Upload
dolinada-nazara
View
152
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sastra Indonesia merupakan unsur bahasa yang terdapat di dalam bahasa
Indonesia, berdasarkan garis besar nya sastra berarti bahasa yang indah atau tertata
dengan baik, dan gaya penyajian nya menarik, sehingga berkesan di hati pembaca nya.
Namun sering kali kita tidak mengerti apa yang di maksud dengan sasta,
kebanyakan orang menyamakan antara sastra dan bahasa.
Dalam sastra Indonesia sendiri, benyak sekali bagian-bagianya. Secara garis
besar sastra indonesia terbagi menjadi dua yaitu sastra lama dan sastra baru/modern.
Dari sekian banyak sastra contoh nya seperti puisi, cerprn, novel,pantun,gurindam
prosa dan sebagai nya dan di anatara jenis-jenis karya sastra tersebut memiliki ciri
masing-masing, dan tidak bisa di kataka sama.
Maka unuk lebih jelas nya di sini akan kita bahas mengenai defenisi nya masing-
masing.
1.2. Rumusan masalah
Untuk memudahkannya adabeberapa komponen yang akan dibahas, diantaranya.
a. Apakah yang di maksut dengan sastra?
b. Apasajakan jenis-jenis karya sastra?
c. Apakah perbedaan sastra lama dan sastra baru/modern?
d. Sebutkan jenis-jenis karya sastra lama?
e. Sebutkan jenis-jenis karya sastra baru/modern?
1.3. Tujuan
Untuk membantu siswa/siswi belajar membedakan dan memahami, serta
membuat bagian-bagian dari sastra Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Definisi Sastra.
Berdasarkan asal usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta,
yakni susastra. Su berarti bagus atau indah, sedangkan sastra berarti buku,tulisan
atau huruf. Berdasarkan kedua kata itu, susastra di artikan tulisan yang indah.
Istilah tersebut kemudian mengalami perkembangan. Kesusastraan tidak hanya
berupa tulisan, tetapi ada pula yang berbentuk lisan. Karya semacam itu di namakan
dengan sastra lisan. Oleh karena itu, sekarang yang dinamakan dengan kesusastraan
meliputi karya sastra lisan dan tertulis dengan ciri khas nya terdapat pada keindahan
bahasanya.
Berdasarkan defenisi tersebut, beberapa ahli kemudian menyebutkan ciri-ciri
karya sastra sebagai berikut:
1. Bahasanya indah atau tertata dengan baik.
2. Isinya menggambarkan manusia dengan berbagai persoalannya.
3. Gaya penyajian nyamenarik sehingga berkesan di hati pembacanya.
1.2. Fungsi sastra.
Banyak fungsi atau manfaat dengan membaca karya-karya sastra, antara lain
sebagai berikit.
1. Fungsi rekreatif,dengan membaca karya sastra, seseorang dapat memperoleh
kesenangan atau hiburan.
2. Fungsi didaktif, dengan membaca karya sastra, seseorang dapat memperoleh
wawasan pengetahuan tentang seluk-beluk kehidupan manusia. Seorang juga dapa
memperoleh pelajaran tentang nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang ada di dalam
nya.
1.3. Jenis-jenis karya sastra.
A. Sastra lama.
Sastra lama sering juga di sebut dengan kesusastraan klasik atau tradisional.
Zaman berkembangnya kesusastraan klasik ini ialah sebelum masuk nya pengaruh
barat ke Indonesia. Bentuk-bentuk kesusastraan yang berkembang adalah dongeng,
mantra, pantun, dan sejenisnya.
1. Ciri-ciri sastra lama,
Karya sastraklasik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a) Nama pencipta nya tidak di ketahui (anonim)
b) Cerita-ceritanya banyak di warnai oleh hal-hal gaib.
c) Banyak menggunakan kata-kata yang baku, seperti alkisah, sahibul hikayat,
menurut empunya cerita, konon, dan sejenis nya.
d) Yang di kisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para
pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya.
e) Karena belum ada media cetak dan elektronik, sastra klasik berkembang secara
lisan.
2. Jenis-jenis sastra lama
Berikut adalah jenis-jenis karya sastra klasik.
a) Mantra
Mantra merupakan karya sastra lama yang berisi pujian-pujian terhadap sesuatu
yang gaib atau yang di keramatkan, seperti dewa, roh dan binatang. Mantra biasa
nya di ucapkan oleh pawang atau dukun sewaktu melakukan upacara keagamaan
ataupun ketika berdoa.
b) Pantun.
Pantun merupakan puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam satu baitnya.
Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan
keempatnya adalah isi.
Bunyi terakhir pada kalimat-kalimanya berpola a-b-a-b.
Dengan demikian, bunyi akhir pada kalimat ketiga dan bunyi akhir kalimat
kedua sama denga bunyi akhir pada kalimat keempat.
c) Seloka
Seloka di sebut juga dengan pantun berbingkai. Bedanya dengan pantun,
kalimat ke-2 dan ke-4 pada bait pertama di ulang kembali dan menjadi kalimat ke-
1 dan ke-3 pada bait kedua nya. Pengulangan itu di lakukan terus-menerus
sehingga bait-bait dalam puisi sambung-menyambung.
d) Talibun
Talibun adalah pantun yang susunannya yang terdiri atas enam,delapan atau
sepuluh baris. Pembagian bait nya sama dangan pantun biasa, maka tiga baris
pertama marupakan sampiran dan tiga baris berikut nya merupakan isi.
e) Pantun kilat
Pantun kilat atau karmina ialah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama
merupakan sampuran dan baris kedua isinya.
f) Gurindam
Gurindam di sebut juga sajak pribahasa atau sajak dua seuntai. Gurindam
memiliki beberapa persamaan dengan pantun yakni pada isinya. Gurindam banyak
mengandungnasihat atau pendidikan, terutama yang berkaitan dengan masalah
keagamaan.
Gurindam terdiri atas dua kalimat. Kalimat pertama berhubungan langsung
dengan kalimat keduanya. Kalimat pertama selalu menyatakan pikiran atau pristiwa
sedangkan kalimat keduanya menyatakan keterangan atau penjelasannya.
g) Syair
Syair merupan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh kebudayaanArab.
Dilihat dan jumlah barisnya, syair hampir sama dengan pantun, yakni sama-sama
terdiri atas empat baris. Perbedaan nya terletak pada persajakan. Pantun bersajak a-
b-a-b, sedangkan syair bersajak a-a-a-a. selain itu, pantun memiliki sampiran,
sedangkan syair tidak memilikinya.
h) Dongeng binatang
Dongeng binatang atau fable adalah cerita yang tokoh-tokoh nya berupa
binatang dengan peran layak nya manusia. Binatang-binatang itu dapat
berbicaramakan,minum, berkeluarga sebagaimana hal nya dengan manuia.
Fable tidak hanya di kenal di masyarakat nusantara, melainkan hampir dikenal
di seluruh dunia. Bila pelaku popular fable pada masyarakat melayu itu adalah
kancil,maka di jawa barat adalah kera, di eropa srigala,dan di kamboja kelinci.
i) Legenda
Legenda atau dengeng tentang asal-usul,terbagi kedalam tiga jenis, yakni
sebagai berikut.
1. Cerita asal-usul tumbuh-tumbuhan, misalnya asal usul padi, asal-uaul pohon
jagung asal-usul pohon pisang.
2. Cerita asal-usul binatan, contoh nya asal usul pertengkaran kucing dengan
anjing, asal-usul kuda tidak bertanduk,asal-usul ikan man berdarah merah.
3. Cerita asal-usul terjadinya suatu tempat, misalnya asal-usul dari gunung
tangkuban perahu, dan asal-usul danau toba.
j) Dongeng pelipur lara
Dongeng pelipur lara ini bersifat komedi, isi nya di penuhi dengan kisah-kisah
lucu.
k) Hikayat
Hikayat berasal dari India dan Arab. Hikayat berisikan cerita para dewa,
peripengeran,putri, ataupun kehidupan para bangsawan. Hikayat banyak dipenuhi
cerita-cerita gaib dan berbagai kesaktian. Karena tokoh da latar nya banyak yang
mengambil dai sejarah, cerita terselubung sering di sebut cerita sejarah.
B. Sastra baru/modern.
1) Puisi.
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan
kaya makna
a) Keindahan sebuah puisi di sebabkan oleh diksi,majas, rima dan irama.
b) Kekayaan makna yang terkandung dalam puisi dilantarankan oleh
pemadatan unsur-unsur bahasa. Bahasa yang di gunakan dalam puisi
berbeda dengan yang di gukan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa
yang ringkas. Kata-kata yang di gunakan adalah kata-kata konotatif, yang
mengandung banyak penafsiran dan pengertian.
Kekhasan puisi lainnya adalah penyajian nya yang bersifat monolog.
Penyair mengutarakan parasaan dan fikirannya dengan berbicara sendiri secara
langsung.
1. Ciri-ciri puisi.
Berbeda dengan karya sastra lainnya, puisi memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
a) Mengutamakan keindahan bahasa
b) Bahsa yang digunakannya ringkas dan konotatif
c) Di sajikan dalam bentuk monolog
2. Unsurunsur intrinsik pusi
a) Diksi
Kata-kata yang di gunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang
sangat cermat.kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik itu dalam
makna susunan bunyinya maupun hubungan kata itu dengan kata-kata lain
dalam baris dan baitnya.
b) Pengimajinasian
Dapat didefenisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat
menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut,
pembaca seolah-olah merasa mendengar, atau melihat sesuatu yang di
ungkapkan penyair.
c) Majas
Majas merupakan kalimat ataupun ungkapan yang di gunakan penyair
untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkan dengan benda atau
kata lain. Majas mengiaskan atau mempersamakan sesuatu dengan hal yang
lain.
d) Rima/ritma
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu
puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkan nya pun lebuh kuat. Di samping
rima, di kenal pula istilah ritma yang di artikan sebagai pengulangan kata frase,
atau kalimat-kalimat dalam puisi.
e) Tipografi
Puisi tidak berbentuk paragraph melainkan membentuk bait dalam puisi-
puisikontemporer. Tipografi itu di pandang begitu penting sehingga menggeser
kedudukan makna kata-kata
3. Unsur isi
Isi puisi meliputi unsure-unsir berikut.
a) Tema
Tema merupakan gagasan pokok yang di ungkapkan penyair dalam puisi.
Tema berfungsi sebagai landasan utama penyair dlam puisinya.
b) Perasaan
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan
penyair. Bentuk ekspresi itu dapat berupa kerinduan kegelisahan, ataupun
pengagungan kepada kekasih, alam, pahlawan, nabi, ataupun keada Allah SWT.
c) Nada dan suasana
Sikap penyair pada pembaca ini disebut nada puisi.
Adapun suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu.
Suasana aadalah akibat yang di timbulkan puisi itu terhadap jiwa pembaca.
d) Amanat
Amanat merupakan pesan yang ingin di sampaikan penyair melalui
puisinya. Amanat tersilat di balik kata-kata yang di susun, dan juga berada di
balik tema yang di ungkapkan.
Untuk membacakan puisi tersebut agar tampak hidup, perlu di bantu dengan
irama, mimik, kinesik, dan volume suara.
2) Prosa.
Prosa adalah karya sastra yang berupa cerita bebas. Bentuk prosa pada
umumnya merupakan perpaduan dari monolog dan dialog. Namun adapula
proses yang hanya monolog dan ada pula yang terdiri atas dialog-dialog.
a. Ciri-ciri prosa
Karya sastra yang berupa prosa memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
1) Pada umumnya berbentuk cerita. Karena itu, dalam proses trdapat
unsure alur penokohan, dan latar.
2) Merupakan perpaduan dari bentuk monolog dan dialog.
b. Unsur-unsur prosa
1) Tema
Merupakan inti atau ide pokok sebuah cerita
2) Alur
Merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab akibat
3) Latar
Latar (setting) tempat, waktudan suasana terjadi nya perbuatan tokoh
atau pristiwa yang di alami tokoh.
4) Penokohan
Adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter
tokoh-tokoh dalam cerita
5) Sudut pandang
Ialah posisi pengarang dalam membawakan cerita
6) Gaya bahasa
Berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau suasana tertentu yang
mempu memperlihatkan hubungan dan iteraksi antara sesame tokoh.
7) Amanat
Merupakan ajaran moral atau pesan dikatis yang hendak di sampaikan
oleh pengarang kepada pembaca melalui karya nya itu.
c. Jenis-jenis prosa
1) Novel
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas
problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.
Brikut beberapa contoh judul novel sastra Indonesia.
no judul pengarang
1 Atheis Achdiat kartahadimadja
2 Belangu Armijin pane
3 Cinta dan kewajiban L. wairata
4 Darah muda Addinegoro
5 Harimau!harimau! Mochtar lubis
2) Cerpen
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen di
kisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, pristiwa
yang mengharukan, dan mengandung kesan yang tidak mudah di
lupakan.
Cerpen memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Alur lebih sederhana
b. Tokoh yang di munculkan hanya beberapa orang
c. Latar yang di lukiskan hanya sebentar dan sangat terbatas
d. Tema mengupas masalah yang relative sederhana.
Berikut beberapa contoh judul cerpen.
no judul pengarang
1 Barang tiada berharga Armijn fane
2 Cara cichago Moh.kasim
3 Isyik putih Hamka
4 Kisah antara manusia Armijn pane
5 Teman duduk M .kasim
3) Dongeng
Dongeng merupakan prosa yang berisihal-hal yang tidak masuk akal
atau tidak mungkin terjadi. Bisa terjadi dalam khayalan saja.misalnya
orang yang dapat menjelma berganti rupa, binatang yang dapat berkata-
kata seperti manusia, orang yang dapat menghilang dan dapat terbang.
Dongeng berfungsi sebagai media hiburan. Selain itu dongeng berfungsi
untuk media pendidikan.cerita dalam dongeng memiliki pessan-pesan
yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Dongeng malinkundang.
Misalnya, dongeng itu berpesan agar kita selalu menghormatiorang tua
bagaimanapun keadaan nya.
4) Biografi
Biografi adalah ceria tentang perjalanan hidup seseorang mulai dari
kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Biografi
ditulis oleh orang lain. Dalam biografi, hal-hal yang di tulis terutama
berkenaan dengan sisi-sisi penting tentang orang itu dan berbagai sikap
yang dapat d teladani pembaca.
5) Otobiografi
Otobiografi adalah kisah pribadi pengarang sendiri tentang perjalanan
hidup nya, yakni sejak ia kecil hingga dewasa.
3) Drama.
Drama merupakan karya sastra yang diproyeksi diatas pentas. Berbeda
dengan karya sastra lain nya, seperti puisi dan prosa, drama terbentuk atas
dialog-dialog. Karena di proyeksikan untuk pementasan drama sering pula di
sebut sebagaiseni pertunjukan atau teater.
Karena itu drama dapat pula di artikan sebagai bentuk karya sastra yang
menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi
melalui lakuan dan dialo. Lakuan dan dialog dalam drama tidak jauh berbeda
dangan lakuan dan dalog dalm kehidupan sehari-hari.
Unsur-unsur drama meliputi :
a. Unsur intrinsik drama
1) Alur
Rangkaian pristiw a dan konflik yang menggerakan jalan cerita melalui
rumitan kea rah klimaks dan selesai.
2) Tokoh
Ialah orang yang berperan dalam suatu drama.
3) Latar
Ialah keterangan mengenai ruang dan waktu.
4) Bahasa
Tidak hanya sebagai media komunikasih took. Tetapi juga
menggambarkan karakter tokoh , latar, ataupun pristuwa yang sedang
terjadi.
5) Perlengkapan
Sejumlah fasilitas yang di perlukan sebagai pelengkap cerita. Beberapa
di antara nya kostum, panggung , penataan cahaya, dan sistem akustik.
b. Unsur ekstrinsik drama
Unsur faktor yang ada di luar drama, namun berkaitan dengan cerita
drama tersebut. Unsur yang di maksud, antara lain adalah sosial budaya,
politik.
Para pelaku
1) Penulis naskah
Naskahdrama tidak hanya menonjolkan seni peran,tetapi juga sarat dan
pesan. Idenya murni dari pemikiran sang penulis naskah. Namun demikian,
dapat pula di ambil dari naskah orang lain ataupun dari kisah-kisah klasik.
Biasanya penulis menafsirkan ulang kisah tersebut sehingga banyak terjadi
perubahan, baik itu dalam hal sudut pandang tokoh, ataupun setting nya.
2) Sutradara
Adlah orang yang paling bertanggung jawab dalam suatu pementasan.
3) Narrator
Narrator bisa juga di sebut dalang.tugas nya menceritakan kepada
penonton mengenai isi cerita.
4) Pemain
Di sebut juga actor at aktris. Pemain mendapatkan peran sesuai dengan
kemampuan nya.
5) Piñata artistik
Menyampaikan ide-idepanggungnya pada sutradara.
6) Penata rias
7) Piñata kostum
BAB III
SIMPULAN
Sastra adalah hasil rasa yang merupakan sumber keindahan, yang termaksut dalam
hasil karya sastra. Sastra lahir dari sebuah peradaban dalam masyarakat, yang hidup,
berkembang dan terus ada di dalam masyarakat tersebut. Dalam kebaradaan nya di tengah
masyarakat sastra memiliki peranan dalam mengaktualisasikan suatu kebudayaan dari
masyarakat.
Sastra bisa di anggap luhur dan tinggi bila sasta masuk ke dalam sendi kehidupan
masyarakat yaitu budaya, dimana sastra adalah alat budaya masyarakat dalam berbudaya.
Maka dari itu sebuah sastra akan selalu berkembang dan dinamis dengan
perkembangan masyarakat nya, sastra yang bisa di terima dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat akan tepat untuk mengaktualisasi kebudayaan tersebut. Jika sastra tidak dapat
dinamis maka berbanding terbalik dengan tujuan dari sastra itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku.
Badudu, J.S (1981). Sari kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka prima.
Depdikbd (1974). Bahasa Indonesia. Jakarta: balai pustaka
_________(1979). Bahasa Indonesia SMU. Jakarta : Balai pustaka
__________(1987). Pedoman umum ejaan bahsa Indonesia yang di sempurnakan. Jakarta:
depdibud
Kraf, Gorys (1991). Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: Garamedia
Kridalaksana, Harimurti(1990). Kelas kata dalam bahasa Indonesia. Jakarta; Gramedia
_________________(1993). Kamus ligustik. Jakarta; Gramedia
Sumber internet
http://www.goodreads.com/shelf/show/sastra-arab-persia
http://books.google.com/books?id=YcVkAAAAMAAJ&source=gbs_similarbooks
http://www.indonesiaindonesia.com/f/163-sastra/
http://www.indonesiaindonesia.com/f/163-bahasa-indonesia-sastra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Sastra_Indonesia
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Sinopsis NoveL Siti Nurbaya
Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda
Sulaiman. Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju
pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang
yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu
pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih
memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis
terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan sekligus dengan hutang yang
menunpuk pada Datuk Maringgih.
Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya.
Jlas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh
datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu
membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan
bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih.
Kalau tawaran Datuk Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan
berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta.
Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut
dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh
kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan
Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada
Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya
begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu
untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu
liburan karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak
mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia rindukan.
Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul
Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua
yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti
Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih
dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya
berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras.
Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena
dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga
nyawa Baginda Sulaiman langsung melayang.
Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah
mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya
danm tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur
dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya
menyusul kekasihnya ke Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia,
ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya
diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke
laut.
Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya
sberikutnye menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi,
karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta
telah membawa lari emasnya atau hartanya.
Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili
Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun
usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti
Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.
Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan
dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah
padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah
pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang
Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani
peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan
Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas
dirawat di rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan
dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat
menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul
Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan
memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia.
Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung
Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia
dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah
kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Dengan maksud yang licik Datuk Maringgih meminjamkan uangnya pada Baginda
Sulaiman. Berkat pinjangan uang dari Datuk Maringgih tersebut, usaha dagang Baginda maju
pesat. Namun sayang, rupanya Datuk Maringgih menjadi iri hati melihat kemajuan dagang
yang dicapai oleh Baginda Sulaiman ini, maka dengan seluruh orang suruhanya, yaitu
pendekar lima, pendekar empat serta pendekar tiga, serta yanglainnya Datuk Maringgih
memerintahkan untuk membakar toko Baginda Sulaiman. Dan toko Bagindapun habis
terbakar. Akibatnya Baginda Sulaiman jauh bangrut dan sekligus dengan hutang yang
menunpuk pada Datuk Maringgih.
Di tengah-tengah musibah tersebut, Datuk Maringgih menagih hutangnya kepadanya.
Jlas, tentu saja Baginda Sulaiman tidak mempu membayarnya. Hal ini memang sengaja oelh
datuk Maringgih, sebab dia sudah tahu pasti bahwa Baginda Sulaiman tidak mampu
membayarnya. Dengan alasan hutang tersebut, Datuk Maringgih langsung menawarkan
bagaimana kalau Siti Nurbaya, Putri Baginda Sulaiman dijadikan istri Datuk Maringgih.
Kalau tawaran Datuk Maringgih ini diterima, maka hutangnya lunas. Dengan terpaksa dan
berat hati, akhirnya Siti Nurbaya diserahkan untuk menadi istri Datuk Maringgih.
Waktu itu Samsulbahri, kekasih Siti Nurbaya sedang menuntut ilmu di Jakarta.
Namun begitu, Samsul Bahri tahu bahwa kekasihnya diperistri oleh orang lain. Hal tersebut
dia ketahui dari surat yang dikirim oleh Siti Nurbaya kepadanya. Dia sangat terpukul oleh
kenyataan itu. Cintanya yang menggebu-gebu padanya kandas sudah. Dan begitupun dengan
Siti Nurbaya sendiri, hatinya pun begitu hancur pula, kasihnya yang begitu dalam pada
Samsulbahri kandas sudah akibat petaka yangmenimpa keluarganya.
Tidak lama kemudian, ayah Siti Nurbaya jatuh sakit karena derita yangmenimpanya
begitu beruntun. Dan, kebetulan itu Samsulbahri sedang berlibur, sehingga dia punya waktu
untuk mengunjungi keluarganya di Padang. Di samping kepulangnya kekampung pada waktu
liburan karena kangennya pada keluarga, namun sebenarnya dia juga sekaligus hendak
mengunjungi Siti Nurbaya yang sangat dia rindukan.
Ketika Samsulbahri dan Siti Nurbaya sedang duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul
Datuk Maringgih di depan mereka. Datuk Maringgih begitu marah melihat mereka berdua
yang sedang duduk bersenda gurau itu, sehingga Datuk maringgih berusaha menganiaya Siti
Nurbaya. Samsulbahri tidak mau membiarkan kekasihnya dianiaya, maka Datuk Maringgih
dia pukul hingga terjerembab jatuh ketanah. Karena saking kaget dan takut, Siti Nurbaya
berteriak-teriak keras hingga terdengar oleh ayahnya di rumah yang sedang sakit keras.
Mendengar teriakan anak yang sangat dicinatianya itu, dia berusaha bangun, namun karena
dia tidak kuat, ayah Siti Nurbaya kemudian jatuh terjerembab di lantai. Dan rupanya itu juga
nyawa Baginda Sulaiman langsung melayang.
Karena kejadian itu, Siti Nurbaya oleh datuk Maringgih diusir, karena dianggap telah
mencoreng nama baik keluarganya dan adat istiadat. Siti Nurbaya kembali ke kampunyanya
danm tinggal bersama bibinya. Sementara Samsulbahri yang ada di Jakarta hatinya hancur
dan penuh dendam kepada Datuk Maringgih yang telah merebut kekasihnya. Siti Nurbaya
menyusul kekasihnya ke Jakarta, naumun di tengah perjalanan dia hampir meninggal dunia,
ia terjatuh kelaut karena ada seseorang yang mendorongnya. Tetapi Siti Nurbaya
diselamatkan oleh seseorang yang telah memegang bajunya hingga dia tidak jadi jatuh ke
laut.
Rupanya, walaupun dia selamat dari marabahaya tersebut, tetapi marabahaya
sberikutnye menunggunya di daratan. Setibanya di Jakarta, Siti Nurbaya ditangkap polisi,
karena surat telegram Datuk Maringgih yang memfitnah Siti Nurbaya bahwa dia ke Jakarta
telah membawa lari emasnya atau hartanya.
Samsulbahri berusaha keras meolong kekasihnya itu agar pihak pemerintah mengadili
Siti Nirbaya di Jakarta saja, bukan di Padang seperti permintaan Datuk Maringgih. Namun
usahanya sia-sia, pengadilan tetap akan dilaksanakan di Padang. Namun karena tidak terbukti
Siti Nurbaya bersalah akhirnya dia bebas.
Beberapa waktu kemudian. Samsulbahri yang sudah naik pangkat menjadi letnan
dikirim oleh pemerintah ke Padang untuk membrantas para pengacau yang ada di daerah
padang. Para pengacau itu rupanya salah satunya adalah Datuk Maringgih, maka terjadilah
pertempuran sengit antara orang-orang Letnan Mas (gelar Samsulbahri) dengan orang-orang
Datuk Maringgih. Letnan Mas berduel dengan Datuk Maringgih. Datuk Maringgih dihujani
peluru oleh Lentan Mas, namun sebelum itu datuk Maringgih telah sempat melukai lentan
Mas dengan pedangnya. Datuk Maringgih meninggal ditempat itu juga, sedangkan letan mas
dirawat di rumah sakit.
Sewaktu di rumah sakit, sebelum dia meninggal dunia, dia minta agar dipertemukan
dengan ayahnya untuk minta maaf atas segala kesalahannya. Ayah Samsulbahri juga sangat
menyesal telah mengata-ngatai dia tempo dulu, yaitu ketika kejadian Samsulbahri memukul
Datuk Maringgih dan mengacau keluarga orang yang sangat melanggar adat istiadat dan
memalukan itu. Setelah berhasil betemu dengan ayahnya, Samsulbahripun meninggal dunia.
Namun, sebelum meninggal dia minta kepada orangtuanya agar nanti di kuburkan di Gunung
Padang dekat kekasihnya Siti Nurbaya. Perminataan itu dikabulkan oleh ayahnya, dia
dikuburkan di Gunung Padang dekat dengan kuburan kekasihnya Siti Nurbaya. Dan di situlah
kedua kekasih ini bertemu terakhir dan bersama untuk selama-lamanya.
Sinopsis Sukreni Gadis Bali
Men Negara berasal dari Karangasem, Bali. Ia meninggalkan daerah itu karena suatu
persoalan dengan suaminya. Buleleng adalah tempat tujuannya. Mula-mulai ia menumpang di
rumah seorang haji yang mempunyai tanah dan kebun yang luas. Namun, karena Men Negara
rajin bekerja dan hemat, ia kemudian dapat memiliki kebun sendiri. Ketika pergi dari
Karangasem, ia meninggalkan seorang anak yang baru berusia delapan bulan. Di tempat ini ia
melahirkan dua orang anak bernama I Negeri yang berparas cantik itu dapat menarik para
pekerja pemetik kelapa untuk singgal di warungya. Disamping itu, Men Negara pun pandai
memasak sehingga masakannya selalu disukai oleh para pekerja itu. Di antara mereka yang
datang ke warung Men Negara adalah I Gde Swamba, seorang pemilik kebun kelapa itu. Tak
luput dari semua itu, Ni Negeri dan sudah tentu pula ibunya, mengharapkan agar anak
gadisnya itu dapat memikat I Gde Swamba menjadi suaminya.
Suatu ketika, datanglah seorang manteri polisi bernama I Gusti Made Tusan ke daerah
itu. Sebagai manteri polisi, ia disegani dan ditakuti penduduk. Banyak sudah kejahatan yang
berhasil ditumpasnya. Ini berkat kerjasamanya dengan seorang mata-mata bernama I Made
Aseman. Siang itu hampir saja Men Negara harus berurusan dengan I Gusti Made Aseman
karena I Made Aseman mengetahui bahwa Men Nagara telah memotong babi tanpa surat izin
dari yang berwenang. I Made Aseman sangat berharap agar Men Nagara dipenjarakan di
Singaraja karena kesalahannya itu. Jika Men Nagara negara masuk penjara, para pemetik
kelapa akan pindah ke warung iparnya. Namun, apa yang diharapkan I Made Aseman sia-sia
belaka karena tuannya, I Gusti Made Tusan telah terpikat oleh tutur kata dan senyum Ni
Negeri. Siang itu, Ida Gde Swamba dan para pemetik kelapa sedang makan dan minum di
warung Men Nagara. Tanpa sepengetahuan mereka, datang seorang gadis bernama Luh
Sukreni ke warung Men Nagara. Ia mencari I Gde Swamba untuk urusan sengketa warisan
dengan kakaknya, I Sangia yang telah masuk agama kristen. Menurut adat dan agama Bali,
jika seorang anak beralih agama lain, baginya tak ada hak untuk menerima harta warisan.
Namun kedatangan Luh Sukreni itu justru membuat Men Nagara dan Ni Negeri iri
hati, apalagi Sukreni yang lebih cantik itu menanyakan Ida Gde Swamba. Ketika Menteri
polisi itu tampak tertarik pada Sukreni dan berniat menjadikan Ni Sukrenis sebagai wanita
simpanannya, dicarinyalah siasat agar keinginan Menteri Polisi terpenuhi. Pada kedatanganya
yang kedua, Luh Sukreni kembali menanyakan Ida Gde Swamba di warung Men Negara.
Namun orang yang dicarinya tak ada. Dengan ramah dan senyum manis, ibu dan anak
menerima Luh Sukreni bahkan mereka memintanya untuk bermalam di warungnya sampai
Ida Gde Swamba tiba. Tanpa prasangka burk, Luh Sukreni menerima tawaran itu. Saat itulah
Men Negara menjalankan siasat jahatnya. Pada malam harinya, Luh Sukreni diperkosa oleh I
Gusti Made Tusan. “Terima kasih Men Negara, atas pertolonganmu itu, hampir-hampir tak
berhasil tetapi…”. Begitulah I Gusti Made Tusan menyatakan kesenangannya atas siasat
busuk Men Negara. Sejak kejadian itu Luh Sukreni pergi entah kemana.
Alangkah terkejutnya Men Negara ketika I Negara, anaknya yang tidak bersama I
Sudiana teman seperjalanan Luh Sukreni, mengatakan bahwa Ni Sukreni adalah anak
kandung Men Negara sendiri. Ayah Ni Sukreni, I Nyoman Raka telah mengganti nama Men
Widi menjadi Ni Sukreni. Perubahan nama itu dimaksudkan agar Ni Sukreni tak dapat
diketahui lagi oleh ibunya. Men Negara sangat menyesal karena ia telah mengorbankan
anaknya sendiri.
Ni Sukreni tak mau kembali ke kampungnya. Ia sangat malu apabila kejadian itu
diketahui oleh ayahnya dan orang-orang di kampungnya. Ia mengembara entah kemana.
Namun, Pan Gumiarning, salah seorang sahabat ayahnya, mau menerima Ni Sukreni untuk
tinggal di rumahnya. Tak lama kemudian. Ni Sukreni melahirkan seorang anak dari hasil
perbuatan jahat I Gusti Made Tusan. Anak itu diberi nama I Gustam.
Takdir telah menentukan Ni Sukreni dapat bertemu kembali Ida Gde Swamba. Semua
itu berkat pertolongan I Made Aseman yang pada waktu itu sedang menjalani hukuman di
Singaraja karena telah memukul I Negara sampai tak sadarkan diri. Ida Gde Swamba berjanji
akan mengurus dan membiayai anaknya itu.
I Gustam ternyata tumbuh dengan perangai dan tabiat yang kasar. Sewaktu berusia
dua belas tahun, ia sudah berani memukul kepala ibunya. Setelah dewasa, ia berani pula
mencuri sampai akhirnya masuk tahanan polisi. Didalam tahanan, I Gustam justru banyak
memperoleh pelajaran cara merampok dari I Sintung, salah seorang perampok dan penjahat
berat yang sudah terkenal keganasannya, ahli dalam hal perampokan dan kejahatan.
Setelah keluar dari penjara, I Gustam membentuk sebuah kelompok. I Sintung yang
ketika di dalam penjara sebagai gurunya, kini bertekuk lutut di bawah perintah I Gustam yang
tak segan-segan membunuh siapa saja yang menentang perintahnya. Pada suatu malam,
kelompok yang dikepalai I Gustam melaksanakan aksi perampokan di warung Men Negara.
Namun rencana itu sudah diketahui oleh aparat keamanan. Perampokan di Men Negara
mendapat perlawanan dari polisi yang dipimpin oleh I Gusti Made Tusan. I Gusti Made
Tusan sendiri tidak mengenal bahwa musuh yang sedang dihadapinya adalah anaknya sendiri.
Maka ketika I Gustam hampir putus asa karena terkena kelewang ayahnya, I Gusti Made
Tusan baru mengetahui bahwa yang terbunuh itu adalah anaknya sendiri, setelah ia
mendengar teriakan I Made Aseman. Akhirnya ayah dan anak itupun tersungkur dan mati!.
Sahabat Sejati
Oleh Suhartono
Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi.
Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah
selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.
Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat
ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang
datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak
yang betah kalau main di rumah Iwan.
Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu
kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon
tidak main ke rumah Iwan.
“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah
absen. Selalu datang.”
“Mungkin sakit!” jawab Mama.
“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!”
katanya bersemangat
Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka.
Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan
bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak
Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun
akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan
sekolah lagi.
“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,
Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang
sekolah ia selalu murung.
“Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah
selalu tegar dan ceria!” Papa menegur
“Momon, Pa.”
“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”
Iwan menggeleng.
“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.
“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang
ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.
Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan
Iwan.
“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.
“Lalu apa rencana kamu?”
“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”
“Maksudmu?”
“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan
agak mendesak.
“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata
Papa.
Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia
merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga
Momon.
Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten.
Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua
kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira
hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa
rindu.
Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia
tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.
“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”
“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa
kembali!”
Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada
orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala
keputusan kepada Momon sendiri.
“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke
Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon,
apakah kamu mau?” Tanya Papa.
“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan
kamu saya yang akan menanggung.”
“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya
mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”
Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak
mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali.
Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.
Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain
mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua
PRAJURIT JAGA MALAM
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu......
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu !
KRAWANG-BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Si Pelit
Seorang yang sangat pelit mengubur emasnya secara diam-diam di tempat yang
dirahasiakannya di tamannya. Setiap hari dia pergi ke tempat dimana dia mengubur emasnya,
menggalinya dan menghitungnya kembali satu-persatu untuk memastikan bahwa tidak ada
emasnya yang hilang. Dia sangat sering melakukan hal itu sehingga seorang pencuri yang
mengawasinya, dapat menebak apa yang disembunyikan oleh si Pelit itu dan suatu malam,
dengan diam-diam pencuri itu menggali harta karun tersebut dan membawanya pergi.
Ketika si Pelit menyadari kehilangan hartanya, dia menjadi sangat sedih dan putus
asa. Dia mengerang-erang sambil menarik-narik rambutnya.
Satu orang pengembara kebetulan lewat di tempat itu mendengarnya menangis dan
bertanya apa saja yang terjadi.
"Emasku! oh.. emasku!" kata si Pelit, "seseorang telah merampok saya!"
"Emasmu! di dalam lubang itu? Mengapa kamu menyimpannya disana? Mengapa
emas tersebut tidak kamu simpan di dalam rumah dimana kamu dapat dengan mudah
mengambilnya saat kamu ingin membeli sesuatu?"
"Membeli sesuatu?" teriak si Pelit dengan marah. "Saya tidak akan membeli sesuatu
dengan emas itu. Saya bahkan tidak pernah berpikir untuk berbelanja sesuatu dengan emas
itu." teriaknya lagi dengan marah.
Pengembara itu kemudian mengambil sebuah batu besar dan melemparkannya ke
dalam lubang harta karun yang telah kosong itu.
"Kalau begitu," katanya lagi, "tutup dan kuburkan batu itu, nilainya sama dengan
hartamu yang telah hilang!"
Harta yang kita miliki sama nilainya dengan kegunaan harta tersebut.
Semut dan Belalang
Aesop
Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras
sepanjang musim panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran
gandum yang telah mereka kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang
kelaparan, dengan sebuah biola di tangannya datang dan memohon dengan sangat agar
keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan
menyiapkan makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang
kamu lakukan sepanjang musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang;
"Saya sangat sibuk membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu
tersebut telah kamu selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!"
Kemudian semut-semut tersebut membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka
tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.