24
MAKALAH PERIODONTOLOGI DASAR Disusun oleh : 1. Frayda Cempaka Sari 10/304937/KG/8769 2. Gretta Paramita Fauziah 10/304982/KG/8773 3. Nurlina Puspita 10/305024/KG/8777 4. Selly Amelia 10/305089/KG/8779 5. Miski Nabila Fasya 10/305101/KG/8781 6. Indra Prasetyanti 10/305129/KG/8783 7. Nida Munadiah Rahim 10/305533/KG/8785 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012 BAB I

Makalah Perio

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah Perio

MAKALAH PERIODONTOLOGI DASAR

Disusun oleh :

1. Frayda Cempaka Sari 10/304937/KG/8769

2. Gretta Paramita Fauziah 10/304982/KG/8773

3. Nurlina Puspita 10/305024/KG/8777

4. Selly Amelia 10/305089/KG/8779

5. Miski Nabila Fasya 10/305101/KG/8781

6. Indra Prasetyanti 10/305129/KG/8783

7. Nida Munadiah Rahim 10/305533/KG/8785

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

Page 2: Makalah Perio

BAB I

Pendahuluan

I. Definisi

Periodontium adalah jaringan yang menyangga atau yang terdapat disekitar gigi.

Periodonsium mempunyai peran untuk mengikat gigi ke tulang rahang melalui persendian

fibrosa tipe gomfosis, melengkapi suatu apparatus suspensor lentur yang tahan terhadap

tekanan fungsi normal . Anatomi periodontium terdiri dari :

1. Gingiva

2. Ligamen periodontal

3. Sementum

4. Tulang alveolus

Gingiva dan ligamen periodontal adalah jaringan lunak.Sedangkan sementum dan

tulang alveolar adalah jaringan bermineral.

Gambar 1. Anatomi periodontal secara skematis

A. Gingiva

Gingiva adalah lapisan epitel sekeliling leher gigi.Menutup bagian gigi yang terbuka

dari struktur penyangga. Hubungan antara gingiva dan gigi sangat penting karena

perlekatan dentogingiva memegang peran kunci yang mempertahankan kesehatan

Page 3: Makalah Perio

apparatus penyokong gigi..Gingiva adalah bagian mukosa mulut yang mengelilingi

gigi.Gingiva melekat pada gigi dan tulang alveolar.Pada permukaan vestibulum di kedua

rahang, gingiva secara jelas dibatasi mukosa mulut yang lebih dapat bergerak oleh garis

yang bergelombang disebut perlekatan mukogingiva. Garis demarkasi yang sama juga

ditemukan pada aspek lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada

palatum, gingiva menyatu dengan palatum dan tidak ada perlekatan mukogingiva yang

nyata.

Gingiva dibagi menjadi tiga menurut daerahnya yaitu marginal gingival, attached

gingival dan gingival interdental. Marginal gingival adalah bagian gingival yang terletak

pada daerahkorona dan tidak melekat pada gingiva.Dekat tepi gingiva terdapat suatu alur

dangkal yangdisebut sulkus gingiva yang mengelilingi setiap gigi. Pada gigi yang sehat

kedalaman sulkusgingival bervariasi sekitar 0,5 – 2 m. Attached gingiva merupakan

kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang

alveolar dibawahnya.Permukaan luar dari attached gingiva terus memanjang ke mukosa

alveolar yang lebih kendur dandapat digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival

juntion. Interdental gingiva mewakiligingiva embrasure, dimana terdapat ruang

interproksimal dibawah tempat berkontaknya gigi.

Gambar 2. Macam-macam gingiva

Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk seperti lembah. Suplai

darah pada gingiva melalui 3 jalan yaitu:

Page 4: Makalah Perio

a) arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai gingiva pada daerah

yang berbeda di rongga mulut dari cabang arteri alveolar yaitu arteri infra orbital,

nasopalatina,palatal, bukal, mental dan lingual

b) Pada daerah interdental percabangan arteri intrasepatal

c) Pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang ke luar ke arah gingival. Suplai

saraf pada periodontal mengikuti pola yang sama dengan distribusi suplai darah.

B. Ligamen periodontal

Ligamen periodontal adalah suatu jaringan ikat yang melekatkan gigi ke tulang

alveolar.Ligamen ini berhubungan dengan jaringan ikat gingiva melalui saluran vaskuler

di dalam tulang.Pada foramen apikal, ligament periodontal menyatu dengan pulpa.

Ligamen periodontal seperti semua jaringan ikat lain, mengandung sel, serat-serat dan

subtansi dasar. Serat ligamen periodontal ada yang berbentuk krista aleveolar, horizontal,

oblik dan apikal. Suplai darah melalui cabang arteri alveolar yaitu cabang arteri

interdental.

C. Sementum

Sementum adalah jaringan termineral yang menutupi akar gigi.Sementum merupakan

jaringan khusus yang dengan beberapa kesamaan struktur dengan tulang kompakta tapi

kedua jaringan berbeda dalam satu hal penting yaitu tulang vaskuler sedangkan sementum

avaskuler.Tidak seperti jaringan tulang, sementum secara normal tidak mengalami resorpsi

dan remodelling.Maka jumlah sementum pada gigi bertambah secara bertahap sepanjang

hidup. Sebagai bagian dari pada aparatus pengikat gigi, sementum berlaku sebagai

medium untuk mengikat serat serat periodontal pada gigi seperti cara yang sama dengan

pengikatan serat serat periodontal ke tulang alveolar.

Distribusi sementum kurang konstan dibanding dengan email dan dentin.Sementum

membentuk lapisan yang sangat tipis pada daerah servikal akar dan tebalnya bertambah ke

arah apikal.Sementum cenderung menebal pada alur mesial serta distal permukaan akar

gigi posterior dan pada daerah furkasi dibanding dengan permukaan akar pada aspek

vestibuler dan aspek mulut.

Sementum terdiri dari aseluler dan seluler, sementum aseluler ditemukan pada tengah

atas sedang sementum seluler ditemukan pada tengah apikal.Mineral sementum terdiri dari

kalsium dan fosfat terutama terdapat dalam bentuk hidroksiapatit. Terdapat matriks

organik yang terdiri dari kolagen dan membentuk anyaman fibrosa yang sama dengan

Page 5: Makalah Perio

matriks organik jaringan tulang. Sementum mengandung fluoride, konsentrasi yang

tertinggi dari fluoride dan elemen lain dapat ditemukan pada sementum yang terbuka ke

lingkungan rongga mulut sebagai akibat resesi gingiva.

D. Tulang Alveolar

Bagian mandibula atau maksila yang menjadi lokasi gigi disebut sebagai prosesus

alveolar.Alveoli untuk gigi ditemukan di dalam prosesus alveolar dan tulang yang

membatasi alveoli disebut tulang alveolar.Tulang alveolar berlubang-lubang karena

banyak saluran Volkman yang mengandung pembuluh darah penyuplai ligamen

periodontal.

Processus alveolaris terdiri atas dinding dalam yang menghadap akar tipis dan padat

yang disebut lamina dura atau alveolar bone proper, bagian tengah berongga-rongga,

terjadi dari tulang spongiosa, disebut cancellous trabeculae (cancelous bone), dinding luar

yang menghadap ke labial / lingual terdiri dari tulang kompak, disebut corticalplate.

Seperti tulang lainnya, tulang alveolar terus menerus mengalami remodeling sebagai

respon terhadap stress mekanis dan kebutuhan metabolisme terhadap ion fosfor dan

kalsium. Pada keadaan sehat, remodeling prosesus berfungsi untuk mempertahankan

volume keseluruhan dari tulang dan anatomi keseluruhan relative stabil.

Bentuk rahang dan morfologi prosesus alveolaris bervariasi antara berbagai individu

juga bentuk, besar serta ketebalan bidang kortikal dan septum interdental bervariasi pada

berbagai daerah rahang.Tepi puncak tulang alveolar biasanya berjalan sejajar terhadap

pertautan amelosemental pada jarak yang konstan (1-2mm), tetapi hubungannya bervariasi

sesuai dengan aligmen gigi dan kontur permukaan akar.

Fungsi tulang/processus alveolaris adalah sebagai pembentuk dan penyokong gigi

(“tooth socket”).

II. Histologis Jaringan Periodontal

a. Gingiva

Gingiva dilapisi oleh epitel pipih berlapis dengan banyak papila jaringan ikat menonjol

pada dasarnya. Epitel ini berkeratin tetapi dalam lingkungan basah ini ia tidak memiliki

stratum granulosum dan sel-sel pipih lapis superfisialnya tetap beirnti piknotoik. Istilah

Page 6: Makalah Perio

parakeratosis kadang-kadang dipakai untuk membedakan perubahan pada epitel ini dari

perubahan yang lebih nyata pada epidermis (orttokeratosis).Epitel pelapis sulkus gingiva

relatif tipis, tidak memiliki papila jaringan ikat pada dasarnya dan tidak berkeratin.Epitel ini

berlanjut setelah ujung bawah sulkus gingiva ini dan melekat pada sementum dan ligamen

periodontal.

B. Sementum

Akar gigi ditutupi lapis sementum tipis, yaitu jaringan bermineral yang sangat mirip

tulang. Email bertemu lapisan ini berupa peralihan mendadak, batas sementum-enamel, pada

tepian bawah mahkota. Sementum terdiri dari matriks serat-serat kolagen, glikoprotein, dan

mukopolisakarida yang telah mengapur.Bagian servikal dan lapis tipis dekat dentin disebut

sementum aselular sedangkan sisanya adalah sementum selular, dimana di dalamnya terdapat

sel mirip osteosit yang disebut sementosit yang terdapat di dalam lakuna. Biasanya tidak

terdapat sistem Havers dan pembuluh darah dalam sementum, namun dengan menebalnya

lapis ini dengan meningkatnya usia, pembuluh darah dan sistem Havers mungkin terlihat.

Sementum umumnya tumbuh sangat lambat namun dapat mengalami hiperplasia sebagai

respon terhadap iritasi menahun.

C. Ligamen periodontal

Akar gigi masing-masing dibungkus lapis kolagen padat, membentuk membran

periodontal atau ligamen periodontal diantara sementum dan tulang alveolar sekitarnya.Serat-

seratnya berjalan mirip ke atas dari sementum ke tulang sehingga tekanan pada gigi menekan

serat-serat yang tertanam dalam tulang.Berkas kasar serat kolagen menyusup ke dalam

sementum seperti halnya serat Sharpey meluasdari periosteum ke dalam tulang.Orientasi

serat-serat dalam ligamen periodontal bervariasi pada tingkat berbeda sepanjang akar.Bila

gigi tidak dipakai, serat-serat itu agak berombak namun melurus bila mahkotanya ditekan.

Jadi ligamen periodontal dengan erat menahan gigi pada tempatnya dan masih

memungkinkan sedikit bergerak. Terdapat banyak fibroblas di antara berkas kolagen dan

jaringan ini lebih vaskular dan secara metabolik lebih aktif dari ligamen dan tendo lain. Ada

bukti radioautografi tentang sintetis aktif kolagen oleh fibroblas yang mengesankan bahwa

terjadi pergantian baru yang cukup cepat dari komponen serat dan amorfnya.

D. Tulang alveolar

Tulang alveolar terdiri atas tulang spons diantara dua lapis tulang kortikal.Lempeng

kortikal luar adalah lanjutan korteks mandibula atau maksila.Lempeng kortikal dalam

bersebelahan dengan membran periodontal gigi disebut lamina dura.Ia mengelilingi akar

Page 7: Makalah Perio

untuk membentuk sakunya.Pembuluh darah dan saraf ke gigi menembus tulang alveolar ke

foramen apikal untuk memasuki rongga pulpa.Trabekel kanselosa, ditunjang oleh lempeng

kortikal labial dan lingual, ikut menahan tekanan pada gigi selama mengunyah. Tulang

alveolar cukup labil dan berfungsi sebagai sumber kalsium siap pakai untuk mempertahankan

kadar ion ini. Setelah hilangnya gigi permanen atau setelah periodontitis dapat terjadi

resorpsi nyata dari tulang alveolar.

Gambar 3. Penampang histologis jaringan periodontal

Page 8: Makalah Perio

BAB II

ISI

I. Gambaran Klinis Gingiva Normal

A. Warna Gingiva

Warna gingiva normal secara klinis akan tampak “coral pink”. Adanya perubahan warna

pada gingiva dapat digunakan sebagai tanda adanya penyakit pada gingiva.Faktor yang

mempengaruhi warna gingiva adalah derajat keratinisasi, vaskularitas jaringan, serta ketebalan

epithelium. Secara general warna gingiva akan berubah menjadi merah, bluish red, dan pink

pucat. Ketika ada peningkatan vaskularitas atau penurunan keratinisasi epithel warna gingiva

akan berubah menjadi lebih merah. Warnanya akan berubah menjadi pink pucat ketika

vaskularisasi berkurang atau keratinisasi epithel meningkat. Perubahan warna berawal dari

papila interdental dan kemudian menyebar ke gingiva marginal dan ke gingiva cekat.Secara

sistemik adanya penyerapan logam berat dapat menyebabkan pigmentasi gingiva seperti

bismuth, arsenik, merkuri, perak, timbal. Pigmentasi melanin yang abnormal dari gingiva akan

tampak pada penderita penyakit Addison, sindrom Peutz-Jegher, sindrom Albright, serta

penyakit von-Recklinghausen.

Gambar 4. Warna dan konsistensi gingiva normal

Page 9: Makalah Perio

B. Konsistensi gingiva

Gingiva yang normal akan tampak kenyal dan kuat. Faktor yang mempengaruhi adalah

kandungan seluler dan cairan serta jumlah kolagen pada lamina propia. Pada pasien yang

kondisinya sedang sakit, gingivanya akan tampak lembek dan bengkak serta terkuliti.

C. Ukuran gingiva

Ukuran gingiva yang normal tergantung dari jumlah elemen seluler dan interseluler serta

suplai vaskulernya. Dalam kondisi sakit ukuran gingiva akan meningkat yang tampak seperti

pelebaran gingiva. Faktor yang mempengaruhi peningkatan ini adalah adanya peningkatan

serat dan penurunan sel sebagai tipe non inflamatori. Sedangkan tipe inflamatori akan

meningkat selnya dan penurunan seratnya.

D. Posisi gingiva

Secara normal gingiva melekat di gigi pada cemento-enamel junction. Posisinya akan

berubah secara koronal (pseudopocket) atau secara apikal ke cemento enamel junction (resesi

gingiva)

E. Tekstur permukaan gingiva

Gingiva normal akan tampak stippled atau seperti kulit jeruk yang disebabkan oleh

perlekatan serabut gingiva pada tulang di bawahnya. Secara mikroskopis, akan mengellilingi

protuberansia dan penurunan lapisan gingiva akan meningkatkan tampilan stippled-nya. Stippling

akan hilang pada kondisi sakit dimana gingiva akan tampak berkilau dan halus.

II. Anatomi Jaringan Periodontal secara Radiograf

Page 10: Makalah Perio

Keterangan gambar:

3 : Ligamentum periodontal dan lamina dura

5 : Vestibular alveolar crest

6 : Palatal alveolar crest

18 : Dinding laterobasal sinus maksilaris

19 : Dasar sinus maksilaris

20 : Gigi 24 berakar 3Body of the zygomatic bone

Regio premolar maksila

Sebagian besar premolar satu atas berakar dua. Pada mesial dari cementoenamel junction

(CEJ) biasanya konkaf dan terlihat seperti karies (efek burn out)

Regio molar maksila

Dasar sinus maksilaris terletak diantara akar bukal dan palatal dari molar pertama.Hubungan

dari dasar sinus dengan akar gigi biasanya dekat.

Regio premolar mandibular

Canalis mandibular dan foramen mental terletak diantara dua premolar sering tidak terlihat

pada radiograf.Foramen mental terletak dekat apeks premolar sehingga terlihat seperti lesi

apical.

Regio molar mandibular

Akar distal molar pertama biasanya membulat dan akar palatalnya flat.Akar molar kedua

sering fusi.

Ket: kehilangan jaringan periodontal

secara horizontal dan taji dari

kalkulus supragingival di interdental.

Tulang spons pada prosesus.

Page 11: Makalah Perio

Ket. Gambar: 13: Interdental calculus

III. Pembahasan

a. Warna pada Gingiva

Gingiva normal secara klinis akan tampak “coral pink”. Adanya perubahan warna pada

gingiva dapat digunakan sebagai tanda adanya penyakit pada gingiva. Faktor yang

mempengaruhi warna gingiva adalah derajat keratinisasi, vaskularitas jaringan, serta

ketebalan epithelium. Secara general warna gingiva akan berubah menjadi merah, bluish

red, dan pink pucat.

(Gambaran klinis: warna gingiva)

Pada gambaran klinis tampak gingiva berwarna lebih merah (1). Hal ini terjadi

kemungkinan karena adanya peningkatan vaskularitas atau penurunan keratinisasi epithel.

Sedangkan di sisi lain juga tampak gingiva berwarna pink pucat (2). Warna gingiva akan

berubah menjadi pink pucat ketika vaskularisasi berkurang atau keratinisasi epithel

meningkat.

Gingiva berwarna lebih gelap atau hitam (3). Dapat dikatakan bahwa gingiva tersebut

mengalami hiperpigmentasi. Hiperpigmentasi gingiva secara klinis ditandai dengan adanya

pewarnaan coklat gelap hingga hitam pada gingiva. Gingiva merupakan jaringan intraoral yang paling

sering terjadi pigmentasi.

Dalam penelitian Cicek (2003) diketahui bahwa pigmentasi umumnya disebabkan oleh

5 pigmen utama yaitu: melanin, melanoid, oxyhemoglobin, hemoglobin dan karoten, selain

2

1

3

Page 12: Makalah Perio

itu pigmen lainnya bilirubin dan besi. Melanin, adalah pigmen coklat, merupakan pigmen

alami yang ada dan mengkontribusi pigmen endogen gingiva yang menjadi titik

paling predominan dari mukosa yang ada. Melanin merupakan suatu polimer tidak larut yang

memiliki berat molekul tinggi dan biasanya terikat dengan protein. Pigmen melanin adalah suatu hasil

dari granula melanin yang diproduksi oleh melanoblast yang berada antara sel epitelial

pada lapisan basal dari epitelium gingival. Secara mikroskopis, melanoblast secara normal ada di

lapisan basal pada lamina propia, pemeriksaan histologist hiperpegmentasi akan menuunjukkan adanya

penimbunan granula melanin pada stratum basal dan lapisan epitel berpindah menjadi suatu keratinosit.

Perubahan warna pada gingiva berawal dari papila interdental dan kemudian menyebar

ke gingiva marginal dan ke gingiva cekat. Secara sistemik adanya penyerapan logam berat

dapat menyebabkan pigmentasi gingiva seperti bismuth, arsenik, merkuri, perak, timbal.

Pigmentasi melanin yang abnormal dari gingiva akan tampak pada penderita penyakit

Addison, sindrom Peutz-Jegher, sindrom Albright, serta penyakit von-Recklinghausen.

b. Plak dan Kalkulus

Pada gambaran klinis pasien tampak terbentuk kalkulus pada regio interdental gigi 31

dan 41.Hal ini karena pada regio tersebut gigi tampak berjejal sehingga sulit untuk

dibersihkan dan plak dapat berakumulasi kemudian terkalsifikasi membentuk kalkulus.

(Gambaran Klinis: kalkulus)

Plak gigi secara klinis terlihat sebagai suatu struktur berwarna kuning keabuan yang

melekat kuat pada permukaan keras dalam rongga mulut. Pada dasarnya plak tersusun atas

bakteri dalam matrix glikoprotein dan polisakarida extraseluler. Plak dapat dibedakan

menjadi material alba dan calculus berdasarkan deposit lain yang ditemukan pada

permukaan gigi. material alba merupakan deposit lunak yang terdiri dari akumulasi

bakteri, sel-sel jaringan yang tidak terstruktur dengan kuat. sedangkan calculus adalah

deposit dengan konsistensi keras yang terbentuk karena mineralisasi plak gigi.

Menurut Dumitrescu (2010), plak gigi adalah suatu ekosistem yang unik. Plak

merupakan suatu biofilm mikrobial, bermacam-macam komunitas mikrobial ditemukan

Page 13: Makalah Perio

pada permukaan gigi yang melekat pada matriks polimer bakteri dan saliva. Biofilm adalah

suatu lapisan basal yang tipis pada substratum yang berhubungan dengan pelikel email.

Bakteri dalam biofilm berkomunikasi satu dengan yang lain dengan cara mengirimkan

sinyal kimiawi. Sinyal kimiawi ini yang akan memicu bakteri untuk memproduksi protein

berbahaya dan enzim.

Plak dapat menginisiasi terjadinya kalkulus. Akumulasi plak menjadi matriks organik

untuk mineralisasi. Kristal yang kecil tampak pada matriks intermikrobial antara bakteri,

pertama matriks menjadi terkalsifikasi dan kemudian bakterinya menjadi termineralisasi.

Dalam 2 hari, plak dapat 50% termineralisasi dan 60-90% akan termineralisasi dalam 12

hari. Fokus mineralisasi meningkat secara bertahap baik ukurannya dan penggabungannya

untuk membentuk massa yang solid dari kalkulus (Reddy, 2008). Pembentukan kalkulus

supragingival dapat terjadi dalam 12 hari. Mineralisasi terdiri dari nukleasi kristal. Ion

untuk kalkulus supragingival diambil dari saliva. Peningkatan pH dan aliran saliva akan

mempengaruhi supersaturasi saliva dan hal ini mempengaruhi pembentukan kalkulus.

Pembentukan kalkulus akan berlanjut sampai mencapai batas level maksimum yaitu

sekitar 10 minggu dan 6 bulan, setelah itu ada penurunan dalam pembentukannya,

disebabkan oleh pemakaian mekanis dari makanan dan dari bibir, pipi dan lidah.

c. Ukuran dan Bentuk Gingiva

Pada gambaran klinis pasien tampak adanya gingiva yang mengalami perubahan

ukuran yaitu pada regio gigi 42 dan 43, regio interdental gigi 31 dan 32 serta regio

interdental gigi 32 dan 33. Faktor yang mempengaruhi peningkatan ini adalah adanya

peningkatan serat dan penurunan sel sebagai tipe non inflamatori. Sedangkan tipe

inflamatori akan meningkat selnya dan menurun seratnya. Menurut Reddy (2008), Ukuran

gingiva yang normal tergantung dari jumlah elemen seluler dan interseluler serta suplai

Page 14: Makalah Perio

vaskulernya. Dalam kondisi sakit ukuran gingiva akan meningkat yang tampak seperti

pelebaran gingiva.

Bentuk gingiva interdental pada regio gigi 31 dan 41 tampak terjadi penurunan

sedangkan pada regio gigi 42 dan 43 gingiva interdental tidak berbentuk seperti piramid

dengan puncak yang tumpul. Bentuk dari gingiva interdental dipengaruhi oleh kontur dari

permukaan gigi di daerah proksimal, dan lokasi serta bentuk embrasur gingiva. Ketika

permukaan proksimal mahkota relatif datar secara faciolingual, akar akan berdekatan satu

sama lain, tulang interdentalnya tipis pada mesio distal dan embrasur gingiva serta gingiva

interdentalnya akan sempit secara mesiodistal. Sebaliknya, jika permukaan proksimal yang

melebar dari area kontak, diameter mesiodistal dari gingiva interdental juga akan lebar.

Tinggi gingiva interdental bervariasi tergantung dari lokasi kontak proksimal. Jadi regio

gigi anterior papila interdentalnya akan berbentuk piramidal, dimana papilanya lebih datar

secara bukolingual pada regio molar (Carranza, et all. 2012).

d. Tekstur Permukaan Gingiva

Gingiva memiliki tekstur permukaan yang sama dengan kulit jeruk dan sering kali

disebut stippled (memiliki corak seperti titik atau gambaran dlm berbagai warna). Gingiva

probandus memiliki tekstur yang mengkilat, tidak mengalami stippling seperti kulit jeruk.

Stippling merupakan bentuk adaptasi khusus atau penguatan fungsi. Hal ini terjadi pada

ginggiva sehat, dan pengurangan atau hilangnya stippling adalah tanda paling umum

penyakit ginggiva. Ketika ginggiva kembali sehat setelah treatment, penampakan stippled

akan kembali.. Stippling dapat dilihat paling baik ketika ginggiva kering. Attached

ginggiva (ginggiva cekat) memiliki tekstur stippled, sedangkan marginal ginggiva

(ginggiva tepi) tidak. Daerah tengah dental papilla biasanya mengalami stippled, tetapi

batas marginal/tepi halus. Pola dan luas stippling bervariasi pada setiap individu dan

perbedaan area dalam mulut yang sama. Pada bagian lingua akan terlihat lebih menonjol

dibanding daerah facial dan kemungkinan tidak terjadi pada sebagian orang (Carranza, et

all. 2002).

Stippling bervariasi pada berbagai umur. Hal ini tidak terjadi pada masa pertumbuhan,

terlihat pada sebagian anak yang berumur sekitar 5 tahun, meningkat hingga dewasa,

seringkali menghilang pada masa tua. Secara mikroskopik, stippling diproduksi oleh daerah

sekitar gigi yang berbentuk tonjolan dan depresi pada permukaan ginggiva. Lapisan papiler

jaringan ikat membangun ke arah elevasi, dan daerah elevasi dan depresi dilingkupi oleh

Page 15: Makalah Perio

epitel stratificatum squamosum. Derajat keratinisasi dan ketinggian stippling yang muncul

terlihat dari hal tersebut.

Tekstur permukaan ginggiva juga berhubungan dengan adanya dan derajat epitel

terkeratinisasi. Keratinisasi diketahui merupakan adaptasi protektif terhadap fungsi

ginggiva.

e. Gambaran Radiografis

Pada radiografis terdapat garis radiolusen yang merupakan ligament space dan

membentuk garis tipis hitam disekeliling akar gigi. Hasil rongten foto probandus

menunjukkan adanya pelebaran ligamen periodontium. Bentuk tulang alveolar gigi anterior

lancip dan tingginya antara 1-1,5 mm di sekeliling CEJ pada radiografis normal. Pada

radiografis probandus, tingginya masih diantara 1-1,5 mm. Terdapat garis radiopak yang

mewakili lamina dura dari soket alveolar dan berdekatan dengan garis hitam. Terdapat pola

trabekular yang padat dan berdekatan dan tersusun secara horizontal. Gambaran Tulang

Alveolar terlihat meruncing pada bagian interdental alveolar crest. Alveolar crest continus

dengan lamina dura dari gigi yang berdekatan. Tempat pertemuannya membentuk sudut

yang lancip. Tidak ada lamina dura yang terputus pada radiograf milik pasien.

(a) (b)

Ket. Gambar : (a) gambaran radiografis normal (b) gambaran radiografis probandus

Page 16: Makalah Perio

BAB III

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Warna gingiva yang tidak normal dapat dipengaruhi oleh vaskularisasi, keratinisasi epitel

dan pigmentasi.

2. Kalkulus dapat terjadi karena akumulasi plak, peningkatan pH dan aliran saliva.

3. Ukuran gingiva tergantung pada dari jumlah elemen seluler dan interseluler serta suplai

vaskulernya

4. Bentuk gingiva interdental dipengaruhi oleh kontur dari permukaan gigi di daerah

proksimal, dan lokasi serta bentuk embrasur gingiva

5. Tekstur gingiva normal yaitu stippling atau seeperti kulit jeruk. Ketidaknormalan tekstur

gingiva dipengaruhi oleh usia, adanya keratinisasi dan derajat epitel terkeratinisasi.

6. Gambaran radiografi jaringan periodontal normal tampak adanya ligament periodontal,

alveolar crest, dan lamina dura.

Page 17: Makalah Perio

DAFTAR PUSTAKA

Agusnarizal, Anggraini F, Asputra H, dkk. 2008. Makalah Tutorial, FK-UNRI. RSUD AA.

Pekanbaru

Axelsson, P. 2002. Diagnosis and Risk Prediction of Periodontal Diseases.Slovakia: Quintessence

Berliana. 2008. Anatomi Gigi dan Mulut. FK-UNRI. RSUD AA. Pekanbaru.

Carranza, et all. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology .Missouri : Elsevier Saunders

Cicek. 2003. of Oral The Normal and pathological Pigmentation Mucous Membrane: A Review.

Journal of Contemporary Denta Practice Vol.4 No. 3

Clerehugh, V et all. 2009. Periodontology At a Glance. Wiley. Chichester : Blackwell

Dumitrescu, A L. 2010. Etiology and Pathogenesis of Periodontal Disease. Berlin : Springer

Fawett, Don W. 2002. Buku Ajar Histologi. EGC. Jakarta

Fedi, P. F., dkk. 2004. Silabus Periodonti. EGC. Jakarta

Glickman, Irving. 1981. Clinical Periodontology The Periodontium in Health and Disease. Philadelphia : W.B.Saunders Company.

Mjor, Ivar A dan Ole Fejerskow . 1968. Embriologi dan Histologi Rongga Mulut. Widya Medika

Jakarta

Newman, Michael G., Henry H. Takei, dan Fermin A. Carranza. 2002. Carranza’s Clinical periodontology Ninth Edition. W.B.Saunder Company. Philadelphia

Pasler, Friedrich A. 2007. Pocket Atlas of Dental Radiology. Thieme. New York

Reddy, S. 2008. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Second Edition. Jaypee

Brothers Medical Publishers (P) Ltd. New Delhi