22
MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI KEBIASAAN MAKAN MASYARAKAT DAERAH JAWA BARAT DISUSUN OLEH: 1. DIAN EKA KURNIA 2. GUSTI AYU PUTU DEWI 3. WIDIA SOBTA RAHMADAYANTIKA JURUSAN GIZI NONREGULER

Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mejelaskan tentang kebiasaan makan masyarakat Jawa Barat.

Citation preview

Page 1: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

MAKALAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI GIZI

KEBIASAAN MAKAN MASYARAKAT DAERAH

JAWA BARAT

DISUSUN OLEH:

1. DIAN EKA KURNIA

2. GUSTI AYU PUTU DEWI

3. WIDIA SOBTA RAHMADAYANTIKA

JURUSAN GIZI NONREGULER

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Page 2: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

KATA PENGANTAR

Segala Puji kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Kesehatan

Masyarakat ini dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Mata Kuliah ‘Sosiologi Antropologi Gizi’

yang telah menyempatkan waktunya untuk mengajar kami pada Mata Kuliah ini. Pada

pembahasan kali ini, akan membahas Kebiasaan makan masyarakat daerah Jawa Barat

dengan literatur yang kami temukan dari berbagai media.

Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik

dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini di masa yang

akan mendatang. Semoga dengan diselesaikannya tugas ini, dapat membantu kelangsungan

kegiatan belajar mengajar di Poltekes Kemenkes RI Tanjung Karang umumnya, dan

dijurusan Gizi khususnya.

Bandar Lampung, Mei 2013

Kelompok 11

Page 3: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kebiasaan Makan......................................................................................... 3

2.1.1 Pantangan Pangan dan Tabu............................................................ 4

2.1.2 Kepercayaan / Agama...................................................................... 4

2.1.3 Adat Kebiasan.................................................................................. 7

2.1.4 Prefrensi........................................................................................... 7

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki berbagai suku dan kebudayaan daerah yang beragam dan tersebar

terseluruh nusantara. Salah satu daerahnya adalah Jawa Barat. Jawa Barat adalah sebuah

provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Perkembangan Sejarah

menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di

wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU

No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat.

Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan

Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon, Kota Cirebondan Kabupaten Kuningan dituturkan

bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di

daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya

dan Babelan (Kabupaten Bekasi) dan Kota Depok bagian utara dituturkan Bahasa Melayu

dialek Betawi. Jawa Barat merupakan wilayah berkarakteristik kontras dengan dua identitas;

masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah JABOTABEK (sekitar Jakarta) dan

masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa.

Berbagai kebiasaan makan mencerminkan tingkah laku suatu komunitas dalam daerah

tersebut. Kebiasaan makan masyarakat yang terkait dengan ketersediaan fisik dan budaya

dari pangan, seperti model rancangan Wenkam dalam Suharjo, 1989. dikatakan bahwa orang

tidak mungkin mengkonsumsi sesuatu bahan makanan, bila bahan makanan tersebut tidak

ditemui di daerah tersebut. Sementara pangan dapat dianggap enak, berbahaya, tidak disukai,

berharga, dan sebagainya karena nilai budaya.

Penentuan pola konsumsi makan memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat

gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat di tempuh dengan penyajian hidangan yang

bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan, macam serta jenis bahan makanan mutlak

diperlukan untuk mendukung usaha tersebut. Disamping itu jumlah bahan makanan yang

dikonsumsi juga menjamin tercukupinnya kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

(Supariasa, dkk, 2002).

Besar kecilnya konsumsi kalori atau energi selama masa pertumbuhan awal, yaitu

sewaktu sel-sel berbagai alat tubuh yang sedang giat-giatnya melakukan pembelahan, dapat

Page 5: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

memengaruhi bahkan mengubah laju pembelahan sel tersebut, akibatnya suatu alat tubuh

dapat mempunyai sel-sel yang lebih sedikit atau lebih banyak dari pada yang diharapkan

terjadi secara normal (Winarno, 1987).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui kebiasaan makan masyarakat Jawa Barat.

2. Mengetahui pengaruh pantangan dan tabu dalam pembentukan kebiasaan makan

masyarakat Jawa Barat.

3. Mengetahui pengaruh kepercayaan/agama dalam pembentukan kebiasaan makan

masyarakat Jawa Barat.

4. Mengetahui pengaruh adat kebiasaan dalam pembentukan kebiasaan makan

masyarakat Jawa Barat.

5. Mengetahui pengaruh preferensi/selesra dalam pembentukan kebiasaan makan

masyarakat Jawa Barat.

Page 6: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebiasaan makan

Kebiasaan makan keluarga/rumah tangga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

saling berkaitan dan berpengaruh terhadap individu dalam keluarga, misalnya dalam upaya

pengambilan keputusan dan tuntutan pemenuhan kebutuhan pangan. Dapat dikatakan bahwa

keluarga atau rumah tangga merupakan faktor utama dalam pembentukan pola perilaku

makan dan juga dalam pembinaan kesehatan keluarga, seperti digambarkan dalam model

perilaku konsumsi pangan (Pelto, 1980).

Sebagian besar masyarakat Jawa Barat yang merupakan orang sunda gemar

mengkomsunmsi lalapan. Lalap adalah daun-daun muda dan bagian tanaman lain seperti

buah, biji ataupun bunga yang dimakan bersama dengan makananan utama (nasi). Kebiasaan

memakan lalap bagi masyarakat Sunda sudah berlangsung turun - temurun dan masih

berlangsung sampai saat ini. Bahkan ada pepatah yang mengatakan bahwa orang Sunda tidak

akan pernah mati kelaparan jika dilepas di tengah hutan karena mereka bisa memakan semua

daun yang ada. Pepatah yang kadang digunakan sebagai bahan “guyonan” orang Jawa

tersebut sebenarnya mempunyai makna yang dalam.

Budaya makan lalap mucul sebagai suatu bentuk adaptasi masyarakat Sunda terhadap

alamnya yang kaya akan keanekaragaman hayati. Konsumsi lalap yang disajikan di rumah

tangga khususnya bagi keluarga yang tinggal di perkotaan juga tidak jauh berbeda. Bahkan

ada seorang ibu yang sudah cukup berumur yang tinggal di daerah Garut mengatakan bahwa

dulu ia mengkonsumsi segala macam daun di sekitar rumahnya untuk lalap. Tumbuhan yang

tumbuh liar di pinggir jalan pun dapat jadikan lalap. Bagi orang sunda lalapan tanpa sambel

merupakan menu yang wajib disajikan dalam makanana orang sunda seari-hari.

Selain lalapan, makanan yang tidak asing dikonsumsi bagi masyarakat jawa barat

adalah sayur asem. Sayur ini memiliki cita rasa yang khas dicampur dengan perpaduan

bumbu-bumbu seperti bawang merah dan juga cabai merah, serta jangan lupa memakai asem.

Sayur asem ini biasanya paling nikmat jika disajikan dengan ikan asin dan juga sambel pedas

atau sambel petai goreng. Selanjutnya yakni nasi timbel yang penyajiannya dengan lauk berupa

Page 7: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

ayam atau ikan goreng, bersama tempe, tahu , ikan asin goreng, lalapan serta sambal. Pepes

juga tidak ketinggalan dalam makanan daerah Jawa Barat. Masakan ini dimasak dengan

mengunakan balutan daun pisang. Pepes yang sering dikonsumsi orang sunda yakni, pepes

tahu ,pepes oncom ataupun pepes ikan emas. Rasanya tambah wangi dengan dicampurkan

daun kemangi. Selain itu, masih banyak ragam jenis makananan lainya yang biasa ditemui

dalam rumah makan masyarakat sunda di Jawa Barat.

Sebagaimana lazimnya daerah-daerah lain yang mengenal tabu/pamali, di desa

Cireundeu juga mengenal adanya beberapa makanan yang mereka yakini akan memberikan

pengaruh negatif bagi yang melanggarnya.

2.1.1 Pantangan Pangan dan Tabu

Beberapa jenis makanan yang mereka tabukan dalam masyarakat Cirendeu yang berada

di Jawa Barat diantaranya adalah, Pisang ambon, nenas, ketimun, bawang, untuk seorang

gadis. Jenis makanan tersebut mereka yakini akan memberikan efek negatif seperti keputihan

dan bau keringat yang tajam. Makanan pedas, nenas, merupakan makanan tabu bagi ibu

hamil karena akan memberikan akibat seperti keguguran ataupun diare. Bagi ibu yang

menyusui dan anak balita biasanya ditabukan untuk mengkonsumsi makanan pedas dan ikan,

karena akan mengakibatkan diare pada bayinya, cacingan ataupun aroma asi yang menjadi

anyir.

Pisang emas menjadi makanan tabu bagi seluruh warga pada salah satu wilayah di Jawa

Barat yaitu Cireundeu karena pisang emas adalah symbol makanan leluhur yang tidak boleh

dikonsumsi. Sebagai rasa hormat masyarakat pada nenek moyang dan leluhurnya, pisang

emas selalu menyertai pada setiap upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat

tersebut. Oleh karena itu pisang emas ditabukan karena dianggap tidak menghormati leluhur.

Berbeda dengan masyarkat Cirendeu, kebiasaan makan dalam masyarakat Sunda

terdapat beberapa makanan dan kebiasaan makan yang dianggap tabu antara lain:

1. Tidak boleh buang air kecil/ makan sambil berdiri.

2. Tidak boleh makan dengan menggunakan sendok dan garpu.

3. Jangan makan tebu = apabila suatu saat merantau maka akan mati di perantauan

Page 8: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

2.1.2 Kepercayaan/agama

Salah satu daerah di Jawa Barat yang terkenal akan kepercayaan makannya adalah

Cirendeu. Cireundeu merupakan salah satu kampung adat yang masih ada di Jawa Barat

hingga kini. Kampung tersebut terletak di kota Cimahi, tidak jauh dari tempat pembuangan

akhir (TPA) sampah Leuwi Gajah yang beberapa tahun silam diguncang bencana longsor dan

menelan korban ratusan jiwa. Sebagaimana kampung adat lainnya di tatar sunda, masyarakat

kampung adat Cireundeu masih mempertahankan adat istiadat atau tradisi warisan leluhur

(karuhun). Kendati demikian, pengaruh budaya modern juga telah hadir dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat Cireundeu, seperti halnya tempat tinggal mereka yang sebagian tidak

lagi bertipe tradisional melainkan permanen.

Karakteristik masyarakat adat Cireundeu yang agak berbeda dengan masyarakat

kebanyakan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ajaran Pangeran Madrais yang berakar dari

konsepsi agama Sunda Wiwitan, sebuah kepercayaan masyarakat Sunda pra-Islam.

Masyarakat Cireundeu mulai mengenal ajaran Pangeran Madrais sejak awal abad 20. Sejak

saat itu hingga kini, mayoritas penduduk kampung Cireundeu tetap teguh menjadikan agama

Sunda Wiwitan yang diajarkan Pangeran Madrais sebagai pedoman hidup.

Pangeran Madrais adalah salah satu keturunan Kesultanan Gebang Cirebon yang juga

menyebarkan ajarannya di daerah Cigugur, Kuningan. Ajaran Pangeran Madrais menitik

beratkan pada kebanggan akan identitas kebangsaan atau kesundaan yang sepatutnya dimiliki

oleh seluruh orang Sunda. Meski demikian, ajaran Madraisme tidaklah bersifat chauvinis,

melainkan menekankan toleransi dan kesediaan yang kuat dalam menerima perbedaan.

Penguatan identitas kesundaan dijadikan landasan agar masyarakat Sunda tidak kehilangan

jati dirinya ketika ‘berhadapan’ dengan kebudayaan (termasuk kepercayaan atau agama)

asing yang ketika itu hadir melalui kolonialisme dan perdagangan.

Selain aspek kepercayaan, masyarakat adat Cireundeu juga masih mempertahankan

tradisi konsumsi nasi singkong yang diwariskan oleh leluhur mereka. Nasi yang terbuat dari

singkong adalah makanan pokok masyarakat adat Cireundeu sampai sekarang. Tradisi ini

telah terbukti menjadikan masyarakat Cireundeu mandiri dan tidak tergantung dengan beras

yang menjadi makanan pokok mayoritas rakyat Indonesia. Oleh karena itu, semua dinamika

Page 9: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

yang terkait dengan beras seperti naiknya harga atau kelangkaan pasokan beras tidak terlalu

berpengaruh bagi kehidupan mereka.

Pola konsumsi nasi singkong terbentuk sebagai akibat adanya pengalaman sejarah masa

lalu dimana masyarakat sulit untuk mendapatkan beras karena ulah penjajah. Sejak itu tokoh

panutan masyarakat tersebut bersumpah tidak akan makan “beras/nasi” yang telah

menyengsarakan rakyat. Tokoh tersebut juga berharap semoga dengan makan nasi singkong

mereka menjadi lebih kuat, dan tetap eksis meskipun tidak mengkonsumsi beras/nasi.

Mereka dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia didaerahnya tanpa harus

bergantung dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Sumber protein hewani

yang disukai cenderung berasal dari ternak darat. Hal ini sesuai dengan kondisi lingkungan

alam mereka yang berada diperbukitan jauh dari laut ataupun sungai, sehingga mereka lebih

mengenal hewan ternak dari pada ikan. Usaha mencukupi kebutuhan pangan ini mereka coba

dengan memelihara sendiri hewan ternak seperti Kambing. Ayam ataupun Itik yang mereka

pelihara di pekarangan mereka.

Pangan nabati sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan, biasanya mereka cukupi

dari hasil pertanian mereka sebagai warisan budaya leluhur yang kebanyakan bermata

pencaharian sebagai petani. Bertani bukanlah hal baru bagi masyarakat Cireundeu meskipun

usaha mereka sekedar untuk mencukupi kebutuhan sendiri.

2.1.3 Adat Kebiasaaan

Makan adalah satu perkara yang wajib dalam hidup, cara makan juga merupakan

satu budaya. Masing-masing bangsa memiliki budaya mereka tersendiri bagaimana cara

mereka makan. Contohnya orang Cina makan menggunakan sumpit, sedangkan orang Barat

terbiasa makan menggunakan sendok dan garpu. Setiap tindakan pasti ada tujuan, tentu ada

alasan yang rasional kenapa mereka makan dengan cara tersebut.

Masyarakat Indonesia yang berada di Jawa Barat khususnya orang sunda pada

umumnya gemar sekali melakukan setiap kegiatan bersama-sama.Salah satu kegiatan yang

paling digemari oleh orang-orang sunda adalah makan bersama atau botram dalam istilah

orang sunda.Botram atau makan bersama sendiri tidak hanya dilakukan ketika mereka

bersama keluarga mereka sendiri,tetapi mereka pun tidak segan untuk makan bersama-sama

dengan orang lain diluar keluarga mereka sendiri.Botram sendiri biasanya dilakukan ketika

Page 10: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

ada acara bersama yang dihadiri seluruh anggota komunitas seperti rekreasi ataupun acara-

acara khusus seperti menyambut bulan ramadhan.

Dalam acara botram, semua anggota komunitas diharuskan membawa makanan

sendiri-sendiri karena tidak ada istilah tuan rumah dalam acara botram. Tujuan mengapa kita

diharuskan membawa makanan sendiri adalah karena ketika kita menggelar acara botram kita

akan saling bertukar makanan dengan anggota lainnya dan saling mencicipi makanan yang

kita bawa. Biasanya makanan yang akan kita bawa pada saat datang keacara botram ini

seperti nasi timbel lengakap dengan lauk pauknya atau bagi mereka penyuka makanan yang

berbau biasanya akan membawa semur jengkol atau sambal goreng petai dan jangan lupakan

alas yang kita gunakan adalah daun pisang. Selain makan bersama yang merupakan acara

utama dalam kegiatan botram, disini kita juga dapat berbagi pengalaman hidup,

bercengkrama dengan sesama anggota komunitas atau pun curhat satu sama lain, dengan

begitu kita dapat saling mengenal satu sama lain dan mempererat tali persaudaraan.

Filosifi dari kegiatan botram ini adalah bagaimana sebuah acara yang dibentuk

komunitas dapat menggambarkan sebuah kerukunan, kebersamaan dan wujud persaudaraan

yang nyata. Dimana setiap anggota dalam komunitas saling berbagi makanan yang mereka

bawa masing-masing. Tidak ada cerminan kemewahan yang dibawa dalam acara ini,

hanyalah kesederhanaan dan saling bertenggang rasa satu sama lain

Inti dari kegiatan makan bersama ini adalah kebersamaan dan saling berbagi,bagaimana

setiap individu dalam komunitas berinteraksi satu sama lain,saling berbagi makanan,cerita

dan lelucon.Dalam hubungannya dengan ilmu sosial, makan bersama atau botram ditinjau

dari perilaku sosial merupakan perilaku yang menggambarkan bahwa manusia merupakan

mahkluk sosial yang perlu berinteraksi satu sama lain.Dengan melakukan tradisi botram ini

setiap individu dalam komunitas dalam hal ini sunda dapat mengenal individu-individu

lainnya,sedangkan bila ditinjau dari kebiasaan sosial,makan bersama atau botram ini

merupakan kegiatan positif yang dapat mempererat tali persaudaraan diantara individu dalam

komunitas tersebut.

Dari pemaparan diatas dapat didapat kesimpulan,makan bersama atau botram dalam

tradisi komunitas sunda merupakan kegiatan yang bersifat positif karena dapat mempererat

tali persaudaraan antar anggota komunitas serta merupakan perilaku sosial yang baik karena

Page 11: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

setiap anggota komunitas dapat mengenal anggota lainnya meski tidak terikat oleh ikatan

darah.

Selain kegiatan makan bersama orang Sunda, biasanya makan menggunakan tangan

kanan. Hal ini berasal dari salah satunya cerita klasik di masyarkat Sunda dahulu. Di

penghujung abad ke-19 ada seorang kerabat dari Raja Kedah yang menetap di Selangor yang

bernama Tengku Kudin. Pada suatu hari Tengku Kudin dijemput oleh British Resident untuk

menghadiri satu jamuan makan malam didalam rumah residen tersebut. Ketika semua tamu

jemputan telah berada ditempat untuk menyantap hidangan, tiba-tiba Tengku Kudin bangun

menuju ke arah keran air untuk membasuh tangannya. Tanpa menghiraukan orang lain yang

semuanya menggunakan sendok dan garpu, beliau dengan lahap menyuap makanan ke dalam

mulutnya menggunakan tangan!

Tingkah polah Tengku Kudin ini diperhatikan oleh seorang wanita Inggris yang

kebetulan duduk di sisinya. Merasa tertarik dengan perlakuan Tengku Kudin itu wanita

tersebut kemudian lantas bertanya : “Kenapa anda makan dengan tangan? Bukankah

menggunakan sendok dan garpu itu lebih bersih dan lebih sopan?”

Tengku Kudin menjawab dengan suara lantang sehingga tamu-tamu lain dapat

mendengarnya. Beliau menjawab, “Saya makan dengan menggunakan tangan sekurang-

kurangnya ada tiga sebab. Pertama; Saya tahu tangan saya lebih bersih dari sendok dan garpu

sebab saya sendiri yang membasuhnya bukan orang lain. Sendok dan garpu itu dibasuh oleh

orang lain yang belum tentu cukup bersih. Kedua; Saya yakin tangan saya lebih bersih karena

tangan saya hanya saya seorang saja yang menggunakannya – tidak pernah dipinjam pada

orang lain, sedangkan sendok dan garpu itu banyak orang berbeda-beda yang pernah

menggunakannya. Ketiga; Saya percaya tangan saya lebih bersih karena ia tidak pernah jatuh

dalam longkang!”

Jawaban Tengku Kudin ini membuat semua orang yang mendengarnya tertohok. Kalau

sebelum itu diantara mereka ada yang tersenyum sinis melihat Tengku Kudin menyuap

makanan dengan tangannya tapi selepas itu masing-masing orang mengangguk, mungkin

karena mereka berpikir bahwa jawaban tersebut memang benar masuk akal.

Budaya makan dengan tangan adalah salah satu kesamaan yang tampak pada acara

makan-makan kopdar kemarin. Sehingga memunculkan impressi bahwa pangkat, derajat,

status sosial, kedudukan, dll. Semuanya tidak berlaku! Semua orang sama, meski banyak

Page 12: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

perbedaan mencolok yang bercampur baur didalam persamaan. Itu semua tak lain adalah

untuk menegaskan bahwa perbedaan ada untuk mendatangkan keindahan melalui persamaan.

2.1.4 Preferensi

Prefrensi atau selera adalah sebuah konsep, yang digunakan pada ilmu sosial,

khususnya ekonomi. Ini mengasumsikan pilihan ralitas atau imajiner antara alternatif-

alternatif dan kemungkinan dari pemeringkatan alternatif tersebut, berdasarkan kesenangan,

kepuasan, gratifikasi, pemenuhan, kegunaan yang ada. Lebih luas lagi, bisa dilihat sebagai

sumber dari motivasi. Di ilmu kognitif, preferensi individual memungkinkan pemilihan

tujuan/goal. Konsumsi lebih dari barang biasa biasanya digolongkan (tetapi tidak selalu)

diasumsikan menjadi lebih tidak konsumtif.

Makan bukan hanya merupakan upaya manusia untuk mempertahankan diri agar

bisa hidup terus. Dengan makan, makhluk hidup apa pun, apalagi manusia, berusaha

memenuhi kebutuhannya akan gizi. Tanpa makan, apalagi juga tanpa minum, kehidupannya

tidak akan berlangsung lama.

Bahwa tradisi makan menunjukkan budaya masyarakatnya, tecermin dalam cara

makan orang yang egaliter. Tradisi makan masyarakat Sunda yang tinggal di daerah pedesaan

memperlihatkan budaya masyarakatnya yang egaliter. Bentuk rumah dan pembagian

ruangannya yang sederhana tidak membutuhkan peralatan rumah tangga yang dianggap tidak

perlu. Ruang tengah dijadikan ruang keluarga, sekaligus menjadi ruang makan. Ruang ini

sering kali tidak dilengkapi dengan meja makan. Mereka makan dengan cara lesehan di atas

sehelai tikar yang dihamparkan.

Menu utama biasanya ikan mas atau gurami yang diolah dengan berbagai bumbu,

dalam bentuk pepes, goreng, atau hasil olahan lainnya. Tambahan menu lainnya yang tidak

pernah ketinggalan, antara lain, goreng ikan asin jambal, goreng atau pepes ayam, oncom,

sayur asem, dan tentu saja lalap-lalapan. Jika di lingkungan etnis lain jenis lalap seperti

jengkol dan petai banyak dihindari, di lingkungan masyarakat Sunda justru sebaliknya.

Jengkol dan petai justru merupakan penambah selera makan.

Pasangan lalap biasanya disandingkan dengan sambal. Sejoli ini ada yang disebut

sambal terasi karena salah satu bahan yang digunakan terasi bakar. Ada pula yang disebut

sambal dadak karena dibuat mendadak. Dinamakan sambal hejo karena menggunakan cabai

Page 13: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

hijau. Sambal goang yang banyak dikonsumsi petani di daerah pantai utara, terbuat dari cabe

rawit dan garam secukupnya.

Page 14: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Nilai sosial pangan masyarakat dicerminkan dari pengakuan seluruh masyarakat

terhadap kebiasaan konsumsi lalapan dalam berbagai makanan.

2. Konsumsi lalapan dalam masyarakat Jawa Barat hanya merupakan simbol

identitas dan tidak menunjukkan status sosial dalam masyarakat.

3. Pembentukan kebiasaan makan masyarakat Jawa Barat dipengaruhi juga

pantangan pangan dan tabu, kepercayaan/agama, adat kebiasaan, preferensi yang

berbeda dari masing-masing individu.

4. Terbentuknya kebiasaan konsumsi nasi singkong pada masyarakat Cireundeu

dilatarbelakangi oleh kepercayaan atau keyakinan masyarakat dan hasil

penyesuaian masyarakat terhadap lingkungan untuk mengatasi masalah

kerawanan pangan.

5. Keberagaman budaya pada masing-masing daerah menimbulkan kebiasaan

makan tersediri dalam tiap aspeknya.

Page 15: Makalah Sosiologi Antropologi Gizi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1.2008.Budaya Makan dengan Tangan di http://gielardino.wordpress.com/2008/03/13/budaya-makan-dengan-tangan/ diakses 28 April 2013

Anonim2.2008.Orang Sunda Paling Suka Daun Muda di http://nasional.kompas.com/read/2008/04/25/01154583/orang.sunda.paling.suka.daun.muda diakses tanggal 27 April 2013

Anonim3.2009.Tabu dalam Kebudayaan Sunda di

http://bpsnt-bandung.blogspot.com/2009/07/tabu-dalam-kebudayaan-

sunda.html#.UYLTJKKLBvw diakses 29 April 2013

Anonim4. Budaya Botram atau Makan Bersama dalam Komunitas Sunda di

http://muhzah.wordpress.com/2012/10/25/budaya-botram-atau-makan-bersama-

dalam-komunitas-sunda/ diakses tanggal 29 April 2013

Anonim5.2012. Lalab Khas Sunda, Nasibmu Kini dan Di Masa Datang di

http://www.kasundaan.org/id/index.php?

option=com_content&view=article&id=126:lalabsunda&catid=60:kebon&Itemid=92

diakses 29 April 2012

Anonim6.2012. Makanan Favorit Orang Sunda di http://sayhitohenny.blogdetik.com/2011/07/21/makanan-favorit-orang-sunda/ diakses 29 April 2013

Anonim 7.2013.Cindereu Nasib Penganut Agama Sunda Wiwitan Tragis di http://bacaanmualaf.wordpress.com/2013/01/06/cireundeu-nasib-penganut-agama-sunda-wiwitan-tragis/ diakses tangal 28 April 2013

Anonim8.Preferensi di http://id.wikipedia.org/wiki/Preferensi diakses 29 April 2013

Supariasaa,dkk.2002.Penilaian Status Gizi.Jakarta:Buku

Winarno, FG. 1987.Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak. Jakarta:Sapihan