16
211 Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung Maryono Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jl. Ki Hadjar Dewantara No.19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 ABSTRACT This research aims to reveal the meaning of Directive Action and Speech of Gatutkaca Gandrung Dance in the custom of Javaness marriage ceremony. This research employs descriptive qualitative using pragmatics theory perspective of Parker and Charles Morris about signs relation. As for the result of the research indicates the domination of directive action and speech in Gatutkaca Gandung dancing performance in the mariage ceremony of javaness culture custom, are interpreted as form of indirect instructions. Penanggap (the parents) desires that the married couple pleases to enjoy the esthetics values, thus the attitude, behavior, and their actions become appropiate. The other directive meaning is so the married couple can grasp the educational values about hard working, enthusiasm, and the heavy struggle that is reflected in Gatutkaca Gandrung Dance to be imitated as provision to establish a harmonious and happy family. Keywords: Dancing, Gatutkaca gandrung, Javaness Custom Marriage Ceremony, Directive Action and Speech. ABSTRAK Penelitian ini adalah untuk mengungkap makna pragmatik tindak tutur direktif pada Tari Gathutkaca Gandrung dalam resepsi perkawinan adat Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan perspektif teori pragmatik Parker dan Charles Morris tentang relasi tanda. Adapun hasil penelitian ini menggambarkan dominasi tindak tutur direktif dalam pertunjukan Tari Gathutkaca Gandrung pada resepsi perkawinan adat budaya Jawa yang dimaknai sebagai bentuk perintah bersifat tidak langsung. Penanggap (orang tua) menghendaki agar sepasang pengantin berkenan menikmati nilai estetis, supaya jiwanya menjadi lebih halus, lebih santun, peka terhadap lingkungan sehingga sikap, perilaku, dan tindakannya menjadi lebih baik. Makna perintah berikutnya agar sepasang pengantin dapat menyerap nilai-nilai pendidikan tentang usaha yang keras, semangat, dan perjuangan yang berat seperti yang digambarkan pada Tari Gathutkaca Gandrung agar dicontoh sebagai bekal untuk membina keluarga yang harmonis dan bahagia. Kata kunci: Tarian, Gathutkaca Gandrung, resepsi perkawinan adat Jawa, tindak tutur direktif.

Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

211

Makna Pragmatik Tindak Tutur DirektifPada Tari Gathutkaca Gandrung

MaryonoInstitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Jl. Ki Hadjar Dewantara No.19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

ABSTRACT

This research aims to reveal the meaning of Directive Action and Speech of Gatutkaca GandrungDance in the custom of Javaness marriage ceremony. This research employs descriptive qualitativeusing pragmatics theory perspective of Parker and Charles Morris about signs relation. As for theresult of the research indicates the domination of directive action and speech in Gatutkaca Gandungdancing performance in the mariage ceremony of javaness culture custom, are interpreted as form ofindirect instructions. Penanggap (the parents) desires that the married couple pleases to enjoy theesthetics values, thus the attitude, behavior, and their actions become appropiate. The other directivemeaning is so the married couple can grasp the educational values about hard working, enthusiasm,and the heavy struggle that is reflected in Gatutkaca Gandrung Dance to be imitated as provision toestablish a harmonious and happy family.

Keywords: Dancing, Gatutkaca gandrung, Javaness Custom Marriage Ceremony, Directive Actionand Speech.

ABSTRAK

Penelitian ini adalah untuk mengungkap makna pragmatik tindak tutur direktif padaTari Gathutkaca Gandrung dalam resepsi perkawinan adat Jawa. Penelitian inimenggunakan metode kualitatif deskriptif dengan perspektif teori pragmatik Parker danCharles Morris tentang relasi tanda. Adapun hasil penelitian ini menggambarkan dominasitindak tutur direktif dalam pertunjukan Tari Gathutkaca Gandrung pada resepsiperkawinan adat budaya Jawa yang dimaknai sebagai bentuk perintah bersifat tidaklangsung. Penanggap (orang tua) menghendaki agar sepasang pengantin berkenanmenikmati nilai estetis, supaya jiwanya menjadi lebih halus, lebih santun, peka terhadaplingkungan sehingga sikap, perilaku, dan tindakannya menjadi lebih baik. Makna perintahberikutnya agar sepasang pengantin dapat menyerap nilai-nilai pendidikan tentang usahayang keras, semangat, dan perjuangan yang berat seperti yang digambarkan pada TariGathutkaca Gandrung agar dicontoh sebagai bekal untuk membina keluarga yang harmonisdan bahagia.

Kata kunci: Tarian, Gathutkaca Gandrung, resepsi perkawinan adat Jawa, tindak tuturdirektif.

Page 2: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

212Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015

PENDAHULUANDalam perkembangannya bahasa

formal atau struktural yang mengkajimakna berdasarkan internal kebahasaan,tidak lagi mampu untuk mewadahi danmenjawab hakikat makna bahasa dalamrealita kehidupan. Dasar pemahamannyabahwa manusia sering berbicara itu tidakselalu bald on record, namun dapat bersifatoff record, bahkan ada pula yang sekedaruntuk memenuhi phatic communion belaka.Untuk itu muncul bahasa pragmatiksebagai sub disiplin linguistik baru yangmampu menggali hakikat makna bahasasecara kontekstual. Fakta menunjukkanbahwa bahasa merupakan alat komunikasiyang efektif dan efisien dalam kehidupanbudaya manusia.

Merujuk pada pernyataan “Pragmaticsis the study of how language is used tocommunicate” (Parker, 1986:11), bahwasatuan-satuan kebahasaan dalam kerangkapragmatik itu mengkaji makna padaperspektif aktif melakukan tugas atau yangdifungsikan sebagai sarana komu-nikasi,bukannya satuan-satuan kebahasa-an padaposisi pasif. Hal itu diperkuat oleh AsimGunarwan yang menyatakan bahwapragmatik berkaitan dengan penggunaanbahasa, yaitu bagaimana bahasa digunakanoleh penutur di dalam situasi interaksiyang sebenarnya, bukan di dalam situasiyang diabstraksikan, yang direka-reka olehlinguis (Asim Gunarwan, 2005: 1). Untukmenemukan makna dalam khasanah prag-matik dengan cara menganalisis satuan-satuan kebahasaan secara eksternal. Padatataran yang demikian semakin jelas bahwamakna yang dikaji pada pragmatik meru-pakan contextual dependent.

Berkomunikasi dengan bahasa dapatdilakukan dengan menggunakan caraverbal, nonverbal, maupun campuran darikedua komponen tersebut. Menurut

Lamuddin berkomunikasi dengan caraverbal dilakukan dengan bahasa tertulisataupun lisan, sedangkan komunikasidengan cara nonverbal dilakukan denganmemakai media selain bahasa yang wujud-nya dapat berupa aneka simbol, isyarat,kode dan bunyi-bunyian (Lamuddin, 2005:2). Dalam komunikasi bahasa pragmatikseni pertunjukan, rupanya yang digunakanadalah cara campuran, yaitu perpaduankomponen yang bersifat verbal dan non-verbal. Mengingat salah satu bahasapragmatik yang hidup subur di masyarakatadalah di antaranya berupa seni per-tunjukan, baik berupa tari, ketoprak,wayang, langendriyan, dan sebagainya.

Seni pertunjukan pada dasarnya me-rupakan bahasa komunikasi yang bersifatpragmatik dari seniman terhadap penon-ton. Tari Gathutkaca Gandrung sebagai salahsatu genre seni pertunjukan memilikikomponen verbal dan nonverbal yangberkualitas. Komponen verbal Tari Gathut-kaca Gandrung, berupa sastra tembangdalam bentuk garap: ada-ada, sendhon, dangerongan. *Adapun komponen nonverbal,berupa tema, gerak, busana, rias, danmusik. Kedua komponen baik yang bersifatverbal maupun nonverbal merupakansuatu tanda yang sengaja diberi makna olehseniman sehingga menjadi lambang yangmemiliki arti bagi penonton. Pada presen-tasinya kedua komponen tersebut disajikandalam bentuk seni pertunjukan yang padu,utuh, harmoni, berkualitas, dan bermakna.Pada prinsip dasarnya pragmatik adalahsubdisiplin linguistik yang mengaitkanbahasa sebagai sistem lambang denganpengguna atau user bahasa (Mey, 1998:716-737). Untuk itu sangat tepat bahwa TariGathutkaca Gandrung merupakan salahsatu sasaran kajian pragmatik.

Landasan teori yang digunakan meng-kaji makna Tari Gathutkaca Gandrung,

Page 3: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

213Maryono: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung

adalah teori pragmatik dan teori senipertunjukan. Pembagian wilayah analisis-nya, teori-teori pragmatik yang berkaitdengan jenis-jenis tindak tutur, konteks,implikatur atau makna dibalik yangtersurat pada komponen yang bersifatverbal kebahasaan. Teori seni pertunjukansecara fokus untuk mengungkap maknadibalik wujud simbol-simbol yang bersifatnonverbal. Hasil dari analisis keduakomponen tersebut merupakan temuanyang diakselerasikan menjadi sebuahsimpulan akhir.

METODEMetode penelitian kualitatif merupa-

kan pilihan yang tepat untuk mengungkapmakna Tari Gathutkaca Gandrung. Lang-kah-langkah yang ditempuh untuk men-dapatkan data dari berbagai sumber,peneliti menggunakan beberapa metode,yaitu: studi pustaka, observasi, dan wawan-cara. Studi pustaka dilakukan untukmemperoleh informasi yang berkait de-ngan cerita, tema, dan sumber tertulis yangdimanfaatkan sebagai referensi maupunrujukan teoritis. Observasi lebih bersifatlangsung dan tidak langsung untuk men-dapatkan data-data komponen yang ber-sifat verbal dan nonverbal. Bentuk wawan-cara lebih bersifat terbuka dan cenderungtidak formal untuk memperoleh data-datayang berkaitan dengan objektif, genetik,dan afektif.

HASIL DAN PEMBAHASANBentuk Tari Gathutkaca Gandrung

Tari Gathutkaca Gandrung merupakansalah satu bentuk tari gagah gaya Surakartayang disajikan secara tunggal denganmengangkat tema percintaan atau gan-drungan. Sekitar tahun 1983, S. Maridimenawarkan susunan karya Tari GathutkacaGandrung yang didokumentasikan oleh PN

Lokananta. Rupanya setelah sukses meng-hantarkan karya-karyanya seperti Tari EkoPrawiro (1961), Tari Prawirowatang (1962),Tari Karonsih (1970), Tari Endah (1971),Dramatari Wandansari (1980), dan DramatariPanji Semirang (1981) S. Maridi semakinmendapat kepercayaan dari masyarakatdan PN Lokananta untuk memublikasikankaryanya lewat rekaman gendhing-gendhingbeksan (lihat S. Pamardi, 2000: 83-84).Semangat dan motivasi S. Maridi yangdemikian sesuai dengan pernyataan MyronWeiner (1986:2), bahwa faktor yang men-dorong suatu negara untuk dapat ber-kembang pesat adalah virus mental, yaitusuatu cara berpikir tertentu yang apabilaterjadi pada diri seseorang, cenderungmenyebabkan orang tersebut menjaditumbuh bersemangat untuk berbuat,bertingkah laku memenuhi kebutuhanprestasinya (Weiner, 1986: 2).

Kehadiran Tari Gathutkaca Gandrungsusunan S. Maridi lebih banyak menjadisajian pada acara-acara resepsi perkawinanmasyarakat bernuansa budaya Jawa. Rupa-nya terdapat keselarasan dan kecocokanantara tema tari Gandrungan atau per-cintaan dengan peristiwa percintaan yangdialami oleh sepasang pengantin, menja-dikan banyak masyarakat terpikat padapertunjukan Tari Gathutkaca Gandrung(Sutarno Haryono, wawancara: 2014). Bagimasyarakat Jawa pada umumnya, sim-bolisme memiliki peranan penting dalammemenuhi kebutuhan kehidupan ber-budaya. Upacara perkawinan bagi masya-rakat Jawa dianggap sebuah peristiwa yangsakral, di mana di dalamnya terkandungunsur-unsur crisis-rites sehingga segalasesuatu yang berkaitan dengan syarat-syarat upacara diadakan. Hal itu diyakinioleh masyarakat untuk memperoleh kese-lamatan dan kebahagiaan (Koentjara-ningrat, 1972: 89-94).

Page 4: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

214Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015

Bentuk Komponen verbalDasar pemahaman yang perlu dicer-

mati tentang komponen verbal yangterdapat dalam Tari Gathutkaca Gandrungadalah jenis-jenis kebahasaan yang secarasubstantif digunakan untuk komunikasi.Bentuk komunikasi dalam pertunjukan TariGathutkaca Gandrung dapat bersifat lang-sung dan tidak langsung. Adapun jenis-jenis komponen verbal secara keseluruhanyang terdapat pada Tari Gathutkaca Gan-drung, yaitu: (1) Teks Ada-ada Greget Sautlaras slendro pathet sanga, (2) Teks SendhonTlutur laras slendro pathet sanga, (3) TeksKetawang Kinanthi Pawukir laras slendropathet sanga, dan (4) Teks Ada-ada Greget Sautlaras slendro pathet manyura. Ragam kom-ponen verbal yang difungsikan secaralangsung oleh penari sebagai mediakomunikasi terdiri dari teks KetawangKinanthi Pawukir laras slendro pathet sanga.Aktualisasinya teks Ketawang KinanthiPawukir laras slendro pathet sanga dinyanyi-kan penari Raden Gathutkaca untukmerayu kekasihnya, yaitu Dewi Pergiwa.

Beberapa jenis teks yang pemanfaatan-nya bersifat tidak langsung tersebut, lebihbanyak digunakan sebagai bentuk ilustrasipenggambaran kondisi atau fakta suasanayang tengah dialami atau menyelimuti

kondisi psikologis tokoh yang ditampilkan.Wujud presentasinya jenis-jenis teks yangmencakup: Ada-ada Greget Saut laras slendropathet sanga, Sendhon Tlutur laras slendropathet sanga, dan Ada-ada Greget Saut larasslendro pathet manyura dilantunkan olehseorang vokalis putra (pemusik) sebagaibentuk penggambaran menurut suasanapada masing-masing adegan. Untuk itubentuk analisis yang tepat lebih fokus padamasing-masing teks verbal secara parsialkemudian menyeluruh dengan teori prag-matik yang berkenaan dengan klasifikasitindak tutur, konteks yang melingkupinya,dan implikatur-implikatur yang mengarahpada pemaknaan utama dari komponenverbal pada Tari Gathutkaca Gandrung.Menurut George Yule, jenis-jenis tindaktutur yang terdapat dalam sebuah komu-nikasi setidaknya dapat diklasifikasikanmenjadi lima macam, yaitu: deklaratif,representatif, ekspresif, direktif, dankomisif (Yule, 2006: 92-94). Berdasarkanteori tindak tutur yang dinyatakan Yule,jenis-jenis komponen verbal Tari GathutkacaGandrung akan dikaji secara menyeluruh.

Teks Ada-ada Greget Saut laras slendro pathetsangaIrikata sang Gathutkaca kinon,Mapak Arka suta, O………Tekap ira Kresna,

Tabel. 1: Jenis – jenis Tindak Tutur (TT)

Keterangan: Jenis-jenis Tindak Tutur yang melekat pada Teks Ada-ada Greget Saut laras slendropathet sanga dan Pemarkah.

Page 5: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

215Maryono: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung

Parta maneher muja saktinira,Sang inujaran wang-wang semu hanggarjita,O………

[Diceriterakan, ketika Sang Gathutkacadisuruh, Untuk melawan Sang Basukarno,Atas kehendak Sri Kresna, Raden Harjunajuga mendukung dan memberi penguatanterhadap Sang Gathutkaca, Jiwa SangGathutkaca semakin berani dan percayaatas perintah Sri Kresna untuk melawanmusuh] (Suyanto, 2014: wawancara).

KonteksArti konteks adalah sebuah konsep

yang dinamis, bukan statis. Konteksdipahami sebagai sebuah lingkungan yangselalu berubah yang memungkinkanpeserta tutur berinteraksi dan membantumereka memahami ungkapan-ungkapankebahasaan yang mereka gunakan dalamsuatu proses komunikasi (Mey, 2001:39-42).Peserta tutur: vokalis putra (penutur/pn)dan audien (petutur/pt). Tema: peperangan.Tujuan: memberikan semangat terhadapRaden Gathutkaca. Status sosial: RadenGathutkaca merupakan raja muda dariKerajaan Pringgondani. Ia merupakankesatria yang kelak menjadi senopati paraPandawa ketika Perang Baratayuda. Kesak-tian Raden Gathutkaca digambarkan

bagaikan kerangka baja tubuhnya, bisaterbang tanpa sayap karena memilikiKotang Antrakusuma, dan tidak pernahkehujanan karena memiliki Payung Basu-nanda serta mempunyai alas kaki TlumpahPadakacarma yang bisa berjalan dalamkondisi apapun. Ketiga ajian yang dimilikiRaden Gathutkaca yang berupa: KotangAntrakusuma, Payung Basunanda, danTlumpah Padakacarma merupakan kesaktianyang telah menyatu dengan jiwanyasehingga tidak selalu ditampakkan dalamwujud visual, kecuali Kotang Antrakusuma.Tempat: pertuturan terjadi di kerajaan.Situasi tutur: situasi formal.

Levinson berpendapat implikaturpercakapan adalah “the notion of conver-sational implicature is one of the single mostimportant ideas in pragmatics” (1983: 97).Secara ringkas implikatur dapat dinyatakansebagai sebuah makna yang disiratkandalam percakapan. Adapun implikaturAda-ada Greget Saut laras slendro pathet sangaadalah bentuk ungkapan semangat, moti-vasi, dan dukungan terhadap jiwa RadenGathutkaca dalam menggapai cintanya.

Teks Sendhon Tlutur laras slendro pathetsangaO ……Surem-surem diwangkoro kingkin,Lir manguswa kang layon,

Keterangan: Jenis-jenis Tindak Tutur yang melekat pada Teks Sendhon Tlutur laras slendropathet sanga dan Pemarkah.

Tabel. 2: Jenis-jenis Tindak Tutur (TT)

Page 6: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

216Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015

O ……Dènya ilang ingkang memanisé,Wadananira layu,Kumel kucem rahnya maratani, O……

[Matahari tampak suram, Bagaikanmengabarkan mayat, Yang tengah hilangpamor atau sinarnya, Wajahnya pucat,Jelek, sedih darahnya membeku melumuriseluruh tubuh] (Suyanto, 2014: wawan-cara,).

KonteksPeserta tutur: vokalis putra (penutur)

dan audien (petutur). Tema: kesedihanRaden Gathutkaca. Tujuan: menggambar-kan Raden Gathutkaca ketika jatuh kantakadari terbang, ketika hendak menemui DewiPergiwa. Status sosial: Raden Gathutkacamerupakan raja muda dari KerajaanPringgondani. Ia merupakan kesatria yangkelak menjadi Senopati Pandawa ketikaPerang Baratayuda. Kesaktian RadenGathutkaca digambarkan bagaikankerangka baja tubuhnya, bisa terbang tanpasayap karena memiliki Kotang Antrakusuma,dan tidak pernah kehujanan karenamemiliki payung Basu-nanda sertamempunyai alas kaki tlumpah padakacarmayang bisa berjalan dalam kondisi apapun.Tempat: pertuturan terjadi di luar kerajaan.Situasi tutur: situasi tidak formal.

Implikatur adegan beksan bagian sedihadalah bentuk kesedihan yang mendalamyang dialami Raden Gathutkaca, ketika iadimabuk cinta oleh pujaan hatinya sehing-ga tidak mampu mengontrol dan jatuh,lemah tak berdaya bagaikan mayat. Kondisitubuh Raden Gathutkaca digambarkanseolah-olah tidak memiliki roh, wajahnyapucat, dan seluruh darahnya membekumembuat seluruh jiwanya tidak bergairah.

Teks Ketawang Kinanthi Pawukir laras slendropathet sangaMbalung pakèl domba gunung,Téja béngkok nginum warih,Sun luwung akrama kadang,Dadi lok ing wong sabumi,Reja sokang pindha warna,Sun temah dadiya krami.

[Kelihatan jelas bagaikan seekor kijang,Pelangi melengkung bagaikan minumwarih,Saya lebih baik kawin dengansaudara, Meskipun menjadi pergunjinganorang banyak, Dalam kondisi bagai-manapun, Saya sengaja, ia tetap menjadiistriku] (Suyanto, 2014: wawancara).

KonteksPeserta tutur: Raden Gathutkaca (penu-

tur) dan audien (petutur). Tema: kasmaranatau gandrungan. Tujuan: menggambarkan

Tabel. 3: Jenis-jenis Tindak Tutur (TT)

Keterangan: Jenis-jenis Tindak Tutur yang melekat pada Teks Ketawang Kinanthi Pawukir larasslendro pathet

Page 7: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

217Maryono: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung

Raden Gathutkaca ketika sedang merayuDewi Pergiwa. Status sosial: Raden Gathut-kaca merupakan raja muda dari KerajaanPringgondani. Ia merupakan kesatria yangkelak menjadi Senopati Pandawa ketikaPerang Baratayuda. Situasi tutur: situasitidak formal.

Implikatur adegan beksan bagian kas-maran adalah merepresentasikan tentanglamunan rayuan Raden Gathutkaca yangmenghendaki agar Dewi Pergiwa tetapmenjadi istrinya. Ketetapan atinta telahbulat meskipun ia sadar bahwa DewiPergiwa masih adik keponakan sehinggamasalah pergunjingan akan muncul setiapsaat. Untuk itu niat dan kehendaknya telahkukuh dinyatakan dalam tuturan KetawangKinanthi Pawukir baris ke-3 dan ke-4 yangberbunyi: “Sun luwung akrama kadang, Dadilok ing wong sabumi. Kemudian dipertegaslagi pada tindak tutur ke-6, yang berbunyi:“Sun temah dadiya krami”.

Teks Ada-ada Greget Saut laras slendro pathetmanyuraTandya krodha sang Gathutkaca,Wang-wang murca mangesak samya, O …Dèn tan jrih mabangun.Sawéga tumempuh mangungsir wong gati,Singgih Bima suta.

[Sang Gathutkaca marah, Hilanglahsegala keraguan, Tidak ada rasa takutuntuk bangkit, Siap siaga untuk melawan,mendesak musuh, Itulah tekad Gathutkacaputra Bima] (Suyanto, 2014: wawancara).

KonteksPeserta tutur: vokalis putra (penutur)

dan audien (petutur). Tema: semangat.Tujuan: menggambarkan semangat RadenGathutkaca untuk segera bertemu dankawin dengan Dewi Pergiwa. Status sosial:Raden Gathutkaca merupakan raja mudadari kerajaan Pringgondani. Ia merupakankesatria yang kelak menjadi Senopati

Pandawa ketika Perang Baratayuda. Situasitutur: situasi tidak formal.

Implikatur Adegan Mundur Beksanadalah menggambarkan rasa semangatRaden Gathutkaca untuk mewujudkancintanya terhadap kekasihnya Dewi Pergi-wa. Kesadarannya dari lamunan, bayangancinta, dan mabuk asmaranya dengan DewiPergiwa pujaan hatinya, membuatnyaterbangun dan bangkit untuk segeramengungkapkan kehendak rasa cinta danmewujudkannya dalam perkawinan. Rasacinta dari lubuk hati yang paling dalampada dirinya, rupanya mampu memberikanspirit dan motivasi yang kuat sehinggamenghantarkan pada tekadnya yang tidakpernah ragu, bimbang, takut terhadapsegala rintangan yang siap menghambatsekalipun.

Bentuk Komponen NonverbalTari Gathutkaca Gandrung merupakan

ekspresi seniman yang menggunakanmedia bahasa yang bersifat nonverbal.Seperti ditegaskan Lamuddin Finoza,bahwa dalam berkomunikasi selain meng-gunakan bahasa verbal, dapat pula dilaku-kan dengan cara-cara nonverbal yangwujudnya dapat berupa aneka simbol,isyarat, kode, dan bunyi-bunyian(Lamuddin, 2005: 2). Adapun wujudkomponen nonverbal pada Tari GathutkacaGandrung, berupa: tema, gerak, busana,rias, dan musik. Komponen nonverbal padaTari Gathutkaca Gandrung pada dasarnyamerupakan media ungkap yang mengan-dung sensasi. Sekalipun sensasi itu selaluada dan nilainya sangat mutlak dalam seniatau keindahan, namun tidak semua jenissensasi sesuai masuk dalam pengalamanseni (Parker, 1980: 79).

Komponen nonverbal pada TariGathutkaca Gandrung sebagai bentuksensasi yang sengaja dicipta dengan cita

Page 8: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

218

rasa keindahan seniman tari supayamemiliki kekuatan pacu dan nilai keindah-an sehingga mampu memikat dan meng-gerakkan jiwa para penghayatnya. Hal itusejalan dengan pernyataan bahwa nilaiestetis adalah sifat (kualitas) yang memangtelah melekat pada benda yang indah,terlepas dari orang yang mengamatinya.Pengamat hanya tinggal menyingkap ataumenemukan sifat-sifat keindahan yangsudah melekat pada bendanya dan samasekali tidak berpengaruh untuk mengubah-nya (Liang Gie, 1976: 41). Rupanya menjaditidak berlebihan bila sarana-sarana ungkapnonverbal yang bersifat simbolik pada TariGathutkaca Gandrung, memiliki perananyang sangat penting dalam aktualisasinya.Ditekankan oleh Dewitt. H Parker bahwahampir semua karya seni itu mengandungunsur-unsur sensa yang tidak hanya padadirinya melainkan terdapat fungsi untukmelambangi benda, peristiwa, atau uni-versal (Parker, 1980: 77).

TemaCerita Tari Gathutkaca Gandrung pada

dasarnya bertemakan tentang percintaanatau Gandrungan. Tari ini menggambarkanpercintaan kesatria dari Pringgandani yaituRaden Gathutkaca terhadap Dewi Pergiwadari Ngandong Sumawi. Dalam kisahnya

Raden Gathutkaca adalah putra dariperkawinan Dewi Arimbi dan RadenWerkudara yang merupakan putra keduaRaden Pandhu dan Dewi Kunthi. AdapunDewi Pergiwa adalah putri Dewi Manoharadan Raden Harjuna yang juga masih pamanRaden Gathutkaca (Suyanto, 2014: wawan-cara). Perjalanan cintanya untuk men-dapatkan Dewi Pergiwa harus dilaluidengan suatu peperangan yang cukupberat dengan para Kurawa yang hendakmeminangnya untuk putra Raja Hastina,yaitu Lesmana Madrakumara.

Pada awalnya percintaan RadenGathutkaca pada Dewi Pergiwa tidakmendapat restu dari Raden Harjuna sebagaiorang tua Pergiwa. Ketika itu RadenHarjuna sudah dipengaruhi oleh paraKurawa, ia lebih memilih putrinya untukdikawinkan dengan Lesmana Madra-kumara. Upaya yang dilakukan RadenGathutkaca adalah mengajak pergi DewiPergiwa; di tengah perjalanan merekadihadang Raden Harjuna, terjadilah pepe-rangan dan Raden Gathutkaca kalah.Sebagai orang tua melihat anaknya dihajaroleh adiknya, Raden Werkudara marah danRaden Harjuna kemudian dihajar. Pada saatperkelahian semakin keras datang SriKresna melerai dan mendamaikan kakakberadik tersebut. Raden Gathutkaca dengan

Keterangan: yang melekat pada Teks Ada-ada Greget Saut laras slendro pathetmanyura dan Pemarkah.

Tabel. 4: Jenis-jenis Tindak Tutur (TT)

Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015

Page 9: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

219Maryono: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung

sigap menghalau para Kurawa. Akhir ceritaRaden Harjuna juga merestui perkawinanRaden Gathutkaca dengan Dewi Pergiwa.

Tari Gathutkaca Gandrung ini merupa-kan susunan S. Maridi pada sekitar tahun1983 (Kaset Gendhing Beksan yang ber-judul Karonsih). Bentuk tarinya adalahtermasuk jenis tari tunggal percintaan ataugandrungan. Pada presentasinya tari inidisajikan secara tunggal; adapun tokohDewi Pergiwa sebagai lamunan RadenGathutkaca. Dalam perkembangannya ditengah-tengah masyarakat tari ini jugapernah disajikan berpasangan antara tokohGathutkaca dan tokoh Pergiwa yangdihadirkan sebagai bayangan. Berdasarkantemanya Tari Gathutkaca Gandrung susu-nan S. Maridi dalam aktualisasinya dapatdijabarkan menjadi tiga bagian utama,yaitu: maju beksan, beksan dan mundurbeksan. Masing-masing bagian terdiri darisub-sub yang di antaranya: maju beksan(ada-ada dan sampak); beksan (sendhon,

ketawang Kinanthi Pawukir, ada-ada, lancaranBendrong, Pucung Rubuh, lancaran Bendrong);mundur beksan (sampak).

GerakPada kalangan tradisi pola gerak dasar

yang diterapkan untuk tari putra gagahterbagi menjadi dua kelompok besar, yaitupola: Kalang Kinantang Kasatrian dan KalangKinantang Punggawan (Nanik Sri Prihatinidkk, 2007: 7-8). Berdasarkan pembagianpola tersebut, Tari Gathutkaca Gandrungmerupakan salah satu jenis tari putra gagahdugangan yang menggunakan pola gerakdasar Kalang Kinantang Kasatrian. Dasarpemikiran tentang pola gerak tari tersebutadalah mengacu pada status atau derajatsosial, di mana Raden Gathutkaca merupa-kan kesatria dari darah Pandawa.

Secara visual tampak tidak dapatterbantahkan bahwa kehadiran gerakmerupakan media yang sangat dominandalam pertunjukan tari. Rupanya tanpa

Tabel 5: Rekapitulasi jenis-jenis TT pada komponen verbal Tari Gathutkaca Gandrung.

Tabel 6.: Persentase jenis-jenis TT pada komponen verbal Tari Gathutkaca Gandrung.

Page 10: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

220Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015

kehadiran gerak tidak terwujud sebuahpertunjukan tari untuk itu sebagai mediayang utama, gerak harus mampu meng-aktualisasikan pesan seniman baik yangtersurat maupun yang tersirat. Untuk ituseniman sebagai sumber pesan yangsekaligus sumber munculnya karya seni,harus kreatif dalam merepresentasikanidealismenya lewat beragam bentuk gerakagar dapat ditangkap dan dinikmatimasyarakat penonton sebagai sasarannya.Gerak sebagai bahasa nonverbal dalamperwujudannya dituntut mampu meng-ungkapkan pesan seniman.

Secara garis besar gerak dalam pertunju-kan tari dapat dikategorikan menjadi duajenis, yaitu gerak yang bersifat presentatif dangerak yang bersifat representatif. Beragamjenis-jenis gerak presentatif dipahami sebagaibentuk gerak yang tidak memiliki maksudatau arti tertentu, yang difungsikan semata-mata untuk ekspresi estetis. Adapun jenis-jenis gerak represen-tatif merupakan bentukgerak yang mere-presentasikan atau meng-hadirkan kembali dari gerak sesuatu yangterdapat di lingkungan sekitar kita (Maryono,2010 : 56). Bentuk gerak-gerak representatifpada dasarnya lebih cenderung mengimitasisehingga perwujudannya lebih tampakdalam penggambaran maupun maksud yangdikehendaki dari seniman penyusunnya.Berdasarkan pada cerita dan tema yang di-pilih masing-masing bagian merepresentasi-kan kondisi dan situasi perjalanan kasmaranRaden Gathutkaca, yang secara strukturalgeraknya dapat digambarkan sebagai berikut.Untuk penggambaran jenis-jenis gerak yangbersifat representatif akan diberi simbol (r),sedangkan untuk jenis-jenis gerak yangbersifat presentatif akan diberi simbol (p).

Alur gerak maju beksan: adegan pencarianRasa semangat Raden Gathutkaca untuk

segera bertemu pujaan hati, yaitu Dewi

Pergiwa tidak dapat dibendung, maka mulaiada persiapan yang cukup matang dengandukungan gerak laku jèngkèngan (r) menujupanggung, sembahan (r), berdiri sabetan (p).Rasa kasmaran yang bergejolak dihatinyamendorong untuk melesat terbang keangkasa menuju taman-sari Ndederpenyuyang diekspresikan dengan gerak srisikkanan (r), srisik kiri berputar-putar (r), srisikkanan ke pojok kiri (r), lalu trécétan tangankiri kebyok sampur tangan kanan menthangmiwir sampur (r), mundur memutar dan jatuhkantaka (r) (setengah sadar). Aktualisasibentuk gerak bagian pencarian dilakukandengan sigap, tegas dalam irama sedang.

Alur gerak beksan: adegan sedihRupanya sikap kehati-hatian Raden

Gathutkaca tidak memadai, tindakanemosional lebih tinggi kurang terkontrol,nafsu asmara semakin membara sehinggaterjatuh. Setelah sadar Raden Gathutkacamenangis dengan gerak tangan kiri menu-tup mata dengan sampur dan tangan kananusap waspa (r). Kondisi Gathutkaca semakinmembaik, emosional tampak terkontrol, iamulai duduk bersila sambil melipat keduatangannya (sedhakep) (r) sambil memandangke arah bawah samping kiri. Sajian seluruhjenis gerak yang terdapat pada adegansedih tampak lebih berirama pelan danpenuh kehati-hatian.

Alur gerak beksan: adegan kasmaran (1)Pandangan mata mulai menjauh lalu

jèngkèngan (r), melihat ke arah kiri denganulap-ulap tawing (r) kiri seolah-olah baya-ngan Pergiwa datang dengan sigap ia ber-diri. Bayangan Dewi Pergiwa seolah sema-kin berada di depannya dan didekatinyade-ngan gerak podhongan sampur kiri (r),lalu pindah podhongan sampur kanan (r).Disadarinya hanya sebuah lamunan iamulai sadar lalu gerak mundur sambil

Page 11: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

221Maryono: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung

melepas kedua sampur, tanjak kiri (r), ulap-ulap tawing kiri (r), sabetan (p), dan tanjakkanan (r). Pre-sentasi dari jenis-jenis gerakuntuk adegan kasmaran, iramanya pelanpenuh nuansa romantis.

Alur gerak beksan: adegan semangat (1)Semangat Raden Gathutkaca untuk

bertemu Dewi Pergiwa mulai tumbuhkembali yang diekspresikan dengan geraktanjak kiri (r), ulap-ulap tawing kiri (r), ulap-ulap tawing kanan (r), ukel gelung (r), usapbrengos (r), nglurup wangkingan (r) sabetan(p), dan tanjak kanan (r). Rasa semangatnyasemakin meningkat dan rasa percaya dirisemakin kuat dengan dukungan geraksabetan (p), trécétan ke kanan (r), ogékanlambung (r), trécétan ke kiri (r), ogékanlambung (r), lumaksana Kalangtinantang (r),ombak banyu (p), srisik (r), besut (p), dantanjak kanan (r). Pengungkapan gerak gerakyang terdapat pada bagian ini cenderungberirama sedang dan bernuansa semangat.

Alur gerak beksan: adegan kasmaran (2).Pada adegan kasmaran tahap kedua ini

Raden Gathutkaca mulai tampak semangatdan mulai gembira, adapun gerak-gerakyang dimanfaatkan untuk menggambarkansuasana tersebut, diantaranya: ogékanlambung gedhegan (r), usap brengos (r),lumaksana Kalangtinantang (r), podhongansampur kiri (r), mundur lumaksana Kalang-tinantang (r), besut (p), ogékan sampir sampur(r), laku telu pondhongan sampur (r), besut (p),laku jajak (r), ombak banyu (p), srisik (r), besut(p), dan tanjak kanan (r). Pada adegankasmaran tahap kedua ini, beragam gerakyang ditampilkan berirama sedang danpenuh semangat romantis.

Alur gerak beksan: adegan gembiraSuasana gembira diungkapkan ketika ia

merasa sudah semakin berdekatan dengan

kekasihnya, yaitu Dewi Pergiwa. BayanganDewi Pergiwa dimata Raden Gathutkacaterasa memberikan spirit, perhatian, danpenguatan sehingga ia merasakan tersan-jung dengan memperlihatkan maskulinitas-nya. Jenis-jenis gerak yang mendukunguntuk merepresentasikan suasana kegembi-raan Raden Gathutkaca dalam balutanasmara ini, di antaranya: pacak gulu lamba (r),ulap-ulap kedua tangan (r), entrak (r), ulap-ulapkalang-tinantang (r), laku telu pondhongansampur (r), entrak (r), timbangan (r), tumpang-tali (r), tebak bumi kanan-kiri (r), ulap-ulap kiri-kanan (r), dan pondhongan sampur (r). Iaterkejut setelah sadar bahwa Dewi Pergiwayang dibayangkan dalam pelukannyaternyata hanya lamunan belaka, ia bergegasmundur dengan melepaskan kedua sampurdan tanjak kanan (r). Ekspresi dari gerak-gerak pada bagian kiprahan, iramanyacenderung dinamis dan bernuansa segar,riang, dan gembira.

Alur gerak mundur beksan: adegansemangat (2)

Bagian mundur beksan merupakanadegan akhir dari seluruh pertunjukanyang menggambarkan semangat danpantang menyerahnya Raden Gathutkacauntuk meluluhkan hati Dewi Pergiwa.Upaya mewujudkan cita-citanya untukmenggapai cintanya, ia secara bergegasmenunjukkan kegagahan, kesigapan, dansemangat maskulinitasnya setelah sadardari lamunannya. Adapun jenis-jenis gerakyang digunakan untuk mengaktualisasikanrasa semangat Raden Gathutkaca padabagian ini, di antaranya: tanjak kiri (r), usapbrengos kanan (r), usap brengos kiri (r), ukelgelung (r) singsetan sabuk (r), nglurupwangkingan (r), ulap-ulap tawing kiri (r), ulap-ulap tawing kanan (r), jangkahan kebyokansampur ke kiri (r), jangkahan kebyokan sampurke kanan (r), maju ke pojok kiri kebyok

Page 12: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

222Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015

sampur kiri- tangan kanan menthang miwirsampur trécétan (r), onclang (r), srisik (r), besut(p), jèngkèngan (r), dan berakhir dengansembahan (r). Ungkapan dari gerak-gerakpada bagian akhir ini cenderung beriramadinamis, tegas, dan bernuansa semangat.

BusanaBentuk atau mode busana dalam

pertunjukan tari dapat mengarahkanpenonton pada pemahaman jenis peranatau figur tokoh. Jenis-jenis simbolis bentukdan warna busana para penari dimaksud-kan mempunyai peranan sebagai: a)identitas peran, b) karakteristik peran, danc) ekspresi estetis (Maryono, 2012: 61-62).Secara garis besar busana yang dipakaitokoh yang mengidentifikasi RadenGathutkaca adalah ricikan kotang antra-kusuma dengan motif bintang di bagiandada atau tengah dan praba untuk busanabadan, sedangkan bagian kepala memakaiirah-irahan gelung keling dengan kumispasangan. Untuk busana kain mengguna-kan model supit urang.

Warna busana yang dominan tari iniadalah hitam, untuk menggambarkankarakteristik Raden Gathutkaca yangberjiwa tenang, bijaksana, tidak banyakulah, dan tegas. Merujuk pada cerita bahwaTari Gathutkaca Gandrung bersumber padaKitab Mahabaratha, maka selayaknya bilaseluruh dandanan bercorak pada wayang.

RiasBentuk rias pada Tari Gathutkaca

Gandrung adalah menggunakan rias putragagah gaya Surakarta. Pola-pola garissipatan mata dan alis serta godhèk di-dominasi garis-garis tebal untuk me-nunjukkan jiwa maskulin yang kuat danbijak. Untuk memperlihatkan rasa gagah,berwibawa digunakan kumis pasanganyang cukup memberikan kesan keren dan

terasa mantap. Kesan gagah Raden Gathut-kaca yang berjiwa tegas juga dimunculkangaris-garis sipatan mata yang selain tebaljuga terdapat garis-garis yang tegas,sehingga tidak terkesan lemah, diam dantak bernyali. Kesan secara keseluruhanyang hendak ditampilkan adalah tokohGathutkaca tampak gagah, sigrak, maskulin,tegas, kasmaran, dan bersemangat. Sekali-pun dirundung rasa asmara terhadap DewiPergiwa, kehadiran Raden Gathutkacatidak tampak murung, namun lebih tampakmaskulinitasnya, semangat, dan rasagembiranya untuk menggapai dan me-wujudkan cintanya terhadap sang Dewi.Suasana gandrungan dan rasa gembiraRaden Gathutkaca mendominasi seluruhadegan sajiannya yang terpancar dariekspresi wajahnya.

MusikKehadiran musik dalam pertunjukan

tari, rupanya bukan sekadar membantuuntuk mewujudkan keinginan tari ,namun sebagai bagian yang memilikikedudukan yang penting dalam meng-ungkap atau sebagai media ekspresiseniman. Pada awalnya dapat dikatakanbahwa dalam tradisi di Jawa tidak adarepertoar gendhing yang khusus untuktari , bahkan sebagian besar tarianmenggunakan gendhing-gendhingklenèngan yang telah ada sehingga parapendahulu kita menyebutnya gendhingbeksan (Rahayu Supanggah, 2009: 149-150). Dalam perkembangan selanjutnyamusik memiliki peranan penting dalampertunjukan tari. Humardani menga-takan bahwa dalam tari Jawa, musikkarawitan sebagai ir ingan, banyakmembantu mem-berikan kontribusi danbahkan kerapkali menggantikan kedu-dukan kekuatan ekspresi tar inya(Humardani, 1991: 10).

Page 13: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

223Maryono: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung

Musik Tari Gathutkaca Gandrungsecara keseluruhan terdiri dari beragamjenis gendhing, yaitu: Ada-ada Greget Saut,Sampak, Sendhon Tlutur, Ketawang KinanthiPawukir, Ada-ada greget Saut, lancaranBendrong, Pucung Rubuh, lancaran Bendrong,dan diakhiri dengan Sampak (Slamet Riyadi,2014: wawancara). Jenis-jenis gendhingyang terdapat pada Tari Gathutkaca Gan-drung, secara struktural dapat digam-barkan sebagai berikut. Bagian maju beksan,musiknya terdiri dari ada-ada dan sampak.Suasana semangat bagian ini didukungdari rasa ada-ada yang kemudian disam-bung irama dinamis dari gendhing sampak.Kesan greget, sigrak, semangat yang munculmemberikan aksentuasi pada spirit tampi-lan jiwa Raden Gathutkaca. Pada adegansedih ekspresinya didukung musik sendhonyang dilantunkan seorang vokalis putradengan irama pelan dan memberikanilustrasi suasana sedih sangat kuat.Kesadaran Raden Gathutkaca berangsur-angsur mulai kembali pulih, rasa asmaramulai kambuh, jiwa yang kasmaran mulaisemangat dengan tarian asmara yangdibalut dengan musik ketawang KinanthiPawukir yang berirama pelan, romantisdengan suasana gandrung yang mantap.Adegan semangat (1) musik sebagai pen-dukungnya ada-ada. Adegan kasmaran (2)dukungan musik Pucung Rubuh. Adegangembira yang diaktualisasikan dalambentuk kiprahan dukungan gendhingnyalancaran Bendrong. Alur gerak mundurbeksan pada adegan semangat (2) didukunggendhing sampak yang berirama dinamisdan tegas.

Pemaknaan Tindak Tutur Direktif padaTari Gathutkaca Gandrung

Secara kuantitatif pembagian jenis-jenistindak tutur yang terdapat pada komponenverbal tari ini, jenis tindak tutur yang

mendominasi adalah direktif. Capaiansecara keseluruhan tindak tutur direktifpada teks Ada-ada Greget Saut pathet sanga,Sendhon Tlutur, Ketawang Kinanthi Pawukirdan Ada-ada Greget Saut pathet manyura,perolehan secara prosentase mencapai:61.90 %. Merujuk pada implikatur masing-masing teks tembang, yang di antaranya:Ada-ada Greget Saut pathet sanga adalahbentuk ungkapan semangat, motivasi dandukungan terhadap jiwa Raden Gathutkacadalam menggapai cintanya. ImplikaturSendhon Tlutur yang mengungkapkankesedihan yang mendalam yang dialamiRaden Gathutkaca, ketika mabuk cintaterhadap pujaan hatinya sehingga tidakmampu mengontrol dan jatuh, lemah takberdaya bagaikan mayat. Implikatur teksKetawang Kinanthi Pawukir adalah merepre-sentasikan tentang lamunan rayuannyayang menghendaki agar Dewi Pergiwatetap menjadi istrinya. Untuk teks Ada-adaGreget Saut pathet manyura implikaturmenggambarkan rasa semangat RadenGathutkaca untuk mewujudkan cintanyaterhadap kekasihnya Dewi Pergiwa.

Menurut Leech, bahwa semua implika-tur bersifat probabilistik, karena apa yangdimaksud oleh si penutur dengan tuturan-nya tidak pernah dapat diketahui denganpasti (1993: 45). Dalam hal ini mitra tuturberupaya merujuk pada kondisi-kondisiyang dapat diamati, bentuk tuturan dan kon-teks yang kemudian membuat simpulanyang paling mungkin dari seluruh interpre-tasi evidensi yang ada, sehingga langkah-langkah heuristik dapat menarik maknautama sebagai daya pragmatiknya. Menga-cu pada keempat implikatur teks komponenverbal tersebut dapat ditarik maknanyabahwa tari ini menggambarkan perjuangankehidupan seseorang yang dilanda asmara.Gelora asmara yang tumbuh membara da-lam jiwa tidak cukup sebagai bayangan atau

Page 14: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

224Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015

lamunan, namun perlu mendapat solusiuntuk merealisasikan. Dorongan motivasidan kebulatan tekad rasa cinta RadenGathutkaca menghantarkannya pada pili-han-pilihan jalan yang menuju kejenjangperkawinan. Sekali pun dengan beragampergunjingan karena hendak menikahi adikkeponakan, maka ia menerima dengan hatiyang lapang, mengingat hal itu adalahdampak dari sikap dan tindakan yang telahdipilih sehingga menjadi tanggungjawabsebagai konsekuensi logisnya.

Secara nonverbal tampak bahwa peng-gambaran figur Gathutkaca yang sedangmengalami kasmaran atau mabuk cintaterhadap Dewi Pergiwa diaktualisasikandalam bentuk visual tari tunggal yangartistik dengan segala liku-liku permasa-lahan sehingga kesan kasmaran ataugandrung-nya seorang figur atau tokohtampak berkualitas mantap. Dukunganyang mampu memberikan kesan Gathut-kaca Gandrung, adalah tema, gerak,busana, rias dan musik. Tema yang dipilihadalah percintaan, yang mengangkat ceritaGathutkaca sedang dilanda asmara ataugandrung. Pada tampilan sajiannya tari inilebih banyak didominasi jenis-jenis gerakyang bersifat representatif yang menggam-barkan seorang yang sedang gandrungyang lebih banyak dalam suasana gembiradan semangat, seperti jenis-jenis gerak:podhongan sampur kiri, podhongan sampurkanan, ulap-ulap kedua tangan, entrak, ula-ulap kalangtinantang, laku telu pondhongansampur, timbangan, ulap-ulap kiri-kanan,pondhongan sampur, ogékan lambung danogékan lambung gedhegan. Mode busanatelah menunjukkan identitas tokoh RadenGathutkaca dan dukungan rias mem-berikan kesan karakteristik seorang figuryang gagah, maskulin, tegap, bijak, danberwibawa. Musikal bernuansa klasiksangat kuat sehingga rasa perpaduan

antara gerak-gerak tradisi dan gendhing-gendhing Jawa terasa menyatu mantap.Suasana percintaan yang disajikan lebihbanyak merepresentasikan rasa-rasasenang, gembira, kasmaran, dan semangatsehingga irama musik yang memberikandukungan cenderung, dinamis, sigrak, danromantis. Akumulasi dari beragam unsur-unsur: tema, gerak, busana, rias dan musikyang terdapat pada komponen nonverbaltelah menunjukkan bahwa secara visual tariini merupakan karya tari yang berkualitas.

Kehadiran Tari Gathutkaca Gandrunglebih banyak disajikan pada acara-acararesepsi perkawinan yang nota bene wahanauntuk mewisuda sepasang pengantin. Padaperistiwa perhelatan resepsi perkawinandengan disajikannya Tari GathutkacaGandrung tampak merupakan sebuahbentuk hiburan dan edukasi yang cukupsignifikan terutama terhadap sepasangpengantin dan masyarakat penonton padaumumnya. Kondisi semacam itu sejalandengan pernyataan, bahwa seni sebagaibentuk ekspresi perasaan manusia meru-pakan kebutuhan sesuai dengan perkem-bangan lingkungannya (Mamik Suharti,2013: 424). Sesungguhnya kesenian padadasarnya adalah bentuk benda pacu yangapabila dipublikasikan mendapat tangga-pan atau penilaian dari publik, sehinggamenjadi memiliki arti atau bermakna.

Ekspresi seni bukan ekspresi diri sebabapabila karya seni itu merupakan ekspresidiri semata berarti karya seni mengundangpembaca atau penonton untuk larut dalamkemarahan, untuk itu karya seni justrumenjadikan komunikasi itu lebih ber-makna, sehingga karya seni bersifat edu-katif (Kutha Ratna, 2007: 16). Bentukedukasi yang dapat dicermati dari peris-tiwa pertunjukan tari Gathutkaca Gandrungdihadapan sepasang pengantin tersebut,adalah bentuk usaha untuk menyatukan

Page 15: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

225Maryono: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca Gandrung

rasa cinta yang berkembang menjaditerwujudnya sebuah keluarga yang har-monis membutuhkan sebuah usaha yangkeras, semangat, dan pengorbanan yangsangat besar.

Salah satu fungsi bahasa yang berkaitandengan perintah dinyatakan bahwa fungsidirektif itu lebih berorientasi pada pembaca(Kutha Ratna, 2007: 150). Aplikasinya dalamseni pertunjukan bahwa berkaitan denganfungsi Tari Gathutkaca Gandrung sebagaisalah satu jenis bahasa simbol yang memilikikomponen verbal dengan dominasi tindaktutur direktif, cenderung berorientasi padapenonton (penghayat, penanggap, danpakar). Dengan demikian makna tindaktutur direktif yang mencapai besaran 61.90% pada pertunjukan Tari Gathutkaca Gan-drung dalam resepsi perkawinan adatbudaya Jawa adalah adanya suatu kehen-dak yang bersifat perintah dari penanggapyaitu bahwa tari tersebut difungsikan untukhiburan yang bersifat estetis. Selain itu bagipenanggap kehadiran tari ini merupakanstrategi orang tua untuk memberikanpendidikan yang bersifat tidak langsungkarena lewat simbol berupa tari yangbertemakan gandrungan. Bentuk perintahyang bersifat tidak langsung yang dibalutdalam bentuk pendidikan adalah perintahuntuk mencerap makna yang tersirat padapertunjukan tari.

SIMPULANDominasi tindak tutur direktif dalam

pertunjukan Tari Gathutkaca Gandrungpada resepsi perkawinan adat budaya Jawabermakna sebagai bentuk perintah bersifattidak langsung yang dibalut dalam penya-jian estetis dan memiliki nilai pendidikan.Kehendak orang tua atau sebagai penang-gap menghadirkan Tari Gathutkaca Gan-drung adalah untuk memberikan hiburanyang bersifat estetis terhadap sepasang

pengantin khususnya dan penonton padaumumnya. Karya seni adalah saranakehidupan estetis, yang sengaja dicipta,dikontrol, dan dikomunikasikan olehseniman sebagai aktualisasi ekspresi,sehingga tidak ada hal-hal yang tidakberarti, tidak relevan atau mengganggu(Parker, 1980: 36-42). Pada dasarnya karyaseni itu memberikan kenikmatan inderayang pada tahap selanjutnya memberikepuasan jasmani dan rohani secaramenyeluruh. Kenikmatan olah estetis padaprinsipnya merupakan olah rasa padamanusia sehingga jiwanya menjadi lebihhalus, lebih santun, tenggang rasa semakinmeningkat, lebih peka terhadap kondisilingkungan sehingga jiwa kemanusiaannyaberkembang supaya sikap, perilaku, dantindakannya menjadi lebih baik, berakhlakdan berkeadaban.

Makna direktif ini merupakan harapanorang tua yang menghendaki sepasangpengantin sebagai anaknya supaya dapatmenyerap makna yang terkandung daripenyajian Tari Gathutkaca Gandrung danmencotoh sebagai bekal untuk membinarumahtangga yang harmonis dan bahagia.Adapun makna pendidikan yang diharap-kan dapat diserap bagi sepasang pengantinbahwa untuk menyatukan rasa cinta yangberkembang menjadi terwujudnya sebuahkeluarga yang harmonis membutuhkansebuah usaha yang keras, semangat, danperjuangan yang besar secara fisik dannonfisik. Untuk itu bentuk usaha dan kerjakeras yang telah dilalui oleh sepasangpengantin untuk diupayakan selalu dijaga,dilestarikan, dan dikembangkan menjadiprinsip dasar untuk membina keluargayang harmonis dan bahagia.

Catatan AkhirAda-ada adalah lagu solo vokal yang

dipadukan dengan instrumen gender dandhodhogan ataupun keprak, sendhon merupakan

Page 16: Makna Pragmatik Tindak Tutur Direktif Pada Tari Gathutkaca

226

garap tembang jawa yang bernuansa sedih,gerongan adalah lagu vokal bersama yanglagunya dipacu irama ketukan nada.

Daftar PustakaAsim Gunarwan. 2005 “Pengutamaan Pragmatik”. Makalah

Seminar Nasional. Surakarta: PPSS3 Linguistik UNS.

Gie, The Liang.1976 Garis Besar Estetik (Filsafat

Keindahan). Yogyakarta: Karya.

Humardani, SD.1991 Pemikiran & Kritiknya. Editor:

Rustopo. Surakarta: STSI Press.

Koentjaraningrat.1972 Beberapa Pokok Antropologi Sosial.

Jakarta: PT Dian Rakyat.

Kutha Ratna.2007 Estetika Sastra dan Budaya. Pustaka

Pelajar. Yogyakarta

Levinson, Stephen C.1983 Pragmatics. London: Cambridge

University Press.

Leech, Geoffrey.1993 Prinsip-prinsip Pragmatik. Pener-

jemah: M.D.D Oka. Jakarta:Universitas Indonesia.

Lamuddin Finoza.2005 Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:

Diksi Insan Mulia.

Maryono.2010 Pragmatik Genre Tari Pasihan Gaya

Surakarta. Surakarta: ISI Press.

__________,2012 Analisa Tari. Surakarta: ISI Press.

Mamik Suharti.2013 “Tari Ritual dan Kekuatan

Adikodrati”. Jurnal Panggung, Vol.23 No. 4 Desember. STSI Bandung.

Mey, J.L.1998 “Pragmatic”. dalam Mey, J.L dan

R.E. Asher (Eds) Concise Encyclo-pedia of Pragmatics. Amsterdam:Elsevier.

_______,2001 Pragmatics: An Introduction, second

editional. Oxsford: Blackwell.

Nanik Sri Prihatini Dkk.2007 Ilmu Tari: Joget Tradisi Gaya Kasu-

nanan Surakarta. Surakarta: Pengem-bangan Ilmu Budaya bekerjasamadengan ISI Press Surakarta.

Parker, De Witt.H.1980 Dasar-dasar Estetika. Terjemahan: SD.

Humardani. Diterbitkan: AkademiSeni Karawitan Indonesia (ASKI)Surakarta.

Parker, Frank.1986 Linguistics for Non-linguists. London:

Taylor and Francis Ltd.

Rahayu Supanggah.2009 Bothekan Karawitan II: Garap.

Surakarta: Program Pascasarjanabekerja sama ISI Press Surakarta.

Silvester Pamardi.2000 “Peranan S. Maridi Dalam Perkem-

bangan Tari Gaya Surakarta (SebuahBiografi)”. Tesis. UGM Yogyakarta.

Weiner, Myron.1986 Modernisasi Dinamika Pertumbuhan.

Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Yule, George.2006 “Pragmatik” terjemahan dari

Pragmatic oleh Indah FajarWahyuni. Penerbit: Pustaka PelajarYogyakarta.

Nara Sumber1. Sutarno Haryono. 56 tahun.

Dosen Tari ISI Surakarta, Penari PutraGagah, dan Sutradara Seni Pertunjukan.

2. Suyanto (53 th).Dosen Pedalangan ISI Surakarta danSeorang dalang Gaya Jawa Timuran.

3. Slamet Riyadi, (54) tahun.Dosen Karawitan ISI Surakarta danSeorang Pengrawit dengan spesialisinstrumen gendèr.

Panggung Vol. 25 No. 3, September 2015