37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, mengantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas. Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian agama dan sekularisme ? 2. Bagaimana hubungan agama dengan sekularisme ? 3. Bagaimana metode penyebaran sekularisme ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian agama dan sekularisme 2. Untuk mengetahui hubungan agama dengan sekularisme 3. Untuk mengetahui metode penyebaran sekularisme

Makalah sosiologi

  • View
    42

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah sosiologi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, mengantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.

Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.

1.2  Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian agama dan sekularisme ?2. Bagaimana hubungan agama dengan sekularisme ?3. Bagaimana metode penyebaran sekularisme ? 

1.3  Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian agama dan sekularisme 2. Untuk mengetahui hubungan agama dengan sekularisme 3. Untuk mengetahui metode penyebaran sekularisme

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Agama Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh

penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.

Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya (fungsionaris ) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan lainnya, baik dalam upacara ( perayaan ) keagamaan, khotbah, renungan ( meditasi) pendalaman rohani.

Fungsi penyelamatan.

Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup seklarang ini maupun sesudah mati.Jaminan keselamatan ini hanya bias mereka temukan dalam agama.

Agama membantu manusia untuk mengenal " yang sacral " dan " makhluk teringgi " atau Tuhan dan berkomunikasi denganNya. Sehingga dalamyang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan PenYucian.

Fungsi pengawasan social ( social control )

Fungsi agama sebagai control social yaitu :

- Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat.

- Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang dianggap baik )dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.

Fungsi memuPuk Persaudaraan.

Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia yang didirikan atas unsure kesamaan.

- Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideology yang sama, seperti liberalism, komunisme, sosialisme.

- Kesatuan persaudaraan berdasarkan system politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung dalam system kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll.

- Kesatuan persaudaraan atas dasar seiman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melairtkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama

Fungsi transformatif.

Kata transformative barasal dari kata latin " transformare " artinya mengubah bentuk. Jadi fungsi transformative berarti mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru.

2.2  Pengertian SekulismeIstilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George

Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru, konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme didasarkan, telah ada sepanjang sejarah. Ide-ide sekular yang menyangkut pemisahan filsafat dan agama dapat dirunut baik ke Ibnu Rushdi dan aliran filsafat Averoisme. Holyoake menggunakan istilah sekularisme untuk menjelaskan pandangannya yang mendukung tatanan sosial terpisah dari agama, tanpa merendahkan atau mengkritik sebuah kepercayaan beragama. Sebagai seorang agnostik, Holyoake berpendapat bahwa "sekularisme bukanlah argumen melawan Kekristenan namun terpisah dari itu. Sekularisme tidak mengatakan bahwa tidak ada tuntunan atau penerangan dari ideologi lain, namun memelihara bahwa ada penerangan dan tuntunan di dalam kebenaran sekular, yang kondisi dan sanksinya berdiri secara mandiri dan berlaku selamanya. Pengetahuan sekular adalah pengetahuan yang didirikan di dalam hidup ini, berhubungan dengan hidup ini, membantu tercapainya kesejahteraan di dunia ini, dan dapat diuji oleh pengalaman di dunia ini."

Sekuralisme adalah suatu paham yang tertutup, suatu sistemm ideologi tersendiri dan lepas dari agama. Linti sekularisme ialah penolakan adanya kehidupan lain di luar kehidupan duniawi. Dari perspekti islam, sekularisme adalah perwujudan modern dari paham dahriyyah, seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an, surat Al-Jatsiyah yat 24:

24. dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain

masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

Dari ayat diatas jelas diterangkan sekularisme tidak sejalan dengan agama, khususnya agama islam. Secara umum, sekulerisasi dicirikan dengan (1) pemisahan pemerintah dari ideologi-ideologi keagamaan dan struktur-struktur eklesiastik, (2) ekspansi pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan dalam bidang sosial ekonomi yang semula ditangani struktur-struktur keagamaan dan (3) penilaian silang (transvaluation) atas kultur politik guna menekankan tujuan-tujuan dan alasan-alasan keduniaan yang tidak transenden, sarana-sarana yang pragmatis; itulah nilai-nilai politik sekuler. Serta (4) kekuasan pemerintah terhadap kepercayaan dan praktek-prakter keagamaan, dan struktur eklesiastik. Hal ini mencakup ekspansi pemerintahan ke dalam apa yang diakui sebagai ruang lingkup yang murni keagamaan untuk menghancurkan atau secara radikal merubah agama.

Tiga aspek sekulerisasi ini adalah universal di dalam perkembangan pemerintah-pemerintah modern lebih dari satu setengah abad yang lalu. Aspek-aspek itu universal sekurang-kurangnya di dalam subtansinya, sungguhpun sisa-sisa sistem tradisional mungkin masih ada. Di Inggris misalnya, jelas pemerintah telah memperluas fungsi-fungsi secara besar-besaran di dalam lapangan hukum dan pendidikan atas biaya-biaya agama tradisional, dan bahwa proses politik pada dasarnya sangat sekuler dan pragmatis. Hubungan konstitusional yang terus berlanjut antara gereja dengan negara, yang berlawanan dengan aspek pemisah sekulerisasi mempunyai sedikit signifikansi ketimbang sebagai suatu simbol kontinuitas dengan masa silam. Gereja negara ikut dalam fungsi simbolis ini dengan monarki kerajaan Inggris itu sendiri.

2.3  Hubungan Agama dan SekularismeTeori pertama menyatakan bahwa dunia kita sedang menuju kepada satu

titik di mana agama-agama tradisional tak lagi punya tempat. Masa depan umat manusia adalah masa depan dunia sekular, masa depan sekularisme. Teori ini didukung oleh hampir seluruh sosiolog besar Barat, termasuk Weber, Durkheim, Comte, dan Luckmann.

Teori kedua adalah respon dari teori pertama itu. Teori ini menyatakan bahwa tesis tentang sekularisasi tak lagi bisa dipertahankan. Dunia kita bukannya sedang mengarah kepada satu titik yang sekular, tapi justru kepada titik di mana agama-agama menjalani kebangkitannya Teori ini dianut oleh para sosiolog belakangan seperti Peter Berger, Rodney Stark, dan Jose Cassanova.

Sekularisme adalah suatu kepercayaan atau paham yang memisahkan antara urusan agama dari kehidupan dunia seperti politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan dan sebagainya. Paham ini menganggap bahwa urusan keagamaan atau ketuhanan tidak boleh dicampurkan dengan urusan negara, politik dan pemerintahan. Maka bagi penganut paham sekular, dia akan memisahkan agama dari kehidupan. Dia membatasi agama hanya pada urusan ibadah saja, terkait dengan bagaimana beribadah kepada sang Pencipta. Sementara untuk urusan kehidupan seperti bernegara, berpolitik, berekonomi dan sebagainya, maka agama tidak boleh ikut campur. Pada akhirnya, merekalah yang berkuasa untuk membuat aturan-aturan untuk mengatur kehidupannya tanpa harus memperdulikan aturan Tuhan dalam ajaran agama.

Pada hakikatnya, jika agama diperlakukan seperti ini; dipotong dan hanya dijadikan sebagai urusan privat, sama saja agama dimuseumkan. Agama dijadikan barang antik. Maka tepatlah kalau ada yang menyebut bahwa hakikat paham sekularisme adalah "al-Laadiniyah" yakni tanpa agama atau "al-Laa'aqiidah" yakni tanpa aqidah.

Bahayanya, peradaban yang semacam inilah yang sekarang sedang mendominasi umat manusia, termasuk umat Islam, dan setiap detik menjejalkan nilai-nilainya ke tengah masyarakat, melalui media-media cetak ataupun elektronik, koran, majalah, atau melalui acara-acara TV yang ada di setiap sudut rumah tangga Muslim.

Eropa pernah tenggelam dengan darah mangsa-mangsa pihak gereja ketika ratusan bahkan ribuan orang mati di dalam penjara dan di tali gantung. Dengan sebab ini berlakulah pertempuran antara gereja dan sains yang akhirnya tegaklah paham sekularisme yang berarti “memisahkan agama (Kristen) dari negara”. Suasana kacau balau dalam agama Kristen hasil penyelewengan yang terjadi di dalamnya (-ia hasil dari perencanaan yahudi-) memungkinkan tegaknya paham sekularisme di samping agama Kristen yang sudah ada.

Sekularisme digulirkan untuk keluar dari kungkungan gereja yang begitu mengekang pengikutnya. Masyarakat Eropa tertekan dan dizalimi di bawah pemerintahan gereja. Bagi pejuang sekular, mereka menganggap dengan berada di bawah kuasa gereja mereka tidak akan mencapai kemajuan. Sebab itulah mereka memutuskan tali ikatan diri mereka dengan gereja dan menjadi orang yang beragama Kristen hanya pada nama, tidak pada pengamalan agama.

Semenjak penjajah Barat yang kafir meletakkan kaki mereka ke bumi umat Islam, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan paham sekularisme melalui berbagai cara. Dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi yang dimiliki serta pengalaman, mereka terus bekerja. Cara-cara penyebaran

paham sekularisme ini dilaksanakanan melalui bidang pendidikan, media massa, dan undang-undang. Tujuannya hanyalah untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya.

2.4  Metode Penyebaran Sekularisme

Melalui Pendidikan

Ada beberapa bentuk dalam menyebarkan sekularisme melalui lembaga pendidikan, di antaranya:

1.      Membatasi pendidikan agama Islam secara material dan moral.

a. Pembatasan secara material dilakukan dengan membuka pintu seluas-luasnya kepada pendidikan yang kosong dari ruh agama (pendidikan yang jauh dari penekanan agama). Pendidikan seperti ini didorong, dibantu, dan diberi kemudahan dari segi material. Adapun pendidikan agama Islam dibatasi bantuan keuangan, bahkan tidak menerima bantuan sama sekali. Intinya, bantuan lebih banyak diarahkan bagi pendidikan sekularisme.

b. Pembatasan secara moral ialah dengan lebih memprioritaskan para pelajar dan guru mereka. Membeda-bedakan antara guru-guru agama dan guru-guru umum dalam setiap keadaan memang satu hal yang disengaja. Begitu juga dibedakannya lulusan lembaga pendidikan Islam dengan lulusan bidang umum. Dari segi jabatan, lulusan sekolah Islam tidak banyak mendapat peluang, statusnya dipandang rendah serta gajinya kecil. Berbeda dengan lulusan bidang umum, mereka lebih mudah mendapat peluang dengan gaji dan jabatan lumayan. Hal ini, disadari atau tidak, akan menjadikan orang-orang lari dari agama dengan anggapan jika memilih bidang agama tidak akan menjamin hidup dan masa depan akan suram. Maka pendidikan agama tidak menjadi pilihan.

Bukan bermaksud di sini umat Islam tidak boleh mempelajari ilmu-ilmu selain dari ilmu Islam. Malah sebenarnya tidak ada istilah ilmu “bukan Islam“, seperti kedokteran, tehnik dan sebagainya. Ia juga merupakan ilmu Islam. Yang menjadi persoalannya ialah umat Islam telah diabaikan dari segi penekanan ilmu agama yang sepatutnya menjadi dasar. Tidak salah seorang muslim itu menjadi dokter, tetapi harusnya menjadi dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga tidak salah seorang muslim itu menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur yang memiliki dasar didikan Islam.

Tidak salah seorang muslim itu menjadi dokter, tetapi harusnya menjadi dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga tidak salah seorang muslim itu

menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur yang memiliki dasar didikan Islam.

2.      Mengirim pelajar Islam ke negara-negara kafir untuk belajar.

Misi pengiriman ini akan menjadikan pelajar itu bertambah jahil terhadap agama, nilai serta adat yang baik dan akan menyebabkan pelajar itu tertarik dengan budaya barat. Di samping itu, akan tertanam dalam diri pelajar itu tabiat (kelakuan) yang menyimpang dari ajaran Islam. Dengan berlalunya waktu, tabiat menyimpang ini akan mendarah daging dalam diri pelajar itu dan dia akan mempraktikkannya dalam kehidupannya misalnhya dalam masalah makan minum, pakaian, cara pergaulan dan kebiasaan buruk lainnya. Dia akan menjadi lebih Barat daripada orang-orang Barat sendiri.

 

3. Menghilangkan materi agama atas nama kemajuan pendidikan.

Metode ini telah dilakukan oleh penjajah Inggris di Mesir, ketika mejajah Mesir, yakni dengan mengkampanyekan slogan pembaharuan dalam Universitas Al Azhar dengan memasukkan materi umum dalam materi perkuliahannya. Percampuran ini menyebabkan pelajar lemah dalam menguasai ilmu agama. Beberapa materi pelajaran juga telah dibuang atau dikurangi, seperti materi yang berkaitan dengan jihad yang menyebabkan ruh jihad hilang dalam diri pelajar Islam.

Pelonggaran pelajaran agama berlaku di seluruh negara Islam dengan tujuan untuk melemahkan pelajar-pelajar Islam.

4.      Menjamurnya institusi pendidikan asing di negara Islam.

Tujuannya ialah untuk mengeluarkan umat Islam dari agama mereka atau sekurang-kurangnya menyelewengkan akidah mereka. Paling kurang, kesannya menghina bahasa Arab (bahasa umat Islam) dan mengagungkan bahasa asing. Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan agama Islam itu sendiri. Ini berlaku di negara-negara Arab. Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan agama Islam itu sendiri.

Cara yang paling berbahaya yaitu percampuran laki-laki dan perempuan dalam pengajaran. Mereka (golongan sekular) pada awalnya, menerapkan sistem ini di negara-negara Islam dengan dalih kemajuan dan kemoderenan. Tetapi sebenarnya, tujuannya mengumbar nafsu manusia. Mereka juga berdalih, percampuran itu dapat mematangkan pemikiran.

Kenyataannya, hal itu mengakibatkan munculnya masalah sosial yang kronis akibat percampuran yang tidak dikontrol. Ilmu sains membuktikan percampuran seperti ini akan membawa kepada 2 keadaan :

1.      Akan melemahkan nafsu seks antara 2 jenis, dengan kata lain, laki- laki tidak lagi bernafsu kepada wanita secara tabi'i tetapi lebih bernafsu kepada kaum sejenis (satu perbuatan yang dikutuk oleh Allah SWT). Penyakit ini semakin menular di negara-negara barat dan juga Amerika Serikat.

2.      Atau ia akan merangsang api syahwat. Satu penelitian telah lakukan dengan menaruh anak kucing dan anak tikus yang masih kecil dalam satu sangkar. Kedua-duanya makan dan minum dari satu tempat yang sama hingga sampai masa dewasa. Namun akhirnya anak kucing itu membunuh anak tikus dan memakannnya walapun kedua-duanya hidup dalam satu sangkar serta makan dan minum dari tempat yang sama. Anak kucing itu tidak lagi menaruh rasa kasihan walaupun sudah lama hidup bersama dengan anak tikus itu. Begitulah diibaratkan dengan percampuran pelajar dengan sebebas-bebasnya tanpa kontrol, lama kelamaan akan membawa ke arah masalah sosial. Realita yang berlaku di negara-negara Islam adalah bukti yang nyata betapa buruknya masalah sosial yang terjadi.

Melalui Media Massa

Jika sekularisasi dalam pendidikan hanya melibatkan ribuan pelajar, berbeda dengan sekularisasi dalam media massa melibatkan jutaan orang yang menonton, mendengar dan membacanya melalui program-program yang disediakan. Setiap perkataan atau tulisan yang baik akan menghasilkan baik yang baik dengan izin Allah. Manakala perkataan atau tulisan itu buruk, akan menghasilkan hasil yang buruk pula. Oleh itu media massa bisa berperan untuk mengangkat martabat, pribadi, harga diri, dan kehormatan  seseorang atau ia juga bisa berperan sebaliknya.

Realita yang dapat dilihat melalui televisi, radio, bioskop, teater, koran, majalah dan media massa lainnya tidak banyak yang membantu perkembangan nilai-nilai yang baik. Ia juga tidak membantu perkembangan pengetahuan dan pengamalan dengan akhlak Islam. Jika ada, ia hanya seperti lipstik, tidak lebih dari itu.

Program-program televisi yang menyiarkan gambar porno dan mengumbar aurat banyak disiarkan untuk merusak akhlak umat Islam, terutama golongan muda-mudinya. Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang menyeru kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara

maksiat, medan fitnah, dan penyebab  kerusakan sosial masyarakat. Itulah kerja sekularisme yang berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya.

Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang menyeru kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara maksiat, medan fitnah, dan penyebab  kerusakan sosial masyarakat.  

Melalui Undang-Undang

Golongan sekular berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhkan Islam dari kekuasaan pemerintahan. Mereka akan memastikan agar undang-undang Islam tidak dirujuk walau dalam masalah yang sangat kecil, sehinggakan Islam kelihatan tinggal namanya saja. Ini terjadi di kebanyakan negara Islam. Di Turki contohnya, untuk menjauhkan manusia dari Islam, mereka berusaha mensekularkan undang-undang sedikit demi sedikit hingga akhirnya undang-undang Turki menjadi sekular dan ditinggalakannya undang-undang khilafah Islam.

Di Mesir “pengsekularan” undang-undang dilakukan ketika penjajahan Inggris mewajibkan pembentukan undang-undang dengan merujuk kepada undang-undang barat, khusunya undang-undang Perancis.

Undang-undang Islam yang tinggal hanyalah berkaitan pernikahan (Ahwal Syakhsiah) atau yang berkait dengan adat karena ia tidak menggugat kedudukan penjajah. Umat Islam boleh mengamalkan undang-undang ini di kalangan mereka tetapi untuk mengamalkan undang-undang yang berkaitan dengan pemerintahan negara, hukum peradilan dan selainnya tidak diizinkan oleh penjajah. Ini adalah perencanaan jahat golongan sekular.

Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari golongan sekular dalam negara itu sendiri.

Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari golongan sekular dalam negara itu sendiri.

Ini adalah sebagian perencanaan yang dilakukan oleh golongan sekular untuk menjauhkan umat Islam dari mengamalkan agamanya. Siapa yang hatinya kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular itu adalah kemajuan dan kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa ketika dia menerima dan mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan ikatan tali dirinya dengan Islam yang dianutnya.

Umat Islam harus menyadari rencana-rencana golongan sekular ini agar mereka tidak terjatuh ke dalam perangkap yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat. Siapa yang hatinya kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular itu adalah kemajuan dan kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa ketika dia menerima dan mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan ikatan tali dirinya dengan Islam yang dianutnya.

Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan dielaborasi karena kedua-duanya berbeda. Syeikh Mutawalli Sya’rawi sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir sempat berkata, “ketahuilah, bahwa tidak akan pernah terjadi pertempuran antara hak dengan hak tetapi pertempuran hanya akan terjadi antara hak dan yang batil”. Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan dielaborasi karena kedua-duanya berbeda.

Maka umat Islam perlu mengikuti yang hak (kebenaran) dengan menurut segala perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. Untuk mengetahui yang hak dan yang batil menurut pandangan syari'at, diserahkan kepada ulama-ulama yang pakar lagi ikhlas. Tidak ada jalan selamat di akhirat melainkan menerima seratus persen ajaran Islam yang sebenarnya mengikut al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.

Sekuralisme adalah suatu paham yang tertutup, suatu sistemm ideologi tersendiri dan lepas dari agama. Linti sekularisme ialah penolakan adanya kehidupan lain di luar kehidupan duniawi. Dari perspekti islam, sekularisme adalah perwujudan modern dari paham dahriyyah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

RUJUKAN

Madjid Nurcholish. 1998. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan

http://www.voa-islam.com/islamia/liberalism/2010/01/11/2544/metode-penyebaran-sekularisme/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme.

http://www.voa-islam.com/islamia/liberalism/2010/04/05/4728/tuntutan-sekularisme-agama-menyesuaikan-masyarakat/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara

agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan

antara pemerintahan dan agama negara, mengantikan hukum keagamaan dengan

hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama.

Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan

beragama minoritas.

Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan

manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap

sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.

 

1.2  Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian agama dan sekularisme ?

2. Bagaimana hubungan agama dengan sekularisme ?

3. Bagaimana metode penyebaran sekularisme ?

 

1.3  Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian agama dan sekularisme

2. Untuk mengetahui hubungan agama dengan sekularisme

3. Untuk mengetahui metode penyebaran sekularisme

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Agama

Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh

penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang

dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka

dan masyarakat luas umumnya.

Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara

petugas-petugasnya (fungsionaris ) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta

imam, guru agama dan lainnya, baik dalam upacara ( perayaan ) keagamaan,

khotbah, renungan ( meditasi) pendalaman rohani.

Fungsi penyelamatan.

Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup

seklarang ini maupun sesudah mati.Jaminan keselamatan ini hanya bias mereka

temukan dalam agama.

Agama membantu manusia untuk mengenal " yang sacral " dan " makhluk

teringgi " atau Tuhan dan berkomunikasi denganNya. Sehingga dalamyang

hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama

sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan

pengampunan dan PenYucian.

Fungsi pengawasan social ( social control )

Fungsi agama sebagai control social yaitu :

- Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik

bagi kehidupan moral warga masyarakat.

- Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang

dianggap baik )dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum

Negara modern.

Fungsi memuPuk Persaudaraan.

Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan

manusia-manusia yang didirikan atas unsure kesamaan.

-          Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideology yang sama, seperti

liberalism, komunisme, sosialisme.

-          Kesatuan persaudaraan berdasarkan system politik yang sama.

Bangsa-bangsa bergabung dalam system kenegaraan besar, seperti

NATO, ASEAN dll.

-          Kesatuan persaudaraan atas dasar seiman, merupakan kesatuan

tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan

sebagian dari dirinya saja melairtkan seluruh pribadinya dilibatkan

dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang

dipercayai bersama

Fungsi transformatif.

Kata transformative barasal dari kata latin " transformare " artinya

mengubah bentuk. Jadi fungsi transformative berarti mengubah bentuk kehidupan

baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru.

2.2  Pengertian Sekulisme

Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George

Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru,

konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme didasarkan, telah ada

sepanjang sejarah. Ide-ide sekular yang menyangkut pemisahan filsafat dan agama

dapat dirunut baik ke Ibnu Rushdi dan aliran filsafat Averoisme. Holyoake

menggunakan istilah sekularisme untuk menjelaskan pandangannya yang

mendukung tatanan sosial terpisah dari agama, tanpa merendahkan atau

mengkritik sebuah kepercayaan beragama. Sebagai seorang agnostik, Holyoake

berpendapat bahwa "sekularisme bukanlah argumen melawan Kekristenan namun

terpisah dari itu. Sekularisme tidak mengatakan bahwa tidak ada tuntunan atau

penerangan dari ideologi lain, namun memelihara bahwa ada penerangan dan

tuntunan di dalam kebenaran sekular, yang kondisi dan sanksinya berdiri secara

mandiri dan berlaku selamanya. Pengetahuan sekular adalah pengetahuan yang

didirikan di dalam hidup ini, berhubungan dengan hidup ini, membantu

tercapainya kesejahteraan di dunia ini, dan dapat diuji oleh pengalaman di dunia

ini."

Sekuralisme adalah suatu paham yang tertutup, suatu sistemm ideologi

tersendiri dan lepas dari agama. Linti sekularisme ialah penolakan adanya

kehidupan lain di luar kehidupan duniawi. Dari perspekti islam, sekularisme

adalah perwujudan modern dari paham dahriyyah, seperti yang diisyaratkan dalam

Al-Qur’an, surat Al-Jatsiyah yat 24:

24. dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia

saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain

masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka

tidak lain hanyalah menduga-duga saja.

Dari ayat diatas jelas diterangkan sekularisme tidak sejalan dengan agama,

khususnya agama islam. Secara umum, sekulerisasi dicirikan dengan (1)

pemisahan pemerintah dari ideologi-ideologi keagamaan dan struktur-struktur

eklesiastik, (2) ekspansi pemerintah untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengaturan

dalam bidang sosial ekonomi yang semula ditangani struktur-struktur keagamaan

dan (3) penilaian silang (transvaluation) atas kultur politik guna menekankan

tujuan-tujuan dan alasan-alasan keduniaan yang tidak transenden, sarana-sarana

yang pragmatis; itulah nilai-nilai politik sekuler. Serta (4) kekuasan pemerintah

terhadap kepercayaan dan praktek-prakter keagamaan, dan struktur eklesiastik.

Hal ini mencakup ekspansi pemerintahan ke dalam apa yang diakui sebagai ruang

lingkup yang murni keagamaan untuk menghancurkan atau secara radikal

merubah agama.

Tiga aspek sekulerisasi ini adalah universal di dalam perkembangan

pemerintah-pemerintah modern lebih dari satu setengah abad yang lalu. Aspek-

aspek itu universal sekurang-kurangnya di dalam subtansinya, sungguhpun sisa-

sisa sistem tradisional mungkin masih ada. Di Inggris misalnya, jelas pemerintah

telah memperluas fungsi-fungsi secara besar-besaran di dalam lapangan hukum

dan pendidikan atas biaya-biaya agama tradisional, dan bahwa proses politik pada

dasarnya sangat sekuler dan pragmatis. Hubungan konstitusional yang terus

berlanjut antara gereja dengan negara, yang berlawanan dengan aspek pemisah

sekulerisasi mempunyai sedikit signifikansi ketimbang sebagai suatu simbol

kontinuitas dengan masa silam. Gereja negara ikut dalam fungsi simbolis ini

dengan monarki kerajaan Inggris itu sendiri.

 

2.3  Hubungan Agama dan Sekularisme

Teori pertama menyatakan bahwa dunia kita sedang menuju kepada satu

titik di mana agama-agama tradisional tak lagi punya tempat. Masa depan umat

manusia adalah masa depan dunia sekular, masa depan sekularisme. Teori ini

didukung oleh hampir seluruh sosiolog besar Barat, termasuk Weber, Durkheim,

Comte, dan Luckmann.

Teori kedua adalah respon dari teori pertama itu. Teori ini menyatakan

bahwa tesis tentang sekularisasi tak lagi bisa dipertahankan. Dunia kita bukannya

sedang mengarah kepada satu titik yang sekular, tapi justru kepada titik di mana

agama-agama menjalani kebangkitannya Teori ini dianut oleh para sosiolog

belakangan seperti Peter Berger, Rodney Stark, dan Jose Cassanova.

Sekularisme adalah suatu kepercayaan atau paham yang memisahkan

antara urusan agama dari kehidupan dunia seperti politik, pemerintahan, ekonomi,

pendidikan dan sebagainya. Paham ini menganggap bahwa urusan keagamaan

atau ketuhanan tidak boleh dicampurkan dengan urusan negara, politik dan

pemerintahan. Maka bagi penganut paham sekular, dia akan memisahkan agama

dari kehidupan. Dia membatasi agama hanya pada urusan ibadah saja, terkait

dengan bagaimana beribadah kepada sang Pencipta. Sementara untuk urusan

kehidupan seperti bernegara, berpolitik, berekonomi dan sebagainya, maka agama

tidak boleh ikut campur. Pada akhirnya, merekalah yang berkuasa untuk membuat

aturan-aturan untuk mengatur kehidupannya tanpa harus memperdulikan aturan

Tuhan dalam ajaran agama.

Pada hakikatnya, jika agama diperlakukan seperti ini; dipotong dan hanya

dijadikan sebagai urusan privat, sama saja agama dimuseumkan. Agama dijadikan

barang antik. Maka tepatlah kalau ada yang menyebut bahwa hakikat paham

sekularisme adalah "al-Laadiniyah" yakni tanpa agama atau "al-Laa'aqiidah"

yakni tanpa aqidah.

Bahayanya, peradaban yang semacam inilah yang sekarang sedang

mendominasi umat manusia, termasuk umat Islam, dan setiap detik menjejalkan

nilai-nilainya ke tengah masyarakat, melalui media-media cetak ataupun

elektronik, koran, majalah, atau melalui acara-acara TV yang ada di setiap sudut

rumah tangga Muslim.

Eropa pernah tenggelam dengan darah mangsa-mangsa pihak gereja ketika

ratusan bahkan ribuan orang mati di dalam penjara dan di tali gantung. Dengan

sebab ini berlakulah pertempuran antara gereja dan sains yang akhirnya tegaklah

paham sekularisme yang berarti “memisahkan agama (Kristen) dari negara”.

Suasana kacau balau dalam agama Kristen hasil penyelewengan yang terjadi di

dalamnya (-ia hasil dari perencanaan yahudi-) memungkinkan tegaknya paham

sekularisme di samping agama Kristen yang sudah ada.

Sekularisme digulirkan untuk keluar dari kungkungan gereja yang begitu

mengekang pengikutnya. Masyarakat Eropa tertekan dan dizalimi di bawah

pemerintahan gereja. Bagi pejuang sekular, mereka menganggap dengan berada di

bawah kuasa gereja mereka tidak akan mencapai kemajuan. Sebab itulah mereka

memutuskan tali ikatan diri mereka dengan gereja dan menjadi orang yang

beragama Kristen hanya pada nama, tidak pada pengamalan agama.

Semenjak penjajah Barat yang kafir meletakkan kaki mereka ke bumi

umat Islam, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan paham

sekularisme melalui berbagai cara. Dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi

yang dimiliki serta pengalaman, mereka terus bekerja. Cara-cara penyebaran

paham sekularisme ini dilaksanakanan melalui bidang pendidikan, media massa,

dan undang-undang. Tujuannya hanyalah untuk menjauhkan umat Islam dari

agamanya.

2.4  Metode Penyebaran Sekularisme

Melalui Pendidikan

Ada beberapa bentuk dalam menyebarkan sekularisme melalui lembaga

pendidikan, di antaranya:

1.      Membatasi pendidikan agama Islam secara material dan moral.

a.       Pembatasan secara material dilakukan dengan membuka pintu seluas-

luasnya kepada pendidikan yang kosong dari ruh agama (pendidikan yang

jauh dari penekanan agama). Pendidikan seperti ini didorong, dibantu, dan

diberi kemudahan dari segi material. Adapun pendidikan agama Islam

dibatasi bantuan keuangan, bahkan tidak menerima bantuan sama sekali.

Intinya, bantuan lebih banyak diarahkan bagi pendidikan sekularisme.

b.      Pembatasan secara moral ialah dengan lebih memprioritaskan para

pelajar dan guru mereka. Membeda-bedakan antara guru-guru agama dan

guru-guru umum dalam setiap keadaan memang satu hal yang disengaja.

Begitu juga dibedakannya lulusan lembaga pendidikan Islam dengan

lulusan bidang umum. Dari segi jabatan, lulusan sekolah Islam tidak

banyak mendapat peluang, statusnya dipandang rendah serta gajinya kecil.

Berbeda dengan lulusan bidang umum, mereka lebih mudah mendapat

peluang dengan gaji dan jabatan lumayan. Hal ini, disadari atau tidak, akan

menjadikan orang-orang lari dari agama dengan anggapan jika memilih

bidang agama tidak akan menjamin hidup dan masa depan akan suram.

Maka pendidikan agama tidak menjadi pilihan.

Bukan bermaksud di sini umat Islam tidak boleh mempelajari ilmu-ilmu

selain dari ilmu Islam. Malah sebenarnya tidak ada istilah ilmu “bukan Islam“,

seperti kedokteran, tehnik dan sebagainya. Ia juga merupakan ilmu Islam. Yang

menjadi persoalannya ialah umat Islam telah diabaikan dari segi penekanan ilmu

agama yang sepatutnya menjadi dasar. Tidak salah seorang muslim itu menjadi

dokter, tetapi harusnya menjadi dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga

tidak salah seorang muslim itu menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur

yang memiliki dasar didikan Islam.

Tidak salah seorang muslim itu menjadi dokter, tetapi harusnya menjadi

dokter yang memiliki dasar didikan Islam. Juga tidak salah seorang muslim itu

menjadi insinyur, tetapi harusnya menjadi insinyur yang memiliki dasar didikan

Islam.

2.      Mengirim pelajar Islam ke negara-negara kafir untuk belajar.

Misi pengiriman ini akan menjadikan pelajar itu bertambah jahil terhadap

agama, nilai serta adat yang baik dan akan menyebabkan pelajar itu tertarik

dengan budaya barat. Di samping itu, akan tertanam dalam diri pelajar itu tabiat

(kelakuan) yang menyimpang dari ajaran Islam. Dengan berlalunya waktu, tabiat

menyimpang ini akan mendarah daging dalam diri pelajar itu dan dia akan

mempraktikkannya dalam kehidupannya misalnhya dalam masalah makan

minum, pakaian, cara pergaulan dan kebiasaan buruk lainnya. Dia akan menjadi

lebih Barat daripada orang-orang Barat sendiri.

 

3. Menghilangkan materi agama atas nama kemajuan pendidikan.

Metode ini telah dilakukan oleh penjajah Inggris di Mesir, ketika mejajah

Mesir, yakni dengan mengkampanyekan slogan pembaharuan dalam Universitas

Al Azhar dengan memasukkan materi umum dalam materi perkuliahannya.

Percampuran ini menyebabkan pelajar lemah dalam menguasai ilmu agama.

Beberapa materi pelajaran juga telah dibuang atau dikurangi, seperti materi yang

berkaitan dengan jihad yang menyebabkan ruh jihad hilang dalam diri pelajar

Islam.

Pelonggaran pelajaran agama berlaku di seluruh negara Islam dengan

tujuan untuk melemahkan pelajar-pelajar Islam.

4.      Menjamurnya institusi pendidikan asing di negara Islam.

Tujuannya ialah untuk mengeluarkan umat Islam dari agama mereka atau

sekurang-kurangnya menyelewengkan akidah mereka. Paling kurang, kesannya

menghina bahasa Arab (bahasa umat Islam) dan mengagungkan bahasa asing.

Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan agama Islam itu sendiri. Ini

berlaku di negara-negara Arab. Penghinaan bahasa Arab sebenarnya menghinakan

agama Islam itu sendiri.

Cara yang paling berbahaya yaitu percampuran laki-laki dan perempuan

dalam pengajaran. Mereka (golongan sekular) pada awalnya, menerapkan sistem

ini di negara-negara Islam dengan dalih kemajuan dan kemoderenan. Tetapi

sebenarnya, tujuannya mengumbar nafsu manusia. Mereka juga berdalih,

percampuran itu dapat mematangkan pemikiran.

Kenyataannya, hal itu mengakibatkan munculnya masalah sosial yang

kronis akibat percampuran yang tidak dikontrol. Ilmu sains membuktikan

percampuran seperti ini akan membawa kepada 2 keadaan :

1.      Akan melemahkan nafsu seks antara 2 jenis, dengan kata lain, laki- laki

tidak lagi bernafsu kepada wanita secara tabi'i tetapi lebih bernafsu kepada

kaum sejenis (satu perbuatan yang dikutuk oleh Allah SWT). Penyakit ini

semakin menular di negara-negara barat dan juga Amerika Serikat.

2.      Atau ia akan merangsang api syahwat. Satu penelitian telah lakukan

dengan menaruh anak kucing dan anak tikus yang masih kecil dalam satu

sangkar. Kedua-duanya makan dan minum dari satu tempat yang sama

hingga sampai masa dewasa. Namun akhirnya anak kucing itu membunuh

anak tikus dan memakannnya walapun kedua-duanya hidup dalam satu

sangkar serta makan dan minum dari tempat yang sama. Anak kucing itu

tidak lagi menaruh rasa kasihan walaupun sudah lama hidup bersama

dengan anak tikus itu. Begitulah diibaratkan dengan percampuran pelajar

dengan sebebas-bebasnya tanpa kontrol, lama kelamaan akan membawa ke

arah masalah sosial. Realita yang berlaku di negara-negara Islam adalah

bukti yang nyata betapa buruknya masalah sosial yang terjadi.

Melalui Media Massa

Jika sekularisasi dalam pendidikan hanya melibatkan ribuan pelajar,

berbeda dengan sekularisasi dalam media massa melibatkan jutaan orang yang

menonton, mendengar dan membacanya melalui program-program yang

disediakan. Setiap perkataan atau tulisan yang baik akan menghasilkan baik yang

baik dengan izin Allah. Manakala perkataan atau tulisan itu buruk, akan

menghasilkan hasil yang buruk pula. Oleh itu media massa bisa berperan untuk

mengangkat martabat, pribadi, harga diri, dan kehormatan  seseorang atau ia juga

bisa berperan sebaliknya.

Realita yang dapat dilihat melalui televisi, radio, bioskop, teater, koran,

majalah dan media massa lainnya tidak banyak yang membantu perkembangan

nilai-nilai yang baik. Ia juga tidak membantu perkembangan pengetahuan dan

pengamalan dengan akhlak Islam. Jika ada, ia hanya seperti lipstik, tidak lebih

dari itu.

Program-program televisi yang menyiarkan gambar porno dan mengumbar

aurat banyak disiarkan untuk merusak akhlak umat Islam, terutama golongan

muda-mudinya. Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang

menyeru kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara

maksiat, medan fitnah, dan penyebab  kerusakan sosial masyarakat. Itulah kerja

sekularisme yang berusaha menjauhkan umat Islam dari agamanya.

Sepatutnya media massa itu menjadi “mimbar dakwah” yang menyeru

kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran, bukannya suara maksiat, medan

fitnah, dan penyebab  kerusakan sosial masyarakat.  

Melalui Undang-Undang

Golongan sekular berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhkan

Islam dari kekuasaan pemerintahan. Mereka akan memastikan agar undang-

undang Islam tidak dirujuk walau dalam masalah yang sangat kecil, sehinggakan

Islam kelihatan tinggal namanya saja. Ini terjadi di kebanyakan negara Islam. Di

Turki contohnya, untuk menjauhkan manusia dari Islam, mereka berusaha

mensekularkan undang-undang sedikit demi sedikit hingga akhirnya undang-

undang Turki menjadi sekular dan ditinggalakannya undang-undang khilafah

Islam.

Di Mesir “pengsekularan” undang-undang dilakukan ketika penjajahan

Inggris mewajibkan pembentukan undang-undang dengan merujuk kepada

undang-undang barat, khusunya undang-undang Perancis.

Undang-undang Islam yang tinggal hanyalah berkaitan pernikahan (Ahwal

Syakhsiah) atau yang berkait dengan adat karena ia tidak menggugat kedudukan

penjajah. Umat Islam boleh mengamalkan undang-undang ini di kalangan mereka

tetapi untuk mengamalkan undang-undang yang berkaitan dengan pemerintahan

negara, hukum peradilan dan selainnya tidak diizinkan oleh penjajah. Ini adalah

perencanaan jahat golongan sekular.

Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam

secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari

golongan sekular dalam negara itu sendiri.

Negara Islam mana saja yang ingin melaksanakan undang-undang Islam

secara menyeluruh pasti akan menerima tekanan hebat dari pihak barat atau dari

golongan sekular dalam negara itu sendiri.

Ini adalah sebagian perencanaan yang dilakukan oleh golongan sekular

untuk menjauhkan umat Islam dari mengamalkan agamanya. Siapa yang hatinya

kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular itu adalah kemajuan dan

kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa ketika dia menerima dan

mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan ikatan tali dirinya dengan

Islam yang dianutnya.

Umat Islam harus menyadari rencana-rencana golongan sekular ini agar

mereka tidak terjatuh ke dalam perangkap yang akan merugikan mereka di dunia

dan akhirat. Siapa yang hatinya kosong dari ruh agama pasti menganggap sekular

itu adalah kemajuan dan kemoderenan. Namun, pastinya dia tidak sadar bahwa

ketika dia menerima dan mendukung sekularisme, dia telah merenggangkan

ikatan tali dirinya dengan Islam yang dianutnya.

Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan dielaborasi karena

kedua-duanya berbeda. Syeikh Mutawalli Sya’rawi sebelum menghembuskan

nafasnya yang terakhir sempat berkata, “ketahuilah, bahwa tidak akan pernah

terjadi pertempuran antara hak dengan hak tetapi pertempuran hanya akan terjadi

antara hak dan yang batil”. Islam dan sekularisme tidak akan dapat disatukan dan

dielaborasi karena kedua-duanya berbeda.

Maka umat Islam perlu mengikuti yang hak (kebenaran) dengan menurut

segala perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan meninggalkan segala larangan-

Nya. Untuk mengetahui yang hak dan yang batil menurut pandangan syari'at,

diserahkan kepada ulama-ulama yang pakar lagi ikhlas. Tidak ada jalan selamat di

akhirat melainkan menerima seratus persen ajaran Islam yang sebenarnya

mengikut al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Secara sosiologis, agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh

penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non empiris yang

dipercayainya dan didaya gunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka

dan masyarakat luas umumnya.

Sekuralisme adalah suatu paham yang tertutup, suatu sistemm ideologi

tersendiri dan lepas dari agama. Linti sekularisme ialah penolakan adanya

kehidupan lain di luar kehidupan duniawi. Dari perspekti islam, sekularisme

adalah perwujudan modern dari paham dahriyyah.