100
UNIVERSITAS BALIKPAPAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Tugas Mata Kuliah Menggambar Rekayasa TUGAS 3 PERANCANGAN SANITASI AIR BERSIH, KOTOR DAN PLUMBING Oleh: Nama : Riswan Gunawan Tri Handoko Alfani Wida Pratama Hasanudin Damanik Maulana Ishak Ivan Susanto Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan Dosen : Hj. Andi Marini, ST. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semester I Menggambar Rekayasa November 2012

Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

UNIVERSITAS BALIKPAPAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Tugas Mata Kuliah Menggambar Rekayasa

TUGAS 3

PERANCANGAN SANITASI AIR BERSIH, KOTOR DAN PLUMBING

Oleh:

Nama  : Riswan Gunawan

Tri Handoko

Alfani Wida Pratama

Hasanudin Damanik

Maulana Ishak

Ivan Susanto

Jurusan/Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan

Dosen : Hj. Andi Marini, ST.

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Semester I

Menggambar Rekayasa

November 2012

Page 2: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

BAB 1

SISTEM PLUMBING DAN SANITASI

2.1 Umum

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan perlatan untuk

menyediakan air bersih ke tempat yang dikehendaki, baik dalam hal kualitas,

kuantitas, dan kontinyuitas yang memenuhi syarat, dan membuang air bekas

(kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian penting lainnya untuk

mencapai kondisi higienis dan kenyamanan yang diinginkan

(elearning.gunadarma.ac.id, 2011), sedangkan pengertian plambing menurut SNI

03 – 6481 – 2000 adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan

pemasangan pipa dengan peralatannya di dalam gedung atau gedung yang

berdekatan yang bersangkutan dengan; air hujan, air buangan dan air minum yang

dihubungkan dengan sistem kota atau sistem lain yang dibenarkan

Sistem Plambing adalah sistem penyediaan air bersih dan sistem

pembuangan air kotor yang saling berkaitan serta merupakan paduan yang

memenuhi syarat yang berupa peraturan dan perundangan, pedoman pelaksanaan,

standar, tentang peralatan dan instalasinya.

Secara garis besar, peralatan Plambing memiliki dua fungsi utama yaitu (:

a. Menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan

tekanan cukup dan air panas bila diperlukan

b. Membuang air kotor tempat-tempat tertentu tanpa mencemari bagian

penting lainnya

Di Indoensia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03-

6481-2000 tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005

tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.

2.2 Jenis Peralatan Plambing

Alat plambing digunakan untuk semua peralatan yang dipasang di dalam

ataupun di luar gedung, untuk menyediakan air panas atau air dingin dan untuk

mengeluarkan air buangan. Untuk lebih sederhananya plambing dipasang pada

Page 3: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

ujung akhir pipa yang berfungsi untuk mengeluarkan air dan ujung awal pipa yang

berfungsi untuk memasukkan air.

2.2.1 Dalam pengertian khusus, jenis peralatan Plambing meliputi :

2.2.1.1 Peralatan untuk penyediaan instalasi air bersih/air minum dan air panas,

adapun peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pompa Transfer, berfungsi untuk memompa air bersih dari ground

water tank ke roof tank melalui pipa transfer. Beberapa jenis pompa

transfer yang sering dipakai, antara lain :

a. End Suction Pump

b. Horizontal Split Case Pump

c. Multi Stage Pump

d. Centrifugal Pump

2. Pressure Tank, berfungsi untuk meringankan kerja pompa dari keadaan

start-stop yang terlalu sering. Beberapa jenis pressure tank yang sering

dipakai, antara lain :

a. Diaphragma Pressure Tank

b. Non Diaphragma Pressure Tank atau Well Pressure Tank

3. Check Valve, penahan aliran balik air didalam instalasi pipa

Gambar  Check valve

4. Gate Valve, pengatur buka-tutup aliran air didalam pipa.

Page 4: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar Gate Valve

5. Ball Valve, pengatur jumlah aliran air di dalam pipa.

Gambar Ball Valve

6. Butterfly Valve, pengatur buka-tutup aliran air di dalam pipa.

Page 5: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar Butterfly Valve

7. Floating Valve, klep pengatur buka-tutup aliran air ke tanki.

8. Foot Valve, penahan air balik di bawah pipa isap.

9. Strainer, berfungsi sebagai filter air.

10. Flexible Joint, penahan getaran dan gerakan.

11. Pressure Gauge, pengukur tekanan.

12. Pressure Switch, alat kontak hubung-putus akibat tekanan.

13. Flow Switch, alat kontak hubung-putus akibat aliran.

14. Water Meter, pengukur debit air.

2.2.1.2 Peralatan untuk pembuangan

1. Jenis air buangan

Air buangan atau limbah (waste water) adalah semua cairan yang

dibuang, baik yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas

tumbuh-tumbuhan maupun yang mengandung sisa-sisa proses

industri.

Page 6: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Air buangan dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

a. Air kotor : Air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet

dan air buangan yang mengandung kotoran manusia yang berasal

dari alat plambing.

b. Air bekas : Air buangan yang bersal dari alat plambing lainnya

seperti bak mandi (bath tub), bak cuci tangan bak dapur dan

sebagainya.

c. Air hujan : Air dari atap, halaman dan sebagainya.

d. Air buangan khusus : Air yang mengandung gas, racun dan bahan-

bahan berbahaya yang berasal dari pabrik, air buangan dari

laboratorium, tempat pengobatan, tempat pemeriksaan di rumah

sakit, rumah pemotongan hewan, air yang bersifat radio aktif dan

lain-lain.

2. Sistem pembuangan air

a. Sistem pembuangan air kotor dan bekas

Sistem Campuran : Sistem pembuangan dimana air kotor dan

air bekas dikumpulkan dan dialirkan ke dalam satu saluran.

Sistem terpisah : Sistem pembuangan dimana air kotor dan

bekas masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah.

Untuk daerah dimana tidak tersedia roil umum yang dapat

menampung air bekas dan air kotor maka system pembuangan air

kotor akan disambungkan ke instalasi pengolahan air kotor terlebih

dahulu.

b. Sistem pembuangan air hujan

Pada dasarnya air hujan harus disalurkan melalui sistem

pembuangan yang  terpisah dari sistem pembuangan air bekas dan

air kotor. Bila dicampurkan, kemungkinan apabila saluran tersebut

tersumbat oleh sebab apapun ada kemungkinan air hujan akan

mengakibatkan air balik dan masuk ke dalam alat plambing

terendah dari sistem tersebut.

Page 7: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gedung harus mempunyai perlengkapan drainase untuk

menyalurkan air hujan dari atap dan halaman atau pekarangan

dengan pengerasan di dalam persil ke saluran air hujan kota atau

saluran pembuangan campuran kota. Pada daerah yang tidak

terdapat saluran tersebut. Drainase atap harus memenuhi ketentuan

berikut :

1) Drainase atap harus kedap air

2) Saringan harus dipasang pada lubang talang tegak.

Saringan harus menonjol sekurang-kurangnya 10 cm diatas

permukaan atap atau talang datar diukur dari lubang masuk

talang tegak. Jumlah luas lubang saringan tidak boleh < 1,5

kali luas penampang talang tegak. Saringan pada drainase atap

atau geladak tempat menjemur,geladak parkir atau tempat

sejenis dipasang rata dengan permukaan geladak dan jumlah

luas lubangnya tidak boleh < 2 kali luas penampang talang

tegak.

c. Sistem gravitasi dan sistem bertekanan

Sistem gravitasi : umumnya diusahakan agar air buangan

dapat dialirkan secara gravitasi dengan mengatur tata letak

kemiringan pipa pembuangan

Sistem bertekanan : dalam sistem  ini air buangan dikumpulkan

dalam bak penampung dan kemudian dipompakan ke luar dengan

menggunakan pompa motor listrik dan bekerja secara otomatis.

3. Komponen sistem pembuangan

Uraian tentang beberapa bagian penting dari komponen sistem

pembuangan adalah sebagai berikut :

a. Pipa pembuangan alat plambing

Pipa pembuangan yang menghubungkan pipa pembuangan yang

menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa

pembuangan lainnya dan biasanya dipasang tegak.

b. Cabang mendatar

Page 8: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Semua pipa pembuangan mendatar yang menghubungkan pipa

pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan.

c. Pipa tegak air buangan

Pipa tegak untuk mengalirkan air buangan dari cabang-cabang

mendatar.

d. Pipa tegak air kotor

Pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-cabang

mendatar.

e. Pipa atau saluran pembuangan gedung

Pipa pembuangan dalam gedung yang mengumpulkan air kotor, air

bekas, atau air hujan dari pipa-pipa tegak air buangan.

f. Riol gedung

Pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa pembuangan

gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan roil umum.

2.2.1.3 Peralatan ven

1. Ketentuan umum

a. Ukuran pipa ven lup dan pipa ven sirkit

Ukuran pipa ven lup dan ven sirkit minimum 32 mm dan tidak

boleh kurang dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa

buangan atau pipa tegak ven yang disambungkannya.

Ukuran pipa ven lepas minimum 32 mm dan tidak boleh kurang

dari setengah kali diameter cabang mendatar pipa pembuangan

yang dilayaninya.

b. Ukuran ven pipa tegak

Ukuran ven pipa tegak tidak boleh kurang dari ukuran pipa tegak

air buangan yang dilayaninya dan selanjutnya tidak boleh

diperkecil ukurannya sampai ke ujung terbuka.

c. Ukran ven pipa tunggal

Page 9: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Ukuran ven pipa tunggal minimum 32 mm dan tidak boleh kurang

dari setengah kali diameter pipa pengering alat plambing yang

dilayani.

d. Ukuran ven pipa pelepas ofset

Ukuran pipa ven pelepas untuk ofset pipa pembuangan harus sama

dengan atau lebih besar dari pada diameter tegak vena tau pipa

tegak air buangan (yang terkecil di antara keduanya).

e. Ukuran pipa ven yoke

Ukuran pipa ven yoke harus sama dengan atau lebih besar dari

pada diameter pipa tegak vena tau pipa tegak buanagn (yang

terkecil di antara keduanya).

f. Pipa ven untuk bak penampung

Ukuran pipa ven untuk bak penampung air buangan minimum

harus 50 mm.

2. Penentuan ukuran ven

Ukuran pipa ven didasarkan pada unit beban alat plambing dari pada

pembuangan yang dilayaninya, dan panjang ukuran pada pipa ven

tersebut. (Lihat Tabel 2.1). Bagian pipa ven mendatar, tidal termasuk

bagian “pipa ven di bawah lantai”, tidak boleh lebih dari 20% dari

seluruh panjang ukurannya.

Tabel 2.1 Ukuran pipa tegak ven dan ven cabang

Page 10: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Sumber: SNI 03-7065-2005

2.2.1.4 Peralatan saniter (Plumbing Fixtures)

Peralatan saniter seperti kloset, peturasan, dan bak cuci tangan umumnya

dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan  ini sangat populer karena

biayanya dalam hal ini pembuatanya cukup murah, dan ditinjau dari segi

sanitasi sangat baik.

Jenis peralatan saniter antara lain :

1. Kloset, dibagi dalam beberapa golongan menurut kontruksinya (Lihat

Gambar 2.5) :

a. Tipe Wash-Out

Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Tipe ini

sekarang dilarang di Indonesia karena kontruksinya berdampak

pada timbulnya bau yang tidak sedap akibat penggelontoran yang

tidak sempurna.

b. Tipe Wash-Down

Tipe  ini lebih baik daripada wash-out, bau yang  timbul akibat sisa

kotoran lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out.

c. Tipe Siphon

Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih

rumit dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda

aliran air buangan  tersebut sehingga  timbul efek siphon. Bau yang

dihasilkan lebih berkurang lagi pada tipe ini.

d. Tipe Siphon-jet

Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat,

dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil

searah aliran air buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air

Page 11: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

penggelontor lebih banyak.

e. Tipe Blow-Out

Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan

cepat, tapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1

kg/cm2, dan menimbulkan suara berbisik.

Sumber: SNI-03-6481-2000

Gambar Berbagai Jenis Kloset Duduk dan Jongkok

Page 12: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar Contoh Jenis Kloset Duduk (kiri) dan Jongkok (kanan)

2. Peturasan

Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, di

mana yang paling banyak digunakan adalah tipe wash-down (Lihat

Gambar 2.7 dan 2.8). Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang

peturasan berbentuk mirip “talang” terbuat dari porselen, plastik, atau

baja tahan karat, dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Dalamnya talang 15 cm atau lebih.

b. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengan

saringan.

c. Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyiram

bidang belakang talang dengan lapisan air.

d. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggap

setiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa.

Page 13: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Sumber: SNI-03-6481-2000

Gambar Jenis Peturasan

Sumber: SNI-03-6481-2000

Gambar 2.8 Peturasan Palung

Gambar Contoh Peturasan anak-anak (kiria) dan bidet (kanan)

3. Fitting Saniter

Beberapa jenis fitting saniter antara lain :

a. Keran air, ada beberapa macam yaitu :

1) Keran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.

Page 14: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2) Keran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri,

misalnya untuk cuci tangan.

3) Keran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air,

yaitu keran atau katup pelampung.

Gambar 2.10 Keran

Gambar  Wastafel

Page 15: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar  Bath Tub

Page 16: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar  Shower

b. Katup gelontor dan tangki gelontor

1) Katup gelontor berfungsi mengatur aliran air penggelontor, untuk

kloset dan peturasan.

2) Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada

juga yang harus dijalankan oleh orang.

2.2.2 Dalam pengertian umum, jenis peralatan Plambing meliputi :

2.2.2.1 Peralatan pemadam kebakaran

1. Sistem hidran

a. Tipe Sistem Stand Pipe Untuk Hidran

1) Automatic-Wet

Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan sistem secara otomatis.

2) Automatic-Dry

Suatu sistem stand pipe kering, biasanya diisi dengan udara

bertekanan dan dirangkaikan dengan suatu alat, seperti dry pipe

valve, untuk menerima air ke dalam sistem perpipaannya secara

otomatis dengan membuka suatu hose value.

- Menghemat kerja pompa

- Pompa akan bekerja secara otomatis pada saat alarm

berbunyi, sehingga air akan segera mengalir untuk

menanggulangi kebakaran.

3) Semi Automatic-Dry

Sistem stand pipe kering yang dirangkaikan dengan suatu alat

seperti deluge value, untuk menerima air ke dalam sistem

perpipaannya dengan cara mengaktifkan suatu alat pengontrol

jarak  jauh yang  terletak pada setiap hose connection. Suplai air

harus mampu memenuhi kebutuhan sistem.

4) Manual-Wet

Page 17: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Suatu sistem stand pipe basah yang memiliki suplai air yang

sedikit, hanya untuk memelihara keberadaan air dalam pipanya,

namun tidak memiliki untuk memenuhi seluruh kebutuhan

sistem. Suplai air sistem diperoleh dari fire department pumper.

5) Manual-Dry

Suatu sistem stand pipe yang tidak memiliki suplai air yang

permanen. Air yang diperlukan diperoleh dari suatu fire

department pumper, untuk kemudian dipompakan ke dalam

sistem melalui fire department connection

b. Keluar Sistem Stand Pipe

1) Kelas I

Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose

connection berdiameter 2½ inchi untuk mensuplai airnya,

khususnya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran dan

orang-orang yang terlatih untuk menangani kebakaran berat.

2) Kelas II

Suatu sistem stand pipe yang harus menyediakan hose

connection berdiameter 1½ inchi untuk mensuplai airnya,

digunakan oleh penghuni gedung atau petugas pemadam

kebakaran selama tindakan pertama. Pengecualian dapat

dilakukan dengan menggunakan hose connection 1 inchi jika

kemungkinan bahaya sangat kecil dan telah disetujui oleh

instalasi atau pejabat yang berwenang.

3) Kelas III

Suatu sistem yang harus menyediakan baik hose connection

berdiameter 1½ inchi untuk digunakan oleh penghuni gedung

maupun hose connection berdiameter 2½ inchi untuk digunakan

oeh petugas pemadam kebakaran ada orang-orang yang telah

terlatih untuk kebakaran berat.

Page 18: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

c. Design/Perancangan

1) Penentuan letak hose connection

Pada sistem stand pipe kelas I, jika bagian terjauh dari suatu

lantai/tingkat yang tidak bersprinkler melebihi 150 ft (45.7 m)

dari  jalan keluar (exit) atau melebihi 200 ft  (61 m) untuk  lantai

yang tidak bersprinkler, perlu dilakukan penambahan hose

connection pada  lokasi yang diperlukan oleh petugas pemadam

kebakaran.

2) Ukuran minimum stand pipe

Stand pipe pada kelas I dan III harus berdiameter minimal 4

inchi.

3) Tekanan minimum sistem

Stand pipe harus didisain secara hidrolis guna memenuhi flow-

ratenya, dengan tekanan residual minimal 100 psi (6.9 bar) pada

hose connection terjauh untuk yang berdiameter 2½ inchi dan 65

psi (4.5 bar) untuk yang berdiameter 1½ inchi.

4) Tekanan maksimum hose connection

Tekanan residual pada hose connection berdiameter 1½ inchi

yang digunakan oleh penghuni bangunan tidak boleh melebihi

100 psi (6.9 bar). Ketika tekanan statik pada hose connection

melebihi 100 psi, maka pressure regulator device harus

digunakan untuk membatasi tekanan statik dan residual pada

outlet hose connection pada 100 psi untuk diameter 1½ inchi

dan 175 psi untuk hose connection lainnya.

5) Flow rate (debit) minimum pada stand pipe

Untuk sistem kelas I dan III, flowrate minimum pada stand pipe

terjauh harus 500 gpm (1893 l/menit). Sedangkan untuk

tambahannya harus memiliki flow rate minimal 250 gpm (946

l/menit) per stand pipe, dengan jumlah total tidak lebih dari

Page 19: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

1250 gpm (4731  l/menit). Pengecualian,  jika  luas area melebihi

80000 ft (7432 m2), maka stand pipe kedua terjauh harus

didisain untuk 500 gpm.

6) Flow rate minimum pada hidran gedung

Debit air minimum gedung 400 l/menit

7) Prosedur perhitungan

Penentuan ukuran pipa dan kehilangan tekan yang ditimbulkan

dilakukan denga cara yang sama pada sistem penyediaan air

bersih, yaitu menggunakan persamaan Hazen-William. Pipa

yang digunakan juga merupakan jenis pipa Galvanis baru.

8) Drain dan Test riser

Secara permanen drain riser 3 inchi (76 mm) harus disediakan

berdekatan pada setiap stand pipe, yang dilengkapi dengan

pressure regulating device guna memungkinkan dilakukannya

tes pada tiap alat/device. Setiap stand pipe harus disediakan

draining, suatu drain valve dan pipanya, diletakkan pada titik

terendah pada stand pipe. Penentuan suatu stand pipe drain

dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Page 20: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Tabel 2.2 Ukuran Stand pipe Drain

Sumber: NFPA 14, “Standar Installation for Standpipe and Hose Systems”

9) Suplai Air (Water Supply)

Untuk Sistem kelas I, water supply harus cukup untuk

memenuhi kebutuhan sistem seperti yang telah diuraikan di atas

selama sedikitnya 30 menit.

2. Sistem sprinkle

Sistem sprinkler harus dipasang terpisah dari sistem perpipaan dan

pemompaan lainnya, serta memiliki penyediaan air tersendiri.

Beberapa definisi mengenai komponen sistem di antaranya:

a. Branch (cabang) adalah pipa di mana sprinkler dipasang, baik

secara langsung atau melalui riser

b. Cross main (pipa pembagi) adalah pipa yang mensuplai pipa

cabang, baik secara langsung atau melalui riser

c. Feed main (pipa pembagi utama) adalah pipa yang mensuplai pipa

pembagi, baik secara langsung atau melalui riser.

Sistem sprinkler secara otomatis akan bekerja bila segelnya pecah

Ukuran Stand PipeUkuran Drain

Connection

Sampai dengan 2 in

2 ½ in, 3 in, atau 3 ½ in

4 in atau lebih besar

¾ in atau lebih besar

1¼ in atau lebih besar

2 in saja

Page 21: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

akibat adanya panas dari api kebakaran. Sistem Sprinkler dapat dibagi

atas beberapa jenis, yaitu (Departemen Pekerjaan Umum, 1987):

a. Dry Pipe System

Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang

disambungkan dengan sistem perpipaannya yang mengandung

udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut akibat

adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe

valve. Dengan demikian air akan mengalir ke dalam sistem

perpipaan dan keluar dari kepala sprinkler yang terbuka.

b. Wet Pipe System

Suatu sistem yang menggunakan sprinkler otomatis yang

disambungkan ke suplai air (water supply). Dengan demikian air

akan segera keluar melalui sprinkler yang telah terbuka akibat

adanya panas dari api.

c. Deluge System

Sistem yang menggunakan kepala sprinkler yang terbuka

disambungkan pada sistem perpipaan yang dihubungkan ke suplai

air melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara

mengoperasikan sistem deteksi yang dipasang pada area yang sama

dengan sprinkler. Ketika valve dibuka, air akan mengalir ke dalam

sistem perpipaan dan dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada.

d. Preaction System

Suatu sistem yang menggunakan sprikler otomatis yang

disambungkan pada suatu sistem perpipaan yang mengandung

udara, baik yang bertekanan atau tidak, melalui suatu sistem

deteksi tambahan yang dipasang pada area yang sama dengan

sprinkler. Pengaktifan sistem deteksi akan membuka suatu valve

yang mengakibatkan air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan

sprinkler dan dikeluarkan melalui sprinkler yang terbuka.

e. Combined Dry Pipe-Preaction

Sistem pipa berisi udara bertekanan. Jika terjadi kebakaran,

Page 22: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

peralatan deteksi akan membuka katup kontrol air dan udara

dikeluarkan pada akhir pipa suplai, sehingga sistem akan  terisi air

dan bekerja seperti sistem wet pipe. Jika peralatan deteksi rusak,

sistem akan bekerja seperti sistem dry pipe.

Sprinkler dapat pula dibagi menjadi dua kategori berdasarkan mode

aktivasi pengiriman air, yaitu :

a. Dalam versi “fusible element”, panas mencairkan stopper metal

yang menyumbat lubang pengiriman air.

b. Dalam versi “bulb”, temperatur tinggi memanaskan cairan dalam

bohlam kaca (glass bulb), sampai bulb pecah.

Gambar Sprinkler jenis fusible element (kiri) dan bulb (kanan)

Gambar Sprinkle

Rata – rata Temperatur Warna dari cairan bola

57

68

79

93

141

182

204 – 260

Jingga

Merah

Kuning

Hijau

Biru

Ungu ( Mauve )

Hitam

Page 23: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Tabel 2.3 Warna Cairan dan Temperatur Sprinkler

Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 1987

Tabel 2.3 menunjukkan rata-rata temperatur Sprinkler berdasarkan

warna dari cairan.

2.3 Syarat-syarat dan Mutu Bahan Plambing

2.3.1 Syarat alat-alat plambing berdasarkan jenis kategori

Syarat-syarat yang mengatur  tentang alat-alat Plambing diatur dalam SNI

03 – 6841 – 2000, berdasarkan jenis kategori bangunan yaitu :

2.3.1.1 Rumah tinggal, dimana dalam setiap rumah tinggal sekurang –

kurangnya dilengkapi dengan :

1. Sebuah bak cuci dapur.

2. Sebuah kloset.

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.

4. Sebuah tempat cuci tangan.

5. Sebuah pengering lantai.

2.3.1.2 Rumah Susun, dimana dalam setiap unit harus dilengkapi sekurang –

kurangnya dengan :

1. Sebuah bak cuci dapur.

Page 24: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2. Sebuah kloset.

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.

4. Sebuah tempat cuci tangan.

5. Sebuah pengering lantai.

Disamping itu, setiap unit rumah tinggal harus dilengkapi dengan

bak cuci pakaian atau perlengkapan penyambungan untuk mesin cuci

pakaian, kecuali bila unit rumah tinggal tersebut disediakan untuk

penghuni tidak tetap.

Setiap rumah susun harus juga dilengkapi dengan sebuah ruang

cuci pakaian bersama, dengan perlengkapan alat plambing sebagai berikut:

1. Sebuah tempat cuci pakaian dengan dua bak untuk setiap 10 unit

rumah tinggal, atau

2. Sebuah mesin cuci pakaian untuk setiap 20 unit rumah tinggal.

Bila unit rumah tinggal tersebut hanya merupakan akomodasi tidur,

maka untuk setiap enam unit, harus dilengkapi sekurang – kurangnya

dengan :

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.

3. Sebuah tempat cuci tangan.

4. Sebuah pengering lantai.

5. Untuk ruang toilet laki – laki, jumlah kloset dapat diganti dengan

peturasan (urinoir) tidak lebih dari sepertiga jumlah kloset yang

disyaratkan.

2.3.1.3 Hunian usaha/niaga, dimana ketentuan minimum alat plambing dalam

hunian usaha/niaga dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 2.4 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian

usaha

Page 25: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2.3.1.4 Hunian industri, kententuan yang berlaku sama halnya dengan hunian

usaha/niaga, kecuali untuk industri pengecoran logam yang kriteria jumlah

alat plambing harus di sesuaikan dengan Tabel 3.5

Tabel 2.5 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian

industri

2.3.1.5 Hunian Gudang, ketentuan alat plambing minimum sama dengan yang

disyaratkan untuk hunian usaha. Alat plambing  juga dapat dipasang pada

bangunan yang berdekatan,  jika jarak mendatar dari  tempat kerja ke toilet

tidak  lebih dari 150 m dan kedua bangunan  tersebut berada dibawah satu

pengelolaan.

2.3.1.6 Hunian kumpulan, kecuali hunian ibadah dan sekolah, maka kapasitas

alat plambing minimum ditentukan dengan menggunakan Tabel 3.6

Tabel 2.6 Jumlah kloset, bak cuci tangan dan peturasan untuk hunian

kumpulan

Page 26: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

1. Pancaran air minum atau alat sejenis harus disediakan untuk setiap

1000 orang pengunjung atau sekurang – kurangnya sebuah alat

plambing sejenis tersebut disediakan pada setiap tingkat bangunan

atau balkon.

2. Bila dalam ruangan proyektor terdapat lebih dari satu proyektor, maka

harus dilengkapi sekurang – kurangnya dengan; sebuah kloset dan

sebuah bak cuci tangan di lantai yang bersangkutan dan terletak 6 – 7

m dari ruang proyektor tersebut.

3. Alat plambing untuk pengunjung dapat pula digunakan oleh

karyawan, akan tetapi setidak -tidaknya fasilitas toilet karyawan harus

sesuai dengan jumlah dan jenis yang disyaratkan untuk karyawan

seperti pada hunian usaha.

4. Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan

mudah dicapai.

2.3.1.7 Hunian ibadah, khususnya untuk masjid, haus disediakan sekurang –

kurangnya satu kran wudhu setiap 50 orang jemaah. Untuk kapasitas lebih

dari 500 orang jemaah, harus ditambah dengan sebuah kran untuk setiap

kenaikan 200 orang. Di tempat ibadah harus ada sekurang – kurangnya

sebuah kloset dan sebuah bak cuci  tangan,  fasilitas  ini boleh berada pada

bangunan yang berdekatan letaknya, bila berada dibawah satiu

pengelolaan. Fasilitas  toilet  laki –  laki dan perempuan harus  terpisah dan

mudah dicapai.

2.3.1.8 Sekolah, penyediaan alat plambing di sekolah dilakukan berdasarkan

kapasitas hunian dan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

Page 27: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

1. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki –laki dan sebuah

kloset untuk setiap 35 orang murid perempuan di Sekolah Dasar.

2. Sebuah kloset untuk setiap 100 orang murid laki – laki dan sebuah

kloset untuk setiap 45 orang murid perempuan di Sekolah Menengah.

3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 50 orang murid.

4. Sebuah peturasan untuk setiap 30 orang murid laki – laki.

5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap

150 orang murid, tetapi sebuah alat plambing sejenis sekurang –

kurangnya disediakan pada tiap lantai yang terdapat ruang kelas.

Bila terdapat lebih dari 5 orang karyawan dan guru, alat plambing

harus disediakan lagi, sekurang – kurangnya jenis dan jumlahnya sama

dengan yang disyaratkan pada hunian usaha. Alat plambing yang

disediakan untuk murid harus terpisah dari alat plambing yang disediakan

untuk guru dan karyawan. Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan

harus terpisah, mudah dicapai serta mudah digunakan.

2.3.1.9 Hunian lembaga, dimana hunian tersebut berada dalam pengawasan maka

harus dilengkapi dengan alat plambing sekurang – kurangnya adalah

sebagai berikut:

1. Sebuah bak cuci dapur.

2. Sebuah kloset.

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.

4. Sebuah bak cuci tangan.

5. Sebuah pengering lantai.

Bila akomodasi tidur diatur sebagai kamar terpisah, maka di dekat

setiap enam kamar tidur di lengkapi sekurang-kurangnya dengan :

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.

3. Sebuah bak cuci tangan.

4. Sebuah pengering lantai.

Bila akomodasi tidur diatur seperti asrama,, maka untuk setiap 15

Page 28: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

orang penghuni, pada tempat di dekatnya harus dilengkapi sekurang –

kurangnya dengan:

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus.

3. Sebuah bak cuci tangan.

4. Sebuah pengering lantai.

Fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan

mudah dicapai.

2.3.1.10 Hunian lembaga lingkup terbatas, dalam hal ini kecuali rumah sakit

maka harus dilengkapi dengan alat plambing untuk tiap lantai sesuai dengan

ketentuan – ketentuan sebagai berikut;

1. Sebuah kloset untuk setiap 25 orang penghuni  laki –  laki dan sebuah

kloset untuk setiap 20 orang penghuni perempuan.

2. Sebuah peturasan untuk setiap 50 orang penghuni laki – laki.

3. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 orang penghuni.

4. Sebuah dus untuk setiap 10 orang penghuni.

5. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50

orang penghuni.

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan

dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha,

selain itu fasilitas toilet untuk laki – laki dan perempuan harus terpisah dan

mudah dicapai.

2.3.1.11 Rumah sakit, alat - alat plambing yang harus tersedia adalah sebagai

berikut:

1. Sebuah kloset dan sebuah bak cuci tangan untuk setiap 10 tempat tidur.

2. Sebuah dus, bak mandi atau bak air mandi untuk setiap 20 tempat tidur.

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan

Page 29: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan

terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki –

laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.12 Rumah sakit jiwa, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. Sebuah kloset.

2. Sebuah bak cuci tangan.

3. Sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus untuk setiap 8 orang

paisen.

4. Sebuah pancaran air minum atau alat plambing sejenis untuk setiap 50

tempat tidur.

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan

dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan

terpisah dari fasilitas toilet pasien, selain itu fasilitas toilet untuk laki – laki

dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.13 Lembaga pemasyarakatan, harus dilengkapi dengan alat plambing sesuai

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Sebuah kloset, sebuah tempat cuci tangan dan sebuah pengering lantai

di setiap sel.

2. Sebuah dus untuk setiap 10 orang, ditempatkan di setiap lantai dimana

sel itu berada.

3. Sebuah kloset dan sebuah tempat cuci tangan ditempat olahraga.

Fasilitas toilet untuk karyawan sekurang – kurangnya disediakan

dalam jumlah dan jenis yang sama dengan persyaratan hunian usaha dan

terpisah dari fasilitas toilet narapidana, selain itu fasilitas toilet untuk laki –

laki dan perempuan harus terpisah dan mudah dicapai.

2.3.1.14 Kolam renang dan pemandian umum,  jumlah dan  jenis alat plambing,

sekurang – kurangnya harus terdiri dari :

Page 30: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

1. Sebuah kloset untuk setiap 60 orang laki – laki.

2. Sebuah kloset untuk setiap 40 orang perempuan.

3. Sebuah peturasan untuk setiap 40 orang laki – laki.

4. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang laki – laki.

5. Sebuah bak cuci tangan untuk setiap 60 orang perempuan.

6. Sebuah dus untuk setiap 40 orang laki – laki.

7. Sebuah dus untuk setiap 40 orang perempuan.

Fasilitas dus untuk mandi di kolam renang umum dan tempat

pemandian umum lainnya, harus dipisahkan untuk laki – laki dan

perempuan, harus mudah dicapai oleh semua pengunjung pada setiap saat

dan harus ditempatkan sedemikian rupa sebelum memasuki daerah

pemandian. Untuk sekolah yang mempunyai kolam renang, jumlah dus

sekurang – kurangnya harus sepertiga jumlah murid dari kelas yang

terbesar.

2.3.1.15 Rumah makan, kantin dan kafetaria, alat plambing yang harus tersedia

sekurang – kurangnya satu mesin cuci atau tempat cuci berbak tiga yang

cocok, untuk mencuci secara efektif dan bersih sebelum alat – alat tersebut

dipakai kembali. Untuk mesin cuci atau bak cuci tersebut, harus digunakan

air panas.

2.3.1.16 Dapur rumah makan atau kantin, harus menyediakan sekurang –

kurangnya sebuah bak tempat cuci tangan, khusus untuk keperluan

karyawan dapur.

2.3.1.17 Hunian sementara, seperti fasilitas toilet sementara untuk pekerja yang

sedang membangun atau mengadakan perubahan, perbaikan,

pembongkaran gedung pada suatu proyek dengan dasar satu unit untuk

setiap 30 orang.

Fasilitas toilet tersebut terdiri dari kloset biasa atau kloset kimia yang

Page 31: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

mudah dicapai oleh pekerja dan harus terletak tidak lebih dari empat

tingkat diatas atau dibawah tempat bekerja, serta terlindung dari

pandangan dan bahaya kejatuhan benda. Hunian sementara ini harus

dipelihara sesuai dengan persyaratan kesehatan, sehingga selalu siap pakai.

Bila proyek telah selesai, fasilitas dan sistem pembuangannya harus di

bongkar, sekitarnya harus dibersihkan, didefinisikan dan lubang kloset

tersebut harus ditimbun dengan tanah yang baik dan bersih.

2.3.1.18 Fasilitas khusus, apabila terdapat kemungkinan kontaminasi kulit oleh

bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi pada

kulit, maka untuk tiap 5 orang harus disediakan sebuah bak cuci tangan

yang mudah dicapai.

Jika terdapat kemungkinan terkena suhu yang tinggi, kontaminasi kulit

oleh bahan beracun, bahan yang dapat menimbulkan infeksi atau iritasi

pada kulit, maka untuk setiap 15 orang harus disediakan sekurang –

kurangnya satu dus yang mudah di capai. Jika orang bekerja dengan bahan

yang sangat mengiritasikan harus disediakan dus darurat dalam jarak

maksimum 10 meter dari tempat tersebut. Dus ini tidak boleh dilengkapi

dengan air panas, dan tidak pula pengering lantai.

2.3.2 Mutu Bahan plambing

Dalam perencanaan pelaksanaan plambing, harus diperhatikan syarat-

syarat dari bahan Plambing, yaitu :

1. Tidak menimbulkan bahaya kesehatan

2. Tidak menimbulkan gangguan suara

3. Tidak menimbulkan gangguan radiasi

4. Tidak merusak perlengkapan bangunan

5. Instalasi harus kuat dan bersih

Selain syarat-syarat di atas harus pula diperhatikan cara-cara pemasangan

yang baik, seperti penyambungan hubungan dari pipa-pipa yang besar ke yang

kecil atau sebaliknya.

Page 32: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Instalasi plambing harus menggunakan bahan-bahan yang mutu bahannya

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Daya tahan bahan harus lama, minimal 30 th

2. Permukaan harus halus dan tahan air

3. Tidak ada bagian – bagian yang tersembunyi/menyimpan kotoran pada

bahan-bahan yang dimaksud

4. Bebas dari kerusakan, baik mekanis maupun yang lain

5. Mudah pemeliharaannya

6. Memenuhi peraturan yang berlaku

2.4 Alat-alat Pendukung Plambing

Dalam perencanaan plambing, perlengkapan utama yang dibutuhkan

adalah pipa. Pipa- pipa yang digunakan dalam perancangan plambing terdiri dari:

1. Pipa baja (galvanis)

Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau

bagian dari suatu tower air, sebagai penghubug dari mesin air ke tendon

di atas tower. Pipa ini dapat juga digunakan sebagai penyalur adukan

beton ke bangunan selama masa konstruksi.

Gambar Pipa Baja (Galvanis)

2. Pipa PVC

Pipa PVC biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam

Page 33: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

gedung. Pipa PVC bersifat ringan, berkekuatan tinggi, dan reaktivitas

rendah, menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC juga

bisa dicampur dengan berbagai larutan semen atau disatukan dengan

pipa HDPE oleh panas,menciptakan sambungan permanen yang tahan

kebocoran.

Gambar 2.16 Pipa PVC

3. Pipa Tembaga

Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada

suatu gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat

konduktornya yang sangat baik dan tahan terhadap korosi.

Gambar Pipa Tembaga

Page 34: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2.5 Sistem Instalasi Plumbing

Yang dimaksud disini dengan pekerjaan instalasi plambing adalah

pengadaan, transportasi, pembuatan, pemasangan, peralatan bahan-bahan

utama dan pembantu serta pengujian, sehingga diperoleh instalasi yang

lengkap dan baik sesuai dengan spesifikasi, gambar dan bill of quantity.

Uraian pekerjaan sistem plumbing :

1. Sistem Air Bersih

Pipa air bersih per lantai dilayani oleh 2 pipa tegak (sisi kiri dan

sisikanan).

2. Sistem Air Kotor

Pipa air kotor, air bekas dari toilet dan air buangan dari dapur, pantry

dilayani dengan pipa terpisah. Pipa tegak air kotor dan air bekas

disambungkan ke pipa eksisting di halaman menuju tangki septik. Sedangkan

pipa tegak air buangan dari dapur dan pantry dialirkan ke penangkap lemak

terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran luar.

3. Sistem Air Hujan

Roof drain dipasang pada lantai atap. Setiap pipa tegak air hujan harus

diarahkan ke sumur resapan terlebih dahulu dan kemudian limpahannya

dialirkan ke sistem drainase halaman. Pipa tegak air hujan yang difungsikan

juga sebagai pipa kondensat drain dari instalasi AC, harus diisolasi dengan

ketebalan minimal 25mm.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam instalasi sistem plumbing :

1. Bahan Pipa :

a. Pemilihan bahan pipa untuk instalasi plumbing harus disesuaikan

dengan jenis air yang dialirkan.

b. Pipa harus memenuhi standar yang berlaku, misalnya SNI, SII, JIS,

JWWA, dsb.

c. Bahan pipa dan standar untuk pemakaian tertentu (air dingin, air

panas, buangan dan ven) dapat dilihat dibawah.

2. Sambungan (fiting) dan perlengkapan yaitu Berfungsi untuk menyambung

2 pipa

3. Valve / Katup

Page 35: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa

Macamnya : gate valve, globe valve, butterfly valve, check valve, dll.

Gambar Macam-macam valve

2.5.1 Persyaratan Pemasangan

1. Perpipaan harus dikerjakan dengan cara yang benar untuk menjamin

kebersihan, kerapihan, ketinggian yang benar, serta memperkecil

banyaknya penyilangan.

2. Pekerjaan harus ditunjang dengan suatu ruang yang longgar, tidak

kurang dari 50 mm diantara pipa-pipa atau dengan bangunan dan

peralatan.

3. Semua pipa dan fitting harus dibersihkan dengan cermat dan

teliti sebelum dipasang, membersihkan semua kotoran, benda-benda

tajam/runcing serta penghalang lainnya.

4. Pekerjaan perpipaan harus dilengkapi dengan semua katup-katup yang

diperlukan antara lain katup penutup, pengatur, katup balik dan

sebagainya, sesuai dengan fungsi sistem dan yang diperlihatkan

digambar.

5. Semua perpipaan yang akan disambung dengan peralatan, harus

dilengkapi dengan UNION atau FLANGE.

Page 36: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

6. Sambungan lengkung, reducer dan expander dan sambungan-

sambungan cabang pada pekerjaan perpipaan harus mempergunakan

fitting buatan pabrik.

7. Kemiringan menurun dari pekerjaan perpipaan air limbah harus seperti

berikut, kecuali seperti diperlihatkan dalam gambar.

a. Dibagian dalam bangunan.

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 %

b. Dibagian luar bangunan.

Garis tengah 150 mm atau lebih kecil : 1,5 %

Garis tengah 200 mm atau lebih besar : 1%

8. Semua pekerjaan perpipaan harus dipasang secara menurun kearah titik

buangan. Drain dan vent harus disediakan guna mempermudah pengisian

maupun pengurasan.

9. Katup (valves) dan saringan (strainers) harus mudah dicapai

untuk pemeliharaan dan penggantian. Pegangan katup (valve handled)

tidak boleh menukik.

10. Sambungan-sambungan fleksibel harus dipasang sedemikian rupa dan

angkur pipa secukupnya harus disediakan guna mencegah tegangan

pada pipa atau alat-alat yang dihubungkan oleh gaya yang

bekerja kearah memanjang.

11. Pekerjaan perpipaan ukuran jalur penuh harus diambil lurus tepat ke arah

pompa dengan proporsi yang tepat pada bagian-bagian

penyempitan. Katup-katup dan fitting pada pemipaan demikian harus

ukuran jalur penuh.

12. Pada pemasangan alat-alat pemuaian, angkur-angkur pipa dan

pengarah-pengarah pipa harus secukupnya disediakan agar pemuaian serta

perenggangan terjadi pada alat-alat tersebut, sesuai dengan

permintaan & persyaratan pabrik.

13. Kecuali jika tidak terdapat dalam spesifikasi, sleeves pipa harus

disediakan dimana pipa-pipa menembus dinding-dinding, lantai, balok,

kolom atau langit-langit. Dimana pipa-pipa melalui dinding tahan api,

Page 37: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

ruang-ruang kosong diantara sleeves dan pipa-pipa harus dipakal

dengan bahan rock-wool.

14. Selama pemasangan, bila terdapat ujung-ujung pipa yang terbuka

dalam pada setiap tahap pekerjaan, harus ditutup dengan

menggunakan caps atau plugs (tidak boleh terbuat dari kayu) untuk

mencegah masuknya benda-benda lain.

15. Semua galian, harus juga termasuk penutupan kembali serta

pemadatan.

16. Pekerjaan perpipaan tidak boleh digunakan untuk pentanahan listrik.

2.6 Sistem Pemipaan

2.6.1 Sistem Instalasi

Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan suatu

fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan

mesin atau pompa. Misalnya pipa yang dipakai untuk memindahkan minyak dari

tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan dan juga

mentransfer air untuk keperluan pendinginan mesin ataupun untuk kebutuhan

sehari-hari diatas kapal serta masih banyak  lagi fungsi  lainnya. Sistem perpipaan

harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum bengkokan dan

sambungan las atau brazing, sedapat mungkin dengan flens atau sambungan yang

dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu. Semua pipa harus dilindungi dari

kerusakan mekanis. Sistem perpipaan ini harus ditumpu atau dijepit sedemikian

rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa melalui sekat yang diisolasi

harus merupakan sambungan flens yang diijinkan dengan panjang yang cukup

tanpa merusak isolasi.

Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan

instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun

segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan-

peraturan klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem

pendukung permesinan.

Page 38: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2.6.2 Jenis Pipa

Berdasarkan klasifikasi pengguna (user), pipa dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Standard pipe

a. Mechanical service pipe

Mechanical service pipe digunakan untuk kepentingan structural dan

mekanikal. Berdasarkan ketebalan dinding, mechanical service pipe

dibagi menjadi 3 kelas, yaitu standard weight, extra strong, double extra

strong. Mechanical service pipe ada dalam bentuk seamless dan welded

pipe. Jenis ini berdiameter sampai 12 inchi.

b. Refrigerator pipe

Refrigerator pipe digunakan untuk membawa refrigerant, dan

berdiameter ¾ - 2 inchi.

c. Dry-kiln pipe

Dry-kiln pipe digunakan untuk industri kayu, dan diproduksi dalam

ukuran pipa standar ¾, 1 dan 1¼ inchi.

 

Gambar  Standard Pipe

2. Pressure pipe

Pressure pipe digunakan untuk membawa fluida atau gas pada tekanan atau

temperatur normal, subzero, atau tinggi. Pressure pipe mempunyai ukuran ⅛

Page 39: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

inchi. Nominal size sampai 36 inchi.

 

Gambar 2.20 Pressure Pipe

3. Line pipe

Line pipe diproduksi dalam bentuk welded dan seamless. Jenis pipa ini ini

mempunyai ukuran ⅛ inchi. Digunakan untuk membawa gas, minyak atau

air.

Gambar  Line Pipe

4. Water-well pipe

Diproduksi dalam bentuk welded atau seamless dengan bahan steel.

Digunakan untuk membawa air untuk digunakan di perkotaan maupun

Page 40: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

industri. Jenis pipa ini mempunyai ukuran ⅛ - 96 inchi, dengan berbagai

ketebalan dinding.

 

Gambar Water Well Pipe

5. Oil country goods

Casing digunakan sebagai structural retainer untuk dinding sumur minyak

atau gas dan juga untuk mengeluarkan fluida yang tidak diinginkan, dan

untuk melindungi dan mengalirkan minyak atau gas dari sumber di bawah

permukaan menuju permukaan tanah.

Gambar Oil Country Goods

Page 41: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

6. Carbon steel

Gambar Carbon Steel Pipe

7. Carbon Moly

Gambar Carbon Moly Pipe

8. Galvanees

Gambar Galvanees Pipe

10. Stainless Steel

Page 42: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar  Stainless Steel Pipe

11. PVC (Paralon)

Gambar  PVC Pipe

7. Chrom Moly

Gambar Chrom Moly Pipe

Sedang bahan-bahan pipa secara khusus dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Vibre Glass

Page 43: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar Vibre Glass Pipe

2. Aluminium

Gambar Aluminium Pipe

3. Wrought Iron (besi tanpa tempa)

4. Cooper (Tembaga)

Gambar  Cooper Pipe

Page 44: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

5. Red Brass (kuningan merah)

Gambar Red Brass Pipe

6. Nickel cooper = Monel ( timah tembaga)

Gambar  Nickel cooper Pipe

7. Nickel chrom iron = inconel (besi timah chrom)

2.6.3 Pipa Air Kotor dan Air Buangan

1. Ukuran Minimum Pipa Cabang Mendatar.

Pipa cabang mendatar harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya

sama dengan diameter terbesar dari perangkap alat plambing yang

Page 45: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

dilayaninya Diameter perangkap dan pipa pengering alat plambing dapat

dilihat dalam tabel 5.6

2. Ukuran Minimum Pipa Tegak

Pipa tegak harus mempunyai ukuran yang sekurang-kurangnya sama

dengan diameter terbesar cabang mendatar yang disambungkan ke pipa

tegak tersebut.

3. Pengecilan Ukuran Pipa

Pipa tegak maupun cabang mendatar tidak boleh diperkecil diameternya

dalam arah aliran air buangan. Pengecualian hanya ada pada kloset,

dimana pada lubang keluarnya dengan diameter 100 mm dipasang

pengecilan pipa ( reducer ) 100 x 75 mm. Cabang mendatar yang melayani

satu kloset harus mempunyai diameter sekurang-kurangnya 75 mm, dan

untuk dua kloset atau lebih sekurang-kurangnya 100 mm.

4. Pipa di Bawah Tanah

Diameter pipa (mm) Unit alat plambing

32

40

50

65

75

100

125

150

200

250

300

375

1

3

5

10

14

96

216

372

840

1500

2340

3500

Page 46: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Tabel 2.7 Diameter pipa air kotor dan air buangan

Pipa pembuangan yang ditanam dalam tanah atau di bawahnya lantai

bawah tanah harus mempunyai ukuran sekurang-kurangnya 50 mm

5. Penentuan Ukuran Instalasi Pipa Air Kotor dan Air Buangan

Dalam penentuan ukuran instalasi pipa air kotor dan air buangan pada

perencanaan ini menggunakan metoda Unit Alat Plambing. Adapun

langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut :

a. Menentukan daerah yang akan dilayani oleh pipa air kotor atau air

buangan, Lihat pada gambar isometri pipa air kotor dan air buangan

b. Melihat nilai Unit alat plambing sebagai beban ( table 2.7 ).

c. Menentukan ukuran pipa air kotor atau air buangan ( table 2.8 ).

Tabel 2.8 Unit alat plambing sebagai beban, setiap alat atau kelompok

Page 47: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Alat plambingDiameter

perangkap

Minimum (mm)

Unit alat plambing

sebagai Beban

1 Kloset : tangki gelontor 75 4

katup gelontor 8

2 Peturasan :

Tipe menempel di dinding 40 4

Tipe gantung di dinding 40-50 4

Tipe dengan kaki, siphon jet atau blow-out 75 8

Untuk umum, model palung setiap 0,60 m 2

3 Bak cuci tangan (lavatory) 32 1

4 Bak cuci tangan (wash basin ) :

Ukuran biasa 32 1

Ukuran kecil 25 0,5

5 Bak cuci, praktek dokter gigi 32 1

Alat perawatan gigi 32 0,5

6 Bak cuci, salon dan tempat cukur 32 2

7 Pancuran minum 32 0,5

8 Bak mandi :

Berendam (bath tub ) 40-50 3

Model Jepang ( untuk di rumah ) 40 2

Untuk umum 50-7504-06

9 Pancuran mandi :

Untuk rumah 50 2

Untuk umum, tiap pancuran 3

10 Bidet 32 3

11 Bak cuci, untuk pel 75-100 8

Page 48: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

12 Bak cuci pakaian 40 2

13 Kombinasi bak cuci biasa dan bak cuci

pakaian50

14 Kombinasi bak cuci dapur dengan

penghancur kotoran40

3

4

15 Bak cuci tangan, kamar bedah

Ukuran besar 2

Ukuran kecil 1,5

16 Bak cuci, laboratorium kimia 40-50 1,5

17 Bak cuci, macam-macam :

Dapur, untuk rumah 40-50 02-04

Dapur, dengan penghancur makanan,

untuk rumah40-50 3

Hotel, komersial 50 4

Bar 32 1,5

Dapur kecil, cuci piring 40-50 02-04

18 Mesin cuci :

Untuk rumah 40 2

Paralel, dihitung setiap orang - 0,5

19 Buangan lantai (floor drain ) 40 0,5

50 1

75 2

20 Kelompok alat plambing dalam kamar

mandi terdiri dari satu kloset, satu bak cuci

tangan, satu bak mandi rendam atau satu

pancuran mandi :

Dengan kloset tangki gelontor

Dengan kloset katup gelontor

Page 49: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

21 Pompa penguras (sump pump ), untuk

setiap 3,8 liter/min

Sumber : http://pksm.mercubuana.ac.id/

Gambar Isometri Instalasi Pipa Air Kotor, Air Buangan, dan Ven

2.6.4 Spesifikasi Bahan Dan Perpipaan

1. Spesifikasi Pipa Air Bersih

Page 50: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Tabel 2.9 Spesifikasi Pipa Air Bersih

2. Spesifikasi Pipa Hidran & Sprinkler

Tabel 2.10 Spesifikasi Pipa Hidran & Sprinkler

3. Spesifikasi Pipa Air Hujan, Air Kotor (sewage water), Air Bekas (waste

water) & Air Bekas Dapur (kitchen waste water)

Tabel 2.11 Spesifikasi Pipa Air Hujan, Air Kotor, Air Bekas dan

Air Bekas Dapur

Page 51: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

4. Daftar Katup

Tabel 2.12 Daftar Katup

5. Persyaratan Jenis Peralatan

Tabel 2.13 Persyaratan Jenis Peralatan

Page 52: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2.6.5 Penggantung dan Penunjang Pipa

1. Perpipaan harus ditunjang atau digantung dengan hanger, brackets

atau sadel dengan tepat dan sempurna agar memungkinkan gerakan-

gerakan pemuaian atau perenggangan pada jarak yang tidak boleh

melebihi jarak yang diberikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.14 Persyaratan Penggantung dan Penunjang Pipa

2. Penunjang atau penggantung tambahan harus disediakan pada pipa

berikut ini:

(a) Perubahan arah (600 mm dari perubahan arah).

(b) Titik percabangan (600 mm dari titik percabangan).

(c) Beban-beban terpusat karena katup, saringan dan hal-hal lain yang sejenis.

3. Ukuran baja bulat untuk penggantung pipa datar adalah sebagai berikut:

Page 53: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

a) Diameter Batang

Ukuran Pipa Batang

Sampai 20 mm 6 mm

25 mm s/d 50 mm 9 mm

65 mm s/d 150 mm 13 mm

200 mm s/d 300 mm 15 mm

300 mm atau lebih besar dihitung dengan faktor keamanan 5.

Gantungan ganda 1 ukuran lebih kecil dari tabel diatas.

Penunjang pipa lebih dihitung dengan faktor keamanan

dari 2 5 terhadap kekuatan puncak.

B) Bentuk Gantungan

Untuk air panas : Brass roller guide type.

Untuk yang lain-lain : Split ring type atau Clevis type.

4. Penggapit pipa baja yang digalvanis harus disediakan untuk pipa tegak.

5. Semua gantungan dan penumpu harus dicat dengan cat dasar

zinchromat sebelum dipasang.

6. Penunjang dan penggantung yang berdekatan dengan peralatan harus

diberi steel spring atau mounting dengan ketentuan  tidak lebih dari 25

mm defleksi statik.

Page 54: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar Pengikatan Pipa pada pelat beton atas

 

Gambar Pengikatan Pipa pada permukaan dinding

2.6.6 Pemasangan Pipa Air Utama dalam Tanah

1. Jalur pipa dalam tanah harus ditanam dengan kedalaman 750 mm

dengan lebar yang cukup untuk bekerja.

Page 55: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2. Dasar galian harus dipadatkan sekaligus membuang benda-benda

keras/tajam.

3. Jika jalur pipa melewati batuan/karang, karang harus digali 150 mm

lebih dalam dari elevasi dasar ipa yang akan ditanam kemudian diisi

dengan tanah.

4. Jika jalur pipa melewati jalan kendaraan, area parkir kendaraan, pipa

harus dilindungi dengan beton dengan perbandingan 1 : 2 : 4, setebal

150 mm disekeliling pipa.

Setiap belokan jalur pipa harus diberi alas beton minimum 900 mm

sebelum dan 900 mm sesudah belokan. Setiap sambungan pipa harus dibiarkan

terbuka selama dilakukan tes

tekanan.

2.6.7 Pemasangan Pipa Air Limbah dan Pipa Logam dalam Tanah

1. Penggalian untuk mendapatkan lebar dan kedalaman yang cukup.

2. Pemadatan dasar galian sekaligus membuang benda-benda

keras/tajam.

3. Membuat tanda letak dasar pipa setiap interval 2 meter pada

dasar galian dengan adukan semen.

4. Urugan pasir setinggi dasar pipa dan dipadatkan.

5. Pipa yang telah tersambung diletakkan diatas dasar pipa.

6. Dibuat blok beton setiap interval 2 meter.

7. Pengurugan bertahap dengan pasir 10 cm, tanah halus, kemudian tanah

kasar.

8. Khusus untuk pipa logam, harus dilapisi flinkote kemudian

dibalut dengan bituminous sheet tebal 2 mm.

2.6.8 Katup

Page 56: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Katup-katup harus disediakan sesuai yang diminta dalam gambar,

spesifikasi dan untuk bagian-bagian berikut ini :

a) Sambungan masuk dan keluar peralatan.

b) Sambungan ke saluran pembuangan pada titik-titik rendah.

Diruang Mesin

Ukuran Pipa Ukuran Katup

Sampai 75 mm 20 mm

100 s/d 200 mm 40 mm

250 atau lebih besar 50 mm

lain-lain 20 mm

c) Ventilasi udara otomatis.

d) Katup kontrol aliran keatas dan kebawah.

e) Katup pengurang tekanan (pressure reducing valves) untuk aliran

keatas dan kebawah.

f) Katup by-pass.

g) Katup yang digunakan untuk tekanan kerja diatas 19 bar harus tipe flanged

cast steel.

2.7 Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih

dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan

bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia (Wikipedia, 2011). Pengertian lain dari sanitasi

adalah sarana untuk mencegah kontak manusia dari bahaya limbah untuk

meningkatkan kesehatan. Sarana pencegahan dapat berupa solusi engineering

(misalnya selokan dan pengolahan  limbah),  teknologi sederhana (misalnya septic

tank) atau dengan melakukan pembersihan (http://inspeksisanitasi.blogspot.com,

2011).

Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2002, tidak

kurang dari 400.000 m3/hari limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai

dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut

Page 57: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang

menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank,

dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah, dan ada juga yang

dibuang ke kolam atau pantai (http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).

Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan

penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya

mikroorganisme atau kuman – kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia

penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.

Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian

tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa

dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan

terjadinya pencemaran lingkungan (http://www.dimsum.its.ac.id, 2011).

Untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit akibat pembuangan

limbah yang buruk, dibutuhkan sanitasi yang baik dalam pengelolaan air  limbah,

pengelolaan sampah.

2.7.1 Air Bersih

2.7.1.1 Sumber Air

Air yang berasal dari mata air yaitu air yang keluar dari dalam tanah,

contohnya air yang berasal dari mata air di pegunungan. Air danau atau air tadah

hujan yaitu air yang ditampung dan diolah sebagai air minum. Pengolahan ini

dilakukan oleh PDAM. Air dalam tanah, baik dangkal maupun dalam (yang

memerlukan ijin pengeboran dari pemda setempat).

Macam-macam sumur yang mendapatkan air dari dalam tanah:

1. Sumur pompa/galian = 5 – 15 m

2. Sumur pompa dengan mesin = 15 – 40 m

3. Sumur pompa dengan mesin/semi deep well = 50 - 100 m

4. Sumur pompa dalam/deep well = kedalaman > 100 m

Page 58: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2.7.1.2 Karakteristik Air Bersih

Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu

baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam

melakukan aktivitas mereka sehari-hari termasuk diantaranya adalah sanitasi.

Untuk konsumsi air minum menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air

minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak

mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh

manusia, terdapat risiko bahwa air ini telah tercemar

oleh bakteri (misalnya       Escherichia       coli) atau zat-zat berbahaya (Wikipedia.com,

2011).

Persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam sistem penyediaan air bersih adalah

1. Persyaratan kualitatif

Persyaratan kualitatif menggambarkan kualitas dari air bersih, persyaratan

ini meliputi persyaratan fisik, kimia, biologis dan radiologis dan sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/PER/IX/1990.

a. Syarat-syarat fisik

Secara fisik air minum harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

berasa (tawar).

b. Syarat-syarat kimia

Air minum  tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dan  jumlah yang

melampaui batas, adapun beberapa persyaratan kimia  tersebut adalah pH,

zat padat total, zat organik sebagai KMn04, CO2 agresif, kesadahan,

kalsium (Ca), besi dan mangan, tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl),

nitrit, fluorida (F), dan logam-logam berat (Pb, As, Se, Cd, Cr, Hg, CN).

c. Syarat-syarat bakteriologis atau mikrobiologis

Air minum tidak boleh mengandung kuman-kuman patogen dan parasit

seperti kuman thypus, kolera, dysentri dan gatroenteritis.

d. Syarat-syarat radiologis

Air minum tidak boleh mengandung zat menghasilkan bahan-bahan yang

mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2. Persyaratan kuantitatif

Page 59: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Persyaratan kuantitatif dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari

segi banyaknya air baku yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan sesuai jumlah

penghuni yang menempati gedung.

3. Persyaratan kontinuitas

Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih sangat erat

hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia yaitu air baku untuk air bersih

tersebut dapat diambil terus-terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif

tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.

2.7.1.3 Kebutuhan Air

Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang digunakan baik oleh

penghuninya ataupun oleh keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas

bangunan.

Kebutuhan air didasarkan atas kebutuhan sebagai berikut:

1. Kebutuhan berdasarkan penggunaan

a. Minum dan memasak

b. Mandi dan membilas bekas BAK/BAB

c. Mencuci tangan, pakaian, peralatan dan perlengkapan

d. Proses industri

2. Kebutuhan yang sifatnya Sirkulasi

a. Air Panas

Tabel 2.15 Pemakaian Air Panas Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Page 60: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Sumber : SNI 03 -7065-2005 Tata cara perencanaan sistem plambing

b. Water Cooling/AC

c. Kolam Renang, Air Mancur/Taman

3. Kebutuhan yang sifatnya Tetap

a. Air Hidran

b. Air Sprinkler

4. Kebutuhan Air Cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan

a. Kolam penyerapan (infiltrasi)

5. Kebutuhan Air menurut Tipe Bangunan

Page 61: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

NoPenggunaan

Gedung

Pemakaian

AirSatuan

1 Rumah tinggal 120 Liter/penghuni/hari

2 Rumah susun 1001) Liter/penghuni/hari

3 Asrama 120 Liter/penghuni/hari

4 Rumah sakit 5002) Liter/tempat tidur pasien/hari

5 Sekolah dasar 40 Liter/siswa/hari

6 SLTP 50 Liter/siswa/hari

7SMU/SMK dan lebih

tinggi80 Liter/siswa/hari

8 Ruko/rukan 100 Liter/penghuni & pegawai/hari

9 Kantor/pabrik 50 Liter/pegawai/hari

10 Toserba, toko pengecer 5 Liter/m2

11 Restoran 15 Liter/kursi

12 Hotel berbintang 250 Liter/tempat tidur/hari

13 Hotel melati/penginapan 150 Liter/tempat tidur/hari

14Gedung pertunjukkan,

bioskop10 Liter/kursi

15 Gedung serba guna 25 Liter/kursi

16 Stasiun, terminal 3 Liter/penumpang tiba & pergi

17 Peribadatan 5Liter/orang,

(belum dengan air wudhu)

Page 62: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Tabel 2.16 Pemakaian Air Minimum Sesuai Penggunaan Gedung

Sumber:    SNI-03-7065-2005

Keterangan Tabel 2.1:1)   Hasil pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 20002)   Permen Kesehatan RI No: 986/Menkes/Per/XI/1992

2.7.2 Sistem Penyediaan Air Bersih

Sistem Penyediaan air bersih terbagi menjadi empat system, yaitu:

1. Sistem Sambung Langsung

Sistem Sambung langsung merupakan system yang menyambungkan

langsung pipa distribusi dengan pipa utama penyedia air bersih  (PDAM).

System ini diterapkan untuk perumahan dan gedung skala kecil, karena

terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang

dari pipa utama terebut.

2. Sistem Tangki Atas

Cara kerja sistem tangki atas yaitu air ditampung terlebih dahulu dalam

tangki bawah atau dipasang pada lantai terendah, kemudian dipompakan

Page 63: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

ke tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau di atas lantai

tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke seluruh lantai.

3. Sistem Tangki Tekan

Prinsip kerja dari sistem tangki tekan (hidrosfor) yaitu air yang telah

ditampung di dalam tangki bawah dipompa ke dalam tangki tertutup yang

mengakibatkan udara didalamnya terkompresi sehingga tersedia air

dengan tekanan awal yang cukup untuk didistribusikan ke peralatan

plumbing di seluruh bangunan yang direncanakan. Pompa bekerja secara

otomatis diatur oleh detektor tekanan, yang membuka dan menutup saklar

penghasut motor listrik penggerak pompa. Pompa akan berhenti bekerja

jika  tekanan  tangki telah mencapai batas maksimum yang ditetapkan dan

mulai bekerja jika batas minimum tekanan yang ditetapkan telah dicapai.

4. Sistem Tanpa Tangki

Sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki

tekan ataupun tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi

bangunan dan pompa menghisap langsung dari pipa utama. Kelebihan

sistem tanpa tangki adalah mengurangi kemungkinan terjadinya karat

karena kontak air dengan udara relatif singkat, apabila cara ini diterapkan

pada bangunan pencakar langit akan mengurangi beban struktur bangunan,

untuk kompleks perumahan dapat menggantikan menara air.

Kekurangannya adalah penyediaan air sepenuhnya bergantung pada

sumber daya, pemakaian daya lebih besar dibandingkan dengan tangki

atap dan harga awal lebih tinggi dikarenakan harga sistem pengaturannya.

2.7.3 Sistem Pembuangan Limbah Rumah Tangga

Air  limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari  rumah  tangga,

industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung

bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia

serta mengganggu  lingkungan hidup. Batasan  lain mengatakan bahwa air  limbah

adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah

Page 64: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air

tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto,

1985).

Air buangan atau limbah dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :

1. air kotor

Air kotor adalah air buangan yang berasal dari kloset, urinal, bidet, dan air

buangan yang mengandung kotoran manusia dari alat plambing lainnya (

black water ).

2. Air bekas

Air bekas adalah air buangan yang berasal dari bathtub, wastafel, sink dapur

dan lainnya ( grey water ). Untuk suatu daerah yang tidak tersedia riol

umum yang dapat menampung air bekas, maka dapat di gabungkan ke

instalasi air kotor terlebih dahulu.

3. Air hujan.

Sistem pembuangan air hujan harus terpisah dari sistem pembuangan air

kotor maupun air bekas, karena bila di campurkan sering terjadi

penyumbatan pada saluran dan air hujan akan mengalir balik masuk ke alat

plambing yang terendah.

4. Air buangan khusus.

Air buangan khusus adalah air yang mengandung gas, racun, lemak, limbah

pabrik, limbah rumah sakit, pemotongan hewan dan lainnya yang bersifat

khusus.

2.7.4 Sistem Pembuangan

Sistem Pembuangan Air Buangan dibedakan berdasarkan cara pembuangannya:

a. Sistem pembuangan air campuran yaitu sistem pembuangan dimana air kotor

dan air bekas dialirkan kedalam satu saluran /pipa.

Page 65: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

b. Sistem pembuangan air terpisah yaitu sistem pembuangan dimana air kotor

dan air bekas masing-masing dialirkan secara terpisah atau menggunakan

pipa yang berlainan.

Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan perletakannya:

a. Sistem pembuangan gedung yaitu sistem pembuangan yang berada didalam

gedung.

b. Sistem pembuangan luar yaitu sistem yang berada diluar gedung, disebut

juga riol gedung.

Sistem pembuangan air buangan dibedakan berdasarkan cara pengalirannya yaitu:

a. Sistem gravitasi adalah air buangan yang dialirkan secara gravitasi dengan

mengatur letak dan kemiringan pipa-pipa buangan

b. Sistem bertekan adalah air buangan yang dikumpulkan dalam bak penampung

dan kemudian dipompa keluar dengan menggunakan pompa yang berkerja

otomatik.

2.7.4.1 Cara Pengolahan Air Buangan

1. Sistem Individual

Sistem Individual yaitu buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan ke

dalam lubang penampungan dan diolah/diuraikan secara anaerobik

2. Sistem Komunal

Sistem Komunal yaitu buangan rumah tangga disalurkan ke jaringan saluran

air buangan (Sewerage) kota dan berakhir pada instalasi pengolahan air

buangan, untuk kemudian air yang  telah memenuhi syarat di buang ke badan

air penerima. Sebelum air buangan dari peralatan saniter maupun dari buangan

dapur dibuang ke saluran umum / kota maka harus dilakukan pengolahan

terlebih dahulu dengan Sewage Treatment Plant ( STP ), sehingga memenuhi

ambang baku yang dipersyaratkan.

Instalasi STP

STP jenis Extended Aeration Actived Sludge Process

Page 66: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar Instalasi STP

STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC)

Gambar STP Jenis Rotating Biological Contactor (RBC)

2.7.4.2 Proses Pengolahan Air Buangan

Pada prinsipnya proses pengolahannya dilakukan dalam 2 tahap yaitu :

1. Tahap pengolahan awal

Berupa penyaringan terhadap benda – benda kasar dan terdiri dari unit

saringan kasar dan pengendapan pasir.

a. Tahap pengolahan pertama

Berupa penguranagan benda – benda atau partikel – partikel padat dan

terdiri dari unit pengendapan.

b. Tahap pengolahan kedua

Page 67: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Berupa penguraian bahan – bahan organik dalam air buangan, dengan

bantuan mikroorganisme, oksigen dan/atau berupa pemisahan bahan kimia

yang tidak dikehendaki dengan mengikat bahan tersebut dengan bahan

kimia  lain agar  terbentuk “FLOK” yang dapat mengedap. Unit pengolahan

terdiri dari unit biologi dan unit kimia dan unit pengendapan –

pengendapan.

2. Tahap pengolahan Lumpur

Penstabilan endapan  lumpur dari unit pengendapan yang  terjadi dan  terdiri

dari unit pencerna dan pengering. Air buangan secara partial terdiri dari cairan dan

padatan sedangkan air buangan secara  fisik, kimia dan bakteriologi mengandung

senyawa organic, senyawa K dan bakteri (patogen dan tidak patogen).

2.7.5 Sistem Pembuangan Limbah Padat

Limbah padat adalah  limbah padat akibat kegiatan manusia dan binatang,

yang tidak berguna, tidak diinginkan atau berbahaya. Pada beberapa industri

tertentu limbah ini sering menjadi masalah baru sebab untuk proses

pembuangannya membutuhkan satu pabrik pula.

Berdasarkan klasifikasi limbah padat serta akibat-akibat yang

ditimbulkannya sistem pengelolaan dilakukan menurut:

1. Limbah padat yang dapat ditimbun tanpa membahayakan.

2. Limbah padat yang dapat ditimbun tetapi berbahaya.

3. Limbah padat yang tidak dapat ditimbun.

Di dalam pengolahannya dilakukan melalui tiga cara yaitu pemisahan,

penyusutan ukuran dan pengomposan. Dimaksud dengan pemisahan adalah

pengambilan bahan tertentu kemudian diolah kembali sehingga mempunyai nilai

ekonomis. Penyusutan ukuran bertujuan untuk memudahkan pengolahan limbah

selanjutnya, misalnya pembakaran.

Dengan ukuran lebih kecil akan lebih mudah membawa atau membakar

pada tungku pembakaran. Jadi tujuannya adalah pengurangan volume maupun

berat. Pengomposan adalah proses melalui biokimia yaitu zat organik dalam

limbah dipecah sehingga menghasilkan humus yang berguna untuk memperbaiki

Page 68: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

struktur tanah. Banyak jenis limbah padat dari pabrik yang upaya pengelolaannya

dilakukan menurut kriteria yang telah ditetapkan.

Page 69: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

0,5 m   menit

0,0083m    s

0,00332m

BAB 2

CONTOH PERHITUNGAN

3.1 Pompa Angkat

Kapasitas pompa angkat yang dipakai adalah sesuai dengan kebutuhan air

pada jam puncak ( Qh maks ) yaitu 0,5 m3/menit. Kecepatan aliran pompa

diasumsikan 3 m/s dengan menggunakan rumus :

QV

Dimana :     Q = Kapasitas pompa

A = Luas penampang pipa

V = Kecepatan aliran pompa

Sehingga akan didapat diameter pipa angkat dan kecepatan aliran.

A  QV

Q h

V

3

3m s

0,0083m

3m s

3

s  0,0028m3

A  r 2

r 2  A

0,0028m

2

3,14

r  0,0298m  30mm

D  60mm  65mm

Pemeriksaan :

v 3

2 2,5 

m s  3m

 s

Dari perhitungan diatas kita dapatkan bahwa diameter pipa angkat adalah 65 mm

Dengan kecepatan aliran adalah 2,5 m/s

Untuk mencari besar head pompa yang diperlukan dapat dinyatakan dengan

rumus berikut :

Besar head total ( H ) =

Dimana :ha  hp  hl 

v2

2g

H = Head total pompa (m)

Page 70: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

2 1

ha = Head statis total, yaitu vertical antara permukaan air sisi keluar

dengan permukaan air sisi isap (m)

hp = Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air

(m)

h1 = Kerugian head pada pipa yang menyangkut panjang pipa, fitting,

katup (valve), dan lain-lain.

V 2

2g tekanan kecepatan pada lubang keluar pipa ( m )

Head Statis (Ha)

Adalah jarak antara permukaan air tangki atas dengan permukaan air tangki

bawah, dalam gedung ini adalah 40 m

Perbedaan Head Tekanan pada kedua permukaan air Hp :Karena P1 dan P2 merupakan tangki terbuka, maka P1 dan P2 = 0, sehingga :

Hp P     P

.g  0m

Kerugian Head (Hl)

Head kerugian gesek dalam pipa (hf)

Sebelum mencari head, ditentukan terlebih dahulu apakah aliran yang

terjadi adalah aliran laminer atau aliran turbulen

Dengan menggunakan bilangan Reynolds, yaitu :

dimana :

Re  v.d

Re : Bilangan Reynolds

V : Kecepatan aliran (m/s)

d : Diameter pipa (m)

 : Viskositas kinematik air (m2/s)

Bila Re < 2300, aliran bersifat laminer

Page 71: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

0,801.106 m   s

Bila Re > 4000, aliran bersifat turbulen

 = 0,801.10-6 m

2/s (pada suhu 30

o C )

d = 65 mm = 0,065 m

maka : Re  2,5 m

s     0,065 m 2

 202871,4

Karena Re>4000, maka aliran yang terjadi bersifat turbulen.

Maka untuk menghitung kerugian gesek yang terjadi dalam pipa menggunakan

rumus :h f  

L.v 2

d.2g

dimana :

hf : Head kerugian dalam pipa (m)

: Koefisien kerugian gesek

L : Panjang pipa (m)

d : diameter pipa (m)

g : Percepatan Gravitasi (m/s2)

v : Kecepatan aliran (m/s)

Untuk mencari  kita menggunakan formula Darcy untuk aliran turbulen, dengan

rumusnya adalah :

  0,020 

Dengan L = 40 m (panjang pipa transfer 

)

Maka kerugian gesek dalam pipa :

0,0005 0,065

 0,0277

hf  0,0277 

40(2,5)2

0,065(2  9,81)

 5,43m

2. Kerugian head kerugian plumbing accessories

Dengan menggunakan rumus :

Page 72: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

he  

K

v 2

2g

Dimana :

he : Head kerugian plumbing accessories (m)

K : Koefisien kerugian

Kerugian plumbing accessories :

Lokasi : instalasi pompa di rumah pompa untuk 1 pipa

Flexible Joint : 1 x 10 = 10

Gate Valve : 1 x 0,19 = 0,19

Check Valve : 1 x 2,5 = 2,5

Elbow 90 : 2 x 0,9 = 1,8

Lokasi : Tangki atap

Elbow 90 : 2 x 0,9 = 1,8

+

Kerugian total ( K total ) = 16,29

Maka :

he  16,29x

2,52

2x9,81 5,2m

Setelah semua bagian Hl = hf + he

= 5,43 + 5,2

= 10,63 m

Maka besar Head Total Pompa (H), adalah :

H  H a   H p   H l v 

2

2g

H  40  0  10,63 2,52

2.9,81 50,95m

Jadi Head total pompa adalah 50,95 m  50 m

Page 73: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

H  1 1    t

Tetapi pada kenyataannya dalam praktek lapangan untuk mencari head

pompa yang dipergunakan kita menggunakan rumus :

dimana : 2

H = Head pompa

t = tinggi gedung

H = 1,5 x 30

= 45 m

Setelah mendapatkan besar head pompa angkat, kemudian dihitung besar

daya pompa dengan menggunakan rumus :

Pp 

. g . Q . H  p

dimana :

Pp : Daya pompa : (watt)

: Kerapatan air : (998,3 kg/m3 pada suhu 20 C)

g : Percepatan gravitasi : (9,81 m/s2)

Q : Kapasitas pompa : (m3/s)

H : Head total pompa : (m)

p : Efisiensi pompa : (%)

Untuk mencari efisiensi pompa (p), menggunakan grafik yang ada pada gambar

14.3

Berikut ini :

Page 74: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

Gambar  Grafik p, ns, dan Q

Dan untuk mencari putaran spesifik pompa (ns ), menggunakan rumus :

ns 

n   Q 3

Dimana : H 4

ns : Putaran spesifik pompa

n : Putaran pompa (rpm)

Q : Kapasitas pompa (m3/menit)

H : Head pompa (m)

Dengan asumsi n = 3000 rpm, maka akan didapatkan sebagai berikut :

ns 3000   0,5

3

450,95

 111,2

Karena kapasitas pompa angkat yang kecil (0,0083 m3/s) dan tidak

terdapat dalam grafik efisiensi pompa (gambar 14.3 ) maka perhitungan untuk

menentukan efisiensi pompa dihitung ulang dengan menghitung kapasitas pompa

dengan metode berikut ini :

Volume tangki atap (roof tank) adalah sebesar 40 m3 = 40000 liter

Jangka waktu kerja pompa pengisi kita tentukan sebesar 20 menit

Pompa akan bekerja apabila air dalam roof tank volumenya tinggal 20%

dari volume total roof tank, sehingga volume roof tank menjadi :

40000 liter x 20 % = 8000 liter

Jadi pompa akan bekerja apabila volume roof tank hanya

40000 liter – 8000 liter = 32000 liter

Dan kapasitas pompa (Q) adalah : 32000

Jangka waktu kerja pompa pengisi

Page 75: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

32000 liter 20menit

 1600liter / menit

Jadi kapasitas pompa transfer/pengisi adalah = 1600 liter/menit

= 1,6 m3/menit

= 0,027 m3/detik  0,03 m3

/detik

Sehingga ns kita hitung kembali menjadi :

ns 3000   1,6

3

450,95

 198,98

Maka dari grafik efisiensi pompa (gambar 14.3 ) kita dapatkan efisiensi

pompa (p) sebesar 65 %

Maka daya pompa adalah :

Pp 

Pp 

. g . Q . H  p

998,3 x 9,81 x 0,027 x 50,95

0,73

 18455,05watt

Pp  18,45kW  18kW

Tentunya setelah menghitung daya poros (Pp) dihitung juga daya motor yang

digunakan untuk menggerakkan poros tersebut. Rumus yang digunakan adalah :

Pm  

1,15

Pp

transmisi

Dimana : Pp = Daya poros

transmisi = ditentukan sebesar 0,9

sehingga perhitungannya adalah :

Pm  1,15

18 0,9

 23kW

Jadi daya motor yang diperlukan adalah sebesar 23 kW.

Karena ada perubahan besarnya kapasitas pompa transfer (Q=0,03m3/s).

Page 76: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

0,03 m   s

A  d 2

1

Maka diameter pipa transfer juga berubah, oleh karena itu perhitungan diameter

pipa transfer harus dihitung ulang dan perhitungannya adalah sebagai berikut :

Diketahui : Q = 0,03 m3/s

V = 3 m/s

Perhitungan :

A 3 

m s

3

 0,01m2

14

d  4 xA

4 x 0,01 3,14

 0,112m  112mm  100mm

Pemeriksaan :

v  0,03 m 3       /     s  

2 3,8 

m s   3m / s

karena v>3m/s maka pipa transfer dengan diameter 100 mm tidak dapat

digunakan.

Memang pada sistem instalasi pipa yang umumnya dipergunakan adalah

pompa jenis putar karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu :

250Ukurannya kecil dan ringan

251Dapat memompa terus menerus tanpa gejolak ( stabil )

252Konstruksinya sederhana dan mudah dioperasikan.

3.2 Pompa Booster

Pompa booster digunakan untuk mendistribusikan air pada lantai 5 sampai

roof floor. Untuk pompa  ini  tidak perlu dihitung head  total, karena yang penting

untuk pompa ini adalah tekanan yang mampu dihasilkan. Untuk memenuhi

tekanan minimum alat-alat plambing maka dalam perancangan ini tekanan pompa

booster yang digunakan sebesar 2 kg/cm2 atau 196000 N/m

2. Kapasitas pompa

booster dapat ditentukan dengan jumlah penghuni yang menempati lantai 5

sampai roof floor ( terdiri dari 3 Lantai ).

Jumlah penghuni = 88 kamar + 14 kamar

= 102 kamar

1 Kamar = 2 orang

Page 77: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

102 Kamar = 204 orang

Q = 204 x 300 liter/hari

= 61200 liter/hari

= 61,2 m3/hari

= 6,12 m3/jam

= 0,1 m3/menit

maka kapasitas pompa booster yang dibutuhkan 0,1 m3/menit.

Page 78: Makalah Sanitasi Dan Plumbing

BAB 3

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Setelah membaca uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa sistem plumbing dan sanitas berperan penting dalam

menciptakan lingkungan gedung yang higienis, sehingga dapat menunjang

kesehatan dan kenyamanan pengguna gedung.

Di Indoensia, peraturan yang berlaku mengenai Plambing selain SNI 03-

6481-2000 tentang Sistem Plambing juga diatur dalam SNI 03-7065-2005 tentang

Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing.

4.2 SARAN

Untuk dapat menunjang kesehatan dan kenyamanan pengguna gedung,

diperlukan perencanaan plambing dan sanitasi yang terintegrasi dengan baik.

Perancangan dan Perencanaan Sistem Plambing dan Sanitasi harus mengikuti

peraturan yang telah ditetapkan oleh otoritas yang berwenang guna mencegah

terjadinya gangguan terhadap aktivitas publik dalam gedung.