19
MAKALAH UJIAN KASUS FORENSIK KLINIK Oleh : Mariane Devi – 112014078 Penguji : dr Fitri Ambarsari , Sp.F DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL RUMAH SAKIT UMUM NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 1

Makalah Ujian Kasus Forklin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

forensik klinik

Citation preview

Page 1: Makalah Ujian Kasus Forklin

MAKALAH UJIAN KASUS

FORENSIK KLINIK

Oleh :

Mariane Devi – 112014078

Penguji :

dr Fitri Ambarsari , Sp.F

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT UMUM NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

JAKARTA

SEPTEMBER 2015

1

Page 2: Makalah Ujian Kasus Forklin

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 3

BAB II RINGKASAN KASUS 5

2.1 Identitas Korban 5

2.2 Anamnesis 5

2.3 Pemeriksaan Fisik Umum 5

2.4 Diagnosis 6

2.5 Tatalaksana 6

BAB III PEMBAHASAN KASUS 7

3.1 Prosedur Medikolegal 7

3.2 Pemeriksaan Korban 8

3.3 Tatalaksana 10

BAB IV KESIMPULAN 11

BAB V VISUM ET REPERTUM 12

BAB VI DAFTAR PUSTAKA 14

2

Page 3: Makalah Ujian Kasus Forklin

BAB I

PENDAHULUAN

Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum terdiri dari berbagai jenis , yaitu : 1.) visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan); 2.) visum et repertum kejahatan susila ; 3.) visum et repertum jenasah; 4.) visum et repertum psikiatrik. 1

Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik pada korban hidup adalah untuk mengetahui penyebab luka/sakit dan derajat parahnya luka atau sakitnya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi rumusan delik dalam KUHP. Jelaslah di sini bahwa pemeriksaan kedokteran forensik tidak ditujukan untuk pengobatan. Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP), sedangkan korban dengan luka “sedang” dapat merupakan hasil dari tindak penganiayaan (Pasal 351 (1) atau 353 (1)).

Korban dengan luka berat (pasal 90 KUHP) dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan dengan akibat luka berat (pasal 351 (2) atau 353 (2)) atau akibat penganiayaan berat (pasal 354 (1) atau 355 (1)). Perlu diingat bahwa luka-luka tersebut dapat juga timbul akibat kecelakaan atau usaha bunuh diri.1

Penentuan derajat luka sangat tergantung pada latar belakang individual dokter sepertipengalaman, keterampilan, keikutsertaan dalam pendidikan kedokteran berkelanjutan dan sebagainya. Suatu perlukaan dapat menimbulkan dampak pada korban dari segi fisik, psikis, sosial dan pekerjaan, yang dapat timbul segera, dalam jangka pendek, ataupun jangka panjang. Dampak perlukaan tersebut memegang peranan penting bagi hakim dalam menentukan beratnya sanksi pidana yang harus dijatuhkan sesuai dengan rasa keadilan.1

Hukum pidana Indonesia mengenal delik penganiayaan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan hukuman yang berbeda yaitu :

1. penganiayaan ringan (pidana maksimum 3 bulan penjara).2. penganiayaan sedang (pidana maksimum 2 tahun 8 bulan).3. penganiayaan yang menimbulkan luka berat (pidana maksimum 5 tahun).

Rumusan hukum tentang penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam pasal 352 (1) KUHP menyatakan bahwa “penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan”. Jadi bila luka pada seorang korban diharapkan dapat sembuh sempurna dan tidak menimbulkan penyakit atau komplikasinya, maka luka tersebut dimasukkan ke dalam kategori tersebut.

3

Page 4: Makalah Ujian Kasus Forklin

Selanjutnya rumusan hukum tentang penganiayaan (sedang) sebagaimana diatur dalam pasal 351 (1) KUHP tidak menyatakan apapun tentang penyakit. Sehingga bila kitamemeriksa seorang korban dan didapati “penyakit” akibat kekerasan tersebut, maka korban dimasukkan ke dalam kategori tersebut. Akhirnya, rumusan hukum tentang penganiayaan yang menimbulkan luka berat diatur dalam pasal 351 (2) KUHP yang menyatakan“ bahwa Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”.

Luka berat itu sendiri telah diatur dalam pasal 90 KUHP secara limitatif. Sehingga bila kita memeriksa seorang korban dan didapati salah satu luka sebagaimana dicantumkan dalam pasal 90 KUHP, maka korban tersebut dimasukkan dalam kategori tersebut. Luka berat menurut pasal 90 KUHP adalah :

• jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberiharapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkanbahaya maut;

• tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugasjabatan atau pekerjaan pencarian;

• kehilangan salah satu panca indera;• mendapat cacat berat;• menderita sakit lumpuh;• terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;• gugur atau matinya kandungan seorang perempuan

4

Page 5: Makalah Ujian Kasus Forklin

BAB II RINGKASAN KASUS

2.1 Identitas Korban No. Rekam Medis : 407-72-74Nama : Tn. JTP Tempat tanggal lahir : 25 Desember 1996 Agama : KristenPekerjaan : Belum bekerjaKewarganegaraan : Indonesia Alamat : Dusun VIII Rt 000/00 Kel. Serdang Kec. Beringin Kab. Deli

Serdang SumutWaktu pelaporan : 10 September 2015

2.2 Anamnesis Anamnesis dilakukan terhadap korban (autoanamnesis).

Korban mengaku pada tanggal 10 September 2015, sekitar pukul 18.00 WIB , korban dikeroyok oleh kurang lebih 10 orang tukang parkir , korban ditonjok pada bagian kepala dan wajah, lalu ditendang pada bagian punggung. Menurut korban, para pelaku adalah tukang parkir di pasar kue subuh, berusia antara 20-35 tahun. Korban tidak mengenal para pelaku. Setelah kejadian, korban mengaku nyeri pada kepalanya. Korban mengaku tidak muntah, tidak mual , dan tidak pingsan. Riwayat keluar darah dari telinga, hidung, atau tenggorokan disangkal pasien. Penyebab pertengkaran karena korban tersandung kaki salah seorang pelaku, pelaku lalu menarik korban, dan teman-teman pelaku mengeroyok korban. Kakak korban berusaha melerai korban dengan para pelaku, namun kakak korban pun dikeroyok oleh para pelaku. Korban kemudian melapor ke polisi Resor Metropolitan Jakarta Pusat Sektor Senen, lalu korban kemudian dirujuk ke Pusat Krisis Terpadu Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pembuatan visum et repertum.

2.3 Pemeriksaan Fisik Umum Status generalis

- Keadaan umum : tampak sakit ringan- Kesadaran : sadar penuh- Tekanan darah : 110/70 mmHg- Nadi : 82 X/menit- Pernapasan : 16 X/menit- Suhu : dalam batas normal

Status lokalis luka/cedera

- Pada leher sisi kanan lima sentimeter dari garis pertengahan depan, sepuluh sentimeter di bawah liang telinga terdapat dua luka lecet, masing-masing berukuran

5

Page 6: Makalah Ujian Kasus Forklin

satu sentimeter kali nol koma lima sentimeter dan satu sentimeter kali nol koma tiga sentimeter.

2.4 Diagnosis

Multiple vulnus excoriatum

2.5 Tatalaksana

Pembuatan visum et repertum

6

Page 7: Makalah Ujian Kasus Forklin

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Prosedur Medikolegal

Munurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut sesuai dengan pasal 11 KUHAP.

Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan visum et repertum telah diatur dalam Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik Polri berpangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu yang komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena jabatannya tersebut. Kepangkatan bagi Penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya sersan dua. Untuk mengetahui apakah suatu Surat permintaan pemeriksaan telah ditanda tangani oleh yang berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penandatang menandatangani surat tersebut selaku penyidik.

Menurut KUHP pasal 133 ayat (1) , yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang menyangkut tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah dokter ahli kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang pasal tersebut dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.

Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat (2), terutama untuk korban mati. Korban yang masih hidup sebaiknya diantar oleh petugas kepolisian guna pemastian identitasnya. Surat permintaan keterangan ahli ditujukan kepada instansi kesehatan atau instansi khusus untuk itu, bukan kepada individu dokter yang bekerja di dalam instansi tersebut.

Pada kasus ini, permintaan pembuatan visum et repertum disampaikan dalam bentuk tertulis melalui surat permintaan visum. Keterangan surat permintaan visum adalah sebagai berikut:

No polisi : 82/VER/IX/2015/ SEK SN

Instansi : Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat Sektor Senen

Tanggal : 10 September 2015

Permintaan : Permohonan Visum et Repertum (Berita Acara Singkat)

7

Page 8: Makalah Ujian Kasus Forklin

Temuan pada kasus di atas

Berdasarkan pasal 184 ayat 1 KUHP:2

1. Alat bukti yang sah ialah :a.) Keteranagan saksi;b.) Keterangan ahli;c.) Surat;d.) Petunjuk;e.) Keterangan terdakwa.

Berdasarkan pasal ini berarti visum yang tergolong ke dalam alat bukti berupa surat, dapat membantu untuk membuat terang suatu kasus yang dicurigai tindak pidana.

Surat permintaan visum untuk kasus di atas ditandatangani oleh Kepala Kepolisian Sektor Senen. Hal ini berarti tidak terdapat masalah pada surat permintaan visum tersebut (telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983).

Permintaan visum ditujukan kepada bagian Ilmu Kedokteran RSCM, selain itu dengan jelas disebutkan identitas korban, serta permintaan untuk pembuatan visum et repertum (Berita Acara Singkat). Berdasarkan hal ini berarti pasal 133 KUHAP ayat 1 telah dipenuhi, dimana permintaan keterangan ahli dibuat secara tertulis, ditujukan kepada bagian Ilmu Kedokteran RSCM (bukan terhadap individu yang bekerja di dalam instansi tersebut). Selain itu, pasal 133 KUHAP ayat 2 juga telah dipenuhi, dimana dalam surat telah disebutkan dengan jelas untuk dibuatkan visum et repertum (Berita Acara Singkat) perlukaan dengan dugaan pasal 170 KUHP.

Pasal yang diduga dapat dikenakan kepada para pelaku pada surat permintaan visum tertera pasal 170 KUHP yang berisi : “ (1) barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.(2) yang bersalah diancam : 1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka; 2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat;3.dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.

3.2 Pemeriksaan Korban

Terhadap setiap pasien, dokter harus membuat catatan medik atas semua hasil pemeriksaan mediknya. Pada korban yang diduga korban tindak pidana, pencatatan harus lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan visum et repertum. Sedangkan pada korban dengan luka sedang dan berat akan datang ke dokter atau rumah sakit sebelum melapor ke penyidik, sehingga surat permintaan visum et repertumnya akan datang terlambat. Keterlambatan surat permintaan visum et repertum ini dapat diperkecil dengan diadakannya kerjasama yang baik antara dokter/institusi kesehatan dengan penyidik/instansi kepolisian.

8

Page 9: Makalah Ujian Kasus Forklin

Baik terhadap Surat Permintaan Visum et repertum yang datang bersamaan dengan korban, maupun yang datang terlambat, harus dibuatkan visum et repertum. Visum et repertum ini dibuat setelah perawatan /pengobatan selesai, kecuali pada visum et repertum sementara, dan perlu pemeriksaan ulang pada korban bila surat permintaan datang terlambat.

Korban dengan luka ringan dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan ringan (Pasal 352 KUHP), sedangkan korban dengan luka ‘sedang’ dapat merupakan hasil dari tindak penganiayaan (pasal 351 (1) atau 353 (1)).

Korban dengan luka berat (pasal 90 KUHP) dapat merupakan hasil dari tindak pidana penganiayaan dengan akibat luka berat (pasal 351 (2) atau 353 (2)) atau akibat penganiayaan berat (pasal 354 (1) atau 355 (1))

Perlu diingat bahwa luka-luka tersebut dapat juga timbul akibat kecelakaan atau usaha bunuh diri.

Di dalam bagian Pemberitaan visum et repertum biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada pemeriksaan fisik berikut uraian letak, jenis, dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan medik yang dilakukan, riwayat perjalanan penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat pengobatan/ perawatan selesai. Gejala/keluhan yang dapat dibuktikan secara objektif dapat dimasukkan ke dalam bagian Pemberitaan, misalnya sesak nafas, nyeri tekan, nyeri lepas, nyeri sumbu, dan sebagainya. Sedangkan keluhan subyektif yang tidak daat dibuktikan tidak dimasukkan dalam visum et repertum, misalnya keluhan sakit kepala, pusing, mual, dan sebagainya.

Deskripsi luka pada visum et repertum memiliki ketentuan tertentu, secara umum dengan cara menyebutkan regio/daerah tempat luka berada : 3

Menentukan koordinat “X” luka dengan mengukur jarak pusat luka dari garis pertengahan badan

Menentukan koordinat “Y” luka dengan mengukur jarak pusat luka diatas / dibawah dari suatu patokan organ tubuh

Pada kasus kekerasan tajam dan luka tembak, ditentukan koordinat “Z” luka dengan mengukur jarak pusat luka diatas dari tumit

Menyebabkan jenis luka (memar, luka lecet , luka terbuka, patah tulang)

Deskripsi luka memar pada visum et repertum dilakukan dengan cara : menyebutkan warna memar, menyebutkan bentuk apabila memberikan gambaran yang khas, menentukan ukuran memar dengan mengukur panjang kali lebar luka atau diameter luka, menyebabkan ada tidaknya bengkak, menyebabkan ada tidaknya nyeri tekan.3

Deskripsi luka lecet pada visum et repertum dilakukan dengan cara : pada luka lecet tekan, diraba konstintensi luka dan menyebutkan warna luka; pada luka lecet geser, diperiksa arah kekerasan dari tepi yang relatif rata ke ujung luka yang tidak rata dan terdapat penumpukan epitel kulit; ukuran luka lecet dinyatakan dengan mengukur panjang kali lebar luka; pada luka lecet gores ditentukan ukuran panjang luka saja. 3

9

Page 10: Makalah Ujian Kasus Forklin

Deskripsi luka robek akibat kekerasan tumpul dilakukan dengan cara : menjelaskan tepi luka; menjelaskan dasar luka, dan menyebutkan apakah sampai jaringan bawah kulit, otot, tulang, atau menembus rongga tubuh; menjelaskan ada/tidaknya jembatan jaringan; pada daerah yang berambut, dapat dilihat adanya akar rambut yang tercabut; menyatakan ukuran luka dengan merapatkan kedua tepinya dan mengukur panjang luka; apabila terdapat kehilangan jaringan, maka ukuran luka ditentukan dengan mengukur panjang kali lebar luka, termasuk memar atau luka lecet disekitarnya.3

Deskripsi luka terbuka akibat kekerasan tajam dilakukan dengan cara : memeriksa tepi luka; memeriksa dasar luka, dan menyebutkan apakah sampai jaringan bawah kulit, otot, tulang, atau menembus rongga tubuh; memeriksa kedua ujung luka, apakah lancip atau tumpul; pada daerah yang berambut, dapat dilihat adanya akar rambut yang terpotong; menentukan ukuran luka terbuka tepi tidak rata dengan merapatkan kedua tepinya dan mengukur panjang luka. 3

Deskripsi luka tembak masuk sebagai berikut : menyatakan bentuk luka, menjelaskan garis tengah luka, menyebutkan 4 koordinat kelim lecet disekeliling luka dengan menentukan terlebih dahulu sumbu terpanjang dan sumbu pendek yang tegak lurus sumbu terpanjang, menyatakan ukuran 4 koordinat kelim lecet tersebut, menjelaskan ada/tidaknya kelim mesiu, kelim jelaga di sekeliling lubang luka. 3

Deskripsi luka bakar dengan cara menyebabkan bentuk kelainan pada kulit, disertai warna, ada/tidaknya jaringan kulit ari, ada/tidaknya gelembung kulit ari, warna kulit ari disekitar luka, menentukan ukuran luka dengan mengukur panjang kali lebar luka. 3

Temuan pada Korban Tn JTP

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik umum, serta status lokalis (pemeriksaan luka-luka), didapatkan keadaan fisik umum dalam batas normal, pada pemeriksaan status lokalis pada leher terdapat dua luka lecet akibat kekerasan tumpul yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian. Luka pada leher tersebut tidak memerlukan pengobatan medis karena dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga luka tersebut masuk dalam luka derajat satu.

3.3 Tatalaksana

- pembuatan visum et repertum

- korban dipulangkan

BAB IV

10

Page 11: Makalah Ujian Kasus Forklin

KESIMPULAN

Pada pemeriksaan terhadap korban laki-laki berusia delapan belas tahun ini ditemukan luka lecet akibat kekerasan tumpul yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.

BAB V

11

Page 12: Makalah Ujian Kasus Forklin

VISUM ET REPERTUM

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

RUMAH SAKIT DR. CIPTO MANGUNKUSUMOJalan Diponegoro no 71 Jakarta Pusat 10430

Kotak Pos 1086Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991

Jakarta, 10 September 2015Nomor : 972/2280866/VR/V/2012Perihal :Visum Et-Repertum Luka Tn. JTPLampiran : -

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan di bawah ini dr. Mariane Devi , dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta, atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Metropolitan Jakarta Pusat Sektor Senen, tertanggal 10 September 2015 dengan No. Pol.: 82/VER/IX/2015/ SEK SN, maka pada tanggal sepuluh September tahun dua ribu lima belas, pukul dua puluh lebih lima belas menit Waktu Indonesia Barat bertempat di Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan korban dengan nomor registrasi : 4077274, yaitu :------------------------------------Nama : Tn. JTP.------------------------------------------------------------------------------Umur : 18 tahun------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Laki-laki -----------------------------------------------------------------------------Agama : Kristen -------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan : Indonesia ----------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : Belum bekerja ----------------------------------------------------------------------Alamat : Dusun VIII Rt 000/00 Kel. Serdang Kec. Beringin Kab. Deli Serdang

Sumut. ---------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN

1. Korban mengaku pada tanggal sepuluh September tahun dua ribu lima belas, sekitar pukul delapan belas Waktu Indonesia Barat, korban dikeroyok oleh kurang lebih sepuluh orang tukang parkir , korban ditonjok pada bagian kepala dan wajah, lalu ditendang pada bagian punggung. Menurut korban, para pelaku adalah tukang parkir di pasar kue subuh, berusia antara dua puluh dua tahun hingga tiga puluh lima tahun. Setelah kejadian, korban mengaku nyeri pada kepalanya. Korban mengaku tidak muntah, tidak mual , dan tidak pingsan. Riwayat keluar darah dari telinga, hidung, atau tenggorokan disangkal pasien. Penyebab pertengkaran karena korban tersandung kaki salah seorang pelaku, pelaku lalu menarik korban, dan teman-teman pelaku mengeroyok korban.--------------------------------

2.Korban datang dalam...

12

Page 13: Makalah Ujian Kasus Forklin

Lanjutan hasil visum nomor: 972/2280866/VR/V/2012Halaman 2 dari 2 halaman

2. Korban datang dalam keadaan sadar, dengan keadaan umum tampak sakit ringan.---------3. Tekanan darah seratus sepuluh per tujuh puluh; frekuensi nadi : delapan puluh dua kali

per menit; frekuensi nafas : enam belas kali per menit; suhu : dalam batas normal.----------4. Luka-luka:----------------------------------------------------------------------------------------------

1. Pada leher sisi kanan lima sentimeter dari garis pertengahan depan, sepuluh sentimeter di bawah liang telinga terdapat dua luka lecet, masing-masing berukuran satu sentimeter kali nol koma lima sentimeter dan satu sentimeter kali nol koma tiga sentimeter. ------------------------------------------------------------------------------------------

KESIMPULAN--------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan terhadap korban laki-laki berusia delapan belas tahun ini ditemukan luka lecet akibat kekerasan tumpul yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian.-----------------------------------------------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat sumpah, sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).----------------------------------------------------------------------------------

Dokter tersebut diatas,

dr. Mariane Devi

NIP.112014078

13

Page 14: Makalah Ujian Kasus Forklin

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;1997.

2. Safitry O. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait praktik kedokteran.Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI;2014.

3. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta: Departemen Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI;2014.

14