Makalah Psikosa

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    1/21

    MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

    PSIKOSA

    Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

    Sistem Neurobehaviour II

    Disusun oleh :

    Annisa Lathifa Ulfah 220110120016

    Zulfa Afifah 220110120040

    Qanita Syakiratin 220110120052

    Irmalita Fauzia R 220110120100

    Redi Saputra 220110120136

    Siti Hanifah RF 220110120148

    Restania Lukita U 220110120160

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2014

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    2/21

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    3/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 2

    b. Ketidakseimbangan fisiologis: kadar neurotransmitter berkurang dan kepekaan

    postsinaptik berubah (bunney & murphy,1976)

    c. Genetik

    Psikosa mania depresif diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

    a.

    Hipomania (hipo:kurang; mania:gila) umumnya disebut nervous. Selalu terdorong

    untuk bergerak, aktif dan tidak mengenal perasaan jemu. Ia sering mengetuk-ngetuk

    dengan jari atau menggerakan kakinya dan berjalan kian-kemari dalam ruangan.

    Orang yang menderita hipomania tidak perlu dimasukan kerumah sakit.

    b.

    Mania akut, perbedaan dengan hipomania adalah derajatnya. Pada mania akut

    kegelisan itu lebih nyata, pasien terlalu percaya diri dan suka banyak bicara.

    Kemampuannya untuk berorientasi hilang dan kesadarannya menjadi kabur, bahkan

    sering mengalami euforia. Dan merasa terkekang apabila dikritik, bahkan sampai

    sangat marah. Seringkali berdelusi dan berhalusinasi meskipun tidak teratur. Pasien

    harus dirawat dirumah sakit.c. Mania hiperakut, emosinya sangat meluap-luap dan dalam luapan perasaan yang

    hebat ini ia sama sekali kehilangan kontak dengan kenyataan. Ia berbahaya bagi

    dirinya sendiri maupun orang lain, karena ia memiliki dorongan untuk melakukan

    kekerasan, suka berkelahi, dan bersifat destruktif.

    Gejala depresif timbul pada psikosa ini. Kraepelin (1899) membagi depresi menjadi 3

    sesuai dengan gejalanya yaitu :

    a.

    Depresi ringan (retardasi biasa). Pasien merasa murung dan putus asa, tidak bisa

    berkonsentrasi, patah semangat, pesimistik terhadap masa depan, lelah dan lesu,

    merasa tidak dapat melakukan kegiatan yang biasa, ingatan belum banyak terganggu.

    b.

    Depresi akut ( acute melancholia). Pasien mengasingkan diri secara total, dan

    aktivitas hilang, ia sulit sekali bicara, baru menjawab pertanyaan sesudah menunggu

    dalam jangka waktu yang lama atau tidak menjawab sama sekali. Keinginan mati

    begitu kuat.

    c.

    Depresi stupor. Pasien benar-benar membeku, diam seperti patung, menolak untuk

    berbicara dan bergerak. Menolak untuk dipenuhi kebutuh fisiologisnya, kesadaran

    kabur karena dihiasi oleh delusi tidak karuan.

    Pasien penderita psikosa mania depresif sangat perlu mendapatkan beberapa

    penatalaksanaan medis. Penatalaksanaan tersebut yaitu mengontrol pasien dengan

    menggunakan obat-obat penenang berdosis tinggi dan mengurung mereka di dalam

    ruangan tertutup, pemberian litium (litium mungkin mengurangi simtom dengan

    menstabilkan poses yang berfungsi untuk melepaskan neurotransmitter dan mengurangi

    kepekaan neuron), obat trisiklik untuk depresi, dan obat antikosulvan untuk mengurangi

    simtom mania akut.

    2.3.1.2 Skizofrenia

    Prevalensi gangguan jiwa berat seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi

    berat pada tahun 2007 menurut Riskesdas adalah o,5 %. Sedangkan anggak 11,6 %merupakan prevalensi nasional gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    4/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 3

    yang berumur lebih dari 15 tahun. Menurut WHO, satu dari empat orang akan mengalami

    gangguan mental atau neurologis pada suatu saat dalam kehidupannya. Hal ini

    mengartikan bahwa hamper setiap orang beresiko akan mengalami gangguan jiwa.

    Skizofrenia adalah gangguan psikotik kronis yang ditandai oleh episode akut yang

    mencakup kondisi terputus dengan realitas yang ditampilkan dalam ciri-ciri sepertiwaham, halusinasi, pikiran tidak logis, pembicaraan yang tidak koheren, dan perilaku

    yang aneh. Deficit residual dalam area kognitif, emosional, dan social dari fungsi yang

    ada sebelum episode akut (Nevid, 2003). WHO menyebutkan bahwa skizofrenia

    merupakan gangguan mental parah. Gangguan mental ini dapat mengganggu kehidupan

    dan kemampuan kognitif penderita.

    Sebenarnya para ahli kejiwaan belum bisa memastikan penyebab pasti dari

    skizofrenia. Namun, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hal

    tersebut. Dari penelitian-penelitian tersebut tidak ditemukan factor tunggal penyebab

    skizofrenia melainkan beberapa factor yang kemungkinan besar menjadi penyebabskizofrenia :

    1. Genetik

    2. Virus

    3. Auto antibodi

    4. Malnutrisi

    Penelitian mengenai genetic menyebutkan bahwa ada gen abnormal pencetus

    skizofrenia. Skizofrenia akan muncul jika gen tersebut berinteraksi dengan virus atau

    infeksi di otak janin, menurunnya autoimun selama kehamilan, dan kekurangan gizi yang

    berat terutama pada kehamilan trisemester awal. Orang yang mempunyai factor tersebut

    bila mengalami stresor psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar

    untuk menderita skizofrenia.

    Penelitian yang dilakukan pada pasien skizofrenia menunjukkan ada perubahan-

    perubahan pada neurotransmitter dengan reseptor di sel-sel neuron dan interaksi antara

    dopamine dan serotin. Kedua hal tersebut ternyata dapat mempengaruhi alam piker,

    perasaan, dan perilaku yang menimbulkan gejala positif dan gejala negative pada pasien

    skizofrenia.

    Selain itu, ada juga penelitian mengenai penampakan CT scan pada otak pasienskizofrenia. Ternyata ditemukan perubahan anatomi pada otak pasien. Perubahannya

    berupa pelebaran lateral ventrikel, atrofi korteks bagian depan, dan atropfi otak kecil.

    Menurut DSM IV TR 2000, ada 5 pembagian klasifikasi skizofrenia. Klasifikasi

    tersebut yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia tidak terorganisasi, skizofrenia katatonik,

    skizofrenia tidak dapat dibedakan, dan skizofrenia residual. Berikut adalah penjelasan

    tentang klasifikasi skizofrenia :

    1.

    Skizofrenia Paranoid

    Skizofrenia ini diitandai dengan gejala waham kejar atau waham kebesaran atau

    waham agama, halusinasi, dan perilaku agresif.

    2. Skizofrenia tidak terorganisasi

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    5/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 4

    Skizofrenia ini ditandai dengan gejala afek datar, inkoherensi, asosiasi longgar, dan

    perilaku ekstrem yang tidak dapat diatur.

    3. Skizofrenia katatonik

    Skizofrenia ini ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam bentuk

    tanpa gerakakn atau aktivitas motorik yang berlebihan. Selain itu muncul juganegativisme yang ekstrem, mutisme, gerakan volunter yang aneh, ekolalia, atau

    ekopraksia. Imobilitas motorik dapat terlihat berupa katalepsi atau stupor. Aktivitas

    motorik yang berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimulus

    eksternal.

    4.

    Skizofrenia tipe tidak dapat dibedakan

    Skizofrenia ini ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia tipe lain namun disertai

    gangguan pikiran, afek, dan perilaku.

    5. Skizofrenia residual

    Skizofrenia ini terjadi jika telah mengalami satu episode skizofrenia sebelumnya.

    Tetapi pada skizofrenia residual tidak psikotik. Pasien menarik diri dari masyarakat,

    afek datar, dan asosiasi longgar.

    Sesuai dengan pernyataan diatas sebelumnya, disebutkan bahwa pada pasien

    skizofrenia akan muncul gejala-gejala khas. Gejala tersebut yaitu gejala positif dan gejala

    negative.

    Gejala Positif / Gejala Nyata Gejala Negatif / Gejala Samar

    Halusinasi : persepsi sensori atau

    pengalaman persepsi yang tidak nyata

    terjadi.

    Waham: keyakinan yang salah dan

    dipertahankan yang tidak memiliki dasar

    dalam realita.

    Ekopraksia: peniruan gerakan dan gestur

    orang lain yang diamati.

    Flight of ideas: komunikasi yang terus

    menerus melompat dari satu topik ke topik

    lain dengan cepat.

    Perseverasi: terus menerus membicarakan

    satu topik atau gagasan (pengulangan

    kalimat, kata, atau frasa secara verbal) dan

    menolak untuk mengubah topik tersebut.

    Asosiasi longgar: pikiran atau gagasan yang

    terpecah-pecah atau buruk.

    Apatis : perasaan tidak peduli terhadap

    individu, aktivitas, dan peristiwa.

    Alogia: kecendrungan berbicara sangat

    sedikit atau menyampaikan sedikit

    gagasan yang bermakna.

    Afek datar: tidak adanya ekspresi wajah

    yang menunjukkan emosi atau mood.

    Afek tumpul: perasaan emosional atau

    mood yang terbatas.

    Anhedonia: tidak senang atau tidak

    gembira dalam menjalani hidup, aktivitas,

    atau hubungan.

    Katatonia: imobilitas karena faktor

    psikologis, klien tampak tidak bergerak,

    dan seolah-olah dalam kedaaan setengah

    sadar.

    Tidak memiliki kemauan: tidak adanya

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    6/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 5

    Gagasan rujukan: kesan yang salah bahwa

    kejadian eksternal memiliki makna khusus

    bagi individu.

    Ambivalensi: mempertahankan keyakinna

    atau perasaan yang tampak kontradiktif

    tentang individu, peristiwa, atau situasi yang

    sama.

    keinginan, ambisi, atau dorongan untuk

    bertindak atau melakukan sesuatu.

    Terapi yang diberikan kepada pasien skizofrenia ada dua macam yaitu terapi somatik

    dan terapi psikososial. Berikut penjelasan mengenai 2 terapi tersebut :

    1. Terapi somatik

    Terapi ini bertujuan untuk mengubah perilaku yang maladaptive menjadi

    adaptif melalui tindakan perlakuan fisik. Contoh dari terapi ini yaitu ECT danpsikofarmakologi. Psikofarmakologi merupakan terapi medis. Pasien akan diberikan

    obat-obatan. Terapi ini tidak dapat menyembuhkan dari skizofrenia namun dapat

    mengurangi gejala-gejala skizofrenia.

    Terdapat 2 obat yang sering diberikan sebagai terapi somatic yaitu

    clorpromazine (Cpz) dan haloperidaol (Hp). Indikasi pemberian obat Cpz yaitu

    sindrom psikosis berat. Mekanisme kerja obat ini yaitu menghalangi dopamine ke

    reseptor pasca sinap di otak, terutama pada sistem ekstra piramidal. Indikasi

    penggunaan obat Hp yaitu psikosis berat dalam kemampuan menilai kenyataan di

    kehidupan sehari-hari. Obat ini termasuk anti psikosis. Mekanisme kerja obat ini yaitu

    menghalangi dopamine ke reseptor pasca sinap di otak khususnya sistem limbic dan

    sistem ekstra pyramidal.

    Selain itu, ada terapi elektro konvulsif (ECT). Cara terapi ini yaitu

    menimbulkan serangan berupa kejutan atau konvulsif (serupa dengan serangan

    epileptis). Kejutan ini akan menimbulkan ketidaksadaran sehingga pasien tidak akan

    merasakan sakit. Serangan kejutan biasanya berlangsung kurang dari satu menit

    namun pasien akan dalam keadaan stupor selama kurang lebih satu jam setelah terjadi

    serangan kejutan.

    2. Terapi psikososial

    Terapi psikososial cenderung kea rah hubungan interpersonal danintrapersonal pasien skizofrenia. Terapi ini terdapat 3 jenis yaitu terapi perilaku, terapi

    keluarga, dan terapi kelompok.

    a. Terapi perilaku

    Terapi perilaku menggunakan pendekatan latihan keterampilan sosial untuk

    meningkatkan kemampuan social, memenuhi diri sendiri, dan komunikasi

    interpersonal. Selain itu, ada pula latihan keterampilan perilaku. Latihan ini bisa

    dilakukan dengan cara menampilkan video, permainan simulasi (role playing),

    dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk melakukan pekerjaan rumah

    tentang keterampilan yang telah dilakukan.

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    7/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 6

    Terapi perilaku bertujuan untuk mengurangi bahkan menghilangkan respon tidak

    lazim jika pasien bersosialisasi dengan orang lain seperti kontak mata yang buruk,

    ekspresi wajah yang aneh, tidak adanya respon peka terhadap social, atau tidak

    persepsi emosi terhadap orang lain.

    b.

    Terapi keluargaTerapi ini dilakukan di rumah ketika pasien telah diberikan izin keluar dari rumah

    sakit. Keluarga akan diberikan informasi mengenai keadaan pasien, diberitahu

    juga bagaimana mengekspresikan perasaan yang positif atau negative, dan

    bagaimana cara menyelesaikan masalah bersama-sama dalam satu keluarga.

    Keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan pasien skizofrenia sangat

    penting. Setidaknya keluarga dapat mencegah kambuhnya gejala-gejala pada

    pasien skizofrenia. Selain itu, jika keluarga terlibat maka pasien pun akan merasa

    mendapatkan dukungan secara psikologis dari keluarga.

    c. Terapi kelompok

    Terapi kelompok untuk pasien skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,

    masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok terbukti efektif

    untuk menurunkan isolasi social, meningkatkan rasa kebersamaan, dan

    meningkatkan kesadaran akan kenyataan (tidak terjadi halusinasi lagi).

    Cara terapi ini yaitu beberapa orang akan berkumpul dan saling berkomunikasi.

    Terapis (perawat) berperan sebagai fasilitator dan pemberi arah komunikasi

    berlangsung. Sedangkan peserta yang lain memberikan tanggapannya tentang

    pikiran dan perasaannya.

    2.3.1.3 Waham / Delusi

    Waham adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua

    kenyataab dan tidak ada kaitannya dengan latar belakang budaya. (Keliat, 2009). Menurut

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2000, waham adalah suatu keyakinan

    klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah

    secar logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah

    kehilangan kontrol.

    Klasifikasi waham menurut Direja (2011) :

    1.

    Waham Kebesaran

    Keyakinan berlebihan yang menyatakan bahwa dirinya memiliki kekuatan khususatau kelebihan yang berbeda dari orang lain yang diucapkan terus menerus tetapi tidak

    sesuai kenyataan. Contohnya saya ini presiden lo saya mempunyai perusahaan

    terbesar di sumatera.

    2.

    Waham Agama

    Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapka secara berulang-

    ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyatan. Contohnya saya adalah nabi utusan tuhan

    saya adalah tuhan yang bisa mengendalikan dunia.

    3.

    Waham Curiga

    Keyakinan yang meyakini bahwa ada sekelompok atau seseorang yang maumerugikan atau mencelakai dirinya yang diucapkan terus menerus tetapi tidak sesuai

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    8/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 7

    kenyataan. Contohnya saya tahu bahwa mereka akan menghabcurkan saya karena

    mereka iri akan keberhasilan saya.

    4. Waham Somatik

    Keyakinan seseorang yang meyakini bahwa dirinya terserang penyakit yang

    diucapkan terus menerus tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya saya menderitakanker stadium lanjut padahal hasil pemeriksaan tidak ditemukannya sel kanker pada

    tubuhnya.

    5.

    Waham Nihlistik

    Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meniggal dunia yang diucapkan terus

    menerus tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya sekarang saya berada di alam

    kubur, semua yang ada disini adalah roh-roh ynag telah meninggal dunia.

    Menurut Kaplan dan Sadock (1997), tipe-tipe waham antara lain:

    1. Tipe eritomatik : klien merasa dicintai mati-matian oleh orang penting seperti pejabat,

    artis dan lain-lain2. Tipe kebesaran (magalomania) : keyakinan bahwa klien memiliki bakat, kemampuan

    dan wawasan tetapi tidak dapat diketahui.

    3.

    Waham cemburu, tipe ini sangat jarang terjadi. Klien merasa sangat cemburu kepada

    pasangan contohnya, pada waham ini tindakan kekerasan kemungkinan tinggi akan

    terjadi pa pihak yang dicemburui.

    4. Waham kejar : tipe ini merupakan tipe yang palin sering terjadi. Pada waham tipe ini

    klien merasa dikeja-kejar atau diburu oleh seseorang maupun oleh kelompok.

    5. Waham tipe somatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik. Perbedaan dengan

    hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang dimiliki klien. Menetapnya wahamsomatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik lainya menyatakan gangguan

    delosional/ waham tipe somatik.

    Tanda dan gejala yang timbul pada orang waham menurut Aziz R,dkk (2003) yaitu :

    Klien mengungkapkan sesuatu yang

    diyakininya

    Kecurigaan

    Klien tampak tidak mempunyai orang

    lain

    Bermusuhan

    Merusak diri, orang lain maupun

    lingkungan

    Takut dan sangat waspada

    Tidak tepat menilai

    lingkungan/realitas

    Ekspresi wajah tegang

    Mudah tersinggung

    Menurut Iyus Yosep (2009), proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu:

    1. Fase of human need

    Waham yang terjadi diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan hidup

    seseorang baik kebutuhan fisik maupun psikis. Dengan adanya keterbatasan

    kebutuhan tersebut mendorong seseorang tersebut untuk melakukan kompensasi yang

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    9/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 8

    salah yang akan memunculkan kesenjangan antara realita dengan self ideal yang

    sangat tinggi.

    2. Fase lack of self esteem

    Dengan adanya kesenjangan antara realita dan self ideal tersebut membuat tidak

    adanya pengakuan dari lingkungan, sedangkan lingkungan yang ingin dicapai sudahmelampaui kemampuannya.

    3. Fase control internal external

    Dalam fase ini klien mulai berfikir rasional bahwa apa yang dia yakini adalah sebuah

    kebohongan dan tidak sesuai dengan realita, namun dalam berfikir rasional seperti ini

    masih sangat berat bagi klien karena dorongan akan kebutuhan tersebut masih belum

    terpenuhi. Orang sekitar klien (lingkungan) juga memberikan suatu koreksi kepada

    klien bahwa apa yang dia yakini adalah sebuah kesalahan. Namun kontrol yang

    dilakukan oleh lingkungan belum sepenuhnya adekuat karena lingkungan masih

    sebagai pendengar pasif yang berfikir bahwa apa yang diyakini klien tidak akan

    merugikan orang lain.

    4. Fase envinment support

    Dalam fase ini pengaruh dari lingkungan sangat penting, karena fase ini merupakan

    fase dimana klien akan kehilangan kontrol akan fungsi super egonya yang ditandai

    dengan tidak adanya perasaan bersalah akan kebohongan yang dilakukan klien. Hal

    tersebut terjadi karena klien mendapat dukungan dari lingkungan karena ada beberapa

    orang yang mempercayai keboohongannya.

    5. Fase comforting

    Pada fase ini klien mulai merasa nyaman dengan kebohongan yang telah dia lakukan

    dan menganggap lingkungan mendukung dan mempercayai kebohongan ataukeyakinan yang dia lakukan. Pada fase ini juga klien akan mulai menghindari

    interaksi sosial.

    6. Fase improving

    Apabila tidak adanya koreksi terhadap keyakinan salah klien maka keyakinan tersebut

    aka semakin kuat pada diri klien. Waham yang muncul biasanya waham yang

    berkaitan dengan trauma masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi

    (rantai yang hilang)

    2.3.2 Psikosa Organik

    2.3.2.1 Psikosa Alkoholik

    Psikosis Alkoholik adalah psikosis yang terjadi karena ada kerusakan berat pada

    jaringan saraf karena meminum minuman alcohol yang berlangsung lama atau meminum

    minuman alcohol secara berlebihan (Yustinus, 2006)

    Orang yang mengalami ketergantungan pada alkohol, yaitu orang yang meminum

    alkohol setiap hari dan kesulitan untuk menghentikan bahkan untuk mengurangi

    konsumsinya meskipun telah berulang kali berupaya untuk berhenti. Selama periode

    intoksikasi (mabuk) pengkonsumsi alkohol dapat mengalami hilang ingatan atas berbagaiperistiwa yang terjadi dan yang dilakukannya kepada orang lain, hal ini akan

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    10/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 9

    mengakibatkan gangguan pada kehidupan sosial dan pekerjaannya. Akibatnya dapat

    terjadi pertengakaran dengan keluarga dan teman-teman, tidak masuk kerja dan lain-lain.

    Dampak yang ditimbulkan oleh konsumsi alkohol dapat berupa efek jangka pendek

    dan jangka panjang. Pada efek jangka pendek, gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi

    tergantung konsentrasi zat tersebut dalam aliran darah. Efek alkohol tersebut akanmempengaruhi kerja organ hati dan mengambat penyerapan zat makanan. Sedangkan

    efek jangka panjang yang disebabkan oleh alkohol dapat memberikan efek negatif pada

    seluruh organ tubuh, diantaranya mengakibatkan sindrom amnestik yaitu suatu sindrom

    hilangnya memori yang parah atas berbagai peristiwa yang belum lama berselang maupun

    yang telah lama terjadi. (Gerald, 2006).

    Efek lanjut atau efek pemutusan total alkohol pada pecandu alkohol yang kronis

    cukup signifikan karena tubuh telah terbiasa dengan zat tersebut, sehingga orang yang

    bersangkutan akan mengalami kecemasan, depresi, lemah, tidak dapat diam, dan tidak

    dapat tidur. Dan tampak tremor otot (terutama oto-otot kecil di jari, wajah, kelopak mata,bibir, dan lidah yang terlihat jelas) dan terjadi peningkatan pada denyut nadi, tekanan

    darah, serta suhu tubuh. Parahnya pecandu alkohol akan mengalami halusinasi meski

    tidak dalam keadaan mabuk. (Gerald C Davidson,2006).

    Zat psikoaktif : Zat/bahan kimia yang apa bila masuk ke dalam tubuh manusia

    berefek mempengaruhi tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga

    menyebabkan perubahan aktivitas mental, emosional dan perilaku, dan seringkali

    menimbulkan ketagihan atau ketergantungan terhadap zat itu.

    Narkotika : Zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis

    maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran,mengurangi / menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

    Ketergantungan zat atau kecanduan: Suatu keadaan yang disebabkan oleh

    penggunaan obat/zat yang secara berulang-ulang. Dengan ciri-ciri : keinginan luar

    biasa (tak tertahan) untuk menggunakan zat tersebut, kecenderungan menaikkan

    dosis (toleransi), ketergantungan psikologik, dan ketergantungan fisik.

    Drug abuse : Penyalahgunaan obat, yaitu pemakaian obat atas kehendak sendiri

    yang tidak mengikuti petunjuk dan tidak sesuai aturan yang ditetapkan oleh

    dokter/farmasi.

    Berikut adalah gejala-gejala yang akan muncul dalam penggunaan zat psikotik :

    1. Opioda

    Intoksikasi: penekanan fungsi seperti sedasi, apatis, Motilitas usus bekurang, terjadi

    mual dan muntah, pernafasan berkurang, detak jantung lambat (bradikardi), tekanan

    darah turun (hipotensi), pupil mengecil (konstriksi). Putus Zat: insomnia (susah tidur),

    cemas, gelisah, keluar air mata, pilek (rhinorhoe), keringat, pernafasan cepat, datak

    jantung cepat (takhikardi), tekanan darah naik, pupil melebar (dilatasi), sakit pada otot

    dan sendi, perut terasa kejang (kramp).

    2. Sedativ & Hipnotika

    Bersifat menekan dan menghambat kerja s.s.p. Dalam golongan ini termasukbarbiturate, meprobarnat dan Benzodiazepin. Benzodiazepine ini banyak dipakai

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    11/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 10

    dalam terapi. Tapi paling banyak juga disalahgunakan (di-abuse). Contohnya:

    nitrazepan, bromazepam, flunitrazepm. Intoksikasi: bicara cadel, cara jalan tidak

    stabil (sempoyongan), nistagmus (bola mata bergerak kesamping kiri kanan dengan

    cepat), afek labil, irritabel, agresif, banyak bicara, daya ingat menurun, susah

    memusatkan perhatian. Gejala overdosis: nafas lambat, tekanan darah turun, nadilemah/cepat, banyak keringat. Putus zat: mual, muntah, otot perut kram (kaku),

    lemah, letih, tidak nafsu makan, berkeringat, tremor (bergetar) pada tangan, cemas,

    irritable, delirium, kejang dan bisa menginggal.

    3.

    Stimulansia: Kokain & Amfetamin

    Pemakaian zat ini biasanya karena mengharapkan efek euphoria, menimbulkan rasa

    percaya diri, memperbaiki penampilan misalnya pada artis yang naik pentas,

    mengurangi rasa lelah, mengurangi rasa ngantuk dan rasa lapar. Intoksikasi: nadi

    cepat, tekanan darah naik, suhu badan naik, keringat, Midriasis (pupil dilatasi),

    tremor, kejang, koma bisa meninggal, euphoria, agresif, halisunasi, perilaku

    repetitive. Putus zat: insomnia, keletihan, ide bunuh diri, mudah tersinggung, depresi.

    4. Kanabinoid: Ganja

    Ganja atau kanabis atau marihuana atau hasis, dengan zat psikoaktifnya adalah

    tetrahidrocannabinol (THC). Biasanya dipakai sebagai obat stress, cemas dan depresi.

    Di beberapa wilayah Indonesia, ganja dipakai sebagai penyedap makanan atau

    perangsang nafsu makan.

    Intoksikasi: mata merah, detak jantung cepat, mulut kering, perasaan melambung /

    high, rasa percaya diri, depersonalisasi, dereliasi, elasi/ ketawa, halusinasi,

    inkoherensi, waham. Putus Zat: gejalanya ringan insomnia, mual, nafsu makan

    kurang, otot-otot terasa sakit, berkeringat, cemas, gelisah, bingung dan depresi. Padapemakai awal / pemula biasanya dapat reaksi panik.

    2.3.2.2Psikosa Akibat Obat

    Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahkan sampai

    setelah terjadi masalah. Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang parah dan sering

    dianggap sebagai penyakit. Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yang

    berhubungan dengan ketergantungan zat. Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan

    biologik terhadap obat. Toleransi adalah peningkatan jumlah zat untuk memperoleh efek

    yang diharapkan. Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik

    (Stuart dan Sundeen, 1995).

    Penggunaan zat secara patologis dikelompokkan dalam dua

    kategori: penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat dalam

    DSM IV-TR ditandai oleh adanya berbagai masalah yang berkaitan dengan konsumsi

    suatu zat. Ini mencakup penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan,

    mencoba untuk berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau

    psikologis yang semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami masalah dalam

    pekerjaan atau dengan teman-teman.

    Ketergantungan obat didiagnosis sebagai kondisi yang disertai dengan

    ketergantungan fisiologis (yang juga disebut kecanduan) jika terdapat toleransi atau gejala

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    12/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 11

    putus zat. Toleransi diindikasikan oleh salah satu dari (1) dosis zat yang dibutuhkan untuk

    menghasilkan efek yang diinginkan lebih besar atau (2) efek obat menjadi sangat

    berkurang jika mengkonsumsi obat dalam dosis yang biasa. Simptom-simptom putus zat,

    berbagai efek negatif fisik dan psikologis, terjadi ketika orang yang bersangkutan

    menghentikan atau mengurangi jumlah konsumsi zat tersebut. Orang yang bersangkutanjuga dapat menggunakan zat tersebut untuk menghilangkan atau menghindari simptom-

    simptom putus zat. Beberapa peneliti berpendapat bahwa putus zat harus menjadi kriteria

    wajib bagi diagnosis ketergantungan zat. Secara umum, mengalami ketergantungan fisik

    terhadap suatu obat dlikaitkan dengan berbagai masalah yang lebih berat (Schuckit dkk.,

    1999). Dalam kaitannya dengan putus zat bila dapat terlepas sama sekali dari zat tersebut

    disebut abstinens.

    2.3.2.3 Psikosa Akibat Trauma

    Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis, trauma mengacu pada

    cedera serius, kritis, luka, atau syok. Dalam psikiatri, trauma memiliki makna yangberbeda dan mengacu pada pengalaman emosional yang menyakitkan, menyedihkan, atau

    mengejutkan, yang sering menghasilkan efek mental dan fisik berkelanjutan.

    Trauma merupakan reaksi fisik dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu

    peristiwa, kejadian atau pengalaman spontanitas/secara mendadak (tiba-tiba), yang

    membuat seseorang kaget, takut, shock, tidak sadarkan diri dan biasanya tidak mudah

    hilang begitu saja dalam ingatan manusia.

    Trauma adalah setiap luka, kesakitan ataushock yang terjadi pada fisik dan mental

    individu yang berakibat timbulnya gangguan serius. (James Drever, 1987). Sarwono

    (1996), melihat trauma sebagai pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan

    meninggalkan bekas (kesan) yang mendalam pada jiwa seseorang yang mengalaminya.

    Dari dua pendapat diatas, dapat dianalisis bahwa trauma merupakan suatu kondisi

    yang tidak menyenangkan atau buruk yang datang secara spontanitas dan merusak

    kejiwaan individu, sehingga membuat individu tidak mampu mengendalikan dirinya.

    Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi fisik

    individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota tubuh, dsb. yang

    menimbulkanshock dan gangguan emosi. Pada saat-saat tertentu gangguan kejiwaan ini

    biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran terhadap pengalaman/ peristiwa yangpernah dialaminya, yang memicu timbulnya histeris atau fobia.

    Sementara itu, kondisi trauma (traumatic) yang dialami orang (anak, remaja dan

    dewasa), juga mempunyai sifatnya masing-masing sesuai dengan pengalaman, peristiwa

    atau kejadian yang menyebabkan rasa trauma, yaitu ada trauma yang bersifat ringan,

    sedang/menengah dan trauma berat. Kondisi trauma yang ringan, biasanya mudah diatasi

    dan hanya dalam batas waktu tertentu saja dan penanganannya tidak membutuhkan waktu

    lama, begiti juga dengan kondisi trauma yang bersifat sedang atau menengah. Namun,

    jika keadaan trauma yang dialami individu bersifat berat, ini biasanya agak sulit ditangani

    dan membutuhkan waktu yang lama dalam penyembuhan. Adapun konseling yang akanditerapkan pada pasien dengan trauma berat adalah harus dilakukan secara bertahap,

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    13/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 12

    penuh kesabaran, penuh keikhlasan dan betul-betul ada kesadaran dari para profesional

    (orang-orang yang terlatih) untuk menanganinya secara baik.

    2.3.2.4 Dementia Paralytica

    Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan oleh

    proses degeneratif yang progresif dan irreversible (tidak dapat pulih ke kondisi semula)

    yang mengenai proses berpikir. Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh

    berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang

    dipengaruhi pada demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa,

    memecahkan masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan

    kemampuan social serta kepribadian pasien juga terpengaruh.

    Penyebab demensia banyak, namun tampilan gejala klinis umunya hampir sama. 60 %

    demensia adalah irreversible (tidak dapat pulih ke kondisi semula), 25 % dapat control,

    dan 15% reversible ( dapat pulih kembali ).

    2.4 Asuhan Keperawatan pada Pasien Psikosa

    2.4.1 Pangkajian

    Pada saat pengkajian fokus sering didapatkan adanya data-data sebagai berikut (Carpenito,

    L.J, 1998: 363; Townsend, M.C, 1998: 156; Stuart,G.W & Sundeen, S.J, 1998: 328-

    329):

    a. Perubahan persepsi sensori : halusinasi

    Data subyektif: tidak mampu mengenal waktu, orang, tempat, tidak mampumemecahkan masalah, mengungkapkan adanya hausinasi (misalnya mendengar

    suara-suara atau melihat bayangan).mengeluh cemas dan khawatir seolah-olah

    mendengar sesuatu, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara,

    menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai,gerakan mata yan cepat,pikiran yang

    berubah-ubah dan konentrasi rendah,kadang tampak ketakutan,respon-respon

    yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks

    Data Obyektif: mudah tersinggung, apatis dan cenderung menarik diri, tampak

    gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi, kadang berhenti berbicara

    seolah-olah mendapatkan sesuatu, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan

    suara, menyeringai dan tertawa yang tidak sesuai, gerakan mata yang cepat,

    pikiran yang berubah-ubah dan konsentrasi rendah, kadang tampak ketakutan,

    respons-respons yang tidak sesuai (tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang

    kompleks).

    b. Perilaku kekerasan / resiko perilaku kekerasan

    Data subjektif : Klien mengeluh perasaan terancam, marah, dendam, klien jengkel,

    klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada berdebar-debar, rasa

    terceki, dada terasa sesak, bingung, klien mengatakan mendengar suara-suara

    yang menyuruh melukai diri sendiri. Orang lain dan lingkungan, klien mengatakan

    semua orang ingin menyerangnya.

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    14/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 13

    Data objektif : muka melotot, rahang dan bibir mengatup, tangan dan kaku tegang,

    tangan mengepal, tampak mondar-mandir, tampak berbicara sendiri dan

    ketakutan, tampak bicara dengan suara tinggi, tekanan darah meningkat, frekuensi

    denyut jantung meningkat, banyak keluar keringat, nafas pendek.

    c.

    Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Data subjektif: mengritik diri atau orang lain, perasaan dirinya sangat penting

    yang berlebih-lebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, sikap negative pada

    diri sendiri, sikap pesimis pada kehidupan.

    Data objektif : produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri sendiri,

    perilaku destruktif pada orang lain, penyalahgunaan zat, menarik diri dari

    hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah, menunjukkan tanda

    depresi( sukar tidur dan sukar makan ), tampak mudah tersinggung/mudah marah

    d. Isolasi sosial: menarik diri

    Data subjektif: mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh

    lingkungan,mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

    Data objektif: tampak menyendiri dalam ruangan, tidak berkomunikasi, menarik

    diri, tidak melakukan kontak mata, tampak sedih, afek datar, posisi meringkuk di

    tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu, kegagalan untuk berinteraksi

    dengan orang lain didekatnya, kurang aktivitas fisik dan verbal, tidak mampu

    membuat keputusan dan berkonsentrasi, mengekspresikan perasaan kesepian dan

    penolakan di wajahnya.

    e. Waham

    Data subjektif: Merasa curiga, Merasa cemburu, Merasa diancam / diguna-guna,

    merasa sebagai orang hebat, merasa memiliki kekuatan luar biasa, merasa sakit /rusak organ tubuh, merasa sudah mati, merasa perlakunya dikontrol orang lain,

    merasa pikiran orang lain masuk dalam alam pikirannya, merasa orang lain

    mengetahui isi pikirannya, merasa orang lain menjauh, merasa tidak ada yang mau

    mengerti.

    Data objektif : Marah-marah tanpa sebab, banyak berbicara (logorrhoe),

    menyendiri, Sirkumstansial, Inkoheren, Flight of idea, hipermotorik,

    Euforia(gimbira birlebihan), disforia (sedih berlebihan). Marah-marah karena

    alasan sepele, menyendiri.

    f. Defisit Perawatan Diri

    Data subjektf : Menyatakan malas mandi,Tidak tahu cara makan yang baik, Tidak

    tahu cara dandan yang baik,Tidak tahu cara eliminasi yang baik,Tidak tahu cara

    berpakaian baik,Merasa tak bergna,merasa tak perlu mengubah

    penampilan,merasa tidak ada yang peduli

    Data objektif: Badan kotor,Dandanan tdak rapi,makan berantakan,BAB /BAK

    sembrang tempat,Rambut,kuku panjang,Badan bau,Gigi kotor,pakaian kotor dan

    tidak terkancing dengan benar, Menolak ketika disarankan untuk

    makan,mandi,dan berpakaian,Menolk buang air bersih dan buang air besar di

    tempat yang disediakan

    2.4.2 Diagnosa Keperawatan

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    15/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 14

    Menurut Townsend (1998) dan Stuart (1998) diagnose keperawatan yang dapat ditarik

    dari pohon masalah tersebut adalah:

    1)Perilaku kekerasan

    2)Perubahan persepsi sensori : halusinasi

    3)

    Isolasi social : menarik diri4)Gangguan konsep diri : harga diri rendah

    5)Gangguan proses piker : waham

    6)Defisit perawatan diri

    2.4.3 Intervensi Keperawatan

    1)Perilaku kekerasan

    I ntervensi kepada pasien

    a.

    Bina hubungan saling percaya

    b. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan

    c.

    Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

    d. Identifikasi bentuk perilaku kekerasan yang pernah dilakukan

    e.

    Identifikasi akibat perilaku kekerasan

    f.

    Ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan antara lain:

    Secara fisik (ralaksasi, kegiatan dan olahraga)

    Secara verbal (sharing/menceritakan pada orang lain)

    Secara spiritual (berdoa,sholat)

    g. Bantu pasien mempraktekkan cara mengekspresikan cara sehat mengontrol perilaku

    kekerasan yang telah diajarkan

    h.

    Anjurkan untuk memilih cara mengontrol perilaku perilaku kekerasan yang sesuai

    i.

    Anjurkan untuk memasukkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang telah dipilih ke

    dalam jadwal kegiatan harian

    j. Bantu pasien membuat rencana jadual kegiatan harian

    k. Jelaskan pada pasien tentang obat yang diminum (jenis,dosis,waktu minum,manfaat dan

    efek samping obat)

    l.

    Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan

    m.

    Pantau keefektifan pengobatan dan efek sampingnya (vital sign dan pemeriksaan fisik yang

    lain)

    n. Libatkan pasien dalam terapi kelompok,terapi kognitf,terapi kognitf dan dalam kegiatan

    sehari-haridiruangan

    o. Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah (penyinaran

    rendah,sedikit orang, ekorasi yang sederhana dan tingkat kebisisngan yang rendah.

    p.

    Observasi Secara ketat perilaku dan tanda-tanda pasien marah setiap 15 menit

    q.

    Singkirkan benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan sekitar pasien

    r. Bila perlu lakukan fiksasi atau restrain dan observasi setiap 15 menit

    I ntervensi kepada keluarga

    a.

    Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan

    b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian perilaku kekerasan tanda dan gejala

    terjadinya perilaku kekerasan

    c. Jelaskan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan

    d. Ajarkan dan melibatkan keluarga dalam mempraktekkan cara merawat pasien dengan

    perilaku kekerasan secara langsung dirumah sakit (cara konstruktif,Follow up)

    2)Perubahan persepsi sensori : halusinasi

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    16/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 15

    I ntervensi kepada pasien

    a. Bina hubungan saling percaya

    b. Identifikasi jenis, isi, waktu, frekuensi halusinasi, respon terhadap halusinasi dan tindakan

    yang dilakukan

    c.

    Kenalkan halusinasi pada pasien

    d.

    Terapkan prinsip halusinasi pada pasien (tidak mendebat, tidak mendukung, hadirkan

    realitas)

    e. Ajarkan pasien cara mengontrol halusinasi (menghardik isi halusinasi dengan melakukan

    kegiatan, Bercakap-cakap dengan orang lain, dan dengan cara minum obat)

    f.

    Anjurkan pasien untuk mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan

    g.

    Anjurkan pasien memilih salah satu cara control halusinasi yang sesuai

    h.

    Anjurkan pasien mamasukkan dalam jadwal kegiatan harian di rumah sakit

    i. Anjurkan pasien untuk melanjutkan pelaksanaan cara control halusinasi di rumah, jika

    halusinasi muncul

    j. Jelaskan pada pasien tentang obat yang diminum (jenis, dosis, waktu, manfaat & efek

    samping)

    k.

    Anjurkan pasien mamasukkan jadwal minum obat dalam jadwal kegiatan harian di rumah

    l.

    Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien

    m.Pantau keefektifan dan efek samping yang diminum (vital sign dan pemeriksaan fisik lain)

    n. Hindari menyentuh pasien sebelum anda memberitau kepada pasien

    o. Ciptakan lingkungan terapeutik (menggunakan dekorasi ruang yang sederhana, mengurangi

    kebisingan, mengurangi sinar yang terlalu terang, menyingkirkan benda-benda yang

    berbahaya)

    p.

    Libatkan pasien dalam kegiatan-kegiatan di ruangan

    q.

    Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok yang pada stimulasi sensori dan orientasi

    realita dan terapi modalitas lain (Terapi kognitif dan perilaku)

    I ntervensi kepada keluarga

    a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

    b. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien

    beserta proses terjadi

    c.

    Ajarkan pada keluarga secara langsung tentang prnsip halusinasi (tidak mendebat, tidak

    mendukung, hindarkan realitas)

    d. Jelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien dengan halusinasi

    e. Beri kesempatan pada keluarga untuk mempraktekkan cara erawat pasien halusinasi di

    rumah sakit

    3)Isolasi social : menarik diri

    I ntervensi kepada pasien

    a. Bina hubungan saling percaya

    b.

    Identifikasi penyebab isolasi sosial pasien

    c.

    Perhatikan sikap menerima dengan cara melakukan kontak singkat tapi sering

    d.

    Diskusikan bersama pasien tentang keuntungan/manfaat berinteraksi dengan orang lain dan

    kerugian jika tdak berinteraksi dengan dengan orang lain

    e. Ajarkan dan damping pasien berinteraksi dengan orang lain bertahap

    f. Berikan kesempatan pada pasien untuk berinteraksi dengan orang lain

    g. Berikan kesempatan pada pasien untuk berinteraksi dalam kelompok (terapi aktivitas

    kelompok)

    h.

    Bantu pasien mengembangkan pengalaman berinteraksi dengan perawati. Jelaskan tentang obat yang diminum pasien (jenis,dosis,waktu,manfaat,dan efek samping

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    17/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 16

    obat)

    j.

    Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan pasien

    k.

    Pantau keefektifan dan efek samping obat yang diminm pasien(vital sign dan pemeriksaan

    fisik lain)

    l. Libatkan dalam makan bersama

    m.

    Pelihara konsistensi perilaku semua staf perawat terhadap pasienn.

    Berikan reinforcement positif setiap berhasil melakukan sesuatu kemampuan berinteraksi

    o.

    Temani pasien dalam aktivitas kelompok (sosialisasi,stimulasi sensori,terapi gerak lagu)

    p. Temani pasien selama aktivitas kelompok (stimulasi persepsi menggambar)

    I ntervensi kepada keluarga

    a. Jelaskan pengertian ,tanda ,gejala solasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya

    b. Jelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien isolasi sosial(berkomunikasi,cara

    minum obat,dan perawatan diri,follow up)

    c. Beri kesempatan pada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien isolasi sosial di

    rumah sakit

    d.

    Ciptakan rasa aman di lingkungan keluarga

    4)Gangguan konsep diri : harga diri rendah

    I ntervensi kepada pasien

    a. Bina hubungan saling percaya

    b. Identifikasi kemampuan pasien yang dapat dilakukan sebagai individu,anggota keluarga dan

    anggot masyarakat)

    c.

    Bantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan

    d.

    Bantu pasien memilih kegiatan dan melatih sesuai dengan kemampuan pasien

    e. Berikan renfocement positif terhadap keberhasilan pasien

    f. Berikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan lain yang lebih luas

    g.

    Anjurkan pasien mempraktikkan kemampuan yang dapat dilkukan di rumah sakit

    h. Bantu pasien memilih kemampuan yang dapat dilakukan untuk dilanjutkan pelaksanaan

    dirumah

    i.

    Buat jadual kegiatan yang dapat dilakukan untuk dilanjut pelaksanaan dirumah

    j. Jelaskan tentang obat yang diberikn (jenis,dosis,waktu,manfaat dan efek samping obat)

    k. Berikan obat-obatan sesuai program pengobatan paien

    l. Pantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum (vital sign dan pemeriksaan fiik yang

    lain

    m. Bersikap menerima pasien dan negativismenya

    n.

    Libatkan pasien daam aktivitas di rumah sakit dengan kegiatan di rumah.

    o.

    Beri kesempatan pada pasien untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya

    sendiri.misalnya menata tempat tidur, membersihkan alat makan, .minum obatp. Libatkan pasien dalam setiap kerja sesuai dengan kemampuan dan bakat

    I ntervensi kepada keluarga

    a. Jelaskan pengertian tanda dan gejala isolasi yang dialami paien beserta proses terjadinya

    b. Jelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien harga diri rendah (terlibat dalam

    aktivitas,cara minum obat,dan pemberian reinforcement follow up)

    c.

    Beri kesempatn pada kelarga untuk mempraktikan ara erwat pasien harga diri rendah

    drumah sakit

    d. Anjurkan eluarga untuk memfasilitasi pasien dalam melakukan kegiatn dirumah

    5)

    Gangguan proses piker : waham

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    18/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 17

    I ntervensi kepada pasien

    a. Identifikasi isi aham dan perilku yang diakibatkan oleh wahamnya

    b. Identifikasi respon lingkungan terhadap perilaku paien yang diakibtkan oleh wahamnya

    c.

    Terapkan prinsip waham (tidak mendeat,tidak mendukung,hadrkan realitas)

    d.

    Bantu pasien kembali ke alam reaita

    e.

    Bantu pasien memenuhi kebuthan yang tidak mendukung,hadirkan realitas)

    f. Libatkan pasien dalam jadual keiatan terapi modlitas (psikoterapi,TAK,orientas realita)

    g. Jelaskan obat yang dmnum dengan prinsip lima bennr dan efek samping obat

    h. Sarankan memasukkan jadual inum obat dalam kegiatan sehai-hari

    i.

    Berian obat-obatan progam pengobatan pasien

    j.

    Pantau keefektifandan efek samping obat yang diminum (vital sign dan pemeriksaan fisik

    lain)

    k. Libatkan pasien dalam kegiatan diruangan

    l. Libatkan pasen dalam terap aktivitas kelompok orientasi realita

    m. Ciptakan lingkungan yan tidak mendukung isi wahamn

    I ntervensi kepada keluarga

    a.

    Jelskan cirri-ciri pasien yang mengalami waham,penyebab serta proses terjadinya waham

    b. Jelskan dan melatih cara-cara merawat pasien waham

    c. Terapkan prinsip waham (tiak mendebat,tidak mendukung,hadirkan reltas)

    d. Latih kelarga mempraktekkan cara merawat pasien waham secara langsung dirumah sakit

    e.

    Bantu kelarg membuat jadual aktivitas orientasi dirumah termasuk minum obat

    6)Defisit perawatan diri

    I ntervensi kepada pasien

    a. Jelaskan pentingnya kebersihan dan kerapan diri

    b.

    Diskusikan cirri-ciri badan yang bersih dan rapic. Jelaskan manfaat badan yang bersh dan rapid an kerugian jika baan tidak bersih dan tidak

    rapi

    d.

    Ajarkan cara menjaga kebersihan dan kerapan diri

    e.

    Berikan kesempatan pada pasien untuk mendemonstrasikan cara menjaga kebersihan dan

    kerapian diri

    f. Anjurkan pien memasukkan cara menjaga kebersihan dan kerapian kedalam jadual kegiatan

    g. Libatkan pasien dalam aktivitas modaltas perilaku hidup bersih dan sehat

    I ntervensi kepada keluarga

    a. Jelaskan pengertian tanda dan gejala deficit perawatan diri yang dialami pasien beserta

    proses terjdinya

    b.

    Jelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien dengan deficit perawatan diri

    c.

    Beri kesempatan pada keluarga untuk mempraktikan cara merawat pasien deficit perawatan

    diri dirumah sakit

    d. Anjurkan keluarga utnuk memfasilitasi pasien dalam melakukan perawatan diri di rumah.

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    19/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 18

    KUIS PSIKOSA

    1.

    Apa saja klasifikasi dari mania dan ciri-cirinya?

    Jawab : Hipomania, cirinya yaitu pasien sangat aktif

    Mania akut, ciri-cirinya yaitu pasien percaya diri tinggi

    Mania hiperakut, ciri-cirinya yaitu emosi pasien meluap-luap

    2.

    Mengapa terapi berorientasi keluarga perlu dilakukan pada pasien skizofrenia?

    Jawab :

    Karena campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses penyembuhan , atau

    sekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit klien. Dukungan keluarga sangat

    mempengaruhi kesembuhan klien.

    3. Seorang pasien terlihat cemas dan sulit untuk bersosialisasi bahkan takut berbicara

    kepada orang lain. Menurut keluarga, tidak ada sanak keluarga yang memiliki

    gangguan jiwa dan sebulan yang lalu pasien mengalami kecelakaan dan terjadi trauma

    di kepala. Maka pasien tersebut mengalami psikosa jenis?

    Jawab :

    Psikosa organic karena gangguan jiwa yang dimiliki pasien diakibatkan oleh trauma

    di kepala.

    4.

    Apa perbedaan afek datar dan afek tumpul pada pasien yang memiliki diagnose medisskizofrenia?

    Jawab :

    Afek datar yaitu pasien tidak ada ekspresi wajah yang menunjukkan emosi sedangkan

    afek tumpul yaitu rentang perasaan atau emosi atau mood yang terbatas.

    5.

    Pada pasien yang memiliki masalah keperawatan isolasi social sangat perlu peran

    keluarga untuk proses penyembuhannya. Apa saja intervensi keperawatan untuk

    keluarga pasien yang mengalami isolasi social?

    Jawab : Jelaskan pengertian ,tanda ,gejala solasi sosial yang dialami pasien beserta

    proses terjadinya

    Jelaskan dan melatih keluarga cara-cara merawat pasien isolasi

    sosial(berkomunikasi,cara minum obat,dan perawatan diri,follow up)

    Beri kesempatan pada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat pasien

    isolasi sosial di rumah sakit

    Ciptakan rasa aman di lingkungan keluarga

    6.

    Apa saja data subjektif dan objektif pada pasien yang memiliki masalah keperawatan

    gangguan konsep diri : harga diri rendah (sebutkan minimal 4 data subjektif dan 4

    data objektif) ?

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    20/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 19

    Jawab :

    Data subjektif: mengritik diri atau orang lain, perasaan dirinya sangat penting

    yang berlebih-lebihan, perasaan tidak mampu, rasa bersalah, sikap negative pada

    diri sendiri, sikap pesimis pada kehidupan.

    Data objektif : produktivitas menurun, perilaku destruktif pada diri sendiri,perilaku destruktif pada orang lain, penyalahgunaan zat, menarik diri dari

    hubungan sosial, ekspresi wajah malu dan rasa bersalah, menunjukkan tanda

    depresi( sukar tidur dan sukar makan ), tampak mudah tersinggung/mudah

    marah

    7. Seorang pasien yang terlihat benar-benar murung, mengasingkan diri, dan diam

    seperti patung maka pasien itu mengalami depresi pada tingkat?

    Jawab :

    Depresi stupor

    8. Jika seorang pasien gangguan jiwa mengalami waham, persepsi apa yang ditanggapi

    oleh perawat ketika pasien mengajaknya berbicara ?

    Jawab :

    tidak mendebat, tidak mendukung, hadirkan realitas

    9. Apa saja data subjektif dan data objektif pada pasien yang memiliki masalah

    keperawatan isolasi social : menarik diri (sebutkan minimal 4 tiap data subjektif dan

    data objektif) ?

    Jawab : Data subjektif: mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh

    lingkungan,mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

    Data objektif: tampak menyendiri dalam ruangan, tidak berkomunikasi, menarik

    diri, tidak melakukan kontak mata, tampak sedih, afek datar, posisi meringkuk

    di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu, kegagalan untuk

    berinteraksi dengan orang lain didekatnya, kurang aktivitas fisik dan verbal,

    tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi, mengekspresikan

    perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya.

    10.Terapi apa saja yang diberikan pada pasien gangguan jiwa? Berikan contohnya !

    Jawab :

    Terapi somatic : untuk merubah perilaku yang maladaptive menjadi adaptif

    dengan diberikan tindakan fisik seperti psikofarmakologi

    Terapi psikososial : seperti terapi perilaku dengan latihan komunikasi

    interpersonal.

  • 8/10/2019 Makalah Psikosa

    21/21

    Tutor 5 A2012 |Makalah Sistem Neurobehaviour II : Psikosa 20

    DAFTAR PUSTAKA

    American Psychiatric Association. 1994.Diagnostic and Statistic Manual of Mental

    Disorders.4thedition, Revised. Washington, DC : Author.

    Aziz R, dkk. 2003.Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD.

    Ingram, I.M. 1993. Catatan Kuliah : Psikiatri. Jakarta: EGC

    Kaplan, Harold I. 2000. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.

    Jakarta : Sagung Seto.

    Keliat, Budi Anna. 2006.Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIKUI.

    Kusumawati dan Hartono . 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

    Muslim, Rusdi. 2001.Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Nuh Jaya.

    Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal (Terjemahan Tim Fakultas

    Psikologi UI) Edisi 5 Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.

    Rasmun. 2001.Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta : Sagung Seto.

    Residen Bagian Psikiatri UCLA. 1997.Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC.

    Semiun, Y. 2006.Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kanisius.

    Sinaga, Benhard S. 2007. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

    Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. 1995. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. (Terjemahan).

    Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

    Stuart dan Sundeen. 2005.Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

    Tim Direktorat Keswa. 2000 .Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1.Bandung: RSJP.

    Videbeck, Sheila L . 2001.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

    Videbeck, S. L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Buku

    Kedokteran EGC.

    Yosep Iyus. 2009.Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

    Yosep, Iyus. 2007.Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

    Sadock, B.J., and Sadock, V. A. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis (Terjemahan). Jakarta :

    Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/ (diakses 19:55 4

    November 2014)

    http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/http://www.who.int/mental_health/management/schizophrenia/en/