14
9 1. Pendahuluan Jepang telah mencapai kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, baik di bidang ilmu pengetahuan maupun di bidang teknologi. Namun, MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA INI THE MEANING OF OJIGI CULTURE IN JAPANESE LIFE TODAY Elvie N. Piri FIB Universitas Sam Ratulangi Manado [email protected] Abstract Although Japan has progressed rapidly in the aspects of technology and science, yet its cultural values remain to be maintained. One of the cultural values that still exist until now is the expression of greeting gestured which is called ojigi. Nevertheless it is questionable as the times to what extent the present generation signify the culture of ojigi in their daily lives. Do they still practice ojigi and understand the meaning? To answer this question, two methods used in collecting data were library research and questionnaire. It was conducted directly in Japan to high school students and other youth. Based on the results of data analysis it is found that (1) Since the beginning ojigi is a greeting culture that has a great significance and practiced faithfully in the Japanese life. It has changed in Japanese society however as the times. (2) based on a questionnaire survey of young Japanese, it has indeed changed to the culture of ojigi. Some people have replaced it by shaking hands which is a western culture. Some even do not practice ojigi anymore. Key Words: ojigi, culture Abstrak Meskipun Jepang mencapai kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, nilai-nilai budaya masih tetap dipertahankan. Salah satu nilai budaya yang tetap eksis sampai sekarang adalah ungkapan salam yang dinyatakan dalam bentuk gerakan tubuh yang disebut ojigi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, perlu dipertanyakan sampai sejauh manakah generasi sekarang memaknai budaya ojigi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Apakah mereka masih tetap melakukan ojigi dan memahami maknanya? Untuk menjawab pertanyaan ini, data-data dikumpulkan dengan dua cara, yaitu studi pustaka dan angket. Pengumpulan data dilakukan di Jepang langsung kepada anak- anak Sekolah Menengah Atas dan kaum muda lainnya. Berdasarkan hasil analisis data didapati bahwa (1) sejak dahulu ojigi merupakan budaya salam yang memiliki makna yang dalam dan dengan setia dilakukan dalam kehidupan orang Jepang. Namun, sejalan dengan perkembangan zaman telah terjadi perubahan dalam masyarakat Jepang. (2) berdasarkan survei angket terhadap kawula muda Jepang, ternyata memang telah terjadi perubahan terhadap budaya ojigi. Sebagian masyarakat telah menggantinya dengan berjabatan tangan yang merupakan budaya barat. Bahkan, ada yang sudah tidak melakukan lagi ojigi. Kata Kunci: ojigi, nilai budaya demikian kemajuan yang telah dicapai bangsa Jepang dilandasi dan diukur oleh nilai-nilai sosial- budaya yang terpelihara sejak zaman nenek mo- yang mereka yang merupakan warisan secara

MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

Elvie N. PiriMakna Budaya Ojigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini

9

1. PendahuluanJepang telah mencapai kemajuan yang sangat

pesat dalam berbagai bidang, baik di bidang ilmupengetahuan maupun di bidang teknologi. Namun,

MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPANORANG JEPANG DEWASA INI

THE MEANING OF OJIGI CULTURE IN JAPANESE LIFE TODAY

Elvie N. PiriFIB Universitas Sam Ratulangi Manado

[email protected]

AbstractAlthough Japan has progressed rapidly in the aspects of technology and science, yet its cultural values remain to bemaintained. One of the cultural values that still exist until now is the expression of greeting gestured which is called ojigi.Nevertheless it is questionable as the times to what extent the present generation signify the culture of ojigi in their dailylives. Do they still practice ojigi and understand the meaning? To answer this question, two methods used in collecting datawere library research and questionnaire. It was conducted directly in Japan to high school students and other youth. Basedon the results of data analysis it is found that (1) Since the beginning ojigi is a greeting culture that has a greatsignificance and practiced faithfully in the Japanese life. It has changed in Japanese society however as the times. (2) basedon a questionnaire survey of young Japanese, it has indeed changed to the culture of ojigi. Some people have replaced itby shaking hands which is a western culture. Some even do not practice ojigi anymore.

Key Words: ojigi, culture

AbstrakMeskipun Jepang mencapai kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan,nilai-nilai budaya masih tetap dipertahankan. Salah satu nilai budaya yang tetap eksis sampai sekarangadalah ungkapan salam yang dinyatakan dalam bentuk gerakan tubuh yang disebut ojigi. Namun,seiring dengan perkembangan zaman, perlu dipertanyakan sampai sejauh manakah generasi sekarangmemaknai budaya ojigi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Apakah mereka masih tetap melakukanojigi dan memahami maknanya? Untuk menjawab pertanyaan ini, data-data dikumpulkan dengan duacara, yaitu studi pustaka dan angket. Pengumpulan data dilakukan di Jepang langsung kepada anak-anak Sekolah Menengah Atas dan kaum muda lainnya. Berdasarkan hasil analisis data didapati bahwa(1) sejak dahulu ojigi merupakan budaya salam yang memiliki makna yang dalam dan dengan setiadilakukan dalam kehidupan orang Jepang. Namun, sejalan dengan perkembangan zaman telah terjadiperubahan dalam masyarakat Jepang. (2) berdasarkan survei angket terhadap kawula muda Jepang,ternyata memang telah terjadi perubahan terhadap budaya ojigi. Sebagian masyarakat telah menggantinyadengan berjabatan tangan yang merupakan budaya barat. Bahkan, ada yang sudah tidak melakukanlagi ojigi.

Kata Kunci: ojigi, nilai budaya

demikian kemajuan yang telah dicapai bangsaJepang dilandasi dan diukur oleh nilai-nilai sosial-budaya yang terpelihara sejak zaman nenek mo-yang mereka yang merupakan warisan secara

Page 2: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

10

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

turun-temurun dalam berbagai aspek kehidupan.Kebudayaan adalah totalitas kekayaan dari segalaapa yang luhur, baik, dan indah yang diwarisi suatumasyarakat (Fukusawa, 1985:78). Salah satu unsurbudaya yang tetap eksis dalam kehidupan modernmasyarakat Jepang adalah budaya salam.

Budaya salam (aisatsu) dalam kehidupanmasyarakat Jepang sangatlah penting. Hal ini di-lakukan dengan tujuan untuk menjalin sebuahhubungan baik antarmanusia. Melalui aisatsukomunikasi akan terbina sehingga hubungan sosialdengan sesama, baik dalam lingkungan pribadimaupun hubungan yang lebih luas dalam ling-kungan pekerjaan akan terjalin dengan baik(Osamu, 2001: 77). Di seluruh dunia tentu banyakcara orang-orang memberikan salam. Ada yangberjabat tangan, ada yang berpelukan, ada yangberciuman, dan sebagainya.

Cara orang Jepang bersalam-salaman (aisatsu),yaitu dengan menundukkan kepala ketika bertemudengan orang yang dikenal di mana saja, baik dijalan, di dalam ruangan, maupun di dalam bis.Sikap ketika memberikan salam ini disebut ojigi.Naskah kuno terkenal “gishiwa jinden, 魏志倭人伝 yang terdiri dari sekitar 2.000 huruf, “bila ketemudengan raja, rakyat melakukan ojigi dengan caraberlutut dan menundukkan kepala dalam-dalam”.Ini menjadi bukti kuat bahwa ojigi sudah berlang-sung sejak zaman kuno. Makna yang penting dalamojigi adalah menundukkan kepala merupakansebuah ungkapan patuh atau tidak menentang.Artinya, ojigi bermakna menghindari tatapan, danmemilih menundukkan bagian tubuh yang palingpenting, yaitu kepala, dan menyampaikan kepadaorang yang bersangkutan bahwa ia tidak memilikirasa permusuhan.

Berangkat dari kebiasaan ini, ojigi kemudiandimaknai sebagai sebuah ungkapan rasa salingmenghormati dan menghapus dinding permusuh-an. Kebiasaan ini telah dilakukan orang Jepang

sejak zaman Yayoi (abad ke-10 SM). Dalam naskahtersebut juga disebutkan bahwa rakyat pada saatitu menyatukan kedua belah telapak tangan ketikabertemu dengan pejabat. Akan tetapi dalam ke-hidupan masyarakat Jepang saat ini, menyatukankedua belah telapak tangan hanya dilakukan padasaat memohon sesuatu kepada Kamisama (Tuhan).Fenomena ini masih dapat kita lihat manakalaorang Jepang mengunjungi kuil. Sebelum berdoaorang Jepang menepukkan kedua belah telapaktangan dan membungkukkan badan. Dalamkehidupan sehari-hari saat ini mereka tidak lagi ber-tepuk tangan karena setiap orang membawa ba-waan (barang) di tangannya sehingga disederhana-kan dengan hanya membungkukkan badan ataumenundukkan kepala saja.

Tata cara ojigi, yaitu berdiri dengan sikap sem-purna seperti dalam baris berbaris di hadapanorang/sekelompok orang atau benda kemudiantundukkan/condongkan tubuh mulai dari ping-gang ke atas sehingga dapat ditarik garis lurus mulaidari kepala hingga pinggang secara horizontal.Kesalahan yang sering terjadi jika orang asing da-tang ke Jepang atau baru mengenal budaya Jepangadalah saat melakukan ojigi, wajah tidak ikut di-tundukkan, melainkan memandang lawan bicara.Hal ini mungkin terjadi karena terpengaruh gayajabat tangan yang lazim dilakukan sambil salingberpandangan mata. Kesalahan lain yang jugasering terjadi adalah mencampurkan ojigi dan jabattangan.

Masalah inilah yang cenderung mulai me-mengaruhi para kawula muda di kota-kota besardi Jepang. Ojigi tidak lagi bermakna seperti zamandulu, tetapi mulai bergeser pada pengaruh budayaasing yang mereka jumpai. Meskipun terkadangmenggunakan ojigi, tetapi tidak lagi mengikutiaturan, malah ada yang telah mengadopsi budayaasing, seperti berjabat tangan, berpelukan, ber-ciuman, dan sebagainya dalam salam (aisatsu).Padahal, ada aturan atau tata cara ojigi sebagai

Page 3: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

Elvie N. PiriMakna Budaya Ojigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini

11

budaya yang sangat dijunjung tinggi sejak zamandahulu.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulismerasa tertarik untuk mengetahui dan menelitilebih lanjut tentang ojigi dalam kehidupan orangJepang dewasa ini yang berjudul “Makna BudayaOjigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini”.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1)apakah makna budaya ojigi di kalangan orang Jepangzaman dahulu dan zaman sekarang ini? 2)bagaimanakah pandangan kawula muda Jepangtentang ojigi dalam kehidupan dewasa ini? Tulisanini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimanamakna ojigi dalam budaya Jepang pada zamandahulu dan zaman sekarang, dan mengetahuibagaimana pandangan kawula muda Jepangtentang makna ojigi dalam kehidupan dewasa ini.Adapun manfaat dari tulisan ini adalah (1) secarateoretis penelitian ini dapat menambah khazanahpengetahuan tentang budaya Jepang, khususnyatentang budaya persalaman, (2) secara praktishasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahanmasukan pengetahuan bagi pengajar danpembelajar bahasa Jepang di mana pun berada,mengenai arti dan makna ojigi dalam kehidupanJepang ketika mempelajari dan mendalami bahasadan budayanya. (3) Terhadap kawula muda orangJepang, kiranya dapat memberikan masukan agarlebih mengerti dan memahami serta menghargaimakna budaya sebenarnya yang terkandung dariaisatsu, khususnya ojigi dalam kehidupan dewasaini, selanjutnya dapat melestarikan budaya sendiriyang telah diwariskan oleh para leluhurnya.

2. Tinjauan PustakaPenelitian sebelumnya yang berhubungan

dengan ojigi telah dilakukan oleh Andari (2009),Kuraesin (2012), Roza (2012), dan Mulyadi (2017).

Andarin (2009) membahas budaya Indonesiadan Jepang, dilihat dari segi gerakan tubuh, yangdi dalamnya terdapat ojigi. Menurut Andari, baik

budaya Jepang maupun Indonesia memiliki ke-unikan tersendiri dalam mengekspresikan rasa hor-mat dan rasa maaf. Jabat tangan dan gerak isyaratmembungkukkan badan adalah tradisi yang ber-laku dalam masyarakat, baik di Jepang maupun diIndonesia. Kesalahan yang sering terjadi jika orangIndonesia baru mengenal budaya Jepang adalahsaat melakukan ojigi, wajah tidak ikut ditundukkan,melainkan memandang lawan bicara. Hal inimungkin terjadi karena pengaruh gaya jabat ta-ngan yang lazim dilakukan sambil saling ber-pandangan mata. Kesalahan lain yang juga seringterjadi adalah mencampurkan ojigi dan jabattangan.

Kuraesin (2012) mengkaji aisastu/greeting da-lam pendidikan bahasa Jepang. Penelitian Kuraesinhanya difokuskan untuk mengetahui jenis danpenggunaan aisatsu dalam komunikasi sehari-hariberkaitan dengan pendidikan bahasa Jepang, carapenggunaan beberapa aisatsu dalam bahasa Jepangdan ketidaksesuaian yang sering muncul pada pem-belajar bahasa Jepang, penggunaan atau penerapandalam masyarakat berbeda budaya dan perilakuketika menyapa orang lain. Contohnya, dalambudaya Indonesia saat menyapa orang lain terbiasadengan mengulurkan tangannya untuk bersalaman,sedangkan budaya Jepang melakukan perilakumenyapa dengan cara membungkukkan badan(ojigi).

Roza (2012) melihat ojigi sebagai alat komuni-kasi. Dalam kajiannya, Roza membahas jenis dantata cara ojigi, serta fungsi ojigi dalam masyarakatJepang. Dikatakan, “Ojigi mempunyai peranansignifikan dalam memulai suatu komunikasi.Dengan melakukan ojigi, akan memudahkan ke-luarnya komunikasi verbal. Sebaliknya, bila ojigidibuang, komunikasi formal yang muncul tidakdapat keluar secara alami. Inilah fungsi ojigi sebagaipelicin dalam komunikasi masyarakat Jepang”.

Mulyadi (2012) meneliti budaya membung-kukkan badan (ojigi) dan fungsinya dalam masya-

Page 4: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

12

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

rakat Jepang. Penelitian Mulyadi selanjutnya (2017)tentang budaya dan etika bisnis masyarakatJepang. Tentang ojigi hanya disinggung sedikitsebagai bagian dari etika bisnis. Dijelaskan bahwadalam berkenalan atau memberi salam orangJepang akan melakukan ojigi, yaitu mem-bungkukkan badan untuk menghormati lawanbicara. Begitu juga pada saat berkenalan dalampertemanan bisnis orang Jepang akan melakukanojigi sebagai tanda menghormati rekan bisnisnya.

Berbeda dengan penelitian-penelitian di atas,penelitian ini difokuskan pada salam (aisatsu)dengan mendalami arti dan makna ojigi di kalanganorang Jepang pada zaman dahulu dan pandanganpara kawula muda pada zaman modern ini.

Salam dalam bahasa Jepang disebut aisatsu(挨拶). Aisatsu biasanya dinyatakan dalam bentukverbal dan gesture atau gerakan tubuh. Aisatsudalam bentuk gerakan tubuh ini disebut ojigi, yaitugerakan membungkuk yang mengikuti salamverbal. Gerakan tubuh dalam bentuk ojigi dalambudaya Jepang unik karena mempunyai aturan danmakna.

Ojigi adalah budaya Jepang untuk melakukanpenghormatan terhadap orang lain dengan caramembungkukkan badan. Ada dua jenis ojigi secaraumum, yaitu posisi dasar berdiri dan dudukkemudian dibagi menjadi tiga tingkatan sesuai

dengan intensitasnya (青木庸あ お き よ う

, 2009: 28).

1) Ritsurei (立礼,), yaitu ojigi yang dilakukansambil berdiri. Saat melakukan ojigi, untukpria biasanya sambil menekan pantat untukmenjaga keseimbangan, sedangkan wanitabiasanya menaruh kedua tangannya di depanbadan.

2) Zarei (座礼), yaitu ojigi yang dilakukan sambilduduk dan berlutut.

Dalam keseharian kata ojigi jarang digunakankarena dipakai khusus dalam melakukan sem-bahyang dan di zaman kuno serta di lingkungan

kekaisaran. Semakin lama dan semakin dalam ba-dan dibungkukkan menunjukkan intensitas pe-rasaan yang ingin disampaikan. Berdasarkan inten-sitasnya, ojigi terbagi menjadi:(1). Mengangguk pelan, 5 derajat.(2). Membungkuk salam ((会釈、eshaku), 15 derajat.(3). Membungkuk hormat ((敬礼、 keirei), 30

derajat.(4). Membungkuk hormat tertinggi ((最敬礼、

saikeirei), 45 derajat.(5). Membungkuk berlutut.

Berangkat dari kebiasaan ini, ojigi kemudiandimaknai sebagai sebuah ungkapan rasa salingmenghormati dan menghapus dinding permusuh-an. Kebiasaan ini telah dilakukan orang Jepangsejak zaman Yayoi (abad ke-10 SM). Dalam naskahdisebutkan bahwa rakyat pada saat itu menyatukankedua belah telapak tangan ketika bertemu denganpejabat. Akan tetapi dalam kehidupan masyarakatJepang saat ini, menyatukan kedua belah telapaktangan dilakukan hanya pada saat memohon se-suatu kepada Kamisama (Tuhan). Fenomena inimasih dapat kita lihat manakala orang Jepang me-ngunjungi kuil. Sebelum berdoa orang Jepang me-nepukkan kedua belah telapak tangan dan mem-bungkukkan badan.

Tata cara ojigi, yaitu berdiri dengan sikap sem-purna seperti dalam baris-berbaris di hadapanorang/sekelompok orang atau benda, kemudiantundukkan/condongkan tubuh mulai dari ping-gang ke atas sehingga dapat ditarik garis lurusmulai dari kepala hingga pinggang secara hori-zontal.

3. Metodologi PenelitianPenelitian ini menggunakan metode penelitian

deskriptif, yaitu metode penelitian yang berusahamenggambarkan dan menginterpretasi objek se-suai dengan apa adanya. Menurut Nazir (1999:63), metode deskriptif merupakan suatu metode

Page 5: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

Elvie N. PiriMakna Budaya Ojigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini

13

dalam meneliti status sekelompok manusia, suatuobjek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiranataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untukmembuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secarasistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomenayang diselidiki. Penelitian ini hendak mengkajimasalah-masalah dalam masyarakat Jepang, khu-susnya fenomena yang berhubungan denganpandangan generasi muda Jepang terhadap budayaojigi sebagai salah satu bentuk budaya dalam per-salaman. Sumber data penelitian ini ialah dari bukureferensi dan dari responden orang Jepang sebagaisampel dari kalangan muda dan umum, yang adadi daerah Saitama ken, Saitama- shi Jepang, ber-usia 16-60 tahun berjumlah 25 orang yang terdiridari siswa SMA (koukousei,) berjumlah 15 orangdan dari kalangan umum berjumlah 10 orang. Datapenelitian ini dikumpulkan langsung di Jepangpada tahun 2016.

Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusanmasalah, data-data dikumpulkan dengan duaacara, yaitu pertama, menggunakan teknik studikepustakaan dan kedua, teknik survei mengguna-kan angket.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpul-an data yang digunakan dengan cara mengadakanstudi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporanyang ada hubungannya dengan masalah yangdipecahkan (Nazir,1988: 111). Dengan teknik inimaka penulis mencari referensi yang menyediakanbahan berupa materi-materi yang berhubungandengan penelitian yang dilakukan, berupa ma-kalah, artikel, jurnal dari internet dan buku-bukuyang tersedia di perpustakaan di Jepang.

Angket atau kuesioner merupakan suatu tek-nik pengumpulan data secara tidak langsung. Res-ponden mempunyai kebebasan untuk memberikanjawaban atau respons sesuai dengan persepsinya

(Sutopo, 2006: 82). Bentuk angket yang digunakandalam penelitian ini adalah angket tertutup danangket terbuka. Angket tertutup terdiri dari empatpertanyaan dan angket terbuka terdiri dari satupertanyaan.

Moleong (2007: 3) mendefinisikan bahwa pe-nelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiahyang bertujuan untuk memahami suatu fenomenadalam konteks sosial secara alamiah dengan me-ngedepankan proses interaksi komunikasi yangmendalam antara peneliti dan fenomena yangditeliti. Berdasarkan data library research (penelitianpustaka) dan kuesioner (angket), maka langkah-langkah atau teknik dalam menganalisis datatersebut adalah sebagai berikut.• Pertama, menyusun informasi tentang makna

ojigi di zaman dahulu pada masyarakat Jepangberdasarkan hasil penelitian.

• Kedua, berdasarkan instrumen penelitianberupa kuesioner (angket) dianalisis semuapendapat responden tentang makna ojigi dikalangan kawula muda dewasa ini, untukmendeskripsikan atau menggambarkan feno-mena kawula muda Jepang terhadap budayaojigi di Jepang dewasa ini. Kemudian, penyaji-an data dalam bentuk tabel, grafik, diagramlingkaran (pie chart), pictogram (Moleong,2007:3), dan dalam bentuk angka persentaseuntuk memberikan gambaran kecenderunganpandangan kawula muda Jepang dewasa ini.

4. PembahasanData penelitian ini dikumpulkan selain melalui

library reaserch (studi kepustakaan), juga meng-gunakan instrumen angket atau kuesioner yangdibagikan kepada sampel kalangan muda Jepangatau siswa-siswi SMA dan kalangan umum. Berikutini adalah hasil pengolahan data studi kepustakaandan angket.

Page 6: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

14

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

4) Makna Ojigi dalam Kehidupan OrangJepang, Dahulu dan Dewasa iniBerdasarkan studi pustaka mengenai budaya

ojigi dalam masyarakat Jepang dahulu kala sampaisekarang ini, dapatlah diketahui perbedaan danperubahan-perubahan yang terjadi, dapat digam-barkan sebagai berikut.

1) Ojigi di zaman dahuluOrang Jepang memiliki kebiasaan menunduk-

kan kepala (ojigi) ketika bertemu orang yang di-kenal di mana saja, baik di jalan, di dalam ruangan,di dalam bus dan sebagainya. Kebiasaan ini di-temukan dalam naskah kuno terkenal “Gishiwajinden, 魏志倭人伝 yang terdiri dari sekitar 2.000huruf. Dalam naskah kuno tersebut tertulis: “bilabertemu dengan raja, rakyat melakukan ojigidengan cara berlutut dan menundukkan kepaladalam-dalam”. Lebih lanjut Higuchi menyebutkanbahwa ditinjau dari ilmu arkeologi dalam Haniwa(patung kuno) terdapat Haniwa yang sedangmenundukkan kepala. Ini menjadi bukti kuatbahwa ojigi sudah berlangsung sejak zaman kuno.

Apa sebenarnya makna yang terkandung dalamojigi? Hal yang terpenting dalam ojigi adalah bahwamenundukkan kepala merupakan sebuah ungkap-an patuh atau tidak menentang. Artinya, ojigi ber-makna menghindari tatapan dan memilih menun-dukkan bagian tubuh yang paling penting, yaitukepala dan menyampaikan kepada orang yang ber-sangkutan bahwa ia tidak memiliki rasa permusuh-an. Berangkat dari hal ini, ojigi kemudian dimaknaisebagai sebuah ungkapan rasa saling menghormatidan menghapus dinding permusuhan. Kebiasaanini telah dilakukan orang Jepang sejak zaman Yayoipada abad ke-10 sebelum Masehi.

Ojigi (辞儀) terdiri dari beberapa jenis dan me-miliki makna yang berbeda satu sama lain, sepertitampak dalam ilustrasi gambar di bawah ini:

(Sumber Foto: apside.blogspot.co.id/2012/05/ojigi-membungkuk.html)

(1) Mengangguk Pelan, 5 DerajatIni hanya anggukan kecil, anggukan ini lebih

dilakukan jika bertemu dengan teman lama, te-tangga, atau keluarga dekat. Jikalau orang yangberpangkat tinggi, seperti kaisar, perdana menteri,atau pimpinan yakuza hanya mengangguk pelankepada lawan yang membungkuk dalam terhadaporang yang berpangkat tinggi. Artinya, orang lainharus menghormati yang lebih tinggi dan yanglebih tinggi cukup hanya mengangguk pelan sajauntuk menerima penghormatannya.

(2) Membungkuk Salam (会釈、 eshaku) , 15derajat.Cara membungkuk ini sedikit lebih formal,

digunakan untuk memberi salam kepada orang-orang yang sudah dikenal di kantor atau kepadaorang-orang yang diketahui, tetapi tidak terlalukenal.

Page 7: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

Elvie N. PiriMakna Budaya Ojigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini

15

(3) Membungkuk Hormat (敬礼、 keirei), 30Derajat.Cara membungkuk ini sangat formal, diguna-

kan untuk menunjukkan rasa hormat kepada pim-pinan di kantor, kepada orang-orang yang jabatan-nya lebih tinggi atau kepada mereka yang jauhlebih tua, kepada guru atau pimpinan di sekolah.

(4) Membungkuk Hormat Tertinggi (最敬礼、sai-keirei), 45 derajat.Cara membungkuk ini mempunyai arti yang

sangat dalam. Ini adalah cara menunjukkan rasabersalah yang sangat dalam. Ini adalah cara untukmeminta maaf kalau telah melakukan kesalahanbesar atau dapat juga digunakan untuk memberi-kan hormat kepada orang-orang yang sangat tinggijabatan dan status sosialnya, misalnya KaisarJepang.

(5) Membungkuk Hingga Kepala MenyentuhLantai, Berlutut (座礼, zarei ).Cara membungkuk ini dilakukan sambil du-

duk dan membungkuk sampai kepala menyentuhlantai, biasanya digunakan dalam acara-acara (1)keagamaan tertentu dan dalam (2) upacarakematian yang disebut Osoushiki (葬式) (3) ataudigunakan untuk menunjukkan permintaan maafyang sangat mendalam karena telah melakukansesuatu yang sangat buruk terhadap orang lain.Hal ini juga merupakan cara orang-orang meng-hormati Kaisar dan orang terhormat di zamandulu.

(1)

(2)

(3)

Intinya, makin menghormati orang, makindalam bungkukan itu dilakukan. Makin besar pe-rasaan bersalah kepada seseorang, makin dalampula bungkukan itu. Orang Jepang memang dikenalpaling sering meminta maaf. Bagi orang Jepang

Page 8: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

16

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

meminta maaf berarti mengakui kegagalan sendiriatau mengaku bersalah. Di Jepang egoisme tidakada tempat untuk berkembang. Meminta maaf di-anggap sebagai kewajiban, meskipun belum tentubersalah. Permintaan maaf menunjukkan bahwaseseorang rela bertanggung jawab dan meng-hindari menyalahkan orang lain.

Makin tinggi jabatan seseorang, maka orangtersebut makin berani meminta maaf jika pribadi-nya atau anak buahnya melakukan kesalahan.Oleh karena itu, tidak heran jika banyak pejabatpemerintahan, seperti wali kota, gubernur, menteridan perdana menteri sekalipun yang membungkukmeminta maaf kepada publik dan akhirnya me-milih mengundurkan diri daripada malu dibicara-kan orang.

2) Ojigi di zaman ModernNegara Jepang dikenal juga dengan sebutan

Negeri Matahari Terbit dan Negeri Sakura. Sekadarmenoleh ke belakang melalui sejarah bangsa iniyang terkenal dengan politik dumping atau politikisolasi yang sangat ketat zaman Tokugawa, kinimengalami kemajuan yang signifikan menjadisebagai bangsa yang berjaya di dunia. Denganmelewati revolusi yang spektakuler pada tahun1868 yang terkenal dengan Restorasi Meiji, per-ubahan cenderung melahirkan perbedaan yangmencolok antara satu generasi dan generasi lain-nya. Perlahan-lahan, tetapi pasti kelompok kaummuda memiliki kesadaran untuk mencapai pen-didikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Anak muda Jepang saat itu walaupun masihmenghargai keberadaan generasi tua, tetapi apayang diwariskan generasi tua tidak bisa menyaingipembaharuan yang tengah terjadi saat itu. MenurutKokumin no Tomo sebuah majalah terbitan anakmuda Jepang antara tahun 1880-1890-an menyata-kan bahwa “orang tua masa kini kurang menun-jang bagi kebutuhan masyarakat saat itu. Disayang-kan bahwa zaman yang penuh kemajuan, keber-adaan mereka hanya menjadi beban saja”. Demi-

kian intisari dari majalah terbitan anak muda dizaman itu.

Kata bijak mengatakan, “maju mundurnyasuatu bangsa tergantung dari perilaku pemuda-nya”. Potret pemuda Jepang di era tahun 2000-ansungguh sangat berbeda dengan keberadaan“mereka” sebagai pemuda pada masa pemerintah-an Meiji. Cara berpikir dan perilaku pemuda Jepangsekarang ada kecenderungan mengarah pada wes-ternisasi yang kebablasan, meskipun parameter-nya tidak jelas untuk mendefinisikan hal tersebut.Kecenderungan ke arah westernisasi terbuktidengan keadaan yang masuk di era tahun 2000-an negara Jepang telah menjadi Parisnya Asia.Segala bentuk mode pakaian dapat dilihat di sana.Begitu juga perilaku anak muda sekarang, sepertirambut dicat, pakaian yang didesain aneh, sepatudengan sol tinggi, anak laki-laki yang menggunakananting di telinganya, dan pemandangan aneh lain-nya. Di kota-kota besar, khususnya di Tokyo, sepertiShinjuku, Shibuya, Harajuku atau pusat elektronik-nya di Akihabara, merupakan tempat yang menjadisentral pergaulan komuni anak muda Jepang. Bah-kan, kondisi ini pun telah membias dan mulai me-mengaruhi anak muda yang ada di negara tetangga-nya, seperti Cina, Korea, Hongkong, Taiwan,Filipina, bahkan telah merasuk ke dalam jiwa anakmuda Indonesia (dapat dilihat dari dandananmuda-mudi Indonesia yang mengecat rambut yangmencolok, pola rambut dan pakaian yang trendHarajuku style).

Perubahan budaya ini telah banyak mengubahpola pikir, gaya hidup dan kebiasaan yang mono-ton saat zaman kuno menuju ke suatu iklim ke-bebasan, ambisi, vitalitas, dan panggilan jiwa ter-hadap dunia kehidupan yang baru. MenurutCamus (2013: 2), kebebasan bukanlah sebuahhadiah cuma-cuma, melainkan sesuatu yang harusdiperjuangkan. Kebebasan itulah yang sekarangini diperjuangkan sebagai bagian dari pergulatandi dalam diri untuk mencari jati diri mereka se-

Page 9: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

Elvie N. PiriMakna Budaya Ojigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini

17

bagai anak muda. Meskipun sejak kecil merekatelah diajari, baik di sekolah maupun di tengahkeluarga telah diperkenalkan dan dibiasakan,menurut pengamatan penulis menunjukkan bahwadi daerah Tokyo dan sekitarnya hampir 55 persenanak muda Jepang tidak lagi melakukan ojigi bilabertemu dengan orang lain. Sebagai gantinyamereka hanya “say hello”, terutama kepada temansebaya. Dekadensi kesopanan anak muda Jepangmulai luntur. Sebagai ilustrasi, ketika berada didensha (kereta listrik) orang yang masih memper-tahankan budaya Jepang akan memberikan tempatduduk kepada orang yang sudah berusia lanjut.Meskipun di densha telah disiapkan tempat dudukkhusus untuk orang lanjut usia, ibu hamil, danpenyandang cacat, *QHQ§^-^yuusenzaseki (priorityseat), ironisnya tempat tersebut diduduki juga olehmereka. Fakta ini dapat disaksikan langsung olehpeneliti saat berada di Jepang dalam rangka meng-ikuti program Short-Term Training Program for ForeignTeachers of the Japanese-Language, sambil mengum-pulkan data dalam penelitian ini.

Sehubungan dengan hal itu, Manabu (2000:1) mengatakan: “So young people have created theirown. It is a part of their search for the things that willunite them in the future.” It’s an exciting search, and it’sjust beginning. The country, like the rest of the world, isanxious to see what Japan’s youth find. “Jadi anak mudatelah berkreasi sendiri, ini adalah bagian dari pen-carian jati diri mereka akan hal-hal yang akan mem-persatukan mereka di masa depan.” Ini adalah pen-carian yang menarik dan ini baru permulaan. Negaraini, seperti negara-negara lain di dunia, sangat ingintahu apa yang akan dihasilkan oleh pemuda Jepangdengan sikap yang seperti ini di masa mendatang.Ada hal positif dari para kawula muda Jepang se-karang, meskipun tampaknya mengabaikan soalbudaya, tetapi kreativitas mereka bermunculan,terutama dalam berdandan yang menjadi rujukankawula muda negara tetangga. Dewasa ini jugadikatakan sebagai zaman byoudo, artinya antara pria

dan wanita mempunyai persamaan hak dan ke-wajiban. Menjadi kepala atau pimpinan tidak lagimonoton pria, tetapi juga wanita sudah bisa men-duduki jabatan tersebut.

Terlepas dari semua itu, memang budaya salamdi Jepang sudah bergeser, terutama di kalangankawula mudanya. Seperti bahasa yang merupakanbarang yang hidup yang dapat bergerak seiringdengan perubahan yang mengiringinya, budayasalam juga mengikuti perkembangan zaman. Olehsebab itu, wajar dan alami apabila zaman meng-gesernya. Maksudnya ialah ungkapan-ungkapanyang berhubungan dengan budaya salam meng-alami pergeseran juga dengan dampak tersebut.

3) Alasan yang Bermakna dalam Melaku-kan OjigiMembungkuk dan menundukkan kepala

bahkan berlutut di Jepang dapat digunakan sebagaisalam, perkenalan, menunjukkan rasa hormat ataupermintaan maaf. Orang Jepang harus melakukanojigi karena memiliki alasan yang bermakna, yaitu:

1. Salam adalah hal yang umum untuk memberihormat sekitar 5º--10º anggukan kepala danbahu untuk memberi salam pada seorangteman. Ini juga berlaku jika mengucapkanselamat tinggal, konnichiwa (selamat siang),sayounara (selamat tinggal).

2. Perkenalan, baik perkenaan formal maupunnonformal diharapkan untuk membungkuksekitar 30º menggunakan tubuh bagian atas.Hajimemashite (kenalkan), watashi wa Sato desu(saya adalah Sato). Douzo yoroshiku onegaishimasu(senang berkenalan dengan Anda). Sangatpenting untuk menjaga kepala, bahu lurus dantangan ke samping. Setelah bertukar kartunama, yang dilakukan dalam perkenalan adalahmembungkuk sekitar 1 detik atau lebih. Janganmelakukan kontak mata karena akan dianggaptidak sopan, selanjutnya perhatikan jarak se-hingga tidak terjadi benturan kepala. Jikaorang yang ditemui sangat penting, mem-bungkuklah sedalam 45º. Jangan membung-kuk sambil berjabat tangan.

Page 10: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

18

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

3. Membungkuk atas rasa hormat adalah eks-presi kerendahan hati. Hal itu selalu berartimenunjukkan rasa hormat kepada pihak lain.

4. Membungkuk untuk sportivitas adalah mem-bungkuk antarlawan sebelum pertandinganolahraga. Dalam hal ini, membungkuk yangsering dilakukan adalah membungkuk dangkal20º.

5. Membungkuk untuk urusan agama adalahmembungkuk kepada para dewa di kuil Shinto.

6. Membungkuk dalam seni bela diri memilikikaidah mereka sendiri, yaitu membungkukuntuk memberi hormat kepada sensei (guru).Merupakan hal yang sangat penting untukmenunjukkan rasa hormat kepada lawan.

7. Membungkuk pada pelanggan karena pe-langgan bagi orang Jepang adalah dewa. Halumum bagi para staf untuk membungkuk ke-pada pelanggan, yaitu membungkuk dengantubuh bagian atas sekitar 20º.

8. Membungkuk sebagai rasa terima kasih, jikaseseorang mempersilakan Anda menyalip jalanmereka, suatu hal yang umum untuk mem-bungkuk kecil menggunakan kepala sebagaitanda terima kasih. Bahkan, untuk pengen-dara mobil saling membungkuk menandakankesopanan. Pada pernikahan di Jepang yangumum bagi pengantin wanita adalah kata-katasambutan yang menyentuh kepada orangtuanya untuk mengucapkan terima kasih atasseluruh dukungan mereka selama ini. Pengan-tin yang membungkuk hormat saat ia memberihadiah bunga pada ibunya.

9. Membungkuk pada pertunjukan, seperti hal-nya di Barat, hal yang umum dilakukan olehpara performer untuk membungkuk sebagairespons dari tepuk tangan yang diberikanuntuknya dan biasanya mereka membungkukkecil. Contohnya saat dua orang geisha mem-bungkuk dengan sangat dalam saat pertunjuk-an ditampilkan.

10. Permintaan maaf ringan membungkuk dengan10º. Hal ini dapat digunakan jika bersenggolan

dengan orang asing atau saat kita melakukanhal kecil sehingga menyebabkan ketidak-nyamanan kepada seseorang. Sebagai contoh,jika seseorang menahan pintu lift untuk Anda,sambil mengatakan sumimasen (permisi ataumaaf).

11. Permintaan maaf biasa jika atasan marah padabawahannya, wajib membungkuk 45º dengantubuh bagian atas. Tahan selama 5 detik, sam-bil mengatakan sumimasen deshita (aku me-minta maaf atas apa yang telah kulakukan).

12. Permintaan maaf serius ketika salah satuperusahaan merilis produk cacat maka wakilperusahaan pada konferensi pers akan me-minta maaf dengan membungkuk 45º dengantubuh bagian atas dalam waktu yang agaklama. Biasanya, waktunya selama 15 hingga20 detik, sambil mengatakan moushiwakegozaimasen deshita (aku sangat menyesal atasapa yang telah kulakukan).

13. Permintaan maaf dengan panik ketika seorangpelayan tanpa sengaja menumpahkan kopipanas kepada seorang pelanggan. Pelayantersebut akan membungkuk sedalam 45º se-cara berulang kali untuk menunjukkan betapamenyesalnya dia, sambil berulang kali pulamengucapkan kata-kata moushiwake gozaimasen(aku sangat menyesal). Cara ini juga diguna-kan untuk meminta maaf kepada yakuzadalam film-film. Permintaan maaf sangatserius ketika melakukan satu kejahatan seriusdan pelaku harus meminta maaf kepada parakorban. Pelaku akan membungkuk denganposisi berlutut sambil mengatakan makoto nimoushiwake gozaimasen deshita (aku memintamaaf dengan tulus apa yang kulakukan).

Demikian telah dipaparkan mengenai maknaojigi bagi orang Jepang dulu dan sekarang. Jepangdikenal dengan negara yang sopan penduduknyakarena mereka paling sering membungkuk, entahitu meminta maaf, berkenalan, bertamu di rumahorang, mengatakan permisi, bahkan sampai ber-bicara di telepon pun orang Jepang sampai mem-

Page 11: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

Elvie N. PiriMakna Budaya Ojigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini

19

bungkuk sedikit saat merespons lawan bicara ditelepon meskipun tidak saling berhadapan muka.

Seperti disebutkan dalam naskah, bahwa padazaman dulu rakyat menyatukan kedua belah tela-pak tangan ketika bertemu dengan pejabat. Akantetapi dalam kehidupan masyarakat Jepang dewasaini, menyatukan kedua belah telapak tangan hanyadilakukan pada saat memohon sesuatu kepadaKamisama (Tuhan dari orang Jepang). Fenomenaini masih dapat kita lihat manakala orang Jepangmengunjungi kuil. Sebelum berdoa, orang Jepangmenepukkan kedua belah tangan dan membung-kukkan badan (ojigi). Dalam kehidupan keseharianorang Jepang tidak lagi menyatukan telapak tanganketika bersalaman karena setiap orang membawabarang di tangannya ojigi sehingga menjadi seder-hana dengan hanya membungkukkan badan ataumenundukkan kepala saja.

Selanjutnya, untuk mengetahui keadaan se-benarnya pada era sesudah tahun 2000-an, makapada tahun 2016 telah diambil data langsung ke-pada anak-anak muda Jepang dalam bentuk ang-ket. Berikut ini dipaparkan hasil analisis angkettersebut.

4.2 Pandangan Kawula Muda Jepang terhadapBudaya OjigiBerdasarkan data angket atau kuesioner yang

dibagikan kepada sampel orang Jepang, dapatdirekapitulasi dalam Tabel 1–4 dan pertanyaanbebas berikut ini.

Tabel 1. Frekwensi Ojigi

No Pertanyaan dan Jawaban

1.

あなたは挨拶あい さつ

の時、いつもお辞儀じ ぎ

していますか。 Apakah Anda selalu melakukan ojigi ketika memberi salam?

A. いつもします。(selalu) 11 (44%) B. 時々します。(kadang-kadang) 11 (44%) C. あまりしていません。(jarang) 3 (12%)

D. 全然していません。(tidak pernah) 0 ( 0%)

Berdasarkan jawaban pada Tabel 1 di atasdiketahui bahwa responden yang selalu melaku-kan ojigi ada 44%, tetapi yang kadang-kadang me-lakukan juga ada 44%, dan yang jarang melakukanada 12%. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadiperubahan pada generasi sekarang ini, yakni ku-rang dari setengah responden yang selalu melaku-kan ojigi.

Tabel 2. Ojigi atau Berjabat TanganNo Pertanyaan dan Jawaban

2.

あなたは外国人と初めて会ったとき、あるいは初めて知

らない人と会った時、挨拶してお辞儀をしていますか。

それとも握手をしていますか。 Apakah ketika pertama kali bertemu dengan orang asing (bukan orang Jepang) atau dengan orang yang belum dikenal apakah Anda melakukan ojigi atau juga bersalaman ketika menyapa?

A. お辞儀しています。Membungkuk /ojigi 10 (40%)

B. 握手しています。Berjabat tangan 7 (28%)

C. お辞儀か握手しています。Ojigi atau berjabat tangan 2

(8%)

D. どちらもしていません。Tidak melakukan kedua-duanya

6 (24%)

Dari jawaban responden atas pertanyaan no-mor 2 diketahui yang melakukan ojigi 40%, yangberjabat tangan ada 2,8%, yang melakukan dua-duanya ada 8 %, dan yang tidak melakukan kedua-duanya ada 24%. Dengan demikian dapat dikata-kan bahwa masih banyak yang melakukan ojigimeskipun tidak mencapai setengah dari responden,dan sebagai ganti ojigi, yang melakukan jabat tanganada 28%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruhbudaya barat telah memasuki Jepang bahkan ada24 % yang tidak melakukan apa-apa.

Tabel 3 Ojigi sebagai Permintaan MaafNo Pertanyaan dan Jawaban

3.

何かミスを起こして、そして謝る時もお辞儀をしていま

すか。 Apakah Anda meminta maaf dengan melakukan ojigi ketika melakukan kesalahan?

A. いつもお辞儀しています。Selalu 15 (60%)

B. 時々お辞儀しています。Kadang-kadang 6 (24%)

C. あまりお辞儀していません。Jarang 2 (8%)

D. 全然お辞儀していません。Tidak pernah 2 (8%)

Page 12: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

20

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

Mengenai ojigi sebagai bentuk permintaanmaaf, responden yang melakukan ojigi mencapai60%, yang kadang-kadang melakukannya ada24%, dan yang jarang serta yang tidak melakukanojigi pada waktu melakukan kesalahan masing-masing 8%. Dari jawaban terhadap pertanyaanNomor 3 ini tampak bahwa sebagian besar orangJepang dewasa ini pun tetap melakukan ojigi ketikamereka meminta maaf atas kesalahan yang merekabuat. Dalam kondisi seperti ini orang Jepang masihmempertahankan ojigi sebagai bentuk eskpresimereka.

Tabel 4. Masih Perlukah Ojigi?No. Pertanyaan dan Jawaban

4.

今の時代でもお辞儀が必要だと思いますか。 Apakah di masa sekarang Ojigi masih dianggap perlu?

A. とても必要です。Sangat perlu 3 (12%)

B. 必要だと思います。Perlu 15 (60%)

C. あまり必要はないと思います。Tidak begitu perlu 7

(28%)

D. もう要らないと思います。Sudah tidak perlu lagi 0

(0%)

Untuk memastikan apakah orang Jepang

dewasa ini masih menganggap ojigi itu masihdiperlukan atau tidak, dapat dilihat pada pertanya-an Nomor 4 pada Tabel 4. Responden yang men-jawab sangat perlu sebanyak 12%, yang menjawabperlu ada 60%, dan yang menjawab tidak perlusebanyak 28%, dan tidak ada yang menjawab tidakperlu lagi. Dari jawaban responden tersebut dapatdiketahui bahwa orang Jepang dewasa ini masihtetap menganggap bahwa ojigi itu perlu dalamkehidupan mereka.

Selain pertanyaan tertutup, juga diberikan per-tanyaan terbuka untuk mendapatkan data yanglebih akurat. Terhadap pertanyaan Nomor 5 dibawah ini, didapatlah jawaban yang bervariasi dariresponden yang dapat direkapitulasi sebagaiberikut.

(質問 Pertanyaan):5.お辞儀について、最近どう感じますか。ご自由にご意見をお書きください。

お辞儀について、最近どう感じますか。ご自由にご意見をお書きください。

Bagaimana pendapat Anda mengenai ojigidewasa ini? Tulislah pendapat Anda dengan bebas.

Terhadap pertanyaan di atas, jawaban respon-den dapat dikategorikan sebagai berikut.a. Responden yang menganggap bahwa ojigi

masih tetap dilakukan, terdiri dari pendapatsebagai berikut.

(1) 「握手しかしません。」

Hanya berjabat tangan (3 responden/12%)(2) 「お辞儀は学校でよくします」

Ojigi sering dilakukan di sekolah (5 orang/20%)

(3) 「お辞儀は会社でよくします」

Ojigi sering dilakukan di kantor (2 orang/8%)(4) 「お辞儀は天皇の家族でよくします」

(Ojigi sering dilakukan di keluarga kaisar),「偉い人しか大切だと思います」

(Hanya penting bagi orang terhormat),

「くせになっているので、お辞儀をしない方が難しいです

くせになっているので、お辞儀をしない方が難しいです」

(Karena sudah menjadi kebiasaan, sulit jikatidak melakukan)

「会釈もお辞儀に含めていいです」

(Melakukan ojigi termasuk eshaku), masing-masing 1 orang.

b. Yang menganggap bahwa ojigi hampir tidakdilakukan lagi 「あまりしません」 ada 11 res-ponden = 5, 6, 9, 11, 12, 13, 15, 15, 17, 19,22 (44%) dengan komentar sebagai berikut.

(5) 「わたしのお祖母さんがよく注意してくれる」

(Nenek sering memperingatkan saya),

「する人がもう少ないです」

(Orang yang melakukannya sedikit),

「子供の頃教えてくれた。今あまりしません」

(Waktu zaman kanak-kanak telah diajarkan.Sekarang, kurang melakukan),

Page 13: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

Elvie N. PiriMakna Budaya Ojigi dalam Kehidupan Orang Jepang Dewasa Ini

21

「友達とお辞儀をしない握手しかしません」

(Dengan teman tidak melakukan ojigi hanyajabat-tangan).

Dari jawaban responden tersebut dapat di-ketahui bahwa pada umumnya kawula mudadewasa ini juga tetap melakukan ojigi. Mereka yangmelakukan di rumah, sekolah, dan kantor se-banyak 32%, sedangkan yang tidak melakukan se-banyak 42%. Sebagai gantinya, mereka hanya ber-salaman. Dari data ini dapat diketahui bahwa telahterjadi perubahan yang cukup besar dalam ke-hidupan masyarakat Jepang, khususnya di kalang-an kawula muda, yakni lebih dari setengahresponden menjawab tidak melakukan lagi. Se-bagai gantinya, mereka hanya berjabat tangan,bahkan ada yang tidak melakukan ojigi lagi. Halini menunjukkan bahwa telah terjadi pengaruhbarat yang cukup berarti bagi generasi muda diJepang. Namun, mereka beranggapan bahwauntuk situasi-situasi formal seperti di sekolah, dikantor, dan di acara-acara resmi harus melakukanojigi.

4. SimpulanBerdasarkan hasil analisis dapat dinyatakan

bahwa, telah terjadi perubahan yang cukup besardi kehidupan masyarakat Jepang, khususnya dikalangan kawula muda, yang hampir setengah dariresponden atau sebanyak 42% menjawab jarangbahkan tidak lagi melakukan ojigi. Sebagai ganti-nya, mereka hanya berjabat tangan. Ojigi tidak lagibermakna seperti zaman dahulu yang dimaknaisebagai sebuah ungkapan rasa saling menghormati,merupakan ungkapan patuh, tidak menentang,bahkan menghapus dinding permusuhan, tetapimulai bergeser pada pengaruh budaya asing yangmereka jumpai. Meskipun terkadang mengguna-kan ojigi, tetapi tidak lagi mengikuti tata tertib ataumenyalahi aturan yang ada, seperti mencampur ojigidengan jabat tangan. Bahkan, ada beberapa res-

ponden yang beranggapan bahwa ojigi tidak lagiperlu dilakukan. Meskipun data analisis dari ka-wula muda dewasa ini hampir setengah respondenjarang dan tidak lagi melakukan ojigi, tetapi se-bagian masih tetap melakukan ojigi dalam situasi-situasi formal, seperti di kantor, di sekolah, dandi acara resmi.

Daftar PustakaAndari, Novi. 2009. “Perbandingan Budaya

Indonesia dan Jepang: Tinjauan Tradisi Pena-maan dan Gerakan Isyarat Tubuh”. JurnalParafrase Vol. 09 No. 02 September 2009:22–29. Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.

Aokiyoo 青木庸あ お き よ う

2009. Reigi to Sahou 礼儀れ い ぎ

と作法さ ほ う

Ota Tomika. co. Ltd

Fukuzawa, Yukichi. 1985. Jepang di antara Feodalis-me dan Modernisme. Jakarta.

Camus, Albert. 2013. Krisis Kebebasan. Jakarta: Ya-yasan Pustaka Obor Indonesia.

Kuraesin, uning. 2012. Aisatsu dalam PendidikanBahasa Jepang. Widyatama repository: http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/3590

Koyama, Motoaki. 2003. Tadashii Nihongo Jiten.Hiroshima: Taizoku Shuppan.

Manabu, Sato. 2000. “Young Japan”. AsiaNow. TimeInc. All Rights Reserved.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi PenelitianKualitatif. Bandung: Penerbit PT RemajaRosdakarya Offeset.

Mulyadi, Budi. 2017. “Budaya dan Etika BisnisMasyarakat Jepang”. Jurnal Kiryoku, Volume1, No 3, 2017 e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN:2599-0497

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kiryoku/article/download/16729/12168

Mulyadi, Budi. 2017. “Budaya MembungkukkanBadan (ojigi) dan Fungsinya dalam Kehidupan

Page 14: MAKNA BUDAYA OJIGI DALAM KEHIDUPAN ORANG JEPANG DEWASA …

22

Kadera Bahasa, Volume 10, Nomor 1, Edisi April 2018

Masyarakat Jepang”. Jurnal Kiryoku Vol.1No.1 2017. https://ejournal.undip. ac.id/index.php/kiryoku/article/view/15452.

Nazir, Moh. 1999. Metodologi Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: GhaliaIndonesia.

Osamu, Dazai. 2010. “Hashire Merosu” dalamAntologi Kesustraan Anak Jepang. Antonius RPujo Purnomo (editor). Surabaya: Era Media.

Osamu, Mizutani. 2001. “Aisatsu” dalam NihonjijoHandobukku, Tokyo: TaishukanShoten.

Roza, Ilvan. 2012. “Ojigi sebagai Alat Komuni-kasi”. Jurnal Bahasa dan Seni Vol. 13, No. 1.hal.55 – 72. Padang: Universitas NegriPadang. Diakses tanggal 20-10- 2017. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/bahasaseni/article/view/3929/3163.

Sutopo, HB. 2006. Metode Penelitian Kualitatif.Surakarta: UNS Press.