View
42
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah sosiologi
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, mengantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.
Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian agama dan sekularisme ?2. Bagaimana hubungan agama dengan sekularisme ?3. Bagaimana metode penyebaran sekularisme ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian agama dan sekularisme 2. Untuk mengetahui hubungan agama dengan sekularisme 3. Untuk mengetahui metode penyebaran sekularisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris ) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan lainnya, baik dalam upacara ( perayaan ) keagamaan, khotbah, renungan ( meditasi) pendalaman rohani.
Fungsi penyelamatan.
Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup seklarang ini maupun sesudah mati.Jaminan keselamatan ini hanya bias mereka temukan dalam agama.
Agama membantu manusia untuk mengenal " yang sacral " dan " makhluk teringgi " atau Tuhan dan berkomunikasi denganNya. Sehingga dalamyang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan PenYucian.
Fungsi pengawasan social ( social control )
Fungsi agama sebagai control social yaitu :
- Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat.
- Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang dianggap baik )dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.
Fungsi memuPuk Persaudaraan.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia yang didirikan atas unsure kesamaan.
- Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideology yang sama, seperti liberalism, komunisme, sosialisme.
- Kesatuan persaudaraan berdasarkan system politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung dalam system kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll.
- Kesatuan persaudaraan atas dasar seiman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melairtkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama
Fungsi transformatif.
Kata transformative barasal dari kata latin " transformare " artinya mengubah bentuk. Jadi fungsi transformative berarti mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru.
2.2 Pengertian SekulismeIstilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George
Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru, konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme didasarkan, telah ada sepanjang sejarah. Ide-ide sekular yang menyangkut pemisahan filsafat dan agama dapat dirunut baik ke Ibnu Rushdi dan aliran filsafat Averoisme. Holyoake menggunakan istilah sekularisme untuk menjelaskan pandangannya yang mendukung tatanan sosial terpisah dari agama, tanpa merendahkan atau mengkritik sebuah kepercayaan beragama. Sebagai seorang agnostik, Holyoake berpendapat bahwa "sekularisme bukanlah argumen melawan Kekristenan namun terpisah dari itu. Sekularisme tidak mengatakan bahwa tidak ada tuntunan atau penerangan dari ideologi lain, namun memelihara bahwa ada penerangan dan tuntunan di dalam kebenaran sekular, yang kondisi dan sanksinya berdiri secara mandiri dan berlaku selamanya. Pengetahuan sekular adalah pengetahuan yang didirikan di dalam hidup ini, berhubungan dengan hidup ini, membantu tercapainya kesejahteraan di dunia ini, dan dapat diuji oleh pengalaman di dunia ini."
Sekuralisme adalah suatu paham yang tertutup, suatu sistemm ideologi tersendiri dan lepas dari agama. Linti sekularisme ialah penolakan adanya kehidupan lain di luar kehidupan duniawi. Dari perspekti islam, sekularisme adalah perwujudan modern dari paham dahriyyah, seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an, surat Al-Jatsiyah yat 24:
24. dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain
masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
Dari ayat diatas jelas diterangkan sekularisme tidak sejalan dengan agama, khususnya agama islam. Secara umum, sekulerisasi dicirikan dengan (1) pemisahan pemerintah dari ideologi-ideologi keagamaan dan struktur-struktur eklesiastik, (2) ekspansi pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan dalam bidang sosial ekonomi yang semula ditangani struktur-struktur keagamaan dan (3) penilaian silang (transvaluation) atas kultur politik guna menekankan tujuan-tujuan dan alasan-alasan keduniaan yang tidak transenden, sarana-sarana yang pragmatis; itulah nilai-nilai politik sekuler. Serta (4) kekuasan pemerintah terhadap kepercayaan dan praktek-prakter keagamaan, dan struktur eklesiastik. Hal ini mencakup ekspansi pemerintahan ke dalam apa yang diakui sebagai ruang lingkup yang murni keagamaan untuk menghancurkan atau secara radikal merubah agama.
Tiga aspek sekulerisasi ini adalah universal di dalam perkembangan pemerintah-pemerintah modern lebih dari satu setengah abad yang lalu. Aspek-aspek itu universal sekurang-kurangnya di dalam subtansinya, sungguhpun sisa-sisa sistem tradisional mungkin masih ada. Di Inggris misalnya, jelas pemerintah telah memperluas fungsi-fungsi secara besar-besaran di dalam lapangan hukum dan pendidikan atas biaya-biaya agama tradisional, dan bahwa proses politik pada dasarnya sangat sekuler dan pragmatis. Hubungan konstitusional yang terus berlanjut antara gereja dengan negara, yang berlawanan dengan aspek pemisah sekulerisasi mempunyai sedikit signifikansi ketimbang sebagai suatu simbol kontinuitas dengan masa silam. Gereja negara ikut dalam fungsi simbolis ini dengan monarki kerajaan Inggris itu sendiri.
2.3 Hubungan Agama dan SekularismeTeori pertama menyatakan bahwa dunia kita sedang menuju kepada satu
titik di mana agama-agama tradisional tak lagi punya tempat. Masa depan umat manusia adalah masa depan dunia sekular, masa depan sekularisme. Teori ini didukung oleh hampir seluruh sosiolog besar Barat, termasuk Weber, Durkheim, Comte, dan Luckmann.
Teori kedua adalah respon dari teori pertama itu. Teori ini menyatakan bahwa tesis tentang sekularisasi tak lagi bisa dipertahankan. Dunia kita bukannya sedang mengarah kepada satu titik yang sekular, tapi justru kepada titik di mana agama-agama menjalani kebangkitannya Teori ini dianut oleh para sosiolog belakangan seperti Peter Berger, Rodney Stark, dan Jose Cassanova.
Sekularisme adalah suatu kepercayaan atau paham yang memisahkan antara urusan agama dari kehidupan dunia seperti politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Paham ini menganggap bahwa urusan keagamaan atau ketuhanan tidak boleh dicampurkan dengan urusan negara, politik dan pemerintahan. Maka bagi penganut paham sekular, dia akan memisahkan agama dari kehidupan. Dia membatasi agama hanya pada urusan ibadah saja, terkait dengan bagaimana beribadah kepada sang Pencipta. Sementara untuk urusan kehidupan seperti bernegara, berpolitik, berekonomi dan sebagainya, maka agama tidak boleh ikut campur. Pada akhirnya, merekalah yang berkuasa untuk membuat aturan-aturan untuk mengatur kehidupannya tanpa harus memperdulikan aturan Tuhan dalam ajaran agama.
Pada hakikatnya, jika agama diperlakukan seperti ini; dipotong dan hanya dijadikan sebagai urusan privat, sama saja agama dimuseumkan. Agama dijadikan barang antik. Maka tepatlah kalau ada yang menyebut bahwa hakikat paham sekularisme adalah "al-Laadiniyah" yakni tanpa agama atau "al-Laa'aqiidah" yakni tanpa aqidah.
Bahayanya, peradaban yang semacam inilah yang sekarang sedang mendominasi umat manusia, termasuk umat Islam, dan setiap detik menjejalkan nilai-nilainya ke tengah masyarakat, melalui media-media cetak ataupun elektronik, koran, majalah, atau melalui acara-acara TV yang ada di setiap sudut rumah tangga Muslim.
Eropa pernah tenggelam dengan darah mangsa-mangsa pihak gereja ketika ratusan bahkan ribuan orang mati di dalam penjara dan di tali gantung. Dengan sebab ini berlakulah pertempuran antara gereja dan sains yang akhirnya tegaklah paham sekularisme yang berarti “memisahkan agama (Kristen) dari negara”. Suasana kacau balau dalam agama Kristen hasil penyelewengan yang terjadi di dalamnya (-ia hasil dari perencanaan yahudi-) memungkinkan tegaknya paham sekularisme di samping agama Kristen yang sudah ada.
Sekularisme digulirkan untuk keluar dari kungkungan gereja yang begitu mengekang pengikutnya. Masyarakat Eropa tertekan dan dizalimi di bawah pemerintahan gereja. Bagi pejuang sekular, mereka menganggap dengan berada di bawah kuasa gereja mereka tidak akan mencapai kemajuan. Sebab itulah mereka memutuskan tali ikatan diri mereka dengan gereja dan menjadi orang yang beragama Kristen hanya pada nama, tidak pada pengamalan agama.
Semenjak penjajah Barat yang kafir meletakkan kaki mereka ke bumi umat Islam, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan paham sekularisme melalui berbagai cara. Dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi yang dimiliki serta pengalaman, mereka terus bekerja. Cara-cara penyebaran
paham sekularisme ini dilaksanakanan melalui bidang pendidikan, media massa, dan undang-undang. Tujuannya hanyalah untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya.
2.4 Metode Penyebaran Sekularisme
Melalui Pendidikan
Ada beberapa bentuk dalam menyebarkan sekularisme melalui lembaga pendidikan, di antaranya:
1. Membatasi pendidikan agama Islam secara material dan moral.
a. Pembatasan secara material dilakukan dengan membuka pintu seluas-luasnya kepada pendidikan yang kosong dari ruh agama (pendidikan yang jauh dari penekanan agama). Pendidikan seperti ini didorong, dibantu, dan diberi kemudahan dari segi material. Adapun pendidikan agama Islam dibatasi bantuan keuangan, bahkan tidak menerima bantuan sama sekali. Intinya, bantuan lebih banyak diarahkan bagi pendidikan sekularisme.
b. Pembatasan secara moral ialah dengan lebih memprioritaskan para pelajar dan guru mereka. Membeda-bedakan antara guru-guru agama dan guru-guru umum dalam setiap keadaan memang satu hal yang disengaja. Begitu juga dibedakannya lulusan lembaga pendidikan Islam dengan lulusan bidang umum. Dari segi jabatan, lulusan sekolah Islam tidak banyak mendapat peluang, statusnya dipandang rendah serta gajinya kecil. Berbeda dengan lulusan bidang umum, mereka lebih mudah mendapat peluang dengan gaji dan jabatan lumayan. Hal ini, disadari atau tidak, akan menjadikan orang-orang lari dari agama dengan anggapan jika memilih bidang agama tidak akan menjamin hidup dan masa depan akan suram. Maka pendidikan agama tidak menjadi pilihan.
Bukan bermaksud di sini umat Islam tidak boleh mempelajari ilmu-ilmu selain dari ilmu Islam. Malah sebenarnya tidak ada istilah ilmu “bukan Islam“, seperti kedokteran, tehnik dan sebagainya. Ia juga merupakan ilmu Islam. Yang menjadi persoalannya ialah umat Islam telah diabaikan dari segi penekanan ilmu agama yang sepatutnya menjadi dasar. Tidak salah seorang muslim itu menjadi dokter, tetapi harusnya menjadi dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga tidak salah seorang muslim itu menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur yang memiliki dasar didikan Islam.
Tidak salah seorang muslim itu menjadi dokter, tetapi harusnya menjadi dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga tidak salah seorang muslim itu
menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur yang memiliki dasar didikan Islam.
2. Mengirim pelajar Islam ke negara-negara kafir untuk belajar.
Misi pengiriman ini akan menjadikan pelajar itu bertambah jahil terhadap agama, nilai serta adat yang baik dan akan menyebabkan pelajar itu tertarik dengan budaya barat. Di samping itu, akan tertanam dalam diri pelajar itu tabiat (kelakuan) yang menyimpang dari ajaran Islam. Dengan berlalunya waktu, tabiat menyimpang ini akan mendarah daging dalam diri pelajar itu dan dia akan mempraktikkannya dalam kehidupannya misalnhya dalam masalah makan minum, pakaian, cara pergaulan dan kebiasaan buruk lainnya. Dia akan menjadi lebih Barat daripada orang-orang Barat sendiri.
3. Menghilangkan materi agama atas nama kemajuan pendidikan.
Metode ini telah dilakukan oleh penjajah Inggris di Mesir, ketika mejajah Mesir, yakni dengan mengkampanyekan slogan pembaharuan dalam Universitas Al Azhar dengan memasukkan materi umum dalam materi perkuliahannya. Percampuran ini menyebabkan pelajar lemah dalam menguasai ilmu agama. Beberapa materi pelajaran juga telah dibuang atau dikurangi, seperti materi yang berkaitan dengan jihad yang menyebabkan ruh jihad hilang dalam diri pelajar Islam.
Pelonggaran pelajaran agama berlaku di seluruh negara Islam dengan tujuan untuk melemahkan pelajar-pelajar Islam.
4. Menjamurnya institusi pendidikan asing di negara Islam.
Tujuannya ialah untuk mengeluarkan umat Islam dari agama mereka atau sekurang-kurangnya menyelewengkan akidah mereka. Paling kurang, kesannya menghina bahasa Arab (bahasa umat Islam) dan mengagungkan bahasa asing. Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan agama Islam itu sendiri. Ini berlaku di negara-negara Arab. Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan agama Islam itu sendiri.
Cara yang paling berbahaya yaitu percampuran laki-laki dan perempuan dalam pengajaran. Mereka (golongan sekular) pada awalnya, menerapkan sistem ini di negara-negara Islam dengan dalih kemajuan dan kemoderenan. Tetapi sebenarnya, tujuannya mengumbar nafsu manusia. Mereka juga berdalih, percampuran itu dapat mematangkan pemikiran.
Kenyataannya, hal itu mengakibatkan munculnya masalah sosial yang kronis akibat percampuran yang tidak dikontrol. Ilmu sains membuktikan percampuran seperti ini akan membawa kepada 2 keadaan :
1. Akan melemahkan nafsu seks antara 2 jenis, dengan kata lain, laki- laki tidak lagi bernafsu kepada wanita secara tabi'i tetapi lebih bernafsu kepada kaum sejenis (satu perbuatan yang dikutuk oleh Allah SWT). Penyakit ini semakin menular di negara-negara barat dan juga Amerika Serikat.
2. Atau ia akan merangsang api syahwat. Satu penelitian telah lakukan dengan menaruh anak kucing dan anak tikus yang masih kecil dalam satu sangkar. Kedua-duanya makan dan minum dari satu tempat yang sama hingga sampai masa dewasa. Namun akhirnya anak kucing itu membunuh anak tikus dan memakannnya walapun kedua-duanya hidup dalam satu sangkar serta makan dan minum dari tempat yang sama. Anak kucing itu tidak lagi menaruh rasa kasihan walaupun sudah lama hidup bersama dengan anak tikus itu. Begitulah diibaratkan dengan percampuran pelajar dengan sebebas-bebasnya tanpa kontrol, lama kelamaan akan membawa ke arah masalah sosial. Realita yang berlaku di negara-negara Islam adalah bukti yang nyata betapa buruknya masalah sosial yang terjadi.
Melalui Media Massa
Jika sekularisasi dalam pendidikan hanya melibatkan ribuan pelajar, berbeda dengan sekularisasi dalam media massa melibatkan jutaan orang yang menonton, mendengar dan membacanya melalui program-program yang disediakan. Setiap perkataan atau tulisan yang baik akan menghasilkan baik yang baik dengan izin Allah. Manakala perkataan atau tulisan itu buruk, akan menghasilkan hasil yang buruk pula. Oleh itu media massa bisa berperan untuk mengangkat martabat, pribadi, harga diri, dan kehormatan seseorang atau ia juga bisa berperan sebaliknya.
Realita yang dapat dilihat melalui televisi, radio, bioskop, teater, koran, majalah dan media massa lainnya tidak banyak yang membantu perkembangan nilai-nilai yang baik. Ia juga tidak membantu perkembangan pengetahuan dan pengamalan dengan akhlak Islam. Jika ada, ia hanya seperti lipstik, tidak lebih dari itu.
Program-program televisi yang menyiarkan gambar porno dan mengumbar aurat banyak disiarkan untuk merusak akhlak umat Islam, terutama golongan muda-mudinya. Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang menyeru kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara
maksiat, medan fitnah, dan penyebab kerusakan sosial masyarakat. Itulah kerja sekularisme yang berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya.
Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang menyeru kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara maksiat, medan fitnah, dan penyebab kerusakan sosial masyarakat.
Melalui Undang-Undang
Golongan sekular berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhkan Islam dari kekuasaan pemerintahan. Mereka akan memastikan agar undang-undang Islam tidak dirujuk walau dalam masalah yang sangat kecil, sehinggakan Islam kelihatan tinggal namanya saja. Ini terjadi di kebanyakan negara Islam. Di Turki contohnya, untuk menjauhkan manusia dari Islam, mereka berusaha mensekularkan undang-undang sedikit demi sedikit hingga akhirnya undang-undang Turki menjadi sekular dan ditinggalakannya undang-undang khilafah Islam.
Di Mesir “pengsekularan” undang-undang dilakukan ketika penjajahan Inggris mewajibkan pembentukan undang-undang dengan merujuk kepada undang-undang barat, khusunya undang-undang Perancis.
Undang-undang Islam yang tinggal hanyalah berkaitan pernikahan (Ahwal Syakhsiah) atau yang berkait dengan adat karena ia tidak menggugat kedudukan penjajah. Umat Islam boleh mengamalkan undang-undang ini di kalangan mereka tetapi untuk mengamalkan undang-undang yang berkaitan dengan pemerintahan negara, hukum peradilan dan selainnya tidak diizinkan oleh penjajah. Ini adalah perencanaan jahat golongan sekular.
Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari golongan sekular dalam negara itu sendiri.
Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari golongan sekular dalam negara itu sendiri.
Ini adalah sebagian perencanaan yang dilakukan oleh golongan sekular untuk menjauhkan umat Islam dari mengamalkan agamanya. Siapa yang hatinya kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular itu adalah kemajuan dan kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa ketika dia menerima dan mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan ikatan tali dirinya dengan Islam yang dianutnya.
Umat Islam harus menyadari rencana-rencana golongan sekular ini agar mereka tidak terjatuh ke dalam perangkap yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Siapa yang hatinya kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular itu adalah kemajuan dan kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa ketika dia menerima dan mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan ikatan tali dirinya dengan Islam yang dianutnya.
Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan dielaborasi karena kedua-duanya berbeda. Syeikh Mutawalli Sya’rawi sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir sempat berkata, “ketahuilah, bahwa tidak akan pernah terjadi pertempuran antara hak dengan hak tetapi pertempuran hanya akan terjadi antara hak dan yang batil”. Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan dielaborasi karena kedua-duanya berbeda.
Maka umat Islam perlu mengikuti yang hak (kebenaran) dengan menurut segala perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. Untuk mengetahui yang hak dan yang batil menurut pandangan syari'at, diserahkan kepada ulama-ulama yang pakar lagi ikhlas. Tidak ada jalan selamat di akhirat melainkan menerima seratus persen ajaran Islam yang sebenarnya mengikut al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.
Sekuralisme adalah suatu paham yang tertutup, suatu sistemm ideologi tersendiri dan lepas dari agama. Linti sekularisme ialah penolakan adanya kehidupan lain di luar kehidupan duniawi. Dari perspekti islam, sekularisme adalah perwujudan modern dari paham dahriyyah.
RUJUKAN
Madjid Nurcholish. 1998. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan
http://www.voa-islam.com/islamia/liberalism/2010/01/11/2544/metode-penyebaran-sekularisme/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme.
http://www.voa-islam.com/islamia/liberalism/2010/04/05/4728/tuntutan-sekularisme-agama-menyesuaikan-masyarakat/
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara
agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan
antara pemerintahan dan agama negara, mengantikan hukum keagamaan dengan
hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama.
Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan
beragama minoritas.
Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan
manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap
sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian agama dan sekularisme ?
2. Bagaimana hubungan agama dengan sekularisme ?
3. Bagaimana metode penyebaran sekularisme ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian agama dan sekularisme
2. Untuk mengetahui hubungan agama dengan sekularisme
3. Untuk mengetahui metode penyebaran sekularisme
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Agama
Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang
dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka
dan masyarakat luas umumnya.
Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara
petugas-petugasnya (fungsionaris ) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta
imam, guru agama dan lainnya, baik dalam upacara ( perayaan ) keagamaan,
khotbah, renungan ( meditasi) pendalaman rohani.
Fungsi penyelamatan.
Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup
seklarang ini maupun sesudah mati.Jaminan keselamatan ini hanya bias mereka
temukan dalam agama.
Agama membantu manusia untuk mengenal " yang sacral " dan " makhluk
teringgi " atau Tuhan dan berkomunikasi denganNya. Sehingga dalamyang
hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama
sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan
pengampunan dan PenYucian.
Fungsi pengawasan social ( social control )
Fungsi agama sebagai control social yaitu :
- Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik
bagi kehidupan moral warga masyarakat.
- Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang
dianggap baik )dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum
Negara modern.
Fungsi memuPuk Persaudaraan.
Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan
manusia-manusia yang didirikan atas unsure kesamaan.
- Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideology yang sama, seperti
liberalism, komunisme, sosialisme.
- Kesatuan persaudaraan berdasarkan system politik yang sama.
Bangsa-bangsa bergabung dalam system kenegaraan besar, seperti
NATO, ASEAN dll.
- Kesatuan persaudaraan atas dasar seiman, merupakan kesatuan
tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan
sebagian dari dirinya saja melairtkan seluruh pribadinya dilibatkan
dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang
dipercayai bersama
Fungsi transformatif.
Kata transformative barasal dari kata latin " transformare " artinya
mengubah bentuk. Jadi fungsi transformative berarti mengubah bentuk kehidupan
baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru.
2.2 Pengertian Sekulisme
Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George
Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru,
konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme didasarkan, telah ada
sepanjang sejarah. Ide-ide sekular yang menyangkut pemisahan filsafat dan agama
dapat dirunut baik ke Ibnu Rushdi dan aliran filsafat Averoisme. Holyoake
menggunakan istilah sekularisme untuk menjelaskan pandangannya yang
mendukung tatanan sosial terpisah dari agama, tanpa merendahkan atau
mengkritik sebuah kepercayaan beragama. Sebagai seorang agnostik, Holyoake
berpendapat bahwa "sekularisme bukanlah argumen melawan Kekristenan namun
terpisah dari itu. Sekularisme tidak mengatakan bahwa tidak ada tuntunan atau
penerangan dari ideologi lain, namun memelihara bahwa ada penerangan dan
tuntunan di dalam kebenaran sekular, yang kondisi dan sanksinya berdiri secara
mandiri dan berlaku selamanya. Pengetahuan sekular adalah pengetahuan yang
didirikan di dalam hidup ini, berhubungan dengan hidup ini, membantu
tercapainya kesejahteraan di dunia ini, dan dapat diuji oleh pengalaman di dunia
ini."
Sekuralisme adalah suatu paham yang tertutup, suatu sistemm ideologi
tersendiri dan lepas dari agama. Linti sekularisme ialah penolakan adanya
kehidupan lain di luar kehidupan duniawi. Dari perspekti islam, sekularisme
adalah perwujudan modern dari paham dahriyyah, seperti yang diisyaratkan dalam
Al-Qur’an, surat Al-Jatsiyah yat 24:
24. dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia
saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain
masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka
tidak lain hanyalah menduga-duga saja.
Dari ayat diatas jelas diterangkan sekularisme tidak sejalan dengan agama,
khususnya agama islam. Secara umum, sekulerisasi dicirikan dengan (1)
pemisahan pemerintah dari ideologi-ideologi keagamaan dan struktur-struktur
eklesiastik, (2) ekspansi pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan
dalam bidang sosial ekonomi yang semula ditangani struktur-struktur keagamaan
dan (3) penilaian silang (transvaluation) atas kultur politik guna menekankan
tujuan-tujuan dan alasan-alasan keduniaan yang tidak transenden, sarana-sarana
yang pragmatis; itulah nilai-nilai politik sekuler. Serta (4) kekuasan pemerintah
terhadap kepercayaan dan praktek-prakter keagamaan, dan struktur eklesiastik.
Hal ini mencakup ekspansi pemerintahan ke dalam apa yang diakui sebagai ruang
lingkup yang murni keagamaan untuk menghancurkan atau secara radikal
merubah agama.
Tiga aspek sekulerisasi ini adalah universal di dalam perkembangan
pemerintah-pemerintah modern lebih dari satu setengah abad yang lalu. Aspek-
aspek itu universal sekurang-kurangnya di dalam subtansinya, sungguhpun sisa-
sisa sistem tradisional mungkin masih ada. Di Inggris misalnya, jelas pemerintah
telah memperluas fungsi-fungsi secara besar-besaran di dalam lapangan hukum
dan pendidikan atas biaya-biaya agama tradisional, dan bahwa proses politik pada
dasarnya sangat sekuler dan pragmatis. Hubungan konstitusional yang terus
berlanjut antara gereja dengan negara, yang berlawanan dengan aspek pemisah
sekulerisasi mempunyai sedikit signifikansi ketimbang sebagai suatu simbol
kontinuitas dengan masa silam. Gereja negara ikut dalam fungsi simbolis ini
dengan monarki kerajaan Inggris itu sendiri.
2.3 Hubungan Agama dan Sekularisme
Teori pertama menyatakan bahwa dunia kita sedang menuju kepada satu
titik di mana agama-agama tradisional tak lagi punya tempat. Masa depan umat
manusia adalah masa depan dunia sekular, masa depan sekularisme. Teori ini
didukung oleh hampir seluruh sosiolog besar Barat, termasuk Weber, Durkheim,
Comte, dan Luckmann.
Teori kedua adalah respon dari teori pertama itu. Teori ini menyatakan
bahwa tesis tentang sekularisasi tak lagi bisa dipertahankan. Dunia kita bukannya
sedang mengarah kepada satu titik yang sekular, tapi justru kepada titik di mana
agama-agama menjalani kebangkitannya Teori ini dianut oleh para sosiolog
belakangan seperti Peter Berger, Rodney Stark, dan Jose Cassanova.
Sekularisme adalah suatu kepercayaan atau paham yang memisahkan
antara urusan agama dari kehidupan dunia seperti politik, pemerintahan, ekonomi,
pendidikan dan sebagainya. Paham ini menganggap bahwa urusan keagamaan
atau ketuhanan tidak boleh dicampurkan dengan urusan negara, politik dan
pemerintahan. Maka bagi penganut paham sekular, dia akan memisahkan agama
dari kehidupan. Dia membatasi agama hanya pada urusan ibadah saja, terkait
dengan bagaimana beribadah kepada sang Pencipta. Sementara untuk urusan
kehidupan seperti bernegara, berpolitik, berekonomi dan sebagainya, maka agama
tidak boleh ikut campur. Pada akhirnya, merekalah yang berkuasa untuk membuat
aturan-aturan untuk mengatur kehidupannya tanpa harus memperdulikan aturan
Tuhan dalam ajaran agama.
Pada hakikatnya, jika agama diperlakukan seperti ini; dipotong dan hanya
dijadikan sebagai urusan privat, sama saja agama dimuseumkan. Agama dijadikan
barang antik. Maka tepatlah kalau ada yang menyebut bahwa hakikat paham
sekularisme adalah "al-Laadiniyah" yakni tanpa agama atau "al-Laa'aqiidah"
yakni tanpa aqidah.
Bahayanya, peradaban yang semacam inilah yang sekarang sedang
mendominasi umat manusia, termasuk umat Islam, dan setiap detik menjejalkan
nilai-nilainya ke tengah masyarakat, melalui media-media cetak ataupun
elektronik, koran, majalah, atau melalui acara-acara TV yang ada di setiap sudut
rumah tangga Muslim.
Eropa pernah tenggelam dengan darah mangsa-mangsa pihak gereja ketika
ratusan bahkan ribuan orang mati di dalam penjara dan di tali gantung. Dengan
sebab ini berlakulah pertempuran antara gereja dan sains yang akhirnya tegaklah
paham sekularisme yang berarti “memisahkan agama (Kristen) dari negara”.
Suasana kacau balau dalam agama Kristen hasil penyelewengan yang terjadi di
dalamnya (-ia hasil dari perencanaan yahudi-) memungkinkan tegaknya paham
sekularisme di samping agama Kristen yang sudah ada.
Sekularisme digulirkan untuk keluar dari kungkungan gereja yang begitu
mengekang pengikutnya. Masyarakat Eropa tertekan dan dizalimi di bawah
pemerintahan gereja. Bagi pejuang sekular, mereka menganggap dengan berada di
bawah kuasa gereja mereka tidak akan mencapai kemajuan. Sebab itulah mereka
memutuskan tali ikatan diri mereka dengan gereja dan menjadi orang yang
beragama Kristen hanya pada nama, tidak pada pengamalan agama.
Semenjak penjajah Barat yang kafir meletakkan kaki mereka ke bumi
umat Islam, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan paham
sekularisme melalui berbagai cara. Dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi
yang dimiliki serta pengalaman, mereka terus bekerja. Cara-cara penyebaran
paham sekularisme ini dilaksanakanan melalui bidang pendidikan, media massa,
dan undang-undang. Tujuannya hanyalah untuk menjauhkan umat Islam dari
agamanya.
2.4 Metode Penyebaran Sekularisme
Melalui Pendidikan
Ada beberapa bentuk dalam menyebarkan sekularisme melalui lembaga
pendidikan, di antaranya:
1. Membatasi pendidikan agama Islam secara material dan moral.
a. Pembatasan secara material dilakukan dengan membuka pintu seluas-
luasnya kepada pendidikan yang kosong dari ruh agama (pendidikan yang
jauh dari penekanan agama). Pendidikan seperti ini didorong, dibantu, dan
diberi kemudahan dari segi material. Adapun pendidikan agama Islam
dibatasi bantuan keuangan, bahkan tidak menerima bantuan sama sekali.
Intinya, bantuan lebih banyak diarahkan bagi pendidikan sekularisme.
b. Pembatasan secara moral ialah dengan lebih memprioritaskan para
pelajar dan guru mereka. Membeda-bedakan antara guru-guru agama dan
guru-guru umum dalam setiap keadaan memang satu hal yang disengaja.
Begitu juga dibedakannya lulusan lembaga pendidikan Islam dengan
lulusan bidang umum. Dari segi jabatan, lulusan sekolah Islam tidak
banyak mendapat peluang, statusnya dipandang rendah serta gajinya kecil.
Berbeda dengan lulusan bidang umum, mereka lebih mudah mendapat
peluang dengan gaji dan jabatan lumayan. Hal ini, disadari atau tidak, akan
menjadikan orang-orang lari dari agama dengan anggapan jika memilih
bidang agama tidak akan menjamin hidup dan masa depan akan suram.
Maka pendidikan agama tidak menjadi pilihan.
Bukan bermaksud di sini umat Islam tidak boleh mempelajari ilmu-ilmu
selain dari ilmu Islam. Malah sebenarnya tidak ada istilah ilmu “bukan Islam“,
seperti kedokteran, tehnik dan sebagainya. Ia juga merupakan ilmu Islam. Yang
menjadi persoalannya ialah umat Islam telah diabaikan dari segi penekanan ilmu
agama yang sepatutnya menjadi dasar. Tidak salah seorang muslim itu menjadi
dokter, tetapi harusnya menjadi dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga
tidak salah seorang muslim itu menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur
yang memiliki dasar didikan Islam.
Tidak salah seorang muslim itu menjadi dokter, tetapi harusnya menjadi
dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga tidak salah seorang muslim itu
menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur yang memiliki dasar didikan
Islam.
2. Mengirim pelajar Islam ke negara-negara kafir untuk belajar.
Misi pengiriman ini akan menjadikan pelajar itu bertambah jahil terhadap
agama, nilai serta adat yang baik dan akan menyebabkan pelajar itu tertarik
dengan budaya barat. Di samping itu, akan tertanam dalam diri pelajar itu tabiat
(kelakuan) yang menyimpang dari ajaran Islam. Dengan berlalunya waktu, tabiat
menyimpang ini akan mendarah daging dalam diri pelajar itu dan dia akan
mempraktikkannya dalam kehidupannya misalnhya dalam masalah makan
minum, pakaian, cara pergaulan dan kebiasaan buruk lainnya. Dia akan menjadi
lebih Barat daripada orang-orang Barat sendiri.
3. Menghilangkan materi agama atas nama kemajuan pendidikan.
Metode ini telah dilakukan oleh penjajah Inggris di Mesir, ketika mejajah
Mesir, yakni dengan mengkampanyekan slogan pembaharuan dalam Universitas
Al Azhar dengan memasukkan materi umum dalam materi perkuliahannya.
Percampuran ini menyebabkan pelajar lemah dalam menguasai ilmu agama.
Beberapa materi pelajaran juga telah dibuang atau dikurangi, seperti materi yang
berkaitan dengan jihad yang menyebabkan ruh jihad hilang dalam diri pelajar
Islam.
Pelonggaran pelajaran agama berlaku di seluruh negara Islam dengan
tujuan untuk melemahkan pelajar-pelajar Islam.
4. Menjamurnya institusi pendidikan asing di negara Islam.
Tujuannya ialah untuk mengeluarkan umat Islam dari agama mereka atau
sekurang-kurangnya menyelewengkan akidah mereka. Paling kurang, kesannya
menghina bahasa Arab (bahasa umat Islam) dan mengagungkan bahasa asing.
Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan agama Islam itu sendiri. Ini
berlaku di negara-negara Arab. Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan
agama Islam itu sendiri.
Cara yang paling berbahaya yaitu percampuran laki-laki dan perempuan
dalam pengajaran. Mereka (golongan sekular) pada awalnya, menerapkan sistem
ini di negara-negara Islam dengan dalih kemajuan dan kemoderenan. Tetapi
sebenarnya, tujuannya mengumbar nafsu manusia. Mereka juga berdalih,
percampuran itu dapat mematangkan pemikiran.
Kenyataannya, hal itu mengakibatkan munculnya masalah sosial yang
kronis akibat percampuran yang tidak dikontrol. Ilmu sains membuktikan
percampuran seperti ini akan membawa kepada 2 keadaan :
1. Akan melemahkan nafsu seks antara 2 jenis, dengan kata lain, laki- laki
tidak lagi bernafsu kepada wanita secara tabi'i tetapi lebih bernafsu kepada
kaum sejenis (satu perbuatan yang dikutuk oleh Allah SWT). Penyakit ini
semakin menular di negara-negara barat dan juga Amerika Serikat.
2. Atau ia akan merangsang api syahwat. Satu penelitian telah lakukan
dengan menaruh anak kucing dan anak tikus yang masih kecil dalam satu
sangkar. Kedua-duanya makan dan minum dari satu tempat yang sama
hingga sampai masa dewasa. Namun akhirnya anak kucing itu membunuh
anak tikus dan memakannnya walapun kedua-duanya hidup dalam satu
sangkar serta makan dan minum dari tempat yang sama. Anak kucing itu
tidak lagi menaruh rasa kasihan walaupun sudah lama hidup bersama
dengan anak tikus itu. Begitulah diibaratkan dengan percampuran pelajar
dengan sebebas-bebasnya tanpa kontrol, lama kelamaan akan membawa ke
arah masalah sosial. Realita yang berlaku di negara-negara Islam adalah
bukti yang nyata betapa buruknya masalah sosial yang terjadi.
Melalui Media Massa
Jika sekularisasi dalam pendidikan hanya melibatkan ribuan pelajar,
berbeda dengan sekularisasi dalam media massa melibatkan jutaan orang yang
menonton, mendengar dan membacanya melalui program-program yang
disediakan. Setiap perkataan atau tulisan yang baik akan menghasilkan baik yang
baik dengan izin Allah. Manakala perkataan atau tulisan itu buruk, akan
menghasilkan hasil yang buruk pula. Oleh itu media massa bisa berperan untuk
mengangkat martabat, pribadi, harga diri, dan kehormatan seseorang atau ia juga
bisa berperan sebaliknya.
Realita yang dapat dilihat melalui televisi, radio, bioskop, teater, koran,
majalah dan media massa lainnya tidak banyak yang membantu perkembangan
nilai-nilai yang baik. Ia juga tidak membantu perkembangan pengetahuan dan
pengamalan dengan akhlak Islam. Jika ada, ia hanya seperti lipstik, tidak lebih
dari itu.
Program-program televisi yang menyiarkan gambar porno dan mengumbar
aurat banyak disiarkan untuk merusak akhlak umat Islam, terutama golongan
muda-mudinya. Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang
menyeru kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara
maksiat, medan fitnah, dan penyebab kerusakan sosial masyarakat. Itulah kerja
sekularisme yang berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya.
Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang menyeru
kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara maksiat, medan
fitnah, dan penyebab kerusakan sosial masyarakat.
Melalui Undang-Undang
Golongan sekular berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhkan
Islam dari kekuasaan pemerintahan. Mereka akan memastikan agar undang-
undang Islam tidak dirujuk walau dalam masalah yang sangat kecil, sehinggakan
Islam kelihatan tinggal namanya saja. Ini terjadi di kebanyakan negara Islam. Di
Turki contohnya, untuk menjauhkan manusia dari Islam, mereka berusaha
mensekularkan undang-undang sedikit demi sedikit hingga akhirnya undang-
undang Turki menjadi sekular dan ditinggalakannya undang-undang khilafah
Islam.
Di Mesir “pengsekularan” undang-undang dilakukan ketika penjajahan
Inggris mewajibkan pembentukan undang-undang dengan merujuk kepada
undang-undang barat, khusunya undang-undang Perancis.
Undang-undang Islam yang tinggal hanyalah berkaitan pernikahan (Ahwal
Syakhsiah) atau yang berkait dengan adat karena ia tidak menggugat kedudukan
penjajah. Umat Islam boleh mengamalkan undang-undang ini di kalangan mereka
tetapi untuk mengamalkan undang-undang yang berkaitan dengan pemerintahan
negara, hukum peradilan dan selainnya tidak diizinkan oleh penjajah. Ini adalah
perencanaan jahat golongan sekular.
Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam
secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari
golongan sekular dalam negara itu sendiri.
Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam
secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari
golongan sekular dalam negara itu sendiri.
Ini adalah sebagian perencanaan yang dilakukan oleh golongan sekular
untuk menjauhkan umat Islam dari mengamalkan agamanya. Siapa yang hatinya
kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular itu adalah kemajuan dan
kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa ketika dia menerima dan
mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan ikatan tali dirinya dengan
Islam yang dianutnya.
Umat Islam harus menyadari rencana-rencana golongan sekular ini agar
mereka tidak terjatuh ke dalam perangkap yang akan merugikan mereka di dunia
dan akhirat. Siapa yang hatinya kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular
itu adalah kemajuan dan kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa
ketika dia menerima dan mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan
ikatan tali dirinya dengan Islam yang dianutnya.
Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan dielaborasi karena
kedua-duanya berbeda. Syeikh Mutawalli Sya’rawi sebelum menghembuskan
nafasnya yang terakhir sempat berkata, “ketahuilah, bahwa tidak akan pernah
terjadi pertempuran antara hak dengan hak tetapi pertempuran hanya akan terjadi
antara hak dan yang batil”. Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan
dielaborasi karena kedua-duanya berbeda.
Maka umat Islam perlu mengikuti yang hak (kebenaran) dengan menurut
segala perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggalkan segala larangan-
Nya. Untuk mengetahui yang hak dan yang batil menurut pandangan syari'at,
diserahkan kepada ulama-ulama yang pakar lagi ikhlas. Tidak ada jalan selamat di
akhirat melainkan menerima seratus persen ajaran Islam yang sebenarnya
mengikut al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh
penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang
dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka
dan masyarakat luas umumnya.