dan wanita untuk senantiasa bersama-sama dalam memecahkan
persoalan dalam rumah tangga dengan kepala dingin supaya dalam
rumah tangga selalu damai dan tentram.
5. Beras (beas)
Beras melambangkan masalah pangan, Seperti keterangan yang
disampaikan salah seorang juru masak “Nenek Jemih” di Kelurahan
Dataran Kempas, sebagai berikut:
“hartosna sangu melambangkan kabagjaan masalah tuangeun,
nyaeta panganten pameget anu bade balayar lautan lega,
ngawangun rumah tangga enggal anu kaleungitan tanggel waler
kolotna kedah hirup dina karaharjaan sapertos anu diarepkeun,
dibarengan ku paribasa urang Sunda “bro di panto bru di juru
ngalayah ditengah imah” anu hartosna “lubak-libuk” (seueur ku
harta) anu diberkahan ku hiji-hijina Gusti.111
110
Hasil wawancara dengan Nenek Ahmi, Sabtu, 05 September 2020 pukul 10.30 WIB s/d
11.15 di Rumah Kediaman nya. 111
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
69
Transliterasi:
Makna beras melambangkan kebahagiaan masalah pangan yaitu
bahwasannya pengantin yang akan mengarungi samudra luas,
membentuk rumah tangga baru yang yang sudah lepas tanggung
jawab orang tua harus hidup sejahtera sebagaimana kita harapkan
bersama dengan istilah pepatah-petitih orang Sunda harus bro di
panto bru di juru ngalayah ditengah imah. Yang artinya lubak-
libuk (banyak dengan kekayaan) yang diridoi oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh Nenek Ijah,
beliau menyatakan bahwa:
”Sangu ngalambangkeun kabagjaan dina urusan tuangeun
sareung kabagjaan pikeun duanana mitra, sabab sangu
mangrupikeun bahan pokok pangan kanggo urang Sunda, kalayan
diarep-arep duanana tetep hirup sae.”112
Transliterasi:
Beras melambangkan kebahagiaan masalah pangan dan
kebahagiaan kepada kedua pasangan, karena beras merupakan
makanan pokok masyarakat Sunda, dengan harapan keduanya
selalu hidup berkecukupan.
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa
beras (beas) adalah merupakan kebutuhan pokok bagi sebuah keluarga
yang harus terpenuhi, dengan begitu suatu keluarga akan menjadi
keluarga yang makmur dan selalu tercukupi pangannya.
112
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
70
6. Kunyit (koneng/kuning)
Kunyit (koneng/kuning) melambangkan emas yaitu perlambang
kemuliaan, Seperti keterangan yang disampaikan salah seorang juru
masak “Nenek Jemih” di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Hartosna koneng mangrupikeun lambang kamulyaan dina hartos
jalma anu nganggo perhiasan emas mangrupikeun tanda yen jalma
eta parantos beunghar alias mulya. Pakean, tuangeun, papan
parantos diwadahan janten kabutuhan sadidinten, aya kaleuwihan
artos anu dipeser pekeun perhiasan emas, eta anu diarepkeun ku
kolotna anu dilambangkan dina bentuk koneng.113
Transliterasi:
Makna kunyit (koneng/kuning) adalah perlambang kemuliaan
dalam artian orang-orang yang memakai emas perhiasan pertanda
orang tersebut sudah kaya raya alias mulia. Sandang, pangan,
papan, sudah tertutupi sebagai kebutuhan sehari-hari, ada uang
berlebih dibelikan kepada emas perhiasaan tersebut itulah yang
diharapakan oleh orang tuanya yang disimbolkan didalam bentuk
kunyit.
Senada dengan informasi yang disampaikan oleh Nenek Ijah,
beliau menyatakan bahwa:
”Warna koneng kunyit diibaratkeun emas sareung mangrupikeun
simbol harepan yen panganten pameget tiasa hirup kalayan seueur
rezeki.”114
113
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya. 114
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
71
Transliterasi:
Warna kuning dari kunyit diibaratkan emas dan merupakan simbol
harapan agar kedua mempelai dapat hidup dengan kelimpahan
rezeki.
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa
kunyit (koneng/kuning) adalah merupakan lambang kemulyaan dan
kemakmuran yang dapat meningkatkan kewibawaannya pada dirinya.
7. Uang Logam atau Uang Kertas (artos)
Uang logam atau uang kertas (artos) melambangkan rizki atau
harta, Seperti keterangan yang disampaikan salah seorang juru masak
“Nenek Jemih” di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Hartosna artos melambangkan rizki atanapi kebeungharan yen
kaharep panganten pameget upami aranjeunna parantos gaduh
kabeungharan sanes ngan ukur nyear nanaon, tapi masihan
parentah ka panganten pameget supados engke nalika aranjeunna
beunghar aranjeunna kedah mulya sareung bahagiua, heunte
pernah janten manusa sarakah tapi kedah silih bantosan sareung
masihan zakat ka anu meryogikeunana.”115
Transliterasi:
Makna uang melambangkan rizki atau harta bahwa kelak pengantin
kalau sudah memiliki harta kekayaan bukan hanya sekedar
menabur-naburkan secara percuma, tetapi memberi petunjuk
kepada mempelai agar nantinya kalau mereka sudah kaya harus
mulia dan bahagia, jangan sekali-kali menjadi manusia yang tamak
tetapi harus saling tolong menolong dan memberikan sedekah
kepada orang yang membutuhkannnya.
115
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
72
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa uang
(artos) adalah suatu rizki yang mana apabila kita kelak sudah memiliki
harta yang berlebih bahkan bisa dikatan menjadi orang yang kaya raya
jangan sekali-kali kita merasa sombong dan angkuh akan hartanya,
yang harus ditanamkan adalah mempuyai sifat kedermawanan, rajin
bersedah dan dari separo harta yang kita miliki adalah sebagian milik
orang fakir miskin.
8. Cabe Merah
Cabe Merah melambangkan keberanian dalam menghadapi
masalah rumah tangga kelak, Seperti keterangan yang disampaikan
salah seorang juru masak “Nenek Jemih” di Kelurahan Dataran
Kempas, sebagai berikut:
“Hartosna simbol cabe bereum diharepkeun yen dina rumah
tangga kadua panganten awewe janten kulawarga anu sabar
sareung teras-terasan milarian hirup anu halal numutkeun ajaran
islam sahingga kulawarga bakal tetep hirup sauyunan sareung
kabagjaan.”116
Transliterasi:
Makna simbol cabe merah tersebut diharapkan dalam rumah tangga
kedua mempelai kelak menjadi keluarga yang sabar dan selalu
mencari nafkah yang halal menurut ajaran islam agar keluarga
tersebut selalu hidup rukun dan bahagia.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Nenek Entar, berikut ini:
116
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya..
73
”Cabe bereum mangrupikeun simbol kawani, oge nalika anjeun
nikah, sadaya masalah anu sumping kedah disangkulanana
babarengan.”117
Transliterasi:
Cabe merah simbol dari keberanian, begitu juga ketika sudah
berumah tangga semua masalah yang datang harus dihadapi dan
bisa mengatasinya secara bersama-sama.
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa cabe
merah mempunyai arti keberanian dalam menghadapi masalah rumah
tangga kelak yang mana keberanian tersebut dalam hal mengatasi
masalah yang datang dan berani dalam urusan mencari nafkah yang
halal.
9. Bambu
Bambu melambangkan kokoh dan dapat tumbuh besar, Seperti
keterangan yang disampaikan salah seorang juru masak “Nenek Jemih”
di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Awi parantos janten bagian alami kahirupan masarakat ti saprak
lahir dugi ka maot. Sacara tradisional, awi umumna dipake pikeun
sababaraha kaperluan sapertos pakakas rumah tangga, karajinan
tangan sareung bahan pikeun ngatur kadaharan. Sabab batangna
kuat sareung kokoh sareung tiasa tuumbuh ageng. Kitu oge
dirumah tangga dina raraga tumuh kalayan silih ngarti silih
sareung janten kulawarga anu tumuh pageuh kalayan tulus nalika
nyanghareupan masalah anu bakal datang.”118
117
Hasil wawancara dengan Nenek Entar, Jum’at, 04 September 2020 pukul 14.00 WIB
s/d 15.30 di Rumah Kediaman nya. 118
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
74
Transliterasi:
Bambu telah menjadi bagian alami dari kehidupan masyarakat
mulai lahir hingga mati, secara tradisional pada umumnya bambu
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti alat-alat rumah
tangga, kerajinan tangan, dan bahan untuk mengelola makanan.
Karena batangnya yang kokoh dan dapat rumbuh besar. Begitupula
dalam rumah tangga agar tumbuh besar dengan penuh pemahaman
satu sama lain dan menjadi keluarga yang tumbuh kuat dengan
penuh ke ikhlasan ketika mengahdapi masalah yang berdatangan.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Nenek Entar, berikut ini:
”Sanaos awi kalebet kana kulawarga jukut, eta tiasa nagtung-
nangtung, sanaos rezeki kaseret tong disusul. Awi oge ngagaduhan
peran anu penting pikeun masarakat Sunda, kusabab eta seueur
manpaatna, salah sahijina nyaeta awi anu dijantenkeun alat
masak.”119
Transliterasi:
Walaupun bambu termasuk dalam keluarga rumput namun dapat
berdiri tegak, walaupun rezeki sedang seret hendaklah jangan
terlalu suntuk. Bambu juga memiliki sifat tidak mudah patah
karena lentur. Demikian pula bambu memiliki peranan penting bagi
masyarakat Sunda, karena memiliki banyak manfaat salah satunya
bambu digunakan sebagai alat masak.
Berdasarkan informasi tersebut, penulis berkesimpulan bahwa
bambu memegang peranan sangat penting yang mana bambu dikenal
memiliki banyak manfaat karena batangnya yang kuat, keras, mudah
dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut.
119
Hasil wawancara dengan Nenek Entar, Jum’at, 04 September 2020 pukul 14.00 WIB
s/d 15.30 di Rumah Kediaman nya.
75
Begitupun dalam rumah tangga segala sesuatu masalah yang
berdatangan harus dihadapi dengan ikhlas dan kuat agar bisa
terselesaikan dengan mudah.
10. Wadah atau Nampan
Wadah atau Nampan melambangkan keseluruhan sebagai tempat
berteduh, beristirahat dan sebagai tempat cerita keluarga, Seperti
keterangan yang disampaikan salah seorang juru masak “Nenek Jemih”
di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Hartos simbol baki salaku tempat panyumputan nalika hujan
atanapi panas, nyaeta istirahat sareung kulawarga anjeun anu
dipikacinta sareung ngabagi carita anu bahagia sareung carita
sedih sahingga kajujuran sareung kabuki dina kaluwarga tiasa
didamel tanpa rahasia”.120
Transliterasi:
Maksud makna simbol wadah atau nampan tersebut sebagai tempat
berteduh ketika hujan atau panas, yaitu beristirahat bersama
keluarga tercinta dan berbagi cerita bahagia maupun cerita sedih
agar terciptanya kejujuran dan keterbukaan dalam keluarga tanpa
ada rahasia.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Ibu Wacih bahwa:
“Hartos simbol baki nyaeta tempat anu dianggo pikeun
nempatkeun tuangeun sareung inuman. Contohna sapertos tempat
kadaharan bakakak hayam tradisional. Baki ngagaduhan hartos
nyalira, nyaeta nampa atanapi resi, saolah-olah panganten
120
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
76
pameget silih tampi dina nyebrang parahu rumah tanggana. Susah,
sedih sareung bahagia aranjeunna ngaliwat babareungan.121
Transliterasi:
Maksud makna simbol wadah atau nampan adalah tempat yang
digunakan untuk menaruh makanan dan minuman. Contohnya
seperti tempat makanan tradisonal Ayam Bakakak. Wadah atau
nampan memiliki arti tersendiri yaitu nampa atau menerima,
ibaratnya pengantin tersebut saling menerima antara satu sama lain
dalam mengarungi bahtera rumah tangga mereka. Susah, sedih
maupun bahagia mereka lewati sama-sama.
Dari pernyataan di atas penulis berkesimpulan bahwa sikap
terbuka, kejujuran dan menerima antara satu sama lain adalah langkah
awal untuk membangun bahtera rumah tangga. Tanpa keterbukaan dan
kejujuran sikap rasanya sulit untuk bisa memahami apalagi percaya
antara satu sama lain.
Berdasarkan makna dan simbol Makanan Tradisonal Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) pada sistem upacara adat perkawinan suku
Sunda di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Tanjung Jabung Barat bahwa makna yang diuraikan di atas
mencerminkan kehidupan keluarga yang bisa jadi panutan bagi
kehidupan masyarakat yang lainnya.
3. Faktor-faktor Masyarakat Masih Mempertahankan Tradisi Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) Pada Adat Perkawinan Suku Sunda
Makanan tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) ini merupakan
tradisi yang dilakukan oleh keluarga pihak pengantin perempuan yang
disiapkan satu hari sebelum menjelang perkawinan, karena Ayam Bakakak
(Bakakak Hayam) sebagai syarat yang penting, terutama dalam upacara adat
perkawinan. Adapun alasan masyarakat Kelurahan Dataran Kempas masih
121
Hasil wawancara dengan Ibu Wacih, Jum’at, 04 September 2020 pukul 08.30 WIB s/d
09.30 di Rumah Kediaman nya.
77
mepertahankan traidisi Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) ini yaitu sebagai
tanda penghormatan dari keluarga perempuan, identitas budaya lokal serta
sebagai tanda penghormatan terhadap leluhur atau sebagai penghormatan
kepada nenek moyang karena sudah menjadi tradisi yang turun temurun dan
masih dijaga sampai saat ini.
a. Tanda Penghormatan dari Keluarga Perumpuan
Seperti keterangan yang disampaikan salah seorang tokoh
masyarakat di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Bakakak Hayam mangrupikeun tradisi anu dilakukeun ku
masyarakat Dataran Kempas disiapkeun ku kaluwarga panganten
awewe sateuacan manten, sabab bakakak hayam mangrupikeun
kaayaan anu penting, utamina dina acara kawinan tradisional.
bakakak hayam mangrupikeun kapercayaan anu dipercaya ku
masarakat Kelurahan Dataran Kempas sahingga pangantin
pameget janten kulawarga anu bahagia oge henteu hilap emut
sareung hormat ka sepuhna. Ieu kahoyong bapak sareung indung
supados murangkalihna janten kaluwarga anu bahagia sareung
silih hargaan, anu mangrupikeun bentuk rasa hormat atanapi
sukur daek nikah ka putrina.”122
Transliterasi:
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) merupakan sebuah tradisi yang
dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Dataran Kempas yang
disiapakan oleh keluarga pengantin perumpuan satu hari sebelum
menjelang perkawinan, karena Ayam Bakakak sebagai syarat yang
penting, terutama dalam upacara adat perkawinan. Ayam Bakakak
(Bakakak Hayam) menjadi kepercayaan yang dipercaya oleh
masyarakat Kelurahan Dataran Kempas agar mempelai kelak
menjadi keluarga yang bahagia dan juga tidak lupa mengingat serta
122
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
78
menghormati kedua orang tuanya. Hal ini sebagai keinginan Ayah
dan Ibu agar kelak anaknya menjadi keluarga yang bahagia serta
saling menghormati kedua keluarga tersebut, yang mana
merupakan salah satu bentuk rasa penghormatan atau rasa
terimakasih karena sudah bersedia menikahi anak perumpuannya.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Nenek Entar, berikut ini:
”Bakakak Hayam henteu tiasa dikaluarkeun di luar imah
sateuacan prosesi-prosesi kawinan suku Sunda, henteu
disebarkeun ka tatangga atanapi didahar ku saha wae, sabab
Bakakak Hayam parantos janten perantara do’a-do’a kaamanan
sareung berkah pikeun calon panganten pameget.”123
Transliterasi:
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) tidak boleh dikeluarkan di luar
rumah sebelum dimulai prosesi-prosesi adat perkawinan suku
Sunda, tidak boleh dibagi-bagikan ke tetangga atau tidak boleh
dimakan oleh sembarang orang, karena Ayam Bakakak (Bakakak
Hayam) telah menjadi perantara dari do’a-do’a keselamatan dan
keberkahan untuk pasangan pengantin.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis berkesimpulan bahwa inilah
yang menjadi alasan masyarakat suku Sunda mengapa masih
mempertahankan tradisi Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) hingga
sampai saat ini. Karena tradisi ini memiliki peranan begitu penting baik
untuk kedua mempelai pengantin atau keluarga.
b. Identitas Budaya Lokal
Keberadaan makanan tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam)
sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kelurahan Dataran Kempas.
123
Hasil wawancara dengan Nenek Entar, Jum’at, 04 September 2020 pukul 14.00 WIB
s/d 15.30 di Rumah Kediaman nya.
79
Melalui tradisi ini bertujuan untuk mendapatkan ridho dari Allah,
sehingga masyarakat ini tetap selalu melaksanakan tradisi Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) sebagi doa-doa keselamatan dan keberkahan
untuk pasangan pengantin agar nantinya kehidupan berumah tangga
mempelai dijauhkan dari segala mara bahaya dan balak.
Seperti keterangan yang disampaikan salah seorang tokoh
masyarakat di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Kadaharan hayam bakakak tradisional ieu parantos janten tradisi
atanapi kabiasaan masarakat kampung Dataran Kempas, tradisi
ieu dilakukeun supados kulawarga panganten pameget tiasa hirup
sauyunan sareung dijauhkeun tina sagala jenis bahaya.”124
Transliterasi:
Makanan Tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) ini sudah
menjadi tradisi atau kebiasaan masyarakat Kelurahan Dataran
Kempas, tradisi ini dilakukan supaya keluarga mempelai penganten
bisa hidup rukun dan dijauhkan dari segala macam mara bahaya.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Nenek Jemih, berikut ini:
”Bakakak Hayam ieu mangrupikeun tuangeun tradisional anu khas
dina upacara kawinan suku Sunda, ku alatan eta Bakakak Hayam
ieu suci pisan upami Bakakak hayam henteu aya atanapi dina
hartos henteu didamel dina upacara akad nikah acarana siga
kirang syarat atanapi kecap sanesna hanteu afdol.”125
Transliterasi:
Ayam Bakakak ini merupakan Makanan tradisonal yang khas di
dalam upacara adat perkawinan suku Sunda, maka dari itu Ayam
124
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya. 125
Hasil wawancara dengan Nenek Jemih, Senin, 07 September 2020 pukul 09.00 WIB
s/d 10.30 di Rumah Kediaman nya.
80
Bakakak (Bakakak hayam) ini sangat disakralkan apabila Ayam
Bakakak tidak ada atau dalam arti tidak dibuat dalam acara
perkawinan maka acara tersebut seperti ada yang kurang syaratnya
atau lain kata tidak afdol.
Berdasarkan penjelasan di atas penulis berkesimpulan bahwa,
Makanan tradisional ini kian berlanjut dan masih dibudidayakan oleh
masyarakat Kelurahan Dataran Kempas hingga saat ini. Salah satu foktor
yang menyebabkan identitas yang dimiliki oleh warga Sunda dengan
dijadikan sebagai identitas tersebut masyarakat Kelurahan Dataran
Kempas lebih tergolong dalam melakukan kegiatan untuk tetap dilakukan
dengan harapan agar kedua mempelai pengantin menjadi sepasang suami
istri yang berguna bagi keluarga dan juga masyarakat sekitar.
Kepercayaan masyarakat setempat terhadap nilai-nilai budaya yang
menyatakan bahwa dalam tradisi Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) dapat
memberikan keselamatan, keberkahan bagi keluarga yang memiliki hajat
baik itu kedua mempelai maupun untuk kedua orang tua dari bencana dan
bala’. Sebagaiman yang diketahui bahwa dalam makanan tradisional
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) juga memiliki nilai tersendiri.
Adapaun nilai yang terkandung dalam makanan tradisional Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) ialah nilai pendidikan dalam hubungan
dengan Tuhan, nilai pendidikan sosial serta kemasyarakatan dan nilai
budaya. Oleh karena itu, masyarakat Kelurahan Dataran Kempas tetap
melaksanakannya.
c. Penghormatan Kepada Leluhur/Nenek Moyang
Masyarakat begitu antusias dengan menjaga tradisi ini agar tetap
dilastarikan hingga kegenerasi selanjutnya. Oleh kearena itu, mereka
tetap mempertahankannya. Mereka mempercayai makanan tradisional
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) adalah warisan nenek moyang yang
81
selalu membawa keselamatan, keberkahan dan kebaikan untuk kedua
mempelai pengantin dan kedua keluarga tersebut.
Seperti keterangan yang disampaikan salah seorang tokoh
masyarakat di Kelurahan Dataran Kempas, sebagai berikut:
“Masarakat yakin yen daharan tradisional Bakakak Hayam
mangrupikeun do’a-do’a pikeun kaamanan anu aman sareung
berkah sabab kolot ngaharepkeun kebagjaan murangkalihna cicing
di rumah tangga, di sagigireun eta oge mangrupikeun hormat
sareung hormat pikeun dua kulawarga janten rukun sapertos anu
aya dina simbol sareung tuang-tuang hartosna aya dina katuangan
Bakakak hayam tradisional.”126
Transilerasi:
Masyarakat meyakini bahwa makanan tradisional Ayam Bakakak
(Bakakak Hayam) merupakan do’a-do’a keselamatan dan
keberkahan yang baik karena orang tua mengharapkan kebahagiaan
hidup anak-anaknya dalam mengarungi kehidupan rumah tangga,
selain itu juga sebagai penghormatan dan saling menghargai kedua
keluarga agar harmonis seperti yang terdapat pada simbol dan
makna-makna yang terkandung didalam makanan tradisional Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) tersebut.
Selain itu terdapat juga informan yang lain, seperti yang
disampaikan oleh Ibu Wacih, berikut ini:
”Masarakat Sunda yakin yen kadaharan bakakak hayam
mangrupikeun warisan ti karuhunna anu kedah dilestarikan
kumargi masarakat Sunda yakin yen kadahan bakakka hayam
126
Hasil wawancara dengan Nenek Ijah, Sabtu, 05 September 2020 pukul 14.00 WIB s/d
15.30 di Rumah Kediaman nya.
82
mangrupikeun berkah sareung do’a aman pikeun panganten
pameget sareung dua kaluwarga”.127
Transilerasi:
Berdasarkan penjelasan di atas penulis berkesimpulan bahwa,
makanan tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) memang harus
dilaksanakan karena didalamnya terdapat makna dan simbol-simbol yang
memberikan do’a-do’a keselamatan dan keberkahan untuk pasangan
pengantin tersebut.
Pada zaman perkembangan seperti sekarang ini, masyarakat
mengharapkan nilai-nilai yang terkandung di dalam makanan tradisional
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) tetap terjaga dan dilestarikan sampai
saat ini dan seterusnya. Makanan tradisional Ayam Bakakak (Bakakak
Hayam) ini dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Dataran Kempas
karena masyarakat suku Sunda masih sangat menghormati warisan dari
para leluhur atau warisan dari nenek moyang yang dianggap sebagai
penurus cikal bakal anak cucu mereka kelak dan makanan tradisional
Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) ini selalu dilakukan karena sudah
menjadi tradisi adat suku Sunda khususnya di Kelurahan Dataran
Kempas Kecmatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
127
Hasil wawancara dengan ibu Wacih, Jum’at, 04 September 2020 pukul 08.30 WIB s/d
09.30 di Rumah Kediamannya.
83
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas dan menguraikan permasalahan mengenai
“Makna Simbolik Tradisi Ayam Bakakak Pada Adat Perkawinan Suku
Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi
Kabupaten Tanjung Jabung Barat”. Maka penulis mencoba menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebelum terlaksananya praktik pabetot bakakak hayam (menarik
ayam bakakak), ada beberapa tahapan yang harus dilalui dalam tradisi
Ayam Bakakak pada adat perkawinan suku Sunda, diantaranya:
Pertama Prosesi tradisi sebelum perkawinan “Neundeun Omong,
Narosan”. Kedua Prosesi tradisi pelaksanaan upacara perkawinan
“Seserahan, ngeuyeuk seureuh, akad nikah”. Ketiga Prosesi tradisi
pelaksana setelah akad nikah “sembah sungkem, sawer pengantin,
nincag endog, meuleum harupat, huap lingkung dan huap deudeuh,
pabetot bakakak hayam”.
2. Makanan Tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) di Kelurahan
Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung
Jabung Barat merupakan keragaman budaya yang perlu dipelihara dan
dipertahankan keberadaanya. Makanan Tradisional Ayam Bakakak
(Bakakak Hayam) sudah ada sejak tahun 1985, yang berasal dari
penduduk asli suku Sunda di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan
Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selain itu Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) mempunyai makna dan simbolik yang
berpengaruh untuk pasangan pengantin yaitu: Pertama Ayam, Ayam
tersebut bermakna sebuah mencakup keluarga yang dibumbuhi
dengan ajaran-ajaran dan amanah yang positif. Kedua Telur (Endog),
Telur (Endog) memiliki makna sebagai kerelaan seorang wanita yang
diambil keperawanannya untuk melayani suaminya dengan jalan yang
84
halal dan sah atau telah menjadi suami istri dengan tujuan
memberikan kepuasan batin dan kasih sayang hingga menjadi
keluarga “sakinah, mawaddah dan warohmah. Ketiga Air dan Kendi,
mencuci air dari dalam kendi adalah istri akan senang sekali dalam
melayani suaminya, asalkan suami ketika akan masuk kedalam rumah
membawa hati yang bersih, jernih, bening dan segar. Keempat Pelita
(lilin) dan membakar harupat yang dijadikan lambang oleh kedua
mempelai wanita dan pria bahwa sifat-sifat yang “getas harupateun”
karena sifat itu pada manusia adalah sifat pemarah. Kelima Beras
(beas), beras melambangkan masalah pangan. Keenam Kunyit
(koneng/kuning) melambangkan emas yaitu perlambang kemuliaan
dan kemakmuran. Ketujuh Uang logam atau uang kertas (artos)
melambangkan rizki atau harta. Kedelapan Cabe Merah
melambangkan keberanian dalam menghadapi masalah rumah tangga
kelak. Kesembilan Bambu melambangkan kokoh dan dapat tumbuh
besar. Kesepuluh Wadah atau Nampan melambangkan keseluruhan
sebagai tempat berteduh, beristirahat dan sebagai tempat cerita
keluarga.
3. Faktor-faktor Masyarakat Masih Mempertahankan Makanan
Tradisional Ayam Bakakak (Bakakak Hayam) Dalam Proses Upacara
Adat Perkawinan Suku Sunda, dinataranya: Pertama Tanda
Penghormatan dari keluarga perumpuan. Kedua Identitas budaya
lokal. Ketiga Penghormatan kepada Leluhur/ Nenek Moyang.
B. Rekomendasi
Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka ada beberapa
rekomendasi yang disarankan antara lain:
1. Kepada pemerintah Kelurahan Dataran Kempas untuk turut serta
melestarikan keragaman budaya yang ada indonesia salah satunya
makanan tradisional suku Sunda. Karena dalam tradisi Ayam
Bakakak (Bakakak Hayam) terdapat nilai-nilai pendidikan dan
nilai-nilai kebudayaan.
85
2. Bagi dinas kebudayaan diharapkan peran sertanya dalam membina
dan menjaga serta melestarikan budaya Sunda. Karena hal ini dapat
dijadikan ciri khas budaya tersebut.
3. Bagi generasi muda termasuk saya peneliti agar mempelajari cara
memasaknya atau mempromosikannya untuk bisa diperkenalkan
dalam jasa.
C. Kata Penutup
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia Nya serta hidayah Nya berupa
kesehatan, kekuatan dan kenikmatan kepada penulis akhirnya karya tulis
ini dapat terselesaikan. Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak
sekali terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi.
Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
petunjuk dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin ya rabbal’alamin.
86
DAFTAR PUSTAKA
Bustanuddin Agus. 2007. Agama dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi
Agama, Jakarta: Rajawali Persada
Budiman Kris. 2000. Kosa Semiotika Jakarta: Lkuis.
Danandjaja James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, Dan Lain-
Lain.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitiaan Kebudayaan. Yogyakarta:
Gadja Mada University.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, teknik penelitian kebudayaan:
Ideology, Epistemologi, dan Aplikasi, Jakarta: Pustaka Widyatama.
Endraswara, Suwardi. 2009. Metode Penelitian Folklor: Konsep, Teori, Dan
Aplikasi, Yogyakarta: Media Pressind.
Faisal, Sanapiah. 2007. Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Hamidin Aep S. 2012. Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara, Jogjakarta: Diva
Press.
Koentjaraningrat. 1998. Metode-Metode Penelitian Masyarakat Yogyakarta:
Gramedia.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Mentalis Dan Pembangunan, Jakarta: PT
Gramedia.
Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi 1, Jakarta: Pt Rineka Cipta.
Koran Jambi Ekpress. 2017. Melihat Tradisi Jenang Warga Jawa Di Tanjab
Timur, Selalu Dilakukan Sebelum Resepsi Pernikahan, Jambi: Sabtu,
20 Agustus.
Little John, Stephen W. 2009. Karen A. Foss, Teori Komunikasi: Theories Of
Human Communication, Jakarta: Salemba Humanika.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Saebani Beni Ahmad. 2012. Pengantar Antropologi, Bandung: Pustaka Setia.
Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
87
Suparlan, Parsudi. 1996. Orang Sakai di Riau, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Syarifuddin. 1993. Makanan: Wujud, Variasi Dan Fungsinya Serta Cara
Penyajiannya, Jakarta: Dapartemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
Agustus.
Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi. 2018. Pedoman Penulisan Proposal &
Skripsi Fakultas Adab & Humaniora, Jambi:UIN STS Jambi.
Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.
Referensi Jurnal
Ariska Wiwik. 2015. Makna Simbolis “Beppa Pute” Dalam Proses Pernikahan
Suku Bugis Wajo: Skripsi. Institut Agama Islam Negri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
Hadiati Nur Diah. 2016. Bentuk, Makna dan Fungsi Upacara Ritual Daur Hidup
Manusia Pada M asyarakat Sunda: Skripsi. Universitas Airlangga
Surabaya.
Mulyana Aina. Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia. Jurnal
Muqoddimah.
Nurdiana Venita. Pengantan tandhu Tradisi Pernikahan Masyarakat Desa
Legung Kabupaten Sumenep: Skripsi. Universitas Negri Malang.
Pasaribu Winda Sofiani. 2011. Fungsi Dan Makna Makanan Tradisional Pada
Perayaan Budaya Masyarakat Tionghoa: Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.
Pratiwi Nova. Anak Hilang Pada Acara Pernikahan di Desa Lubuk Merangin
Kecamatan Pemenang Barat Kabupaten Merangin.
Sulaichah Dinnar Ayu Nur. 2019. Mitos Kue Apem Dalam Tradisi Selamatan
Kematian (Tahlilan) Perspektif Teori Semiologi Roland Barthes Di
Desa Kedung Baruk Rungkut Surabaya: Sripsi. Universitas Islam
Negri Sunan Ampel Surabaya.
88
Talalessy Quin D. 2016. Sagu Sebagai Makanan Rakyat Dan Sumber Informasi
Budaya Masyarakat Inanwatan: Kajian Folklor Non Lisan Jurnal,
Unipa Manokwari, Volume 1. No 01, Agustus.
89
CURRICULUM VITAE
Nama : Aie Sumiati.
Tempat/Tanggal Lahir : Purwodadi, 23 November 1997.
NIM : AS. 160934.
Fakultas : Adab dan Humaniora.
Jurusan : Sejarah Peradaban Islam.
Jenis Kelamin : Perempuan.
Status : Belum Menikah.
Nama Ayah : Sargus.
Nama Ibu : Komala Sari.
Anak Ke : 1
Alamat Asal : Kelurahan dataran Kempas, RT 01/RW 18
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung
Jabung Barat Provinsi Jambi.
Alamat Sekarang : Perumahan Villa Karya Mandiri Desa Mendalo
Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten
Muaro Jambi.
JENJANG PENDIDIKAN
Tahun 2004 – 2009 : SDN 154/V Purwodadi.
Tahun 2009 – 2012 : MTS Mamba’ul Ulum Kota Jambi.
Tahun 2012 – 2015 : MAS Mambau’ul Ulum Kota Jambi.
Tahun 2016 – 2021 : Perguruan Tinggi UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
90
LAMPIRAN I
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Makna Simbolik Tradisi “Ayam Bakakak” Pada Adat Perkwaninan Suku
Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
A. Observasi
Mengenai letak geografis lokasi penelitian makna simbolik
Tradisi “ayam bakakak” pada adat perkwaninan suku Sunda di Kelurahan
Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
B. Wawancara
1. Bagaimana prosesi tradisi Ayam Bakakak dalam proses upacara adat
perkawinan suku Sunda ?
2. Tahapan-tahapan apa saja yang harus dilalui dalam prosesi tradisi
Ayam Bakakak?
3. Apa tujuan masyarakat melakukan tradisi Ayam Bakakak?
4. Apa makna simbolik yang terkandung pada Ayam Bakakak dalam
proses upacara adat perkawinan suku Sunda?
5. Apakah ada simbol-simbol tertentu yang terkandung pada Ayam
Bakakak?
6. Jika ada, apa saja simbol-simbol yang digunakan dalam tradisi Ayam
Bakakak?
7. Mengapa masyarakat Sunda masih mempertahankan Ayam Bakakak
dalam proses upacara adat perkawinan suku Sunda?
8. Menganut sistem kepercayaan apa saja dan memiliki berapa suku
bangsa?
91
C. Dokumentasi
1. Data tentang gambaran umum di Kelurahan Dataran Kempas.
2. Data tentang penduduk di Kelurahan Dataran Kempas.
3. Data tentang Makanan Tradisional ”Ayam Bakakak” di Kelurahan
Dataran Kempas.
4. Data tentang kondisi budaya di Kelurahan Dataran Kempas.
92
TABEL ANALISIS MAKNA SIMBOLIK
No
Makna
Simbolik Ayam
Bakakak
Teori Litle John
Teori Makna Yang
Bersifat Mewakili
Teori Makna Filsafat
Bahasa Tingkat
Sederhana
Teori Makna Dari
Pengalaman Hidup.
1.
Ayam Ayam Ayam tersebut bermakna
mencakup sebuah keluarga
yang dibumbuhi dengan
ajaran-ajaran dan amanah
yang positif.
Ayam yang digunakan
adalah Ayam Jantan
Kampung.
Bahwasanya ketika
sudah berumah tangga
haruslah selalu
mematuhi atau
menjalankan ajaran-
ajaran baik yang sudah
ditentukan dalam ajaran
Islam.
Orang tua zaman dahulu
percaya bahwasanya
ayam jantan kampung
merupakan binatang
penolak balak agar
leluhur tidak
mengganggu dan
diharapkan dapat
membantu kelancaran
berbagai kegiatan acara,
salah satunya dalam
acara adat perkawinan
suku Sunda.
2 Telur (Endog) Telur (Endog) Makna dari telur (endog)
tersebut melambangkan
keturunan, simbol keluarga
yang harus dijaga, ditutup
rapat dan juga kesucian
seorang wanita.
Bahwasanya makna dari
simbol telur (endog)
adalah sebagai kerelaan
seorang wanita yang
diambil keperawanannya
untuk melayani
suaminya dengan jalan
yang halal dan sah.
Dengan tujuan
memberikan kepuasan
batin dan kasih sayang
hingga menjadi keluarga
yang sakinah, mawaddah
dan warohmah.
Disamping itu,
memberikan isyarat pula
bahwa buah pergaulan
93
kedua suami istri akan
menghasilkan bibit
keturunan berupa lendir
yang menyerupai isi telur
ayam tersebut.
3 Air dan Kendi Air dan Kendi Makna mencuci kaki
dengan air dari dalam kendi
adalah suatu isyarat bentuk
ketaatan istri kepada sang
suami. Memecahkan atau
menghancurkan kendi
setelah dipakai itu
menyatakan kepuasan hati
antara kedua mempelai dan
saling bahagia dalam
menjalankan rumah tangga,
satu prinsip dan satu tujuan.
Bahwasanya membasuh
dan membersihkan
jemari kaki sang suami
dengan menggunakan air
dari dalam kendi yaitu
sang istri akan senantiasa
menjaga seluruh apa
yang dimiliki suami,
tidak akan mengotorinya
dengan hal-hal yang
tidak patut termasuk
dengan fikiran-fikiran
negative.
Menghancurkan kendi
tersebut bahwa kedua
mempelain akan
senantiasa
menghancurkan segala
krikil dan penghalang
laju biduk mahligai
rumah tangga karena
siapapun juga pasti akan
merasakan bahwa
perjalan hidup berumah
tangga tidak akan selalu
sepi dari cobaan dan
ujian.
4 Pelita (Lilin) Pelita (Lilin) Makna pelita (lilin) dan
membakar harupat
dijadikan lambang oleh
kedua mempelai wanita dan
pria bahwa sifat-sifat yang
“getas harupateun” (mudah
patah seperti harupat).
Karena sifat itu pada
manusia adalah sifat
pemarah.
Bahwasanya pelita (lilin)
dan membakar harupat
adalah nasihat kepada
pengantin pria dan
wanita harus senantiasa
mengutamakan jalan
musyawarah,
mematahkan setiap
kendala secara bersama
demi mencari solusi atas
segala persoalan rumah
tangga.
5 Beras (Beas) Beras (Beas) Makna beras (beas) Bahwasanya beras (beas)
94
melambangkan masalah
pangan.
adalah merupakan
kebutuhan pokok bagi
sebuah keluarga yang
harus dipenuhi, dengan
begitu suatu keluarga
akan menjadi keluarga
yang makmur dan selalu
tercukupi pangannya.
6 Kunyit
(Koneng/kuning)
Kunyit (Koneng/kuning) Makna dari kunyit
(koneng/kuning)
melambangkan emas yaitu
“kemuliaan”.
Bahwasanya orang-orang
yang memakai emas
pertanda orang tersebut
sudah kaya raya alias
mulia, makmur dan
meningkatkan
kewibawaanya. Selain
itu, Sandang, pangan,
papan sudah tertutupi
sebagai kebutuhan
sehari-hari.
7 Uang Logam
atau Uang Kertas
(Artos)
Uang Logam atau Uang
Kertas (Artos)
Makna dari Uang Logam
atau Uang Kertas (Artos)
melambangkan rizki atau
harta.
Bahwasanya apabila
suatu saat kita memiliki
harta yang berlebih
bahkan kita bisa
dikatakan orang yang
kaya raya jangan sekali-
kali merasa sombong dan
angkuh akan hartanya,
yang harus ditanamkan
adalah mempunyai sifat
kedermawanan, rajin
bersedekah. Karena
sebagian dari harta yang
kita miliki adalah milik
orang fakir miskin.
8 Cabe Merah Cabe Merah Makna dari cabe merah
melambangkan keberanian.
Bahwasanya keberanian
tersebut dalam hal
mengatasi masalah yang
datang dan berani dalam
urusan mencari nafkah
yang halal.
9 Bambu Bambu Makna dari bambu
melambangkan kokoh dan
dapat tumbuh besar.
Bahwasanya bambu
memiliki peranan
penting bagi masyarakat
Sunda, karena memiliki
banyak manfaat salah
satunya bambu
95
digunakan sebagai alat-
alat rumah tangga,
kerajinan tangan dan
bahan untuk mengelola
makanan.
10 Wadah atau
Nampan
Wadah atau Nampan Makna dari wadah atau
nampan melambangkan
keseluruhan sebagai tempat
berteduh, beristirahat dan
sebagai tempat cerita
keluarga.
Bahwasanya wadah atau
nampan tersebut sebagai
tempat berteduh ketika
hujan/panas,
beristirahat bersama
keluarga tercinta dan
berbagi cerita bahagia
maupun cerita
sedih agar terciptanya
kejujuran dan
keterbukaan dalam
keluarga tanpa ada
rahasia .
96
DAFTAR-DAFTAR NAMA INFORMAN
NO NAMA JABATAN
1 Asbar Nofendra Kepala Desa Dataran Kempas
2 Abdi Damiran Kadus II Dataran Kempas
3 Suerandi Iskandar Tokoh Masyarakat
4 Teme Tokoh Masyarakat
5 Jemih Juru Masak
6 Ijah Juru Masak
7 Wacih Juru Masak
8 Entar Juru Masak
9 Tarsono Masyarakat
10 Katono Masyarakat
11 Ikah Masyarakat
12 Ahmi Masyarakat
97
Gambar 1. Hasil wawancara bersama Gambar 2. Hasil Wawancara bersama
Ibu Wacih. Nenek Entar.
Gambar 3. Hasil wawancara bersama Gambar 4. Hasil Wawancara bersama
Bapak Teme. Bapak Tarsono.
98
Gambar 5. Hasil wawancara bersama Gambar 6. Hasil wawancara barsama
Bapak Suerandi Iskandar. Nenek Ijah.
Gambar 7. Hasil wawancara bersama Gambar 8. Hasil wawancara bersama
Nenek Ahmi. Nenek Jemih.
99
Gambar 9. Hasil wawancara bersama
Bapak Katono dan Ibu Ikah.
Gambar 10. Makanan Tradisional “ Ayam Bakakak” Pada Adat Perkawinan Suku
Sunda Di Kelurahan Dataran Kempas Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.