Makalah Pengantar Kependidikan

Embed Size (px)

Citation preview

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN

PEMBAWAAN, LINGKUNGAN DAN PRESTASI SISWA

SISWAN PRESTASI

DOSEN : Dra. Titi Maemunarti

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VII ^ Rahman Bimantara ^ Kiki Ananya ^ Rosmayanti ^ Rahma Danis ^ Mutiara Rahmadani ^ Winda Muzdalifah ^ Arika (1105111623) (1105121748) (1105120353) (1105120749) (1105120270) (1105120404) (1105120824)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS RIAU

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat dan Ridhonya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini penulis susun dengan dua tujuan yang ingin penulis capai yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus. Tujuan umum adalah untuk memahami materi mengenai Pembawaan, Lingkungan dan Prestasi Siswa, dalam makalah ini materi yang diambil oleh penulis yaitu mengenai pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap intelegensi, perbedaan lingkungan dan intelegensi, pengajaran di sekolah, kelas sebagai kelompok sosial, dan pengaruh suasana sosial terhadap kesehatan mental siswa. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. Penulis meyakini bahwa makalah ini memiliki beberapa kekurangan. Namun penulis telah berusaha dengan menggunakan seluruh ilmu dan pengalaman yang penulis miliki untik menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, 18 Maret 2012

Penulis

1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........1 DAFTAR ISI.......2 BAB I PENDAHULUAN.......3 1.1. Latar Belakang Masalah.............3 1.2. Rumusan Masalah.......3 1.3. Tujuan Pemakalah...3 1.4. Metode Pemecahan Masalah....4 1.5. Sistematis Penulisan4

BAB II PEMBAHASAN.............5 2.1. Pembawaan dan Lingkungan Dalam Belajar .........................5 2.2.Konsep-konsep Hereditas dan Lingkungan.............7 2.3. Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Intelegensi....9 2.4. Perbedaan Lingkungan dan Intelegensi.............................................................10 2.5. Pengajaran di Sekolah.......................................................................................12 2.6. Kelas Sebagai Kelompok Sosial........................................................................14 2.7. Pengaruh Suasana Sosial Terhadap Kesehatan Mental Siswa...........................17

BAB II PENUTUP..........20 2.1. Kesimpulan.20 2.2. Saran21

DAFTAR PUSTAKA.....22

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas mata kuliah Pengantar Kependidikan dengan pokok bahasan Pembawaan, Lingkungan dan Prestasi Siswa. Tingkah laku manusia pada umumnya tidak ditentukan oleh pembawaan yang dibawa semenjak lahir. Akan tetapi semenjak dia lahir telah mulai belajar banyak, berbelitbelit dan bahkan belajar tentang cara hidup yang rumit yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di lingkungannya. Cara hidup bukan dibawa semenjak lahir tetapi dipelajari oleh masing-masing individu. Dalam rangka untuk dapat hidup bermasyarakat kita harus belajar dari dan dengan orang lain seperti bagaimana membangun rumah, mencari kehidupan, dan bagaimana memelihara anak dan lain sebagainya. Manusia hidup tidak selalu baik dan bahkan jelek, dan banyak kemungkinan dalam hidup itu seperti kaya, miskin, sehat, kerja keras, santai, dan lain-lain. Tetntu kita bertanya apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam arah hidup tersebut ? Kita dapat menjawabnya bahwa pengaruh lingkunganlah yang menyebabkannya, dan tentu saja kita tidak mengenyampingkan pembawaannya. Selanjutnya kita lihat prakondisi anak untuk dapat belajar.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka pemasalahan Pembawaan, Lingkungan dan Prestasi Siswa dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apa saja prakondisi manusia pada saat belajar ? 2. Apa saja konsep-konsep hereditas ? 3. Apa saja pengaruh hereditas dan lingkungan terhadap intelegensi siswa ? 4. Bgaimana cara pengajaran yang baik di sekolah ? 5. Bagaimana pengaruh sosial terhadap kesehatan mental siswa ?

1.3. Tujuan 1. Untuk memenuhi tugas dari pembelajaran Pengantar Kependidikan. 2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai konsep-konsep serta pengaruh hereditas dan perbedaan lingkungan dan intelegensi.

3

3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai pengajaran di sekolah dan kelas sebagai kelompok sosial. 4. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh suasana sosial terhadap kesehatan mental siswa.

1.4. Metode Pemecahan Masalah Pemecahan masalah yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan permasalahan yang dituangkan dalam rumusan masalah, sedangkan langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab permasalahan dalam makalah ini adalah : 1. Metode library research (kepustakaan) yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. 2. Melakukan diskusi kelompok untuk mnjawab permasalahan dari prosedur tersebut kemudian dibagi, didiskripsikan, diuraikan, dan akhirnya dilakukan penyimpulan-penyimpulan sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan. 3. Melakukan browsing (pencarian) di internet.

1.5. Sistematis Penulisan Dalam penulisan makalah ini, penulis merangkum beberapa bab yaitu : BAB I ( PENDAHULUAN ) BAB II ( PEMBAHASAN/ISI ) BAB III ( PENUTUP )

4

BAB II PEMBAHASAN/ISI

2.1. PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN DALAM BELAJAR Kita tahu bahwa manusia dalam hidupnya adalah belajar dan tentu saja berbeda dengan binatang yang hidupnya di tentukan oleh instink atau biological inheritance yaitu suatu gen yang akan memprogram tingkah laku binatang dan akan mengajar binatang itu sendiri bagaimana membesarkan anak, mencari makan, mempertahankan diri dari segala ancaman dan sebagainya. Tingkah laku manusia pada umumnya tidak ditentukan oleh pembawaan yang dibawa semenjak lahir. Akan tetapi semenjak dia lahir tlah mulai belajar banyak, berbelitbelit dan bahkan belajar tentang cara hidup yang rumit yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di lingkungannya. Cara hidup bukan dibawa semenjak lahir ttapi dipelajari oleh masing-masing individu. Dalam rangka untuk dapat hidup bermasyarakat kita harus belajar dari dan dengan orang lain seperti bagaimana membangun rumah, mencari kehidupan, dan bagaimana memelihara anak dan lain sebagainya. Manusia hidup tidak selalu baik dan bahkan jelek, dan banyak kemungkinan dalam hidup itu seperti kaya, miskin, sehat, kerja keras, santai, dan lain-lain. Tetntu kita bertanya apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam ara hidup tersebut ? Kita dapat menjawabnya bahwa pengaruh lingkunganlah yang menyebabkannya, dan tentu saja kita tidak mengenyampingkan pembawaannya. Selanjutnya kita lihat prakondisi anak untuk dapat belajar. Prakondisi Manusia Belajar Cole S. Brembeck ( 1971:27) mengatakan bahwa manusia belajar tergantung pada 3 prakondisi yaitu : 1. Fungsi organ biologis 2. Lingkungan social yang sedang berlangsung. 3. Kesempatan organ biologis untuk berinteraksi dengan lingkungan social dan dengan demikian dia belajar dari lingkungan tersebut. John Jarolimek (1981:3) mengatakan bahwa adda satu kualitas dari manusia yang betul-betul berharga yaitu potensi manusia untuk berkembang. Yang dibawa semenjak lahir adalah fisik yang dilengkapi dengan panca indera yang akan memperkenalkan dirinya dengan alam sekitarnya. De4ngan bekal pembawaan tersebut kemungkinan untuk berpartisipasi dengan masyarakat dalam bentuk berbuat, belajar, mengajar, bersosialisas, dan lain-lain. Menurut John Jarolimek bahwa manusia itu membuat atau mempunyai kebudayaan adaptasi untuk berakomodasi( menyesuaikan diri ) dengan lingkungan yang5

baru. Dengan adanya 3 prakondisi tersebut berarti banyak kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Kita lihat seorang ibu dengan anaknya, ibu memberi makan anaknya dan menyusukannya dengan ASI atau susu botol. Anaknya normal baik biologis maupun mental, maka anak tersbut dapat memberikan respon terhadap sesuatu yang merangsangnya. Ibu mengusap-usap dan mencium kening anaknya serta memegangmegang pipi anaknya. Ibu bercakap-cakap dengan anaknya dan seolah-olah anak juga mengerti. Dan banyak lagi perbuatan yang dilakukan ibu terhadap anaknya serta orangorang yang berada di sekitar lingkungannya. Semuanya ini adalah contoh pergaulan yang dialami anak dan menggambarkan bahwa anak semenjak dini telah mulai belajar. Dunia anak-anak itu cepat sekali berkembang, dengan tidak mmemakan waktu yang lama dia telah mengenal keadaan yang terang dan gelap, panas dan dingin, lapar, gelisah, kenyang, rasa takut jatuh dan sebagainya. Secara bertahap dan sedikt demi sedikit anak mempelajari lingkungan social yang berada disekitarnya dan kemudian menyebar kepada anggota keluarga lainnya seperti bapak, kakak, nenek, kakek, dan orang lain yang dating kerumah ibunya untuk menegok dia sebagai anggota masyarakat yang baru. Semua orang tertarik pada bayi ini, mereka menggendongnya, bernmain-main dengannya, berbicara dengannya, dan lain sebagainya. Melalui cara seperti ini menunjukan bahwa anak-anak ssemenjak dini secara tidak langsung telah mulai belajar berbicara. Tidak lama kemudian dia meningkat kepada lingkungan social yang lebih luas seperti dia main dengan mainannya sendiri, bersama-sama dengan tetangga yang sebaya bahkan dengan yang lebih tua darinya. Sepanjang pengalamannya ini dia telah mulai belajar kebudayaan, way of life, dan dengan sendirinya dia akan mempraktekannya dalam kehidupannya sendiri. 3 macam prakondisi yang mempengaruhi seseorang belajardapat kita katakana sebagai serangkaian yang penting dalam kehidupan manusia. Dan yang lebih penting adalah bagaimana caranya supaya apa yang dibawa semenjak lahir dan lingkungan dapat saling berintraksi dan menghasilkan seseorang yang belajar. Kekuasaan dan Kasih Sayang Guru Kita mengakui bahwa masing-masing guru berbeda dalam mengelola emosi social kelasnya, dan bahkan dapat kita katakana bahwa guru adalah sumber berbagai macam suasana social kelas. Kalau guru mempunyai hubungan yang dekat (penuh kasih sayang) dengan kelompok siswanya, maka siswa-siswi akan lebih giat dalam belajar dan kegiatan lainnya. Bronfen Benner dkk mengatakan bahwa orintasi nilai (norma) siswa lebih dekat pada guru-guru mereka bila dibandingkan kepada orang tua mereka, terutama dalam orientasi akademis dan begitu juga dalam proses social (sosialisasi) anak-anak dalam mengenal norma yang ada di masyarakat. Guru-guru didalam kelas secara bertahap mendelegasikan kekuasaan kepada siswa. Ini berarti bahwa guru telah mencoba dan mengajak anak-anak untuk mengenal normanorma yang harus dimiliki setelah dewasa.nanti. john C. Glidwell mengemukakan 5 macam yang dapat dilakukan guru dalam rangka mendelegasikan kekuasaan tersebut yaitu :

6

1. ransang siswa untuk lebih saling berkenalandan berinteraksi 2. kurangi konflik-konflik yang terjadi didalam kelas 3. tingkatkan kematangan harga diri siswa dan hubungan yang intim dengan siswa. 4. timbulkan suasana yang flksibel, kelompok social siswa dalam mencapai suatu kesepakatan. 5. tingkatkan dan berikan tanggung jawab moral, inisiatif bekerja, kebebasan mengeluarkan pendapat, dan tanggung jawab dalam sesuatu yang telah disepakati. 2.2 Konsep-konsep Hereditas dan Lingkungan Pada awal abad dua puluh ini beberapa penelitian, buku-buku banyak membicarakan pengaruh hereditas dan lingkunagn terhadap karakteristik manusia, pertanyaan yang mendasar adalah : yang mana diantara keduanya yang besar sumbangannya terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar? Karena asumsinya adalah bahwa hereditas dan lingkungan itu mempunyai ciri masing-masingnya penting dalam kehidupan manusia. Studi yang dilakukan oleh H. H Goddark terhadap anak-anak seorang prajurit yang nama samarannya adalah Martin Kallikak. Kallikak mempunyai seorang istri yang berasal dari New England yang biasanya orang-orang New England ini menghasilkan (melahirkan) warga yang baik dan sehat mental. Kalikak mempunyai seorang anak dalam perkawinannya dengan orang New England ini. Ditempat yang lain dia mendapatkan seorang bayi lagi diluar perkawinan yang sah dengan seorang wanita Barmaid. Orang keturunan Barmaid biasanya lemah ingatan dan mempunyai berbagai macam penyakit masyarakat. Goddark berpendapat bahwa kedua anak tersebut mempunyai hereditas yang berbeda karena ibu mereke berbeda. Dalam pengamatan selanjutnya ternyata anak yang berasal dari keluarga Bermaid berkembang dan tumbuh sedemikian rupa, sedang anak dari keluarga New England tidak. Jadi kelihatanlah disini bahwa lingkungan mempunyai pengaruh yang besar juga. Namun kelemahan dari studi ini adalah bahwa Goddark tidak mempunyai data yang dapat dipercaya (kompleks) mengenai bahwa keluarga Bermaid mempunyai gene yang negatif dari keluarga New England. Ada dua buah istilah yang berhubungan dengan hereditas dan lingkungan ini, yaitu : natura (alami) dan nurture (dipelihara). Kita mengetahui bahwa hereditas dipergunakan untuk menerangkan genetik (turunan). Jadi istilah turunan termasuk didalamnya karena natura merupakan lingkungan prenetal (sebelum lahir). Sedangkan penggunaan istilah natura mengarah pada atau termasuk didalamnya memberi makan, mendidik, mengembangkan dan sebagainya, yang semua ini adalah lingkungan. Dengan cara lain dapat kita katakan bahwa istilah natura mengacu pada tinggi seseorang atau berapakah tinggi seseorang? Sedangkan istilah nurtura mengacu pada seberapa jauh seseorang dapat berinteraksi dengan alam ini sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Natura tidak dapat dirubah karena sudah ditentukan sedemikian rupa semenjak dia dalam kandungan atau sebelum dia lahir.

7

Asumsi yang lain mengatakan bahwa natur bisa dimodifikasi. Natura dan nurture saling mempengaruhi dan saling menambah satu dengan lainnya. Masing-maisng bisa dimodifikasi sampai pada tingkat tertentu. Benyamin Pasamanick dan Hilda Knobiock mengadakan penelitian mengenai pengaruh faktor lingkungan terhadap perkembangan anak selama dalam kandungan. Mereka mengemukakan dua hipotesis, yaitu : 1. Anak-anak yang abnormal diakibatkan oleh pengalaman ibu yang mengandungnya, seperti : pengaruh ekonomi sosial yang jelek 2. Keabnormalan banyak terdapat pada masyarakat golongan bawah (miskin) Hasil dari penelitian mereka menunjukkan bahwa ibu-ibu yang mengandung dengan sosial ekonominya rendah cenderung akan melahirkan anak yang kurang atau lemah kemampuannya. Sedangkan ibu-ibu yang berasal dari sosial ekonomi yang tinggi cenderung akan melahirkan anak-anak yang sehat dan kemampuan tinggi. Penelitian ini menggambarakan bahwa natura mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan seorang ibu. Dalam penelitian ini lingkungan tidak merunah gene, tetapi lingkungan merubah hasil dari pengaruh keturunan yaitu janin. Ahli genetik melaporkan bahwa cara gene itu bekerja pada waktu tertentu dapat dipengaruhi nurtura. Seperti larva yang terdapat dalam buah-buahan, dia dapat merubah warna badannya setelah menjadi dewasa sesuai dengan warna buah dimana dia berada. Apabila larva itu menetas pada temperatur yang lain tidak pada buah-buahan dia akan menyesuaikan warna badannya dengan lingkungan dimana dia dilahirkan. Jadi, ini menunjukkan bahwa gene dapat berubah karena lingkungan. A. H Riesan mengadakan penelitian mengenai perkembangan fisik riioengaruhi ciehckundan. Riasen menempatkan dua kelompok simpanse pada tempat yang gelap untuk mengetahui apakah selaput jala yang ada pada mata simpanse itu dapat berubah atau terpengaruhi oleh cahaya. Kelompok simpanse yang pertama dikurung dalam tempat yang gelap selama 7 bulan. Hasilnya simpanse ini tetap dapat melihat dalam keadaan normal. Kelompok simpanse yang kedua dikurung pada tempat yang gelap selama 1,5 tahun hasilnya menunjukkan bahwa simpanse menjadi buta total. Jadi Reisen menyimpulkan bahwa selaput jala bisa tumbuh normal, atau dengan perkataan lain dapat diartikan bahwa lingkungan yang penuh dengan tekanan / problem akan membawa pengaruh yang negatif pada perkembangan fisik. Reseach yang diadakan dalam laboratorium binatang oleh David Krech menyimpulkan bahwa lingkungan yang mendorong perkembangan memory mempunyai pengaruh langsung terhadap anatomi otak. Hipotesanya adalah bahwa proses belajar, yang melibatkan proses ingatan yang lama (longterm memory) meningkatkan aktifitas enzim otak. Kesimpulan yang diperoleh bahwa pengaruh lingkungan psikologi dan pendidikan tidak terbatas pada sesuatu yang ada dialam ini atau disebut dengan netral realism. Dengan kata lain dapat kita katakan bahwa pertumbuhan biologis tergantung pada pengaruh stimulus lingkungan. Dengan memperhatikan beberapa hasil penelitian yang diutarakan diatas menunjukkan kepada kita bahwa hereditas dan lingkungan sama-sama mempunyai pengaruh yang besar pada pertunbuhan dan perkembangan manusia. Sebab betapapun baiknya lingkungan kalau hereditasnya tidak, maka sulit juga unutuk tembuh dan berkembang secara sempurna. Dan sebaliknya betapapun baiknya hereditas seseorang kalau tidak didukung oleh lingkungan yang baik, juga diragukan keberhasilan pertumbuhan dan perekembangannya.8

2.3 Pengaruh Hereditas dan Lingkungan Terhadap Intelegensi Sumbangan hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelegensi seseorang telah menjadi pembicaraan yang hangat sepanjang tahun. Evironmentalists mengatakan bahwa skor tes intelegensi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan,dan seluruh perbedaan intelegensi adalah hasil dari lingkungan. Sebaliknya hereditas (ahli keturunan) mengatakan bahwa seluruh pebedaan intelegensi merupakan hasil genetic (keturunan) itu sendiri. Dengan mempertemukan kedua pandanagn tersebut dapat dikatakan bahwa intelegensi itu merupakan hasil panduan antara hereditas dan lingkungan. Asumsi yang mengatakan bahwa intelegensi perbedaan antara hereditas dan lingkungan, akan menimbulkan suatu pertanyaan tentang bagaimana kita dapat memahami masing-masing hereditas dan lingkungan menjadi satu hasil metoda yang biasa dipakai oleh para ahli genetik dan psikologi adalah dengan memfokuskan pada satu aspek dan aspek yang konstan. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang sama/ide menunjukkan perbedaan yang sedemikian rupa, maka yang berbeda itu adalah hereditasnya. Sebaliknya jika seseorang itu mempunyai struktur genetik yang sama seperti kembar, kalau menunjukkan hasil yang berbeda, maka yang berbeda itu adalah lingkungannya. Cyril Burt seorang ahli psikologi inggris mempergunakan metode yang tersebut di atas untuk mempelajari factor hereditas dan lingkungan dalam mengukur intelegensi. Dia mempelajari laporan dari anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan dan tempattemapt penitipan anak lainnya. Yang diamatinya anatra lain : mengenai asal usul anak tersebut, banyak diantara mereka masuk ke panti asuhan ini di waktu mereka masih bayi (the earliest weeks of infancy). Selanjutnya anak-anak ini dididik sedemikian rupa dengan memenuhi lingkungan yang pantas. Burt menemukan hasil yang menakjubkan mengenai tingkatan intelegensi mereka, tetapi pada umumnya menunjukkan bahwa intelegensi mereka mempunyai kolerasi dengan intelegensi kedua orang tua mereka, sekalipun mereka itu dilahirkan melalui perkawinan yang tidak sah. Sehingga panti asuhan dimana mereka dibesarkan adalah tempat lingkungan yang ambil peranan dan perkembangan anak-anak tersebut. Untuk menguji pengaruh hereditas terhadeap intelegensi, Burt mempelajari lebih dari 30 orang anak kembar. Dalam beberapa kasus, beberapa ibu tidak sanggup mendidik kedua anaknya sekaligus, sehingga dia memisahkan kedua anaknya tersebut pada tempat yang berbeda. Burt mengatakan bahwa keduanya memperlihatkan intelegensi yang sama. Akan tetapi anak yang mendapatkan lama pendidikan yang sama antar mereka yang kembar tersebut dibesarkan pada tempat yang berbeda dengan anak kembar yang dibesarkan pada tempat yang menunjukkan bahwa anak kembar yang dibesarkan pada tempat yang berbeda (dipisahkan) lebih rendah intelegensinya. A. R. Jensen menyokong pendapat Burt dengan mengatakan bahwa lingkungan adalah hal yang menentukan dalam mengukur intelegensi seseorang, namun hereditas juga tidak bisa dikesimpangkan. Akan9

tetapi seberapa banyak peranan hereditas untuk menentukan intelegensi seseorang. Sulit untuk menjawabnya tetapi kita hanya bisa mencoba untuk menentukannya dengan menghubungkan dengan berbagai macam tipe lingkungan. Konsep Rentangan Reaksi Intelegensi Adalah suatu kesimpulan yang kurang tepat kalau dikatakan bahwa hanya hereditaslah yang menghasilkan terjadinya perbedaan intelegensi seseorang. Suatu cara untuk memperoleh gambaran mengenai perkembangan intelegensi adalah dengan menganggap hereditas sebagai bahan pelengkap dalam genotype (plasma yang menghasilkan keturunan pembawaan) yang mungkin menghasilkan berbagai macam phenotype (ciri-ciri yang dapat diamati). Genotype tidak akan menghasilkan potensi yang hasil paling tinggi satu ciri tetapi dia akan menghasilkan potensi hasil yang paling tinggi. Potensi ini dapat merespon dalam berbagai lingkungan yang berbeda atau yang sama. Gerald F. Mc. Clearn, seorang hali genetic, mengamati bahwa genotype yang ada pada diri manusia diperkirakan mencapai 10.000- 100.000 buah. Jadi jumlah genotype ini melebihi jumlah orang yang hidup pada saat ini ditambah dengan orang orang yang hidup sepanjang sejarah manusia (dari adam sampai manusia terakhir). Menurut Gorden Alen, jika genotype menentukan intelegensi (intelligence guotient ada sekitar 120 dalam lingkungan yang normal, maka mungkin saja beberapa lingkungan yang terbatas menghasilkan 100 atau kurang, sedangkan lingkungan yang sangat baik dan sangat menguntungkan dalam perkembangan intelegensi seseorang akan mencapai 130160. Contoh lain rentangan reaksi intelegensi ini yaitu mengenai kemahiran berbahasa. Karena binatang tidak bisa berbicara sedangkan manusia bisa, maka kita berasumsi bahwa kemampuan untuk belajar berbicara itu secara genetic telah ditentukan (dia sudah ada dalam gen). Dengan cara lain dapat kita katakan bahwa anak-anak itu belajar berbicara, sedangkan kecakapan dan keterampilannya berbicara pada lingkungannya. 2.4 Perbedaan Lingkungan dan Intelegensi Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Rentangan intelegensi seseorang yang dibawanya semenjak dia lahir akan menghasilkan berbagai macam rentangan sepanjang hidupnya,tergantung pada lingkungan dimana dia berada. Lingkungan yang tidak menguntungkan (lingkungan yang banyak memberikan tekanan negatif pada seseorang) akan menekan atau menghambat perkembangan intelegensi seseorang. R.M.Cooper dan J.P.Zuoek melaporkan hasil penelitian mereka mengenai pengaruh lingkungan yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan terhadap kemampuan tikus yang cerdas dan yang bodoh.mereka meletakkan sekelompok tikus yang cerdas pada suatu tempat yang menguntungkan , dan10

sekelompok lagi pada tempat yang tidak menguntungkan.mereka mengatakan bahwa tikus yang pintar dalam lingkungan yang menguntungkan tidak menunjukkan perubahan dalam kemampuan belajar yang berlebih dan tikus yang pintar dalam lingkungan yang tidak menguntungkan.akan tetapi sebaliknya tikus-tikus yang bodoh memperlihatkan perubahan perubahan yang luar biasa dalam kemampuan belajarnya dan bahkan menyamai tikus-tikus yang pintar.kalau dihubungkan dengan proses belajar manusia , maka manusia akan banyak mengalami kemajuan kalau lingkungannya mendorongnya untuk maju. Kasus seorang anak yang bernama Isabella yang diceritakan oleh seorang ahli sosiologi bernama Kingsley Davisn sebagai berikut : Isabella adalah seorang anak yang lahir dari seorang ibu yang buta dan tuli.nenek dan kakeknya menyembunyikan dia bersama dengan ibunya di atas loteng rumah selama 6,5 tahun. Isabella dan ibunya tidak pernah berhubungan dengan keluarga lain. Dia berkomunikasi dengan ibunya hanya dengan mempergunakan bahasa isyarat. Diwaktu Isabella ditemukan oleh orang-orang yang berwewenang di daerahnya dimana dia tinggal, Isabella menunjukkan bahwa dia tidak bisa berbicara sama sekali (bisu total ) kecuali hanya dengan mempergunakan bahasa isyarat dan suara yang tersendat seperti suara yang di keluarkan oleh seseorang nyenyak tidur (ngraaaaaaaaaaaakhhhhhhh ), dalam bahasa inggris disebut Croaking Sounds. Kemudian pendengarannya di test ternyata pendengarannya normal.menurut skala kematangan social Vineland (Vineland Social Maturity Scale )dia baru beada pada kematangan 2 tahun 6 bulan.dan menurut test intelegensi standard Binet , Isabella baru mempunyai IQ 25sama denggan berumur 1 tahun 7 bulan .kemudian Isabella di tempatkan pada tempat yang baik(cocok) dan dia diberikan pendiddikan terapi secara individu dan intensif (individual educational therapy ). Setelah 3 tahun di uji kembali dan hasiilnya menakjubkan bahwa dia dapat mencapai dan menyamai kematangan social dan intelegensi yang sama dengan teman seumurannya. Jadi untuk mencapai IQ yang normal ( rata rata ) dan prestasi sekolahnya , dia membutuhkan waktu selama 3 tahun. Dengan memperlihatkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan dapat mempenganguri intelegensi. Ciri-ciri lingkungan yang mempengaruhi intelegensi Adalah suatu hal yang sulit untuk menggambarkan secara mendetil mengenai lingkungan yang berada dilingkungan manusia yang bisa mempengaruhi intelegensi seseorang. Ada beberapa penelitian mencoba memberikan cirri-ciri lingkungan yang berkenaan dengan perbedaan perkembangan intelegensi seseorang. Benyamin S.Bloom dalam bukunya Stability And Change in Human Characteristic, mengemukakan empat macam lingkungan yang ada hubungannya dengan perkembangan intelegensi; 1. Verbal ability (kemampuan verbal) Kemampuan verbal adalah kemampuan bahagian yang penting dalam test intelegensi pada umumnya .lingkungan yang memmpunyai penggunaan bahasa yang baik akan mempengaruhi perkkembangan bahasa seseorang dan akan merangsang perkembangan intelegensi secara umum. Kalau lingkungan yang penggunaan bahasanya jelek akan menghambat perkembangan intelegensi seseorang.11

1. General knowledge about the world (kemampuan umum mengenai alam ini) Pengetahuan umum kita tentang alam ini juga dipakai untuk mentes intelegensi seseorang.untuk beberapa aspek telah termasuk dalam verbal ability. Tetapi dalam hal ini item-item test intelegensinya merupakan perbedaan dan perbandingan objek (benda ), ide dan lain-lain. Lingkungan yang terlalu berlebihan dan terlalu terbatas akan membatasi kesempatan untuk berkembang dan berhungan langsung serta berinteraksi dengan dunia luar atau alam ini.maka dengan sendirinya kita dapat mempergunakan bukubuku,film,gambar,televisi dan lain-lain. Tes intelegensi yang ditujukan pada anak-anak pedesaan ,perkotaan,golongan kaya,miskin dan lain adalah juga mencakup hal-hal yang sama. 2. Logical reasoning and problem solving (alasan logis dan pemecahan masalah) Ciri yang ketiga ini juga termasuk dalam test intelegensi. Sebab dengan adanya kesempatan untuk memecahkan masalah akan mendorong seseorang untuk berfikir secara jelas mengenai berbagai macam isu dan mentekel persoalan tersebut baik didalam maupun diluar sekolah yang tentu saja akan berbeda pada setiap lingkungan. 3. Interaction between adult and children (interaksi antara orang dewasa dengan anak-anak) Lingkungan ini berbeda diberbagai tempat. Paling tidak dengan adanya interaksi antara orang dewasa dengan anak-anak didalam suasana yang menyenangkan akan mendatangkan atau membuka kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan lainnya. 2.5. Pengajaran di sekolah Ada dua macam kemampuan yang harus dimiliki siswa supaya dia sukses dalam belajar yaitu: 1. Basic ability to learn, 2. Cognitive skill which are reguired for learning school subjects. Yang pertama dimaksudkan kemampuan dasar untuk belajar dengan cara mulai dari trial dan error (perbuatan yang dilakukan berulang kali sampai menemukan titik pasti atau betul),free recall (berpandangan luas,ingatan bebas),associating pairs of objects (menyatukan sesuatu menjadi berpasang pasangan).Kemampuan dasar ini berkenaan dengan pentransferan dari pengetahuan sebelumnya dan tidak tergantung pada lingkungan yang sedang berjalan (Cole S. Brembeck,1971:41). Tipe kemampuan belajar ini tidak langsung merubah kemampuan untuk mempelajari sesuatu yang baru. Perubahannya tergantung pada cognitive skill(kemampuan berfikir) yang dipelajari siswa dimana mereka berada atau sesuai dengan lingkungan.Yang termasuk dalam keterampilan ini yaitu; perangkat perangkat belajar,asosiasi12

verbal,sumber- sumber informasi dan pengetahuan.Pada waktu tertentu keterampilan ini membutuhkan kemampuan (ability) untuk mengontrol,membutuhkan kerja keras,rencana yang matang,dan kemampuan untuk berlatih. Dengan memperhatikan keterangan di atas,kemudian kita bertanya:Apa hubungan antara skor IQ,basic learning ability,dan cognitive skill yang diperlukan sekolah? Jawabannya adalah bahwa skor IQ menentukan tingkat seseorang siswa mengenai kemampuan mereka memperoleh atau mendapatkan cognitive skill.Hal ini bisa jadi dapat merefleksikan secara pasti basic learning ability mereka.Jadi siswa dapat memperoleh basic learning ability di sekolah,tetapi cognitive skill tidak cukup hanya di sekolah melainkan harys ditambah di luar sekolah. Ada tiga hal yang dapat di pertimbangkan dalam mengamati basic learning ability ini sebagaimana yang di kemukakan oleh Cole S. B rembeck(1971:42) yaitu: 1. Skor IQ mempunyai hubungan yang tinggi dengan basic learning ability siswa yang termasuk kelas menengah. Artinya rata-rata basic learning cenderung memperoleh IQ rata-rata juga. 2. Skor IQ mempunyai hubungan yang negative dengan basic learn.Siswa yang termasuk golongan ini tidak dapat mencapai rata-rata IQ ,akan tetapi mereka hanya mempunyai IQ dibawah rata-rata. 3. IQ menggambarkan cognitive skill yang telah dipelajari sesuai dengan yang di persyaratkan oleh sekolah.Artinya orang yang basic learning abilitynya rendah,tidak akan dapat mencapai cognitive skill yang diharapkan atau ditentukan oleh sekolah. Selanjutnya dapat kita perhatikan bagan berikut ini yang di modifikasi oleh Arthur R. Jensen yaitu:

Mata pelajaran sekolah

Keterampilan

----------------------------------------------------

Intelegensi

Keterampilan dasar13

Hubungan langsung ----------- hubungan tidak langsung Catatan : Latihan tidak tergantung pada elemen yang di ukur dengan IQ tetapi melalui bawaan dan bimbingan langsung dari guru (instruktur ),dan termasuk didalamnya keseriusan dan partisipasi aktif dari siswa sendiri,Situasi latihan ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan dasar belajar siswa. Lingkungan Kelas dan Prestasi Siswa Anak-anak yang berprestasi baik di sekolah cenderung berkelakuan baik dalam kehidupannya, tetapi anak-anak yang berprestasi kurang (jelek) cenderung akan mengalami kesulitan dalam masyarakat luas dan bahkan lebih dari di sekolah.Jadi sekolah memegang peranan sangat penting karena ini menyangkut masa depan anak anak.Untuk mengetahui secara jelas maka kita harus melihat kondisi kelasena dari sinilah kunci keberhasilan atau kegagalan seseorang untuk masa depannya.Lingkungan kelas dan seberapa jauh lingkungan kelas tersebut memberikan sumbangan terhadap kesehatan mental dan prestasi anak,adalah topic topic yang cukup menarik kita diskusikan dalam fasal ini,disamping itu kita juga mempertimbangkan bahwa struktur dan organisasi kelas adalah struktur dan organisasi sosial.

2.6 Kelas Sebagai Kelompok Sosial Kebanyakan kelompok sosial mempunyai bebrapa ciri : tujuan, pemimpin, dan anggota, dan hubungan dengan kelompok lain. Kelas sebagai kelompok sosial mempunyai ciri seperti di atas yaitu kelas mempunyai tujuan yang jelas, anggotanya adalah siswa dan pemimpinnya adalah guru dan hubungannya dengan kelompok lain adalah kelas yang berada dalam satu sekolah tersebut. Keunikannya terletak pada hakekat unsur-unsur tersebut di atas dan bagaimana pelaksanaannya. 1. Tujuan Kelas Tujuan utama dari kelas adalah belajar. Tujuan ini telah disepakati oleh masyarakat kelas, dan tidak ditentukan oleh siswa-siswa itu sendiri, tetapi juga ditentukan oleh masyarakat luas dimana kelas itu berada. Belajar itu telah dirancang sedemikian rupa dan tidak bisa dirubah begitu saja oleh orang-orang yang terlibat dalam kelas tersebut : guruguru dan murid-murid. Pilihan atau perubahan yang dilakukan haruslah berada dalam pengertian belajar itu sendiri yaitu mengenai apa yang dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Seperti guru bisa meminta persetujuan siswa untuk memilih suatu tempat yang akan mereka kunjungi dalam mata ajaran ilmu-ilmu sosial.

14

Kita tidak akan mengatakan bahwa belajar adalah tujuan utama dari seluruh warga kelas (siswa). Seringkali ada beberapa siswa yang menjadikan sesuatu yang lain lebih tinggi dari belajar, sehingga belajar dijadikannya sebagai alat untuk mendorong tercapainya tujuan tersebut, ini berarti bahwa masing-masing individu mempunyai tujuan masing-masing atau kita sebut dengan individual differences. Jadi guru-guru hendaknya mengetahui bahwa kadang-kadang tujuan individu itu harus dicapai sebelum tujuan utama belajar dapat dicapai. Dan sebelum siswa itu mulai belajar hendaklah kebutuhan fisiknya terlebih dahulu dipersiapkan. 2. Partisipasi Kelas Kelas adalah accidental group. Karena pembentukan kelas ini tidak didasarkan atas pilihan seperti; kelahiran, alamat, pekerjaan orang tua, jenis kelamin dan lain sebagainya, akan tetapi dipadukan saja sehingga menjadi satu kelompok. Disamping siswa tidak melakukan pilihan mengenai di kelas mana dia akan masuk, akan tetapi dia terpaksa masuk pada kelas yang telah ditentukan tersebut. Dalam kelas mereka telah menjadi anggota suatu kelompok dengan sukarela dan membentuk organisasi yang permanen. Akhirnya guru dapat melakukan tugasnya dengan baik. Guru dapat memahami dengan secara masalah belajar yang dihadapi siswa. Keberhasilan mereka dalam kelas tergantung pada penyesuaian diri mereka dalam kelompok. Atau kemampuannya untuk menyesuaikan diri sedikit banyaknya akan menetukan keberhasilan belajar mereka. 3. Kepemimpinan Kelas Pengontrolan kelas terletak di tangan guru, kekuasaan ini didasarkan atas hukum dan kebiasaan (culture). Secara hukum guru diangkat menjadi guru dengan suatu persetujuan (baik surat maupun lisan). Dan disamping itu masyarakat memberikan kekuasaan penuh kepada guru. Guru boleh memilih berbagai macam cara terbaik untuk melaksanakan kepemimpinannya dikelas. Akan tetapi kebebasan dalam memilih metode tersebut harus tidak mengaburkan tanggungjawab kepemimpinan dan pengontrolan. Kalau kita ikuti sejarah perkembangan pendidikan maka pada mulanya guru lebih mempunyai kekuasaan, dan sekarang telah berkurang. Karena terjadinya perubahan sosial di masayarakat, maka kekuasaan atau kepemimpinan guru di dalam kelas selalu tergantung kepada kepemimpinan lain yang terdapat dalam sistem persekolahan tersebut, kepala sekolah adalah pemegang tanggung jawab utama dalam pelaksanaan program di suatu sekolah. Tentu saja peranan kepala sekolah jauh berbeda dengan peranan guru dalam kelas. Selanjutnya karena guru berada diantara masyarakat luas yang berada dilingkungan sekolah dan siswa yang berada dalam kelas maka kepemimpinan guru disebut mediator kebudayaan. Langkah-langkah Dalam Pengembangan Kelompok Kelas Pada hari pertama guru dan murid memasuki kelas satu sama lainnya belum saling kenal mengenal dan bahkan tidak mempunyai hubungan pribadi sebelumnya. Disamping15

itu mereka tidak saling mengenal tentang ciri-ciri masing-masing, murid tidak tahu bagaimana bentuk guru yang akan mengajarnya, dan guru begitu juga. Murid-murid tidak tahu tentang siapa saja yang tergabung dalam kelas tersebut. Guru-guru juga tidak tahu bagaimana sikap anak-anak yang akan dia ajar. Secara tidak terpaksa mereka telah menjadi kelompok kelas yang terbentuk melalui proses sosialisasi. Sosialisasi ini sedikit banayak akan mempengaruhi prestasi siswa. Salah satu dari sosialisasi dalam kelas ini adalaha terbentuknya struktur dan organisasi sosial. Dalam rangka pembentukan struktur dan organisasi sosial itu ada beberapa langkah yang dapat diikuti siswa seperti berikut ini : 1. Promosi Pada hari-hari pertama mulai sekolah para siswa merasakan bahwa dia memasuki situasi baru yang lain dari sebelumnya. Murid melihat-lihat keadaan sekelilingnya barangkali mengenai warna, lampu, kelas dan sebagainya. Hari ini adalah hari pertama mendapatkan inspirasi untuk berkenalan dengan teman-teman dan guru. Mungkin saja guru akan bertanya kepada siswa tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang mereka kerjakan dan lain sebagainya. Tentu saja guru tidak lupa mengucapkan salam dan ucapan selamat datang. Selanjutnya guru mulai mengenali nama masing-masing siswa dan memperhatikan mukanya masing-masing. Ini adalah langkah awal untuk menghasilkan semacam suasana sosial dalam kelas yang kita sebut dengan langkah/tahap promosi. 2. Eksplorasi Setelah tahap promosi siswa membuat tahap eksplorasi untuk mencari hubungan yang baik atau saling kenal mengenal dengan teman lainnya di dalam kelas dan dengan guru. Tahap ini adalah tahap yang sangat penting bagi siswa sebab pada tahap ini termasuk di dalamnya kemungkinan terjadinya penolakan untuk berteman dan kemungkinan juga untuk mendapatkan teman yang serasi. Hubungan yang terbentuk selama periode ini siswa mulai memberi simbol satu sama lainnya seperti adanya sebutan ketua, anggota, teman yang disukai, teman yang tidak atau kurang disukai dan teman yang pintar. Sehingga masing-masing siswa telah mempunyai peranan dan status dalam struktur sosial kelompok tersebut. Tahap eksplorasi ini juga penting dalam pembentukan selfconcept siswa yang berkaitan dengan kelompok kelas. Sebab selama periode ini masing-masing mereka mulai melihat diri mereka sendiri seperti yang lainnya (seseorang dalam kelompok) melihat temannya yang lain dalam kelompok itu juga. Seandainya dia telah mendapatkan gambaran tentang dirinya sendiri, maka dia akan terbantu dalam usahanya untuk mendapatkan gambaran tentang temannya. 3. Membentuk Imaginasi Kelompok Tahap yang terakhir dalam pembentukan struktur dan organisasi sosial kelas ini adalah tahap dimana hubungan antar anggota telah menjadi stabil. Menurut pendapat guru bahwa masing-masing siswa sebagai angggota kelompok sosial kelas telah mempunyai beberapa pandangan (gambaran) tentang bagaimana mempertahankan keutuhan hubungan tersebut. Dan juga sudah tahu siapa diantara mereka tersebut yang dapat mengerjakan

16

sesuatu kebutuhan kelompok dan siapa yang tidak. Kalau kelompok ini sudah stabil maka kita dapat mengatakan bahwa masyarakat kelas telah terbentuk. Tentu saja tidak semua anggota kelompok akan bahagia dan senang dengan peranan dan status yang dipikulnya. Barangkali ada diantara mereka yang tidak begitu serius dan akhirnya dipencilkan kawan dan sebagainya. Oleh karena itu struktur sosial yang terbentuk dalam kelas ini tidak kaku, namun bersifat fleksibel dan dapat berubah jika diperlukan.

2.7 Pengaruh Suasana Sosial Kelas Terhadap Kesehatan Mental Siswa Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang, dan dia lebih banyak mempunyai waktu atau menghabiskan waktu untuk bergaul dan tinggal di lingkungan keluarga bila dibandingkan dengan lingkungan sekolah. Selama di sekolah siswa lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kelas. Di dalam kelas masing masing siswa mempunyai dua hubungan yang sangat penting yaitu hubungan dengan gurunya dan hubungan dengan kelompoknya. Posisi masing-masing siswa dalam struktur sosial kelas kelas akan berusaha menjawab (secara sadar ataupun tidak) beberapa pertanyaan yang berkenaan dengan kelompok sosial kelas tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Cole S. Brembeck (1971:62) berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Siapakah saya ini? Apa yang dapat saya lakukan? Apa yang tidak dapat saya lakukan? Apa yang diharapkan dari saya? Dapatkah saya mencapai harapan tersebut? Siapakah yang menyukai saya? Siapakah yang saya sukai? Sukakah saya sama guru? Apakah guru menyukai saya? Siapa yang terbaik dalam kelas ini? Siapa yang terburuk dalam kelas ini? Siapakah prestasinya yang naik dan siapa yang tidak? Dan lain-lain.

Siswa yang berusaha menemukan jawaban beberapa pertanyaan tersebut di atas berarti siswa itu sedang mencari dan menemukan struktur sosial kelasnya dan posisinya sendiri dalam struktur tersebut. Struktur sosial ini akan menjadi aspek yang dominan dalam lingkungan kelas karena dengan struktur ini akan menolong siswa untuk menentukan siakpnya terhadap belajar. Atau dapat kita katakan bahwa posisi siswa dalam struktur sosial kelas ini berhubungan secara langsung dengan kesehatan mental siswa tersebut. Richard A. Schmuck,Margaret B.Luzski dan David C. Epperson mencoba menganalisa hubungan antar pribadi dengan kesehatan mental siswa di kelas. Mereka17

berpendapat bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan mental siswa dalam kelas,yaitu : 1. 2. 3. 4. The pupils attitude toward himself The pupils perception of reality The pupils mastery of his environment The pupils actualization of his potential

Keempat faktor ini mengacu pada perasaan siswa/pandangan siswa mengenai teman dan tugasnya dalam lingkungan kelas. Kemudian yang termasuk ke dalam kesehatan mental adalah : 1. Hubungan siswa dengan lingkungan belajarnya 2. Kepositifan perasaan/pandangannya terhadap diri sendiri

Apabila seseorang siswa merasakan bahwa dia dihargai dan dibutuhkan oleh orang lain yang berada di lingkungannya maka dia akan cenderung menganggap dirinya telah berhasil mencapai esteem. Dan sebaliknya apabila seseorang siswa merasa bahwa lingkungannya tidak menghargainya maka dia cenderung menganggap dirinya sebagai orang yang tidak mampu mencapai prestasi dan merasa terasing dari kelompok. Ada lagi faktor lain yang dapat memengaruhi kesehatan mental siswa dalam jelas yaitu adanya hubungan yang baik atau mesra antara anggota kelas (classroom affection). Karena hubungan ini akan menimbulkan saling pengaruh mempengaruhi dalam rangka pencapaian prestasi belajar. Ada dua pola dalam penempatan siswa dalam kelas yang dikemukakan oleh Richard A. Schmuck dkk seperti berikut : Model I. Siswa dibagi atas tiga kelompok kecil dengan cara melakukan sosiometrinya,artinya siswa di suruh memilih tiga orang yang temannya dengan kategori; 1. Teman yang paling disukai, 2. Teman yang supel (netral),dan 3. Teman yang paling disukai. Kemudian guru mentellinya sehingga menjadi tiga kelompok sesuai dengan hasil penilaian ke dalam model ini. Model II Siswa hanya dibagi atas dua kriteria yaitu yang paling disukai dan yang paling tidak disukai. Kemudian guru mengatur tempat duduk siswa dengan cara selingan, Sehingga dalam kelas ini tidak kelihatan adanya sub-kelompok. Kemudian kita bertanya; model manakah yang dapat mendorong terjadinya kesehatan mental pada siswa? Untuk menjawabnya kita perhatikan uraian schmuck dkk berikut ini :

18

1. Kesehatan mental siswa akan lebih banyak terbentuk dalam kondisi hubungan baik (luas) dalam kelompok dari pada hubungan yang terbatas. Artinya siswa yang merasakan dirinya tidak disukai oleh temannya dia betul-betul akan merasa kecewa, dan kalau pada umumnya dia disukai oleh teman temannya maka perhatian pada dirinya lebih terpusat dan bangga. 2. Apabila seseorang siswa menganggap temannya yang lain tidak menyukainya,maka kesehatan mentalnya akan menjadi kurang positif bila dibandingkan dengan siswa yang menganggap temannya menyukainya. 3. Untuk menguji pendapat ini mereka mengemukakan 3 hipotesa yang dipakai dalam penelitiannya seperti berikut ini :

a. Siswa yang betul-betul tidak disukai temannya menghasilkan kemampuan akademis yang rendah dari siswa yang disukai temannya. b. Siswa siswa yang merasakan dirinya disukai oleh teman-temannya tetapi tidak orang yang paling disukai memperlihatkan self-esteem yang lebih rendah dari teman-teman yang paling disukai di kelas tersebut. c. Siswa yang merasakan dirinya netral (biasabiasa saja) memperlihatkan kemampuan akademis lebih rendah dari siswa yang merasakan bahwa dia adalah disukai oleh teman-temannya. Dengan memperhatikan uraian-uraian di atas kita dapat mengatakan bahwa kedua model tersebut diatas dapat mendororong terbentuknya kesehatan mental siswa. Tentu saja masing-masing model tersebut mempunyai keuntungan dan kelemahan dan tergantung pada guru-guru yang mengelolanya. Suatu hasil penelitian psikologi menjelaskan bahwa suasana sosial kelas mempunyai pengaruh besar terhadap penampilan siswa secara akademis.

19

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan 1. Manusia belajar dari 3 prakondisi yaitu : Fungsi organ biologis, lingkungan social yang sedang berlangsung, kesempatan organ biologis untuk berinteraksi dengan lingkungan social dan dengan demikian dia belajar dari lingkungan tersebut. 2. Lingkungan adalah hal yang menentukan dalam mengukur intelegensi seseorang, namun hereditas juga tidak bisa dikesimpangkan. Akan tetapi seberapa banyak peranan hereditas untuk menentukan intelegensi seseorang. 3. Menurut Gorden Alen bahwa anak-anak itu belajar berbicara, sedangkan kecakapan dan keterampilannya berbicara pada lingkungannya. 4. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. 5. Rentangan intelegensi seseorang yang dibawanya semenjak dia lahir akan menghasilkan berbagai macam rentangan sepanjang hidupnya,tergantung pada lingkungan dimana dia berada. 6. Benyamin S.Bloom dalam bukunya Stability And Change in Human Characteristic, mengemukakan empat macam lingkungan yang ada hubungannya dengan perkembangan intelegensi, yaitu; verbal ability, general knowledge about the world, logical reasoning and problem solving, dan interaction between adult and children. 7. Ada dua macam kemampuan yang harus dimiliki siswa supaya dia sukses dalam belajar yaitu; basic ability to learn dan cognitive skill which are reguired for learning school subjects. 8. Skor IQ menentukan tingkat seseorang siswa mengenai kemampuan mereka memperoleh atau mendapatkan cognitive skill.Hal ini bisa jadi dapat merefleksikan secara pasti basic learning ability mereka.Jadi siswa dapat memperoleh basic learning ability di sekolah,tetapi cognitive skill tidak cukup hanya di sekolah melainkan harus ditambah di luar sekolah. 9. Kebanyakan kelompok sosial mempunyai bebrapa ciri : tujuan, pemimpin, dan anggota, dan hubungan dengan kelompok lain. 10. Dalam rangka pembentukan struktur dan organisasi sosial itu ada beberapa langkah yang dapat diikuti siswa seperti berikut ini; promosi, eksplorasi dan membentuk imajinasi kelompok. 11. Ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan mental siswa dalam kelas,yaitu : the pupils attitude toward himself, the pupils perception of reality, the pupils mastery of his environment, dan the pupils actualization of his potential.20

3.2. Saran Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Namun berkat keteguhan hati penulis akhirnya makalah yang berjudul Pembawaan Lingkungan dan Prestasi Siswa dapat menyelesaikannya dalam waktu yang secepat mungkin. Untuk memperbaiki kekurangan yang terdapat dalam hasil makalah ini, penulis mengharapakan kritik dan saran dari para pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

21

DAFTAR PUSTAKA http:/www.google.com

Bahar, Aswandi dkk.2009.Pengantar Pendidikan.Cendekia Insani.Pekanbaru.

22