Makalah Sgd Spinal Cord Injury

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah Sgd Spinal Cord Injury

Citation preview

LEARNING TASK NEUROBEHAVIOUR

ASKEP DAN HE KLIEN CEDERA MEDULA SPINALIS

TANGGAL 17 OKTOBER 2014KASUS 1 (untuk kelompok 1-4)

Tn. C (22 tahun) dibawa ke RS X karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat kejadian Tn. C mengenakan sabuk pengaman. Setelah dilakukan pengkajian Tn. C didiagnosa mengalami C5 spinal cord injury.

1. Apa saja penyebab trauma pada medulla spinalis

2. Gejala-gejala yang timbul akibat dari cedera medulla spinalis (gangguan motoric, gangguan sensorik, gangguan otonom)

3. Bagaimana penatalaksanaan cedera medulla spinalis?

4. Analisislah apa yang dialami pasien berdasarkan kasus diatas!

5. Berdasarkan kasus diatas diagnose keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada pasien?

6. Buatlah rencana asuhan keperawatan pada Tn. C

7. Health education (HE) apa saja yang perlu diberikan pada Tn. C dan keluarganya?

Pembahasan 1. Apa saja penyebab trauma pada medulla spinalis

Trauma Medulla Spinalis adalah trauma yang terjadi pada jaringan medulla spinalis yang dapat menyebabkan fraktur atau pergeseran satu ataulebih tulang vertebrata atau kerusakan jaringan medulla spinalis lainnya termasuk akar-akar saraf yang berada sepanjang medulla spinalis sehinggamengakibatkan defisit neurologi. ( Lynda Juall, carpenito,edisi 10). Cedera medula spinalis disebabkan oleh trauma langsung yangmengenai tulang belakang dimana trauma tersebut melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam melindungi saraf-saraf di dalamnya. Perlu disadair bahwa kerusakan pada sumsum belakang merupakan kerusakan yang permanen karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi disebabkan oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh tekanan, memar, atau edema. Cedera pada medula spinalis tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2, antara lain adalah :

a.Cedera medulla spinalis traumatik, terjadi ketika benturan fisik eksternal seperti yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh atau kekerasan merusak medulla spinalis, olahraga, menyelam pada air yang dangkal, jatuh dari pohon atau bangunan, trauma karena tali pengaman, kejatuhan benda keras, luka tembak atau luka tikam.b.Cedera medulla spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan seperti penyakit infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis, gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang (Harsono, 2000), gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti spondiliosis servikal dengan mielopati yang menghasilkan saluran sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra, singmelia, tumor infiltrasi maupun kompresi, dan penyakit vascular

Pada kasus Tuan C, didapatkan data bahwa Tuan C dibawa ke RS karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Maka dari itu penyebab trauma medua spinallis pada Tuan C bersifat traumatik, dimana diakibatkan karena benturan fisik eksternal akibat kecelakaan lalu lintas. 2. Gejala-gejala yang timbul akibat dari cedera medulla spinalis (gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan otonom)

Berdasarkan Guyton, gangguan motorik, sensorik dan otonom dikelompokkan sebagai berikut.

Medula SpinalisGangguan MotorisGangguan SensorisGangguan Otonom

Servikal 1Hilangnya fungsi motorik leher ke bawah. Paralisis pernafasan,Kehilangan sensori pada daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah dari wajah lainnya penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vascular perifer

Servikal 2Hilangnya fungsi motorik leher ke bawah. Paralisis pernafasan,Kehilangan sensori pada daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah dari wajah lainnya penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vascular perifer

Servikal 3Hilangnya fungsi motorik leher ke bawah. Paralisis pernafasan,Kehilangan sensori pada daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah dari wajah lainnya penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vascular perifer

Servikal 4Hilangnya fungsi motorik leher ke bawah. Paralisis pernafasan,Kehilangan sensori pada daerah oksipital, telinga dan beberapa daerah dari wajah lainnya penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vascular perifer

Servikal 5Hilangnya fungsi motorik dari atas bahu ke bawah. Hilangnya sensasi di bawah klavikula.Perubahan pada reaksi pupilpenurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vascular perifer disertai gangguan pernapasan

Servikal 6Hilangnya fungsi motorik di bawah batas bahu dan lengan. Sensasi lebih banyak pada lengan dan jempolPerubahan pada reaksi pupilpenurunan keringat dan tonus vasomotor. penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vascular perifer

Servikal 7Fungsi motorik yang kurang sempurna pada bahu, siku, pergelangan dan bagian dari lengan. Sensasi lebih banyak pada lengan dan tangan dibandingkan pada C6. Yang lain mengalami fungsi yang sama dengan C5Perubahan pada reaksi pupilpenurunan keringat dan tonus vasomotor

Servikal 8Mampu mengontrol lengan tetapi beberapa hari lengan mengalami kelemahan. Hilangnya sensai di bawah dadaPerubahan pada reaksi pupilpenurunan keringat dan tonus vasomotor dan penurunan tekanan darah diawali dengan resistensi vascular perifer

Torakal 1Hilangnya kemampuan motorik dan sensorik di bawah dada tengah. Kemungkinan beberapa otot interkosta mengalami kerusakan. Kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhuHilangnya kontrol bowel dan blader

Torakal 2Hilangnya kemampuan motorik dan sensorik di bawah dada tengah. Kemungkinan beberapa otot interkosta mengalami kerusakan. Kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhu, serta dapat mengalami kehilangan sensori pada seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atasHilangnya kontrol bowel dan blader

Torakal 3Hilangnya kemampuan motorik dan sensorik di bawah dada tengah. Kemungkinan beberapa otot interkosta mengalami kerusakan. Kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhu, serta dapat mengalami kehilangan sensori pada bagian aksillaHilangnya kontrol bowel dan blader

Torakal 4Hilangnya kemampuan motorik dan sensorik di bawah dada tengah. Kemungkinan beberapa otot interkosta mengalami kerusakan. Kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhuHilangnya kontrol bowel dan blader

Torakal 5Hilangnya kemampuan motorik dan sensorik di bawah dada tengah. Kemungkinan beberapa otot interkosta mengalami kerusakan. Kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhu, serta dapat mengalami kehilangan sensori pada bagian putting susu khususnya pada wanitaHilangnya kontrol bowel dan blader

Torakal 6Hilangnya kemampuan motorik dan sensorik di bawah dada tengah. Kemungkinan beberapa otot interkosta mengalami kerusakan. Kehilangan sensori pada bagian Prosesus XifoideusHilangnya kontrol bowel dan blader

Torakal 7Hilangnya kemampuan motorik dan sensasi di bawah pinggangKehilangan sensoris pada bagian margin kostal bawahhilangnya fungsi bowel dan blader

Torakal 8Hilangnya kemampuan motorik dan sensasi di bawah pinggangKehilangan sensoris pada margin kostal bawahhilangnya fungsi bowel dan blader

Torakal 9Hilangnya kemampuan motorik dan sensasi di bawah pinggangKehilangan sensoris pada margin kostal bawahhilangnya fungsi bowel dan blader

Torakal 10Hilangnya kemampuan motorik dan sensasi di bawah pinggangKehilangan sensoris pada umbilikushilangnya fungsi bowel dan blader

Torakal 11Hilangnya kemampuan motorik dan sensasi di bawah pinggangKehilangan sensoris pada margin kostal bawahhilangnya fungsi bowel dan blader

Torakal 12Hilangnya kemampuan motorik dan sensasi di bawah pinggangKehilangan sensoris pada lipatan pahahilangnya fungsi bowel dan blader

Lumbal 1Hilangnya fungsi motorik dari plevis dan tungkai. Hilangnya sensasi dari abdomen bagian bawah dan tungkai

Kehilangan sensoris pada smua area ekstremitas bawah, menyebar ke lipat paha dan bagian belakang dari bokongTidak terkontrolnya bowel dan blader

Lumbal 2Hilangnya fungsi motorik dari plevis dan tungkai. Hilangnya sensasi dari abdomen bagian bawah dan tungkai

Kehilangan sensoris pada ekstremitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek anterior pahaTidak terkontrolnya bowel dan blader

Lumbal 3Hilangnya fungsi motorik dari plevis dan tungkai. Hilangnya sensasi dari abdomen bagian bawah dan tungkai

Kehilangan sensoris pada ekstremitas bagian bawahTidak terkontrolnya bowel dan blader

Lumbal 4Hilangnya bebrapa fungsi motorik pada pangkal paha, lutut dan kaki. Kehilangan sensoris pada ekstremitas bagian bawah kecuali pada anterior pahaTidak terkontrolnya bowel dan blader

Lumbal 5Hilangnya bebrapa fungsi motorik pada pangkal paha, lutut dan kaki. Kehilangan sensoris pada aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstremitas bawahTidak terkontrolnya bowel dan blader

Sakral 1Hilangnya fungsi motorik ankle plantar fleksor. Hilangnya sensai pada tungkai dan perineum.Pada keadaan awal terjadi gangguan bowel dan blader.

Sakral 2Hilangnya fungsi motorik ankle plantar fleksor. Hilangnya sensai pada tungkai dan perineum.Pada keadaan awal terjadi gangguan bowel dan blader. Serta dapat mengakibatkan gangguan ereksi penis

Sakral 3Hilangnya fungsi motorik ankle plantar fleksor. Hilangnya sensai pada tungkai dan perineum. Kehilangan sensasi meliputi pada area skrotum, glans penis, perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior pahaPada keadaan awal terjadi gangguan bowel dan blader. Serta dapat mengakibatkan gangguan ereksi penis

Sakral 4Hilangnya fungsi motorik ankle plantar fleksor. Hilangnya sensai pada tungkai dan perineum. Kehilangan sensasi meliputi pada area skrotum, glans penis, perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior pahaPada keadaan awal terjadi gangguan bowel dan blader. Serta dapat mengakibatkan gangguan ereksi penis

Sakral 5Terdapat beberapa perubahan posisi dari telapak kaki, tidak terdapat paralisis dari otot kakiKehilangan sensasi meliputi pada area skrotum, glans penis, perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior pahaGangguan erekesi penis

KoksigealTerdapat beberapa perubahan posisi dari telapak kaki, tidak terdapat paralisis dari otot kakiKehilangan sensasi meliputi pada area skrotum, glans penis, perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior pahaGangguan ereksi penis

3. Bagaimana penatalaksanaan cedera medulla spinalis?

Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Kedaruratan

Pasien segera ditempat kejadian adalah sangat penting, karena penatalaksanaan yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan kehilangan fungsi neurologik. Korban kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan berkendara, trauma olahraga kontak, jatuh, atau trauma langsung pada kepala dan leher dan leher harus dipertimbangkan mengalami trauma medulla spinalis sampai bukti traumaini disingkirkan.

a. Di tempatkecelakaan,korbanharusdimobilisasi pada papan spinal (punggung), dengan kepala dan leher dalam posisi netral, untuk mencegah trauma komplit.

b. Salah satuanggotatim harusmenggontrol kepalapasien untuk mencegah fleksi, rotasi atauekstensi kepala.

c. Tangan ditempatkan pada kedua sisi dekat telinga untuk mempertahankan traksi dan kesejajaran sementara papan spinal atau alat imobilisasi servikal dipasang.

d. Palingsedikitempatorang harusmengangkat korban denganhati-hati keatas papan untuk memindahkan kerumah sakit. Adanya gerakan memuntir dapat merusak medula spinalis ireversibel yang menyebabkan fragmen tulang vertebra terputus, patah, atau memotong medula komplit.

2.PenatalaksanaanTraumaMedulaSpinalis(FaseAkut)

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah Trauma medulla spinalis lebih lanjut dan untuk mengobservasi gejala perkembangan defisit neurologis. Lakukan resusitasi sesuai kebutuhan dan pertahankan oksigenasi dan kestabilankardiovaskuler.

Pemeriksaan Diagnostik

a. Mempertahankan ABC (Airway, Breathing, Circulation) Airway : mengatur posisi kepala dan leher untuk mendukung airway : head tilt, chin lip, jaw thrust. Jangan memutar atau menarik leher ke belakang (hiperekstensi), mempertimbangkan pemasangan intubasi nasofaring.

Breathing : menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan bantuan ventilasi bila diperlukan.

Circulation : Bila terdapat hipotensi, harus dibedakan antara syok hipovolemik (penurunan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, ekstremitas yang dingin) dari syok neurogenik (penurunan tekanan darah, penurunan denyut jantung, ekstremitas hangat). Penggantian cairan untuk menanggulangi hipovolemia. Bila terdapat cedera medulla spinalis, pemberian cairan harus dipandu dengan monitor CVP. Bila melakukan pemeriksaan colok dubur sebelum memasang kateter, harus dinilai kekuatan spinkter serta sensasi. Penatalaksanaanmedis

1) Terjadidilakukanuntukmempertahankanfungsineurologisyang masih ada, memaksimalkan pemulihan neurologis, tindakan atau cedera lain yang menyertai, mencegah, serta rnengobati komplikasi dan kerusakan neural lebih lanjut. Reabduksi atau sublukasi (dislokasi sebagian pada sendi di salah satu tulang). Untuk mendekopresi koral spiral dan tindakan imobilisasi tulang belakang untuk melindungi koral spiral.

2) Tindakan Pernafasan. Oksigen diberikan untuk mempertahankan PO2 arteri yang tinggi, karena anoksemia dapat menimbulkan atau memperburuk deficit neurologic medulla spinalis.

3) Operasi lebihawalsebagai indikasidekompresineural, fiksasi internal atau debridementluka terbuka.

4) Fiksasiinternalelektifdilakukanpadakliendenganketidakstabilan tulang belakang, cedera ligamen tanpa fraktur, deformitas tulang belakang, progresif, cedera yang tak dapat di reabduksi, dan fraktur non-union.

5) Terapi steroid,nomidipin, ataudopaminuntukperbaikan aliran darah koral spiral.

Dosis tertinggi metil prednisolin/bolus adalah 30mg/kg BB diikuti 5,4 mg/kgBB/ja

m berikutnya. Bila diberikan dalam 8 jam sejak cedera akan memperbaiki pemulihan neurologis. Gangliosida mungkin juga akan memperbaiki pemulihan setelah cedera koral spiral.

6) Penilaiankeadaanneurologissetiapjam, termasukpengamatan fungsi sensorik, motorik, dan penting untuk melacak defisit yang progresif atauasenden.

7) Pengelolaancederastabiltanpadefisitneurologissepertiangulasi atau baji dari badan ruas tulang belakang, fraktur prose stransverses, spinous,dan lainnya. Tindakannya simptomatis (istirahat baring hingga nyeri berkurang), imobilisasi dengan fisioterapi untuk pemulihan kekuatan ototsecara bertahap.

8) Cederatak stabildisertaidefisitneurologis. Bilaterjadipergeseran, fraktur memerlukan reabduksi dan posisi yang sudah baik harus dipertahankan.

A.Metodereabduksiantaralain

a)Traksi memakaisepit (tang) mental yangdipasangpada tengkorak. Beban 20 kg tergantung dari tingkat ruastulang belakang mulai sekitar 2,5 kg pada fraktur C1.

Traksi dan Reduksi Skelet

-Penatalaksanaan cedera medulla spinalis memerlukan imobilisasi dan reduksi dislokasi (memperbaiki posisi normal) dan stabilisasi kolum vertebra.

- Fraktur servikal dikurangi dan spinal servikal disejajarkan dengan beberapa bentuk traksi skelet atau calipers yaitu dengan teknik tong/capiller skeletal atau halo vest

-Traksi dipasang pada tong sesuai dengan beban berat, jumlahnya bergantung pada ukuran pasien dan derajat fraktur.

b)Menipulasidengananestensiumumc)Reabduksiterbukamelaluioperasi

B.Metodeimobilisasiantaralain:

a)Ranjangkhusus rangka,atauselubungplester

b)Traksitengkorakperlubebansedenguntuk mempertahankan cedera yang sudah direabduksi

c)Plesterparisdansplineksternallain

d) Operasi

9)Cedera stabil disertai defisit neurologis. Bila fraktur stabil, kerusakan neurologis disebabkan oleh:

a.Pergeseranyang cukupbesaryang terjadi saatcedera menyebabkan trauma langsung terhadap koral spiral atau kerusakan vaskular.

b. Tulang belakang yang sebetulnya sudah rusak akibat penyakit sebelumnya seperti spondiliosis servikal.

c.Fragmen tulang atau diskus terdorong ke kanalspiral.

4. Analisislah apa yang dialami pasien berdasarkan kasus diatas!

Pasien sebelumnya berada di dalam mobil dan mengenakan sabuk pengaman. Secara tiba tiba mobil yang ditumpangi Tn. C ditabrak dari belakang oleh kendaraan lain sehingga badan Tn. C terlempar ke depan (akselerasi) dan kembali terpental ke belakang (perlambatan) yang mengakibatkan hiperekstensi pada leher dan mengakibatkan cedera pada cervikal 5. Cedera ini mengakibatkan nyeri pada leher Tn. C. Cedera pada C5 merupakan yang tersering dibandingakan dengan 30 ruas tulang vertebra lainnya. Pada C3-C5 dapat terjadi kerusakan nervus frenikus sehingga dapat terjadi hilangnya inervasi otot pernafasan aksesori dan otot interkostal yang dapat menyebabkan komplience paru menurun. Hal ini mengakibatkan gangguan pada pertukaran gas di paru paru karena otot otot pernapasan tidak mampu melakukan inspirasi dan ekspirasi secara maksimal (Royal Adelaide Hospital, 2008).Pada C4-C7 dapat terjadi kerusakan tulang sehingga terjadi penjepitan medula spinalis oleh ligamentum flavum di posterior dan kompresi osteosif/material diskus dari anterior yang bisa menyebabkan nekrosis dan menstimulasi pelepasan mediator kimia yang menyebabkan kerusakan myelin dan akson, sehingga terjadi gangguan sensorik motorik. Lesi pada C5-C7 dapat mempengaruhi intercostal, parasternal, scalenus, otot- otot abdominal. Intak pada diafragma, otot trapezius, dan sebagian pectoralis mayor.

Pada C5 juga berfungsi dalam melakukan aktivitas yang melibatkan ekstrimitas atas (tangan) untuk melakukan gerakan motorik halus seperti menulis, mengetik dan makan. Cedera pada C5 jelas akan menimbulkan gangguan dalam melakukan aktivitas tersebut (Royal Adelaide Hospital, 2008).Cedera pada tulang servikal dapat menimbulkan lesi atau cedera pada medulla spinalis yang dapat terjadi beberapa menit setelah adanya benturang keras mengenai medulla spinalis. Saat ini, secara histologis medulla spinalis masih normal. Dalam waktu 24-48 jam kemudian terjadi nekrosis fokal dan inflamasi. Pada waktu cedera terjadi disrupsi mekanik akson dan neuron. Ini disebut cedera neural primer. Disamping itu juga terjadi perubahan fisiologis dan patologis progresif akibat cedera neural sekunder.

Beberapa saat setelah terjadi kecelakaan atau trauma pada servikal maka akan terjadi kerusakan secara struktural yang mengakibatkan gangguan pada saraf spinal dan pembuluh darah disekitarnya yang akan menghambat suplai O2 ke medulla spinalis atau akan terjadi ischemik pada jaringan tersebut. Karena terjadi ischemik pada jaringan tersebut, dalam beberapa menit atau jam kemudian akan ada pelepasan vasoactive agent dan cellular enzym yang menyebabkan konstriksi kapiler pada pusat substansi abu-abu medula spinalis. Ini merupakan permulaan dari cedera neural sekunder pada cedera medula spinalis. Selanjutnya adalah peningkatan level Ca pada intraselular yang mengakibatkan kerusakan pada endotel pembuluh darah yang dalam beberapa jam kemudian dapat menimbulakan aneurisma dan ruptur pada pembuluh darah di medula spinal. Peningkatan potasium pada ekstraseluler yang mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada sel (Conduction Block). Hipoxia akan merangsang pelepasan katekolamin sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis pada sel (Royal Adelaide Hospital, 2008).Di tingkat selular, adanya kerusakan mitokondria akibat defisit suplai O2 dapat merangsang pelepasan superoksid (radikal bebas), disertai terjadinya ketidakseimbangan elektrolit, dan pelepasan mediator inflamasi dapat mengakibatkan terjadinya kematian sel (apoptosis) dengan manifestasi sel mengkerut dan kromatin nuclear yang padat.

5. Berdasarkan kasus diatas diagnose keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada pasien?

DataInterprestasiMasalah

Data yang mungkin muncul berkaitan dengan :

DS : klien mengeluh sesak napas.

DO : napas pasien cepat, adanya pernapasan cuping hidung

RR= 30x/menit

Cedera medulla spinalis pada C5

Menyebabkan terpotongnya spinal, sehingga persarafan untuk pernapasan menjadi cedera yaitu saraf frenikus pada C3-C5

Saraf frenikus mengontrol gerakan diafragma

Pergerakan diafragma terganggu

Ekspansi paru menurun

Sehingga paru-paru sulit mengembang

Pasien mengalami kesulitan bernafasKetidakefektifan pola napas

Data yang mungkin muncul berkaitan dengan :

DS : klien mengeluh nyeri hebat

Skala nyeri 8 (interval 1-10).

DO : Klien terlihat sangat gelisah, suhu tubuh klien naik, klien memakai colar neck, tekanan darah meningkat

N=80x/mnt.

S= 38,50C

Hasil foto X-cervical menunjukan fraktur dislokasi C5.

Cedera pada medulla spinalis

Terjadi perdarahan

Serabut-serabut saraf membengkak

Trauma pada medulla spinalis

Diskontinuitas antara otot dan jaringan (spasme otot)

sehingga SSP mengeluarkan mediator inflamasi Prostalglandin, bradikinin dll

Respon rasa nyeri

Nyeri akutNyeri akut

Data yang mungkin muncul berkaitan dengan :

DS : Klien merasa mengalami kelemahan pada ekstrimitas atas.

DO : Klien membutuhkan bantuan untuk memenuhi ADL nya.Cedera medulla spinalis pada C5

Terganggunya saraf plexus brachialis yang yang berada pada C5-T1 merupakan saraf yang mengendalikan bahu, lengan, lengan bawah dan tangan. pleksus saraf ini menimbulkan saraf ulnaris, saraf median, saraf radialis dan saraf aksilaris yang bertanggung jawab untuk gerakan ekstremitas atas, fungsi tangan

Terjadi paraplegia atau paralisis pada ekstermitas atas

sehingga pasien tidak dapat menggerakkan tangan

pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari

Hambatan mobilitas fisikHambatan mobilitas fisik

Data yang mungkin muncul berkaitan dengan :

DS : Pasien mengatakan badan terasa lengket, gatal dan kesusahan menyisir rambut

DO: kulit pasien terlihat kusam

rambut pasien terlihat kusut,

Cedera medulla spinalis pada C5

Terganggunya saraf plexus brachialis yang yang berada pada C5-T1 merupakan saraf yang mengendalikan bahu, lengan, lengan bawah dan tangan. pleksus saraf ini menimbulkan saraf ulnaris, saraf median, saraf radialis dan saraf aksilaris yang bertanggung jawab untuk gerakan ekstremitas atas, fungsi tangan

Terjadi paraplegia atau paralisis pada ekstermitas atas

sehingga pasien tidak dapat menggerakkan tangan

pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari (mandi, eliminasi, berpakaian)

Defisit perawatan diri (mandi,

berpakaian, eliminasi)Defisit perawatan diri (mandi, berpakaian, eliminasi)

Data yang mungkin muncul berkaitan dengan :

DS: Pasien mengeluh gatal gatal

DO: Adanya purpura, kulit kering dan kemerahan pada bagian yang tertekan

Cedera medulla spinalis pada C5

Terganggunya saraf plexus brachialis yang yang berada pada C5-T1 merupakan saraf yang mengendalikan bahu, lengan, lengan bawah dan tangan. pleksus saraf ini menimbulkan saraf ulnaris, saraf median, saraf radialis dan saraf aksilaris yang bertanggung jawab untuk gerakan ekstremitas atas, fungsi tangan

Terjadi paraplegia atau paralisis pada ekstermitas atas

Penurunan fungsi pergerakkan sendi

Penekanan setempat atau tirah baring yang lama

Risiko kerusakan integritas kulitRisiko kerusakan integritas kulit

6. Buatlah rencana asuhan keperawatan pada Tn. C

DiagnosaTujuan dan Kriteria hasilIntervensiRasional

Ketidakefektifan pola napas yang berhubungannya cedera medula spinalis ditandai dengan perubahan kedalaman pernafasan, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi, penurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispnea, orthopnea, dan pernapasan bibirSetelah diberikan asuhan keperawatan x24 jam, diharapkan pola napas pasien efektif dengan kriteria hasil:

NOC Label

Respiratory Status : Ventilation

Frekuensi pernafasan pasien normal

Irama pernafasan pasien normal

Kedalaman inspirasi pasien tidak terganggu / normal

Tidak terdapat dispnea dan orthopnea

Tidak bernafas menggunakan mulut

Kapasitas vital normalNIC Label

Positioning: Neurologic

Posisikan kepala dan leher dalam keadaan sejajar. Berikan alat penyangga leher yang sesuai. Posisikan pasien sesuaikan dengan posisi teraupeutik Oxygen Therapy

Berikan terapi oksigen seperti masker oksigen. Pantau aliran oksigen secara rutin.Respiratory Monitoring

Pantau kecepatan, irama , kedalaman, dan usaha respirasi. Untuk mencecegah terjadinya malformasi atau penekanan bada bagian yang cedera

Agar mengurangi faktor resiko yang dapat memperburuk kondisis pasien terutama pernapasannya

Agar mencegah terjadinya risiko yang yang dapat memperburuk kondisis pasien terutama pernapasannya

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasien, bila diperlukan.

Untuk mengetahui adanya perubahan aliran oksigen sehingga dapat memberikan tindakan yang tepat.

Untuk mengetahui apabila terjadi perubahan terhadap pernapasan pasien sehingga dapat memberikan tindakan yang tepat dalam penatalaksanaannya.

Nyeri akut berhungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan Perubahan frekuensi pernapasan, Perubahan tekanan darah, Melaporkan nyeri secara verbal, dan Mengekspresikan perilaku

Setelah diberikan asuhan keperawatan x24 jam, diharapkan nyeri pasien teratasi dengan kriteria hasil:

NOC Label

Pain Control

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab,gunakan analgetik untuk meredakan nyeri ,mencari bantuan)

Pain Level

Mampu mengenali nyeri (skala,intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

Comfort Level

Mampu melaporkan bahwa nyeri berkurang menggunakan managemen nyeri.

Menyatakan rasa aman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal

Vital Signs

Suhu normal. Nadi normal. Pernapasan normal. Tekanan darah normalNIC Label

Pain management

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,,dan factor presipitasi

kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu,ruangan,pencahayaan,dan kebisingan.

Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,berapa lama nyeri akan berkurang dan antiipasi ketidaknyamanan prosedur.

Vital Sign Monitoring

Pantau suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah. Untuk mengetahui tindakan yang tepat sesuai dengan skala nyeri klien

Agar mampu mengontrol faktor eksternal yang dapat mempengaruhi nyeri pada klien.

Agar nyeri pasien dapat berkurang setelah pemberian terapi farmakologi.

Agar pasien mampu melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan management nyeri.

Untuk mengetahui suhu, nadi, respirasi, dan tekanan darah pasien.

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan Pergerakan lambat, Pergerakan tidak terkoordinas, Keterbatasan rentang pergerakan sendi, Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus, dan Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar

Setelah diberikan asuhan keperawatan x24 jam, diharapkan mobilitas fisik pasien membaik dengan kriteria hasil

NOC Label

Mobility

Pergerakan otot pasien baik. Pergerakan sendi pasien baik. Pasien menunjukkan kemampuan pergerakan yang terkoordinasi. NIC Label:

Nic label : exercise therapy : joint mobility

Bantu pasien untuk mengembangkan pasif ROM dan aktif ROM (khususnya ROM pada ekstremitas atas dan bawah)

Bantu pasien dalam kordinasi gerakan yang ritmis secara regular semampunya

Tentukan progress terhadap tujuan pencapaian

Exercise Therapy: Muscle Control

Konsultasikan kepada fisioterapist untuk menentukan posisi yang optimal selama pelaksanaan latihan dan setiap pengulangan dalam setiap pola gerakan. Gunakan aktivitas motorik yang membutuhkan perhatian dan menggunakan kedua sisi tubuh (khususnya ekstremitas atas dan bawah) Untuk membantu meningkatkan fungsi ekstremitas pasien ( khususnya pada ekstremitas atas dan bawah ) dan mencegah terjadinya atrofi otot. Untuk meningkatkan koordinasi gerakan pasien.

Untuk mengetahui terjadinya perubahan dalam pergerakan pasien sehingga dapat memberikan tindakan yang tepat untuk tahap selanjutnya.

Agar dapat berkolaborasi dengan fisioterpist dalam meningkatkan pergerakan pasien dan mencegah faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi pasien.

Untuk meningkatkan motorik halus dan kasar pasien.

Defisit perawatan diri (mandi, berpakaian, eliminasi) berhubungan dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan Ketidakmampuan mengakses kamar mandi, Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian, Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat

Setelah diberikan asuhan keperawatan x24 jam, diharapkan perawatan diri pasien optimal dengan kriteria hasil:

NOC Label

Self care : Activities of Daily Living (ADL)

Pasien mampu melakukan aktivitas fisik perawatan diri seperti mandi, berpakaian, dan eliminasi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu

Self- care hygiene

Pasien mampu Mempertahankan penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu

Pasien mampu mempertahankan kebersihan dirinya secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu

NIC Label

Self-Care Assistance

Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri

Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri

Pantau kemampuan pasien untuk merawat diri secara mandiri

Pantau kebutuhan akan perangkat / alat untuk memenuhi kebutuhan personal Hygiene, berpakaian, berdandan, dan ke toilet.

Sediakan artikel pribadi sesuai yang diinginkan (misalnya, deodorant, sikat gigi, sabun mandi, sampo, lotion, dan produk aromaterapi )

Pertimbangkan bantuan sampai pasien sepenuhnya mampu mengansumsikan perawatan dirinya (mandi, makan, berpakaian)

Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari untuk meningkatkan kemampuan, bila memungkinkan. Agar informasi yang diberikan sesuai dengan budaya yang diyakini oleh pasien

Agar dapat menyampaikan informasi sesuai dengan usia pasien agar mudah dipahami oleh pasien

Untuk mengetahui tingkat kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri secara mandiri

Untuk mengetahui perangkat/alat apa saja yang dibutuhkan oleh pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya

Untuk memfasilitasi sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan pasien agar pasien lebih nyaman untuk melakukan perawatan diri.

Agar perawat dapat memastikan kapan pasien dapat melakukan perawatan dirinya secara mandiri

Agar pasien termotivasi untuk mau melakukan aktivitas normal sehari-harinya dalam perawatan diri

Risiko kerusakan integritas kulit dengan faktor risiko imobilisasi fisik.Setelah diberikan asuhan keperawatan x24 jam, diharapkan dapat mempertahankan integritas kulit pasien dengan kriteria hasil:

NOC Label

Tissue Integrity : Skin dan Mucous Membrances

Suhu di kulit, tingkat sensasi, elastisitas, teksture kulit normal.

Tidak terdapat luka pada kulit.

Warna kulit normal.

NIC Label :

Skin Surveillance

Inspeksi kulit meliputi adanya kemerahan, suhunya, adanya edema atau drainase. Observasi ekstremitas meliputi warna, kehangatan, teksture, nadi, edema, dan adanya luka tekan. Pantau warna kulit, suhu, kelembaban, dan sumber tekanan.Pressure Ulcer Prevention

Ukur suhu kulit untu menentukan adanya risiko luka tekan. Gunakan pelindung barier kulit seperti krim. Perhatikan intake makanan yang adekuat, terutama pada protein, vitamin B dan C, zat besi dan kalori. Gunakan bantal untuk mengelevasi titik tekanan pada tempat tidur. Jaga agar tempat tidur tetap bersih dan kering. Untuk mengetahui tindakan yang tepat diberikan dalam penanganan masalah pada kulit.

Untuk mengetahui adanya perubahan terhadap kulit pada ekstremitas.

Agar dapat mengetahui terjadinya perubahan terhadap kulit.

Untuk mengetahui daerah pada kulit yang berisiko terjadinya luka tekan.

Untuk mencegah terjadinya luka tekan.

Untuk mengurangi risiko terjadinya luka tekan melalui asupan nutrisi yang adekuat.

Untuk mengurangi faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi pasien (terjadinya luka tekan).

7. Health education (HE) apa saja yang perlu diberikan pada Tn. C dan keluarganya?

Tn. C mengalami cedera medulla spinalis bagian servikal ke 5 (C5). Health education yang dapat diberikan pada pasien setelah operasi yaitu : Melakukan ROM. Agar efektif, latihan ROM harus dilakukan setidaknya dua kali sehari, dan setiap latihan harus dilakukan setidaknya lima kali. Kecepatan, kesempatan untuk ROM adalah cara yang baik untuk meningkatkan apa yang kita lakukan, tetapi harus tidak pernah mengganti program penuh. Satu-satunya cara untuk sepenuhnya melakukan semua latihan, baik pagi maupun malam, dengan fokus lengkap tentang aktivitas yang satu ini. Beberapa pasien akan dapat membantu. Mereka dapat memindahkan sendi mereka tanpa bantuan disebut rentang gerak aktif. Pasien dapat melakukan hampir semua latihan sendiri, melalui program khusus atau melalui kegiatan normal sehari-hari. Pasien lainnya dapat melakukan beberapa gerakan ROM, namun karena kelemahan, nyeri, kelumpuhan dan seperti, mereka akan membutuhkan jumlah terbatas bantuan dari perawat. Sedangkan ROM pasif, pasien ini dapat melakukannya sendiri, karena berbagai alasan. Sangat penting untuk diingat bahwa latihan ROM ini tidak memperkuat otot-otot; mereka mencegah deformitas dan mempertahankan gerakan (Nursing assitant, 2011)

Beberapa latihan yang dianjurkan pagi pasien spinal cord injury menurut Range of Motion A guide for you after spinal cord injury (Hamilton Health Science) dapat dilakukan gerakan bahu dan siku dibantu oleh perawat salah satunya adalah :Fleksi

Langkah 1

Satu tangan memegang lengan bawah, telapak menghadap ke atas, yang lain menggenggam atas sendi bahu.Langkah 2

Naikkan lengan sampai melewati leher dan pertahankan siku sedikit menekuk.

Gambar 1. Fleksi

Selain gerakan fleksi juga dapat dilakukan fleksi horizontal, latihan pada pergelangan tangan dan jari jari tangan, latihan pada pinggul, lutut, pergelangan kaki dan jari kaki. Pasien dengan cedera medulla spinalis (C5) selama tirah baring dianjurkan untuk memperhatikan area bagian punggung apakah ada tanda-tanda perubahan warna, bentuk, atau adanya dekubitus (luka tekan). Hal yang bisa diajarkan pada keluarga adalah merubah posisi pasien setiap 2 jam. Jadi keluarga memindahkan pasien ke kiri dan ke kanan dengan bantuan orang 3-4 orang, dimana 1 orang memegang kepala, 1 orang memegang bagian bahu-pinggang. 1 orang memegang pinggang- dibelakang lutut, dan 1 orang lagi memegang bagian kaki. Kemudian untuk perawatan bagian punggung bisa diberikan lotion, jangan pernah memberikan bedak karena keringat yang dikeluarkan akan bersatu dengan bedak dan akan timbul gesekan. Sel saraf pada spinal cord kemungkinan mengalami kerusakan yang berakibat pada penurunan sensasi seiring dengan level cedera. Sensari nyeri, sentuhan, tekanan, panas, dingin berubah atau bahkan menghilang selamanya. Masalah yang sering terjadi yaitu ulkus dekubitus. cara mencegahnya yaitu dengan hindari tekanan, gunakan peralatan yang tepat (bedmaking), lindungi kulit, hygiene yang tepat, intake cairan yang adekuat dan diet yang seimbang, hindari merokok, narkoba dan alkohol, dan inspeksi kulit secara rutin (Frazier Rehab Institute, 2009) Keluarga juga diajarkan untuk memperhatikan perubahan pola nafas pada pasien, jika terjadi perubahan pola nafas, keluarga segera melaporkan kepada pelayanan kesehatan

Pasien cedera servikal (C5) pasti akan mengalami nyeri, jadi pasien bisa diajarkan teknik distraksi sehingga nyeri dapat berkurang. Contoh distraksi yang dapat diberikan adalah distraksi musik. Setelah cedera tulang belakang, berat badan ekstra dapat menyebabkan masalah dengan pernapasan, kesehatan secara keseluruhan, self-help keterampilan, mobilitas dan transfer. Sindrom berlebihan yang melibatkan sistem muskuloskeletal, terutama dari bahu, lebih mungkin untuk mengembangkan dengan beban tambahan. Selain itu, penyakit jantung, arthritis, stroke dan diabetes adalah risiko kesehatan terkait dengan obesitas. Untuk segi nutrisi maka menurut Spinal Cord Medicine Handbook for Patient And Family Frazier Rehab Institute 2009, chapter 9 Nutrisi, maka berikut termasuk snack tinggi serat yaitu : wedges Apel dengan selai kacang

kerupuk gandum dan panggang lada hummus

sereal rendah lemak dengan susu skim, diatapi dengan buah

Wortel dicelupkan ke dalam salsa

Seledri tongkat dicelupkan ke dalam rendah lemak bumbu cengkeh-keju

Air-popped popcorn ditaburi dengan keju parmesanAktivitas terbatas ditambah dengan perubahan komposisi tubuh dapat berkontribusi pada penyakit jantung. Hal ini juga diketahui bahwa diet memainkan peran kunci dalam mengendalikan gula darah, kolesterol, trigliserida dan tekanan darah. Pengendalian berat badan adalah sangat penting, karena hati Anda tidak boleh dibebani dengan memompa darah jarak ekstra yang datang dengan ekstra kilogram. Program olahraga dapat meningkatkan kesehatan jantung. Obat-obatan juga dapat bermanfaat. Contoh menu dietnya adalah.

Ikan Lemon-panggang

Baked potato tombak

Bergaya Prancis kacang hijau

tomat iris

graham cracker

susu skim

Daftar PustakaReksoprodjo, Soelarto. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi 3,Jakarta : EGCPatti. 2012. Spot Light: Range Of Motion. Available at http://www.nursingassistants.net/spot-light-range-of-motion/ (Diakses pada 21 Oktober 2014)

Hamilton Health Sciences. 2011. Range of Motion A guide for you after spinal cord injury. Available at hamiltonhealthsciences.ca/documents/Patient%20Education/SCI-RangeofMotion.pdf (Diakses pada 21 Oktober 2014)

Belinda N. Coyle, RN, BSN, CRRN. 2009. Spinal Cord Medicineeducational Materials for Patient and Familyskin Care Following Spinal Cord Injury/Impairment. Kentucky : Frazier Rehab and Neuroscience CenterButterbaugh R, Cox P, Coyle B. 2009. Spinal Cord Medicine Handbook for Patient and Family : Nutrition. Kentucky : Frazier Rehab and Neuroscience CenterRoyal Adelaide Hospital. 2008. CHAPTER 2 Spinal Cord Injury. availabe at http://www.rah.sa.gov.au/hampstead/downloads/sascis_chapter2.pdf (diakses pada 20 Oktober 2014)

Doctherman, J.M. and Gloria,N.B.Nursing interventtions classification (NIC), fifth edition.USA : Mosby

Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Moorhead,S. Marion,J. Meridian L.M and Eizabeth S. 2008. Nursing Outcomes fifth edition.USA : Mosby

MAKALAH

ASKEP DAN HE KLIEN CEDERA MEDULA SPINALIS

Oleh Kelompok SGD 3 :

1. Kadek Ikapatria Sandre Putri

(1302105003)

2. Ni Putu Giri Karmany

(1302105010)

3. A.A Sagung Diah Gayatri Dippa (1302105026)

4. Ni Made Dita Andayani

(1302105027)

5. I Dewa Made Surya Wibawantara(1302105034)

6. Ni Made Putri Raras Iswara

(1302105050)

7. Ni Putu Lilik Cahyani

(1302105052)

8. Ni Made Yuli Kusuma Dewi

(1302105066)

9. Ni Luh Putu Mira Santana Sari (1302105087)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2014

31