makalah pkn(baru)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Landasan falsafah Indonesia adalah Pancasila yang terdiri atas 5 sila yang saling melengkapi dan menjiwai satu sama lainnya. Sila yang manjadi landasan utama dari kelima sila lainnya adalah sila pertama, yaitu Ketuhanan YME. Adanya sila

Ketuhanan YME tersebut menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan dan setiap hukum yang diterapkan di Indonesia harus berlandaskan Ketuhanan. Sila Ketuhanan YME menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memberikan kebebasan dan kewajiban kepada setiap warga negaranya untuk memeluk agama dan mempercayai adanya Tuhan.

Dalam perjalanannya, konsep Ketuhanan YME ini juga mengalami beberapa masalah seperti munculnya organisasi-organisasi atau individu yang menganut paham komunisme ataupun atheis. Tentunya hal tersebut sangat bertolak belakang dengan dasar negara kita yang mengharuskan setiap warga negaranya beragama.

Paham komunis adalah paham yang bercita-cita menghapus hak milik perseorangan dan mengganti hak milik secara bersama (semua diatur dan dimiliki oleh pemerintah). Pada dasarnya komunis itu merupakan ajaran yang menggusur keberadaan Tuhan. Karena dalam konsep komunis, agama hanya semacam eskapisme, usaha untuk keluar dari dunia yang nyata agar dapat masuk ke dunia yang tidak ada penderitaan dan kesusahan atau dunia yang sempurna. Apabila suatu negara menjadikan paham komunis menjadi suatu ideologi, maka dalam negara itu tidak akan ada lagi paham agama.

Sedangkan paham atheis adalah paham yang tidak mempercayai adanya sesuatu yang dijadikan panutan dalam suatu agama, seperti Tuhan, Allah, atau dewa dewi. Paham ini berbeda dengan paham komunis. Karena pada dasarnya yang tidak dipercayai oleh penganut paham komunis adalah agamanya atau ajarannya. Sementara paham atheis tidak percaya pada sosok yang dijadikan sebagai Tuhan dalam suatu agama.

Salah satu faktor yang menyebabkan munculnya paham atheis di Indonesia adalah adanya globalisasi dan perkembangan teknologi. Kedua faktor ini akan1

menyebabkan masuknya paham-paham dari luar yang menyebabkan masyarakat samar akan keyakinan agamanya sendiri.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa hukum yang berkaitan dengan kewajiban beragama di Indonesia? 2. Bagaimana perkembangan paham atheis di Indonesia? 3. Mengapa paham atheis bertentangan dengan dasar negara Indonesia? 4. Bagaimana kontradiksi antara paham atheis dengan dasar negara Indonesia? 5. Bagaimana pengaruh globalisasi dan teknologi terhadap paham atheis di Indonesia? 6. Apakah contoh kasus atheis yang terjadi di Indonesia? 7. Bagaiamana pandangan syariah islam terhadap paham atheis?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk lebih memahami nilai-nilai agama atau filsafat yang terdapat di Indonesia 2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sila pertama pancasila bila dikaitkan dengan paham Atheisme 3. Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perkembangan paham Atheisme di Indonesia di era globalisasi dan teknologi tinggi

1.4 Metode Penulisan Penulisan makalah ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari berita-berita yang memuat tentang kasus Atheisme di Indonesia dan mencari sumber-sumber yang menambah pemahaman mengenai makna dari paham Atheisme itu sendiri serta makna dari nilai agama yang terkandung dalam Pancasila.

1.5 Sistematika Penyajian Dalam makalah ini terdapat empat bab, terdiri dari BAB I Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, Rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penyajian. Kemudian pada BAB II akan dibahas mengenai paham atheisme yang menjadi inti permasalahan dalam makalah ini. Pada BAB II akan dibahas pula bagaimana perkembangan paham Atheisme di Indonesia. Sementara pada BAB III akan dibahas mengenai kontradiksi antara Pancasila dengan paham Atheisme serta contoh kasus yang terjadi di Indonesia. Lalu pada bab terakhir yaitu BAB IV akan diuraikan

2

kesimpulan serta saran dari penulis berdasarkan dari studi kasus yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya.

3

BAB II PAHAM ATHEISME

2.1 Pengertian Paham Atheisme Atheisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa-dewi ataupun penolakan terhadap teisme. Dalam arti luas, atheisme adalah ketiadaan kepercayaan pada keberadaan dewa atau Tuhan. Orang yang menganut paham atheisme disebut dengan atheis. Atheisme berasal dari Bahasa Yunani (atheos), digunakan untuk merujuk pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan yang ada di lingkungannya. Ajaran yang menyebarkan pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik terhadap agama, istilah atheis mulai merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada tuhan.

Batasan dasar pemikiran atheistik yang paling luas adalah antara atheisme praktis dengan ahteisme teoretis. Bentuk-bentuk atheisme teoretis yang berbeda-beda berasal dari argumen filosofis dan dasar pemikiran yang berbeda-beda pula. Sebaliknya, atheisme praktis tidaklah memerlukan argumen yang spesifik dan dapat meliputi pengabaian dan ketidaktahuan akan pemikiran tentang tuhan/dewa. a. Atheisme Praktis Dalam atheisme praktis atau pragmatis, yang juga dikenal sebagai apatheisme, individu hidup tanpa Tuhan. Menurut pandangan ini, keberadaan tuhan tidaklah disangkal, namun dapat dianggap sebagai tidak penting dan tidak berguna. Tuhan tidak memberikan kita tujuan hidup, ataupun mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Atheisme praktis dapat berupa: a. Ketiadaan motivasi religius, yakni kepercayaan pada tuhan tidak memotivasi tindakan moral, religi, ataupun bentuk-bentuk tindakan lainnya; b. Pengesampingan masalah tuhan dan religi secara aktif dari pemikiran dan tindakan praktis; c. Pengabaian, yakni ketiadaan ketertarikan apapun pada permasalahan Tuhan dan agama; dan d. Ketidaktahuan akan konsep Tuhan dan dewa.

4

b. Atheisme Teoretis Atheisme teoretis secara eksplisit menentang keberadaan tuhan, dan secara aktif merespon kepada argumen teistik mengenai keberadaan tuhan, seperti misalnya argumen dari rancangan dan taruhan Pascal. Terdapat berbagai alasan-alasan teoretis untuk menolak keberadaan tuhan, utamanya secara ontologis dan epistemologis. Selain itu terdapat pula alasan psikologis dan sosiologis. Argumen Ontologis & Epistimologis Atheisme epistemologis berargumen bahwa orang tidak dapat mengetahui Tuhan ataupun menentukan keberadaan Tuhan. Argumen lainnya yang mendukung atheisme yang dapat diklasifikasikan sebagai epistemologis ataupun ontologis meliputi positivisme logis dan ignostisisme, yang menegaskan ketidakberartian ataupun ketidakterpahaman istilah-istilah dasar seperti "Tuhan" dan pernyataan seperti "Tuhan adalah mahakuasa." Argumen Psikologis & Sosiologis Para filsuf seperti Ludwig Feuerbach dan Sigmund Freud berargumen bahwa Tuhan dan kepercayaan keagamaan lainnya hanyalah ciptaan manusia, yang diciptakan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan psikologis dan emosi manusia. Hal ini juga merupakan pandangan banyak Buddhis. Karl Marx dan Friedrich Engels berargumen bahwa kepercayaan pada Tuhan dan agama adalah fungsi sosial, yang digunakan oleh penguasa untuk menekan kelas pekerja. Menurut Mikhail Bakunin, "pemikiran akan Tuhan mengimplikasikan turunnya derajat akal manusia dan keadilan; ia merupakan negasi kebebasan manusia yang paling tegas, dan seperlunya akan berakhir pada perbudakan umat manusia, dalam teori dan prakteknya." http://www.confucian.me/profiles/blogs/uraian-tentang-atheisme

2.2 Perkembangan Paham Atheisme di Indonesia Indonesia dikenal sebagai bangsa yang beragama, bahkan sila pertama berbunyi Ketuhanan yang maha esa. Namun, datangnya modernisme, yang juga melahirkan nusantara sebagai bangsa Indonesia, memunculkan atheisme. Atheisme di Indonesia muncul pada era modern dengan datangnya paham komunisme yang surut pada tahun 1965-1966 hingga reformasi tahun 1998 dan muncul kembali pasca reformasi. Sejak masuknya komunisme ke Indonesia melalui ISDV (Perhimpunan Sosialis Demokrat Hindia Belanda) ahteis mulai disebut-sebut.5

Saat era Soekarno, kampanye anti-atheis muncul bersamaan dengan kampanye antikomunis dari lawan-lawan PKI. Seperti saat komunisme pertama datang ke nusantara, ada yang tetap mempertahankan keatesiannya dan ada yang mencoba menyandingkan komunis dan agama seperti tercermin dalam karya sastra saat itu.

Pergesekan antara PKI dengan Islam lebih diakibatkan oleh faktor penerapan UU Pokok Agraria No. 5 tahun 1960. UU Pokok Agraria tersebut membatasi kepemilikan lahan hingga maksimal 2 hektar yang secara otomatis mengambil kelebihan tanah milik para tuan tanah, yang kebanyakan merupakan pemuka agama islam untuk diberikan pada petani tak bertanah secara cuma-cuma. Para tuan tanah menolak menyerahkan kelebihan tanah yang selama ini selalu memberikan penghasilan tambahan pada mereka lewat keringat petani-petani penggarap walaupun akan mendapat ganti rugi dari pemerintah. Penyelewengan pelaksanaan UU Agraria tersebut[vi] membangkitkan gejolak para petani tak bertanah, yang diorganisir oleh BTI, untuk melakukan aksi sepihak, bergejolak dan menyerukan untuk merebut secara paksa. Gesekan tersebut menjadi konflik yang semakin keras terutama di daerah Jawa Timur dan Jawa tengah tempat para tuan tanah sebagian besar merupakan pemuka agama Islam. Peter Edman menulis bahwa pada bulan Februari dan Maret 1965 kekerasan pun mencapai puncaknya seruan-seruan perjuangan keagamaan menjadi semakin marak dan bahkan melampui perjuangn keras yang sedang berusaha diciptakan oleh PKI. Kelompok-kelompok islam militant bertanggung jawab atas terjadinya banyak kekereasan di mana organisasi kepemuddaan NU (Nahdatul Ulama), Anshor, menjadi pelopor dalam konflik-konflik tersebut (Edman, 2005:156). Dalam mempropagandakan gerakan perlindungan atas tanah mereka, para tuan tanah bersama militer dan burjuasi nasional sebagai perang agama dan memberi stereotipe pembuat onar, atheis, tidak setia pada agama dan negara pada petani tak bertanah yang diadvokasi BTI. Stereotipe-steretipe tersebut digunakan untuk memotori pembantaian massal pada kaum kiri, yang oleh tuan tanah digunakan untuk merebut kembali tanah yang diambil secara sepihak oleh petani tak bertanah yang diadvokasi BTI, dan digunakan sebagai stigma oleh orba kepada musuh politiknya. Maka, cap atheis semakin buruk pada zaman orba dan belum berubah banyak hingga kini.

Pada masa orde baru, untuk mendukung proyek mempertahankan kekuasaan dengan menghancurkan orang-orang kiri munculah buku-buku yang menyudutkan atheisme secara terang-terangan karena dianggap bahaya laten; bahaya tersembunyi yang siap6

mengancam setiap waktu. Untuk menanggapinya, muncul buku seperti Bahaja Atheisme terhadap Sila Ketuhanan J.M.E karya Muchammad Iljas (1967) yang tampaknya bahkan tidak mampu membedakan atheisme dan komunsime. Pengaburkan perbedaan komunis dan atheis tampak pada asosiasi yang begitu melekat antara komunsime dengan atheisme dalam pengertian Iljas bahwa atheis merupakan hasil penjelidikan jang mendalam setjara ilmiyah (katanja) dan mendjadi dasarlandasan daripada usaha dan perdjuangan kelandjutannja, dalam membentuk dan menjusun masjarakat jang bahagia, tanpa aadanja kelas jang bertentangan dan

bermusuhan, sama rata dan sama rasa, dengan bentuknnja sendiri dan susunannja sendiri jang telah direntjanakan. (Iljas 1967:4)

Dalam bentuk yang lebih halus, muncul buku-buku filsafat ketuhana yang ditulis orang beragama untuk membantah kaum atheis tanpa adanya buku atheis untuk membantah orang beragama. Muncul buku seperti Aliran-aliran Besar Atheisme karya pastur Louis Leahy yang ditulis untuk suatu pemandu informative dan kritis mengenai problem-problem yang paling relevan dari atheisme kontemporer (Kanisius, 1985:16) namun menggunakan slogan Pascal bahwa atheisme, tanda kekuatan dari roh, tetapi hanya sampai batas tertentu (kanisius, 1985:5) sebagai slogan awal di bagian depan buku. Theodeore Hujiberes menulis Manusia Mencari Makna yang memberi pembenaran keberadaan Tuhan.

Pasca reformasi wacana atheisme mulai mendapat tempat. Walaupun tetap muncul buku-buku yang menyudutkan atheis seperti Menalar Tuhan, buku-buku karya atheis dunia mulai diterjemahkan. Banyak buku pengarang atheis, baik yang lantang menggemborkan atheisme maupun tidak, diterjemahkan, terutama oleh penerbit-penerbit Yogyakarta. Di antaranya adalah Totem dan Tabu Sigmund Freud yang membedah asalusul agama. Buku-buku Nietzsche yang atheistis telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, seperti Zarathustra, Genealogi Moral, Anti-Christ, dsb. Buku-buku atheis baru yang telah diterjemahkan antara lain Senja Iman karya Sam Harris dan Sungai dari Firdaus karya Richard Dawking. Bahkan buku Rancang Agung yang menyimpulkan bahwa alam raya dapat muncul tanpa sosok adi-alami muncul terjemahannya kurang dari enam bulan sejak buku tersebut muncul dalam bahasa Inggris.

7

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Atheisme di Indonesia Paham Atheisme muncul di Indonesia disebabkan oleh berbagai macam faktor. Faktor utama yang memberikan pengaruh paling besar adalah faktor luar. Berkembangnya globalisasi dan teknologi di dunia menyebabkan masuknya paham-paham baru dari luar, salah satunya adalah paham atheisme yang bertentangan dengan dasar negara Indonesia.

2.3.1 Faktor Globalisasi Era globalisasi dewasa ini banyak menimbulkan perubahan pada nilai masyarakat. Perjalanan menjadi era globalisasi mengalami proses evolusi pada pelbagai nilai kemasyarakatan. Salah satu yang mengalami evolusi dalam nilai masyarakat yaitu nilai agama.

Dalam masyarakat, nilai irasional belum sepenuhnya dapat membentuk psikologi kepribadian masyarakat. Dalam keadaan seperti ini, evolusi dalam nilai agama akan terjadi yaitu pergerakan fundamentalis agama. Dimana titik beratnya mengacu pada urusan kepercayaan. Masyarakat mulai berfikir rasional karena nilai irrasional belum sepenuhnya dapat membentuk psikologi kepribadian masyarakat.

Evolusi nilai agama tersebut dapat membuat pergerakan norma lama menjadi norma baru. Sebagai contoh : laki-laki dan wanita tidak boleh bersentuhan kecuali telah muhrim (norma lama), sekarang menjadi laki-laki dan wanita duduk bersama di tempat kerja (norma skrg). Evolusi nilai agama ini terjadi karena adanya perubahan pola fikir yang tadinya mereka anggap irasional menjadi rasional.

Begitupun halnya dengan pemikiran terhadap Tuhan. Masyakarat mulai tidak mempercayai akan hal gaib. Masyarakat mulai mengalami proses evolusi pemikiran dari irrasional menjadi rasional.

2.3.2 Faktor Teknologi Para penganut paham Atheisme, atau secara awam sering dikatakan orang yang tak mempercayai Tuhan memang masih menjadi kontroversi di Indonesia. Meskipun ada, para penganut paham Atheis di Indonesia dinilai belum berani8

terang-terangan untuk mengakui dirinya adalah seorang Atheis kepada khalayak umum dan merahasiakan kepercayaannya.

Perkembangan dunia internet yang semakin pesat ternyata membuat para penganut paham Atheis di Indonesia mencoba terbuka dan berbagi dengan orangorang yang memiliki kesamaan pandangan. Segelintir warga Indonesia yang tak percaya dan tak mengakui keberadaan Tuhan menjadikan internet sebagai tempat berteduh bagi orang-orang yang memiliki kesamaan pandangan. Berikut adalah statement dari seorang penganut paham atheisme yang dikutip dari sebuah website : "Bagi saya secara pribadi, dunia online adalah salah satu cara untuk bertukar pikiran dan bertemu dengan orang-orang yang memiliki kesamaan pandangan dengan saya, karena saya tak melihat banyak dalam kehidupan nyata,". Ny. X (29 tahun). Menurut narasumber tersebut hidup sebagai seorang atheis di negara yag mayoritas muslim seperti di Indonesia merupakan hal yang sulit. Narasumber lain menyatakan bahwa internet merupakan wadah yang paling tepat untuk saling berinteraksi dengan para penganut paham atheisme yang lain.

Kemajuan teknologi berdampak pada perubahan cara pandang seseorang tentang ketuhanan, karena manusia mengalami transformasi dari irasionalitas ke rasionalitas, sehingga hal-hal yang berbau magis atau ghaib tidak dapat diterima lagi. Selain itu kata-kata "Tuhan Tidak Ada" jika diartikan secara konotasi maka bermakna manusia sudah tidak lagi merasa takut pada hukum Tuhan. Manusia mulai bertuhan pada teknologi yang berkembang dengan sangat pesat.

9

BAB III PAHAM ATHEISME DAN DASAR NEGARA

3.1 Hukum tentang Kewajiban Beragama di Indonesia Indonesia menganut falsafah Pancasila, memberikan posisi yang amat penting bagi semua agama yang dianut masyarakatnya, dan menuntut dari agama dan agamawan peranan yang besar dalam membangun bangsa dan negara, sesuai dengan fungsi agama yang disebut di atas, yaitu menata urusan manusia guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan diakhirat. Agama mempunyai peranan yang penting dalam masyarakat. Agama memiliki nilai-nilai yang dapat memberi sumbangan dalam segala aspek kehidupan masyarakat, baik aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Dalam berbagai aspek tersebut, diharapkan: 1. Agama hendaknya menjadi pendorong bagi peningkatan kualitas sumber dayA manusia. 2. Agama hendaknya memberikan kepada individu dan masyarakat suatu kekuatan pendorong untuk peningkatan partisipasi dalam karya dan kreasi mereka. 3. Agama dengan nilai-nilainya harus dapat berperan sebagai isolator yang merintangi seseorang dari segala macam penyimpangan. Indonesia bukanlah negara sekuler yang memisahkan antara negara dan agama, namun demikian Indonesia juga bukanlah yang berdasarkan pada suatu agama tertentu, akan tetapi Indonesia merupakan negara kesatuan yang memberikan kebebasan kepada warga negaranya untuk memiliki suatu keyakinan dan menganut agama tertentu. Kebebasan Beragama di Indonesia diatur dalam : Undang Undang Dasar 1945 Sebagaimana diketahui, UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1 dan 2 menyatakan sebagai berikut: 1. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Kemudian dalam Amandemen-amandemen berikutnya, telah ditambahkan Pasal 28E, yang berbunyi sebagai berikut: 1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih

10

kewarganegaraan,

memilih

tempat

tinggal

di

wilayah

negara

dan

meninggalkannya, serta berhak kembali. 2. Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya. 3. Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Kemudian juga ditambahkan Pasal 28I, yang berbunyi sebagai berikut: Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. Ketetapan MPR RI TAP MPR Nomor VII/ MPR 2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan. Pasal 2 Bab IV point 1 TAP MPR tersebut dikemukakan bahwa visi Indonesia 2020 adalah: a. Terwujudnya masyarakat yang beriman, yang bertakwa, berakhlak mulia sehingga ajaran agama, khususnya yang bersifat universal dan nilai-nilai luhur budaya terutama kejujuran, dihayati dandiamalkan dalam perilaku

kesehariannya. b. Terwujudnya toleransi intern dan antar umat beragama. c. Terwujudnya penghormatan terhadap martabat kemanusiaan. Beragama di Indonesia merupakan keharusan (Dengan tidak

menyatakan wajib), bahkan itu merupakan identitas bangsa. Indonesia adalah negara yang majemuk, beragam agama dan budaya ada. Hal ini merupakan kekuatan bagi Indonesia. Jadi sebagai warga Indonesia yang taat akan Pancasila dan UUD 1945 kita harus beragama. Kebebasan beragama di Indonesia tidak terlepas dari harusnya seorang warga negara Indonesia memiliki agama. Tidak ada unsur paksaan untuk memilih agama, karena hal tersebut merupakan hak masing-masing setiap individu yang tinggal di Indonesia. Dikatakan harus beragama karena Indonesia berlandaskan pada Pancasila, dimana bunyi sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai ketuhanan harus diterapkan di segala

11

aspek kehidupan terutama agama. Agama sebagai pengikat moral manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia dan akhirat.

3.2 Kontradiksi Paham Atheis dengan Dasar Negara Indonesia Pancasila sebagai dasar negara merupakan hal yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Bila kita mengganggu posisi Pancasila sebagai dasar negara maka hal tersebut akan mengganggu persatuan bangsa dan negara yang sudah dibangun oleh para pemimpin terdahulu. Pada akhirnya Indonesia akan terpecah menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya, maka penerapan hukum-hukum agama dan hukum-hukum adat dalam sistem hukum negara menjadi penting untuk diterapkan. Hal ini diperkuat lagi dengan sejarah Indonesia yang terdiri dari beberapa kerajaan yang berbasis dari berbagai suku dan agama. Pancasila diperjuangkan untuk mengikat agamaagama dan suku-suku tersebut akan tetapi tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki oleh setiap agama dan suku.

Sila pertama dari Pancasila merupakan sumber dari nilai-nilai agama yang diterapkan dalam negara. Dalam perkembangannya, sila Ketuhanan Yang Maha Esa itu dapat dijabarkan menjadi :a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaanya kepada Tuhan

Yang Maha Esab. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradabc. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antarpemeluk agama

dan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esad. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esae. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esaf. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masingg. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain

12

Dari penjabaran sila pertama di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya di Indonesia yang ditekankan dalam hukum negara adalah kebebasan untuk memeluk agama dan wajib untuk meyakini satu agama namun tidak boleh memaksakan keyakinannya itu untuk diikuti oleh orang lain.

Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa yang diterapkan di Indonesia menunjukan bahwa Indonesia menyatukan agama dengan negara. Oleh karena itu, paham Atheisme yang berkembang di negara lain tidak bisa diterima di Indonesia. Meskipun di Indonesia diterapkan demokrasi dan diakui bahwa keyakinan adalah hak asasi yang merupakan urusan manusia dengan Tuhan, namun bukan berarti paham yang tidak mempercayai adanya Tuhan bisa diterima dan dilegalkan di Indonesia karena Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi konsep Ketuhanan dan agama.

Indonesia adalah negara Pancasila yang tidak tunduk pada satu agama, tidak juga mengakui adanya pemisahan antara agama dan negara, apalagi sampai tidak mengakui agama manapun. Indonesia bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler apalagi negara atheis. Penerapan nilai-nilai agama dalam negara sangat mungkin untuk dilakukan akan tetapi harus dapat mencakup semua pemeluk agama di Indonesia.

Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah letak kontradiksi antara Pancasila sebagai dasar negara dengan paham Atheisme secara filosofis. Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa keberadaan paham atheisme di Indonesia bukan hal yang dapat dilegalkan secara hukum seperti agama-agama lain. Sedangkan secara konstitusional, kontradiksi antara keduanya yang menyebabkan paham Atheisme tidak dapat dikembangkan di Indonesia terdapat pada UUD 1945 pasal 29, 28 E, 28 I. Kemudian diperkuat lai dengan adanya TAP MPR No. VII/MPR 2001 Pasal 2 BAB IV poin 1.

13

3.3 Studi Kasus Kasus mengenai pernyataan seorang warga Indonesia yang mengakui dirinya adalah atheis terjadi di awal tahun 2012 ini. Berikut adalah kutipan berita dari kasus tersebut. Kepolisian Resor (Polres) Dharmasraya menetapkan Alexander, pegawai negeri sipil (PNS) yang menganut paham atheis sebagai tersangka. Ia dijerat dengan pasal berlapis karena diduga menistakan agama, menghina, dan memalsukan identitas.

Kapolres Dharmasraya Ajun Komisaris Besar Chairul Aziz mengatakan, Alexander, PNS yang bekerja di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Dharmasraya tersebut, tidak diusut karena keyakinannya, namun karena berbagai tindakannya yang menistakan agama Islam. "Kami sudah memperoleh bukti dan pengakuan tersangka. Yang dijadikan model atau bahan-bahan (penistaan) adalah ayatayat Alquran. Alquran kan milik umat Islam. Ini penistaan agama," katanya, Jumat (20/1).

Karena penistaan tersebut, Alexander dijerat dengan Pasal 156a KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal lima tahun penjara. Selain itu, polisi juga menjerat pemilik akun facebook Alex Aan tersebut dengan pasal 27 ayat 3 Undang-Undang (UU) No 8 tahun 2011 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dan terancam pidana penjara enam tahun serta denda Rp1 miliar.

Tidak cukup di situ, Alexander juga terancam pasal 263 KUHP tentang Pemalsuan Surat terkait dengan pencantuman agama Islam di dalam identitas yang ia gunakan ketika masuk sebagai PNS di Dharmasraya. Pasal itu memuat ancaman hukuman penjara maksimal enam tahun. "Ia mengaku atheis. Tetapi, ketika masuk kerja ia menulis agamanya Islam," kata Chairul.

Alexander didatangi puluhan pemuda Pulau Punjung, Dharmasraya di depan kantor Bappeda pada Rabu (18/1) karena aktivitasnya sebagai admin yang dinilai menghina agama di group Fecebook 'Atheis Minang'. Polsek Pulau Punjung yang mendapat laporan ada keributan, langsung membawa Alexander ke kantor polisi dan setelah itu memindahkannya ke Polres Dharmasraya. "Kami menahan tersangka. Penyidik masih melakukan pemberkasan," jelas Chairul.

14

Dalam pantauan mediaindonesia.com grup facebook Atheis Minang sempat nonaktif selama beberapa jam pada Kamis (19/1). Namun, pada Jumat sudah kembali diaktifkan admin yang lain. (HR/OL-01), mediaindonesia.com

Di Indonesia, fenomena atheisme bukan hal yang sering menjadi pembicaraan masyarakat Indonesia. Masyarakat lebih sering membicarakan urusan keagamaan dan ketuhanan. Wacana agama dan Tuhan tetap menjadi topik yang menarik dan tidak akan selesai untuk dibicarakan. Setiap hari media cetak dan elektronik selalu menyajikan berita yang berkaitan dengan keagamaan. Hal ini disebabkan paradigma masyarakat Indonesia masih menganggap bahwa keberadaan kaum atheis tidak mungkin ada dalam negara yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa. Bahkan, apabila kaum atheis ini muncul di masyarakat, pemerintah pasti akan melarang keberadaannya. Hal ini dapat terjadi karena doktrin yang sudah ditanamkan sejak dulu di mana atheisme selalu disinonimkan dengan komunisme. Sehingga, keberadaan kaum ini pasti dilarang. Sementara itu, para ahli agama juga memberikan label kaum atheis sebagai orang bebal, bodoh, bidah, zindiq atau kafir.

Pembicaraan ahteisme akhir-akhir ini terlihat lebih marak di situs-situs internet dalam bentuk blog-blog baik berupa artikel, diskusi, maupun tanya-jawab. Banyak sekali tanggapan dari pandangan kaum teis terhadap kaum atheis, meski pada kenyataannya mereka tidak mengenali kaum atheis tersebut baik secara personal, historis, bahkan ideologi kaum atheis. Sedangkan dalam literatur sebuah harian hanya sebuah profokatif dari eksistensi kaum atheis tersebut yang kian marak di salah satu jaringan komunikasi internet.

Eksistensi kaum atheis di Indonesia dalam realitasnya selain mendapatkan hujatan dan penolakan, pada dasarnya juga mendapatkan empati dan dukungan khususnya dari masyarakat sekuler dan liberal dalam keberagamaan. Bagi mereka keberadaan kaum ini seharusnya mendapatkan tempat yang layak. Contohnya pada kasus Alexander Aan di atas.

Pada dasarnya pemerintah tidak dapat memaksakan keyakinan dan juga kepercayaan kepada setiap individu warganya. Namun, apabila warga negara tersebut mendeklarasikan dirinya secara terang-terangan sudah tidak mau mempercayai keberadaan Tuhan maka15

hukuman secara pidana bukanlah merupakan hal yang tepat. Sebaiknya pemerintah melalui pihak yang terkait misalnya Departemen Agama beserta pengadilan melakukan pendekatan secara personal atau psikologis untuk membantu warga negara tersebut agar dapat keluar dari permasalahan keyakinannya. Selama kaum atheis tersebut tidak mengganggu dan berusaha menyebarkan keyakinannya pada masyarakat luas maka sebenarnya hukuman secara pidana kurang tepat untuk diterapkan.

3.4 Pandangan Syariah Islam Terhadap Paham Atheisme Dalam pandangan syariah Islam, atheisme merupakan suatu paham yang tidak bisa diterima akal pikiran pada sebagian besar muslim dikarenakan pada hakikatnya Tuhan itu seperti otak manusia, tidak bisa didengar, disentuh, dan dilihat. Akan tetapi, fungsi dari keberadaannya sangat penting dalam pembentukan alam ini dan dalam keberlangsungan hidup umat manusia di dunia. Dalam Islam, seorang muslim diharuskan mempunyai keyakinan atau tauhid terhadap keesaan Allah karena hal tersebut adalah dasar dari agama Islam. 1. Pengertian Tauhid Konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. 2. Kedudukan Tauhid dalam Islam Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar. Disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah, tauhid merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan. 3. Dalil Al-Quran tentang Keutamaan dan Keagungan Tauhid QS An Nahl: 36 "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" QS At Taubah: 31 "Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" QS Az Zumar: 2-3 "Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" QS Al Bayinah: 516

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus"

4. Pembagian Tauhid Rububiyah Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta.

"Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu" (Az Zumar ayat 62) Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, terkecuali oleh kaum atheis. Pada kenyataannya, kaum atheis menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. Padahal, secara tidak langsung mereka mengakui bahwa tidak mungkin alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (Ath-Thur: 35-36)

Uluhiyah / Ibadah Beriman bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya. "Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana" (Al Imran: 18).

Mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti salat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, dan berbagai macam ibadah lainnya. Kita harus memaksudkan tujuan dari semua ibadah itu

17

hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shaad: 5).

Dalam ayat ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Allah semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta. Asma wa sifat Beriman bahwa Allah memiliki nama dan sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal 99 asma'ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah.

Para atheis biasanya mengajukan beberapa pertanyaan yang menjadi andalan dan sering kali bisa menjebak masyarakat lain ikut dalam diskusi bersama mereka. Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan tersebut. 1. Pertanyaan dan pernyataan mengenai big bang Dapatkah Tuhan menciptakan batu yang sangat besar sehingga Tuhan tidak dapat mengangkatnya? Pertanyaan tersebut sesungguhnya tidak bisa kita jawab dengan jawaban seperti, Tuhan dapat menciptakan batu tersebut dan tidak dapat mengangkatnya. Karena kaum atheis bisa menyangkalnya dengan Di mana ke-Mahakuasaan Tuhan sehingga Ia tidak dapat mengangkat batu tersebut? Islam mengajak manusia untuk berfikir ulang Adakah suatu materi yang dapat berkuasa atas dirinya sendiri? Jadi dalam ledakan Big Bang yang meluas ke seluruh penjuru mustahil terjadi bila tidak ada campur tangan Allah Taala. Firman Alla Swt. : Dia Pencipta langit dan bumi. (QS al-Anaam [6]: 101).

18

Firman Allah tersebut telah dinyatakan bahwa Allah pencipta langit dan bumi dan permasalahan ledakan Big Bang yang meluas ke seluruh penjuru tersebut juga bisa kita lihat pada firman Allah Swt. : Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya. (QS dz-Dzaariyaat [51]:47)

2. Pertanyaan mengenai penciptaan manusia Atheis Islam : Untuk apa Tuhan menciptakan Manusia? :

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (QS Faathir, [35]: 15-17) Orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS al-Mukmin [40]: 60)

-

19

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Indonesia merupakan negara Pancasila yang tidak tunduk pada satu agama, tidak juga memisahkan antara agama dengan negara, serta tidak pula sampai tidak mengakui agama manapun. Sila pertama pada Pancasila menjadi landasan utama yang mencerminkan bahwa setiap hukum di Indonesia harus menerapkan nilai-nilai agama/Ketuhanan serta warga negaranya harus meyakini salah satu agama yang sudah dilegalkan oleh pemerintah.

Kontradiksi antara paham Atheisme dengan Pancasila terletak pada sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa, UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2, Pasal 28 E dan 28 I, serta TAP MPR No. VIII/MPR 2001 Pasal 2 BAB IV Poin 1. Pada dasar negara dan setiap aturan tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia harus menganut/mempercayai salah satu agama yang legal di Indonesia. Maka dapat dikatakan bahwa tidak ada tempat bagi paham Atheisme untuk berkembang dan dijadikan sebagai kepercayaan yang legal di Indonesia.

Menurut pandang syariah islam, atheisme adalah paham yang tidak dapat diterima oleh akal sehat karena berdasarkan ayat-ayat Al-Quran seorang muslim itu wajib mempunyai kepercayaan atau tauhid yang menyatakan bahwa Allah itu ada dan Allah itu Esa.

4.2 Saran Menurut penulis, penerapan hukun pidana kepada para atheis bukan suatu tindakan yang tepat. Terlebih lagi hal tersebut tentunya akan menyulut kemarahan pihak-pihak yang mendukung keberadaan mereka dan akan menimbulkan permasalahan pelanggaran hak asasi manusia. Apabila seorang penganut Atheisme mendeklarasikan dirinya di sebuah forum umum maka penyelesaian masalah yang terbaik adalah dengan melakukan pendekatan psikologis.

20

DAFTAR PUSTAKAhttp://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2012/01/120119_atheis_minang.shtml www.mediaindonesia.com Analisis Kritis Terhadap Fenomena Kaum Atheis Di Indonesia .htm Sejarah Singkat Atheisme Modern, termasuk Indonesia (Anonim) garrybrumadyadisty.htm faktor atheis.html

21