26
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN WSD ( WATER SEAL DRAINAGE ) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Modul Kebutuhan Oksigenasi Semester II Bapak Ahmad Saekhu, S.Kep.,Ns dan Tim Kelompok V : 1. Ulfa Maulidia SK 111007 2. Rina Sulistiani SK 111013 3. Rizki Septiani SK 111019 4. Khoirun Nissa’ul J SK 111025 5. Eka Rahmawati SK 111031 6. Ely Mardhotillah SK 111037 7. Ike Sariti SK 111044 8. Savitri Setyaningsih SK 111050 9. Muhammad Thohir SK 111057 1

MAKALAH WSD

  • Upload
    jho-ch

  • View
    605

  • Download
    64

Embed Size (px)

DESCRIPTION

a

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN WSD( WATER SEAL DRAINAGE )

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Modul Kebutuhan

Oksigenasi Semester II

Bapak Ahmad Saekhu, S.Kep.,Ns dan Tim

Kelompok V :

1. Ulfa Maulidia SK 111007

2. Rina Sulistiani SK 111013

3. Rizki Septiani SK 111019

4. Khoirun Nissa’ul J SK 111025

5. Eka Rahmawati SK 111031

6. Ely Mardhotillah SK 111037

7. Ike Sariti SK 111044

8. Savitri Setyaningsih SK 111050

9. Muhammad Thohir SK 111057

10. Mustagfiroh SK 111063

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

2011 / 2012

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-

Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul

“Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal Drainage ) ”. Penulisan

makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan Oksigenasi

semester dua di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang

membantu dalam penyelesaian makalah ini,khususnya kepada:

I. Bapak Ahmad Saekhu,S.Kep.,Ns dan tim selaku dosen pengampu mata

kuliah modul Kebutuhan Oksigenasi, yang selalu memberikan bimbingan

dan juga pengarahan kepada kami.

II. Rekan-rekan satu kelompok yang terus memberikan bantuan tenaga.

III. Keluarga yang telah memberikan bantuan kami,berupa dorongan dan doa

juga biaya yang menjadikan makalah ini bisa selesai.

IV. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami sadar dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak

kekurangan, baik pada penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang

kami miliki. Untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi

penyempurnaan makalah kami.

Semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

bagi yang membacanya. Amin ya robbal alamin.

Penulis

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1

KATA PENGANTAR...................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah................................................................................. 4

C. Tujuan Makalah.................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian WSD ( Water Seal Drainage )............................................. 6

B. Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )............................. 9

C. Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta Keuntungan dan

Kerugiannya.......................................................................................... 9

D. Persiapan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )......................... 11

E. Asuhan Keperawatan WSD ( Water Seal Drainage )........................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 25

B. Saran..................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 26

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Pengertian WSD ( Water Sealed Drainage ) ?

2. Apakah Tujuan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?

3. Apakah Jenis-jenis WSD ( Water Sealed Drainage ) Beserta

Keuntungan dan Kerugiannya ?

4. Bagaimana Persiapan Pemasangan WSD ( Water Sealed Drainage ) ?

5. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan WSD (Water Seal

Drainage)?

C. Tujuan Makalah

1. Memahami Pengertian WSD ( Water Seal Drainage ).

2. Memahami Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).

3. Memahami Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage ) Beserta

Keuntungan dan Kerugiannya.

4. Memahami Persiapan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage ).

5. Memahami Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal

Drainage).

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian WSD ( Water Seal Drainage )

Water Seal Drainage marupakan tindakan invasif yang dialakukan

untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga

thoraks, dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung

(wilikpedia).

Indikasi pemasangan WSD :

1. Hemotoraks, efusi pleura.

2. Pneumotoraks ( > 25 % ).

3. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk.

4. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator.

5. Bedah paru

karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga pleura.

reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC.

lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC.

B. Prinsip-prinsip dasar

Meknisme pernafasan normal bekerja atas prinsip tekanan

negative; yaitu, Tekanan dalam rongga dada adalah lebih rendah

dari tekanan atmosfer,sehingga menyebabkan udara untuk bergerak

ke dalam paru selama inspirasi. Bila mana dada di buka untuk

alasan apa saja,terjadi kehilngan tekanan negative,yang dapat

mengakibatkan kolaps paru. Penumpukan udara,cairan,atau

substansi lain dalam dada dapat menggaanggu fungsi kardio

pulmonal dan bahkan menyebabakan paru koleps. Substansi

patologi yang terkumpul dalam spasium pleura termasuk

fibrin,atau bekuan darah; cairan (cairan serosa,darah,pus,kilus;dan

gas-gas ( udara dari paru,pohon trakeo bronkeal,atau esophagus).

5

Tempat pemasangan WSD :

1. Bagian apeks paru ( apikal ).

2. Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara bagian

basal.

3. Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan ( darah,

pus ).

C. Tujuan Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )

Tujuan dilakukan pemasangan WSD pada pasien, antara lain :

1. Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura ) keluar dari rongga

pleura.

2. Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura.

3. Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura yang dapat

menyebabkan pneumotoraks.

4. Mempertahankan agar paru tetap mengembang dengan jalan

mempertahankan tekanan negatif pada intra pleura.

D. Jenis-jenis WSD ( Water Seal Drainage )

1. WSD dengan satu botol

Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup

mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya

memungkinkan selang masuk hampir ke dasar botol.

Keuntungan :

Penyusunannya sederhana.

Mudah untuk pasien yang berjalan.

Kerugian :

Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang

diperlukan.

Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari

tekanan botol.

6

Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol

yang membatasi garis pengukuran drainase.

2. WSD dengan dua botol

Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol

penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem

dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air

dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.

Keuntungan :

Mempertahankan water seal pada tingkat konstan.

Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih

baik.

Kerugian :

Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk

masuk ke dalam area pleura.

Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari

tekanan botol.

Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada

kebocoran udara.

3. WSD dengan tiga botol

Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap ditambahkan

ke sistem dua botol. Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel

dalam air. Pada sistem ini yang terpenting adalah kedalaman selang di

bawah air pada botol ketiga dan bukan jumlah penghisap di dinding

yang menentukan jumlah penghisapan yang diberikan pada selang

dada. Jumlah penghisap di dinding yang diberikan pada botol ketiga

harus cukup unutk menciptakan putaran-putaran lembut gelembung

dalam botol. Gelembung kasar menyebabkan kehilangan air,

mengubah tekanan penghisap dan meningkatkan tingkat kebisingan

7

dalam unit pasien. Untuk memeriksa patensi selang dada dan fluktuasi

siklus pernafasan, penghisap harus dilepaskan saat itu juga.

Keuntungan :

Sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.

Kerugian :

Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya

kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.

Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi.

4. Unit drainage sekali pakai

a. Pompa penghisap Pleural Emerson

Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai

pengganti penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini

dapat dirangkai menggunakan sistem dua atau tiga botol.

Keuntungan :

Plastik dan tidak mudah pecah.

Kerugian :

Mahal.

Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage

bila unit terbalik.

b. Fluther valve

Keuntungan :

Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit

terbalik.

Kurang satu ruang untuk mengisi.

Tidak ada masalah dengan penguapan air.

Penurunan kadar kebisingan.

Kerugian :

8

Mahal.

Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada

tekanan intra pleural karena tidak adanya fluktuasi air pada

ruang water seal.

c. Calibrated spring mechanism

Keuntungan :

Idem.

Mampu mengatasi volume yang besar.

Kerugian :

Mahal

5. WSD selang dada

Selang dada di kategorikan sebagai pleura atau mediastinal

tergantung pada lokasi ujung selang. Pasien dapat di pasang lebih

satu selang pada lokasi yang berbeda tergantung tujun selang.

Asaelang yang lebih besar (20-36 french) digunakan untuk

mengalirkan darah aatu dreinse pleura yang kental. Selang yang

lebih kecil (16-20 french) di gunakan untuk membuang udara.

E. Pemasangan WSD ( Water Seal Drainage )

1. Persiapan alat

a. Sarung tangan steril

b. Doek steril

c. Spuit 5 cc steril

d. Pisau bedah steril

e. Klem arteri lurus 15-17 cm steril

f. Klem pemegang jarum (naadl voerder) da jarum jahit kulit yang

steril

9

g. Benang sutera steril untuk jahitan kulit 4 x 25 cm

h. Selang untuk drain yang steril

2. Cara pemasangan WSD

a. Bila mungkin penderita dalam posisi duduk. Bila tidak mungkin

setengah duduk, bila tidak mungkin dapat juga penderita tiduran

dengan sedikit miring ke sisi yang sehat.

b. Tentukan tempat untuk pemasangan WSD. Bila di sebelah kanan,

di sela iga ( s.i ) VII atau VIII, kalau di sebelah kiri di s.i VIII atau

IX linea aksilaris posterior atau kira-kira sama tinggi denga sela iga

dari angulus inferius scapulae. Bila di dada bagian depan dipilih s.i

II di garis midklavikuler kanan atau kiri.

c. Ditentukan kira-kira tebal dinding torax.

d. Secara steril diberi tanda pada selat WSD dari lubang terakhir

selang WSD tebal dinding toraks ( misalnya dengan ikatan

benang).

e. Cuci tempat yang akan dipasang WSD dan sekitarya dengan cairan

annti septic.

f. Tutup dengan duke steril.

g. Daerah tempat masuk WSD dan sekitarnya dianestesi setempat

secara infiltrate dan “block”.

h. Insisi kulit subkutis dan otot dada di tengah s.i.

i. Irisan diteruskan secara tajam ( tusukan ) menembus pleura.

j. Dengan klem arteri lurus lubang diperlebar secara tumpul.

k. Selang WSD diklem dengan arteri klem dan didorong masuk ke

rongga pleura (sedikit dengan tekanan).

l. Fiksasi selang WSD sesuai dengan tanda pada selang WSD.

m. Daerah luka dibersihkan dan diberi zalf steril agar kedap udara.

n. Selang WSD disambung dengan botol SD steril.

o. Bila mungkin dengan continous suction dengan tekanan -24 sampai

-32 cm air.

3. Perawatan luka WSD

10

a. Verbang diganti tiga hari sekali

b. Diberi zalf steril

4. Perawatan selang dan botol WSD

a. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari diukur berapa cairan

yang keluar kalau ada dicatat.

b. Cairan di botol WSD adalah cairan antiseptic.

c. Setiap hendak mengganti botol dicatat berapa pertanbahan cairan.

d. Setiap hendak mengganti dicatat undulasi ada atau tidak.

Bila undulasi tidak ada, ini mempunyai makna yang sangat penting

karena beberapa kondisi dapat terjadi antara lain :

1) Motor suction tidak jalan.

2) Selang tersumbat atau terlipat.

3) Motor suction tidak jalan.

4) Selang tersumbat atau terlipat.

5) Paru-paru telah mengembang.

Oleh karena itu harus yakin apa yang menjadi penyebab,

segera periksa kondisi sistem drainase, amati tanda-tanda

kesulitan bernafas.

e. Setiap hendak mengganti dicatat adanya gelembung udara yang

keluar dari WSD.

f. Penggantian botol harus tertutup untuk mencegah udara masuk ke

dalam ronggan pleura yang mengklem selang atau dilipat dan

diikat dengan karet.

g. Setiap penggantian botol atau selang harus memperhatikan

sterilitas botol dan selang harus tetap steril.

h. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri

sendiri dengan memakai sarung tangan .

5. Indikasi pengagkatan selang dada

a. Satu hari berhentinya kebocoran udara

b. Drainase < 50-100 cc ciran/hari

11

c. 1-3 hari pasca oprasi jantug

d. 2-6 hari pasca oprasi thorax

e. Obliterasi rogga empiema

f. Drainase serosenglinosa (keouarnya cairan serous) dari sekitar sisi

pemasangan selang dada.

6. Paru

a. Dengan WSD paru diharapkan paru mengembang.

b. Control pengembangan paru dengan pemeriksaan fisik dan

radiologic.

c. Latihan nafas ekspirasi dan inspirasi yang dalam.

d. Latihan batuk yang efisien .

e. Pemberian antibiotika.

f. Ekspektoran cukup obat batuk hitam (OBH).

7. Dinyatakan berhasil bila :

a. Paru sudah mengembag penuh pada pemeriksaan fisik atau

radiologi.

b. Darah cairan tidak keluar dari WSD.

c. Tidak ada pus pada selang WSD (tidak ada empiema)

8. Mengangkat WSD

a. Disediakan alat-alat untuk mengangkat jahitan kulit yang steril.

b. Kain kassa steril.

c. Zalf steril.

d. Teknik :

1) Angkat jahitan.

2) Pasien disuruh bernafas dalam.

3) Pada waktu ekspirasi dalam dan menahannya, WSD di angkat

dengan menutup kain kassa steril yang mengandung zalf steril.

9. Dikatakan baik dan dapat dipulangkan bila:

a. Keadaan umum memungkinkan.

b. Pada control 1-2 hari pasca pengaangkatan WSD, paru tetap

mengembang penuh.

12

c. Tanda-tanda infeksi atau empiema tidak ada.

F. Asuhan Keperawatan dengan WSD ( Water Seal Drainage )

1. Pengkajian

. Sirkulasi

- Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )

- Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder

- Hipertensi / hipotensi

b. Nyeri

Subyektif :

- Nyeri dada sebelah

- Serangan sering tiba-tiba

- Nyeri bertambah saat bernafas dalam

- Nyeri menyebar ke dada, badan dan perut

Obyektif

- Wajah meringis

- Perubahan tingkah laku

c. Respirasi

Subyektif :

- Riwayat sehabis pembedahan dada, trauma

- Riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor,

biopsi paru.

- Kesulitan bernafas

- Batuk

Obyektif :

- Takipnoe

- Peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi

interkostal.

- Fremitus fokal

- Perkusi dada : hipersonor

- Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris

- Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan

13

d. Rasa aman

- Riwayat fraktur / trauma dada

- Kanker paru, riwayat radiasi / khemotherapi

e. Pengetahuan

- Riwayat keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti TB, Ca.

- Pengetahuan tentang penyakit, pengobatan, perawatan.

2. Diagnosa

1. Tidak efektifnya pola nafas sehubungan dengan :

- Penurunan ekspansi paru

- Penumpukan sekret / mukus

- Kecemasan

- Proses peradangan

Ditandai dengan :

- Dyspnoe, takipnoe

- Nafas dalam

- Menggunakan otot tambahan

- Sianosis, arteri blood gas abnormal ( ABGs )

Kriteria evaluasi

- Pernafasan normal / pola nafas efektif dengan tidak adanya

sianosis, gejala hipoksia dan pemeriksaan ABGs normal.

3. Intervensi

Intervensi keperawatan dan rasionalisasi

Independen

a. Identifikasi faktor presipitasi, misal :

- Kolaps spontan, trauma keganasan, infeksi komplikasi dari

mekanik pernafasan

Memahami penyebab dari kolaps paru sangat penting untuk

mempersiapkan WSD pada ( hemo/pneumotoraks ) dan

menentukan untk terapi lainnya.

14

b. Evaluasi fungsi respirasi, catat naik turunnya/pergerakan dada,

dispnoe, kaji kebutuhan O2, terjadinya sianosis dan perubahan vital

signs.

Tanda-tanda kegagalan nafas dan perubahan vital signs merupakan

indikasi terjadinya syok karena hipoksia, stress dan nyeri.

c. Auskultasi bunyi pernafasan

- Kemungkinan akibat dari berkurangnya atau tidak berfungsinya

lobus, segmen, dan salah satu dari paru-paru

- Pada daerah atelektasis suara pernafasan tidak terdengar tetapi

bila hanya sebagian yang kolaps suara pernafasan tidak terdengar

dengan jelas.

- Hal tersebut dapat menentukan fungsi paru yang baik dan ada

tidaknya atelektasis paru.

d. Catat pergerakan dada dan posisi trakea

Pergerakan dada yang terjadi pada saat inspirasi maupun ekspirasi

tidak sama dan posisi trakea akan bergeser akibat adanya tekanan

peumotoraks.

e. Kaji fremitus

Suara dan fibrasi fremitus dapat membedakan antara daerah yang

terisi cairan dan adanya pemadatan jaringan

f. Bantu pasien dengan menekan pada daerah yang nyeri sewaktu

batuk dan nafas dalam

Dengan penekanan akan membantu otot dada dan perut sehingga

dapat batuk efektif dan mengurangi trauma

g. Pertahankan posisi yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari

kaki

- Miringkan dengan arah yang sesuai dengan posisi cairan / udara

yang ada di dalam rongga pleura

- Bantu untuk mobilisasi sesuai dengan kemampuannya secara

bertahap dan beri penguatan setiap kali pasien mampu

melaksanakannya.

Mendukung untuk inspirasi maksimal, memperluas ekspirasi paru-

15

paru dan ventilasi.

h. Bantu pasien untuk mengatasi kecemasan /ketakutan dengan

mempertahankan sikap tenang, membantu pasien untk mengontrol

dengan nafas dalam.

Kecemasan disebabkan karena adanya kesulitan dalam pernafasan

dan efek psikologi dari hipoksia.

4. Implementasi

a. Penatalaksanaan

1) Mengisibilik bilik waterseal dengan air steril dengan

ketinggia yang sama dengan 2 cm H2O.

2) Jika di gunkan penghisap,isi bilik control penghisap dengan

air steril dengan ketiggian 20cm atau sesuai yang di

haruskan.

3) Sambungkan kateter drainase dari ruang pleural (pasien)

keselang yang datang dari bilik pengumpul dari system

water seal. Plester dengan baik.

4) Jika di gunakan penghisap,hubugkan selag bilik control

penghisap ke unit penghisap. Nyalakan unit peghisap dan

naikan tekanan sampai timbul gelembung secara lambat

namun tetap dalam bilik control penghisap.

5) Tandai ketinggian cairan awal pada bagian luar unit

dreinase. Tandai peningkatan setiap jam/hari (taggal dan

waktu) pada ketiggian dreinase.

6) Pastikan bahwa selang tidak meggulung atau mengganggu

gerakan pasien.

7) Berikan dorongan pasien untuk mencari posisi yng nyaman.

Berikan dorongan untuk mengambil posisi kelurusan tubuh

yag baik. Jika pasien berbaring dalam posisi lateral,pastikan

bahwa selang tidak terteka oleh berat badan pasien. Berikan

dororngan pada pasien untuk mengubah posisi degan

sering.

16

8) Lakukan latihan rentang gerak untuk lengan dan bahu dari

sisi yang sakit beberapa kali sehari. Obat nyeri tertentu

mungkin diperlukan.

9) Dengan perlahan perah selang dengan arah bilik drainase

sesuai kebutuhan.

10) Pastikan adanya fluktuasi dari ketinggian cairan dalam

bilik water seal.

11) Fluktuasi cairan dalam selang akan berhenti bila

a. Paru telah terekspansi

b. Selang tersumbat oleh bekuan darah atau fibrin, atau

selang kusut

c. Terjadi loop dependen

d. Motor pengisap atau dinding tidak bekerja dengan baik

12) Amati terhadap kebocoran udara dalam system drainase

sesuai yang diindikasikan oleh gelembung konstan dalam

bilik water seal.

13) Observasi dan laporkan dengan segera pernapasan dangkal,

cepat; sianosis; tekanan dalam dada; emvisema subkutan;

gejala-gejala hemoragi; perubahan yang signifikan dalam

tanda-tanda vital.

14) Berikan dorongan pada pasien untuk napas dalam dan

batuk pada interval yang teratur. Berikan obat yeri yang

adekuat. mintakan pesanan untuk pompa PCA jika

diperlukan. Instruksikan dalam penggunakan spirometri

insentif.

15) Jika pasien harus dipindahkan ke area lain, letakan system

drainase di bawah ketinggian dada, jika pasien berbaring

pada brankar. Jika selang terlepas, gunting ujung yang

terkontaminasi dari selang dada dan selang, pasang

konektor steril dalam selang dada dan selang, sambungkan

kembali ke system drainase. Jangan mengklem selang dada

selama memindahkan pasien.

17

16) Ketika membantu dokter bedh dalam melepaskan selang:

a. Instuksikan pasien untuk melakukan maneuver valsalva

dengan lambat dan bernapas dengan tenang

b. Selang dada diklem dan dengan cepat dilepaskan

c. Secara bersamaan, balutan kecil dipasangkan dan buat

kedap udara dengan menutupkan kasa petrolaktum

dengan bantalan kasa 10x10 cm, dan tutupi dan

rapatkan secara menyeluruh dengan plester adesif.

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Rizky, Frizka. “Askep WSD”. 3 Juni 2011.

http://nsfrizcarizky.blogspot.com/2011/06/frizca-rizky-askep-wsd.html ,

26 Maret 2012, pukul 21.38.

Rofiq, Ahmad. “Water Seal Drainage”. 29 Januari 2008.

http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/01/29/water-seal-drainage/ , 26

Maret 2012, pukul 21.33.

18