Upload
ida-luppalupze
View
507
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) atau Sekolah Berstandar
Internasional (SBI) merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk
memajukan dunia pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan yang mana
di tandai dengan kualitas kelulusan yang menggunakan bahasa inggris dalam
dunia pergaulannya di sekolah yang sampai saat ini atau bahkan untuk tahun ke
depanpun merupakan tolak ukur utama siswa atau seseorang dikatakan
mempunyai kemampuan lebih di dunia pendidikan.
Pada dasarnya RSBI dimaksudkan agar mutu pendidikan dapat
dimaksimalkan dengan melakukan rintisan sekolah bertaraf internasional dengan
menggunakan pengantar bahasa inggris meskipun tidak mengesampingkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional. Sebagaimana diketahui secara umum bahwa
seseorang dalam merintis arah kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuan dan
tingkat pendidikan yang dimiliki, di mana sampai saat ini untuk memasuki
sekolah yang lebih tinggi dibutuhkan kemampuan lebih atau bahkan untuk
memasuki dunia kerja nantinya diutamakan seseorang yang mempunyai berbagai
keahlian dan kemampuan. Salah satu yang sampai saat ini yang sangat penting
adalah kemampuan menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar, dalam
arti mampu aktif berbahasa inggris. Lebih-lebih diprasyaratkan adanya sertifikat
TOEFL yang menjadikan momok bagi sebagian besar lulusan sekolah untuk
memasuki dunia kerja. Hal ini tidak mengesampingkan pentingnya kemampuan
1 ∞ M a k a l a h R S B I
yang harus dimiliki seseorang seperti Komputer, Bahasa Asing yang lain, dan
lain-lain.
2. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan sekolah RSBI ?
2) Bagaimana sejarah terbentuknya sekolah RSBI ?
3) Apakah dasar hukum sekolah RSBI ?
4) Bagaimana proses perkembangan sekolah RSBI ?
5) Mengapa sekolah RSBI dihapuskan ?
3. BATASAN MASALAH
Makalah ini hanya melingkupi masalah yang berhubungan dengan :
1) Pengertian sekolah RSBI
2) Sejarah terbentuknya sekolah RSBI
3) Dasar hukum sekolah RSBI
4) Proses perkembangan sekolah RSBI
5) Berbagai alasan mengapa sekolah RSBI dihapuskan
4. TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk memberi informasi kepada para pembaca
mengenai :
1) Pengertian sekolah RSBI
2) Sejarah terbentuknya sekolah RSBI
3) Dasar hukum sekolah RSBI
2 ∞ M a k a l a h R S B I
4) Proses perkembangan sekolah RSBI
5) Berbagai alasan mengapa sekolah RSBI dihapuskan
3 ∞ M a k a l a h R S B I
BAB II
ISI
I. PENGERTIAN SEKOLAH RSBI
SBI adalah sekolah/madrasah yang sudah memenuhi standar nasional
pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu
anggota Organization for Economic Development (OECD) dan/atau negara
tertentu yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga
memiliki daya saing di forum internasional.
Pendidikan bertaraf internasional : adalah pendidikan yang diselenggarakan
setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar
pendidikan negara maju. Sedangkan dalam pasal 143 dijelaskan bahwa satuan
pendidikan bertaraf internasional merupakan satuan pendidikan yang telah
memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan
negara maju.
II. SEJARAH TERBENTUKNYA SEKOLAH RSBI
Pembahasan mengenai RSBI sudah dimulai sejak akhir tahun 1999 dan awal
tahun 2000-an. Alasan pembahasannya, yakni :
1. Di tahun 90 banyak sekolahyang didirikan oleh suatu yayasan dengan
menggunakan identitas internasional tetapi tidak memiliki kejelasan kualitas
dan standarnya
4 ∞ M a k a l a h R S B I
2. Banyak orang tua yang mampu secara ekonomi memilih menyekolahkan
anaknya ke luar negeri.
3. Belum ada payung hukum yang mengatur penyelenggaraan sekolah
internasional
4. Perlunya membangun sekolah berkualitas sebagai pusat unggulan pendidikan.
Berdasarkan fenomena di atas, pemerintah mulai mengatur dan merintis
sekolah bertaraf internasional. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia perlu
pengakuan secara internasional terhadap kualitas proses dan hasil pendidikannya.
Kemudian, sekolah RSBI mulai dikembangkan oleh pemerintah pada tahun 2005
dengan syaratyang cukup berat bagi sekolah yang ingin mendapatkan status
sebagai sekolah RSBI.
III. DASAR HUKUM SEKOLAH RSBI
Sebagai dasar acuan dan pedoman dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan
jenjang SBI, pemerintah telah menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) No 78 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Sekolah
Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Di mana
dalam Permendiknas tersebut terdapat 12 BAB, 35 ayat dan 112 pasal, dengan
penjabaran sebagai berikut:
a) BAB 1 tentang Ketentuan Umum terdiri dari 2 pasal (pasal 1 dan 2) dan 11
ayat;
b) BAB II, tentang Penyelenggaraan terdiri dari 13 pasal 46 ayat, yaitu pasal 3,
pasal 4 (kurikulum) dengan 2 ayat, pasal 5 (proses pembelajaran) dengan 5
ayat, pasal 6 (pendidik dan tenaga kependidikan) dengan 8 ayat, pasal 7
5 ∞ M a k a l a h R S B I
(pendidikan dan tenaga kependidikan) dengan 3 ayat, pasal 8 (pendidik dan
teaga kependidikan) dengan 2 ayat, pasal 9 (pendidik dan tenaga
kependidikan) dengan 1 ayat, pasal 10 (sarana prasarana) dengan 5 ayat,
pasal 11 dan 12 dengan 5 ayat (pengelolaan), pasal 13dan 14 dengan 9 ayat
(pembiayaan), dan pasal 15 ( pengelolaan);
c) BAB III tentang Peserta Didik yang terdiri dari 3 pasal dan 7 ayat. Yaitu
pasal 16 dengan 2 ayat, pasal 17 dengan 2 ayat dan pasal 18 dengan 4 ayat;
d) BAB IV, tentang Kultur Sekolah yang terdiri dari 2 pasal dan 8 ayat. Yaitu
pasal 19 dengan 4 ayat dan pasal 20 dengan 4 ayat;
e) BAB V, tentang Kewenangan Penyelenggaraan yang terdiri dari 6 pasal dan
16 ayat. Yaitu pasal 21 dengan 5 ayat, pasal 22 dengan 4 ayat, pasal 23
dengan 2 ayat, pasal 24 dengan 4 ayat, pasal 25 dan pasal 26 dengan 5 ayat;
f) BAB VI, tentang Perizinan dan Penyelenggaraan dengan 2 pasal dan 6 ayat.
Yaitu pasal 27, dan pasal 28 dengan 6 ayat;
g) BAB VII, tentang Pengendalian Penyelenggaraan yang terdiri dari 1 pasal
dan 3 ayat. Yaitu pasal 29 dengan 3 ayat;
h) BAB VIII, tentang Pengawasan dengan 1 pasal dan 4 ayat (pasal 30 dengan
4 ayat);
i) BAB IX, tentang Pelaporan dan Tindak Lanjut dengan 1 pasal dan 2 ayat
(pasal 31 dengan 2 ayat);
j) Bab X, tentang Sanksi terdiri dari 2 pasal dan 3 ayat. Yaitu pasal 32 dengan
2 ayat dan pasal 33;
k) BAB XI, tentang ketentuan peralihan dengan 1 pasal dan 2 ayat (pasal 34
dengan 2 ayat); dan
6 ∞ M a k a l a h R S B I
l) BAB XII, tentang Ketentuan Peralihan.
Selain Permendiknas No 78 Tahun 2009 yang mengatur tentang
penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional, juga didukung dengan peraturan
yang lainnya yaitu:
A. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu:
(a) Pasal 14 ayat (1) huruf f. Di mana yang menjadi urusan wajib yang
menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kebupaten/kota
merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota yaitu tentang
penyelenggaraan pendidikan.
(b) Pasal 13 ayat (1) huruf f. Bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi
yaitu penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia
potensial.
(c) Pasal 22 huruf f. Bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah
mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
(d) PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu
terdapat dalam pasal 61 ayat (1): “Pemerintah bersama-sama pemerintah
daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
(e) PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
7 ∞ M a k a l a h R S B I
Kabupaten/Kota, yaitu terdapat dalam pasal 2 ayat (4), di mana dalam
pasal tersebut disebutkan bahwa salah satu yang menjadi urusan
pemerintah dari 31 bidang urusan yaitu bidang pendidikan. Pemerintah
antara pemerintah pusat, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan
daerah kabupaten/kota memiliki kewenangan masing-masing dalam
program penyelenggaraan pendidikan atau studi yang bertaraf
internasional.
(f) PP No 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
Dalam peraturan pemerintah tersebut terdapat beberapa hal yang penting
untuk diketahui mengenai pendanaa pendidikan untuk Sekolah Bertarat
Internasional (SBI), yaitu danan Bab II tentang Tanggung Jawab Pendanaan
Pendidikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, yang terdapat pada pasal 9,
pasal 10, pasal 13, pasal 20, dan pasal 24. Bab III tetang Tanggung Jawab
Pendanaan Pendidikan oleh Penyelenggara atau Satuan Pendidikan yang
Didirikan Masyarakat, yaitu pasal 33, pasal 35, pasal 29, dan pasal 46. Serta Bab
IV tentang Tanggung Jawab Pendanaan Pendidikanl oleh Masyarakat di Luar
Penyelenggaraan dan Satuan Pendidikan yang Didirikan ole Masyarakat, yaitu
pasal 47 tentang tanggung jawab peserta didik, orang tua, dan/atau wali peserta
didik.
Dalam PP No 48 Tahun 2008 tersebut dijelaskan mengenai pendaaan
pendidikand mana adannya tanggung jawab oleh pemerintah dan pemerintah
daerah, oleh penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan oleh
masyarakat dan oleh masyarakat di luar penyelenggara dan satuan pendidikan
8 ∞ M a k a l a h R S B I
yang didirikan masyarakat. Selain itu, dijelaskan juga mengenai sumber
pendanaan pendidikan, pengelolaan dan pengalokasian dana pendidikan.
Untuk biaya investasi lahan , biaya selain investasi lahan, biaya operasi
satuan pendidikan mengenai biaya personalia dan non personalia yang
diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang dapat
dikembangkan menjadi sekolah bertaraf internasional atau berbasis keunggulan
local dapat bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, bantuan
pihak asing yang tidak mengikat dan/atau sumber lain yang sah. Yang mana
anggarannya harus bagian integral dari anggaran tahunan satuan pendidikan yang
diturunkan dari rencana kerja tahunan yang merupakan pelaksanaan dari rencana
strategis satuan pendidikan. Sedangkan yang diselenggarakan oleh masyarakat
biayanya dapat bersumber dari penyeleggara atau satuan pendidikan yang
didirikan oleh masyarakat, orang tua atau wali peserta didik, masyarakat di luar
orang tua atau wali peserta didik , pemerintah, pemerintah daerah, pihak asing
yang tidak mengikat dan/atau sumber lain yang sah.
(g) PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan, yang mana dalam PP tersebut terdapat aturan yang membehasa
tentang satuan pendidikan bertaraf internasional, yaitu terdapat dalam BAB
VIII tentang Satuan Pendidikan Bertaraf Internasional, diantaranya:
1. Pasal 143 yang menjelaskan bahwa pendidikan bertaraf internasional
merupakan satuan pendidikan yang telah memenuhi Standar Nasional
Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan dari negara maju;
2. Pasal 144, menjelaskan bahwa pemerintah kabupaten/kota menyelenggarakan
paling sedikit satu SD bertaraf internasional, dan atau memfasilitasi
9 ∞ M a k a l a h R S B I
penyelenggaraan pendidikan minimal 1 SD yang bertaraf internasional yang
diselenggarakan masyarakat. Selanjutnya pengembangan SD menjadi satuan
pendidikan internasional yang dilaksanakan paling lama 7 tahun;
3. Pasal 145, menjelaskan bahwa pemerintah provinsi memfasilitasi dan
membantu penyelenggaraan SD bertaraf internasional di kabupaten/kota /
wilayahnya. Bantuan tersebut bisa berupa pendanaan sarana prasarana,
operasional, menyediakan pendidik dan tenaga kependidikan, dan juga
penyelenggarakan supervisi dan penjaminan mutu SD bertaraf internasional.
4. Pasal 146, menjelaskan bahwa pemerintah provinsi menyelenggarakan paling
sedikit 1 SMP, SMA, SMK, bertaraf internasional dan atau memfasiliatsi
penyelenggarannya paling sedikit 1 SMP,SMA, SMK yang didirikan oleh
masyarakat di kabupaten/kota di wilayahnya. Pengembangan SMP, SMA,
dan SMK menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional dilaksanakan
paling lama 6 (enam) tahun.
5. Pasal 147, membahas mengenai pemerintah provinsi yang mengatur
menegenai pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah bertaraf
internasional. Yang mana pengaturan ini berupa, pemerintah provinsi
merencanakan kebutuhan, mengangkat, menempatkan, memutasikan,
memberikan kesejahteraan, memberikan penghargaan, memberikan
perlindungan, melakukan pembinaan dan pengembangan, dan
memberhentikan pendidik dan tenaga kependidikan pegawai negeri sipil pada
SD, SMP, SMA, dan SMK bertaraf internasional atau yang dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
10 ∞ M a k a l a h R S B I
6. Pasal 148, menjelaskan bahwa pemerintah dapat membantu
penyelengggaraan pendidikan bertaraf internasional, dan memberhentikan
bantuan tersebut jika sekolah gagal mewujudkannya sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan (7 tahun untuk SD, dan 6 tahun untuk SMP, SMA dan
SMK.
7. Pasal 149, bahwa Pemerintah dapat menyelenggarakan sekolah/madrasah
bertaraf internasional atau yang dikembangkan menjadi satuan pendidikan
bertaraf internasional.
8. Pasal 151, menjelaskan bahwa pemerintah menyelenggarakan paling sedikit 1
program studi/ perguruan tinggi yang selanjutnya dikembangkan menjadi
bertaraf internasional. Pemerintah juga memfasilitasi penyelenggaraan 1
program studi/ perguruan tinggi yang didirikan oleh masyarakat.
9. Pasal 152, menjelaskan bahwa mutu dalam penyelenggaraan pendidikan
bertaraf internasional harus sesuai dengan mutu yang telah ditatapkan atau
diatur oleh menteri.
10. Pasal 153, membahas mengenai Penyelenggara dan satuan pendidikan
dilarang menggunakan kata internasional untuk nama satuan pendidikan,
program, kelas, dan/atau mata pelajaran kecuali mendapatkan penetapan atau
izin dari pejabat yang berwenang mengeluarkan penetapan atau izin
penyelenggaraan satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
(h) Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan,
yaitu terdapat pada pasal 10 ayat (1) dan ayat (2), yaitu:
11 ∞ M a k a l a h R S B I
1. Ayat 1: “Penjaminan mutu pendidikan oleh satuan atau program
pendidikan ditujukan untuk memenuhi tiga tingkatan acuan mutu, yaitu
(a) SPM; (b) SNO; dan (c) Standar mutu pendidikan di atas SNP.
2. Ayat 2: “ Standar mutu pendidikan di atas SNP sebagaimana pada ayat 1
dapat berupa: (a) Standar mutu di atas SNP yang berbasis keunggulan
lokal; dan (b) standar mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau
mengadaptasi standar internasional.
IV. PROSES PERKEMBANGAN SEKOLAH RSBI
Perbedaan Sekolah RSBI(Rintisan Sekolah Berstandar Internasional)
dengan Sekolah SSN(Sekolah Standar Nasional) hanya terletak pada keunggulan
sekolah RSBI yang memiliki sistem pembelajaran Billingual(2 Bahasa,indonesia
dan inggris).Sekolah RSBI juga memiliki tenaga pendidik yang mayoritas lulusan
S2 serta dari segi kurikulum juga sedikit berbeda. Sekolah RSBI dan sekolah SSN
sangat erat kaitannya, karena pada hakikatnya sekolah RSBI adalah Sekolah SSN
yang menyiapkan peserta didik berdasarkan standar nasional pendidikan(SNP)
Indonesia dan bertaraf Internasional sehingga diharapkan lulusannya memiliki
kemampuan daya saing internasional. Tujuan program RSBI:
A. Secara Umum:
1. Meningkatkan kualitas pendidikan nasional sesuai dengan amanat tujuan
nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,pasal 31 UUD
1945,UU No.20 tahun 2003,serta peraturan-peraturan lainnya yang
menyangkut pendidikan nasional.
2. Memberi peluang pada sekolah yang berpotensi untuk mencapai kualitas
bertaraf nasional dan internasional.
12 ∞ M a k a l a h R S B I
3. Menyiapkan lulusan yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global.
B. Secara Khusus:
1. Menyiapkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tercantum dalam
standar kompetensi lulusan(SKL) yang telah diperkaya dengan standar
kompetensi lulusan berciri internasional.
2. Menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan(KTSP).
3. Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK.
4. Memenuhi standar isi.
5. Memenuhi standar kompetensi lulusan(SKL).
Beberapa program dan kegiatan yang harus dilakukan oleh sebuah sekolah
untuk menuju Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), antara lain:
a) Mempersiapkan kurikulum yang mengacu pada kurikulumnegara maju;
b) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran;
c) Melatih guru dalam pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran;
d) Meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru;
e) Mendapatkan pendampingan dan tenaga ahli;
f) Menjalin sister school;
g) Meningkatkan kemampuan guru dalam berbahasa Internasional;
h) Menerapkan Sistem Manajemen Mutu (ISO);
i) Menyelenggarakan pelatihan leadership untuk Kepala Sekolah; dan
j) Melengkapi sarana sekolah.
Pada proses pelaksanaannya, SBI tetap menggunakan standar nasional
pendidikan tetapi diperkaya dan didukung dengan standar pendidikan dari negara
lain, yaitu salah satu negara dari anggota OECD (Organisation for Economic Co-
13 ∞ M a k a l a h R S B I
operation and Development). Menurut UU No 78 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasiol (SBI) pada Jenjang Pendidikan
Dasar dan Menengah, bahwa:
“Organisation for Economic Co-operation and Development yang
kemudian disingkat OECD adalah organisasi internasional yang bertyjuan
membantu pemerintahan negara anggotanya yang menghadapi tantangan
globalisasi ekonomi. Adapun negara maju lainnya adalah negara yang tidak
termasuk dalam keanggotaan OECD tetapi memiliki keunggulan dalam bidang
pendidikan tertentu.”
Anggota dari OECD ini biasanya memiliki keunggulan tertentu dalam
bidang penddidikan yang telah diakui secara internasional, diantara negara
sebagai anggota dari OECD antara lain: Australia, Austri, Belgia, Kanada, Czech
Republic, Denmark, Finlandia, Pracis, Jerman, Greece, Hungaria, Iceland,
Irlandia, Italia, Jepang, Korea, Luxembourg, Meksiko, Belanda, Selandia Baru,
Norwegia, Polandia, Portugal, Republik Slovakia, Spanyol, Swedia, Switzeland,
Turki, Inggris, Amerika Serikat dan negara maju lainnya seperti Chili, Estonia,
Israel, Rusia, Slovenia, Singapura dan Hongkong.
PengembanganSBI terdiri dari persyaratan sebagai berikut :
Berpedoman pada SNP yang diperkaya dengan standar pendidikan dari
negara maju
Dikembangkan atas kebutuhan dan Prakarsa Sekolah/ masyarakat
Kurikulum harus Bertaraf Internasional, mutakhir, canggih sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global
14 ∞ M a k a l a h R S B I
Menerapkan MBS dengan tata kelola yang baik
Menerapkan proses belajar yang Dinamisdan berbasis TIK
Menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan transformasional/visioner
Memiliki SDM yang profesional dan tangguh dengan manajemen yang
dikembangkan secara profesional
Didukung oleh sarana-prasarana yang lengkap, Relevan, mutakhir, canggih
dan bertaraf internasional
KARAKTERISTIK KELUARAN
SBI memiliki keunggulan yang ditunjukkan dengan pengakuan internasional
terhadap proses dan hasil atau keluaran pendidikan yang berkualitas dan teruji
dalam berbagai aspek;
Mempunyai pengakuan internasional yang dibuktikan dengan hasil sertifikasi
berpredikat baik dari salah satu negara anggota OECD dan/atau negara maju
lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
KURIKULUM
Kurikulum SBI disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi
lulusan yang diperkaya dengan standar dari negara maju.
SBI menerapkan satuan kredit semester (SKS) untuk SMA, dan SMK.
PROSES PEMBELAJARAN
SBI melaksanakan standar proses yang diperkaya dengan model proses
pembelajaran di negara-negara maju.
15 ∞ M a k a l a h R S B I
Proses pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis
teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan,
dan kontekstual.
SBI dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan/atau bahasa
asing lainnya yang digunakan dalam forum internasional bagi mata pelajaran
tertentu.
Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Muatan Lokal, dan Pendidikan Sejarah
menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa pengantar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya
dimulai dari kelas IV untuk SD
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pendidik SBI memenuhi standar pendidik yang diperkaya dengan standar
pendidik sekolah dari negara maju.
Seluruh pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi.
Pendidik mampu mengajar dalam bahasa Inggris dan/atau bahasa asing
lainnya yang digunakan dalam forum internasional bagi mata
pelajaran/bidang studi tertentu, kecuali Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama,
Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Sejarah, dan Muatan Lokal.
SD bertaraf internasional memiliki paling sedikit 10% pendidik yang
berpendidikan S2 atau S3 pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) dan/atau
berpendidikan S2 atau S3 sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dari
perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi.
16 ∞ M a k a l a h R S B I
SMP bertaraf internasional memiliki paling sedikit 20% pendidik yang
berpendidikan S2 atau S3 sesuai dengan bidang studi yang diampu dari
perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi.
SMA dan SMK bertaraf internasional memiliki paling sedikit 30% pendidik
yang berpendidikan S2 atau S3 sesuai dengan bidang studi yang diampu dari
perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi.
Pendidik mata pelajaran kejuruan pada SMK harus memiliki sertifikat
kompetensi dari lembaga sertifikasi kompetensi, dunia usaha/industri, asosiasi
profesi yang diakui secara nasional atau internasional.
Pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memiliki skor TOEFL ≥ 7,5
atau yang setara atau bahasa asing lainnya yang ditetapkan sebagai bahasa
pengantar pembelajaran pada SBI yang bersangkutan.
SBI dapat mempekerjakan pendidik warga negara asing apabila tidak ada
pendidik warga negara Indonesia yang mempunyai kualifikasi dan
kompetensi yang diperlukan untuk mengampu mata pelajaran/bidang studi
tertentu.
Pendidik warga negara asing paling banyak 30% dari keseluruhan pendidik.
Pendidik warga negara asing harus mampu berbahasa Indonesia dengan baik
Tenaga kependidikan SBI sekurang-kurangnya meliputi kepala sekolah,
tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga
administrasi, tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan.
Tenaga kependidikan SBI memenuhi Standar Tenaga Kependidikan yang
diperkaya dengan standar tenaga kependidikan sekolah di negara maju
PENGELOLAAN
17 ∞ M a k a l a h R S B I
Memenuhi standar pengelolaan yang diperkaya dengan standar pengelolaan
sekolah di negara maju;
Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 dan ISO 14000 versi terakhir;
Menjalin kemitraan dengan sekolah unggul di dalam negeri dan/atau di
negara maju;
Mempersiapkan peserta didik yang diharapkan mampu meraih prestasi
tingkat nasional dan/atau internasional pada aspek ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau seni;
Menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan
komunikasi pada 8 standar nasional pendidikan.
Pengelolaan SBI pada SD/MI, SMP, SMA, dan SMK dapat diselenggarakan
secara:
a. satu sistem - satu atap;
Model terpadu – satu sistem –satu atap dilaksanakan dalam satu lokasi
dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan yang sama.
b. satu sistem tidak - satu atap;
Model terpisah – satu sistem - tidak satu atap dilaksanakan dalam lokasi yang
berbeda atau terpisah dengan menggunakan sistem pengelolaan pendidikan
yang sama
c. beda sistem tidak – satu atap.
Model terpisah – beda sistem – tidak satu atap dilaksanakan di lokasi yang
berbeda (terpisah) dengan sistem pengelolaan pendidikan yang berbeda.
PEMBIAYAAN
18 ∞ M a k a l a h R S B I
Biaya penyelenggaraan SBI memenuhi standar pembiayaan pendidikan dan
menerapkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel.
Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan masyarakat
sesuai dengan kewenangannya berkewajiban membiayai penyelenggaraan
SBI.
SBI dapat memungut biaya pendidikan untuk menutupi kekurangan biaya di
atas standar pembiayaan yang di dasarkan pada RPS/RKS dan RKAS.
Pemerintah dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik,
dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan
penyelenggaraan SBI yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah atau
masyarakat.
Pemerintah provinsi dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan prasarana,
pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan
penyelenggaraan SBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah
kabupaten/kota, atau masyarakat.
Pemerintah kabupaten/kota dapat menyediakan bantuan dana, sarana dan
prasarana, pendidik, dan tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk
keperluan penyelenggaraan SBI yang diselenggrakan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi, atau masyarakat.
Masyarakat dapat memberi bantuan dana, sarana dan prasarana, pendidik, dan
tenaga kependidikan serta bantuan lainnya untuk keperluan penyelenggaraan
SBI yang diselenggrakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, atau
masyarakat.
19 ∞ M a k a l a h R S B I
Bantuan pada SBI dituangkan dalam dan digunakan sesuai dengan rencana
pengembangan sekolah/ rencana kerja sekolah, rencana kegiatan, dan
anggaran sekolah.
Bantuan pada SBI dapat dihentikan apabila sekolah yang bersangkutan tidak
menunjukkan kinerja yang sesuai dengan tujuan penyelenggaraan SBI
Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan
SBI berpedoman pada prinsip efisiensi, efektivitas, keterbukaan dan
akuntabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pembiayaan
penyelenggaraan SBI dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Indonesia.
V. PENGHAPUSAN SEKOLAH RSBI
Dalam pelaksanaan program sekolah bertaraf internasional tersebut, masih
memunculkan pro dan kontra antar masyarakat dann pemerintah. Bahkan ada
anjuran bahwa SBI harus dibubarkan, berikut ini ada 10 alasan yang dikemukakan
oleh Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (ISI) Satria Dharma dalam Petisi
Pendidikan tentang Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang dinilai sebagai
program gagal di depan Komisi X DPR RI, yaitu:
a) Program SBI tidak didahului riset yang lengkap sehingga konsepnya sangat
buruk;
b) SBI adalah program yang salah model. Kemdiknas membuat panduan model
pelaksanaan untuk SBI baru (news developed), tetapi yang justru
pengembangan pada sekolah-sekolah yang telah ada;
20 ∞ M a k a l a h R S B I
c) Program SBI telah salah asumsi. Kemdiknas mengasumsikan, bahwa untuk
dapat mengajar hard science dalam pengantar bahasa Inggris, seorang guru
harus memiliki TOEFL > 500;
d) Telah terjadi kekacauan dalam proses belajar-mengajar dan kegagalan
didaktik, di mana guru dituntut untuk menyampaikan materi dalam bahasa
inggris;
e) Penggunaan bahasa pengantar pendidikan yang salah konsep. Dengan label
SBI, materi pelajaran harus disampaikan menggunakan bahasa Inggri,
sedangkan di Jepang dan China justru menggunakan bahasa nasionalnya
sendiri;
f) SBI dinilai telah menciptakan diskriminasi dan kastanisasi dalam pendidikan;
g) SBI telah menjadikan sekolah-sekolah publik menjadi komersial;
h) SBI telah menyebabkan penyesatan pembelajaran;
i) SBI telah menyesatkan tujuan pendidikan; dan
j) SBI adalah sebuah pembohongan publik.
Dari beberapa penjelasan di atas, implementasi dari berbagai kebijakan yang
telah dibuat pemerintah yang berhubungan dengan penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bertaraf internasional belum sepenuhnya dapat terealisasi.
Misalnya, tentang bantuan pendanaan dari pemerintah baik pemerintah pusat,
provinsi maupun kabupaten/kota, bahwa mereka harus membantu program
tersebut dalam pengadaan sarana dan prasarana, pendanaan biaya operasional dan
sebagainya. Tetapi pada kenyataannya pemerintah telah menghentikan pemberian
bantuan pembiayaan sebelum waktu yang telah ditetapkan
21 ∞ M a k a l a h R S B I
Sehingga dana yang telah diberikan oleh pemerintah belum bisa mencukupi
untuk pengadaan sarana dan prasaran yang bisa menunjang pembelajaran secara
global dan proses perawatannya yang memerlukan dana yang tidak sedikit.
Sedangkan untuk pemenuhan sarana dan prasarananya telah terlaksana, misalnya
sekolah yang telah berfasilitas ICT, LCD dan komputer di masing-masing kelas,
serta pengadaan loker, meja dan kursi yang telah sesuai dengan standarnya.
Kemudian, apabila dilihat dari segi tujuan bahwa pendidikan itu harus
bersifat untuk semua orang maka sistem Sekolah Bertaraf Internasional belum
memenuhi aspek tersebut, sekolah yang notabene menerapkan sistem SBI
cenderung hanya dapat dirasakan oleh beberapa golongan dan orang saja, sekolah
SBI dibeberapa kota cukup mahal dan kurang terjangkau bagi kalangan yang
kurang mampu, sehingga muncul anggapan bahwa hanya orang yang memiliki
uang saja yang dapat merasakan sekolah dengan sistem SBI. Saat ini sistem SBI
telah mengupayakan beberapa program seperti pemberian beasiswa bagi
masyarakat yang kurang mampu, namun hal ini belum dirasakan efektif dan
menjangkau semua kalangan di masyarakat.
Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan
peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan,
persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan,
pengundangan, dan penyebarluasan. Peraturan perundang-undangan yang terkait,
serta jangkauan dan arah pengaturan yang memang dikehendaki oleh masyarakat,
maka proses bottom up yang selama ini diinginkan oleh masyarakat, akan
terwujud. Jika suatu RUU dihasilkan melalui proses bottom up, diharapkan
22 ∞ M a k a l a h R S B I
undang-undang yang dihasilkan akan berlaku sesuai dengan kehendak rakyat.
Sedangkan untuk rancangan peraturan perundang-undangan di tingkat pusat di
bawah UU, pengharmonisasian dilakukan sejak persiapan sampai dengan
pembahasan.
Hal ini berarti bahwa perundang-undangan mengenai sistem pendidikan
Sekolah Bertaraf Internasional harus dilakukan secara bottom up yaitu dengan
melihat need assisment dari bawah yaitu pada tingkat ini adalah sekolah. Selain
melihat dari tingkat need assisment perundang-undangan yang akan dibuat pun
harus melihat keadaan dan kesesuaian apabila perundangan tersebut akan
diimplementasikan. Sehingga saat undang-undang tersebut telah dikeluarkan
maka akan sesuai dengan kultur dan keadaan sekolah tersebut.
Selain itu, kebijakan yang dibuat di sekolah tersebut bisa dikatakan bersifat
bottom up, misalnya tentang biaya pendidikan, dimana pihak sekolah terlebih
dahulu dengan melihat keadaan dan situasi peserta didiknya. Yang mana
kebiijakan sekolah yang dikeluarkan yaitu memberikan keringanan biaya bahkan
membebaskan biaya pendidikan bagi peseta didik yang kurang mampu, dan
mereka juga diberikan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah sebagai hasil
ajuan dari pihak sekolahnya.
Hambatan atau Kendala Pelaksanaan RSBI
Dalam proses pelaksanaan pendidikan bertaraf internasional, tentunya tidak
terlepas dari hambatan yang menjadi kendala pihak penyelenggara. Berikut ini
merupakan beberapa hambatan dalam peleksanaan program RSBI yang dihadapi
oleh pihak sekolah adalah :
23 ∞ M a k a l a h R S B I
a) Sedikitnya atau hanya sebagian kecil tenaga pendidik yang mempunyai
kemampuan profesional.
Sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan, bahwa guru yang mengajar di
RSBI atau SBI harus berkualifikasi minimal S2 dan S3, serta harus bisa
menguasai bahasa asing yaitu bahasa Inggris.Tetapi dalam hal ini guru belum
tersbiasa mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris karena dari
pemerintah sendiri guru belum diberi pelatihan secara khusus serta kurang
perhattian dari pemerintah akan pendidikan dan pelatihan bahasa asing
terhadap guru tersebut. Guru seperti dipaksakan untuk bisa menyampaikan
mata pelajaran dengan menggunakan bahasa asing.
b) Bahwa sekolah RSBI itu dianggap sebagai diskriminatif karena masyarakat
hanya berfikir dan melihat sisi negatif dari program RSBI tersebut tanpa
melihat dan mengetahui sisi positif yang ada dalam program RSBI.
c) Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak konsisten
Menurut narasumber bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah
ditetapkan tidak konsisten dan tidak berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaan
program SBI tersebut, bahwa sekolah telah membuat kesempatan atau MoU
baik dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi maupun dengan
pemerintah daerah kabupaten/kota. Tetapi pada kenyatannya kebijakan yang
telah disepakati tersebut tidak berjalan lagi sampai saat ini, misalnya tentang
bantuan dana.
d) Tidak adanya koordinasi antara kementerian pendidikan dengan kementerian
dalam negeri
24 ∞ M a k a l a h R S B I
Sekolah yang berada di bawah naungan diknas (Departemen Pendidikan
Nasional) dengan pemerintah atau birokrasi yang berada dii bawah
kementerian dalam negeri, dimana kedua lembaga tersebut kurang
berkoordinasi dalam pelaksanaan pendidikan. Jadi, menurut narasumber
bahwa kedua lembaga tersebut hanya berjalan masing-masing. Sehingga
kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemendiknas dan Kemendagri berbeda,
misalnya menurut Kemendiknas bahwa standar tenaga pendidik itu ada 4,
tetapi Kemendagri mengeluarkan suatu kebijakan bahwa standar dari tenaga
pendidik itu ada 10, dan ke-10 standar tersebut belum ada kepastiaannya.
BAB III
PENUTUP
25 ∞ M a k a l a h R S B I
A. KESIMPULAN
Dalam proses penyelenggaraan pendidikan yang bertaraf internasional,
setiap satuan pendidikan terlebih dahulu harus bisa memenuhi 8 (delapan) Standar
Pendidikan Nasional yang meliputi standar proses, standar isi, standar sarana dan
prasarana, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar penilaian, standar pengelolaan dan standar pembiayaan. Pengelompokkan
pendidikan sesuai dengan PP No 19 Tahun 2005 bahwa pendidikan terdiri dari:
a) Pendidikan formal standar (Sekolah Potensial/Rintisan), yaitu satuan
pendidikan yang masih jauh dari pencapaian standar nasional pendidikan.
b) Sekolah formal mandiri (SKM/SSN), yaitu satuan pendidikan yang telah
memenuhi standar nasional pendidikan.
c) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI), yaitu pendidikan yang
diselenggarakan setelah memenuhi SNP dan diperkaya dengan standar
pendidikan dari negara asing.
Pada umumnya, berbagai kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah
tentang penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional belum bisa terealisasi
dan terlaksana sepenuhnya di lapangan. Misalnya kebijakan yang berhubungan
dengan kualifikasi guru yang belum terbiasa dengan penggunaan bahasa asing,
bantuan pembiayaan dari pemerintah yang tidak berjalan sesuai dengan prosedur
dalam kebijakan.
Selain itu, beberapa implementasi dari kebijakan atau peraturan tentang
penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional yang telah terlaksanakan
diantaranya sarana dan prasarana yang telah terpenuhi, proses pembelajaran
berbasis TIK, dan penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pada mata
pelajaran MIPA (Matematika, Biologi, Kimia dan Fisika).
Jadi, pada kenyataannya masih ada beberapa kebijakan atau peraturan yang
belum bisa terlaksana dengan baik. Hal tersebut tentunya tidak terlepas bari
berbagai hambatan yang dihadapi oleh penyelenggara program tersebut. Tetapi
hal yang paling penting dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, yaitu adanya
konsistensi dari pihak-pihak terkait akan kebijakan atau peraturan yang telah
26 ∞ M a k a l a h R S B I
dibuat, dan adanya sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat dan lembaga
pendidikan tentang program pendidikan bertaraf internasional dan perturan
perundangan yang mengaturnya.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis diantaranya yaitu:
a) Diadakannya pelatihan bagi guru tentang pengajaran bahasa asing;
b) Pemerintah maupun sekolah harus bisa menyediakan beasiswa maupun
bantuan untuk peserta didik yang berprestasi tetapi tidak mampun dalam
ekonomi;
c) Harus diadakannya kerja sama antar perguruan tinggi dengan satuan
pendidikan dan pemerintah dalam keberlanjutan penyelenggaraan
pendidikan bertaraf internasional;
d) Harus adanya penyuluhan atau sosialisasi dari pemerintah maupun pihak
lembaga pendidikan tertentu tentang kejelasan RSBI dan kejelasan
hukumnya kepada masyarakat;
e) Adanya sekolah percontohan untuk pelaksanaan RSBI; dan
f) Pemerintah tidak melepas begitu saja pelaksanaan RSBI kepada sekolah,
sehingga harus ada bimbingan dan pembinaan dari pemerintah itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
27 ∞ M a k a l a h R S B I
Latief, M. (2011). 10 Alasan Utama SBI Harus Dibubarkan [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/08/20324426/10.Alasan.Utama.SBI.Harus.Dihentikan [5 Maret 2013]
Sativani, Riza. (2011). Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) [Online]. Tersedia: http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2011/01/sekolah-bertaraf-international-sbi-dan.html [2 Mearet 2013]
_____. (__). Manajemen Sekolah Bermutu dalam Kajian Sekolah Potensial [Online]. Tersedia: http://www.slideshare.net/J321_M/manajemen-sekolah-bermutu-dalam-kajian-sekolah-potensial [5 Maret 2013]
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupate/Kota
Peraturan Pemerintah No 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan
Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Permendiknas N0 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
Permendiknas No 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan SBI Pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
28 ∞ M a k a l a h R S B I