Upload
bona-rotiona-br-saragi
View
1.633
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENCEMARAN PERAIRAN DAN KERUSAKANTERUMBU KARANG DI
WILAYAH PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG
Kelompok VII
Bona Rotiona BR Saragih
Gustomi
Ika Indah Pratiwi
Muhammad Ridho
Yudit Selly
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN TANJUNG KARANG
KESEHATAN LINGKUNGAN
2012
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha, karena berkat dan rahmat-
Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Sarip Usman, SKM.M.Kes selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar
Kesehatan Lingkungan.
2. Teman-teman tingkat I Reguler.
3. Keluarga yang selalu memberi semangat bagi penulis.
4. Dan semua pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca
khususnya Mahasiswa Poltekkes Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Bandar Lampung, 1 Oktober 2012
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………………………………………………. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………………………………. iii
Bab I PENDAHULUAN ………………………………………………………..
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….
1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………...
1.3 Manfaat Penulisan ……………………………………………………
Bab II PEMBAHASAN MASALAH…………………………………………..
2.1 Pengertian Pencemaran………………………………………………
2.2 Pencemaran Perairan…………………………………………………
2.3 Dampak Kerusakan Terumbu Karang ………………………………
2.4 Upaya Penanggulangan Pencemaran Perairan………………………
Bab III PENUTUP………………………………………………………………
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………...
3.2 Saran………………………………………………………………….
Daftar Pustaka……………………………………………………………………
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dengan diberikannya tugas mata kuliah Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan
mengenai Pencemaran Perairan Dan Kerusakan terumbu Karang Di Wilayah Pesisir Kota
Bandar Lampung, maka penulis mencoba menyelesaikan makalah yang berisikan
analisis dan penjelasan-penjelasan yang berkaitan dengan pencemaran perairan yang
terjadi diperairan pesisir Kota Bandar Lampung. Mungkin kita sudah tidak asing lagi
mengenai pencemaran perairan.
Namun mungkin kita tidak pernah mengerti apa hubungan pencemaran
perairan dengan dampak yang dirasakan oleh mahluk hidup, serta upaya-upaya untuk
mencegah pencemaran tersebut. Oleh karena itu, penulis akan menjabarkan hasil
analisis yang dilakukan penulis mengenai pencemaran perairan dan kerusakan
terumbu karang diwilayah pesisir kota Bandar Lampung. Selain itu, pembuatan
makalah ini juga menjadi ajang pembelajaran khususnya untuk penulis dan
menambah informasi-informasi yang mungkin sebelumnya belum pernah didapat.
v
1.2 TUJUAN
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar-Dasar Kesehatan Lingkungan.
2. Menganalisis Pencemaran perairan dan terumbu karang yang terjadi diwilayah
kota Bandar Lampung.
1.3 MANFAAT
1. Memahami arti dari pencemaran perairan.
2. Memahami dampak-dampak pencemaran perairan dan terumbu karang
diwilayah pesisir kota Bandar Lampung.
3. Mampu menganalisis upaya-upaya penanggulangan pencemaran perairan dan
terumbu karang diwilayah pesisir kota Bandar Lampung .
4. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis dan juga pembaca.
vi
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
PENCEMARAN PERAIRAN DAN KERUSAKANTERUMBU KARANG DI
WILAYAH PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh: Indra Gumay Yudha, M.Si(Staf Pengajar PS Budidaya Perairan, Fak.
Pertanian, Univ. Lampung)Email: [email protected]
Kawasan pesisir Kota Bandar Lampung dengan segenap potensi yang dimilikinya telah
menjadi magnet yang menarik berbagai pihak para pemangku kepentingan untuk melakukan
kegiatan eksploitasi sesuai dengan kepentingan masing-masing. Salah satu dampak negatif yang
mengemuka dan perlu mendapat perhatian akibat berlangsungnya kegiatan eksploitasi tersebut
adalah ancaman terhadap kelestarian wilayah pesisir. Ancaman tersebut dapat berasal dari
pencemaran perairan laut akibat limbah domestik maupun limbah industri, kegiatan reklamasi
pantai, kegiatan penangkapan ikan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, serta
terjadinya konflik antar masyarakat yang saling berbeda kepentingan dalam pemanfaatan ruang
pesisir. Semakin meningkatnya pemanfaatan ruang di wilayah pesisir, dengan berbagaiaktifitas
kegiatan manusia, tentu akan memberikan tekanan bagi kawasan-kawasanhabitat hidup bagi
berbagai organisme pesisir, seperti komunitas hutan mangrove, terumbu karang dan padang
lamun, yang jika terjadi degradasi pada kawasan ini tentu juga akan berpengaruh bagi
keberlangsungan daya dukung lingkungan terhadap kehidupan masyarakat. Untuk itu pengkajian
terhadap kondisi berbagai habitat tersebut menjadi suatu yang sangat penting sebagai informasi
vii
bagi penentu kebijakan dalam pelaksanaan pengelolaan kawasan pesisir Kota Bandar Lampung
yang dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip
kelestarian lingkungan. Pencemaran perairan di wilayah pesisir telah menjadi isu utama yang
dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat di Kota Bandar Lampung. Sumber pencemaran yang
utama berasal dari limbah industri dan domestik yang mengalir melalui sungai-sungai yang
bermuara ke laut di sepanjang pantai Kota Bandar Lampung. Selain itu, sampah-sampah domestik
diperkirakan juga berasal dari wilayah lain yang dibawa oleh arus lautdan terdampar di sepanjang
pantai.
Masalah pencemaran laut akibat limbah industri perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini
terkait dengan jenis limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Beberapa limbah yang
dihasilkan oleh industri ada kalanya berupa limbah B3, seperti jenis-jenis logam berat yang apabila
masuk ke ekosistem pesisir dapat menimbulkan dampak yang fatal, baik bagi biota perairan
maupun manusia yang ada di wilayah tersebut. Polutan yang berupa logam-logam berat diketahui
dapat menyebabkan keracunan, kelumpuhan, kelainan genetik, hingga kematian. Dari hasil
identifikasi yang telah dilakukan oleh Wiryawan dkk (2002), diketahui bahwa setidaknya terdapat
9 sungai yang bermuara ke pesisir Kota Bandar Lampung yang berpotensi mencemarkan wilayah
pantai tersebut. Sungai-sungai tersebut adalah: Way Sukamaju, Way Keteguhan, Way Tataan,
Way Belau, Way Kunyit, Way Kuala, WayLunik, Way Pancoran, dan Way Galih. Sumber
pencemaran yang berasal dari limbah industri diperkirakan berasal dari berbagai kegiatan industri
yang berada di DA Stersebut. Sebagai contoh, setidaknya terdapat 22 industri di DAS Way Kuala,
13industri di DAS Way Lunik, 5 industri di DAS Way Pancoran, dan 2 industri di DAS
WayKunyit. Kemungkinan pencemaran industri juga terjadi di wilayah pelabuhan Panjangdan
pelabuhan milik swasta yang berada di sekitar Kecamatan Panjang .Beberapa parameter kualitas
viii
air, baik fisika, kimia, maupun biologi, yang diperoleh darihasil pengukuran lapangan diketahui
bahwa perairan pesisir Kota Bandar Lampung telah mengalami pencemaran dengan berbagai
tingkatan. Pengukuran kualitas air yang dilakukan di beberapa sungai, sumur penduduk, dan
perairan laut di pesisir KotaBandar Lampung menunjukkan kondisi yang memprihatinkan.
1. Pencemaran Perairan
a). Sungai
Pengukuran kualitas air sungai dilakukan pada beberapa sungai di wilayah pesisir
KotaBandar Lampung yang bermuara ke Teluk Lampung, yaitu Way Sukamaju, Way
Keteguhan, Way Kuripan, Way Kunyit, Way Kuala, Way Lunik dan Way Galih. Secaravisual
sungai-sungai tersebut telah mengalami penyempitan, pendangkalan, berair kotor dan berwarna
hitam, serta terdapat banyak sampah rumah tangga. Dibandingkan dengan sungai-sungai lainnya,
kondisi Way Sukamaju masih lebih baik dan memiliki aliran air yang relatif jernih dan masih
banyak digunakan untuk keperluan mencuci bagi masyarakat di sekitarnya.
Hasil pengukuran parameter kualitas air sungai, meliputi fisika, kimia, dan biologi, pada beberapa
sungai diwilayah pesisir Kota Bandar Lampung .
Berdasarkan hasil pengukuran yang diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai yang bermuara
di pesisir Kota Bandar Lampung telah mengalami pencemaran bahan organik yang cukup tinggi.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa parameter kualitas air yang diukur. Nilai oksigen terlarut (DO)
sebagian besar sungai, kecuali Way Sukamaju, berada di bawah baku mutu yang ditetapkan, yaitu
3mg/l, bahkan nilainya mendekati nol. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar sungai tidak
mendukung untuk kehidupan ikan maupun biota air lainnya. Demikian juga dengannilai COD dan
BOD yang jauh melebihi ambang baku mutu. Selain karena limbah domestik, nilai COD dan
ix
BOD yang tinggi juga disebabkan oleh adanya limbah industry yang di buang ke sungai,
misalnya industri makanan. Kesadahan air disebabkan oleh ion-ion magnesium atau kalsium yang
terdapat didalam air dalam bentuk sulfat, klorida, dan hidrogen karbonat. Tingkat kesadahan
air sungai di pesisir Bandar Lampung adalah sebagai berikut: lunak (Way Sukamaju), agaksadah
(Way Kunyit), sadah (Way Keteguhan, Way Kuripan, dan Way Galih), sertasangat sadah (Way
Kuala dan Way Lunik). Kesadahan tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh kondisi geologi
tanah di sekitarnya, namun dapat juga disebabkanoleh aktivitas industri yang membuang
limbahnya ke sungai tersebut.Kandungan fosfat (PO4) seluruh sungai yang diukur juga telah
melebihi baku mutu yang ditetapkan. Keberadaan fosfat ini merupakan indikasi bahwa sungai-
sungai tersebut tercemar oleh limbah industri maupun rumah tangga. Sumber pencemaran fosfat
dari limbah rumah tangga diduga berasal dari sisa-sisa detergen yang mengalir ke sungai.Way
Kunyit, Way Kuala, dan Way Galih mengandung fosfat yang cukup tinggi dibandingkan sungai-
sungai lainnya. Kandungan nitrit dan sulfida pada sebagian besar sungai diketahui telah melebihi
baku mutu. Kondisi ini memungkinkan karena sebagian besar sungai-sungai tersebut dalam
kondisi anaerob dan tercemar bahan organik. Keberadaan sulfida di perairan sungai menyebabkan
sungai tersebut berbau busuk dan berbahaya bagi biota air. Demikian pula halnya dengan nitrit
yang dapat mematikan organisme air karena beracun.Kandungan logam berat Pb, Hg, Cu, dan Cd
pada umumnya masih di bawah bakumutu, kecuali kandungan Pb di Way Keteguhan. Walaupun
nilainya masih di bawah baku mutu, namun keberadaan logam berat ini perlu diwaspadai karena
dapat mengalami bioakumulasi maupun biomagnifikasi melalui rantai makanan padaekosistem
perairan. Selain itu, keberadaan logam-logam berat dalam konsentrasi yangkecil pun dapat
berbahaya bagi organisme renik, seperti larva ikan, sehingga dapat menimbulkan kematian
ataupun ketidak normalan dalam pertumbuhan.
x
b) Perairan Laut
Hasil pengukuran kualitas air di perairan Teluk Lampung yang merupakan bagian dari
wilayah pesisir Kota Bandar Lampung diketahui bahwa perairan laut di wilayah Kota Bandar
Lampung telah mengalami pencemaran. Pencemaran yang terjadi tidak terlepas dari aktivitas
masyarakat yang bermukim disekitar wilayah pesisir, seperti kegiatan rumah tangga, pengolahan
ikan, dan industry lainnya yang banyak terdapat di sekitarnya. Selain itu, polutan juga dapat
berasal dari sungai-sungai yang bermuara ke Teluk Lampung serta dari wilayah lainnya
(KabupatenLampung Selatan). Di wilayah pesisir Kabupaten Lampung Selatan memang banyak
dijumpai tambak udang yang cukup luas dan berpotensi membuang limbahnya ke lautyang pada
akhirnya dapat terbawa arus menuju ke wilayah laut Kota Bandar Lampung.Dari hasil
pengukuran COD dan BOD dapat dipastikan bahwa perairan laut KotaBandar Lampung telah
mengalami pencemaran bahan organik yang cukup tinggi. Nilai COD di setiap titik pengukuran
lebih dari 250 mg/l dan beberapa di antaranya melebihi300 mg/l. Demikian pula halnya dengan
nilai BOD, walaupun nilainya masih di bawah baku mutu untuk kehidupan biota laut, namun
tidak demikian halnya bagi kegiatanwisata bahari. Beberapa lokasi wisata bahari yang saat ini
berkembang di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu Pantai Puri Gading dan Pulau
Kubur, ternyata memiliki nilai BOD di atas baku mutu yang ditetapkan. Dari hasil pengukuran
diketahui bahwa di perairan sekitar Gudang Lelang dan PPP Lempasing nilai oksigen terlarut(DO)
di bawah 5 ppm. Kondisi ini diduga disebabkan adanya limbah bahan organic yang berasal dari
pencucian ikan maupun limbah domestik yang masuk ke perairan.Kondisi yang sama juga dapat
diamati pada kandungan sulfida yang telah melebihi baku mutunya, baik yang disyaratkan untk
perairan pelabuhan, wisata bahari, maupun untuk kehidupan biota air. Tingginya kandungan
sulfida diduga berasal dari sedimen anaerob yang banyak mengandung bahan organik di sekitar
xi
lokasi pengukuran.Kandungan logam berat Pb, Hg, Cu dan Cd yang diukur di beberapa tempat
menunjukkan keadaan yang bervariasi. Logam Pb terdapat dalam jumlah yang melebihi baku
mutu yang ditetapkan untuk biota laut pada lokasi di sekitar perairan lautdi depan lahan reklamasi
PT BBS, perairan di sekitar Pelabuhan Peti Kemas Panjang,di sekitar Pulau Kubur, dan pantai
Puri Gading. Keberadaan logam berat Hg umumnya masih berada dalam baku mutu yang
ditetapkan, bahkan di beberapa tempat tidak terdeteksi; namun di sekitar perairan laut di depan
lahan reklamasi PT BBS terdeteksi dalam jumlah yang telah melebihi baku mutu.Kandungan
logam Cu diketahui telah melebihi baku mutu pada beberapa lokasi pengukuran, yaitu di L4, L5,
L6, L7, L8, dan L9. Keberadaan logam Cd telah melebihi baku mutu pada lokasi pengukuran L1,
L2, L3, dan L8. Di lokasi L1, yaitu di perairan sekitar lahan reklamasi PT BBS, kandungan Cd
telah mencapai 0,026 ppm atau sekitar 26 kali lipat dari baku mutu yang ditetapkan. Sumber
pencemaran logam-logam beratini diperkirakan dapat berasal dari aktivitas pelabuhan, docking
kapal, ataupun limbah industri yang berasal dari perkotaan yang terbawa oleh sungai-sungai yang
bermuaradi sekitar perairan tersebut, seperti sungai Way Belau, Way Sukamaju, WayKeteguhan,
dan Way Kunyit. Di wilayah Kecamatan Panjang terdapat aktivitas bongkar muat batubara, yaitu
di DUKS milik PT Bukit Asam. Pada saat bongkar muat cukupbanyak debu-debu batubara yang
masuk ke perairan laut. Hal ini juga diduga turut menyumbangkan sejumlah besar kandungan
logam berat di perairan laut di sekitarnya.
c) Sumur Penduduk
Hasil pengukuran kualitas air sumur di 12 kelurahan pesisir di Kota Bandar Lampung
diketahui bahwa sumur-sumur penduduk diwilayah pesisir Kota Bandar Lampung telah
mengalami pencemaran yang dapatdiamati dari beberapa parameter kualitas air yang tidak sesuai
xii
dengan baku mutu air kelas satu. Penduduk yang tinggal di masing-masing kelurahan tersebut
pada umumnya tidak mengkonsumsi air sumur yang mereka miliki dengan alasan air sumur
tersebut tidak layak untuk diminum. Air sumur hanya digunakan untuk keperluan mandi dan
mencucisaja. Pada umumnya mereka membeli air bersih yang banyak dijual oleh pedagang
keliling ataupun air minum kemasan yang banyak tersedia di toko-toko. Kelangkaan air bersih di
wilayah pesisir Kota Bandar Lampung memang sudah lama dialami oleh masyarakat setempat;
bahkan masalah ini telah menjadi isu utama dalam penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan
Wilayah Pesisir Lampung yang dilakukan olehWiryawan dkk (2000).Dari hasil pengukuran
diketahui bahwa kandung bahan organik sumur-sumur penduduk cukup tinggi. Hal ini dapat
diketahui dari nilai COD yang cukup tinggi dan melebihi baku mutu yang ditetapkan, yaitu 10
mg/l. Di wilayah tersebut nilai COD berkisar antara 145-218 mg/l. Selain itu, kandungan fosfat
dan sulfida juga telah melebihi baku mutu yang ditetapkan. Masalah utama yang sering
dikeluhkan warga adalah kondisi kesadahan air sumur yang mereka miliki. Dari hasil pengukuran
diketahui bahwa tingkat air sumur tersebutdigolongkan sadah karena memiliki kandungan CaCO3
antara 150-300 mg/l. Bahkankesadahan air sumur di Kelurahan Bumi Warah dan Way Lunik
sudah termasuk sangatsadah (> 300 mg/l CaCO3). Selain kesadahan, masalah intrusi air laut juga
dialami oleh sumur-sumur tersebut. Di beberapa kelurahan diketahui salinitas air sumur berkisar
antara 0,5-5 ‰ .Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa sumur-sumur tersebut telah tercemar
oleh logam berat Pb dan Cu dalam jumlah yang relatif kecil. Keberadaan Hg dan Cd tidak
terdeteksi pada semua sample air sumur yang diteliti. Kandungan logam berat Pb dan Cu pada
umumnya masih di bawah baku mutu atau kriteria yang ditetapkan berdasarkan PP No.82 tahun
2001 untuk Mutu Air Kelas I, kecuali sumur di Kelurahan Sukamaju yang mengandung logam
Pb hingga 0.046 ppm. Sumber utama pencemaran logam berat Pb dan Cu yang terdeteksi di
xiii
sumur-sumur penduduk belum diketahui secara pasti. Keberadaan unsur-unsur logam berat
tersebutdi alam memang sudah ada walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Dari
hasilpengukuran salinitas air sumur diketahui bahwa di beberapa sumur penduduk telahterjadi
intrusi air laut, sehingga diperkirakan sumber pencemar logam berat tersebutdapat berasal dari
intrusi air laut ataupun aliran air permukaan yang juga telah tercemar oleh logam berat.
2. Dampak Kerusakan Terumbu Karang
Terumbu karang yang terdapat di perairan pesisir Kota Bandar Lampung sudah banyak
mengalami degradasi akibat aktivitas manusia, terutama reklamasi pantai, illegal fishing dan
pencemaran perairan. Di beberapa tempat hampir dijumpai hamparan karang mati yang
disebabkan oleh kegiatan tersebut. Hamparan karangmati ditemukan di sekitar Pulau Pasaran,
Pulau Kubur, Gosong Pamunggutan, Pantai Sukaraja hingga Karang Maritim. Keberadaan
karang mati ini dapat dilihat dari beberapa ciri, yaitu mengalami bleaching (pemucatan), patah,
dan tercerai berai. Karang mati yang mengalami bleaching diduga disebabkan aktivitas illegal
fishing yang menggunakan racun sianida untuk menangkap ikan karang, baik ikan konsumsi
maupun ikan hias; sedangkan karang mati yang patah dan berserakan diduga kuat disebabkan
oleh penggunaan bom ikan. Dari hasil wawancara dengan nelayan
setempat diketahui bahwa kegiatan illegal fishing tersebut pernah dilakukan oleh nelayan Kota
Bandar Lampung sejak tahun 1980-an hingga tahun 2000. Kegiatan reklamasi pantai yang
dilakukan oleh pihak swasta juga menyebabkan kehilangan yang cukup besar habitat terumbu
karang yang pada mulanya banyak terdapat disepanjang pantai Kota Bandar Lampung. Kegiatan
pengambilan karang yangdilakukan oleh masyarakat setempat untuk membangun pondasi rumah
ataupunreklamasi hingga saat ini masih banyak terjadi. Kegiatan ini sudah jelas merusak terumbu
xiv
karang. Pada saat survei lapangan diketahui bahwa masyarakat di sekitar Pulau Pasaran, Sukaraja
dan Karang Maritim masih sering mengambil jenis karang
massive, baik yang telah mati maupun masih hidup, dengan alasan lebih mudah dan murah
untuk digunakan membangun pondasi rumah mereka yang memang berada diatas permukaan
laut. Bahkan beberapa di antara mereka menjual karang tersebutdengan harga sekitar Rp
30.000,00 per meter kubik. Aktivitas pengambilan karang tersebut berlangsung setiap hari yang
dilakukan oleh beberapa masyarakat setempat.
Diperkirakan dibutuhkan waktu yang lama untuk dapat memulihkan kembali terumbu
karang yang telah rusak tersebut. Menurut Nybakken (1988), untuk dapat memulihkan habitat
terumbu karang dibutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu antara 50 hingga 100tahun, tergantung
dari kualitas perairan, tingkat tekanan terhadap lingkungan, letak terumbu karang yang akan
menjadi sumber penghasil individu karang baru, dan lain-lain. Di beberapa perairan yang saat ini
terdapat hamparan karang mati telah mulai ditumbuhi kembali oleh karang hidup, baik dari jenis
hard coral maupun soft coral
3. Upaya Penanggulangan
Pemerintah Kota Bandar Lampung telah berupaya untuk mengurangi dan mencegah
pencemaran dan perusakan sumberdaya pesisir melalui berbagai cara. Salah satunya adalah
dengan menggalakkan Program Ayo Bersih-Bersih. Lingkungan pesisir Kota Bandar Lampung
merupakan wilayah yang menjadi sasaran gerakan tersebut.Di samping itu juga Pemda Kota
Bandar Lampung melalui Dinas Perikanan dan Kelautan giat membangun opini publik dan
meningkatkan pemahaman mereka tentangpentingnya menjaga wilayah pesisir dari berbagai
aktivitas yang merusak. Hal ini dilakukan melalui media massa setempat, forum diskusi, ataupun
xv
penyuluhan langsung kepada masyarakat pesisir. Pembentukan Kelompok Mayarakat Pengawas
(Pokmaswas) di masing-masing kecamatan pesisir oleh Dinas Perikanan dan Kelautan
merupakan upaya lainnya untuk memberdayakan dan mengoptimalkan pengawasan yang
dilakukan oleh masyarakat setempat. Dengan adanya kelompok pengawas ini setidak-tidaknya
perusakan sumberdaya pesisir dapat berkurang.Di bidang lingkungan hidup, Bapedalda Kota
Bandar Lampung secara rutin memantau kualitas air sungai-sungai dan perairan laut Kota Bandar
Lampung. Hal ini merupakan upaya dini untuk mencegah dampak lebih lanjut yang ditimbulkan
akibat pencemaran perairan.Pemerintah Kota Bandar Lampung saat ini tengah menata wilayah
pesisirnya. Dimulaipada tahun 2006 melalui beberapa kajian untuk menginventarisir potensi dan
permasalahan di wilayah pesisir, seperti kondisi habitat-habitat pesisir yang sensitif (terumbu
karang, padang lamun, dan mangrove) yang masih tersisa, kajian tentangfisik dan spasial wilayah
pesisir, serta sosial ekonomi masyarakat pesisir Kota Bandar Lampung.Dalam rangka penataan
wilayah pesisirnya, Pemerintah Kota Bandar Lampung telah merumuskan kebijakan
pembangunan kawasan ini, antara lain:
•Mengarahkan pembangunan pesisir Kota Bandar Lampung pada empat tujuan yang
seimbang, yaitu:
1) pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara berkelanjutan;
2) peningkatan kesejahteraan seluruh pelaku usaha ,khususnya para nelayan,
pembudidaya ikan, dan masyarakat kelautan lainnya yang berskala kecil;
3) terpeliharanya kelestarian lingkungan dan sumberdayakelautan;
4) serta menjadikan laut sebagai pemersatu dan kedaulatan bangsa.
xvi
•Untuk dapat merealisasikan tujuan pembangunan kelautan secara berkelanjutan, maka
perlu dilaksanakan agenda pembangunan kelauatansecara terpadu, yaitu menyusun dan
mengimplementasikan tata ruang pesisir dan laut.Pada tahun 2007 dengan diinisiasi oleh
Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil(KP3K) Departemen Kelautan dan
Perikanan RI, Pemda Kota Bandar Lampungmenyusun Rencana Strategis Pengelolaan
Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung serta penetapan Zonasi Kawasan Pesisir.
Penyusunan kedua dokumen ini melibatkan timteknis yang berasal dari berbagai
instansi/dinas Kota Bandar Lampung, LSM, danperguruan tinggi (Universitas Lampung).
Kedua dokumen ini nantinya akan menjadi dasar dalam berbagai pertimbangan untuk
perencanaan penataan wilayah pesisir KotaBandar Lampung. Rencana aksi penataan
wilayah pesisir Kota Bandar Lampung selanjutnya diharapkan dapat terlaksana di tahun
berikutnya. Sebagai payung hukummaka akan disusun peraturan daerah (perda) Kota
Bandar Lampung yang mengatur pengelolaan sumberdaya pesisir di wilayah Kota
Bandar Lampung.
xvii
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pencemaran merupakan masuknya atau dimasukanya zat atau energi, mahluk
hidup, atau komponen lain kedalam suatu media sehingga kualitas media tidak sesuai
dengan peruntukanya . Pencemaran perairan juga mempunyai dampak bagi
kehidupan lainya, dan agar pencemaran perairan dapat ditanggulangi harus adanya
upaya-upaya untuk melestarikan perairan dan terumbu karang yang berada diwilayah
pesisir kota Bandar Lampung.
3.2 SARAN
Dari materi yang telah kita bahas , kita dapat menarik kesimpulan dari
makalah ini bahwa agar pemanfaatan pelestarian perairan dapat berkesinambungan
maka tindakan eksploitasi perairan dan terumbu karang harus disertai dengan
tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan perairan harus dilakukan
dengan cara yang rasional.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id
http://wikipedia.com