View
4.794
Download
11
Embed Size (px)
PENGARUH FRANCHISING ATAU WARALABATERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata KuliahPengantar Bisnis pada Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
Disusun oleh :
- Adwin Hadi Saktiawan (109040062)
- Rian Dwi Arie Purnomo (109040057)
- Tika Febiyanti (109040051)
- ( )
PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON2010
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “PENGARUH FRANCHISING ATAU
WARALABA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA”.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih yang tulus dan mendalam kepada:
1. Dosen Mata kuliah Pengantar Bisnis Ibu Siti Maryam yang telah memberikan bimbingan
ilmu kepada kami selama 1 semester ini.
2. Teman-teman kelas Akuntansi C yang telah mendukung pembuatan makalah ini.
3. Rekan-rekan semua yang lainnya yang juga ikut membantu.
4. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Tingkat 1.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan,
maka saran dari berbagai pihak, penulis harapkan untuk memperbaiki dan melengkapi
makalah ini.
Harapan penulis semoga hasil penelitian dan analisa ini bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan khususya dibidang ilmu akuntansi dan bisnis. Semoga segala
kebaikan dari pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini
kiranya mendapatkan limpahan rahmat dan karunia dari Allah SWT.
Cirebon, Juli 2010
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH .................................................. 1
B. PERUMUSAN MASALAH ............................................................. 2
C. PEMBATASAN MASALAH ........................................................... 3
D. TUJUAN PENELITIAN ................................................................... 3
E. KEGUNAAN PENELITIAN ........................................................... 3
F. SISTEMATIKA PENULISAN ........................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 6
A. FRANCHISING ................................................................................ 6
B. PENGERTIAN FRANCHISING ..................................................... 7
C. KONTRAK PERJANJIAN FRACHISING .................................... 9
D. KEGIATAN PROMOSI FRANCHISING ...................................... 13
E. FRANCHISING DI INDONESIA SERTA KEUNTUNGAN DAN
KERUGIANNYA .............................................................................. 15
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 17
A. METODE PENELITIAN .................................................................. 17
B. ANALISA DATA ............................................................................. 17
3
BAB IV HASIL PENELITIAN .............................................................................. 20
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 21
A. KESIMPULAN .................................................................................. 21
B. SARAN ................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 22
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam dunia bisnis kita ketahui banyak cara untuk membuat sebuah perusahaan yang
bisa menghasilkan laba dari kegiatan usaha bisnis tersebut. Hal itu sangat penting bagi para
pebisnis yang ingin memulai usahanya, baik usaha memproduksi barang ataupun jasa.
Minimalnya ada 3 cara untuk membuat atau memiliki sebuah perusahaan, yaitu membeli
perusahaan yang sudah dibangun, memulai perusahaan baru, dan membeli hal lisensi
(franchising/waralaba). Dari ketiga cara tersebut kami mengambil 1 untuk bahan pembahasan
masalah ini yaitu tentang membangun perusahaan dengan membeli hak lisensi
(franchising/waralaba) perusahaan yang sudah berdiri atau go public.
Membeli hak lisensi (franchising/waralaba) perusahaan yg sudah go public, kita tidak
perlu melakukan semacam promosi barang atau jasa yang dijual oleh perusahaan tersebut. Kita
hanya melakukan kegiatan penjualan yang sudah dikonsepkan oleh perusahaan dan tidak
diperkenankan merubah bentuk dari produk tersebut kecuali berinovasi menciptakan produk
untuk perusahaan yang kita beli lisensinya. Cara ini sangat mudah untuk mendapatkannya
serta menjalankan usaha yang kita jalani.
Franchising juga sangat mendukung perekonomian bangsa karena membantu
mensejahterakan para pengusaha-pengusaha baru untuk membangun sebuah perusahaan yang
sudah ada dan menjadikan para calon pekerja mendapatkan lapangan pekerjaan, hingga dapat
mengurangi angka pengangguran yang semakin meningkat. Hal tersebut bisa membuat
pertumbuhan ekonimi Indonesia menjadi semakin baik dan maju, juga untuk bersaing
menghadapi perekonomian bebas dimasa yang akan mendatang.
Franchise juga memiliki keuntungan dan kerugian yang kita juga dapat ketahui agar
bisa mengatasi masalah-masalah yang akan kita hadapi saat menjalankan usaha tersebut.
5
Menggunakan fungsi-fungsi manajemen yang baik dan teratur sehingga masalah-masalah
yang kita hadapi bisa dapat diselesaikan dengan baik dan berjalan sesuai rencana.
Bertitik tolak dari uraian di atas penulis akan mencoba sejauh mungkin dapat
menganalisis dan mengungkapkan tentang “PENGARUH FRANCHISING ATAU
WARALABA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA”.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba merumuskan
masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini :
1. Apa itu franchising?
2. Bagaimana cara kerja franchising?
3. Adakah undang-undang yang mengatur tentang franchising?
4. Apa keuntungan dan kerugian menjalankan usaha franchising?
5. Bagaimana kegiatan promosi franchising yang tidak kita tahu?
6. Bagaimana kontrak perjanjian dalam franchising?
7. Apakah sulit menjalankan franchising?
8. Bagaimana sejarah awal terbentukanya franchising hingga dapat menjadi usaha
paling bisa mendapatkan untung besar dibanding usaha lain?
9. Apa saja macam-macam franchising?
10. Dibidang apakah frinchising bergerak?
11. Apa pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?
12. Pengaruh apakah yang membuat franchising menjadi usaha nomer 1?
6
Itulah point-point masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini dan selanjutnya
akan dijelaskan pada bab berikutnya.
C. PEMBATASAN MASALAH
Dari masalah-masalah tersebut kita tidak dapat menjelaskan semuanya, karena
keterbatasan waktu penulis hanya membatasi masalah-masalah penting yang akan kita bahas
dan agar lebih fokus. Diataranya sebagai berikut:
1. Apa itu franchising?
2. Adakah undang-undang yang mengatur tentang franchising?
3. Bagaimana kontrak perjanjian dalam franchising?
4. Apa pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia?
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan franchising
secara detail atau menyeluruh dan menjelaskan kepada para pembaca tentang frinchising
tersebut. Selain itu untuk mengetahui pengaruh yang terhadap pertumbuhan ekonimi Indonesia
yang semakin kurang baik akhir-akhir ini.
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis.
1. Kegunaan Secara Teoretis
7
Melalui penelitian ini diharapkan akan mendapat gambaran yang nyata tentang
pengaruh franchising atau waralaba terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia,
sehingga secara teoretis bahwa hasil penelitian ini akan memberi sumbangan
pengetahuan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
2. Kegunaan Secara Praktis
Kegunaan penelitian secara praktis dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya untuk meningkatkan wawasan penulis dalam merencanakan dan
melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan franchising dan pertumbuhan
ekonomi, serta bagi para pembaca pada umumnya untuk mempelajari bagaimana
franchising dan hal lainnya tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hasil penelitian dapat menjadi bahan acuan penelitian dimasa yang akan datang.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas dan mencermati tujuan yang
ingin dicapai, maka penulis tuangkan penyusunan penulisan makalah ini dengan rangkaian
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORETIS
Dalam bab ini akan dikemukakan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
franchising dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dijelaskan secara detail pada
bab ini.
BAB III METODE PENELITIAN
8
Pada bab ini akan diuraikan tentang bagaimana penulis menyusun makalah ini
dengan menggunakan beberapa teknik dari berbagai sumber dan analisa data.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian secara keseluruhan yang berupa
hasil analisa data, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang akan membuat kesimpulan keseluruhan
pembahasan hasil penelitian dan saran-saran yang memberikan motivasi agar
pembuatan makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik serta berguna untuk para
pembaca.
9
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Franchising
Franchising (pewaralabaan) pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam
rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Dengan demikian, franchising bukanlah
sebuah alternatif melainkan salah satu cara yang sama kuatnya, sama strategsinya dengan cara
konvensional dalam mengembangkan usaha. Bahklan sistem franchise dianggap memiliki
banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan, SDM dan managemen, keculai kerelaan
pemilik merek untuk berbagi dengan pihak lain. Franchising juga dikenal sebagai jalur
distribusi yang sangat efektif untuk mendekatkan produk kepada konsumennya melalui
tangan-tangan franchisee.
Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70an ketika masuknya Shakey Pisa, KFC,
Swensen dan Burger King. Perkembangannya terlihat sangat pesat dimulai sekitar 1995. Data
Deperindag pada 1997 mencatat sekitar 259 perusahaan penerima waralaba di Indonesia.
Setelah itu, usaha franchise mengalami kemerosotan karena terjadi krisis moneter. Para
penerima waralaba asing terpaksa menutup usahanya karena nilai rupiah yang terperosok
sangat dalam. Hingga 2000, franchise asing masih menunggu untuk masuk ke Indonesia. Hal
itu disebabkan kondisi ekonomi dan politik yang belum stabili ditandai dengan perseteruan
para elit politik. Barulah pada 2003, usaha franchise di tanah air mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Bidang-bidang usaha franchise kini meliputi jasa pendidikan, agen
perjalanan, bengkel mobil, warung kopi, mini market, studio photo, stationary, furniture,
restoran, binatu, dll.
Franchise pertama kali dimulai di Amerika oleh Singer Sewing Machine Company,
produsen mesin jahit Singer pada 1851. Pola itu kemudian diikuti oleh perusahaan otomotif
General Motor Industry yang melakukan penjualan kendaraan bermotor dengan menunjuk
distributor franchise pada tahun 1898. Selanjutnya, diikuti pula oleh perusahaan-perusahaan
10
soft drink di Amerika sebagai saluran distribusi di AS dan negara-negara lain. Sedangkan di
Inggris waralaba dirintis oleh J Lyons melalui usahanya Wimpy and Golden Egg pada dekade
60an.
B. Pengertian Franchising
Masing-masing negara memiliki definisi sendiri tentang waralaba. Amerika melalui
International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai hubungan
kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor berkewajiban menjaga
kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya
lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau
kontrol pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut
dari sumber dananya sendiri.
Sedangkan menurut British Franchise Association sebagai garansi lisensi kontraktual
oleh satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan:
- Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada
bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor.
- Mengharuskan franchisor untuk melatih kontrol secara kontinyu selama periode
perjanjian.
- Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada
subjek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee
seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen atau yang lainnya.
- Meminta kepada franchise secara periodik selama masa kerjasama waralaba untuk
membayarkan sejumlah fee franchisee atau royalti untuk produk atau service yang
disediakan oleh franchisor kepada franchisee.
11
Sejumlah pakar juga ikut memberikan definisi terhadap waralaba. Campbell Black
dalam bukunya Black’s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari
pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas nama merek
tersebut.
David J. Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan
distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan
membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang
mapan dibawah asistensi franchisor.
Sedangkan menurut Reitzel, Lyden, Roberts & Severance, franchise definisikan
sebagai sebuah kontrak atas barang yang intangible yang dimiliki oleh seseorang (franchisor)
seperti merek yang diberikan kepada orang lain (franchisee) untuk menggunakan barang
(merek) tersebut pada usahanya sesuai dengan teritori yang disepakati.
Selain definisi menurut kacamata asing, di Indonesia juga berkembang definisi
franchise. Salah satunya seperti yang diberikan oleh LPPM (Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen), yang mengadopsi dari terjemahan kata franchise. IPPM
mengartikannya sebagai usaha yang memberikan laba atau keuntungan sangat istimewa sesuai
dengan kata tersebut yang berasal dari wara yang berarti istimewa dan laba yang berarti
keuntungan.
Sementara itu, menurut PP No.16/1997 waralaba diartikan sebagai perikatan dimana
salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan
berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut, dalam rangka penyediaan dan
atau penjualan barang dan atau jasa. Definisi inilah yang berlaku baku secara yuridis formal di
Indonesia.
12
Selain pengertian waralaba, perlu dijelaskan pula apa yang dimaksud dengan
franchisor dan franchisee.
Franchisor atau pemberi waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak
atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.
Franchisee atau penerima waralaba, adalah badan usaha atau perorangan yang
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi waralaba.
Waralaba dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
Waralaba luar negeri, cenderung lebih disukai karena sistemnya lebih jelas, merek
sudah diterima diberbagai dunia, dan dirasakan lebih bergengsi.
Waralaba dalam negeri, juga menjadi salah satu pilihan investasi untuk orang-orang
yang ingin cepat menjadi pengusaha tetapi tidak memiliki pengetahuan cukup piranti
awal dan kelanjutan usaha ini yang disediakan oleh pemilik waralaba.
Biaya waralaba meliputi:
Ongkos awal, dimulai dari Rp. 10 juta hingga Rp. 1 miliar. Biaya ini meliputi
pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemilik waralaba untuk membuat tempat usaha
sesuai dengan spesifikasi franchisor dan ongkos penggunaan HAKI.
Ongkos royalti, dibayarkan pemegang waralaba setiap bulan dari laba operasional.
Besarnya ongkos royalti berkisar dari 5-15 persen dari penghasilan kotor. Ongkos
royalti yang layak adalah 10 persen. Lebih dari 10 persen biasanya adalah biaya yang
dikeluarkan untuk pemasaran yang perlu dipertanggungjawabkan.
C. Kontrak Perjanjian Frachising
13
Dalam membeli sebuah lisensi atau waralaba (frachising) kita perlu mengetahui
kontrak kerja yang disetujui atau dalam kata lain perjanjian yang disepakati oleh pihak
perusahaan dengan calon franchisor. Di bawah ini adalah apa yang akan ditulis dalam kontrak
franchise (perhatikan setiap perubahan yang terjadi karena hukum yang berbeda di setiap
negara).
Clausa titik/penting dalam perjanjian kontrak:
- Apakah merek untuk produk?
- Rincian tanda pendaftaran Produk
- Definisi yang ditransfer ke Waralaba
- Rincian delegasi, pelatihan dan manual
- Rincian tentang pekerjaan wilayah
Kontrak Aplikasi:
- Perjanjian dari masing-masing pihak, sebelum, selama dan setelah kontrak
- Rincian aturan yang harus ditaati
- Rincian Supplier atau Penyediaan Barang
- Persyaratan dalam politik harga
- Intuitu personae klausa dan penerimaan pengganti (kontrak berakhir bila bisnis unit
franchisee tidak bisa diberikan kepada pemilik berikutnya tanpa persetujuan
perusahaan berikut Waralaba)
- Konfirmasi pihak independen
- Pasal/klausa kerahasiaan, non-kompetisi politik, non-afiliasi, larangan kegiatan
lainnya, dll
Struktur keuangan:
- Biaya awal/Entry Fee
- Royalti Fee
- Biaya Lainnya
14
- Kontribusi dan biaya minimum untuk Iklan
Iklan dan Gambar Produk:
- Apakah periklanan di launching/pembukaan, dan pada hari operasional
- Target, nasional atau lokal
Akhir Kontrak:
- Durasi Kontrak
- Persyaratan pemutusan kontrak
- Persyaratan pembaharuan kontrak
- Pasal/klausa setelah kontrak
- Preemption hak
- Persyaratan transfer bisnis
Selain itu, calon franchisee juga perlu tahu tentang:
- Siapa yang Waralaba
- Siapa Direktur Perusahaan
- Sejarah dan Kondisi Jaringan
- Daftar Waralaba
- Keuangan dan kewajiban hukum
- Kondisi Pasar Nasional
- Kondisi Pasar Lokal
- Dokumen pendukung, laporan keuangan, HKI
Dari macam-macam kriteria yang harus diperhatikan saat kita akan membeli sebuah
hak lisensi atau waralaba (franchising) di atas kita dapat ketahui bahwa dalam
pembentukannya harus jelas dan mempunyai bukti fisik secara hukum agar para calon
franchisor tidak tertipu. Selain itu pemerintah juga menetapkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba bahwa untuk lebih
15
meningkatkan tertib usaha dengan cara Waralaba serta meningkatkan kesempatan usaha
nasional, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Waralaba.
Agar waralaba dapat berkembang dengan pesat, maka persyaratan utama yang harus
dimiliki satu teritori adalah kepastian hukum yang mengikat baik bagi franchisor maupun
franchisee. Karenanya, kita dapat melihat bahwa di negara yang memiliki kepastian hukum
yang jelas, waralaba berkembang pesat, misalnya di AS dan Jepang. Tonggak kepastian
hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No.
16 tahun 1997 tentang waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP no 42 tahun 2007
tentang Waralaba. Selanjutnya ketentuan-ketentuan lain yang mendukung kepastian hukum
dalam format bisnis waralaba adalah sebagai berikut:
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997
Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha
Waralaba.
Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008
tentang Penyelenggaraan Waralaba
Undang-undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten.
Undang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Undang-undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.
Banyak orang masih skeptis dengan kepastian hukum terutama dalam bidang waralaba
di Indonesia. Namun saat ini kepastian hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba
jauh lebih baik dari sebelum tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung
hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Perkembangan waralaba di Indonesia,
khususnya di bidang rumah makan siap saji sangat pesat. Hal ini ini dimungkinkan karena
para pengusaha kita yang berkedudukan sebagai penerima waralaba (franchisee) diwajibkan
mengembangkan bisnisnya melalui master franchise yang diterimanya dengan cara mencari
atau menunjuk penerima waralaba lanjutan. Dengan mempergunakan sistem piramida atau
16
sistem sel, suatu jaringan format bisnis waralaba akan terus berekspansi. Ada beberapa
asosiasi waralaba di Indonesia antara lain APWINDO (Asosiasi Pengusaha Waralaba
Indonesia), WALI (Waralaba & License Indonesia), AFI (Asosiasi Franchise Indonesia). Ada
beberapa konsultan waralaba di Indonesia antara lain IFBM, The Bridge, Hans Consulting, FT
Consulting, Ben WarG Consulting, JSI dan lain-lain. Ada beberapa pameran Waralaba di
Indonesia yang secara berkala mengadakan roadshow diberbagai daerah dan jangkauannya
nasional antara lain International Franchise and Business Concept Expo (Dyandra),Franchise
License Expo Indonesia (Panorama convex), Info Franchise Expo (Neo dan Majalah Franchise
Indonesia).
D. Kegiatan Promosi Franchising
Dalam menjalankan usaha franchising selain kita menjual barang atau jasa yang dkita
beli hak lsensinya dan kita jual kita juga bisa melakukan lokal promosi. Walaupun hal tersebut
tidak perlu tetapi agar usaha kita juga berhasil dan tidak mengalami kemunduran apa salahnya
melakukan hal-hal yang terdapat di bawah ini sebagai kegiatan promosi kita. Sebagai berikut:
1. Menyebarkan brosur ke target market yang Anda bidik di dalam wilayah pemasaran
franchise Anda. Contoh: Dengan menyebarkan brosur di masyarakat sekitar outlet,
membagikan brosur ke toko-toko atau perusahaan atau dengan menyelipkan melalui
pelanggan koran di wilayah Anda bahkan hingga membagikan brosur di lampu merah.
2. Dengan mengadakan program tukar customer, artinya Anda dapat membuat program
kerjasama dengan perusahaan/outlet lain dengan kerjasama yang saling
menguntungkan. Contoh: Setiap pelanggan perusahaan lain akan mendapat potongan
harga/voucher/dsicount tertentu jika berbelanja di outlet Anda, begitu juga sebaliknya.
Untuk mendatangkan calon customer yang lebih banyak, lakukan kerjasama ini jangan
hanya satu perusahaan atau gerai saja.
17
3. Memasang spanduk, baliho atau poster di titik lokasi yang strategis Misal: Selama 6
bulan pertama atau selama masa promosi tertentu. Buatlah spanduk, baliho, poster
tersebut semenarik mungkin, mampu mencuri perhatian calon pelanggan Anda.
Buatlah kata-kata yang profokatif positif sehingga akan menimbulkan minat datangnya
pelanggan ke gerai Anda.
4. Melakukan pemasangan iklan di media lokal/kawasan/TV lokal secara berkala.
Lakukan test dan ukur akan efektifitas iklan tersebut, dengan melakukan riset kecil
terhadap customer yang Anda. Sehingga Anda bisa menentukan tingkat efektifitas dari
masing-masing iklan yang Anda keluarkan.
5. Buatlah penawaran yang menarik Contoh berupa diskon khusus kepada pelanggan
corporate atau perkantoran sehingga perusahaan disekitar Anda menjadi bagian
customer spesial bisnis Anda.
6. Mengikuti berbagai aktifitas sosial, bazar yang akan berdampak kepada kedekatan
merek Anda dengan pelanggan. Lakukan sponsorship di berbagai kegiatan di area
sekitar outlet Anda sebagai bentuk sumbangsih Anda terhadap masyarakat sekitar.
7. Informasikan kepada para pelanggan Anda terkait produk-produk atau layanan terkini
franchise Anda. Pastikan data-data pelanggan Anda sudah terkumpul semuanya dalam
bentuk file khusus.
8. Buatlah program-program yang menarik secara berganti-ganti setiap bulannya yang
disesuakin dengan momen-momen seperti: Ulang tahun bisnis Anda, Hari Raya
Lebaran, Hari Raya Natal atau Hari kemerdekaan, dll. Berupa, diskon, undian
berhadiah, gimmick yang dilakukan secara periodik.
9. Buatlah kartu member sebagai bentuk loyalitas, fungsikan kartu member tersebut
sebagai bentuk hak istimewa customer Anda. Contoh: Cuci mobil 5 kali gratis 1 kali,
discount sepanjang tahun, atau pemberian hadiah khusus kepada pelanggan untuk
tingkat pembelian tertentu.
10. Buatlah program cross selling, artinya jika customer membutuhkan produk A mencoba
menawarkan produk B, C dan seterusnya sehinga akan tercipta penambahan jumlah
18
omset per customer yang datang.
11. Anda juga bisa melakukan karnaval atau pawai keliling dengan membawa bendera
dengan logo perusahaan Anda pada momen-momen tertentu.
12. Melakukan customer call harian untuk menginformasikan produk dengan harga special
dan layanan pengantaran yang dapat dilakukan.
13. Gunakan sarana internet sebagai wadah Anda dalam menjaring customer Anda melalui
facebook, blog atau website tentunya dengan fokus menyasar segmen market di sekitar
Anda.
E. Franchising di Indonesia serta Keuntungan dan Kerugiannya
Di Indonesia waralaba yang berkembang pesat dan masih sangat menguntungkan
adalah waralaba di bidang makanan (Wong Solo, Sapo Oriental, CFC, Hip Hop, Red Crispy,
Papa Rons dan masih banyak merek lainnya). Waralaba berbentuk retail mini outlet
(Indomaret, Yomart, AlfaMart) banyak menyebar ke pelosok kampung dan pemukiman padat
penduduk. Di bidang Telematika atau Information & Communication Technology, juga mulai
diminati pada 3 tahun terakhir ini berkembang beberapa bidang waralaba seperti distribusi
tinta printer refill/cartridge (Inke, X4Print, Veneta dll), pendidikan komputer (Widyaloka,
Binus), distribusi peralatan komputer (Micronics Distribution), Warnet/NetCafe (Multiplus,
Java NetCafe, Net Ezy), Kantor Konsultan Solusi JSI, dll. Yang juga menguntungkan adalah
waralaba di bidang pendidikan (Science Buddies, ITutorNet, Primagama, Sinotif), terutama
taman bermain (SuperKids) dan taman kanak-kanak (FastractKids, Kids2success, Townfor
Kids), Pendidikan Bahasa Inggris (EF/English First, ILP, Direct English), dll. Perkembangan
merek dan waralaba dalam negeri cukup pesat dan pada pameran pameran franchise di tanah
air terlihat banyak merek merek nasional Indonesia bersaing dengan merek global dan
regional.
Keuntungan franchising diantaranya sebagai berikut :
19
1. Pengalaman dan faktor sukses
2. Bantuan keuangan dari franchisor
3. Brandname dan Reputasi
4. Bisnis sudah terbangun
5. Standarisasi mutu
6. Biaya produksi rendah
7. Kesiapan manajemen
8. Bantuan manajemen dan teknik
9. Diberikan program latihan
10. Profit lebih besar
11. Resiko gagal kecil
12. Perlindungan wilayah
13. Memperoleh manfaat market research
Kerugian franchising diantaranya sebagai berikut :
1. Program latihan terkadang jauh dari harapan
2. Franchisor hanya sedikit memberi kebebasan (semua diatur dan tidak boleh dilanggar)
Secara umum keuntungan bagi franchisor adalah sebagai berikut :
1. Usaha berkembang dengan investasi kecil
2. Adanya outlet
3. Memperoleh orang yang lebih gigih
4. Diskon yang diperoleh dari skala ekonomi
5. Memperoleh masukan yang lebih costumerized
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Keberhasilan pencapaian tujuan banyaj dipengaruhi oleh penggunaan metode yang
ditentukan. Penggunaan metode yang sesuai akan membantu dalam mencapai hasil yang
maksimal. Oleh karena itu, metode penelitian merupakan salah satu komponen penting dalam
suatu penelitian.
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan intuk mendapatkan
data dan informasi yang akurat meliputi antara lain:
1. Kepustakaan
Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari literatur-literatur dan
dokumen-dokumen untuk memperoleh data-data yang ada hubungannya dengan
penelitian ini.
2. Media
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data informasi yang diperoleh dari media-
media elektronik dan juga media lain yang berhubungan dengan penelitian ini seperti
internet, koran, surat kabar telepisi iklan dll.
B. Analisa Data
Hasil riset mengemukakan omset penjualan usaha franchise di Indonesia baik milik
lokal maupun asing, yang berbentuk franchise dan business opportunity diperkirakan sampai
akhir tahun 2010 sebesar Rp 114,64 triliun. Jumlah tersebut naik 20% dari perolehan tahun
2009 sebesar Rp 95 triliun.
21
Tren peningkatan omset bisnis franchise sedikit terlihat dari tahun 2008, dimana pada
tahun tersebut peroleh omset sebesar Rp 81 triliun dan meningkat 18 % pada tahun 2009
menjadi Rp 95 triliun. Dengan demikian, rata-rata pertumbuhan sepanjang tahun 2008-2010
adalah sebesar 19% per tahun.
Dalam riset ini semua industri franchise dikelompokkan ke dalam 8 kelompok besar,
yaitu F&B (Food & Beverage), Retail Minimarket, Broker Property, Kurir/ekspedisi,
Pendidikan, Kecantikan dan Kesehatan, Fashion & Accessories dan Automotive.
Dari 8 kelompok di atas, yang terbesar market sharenya adalah F&B, yang di tahun
2010 nilainya diperkirakan akan mencapai Rp 42.6 Triliun. Peringkat kedua diraih retail
minimarket, dengan Rp 26.5 Triliun, diikuti oleh broker property dengan Rp 19.8 Triliun.
Posisi keempat dan kelima diduduki jasa kurir/ekspedisi (Rp 7.9 Triliun) dan pendidikan (Rp
6.4 Triliun).
Sementara, jika setiap kelompok usaha diurai lagi per kategori usahanya masing-
masing, terlihat bahwa nilai bisnis industri terbesar di tahun 2009 diraih oleh industri retail
minimarket. Kontribusinya mencapai Rp 21 Triliun (22.2%). Share terbesar kedua di-”coup”
oleh broker property, dengan Rp 15 Triliun (15.9%). Posisi ketiga ditempati fast food ayam
goreng dengan Rp10.9 Triliun (11.4%), dan keempat adalah kurir/ ekspedisi dengan Rp 6.8
Triliun (7.1%). Peringkat 5-11 dipegang oleh waralaba makanan, mulai dari donut (Rp 5.9
Triliun/6.1%), pizza (Rp 3.4 Triliun/3.5%), bread & cake (Rp 2.5 Triliun/2.6%), coffee shop
(Rp 2.5 Triliun/2.6%), burger (Rp 2.5 Triliun/2.6%), tea (Rp 1.7 Triliun/1.8%) dan traditional
food (Rp 1.7 Triliun/1.8%). Peringkat ke dua belas diraih oleh bimbingan belajar (Rp 1.7
Triliun/1.8%), peringkat ketiga belas tour & travel (Rp1.5 Triliun/1.6%), keempat belas adalah
apotik (Rp 1.3 Triliun/1.3%), ice cream (Rp 1.3 Triliun/1.3%), kursus bahasa inggris (Rp 1.2
Triliun/1.2%) dan bakmi (Rp 1.2 Triliun/1.2%). Masing-masing kategori produk lainnya
menghasilkan omset kurang Rp 1 Triliun pada tahun 2009 atau kontribusi kurang dari 1% di
tahun tersebut.
22
Dari riset ini pula didapatkan perbandingan nilai bisnis franchise di tahun 2009, antara
franchise asing dan lokal adalah sebesar 38% : 62% atau Rp 36.35 Triliun banding Rp 59.46
Triliun.
Adapun jumlah pekerja yang terlibat dalam industri ini di tahun 2009 adalah sekitar
610 ribu orang atau naik 16.5% dibandingkan dengan tahun 2008, dimana jumlah pekerjanya
baru mencapai 523 ribu orang. Diperkirakan, sampai akhir tahun 2010, jumlah pekerja di
industri ini melonjak hingga 18% mencapai 719 ribu orang.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari 8 kelompok yang terbesar market sharenya adalah F&B, yang di tahun 2010
nilainya diperkirakan akan mencapai Rp 42.6 Triliun. Peringkat kedua diraih retail
minimarket, dengan Rp 26.5 Triliun, diikuti oleh broker property dengan Rp 19.8 Triliun.
Posisi keempat dan kelima diduduki jasa kurir/ekspedisi (Rp 7.9 Triliun) dan pendidikan (Rp
6.4 Triliun).
Setiap kelompok usaha diurai per kategori usahanya masing-masing, sehingga terlihat
bahwa nilai bisnis industri terbesar di tahun 2009 diraih oleh industri retail minimarket.
Kontribusinya mencapai Rp 21 Triliun (22.2%). Share terbesar kedua di-”coup” oleh broker
property, dengan Rp 15 Triliun (15.9%). Posisi ketiga ditempati fast food ayam goreng dengan
Rp10.9 Triliun (11.4%), dan keempat adalah kurir/ ekspedisi dengan Rp 6.8 Triliun (7.1%).
Peringkat 5-11 dipegang oleh waralaba makanan, mulai dari donut (Rp 5.9 Triliun/6.1%),
pizza (Rp 3.4 Triliun/3.5%), bread & cake (Rp 2.5 Triliun/2.6%), coffee shop (Rp 2.5
Triliun/2.6%), burger (Rp 2.5 Triliun/2.6%), tea (Rp 1.7 Triliun/1.8%) dan traditional food
(Rp 1.7 Triliun/1.8%). Peringkat ke dua belas diraih oleh bimbingan belajar (Rp 1.7
Triliun/1.8%), peringkat ketiga belas tour & travel (Rp1.5 Triliun/1.6%), keempat belas adalah
apotik (Rp 1.3 Triliun/1.3%), ice cream (Rp 1.3 Triliun/1.3%), kursus bahasa inggris (Rp 1.2
Triliun/1.2%) dan bakmi (Rp 1.2 Triliun/1.2%). Masing-masing kategori produk lainnya
menghasilkan omset kurang Rp 1 Triliun pada tahun 2009 atau kontribusi kurang dari 1% di
tahun tersebut.
Jumlah pekerja yang terlibat dalam industri tersebut di tahun 2009 adalah sekitar 610
ribu orang atau naik 16.5% dibandingkan dengan tahun 2008, dimana jumlah pekerjanya baru
mencapai 523 ribu orang. Diperkirakan, sampai akhir tahun 2010, jumlah pekerja di industri
ini melonjak hingga 18% mencapai 719 ribu orang.
24
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil analisa tersebut di atas kita bisa menyimpulkan bahwa pengaruh franchising
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dilihat dari kontribusi pendapatan negaranya dari
tahun 2008 sampai 2010 terus meningkat dan jumlah rata-ratanya bisa mencapat lebih dari
18% per tahun. Sekiranya itu bisa mencukupi kebutuhan masyarakat indonesia yang jumlah
pendudukanya mencapai 200 juta jiwa. Akan tetapi hal itu juga kita lihat dari pemerataan
kinerja pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat kita ini.
Dari jumlah pekerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut kita bisa lihat bahwa
kenaikan jumlah pekerja meningkat setiap tahunnya. Ini bisa mengurangi angka pengangguran
yang terjadi di Indonesia yang semakin buruk. Kenaikan rata-rata tersebut mencapai 2% per
tahunya dan bila angka tersebut bisa semakin meningkat maka pertumbuhan perekonomian
akan semakin membaik tanpa masalah.
Jadi kita selaku anak bangsa yang mencintai negrinya berusaha terus memperbaiki
keadaan ekonomi yang lebih baik dan stabil.
B. SARAN
Berdasarkan paparan kesimpulan tersebut di atas, penulis ingin sampaikan saran-saran
yang mungkin bisa mengubah pertumbuhan ekonomi bangsa ini menjadi lebih baik dan tidak
menjadi lebih buruk seperti era tahun 97an yang menjadi masa reformasi keterpurukan
ekonomi bangsa ini. Franchising merupakan salah satu usaha yang sangat mendukung dalam
pertumbuhan ekonomi bangsa dan mungik selain itu bisa menciptakan hal baru yang dapat
membantu.
25
DAFTAR PUSTAKA
_________. 2010. Bursa Franchise. http://bursafranchise.com/kontrak-perjanjian-franchise-
waralaba.
Raharjo, Tri. 16 June 2008. Blog Seputar Franchise. http://salamfranchise.com/.
Sukandar, Anang. 2007. Direktori Franchise Indonesia. Jakarta : Asosiasi Franchise
Indonesia.
_________. _____. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. http://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba.
26