114
Tugas fainal: SOSIOLOGI POLITIK Disusun untuk keperluan tugas OLEH: AL GAZALI (10538 0246 07) Mata kuliah: Sosiologi Politik DOSEN: Dr. H. Muhlis Madani, M.Si/ Rudi Hardi, S.Sos., M.Si JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Tugas fainal:

SOSIOLOGI POLITIK

Disusun untuk keperluan tugas

OLEH:

AL GAZALI

(10538 0246 07)

Mata kuliah: Sosiologi Politik

DOSEN: Dr. H. Muhlis Madani, M.Si/ Rudi Hardi, S.Sos., M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2010

Page 2: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas makalah ini dapat

diselesaikan.

Tugas makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas “FAINAL” mata kuliah

Sosilogi Politik dengan judul “ SOSIOLOGI POLITIK” di Starta Satu (S1) Universitas

Muhammadiyah Makassar Bidang Studi Pendidikan Sosiologi.

Terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr.H. Muhlis Madani, M.Si beserta Bapak

Rudi Hardi, S.Sos.,M.Si selaku Dosen mata kuliah Sosiologi Politik yang telah membimbing

dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah tugas makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi

tugas Fainal mata kuliah Sosiologi Politik.

Makassar, 3 juli 2010

Penyusun

Algazali

Nim 10538 0246 07

Page 3: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I. KONSEP DAN PENGERTIAN SOSIOLOGI POLITIK............................................. 1

A. Sosiologi .................................................................................................................. 1

I. Latar Belakang Social Lahirnya Sosiologi............................................. 1

II. Pengertian Sosiologi .............................................................................. 2

III. Defenisi Sosiologi ................................................................................. 3

B. Politk ........................................................................................................................ 7

Pengertian Politik Dari Para Ahli ................................................................ 9

Teori Politik ............................................................................................... 13

C. Sosiologi Politik ..................................................................................................... 15

I. Sejarah Sosilogi Politik ........................................................................ 15

II. Aliran Pemikiran Sosiologi Politik ...................................................... 19

III. Keterkaitan Antara Sosiologi Dan Politik ............................................ 22

BAB II. MASYARAKAT DAN KONFLIK ........................................................................... 25

A. Masyarakat ............................................................................................................ 25

I. Pengertian Masyarakat ............................................................................... 26

II. Ciri-Ciri Masyarakat .................................................................................. 28

III. Unsur-Unsur Masyarakat ........................................................................... 28

B. Konflik .................................................................................................................. 28

I. Defenisi Konflik ......................................................................................... 29

II. Beberapa Pandangan Mengenai Konflik ................................................... 30

III. Factor Penyebab Konflik ........................................................................... 33

IV. Jenis-Jenis Konflik ..................................................................................... 35

V. Akibat Konflik ........................................................................................... 36

VI. Proses Pemetaan Konflik ........................................................................... 37

VII. Perspektif Mengatasi Dilema ..................................................................... 37

Page 4: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

VIII. Metode Dan Teknik Pemetaan Sosial ........................................................ 43

IX. Memahami Masyarakat Dan Masalah Sosial ............................................ 44

BAB III. MASALAH SOSIAL POLITK (KEMISKINAN) ................................................... 50

A. Kemiskinan ............................................................................................................ 50

1. Definisi Kemiskinan .................................................................................. 50

2. Jenis-Jenis Kemiskinan .............................................................................. 53

3. Penyebab Kemiskinan ............................................................................... 54

B. Program Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan ................................................ 55

C. Kesimpulan Dan Saran Mengenai Masalah Kemiskinan ...................................... 56

1. Kesimpulan ................................................................................................ 56

2. Saran .......................................................................................................... 57

BAB IV. PENUTUP (HUBUNGAN TEORI DAN PRAKTEK) ........................................... 58

A. Pencerminan Teori Sosial Dan Praktek Politik ............................................... 58

B. Teori Social Dan Politik Dalam Sejarah Teori Sosial ..................................... 61

C. Perkiraan, Tindakan, Dan Nilai-Nilai Obyektifitas Ilmu-Ilmu Sosial ............ 63

D. Teori Sosial, Pengertian Sosial, Dan Tindakan Politik ……………………... 63

E. Marxisme Dan Komunisme ………………………………………………… 64

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. 66

RIWAYAT HIDUP ………………………………………………………………………….69

Page 5: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

BAB I

KONSEP DAN PENGERTIAN SOSIOLOGI POLITIK

A. SOSIOLOGI

I. Latar Belakang Sosial Lahirnya Sosiologi

Sosiologi sebetulnya merupakan refleksi ilmiah atas perubahan-perubahan yang

terjadi pada masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu kita perlu mengetahui beberapa

perubahan sosial yang mendorong lahirnya sosiologi sebagai suatu ilmu.

• Revolusi Politik

Revolusi politik yang fenomenal adalah revolusi politik yang terjadi di

Perancis tahun 1789 dan beberapa perubahan politik lainnya yang terus

berlanjut sampai abad 19. Dalam revolusi itu terjadi situasi khaos dan ketidak

tertiban. Masyarakat tiba-tiba berubah dari organisasi yang teratur, tertib

menjadi tidak teratur. Ketidaktertiban ini mendorong ilmuwan untuk

mereleksikan faktor sosial apa yang mungkin bagi ketertiban sebuah

masyarakat?

• Revolusi Industri dan Kebangkitan Kapitalisme

Revolusi industri dan Kebangkitan Kapitalisme ditandai transformasi

ekonomi dari agrikultur menjadi industri. Banyak orang meninggalkan dunia

pertanian dan memilih bekerja pada dunia industri yang ditawarkan oleh

pabrik-pabrik. Dalam sistem industri ini orang bekerja dengan waktu yang lama

namun mendapat upah yang rendah.

Situasi buruh yang meperihatinkan dalam dunia industri melahirkan

gerakan-gerakan buruh yang menentang sistem kapitalisme yang tidak adil.

Gerakan ini membawa bencana yang besar terutama bagi masyarakat Barat.

Situasi ini mendorong Karl Marx, Emile Durkehim, Max Weber dan Geroge

Simel untuk melakukan refeleksi kritis terhadap apa yang terjadi dalam

masyarakat kapitalisme.

• Kebangkitan Sosialisme

Page 6: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Sosialisme merupakan jawaban atau jalan keluar yang ditawarkan oleh Karl

Marx terhadap eksploitasi terhadap manusia terutama buruh sebagaimana yang

terjadi dalam masyarakat Kapitalisme.

• Urbanisasi

Sejumlah besar orang pada abad 19 dan ke 20 tercerabut dari rumah mereka

di pedesaan dan pergi ke kota. Hal ini disebabkan oleh tawaran industri-industri

di kota. Hal in membawa persoalan, mereka harus menyesuaikan diri dengan

kehidupa kota, kota mengalami kepadatan penduduk, polusi, kemacetan dan

seterusnya. Alam kehidupan perkotaan dan persoalan-persoalannya menarik

perhatian para sosiolog.

• Perubahan Agama

Perubahan-perubahan sosial sebagamana yang terjadi dalam revolusi

industri, politik dan urbanisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap agama.

Perubahan dalam agama menarik perhatian August Comte, Emile Durkheim

Max Weber, dan Karl Marx.

• Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan tidak hanya diajarkan di kolese-kolese atau universitas-

universitas tetapi juga dalam masyarakat secara keseluruhan. Produk teknologi

dan ilmu pengetahuan mempengaruhi setiap sektor kehidupan.

II. Pengertian Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman

sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan

tentang masyarakat. Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai

hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya.

Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku

sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Kelompok

tersebut mencakup keluarga, suku bangsa, negara, dan berbagai organisasi politik,

ekonomi, sosial.

Page 7: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh

ilmuwan Perancis, bernama August Comtetahun 1842. Sehingga Comte dikenal

sebagai Bapak Sosiologi. Selanjutnya Emile Durkheim— ilmuwan sosial Perancis —

yang kemudian berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Di Inggris

Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology pada tahun 1876. Di Amerika Lester F.

Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi

merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran

ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.

Comte menyebutkan ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-

masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya.

Tiga tahapan itu adalah :

1. Tahap teologis; adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda

di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang

berada di atas manusia.

2. Tahap metafisis; pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam

setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada

akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena adanya kepercayaan

bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada

usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.

3. Tahap positif; adalah tahap dimana manusia mulai berpikir secara

ilmiah.

III. Definisi Sosiologi

Berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli.

1. Pitirim Sorokin.

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik

antara gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral),

sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik

Page 8: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah

ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

2. Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam

kelompok- kelompok.

3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya,

yaitu organisasi sosial.

4. J.A.A Von Dorn dan C.J Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses

kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

6. Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan

produk kehidupan kelompok tersebut.

7. Soejono Soekanto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan

yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan

masyarakat.

8. William Kornblum

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku

sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai

kelompok dan kondisi.

9. Allan Jhonson

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam

kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi

orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem

tersebut.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa : Sosiologi adalah

ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola- pola

Page 9: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian

umum,rasional,empiris serta bersifat umum.Ciri-ciri umumnya adalah semua gejala

sosial.

-Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi -

Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial

dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Lebih janjut

Soemardjan dan Soemardi menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan struktur

sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok seperti kaidah-

kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok sertal lapisan-

lapisan sosial.

Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi

kehidupan bersama, umpamnya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi

dengan segi kehidupan politik, antara segi kehidupan hukum dengan segi kehidupan

agama, antara segi kehidupan agama dengan segi kehidupan ekonomi dan lain

sebagainya. Dan perubahan sosial merupakan bagian dari proses sosial itu sendiri.

Dari dua defenisi tersebut di atas ada beberapa elemen yang dapat kita jelaskan

lebih lanjut yang merupakan hakekat dari sosiologi itu sendiri yakni 1) sosiologi

sebagai suatu ilmu; 2) masyarakat. Walaupun dua ahli tersebut di atas tidak menyebut

“masyarakat”, apa yang sebut sebagai struktur sosial dan proses sosial yang terjadi

dalam struktur sosial itu sendiri melahirkan apa yang kita sebut sebagai masyarakat.

Sosiologi Sebagai Suatu Ilmu

Sebagai ilmu pengetahuan Sosiologi memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

• Bersifat empiris karena didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan

Observasi itu dan hasil atas obeservasi itu didasarkan pada pertimbagana akal sehat

(rasional)

Page 10: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

• Bersifat teoretis karena selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi.

Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis

yang menjelaskan hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori

• Sosiologi bersifat kumulatif. Sosiologi dibentuk oleh teori-teori yang sudah ada,

namun terus berkembang.

• Sosiologi bersifat nonetis. Sosiologi tidak mempersoalkan baik buruknya fakta

tertentu, tetapi tujuannya menjelaskan fakta secara analitis.

Perspetif Sosiologi

• Perspektif struktural fungsional

Perspektif ini melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang terdiri bagian-

bagian yang berbeda, namun secara bersama menghasilkan stabilitas. Asumsi dasar

dari perspetik ini adalah masyarakat dibentuk oleh struktur sosial yang terdiri dari

pola-pola tingkah laku yang relatif stabil. Struktur sosial yang penting adalah bagia-

bagian yang utam dalam masyarakat seperti sistem ekonomi, sistem politik dan agama.

Elemen lain dari struktur sosial adalah fungsi sosial yang mengacu pada konsekwensi

bagi berjalan masyarakat secara keseluruhan. Elemen-elemen ini terdiri dai bagian-

bagian yang saling bergantung satu sama lain.

• Perspekti sosial-konflik

Perspektif ini berakar pada pemikiran Karl Marx yang membagi masyarakat

atas dua kelas yang kelas yakni kaum borjuis dan kaum proletat. Kaum borjuis memiki

kapital untuk mengontrol alat-alat produksi, sedangkan kaum proletar hanya sebagai

tenaga kerja. Kelas yang pertama memiliki kekuasaan, sedangkan kelas yang lain tidak

memiliki kekuasaan. Kedua kelas ini selalu berada dalam kemungkinan untuk saling

menguasai.

• Perspektif interaksi simbolik

Page 11: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Perspektif ini melihat masyarakat sebagai suatu hasil dari interaksi individu

yang berlangsung secara terus menerus dan berbagai konteks.

Ruang Lingkup Sosiologi

Adapun ruang lingkup secara garis besar ialah masyarakat itu sendiri. Selanjutnya

di dalam masyarakat terdapat individu yang antara satu dengan yang lainnya berbeda baik

kriteria, sifat, kemampuan, kebiasaan, maupun kondisi perekonomiannya. Pada

hakekatnya ruang lingkup Sosiologi itu sendiri merupakan segala aspek yang ada dan

terjadi pada lingkungan masyarakat.

B. POLITIK

Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota atau

negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti warganegara,

politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti

pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan.

Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang pertama yang

memperkenalkan kata politik melalui pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon

politikon. Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan sosial adalah

politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah pasti akan melibatkan hubungan

politik. Aristoteles melihat politik sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari

manusia, misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat,

ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan ketika ia berupaya memengaruhi

orang lain agar menerima pandangannya. Aristoteles berkesimpulan bahwa usaha

memaksimalkan kemampuan individu dan mencapai bentuk kehidupan sosial yang tinggi

adalah melalui interaksi politik dengan orang lain. Interaksi itu terjadi di dalam suatu

kelembagaan yang dirancang untuk memecahkan konflik sosial dan membentuk tujuan

negara. Dengan demikian kata politik menunjukkan suatu aspek kehidupan, yaitu

Page 12: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi

kekuasaan dengan unsur-unsur: negara (state), kekuasaan (power), pengambilan

keputusan (decision making), kebijakan (policy, beleid), dan pembagian (distribution)

atau alokasi (allocation).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam

kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan

tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan

(decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu

menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari

tujuan-tujuan yang telah dipilih.

Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-

kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian

(distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-sumber (resources) yang ada. Untuk

bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan

(power) dan kewenangan (authority) yang akan digunakan baik untuk membina kerjasama

maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara

yang digunakan dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan

(coercion). Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan perumusan keinginan

(statement of intent) belaka.

Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki.

Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan

kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam

beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik

dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya.

Demikianlah politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat

(public goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (private goals). Politik menyangkut

kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan

(individu).

Page 13: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Pengertian politik dari para ilmuwan:

Johan Kaspar Bluntschli

dalam buku The Teory of the State: “Ilmu Politik adalah ilmu yang

memerhatikan masalah kenegaraan, dengan memperjuangkan pengertian dan

pemahaman tentang negara dan keadaannya, sifat-sifat dasarnya, dalam berbagai

bentuk atau manifestasi pembangunannya.” (The science which is concerned with the

state, which endeavor to understand and comprehend the state in its conditions, in its

essentials nature, in various forms or manifestations its development).

Roger F. Soltau

dalam bukunya Introduction to Politics: “Ilmu Politik mempelajari negara, tujuan-

tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu; hubungan antara

negara dengan warganegaranya serta dengan negara-negara lain.” (Political science is the

study of the state, its aims and purposes … the institutions by which these are going to be

realized, its relations with its individual members, and other states …).

J. Barents

dalam bukunya Ilmu Politika: “Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari

kehidupan negara … yang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, ilmu politik

mempelajari negara-negara itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.”

Joyce Mitchel

dalam bukunya Political Analysis and Public Policy: “Politik adalah

pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijakan umum untuk seluruh

masyarakat.” (Politics is collective decision making or the making of public policies

for an entire society).

Harold D. Laswell dan A. Kaplan

Page 14: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

dalam buku Power Society: “Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan

pembagian kekuasaan”, dan dalam buku Who gets What, When and How, Laswell

menegaskan bahwa “Politik adalah masalah siapa, mendapat apa, kapan dan

bagaimana.”

W.A. Robson

dalam buku The University Teaching of Social Sciences: “Ilmu Politik

mempelajari kekuasaan dalam masyarakat, … yaitu sifat hakiki, dasar, proses-proses,

ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu politik … tertuju

pada perjuangan untuk mencapai atau mempertahankan kekuasaan, melaksanakan

kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan kekuasaan itu.”

(Political science is concerned with the study of power in society … its nature, basis,

processes, scope and results. The focus of interest of the political scientist … centres

on the struggle to gain or retain power, to exercise power of influence over other, or to

resist that exercise).

Karl W. Duetch

dalam buku Politics and Government: How People Decide Their Fate: “Politik adalah

pengambilan keputusan melalui sarana umum.” (Politics is the making of decision by public

means).

David Easton

dalam buku The Political System: “Ilmu politik adalah studi mengenai

terbentuknya kebijakan umum.” Menurutnya “Kehidupan politik mencakup

bermacam-macam kegiatan yang memengaruhi kebijakan dari pihak yang berwenang

yang diterima oleh suatu masyarakat dan yang memengaruhi cara untuk melaksanakan

kebijakan itu. Kita berpartisipasi dalam kehidupan politik jika aktivitas kita ada

hubungannya dengan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan untuk suatu masyarakat.”

(Political life concerns all those varieties of activity that influence significantly the

kind of authoritative policy adopted for a society and the way it is put into practice. We

Page 15: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

are said to be participating in political life when our activity relates in some way to the

making and execution of policy for a society).

Ossip K. Flechtheim

dalam buku Fundamentals of Political Science: “Ilmu politik adalah ilmu sosial

yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan

organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang

tak resmi, yang dapat memengaruhi negara.” (Political science is that specialized

social science that studies the nature and purpose of the state so far as it is a power

organization and the nature and purpose of other unofficial power phenomena that are

apt to influence the state).

Deliar Noer

dalam buku Pengantar ke Pemikiran Politik: “Ilmu Politik memusatkan

perhatian pada masalah kekuasaan dalam kehidupan bersama atau masyarakat.

Kehidupan seperti ini tidak terbatas pada bidang hukum semata-mata, dan tidak pula

pada negara yang tumbuhnya dalam sejarah hidup manusia relatif baru. Di luar bidang

hukum serta sebelum negara ada, masalah kekuasaan itu pun telah pula ada. Hanya

dalam zaman modern ini memanglah kekuasaan itu berhubungan erat dengan negara.”

Kosasih Djahiri

dalam buku Ilmu Politik dan Kenegaraan: “Ilmu politik yang melihat

kekuasaan sebagai inti dari politik melahirkan sejumlah teori mengenai cara

memperoleh dan melaksanakan kekuasaan. Sebenarnya setiap individu tidak dapat

lepas dari kekuasaan, sebab memengaruhi seseorang atau sekelompok orang dapat

menampilkan laku seperti yang diinginkan oleh seorang atau pihak yang

memengaruhi.”

Wirjono Projodikoro

Page 16: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

menyatakan bahwa “Sifat terpenting dari bidang politik adalah penggunaan

kekuasaan oleh suatu golongan anggota masyarakat terhadap golongan lain. Dalam

ilmu politik selalu ada kekuasaan atau kekuatan.”

Idrus Affandi

mendefinisikan: “Ilmu politik ialah ilmu yang mempelajari kumpulan manusia

yang hidup teratur dan memiliki tujuan yang sama dalam ikatan negara.”

Masih banyak pengertian tentang politik dan atau ilmu politik yang

disampaikan para ahli. Namun dari yang sudah terkutip kiranya dapat dipahami bahwa

politik secara teoritis meliputi keseluruhan azas dan ciri khas dari negara tanpa

membahas aktivitas dan tujuan yang akan dicapai negara. Sedangkan secara praktis,

politik mempelajari negara sebagai suatu lembaga yang bergerak dengan fungsi-fungsi

dan tujuan-tujuan tertentu (negara sebagai lembaga yang dinamis).

Pemahaman saya adalah Politik merupakan proses pembentukan dan

pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan

keputusan, khususnya dalam negara. Pemahaman ini merupakan upaya penggabungan

antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam

ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun

nonkonstitusional.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan

bersama (teori klasik Aristoteles)

politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan

negara

politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan

mempertahankan kekuasaan di masyarakat

Page 17: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan

publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain:

kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses

politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai

politik.

Teori politik

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik,

bagaimana mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam

Teori Politik antara lain adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara,

masyarakat, kedaulatan, kekuasaan, legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial,

pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.

Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara

di dunia antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme,

federalisme, feminisme, fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme,

kapitalisme, komunisme, liberalisme, libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki,

nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi, totaliterisme, oligarki dsb.

Secara umum dapat dikatakan bahwa politik adalah kegiatan dalam suatu

system politik atau Negara yang menyangkut proses penentuan tujuan dari system

tersebut dan bagaimana melaksanakan tujuannya.

Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai

kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

Kekuasaan yaitu kemampuan sesorang atau suatu kelompok untuk

mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok sesuai dengan keinginan dari pelaku.

Page 18: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Pembagian atau alokasi adalah pembagian dan penjatahan nilai-nilai dalam

masyarakat. Jadi, politik merupakan pembagian dan penjatahan nilai-nilai secara

mengikat.

Sistem politik suatu Negara selalu meliputi 2 suasana kehidupan. Yaitu:

a. Suasana kehidupan politik suatu pemerintah (the Govermental political

sphere)

b. Suasana kehidupan politik rakyat (the sociopolitical sphere)

Suasana kehidupan politik pemerintah dikenal dengan istilah suprastruktur

politik, yaitu bangunan “atas” suatu politik. Pada suprastruktur poliyik terdapat

lembaga-lembaga Negara yang mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan

politik (pemerintah).

Suasana kehidupan politik rakyat dikenal istilah “Infrastruktur politik” yaitu

bangunan bawah suatu kehidupan politik, yakni hal-hal yang bersangkut paut dengan

pengelompokan warga Negara atau anggota masyarakat ke dalam berbagai macam

golongan yang biasa disebut sebagai kekuatan sosial politik dalam masyarakat.

Infrastruktur politik mempunyai 5 unsur diantaranya:

1. Partai politik

2. Kelompok kepentingan

3. Kelompok penekan

4. Alat komunikasi politik

5. Tokoh politik.

Page 19: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

C. SOSIOLOGI POLITIK

I. Sejarah Sosiologi Politik

Dalam tradisi ilmu sosial, sosiologi politik sangat konsern pada masalah

kekuasaan. Kekuasaan ditafsir sebagai kesanggupan individu atau suatu kelompok

sosial guna melanjutkan bentuk tindakan (membuat dan melaksanakan agenda

keputusan). Pada awalnya sosiologi politik dipandang sebagai ilmu tentang negara

dan ilmu tentang kekuasaan. Dari dasar teori umum di atas, selanjutnya Marx

mengembangkan ke teori khusus, antara lain:

1. Teori konflik material (ekonomi) yang saling berhubungan, bahkan

seringkali yang satu disandarkan sebagai penghancur yang lainnya

2. Teori nilai lebih dan eksploitasi terhadap kerja.

3. Teori perjuangan kelas (borjuis = pemilik modal, proletar = bukan

pemilik modal).

4. Teori alienasi (pengasingan); bagi kelas proletar dari lingkungan

masyarakatnya.

Walaupun teori yang dikembangkan Marx banyak mendapat kritikan, namun

lebih dari itu yang terpenting, Marx telah memberikan sumbangan bagi

muncul dan berkembangnya sosiologi politik yang tercermin pada teori umumnya

tentang dialektika materialisme dan teori-teori khususnya mengenai perjuangan

kelas, alienasi dan sebagainya; yang dapat merangsang timbulnya karya-karya lain

dalam bidang sama yang mendapatkan pengembangan di sana-sini.

Di samping memberikan sumbangan teori umum dan khusus, sosiologi

di bawah pengaruh Marx mendapatkan pengayaan dalam bidang metodologi. Hal

ini cukup berarti bagi pengakuan karya Marx dalam sosiologi politik, bahwa ia tidak

sekedar mendasari karyanya lewat deskripsi-deskripsi hampa, melainkan selalu

Page 20: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

memberikan kerangka dasar dan cara kerja terhadap teori-teorinya dengan jalan

memunculkan pembuktian dan cara pengujiannya secara sistematis dan terkesan amat

jeli dan teliti.

Sedangkan "bapak" pendiri kedua dalam ilmu sosiologi (setelah Marx) adalah

Max Weber. Kendati pada sisi-sisi lain, hadirnya Weber merupakan kritik terhadap

Marx, telapi patut diakui terdapat sejumlah upaya pengembangan yang dilakukannya

yang sangat berarti bagi perkembangan sosiologi politik..

Max Weber  mendasari teori sosiologi politiknya pada status atau posisi

individual di tengah masyarakat; yang  saling berganti dan kadang tumpang tindih.

Bagi Weber, antara status, posisi dan struktur sosial satu sisi dapat dipisah-pisahkan,

namun pada sisi lain terkadang merupakan suatu system yang sulit diidentifikasikan.

Hal tersebut dapat diamati melalui metodologinya dalam sosiologi politik ini.

Dalam metodologinya, Weber menyatakan politik atau perjuangan bersama-sama

berintikan melaksanakan politik atau perjuangan untuk pendistribusian kekuasaan di

dalam suatu kekuasaan besar (negara) maupun kekuasaan kecil (kelompok-

kelompok).

Barangkali sumbangan Weber dalam sosiologi politik begitu mencolok ketika ia

mengemukakan konsep mengenai legitimasi. Menurutnya, ada tiga legitimasi yang

dapat dipahami sebagai pemetaan sosiologi politik, yakni:

1. Dominasi tradisional

Dominasi tradisional adalah legitimasi berdasarkan suatu kewibawaan

yang dapat diperoleh melalui adat-istiadat atau kebisaan yang

karenanya seseorang mendapatkan pengakuan untuk melaksanakan

penyesuaian diri.

2. Dominasi diri

Dominasi diri adalah legitimasi berdasarkan kewibawaan yang

diperoleh lewat keanggunan pribadi yang luar biasa hingga mencapai adi-

Page 21: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

manusiawi dan adi-kodrati, dan ketaatan serta kepercayaan kepada wahyu

yang bersifat mutlak. Dalam anti, lewat keluarbisaan ini seseorang individu

mendapatkan legitimasi dalam proses kekuasaan di tengah masyarakat.

3. Dominasi kebajikan legalitas

Legitimasi akan diperoleh oleh seseorang apabila ia menyandarkan

diri pada kepatuhan akan undang-undang atau peraturan-peraturan yang dibuat

secara rasional. Tanpa adanya keabsahan melalui undang-undang dan

seperangkat aturan maka seseorang sulit akan memperoleh legitimasi

kekuasaan di tengah masyaraktnya.

Bermula dari dua "bapak" pendiri ini sosiologi politik berkembang

dengan pesat. Perkembangan itu segera menemukan bentuknya setelah pemikiran politik

memperlakukan hubungan antara civil society dengan negara dalam cara yang berbeda.

Pencetus awalnya adalah Tacqueville. Pandangan Tacqueville difokuskan pada masalah

pembangunan demokrasi dan pembentukan masyarakat modern di Perancis,

Inggris, dan Amerika. Gerakan demokrasi (suatu fenomena gerakan politik modern),

menurutnya ditunjukkan untuk menghasilkan pembedaan persamaan sosial dengan

cara menghasilkan pembedaan kedudukan karma keturunan, penghargaan dan

penghormatan yang melekat pada setup anggota masyarakat. Disinilah barangkali

Tacqueville telah masuk dalam perkembangan sosiologi modern (Bottomore, 1992).

Letak kemodernannya pada upayanva amok menghindarkan pengelompokan

masyarakat politik secara diskriminatif seperti secara eksplisit maupun implisit-

dijumpai pada Marx maupun Weber, juga pemikiran demokrasi nyatanya merupakan

pemikiran yang paling laris di panggung politik, pada tataran global, regional, maupun

nasional. Sebuah percobaan, dilaksanakan dan direncanakan, nampak lebih

banyak ingin diupayakan oleh negara-negara modern, ketimbang menantang

secara ekstrem ide demokrasi.

Perkembangan berikutnya sosiologi politik dapat diamati pada beberapa

ilmuwan beserta pemikirannya sebagai berikut:

Page 22: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

1. Goentano Mosca

Mosca ingin menekankan pentingnya independensi. Independensi yang

diinginkan Mosca ini menunjukkan pemikiran Marx yang menjelaskan sistem

perlawanan dan berkelas-kelas. Jelasnya, kendati realitas masyarakat politik

menunjukkan pelapisan-pelapisan yang cenderung diskriminatif, namun

menurut Mosca semua dapat dilaksanakannya dengan cara

membangun perimbangan kekuatan dan kekuasaan.

2. Karl Popper

Secara ekstrim, Popper menyebut teori Marxis tentang

masyarakat politik dianggap menunjukkan "inpotensi semua politik", selama

sistem politik dan trasformasinya masih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan non

politis. Jelasnya Popper ingin melihat persoalan politik adalah politik yang hanya

bisa ditafsirkan lewat kesamaan umum dalani realitas sosial masyarakat

politik.

3. Vilfredo Pareto

Pareto ingin menyatakan bahwa betapa pentingnya adanya suatu elite

dalam kekuasaan. Karma elite politik mampu diwujudkan sebagai suatu fakta

kehidupan sosial yang universal, tidak berbeda, dan tidak dapat berubah yang

eksistensinya tergantung pada perbedaan-perbedaan psikologis antar individu.

Dalam pemikiran Pareto tercermin bahwa kekuasaan politik dalam

masyarakat akan terwujud apabila ditegakkan melalui konsep "pemimpin" dan

"dipimpin"; sebagai unsur dominan mekanisme politik dalam masyarakat yang

tidak semata berguna bagi efektivitas mesin politik, melainkan suatu jawaban

adanya tertib politik dalam masyarakat.

Perkembangan terakhir sosiologi politik jelas menunjukkan beragamnya teori,

metodologis dan beragamnya paradigma. Cara menelaahnya, ditunjukkan oleh

Bottomore (1992), yakni bahwa semuanya itu merupakan masalah dan jalan keluar

yang membentuk suatu lapangan bagi penyelidikan ilmiah. Tugas para penstudi

sosiologi politik adalah mengkonfrontif sernua perkembangan itu dengan

memandangnya dalam kerangka proses sejarah perubahan secara terus-menerus

Page 23: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

sebagai pertanda kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam sosiologi politik.

Melalui perkembangan itu pula, akan diketahui betapa luasnya cakupan sosiologi

politik itu. 

II. Aliran Pemikiran Sosiologi Politik

Setidaknya sampai saat ini para ilmuwan sosiologi politik - seperti Maurice

Duverger, Michael Rush, Phillip Althoff maupun Tom Bottomore - belum meringkas

secara rinci dan sistematis tentang apa yang disebut aliran pemikiran sosiologi

politik. Kendati demikian, sejak permulaan tumbuh sampai perkembangannya,

setidak-tidaknya dapat diidentifikasikan beberapa aliran yang meliputi positivisme,

marxisme, empirisme dan struktualisme. Walaupun mungkin pembaca acapkali kabur

membedakannya, penulis ingin menerangkan pembatas itu dan sedapat mungkin

mencari benang merah pembedaannya.

1. Positivisme

Akar positivisme berangkat dari pemikiran bahwa tidak ada perbedaan-

perbedaan penting antara ilmu sosial dan ilmu alam, karenanya aliran ini

bermaksud menyajikan suatu hubungan kausal terhadap peristiwa-

peristiwa sosial.

Positivisme memandang bahwa studi tentang masyarakat manusia

merupakan upaya pemahaman tentang pengertian tindakan yang diatur dengan

hukum dan dilakukan dengan sengaja. Namun demikian, sepanjang

perkembangannya, dalam teori politik itu sendiri terjadi perdebatan yang cukup

mendalam dan sistematis seperti dalam karya Poulantzas dan sejumlah tokoh

lainnya mengenai negara dan dalam pembahasan Habermas tentang legitimasi.

Positivisme sering dituding telah melahirkan reorientasi radikal ilmu

politik, careen ia cenderung mengarah pada sudut pandang ilmu alam.

Rumusannya yang mesti mendapatkan perhatian terhadap perilaku politik

dibandingkan dengan struktur formal dari lembaga-lembaga, dapat diikuti

dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan apakah perilaku

dipandang sebagai aktivitas fisik yang dapat diamati dan yang dapat

Page 24: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

dijelaskan secara kasuistis, ataukah sebagai tindakan sengaja. Disinilah

positivisme mendapatkan ruang bagi perdebatan.

2. Empirisme

Empirisme menyatakan pandangannya bahwa pengetahuan ilmiah

haruslah didasarkan pada pengujian dan pengamatan melalui pengumpulan

fakta tertentu yang terdapat secara pasti dalam ilmu-ilmu sosial. Hal ini yang

ditandaskan dalam empirisme adalah bahwa suatu ilmu pengetahuan

bukanlah berkembang melalui pengumpulan fakta-fakta yang dapat

diobservasi secara langsung, tetapi melalui elaborasi konsepkonsep yang

merumuskan fakta dan menentukan kedudukannya.

Dalam empirisme, aktivitas teoritis akan mencakup penemuan dan

analisa terhadap suatu realitas di luar apa yang diterima dengan segera.

Seperti dikatakan Maurice Godelier (1974), bahwa perbedaan tegas antara

pandangan kaum strukturalis dengan empiris terletak pada struktur sosialnya.

Pendapat tersebut nampak relevan dengan empirisme. Berbagai usaha

berikutnya telah dilakukan, terutama yang dibahas dalam Lakatos dan Musgrave

dalam karyanya "Criticism and Growt of Knowledge" untuk merumuskan

berbagai versi pengertian testabilitas empiris yang lebih jitu.

3. Strukturalisme

Strukturalisme seringkali menempatkan dirinya dalam sosok yang

berlainan dengan empirisme. Permasalahannya tidak berkaitan dengan

perbedaan di antara ilmu-ilmu yang bersifat umum dan yang bersifat khusus,

yakni suatu perbedaan yang terfokus pada ilmu alam dengan ilmu sosial, lebih

dari itu dapat diamati pada sifat ilmu pengetahuan umum tentang masyarakat.

Perbedaan itu nampak pada perumusan pernyataan universal tentang

struktur-struktur sosial dan unsur-unsurnya (misalnya; tentang struktur

kekerabatan, hubungan-hubungan politis dan struktur-struktur dalam

sistem politik yang berbeda), juga perbedaan itu terletak pada kultural

codes (ciri kultural). Atau sebaliknya, bahwa untuk merumuskan prinsip-

prinsip evolusi sejarah sebagaimana banyak ditelaah kaum evolusionis sosial.

Page 25: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Pada strukturalisme, sumber-sumber utamanya dalam hal struktur

antropologi dan linguistik; yang dapat ditelusuri dalam doktrin epistimologis

Perancis, khususnya dalam karya Bachelard.

4. Marxisme

Kerdati Marxisme harus disebut sebagai aliran awal sosiologi politik,

namun yang ingin ditekankan di sini bahwa aliran sebelumnya (positivisme,

empirisme dan strukturalisme) sebagaimana ditempatkan oleh Tom Bottomore

(1992) dipandang sebagai kritik terhadap Marxisme.

Sebab harus diakui bahwa Marxisme merupakan inti pusat konsep-

konsep dan proposisi-proposisi teoritis. Namun hal ini tidak berarti akan mampu

menyelesaikan permasalahan secara utuh. Sehingga pada tingkat yang lebih

umum dapat dibedakan secara keseluruhan dengan semua aliran di luar

Marxis. Terlebih aliran Marxis dengan non Marxis tidak selalu jelas dan tidak

dapat ditegaskan batasan-batasannya - kalau memang harus disebut masih

terkait.

Selama Marxisme dapat dibedaksn sebagai sebuah paradigma umum

yang bersifat saling berbeda dengan paradigma Iainnya, maka mau tidak mau

akan melibatkan dua karakteristik khusus yang tidak semata-mata bersifat

teoritis atau metodologis. Pertama, hubungan Marxis dengan kehidupan sosial

praktis. Kedua, terletak pada orientasi idieologisnya. Karena itu, perbedaan

antara Marxisme dengan aliran pemikiran lainnya bukanlah dalam satu

kasus hubungan antara teori dengan praktek, karma hubungan semacam ini

terdapat dalam semua pemikiran sosial walaupun dalam tingkat kejelasan

yang berbeda-beda.

Menanggapi Marxisme sebagaimana ditandaskan oleh Lukacs (1968),

bahwa Marxisme pada hakekatnya tidak lebih dari sekedar ekspresi pemikiran

tentang proses revolusi. Hal yang berguna dari Marxisme, bahwa Marxisme

memberikan kerangka fundamental terhadap bentuk-bentuk masyarakat,

menguatnya segala keyakinan, memunculkan jenis masyarakat baru sehingga

jelas-jelas mengarahkan kepada adanya tindakan politik dalam masyarakat.

Page 26: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Lebih dari itu, Marxisme patut dicatat sebagai aliran pemikiran

sosiologi politik, menurut Rush & Althoff (1995), yang memberikan

sumbangan di bidang metodologi. Usaha pengembangannya mengenai

"sosialisasi ilmiah" memberikan standar keilmuan dan metode-metode yang

menjadi rujukan bagi ilmuwan-ilmuwan berikutnya. Marxisme tergolong

aliran pemikiran yang kokoh teori-teorinya dengan ciri kemampuannya

menyajikan sejumlah pembuktian dan mengujinya dengan cara yang sistematis

dan teliti.

III. Keterkaitan Sosiologi dan Politik

Karena pelaku Politik merupakan bagian dari masyarakat yang juga

harus memiliki rasa sosial, maka di sinilah keterkaitan Sosiologi dan Politik.

Dalam berpolitik kita akan menghadapi berbagai masalah di antaranya pesaing.

Maka agar kita dapat bersaing dengan pesaing, kita harus memiliki Ilmu

Sosiologi yang cukup yang bertujuan untuk mengetahui titik kelemahan

pesaing kita baik dari sikapnya, tingkah lakunya dan lain sebagainya.

Pada intinya, pelaku politik adalah manusia yang merupakan bagian

dari masyarakat, sedangkan Ilmu sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari

tentang hampir keseluruhan dari aspek-aspek yang ada dalam kehidupan

bermasyarakat. Sehingga untuk berpolitik kita harus mengerti atau faham dulu

tentang aspek kehidupan bermasyarakat. Oleh karenanya keterkaitan antara

Sosiologi dan Politik itu sangat erat dan saling menimbulkan ketergantungan

antara satu dan yang lainnya.

Pendekatan dalam sosiologi politik ?

Pendekatan adalah orientasi khusus atau titik pAndang tertentu yang

digunakan dalam studi atau penelitian sosiologi politik. Ada 4 pendekatan yang

umum dilakukan dalam studi sosiologi politik, yaitu :

(1) Pendekatan historis,

Page 27: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

(2) Pendekatan komparatif,

(3) Pendekatan insttitusional, dan

(4) Pendekatan behavioral.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosiologi politik?

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosiologi politik antara lain:

Keluarga

Aspek-aspek kehidupan keluarga yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat mempengaruhi partisipasi politik seorang anak, diantaranya

karena:

a. Tingkat daya tarik keluarga bagi seorang anak

b. Tingkat kesamaan pilihan (preferensi) politik orang tua

c. Tingkat keutuhan (cohesiveness) keluarga

d. Tingkat minat orang tua terhadap politik

e. Proses sosialisasi politik keluarga

Agama dan Ekonomi

Selain keluarga faktor yang mempengaruhi perilaku politik individu

adalah agama yang dianutnya. Dalam kenyataan pendidikan anak dalam

keluarga antara lain mengajarkan tentang otoritas, yaitu otoritas orang tua.

Otoritas ini merupakan perpaduan antara otoritas politik dan agama. Sementara

organisasi keagamaan di luar rumah pada kenyataannya juga mensosialisasikan

ajaran yang mengandung pendidikan politik. Dengan demikian agama yang

memuat nilai-nilai dan ajaran-ajaran juga dapat mendorong individu untuk

berpartisipasi dalam kegiatan politik.

Stratifikasi serta Sistem Nilai dan Kepercayaan

Page 28: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Perbedaan kelas sosial dalam suatu masyarakat akan berpengaruh pada

perbedaan keyakinan dan pola perilaku individu di berbagai bidang kehidupan,

termasuk kehidupan politik. Perbedaan kelas akan tercermin pada praktik

sosialisasi, aktivitas budaya, dan pengalaman sosialnya.Tingkat partisipasi

individu dalam voting dilukiskan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,

pendapatan, ras, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, situasi, dan Status

individu tersebut.

Dampak dari sosiologi politik?

Sosiologi politik membawa dampak pada lahirnya dimensi-dimensi

baru dalam konsep pembangunan. Menurut Webster (1984), terdapat lima

dimensi yang perlu untuk diungkap, antara lain :

1. Posisi negara miskin dalam hubungan sosial dan ekonominya dengan

negara-negara lain.

2. Ciri khas atau karakter dari suatu masyarakat yang mempengaruhi

pembangunan.

3 Hubungan antara proses budaya dan ekonomi yang mempengaruhi

pembangunan.

4. Aspek sejarah dalam proses pembangunan atau perubahan sosial yang

terjadi.

5. Penerapan berbagai teori perubahan sosial yang mempengaruhi

kebijakan pembangunan nasional pada negara-negara berkembang.

Page 29: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

BAB II

MASYARAKAT DAN KONFLIK

A. MASYARAKAT

Dalam melihat masyarakat manusia, terdapat perbedaan pandangan yaitu antara teori

fungsional, teori konflik dan teori radikal. Teori fungsional memposisikan karakter sistemik dari

masyarakat manusia dan kemudian menjelaskan tindakan pada bagian-bagian dalam kaitanya

dengan kebutuhan-kebutuhan dan pencapaian-pencapaian yang diharapkan. Sebaliknya teori

konflik berkarakter antisistemik. Teori ini menekankan bahwa konflik dan perjuangan secara

konstan mengancam struktur masyarakat. Sedangkan teori radikal cenderung memandang

masyarakat manusia berada di tengah-tengah, di mana konflik kehidupan berlangsung.

Kepentingan individu berbeda dengan kepentingan masyarakat. Di mana kepentingan

masing-masing individu berbeda-beda. Manusia tidak mempunyai tujuan yang sama. Meskipun

ada kesamaan tujuan seringkali tidak ditempatkan

pada tingkatan yang sama. Ini dikarenakan masing-masing individu secara tetap

harus memilih di antara tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Namun tujuan yang paling

dasar dari individu adalah usaha mempertahankan status dan prestise, menciptakan

kenyamanan, keselamatan di dunia dan akhirat.

Kepentingan masyarakat berbeda dengan kepentingan individu. Karena ketika

menjadi anggota masyarakat kita diharuskan untuk mendefinisikan sebagai tujuan

masyarakat bukan sebagai tujuan individu lagi. Dalam mendefinisikan tersebut tanpa

melihat lagi atau memandang kemungkinan-kemungkinan yang terjadi bagi anggota-

anggota individu bahkan sebagian mayoritas. Dan seringkali kelas yang dominan

mempunyai pengaruh yang sangat besar, di mana mereka memiliki kekuatan untuk

menentukan arah terkoordinasi dari masyarakat. Sehingga tujuan-tujuan masyarakat

adalah tujuan-tujuan dari kelas yang dominan tersebut.

Page 30: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

I. Pengertian Masyarakat

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar

interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata

"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih

abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar

entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling

tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu

sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan

sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan

yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi

sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata

pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,

masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural

intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap

masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah

dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya:

berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom,

dan masyarakat negara.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan

persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti

teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata

Page 31: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan

kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

Obyek Studi sosiologi pada dasarnya adalah masyarakat itu sendiri. Pengertian-

pengertian tentang masyarakat yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini dapat

kita temukan dalam Soerjono Soekanto (2006) dalam bukunya yang berjudul

Sosiologi, Suatu Pengantar.

– MacIver dan Page:

Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari

wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan

pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia. Keseluruhan

yang selalu berubah inilah yang disebut dengan masyarakat. Masyarakat

merupakan jalinan hubungan. Dan masyarakat selalu berubah.

– Ralfph Linton:

Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan

bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri

mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan

batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

– Selo Soemarjan:

masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan

kebudayaan.

Auguste Comte:

Comte melihat masyarakat sebagai keseluruhan organik. Keseluruhan

pada dasarnya selalu terdiri dari bagian-bagian yang saling tergantung. Namun

menurut Comte masyarakat lebih dari sekedar terdiri dari bagian-bagian yang

saling tergantung. Masyarakat juga menurut Comte bersifat dinamis dan selalu

Page 32: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

berkembang. Untuk menjelaskan tesisnya ini Comte membagi masyarakat

dalam tiga tahap yakni tahap teologis, metafisis dan positif.

Pada tahap teologis manusia percaya bahwa keteraturan sosial

diselenggarakan oleh hal-hal yang bersifat supranatural. Tahap metafisis

merupakan tahap peralihan dari tahap teologis menuju tahap positif. Tahap

metafisis ditandai oleh keyakinan akan hukum-hukum alam yang dapat

dijelaskan oleh akal budi. Dan tahap terakhir adalah tahap positif yakni

kepercayaan kepada data-data empiris. Data-data empiris ini memungkinkan

manusia memperoleh hukum-hukum yang bersifat uniformitas.

II. Ciri-Ciri Masyarakat:

Soerjono Soekanto, dalam bukunya yang sama merumuskan beberapa ciri

masyarakat sebagai berikut:

o Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama. Tingkatan

hidup bersama ini bisa dalam dimulai dari kelompok duaan.

o Hidup bersama untuk waktu yang cukup lama. Dalam hidup bersama

ini akan terjadi interaksi. Interaksi yang berlangsung terus menerus

akan melahirkan sistem interaksi yang akan nampak dalam

peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia.

o Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan

o Mereka merupakan satu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan

bersama menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok

merasa dirinya terkait satu dengan yang lainnya.

III. Unsur-Unsur Masyarakat

Unsur-unsur suatu masyarakat:

Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak

Telaah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.

adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju

kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Page 33: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

B. KONFLIK

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau

lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain

dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam

suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri

fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan

dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi

yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah

mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,

konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai

sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.

sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.

I. Defnisi konflik

Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.

1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan

kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada

berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua

pihak atau lebih pihak secara berterusan.

2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,

hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika

masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –

sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi

ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari

adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap

tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi

telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.

Page 34: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi

pada tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi

(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat

hubungannya dengan stres.

5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau

lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun

terpisahkan oleh perbedaan tujuan.

6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang

sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak

mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif

(Robbins, 1993).

7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain,

kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini,

pertikaian menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang

diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).

8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku

komunikasi (Folger & Poole: 1984).

9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin

dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil,

maupun perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps,

1986:185; Stewart, 1993:341).

10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya,

tak dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda

(Devito, 1995:381)

II. Beberapa pandangan mengenai peran konflik

Ada pertentangan pendapat mengenai perbedaan pandangan terhadap peran

konflik dalam organisasi yang disebut oleh Robbin (1996: 431) sebagai The Conflict

Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja

kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk

meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:

Page 35: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini

menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif,

merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah

violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu

hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan,

keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk

tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.

2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan

ini menyatakan bahwa konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang

wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi. Konflik dianggap

sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok

atau organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar

anggota. Oleh karena itu, konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang

bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dengan

kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan

inovasi atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.

3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini

cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya

konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang,

damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan

tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu

dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap

anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan

kreatif.

Stoner dan Freeman (1989:392) membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu

pandangan tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):

1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa

konflik dapat dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan

organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena

itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan.

Page 36: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang

dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai

pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.

2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan

banyak faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan,

persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat mengurangi

kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik,

manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga

tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.

Selain pandangan menurut Robbin dan Stoner dan Freeman, konflik dipahami

berdasarkan dua sudut pandang, yaitu: tradisional dan kontemporer (Myers, 1993:234)

1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang

buruk yang harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya

konflik karena dinilai sebagai faktor penyebab pecahnya suatu

kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan

kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun

dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan

menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi

itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena

itu, menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.

2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan

bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai

konsekuensi logis interaksi manusia. Namun, yang menjadi persoalan

adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana

menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan

antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap

sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan

dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal

Page 37: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

konstruktif untuk membangun organisasi tersebut, misalnnya

bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.

Berdasarkan penjabaran pandangan - pandangan di atas, ada dua hal penting

yang bisa disorot mengenai konflik:

1. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal

ini dimaksudkan apabila kita ingin mengetahui konflik berarti kita harus

mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik

mengandung komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada

komunikasi yang buruk. Menurut Myers, Jika komunikasi adalah suatu

proses transaksi yang berupaya mempertemukan perbedaan individu

secara bersama-sama untuk mencari kesamaan makna, maka dalam

proses itu, pasti ada konflik (1982: 234). Konflik pun tidak hanya

diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal

seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan

pertentangan (Stewart & Logan, 1993:341). Konflik tidak selalu

diidentifikasikan sebagai terjadinya saling baku hantam antara dua

pihak yang berseteru, tetapi juga diidentifikasikan sebagai ‘perang

dingin’ antara dua pihak karena tidak diekspresikan langsung melalui

kata – kata yang mengandung amarah.

2. Konflik tidak selamanya berkonotasi buruk, tapi bisa menjadi sumber

pengalaman positif (Stewart & Logan, 1993:342). Hal ini dimaksudkan

bahwa konflik dapat menjadi sarana pembelajaran dalam memanajemen

suatu kelompok atau organisasi. Konflik tidak selamanya membawa

dampak buruk, tetapi juga memberikan pelajaran dan hikmah di balik

adanya perseteruan pihak – pihak yang terkait. Pelajaran itu dapat

berupa bagaimana cara menghindari konflik yang sama supaya tidak

terulang kembali di masa yang akan datang dan bagaimana cara

mengatasi konflik yang sama apabila sewaktu – waktu terjadi kembali.

Page 38: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori

konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx,

yaitu tentang pertentangan kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu

tentang Patron Klien.

III. Faktor penyebab konflik

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki

pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan

pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat

menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan

sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika

berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap

warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi

ada pula yang merasa terhibur.

Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-

pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan

pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada

akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang

berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang

atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang

orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan.

Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang

menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh

ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai

penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para

pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna

Page 39: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta

lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan.

Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan

kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.

Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang

politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok

atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok

buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara

keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan

pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan

memperbesar bidang serta volume usaha mereka.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan

itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu

terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami

proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab

nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian

secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang

berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja

dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan

kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam

organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi

individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak

ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan

istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat

atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di

masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk

perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang

telah ada.

IV. Jenis-jenis konflik

Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 4 macam :

Page 40: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

1. konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-

peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))

2. konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).

3. konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).

4. konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)

5. konflik antar atau tidak antar agama

6. konflik antar politik.

V. Akibat konflik

Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :

• meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami

konflik dengan kelompok lain.

• keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.

• perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci,

saling curiga dll.

• kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

• dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.

Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat

memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian

terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini

akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:

Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan

percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan

percobaan untuk "memenangkan" konflik.

Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan

percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.

Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan

untuk menghindari konflik.

Page 41: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

VI. Proses pemetaan konflik

(sumber referensi kuliah)

VII. Perspektif mengatasi Dilema

Dilema dalam ilmu-ilmu sosial (khususnya Sosiologi Politik) adalah tidak

adanya konsensus baku untuk memahami berbagai fenomena politik. Setiap

ilmuwan sosial akan dipengaruhi oleh perspektif yang berbeda dalam

menyusun kerangka analisis untuk memahami berbagai fenomena sosial.

IDENTIFIKASI IMPLIKASI

IDENTIFIKASI RESOURCES

IDENTIFIKASI

PELAKU/AKTOR

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

IDENTIFIKASI STAKEHOLDER

Identifikasi gerakan

IDENTIFIKASI INTERVENSI

Pahami isyu/ pernyataan

IDENTIFIKASI POSISI AKTOR

IDENTIFIKASI KEPENTINGA

star

finis

Page 42: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Maka kita akan menemukan suatu kesimpulan yang berbeda terhadap suatu

fenomena yang sama, karena adanya perbedaan perspektif.

Dalam proses keilmuan, perspektif atau pendekatan berfungsi sebagai kriteria

utnuk memilah-milah maslah yang hendak diteliti dan sebagai penuntun ke arah

metode penelitian yang hendak digunakan.

Kita perlu memahami keragaman perspektif yang sering digunakan oleh

Sosiologi Politik, karena keragaman itu menunujukkan adanya pengakuan jujur

bahwa fenomena sosial tidak diakibatkan oleh penyebab tunggal atau satu

faktor saja, melainkan adanya hubungan multi-kausal dalam hubungan antar

variabel ilmu sosial.

Di samping itu untuk menunjukkan bahwa kemampuan manusia untuk

memahami fenomena secara menyeluruh dan dari segala segi sangatlah

terbatas, sehingga perlu dilakukan pengkhususan dan pembatasan pusat

perhatian.

PROSES PENYELESAIAN KONFLIK:

1. Langsung

2. Perantara

3. Pengadilan

4. Represif

SALURAN PENYELESAIAN KONFLIK:

a. Politik, penyadaran positioning

b. Ekonomi, redistribusi

c. Budaya, lokalisir isu

d. Institusi, jalur organisasi

e. Hokum formal, pengadilan

Resolusi-resolusi konflik

PERSP Struktural- Konflik Kelas Elitis Pluralis

Page 43: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

EKTIF TEORITIS/

ISSUE

Fungsional (termasuk teori konsensus, teori sistem dan teori-teori yang dipengaruhi Talcott Parson)

(misalnya Ralf Dahrendorf, Lewis Coser)

(Teori-teori yang dipengaruhi Karl Marx)

(Gaetano Mosca, Vilfredo Pareto, Robert Michels, C. Wright Mills, dan Robert D. Putnam)

(Robert Dahl, Suzzane Keller)

1. MASYARAKAT

Suatu sistem sosial yang diikat nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan yang sama. Konsensus.

Arena bagi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing dan arena bagi pertikaian.

Arena bagi pertikaian antar-kelas sosial.

Didominasi dan dipimpin oleh kelompok minoritas yang terorganisir, yaitu kaum elit. Diluar kelompok ini massa yang tidak memahami keadaan.

Terdiri dari jaringan-jaringan interaksi antar-individu dan antar-kelompok, yang mencerminkan kemajemukan kepentingan dan nilai-nilai. Tidak satupun kelompok yang mampu mendominasi yang lain.

2.NEGARA

Suatu subsistem yang berfungsi memelihara, mempersatukan dan mencapai tujuan-tujuan masyarakat. Tindakan-tindakan negara bersifat

Alat pemaksa yang dipakai oleh kelas penguasa untuk membuat rakyat tunduk pada kemauann

Sarana kekerasan yang terorganisir yang didominasi oleh satu kelas sosial yaitu kelas kapitalis.

Organ atau mekanisme yang dimanipulasi oleh sekelompok minoritas yang terorganisir, yaitu kaum elit, yang menjalankannya demi

Hanya merupakan salah satu dari banyak lembaga politik yang ada dalam masyarakat. Negara mewakili

Page 44: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

mengikat. kepentingannya sendiri atau kepentingan pendukungny.

kepentingan banyak kelompok. Karenanya ia demokratis.

3.TERTIB SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL

Masyarakat dipandang sebagai statis; selalu mengutamakan integrasi, ketertiban dan stabilitas. Kalau masyarakat berubah, perubahan itu berujud penyesuaian terhadap lingkungannya. Equilibrium.

Masyarakat selalu dalam keadaan yang diliputi perubahan dan pertikaian. Konflik yang terjadi itu merupakan kekuatan dinamik masyarakat. Tanpa ada konflik kepentingan, masyarakat tidak akan bermakna

Sumber dinamika masyarakat adalah perubahan sosial. Perubahan sosial tidak bisa dielakkan.

Ketertiban dan status-quo sangat dipentingkan. Perubahan sosial dianggap membahayakan. Perubahan yang terjadi haruslah dituntun oleh kaum elit. Wujud perubahan yang terjadi sekedar sirkulai elit.

Perubahan terjadi secara bertahap. Perubahan terjadi akibat konflik antara kelompok yang saling bersaing tetapi masih dalam tertib kelembagaan. Perubahan yang terjadi tidak sampai mengganggu kestabilan.

4.KETIMPANGAN DAN PELAPISAN SOSIAL

Pelapisan sosial diperlukan sebagai sistem integratif untuk memelihara tertib dan stabilitas

Pelapisan sosial merupakan penghalang terjadinya integrasi dan merupakan sumber utama terjadinya

Ketimpangan sosial dan pelapisan sosial adalah penyebab konflik. Ketimpangan dan pelapisan sosial bisa

Ketimpangan antara elit dan massa pasti terjadi. Elit pasti mendominasi massa. Elitis klasik: ketimpangan

Ketimpangan sosial memang ada, tetapi pengaruh dan keuntungan yang ada dalam

Page 45: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

sosial. Pemberian ganjaran secara tidak merata diperlukan untuk menjamin bahwa hanya orang yang cakap yang menduduki jabatan penting.

konflik dalam masyarakat. Pelapisan/ketimpangan itu terjadi karena langkanya dan tidak meratanya distribusi sumberdaya dalam masyarakat.

dihilangkan itu tidak bisa dihindarkan dan memang diperlukan. Elitis radikal: mengkritik keras terjadinya ketimpangan antara elit-masa.

masyarakat didistribusikan secara merata.

5.POLITIK

Mekanisme untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Memainkan peran menengahi dalam penyelesaian konflik.

Politik berkenaan dengan kekuasaan, yaitu tentang siapa yang berkuasa, bagaimana ia memperoleh kekuasaan dan mengapa ia berkuasa. Politik membantu satu kelompok mencapai tujuannya dengan merugikan kelompok lainnya.

Sarana yang dipakai oleh kelas penguasa untuk mempertahankan dominasi. Satu segi dari suprastruktur yang didominasi oleh kelas kapitalis.

Sarana yang dipakai kaum elit untuk menguasai dan memanipulasi massa.

Mekanisme untuk menengahi dan mewasiti berbagai kepentingan yang berbeda dan mewasiti berbagai konflik.

6.PARTISIPASI POLITIK

Sarana yang dipakai oleh warga-negara dan kelompok-kelompok kepentingan untuk mendukung sistem politik. Sebagai

Yang paling aktif berpartisipasi adalah mereka yang paling beruntung dalam masyarakat. Tuntutan dari masyarakat

Bentuk-bentuk partisipasi konvensional bisa tidak efektif, karena hanya dilakukan demi kepentingan

Mayoritas warga bersifat pasif dan diam. Mereka sekedar dimanipulasi oleh kaum elit. Para politisi yang memerintah

Para pemilih dan kelompok kepentingan mempengaruhi proses pembuatan

Page 46: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

imbalan terhadap dukungan warga negara itu, sistem politik memberikan kepemimpinan yang bertanggungjawab dan memenuhi tuntutan-tuntutan yang diajukan.

terhadap sistem politik tidak ditanggapi secara seimbang. Ada yang ditanggapi lebih serius, ada yang tidak.

kelas penguasa. Bentuk-bentuk non-konvensional mungkin diperlukan.

tidak selalu tanggap terhadap tuntutan warga.

keputusan melalui cara-cara pemilihan, menjadi anggota kelompok kepentingan dan menemui dan berunding dengan pemimpin politik dan pemerintahan. Sistem politik selalu tanggap terhadap tuntutan warganya.

7.KEKUASAAN

Medium yang sah untuk mempertukarkan dan memobilisasi sumberdaya politik dalam sistem politik demi mencapai tujuan-tujuan bersama.

Mekanisme yang tidak sah dan cenderung menguntungkan sekelompok kecil orang yang mendominasi masyarakat dengan merugikan sebagian besar anggota masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan.

Terpusat di tangan para pemilik alat produksi, yaitu kelas penguasa

Terpusat di tangan mereka yang menduduki posisi-posisi tertinggi dalam struktur sosial. Kekuasaan adalah persekongkolan kepentingan dari lembaga-lembaga utama dalam masyarakat itu.

Bersifat polisentris dan tersebar diantara berbagai kelompok kepentingan. Tidak ada satu kelompok yang memonopoli kekuasaan.

VIII. Metode dan teknik pemetaan sosial

Page 47: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

DEFINISI DAN CAKUPAN

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan dalam

Pengembangan Masyarakat yang oleh Twelvetrees (1991:1) didefinisikan sebagai “the

process of assisting ordinary people to improve their own communities by undertaking

collective actions.” Sebagai sebuah pendekatan, pemetaan sosial sangat dipengaruhi

oleh ilmu penelitian sosial dan geography. Salah satu bentuk atau hasil akhir pemetaan

sosial biasanya berupa suatu peta wilayah yang sudah diformat sedemikian rupa

sehingga menghasilkan suatu image mengenai pemusatan karakteristik masyarakat

atau masalah sosial, misalnya jumlah orang miskin, rumah kumuh, anak terlantar, yang

ditandai dengan warna tertentu sesuai dengan tingkatan pemusatannya. 

Perlu dicatat bahwa tidak ada aturan dan bahkan metoda tunggal yang secara

sistematik dianggap paling unggul dalam melakukan pemetaan sosial. Prinsip utama

bagi para praktisi pekerjaan sosial dalam melakukan pemetaan sosial adalah bahwa ia

dapat mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dalam suatu wilayah tertentu

secara spesifik yang dapat digunakan sebagai bahan membuat suatu keputusan terbaik

dalam proses pertolongannya. Mengacu pada Netting, Kettner dan McMurtry

(1993:68) ada tiga alasan utama mengapa para praktisi pekerjaan sosial memerlukan

sebuah pendekatan sistematik dalam melakukan pemetaan sosial:

1. Pandangan mengenai “manusia dalam lingkungannya” (the person-in-

environment) merupakan faktor penting dalam praktek pekerjaan sosial,

khususnya dalam praktek tingkat makro atau praktek pengembangan

masyarakat. Masyarakat dimana seseorang tinggal sangat penting dalam

menggambarkan siapa gerangan dia, masalah apa yang dihadapinya, serta

sumber-sumber apa yang tersedia untuk menangani masalah tersebut.

Pengembangan masyarakat tidak akan berjalan baik tanpa pemahaman

mengenai pengaruh-pengaruh masyarakat tersebut.

2. Pengembangan masyarakat memerlukan pemahaman mengenai sejarah dan

perkembangan suatu masyarakat serta analisis mengenai status masyarakat saat

ini. Tanpa pengetahuan ini, para praktisi akan mengalami hambatan dalam

Page 48: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

menerapkan nilai-nilai, sikap-sikap dan tradisi-tradisi pekerjaan sosial maupun

dalam memelihara kemapanan dan mengupayakan perubahan.

3. Masyarakat secara konstan berubah. Individu-individu dan kelompok-

kelompok begerak kedalam perubahan kekuasaan, struktur ekonomi, sumber

pendanaan dan peranan penduduk. Pemetaan sosial dapat membantu dalam

memahami dan menginterpretasikan perubahan-perubahan tersebut.

IX. MEMAHAMI MASYARAKAT DAN MASALAH SOSIAL

Pemetaan sosial memerlukan pemahaman mengenai kerangka konseptualisasi

masyarakat yang dapat membantu dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat

antara wilayah satu dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa masyarakat memiliki

wilayah (luas-sempit), komposisi etnik (heterogen-homogen)_dan status sosial-

ekonomi (kaya-miskin atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Dalam

makalah ini, kerangka untuk memahami masyarakat akan berpijak pada karya klasik

Warren (1978), The Community in America, yang dikembangkan kemudian oleh

Netting, Kettner dan McMurtry (1993:68-92). Sebagaimana digambarkan Tabel 1,

kerangka pemahaman masyarakat dan masalah sosial terdiri dari 4 fokus atau variabel

dan 9 tugas. 

Page 49: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

 

Penjelasannya:

Focus A: Pengidentifikasian Populasi Sasaran

Tugas 1: Memahami karakteristik anggota populasi sasaran

– Apa yang diketahui mengenai sejarah populasi sasaran pada masyarakat

ini?

– Berapa orang jumlah populasi sasaran dan bagaimana karakteristik

mereka?

– Bagaimana orang-orang dalam populasi sasaran memandang

kebutuhan-kebutuhannya?

– Bagaimana orang-orang dalam populasi sasaran memandang

masyarakat dan kepekaannya dalam merespon kebutuhan-kebutuhan

mereka?

Page 50: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Focus B: Penentuan Karakteristik Masyarakat

Tugas 2: Mengidentifikasi batas-batas masyarakat.

– Apa batas wilayah geografis dimana intervensi terhadap populasi

sasaran akan dilaksanakan?

– Dimana anggota-anggota populasi sasaran berlokasi dalam batas

wilayah geografis?

– Apa hambatan fisik yang ada dalam populasi sasaran?

– Bagaimana kesesuaian batas-batas kewenangan program-program

kesehatan dan pelayanan kemanusiaan yang melayani populasi

sasaran? 

Tugas 3: Menggambarkan masalah-masalah sosial

– Apa permasalahan sosial utama yang mempengaruhi populasi sasaran

pada masyarakat ini?

– Adakah sub-sub kelompok dari populasi sasaran yang mengalami

permasalahan sosial utama?

– Data apa yang tersedia mengenai permasalahan sosial yang

teridentifikasi dan bagaimana data tersebut digunakan di dalam

masyarakat?

– Siapa yang mengumpulkan data, dan apakah ini merupakan proses yang

berkelanjutan?

Tugas 4: Memahami nilai-nilai dominan

– Apa nilai-nilai budaya, tradisi, atau keyakinan-keyakinan yang penting

bagi populasi sasaran?

– Apa nilai-nilai dominan yang mempengaruhi populasi sasaran dalam

masyarakat?

– Kelompok-kelompok dan individu-individu manakah yang menganut

nilai-nilai tersebut dan siapa yang menentangnya?

Page 51: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

– Apa konflik-konflik nilai yang terjadi pada populasi sasaran? 

Focus C: Pengakuan Perbedaan-Perbedaan

Tugas 5. Mengidentifikasi mekanisme-mekanisme penindasan yang tampak

dan formal.

– Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat diantara anggota-amggota

populasi sasaran?

– Apa perbedaan-perbedaan yang terlihat antara anggota populasi sasaran

dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat?

– Bagaimana perbedaan-perbedaan populasi sasaran dipandang oleh

masyarakat yang lebih besar?

– Dalam cara apa populasi sasaran tertindas berkenaan dengan perbedaan-

perbedaan tersebut?

– Apa kekuatan-kekuatan populasi sasaran yang dapat diidentifikasi dan

bagaimana agar kekuatan-kekuatan tersebut mendukung

pemberdayaan?

Tugas 6. Mengidentifikasi bukti-bukti diskriminasi

– Adakah hambatan-hambatan yang merintangi populasi sasaran dalam

berintegrasi dengan masyarakat secara penuh?

– Apa bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami oleh populasi sasaran

dalam masyarakat?

Focus D: Pengidentifikasian Struktur

Tugas 7. Memahami lokasi-lokasi kekuasaan.

– Apa sumber-sumber utama pendanaan (baik lokal maupun dari luar

masyarakat) bagi pelayanan kesehatan dan kemanusiaan yang dirancang

bagi populasi sasaran dalam masyarakat?

Page 52: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

– Adakah pemimpin-pemimpin kuat dalam segmen pelayanan kesehatan

dan kemanusiaan yang melayani populasi sasaran?

– Apa tipe struktur kekuasaan yang mempengaruhi jaringan pemberian

pelayanan yang dirancang bagi populasi sasaran?

Tugas 8. Menentukan ketersediaan sumber.

– Apa lembaga-lembaga dan kelompok-kelompok masyarakat yang ada

pada saat ini yang dipandang sebagai pemberi pelayanan bagi populasi

sasaran?

– Apa sumber utama pendanaan pelayanan-pelayanan bagi populasi

sasaran?

– Apa sumber-sumber non-finansial yang diperlukan dan tersedia?

Tugas 9. Mengidentifikasi pola-pola pengawasan sumber dan pemberian

pelayanan.

– Apa kelompok-kelompok dan asosiasi-asosiasi yang mendukung dan

memberikan bantuan terhadap populasi sasaran?

– Bagaimana distribusi sumber bagi populasi sasaran dipengaruhi oleh

interaksi di dalam masyarakat?

– Bagaimana distribusi sumber bagi populasi sasaran dipengaruhi oleh

kekuatan-kekuatan masyarakat ekstra?

  PENDEKATAN PEMETAAN SOSIAL

Metode dan teknik pemetaan sosial yang akan dibahas pada makalah ini meliputi survey formal, pemantauan cepat (rapid appraisal) dan metode partisipatoris (participatory method) (LCC, 1977; Suharto, 1997; World Bank, 2002). Dalam wacana penelitian sosial, metode survey formal termasuk dalam pendekatan penelitian makro-kuantitatif, sedangkan metode pemantauan cepat dan partisipatoris termasuk dalam penelitian mikro-kualitatif (Suharto, 1997).

Survey Formal

Page 53: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Survey formal dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi standar dari sampel orang atau rumahtangga yang diseleksi secara hati-hati. Survey biasanya mengumpulkan informasi yang dapat dibandingkan mengenai sejumlah orang yang relatif banyak pada kelompok sasaran tertentu. 

Pemantauan Cepat (Rapid Appraisal Methods)

Metode ini merupakan cara yang cepat dan murah untuk mengumpulkan informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya mengenai kondisi geografis dan sosial-ekonomi. 

Metode Partisipatoris

Metode partisipatoris merupakan proses pengumpulan data yang melibatkan kerjasama aktif antara pengumpul data dan responden. Pertanyaan-pertanyaan umumnya tidak dirancang secara baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. Topik-topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan berkembang berdasarkan proses tanya-jawab dengan responden.

Page 54: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

BAB III

MASALAH SOSIAL POLITIK

(kemiskinan)

A. KEMISKINAN

1. Defenisi Kemiskinan

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup

memilihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak

mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik dalam kelompok tersebut. Dan

dapat diartikan juga sebagai Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi

pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok

masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang

berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan dua masalah besar di

banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali di Indonesia.

Pemberdayaan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk menekan angka

kemiskinan agar tercapai tujuan pembagunaan .

Menurut John Friendman mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi

tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (esensial) individu sebagai manusia.Sementara

Chambers menggambarkan kemiskinan, terutama di pedesaan mempunyai lima

karakteristik yang saling terkait:

1. kemiskinan material,

2. kelemahan fisik,

3. keterkucilan dan keterpencilan,

4. kerentanan, dan

5. ketidakberdayaan.

Page 55: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Dari kelima karakteristik tersebut yang perlu mendapat perhatian adalah

kerentanan dan ketidakberdayaan. Kerentanan adalah ketidakmampuan keluarga

miskin untuk menyediakan sesuatu guna menghadapi situasi darurat seperti datangnya

bencana alam, kegagalan panen, atau penyakit yang tiba-tiba menimpa keluarga miskin

.Kerentanan sering menimbulkan kondisi memprihatinkan yang menyebabkan keluarga

miskin harus menjual harta benda dan asset produksinya sehingga mereka makin

rentan dan tidak berdaya.

Sedangkan ketidakberdayaan adalah dimana elit desa dengan seenaknya

memfungsikan diri sebagai oknum yang menjaring bantuan yang sebenarnya

diperuntukkan untuk orang miskin. Ketidakberdayaan keluarga miskin di kesempatan

yang lain mungkin dimanifestasikan dalam hal seringnya keluarga miskin di tipu dan

ditekan oleh orang yang memiliki kekuasaan. Ketidakberdayaan mengakibatkan

terjadinya bias bantuan untuk si miskin kepada kelas di atasnya yang seharusnya tidak

berhak memperoleh subsidi, seperti kasus dana Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Secara ekonomi kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan

sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan

meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang.Sumber daya dalam konteks ini

menyangkut tidak hanya aspek finansial, melainkan pula semua jenis kekayaan

(wealth) yang dapat meningklatkan kesejahteraan masyarakat.

Kenyataannya menunjukkan bahwa kemiskinan tidak bisa didefinisikan dengan

sangat sederhana, karena tidak hanya berhubungan dengan kemampuan memenuhi

kebutuhan material, tetapi juga sangat berkaitan dengan dimensi kehidupan manusia

berikut ini :

Terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, dilihat dari stok pangan yang

terbatas, rendahnya asupan kalori penduduk miskin dan buruknya status gizi bayi, anak

balita dan ibu.

Page 56: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Terbatasnya akses dan rendahnya di sebabkan oleh kesulitan mendapatkan

mutu layanan kesehatan,kurangnya pemahaman terhadap perilaku hidup sehat,kurang

nya layanan reproduksi .jarak fasilitas layanan kesehatan yang jauh, biaya pengobatan

dan biaya perawatan yang mahal. Di sisi lain, utilisasi rumah sakit masih didominasi

oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung memanfaatkan pelayanan

di Puskesmas. Demikian juga persalinan oleh tenaga kesehatan dan asuransi kesehatan

sebagai suatu bentuk sistem jaminan sosial pada penduduk miskin.

Terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan yang

disebabkanoleh kesenjangan biaya pendidikan, fasilitas pendidikan yang terbatas,

biayapendidikan yang mahal, kesempatan memperoleh pendidikan yang

terbatas,tingginya beban biaya pendidikan baik biaya langsung maupun tidak langsung.

Terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, lemahnya perlindungan terhadap

aset usaha, dan perbedaan upah serta lemahnya perlindungan kerja terutama bagi

pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu

rumah tangga.

Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi. Masyarakat miskin yang

tinggal di kawasan nelayan, pinggiran hutan, dan pertanian lahan kering kesulitan

memperoleh perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat dan layak. Dalam

satu rumah seringkali dijumpai lebih dari satu keluarga dengan fasilitas sanitasi yang

kurang memadai.

Terbatasnya akses terhadap air bersih. Kesulitan untuk mendapatkan air bersih

terutama disebabkan oleh terbatasnya penguasaan sumber air dan menurunnya mutu

sumber air.

Lemahnya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah. Masyarakat miskin

menghadapi masalah ketimpangan struktur penguasaan dan pemilikan tanah, serta

ketidakpastian dalam penguasaan dan pemilikan lahan pertanian. Kehidupan rumah

Page 57: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

tangga petani sangat dipengaruhi oleh aksesnya terhadap tanah dan kemampuan

mobilisasi anggota keluargannya untuk bekerja di atas tanah pertanian.

Memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta

terbatasnya akses masyarakat terhadap sumber daya alam. Masyarakat miskin yang

tinggal di daerah perdesaan, kawasan pesisir, daerah pertambangan dan daerah

pinggiran hutan sangat tergantung pada sumberdaya alam sebagai sumber penghasilan.

Lemahnya jaminan rasa aman. Lemahnya partisipasi. Berbagai kasus

penggusuran perkotaan, pemutusan hubungan kerja secara sepihak, dan pengusiran

petani dari wilayah garapan menunjukkan kurangnya dialog dan lemahnya pertisipasi

mereka dalam pengambilan keputusan. Rendahnya partisipasi masyarakat miskin

dalam perumusan kebijakan juga disebabkan oleh kurangnya informasi baik mengenai

kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme perumusan yang memungkinkan

keterlibatan mereka.

Besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besarnya tanggungan

keluarga dan adanya tekanan hidup yang mendorong terjadinya migrasi. Rumahtangga

miskin mempunyai rata-rata anggota keluarga lebih besar daripada rumah tangga tidak

miskin

2. Jenis-Jenis Kemiskinan

Besarnya kemiskinan bisa diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis

kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan

relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan

disebut kemiskinan absolute

· Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam

distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat

rata-rata dari distribusi yang dimaksud.

Page 58: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

· Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-

kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.

3. Penyebab Kemiskinan

Faktor-faktor penyebab kemiskinan sangat sulit untuk dipastikan mana

penyebab yang berpengaruh langsung dan yang tidak lagsung terhadap kemiskinan

– Tingkat dan laju pertumbuhan output

– Tingkat upah neto.

– Distribusi pendapatan.

– Kesempatan kerja

– Tingkat inflasi

– Pajak dan subsidi Investasi

– Alokasi serta kualitas SDA dan ketersediaan fasilitas umum

– Penggunaan teknologi dan tingkat & jenis pendidikan

– Kondisi fisik dan alam

– Politik dan peperangan

– Bencana alam

Sedangkan Secara teoritis kemiskinan dapat dipahami melalui akar

penyebabnya yang dibedakan menjadi dua kategori :

1. Kemiskinan Natural atau alamiah

Kemiskinan yang timbul sebagai akibat terbatasnya jumlah sumber daya

dan/atau karena tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah.

2. Kemiskinan structural

Kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota

atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-

fasilitas secara merata. Artinya sebagian anggota masyarakat tetap miskin

Page 59: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

walaupun sebenarnya jumlah total produksi yang dihasilkan oleh

masyarakat tersebut bila dibagi rata dapat membebaskan semua anggota

masyarakat dari kemiskinan.

Golongan yang menderita kemiskinan struktural itu misalnya terdiri dari para

petani yang tidak memiliki tanah sendiri, atau para petani yang tanah miliknya kecil

sehingga hasilnya tidak mencukupi untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan

keluarganya. Termasuk golongan miskin lain adalah kaum buruh yang tidak terpelajar

dan terlatih, atau apa yang dengan kata asing disebut unskilled labors. Golongan

miskin ini meliputi juga para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari

pemerintah yang sekarang dapat dinamakan golongan ekonomi sangat lemah.

B. PROGRAM KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial masih menjadi masalah besar di

negara Indonesia terutama didaerah pedesaan. Persoalan kemiskinan dan kesenjangan

sosial dapat menjadi konflik untuk itu harus mencari alternatif penanggulanan

kemiskinan.

Salah satu upaya dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan

pemberdayaan, misalnya pemberdayaan lingkungan dan pembedayaan kewirausahaan.

Pemberdayaan adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat

kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang secara

dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat

mengambil keputusan. Pemberdayaan merupakan program komprehensif dan terpadu

dalam rangka peningkatan mutu Sumber Daya Manusia, human capital, yang sekaligus

diarahkan untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs) yang tujuan

utamanya penghapusan kemiskinan dan peningkatan mutu manusia yang berbudaya

dan demokratis.

Pemerintah pun telah banyak mengeluarkan program kebijakan yang digunakan

untuk menanggulangi kemiskinan contohnya :

Page 60: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

– PKPS BBM yang terdiri dari program bagi-bagi uang atau BLT

– P2KP yang kemudian diganti menjadi PNPM dengan aneka ragam jenis

PNPM

– program BOS

– RASKIN

– Askeskin

– Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Menurut Roger Harris dalam bukunya yang berjedul information and

communication technologies for poverty alleviation (2004), Strategi penanggulangan

kemiskinan, antara lain:

Mendistribusikan informasi yang relevan untuk pembangunan.

Memberdayakan masyarakat yang kurang beruntung (disadvantaged) dan

terpinggirkan (marginalized).

Mendorong usaha mikro (fostering micro entrepreneurship)

Meningkatkan layanan informasi kesehatan jarak jauh (telemedicine).

Memperbaiki pendidikan melaslui e-learning dan pembelajaran seumur hidup

(life long learning)

Mengembangkan perdagangan melalui ecommerce.

Menciptakan ketataprajaan yang lebih efesien dan transparan melalui e-

govermence.

Mengembangkan kemampuan.

Memperkaya kebudayaan.

Menunjang pertanian

Menciptakan lapangan kerja, dan Mendorong mobilisasi social

C. KESIMPULAN DAN SARAN MASALAH SOSIAL (kemiskinan)

1. Kesimpulan

Page 61: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Kemajuan suatu masyarakat atau bangsa biasanya ditandai dengan tingginya

perhatian yang diberikan pihak pemerintah terhadap kelompok-kelompok marjinal,

baik marjinal dari sisi geografis maupun sosiologis, sebab kemajuan yang dicita-

citakan mestinya berorientasi pada pemerataan kesejahteraan masyarakat. Karena itu,

sebuah bangsa akan disebut maju jika seluruh atau sebagian besar masyarakatnya telah

berada dalam kondisi sejahtera. Indonesia sebagai sebuah negara berkembang masih

menghadapi berbagai problem ekonomi baik makro maupun mikro, dan hal tersebut

telah turut menghambat lajunya proses kesejahteraan kehidupan rakyat contohnya

masalah kemiskinan dan kesejangan sosial antara desa dan kota. Salah satu akibat

terjadinya kesenjangan sosial meningkatnya kasus kejahatan dan kriminalitas,

meningkatnya urbanisasi dari desa ke kota . Dengan demikian pemerintah harus

berupaya memberikan perhatian kepada masyarakat miskin sebagai langkah untk

meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu upaya pemerintah untuk

menanggulangi kemiskinan dengan pemberdayaan. Pemberdayaan adalah sebuah

program untuk mendorong masyarakat agar mampu melakukan perubahan yaitu keluar

dari kemiskinan dan menjadai berdaya mandiri.

2. Saran

Terkadang bantuan-bantuan yang didapat dari pemerintah tidak dirasakan

langsung oleh masyarakat dan tidak sesuai yang diharapkan dan terkadang ada aparat

yang di percaya untuk menyalurkan bantuan kepada masyarakat malah

menyelewengkan dana bantuan tersebut. Untuk itu diharapkan pemerinatah dapat

terjun langsung memberikan dana tersebut ke masyarakat yang di tuju dan sebelumnya

di tinjau terlebih dahulu apa yang sebenarnya masyarakat perlukan untuk dapat

mensejahterakan keluarganya.

Selain bantuan materi yang di butuhkan masyarakat tetapi masyarakat juga

membutuhkan bantuan moril atau ilmu pengetahuan untuk dapat mengelola dana

tersebut agar dapat meningkatkan taraf kehidupan keluarganya.

Page 62: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

BAB IV

PENUTUP

(hubungan teori dan praktek)

A. Pencerminan Teori Sosial dan Praktek Politik

Masalah hubungan antara teori social dan praktek social sebenarnya sudah

menjadi obyek pembicaraan semenjak 2 abad yang lalu dan selama itu keduanya telah

ditandai oleh kenyataan bahwa ia lebih mudah menimbulkan perselisihan daripada

menghasilkan kejelasan pemikiran dan pemahaman. Meski demikian, masalah ini

merupakan pokok persoalan yang cenderung menimbulkan perdebatan.

Dalam tulisan yang notabene kutipan dari ceramahnya ini, Ralf Dahrendorf

menawarkan empat pemikiran sekaligus beberapa pertanyaan skeptis tentang teori

social dan praktek social di dalamnya. Namun perlu kiranya diketahui terlebih dahulu

bahwa apa yang ia maksud dengan praktek social sebagai hal-hal yang dilakukan oleh

para menteri atau barangkali para anggota parlemen. Sedang teori social yang

dimaksud adalah sebagai hal-hal yang dilakukan oleh para professor, paling tidak

professor-profesor tertentu – profesor filsafat politik, kadang-kadang juga professor

ekonomi, atau mungkin juga professor sejarah atau sosiologi.

Pemikiran pertama berkisar tentang persoalan sebagian orang yang nampaknya

ingin menguasai bidang praktek politik dan teori social. Dengan kata lain, ada orang-

orang yang ingin menjadi filsafat-politikus seklaigus. Dia mencontohkan, pada

pertengahan tahun 1981 ada dua orang anggota parlemen yang pada mulanya sangat

kritis dan keras pengecamannya terhadap Negara serta mengatakan bahwa Negara

telah menjadi steril dari praktek politik ortodok, tapi setelah menjadi menteri mereka

menjadi melempem dengan kebijakan-kebijakannya dan tuntutan-tunttan kritisnya

dulu.

Perbedaan antara teori dan praktek semacam ini tidak terbatas pada spectrum

poltik saja. Pada jajaran oposisi juga ada yang mengaku dirinya sebagai ahli teori

social yang melihat dirinya dalam tradisi lama pemikir-pemikir social serta menyebut

Page 63: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

dirinya sebagai keturunan keluaraga Leverres. Ia juga sering menyebut agama Kristen

sebagai sumber pemikiran politik dan sosialnya. Sayangnya, bila orang tersebut telah

menduduki jabatan apalagi sebagai legislator penting, maka sama saja dengan para

politisi lain, ada petunjuk bahwa mereka lebih dipengaruhi oleh sesuatu yang juga

dikemukannya, yaitu langkah-langkah tekhnologi hebat yang melahirkan “kesaling

tergantungan, kompleksitas, dan sentralisasi”. Bagi Dahrendorf, paling tidak dalam

kenyataannya ada suatu jurang yang aneh antara teori social dengan praktek poltik.

Individu-individu yang percaya pada apa yang mereka katakan dan tuliskan ketika

bergelut dengan teori-teori social akan berubah sikapnya manakala sudah menduduki

kursi social.

Pemikran yang kedua adalah masalah social dan politik menurut Hegel, yaitu

bahwa para teoritisi social tidaklah boleh menulis mendahului waktu ketika ia

memikirkan makna kemajuan sejarah. Kalimat Hegel yang terkenal adalah “ apa yang

masuk akal adalah yang nyata dan apa yang nyata adalah yang masuk akal” dengan

suatu moral (gagasan normatif). Ia mencoba mengatakan bahwa sesuatu yang

difikirkan pada suatu waktu mempunyai hubungan yang pasti dengan sesuatu kejadian

terjadi pada saat itu. Teori dan praktek mempunyai hubungan yang erat satu sama lain,

sekalipun tidak bisa segera dibuktikan.

Sesungguhnya republic- nya Plato tidak lebih dari perkiraan mengenai struktur

moral dasar masyarakat sekitar Plato berada. Alasan yang sebenarnya tidaklah boleh

melebihi realita. Teori social harus mencerminkan praktek social. Inilah yang

menjadikan ungkapan Hegel menjadi relevan. Menurutnya, filsafat tidaklah

mengajarkan apapun pada dunia. Filsafat hanyalah merupakan alat untuk memahami

isi pokok dunia seperti adanya ; dan filsafat akan lengkap, sempurna, dan matang.

Tidak mungkin seorang filosof bisa mendahului dunia tempat semasa ia hidup. Dalam

beberapa hal, teori social bagi Hegel tidak lain merupakan ideology dalam arti sempit.

Teori social merupkan gagasan yang melulu mencerminkan apa yang disebut Marx

hubungan produksi dan kepentingan kelas yang mereka pertahankan. Gagasan

hanyalah cermin realita yang mempunyai struktur penguasaan yang khas dan

kepentingan yang terus membengkak. Teori social tidak saja bisa mengubah sesuatu,

lebih dari itu ia juga bisa mendahului realita atau lepas darinya. Tidak ada peranan

Page 64: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

kritik bagi teori social baik dalam pengertian aliran Frankfrut atau aliran Kant yang

sebenarnya. Bagi Hegel, jika teori meninggalkan realita, maka ia akan sia-sia dan tidak

relevan.

Pemikiran ketiga yaitu pembicaraan tentang Marx. Titik tolaknya adalah pada

tesisnya, Theses on Feuerbach: “ Para filosof hanyalah mengartikan dunia secara

berbeda-beda, sedang masalahnya adalah bagaiman mengubahnya”. Perkataan ini

rumit tapi juga berguna bagi interpretasi terburuk dan tidak menguntungkan, demikian

kata Dahrendorf. Sebenarnya Marx hanya ingin mengatakan bahwa kalau keadaan

ekonomi, social, dan politik dalam beberapa hal salah urus, maka filsafat juga akan

mengena. Hanya dalam kondisi politik dan sosial yang benarlah filsafat akan benar.

Tampak bahwa jalan keluar khas Marx yang menjungkirbalikkan posisi ajaran Hegel

merupakan awal dari suatu tradisi khusus Marxis hingga kini yang cenderung

menekankan pentingnya teori dan penegasan terhadap suatu pengertian yang

menunjukkan bahwa teori dan praktek bukanlah dua kegiatan yang terpisah melainkan

saling menjalin dalam suatu hubungan yang dialektis. Teori sebagai pengakuan dari

suatu proses sejarah adalah praktek dan praktek tersebut akan ada tanpa teori.

Pemikiran yang keempat adalah mengenai Max Weber. Dalam dua pidato

pentingnya pada 1919 yang berbunyi pengetahuan sebagai suatu profesi, yang

mengupas bahwa politik tidaklah berada di ruang kuliah dan kita harus

membedakannya dengan jelas antara apa yang dikerjakan sarjana dan apa yang

dikerjakan politikus. Pertimbangan Weber ini mirip dengan pertimbangan Wilhelmina,

yaitu bahwa dalam ruang sekolah murid-murid harus diam, esementara gurulah yang

berbicara. Tentu saja seharusnya tidak demikian. Usaha Weber untuk membedakan

ilmu pengetahuan (teori social) dengan politik tentu saja merupakan pernyataan tajam

yang menegaskan bahwa tidak banyak penelitian ilmiiah yang bisa membuktikan

pembenaran nilai. Alasan inilah yang membuatnya ingin memisahkan antara ilmu

pengetahuan dan politik.

Dalam ceramah keduanya pada tahun yang sama dan judul yang sama, Weber

membedakan antara etika keyakinan yang absolute dan tidak menerima realita apapun

dengan etika tanggung jawab, yaitu pendekatan moral yang menilai situasi khusus

secara pragmatis tanpa mengabaikan moralitas , tapi pada saat yang sama tidak

Page 65: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

membiarkan dikuasainya tindakan politik seseorang. Baginya politik harus diatur oleh

suatu etika tanggung jawab yang dikendalikan etika keyakinan, yang berarti bersifat

praktis. Politik dilakuakn satu orang meski tidak harus hasil pemikiran satu orang.

Politik bukanlah hasil penerapan teori social, sebab keduanya adalah bidang yang

terpisah.

B. Teori Sosial dan Politik dalam sejarah Teori Sosial

Inti dari tulisan Tom Bottomore ini adalah pembatasan diri yang kuat pada

hubungan sejarah antara teori social dan politik dan mengabaikan perluasan pertanyaan

filosofis yang muncul tentang hubungan antara teori dan praktek. Jadi sesungguhnya ia

ingin menegaskan bahwa pengembangan teori social modern secara keseluruhan ini

untuk menyebut tentang pengeahuan-pengetahuan social yang teoritis telah dikaitkan

secara tertutup dan tidak dapat dilepaskan dari pengembangan sosio-ekonomis dan

ekspresi-ekspresinya dalam perjuangan politik. Akhirnya mengakibatkan pertumbuhan

yang cepat dari suatu ekonomi kapitalis dan munculnya berbagai kepentingan baru.

Hal telah dipaparkan secara jelas dalam Encyclopedia Diderot dan d’ Alembert , yang

ditujukan tidak untuk tidak hanya sekedar penyajian terakhir dari pengetahuan modern,

namun pembelaan khusus dari pengetahuan modern, namun suatu pembelaan khusus

dari pengetahuan social, dan suatu sumbangan bagi kemajuan gerakan demokratis.

Selama abad kesembilan belas, teori social menjadi lebih berhubungan secara

baik sekali dengan doktrin-doktrin politik dan dengan gerakan-gerakan social yang

bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan besar di dalam organisasi

masyarakat. Pada satu sisi para teoritisi social menjadi sangat bersungguh-sungguh

memusatkan perhatiannya terhadap apa yang mereka bayangkan sebagai masalah

politik yang utama pada zaman mereka dan pada sisi yang lain, teori-teori social itu

sendiri sampai dilihat di dalam cara yang terbaru sebagai suatu dasar yang penting dari

doktrin-doktrin politik dan yang menyediakan elemen-elemen yang dapat dimasukkan

secara langsung pada program-program dari gerakan-gerakan social dan partai-partai.

Penemuan itu adalah tentang ide bahwa kaum proletar merupakan factor social

dan politik yang paling penting di dalam masyarakat modern. Penemuan ini

selanjutnya membawa Marx pada suatu analisa akan situasi dari kaum proletar

Page 66: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

berkenaan dengan milik, produksi, dan pertukaran serta pada penonjolan perjuangna

kelas sebagai elemen dinamis yang utama di dalam kehidupan social.

Dalam hal ini, Tom Bottomore mengungkapkan dengan gayanya yang menolak

kemungkinan perluasan pengetahuan social yang obyektif dengan alas an ada

perbedaan yang mencolok antara obyek-obyek penelitian ilmu pengetahuan alam dan

ilmu pengetahuan social.Masyarakat, katanya, bukanlah struktur luar yang pasti, yang

tidak bisa mengubah, tindakan dan kesadaran manusia dalam beberapa cara yang biasa

dapat diketahui dan dapat diduga.

Tom Bottomore juga berpendapat bahwa pembangunan social ekonomi dan

pencuatannya dalam perjuangan politik telah menjadi demikian penting. Dengan kata

lain, dengan munculnya masalah-masalah praktis dari kepentinan-kepentingan social

yang baru telah melahirkan pemikiran yang sistematis tentang sifat masyarakat dan

politik pada tempat pertama, dan para teoritisi masyhur dari masa sosiologi klasik

akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh, misalnya, semua orang

mengembangkan ide-ide mereka di dalam kerangka komitmen poliik atau orietasi nilai.

Pada dasawarsa terakhir kita telah mengalami, di dalam penilaian Bottomore,

suatu pencarian ide-ide yang lebih tua ketimbang suatu semburan yang kreatif, dan

merosotnya kehidupan politik saat itu tampaknya telah pula mendorong keterbatasan

dan kegelisahan para teoritisi. Namun, ia juga melihat sinar di kaki langit dalam bentuk

gerakan-gerakan protes orang Eropa.

Di penghujung uraiannya, Bottomore memita untuk diperhatikannya filsafat

yang telah ikut ambil bagian dalam pengembangan ilmu social pada dasawarsa-

dasawarsa yang lalu; dan pada salah seorang pengecam dasar-dasar positivistis yang

paling masyhur yang banyak terdapat dalam pengetahuan social yang juga merupakan

penjelas alternative hermeneutis yaitu Charles Taylor, yang uraian terakhirnya

membicarakan adanya kemungkinan peranan teori di dalam meruntuhkan atau

memperkuat dan biasanya menyusun sifat dan tindakan-tindakan kita.

Berbagai teori mempunyai efek ini, ia tetap berharap untuk membuktikan

bahwa teori-teori ini tak pernah bisa menjadi factor yyang tidak terlalu menmentukan

berbagai tindakan. Peranan teori ini menurutnya adalah untuk membedakan ilmu

pengetahuan social dengan ilmu pengetahuan alam, karena ilmu-ilmu itu bukanlah

Page 67: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

obyek-obyek yyang kurang lebih bebas, melainkan merupakan bagian yang menyusun

atau mengubah obyk-obyek mereka. Persoalan selanjutnya adalah pengesahan teori

sehubungan dengan tidak adanya test atau aplikasi empiris yang sederhana.

Pengesahan katanya, hanya bisa datang dari efek-efek tindakan, kalau tindakan itu

bersifat waskita bagi pelaku. Akan tetapi kemungkinan untuk berangan-angan, meski

untuk diri sendiri, menjadi sangat besar. Tidak ada cara yang sederhana yang

memungkinkan tercapainya pemahaman social yang waskita.

C. perkiraan, Tindakan, dan Nilai-nilai Obyektivitas Ilmu-Ilmu Sosial

Apabila Bottomore berpendapat bahwa pengesahan ,hanya bisa datang dari

efek-efek tindakan, kalau tindakan itu bersifat waskita bagi pelaku. Akan tetapi

kemungkinan untuk berangan-angan, meski untuk diri sendiri, menjadi sangat besar.

Tidak ada cara yang sederhana yang memungkinkan tercapainya pemahaman social

yang waskita, maka bagi Amartya Sen ada kebutuhan yang sangat besar dari ilmu

pengetahuan social yang factual terhadap cara untuk mempertimbangkan pernyataan-

pernyataan social dan politik yang penting yang ia sebut sebagai kebutuhan ilmu

sosial. Ia berharap bisa mempertahankan gagasan akan “pengetahuan social yang

obyektif” dengan mencoba mengupayakan melalui perbuatan perbedaan-perbedaan

penting di antara perhitungan dan tindakan , atau antara kebenaran dan kebajikan. Dari

sana ia berharap bisa menemui obyektivitas bahkan kejujuran, yang menghimpun

peristiwa-peristiwa dan proses-proses politik.

Namun begitu, hal ini tidaklah cukup karena kita juga perlu tahu bahwa

perhitungan tersebut adalah baik, dan tergantung pada pernyataan apa yang kita

harapkan bisa diperhitungkan. Oleh karena itu, tegasnya, kita mempunyai suatu use-

interest di dalam perhitungan. Tindakan, di lain fihak merupakan sesuatu yang sarat

nilai-nilai yang mencakup upaya praktek ilmiah dan pembuatan pernyataan. Inilah

masalah ilmu pengetahuan alam seperti halnya juga pengetahuan social. Pengetahuan

social mungkin bisa menjelaskan kebenaran dan kebajikan dari berbagai pernyataan,

tapi sudah tentu ia tidak dapat menceritakan kepada kita kenapa tindakan – tindakan itu

dilakukan, selain juga tidak menyediakan pertimbangan-pertimbangan nilai tentang

mereka.

D. Teori Sosial, Pengertian Sosial, dan Tindakan Politik

Page 68: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Masalahnya bukannya teori-teori di atas harus mendukung praktek sosialnya

seperti yang disepakati oleh Charles Taylor dan Amartya Sen, tapi sebagaiman

ditegaskan oleh Jhon Dunn, semua yang dimiliki harus bisa menjembatani jurang

pemisah antara pemahaman social kita dengan pengetahauan kita tentang sejarah

modern. Karena baginya manusia bukanlah sesuatu yang sederhana tetapi perlu

dipelajari bahkan harus dipelajari secara mendalam. Kita semua mungkin harus

menjadi para teoritisi amatir, sekalipun hasrat terhadap ilmu pengetahuan social yang

sesungguhnya telah pernah menghasilkan dosis-dosis yang lebih berarti ketimbang

pembentukan teori sebab-akibat yang professional (yang di dalam konteks kepercayaan

yang diyakini bahwa dunia tidaklah mungkin bisa difahami secara fundamental), yang

dalam pandangannya menuju ke suatu pernyataan yang mencerminkan kemabukan

ideologis. Sebagai teoritisi amatir ini kita nantinya diharapkan menemukan dasar

pemikiran bahwa setiap manusia mempunyai sedikit banyaknya teoritisi social resmi

yang homogen, atau seperangkat teori social. Seperti Habermas, ia percaya bahwa para

teoritisi social sedikit banyak harus mengerti tentang teori dan filsafat secara utuh dan

memperhatikan konsepsi diri yang dipegang oleh dirinya asendiri.

Jurang pemisah antara pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain harus

ditutup. Hanya dengan cara ini, tegasnya, teori dapat melayani praktek dengan lebih

baik. Kesimpulan ini dikaitkan secara langsung oleh Dunn pada politik orang-orang

Inggris modern yang sebelumnya pernah dicoba dengan teori-teori resmi yang tidak

saja menimbulkan penderitaan besar ( karena tak adanya integritas social dan sintesa

ideology yang bermoral , sehingga muncullah kekerasan bagi yang benar), tetapi juga

penyurutan atas kemungkinan-kemungkinan kerjasama social.

Apa yang dibutuhkan, menurut keyakinannya adalah kesederhanaan dan

pandangan terhadap wewenang politik yang lebih demokratis serta penutupan jurang-

jurang pemisah antara teori-teori resmi, amatir, dan professional.

E. Marxisme dan Komunisme

Akhirnya, pertautan antara teori Marxis dan praktek komunis merupakan

masalah yang abadi bagi para ilmuwan social dan praktisi politik. Dalam uraian yang

terakhir, Wlodzimiers Bruss mempersoalkan relevansi pandangan teoritis Marxis yang

kritis untuk memahami dari mencari suatu use-value bagi para praktisi politik di

Page 69: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Negara-negar tersebut. Ia menegaskan bahwa kondisi yang penting dari hal ini adalah

pengakuan bahwa Negara-negara tersebut sarat dengan kecenderungan dan kekuatan

yang saling bertentangan dan begitulah Marxisme, suatu teori yang baik asal

muasalnyamaupun sifatnya sama mengandung berbagi kontradiksi social, sekalipun

kemudian ia mampu menawarkan pengertian-pengertian tertentu pada para pembaharu.

Page 70: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Hikmat, Harry (2001), Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Bandung: Humaniora Utama.

LCC (League of California Cities) (1977), “Problem Analysis: Data Collection Technique”,

dalam Gilbert, Neil dan Harry Specht, Planning for Social Welfare: Issues, Models and

Tasks, New Jersey: Prentice-Hall, hal. 311-323.

Netting, F. Ellen, Peter M. Kettner dan Steven L. McMurtry (1993), Social Work Macro

Practice, New York: Longman.

Suharto, Edi (1997), Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum

Pemikiran, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS (LSP-STKS).

-------- (2002), Profiles and Dynamics of the Urban Informal Sector in Bandung: A Study of

Pedagang Kakilima, unpublished PhD thesis, Palmerston North: Massey University

Twelvetrees, A. (1991), Community Work, London: McMillan.

Warren, R. L. (1978), The Community in America, Chicago: Rand McNally.

World Bank (2002), Monitoring and Evaluation: Some Tools, Methods and Approaches,

Washington D.C.: The World Bank

--------1957. "Ritual and Social Change: A Javanese Example", American Anthropologist, Vol.

59, No. 1.

Page 71: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Arnold, Matthew. 1869. Culture and Anarchy. New York: Macmillan. Third edition, 1882,

available online. Retrieved: 2006-06-28.

Barzilai, Gad. 2003. Communities and Law: Politics and Cultures of Legahkjkjl

Identities. University of Michigan Press.

Boritt, Gabor S. 1994. Lincoln and the Economics of the American Dream. University

of Illinois Press. ISBN 978-0-252-06445-6.

Bourdieu, Pierre. 1977. Outline of a Theory of Practice. Cambridge University Press.

ISBN 978-0-521-29164-4

Cohen, Anthony P. 1985. The Symbolic Construction of Community. Routledge: New

York,

Dawkiins, R. 1982. The Extended Phenotype: The Long Reach of the Gene. Paperback

ed., 1999. Oxford Paperbacks. ISBN 978-0-19-288051-2

Forsberg, A. Definitions of culture CCSF Cultural Geography course notes. Retrieved:

2006-06-29.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Cultures: Selected Essays. New York.

ISBN 978-0-465-09719-7.

Goodall, J. 1986. The Chimpanzees of Gombe: Patterns of Behavior. Cambridge, MA:

Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 978-0-674-11649-8

Hoult, T. F., ed. 1969. Dictionary of Modern Sociology. Totowa, New Jersey, United

States: Littlefield, Adams & Co.

Jary, D. and J. Jary. 1991. The HarperCollins Dictionary of Sociology. New York:

HarperCollins. ISBN 0-06-271543-7

Keiser, R. Lincoln 1969. The Vice Lords: Warriors of the Streets. Holt, Rinehart, and

Winston. ISBN 978-0-03-080361-1.

Kroeber, A. L. and C. Kluckhohn, 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and

Definitions. Cambridge, MA: Peabody Museum

Kim, Uichol (2001). "Culture, science and indigenous psychologies: An integrated

analysis." In D. Matsumoto (Ed.), Handbook of culture and psychology. Oxford:

Oxford University Press

Page 72: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Middleton, R. 1990. Studying Popular Music. Philadelphia: Open University Press.

ISBN 978-0-335-15275-9.

Rhoads, Kelton. 2006. The Culture Variable in the Influence Equation.

Tylor, E.B. 1974. Primitive culture: researches into the development of mythology,

philosophy, religion, art, and custom. New York: Gordon Press. First published in

1871. ISBN 978-0-87968-091-6

O'Neil, D. 2006. Cultural Anthropology Tutorials, Behavioral Sciences Department,

Palomar College, San Marco, California. Retrieved: 2006-07-10.

Reagan, Ronald . "Final Radio Address to the Nation", January 14, 1989. Retrieved

June 3, 2006.

Reese, W.L. 1980. Dictionary of Philosophy and Religion: Eastern and Western

Thought. New Jersey U.S., Sussex, U.K: Humanities Press.

UNESCO. 2002. Universal Declaration on Cultural Diversity, issued on International

Mother Language Day, February 21, 2002. Retrieved: 2006-06-23.

White, L. 1949. The Science of Culture: A study of man and civilization. New York:

Farrar, Straus and Giroux.

Wilson, Edward O. (1998). Consilience: The Unity of Knowledge. Vintage: New York.

ISBN 978-0-679-76867-8.

http://www.damandiri.or.id/file/buku/buku3haryono2005bab2.pdf

http://www.undp.or.id/pubs/imdg2005/BI/TUJUAN%201.pdf

http://komunitas.wikispaces.com/file/view/kemiskinan+dan+upaya+pemberdayaan+masyarakt

.pdf

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/156/0

http://www.p2kp.org/wartaprint.asp?mid=1495&catid=2&

http://komunitas.wikispaces.com/file/view/kemiskinan+dan+upaya+pemberdayaan+masyarakt

.pdf

http://www.bappeda-purwakarta.or.id/artikel/kemiskinan%20perempuan.pdf

Page 73: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. DATA PRIBADI

Nama : AL GAZALI

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/Tanggal Lahir : Malabo, 23 Maret 1984

Status : Lajang

Golongan darah : (A)

Tinggi,Berat : 165 CM, 55KG

Alamat Lengkap : M.Yamin Baru Lr.21 No.13

Telpon Hp : 085238202110

E-Mail : [email protected]

[email protected]

2. ORANG TUA

AYAH .

Nama : Abd Djalil Sh

Umur : 55th

Alamat lenkap : jl.a.yani no.153 (polewali-sulbar)

Pekerjaan : Wira Usaha

IBU: .

Nama : Nurhayati

Umur : 50th

Almat lengkap : jl.a.yani no.153(polewali-sulbar)

Pekerjaan : Wira Usaha

3. SAUDARA

Banyaknya Saudara : Satu (1)

Nama : Rukya

Jenis Kelamin : perempuan

Page 74: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR

Alamat Sekarang : Blitar (jawa timur)

Status : Kawin

Pekerjaan : Wira usaha

Status Saudara : Saudara kandung

4. PENDIDIKAN FORMAL

Sd : Inpres Malabo (1996)

Sltp : Malabo (1999)

Sma : Smkn 2 Pare-Pare ( Pindah)

Smk Wonomulyo (2002-2003)

Perguruan Tinggi : Unismuh Makassar

5. PENGALAMAN ORGANISASI

Osis : Ketua (2000 Pare-pare)

Saka Bahari : Aggota

Fprm : Inisiator (Pembentuk/2009)

Fmn (Front Mahasiswa Nasional) : Koordinator Ranting Unismuh

Cabang Makassar

6. PENHARGAAN AKADEMIS

SERTIFIKAT/PIAGAM .

Latihan Dasar Kepemimpinan : Osis Skmn2 Pare-Pare (1999)

Kelopak Se-Sulsel : Limbung/Gowa (2000)

Program Pelatihan : 2002

Pesantren Mahasiswa : Unismuh Makassar (2007)

DAD : Unismuh Makassar (2010)

DLL………

SEMINAR .

Kongres 1 Mahasiswa Sosiologi Se-Indonesia : Hmj pend.Sosiologi UMM(2008)

Peningkatan Mutu Ujaian Nasional : BEM FAI UMM (2010)

Kongres Mahasiswa Sayap Kiri (B.MERAH) : FISIP UMY Jogjakarta (2008)

Kongres KMKM UIT : KMKM UIT (2009 dan 2010)

Kongres FBRM : Mabes FBRM (2009 dan 2010

DLL………

Page 75: MAKALAH SOSIOLOGI POLITIK UNISMUH MAKASSAR