Author
ajeng-permata-anggitasari
View
12
Download
2
Embed Size (px)
MAKALAH BHP
Transplantasi Ginjal
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK TUTORIAL B4
Gina Novita Sari 1010211107
Azizah Boenjamin 1010211009
Gemala 1010211163
Ginanjar Satrio Utomo 1010211101
Dionisa Shabira 1010211029
Esqy Ghea Askara 1010211156
Abdelsyah Rifki 1010211002
Elga Dewi Rahmianty 1010211091
Sheilla Ratnasari 1010211116
Delvi Aprinelda 1010211184
Ajeng Permata A 1010211126
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin
dan kepastian ilmu-Nya lah, kami tutorial B-4 dapat menyelesaikan tugas makalah BHP
tentang Transplantasi Ginjal dengan lancar dan tanpa adanya hambatan apapun.
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah Transplantasi Ginjal adalah
untuk mengetahui, menjelaskan dan menggambarkan tentang ruang lingkup dari
Transplantasi Ginjal.
Kami berharap, dengan makalah yang kami susun ini, dapat mewakilkan dari
kesuluruhan materi yang telah disebutkan di atas. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangannya, karena itu kami menerima segala masukan dan
tambahan-tambahan yang sekiranya dapat memperbaiki penyusunan dan pembuatan
makalah-makalah yang berikutnya.
Jakarta , Mei 2013
Tim Penulis
Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal adalah prosedur pembedahan yang dilakukan pada sebagian
pasien dengan penyakit ginjal. Pada prosedur pembedahan ini, organ ginjal dari donor yang
sehat akan ditransplantasikan ke pasien yang menderita gagal ginjal. Hanya satu ginjal yang
perlu ditransplantasikan. Seseorang dapat hidup sehat meskipun hanya satu ginjal yang
berfungsi.
Transplantasi ginjal adalah terapi penggantian ginjal yang melibatkan pencangkokan
ginjal dari orang hidup atau mati kepada orang yang membutuhkan. Transplantasi ginjal
menjadi terapi pilihan untuk sebagian besar pasien dengan gagal ginjal dan penyakit ginjal
stadium akhir. Transplantasi ginjal menjadi pilihan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Ginjal transplan biasanya tidak ditempatkan di tempat asli ginjal yang sudah rusak,
kebanyakan di fossa iliaka, sehingga diperlukan pasokan darah yang berbeda, seperti arteri
renalis yang dihubungkan ke arteri iliaka eksterna dan vena renalis yang dihubungkan ke
vena iliaka eksterna.
Terdapat sejumlah komplikasi (penyulit) setelah transplantasi, seperti rejeksi
(penolakan), infeksi, sepsis, gangguan proliferasi limfa pasca-transplantasi,
ketidakseimbangan elektrolit, dsb.
Transplantasi ginjal atau dikenal dengan sebutan cangkok ginjal adalah suatu tindakan
memindahkan ginjal dari satu individu ke individu lainnya. Transplantasi ginjal dibagi
menjadi dua yaitu cadaveric-donor (donor ginjal dari individu yang telah meninggal) atau
living-donor (donor ginjal dari individu yang masih hidup).
Living-donor dibagi lagi menjadi dua yaitu related (donor ginjal dan resipien ginjal
memiliki hubungan kekerabatan) dan non-related (donor dan resipien tidak memiliki
hubungan kekerabatan).
Indikasi dilakukannya transplantasi ginjal adalah pasien dengan penyakit ginjal tahap
akhir (end-stage renal disease). Beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit ginjal tahap
akhir adalah hipertensi, infeksi, kencing manis (diabetes mellitus), kelainan bentuk dan fungsi
ginjal bawaan, dan kondisi autoimun seperti lupus.
Kualifikasi untuk Transplantasi Ginjal
Dokter akan mengevaluasi pasien untuk menentukan apakah dia akan menjadi calon
yang baik untuk transplantasi ginjal.
Seorang pasien harus cukup sehat untuk menjalani operasi dan mengambil obat
imunosupresif.
Obat imunosupresif akan membantu tubuh untuk tidak menolak organ donor. Obat
tersebut harus diambil selama sisa hidup pasien.
Mengambil obat imunosupresif merupakan suatu keharusan, tetapi obat tersebut
memiliki efek samping, salah satunya adalah melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Donor Ginjal
Untuk transplantasi ginjal, ada dua jenis donor yaitu donor yang masih hidup dan
donor yang sudah meninggal.
Donor yang masih hidup biasanya berasal dari anggota keluarga atau teman dekat.
Sedangkan ginjal dari donor yang sudah meninggal berasal dari seseorang yang sudah
meninggal namun memiliki ginjal yang sehat.
Untuk ginjal yang berasal dari donor yang sudah meninggal biasanya akan ada daftar
tunggu karena lebih banyak pasien yang membutuhkan daripada ginjal yang tersedia.
Kecocokan
Meskipun sudah ada ginjal yang berasal dari donor baik yang masih hidup atau sudah
meninggal, namun masih diperlukan kecocokan antara pasien dan donor.
Ginjal donor harus cocok dengan jenis darah dan jaringan tubuh penerima ginjal
(pasien).
Beberapa tes dan pemeriksaan kesehatan harus dilakukan baik pada pasien maupun
donor potensial untuk menentukan apakah ginjal akan cocok atau tidak.
Jika seorang pasien ditempatkan pada daftar tunggu, informasi mengenai darah dan
jenis jaringan akan dimasukkan ke dalam file daftar tunggu tersebut.
Proses Transplantasi Ginjal
Dokter bedah akan meletakkan ginjal di dalam perut sebelah bawah, kemudian
menghubungkan pembuluh darah dan saluran kencing (ureter) ginjal baru tersebut ke
pembuluh darah dan ureter penderita. Setelah terhubung, ginjal akan dialiri darah
yang akan dibersihkan. Air kencing (urine) biasanya langsung diproduksi. Tetapi
beberapa keadaan, urine diproduksi bahkan setelah beberapa minggu.
Ginjal lama kita yang dua buah akan dibiarkan di tempatnya. Tetapi jika ginjal
tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan penyakit darah tinggi, maka harus
diangkat.
Persiapan Transplantasi
Bicarakan dengan dokter anda mengenai transplantasi yang akan dijalani, karena tidak semua
orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi dapat membuat proses transplantasi
berbahaya atau tidak mungkin berhasil.
Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari donor
hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan – biasanya pasangan atau teman. Jika anda
tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar tunggu untuk
memperoleh ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat berlangsung bertahun-
tahun.
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan kesesuaian
ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk
memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru
tersebut.
1. Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan
golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian
yang paling penting.
2. Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari
ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang
sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka
tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak
menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
3. Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang
organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor.
Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi
dapat dilakukan.
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di
rumah sakit biasanya adalah satu minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih
harus melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan.
Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan resipien.
Walaupun demikian, karena teknik operasi untuk mengangkat ginjal donor semakin maju,
maka waktu rawat menjadi lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari.
Komplikasi
Setelah transplantasi, dokter akan memberikan penderita obat imunosupresan, yang berguna
untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana sistem tubuh menyerang ginjal baru
yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum setiap hari selama ginjal baru terus
berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum
obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis, atau
melakukan transplantasi dengan ginjal lain.
Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah
timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan.
Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah.
Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat
menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit
tulang.
Keuntungan Transplantasi Ginjal
Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
Penderita akan merasa lebih sehat dan “lebih nomal”.
Penderita tidak perlu melakukan dialisis
Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.
Kekurangan Transplantasi Ginjal
Butuh proses pembedahan besar.
Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek
samping.
Transplantasi Ginjal menurut keberhasilannya
Transplantasi ginjal memang memiliki dua pilihan donor. Donor hidup atau donor
kadaver. Meski begitu, donor hidup merupakan pilihan optimal, lebih baik daripada donor
jenazah. Manfaat yang diperoleh dari transplantasi ginjal dengan donor hidup adalah waktu
tunggu lebih pendek, meningkatnya kualitas hidup, kejadian infeksi luka operasi lebih sedikit,
kerapihan jahtan (kosmetik) lebih baik, nyeri pasca operasi lebih ringan diagnosis lebih baik,
insiden lebih rendah, waktu rawat inap lebih pendek, dan biaya lebih terjangkau. Pada donor
hidup, ginjal diambil dari manusia hiduo yan sehat dan memenuhi kriteria seleksi untuk
dilakukan transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal sudah semakin mendesak untuk dilakukan mengingat penyandang
gagal ginjal di Indonesia cenderung meningkat. Namun demikian, pada kenyataannya masih
banyak hambatan dalam proses transplantasi ginjal, masalah utamanya disebabkan oleh
keengganan masyarakat menjadi donor padahal kebutuhan akan hal ini tinggi. Pangkal
masalah ini tidak lepas dari dua persepsi yang masih keliru tentang cangkok ginjal. Persepsi
pertama adalah hidup dengan satu ginjal akan membahayakan tubuh. Persepsi kedua adalah
cangkok ginjal merupakan suatu operasi yang menakutkan.
Tranplantasi Ginjal Pada Gagal Ginjal Kronik Segi Pendonor
Transplantasi ginjal menjadi solusi pengobatan terbaik bagi penderita gagal ginjal,
terutama kasus gagal ginjal tahap akhir. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta memprediksi, ada sekitar 70.000 kasus gagal ginjal di Indonesia.
Namun, menurut Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Nur Rasyid, baru sekitar
10% dari jumlah kasus gagal ginjal tahap akhir yang menjalani terapi dan kurang dari 500
kasus yang berakhir pada transplantasi ginjal.
Transplantasi ginjal di Indonesia kurang berkembang karena kesulitan mendapat
donor. Keengganan masyarakat mendonorkan ginjal ini lantaran keterbatasan informasi atau
meyakini informasi yang salah mengenai risiko menjadi pendonor.
Mengutip data RSCM, dari total pendonor ginjal secara nasional, mayoritas
didominasi oleh mereka yang mempunyai keterkaitan darah. Pendonor yang mempunyai
hubungan keluarga ini jumlahnya mencapai 72%. Sedangkan pendonor yang tidak
mempunyai keterkaitan darah tercatat hanya sekitar 28%. "Dengan kemajuan teknik
transplantasi, seharusnya masyarakat tak perlu khawatir melakukan donor ginjal," kata Nur
Rasyid.
Penderita gagal ginjal membutuhkan ginjal baru untuk dapat bertahan hidup. Namun
tidak sembarangan orang bisa menjadi donor ginjal, meski keluarga dan sedarah sekalipun.
Ada beberapa syarat untuk bisa menjadi pendonor ginjal. Ada dua jenis donor untuk
menjalani transplantasi atau cangkok ginjal, yaitu donor hidup dan donor kadaver (jenazah).
Donor hidup, yaitu ginjal diambil dari manusia hidup yang sehat dan memenuhi kriteria
seleksi untuk dilakukannya transplantasi. Sedangkan pada donor kadaver, ginjal diambil
dari seseorang yang meninggal atau dinyatakan mati otak (seperti pada kasus kecelakaan
lalu lintas atau cedera karena trauma). Transplantasi bisa dilakukan dengan menggunakan
ginjal dari orang hidup atau jenazah. Tapi kita di Indonesia hanya melakukan transplantasi
dari donor hidup, karena donor dari jenazah belum ada payung hukum yang kuat, jadi
belum bisa dilakukan.
Untuk donor hidup, ada beberapa syarat yang ditetapkan, antara lain:
1. Usia di atas 18 tahun
2. Sehat mental dan fisik
3. Diusahakan agar golongan darah sama
4. Tekanan darah normal
5. Tidak diabetes
6. Tidak kanker
7. Tidak punya penyakit pembuluh darah
8. Tidak terlalu gemuk
9. Tidak kelainan batu ginjal
Untuk donor kadaver, syaratnya harus mati batang otak. Secara hukum kondisi itu
dinyatakan sudah meninggal, walaupun jantungnya masih berdenyut, misalnya pada kasus
orang mengalami trauma di kepala. Dari pasien kecelakaan juga bisa, tapi jantungnya harus
berdenyut. Kalau sudah tidak ada detak harus segera diresusitasi (kejut jantung), paling
lama 10 menit. Tapi kalau sampai 1 atau 2 jam, ya sudah tidak bisa dijadikan donor.
Untuk menjadi pendonor ginjal, harus menjalani beberapa tes kesehatan demi
memastikan kondisi ginjal tak mengganggu kesehatannya pasca pecangkokan., kinerja
ginjal dari pendonor justru akan beradaptasi dan mengalami peningkatan. Kendala
transplantasi ginjal di Indonesia masih tinggi. Tidak hanya biaya, namun juga ketersediaan
donor. Padahal, tranplantasi adalah pilihan terbaik untuk penderita gagal ginjal.
Di Indonesia, transplantasi ginjal pertama kali dilakukan di RSCM tanggal 11
November 1977, yang dipimpin oleh Prof. Otta dari Tokyo dengan ginjal donor berasal dari
adik pasien. DR. Dr. David Manuputty, SpB, SpU(K) mengungkapkan Prof. Otta membantu
cangkok ginjal pada 2 pasien pertama di RSCM.
Untuk pendonor, tidak ada yang perlu dikhawatirkan hidup dengan satu ginjal. Tidak
ada yang perlu ditakutkan dengan menjadi donor karena setiap orang bisa tetap hidup
normal dengan satu ginjal.
Pendonor pada operasi transplantasi pertama di Indonesia tahun 1977, Luciana
Tjiusnoyo, hingga saat ini masih tampak sehat dan hidup normal dengan satu ginjal. Saat itu
Luci memberikan ginjalnya pada kakaknya, Fredy Tjiusnoyo.
Keterbatasan donor menjadi salah satu penyebab transplantasi sulit dilakukan. Jumlah
donor di Indonesia masih sangat kecil, hanya 15 donor ginjal per tahunnya, dibandingkan
dengan 2.000 kasus baru penyakit ginjal kronik tahap akhir per tahunnya.
PENDONOR bagi pasien gagal ginjal memang sulit dicari. Namun, sebaiknya dicari dari
lingkungan keluarga agar tidak terjadi gangguan lagi di masa depan.
Syarat dari pendonor ini sendiri bisa hubungan antara orangtua ke anak, saudara dengan
pasien. Alasannya untuk mencegah gangguan fungsi organ di kemudian hari
Sebelum operasi dilakukan, kata dia, kondisi pendonor harus sehat semua, entah dari
livernya, semua organ-organ tubuhnya. Namun yang terpenting, dua ginjalnya harus dalam
kondisi baik.
Transplantasi Organ dari Segi Hukum
Dasar hukum dilaksanakannya transplantasi organ sebagai suatu terapi adalah Pasal
32 ayat (1), (2), (3) tentang hak pasien untuk memperoleh kesembuhan dengan pengobatan
dan perawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan :
Pasal 32 ayat (1) berbunyi:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk
mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat
atau menghilangkan cacat.
Pasal 32 ayat (2) berbunyi:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan
atau perawatan.
Pasal 32 ayat (3) berbunyi:
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan untuk prosedur pelaksanaan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan
Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh Manusia.
Pada Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pelaksanaan
transplantasi diatur dalam Pasal 34 yang berbunyi:
Pasal 34 Ayat (1): Transplantasi organ dan atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di
sarana kesehatan tertentu.
Pasal 34 Ayat (2): Pengambilan organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan donor yang bersangkutan dan ada persetujuan donor dan ahli waris
atau keluarganya.
Pasal 34 Ayat (3): Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dan Ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah yang dimaksud adalah Peraturan Pemerintah No.18 tahun 1981,
tentang bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau
Jaringan Tubuh Manusia. Pokok-pokok peraturan tersebut adalah :
Pasal 1
(c.) Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringan tubuh yang dibentuk oleh
beberapa jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
(d.) Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mempunyai bentuk dan faal (fungsi) yang sama
dan tertentu.
(e.) Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat dan jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
(f.) Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain
untuk keperluan kesehatan.
(g.) Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yag
berwenang bahwa fungsi otak, pernafasan dan denyut jantung seseorang telah berhenti.
Pasal 10
Transplantasi alat untuk jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagai dimaksud dalam Pasal 2 Huruf a dan Huruf b, yaitu harus dengan
persetujuan tertulis penderita dan keluarga yang terdekat setelah penderita meninggal dunia.
Pasal 11
(a.) Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
ditunjuk oleh mentri kesehatan.
(b.) Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat atau mengobati donor yang bersangkutan.
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tidak ada sangkut paut medic
dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan dua
orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata
dari korban kecelakaan yang meninggal dunia, dilakukan dengan pernyataan tertulis keluarga
terdekat.
Pasal 15
Sebelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh
calon donor hidup, calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter
yang merawatnya, termasuk dokter konsultan mengenai sifat operasi, akibat-akibat dan
kemungkinan yang dapat terjadi. Dokter yang merawatnya harus yakin benar bahwa calon
donor yang bersangkutan telah menyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi
material apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjual-belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dalam semua bentuk ke
dan dari luar negeri.
Transplantasi Organ dari Segi Etik
Transplantasi merupakan upaya terakhir untuk menolong seorang pasien dengan
kegagalan fungsi salah satu organ tubuhnya. Dari segi etik kedokteran, tindakan ini wajib
dilakukan jika ada indikasi, berlandaskan beberapa pasal dalam KODEKI, yaitu:
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar
profesi yang tertinggi
Pasal 10
Setiap dokter harus senantiasa mengingat dan kewajibannya melindungi hidup insani
Pasal 11
Setiap dokter wajib bertulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya
untuk kepentingan penderita
Bertitik tolak dari pasal-pasal tersebut, maka para dokter harus menguasai, mengembangkan,
dan memanfaatkan IPTEK transplantasi untuk kepentingan pasien.
Dalam kaitan dengan transplantasi organ, yang berhubungan dengan etik adalah
apakah tawaran dari seseorang manusia yang masih hidup dapat diterima dan kapankah
waktu penerimaan organ yang ditawarkan itu. Seperti kita ketahui, transplantasi organ
biasanya berasal dari donor yang masih hidup atau dari donor yang sudah dinyatakan
meninggal (transplantasi ginjal kadaver). Organ yang akan ditransplantasi mutlak perlu dalam
keadaan optimal.
Beberapa pihak yang ikut terlibat dalam usaha transplantasi adalah (1) donor hidup, (2)
jenazah dan donor mati, (3) keluarga dan ahli waris, (4) resipien, (5) dokter dan
penatalaksana lain, dan (6) masyarakat. Hubungan pihak-pihak itu dengan etik dan moral
dalam transplantasi akan dibicarakan dalam uraian dibawah ini.
Donor hidup
Donor hidup adalah orang yang memberikan jaringan/organnya kepada orang lain
(resipien). Sebelum memutuskan utnuk menjadi donor, seseorang harus mengetahui dan
mengerti resiko yang dihadapi, baik resiko dibidang medis, pembedahan, maupun resiko
untuk kehidupan yang lebih lanjut sebagai kekurangan jaringan/organ yang sudah
dipindahkan. Disamping itu, untuk menjadi donor, orang tersebut tidak boleh mengalami
tekanan psikologis. Apabila transplantasi kurang berhasil atau gagal, mungkin donor akan
merasa salah mengambil keputusan atau kecewa karena pengorbanannya sia-sia. Namun
apabila, transplantasi berhasil, mungkin donor mempunyai perasaan resipien berhutang budi.
Dalam hal ini tenaga medik yang menangani pelaksanaan transplantasi berperan penting
dalam memberikan keterangan secara terperinci kepada mereka yang akan menjadi donor.
Usaha ini sejalan dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia Bab I pasal 7, yang berbunyi
“Seseorang dokter hendaklah berusaha menjadi pendidik rakyat yang sebenarnya”.
Jenazah dan donor mati
Donor mati adalah orang yang semasa hidupnya telah mengizinkan atau berniat
dengan sungguh-sunguh untuk memberikan jaringan/organnya tubuhnya kepada yang
memerlukan apabila ia telah meninggal secara wajar.
Jenazah yang dijadikan donor harus seizing pihak keluarga jenazah. Permintaan izin ini
bertujuan untuk menghindari tuduhan melakukan malpraktek.
Keluarga dan ahli waris
Kesepakatan keluarga donor dan resipien sangat diperlukan untuk menciptakan saling
pengertian dan menghindari konflik semaksimal mungkin atau pun tekanan psikis dan emosi
dikemudian hari. Keluarga resipien sebenarnya hanya dituntut suatu penghargaan kepada
donor dan keluarganya dengan tulus. Alangkah baiknya apabila dibuat suatu ketentuan untuk
mencegah timbulnya rasa tidak puas pada kedua belah pihak.
Resipien
Resipien adalah orang yang menerima jaringan/organ dari orang lain. Pada dasarnya,
seorang penderita mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan yang dapat memperpanjang
hidup atau meringankan penderitaannya. Seorang resipien harus benar-benar mengerti semua
hal yang dijelaskan oleh tim pelaksana transplantasi. Diharapkan tindakan transplantasi dapat
memberikan nilai yang besar bagi kehidupan resipien. Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa
hasil transplantasi terbatas dan ada kemungkinan gagal. Juga perlu disadari bahwa jika ia
menerima untuk ditransplantasi ia berarti dalam percobaan yang sangat berguna bagi
kepentingan orang banyak di masa yang akan dating.
Dokter dan tenaga pelaksana lain
Untuk melakukan suatu transplantasi, tim pelaksana harus mendapat persetujuandari
donor, resipien, maupun keluarga kedua belah pihak. Ia wajib menerangkan hal-hal yang
mungkin akan terjadi setelah dilakukan transplantasi sehingga gangguan psikologis dan
emosi dikemudian hari dapat dihindarkan. Tanggung jawab tim pelaksana adalah menolong
pasien dan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk umat manusia. Dengan demikin, dalam
melaksanakan tugas, tim pelaksana hendaknya tidak dipengaruhi oleh pertimbangan-
pertimbangan kepentingan pribadi. Hal itu sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia
Bab I Pasal 2 yang menyatakan bahwa dalam menunaikan profesinya, seotang dokter
janganlah dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadai, dan Bab II Pasal 8 yang
menyatakan bahwa seorang dokter harus senantiasa mengingat kewajiban untuk melindungi
makhluk insani.
Masyarakat
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplatasi. Kerja
sama tim pelaksana dengan para cendikiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama
diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha
transplantasi. Dengan adanya pengertian ini kemungkinan penyediaan organ yang segera
diperlukan atas tujuan luhur, akan dapat diperoleh.
Transplantasi dan Donasi Organ Menurut Pandangan Sosial
Budaya Indonesia
Budaya setempat khususnya budaya Indonesia sangat mempengaruhi terhadap cara
pandang mengenai transplantasi dan donasi organ di Indonesia. Menurut Gabriel C Onisu,
1MD, FRCS, John LR Forsythe, 1MD, FRCS dalam jurnalnya An Overview Of
Transplantation in Culturally Divers Regions, mengatakan bahwa budaya memeberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap transplantasi berkaitan dengan kompleksnya
permasalahan dalam transplantasi dibanding bidang lainnya di kedokteran. Pengaruh budaya
ini telah membawa pendekatan yg berbeda di tiap tiap negara untuk di setujui dengan dengan
menghargai nilai nilai sosial dan moral dari masyarakat setempat
Hal hal dalam sosial budaya masyarakat Indonesia yang memepengaruhi ketakutan
dan pengertian yang keliru dalam memandang donasi dan transplantasi organ adalah :
Ketakutan akan kematian
Kepercayaan bahwa pengambilan organ akan melanggar kesucian jenazah
Ketakutan akan di potong setelah mati
Keinginan untuk dimakamkan secara utuh
Tidak menyukai keberadaan ginjal dalam tubuh orang
Persoalan donor organ merupakan hal yang masih tabu bagi kalangan masyarakat umum.
Selain tidak lazim untuk dilakukan, hal ini juga bertentangan dengan norma dan etika yang
berlaku bagi sebagian masyarakat. Sekarang ini, jumlah pendonor organ tubuh masih jauh
lebih sedikit bila dibandingkan dengan orang yang berharap untuk menerima donor organ
tersebut.
Secara tidak sengaja masyarakat turut menentukan perkembangan transplantasi.
Kerjasama tim pelaksana dengan para cendekiawan, pemuka masyarakat, atau pemuka agama
diperlukan untuk mendidik masyarakat agar lebih memahami maksud dan tujuan luhur usaha
transplantasi. Dengan adanya pengertian ini, kemungkinan penyediaan organ yang diperlukan
akan dapat diperoleh
Penutup
Demikian makalah ini kami susun seakurat mungkin agar kiranya para pembaca dapat
terhibur dan tertarik untuk disimak informasi-informasi yang membawa nilai positif dalam
pikiran dan pengetahuan kita ke depan nanti.
Dan kami juga mengucapkan dari nurani kami masing-masing rasa maaf yang
terdalam jikalau dalam segi penyusunan masih kurang memenuhi syarat secara kronologis.
Dan kami berharap para pembaca dapat mendorong kami menuju ke arah yang lebih baik
dengan memberikan tanggapan, ide serta kritik. Sekian dan terima kasih.
Referensi
http://www.google.com-TM-NA-Tansplantasi-Organ-Manusia.pdf
Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, n.d. EGC.
Suprapti Samil, Ratna. Etika Kedokteran Indonesia. 2001, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.