Upload
ricko-handen-uria
View
219
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
mklah
Diagnosis dan Penatalaksanaan pada Infertilitas
et causa Azoospermia
Kelompok E3
Varlye Kantohe 102010118
Marcella Oscar 102012003
Stefanie Shelly Haryanto 102012006
Uria Ricko Tanguhno Handen 102012199
Imelda Gunawan 102012205
Kelvin Rinaldo Khomalia 102012255
Silvani Dania 102012334
Orlando 102012430
Puti Khairina 102012465
Pendahuluan
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama satu tahun.1
Secara medis infertil dibagi menjadi dua jenis yaitu infertil primer berarti
pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun. Infertil sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu
tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau
metode kontrasepsi jenis apapun.1
1
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai infertilitas, mulai dari pemeriksaan
fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja, diagnosis banding, etiologi, epidemiologi,
patogenesis, manifestasi klinis, sampai cara mengobati dan mencegah infertilitas.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan
cara melakukan serangkaian wawancara anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap
pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis).
Anamnesis juga dapat membantu penenggakan diagnosis hingga 80%.2
Beberapa hal yang perlu ditanyakan saat anamnesis adalah:2
Dokter memperkenakan diri terlebih dahulu dan menyampaikan
pagi/siang/malam kepada pasien sembari menampilkan keramahan sikap dan
wajah.
Menanyakan identitas pasien
a. Menanyakan nama, tempat tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, umur, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan.
Menanyakan keluhan utama dan lamanya
- Ada keluhan apa?
- Sudah berapa lama?
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
a. Menanyakan karakter keluhan utama
b. Perkembangan/perburukan keluhan utama
- Meliputi obat-obatan yang telah diminum dan hasilnya.
- Perkembangan setelah memakai obat bagaimana? Semakin hari semakin
baik atau sebaliknya.
c. Menanyakan kemungkinan adanya faktor pencetus keluhan utama
d. Menanyakan keluhan penyerta
Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
2
a. Menanyakan apakah pasien sudah pernah mengalami gejala seperti yang
pasien keluhkan. Kalau sudah pernah pertama kali mengalami gelaja seperti
ini kapan?
Menanyakan Riwayat Pribadi
a. Menanyakan kebiasaan makan, kebiasaan minum obat dan riwayat vaksinasi.
Menanyakan riwayat kesehatan keluarga dan riwayat penyakit menahun keluarga
a. Menanyakan keadaan kesehatan keluarga
b. Menanyakan riwayat penyakit menahun keluarga
Menanyakan Riwayat Sosial
a. Menanyakan lingkungan tempat tinggal, kebersihan, dan sosial ekonomi
Penulisan hasil serta diagnosa.
Nilailah setiap gejala dengan mendetail. Gaya bertanya ‘terbuka’ bisa membantu
saat menanyakan topik sensitif, misalnya “sebagian pria pengidap diabetes merasakan
kesulitan untuk mencapai ereksi. Pernahkah Anda mengalami masalah seperti itu?” Jika
ada disfungsi ereksi, cari tahu kapan masalah tersebut timbul, apakah pernah mencapai
ereksi normal (misalnya di pagi hari), dan menurut pasien apa masalahnya. 3
Tanyakan secara mendetil mengenai aliran urin (hesitansi, frekuensi, pancaran
urin, tetesan sehabis miksi, semprotan, dan nokturia). 3
Pada skenario 5, hasil anamnesisnya adalah pasien sepasang suami istri berobat
ke dokter setelah menikah selama 8 tahun dan belum mempunyai anak. Sebelum
menikah diketahui suami mengalami sakit gondongan (pembengkakan pada rahang dan
pipi) sebelah kanan dan kemudian diikuti pembengkakan pada buah zakarnya.
Pemeriksaan Fisik
Pastikan pasien merasa nyaman, ada pendamping bila perlu, ada privasi, dan
pasien memahami sepenuhnya pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan. Ingat bahwa
pasien biasanya akan menjadi cemas atau malu dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
mungkin tidak nyaman dan harus dilakukan perlahan.3
3
- Buka daerah genital agar terlihat seluruhnya.
- Lakukan inspeksi teliti pada penis, skrotum, dan daerah inguinal.
- Cari adanya benjolan, kutil, diskolorasi, secret, dan ruam.
- Lakukan inspeksi meatus uretra dan tarik kulit luar untuk menampakkan glans penis.
- Lakukan palpasi penis, vasdeferens, epididimis, dan testis.
- Jika tampak adanya benjolan, periksa dengan pencahayaan khusus untuk melihat
adanya cairan.
- Lakukan pemeriksaan hernia dengan meminta pasien untuk batuk.
- Lakukan pemeriksaan colok dubur.
- Periksa anus untuk mencari kelainan. Periksa adanya benjolan pada rectum dan
laukan palpasi kelenjar prostat. Adakah nyeri tekan? Apakah sakus medianus
letaknya di tengah? Adakah pembesaran prostat? Bagaimana konsistensinya, apakah
keras, ireguler, bergerigi, terfiksasi? 3
Gambar 1. Pemeriksaan Fisik pada Genitalia Pria.3
4
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urin lengkap,
fungsi hepar dan ginjal, gula darah). pemeriksaan laboratorium khusus terhadap suami
meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini diperlukan syarat yaitu
tidak boleh berhubungan seks selama 3-5 hari, di tamping dalam gelas, modifikasi
dengan bersanggama memakai kondom yang telah dicuci bersih, dan bahan yang
ditampung harus mencapai laboratorium dalam waktu ½ sampai 1 jam, pemeriksaan
setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam di laboratorium. Jumlah spermatozoa diharapkan
minimal 20 juta/ml. Pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume, vickositas,
bau, rupanya, fruktosa, kemampuan menggumpal dan mencair kembali. Pemeriksaan
yang masih perlu dilakukan di antaranya uji kontak sperma, uji kontak sperma, uji
antibody imobilisasi, uji pasca sanggama. Bila jumlah dan kemampuan gerak
spermatozoa mengalami gangguan maka konsultasi suami dilakukan pada ahli urologi.
bila kemampuan melakukan tugasnya mengalami gangguan dapat berkonsultasi dengan
ahli andrologi.4
Penyakit varikokel pada suami, sering menyebabkan gangguan spermatozoa
sehingga perlu pembedahan operasi. Perlu diingat bahwa buah zakar terletak di luar
tubuh, oleh karena itiu spermatozoa tidak tahan panas dan tidak tahan terlalu dingin.
Kulit buah zakar mengatur suhu pada buah zakar sehingga relative tetap, dengan
demikian hidup spermatozoa stabil. Varikokel adalah keadaan pembuluh darah menuju
buah zakar terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang
yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan. Sebelum
melanjutkan pemeriksaan terhadap istri, faktor suami yang menyebabkan infertilitas
(sekitar 40%) harus diobati terlebih dahulu.4
Differential Diagnosis
1. Infertilitas karena kelainan hormonal pada pria
Pria dengan infertilitas juga dapat menghasilkan sperma yang sangat sedikit atau
tidak ada sama sekali akibat tidak cukupnya stimulasi hormonal pada testis atau
kegagalan gonad. Pria dengan hipogonadisme hipogonadotropik mungkin
5
memiliki defek pada kelenjar hipofisis atau hipotalamus (misalnya sindrom
Kallman). Pada keadaan ini terjadi kegagalan dalam mensekresi gonadotropin
sehingga testis tidak berfungsi dengan baik. Pria ini merupakan kandidat yang
baik untuk terapi gonadotropin eksogen. Sebagian besar akan memberikan
respons yang baik dan menghasilkan sperma yang viable. Pria dengan kegagalan
gonad [misalnya sindrom Klinefelter (47XXY)], hanya memiliki pilihan terapi
yang sedikit. Beberapa pria dengan oligospermia atau azospermia tidak akan
pernah mengetahui penyebab kelainan mereka.5
2. Kelainan anatomi wanita
o Penyakit tuba Fallopi biasanya merupakan akibat dari pembentukan jaringan
parut inflamasi pada tuba Fallopi. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh
penyakit peradangan pelvis (pelvic inflammatory diseases), apendisitis
dengan ruptur, aborsi septik, pascaoperasi, dan kadang-kadang, akibat
penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim . Lokasi penyumbatan tuba yang
paling sering adalah ujung tuba yang berfimria di bagian distal. Penyumbatan
ini biasanya disebabkan oleh perlekatan pada pelvis dan dapat terjadi pada
20% wanita dari pasangan infertil. Penyumbatan yang diinduksi oleh
pembedahan dimaksudkan untuk sterilisasi; beberapa wanita menyesali
pilihan kontrasepsi dengan ligasi tuba ini dan datang ke dokter spesialis
fertilitas untuk meminta tindakan pengembalian kesuburan.5
o Endometriosis merupakan kelainan yang sering ditemukan ; ditandai oleh
adanya jaringan yang menyerupai endometrium di luar lokasi normalnya pada
dinding uterus. Kelenjar dan stroma pada endometriosis biasanya responsif
terhadap hormon gonad dan perubahan biokimia yang diinduksi oleh steroid
menyebabkan endometrium ektopik ini sangat mirip dengan kelenjar dan
stroma ang terlihat pada endometrium di dalam rongga uterus. Peningkatan
produksi prostaglandin oleh lesi endometriotik pada periode perimenstruasi
dan menstruasi dapat menimbulkan inflamasi, fibrosis, dan adhesi yang
merupakan tanda-tanda kelainan ini. Lesi endometriosis dapat ditemukan
hampir di setiap tempat di pelvis namun paling sering ditemukan pada
6
permukaan peritoneum yang menutupi kantung Douglas, kandung kemih,
ovarium, tuba Fallopi, usus besar, dan apendiks. Wanita dengan
endometriosis dapat mengalami gejala nyeri pelvis, masa adneksa
(endometrioma), infertilitas, atau kombinasi dari gejala-gejala tersebut.5
o Leiomioma uterus, juga dikenal sebagai fibroid atau mioma uterus,
merupakan tumor jinak otot polos uterus. Tumor ini merupakan tumor pelvis
yang paling sering pada wanita, dan mungkin berlokasi pada setiap tempat di
dalam dinding uterus atau dapat bergantung pada tangkai yang mengandaung
pasokan darah ke tumor tersebut (leiomioma bertangkai). Leiomioma
bertangkai dapat menggantung dari bagian luar uterus atau dapat menonjol ke
dalam rongga endometrium. Leiomioma yang mengubah bentuk rongga
uterus (yang berlokasi di submukosa) atau menyumbat tuba Fallopi sangat
mungkin menyebabkan penurunan kesuburan.5
Working Diagnosis
Infertilitas et causa azoospermia merupakan tidak adanya sperma pada saat
ejakulasi. Pada umumnya, dokter mengkategorikan azoospermia menjadi obstruktif dan
non obstruktif. Obstruktif azoospermia artinya bisa membuat sperma yang normal tetapi
tidak dapat keluar oleh suatu sebab. Kondisi yang membuat aliran sperma tidak baik bisa
disebabkan karena congenital bilateral absence of the vas deferens (CBAVD),
vasektomi, infeksi yang parah, kerusakan yang terjadi selama operasi termasuk operasi
hernia. Non obstruktif azoospermia merupakan azoospermia yang disebabkan karena
maslaah hormonal atau masalah dengan produksi sperma pada testis.6
Etiologi
Salah satu komplikasi dari parotitis epidemika adalah orkitis. Komplikasi ini
jarang terjadi pada anak laki-laki prapubertas tetapi sering (14-35%) pada remaja dan
orang dewasa. Testis paling sering terinfeksi (orkitis) dengan atau tanpa epididimitis.
Sekitar 30-40% testis yang terkena atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%,
tetapi infertilitas absolut mungkin jarang.7
7
Epidemiologi dan patofisiologi
Ketika mumps terjadi setelah pubertas, orkitis berkembang pada 25% pasien;
pada 1/3 kasus kedua testis terkena. Biasanya, orkitis berkembang setelah parotitis
terjadi, tetapi mungkin parotitis yang mendahuluinya. Isolasi mumps orkitis tanpa
parotitis merupakan hal yang jarang. Pada fase yang akut, infeksi disertai dengan testis
yang bengkak dan nyeri, demam, dan gejala umum. Tekanan intratestikular meningkat,
menyebabkan iskemi atau virusnya sendiri yang menyebabkan kerusakan ireversibel
pada spermatogenesis. Fungsi sel Leydig menurun, pada fase akut biasanya cepat pulih
kembali. Pada parenkim yang mengalami kerusakan parah, dapat menyebabkan atrofi
testikular post-orkitis dengan sklerosis tubular komplit yang ireversibel. Ejakulasi
menjadi khas yaitu oligo(asthenoterato)zoospermia atau azoospermia.8
Penatalaksanaan Farmakologi dan Non farmakologi
Pengobatan infertilitas pada pria terlebih dahulu ditujukan langsung pada etiologi
yang menyebabkannya. Pengobatan ini dapat meliputi terapi medis atau pembedahan,
seperti koreksi varikokel atau koreksi pada penyumbatan vas deferens. Yang lebih sering,
teknik bantuan reproduksi dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah sperma.
Sperma dapat dicuci, dikonsentrat, dan diletakkan langsung pada rongga uterus dengan
inseminasi buatan. Sperma dapat berasal dari pasangan si wanita tersebut atau donor.5
Ketersediaan teknologi reproduksi secara luas telah merevolusi pengobatan
infertilitas, membuat kehamilan mungkin terjadi pada keadaan yang sebelumnya tidak
dapat diterapi. Terapi yang paling sering adalah IVF, dimana oosit multiple yang
dipisahkan difertilisasi oleh spermatozoa di dalam laboratorium. Embrio-embrio yang
dihasilkan ditumbuhkan di dalam laboratorium selama 2-5 hari, kemudian sekelompok
embrio dipilih dan dipindahkan kembali ke rongga uterus.
Pada kasus infertilitas pria yang berat, sperma dapat disuntikkan langsung ke
dalam sitoplasma oosit untuk menimbulkan fertilisasi (intracytoplasmic sperm injection,
8
ICSI). Sperma-sperma ini mungkin imotil. Sperma tersebut dapat diambil langsung dari
vas deferens, epididimis, atau bahkan testis pada pria dengan azoospermia obstruktif.5
Pencegahan
Vaksinasi terhadap mumps pada usia anak dapat mencegah terjadinya orkitis
yang diakibatkan karena komplikasi dari infeksi.8
Kesimpulan
Pada kasus skenario 5, sepasang suami istri berobat ke dokter setelah menikah
selama 8 tahun dan belum mempunyai anak. Sebelum menikah diketahui suami
mengalami sakit gondongan (pembengkakan pada rahang dan pipi) sebelah kanan dan
kemudian diikuti pembengkakan pada buah zakarnya, pasien menderita infertilitas ec
azoospermia.
9
Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka; 2009. h. 497.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Telinga hidung tenggorok
kepala dan leher. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014. h. 113-5.
3. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007. h.
30-1.
4. Manuaba IA. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: EGC; 2009. h. 255.
5. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance: sistem reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga;
2008. h. 76-7.
6. Kenigsberg D. Baby solution: your essential resource for overcoming infertility.
London: Penguin Books; 2006. h. 141-4.
7. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak nelson. Volume 3.
Jakarta: EGC; 2000. h. 1075.
8. Nieschlag E, Behre HM. Andrology: male reproductive health and dysfunction.
Germany: Institute of Reproductive Medicine. h. 153.
10