13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pinjal termasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus. Sekarang ini baru 200 spesies pinjal yang telah diidentifikasi. Seringkali orang tidak dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan serangga ektoparasit yang hidup pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya terutama hewan peliharaan seperti kucing, dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus, unggas bahkan kelelawar dan hewan berkantung. Pinjal merupakan kutu hitam halus yang dapat melompat. Pinjal merupakan kutu hewan umum. Selain anjing, Pinjal juga suka hinggap di kucing, kelinci, kambing, tikus, hamster dan lain-lain, bahkan juga suka mengigit manusia. Karena induk semangnya banyak, pinjal bisa menjadi pembawa penyakit antar hewan, terutama dari hewan liar. Bila populasi pinjal terlalu banyak di tubuh anjing, maka anjing bisa terkena anemia atau kurang darah merah. Secara morfologi perbedaan yang jelas antara kutu dan pinjal yang sama-sama tidak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral., sedangkan kutu tubuhnya pipih dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal secara utuh dapat dilihat dari pandangan 1

Makalah Parasit Pinjal

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pinjaltermasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus. Sekarang ini baru 200 spesies pinjal yang telah diidentifikasi. Seringkali orang tidak dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan serangga ektoparasit yang hidup pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya terutama hewan peliharaan seperti kucing, dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus, unggas bahkan kelelawar dan hewan berkantung.Pinjal merupakan kutu hitam halus yang dapat melompat. Pinjal merupakan kutu hewan umum. Selain anjing, Pinjal juga suka hinggap di kucing, kelinci, kambing, tikus, hamster dan lain-lain, bahkan juga suka mengigit manusia. Karena induk semangnya banyak, pinjal bisa menjadi pembawa penyakit antar hewan, terutama dari hewan liar. Bila populasi pinjal terlalu banyak di tubuh anjing, maka anjing bisa terkena anemia atau kurang darah merah.

Secara morfologi perbedaan yang jelas antara kutu dan pinjal yang sama-sama tidak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral., sedangkan kutu tubuhnya pipih dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal secara utuh dapat dilihat dari pandangan samping. Bentuk tubuhnya yang unik ini ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu atau rambut inangnya. Pengenalan pinjal secara mudah adalah apabila kita mengelus kucing, dan tiba-tiba secara sekelebat kita menemukan makhluk kecil yang melintas diantara bulu-bulu kucing dan kemudian menghilang.

Gigitan pinjal ini dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat kemudian berlanjut hingga menjadi radang kulit yang disebut flea bites dermatitis. Selain akibat gigitannya, kotoran dan saliva pinjal pun dapat berbahaya karena dapat menyebabkan radang kulit.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana morfologi Ctenocephalides canis?

2. Bagaimana siklus hidup Ctenocephalides canis?

3. Apa-apa saja kerugian yang ditimbulkan Ctenocephalides canis?

4. Bagaimana pencegahan dan pengobatan jika terserang Ctenocephalides canis?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui morfologi Ctenocephalides canis?

2. Untuk mengetahui siklus hidup Ctenocephalides canis?3. Untuk mengetahui kerugian yang ditimbulkan Ctenocephalides canis?4. Untuk mengetahui pencegahan dan pengobatan jika terserang Ctenocephalides canis?BAB II

PEMBAHASAN

Pinjal termasuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Secara umum, morfologi pinjal mempunyai tubuh pipih berukuran 1,5-4 mm, tidak bersayap, mulut tersembunyi (berfungsi untuk menusuk-mengisap, mempunyai kaki-kaki yang panjang dan kuat untuk meloncat, pada daerah dekat mata terdapat ocular bristle, mempunyai abdomen dengan 10-12 segmen : pada segmen ke-8 atau ke-9 terdapat spermatheca (pinjal betina), sedangkan pada yang jantan, penis terdapat pada segmen abdomen ke-5 atau ke-6. Juga terdapat comb (rambut seperti sisir) yang penting untuk differensiasi pinjal yang terdiri dari Genal comb di atas mulut dan thoracal comb yang terdapat di segmen pertama toraks.. Metamorfosa pada pinjal adalah metamorfosa sempurna. Adapun jenis pinjal, diantaranya Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis, Pulex irritans, Xenopsylla cheopis (pinjal tikus).A. Klasifikasi Pinjal Ctenocephalides canisMenurut Soulsby (1982), Ctenocephalides canis berdasarkan taksonominya termasuk ke dalam:

Phylum: Arthropoda

Kelas: Insekta

Sub Kelas: Pterygota

Ordo: Siphonaptera

Super Famili: Pulicoidae

Famili: Pulicidae

Genus: Ctenocephalides

Spesies: Ctenocephalides canisB. MorfologiTidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar, Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang mengarah ke belakang dan rambut keras, Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala, Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk, Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago), Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas, Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan. Perbedaan antara jantan dan betina dapat dilihat dari struktur tubuhnya, yaitu jika jantan pada ujung posterior bentuknya seperti tombak yang mengarah ke atas dan antenna lebih panjang, sedangkan tubuh betina berakhir bulat dan antenna nya lebih pendek dari jantan. Pinjal dewasa berwarna hitam kecoklatan, tapi tampak hitam kemerahan setelah makan darah. Pinjal dewasa panjangnya 3-4mm. Memiliki baik ctenidia genal dan pronatal, memiliki mata, pada koksa kaki ke-2 (mesopleuron) ditemukan batang pleural (batang meral).

C. Siklus HidupPinjal mengalami metamorphosis yang sempurna, yang dimulai dari telur, larva, pupa kemudian menjadi pinjal dewasa. Dibutuhkan sekitar 30 sampai 40 hari untuk pinjal anjing dalam mengerami telur menjadi telur yang sempurna, meskipun ada beberapa kasus yang menunjukkan siklus ini berlangsung selama satu tahun.Pinjal betina mulai bertelur dalam waktu 2 hari makan darah pertamanya. Telur pinjal berbentuk oval, berwarna putih dan kecil (0.5mm) tetapi dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Telur diletakkan pada rambut, bulu atau dalam habitat hospesnya, mereka kemudian jatuh ke tempat-tempat seperti tempat tidur, karpet atau perabot. Beberapa pinjal meletakkan 3-18 telur sekaligus pada tubuh anjing, hal ini berpotensi memperbanyak telur hingga 500 telur selama beberapa bulan. Telur menetas dalam 1-12 hari setelah disimpan kemudian memproduksi larva seperti cacing yang tidak memiliki kaki dan tidak ada mata.Larva berwarna putih dan 1,5-5mm panjang dengan pelindung dari bulu tipis. Mereka jarang tinggal di tubuh inang mereka, kemudian mereka segera mencari daerah tertutup seperti tempat tidur hewan peliharaan, serat karpet dan retakan pada lantai di mana mereka mencari makanan sementara menghindari cahaya. Larva memakan berbagai bahan organik termasuk kulit-kulit yang terjatuh, kotoran hewan dan kotoran dewasa (terdiri dari darah). Larva memungkinkan untuk mengganti kulit mereka untuk tumbuh dan berubah menjadi kepompong selama 5-15 hari. Sisa larva sebagai pre-pupa selama 3 hari sebelum molting lagi untuk membentuk pupa.Pupa berkembang dalam kokon dari lima hari sampai lima minggu. Dalam kondisi normal, bentuk dewasa siap untuk muncul setelah kira-kira 2 minggu tetapi pada temperatur yang lebih tinggi perubahan akan lebih cepat. Mereka kadang-kadang tetap tinggal di kokon sampai getaran atau kebisingan dirasakan (yang mengindikasikan keberadaan manusia atau binatang) yang berarti karena tidak ada gerakan bentuk dewasa dapat tinggal di kokon sampai dengan 6 bulan.

Pinjal dewasa, tidak bersayap, ukuran 2-8mm panjang dan lateral dikompresi. Mereka tercakup dalam bulu dan sisir yang membantu mereka untuk menempel pada host dan memiliki antena yang dapat mendeteksi dihembuskannya karbon dioksida dari hewan. Antena mereka juga sensitif terhadap panas, getaran, bayangan dan perubahan arus udara. Semua Pinjal bergantung pada darah untuk nutrisi mereka tetapi mampu hidup dalam waktu yang lama tanpa makan, biasanya sekitar 2 bulan. Dalam kondisi yang menguntungkan dan disertai dengan sumber t makanan (darah) yang memadai, Pinjal dapat hidup sampai satu tahun.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya hidup dari pinjal C.canis dewasa adalah temperature dan kelembaban lingkungan. Ctenocephalides canis dewasa dapat hidup optimal pada lingkungan yang bertemperatur 27oC-39oC dengan kelembaban 75-92%. Pada lingkungan yang kelembaban 60% C.canis dapat hidup selama 62 hari.D. Kerugian yang Ditimbulkan

Diperkirakan bahwa 50% dari kasus dermatitis yang dilaporkan oleh dokter hewan disebabkan oleh gigitan pinjal. Dinyatakan pula bahwa Ctenocephalides canis merupakan penyebab utama flea allergic dermatitis (FAD) pada anjing dan kucing. FAD merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap komponen antigenic yang terkandung dalam saliva pinjal.Selain bertindak sebagai vektor penyakit, ektoparasit ini juga dapat bertindak sebagai inang antara bagi parasit lain misalnya cacing pita pada anjing dan kucing (Diphylidium caninum) dan larva cacing filarial anjing (Dipetalonema recondinatum).E. Pencegahan dan PengobatanMembasmi pinjal anjing bisa dilakukan lewat berbagai media, seperti shampoo, kalung, bedak, dll. Yang perlu diketahui adalah kebanyakan produk anti pinjal hanya bisa membasmi pinjal dewasa tapi tidak memberantas telur dan kepompong yang tersebar di sekitar rumah. Selain itu, pemberian obat yang melebihi dosis pemakaian tidak akan membuat pinjal cepat mati tapi justru bisa memiliki dampak racun bagi anjing. Beberapa cara pembasmian pinjal yang umum dicoba adalah:

1. Shampoo anti pinjal, dapat berguna sebagai langkah cepat membasmi pinjal yang banyak terlihat di badan anjing. Namun, efek anti pinjal shampoo tidak mencapai seminggu. Sisa bahan kimia yang menempel di tubuh anjing anda tidak akan berbahaya bila menuruti dosis yang dianjurkan.

2. Larutan anti pinjal, memiliki campuran kimia yang jauh lebih kuat dari shampoo. Tanpa petunjuk Dokter sebaiknya jangan dipakai. Baik Shampoo maupun larutan untuk merendam anjing anda hanya efektif membasmi pinjal dewasa, bukan telur dan kepompongnya.

3. Kalung anti pinjal. Efektif membasmi kutu dewasa saja. Cara kerja kalung anti pinjal, pertama dengan mengeluarkan gas beracun yang mampu membunuh Pinjal. Cara kedua adalah bahan kimianya meresap ke lapisan lemak kulit. Gas beracun hanya mampu membunuh kutu yang ada di daerah leher dan punggung sehingga kurang efektif dibandingkan yang mampu meresap ke seluruh lapisan lemak kulit.

4. Bedak dan semprotan anti pinjal. Kedua produk ini melindungi anjing dari pinjal selama 2-3 hari. Di beberapa produk, bahkan mampu melindungi anjing dari serangan kutu lain seperti Caplak. Efektif membasmi kutu dewasa saja.

5. Obat Minum atau Pill anti Pinjal, mencegah larva keluar dari telur. Bila seekor kutu betina menghisap darah anjing yang telah minum obat ini, maka telur-telur yang dihasilkan tidak akan bisa menetas. Obat ini tidak memberantas kutu dewasa. Pengobatan ini bagus untuk memutuskan mata rantai siklus hidup kutu di lingkungan rumah anda.

Untuk mencegah pinjal berkembang-biak, Sanitasi rumah perlu diperhatikan. Populasi kutu yang hinggap di badan anjing anda hanya sekitar 10% dari total populasi Kutu di rumah anda. Telur, larva, kepompong dan sebagian kutu dewasa lainnya bertahan di karpet, seprai, tempat anjing biasa tidur dan pojok-pojok ruangan yang gelap, hangat dan lembab. Membiarkan 90% populasi tersebut, tidak akan bisa memberantas Kutu secara menyeluruh dari anjing. Sapu dan pel lantai tiap hari, ganti seprai dan kain-kain lain secara teratur. Semprot pestisida (baygon) ke pojok-pojok ruangan.BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pinjal merupakan kutu hitam halus yang dapat melompat dan termasuk ke dalam ordo Siphonaptera Pinjal mengalami metamorphosis yang sempurna, yang dimulai dari telur, larva, pupa kemudian menjadi pinjal dewasa.Ctenocephalides canis merupakan penyebab utama flea allergic dermatitis (FAD) pada anjing dan kucing. Selain itu Ctenocephalides canis sebagai vektor penyakit, juga dapat bertindak sebagai inang antara bagi parasit lain misalnya cacing pita pada anjing dan kucing (Diphylidium caninum) dan larva cacing filarial anjing (Dipetalonema recondinatum).

B. Saran

Segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki segala kekurangan dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D. J., C. A. Triplehorn & N. F. Johnson. 1996.Pengenalan Pelajaran Serangga.Ed. 6. Penerjemah:S. Partosoedjono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Elzinga, R. J. 1978.Fundamentals of Entomology.Prentice Hall of India Private Ltd. New Delhi.Evans, G. O. 1992.Principles of Acarology.Cambridge University Press, UK.

Harvey, M. S & A. L. Yen. 1989.Worms to Wasps,an Illustrated Guide to Australias TerrestrialInvertebrates.Oxford University Press.

Kadarsan, S., A. Saim, E. Purwaningsih, H. B. Munaf, I. Budiarti & S. Hartini. 1983.Binatang Parasit.Lembaga Biologi Nasional-LIPI. Bogor. Kendall, D.A.2008.Mites & Ticks in Insect & Otherarthropod.www.kendall-bioresearch.co.uk/mite. htm.

Krantz, G. W. 1978.A Manual of Acarology. 2nd ed. Oregon State University Book Store, Inc.Corvalis Vredevoe, L. 1997.Background Information on theBiology of Ticks. http://entomology.ucdavis.edu/faculty/rbkimsey/ tickbio.html.Levine, Norman. D. 1977. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.5