47
Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada. B. Tujuan Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Lampung agar nantinya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran. Bab II Model Pembelajaran Kooperatif A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada

Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar

untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif

serta kemampuan bekerja sama. Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru

masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran

matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih

mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan

peserta didik (siswa) merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan

matematika kepada siswa, guru hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi,

metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan

tercapai. Perlu diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan

tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat

perkembangan peserta didik (siswa), kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta

mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.

B. Tujuan

Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca, khususnya para mahasiswa

jurusan matematika, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Lampung agar nantinya

dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif yang sesuai

dengan tingkat perkembangan siswa dan materi pembelajaran.

Bab II

Model Pembelajaran Kooperatif

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat

penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh

karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran

merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani(2005), model

pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang

untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan guru adalah model pembelajaran kooperatif.

Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.Setiap

siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,

sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif

Page 2: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan

dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua

model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur

penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model

pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur

penghargaan model pembelajaran yang lain.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa

dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

B. Prinsip Dasar Dan Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1.Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam

kelompoknya.

2.Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota

3.kelompok mempunyai tujuan yang sama.

4.Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara

anggota kelompoknya.

5.Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

6.Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk

belajar bersama selama proses belajarnya.

7.Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Sedangkan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat

kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa

saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling

memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai

kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

C. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat 6(enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.

1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan

dicapai serta memotivasi siswa.

2. Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa.

Page 3: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

3.Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menginformasikan pengelompokan siswa.

4.Membimbing kelompok belajar.

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok kelompok belajar.

5. Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6.Memberikan penghargaan.

Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Bab III

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan

oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995)

merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran

kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran

kooperatif.

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang

merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan

pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan

catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu. Tipe pembelajaran inilah yang akan

diterapkan dalam pembelajaran matematika.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang

menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling

membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang

menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu

mengunakan presentasi Verbal atau teks.

B. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model STAD.

1.Persiapan materi dan penerapan siswa dalam kelompok

Sebelum menyajikan guru harus mempersiapkan lembar kegiatan dan lembar jawaban yang akan

dipelajarai siswa dalam kelompok-kelomok kooperatif. Kemudian menetapkan siswa dalam

kelompok heterogen dengan jumlah maksimal 4 - 6 orang, aturan heterogenitas dapat

berdasarkan pada :

a).Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah)

Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus

diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi

seimbang.

b). Jenis kelamin, latar belakang sosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.

2. Penyajian Materi Pelajaran

a. Pendahuluan

Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan

hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan

Page 4: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

mereka pelajari. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode

pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk

mengikuti tes berikutnya

b. Pengembangan

Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini

siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-peranyaan diberikan penjelasan

tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.

c. Praktek terkendali

Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan

soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa

selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.

3.Kegiatan kelompok

Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Isi dari

LKS selain materi pelajaran juga digunakan untuk melatih kooperatif. Guru memberi bantuan

dengan memperjelas perintah, mengulang konsep dan menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan

kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan

jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-

baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran.

4.Evaluasi

Dilakukan selama 45 - 60 menit secara mandiri untuk menunjukkan apa yang telah siswa pelajari

selama bekerja dalam kelompok. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa

diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling

membantu. Hasil evaluasi digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan

sebagai nilai perkembangan kelompok.

5. Penghargaan kelompok

Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok. Dari hasil nilai

perkembangan, maka penghargaan pada prestasi kelompok diberikan dalam tingkatan

penghargaan seperti kelompok baik, hebat dan super.

6.Perhitungan ulang skor awal dan pengubahan kelompok

Satu periode penilaian (3 – 4 minggu) dilakukan perhitungan ulang skor evaluasi sebagai skor

awal siswa yang baru. Kemudian dilakukan perubahan kelompok agar siswa dapat bekerja dengan

teman yang lain.

C. Materi Matematika yang Relevan dengan STAD.

Materi-materi matematika yang relevan dengan pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Divisions (STAD) adalah materi-materi yang hanya untuk memahami fakta-fakta,

konsep-konsep dasar dan tidak memerlukan penalaran yang tinggidan juga hapalan, misalnya

bilangan bulat, himpunan-himpunan, bilangan jam, dll. Dengan penyajian materi yang tepat dan

menarik bagi siswa, seperti halnya pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memaksimalkan

proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

D. Keunggulan Model Pembelajaran Tipe STAD

Keunggulan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya kerja sama dalam

kelompok dan dalam menentukan keberhasilan kelompok ter tergantung keberhasilan individu,

sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk

saling memotivasi saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi

yang maksimal.

Page 5: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

BAB IV

Simpulan dan Saran

A. Simpulan

1. Pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil

yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda

2. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat mengubah pembelajaran dari teacher center menjadi student centered.

3. Pada intinya konsep dari model pembelajaran tipe STAD adalah Guru menyajikan pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah

menguasai pelajaran tersebut

Saran

1.Diharapkan guru mengenalkan dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam

kooperatif sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan

mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap

dan nilai yang dituntut.

2.Agar pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi

pelajaran, dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap

konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan proses yang

akan dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan

Mutu SLTP.

Sri Wardhani. (2006). Contoh Silabus dan RPP Matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.

Tim PPPG Matematika. (2003). Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam

Pembelajaran Matematika. Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG

Matematika.

Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Nah, demikian contoh makalah pendidikan yang bisa anda lihat demi keperluan dan

pembelajaran dalam membuat makalah. Lihat saja format makalah diatas adalah sama seperti

yang pernah kami tuliskan di dalam tulisan format kerangka makalah.

Bagi anda yang ingin lebih tahu tentang makalah, bisa juga melihat contoh-contoh makalah di

perpustakaan kampus atau sekolah anda.

Page 6: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

2. I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah :        Dewasa ini banyak lontaran kritik terhadap sistem pendidikan yang pada dasarnya mengatakan bahwa perluasan kesempatan belajar cenderung telah menyebabkan bertambahnya pengangguran tenaga terdidik dari pada bertambahnya tenaga produktif yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Kritik ini tentu saja beralasan karena data sensus penduduk memperhatikan kecenderungan yang menarik bahwa proporsi jumlah tenaga penganggur lulusan pendidikan yang lebih tinggi ternyata lebih besar dibandingkan dengan proporsi penganggur dari lulusan yang lebih rendah (Ace Suryadi, 1993: 134). Dengan kata lain persentase jumlah penganggur tenaga sarjana lebih besar dibandingkan dengan persentase jumlah pengganggur lulusan SMA atau jenjang pendidikan yang lebih rendah.Namun, kritik tersebut juga belum benar seluruhnya karena cara berfikir yang digunakan dalam memberikan tafsiran terhadap data empiris tersebut cenderung menyesatkan. Cara berfikir yang sekarang berlaku seolah-olah hanya memperhatikan pendidikan sebagai satu-satunya variabel yang menjelaskan masalah pengangguran. Cara berfikir seperti cukup berbahaya, bukan hanya berakibat pada penyudutan sistem pendidikan, tetapi juga cenderung menjadikan pengangguran sebagai masalah yang selamanya tidak dapat terpecahkan.Berdasarkan keadaan tersebut, penjelasan secara konseptual terhadap masalah-masalah pengangguran tenaga terdidik yang dewasa ini banyak disoroti oleh masyarakat, sangat diperlukan. Penjelasan yang bersifat konseptual diharapkan mampu mendudukkan permasalahan pada proporsi yang sebenarnya, khususnya tentang fungsi dan kedudukan sistem pendidikan dalam kaitannya dengan masalah ketenagakerjaan.         Berangkat dari asumsi bahwa bertambahnya tingkat pengangguran disebabkan karena kegagalan sistem pendidikan, maka diperlukan adanya pendekatan-pendektan tertentu dalam pendidikan dan konsep Link and Match perlu dihidupkan kembali dalam sistem pendidikan.B. Rumusan Masalah                  Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa pertanyaan terkait konsep link and macth dalam pendidikan, yaitu:1. Bagaimana konsep dasar Link and Match dalam pendidikan?2. Mengapa Link and Match itu diperlukan dalam pendidikan?3. Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match dalam pendidikan?4. Bagaimana hubungan antara pendidikan dan ketenagakerjaan?C. Tujuan Penulisan                  Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:1. Mengetahui konsep dasar Link and Match dalam pendidikan2. Mengetahui perlunya Link and Match dalam pendidikan3. Mengetahui Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match dalam pendidikan

Page 7: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

4. Mengetahi hubungan pendidikan dan ketenagakerjaan

II. PembahasanA. Konsep Link and MatchPada mulanya, sebelum ada pendidikan melalui sekolah seperti sekarang, pendidikan dijalnkan secara spontan dan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak petani langsung mempelajri pertanian dengan langsung bekerja di sawah, anak-anak nelayan langsung mempelajari kelautan dan perikanan langsung mengikuti orang dewasa menangkap ikan. Selagi mempelajari pekerjaan yang dilakukan, mereka sekaligus juga belajar tentang nilai-nilai dan norma-norma yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dilihat secara demikian, maka pendidikan pada dasarnya merupakan sesuatu yang kongkret, spontan, dan tidak direncanakan tetapi langsung berhubungan dengan keperluan hidup. Dengan kata lain, dalam situasi yang belum mengenal sistem sekolah, sifat pendidikan pada dasarnya sesalu bersifat linked and matched.Konsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang dicetuskan mantan Mendiknas Prof. Dr. Wardiman perlu dihidupkan lagi. Konsep itu bisa menekan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah.Selanjutnya Soemarso, Ketua Dewan Pembina Politeknik dan juga dosen UI mengatakan bahwa konsep Link and Match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap ideal. Jadi, ada keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya. Menurut Soemarso, dengan adanya hubungan timbal balik membuat perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja. Contoh nyata Link and Match dengan program magang. Perbaikan magang, dimaksudkan agar industri juga mendapatkan manfaat. Selama ini ada kesan yang mendapatkan manfaat dari magang adalah perguruan tinggi dan mahasiswa, sedangkan industri kebagian repotnya.Di sisi lain, produk dari Perguruan Tinggi menghasilkan sesuatu yang amat berharga dan bukan hanya sekedar kertas tanpa makna, yaitu produk kepakaran, produk pemikiran dan kerja laboratorium. Produk-produk ini masih sangat jarang dilirik oleh industri di Indonesia. Produk kepakaran yang sering dipakai adalah yang bersifat konsultatif. Tetapi produk hasil laboratorium belum di akomodasi dengan baik.Menjalankan Link and Match bukanlah hal yang sederhana. Karena itu, idealnya, ada tiga komponen yang harus bergerak simultan untuk menyukseskan program Link and Match yaitu perguruan tinggi, dunia kerja (perusahaan) dan pemerintah. Dari ketiga komponen tersebut, peran perguruan tinggi merupakan keharusan dan syarat terpenting. Kreativitas dan kecerdasan pengelola perguruan tinggi menjadi faktor penentu bagi sukses tidaknya program tersebut.Ada beberapa langkah penting yang harus dilakukan suatu perguruan tinggi untuk menyukseskan program Link and Match. Perguruan tinggi harus mau melakukan riset ke dunia kerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan salah satu perguruan tinggi di Indonesia diketahui, keahlian (kompentensi) yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja adalah kemampuan komputasi (komputer), berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan kemampuan akuntansi. Selain itu, perguruan tinggi juga harus mampu memprediksi dan mengantisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi sepuluh tahun ke depan.Seharusnya perguruan tinggi mulai menjadikan kompetensi yang dibutuhkan dunia kerja sebagai materi kuliah di kampusnya. Dengan demikian, diharapkan, lulusan perguruan tinggi sudah mengetahui, minimal secara teori, tentang kompetensi apa yang dibutuhkan setelah mereka lulus. Meskipun demikian, perguruan tinggi tidak harus menyesuaikan seluruh materi kuliahnya dengan kebutuhan dunia kerja. Sebab, harus ada materi kuliah yang berguna bagi mahasiswa yang termotivasi untuk melanjutkan studi ke jenjang strata yang lebih tinggi d.Langkah penting lainnya, perguruan tinggi harus menjalin relasi dan menciptakan link dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan magang langsung (on the spot) ke dunia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap secara praktik.Jika program Link and Match berjalan baik, pemerintah juga diuntungkan dengan berkurangnya beban pengangguran (terdidik). Karena itu, seyogianya pemerintah secara serius menjaga iklim keterkaitan dan mekanisme implementasi ilmu dari perguruan tinggi ke dunia kerja sehingga diharapkan program Link and Match ini berjalan semakin baik dan semakin mampu membawa manfaat bagi semua pihak.Manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan Link and Match sangat besar. Karena itu, diharapkan semua stake holders dunia pendidikan bersedia membuka mata dan diri dan mulai bersungguh-sungguh menjalankannya. Perguruan tinggi harus lapang dada menerima bidang keahlian (kompentensi) yang dibutuhkan dunia kerja sebagai materi kuliah utama. Perusahaan juga harus membuka pintu selebar-lebarnya bagi mahasiswa perguruan tinggi yang ingin magang (bekerja) di perusahaan tersebut. Sedangkan Pemerintah harus serius dan tidak semata memandang program Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) sebagai proyek belaka.

Page 8: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Secara tradisional teori kependidikan menekankan tiga tujuan instruksional pokok: kognitif, afektif dan psikomotorik. Banyak orang berpendapat bahwa sisi afektif dari pendidikan adalah yang paling penting. Seperti ditekankan oleh Paola friere, suatu konsep pendidikan, dimana otak manusia hanya seperti rekening bank tidak berlaku atau sesuai lagi. Tujuan yang lebih berkaitan dengan proses menyadarkan orang bahwa kemampuan berfikir dan menentukan identitasdiri sekarang ini jauh lebih penting. Pendidikan dan pembelajaran adalah proses bukan produk akhir. Ivan Illich pernah mengatakan bahwa kita tidak boleh mengijinkan pendidikan formal mengganggu  proses belajar  terus menerus. Tidak selayaknya orang berhenti dari proses belajar sesudah pendidikan formal selesai (Sindhunata, 2000: 130).

B. Pendekatan dalam Mewujudkan Link and Match1. Pendekatan SosialPendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat pada saat ini. Pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan dan pada pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan (Husaini Usman, 2006: 56). Menurut A.W. Gurugen pendekatan sosial merupakan pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan orang tua secara bebas (Djumberansyah Indar, 1995: 30). Sebagai contoh penerapan pendekatan ini adalah diterapkannyaa sistem ganda melalui kebijakan Link and Match.Menurut Bohar Soeharto perencanaan sosial adalah proses cara menjelaskan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan masyarakat atau berhubungan dengan aspek sosial dari kehidupan individu untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Bohar Soeharto, 1991: 28).Pendekatan yang dikemukakan Geruge ini bersifat tradisional dimana penekanan ini didasarkan kepada tujuan untuk memenuhi tuntutan atau permintaan seluruh individu terhadap pendidikan pada tempat dan waktu tertentu dalam situasi perekonomian, politik, dan kebudayaan yang ada pada waktu itu. Ini berarti bahwa sektor pendidikan harus menyediakan lembaga-lembaga pendidikan serta fasilitas untuk menampuk seluuruh kelompok umur yang ingin menerima pendidikan.Pendekatan sosial dalam perencanaan pendidikan sebagaimana dimaksud diatas, pernah dituang secara tepat dalam Robbins Comunitte on Higher Education di Inggris pada tahun 1963 dengan alasan pemilihan pendektan ini bahwa: ”all young person qualified by ability and attaint ment to pursue a full time course in higher education should have the opportunity to do so” (Bohar Soeharto, 1991: 28).Selanjutnya dalam pendekatan ini ada beberapa kelemahan dalam pendekatan ini diantaranya adalah sebagai berikut:1. Pendekatan ini mengabaiakan masalah alokasi dalam skala nasional, dan secara samar tidak mempermasalahkan besarnya sumber daya pendidikan yang dibutuhkan arena beranggapan bahwa penggunaan sumberdaya pendidikan yang terbaik adalah untuk segenap rakyat Indonesia.2. Pendekatan ini meng`baiakn kebutuhan ketenagakerjaan (man power planning) yang diperlukan dimasyarakat sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sebenarnya kurang dibutuhkan masyarakat.3. Pendekatan ini cenderung hanya menjawab pemerataan pendidikan saja sehingga kuantitas lebih diutamakan dari pada kualitanya (Syaefudin Sa’ud, 2006: 236).

2. Pendekatan KetenagakerjaanPendekatan yang dipakai dalam penyusunan perencanaan pendidikan suatu negara sangat tergantung kepada kebijakan pemerintah yang sedang dilaksanakan. Karenanya wajar jikalau timbul pendekatan yang berbeda-beda antara beberapa negara dan juga terjadi perbedaan dalampendekatan perencanaan antara berbagai periode pembangunan dalam satu negara. Dalam kebijakan pemerintah (sebut saja kebijakan lima tahunan), disana tergambar secara jelas harapan-harapan yang akan dan harus dipenuhi oleh sektor pendidikan. Dengan kata lain kebutuhan akan pendidikan yang akan menjadi sasaran dalam perencanaan selalu dijadikan penuntun atau bisa dikatakan sebagai kebijakan awal perencanaan.Di dalam pendekatan ketenagakerjaan ini kegiatan-kegitan pendidikan diarahkan kepada usaha untuk memenuhi kebutuhan nasional akan tenaga kerja pada tahap permulaan pembangunan tentu saja memerlukan banyak tenaga kerja dari segala tingkatan dan dalam berbagai jenis keahlian.Dalam keadaan ini kebanyakan negara mengharapkan supaya pendidikan mempersiapkan dan menghasilkan tenaga kerja yang terampil untuk pembangunan, baik dalam sektor pertanian, perdagangan, industri dan sebagainya (Jusuf Enoch, 1992: 90). Untuk itu perencana pendidikan harus mencoba membuat perkiraan jumlah dan kualitas tenaga kerja dibutuhkan oleh setiap kegiatan pembangunan nasional.Dalam hal ini perencana pendidikan dapat menyakinkan bahwa penyediaan fasilitas dan pengarahan arus murid benar-benar didasarkan atas perkiraan kebutuhan tenaga kerja tadi. Akan tetapi metode-metode untuk memperkirakan kebutuhan tenaga kerja perlu ditetapkan terlebih dahulu sesuai dengan kepentingan dan kondisi

Page 9: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

negara yang bersangkutan. Salah satu metode misalnya bukan hanya sekedar memperhatikan kebutuhan saja tetapi perlu meneliti berbagai jenis tenaga yang telatih yang diperlukan oleh negara atas dasar perbandingan atau ratio yang seimbang, misalnya perbandingan antara insiyur dan teknisi ahli.Pendidikan ketenagakerjaan ini sering dipergunakan oleh negara-negara yang sudah berkembang ataupun negara yang teknologinya sudah maju, dimana setiap waktu diperlukan jenis keahlian yang baru. Ahli teknologi modern dengan menciptakan teori dan sistem yang baru dengan sendirinya mendorong teknologi untuk berkembang secara pesat dan hal ini menyebabkan pula timbulnya kebutuhan akan tenaga ahli dari jenis yang baru untuk menangani atau mengelolanya.Negara-negara yang mempergunakan pendekatan ketenagakerjaan mengarahkan kegiatan-kegiatan pendidikannya secara teratur kepada usaha untuk memenuhi tuntutan dunia lapangan kerja dalam segala bidang. Para ahli ekonomi mengharapkan agar ada keseimbangan antara penambahan lapangan kerja dengan peningkatan pendapatan nasionl. Penambahan lapangan kerja akan meningkatkan pendapatan nasional, pendapatan nasional yang telah ditingkatkan akan memberi peluang untuk memperluas lapangan kerja. Ini berarti penyerapan tenaga kerja akan lebih banyak.Perencana pendidikan diminta untuk merencanakan kegiatan/usaha pendidikan sedemikian rupa sehingga menjamin setiap individu, tentunya seorang lulusan lembaga pendidikan dapat terjun ke masyarakat dengan suatu kemampuan untuk menjadi seorang pekerja yang produktif. Dengan kata lain sistem pendidikannya harus menghasilkan lulusan dari berbagai tingkat dan jenis yang siap pakai.Dalam pendekatan keperluan akan tenaga kerja (manpower approach), jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dihitung dari jumlah pendapatan nasional yang direncanakan atau yang diperhitungkan akan dicapai. Dengan kata lain, anak didik melalui sistem pendidikan harus disiapkan menjadi tenaga kerja, dan perencanaan mengenai keperluan akan tenaga kerja harus diintegrasikan secara menyeluruh ke dalam perencanaan ekonomi. Jadi, dal;am merencanakan keprluan tenaga kerja, perkembangan ekonomi dimasa depan dianggap sebagai variabel yang independen karena dianggap sebagai tujuan atau target yang ditetapkan secara tersendiri.Menurut pendekatan ini, perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan perencanaan pendidikan yang ditujukan kearah pembetukan tenaga kerja dianggap sebagai prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang secara struktural seimbang dan sebagi prasyarat bagi sistem pendidikan yang fungsional. Kebutuhan akan tenaga kerja semat-mata dari pertumbuhan ekonomi di masa depan dianggap relevan bagi alokasi tenaga kerja yang efisien dan bagi penggunaan secara optimal sumber-sumber yang tersedia pada sistem pendidikan.Cara pendekatan persoalan pendidikan seperti ini dapatt dikatkan sebagai pendekatan ekonomi uni-dimensional atau pendekatan pendidikan yang ditujuakan kepada pasaran kerja, dimana pembiayaan-pembiayaan pendidikan diperlakukan sebagai pengeluaran konsumsi dan bukan sebagai pengeluaran investasi (Sindhunata, 2001: 17).Dalam teorinya pendekatan ini lebih mengutamakan keterkaitan lulusan sistem pendidikan dengan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja, didalam pendekatan ini juga mempunyai kelemahan, dimana ada tiga kelemahan yang paling utama, yaitu;1. Mempunyai peranan yang terbatas dalam perencanaan pendidikan, karena pendekatan ini mengabaikan keberadaaan sekolah umum karena hanya akan menghasilkan pengangguran saja, pendekatan ini lebih mengutamakan sekolah menengah kejuruan untuk memenuhi kebutuhan kerja.2. Menggunakan klasifikasi rasio permintaan dan persediaan3. Tujuan dari pada pendekatan ini hanyalah untuk memenuhan kebutuhan tenaga kerja, disisi lain tuntutan dunia kerja berubah ubah sesuai dengan cepatnya perubahan zaman (Husaini Usman, 2006: 59).Blaug dan Faure menyimpulkan bahwa masalah pengangguran dikalangan terdidik dapat ditekan dengan memperbaiki sistem dan perencanaan pendidikan yang baik. Perlu kita cermati sebenarnya peningkatan pengangguran bukan semata-mata kesalahan dunia pendidikan, peningkatan pengangguran di karenakan sempitnya lapanfan kerja, sempitnya lapangan kerja disebabkan pemerintah yang kurang bisa membuka lapangan kerja yang baru.Perbaikan sistem dan perencanaan pdndidikan bukan berarti pendidikan harus melahirkan atau meluluskan lulusan yang siap pakai. Kalau yang dimaksud dengan siap pakai ialah kemampuan lulusan yang mengenali dan menguasai permasalahan rutin serta mampu mengaplikasikan ilmunya; maka bukan pada tempatnya hal itu dibelajarkan pada pendidikan formal yang ada sekarang ini.Perencanaan pendidikan di Indonesia selain menggunkan pendekatan sosial juga menggunakan pendekatan ketenagakerjaan. Disadarai dengan benar bahwa tanpa tenaga pembangunan yang ahli, terampil dan sesuai dengan lapangan kerja tidak mungkin pembangunan nasional dapat berjalan dengan lancar. Namun dalam kenyataannya masih banyak hambatan-hambatan dalam usaha menyusun perencanaan pendidikan dengan menggunakan pendekatan ketenagakerjaan ini, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.

C. Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Page 10: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Apakah pendidikan formal merupakan penentu dalam menunjang pertumbuhan ekonomi?. Apakahpengembangan sumber daya manusia selalu dilakukan melalui pendidikan formal?. Titik singgung antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital. Teori Human Capital menerangkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas kerja.Teori ini merasa yakin bahwa pertumbuhan suatu masyarakat harus dimulai dari prodiktivitas individu. Jika setiap individu memiliki penghasilan yang tinggi karena pendidikannya juga tinggi, pertumbuhan msyarakat dapat ditunjang karenanya. Teori Human Capital ini menganggap bahwa pendidikan formal sebagai suatu investasi, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Dari teori ini timbul beberapa model untuk mengukur keberhasilan pendidikan bagi pertumbuhan ekonomi, misalnya dengan menggunakan teknik cost benefit analysis, model pendidikan tenaga kerja dan lain sebagainya.Namun dalam kenyataannya, asumsi-asumsi yang digunakan oleh teori Human Capital tidak selalu benar. Hal ini terbukti dari hasil penelitian Cummings bahwa di Indonesia ternyata menunjukkan kecenderungan yang tidak berbeda antara negara maju dan negara berkembang, yaitu bahwa pendidikan formal hanya memberikan kontribusi kecil terhadap status pekerjaan dan penghasilan lulusan pendidikan formal dibandingkan dengan faktor-faktor luar sekolah.Teori Human Capital dianggap tidak berhasil, maka muncullah teori baru sebagai koreksi terhadap teori sebelumya, yaitu teori kredensialisme. Teori ini mengungkapkan bahwa strukrur masyarakat lebih ampuh dari pada individu dalam mendorong suatu pertumbuhan dan perkembangan. Pendidikan formal hanya dianggap sebagai alat untuk mempertahankan status quo dari para pemenang status sosial yang lebih tinggi.Menurut teori ini perolehan pendidikan formal tidak lebih dari suatu lambang status (misalnya melalui perolehan ”ijazah” bukan karena produktivitas) yang mempengaruhi tingginya penghasilan.Dua teori yang dikemukan diatas, masing-masing memiliki kaitan erat dengan fungsi sistem pendidikan yang diungkap oleh Sayuti Hasibuan. Menurutnya, fungsi sistem pendidikan dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan meliputi dua dimensi penting, yaitu: 1). Dimensi kuantitatif yang meliputi fungsi sistem pendidikan dalam pemasok tenaga kerja terdidik dan terampil sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia, 2). Dimensi kualitatif yang menyangkut fungsinya sebagai penghasil tenaga terdidik dan terlatih yang akan menjadi sumber penggerak pembangunan atau sebagai driving force (Sayuti Hasibuan, 1987).Sistem pendidikan sebagai suatu sistem pemasok tenaga kerja terdidik lebih banyak diilhami oleh teori Human Capital. Sistem pendidikan memiliki arti penting dalam menjawab tuntutan lapangan kerja yang membutuhkan tenaga kerja terampil dalam berbagai jenis pekerjaan. Penyediaan tenaga kerja terdidik tidak hanya harus memenuhi kebutuhan akan suatu jumlah yang dibutuhkan. Akan tetapi, yang lebih penting ialah jenis-jenis keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Teori Human Capital percaya bahwa pendidikan memiliki anggapan lapangan kerja yang membutuhkan kecakapan dan keterampilan tersebut juga sudah tersedia.Fungsi pendidikan sebagai penghasil tenaga penggerak pembangunan (driving force) cenderung lebih sesuai dengan teori Kredensialisme. Sistem pendidikan harus mampu membuka cakrawala yang lebih luas bagi tenaga yang dihasilkan, khususnya dalam membuka lapangan kerja baru. Pendidikan harus dapat menghasilkan tenaga yang mampu mengembangkan potensi masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa termasuk cara-cara memasarkannya. Kemampuan ini amat penting dalam rangka memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Dengan demikian, lulusan sistem pendidikan tidak bergantung hanya kepada lapangan kerja yang telah ada yang pada dasarnya sangat terbatas, akan tetapi mengembangkan kesempatan kerja yang masih potensial.Teori Kredensialisme merasa yakin bahwa pelatihan kerja merupakan medha yang strategis dalam menjembatani antara pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Jika ada masalah ketidaksesuaian, hal ini dianggap sebagai ”gejala persediaan” (supply phenomina), yaitu ketidaksesuaian antara pendidikan dan lapangan kerja yang diungkapkan sebagai gejala ketidakmampuan sistem pendidikan dalam menghasilkan lulusan yang mudah dilatih atau yang dapat membelajarkan diri agar menjadi tenaga terampil sesuai dengan kebttuhan pasar.Ketidaksesuain tersebut mungkin juga dapat dianggap sebagi gejala prmintaan (demand phenomina), yaitu ketidaksesuaian tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh sistem pendidikan itu sendiri, tetapi lapangan kerja juga belum memfungsikan sistem pelatihan kerja secara optimal. Jika ketidaksesiaian anatra keterampilan kerja dengan kebutuhan dunia industri dianggap sebagai demand phenomina, sitem pelatihan kerja juga harus merupakan bagian yang integral di dalam industri atau perusahaan. Dalam hubungan dengan hal tersebut, dunia industri akan berfungsi sebagai training ground. Jika industri atau perusahaan sudah berfungsi sebagai training ground, produktivitas tenaga kerja secara langsung merupakan kontrolnya. Pelatihan dalam industri atau perusahaan ialah tempat yang paling tepat untuk dapat menghasilakn tenaga kerja yang siap pakai (ready

Page 11: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

trained), sementara sistem pendidikan formal secara maksimal harus mampu menghasilkan tenaga potensial atau yang memiliki kecakapan dasar yang dapat dikembangk`n lebih jauh di dunia kerja.Sekat-sekat yang ada antara pendidikan, pelatihan dan tenaga kerja seperti yang kita alami dewasa ini, setidak-tidaknya secara konseptual tidak terjadi dalam masyarakat industri modern. Diperlukan program yang terintegrasi antara dunia pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh dunia industri (Tilaar, 1999: 178). Program-program pelatihan tidak hanya dilaksanakan di dalam industri, tetapi sistem pendidikan sekolah dan luar sekolah harus menyelenggarakan program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.Dalam kaitan ini perlu ada refungsionalisasi SISDIKNAS yang membuka diri terhadap keterlibatan penuh dari masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan sistem yang seperti itu, bukan berarti akan menghilangkan pengangguran, tentu saja masalah pengangguran akan selalu ada karena berbagai sebab ekonomis ataupun non-ekonomis namun masalah pengangguran setidaknya dapat diminimalisir.Fungsi pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik dan terlatih dapat diuji berdasarkan kemampuannya dalam memenuhi jumlah angkatan kerja yang dibutuhkan oleh lapangan kerja yang telah ada atau yang diperkirakan tersedia dalam suatu sitem ekonomi. Untuk menguji kemampuan ini diperlukan perbandingan antara persediaan angkatan kerja yang dihasilkan oleh sistem pendidikan dan latihan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam lapangan kerja yanga ada menurut kategori tingkat pendidik`n pekerja.Terjadinya kelebihan persediaan tenaga kerja berpendidikan dasar ini disebabkan oleh masih banyak tersedianya lapangan kerja pada sektor tradisional dan sektor informal pada saat truktur tenaga kerja telah mulai bergeser ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan ini didukung pila oleh kenyataan bahwa kelebihan persediaan tenaga kerja terjadi pada tingkat-tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan yang menjadi akibatnya pengangguran tenaga terdidik atau lulusan Perguruan Tinggi akan terus bertambah setiap tahun.Salah satu sebab kesenjangan supply dan demand pendidikan tinggi ialah kesenjangan antara keinginan mahasiswa (dan dorongan orang tua serta persepsi masyarakat) dengan kebutuhan akan tenaga kerja. Mahasiswa lebih menyenangi program studi profesional seperti ahli hukum dan ekonomi dibanding dengan program teknologi maupun pertanian. Gejala ini terjadi juga di negara industri maju dan sangat kuat di negara berkembang. Sebaliknya kebutuhan akan tenaga kerja yang banyak ialah di bidang industri dan pertanian.Angka partisipasi dan bertambahnya lulusan Perguruan Tinggi belum dengan sendirinya meningkatkan produktivitas kerja karena adanya pengangguran sarjana yang semakin meningkat. Data pendidikan nasional kita menunjukkan kecenderungan sebagai berikut: 1). Semakin tinggi jenjang pendidikan semakin besar kemungkinan terjadinya pengangguran; 2). Pada tingkat pendidikan SLTP kebawah cenderung terdapat kekurangan tenaga kerja terdidik; 3). Tamatan SLTA cenderung untuk menganggur dan jumlahnya semakin besar; 40. surplus lulusan Perguruan Tinggi cenderung berlipat ganda dari tahun ke tahun.Gambaran mengenai kesenjangan supply dan demand lulusan pendidikan tinggi kita buka terletak pada angka absolutnya, karena sebenarnya kita masih kekurangan tenaga lulusan Perguruan Tinggi. Kekurangan ini masih dipersulit lagi dengan adanya ”mis-match” jenis keahlian yang diproduksi oleh pendidikan tinggi kita.Menurut Darlaini Nasution SE ada tiga faktor mendasar yang menjadi penyebab masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Ketiga faktor tersebut adalah, ketidaksesuaian antara hasil yang dicapai antara pendidikan dengan lapangan kerja, ketidakseimbangan demand (permintaan) dan supply (penawaran) dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan masih rend`h. Ia menjelaskan, lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja umumnya tidak sesuai dengan tingkat pendidikan atau ketrampilan yang dimiliki.Umumnya perusahaan atau penyedia lapangan kerja membutuhkan tenaga yang siap pakai, artinya sesuai dengan pendidikan dan ketrampilannya, namun dalam kenyataan tidak banyak tenaga kerja yang siap pakai tersebut. Justru yang banyak adalah tenaga kerja yang tidak sesuai dengan job yang disediakan.Kalau kita flasback pada tahun-tahun yang lalu, Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja pada tahun 1997 jumlah pengangguran terbuka sudah mencapai sekitar 10% dari sekitar 90 juta angkatan kerja yang ada di Indonesia, dan jumlah inipun belum mencakup pengangguran terselubung. Jika persentase pengangguran total dengan melibatkan jumlah pengangguran terselubung dan terbuka hendak dilihat angkanya, maka angkanya sudah mencapai 40% dari 90 juta angkatan kerja yang berarti jumlah penganggur mencapai sekitar 36 juta orang. Adapun pengangguran terselubung adalah orang-orang yang menganggur karena bekerja di bawah kapasitas optimalnya. Para penganggur terselubung ini adalah orang-orang yang bekerja di bawah 35 jam dalam satu minggunya. Jika kita berasumsi bahwa krisis ekonomi hingga saat ini belum juga bisa terselesaikan maka angka-angka tadi dipastikan akan lebih melonjak.Ledakan pengangguranpun berlanjut di tahun 1998, di mana sekitar 1,4 juta pengangguran terbuka baru akan terjadi. Dengan perekonomian yang hanya tumbuh sekitar 3,5 sampai 4%, maka tenaga kerja yang bisa diserap hanya sekitar 1,3 juta orang. Sisanya menjadi tambahan pengangguran terbuka tadi. Total pengangguran jadinya akan melampauai 10 juta orang. Berdasarkan pengalaman, jika kita mengacu pada data-data tahun 1996 maka pertumbuhan ekonomi sebesar 3,5 sampai 4% belumlah memadai. Berdasarkan data sepanjang di tahun 1996, perekonomian hanya mampu menyerap 85,7 juta orang dari jumlah angkatan kerja 90,1 juta orang. Tahun

Page 12: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

1996 perekonomian mampu menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah relatif besar karena ekonomi nasional tumbuh hingga 7,98 persen. Tahun 1997 dan 1998, pertumbuhan ekonomi dapat dipastikan tidak secerah tahun 1996, karena pada tahun 2007 adalah awal mula terjadinya krisis moneter.ketika menginjak tahun 2000, jumlah pengangguran di tahun 2000ini sudah menurun dibanding tahun 1999. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2000 yang meningkat menjadi 4,8 persen. Pengangguran tahun 1999 yang semula 6,01 juga turun menjadi 5,87 juta orang. Sedang setengah pengangguran atau pengangguran terselubung juga menurun dari 31,7 juta menjadi 30,1 juta orang pada tahun 2000. Jumlah pengangguran saat ini mencapat sekitar 35,97 juta orang, namun pemerintah masih memfokuskan penanggulangan pengangguran ini pada 16,48 juta orang. Jumlah pengangguran pada tahun 2001 mencapai 35,97 juta orang yang diperkirakan bisa bertambah bila pemulihan ekonomi tidak segera berjalan dengan baik.Dan kini, pada tahun 2008 ini jumlah pengangguran di Indonesia ditargetkan turun menjadi 8,9 persen dibanding 2007 yang masih 9,7 persen. Untuk mengurangi jumlah pengangguran maupun kemiskinan, pemerintah perlu melakukan berbagai langkah strategis seperti pemberdayaan masyarakat. Untuk mendukung pemberdayaan itu, pemerintah harus memfasilitasi dan menciptakan iklim yang kondusif. Namun, banyak tantangan yang dihadapi pemerintah dalam mengupayakan langkah tersebut, terutama karena keterbatasan dana.Pengangguran intelektual di Indonesia cenderung terus meningkat dan semakin mendekati titik yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2003 jumlah pengangguran intelektual diperkirakan mencapai 24,5 persen. Pengangguran intelektual ini tidak terlepas dari persoalan dunia pendidikan yang tidak mampu menghasilkan tenaga kerja berkualitas sesuai tuntutan pasar kerja sehingga seringkali tenaga kerja terdidik kita kalah bersaing dengan tenaga kerja asing. Fenomena inilah yang sedang dihadapi oleh bangsa kita di mana para tenaga kerja yang terdidik banyak yang menganggur walaupun mereka sebenarnya menyandang gelar.Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, merekakelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri disektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan.Meski ada kecenderungan pengangguran terdidik semakin meningkat namun upaya perluasan kesempatan pendidikan dari pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi tidak boleh berhenti. Akan tetapi pemerataan pendidikan itu harus dilakukan tanpa mengabaikan mutu pendidikan itu sendiri. Karena itu maka salah satu kelemahan dari sistem pendidikan kita adalah sulitnya memberikan pendidikan yang benar-benar dapat memupuk profesionalisme seseorang dalam berkarier atau bekerja. Saat ini pendidikan kita terlalu menekankan pada segi teori dan bukannya praktek. Pendidikan seringkali disampaikan dalam bentuk yang monoton sehingga membuat para siswa menjadi bosan. Di negara-negara maju, pendidikkan dalam wujud praktek lebih diberikan dalam porsi yang lebih besar. Di negara kita, saat ini ada kecenderungan bahwa para siswa hanya mempunyai kebiasaan menghafal saja untuk pelajaran-pelajaran yang menyangkut ilmu sosial, bahasa, dan sejarah atau menerima saja berbagai teori namun sayangnya para siswa tidak memiliki kemampuan untuk menggali wawasan pandangan yang lebih luas serta cerdas dalam memahami dan mengkaji suatu masalah. Sedangkan untuk ilmu pengetahuan alam para siswa cenderung hanya diberikan latihan soal-soal yang cenderung hanya melatih kecepatan dalam berpikir untuk menemukan jawaban dan bukannya mempertajam penalaran atau melatih kreativitas dalam berpikir.Contohnya seperti seseorang yang pandai dalam mengerjakan soal-soal matematika bukan karena kecerdikan dalam melakukan analisis terhadap soal atau kepandaian dalam membuat jalan perhitungan tetapi karena dia memang sudah hafal tipe soalnya. Kenyataan inilah yang menyebabkan sumber daya manusia kita ketinggalan jauh dengan sumber daya manusia yang ada di negara-negara maju. Kita hanya pandai dalam teori tetapi gagal dalam praktek dan dalam profesionalisme pekerjaan tersebut. Rendahnya kualitas tenaga kerja terdidik kita juga adalah karena kita terlampau melihat pada gelar tanpa secara serius membenahi kualitas dari kemampuan di bidang yang kita tekuni.Sehingga karena hal inilah maka para tenaga kerja terdidik sulit bersaingdengan tenaga kerja asing dalam usaha untuk mencari pekerjaan.Salah satu penyebab pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi adalah karena kualitas pendidikan tinggi di Indonesia yang masih rendah. Akibatnya lulusan yang dihasilkanpun kualitasnya rendah sehingga tidak sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pengangguran terdidik dapat saja dipandang sebagai rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan. Namun bila dilihat lebih jauh, dari sisi permintaan tenaga kerja, pengangguran terdidik dapat dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi dan pasar kerja dalam menyerap tenaga terdidik yang muncul secara bersamaan dalam jumlah yang terus berakumulasi.Sebagai solusi pengangguran, berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, misalnya setiap penganggur

Page 13: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

diupayakan memiliki pekerjaan yang layak bagi kemanusiaan artinya produktif dan remuneratif sesuai Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945 dengan partisipasi semua masyarakat Indonesia. Lebih tegas lagi jadikan penanggulangan pengangguran menjadi komitmen nasional.Untuk itu diperlukan dua kebijakan, yaitu kebijakan makro dan mikro (khusus). Kebijakan mikro (khusus) dapat dijabarkan dalam beberapa poin: Pertama, pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal. Dengan demikian, diharapkan setiap pribadi sanggup mengaktualisasikan potensi terbaiknya dan dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik, bernilai dan berkualitas bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas.Kepribadian yang matang, dinamis dan kreatif memiliki tujuan dan visi yang jauh ke depan, berani mengambil tantangan serta mempunyai mindset yang benar. Itu merupakan tuntutan utama dan mendasar di era globalisasi dan informasi yang sangat kompetitif dewasa ini dan di masa-masa mendatang. Perlu diyakini oleh setiap orang, kesuksesan yang hakiki berawal dari sikap mental kita untuk berani berpikir dan bertindak secara nyata, tulus, jujur matang, sepenuh hati, profesional dan bertanggung jawab. Kebijakan ini dapat diimplementasikan menjadi gerakan nasional melalui kerja sama dengan lembaga pelatihan yang kompeten untuk itu.Kedua, melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.Ketiga, segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Hal itu dapat dilakukan serentak dengan pendirian Badan Jaminan Sosial Nasional dengan embrio mengubah PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) menjadi Badan Jaminan Sosial Nasional yang terdiri dari berbagai devisi menurut sasarannya. Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan tercatat dengan baik dan mendapat perhatian khusus.Keempat, menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok. Itu semua perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan investasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.Kelima, mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang dapat didaur ulang. Sampah sebagai bahan baku pupuk organik dapat diolah untuk menciptakan lapangan kerja dan pupuk organik itu dapat didistribusikan ke wilayah-wilayah tandus yang berdekatan untuk meningkatkan produksi lahan. Semuanya mempunyai nilai ekonomis tinggi dan akan menciptakan lapangan kerja.Keenam, mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja. Pengembangan lembaga itu mencakup, antara lain sumber daya manusianya (brainware), perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manajemen dan keuangan. Lembaga itu dapat di bawah lembaga jaminan sosial penganggur atau bekerja sama tergantung kondisinya.Ketujuh, menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled). Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.Bagi pemerintah Daerah yang memiliki lahan cukup, gedung, perbankan, keuangan dan aset lainnya yang memadai dapat membangun Badan Usaha Milik Daerah Pengerahan Jasa Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri (BUMD-PJTKI). Tentunya badan itu diperlengkapi dengan lembaga pelatihan (Training Center) yang kompeten untuk jenis-jenis keterampilan tertentu yang sangat banyak peluang di negara lain. Di samping itu, perlu dibuat peraturan tersendiri tentang pengiriman TKI ke luar negeri seperti di Filipina.Kedelapan, penyempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan. Karena itu, Sisdiknas perlu renrientasi supaya dapat mencapai tujuan pendidikan secara optimal. Pengembangan sistem pendidikan nasional perlu direstrukturisasi. Perestroika shstem pendidikan tinggi meliputi berbagai aspek, antara lain keseimbangan program studi dan peningkatan mutu.Kesembilan, upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.Kesepuluh, segera mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat

Page 14: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remuneratif.

III. Kesimpulan1. Konsep Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) merupakan konsep keterkaitan antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja, atau dengan kata lain Link and Match ini adalah keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya. Dengan adanya keterkaitan ini maka pendidikan sebaagi pemasok tenaga kerja dapat mengadakan hubunga-hubungan dengan dunia usaha/industri.2. Dengan link dan match ini suatu lembaga khususnya Perguruan Tinggi bisa mengadakan kerja sama dengan pihak lain khususnya dengan perusahaan atau industri agar mahasiswa bisa magang di perusahaan tersebut. Perguruan tinggi harus mau melakukan riset ke dunia kerja. dengan adanya Link and Match tersebut Perguruan Tinggi dapat mengetahui kompentensi (keahlian) apa yang paling dibutuhkan dunia kerja dan kompetensi apa yang paling banyak dibutuhkan dunia kerja. Selain itu, Perguruan Tinggi juga akan dapat memprediksi dan mengantisipasi keahlian (kompetensi) apa yang diperlukan dunia kerja dan teknologi sepuluh tahun ke depan. Dan yang lebih penting Perguruan Tinfgi harus menjalin relasi dan menciptakan link dengan banyak perusahaan agar bersedia menjadi arena belajar kerja (magang) bagi mahasiswa yang akan lulus. Dengan magang langsung (on the spot) ke dunia kerja seperti itu, lulusan tidak hanya siap secara teori tetapi juga siap secara praktik.3. Adapun pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan Link and Match adalah pendekatan social dan pendekatan ketenagakerjaan. Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang didasarkan atas keperluan masyarakat yang mana pendekatan ini menitik beratkan pada tujuan pendidikan dan pemerataan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan. pendekatan sosial merupakan pendekatan tradisional bagi pembangunan pendidikan dengan menyediakan lembaga-lembaga dan fasilitas demi memenuhi tekanan tekanan untuk memasukan sekolah serta memungkinkan pemberian kesempatan kepada murit dan orang tua secara bebas.Pendekatan ketenagakerjaan merupakan pendekatan yang mengutamakan kepada keterkaitan luusan sistem pendidikan dengan tuntutan terhadap tenaga kerja pada berbagai sektor pembangunan dengan tujuan yang akan dicapai adalah bahwa pendidikan itu diperlukan untuk membantu lulusan memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik sehingga tingkat kehidupannya dapat diperbaiki.4. Pendidikan formal dianggap sebagai penentu dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, dan titik temu antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi adalah produktivitas kerja, dengan asumsi bahwa semakin tinggi mutu pendidikan, semakin tinggi produktivitas kerja, semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat. Anggapan ini mengacu pada teori Human Capital yang menerangkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas kerja.

DAFTAR PUSTAKACammings, Williams. Studi Pendidikan dan Tenaga Kerja pada Beberapa Industri Besar di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian BP3K

Enoch, Jusuf. 1992. Dasar-Dasar Perencanaan. Jakarta: Bumi Aksara

Hasibuan, Sayuti. 1987. Changing Manpower Requirements in The Face of Non-Oil Growth, Labor Force Growth and Fast Tehnological Change. Jakarta: Bappenas

Indar, Djumberansyah. 1995. Perencanaan Pendidikan Strategi dan Implementasinya. Surabaya: Karya Aditama

Limongan, Andreas. Masalah Pengangguran di Indonesia. Diakses Tanggal 07 Januari 2008

Sa’ud, Udin Syaefudin dan Abin Syamsuddin Makmun, 2006. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif . Bandung: Remaja Rosdakarya. Cet II

Sindhunata (ed). 2000. Menggegas Paradigma Baru Pendidikan: Demokrasi, Otonomi, Civil Society, Globalisasi. Yogyakarta: Kanisius

Sindhunata (ed), 2001. Pendidikan Kegelisahan Sepanjang Zaman. Yogyakarta:Kanisius

Soeharto, Bohar. 1991. Perencanaan Sosial Kasus Pendekatan. Bandung: Armico

Page 15: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Suryadi, Ace dan H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar Bandung: Rosdakarya

Tilaar, H.A.R. 1999. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya. Cet IV

Usman, Husaini. 2006. Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

3.  BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di dunia dengan dilengkapi segenap organ tubuh dan kesempurnaan yaitu : akal, emosi, hawa nafsu dan kelengkapan lainnya. Berbagai kelengkapan tubuh itu yang menjadikan manusia lebih mulia dari mahluk Allah lainnya apabila manusia mampu memfungsikan segala potensi sesuai dengan proporsinya. Namun apabila manusia menyalah gunakan kelengkapan dan potensi yang diberikan Allah itu manusia dapat menjadi mahluk yang rendah dan bahkan lebuh rendah dari binatang sekalipun.Potensi yang ada pada manusia, selayaknya difungsikan dan ditumbuh kembangkan sesuai dengan proporsinya, manusia akan mampu menjalankan fungsi kepemimpinannya apabila membekali diri dengan ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq 1-5 :

Artinya :  Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Maha Pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa  yang tidak diketahuinya. (Q.S. Al-Alaq 1-5) (Depag. RI., 1984:1097)Sabda Nabi Muhammad SAW :

Artinya : Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. (Shalih, Ibnu ‘Adi dan Baihaqi dari Anas). (Ahdjat, 1995:330).

Dari dua nash tersebut dapat dipahami bahwa Agama Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan pentingnya pendidikan yang menekankan perlunya orang belajar membaca dan menulis serta belajar ilmu pengetahuan.

Dengan berbekal ilmu pengetahuan manusia akan mendapat derajat yang tinggi dan kedudukan yang mulia baik menurut pandangan Allah SWT maupun manusia, dan hal imi dapat diperoleh cara beriman kepada Allah SWT dan memperbanyak serta memperluas ilmu pengetahuan. Allah SWT dalam firman-Nya mengungkapkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman

Page 16: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

dan berilmu beberapa derajat. Firman Allah dalam surat Al-Mujaadalah ayat 11 yaitu :

Artinya : ….. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui terhadap apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujaadalah : 11) (Depag RI., 1984:910)

Dalam kaitannya dengan menuntut ilmu tersebut, maka seiring dengan kemajuan zaman yang kian pesat, proses belajar tersebut semakin maju dan masalah yang sangat kompleks dan urgen. Salah satu dari kekomplekannya, dapat dilihat dari konteks kekinian baik mulai dari tantangan dan hambatan pendidikan ataupun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan itu sendiri.

Tujuan pembangunan nasional Bangsa Indonesia yang telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke IV adalah :

Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajuka kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial. (UUD 1945, 1993:02)

Cita-cita bangsa Indonesia yang merupakan penegasan dan tujuan akhir pembangunan Nasional tersebut tellah dirumuskan kembali dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, sebagai tujuan pembanguna nasional yaitu :

Mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang merdeka berkedaulatan rakyat, dalam suasana prikehidupan bangsa yang aman, tentram, tertib dan dinamis.

Untuk merealisasikan tujuan pembangunan nasional tersebut, nampaknya eksistensi pendidikan sangat urgen hal ini dapat dilihat dari tujuan Pendidikan Nasional yang termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :

Pendidikan Nasional adalah pendidikan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Salah satu bentuk kemajuan dari proses belajar yaitu enggan diadakannya lembaga pendidikan yang secara formal diakui keberadaannya. Orang tua yang semestinya mendidik sendiri anaknya, dalam bebrapa aspek bisa diwakilkan dalam lembaga pendidikan formal tersebut yaitu sekolah. Sekolah atau Madrasah yang menjadi wakil dari amanat orang tua dalam mendidik anak harus memiliki kalifikasi yang cukup, dengan kata lain tidak semua lembaga pendidikan yang secara otomatis menjadi lembaga pendidika yang baik. Dengan demikian kualifikasi merupakan prasarat wajib yang harus dimiliki lembaga pendidikan, baik itu dari segi tenaga edukatif, sarana dan prasarana maupun aspek lain yang terkait. Contoh Skripsi

Berkaitan dengan masalah proses belajar mengajar di sekolah, siswa maupun guru yang akan melakukan dinamisasi dalam arti proses belajar mengajar tersebut merupakan sarana untuk mengembangkan diri dan ilmu pengetahuan, sikap maupun akhlaq. Hanya saja proses belajar tersebut tidak selamanya berjalan tanpa hambatan. Hambatan atau rintangan akan senantiasa muncul setiap waktu baik itu kesulitan mengajar guru, kesulitan belajar siswa dan sebagainya. Sehingga dengan beberapa hambatan tersebut diharapkan guru dan siswa yang bersangkutan akan lebih dinamis dan inovatif.

Keberadaan bimbingan dan penyuluhan di sekolah yang berperan untuk membantu siswa yang

Page 17: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

mengalami kesulitan dalam berbagai hal terutama masalah kesulitan belajar harus senantiasa mendapat perhatian yang serius agar kesulitan belajar tersebut dapat segera teratasi. Dari sini peranan bimbingan dan penyuluhan disekolah mulai diperlukan dan bukan saja untuk mengatasi kesulitan belajar siswa akan tetapi juga membantu guru dalam mengenal siswanya secara lebih dalam sehingga bimbingan dan penyuluhan lebih sistimatis dan bermutu.Contoh skripsiBimbingan dan penyuluhan yang keberadaannya semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan merupakan suatu badan yang mempunyai fungsi sangat penting. Dengan kata lain bimbingan dan penyuluhan mempunyai peran dalam mencarikan jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses belajar mengajar. Bimbingan dan penyuluhan berfungsi untuk membantu kelancaran pendidikan dan pengajaran di sekolah, artinya dengan adanya bimbingan dan penyuluhan disekolah secara intensif akan memberi dampak baik secara langsung maupun secara tidak langsung yang akhirnya akan kembali pada keberhasilan pendidikan.

Berdasarkan pada pemikiran inilah kiranya perlu dilakukan penelitian tentang peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumbersari Kabupaten Probolinggo Tahun Pelajaran 2002/2003.

B.    Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, sebab masalah merupakan obyek yang akan diteliti dan dicari jalan keluarnya melalui penelitian. Pernyataan ini relevan dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu Pendekatan mengatakan bahwa : “Masalah mesti merupakan bagian kebutuhan seseorang untuk dipecahkan, orang ingin mengadakan penelitian karena ia ingin mendapatkan pemecahan dari masalah yang dihadapi.” (Surahmad, 1989:22)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah sudah menjadi suatu “kebutuhan” dalam sebuah penelitian, karena tanpa rumusan masalah alur dan sistematika penelitian tidak akan menemukan jawaban dari masalah yang sedang diteliti.

Sedangkan Sanapiah Faisal dalam Metodologi Penelitian Pendidikan mengemukakan :Dalam penelitian perlu ditegaskan dan dirumuskan masalah yang akan diteliti. Penegasan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti nantinya di dalam proses suatu penelitian. Rumusan masalah cukup terbatas lingkupnya sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas. (Sudiyono, 1992:61)

Dari definisi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang bersifat problematik akan memerlukan pemecahan. Dalam penelitian kita dituntut untuk mencari pemecahan masalah tersebut.

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

1. Adakah peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.2. Bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

C.    Tujuan PenelitianTujuan penelitian di dalam karya ilmiah merupakan target yang hendak dicapai melalui serangkaian aktivitas penelitian, karena segala yang diusahakan pasti mempunyai tujuan tertentu yang sesuai dengan permasalahannya.

Page 18: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan dalam penelitian akan sangat membantu terhadap pencapaian hasil yang optimal dan dapat memberikan arah terhadap kegiatan yang dijalankan dalam penelitian itu.Sesuai dengan persepsi tersebut dan berpijakpada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka penelitian ini mempunyai tujuan :

1. Ingin mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.2. Ingin mengetahui bagaimana peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa dengan bimbingan di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

D.    Kegunaan PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihak-pihak berikut ini :

1.    Bagi GuruSebagai sarana untuk mengambil inisiatif dalam rangka penyempurnaan program proses belajar mengajar sehingga antara guru sebagai pendidik di sekolah dan siswa sebagai pihak yang perlu dididik bisa saling melengkapi dan bekerja sama dengan baik, sehingga prestasi belajar siswa akan selalu meningkat.2.    Bagi InstansiSebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan yang tepat dan memberikan/menambah sarana dan prasarana dalam rangka memberikan gairah dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu dan prestasi belajar siswa, sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.3.    Bagi PenulisSebagai bahan latihan dalam penulisan karya ilmiah, sekaligus sebagai tambahan informasi mengenai bimbingan dan penyuluhan yang ada di lembaga madrasah khususnya di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

E.    Hipotesis PenelitianMenurut Suharsimi Arikunto dalam buku Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, menyatakan bahwa “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (1997:67).Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1.    Hipotesis Kerja (Ha)“Ada peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Dewa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo”.2.    Hipotesis Nihil (Ho)“Tidak ada peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Dewa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo”. Contoh skripsi

F.    Ruang Lingkup dan Keterbatasan PenelitianPenelitian tentang peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo ini mempunyai jangkauan yang sangat luas. Namun karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada masalah sebagai berikut ini :

Page 19: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

1. Karakteristik lokasi penelitian, yakni mengenai gambaran umum tentang lokasi tersebut yang meliputi sejarah berdirinya madrasah, struktur organisasi, dan data-data lain yang diperlukan dalam penelitian.2. Bentuk-bentuk bimbingan dan penyulihan yang diberikan oleh guru kepada siswa baik secara prefentif maupun kuratif dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa.3. Data tentang hasil perolehan skor dari angket yang telah disebarkan untuk mengetahui ada tidaknya peranan bimbingan dan penyuluhan dalam menanggulangi kesulitan belajar siswa di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo.

G.    Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari penelitian, disamping itu juga sebagai penjelas secara redaksional agar mudah dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul dengan pembahasan dalam skripsi ini. Definisi operasional ini merupakan suatu bentuk kerangka pembahasan yang lebih mengarah dan relevan dengan permasalahan yang ada hubungannya dengan penelitian.Sesuai dengan judul “Peranan Bimbingan dan Penyuluhan dalam Menanggulangi Kesulitan Belajar Siswa”, maka batasan pengertian di atas meliputi :a.    PerananDepartemen Pendidikan dan Kebudayaan memberikan arti peranan, “Tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa” (Depdikbud, 1991:751).

Sedangkan menurut WJS. Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan peranan adalah, “Sesuau yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa)” (Poerwadarminto, 1997:735).

Berdasakan pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa peranan adalah segala sesuatu yang bisa mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa yang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.b.    Bimbingan dan penyuluhanBimbingan dan penyuluhan yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Guidance and Couseling merupakan rangkaian dua kata yang jika kata bimbingan disebut biasanya selalu diikuti oleh kata penyuluhan.Bimo Walgito memberikan definisi bimbingan sebagai berikut :

Bimbingan adalah merupakan tuntunan, bantuan dan pertolongan yang diberikan pada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya agar supaya individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. (Mapiere, 1997:735).

Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada setiap individu yang mengalami kesulitan hidup. Sesuai dengan potennsi yang ada sehingga mereka bisa hidup sejahtera dan damai. Dalam aktivitas belajar, siswa membutuhkan bimbingan dalam menghadapi kesulitan belajarnya.

Sedangkan pengertian penyuluhan menurut Bimo Walgito adalah :

Penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. (Mapiere, 1997:04)

Page 20: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Dari dua pengertian tersebut, ada persamaan dan ada perbedaannya. Persamaannya adalah keduanya merupakan suatu bantuan bagi individu-individu dalam menghadapi problem hidupnya. Sedangkan perbedaannya, bimbingan lebih luas dari penyuluhan, bimbingan lebih menitik-beratkan pada segi-segi kuratif. Tetapi walaupun berbeda, penggunaan bimbingan selalu diikuti oleh kata penyuluhan.

c.    Menanggulangi kesulitan belajarMenanggulangi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia antara lain diartikan “Mengatasi” (Depdikbud, 1991:1005). Sedangkan Kesulitan berarti “Keadan yang sulit; sesuatu yang sulit, kesukaran. (Depdikbud, 1991: 971).

Sedangkan belajar menurut Gagne (1984) adalah sebagaimana dikutip oleh Ratna Wilis Dahan dalam bukunya yang berjudul Teori-teori Belajar, memberikan definisi belajar yaitu : “suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. (Dahan, 1989:11).

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan perubahan pengetahuan dan kemahiran yang sedikit banyak permanen. (Dahan, 1989:06).

Dari dua pengertian di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud menanggulangi kesulitan belajar adalah upaya untuk mengatasi keadaan yang terasa sulit sewaktu individu melakukan kegiatan belajar.

Contoh skripsiH.    Sistematika PembahasanSistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara berurutan dalam sistematika ini adalah sebagai berikut :

BAB I    PENDAHULUANDalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

BAB II     KAJIAN PUSTAKADalam bab kajian pustaka ini dikemukakan tentang pondok pesantren, akhlaq, serta kajian tentang peranan pondok pesantren dalam pembinaan akhlaq masyarakat.

BAB III    METODE PENELITIANDalam bab ini akan dikemukakan tentang rancangan penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.

BAB IV    HASIL PENELITIANDalam bab hasil penelitian akan dipaparkan tentang penyajian data yang berkaitan dengan hasil yang didapat di lapangan penelitian, serta analisis.BAB V    KESIMPULAN DAN SARANDalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.

BAB II

Kajian Pustaka

Page 21: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Pada Bab II disini diisi dengan kajian pustaka atau matere, landasan teori  skripsi, misal kalaian mabil tentang prestasi belajar, atau manajemen, administrasi atau tentang makalah kesehatan yaitu cara mengecilkan perut. Nah materi2 itulah yang akan kalian cantumkan disini

BAB III

METODE PENELITIAN

 Contoh skripsiA.    Rancangan Penelitian

Dalam rangka mencari data yang valid, maka penelitian ini disusun dengan rancangan penelitian seefektif dan seefisien mungkin, agar dalam penulisannya nanti tidak memakan waktu yang terlalu lama dan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti.

Untuk mendapatkan data tentang peranan bimbingan dan penyuluhan, peneliti menggunakanmetode angket yang diberikan siswa yang berisi pertanyaan-pertanyaan sekitar aktifitas orang tua yang berhubungan dengan kepribadian anak.

Data yang telah diperoleh dengan menggunakan angket kemudian ditabulasikan dan diletakkan dalam format tabel dengan menggunakan rumus prosentase (%) yang kemudian disusul dengan beberapa analisis hasil dari data angket yang telah dicapai.Namun sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :1)    PersiapanDalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang sangat penting. Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan merupakan unsur yang perlu diperhitungkan dengan baik sebab yang baik akan memperlancar jalannya penelitian.

Sehubungan dengan judul dan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab terdahulu, maka persiapan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut : Contoh skripsia)    Menyusun rencanaDalam menyusun rencana ini penulis menetapkan beberapa hal seperti berikut ini.1)    Judul penelitian2)    Alasan penelitian3)    Problema penelitian4)    Tujuan penelitian5)    Obyek penelitian6)    Metode yang dipergunakan

b)    Ijin melaksanakan penelitianDengan surat pengantar dari Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo, penulis dimohonkan ijin ke Kepala Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Laweyan Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. Dengan demikian penulis telah mendapatkan ijin untuk mengadakan untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.c)    Mempersiapkan alat pengumpul data yang berhubungan dengan langkah-langkah orang tua, yakni menyusun instrumen dan angket dan wawancara.2)    PelaksanaanSetelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan penelitian. Dalam pelaksanaan tahap ini peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa metode, antara lain :

Wawancara

Page 22: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Angket Dokumentasi Penyelesaian

Setelah kegiatan penelitian selesai, penulis mulai menyusun langkah-langkah berikutnya, yaitu : Menyusun kerangka laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data yang telah diperoleh, yang kemudian dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing dengan harapan apabila ada hal-hal yang perlu direvisi, akan segera dilakukan sehingga memperoleh suatu hasil yang optimal. Laporan yang sudah selesai kemudian akan dipertaruhkan di depan Dewan Penguji, kemudian hasil penelitian ini digandakan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.

B.    Populasi dan Sampel Penelitian1.    Populasi

Populasi menurut Sutrisno Hadi adalah semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel yang hendak digeneralisasikan. Sedangkan pengertian sampel adalah sebagian individu yang diselidiki” (1994:70).

Sedangkan menurut T. Raka Joni “Populasi adalah keseluruhan individu yang ada, yang pernah dan mungkin ada yang merupakan sasaran yang sesungguhnya dari pada suatu penyelidikan” (t.th.:13).

Bertolak dari pengertian di atas, maka dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa MTs. Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo yang berjumlah 98  orang.

2.    Sampel PenelitianPengertian mengenai sampel, Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti” (1997:177). Selanjutnya Suharsimi menyatakan bahwa :

“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidaknya dari : Contoh skripsi

1. Kemampuan peneliti melihat dari segi waktu, tenaga dan dana.2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, untuk peneliti yang beresiko besar, hasilnya akan lebih besar” (1992:107)

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini mengambil sampel siswa mulai kelas I sampai dengan kelas III. Adapun jumlah siswa yang penulis jadikan sampel adalah sebagai berikut :

Kelas I berjumlah 15 siswaKelas II berjumlah 15 siswaKelas III berjumlah 10 siswa

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa.Adapun Teknik penarikan sampel (sampling) menurut Saifuddin Azwar ada beberapa macam yaitu :1.    Sampel probabilitas

Sampel probabilitas adalah teknik penarikan sampel di mana setiap unsur, elemen atau anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Beberapa cara teknik penarikan sampel probabilitas adalah sebagai berikut :

Sampling acak sederhana (simple random sampling) adalah proses penarikan sampel dari populasi memiliki peluang yang sama untuk ditarik menjadi sampel.

Page 23: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Sampling berstrata (stratified random sampling) adalah proses penarikan sampel dimana keadaan populasi tidak sama (heterogen) Sampling berkelompok (cluster sampling) adalah proses pengambilan sampel dimana keadaan populasi tidak diketahui secara pasti. Sampling sistematis (systematic random sampling) adalah proses pengambilan sampel di mana unsur atau anggota pertama saja dari sampel dipilih acak, sedangkan anggota-anggota berikutnya dipilih secara sistematis berdasarkan cara tertentu.

2.    Sampel Non Probabilitas

Sampel non probabilitas adalah proses penarikan sampel di mana setiap anggota populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

Macam-macam teknik penarikan sampel non probabilitas sebagai berikut : Sampling secara kebetulan (accidental sampling) adalah pengambilan sampel dengan cara mengambil siapa saja yang ada atau kebetulan ada. Sampling secara sengaja (purposive sampling) adalah proses penarikan sampel atas dasar pertimbangan yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitiannya. (1998:87-89)

Berdasarkan teori di atas maka penarikan sampel yang dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan teknik penarikan sampel non probabilitas dengan cara sampling secara sengaja. Contoh skripsi 

C.    Teknik Pengumpulan DataUntuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga data yang diperoleh itu benar-benar valid, maka dalam setiap penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang akan dipakai untuk mendapatkan serta mengumpulkannya. Sebab metode merupakan kunci keberhasilan dalam suatu penelitian.Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :1.    Metode AngketMetode angket dapat dilakukan dengan adanya sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 1993:188)Dalam hal ini sumber data yang diberi angket adalah 40 siswa untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan di Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Desa Lawean Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo. 

2.    Metode DokumentasiMetode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, agenda dan sebagainya. (Arikunto, 1993:198)Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah untuk memperoleh data tentang MTs. Wali Songo terutama data mengenai jumlah siswa siswa, keadaan tenaga pendidik dan karyawan, struktur organisasi lembaga, serta sarana dan prasarana yang ada di lembaga tersebut.

D.    Metode Analisis Data

Setelah mengadakan serangkaian kegiatan (penelitian) dengan menggunakan beberapametode di atas, maka data-data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif. Teknik ini dipergunakan untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif atau data yang tidak dapat direalisasikan dengan angka. Adapun data yang bersifat kuantitatif akan dianalisa dengan menggunakan teknik prosentase, dimana akan digunakan rumus sebagai berikut :

Page 24: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pemanfaatan Multi Media Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan

Prof. Dr. Mustaji, M.Pd.

Disajikan dalam seminar AKAL Interaktif di TB. Gramedia EXSPO Surabaya,

Tanggal 29 Januari 2011

Pengantar

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang sangat pesat telah berpengaruh terhadap

berbagai aspek kehidupan manusia. Sampai saat ini, menurut TofFler, perkembangan tersebut telah

mencapai gelombang yang ketiga. Gelombang pertama timbul dalam bentuk teknologi pertanian,

dimana era pertanian ini telah berlangsung selama ratusan ribu tahun yang lalu bahkan sampai

sekarang. Gelombang kedua timbul dalam bentuk teknologi industri, era industri ini telah berlangsung

sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang. Kini, gelombang ketiga yang ditandai dengan

pesatnya perkembangan teknologi elektronika dan informatika. Perubahan dari era industri ke era

informasi (global) ini hanya berlangsung dalam hitungan waktu tidak lebih dari setengah abad

(Dryden dan Voss, 1999).

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan dapat dilaksanakan dalam

berbagai bentuk susuai dengan fungsinya dalam pendidikan. Fungsi teknologi informasi dan

Page 25: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan sudah menjadi keharusan

yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Berbagai aplikasi teknologi informasi dan komunikasi sudah

tersedia dalam masyarakat dan sudah siap menanti untuk dimanfaatkan secara optimal untuk

keperluan pendidikan. Pada kondisi riil, teknologi informasi dan komunikasi

dalam pendidikan nantinya berfungsi sebagai gudang ilmu, alat bantu pembelajaran,

fasilitas pendidikan, standar kompetensi, penunjang administrasi, alat bantu manajemen sekolah, dan

sebagai infrastruktur pendidikan

Pemanfaatan TIK untuk Pendidikan

Ada berbagai tren yang berkembang dalam pemanfaatan TIK khususnya dalam konteks sekolah,

tentunya dengan memperhatikan ketersediaan dan kemudahan akses sumber belajar online. Berikut

ini adalah tren yang berkembang sebagaimana disarikan dari artikel Newer Technologies for the

Learning Society (C.Villanueva, 2000).

1. Secara umum, pengintegrasian secara penuh TIK kedalam pendidikan masih sangat terbatas. Multimedia interaktif atau hypermedia belumlah dimanfaatkan secara meluas. Aktivitas Online melibatkan internet dan intranet lebih banyak digunakan untuk keperluan komunikasi daripada sarana pendidikan interaktif.

2. Model pembelajaran campuran yang baru mulai muncul. Pembelajaran tatap muka dan aktivitas belajar online, video, multimedia dan sarana telekomunikasi menunjang berbagai proses pembelajaran, kadangkala dalam bentuk kombinasi dan kadangkala dalam bentuk yang lebih terintegrasi.

3. Pendidikan jarak jauh sekarang disajikan dalam dua cara yaitu synchronous mode di mana peserta menggunakan TIK untuk berkomunikasi pada waktu yang bersamaan dan asynchronous mode di mana para peserta belajar atau berkomunikasi secara mandiri pada waktu yang berbeda kapan saja mereka online (anytime-anywhere learning). Dalam kenyataannya pertemuan tatap muka atau interakasi (synchronous) masih diperlukan untuk menunjang belajar mandiri dan asynchronous agar belajar dapat lebih efektif. TIK memfasilitasi interaksi tingkat tinggi antara siswa, guru, dan materi pembelajaran berbasis komputer. Komunikasi dapat dinamis dan bervariasi sesuai keinginan siswa dan guru, dan ia dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti e-mail, mailing list, chat, bulletin board, and konferensi komputer.

4. TIK sudah menjadi suatu daya penggerak perubahan bidang pendidikan dan mereka adalah suatu bagian integratif dari kebijakan dan rencana pendidikan nasional. Bukti yang berkembang menunjukkan semakin banyak negara yang mulai melengkapi sekolah mereka dengan komputer untuk mencapai reformasi sekolah atau usaha peningkatan sekolah atau bahkan untuk memberi sekolah mereka suatu penampilan modern dan bertenologi. Bagaimanapun, dalam posisi ini banyak pendidik yang melihat teknologi online sebagai suatu jalan untuk pengajaran, pelajaran, dan praktek penguasaan baru, hanya mempunyai sedikit informasi tentang potensi dan penggunaan otentik dari ICT dalam pendidikan. Pengalaman menunjukkan bahwa pengenalan tentang teknologi di sekolah mengalami tiga fasa, yakni suatu tahap penggantian di mana praktek tradisional masih terjadi tetapi teknologi baru digunakan; suatu tahap transisi di mana praktek baru mulai muncul dan praktek lama dipertanyakan; dan suatu tahap transformasi di mana teknologi memungkinkan praktek baru dan praktek lama menjadi usang. Jika pendidik meminta dengan tegas atas penggunapan TIK sebagai pengganti praktek yang ada, mereka tidak dapat berperan untuk memecahkan permasalahan di bidang pendidikan yang saat ini mereka temui.

5. Pengenalan TIK di sekolah telah membawa suatu sikap yang lebih positif terhadap sekolah pada diri siswa. Karena TKI dan belajar berbasis web menawarkan keaneka ragaman yang lebih besar dari tujuan, proyek, aktivitas, dan latihan dalam pembelajaran dibanding kelas tradisional, minat dan motivasi siswapun meningkat secara nyata. Para guru dan siswa terangsang karena pengajaran menjadi lebih dinamis yang memperluas visi mereka seperti halnya akses ke bahan belajar dan perangkat lunak bidang pendidikan yang bermutu tinggi. Lebih dari itu, para guru kelihatannya termotivasi untuk mengajar dengan lebih kreatif. Portal pembelajaran menghubungkan para guru kepada sejumlah racangan pelajaran, panduan guru, dan soal-soal

Page 26: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

latihan siswa yang ditempatkan di Internet oleh institusi pemerintah, LSM, dan institusi pendidikan.

6. Kelas online cenderung untuk menjadi lebih sukses jika TIK dikombinasikan dengan suatu ilmu pendidikan yang tepat. Gelanggang pendidikan dari pembelajaran online masih sangat muda. Saat banyak institusi yang menawarkan kursus online, pemahaman mendalam tentang isu pedagogis yang berhubungan dengan pendidikanonline masih belum diselidiki secara mendalam. Banyak kursus online yang hanya halaman web dikombinasikan dengan e-mail dan ruangan chatting tanpa landasan pedagogis. Pengalaman-pengalaman sukses menunjukkan bahwa telah ada suatu penurunan dari aktivitas dipandu guru seperti halnya penurunan jumlah pembelajaran tatap muka dan bergerak ke arah aktivitas yang berbentuk proyek dan pembelajaran mandiri sebagai hasil pemanfaatan TIK.

7. Pembelajaran online memungkinkan siswa mempunyai kendali lebih besar terhadap kegiatan dan isi pembelajaran. Lingkungan online mennempatkan siswa di tengah-tengah pengalaman belajar. Pada pembelajaran tradisional, pengulangan digunakan berkali-kali dengan memperkenalkan informasi yang sangat serupa dalam format berbeda atau dengan menanyakan pertanyaan yang sama dengan cara yang berbeda. Padahal banyak siswa tidak suka latihan yang berulang-ulang. Internet mendorong siswa untuk menggali informasi dan contoh praktis. Hypermedia dan multimedia memudahkan pendekatan yang belum pernah terjadi pada pembelajaran tradisional. Internet mempromosikan suatu alternatif jenis belajar dengan melakukan (learning by doing) di manapara siswa diminta untuk melakukan proyek yang berhubungan dengan situasi hidup nyata. Teknologi menyampaikan informasi dengan penekanan pada penciptaan dan explorasi aktif terhadap pengetahuan dibandingkan transfer informasi searah, yang memungkinkan siswa tersebut untuk menggunakan secara penuh kemampuan kognitif mereka sendiri.

8. Corak interaktif sumber belajar memungkinkan siswa untuk terus meningkatkan keterlibatannya dengan pengembangan isi dan dengan demikian berperan dalam suatu situasi belajar yang lebih otentik. Sebagai contoh, para siswa dapat mengakses perpustakaan maya di seluruh dunia. Dengan demikian mereka mempunyai akses ke sejumlah besar informasi dan sumber belajar yang luas yang tidak dapat dicapai dalam seting pembelajaran yang tunggal. Sejauh yang terkait dengan guru, sejumlah besar sumber belajar yang diletakkan di Internet telah membantu guru dalam menghadapi tantangan mengajar sehari-hari. Para guru dapat saling betukar rencangan pembelajaran, teknik pedagogis, dan strategi yang berhubungan dengan isu-isu dan permasalahan umum.

9. Pembelajaran online menyediakan perkakas teknis yang membuat belajar lebih mudah. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan untuk mencari informasi dan bahan belajar adalah segera dan intuitif. Bahasa tersebut tidaklah harus dipelajari oleh pemakai dan dapat diadopsi dengan usaha minimal. Tatabahasa Dan sintaksis dasar dapat digunakan sebagai instrumen untuk mencari dan memperoleh informasi. Pengintegrasian komunikasi dan authoring tools, bersama dengan alat penghubung clickto-connect telah berhasil dengan mantap mempermudah proses mengecek email, mengakses data, dan pengaturan atas koneksi konferensi komputer. Teknologi simulasi tau visualisasi dapat membantu siswa untuk belajar sistem yang kompleks dengan cara yang lebih kongkrit. Komunikasi percakapan berbasis komputer (Computer Mediated Chatting = CMC) dan bulletin board dapat melengkapi pertemuan tatap muka.

10. Pendidikan dan pelatihan guru sekarang meliputi pembelajaran kolaboratif dan just-intime. TIK membuka suatu dunia yang utuh dari belajar sepanjang hayat melalui pendidikan jarakjauh, pembelajaran asynchronous, dan pelatihan atas permintaan. TIK cukup fleksibel untuk memperkenalkan kursus baru sebagai jawaban langsung atas permintaan yang semakin meningkat.

11. TIK membantu memecahkan isolasi profesional yang banyak diderita para guru. Dengan TIK, mereka dapat dengan mudah berhubungan dengan para profesional lain, rekan kerja, penasihat, universitas dan pusat keahlian, dan dengan sumber belajar. Para guru kini menerbitkan bahan belajar yang mereka kembangkan di Internet dan berbagi pengalaman mengajar mereka dengan guru lainnya.

12. Penggunaan jaringan komputer untuk mempromosikan aktivitas belajar berkelompok menjadi semakin lebih populer. Teknologi komputer dalam pendidikan bergerak dari belajar mandiri ke metode belajar jarak jauh berkelompok. Dengan menggunaan perangkat komunikasi berbasis komputer dan kelompok belajar berbasis web, siswa dapat menerapkan pengetahuan yang dimiliknya dengan mengkombinasikan usaha mereka untuk mengembangkan suatu aktivitas atau

Page 27: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

proyek. Belajar koperatif melalui komputer mempunyai efek positif atas kinerja tugas kelompok, prestasi individu, dan sikap terhadap belajar kolaboratif.

13. Universitas sedang memasuki fase kemitraan dengan sektor swasta, terutama sekali industri teknologi informasi, dalam rangka membantu menjaga kelangsungan hidup operasi dan keuangan dari program pendidikan berbasis TIK. Semakin banyak sekolah menyadari bahwa berhubungan dengan sektor bisnis tidak akan mengancam sistem persekolahan. Yang lain melihat suatu keuntungan dalam capitalising atas produk dan jasa pendidikanmereka. Persekutuan belajar di penyampaian produk dapat menawarkan berbagai manfaat, seperti pengurangan biaya-biaya pengembangan latihan, berbagi biaya-biaya penelitian dan pengembangan yang bersama, atau berbagi database dan isi perpustakaan.

14. TIK meningkatkan fungsi perpustakaan dan mengubah peran pustakawan secara hakiki. Sekolah tidak perlu melanjutkan penderitaan atas kelangkaan pendukung perpustakaan dengan memanfaatkan sumber belajar yang kaya yang tersedia di Internet.

Upaya Pemberdayaan Internet untuk pendidikan

Saat InI dunia telah berada dalam era komunikasi instan atau dikenal pula sebagai era informasi. Era

informasi ditandai oleh pesatnya perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi

(TIK), khususnya komputer dan internet. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan

beribu bahkan berjuta jaringan komputer (local/wide areal network) termasuk komputer pribadi (stand

alone), yang memungkinkan setiap komputer yang terhubung kepadanya bisa saling melakukan

komunikasi satu sama lain. Sebenarnya, internet awalnya lahir untuk suatu keperluan militer di

Amerika Serikat. Pada awal tahun 1969 Advanced Research ProjectAgency (ARPA) dari Departemen

Pertahanan Amerika Serikat, membuat suatu eksperimen jaringan yang diberi namaARPAnet untuk

mendukung keperluan penelitian (riset) kalangan militer. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya

jaringan ini dipergunakan untuk keperluan riset perguruan tinggi, yang dimulai dengan University of

California, Stanford Research Institute dan University of Utah (Cronin, 1996). Fasilitas aplikasi

Internet cukup banyak sehingga mampu memberikan dukungan bagi keperluan militer,

kalanganmedia massa, kalangan bisnis, maupun kalangan pendidikan.

Dalam kaitan pemanfaatannya untuk pendidikan, Ashby (1972) seperti dikutip oleh Miarso (2004),

menyatakan bahwa dunia pendidikan telah memasuki revolusinya yang kelima. Revolusi pertama

terjadi ketika orang menyerahkanpendidikan anaknya kepada seorang guru. Revolusi kedua terjadi

ketika digunakannya tulisan untuk keperluan pembelajaran. Revolusi ketiga terjadi seiring dengan

ditemukannya mesin cetak sehingga materi pembelajaran dapat disajikan melalui media cetak.

Revolusi keempat terjadi ketika digunakannya perangkat elektronik seperti radio dan televisi untuk

pemerataan dan perluasan pendidikan. Revolusi kelima, seperti saat ini, dengan dimanfaatkannya

teknologi komunikasi dan informasi mutakhir, khususnya komputer dan internet untuk pendidikan.

Revolusi ini memberi dampak terhadap beberapa kecenderungan pendidikan masa depan. Beberapa

ciri tersebut, menurut Ashby seperti dikutip oleh Miarso (2004) adalah sebagai berikut:1. Berkembangnya pembelajaran di luar kampus sebagai bentuk pendidikan berkelanjutan.2. Orang memperoleh akses lebih besar dari berbagai sumber belajar.

3. Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar menjadi ciri dominant dalam kampus.

4. Bangunan kampus berserak (tersebar) dari kampus inti di pusat dengan kampus satelit yang ada di tengah masyarakat.

5. Tumbuhnya profesi baru dalam dalam bidang media dan teknologi.6. Tuntutan terhadap lebih banyak belajar mandiri.

Kecenderungan lain, seperti diungkapkan oleh Ryan et al (2000) adalah sebagai berikut:

Page 28: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Teknologi yang ada saat ini dapat mentransformasi cara pengetahuan dikemas, disebarkan, diakses, diperoleh dan diukur. Sehingga merubah cara produksi dan penyampaian materi dari cetak dan analog ke dalam bentuk digital dalam bentuk DVD, CD-ROM, maupun bahan belajar on-line berbasis web lainnya.

Orang akan lebih memilih metode belajar yang lebih luwes (flexible), mudah, dan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Sehingga memicu terjadinya pergeseran pola pendidikan dari tatap muka (konvensional) kearah pendidikan yang lebih terbuka. Dengan adanya teknologi internet ini sistem penyampaian dan komunikasi (delivery system and communication) antara siswa dengan guru, guru dengan guru atau siswa dengan siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan cara, baik secara bersamaan (synchronous) maupun (asynchronous). Beberapa bentuk komunikasi yang dapat dilakukan antara lain adalah sebagai berikut (Purbo, 1997):

Dialog elektronik (chatting); dialog elektronik adalah percakapan berbasis teks yang dapat dilakukan secara online dalam waktu bersamaan (synchronous) antara dua atau lebih pengguna internet. Contoh aplikasi dalam kontekspendidikan tinggi, dialog elektronik dapat digunakan untuk proses komunikasi antara dosen dengan beberapa orang mahasiswanya dalam mendiskusikan suatu topik perkuliahan tertentu.

Surat elektronik (e-mail); surat elektronik merupakan suatu bentuk komunikasi tidak bersamaan (asynchronous) yang memungkinkan terjadinya komunikasi antara mahasiswa dengan dosen atau mahasiswa dengan mahasiswa lain melalui surat yang disampaikan secara elektronik melalui internet. Berbeda dengan chatting, dengan cara ini umpan balik yang diperoleh mungkin tertunda.

Konferensi kelompok melalui surat elektronik (mailing list); Mailing list merupakan perluasan dari e-mail dimana seseorang dapat mengirim pesan kepada sekelompok orang tertentu yang telah terdaftar untuk bergabung dalam kelompok diskusi. Sebagai contoh, seorang dosen memiliki daftar mahasiswa yang tergabung dalam kelompok mata kuliah tertentu. Pemberian tugas dan diskusi dapat dilakukan melalui fasilitas seperti ini.

Konferensi jarak jauh (teleconference); konferensi jarak jauh dapat berupa konferensi audio maupun konferensi video. Kedua konferensi ini dapat dilakukan dengan cara "point to point" atau "multi point". Cara pertama dilakukan dalam dua tempat. Sedangkan cara kedua dilakukan dalam lebih dari dua tempat. Sebagai contoh, seorang guru dari sekolah tertentu dapat mendiskusikan suatu topik tertentu kepada siswa di beberapa sekolah lain dalam waktu bersamaan.

Edukasi.Net

Sebelum menjawab mengapa, terlebih dahulu perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan

EdukasiNet. Mengingat potensinya yang sangat luar biasa, seperti dijelaskan di atas, EdukasiNet

hadir sebagai upaya memberdayakan potensi internet untuk kebutuhan pendidikan. Lebih tepatnya,

EdukasiNet hadir sebagai sebagai salah satu media jaringan sekolah (schoolnet) di Indonesia.

Jaringan sekolah adalah suatu kegiatan komunitas sekolah (guru, siswa, atau tenaga pendidik dan

kependidikan lain) yang dimediasi oleh internet sebagai sarana komunikasi atau bertukar informasi

satu sama lain. Terjadinya pertukaran informasi yang mudah dan cepat tanpa terbatas ruang dan

waktu melalui program jaringan sekolah ini memungkinkan terjadinya komunitas masyarakat

informasi (knowledge-based society) dalam lingkup sekolah. Di masa mendatang diharapkan terjadi

jaringan sekolah yang tidak hanya terjadi dalam skala lokal (nasional), tapi dalam skala yang lebih

luas, yaitu regional dan internasional. Jadi,

EdukasNet adalah program jaringan sekolah yang dikembangkan oleh Pustekkom yang berfungsi

sebagai 1) wahana komunikasi lintas sekolah; 2) wadah sumber belajar; dan 3) wahana berbagi

informasi antar sekolah di Indonesia. Sebagai portal pendidikan, EdukasiNet dapat diakses oleh siapa

saja, di mana saja dan kapan saja melalui url:http://www.e-dukasi.net. Dengan tiga peran utama

Page 29: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

tersebut, maka EdukasiNet dapat berfungsi atau memerankan diri sebagai jaringan

sekolah (schoolnet).

Mengapa EdukasiNet dikembangkan? Alasan pertama adalah untuk menjawab adanya kenyataan

bahwa sampai dengan tahun 2002, sulit sekali ditemukan herbagai bahan belajar berbasis web yang

berbahasa Indonesia dan sesuai dengan kurikulum. Saat itu, beberapa jaringan sekolah telah

dikembangkan diantaranya adalah "Sekolah Online", `guru Online’.’Jaringan Informasi Sekolah’, dan

lain-lain. Tapi, sebagian besar belum menyediakan bahan belajar (content) yang sesuai dengan

kurikulum. Alasan kedua, internet memungkinkan untuk dapat mendistribusikan informasi dengan

cepat tanpa mengenal ruang dan waktu. Oleh sebab itu, pengalaman (best practices), ide,

peristiwa/berita atau informasi lain berkaitan dengan pendidikan dan atau pembelajaran yang berasal

dari suatu sekolah, guru, ahli dan lain-lain juga memungkinkan didistribusikan dengan cepat melalui

internet. Alasan ketiga, dengan media internet, tidaklah mustahil antara guru dengan guru di sekolah

yang berbeda, antara ahli, siswa dengan guru di tempat berbeda dapat saling berkomunikasi baik

secara langsung (synchronous) maupun tertunda (asynchronous) untuk mendiskusikan suatu topik/

tema tertentu. Sehingga pertukaran pengetahuan dapat terjadi dan terdistribusi dengan cepat ke

banyak sasaran secara efisien. EdukasiNet dirancang untuk dapat melakukan hal ini.

Terjadinya pertukaran informasi yang mudah dan cepat tanpa terbatas ruang dan waktu melalui

program jaringan sekolah (EdukasiNet) ini memungkinkan terjadinya komunitas masyarakat

informasi (knowledge-based society) dalam lingkup sekolah. Ketiga hal tersebut merupakan tujuan

utama (ultimate goal) dikembangkannya EdukasiNet.

Sebenarnya, EdukasiNet lahir setelah melalui beberapa proses kajian ilmiah sejak tahun 2002. Pada

bulan Juni tahun 2002, pengembangan EdukasiNet diawali dengan penggalangan ~ dukungan dari

lingkungan Depdiknas seperti DirektoratPendidikan Menengah Umum, dan Direktorat Menengah

Kejuruan serta dari kalangan luar Depdiknas seperti Divisi Risti PT. Telkom, Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi (BPPT), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Jaringan

Informasi sekolah (JIS), ICT Watch, dan media massa yang bergerak dalam bidang teknologi

informasi. Kegiatan tersebut kemudian diikuti dengan serangakaian kegiatan penyelenggaraan

seminar e-learning pada tanggal 2 Juli 2002.

Sebagai portal yang dinamis, EdukasiNet akan senantiasa terus mengalami perbaikan sepanjang

waktu sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi itu sendiri. Lantas ; apa manfaat

EdukasiNet bagi para penggunanya? Manfaat EdukasiNet dapat dijelaskan ; sebagai berikut:

1. Sebagai Sumber Bahan Belajar:

guru dan siswa dapat memperoleh berbagai bahan belajar yang meliputi bahan belajar yang berkaitan dengan semua mata pelajaran untuk SD, SMP dan SMA, modul online, pengetahuan populer, berita serta artikelpendidikan dengan cara mengunduh (mendownload) atau memanfaatkannya langsung dalam kelas;

siswa dapat menguji kemampuan/kompetensi semua mata pelajaran yang dipelajarinya secara online;

guru dapat memperoleh informasi mengenai teknik dan tips dalam belajar dan membelajarkan siswa;

guru dapat berbagi ilmu dengan guru lain dengan cara mengirimkan karyanya berupa bahan belajar berbasis web ke administrator EdukasiNet untuk di-upload;

Page 30: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

2. Sebagai Sarana Komunikasi dan Kolaborasi Lintas Sekolah

Sekolah memperoleh ruang (space) untuk menampilkan web site sekolahnya masingmasing sebagai sub domain EdukasiNet;

Guru dapat mengirimkan ide, pengalaman, karya ilmiah atau berita pendidikan ke Siswa dapat berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan sesama siswa dari

Guru dapat berkomunikasi, berbagi ide dan pengalaman dengan sesama guru dari sekolah lain di Indonesia secara online dengan memanfaatkan fasilitas forum guru (melalui e-mail, millist atau chatting);

adminstrator EdukasiNet untuk dipublish dalam feature artikel dan news EdukasiNet;

sekolah lain dengan memanfaatkan fasilitas forum siswa.

Fasilitas/Feature EdukasiNet

Sumber Bahan Belajar (Learning Resource)

EdukasiNet menyediakan sumber belajar yang dirancang secara khusus dan dapat diakses dan atau

di download secara gratis. Sumber belajar ini terdiri dari materi pokok, modul online, pengetahuan

populer, serta teknik dan tips mengajar. Materi Pokok, yaitu bahan belajar yang meliputi semua mata pelajaran untuk SD, SMP, SMA

atau yang sederajat dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Materi pokok ini dikembangkan secara bertahap, antara lain mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Inggris, dan mata pelajaran lainnya.

Modul Online ini dirancang untuk siswa dan guru SMP-SMATerbuka dalam versi digital, sehingga mereka dapat mengambil/mencetak modul sesuai dengan kebutuhan. Namun siapapun Anda dapat memanfaatkan modul ini seperti mereka.

Pengetahuan Populer, berisikan informasi praktis yang dikemas dengan gaya yang khas dan ringan. Topik yang disajikan dipilih yang populer dan bermanfaat bagi masyarakat. Topik-topik tersebut terhimpun dalam rubrik tertentu yang dibutuhkan pengguna. Di sini Anda dapat memilih rubrik yang menarik sesuai selera Anda. Rubrik tersebut antara lain Fotografi, Elektronika, Otomotif dan Teknologi Informasi, Lingkungan Hidup, Kesehatan, Fenomena Alam, Kiat Belajar, dll. Pengguna yang mempunyai bahan/informasi yang menarik untuk dimuat dalam rubrik ini dapat disampaikan kepada Admin EdukasiNet.

Uji Kemampuan, berupa soal-soal latihan yang disusun berdasarkan standar kompetensi yang ada pada kurikulum sekolah. Di sini pengguna (khususnya siswa SD, SMP dan SMA atau yang sederajat) dapat berlatih mencoba sejauhmana penguasaan materi pelajaran di sekolah.

Interaksi Komunitas

Forum komunitas ini dirancang sebagai wahana tukar informasi antar pengguna EdukasiNet. Guru,

siswa, mahasiswa, orang tua, pakar/praktisi atau siapapun yang peduli dengan pendidikan dapat

bergabung secara aktif di sini. Interaksi komunitas ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sebagai

berikut: Forum, Interaksi didalam forum ini dirancang untuk komunikasi antar guru dengan guru lain,

siswa dengan siswa lain, guru dengan siswa dalam bentuk diskusi atau tukar informasi, pemikiran, saran, mata pelajaran, dan lainnya. Namun forum ini juga terbuka bagi siapapun yang peduli dengan pendidikan untuk aktif memberikan sumbangan pemikiran dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Chatting Fasilitas ini memungkinkan pengguna dapat melakukan dialog secara elektronik (chat-ting) secara langsung dengan pengguna lain di tempat yang berbeda secara real time.

lnfo

Fitur ini menyediakan layanan berupa artikel, news, event, dan web sekolah. secara lebih rinci,

berbagai layanan dalam fitur ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Page 31: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

Artikel Fitur ini menyediakan layanan artikel yang lebih difokuskan pada topik pendidikan dan informasi lainnya yang terkait dengan pendidikan. Melalui fasilitas ini pengguna tidak hanya berkesempatan membacanya, tetapi juga dapat men-downloadnya secara bebas dan gratis. Pengguna juga bisa menyumbangkan buah pikiran/tulisan ini dan dikirim melalui administrator EdukasiNet.

News EdukasiNet menyediakaan fasilitas berita (news) yang dirancang dari, oleh, dan untuk pengguna. Oleh karena itu partisipasi aktif pengguna sangat menentukan dinamika feature ini.

Kalender Kegiatan (Event) Fitur ini menyajikan informasi/berita tentang kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pengelola, ataupun oleh komunitas EdukasiNet khususnya sekolah.

Web Sekolah EdukasiNet menyediakan fasilitas informasi tentang sekolah yang merupakan anggota (usermember) dari EdukasiNet. Informasi ini tersimpan dalam aplikasi dan server EdukasiNet serta dapat diisi atau diedit oleh sekolah yang menjadi anggota.

Pola Pemanfaatan Bahan Belajar EdukasiNet di Sekolah

Bahan belajar yang ada di EdukasiNet dapat dimanfaatkan, khususnya oleh guru dan siswa dalam

berbagai cara/pola sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, guru maupun siswanya itu sendiri. Ada

empat alternatif pola pemanfaatan EduaksiNet di sekolah, yatu: 1) pola pemanfaatan langsung (di lab

komputer); 2) pola pemanfaatan di kelas; 3) pola penugasan; dan 4) pola individual.

Pola Pemanfaatan Langsung (di Lab Komputer): Pola ini dapat dilakukan oleh sekolah yang telah memiliki lab komputer yang terhubung langsung A dengan internet. Siswa dapat secara individu (satu siswa satu komputer) dengan bimbingan guru mempelajari topik pelajaran tertentu. Bila jumlah komputer di lab tidak memungkinkan untuk belajar secara individu, siswa dapat belajar secara kelompok (antara 2 - 4 orang per komputer).

Pola Pemanfaatan di Kelas: Apabila sekolah belum memiliki lab komputer, namun mempunyai sebuah LCD projector dan sebuah komputer (desktop/laptop) yang tersambung ke internet, maka pemanfaatannya dapat dilakukan dengan cara presentasi dan diskusi kelas. Bila komputer di kelas tidak terhubung ke internet, sebelumnya guru dapat men-Download terlebih dahulu topik pelajaran tertentu yang dibutuhkan dari EdukasiNet, kemudian dipresentasikan secara offline melalui LCD Projector di kelas. Untuk pola yang kedua ini, disarankan guru terlebih dahulu mengidentifikasi dan mendownload topik-topik yang dibutuhkan untuk kemudian dimanfaatkan di kelas. Bahan belajar yang ada di EdukasiNet dapat didownload secara gratis oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

Pola Penugasan: Pola ini dapat dilakukan untuk sekaligus mengembangkan ICT Literacy siswa. Siswa, baik secara kelompok maupun individual diberikan tugas untuk menelusuri bahan belajartertentu di situs EdukasiNet(http:///www.e-dukasi.net)atau situs lain, kemudian siswa tersebut mempresentasikan dan mendiskusikan hasil karyanya tersebut di kelas atau siswa mengumpulkan tugasnya dalam bentuk tulisan, gambar, grafik dan lain-lain dengan memanfaatkan aplikasi komputertertentu (seperti MSWord, MS Powerpoint, Coreldraw, dll.). Untuk pola ini, disarankan guru yang menugaskan telah menelusuri dan menentukan alamat situs yang harus dibuka oleh siswa.

Pola Pemanfaatan Individual: Yang dimaksud dengan pola individual disini adalah siswa atas inisiatif sendiri dibebaskan mengeksplorasi semua bahan belajar (baik materi pokok, pengetahuan populer, modul online, maupun uji kemampuan) yang ada dalam EdukasiNet. Siswa dapat mengakses EdukasiNet di sekolah, Warnet, atau rumah sesuai dengan kondisi masing-masing.

Penutup

EdukasiNet adalah portal jaringan sekolah yang dikembangkan oleh Pustekkom yang berfungsi

sebagai 1) wahana komunikasi lintas sekolah; 2) wadah sumber belajar; dan 3) wahana berbagai

informasi antar sekolah di Indonesia. EdukasiNet dapat diakses melalui url: http://www.e-dukasi.net.

Sebagai portal jaringan sekolah, EdukasiNet menyediakan 1) bahan belajar (meliputi materi pokok,

pengetahuan populer, modul online, dan uji kompetensi); 2) forum (meliputi forum diskusi untuk

Page 32: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

semua mata pelajaran, chatting dan milis; dan 3) informasi (yang meliputi artikel, berita, kalender

kegiatan (event) dan web sekolah).

Sampai tanggal 28 Desember 2005, telah tercatat sebanyak 500.000 orang yang telah mengunjungi

EdukasiNet. Disamping itu, tercatat 4.282 anggota aktif pengguna EdukasiNet. Jumlah ini masih

sangat sedikit dibandingkan dengan portal lain yang telah maju seperti ilmukomputer.com, dan yang

lainnya. Namun demikian, bagi mereka yang telah memanfaatkan EdukasiNet memberikan pendapat

yang positif terhadap kehadiran EdukasiNet (37% menyatakan sangat baik dan 30% menyatakan

baik). Sementara itu, jumlah bahan belajar yang telah diupload sebanyak 55 judul materi pokok, 79

judul modul online, dan 150 judul pengetahuan populer. Ke depan diharapkan EdukasiNet tidak

hanya menyediakan bahan belajar untuk SMA saja, tapi juga untuk SMP dan SD. Untuk

mempercepat peningkatan jumlah bahan belajar, diharapkan bahan belajar tidak hanya diproduksi

oleh Pustekkom saja tapi juga dari guru atau komunitaspendidikan lainnya. Begitu pula halnya

dengan artikel dan berita. Sementara itu, model musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dimasa

mendatang dapat terjadi melalui forum diskusi per mata pelajaran yang ada dalam portal EdukasiNet.

Sehingga diskusi (pertukaran informasi) dapat terjadi secara online tanpa harus berkumpul di satu

tempat tertentu. Bahan belajar yang ada dalam EdukasiNet dapat dimanfaatkan secara fleksibel

sesuai dengan kondisi sekolah. Bahan belajar yang ada dalam EdukasiNet dapat dimanfaatkan

dengan: 1) pola pemanfaatan langsung di lab komputer; 2) pola pemanfaatan di kelas; 3) pola

penugasan; mupun 4) pola individual. Semua bahan belajar tersebut dapat didownloadsecara gratis

oleh guru, siswa atau siapapun yang membutuhkan.

Namun demikian, dalam pemanfaatannya di lapangan, masih terdapat beberapa tantangan yang

dihadapi untuk dapat membuat portal jaringan sekolah EdukasiNet ini berjalan dengan baik dan

dinamis. Tantanga pertama adalah belum adanya relawan sebagai moderator untuk forum diskusi.

Forum diskusi ini sebenarnya dikelompokkan berdasarkan mata pelajaran. Misalnya, forum diskusi

untuk mata pelajaran matematika, fisika, kimia dan mata pelajaran lain. Sampai saat ini diskusi yang

terjadi masih belum terarah atau tidak fokus pada topik/ tema tertentu. Sehingga, walaupun telah

terjadi diskusi satu sama lain, tapi apa yang didiskusikan masih tidak menentu. Begitu pula halnya

dengan forum diskusi mata pelajaran yang lainnya. Tantangan kedua adalah belum banyaknya guru

(user EdukasiNet) yang mengirimkan artikel ilmiah berkaitan dengan pengalaman atau hasil

penelitian yang berkaitan dengan pendidikan atau lebih khusus berkaitan dengan pembelajaran untuk

mata pelajaran tertentu. Tantangan terakhir adalah kendala teknis yang klasik dihadapi seperti 1)

sulitnya akses internet karena mahal dan kecepatan akses yang kurang memadai; 2) kebijakan

sekolah yang belum mendukung; 3) tenaga guru yang menguasai komputer dan internet yang masih

rendah; serta 4) anggaran sekolah yang masih rendah. Akhirnya, pemanfaatan internet di sekolah

belum menjadi skala prioritas mengingat masih banyak kebutuhan lain yang lebih dianggap prioritas

dibandingkan dengan internet dan lab komputer.

Page 33: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

2. Dengan mempelajari dari berbagai sumber E-Portofolio teman-teman dapat saya

simpulkan diantaranya sebagai berikut.

Pada dasarnya inovasi pendidikan memiliki 4 ranah penting, yaitu :

1. What (apa definisi atau esensi dari inovasi itu sendiri)

2. Why (kenapa inovasi harus dilakukan)

3. When (kapan inovasi harus dilakukan)

4. How (bagaimana inovasi itu dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat)

Kehidupan adalah perubahan jika tidak ada perubahan artinya tidak ada kehidupan,

pendidikan itu sendiri merupakan kehidupan karena memiliki sifat perubahan,

sedangkan inovasi itu sendiri merupakan upaya tersistematis dalam melakukan

perubahan tersebut, dengan demikian karakteristik UPI terlebih AP adalah wajib

memiliki karakteristik Perubahan sebagai Read the rest of this entry »Rate this:

 

 

 

 

 

 

3 Votes

KATEGORI:PENGANTAR PERKULIAHAN, PERTEMUAN 1TINGGALKAN KOMENTAR

Page 34: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

KONSEP DASAR INOVASI   PENDIDIKAN A. Konsep Dasar Inovasi

Inovasi berasal dari kata latin, innovation yang berarti pembaruan dan perubahan. Kata

kerjanya inovo yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi adalah suatu

perubahan yang baru yang menuju kea rah perbaikan; yang lain atau berbeda dari yang

ada sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara

kebetulan).

Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other

unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan

maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan.

Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya

adalah : Managerial, Teknologi, Kurikulum

B. Pengertian Inovasi Pendidikan

Ada beberapa pendapat mengenai inovasi pendidikan :

1. Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa inovasi pendidikan adalah inovasi dalam

bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi

pendidikan adalah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati berbagai hal

yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil

inverse (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk

mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.

2. Demikian pula Ansyar, Nurtain (1991) mengemukakan inovasi adalah gagasan,

perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks social tertentu untuk menjawab

masalah yang dihadapi.

Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal

(yang ada sebelumnya), serta sengaja diciptakan untuk meningkatkan kemampuan

guna mencapai Read the rest of this entry »Rate this:

 

 

 

 

 

 

1 Vote

KATEGORI:PERTEMUAN 2TINGGALKAN KOMENTAR

Page 35: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

KARAKTERISTIK INOVASI   PENDIDIKAN Everett M. Rogers mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat mempengaruhi

cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut :

1. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau

keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya,

prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya.

2. Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan

nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.

3. Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami

dan menggunakan inovasi bagi penerima.

4. Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh

penerima.

5. Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu

inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen

pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan

guru, implementasi kurikulum,dll.

Dari kelima karakteristik tersebut didapat peta konsep sebagai berikut :

1. Keunggulan reatif

· manfaat Read the rest of this entry »Rate this:

 

 

 

 

 

 

2 Votes

KATEGORI:PERTEMUAN 3TINGGALKAN KOMENTAR

PROSES INOVASI   PENDIDIKAN Rogers (1961) mengemukakan difusi menyangkut “which is the spread of a new idea

from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat)

elemen pokok, yaitu:

Page 36: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

(1) Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam

hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang

menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi

untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

(2) Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber

kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu

memperhatikan (a) tujuan diadakannya Read the rest of this entry »Rate this:

 

 

 

 

 

 

1 Vote

KATEGORI:PERTEMUAN 4TINGGALKAN KOMENTAR

STRATEGI INOVASI   PENDIDIKAN Rangkuman Pertemuan 5

STRATEGI INOVASI

1. Strategi Fasilitatif

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakqan strategi fasilitatif artinya

untuk mencapai tujuan perubahan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan

penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah

dan lancar. Strategi fasilitatif akan dapat digunakan dengan tepat jika :

(a) mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target

perubahan,

(b) merasa perlu adanya perubahan,

(c) bersedia menerima bantuan dari luar dirinya,

(d) memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki

dirinya.

2. Strategi Pendidikan.

Dengan strategi ini orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang

sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru.

Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut

ini :

- digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai

Page 37: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

- disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya: sumbangan

dana, donator, serta penunjang yang lain.

- digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke

keadaan sebelumnya.

Strategi pendidikan akan kurang eefektif jika :

- tidak tersedia sumber yang cukup untuk Read the rest of this entry »Rate this:

 

 

 

 

 

 

2 Votes

KATEGORI:PERTEMUAN 5TINGGALKAN KOMENTAR

INOVASI DALAM   ORGANISASI A. Rangkuman Pertemuan 6

1. Ruang lingkup inovasi sekolah sebagai suatu sistem adalah sebagai berikut

a. Input, meliputi:

* Visi, misi, tujuan, sasaran

* Kurikulum

* Pendidik dan tenaga kependidikan

* Peserta didik

* Sarana dan prasarana

* Dana

* Regulasi

* Organisasi

* Administrasi

* Peran serta masyarakat

* Budaya sekolah

b. Proses; yaitu proses belajar mengajar

c. Output, meliputi:

* Prestasi akademik

* Prestasi non akademik

* Angka putus sekolah

* Angka mengulang

Page 38: Makalah Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

d. Outcome, meliputi:

* Kesempatan pendidikan

* Kesempatan kerja

* Pengembangan diri tamatan

2. Konsep Organisasi

* Definisi

Menurut Stephen P. Robbins