Makalah Studi Kasus Pencemaran Di Sungai Mahakam Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen kualitas air

Citation preview

STUDI KASUS PENCEMARAN DI SUNGAI MAHAKAMSAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

MAKALAH MANAJEMEN KUALITAS AIRPROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRANJURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

Oleh :

LUK LUK IL MAKNUUNNIM. 125080100111064

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN31.1 Latar Belakang31.2 Rumusan Masalah31.3 Tujuan4BAB II METODE52.1 Metode Pengambilan Data52.2 Metode Analisis5BAB III PEMBAHASAN63.1 Limbah B363.2 Dampak Limbah B363.3 Strategi Penanggulangan73.4 Penanggulangan Teknis dan Non Teknis8BAB IV PENUTUP94.1 Kesimpulan94.2 Saran9DAFTAR PUSTAKA10LAMPIRAN11

ii

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDikutip dari sebuah artikel harian Seputar Indonesia (Sindo), sungai Mahakam di kota Samarinda tengah tercemar limbah B3 akibat tergulingnya kapal pengangkut limbah berbahaya hasil pengeboran minyak. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat, kapal pengangkut limbah berbahaya hasil pengeboran minyak itu diangkut oleh perusahaan kontraktor migas Haliburton, dan tenggelam, pada 25 September 2014. Kapal tersebut tenggelam didekat dermaga yang berada di sekitar pemukiman penduduk.Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar lokasi, kapal tersebut kerguling saat akan bersandar di pelabuhan Haliburton yang berada di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sanga-sanga, Kutai Kartanegara. Diduga kapal terguling akibat kelebihan muatan. Akibat peristiwa ini, sekitar 200 kepala keluarga di tiga RT yang biasanya memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari menjadi kekurangan pasokan air bersih karena air sungai telah tercemar limbah.Berdasarkan hal tersebut diatas, maka makalah ini disusun untuk mengetahui strategi penanggulangan pencemaran yang terjadi di Sungai Mahakam kota Samarinda, Kalimantan Timur.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang dapat disusun dalam makalah Studi Kasus Pencemaran di Sungai Mahakam Kalimantan Timur ini yaitu : Bagaimana strategi penanggulangan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran di Sungai Mahakam?1.3 TujuanTujuan dari penyusunan makalah Studi Kasus Pencemaran di Sungai Mahakam Kalimantan Timur ini adalah untuk mengkaji mengenai pencemaran di sungai Mahakam dan mencoba mencari alternatif oemecahan masalah untuk menanggulangi pencemaran yang terjadi.

BAB IIMETODE

2.1 Metode Pengambilan DataPengambilan data dalam pada penyusunan makalah ini berdasar tinjauan kepustakaan beupa buku, jurnal atau dari sumber media internet yang terkait dengan pencemaran lingkungan terutama lingkungan perairan yang tercemar limbah B3.

2.2 Metode AnalisisDalam menganalisis permasalahan pencemaran sungai ini digunakan metode deskriptif analisis yakni dengan mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada, menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung lainnya serta mencari alternatif pemecahan masalah.

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Limbah B3Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014, limbah bahan berbahaya dan beracun didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan beracun). Sedangkan menurut Ratman dan Syafrudin (2010), limbah bahan berbahaya dan beracun merupakan limbah atau campuran limbah memiliki karakteristik cepat menyebar. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa limbah B3 tidak boleh langsung dibuang ke perairan karena akan menyebabkan penurunan kualitas perairan.

3.2 Dampak Limbah B3Menurut Ratman dan Syafrudin (2010), limbah B3 berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan menyebabkan meningkatnya angka penyakit dan kematian serta membahayakan lingkungan. Dikutip dalam sebuah artikel kesehatan menyebutkan dampak B3 terhadap kesehatan antara lain :1. Kandungan merkuri dalam limbah B3 menyebabkan kerusakan susunan saraf pusat dan ginjal,2. Kandungan chromium menyebabkan dermatitis berat dan ulkus kulit3. Kandungan cadmium menyebabkan kerusakan ginjal, liver, testes, sistem imunitas, sistem susunan sarat dan darah4. Kandungan tembaga menyebabkan diare untuk kadar lebih tinggi dari normal dan kerusakan liver serta ginjal bila kadar sangat tinggi. Dan lain sebagainya. (dikutip dari Healthy Articles)

3.3 Strategi PenanggulanganBerdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 101 tahun 2014 disebutkan bahwa pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup pengurangan, penyimpanan limbah B3, pengumpulan limbah B3, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan limbah B3 tersebut. Jika dikaitkan dengan peristiwa yang terjadi di sungai Mahakam, maka dapat disimpulkan bahwa kapal pihak perusahaan Haliburton pada tanggal 25 September 2014 sedang melakukan pengangkutan limbah yang merupakan salah satu rangkaian dari proses pengelolaan limbah B3. Kesalahan yang dilakukan oleh pihak perusahaan tersebut terletak pada pengangkutan limbah dengan muatan yang berlebihan sehingga menyebabkan kondisi kapal tidak seimbang ketika hendak bersandar di pelabuhan Haliburton.Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pencemaran yang di sungai Mahakam adalah sebagai berikut :1. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan sungai, sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan sungai, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air sungai yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkanbooms(pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol.2. Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan boomsdan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebutskimmer.3. Bioremediasiyaitu proses pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi. Selain itu, teknik bioremediasi dapat menambahkan nutrisi dan oksigen, sehingga mempercepat penurunan polutan.4. Penggunaan sorbent dilakukan dengan menyisihkan minyak melalui mekanismeadsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fase minyak dari cair menjadi padat, sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik, oleofobik, mudah disebarkan di permukaan minyak, dapat diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami,rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan seratnilon).5. Dispersan kimiawi merupakan teknik memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet), sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan minyak. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebutsurfaktan.6. Washing oilyaitu kegiatan membersihkan minyak dari tepi sungai.

3.4 Penanggulangan Teknis dan Non Teknisa. Penanggulangan TeknisPembuatan dan Penegakan aturan perundang-undangan dengan cara pemberian sanksi hukuman tegas dan denda bagi yang melanggar, serta pemberlakuan pajak sebagai sumber dana dalam kegiatan pemulihan lingkungan sungai Mahakam.b. Penanggulangan Non TeknisMenumbuhkan kesadaran dan upaya penduduk dan pihak industri untuk tidak mencemari lingkungan perairan dengan sosialisasi tentang pentingnya sebuah ekosistem lingkungan sehat jauh dari pencemaran.BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanSungai mahakam tercemar akibat tergulingnya kapal pengangkut limbah B3 pengeboran minyak yang diduga kelebihan muatan. Peristiwa ini menjadikan warga sekitar sungai mahakam kekurangan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Adapun strategi penganggulangan yang dapat dilakukan untuk pengatasi pencemaran yang terjadi adalah in-situ burning, penyisihan minyak, secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, dispersan kimiawi, serta washing oil. Sementara itu penanggulangan dari segi teknis dilakukan dengan pembuatan dan penegakan aturan perundang-undangan dengan cara pemberian sanksi hukuman tegas dan denda bagi yang melanggar, serta pemberlakuan pajak sebagai sumber dana dalam kegiatan pemulihan lingkungan sungai Mahakam. Sedangkan penanggulangan non teknis dilakukan dengan cara menumbuhkan kesadaran dan upaya penduduk dan pihak industri untuk tidak mencemari lingkungan perairan.

4.2 SaranDiperlukan monitoring atau pemantauan serta pemeriksaan pada muatan kapal pengangkut limbah agar tidak sampai melebihi kapasitas dari kapal sehingga kejadian kapal terguling karena kelebihan muatan tidak terjadi lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, I. 2013. Pengolahan Limbah. http://ans-olahlimbah.blogspot.co.id/2013_03_05_archieve.html diakses pada tanggal 14 Oktober 2015Healthy Articles. 2012. Dampak B3 terhadap Kesehatan. http://www.smallcrab.com/kesehatan/729-dampak-b3-terhadap-kesehatan. Diakses pada tanggal 14 oktober 2015Pemerintah Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.Ratman, C.R. dan Syafrudin. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Jurnal Presipitasi. 7 (2) : 62-70

LAMPIRANKasus 1Awaluddin Jalil : Sungai Mahakam Tercemar Limbah B3 Pengeboran MinyakSelasa, 28 Oktober 2014 | 14:52 WIBSAMARINDA - Sungai Mahakam, tercemar limbah kapal pengangkut limbah berbahaya hasil pengeboran minyak. Akibat pencemaran itu, warga di Kelurahan Pendingin, Kecamatan Sanga-sanga, Kutai Kartanegara, kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kalimantan Timur (Kaltim) mencatat, kapal pengangkut limbah berbahaya hasil pengeboran minyak itu diangkut oleh perusahaan kontraktor migas Haliburton, dan tenggelam, pada 25 September 2014. "Kapal mengangkut limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Tenggelam didekat dermaga yang berada di sekitar pemukiman penduduk," kata Juru Bicara Jatam Kaltim Merah Johansyah, kepada wartawan, Selasa (28/10/2014).Dari hasil olah lapangan, dan wawancara warga di sekitar lokasi, kapal tersebut terguling saat ingin bersandar di pelabuhan Haliburton, yang ada di Kelurahan Pendingin. Dugaan awal, kapal terguling karena kelebihan muatan. "Ada sekira 200 kepala keluarga di tiga RT yang memanfaatkan air sungai untuk kehidupan sehari-hari. Warga mengakui, pemerintah lamban menangani kasus ini," bebernya. Dijelaskan, pertemuan antara warga, Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), dan pihak perusahaan, baru dilangsungkan pada 13 Oktober 2014. Hasilnya, warga sekitar bantaran sungai dapat kompensasi air bersih satu galon untuk setiap kepala keluarga. "Kami mendesak Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang dimiliki KLH dan BLH yang memiliki wewenang Penyidikan Pidana Lingkungan Hidup untuk melakukan investigasi secara mendalam," tegasnya. Penyidikan itu, termasuk dugaan Pidana Lingkungan Hidup sesuai dengan Undang-undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Dalam UU ini terdapat sembilan bentuk tindak Pidana Lingkungan Hidup. Salah satu di antaranya adalah kegiatan atau usaha yang menghasilkan limbah B3 yang kemudian tidak dilakukan pengelolaan atas limbah B3 tersebut," jelasnya.Ditambahkan dia, sesuai Pasal 103, usaha yang tidak melakukan pengelolaan atas limbah B3 dengan baik, maka diancam penjara maksimal tiga tahun, dan denda maksimal Rp3 miliar. Jatam juga mendesak Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutai Kartanegara untuk menginvestigasi kasus ini. Jika terbukti mencemar dan melanggar SOP, maka menerapkan pasal pidana lingkungan hidup. Jatam Kaltim mendesak agar kasus seperti ini tidak boleh ditutup-tutupi pemberitannya dari publik, karena ini merupakan kasus pidana lingkungan hidup atas sungai yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak, pungkas Merah. Informasi yang diperoleh Jatam kaltim, kapal yang tenggelam ini adalah milik Baroid Surface Solution (BSS). BSS merupakan bagian dari divisi di Haliburton. Limbah diangkut dari salah satu perusahaan migas kawasan Delta Mahakam.

Kasus 2Limbah Tumpah di Sangasanga dari Kapal Milik Kontraktor Migas(Sumber : Kaltimpost.co.id Kamis, 30 Oktober 2014)TENGGARONG- Kapal pengangkut limbah beracun ditengarai tumpah di perairan Sangasanga, Kukar. Mencuat dugaan, pencemaran di Sungai Pendingin ditutupi pihak terkait karena melibatkan perusahaan raksasa di bidang minyak dan gas (migas). Adalah Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim yang merilis peristiwa tersebut. Kapal pengangkut limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) milik kontraktor migas berinisial Hlb, terguling di dekat dermaga Kelurahan Pendingin, Sangasanga 25 September silam. Cairan beracun diduga telah mencemari dan baru diketahui karena ada upaya menutup-nutupi peristiwa ini.Penuturan warga kepada Jatam, pemerintah sangat lamban mengetahui dan menangani kasus ini. Perlu 17 hari untuk menangani masalah limbah. Pertemuan antara Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), kelurahan, perusahaan, dan warga, baru diadakan 13 Oktober silam. Pada Senin (13/10) lalu, ada pertemuan antara warga, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kukar, dan perusahaan. Dari pertemuan, terang Dinamisator Jatam Kaltim Merah Johansyah Ismail, sekira 200 kepala keluarga di tiga RT tak dapat memanfaatkan air sungai. Warga di bantaran sungai pun mendapat kompensasi air bersih satu galon setiap kepala keluarga. Sementara untuk uji kandungan pencemaran sungai dari laboratorium, warga diminta bersabar, terang Merah merilis investigasi Jatam, kemarin (29/10).Dikatakan, kapal terguling saat ingin bersandar di pelabuhan Haliburton di Kelurahan Pendingin. Dugaan awal, kapal terguling karena muatan berlebih. Kini warga cemas karena tidak bisa menggunakan air sungai, jelas dia. Dugaan pidana karena melanggar Undang-Undang 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) sangat kuat. Kegiatan atau usaha yang menghasilkan limbah B3 yang tak dikelola dengan benar, sesuai pasal 103, diancam penjara maksimal tiga tahun dan denda maksimal Rp 3 miliar. Kami meminta Pemkab Kukar tegas, desak Merah. Dia turut meminta kasus ini tidak ditutup-tutupi dari publik. Ini merupakan kasus pidana lingkungan hidup yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Lebih jauh, Merah mengatakan, kapal yang tenggelam milik perusahaan BSS. Penelusuran kami, BSS merupakan bagian dari divisi di perusahaan Hlb. Limbah yang diangkut berasal dari salah satu rig milik sebuah perusahaan migas di lepas pantai yang masuk Delta Mahakam, ujar dia. KepadaKaltim Post, Yamani, warga Kelurahan Pendingin, membenarkan kejadian tersebut. Sudah sebulan lalu. Ada rapat untuk membahas dampak limbah yang tumpah di Sungai Pendingin tapi tak ada solusi, terang pria yang juga mantan ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Pendingin. Sebelumnya, BLHD Kukar pernah memantau kualitas air. Hasilnya, kandungan zat berbahaya di Pendingin di atas ambang batas. Yamin mengatakan, puskesmas setempat sering didatangi warga yang gatal-gatal. Warga mau tak mau mengonsumsi air untuk sehari-hari. Rasa gatal di kulit sudah biasa, jelasnya. Dikonfirmasi terpisah, Kabid Pengendalian Dampak Lingkungan Kegiatan Ekonomi, BLHD Kukar, Idris Syam, mengaku belum mendapat laporan pencemaran sungai. Saya tidak tahu. Belum ada laporan masuk, ujar dia.