30
Ekstreminitas Inferior Kelainan Otot Atrofi dan Hipotonus Nama NIM Annisza 10-2010-201 Nico Michael Muliawan 10-2010-194 Giovanni W.P 10-2010-196 Kevinara P.L 10-2010-215 Nor Ain Syafiqah 10-2010-378 Lewita Yunita 10-2010-222 Fiqi Yusrina 10-2010-246 Rullyn S.S.Mandar 10-2010-243 Devita Natalia 10-2010-217

makalh kemlok d7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: makalh kemlok d7

Ekstreminitas Inferior

Kelainan Otot Atrofi dan Hipotonus

Nama NIM

Annisza 10-2010-201

Nico Michael Muliawan 10-2010-194

Giovanni W.P 10-2010-196

Kevinara P.L 10-2010-215

Nor Ain Syafiqah 10-2010-378

Lewita Yunita 10-2010-222

Fiqi Yusrina 10-2010-246

Rullyn S.S.Mandar 10-2010-243

Devita Natalia 10-2010-217

Page 2: makalh kemlok d7

Pendahuluan

Tulang dan otot merupakan jaringan yang peling banyak mengisi tubuh manusia. Tulang

merupakan jaringan tubuh yang berfungsi untuk menopang tubuh dan bagian-bagiannya. Otot

berfungsi untuk menggerakan bagian-bagian tubuh. Ada yang untuk menggerakkan tulang dan

sendi; ada yang khusus untuk memompa darah di jantung.

Tulang dan otot mempunyai struktur yang saling berhubungan. Keduanya mempunyai serat

collagen yang merupakan serabut sangat kuat sehingga berbagai macam gerakan yang terjadi

pada anggota tubuh kita, dihasilkan oleh kontraksi dan juga relaksasi otot dan tulang yang

bersangkutan. Sehingga apabila karena sesuatu sebab otot kehilangan kemampuan untuk

berkontraksi maka gerakan-gerakan yang secara normal dilakukan dapat terganggu atau bahkan

dapat menyebabkan gerakan tersebut tidak muncul sama sekali. Jika otot kita terdapat gangguan

maka alat gerak kita dan fisiologi tubuh kita juga pasti akan terdapat gangguan.

Secara Makroskopik

Pada tungkai bawah atau crus adalah segmen anggota badan bawah yang terdapat antara lutut

dan pergelangan. Sama seperti anggota gerak yang lain, pada tungkai bawah juga terdapat

struktur tulang yang dibungkus oleh beberapa otot. Karena tanpa ada otot, maka tidak ada yang

dapat menggerakan tulang.

Tulang yang membentuk tungkai bawah yaitu tibia dan fibula. Berikut penjelasan lebih lanjut

mengenai kedua tulang pembentuk tungkai bawah:1

Tibia atau tulang kering merupakan tulang medial yang besar kerangka utama dari tungkai

bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tulang ini juga membagi berat tubuh dari

femur ke bagian kaki. 1-2

Pada ujung atas tibia, terdapat kondil medial dan kondil lateral yang beartikulasi dengan

kondil femoral. Kondil-kondil tersebut merupakan bagian yang paling atas dan paling

pinggi dari tulang. Pada permukaan superiornya terdapat putaran permukan persendian

untuk femur dalam formasi sendi lutut, permukaannya halus dan diatas permukaan yang

datar terdapat tulang rawan semilunar (setengah bulan) yang membuat permukaan

persendian lebih dalam untuk penerimaan kondil femur.

Page 3: makalh kemlok d7

Kondil lateral pada tibia yang memperlihatkan posterior sebuah faset untuk persendian dengan

fibula pada sendi tibio-fibuler superior. Kondil-kondil ini disebelah belakang dipisahkan oleh

lekukan popliteum.

Tuberkul dari tibia terdapat di sebelah depan tepat dibawah kondil-kondil ini. Bagian depan

memberi kaitan kepada tendon patela, yaitu tendon dari insersi oto extensor kwadrisep.

Pada batang tibia.

Berjalan ke bawah dan medial. Dalam irisan melintang bentunya segitiga. Sisi

anteriornya paling menjulang dan sepertiga sebelah tengah terletak subkutan, bagian ini

membentuk subkutan. Permukaan medial tibia adalah subkutaneus pada hampir seluruh

panjangnya merupakan daerah bergua dari mana dapat di ambil serpihan tulang untuk

transplantasi. Pada bagian lain tibia yaitu linea poplitea merupakan tanda yang berada pada

permukaan posterior. Line poplitea yaitu garis meninggi di atas tulang yang kuat dan yang

Ujung bawah tibia

Ujung bawah tibia masuk dalam formasi persendian mata kaki. Tulang ujung bawah ini, sedikit

melebar dan ke bawah sebelah medial menjulan menjadi maleolus medial atau maleolus tibiae.

Permukaan lateral dari ujung bawah bersendi dengan fibula pada persendian tibio-fibuler

inferior. Tibia membuat sendi dengan tiga tulang, yaitu femur, fibula dan talus.

Gambar 1.1: Tulang Tibia

Page 4: makalh kemlok d7

Fibula

Fibula atau tulang betis adalah tulang yang paling ramping dalam tubuh dan terletak sebelah

lateral tulang bawah yang mempunyai tulang pipa dengan batang dan dua ujung. Fibula berbeda

dengan Tibia karena tulang fibula tidak turuk menopang berat tubuh.

Ujung atas

Pada ujung atas fibula mempunyai bentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar dari

tibia, tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut.

Batang

Batang fibula yaitu terlihat ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyak

kaitan.

Ujung bawah

Disebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis atau maleolus fibulae.

Gambar 1.2 : Tulang Fibula

Page 5: makalh kemlok d7

Secara Mikroskopik

Jaringan ikat atau penyambung dibagi menjadi dua yaitu sejati dan khusus. Tulang dan tulang

rawan termasuk kedalam jaringan ikat khusus penyokong. Tulang merupakan penyusun dari

sebagian besar kerangka veterbrata. Tipe tulang dibagi menjadi dua yaitu tulang spongiosa dan

tulang kompakta.3 Tulang spongiosa terdiri dari trabekula atau balok kayu yang bentuknya tidak

teratur. Trabekula terdiri dari lamel-lamel yang jumlahnya beragam dan didalamnya terdapat

lakuna yang ditempati osteosit dan sistem kanalikuli yang berhubungan. Jika dilihat bentuknya

bercabang dan membentuk anyaman. Celah yang terdapat diantara anyaman tersebut diisi oleh

sumsum tulang (bone marrow).

Pembentukan tulang keras berawal dari kartilago (berasal dari mesenkim). Kartilago

memiliki rongga yang akan terisi oleh “osteoblas” sel-sel pembentuk tulang.Osteoblas

membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh

darah dan serabut saraf membentuk SISTEM HAVERS. Matriks akan mengeluarkan kapur dan

fosfor yang menyebabkan tulang menjadi keras Sel tulang dibedakan menjadi osteoprogenitor

atau osteogenik, osteoblas, osteosit dan osteoklas.Osteoprogenitor atau osteogenik merupakan

kumpulan dari sel induk atau stem cell.

Otot-otot yang terdapat pada tungkai bawah dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:4

Otot-otot tungkai bawah bagian ventral. Otot ventral superfisial dan medial adalah M. Tibialis

anterior. Otot ini diikuti oleh M. Ekstensor digoturium longus dan dari tepi lateral otot ini sering

berorigi M.fibularis tertius. Sedangkan M. Estensor hallucis longus terletak paling dalam.

Berikut penjelasan lebih lanjut:5,6,

1. M. tibialis anterior

Origo: Ujung proximal Tibia tepat di bawah Condylus lateralis, dua pertiga atas Facies lateralis

Tibiae, Fascia crucis

Insersio: Tepi medial basis ossis metatasrsi I, permukaan plantar Os cuneiforme mediale

Fungsi: Mempunyai fungsi pada sendi pergelangan kaki yaitu fleksi dorsal dan sendi Talotarsalis

yaitu supinasi.

Page 6: makalh kemlok d7

2. M. extensor hallucis longus

Origo: Dua pertiga distal Facies medialis Fibulae, Membrana interossea, Fascia cruris

Insersio: Pada Basis phalangis distalis dan Phalanx proximalis hallucis

Fungsi: Terdapat pada sendi pergelangan kaki yaitu fleksi dorsal, sendi talotarsalis yaitu supinasi

dan sendi ibu jari yaitu ekstensi.

3. M. extensor digoturium longus

Origo: Ujung proximal Tibia tepat di bawah Condylus lateralis, Margo anterior fibulae,

Membrana interossea crucis, Septum intermusculare crucis anterius dan Fascia crucis.

Insersio: Aponeurosis dorsalis pada jari 2-5

Fungsi: Terdapat pada pergelangan kaki yaitu fleksi dorsal, sendi talotarsalis yaitu supinasi dan

sendi ibu jari yaitu ekstensi.

4. M. fibularis (peroneus) tertius (otot yang tidak selalu ada)

Origo: Bagian distal M. Extensor digoturium longus

Insersio: Basis ossis metatarsis V

Fungsi: Terdapat pada pergelangan kaki yaitu fleksi dorsal dan sendi talotarsalis.

Otot-otot tungkai bawah bagian lateral (fibular). Otot superfisial lateral adalah M. Fibularis

longus, selanjutnya diikuti dengan M. Fibularis brevis di lapisan yang lebih dalam. Berikut

penjelasan lebih lanjut:

M. fibularis (peroneus) longus

Origo: Caput fibulae, dua pertiga proximal Facies lateralis dan margi posterior Fibulae, Septa

intermuscularia cruris anterius et posterius, Fascia crucis

Insersio: Tuberositas ossis metatarsis I (II), permukaan plantar ossis cuneiformis intermedil

Fungsi: Terdapat pada sendi pergelangan kaki yaitu fleksi plantar dan sendi talotasalis yaitu

pronasi.

Page 7: makalh kemlok d7

M. fibularis (peroneus) brevis

Origo: Setengah distal Facies lateralis dan margo anterior fibulae, Septa intermuscularia

cruris anterius et posterius.

Insersio: Tuberositas ossis metatasrsi V, tendo-tendo jari kelingking kaki

Fungsi: Terdapat pada sendi pergelangan kaki yaitu fleksi plantar dan sendi talotasalis

yaitu pronasi.

Gambar 1.3 : Tungkai tampak posterior

Otot-otot tungkai bawah bagian dorsal superfisial. Kaput-kaput M. Gastrocremius menentukan

betis. Otot ini terletak di atas lateral di atas M. Soleus dan bersama-sama otot-otot ini

membentuk M. Triceps surae. M. Plantaris yang sangat kecil dianggap sebagai kaput keempat

otot ini. Berikut penjelasan lebih lanjut:

M. triceps surae

Origo, terdapat pada tiga daerah yaitu

M. Gastrocremius, Caput mediale: Facies poplitea femoris disebelah proximal Condylus

medialis. M. gastrocremius, Caput laterale: Facies poplitea femoris di sebelah proximal

Condylus lateralis

M. Peroneus longus

M. Tibialis anterior

M. Ekstensor digotorium longus

Page 8: makalh kemlok d7

M. soleus: Capit fibulae, sepertiga proximal Facies posterior dan margo posterior Fibulae, Facies

posterior Tibiae ada dan tepat di bawah Line musculi solei, Arcus tendineus musculi solei.

M. plantaris: Facies poplitea femoris disebelah proximal Condylus lateralis

Insersio: Tuber calcanei (via Tendo calcaneus)

Fungsi: Terdapat pada sendi lutut (hanya M. Gastrocnemius dan M. Plantaris) yaitu fleksi, send

pergelangan yaitu fleksi plantar dan sendi talotasalis yaitu supinasi.

Gambar 4. Tungkai tampai posterior

Otot-otot tungkai bawah bagian dorsal profundus. M. Popliteus melintang oblik ke arah lateral

menuju ke sendi lutut. Diantara otot-otot yang berjalan ke kaki, M. Tibialis posterior terletak

paling superfisial. Otot ini diikuti disebelah medial M. Fleksor digoturium longus dan di lateral

oleh M. Flexor hallucis longus. Berikut penjelasan lebih lanjut:6

M. Plantaris

M. gastrocnemius

M. Soleus

Page 9: makalh kemlok d7

M. popliteus

Origo: Epicondylus lateralis femoris

Insersio: Facies posterior tibiae tepat di atas Linea musculi solei

Fungsi: Terdapat pada sendi lutut yaitu rotasi medial, fleksi

M. tibialis posterior

Origo: Tiga perempat atas membrana inerossa, daerah-daerah disekitar Tibia dan Fibula

Insersio: Tuberositas ossis navicularis, permukaan plantar Ossa cuneiformia I-III pangkal Ossa

metatarsis II-IV

Fungsi: Terdapat pada sendi pergelangan kaki yaitu fleksi plantar dan sendi talotarsalis yaitu

supinasi

M. flexor digoturium longus

Origo: Facies posterior tibia disebelah distal Linea musculi solei, tendo-tendo diantara Tibia dan

Fibula disebelah proximal Chiasma crurale

Insersio: Phalanx distalis jari 2-5

Fungsi: Terdapat pada sendi pergelangan kaki yaitu fleksi plantar, sendi talotarsalis yaitu

supinasi, dan sendi-sendi jari yaitu fleksi

M. flexor hallucis longus

Origo: Dua pertiga distal Facies posterior fibulae, membrana interossea, Septum intermusculare

cruris posterius

Insersio: Phalanx distalis ibu jari kaki

Fungsi: Terdapat pada sendi pergelangan kaki yaitu fleksi plantar, sendi talotarsalis yaitu

supinasi, dan sendi-sendi ibu jari kaki yaitu fleksi

Page 10: makalh kemlok d7

Osteoblas7

Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang (kolagen tipe I,

proteogilakns, dan glikoprotein). Penambahan unsur anorganik dari tulang bergantung dari

adanya osteoblas yang hidup. Mereka terutama terletak pada permukaan jaringan tulang,

berdampingan, seperti pada epitel selapis. Bila mereka secara aktif terlibat dalam pembuatan

matriks, maka osteoblas itu mempunyai bentuk kuboid serta silindris, dengan sitoplasma basofil.

Bila aktifitas mensintesis telah berkurang, maka mereka akan mengepeng, basofilia dalam

sitoplasmanya mengurang.

Osteoblas memiliki juluran sitoplasma yang bersentuhan dengan osteoblas berdekatan. Juluran

ini lebih jelas bila sel itu mulai kelilingi oleh matriksnya. Begitu terkurung seluruhnya oleh

matriks yang baru dibentuk maka osteoblas tersebut dinamakan osteosit. Lacuna dan kalikuli

tampak, akarena matrik telah terbentuk di antara sel dan juga juluran sitoplasmanya.

Selama pembentukan matriks, osteoblas menampaka ultrastrukturseperti sel pembuatan

protein untuk diekspor. Osteoblas merupakan sel yang bergugus polar (polarized cell). Sekresi

dari komponen-komponen matriks tampak pada permukaan sel, yang berkontrak dengan matriks

tulang yang sudah terbentuk sebelumnya, membentuk lapisan martiks yang baru (tetapi belum

terkalsifikasi), disebut osteoid, di antara lapisan osteoblas dengan tulang yang terbetuk

sebelumnya itu. Proses aposisi tulang ini diakhiri dengan adanya penimbunan garam kalsium

dalam matriks yang baru terbentuk

Osteosit

Osteosit, yang asalnya dari osteoblas, terdapat dalam lacuna yang berada di antara

lamem-lamel. Di dalam satu kanakuli silindris halus terdapat juluran sitoplasma dari osteosit.

Juluran dari sel-sel bersebelahan saling berkontrak melalui taut erat (tight junction), dan

molekul-molekul melewati struktur ini untuk berpindah dari sel ke sel.

Bila diandingkan dengan osteoblas, osteosit lebih gepeng dan berbentuk buah kenari, hal

itu dikarenakan osteosit memiliki jauh lebih sedikit reticulum endoplasma kasar dan kompleks

Page 11: makalh kemlok d7

golgi dan kromatin inti yang lebih padat, sel-sel tersebut terlibat aktif dalam mempertahankan

matriks tulang. matinya osteosit diikuti dengan resorpsi matriks.

Osteoklas

Osteoklas adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar. Pada daerah terjadinya

reosrpsi tulang osteoklas terdapat dalam lekukan, yang terbentuk secara enzimatik, dalam

matriks yang disebut lacuna Howship. Osteoklas termasuk bagian dari system fagosit

mononukleus. Terdapat beberapa retikulum edoplasma kasar, banyak mtiokondria, dan sebuah

komleks golgi yang berkembang baik, selain banyak lisosom di dalam sel.

Selama terjadi resorpsi tulang, osteoklas menghasilkan asam, kolagenase, dan enzim proteolitik

lain yang menyrang matriks tulang dan membebaskan substansi dasar pengapuran dan secara

aktif terlibat dalam pembersihan debris yang terjadi selama resorpsi tulang.

Bentuk sel oseogenik adalah gelembung dengan inti pucat. Letaknya berada dalam

lapisan perikondrium. Osteoblas dan osteosit merupakan bagian dari osteogenik tetapi hanya

letaknya yang berbeda . osteoblas terdapat pada permukaan tulang tempat matriks ditambahkan

sedangkan osteosit terpendam dalam matriks. Osteoklas merupakan sel berinti bear dan memiliki

banyak anak inti yang jumlahnya bervariasi. Letaknya berada di permukaan tulang dan sering

berada dalam lekukan lakuna howship. Bersifat makrofag terhadap sel tulang yang sudah

dewasa. Matriks dari tulang terdiri dari kolagen dan elastin tetapi jumlah kolagen paling banyak.

Bersifat asidofil dan sebanyak 65% unsur matriks adalah anorganik. Matriks tulang tersusun

dalam lapisan konsentris disebut lamel. Lamel terbentuk akibat peletakkan matriks yang ritmik.

Periosteum atau permukaan tulang luar yang diselubungi oleh fibrosa. Lapisan dalamnya terdiri

dari jaringan ikat longgar dan sedikit kolagen. Memiliki serat sharpey atau serat kolagen yang

dapat menembus matriks tulang yang membuat periosteum terikat ke tulang. Permukaan dakam

tulang atau endosteum terdiri dari jaringan retikular padat yang memiliki kemampuan ostoegenik

dan hemopoetik.

Page 12: makalh kemlok d7

Gambar 1.3 : Struktur Tulang Spongiosa dan Tulang Kompakta8

Jaringan otot atau muskular dibagi menjadi tiga macam yaitu jaringan otot polos yang umumnya

terdapat didalam organ berlumen, jaringan otot rangka atau lurik yang meripakan pengerak

tulang atau skelet tulang dan jaringan otot jantung yang terdapat pada jantung. Jaringan otot

lurik atau rangka memiliki bentuk silindris panjang dengan ujung tumpul. Memiliki inti gepeng

yang terletak di pinggir jaringan. Otot rangka tersusun atas serabut-serabut otot atau miofibril

yang berinti banyak. Miofibril berkumpul membentuk kumpulan serabut yang kemudian

membentuk otot. Ujung otot rangka umumnya mengecil dan keras disebut tendon. Tendon

dibedakan menjadi dua yaitu tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio

dan yang menempel pada tulang yang tidak bergerak disebut origo.9

Gambar 2.1 : Otot lurik (Mikroskopik)

Page 13: makalh kemlok d7

Tabel 1 Karakteristik serat otot rangka (Sherwood L. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem.

Jakarta:EGC;2001.h.212-36 )10

KARAKTERISTIK

Jenis Serat

Oksidatif lambat Oksidatif cepat Glikolisis cepat

( Tipe I ) ( Tipe IIa ) ( Tipe IIb )

Aktivirtas ATPase

miosin

Rendah Tinggi Tinggi

Kecepatan kontraksi Lambat Cepat Cepat

Daya tahan terhadap

kelelahan

Tinggi Sedang Rendah

Kapasitas fosforilasi

oksidatif

Tinggi Tinggi Rendah

Enzim untuk glikolisis

anaerobik

Rendah Sedang Tinggi

Mitokondria Banyak Banyak Sedikit

Kapiler Banyak Banyak Sedikit

Kandungan mioglobin Tinggi Tinggi Rendah

Warna serat Merah Merah Putih

Kandungan glikogen Rendah Sedang Tinggi

Garis tengah serat Kecil Sedang Besar

Intensitas kontraksi Rendah Sedang Tinggi

Struktur histologi tungkai

Tungkai termasuk alat gerak yang mempunyai jaringan otot yang bernama otot rangka. Jaringan

otot yang pada dasarnya terdiri dari sel yang berbeda-beda, mengandung prtotein kontarktil.

Sruktur biologi dari protein yang membangkitkan tekanan yang dibutuhkan untuk kontraksi

selular, yang menimbulkan gerakan di antara organ tertentu dan tumbuh sebagai satu kesatuan.11

Page 14: makalh kemlok d7

Gambar 2.2 : Otot rangka

Otot rangka pada umumnya terdiri dari berkas-berkas sel yang sangat panjang sampai 30 cm,

berbentuk slindris, berinti banyak, yang memperlihatkan garis-garis melintang. Inti yang banyak

ini merupakan akibat peleburan mioblas (prekursor sel otot) mononukleus embrional. Konstraksi

pada otot rangka yaitu cepat, kuat dan biasanya dibawah kemaunan kita. Kontraksi yang terjadi

disebabkan adanya interaksi dari filamen tipis aktin dan filamen tebal miosin yang susunan

molekulnya membuat molekul tersebut dapat bergeser satu sama lain. Pada otot rangka terdaoat

lapisan jaringan ikat yang berguna untuk membatasi otot serabut terhadap otot-otot di sekitarnya

dan memberi bentuk pada otot tersebut. Lapisan jaringan ikat yang terdiri dari serat-serat kolagen

ini membungkus otot dan disebut sebagai fasia otot atau epimisium. Jaringan ikat disekitar

berkas-berkas sel otot disebut perimisium. Dan tiap-tiap berkas terdiri dari atas sejumlah otot,

yang pada sel otot diliputi oleh lapisan tipis jaringan ikat yang disebut endomisium. 11,12

Sel serabut pada otot teridiri dari miofibril. Bila melihat dengan mikroskp maka tampak

pita-A yaitu gelap dan pita-I yang terang. Pada pita-A terdapat daerah yang kurang gelap disebut

daerah-H dan pada pita-I terdapat garis Z. Tiap miofibril teridri dari dua macam filamen yaitu

filamen tebal dan filamen tipis. Filamen tebal yaitu pita-A terdiri dari miosin yang tersusun

secara heksagonal sedangkan, filamen tipis merupakan pita-I sampai menjoroj atau masuk ke

dalam pita-A tetapi tidak sampai ke dalam daerah H dan terdiri dari aktin, tropomiosin dan

tropomin.

Page 15: makalh kemlok d7

Gambar 2.3: Aktin dan Myosin

Satu bagian penting yang terletak dalam serabut otot adalah mitokondria yang

menghasilkan adenosine triphosphate (ATP). Mitokondria ini terletak dibawah sarkomer, di

dalam sarkoplasma di dalam otot juga terdapat glikogen dan lemak. Ini berarti serabut otot

mempunyai bahan bakar sendiri. Didalam tubuh terdapat otot yang lebih kuat bekerja dalam

kondisi aerobik. Serabut otot ini juga dinamakan type I atau serabut otot lambat ( otot merah )

dan yang anaerobik dinamakan type II atau serabut otot cepat ( otot putih ).13

Enzim Otot14

Enzim adalah polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia yang memungkinkannya

terjadinya kehidupan. Sebagai biokasalisator, enzim mempunyai beberapa keutamaan dalam hal

katalisator system hayati ,yaitu satu enzim hanya menjalankan satu macam reaksi, suatu enzim

memiliki sisi katalitik yang spesifik dan hanya mengenal subtrak, enzim tidak ikut bereaksi

dengan subtratnya atau produknya, aktivitasnya dapat di atur sesuai dengan kebutuhan organism.

Mekanisme kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu seperti komponen enzim;

sifat enzim, misalnya bekerja secara bolak-balik, bekerja spesifik, dan berfungsi sebagai katalis;

cara kerja enzim, model kunci gembok dan mdel induksi pas; faktor lingkungan, seperti suhu dan

pH.10

Page 16: makalh kemlok d7

Mekanisme kerja enzim otot15

ATP merupakan sumber energi utama untuk kontraksi otot. ATP berasal dari oksidasi

karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara dua protein utama yaitu, aktin

dan miosin.

ATP----ADP+P

Aktin+Miosin-------------------------Aktomiosin

ATPase

Fosfokreatin mrupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi. Fosfokratin tidak dapat

dipakai langsung sebagai sumber energi, tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada

ADP.

kreatin

Fosfokreatin+ADP-----------------keratin+ATP

Fosfokinase

Pemecahan ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energi tidak memerlukan oksigen

bebas. Oleh sebab itu , fase kontraksi otot sering disebut fase anaerob.

Pembentukan kembali ATP dilakukan karena ATP adalah sumber energi utama pada proses

mekanisme kerja otot. Pembentukan ATP berasal dari perubahan glikogen menjadi laktasidogen

yang kemudian terurai menjadi glukosa dan asam laktat. Kemudian glukosa dioksidasi yang

menghasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O. Proses ini berlangsung pada saat otot

relaksasi. Otot memperoleh ATP antara lain dengan cara pemecahan kreatin phosphat dan

pemindahan fosfat bernergi tinggi ke ADP pada waktu otot berkontraksi

Sebagian besar energi di otot tersimpan dalam bentuk kreatin fosfat yang akan memberikan

fosfat berenergi tinggi ke ADP untuk membentuk ATP oleh enzim kreatin fosfokinase. Proses ini

berlaku dalam masa sepersekian detik dan merupakan fase anaerob.15

Page 17: makalh kemlok d7

Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi pada Otot16

Dalam fase relaksasi kontraksi otot, kepala S-1 pada myosin menghidrolisis ATP menjadi

ADP dan Pi , tetapi produk – produk ini tetap terikat. Kompleks ADP- P i -miosin yang terbentuk

mengalami penguatan dan disebut konformasi berenergi tinggi.

Dalam proses kontraksi diawali dengan diproduksinya asetilkolin oleh ujung serabut saraf

yang nantinya membebaskan ion kalsium (Ca2+). Kemudian ion kalsium akan masuk kedalam

otot mengangkut troponin dan tropomiosin ke aktin. Aktin dapat di akses dan kepala miosin Pi

menemukanya, mengikatnya, dan membentuk kompleks aktin-miosin-ADP- Pi, sehingga otot

akan memendek dan terjadilah proses kontraksi.

Pembentukan kompleks ini mendorong pembebasan Pi, yang kemudian memicu power

stroke. Miosin sekarang dikatakan berada dalam keadaan berenegi rendah, yang ditunjukan

sebagai aktin-miosin.

Molekul ATP lain mengikat kepala S-1, dan membentukkompleks aktin-miosin-ATP.

Miosin-ATP memiliki afinitas yang rendah terhadap aktin sehingga aktin terlepas. Langkah

terakhir ini adalah kokmponen kunci pada relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP

dengan komleks aktin-miosin.Siklus lain kemudian dimulai dengan hidrolisis ATP, yang

membentuk kembali konfrontasi berenergi-tinggi.

Terdapat tiga langkah berbeda pada proses kontraksi dan relaksasi memerlukan ATP yaitu:17

1. Penguraian ATP dan ATPase miosin menghasilkan energi bagi jembatan silang untuk

melakukan gerakan mengayun yang kuat

2. Pengikatan (bukan penguraian) molekul ATP segar ke miosin memungkinkan terlepasnya

jembatan silang dari filamen aktin pada akhir gerakan mengayun, sehingga siklus dapat

diulang. ATP ini kemungkinan diuraikan untuk menghasilkan energi bagi ayunan

jembatan silang berikutnya,

3. Transportasi akti Ca++ kembali ke retikum sakoplasma selama relaksasi bergantung pada

energi yang berasal dari penguraian ATP.

Page 18: makalh kemlok d7

Definisi Atrofi18

Atrofi adalah berkurangnya suatu sel atau jaringan. Atrofi dapat menjadi suatu respon yang

timbul saat terjadi penurunan beban kerja sel atau jaringan. Penurunan beban yang terjadi

mengakibatkan kebutuhan akan oksigen dan gizi juga berkurang. Sehingga menyebabkan

sebagian besar struktur intarsel, termasuk mitokondria, retikulum endoplasma, vesikel intrasel,

dan protein kontraktil menyusut.

1. Atrofi dapat timbul dari faktor lain yaitu penurunan rangsan hormon atau saraf

terhadap sel atau jaringan, akibat insufiensi suplai darah ke sel, sehingga pemberian

zat vital dan oksigen terhambat.

2. Atrofi yang terjadi di otot dapat terjadi akibat tidak digunakannya otot atau terjadi

pemutusan saraf yang mempersarafi otot tersebut. Pada atrofi otot ukuran miofibril

berkurang. Walaupun tulang tidak mengalami atrofi, densitas tulang dapat berkurang

akibat tidak digunakannya tulang tersebut atau adanya penyakit atau defisiensi

metabolik

Mekanisme terjadi Atrofi

Secara fisiolgi atrofi terjadi akbibat proses penuaan pada banyak tempat. Contoh atrofi

fisologi terlihat pada timus pada masa remaja dan uterus sesudah menopause. Namun, atrofi yag

terjadi karena penurunan beban kerja pada otot dapat juga menyebabkan penurunan ukuran otot

dan dapat kembali kepada keadaan semula jika beban kerja dikembalikan lagi.

Atrofi terjadi pada keadaan kelaparan dalam arti kehilangan stimulasi saraf dapat dilihat pada

otot rangka dan pada sel yang tidak vital untuk kelangsungan hidup organisme. Berikut

mekanisme yang terjadi pada cedera medula spinalis. Cedera yang terjadi pada medula spinalis

menghentikan stimulasi saraf ke otot dibawah bagian yang cedera. Otot ini secara bertahap

mengalami atrofi dan akhirnya muskulatur digantikan oleh jaringan fibrosa. Selain yang terjadi

pada cedera medula spinalis, atrofi otot dapat terlihat pada penyakit iskemik menahun ekstemitas

bawah. Karena, mekanis kerja atrofi yang terjadi yaitu dengan terjadinya penurunan suplai darah

Page 19: makalh kemlok d7

merusak metabolisme di dalam sel, dan atrofi terjadi sebagai mekanisme perlindungan untuk

mempertahankan aktivitas jaringan. Sebagai hasil dari berkurangnya fungsi, misalnya pada

tungkai yang tidak digunakan karena patah tulang, akan dapat ditemukan secara jelas atrofi otot

(karena berkurangnya ukuran serabut otot). Diperlukan fisioterapi yang ekstensif, untuk

mengembalikan otot kebentuk semula atau untuk mencegah terjadinya atrofi.

Pada kasus yang ekstrem dari ‘disue’ atrofi tungkai, atrofi tulang dapat berakhir ke

osteoporosis dan kelemahan tulang. Keadaan ini dapat ditemukan juga pada kondisi tanpa beban

berat yang lama seperti pada perjalanan di ruang angkasa.

Mekanisme Hipotonus19

Tonus otot adalah ketegangan minimal suatu otot dalam keadaan istirahat. Tonus otot dapat

dipastikan dengan beberapa cara, yaitu dengan palpasi, gerakan pasif, dan vibrasi.

Gerakan pasif dapat dilakukan pada anggota gerak (sendi) secara berulang-ulang dan cepat,

sehingga otot yang diperiksa direnggangkan dan dikendorkan berulang-ulang. Pada saat yang

sama, kita akan merasakan adanya sedikit tahanan (normal) . Bila tidak dirasakan adanya

tahanan berarti hipotonus dan apabila tahanan yang dirasakan cukup kuat, berarti hipertonus.

Cara vibrasi dilakukan dengan memberikan vibrasi pada otot yang diperiksa menggunakan

alat bantu vibrator. Otot tersebut diposisikan memendek , diberi vibrasi, dan pada waktu yang

sama diminta mengkontraksikan otot antagonisnya untuk menggerakan sendi ke arah fungsi otot

antagonis. Apabila tidak mampu menggerakan sendi ke arah antagonisnya berarti otot yang

diperiksa dalam keadaan hipotonus.

Tonus otot pada lansia cenderung mengalami penurunan. Bila lansia mengalami gangguan sistem

saraf , dapat terjadi peningkatan tonus otot( hipertonus) seperti pada keadaan spastik. Sebaliknya,

dapat terjadi penurunan tonus otot(hipotonus) seperti dalam keadaan flaksid.

Page 20: makalh kemlok d7

Kesimpulan

Mekanisme kerja otot dan tulang saling berhubungan. Tulang dapat digerakkan jika otot

mampu melakukan kontraksi dan relaksasi. Tulang dan otot sistem pergerakan mudah

mengalami gangguan. Jika bagian tersebut didiamkan dan tidak digunakan seperti biasa akan

mengalami atrofi dan hipotonus

Page 21: makalh kemlok d7

Daftar Pustaka

1. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia, Sobotta. Jakarta: Penerbit buku

Kedokteran EGC. 2002(22).h 262-306

2. Netter FH. Atlas of human anatomy. 4th ed.US: Saunders;2006

3. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2006.p.81-2

4. Putz R, Pabst R. Atlas anatomi manusia. Jakarta: EGC. 2006.p.62-4

5. Moore KL, Anne MR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates. 2002.p.254-261

6. Rahmadani D. Ilmu otot umum. Jakarta: Universitas Indonesia.p.18.

7. Junqueira LC, Carneiro J, Kelley RO. Histologi dasar. Jakarta:EGC;1998.h.136-

94

8. Bloom, Fawcett. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2002(12).h 174-90

9. Anderson D. Anatomi fisiologi tubuh manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. 2007.h 66-89.

10. Sherwood L. Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Jakarta:EGC;2001.h.212-36

11. Murray RK. Biokima Harper. Jakarta: EGC. 2003. p.53,587.

12. Rohani. Hubungan daya ledak otot tungkai, kekuatan otot tungkai dan panjang

tungkai terhadap kecepatan renang 50 meter gaya dada pada atlet putra berprestasi klub

cs. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2007. p.28-32.

13. Murray RK. Biokima Harper. Jakarta: EGC. 2003. p.683

14. Sarjadi. Patologi umum dan sistematik. Jakarta: EGC;2000.h.99-101

15. Watson R. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran ECG;2002.h.194

16. Wibio.Kontraksi otot. Edisi 20 Januari 2009. Diunduh dari

www.wordbiology.wordpress.com, 21 Maret 2011

17. Guyton, A.C. dan Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, alih bahasa

Irawati et.al, editor edisi bahasa Indonesia Luqman Yanuar Rahman et.al. Jakarta: EGC

Page 22: makalh kemlok d7

18. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi corwin. Jakarta: EGC. 2007.h.23.

19. Suroto. Patofiologi nyeri neuropati. Surakarta :2004.h.348