27
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom koroner akut (SKA) merupakan salah satu penyakit atau masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan di rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. SKA merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di jantung. Gangguan pada aliran darah tersebut disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah) yang terbentuk di dalam pembuluh darah sehingga menghambat alirah darah. SKA terdiri dari infart miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST segmen elevation myocardial infarction/STEMI), infak miokard akut tanpa elevasi segmen ST ( ST non segmen elevation myocardial infaction/NSTEMI), dan angin tidak stabil pectoris (unstable angin pectoris/UAP). SKA biasanya mengalami angin dan myokardial infarktion. Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Biasanya akan dilakukan beberapa pemeriksaan diagnostik seperti EKG, serum cardiac marker, angiografi koroner, dan lain-lain untuk membantu mempermudah perawat dalam merawat pasien SKA. 1.2 Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Menjelaskan tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan pembuluh darah coroner : Sindroma Koroner Akut (UAP & NSTEMI). 1.2.2 Tujuan Khusus

Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSindrom koroner akut (SKA) merupakan salah satu penyakit atau

masalah kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan di rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. SKA merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di jantung. Gangguan pada aliran darah tersebut disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah) yang terbentuk di dalam pembuluh darah sehingga menghambat alirah darah. SKA terdiri dari infart miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST segmen elevation myocardial infarction/STEMI), infak miokard akut tanpa elevasi segmen ST ( ST non segmen elevation myocardial infaction/NSTEMI), dan angin tidak stabil pectoris (unstable angin pectoris/UAP).

SKA biasanya mengalami angin dan myokardial infarktion. Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Biasanya akan dilakukan beberapa pemeriksaan diagnostik seperti EKG, serum cardiac marker, angiografi koroner, dan lain-lain untuk membantu mempermudah perawat dalam merawat pasien SKA.

1.2 Tujuan1.2.1. Tujuan Umum

Menjelaskan tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan pembuluh darah coroner : Sindroma Koroner Akut (UAP & NSTEMI).

1.2.2 Tujuan Khusus1) Menjelaskan definisi tentang sindrom koroner akut2) Menjelaskan etiologi tentang sindrom koroner akut3) Menjelaskan manifestasi klinis tentang sindrom koroner

akut4) Menjelaskan patofisiologi tentang sindrom koroner akut5) Menjelaskan Web of Caution tentang sindrom koroner akut6) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik tentang sindrom

koroner akut7) Menjelaskan asuhan keperawatan tentang sindrom koroner

akut

1.3 Manfaat1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi tentang sindrom

koroner akut

Page 2: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

2

2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami etimologi tentang sindrom koroner akut

3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami manifestasi klinis tentang sindrom koroner akut

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami patofisologi tentang sindrom koroner akut

5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami Web of Caution tentang sindrom koroner akut

6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pemeriksaan diagnostik tentang sindrom koroner akut

7. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami asuhan keperawatan tentang sindrom koroner akut

Page 3: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sindrom Koroner Akut (SKA)Sindrom koroner akut (SKA) adalah sekumpulan gejala yang di

akibatkan oleh pengganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di jantung secara akut. Gangguan pada aliran darah tersebut disebabkan oleh thrombosis (pembekuan darah) yang terbentuk di dalam pembuluh darah sehingga menghambat alirah darah. SKA terbagi atas 2 bagian yakni angina tidak stabil dan infark miokard akut. Angina tidak stabil adalah dimana pembekuan darah tidak sampai menyebabkan sumbatan total pada pembuluh darah, sedangkan infark miokard akut terjadi jika pembekuan darah menyebabkan aliran darah tersumbat total.

Ketika iskemia berkepanjangan dan tidak segera reversibel, sindrom koroner akut (SKA) mengembangkan dan kompas spektrum angina tidak stabil (UA), non-ST-segmen elevasi pelanggaran miokard (NSTEMI). Meskipun masing-masing tetap diagnosis yang berbeda, nomenklatur ini (SKA) mencerminkan hubungan antara patofisiologi, presentasi, diagnosis, prognosis, dan intervensi untuk gangguan ini.

SKA dikaitkan dengan kerusakan dari plak aterosklerosis sekali stabil. Pecah plak sekali stabil, mengekspos intima untuk darah dan merangsang agregasi trombosit dan vasokonstriksi lokal dengan pembentukan trombus. Lesi tidak stabil ini mungkin sebagian tersumbat oleh trombus (mewujudkan sebagai UA atau NSETEMI) atau benar-benar tersumbat oleh trombus (mewujudkan sebagai STEMI). Apa yang menyebabkan plak koroner tiba-tiba menjadi tidak stabil tidak dipahami dengan baik, tetapi inflamasi sistemik (dijelaskan sebelumnya) diduga berperan.

Page 4: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

4

Gambar 2.1 Hubungan antara penyakit arteri koroner, angina stabil kronis, dan sindrom koroner akut, Ml, infark miokard.

SKA dibagi menjadi dua yaitu:a. Angina Tidak Stabil (UA)

Angina tidak stabil adalah nyeri dada yang baru di awal, terjadi pada saat istirahat atau memiliki pola yang memburuk. Pasien dengan angina stabil kronik dapat berkembang UA, atau UA mungkin manifestasi klinis pertama penyakit arteri koroner (CAD). Tidak seperti angina stabil kronik, UA tidak dapat diprediksi dan merupakan keadaan darurat. Pasien dengan didiagnosis sebelumnya angina stabil kronik akan menjelaskan perubahan signifikan dalam pola angina. Ini akan terjadi dengan meningkatnya frekuensi dan mudah terprovokasi oleh minimal atau tidak tenaga, selama tidur atau bahkan pada saat istirahat. Pasien tanpa sebelumnya didiagnosis angina akan menggambarkan nyeri angina yang telah berkembang pesat dalam beberapa terakhir jam, hari, atau minggu sering berpuncak pada nyeri saat istirahat. Wanita mencari bantuan medis lebih sering dengan gejala UA daripada pria. Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita akan memiliki gejala prodromal yang manifestasi awal dari CAD, tetapi karena tidak mengenali mereka seperti itu, banyak perempuan yang hadir dengan UA sebelum CAD didiagnosis. Gejala ini termasuk kelelahan, sesak napas, gangguan pencernaan, dan kecemasan. Kelelahan adalah gejala yang paling menonjol. Karena kelelahan bisa menjadi gejala dari berbagai penyakit yang berbeda dan sindrom, sejarah cermat faktor risiko CAD harus diperoleh untuk mengidentifikasi wanita-wanita.

Penyakit arteri koroner

Sindrom coroner akutAngina stabil kronik

ST-segmen-elevasi Ml- Angina tidak stabil

- Non-ST-segmen-elevasi Ml

Page 5: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

5

b. Infark Miokard AkutInfark miokard akut (IMA) adalah nekrosis miokard darah ke otot

jantung. Nyeri dada serupa dengan angina tetapi lebih insentif dan menetap lebih dari 30 menit, tidak sepenuhnya menghilang dengan istirahat ataupun pemberian nitro gliserin nausea berkeringat dan sangat menakutkan pasien, pada saat pemeriksaan fisik didapatkan muka pucat karti kardi dan bunyi jantung 3 (bila disertai gagal jantung kongestif).

2.2 Klasifikasi Sindrom Koroner AkutBerdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

elektrokardiogram (EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi: 1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial infarction) 2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation myocardial infarction) 3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris) Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis, intervensi koroner perkutan primer. Diagnosis STEMI ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut disertai elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Inisiasi tatalaksana revaskularisasi tidak memerlukan menunggu hasil peningkatan marka jantung.

Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak stabil ditegakkan jika terdapat keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang persisten di dua sadapan yang bersebelahan. Rekaman EKG saat presentasi dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T pseudo-normalization, atau bahkan tanpa perubahan. Sedangkan Angina Pektoris tidak stabil dan NSTEMI dibedakan berdasarkan kejadian infark miokard yang ditandai dengan peningkatan marka jantung. Marka jantung yang lazim digunakan adalah Troponin I/T atau CK-MB. Bila hasil pemeriksaan biokimia marka jantung terjadi peningkatan bermakna, maka diagnosis menjadi Infark Miokard Akut Segmen ST Non Elevasi (Non ST-Elevation Myocardial Infarction, NSTEMI). Pada Angina Pektoris tidak stabil marka jantung tidak meningkat secara bermakna. Pada sindroma koroner akut, nilai ambang untuk peningkatan CK-MB yang abnormal adalah beberapa unit melebihi nilai normal atas (upper limits of normal, ULN). Jika pemeriksaan EKG awal tidak menunjukkan kelainan (normal) atau menunjukkan kelainan yang nondiagnostik sementara angina masih berlangsung, maka pemeriksaan diulang 10-20 menit kemudian. Jika ulangan EKG tetap menunjukkan gambaran nondiagnostik sementara keluhan angina sangat sugestif SKA, maka pasien dipantau selama 12-24 jam. EKG diulang tiap 6 jam dan setiap

Page 6: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

6

terjadi angina berulang. (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015)

2.3 Etiologi Masalah yang sesungguhnya pada SKA terletak pada penyempitan

pembuluh darah jantung (vasokontriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh 4 hal yaitu: a) Adanya timbunan lemak (aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat

konsumsi kolesterol yang tinggi.b) Sumbatan (trombosit) oleh sel bekuan darah (thrombus)c) Vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah akibat kejang terus menerus.d) Infeksi pada pembuluh darah

Terjadinya SKA dipengaruhi oleh beberapa keadaan yakni :a) Aktivitas atau latihan fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan)b) Stress atau emosi dan terkejut.c) Udara dingin, keadaan-keadaan tersebut ada hubungannya dengan

peningkatan aktivitas simpatis sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi debar meningkat dan kontra aktivitas jantung meningkat.

2.4 Manifestasi klinis1. Angina

Tanda dan gejalanya meliputi: a) Rasa terbakar, teremas, dan sesak yang menyakitkan di dada substernal

atau prekordial yang bisa menjalar ke lengan kiri, leher dan rahang.b) Rasa nyeri saat beraktifitas, meluapkan kegembiraan emosional,

terpapar dingin atau makan dalam jumlah besar (Pamewa, 2014).2. Miokardial Infarksion (MI)

Tanda dan gejalanya meliputi:a) Rasa tertekan, teremas, terbakar yang tidak nyaman, nyeri atau rasa

penuh yang sangat terasa dan menetap di tengah dada, dan berlangsung selama beberapa menit (biasanya lebih dari 15 menit)

b) Nyeri yang menjalar sampai ke bahu, leher, lengan atau rahang atau nyeri di punggung

c) Berkeringatd) Muale) Sesak nafas (Pamewa, 2014).

2.5 Patofisiologi

Page 7: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

7

Sebagian besar SKA adalah manifestasi akut dari plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya trombosit (white thrombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh darah koroner, baik secara total maupun parsial; atau menjadi mikroemboli yang menyumbat pembuluh koroner yang lebih distal. Selain itu terjadi pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark miokard). Infark miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot jantung (miokard). Akibat dari iskemia, selain nekrosis, adalah gangguan kontraktilitas miokardium karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), distritmia dan remodeling ventrikel (perubahan bentuk, ukuran dan fungsi ventrikel). Sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak plak seperti diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus, dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA pada pasien yang telah mempunyai plak aterosklerosis (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

Page 8: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

8

2.6 Web of Caution

MK: Nyeri dada/angina

Gelombang Q patologi, segmen ST/gelombang T abnormal pada

EKG

Disritmia , takikardi, bradikardi, meningkatnya Tekanan darah

terganggunya sistem jantung

MK : Perfusi pada tubuh terganggu

MK : Intoleransi Aktivitas tubuh

Tidak ditangani segera

Infeksi Miokardial

MK: Pasien cemas, mengakibatkan tidak

terkontrolnya stres pasienDyspnea

Sindrom Koroner AkutEdema Paru

Jantung tidak bekerja maksimal

Berdebar-debar

Terganggunya sistem peredaran darah dalam tubuh

Volume sekuncup berkurang

Cardiac Output tidak mencukupi kebutuhan darah dalam tubuh

MK: Pasien akan merasa lemas

Berpotensi menimbulkan gejala komplikasi dengan penyakit lain

Page 9: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

9

2.7 Pemeriksaan diagnostik Selain riwayat pasien nyeri, faktor risiko, dan riwayat kesehatan, studi

diagnostik utama yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang memiliki UA atau MI termasuk EKG dan spidol jantung serum.

1. EKG adalah salah satu alat utama untuk menyingkirkan atau mengkonfirmasi UA atau MI. perubahan dalam kompleks QRS, segmen ST, dan gelombang T yang disebabkan oleh iskemia dan infark dapat berkembang dengan cepat dengan UA dan MI. Untuk tujuan diagnostik dan pengobatan, penting untuk membedakan antara STEMI dan NSTEMI UA atau. Pasien dengan STEMI cenderung memiliki MI lebih luas yang berhubungan dengan STEMI cenderung memiliki MI lebih luas yang berhubungan dengan oklusi koroner berkepanjangan dan lengkap, dan pengembangan patologis Q gelombang pada EKG. Pasien dengan UA atau NSTEMI biasanya memiliki trombosis sementara atau oklusi koroner tidak lengkap dan biasanya tidak mengembangkan patologis gelombang Q. Area iskemia atau infark dapat dicatat pada EKG. Karena MI merupakan proses dinamis yang berkembang dengan waktu, EKG sering mengungkapkan urutan waktu iskemia, cedera, infark, dan resolusi infark tersebut. EKG juga mungkin normal atau nondiagnostik ketika pasien datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada. Dalam beberapa jam, EKG dapat berubah untuk mencerminkan proses infark. Perubahan ini terjadi ketika kerusakan sel telah terjadi, mengganggu depolarisasi listrik normal dari ventrikel. Ketika awal 12-lead EKG non-diagnostik, seri EKG 12-lead dilakukan setiap 2 sampai 4 jam.

2. Serum cardiac markersCardiac markers digunakan untuk mendiagnosa dan tanda

stratifikasi pada pasien dengan nyeri dada dan diduga sindrom koroner akut (SKA). Troponin jantung terutama menjadi penanda pasien jantung dengan SKA. Sebenarnya troponin jantung adalah pusat dari definisi infark miokard akut menurut European Society of Cardiology (ESC) Ana The Americans Collage of Cardiology (ACC). (Schreiber, 2015)

3. Angiografi koronerPasien dengan UA atau NSTEMI dapat menjalani angiografi

koroner untuk mengevaluasi luasnya penyakit dan untuk menentukan intervensi terapeutik yang paling tepat. Jika tepat, PCI akan dibentuk pada saat itu. Intervensi lainnya bisa dilakukan dengan management medis yang konservatif. Angiografi koroner adalah jalan satu-satunya untuk mengkonfirmasi diagnosis dari angin prinzmetal.

Page 10: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

10

4. Tindakan LainSaat ECG dan serum penanda jantung tidak dapat

mengkonfirmasi MI, tindakan lain untuk mendiagnosis UA dapat dipertimbangkan. Latihan atau tes farmakologi stress dan ekokardiogram dapat digunakan saat pasien memiliki ketidak normalan tetapi tanpa adanya diagnostic garis dasar ECG. Dobutamin (Dobutrex), dipyridamole (Persantine), atau adenosine (Adenocard) stimulasi stress ekokardiogram yang berefek pada latihan dan dugunakan pada pasien yang tidak dapat melakukan latihan.

Page 11: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

11

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Data Subyektif

1. Informasi Kesehatan Penting1) Riwayat kesehatan terdahulu: Riwayat sebelumnya dari SKA, nyeri

dada/angina, MI, penyakit pada katup jantung (e.g., aortic stenosis), gagal jantung, atau kardiomiopati; hipertensi, diabetes, anemia, penyakit paru; hyperlipidemia.

2) Medikasi: Penggunaan antiplatelets/antikoagulan, nitrat, ß-adrenergik blocker, kalsium channel blockers, angiotensin-mengubah enzim inhibitor; obat anti hipertensivitas; obat perendah kolestrol; vitamin dan suplemen herbal.

3) Riwayat penyakit sekarang: Deskripsi peristiwa yang berhubungan dengan keluhan yang dirasakan

2. Pola Kesehatan Fungsional1) Persepsi kesehatan-manajemen kesehatan: Riwayat penyakit jantung

keluarga; gaya hidup monoton; perokok.2) Nutrisi-metabolisme: Indigesti (kesukaran mencerna), perut terasa

panas, mual, muntah.Eliminasi: Menahan buang air kecil, keinginan buang air kecil yang mendesak.

3) Aktifitas-olahraga: Detak jantung, dyspnea, pusing, kelemahan.4) Kognitif-perseptua: nyeri dada (tertekan, sesak, sakit, gatal, tertusuk-

tusuk), kemungkinan terkena radiasi pada rahang, leher, pundak, punggung, atau lengan.

5) Koping-toleransi stress: haya hidup yang membuat stress, depresi; marah, gelisah; merasa bahwa hidupnya tidak lama lagi.

Data Obyektif

1. UmumGelisah, ketakutan, kurang istirahat, distress.

2. Kulit Dingin, lembab, pucat.

3. KardiovaskulerTakikardia atau bradikardia, detang jantung yang berubah-ubah terkadang lemah dan kuat, defisit denyut nadi, disritmias ( terutama ventricular), S3, S4, ↑ atau ↓BP, murmur.

Page 12: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

12

4. Kemungkinan Diagnostik yang DitemukanSerum penanda jantung negative atau positif, ↑ serum lipid; ↑ hitungan WBC; latihan positif/tes farmakologi stress dan thallium scan; gelombang Q patologi, segmen ST/gelombang T abnormal pada ECG; pembesaran jantung, klasifikasi, atau kongesti pulmonal pada x-ray dada; gerak dada yang abnormal dengan stress ekokardiogram; coronary angiography positif.

3.2 Rencana Keperawatan

Diagnosis keperawatan 1Nyeri akut berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard dan permintaan yang dibuktikan dengan nyeri yang parah di dada dan sesak, radiasi nyeri pada leher dan lengan, Penanda jantung meningkat, perubahan EKG.

Tujuan: Meredakan nyeri

Hasil (NOC):

a. Pain Control

b. Menggunakan langkah-langkah pencegahan.

c. Menggunakan analgesik tepat.

d. Laporan terjadinya tanda yang tidak terkontrol untuk perawatan kesehatan profesional.

e. Laporan nyeri terkontrol.

Intervensi dan rasional (NIC):

a. Melakukan evaluasi nyeri dada (misalnya intensitas, lokasi, radiasi, durasi, dan pemicu dan faktor meringankan) untuk secara akurat mengevaluasi, mengobati, dan mencegah iskemia lebih lanjut.

b. Efektivitas Memantau terapi oksigen untuk meningkatkan oksigenasi jaringan miokard dan mencegah iskemia lebih lanjut.

c. Berikan obat untuk meringankan / mencegah rasa sakit dan iskemia untuk mengurangi kecemasan dan beban kerja jantung.

d. Mendapatkan 12-lead EKG selama episode sakit untuk membantu membedakan angina dari ekstensi atau MI atau pericarditis

Page 13: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

13

e. Memantau ritme dan tingkat tren jantung tekanan darah dan parameter hemodinamik untuk memantau perubahan curah jantung, hipotensi, dan bradikardi, yang dapat menyebabkan hipoperfusi coroner.

Diagnosis keperawatan 2Penurunan curah jantung berhubungan dengan cedera miokard yang dibuktikan dengan penurunan BP, elevasi di HR, dyspnea, disritmia, denyut nadi menurun, edema perifer, dan edema paru.

Tujuan:Mempertahankan tanda stabil curah jantung efektif

Hasil (NOC):

a. Angina

b. Edema perifer

c. Dispnea

d. Dysrhythmia

e. Edema paru

f. Berat badan

Intervensi dan rasional (NIC):

a. Pantau tanda-tanda vital yang sering untuk menentukan dasar dan berkelanjutan perubahan.

b. Memantau untuk disritmia jantung, termasuk gangguan dari kedua irama dan konduksi, untuk mengidentifikasi dan mengobati disritmia signifikan.

c. Memberikan terapi antidysrhythmic menurut kebijakan satuan untuk mempertahankan curah jantung.

d. Memantau status pernapasan dan gejala gagal jantung untuk mempertahankan tingkat yang tepat dari oksigenasi dan mengamati tanda-tanda edema paru.

e. Pantau keseimbangan cairan untuk memantau perfusi ginjal dan mengamati untuk retensi cairan.

f. Atur latihan dan waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan mengurangi kebutuhan oksigen pada miokardium.

Page 14: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

14

Diagnosis keperawatan 3Kecemasan yang berhubungan dengan yang dirasakan atau aktual ancaman kematian, sakit, perubahan gaya hidup yang mungkin terbukti dengan gelisah, agitasi, dan verbalisasi keprihatinan atas perubahan gaya hidup dan prognosis.

Tujuan:Laporan menurun iklan kecemasan meningkat rasa kontrol diri.

Hasil (NOC):

a. Monitor intensitas kecemasan.

b. Berusaha informasi untuk mengurangi kecemasan.

c. Kontrol respon kecemasan.

d. Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.

Intervensi dan rasional (NIC):

a. Amati tanda-tanda verbal dan non verbal kecemasan untuk mengidentifikasi tanda-tanda stres dan intervensi tepat.

b. Mengidentifikasi ketika tingkat kecemasan perubahan sejak kecemasan meningkatkan kebutuhan oksigen.

c. Menggunakan kesabaran, pendekatan meyakinkan agar tidak meningkatkan kecemasan pasien.

d. Anjurkan pasien pada penggunaan teknik relaksasi untuk meningkatkan sel-control.

e. Mendorong pengasuh untuk sta dengan pasien untuk memberikan kenyamanan.

f. Mendorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan untuk mengurangi kecemasan dan stres.

g. Memberikan informasi faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis untuk mengurangi rasa takut yang tidak diketahui.

Diagnosa keperawatan 4Aktivitas Intoleransi terkait dengan kelelahan sekunder untuk penurunan curah jantung dan paru-paru yang buruk dan jaringan perfusi yang dibuktikan dengan kelelahan dengan aktivitas minimal, ketidakmampuan untuk merawat dijual tanpa dispnea, dan peningkatan denyut jantung.

Page 15: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

15

Tujuan:Dicapai program yang realistis aktivitas yang menyeimbangkan aktivitas fisik dengan kegiatan penghematan energi.

Hasil (NOC):

a. Saturasi oksigen dengan aktivitas.

b. Denyut nadi dengan aktivitas.

c. Kemudahan pernapasan dengan aktivitas.

d. Kecepatan Berjalan.

e. Kemudahan melakukan ADL.

Intervensi dan rasionalnya (NIC):

a. Memantau respon pasien terhadap obat jantung sering mempengaruhi BP dan denyut nadi.

b. Atur latihan dan waktu istirahat untuk menghindari kelelahan dan meningkatkan toleransi aktivitas tanpa meningkatkan beban kerja jantung cepat.

Diagnosis Keperawatan 5Manajemen tidak efektif diri kesehatan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, risiko pengurangan faktor, rehabilitasi, kegiatan rumah, dan obat-obatan yang dibuktikan dengan seringnya pertanyaan tentang penyakit, manajemen, dan perawatan setelah debit.

Tujuan:Menjelaskan proses penyakit, langkah-langkah untuk mengurangi faktor risiko, dan kegiatan rehabilitasi yang diperlukan untuk mengelola resimen terapi.

Hasil (NOC):

a. Deskripsi biasa saja proses penyakit.

b. Deskripsi gejala penyakit memburuk.

c. Deskripsi cara untuk mengelola faktor risiko dikontrol.

d. Deskripsi pentingnya menyelesaikan merekomendasikan program rehabilitasi jantung.

e. Keterangan efek obat.

Page 16: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

16

Intervensi dan rasional (NIC):

a. Menilai tingkat saat pasien pengetahuan yang berkaitan dengan infark miokard untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan pengajaran pasien.

b. Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana kaitannya dengan anatomi dan fisiologi untuk individualize informasi dan meningkatkan pemahaman.

c. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan / atau mengontrol proses penyakit untuk mendapatkan kerjasama dari sistem dukungan yang signifikan pasien.

d. Rujuk pasien ke kelompok lembaga masyarakat / dukungan lokal sehingga pasien dan pengasuh memiliki sumber daya dan dukungan yang tersedia.

e. Anjurkan pasien pada tujuan dan tindakan masing-masing obat.

f. Anjurkan pasien pada dosis, rute, dan durasi setiap obat sehingga pasien yang memahami alasan untuk mengambil obat dan akan cenderung untuk menolak untuk mengambil obat.

Page 17: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

3.3 Tahapan Rehabilitasi Sindrom Koroner Akut

Tahap I: Rumah Sakit

a. Terjadi sementara pasien masih dirawat di rumah sakit.

b. Tingkat Kegiatan tergantung pada tingkat keparahan angina atau MI.c. Pasien mungkin awalnya duduk di tempat tidur atau kursi, melakukan

berbagai-of-gerakan latihan dan perawatan diri, dan kemajuan untuk ambulasi di hailway dan memanjat tangga yang terbatas.

d. Perhatian berfokus pada manajemen nyeri dada, gelisah, disritmia, dan komplikasi.

Tahap II: Pemulihan Awal

a. Dimulai setelah pasien dipulangkan. b. Biasanya berlangsung 2-12 minggu dan dilakukan di fasilitas rawat jalan.c. Tingkat Kegiatan secara bertahap meningkat di bawah pengawasan tim

rehabilitasi jantung dan dengan pemantauan EKG.d. Tim mungkin menunjukkan bahwa aktivitas fisik dimulai di rumah.e. Informasi mengenai risiko pengurangan faktor disediakan pada saat ini.

Tahap III: Akhir Pemulihan

a. Program pemeliharaan jangka panjang.b. Program aktivitas fisik individu dirancang dan dilaksanakan di rumah,

gym lokal, atau pusat rehabilitasi.c. Pasien dan pengasuh mungkin merestrukturisasi gaya hidup dan peran.d. Perubahan gaya hidup Terapi harus menjadi kebiasaan seumur hidup.e. Pengawasan medis masih dianjurkan.

Page 18: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

BAB 4PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah sekumpulan gejala yang di akibatkan oleh pengganggunya aliran darah pada pembuluh darah koroner di jantung secara akut. SKA ini terbagi atas 2 bagian yaitu angina tidak stabil dan infark miokard akut. Angina tidak stabil itu adalah nyeri dada yang baru di awal, terjadi pada saat istirahat atau memiliki pola yang memburuk, sedangkan infark miokard akut adalah nekrosis miokard darah ke otot jantung.

Sindrom Koroner Akut (SKA) dibagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardial infarction)

2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation myocardial infarction)

3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris) Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut (STEMI) merupakan indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner.

Sindrom Koroner Akut (SKA) terjadi akibat adanya penyempitan pembuluh darah jantung (vasokonstriksi) antara lain; adanya timbunan lemak dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol yang tinggi, sumbatan (trombosit) oleh sel bekuan darah (thrombus) dan vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah akibat kejang terus menerus dan infeksi pada pembuluh darah.

Rehabilitasi untuk pasien dengan penyakit Sindrom Koroner Akut (SKA) terdapat beberapa tahapan. Semua tahapan tersebut bertujuan untuk mempercepat kesembuhan pasien. Tahapan pertama yaitu terjadi sementara pasien masih dirawat di rumah sakit yang berfokus pada manajemen nyeri dada, gelisah, disritmia, dan komplikasi. Tahapan yang kedua yaitu dimulai setelah pasien dipulangkan dengan tingkat kegiatan diawali secara bertahap di bawah pengawasan tim rehabilitasi jantung dan dengan pemantauan EKG. Serta tahapan terakhir yaitu tahap akhir pemulihan dengan program aktivitas fisik individu yang dirancang dan dilaksanakan di rumah atau pusat rehabilitasi.

4.2 Saran

Hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit Sindrom Koroner Akut (SKA) yaitu dengan memberi dukungan serta memberikan perawatan sepenuh hati pada pasien agar dapat memudahkan proses penyembuhan pasien. Serta adanya dukungan dari keluarga diharapkan dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.

Page 19: Makalah Sgd Kel 1 Kardio 2-A2

DAFTAR PUSTAKA

Ignatavicius, Donna D., and M. Linda Workman. Medical Surgical Nursing: Patient Centered Collaborative Care. Missouri: Saunders Elsevier, 2010.

Pamewa, Faizal. Artikel Kesehatan, Berita & Informasi, Slideshow. Juni 5, 2014. www.rumahsakit.unair.ac.id (accessed september 22, 2015).

Perhimpunan Dokter Spesialis Krdiovaskular Indonesia. Pedoman Tata Laksana Sindrom Koroner Akut. Jakarta: Centra Communications, 2015.

Schreiber, Donald. "Cardiac Markers." Medscape. Agustus Tuesday, 2015. Emedicine.medscape.com (accessed September 22, 2015).

Suddarth, Brunner. 2000. Text Books of Medical Surgical Nursing. Philadelphia: Lippincott.